larangan melakukan tindak pidana korupsi · pdf filetindak pidana korupsi dalam undang-undang...

10
1 FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4 LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG TERKAIT DENGAN GRATIFIKASI BAGI APARATUR SIPIL NEGARA Luita Yusniawati Dratistiana *) Abstrak Seiring perkembangan zaman, bentuk – bentuk dari korupsi juga semakin berkembang sehingga peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia juga harus semakin menyesuaikan. Tindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan ada 30 jenis tindak pidana korupsi dan dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu: i) kerugian keuangan Negara; ii) suap menyuap; iii) penggelapan dalam jabatan; iv) pemerasan; v) perbuatan curang; vi) benturan kepentingan dalam pengadaan; dan vii) gratifikasi. Pada poin terakhir, yaitu melakukan dan menerima gratifikasi bagi pegawai negeri sipil / aparatur sipil negara dan penyelanggara negara merupakan hal baru di Indonesia meskipun pada prakteknya sudah menjadi hal yang lazim di Indonesia karena pemberian hadiah pada orang yang dianggap dekat merupakan bukan hal baru lagi. Tapi hal ini ditengarai akan menumbuh suburkan praktik pemberian hadiah atau parcel yang jika praktik tersebut diadopsi oleh sistem birokrasi, praktik positif tersebut berubah menjadi kendala di dalam upaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk kedalam gratifikasi menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur – unsur yaitu 1) Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2) Menerima gratifikasi; 3) Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya; 4) Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi; dengan ketentuan sebagai berikut: a) yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b) yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum. Kata Kunci: larangan, tindak pidana korupsi, gratifikasi, Aparatur Sipil Negara 1. Pendahuluan Korupsi merupakan salah satu kata yang cukup populer di masyarakat dan telah menjadi tema pembicaraan sehari- hari. Namun demikian, ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu korupsi. Pada umumnya, masyarakat memahami korupsi sebagai sesuatu yang merugikan keuangan negara semata. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada 30 jenis tindak pidana korupsi. Ke-30 jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu: i) kerugian keuangan Negara; ii) suapmenyuap; iii) penggelapan dalam jabatan; iv) pemerasan; v) perbuatan curang; vi) benturan kepentingan dalam pengadaan; dan vii) gratifikasi.

Upload: lamtuong

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

1

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANGTERKAIT DENGAN GRATIFIKASI BAGI APARATUR SIPIL NEGARA

Luita Yusniawati Dratistiana *)

Abstrak

Seiring perkembangan zaman, bentuk – bentuk dari korupsi juga semakin berkembangsehingga peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia juga harus semakinmenyesuaikan. Tindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 junctoUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi danada 30 jenis tindak pidana korupsi dan dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu: i) kerugiankeuangan Negara; ii) suap menyuap; iii) penggelapan dalam jabatan; iv) pemerasan; v)perbuatan curang; vi) benturan kepentingan dalam pengadaan; dan vii) gratifikasi.

Pada poin terakhir, yaitu melakukan dan menerima gratifikasi bagi pegawai negeri sipil /aparatur sipil negara dan penyelanggara negara merupakan hal baru di Indonesia meskipunpada prakteknya sudah menjadi hal yang lazim di Indonesia karena pemberian hadiah padaorang yang dianggap dekat merupakan bukan hal baru lagi. Tapi hal ini ditengarai akanmenumbuh suburkan praktik pemberian hadiah atau parcel yang jika praktik tersebutdiadopsi oleh sistem birokrasi, praktik positif tersebut berubah menjadi kendala di dalamupaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik.

Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk kedalam gratifikasi menurut Pasalini, harus memenuhi unsur – unsur yaitu 1) Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2)Menerima gratifikasi; 3) Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengankewajiban atau tugasnya; 4) Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan dalam jangkawaktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi; dengan ketentuan sebagai berikut: a) yangnilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasitersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b) yang nilainya kurangdari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suapdilakukan oleh penuntut umum.

