laporan tfs-steril fsi p-2

Download Laporan TFS-steril FSI P-2

If you can't read please download the document

Upload: hrzfir

Post on 09-Aug-2015

2.095 views

Category:

Documents


433 download

DESCRIPTION

Praktikum sediaan steril farmasi injeksi aminofilin

TRANSCRIPT

I.TUJUAN Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat injeksi aminofilin II.DASAR TEORI Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan sterill adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba. Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga penggunaannya untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis Injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak tahun 1660, meskipundemikian perkembangan pertama injeksi semprot baru berlangsung pada tahun 1852, khususnya pada saat dikenalkannya ampul gelas, untuk mengembangkannya bentuk aplikasi ini lebih lanjut. Ampul gelas secara serempak dirumuskan oleh apoteker LIMOUSIN (Perancis) dan FRIEDLAENDER (Jerman) pada tahun 1886. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya hambatan pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak dan larutan minyak biasanya tidak dapat diberikan secara subkutan, karena akan timbul rasa sakit dan iritasi. Jaringan otot mentolerasi minyak dan partikel-partikel yang tersuspensi cukup baik, di dalam minyak sehingga jaringan tersebut merupakan satusatunya rute yang biasanya cocok untuk minyak dan suspensi dalam minyak Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal Tidak perlu isotonis Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 % Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi. a. Persyaratan dalam larutan injeksi : Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi : Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah.Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang. b. Intravena Merupakan larutan yang dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yangdapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen. Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemerian lewat IV.Syarat pemerian obat secara IM : dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air lebih cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak. dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot rangka tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan pembuluhpembuluh darah utama. pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan utnuk suntik IM, adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel sempit dan komponen utama adalah lemak, Bukan otot tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh dari syaraf radial. Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila disuntuikan didaerah glutel dan 2 ml bila di deltoid.c. Beberapa contoh Injeksi 1. Injeksi Antibiotik untuk Meningitis Meningitis merupakan peradangan meningen biasanya disebabkan bakteri atau virus.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus coxsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis limfositik. Ampisilin merupakan salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati meningitis. Penggunaanya biasa dikombinasi dengan sulbaktam untuk meningkatkan aktivitas nya. Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr 3gr kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375 mg kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada air pada waktu yang lama. 2. Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan air sesaat sebelum digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. Suspensi kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa granukasi. Granulasi adalah suatu metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir serbuk. Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya : o Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teraturo Memiliki sifat alir yang baik o Tidak terlalu kering o Hancur baik dalam air o Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan 3. Injeksi Oxytocin (Intramuskular) Oksitosin (k's-t'sn) (bahasa Yunani: "kelahiran cepat") adalah hormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran. Injeksi oksitosin adalah larutan steril dalam pelarut yang sesuai, bahan yang mengandung hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan kontraksi otot rahim, otot vaskular, dan otot halus lain, yang dibuat dengan sintesis atau diperoleh dari globus posterior kelenjar pituitaria hewan peliharaan sehat yang biasa dimakan. 