laporan tahunan - ppatk.go.idppatk.go.id/files/laporantahunan20141.pdfsuccess story 2014 ... yang...

132

Upload: doannguyet

Post on 14-May-2018

235 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik
Page 2: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik
Page 3: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN

2014

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

JANUARI, 2015

Page 4: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK i

SAMBUTAN

Assalamu’alaykum wr wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberi kita kelapangan, kesempatan, dan kemampuan untuk dapat mengelola dan

mengembangkan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) guna kepentingan

bangsa dan negara dalam upaya memelihara stabilitas sistem keuangan perekonomian nasional

secara umum, dan secara khusus untuk membantu penegakan hukum dengan mencegah dan

memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

(TPPT) di Indonesia.

Sesuai amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, maka PPATK membuat Laporan

Tahunan (Annual Report) untuk tahun 2014 yang berisi tentang pelaksanaan tugas PPATK dalam

melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT. Fungsi ini ditunjang dengan

pelaksanaan manajemen internal berbasis Teknologi Informasi guna mewujudkan Good Governance

secara efektif dan efisien.

Ucapan terima kasih secara tulus kami sampaikan atas berbagai dukungan yang tak henti

dari lembaga/instansi pemerintah terkait seperti Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Mahkamah Agung, Kepolisian

Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Hukum dan HAM, Pengadilan Negeri, Kementerian, Komisi, dan stakeholder terkait.

Tidak lupa juga rasa terima kasih kepada rekan-rekan pers dan masyarakat dalam upaya bersama

memberantas TPPU di negeri yang kita cintai ini. Yakinlah, tanpa dukungan yang ada selama ini,

keberadaan PPATK tidak akan memiliki makna.

Semoga ke depan PPATK dapat berperan lebih baik, guna mewujudkan harapan bersama

bahwa segala bentuk pencucian uang dapat dicegah dan diberantas dari bumi pertiwi, dan bermuara

pada terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran, gemah ripah loh jenawi, bagi seluruh rakyat

Indonesia. Dengan bangga kami sampaikan Laporan Tahunan ini sebagai perwujudan nyata kerja,

kerja, dan kerja kami. Dari PPATK, untuk Indonesia.

Wassalamu’alaykum wr wb.

Jakarta, Januari 2015

Dr. Muhammad Yusuf

Kepala PPATK

Page 5: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK ii

MISI

1. Meningkatkan Kualitas Pengaturan dan Kepatuhan Pihak Pelapor.

2. Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Informasi dan Kualitas Hasil Analisis yang

Berbasis Teknologi Informasi.

3. Meningkatkan Efektivitas Penyampaian dan Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil

Analisis, Pemberian Nasihat dan Bantuan Hukum, serta Pemberian Rekomendasi

kepada Pemerintah.

4. Meningkatkan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri di Bidang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.

5. Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Internal untuk Mewujudkan Good

Governance dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi secara Efektif dan Efisien.

NILAI

VISI

Menjadi Lembaga Intelijen Keuangan Independen yang Berperan Aktif dalam Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Page 6: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK iii

DAFTAR ISI

Sambutan …………………………………………………………………………………………………..... i

Visi, Misi, dan Nilai-nilai PPATK …………………………………………………………………………. ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………… iii

Ringkasan Eksekutif ……………………………………………………………………………………….. 1

Sekapur Sirih … ………………………………………………………………………………………………. 3

Struktur Organisasi ………………………………………………………………………………………… 4

Profil Pimpinan PPATK ……………………………………………………………………………………. 5

Success Story 2014 ………………………………………………………………………………………… 6

Lembaga Publik Pilihan Dua Tahun Berturut (2013-2014) ………………………………………. 7

Membantu Mewujudkan Pemilu yang Bersih, Transparan, dan Berintegritas ………………… 8

Support Data untuk Seleksi Menteri Kabinet Kerja ………………………………………………. 9

Menggali Potensi Pendapatan Negara dalam Bentuk Pajak melalui Rezim

Anti Pencucian Uang ………………………………………………………………………………… 10

Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Delapan Tahun Beruntun (2006-2013) ……… 11

Bidang Pencegahan ………………………………………………………………………………………… 12

1. Mencegah Potensi Illegal Money dari Investasi Asing oleh Manajer Investasi Indonesia …… 13

2. Mengoptimalkan Pembatasan Penggunaan Transaksi Uang Kartal ……………………………. 16

3. Mendorong Perluasan Pihak Pelapor ………………………………………………………………. 19

4. Mendorong Otoritas Bank Sentral Singapura Menarik Peredaran Uang S$10.000 …………... 21

5. Mempererat Kerjasama Guna Mencegah Pemanfaatan Penyedia Jasa Keuangan (PJK)

dan Penyedia Barang dan/atau Jasa lainnya (PBJ) di Indonesia

Sebagai Sarana Pencucian Uang …………………………………………………………………… 23

6. Meningkatkan Peran Bea dan Cukai dalam Pelaporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas 25

7. Mempertajam Analisis Guna Melacak Jejak Pencucian Uang dan

Pendanaan Terorisme Melalui Kewajiban Penyampaian Laporan

Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari dan Keluar Negeri (LTKL) …………………………… 26

8. Peluncuran E-Learning on Money Laundering untuk Pihak Pelapor dan Penegak Hukum …. 28

9. Pemantauan Potensi TPPU yang Bernilai Strategis ……………………………………………… 30

10. Meningkatnya Partisipasi Masyarakat melalui Pengaduan Masyarakat ………………………... 31

11. Pemanfaatan Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT) ………………………….. 32

Bidang Pemberantasan ……………………………………………………………………………………. 34

1. Penelusuran Transaksi Keuangan Mencurigakan Kepala Daerah ……………………………… 35

2. Combating Illegal Fishing ……………………………………………………………………………. 36

3. PPATK Menindaklanjuti 497 Inquiry dari Penyidik ………………………………………………… 37

4. Pemberantasan Pendanaan Terorisme ……………………………………………………………. 39

5. Asset Recovery pada Perkara TPPU ………………………………………………………………. 41

6. Pemberian Keterangan Ahli dari PPATK untuk Penegakan Hukum ……………………………. 43

Hambatan dan Rekomendasi ……………………………………………………………………………… 44

Penutup ……………………………………………………………………………………………………….. 49

Lampiran ……………………………………………………………………………………………………… 50

Analisis dan Pemeriksaan ………………………………………………………………………………. 51

1. Pelaksanaan Fungsi Analisis ………………………………………………………………… 51

2. Pelaksanaan Fungsi Pemeriksaan …………………………………………………………. 58

Permintaan dan Pertukaran Informasi …………………………………………………………………. 59

1. Pemberian Informasi ke Instansi/Lembaga yang Melakukan MoU dengan PPATK …. 59

Page 7: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK iv

2. Tindak Lanjut Pemenuhan Permintaan Informasi ke PPATK (Inquiry) …………………… 61

3. Pertukaran Informasi ke FIU Lain …………………………………………………………….. 63

Pengaduan Masyarakat …………………………………………………………………………………… 65

Pelaporan …………………………………………………………………………………………………… 66

1. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan ……………………………………………….. 66

2. Laporan Transaksi Keuangan Tunai ………………………………………………………….. 69

3. Laporan Pembawaan Uang Tunai …………………………………………………………….. 71

4. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa …………………………………………………….. 73

5. Laporan Penundaan Transaksi ………………………………………………………………… 74

Pengawasan Kepatuhan …………………………………………………………………………………… 78

Hukum dan Regulasi ……………………………………………………………………………………….. 79

1. Peraturan / Keputusan Kepala PPATK ………………………………………………………... 79

2. Putusan Pengadilan terkait TPPU …………………………………………………………….. 79

3. Keterangan Ahli ………………………………………………………………………………… 81

Riset ………………………………………………………………………………………………………….. 82

1. Analisis Strategis Semester I/2014: “Risiko Industri Keuangan Non Bank Digunakan

Sebagai Sarana Pencucian Uang” ……………………………………………………………. 82

2. Riset Tipologi Semester I/2014: “Tipologi terkait Kasus-kasus Tindak Pidana

Pencucian Uang yang Sudah Menjadi Putusan Pengadilan ……………………………….. 83

3. Riset Tematik Semester I/2014: “Typology of Money Laundering Involving

Money Service Business” ………………………………………………………………………. 85

4. Riset Tipologi Semester II/2014: “Tipologi Tindak Pidana Pendanaan Terorisme” ……… 86

5. Analisis Strategis Semester II/2014: “Risiko Sektor Jasa Profesi Digunakan untuk

Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme” ………………………………………………… 88

6. Riset Tematik Semester I/2014: “Risiko Industri Penyedia Barang dan/atau Jasa

Digunakan untuk Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme” …………………………… 89

7. Penilaian Risiko Nasional terhadap Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (National

Risk Assessment on Terrorism Financing) …………………………………………………… 91

8. Penilaian Risiko Nasional terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang (National Risk

Assessment on Money Laundering) ………………………………………………………….. 93

Pengembangan Kerjasama Antar Lembaga …………………………………………………………….. 95

Sosialisasi …………………………………………………………………………………………………… 99

Dukungan Teknologi Informasi …………………………………………………………………………… 100

1. Aplikasi International Fund Transfer Instruction Report (IFTI) …………………………….. 100

2. Aplikasi Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT) ………………………….. 100

3. Aplikasi Pengaduan Masyarakat terkait TPPU ………………………………………………. 101

4. Aplikasi Secure Online Communication (SOC) ……………………………………………… 101

5. Aplikasi Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) …………………………….. 101

6. Aplikasi Secure Email Communication (SEC) ………………………………………………. 102

7. Aplikasi Gathering Report and Processing System (GRIPS) ……………………………… 102

Keuangan …………………………………………………………………………………………………… 104

Manajemen Sumber Daya Manusia ……………………………………………………………………… 104

1. Reformasi Birokrasi …………………………………………………………………………….. 107

2. Sumber Daya Manusia …………………………………………………………………………. 108

3. Peningkatan Kualitas Kepegawaian ………………………………………………………….. 108

4. Peningkatan Kualitas Kelembagaan ………………………………………………………….. 109

5. Peningkatan Kualitas Ketatalaksanaan ………………………………………………………. 109

Page 8: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK v

Umum …………………………………………………………………………………………………….. 110

1. Ketatausahaan ……………………………………………………………………………….. 110

2. Kerumahtanggaan …………………………………………………………………………… 110

3. Perlengkapan …………………………………………………………………………………. 111

Pengawasan Internal ……………………………………………………………………………………. 113

1. Optimalisasi Fungsi Pengawasan Internal ………………………………………………… 113

2. Whistle Blowing System ……………………………………………………………………... 115

3. Survei terkait Integritas ………………………………………………………………………. 116

4. Peningkatan Tata Kelola Inspektorat ………………………………………………………. 118

Daftar Istilah ………………………………………………………………………………………………….. 119

Daftar Tabel …………………………………………………………………………………………………... 122

Daftar Grafik …………………………………………………………………………………………………. 124

Page 9: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

PPATK bergerak dalam koridor payung hukum Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU). Dalam Pasal 39 UU ini disebutkan bahwa PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Dalam menjalankan tugasnya, PPATK menerapkan prinsip akuntabilitas berupa pembuatan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang secara berkala setiap 6 (enam) bulan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sepanjang tahun 2014, berlari dengan ritme kerja yang kencang dalam tugas mencegah dan memberantas TPPU dan TPPT. Dalam menunaikan tugas di bidang pencegahan, PPATK berupaya untuk mencegah potensi illegal money dari investasi asing oleh Manajer Investasi di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari hasil audit yang menemukan investasi melalui Manajer Investasi di luar negeri (global custody) dengan transaksi terbesar antara lain melalui negara Singapura sebesar Rp184 triliun. Diantara transaksi tersebut terdapat transaksi yang dilakukan oleh beberapa nasabah yang diindikasikan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) dengan nilai investasi mencapai Rp50 triliun, diantaranya merupakan nasabah berisiko tinggi. PPATK juga berupaya mengoptimalkan pembatasan penggunaan transaksi tunai, dengan menyusun draft awal Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pembatasan Penggunaan Transaksi Uang Kartal. Dalam draft awal tersebut, PPATK mengusulkan untuk membatasi penggunaan uang kartal oleh setiap orang (perorangan dan korporasi) sebesar Rp100 juta yang dilakukan baik dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja yang dilakukan di wilayah NKRI. Selain itu, PPATK mendorong Otoritas Bank Sentral Singapura Menarik Peredaran Uang dengan nominal S$10.000. Hal ini dilakukan demi meminimalisir tindak kejahatan dengan menggunakan transaksi tunai. Upaya yang dilakukan PPATK membuahkan hasil dengan dikeluarkannya MAS NOTICE 763 oleh Pemerintah Singapura (Monetary Authority of Singapore) tertanggal 30 September 2014 tentang Larangan Peredaran Mata Uang S$ 10,000,-.

Dalam menunaikan tugas di bidang pemberantasan TPPU dan TPPT, PPATK berperan aktif dalam penelusuran transaksi keuangan mencurigakan Kepala Daerah dan keluarganya. Hasil Analisis PPATK mendapatkan angka 45 (empat puluh lima) transaksi keuangan mencurigakan Kepala Daerah dan Hasil Pemeriksaan mendapatkan angka 9 (sembilan) transaksi keuangan mencurigakan yang melibatkan Kepala Daerah dan/atau BUMD. Selain itu, PPATK juga turut berkontribusi dalam upaya bersama melawan illegal fishing dengan menjadi bagian dari Satgas Pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Peran PPATK dalam Satgas tersebut adalah support data terkait aliran transaksi keuangan dan aset yang dapat mengarahkan penyidik dalam menentukan apakah telah terjadi tindak pidana dan menemukan tersangka dan bukti. Guna semakin mengoptimalkan fungsi pemberantasan TPPU dan TPPT, PPATK juga meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT). penyelenggaraan SIPESAT sudah berjalan sejak bulan April 2014, dan telah sukses digunakan oleh PPATK untuk menelusuri kepemilikan rekening pihak-pihak tertentu dalam keperluan analisis transaksi keuangan mencurigakan, serta fit and proper pejabat (seperti seleksi kabinet, direksi BUMN, dan pejabat tinggi Kementerian / Lembaga negara).

Page 10: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 2

Kerja nyata PPATK sepanjang tahun 2014 bukan tanpa hasil. Sekalipun bergerak dalam ranah intelijen keuangan, PPATK tidak pernah menutup diri dan menjauh dari masyarakat. Apresiasi publik begitu tinggi, yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga Publik Pilihan selama dua tahun berturut-turut (2013-2014) dalam penyelenggaraan Indonesia Public Relation Awards & Summit (IPRAS) yang digagas oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS). PPATK juga berkontribusi positif dalam Gugus Tugas Pemilu, guna mewujudkan pemilu yang bersih, transparan, dan berintegritas bersama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Komisi Informasi Pusat (KIP). Pasca Pemilu, pemerintahan baru terpilih juga mempercayai PPATK bersama KPK sebagai lembaga yang memberikan support data untuk membantu penyusunan kabinet periode 2014-2019.

Baiknya apresiasi publik diiringi dengan manajemen internal lembaga yang solid dan juga produktif. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama periode 2006 sampai dengan 2013 menunjukan bahwa PPATK berhasil meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian delapan tahun berturut-turut. Ini menunjukkan bahwa Laporan Keuangan PPATK sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan mematuhi peraturan perundang-undangan. Dalam hal pengadaan barang dan jasa, PPATK juga selalu mengedepankan transparansi dengan menampilkannya ke publik. PPATK juga telah menetapkan agenda quick wins guna mempermudah dan mempercepat implementasi Reformasi Birokrasi di lingkungan PPATK. Kemudian, PPATK juga sedang dalam proses pembangunan Gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, dengan tujuan meningkatkan efektivitas pembangungan rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia.

Page 11: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 3

SEKAPUR SIRIH

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah lembaga intelijen di bidang keuangan, yang dalam dunia internasional lebih dikenal dengan nama generik Financial Intelligence Unit (FIU). Dalam rezim anti pencucian uang di Indonesia, PPATK adalah elemen yang sangat penting karena merupakan national focal point dalam upaya mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

PPATK didirikan pada tanggal 17 April 2002, bersamaan dengan disahkannya Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Keberadaan PPATK dimaksudkan sebagai upaya Indonesia untuk ikut serta bersama dengan negara-negara lain memberantas kejahatan lintas negara yang terorganisir seperti pencucian uang dan terorisme. Dalam perkembangannya, tugas dan kewenangan PPATK seperti tercantum dalam UU No. 15 Tahun 2002 telah diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003 dan telah ditambahkan termasuk penataan kembali kelembagaan PPATK pada UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dalam upayanya untuk memerangi TPPU, PPATK tidak bergerak sendiri. Melalui Keputusan Presiden No. 1 Tahun 2004, dibentuklah Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU. Struktur Komite TPPU ini terdiri atas Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai ketua, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai wakil ketua, dan Kepala PPATK sebagai sekretaris. Anggota Komite TPPU lainnya adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Keuangan, Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung, Kepala Badan Intelijen Negara, dan Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2009, Komite TPPU menegaskan agar koordinasi yang dilakukan di internal komite mencakup pula perhatian dan kerjasama dalam menangani pencegahaan dan pendanaan terorisme. Komite menunjuk secara tegas PPATK sebagai focal point untuk menangani pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.

Keberadaan dan peran aktif PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU menuai hasil dengan dikeluarkannya Indonesia dari daftar hitam Non Cooperative Countries and Territories oleh Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) pada tahun 2005. Kepala PPATK saat itu, Yunus Husein juga dipercaya sebagai Co-Chair (Ketua Bersama) pada Asia Pacific Group on Money Laundering (APG) pada periode 2006-2008.

Dewasa ini, peran dan eksistensi PPATK semakin diakui dalam upaya penegakan hukum pencegahan dan pemberantasan TPPU. Laporan Hasil Analisis (LHA) yang merupakan produk dari PPATK sudah mencapai angka 2.886 HA terkait TPPU yang disampaikan kepada penyidik sejak tahun 2003 hingga saat ini. Sedangkan HA terkait TPPT telah mencapai 65 HA sejak 2003 hingga saat ini. PPATK juga berkontribusi dalam memberikan informasi terkait harta kekayaan calon pejabat negara, dengan harapan mampu mengeliminasi sosok yang diragukan integritasnya. Dalam manajemen internal organisasi, PPATK meraih prestasi spektakuler dengan meraih opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian selama delapan tahun beruntun (2006-2013). Lembaga ini pun terus bermetamorfosis menjadi lembaga menuai apresiasi tinggi dari publik, terbukti dengan terpilihnya PPATK sebagai Lembaga Publik Pilihan dua tahun berturut-turut (2013-2014) dalam pagelaran “Indonesia Public Relations Awards & Summit” (IPRAS) yang diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS).

Page 12: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN

PPATK 4

KEPALA PPATK

WAKIL KEPALA PPATK

SEKRETARIAT

UTAMA

Biro Umum

Biro Perencanaan

dan Keuangan

Biro SDM dan

Ortala

INSPEKTORAT

TENAGA AHLI

DEPUTI BIDANG

PENCEGAHAN

DEPUTI BIDANG

PEMBERANTASAN

Direktorat

Pelaporan

Direktorat

Pengawasan

Kepatuhan

Direktorat Hukum

Direktorat Analisis

Transaksi

Direktorat

Pemeriksaan dan

Riset

Direktorat

Kerjasama dan

Humas

Pusat Teknologi

Informasi

STRUKTUR ORGANISASI

Page 13: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN

PPATK 5

PROFIL PIMPINAN

Kepala PPATK Muhammad Yusuf

Dilahirkan di Pendopo, Sumatera Selatan pada 18 Mei 1962. Ia meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia, kemudian gelar Master dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWIJA, dan melengkapinya dengan gelar Doktor di Universitas Padjajaran. Ia merupakan pejabat karir di Kejaksaan, dengan beberapa jabatan yang pernah diemban seperti Kepala Kejaksaan Negeri di beberapa wilayah di Indonesia dan Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Ia juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai Jaksa terbaik se-Indonesia pada tahun 2003.

Wakil Kepala PPATK Agus Santoso

Lahir di Purwokerto, 9 Agustus 1960. Ia memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Padjajaran, dan Master of Law dari Rijks Universiteit Leiden, Belanda. Karir akademisnya diwarnai dengan beragam beasiswa dan penghargaan prestasi akademik, baik dari Dekan FH Unpad dan Dekan Faculteit der rechtswetenschap, Rijks Universiteit Leiden, Belanda. Ia merupakan pejabat karir di Bank Indonesia dan pernah menjabat sebagai Deputi Direktur Hukum Bank Indonesia.

Page 14: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 6

Page 15: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 7

Lembaga Publik Pilihan Dua Tahun Berturut (2013-2014)

ksistensi PPATK dalam mengarungi tugasnya mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme semakin diakui publik. Dalam penyelenggaraan The 3rd Indonesia Public Relation Awards and Summit (IPRAS) 2014 yang dimotori oleh

Serikat Perusahaan Pers (SPS), PPATK masih dipercaya sebagai Lembaga Publik Pilihan bersama dengan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Apa yang diraih PPATK ini mengulang prestasi yang sudah ditoreh dalam penyelenggaraan IPRAS 2013, di mana PPATK juga terpilih sebagai Lembaga Publik Pilihan bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Keberhasilan mendapat penghargaan yang sama selama dua tahun belakangan menunjukan bahwa kinerja yang telah ditunjukan PPATK selama ini tidak berada dalam ruang sunyi. Rasa terima kasih jelas harus kami sampaikan atas dukungan tanpa henti semua pihak, terutama insan pers dan masyarakat luar terhadap kerja, kerja, dan kerja kami.

E

Page 16: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 8

Membantu Mewujudkan Pemilu yang Bersih, Transparan, dan Berintegritas

ugus Tugas dalam Mewujudkan Pemilihan Umum Tahun 2014 yang Bersih, Transparan dan Berintegritas dibentuk pada tanggal 4 April 2014 melalui disahkannya Surat Keputusan Bersama (SKB). Gugus Tugas ini terdiri dari 5 (lima) anggota, yaitu:

a. Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) b. Komisi Pemilihan Umum (KPU) c. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) d. Komisi Informasi Pusat (KIP) e. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

Peran vital PPATK dalam Gugus Tugas adalah

pada tugas penyampaian informasi dan data dugaan tindak pidana korupsi dan TPPU dari PPATK dan Bawaslu kepada PPATK dan penegak hukum lainnya terkait pelaksanaan Pemilu tahun 2014. Guna kepentingan pelaksanaan tugas tersebut, PPATK telah memfasilitasi pertemuan Gugus Tugas pada 12 Juni 2014 yang membahas beberapa agenda penting, yaitu monitoring rekening dana kampanye, monitoring potensi penyimpangan penggunaan keuangan negara, pengawasan potensi sumbangan dana dari luar negeri, dan sumbangan berupa barang dan/atau jasa. Dalam kerangka Gusus Tugas ini, PPATK telah menyampaikan 1 informasi Hasil Analisis (HA) kepada Bawaslu.

Gugus Tugas ini telah digunakan secara efektif khususnya dalam hal pertukaran informasi. PPATK telah menjawab permintaan informasi dari Bawaslu mengenai transaksi sumbangan kepada caleg dan informasi mengenai rekening partai politik. Dengan adanya kesepahaman diantara anggota Gugus Tugas, kerahasiaan informasi tersebut dapat dijaga. Pertemuan dalam Gugus Tugas telah memberi pemahaman kepada KIP bahwa informasi dari PPATK merupakan data intelijen keuangan sehingga masuk kategori ketat dan terbatas. Data intelijen keuangan bersifat sangat rahasia yang diatur mengenai ketentuan tipping-off atau pembocoran informasi yang ancamannya adalah paling lama 4 tahun penjara.

G

Peran vital PPATK dalam Gugus Tugas adalah pada tugas penyampaian informasi dan data dugaan tindak pidana korupsi dan TPPU dari PPATK dan Bawaslu kepada PPATK dan penegak hukum lainnya terkait pelaksanaan Pemilu tahun 2014. Dalam kerangka Gusus Tugas ini, PPATK telah menyampaikan 1 informasi Hasil Analisis (HA) kepada Bawaslu.

Page 17: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 9

Support Data Untuk Seleksi Menteri Kabinet Kerja

ada tahun 2014, PPATK telah dipercaya oleh Presiden untuk membantu dalam proses seleksi calon menteri kabinet. Dalam hal ini, PPATK melakukan pengecekan

track record transaksi keuangan mencurigakan terhadap pihak tersebut yang terdapat dalam Penyedia Jasa Keuangan dan Pengguna Barang dan Jasa di seluruh Indonesia. Hasil pengecekan yang dilakukan oleh PPATK tersebut menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi Presiden untuk menunjuk menteri.

Pelaksanaan penelusuran tersebut merupakan pelaksanaan tugas dan fungsi PPATK sebagaimana diatur dalam:

a. Pasal 41 ayat (1) huruf d UU No. 8 Tahun 2010 yang berbunyi: “Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a, PPATK berwenang: memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang”.

b. Surat edaran MenPAN-RB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Peningkatan Pengawasan Dalam Rangka Mewujudkan Aparatur Negara Yang Berintegritas, Akuntabel dan Transparan.

P

Page 18: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 10

Menggali Potensi Pendapatan Negara dalam Bentuk Pajak melalui Rezim Anti Pencucian Uang

alah satu dukungan penuh PPATK dalam setiap kebijakan pemerintah dilakukan dengan mengoptimalkan pendapatan

negara melalui penerimaan dari sektor perpajakan. Sampai dengan akhir tahun 2014, PPATK telah menyampaikan 69 (enam puluh sembilan) Laporan Hasil Analisis (LHA) yang terindikasi tindak pidana perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dari sejumlah LHA yang disampaikan, berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak terdapat potensi pendapatan negara sebesar Rp2.068.554.165.460,00 (dua triliun enam puluh delapan miliar lima ratus lima puluh empat juta seratus enam puluh lima ribu empat ratus enam puluh rupiah).

Potensi itu sebagian telah terealisir. Sampai dengan akhir tahun laporan, Direktorat Jenderal Pajak telah memperoleh pelunasan/pembayaran pajak kurang bayar dari pihak-pihak terkait tersebut sebesar Rp1.040.223.468.177,50 (satu triliun empat puluh miliar dua ratus dua puluh tiga juta empat ratus enam puluh delapan ribu seratus tujuh puluh tujuh rupiah dan lima puluh sen). Sedangkan terhadap pajak yang belum dilunasi oleh pihak-pihak terkait, Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan proses penagihan.

Potensi penerimaan negara dari sektor pajak ini akan dapat lebih ditingkatkan lagi manakala Penyidik dalam hal ini Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung RI, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Nasional Narkotika (BNN) dan Direktorat Bea dan Cukai Kementerian Keuangan tidak menemukan indikasi TPPU atau tindak pidana lainnya, dapat menyerahkan resume tindak lanjut atas LHA tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dilakukan untuk menggali potensi pendapatan negara melalui sektor perpajakan. Hal ini dikarenakan setiap penghasilan, baik yang sah maupun tidak sah merupakan objek yang dapat dibebani oleh pajak.

Guna mendorong pendapatan negara lebih besar lagi melalui sektor perpajakan, jelas diperlukan dukungan yang kuat dari Bapak Presiden RI. Untuk itu mohon kiranya Bapak Presiden dapat memberikan arahan kepada jajaran penegak hukum agar memanfaatkan hasil kinerja PPATK berupa Hasil Analisis (HA) atau Hasil Pemeriksaan (HP) dan memberikan resume hasil tindak lanjut HA atau HP tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak.

S

PPATK telah menyampaikan 69 (enam puluh sembilan) Laporan Hasil Analisis (LHA) yang terindikasi tindak pidana perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dari sejumlah LHA yang disampaikan, berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak terdapat potensi pendapatan negara sebesar Rp2.068.554.165.460,00.

Dari nominal itu Direktorat Jenderal Pajak telah memperoleh pelunasan/pembayaran pajak kurang bayar dari pihak-pihak terkait tersebut sebesar Rp1.040.223.468.177,50.

Page 19: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 11

Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Delapan Tahun Beruntun (2006-2013)

Kualitas dalam pengelolaan keuangan negara pada suatu Kementerian/Lembaga (K/L) dapat diukur dari predikat berupa opini yang diberikan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan K/L. Predikat tertinggi yang diberikan oleh BPK terhadap Laporan Keuangan suatu K/L adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara, BPK melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan

PPATK Tahun 2013 yang dilaksanakan pada tahun 2014. Laporan Keuangan PPATK terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan PPATK dengan memperhatikan kesesuaian Laporan Keuangan PPATK dengan SAP, kecukupan pengungkapan, efektivitas sistem pengendalian intern, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan PPATK Tahun 2013 yang dituangkan dalam Surat Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Nomor: 42/S/IV-XV/05/2014 tanggal 28 Mei 2014, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan PPATK Tahun 2013. Dengan opini WTP atas Laporan Keuangan PPATK tahun 2014 ini, berarti PPATK telah delapan tahun berturut-turut sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 memperoleh predikat tertinggi dalam pengelolaan keuangan negara. Pencapaian prestasi PPATK ini tidak lepas dari proses penerapan nilai-nilai dasar PPATK oleh seluruh pegawai dan pimpinan, yaitu

Integritas, Tanggung jawab, Profesionalisme, Kerahasiaan, dan Kemandirian di internal PPATK.

Page 20: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 12

Page 21: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 13

1. Mencegah Potensi Illegal Money dari Investasi Asing oleh Manajer Investasi Indonesia

ndonesia saat ini telah menjadi salah satu sentra ekonomi dunia, khususnya kawasan Asia Pasifik. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia. Partisipasi asing dalam perdagangan Pasar Modal di Indonesia senantiasa mengalami

pertumbuhan dari tahun ke tahun, dengan nilai dana yang ditransaksikan pada tahun 2014 ini adalah sebesar Rp541.572.866.000.000,00. Prosentase nilai perdagangan asing dapat dikatakan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1

Persentase Nilai Perdagangan Asing Periode Tahun 2010 s.d. 2014

Tahun Persentase

Nilai Perdagangan Asing 2010 31,7% 2011 35,1% 2012 42,5% 2013 42,0% 2014

(November 2014) 40,8%

Catatan: Data PT Bursa Efek Indonesia Berdasarkan data tersebut di atas, PPATK menyadari besarnya partisipasi asing dalam

transaksi keuangan di Indonesia. Namun, dalam perspektif pencegahan dan pemberantasan TPPU, masuknya dana asing diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dalam hal penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) oleh Penyedia Jasa Keuangan (PJK) di Pasar Modal. Hingga November 2014, terdapat data sebagai berikut:

Grafik 1

Jumlah PJK di Pasar Modal s.d. November 2014

115

77

22

2 , 585

23

20 , 976

0 10 , 000 20 , 000 30 , 000

Perusahaan Efek

Manajer Investasi

Bank Kustodian

Wakil Manajer Investasi

Agen Penjual Efek Reksadana

Wakil Agen Penjual Efek Reksadana

Jumlah PJK di Pasar Modal per November 2014

I

Page 22: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 14

PJK di pasar modal pada umumnya dapat terpapar risiko pencucian uang. Atas dasar hal tersebut, dengan mengacu pada pendekatan berbasis risiko (risk based approach) dalam kurun waktu 2012-2013 PPATK telah melakukan audit terhadap:

a. 10 (sepuluh) Manajer Investasi (MI); dan b. 8 (delapan) Bank Kustodian (BK).

