laporan pt pea

51
Dokumen Teknis Position Paper BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) mewajibkan setiap Badan Publik termasuk Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) untuk menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi publik yang berada di bawah wewenangnya kepada pemohon informasi publik secara akurat, benar dan tidak menyesatkan. Informasi publik ini harus dapat diperoleh pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan dan cara sederhana. Untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat dan sederhana ini setiap badan publik harus menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) adalah pejabat yang bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik. Beberapa tugas PPID antara lain : 1. Menentukan cara penyebarluasan informasi publik yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dimengerti. 2. Melakukan pengujian dengan seksama dan penuh ketelitian tentang konsekwensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, PPID dibantu oleh Pejabat Fungsional. PT. PEA

Upload: nicholas-mcpherson

Post on 02-Aug-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)

mewajibkan setiap Badan Publik termasuk Kementerian Negara Lingkungan Hidup

(KNLH) untuk menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi publik

yang berada di bawah wewenangnya kepada pemohon informasi publik secara

akurat, benar dan tidak menyesatkan.

Informasi publik ini harus dapat diperoleh pemohon informasi publik dengan cepat

dan tepat waktu, biaya ringan dan cara sederhana. Untuk mewujudkan pelayanan

cepat, tepat dan sederhana ini setiap badan publik harus menunjuk Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi.

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) adalah pejabat yang

bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan,

dan/atau pelayanan informasi di badan publik. Beberapa tugas PPID antara lain :

1. Menentukan cara penyebarluasan informasi publik yang mudah dijangkau oleh

masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dimengerti.

2. Melakukan pengujian dengan seksama dan penuh ketelitian tentang konsekwensi

yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya, PPID dibantu oleh Pejabat Fungsional.

Struktur organisasi dan kelembagaan Kementerian Negara Lingkungan Hidup belum

mengenal bentuk PPID dan pejabat di bidang informasi publik sebagaimana

dijelaskan dalam Undang-Undang KIP. Untuk itulah, agar dapat memenuhi amanat

Undang-Undang KIP, KNLH perlu melaksanakan suatu kajian mengenai bentuk

kelembagaan, tugas pokok dan fungsi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

serta pejabat fungsional yang membantunya, yang sesuai dengan karakteristik

struktur organisasi di Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

PT. PEA

Page 2: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

1.2. Maksud dan Tujuan

Mengkaji bentuk kelembagaan, tugas pokok dan fungsi Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi serta pejabat fungsional yang membantunya, yang sesuai dengan

karakteristik struktur organisasi di Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

1.3. Sasaran

a. Terbentuknya kelembagaan, tugas pokok dan fungsi Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi bidang lingkungan hidup di KNLH, provinsi dan

kabupaten/kota.

b. Terbentuknya kriteria dan spesifikasi tugas pejabat fungsional yang membantu

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dalam menjalankan fungsinya.

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan

A. Ruang Lingkup

1. Pengkajian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 dan peraturan

perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan informasi

dan dokumentasi bidang lingkungan hidup di KNLH, provinsi dan

kabupaten/kota.

2. Analisis kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang

Lingkungan Hidup di KNLH, provinsi dan kabupaten/kota.

3. Mengkaji dan mengusulkan jabatan-jabatan fungsional yang membantu

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dalam melaksanakan

fungsinya.

4. Menyusun position paper mengenai bentuk kelembagaan, tugas pokok dan

fungsi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang Lingkungan

Hidup Di KNLH, provinsi dan kabupaten/kota.

B. Tahapan Pelaksanaan

1. Menyusun position paper bentuk kelembagaan, tugas pokok dan fungsi

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian Negara

Lingkungan Hidup.

PT. PEA

Page 3: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

2. Melaksanakan public hearing di Palangkaraya – Kalimantan Selatan, Surabaya

- Jawa Timur dan Jambi.

3. Melaksanakan workshop akhir pembahasan penyusunan position paper

bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang

Lingkungan Hidup.

4. Mengharmonisasikan hasil-hasil workshop sebagai bahan penyusunan

position paper bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup.

1.5. Hasil Yang Diharapkan

Position paper sebagai naskah akademik bentuk kelembagaan, tugas pokok dan

fungsi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian Negara

Lingkungan Hidup.

1.6. Sistematika Dokumen Teknis

Secara umum, sistematika penyusunan dokumen teknis ini disusun dengan

sistematika berikut :

BAB 1 Pendahuluan

Memuat perihal latar belakang, perumusan maksud, tujuan dan

sasaran, lingkup materi kajian, ruang lingkup kegiatan dan hasil-hasil

yang akan dicapai serta sistematika penyusunan dokumen teknis.

BAB 2 Gambaran Umum

Memuat gambaran umum tentang kelembagaan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi di beberapa kementerian dan

perkembangannya sampai saat ini.

BAB 3 Pemahaman Terhadap Substansi Kerangka Acuan Kerja

(KAK)

Memuat pemahaman konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)

yang telah disampaikan oleh pengguna dari judul, kegiatan, latar

belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, indicator kerja

dan hasil kegiatan yang diharapkan.

PT. PEA

Page 4: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

BAB 4 Apresiasi dan Inovasi

Memuat gagasan pemikiran yang signifikan dalam melakukan kajian

terhadap berbagai aspek yang terkait dengan bentuk kelembagaan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian Negara

Lingkungan Hidup.

BAB 5 Metodologi dan Mekanisme Pelaksanaan Studi

Memuat tentang metode pendekatan analisis studi, metode

pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan kelembagaan

Pejabat Pengelola Informasi dan DokumentasiKementerian Negara

Lingkungan Hidup.

Memuat tentang tenaga ahli yang dibutuhkan dalam kegiatan ini,

rencana kegiatan dan pelaksanaannya, jadwal pelaksanaan pekerjaan,

jadwal penyusunan tenaga ahli serta system pelaporan.

BAB 6 Laporan Pelaksanaan Kegiatan Public Hearing

Memuat tentang hasil pelaksanaan public hearing di tiga kota, yaitu

Palangkaraya, Jambi serta Surabaya dan juga laporan tentang

pelaksanaan workshop yang dilakukan di kantor Kementerian Negara

Lingkungan Hidup, Jakarta.

PT. PEA

Page 5: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

BAB 2

GAMBARAN UMUM

Perubahan tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang bergulir cepat sejak runtuhnya

rezim kekuasaan orde baru adalah proses demokratisasi. Cita-cita untuk mewujudkan

Negara yang demokratis memacu perubahan-perubahan mendasar yang harus dilakukan

di berbagai sector dan tahapan. Salah satu prasyarat menuju negara yang demokratis

adalah dilaksanakannya prinsip transparansi informasi untuk menciptakan tindakan yang

responsive. Transparansi merupakan prinsip pemerintahan untuk memenuhi hak public

terhadap informasi. Akses public terhadap informasi adalah hak warga Negara yang harus

dipenuhi oleh Negara.

Pemenuhan hak tersebut memiliki arti strategis, karena dengan hak tersebut publik dapat

melakukan partisipasi pembuatan keputusan dan control terhadap pemerintahan. Selama

ini akses publik terhadap informasi dilakukan oleh aparat birokrasi pemerintah di pusat

dan daerah, serta pada masing-masing instansi departemen. Namun masih didapati fakta

yang memperlihatkan adanya kesulitan public untuk mengakses informasi. Kesulitan

tersebut disebabkan oleh kendala-kendala baik dari unsure birokrasi maupun unsure

masyarakat, baik yang bersifat teknis maupun yang terkait dengan kebijakan pemerintah.

Maka sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan demokrasi, perlu dirumuskan dan

dilakukan penguatan akses public terhadap informasi.

