lapres_uji sensitivitas mikroba

9
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI Praktikum 11 Uji Sensitivitas Mikrobia terhadap Antibiotik Dosen Penaggungjawab : Purwanto, M.Sc., Apt. Asisten : Romdlon dan Elsya Disusun oleh: Nama : Bani Adlina Shabrina NIM : 11/313224/FA/08696 Kelas/ Golongan/ Kelompok : A/ I/ IV Tanggal praktikum : LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UGM YOGYAKARTA 2012

Upload: bani-adlina-shabrina

Post on 21-Jul-2015

560 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI Praktikum 11 Uji Sensitivitas Mikrobia terhadap Antibiotik

Dosen Penaggungjawab Asisten

: Purwanto, M.Sc., Apt. : Romdlon dan Elsya

Disusun oleh: Nama NIM Kelas/ Golongan/ Kelompok Tanggal praktikum : Bani Adlina Shabrina : 11/313224/FA/08696 : A/ I/ IV :

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UGM YOGYAKARTA 2012

PRAKTIKUM 11 UJI SENSITIVITAS MIKROBIA TERHADAP ANTIBIOTIK

I.

TUJUAN Mahasiswa dapat melakukan uji aktivitas antimikroba sediaan ekstrak tanaman obat-obatan Indonesia.

II.

PENDAHULUAN Indonesia kaya akan tanaman obat dan banyak di antaranya berpotensi dikembangkan sebagai senyawa antimikroba. Benzyl Isothiocyanate hasil isolasi dari Salvadora persica yang secara tradisional banyak dipakai dengan cara dikunyah dilaporkan sangat aktif terhadap bakteri gram negatif yang bertanggung jawab pada kerusakan gigi dan mulut (Astuti, et al., 2011). Penelitian mengenai aktivitas antimikroba tanaman obat Indonesia perlu dilakukan untuk pembuktian ilmiah khasiat empiris dari tanaman obat, serta menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai khasiat tanaman obat untuk bisa digunakan oleh masyarakat (Astuti, et al., 2011). Pengujian aktivitas antimikroba adalah teknik untuk mengukur berapa besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi mikroorganisme (Dart, 1996). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada zat yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai bakteriostatik dan yang bersifat membunuh bakteri yang dikenal sebagai bakterisida (Ganiswarna, 1995) Untuk metode pengujian antibakteri suatu zat, metode yang sering digunakan diantaranya metode difusi. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan disk atau sumuran yang ke dalamnya dimasukkan antimikroba dalam gelas tertentu dan ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan dengan bakteri indikator setelah diinkubasi akan terjadi daerah jenuh di sekitar sumuran atau disk dan diameter hambatan merupakan ukuran kekuatan hambatan dari substansi antimikrobia. Terhadap bakteri yang digunakan. Lebarnya zona yang terbentuk, yang juga ditentukan oleh konsentrasi senyawa efektif yang digunakan merupakan dasar

pengujian kuantitatif, hal ini mengindikasikan bahwa senyawa tersebut bisa bebas berdifusi ke seluruh medium (Dart, 1996).

III.

ALAT DAN BAHAN Alat: Piring petri Tabung reaksi Mikropipet dan yellow tip Glass spreader Pinset Mikropipet dan tips Jangka sorong Lampu spiritus Korek api Bahan: Kanamisin Minyak adas Minyak cengkeh Media NA Mikroba (Eschericia coli, S.aureus)

IV.

CARA KERJA

Buat stok sediaan ekstrak pada konsentrasi 100 mg/ml

Vortex atau sonikasi sampai larut

Cairkan media, tunggu suhunya mendekati 400C dan campurkan suspensi mikroba (E.coli S.aureus), ditunggu hingga beku

Paper disk ditetesi dengan 10 L larutan sampel (minyak adas, minyak cengkeh) lalu dipasang di atas permukaan agar, biarkan kering

Lalu teteskan kontrol positif (antibiotika kanamisin) dan biarkan mengering

Pasang paper disc pada permukaan media padat, biarkan pada suhu kamar 1 jam

Inkubasi pada 37C selama 24 jam

Ukur diameter hambatan dengan bantuan jangka sorong

V.

