latar belakang dari jurnal ui
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
1/82
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA
YANG MENDAPAT PROGRAM DAKU!
DAN YANG TIDAK TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJADI KOTA SINGKAWANG
TAHUN 2012
SKRIPSI
IMA FATMAWATI
1006820114
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATPROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS
DEPOK
JUNI 2012
Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
2/82
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAPREMAJA YANG MENDAPAT PROGRAM DAKU!
DAN YANG TIDAK TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA DI KOTA SINGKAWANG
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat pada Peminatan Kebidanan Komunitas di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
IMA FATMAWATI
1006820114
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS
DEPOKJUNI 2012
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
3/82
Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
4/82
Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
5/82
Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
6/82
Perbandingan tingkat..., Ima Fatmawati, FKM UI, 2012
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
7/82
ABSTRAK
Asiah
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kebidanan Komunitas
Perbandingan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Yang Mendapat
Program DAKU! dan Tidak Terhadap Kesehatan Reproduksi di Kota
Singkawang Tahun 2012
Viii, 59 hal + 10 tabel + 3 gambar + lampiran
Penelitian ini membandingkan tingkat pengetahuan dan sikap remaja di sekolah
DAKU! (76 responden) dengan sekolah non DAKU! (76 responden), dengan
menggunakan desain potong lintang. Pengambilan data dengan mengisi kuesioner.Hasil analisis bivariat menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja
dari sekolah DAKU! dengan sekolah non DAKU!.
Kata Kunci : Remaja, Pengetahuan, Sikap, DAKU!
ABSTRACT
Ima Fatmawati
Bachelor Of Public Health
Midwifery Community
Comparison Level Knowledge and Attitudes of Youth Program DAKU! and
Not Against the Reproductive Health in the Year 2012 Singkawang
Viii, 59 pages + 10 tables + 3 pictures + attachments
This study compared the level of knowledge and attitudes of young people in
school me! (76 respondents) with a non school me! (76 respondents), using cross-
sectional design. Retrieval of data by filling in a questionnaire. The results of
bivariate analysis showed no differences in knowledge and attitudes of adolescent
school DAKU! with non school DAKU!
Key words: Adolescent, Knowledge, Attitudes, DAKU!
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
8/82
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ima Fatmawati
Tempat Tanggal Lahir : Pemangkat, 14 Juli 1975
Pendidikan :
1. SDN 1 Singkawang 1980 - 1986
2. SMPN 1 Singkawang 1987 - 1990
3. SPK Depkes Singkawang 1990 - 1993
4. PPB RSAB Harapan Kita Jakarta 1993 - 19945. D3 Kebidanan Poltekes Pontianak 2006 - 2009
6. S 1 Kebidanan Komunitas FKM UI 2010 - 2012
Pekerjaan :
1. Bidan PTT di Kab. Sanggau 1994 - 1996
2. Bidan PTT di Kab. Sambas 1996 - 1999
3. PNS di RSUD Pemangkat di Kab. Sambas 2000 - 2006
4. PNS di Puskesmas Singkawang Utara 2006 - sekarang
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
9/82
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atasberkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu DR.dra. Rita Damayanti, MSPH, selaku dosen pembimbing dalam
menyusun skripsi ini, di samping kesibukan yang ada beliau masih
meluangkan waktunya untuk membimbing dengan sabar, mengarahkan dan
memberi semangat kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.
2. Bapak Ir. Ahmad Syafiq, MSc, PhD, selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan masukan.
3. Ibu drg. Ratna Kirana, MS, selaku dosen penguji yang telah memberikan
arahan dan masukan.
4. Kepala Dinas Pendidikan kota Singkawang yang telah memberi ijin untuk
melakukan penelitian ini.
5. Bapak Bachraini, S.Pd, selaku kepala SMA Negeri 3 Singkawang, yang telah
memberi ijin mengambil data untuk keperluan penelitian ini.
6. Bapak Mus'an, S.Pd, selaku kepala SMA Negeri 9 Singkawang, yang telah
memberi ijin mengambil data untuk keperluan penelitian ini.
7. Para staf dewan guru dari sekolah SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 9, yang
telah membantu dalam pengambilan data.
8. Suamiku tercinta Bosni, S.Sos dan anak-anakku tercinta dan tersayang Nur
Apriliani dan Muhammad Iqbal yang senantiasa memberikan dorongan, cinta,
semangat, kasih sayang dan doa tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi ini.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
10/82
9. Orangtuaku yang tersayang serta adik-adikku, yang senantiasa memberikan
dorongan dan doa yang tulus selama sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi ini.
10. Sahabat tercinta Henny Kurniasih, Herfia dan teman kost Asiah, Hasmini,
Heni, Widyo dan Amah yang telah membantu dan memberikan support
dalam kebersamaan.
11. Teman soulmate bimbingan Sulikah, kebersamaan dalam usaha dan do’a
untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman Peminatan Kebidanan Komunitas khususnya kelas B,
kebersamaan yang telah kita lalui dengan suka dan dukanya, yang akan
penulis rindukan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini banyak kekurangan, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin agar harapan yang diinginkan dari skripsi ini dapat tercapai dengan baik.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 5 Juli 2012
Penulis
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
11/82
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...................................... iiLEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............. v
ABSTRAK.............................................................................................. vi
ABSTRACT............................................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................ viii
KATA PENGANTAR............................................................................. ix
DAFTAR ISI........................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 5
1.3 Pertanyaan Penelitian........................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian.................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Remaja dan perkembangannya............................................ 8
2.1.1 Perubahan Biologis .................................................. 8
2.1.2 Perkembangan Psikososial dan Emosi...................... 9
2.1.3 Perkembangan Kognitif............................................ 9
2.2 Pendidikan Seks Pada Remaja............................................. 11
2.2.1 DAKU!...................................................................... 12
2.3 Kesehatan Reproduksi Remaja............................................ 20
2.3 Pengetahuan.......................................................................... 22
2.3.1 Tingkat Pengetahuan................................................. 24
2.3.2 Proses Perilaku Tahu................................................. 25
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhiPengetahuan............................................................... 26
2.4 Sikap.................................................................................... 27
2.4.1 Tingkatan Sikap......................................................... 28
2.4.2 Komponen Sikap....................................................... 29
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep................................................................ 31
3.2 Definisi Operasional................................................................ 32
3.3 Hipotesis.............................................................................. 33
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
12/82
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................ 34
4.1 Desain Penelitian................................................................. 34
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................... 34
4.3 Populasi dan Sampel........................................................... 34
4.3.1 Populasi................................................................... 344.3.2 Sampel..................................................................... 34
4.4 Pengumpulan Data............................................................. 36
4.4.1 Persiapan................................................................. 36
4.4.2 Pelaksanaan............................................................. 36
4.5 Pengolahan Data.................................................................. 37
4.6 Analisa Data........................................................................ 37
BAB 5 HASIL PENELITIAN............................................................. 39
5.1 Analisis Univariat............................................................... 39
5.2 Analisis Bivariat................................................................. 47
BAB 6 PEMBAHASAN........................................................................ 50
6.1 Keterbatasan Penelitian.................................................... 50
6.2 Analisis Pengetahuan........................................................ 50
6.3 Analisis Sikap.................................................................... 53
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan........................................................................... 55
7.2 Saran..................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
13/82
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................. 32Tabel 4.1 Besar Sampel Penelitian........................................................... 35
Tabel 5.1 Gambaran Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
di kota Singkawang................................................................. 40
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan dan Pengkategorian........................... 42
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi di Kota Singkawang............................ 43
Tabel 5.4 Gambaran Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi di Kota
Singkawang.............................................................................. 44
Tabel 5.5 Distribusi Sikap dan Pengkategorian....................................... 46
Tabel 5.6 Distribusi Sikap Responden terhadap Kesehatan Reproduksi
di Kota Singkawang.................................................................. 47Tabel 5.7 Hubungan antara program DAKU! dengan Tingkat
Pengetahuan.............................................................................. 48
Tabel 5.8 Hubungan antara program DAKU! dengan Tingkat
Sikap......................................................................................... 49
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
14/82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Kerangka Konsep...................................................... 27
Gambar 5.1 Grafik histogram dan kurve normal variabel
Pengetahuan.............................................................. 42
Gambar 5.1 Grafik histogram dan kurve normal variabel
Sikap......................................................................... 46
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
15/82
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian2. Surat ijin penelitian dari SMUN 3 Kota Singkawang
3. Surat ijin Penelitian dari SMUN 9 Kota Singkawang
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
16/82
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia sejak tahun 1996 telah memberikan perhatian yang serius
terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja. Modernisasi, globalisasi teknologi
dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi perubahan
perilaku kehidupan remaja yang kemudian berpengaruh pada perilaku kehidupan
kesehatan reproduksi mereka. Perubahan perilaku kesehatan reproduksi, jika tidak
ditangani dengan seksama akan berdampak pada penurunan kualitas keluarga di
kemudian hari.