Kata Kunci: larangan, tindak pidana korupsi, gratifikasi, Aparatur Sipil Negara

1. Pendahuluan

Korupsi merupakan salah satu katayang cukup populer di masyarakat dantelah menjadi tema pembicaraan sehari-hari. Namun demikian, ternyata masihbanyak masyarakat yang belummengetahui apa itu korupsi. Padaumumnya, masyarakat memahami korupsisebagai sesuatu yang merugikankeuangan negara semata. Padahal dalamUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi, ada 30 jenis tindak pidanakorupsi. Ke-30 jenis tindak pidana korupsitersebut pada dasarnya dapatdikelompokkan menjadi tujuh, yaitu:i) kerugian keuangan Negara;ii) suapmenyuap;iii) penggelapan dalam jabatan;iv) pemerasan;v) perbuatan curang;vi) benturan kepentingan dalam

pengadaan; danvii) gratifikasi.

Page 2: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

2

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

Dari berbagai jenis korupsi yang diaturdalam undang-undang, gratifikasimerupakan suatu hal yang relatif barudalam penegakan hukum tindak pidanakorupsi di Indonesia. Gratifikasi diaturdalam Pasal 12B Undang-Undang tersebutdi atas. Meskipun sudah diterangkan didalam undang undang, ternyata masihbanyak masyarakat Indonesia yang belummemahami definisi gratifikasi, bahkan parapakar pun masih memperdebatkan hal ini.Dengan latar belakang rendahnyapemahaman masyarakat Indonesia atasgratifikasi yang dianggap suap sebagaisalah satu jenis tindak pidana korupsi,maka dengan tulisan ini diharapkanAparatur Sipil Negara akan lebihmemahami definisi dan konsep gratifikasiserta mengetahui harus bersikapbagaimana apabila berhadapan dengangratifikasi.

2. Rumusan dan Batasan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas disiniadalah tentang beberapa gambaran yangdapat digunakan pembaca untuk lebihmemahami mengapa gratifikasi kepadapenyelenggara negara dan pegawai negeridilarang dan perlu diatur dalam suatuperaturan khusus. Jika dilihat darikebiasaan masyarakat Indonesia, praktikmemberi hadiah, tradisi saling memberi-menerima tumbuh subur dalam kebiasaanmasyarakat. Hal ini sebenarnya positifsebagai bentuk solidaritas, gotong royongdan sebagainya. Namun jika praktikdiadopsi oleh sistem birokrasi, praktikpositif tersebut berubah menjadi kendala didalam upaya membangun tata kelolapemerintahan yang baik.

Pemberian yang diberikan kepadapejabat publik cenderung memiliki pamrihdan dalam jangka panjang dapatberpotensi mempengaruhi kinerja pejabatpublik, menciptakan ekonomi biaya tinggidan dapat mempengaruhi kualitas dan

keadilan layanan yang diberikanpadamasyarakat. Salah satu kajian yangdilakukan oleh Direktorat Penelitian danPengembangan KPK (2009)mengungkapkan bahwa pemberian hadiahatau gratifikasi yang diterima olehpenyelenggara negara adalah salah satusumber penyebab timbulnya konflikkepentingan. Konflik kepentingan yangtidak ditangani dengan baik dapatberpotensi mendorong terjadinya tindakpidana korupsi.

Definisi konflik kepentingan adalahsituasi dimana seseorang PenyelenggaraNegara yang mendapatkan kekuasaan dankewenangan berdasarkan peraturanperundang-undangan memiliki atau didugamemiliki kepentingan pribadi atas setiappenggunaan wewenang yang dimilikinyasehingga dapat mempengaruhi kualitasdan kinerja yang seharusnya.3. Dasar Teori3.1 Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latinyaitu Corruptio yang artinya kerusakan,kebobrokan dan kebusukan. Selarasdengan kata asalnya, korupsi seringdikatakan sebagai kejahatan luar basa,salah satu alasannya adalah karenadampaknya yang luar biasa menyebabkankerusakan baik dalam ruang lingkuppribadi, keluarga, masyarakat dankehidupan yang lebih luas. Kerusakantersebut tidak hanya terjadi dalam kurunwaktu yang pendek, namun dapatberdampak secara jangka panjang.