2.1. Informasi

Di dalam ilmu hokum dikenal adanya suatu persangkaan hukum presumption lures

de lure, yang jika diartikan secara bebas adalah anggapan bahwa setiap orang tahu

hukum (Pakpahan, 1994). Berdasarkan persangkaan itu, setiap peraturan

perundangan agar mengikat semua orang di seluruh Negara perlu ditempatkan di

dalam Lembar Negara. Tradisi system hokum Indonesia mengikuti system Eropa

Kontinental. Itulah sebabnya di bagian akhir perundang-undangan Indonesia

terdapat kalimat yang berbunyi : “Agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam

Lembar Negara Republik Indonesia.”

PT. PEA

Page 6: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Akan tetapi dalam kenyataannya, setelah perundang-undangan ditempatkan di

dalam Lembar Negara tidak semua orang tahu adanya peraturan tersebut. Seorang

intelektual yang berpahan structural, Galtung dalam Lubis (1986) pernah menulis

bahwa barang siapa yang menguasai informasi akan menguasai masa depan.

Pernyataan ini erat kaitannya dengan tingkat pendidikan masyarakat. Penguasaan

terhadap informasi tidaklah otomatis terjadi hanya harena seseorang itu bias

membaca, atau karena informasi masuk ke desa-desa. Di Indonesia, menurut Lubis

(1986), paling tidak ada tiga kelompok elit masyarakat yang potensial menguasai

informasi, yaitu : (1) kelompok masyarakat elit birokrat dan atau teknokrat; (2)

kelompok masyarakat elit pengusaha, dan; (3) kelompok masyarakat intelektual dan

atau professional.

Selanjutnya diperlukan penelitian empiris untuk merumuskan jenis-jenis informasi

yang mutlak harus terbuka untuk umum, dan yang bersifat rahasia Negara (state-

secret). Garis pemisahnya harus jelas, jika tidak, maka informasi untuk public bisa

dijadikan rahasia negara. Pembocoran dan penyebaran rahasia negara dapat

merupakan tindak pidana subversive. Ini tentu tidak sehat, malahan dapat

menghambat arus informasi kepada masyarakat karena akan tumbuh lembaga swa-

sensor (self-censorship).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun daerah (APBD)

merupakan hak public pertama yang akan dikaji. Anggaran pendapatan dan belanja

yang di tingkat pusat maupun di daerah merupakan ujung tombak bagi pemerintah

untuk melaksanakan kebijakan dan program-program yang telah ditetapkan

sebelumnya. Seindah apapun suatu kebijakan dan program dirumuskan dan disusun

apabila tidak didukung oleh alokasi anggaran yang memadai, mustahil akan dapat

mewujudkan tujuan dan kebijakan dan program yang telah dibuat. Dengan demikian

anggaran adalah sebuah alat politik (Katjasungkana, 2001), oleh karena kemampuan

perolehan dana dan kebijakan pendistribusiannya akan sangat berpengaruh pada

proses pengambilan keputusan, penguatan masyarakat sipil dan proses

demokratisasi. Anggaran pembangunan yang mengandalkan perolehan dari hutang

luar negeri misalnya, dengan sendirinya akan berarti pendistribusian hutang kepada

rakyat. Beberapa ahli mengungkapkan tentang pengertian anggaran yang kemudian

PT. PEA

Page 7: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

dirangkum oleh Mastuti dan Kartikasasi (2001) sebagai berikut : “anggaran Negara

atau daerah merupakan kegiatan perencanaan pernyataan tentang penerimaan dan

pengeluaran, periode tertentu kini dan mendatang; anggaran penting karena

merupakan perwujudan amanah rakyat kepada eksekutif dan legislative.”

Dengan pengertian seperti itu, maka rakyat mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi tentang untuk apa uang yang dibayarkan kepada pemerintah melalui pajak

langsung maupun tidak. Selain hak atas informasi dalam hal anggaran, hak

berikutnya yang akan dianalisis dalam tulisan ini adalah hak atas informasi dalam

pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang. Untuk ini ada tiga informasi yang

harus diketahui public, yaitu : (a) dokumen analisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL); (b) laporan dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup, baik

pemantauan penataan (perizinan) maupun pemantauan perubahan kualitas

lingkungan hidup; dan (c) dokumen rencana tata ruang. Dalam pasal 5 UU no. 23

tahun 1997 disebutkan bahwa yang berhak atas informasi ketiga jenis dokumen

adalah ‘setiap orang’, yakni tercantum dalam pasal 1 angka 24 : “orang perorang,

dan atau kelompok orang, dan atau badan hukum.” Ketentuan ini sungguh

memberikan peluang bagi public untuk mengakses informasi lingkungan hidup.

Hak atas informasi yang benar, jelas dan lengkap juga menjadi perhatian dalam

hokum perlindungan konsumen. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam pasal 4

UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen bahwa : “hak konsumen

adalah hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan atau jasa.” Tujuan informasi dari suatu produk, baik itu disampaikan

secara langsung atau melalui iklan dan label bukan untuk perluasan pasar belaka,

tetapi juga menyangkut informasi secara keseluruhan akan kelebihan dan

kekurangan dari produk tersebut, terutama keamanan dan keselamatan konsumen.

Apalagi dengan penggunaan teknologi tinggi dalam mekanisme produksi barang dan

atau jasa akan menyebabkan makin banyaknya informasi yang harus dikuasai oleh

masyarakat konsumen. Adalah mustahil mengharapkan sebagian besar konsumen

memiliki kemampuan dan kesempatan akses informasi akibat kemajuan teknologi

dan keragaman produk yang dipasarkan dapat saja dimanfaatkan secara tidak

sewajarnya oleh pelaku usaha. Itulah sebabnya hokum perlindungan konsumen

PT. PEA

Page 8: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang di dalamnya tercakup

juga hak atas informasi yang proporsional dan diberikan secara tidak diskriminatif.

2.2. Hak Konstitusional

Masyarakat dalam kenyataan kurang sadar akan hokum, dan dengan demikian tidak

sadar pula akan hak. Informasi adalasuatu hak asasi yang harus dipenuhi. Penegasan

mengenai informasi adalah sebagai hak asasi diberika oleh pasal 19 deklarasi HAM

sedunia. Kandungan pasal tersebut ditegaskan lagi dalam International Covenant on

Civil Plitical Rights, yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pad tahun 1966.

Kemudian di dalam Regional Council on Human Rights in Asia, hak akan informasi

lebih ditegaskan dengan menyatakan bahwa adlah kewajiban pemerintah untuk

menjamin hak akn informasi (access ti information).

Pengaturan tentang hak akan informasi di Indonesia relatif masih miskin dan

tertinggal. Informasi sebagai hak saja belum secara eksplisit dirumuskan, pada hal itu

adalah hak konstitusional yang dimiliki oleh setiap warga negara, karena tujuan

berbangsa dan bernegara adalah untuk benar-benar merdeka dalam artian

substantif. Dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa antara lain kita ingin

mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini artinya rakyat harus kaya akan informasi dan

termasuk di dalamnya informasi. Rumusan dalam Pembukaan UUD tersebut

dijabarkan dalam pasal 28F yang berbunyi: “setiap orang berhak untuk

berkomunikasi dan memperoleh informasi unutk mengembnagkan pribadi dan

lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala

jenis saluran yang tersedia”. Selanjutnya pengaturan mengenai hak akan informasi

seperti yang ditulis dalam Deklerasi Hak Manusia se Dunia dituangkan dalam

Ketetapan MPR-RI No. XVII/MPR?1998 tentang Hak Asasi Manusia dan UU sektoral

lainnya.

