latar belakang dari jurnal ui

Upload: aldodong

Post on 08-Jul-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    1/82

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

    YANG MENDAPAT PROGRAM DAKU!

    DAN YANG TIDAK TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJADI KOTA SINGKAWANG

    TAHUN 2012

    SKRIPSI

    IMA FATMAWATI

    1006820114

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATPROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS

    DEPOK

    JUNI 2012

    Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    2/82

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAPREMAJA YANG MENDAPAT PROGRAM DAKU!

    DAN YANG TIDAK TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

    REMAJA DI KOTA SINGKAWANG

    TAHUN 2012

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Kesehatan Masyarakat pada Peminatan Kebidanan Komunitas di Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

    IMA FATMAWATI

    1006820114

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS

    DEPOKJUNI 2012

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    3/82

    Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    4/82

    Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    5/82

    Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    6/82

    Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    7/82

    ABSTRAK

    Asiah

    Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Peminatan Kebidanan Komunitas

    Perbandingan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Yang Mendapat

    Program DAKU! dan Tidak Terhadap Kesehatan Reproduksi di Kota

    Singkawang Tahun 2012

    Viii, 59 hal + 10 tabel + 3 gambar + lampiran

    Penelitian ini membandingkan tingkat pengetahuan dan sikap remaja di sekolah

    DAKU! (76 responden) dengan sekolah non DAKU! (76 responden), dengan

    menggunakan desain potong lintang. Pengambilan data dengan mengisi kuesioner.Hasil analisis bivariat menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja

    dari sekolah DAKU! dengan sekolah non DAKU!.

    Kata Kunci : Remaja, Pengetahuan, Sikap, DAKU!

    ABSTRACT

    Ima Fatmawati

    Bachelor Of Public Health

    Midwifery Community

    Comparison Level Knowledge and Attitudes of Youth Program DAKU! and

    Not Against the Reproductive Health in the Year 2012 Singkawang

    Viii, 59 pages + 10 tables + 3 pictures + attachments

    This study compared the level of knowledge and attitudes of young people in

    school me! (76 respondents) with a non school me! (76 respondents), using cross-

    sectional design. Retrieval of data by filling in a questionnaire. The results of 

    bivariate analysis showed no differences in knowledge and attitudes of adolescent

    school DAKU! with non school DAKU!

    Key words: Adolescent, Knowledge, Attitudes, DAKU!

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    8/82

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Ima Fatmawati

    Tempat Tanggal Lahir : Pemangkat, 14 Juli 1975

    Pendidikan :

    1. SDN 1 Singkawang 1980 - 1986

    2. SMPN 1 Singkawang 1987 - 1990

    3. SPK Depkes Singkawang 1990 - 1993

    4. PPB RSAB Harapan Kita Jakarta 1993 - 19945. D3 Kebidanan Poltekes Pontianak 2006 - 2009

    6. S 1 Kebidanan Komunitas FKM UI 2010 - 2012

    Pekerjaan :

    1. Bidan PTT di Kab. Sanggau 1994 - 1996

    2. Bidan PTT di Kab. Sambas 1996 - 1999

    3. PNS di RSUD Pemangkat di Kab. Sambas 2000 - 2006

    4. PNS di Puskesmas Singkawang Utara 2006 - sekarang

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    9/82

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atasberkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi

    ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

    sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas di Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa

    bantuan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

    penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi

    ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu DR.dra. Rita Damayanti, MSPH, selaku dosen pembimbing dalam

    menyusun skripsi ini, di samping kesibukan yang ada beliau masih

    meluangkan waktunya untuk membimbing dengan sabar, mengarahkan dan

    memberi semangat kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

    2. Bapak Ir. Ahmad Syafiq, MSc, PhD, selaku dosen penguji yang telah

    memberikan arahan dan masukan.

    3. Ibu drg. Ratna Kirana, MS, selaku dosen penguji yang telah memberikan

    arahan dan masukan.

    4. Kepala Dinas Pendidikan kota Singkawang yang telah memberi ijin untuk 

    melakukan penelitian ini.

    5. Bapak Bachraini, S.Pd, selaku kepala SMA Negeri 3 Singkawang, yang telah

    memberi ijin mengambil data untuk keperluan penelitian ini.

    6. Bapak Mus'an, S.Pd, selaku kepala SMA Negeri 9 Singkawang, yang telah

    memberi ijin mengambil data untuk keperluan penelitian ini.

    7. Para staf dewan guru dari sekolah SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 9, yang

    telah membantu dalam pengambilan data.

    8. Suamiku tercinta Bosni, S.Sos dan anak-anakku tercinta dan tersayang Nur

    Apriliani dan Muhammad Iqbal yang senantiasa memberikan dorongan, cinta,

    semangat, kasih sayang dan doa tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi ini.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    10/82

    9. Orangtuaku yang tersayang serta adik-adikku, yang senantiasa memberikan

    dorongan dan doa yang tulus selama sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi ini.

    10. Sahabat tercinta Henny Kurniasih, Herfia dan teman kost Asiah, Hasmini,

    Heni, Widyo dan Amah yang telah membantu dan memberikan support

    dalam kebersamaan.

    11. Teman soulmate bimbingan Sulikah, kebersamaan dalam usaha dan do’a

    untuk menyelesaikan skripsi ini.

    12. Teman-teman Peminatan Kebidanan Komunitas khususnya kelas B,

    kebersamaan yang telah kita lalui dengan suka dan dukanya, yang akan

    penulis rindukan.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan

    skripsi ini banyak kekurangan, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal

    mungkin agar harapan yang diinginkan dari skripsi ini dapat tercapai dengan baik.

    Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk 

    perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa

    berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga

    skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

    Depok, 5 Juli 2012

    Penulis

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    11/82

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................................... i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...................................... iiLEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iii

    SURAT PERNYATAAN........................................................................ iv

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............. v

    ABSTRAK.............................................................................................. vi

    ABSTRACT............................................................................................ vii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................ viii

    KATA PENGANTAR............................................................................. ix

    DAFTAR ISI........................................................................................... x

    DAFTAR TABEL................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvii

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah................................................................ 5

    1.3 Pertanyaan Penelitian........................................................... 5

    1.4 Tujuan Penelitian................................................................. 6

    1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 6

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian.................................................... 7

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    1.1 Remaja dan perkembangannya............................................ 8

    2.1.1 Perubahan Biologis .................................................. 8

    2.1.2 Perkembangan Psikososial dan Emosi...................... 9

    2.1.3 Perkembangan Kognitif............................................ 9

    2.2 Pendidikan Seks Pada Remaja............................................. 11

    2.2.1 DAKU!...................................................................... 12

    2.3 Kesehatan Reproduksi Remaja............................................ 20

    2.3 Pengetahuan.......................................................................... 22

    2.3.1 Tingkat Pengetahuan................................................. 24

    2.3.2 Proses Perilaku Tahu................................................. 25

    2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhiPengetahuan............................................................... 26

    2.4 Sikap.................................................................................... 27

    2.4.1 Tingkatan Sikap......................................................... 28

    2.4.2 Komponen Sikap....................................................... 29

    BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

    OPERASIONAL

    3.1 Kerangka Konsep................................................................ 31

    3.2 Definisi Operasional................................................................ 32

    3.3 Hipotesis.............................................................................. 33

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    12/82

    BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................ 34

    4.1 Desain Penelitian................................................................. 34

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................... 34

    4.3 Populasi dan Sampel........................................................... 34

    4.3.1 Populasi................................................................... 344.3.2 Sampel..................................................................... 34

    4.4 Pengumpulan Data............................................................. 36

    4.4.1 Persiapan................................................................. 36

    4.4.2 Pelaksanaan............................................................. 36

    4.5 Pengolahan Data.................................................................. 37

    4.6 Analisa Data........................................................................ 37

    BAB 5 HASIL PENELITIAN............................................................. 39

    5.1 Analisis Univariat............................................................... 39

    5.2 Analisis Bivariat................................................................. 47

    BAB 6 PEMBAHASAN........................................................................ 50

    6.1 Keterbatasan Penelitian.................................................... 50

    6.2 Analisis Pengetahuan........................................................ 50

    6.3 Analisis Sikap.................................................................... 53

    BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan........................................................................... 55

    7.2 Saran..................................................................................... 55

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    13/82

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................. 32Tabel 4.1 Besar Sampel Penelitian........................................................... 35

    Tabel 5.1 Gambaran Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi

    di kota Singkawang................................................................. 40

    Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan dan Pengkategorian........................... 42

    Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang

    Kesehatan Reproduksi di Kota Singkawang............................ 43

    Tabel 5.4 Gambaran Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi di Kota

    Singkawang.............................................................................. 44

    Tabel 5.5 Distribusi Sikap dan Pengkategorian....................................... 46

    Tabel 5.6 Distribusi Sikap Responden terhadap Kesehatan Reproduksi

    di Kota Singkawang.................................................................. 47Tabel 5.7 Hubungan antara program DAKU! dengan Tingkat

    Pengetahuan.............................................................................. 48

    Tabel 5.8 Hubungan antara program DAKU! dengan Tingkat

    Sikap......................................................................................... 49

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    14/82

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.2 Kerangka Konsep...................................................... 27

    Gambar 5.1 Grafik histogram dan kurve normal variabel

    Pengetahuan.............................................................. 42

    Gambar 5.1 Grafik histogram dan kurve normal variabel

    Sikap......................................................................... 46

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    15/82

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Kuesioner Penelitian2. Surat ijin penelitian dari SMUN 3 Kota Singkawang

    3. Surat ijin Penelitian dari SMUN 9 Kota Singkawang

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    16/82

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pemerintah Indonesia sejak tahun 1996 telah memberikan perhatian yang serius

    terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja. Modernisasi, globalisasi teknologi

    dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi perubahan

    perilaku kehidupan remaja yang kemudian berpengaruh pada perilaku kehidupan

    kesehatan reproduksi mereka. Perubahan perilaku kesehatan reproduksi, jika tidak 

    ditangani dengan seksama akan berdampak pada penurunan kualitas keluarga di

    kemudian hari.

    Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat

    baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh

    kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap, mempunyai sifat khas

    yang sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan

    tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa

    didahului oleh pertimbangan yang matang. Keadaan ini seringkali mendatangkankonflik batin dalam dirinya. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi

    konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin

    harus menanggung akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan

    fisik dan psikososial, yang mungkin harus ditanggung seumur hidupnya.

    Dalam era globalisasi komunikasi dan informasi saat ini, remaja dapat dengan

    mudah mengakses informasi dari berbagai belahan dunia dengan corak budaya

    yang beraneka ragam, sehingga terbuka lebar peluang bagi remaja untuk 

    terkontaminasi informasi yang seringkali justru bertentangan atau bahkan bertolak 

    belakang dengan budaya masyarakat sendiri. Dalam kondisi tersebut tanpa

    bimbingan dan pendampingan yang memadai remaja akan mudah terpengaruh

    informasi yang menyesatkan dan terbawa arus pergaulan yang tidak sehat,

    mengingat remaja belum mempunyai filter yang cukup kuat untuk menyaring

    berbagai informasi yang diterimanya, juga belum mempunyai daya tangkal untuk 

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    17/82

    2

    menepis dominasi lingkungan pergaulan, akibat kepribadian remaja yang masih

    labil dan tingkat pengetahuan yang masih minim (Anonim, 2004).

    Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dapat

    mengakibatkan remaja terjebak dalam perilaku seksual berisiko yang memberikan

    dampak terhadap kehidupan mereka, terutama kesehatan reproduksinya. Menikah,

    hamil dan melahirkan di usia muda atau tertular penyakit seksual merupakan

    dampak dari perilaku seksual remaja yang harus mereka terima.

    Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit

    menular seksual (PMS), kekerasan seksual, dan oleh sistem yang membatasi akses

    terhadap informasi dan pelayanan klinis. Hal ini juga dipengaruhi oleh gizi,

    kesehatan psikologis, ekonomi dan ketidaksetaraan jender yang menyulitkan

    remaja putri menghindari seks yang dipaksakan atau seks komersial.

    Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih

    besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia di atas 20 tahun,

    terutama di wilayah di mana pelayanan medis sangat langka atau tidak tersedia.

    Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko

    kematian (maternal mortality) dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-

    25 tahun akibat persalinan lama dan persalinan macet, perdarahan maupun faktor

    lain (WHO, 2000: Programming for Adolescent Health and Development ).

    Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi.

    Seringkali pelajar yang hamil mencari pelayanan aborsi agar mereka tidak dikeluarkan dari sekolah. Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar

    pada remaja putri dibandingkan pada wanita yang lebih tua. Remaja cenderung

    menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan karena tidak dapat mengakses

    pelayanan kesehatan, atau bahkan mungkin mereka tidak sadar atau tidak tahu

    bahwa mereka hamil (PATH, 2000). Di Indonesia setiap tahun terdapat sekitar 2

     juta kasus aborsi (BKKBN, 2009). Sedikitnya 700 ribu diantaranya dilakukan oleh

    remaja dan perempuan yang berusia di bawah 20 tahun (Yudi, 2008).

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    18/82

    3

    Remaja cenderung lebih berisiko tertular PMS, termasuk HIV/AIDS karena

    berbagai sebab. Seringkali hubungan seksual terjadi tanpa direncanakan atau

    tanpa diinginkan. Walaupun hubungan seks dilakukan atas keinginan bersama,

    namun seringkali remaja tidak merencanakan lebih dahulu sehingga tidak siap

    dengan kondom maupun kontrasepsi lain, dan mereka yang belum berpengalaman

    berKB cenderung menggunakan alat kontrasepsi tersebut secara tidak benar. Dan

    remaja putri mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi dibandingkan wanita

    dewasa karena belum matangnya sistem reproduksi mereka.

    Data BPS 2011, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai sekitar 230 juta jiwa.

    Jumlah penduduk yang tinggi tersebut harus diimbangi dengan upaya peningkatan

    kualitas penduduk. Salah satu upaya peningkatan kualitas hidup manusia dapat

    dilakukan melalui upaya peningkatan kesehatan reproduksi. Kesehatan repoduksi

    khususnya bagi remaja dan generasi muda akan meningkatkan indeks sumber

    daya manusia di masa yang akan datang. Hal tersebut disebabkan karena jumlah

    remaja yang berusia 15-19 tahun cukup besar yaitu tidak kurang dari 22,3 juta

     jiwa dan usia 20-24 tahun 21,3 juta jiwa atau hampir 25% dari total penduduk 

    Indonesia. Dari data Statistik menyebutkan bahwa jumlah total penduduk propinsi

    Kalimantan Barat tahun 2010 mencapai 18.475.220 jiwa. Dari jumlah tersebut

    ternyata remaja umur 10-14 tahun mencapai 5%, umur 15-19 tahun mencapai

    8,9% dan remaja umur 20-24 tahun mencapai 8%.

    DKT Indonesia dalam penelitiannya mengenai perilaku seksual (2004)

    menyatakan bahwa remaja mendapatkan informasi tentang seks dan kesehatanreproduksi yang paling banyak adalah dari teman (35%) dan film porno (22%).

    Studi ini juga menyatakan bahwa sekolah, orang tua dan keluarga tidak 

    memainkan peran yang berarti dalam memberikan informasi kepada remaja

    mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Dari hasil penelitian Perkumpulan

    Keluarga Berencana (PKBI) pada tahun 2001 terhadap responden remaja

    khususnya siswa SMU dan mahasiswa, yang dilaksanakan di lima kota yaitu:

    Kupang (NTT), Palembang (Sum-Sel), Singkawang (Kal-Bar), Cirebon dan

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    19/82

    4

    Tasikmalaya (Ja-Bar) melibatkan 2.479 responden memiliki pengetahuan

    kesehatan reproduksi yang tidak memadai, karena sumber pengetahuan mereka

    hanya dari teman. Sedangkan sebanyak 72,77% memiliki pengetahuan memadai

    mengenai cara penularan PMS terutama HIV/AIDS, sekitar 227 orang (16,46%)

    responden mengaku pernah melakukan hubungan seks, yang melakukan dengan

    pacar sebanyak 170 orang (78,89%) dan sebanyak 42,26% diantaranya melakukan

    seks secara rutin 1-2 kali sebulan. Alasan responden melakukan hubungan seksual

    pertama kali karena suka sama suka atau dilandasi cinta (68,7%), karena ingin

    tahu rasanya (23,7%), melakukannya karena pengaruh obat (9,6%), melakukannya

    karena terpaksa (6,1%) dan 6,1% lainnya melakukannya karena alasan ekonomi.

    Di kota Singkawang jumlah penderita penyakit menular seksual (PMS) pada

    tahun 2009 berjumlah 743 orang, sedangkan penderita HIV/AIDS 134 orang

    dengan kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 17 orang (Data Klinik Mawar,

    RSUD Abdul Azis Singkawang, 2010). Dari data ini dapat dilihat bahwa

    penderita HIV/AIDS 12,7% adalah remaja. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa

    masalah kesehatan remaja perlu penanganan yang optimal.

    Pendekatan yang bisa dilakukan diantaranya melalui institusi sekolah. Sebagai

    institusi dalam pembentukan karakter siswa, sekolah juga diharapkan mampu

    membangun komunikasi yang kondusif dengan siswa khususnya tentang

    kesehatan reproduksi remaja.

    Bagi remaja sekolah merupakan rumah kedua setelah tempat tinggal bersama

    orang tuanya. Di sekolah yang berperan sebagai orang tua adalah guru yang juga

    berperan sebagai pendidik. Sekolah juga menjadi penentu bagi para remaja yangsedang tumbuh dalam hal perkembangan kepribadiannya. Oleh karena itu

    diperlukan peran yang sangat besar dari seorang guru sebagai pemberi informasi,

    khususnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

    Melalui program DAKU! yang dikembangkan oleh WPF, memberikan pendidikan

    kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi dengan keterampilan menggunakan

    komputer. Hak asasi manusia dan pendekatan positif terhadap seksualitas menjadi

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    20/82

    5

    titik awal pengembangan kompetensi sosial dan teknis remaja, seperti

    keterampilan bernegosiasi, penggunaan alat kontrasepsi, serta hak untuk menolak 

    berhubungan seks. Kompetensi tersebut diperlukan agar remaja mampu

    mengambil keputusan yang didasarkan pada pengetahuan yang benar dan cukup.

    Lingkungan aman karena menggunakan komputer yang dijalankan secara mandiri

    oleh siswa, akan menyediakan proses pembelajaran interaktif, terutama ketika

    mendiskusikan isu-isu sensitif. Stuktur pelajaran yang seragam dan sistematis

    menjamin kualitas pembelajaran dari satu bab ke bab lainnya. Perpaduan antara

    tulisan, gambar dan suara dalam tiap ajaran, dapat secara efektif membentuk 

    keselarasan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja dalam proses

    pembelajaran sosial mereka.