Menurut perspektif hukum, definisikorupsi secara gamblang telah dijelaskandalam 13 buah pasal dalam UU No. 31Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.Pasal – pasal tersebut menerapkan secaraterperinci mengenai perbuatan yang bisadikenakan pidana penjara karena korupsi.Selain definisi tindak pidana korupsi yangsudah dijelaskan diatas, masih ada tindakpidana lain yang berkaitan dengan tindakpidana korupsi terdiri atas:

Page 3: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

3

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

1. Merintangi proses pemeriksaanperkara korupsi

2. Tidak memberi keterangan ataumemberi keterangan yang tidak benar

3. Bank yang tidak memberikanketerangan rekening tersangka saksiatau ahli yang tidak memberiketerangan atau memberi keteranganpalsu

4. Orang yang memegang rahasiajabatan tidak memberikan keteranganatau memberi keterangan palsu

5. Saksi yang membuka identits pelapor.

Dengan semakin jelas dan rincinyanegara mengatur berbagai macam tindakpidana korupsi dan tindak pidana yangberhubungan dengan korupsi diharapkanmasyarakat dan aparatur negara padakhususnya semakin sadar akan bahayalaten melakukan tindak pidana korupsiyang akibatnya tidak hanya pada pribadiyang bersangkutan tetapi kepada keluargadan juga dampaknya secara luas dimasyarakat.

3.2 Pengertian Gratifikasi

Gratifikasi merapakan tindak pidanakorupsi yang relatif baru diatur di tataperundangan Indonesia. Pengertiangratifikasi diatur dalam Pasal 12B Ayat (1)Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun2001 yaitu Pemberian dalam arti luas,yakni meliputi pemberian uang, barang,rabat (discount), komisi, pinjaman tanpabunga, tiket perjalanan, fasilitaspenginapan, perjalanan wisata,pengobatan cuma-cuma, dan fasilitaslainnya. Gratifikasi tersebut baik yangditerima di dalam negeri maupun di luarnegeri dan yang dilakukan denganmenggunakan sarana elektronik atau tanpasarana elektronik.

Apabila dicermati penjelasan pasal12B Ayat (1) di atas, kalimat yangtermasuk definisi gratifikasi adalah sebatas

kalimat: pemberian dalam arti luas,sedangkan kalimat setelah itu merupakanbentuk bentuk gratifikasi. Dari penjelasanpasal 12B Ayat (1) juga dapat dilihat bahwapengertian gratifikasi mempunyai maknayang netral, artinya tidak terdapat maknatercela atau negatif dari arti kata gratifkasitersebut. Apabila penjelasan inidihubungkan dengan rumusan pasal 12Bdapat dipahami bahwa tidak semuagratifikasi itu bertentangan dengan hukum,melainkan hanya gratifikasi yangmemenuhi kriteria dalam unsur pasal 12Bsaja.

Pengaturan ini dimaksudkan agarmasyarakat, aparatur dan penyelenggaranegara mengetahui apa itu gratifikasi dandapat mengambil langkah – langkah yangtepat yaitu menolak atau melaporkangratifikasi yang diterima. Secara khususgratifikasi diatur dalam peraturan berikut:

Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2001, tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi, Pasal 12B:

Setiap gratifikasi kepada pegawainegeri atau penyelenggara negaradianggap pemberian suap, apabilaberhubungan dengan jabatannya dan yangberlawanan dengan kewajiban atautugasnya, dengan ketentuan sebagaiberikut:a. yang nilainya Rp. 10.000.000,00

(sepuluh juta rupiah) atau lebih,pembuktian bahwa gratifikasi tersebutbukan merupakan suap dilakukan olehpenerima gratifikasi;

b. yang nilainya kurang dari Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),pembuktian bahwa gratifikasi tersebutsuap dilakukan oleh penuntut umum.

Penjelasan Pasal 12B Ayat (1)Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001Yang dimaksud dengan gratifikasi adalahpemberian dalam arti luas, yakni meliputi

Page 4: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

4

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

pemberian uang, barang, rabat, komisipinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,fasilitas penginapan, perjalanan wisata,pengobatan cuma-cuma dan fasilitaslainnya. Gratifikasi tersebut baik yangditerima didalam negeri maupun di luarnegeri dan yang dilakukan denganmenggunakan sarana elektronika atautanpa sarana elektronika.Pasal 12C:1. Ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlakujika penerima melaporkan gratifikasiyang diterimanya kepada KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Penyampaian laporan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukanoleh penerima gratifikasi paling lambat30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejaktanggal gratifikasi tersebut diterima.

2. Komisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi dalam waktu paling lambat 30(tiga puluh) hari kerja sejak tanggalmenerima laporan, wajib menetapkangratifikasi dapat menjadi milik penerimaatau milik negara.

3. Ketentuan mengenai tata carapenyampaian laporan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) dan penentuanstatus gratifikasi sebagaimana dimaksuddalam ayat (3) diatur dalam Undang-Undang tentang Komisi PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

3.3 Pengertian Aparatur Sipil Negara(ASN)Pengertian Pegawai Negeri menurutPasal 1 angka (2) UU 31/1999:

a. pegawai negeri sebagaimana dimaksuddalam Undang-undang tentangKepegawaian. Saat ini berlaku Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentangAparat Sipil Negara.

b. Pegawai negeri sebagaimana dimaksuddalam Kitab Undang-undang HukumPidana. Bagian ini mengacu padaperluasan definisi pegawai negeri

menurut Pasal 92 Kitab Undang-undangHukum Pidana (KUHP), yaitu (PAFLamintang, 2009:8-9):(1) Termasuk dalam pengertian

pegawai negeri, yakni semua orangyang terpilih dalam pemilihan yangdiadakan berdasarkan peraturanumum, demikian juga semua orangyang karena lain hal selain karenasuatu pemilihan, menjadi anggotabadan pembentuk undang-undang,badan pemerintah atau badanperwakilan rakyat yang diadakanoleh atau atas nama Pemerintah,selanjutnya juga semua anggotadari suatu dewan pengairan dansemua pimpinan orang-orangpribumi serta pimpinan dari orang-orang Timur Asing yang dengansah melaksanakan kekuasaanmereka.

(2) Termasuk dalam pengertianpegawai negeri dan hakim, yaknipara wasit; termasuk dalampengertian hakim, yakni merekayang melaksanakan kekuasaanhukum administratif, berikut paraketua dan para anggota dari dewan-dewan agama.

(3) Semua orang yang termasuk dalamAngkatan Bersenjata itu jugadianggap sebagai pegawai-pegawainegeri.

c. orang yang menerima gaji atau upahdari keuangan negara atau daerah;

d. orang yang menerima gaji atau upahdari suatu korporasi yang menerimabantuan dari keuangan negara ataudaerah; atau

e. orang yang menerima gaji atau upahdari korporasi lain yangmempergunakan modal atau fasilitasdari negara atau masyarakat. DalamPenjelasan Umum Undang-undang inimemperluas pengertian PegawaiNegeri, yang antara lain adalah orangyang menerima gaji atau upah dari

Page 5: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

5

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

korporasi yang mempergunakan modalatau fasilitas dari Negara ataumasyarakat. masuk atau pajak yangbertentangan dengan peraturanperundangundangan yang berlaku.Yang dimaksud dengan fasilitas adalahperlakuan istimewa yang diberikandalam berbagai bentuk, misalnya bungapinjaman yang tidak wajar, harga yangtidak wajar, dan pemberian izin yangeksklusif.

4. Larangan Gratifikasi Bagi ASN4.1 Kategori Gratifikasi

Bagi penyelenggara negara ataupegawai negeri yang ingin mengidentifikasidan menilai apakah suatu pemberian yangditerimanya cenderung ke arah gratifikasidianggap suap/suap atau tidak dianggapsuap, dapat berpedoman pada beberapapertanyaan yang sifatnya reflektif sebagaiberikut: Pertanyaan Reflektif untukMengidentifikasi dan Menilai apakah SuatuPemberian Mengarah pada GratifikasiDianggap Suap atau Tidak Dianggap Suap.

Terdapat pertanyaan reflektifsebelum mengkategorikan pemberiansebagai gratifikasi atau tidak yaitu:1) Apakah motif dari pemberian itu sendiri,

jika motifnya menurut dugaan andauntuk mempengaruhi keputusan andasebagai pejabat publik, maka pemberiantersebut dapat anda tolak.

2) Apakah pemberian tersebut diberikanoleh pemberi yang memiliki hubungankekuasaan atau posisi yang setara atautidak, jika jawabannya adalah iya,(memiliki posisi setara), maka bisa jadikemungkinan pemberian tersebutdiberikan atas dasar pertemanan.

