laporan sistem informasi lahan (repaired)

44
Disusun Oleh: Dian, Novia, Nugraheni, TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN LAHAN Disusun Oleh: Dian Pratiwi M. L2D 308 004 Novia Sari R. L2D 308 013 Nugraheni L2D 308 014 Riandika Anggraeni L2D 308 018 Thomas Aditya N. L2D 308 024 SISTEM INFORMASI POTENSI BANJIR KOTA SEMARANG 0

Upload: irsyad-m-rifaie

Post on 10-Nov-2015

231 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

contoh laporan sistem informasi lahan perparkiran perencanaan wilayah dan kota

TRANSCRIPT

LATAR BELAKANG

SISTEM INFORMASI POTENSI BANJIR KOTA SEMARANGTUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN LAHAN

Disusun Oleh:Dian Pratiwi M.L2D 308 004Novia Sari R.L2D 308 013Nugraheni L2D 308 014Riandika Anggraeni L2D 308 018Thomas Aditya N. L2D 308 024

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO

2008SEMARANG

A. LATAR BELAKANGPerencanaan suatu kota merupakan proses berkelanjutan yang terorganisasi dan dilakukan dengan beberapa tahapan dalam perencanaan. Perencanaan adalah hal kompleks yang mencakup banyak kondisi dimana kondisi tersebut saling berhubungan dalam suatu ruang lingkup. Dalam melakukan perencanaan dan pembangunan suatu kota harus diperhatikan potensi dan kendala yang ada di kota tersebut. Potensi yang dimiliki suatu kota dapat berupa potensi terhadap bencana seperti banjir, rob, tanah longsor, erosi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini salah satu kegiatan dalam perencanaan adalah analsis rencana yang membutuhkan data dan informasi untuk diinterpretasikan. Data dan informasi yang baik dapat mendukung dalam perencanaan wilayah dan kota untuk mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan. Sehingga perencanaan pembangunan yang terstruktur membutuhkan suatu sistem informasi perencanan yang dapat menggambarkan dan menjelaskan seluruh proses perencanaan yang terstruktur dan sistematik. Sistem informasi dapat menampilkan konsep dan model kerja dalam suatu perencanaan.Oleh karena itu, dalam laporan ini akan dijabarkan mengenai pemetaan implikasi rencana tata ruang terhadap potensi bencana banjir, permodelan peta potensi rawan banjir, dan langkah-langkah dalam membangun peta potensi rawan banjir untuk mengetahui dimana saja daerah yang berpotensi banjir. Ruang lingkup wilayah yang diambil adalah Kota Semarang karena seperti yang diketahui Kota Semarang merupakan kota yang sering terkena banjir dan mempunyai potensi bencana banjir. Banyak sekali wilayah di Kota Semarang ini yang penempatannya belum tempat. Banyak wilayah yang seharusnya tidak menjadi lahan terbangun tetapi digunakan lahan permukiman karena tuntutan kebutuhan lahan permukiman yang semakin tinggi. Hal ini dilakukan agar di tahun-tahun ke depan masyarakat dapat mengantisipasi dalam memilih tempat tinggal, karena hingga kini masih banyak masyarakat yang tidak mempertimbangkan apakah daerah tempat tinggalnya cocok atau tidak untuk lahan terbangun. Padahal jika tidak cocok itu akan menimbulkan bencana (banjir), karena berkurangnya lahan resapan untuk air hujan.Untuk menunjang pembuatan laporan ini dibutuhkan beberapa data untuk pemetaan implikasi rencana tata ruang terhadap potensi bencana banjir di Kota Semarang, sebagai berikut: Data Curah Hujan Data Kelerengan Data Infiltrasi Data Jenis Tanah Data Vegetasi Penutup Data Daerah Aliran Sungai Data Daerah Genangan RTRWSemua data di atas akan di bangun dalam bentuk raster (build to raster) dengan menggunakan spasial analisyt, sehingga diperoleh masing-masing peta dari setiap data. Peta tersebut akan di overlay dengan peta-peta pendukung lainnya sehingga terbentuk peta potensi banjir di Kota Semarang. Semua data di atas diambil berdasarkan kriteria dan pengelompokan masing-masing dan dianalisis berdasarkan RTRW yang ada sehingga dapat diketahui implikasi rencana tata ruang terhadap potensi bencana banjir di Kota Semarang, apakah rencana tata ruang yang ada sesuai atau tidak sesuai berdasarkan daerah berpotensi bencana banjir agar perencanaan tata ruang dapat lebih baik dan aman dari bencana.Pembuatan permodelan bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah apa yang dilakukan dalam membangun peta daerah yang berpotensi banjir. Tiap tahap pembuatan peta akan di bahas kemudian. Hasil dari permodelan ini diharapkan nantinya akan membantu planner, instansi terkait, developer, atau mungkin masyarakat di dalam menentukan perencanaan yang tepat untuk tiap-tiap daerah. Mana yang seharusnya menjadi derah resapan, mana yang boleh menjasdi lahan terbangun, ataupun yang lain. Sudah waktunya kita menjadikan Kota Semarang ini jauh dari banjir. Maka dari itu semua diawali dari pemilihan daerah yang tepat untuk permukiman. Jangan asal membangun tanpa tahu dampak yang akan ditimbulkan ke depannya.