    DAKU! merupakan modul pelatihan berbasis teknologi yang membahas

    kesehatan seksual dan reproduksi, pencegahan AIDS sekaligus keterampilan

    komputer kreatif untuk siswa dan guru. Modul ini ditujukan untuk siswa sekolah

    lanjutan, berusia 12-19 tahun, yang dapat diterapkan oleh sekolah yang memiliki

    fasilitas komputer.

    Tahun 2009 program DAKU! dikenalkan pada lima SLTA di kota Singkawang.

    Dengan tujuan untuk memberi informasi penting tentang kesehatan reproduksi,

    membimbing remaja menuju perilaku sehat dan bertanggung jawab,

    mempromosikan keterampilan hidup yang berharga seperti komunikasi dan

    keterampilan bernegosiasi dan ketegasan.

    Mengingat pentingnya pendidikan seks dan kesehatan reproduksi remaja, maka

    peneliti tertarik ingin mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentangkesehatan reproduksi di kota Singkawang.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan

    pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi antara remaja yang mendapat

    program DAKU! dan yang tidak mendapat program DAKU! ?”

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    21/82

    6

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    1.3.1 Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi?

    1.3.2 Bagaimana gambaran sikap remaja tentang kesehatan reproduksi?

    1.3.3 Apakah ada perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    antara SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat

    program DAKU!?

    1.3.4 Apakah ada perbedaan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara

    SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program

    DAKU!?

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan

    reproduksi.

    1.4.2 Untuk mengetahui gambaran sikap remaja tentang kesehatan reproduksi.

    1.4.3 Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan

    reproduksi antara SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak 

    mendapat program DAKU!.

    1.4.4 Untuk mengetahui perbedaan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi

    antara SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat

    program DAKU!.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi sekolah tempat penelitian

    Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap

    pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di sekolah .1.5.2 Bagi Dinas Pendidikan

    Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengembangan

    kurikulum di SLTA dalam hal pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

    di sekolah.

    1.5.3 Bagi FKM

    Mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang

    kesehatan reproduksi melalui program DAKU! di kota Singkawang. Selain

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    22/82

    7

    itu dapat menambah kepustakaan dan tambahan wawasan ilmu kesehatan

    reproduksi remaja.

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang perbandingan pengetahuan kesehatan

    reproduksi remaja di 2 SLTA Kota Singkawang dengan melihat pengetahuan dan

    sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilaksanakan pada

    bulan April – Mei 2012.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    23/82

    8

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Remaja dan Perkembangannya

    Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja

    (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia

    antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)

    menyebut kaum muda ( youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara

    itu menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines

    Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan terbagi tiga

    tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan

    remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi

    kaum muda ( youth) yang mencakup usia 10 sampai 24 tahun.

    Definisi remaja dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:

    a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia 11-12 tahun sampai

    20-21 tahun;

    b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan penampilan fisik dan fungsi

    fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;

    c. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami

    perubahan  –  perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan moral,

    diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.

    Menurut Wong (2008), remaja adalah periode transisi antara anak-anak dan

    dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, intelektual, psikologis dan emosional

    yang sangat besar. Selama periode ini remaja mencapai kematangan fisik dan

    seksual, mengembangkan kemampuan berargumentasi, dan membuat keputusan.

    2.1.1 Perubahan Biologis

    Perkembangan biologis pada remaja terdiri dari atas pertumbuhan fisik 

    dan perkembangan karakteristik seks primer dan sekunder. Pertumbuhan

    fisik meliputi pertumbuhan Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)

    yang sangat cepat. Perkembangan karakteristik adalah pertumbuhan terkait

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    24/82

    9

    organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduksi,

    misalnya ovarium, uterus, payudara dan penis. Sedangkan perubahan

    karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh

    tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan

    langsung dalam reproduksi, misalnya perubahan suara pada laki-laki dan

    massa otot pada perempuan.

    Terkait kematangan seks, pada remaja putri terjadi perubahan pada

    payudara, pertumbuhan rambut pubis, penampakan rambut ketiak dan

    menstruasi yang biasanya dimulai pada dua tahun setelah munculnya

    tanda pertama pubertas. Sedangkan pada remaja putra terjadi perubahan

    pembesaran testis, tumbuh rambut pubis, rambut ketiak, kumis, bulu pada

    wajah dan bagian tubuh lainnya. (Wong, 2008).

    Perubahan-perubahan tersebut di atas secara fisiologis timbul diawali

    karena perubahan hormonal dalam tubuh remaja. Perubahan tersebut juga

    yang menyebabkan pada usia remaja mulai tumbuh dorongan seksual

    terhadap lawan jenis. Jika perubahan ini tidak diimbangi dengan

    pengetahuan, kontrol dari orang tua dan lingkungan, maka dapat

    mengarah ke perilaku berisiko.

    2.1.2 Perkembangan Psikososial dan Emosi

    Perkembangan psikososial remaja meliputi perkembangan identitas diri,

    identitas kelompok, identitas peran seksual dan emosional. Krisis

    perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas.Pada masa remaja, mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang

    berbeda, unik dan terpisah dari yang lain.

    Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat

    perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi

    biasanya terjadi lebih cepat pada masa awal remaja, tetapi lebih menonjol

    pada masa remaja akhir (Hurlock, 1980).

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    25/82

    10

    Status emosional remaja juga masih labil, antara perilaku yang sudah

    matang dengan perilaku seperti anak-anak. Akibat emosi yang mudah

    berubah ini, remaja sering dijuluki sebagai orang yang tidak stabil, tidak 

    konsisten dan sulit diterka (Wong, 2008).

    Perkembangan psikososial remaja yang masih mencari identitas diri serta

    emosi yang belum stabil ini apabila tidak didukung oleh pengetahuan dan

    kontol dari orangtua serta lingkungan, maka remaja dapat mengarah ke

    perilaku yang berisiko.

    2.1.3 Perkembangan Kognitif 

    Pada masa ini pemikiran remaja tidak hanya dibatasi pada hal-hal yang

    konkret dan aktual saja. Mereka dapat membayangkan suatu rangkaian

    peristiwa yang mungkin terjadi dan akibatnya. Pikiran mereka dapat

    dipengaruhi oleh prinsip-prinsip logis, dan tidak hanya persepsi atau

    pengalaman mereka sendiri. Remaja juga mampu berpikir tentang

    kemungkinan yang dipikirkan oleh orang lain. Mereka ingin tahu apa

    pendapat orang lain tentang dirinya. Kemampuan mereka untuk 

    membayangkan dan menginterpretasikan apa yang dipikirkan orang lain

    semakin meningkat (Wong, 2008).

    Menurut Jean Piaget (Dacey & Maureen, 1997; dalam Sumiati, 2009)

    merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap perkembangan

    kognitif remaja, yang disebut The Formal Operation Stage, terbagi

    menjadi dua yaitu:

    a. The Early Formal Operantion Stage (11-14 tahun)Pada tahap pertama ini remaja awal sudah dapat berfikir secara

    abstrak, mereka mampu menggambarkan realitas melalui simbol-

    simbol, dapat berfikir dengan logis. Pada periode ini untuk pertama

    kalinya mereka dapat menganalisis apa yang mereka pikirkan.

    Kadang mereka menyadari apa yang mereka kerjakan dan

    mengatakan alasan yang mereka pikirkan dan dapat menjelaskan

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    26/82

    11

    motivasinya. Pada masa ini remaja diajar untuk mencoba

    memecahkan masalahnya.

    b. The Late Operation Stage (15-19 tahun)

    Pada periode ini idealnya remaja sudah memiliki pola pikir sendiri

    dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan

    abstrak. Kemampuan berpikir remaja berkembang sehingga mereka

    dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan

    masalah beserta kemungkinan akibat dan hasilnya.

    2.2 Pendidikan Seks Pada Remaja

    Dalam menanggulangi masalah-masalah remaja, maka berbagai program

    pendidikan seks dan kesehatan reproduksi telah dilakukan. Adapun strategi

    program pendidikan seks yang komprehensip menurut Depkes RI (2005),

    memiliki empat tujuan, yaitu:

    a. Memberikan informasi yang akurat tentang aktifitas seksual manusia.

    b. Memberikan kesempatan bagi remaja untuk berkembang dan mengetahui

    nilai-nilai, sikap dan kepercayaan tentang seksualitas.

    c. Membantu remaja mengembangkan keterampilan membina hubungan dan

    kerterampilan interpersonal.

    d. Membantu remaja melatih merespon mengenai hubungan seks termasuk 

    pantangan seks, tekanan untuk terlibat seks masa remaja dan penggunaan

    kontrasepsi serta alat ukur kesehatan seks lainnya.

    Pada penelitian Nitirat (2007) tentang Perilaku Seksual Remaja Thailand danSekolah Berbasis Pendidikan Seks, menyatakan bahwa sekolah berbasis

    pendidikan seks, diakui sebagai strategi yang tepat untuk mengurangi perilaku

    seksual yang tidak sehat dan untuk mempromosikan kesehatan reproduksi remaja

    Thailand.

    Begitu pula dengan pendidikan seks harus diberikan di sekolah 53% menyatakan

    sangat setuju, sedangkan 47% menyatakan sekolah dan orang tua berbagi

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    27/82

    12

    tanggung jawab untuk menyiapkan anak dengan pendidikan kesehatn seksual

    (Sandra; et al, 2003).

    2.2.1 DAKU!

    Salah satu program pendidikan seks dan kesehatan reproduksi di sekolah adalah

    program DAKU! yang dikembangkan oleh WPF (World Population Foundation).