3) Apakah terdapat hubungan realsi kuasayang bersifat strategis, jika jawabannyaya, maka pemberian tersebut patut andaduga dan waspadai sebagai pemberianyang cenderung ke arah gratifikasi.Poin selanjutnya adalah

4) Apakah pemberian tersebut memilikipotensi menimbulkan konflikkepentingan saat ini maupun dimasayang akan datang, jika jawabannya ya,maka sebaiknya pemberian tersebutanda tolak dengan cara baik tanpamenyinggung si pemberi.

5) Bagaimana metode pemberiandilakukan, secara terbuka atau rahasia,anda patut mewaspadai jika pemberiantidak diberikan secara langsung dansembunyi-sembunyi karena akanmengarah kepada gratifikasi.

6) Bagaiamana kepantasan/kewajaran nilaidan frekwensi pemberian yang diterima(secara sosial), jika pemberian terlalusering dan tidak pantas maka patutanda curigai bahwa pemberian tersebutmerupakan gratifikasi. Dan jikapemberian yang anda terima terindikasipada ke-6 poin diatas maka sudahseharusnya anda melaporkan kepadaKomisi Pemberantasan Korupsi dalamjangka waktu 30 hari sejak diterimanyagratifikasi; dengan ketentuan sepertidiatas.

Pertanyaan reflektif ini dapatdigunakan untuk gratifikasi/pemberianhadiah yang diberikan dalam semuasituasi, tidak terkecuali pemberian padasituasi yang secara sosial wajar dilakukanseperti: pemberian hadiah/gratifikasi padaacara pernikahan, pertunangan, ulangtahun, perpisahan, syukuran, khitanan atauacara lainnya. Terkadang timbul suatudilema berupa penerimaan hadiah darisalah seorang anggota keluarga dengannilai yang cukup mahal namun pemberiyang merupakan anggota keluargatersebut ternyata juga merupakan rekananpada instansi si penerima. Tetapi denganmengacu pada pertanyaan reflektif, setiappemberian dari pihak luar kepada seorangpenyelenggara negara atau aparatur sipilnegara akan sangat mudah diidentifikasisebagai pemberian biasa ataukahtermasuk kategori gratifikasi.

Page 6: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

6

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

Gratifikasi yang tidak perlu dilaporkanmenurut Surat Edaran KPK No. B-143/01-13/01/2013

Gratifikasi tidak selalu harusdilaporkan kepada KPK, oleh karena ituKPK menerbitkan Surat HimbauanTerkaitGratifikasi yang menyebutkan beberapagratifikasi yang tidak perlu dilaporkansebagaimana disebutkan dalam Surat KPKNomor B- 143/01-13/01/2013 dalam butir 3huruf a sd j dengan penjelasan sebagaiberikut:a. diperoleh dari hadiah langsung/undian,

diskon/rabat, voucher, point rewardsatau suvenir yang berlaku umum dantidak terkait kedinasan;

b. diperoleh karena prestasi akademis ataunon akademis(kejuaraan/perlombaan/kompetisi)dengan biaya sendiri dan tidak terkaitkedinasan;

c. diperoleh dari keuntungan/bunga daripenempatan dana, investasi ataukepemilikan saham yang berlaku umumdan tidak terkait kedinasan;

d. diperoleh dari kompensasi atas profesidiluar kedinasan yang tidak terkait daritupoksi pegawai negeri ataupenylenggara negara, tidak melanggarkonflik kepentingan atau kode etikpegawai dan dengan izin tertulis dariatasan langusng;

e. diperoleh dari hubungan keluargasedarah dalam garis keturunan lurusdua derajat atau dalam garis keturunankesamping satu derajat sepanjang tidakmempunyai konflik kepentingan denganpenerima gratifikasi;

f. diperoleh dari hubungan keluargasemenda dalam garis keturunan lurussatu derajat atau dalam garis keturunankesamping satu derajat sepanjang tidakmempunyai konflik kepentingan denganpenerima gratifikasi;