Secara umum ditemukan adanya potensi

pencucian uang dalam hal penjualan Unit Penyertaan (UP) melalui Selling Agent (agen penjual). PPATK mengalami kesulitan memperoleh data dalam hal ditemukan indikasi adanya pencucian uang pada penjualan UP, khususnya UP yang dijual secara tidak langsung (indirect selling) melalui selling agent. Pada umumnya MI dan BK sebagai pihak yang menjual UP tidak mengetahui identitas Beneficiary dari UP yang dijual kepada nasabah perbankan melalui mekanisme indirect selling tersebut.

Keengganan selling agent untuk membuka data seluas-luasnya kepada issuer (penerbit) UP telah mengakibatkan ketidaksetaraan informasi antara selling agent dan issuer, dimana issuer cenderung tidak mengetahui Beneficiary dari UP yang dijual melalui selling agent. Ketentuan V.D.10 memberikan peluang kepada selling agent untuk menutup data nasabahnya, dimana dinyatakan bahwa jika PJK melakukan pembelian mewakili Benefial Owner (BO), maka dokumen mengenai BO berupa pernyataan tertulis dari PJK yang mewakili, bahwa identitas BO telah dilakukan verifikasi oleh PJK yang mewakili (Pasal 18 Ketentuan V.D.10).

Sementara itu Ketentuan No. V.D.10 juga mengatur bahwa Penerapan PMN terhadap nasabah (investor) Reksa Dana, termasuk pengumpulan, pemeliharaan, dan pengkinian informasi serta dokumen pendukung nasabah (investor) Reksa Dana merupakan tanggung jawab dari Manajer Investasi sebagai Pengelola Reksa Dana. Pasal selanjutnya diatur juga dalam hal Manajer Investasi menunjuk Agen Penjual Efek Reksa Dana, maka Agen Penjual Efek Reksa Dana wajib menerapkan kebijakan Prinsip Mengenal Nasabah yang ditetapkan oleh dan di bawah koordinasi Manajer Investasi. Kemudian, Manajer Investasi bertanggungjawab atas penerapan PMN yang dilakukan melalui Agen Penjual Efek Reksa Dana terhadap nasabah (investor) Reksa Dana.

Hal yang sama diperlakukan bagi PJK Indonesia yang memiliki nasabah PJK luar negeri yang mewakili BO yang berdomisili hukum di luar negeri. Ketentuan ini pada dasarnya memberikan kesulitan tersendiri bagi PJK Pasar Modal di Indonesia dalam hal melakukan kewajiban pelaporan kepada PPATK. Karena PJK tidak akan mampu memiliki parameter yang memadai terkait dengan profil nasabah BO, kemampuan keuangan, sumber dana serta tingkat risiko atas transaksi yang

Berdasarkan hasil audit yang telah PPATK lakukan pada salah satu bank kustodian di Indonesia, ditemukan transaksi investasi melalui manajer investasi di luar negeri (global custody)1 dengan transaksi terbesar antara lain melalui negara Singapura sebesar Rp184 triliun. Diantara transaksi tersebut terdapat transaksi yang dilakukan oleh beberapa nasabah yang diindikasikan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) dengan nilai investasi mencapai Rp50 triliun, diantaranya merupakan nasabah berisiko tinggi/PEPs. Data tersebut diperoleh berdasarkan penelitian kami terhadap sub-rekening kategori nasabah tidak langsung (indirect customer) yang dimiliki oleh bank kustodian tersebut.

Page 23: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 15

dilakukan. Selain itu, terdapat kesulitan bagi PPATK dalam hal mendapatkan informasi, khususnya terkait dengan nasabah BO dari global custody yang berdomisili di luar wilayah Indonesia.

Berdasarkan hasil audit yang telah PPATK lakukan pada salah satu bank kustodian di Indonesia, ditemukan transaksi investasi melalui manajer investasi di luar negeri (global custody)1

Sebagai informasi bahwa hasil audit dimaksud telah kami koordinasikan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait dengan penyempurnaan peraturan pelaksanaan Prinsip Mengenal Penguna Jasa (PMPJ) dan kewajiban penyampaian pelaporan. PPATK juga sudah menyampaikan permasalahan tersebut kepada Commercial Affairs Department and Suspicious Transaction Reporting Office - Financial Intelligence Unit Singapore untuk meminta kerjasama dan bantuan koordinasi penyelesaian dengan otoritas yang berwenang di Singapura, dalam hal ini dengan Monetary Authority of Singapore sebagai lembaga pengawas industri keuangan di Singapura.

Sementara itu, hasil audit PPATK juga banyak menemukan investor yang berbadan hukum negara-negara yang pernah masuk ke dalam kategori tax haven countries (shell company) seperti negara BVI, Cayman Islands, dan sebagainya dengan rincian sebagai berikut:

dengan transaksi terbesar antara lain melalui negara Singapura sebesar Rp184 triliun. Diantara transaksi tersebut terdapat transaksi yang dilakukan oleh beberapa nasabah yang diindikasikan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) dengan nilai investasi mencapai Rp50 triliun, diantaranya merupakan nasabah berisiko tinggi/PEPs. Data tersebut diperoleh berdasarkan penelitian kami terhadap sub-rekening kategori nasabah tidak langsung (indirect customer) yang dimiliki oleh bank kustodian tersebut.

a. Investor demikian banyak ditemukan pada Perusahaan Efek (broker), MI, dan bank kustodian; b. Informasi identitas dari investor tidak jelas. Alamat hanya mempergunakan PO BOX ataupun

virtual office; c. Tidak ada informasi tentang BO; dan d. Data pengurus atau pemegang saham tidak jelas. Banyak ditemukan pemegang saham yang

juga berupa shell company lain. Ultimate share holder tidak diketahui.

Masuknya dana asing ke Indonesia di satu sisi dapat dipandang sebagai advantage bagi perekonomian Indonesia, namun di sisi lain seluruh lembaga pemerintah yang berwenang berkewajiban menjaga integritas sistem keuangan Indonesia terhadap masuknya illicit fund, khususnya memperkuat penerapan Program PMPJ oleh industri keuangan.

1 Global custody terkait dengan pemrosesan perdagangan sekuritas lintas batas negara, pengelolaan aset-aset keuangan, dan

layanan yang terkait dengan manajemen portofolio.

Page 24: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 16

2. Mengoptimalkan Pembatasan Penggunaan Transaksi Uang Kartal (Rancangan UU)

erdasarkan Hasil Analisis (HA) dan Hasil Pemeriksaan (HP), transaksi tunai menjadi alternatif utama untuk menghindari sistem keuangan. Transaksi tunai menjadi pilihan utama dalam hal upaya penyuapan, korupsi, dan perpindahan dana. Serta, didukung pula oleh nilai

mata uang Indonesia yang relatif rendah dibandingkan mata uang asing sehingga transaksi tunai marak pula dilakukan dengan mata uang asing termasuk mata uang Dolar Singapura dengan nominal S$10.000,-. Hal ini terjadi pada beberapa perkara yang berhasil diungkap oleh PPATK. Salah satu kasus yang menonjol adalah terkait dengan Gayus Tambunan (GT), yang bersangkutan diketahui menghimpun dana tunai dalam jumlah yang sangat besar dan tidak sesuai dengan profil yang bersangkutan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Golongan III/a. Dana tunai yang diperoleh dari Wajib Pajak, selain dipergunakan untuk membeli aset juga dimasukkan kedalam Safe Deposit Box (SDB). Salah satu SDB yang berhasil dibongkar oleh aparat penegak hukum berisi uang tunai dalam mata uang asing senilai setara dengan Rp75 miliar.

Selain itu, pada kasus Labora Sitorus (LS), PPATK menemukan lebih dari 1.000 kali transaksi penarikan maupun penyetoran dana tunai oleh LS ataupun pihak terkait lainnya untuk kepentingan LS. Total dana yang ditransaksikan secara tunai pada periode pemeriksaan diketahui berjumlah lebih dari Rp1 triliun. Pada kasus lainnya yang saat ini sedang ditangani oleh penegak hukum terkait dengan oknum PNS Pemda diketahui bahwa yang bersangkutan melakukan transaksi pembawaan uang tunai dari Singapura ke Batam untuk selanjutnya disetorkan kepada bank. Nilai transaksi tunai berkisar antara Rp1 juta sampai dengan Rp13 miliar untuk sekali transaksi. Yang bersangkutan diketahui melakukan sebanyak 877 kali transaksi keuangan tunai selama tahun 2008-2013.

Tidak jauh berbeda dengan kasus GT, pada kasus oknum PNS Pemda berinisial NK PPATK juga menduga bahwa pada kasus dugaan penyelundupan BBM Riau sulit diidentifikasi karena proses transaksi dilakukan secara tunai. Dalam hasil penelusuran PPATK diperoleh informasi bahwa NK hampir setiap hari membawa pecahan uang nominal S$1.000 secara tunai. Kondisi tersebut terjadi sejak tahun 2008, namun baru terdeteksi baru-baru ini. Kasus NK melibatkan transaksi keuangan senilai Rp1,3 triliun. PPATK mencurigai transaksi tersebut sebagai transaksi keuangan mencurigakan karena nilai transaksinya termasuk besar, yaitu seratus juta sampai miliaran rupiah dalam sehari. Nilai transaksi sebesar Rp1,3 triliun itu merupakan nilai akumulatif sejak tahun 2008 hingga 2013. Kasus tersebut disampaikan PPATK kepada Polri pada April 2014. Selain itu, berdasarkan hasil pemeriksaan PPATK, ditemukan fakta bahwa jenis pecahan uang yang ditemukan juga tidak lazim, yaitu lembaran S$10.000,-. Sehingga, diduga NK sering ke Singapura dimana kegiatan ilegalnya di Indonesia tetapi uangnya dibayar di Singapura.

B

PPATK berinisiatif untuk menyusun draft awal Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pembatasan Penggunaan Transaksi Uang Kartal dan mendorong Kementerian Hukum dan HAM untuk menyusun dan membahas Naskah Akademik dari RUU tersebut. Dalam draft awal tersebut, PPATK mengusulkan untuk membatasi penggunaan uang kartal oleh setiap orang (perorangan dan korporasi) sebesar Rp100 juta yang dilakukan baik dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 25: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 17

Temuan PPATK tersebut diperkuat dengan hasil penyidikan Polri yang menyatakan bahwa BBM yang berhasil diselundupkan kemudian diduga dijual secara ilegal di perairan bebas. Dari dugaan transaksi jual beli BBM secara ilegal itu, AM mendapatkan uang di Singapura. Uang yang diperoleh kemudian dibawa ke Batam dan diserahkan kepada NK. Dalam kasus ini Polri telah menetapkan lima tersangka dan juga menyita sejumlah aset, seperti enam kendaraan, alat berat, dan kapal berkapasitas 200 ton. Penyidik juga telah memblokir lebih dari 100 rekening, dimana 11 rekening diantaranya adalah dimiliki atau dikuasai oleh NK. Sampai dengan saat ini, penyidik masih mengembangkan kasus tersebut dan kemungkinan akan menyita aset lainnya.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, PPATK berinisiatif untuk menyusun draft awal Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pembatasan Penggunaan Transaksi Uang Kartal dan mendorong Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) untuk menyusun dan membahas Naskah Akademik dari RUU tersebut. Pada bulan Februari 2014, Kemenkumham yang dalam hal ini Badan Pembangunan Hukum Nasional (BPHN) bersama dengan PPATK, Bank Indonesia (BI), dan akademisi telah menyelesaikan penyusunan Naskah Akademik beserta draft awal RUU tentang Pembatasan Penggunaan Transaksi Uang Kartal.

Dalam draft awal tersebut, PPATK mengusulkan untuk membatasi penggunaan uang kartal oleh setiap orang (perorangan dan korporasi) sebesar Rp100 juta yang dilakukan baik dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam hal transaksi setiap orang dengan penyedia jasa keuangan dan penyedia barang dan/atau jasa lain dilakukan dalam jumlah Rp100 juta atau lebih, atau yang nilainya setara, yang dilakukan dalam satu kali transaksi keuangan tunai dalam satu hari kerja yang dilakukan di wilayah NKRI wajib melalui mekanisme pembayaran secara non tunai.

Pada bulan Agustus 2014, PPATK telah menyampaikan surat kepada Menteri Hukum dan HAM untuk mendorong pembahasan RUU tentang Pembatasan Penggunaan Uang Kartal dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) prioritas tahun 2015, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. berdasarkan hasil riset dan analisis yang dilakukan oleh PPATK ditemukan tren transaksi penggunaan uang kartal yang semakin meningkat. Adapun transaksi tersebut dilakukan dengan maksud untuk menyulitkan upaya pentrasiran/pelacakan asal-usul sumber dana yang diduga berasal dari tindak pidana dan memutus pelacakan aliran dana kepada pihak penerima dana (beneficiary). Diharapkan dengan adanya pembatasan transaksi tersebut, transaksi yang mencurigakan dapat ditelusuri secara tuntas;

b. mengurangi biaya pencetakan uang dengan seluruh risikonya, antara lain uang palsu, uang rusak, dan lain-lain;

c. adanya pergeseran kebiasaan transaksi perbankan oleh sebagian masyarakat yang semula melakukan transfer, transaksi pindah buku, dan transaksi perbankan lainnya menjadi transaksi tunai berupa setor tunai dan tarik tunai;

Page 26: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 18

d. transaksi penggunaan uang kartal tidak sejalan dengan tujuan ”less cash society” karena dilakukan dalam jumlah besar (biasanya diatas Rp500 juta), kurang aman, mempersulit pelacakan transaksi yang mencurigakan;

e. pembatasan transaksi yang menggunakan uang kartal juga mendukung konsep “bank channel” yang salah satu tujuannya adalah untuk mensejajarkan diri dengan negara maju;

f. pengaturan pembatasan transaksi penggunaan uang kartal mendorong dan mendidik masyarakat untuk mengoptimalkan penggunaan jasa perbankan dan penyedia jasa keuangan lainnya;

g. selain untuk kebutuhan penegakan hukum, pengaturan mengenai pembatasan transaksi penggunaan uang kartal sejalan dengan pengaturan dalam rangka menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan

h. mengeliminasi sarana yang dapat digunakan untuk melakukan gratifikasi, suap dan pemerasan.

Berdasarkan hasil koordinasi dengan Kemenkumham, pembahasan antar

Kementerian/Lembaga (K/L) atas RUU tersebut akan mulai dilaksanakan pada awal tahun 2015. Adapun saat ini Kemenkumham masih mempersiapkan pembentukan tim penyusun RUU tentang Pembatasan Penggunaan Uang Kartal, yang akan melibatkan beberapa instansi terkait, antara lain PPATK, BI, OJK, dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk membahas draft RUU yang sudah diinisiasi oleh BPHN dan PPATK tersebut.

Page 27: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 19

3. Mendorong Perluasan Pihak Pelapor (Rancangan PP)

ompleksitas dari transaksi berdampak pada semakin canggihnya modus operandi TPPU yang tidak hanya melalui media PJK sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a UU TPPU, namun juga melalui PJK lain yang belum diatur dalam UU TPPU seperti perusahaan

modal ventura, perusahaan pembiayaan infrastruktur, pengelola sentra dana, lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor impor.

Selain memanfaatkan lembaga keuangan, para pencuci uang juga memanfaatkan profesi-profesi tertentu dimana hubungan antara profesi tersebut dengan kliennya dilindungi kerahasiaannya oleh undang-undang atau kode etik. Hasil Riset Tipologi Semester II/2014 dan kasus-kasus TPPU yang mencuat ke permukaan menunjukan bahwa profesi-profesi tertentu seperti advokat, akuntan, penasehat keuangan, notaris dan fiduciaries lainnya dimanfaatkan oleh para pelaku pencucian uang untuk mengaburkan asal-usul uang atau dana yang sejatinya berasal dari tindak pidana.

Pihak yang dapat mewakili pihak tertentu (gatekeeper) merupakan sarana untuk melakukan kejahatan keuangan dan pencucian uang. Tanpa bantuan gatekeeper, para pelaku white collar crime seperti aparatur sipil negara yang korup dan pelaku tindak pidana pada umumnya akan merasa khawatir teridentifikasi transaksinya oleh PJK. Oleh karenanya, salah satu modus operandi TPPU adalah menggunakan jasa advokat dan notaris sebagai gatekeeper. Padahal, jika mengacu pada Rekomendasi 22 huruf d FATF Recommendations terdapat pernyataan yang mengharuskan setiap negara untuk mempunyai aturan yang mewajibkan advokat dan notaris sebagai salah satu pihak yang wajib menyampaikan laporan kepada PPATK.

Dengan pertimbangan tersebut, maka pada bulan November 2013 PPATK berinisiatif mengajukan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pihak Pelapor Baru kepada Kemenkumham dengan berdasarkan pada ketentuan Pasal 17 ayat (2) UU TPPU. Selanjutnya, Kemenkumham telah menindaklanjuti usulan tersebut dengan membentuk tim penyusun RPP tentang Pihak Pelapor Baru yang terdiri dari beberapa instansi terkait, yaitu BI, OJK, Kementerian Koperasi dan UKM, Sekretariat Negara (Setneg), PPATK, dan lain-lain. Tim penyusun telah melakukan 3 (tiga) kali pertemuan guna membahas RPP tersebut. Di dalam pembahasannya disetujui perubahan nama yang semula RPP tentang Pihak Pelapor Baru diubah menjadi RPP tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dalam RPP tersebut menyepakati bahwa Pihak Pelapor baru yang memiliki kewajiban penerapan PMPJ dan menyampaikan laporan ke PPATK, meliputi:

a. penyedia jasa keuangan (selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a UU TPPU), meliputi:

1) perusahaan modal ventura; 2) perusahaan pembiayaan infrastruktur;

K

PPATK berinisiatif mengajukan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pihak Pelapor Baru kepada Kemenkumham dengan berdasarkan pada ketentuan Pasal 17 ayat (2) UU TPPU. Pihak Pelapor baru dalam RPP meliputi perusahaan modal ventura, perusahaan pembiayaan infrastruktur, lembaga keuangan mikro, lembaga pembiayaan ekspor, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan, akuntan publik, dan perencana keuangan.

Page 28: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 20

3) lembaga keuangan mikro; dan 4) lembaga pembiayaan ekspor.

b. profesi, meliputi: 1) advokat; 2) notaris; 3) pejabat pembuat akta tanah; 4) akuntan; 5) akuntan publik; dan 6) perencana keuangan.

Pada tanggal 28-30 Agustus 2014, PPATK

telah menginisiasi untuk menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Pembahasan RPP tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU yang merupakan tindak lanjut dari hasil pembahasan terakhir pada bulan Mei 2014. FGD tersebut menghadirkan 6 (enam) narasumber baik dari regulator maupun perwakilan pihak pelapor baru, meliputi Direktorat Je nderal Administrasi Hukum Umum (Dirjen AHU) Kemenkumham, Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Kemenkeu, Advokat, Ikatan Notaris Indonesia (INI), Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Financial Services Professional Board (FSPB) Indonesia.

Adapun pembahasan RPP tentang Pihak Pelapor Baru telah mencapai tahap harmonisasi yang diselenggarakan pada tanggal 17 Desember 2014, dimana seluruh tim penyusun telah menyetujui RPP tersebut. Direncanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama, Kemenkumham akan menyerahkan RPP tersebut kepada Sekretariat Negara untuk segera dimintakan permohonan persetujuan dari Presiden.

Page 29: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 21

4. Mendorong Otoritas Bank Sentral Singapura Menarik Peredaran Uang S$10.000

ang pecahan S$10.000,- selama ini kerap disalahgunakan untuk tindak kejahatan. Uang dengan nilai setara hampir Rp100 juta ini rentan digunakan sebagai sarana penyuapan atau gratifikasi seperti pada kasus Gayus Halomoan Tambunan dan kasus oknum hakim

Syarifuddin. Pecahan uang ini digunakan sebagai alat suap untuk mengakali agar transaksi yang bersangkutan tidak terlacak. Atas dasar itulah, PPATK mendorong otoritas bank sentral di Singapura untuk tidak lagi menerbitkan uang pecahan dengan denominasi S$10.000,-. Hal ini dilakukan demi meminimalisir tindak kejahatan dengan menggunakan transaksi tunai.

Dalam pertemuan antara PPATK dengan STRO selaku FIU dari Singapura, Kepala PPATK menyampaikan berbagai alasan mengapa uang pecahan S$10.000,- tidak lagi diterbitkan. Selain karena penyalahgunaan fungsi dari uang tersebut, uang dengan nilai S$10.000,- adalah nominal yang sangat besar, sehingga tidak logis dan sulit digunakan dalam keperluan transaksi sehari-hari.

Upaya yang dilakukan PPATK membuahkan hasil dengan dikeluarkannya MAS NOTICE 763 oleh Pemerintah Singapura (Monetary Authority of Singapore) tertanggal 30 September 2014 tentang Larangan Peredaran Mata Uang S$ 10.000,-. MAS NOTICE 763 pada pokoknya memuat, “Any bank that has possession or comes into possession on any currency note of a denomination of 10.000 Singapore dollars shall not recirculate the note”. Keberhasilan ini menjadi pendorong pentingnya upaya pembatasan transaksi tunai yang saat ini masih dalam proses. Pembatasan transaksi tunai cukup mendesak untuk mendukung Indonesia bebas gratifikasi, suap, pemerasan, korupsi dan pencucian uang.

U

PPATK mendorong otoritas bank sentral di Singapura untuk tidak lagi menerbitkan uang pecahan dengan denominasi S$10,000,-. Hal ini dilakukan demi meminimalisir tindak kejahatan dengan menggunakan transaksi tunai. Upaya yang dilakukan PPATK membuahkan hasil dengan dikeluarkannya MAS NOTICE 763 oleh Pemerintah Singapura (Monetary Authority of Singapore) tertanggal 30 September 2014 tentang Larangan Peredaran Mata Uang S$ 10,000,-.

Page 30: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 22

LARANGAN PEREDARAN MATA UANG S$10.000 OLEH OTORITAS MONETER SINGAPURA

Page 31: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 23

5. Mempererat Kerjasama Guna Mencegah Pemanfaatan Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dan Penyedia Barang dan/atau Jasa lainnya (PBJ) di Indonesia sebagai Sarana Pencucian Uang

ahapan proses pencucian uang diawali dengan penempatan dana (placement) yang bersumber dari TPPU ke dalam lembaga keuangan, terutama bank dan pasar modal, atau berupaya disamarkan dengan pembelian aset maupun barang berharga melalui lembaga non

keuangan. Dalam hal ini, Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dan Penyedia Barang dan/atau Jasa lainnya (PBJ) yang merupakan Pihak Pelapor sesuai UU TPPU memiliki risiko untuk berperan sebagai pelaku pasif TPPU dengan menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dan berpotensi untuk dikenakan pidana penjara dan denda. Berdasarkan penelusuran, para pelaku tindak kejahatan berupaya menyamarkan uang hasil tindak pidana tersebut melalui pembelian emas, berinvestasi di sektor properti, membeli properti maupun mobil mewah maupun melalui orang lain. Apabila Pihak Pelapor tersebut tidak melakukan kewajibannya sesuai ketentuan dengan alasan bisnis, tentunya berpotensi menjadi pelaku pasif dalam TPPU.

Potensi menjadi pelaku pasif tersebut tidak berlaku apabila PJK dan PBJ melaksanakan kewajiban pelaporan sesuai Pasal 5 ayat (2) UU TPPU. Guna dapat melaksanakan kewajiban pelaporan tersebut, PJK dan PBJ wajib menerapkan PMPJ yang lazim disebut dengan Know Your Customer (KYC) sehingga dapat mengenali apabila terdapat pengguna jasa yang terindikasi TPPU melalui proses identifikasi, verifikasi, dan pemantauan transaksi pengguna jasa tersebut.

Melalui penyampaian laporan yang terdiri dari Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dan Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri (LTKL) bagi PJK serta Laporan Transaksi (LT) bagi PBJ, Pihak Pelapor memperkuat rezim anti pencucian uang yang sudah terbentuk di Indonesia. Laporan yang disampaikan tersebut menjadi salah satu bahan untuk proses analisis yang dilakukan oleh PPATK dalam menelusuri jejak tahapan pencucian uang (follow the money) yang berusaha disamarkan oleh pelaku TPPU. Memahami pentingnya penyampaian laporan yang berkualitas, PPATK secara konsisten terus melakukan pembinaan dan pelatihan kepada PJK dan PBJ guna dapat memenuhi kewajibannya dengan melakukan registrasi pada aplikasi Gathering Report Information System (GRIPS) dan selanjutnya menyampaikan laporan yang diwajibkan kepada PPATK.

T

Memahami pentingnya penyampaian laporan yang berkualitas, PPATK secara konsisten terus melakukan pembinaan dan pelatihan kepada PJK dan PBJ guna dapat memenuhi kewajibannya dengan melakukan registrasi pada aplikasi Gathering Report Information System (GRIPS) dan selanjutnya menyampaikan laporan yang diwajibkan kepada PPATK. PPATK menyediakan berbagai sarana antara lain milis khusus [email protected], saluran telepon, faximili, maupun surat agar pertanyaan Pihak Pelapor dapat ditanggapi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Page 32: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 24

Upaya untuk menjangkau PJK dan PBJ guna melakukan registrasi GRIPS pada tahun 2014 membuahkan hasil dengan bertambahnya 633 Pihak Pelapor baru, yang terdiri dari bank perkreditan rakyat, perusahaan asuransi, pedagang valuta asing, penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang, perusahaan properti, dan perusahaan kendaraan bermotor. Bertambahnya jumlah pelapor baru berpengaruh positif pada meningkatnya jumlah laporan yang diterima pada Tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel 2 Jumlah Laporan Transaksi yang Diterima PPATK Tahun 2014

Nama Laporan Jumlah LTKM 33.380 LTKT 1.643.697 LT 27.005 LTKL 13.702.179

Namun demikian, kerja keras PPATK masih dibutuhkan mengingat masih banyaknya jumlah

PJK dan PBJ yang belum melakukan registrasi GRIPS, seperti koperasi simpan pinjam (KSP), perusahaan properti, pedagang kendaraan bermotor, serta pedagang permata dan perhiasan/logam mulia. Upaya registrasi terkendala oleh belum lengkapnya databas e/informasi yang tersedia guna penelusuran nama dan alamat perusahaan yang seyogyanya menjadi Pihak Pelapor. Seperti misalnya KSP yang berjumlah lebih dari 10.000 di seluruh Indonesia dan rentan untuk dijadikan media pencucian uang, namun masih belum seluruhnya melakukan registrasi.

Selain melalui kordinasi dengan Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) dan Asosiasi guna menelusuri pihak pelapor yang belum melakukan registrasi GRIPS, PPATK secara konsisten melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada PJK dan PBJ yang selama tahun 2014 dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali baik di Jakarta maupun kota lainnya. Selain itu, guna menampung pertanyaan yang diajukan oleh Pihak Pelapor, PPATK menyediakan berbagai sarana antara lain milis khusus ([email protected]), saluran telepon, faximili, maupun surat agar pertanyaan Pihak Pelapor dapat ditanggapi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selama tahun 2014, PPATK telah menanggapi kurang lebih 1.700 pertanyaan yang bertujuan untuk menjembatani gap of knowledge dalam masalah pelaporan ke PPATK sehingga Pihak Pelapor diharapkan dapat lebih termotivasi karena adanya bimbingan dari PPATK.

Page 33: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 25

6. Meningkatkan Peran Bea dan Cukai dalam Pelaporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas

irektorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan salah satu dari enam penyidik TPPU yang menindaklanjuti Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan PPATK. Selain sebagai pihak penyidik, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga wajib membuat laporan mengenai

pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 34 UU TPPU, setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Selama tahun 2014, PPATK telah menerima sebanyak 1.467 Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas (LPUTB) dengan nilai minimal Rp100 juta (mata uang rupiah ataupun mata uang asing lainnya) yang tercatat dilakukan di 17 lokasi pelaporan (wilayah pabean). Jumlah pelaporan ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun mendatang.

LPUTB tersebut sangat bermanfaat bagi PPATK terutama pada proses analisis. PPATK melakukan analisis terhadap beberapa laporan yang masuk ke PPATK, baik laporan yang berasal dari penydia jasa keuangan (PJK), Penyedia Barang dan/jasa lainnya (PBJ) maupun laporan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Laporan yang dianalisis tersebut meliputi Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT), Laporan Transaksi (LT), serta Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan Ke Luar Negeri (LTKL) dan Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas Negara (LPUTB).

D Selama tahun 2014, PPATK telah menerima sebanyak 1.467 Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas (LPUTB) dengan nilai minimal Rp100 juta (mata uang rupiah ataupun mata uang asing lainnya) yang tercatat dilakukan di 17 lokasi pelaporan (wilayah pabean). Jumlah pelaporan ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun mendatang.

Page 34: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 26

7. Mempertajam Analisis Guna Melacak Jejak Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Melalui Kewajiban Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari dan Keluar Negeri (LTKL)

ampai dengan tahun 2013, PJK dan PBJ yang disebut dengan Pihak Pelapor telah menyampaikan laporan yang diwajibkan sesuai Pasal 23 UU TPPU, yaitu laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) dan laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dari PJK

dan laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri (LTKL) dari PBJ. Laporan tersebut merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dalam menganalisa aliran dana dari pelaku kejahatan yang diindikasikan melakukan pencucian uang, dengan hasil yang disampaikan kepada aparat penegak hukum (apgakum) guna dilakukan penyidikan.