    DAKU! merupakan kependekan dari Dunia RemajaKu Seru adalah modul

    pelatihan berbasis teknologi yang membahas kesehatan seksual dan reproduksi,

    pencegahan AIDS sekaligus keterampilan komputer kreatif untuk siswa dan guru.

    Modul ini bertujuan untuk menjadikan kesehatan seksual dan reproduksi menjadi

    lebih nyata dan menarik bagi siswa di sekolah. Program DAKU! memberikan

    pendidikan seks yang unik di mana hak asasi manusia dan pendekatan positif 

    terhadap seksualitas menjadi titik awal pengembangan kompetensi sosial dan

    teknis remaja, seperti keterampilan bernegosiasi, penggunaan alat kontrasepsi,

    serta hak untuk menolak berhubungan seks.

    Secara keseluruhan tujuan dari program DAKU! ini adalah memberikan rasa

    percaya diri dan kendali pada siswa (remaja) terhadap kehidupannya dengan

    memberi dukungan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang

    lengkap.

    Adapun materi di program DAKU! adalah sebagai berikut:

    2.2.1.1 Semua berawal dari saya

    Pada komponen ini remaja dapat berperan menciptakan suasana yang

    nyaman untuk berkomunikasi secara terbuka dan mempunyai hak untuk 

    membuat keputusan bagi diri sendiri serta mengekspresikan diri, dan

    menjelaskan bagaimana hal ini akan berbeda-beda pada masing-masingindividu.

    Diharapkan remaja juga menyadari, mengetahui dan menghargai bahwa

    mereka adalah pribadi yang unik dan dapat merenungkan ciri

    kepribadian serta karakteristik dirinya.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    28/82

    13

    2.2.1.2 Perubahan Emosi

    Remaja mulai menyadari ada beberapa hal yang sedang berubah dalam

    proses menjadi dewasa, seperti perubahan fisik yang sangat menyolok.

    Tetapi ada hal yang lebih menarik, yaitu munculnya perubahan-

    perubahan dalam aspek emosi dalam diri remaja yang terkadang lebih

    menonjol dibandingkan dengan perubahan fisik. Pada perubahan emosi,

    remaja akan menemukan bahwa suasana hati berubah-ubah, kepedulian

    yang tiba-tiba terhadap tubuh sendiri, alasan bertengkar dengan orang

    tua atau orang dewasa, serta perasaan malu yang muncul tiba-tiba,

    perasaan pada saat menyukai lawan jenis. Sehingga biasanya muncul

     pertanyaan dalam diri remaja, “Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku

    suka menangis untuk hal kecil? Mengapa aku bertentangan dengan

    orangtua, padahal sebelumnya aku suka bila sedang bersama mereka?

    Tiba-tiba aku peduli dengan tubuhku, dan aku tidak ingin orang-orang

    melihatku!”

    Emosi adalah ungkapan perasaan seseorang, bukan hal yang negatif dan

    tidak identik dengan perasaan marah. Perasaan senang, susah, bahagia,

    kesal dan berbagai perasaan lainnya juga adalah emosi. Perubahan

    emosi pada masa remaja adalah wajar, karena pada masa ini banyak hal

    yang terjadi pada diri remaja dan sekelilingnya yang akan

    mempengaruhi emosi.

    2.2.1.3 Apakah Tubuhmu juga Berubah?

    Pada komponen ini remaja belajar perubahan fisik yang disebabkan

    pubertas pada remaja laki-laki dan perempuan, menyikapi perubahantubuh dan masalah kebersihan diri, serta menjaga kebugaran tubuh.

    Haid pertama sering digunakan sebagai kriteria kematangan seksual

    anak perempuan, tetapi ini bukanlah perubahan fisik pertama dan

    terakhir yang terjadi selama masa puber. Bila haid terjadi, organ-organ

    seks dan ciri-ciri seks sekunder semua sudah mulai berkembang, tetapi

    belum ada yang matang. Sedangkan pada anak laki-laki, kriteria yang

    dipakai adalah mimpi basah (Hurlock, 1980).

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    29/82

    14

    Banyak remaja yang tidak puas dengan perubahan fisiknya, karena

    mereka menganggap pentingnya penampilan untuk mendapat dukungan

    sosial, dan remaja sering menyalahkan penampilan sebagai penyebab

    kurang sesuainya dukungan yang mereka peroleh dengan apa yang

    mereka harapkan (Hurlock, 1980).

    Remaja yang melakukan latihan kebugaran dan olahraga biasanya

    merasa lebih nyaman dibandingkan yang tidak. Mereka cenderung lebih

    percaya diri dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman,

    mengindikasikan mereka menggunakan olahraga sebagai sarana

    sosialisasi (Papalia, et al., 2008).

    2.2.1.4 Pertemanan dan Hubungan lainnya

    Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai

    yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, yang

    bisa ia percayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak 

    dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru (Hurlock, 1980).

    Remaja dan orang tua menghabiskan lebih sedikit waktu untuk kegiatan

    bersama. Konflik keluarga paling sering terjadi pada awal masa remaja,

    ketika emosi negatif mencapai puncaknya, tetapi konflik semakin intens

    pada masa pertengahan masa remaja. Keluarga dan orang tua yang

    memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar tidak 

    berlebihan dan senantiasa memberi dukungan positif dapat membantu

    anak mengembangkan kontrol diri dan percara diri (Papalia, et al.,2008).

    Menurut Sarwono (2003), semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua

    terhadap anak remaja, semakin rendah kemungkinan perilaku

    menyimpang yang menimpa remaja. Karena itu, di samping komunikasi

    yang baik dengan remaja, orang tua juga perlu mengembangkan

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    30/82

    15

    kepercayaan pada remaja, sehingga remaja lebih terbuka dan mau

    bercerita dan orang tua dapat memastikan pergaulan anak remajanya.

    Remaja yang melewati perubahan fisik yang cepat mendapatkan

    kenyamanan dengan bersama orang lain yang juga sedang melewati

    perubahan yang sama. Kelompok teman sebaya merupakan sumber

    afeksi, simpati, pemahaman, dan panduan moral; tempat untuk 

    bereksperimen; dan independensi dari orang tua (Papalia, et al., 2008).

    Pada komponen ini remaja diharapkan dapat menghargai persahabatan

    dan tidak menyetujui sikap teman sebaya yang suka memaksa atau

    menekan orang lain.

    2.2.1.5 Gender (laki-laki dan perempuan)

    Gender adalah peran-peran yang diberikan kepada laki-laki dan

    perempuan oleh masyarakat tempat kita tinggal dan hidup. Peran-peran

    ini dapat berubah dan diubah, serta bukan merupakan kodrat bagi

    perempuan dan laki-laki.

    Peran laki-laki dan perempuan dewasa, serta remaja perempuan dan

    laki-laki, akan berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya.

    Berikut isu-isu gender di kalangan remaja:

    a) Anak laki-laki diajarkan untuk tidak menangis dan tidak 

    menunjukkan emosinya;

    b) Olahraga tinju hanya untuk laki-laki, balet untuk anak perempuan;

    c) Remaja laki-laki boleh ganti-ganti pacar, sedangkan remaja

    perempuan tidak boleh.d) Laki-laki dianggap wajar bila telah melakukan hubungan seksual

    sebelum menikah atau selingkuh (bila telah menikah), sementara

    perempuan harus tetap mempertahankan keperawanannya sampai

    ia menikah.

    e) Banyak laki-laki merasa lebih pintar dari perempuan. Padahal

    terbukti secara akademis laki-laki dan perempuan sama pintarnya.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    31/82

    16

    f) Hampir semua negara, perempuan mendapat upah yang lebih

    sedikit dari laki-laki, meskipun pekerjaan mereka sama.

    g) Laki-laki hanya diharapkan bertanggung jawab mencari uang bagi

    keluarganya, sementara perempuan diharapkan menjadi ibu rumah

    tangga yang menjaga dan mengasuh anak-anaknya.

    2.2.1.6 Perjuangkan Hakmu

    Ada 12 hak yang telah ditandatangani oleh hampir seluruh negara,

    termasuk Indonesia pada konferensi dunia mengenai penduduk dan

    pembangunan, tujuh diantaranya menyangkut kesehatan reproduksi

    remaja, yaitu:

    a) Hak menjadi diri sendiri

    Remaja bebas membuat keputusan sendiri, mengekspresikan diri,

    melihat seksualitas sebagai kekuatan yang positif, memiliki rasa

    aman, memilih menikah atau tidak menikah, dan merencanakan

    keluarga.

    b) Hak mendapatkan informasi

    Remaja berhak untuk mendapatkan informasi tentang seksualitas,

    alat kontrasepsi, Penyakit Menular Seksual, HIV/AIDS dan

    informasi lainnya yang akan membantu remaja dalam membuat

    keputusan sendiri terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi.

    c) Hak untuk sehat (atas kesehatan)

    Beberapa masalah kesehatan seksual dan reproduksi sepertiHIV/AIDS, dapat menyebabkan kematian. Akses terhadap

    informasi, keterampilan dan pelayanan berkualitas akan membantu

    remaja dalam pilihan yang terbaik sehingga dapat melindungi diri

    dan orang lain dari masalah-masalah ini.

    d) Hak untuk melindungi diri sendiri dan dilindungi

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    32/82

    17

    Remaja mempunyai hak untuk melindungi diri sendiri dari

    kehamilan yang tidak diinginkan, PMS/HIV, sunat perempuan,

    serta pelecehan dan kekerasan seksual.

    e) Hak untuk pelayanan kesehatan

    Remaja berhak mendapat pelayanan kesehatan yang menjamin

    kerahasiaan, terjangkau, dapat diakses, berkualitas serta

    menghargai klien mereka.

    f) Hak untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan

    Remaja berhak dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang

    berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksinya.

    g) Hak untuk berbagi informasi

    Remaja berhak untuk belajar tentang masalah-masalah kesehatan

    seksual dan reproduksi, serta berbagi informasi yang telah

    didapatkan dengan orang lain.

