laporan resmi praktikum kimia organik analisa pati

Upload: sakti-dwi

Post on 21-Jul-2015

766 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik ANALISA PATIPRAKTIKUM ANALISIS PATI I. TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum ini diantaranya yaitu: 1. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam menganalisis bahan alam yang berupa bahan yang mengandung kadar patinya. 2. Menganalisis bahan alam yang berupa bahan yang mengandung kadar patinya. II. DASAR TEORI Pati diperoleh dari berbagai jenis tumbuh tumbuhan yang mengandung karbohidrat. Pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n yang berupa polimer satuan glukose yang saling berkaitan melalui ikatan 1 4 alfa glukosid. Didalam pati terdapat amilose dengan rantai lurus, dan amilopeptin yang rantainya bercabang. Apabila pati ditetesi larutan iodium akan timbul warna yang disebabkan oleh amilose yang menyerap iodin. Pati ditemukan dalam biji, umbi, dan tangkai tanaman ( jagung, kentang, beras, gandum dll). Pati tidak larut dalam air dingin, tetapi dalam air panas molekul pati akan menyerap air sehingga menggelembung dan pecah membentuk larutan yang agak keruh seperti lem. Bila dihidrolisis, dengan perlakuan asam atau dengan penggunaan enzim enzim menghasilkan dekstrin dari senyawa kompleks yang bermacam macam, maltosa dan hsil akhirnya berupa glukosa. Pada hidrolisis pati, air akan menyerang 1-4 glukosa pati membentuk dekstrin atau glukosa tergantung pada derajat pemecahan rantai polisakarida. Reaksi hidrolisis dapat dinyatakan dengan persamaan: (C6H10O5)n + nH2O Nn C6H12O6 Dan berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat reaksi perlu ditambahkan katalisator yang dapat berupa asam khlorid asam sulfat, asam nitrat. Jika hidrolisis dilaksanakan dengan bantuan asam, hasil reaksi harus dinetralkan terlebih dahulu dengan basa untk menghilangi sifat asamnya. Oleh karena itu pemilihan jenis asam perlu dipertimbangkan dar segi jenis bahan baku yang dihidrolilisis dan pemanfaatan hasil. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu hidrolisis pati ialah waktu reaksi, suhu dan katalisator. Waktu reaksi yang semakin panjang mengakibatkan pati yang terhidrolisis makin meningkat, tetapi jika hidrolisis berlangsung terlalu lama hasil yang diperoleh menurun dan warnanya semakin gelap. Suhu reaksi saangat mempengaruhi hasil dan pengaruh suh terhadap konstanta kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius: k = A exp (E/RT) dengan : k = konstanta kecepatan reaksi A = faktor frekuensi E = tenaga pengaktif R = tetapan gas umum, 1,987 cal/g mol K T = suhu absolut, K Suhu yang makin meningkat akan memperbesar kecepatan reaksi, tetapi jika suhu terlalu tinggi, hasil banyak yang rusak, sehingga hasil berkurang dan mutunya menurun. Penambahan katalisator akan mengaktifkan zat zat yang akan bereaksi, hingga tenaga pengaktif yang diperlukan berkurang dan pada suhu yang konstan reaksi akan berjalan lebih cepat. Namun demian, apabila katalisatr yang ditambahkan terlalu banyak, hasil juga akan terganggu. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil hidrolisis yang sebaik baiknya, keadaan proses yaitu waktu, suhu,