Secara histories dan secara idiil, tujan berbangsa dan bernegara ini adalah juga untuk

memerdekakan bangsa ini dari penjajahan, keterbelakangan, ketertinggalan, dan

kebodohan. Oleh karena itu posisi informasi (termasuk informasi) merupakan

elemen hak yang paling penting. Oleh karenanya hak akan informasi, khususnya,

PT. PEA

Page 9: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

harus mempunyai landasan yang kuat atau mempunyai masa depan yang cerah.

Kondisi yang diharapkan oleh pembentuk UUD, kini telah menjadi kenyataan di

Indonesia.

2.3. Public Information Act

Mengingat arti penting dari Informasi bagi rakyat banyak, maka sudah waktunya hak

akn informasi ini ditegaskan dala sebuah undang-undang, seperti Public Information

Act di Amerika Serikat. Dalam undang-undang ini hendaknya diatur jenis informasi

apa saja yang boleh dimiliki oleh warga nagara, dan diatur juga kewajiban

pemerintah untk menyediakan informasi tersebut bagi yang membutuhkan. Dengan

merumuskan jenis informasi yang boleh ditahan atau bersifat rahasia. Namun

demikian akan lebih baik dirumuskan juga apa-apa saja informasi yang termasuk

kategori rahasia Negara secara positif. Jadi secara negatif semua informasi yang di

luar rumusan rahasia Negara haruslah terbuka bagi penguasaan public. Hak akan

informasi ini mengandung tiga elemen yaitu hak untuk mengumpulkan informasi,

hak untuk menyebarluaskan informasi, dan hak untuk mengkomunikasikan informasi

tersebut. Ketiga elemen ini berkaitan saru sama lain da tidak bias dipilih-pilh. Dalam

undang-undang tentang informasi umum ini keiga elemen ini mestilah dijamin sebab

bukan mustahil penyebarluasan dan pengkomunikasian informasi dapat

dikategorisasikan sebagai melawan hokum, mengganggu ketertiban, dan atau

subversi (Lubis, 1986).

2.4. Kerangka Teori Tentang Pelaksanaan di Lapangan

Salah satu tujuan penting dari penelitian ini adalah mendeskripsikan norma-norma

yang ada dalam hukum positif yang mengaur tentang hak publik unntk mengakses

informasi dan pelaksanaanya di lapangan, maka kerangka teoritik tentang

”berjalannya sistem hukum” merupakan alat analisis yang digunakan.

Kajian dimulai dengan mancari batas-batas atau ”frame” yang ada dalam hukum

positif. Batas-batas ini kemudian dirinci sampai sejaumana hak publik tersebut

dijamin, jenis atau materio informasi yang bolehdan tidak boleh diakses, serta

bagaimana tatacara mengaksesnya. Setelah tahu batas dan jenis serta tatacaranya,

kemudian dilihat bagaimana semua itu diimplementasikan di lapangan. Dalam pada

PT. PEA

Page 10: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

itu kajian tentang sistem yang dikemukakan oleh Friedman (1977) merupakan teori

yang mendasarkan pemikiran tentang bagaimana institusi menangan suatu hal.

Apabila teori ini diterapkan pada penelitian ini, maka struktur yang dimaksudkan

adalah kerangka kerja dari dinas-dinas yang dibebani untuk menyediakan dan

menginformasikan atau institusi yang dalam penelitian juga hendak diteliti

dilapangan.

Dasar pemikiran yang berikutnya dari Friedman (1977) adalah substansi yang

diartikan olehnya sebagai aturan nyata atau hukum positif yangdigunakan oleh

institusi tersebut yang merupakan patron atau ”kerangka batas” menurut Von Benda

–Beckam (1983) dari setiap individu atau aktor-aktor yang ada dalam institusi

tersebut. Dasar pemikiran yang ketiga iini merupakan kunci dari berjalannya sistem,

yaitu bagaiman substansi yang berlaku dijalankan oleh struktur yang ada dan di

dalam struktur tersebut ada individu atau aktor-aktor yang dipengaruhi oleh budaya

yang terdiri dari ideologi, harapan dan opininya terhadap substansi yang erlaku.

Dalam pada itu hikam (1990) mencoba untuk menelaah perspektif-perspektif

teoritis tentang kepatuhan dan perlawanan. Hikam mengemukakan tentang adanya

dua kecenderungan teoritis dalam literatur, pertama yang berusaha menjelaskan

tentang fenomena kepatuhan dan perlawanan dari pandangan mengenai otoritas

moral sebagai basis hubungan-hubungan sosial dan stabilitas sosial; kedua yang

sebagian besar dianut oleh kaum strukturalisme yang mendasarkan penjelasannya

pada adanya keharusan struktural yang menentukan tindakan-tindakan dan perilaku-

perilaku individual, termasuk kepatuhan atau perlawanannya terhadap kekuasaan.

Namun pada bagian terakhir dari tulisan Hikam (1990) ini menganjurkan tentang

adanya proses dialetik dari struktur dan agen serta kesadaran sebagai pendekatan

untuk memahami proses kepatuhan sosial dan perlawanan. Apabila telaah teoritis

dari hikam ini diterapkan pada individu (Friedman, 1977) atau agen (Hikam, 1990),

maka dalam penelitian ini individu dapat dibagi menjadi dua pihak, yakni individu

yang menyediakan dan memberikan invormasi dan individu yang membutuhkan

informasi. Keduannya mempunyai Ideologi, harapan dan opini yang berbeda tentang

substansinya. Hal ini menurut Hikam (1990) disebabkan oleh perlawana dan

kepatuhannya masing-masing. Dari pihak penyedia dan pemberi informasi,

PT. PEA

Page 11: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

kepatuhan dan perlawanannya dipengaruhi oleh struktur dari institusinya masing-

masing; sedangkan individu yang membutuhkan informasi juga dipengaruhi oleh

struktur yang ada di lingkungan sosialnya. Hal ini tidak berarti bahwa individu yang

berada di institusi tidak terpengaruh oleh struktur sosial yang ada di masyarakat, tapi

pengaruh struktur sosial di tempatnya bekerja lebih lebih besar sehingga seringkali

tindakannya disesuaikan dengan struktur di tempat kerja tersebut; atau dengan kata

lain lebih patuh terhadap struktur sosial yang berlaku di tempat kerjanya.

Dengan teori-teori tersebut, penelitian ini akan dianalisis mulai dari substansi

positifnya, kemudian dicermati struktur institusi aparat pemerintah dan penegak

hukumnya. Dari institusi-institusi tersebut dilihat kepatuhan dan perlawanan

individu yang ada dalam institusi tersebut sebagai pengaruh dari penanaman

ideologi, harapan dan opini terhadap substansi yang berlaku.

BAB 3

PEMAHAMAN TERHADAP SUBSTANSI DAN KERANGKA ACUAN KERJA

PT. PEA

Page 12: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

3.1 Pemahaman terhadap Undang-Undang republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008

tentangKeterbukaan Informasi Publik

Undang-undang nomor 28 tahun 2008 tentang Keterbukaan Infomasi Publik diterbitkan

dengan landasan empat hal pokok yakni:

a. Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan

lingkukan sosialnya serta merupakan bagian peting bagi ketahanan nasional.

b. Hak memperolah informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi

publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik;

c. Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan

publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu

yang berakibat pada kepentingan publik;

d. Pengelola informasi publik merupakan salah satu upaya untk mengembangkan

masyarakat informasi.