g. diperoleh dari pihak yang mempunyaihubungan keluarga sebagaimana

dimaksud pada huruf f dan g terkaitdengan hadiah perkawinan, khitanananak, ulang tahun, kegiatankeagamaan/adat/tradisi dan bukan daripihak-pihak yang mempunyai konflikkepentingan dengan penerimagratifikasi;

h. diperoleh dari pihak terkait denganmusibah dan bencana, dan bukan daripihak-pihak yang mempunyai konflikkepentingan dengan penerimagratifikasi;

i. diperoleh dari kegiatan resmi kedinasanseperti rapat, seminar, workshop,konferensi, pelatihan atau kegiatan lainsejenis yang berlaku secara umumberupa seminar kit, sertifikat danplakat/cinderamata, dan

j. diperoleh dari acara resmi kedinasandalam bentuk hidangan/ sajian/jamuanberupa makanan dan minuman yangberlaku umum.

Untuk memberikan pemahamantentang gratifikasi dan penanganannya,berikut ini akan diuraikan beberapa contohkasus gratifikasi baik yang dilarangberdasarkan ketentuan pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 junctoUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2001(selanjutnya baca gratifikasi yang dilarang)maupun yang tidak. Tentu saja hal inihanya merupakan sebagian kecil saja darisituasi-situasi terkait gratifikasi yangseringkali terjadi. Contoh-contohpemberian yang dapat dikategorikansebagai gratifi-kasi yang sering terjadiadalah:1. Pemberian hadiah atau parsel kepada

pejabat pada saat hari raya keagamaan,oleh rekanan atau bawahannya,

2. Hadiah atau sumbangan pada saatperkawinan anak dari pejabat olehrekanan kantor pejabat tersebut,

3. Pemberian tiket perjalanan kepadapejabat atau keluarganya untukkeperluan pribadi secara cuma-cuma,

Page 7: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

7

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

4. Pemberian potongan harga khusus bagipejabat untuk pembelian barang darirekanan,

5. Pemberian biaya atau ongkos naik hajidari rekanan kepada pejabat,

6. Pemberian hadiah ulang tahun ataupada acara-acara pribadi lainnya darirekanan,

7. Pemberian hadiah atau souvenir kepadapejabat pada saat kunjungan kerja,

8. Pemberian hadiah atau uang sebagaiucapan terima kasih karena telahdibantu, dll.

4.2 ASN yang Wajib MelaporkanGratifikasi

Penerimaan gratifikasi olehpegawai negeri atau penyelenggara negarawajib dilaporkan kepada KomisiPemberantasan Korupsi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerjaterhitung sejak tanggal gratifikasi tersebutditerima. Yang wajib melaporkan gratifikasidirinci sebagai berikut:1. Penyelenggara Negaraa. Penyelenggara Negara adalah Pejabat

Negara yang menjalankan fungsieksekutif, legislatif, atau yudikatif danpejabat lainyang fungsi dan tugaspokoknya berkaitan denganpenyelenggaraan negara sesuai denganketentuan peraturanperundangundangan yang berlaku.Uraian jabatan-jabatan lain yangtermasuk kualifikasi PenyelenggaraNegara, yaitu meliputi:1. Pejabat Negara pada Lembaga

Tertinggi Negara. Saat iniberdasarkan Amandemen ke-4Undangundang Dasar 1945 tidakdikenal lagi istilah Lembaga TertinggiNegara. Institusi yang dimaksuddisini adalah MajelisPermusyawaratan Rakyat;

2. Pejabat Negara pada LembagaTinggi Negara;

3. Menteri;

4. Gubernur;5. Hakim;6. Pejabat negara yang lain sesuai

dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlakumisalnya Kepala Perwakilan RI diLuar Negeri yang berkedudukansebagai Duta Besar Luar Biasa danberkuasa penuh, Wakil Gubernur danBupati/Walikota; dan

7. Pejabat lain yang memiliki fungsistrategis dalam kaitannya denganpenyelenggara negara sesuaidengan ketentuan peraturanperundangundangan yang berlakuantara lain:1) Direksi, Komisaris, dan pejabat

struktural lainnya pada BadanUsaha Milik Negara dan BadanUsaha Milik Daerah;

2) Pimpinan Bank Indonesia danPimpinan Badan PenyehatanPerbankan Nasional;