jumlah dan konsentrasi katalisator yang dipilih reaktif baik (keadaan optimal). Sifat lain yang dimiliki pati adalah tidak mereduksi larutan fehling, namun bereaksi dengan asam untuk membentuk ester. Hal ini menunjukkan kelompok hidroksil didalamnya. Sifat yang lain adalah pati jika dicampur dengan iodin akan memberikan warna biru. Pemanasan pati dengan air akan memisahkan dua komponen utama pati , yaitu amilosa dan amilopektin. Kebanyakan pati mengandung 10 20% amilosa dan 80 90% amilopektin(Wulung,R.B Seno,2008). Karbohidrat terdapat dalam semua tumbuhan dan hewan serta penting bagi kehidupan. Lewat fotosintesis, tumbuhan mengkonversi karbondioksida atmosfer menjadi karbohidrat, terutama selulosa, pati dan gula. Selulosa adalah blok pembangun pada dinding sel yang kaku dan jaringan kayu pada tumbuhan. Sedangkan pati ialah bentuk cadangan utama dari karbohidrat untuk nantinya digunakan sebagai makanan atau sumber energi. Beberapa tumbuhan (tebu dan bit gula) menghasilkan sukrosa, yaitu gula pasir. Gula lain yaitu glukosa, merupakan komponen penting dalam darah. Dan gula lainnya, ribosa dan 2-deoksiribosa, ialah komponen material genetik dari RNA dan DNA. Karbohidrat lain penting sebagai komponen koezim, antibiotik, tulang rawan, cangkang krustasea, dinding sel bakteri dan membran sel mamalia. Karbohidrat biasanya digolongkan menurut strukturnya sebagai monosakarida, oligosakarida atau polisakarida. Istilah sakarida berasal dari kata lain (sakarum,gula) dan perujuk pada rasa manisdari bebrapa karbohidrat sederhana. Ketiga golongan karbohidrat iniberkaitan satu dengan yang lainnya dengan hidrolisis. Reaksi hidrolisisnya adalah sebagai berikut: H2O H2O Polisakarida oligosakarida mono sakarida H+ H+ Monosakarida atau yang disebut dengan gula sederhana ialah karbohidrat yang tidak dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi. Polisakarida mengandung banyak unit monosakarida, adakalanya ratusan bahkan ribuan. Biasanya tidak selalu unit unit ini identik. Dua dari polisakarida yang paling penting yaitu pati dan selulosa, mengandung unit unit yang berhubungan dari monosakarida yang sama yaitu glukosa. Olligosakarida (dari kata Yunani Oligos, beberapa) mengandung sekurang kurangnya dua dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang bertautan. Oligosakarida bisa disebut disakarida,trisakarida dan seterusnya bergantung pada jumlah unit glukosa, tetapi sukrosa dan disakarida lainnya terbuat dari dua unit monosakarida yang berbeda yaitu glukosa dan fruktosa. Pati diperoleh dari jenis tumbuhan tumbuhan yang mengandung karbohidrat yang berbentuk polisakarida dengan rumus umum (C6H10O5) yang berupa polimer satuan glukosa yang saling brekaitan melalui ikatan 1-4 alfa glukosid. Polisakarida mengandung banyak monosakarida yang berhubungan dengan beragam panjang rantai serat bobot molekulnya. Kebanyakan polisakarida memberikan satu jenis monosakarida jika dihidrolisis sempurna. Unit monosakarida dapat berhubungan secara linear atau rantainya dapat bercabang. Di dalam pati terdapat amilose dengan rantai lurus dan amilopektin yang rantainya bercabang. Apabila pati ditetesi dengan larutan iodium akan timbul warna biru yang disebabkan oleh amilose yang menyerap iodium. Pati ditemukan dalam biji, umbi dan tangkai tanaman (jagung,kentang,beras,gandum dll). III. ALAT DAN BAHAN A. Alat alat yang digunakan diantaranya yaitu: Tabel daftar alat No Nama Alat Spesifikasi Jumlah 1 Labu Rebus 1 buah 2 Pendingin balik 1 buah 3 Erlenmeyer 250 ml 3 buah 4 Buret 50 ml 1 buah 5 Corong gelas 1 buah

6 Gelas beker 250 ml 1 buah 7 kaca arloji 1 buah 8 Sendok 1 buah 9 Pipet tetes 1 buah 10 Labu ukur 100 ml 1 buah 11 Botol semprot 1 buah 12 Gelas ukur 500 ml 1 buah 13 Pipet volume 20 ml 1 buah 14 Propipet 1 buah 15 Selang air 1 buah 16 Sudip 1 buah 17 Kertas saring 1 buah

B. Bahan bahan yang digunakan diantaranya yaitu: Tabel daftar bahan No Nama Bahan Jumlah 1 Tepung terigu 5 gr 2 Kalium - Natrium Tatrat(Fehling A) 20 ml 3 Kupri sulfat (Fehling B) 20 ml 4 NaOH secukupnya 5 HCl 2 N 250 ml 6 Glukose secukupnya 7 Aquades secukupnya 8 indikator metylen Blue secukupnya