Undang –undang tersebut terdiri atas XIV bab dan 64 pasal. Penyusunan position paper

Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementrian

Lingkungan Hidup ini dibuat didorong oleh Bagian Keempat pasal 7 tentang kewajiban

Badan Publik untuk menyediakan informasi. Pasal 7 tersebut berbunyi sebagai berikut:

(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik

yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon Informasi Publik, selain informasi

yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.

(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar dan tidak

menyesatkan.

(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus

membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola

Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.

PT. PEA

Page 13: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

(4) Badan Publik membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk

memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.

(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan

politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan.

(6) dalam rangka memenui kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan

ayat (4) badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan

nonelektronik.

Menurut Undang-Undang tersebut ada dua belas aspek yang perlu dicermati tentang

hubungan antara hak publik terhadap informasi dengan hak dan kewajiban badan negara

yang berhubungan dengan informasi yang wajib diberikan antara lain:

1. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang

mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang

dapat dilihat, didengar, dan dibaca yan disajikan dalam berbagai kemasan dan

format sesuia dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara

elektronik maupun nonelektronik.

2. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan,disimpan, dikelola, dikirim,

dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggaraan

negara dan/ataupenyelenggara negaradan penyelenggaraan badan publik lainnya

yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan

kepentingan publik.

3. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang

fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Balanja Negara dan/atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau Luar Negeri.

4. Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-

Undang ini dan peraturan pelaksanaanya, menetapkan petunjuk teknis standar

PT. PEA

Page 14: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui

mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

5. Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik

pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan

menggunakan informasi berdasarkan perundang-undangan.

6. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antar pihak melalui bantuan

mediator komisi informasi.

7. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antar pihak yang

diputus oleh komisi informasi.

8. Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi

dan jabatan tertentu pada badan publik.

9. Pejabat pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertangung

jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan

informasi di badan publik.

10. Orang adalah orang perseroan, kelompok orang, badan hukum, atau badan publik

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

11. Pengguna Informasi Publik adalah orang yang menggunakan informasi publik

sebagaimana dimaksu dalam Undang-Undang ini.

12. Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia

yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

3.2 Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Untuk memahami KAK maka dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Mendalami KAK dan mendapatkan data dan informasi pendukung yang berkaitan

dengan masalah utama dalam KAK.

PT. PEA

Page 15: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Mengikuti Aanwijzing/penjelasan yang disampaikan oleh panitia pelelangan, serta

mendapatkan informasi yang akurat tentang kegiatn pokok dalam KAK.

Mendapatkan perbandingan tentang kegiatan yang sejenis atau mendekati.

Mendapatkan informasi tentang berbagai sumber data yang dapat digunakan dalam

pelaksanaan kegiatan.

Mendapatkan informasi tentang barbagai metode yang dapat digunakan dalam

pengelolaan dan anlisis data.

Dari rangkaian diatas, substansi dari KAK dapat dipahami, oleh karena itu maka kami siap

dan sanggup melaksanakan pekerjaan ini.

3.2.1 Pemahaman Terhadap Latar Belakang dari KAK

Maka didapatkan hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Position Paper sebagai

naskah akademis bentuk kelembagaan, tugas pokok dan fungsi Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Untuk mendapatkan hasil yang

berkualitas sangat membutuhkan banyak informasi yang terpercaya. Informasi minimal

yang diperlukan antara lain : a) Undang-Undang No 14 tahun 2008 dan peraturan

perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan informasi dan

dokumentasi bidang lingkunga hidup di KNLH, Provinsi, dan Kabupaten/kota, b) Struktur dan

fungsi kelembagaan Pejabat secara umum dan Pejabat Pengelola Informasi dan

dokumentasi Bidang lingkungan Hidup di KNLH, provinsi, dan kabupaten/kota yang ada saat

ini, c) Jabatan-jabatan fungisonal secara umum dan jabatan-jabatan fungsional yang

membantu Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dala melaksanakan fungsinya saat

ini, dan d) Masukan publik disampaikan pada saat public hearing serta workshop yang akan

dilakukan.

3.2.2 Pemahaman Terhadap ruang Lingkup Kegiatan

Dari KAK yang kami terima dan telah dimengerti dengan seksama, maka kegiatan akan

dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer. Data Sekunder dapat

berupa peraturan perundang-undangan tentang informasi dan juga sistem informasi. Data

primer juga dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner yang berhubungan beberapa hal

PT. PEA

Page 16: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

antara lain : a) tipe dan macam data yang dikelola oleh lembaga secara umum dan informasi

di Kementrian Negara Lingkungan Hidup maupun provinsi/kabupaten/kota, b) prosedur dan

cara memberikan informasi ke publik oleh lembaga secara umum dan informasi di

Kementerian Negara Lingkungan Hidup maupun provinsi/kabupaten/kota; c) tipe, macam

data dari lembaga non lingkungan hidup di pusat/provinsi/kabupaten/kota.

Dari data yang telah terkumpul, agar menjadi informasi yang berguna, mudah dimengerti

dan menarik maka perlu dilakukan pengolahan data dan penyusunan.

3.3.2 Pemahaman tehadap Kebutuhan Tenaga Ahli

Dari KAK yang kami terima dan telah dimengerti dengan seksama, maka tenaga yang

dibutuhkan minimal 2 orang tenaga ahli dengan pengalaman yang cukup (lebih dari 5 tahun)

ditambah dengan tenaga administrasi. Tenaga ahli tersebut mempunyai pengalaman yang

kompeten dibidangnya.

3.2.3 Pemahaman Terhadap Waktu Pelaksanaan

Setelah memperhatikan ruang lingkup pekerjaan, maka didapatkan : kegiatan ini harus

diselesaikan dalam waktu 3 bulan, sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

3.3 Tanggapan Terhadap KAK

3.3.1 Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan selama 3 bulan cukup untuk menyelesaikan dan mencapai target

dalam menghasilkan produk kegiatan.

3.3.2 Tanggapan Terhadap Latar Belakang Pekerjaan

Secara umum, latar belakang dan rumusan masalah sudah cukup jelas sehingga dapat

disimpulkan, bahwa diperlukan sebuah hasil akhir yakni Position Paper sebagai naskah

akademis bentuk kelembagaan, tugas pokok dan fungsi pejabat pengelola informasi dan

Dokumentasi Kementrian Lembaga dan Lingkungan Hidup.

PT. PEA

Page 17: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

3.3.3 Tanggapan Hasil yang Diharapkan

Kerangka acuan kerja sudah terstruktur dengan berurutan dengan baik, sehingga setiap

tahapan dapat diikuti dan akan dpat dilaksanakan dengan baik sehingga hasil yang

diharapkan dari pekerjaan dapat tercapai dengan baik dan tepat waktu.

3.3.4 Tanggapan Kebutuhan Tenaga Ahli

Kerangka acuan kerja sudah menjelaskan jumlah tenaga ahli dari berbagai bidang yang

dibutuhkan.

3.3.5 Tanggapan Kebutuhan Metodologi

Metode pelaksanaan pekerjaan penyusunan urutan informasi belum ditentukan, untuk itu

perlu dijelaskan dengan rinci.

