laporan va

11
LAPORAN PRAKTIKUM CRYPTOGAMAE “JAMUR PILOBOLUS (JAMUR PADA KOTORAN KUDA)” Disusun oleh : Nama : Eva Wardah Maolidah Kelompok : III ( Tiga) Tanggal Praktikum : 27 April & 4 Mei 2013 Tanggal Masuk Laporan : 11 Mei 2013 Nama Dosen : Dr, Agus Salim Drs. MP JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Upload: eva-wardah-m-firdaus

Post on 29-Nov-2015

1.070 views

Category:

Documents


87 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Va

LAPORAN PRAKTIKUM

CRYPTOGAMAE

“JAMUR PILOBOLUS (JAMUR PADA KOTORAN KUDA)”

Disusun oleh :

Nama : Eva Wardah Maolidah

Kelompok : III ( Tiga)

Tanggal Praktikum : 27 April & 4 Mei 2013

Tanggal Masuk Laporan : 11 Mei 2013

Nama Dosen : Dr, Agus Salim Drs. MP

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013

Page 2: Laporan Va

I. MENGHITUNG JUMLAH SEL MIKROALGA JENIS COLEASTRUM SERTA MENGUKUR KADAR KLOROFIL MIKROALGA

II. PENDAHULUAN

a. Tujuan

1. Mengetahui spora yang di hasilkan dari jamur Pilobolous (jamur pada kotoran kuda)

b. Dasar Teori

Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain (Adi, 1992).

Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit).

Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Salah satunya adalah Zygomycotina.

Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atauRhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru(Adi Yudianto,1992).

Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya,

Page 3: Laporan Va

zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n) (Sumarjito, 2008.).

Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar. Contoh Zygomycotina : Pilobolus sp, jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut (Becker, 1994).

Pilobolus adalah cendawan koprofil yang tergolong dalam Zygomycota. Pilobolus disebut cendawan koprofil karena dapat hidup di kotoran hewan dan dapat bertindak sebagai cendawan saprob. Keunikan dari cendawan ini adalah dapat menembakkan sporanya sehingga terkadang Pilobolus disebut Shot-gun Fungi. Pilobolus menunjukkan adanya mekanisme fototropisme dimana sporangiumnya menembakkan spora ke arah datangnya cahaya (Odum, 1971).

Pilobolus bereproduksi dengan menembakkan sporanya yang berwarna hitam ke tumbuhan semacam rumput. Setelah itu, hewan herbivora akan memakan rumput, spora Pilobolus juga akan terbawa. Selama berada di dalam saluran pencernaan hewan herbivora, spora akan bergerminasi sebagai bentuk pertahanan terhadap suhu dan bahan kimia dalam saluran pencernaan herbivora. Setelah proses pencernaan berakhir, spora Pilobolus juga akan ikut keluar bersama feses. Di luar tubuh, spora Pilobolus akan berkecambah membentuk miselium, feses hewan akan menjadi sumber nutrisi bagi spora tersebut. Spora yang berkecambah akan berkembang membentuk struktur reproduksi yang memiliki spora. Spora ini akan ditembakkan kembali ke rumput. Siklus ini akan terus berlanjut selama ada hewan herbivora yang memakan rumput dan menjadi inang selanjutnya (Odum, 1971).

Cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan Pilobolus. Di bawah ujung sporangiofor merupakan daerah yang peka terhadap cahaya (Fototropisme dan fototaksis). Tangkai tersebut akan tumbuh ke arah cahaya matahari. Ketika jamur telah matang, maka tekanan air di dalam tangkai menyebar sampai dengan ujung tangkai dan menyebabkan ujung tangkai meledak. Saat itulah terjadi penyebaran spora dengan penembakan spora ke udara. Peristiwa ini umumnya terjadi pada siang hari (Becker, 1994).

Page 4: Laporan Va

III. METODE

a. Alat dan Bahan1. Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum menghitung jumlah sel

mikroalga

Alat BahanMikroskop Kotoran kudaObjek glass Kertas karbonKaca penutup AirJarum preparat KaretBotol jamSendok bekas

b. Prosedur Kerja 1. Pembuatan kultur Jamur Pilobolus sp

Kotoran kuda

Diambil menggunakan sendok bekas dan di masukan kedalam botol jam sampai setengah botol jam tersebut

Kotoran kuda

Di buat posisi miring dalam botol jam tersebut

Kultur jamur

Di basahi dengan air kemudian botol jam di tutp dengan menggunakan kertas karbon

Kertas karbon penutup dinding

Di buat lubangan yang agak besar agar terkena sinar matahari, dan di kultur selama 1 minggu

Hasil

Page 5: Laporan Va

2. Pembuatan preparat

IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Pembuatan Kultur Jamur Pilobolus sp

Pembuatan kultur

Kotoran kuda dimasukan kedalam botol jam

dibuat posisi miring kotoran pada botol jam lalu ditambahkan air

Jamur

Dicungkil dengan jarum preparat/ jarum pentul. Kemudian di letakan diatas kaca objek dan

upayakan jamur terlihat jelas (tidak ada kotoran kuda) dan diamati dibawah mikroskop.