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat
baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh
kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap, mempunyai sifat khas
yang sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan
tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa
didahului oleh pertimbangan yang matang. Keadaan ini seringkali mendatangkankonflik batin dalam dirinya. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi
konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin
harus menanggung akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan
fisik dan psikososial, yang mungkin harus ditanggung seumur hidupnya.
Dalam era globalisasi komunikasi dan informasi saat ini, remaja dapat dengan
mudah mengakses informasi dari berbagai belahan dunia dengan corak budaya
yang beraneka ragam, sehingga terbuka lebar peluang bagi remaja untuk
terkontaminasi informasi yang seringkali justru bertentangan atau bahkan bertolak
belakang dengan budaya masyarakat sendiri. Dalam kondisi tersebut tanpa
bimbingan dan pendampingan yang memadai remaja akan mudah terpengaruh
informasi yang menyesatkan dan terbawa arus pergaulan yang tidak sehat,
mengingat remaja belum mempunyai filter yang cukup kuat untuk menyaring
berbagai informasi yang diterimanya, juga belum mempunyai daya tangkal untuk
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
17/82
2
menepis dominasi lingkungan pergaulan, akibat kepribadian remaja yang masih
labil dan tingkat pengetahuan yang masih minim (Anonim, 2004).
Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dapat
mengakibatkan remaja terjebak dalam perilaku seksual berisiko yang memberikan
dampak terhadap kehidupan mereka, terutama kesehatan reproduksinya. Menikah,
hamil dan melahirkan di usia muda atau tertular penyakit seksual merupakan
dampak dari perilaku seksual remaja yang harus mereka terima.
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit
menular seksual (PMS), kekerasan seksual, dan oleh sistem yang membatasi akses
terhadap informasi dan pelayanan klinis. Hal ini juga dipengaruhi oleh gizi,
kesehatan psikologis, ekonomi dan ketidaksetaraan jender yang menyulitkan
remaja putri menghindari seks yang dipaksakan atau seks komersial.
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia di atas 20 tahun,
terutama di wilayah di mana pelayanan medis sangat langka atau tidak tersedia.
Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko
kematian (maternal mortality) dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-
25 tahun akibat persalinan lama dan persalinan macet, perdarahan maupun faktor
lain (WHO, 2000: Programming for Adolescent Health and Development ).
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi.
Seringkali pelajar yang hamil mencari pelayanan aborsi agar mereka tidak dikeluarkan dari sekolah. Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar
pada remaja putri dibandingkan pada wanita yang lebih tua. Remaja cenderung
menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan karena tidak dapat mengakses
pelayanan kesehatan, atau bahkan mungkin mereka tidak sadar atau tidak tahu
bahwa mereka hamil (PATH, 2000). Di Indonesia setiap tahun terdapat sekitar 2
juta kasus aborsi (BKKBN, 2009). Sedikitnya 700 ribu diantaranya dilakukan oleh
remaja dan perempuan yang berusia di bawah 20 tahun (Yudi, 2008).
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
18/82
3
Remaja cenderung lebih berisiko tertular PMS, termasuk HIV/AIDS karena
berbagai sebab. Seringkali hubungan seksual terjadi tanpa direncanakan atau
tanpa diinginkan. Walaupun hubungan seks dilakukan atas keinginan bersama,
namun seringkali remaja tidak merencanakan lebih dahulu sehingga tidak siap
dengan kondom maupun kontrasepsi lain, dan mereka yang belum berpengalaman
berKB cenderung menggunakan alat kontrasepsi tersebut secara tidak benar. Dan
remaja putri mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi dibandingkan wanita
dewasa karena belum matangnya sistem reproduksi mereka.
Data BPS 2011, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai sekitar 230 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang tinggi tersebut harus diimbangi dengan upaya peningkatan
kualitas penduduk. Salah satu upaya peningkatan kualitas hidup manusia dapat
dilakukan melalui upaya peningkatan kesehatan reproduksi. Kesehatan repoduksi
khususnya bagi remaja dan generasi muda akan meningkatkan indeks sumber
daya manusia di masa yang akan datang. Hal tersebut disebabkan karena jumlah
remaja yang berusia 15-19 tahun cukup besar yaitu tidak kurang dari 22,3 juta
jiwa dan usia 20-24 tahun 21,3 juta jiwa atau hampir 25% dari total penduduk
Indonesia. Dari data Statistik menyebutkan bahwa jumlah total penduduk propinsi
Kalimantan Barat tahun 2010 mencapai 18.475.220 jiwa. Dari jumlah tersebut
ternyata remaja umur 10-14 tahun mencapai 5%, umur 15-19 tahun mencapai
8,9% dan remaja umur 20-24 tahun mencapai 8%.
DKT Indonesia dalam penelitiannya mengenai perilaku seksual (2004)
menyatakan bahwa remaja mendapatkan informasi tentang seks dan kesehatanreproduksi yang paling banyak adalah dari teman (35%) dan film porno (22%).
Studi ini juga menyatakan bahwa sekolah, orang tua dan keluarga tidak
memainkan peran yang berarti dalam memberikan informasi kepada remaja
mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Dari hasil penelitian Perkumpulan
Keluarga Berencana (PKBI) pada tahun 2001 terhadap responden remaja
khususnya siswa SMU dan mahasiswa, yang dilaksanakan di lima kota yaitu:
Kupang (NTT), Palembang (Sum-Sel), Singkawang (Kal-Bar), Cirebon dan
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
19/82
4
Tasikmalaya (Ja-Bar) melibatkan 2.479 responden memiliki pengetahuan
kesehatan reproduksi yang tidak memadai, karena sumber pengetahuan mereka
hanya dari teman. Sedangkan sebanyak 72,77% memiliki pengetahuan memadai
mengenai cara penularan PMS terutama HIV/AIDS, sekitar 227 orang (16,46%)
responden mengaku pernah melakukan hubungan seks, yang melakukan dengan
pacar sebanyak 170 orang (78,89%) dan sebanyak 42,26% diantaranya melakukan
seks secara rutin 1-2 kali sebulan. Alasan responden melakukan hubungan seksual
pertama kali karena suka sama suka atau dilandasi cinta (68,7%), karena ingin
tahu rasanya (23,7%), melakukannya karena pengaruh obat (9,6%), melakukannya
karena terpaksa (6,1%) dan 6,1% lainnya melakukannya karena alasan ekonomi.
Di kota Singkawang jumlah penderita penyakit menular seksual (PMS) pada
tahun 2009 berjumlah 743 orang, sedangkan penderita HIV/AIDS 134 orang
dengan kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 17 orang (Data Klinik Mawar,
RSUD Abdul Azis Singkawang, 2010). Dari data ini dapat dilihat bahwa
penderita HIV/AIDS 12,7% adalah remaja. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
masalah kesehatan remaja perlu penanganan yang optimal.
Pendekatan yang bisa dilakukan diantaranya melalui institusi sekolah. Sebagai
institusi dalam pembentukan karakter siswa, sekolah juga diharapkan mampu
membangun komunikasi yang kondusif dengan siswa khususnya tentang
kesehatan reproduksi remaja.
Bagi remaja sekolah merupakan rumah kedua setelah tempat tinggal bersama
orang tuanya. Di sekolah yang berperan sebagai orang tua adalah guru yang juga
berperan sebagai pendidik. Sekolah juga menjadi penentu bagi para remaja yangsedang tumbuh dalam hal perkembangan kepribadiannya. Oleh karena itu
diperlukan peran yang sangat besar dari seorang guru sebagai pemberi informasi,
khususnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Melalui program DAKU! yang dikembangkan oleh WPF, memberikan pendidikan
kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi dengan keterampilan menggunakan
komputer. Hak asasi manusia dan pendekatan positif terhadap seksualitas menjadi
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
20/82
5
titik awal pengembangan kompetensi sosial dan teknis remaja, seperti
keterampilan bernegosiasi, penggunaan alat kontrasepsi, serta hak untuk menolak
berhubungan seks. Kompetensi tersebut diperlukan agar remaja mampu
mengambil keputusan yang didasarkan pada pengetahuan yang benar dan cukup.
Lingkungan aman karena menggunakan komputer yang dijalankan secara mandiri
oleh siswa, akan menyediakan proses pembelajaran interaktif, terutama ketika
mendiskusikan isu-isu sensitif. Stuktur pelajaran yang seragam dan sistematis
menjamin kualitas pembelajaran dari satu bab ke bab lainnya. Perpaduan antara
tulisan, gambar dan suara dalam tiap ajaran, dapat secara efektif membentuk
keselarasan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja dalam proses
pembelajaran sosial mereka.