BAB 4

APRESIASI DAN INOVASI

Ada beberapa hal yang kami anggap suatu apresiasi dan inovasi yang kami tawarkan

yakni:

PT. PEA

Page 18: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

4.1. Kerangka Teori tentang Pelaksanaan di Lapangan

Salah satu tujuan penting dari penelitian ini adalah mendeskripsikan norma-norma

yang ada dalam hukum positif yang mengatur tentang hak publik untuk mengakses

informasi dan pelaksanaannya di lapangan, maka kerangka teoritik tentang

”berjalannya sistem hukum” merupakan alat analisis yang digunakan. Kajian dimulai

dengan mencari batas-batas atau ”frame” yang ada dalam hukum positif. Batas-

batas ini kemudian dirinci sampai sejauh mana hak publik tersebut dijamin, jenis

atau materi informasi yang boleh atau tidak boleh diakses, serta bagaimana tatacara

mengaksesnya, kemudian dilihat bagimana semua itu diimplementasikan di

lapangan. Dalam pada itu kajian tentang sistem yang dikemukakan oelh Friedman

(1977) merupakan teori yang mendasarkan pikiran pada struktur, substansi dan

kultur dalam proses berjalannya sistem. Apabila teori ini diterapkan pada penelitian,

maka struktur yang dimaksudkan adalah kerangka kerja dari dinas-dinas yang

dibebani untuk menyediakan dan menginformasikan.

Dasar pemikiran berikutnya yang juga dari Friedman (1977) adalah substansi yang

diartikan olehnya sebagai aturan nyata atau hukum positif yang digunakan oleh

institusi tersebut ynag merupakan patron atau ”kerangka batas” menurut von Benda

–Beckam (1983) dari setiap individu atau aktor-aktor yang ada di dalam institusi

tersebut. Dasar pamikiran Friedman (1977) selanjutnya adalah kultur atau budaya

yang lebih lanjut diartikan sebagai ideologi, harapan dan opini tentang informasi.

Dasar pemikiran yang ketiga ini merupakan kunci dari berjalannya sistem, yaitu

bagaimana substansi yang berlaku dijalankan oleh struktur yang ada di dalam

struktur tersebut ada individu atau aktor-aktor yang dipengaruhi oleh budaya yang

terdiri dari ideologi, harapan dan opininya terhadap substansi yang berlaku. Dalam

pada itu Hikam (1990) mencoba untuk menelaah perspektif-perspektif teoritis

tentang kepatuhan dan perlawanan. Hikam mengemukakan tentang adanya dua

kecenderungan teoritis dalam literatur, pertama yang berusaha menjelaskan tentang

fenomena kepatuhan dan perlawanan dari pandangan mengenai otoritas moral

sebagai basis hubungan-hubungan sosial dan stabilitas sosial; kedua yang sebagian

besar dianut oleh kaum struktural yang menentukan tindakan-tindakan dan perilaku-

perilaku individual, termasuk kepatuhan atau perlawanannya terhapap kekuasaan.

PT. PEA

Page 19: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Namun pada bagian terakhir dari tulisan Hikam (1990) ini menganjurkan tentang

adanya proses dialektik dari struktur dan agen serta kesadaran sabagai pendekatan

untuk memahami proses kepatuhan sosial dan perlawanan. Apabila telaah dari

Hikam ini diterapkan pada individu (Friedman, 1977) atau agen (Hikam, 1990), maka

dalam penelitian ini individu dapat dibagi menjadi dua pihak, yakni individu yang

membutuhkan informasi. Keduanya mempunyai ideologi, harapan dan opini yan

berbeda tentang substansinya. Hal ini menurut Hikam (1990) disebabkan oleh

kepatuhan dan perlawanannya masing-masing; sedangkan individu yang

membutuhkan informasi juga dipengaruhi oleh struktur sosial yan disekelilingnya.

Hal ini tidak berarti bahwa individu yang ada di intitusi tidak terpengaruh oleh

struktur sosial yang ada di masyarakat, tapi pengaruh struktur sosial di tempat kerja

lebih besar sehingga seringkali tindakannya disesuaikan dengan struktur di tempat

kerja tersebut; atau dengan perkataan lain dia lebih punya kepatuhan terhadap

struktur sosial yang ada di tempat kerjanya.

Dengan teori-teori tersebut, penelitian ini akan dianalisis mulai dari substansi

positifnya, kemudian dicermati struktur institusi tersebut dilihat kepatuhan dan

perlawan individu yang ada dalam institusi tersebut sebagai pengaruh dari

penanaman ideologi, harapan dan opininya terhadap substansi yang berlaku.

4.2. Pengertian Pemerintahan yang Terbuka dan Transparan dengan Kebutuhan

Informasi bagi Masyarkat

Pada dasarnya, suatu pemerintahan yang terbuka dan transparan mensyaratkan

beberapa hal, antara lain:

Menjamin hak publik untuk mendapatkan informasi (right to information)

Menjamin hak publik untuk memantau dan mangamati perilaku pejabat

publik dalam menjalankan fungsi publiknya (right to observe)

Menjamin hak publik untuk berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan

publik (right to participate)

PT. PEA

Page 20: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Menjamin hak publik untuk dilindungi dalam mengungkapkan fakta dan

kebanaran (whistle blower protection)

Menjamin hak/kebebasan berekspresi yang diwujudkan melalui kebebasan

pers yang berkualitas (freedom of the prees)

Menjamin hak publik untuk mengajukan keberatan (right to appeal)

Keenam hak publik tersebut, apabila dijamin dalam suatu perundang-undangan yang

baik dan dijalankan dengan benar akan dengan sendirinya mendorong terjadinya

demokrasi di Indonesia.

Sementara itu, hak publik untuk mendapatkan informasi meliputi hak-hak turunan

sebagai berikut:

Hak untuk mengetahui (right to know)

Hak untuk menghadiri pertemuan publik (right to observe/right to attend

public meeting)

Hak untuk mendapatkan salinan informasi (right to obtain the copy)

Hak untuk diinformasikan tanpa adanya permintaan (right to be informed)

Hak untuk menyebarluaskan informasi (right to disseminate)

Barangkat dari kesadaran bahwa demokrasi hanya akan dapat terwujud apabila salah

satu fondasi dasarnya yaitu hak publik untuk mendapatkan informasi dijamin dalam

suatu peraturan perundang-undangan.

4.3. Semangat Dasar dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 2008

Ada beberapa semangat yang mendasar pada tertuang dalam Undang-Undang nomor 8

tahun 2008 yakni:

PT. PEA

Page 21: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

a. Undang-Undang sebagai Penyelaras bagi Seluruh Peraturan Perundang-Undangan

yang Terkait dengan Informasi

Saat ini, telah banyak perturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak

masyarakat untuk mendapatnya informasi. Namun pada umumnya, perturan tersebut

hanya menyebutkan bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi tertentu,

tidak mengatur lebih lanjut bagaimana prosedur mendapatkan informasi tersebut. Di sisi

lain, banyak pula peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang informasi

yang wajib dirahasiakan. Seringkali, aturan mengenai kewajiban untuk merahasiakan

informasi tersebut memiliki sanksi yang lebih berat dari pada kewajiban untuk

memberikan informasi ketika dilanggar. Bahkan dalam bnayak peraturan, pelanggaran

karena tidak memberikan informasi tidak dikenakan sanksi sama sekali.

Menghadapi fakta tersebut, diperlukan suatu Undang-Undang yang dapat

menyelaraskannya. Dalam Undang-Undang ini, prinsip kerahasiaan diletakkan dalam

bingkai keterbukaan. Artinya, seluruh informasi pada dasarnya adalah terbuka kecuali

informasi-informasi tertentu yang tidak dapat diakses oleh publik. Memberikan jaminan

terhadap kalima jenis hak atas informasi. Hak atas informasi meliputi: 1) hak untuk

mengetahui (right to know), 2) hak untuk menghadiri pertemuan publik (right to

observe/right to attend public meeting), 3) hak untuk mendapatkan salinan informasi

(right to obtain the copy), 4) hak untuk diinformasikan tanpa adanya permintaan (right

to be informed), dan 5) hak untuk menyebarluaskan informasi.