    2.2.1.7 Seksualitas dan cinta

    Kematangan seksual pada remaja menyebabkan munculnya minat

    seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. Mereka mencari

    informasi mengenai seks, baik melalui buku, film, atau gambar-gambar

    lain yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan

    remaja karena kurang terjalinnya komunikasi antara remaja dengan

    orang dewasa, baik orang tua maupun guru, dan masyarakat masihmenganggap tabu untuk membicarakan masalah seksual dalam

    kehidupan sehari-hari (Kusmiran, 2011).

    Apabila remaja mendapatkan informasi dari sumber yang kurang tepat,

    dikhawatirkan akan memunculkan perilaku remaja yang berisiko,

    seperti melakukan eksperimen ke lokalisasi pekerja seks komersial,

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    33/82

    18

    melakukan hubungan seks sebelum nikah dengan pasangan (pacar),

    melakukan oral seks, tanpa pertimbangan akibat dari perbuatannya.

    2.2.1.8 Kehamilan

    Seorang remaja dengan minimnya informasi tentang “bagaimana

    seseorang bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus

    kehamilan yang tidak diinginkan.

    Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup

    tinggi, karena alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan

    fungsinya.

    Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang

    terjadi karena suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan

    oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

    Efek KTD yang dirasakan oleh remaja dapat meliputi efek bio, psiko,

    sosial maupun spiritual. Efek yang dirasakan oleh remaja jauh lebih

    berat daripada yang dialami oleh golongan umur yang lebih tua. Hal itu

    terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan remaja belum optimal

    yang dapat menyebabkan remaja masih sangat bergantung dengan

    keluarganya (Widioningsih, 2011).

    2.2.1.9 Lindungi dirimu dari IMS dan HIV/AIDS

    IMS adalah Infeksi Menular Seksual yang ditularkan melalui kontak 

    seksual (hubungan seks). Infeksi ini ditularkan melalui kontak dengan

    cairan tubuh, seperti sperma, cairan vagina dan darah.

    Remaja cenderung lebih berisiko tertular IMS, termasuk HIV/AIDSkarena berbagai sebab. Seringkali hubungan seksual terjadi tanpa

    direncanakan atau tanpa diinginkan. Sehingga remaja tidak siap dengan

    kondom maupun kontrasepsi yang lain, dan mereka yang belum

    berpengalaman memakai kontrasepsi cenderung menggunakannya

    secara tidak benar (PATH, 2000).

    Kondom mencegah penularan IMS dan HIV bila digunakan secara

    benar dan konsisten serta efek sampingnya sangat kecil.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    34/82

    19

    2.2.1.10 HIV/AIDS – Kamu juga punya peran

    HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus

    yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS adalah

    singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrom, yang berarti

    kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang

    sifatnya diperoleh (bukan bawaan).

    Cara penularan HIV/AIDS, yaitu:

    a) Melalui hubungan seksual.

    Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum

    ditemukan. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah

    terkena HIV kepada pasangan seksual tanpa pengaman (kondom).

    b) Parental.

    Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah,

    atau penggunaan alat-alat yang sudah terkontaminasi darah, seperti

     jarum suntik, jarum tato, tindik, dan sebagainya.

    c) Perinatal.

    Penularan melalui ibu kepada anaknya. Ini terjadi saat anak masih

    berada dalam kandungan, ketika dalam proses lahir atau sesudah

    lahir.

    Salah satu strategi penanggulangan HIV/AIDS adalah menciptakanlingkungan yang kondusif, yaitu menghilangkan segala bentuk 

    diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.

    Menurut Harahap (2003), stigma seringkali menyebabkan terjadinya

    diskriminasi dan pada akhirnya mendorong munculnya pelanggaran hak 

    asasi manusia bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi

    menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan penyangkalan

    tentang HIV/AIDS seperti juga menyisihkan ODHA dan mereka yang

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    35/82

    20

    rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV/AIDS sering

    diasosiasikan dengan seks, penggunaan narkoba dan kematian, banyak 

    orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut terhadap penyakit

    ini di hampir seluruh lapisan masyarakat.

    2.2.1.11 Narkoba dan Dunia Remaja

    Narkotika adalah zat yang dapat menyebabkan penurunan atau

    perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

    ketergantungan. Misalnya: putaw (heroin), ganja dan kokain.

    Psikotropika adalah zat selain narkotika yang mempengaruhi susunan

    syaraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental

    dan perilaku. Misalnya: exstacy, shabu-shabu, LSD.

    Zat Adiktif adalah zat selain narkotika dan psikotropika yang

    menyebabkan ketergantungan.

    2.2.1.12 Cinta seharusnya tidak menyakiti

    Pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seks, kekerasan seksual, dan

    pemerkosaan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

    Remaja berhak untuk merasa nyaman dan aman dalam menjalani suatu

    hubungan.

    2.3 Kesehatan Reproduksi Remaja

    Pengertian kesehatan reproduksi yang telah diputuskan pada konferensi ICPD di

    Kairo pada tahun 1994 adalah suatu keadaan sejahtera secara menyeluruh baik 

    fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan dalamsemua hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan terhadap fungsi serta

    prosesnya. Sejak itu pula seksualitas, kesehatan reproduksi, keterampilan hidup

    dan perencanaan hidup semuanya telah diakui sebagai komponen dari pendidikan

    kesehatan reproduksi (UNFPA, 2003).

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    36/82

    21

    Berbagai risiko kesehatan reproduksi antara lain adalah:

    a. Kehamilan yang tidak diinginkan

    Di Indonesia, kehamilan di luar perkawinan sangat ditentang baik di

    kalangan orangtua, masyarakat atau agama. Bila seorang wanita yang

    hamil dan belum menikah, ada kecendrungan wanita tersebut berusaha

    melakukan aborsi untuk menghindari tekanan rasa malu dan celaan

    masyarakat. Menurut data SKRRI 2007, sebanyak 8 persen wanita (n =

    8.481) dan 6 persen pria (n = 10.830) mengaku mengetahui seseorang

    teman yang mereka kenal secara pribadi yang pernah mengalami

    kehamilan tidak diinginkan.

    b. Aborsi yang tidak aman

    Dengan status remaja yang belum menikah maka besar kemungkinan

    aborsi merupakan salah satu alternatif yang sering diambil oleh remaja.

    Larangan aborsi berakibat pula banyaknya aborsi tidak aman yang

    mengakibatkan kematian. Berdasarkan data BKKBN ada 2 juta kasus

    aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Menurut Yudi (2008)

    sedikitnya 700 ribu dilakukan oleh remaja atau wanita berusia di bawah 20

    tahun. Dan sebanyak 11,3% dari semua kasus aborsi di Indonesia

    dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan.

    c. IMS dan HIV/AIDS

    Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan

    terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan, terutama yang berkaitan

    dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk dari HIV/AIDS.Menurut data dari Subdit AIDS dan PMS Ditjen P2PL, Kemenkes:

    persentase kumulatif kasus AIDS sampai Maret 2011 untuk kelompok 

    umur 5-14 tahun adalah 0,8%, umur 15-19 tahun 3,1%, dan untuk 

    kelompok umur 20-29 tahun sebesar 47,2%. Hal ini kemungkinan

    disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Dari

    data Riskesdas 2010, penduduk berumur 15 tahun ke atas yang pernah

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    37/82

    22

    mendengar tentang HIV sebesar 57,5% dan pengetahuan komprehensif 

    tentang HIV sebesar 88,6% masih kurang.

    d. Female Genital Mutilation (FGM).

    Sunat pada perempuan merupakan praktek tradisional. Penelitian Zamroni

    (2011) dalam studi kualitatif yang menyatakan bahwa pelaksanaan sunat

    perempuan pada usia bayi merupakan adat istiadat yang dilakukan turun

    temurun dan bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM). Menurut

    WHO dalam Zamroni (2011) sunat perempuan termasuk bentuk 

    penyiksaan sehingga dimasukkan dalam salah satu bentuk kekerasan pada

    wanita dan sekaligus pelanggaran hak asasi manusia, walaupun dilakukan

    oleh tenaga medis.

    Menurut penelitian Kurniawan (2008), peran orang tua dalam

    menyampaikan kesehatan reproduksi 52,8% masih menjawab ragu-ragu,

    sedangkan guru sebanyak 79,1% juga menjawab ragu-ragu. Pengetahuan

    kesehatan reproduksi remaja yang paling utama adalah diperoleh dari

    informasi yang tepat dan akurat melalui orang tua dan guru.

    Untuk mencari pengetahuan tentang seks, ada remaja yang melakukannya

    secara terbuka, seperti ketika pacaran mereka mengekspresikan

    perasaannya dalam bentuk perilaku yang menuntut keintiman, berupa

    berciuman, bercumbu, dan lain-lain.

    2.4 Pengetahuan

    Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orangmengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap

    objek terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai

    menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

    persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

    mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    38/82

    23

    Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan

    sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

    pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

    pengetahuannya. Akan tetapi bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah

    mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan

    pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat

    diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu

    objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek 

    ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek 

    yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek 

    tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh

    Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

    pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

    Peningkatan aktifitas seksual pada remaja, tidak diiringi dengan peningkatan

    pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS,

    penyakit menular (PMS) dan alat-alat kontrasepsi (Suryoputro; J.Ford;

    Shaluhiyah; 2004).