DAKU! merupakan modul pelatihan berbasis teknologi yang membahas
kesehatan seksual dan reproduksi, pencegahan AIDS sekaligus keterampilan
komputer kreatif untuk siswa dan guru. Modul ini ditujukan untuk siswa sekolah
lanjutan, berusia 12-19 tahun, yang dapat diterapkan oleh sekolah yang memiliki
fasilitas komputer.
Tahun 2009 program DAKU! dikenalkan pada lima SLTA di kota Singkawang.
Dengan tujuan untuk memberi informasi penting tentang kesehatan reproduksi,
membimbing remaja menuju perilaku sehat dan bertanggung jawab,
mempromosikan keterampilan hidup yang berharga seperti komunikasi dan
keterampilan bernegosiasi dan ketegasan.
Mengingat pentingnya pendidikan seks dan kesehatan reproduksi remaja, maka
peneliti tertarik ingin mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentangkesehatan reproduksi di kota Singkawang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi antara remaja yang mendapat
program DAKU! dan yang tidak mendapat program DAKU! ?”
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
21/82
6
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi?
1.3.2 Bagaimana gambaran sikap remaja tentang kesehatan reproduksi?
1.3.3 Apakah ada perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
antara SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat
program DAKU!?
1.3.4 Apakah ada perbedaan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara
SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program
DAKU!?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi.
1.4.2 Untuk mengetahui gambaran sikap remaja tentang kesehatan reproduksi.
1.4.3 Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi antara SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak
mendapat program DAKU!.
1.4.4 Untuk mengetahui perbedaan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi
antara SLTA yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat
program DAKU!.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi sekolah tempat penelitian
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di sekolah .1.5.2 Bagi Dinas Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengembangan
kurikulum di SLTA dalam hal pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
di sekolah.
1.5.3 Bagi FKM
Mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang
kesehatan reproduksi melalui program DAKU! di kota Singkawang. Selain
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
22/82
7
itu dapat menambah kepustakaan dan tambahan wawasan ilmu kesehatan
reproduksi remaja.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang perbandingan pengetahuan kesehatan
reproduksi remaja di 2 SLTA Kota Singkawang dengan melihat pengetahuan dan
sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April – Mei 2012.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
23/82
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja dan Perkembangannya
Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja
(adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia
antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
menyebut kaum muda ( youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara
itu menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines
Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan terbagi tiga
tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan
remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi
kaum muda ( youth) yang mencakup usia 10 sampai 24 tahun.
Definisi remaja dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia 11-12 tahun sampai
20-21 tahun;
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
c. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami
perubahan – perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan moral,
diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Menurut Wong (2008), remaja adalah periode transisi antara anak-anak dan
dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, intelektual, psikologis dan emosional
yang sangat besar. Selama periode ini remaja mencapai kematangan fisik dan
seksual, mengembangkan kemampuan berargumentasi, dan membuat keputusan.
2.1.1 Perubahan Biologis
Perkembangan biologis pada remaja terdiri dari atas pertumbuhan fisik
dan perkembangan karakteristik seks primer dan sekunder. Pertumbuhan
fisik meliputi pertumbuhan Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)
yang sangat cepat. Perkembangan karakteristik adalah pertumbuhan terkait
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
24/82
9
organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduksi,
misalnya ovarium, uterus, payudara dan penis. Sedangkan perubahan
karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh
tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan
langsung dalam reproduksi, misalnya perubahan suara pada laki-laki dan
massa otot pada perempuan.
Terkait kematangan seks, pada remaja putri terjadi perubahan pada
payudara, pertumbuhan rambut pubis, penampakan rambut ketiak dan
menstruasi yang biasanya dimulai pada dua tahun setelah munculnya
tanda pertama pubertas. Sedangkan pada remaja putra terjadi perubahan
pembesaran testis, tumbuh rambut pubis, rambut ketiak, kumis, bulu pada
wajah dan bagian tubuh lainnya. (Wong, 2008).
Perubahan-perubahan tersebut di atas secara fisiologis timbul diawali
karena perubahan hormonal dalam tubuh remaja. Perubahan tersebut juga
yang menyebabkan pada usia remaja mulai tumbuh dorongan seksual
terhadap lawan jenis. Jika perubahan ini tidak diimbangi dengan
pengetahuan, kontrol dari orang tua dan lingkungan, maka dapat
mengarah ke perilaku berisiko.
2.1.2 Perkembangan Psikososial dan Emosi
Perkembangan psikososial remaja meliputi perkembangan identitas diri,
identitas kelompok, identitas peran seksual dan emosional. Krisis
perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas.Pada masa remaja, mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang
berbeda, unik dan terpisah dari yang lain.
Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi
biasanya terjadi lebih cepat pada masa awal remaja, tetapi lebih menonjol
pada masa remaja akhir (Hurlock, 1980).
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
25/82
10
Status emosional remaja juga masih labil, antara perilaku yang sudah
matang dengan perilaku seperti anak-anak. Akibat emosi yang mudah
berubah ini, remaja sering dijuluki sebagai orang yang tidak stabil, tidak
konsisten dan sulit diterka (Wong, 2008).
Perkembangan psikososial remaja yang masih mencari identitas diri serta
emosi yang belum stabil ini apabila tidak didukung oleh pengetahuan dan
kontol dari orangtua serta lingkungan, maka remaja dapat mengarah ke
perilaku yang berisiko.
2.1.3 Perkembangan Kognitif
Pada masa ini pemikiran remaja tidak hanya dibatasi pada hal-hal yang
konkret dan aktual saja. Mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjadi dan akibatnya. Pikiran mereka dapat
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip logis, dan tidak hanya persepsi atau
pengalaman mereka sendiri. Remaja juga mampu berpikir tentang
kemungkinan yang dipikirkan oleh orang lain. Mereka ingin tahu apa
pendapat orang lain tentang dirinya. Kemampuan mereka untuk
membayangkan dan menginterpretasikan apa yang dipikirkan orang lain
semakin meningkat (Wong, 2008).
Menurut Jean Piaget (Dacey & Maureen, 1997; dalam Sumiati, 2009)
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap perkembangan
kognitif remaja, yang disebut The Formal Operation Stage, terbagi
menjadi dua yaitu:
a. The Early Formal Operantion Stage (11-14 tahun)Pada tahap pertama ini remaja awal sudah dapat berfikir secara
abstrak, mereka mampu menggambarkan realitas melalui simbol-
simbol, dapat berfikir dengan logis. Pada periode ini untuk pertama
kalinya mereka dapat menganalisis apa yang mereka pikirkan.
Kadang mereka menyadari apa yang mereka kerjakan dan
mengatakan alasan yang mereka pikirkan dan dapat menjelaskan
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
26/82
11
motivasinya. Pada masa ini remaja diajar untuk mencoba
memecahkan masalahnya.
b. The Late Operation Stage (15-19 tahun)
Pada periode ini idealnya remaja sudah memiliki pola pikir sendiri
dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir remaja berkembang sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat dan hasilnya.
2.2 Pendidikan Seks Pada Remaja
Dalam menanggulangi masalah-masalah remaja, maka berbagai program
pendidikan seks dan kesehatan reproduksi telah dilakukan. Adapun strategi
program pendidikan seks yang komprehensip menurut Depkes RI (2005),
memiliki empat tujuan, yaitu:
a. Memberikan informasi yang akurat tentang aktifitas seksual manusia.
b. Memberikan kesempatan bagi remaja untuk berkembang dan mengetahui
nilai-nilai, sikap dan kepercayaan tentang seksualitas.
c. Membantu remaja mengembangkan keterampilan membina hubungan dan
kerterampilan interpersonal.
d. Membantu remaja melatih merespon mengenai hubungan seks termasuk
pantangan seks, tekanan untuk terlibat seks masa remaja dan penggunaan
kontrasepsi serta alat ukur kesehatan seks lainnya.
Pada penelitian Nitirat (2007) tentang Perilaku Seksual Remaja Thailand danSekolah Berbasis Pendidikan Seks, menyatakan bahwa sekolah berbasis
pendidikan seks, diakui sebagai strategi yang tepat untuk mengurangi perilaku
seksual yang tidak sehat dan untuk mempromosikan kesehatan reproduksi remaja
Thailand.
Begitu pula dengan pendidikan seks harus diberikan di sekolah 53% menyatakan
sangat setuju, sedangkan 47% menyatakan sekolah dan orang tua berbagi
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
27/82
12
tanggung jawab untuk menyiapkan anak dengan pendidikan kesehatn seksual
(Sandra; et al, 2003).
2.2.1 DAKU!
Salah satu program pendidikan seks dan kesehatan reproduksi di sekolah adalah
program DAKU! yang dikembangkan oleh WPF (World Population Foundation).