Sesuai amanah UU TPPU, pada tahun 2014 diberlakukan kewajiban penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri (LTKL) atau International Fund Transfer Instruction (IFTI), yaitu mulai tanggal 14 Januari 2014 oleh Bank dan mulai tanggal 1 Juli 2014 oleh Bukan Bank antara lain penyelenggara Kegiatan Usaha Penerimaan Uang (KUPU). Dengan pemberlakuan tersebut, Indonesia menjadi negara ke-3 di dunia yang menerapkan kewajiban penyampaian LTKL selain Australia dan Kanada.

Transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar Indonesia yang disampaikan ke PPATK didasarkan pada adanya perintah transfer dana, yang diteruskan ke luar Indonesia (outgoing transfer) maupun yang diterima dari luar Indonesia (incoming transfer), dengan jangka waktu penyampaian 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal transaksi. Sampai dengan bulan November 2014 jumlah LTKL yang telah diterima mencapai 13.702.179 yang mencerminkan rata-rata per bulan LTKL adalah 1.141.848 laporan. Besarnya jumlah LTKL tersebut antara lain disebabkan banyaknya jumlah tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri dan secara rutin mengirimkan uangnya kepada sanak keluarga di Indonesia. Namun demikian, dalam pengiriman uang tersebut perlu juga diwaspadai yang terindikasi TPPU maupun TPPT.

S

Sesuai amanah UU TPPU, pada tahun 2014 diberlakukan kewajiban penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri (LTKL) yaitu mulai tanggal 14 Januari 2014 oleh Bank dan mulai tanggal 1 Juli 2014 oleh Bukan Bank antara lain penyelenggara Kegiatan Usaha Penerimaan Uang (KUPU). Dengan pemberlakuan tersebut, Indonesia menjadi negara ke-3 di dunia yang menerapkan kewajiban penyampaian LTKL selain Australia dan Kanada.

Page 35: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 27

Penyampaian LTKL tersebut mempertajam analisis dan pemeriksaan yang dilakukan oleh PJK karena memberikan gambaran yang lebih lengkap apabila dana money laundering ditransfer ke luar Indonesia atau berasal dari Indonesia. Dengan menggabungkan informasi yang diperoleh dari seluruh laporan yang disampaikan, PPATK akan dapat mengidentifikasi apabila terdapat penarikan uang tunai yang terindikasi TPPU dan dilaporkan melalui LTKT ditransfer ke luar Indonesia, dan selanjutnya berkoordinasi dengan negara tujuan transfer tersebut guna pengembalian dana tersebut ke Indonesia. Selain untuk keperluan analisis transaksi individual, informasi yang diperoleh dari LTKL diharapkan dapat memberikan gambaran makro menyangkut aliran dana dari dan ke luar Indonesia dalam kaitannya dengan stabilitas sistem keuangan Indonesia. Informasi yang diperoleh dari LTKL diharapkan juga dapat mengidentifikasi adanya penyelenggara KUPU yang belum memperoleh ijin dari Bank Indonesia (underground money remittance) dan berpotensi untuk dikenakan sanksi pidana sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana.

Dalam salah satu kasus yang merupakan transnational crime, PPATK bekerjasama dengan Penyidik Kepolisian RI, Australian Transaction Reports and Analysis Centre (AUSTRAC), dan Lembaga Penegak Hukum di Australia, dengan memanfaatkan dan mengeksplorasi informasi transaksi keuangan dalam LTKL dan informasi transaksi keuangan lainnya khususnya terkait transaksi antara Indonesia dan Australia telah berhasil mengidentifikasi aktor intelektual dan penerima manfaat utama dalam kasus tersebut. Tidak hanya itu, berkat eksplorasi LTKL dapat diidentifikasi sindikat lainnya yang lebih besar.

LTKL dalam hal ini sangat bermanfaat dalam pelaksanaan analisis dan pemeriksaan transaksi keuangan serta penegakkan hukum untuk:

a. Menelusuri alur dana yang pada akhirnya diharapkan dapat menelusuri penerima manfaat utama (beneficial owner);

b. Mengidentifikasi pola transaksi keuangan secara lebih lengkap sehingga dapat menggambarkan kasus posisi; dan

c. Mengidentifikasi sumber dari dana ilegal. Adapun informasi lalu lintas dana tersebut dipergunakan dalam proses analisis untuk

memperkaya informasi terkait suatu tindak pidana dan menemukan adanya deteksi jejaring kriminal dengan negara-negara lain sehingga PPATK dapat menyampaikan hasil analisis atas dugaan tindak pidana tertentu kepada penyidik dengan komprehensif. Dengan hasil analisis terhadap dugaan tindak pidana tersebut serta adanya kemungkinan bangunan jejaring kriminal dengan negara-negara lain, PPATK juga melakukan inisiatif kegiatan pertukaran informasi dengan counterpart atau Financial Intelligence Unit (FIU) di negara lain melalui Egmont Secure Web (ESW), dalam rangka mendukung implementasi Strategi Global dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan TPPT.

Page 36: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 28

8. Peluncuran E-Learning on Money Laundering untuk Pihak Pelapor dan Penegak Hukum

ebagai focal point dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia, salah satu usaha PPATK dalam memberikan pembelajaran mengenai TPPU adalah membuat sistem edukasi secara online yang dapat diakses oleh semua pihak, baik itu masyarakat

umum, PJK dan PBJ, hingga aparat penegak hukum. Situs e-learning PPATK ini dapat diakses melalui halaman website http://elearning.ppatk.go.id. Terdapat 3 (tiga) modul yang terdapat dalam halaman website tersebut, yang terdiri dari:

a. Pengenalan Anti Pencucian Uang: Modul I ini membahas mulai dari pengenalan pencucian uang, tipologi pencucian uang, sampai upaya pengaturan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang. Ini dikhususkan bagi masyarakat umum sebagai wadah untuk mengenali dan memahami TPPU.

b. Prinsip Mengenali Pengguna Jasa dan Pelaporan Bagi Pihak Pelapor dan Pihak Lainnya: Modul II ini mempelajari mengenai pendekatan berbasis risiko, prinsip mengenali pengguna jasa, dan segala hal yang terkait dengan pelaporan. Modul ini dikhususkan bagi pihak PJK dan PBJ.

c. Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang: Modul III mempelajari mengenai penegakan hukum TPPU yang dimulai dari penyidikan, penuntutan, dan penelusuran aset. Modul 3 ini dikhususkan bagi Penegak Hukum TPPU.

Sebelum memulai modul disediakan tes pendahuluan. Tes ini menjadi ujian atas pemahaman

awal ya ng dimiliki masyarakat terhadap TPPU. Kelak, setelah modul selesai dipelajari pengunjung modul akan kembali dites untuk menguji peningkatan pemahaman yang telah diraih setelah mempelajari isi modul. Dari sini pengunjung bisa langsung membandingkan hasil sebelum dan sesudah mempelajari modul e-learning PPATK.

Aplikasi e-learning ini juga menyediakan tes sertifikasi, dimana pengunjung dapat memperoleh sertifikat dari hasil pengujian materi pada modul. Sertifikat ini dapat diunduh langsung oleh pengunjung, setelah menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan. Diharapkan dengan adanya situs edukasi online e-learning PPATK ini dapat meningkatkan wawasan masyarakat untuk mengenal dan memahami apa itu TPPU dan secara sadar turut berperan aktif mencegah dan memberantas TPPU.

S

Sebagai focal point dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia, salah satu usaha PPATK dalam memberikan pembelajaran mengenai TPPU kepada masyarakat adalah membuat sistem edukasi secara online yang dapat diakses semua pihak, baik itu masyarakat umum, PJK dan PBJ, hingga aparat penegak hukum. Situs e-learning PPATK ini dapat diakses melalui halaman website http://elearning.ppatk.go.id

Page 37: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 29

Page 38: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 30

9. Pemantauan Potensi TPPU yang bernilai strategis

a. Koperasi Simpan Pinjam bagi TPPU

ada semester I/2014, PPATK telah melakukan pemeriksaan terhadap lebih dari 50 koperasi simpan pinjam yang

berbentuk credit union (CU). Hasil Pemeriksaan menunjukkan bahwa CU menjadi lahan subur bagi pelaku TPPU. Hal ini didukung oleh tidak diterapkannya PMN oleh CU. Dalam prakteknya, CU menaruh dana milik nasabah sebagai beneficiary di bank, namun CU bertindak sebagai pemilik dana tanpa menyerahkan data pemilik dana seseungguhnya (Beneficiary Owner/BO). Praktek ini memiliki potensi sangat besar untuk menghindari pelaporan kepada PPATK dan menyuburkan praktek TPPU. Tercatat saat ini lebih dari 200 CU yang tersebar di seluruh Indonesia dengan kelolaan dana lebih dari Rp15 triliun yang dimiliki oleh ratusan ribu nas abah.

b. Penyalahgunaan Prosedur Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang (KPKNL)

ada semester I/2014, PPATK juga telah melakukan pemeriksaan terhadap adanya dugaan penyalahgunaan prosedur lelang pada beberapa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) di wilayah Jawa Timur, Bandung, Bali,

Batam, dan Medan. Temuan hasil pemeriksaan mengindikasikan adanya pihak tertentu sebagai pemilik dana yang mengendalikan harga lelang dan menggunakan beberapa pihak sebagai peserta lelang untuk kepentingan pemilik dana.

Praktek tersebut di atas memiliki potensi adanya kerugian negara khususnya terkait dengan penjualan harta kekayaan milik negara. Potensi lainnya adalah adanya peluang untuk menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana untuk membeli aset yang dilelang melalui KPKNL. Nilai dana yang ditransaksikan terkait dengan pelaksanaan lelang di beberapa daerah yang diperiksa oleh PPATK mencapai lebih dari Rp31 triliun untuk pembelian asset yang dilelang serta pembayaran uang jaminan. Dana ini dimiliki oleh beberapa pihak saja dan pemilik dana menggunakan nama pihak ketiga sebagai peserta lelang.

P

P

Page 39: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 31

10. Meningkatnya Partisipasi Masyarakat melalui Pengaduan Masyarakat

Selain informasi dari PJK, sejak tahun 2013 PPATK juga menerima pengaduan masyarakat. Pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada PPATK merupakan partisipasi aktif masyarakat untuk melakukan kontrol dan mengadukan penyimpangan-penyimpangan yang di ketahuinya.

Selama tahun 2014, PPATK menerima sebanyak 282 (dua ratus delapan puluh dua) pengaduan masyarakat. Tercatat sebanyak 244 laporan (86,5%) telah ditindaklanjuti. Terhadap laporan dan/atau informasi dari masyarakat dilakukan penilaian untuk menentukan tindak lanjut atas laporan dan/atau informasi yang diterima tersebut. Hasil penilaian tersebut dapat berupa tindak lanjut atau pengembangan laporan dan/atau informasi dari masyarakat dengan analisis atau penempatan laporan dan/atau informasi dari masyarakat ke dalam database PPATK.

Dengan semakin banyaknya laporan pengaduan masyarakat yang diterima oleh PPATK, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk melakukan sistem kontrol sosial semakin baik. Selanjutnya, bagi setiap pihak yang menyampaikan laporan pengaduan masyarakat, akan dilindungi oleh Undang-Undang sesuai dengan pasal 84 ayat 1 UU TPPU, yaitu:

“Setiap orang yang melaporkan terjadinya Indikasi tindak pidana Pencucian Uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa

dan/atau hartanya, termasuk keluarganya.”

Untuk memenuhi partisipasi masyarakat dalam penyampaian informasi terkait tindak pidana pencucian uang (money laundering) dan pendanaan terorisme (financing of terrorism), PPATK telah mengembangkan Aplikasi Pengaduan Masyarakat yang tersedia di website PPATK: http://www.ppatk.go.id, atau melalui telepon ke 021-3850455 dan [email protected].

Untuk memenuhi partisipasi masyarakat dalam penyampaian informasi terkait tindak pidana pencucian uang (money laundering) dan pendanaan terorisme (financing of terrorism), PPATK telah mengembangkan Aplikasi Pengaduan Masyarakat yang tersedia di website PPATK: http://www.ppatk.go.id, atau melalui telepon ke 021-3850455 dan [email protected].

Page 40: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 32

11. Pemanfaatan Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT)

istem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT) merupakan suatu database PPATK yang berisi informasi spesifik pengguna jasa di perbankan dan lembaga keuangan lainnya, namun tidak termasuk informasi mengenai saldo rekening dan transaksi. SIPESAT

merupakan bagian dari pelaksanaan fungsi PPATK dalam pengelolaan data dan informasi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 40 huruf b UU TPPU. Selanjutnya, Pasal 42 UU TPPU dengan tegas menyatakan, bahwa dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi tersebut PPATK berwenang menyelanggarakan sistem informasi.

Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, khususnya Pasal 12 ayat (2) huruf g menjabarkan lebih lanjut bentuk atau cara penyelenggaraan sistem informasi yang antara lain ditetapkan oleh Kepala PPATK (vide Pasal 12 ayat 4 PerPres No. 50 Tahun 2011). SIPESAT merupakan wujud pelaksanaan kewenangan PPATK untuk menyelenggarakan “sistem informasi lain” yang diperlukan dalam melaksanakan tugas mencegah dan memberantas TPPU yang diamanatkan oleh UU (vide Pasal 39 UU TPPU).

SIPESAT yang dikelola oleh PPATK mendapat dukungan pemerintah cq Presiden RI. Salah satu landasan hukum yang memperkuat penyelenggaraan SIPESAT adalah dikeluarkannnya Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Tahun 2014 yang ditetapkan pada tanggal 21 Maret 2014. Salah satu program aksi PPK 2014 adalah penyelenggaraan SIPESAT yang menjadi bagian dari aksi terkait strategi penegakan hukum. PPATK ditetapkan sebagai penanggung jawab aksi ini, dan dalam pelaksanaannya melibatkan PJK sebagai sum ber informasi untuk mewujudkan SIPESAT

S

Sistem aplikasi untuk penyelenggaraan SIPESAT sudah berjalan sejak bulan April 2014, dan telah sukses digunakan oleh PPATK untuk menelusuri kepemilikan rekening pihak-pihak tertentu dalam keperluan analisis transaksi keuangan mencurigakan, serta fit and proper pejabat (misalnya kabinet, direksi BUMN, dan pejabat tinggi Kementerian / Lembaga negara).

Page 41: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 33

Pengumpulan data SIPESAT sudah berjalan sejak bulan Maret 2014 dan hingga saat ini implementasi penyampaian informasi SIPESAT dari PJK ke PPATK sudah berjalan dengan baik. Sistem aplikasi untuk penyelenggaraan SIPESAT sudah berjalan sejak bulan April 2014, dan telah sukses digunakan oleh PPATK untuk menelusuri kepemilikan rekening pihak-pihak tertentu dalam keperluan analisis transaksi keuangan mencurigakan, serta fit and proper pejabat (misalnya kabinet, direksi BUMN, dan pejabat tinggi kementerian/lembaga negara).

SIPESAT secara nyata telah memberikan nilai tambah atas hasil analisis, mengoptimalkan pendeteksian akibat permasalahan Administrasi Kependudukan/Perusahaan, mendeteksi kepemilikan rekening yang tidak dilaporkan SPT dlm kasus pajak dan LHKPN dalam kasus korupsi, menutup kelemahan/ketidakmampuan pendeteksian LTKM oleh Pihak Pelapor, serta telah menjadi salah satu tools utama dalam proses dan tupoksi analisis PPATK. Penyelenggaraan SIPESAT menjadi “tonggak sejarah” (milestone) peran aktif PJK di Indonesia dalam upaya meningkatkan efektifitas pencegahan dan pemberantasan TPPU dan tindak pidana lain yang terkait dengan TPPU.

Page 42: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 34

Page 43: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 35

1. Penelusuran Transaksi Keuangan Mencurigakan Kepala Daerah

alam hal melakukan penelusuran informasi keuangan, PPATK akan menyajikan informasi sesuai dengan hasil pengecekan ke dalam database PPATK. Database

PPATK dimaksud yaitu berdasarkan laporan yang disampaikan oleh pihak pelapor sebagaimana pasal 23 dan 27 UU TPPU dan database kepemilikan rekening pada Penyedia Jasa Keuangan.

Database PPATK tersebut meliputi informasi: a. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) b. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) c. Laporan Transaksi Keuangan Dari Ke luar Negeri (LTKL) d. Laporan Transaksi (LT) e. Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas (LPUTLB) f. Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT)

Laporan tersebut disampaikan oleh Pihak Pelapor sebagaimana tercantum dalam Pasal 23

dan 27 UU TPPU. Selain database yang ada di PPATK, informasi juga didapatkan dari database kepemilikan rekening yang ada pada PJK baik Bank maupun Non Bank.

Hasil penelusuran informasi keuangan terhadap kepala daerah juga termasuk keluarganya ditemukan sebagai berikut:

Tabel 3 Hasil Analisis terkait Transaksi Keuangan Mencurigakan Kepala Daerah Tahun 2014

Profil Frekuensi Jumlah (Rp) Bupati 26 >1.000.000.000.000 Gubernur 12 >100.000.000.000 Isteri Gubernur 1 >15.000.000.000 Wakil Bupati 2 > 1.000.000.000 Wakil Gubernur 1 >300,000,000 Walikota 2 >1.000.000.000 Anak Bupati 1 >3.000.000.000

Total 45 >1.120.300.000.000

Tabel 5 Hasil Pemeriksaan terkait Transaksi Keuangan Mencurigakan Kepala Daerah Tahun 2014

Profil Frekuensi Jumlah (Rp) Gubernur 2 > 200.000.000.000 Bupati 6 > 500.000.000.000 BUMD (diduga terkait dengan Bupati)

1 > 300.000.000.000

Total 9 > 1.000.000.000.000

Hasil analisis dan hasil pemeriksaan tersebut seluruhnya telah disampaikan kepada Penyidik sesuai dengan kewenangan masing-masing.

D

Page 44: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 36

2. Combating Illegal Fishing

ereksposenya isu-isu seputar kerugian negara oleh tindakan illegal fishing di perairan Indonesia menjadi perhatian publik. Tidak kurang dari Rp300 triliun diambil

pelaku illegal fishing setiap tahun sebagaimana disampaikan Presiden RI Joko Widodo dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Pemerintah menyikapi hal tersebut dengan tegas. Puluhan kapal pelaku telah ditenggelamkan sesuai ketentuan Pasal 69 UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan ayat (4 ) yang berbunyi, “Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup”.

Peningkatan koordinasi dalam penanganan illegal fishing melatarbelakangi pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Keputusan Menteri Nomor 76 Tahun 2014 pada bulan Desember 2014. PPATK menjadi bagian dari Satgas tersebut. Keputusan Menteri tersebut didasari oleh beberapa

Peraturan Menteri KKP antara lain: a. Permen KKP Nomor 56/PERMEN-KP/2014 tentang

Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;

b. Permen KKP Nomor 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia; dan

c. Permen KKP Nomor 58/PERMEN-KP/2014 tentang Disiplin Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Pelaksanaan Kebijakan Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap, Alih Muatan (Transhipment) di Laut, dan Penggunaan Nakhoda dan Anak Buah Kapal (ABK) Asing.

Untuk mengoptimalkan peran satgas tersebut, akan dilakukan MoU antara PPATK dan Kementerian KKP di awal tahun 2015. Peran PPATK dalam Satgas tersebut adalah support data terkait aliran transaksi keuangan dan aset yang dapat mengarahkan penyidik dalam menentukan apakah telah terjadi tindak pidana dan menemukan tersangka dan bukti.

T

PPATK menjadi bagian dari Satgas Pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing perwakilan. Peran PPATK dalam Satgas tersebut adalah support data terkait aliran transaksi keuangan dan aset yang dapat mengarahkan penyidik dalam menentukan apakah telah terjadi tindak pidana dan menemukan tersangka dan bukti.

Page 45: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 37

3. PPATK Menindaklanjuti 497 Inquiry dari Penyidik

esuai dengan Pasal 90 UU TPPU yang berbunyi, “Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerjasama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan

pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang atau tindak pidana lain terkait dengan Tindak Pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain.

Selain itu, berdasarkan Pasal 2 Peraturan Kepala PPATK No. 8 Tahun 2013 tentang

Permintaan Informasi ke PPATK, permintaan informasi dapat disampaikan ke PPATK dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme khususnya untuk pengangkatan pejabat strategis.

Permintaan informasi (inquiry) yang diterima PPATK untuk keperluan pencegahan dan pemberantasan TPPU serta untuk keperluan pengangkatan pejabat pemerintah strategis yaitu antara lain KPK, Kepolisian RI, Kejaksaan Agung RI, Badan Narkotika Nasional (BNN), Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Komisi Yudisial (KY), Bank Indonesia (BI), Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Ombudsman, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) termasuk dari Financial Intelligence Unit (FIU) negara lain

S

Pada periode 2 Januari 2014 s.d. 28 November 2014, telah di terima inquiry sebanyak 497. Inquiry tersebut telah ditindaklanjuti dengan diberikannya informasi dan hasil analisis (HA) berdasarkan database PPATK dan telah ditindaklanjuti sebesar 95%.

Page 46: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 38

Pada periode tahun 2014, telah di terima inquiry sebanyak 530 (lima ratus tiga puluh) inquiry. Atas inquiry tersebut telah ditindaklanjuti sebanyak 497 (empat ratus sembilan puluh tujuh) atau persentase 94% dengan memberikan informasi dan hasil analisis (HA) berdasarkan database PPATK.

Besarnya tindak lanjut terhadap permintaan informasi yang masuk tersebut merupakan wujud dukungan PPATK terhadap proses penegakan hukum yang sedang dilakukan oleh penyidik dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan tindak pidana lain yang terkait dengan TPPU serta dukungan terhadap terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.

Page 47: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 39

4. Pemberantasan Pendanaan Terorisme

ejak disahkannnya Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme tahun 2013, PPATK sebagai focal point

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme di Indonesia telah meningkatkan upaya pengawasan dan penelusuran transaksi keuangan mencurigakan yang diduga terkait dengan pendanaan terorisme.

Terkait tindak pidana pendanaan terorisme (TPPT), pada periode sepanjang tahun 2014 PPATK telah menghasilkan sebanyak 9 (sembilan) Hasil Analisis (HA) yang telah disampaikan kepada Polri. Selain itu, pada tahun 2014 PPATK telah melakukan pertukaran informasi dengan FIU luar negeri sebanyak 4 (empat) informasi.

Isu terorisme mengemuka setelah peristiwa 9/11 terjadi pada tahun 2001 dan menunjukkan pada dunia bahwa kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan para teroris tidak lagi merupakan ancaman nasional sebuah negara, melainkan telah menjadi sebuah ancaman nyata bagi seluruh negara termasuk Indonesia. Serangkaian peristiwa peledakan bom tragis yang terjadi sesudah tahun 2001 – khususnya yang terjadi di Indonesia – merupakan peringatan bagi Pemerintah RI untuk meningkatkan kewaspadaan terkait kemajuan evolusi organisasi teror di masa yang akan datang. Pada kenyataannya, organisasi teror tersebut terus menerus berkembang pesat mulai dari eksistensi Osama bin Laden dan Al Qaeda hingga hadirnya kelompok teror baru di Suriah dan Irak yang bernama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sejumlah aksi serangan teror yang menewaskan ratusan jiwa tentunya menjadi sorotan berbagai kalangan. Untuk itulah, kajian terhadap pendanaan terorisme menjadi salah satu kebijakan vital di Indonesia.

Teroris menyadari bahwa uang atau dana adalah hal yang sangat signifikan bagi perkembangan organisasi dan jejaring mereka, termasuk di dalamnya menjadi penentu kesuksesan operasi teror yang direncanakan sebelumnya. Aliran dana bagi teroris bermanfaat dalam rangka pembiayaan operasional yang meliputi segala biaya menyangkut operasi teror yang akan dijalankan. Segala cara dan pemanfaatan infrastruktur sektor keuangan baik perbankan maupun non-perbankan adalah jalan untuk mendapatkan dana bagi kegiatan teroris.

TPPT merupakan upaya kriminalisasi kegiatan pendanaan terorisme yang bersumber baik dari aktivitas/harta yang sifatnya sah (legal) maupun yang sifatnya tidak sah/ilegal. Sejalan dengan pemahaman mengenai TPPU, biasanya metode-metode yang digunakan dalam TPPT menyerupai TPPU dimana akan ditemukan adanya proses placement, layering, dan integration di dalamnya.

Namun demikian, mengingat perkembangan pesat gerakan-gerakan teror yang telah terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, Pemerintah RI dalam hal ini PPATK sedang mengidentifikasi lebih lanjut serta mengkaji analisis terkait pendanaan terorisme sehingga dapat merumuskan kebijakan pencegahan terkait tindak pidana tersebut dan menjadi pedoman bagi PJK dalam mendeteksi adanya transaksi keuangan yang mencurigakan terkait pembiayaan kegiatan teror.

S

Page 48: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 40

Saluran pendanaan yang dimanfaatkan oleh para teroris untuk melancarkan aksinya diketahui bersumber dari berbagai sektor. Sektor keuangan perbankan dan non-perbankan terus-menerus melakukan pembaharuan dan penguatan regulasi untuk mencegah kemungkinan digunakan oleh teroris untuk menempatkan dan memindahkan dana. Demikian pula dengan sektor pengawasan perbatasan yang juga memperkuat kegiatan pemantauan lalu lintas warga negara baik asing maupun lokal dalam melintasi perbatasan wilayah RI termasuk di dalamnya terkait komoditi. Namun demikian, perkembangan teknologi dan dinamika kondisi sosial masyarakat di Indonesia juga memunculkan saluran pendanaan yang baru dan memiliki kerentanan untuk dimanfaatkan oleh para teroris. Organisasi sosial non-profit misalnya, merupakan salah satu saluran pendanaan yang masih rentan terhadap pendanaan kegiatan terorisme. Teroris menyadari bahwa Pemerintah RI masih memiliki titik lemah dalam pengawasan dana yang dikelola oleh organisasi non-profit termasuk regulasi yang mengatur tentang organisasi tersebut. Hal lain yang perlu diwaspadai lebih lanjut adalah kemungkinan penyaluran dana oleh teroris dengan memanfaat lembaga pengiriman uang terutama yang sifatnya informal seperti Hawala.

Sehubungan dengan hal tersebut, terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPT dapat dirumuskan kebijakan lebih lanjut terkait signifikansi pendataan organisasi sosial non-profit termasuk di dalamnya dirumuskan sejumlah ketentuan yang memuat aspek transparansi dan akuntabilitas keuangan dari organisasi tersebut. Kebijakan ini tentunya membutuhkan pertimbangan dan kerja sama dari berbagai instansi yang memiliki kewenangan dalam mengatur organisasi sosial non-profit dan pelaporan transaksi keuangan seperti Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Sosial (Kemensos), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan PPATK.

Selain itu, peningkatan penguatan di sektor keuangan baik yang formal maupun informal menjadi hal vital yang harus dilakukan oleh regulator PJK dan PPATK. Dalam hal ini, ketika ditemukan adanya dinamika penggunaan sektor keuangan untuk kegiatan terorisme seperti contohnya Hawala, maka perlu juga dilakukan kajian terkait kerentanan sektor tersebut yang kemudian dirumuskan dalam sebuah kebijakan tertentu.

Melalui peran dan fungsinya, PPATK telah melakukan analisis terhadap laporan transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pendanaan terorisme melalui pengayaan terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT), Laporan Transaksi (LT), Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas Negara (LPUTB) serta Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan Ke Luar Negeri (LTKL).

Terkait tindak pidana pendanaan terorisme (TPPT), sepanjang tahun 2014 PPATK telah menghasilkan sebanyak 9 (sembilan) Hasil Analisis (HA) yang telah disampaikan kepada Polri. Selain itu, pada tahun 2014 PPATK telah melakukan pertukaran informasi dengan FIU luar negeri sebanyak 4 (empat) informasi.

Page 49: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 41

5. Asset Recovery pada Perkara TPPU

elama tahun 2014 PPATK telah menghasilkan sebanyak 19 (sembilan belas) Hasil Pemeriksaan (HP)/Informasi Hasil Pemeriksaan (IHP). Materi pemeriksaan selama tahun 2014 terkait kasus tindak pidana korupsi kepala daerah dan pegawai negeri sipil (PNS)

dengan nilai transaksi yang sangat besar, tindak pidana perpajakan, tindak pidana narkotika, tindak pidana kepabeanan, terkait lelang dan koperasi.

HP sebagai salah satu output PPATK selain Hasil Analisis (HA), diharapkan dapat membantu tugas dan kewenangan aparat penegak hukum dalam proses penyelidikan dan penyidikan kasus TPPU maupun tindak pidana asal serta dalam rangka membantu dalam upaya menelusuri dan mengembalikan kerugian negara (asset recovery).

Sebagai contoh adalah kasus Labora Sitorus (LS) yang telah diputus oleh Mahkamah Agung (MA) dengan putusan Nomor Perkara 1081 K/Pid.Sus/2014, menyatakan bahwa LS terbukti melakukan TPPU atas tindak pidana illegal logging, dan penyelundupan BBM. Atas tindakannya tersebut, LS dijatuhi hukuman penjara 15 tahun dan denda sebesar Rp5 miliar, subsider 1 tahun penjara. Berdasarkan keputusan kasasi dari MA, maka telah dilakukan eksekusi terpidana dan barang buktinya, dimana barang bukti berupa uang sebesar Rp6 miliar telah dirampas dan disetorkan ke kas negara.

Contoh lainnya adalah kasus NK (Batam) yang terkait dengan kasus TPPU dan penyelundupan minyak bersama AM yang saat ini sedang ditangani oleh penyidik Mabes Polri dan statusnya sudah dinyatakan lengkap atau P21 sejak tanggal 8 Desember 2014. Dari hasil pemeriksaan, PPATK telah mengendus dana yang sangat besar pada rekening NK dengan total transaksi lebih dari Rp1,3 triliun. Beberapa aset NK sudah dilakukan penyitaan oleh Pengadilan Negeri Batam, baik yang berbentuk tanah dan bangunan (rumah serta ruko) yang tersebar di beberapa kawasan, seperti komplek Puri Legenda, Odessa, Botania Garden,

Mediterania, dan Ruko Gajah Mada Tiban‎ serta beberapa rekening atas nama NK yang diblokir. Beberapa hasil pemeriksaan yang dilakukan selama tahun 2014 juga terkait dengan kepala

daerah (mantan bupati) yang terindikasi melakukan korupsi (menerima gratifikasi) melalui penyalahgunaan wewenang dalam pemberian perizinan lahan dan lain-lain. Nilai gratifikasi yang terindikasi diterima oleh kepala daerah tersebut cukup besar, bernilai antara Rp30 miliar sampai dengan Rp200 miliar. Adapun modus yang digunakan adalah dengan menerima dana gratifikasi berupa travel cheque dan/atau dengan cara mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, yang kemudian dijual ke pihak ketiga untuk memudahkan masalah perizinan.