    Penelitian WHO menunjukkan kurangnya pengetahuan remaja tentang masa

    subur, dapat terlihat pada pengetahuan mereka tentang risiko kehamilan.

    Sebanyak 19,2% remaja menyatakan bahwa perempuan yang melakukan

    hubungan seksual sebelum mengalami menstruasi bisa hamil, dan sebanyak 8,8%

    remaja yang mendengar istilah masa subur menyatakan bahwa perempuan tidak 

    bisa hamil bila melakukan hubungan seksual pada masa subur (PKBI dalamKurniawan, 2008).

    Penelitian Mohammadi et.all (Reproductive Knowledge, Attitudes an Behavior 

     Among Adolescent Males in Tehran, Iran 2006), sekitar 44% mengetahui bahwa

    wanita bisa hamil saat hubungan seksual pertama kali. Begitu pula dengan

    penelitian Adeokun, Ricketts, Ajuwon dan Ladipo (Sexual and Reproductive

     Health Knowledge, Behavior and Education Needs of In-School Adolescent in

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    39/82

    24

     Northern Nigeria), menyatakan bahwa 47% siswa percaya perempuan bisa hamil

    saat hubungan seksual pertama kali.

    Menurut SKRRI 2007, 54% yang berpendapat bahwa seorang perempuan dapat

    hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seksual.

    Kurangnya pengetahuan remaja ini perlu mendapatkan perhatian karena hubungan

    seksual antara laki-laki dan perempuan tetap mempunyai risiko untuk hamil.

    Infeksi menular seksual memerlukan deteksi dini yang terus menerus karena

    merupakan salah satu pintu untuk memudahkan terjadinya penularan HIV.

    Pengetahuan tentang IMS dan HIV/AIDS pada penelitian Adeokun, Ricketts,

    Ajuwon dan Ladipo menyatakan bahwa 87,1% siswa tahu tentang HIV dan IMS.

    Hal ini juga terlihat pada penelitian Gokengin, et.all (Sexual Knowledge, Attitude

    and Risk Behavior of Students in Turkey, 2003), bahwa 96,3% siswa tahu tentang

    HIV dan 66% tahu tentang IMS. Sedangkan penelitian Bankole, Biddlecom,

    Guiella, Singh, dan Zulu (Sexual Behavior, Knowlegde and Information Source of 

    Very Young Adolescents in Four Sub-Saharan African Countries), memiliki

    pengetahuan tentang HIV di Burkina Faso 77,2%; Ghana 94,1%; Malawi 91,5%;

    Uganda 98,2%. Sedangkan menurut SKRRI 2007, remaja yang pernah mendengar

    tentang AIDS sebesar 84% wanita dan 77% pria. Remaja wanita (67%) dan pria

    (89%) menyebutkan Syphillis, 33% wanita dan 19% pria menyebutkan Gonorrhoe

    sebagai penyakit menular seksual.

    2.4.1 Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk 

    terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup di dalam domainkognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu:

    2.4.1.1 Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan

    yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”

    merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    40/82

    25

    2.4.1.2 Memahami (Comprehension)

    Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat mengintrepertasikan

    secara benar. Individu yang telah paham terhadap objek atau materi, dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap

    suatu objek yang dipelajari.

    2.4.1.3 Aplikasi ( Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini

    dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode

    dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

    2.4.1.4 Analisis ( Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

    objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

    organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    2.4.1.5 Sintesis (Synthesis)

    Sintesis yang dimaksud meninjukkan pada suatu kemampuan untuk 

    melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

    keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

    untuk menyususn formulasi baru dari formulasi yang ada.

    2.4.1.6 Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

    berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

    kriteria-kriteria yang telah ada.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    41/82

    26

    2.4.2 Proses Perilaku “Tahu”

    Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), sebelum

    seseorang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses

    yang berurutan, yaitu:

    2.4.2.1 Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

    2.4.2.2 Interest (merasa tertarik), di mana individu mulai menaruh perhatian dan

    tertarik pada stimulus.

    2.4.2.3 Evaluation (menimbang-nimbang), individu akan mempertimbangkan baik 

    buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti

    sikap responden sudah lebih baik lagi.

    2.4.2.4 Trial, di mana individu mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

    apa yang dikehendaki oleh stimulus.

    2.4.2.5 Adoption, di mana individu telah berperilaku batu sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    2.4.3.1 Faktor Internal

    a. Pendidikan

    Konsep dasar pendidikan suatu proses belajar yang berarti di dalam

    pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

    perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang

    pada diri individu, kelompok, masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

    Pendidikan yang didapat remaja di tempat formal dan non formal akan

    membawa perubahan pada diri remaja untuk menjadi lebih baik danmenghindari perilaku yang berisiko.

    Dalam Health Canada (2003) yang dikutip oleh McKay, Alexander

    (2004), sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal untuk 

    memiliki kontak atau hubungan dengan setiap individu, baik mereka

    dalam kategori anak-anak, remaja, dewasa muda dengan pengetahuan

    dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan sesuatu dan

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    42/82

    27

    bertindak berdasarkan keputusan yang menyangkut kesehatan seksual

    sepanjang hidup mereka.

    Begitu pula dengan penelitian Nitirat (2007), yang menyatakan bahwa

    sekolah yang berbasis sex education diakui sebagai strategi yang tepat

    untuk mengurangi perilaku seksual yang tidak sehat dan untuk 

    mempromosikan kesehatan reproduksi remaja.

    b. Umur

    Menurut Hurlock (1998) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010),

    semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan

    lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

    2.4.3.2 Faktor Eksternal

    a. Lingkungan dan Sosial

    Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan tempat tinggal

    remaja, yaitu orang tua dan lingkungan teman sebaya. Apabila orang

    tua tidak memberi tahu tentang pendidikan seks atau menekan rasa

    ingin tahu remaja tentang seksualitas dan menghindari pembahasan

    masalah tersebut, informasi seksual yang diterima remaja

    kemungkinan diperoleh seluruhnya dari teman sebaya. Jika teman

    sebaya merupakan satu-satunya sumber informasi mengenai seks,

    informasi tersebut akan diberikan dan disampaikan dalam percakapan

    rahasia serta mengandung banyak informasi yang salah (Wong, 2008).

    Penelitian yang dilakukan Iryanti (2011) menyatakan bahwa temansebaya dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap

    kesehatan reproduksi dengan nilai P value 0,000.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    43/82

    28

    2.4 Sikap

    Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, berpersepsi dalam menghadapi

    objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan

    kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap

    (Sobur, 2009).

    Sikap juga merupakan disposisi untuk merespon baik atau yang tidak baik ke

    beberapa orang, sesuatu, acara, tempat, gagasan atau situasi. Sikap memiliki

    komponen kepercayaan, komponen emosional, dan komponen tindakan.

    Komponen keyakinan terdiri dari apa yang dipikirkan seseorang atau percaya

    terhadap obyek sikap. Komponen emosional juga terdiri dari perasaan sesorang

    terhadap objek sikap, sedangkan komponen tindakan dilihat dari bagaimana

    seseorang untuk cenderung bertindak terhadap suatu objek (Zanna & Rampel,

    1988; Coon, 1996 dalam Frimpong, 2006).

    Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), sikap dapat dipelajari

    berdasarkan pengetahuan, berfikir, keyakinan yang akan menjadi suatu kebiasaan

    melalui proses belajar, menjalani proses sosialisasi, imitasi serta mengacu kepada

    pembentukan adaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan reaksi

    atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

    Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

    terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

    adanya kesesuaian reaksi terhadap objek.

    Sikap remaja dalam memandang hubungan seks di luar nikah dapat dilihat daribeberapa penelitian. Mohammadi, et al dalam penelitiannya (Reproduvtive

    Knowledge, Attitudes and Behavior Among Adolescent Males in Tehran, Turkey)

    menyatakan bahwa 27,5% setuju remaja yang belum menikah boleh melakukan

    hubungan seksual. Dalam SKRRI 2007 menyebutkan sebanyak 1% wanita dan

    5% pria menyetujui adanya hubungan seksual sebelum menikah bagi wanita.

    Sedangkan yang menyetujui pria melakukan hubungan seksual sebelum menikah,

    sebanyak 2% dari wanita dan 8 % dari pria.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    44/82

    29

    Penelitian yang dilakukan oleh Darwinsyah tentang survey remaja di Jawa Barat,

    Jawa Tengah dan Lampung dalam Widyastuti (2008) menyatakan bahwa ada

    2,2% responden laki-laki dan 1% responden perempuan setuju melakukan

    hubungan seksual sebelum menikah.

    Dalam penelitan Husodo dan Widagdo (2008) menyatakan setelah mendapatkan

    penyuluhan kesehatan reproduksi pada konselor SMP menunjukkan adanya

    peningkatan sikap yang mendukung terhadap kesehatan reproduksi sebanyak 93%

    dengan p value 0,003. Begitu pula dengan penelitian Suryoputro, Ford dan

    Shaluhiyah (2004), menyatakan bahwa lebih dari 75% setuju terhadap layanan

    kesehatan seksual dan sikap responden terhadap aborsi 75% tidak setuju.

    2.4.1 Tingkatan Sikap

    Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yang terdiri dari:

    2.4.1.1 Menerima ( Receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan (objek).

    2.4.1.2 Merespons ( Responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

    tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

    usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

    terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima

    ide tersebut.