DAKU! merupakan kependekan dari Dunia RemajaKu Seru adalah modul
pelatihan berbasis teknologi yang membahas kesehatan seksual dan reproduksi,
pencegahan AIDS sekaligus keterampilan komputer kreatif untuk siswa dan guru.
Modul ini bertujuan untuk menjadikan kesehatan seksual dan reproduksi menjadi
lebih nyata dan menarik bagi siswa di sekolah. Program DAKU! memberikan
pendidikan seks yang unik di mana hak asasi manusia dan pendekatan positif
terhadap seksualitas menjadi titik awal pengembangan kompetensi sosial dan
teknis remaja, seperti keterampilan bernegosiasi, penggunaan alat kontrasepsi,
serta hak untuk menolak berhubungan seks.
Secara keseluruhan tujuan dari program DAKU! ini adalah memberikan rasa
percaya diri dan kendali pada siswa (remaja) terhadap kehidupannya dengan
memberi dukungan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang
lengkap.
Adapun materi di program DAKU! adalah sebagai berikut:
2.2.1.1 Semua berawal dari saya
Pada komponen ini remaja dapat berperan menciptakan suasana yang
nyaman untuk berkomunikasi secara terbuka dan mempunyai hak untuk
membuat keputusan bagi diri sendiri serta mengekspresikan diri, dan
menjelaskan bagaimana hal ini akan berbeda-beda pada masing-masingindividu.
Diharapkan remaja juga menyadari, mengetahui dan menghargai bahwa
mereka adalah pribadi yang unik dan dapat merenungkan ciri
kepribadian serta karakteristik dirinya.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
28/82
13
2.2.1.2 Perubahan Emosi
Remaja mulai menyadari ada beberapa hal yang sedang berubah dalam
proses menjadi dewasa, seperti perubahan fisik yang sangat menyolok.
Tetapi ada hal yang lebih menarik, yaitu munculnya perubahan-
perubahan dalam aspek emosi dalam diri remaja yang terkadang lebih
menonjol dibandingkan dengan perubahan fisik. Pada perubahan emosi,
remaja akan menemukan bahwa suasana hati berubah-ubah, kepedulian
yang tiba-tiba terhadap tubuh sendiri, alasan bertengkar dengan orang
tua atau orang dewasa, serta perasaan malu yang muncul tiba-tiba,
perasaan pada saat menyukai lawan jenis. Sehingga biasanya muncul
pertanyaan dalam diri remaja, “Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku
suka menangis untuk hal kecil? Mengapa aku bertentangan dengan
orangtua, padahal sebelumnya aku suka bila sedang bersama mereka?
Tiba-tiba aku peduli dengan tubuhku, dan aku tidak ingin orang-orang
melihatku!”
Emosi adalah ungkapan perasaan seseorang, bukan hal yang negatif dan
tidak identik dengan perasaan marah. Perasaan senang, susah, bahagia,
kesal dan berbagai perasaan lainnya juga adalah emosi. Perubahan
emosi pada masa remaja adalah wajar, karena pada masa ini banyak hal
yang terjadi pada diri remaja dan sekelilingnya yang akan
mempengaruhi emosi.
2.2.1.3 Apakah Tubuhmu juga Berubah?
Pada komponen ini remaja belajar perubahan fisik yang disebabkan
pubertas pada remaja laki-laki dan perempuan, menyikapi perubahantubuh dan masalah kebersihan diri, serta menjaga kebugaran tubuh.
Haid pertama sering digunakan sebagai kriteria kematangan seksual
anak perempuan, tetapi ini bukanlah perubahan fisik pertama dan
terakhir yang terjadi selama masa puber. Bila haid terjadi, organ-organ
seks dan ciri-ciri seks sekunder semua sudah mulai berkembang, tetapi
belum ada yang matang. Sedangkan pada anak laki-laki, kriteria yang
dipakai adalah mimpi basah (Hurlock, 1980).
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
29/82
14
Banyak remaja yang tidak puas dengan perubahan fisiknya, karena
mereka menganggap pentingnya penampilan untuk mendapat dukungan
sosial, dan remaja sering menyalahkan penampilan sebagai penyebab
kurang sesuainya dukungan yang mereka peroleh dengan apa yang
mereka harapkan (Hurlock, 1980).
Remaja yang melakukan latihan kebugaran dan olahraga biasanya
merasa lebih nyaman dibandingkan yang tidak. Mereka cenderung lebih
percaya diri dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman,
mengindikasikan mereka menggunakan olahraga sebagai sarana
sosialisasi (Papalia, et al., 2008).
2.2.1.4 Pertemanan dan Hubungan lainnya
Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai
yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, yang
bisa ia percayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak
dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru (Hurlock, 1980).
Remaja dan orang tua menghabiskan lebih sedikit waktu untuk kegiatan
bersama. Konflik keluarga paling sering terjadi pada awal masa remaja,
ketika emosi negatif mencapai puncaknya, tetapi konflik semakin intens
pada masa pertengahan masa remaja. Keluarga dan orang tua yang
memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar tidak
berlebihan dan senantiasa memberi dukungan positif dapat membantu
anak mengembangkan kontrol diri dan percara diri (Papalia, et al.,2008).
Menurut Sarwono (2003), semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua
terhadap anak remaja, semakin rendah kemungkinan perilaku
menyimpang yang menimpa remaja. Karena itu, di samping komunikasi
yang baik dengan remaja, orang tua juga perlu mengembangkan
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
30/82
15
kepercayaan pada remaja, sehingga remaja lebih terbuka dan mau
bercerita dan orang tua dapat memastikan pergaulan anak remajanya.
Remaja yang melewati perubahan fisik yang cepat mendapatkan
kenyamanan dengan bersama orang lain yang juga sedang melewati
perubahan yang sama. Kelompok teman sebaya merupakan sumber
afeksi, simpati, pemahaman, dan panduan moral; tempat untuk
bereksperimen; dan independensi dari orang tua (Papalia, et al., 2008).
Pada komponen ini remaja diharapkan dapat menghargai persahabatan
dan tidak menyetujui sikap teman sebaya yang suka memaksa atau
menekan orang lain.
2.2.1.5 Gender (laki-laki dan perempuan)
Gender adalah peran-peran yang diberikan kepada laki-laki dan
perempuan oleh masyarakat tempat kita tinggal dan hidup. Peran-peran
ini dapat berubah dan diubah, serta bukan merupakan kodrat bagi
perempuan dan laki-laki.
Peran laki-laki dan perempuan dewasa, serta remaja perempuan dan
laki-laki, akan berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya.
Berikut isu-isu gender di kalangan remaja:
a) Anak laki-laki diajarkan untuk tidak menangis dan tidak
menunjukkan emosinya;
b) Olahraga tinju hanya untuk laki-laki, balet untuk anak perempuan;
c) Remaja laki-laki boleh ganti-ganti pacar, sedangkan remaja
perempuan tidak boleh.d) Laki-laki dianggap wajar bila telah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah atau selingkuh (bila telah menikah), sementara
perempuan harus tetap mempertahankan keperawanannya sampai
ia menikah.
e) Banyak laki-laki merasa lebih pintar dari perempuan. Padahal
terbukti secara akademis laki-laki dan perempuan sama pintarnya.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
31/82
16
f) Hampir semua negara, perempuan mendapat upah yang lebih
sedikit dari laki-laki, meskipun pekerjaan mereka sama.
g) Laki-laki hanya diharapkan bertanggung jawab mencari uang bagi
keluarganya, sementara perempuan diharapkan menjadi ibu rumah
tangga yang menjaga dan mengasuh anak-anaknya.
2.2.1.6 Perjuangkan Hakmu
Ada 12 hak yang telah ditandatangani oleh hampir seluruh negara,
termasuk Indonesia pada konferensi dunia mengenai penduduk dan
pembangunan, tujuh diantaranya menyangkut kesehatan reproduksi
remaja, yaitu:
a) Hak menjadi diri sendiri
Remaja bebas membuat keputusan sendiri, mengekspresikan diri,
melihat seksualitas sebagai kekuatan yang positif, memiliki rasa
aman, memilih menikah atau tidak menikah, dan merencanakan
keluarga.
b) Hak mendapatkan informasi
Remaja berhak untuk mendapatkan informasi tentang seksualitas,
alat kontrasepsi, Penyakit Menular Seksual, HIV/AIDS dan
informasi lainnya yang akan membantu remaja dalam membuat
keputusan sendiri terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi.
c) Hak untuk sehat (atas kesehatan)
Beberapa masalah kesehatan seksual dan reproduksi sepertiHIV/AIDS, dapat menyebabkan kematian. Akses terhadap
informasi, keterampilan dan pelayanan berkualitas akan membantu
remaja dalam pilihan yang terbaik sehingga dapat melindungi diri
dan orang lain dari masalah-masalah ini.
d) Hak untuk melindungi diri sendiri dan dilindungi
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
32/82
17
Remaja mempunyai hak untuk melindungi diri sendiri dari
kehamilan yang tidak diinginkan, PMS/HIV, sunat perempuan,
serta pelecehan dan kekerasan seksual.
e) Hak untuk pelayanan kesehatan
Remaja berhak mendapat pelayanan kesehatan yang menjamin
kerahasiaan, terjangkau, dapat diakses, berkualitas serta
menghargai klien mereka.
f) Hak untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan
Remaja berhak dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksinya.
g) Hak untuk berbagi informasi
Remaja berhak untuk belajar tentang masalah-masalah kesehatan
seksual dan reproduksi, serta berbagi informasi yang telah
didapatkan dengan orang lain.