Gambar Diagram alir

Sistem Informasi PerencanaanTujuan dan SasaranKebutuhan DataKebutuhan Data:Data Curah HujanData KelerenganData InfiltrasiData Jenis TanahData Vegetasi PenutupData Daerah Aliran SungaiData Daerah GenanganRTRWAlat AnalisisModel KerjaAnalisis:Daerah Potensi BanjirImplikasi Rencana Tata Ruang terhadap Potensi Banjir Model InformasiModel Sistem InformasiModel AplikasiSistem InformasiModel Data GISSumber: Hasil Analisis, 2008

B. PROSES PEMBENTUKAN SISTEM INFORMASIAdapun pendekatan pembentukan sistem adalah sesuai dengan pembentukan sistem informasi secara umum. Pembentukan sistem informasi tersebut runtut dapat dijelaskan sebagai berikut : Identifikasi proses kerja user, dalam hal ini adalah BAPPEDA Kota Semarang. Dengan demikian dapat diidentifikasi kegiatan ideal yang seharusnya dilaksanakan, serta kondisi real yang terjadi sehari-hari. Identifikasi proses kerja ini juga diperkaya dengan mendapat masukan dari teori-teori mengenai pengelolaan ruang. Hal ini terutama untuk menunjang proses-proses analisis ruang yang seharusnya dilaksanakan dalam pembangunan, namun belum memiliki acuan proses kerja yang memadai. Sebagai hasil akhir dari sub tahap ini disusun suatu Model Proses Kerja, yang akan mendasari/acuan pembentukan Model Sistem Informasi. Dari model proses kerja, kemudian diturunkan informasi-informasi berkaitan dengan potensi bencana banjir dan penataaan ruang yang dibutuhkan untuk menunjang proses kerja tersebut. Dari setiap analisis data potensi bencana banjir ini disusun daftar kebutuhan informasi berikut kriterianya masing-masing, kemudian digabung dengan tahap-tahap kerja yang juga diidentifikasi dari model proses kerja, selanjutnya mendasari rancangan Sistem Data Base. Sistem Manajemen Data Base (Data Base Mangement System DBMS) dibuat berdasarkan rancangan data base serta bagaimana data base tersebut dimanfaatkan. Hal ini kemudian menjadi dasar membentuk software user interface berupa menu dan tampilan yang dihadapi oleh pengguna. Hasil akhir Model Sistem Informasi Potensi Bencana Banjir merupakan gabungan dari database keruangan, serta software user interface. Informasi Potensi Bencana Banjir ini digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan tata ruang wilayah atau kota. Model ini yang kemudian dimanfaatkan oleh user yaitu Bappeda Kabupaten dan pihak lain seperti DPU yang berkompeten untuk menunjang aktivitas pembangunan ruang wilayah.