IV. LANGKAH KERJA Prosedur kerja atau langkah kerja dalam menganalisa kadar pati dalam suatu bahan diantaranya adalah sbb: 1. Hidrolisis karbohidrat Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Mencuci semua alat yang akan digunakan. Menimbang 5 gr sampel dan dimasukkan ke dalam labu rebus, kemudian ditambahkan 250 HCl 2 N. Kemudian labu dihubungkan dengan pendingin balik dan kompor pemanas dihidupkan. Larutan dididihkan terlebih dahulu. Campuran dipertahankan mendidih selama 2 jam. Setelah itu pemanas dimatikan. Dinginkan larutan tersebut. 2. Analisis larutan hasil hidrolisis Hasil hidrolisis yang sudah didinginkan kemudian disaring dengan menggunkan kertas saring. Ambil cairan hasil yang telah disaring sebanyak 20 ml dan dinetralkan dengan larutan NaOH sampai larutan mempunyai pH 7 dengan menggunakan indikator universal. setelah itu diencerkan dengan aquades sebanyak 100 ml kedalam labu ukur 100 ml. Memipet 5 ml reagen fehling A dan juga memipet 5 ml reagen fehling B dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Campuran tersebut dipanaskan sampai mendidih kemudian dititrasi dengan larutan hasil hidrolisis yang sudah diencerkan dan dinetralkan sebanyak 100 ml tersebut.(titrasi dilakukan diatas kompor pemanas).(duplo) Kemudian diamati larutan dalam erlenmeyer, apabila warna biru hampir hilang dan terbentuk endapan merah bata, kedalam erlenmeyer ditambahkan 5 tetes indikator metilen blue.Titrasi larutan dalam keadan mendidih sampai warna biru hilang. Pada keadaan ekivalen tercapai cairan terlihat jernih (tidak nampak warna biru pada beningan) dan pada dasar erlenmeyer terdapat endapan. Mencatat volume larutan hasil hidrolisis netral yang diperlukan dalam proses titrasi. 3. Analisis larutan glukosa murni Memipet 5 ml reagen fehling A dan juga memipet 5 ml reagen fehling B dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Campuran tersebut dipanaskan sampai mendidih kemudian dititrasi dengan larutan glukosa murni yang sudah diencerkan dan dinetralkan sebanyak 100 ml tersebut.(titrasi dilakukan diatas kompor pemanas).(duplo) Kemudian diamati larutan dalam erlenmeyer, apabila warna biru hampir hilang dan terbentuk endapan merah bata, kedalam erlenmeyer ditambahkan 5 tetes indikator metilen blue.Titrasi larutan dalam keadan mendidih sampai warna biru hilang. Pada keadaan ekivalen tercapai cairan terlihat jernih (tidak nampak warna biru pada beningan) dan pada dasar erlenmeyer terdapat endapan. Mencatat volume larutan glukosa murni yang diperlukan dalam proses titrasi.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN A. HASIL ANALISA PRAKTIKUM

Berat Bahan : 5,0004 gr Waktu hidrolisis : 120 menit(2 jam) Konsentrasi larutan gula standar : 25 gr/100 ml Volume larutan HCl (2 N) : 250 ml Volume penetralan dan pengenceran : 100 ml Volume sampel : 20 ml Volume cuplikan(fehling A dan B : 10 ml Konsentrasi NaOH : 2.05 M Tabel Titrasi hasil hidrolisis No Skala Buret awal(ml) Skala Buret akhir(ml) V1,ml Pengamatan 1 0 14,7 14,7 Pada pengujian terjadi perubahan warna dari larutan keruh menjadi bening kekuningan. Setelah beberapa saat warna larutan menjadi lebih kuning kembali. Pada proses ini labu tidak perlu digoyang karena pencampuran sample dengan HCl 4 N sudah tercampur secara sempurna. Pemanasan dilakukan selama 2 jam. 2 0 14,8 14,8 Pada pengujian terjadi perubahan warna dari larutan keruh menjadi bening kekuningan. Setelah beberapa saat warna larutan menjadi lebih kuning kembali. Pada proses ini labu tidak perlu digoyang karena pencampuran sample dengan HCl 4 N sudah tercampur secara sempurna. Pemanasan dilakukan selama 2 jam. Rata - rata 0 14,75 14,75

