laporan tinpus farmako stimulansia

5
METODOLOGI Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah spoit 1 mL, jam dan kandang hewan.Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah katak, mencit, cafein, stiknin,cardiazole, dan amphetamin. Cara Kerja Stimulansia Cortex Cerebri 1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasanyeri, tonus, frekuensi nafas, dan jantung). 2. Cafein disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui saccuslimphaticus femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2mL, dan seterusnya. 3. Perubahan fisiologis katak diamati setiap 5 menit pada setiap dosis penyuntikan. 4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulsi padakatak. 5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu dari cortex cerebri, medullaoblongata dan medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dariobat tersebut. Stimulansia Cortex Cerebri 1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis mencit normal (aktivitas tubuh, refleks,salvias, defekasi, tonus otot, frekuensi nafas dan jantung).

Upload: dimas-prasetyo

Post on 11-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Farmako

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tinpus Farmako Stimulansia

METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah spoit 1 mL, jam dan kandang hewan.Sedangkan bahan-

bahan yang digunakan adalah katak, mencit, cafein, stiknin,cardiazole, dan amphetamin.

Cara Kerja Stimulansia Cortex Cerebri

1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasanyeri, tonus,

frekuensi nafas, dan jantung).

2. Cafein disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui saccuslimphaticus

femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2mL, dan seterusnya.

3. Perubahan fisiologis katak diamati setiap 5 menit pada setiap dosis penyuntikan.

4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulsi padakatak.

5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu dari cortex cerebri, medullaoblongata dan

medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dariobat tersebut.

Stimulansia Cortex Cerebri

1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis mencit normal (aktivitas tubuh, refleks,salvias,

defekasi, tonus otot, frekuensi nafas dan jantung).

2. Amphetamin disuntikkan secara SC pada daerah punggung dengan dosis bertingkat mulai

0,05 mL, 0,1 mL, 0,2 mL dan seterusnya

3. Perubahan fisiologis mencit diamati setiap 5 menit pada setiap dosis penyuntikan.

Stimulansia Medulla Oblongata

1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasanyeri, tonus,

frekuensi nafas, dan jantung).2.

2. Cardiazole disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui saccuslimphaticus

femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2mL, dan seterusnya.

3. Perubahan fisiologis katak diamati setiap 5 menit pada setiap dosis penyuntikan.4.

4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulsi padakatak.5.

Page 2: Laporan Tinpus Farmako Stimulansia

5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu dari cortex cerebri, medullaoblongata dan

medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dariobat tersebut.

Stimulansia Medulla Spinalis

1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasanyeri, tonus,

frekuensi nafas, dan jantung).2.

2. Striknin disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui saccuslimphaticus

femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2mL, dan seterusnya.3.

3. Perubahan fisiologis katak diamati setiap 5 menit pada setiap dosis penyuntikan.4.

4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulsi padakatak.5.

5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu dari cortex cerebri, medullaoblongata dan

medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dariobat tersebut

TINJAUAN PUSTAKA

Stimulansia Sistem Syaraf Pusat

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan serta

terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan

stimulus eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan

saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula spinalis (sumsum tulang

belakang) (Gunawan, 2007).

Sistem syaraf pusat memiliki fungsi menerima dan mengirim informasi menuju system

syaraf tepi. Terdapat beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat. Obat

yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas, bisa merangsang

atau menghambat secara spesifik atau secara umum. Stimulansia adalah jenis obat-obatan yang

dapat mempercepat aktivitas dalam sistem syaraf pusat (Gunawan, 2007).

Stimulan dipakai di dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk

menjadi penawar rasa lelah, untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi

kewaspadaan atau kesadaran, untuk menurunkan bobot tubuh, juga untuk memperbaiki

Page 3: Laporan Tinpus Farmako Stimulansia

kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis sulit memusatkan perhatian

(Ganiswara, Silistia G. 1995).

Mekanisme obat stimulan sistem saraf pusat terdiri dari blokade sistem penghambatan

atau dapat juga dilakukan dengan meninggikan perangsangan sinaps. Terdapat juga

penghambatan pascasinaps dan penghambatan prasinaps. Selain perangsangan SSP dapat

dilakukan perangsangan napas dan perangsangan pusat muntah di medulla oblongata (Sunaryo

2005). Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat yaitu amfetamin,

kafein, kokain, nikotin sebagai obat stimulan psikomotor.

Stimulan dipakai di dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk

menjadi penawar rasa lelah, di dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot

bekerja), untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau

kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh (phentermine), juga

untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis sulit

memusatkan perhatian (terutama ADHD).

Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic TherapyPharmacology). Alih

Bahasa: Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta.

Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Badan penerbit FKUI. Jakarta

Sunaryo. 2005. Perangsang susunan Saraf Pusat. Sulistia G.Ganiswara (ed.) dalam Farmakologi

dan Terapi. Jakarta : Universitas Indonesia