S

Pada tahun 2014 ini, HP PPATK juga mengungkap adanya potensi tindak pidana di bidang kepabeanan dengan nilai transaksi tidak kurang dari Rp1 triliun. Selain itu, PPATK juga telah melakukan penelusuran dana terkait dengan tindak pidana narkotika yang berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa total dana yang berasal dari bisnis narkotika adalah tidak kurang dari Rp224 miliar.

Page 50: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 42

Pada tahun 2014 ini, HP PPATK juga mengungkap adanya potensi tindak pidana di bidang kepabeanan dengan nilai transaksi tidak kurang dari Rp1 triliun. Perusahaan-perusahaan yang tergolong ke dalam kategori importir patuh (jalur hijau) menggunakan fasilitas yang diberikan padanya untuk melakukan penyelundupan. Selain itu, PPATK juga telah melakukan penelusuran dana terkait dengan tindak pidana narkotika yang berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa total dana yang berasal dari bisnis narkotika adalah tidak kurang dari Rp224 miliar.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam melakukan pengembalian kerugian negara (asset recovery), PPATK telah melakukan kegiatan pemeriksaan dan telah mendeteksi sebagian dari aset para pelaku (terlapor) yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut dapat ditindaklanjuti oleh penyidik sesuai dengan kewenangannya. Penelusuran aset yang dilakukan oleh penyidik tersebut dapat dilakukan lebih luas dan komprehensif mengingat kewenangannya juga yang lebih luas dibandingkan kewenangan pada PPATK, yakni diantaranya dalam upaya menemukan alat bukti dari aset yang telah diinventarisasi.

Page 51: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 43

6. Pemberian Keterangan Ahli dari PPATK untuk Penegakan Hukum

entingnya alat bukti ahli sangatlah diperlukan pada setiap proses perkara pidana di pengadilan, yang pada hakekatnya akan membuat terang suatu

perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan berdasarkan keahliannya yang memungkinkan dibuatnya suatu putusan. Peran pembuktian juga sangatlah penting dalam suatu proses perkara pidana di pengadilan, bila salah dalam menilai pembuktian maka akan mengakibatkan kesalahan dalam pemberian keputusan. Mengenai perbedaan antara keterangan saksi dengan keterangan ahli, yaitu keterangan seorang saksi mengenai apa yang dialami saksi itu sendiri sedangkan keterangan seorang ahli ialah mengenai suatu penilaian mengenai hal-hal yang sudah nyata ada dan pengambilan kesimpulan mengenai hal-hal itu.

PPATK sebagai lembaga independen yang mengemban amanah dalam mencegah dan memberantas TPPU, telah berupaya melalui pemberian keterangan ahli di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU baik di tingkat penyidikan maupun pemeriksaan di sidang pengadilan. PPATK sebagai pihak yang memberikan keterangan ahli telah memberikan kontribusi yang positif khususnya dalam rangka penanganan TPPU. Adapun pihak-pihak yang meminta keterengan ahli dari PPATK, meliputi Polri, KPK, Kejaksaan, BNN, KIP, dan Pengadilan Militer.

Berdasarkan hasil monitoring perkara TPPU, maka seringkali keterangan ahli dari PPATK dijadikan pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara TPPU. Misalnya, pemberian keterangan ahli pada kasus-kasus yang telah menjadi perhatian publik, seperti kasus Dhana Widyatmika (kasus korupsi Pegawai Ditjen Pajak), Wa Ode Nurhayati (kasus korupsi dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah), Malinda Dee (kasus tindak pidana perbankan), Rudi Rubiandini (kasus korupsi di SKK Migas), Luthfi Hasan Ishaq (kasus pengadaan sapi impor), Ahmad

Fathonah (kasus pengadaan sapi impor), Hercules (kasus pemerasan), Yudi Setiawan (kasus Bank Jawa Timur), Djoko Susilo (kasus Simulator), Totok dan Denok (kasus korupsi Pegawai Ditjen Pajak), Labora Sitorus (kasus BBM ilegal), Rita Sahara, Syafrudin (kasus korupsi Ditjen Bea dan Cukai), dan Edies Adelia (kasus penggelapan oleh Fery Setiawan).

P

Berdasarkan hasil monitoring perkara TPPU, maka seringkali keterangan ahli dari PPATK dijadikan pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara TPPU. Misalnya, pemberian keterangan ahli pada kasus-kasus yang telah menjadi perhatian publik, seperti kasus Malinda Dee (kasus tindak pidana perbankan), Rudi Rubiandini (kasus korupsi di SKK Migas), Luthfi Hasan Ishaq (kasus pengadaan sapi impor), Djoko Susilo (kasus Simulator), Labora Sitorus (kasus BBM i legal), Edies Adelia (kasus penggelapan oleh Fery Setiawan), …

Page 52: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 44

HAMBATAN DAN REKOMENDASI

Tabel 5 Daftar Hambatan dan Rekomendasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi PPATK Tahun 2014

Fungsi Hambatan Rekomendasi Pelaporan 1. Masih adanya PJK ilegal

yang belum dapat ditelusuri keberadaannya

2. Belum adanya penyediaan anggaran yang bersifat multiyears guna pengembangan/penyediaan infrastruktur pelaporan PPATK dan aplikasi Layanan Bantuan

1. Meningkatkan koordinasi dengan Lembaga Pengawas Pengatur (LPP) dan instansi pemberi izin usaha

2. Melakukan monitoring secara intensif untuk meyakini bahwa pemberian tanggapan diberikan dalam batas waktu yang ditentukan

3. Penyediaan anggaran guna pengembangan TI yang berdaya guna, khususnya dalam mempermudah mekanisme pelaporan

4. Dukungan dari Pemerintah terhadap upaya pencegahan TPPU dan TPPT di Indonesia dapat diwujudkan antara lain dengan edukasi masyarakat melalui kurikulum anti pencucian uang di sekolah/universitas, dan edukasi di media massa

Pengawasan Kepatuhan

1. Kurangnya jumlah rekomendasi audit yang ditindaklanjuti oleh auditee

2. Keterbatasan kelompok pemantauan untuk dapat mengakses GRIPS sehingga pemantauan tindak lanjut rekomendasi temuan Audit kurang maksimal

1. Mengintensifkan pemberian surat bina kepada auditee agar segera menindaklanjuti semua rekomendasi audit yang telah diberikan oleh tim audit sesuai batas waktu yang diberikan

2. Menambah akses GRIPS untuk semua kelompok Pemantauan yang ada di Direktorat Pengawasan Kepatuhan.

Hukum dan Regulasi

1. Kurangnya informasi yang diberikan oleh instansi atau unit kerja yang meminta pertimbangan dan pendapat hukum, sehingga dapat menghambat proses pengumpulan bahan, analisis, dan penyusunan pertimbangan dan pendapat

1. PPATK perlu berkoordinasi dengan instansi yang meminta pertimbangan dan pendapat hukum untuk meminta informasi tambahan, sehingga diharapkan pertimbangan dan pendapat hukum yang diberikan berkualitas dan dapat dimanfaatkan oleh instansi peminta.

2. Terus berkoordinasi dengan LPP

Page 53: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 45

hukum 2. Belum ditetapkannya

Rancangan Peraturan Kepala PPATK tentang Sanksi Administratif terhadap Pelanggaran Kewajiban Pelaporan dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada PPATK

3. Sulitnya mendapatkan putusan TPPU yang di dalamnya dilengkapi dengan pertimbangan hakim dalam memutus perkara TPPU

4. Beberapa rekomendasi memuat informasi yang termasuk dalam kategori sangat rahasia, sehingga penyampaian rekomendasi tersebut hanya disampaikan kepada pihak-pihak tertentu saja

5. Terbatasnya sumber daya manusia di PPATK yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam memberikan keterangan ahli di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU

6. Terbatasnya pegawai yang memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang litigasi, baik di peradilan umum maupun di peradilan Mahkamah Konstitusi

7. Belum terdapatnya persetujuan dari 3 (tiga) instansi terkait, yaitu Polri, Kejaksaan, dan Kementerian Keuangan mengenai penyusunan RUU tentang

dan Kementerian Keuangan terkait penyelesaian pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada PPATK

3. Berkoordinasi dengan Mahkamah Agung khususnya Direktori Putusan serta Kejaksaan terkait pengumpulan putusan yang dilengkapi dengan pertimbangan hakim dalam rangka penyusunan anotasi putusan perkara TPPU

4. Memperbarui informasi terkini di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme melalui pencarian informasi secara rutin, baik secara formal maupun informal melalui open sources di tingkat nasional maupun internasional

5. Menyelenggarakan in house training secara berkala dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kompetensi di bidang hukum, khususnya mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPU, serta melakukan melaksanakan kegiatan pendampingan pemberian keterangan ahli kepada para pegawai PPATK dalam rangka sharing experience, baik pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan

6. Pelatihan litigasi bagi seluruh pegawai PPATK

7. Pelatihan kepada seluruh pegawai PPATK mengenai teknik penyusunan peraturan perundang-undangan atau legal drafting

8. Berkoordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM terkait pembahasan antar kementerian dan mengusulkan untuk memasukan

Page 54: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 46

Perampasan Aset 8. Belum dibentuknya tim

penyusun antar kementerian dari Kementerian Hukum dan HAM mengenai penyusunan RUU tentang Pembatasan Transaksi Tunai

RUU tentang Perampasan Aset dan RUU tentang Pembatasan Transaksi Tunai dalam Prolegnas Prioritas tahun 2015

9. Melakukan sosialisasi mengenai mekanisme permintaan dokumentasi produk hukum kepada seluruh pemangku kepentingan

10. Segera melaksanakan kegiatan pengelolaan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (SJDIH) PPATK secara berkala, sehingga diharapkan SJDIH PPATK dapat menjadi website yang terkini dan terpercaya dalam menyediakan dokumentasi dan informasi hukum di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU

Analisis 1. Masih ditemukannya hambatan terkait pemenuhan permintaan data kepada pihak terkait untuk keperluan analisis

2. Masih sedikitnya kuesioner feedback yang di kembalikan oleh penyidik, yaitu sebesar 25,19% (dari 389 Hasil Analisis yang disampaikan ke Penyidik, sebanyak 98 kuesioner feedback telah kembali ke PPATK)

3. Masih terdapat beberapa permintaan informasi yang tidak sesuai Perka Permintaan Informasi, diantaranya:

• Ditandatangani oleh Kapolres/Kajari (seharusnya oleh Kapolda/Kajari)

• Tidak mencantumkan ringkasan kasus

1. Dilakukan Penelitian Setempat untuk mempercepat perolehan data tambahan untuk kasus-kasus yang besar dan urgent serta untuk data-data yang sulit dipenuhi.

2. Dilakukan pemantauan feedback 3. Dilakukannya sosialisasi kepada

peminta informasi mengenai Perka Permintaan Informasi

Page 55: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 47

• Tidak ada nama bank dan nomor rekening

Hal ini menyulitkan dalam percepatan pemenuhan permintaan informasi.

Pemeriksaan dan Riset

1. Feedback eksternal atas LHR belum berjalan efektif (masih menggunakan feedback atas statistik sebagai pendekatan)

2. Belum tersedia data register vonis Pengadilan terkait kasus TPPU yang valid

1. Menggunakan feedback atas statistik sebagai pendekatan dengan responden feedback adalah pengguna statistik yang berdomisili di wilayah Jakarta saja

2. Penyampaian Bulletin Statistik kepada pengguna eksternal dibatasi sesuai permintaan eksternal saja

3. Optimalisasi pemanfaatan rekomendasi hasil riset kepada stakeholder terkait

Kerjasama Antar Lembaga

1. Penunjukan pejabat atau staf dari K/L anggota Komite PPTPPU seringkali berganti-ganti sehingga PPATK perlu melakukan penajaman kembali terkait Stranas PPTPPU

2. Jumlah yang dapat dikatakan masih kurang (frekuensi hanya dua kali setahun) terkait pelaksanaan pelatihan untuk penegak hokum

3. Belum diterapkannya standar monitoring pelaporan dan pemantauan terkait pencapaian Stranas PPTPPU 2012-2016 oleh masing-masing K/L anggota Komite PPTPPU yang dikarenakan belum ditetapkannya Ukuran Keberhasilan dan Target Capaian per Triwulan

1. Mengirim surat kepada tiap K/L anggota Komite PPTPPU yang berisi permohonan penunjukan Penanggung Jawab Aksi untuk koordinasi, pelaporan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan Stranas PPTPPU. Beberapa K/L anggota Komite PPTPPU telah mengirimkan balasan surat penunjukan staf yang menjadi L.O untuk Komite PPTPPU

2. Menyusun draft SOP untuk melakukan evaluasi dan mengukur efektivitas kerjasama dalam dan luar negeri, telah mengirim survey penilaian efektivitas kerjasama, dan telah menetapkan skema evaluasi yang lebih intensif melalui pertemuan secara langsung dengan K/L yang telah mempunyai MoU dengan PPATK

3. Menyusun draft SOP permintaan informasi perkembangan atau tindak lanjut LHA/LHP ke instansi apgakum

4. Membuat aplikasi Sistem Informasi Pelaporan dan Pemantauan Stranas PPTPPU (SIPPENAS), melakukan

Page 56: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 48

sosialisasi dan pelatihan aplikasi dan merencanakan launching aplikasi pada awal tahun 2015

5. Mengirimkan surat permohonan penugasan pejabat penghubung yang salah satu tugasnya adalah untuk memenuhi atau menyampaikan jawaban terhadap permintaan informasi tindak lanjut (feedback) HA/HP kepada instansi apgakum

Kehumasan 1. Resistensi dari sebagian pihak pelapor yang menjadi peserta sosialisasi, karena ada anggapan bahwa berbagai laporan yang harus dilaporkan pada PPATK akan menambah beban kerja mereka.

2. Kegiatan sosialisasi mengalami pemotongan anggaran yang signifikan

1. Memperdalam pemahaman mengenai pentingnya pelaporan kepada PPATK sebagai bagian dari upaya bersama menegakan hukum.

2. Mengalihkan kegiatan sosialisasi melalui media lain yang lebih luas menjangkau publik.

Perencanaan dan Keuangan

1. Hambatan dalam proses administrasi hibah karena terkendala masalah koordinasi antara pihak donor dengan pengelola hibah. Pengelola hibah mengalami kesulitan untuk memperoleh laporan realisasi kegiatan yang dibiayai dari hibah triwulanan dari donor secara tepat waktu

1. Apabila terdapat kegiatan yang bersumber dari hibah agar diiformasikan kepada pengelola hibah untuk diadministrasikan sesuai dengan ketentuan. Selain itu, bagi para pelaksana kegiatan agar dapat membantu pengelola hibah untuk memberikan laporan terkait tujuan dan manfaat yang diterima dari hibah tersebut, sehingga pengelola hibah dapat memberikan laporan yang lengkap kepada regulator hibah, yaitu DJPU-Kementerian Keuangan dan Bappenas.

2. Setiap hibah yang diterima oleh PPATK agar diawali dengan naskah perjanjian atau dokumen yang sejenis untuk memudahkan dalam proses pengadministrasian dan tindak lanjut pelaksanaan hibah

Page 57: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 49

PENUTUP

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan jenis kejahatan dengan dampak merusak yang luar biasa, sehingga memerlukan kerja kolektif dari jajaran aparat penegak hukum untuk berkomitmen menumpas TPPU hingga ke akarnya. Berangkat dari pemahaman itulah, PPATK sangat menyadari betapa lembaga ini tidak mungkin berdiri sendiri dalam tugasnya mencegah dan memberantas TPPU. Koordinasi intensif selama ini sudah dan akan terus dijalin bersama stakeholder terkait di bidang pencegahan maupun pemberantasan TPPU. Keberhasilan dalam menumpas TPPU sangat terkait dengan stabilitas ekonomi suatu negara, yang bermuara pada meratanya kesejahteraan penduduk di dalamnya.

Begitupun halnya dengan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT). Dampak akibat kerusakannya begitu destruktif, hingga bisa berdampak buruk pada citra suatu negara dalam menjalankan tugasnya menjamin keamanan penduduknya. Memerangi pendanaan terorisme adalah kegiatan yang sangat penting, karena dana adalah darah yang membuat seseorang atau kelompok teroris bisa menjalankan aksinya. Terhentinya pendanaan yang terindikasi menjurus ke arah aksi teror akan berujung pada terciptanya keamanan, suatu hak dasar yang melekat yang wajib dilindungi oleh negara bagi rakyatnya.

Bertugas untuk memerangi TPPU dan TPPT menempatkan PPATK di posisi yang unik. Koordinasi dan kerjasama dengan lembaga yang membidangi ekonomi, keamanan, dan terutama hukum adalah suatu keniscayaan. Juga koordinasi intensif dengan Presiden selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Karena itulah, rasa terima kasih secara tulus terhatur pada Presiden RI, Dewan Perwakilan Rakyat RI, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara RI, Badan Intelijen Negara, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Badan Narkotika Nasional, Otoritas Jasa Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, Komisi Informasi Pusat, jajaran Aparat Penegak Hukum, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, FIU negara-negara sahabat, Pihak Pelapor, rekan-rekan pers, dan seluruh masyarakat yang tanpa pamrih mendukung perjuangan kami.

Sekian persembahan dari kami, Laporan Tahunan PPATK tahun 2014. Dari PPATK untuk Indonesia.

Page 58: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 50

Page 59: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 51

Jenis Hasil Analisis (HA)

Sebelum Berlakunya

UU TPPU No. 8 Thn

2010

Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011)

Jumlah Jan 2003 s.d. Des-2014

Tahu

n 20

11

Tahu

n 20

12

Tahu

n 20

13

Tahu

n 20

14

Jan-

Des

Jum

lah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

PROAKTIF

Ø Hasil Analisis 1,172 297 97 70 71 535 1,707

Ø LTKM Terkait 2,851 686 500 163 448 1,797 4,648

INQUIRY**)

Ø Hasil Analisis 259 145 180 231 364 920 1,179

Ø LTKM Terkait 259 145 180 1,022 2,189 3,536 3,795

TOTAL

Ø Hasil Analisis 1,431 442 277 301 435 1,455 2,886

Ø LTKM Terkait 3,110 831 680 1,185 2,637 5,333 8,443

ANALISIS DAN PEMERIKSAAN

1. Pelaksanaan Fungsi Analisis

Proses analisis yang dilakukan oleh PPATK terdiri atas Analisis Proaktif dan Analisis Reaktif. Analisis Proaktif merupakan kegiatan meneliti Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) atau laporan terkait lainnya yang dilakukan atas insiatif dari PPATK, sedangkan Analisis Reaktif/Inquiry merupakan proses analisis yang dilakukan atas permintaan dari penyidik TPPU. Hasil akhir dari proses tersebut adalah Hasil Analisis (HA).

Pada periode Januari 2003 s.d. Desember 2014, sebanyak 2.886 HA telah disampaikan kepada penyidik, baik kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kejaksaan Agung (Kejagung), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), Direktorat Jenderal Pajak, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kemudian, untuk periode Januari 2014 s.d. Desember 2014 saja, PPATK menghasilkan total 435 HA yang terdiri dari 71 HA Proaktif dan 364 HA Reaktif yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana asal yang telah disampaikan kepada penyidik.

Tabel 6 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik dan Jumlah LTKM yang Menjadi Dasar Analisis (terkait)

Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 2003 s.d. Desember 2014

Page 60: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 52

Grafik 2 Jumlah Hasil Analisis (HA) yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Inisiasi

Pada Periode Tahun 2012, 2013, dan 2014

Berdasarkan HA dapat teridentifikasi bahwa tindak pidana asal korupsi mendominasi transaksi-transaksi keuangan yang tidak wajar dan berindikasi praktek pencucian uang. Pada periode Januari 2003 s.d. Desember 2014, dari 2.886 HA yang disampaikan kepada penyidik, terdapat 1.358 HA dengan indikasi tindak pidana asal korupsi, serta pada periode Januari s.d. Desember 2014 dari 435 (empat ratus tiga puluh lima) HA terdapat 215 (dua ratus lima belas) HA dengan tindak pidana asal korupsi.

Page 61: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 53

Tabel 7 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU

Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2003 s.d. Desember 2004

*) Tidak teridentifikasi/lain-lain merupakan HA PPATK yang belum diketahui TP Asalnya namun sudah

terdapat indikasi mencurigakan

Dugaan Tindak Pidana Asal

Sebelum Berlakunya

UU TPPU No. 8 Thn

2010

Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011)

Jumlah Jan 2003 s.d. Des-2014

Tahu

n 20

11

Tahu

n 20

12

Tahu

n 20

13

Tahu

n 20

14

Jan-

Des

Jum

lah

(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9)

Korupsi 580 237 158 168 215 778 1,358

Penyuapan 40 30 8 8 2 48 88

Narkotika 47 20 15 8 15 58 105

Di bidang perbankan 46 6 3 8 5 22 68

Di bidang Pasar Modal 0 1 0 0 0 1 1

Di bidang perasuransian 1 0 0 0 0 0 1

Kepabeanan 9 0 2 2 10 14 23

Terorisme 19 9 7 5 9 30 49

Pencurian 4 1 0 3 1 5 9

Penggelapan 42 14 3 12 19 48 90

Penipuan 419 28 42 43 74 187 606

Pemalsuan uang 5 0 0 1 4 5 10

Perjudian 17 5 0 5 9 19 36

Prostitusi 4 0 0 0 0 0 4

Di bidang perpajakan 7 12 15 6 35 68 75

Di bidang kehutanan 6 3 1 0 0 4 10

Perdagangan Orang 0 0 0 0 3 3 3

Pidana lain yang diancam dengan penjara 4 tahun atau lebih

0 6 5 2 7 20 20

Tidak Teridentifikasi / dll 185 70 18 30 27 145 330

JUMLAH HA 1,431 442 277 301 435 1,455 2,886

Page 62: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 54

Grafik 3 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal

Tahun 2012, 2013 dan 2014

Apabila dilihat dari indikasi tindak pidana yang ditemukan dalam proses analisis, pada periode Januari s.d. Desember 2014, indikasi tindak pidana korupsi menempati posisi terbanyak sebesar 49,4% dibanding indikasi tindak pidana lainnya.

21

5

15

0

42

3

7

3

15

8

158

36

2

6

5

43

12

5

8

8

8

168

27

7

35

9

74

19

9

5

15

2

215

330

20

75

36

606

90

49

68

105

88

1,358

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Tidak Teridentifikasi / dll

Pidana lain yang diancam dengan penjara 4 tahun atau lebih

Di bidang perpajakan

Perjudian

Penipuan

Penggelapan

Terorisme

Di bidang perbankan

Narkotika

Penyuapan

Korupsi

2003 s.d. Des 2014

Jan-Des 2014

2013

2012

Page 63: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 55

Tabel 8 Jumlah Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis Penyidik

Januari 2003 s.d. Desember 2014

Penyidik

Sebelum Berlakunya

UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*)

Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011)

Jumlah Jan 2003 s.d. Des-

2014

Tahu

n 20

11

Tahu

n 20

12

Tahu

n 20

13

Tahu

n 20

14

Jan-

Des

Jum

lah

(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9)

KEPOLISIAN SAJA 0 94 93 115 196 498 498

KEJAKSAAN SAJA 104 41 62 57 92 252 356

KPK SAJA 0 123 90 118 92 423 423

KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK 0 98 1 0 0 99 99

KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN 1,327 47 5 0 0 52 1,379

KEPOLISIAN DAN KPK 0 2 0 0 0 2 2

KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN BNN 0 2 0 0 0 2 2

KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN DITJEN PAJAK

0 4 1 0 0 5 5

KEJAKSAAN DAN KPK 0 6 1 0 0 7 7

DITJEN PAJAK 0 13 15 6 37 71 71

DITJEN BEA DAN CUKAI 0 0 0 0 9 9 9

BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) 0 12 9 5 9 35 35

JUMLAH HA 1,431 442 277 301 435 1,455 2,886

Page 64: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 56

Grafik 4 Penyampaian Hasil Analisis (HA) kepada Penyidik

pada Tahun 2012, 2013 dan 2003-2014

Secara kumulatif, pada periode Januari 2003 s.d. Desember 2014, PPATK telah

menghasilkan 3.730 HA dimana 2.886 HA disampaikan ke penyidik dan 844 HA merupakan HA yang disimpan ke dalam database PPATK. HA yang diserahkan kepada penyidik adalah HA yang berisi petunjuk mengenai adanya indikasi transaksi keuangan mencurigakan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana asal berdasarkan ketentuan Pasal 44 ayat 1 huruf l UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

9362

90

15 0 9

115

57

118

6 0 5

196

92 92

379 9

498

356

423

71

935

0

100

200

300

400

500

600

Kepolisian Kejaksaan KPK Ditjen Pajak Ditjen Bea dan Cukai

BNN

2012 2013 Jan-Des 2014 2003 s.d. Des 2014

Page 65: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 57

Tahun Hasil Analisis LTKM Terkait

Sebelum Berlakunya UU TPPU

No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*

Tahun 2003 - Des 2008 125 171

2009 197 220

2010 231 547

Jumlah 553 938

Sesudah Berlakunya UU TPPU

No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011)

2011 149 323

2012 71 137

2013 35 44

2014 (s.d. Desember 2014) 36 63

Jumlah 291 567

Jumlah Tahun 2003 s.d. Desember 2014 844 1,505

Tabel 9 Jumlah HA yang Tidak Ditemukan Indikasi berkaitan dengan Tindak Pidana dan Tidak disampaikan ke

Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 2003 s.d. Desember 2014 (HA database)

Grafik 5 Perbandingan Jumlah Hasil Analisis yang Disampaikan ke Penyidik dan Disimpan dalam Database pada

Tahun 2012, 2013 dan 2014

Adapun terkait HA yang disimpan dalam database PPATK karena berdasarkan

data/informasi yang sudah terkumpul terkadang transaksi-transaksi keuangan tersebut tidak atau belum menunjukkan indikasi praktek-praktek TPPU atau tindak pidana asal dikarenakan tujuan dan dasar dilakukannya suatu transaksi (underlying transaction) sudah jelas, nilai transaksi tidak bernilai tambah bagi proses penyelidikan/penyidikan yang dilakukan oleh penyidik, nilai transaksi tidak signifikan, dan terkait kasus yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht). HA yang tidak menemukan adanya indikasi mencurigakan disimpan dalam database PPATK sampai diperoleh adanya informasi terkait tindak pidana tertentu. Seluruh data yang berada pada database PPATK akan membantu proses analisis berikutnya dalam hal memiliki keterkaitan dengan data yang akan dan/atau sedang di analisis. Pada periode Januari 2003 s.d. Desember 2014, jumlah HA yang di simpan ke dalam database PPATK sejumlah 844 HA dengan LTKM terkait sebanyak 1.505 LTKM.

71 277 34835

301 33636

435 471844

2,886

3,730

0500

1,0001,5002,0002,5003,0003,5004,000

HA Database HA ke Penyidik Total

2012 2013 Jan-Des 2014 2003 s.d. Des 2014

Page 66: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 58

2. Pelaksanaan Fungsi Pemeriksaan

Selama tahun 2014, PPATK telah menyampaikan 19 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada Penyidik/Kementerian/Lembaga terkait. Penyampaian laporan tersebut berkaitan dengan pemeriksaan perkara TPPU yang kegiatan pemeriksaannya dilakukan terhadap 1.410 rekening pihak terkait yang ada pada 95 PJK. Bila diakumulasikan sejak berlakunya UU TPPU, jumlah LHP yang telah disampaikan oleh PPATK ke Penyidik hingga akhir Desember 2014 telah berjumlah 47 laporan, dengan rincian 18 LHP disampaikan ke Penyidik Kepolisian, 26 LHP ke Penyidik Kejaksaan, 23 LHP ke Penyidik KPK, 5 LHP ke Ditjen Pajak, 2 LHP ke Gubernur BI, serta masing-masing 1 LHP ke Penyidik BNN, Ditjen Bea Cukai, Panglima TNI, Ketua Dewan Komisioner OJK, Kemendagri, dan Kementerian Koperasi dan UKM.

Berkaitan dengan perkara TPPU yang telah diperiksa oleh PPATK sejak berlakunya UU TPPU, pemeriksaan telah dilakukan setidaknya terhadap 2.798 rekening pihak terkait yang tersebar pada 286 PJK.

Tabel 10 Jumlah HP Berdasarkan Tahun Penyampaian

Januari 2011 s.d. Desember 2014

Grafik 6 Perkembangan Jumlah HP, Jumlah PJK, dan Jumlah Rekening yang Diperiksa

Januari 2011 s.d. Desember 2014

Page 67: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 59

PERMINTAAN DAN PERTUKARAN INFORMASI

1. Pemberian Informasi ke Instansi / Lembaga yang Melakukan MoU dengan PPATK

Selain HA kepada penyidik, PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis (IHA) kepada pihak-pihak yang telah menjalin kerjasama pertukaran informasi dengan PPATK. Penyampaian informasi, dalam hal ini dilakukan dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Lembaga yang menerima informasi PPATK antara lain Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Komisi Yudisial (KY), Bank Indonesia (BI), Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Ombudsman, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan lainnya. Selama Januari 2003 s.d. Desember 2014, jumlah IHA yang disampaikan sebanyak 851 IHA. Kemudian, untuk periode Januari 2014 s.d. Desember 2014 saja, jumlah IHA yang disampaikan sebanyak 126 IHA.