    2.4.1.3 Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan oranglain terhadap suatu masalah.

    2.4.1.4 Bertanggung jawab ( Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

    segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    45/82

    30

    Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung

    dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu

    objek.

    2.4.2 Komponen Sikap

    Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo (2003) menjelaskan

    bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

    a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

    b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

    c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total

    attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan

    dan emosi memegang peranan penting.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    46/82

    31

    BAB 3

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

    DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Konsep

    Berdasarkan teori maka kerangka konsep penelitian ini ingin melihat bagaimana

    gambaran pengetahuan dan sikap remaja yang mendapat program DAKU! dan

    yang tidak mendapat program DAKU!.

    Dalam penelitian ini DAKU! adalah variabel independen dan variabel

    dependennya adalah pengetahuan dan sikap.

    Gambar 2. Kerangka Konsep

    DAKU!

    • Ya

    • Tidak 

    Pengetahuan

    Sikap

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    47/82

    32

    3.2 Definisi Operasional

    Variabel Definisi

    Operasional

    Alat Ukur Cara

    Ukur

    Hasil Ukur Skala

    Ukur

    DAKU! Modul pelatihan

    berbasis teknologi

    yang membahas

    kesehatan seksual dan

    reproduksi,

    pencegahan HIV-AIDS sekaligus

    keterampilan komputer

    kreatif untuk siswa dan

    guru

    Kuesioner Mengisi

    kuesioner

    1: Tidak 

    2: Ya

    Ordinal

    Pengetahuan

    remaja

    Pemahaman responden

    terhadap kesehatan

    reproduksi, NAPZA,

    HIV-AIDS

    Kuesioner Mengisi

    kuesioner

    no. 3

    sampai 21

    1: < mean

    2: ≥ mean

    Ordinal

    Sikap remaja Tanggapan responden

    tentang kesehatan

    reproduksi yang

    dinyatakan dalam

    bentuk persetujuan.

    Kuesioner Mengisi

    kuesioner

    no. 22

    sampai 32

    1: Sikap

    negatif bila

    skor < mean

    2: Sikap

    positif bila

    skor ≥ mean

    Ordinal

    31

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    48/82

    33

    3.3 Hipotesis

    3.3.1 Ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antararemaja yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program

    DAKU!.

    3.3.2 Ada perbedaan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara remaja

    yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program

    DAKU!.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    49/82

    34

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross

    sectional. Desain cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

    dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, variabel sebab atau

    risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di ukur atau

    dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Pengumpulan data

    untuk variabel sebab (independen) maupun variabel akibat (dependen) dilakukan

    secara bersama-sama atau sekaligus (Notoatmodjo, 2005).

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja

    yang mendapat program DAKU! dengan yang tidak mendapat program DAKU! di

    kota Singkawang.

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di SMUN 3 dan SMUN 9 Singkawang, Propinsi Kalimantan

    Barat pada bulan April sampai Mei 2012.

    4.3 Populasi dan Sampel

    4.3.1 Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMUN di kota

    Singkawang.

    4.3.2 SampelSampel adalah sebagian dari yang mewakili populasi (Hastono, 2006).

    Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

    pengujian hipotesis dua proporsi (Ariawan, 1998), sebagai berikut:

    = 1 − 2   2   (1 −   ) + 1 − 1(1 − 1) + 2(1 − 2)

    (   1 − 2)

    34

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    50/82

    35

    n = jumlah sampel

    1 − 2 = derajat kemaknaan pada 95% (1,96)

    1 − = kekuatan uji pada 80% (0,84)

    P1 = estimasi proporsi pada kelompok 1P2 = estimasi proporsi pada kelompok 2

    P = rata-rata dari proporsi kelompok pertama dan kedua

    Tabel 4.1

    Besar sampel minimal dari variabel yang berhubungan dengan

    pengetahuan dan sikap berbagai sumber penelitian

    No VariabelP1

    %

    P2

    % N Sumber

    1. Pengetahuan 80,7 35 18 Supriatiningsih, 2003

    2. Sikap 49 26 69 Nadirahilah, 2011

    Jadi :

    = 1,96 2 ∗ 0,37(1 − 0,37) + 0,84 0,49(1 − 0,49) + 0,26(1 − 0,26)

    (0,49 − 0,26)

    n = 69

    Dari rumus di atas didapatkan hasil sampel minimal 69 untuk masing-

    masing kelompok, sehingga besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk 

    penelitian adalah 138 orang, dan ditambah 10% (14 orang). Sehingga

     jumlah sampel keseluruhan adalah 152 orang (76 orang untuk masing-

    masing sekolah).

    Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak 

    sederhana (simple random sampling) dengan mengundi seluruh SMUN

    yang ada. Hasil yang didapat adalah SMUN 3 (sekolah DAKU!) dan

    SMUN 9 (sekolah non DAKU!).

    Di SMUN 3 program DAKU! sudah diberikan dari kelas X sampai kelas

    XII dan masuk dalam mata pelajaran. Sedangkan untuk SMUN 9 semua

    siswa belum mendapat program DAKU!.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    51/82

    36

    Kriteria inklusinya adalah siswa yang bersedia dan yang hadir pada saat

    pengisian kuesioner serta seluruh siswa kelas XI.

    Setelah diketahui jumlah sampel masing-masing sekolah, maka langkah

    selanjutnya adalah pengambilan sampel dengan cara acak sistematis, yaitu

    membagi jumlah siswa dengan jumlah sampel yang diinginkan. Sebagai

    contoh pengambilan sampel di SMUN 3, di mana jumlah siswa kelas XI

    122 orang, sedangkan sampel yang diinginkan 76 orang, maka intervalnya

    122 : 76 = 1,6 atau 2. Sehingga didapat sampel selanjutnya setiap interval

    2. Untuk menentukan sampel yang pertama maka dapat digunakan atau

    dilihat dari absen siswa.

    4.4 Pengumpulan Data

    4.4.1 Persiapan

    Mempersiapkan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi

    pertanyaan dan pernyataan pengetahuan dan sikap remaja terhadap

    kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. Kemudian melakukan uji

    validitas terhadap 30 responden, yang menghasilkan dari 20 pertanyaan

    pengetahuan diperoleh 19 pertanyaan yang valid dengan Cronbachs Alpha

    0,974.

    Dan dari 15 pernyataan sikap diperoleh 10 pernyataan yang valid. Setelah

    dilakukan proses validitas, maka pertanyaan dan pernyataan tersebut diuji

    terhadap reliabilitasnya dan hasilnya reliabel dengan Cronbachs Alpha

    0,693 sehingga dapat dipergunakan pada penelitian ini.

    4.4.2 Pelaksanaan

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

    Pengumpulannya dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan

    responden mengisi kuesioner secara bersama-sama dalam satu hari dengan

    pengawasan dari peneliti, dengan terlebih dahulu mengisi lembar

    persetujuan bersedia menjadi objek penelitian.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    52/82

    37

    4.5 Pengolahan Data

    Setelah data terkumpul selanjutya dilakukan pengolahan data secara manual

    dan menggunakan SPSS. Adapun pengolahan dan analisa data melalui tahap

    sebagai berikut:

    4.5.1 Editing

    Melakukan pengeditan data atau memeriksa dan memastikan data yang

    telah diperoleh telah terisi dengan baik seperti kelengkapan jawaban,

    kesalahan penulisan, dan konsistensi pada setiap jawaban kuesioner.

    4.5.2 Coding

    Data yang diperoleh dari hasil pembagian kuesioner diberi kode sebelum

    diolah tujuannya untuk memudahkan masuk ke komputer.

    4.5.3 Entry

    Memasukkan data-data yang sudah dikumpulkan ke dalam program

    komputer dengan menggunakan software SPSS untuk proses analisis.

    4.5.4 Cleaning

    Pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau

    tidak. Pengecekan ini berguna untuk mengetahui apakah ada data yang

    tidak konsisten, variasi data dan missing data.

    4.5.5 Scoring

    Pemberian skor dilakukan untuk memberikan bobot pada masing-masing

    pertanyaan sehingga memudahkan dalam pengolahan data. Untuk variabel

    pengetahuan, pernyataan positif jawaban benar diberi skor 1, salah dan tidak tahu

    diberi skor 0. Begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban salah

    diberi skor 1, benar dan tidak tahu diberi skor 0. Sedangkan variabel sikap, untuk 

    pernyataan positif jika sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragudiberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1,

    sementara untuk pernyataan negatif sebaliknya.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    53/82

    38

    4.6 Analisis Data

    4.6.1 Analisis Univariat

    Analisa ini digunakan hanya untuk memperoleh distribusi gambaran dari

    masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun

    variabel independen.

    4.6.2 Analisis Bivariat

    Analisa ini dilakukan untuk membuktikan adanya perbedaan pengetahuan

    dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dari sekolah yang

    mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program DAKU!

    dengan uji Chi Square.

    4.6.2.1 Uji Chi Square

    Digunakan signifikansi  pada derajat penolakan α = 5% (p≤0,05).

    Untuk menguji kemaknaan , digunakan batas kemaknaan sebesar 5%

    (α = 0,05).

    a. Hasil uji diketahui ada hubungan/perbedaan bermakna bila

    nilai p ≤ α (p≤0,05).

    b. Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan/perbedaan bermakna bila

    nilai p > α (p>0,05).