Gambar Proses Penyusunan Sistem Informasi Perencanaan

Analisis kebutuhansistem & IdntifikasiAktivitas penggunaanIdentifikasi Elemen KunciIdentifikasiKetersediaan Sumberdaya pendukungPengumpulan dataYg terkait denganpengguna dan sistemUmpan BalikPenyusunanKonsep Sistem DatabaseAnalisisPenunjang ProsesKerjaPengembanganDBMSPengembangan &Penyediaan perangkatKeras & lunakAPLIKASI MODELDALAMAKTIVITAS PENGGUNASumber: Hasil Analisis, 2008

Gambar Proses Penyusunan Sistem Informasi Potensi Bencana Banjir

Aktivitas Pembangunan Ruang KabupatenPengguna : BAPPEDAInstansi/Dinas LainKebutuhan User (BAPPEDA)Landasan Normatif dan Teori bencanaBanjirKegiatan operasional penggunaIdentifikasi Sistematika pekerjaanModel Proses KerjaIdentifikasi Tahap-tahap kerjaIdentifikasikebutuhan informasi tata ruangRancangan Sistem Data BaseSistem Informasi Tata Ruang Wilayah Kabupatan Kebutuhan Informasi tata ruangManajemen sistem databaseIdentifikasi cara pemanfaatan InformasiRancangan User InterfaceSumber: Hasil Analisis, 2008

Sistem Informasi Potensi BanjirKota Semarang

8

Disusun Oleh:Dian, Novia, Nugraheni, Ria, Thomas

GAMBAR MODEL SISTEM INFORMASI PERENCANAAN:

Peta InfiltrasiCurah hujanKelerenganJenis tanahInfiltrasiDaerah aliran sungai(DAS)Daerah GenanganBuild to rasterBuild to rasterBuild to rasterBuild to rasterBuild to rasterBufferPetaCurah hujanPeta KelerenganPeta Jenis tanahPeta PotensiBanjirOverlayPeta Daerah aliran sungai (DAS)Peta Daerah GenanganOverlayPeta Lokasi BanjirOverlayPeta LokasiPotensi Bencana BanjirProsesOutputKeterangan:InputSumber: Hasil Analisis, 2008LOKASI POTENSI BENCANA BANJIR

C. KRITERIA INPUT1. Curah HujanInformasi yang ditampilkan umumnya berupa deliniasi rata-rata curah hujan tahunan. Range tersebut menunjukkan tentang tingkat curah hujan tersebut, apakah rendah, sedang, atau tinggi. Berdasarkan informasi yang ada dalam RTRW Kota Semarang, data mengenai curah hujan ditunjukkan dengan rata-rata curah hujan dalam satuan mm per tahun sama untuk semua wilayah di Kota Semarang. Dengan demikian atibut tersebut dimasukkan per kecamatan yang ada di wilayah studi dengan rata-rata curah hujan sama.Tabel Kelas Curah Hujan Harian Rata-rata dan Nilai SkorNo KelasInterval (mm/hari)DeskripsiSkor

1I0-13,6Sangat rendah10

2II13,6-20,7Rendah20

3III20,7-27,7Sedang30

4IV27,7-34,8Tinggi40

5V>34,8Sangat tinggi50

SuSumber : SK Menteri Kehutanan No.873/UM/II/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir. Data curah hujan menunjukkan maksimum kenaikan debit puncak antara 2-3 kali. Dalam analisis, curah hujan tidak mempengaruhi terhadap potensi bencana banjir di Kota Semarang karena curah hujan rata-rata sama untuk setiap kecamatan di Kota Semarang yaitu 183,5 mm/hari.2. KelerenganInformasi ini dihasilkan dengan melakukan deliniasi dari peta topografi dengan mengidentifikasi tingkat kerapatannya. Suatu kawasan akan memiliki kelerengan yang curam jika konturnya rapat, dan sebaliknya. Peta kelerengan berupa kawasan yang dibagi empat kelas kelerengan, yaitu 0-2%, 2-15%, 15-40%, dan >40%.