Tabel 11 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) terkait dengan

Pemberian Informasi sesuai dengan MoU dengan Lembaga/Instansi) Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA

Januari 2003 s.d. Desember 2014

Instansi

Sebelum Berlakunya

UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*)

Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011)

Jumlah Jan 2003 s.d. Des-

2014

Tahu

n 20

11

Tahu

n 20

12

Tahu

n 20

13

Tahu

n 20

14

Jan-

Des

Jum

lah

(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9)

Komisi Pemberantasan Korupsi 378 0 0 5 22 27 405

Badan Pengawas Pemilu 9 0 1 1 1 3 12

Komisi Yudisial 5 1 2 5 5 13 18

Tim Tas TIPIKOR (Bubar Tgl 11/06/2007) 1 0 0 0 0 0 1

BAPEPAM-LK (Menjadi OJK Th. 2012) 34 10 4 0 0 14 48

Bank Indonesia 8 5 2 1 3 11 19

Dirjen Pajak 47 0 0 0 7 7 54

Kementrian Luar Negeri 1 0 0 0 0 0 1

Page 68: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 60

Kementrian Kehutanan 1 0 0 0 0 0 1

Badan Pemeriksa Keuangan 13 4 0 0 4 8 21

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

6 0 0 0 0 0 6

Kementrian Keuangan 39 39 6 4 30 79 118

Lembaga Penjamin Simpanan 1 0 0 0 0 0 1

Ditjen Bea dan Cukai 1 0 0 0 0 0 1

Badan Narkotika Nasional 12 0 0 1 1 2 14

Kementrian Hukum dan HAM 1 4 3 4 7 18 19

Kementrian Dalam Negeri 0 1 0 0 0 1 1

Ombudsman 0 1 1 0 0 2 2

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

0 0 1 0 0 1 1

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

0 0 1 1 0 2 2

KPPU 0 0 0 0 0 0 0

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 0 0 0 10 1 11 11

Lainnya 6 0 4 40 45 89 95

JUMLAH IHA 563 65 25 72 126 288 851

*) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010. #) Pada periode sebelum berlakunya UU TPPU No.8 Tahun 2010, Instansi KPK, Ditjen Pajak, BNN, Ditjen

Bea dan Cukai belum dinyatakan sebagai instansi yang berwenang untuk menerima HA dari PPATK.

Page 69: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 61

Grafik 7 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) Terkait dengan Pemberian Informasi sesuai dengan MoU dengan

Lembaga/Instansi Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA pada tahun 2012, 2013 dan 2014

2. Tindak Lanjut Pemenuhan Permintaan Informasi ke PPATK (Inquiry)

Sesuai dengan Pasal 90 UU TPPU, dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan TPPU, PPATK dapat melakukan kerjasama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak-pihak dalam negeri maupun luar negeri. Sehubungan dengan kerjasama pertukaran informasi tersebut, PPATK berupaya untuk memenuhi permintaan informasi dari lembaga terkait dengan berdasarkan pada standar kualitas dan Standard Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

Jumlah permintaan informasi dari penyidik dan instansi terkait ke PPATK dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat. Selama periode selama Januari 2007 s.d. Desember 2014 total permintaan informasi kepada PPATK sebanyak 2.064 permintaan informasi. Adapun untuk periode Januari s.d. Desember 2014 saja PPATK menerima 530 permintaan informasi atau 141,71% dibanding permintaan informasi selama tahun 2013 yaitu 374 permintaan informasi. Dari jumlah permintaan informasi pada tahun 2014, sebanyak 94% nya telah ditindaklanjuti. Berikut tabel pemenuhan permintaan informasi pada tahun 2007 s.d. 2014:

Page 70: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 62

Tabel 12 Jumlah Permintaan Informasi (Inquiry) Pertahun

Beserta Tindaklanjutnya

Tahun Jumlah Inquiry Masuk Jumlah Inquiry dijawab

2007 163 136

2008 192 166

2009 237 226

2010 203 152

2011 182 113

2012 183 109

2013 374 311

2014 (s.d. Des) 530 497

TOTAL 2,064 1,710

Grafik 8 Tindak Lanjut Pemenuhan Permintaan Informasi

Periode 2012, 2013, dan 2014

Page 71: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 63

3. Pertukaran Informasi ke FIU Lain

Terdapat 4 (empat) jenis pertukaran informasi dengan FIU negara lain, yaitu:

a. Outgoing Mutual Request (Incoming Information), yaitu PPATK mengirimkan permintaan informasi kepada FIU lain dan PPATK menerima informasi yang diminta;

b. Incoming Mutual Request (Outgoing Information), yaitu PPATK menerima permintaan informasi dari FIU lain dan PPATK memberikan informasi yang diminta;

c. Spontaneous Incoming Information, yaitu PPATK menerima informasi dari FIU lain secara spontan (tanpa diminta); dan

d. Spontaneous Outgoing Information, yaitu PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta).

Jumlah pertukaran informasi selama Januari 2003 s.d. Desember 2014 sebanyak 772 pertukaran informasi. Sebagian besar pertukaran informasi didominasi oleh informasi yang berasal dari Outgoing Information yaitu sebanyak 401 pertukaran informasi. Kemudian, untuk periode Januari 2014 s.d. Desember 2014 saja, jumlah pertukaran informasi sebanyak 108 pertukaran informasi dengan informasi yang berasal dari Outgoing Information yaitu sebanyak 46 pertukaran informasi.

Tabel 13 Jumlah Pertukaran Informasi Pertahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi

Januari 2003 s.d. Desember 2014

No. Jenis Pertukaran

Informasi

Sebe

lum

Be

rlak

unya

UU

TPPU

No

. 8 T

hn 2

010 Sesu

dah

Be

rlak

unya

UU

TPP

U

No. 8

Thn

20

10

(Sej

ak

Janu

ari

2011

)

Jum

lah

Tahu

n 20

03 s.

d. D

es

2014

% Distribusi

2011

2012

2013

Jan-

Des 2

014

Jum

lah

1

Outgoing Mutual Request (Incoming Information)

163 32 9 36 15 92 255 33.0

2

Incoming Mutual Request (Outgoing Information)

198 59 46 52 46 203 401 51.9

3 Spontaneous Incoming Information 37 5 - 18 43 66 103 13.3

4 Spontaneous Outgoing Information 8 - - 1 4 5 13 1.7

Jumlah 406 96 55 107 108 366 772 100.0

Page 72: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 64

Grafik 9 Pertukaran Informasi PPATK dengan FIU Negara Lain

Periode 2012, 2013, dan 2014

9

46

0 0

3652

181

15

46 43

4

255

401

108

13

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Outgoing Mutual Request (Incoming Information)

Incoming Mutual Request (Outgoing Information)

Spontaneous Incoming Information

Spontaneous Outgoing Information

2012 2013 Jan-Des 2014 2003 s.d. Des 2014

Page 73: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 65

PENGADUAN MASYARAKAT

Selain informasi dari PJK, sejak tahun 2013 PPATK juga menerima pengaduan masyarakat. Pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada PPATK merupakan partisipasi aktif masyarakat untuk melakukan kontrol dan mengadukan penyimpangan-penyimpangan yang di ketahuinya.

Selama periode Januari 2013 s.d. Desember 2014, PPATK menerima sebanyak 369 pengaduan masyarakat. Kemudian, untuk periode Januari 2014 s.d. Desember 2014 saja, jumlah pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada PPATK sebanyak 282 pengaduan masyarakat. Terhadap laporan dan/atau informasi dari masyarakat dilakukan penilaian untuk menentukan tindak lanjut atas laporan dan/atau informasi yang diterima tersebut. Hasil penilaian tersebut dapat berupa tindak lanjut atau pengembangan laporan dan/atau informasi dari masyarakat dengan analisis atau penempatan laporan dan/atau informasi dari masyarakat ke dalam database PPATK.

Dengan semakin banyaknya laporan pengaduan masyarakat yang diterima oleh PPATK, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk melakukan sistem kontrol sosial semakin baik. Selanjutnya, bagi setiap pihak yang menyampaikan laporan pengaduan masyarakat, akan dilindungi oleh Undang-Undang sesuai dengan pasal 84 ayat 1 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu:

“Setiap orang yang melaporkan terjadinya Indikasi tindak pidana Pencucian Uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa dan/atau hartanya, termasuk keluarganya.”

Untuk memenuhi partisipasi masyarakat dalam penyampaian informasi terkait tindak pidana pencucian uang (money laundering) dan pendanaan terorisme (financing of terrorism), PPATK telah mengembangkan Aplikasi Pengaduan Masyarakat yang tersedia di website PPATK: http://www.ppatk.go.id.

Tabel 14 Jumlah Pengaduan Masyarakat Yang Disampaikan Kepada PPATK

Januari 2013 s.d. Desember 2014

Periode Jenis Pelapor

Individu Lembaga Total

2013 33 54 87

2014 (s.d. Desember 2014) 219 63 282

Total 2013-Desember 2014 252 117 369

Page 74: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 66

PELAPORAN

1. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM)

LTKM merupakan laporan yang disampaikan oleh PJK berdasarkan UU TPPU Pasal 23 ayat (1) huruf a, sesuai kriteria pada Pasal 1 Angka 5. Sejak diberlakukannya UU TPPU, jumlah kumulatif LTKM tahun 2011 s.d. Desember 2014 mengalami penambahan sebanyak 132.248 LTKM, atau secara rata-rata tahunan meningkat 313,8% dibandingkan periode sebelum berlakunya UU TPPU. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK Pelapor selama tahun 2014 yang sebanyak 302 Pihak Pelapor, terdapat sebanyak 60,3% LTKM diantaranya disampaikan oleh PJK Bank dan 39,7% disampaikan oleh PJK Non Bank. Sebagian besar TKM terjadi di Jakarta (46,3%) dan Jawa Barat (12,2%).

Tabel 15 Perbandingan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU

Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember 2014

Page 75: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 67

Tabel 16 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK

Berdasarkan Propinsi Domisili Kantor PJK Pelapor Kejadian Transaksi s.d. Desember 2014

Page 76: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 68

Grafik 10 Perkembangan Rata-rata Penerimaan LTKM per Bulan

Januari 2010 s.d. Desember 2014

Tabel 17 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK

Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal s.d. Desember 2014

Page 77: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 69

2. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT)

LTKT adalah laporan atas transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam yang dilaporkan oleh PJK. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU Pasal 23. Selama tahun 2014, jumlah LTKT yang diterima PPATK sebanyak 1.669.013 Laporan. Bila diakumulasikan sejak Januari 2003, total LTKT yang telah diterima oleh PPATK s.d. Desember 2014 telah mencapai angka 15,9 juta LTKT. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK Pelapor yang selama tahun 2014 telah berjumlah 178 PJK, mayoritas LTKT dilaporkan oleh PJK Bank (99,4%). Sejak diberlakukannya UU TPPU, jumlah LTKT telah mengalami penambahan sebesar 69,3% atau sebanyak 7,3 juta Laporan dibandingkan sebelum berlakunya UU TPPU.

Grafik 11 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK per Bulan s.d. Desember 2014

Page 78: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 70

Tabel 18 Perbandingan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU

Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember 2014

Grafik 12 Perkembangan Jumlah per Tahun dan Kumulatif LTKT

Januari 2010 s.d. Desember 2014

Page 79: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 71

3. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT)

LPUT merupakan laporan atas pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar daerah kepabeanan Indonesia. Penyampaian LPUT dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai RI kepada PPATK, dan mulai efektif per Januari 2006. Jumlah LPUT selama tahun 2014 tercatat sebanyak 1.467 laporan, dengan 63,7% diantaranya berasal dari Batam. Bila diakumulasi sejak Januari 2006 s.d. Desember 2014, total LPUT telah mencapai 13.899 laporan. Selama periode itu juga, PPATK telah menerima 126 pelaporan pelanggaran pembawaan uang tunai. Sebagian besar pelaporan pelanggaran itu terjadi di Batam, yakni sebanyak 40 laporan atau sebesar 31,7%.

Tabel 19 Perbandingan Jumlah LPUT Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Lokasi Pelaporan

s.d. Desember 2014

Page 80: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 72

Grafik 13 Perkembangan Jumlah per Tahun dan Kumulatif LPUT

Januari 2010 s.d. Desember 2014

Tabel 20 Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan

Januari 2006 s.d. Desember 2014

Page 81: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 73

4. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa (LTPBJ)

LTPBJ telah diatur dalam UU TPPU Pasal 17 ayat (1). Laporan dari PBJ mulai efektif diterima PPATK sejak Mei 2012. Selama tahun 2014 jumlah LTPBJ yang diterima PPATK mencapai angka 29.736 laporan. Bila diakumulasikan sejak Mei 2012 hingga saat ini, jumlah LTPBJ yang diterima PPATK telah mencapai 61.647 laporan yang berasal dari 306 PBJ. Selama tahun 2014, laporan transaksi terbanyak dilaporkan berasal dari PBJ di bidang Properti, yaitu sebanyak 16.657 laporan atau 56,0%, diikuti oleh Pedagang Kendaraan Bermotor sebanyak 11.652 laporan atau 39,2%, Pedagang Perhiasan/logam mulia sebanyak 1.364 laporan atau 4,6%, dan Balai Lelang sebanyak 58 laporan atau 0,2%. Sampai dengan saat itu masih belum diterima laporan transaksi yang disampaikan oleh PBJ yang bergerak di bidang perdagangan barang seni/antik.

Tabel 21 Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari PBJ

Mei 2012 s.d. Desember 2014

Grafik 14 Jumlah dan Persentase Kumulatif Transaksi dari PBJ Tahun 2014

Page 82: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 74

5. Laporan Penundaan Transaksi (LPT)

Sesuai UU TPPU Pasal 26, PJK dapat melakukan penundaan transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan transaksi dilakukan. Sebagian besar penundaan transaksi selama tahun 2014 dilakukan oleh PJK Bank (93,6%), terutama Bank Negara (83,3%) dan Bank Campuran (3,3%). Sebagian besar transaksi yang ditunda berupa transfer (49,6%). Dilihat dari profil terlapor, sebagian besar terlapor adalah perorangan (99,5%) dengan profesi utama sebagai pengusaha/wiraswasta (40,5%), pegawai swasta (14,6%), dan pelajar/mahasiswa (9,7%).

Bila dilihat dari besaran nominalnya, hampir keseluruhan transaksi yang ditunda selama tahun 2014 bernilai di bawah Rp100 juta (95,7%). Berdasarkan pemenuhan aspeknya, mayoritas LPT pada tahun 2014 sebanyak 96,2% telah memenuhi aspek formil, namun belum memenuhi aspek materiil. Sedangkan jumlah LPT yang telah memenuhi aspek formil dan aspek materiil hanya sebanyak 1,1% saja. Bila dilihat menurut domisili PJK Penunda Transaksi, mayoritas dari transaksi yang ditunda selama tahun 2014 ini terjadi di Propinsi DKI Jakarta (33,5%), Jawa Barat (21,3%), Jawa Timur (8,2%) dan Jawa Tengah (7,2%).

Sebagian besar transaksi yang ditunda oleh PJK (41,4%) belum terindentifikasi dengan jelas alasan yang menjadi pertimbangan penundaan transaksi sesuai ketentuan UU TPPU. Dari sejumlah transaksi yang telah teridentifikasi alasan penundaannya, sebagian besar LPT didasari atas pertimbangan bahwa Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana.

Tabel 22 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis PJK Pelapor

s.d. Desember 2014

Page 83: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 75

Tabel 23 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK

Berdasarkan Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materiil Januari 2013 s.d. Desember 2014

Tabel 24

Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Transaksi yang Ditunda

s.d. Desember 2014

Page 84: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 76

Tabel 25 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK

Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi yang Ditunda s.d. Desember 2014

Tabel 26 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK

Berdasarkan Jenis Terlapor dan Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan s.d. Desember 2014

Page 85: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 77

Tabel 27 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK

Berdasarkan Propinsi Kantor PJK Pelapor Penundaan Transaksi s.d. Desember 2014

Page 86: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 78

PENGAWASAN KEPATUHAN

Sepanjang tahun 2014, PPATK telah melakukan kegiatan audit sebanyak 96 audit, baik terhadap Pihak Pelapor PJK maupun PBJ. Bila dilihat menurut jenis Pihak Pelapor, sebagian besar audit yang dilakukan selama tahun 2014 dilakukan terhadap Bank (27,1%), Perusahaan Properti/Agen Properti (25,0%), dan Pedagang Kendaraan Bermotor (24,0%). Bila diakumulasi sejak Januari 2005, jumlah keseluruhan pelaksanaan audit yang telah dilaksanakan oleh PPATK terhadap PJK/PBJ s.d. Desember 2014 telah mencapai 754 audit.

Tabel 28 Jumlah Pihak Pelapor yang telah Diaudit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor

s.d. Desember 2014

Grafik 15 Perbandingan Jumlah Pihak Pelapor yang telah Diaudit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor

Januari 2005 s.d. Desember 2014

Page 87: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 79

HUKUM DAN REGULASI

1. Peraturan / Keputusan Kepala PPATK

Tabel 29 Peraturan / Keputusan / Surat Edaran Kepala PPATK

Tahun 2014 No. Per / Kep / SE Kepala PPATK

1 Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-13 / 1.02/PPATK/10/14 tentang Pencabutan Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/1/KEP.PPATK/2003 tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa Keuangan

2 Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-04/1.02/PPATK/03/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER- 11/1.02/PPATK/06/2013 tentang Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan

3 Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor PER-02/1.02/PPATK/02/2014 tentang Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu

4 Surat Edaran Nomor : SE - 01/1.02/PPATK/02/14 tentang Contoh Penggunaan Pendekatan Pelaku dan Pendekatan Rekening Dalam Pelaksanaan Identifikasi Transaksi Keuangan Tunai

2. Putusan Pengadilan terkait TPPU

Sepanjang 2014, terdapat 22 perkara TPPU yang telah diputus oleh Pengadilan. Dengan demikian, sejak Januari 2005 s.d. Desember 2014, tercatat sebanyak 127 kasus TPPU yang telah diputus Pengadilan. Putusan Pengadilan terkait TPPU sebagian besar terjadi di wilayah DKI Jakarta, yaitu sebanyak 62 putusan (48,8%). Hukuman maksimal terkait perkara TPPU adalah selama 18 tahun dan denda maksimal sebesar Rp. 15 miliar. Sebagian besar putusan Pengadilan perkara TPPU terkait dengan tindak pidana asal Narkotika (28,3%) dan Korupsi (24,4%).

Tabel 30 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU Menurut Propinsi

Januari 2005 s.d. Desember 2014

Page 88: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 80

Grafik 16 Perbandingan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal

Januari 2005 s.d. Desember 2014

Tabel 31 Putusan Pengadilan terkait TPPU Menurut Tahun Putusan dan Hukuman

Januari 2005 s.d. Desember 2014

Page 89: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 81

3. Keterangan Ahli

Sepanjang 2014, terdapat 165 permintaan Keterangan Ahli dari beberapa instansi yang telah dipenuhi oleh PPATK. Mayoritas permintaan Keterangan Ahli selama tahun 2014 berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 105 permintaan (63,6%). Dengan demikian, sejak Januari 2008 s.d. Desember 2014 permintaan Keterangan Ahli berkaitan dengan TPPU atas permintaan beberapa instansi telah dipenuhi sebanyak 513 permintaan. Selama periode tersebut, instansi yang paling banyak meminta Keterangan Ahli adalah Kepolisian, yakni sebanyak 269 kali (52,4%) dari seluruh permintaan yang telah dipenuhi PPATK.

Tabel 32 Jumlah Permintaan Keterangan Ahli dari PPATK Berdasarkan Instansi Peminta

Januari 2008 s.d. Desember 2014

Grafik 17 Perkembangan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli kepada PPATK dan

Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU Januari 2008 s.d. Desember 2014

Page 90: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 82

RISET

1. Analisis Strategis Semester I/2014: “Risiko Industri Keuangan Non Bank Digunakan Sebagai Sarana Pencucian Uang”

Penilaian risiko sektoral dari kacamata anti pencucian uang dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengukur atau menilai besaran risiko suatu industri (sektor) terhadap kemungkinan digunakannya industri tersebut sebagai sarana melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan National Risk Assesment (NRA) dengan penekanannya lebih kepada Industri Keuangan Non Bank (IKNB).

Menurut data pelaporan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) periode 2009 s.d. 2013, IKNB merupakan industri yang memiliki sektor usaha terbanyak (214 IKNB) dibandingkan dengan industri bank, dengan tingkat pengelolaan dana pengguna jasa mencapai Rp1.273,64 triliun pada akhir Triwulan III/2013. Dari hasil penelusuran data LTKM yang dilaporkan oleh Penyedia Jasa Keuangan (PJK) IKNB kepada PPATK selama periode riset, terdapat sebanyak 15 PJK IKNB dari 6 sektor IKNB yang tercatat menjadi pihak pelapor aktif dengan total laporan yang disampaikan mencapai 39.668 laporan (80.46%) dari total laporan IKNB yang jumlahnya mencapai 49.300 laporan.

Terhadap ke-15 PJK IKNB tersebut, penilaian risiko yang dilakukan mencakup faktor-faktor risiko, yakni: ancaman, kerentanan, dan dampak. Berdasarkan hasil penilaian faktor-faktor risiko tersebut, dapat diketahui bahwa:

a. Sektor IKNB yang berisiko tinggi digunakan sebagai sarana TPPU adalah Pasar Modal, Asuransi, dan Perusahaan Pembiayaan.

b. Sektor Pasar Modal paling rentan terhadap ancaman TPPU dikarenakan rendahnya tingkat kepatuhan sektor pasar modal dalam melaporkan LTKM. Hal ini tercermin dari rendahnya persentase pengguna jasa yang terlapor LTKM terhadap jumlah pengguna jasa yang ada. Disisi lain, sektor Pasar Modal juga punya dampak TPPU tertinggi dibandingkan IKNB lainnya dikarenakan memiliki dampak yang luas jika digunakan sebagai sarana TPPU.

c. Sektor Asuransi memiliki nilai ancaman tertinggi terutama karena memiliki jumlah pengguna jasa yang paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa sektor asuransi diantara sektor IKNB lainnya memiliki potensi tertinggi menjadi target/sasaran bagi pelaku pencucian uang dengan memanfaatkan kerentanan/celah kelemahan yang ada pada industri tersebut. Meski demikian, tingkat risiko Sektor Asuransi tidak setinggi Sektor Pasar Modal karena tingkat dampak TPPU sektor Asuransi masih tergolong rendah.

d. Sektor Pembiayaan memiliki tingkat kecenderungan digunakan sebagai sarana TPPU pada level menengah dan dampak TPPU pada level menengah.

e. Berdasarkan profilnya, pengguna jasa perorangan IKNB yang berisiko melakukan TPPU adalah Pengusaha/wiraswasta, Pegawai swasta, TNI/Polri (pensiunan), PNS termasuk pensiunan, dan Ibu Rumah Tangga.

f. Berdasarkan jenisnya, produk dan jasa keuangan non bank yang berisiko tinggi digunakan pelaku TPPU adalah Saham untuk Pasar Modal, Asuransi Jiwa Plus Investasi untuk Asuransi, Pembiayaan Kendaraan untuk Pembiayaan, Penukaran Valas untuk PVA, Jasa Pengiriman Uang untuk KUPU, dan Produk Dana Pensiun untuk DPLK.

Page 91: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 83

g. Berdasarkan wilayah kejadian transaksi, propinsi yang berisiko terjadinya TPPU melalui IKNB adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.

h. Berdasarkan jenis indikasi Tindak Pidana Asal, mayoritas transaksi keuangan mencurigakan IKNB mengindikasikan Tindak Pidana Korupsi, Penyelundupan Tenaga Kerja, dan Perjudian.

Berdasarkan hasil penilaian risiko TPPU pada sektor IKNB, telah disusun beberapa langkah tindak lanjut sebagai berikut:

a. Pengawasan yang lebih ketat, khususnya terhadap Industri Pasar Modal yang memiliki risiko tinggi digunakan pelaku pencucian uang.

b. Melakukan Random Sampling Audit per sektor IKNB, khususnya kepada Penyedia Jasa Keuangan yang sudah mendaftarkan perusahaannya sebagai pihak pelapor ke PPATK namun belum pernah melaporkan LTKM.

c. Lembaga Pengawas dan Pengatur IKNB (OJK dan BI) perlu lebih mendorong keefektifan pelaporan dari setiap Pihak Pelapor sehingga dapat membantu PJK meminimalisir risiko pencucian uang yang dimiliki, diantaranya dalam bentuk:

• Pelatihan teknik identifikasi transaksi keuangan mencurigakan,

• Pelatihan identifikasi transaksi yang berpotensi pidana, dan

• Penyusunan pedoman penerapan KYC/CDD/EDD.

2. Riset Tipologi Semester I/2014: “Tipologi terkait Kasus-kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yang Sudah Menjadi Putusan Pengadilan”

Penilaian risiko sektoral dari kacamata anti pencucian uang dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengukur atau menilai besaran risiko suatu industri (sektor) terhadap kemungkinan digunakannya industri tersebut sebagai sarana melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan National Risk Assesment (NRA) dengan penekanannya lebih kepada Industri Keuangan Non Bank (IKNB).

Menurut data pelaporan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) periode 2009 s.d. 2013, IKNB merupakan industri yang memiliki sektor usaha terbanyak (214 IKNB) dibandingkan dengan industri bank, dengan tingkat pengelolaan dana pengguna jasa mencapai Rp1.273,64 triliun pada akhir Triwulan III/2013. Dari hasil penelusuran data LTKM yang dilaporkan oleh Penyedia Jasa Keuangan (PJK) IKNB kepada PPATK selama periode riset, terdapat sebanyak 15 PJK IKNB dari 6 sektor IKNB yang tercatat menjadi pihak pelapor aktif dengan total laporan yang disampaikan mencapai 39.668 laporan (80.46%) dari total laporan IKNB yang jumlahnya mencapai 49.300 laporan.

Terhadap ke-15 PJK IKNB tersebut, penilaian risiko yang dilakukan mencakup faktor-faktor risiko, yakni: ancaman, kerentanan, dan dampak. Berdasarkan hasil penilaian faktor-faktor risiko tersebut, dapat diketahui bahwa:

a. Sektor IKNB yang berisiko tinggi digunakan sebagai sarana TPPU adalah Pasar Modal, Asuransi, dan Perusahaan Pembiayaan.

Page 92: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 84

b. Sektor Pasar Modal paling rentan terhadap ancaman TPPU dikarenakan rendahnya tingkat kepatuhan sektor pasar modal dalam melaporkan LTKM. Hal ini tercermin dari rendahnya persentase pengguna jasa yang terlapor LTKM terhadap jumlah pengguna jasa yang ada. Disisi lain, sektor Pasar Modal juga punya dampak TPPU tertinggi dibandingkan IKNB lainnya dikarenakan memiliki dampak yang luas jika digunakan sebagai sarana TPPU.

c. Sektor Asuransi memiliki nilai ancaman tertinggi terutama karena memiliki jumlah pengguna jasa yang paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa sektor asuransi diantara sektor IKNB lainnya memiliki potensi tertinggi menjadi target/sasaran bagi pelaku pencucian uang dengan memanfaatkan kerentanan/celah kelemahan yang ada pada industri tersebut. Meski demikian, tingkat risiko Sektor Asuransi tidak setinggi Sektor Pasar Modal karena tingkat dampak TPPU sektor Asuransi masih tergolong rendah.

d. Sektor Pembiayaan memiliki tingkat kecenderungan digunakan sebagai sarana TPPU pada level menengah dan dampak TPPU pada level menengah.

e. Berdasarkan profilnya, pengguna jasa perorangan IKNB yang berisiko melakukan TPPU adalah Pengusaha/wiraswasta, Pegawai swasta, TNI/Polri (pensiunan), PNS termasuk pensiunan, dan Ibu Rumah Tangga.

f. Berdasarkan jenisnya, produk dan jasa keuangan non bank yang berisiko tinggi digunakan pelaku TPPU adalah Saham untuk Pasar Modal, Asuransi Jiwa Plus Investasi untuk Asuransi, Pembiayaan Kendaraan untuk Pembiayaan, Penukaran Valas untuk PVA, Jasa Pengiriman Uang untuk KUPU, dan Produk Dana Pensiun untuk DPLK.

g. Berdasarkan wilayah kejadian transaksi, propinsi yang berisiko terjadinya TPPU melalui IKNB adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.

h. Berdasarkan jenis indikasi Tindak Pidana Asal, mayoritas transaksi keuangan mencurigakan IKNB mengindikasikan Tindak Pidana Korupsi, Penyelundupan Tenaga Kerja, dan Perjudian.

Berdasarkan hasil penilaian risiko TPPU pada sektor IKNB, telah disusun beberapa langkah tindak lanjut sebagai berikut:

a. Pengawasan yang lebih ketat, khususnya terhadap Industri Pasar Modal yang memiliki risiko tinggi digunakan pelaku pencucian uang.

b. Melakukan Random Sampling Audit per sektor IKNB, khususnya kepada Penyedia Jasa Keuangan yang sudah mendaftarkan perusahaannya sebagai pihak pelapor ke PPATK namun belum pernah melaporkan LTKM.

c. Lembaga Pengawas dan Pengatur IKNB (OJK dan BI) perlu lebih mendorong keefektifan pelaporan dari setiap Pihak Pelapor sehingga dapat membantu PJK meminimalisir risiko pencucian uang yang dimiliki, diantaranya dalam bentuk: • Pelatihan teknik identifikasi transaksi keuangan mencurigakan, • Pelatihan identifikasi transaksi yang berpotensi pidana, dan • Penyusunan pedoman penerapan KYC/CDD/EDD.

Page 93: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 85

3. Riset Tematik Semester I/2014: “Typology of Money Laundering Involving Money Service Business”

Riset Tematik ini fokus kepada Pihak Pelapor yang menjalankan bisnis sebagai

Pedagang Valuta Asing dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang/KUPU (Money Remittance) sebagai sarana dalam melakukan transaksi pencucian uang di Indonesia yang cenderung meningkat. Hal ini ditandai oleh meningkatnya statistik pelaporan yang diterima oleh PPATK dari Pedagang Valuta Asing dan Money Remittance sebagai salah satu kegiatan usaha yang menjalankan bisnis transaksi keuangan (Money Sevice Business/MSB). Setelah diberlakukannya UU TPPU No. 8 Tahun 2010, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap jumlah LTKM dan LTKT yang dilaporkan oleh MSB. Jumlah LTKM yang dilaporkan oleh Pedagang Valuta Asing meningkat signifikan dari 2.765 laporan per tahun pada periode sebelum UU TPPU menjadi 5.029 laporan per tahun pada periode setelah berlakunya UU TPPU, sedangkan jumlah LTKM dari perusahaan money remittance meningkat dari sebanyak 4 laporan per tahun menjadi sebanyak 374 laporan per tahun. Sementara itu, jumlah LTKT yang dilaporkan oleh Pedagang Valuta Asing meningkat dari 3.321 laporan per tahun menjadi 4.426 laporan per tahun, sedangkan jumlah LTKT dari perusahaan money remittance meningkat dari tidak ada (nihil) menjadi sebanyak 346 laporan per tahun.