Hak untuk mengetahui (right to know) adalah hak setiap orang untuk mengetahui

informasi apa saja yan dimiliki oleh suatu badan publik. Sebagai konsekuensinya, setiap

badan publik wajib menyediakan informasi tentang informasi yang dimilikinya kepada

publik. Hal ini mewajibkan badan publik tersebut untuk memiliki sistem

pendokumentasi informasi yang baik dan mudah diakses serta ada pejabat khusus yang

akan melayani permintaan informasi dari masyarakat.

Sedangkan hak untuk menghadiri pertemuan publik (right to observe atau right to

attend public meeting) adalah hak setiap orang untuk menghadir pertemuan publik,

yaitu pertemuan atau rapat-rapat yang dilakukan oleh setiap badan publik yang

bertujuan untuk menentukan hal-hal atau kebijakan yang menyangkut kepentingan

PT. PEA

Page 22: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

publik. Dengan demikian, setiap rapat yang diadakan oleh badan publik adalah terbuka

sifatnya. Perlu ditekankan bahwa hak ini hanyalah hak untuk menghadiri rapat atau

pertemuan. Artinya publik tidak diperkenankan untuk memberikan masukan atau

intevensi dalam bentuk apapun selama rapat berlangsung. Apabila publik ingin

memberikan masukan maka dapat dilakukan dengan mekanisme lain yaitu partisipasi

publik, yang dalam hal ini badan publik juga wajib mewadahinya.

Hak untuk mendapatkan salinan mendapatkan salinan copy (right to obtain the copy)

merupakan konsekuensi logis dari hak untuk mengetahui. Setelah publik tahu bahwa

suatu informasi berada di suatu badan publik, maka ia pun berhak untuk mendapatkan

salinan informasi tersebut. Hal ini mensyratkan adanya suatu prosedur yang sederhana,

murah, cepat, dan tepat waktu dalam mendapatkan salinan informasi tersebut. Hak ini

jua biasa disebut dengan hak aktif karena publik harus mengajukan permintaan kepada

pajabat badan publik terlebih dahulu untuk mendapatkan salinan informasi yang

dimaksud.

Hak untuk diinformasikan tanpa adanya permintaan (right to be informed) adalah hak

setiap orang untuk mendapatkan informasi dari badan publik tanpa ia wajib

memintanya. Biasanya, informasi yang termasuk jenis ini adalah informasi-informasi

dasar tugas dan wewenang badan publik yang bersangkutan, struktur, organisasinya,

tata cara pelayanan informasinya, rencana dan kebijakan umum serta peraturan yang

dibuat atau disahkan oleh badan publik tersebut, dan sebagainya. Agar informasi jenis

ini lebih mudah diakses masyarakat, di negara-negara maju disediakan website badan

publik. Hak ini disebut hak pasif yang artinya masyarakat merupakan pihak yan pasif

karena ia tidak perlu mengajukan permintaan untuk mendapatkan salinannya.

Hak untuk menyebarluaskan informsai (right ti disseminate) meiputi antara

lainperbanyakan, penerbitan, penyiaran, atau penayangan informasi yang telah

diperoleh. Hak ini paga dasarnya meringankan tugas pejabat badan publik karena tugas

penyebarluasan informasi yan sesungguhnya menjadi tanggungjawabnya, diambil alih

oleh pihak penerima informasi yang kemudian menyebarluaskannya. Disamping itu, hak

ini juga merupakan salah satu bentuk fungsi kontrol piblik secara luas akan jalannya

tugas-tugas badan publik yang bersangkutan. Kelima hak publik ini wajib diatur dalam

PT. PEA

Page 23: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Undang-Undang tentang kebebasan memperoleh informasi dan terhadapa

pelanggarannya diperlukan sanksi yang tegas.

b. Informasi Publik Merupakan Hak Setiap Orang sehingga Tidak Memerlukan Alasan

bagi Sebuah Permintaan

Sebagaimana namanya, informasi publik adalah informasi yang dimiliki oleh publik.

Dengan demikian, adalah sangat tidak beralasan apabila publik yang meminta informasi

kepada badan publik dikenai kewajiban untuk memberikan alasan atas informasi yang

merupakan miliknya. Sejumlah pihak mengkhawatirkan akan terjadi penyalahgunaan

informasi apabila hal tersebut tidak diatur. Namun, harus dibedakan antara jaminan

untuk memperoleh informasi dengan menggunakan informasi. Kekhawatiran untuk

menggunakan informasi tidak boleh dijadikan alasan untuk menghambat hak

masyarakat untuk mendapatkan informasi.Tindakan-tindakan yang diangga sebagai

penyalahgunaan informasi, seperti pembocoran informasi ke pihak asing, penyebab pers

yang kebablasan, pencemaran nama baik, pemerasan, dan lain-lain telah diatur

tersendiri dalam Undang-Undang lain. Fakta yang berkembang selama ini justru

menunjukan sebaliknya. Ketertutupan informasi justru memberi peluang bagi pihak-

pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dari kondisi tersebut.

Undang-Undang kebebasan Informasi di beberapa negara bahkan secra tegas melarang

penggunaan asumsi penyalahgunaan informasi. Undang-undang Kebebasan Informasi di

Australia misalnya, memuat larangan bagi pejabat publik untuk mempertimbangkan

pemberian atau penolakan informasi berdasarkan prasangka bahwa informasi tersebut

akan digunakan untuk hal-hal yang negatif.

c. Akses yang Maksimal dengan Pengecualian yang Terbatas (maximum access, limited

exmption-MALE)

Prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting yang dianut oleh semua negara yang

memiliki Undang-Undang KMI. Secara garis besar,dapat dijelaskan sebagai berikut;

PT. PEA

Page 24: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Pemberlakuan pengecualian harus didasarkan pada asas kehati-hatian denag

menggunakan metoda uji konsekuensi bahaya(consequential harm test). Disini

seluruh informasi publik pada dasarnya bersifat terbuka.Pengecualian hanya dapat

dilakukan secara ketat, berorientasi pada kepentingan umum. Sebuah informasi

publik harus dinyatakab terbuka untuk umum, selain atas dasar pemikiran bahwa

informasi tersebut adalah milik publik, juga dengan mepertimbangkan maknanya

yang sangat besar dalam prinsip demokrasi dan civil society. Namun demikian,

perlu digarisbawahi bahwa tidak semua informasi dapat dibuka kepada publik. Ada

informasi-informasi tertentu yang memang tidak dapat diakses oleh publik yaitu

informasi yang pabila dibuka akan mengganggu proses penegakan hukum,

merugikan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan oersaingan usaha

sehat, membahayakan pertahana dan keamanan nasional, menggangu hubungan

baik antara negara Republik Indonesia dengan negara lain, dan melanggar privasi

seseorang. Namun perlu diingat bahwa penutupan akses bagi publik untuk

mendapat informasi ini harus didasarkan pada uji konsekuensi bahaya yanf

ditimbulkan apabila informasi tersebut dibuka (consequential harm test) dan uji

menimbang kepentingan publikyang lebih besar, apakah publik menginginkan

informasi tersebut dibuka atau ditutup (balancing public interest test). Dengan

demikian, suatu informasi yang telah dikecualikan dapat dibuka apabila publik

memang menghendakinya.

Pemberlakuan status kerahasiaan terhadap informasi memiliki batas waktu

informasi yang dikecualikan (yang tidak dapat diakses oleh publik) tidak berlaku

mutlak sepanjang waktu. Ia harus memiliki jangka waktu tertentu untuk kemudian

dapat diakses. Pada umumnya, waktu yang diberikan untuk membuka suatu

informasi yang tadinya termasuk kategori rahasia adalah 20 tahun.