2.2.1.7 Seksualitas dan cinta
Kematangan seksual pada remaja menyebabkan munculnya minat
seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. Mereka mencari
informasi mengenai seks, baik melalui buku, film, atau gambar-gambar
lain yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan
remaja karena kurang terjalinnya komunikasi antara remaja dengan
orang dewasa, baik orang tua maupun guru, dan masyarakat masihmenganggap tabu untuk membicarakan masalah seksual dalam
kehidupan sehari-hari (Kusmiran, 2011).
Apabila remaja mendapatkan informasi dari sumber yang kurang tepat,
dikhawatirkan akan memunculkan perilaku remaja yang berisiko,
seperti melakukan eksperimen ke lokalisasi pekerja seks komersial,
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
33/82
18
melakukan hubungan seks sebelum nikah dengan pasangan (pacar),
melakukan oral seks, tanpa pertimbangan akibat dari perbuatannya.
2.2.1.8 Kehamilan
Seorang remaja dengan minimnya informasi tentang “bagaimana
seseorang bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus
kehamilan yang tidak diinginkan.
Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup
tinggi, karena alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya.
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang
terjadi karena suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan
oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.
Efek KTD yang dirasakan oleh remaja dapat meliputi efek bio, psiko,
sosial maupun spiritual. Efek yang dirasakan oleh remaja jauh lebih
berat daripada yang dialami oleh golongan umur yang lebih tua. Hal itu
terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan remaja belum optimal
yang dapat menyebabkan remaja masih sangat bergantung dengan
keluarganya (Widioningsih, 2011).
2.2.1.9 Lindungi dirimu dari IMS dan HIV/AIDS
IMS adalah Infeksi Menular Seksual yang ditularkan melalui kontak
seksual (hubungan seks). Infeksi ini ditularkan melalui kontak dengan
cairan tubuh, seperti sperma, cairan vagina dan darah.
Remaja cenderung lebih berisiko tertular IMS, termasuk HIV/AIDSkarena berbagai sebab. Seringkali hubungan seksual terjadi tanpa
direncanakan atau tanpa diinginkan. Sehingga remaja tidak siap dengan
kondom maupun kontrasepsi yang lain, dan mereka yang belum
berpengalaman memakai kontrasepsi cenderung menggunakannya
secara tidak benar (PATH, 2000).
Kondom mencegah penularan IMS dan HIV bila digunakan secara
benar dan konsisten serta efek sampingnya sangat kecil.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
34/82
19
2.2.1.10 HIV/AIDS – Kamu juga punya peran
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus
yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrom, yang berarti
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
sifatnya diperoleh (bukan bawaan).
Cara penularan HIV/AIDS, yaitu:
a) Melalui hubungan seksual.
Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum
ditemukan. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah
terkena HIV kepada pasangan seksual tanpa pengaman (kondom).
b) Parental.
Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah,
atau penggunaan alat-alat yang sudah terkontaminasi darah, seperti
jarum suntik, jarum tato, tindik, dan sebagainya.
c) Perinatal.
Penularan melalui ibu kepada anaknya. Ini terjadi saat anak masih
berada dalam kandungan, ketika dalam proses lahir atau sesudah
lahir.
Salah satu strategi penanggulangan HIV/AIDS adalah menciptakanlingkungan yang kondusif, yaitu menghilangkan segala bentuk
diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.
Menurut Harahap (2003), stigma seringkali menyebabkan terjadinya
diskriminasi dan pada akhirnya mendorong munculnya pelanggaran hak
asasi manusia bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi
menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan penyangkalan
tentang HIV/AIDS seperti juga menyisihkan ODHA dan mereka yang
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
35/82
20
rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV/AIDS sering
diasosiasikan dengan seks, penggunaan narkoba dan kematian, banyak
orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut terhadap penyakit
ini di hampir seluruh lapisan masyarakat.
2.2.1.11 Narkoba dan Dunia Remaja
Narkotika adalah zat yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Misalnya: putaw (heroin), ganja dan kokain.
Psikotropika adalah zat selain narkotika yang mempengaruhi susunan
syaraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental
dan perilaku. Misalnya: exstacy, shabu-shabu, LSD.
Zat Adiktif adalah zat selain narkotika dan psikotropika yang
menyebabkan ketergantungan.
2.2.1.12 Cinta seharusnya tidak menyakiti
Pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seks, kekerasan seksual, dan
pemerkosaan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Remaja berhak untuk merasa nyaman dan aman dalam menjalani suatu
hubungan.
2.3 Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengertian kesehatan reproduksi yang telah diputuskan pada konferensi ICPD di
Kairo pada tahun 1994 adalah suatu keadaan sejahtera secara menyeluruh baik
fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan dalamsemua hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan terhadap fungsi serta
prosesnya. Sejak itu pula seksualitas, kesehatan reproduksi, keterampilan hidup
dan perencanaan hidup semuanya telah diakui sebagai komponen dari pendidikan
kesehatan reproduksi (UNFPA, 2003).
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
36/82
21
Berbagai risiko kesehatan reproduksi antara lain adalah:
a. Kehamilan yang tidak diinginkan
Di Indonesia, kehamilan di luar perkawinan sangat ditentang baik di
kalangan orangtua, masyarakat atau agama. Bila seorang wanita yang
hamil dan belum menikah, ada kecendrungan wanita tersebut berusaha
melakukan aborsi untuk menghindari tekanan rasa malu dan celaan
masyarakat. Menurut data SKRRI 2007, sebanyak 8 persen wanita (n =
8.481) dan 6 persen pria (n = 10.830) mengaku mengetahui seseorang
teman yang mereka kenal secara pribadi yang pernah mengalami
kehamilan tidak diinginkan.
b. Aborsi yang tidak aman
Dengan status remaja yang belum menikah maka besar kemungkinan
aborsi merupakan salah satu alternatif yang sering diambil oleh remaja.
Larangan aborsi berakibat pula banyaknya aborsi tidak aman yang
mengakibatkan kematian. Berdasarkan data BKKBN ada 2 juta kasus
aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Menurut Yudi (2008)
sedikitnya 700 ribu dilakukan oleh remaja atau wanita berusia di bawah 20
tahun. Dan sebanyak 11,3% dari semua kasus aborsi di Indonesia
dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan.
c. IMS dan HIV/AIDS
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan
terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan, terutama yang berkaitan
dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk dari HIV/AIDS.Menurut data dari Subdit AIDS dan PMS Ditjen P2PL, Kemenkes:
persentase kumulatif kasus AIDS sampai Maret 2011 untuk kelompok
umur 5-14 tahun adalah 0,8%, umur 15-19 tahun 3,1%, dan untuk
kelompok umur 20-29 tahun sebesar 47,2%. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Dari
data Riskesdas 2010, penduduk berumur 15 tahun ke atas yang pernah
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
37/82
22
mendengar tentang HIV sebesar 57,5% dan pengetahuan komprehensif
tentang HIV sebesar 88,6% masih kurang.
d. Female Genital Mutilation (FGM).
Sunat pada perempuan merupakan praktek tradisional. Penelitian Zamroni
(2011) dalam studi kualitatif yang menyatakan bahwa pelaksanaan sunat
perempuan pada usia bayi merupakan adat istiadat yang dilakukan turun
temurun dan bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM). Menurut
WHO dalam Zamroni (2011) sunat perempuan termasuk bentuk
penyiksaan sehingga dimasukkan dalam salah satu bentuk kekerasan pada
wanita dan sekaligus pelanggaran hak asasi manusia, walaupun dilakukan
oleh tenaga medis.
Menurut penelitian Kurniawan (2008), peran orang tua dalam
menyampaikan kesehatan reproduksi 52,8% masih menjawab ragu-ragu,
sedangkan guru sebanyak 79,1% juga menjawab ragu-ragu. Pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja yang paling utama adalah diperoleh dari
informasi yang tepat dan akurat melalui orang tua dan guru.