HASIL PENGAMATAN 1) E.coli

Diameter hambatan E.coli Kanamisin (cm) 2,450 2,320 2,730 Rata-rata= 2,5 Minyak cengkeh (cm) 0,300 0,315 1,315 Rata-rata= 0,643 Minyak adas (cm) 0,600 0,750 0,625 Rata-rata= 0,658

2) S.aureus (kelompok lain)

Diameter hambatan S.aureus Kanamisin (cm) 2,525 Minyak cengkeh (cm) 1,415 Minyak adas (cm) 1,245

VI.

PEMBAHASAN Dengan melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat melakukan uji aktivitas antimikroba sediaan ekstrak tanaman obat-obatan Indonesia. Pada praktikum ini dilakukan pengujian aktivitas antimikroba dari suatu ekstrak tanaman dengan cara mengamati daya hambat ekstrak tersebut terhadap pertumbuhan

mikroba. Ekstrak tumbuhan yang digunakan adalah minyak cengkeh dan minyak adas yang merupakan minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif. Minyak cengkeh mengandung antibiotik, anti-virus, anti-jamur dan memiliki khasiat sebagai antiseptik. Selain itu ditemukan pula sekitar 60-90 persen eugenol dalam minyak cengkeh.Kandungan lain yang tedapat di dalamnya adalah zat mangan, asam lemak omega 3, magnesium, serat, zat besi, potasium dan juga kalsium. Vitamin yang diperlukan oleh tubuh juga ada di dalamnya terutama vitamin C dan vitamin K. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa minyak cengkeh dapat mengurangi peradangan dalam tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara alami, memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme serta membantu mengatasi stres dan depresi (Anonim, 2010). Sedangkan minyak adas mengandung minyak asiri (Oleum Foeniculi) 1 6%, 50 60% anetol, lebih kurang 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilchavikol, anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak lemak. Minyak adas (fennel oil) yang dihasilkan tanaman adas berasal dari buah yang disuling. Tanaman adas biasanya digunakan unruk mengobati sakit perut (mulas), perut kembung, mual, muntah, ASI sedikit, Diare, sakit kuning (jaundice), kurang nafsu makan, batuk, sesak napas, nyeri haid, haid tidak teratur, rematik, susah tidur (insomnia), buah pelir turun (orchidoptosis), kolik, usus turun ke lipat paha (hernia inguinalis), batu empedu, pembengkakan saluran sperma (epididimis), penimbunan cairan dalam kantung buah zakar (hiodrokel testis), keracunan tumbuhan obat atau jamur, meningkatkan penglihatan (Anonim, 2011). Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan sampel ekstrak dengan konsentrasi 100 mg/m. Kemudian dilakukan homogenasi dengan cara vortex. Tujuan supaya diperoleh larutan yang benar-benar larut tanpa adanya endapan partikel pada flakon sehingga didapatkan kadar sesuai dengan yang diinginkan. Sementara itu, media cair NA disiapkan dengan cara memanaskannya di atas kompor listrik. Setelah mencair, lalu ditunggu hingga suhunya sudah tidak terlalu tinggi dan cukup dingin (kurang lebih 40oC). Baru kemudian mikroba uji dimasukkan ke dalamnya. Hal ini dilakukan di dalam kotak aseptis. Mikroba uji yang digunakan ada 2 macam, yaitu Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Eschericia coli berbentuk batang pendek (basil), gram negatif, susunan tidak teratur, ukuran 0,4-0,7m X 1-4m, tidak berspora, beberapa strain berkapsul, sebagian besar dapat bergerak (flagel peritrikh). (Simatupang, Maria,