    4.6.2.2 Odds Ratio (OR)

    Untuk mengetahui derajat hubungan dan membandingkan kelompok 

    yang terpapar dan kelompok yang tidak terpapar.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    54/82

    39

    BAB 5

    HASIL PENELITIAN

    Hasil analisis yang disajikan dalam Bab 5 merupakan data kuantitatif yang

    didapatkan dari hasil pengisian kuesioner di dua SLTA. Data kuantitatif disajikan

    dalam dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

    5.1 Analisis Univariat

    Analisis Univariat merupakan gambaran mengenai distribusi responden yang

    diteliti, yaitu yang mendapat program DAKU! dan yang tidak sebagai variabel

    independen sedangkan pengetahuan dan sikap sebagai variabel dependen.

    5.1.1 Pengetahuan

    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi

    digunakan 19 pertanyaan, di mana bobot nilai dari masing-masing pertanyaan

    adalah 1. Distribusi responden sekolah DAKU! 18 pertanyaan dijawab dengan

    benar (>75,0%), dan 1 pertanyaan yang dijawab benar (67,1%) oleh responden

    tentang perempuan wajib disunat.

    Sedangkan distribusi responden sekolah non DAKU! 15 pertanyaan dijawab

    dengan benar (>75,0%) dan ada 4 pertanyaan yang sedikit dijawab benar (6,6%)

    tentang perempuan wajib disunat, perempuan dapat hamil walau hanya sekali

    melakukan hubungan seksual 51,3%; HIV tidak dapat ditularkan dengan cara

    makan sepiring dengan orang yang telah tertular HIV 59,2%; bisa tertular HIV

    apabila memeluk ODHA 56,6%.

    Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    55/82

    40

    Tabel 5.1

    Gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

    di kota Singkawang tahun 2012

    No Pertanyaan Jawaban yang benar

    Sekolah

    DAKU!

    (n = 76)

    Sekolah non

    DAKU!

    (n = 76)

    frek % frek %

    1. Remaja mengalami perubahan emosi yang menyebabkan

    suasana hati berubah-ubah.

    76 100 76 100

    2. Perempuan wajib disunat.

    (perempuan tidak wajib disunat)

    51 67,1 5 6,6

    3. Seorang perempuan dapat hamil, walau hanya sekalimelakukan hubungan seksual.

    66 86,8 39 51,3

    4. Seorang perempuan yang sudah menstruasi dan pria yang

    sudah mengalami mimpi basah, apabila melakukan

    hubungan seksual dapat terjadi kehamilan.

    75 98,7 69 90,8

    5. Pertemuan sel sperma dan sel telur disebut pembuahan. 76 100 74 97,4

    6. Alat kontrasepsi adalah untuk mencegah terjadinya

    kehamilan.

    75 98,7 70 92,1

    7. Kondom merupakan alat kontrasepsi pria untuk 

    mencegah kehamilan.

    73 96,1 72 94,7

    8. Kondom dapat dipakai ulang. 73 96,1 74 97,4

    9. Perempuan harus minum pil KB setiap hari agar efektif mencegah kehamilan.

    63 82,9 57 75,0

    10. NAPZA adalah kependekan dari narkotika, psikotropika

    dan zat adiktif.

    75 98,7 73 96,1

    11. Obat-obatan seperti ganja, shabu-shabu, putau, apabiladikonsumsi bisa memberi efek berfantasi, perasaan

    senang.

    72 94,7 72 94,7

    12. Pemakai narkoba suntik yang bergantian, mempunyai

    risiko tertular penyakit Hepatitis dan HIV.

    76 100 75 98,7

    13. Risiko yang dapat terjadi apabila melakukan hubungan

    seksual bebas adalah tertular IMS, HIV dan kehamilan

    yang tidak diinginkan.

    76 100 76 100

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    56/82

    41

    No Pertanyaan Jawaban yang benar

    Sekolah

    DAKU!

    (n = 76)

    Sekolah non

    DAKU!

    (n = 76)

    frek % frek %

    14. Jika laki-laki tertular IMS, gejalanya adalah keluar nanah

    dari alat kelamin dan berbau, bila kencing terasa nyeri,

    terdapat bengkak dan bisul pada alat kelamin.

    75 98,7 76 100

    15. Jika perempuan tertular IMS, gejalanya adalah keputihan

    yang berbau, gatal, kemerahan dan bisul pada alat

    kelamin.

    75 98,7 73 96,1

    16. HIV dapat masuk ke tubuh melalui penggunaan jarum

    suntik yang tidak steril.

    75 98,7 75 98,7

    17. HIV tidak dapat ditularkan dengan cara makan sepiring

    dengan orang yang telah tertular HIV/AIDS.

    62 81,6 45 59,2

    18. Saya bisa tertular HIV apabila memeluk ODHA (orang

    dengan HIV/AIDS)(saya tidak bisa tertular apabila memeluk ODHA)

    69 90,8 43 56,6

    19. HIV dapat ditularkan dari seorang ibu hamil yang sudah

    tertular HIV ke anak yang dikandungnya.

    72 94,7 72 94,7

    Total 76 76

    Setelah mendapat hasil distribusi frekwensi dari pertanyaan pengetahuan, maka

    hasilnya di beri skor untuk kemudian dikategorikan.

    Untuk pernyataan positif jawaban benar diberi skor 1, salah dan tidak tahu diberi

    skor 0. Begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban salah diberi skor

    1, benar dan tidak tahu diberi skor 0.

    Untuk mengetahui distribusi data tersebut normal atau tidak, maka dapat dilihat

    dari grafik histogram dan kurve normal di bawah ini.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    57/82

    42

    Gambar 5.1

    Grafik histogram dan kurve normal

     _ 

    Dari tampilan grafik di atas dapat dilihat bahwa distribusi variabel pengetahuan

    berbentuk normal.

    Selanjutnya untuk distribusi responden dan pengkategorian variabel pengetahuan

    tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 5.2

    Distribusi pengetahuan dan pengkategorian

    Variabel Mean Median SD Min-max Kategori

    Pengetahuan

    Skor 0-19

    16,98 17,00 1,584 12 – 19 ≥ mean

    < mean

    Hasil analisis didapatkan nilai rata-rata untuk pengetahuan responden adalah

    16,98, dengan standar deviasi 1,584. Skor nilai pengetahuan terendah 12 dan nilai

    tertinggi 19.

    Berikut adalah tabel distribusi responden menurut pengetahuan tentang kesehatan

    reproduksi yang telah dikategorikan.

    201816141210

    Tingkat pengetahuan

    50

    40

    30

    20

    10

    0

           F     r     e     q     u     e     n     c     y

    Mean = 16.98

    Std. Dev. =

    1.584

    N = 152

    Histogram

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    58/82

    43

    Tabel 5.3

    Distribusi responden menurut pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

    di kota Singkawang tahun 2012

    Pengetahuan Sekolah DAKU! Sekolah non DAKU!

    Frek % frek %

    ≥ mean

    < mean

    70

    6

    92,1

    7,9

    33

    43

    43,4

    56,6

    Total 76 100 76 100

    Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden sekolah DAKU!

    mempunyai pengetahuan ≥ mean sebanyak 92,1% dan yang mempunyai

    pengetahuan < mean sebanyak 7,9%. Sedangkan sekolah non DAKU!

    menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan ≥ mean sebanyak 

    43,4% dan responden yang mempunyai pengetahuan < mean sebanyak 56,6%.

    5.1.2 Sikap

    Untuk mengetahui sikap responden terhadap kesehatan reproduksi digunakan 10

    pertanyaan. Adapun pertanyaan tersebut ada yang positif dan ada yang negatif.

    Berikut distribusi jawaban responden tentang sikap terhadap kesehatan

    reproduksi.

  • 8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI

    59/82

    44

    Tabel 5.4

    Gambaran sikap asertif remaja terhadap kesehatan seksual

    dan stigma terhadap ODHA di kota Singkawang tahun 2012

    No Pertanyaan Sekolah DAKU!n=76

    Sekolah non DAKU!n=76

    S RR TS S RR TS

    f % F % f % f % f % f %

    1. Pada saat pacaran berpegangan

    tangan merupakan hal yang wajar.

    63 82,9 8 10,5 5 6.6 61 80,3 5 6,6 10 12,8

    2. Meraba-raba bagian tubuh adalah

    ungkapan kasih sayang.

    5 6,6 12 15,8 59 84,2 16 21 9 11,8 51 67,1

    3. Jika seorang laki-laki sedang

    ingin berhubungan seksual, maka

    pasangannya berhak untuk 

    menolaknya.

    70 92,1 5 6,6 1 1,3 57 75 5 6,6 14 18,4

    4. Akan lebih baik remaja seusia

    saya yang sudah mempunyai

    hubungan serius menundamelakukan hubungan seksual

    sampai menikah.

    76 100 0 0 0 0 68 89,3 1 1,3 7 9,2

    5. Saya yakin bahwa saya bisa

    berpacaran tanpa harusmelakukan hubungan seksual.

    75 98,7 0 0 1 1,3 65 85,5 9 11,8 2 2,6

    6. Menurut saya aborsi bisa

    dilakukan, yang penting ada

    persetujuan dari pihak yang

    terlibat dan dilakukan diam-diam.

    7 9,2 0 0 69 90,8 12 15,8 3 3,9 61 80,3

    7. Perempuan berhak atas tubuhnya

    sendiri, oleh karena itu aborsi

    seharusnya dilegalkan.

    3 3,9 1 1,3 72 94,7 46 60,6 8 10,5 22 28,9

    8. Saya rela melakukan apa saja

    terhadap pacar saya.

    4 5,2 3 3,9 69 90,8 12 15,8 6 7,9 58 76,3