Untuk mencari pengetahuan tentang seks, ada remaja yang melakukannya
secara terbuka, seperti ketika pacaran mereka mengekspresikan
perasaannya dalam bentuk perilaku yang menuntut keintiman, berupa
berciuman, bercumbu, dan lain-lain.
2.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orangmengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
objek terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
38/82
23
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Akan tetapi bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat
diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek
ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek
yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek
tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
Peningkatan aktifitas seksual pada remaja, tidak diiringi dengan peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS,
penyakit menular (PMS) dan alat-alat kontrasepsi (Suryoputro; J.Ford;
Shaluhiyah; 2004).
Penelitian WHO menunjukkan kurangnya pengetahuan remaja tentang masa
subur, dapat terlihat pada pengetahuan mereka tentang risiko kehamilan.
Sebanyak 19,2% remaja menyatakan bahwa perempuan yang melakukan
hubungan seksual sebelum mengalami menstruasi bisa hamil, dan sebanyak 8,8%
remaja yang mendengar istilah masa subur menyatakan bahwa perempuan tidak
bisa hamil bila melakukan hubungan seksual pada masa subur (PKBI dalamKurniawan, 2008).
Penelitian Mohammadi et.all (Reproductive Knowledge, Attitudes an Behavior
Among Adolescent Males in Tehran, Iran 2006), sekitar 44% mengetahui bahwa
wanita bisa hamil saat hubungan seksual pertama kali. Begitu pula dengan
penelitian Adeokun, Ricketts, Ajuwon dan Ladipo (Sexual and Reproductive
Health Knowledge, Behavior and Education Needs of In-School Adolescent in
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
39/82
24
Northern Nigeria), menyatakan bahwa 47% siswa percaya perempuan bisa hamil
saat hubungan seksual pertama kali.
Menurut SKRRI 2007, 54% yang berpendapat bahwa seorang perempuan dapat
hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seksual.
Kurangnya pengetahuan remaja ini perlu mendapatkan perhatian karena hubungan
seksual antara laki-laki dan perempuan tetap mempunyai risiko untuk hamil.
Infeksi menular seksual memerlukan deteksi dini yang terus menerus karena
merupakan salah satu pintu untuk memudahkan terjadinya penularan HIV.
Pengetahuan tentang IMS dan HIV/AIDS pada penelitian Adeokun, Ricketts,
Ajuwon dan Ladipo menyatakan bahwa 87,1% siswa tahu tentang HIV dan IMS.
Hal ini juga terlihat pada penelitian Gokengin, et.all (Sexual Knowledge, Attitude
and Risk Behavior of Students in Turkey, 2003), bahwa 96,3% siswa tahu tentang
HIV dan 66% tahu tentang IMS. Sedangkan penelitian Bankole, Biddlecom,
Guiella, Singh, dan Zulu (Sexual Behavior, Knowlegde and Information Source of
Very Young Adolescents in Four Sub-Saharan African Countries), memiliki
pengetahuan tentang HIV di Burkina Faso 77,2%; Ghana 94,1%; Malawi 91,5%;
Uganda 98,2%. Sedangkan menurut SKRRI 2007, remaja yang pernah mendengar
tentang AIDS sebesar 84% wanita dan 77% pria. Remaja wanita (67%) dan pria
(89%) menyebutkan Syphillis, 33% wanita dan 19% pria menyebutkan Gonorrhoe
sebagai penyakit menular seksual.
2.4.1 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup di dalam domainkognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu:
2.4.1.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
40/82
25
2.4.1.2 Memahami (Comprehension)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat mengintrepertasikan
secara benar. Individu yang telah paham terhadap objek atau materi, dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap
suatu objek yang dipelajari.
2.4.1.3 Aplikasi ( Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode
dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
2.4.1.4 Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
2.4.1.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis yang dimaksud meninjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyususn formulasi baru dari formulasi yang ada.
2.4.1.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
41/82
26
2.4.2 Proses Perilaku “Tahu”
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yaitu:
2.4.2.1 Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.4.2.2 Interest (merasa tertarik), di mana individu mulai menaruh perhatian dan
tertarik pada stimulus.
2.4.2.3 Evaluation (menimbang-nimbang), individu akan mempertimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
2.4.2.4 Trial, di mana individu mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
2.4.2.5 Adoption, di mana individu telah berperilaku batu sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
2.4.3.1 Faktor Internal
a. Pendidikan
Konsep dasar pendidikan suatu proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang
pada diri individu, kelompok, masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan yang didapat remaja di tempat formal dan non formal akan
membawa perubahan pada diri remaja untuk menjadi lebih baik danmenghindari perilaku yang berisiko.
Dalam Health Canada (2003) yang dikutip oleh McKay, Alexander
(2004), sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal untuk
memiliki kontak atau hubungan dengan setiap individu, baik mereka
dalam kategori anak-anak, remaja, dewasa muda dengan pengetahuan
dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan sesuatu dan
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
42/82
27
bertindak berdasarkan keputusan yang menyangkut kesehatan seksual
sepanjang hidup mereka.
Begitu pula dengan penelitian Nitirat (2007), yang menyatakan bahwa
sekolah yang berbasis sex education diakui sebagai strategi yang tepat
untuk mengurangi perilaku seksual yang tidak sehat dan untuk
mempromosikan kesehatan reproduksi remaja.
b. Umur
Menurut Hurlock (1998) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010),
semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
2.4.3.2 Faktor Eksternal
a. Lingkungan dan Sosial
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan tempat tinggal
remaja, yaitu orang tua dan lingkungan teman sebaya. Apabila orang
tua tidak memberi tahu tentang pendidikan seks atau menekan rasa
ingin tahu remaja tentang seksualitas dan menghindari pembahasan
masalah tersebut, informasi seksual yang diterima remaja
kemungkinan diperoleh seluruhnya dari teman sebaya. Jika teman
sebaya merupakan satu-satunya sumber informasi mengenai seks,
informasi tersebut akan diberikan dan disampaikan dalam percakapan
rahasia serta mengandung banyak informasi yang salah (Wong, 2008).
Penelitian yang dilakukan Iryanti (2011) menyatakan bahwa temansebaya dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap
kesehatan reproduksi dengan nilai P value 0,000.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
43/82
28
2.4 Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, berpersepsi dalam menghadapi
objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap
(Sobur, 2009).
Sikap juga merupakan disposisi untuk merespon baik atau yang tidak baik ke
beberapa orang, sesuatu, acara, tempat, gagasan atau situasi. Sikap memiliki
komponen kepercayaan, komponen emosional, dan komponen tindakan.
Komponen keyakinan terdiri dari apa yang dipikirkan seseorang atau percaya
terhadap obyek sikap. Komponen emosional juga terdiri dari perasaan sesorang
terhadap objek sikap, sedangkan komponen tindakan dilihat dari bagaimana
seseorang untuk cenderung bertindak terhadap suatu objek (Zanna & Rampel,
1988; Coon, 1996 dalam Frimpong, 2006).
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), sikap dapat dipelajari
berdasarkan pengetahuan, berfikir, keyakinan yang akan menjadi suatu kebiasaan
melalui proses belajar, menjalani proses sosialisasi, imitasi serta mengacu kepada
pembentukan adaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan reaksi
atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap objek.
Sikap remaja dalam memandang hubungan seks di luar nikah dapat dilihat daribeberapa penelitian. Mohammadi, et al dalam penelitiannya (Reproduvtive
Knowledge, Attitudes and Behavior Among Adolescent Males in Tehran, Turkey)
menyatakan bahwa 27,5% setuju remaja yang belum menikah boleh melakukan
hubungan seksual. Dalam SKRRI 2007 menyebutkan sebanyak 1% wanita dan
5% pria menyetujui adanya hubungan seksual sebelum menikah bagi wanita.
Sedangkan yang menyetujui pria melakukan hubungan seksual sebelum menikah,
sebanyak 2% dari wanita dan 8 % dari pria.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
44/82
29
Penelitian yang dilakukan oleh Darwinsyah tentang survey remaja di Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Lampung dalam Widyastuti (2008) menyatakan bahwa ada
2,2% responden laki-laki dan 1% responden perempuan setuju melakukan
hubungan seksual sebelum menikah.
Dalam penelitan Husodo dan Widagdo (2008) menyatakan setelah mendapatkan
penyuluhan kesehatan reproduksi pada konselor SMP menunjukkan adanya
peningkatan sikap yang mendukung terhadap kesehatan reproduksi sebanyak 93%
dengan p value 0,003. Begitu pula dengan penelitian Suryoputro, Ford dan
Shaluhiyah (2004), menyatakan bahwa lebih dari 75% setuju terhadap layanan
kesehatan seksual dan sikap responden terhadap aborsi 75% tidak setuju.