4. Injeksi Vitamin C Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi tertentu seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemmberian secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan 5. Injeksi Digoksin ( Intravena ) Injeksi Digoxin adalah larutan steril digoksin dalam pelarut yang sesuai. Digoksin merupakan glikosida kardiotonik yang diperoleh dari daun Digitalis lanata. Digoksin, manfaatnya pada gagal jantung kongestif terutama karena efek peningkatan kontraktilitas jantung, sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena berkurang dan akan mengurangi gejala bendungan. Selain itu juga menyebabkan perlambatan denyutventrikel dan fibrilasi dan flutter atrium, namun pada dosis toksik dapat menimbulkan aritmia. Injeksi digoksin dibuat dalam bentuk suspensi, karena digoksin merupakan zat aktif yang tidak larut dalam air. Agar larut dan stabil maka digunakan zat tambahan yaitu suspending agent. Suspending agent yang digunakan adalah CMC Na (Carboxymetylcellulosa natrium) dengan konsentrasi 0,05 0,75 %, digunakan dalam konsentrasi yang rendah agar dapat bercampur dengan darah dan tidak menghambat aliran darah. Zat pengisotonis tidak digunakan dalam sediaan ini karena voleme sediaan kecil yaitu 1 ml. Zat pengawet juga tidak digunakan karena sediaan ini merupakan dosis tunggal. Sebelum dicampur dengan suspending agent, digoksin digerus terlebih dahulu agar ukuran partikelnya lebih kecil dan seragam sehingga lebih mudah terdispersi dan tidak mengendap ketika digunakan. Rute pemberian adalah secara intravena yang menimbulkan efek lebih cepat daripada intramuscular atau subcutan karena digoksin merupakan obat jantung yang efeknya harus cepat selain itu pemberian intramuscular dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan nekrosis. 6. Injeksi Klopromazin (Intramuscular) Injeksi klorpromazin adalah sediaan larutan steril yang mengandung klorpromazin hidroklorida dalam air injeksi yang diberikan 7. Injeksi Anti Radang Anti Rematik Dexamethason mempunyai kegunaan sebagai anti inflamasi. Dexamethason dibuat sediaan injeksi karena untuk mendapatkan efek yang lebih cepat. Wadah yang digunakan berbentuk ampul karena sediaan injeksi dexamethason merupakan sediaan dosis tunggal dimana pemakaiannya hanya untuk satu kali. Pengawet harus ditambahkan untuk menjaga tumbuhnya mikroba sehingga sterilitas tetap terjaga. 8. Injeksi Teofilin Cara sterilisasi : Aminofilin merupakan kompleks 2:1 dari Teofilin dan etilendiamin Teofilin sebagai z.a untuk antiasma Etilendiamin digunakan agar terbentuk kompleks aminofilin yang mudah larut dalam air Bentuk pemberian adalah injeksi iv yang digunakan dalam wadah dosis tunggal ampul Tidak perlu ditambahkan pengawet karena sediaan dalam wadah dosis tunggal Sterilisasi akhir dengan autoklaf karena zat tetap stabil pada pemanasan tinggi (Anonim, 2010) II. ALAT & BAHAN Alat Autoclave Glassware Timbangan Corong buchner Kertas pH Bahan Theophylin Etilendiamin Aqua p.i. III.CARA KERJA Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat Buatlah aqua bebas karbondioksida (CO2 free) Suspensikan theophylin dengan sebagian aqua bebas CO2 Campurlah etilen diamin dengan sebagian aquadest Suspensi theophylin ditambah larutan etilen diamin tetes demi tetes sampai campuran betul-betul jernih dan pH larutan antara 9,5-9,6 Gojog larutan dengan carbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10 menit, diamkan, kemudian disaring hingga jernih Masukkan larutan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta, tutup dan sterilkan dalam autoclave 110oC selama 30 menit atau 120oC selama 20 menit Periksa larutan terhadap pH, kebocoran, partikel, kejernihan, keseragaman volume/berat IV.DATA & PERHITUNGAN Perhitungan tonisitas larutan Diketahui : Formula Injeksi Aminofilin 2,4% R/ Theophylin 2g Etilendiamin 0,55g Aqua p.i ad 100 ml = 198.18BM TheophylinBM Etilendiamin BM NaCl= 60.00 = 58.44Untuk menghitung besarnya tonisitas dipakai rumus: Tonisitas = ( FA . XA + FB . XB ) g/L MA Ma, Mb a, b Mh MB = berat molekul zat-zat terlarut = kadar zat-zat dalam gram setiap liter = berat molekul zat pengisotonisTonisitas = ( FA . XA + FB . XB ) g/L MA MB= ( 1.5. 20 + 1.8 . 5.5 ) g/L 198.18 60= 0,2866 g/Lh 0,28larutan isotonisDari perhitungan diketahui bahwa larutan yang akan dibuat isotonis Hasil pemeriksaan larutan: 1. pH (dengan kertas indikator) = 9,5 2. kebocoran = -3. partikel = 4 ampul bebas partikel asing, 5 ampul ada partikel asing 4. kejernihan = larutan yang dihasilkan relatif jernih 5. Keseragaman volume = seragam @10 ml 6. Jumlah ampul = 9V.PEMBAHASAN Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan injeksi aminofilin 2,4%. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat injeksi aminofilin. Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu senyawa kimia (etilendiamin) yang membuatnya menjadi lebih larut didalam air. Aminofilin adalah jenis teofilin yang diberikan dalam injeksi namun sangat perih dan iritasi jika diberikan melalui suntikan intramuskular. Injeksi aminofilin digunakan untuk mengobati obstruksi saluran nafas yang reversibel dan serangan asma berat. (Anonim, 2010) Langkah pertama pada praktikum ini adalah menghitung tonisitas larutan dari formula obat yang akan dibuat. Hal ini penting untuk dilakukan karena apabila larutan hipertonis, maka akan dapat menyebabkan sel darah mengkerut (mengecil) yang dikarenakan air dari dalam sel keluar dari sel, sedangkan apabila larutan hipotonis akan dapat menyebabkan sel darah pecah dikarenakan air dari luar sel masuk ke dalam sel secara terus-menerus hingga akhirnya sel membesar dan akhirnya ketika sel sudah tidak mampu membesar lagi maka sel akan pecah. Dari hasil perhitungan tonisitas, didapatkan nilai sebesar 0,2886 g/L, nilai ini sudah mendekati nilai ketetapan isotonis, yaitu 0,28, sehingga dengan demikian formula larutan obat dinyatakan sudah isotonis. Langkah selanjutnya adalah membuat aqua bebas karbon dioksida (CO2), Aqua bebas CO2 digunakan karena CO2 dapat bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, dimana asamkarbonat ini akan menyebabkan suasana larutan menjadi asam. Suasana asam dapat menyebabkan putusnya ikatan antara teofilin dengan etilendiamin sehingga teofilin menjadi tidak dapat larut didalam air yang mengakibatkan larutan menjadi keruh. Hal ini harus dihindari karena teofilin yang mengendap dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah yang berakibat fatal. Aqua bebas CO2 dibuat dengan mendidihkan Aqua p.i. Pada percobaan ini, aqua bebas CO2 sudah disediakan oleh laboratorium. Langkah selanjutnya adalah menyuspensikan teofilin dengan sebagian aqua bebas CO2 dan mencampurkannya secara perlahan-lahan (tetes demi tetes) dengan etilendiamin yang sudah dilarutkan dalam sebagian aqua bebas CO2 hingga pH antara 9,5-9,6 agar memudahkan proses pembuatan. Langkah ini bertujuan agar teofilin bereaksi dengan etilendiamin membentuk suatu kompleks senyawa yang larut air, hal ini dikarenakan teofilin merupakan senyawa yang sukar larut dalam air, sehingga penambahan etilendiamin disini bertujuan agar menambah kelarutan teofilin didalam air. Selain itu diperlukan pula suatu pengaturan pH agar menjaga stabilitas ikatan antara teofilin dengan etilendiamin yang sudah terbentuk, pH yang diperlukan berada pada rentang 9,5-9,6 (basa). Kemudian campurkan sedikit karbon adsorben 0,1% yang telah diaktifkan dengan pemanasan selama 5-10 menit ke dalam larutan teofilin, lalu diamkan sejenak, setelah itu saring dengan kertas saring dengan jernih. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel asing yang mungkin masih terdapat didalam larutan teofilin dengan mekanisme adsorbsi oleh partikel karbon adsorben. Adanya partikel asing dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah sehingga partikel asing ini perlu untuk dihilangkan. Kemudian masukkan larutan ke dalam ampul sesuai volume yang dibutuhkan, kemudian tutup ampul dengan menggunakan pemanasan, bisa menggunakan teknik tarik-putus atau tutup ujung. Pada percobaan ini digunakan teknik tarik-putus, hal ini mengikuti saran dari CPOB agar menggunakan teknik tarik-putus. Lalu langkah terakhir adalah mensterilkan ampul-ampul tadi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 120C selama 20 menit. Pensterilan menggunakan autoklaf karena bahan teofilin yang digunakan tahan terhadap pemanasan dan pemanasan dengan menggunakan autoklaf lebih efektif karena merupakan pemanasan dengan metodep uap basah (pemanasanbasah). Setelah dilakukan proses sterilisasi, langkah selanjutnya adalah dengan menguji sediaan teofilin ini dengan sejumlah tes, yaitu uji pH, kebocoran, partikel, kejernihan, dan keseragaman volume. Hal ini bertujuan menjaga (kontrol) kualitas dari sediaan yang akan digunakan. Dari serangkaian uji yang dilakukan, didapatkan bahwa pH larutan adalah sekitar 9,5 (dengan menggunakan kertas lakmus), tidak ada kebocoran pada semua ampul, volume yang seragam pada setiap ampul (masing-masing 10 ml), dan larutan pada setiap ampul relatif jernih, namun pada uji partikel, didapatkan 5 dari 9 buah ampul masih mengandung partikel asing, hal ini kemungkinan akibat proses penyaringan karbon adsoben yang kurang sempurna sehingga mengakibatkan sebagian karbon adsorben masih tertinggal didalam ampul dan menjadi partikel asing. VI. KESIMPULAN 1. 