Selain untuk mengkaji tipologi pencucian uang melalui MSB, riset tematik semester I tahun 2014 ini secara khusus dilaksanakan dalam rangka keikutsertaan PPATK dalam mengikuti THE BEST EGMONT CASE AWARD (BECA) Tahun 2014 serta bahan menghadiri undangan Bank Negara Malaysia (BNM) sebagai pembicara dalam Konferensi Internasional MSB. Dalam BECA 2014, PPATK mengikutsertakan tipologi kasus Fraud yang melibatkan salah satu kasus yang terkait dengan pendanaan terorisme (terrorisme financing), sedangkan dalam Konferensi Internasional MSB, PPATK menyampaikan tipologi salah satu kasus narkotika.

Kasus pendanaan terorisme menarik untuk diikutsertakan dalam BECA 2014 karena terkait dengan tindak pidana ITE (hacking), pencucian uang, dan pendanaan terorisme. Dalam berkas salinan putusan persidangan, diketahui bahwa pada awal Mei 2012, Rizki Gunawan yang diketahui sebagai ahli IT, merupakan salah satu dari 5 (lima) orang yang ditangkap oleh Densus 88 POLRI, dikarenakan terlibat aktivitas terorisme. Rizki Gunawan mampu menerobos website-website bisnis dalam dunia maya. Dalam 2 tahun saja, Rizki mampu meng-hack sebesar Rp5,9 miliar dari website perusahaan MLM dan perusahaan investasi. Dari hasil pidana hacking tersebut, Rizki telah membeli beberapa asset di Medan yang kemudian telah disita oleh Densus 88, dan juga telah membantu pendanaan pelatihan militer terorisme di Poso and pemboman Gereja Bethel Solo. Atas tindakannya tersebut, maka Pengadilan Negeri Jakarta Barat memutuskan bahwa terdakwa Rizki Gunawan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan “Tindak Pidana Terorisme”, “Tindak Pidana Pencucian Uang”, “Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik” serta "Menyembunyikan dan Membantu Aktivitas Teroris" dan menjatuhkan proses pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama sepuluh (10) tahun.

Kasus Tri Sudarmoko merupakan kasus TPPU dengan TPA narkotika dan menggunakan MSB sebagai sarana pencucian uang. Meski Tri Sudarmoko telah ditangkap oleh petugas Bea Cukai di Bandara Polonia pada tanggal 8 Oktober 2009 dan dijatuhi hukuman 6 (enam) tahun

Page 94: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 86

serta ditahan di Penjara Tanjung Gusta Medan, dia masih mampu mengendalikan transaksi narkoba. Dalam menjalankan aksinya, Tri Sudarmoko dibantu oleh Midy yang memiliki usaha money changer di Medan. Dia adalah orang yang bertanggung jawab atas transaksi narapidana narkotika termasuk Tri Sudarmoko di penjara. Transfer uang yang terjadi selama periode 2009-2013 mencapai miliaran Rupiah. Dia membeli beberapa aset dari hasil tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika transaksi. Atas tindakannya tersebut, Pengadilan Negeri Medan tertanggal 31 Oktober 2013 memutuskan bahwa terdakwa Tri Sudarmoko dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana "Tanpa hak atau melawan hukum melakukan berkonspirasi untuk menjual narkotika kategori 1, juga terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana" Pencucian Uang "dan menghukumnya dengan pidana penjara 8 (delapan) tahun, serta denda Rp3.000.000.000,-.

4. Riset Tipologi Semester II/2014: “Tipologi Tindak Pidana Pendanaan Terorisme”

Terorisme merupakan perbuatan tindak pidana yang menjadi perhatian serius baik bagi pemerintahan di negara Indonesia maupun di dunia Internasional. Indonesia memiliki sejarah yang panjang mengenai berbagai aksi kejahatan terorisme yang telah menimbulkan banyak kerugian yang sangat besar, baik kerugian secara materi maupun korban jiwa, yang tentunya juga memberikan citra buruk negara di mata internasional mengenai kemampuan negara dalam menciptakan keamanan warganya. Oleh sebab itu, Pemerintah bersama seluruh elemen yang terkait, mulai dari sisi Aparat Penegak Hukum, Regulator dan seluruh Instansi yang terlibat telah melakukan upaya-upaya pemberantasan dan juga pencegahan yang ditandai dengan terbitnya UU Tindak Pidana Pendanaan Terorisme No. 15 tahun 2003 dan UU Anti Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, dibentuknya Badan-Badan dan Lembaga Anti Terorisme seperti Densus 88, BNPT dan Satgas Penanganan Tindak Pidana Terorisme Kejaksaan Agung RI serta lahirnya UU Anti Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai suatu bentuk upaya anti pencucian uang yang sumber dananya hasil kejahatan terorisme.

Di dalam melakukan aksinya, para pelaku terorisme berusaha untuk mendapatkan pendanaan, mengingat aksi terorisme memerlukan dukungan dana baik berbentuk material maupun imaterial (ajaran radikal). Material dapat berbentuk senjata, tempat tinggal, bahan peledak maupun uang. Dalam riset ini, penekanan pendanan lebih kepada sisi uang sebagai bentuk pendanan terorisme yang paling besar pengaruhnya, sebab uang merupakan alat tukar yang fleksibel, mudah dipindahtangankan dalam suatu negara maupun antar negara dan bersifat netral, dapat disembunyikan dalam bentuk lembaga amal serta dapat masuk kelembaga keuangan dan non keuangan.

Dalam riset tipologi semester II/2014, berdasarkan 54 putusan kasus terorisme yang sudah diputus di persidangan, diperoleh sebanyak 12 putusan yang dapat diangkat perkaranya sebagai tipologi pendanaan terorisme, di mana dapat ditemukan sebanyak 5 (lima) jenis tipologi pendanaan terorisme yang terjadi di Indonesia. Selain itu, dibentuk pula 1 (satu) tipologi pendanan terorisme melalui Non Profit Organization (NPO) internasional yang masuk ke negara Indonesia sebagai lembaga amal kemanusiaan, namun dalam praktik pendanaannya telah dialihkan untuk mendanai kelompok radikal dalam mendanai aksinya dan untuk pengadaan senjata.

Page 95: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 87

Berdasarkan kajian tipologi terhadap 12 putusan, dapat disimpulkan bahwa para pelaku pendanaan terorisme cenderung:

a. Membutuhkan pendanaan uang dalam melakukan aksinya dimana uang adalah salah satu bentuk dukungan dana yang paling penting karena merupakan alat tukar yang netral dan memiliki tingkat liquiditas yang tinggi.

b. Mengumpulkan uang dalam berbagai cara baik secara legal (sumbangan, iuran hasil bekerja dan usaha) namun juga tak jarangan melalui kegiatan illegal (perampokan, dan hacking)

c. Mengumpulkan uang paling banyak melalui cara perampokan (Fai) karena Fai termasuk kegiatan Jihad sekaligus Uang yang diperoleh lebih besar, cepat, mudah dan tunai.

d. Mengumpulkan uang bukan bagi kepentingan diri sendiri dan kelompok pelaku namun untuk tujuan utama yakni uang disalurkan bagi kepentingan kelompok di Poso serta rasa solidaritas bagi para Janda dan istri anggota teroris.

e. Tidak menyimpan uang dalam waktu yang lama, dimana dana yang diperoleh langsung dibagikan kepada para pihak yang dituju sebab uang dalam bentuk cash lebih mudah berpindah tangan dan berisiko jika disimpan.

f. Menggunakan segala daya dan upaya untuk mendanai aksi terorisme mendirikan negara Agama di Poso baik dalam bentuk barang (uang, senjata, kendaraan) maupun non barang (keahlian, ajaran radikal)

g. Memutar uang kedalam bisnis yang legal seperti usaha klinik, warnet, toko konveksi terlebih dahulu dengan maksud kedepannya dapat terciptanya keberlangsungan pendanaan untuk kegiatan aksi terorisme dalam jangka panjang.

h. Menggunakan orang – orang yang tidak terlibat langsung dalam aksi kekerasan untuk melakukan pendanaan dengan maksud apabila para pelaku tertangkap maka para pemberi dana tetap dapat melakukan aksi pendanaan dan menghidupkan kembali kelompok baru.

i. Menggunakan rekening pihak ketiga yang dipinjam atau dibeli (apabila pendanaan menggunakan cara transfer).

j. Menggunakan identitas palsu untuk membuka rekening bank atau untuk tujuan domisili (tempat tinggal).

Dengan adanya berbagai modus pendanaan terorisme yang semakin berkembang diharapkan kepada para stakeholder baik pihak Penyedia Jasa Keuangan dan Penyedia Barang dan Jasa, serta Aparat Penegak Hukum untuk terus berperan aktif mendeteksi pergerakan aktivitas pendanaan para terorisme tersebut, sebab berdasarkan data dan fakta para kelompok teroris jelas membutuhkan dukungan dana yang dalam hal ini uang menjadi prioritas utama untuk menghidupi dan membesarkan kelompok radikal.

Page 96: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 88

5. Analisis Strategis Semester II/2014: “Risiko Sektor Jasa Profesi Digunakan Untuk Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme”

Rekomendasi FATF nomor 12 dan 16 menyatakan agar cakupan pihak pelapor transaksi keuangan mencurigakan diperluas dengan memasukan Designated Non-Financial Businesses and Professions (DNFBPs) seperti lawyer, notaris, akuntan publik, pedagang permata dan agen real estate. Profesi lawyer, notaris dan akuntan dalam TPPU dapat berperan seperti penjaga gawang (gatekeeper), karena sesuai dengan sifat aktivitasnya mereka dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya pencucian uang melalui penggunaan perjanjian-perjanjian legal, seperti trust dan corporate vehicles.

Sektoral Risk Assesment (SRA) atau disebut juga dengan penilaian risiko sektoral dari kacamata anti pencucian uang dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengukur atau menilai besaran risiko suatu industri (sektor) terhadap kemungkinan digunakannya industri tersebut sebagai sarana melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang dan/atau Terorisme (TPPU/PT) oleh nasabah jasa profesi serta mengukur tingkat risiko TPPU dari masing-masing jasa profesi. SRA merupakan bagian dari kegiatan penilaian yang lebih besar atau disebut dengan National Risk Assesment (NRA), dimana penekanan SRA lebih kepada risiko TPPU sehubungan dengan nasabah jasa profesi. Adapun basis data yang akan digunakan dalam penilaian risiko pada penelitian ini adalah data LTKM yang dilaporkan oleh sektor PJK Bank dan Non Bank.

Berdasarkan hasil penilaian risiko TPPU terhadap 9 (sembilan) PJK responden terkait dengan nasabah jasa profesi dapat disimpulkan bahwa:

a. Sektor Bank, PVA, dan asuransi memiliki resiko tingkat menengah dijadikan menjadi sarana pencucian uang oleh pengguna jasa profesi, sedangkan sektor pembiayaan berada pada tingkat risiko rendah. Sektor perbankan memiliki risiko yang menengah karena memiliki kecenderungan terjadinya TPPU dan dampak yang ditimbulkan apabila terjadi TPPU pada level menengah.

b. Dari 5 (lima) jenis jasa profesi yang dianalisis tingkat risikonya sehubungan dengan TPPU, diketahui bahwa profesi pengacara dan notaris perlu mendapat perhatian khusus. Profesi pengacara memiliki tingkat risiko cenderung tinggi dengan nilai dampak TPPU level tinggi, yang artinya gangguan fraud dan TPPU yang dilakukan oleh nasabah yang berprofesi sebagai pengacara memiliki dampak yang tinggi pada industri keuangan. Hal ini dikarenakan nilai nominal LTKM dari nasabah yang berprofesi sebagai pengacara paling besar jika dibandingkan dengan jasa profesi lainnya. Sedangkan jasa profesi lainnya seperti konsultan pajak, akuntan dan konsultan keuangan dan bisnis hanya berada pada tingkat risiko TPPU yang rendah.

c. Profesi notaris memiliki nilai kecenderungan/probabilitas terlibat TPPU yang lebih besar dibandingkan jasa profesi lainnya, namun secara dampak masih lebih kecil dari profesi Pengacara.

Page 97: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 89

Berdasarkan hasil penilaian resiko di atas, telah disusun beberapa langkah tindak lanjut sebagai berikut:

a. Mendorong agar nasabah jasa profesi tertentu dapat diwajibkan menjadi pihak pelapor kepada PPATK sesuai dengan rekomendasi FATF yang berlaku melalui penerbitan Peraturan Pemerintah atau perangkat aturan lainnya.

b. Mendorong dilakukannya pengawasan yang ketat dalam penerapan Program Anti Pencucian Uang dan review secara berkala oleh OJK terhadap pemantauan dan monitoring transaksi dari nasabah jasa profesi untuk menjaga tingkat resiko, khususnya sektor asuransi dan bank yang memiliki resiko tertinggi digunakan untuk pencucian uang oleh nasabah jasa profesi.

c. Bagi sektor perbankan dan asuransi yang mengelola dana pengguna jasa atau nasabah jasa profesi dalam jumlah paling besar, disarankan untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan transaksi dengan pengguna jasa/nasabah jasa profesi tersebut dengan cara meningkatkan proses Enhance Due Dilligence (EDD) serta kemampuan identifikasi TKM dan menerapkan ketentuan anti TPPU secara lebih ketat serta melakukan review dan update data nasabah secara berkala.

d. Bagi sektor PVA diharapkan dapat meningkatkan keefektifan pelaporan LTKM, tidak hanya kuantitas melainkan juga diperlukan peningkatan kualitas melalui monitoring transaksi dari nasabah jasa profesi yang merupakan High Risk Customer. Selain itu juga diperlukan peningkatan kapasitas sistem IT dan data base yang dapat digunakan untuk monitoring transaksi nasabah jasa profesi.

e. Bagi seluruh Pihak Pelapor, diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan kemampuannya dalam mengenali jenis transaksi pengguna jasa yang berpotensi terkait dengan tindak pidana, khususnya nasabah jasa profesi agar risiko digunakan sebagai sarana pencucian uang bisa diminimalisir.

6. Riset Tematik Semester I/2014: “Risiko Industri Penyedia Barang dan/atau Jasa Digunakan Untuk Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme”

Berdasarkan Rekomendasi FATF nomor 22 dan 23 dinyatakan bahwa penyedia barang dan/atau jasa juga wajib menerapkan prinsip mengenal nasabah dan melaporkan transaksi keuangan mencurigakan. Dalam UU TPPU Nomor 8 Tahun 2010 pasal 17 ayat 1 huruf b disebutkan bahwa penyedia barang dan/atau jasa merupakan pihak pelapor untuk tindak pidana pencucian uang. Mengingat bahwa banyaknya pelaku Tindak Pidana Asal (tidak hanya korupsi) yang melakukan pencucian uangnya melalui properti, kendaraan bermotor dan emas serta penyitaan aset terkait pendanaan terorisme, menunjukkan bahwa industri penyedia barang dan/atau jasa memiliki risiko dijadikan sebagai sarana pencucian uang oleh pelaku TPPU serta sarana dalam melakukan pendanaan terorisme. Agar resiko tersebut dapat dikelola atau dimitigasi dengan baik, maka berdasarkan Rekomendasi FATF Nomor 1, penting untuk dilakukan Sektoral Risk Assesment pada sektor PBJ sebagai bagian dari program National Risk Assesment yang lebih luas dan komprehensif.

Berdasarkan hasil penilaian variabel kerentanan, ancaman, dan dampak untuk mengukur Tingkat Risiko Sektor Penyedia Barang dan/atau Jasa terhadap Tindak Pidana

Page 98: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 90

Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme pada pihak pelapor yang telah melaporkan LTPBJ dapat disimpulkan bahwa: a. Terdapat 2 sektor penyedia barang dan jasa yang perlu mendapat perhatian dibanding

sektor penyedia barang dan jasa lainnya, yaitu: Perusahaan Properti dan Pedagang Kendaraan Bermotor yang memiliki nilai kecenderungan dan dampak TPPU pada level menengah.

b. Profil nasabah PBJ yang dominan dilaporkan sebagai terlapor LTPBJ adalah pegawai swasta (23%), pengusaha/wiraswasta (15%), buruh (12%), dan pengurus/pegawai LSM (10%). Pada sektor pedagang kendaraan bermotor dan perusahaan properti, profil pegawai swasta adalah yang paling banyak dilaporkan bertransaksi pada kedua sektor itu, sedangkan profil pengurus/pegawai LSM/organisasi tidak berbadan hukum lainnya adalah yang sering dilaporkan bertransaksi pada sektor pedagang emas, dan untuk profil yang paling banyak dilaporkan bertransaksi pada sektor balai lelang adalah pengusaha/wiraswasta.

c. Jenis produk yang dominan dilaporkan sebagai LTPBJ pada industri penyedia barang/jasa adalah rumah/apartment (58%), mobil (37%), emas/logam mulia (4%), produk lainnya yang dilelang oleh balai lelang (0,5%).

d. Menurut jenis cara pembayaran dan/atau instrumen pembayaran (metode pembayaran), yang dominan dilaporkan sebagai LTPBJ pada industri penyedia barang/jasa adalah Tunai Bertahap dan Tunai (63,4%), sedangkan metode pembayaran tunai hanya sebesar 27,1%.

e. Berdasarkan wilayah, DKI Jakarta menjadi provinsi paling banyak (69%) terjadinya transaksi dalam LTPBJ, diikuti Banten (11%), Jabar (7,5%), Jatim (4,9%), dan Kalsel (2,1%).

f. Adapun jenis indikasi Tindak Pidana Asal yang paling sering dilaporkan oleh Pihak Pelapor sebagai transaksi keuangan mencurigakan adalah dugaan tindak pidana penipuan (19,2%), diikuti korupsi (4,15%), dan perjudian (1,15%).

Berdasarkan hasil penilaian resiko tersebut, telah disusun beberapa langkah tindak lanjut

sebagai berikut: a. Asosiasi Penyedia Barang dan Jasa bersama dengan PPATK diharapkan dapat

meningkatkan sosialisasi kepada para anggota asosiasi PBJ terkait pencegahan dan pemberantasan TPPU/TPPT.

b. Himbauan oleh Asosiasi Penyedia Barang dan Jasa kepada para anggotanya agar setiap transaksi keuangan bernominal besar diarahkan untuk menggunakan instrumen perbankan.

Page 99: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 91

7. Penilaian Risiko Nasional Terhadap Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (National Risk Assessment on Terrorism Financing)

Tindak pidana terorisme dan aktivitas yang mendukung terjadinya aksi terorisme merupakan bentuk ancaman yang dapat mengganggu rasa aman masyarakat dan mengganggu kedaulatan suatu negara. Sebagaimana diatur dalam UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, unsur pendanaan merupakan salah satu faktor utama dalam setiap aksi terorisme. Oleh karenanya, upaya penanggulangan tindak pidana terorisme juga harus diikuti dengan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap pendanaan terorisme.

Sebagai bagian dari tata pergaulan internasional, Indonesia menjadi bagian dari global movement anti pencucian uang/pendanaan terorisme (AML/CFT) di dunia, dan saat ini oleh lembaga internasional FATF (Financial Action Task Force), Indonesia masih dinilai sebagai salah satu negara yang berstatus non-cooperative dalam rezim AML/CTF, tergabung bersama dengan Iran, Republik Demokratik Korea, Algeria, Equador, dan Myanmar. Dalam penilaian FATF, Indonesia dianggap belum memiliki komitmen politik yang tinggi untuk bekerja dengan FATF dan APG dalam mengatasi kekurangan strategis CFT. Indonesia dianggap belum membuat kemajuan yang cukup dalam melaksanakan rencana aksinya dalam jangka waktu yang disepakati, dan kekurangan utama CFT mengenai pengembangan dan implementasi dari kerangka hukum yang memadai, dan prosedur untuk mengidentifikasi dan pembekuan aset teroris. Oleh karena itu, FATF mendorong Indonesia untuk mengatasi kekurangan tersebut sesuai dengan standar FATF dan meningkatkan kerangka hukum dan prosedur untuk membekukan aset teroris. Terlepas dari penilaian tersebut, Indonesia terus mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki rezim AML/CFT, utamanya adalah agar rezim AML/CFT di Indonesia dapat berjalan secara efektif dan efisien, diantaranya melalui Progam Penilaian Risiko Terhadap Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (NRA on TF).

NRA on TF ini merupakan rangkaian dari kegiatan Penilaian Risiko Nasional Terhadap Tindak Pindana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (NRA on ML/TF) yang melibatkan berbagai stakeholder dalam Rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, seperti Aparat Penegak Hukum, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga Asosiasi, Pihak Pelapor, Lembaga Pengawas dan Pengatur lain, serta stakeholder lainnya, dimana PPATK disepakati sebagai focal point atau national organizer NRA.

Berdasarkan hasil identifikasi, analisis, dan pemetaan terhadap variasi potensi ancaman pendanaan terorisme beserta dampak yang dapat ditimbulkannya, baik terhadap aspek ekonomi, fisik, sosial, lingkungan, maupun politik/struktural, dapat disimpulkan bahwa:

a. Aktivitas pendanaan terorisme semakin berkembang di Indonesia, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Disisi lain, jaringan terorisme di Indonesia juga diperkirakan semakin meluas, karena adanya kelompok-kelompok teror yang bergerak secara Internasional, serta akan memiliki potensi bahwa kelompok terorisme di Indonesia dapat digerakan oleh jaringan internasional baik dari sisi pendanaan maupun pergerakan aksi teror.

b. Tipologi pendanaan terorisme yang paling berisiko terjadi adalah pendanaan dari domestik, yang bersumber dari donasi ataupun penyalahgunaan NPO serta hasil tindakan kriminal,

Page 100: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 92

dimana perpindahan dananya menggunakan cash transfer ataupun bisnis, serta diperuntukkan untuk maintenance jaringan terorisme domestik.

c. Korporasi/badan usaha, khususnya yayasan lebih berisiko menjadi pelaku pendanaan terorisme dibandingkan perorangan. Khusus pelaku perorangan, pelaku yang paling berisiko adalah pelajar/mahasiswa, dan pengurus/pegawai LSM/organisasi tidak berbadan hukum.

d. Pola transaksi keuangan yang paling berisiko digunakan dalam pendanaan terorisme adalah melalui sistem pembayaran elektronik, sistem pembayaran online, sistem ataupun New Payment Method. Pada industri perbankan, tarik/setor tunai simpanan merupakan pola transaksi yang paling rentan digunakan oleh pelaku pendanaan terorisme yang melibatkan identitas palsu dalam pembukaan rekening ataupun pemanfaatan rekening pihak ketiga yang sudah dibeli atau dipinjam oleh para pelaku.

e. Berdasarkan lokasi kejadian, transaksi pendanaan terorisme sangat rentan terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi tengah, Banten, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil identifikasi kerentanan/celah dalam regulasi, kebijakan pencegahan, pengawasan transaksi lintas batas, dan penegakan hukumnya, telah disusun beberapa rekomendasi dalam upaya meminimalisir risiko Pendanaan Terorisme di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

a. Dalam aspek regulasi, perlu mendorong Pemerintah untuk memprioritaskan penyusunan PP tentang Ormas sebagai kelanjutan dari UU No. 17/2013 tentang Ormas serta mengatur adanya standar kebijakan pengawasan oleh setiap Kementerian terkait yang menaungi ormas-ormas tersebut. Hal ini mengingat bahwa berdasarkan tipologi pendanaan terorisme yang berhasil diidentifikasi, pendanaan teroris tidak hanya bersumber dari dana illegal tetapi juga dapat berasal dari dana legal/tampak legal, dan salah satu sumber pendanaan legal yang perlu menjadi perhatian adalah penggunaan yayasan ataupun Non Profit Organizations (NPO) sebagai sarana pengumpulan dana.

b. Berkaitan dengan adanya tipologi pendanaan terorisme yang menggunakan pembawaan uang tunai atau instrumen sejenis, direkomendasikan untuk mendorong disahkan dan diimplementasikannya RPP tentang Pembawaan Uang Tunai.

c. Berkaitan dengan transaksi pendanaan terorisme melalui perbankan bernominal kecil dan bersifat tunai, perlu adanya pengaturan tentang Pembatasan dan Pengawasan Transaksi Tunai.

d. Terkait tingginya kerentanan pemindahan dana melalui money remittance, industri perbankan, penyedia barang dan jasa, bisnis tertentu, ataupun melalui industri keuangan non bank lainnya, perlu adanya upaya Enhance Due Dilligence terhadap profil nasabah yang berisiko tinggi melakukan pendanaan terorisme. Selain itu, Lembaga Pengawas dan Pengatur juga direkomendasikan untuk melakukan penyempurnaan regulasi dan pengawasan terhadap Pihak Pelapor.

e. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terkait pendanaan teroris melalui kriminalisasi ITE mengingat kemajuan teknologi saat ini sangat berpotensi digunakan bagi pelaku pendanaan terorisme dalam memindahkaan dana kepada pelaku terorisme, seperti

Page 101: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 93

hacking terhadap sistem pembayaran online, sistem pembayaran mobile, ataupun New Payment Method.

f. Mendorong implementasi SIN agar identitas terduga pelaku teroris dapat diverifikasi dengan baik oleh PJK dan atau oleh instansi penegak hukum terkait.

g. Diperlukan adanya terobosan hukum untuk melaksanakan pembekuan aset terduga teroris secara serta-merta. Dalam pelaksanaannya, perlu dibentuk Satgas Penanganan Asset yang dikoordinir oleh BNPT.

h. Dalam hal pembekuan aset tidak bergerak seperti tanah, perlu melibatkan instansi terkait seperti Badan Pertanahan Nasional.

i. Terkait dengan United Nation List 1267 yang dikeluarkan UN sebagai bagian dari pencegahan pendanaan terorisme di lingkup internasional, dimana terdapat beberapa WNI yang terdaftar dalam Al-Qaeda Sanction List, perlu diselidiki dan dibuktikan lebih lanjut apakah WNI yang dicurigai tersebut memang terlibat aktivitas terorisme.

j. Perlunya disusun daftar domestic list terduga pelaku terorisme. 8. Penilaian Risiko Nasional Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang (National Risk

Assessment on Money Laundering) Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan ancaman serius bagi suatu bangsa

(extraordinary crime) karena tidak hanya mengancam terhadap stabilitas perekonomian dan integritas sistem keuangan, tetapi juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam perkembangannya, tindak pidana Pencucian Uang semakin kompleks, melintasi batas-batas yurisdiksi, dan menggunakan modus yang semakin variatif, memanfaatkan lembaga di luar sistem keuangan, bahkan telah merambah ke berbagai sektor. Untuk mengantisipasi hal itu, Financial Action Task Force (FATF) on Money Laundering telah menyusun standar internasional yang menjadi ukuran bagi setiap negara dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan tindak pidana pendanaan terorisme yang dikenal dengan 40 Recommendations FATF.

Sebagai bentuk konkret komitmen Indonesia terhadap implementasi Rekomendasi FATF terkait penilaian resiko, PPATK bersama stakeholder Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme yang tergabung dalam Inter-Agency Working Group NRA Indonesia, sejak pertengahan tahun 2013 hingga Kuartal I/Tahun 2015, telah melaksanakan penilaian resiko Indonesia terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme dalam bentuk kegiatan National Risk Assessment (NRA).

Proses NRA yang mencakup identifikasi, penilaian, serta pemahaman terhadap risiko TPPU menjadi bagian yang esensial dalam implementasi regim AML baik terkait dengan ancaman, kerentanan, dan dampak dari aspek hukum, regulasi, penegakan hukum, maupun aspek lainnya, untuk memitigasi risiko Indonesia terhadap TPPU. Secara umum, NRA sangat membantu dalam memberikan rekomendasi dalam penyempurnaan regulasi dan ketentuan terkait TPPU, baik pada tingkat mikro (internal Pihak Pelapor/Instansi), maupun makro berupa strategi nasional. Dengan tersusunnya strategi nasional yang efektif dan efisien yang berdasarkan pendekatan berbasis risiko ini (risk based approach), diharapkan dapat melindungi Indonesia dari risiko TPPU yang tipologinya semakin berkembang dan semakin kompleks.

Selama tahun 2014, Tim NRA PPATK bersama Tim NRA dari Apgakum, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan Stakeholder terkait telah menyelesaikan beberapa proses penilaian risiko TPPU sebagai berikut:

Page 102: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 94

a. Identifikasi faktor-faktor risiko TPPU yang informasinya dikumpulkan melalui penyampaian kuesioner NRA, baik kepada Pihak Pelapor, maupun Instansi Penegak Hukum dan stakeholder terkait. Quality assurance terhadap kuesioner NRA juga telah dilakukan pada tanggal 8 – 11 April 2014, bertempat di Hotel Alila dengan menggunakan mekanisme FGD antara PPATK dan seluruh stakeholder dengan interaksi yang terarah antara PPATK dan setiap stakeholder secara bertahap, yang terdiri dari:

1) PPATK dan OJK; 2) PPATK dan Kepolisian RI; 3) PPATK dan Kejaksaan RI; 4) PPATK dengan Ditjen Bea dan Cukai; 5) PPATK dengan Ditjen Pajak; 6) PPATK dan Mahkamah Agung; 7) PPATK dan Densus 88 POLRI dan BNPT; 8) PPATK dan Bank Indonesia; dan 9) PPATK dan KPK (dilaksanakan terpisah di KPK pada 15 April 2014 atas

permintaan KPK). b. Penyampaian kuesioner hasil quality assurance kepada Pihak Pelapor, Instansi Penegak

Hukum, dan stakeholder terkait. c. Monitoring penerimaan kuesioner NRA dari Pihak Pelapor, Instansi Penegak Hukum, dan

stakeholder terkait. d. Berkaitan dengan pelaksanaan NRA dari sisi Penegakan Hukum, Tim NRA PPATK

bersama Tim NRA POLRI, Tim NRA Kejaksaan Agung, dan Tim Mahkamah Agung telah menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Sosialisasi dan Indepth Interview NRA Kepada Apgakum Daerah bertempat di 5 (lima) wilayah yang ditunjuk sebagai Region Leader sebagai berikut:

1) Region Kalimantan di Kalimantan Selatan (10-12 September 2014), 2) Region Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara di Bali (17-19 September 2014), 3) Region Maluku dan Papua di Maluku Utara (24-26 September 2014), 4) Region Sumatera di Sumatera Utara (1-3 Oktober 2014), dan 5) Region Sulawesi di Sulawesi Selatan (22-24 Oktober 2014).

e. Pembahasan internal Tim NRA PPATK terkait metodologi, parameter, dan rumusan kalkulasi data yang dilakukan secara paralel dengan pengolahan data atas kuesioner yang telah diterima secara bertahap oleh PPATK.

f. Koordinasi dengan OJK sebagai Lembaga Pengawas Pengatur Perbankan dan Industri Keuangan Non Bank untuk mendorong tingkat penerimaan hasil isian kuesioner NRA dari Pihak Pelapor, khususnya terkait dengan PJK yang berada dalam supervisi OJK, serta koordinasi dengan Instansi Penegak Hukum untuk mendorong tingkat penerimaan hasil isian kuesioner NRA dari Apgakum Daerah.