Hasil

Page 6: Laporan Va

Ditutup dengan kertas karbon

dibuat lubang besar pada sebagian kertas karbon agar memungkinkan cahaya masuk

4.2 pengamatan jamur Pilobolus sp

Literatur Hasil pengamatan Gambar

Page 7: Laporan Va

V. PEMBAHASAN Dari praktikum kali ini yaitu tentang “pengamatan jamur Pilobolus sp“ yang

pada praktikum ini menggunakan kotoran kuda.Fungi yang satu ini tergolong dalam kelompok Zygomycota dan berkembang

biak dengan spora (sporangiospora). Untuk membantu spora-spora tersebut menyebar, maka Pilobolus menggunakan senapan untuk menembakannya sejauh mungkin.

Pilobolus adalah salah satu jamur dari divisi Zygomycota yang mampu hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa adanya cahaya. Jamur ini memberikan respon positif terhadap cahaya. Pilobolus merupakan pengurai saproba sisa organisme atau bahan yang terbuat dari produk organisme seperti makanan.

Pilobolus memiliki habitat hidup yang unik, yaitu di kotoran ternak herbivora, seperti sapi, kambing, domba, dsb. Karena Jamur ini, salah satu jenis dekomposer yang mampu memecah bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati.

Karena jamur juga dapat berperan sebagai dekomposer atau pengurai organisme yang telah mati. Dan peranan sebagai dekomposer ini mampu mempertahankan ketersediaan nutrien organik yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Tanpa adanya dekomposer, elemen- elmen penting bagi tumbuhan, seperti karbon, nitrogen dan elemen lainnya akan terakumulasi dalam

Page 8: Laporan Va

bangakai atau sampah organik sehingga tidak akan tersedia nutrien organik bagi tumbuhan.

Untuk hidup di kotoran herbivora, jamur Pilobolus harus terlebih dahulu masuk ke dalam kotoran ternak. Ternak akan menelan spora Pilobolus ketika mereka sedang merumput. Spora yang memiliki dinding sel yang tebal sangat sulit dicernakan, sehingga hewan ternakpun tidak dapat mencernanya. Spora tersebut akan melewati sistem pencernaan ternak dan dikeluarkan dalam kotoran, di mana mereka akan tumbuh.

Pilobolus telah mengembangkan cara jitu untuk mendistribusikan spora-sporanya ke rerumputan. Senjata atau shotgun yang dimiliki pilobolus merupakan semacam tangkai (sporangiofor) yang membengkak di bagian ujungnya dengan bantalan massa spora hitam (sporangium) pada bagian atas.

Cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan Pilobolus. Di bawah ujung sporangiofor merupakan daerah yang peka terhadap cahaya (Fototropisme dan fototaksis). Tangkai tersebut akan tumbuh ke arah cahaya matahari. Ketika jamur telah matang, maka tekanan air di dalam tangkai menyebar sampai dengan ujung tangkai dan menyebabkan ujung tangkai meledak. Saat itulah terjadi penyebaran spora dengan penembakan spora ke udara. Peristiwa ini umumnya terjadi pada siang hari.

Spora-spora yag ditembakkan tersebut terbang pada kecepatan 10,8 m per detik dan pada ketinggian kurang lebih 2 m dari permukaan tanah. Mereka dapat terbang sejauh kurang lebih 2,5 m. Kecepatan terbang spora tersebut merupakan yang tercepat di alam. Percepatan terbang spora Pilobolus dalam 1 mm pertama adalah 0 – 45 mph. Pilobolus dapat kita sejajarkan dengan sniper yang ulung, karena spora-nya dapat terbang melewati tubuh hewan ternak dan dalam kecepatan yang demikian fantastis.

Penyebaran spora pada siang hari akan memberi kesempatan yang lebih baik untuk mendarat di tempat yang cerah di mana rumput atau tanaman sudah berkembang dan hewan-hewan ternak seperti sapi akan merumput disana. Hal itulah yang menyebabkan spora-spora itu dapat menyebar kembali ke ternak dan rangkaian siklus hidup Pilobolus itu akan terulang kembali.

VI. SIMPULANDari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa :

Pilobolus adalah salah satu jamur dari divisi Zygomycota yang mampu hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa adanya cahaya. Jamur ini memberikan respon positif terhadap cahaya. Pilobolus merupakan pengurai saproba sisa organisme atau bahan yang terbuat dari produk organisme seperti makanan. Karena Jamur ini, salah satu jenis dekomposer yang mampu memecah bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Adi Yudianto, Suroso. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.

Page 9: Laporan Va

Becker EW. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. New York: Cambridge University Press.

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology . WB Saunders Company.Phyladelphia.

Sumarjito. 2008. Panduan Belajar Biologi. Primagama: Yogyakarta.