2. Injeksi aminofilin dapat dibuat dengan penambahan etilendiamin Injeksi aminofilin yang dihasilkan sebagian besar belum memenuhi syarat produk sediaan perenteral. VII. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010, http://milissehat.web.id/?p=1040, diakses tanggal 26 Desember 2012. Anonim, 2010, http://shiciro.blogspot.com/2010/11/sterilisasi-sediaan-injeksi.html, diaksestanggal 26 Desember 2012.Mengetahui AsistenYogyakarta, 12 Desember 2012 Praktikan()Haris firmansyah (09/285047/FA/08389)VIII. JAWABAN PERTANYAAN 1. Keuntungan bentuk leher pada ampul: a. dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihanserpihan gelas. b. memudahkan dalam mengeluarkan isi karena dengan cara dipatahkan c. menjamin sterilitas isi dari lingkungan luar2. Persyaratan larutan parenteral: a. sesuai antara kandungan bahan obat yaang ada di alam sediaan dengan pernyataan tertulis etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimiawi dan lain-lain. b. penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dan material dinding wadah c. tersatukan tanpa terjsdi reaksi d. bebas kuman e. bebas pirogen f. isotonis g. isohidris h. bebas partikel melayang3. Ada dua cara penutupan: a. teknik tarik putus dimana leher ampul bagian bawah ujung dipanaskan sampai leleh dan bisa dibentuk, kemudian bagian tas leher ditarik dari badan ampul b. teknik tutup ujung dimana leher ampul diputar dan bagian puncak dari leher dipanaskan sampai leher menutup ampul pada pendinginan.4. Bila larutan hipotonis, mengakibatkan hemolisis. Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmoisnya lebih rendah dari serum darah sehingga menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermiabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah, bersifat irreversibel. Jika larutan hipertonis, mengakibatkan plasmolisis atau krenasi. Turunnya titik beku besar, yaitu tekanan osmosisnya lebih tinggi dari serum darah sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermiabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel-sel darah merah, bersifat reversibel.5. Cara pemberian obat parenteral: a. subkutan (di bawah kulit), disuntikkkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit; volume yang diberikan maksimal 1 ml b. injeksi intrakutan (i.c) disuntikkan ke dalam kulit, volume 0.1-0.2 ml, dipakai untuk tujuan diagnosa dan untuk ekstrak alergenik. c. intramuskular, disubtikkan ke dalam jaringan otot, umumnya di otot pantat atau paha. Larutan, suspensi, emulsi, dapat diberikan melalui rute ini. Volume yang disuntikan kedalam otot dada 200 ml, sedangkan dalam otot lain lebih kecil. d. intravena, disuntikkkan ke dalam pembuluh darah, larutan ini biasanya bersifat isotonis atau hipertonis. Harus betul-betul jernih bebas dari partikel padat karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Sediaan suspensi tidak boleh diberikan i.v. e. intraspinal, disuntukkan ke dalam sum sum tulang belakang f. peritonial; kateter dimasukkan ke dalam rongga perut dengan operasi untuk tempat memasukan cairan steril CAPD (Continous Ambulatory Peritonial Dialisis) g. injeksi intraperitoneal (i.p) disuntikan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat, bahaya inveksi besar dan jarang dipakai. h. intraartikular, disuntikkan ke dalam sendi i. intradermal, disuntikkan ke dalam kulit j. injeksi intratekal (i.t) disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang yang ada cairan cerebrospinal. Larutan harus isotonis, benar- benar steril dan bersih. k. injeksi peridural (p.d) disuntikan ke dalam ruang epidura, terletak diatas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan sumsum tulang belakang. l. injeksi intrasisternal (i.s) disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak. m. injeksi intrakardial (i.k.d) disuntikkan langsung ke dalam jantung.IX. KUALIFIKASI ALAT AutoklafFully Automatic Vertical Autoclaves Independent temperature and pressure monitoring Chamber constructed of 316Ti grade stainless steel Accelerated cooling technology reduces cycle time 23 to 160 Liter autoclave chamber volume Sterilizes liquids, solids, glassware and biohazard Advanced microprocessor control panelLAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI & FORMULASI SEDIAAN STERIL Percobaan II PEMBUATAN INJEKSI AMINOFILIN 2,4%Disusun Oleh : Nama NIM : Haris Firmansyah : 09/285047/FA/08389 : III/3 Tanggal Praktikum : 12 Desember 2012 Asisten Jaga : Kurnia AmanatiKelompok/GolonganAsisten Koreksi:LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012