2.4.1 Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yang terdiri dari:
2.4.1.1 Menerima ( Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2.4.1.2 Merespons ( Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima
ide tersebut.
2.4.1.3 Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan oranglain terhadap suatu masalah.
2.4.1.4 Bertanggung jawab ( Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
45/82
30
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu
objek.
2.4.2 Komponen Sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo (2003) menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
46/82
31
BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori maka kerangka konsep penelitian ini ingin melihat bagaimana
gambaran pengetahuan dan sikap remaja yang mendapat program DAKU! dan
yang tidak mendapat program DAKU!.
Dalam penelitian ini DAKU! adalah variabel independen dan variabel
dependennya adalah pengetahuan dan sikap.
Gambar 2. Kerangka Konsep
DAKU!
• Ya
• Tidak
Pengetahuan
Sikap
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
47/82
32
3.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
DAKU! Modul pelatihan
berbasis teknologi
yang membahas
kesehatan seksual dan
reproduksi,
pencegahan HIV-AIDS sekaligus
keterampilan komputer
kreatif untuk siswa dan
guru
Kuesioner Mengisi
kuesioner
1: Tidak
2: Ya
Ordinal
Pengetahuan
remaja
Pemahaman responden
terhadap kesehatan
reproduksi, NAPZA,
HIV-AIDS
Kuesioner Mengisi
kuesioner
no. 3
sampai 21
1: < mean
2: ≥ mean
Ordinal
Sikap remaja Tanggapan responden
tentang kesehatan
reproduksi yang
dinyatakan dalam
bentuk persetujuan.
Kuesioner Mengisi
kuesioner
no. 22
sampai 32
1: Sikap
negatif bila
skor < mean
2: Sikap
positif bila
skor ≥ mean
Ordinal
31
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
48/82
33
3.3 Hipotesis
3.3.1 Ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antararemaja yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program
DAKU!.
3.3.2 Ada perbedaan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara remaja
yang mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program
DAKU!.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
49/82
34
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross
sectional. Desain cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, variabel sebab atau
risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di ukur atau
dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Pengumpulan data
untuk variabel sebab (independen) maupun variabel akibat (dependen) dilakukan
secara bersama-sama atau sekaligus (Notoatmodjo, 2005).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja
yang mendapat program DAKU! dengan yang tidak mendapat program DAKU! di
kota Singkawang.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMUN 3 dan SMUN 9 Singkawang, Propinsi Kalimantan
Barat pada bulan April sampai Mei 2012.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMUN di kota
Singkawang.
4.3.2 SampelSampel adalah sebagian dari yang mewakili populasi (Hastono, 2006).
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
pengujian hipotesis dua proporsi (Ariawan, 1998), sebagai berikut:
= 1 − 2 2 (1 − ) + 1 − 1(1 − 1) + 2(1 − 2)
( 1 − 2)
34
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
50/82
35
n = jumlah sampel
1 − 2 = derajat kemaknaan pada 95% (1,96)
1 − = kekuatan uji pada 80% (0,84)
P1 = estimasi proporsi pada kelompok 1P2 = estimasi proporsi pada kelompok 2
P = rata-rata dari proporsi kelompok pertama dan kedua
Tabel 4.1
Besar sampel minimal dari variabel yang berhubungan dengan
pengetahuan dan sikap berbagai sumber penelitian
No VariabelP1
%
P2
% N Sumber
1. Pengetahuan 80,7 35 18 Supriatiningsih, 2003
2. Sikap 49 26 69 Nadirahilah, 2011
Jadi :
= 1,96 2 ∗ 0,37(1 − 0,37) + 0,84 0,49(1 − 0,49) + 0,26(1 − 0,26)
(0,49 − 0,26)
n = 69
Dari rumus di atas didapatkan hasil sampel minimal 69 untuk masing-
masing kelompok, sehingga besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk
penelitian adalah 138 orang, dan ditambah 10% (14 orang). Sehingga
jumlah sampel keseluruhan adalah 152 orang (76 orang untuk masing-
masing sekolah).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak
sederhana (simple random sampling) dengan mengundi seluruh SMUN
yang ada. Hasil yang didapat adalah SMUN 3 (sekolah DAKU!) dan
SMUN 9 (sekolah non DAKU!).
Di SMUN 3 program DAKU! sudah diberikan dari kelas X sampai kelas
XII dan masuk dalam mata pelajaran. Sedangkan untuk SMUN 9 semua
siswa belum mendapat program DAKU!.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
51/82
36
Kriteria inklusinya adalah siswa yang bersedia dan yang hadir pada saat
pengisian kuesioner serta seluruh siswa kelas XI.
Setelah diketahui jumlah sampel masing-masing sekolah, maka langkah
selanjutnya adalah pengambilan sampel dengan cara acak sistematis, yaitu
membagi jumlah siswa dengan jumlah sampel yang diinginkan. Sebagai
contoh pengambilan sampel di SMUN 3, di mana jumlah siswa kelas XI
122 orang, sedangkan sampel yang diinginkan 76 orang, maka intervalnya
122 : 76 = 1,6 atau 2. Sehingga didapat sampel selanjutnya setiap interval
2. Untuk menentukan sampel yang pertama maka dapat digunakan atau
dilihat dari absen siswa.
4.4 Pengumpulan Data
4.4.1 Persiapan
Mempersiapkan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi
pertanyaan dan pernyataan pengetahuan dan sikap remaja terhadap
kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. Kemudian melakukan uji
validitas terhadap 30 responden, yang menghasilkan dari 20 pertanyaan
pengetahuan diperoleh 19 pertanyaan yang valid dengan Cronbachs Alpha
0,974.
Dan dari 15 pernyataan sikap diperoleh 10 pernyataan yang valid. Setelah
dilakukan proses validitas, maka pertanyaan dan pernyataan tersebut diuji
terhadap reliabilitasnya dan hasilnya reliabel dengan Cronbachs Alpha
0,693 sehingga dapat dipergunakan pada penelitian ini.
4.4.2 Pelaksanaan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulannya dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan
responden mengisi kuesioner secara bersama-sama dalam satu hari dengan
pengawasan dari peneliti, dengan terlebih dahulu mengisi lembar
persetujuan bersedia menjadi objek penelitian.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
52/82
37
4.5 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul selanjutya dilakukan pengolahan data secara manual
dan menggunakan SPSS. Adapun pengolahan dan analisa data melalui tahap
sebagai berikut:
4.5.1 Editing
Melakukan pengeditan data atau memeriksa dan memastikan data yang
telah diperoleh telah terisi dengan baik seperti kelengkapan jawaban,
kesalahan penulisan, dan konsistensi pada setiap jawaban kuesioner.
4.5.2 Coding
Data yang diperoleh dari hasil pembagian kuesioner diberi kode sebelum
diolah tujuannya untuk memudahkan masuk ke komputer.
4.5.3 Entry
Memasukkan data-data yang sudah dikumpulkan ke dalam program
komputer dengan menggunakan software SPSS untuk proses analisis.
4.5.4 Cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau
tidak. Pengecekan ini berguna untuk mengetahui apakah ada data yang
tidak konsisten, variasi data dan missing data.
4.5.5 Scoring
Pemberian skor dilakukan untuk memberikan bobot pada masing-masing
pertanyaan sehingga memudahkan dalam pengolahan data. Untuk variabel
pengetahuan, pernyataan positif jawaban benar diberi skor 1, salah dan tidak tahu
diberi skor 0. Begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban salah
diberi skor 1, benar dan tidak tahu diberi skor 0. Sedangkan variabel sikap, untuk
pernyataan positif jika sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragudiberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1,
sementara untuk pernyataan negatif sebaliknya.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
53/82
38
4.6 Analisis Data
4.6.1 Analisis Univariat
Analisa ini digunakan hanya untuk memperoleh distribusi gambaran dari
masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun
variabel independen.
4.6.2 Analisis Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk membuktikan adanya perbedaan pengetahuan
dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dari sekolah yang
mendapat program DAKU! dan yang tidak mendapat program DAKU!
dengan uji Chi Square.
4.6.2.1 Uji Chi Square
Digunakan signifikansi pada derajat penolakan α = 5% (p≤0,05).
Untuk menguji kemaknaan , digunakan batas kemaknaan sebesar 5%
(α = 0,05).
a. Hasil uji diketahui ada hubungan/perbedaan bermakna bila
nilai p ≤ α (p≤0,05).
b. Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan/perbedaan bermakna bila
nilai p > α (p>0,05).