Ruang lingkup badan publik tidak terbatas pada institusi negara tetapi juga institusi

di luar negara yang mendapatkan serta menggunakan anggaran negara. Untuk

menjamin akses yang maksimal, maka intitusi di luar negara yang mendapatkan

serta menggunakan anggaran negara juga dikenai kewajiban untuk membuka

informasinya kepada publik. Hal ini mengingat bahwa uang yang digunakan oleh

PT. PEA

Page 25: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

institusi tersebut adalah milik publik sehingga ia wajib bertanggung jawab kepada

publik atas penggunaan dana tersebut.

Akses horisontal sama pentingnya dengan akses vertikal. Yang dimaksud dengan

akses horisontal adalah akses badan publik untuk mengakses informasi di badan

publik lainnya, sedangkan akses vertikal adalah akses publik untuk mengakses

informasi di badan-badan publik.

Dalam praktek, seringkali terjadi sesama badan publik saling menyembunyikan informasi

karena sifat rivalitas yang tinggi diantara mereka. Hal ini tidak boleh terjadi lagi karena di

samping kontrol dari masyarakat, kontrol dari sesama badan publik juga diperlukan

dalam menjalankan roda pemerintahan. Dengan demikian, akses horisontal sama

pentingnya dengan akses vertikal dalam hal mengkses informasi.

d. Akses Informasi Secara Murah, Sederhana, Cepat dan Tepat Waktu

Pada dasarnya undang-undang informasi untuk menjamin hak masyarakat untuk

mendapatkan informasi secara murah, sederhana, cepat dan tepat waktu. Murah dalam

arti terjangkau oleh masyarakat dan dibebankan sesuai denga biaya riil. Sederhana

dalam arti prosedur yang tidak bertele-tele, jelas dan baku langkah-langkah apa saja

yang harus diikuti oleh masyarakat apabila ingin mendapatkan informasi. Informasi yang

diminta juga harus diberikan dalam waktu yang cepat dan tepat, mengingat sifat

informasi yang hanya berguna pada konteks waktu yang sangat limitatif. Hal ini

mensyaratkan adanya suatu sistem informasi dan dokumentasi yang sudah bagus di

badan-badan publik. Berkaitan dengan waktu yang jelas bagi masyarakat untuk

mengajukan keberatan atau banding atas tidak dipenuhinya permintaan informasi oleh

badan publik.

e. Informasi Harus bersifat Utuh, Akurat, Benar dan Dapat dipercaya

Pemberian informasi adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban badan publik

kepada publik. Adalah sudah menjadi kewajiban bagi badan publik untuk memberikan

pertanggungjawabannya secara akurat, benar, dan dapat dipercaya. Juga

PT. PEA

Page 26: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

memberikannya secara utuh sehingga publik mendapatkan gambaran yang lengkap

tentang informasi yang diinginkannya.

Untuk menjamin agar informasi yang diberikan badan publik tersebut utuh, akurat,

benar, dan dapat dipercaya maka dibutuhkan sistem dan komitmen yang kuat dari

pejabat publik untuk selalu mendokumentasikan seluruh kegiatan yang dilakukan dan

pemberian sanksi yang tegas apabila ada pihak-pihak yang dengan sengaja ingin

menghancurkan atau membuat informasi yang tidak benar atau menyesatkan.

f. Penyelesaian Sengketa yang Cepat, Murah, Kompeten dan Independen Melalui Proses

Konsensual Maupun Ajudikasi

Penyelesaian sengketa yang cepat, murah, kompeten, dan independen merupakan

syarat mutlak bagi sengketa informasi mengingat informasi yang unik, yang hanya

berguna dalam konteks waktu yang sangat terbatas. Oleh karenanya, mekanisme

penyelesaian sengketa informasi sebaiknya tidak diserahkan kepada pengadilan.

Pengadilan dianggap tidak sesuai untuk menyelesaikan sengketa informasi karena :

Proses untuk sampai pada keputusan biasanya memakan waktu yang sangat lama

(kecuali diatur khusus seperti pengadilan niaga).

Biaya perkara yang tidak murah, apalagi apabila kasusnya berkepanjangan dan

memakan waktu yang lama

Hakim yang memutuskan dan memeriksa perkara di pengadilan memiliki

pengetahuan yang sifatnya umum, sementara sengketa informasi memerlukan

penyelesaian sengketa yang memiliki pengetahuan khusus tentang informasi.\

Hingga saat ini, pengadilan di Indonesia belum terbukti independen. Walaupun secara

teori lembaga ini adalah lembaga yang paling independen, namun mengingat fakta di

atas maka pengadilan bukanlah pilihan yang tepat untuk menyelesaikan sengketa

informasi.

Bertolak dari beberapa alasan tersebut, lembaga yang dianggap tepat untuk

menyelesaikan sengketa informasi ini adalah lembaga quasi judisial (semi pengadilan)

yang di disain khusus yang memenuhi konsep penyelesaian informasi yang baik, yaitu :

PT. PEA

Page 27: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Bersifat independen, kompeten, serta memiliki jangka waktu tertentu dalam

memutuskan perkara

Anggotanya dipilih secara transparan dan partisipatif berdasarkan keahlian,

integritas, dan kepercayaan masyarakat

Putusannya bersifat final dan mengikat, kecuali bagi sengketa informasi yang

berdasarkan berkaitan dengan dibuka atau ditutupnya suatu informasi berdasarkan

alasan yang termasuk dalam pengecualian serta sengketa yang melibatkan

pertimbangan pembukaan informasi yang dikecualikan berdasarkan kepentingan

publik (balancing public interest-test)

Peradilan, dalam hal ini Mahkamah Agung, hanya berperan dalam memeriksa dan

memutuskan perkara banding terhadap putusan badan quasi judisial yang berkaitan

dengan masalah dibuka atau ditutupnya informasi, dengan ketentuan adanya batas

waktu yang jelas bagi proses beracaranya dan dimungkinkannya penunjukan hakim

ad hoc, yang berkompeten dibidang informasi yang disengketakan.

Lembaga peradilan, dalam hal ini Mahkamah Agung, diperlukan mengingat sengketa

tentang masalah dibuka atau ditutupnya suatu informasi berkaitan dengan pertanyaan

hukum (question of law) di samping pertanyaan dampak dari dibuka atau ditutupnya

suatu informasi (question of act). Agar keduanya dapat diakomodir maka diperlukan

institusi peradilan yang menanganinya dengan hakim ad hoc yang benar-benar mengerti

persoalan informasi.

g. Ancaman Hukuman Bagi Pihak-Pihak yang Menghambat Akses Informasi

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menghambat akses informasi, antara lain :

Dengan sengaja menghancurkan informasi tertentu

Dengan sengaja membuat informasi yang tidak benar atau menyesatkan

Lalai atau dengan sengaja tidak mendokumentasikan informasi tertentu

Tidak memberikan informasi sesuai dengan kewajiban

PT. PEA

Page 28: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Terhadap tindakan-tindakan yang menghambat akses informasi tersebut wajib

dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Ketentuan untuk

memberikan sanksi terhadap berbagai pelanggaran tersebut di atas penting mengingat

praktek yang terjadi selama ini. Banyak peraturan perundang-undangan yang menjamin

hak atas informasi, misalnya Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Undang-Undang Kehutanan. Namun, karena tidak diikuti sanksi bagi pejabat publik yang

tidak memberikan informasi, maka ketentuan tersebut tidak dipatuhi oleh pejabat publik

yang dikenai kewajiban. Untuk itu dalam UU KMI perlu diatur mengenai sanksi yang

tegas ini.