Tabel Kelas Lereng dan Nilai SkorNoKelasLereng (%)DeskripsiSkor

1I0-8Datar20

2II8-15Landai40

3III15-25Agak curam60

4IV25-45Curam80

5V>45Sangat curam100

Sumber : SK Menteri Kehutanan No.873/UM/II/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981 Kawasan dengan sifat kelerengan : 0-15 % : termasuk kawasan layak bangunan 15-45 % : termasuk kawasan budidaya 45 % : termasuk kawasan konservasi atau serapan

Tabel Kriteria Kelerengan Terhadap Potensi Bencana BanjirKelerenganKeterangan

0-8%Yes

> 8%No

Sumber: Hasil Analisis, 2008Keterangan:No : tidak potensi bencana banjirYes : potensi bencana banjir3. Jenis TanahAtribut yang ada di dalam informasi ini merupakan acuan untuk menentukan kesesuaian lahan. Jenis-jenis tanah tertentu sangat cocok untuk pertanian atau fungsi-fungsi lahan lainnya. Atribut jenis tanah yang ditampilkan sangat banyak sekali sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diantaranya adalah alluvial, grumosol, andosol, litosol, podsolik, dan regosol yang kemudian lebih didetilkan lagi.

Tabel Kelas Tanah Menurut Kepekaan Erosi dan Nilai SkorNoKelasJenis TanahDeskripsiSkor

1IAlluvial, Tanah Gley, Planosol, Hidromorf, kelabu, laterit air tanahTidak peka15

2IILatosolKurang peka30

3IIIBrown forest, nonn caltic brown, mediteraniaPeka45

4IVAndesol, lateric, grumosol, podsol, podsoticpeka60

5VRebosol, litosol, organosol, renzinaSangat peka75

Sumber : SK Menteri Kehutanan No.873/UM/II/1980 dan No.683/KPTS/UM/1981Tabel Kriteria Jenis Tanah Terhadap Potensi Bencana BanjirJenis TanahKeterangan

Tidak PekaYes

PekaNo

Sumber: Hasil Analisis, 2008Keterangan:No : tidak potensi bencana banjirYes : potensi bencana banjir4. InfiltrasiAir yang diterima pada permukaan bumi, jika permukaannya tidak kedap air, dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya gravitasi dan kapiler dalam suatu aliran, hal ini disebut infiltrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Infiltrasi merupakan perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah. Atribut yang ada dalam informasi adalah sebagai berikut:Tabel Kriteria Infiltrasi Terhadap Potensi Bencana BanjirInfiltrasiKeterangan

Tinggi dan MenengahNo

RendahYes

Sumber: Hasil Analisis, 2008

Keterangan:No : tidak potensi bencana banjirYes : potensi bencana banjir

5. Daerah Aliran SungaiData mengenai jaringan sungai / Daerah Aliran Sungai (DAS) digunakan untuk memetakan pemanfaatan lahan bersama dengan peta daerah rawan bencana dan peta arahan fungsi kawasan. Data mengenai Daerah Aliran Sungai diperoleh dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang dalam bentuk Peta kemudian diolah melalui software ArcView dengan metode buffer dimana merupakan kriteria bahwa lahan yang akan dimanfaatkan harus berada minimal 500 meter dari kiri kanan sungai. Tabel Kriteria DAS Terhadap Potensi Bencana BanjirDASKeterangan

500 meterYes

> 500 meterNo

Sumber: Hasil Analisis, 2008Keterangan:No : tidak potensi bencana banjirYes : potensi bencana banjir

6. Daerah GenanganAtribut yang ada di dalam informasi ini merupakan acuan untuk menentukan daerah genangan air di Kota Semarang. Atribut yang ditampilkan berupa tinggi genangan dan lokasi nya. Tinggi genangan tersebut menunjukkan tentang tingkat potensi terhadap rawan bencana banjir, apakah rendah, sedang, atau tinggi. Tabel Kriteria Genangan Terhadap Potensi Bencana BanjirGenanganKeterangan

GenanganYes

Non GenanganNo

Sumber: Hasil Analisis, 2008

Keterangan:No : tidak potensi bencana banjirYes : potensi bencana banjir

7. Potensi Bencana BanjirInformasi ini dihasilkan dengan melakukan kriteria-kriteria tentang potensi banjir dengan mengetahui faktor-faktor yang mem pengaruhi seperti kelerangan, curah hujan, jenis tanah, infiltrasi, aliran sungai dan daerah genangan yang akan dijelaskan pada tabel dibawah.Tabel Kriteria Potensi Bencana BanjirFaktor-faktorKriteria

KelerenganDatar ( 0-8 % )

Jenis tanahTidak peka (Alluvial, Tanah Gley, Planosol, Hidromorf, kelabu, laterit air tanah)

Curah HujanTinggi ( 27,7-34,8 mm/hari )

InfiltrasiRendah

Aliran sungai500 meter dari kiri kanan sungai

Daerah genanganGenangan

Sumber: Hasil Analisis, 2008

Peta potensi bencana banjir digunakan untuk acuan dalam menentukan rencana tata ruang di wilayh/kota agar lahan yang akan dibangun harus bebas dari bencana dan aman untuk dibuka aktivitas di atas lahan tersebut.