2010). Sedangkan Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, tidak menghasilkan spora dan tidak motil. Dapat tumbuh secara aerob, anaerob fakultatif, dan mikroaerofilik. Terkadang ditemukan negatif gram pada bagian tengah gerombolan kuman, pada kuman yang telah difagositosis dan pada biakan tua yang hampir mati, bersifat koagulasi positif. Umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok. Berbentuk sferis, bila menggerombol dalam bentuk yang tidak teratur, mungkin sisinya rata karena tertekan. Diameter sekitar 0,8-1,0 m (Anonim, 2011). Suspensi bakteri dalam media kemudian dituang ke dalam cawan petri dengan volume sebesar 10 ml untuk setiap cawannya. Ditunggu hingga media membeku baru kemudian dibuat plug pada media tersebut. Plug dibuat dengan cara melubangi media menggunakan menekan logam sumuran pada media dan mengambil media yang terpotong. Seharusnya plug dibuat dengan meletakkan logam dinding sumuran pada media sehingga sampel tidak melebar ke media. Akan tetapi, hal tersebut tidak dilakukan karena keterbatasan alat, sehingga plug dibuat dengan cara seperti yang telah dijelaskan di atas. Kontrol positif yang digunakan adalah Kanamisin. Kontrol positif berfungsi sebagai pembading sampel bila terdapat aktivitas antibiotik. Kadar antibiotik yang digunakan sebsar 5 l dalam 10 ml media cair. Sedangkan kontrol negatif tidak dibuat. Pada tiap plug yang dibuat di tiap cawan diberi label guna memudahkan dalam pengamatan, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 24 jam. Dari hasil pengamatan menggunakan bakteri E.coli, diperoleh bahwa sampel minyak cengkeh dan minyak adas menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Diameter minyak cengkeh rata-ratanya sebesar 0,643cm. Sedangkan diameter hambat rata-rata minyak adas sebesar 0,658cm. Sebagai pembanding, diamati ada tidaknya zona hambat pada kontrol positif. Ternyata kontrol positif (Kanamisin) menunjukkan adanya zona hambat dengan diameter yang lebih besar terhadap pertumbuhan mikroba, yaitu dengan rata-rata sebesar 2,5cm. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah jernih di sekitar plug kontrol positif yang menandakan bahwa mikroba di sekitar plug mati akibat adanya aktivitas antimikroba dari antibiotik. Sedangkan hasil pengamatan menggunakan bakteri S.aureus, diperoleh diameter minyak cengkeh sebesar 1,415cm. Sedangkan diameter hambat minyak adas sebesar 1,245cm. Sedangkan kontrol positif (Kanamisin) menunjukkan adanya zona hambat dengan diameter yang lebih besar terhadap pertumbuhan mikroba, yaitu sebesar 2,525cm. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah jernih di sekitar plug kontrol

positif yang menandakan bahwa mikroba di sekitar plug mati akibat adanya aktivitas antimikroba dari antibiotik. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak tumbuhan yang diuji (minyak cengkeh dan minyak adas) memiliki sensitivitas terhadap mikroba (E.coli dan S.aureus). Sensitivitas minyak adas lebih besar daripada minyak cengkeh, karena diameter hambat minyak adas lebih besar daripada minyak cengkeh. Namun, diameter hambat ekstrak yang diuji masih lebih kecil daripada antibiotik kanamisin yang sudah terbukti poten

VII.

KESIMPULAN 1. Uji sensitivitas terhadap antibiotik diperlukan untuk mengetahui antibiotik yang tepat terhadap penyakit karena infeksi bakteri tertentu 2. Antibiotik kanamisin merupakan antibiotik yang efektif untuk bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus karena mempunyai diameter hambatan paling besar. 3. Minyak adas dan minyak cengkeh memiliki sensitivitas terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. 4. Sensitivitas minyak adas lebih besar daripada minyak cengkeh, karena diameter hambat minyak adas lebih besar daripada minya cengkeh.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010, Minyak Cengkeh dan Khasiatnya bagi Kesehatan,

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1966262minyak-cengkeh-dan-khasiatnya-bagi/#ixzz1ug5TnQfz, diakses tanggal 12 Mei 2012. Anonim, 2011, Minyak Adas untuk Obat Batuk,

http://beritapilihancanopy.wordpress.com/2011/07/22/minyak-adas-untuk-obatbatuk/, diakses tanggal 12 Mei 2012. Astuti, Puji etal., 2011, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Farmasi, Bagian Biologi Farmasi UGM, Yogyakarta. Dart, R. K., 1996, Microbial for The Analytical Chemist, The Royal Society of Chemistry, Cambridge.

Yogyakarta, 11 Mei 2012 Asisten Koreksi Praktikan,

(

)

( Bani Adlina Shabrina )