Tabel Titrasi larutan glukosa murni No Skala Buret awal(ml) Skala Buret akhir(ml) V2,ml Pengamatan 1 7 7,5 1 Saat kedua larutan fehling dicampur menghasilkan warna biru tua. Setelah itu larutan dititrasi dalam keadaan panas di atas kompor hingga timbul endapan merah bata dan warna biru menghilang ketika volume guls murni digunakan, pada larutan ditambahkan metilen blue hingga warna biru timbul kembali kemudian dititrasi ulang hingga ada endapan merah bata. 2 7,5 8,1 1,2 Saat kedua larutan fehling dicampur menghasilkan warna biru tua. Setelah itu larutan dititrasi dalam keadaan panas di atas kompor hingga timbul endapan merah bata dan warna biru menghilang ketika volume guls murni digunakan, pada larutan ditambahkan metilen blue hingga warna biru timbul kembali kemudian dititrasi ulang hingga ada endapan merah bata. Rata rata 1,1 B. PERHITUNGAN 1. Ekivalen glukosa murni untuk menitrasi 5 ml Fehling A + 5 ml Fehling B: M1=C1 x V1 =250 mg/ml x 1,1 ml = 275 mg 2. Ekivalen glukosa dalam cuplikan (V2) untuk menitrasi 5 ml Fehling A + 5 ml Fehling B: M2=M1=C1 x V1 (mg) =250 mg/ml x 1,1 ml = 275 mg 3. Ekivalen glukosa dalam Vo larutan hasil hidrolisis: Mo =250 ml.Vo ml.V1.C1/20 ml. V2 ml =250 ml. 100ml.1,1.250/20 ml.14,75 ml = 25000.275/295 = 23305,085 mg 4. ekivalen glukosa dalam bahan yang dianalisis Mb=Mo mg/W mg bahan = 23305,085 mg/5004 mg = 4,5673 bagian=456,73 % Kadar pati bahan yang dianalisis: Mp= Mb x BA (C6H10O5)/BM (C6H10O5) = 4,5673 x 162/180 = 4,111 bagian = 411,1% Keterangan: M1=ekivalen glukosa 10 ml larutan fehling A+B,mg M2=ekivalen glukosa V2 ml larutan hasil hidrolisis untuk 10 ml larutan fehlling A+B,mg V1=Volume larutan glukosa standar untuk 10 ml larutan fehling A+B,ml C1=konsentrasi larutan glukosa standar,mg glukosa/ml V2=volume larutan hasil hidrolisis untuk 10 ml larutan fehling A+B,ml Vo=Volume larutan hasil yang telah dinetralkan dan diencerkan,ml Mo=ekivalen glukosa dalam Vo larutan hasil hidrolisis Mb=ekivalen glukosa dalam bahan yang dianalisis,mg/gr bahan W = berat bahan yang dianalalisis,mg Mb= kadar pati bahan yang dianalisis,bagian BM= berat molekul VI. PEMBAHASAN