Gambar Kriteria Dasar Potensi Bencana Banjir

Input PetaKriteriaInformasiOutputGenanganDatar ( 0-8 % )Jenis TanahKelerenganPeta PotensiBencana BanjirKelerenganCurah HujanAliran SungaiTinggi ( 27,7-34,8 mm/hari )Tidak peka (Alluvial, Tanah Gley, Planosol, Hidromorf, kelabu, laterit air tanah)500 meter dari kiri kanan sungaiRendahInfiltrasiJenis TanahDaerah Aliran Sungai (DAS)DaerahGenanganGenanganCurah HujanInfiltrasiBatas Kecamatan

Sumber: Hasil Analisis, 2008

D. TAHAP-TAHAP PENENTUAN LOKASI POTENSI BENCANA BANJIR 1. Mengidentifikasi data-data yang dibutuhkan dalam membantu penentuan lokasi potensi bencana banjir di Kota Semarang. Data yang dibutuhkan yaitu : Data Curah Hujan Data Kelerengan Data Infiltrasi Data Jenis Tanah Data Daerah Aliran Sungai Data Daerah Genangan RTRW, berupa data tata guna lahanData-data diatas di jadikan sebagai database pada GIS (Geographic Informarion System) dalam software arc info dengan cara:a) Pembuatan Label AtributPembuatan label atribut pada dasarnya bertujuan untuk mengklasifikasikan data yang akan dimasukkan. Data atribut yang disikan untuk data grafis dapat berupa character, number, date maupun standar data atribut lainnya seperti yang dimiliki standar data dari dbase. Perintah yang dipakai untuk membuat label pada data grafis adalah createla (create label). Dengan melakukan perintah createla, maka secara otomatis akan terbentuk label atau alamat bagi data atribut pada data grafis. Setelah label terisikan, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa apakah label yang diisikan masih memiiliki kesalahan. b) Penambahan AtributKegiatan penambahan atribut merupakan kegiatan lanjutan dari pembuatan label atribut. Kegiatan penambahan atribut ini bertujuan untuk mendefinisikan atribut-atribut informasi yang akan dimasukkan sebagai informasi spatial sehingga informasi tersebut mudah dibaca dan dimengerti. Data atribut yang akan diisikan pada data grafis harus terbentuk dalam bentuk tabel atribut. c) Pengisian Atribut (ArcPlot)Kegiatan pengisian atribut merupakan proses terakhir dari pembentukan data base digital melalui entry data sesuai dengan data grafis yang ada (Poligon atau arc). Dalam pengisian atribut ini, dapat dilakukan hal-hal yang berhubungan dengan pengisian data baru dan meng-up date data lama. Perintah yang dipakai untuk mengisi data atribut dalam data grafis yang telah dibuat adalah forms coverage poly/line.d) Penggabungan Data (Joinitem)Data atribut (database) yang ada pada tiap coverage dapat digabungkan dengan data lain yang tidak memiliki data spatial (tidak dibuat di ArcInfo). Data tersebut bisa Anda buat pada program MS Access bahkan juga di MS Excel.e) Penyimpanan DatabaseGambar Penyimpanan database Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008Masing-masing databasenya dapat dilihat pada tabel pada lampiran.2. Untuk kelerengan, jenis tanah, curah hujan, infiltrasi, dan daerah genangan, dilakukan anlisa spasial (spasial analyst) dengan raster based (build to raster) sehingga terbentuklah:

Peta Curah HujanGambar Peta Curah Hujan Sumber: Hasil Analisis, 2008

Gambar Raster Curah Hujan Sumber: Hasil Analisis, 2008

Peta KelerenganGambar Peta Kelerengan Sumber: Hasil Analisis, 2008

Gambar Raster Kelerengan Sumber: Hasil Analisis, 2008

Peta InfiltrasiGambar Peta Infiltrasi Sumber: Hasil Analisis, 2008

Gambar Raster Infiltrasi Sumber: Hasil Analisis, 2008

Peta Jenis TanahGambar Peta Jenis Tanah Sumber: Hasil Analisis, 2008

Gambar Raster Jenis Tanah Sumber: Hasil Analisis, 2008

Peta Daerah GenanganGambar Peta Daerah Genangan Sumber: Hasil Analisis, 2008

Gambar Raster Daerah GenanganSumber: Hasil Analisis, 2008

3. Untuk daerah aliran sungai (DAS) dilakukan Buffer. Buffer adalah salah satu fasilitas pada perangkat lunak GIS yang memungkinkan kita membuat suatu batasan area tertentu dari obyek yang kita inginkan. Untuk menentukan batasan area dibuat 500 meter dari kiri kanan sungai. Langkah pengerjaan: a) Tampilkan peta aliran sungai pada layar arc view Gambar Peta Daerah Aliran Sungai Sumber: Hasil Analisis, 2008b) Pastikan map unit dan distance unit aktif.c) Pada Menu Theme pilih Create Buffer, lalu ikuti petunjuk yang ada.Gambar Mengaktifkan Create Buffer

Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008

d) Mendefinsikan theme yang akan dibufferGambar Tampilan Create Buffer Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008

e) Menentukan jarak buffer, yaitu 500 meterGambar Tampilan Menu Jarak Buffer

Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008

f) Hasil akhir proses buffer, yaitu peta daerah aliran sungai (DAS)Gambar Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumber: Hasil Analisis, 2008

Gambar Raster Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumber: Hasil Analisis, 2008

4. Mempersiapkan dan Menampilkan Peta dalam ArcView GISLangkah pengerjaan:a) Untuk menampilkan peta yang sudah dibuat sebelumnya, klik 2 pada menu pilihan View pada project window.

Tekan New untuk memulai projectPastikan menu Views telah terpilihGambar Tampilan untuk Membuat Project BaruSumber: Modul Praktikum SIP, 2008b) Kemudian pada deret Button pilih ikon Add Theme (lihat gambar samping). Perintah ini dimaksudkan untuk menambahkan coverage (peta tematik) kedalam tampilan yang selanjutnya akan diberi nama (secara otomatis) View1.Gambar Menambahkan tema (coverage pada View)

Klik Add Theme (untuk menampilkan peta ke dalam View)Layar tampilan (View)

Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008c) Setelah itu muncul kotak dialog yang meminta untuk menunjukkan lokasi dan jenis data yang akan ditambah kedalam view. (lihat Gambar 13)

Pilih Nama Coverage yang sudah dibuat pada ArcInfoKlik disini untuk memilih direktoriPilih direktori Klik OK untuk menampilkan dataGambar Memilih Coverage untuk Ditampilkan Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008d) Tampilan coverage

5. Melakukan Overlay Peta Overlay peta curah hujan, peta kelerengan, peta jenis tanah, dan peta infiltrasi.Langkah pengerjaan:a) Aktifkan menu Geo Processing Wizard pada extensionGambar Pilihan menu Geo Processing Wizard

.

Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008

b) Pilih geoprocessingGambar Menu Extention

Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008c) Tampilkan gambar yang akan dioverlay, yaitu peta curah hujan, peta kelerengan, dan peta jenis tanah.d) Pada menu View pilih Geoprocessing Wizard, kemudian pilih union two themes, selanjutnya ikuti petunjuk yang ada.Gambar GeoProcessing Wizard

Sumber: Modul Praktikum SIP, 2008

e) Overlay peta curah hujan dengan peta kelerenganf) Overlay lagi peta diatas dengan peta jenis tanahg) Hasil overlay peta curah hujan, kelerengan, dan jenis tanah di overlay lagi dengan peta infiltrasi, hasilnya yaitu peta potensi Banjir.