Sebagai kelanjutan dari progress yang telah dilakukan hingga saat ini, Tim NRA

PPATK bersama stakeholder terkait akan melakukan penyelesaian dokumen NRA TPPU pada Kuartal I/2015, serta melakukan diseminasi, sosialisasi, dan monitoring tindak lanjut rekomendasi NRA TPPU secara bertahap.

Page 103: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 95

PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR LEMBAGA

Sejak Januari 2003 sampai dengan Desember 2014, terdapat sebanyak 125 Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) yang telah ditandatangani oleh PPATK. Sejumlah 49 (empat puluh sembilan) diantaranya merupakan MoU dengan FIU luar negeri serta 76 (tujuh puluh enam) dengan lembaga/instansi dalam negeri. Khusus di wilayah ASEAN, masih ada 2 (dua) negara anggota ASEAN yang belum terikat MoU dengan PPATK, yaitu Kamboja dan Laos.

Tabel 33

Lembaga / Organisasi Domestik yang telah Memiliki MoU dengan PPATK No. Nama Lembaga / Organisasi Tempat Keterangan

Tahun 2003 1 Bank Indonesia Jakarta Diperbaharui tanggal 18

Maret 2010 2 Badan Pengawas Pasar Modal Jakarta 3 Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Diperbaharui tanggal 19

Oktober 4 Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Jakarta 5 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jakarta

Tahun 2004 6 Center for International Forestry Research Jakarta 7 Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta 8 Kepolisian Negara RI Jakarta Diperbaharui tanggal 18

April 9 Kejaksaan Agung RI Jakarta Diperbaharui tanggal 18

April Tahun 2005

10 Departemen Kehutanan Jakarta Tahun 2006

11 Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta Tahun 2007

12 Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan Jakarta 13 Komisi Yudisial Jakarta 14 Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Jakarta 15 Direktorat Jenderal Imigrasi Jakarta 16 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jakarta 17 Badan Narkotika Nasional Jakarta Diperbaharui tanggal 14

Oktober 18 Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Banda Aceh

Tahun 2008 19 Universitas Surabaya Jakarta 20 STIE Perbanas Surabaya Surabaya 21 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 22 Badan Pengawas Pemilu Jakarta Diperbaharui tanggal

7 Juli 2010 23 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Jakarta

Tahun 2009 24 Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 25 Badan Pertanahan Nasional Jakarta 26 Universitas Andalas Padang 27 Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Jakarta

Page 104: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 96

28 Universitas Hasanuddin Makassar 29 Institut Teknologi Bandung Bandung 30 Universitas Diponegoro Semarang 31 Lembaga Penjamin Simpanan Jakarta 32 Universitas Muhammadiyah Surakarta Solo 33 Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan Jakarta 34 Universitas Indonesia Jakarta 35 Universitas Jember Jakarta

Tahun 2010 36 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Jakarta 37 Universitas Padjajaran Bandung 38 Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta 39 Universitas Mataram Mataram 40 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 41 Sekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta

Tahun 2011 42 Kementerian Perhubungan Jakarta 43 Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jakarta 44 Universitas Pattimura Ambon 45 Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait

pendirian Pusat Kajian TPPU di UI) Jakarta

46 Ombudsman Jakarta 47 Universitas Sriwijaya Palembang 48 Universitas Udayana Denpasar 49 PT. Pertamina (Persero) Jakarta 50 Universitas Bina Nusantara Jakarta

Tahun 2012 51 Universitas Esa Unggul Jakarta 52 Universitas Sumatera Utara Jakarta 53 Universitas Airlangga Surabaya 54 Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 55 Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM Jakarta 56 Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 57 Universitas Cenderawasih Jayapura 58 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Surabaya 59 Satgas REDD Jakarta 60 NCB Interpol Indonesia Jakarta 61 Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Jakarta

Tahun 2013 62 Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Jakarta 63 LPSE Kementerian Keuangan Jakarta 64 Sisminbakukum DJ AHU Jakarta 65 Otoritas Jasa Keuangan Jakarta 66 Kementerian Perumahan Rakyat Jakarta 67 Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 68 RSUP Fatmawati Jakarta 69 Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Jakarta

Tahun 2014 70 Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Perjanjian

Kerjasama) Jakarta

71 Komisi Pemilihan Umum Jakarta

Page 105: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 97

72 KPU, Bawaslu, KPK, KIP (terkait Keputusan Bersama Pembentukan Gugus Tugas Pemilu 2014)

Jakarta

73 Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta 74 PT. Indonesia Power Jakarta 75. PT. PLN (Persero) Jakarta 76.

Tabel 34 FIU yang telah Memiliki MoU dengan PPATK

No. Negara (FIU) Tempat

Tahun 2003 1 Thailand Bangkok 2 Malaysia Malaysia 3 Korea Selatan Jakarta

Tahun 2004 4 Austria Bali 5 Filipina Brunei Darussalam 6 Rumania Bucharest

Tahun 2005 7 Belgia Jakarta

Brussels 8 Italia Roma 9 Polandia Washington 10 Spanyol Washington 11 Peru Sofia

Jakarta Tahun 2006

12 Republik Rakyat Tiongkok Jakarta 13 Meksiko Limassol – Siprus 14 Kanada Ottawa

Jakarta 15 Myanmar Jakarta 16 Afrika Selatan Jakarta

Pretoria 17 Kepulauan Cayman Grand Cayman 18 Jepang Jakarta

Tokyo Tahun 2007

19 Bermuda Bermuda 20 Mauritius Bermuda 21 Selandia Baru Jakarta 22 Turki Ankara

Jakarta 23 Finlandia Helsinki

Tahun 2008 24 Georgia Georgia 25 Kroasia Jakarta 26 Moldova Seoul 27 Amerika Serikat Jakarta

Washington 28 Brunei Darussalam Jakarta

Tahun 2009

Page 106: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 98

29 Bangladesh Jakarta 30 Senegal Jakarta 31 Sri Lanka Doha 32 Makau Brisbane 33 Kepulauan Fiji Brisbane

Tahun 2010 34 Kepulauan Solomon Wollonggong 35 Qatar Cartagena 36 Uni Emirat Arab Cartegena 37 Vietnam Jakarta

Tahun 2011 38 India New Delhi 39 Belanda Aruba 40 Luksemburg Yerevan – Armenia 41 Arab Saudi Yerevan – Armenia 42 Samoa Yerevan – Armenia

Tahun 2012 43 Ukraina Saint Petersburg 44 Rusia Saint Petersburg

Tahun 2013 45 Kazakstan Astana 46 Singapura Singapura

Jakarta Tahun 2014

47 Timor Leste Dili 48 Inggris London 49 Jordania Amman

Page 107: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 99

SOSIALISASI

Tabel 35 Sosialisasi PPATK kepada Masyarakat Tahun 2014

No. Target Sosialisasi Tempat Waktu Pelaksanaan 1 Mahasiswa Universitas Kristen Petra

Surabaya Auditorium Yunus Husein,

PPATK 11 Februari 2014

2 Siswa Pusat Pendidikan Reserse Kriminal (Pusdikreskrim) Polri

Auditorium Yunus Husein, PPATK

20 Februari 2014

3 Mahasiswa Universitas Bandar Lampung (UBL)

Auditorium Yunus Husein, PPATK

24 Februari 2014

4 Peserta Pameran “Kampung Hukum” Mahkamah Agung RI

Mahkamah Agung 26 Februari 2014

5 Aparat Penegak Hukum, Penyedia Jasa Keuangan. Akademisi, dan New Reporting Parties

Medan Maret 2014

6 Mahasiswa Universitas Pasundan Bandung

Auditorium Yunus Husein, PPATK

14 April 2014

7 Pejabat dan Staf Pegawai Kejaksaan Negeri Bandung

Auditorium Yunus Husein, PPATK

28 April 2014

8 Mahasiswa peserta Lomba Debat Mahasiswa Memperingati HUT PPATK (Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Surabaya)

Auditorium Yunus Husein, PPATK

29-30 April 2014

9 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta

Auditorium Yunus Husein, PPATK

Mei 2014

10 Peserta Pameran “Festival Media” Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

Surabaya 15-17 Mei 2014

11 Aparat Penegak Hukum, Penyedia Jasa Keuangan. Akademisi, dan New Reporting Parties

Jayapura 20-21 Mei 2014

12 Mahasiswa Program Kekhususan Hukum Pidana Universitas Pasundan Bandung

Auditorium Yunus Husein, PPATK

2 Juni 2014

13 Peserta Diklatpim IV Badan Pusat Statitstik (BPS) Gelombang I

Auditorium Yunus Husein, PPATK

Agustus 2014

14 Peserta Diklatpim IV Badan Pusat Statitstik (BPS) Gelombang II

Auditorium Yunus Husein, PPATK

Agustus 2014

15 Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Diponegoro

Auditorium Yunus Husein, PPATK

Oktober 2014

16 Peserta Pameran “Legal Expo” Kementerian Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM

31 Oktober 2014

17 Rekan-rekan pers di Jakarta Hotel Ibis Cawang 20 November 2014 18 Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Auditorium Yunus Husein, PPATK

November 2014

Page 108: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 100

DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI

1. Aplikasi International Fund Transfer Instruction Report (IFTI)

PPATK memberlakukan pelaporan transaksi keuangan transfer dari dan ke luar negeri (International Fund Transfer Instruction Report) dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia. Tujuan utama sistem ini adalah memberikan gambaran arti penting dari

IFTI dalam upaya pencegahan pencucian uang dan pendanaan terorisme. Indonesia sendiri adalah negara ketiga yang memberlakukan sistem IFTI setelah Australia dan Kanada. Oleh karena itu, PPATK memiliki peran penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia dan menjadi salah satu ujung tombak dalam rezim anti pencucian uang dan berada pada lini terdepan untuk memerangi aktivitas keuangan ilegal.

Laporan IFTI juga sangat berguna untuk menindak dana mafia narkoba dan kejahatan lainnya di jaringan internasional. Dalam momentum ini, PJK menjadi saringan dalam mendeteksi

adanya transaksi keuangan mencurigakan atau dugaan TPPU dari suatu transaksi keuangan yang dilakukan pengguna jasa.

PPATK sudah bisa melakukan pelayanan yang maksimal dalam memenuhi permintaan inquiry dari aparat penegak hukum selain itu adanya pengakuan dari Forum Komunikasi Direktorat Kepatuhan Perbankan (FKDKP) yang menyatakan bahwa aplikasi IFTI yang dibuat oleh PPATK saat ini sudah baik dan bisa memberikan kontribusi yang besar dalam

upaya membantu kinerja perbankan terkait pelaporan LTKT, LTKM, dan juga LTKL. Guna mendukung implementasi aplikasi ini PPATK melakukan penambahan bandwith yang semula 10 Mbps menjadi 20 Mbps serta penyediaan infrastruktur server khusus front end IFTI dan database server IFTI yang saat ini sudah memiliki kemampuan yang cukup tinggi.

2. Aplikasi Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT)

Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT) adalah merupakan suatu sistem

yang dibangun oleh PPATK untuk menerima dan mengolah data nasabah yang dimiliki oleh penyedia jasa keuangan. Saat ini data SIPESAT telah dipergunakan oleh PPATK dalam mempercepat proses analisis, pemeriksaan untuk menghasilkan LHA dan LHP. Dengan adanya aplikasi SIPESAT, maka PPATK dalam mencari identitas data nasabah tidak meminta kepada PJK secara manual. Performance pencarian data nasabah pada aplikasi SIPESAT untuk data saat ini sebanyak 175 juta data membutuhkan waktu kurang dari 5 detik.

Dalam rangka percepatan penyampaian dan menjaga keamanan data yang dikirimkan oleh PJK kepada PPATK, telah disediakan fasilitas email khusus yang terenkripsi (Secure Email Communication). Untuk mengelola data nasabah yang sangat besar, aplikasi SIPESAT dibangun dengan menggunakan konsep manajemen big data. Guna mendukung implementasi aplikasi SIPESAT, PPATK telah menyediakan infrastruktur server khusus aplikasi dan database server SIPESAT yang saat ini sudah memiliki kemampuan yang cukup tinggi.

Page 109: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 101

3. Aplikasi Pengaduan Masyarakat terkait TPPU

Aplikasi Pengaduan Masyarakat terkait TPPU adalah aplikasi berbasis web yang disediakan oleh PPATK dengan alamat https://wbs.ppatk.go.id atau melalui website PPATK (www.ppatk.go.id). Sistem ini memperhatikan unsur kerahasiaan pemberi informasi dan kepatutan laporan, dimana laporan yang disampaikan akan langsung dianalisa oleh unit kerja yang bertanggungjawab menganalisa laporan.

Aplikasi ini telah diluncurkan pada awal tahun 2014. Melalui aplikasi ini PPATK telah melakukan salah satu bagian dari e-Government, yaitu dimana PPATK sebagai lembaga

intelijen di bidang keuangan dirasa perlu membangun sebuah aplikasi yang ditujukan untuk masyarakat baik umum maupun di dalam lingkungan PPATK sendiri agar tidak hanya pelanggaran di luar saja yang dapat teratasi tetapi pelanggaran yang terjadi pada lingkungan internal juga dapat diatasi berdasarkan laporan masyarakat tersebut. Dengan adanya aplikasi ini dapat mempermudah masyarakat untuk melakukan pelaporan atas pelanggaran yang dicurigai atau sudah pasti terjadi, tanpa harus khawatir identitasnya diketahui oleh orang

lain.

4. Aplikasi Secure Online Communication (SOC)

Aplikasi ini merupakan aplikasi penghubung dengan aparat penegak hukum melalui jaringan khusus. Melalui aplikasi ini antara PPATK dan aparat penegak hukum dapat melakukan komunikasi secara interaktif, tercatat dan aman terkait inquiry, sehingga meminimalisir kebocoran informasi. Saat ini PPATK telah melakukan upgrading sistem aplikasi SOC dari semula 128 Kbps

menjadi 1 Mbps, sehingga dengan kapasitas tersebut jaringan SOC sudah dapat diakses hingga tingkat Polda dan Kejaksaan Tinggi (Kejati).

5. Aplikasi Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH)

Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional, menetapkan bahwa pemerintah, instansi pemerintah, dan institusi lainnya perlu membangun kerjasama dalam suatu jaringan dokumentasi dan informasi hukum nasional yang

terpadu dan terintegrasi. Oleh karena itu, PPATK sebagai anggota Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional, perlu membangun dan mengembangkan sistem jaringan dokumentasi hukum sehingga produk hukum berupa peraturan perundang-undangan atau produk hukum selain peraturan perundang-undangan yang meliputi namun tidak terbatas pada putusan pengadilan, yurisprudensi, monografi hukum, artikel majalah hukum, buku hukum, penelitian hukum, pengkajian hukum, naskah akademis dan rancangan peraturan perundang-

undangan dapat tertata dan terselenggara dengan baik dalam suatu jaringan yang terpadu dan terintegrasi.

Page 110: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 102

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum PPATK dimaksudkan untuk dapat

mempermudah pencarian dan penelusuran Peraturan Kepala PPATK dan produk hukum PPATK lainnya, sebagai media pemberian informasi hukum serta pembinaan hukum khususnya di lingkungan PPATK.

Berdasarkan Pasal 52 Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-07/1.01/PPATK/08/12 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPATK, pelaksanaan sistem jaringan dokumentasi hukum menjadi tugas Kelompok Legislasi pada Direktorat Hukum PPATK. Sebagai upaya konkrit dalam mengoptimalkan pengelolaan JDIH PPATK tersebut, telah ditetapkan Keputusan Kepala PPATK

Nomor: KEP-195/1.02/PPATK/08/2013 tentang Pembentukan Tim Pengelola Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum PPATK.

6. Aplikasi Secure Email Communication (SEC)

Secured Email Communication (SEC) adalah suatu media komunikasi melalui surat elektronik yang terenkripsi. Sistem SEC dilaksanakan dengan tujuan untuk mewujudkan

komunikasi melalui surat elektronik yang dapat menjamin keamanan informasi secara efektif dan efisien.

Pengguna SEC adalah PPATK dan pemangku kepentingan yang berkomunikasi dengan SEC. Pemangku kepentingan yaitu pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan PPATK termasuk lembaga pengawas pengatur, pihak pelapor, penegak hukum, dan instansi atau lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU atau tindak pidana lain terkait dengan TPPU. SEC dikelola oleh pegawai PPATK yang

ditugaskan untuk mengelola sistem SEC. Akun sistem SEC adalah identitas pengguna yang meliputi: username, password dan passphrase.

7. Aplikasi Gathering Report and Processing System (GRIPS)

Gathering Report and Processing System (GRIPS) merupakan aplikasi yang digunakan oleh PJK dan PBJ untuk melakukan pelaporan ke PPATK. Laporan-laporan yang dilaporkan ke PPATK melalui aplikasi GRIPS adalah:

1) Laporan yang dilaporkan adalah Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) 2) Laporan Transaksi (LT) 3) Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) 4) Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan ke luar Negeri (LTKL)

Page 111: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 103

Aplikasi tersebut diperoleh dengan cara registrasi terlebih dahulu ke PPATK melalui

website PPATK https://grips2.ppatk.go.id dan juga mengirimkan formulir registrasi (hardcopy), setelah di-approve PJK dan PBJ akan mendapatkan username dan password yang akan digunakan untuk mengunduh dan juga instalasi aplikasi GRIPS. Pada aplikasi GRIPS terdapat tiga petugas, yakni Pelapor, Administrator, dan juga Penghubung. Ketiganya memiliki tugas yang berbeda:

1) Petugas Pelapor adalah pejabat atau pegawai yang ditetapkan oleh PJK untuk melaporkan transaksi keuangan mencurigakan dan/atau transaksi keuangan tunai dan bertanggung

jawab atas kebenaran dan kelengkapan isi laporan serta ketepatan waktu penyampaian laporan kepada PPATK.

2) Petugas Penghubung adalah pejabat atau pegawai yang ditetapkan oleh PJK untuk melakukan komunikasi kepada PPATK dalam rangka mempercepat dan mempermudah penanganan transaksi keuangan mencurigakan dan/atau transaksi keuangan tunai yang telah dilaporkan kepada PPATK.

3) Petugas Administrator adalah pejabat atau pegawai yang ditetapkan oleh PJK untuk mengelola aplikasi beserta data pengguna aplikasi pengiriman laporan transaksi keuangan mencurigakan dan/atau transaksi keuangan tunai dan pengaturan alamat server pelaporan (uniform resource locator server) PPATK.

Saat ini aplikasi GRIPS yang terbaru adalah GRIPS versi 3.6.4, sehingga apabila ada

PJK dan PBJ yang menggunakan dibawah versi tersebut diharuskan melakukan update patch

agar laporan yang dikirimkan tidak mengalami masalah karena perbedaan versi GRIPS.

Page 112: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 104

KEUANGAN

Tabel 36 Realisasi Penyerapan Anggaran PPATK Tahun 2014

Unit / Subunit Pagu Dana Realisasi Sisa Dana Realisasi 01 Sekretariat Utama 52.421.385.000 50.267.249.869 2.154.135.131 94.03% 0101 Biro Umum 14.454.461.000 13.869.886.555 584.574.445 95.96% 0102 Biro Perencanaan dan Keuangan 35.116.561.000 33.838.860.640 1.277.700.360 96.36% 0103 Biro Sumber Daya Manusia dan

Organisasi Tata Laksana 2.850.363.000 2.558.502.674 291.860.326 89.76%

0 02 Deputi Pencegahan 4.086.406.000 3.948.652.402 137.753.598 96.77% 0201 Direktorat Pelaporan 859.295.000 823.771.087 35.523.913 95.87% 0202 Direktorat Pengawasan

Kepatuhan 1.038.030.000 1.020.585.318 17.444.682 98.32%

0203 Direktorat Hukum 2.189.081.000 2.104.295.997 84.785.003 96.13% 0 03 Deputi Pemberantasan 5.673.710.000 5.379.924.925 293.785.075 96.10% 0301 Direktorat Analisis Transaksi 654.493.000 638.709.512 15.783.488 97.59% 0302 Direktorat Pemeriksaan dan Riset 1.985.026.000 1.977.710.494 7.315.506 99.63% 0303 Direktorat Kerjasama dan Humas 3.034.191.000 2.763.504.919 270.686.081 91.08% 0 04 Pusat Teknologi Informasi 7.652.446.000 7.937.990.310 254.455.690 96.67% 05 Inspektorat 312.704.000 309.649.855 3.054.145 99.02%

JUMLAH 70.146.651.000 67.303.467.361 5.428.857.443 95.95%

Nilai AKIP PPATK

Akuntabilitas kinerja suatu Kementerian/Lembaga (K/L) diukur dari penggunaan sumber

daya yang disediakan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam

pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis suatu K/L yang sejalan

dengan pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Penilaian

akuntabilitas kinerja (Nilai AKIP) dilakukan melalui proses evaluasi terhadap penyelenggaraan

Sistem Akuntabilitas Kinerja pada suatu K/L yang dilaksanakan oleh Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB). Predikat AKIP yang diberikan oleh

Kementerian PAN dan RB, meliputi AA (Memuaskan), A (Sangat Baik), B (Baik), CC (Cukup

Baik), C (Agak Kurang), dan D (Kurang).

Nilai AKIP PPATK adalah nilai hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan dan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja di PPATK.

Page 113: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 105

Berdasarkan hasil evaluasi Tim Evaluasi SAKIP Kementerian PAN dan RB yang tercantum

dalam Surat Menteri PAN dan RB No.: B/2956/M.PANRB/08/2014 tanggal 4 Agustus 2014

perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, PPATK memperoleh nilai

AKIP dengan predikat B (Baik).

PPATK berhasil mempertahankan nilai AKIP pada predikat B (Baik) sama seperti

predikat yang diperoleh pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa PPATK selalu menjaga

sistem akuntabilitas kinerjanya dan selalu berupaya meningkatkan kualitas sistem akuntabilitas

kinerja pada tahun-tahun yang akan datang untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

bersih dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil.

Berikut diuraikan capaian kinerja PPATK tahun 2014, sebagai berikut:

Tabel 37 Capaian Kinerja PPATK Tahun 2014

No. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Satuan Tahun 2014

% Capaian

Target Realisasi

1 Jumlah LHA yang berindikasi TPPU dan tindak pidana lain.

LHA 120 435

363

2 Jumlah LHP yang berindikasi TPPU dan tindak pidana lain.

LHP 12 17 141,70

3 Jumlah issue strategis PPATK yang disampaikan kepada Komite TPPU.

Issue strategis

7 12 171,40

4 Jumlah rekomendasi PPATK yang disampaikan kepada pemerintah.

Rekomendasi 10 12 120

5 Jumlah pelapor aktif. Pelapor 650 951 146,31

6 Indeks kualitas laporan. Indeks 2,5 4,0 160

7 Indeks kepatuhan pelapor. Indeks 2,5 2,2 88

8 Jumlah pelapor yang diaudit per tahun.

Pelapor 90 96 106,67

9 Jumlah LHA yang dihasilkan. LHA 160 471 294

10 Indeks kualitas LHA. Indeks 3,0 3,28 109

11 Jumlah LHP yang dihasilkan. LHP 16 19 118,80

12 Indeks kualitas LHP. Indeks 4,0 3,49 87,30

Page 114: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 106

No. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Satuan Tahun 2014

% Capaian

Target Realisasi

13 Jumlah LHR yang dihasilkan. LHR 18 20 111,10

14 Indeks kualitas LHR. Indeks 4,0 3,3 82,50

15 Persentase LHA dan LHP yang ditindaklanjuti aparat penegak

hukum.

% 60 110,29 183,80

16 Efektivitas kerja sama dalam dan luar negeri

Indeks 3,5 3,83 109,33

17 Tingkat pemahaman aparat penegak hukum.

Indeks 3,5 2,0 57,14

18 Persentase pemenuhan layanan hukum.

% 80 100 125

19 Ketersediaan infrastruktur dan aplikasi TI PPATK.

% 80 83,33 104,17

20 Tingkat kepuasan layanan TI. Indeks 3,2 2,96 92,50

21 Persentase SDM PPATK yang kurang kompeten.

% 30 0 200

22 Ketersediaan SOP PPATK. % 80 90 113

23 Nilai AKIP PPATK. Indeks 4,0 4,0 100

24 Tingkat layanan operasional perkantoran.

Indeks 3,2 3,2 100

25 Opini BPK atas kewajaran pelaporan dan pengelolaan

keuangan PPATK.

Indeks 4,0 4,0 100

26 Tingkat penyerapan anggaran PPATK.

% 80 95,95 119,94

27 Persentase rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti.

% 80 75 94

28 Ketersediaan sarana dan prasarana PPATK.

% 100 111,97 111,97

Page 115: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 107

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

1. Reformasi Birokrasi

Di tahun 2014, PPATK telah secara nyata menunjukkan komitmen bersama untuk mengambil bagian dalam implementasi kebijakan nasional reformasi birokrasi di PPATK. Reformasi birokrasi bertujuan untuk mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang

baik dan untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas kepemerintahan dan pembangunan nasional.

PPATK telah menetapkan agenda quick wins yang akan dicapai di tahun 2014. Quick wins merupakan langkah inisiatif yang mudah dan cepat dicapai guna mengawali pelaksanaan program dalam reformasi birokrasi dilingkungan PPATK. Adapun program peningkatan kinerja yang akan dilakukan dalam jangka pendek terkait tugas dan fungsi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU, adalah:

1) Peningkatan Kualitas Layanan Bantuan Pelaporan; 2) Percepatan implementasi pelaporan LTKL ; 3) Peningkatan Ketepatan Waktu, Kejelasan dan Kesesuaian Informasi sesuai

Permintaan; dan 4) Peningkatan Ketepatan Informasi dan Kecepatan Penyampaian Hasil Pemeriksaan.

Program akselerasi Reformasi Birokrasi PPATK selama tahun 2014, dilaksanakan

melalui pengisian formulir Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) secara online sebagaimana dicanangkan oleh Kementerian Pendayagunaan SDM Aparatur dan Reformasi Birokrasi. Berdasarkan monitoring dan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi, PPATK memperoleh indeks 61,06 atau termasuk dalam kategori “B”. Nilai ini merupakan capaian yang baik mengingat tahun 2014 ini merupakan tahun pertama PPATK secara formal mengikrarkan diri untuk ber-Reformasi Birokrasi. Seiring dengan telah disusunnya Grand Design Road Map Reformasi Birokrasi PPATK selama 5 tahun, maka PPATK akan

berupaya keras untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan capaian program dan kegiatan perbaikan yang telah dicanangkan.

Page 116: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 108

56%17%

27%

Pegawai Tetap

Pegawai Dipekerjakan

Pegawai Kontrak

78, 24%

35, 11%

154, 46%

64, 19%

< D3 D3 S1 atau setara > S1

2. Sumber Daya Manusia

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran, PPATK digerakkan oleh Sumber Daya Manusia yang berjumlah 332 (tiga ratus tiga puluh dua) orang (data per 16 Juni 2014), yang berasal dari berbagai bidang keahlian dan kompetensi. Komposisi pegawai PPATK dapat dilihat sebagai berikut ini:

Berdasarkan Jenis Pegawai Berdasarkan Jenis Pendidikan

3. Peningkatan Kualitas Kepegawaian

Pelaksanaan Pengembangan SDM PPATK bertujuan untuk mencetak Sumber Daya Manusia Aparatur yang unggul, profesional, dan berintegritas tinggi. Hal ini searah dengan kebijakan pengembangan SDM Aparatur yang berbasis kompetensi. Beberapa upaya telah

dilakukan untuk menjamin kualitas dan kualifikasi Sumber Daya Manusia di lingkungan PPATK, diantaranya melalui penyelenggaraan program beasiswa pendidikan Master (S2), pendidikan dan pelatihan teknis substansi, bimbingan teknis, in-house training dan penyusunan Standar Kompetensi Teknis dan Tandar kompetensi Manajerial.

Langkah menuju pengembangan e-government pun mutlak dilakukan melalui pembangunan infrastruktur e-performance yang mendukung manajemen prestasi kerja pegawai secara terintegrasi, tepat dan akurat dan pembangunan Sistem Informasi Manajemen Pegawai

(SIMPEG), serta menerapkan penetapan kinerja individu yang selaras dengan kinerja organisasi melalui sistem informasi yang terintegrasi yanitu SIAPIK (Sistem Aplikasi Penilaian Kinerja Pegawai).

Page 117: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 109

4. Peningkatan Kualitas Kelembagaan

Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan layanan publik kepada masyarakat, PPATK senantiasa melakukan upaya implementasi program reformasi birokrasi diantaranya melalui peningkatan di bidang kelembagaan.

Upaya peningkatan kualitas kelembagaan dilakukan melalui kegiatan utama penyusunan kajian unit pendidikan dan pelatihan yang sinergi dengan pembentukan fungsi penelitian dan pengembangan rezim Anti Pencucian Uang, penajaman fungsi unit kerja yang telah ada di PPATK serta identifikasi tumpang tindih pelaksanaan tugas PPATK yang semakin kompleks.

Tujuan dari rencana pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme ini adalah meningkatkan efektivitas pembangunan rezim anti pencucian uang dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia.

Dengan telah ditetapkannya perubahan struktur organisasi PPATK di tahun 2012, berdampak pada perubahan nomenklatur jabatan dan struktur jabatan yang lebih kaya fungsi dan dinamis. Dengan semakin kayanya fungsi dari suatu jabatan yang ada di lingkungan PPATK,

akan berdampak pada penguatan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, serta penciptaan Sumber Daya Manusia yang kompetitif.

5. Peningkatan Kualitas Ketatalaksanaan

Peningkatan kualitas kelembagaan, harus diiringi dengan peningkatan ketatalaksanaan yang terpadu. Salah satu prioritas kegiatan reformasi birokrasi di bidang ketatalaksanaan yang telah dicapai adalah penyusunan analisis jabatan yang komprehensif, perhitungan beban kerja

yang akurat dan sesuai dengan ketentuan, pelaksanaan evaluasi jabatan yang menghasilkan grading jabatan yang tepat dan adil.

Pengembangan Standar Operasional Prosedur yang jelas dan lengkap di tahun 2014 akan ditindaklanjuti dengan pengesahan peta bisnis proses PPATK yang lebih tajam dilengkapi dengan standar pelayanan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan reformasi birokrasi.