3) Pimpinan Perguruan TinggiNegeri;

4) Pejabat Eselon I dan pejabat lainyang disamakan di lingkungansipil, militer, dan KepolisianNegara Republik Indonesia;

5) Jaksa;6) Penyidik;7) Panitera Pengadilan; dan8) Pemimpin dan bendaharawan

proyek. Dalam konteks kekinian,Pejabat Pembuat Komitmen,Pantia Pengadaan, PanitiaPenerima Barang termasukkualifikasi Penyelenggara Negara.

b. Anggota DPRD dan termasuk pejabatnegara lain yaitu:

1. Presiden dan Wakil Presiden;2. Ketua, wakil ketua, dan anggota

Majelis Permusyawaratan Rakyat;3. Ketua, wakil ketua, dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat;Ketua, wakil

Page 8: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

8

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

ketua, dan anggota Dewan PerwakilanDaerah;

4. Ketua, wakil ketua, ketua muda danhakim agung pada Mahkamah Agungserta ketua, wakil ketua, dan hakimpada semua badan peradilan kecualihakim ad hoc;

5. Ketua, wakil ketua, dan anggotaMahkamah Konstitusi;

6. Ketua, wakil ketua, dan anggotaBadan Pemeriksa Keuangan;

7. Ketua, wakil ketua, dan anggotaKomisi Yudisial;

8. Ketua dan wakil ketua KomisiPemberantasan Korupsi;

9. Menteri dan jabatan setingkat menteri;10. Kepala perwakilan Republik Indonesia

di luar negeri yang berkedudukansebagai Duta Besar Luar Biasa danBerkuasa Penuh;

11. Gubernur dan wakil gubernur;12. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil

walikota; dan13. Pejabat negara lainnya yang

ditentukan oleh Undang-Undang.2. Aparatur Sipil NegaraSebagaimana telah dijelaskan didalam

dasar teori diatas.

4.3 Tata Cara Pelaporan Gratifikasi

Jika memang anda sebagaipenyelenggara negara atau ASN menerimagratifikasi, maka terdapat tata carapelaporan penerimaan gratifikasi yangdiatur dalam Pasal 16 huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentangKomisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi, menyebutkan bahwa laporan

disampaikan secara tertulis denganmengisi formulir sebagaimana ditetapkanoleh Komisi Pemberantasan Korupsidengan melampirkan dokumen yangberkaitan dengan gratifikasi. Pasal inimensyaratkan bahwa setiap laporan harusdiformalkan dalam formulir gratifikasi,adapun formulir gratifikasi bisa diperolehdengan cara mendapatkannya secaralangsung dari Kantor KPK, mengunduh(download) dari situs resmi KPK(www.kpk.go.id/gratifikasi), memfotokopiformulir gratifikasi asli atau cara-cara lainsepanjang formulir tersebut merupakanformulir gratifikasi; sedangkan pada huruf bpasal yang sama menyebutkan bahwaformulir sebagaimana dimaksud pada hurufa sekurang-kurangnya memuat:1. Nama dan alamat lengkap penerima dan

pemberi gratifikasi;2. Jabatan pegawai negeri atau

penyelanggara negara;3. Tempat dan waktu penerimaan

gratifikasi;4. Uraian jenis gratifikasi yang diterima;

dan5. Nilai gratifikasi yang diterima.

Atau hubungi Direktorat GratifikasiTelepon : (021) 2557 8440Facs : (021) 529 21230email : [email protected] : www.kpk.go.id/gratifikasi

Untuk lebih jelas mengenaimekanisme pelaporan dan penetapanstatus kepemilikan gratifikasi, dapat dilihatpada gambar berikut.