Gambar Peta Potensi Banjir Sumber: Hasil Analisis, 2008 Overlay peta daerah aliran sungai (DAS) dan peta daerah genanganLangkah Pengerjaan: Sama dengan diatas hanya peta yang di overlaykan berbeda. Overlay peta daerah aliran sungai (DAS) dan peta daerah genangan hasilnya yaitu peta lokasi genangan, untuk mengetahui daerah banjir di Kota Semarang.Gambar Peta Lokasi BanjirSumber: Hasil Analisis, 2008

Overlay peta potensi banjir dan peta lokasi banjirLangkah Pengerjaan: Sama dengan diatas hanya peta yang di overlaykan berbeda. Tujuan dari overlay peta potensi banjir dan peta lokasi banjir yaitu untuk mengetahui lokasi potensi bencana banjir di Kota Semarang. Gambar Peta Lokasi Potensi Bencana BanjirSumber: Hasil Analisis, 2008

GAMBAR MODEL SISTEM INFORMASI:IMPLIKASI RTR TERHADAP POTENSI BENCANA BANJIR

Peta Potensi Bencana BanjirRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Build to RasterPeta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Mengetahui rencanatata guna lahanPemetaan Implikasi RTRW Terhadap Potensi Bencana BanjirKeterangan:InputProsesInput dan OutputOutput OverlayKesesuaian

Sumber: Hasil Analisis, 2008E. TAHAP-TAHAP PENGERJAAN1. Identifikasi data mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang sehingga mengetahui rencana tata guna lahan per Kecamatan. 2. Data tersebut di jadikan sebagai database pada GIS (Geographic Informarion System) dalam software arc info. Data atribut yang dihasilkan yaitu penggunaan lahan perkecamatan. 3. (Langkahnya sudah dijelaskan sebelumnya pada tahap-tahap penentuan lokasi banjir diatas).4. Melakukan anlisa spasial (spasial analyst) dengan raster based (build to raster) sehingga terbentuklah Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam bentuk raster.Gambar Peta RTRWSumber: Hasil Analisis, 20085. Melakukan overlay kesesuaianOverlay kesesuaian peta RTRW dengan peta potensi bencana banjir bertujuan untuk mengetahui implikasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang ada terhadap potensi bencana banjir di Kota Semarang, apakah rencana yang dibuat sesuai atau tidak, sehingga lahan yang akan digunakan aman dari bencana banjir.F. ANALISIS IMPLIKASI RENCANA TATA RUANG TERHADAP POTENSI BENCANA BANJIRDari peta lokasi potensi bencana banjir dapat diketahui bahwa terdapat sebagian daerah kecamatan yang berpotensi terhadap bencana banjir, sebagai berikut: Kecamatan Semarang Barat Kecamatan Semarang Utara Kecamatan Semarang Timur Kecamatan Gayamsari Kecamatn Pedurungan Kecamatan GenukSetelah melakukan overlay kesesuaian dari peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Semarang dan peta potensi bencana banjir, diketahui bahwa rencana tata ruang yang ada belum sesuai karena masih terdapat beberapa kawasan perencanaan pada kecamatan yang seharusnya aman dari bencana banjir namun berpotensi terhadap bencana banjir, sebagai berikut: Kecamatan Semarang BaratMeliputi kawasan permukiman Kecamatan Semarang UtaraMeliputi kawasan permukiman Kecamatan Semarang TimurMeliputi kawasan perdagangan dan pergudangan Kecamatan GayamsariMeliputi kawasan permukiman Kecamatn PedurunganMeliputi Kawasan permukiman Kecamatan GenukMeliputi kawasan pendidikan, kawasan industri dan kawasan permukimanSehingga rencana tata ruang yang ada tidak dapat diimplementasikan karena masih terdapat beberapa kawasan yang berpotensi terhadap bencana banjir. Untuk itu perlu dilakukan rekomendasi lagi agar perencanaan kawasan yang ada aman dari bencana banjir dan tidak berpotensi terhadap bencana banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan Tahun 2006/2007. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, UNDIP, Semarang.

Prahasta, E., 2002. Sistem Informasi Geografis (Konsep-Konsep Dasar), Bandung: CV. Informatika.

SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/1/1980 dan Nomor 583/KPTS/UM/8/1981 tentang Deskripsi Jenis Tanah, Intensitas Hujan, dan Jenis Kemiringan Lahan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.