laporan tfs-steril fsi p-5

Download Laporan TFS-steril FSI P-5

If you can't read please download the document

Upload: hrzfir

Post on 09-Aug-2015

454 views

Category:

Documents


84 download

DESCRIPTION

Praktikum sediaan steril farmasi tetes mata kloramfenikol

TRANSCRIPT

Laporan praktikumTEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN STERILPercobaan VTETES MATA KLORAMFENIKOL DAN UJI STERILITASDisusun oleh: Haris Firmansyah (FA/08389) Asisten koreksi:LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012I. TUJUAN Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat tetes mata kloramfenikol. II. DASAR TEORI Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan pada mata dengan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Berbeda dengan mukosa usus yang merupakan organ untuk proses absorpsi, permukaan mata bukanlah suatu tempat yang baik untuk proses penyerapan obat oleh mata. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran dan pengaliran air mata bertentangan dengan arah penembusan obat serta struktur kornea mata yang khas. Oleh sebab itu penelitian pada akhir-akhir ini ditujukan pada sifat fisiko kimia dan stabilitas bahan aktif serta bagaimana meminimalkan kontaminasi mikroba dan partikel asing baik bahan kimia maupun bukan bahan kimia. Larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan ke dalam mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadapfaktorfaktor famasi seperti kebutuhan bahan antimikroba, isotonisita, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok. Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian. Meskipun larutan untuk mata disterilkan dengan uap air mengalir dalam otoklaf dalam wadah akhirnya, metode yang digunakan tergantung pada sifat khusus dari sediaannya. Obat-obat tertentu yang dalam media asam termostabil (tahan panas) dapat menjadi termolabil (tidak tahan panas) ketika didapar mendekati kisaran pH fisiologis (kira-kira 7,4). Jika diinginkan pH yang lebih tinggi, larutan obat yang belum didapar dapat dipanaskan dahulu dalam otoklaf dan larutan dapar steril ditambahkan kemudian secara aseptis. Dengan kekecualian garam basa kuat dengan asam lemah seperti natrium flourescein atau natrium sulfasetamid, larutan obat mata yang paling biasa yang disiapkan dalam pembawa asam borat dapat dosterilkan dengan aman ada 121 C selama 15 menit. Sediaan larutan mata adalah yang paling umum digunakan dan juga paling disukai karena pemberiannya yang lebih mudah. Pembahasan yang menyeluruh tentang bahan terapeutik dan farmakologi yang digunakan di dalam ophtalmologi akan bermanfaat untuk memahami pengembangan sediaan-sediaan obatmata. Beberpa obat ini bekerja pada sistem syaraf otonomik sehingga harus ditangani dengan hati-hati.Sebagian besar produk obat mata adalah sebagai berikut: 1.Bahan untuk pengobatan Glaukoma 2.Midriatik dan Sikloplegik 3.Bahan anti mikroba dan anti inflamasi 4.Pengobatan dry eye syndrome 5. Produk intra ocular Sterilisasi B yaitu pemanasan dengan mengunakan bakterisida. Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat dalam laratutan klorkresol P 0,2% b/v dalam air untuk injeksi atau dalam larutan bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 980 sampai 1000C selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 30 ml, waktu sterilsasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 980 sampai 1000C selama 30 menit. Jika dosis tunggal injeksi yang digunakan secara intravenus lebih dari 15 ml, pembuatan tidak dilakukan dengan cara ini, injeksi yang digunakan secara intrateka , intrasistema atau peridura tidak boleh dibuat dengan cara ini (Saputri, 2010) III. ALAT DAN BAHAN Alat: Bahan: Kloramfenikol basa Asam borat Natrium tetraborat Preservatif Aqua destilata HCl 0,1 N NaOH 0,1 N Glassware TimbanganIV.CARA KERJA A. Formula R/ tiap 10 ml mengandung: Kloramfenikol Asam Borat Natri tetra borat Phenilihydragyrinitas 50 mg 150 mg 30 mg 10 mgDibuat 5 vial dengan volume tiap vialnya 10 ml Penimbangan untuk 60 ml: B. Kloramfenikol Asam borat Natri tetra borat Phenilhydragyrinitas Cara Kerja Asam borat dan Natri tetra borat dilarutkan dalam aquadest Preservatif dilarutkan dalam aquadest dan ditambahkan dalam larutan 1 Kloramfenikol dilarutkan dalam larutan 2 dengan sisa aquadest ditambahkan pH larutan dinetralkan dengan NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N Disterillkan menurut cara B Dimasukkan ke dalam wadah 300 mg 900 mg 180 mg 60 mgDilakukan uji kejernihan dan bebas partikel asing dan kebocoran Diberi etiket V. HASIL PERCOBAAN 5 vial berisi tetes mata kloramfenikol dengan isi 10 ml Warna: bening, transparan Dan setelah dilakukan pengujian, hasilnya: pH (perkiraan) = 9 Kejernihan = jernih Partikel asing = tidak ada Kebocoran = tidak ada vial bocorVI. PEMBAHASAN Percobaan kali ini bertujuan untuk memahami proses pembuatan sediaan larutan tetes mata kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan suatu senyawa antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan memiliki spektrum yang luas. Larutan tetes mata banyak digunakan pada penyakit infeksi oleh bakteri yang menyerang mata. Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5. Pemeriaan: hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan. Kelarutan: sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat. (Anonim, 2010) Langkah pertama pada percobaan ini adalah dengan mencampurkan asam borat dan natrium tetra borat ke dalam sebagian akuades. Hal ini berfungsi untuk membentuk dapar yang akan menjaga kestabilan pH larutan dan berfungsi untuk menciptakan suasana basa yang akan mempermudah kelarutan kloramfenikol didalam air. Seperti yang sudah diketahui, kloramfenikol merupakan senyawa dengan kelarutan dalam air yang rendah, sehingga untuk mempermudahkelarutan kloramfenikol dalam air. Maka akuades dikondisikan dalam pH basa agar mempermudah kloramfenikol larut didalam air. Langkah selanjutnya adalah melarutkan preservatif ke dalam akuades, lalu tambahkan larutan preservatif tersebut pada larutan asam borat dan natrium tetra borat, namun langkah ini tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan senyawa preservatif yang digunakan, yaitu phenilhidragrinitras tidak tersedian di laboratorium. Selain itu fungsi preservatif dari senyawa ini sebenarnya tidak begitu diperlukan karena senyawa kloramfenikol sendiri sudah memiliki sifat sebagai antibakteri sehingga juga bisa berfungsi sebagai pengawet. Kemudian larutkan kloramfenikol ke dalam larutan asam borat dan natrium tetra borat tersebut, lalu tambahkan sisa akuades. Proses pelarutan kloramfenikol ini agak sulit sehingga dilakukan pula dengan proses pengadukan, dan setelah itu dilakukan proses penyaringan untuk menghilangkan sisa-sisa partikel kloramfenikol yang tetap tidak melarut. Adanya partikel kloramfenikol yang tetap tidak melarut dimungkinkan karena kloramfenikol yang digunakan sudah mulai mengalami kerusakan atau proses pelarutan yang masih kurang sempurna. Setelah disaring, larutan tetes mata ini kemudian dimasukkan ke dalam lima buah vial dengan volume masing-masing 10 ml, lalu tutup vial ini dengan menggunakan tutup karet steril dan tutup aluminium yang dipasang dengan alat khusus, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kontak antara cairan dengan udara luar, sehingga sediaan terlindung dari kontaminasi. Langkah terakhir adalah dengan mensterilkan larutan obat tetes mata kloramfenikol ini dengan cara sterilisasi B. Cara sterilisasi B adalah proses sterilisasi dengan cara memanaskan larutan pada suhu sekitar 100C (air mendidih) selama 30 menit apabila volume larutan kurang dari 30 mL, atau lebih dari 30 menit apabila volume larutan lebih dari 30 mL. Kloramfenikol disterilisasi dengan cara ini karena kloramfenikol tahan terhadap pemanasan. Proses sterilisasi ini juga penting karena bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme yang terdapat didalam larutan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi pada mata. Lalu masukkan vial dalam wadah dan beri etiket bewarna biru karena penggunaan sediaan larutan tetes mata adalah secara parenteral atau dengan kata lain merupakan obat luar. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji terhadap sediaan obat tetes mata kloramfenikol. Uji-uji yang dilakukan adalah uji kebocoran, uji kejernihan, uji bebas partikel asing, dan uji pH. Dari hasil uji kebocoran, didapatkan bahwa wadah sediaan tidak bocor, hal ini penting untuk diketahui karena sediaan yang bocor selain dapat mengurangi jumlah obat dalam wadah, jugamenandakan bahwa sediaan sudah mengalami kontaminasi, sehingga tidak memenuhi syarat sterilitas obat tetes mata. Dari uji kejernihan didapatkan bahwa larutan jernih, hal ini juga penting dilakukan pada sediaan obat tetes mata, karena larutan yang tidak jernih akan menyebabkan kaburnya/terganggunya penglihatan pasien ketika obat tetes mata tersebut digunakan. Dari uji bebas partikel asing, didapatkan bahwa sediaan bebas dari partikel asing, uji ini juga penting untuk dilakukan, karena