Selain itu peningkatan ketatalaksanaan yang efektif dan efisien turut didukung dengan pengembangan e-government PPATK yang semakin terintegrasi. Tahun 2014 merupakan tahun

penciptaan modul-modul aplikasi lini unit kerja di lingkungan PPATK, diantaranya aplikasi penganggaran dan keuangan, penugasan, kearsipan, cuti/izin, database kepegawaian dan kinerja pegawai.

Page 118: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 110

UMUM

1. Ketatausahaan

Terkait urusan tata naskah dinas dan kearsipan, Bagian Ketatausahaan memiliki tugas yang sama dengan Unit Kearsipan, hal ini sesuai dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-20/1.01/PPATK/1l/13 tentang Unit Kearsipan Pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, dimana Unit Kearsipan PPATK merupakan unit kerja di lingkungan PPATK dan bersifat non struktural yang khusus menangani pengelolaan arsip di PPATK dan melekat pada unit kerja yang mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan. Dalam

melaksanakan tugas Unit Kearsipan, telah disusun beberapa peraturan terkait pengelolaan arsip di PPATK, antara lain:

1) Peraturan Kepala PPATK tentang Pedoman Tata Naskah Dinas, yang pada saat ini sedang dilakukan revisi mengingat adanya regulasi terbaru mengenai Pedoman Tata Naskah Dinas dari Arsip Nasional Republik Indonesia;

2) Peraturan Kepala PPATK Nomor : PER-03/1.01/PPATK/03/14 tentang Pola Klasifikasi

Arsip Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, yang telah ditetapkan pada tanggal 26

3) Maret 2014; 4) Draft Peraturan Kepala PPATK tentang Jadwal Retensi Arsip, yang sedang dalam proses

pengesahan oleh Kepala PPATK; dan 5) Draft Pedoman Pengelolaan Arsip, yang pada saat ini juga sedang dalam proses

pengesahan oleh Kepala PPATK.

Selain melaksanakan tugas Unit Kearsipan, Bagian Ketatausahaan juga menjalankan tugas Pejabat Pembuat Komitmen. Selama tahun 2014, Pejabat Pembuat Komitmen telah melakukan penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa sejumlah 125 kontrak dan telah menerbitkan sebanyak 1532 (seribu lima ratus tiga puluh dua) Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

2. Kerumahtanggaan

Terkait dengan tugas layanan di bidang kerumahtanggaan, dalam proses penerbitan Surat Tugas mulai Januari 2014 seluruhnya dilakukan dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Perjalanan Dinas (Simpadi) sehingga prosesnya menjadi lebih cepat dan efisien. Selama tahun 2014, telah diterbitkan Surat Tugas sebanyak 1163 (seribu seratus enam puluh tiga).

Page 119: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 111

3. Perlengkapan

Bagian Perlengkapan telah melaksanakan tugasnya dengan capaian kinerja antara lain:

1) Unit Layanan Pengadaan (ULP) Sesuai dengan Rencana Umum Pengadaan (RUP) Tahun 2014, selama tahun 2014, ULP telah melaksanakan lelang/seleksi sebanyak 16 (enam belas) paket, yang dilaksanakan secara e-procurement melalui Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE) Kementerian Keuangan RI, sehingga lebih transparan, efektif, efisien serta bebas KKN. Sedangkan total pengadaan langsung dengan melalui kontrak pengadaan berjumlah 86 (delapan puluh enam) kontrak.

2) Akuntansi Barang Milik Negara Dalam rangka melaksanakan fungsi akuntansi Barang Milik Negara, sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara (BMN) Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat, telah melakukan penyusutan untuk semua aset tetap. Dengan diimplementasikannya peraturan tersebut maka nilai aset tetap pada PPATK berkurang nilainya. Selain pengurangan nilai yang disebabkan oleh penyusutan tersebut, terdapat kenaikan yang disebabkan oleh kapitalisasi untuk barang modal dan pencatatan untuk aset lancar berupa barang persediaan. Selama

tahun 2014, nilai BMN yang tercatat pada Laporan Posisi Barang Milik Negara di Neraca senilai Rp179.253.573.266,-.

Page 120: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 112

Tabel 38 Laporan Posisi Barang Milik Negara di Neraca

Tahun Anggaran 2014 AKUN NERACA JUMLAH

KODE URAIAN

1 2 3

117111 Barang Konsumsi 825.119.273

117113 Bahan untuk Pemeliharaan 83.988.850

117114 Suku Cadang 84.069.690

117128 Barang Persediaan Lainnya untuk Dijual/Diserahkan ke Masyarakat 13.000.000

117131 Bahan Baku 15.679.160

117199 Persediaan Lainnya 94.463.930

131111 Tanah 80.978.000.000

132111 Peralatan dan Mesin 61.738.817.401

133111 Gedung dan Bangunan 78.200.528.957

134111 Jalan dan Jembatan 542.646.198

135111 Aset Tetap dalam Renovasi 0

135121 Aset Tetap Lainnya 246.874.097

136111 Konstruksi Dalam Pengerjaan 0

137111 Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin ( 46.781.223.279)

137211 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan ( 9.402.371.027)

137311 Akumulasi Penyusutan Jalan dan Jembatan ( 108.529.240)

137411 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya 0

137411 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya ( 22.552.500)

162151 Software 10.088.750.461

162191 Aset Tak Berwujud Lainnya 2.656.311.295

166112 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan 0

169122 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam

operasi

0

JUMLAH 179.253.573.266

Page 121: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 113

PENGAWASAN INTERNAL

1. Optimalisasi Fungsi Pengawasan Internal

Berdasarkan analisa terhadap potensi dan permasalahan yang ada, Inspektorat menetapkan tujuan yang sejalan dengan visi dan misi Inspektorat serta dengan mempertimbangkan kemampuan seluruh sumber daya yang ada. Untuk tujuan dari misi pertama adalah meningkatnya efektivitas pemberian jaminan keyakinan (assurance service) dan konsultasi (consulting service) pada seluruh entitas di PPATK.

Sasaran adalah penjabaran dari sesuatu atau kondisi yang akan dicapai atau dihasilkan

oleh Inspektorat dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulanan atau bulanan. Adapun sasaran dari tujuan pertama yang telah ditetapkan oleh Inspektorat adalah :

a. Meningkatnya kualitas tata kelola keuangan b. Meningkatanya efektivitas pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan c. Meningkatnya tanggapan terhadap pengawasan eksternal d. Meningkatnya efektivitas audit untuk tujuan tertentu.

Dalam pelaksanaan kegiatan Inspektorat, semua kegiatan pengawasan intern terhadap kinerja

dan keuangan pada unit kerja di lingkungan PPATK telah menggunakan tools audit artinya setiap kegiatan reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya dilengkapai program kerja audit, kertas kerja, dan laporan hasil pengawasan hal ini menunjukkan auditor intern dalam melaksanakan tugasnya sudah mengacu pada standar audit yang telah ditetapkan. Dari laporan hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan, berikut beberapa laporan hasil pengawasan yang dapat

disampaikan antara lain:

• Laporan Reviu Laporan Keuangan 2013 dan Semester I tahun 2014

Pada tahun 2014, konsentrasi kebijakan pengawasan intern di PPATK ditekankan pada pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance) khususnya pada pengelolaan keuangan negara yang ada di lingkungan PPATK. Dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan yang akuntabel, Inspektorat, sebagai unit kerja yang bertanggungjawab dalam pengawasan intern di lingkungan PPATK, telah menetapkan rencana reviu atas Laporan Keuangan PPATK dalam dua kali reviu yaitu untuk posisi 31

Desember 2013 dan Semester I tahun 2014. Berdasarkan hasil pengukuran dan pemantauan atas pelaksanaan reviu, pelaksanaan

reviu telah dilaksanakan 2(dua) kali dalam tahun 2014, sebagaimana direncanakan. Reviu tersebut dilakukan pada laporan keuangan PPATK Tahun 2013 dan hasil reviu yang dilakukan oleh Inspektorat menunjukan bahwa Laporan keuangan PPATK tahun 2013 yang disusun oleh Biro Perencanaan dan Keuangan telah memenuhi standar akuntansi

pemerintahan dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum lainnya sehingga menghasilkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Reviu juga telah dilakukan

Page 122: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 114

terhadap Laporan Keuangan PPATK Semester I tahun 2014 dan hasil reviu menunjukkan

bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

• Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP)

Pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi BPK tersebut wajib dilaksanakan oleh PPATK sebagai bentuk implementasi Good Governance PPATK dan dalam rangka mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK. Selain melakukan pemantauan dari hasil pemeriksaan BPK, Inspektorat juga melakukan pemantauan dari hasil pemeriksaan intern untuk memastikan rekomendasi yang telah dihasilkan dapat dilaksanakan agar terwujud good governance.

Dalam usaha untuk mencapai keempat sasaran yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan, salah satu indikator kinerja yang diukur adalah pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Telah dilakukan kegiatan pemantauan terhadap seluruh unit kerja terkait pelaksanaan rekomendasi yang merupakan tindak lanjut hasil pengawasan baik dari auditor eksternal maupun auditor internal dalam hal ini BPK dan Inspektorat. Hasil kegiatan ini disusun dalam 2 (dua) laporan yaitu Laporan Pemantauan

Tindak Lanjut Hasil Audit BPK dan Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Inspektorat.

Pada akhir Juni 2014, akan diselesaikan pelaporan terhadap kegiatan Pemantauan dan Penyampaian Laporan TIndak Lanjut terhadap Hasil Pemeriksaan BPK untuk periode 2013 untuk kategori temuan Kepatuhan dan Sistem Pengendalian Internal (SPI) dengan total 7(tujuh) Temuan Pemeriksaan dari BPK yang harus ditindaklanjuti. Untuk periode sebelumnya, dari 2010-2012, terdapat 5 (lima) temuan pemeriksaan yang harus ditindaklanjuti karena masih dikategorikan belum sesuai dengan rekomendasi yang diberikan

BPK.

Kegiatan pemantauan terhadap Hasil Audit Inspektorat masih berlangsung kegiatannya dan mencakup seluruh unit kerja.

• Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada unit organisasi

PPATK dan reviu terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja yang dihasilkan Unit Kerja Pada tahun 2014, Inspektorat telah menyelesaikan kegiatan Evaluasi terhadap Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan kegiatan reviu terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja Unit kerja. Laporan Evaluasi SAKIP dan reviu Laporan Akuntabilitas

Kinerja tersebut akan disampaikan kepada Menpan RB sebagai bentuk pertanggungjawaban Inspektorat dalam pelaksanaan evaluasi SAKIP dan reviu Laporan Kinerja pada unit organisasi di lingkungan PPATK.

Page 123: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 115

• Laporan Audit Kinerja pada unit organisasi PPATK

Selama tahun 2014, Inspektorat telah melaksanakan audit kinerja terhadap 5(lima) unit

kerja di tahun 2014 ini. Tujuan Audit Kinerja adalah untuk menilai efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja tersebut di atas dengan sasaran audit yang telah ditetapkan. Dari hasil pelaksanaan audit, secara umum pelaksanaan proses bisnis telah berjalan dengan baik karena proses bisnis telah didukung dengan sistem informasi manajemen pelaporan, analisis dan diseminasi yang menempatkan ketiga proses inti dalam satu alur kerja yang teratur. Namun dalam rangka peningkatan efektivitas dan efisiensi pelaksanaannya, telah diberikan Rekomendasi-rekomendasi kepada unit kerja yang diminta

untuk ditindaklanjuti.

• Laporan terhadap reviu pengadaan Aplikasi SIAPU-PPT

Inspektorat juga telah melaksanakan proses reviu terhadap pengadaan aplikasi SIAPU-PPT yang merupakan sistem informasi manajemen terhadap Laporan Transfer Dana yang telah ditetapkan menjadia kewajiban bagi Pihak Pelapor untuk menyampaikan dan diterima PPATK pada akhir tahun 2013.

• Monitoring efektivitas penggunaan aplikasi

Kegiatan monitoring yang dilakukan yang tercatat dalam Laporan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) dengan sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan monitoring ini adalah untuk memastikan efektivtias penggunaan/pemanfaatan sistem informasi aplikasi yang dimiliki PPATK dan tersebar di unit kerja.

2. Whistle Blowing System (WBS)

Sebagaimana tertuang dalan Surat Edaran Mahkamah Agung no 4 tahun 2011 tentang Perlakuan Terhadap Pelapor Tindak Pidana (Whistle Blower) dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator) di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu, definisi Whistleblower adalah pelapor tindak pidana yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana tertentu dan bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.

Sebagaimana telah dinyatakan juga di dalam Peraturan Kepala PPATK No PER-05/1.01/PPATL/04/09 tentang Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (WBS) , bahwa untuk mendorong partisipasi aktif pimpinan, pegawai dan pemangku kepentingan dalam upaya mencegah dan/atau mengungkap praktik atau tindakan yang bertentangan dengan good governance, diperlukan suatu sistem pelaporan pelanggaran (WBS) yang bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.

Dalam pelaksanaan good governance, transparansi merupakan salah satu faktor penting yang dapat memotivasi pimpinan, pegawai dan pemangku kepentingan untuk memberikan

Page 124: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 116

kontribusi yang bermanfaat bagi kepentingan organisasi maupun pemangku kepentingan. Sejak

tahun 2014 ini, pelaksanaan pengelolaan Sistem Pelaporan Pelanggaran (WBS) ini telah didukung dengan aplikasi sehingga akan memudahkan proses bisnis serta mendukung transparansi serta akuntabilitas pelaksanaannya.

3. Survei terkait Integritas

Dalam tahun 2014 juga akan meneruskan atau melanjutkan pelaksanaan survey untuk melihat pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK sebagaimana diamanatkan oleh UU No 8

Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, survey tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan memastikan kompetensi dan integritas dari auditor, analisis, dan pemeriksa PPATK dalam melakukan pelaksanaan kewenangan audit, analisis, dan pemeriksaan kepada pihak pelapor. Mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai :

1) Tingkat pemahaman Pihak Pelapor terhadap kewajiban pelaporan kepada PPATK sebagaimana diamanatkan dalam UU no 8 tahun 2010

2) Permasalahan yang dihadapi Pihak Pelapor dalam melaksanakan kewajiban pelaporan kepada PPATK tersebut

3) Tingkat kesiapan PPATK dan unit kerja terkait, sebagai pihak yang menerima pelaporan dari Pihak Pelapor tersebut

4) Kualitas layanan bantuan PPATK terhadap penyampaian kewajiban pelaporan PJK (Penyedia Jasa Keuangan) dan PBJ (Penyedia Barang dan Jasa)

5) persepsi tingkat kepuasan PJK dan PBJ atas Layanan bantuan PPATK terhadap

penyampaian kewajiban pelaporan PJK dan PBJ 6) Sesuai Perka 07/1.01/PPATK/08/12 tentang Ortaker, Inspektorat berfungsi untuk

melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja melalui kegiatan pengawasan lainnya. Dalam pelaksanaan kewajiban pelaporan ini, kinerja dari unit kerja terkait akan dapat dilihat/dinilai melalui hasil penilaian responden terhadap kecukupan dari :

• Pengoordinasian dan pelaksanaan registrasi pelaporan

• Penerimaan dan dokumentasi laporan, (e.g jumlah laporan yang disampaikan vs

laporan yg diterima)

• Penanganan dan tindak lanjut pengaduan permasalahan teknis pelaporan

• Regulasi, Peraturan Kepala, Pedoman yang mengatur tentang identifikasi laporan

serta teknis laporan

• Layanan bantuan terhadap permasalahan yang dihadapi terkait teknis pelaporan LTKM, LTKT, LTKL, LT

• Bimbingan teknis, sosialisasi, training/pelatihan, seminar yang dilakukan oleh PPATK

atau unit kerja terkait dalam memberikan informasi terkait kewajiban pelaporan ini

Page 125: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 117

Survei ini dilakukan dengan batasan sebagai berikut:

• Lingkup layanan bantuan meliputi kewajiban pelaporan LTKM, LTKT, LTKL dan LT.

• Periode survei adalah layanan bantuan yang diberikan PPATK untuk tahun 2013 dan 2014.

Pihak Pelapor meliputi:

• PJK Bank : seluruh bank

• PJK Non Bank : seluruh non bank yg sudah diaudit

• PBJ : yang sudah di audit, di wilayahnya sudah dilakukan sosialisasi, training, pelatihan, dan bimbingan teknis

Disamping itu, PJK merupakan pihak yang mendapatkan amanat untuk melaporkan

LTKM kepada PPATK sehingga dalam rezim anti pencucian uang PJK memiliki posisi sebagi salah satu ujung tombak pemberantasan TPPU. Bahwa PPATK, sebagai pihak yang menerima LTKM, harus memberikan pelayanan yang prima, baik apabila terdapat keluhan dalam input

pelaporan kedalam sistem SIAPUPPT maupun apabila melakukan konsultasi-konsultasi terkait dengan kewajiban pelaporan, penundaan transaksi dan hal lain terkait pelaksanaan dan penerapan UU.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut Inspektorat telah melakukan survei untuk mengetahui tingkat pemahaman kewajiban pelaporan oleh Pihak Pelapor yang terdiri dari PJK Bank, PJK Non Bank dan PBJ. Dalam survey ini juga diukur tingkat kepuasan atas

pelayanan bantuan dari pihak PPATK terkait kewajiban pelaporan yang dikenakan. Di tahun 2014 ini, Inspektorat telah melaksanakan program ini dengan memperluas

cakupan responden dengan penyesuaian jenis pertanyaan terhadap jenis laporan yang berbeda dan jenis pendekatan untuk pengawasan yang juga berbeda, disesuaikan dengan jenis respondennya. Dari hasil survey ini telah diberikan Rekomendasi yang dapat berguna bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kewenangan PPATK terutama dalam hal pelaksanaan kewajiban pelaporan dan pemberian kualitas layanan bantuan.

Page 126: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 118

4. Peningkatan Tata Kelola Inspektorat Tujuan dari misi kedua adalah mewujudkan good governance dalam pengelolaan

manajemen internal Inspektorat, dengan sasaran: a. Meningkatnya kapabilitas organisasi Inspektorat b. Meningkatnya kualitas tata kelola keuangan Inspektorat

Sampai dengan tahun 2014 ini, Inspektorat telah menyelesaikan seluruh SOP untuk proses bisnis yang bersifat makro dan telah menyerahkannnya ke Biro SDM Ortala. Untuk melengkapi SOP Makro tersebut, Inspektorat selalu melakukan updating dan melengkapi

perangkat SOP dengan Pedoman Teknis seperti Pedoman Kerja Audit (PKA) untuk tiap Unit Kerja, Kertas Kerja serta template laporan untuk tiap jenis penugasan.

Setiap awal tahun, Inspektorat juga selalu menetapkan arah kebijakan untuk 1 (satu) tahun ke depan melalui penetapan Kebijakan Pengawasan dan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) yang berisikan rencana kegiatan audit, obyek audit, waktu serta sumber daya yang diperlukan. Dengan adanya Kebijakan Pengawasan dan PKPT ini merupakan media

pengendalian yang baik untuk mengetahui capaian kinerja serta meningkatkan efisiensi serta efektivitas pelaksanaan pengawasan internal.

Sebagai tindak lanjut dari telah ditetapkan Kebijakan Pengawasan serta PKPT ini, pihak Inspektorat selalu melakukan pemantauan dan reviu terhadap pencapaian kinerja sesuai perencanaannya. Pemantauan dan reviu tersebut mencakup tidak hanya dari sisi output tapi juga dari sisi penyerapan anggaran. Terdapat mekanisme koordinasi yang real-time terkait penggunaan anggaran dengan pemberian akses terhadap aplikasi anggaran yang dikelola Biro

Perencanaan Keuangan sehingga dapat selalu dipantau tingkat penyerapan anggaran dari Inspektorat. Selain dari sisi penyerapan anggaran, setiap triwulan selalu disampaikan Laporan pencapaian output Inspektorat ke Biro Perencanaan Keuangan, sehingga secara periodik dapat diketahui progress dari pencapaian output Inspektorat.

Page 127: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 119

DAFTAR ISTILAH

AKIP Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Aksi PPK Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Apgakum Aparat Penegak Hukum AUSTRAC Australian Transaction Reports and Analysis Centre Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BBM Bahan Bakar Minyak Bawaslu Badan Pengawas Pemilihan Umum BI Bank Indonesia BK Bank Kustodian BMN Barang Milik Negara BNN Badan Narkotika Nasional BNPT Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BO Beneficial Owner BPHN Badan Pembangunan Hukum Nasional BPK Badan Pemeriksa Keuangan BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan CU Credit Union Dirjen AHU Kemenkumham

Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM

ESW Egmont Secure Web FATF Financial Action Task Force on Money Laundering FGD Focus Group Discussion FIU Financial Intelligence Unit FKDKP Forum Komunikasi Direktorat Kepatuhan Perbankan FSPB Financial Services Professional Board GRIPS Gathering Report Information System HA Hasil Analisis HP Hasil Pemeriksaan IAPI Institut Akuntan Publik Indonesia IFTI International Fund Transfer Instruction INI Ikatan Notaris Indonesia Inpres Instruksi Presiden ISIS Islamic State of Iraq and Syria K/L Kementerian / Lembaga Kemenag Kementerian Agama Kemendagri Kementerian Dalam Negeri Kemenhut Kementerian Kehutanan Kemenkeu Kementerian Keuangan Kemenkopolhukam

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Kemenkumham Kementerian Hukum dan HAM

Page 128: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 120

Kemenpan RB Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kemensos Kementeiran Sosial Kemlu Kementerian Luar Negeri KIP Komisi Informasi Pusat KKN Korupsi, Kolusi, Nepotisme KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan KPK Komisi Pemberantasan Korupsi KPKNL Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPPU Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPU Komisi Pemilihan Umum KSP Koperasi Simpan Pinjam KUPU Kegiatan Usaha Penerimaan Uang KY Komisi Yudisial KYC Know Your Customer LHKPN Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara LPP Lembaga Pengawas dan Pengatur LPS Lembaga Penjamin Simpanan LPSE Layanan Pengadaan Secara Elektronik LPUTB Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas LTKL Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri LTKM Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan LTKT Laporan Transaksi Keuangan Tunai MA Mahkamah Agung Mabes Polri Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia MAS Monetary Authority of Singapore MI Manajer Investasi NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia OJK Otoritas Jasa Keuangan PBJ Penyedia Barang dan/atau Jasa lainnya Pemilu Pemilihan Umum PEPs Politically Exposed Person Perpres Peraturan Presiden PJK Penyedia Jasa Keuangan PKA Pedoman Kerja Audit PKPT Program Kerja Pemeriksaan Tahunan PMN Prinsip Mengenal Nasabah PMPJ Prinsip Mengenal Pengguna Jasa PMPRB Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Polri Kepolisian Negara Republik Indonesia PNS Pegawai Negeri Sipil PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Prolegnas Program Legislasi Nasional RB Reformasi Birokrasi RPP Rancangan Peraturan Pemerintah

Page 129: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 121

RUU Rancangan Undang-undang SAKIP Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SDB Safe Deposit Box SDM Ortala Sumber Daya Manusia dan Organisasi Tata Laksana Setneg Sekretariat Negara SIAPIK Sistem Aplikasi Penilaian Kinerja Pegawai SIAPUPPT Sistem Informasi Anti Pencucian Uang dan Pembiayaan Pendanaan

Terorisme SIMPADI Sistem Informasi Perjalanan Dinas SIMPEG Sistem Informasi Manajemen Pegawai SIPESAT Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu SKB Surat Keputusan Bersama SKK Migas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi SOP Standar Operasional Prosedur SPP Surat Permintaan Pembayaran SPT Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak STRO Commercial Affairs Department and Suspicious Transaction Reporting Office

– Financial Intelligence Unit Singapore TLHP Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TPPT Tindak Pidana Pendanaan Terorisme TPPU Tindak Pidana Pencucian Uang Tupoksi Tugas Pokok dan Fungsi UP Unit Penyertaan UU Undang-undang UU TPPU Undang-undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang WBS Whistle Blowing System WNI Warga Negara Indonesia WTP Wajar Tanpa Pengecualian

Page 130: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 122

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Persentase Nilai Perdagangan Asing Periode Tahun 2010 s.d. 2014_____13 Tabel 2 Jumlah Laporan Transaksi yang Diterima PPATK Tahun 2014_____24 Tabel 3 Hasil Analisis terkait Transaksi Keuangan Mencurigakan Kepala Daerah Tahun

2014_____35

Tabel 4 Hasil Pemeriksaan terkait Transaksi Keuangan Mencurigakan Kepala Daerah Tahun 2014_____35

Tabel 5 Daftar Hambatan dan Rekomendasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi PPATK Tahun 2014_____44

Tabel 6 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik dan Jumlah LTKM yang Menjadi Dasar Analisis (terkait) Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 2003 s.d. Desember 2014_____51

Tabel 7 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2003 s.d. Desember 2004_____53

Tabel 8 Jumlah Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis Penyidik Januari 2003 s.d. Desember 2014_____55

Tabel 9 Jumlah HA yang Tidak Ditemukan Indikasi berkaitan dengan Tindak Pidana dan tidak disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 2003 s.d. Desember 2014 (HA database)_____57

Tabel 10 Jumlah HP Berdasarkan Tahun Penyampaian Januari 2011 s.d. Desember 2014_____58 Tabel 11 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) terkait dengan Pemberian Informasi sesuai denga

dengan Lembaga/Instansi) Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA Januari 2003 s.d. Desember 2014_____59

Tabel 12 Jumlah Permintaan Informasi (Inquiry) Pertahun Beserta Tindaklanjutnya_____62

Tabel 13 Jumlah Pertukaran Informasi Pertahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 2003 s.d. Desember 2014_____63

Tabel 14 Jumlah Pengaduan Masyarakat Yang Disampaikan Kepada PPATK Januari 2013 s.d. Desember 2014_____65

Tabel 15 Perbandingan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember 2014_____66

Tabel 16 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Domisili Kantor PJK Pelapor Kejadian Transaksi s.d. Desember 2014_____67

Tabel 17 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal s.d. Desember 2014_____68

Tabel 18 Perbandingan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember 2014_____70

Tabel 19 Perbandingan Jumlah LPUT Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Lokasi Pelaporan s.d. Desember 2014_____71

Tabel 20 Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 2006 s.d. Desember 2014_____72

Tabel 21 Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari PBJ Mei 2012 s.d. Desember 2014_____73

Tabel 22 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember 2014_____74

Tabel 23 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materiil Januari 2013 s.d. Desember 2014_____75

Tabel 24 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Transaksi yang

Page 131: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 123

Ditunda s.d. Desember 2014_____75 Tabel 25 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Nominal

Transaksi yang Ditunda s.d. Desember 2014_____76 Tabel 26 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Terlapor dan Jenis

Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan s.d. Desember 2014_____76 Tabel 27 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Kantor PJK

Pelapor Penundaan Transaksi s.d. Desember 2014____77 Tabel 28 Jumlah Pihak Pelapor yang telah Diaudit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor s.d. Desember

2014_____78 Tabel 29 Peraturan / Keputusan / Surat Edaran Kepala PPATK Tahun 2014_____79

Tabel 30 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU Menurut Propinsi Januari 2005 s.d. Desember 2014_____79

Tabel 31 Putusan Pengadilan terkait TPPU Menurut Tahun Putusan dan Hukuman Januari 2005 s.d. Desember 2014_____80

Tabel 32 Jumlah Permintaan Keterangan Ahli dari PPATK Berdasarkan Instansi Peminta Januari 2008 s.d. Desember 2014_____81

Tabel 33 Lembaga / Organisasi Domestik yang telah Memiliki MoU dengan PPATK_____95 Tabel 34 FIU yang telah Memiliki MoU dengan PPATK_____97

Tabel 35 Sosialisasi PPATK kepada Masyarakat Tahun 2014_____99 Tabel 36 Realisasi Penyerapan Anggaran PPATK Tahun 2014_____104 Tabel 37 Capaian Kinerja PPATK Tahun 2014 Tabel 38 Laporan Posisi Barang Milik Negara di Neraca Tahun Anggaran 2014

Page 132: LAPORAN TAHUNAN - ppatk.go.idppatk.go.id/files/LaporanTahunan20141.pdfSuccess Story 2014 ... yang membuat PPATK dipercaya sebagai Lembaga PilihanPublik

LAPORAN TAHUNAN 2014

PPATK 124

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Jumlah PJK di Pasar Modal s.d. November 2014_____13 Grafik 2 Jumlah Hasil Analisis (HA) yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan

Inisiasi pada Periode Tahun 2012, 2013, dan 2014_____52 Grafik 3 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal

Tahun 2012, 2013 dan 2014_____54 Grafik 4 Penyampaian Hasil Analisis (HA) kepada Penyidik pada Tahun 2012, 2013 dan 2003-

2014_____56 Grafik 5 Perbandingan Jumlah Hasil Analisis yang Disampaikan ke Penyidik dan Disimpan

dalam Database pada Tahun 2012, 2013 dan 2014_____57 Grafik 6 Perkembangan Jumlah HP, Jumlah PJK, dan Jumlah Rekening yang Diperiksa

Januari 2011 s.d. Desember 2014_____58 Grafik 7 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) Terkait dengan Pemberian Informasi sesuai denga

dengan Lembaga/Instansi Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA pada 2012, 2013 dan 2014_____61

Grafik 8 Tindak Lanjut Pemenuhan Permintaan Informasi Periode 2012, 2013, dan 2014__62 Grafik 9 Pertukaran Informasi PPATK dengan FIU Negara Lain Periode 2012, 2013, dan

2014_____64 Grafik 10 Perkembangan Rata-rata Penerimaan LTKM per Bulan Januari 2010 s.d. Desember

2014_____68

Grafik 11 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK per Bulan s.d. Desember 2014_____69

Grafik 12 Perkembangan Jumlah per Tahun dan Kumulatif LTKT Januari 2010 s.d. Desember 2014_____70

Grafik 13 Perkembangan Jumlah per Tahun dan Kumulatif LPUT Januari 2010 s.d. Desember 2014_____72

Grafik 14 Jumlah dan Persentase Kumulatif Transaksi dari PBJ Tahun 2014_____73

Grafik 15 Perbandingan Jumlah Pihak Pelapor yang telah Diaudit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 2005 s.d. Desember 2014_____78

Grafik 16 Perbandingan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2005 s.d. Desember 2014_____80

Grafik 17 Perkembangan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli kepada PPATK dan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU Januari 2008 s.d. Desember 2014_____81