Page 9: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

9

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

Alur pelaporan dan penetapan status gratifikasi menurut pasal 16 dan 17

4.4 Konsekwensi Hukum dariMelakukan dan Menerima Gratifikasi

Sanksi pidana yang ditetapkan padatindak pidana ini cukup berat, yaitu pidanapenjara minimum empat tahun, danmaksimum 20 tahun atau pidana penjaraseumur hidup, dan pidana denda palingsedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah), maksimum Rp1.000.000.000,00(satu miliyar rupiah). Dari rumusan ini jelassekali bahwa penerimaangratifikasimerupakan hal yang sangatserius sebagai salah satu bentuk tindakpidana korupsi, dengan sanksi pidana yangpersis sama dengan tindak pidana suaplainnya dalam Undang-UndangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.5. Kesimpulan dan Saran5.1 Kesimpulan

Gratifikasi merupakan pemberiandalam bentuk hadian, diskount, komisipinjaman tanpa bunga dan masih banyakcontoh lain yang diberikan kepadapenyelenggara negara atau ASN dalamkaitannya dengan permintaan merubahkewenangan dan kebijakan yang sudahada dan disesuaikan dengan pemberigratifikasi.

Terdapat pertanyaan reflektif sebelummengkategorikan pemberian sebagaigratifikasi atau tidak yaitu:1) Apakah motif dari pemberian itu sendiri,

jika motifnya menurut dugaan andauntuk mempengaruhi keputusan andasebagai pejabat publik, maka pemberiantersebut dapat anda tolak.

2) Apakah pemberian tersebut diberikanoleh pemberi yang memiliki hubungankekuasaan atau posisi yang setara atau

Page 10: LARANGAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI · PDF fileTindak pidana korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto ... peraturan khusus. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat

10

FORUM MANAJEMEN Vol. 05 No. 4

tidak, jika jawabannya adalah iya,(memiliki posisi setara), maka bisa jadikemungkinan pemberian tersebutdiberikan atas dasar pertemanan.

3) Apakah terdapat hubungan realsi kuasayang bersifat strategis, jika jawabannyaya, maka pemberian tersebut patut andaduga dan waspadai sebagai pemberianyang cenderung ke arah gratifikasi.

4) Apakah pemberian tersebut memilikipotensi menimbulkan konflikkepentingan saat ini maupun dimasayang akan datang, jika jawabannya ya,maka sebaiknya pemberian tersebutanda tolak dengan cara baik tanpamenyinggung si pemberi.

5) Bagaimana metode pemberiandilakukan, secara terbuka atau rahasia,anda patut mewaspadai jika pemberiantidak diberikan secara langsung dansembunyi-sembunyi karena akanmengarah kepada gratifikasi.

6) Bagaiamana kepantasan/kewajaran nilaidan frekwensi pemberian yang diterima(secara sosial), jika pemberian terlalusering dan tidak pantas maka patutanda curigai bahwa pemberian tersebutmerupakan gratifikasi. Dan jikapemberian yang anda terima terindikasipada ke-6 poin diatas maka sudahseharusnya anda melaporkan kepada

Komisi Pemberantasan Korupsi dalamjangka waktu 30 hari sejak diterimanyagratifikasi; dengan ketentuan yang jelas.

Sanksi pidana yang ditetapkan padatindak pidana ini cukup berat, yaitu pidanapenjara minimum empat tahun, danmaksimum 20 tahun atau pidana penjaraseumur hidup, dan pidana denda palingsedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah), maksimum Rp1.000.000.000,00(satu miliyar rupiah).

5.2 Saran

Dengan semakin berkembangnyamotif tindak pidana korupsi dan jugapemerintah telah mengimbanginya denganterciptanya undang – undang yangmengatur secara detail tentang korupsisehingga setiap instansi ataupun lembagapemerintah hendaknya mengadakansosialisasi tentang bagaimana undang –undang tersebut di pahami dandilaksanakan tidak sekedar tertulis tanpaimplementasi yang jelas. Hal ini secaraotomatis akan mendukung terciptanyasistem birokrasi yang baik, cepat, bersihdan terpercaya sehingga imagepenyelenggara negara dan aparaturnegara menjadi semakin lebih baik lagidimata publik.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Modul. 2014. Anti Korupsi. Jakarta: Lembaga Aparatur Negara.

Komisi Pemberantasa Korupsi. 2006. Memahami Untuk Membasmi. Jakarta: KomisiPemberantasan Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2014. Buku Saku Memahami Gratifikasi. Jakarta:Komisi Pemberantasan Korupsi.

http://www.kpk.go.id/id/layanan-publik/gratifikasi/mengenai-gratifikasi

*) Luita Y.D, adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara pada Pusdiklat Migas di Cepu