4.6.2.2 Odds Ratio (OR)
Untuk mengetahui derajat hubungan dan membandingkan kelompok
yang terpapar dan kelompok yang tidak terpapar.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
54/82
39
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis yang disajikan dalam Bab 5 merupakan data kuantitatif yang
didapatkan dari hasil pengisian kuesioner di dua SLTA. Data kuantitatif disajikan
dalam dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
5.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat merupakan gambaran mengenai distribusi responden yang
diteliti, yaitu yang mendapat program DAKU! dan yang tidak sebagai variabel
independen sedangkan pengetahuan dan sikap sebagai variabel dependen.
5.1.1 Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi
digunakan 19 pertanyaan, di mana bobot nilai dari masing-masing pertanyaan
adalah 1. Distribusi responden sekolah DAKU! 18 pertanyaan dijawab dengan
benar (>75,0%), dan 1 pertanyaan yang dijawab benar (67,1%) oleh responden
tentang perempuan wajib disunat.
Sedangkan distribusi responden sekolah non DAKU! 15 pertanyaan dijawab
dengan benar (>75,0%) dan ada 4 pertanyaan yang sedikit dijawab benar (6,6%)
tentang perempuan wajib disunat, perempuan dapat hamil walau hanya sekali
melakukan hubungan seksual 51,3%; HIV tidak dapat ditularkan dengan cara
makan sepiring dengan orang yang telah tertular HIV 59,2%; bisa tertular HIV
apabila memeluk ODHA 56,6%.
Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
55/82
40
Tabel 5.1
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
di kota Singkawang tahun 2012
No Pertanyaan Jawaban yang benar
Sekolah
DAKU!
(n = 76)
Sekolah non
DAKU!
(n = 76)
frek % frek %
1. Remaja mengalami perubahan emosi yang menyebabkan
suasana hati berubah-ubah.
76 100 76 100
2. Perempuan wajib disunat.
(perempuan tidak wajib disunat)
51 67,1 5 6,6
3. Seorang perempuan dapat hamil, walau hanya sekalimelakukan hubungan seksual.
66 86,8 39 51,3
4. Seorang perempuan yang sudah menstruasi dan pria yang
sudah mengalami mimpi basah, apabila melakukan
hubungan seksual dapat terjadi kehamilan.
75 98,7 69 90,8
5. Pertemuan sel sperma dan sel telur disebut pembuahan. 76 100 74 97,4
6. Alat kontrasepsi adalah untuk mencegah terjadinya
kehamilan.
75 98,7 70 92,1
7. Kondom merupakan alat kontrasepsi pria untuk
mencegah kehamilan.
73 96,1 72 94,7
8. Kondom dapat dipakai ulang. 73 96,1 74 97,4
9. Perempuan harus minum pil KB setiap hari agar efektif mencegah kehamilan.
63 82,9 57 75,0
10. NAPZA adalah kependekan dari narkotika, psikotropika
dan zat adiktif.
75 98,7 73 96,1
11. Obat-obatan seperti ganja, shabu-shabu, putau, apabiladikonsumsi bisa memberi efek berfantasi, perasaan
senang.
72 94,7 72 94,7
12. Pemakai narkoba suntik yang bergantian, mempunyai
risiko tertular penyakit Hepatitis dan HIV.
76 100 75 98,7
13. Risiko yang dapat terjadi apabila melakukan hubungan
seksual bebas adalah tertular IMS, HIV dan kehamilan
yang tidak diinginkan.
76 100 76 100
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
56/82
41
No Pertanyaan Jawaban yang benar
Sekolah
DAKU!
(n = 76)
Sekolah non
DAKU!
(n = 76)
frek % frek %
14. Jika laki-laki tertular IMS, gejalanya adalah keluar nanah
dari alat kelamin dan berbau, bila kencing terasa nyeri,
terdapat bengkak dan bisul pada alat kelamin.
75 98,7 76 100
15. Jika perempuan tertular IMS, gejalanya adalah keputihan
yang berbau, gatal, kemerahan dan bisul pada alat
kelamin.
75 98,7 73 96,1
16. HIV dapat masuk ke tubuh melalui penggunaan jarum
suntik yang tidak steril.
75 98,7 75 98,7
17. HIV tidak dapat ditularkan dengan cara makan sepiring
dengan orang yang telah tertular HIV/AIDS.
62 81,6 45 59,2
18. Saya bisa tertular HIV apabila memeluk ODHA (orang
dengan HIV/AIDS)(saya tidak bisa tertular apabila memeluk ODHA)
69 90,8 43 56,6
19. HIV dapat ditularkan dari seorang ibu hamil yang sudah
tertular HIV ke anak yang dikandungnya.
72 94,7 72 94,7
Total 76 76
Setelah mendapat hasil distribusi frekwensi dari pertanyaan pengetahuan, maka
hasilnya di beri skor untuk kemudian dikategorikan.
Untuk pernyataan positif jawaban benar diberi skor 1, salah dan tidak tahu diberi
skor 0. Begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban salah diberi skor
1, benar dan tidak tahu diberi skor 0.
Untuk mengetahui distribusi data tersebut normal atau tidak, maka dapat dilihat
dari grafik histogram dan kurve normal di bawah ini.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
57/82
42
Gambar 5.1
Grafik histogram dan kurve normal
_
Dari tampilan grafik di atas dapat dilihat bahwa distribusi variabel pengetahuan
berbentuk normal.
Selanjutnya untuk distribusi responden dan pengkategorian variabel pengetahuan
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.2
Distribusi pengetahuan dan pengkategorian
Variabel Mean Median SD Min-max Kategori
Pengetahuan
Skor 0-19
16,98 17,00 1,584 12 – 19 ≥ mean
< mean
Hasil analisis didapatkan nilai rata-rata untuk pengetahuan responden adalah
16,98, dengan standar deviasi 1,584. Skor nilai pengetahuan terendah 12 dan nilai
tertinggi 19.
Berikut adalah tabel distribusi responden menurut pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi yang telah dikategorikan.
201816141210
Tingkat pengetahuan
50
40
30
20
10
0
F r e q u e n c y
Mean = 16.98
Std. Dev. =
1.584
N = 152
Histogram
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
58/82
43
Tabel 5.3
Distribusi responden menurut pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
di kota Singkawang tahun 2012
Pengetahuan Sekolah DAKU! Sekolah non DAKU!
Frek % frek %
≥ mean
< mean
70
6
92,1
7,9
33
43
43,4
56,6
Total 76 100 76 100
Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden sekolah DAKU!
mempunyai pengetahuan ≥ mean sebanyak 92,1% dan yang mempunyai
pengetahuan < mean sebanyak 7,9%. Sedangkan sekolah non DAKU!
menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan ≥ mean sebanyak
43,4% dan responden yang mempunyai pengetahuan < mean sebanyak 56,6%.
5.1.2 Sikap
Untuk mengetahui sikap responden terhadap kesehatan reproduksi digunakan 10
pertanyaan. Adapun pertanyaan tersebut ada yang positif dan ada yang negatif.
Berikut distribusi jawaban responden tentang sikap terhadap kesehatan
reproduksi.
-
8/19/2019 Latar Belakang Dari Jurnal UI
59/82
44
Tabel 5.4
Gambaran sikap asertif remaja terhadap kesehatan seksual
dan stigma terhadap ODHA di kota Singkawang tahun 2012
No Pertanyaan Sekolah DAKU!n=76
Sekolah non DAKU!n=76
S RR TS S RR TS
f % F % f % f % f % f %
1. Pada saat pacaran berpegangan
tangan merupakan hal yang wajar.
63 82,9 8 10,5 5 6.6 61 80,3 5 6,6 10 12,8
2. Meraba-raba bagian tubuh adalah
ungkapan kasih sayang.
5 6,6 12 15,8 59 84,2 16 21 9 11,8 51 67,1
3. Jika seorang laki-laki sedang
ingin berhubungan seksual, maka
pasangannya berhak untuk
menolaknya.
70 92,1 5 6,6 1 1,3 57 75 5 6,6 14 18,4
4. Akan lebih baik remaja seusia
saya yang sudah mempunyai
hubungan serius menundamelakukan hubungan seksual
sampai menikah.
76 100 0 0 0 0 68 89,3 1 1,3 7 9,2
5. Saya yakin bahwa saya bisa
berpacaran tanpa harusmelakukan hubungan seksual.
75 98,7 0 0 1 1,3 65 85,5 9 11,8 2 2,6
6. Menurut saya aborsi bisa
dilakukan, yang penting ada
persetujuan dari pihak yang
terlibat dan dilakukan diam-diam.
7 9,2 0 0 69 90,8 12 15,8 3 3,9 61 80,3
7. Perempuan berhak atas tubuhnya
sendiri, oleh karena itu aborsi
seharusnya dilegalkan.
3 3,9 1 1,3 72 94,7 46 60,6 8 10,5 22 28,9
8. Saya rela melakukan apa saja
terhadap pacar saya.
4 5,2 3 3,9 69 90,8 12 15,8 6 7,9 58 76,3