Salah satu sifat pati adalah bereaksi dengan asam untuk membentuk ester. Akan tetapi, reaksi dengan ester ini juga berhubungan dengan hidrolisis pati. Dalam larutan HCl 2 N terkandung air (H2O) yang bisa menghidrolisis pati menjadi disakarida dan monosakarida. Penambahan asam ini dilakukan secara berlebih yaitu 5 gram sampel( yaitu dari kelompok 7 menggunakan tepung terigu) dilarutkan dalam 250 ml HCl 2 N. Jika HCl yang ditambahkan melebihi batas kelebihan ini akan mengurangi hasil dari hidrolisis ini. Sebenarnya larutan HCl difungsikan sebagai katalisator yang hanya mempercepat reaksi tanpa mengurangi volume dari larutan HCl itu sendiri karena memang tidak bereaksi dengan pati. Sifat lain dari pati adalah tidak mereduksi larutan fehling. Artinya bahwa, ketika kita menambahkan larutan pati pada larutan Fehling A dan Fehling B tidak akan terjadi reaksi reduksi. Untuk mengkondisikan supaya larutan pati dapat mereduksi larutan Fehling A dan Fehling B kita harus melakukan beberapa perlakuan diantaranya adalah sebagai berikut: Pati dilarutkan dalam larutan asam kuat pekat, misalnya HCl 2 N. Paa saat proses pelarutan dilakukan, kita tidak perlu melakukan perlakuan mekanis seperti menggoyang goyangkan labu godog yang digunakan sbgai wadah larutan.hal ini karena reaksi berjalan sempurna ditandai dengan pati yang terlarut secara menyeluruh dalam larutan asam pekat. Hanya saja kita harus mengaduknya secara intensif. Larutan dididihkan dalam labu godog atau labu rebus selama2 jam. Tujuan dari dilakukannya perebusan itu adalah untuk lebih menstabilkan larutan yang terbentuk supaya diperoleh sifat sifat yang permanen (tidak berubah ubah) pada larutan. Biasanya kestabilan larutan ini ditunjukkan oleh warna kunig kecoklatan (seperti warna minyak goreng kemasan) dari warna awal yaitu putih keruh. Mengambil 20 ml larutan sampel dan kemudian menetralkan larutan tersenut dengan larutan NaOH 2,05 M. Penetralan ini bertujuan untk menghilangkan pengaruh asam pada larutan supaya dengan sifat netral larutan tersebut larutan dapat mereduksi reagen fehling. Sebelum digunakan untuk mereduksi reagen fehling, cuplikan yang teah diencerkan harus dinetralkan dengan aquades hingga volumenya 100 ml dengan labu ukur yang ukurannya 100 ml agar konsetrasinya tidak terlalu pekat. Dalam penggunaan NaOH tidak terpatok untuk konsentrasinya. Karena didalam penggunaannya hanya berfungsi untuk mengurangi keasaman. Ada melakukan praktikum phnya sampai sekitar 7-8 dan itu sdah memenuhi syarat. Hanya saja saat melakukan praktikum dari kelompok kami menemukan NaOH yang konsentrasinya seperti yang sudah diutarankan tadi yaitu 2,05. Didalam penembahan NaOH juga harus dilakukan secara teliti dan hati hati karena kalau sampai tidak hati hati bisa jadi terdapat penambahan berlebih NaOH dalam larutan hasil hidrolisis tersebut dan dapat mempengaruhi hasilnya dan perhitungannya juga. Larutan asam kuat selain berfungsi sebagai pembentuk ester ketika direaksikan dengan pati, juga berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk mempercepat reaksi pada hidrolisis pati yang umumnya tergolong reaksi lambat. Terkait dengan fungsinya sebagai katalisator ini, maka asam kuat hanya mempercepat reaksi tanpa harus bereaksi dengan pati. Di sisi lain, apabila suatu zat atau senyawa disebut katalisator dalam suatu reaksi, maka tentunya zat atau senyawa tersebuttidak mengurangi pengurangan volume dan hal ini terjadi pada larutan HCl 2 N tersebut yang mana tidak terjadi perubahan volume (volume tetap). Pada saat analisis glukosa murni dilakukan, Fehling A dan fehling B yang akan dititrasi dengan larutan patihasil hidrolisis, harus dipanaskan diatas kompor pemanas terlebih dahulu sampai hampir mendidih. Hal itu karena untuk mempercepat reaksi antara larutan hidrolisis dengan larutan fehling. Pemanasan tersebut tidak dilakukan secara konsisten tetapi secara terputus putus ata dapat dikatakan lain pada beberapa saat waktu dipanaskan dan beberapa saat waktu dititrasi tanpa melakukan pemanasan. Pada saat tidak dipanaskan campuran digoyang goyangkan dengan menggunakan penjepit. Tujuannya agar reaksi yang berlangsung secara efektif sehingga titik akhir titrasi dapat ditentukan secara pasti. Dalam titrasi, larutan hidrolisis netral mengubah warna larutan yang semula biru menjadi merah karena terbentuk endapan merah bata. Begitu juga saat titrasi dihentikan sementara kemudian ditambahkan indikator Metylen Blue sehingga warna larutan menjadi biru kembali, larutan hasil hidrolisis tetap mengubah warna larutan menjadi merah dengan