sediaan obat tetes mata yang mengandung partikel asing dapat mengiritasi mata pasien dan memberikan rasa tidak nyaman pada mata pasien. Uji pH tidak dilakukan karena kelalaian praktikan, sehingga praktikan hanya bisa memperkirakan berapa pH dari larutan tetes mata yang dibuat, yakni 9. Uji pH juga penting untuk dilakukan, karena pH yang ekstrem asam maupun ekstrem basah, dapat menyebabkan rasa perih dan menimbulkan iritasi pada mata pasien. Berdasarkan perkiraan nilai pH larutan, maka dapat disimpulkan bahwa sediaan larutan tetes mata kloramfenikol belum memenuhi syarat pH. Selain uji-uji yang tersebut diatas, hal lain yang juga dan perlu untuk dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan tonisitas larutan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena apabila larutan bersifat hipertonis, akan menyebabkan reaksi penolakan oleh mata terhadap larutan tetes mata melalui mekanisme pengeluaran air mata secara berlebihan, sehingga obat tetes mata akan banyak yang keluar dari mata sehingga tidak akan dicapai dosis terapi pada mata. Berdasarkan hasil perhitungan tonisitas, didapatkan bahwa sediaan bersifat hipertonis, sehingga sediaan tidak memenuhi persyaratan tonisitas. VII. KESIMPULAN 1. 2. 3. Sediaan obat tetes mata kloramfenikol yang dihasilkan memenuhi persyaratan uji kebocoran, uji kejernihan, dan uji bebas partikel asing Sediaan obat tetes mata kloramfenikol yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan uji pH, dan tonisitas Sediaan obat tetes mata kloramfenikol yang dihasilkan tidak dapat digunakan karena dapat menyebabkan iritasi pada mata pasien.VIII. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010, http://simpelaja.blogspot.com/2010/01/all-about-tyfus.html, diakses tanggal 28 November 2012 Saputri, 2010, http://rahmisnotes.blogspot.com/2010/07/tetes-mata-kloramfenikol.html, diakses tanggal 27 November 2012. IX. JAWABAN PERTANYAAN 1. a. Sebutkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk tetes mata? Steril Tetes mata harus steril bebas mikroba karena digunakan pada selaput lender mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Jika terdapat mikroba memungkinkan terjadinya iritasi, sehingga tetes mata harus steril. b. Bebas partikel asing Partikel asing merupakan bahan bergerak yang tidak larut dan secara tidak sengaja terdapat dalam sediaan. Adanya partikel asing pada tetes mata menyebabkan penggunaan yang tidak nyaman. c. Bebas dari pengaruh iritasi Tetes mata harus dapat mencegah iritasi pada mata supaya tidak semakin memperburuk luka. d. Media preservative yang sesuai (untuk multiple dose) Tetes mata yang digunakan berulang kali harus dapat menjaga kestabilannya dari pengaruh mikroorganisme, agar tetap terjaga efektivitasnya. e. Isotonik dan isohidris dengan cairan lacrimal Tetes mata harus punya pH yang baik karena larutan yang pH dan tonisitasnya sangat berbeda dari normal akan menyebabkan keluarnya air mata yang akan mencuci obatnya dari daerah kornea dan mengakibatkan obatnya tumpah keluar mata. g. Stabil Tetes mata harus stabil terutama dalam hal kestabilan kimia dalam rangka tetapmenjaga efektivitas/khasiat obat. Jika obat telah rusak maka akan tidak berefek lagi. 2. Apakah tetes mata harus bebas pirogen? Jelaskan! Karena tetas mata tidak melalui sirkulasi/peredaran darah mata tidak diperlukan adanya bebas pirogen. Karena pirogen yang ada tidak akan menimbulkan suatu respon piretik spesifik. Terjadinya respon piretik jika pirogen masuk kedalam sirkulasi sistemik, sedangkan pada penggunaan tetes mata tidak sampai masuk kedalam sirkulasi sistemik. 3. Sebutkan macam-macam bentuk sediaan untuk penggunaan pada mata 1. Tetes mata larutan/ suspensi steril, mengandung satu atau lebih bahan obat, dalam media air/minyak, penggunaan pada conjungtiva sackus 2. Salep mata semisolid steril, homogen, mengandung satu atau lebih bahan obat, pada conjungtiva margin 3. Larutan pencuci mata larutan steril (air), washing or bathing larutan (air) steril, cleaning, desinfectan, storage n wetting of contact lenses 4. Sediaan untuk lensa kontak 5. Injeksi mata rute yang digunakan yaitu: 1. 2. 3. 4. subconjungtival injections intracameral injections intravitreous injections Isohidris (pH) larutan Kejernihan Partikel asing Kebocoran4. Sebutkan pemeriksaan yang dilakukan pada tetes mata?5. Sebutkan keuntungan penggunaan bentuk tetes mata larutan dan bentuk lain (salep) pada penggunaan mata?Keuntungan bentuk larutan: 1. 2. mudah dipakai/diteteskan medium tidak mempengaruhi penglihatan