adanya endapan merah bata tersebut. Dalam melakukan proses analisa larutan hasil hidrolisis, perlakuan yang paling awal dan terpenting adalah penyaringan larutan hasil hidrolisis. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk memisahkan endapan endapan yang terdapat di dalam larutan yang dapat berpengaruh terhadap dalam pembentukan endapan merah ketika titik akhir titrasi tercapai. Adanya endapan yang tidak diperlukan ini menyebabkan endapan merah yang seharusnya memberikan warna merah secara merat pada larutan menjadi tidak optimal karena endapan ini tidak ikut bereaksi (tetap mengendap ada dasr erlenmeyer) sehingga cenderung mempertahankan warna awalnya dan tidak membentuk endapan merah bata. Disamping penyaringan hal penting lainnya adalah menetralkan larutan hasil hidrolisis. Penetralan ini erat kaitannya dengan pereduksian larutan fehling, maka larutan pati harus diubah ke bentuk yang lain dengan jalan penambahan asam dan penambahan basa sebagai zat penetral sifat asam. Secara umum, dalam percobaan analisis pati ini faktor faktor yang berpengaruh terhadap reaksi reaksi yang terjadi adalah katalisator, suhu dan waktu reaksi. Penambahan katalisator akan meningkatkan zat zat yang akan bereaksi, hingg tenaga pengaktif yang diperlukan berkurang dan pada suhu yang konstan reaksi akan berjalan lebih cepat. Namun demikian, apabila katalisator yang ditambahkan terlalu banyak, hasil juga akan terganggu. Suhu yang semakin meningkat akan memperbesar kecepatan reaksi, tetapi jika suhu terlalu tinggi, hasil banyak yang rusak, sehingga hasilnya berkurang dan mutunya menurun. Waktu reaksi yang terlalu panjang mengakibatkan pati yang terhidrolisis semakin meningkat, tetapi jika hidrolisis berlangsung terlalu lama hasil yang diperoleh menurun dan warnanya semakin gelap. Suhu reaksi sangat mempengaruhi hasil dan pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius: k= A exp(E/RT) Keterangan: k : konstanta kecepatan reaksi A : faktor frekuensi E : tenaga pengaktif R : tetapan gas umum 1,987 cal/gmol k T : suhu absolut, K Reaksi utama yang terjadi dalam analisa pati ini adalah reaksi hidrolisis. Walaupun didalam larutan ditambahkan asam kuat pekat yaitu HCl 2 N namun larutan tersebut tidak bisa bereaksi dengan pati. Dalam titrasi, larutan asam kuat pekat hanya berfungsi sebagai katalisator yang mempercepat berlangsungnya reaksi tetapi tidak mengalami perubahan volume karena memang tidak ikut bereaksi. Reaksi hidrolisis pati: H2O H2O Polisakarida oligosakarida mono sakarida H+ H+ [C12H20O10]n nC12H22O11 2nC6H12O6 H+ H+ Pati maltosa glukosa (polisakarida) (disakarida) (monosakarida) VII. KESIMPULAN Dari semua pembahasan dapat diarik kesimpulan bahwa diantaranya adalah sbb: 1. Beberapa sifat pati yang harus diperhatikan alam analisis pati adalah: Penambahan katalisator dalam reaksi hidrolisis pat tidak boleh melampaui batas kelebihan(terlalu banyak) karena bisa mengurangi hasil hidrolisis pati. Pati tidak bisa ereduksi larutan fehling, kecuali larutan pati diubah ke bentuk lain dengan jalan

penambahan asam dan penambaan basa sebagai zat penetral sifat asam. Untuk mempercepat reaksi digunakan larutan asam kuat sebagai katalisator. 2. Pada saat analisis glukosa murni dimasukkan reagn fehling A dan reagen fehling B yang akan dititrasi dengan larutan pati hasil hidrolisis, harus dipanaskan diatas kompor pemanas terlebih dahulu selama bebrapa saat sampai hampir mendidih. Halini karena dapat mempercepat reaksi antara larutan hasil hidrolisis denga larutan fehling. 3. Dalam melakukan proses analisa larutan hasil hidrolisis hal hal penting yang harus dilaksanakan adalah: Penyaringan larutan hasil hidrolisis. Menetralkan larutan hasil hidrolisis. 4. Secara uum, dalam percobaan analisis pati ini fakr faktr yang berpengaruh terhadap reaksi reaksi yang terjadi adalah katalisator, suhu dan waktu reaksi. 5. Reaksi utama yang terjadi dalam analisa pati ini adalah reaksi hidrolisis. Walaupun dalam tahap awal pati dilarutkan dalam HCl 2 N larutan asam kuat pekat ini hanya berfungsi sebagai katalisator

DAFTAR PUSTAKA Wulung,R.B Seno.2008.Petunjuk Praktikum Kimia Organik.Akademi Teknologi Kulit:Yogyakarta Hard,Harold dkk.2003.Kimia Organik.Erlangga:Jakarta Fessenden,R.J& Fessenden,JS.1997.Kimia Organik.Erlangga:Jakarta Hart,H.,Craine,L.E.,Hart,D.J.2003.KimiaOrganik:suatukuliah singkat.Erlangga:Jakarta Sastrohamidjodjo,H.2005.Kimia Organik.Gadjah Mada University Press:Yogyakarta