BAB 5

Metodologi dan Pelaksanaan Kegiatan

5.1. Metodologi

5.1.1. Jenis Data yang Dikumpulkan

PT. PEA

Page 29: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

a. Data Sekunder

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 dan peraturan perundang-undangan

lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan informasi dan dokumentasi

bidang lingkungan hidup di KNLH, provinsi, dan kabupaten/kota.

Undang-Undang Rahasia Negara.

Struktur dan fungsi kelembagaan pejabat secara umum dan Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup di KNLH

provinsi, dan kabupaten/kota yang ada saat ini

Jabatan-jabatan fungsional secara umum dan jabatan-jabatan fungsional

yang membantu Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dalam

melaksanakan fungsinya saat ini

b. Data Primer

Data primer juga dikumpulkan melalui pengambilan pendapat peserta public

hearing yang berhubungan beberapa hal antara lain :

Tipe dan macam data yang dikelola oleh lembaga secara umum dan

informasi di Kementerian Negara lingkungan Hidup maupun

provinsi/kabupaten/kota

Prosedur dan cara memberikan informasi ke publik oleh lembaga secara

umum dan informasi di Kementerian Negara Lingkungan Hidup maupun

provinsi/kabupaten/kota

Tipe, macam data dan informasi serta prosedur untuk memberikan

informasi ke publik dari lembaga non lingkungan hidup di

pusat/provinsi/kabupaten/kota

5.1.2. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan ada di beberapa tempat, yakni : a) Jakarta, kegiatannya meliputi

internal workshop, workshop position paper, analisis, dan penulisan position paper

PT. PEA

Page 30: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Bidang

Lingkungan Hidup dan bahasan antara tim dan tim dengan pemberi kerja, b)

Surabaya – Jawa timur, kegiatannya adalah melakukan public hearing, c) Jambi,

kegiatannya adalah melakukan public hearing, d) Medan, kegiatannya adalah

melakukan public hearing.

6.1.3. Alat dan Teknik Pengumpulan data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada kegiatan ini :

1. Untuk pengumpulan data normatif data dikumpulkan dengan

menggunakan fotokopi dan internet untuk mendapatkan hasil-hasil

workshop, konvensi-konvensi, peraturan hak atas informasi.

2. Untuk mencari masukan dalam upaya memperbaiki hasil penelitian dan

merancang penguatan akses publik terhadap informasi yang digunakan

adalah workshop public hearing

Teknik pengumpulan data ini adalah :

1. Untuk pengumpulan data normatif data dikumpulkan dengan mencetak

hasil penelusuran di internet dan mengkopi dari berbagai dokumen dan

pustaka

2. Terakhir, teknik pengumpulan data dari workshop, public hearing dengan

menulis lalu lintas diskusi dan merekam seluruh pembicaraannya.

5.2. Pelaksanaan Kegiatan

Program kerja yang diusulkan disesuaikan dengan metodologi yang akan ditempuh

dalam kegiatan ini. Program kerja secara berurutan adalah sebagai berikut :

Persiapan. Seluruh tim dan pemberi kerja melakukan konsolidasi dan diskusi

untuk membicarakan kembali proposal yang telah diajukan dalam tender.

Barangkali ada modifikasi dalam kerangka pemikiran. Apabila proposal yang

PT. PEA

Page 31: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

diajukan telah diperbaiki maka akan dikumpulkan sebagai laporan

pendahuluan

Studi literatur berupa hasil-hasil workshop, peraturan perundang-undangan,

struktur dan fungsi organisasi. Studi dilakukan oleh masing-masing tenaga

ahli yang dibantu oleh satu orang asisten. Hasil studi literatur selanjutnya

dibawa ke tim dan pemberi kerja untuk dibahas lebih detil apa-apa

kekurangannya.

Menyusun Position Paper Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup. Draft position paper

dikonsultasikan kepada pemberi kerja.

Melakukan public hearing yang diselenggarakan oleh konsultan, yakni,

Surabaya – Jawa Timur, Jambi dan Medan. Selama public hearing konsultan

akan menulis lalu lintas diskusi dan merekam seluruh pembicaraannya.

Perbaikan draft Position Paper Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup yang disesuaikan

dengan hasil public hearing.

Melaksanakan workshop akhir pembahasan Position Paper Bentuk

Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang

Lingkungan Hidup dengan mengundang seluruh eselon II KNLH serta

perwakilan dari Depkominfo, KNPAN, LAN serta Badan Kepegawaian

Nasional. Tahapan ini selesai pada November 2009.

Mengharmonisasi hasil-hasil workshop sebagai bahan Position Paper Bentuk

Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang

Lingkungan Hidup

5.3. Jadwal Kegiatan

No. KegiatanMinggu

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII1 Persiapan. Seluruh tim dan

pemberi kerja melakukan

PT. PEA

Page 32: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

konsolidasi dan diskusi untuk membicarakan kembali proposal yang telah diajukan dalam tender

2 Studi literatur tentang peraturan perundang-undangan, struktur dan fungsi organisasi

3

Penyusunan materi Position Paper Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup

4 Menyebar undangan untuk melakukan public hearing

5

Pelaksanaan public hearing yang dilakukan oleh konsultan, yakni di Medan, Jambi dan Surabaya – Jawa Timur

6

Perbaikan draft Position Paper Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup yang disesuaikan dengan hasil public hearing

7 Melakukan workshop pembahasan Position Paper Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup dengan turut mengundang pula pembicara dari instansi lain, yaitu Depkominfo, KNPAN, BKN dan LAN. Workshop ini akan diikuti oleh seluruh eselon II yang ada di Kementerian Negara

PT. PEA

Page 33: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

Lingkungan Hidup

8

Mengharmonisasi hasil-hasil workshop sebagai bahan Position Paper Bentuk Kelembagaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi bidang Lingkungan Hidup

9 Pelaporan

PT. PEA

Page 34: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

BAB 6

ORGANISASI KERJA DAN URAIAN KERJA TENAGA AHLI

6.1 Organisasi Kerja

Organisasi kerja seperti yang telah dijelaskan dalam bab 6, yakni sebagai berikut:

PT. PEA

KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

PT. Programma Evaluasi Asia

Rissalwan Habdy Lubis

Ketua Tim & Ahli Kelembagaan dan

Kebijakan

Ibnu HarsantoKelembagaan dan

Perencanaan

Rinaldi ErfanAdministrasi

Page 35: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

6.2 Uraian Kerja dan Keahlian dari tenaga ahli dan asistensnya disajikan pada Tabel

berikut:

Tenaga Ahli

Nama PerusahaanTenaga Ahli Lokal/Asing

Lingkup Keahlian

Posisi yang diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah Orang Bulan

Rissalwan Habdy Lubis

PT Programma Evaluasi Asia

lokal Kelembagaan dan Kebijakan

Ketua Tim 1. Mengkoordinasikan Kegiatan

2. Design position paper

3. Studi Literatur

4. Design bentuk paper

5. Analisis Data

6 OB

Ibnu Harsanto

PT Programma Evaluasi Asia

lokal Kelembagaan dan Perencanaan Publik

Anggota Tim

1. Membantu Ketua Tim

2. Design position paper

3. Studi Literatur

4. Analisis Data

5. Buat draft position paper

6 OB

Tenaga Pendukung

Nama Perusahaan Tenaga Ahli Lokal/Asing

Lingkup Keahlian

Posisi yang Diusulkan

Uraian Pekerjaan Jumlah Orang Bulan

Rinaldi Erfan

PT Programma Evaluasi Asia

lokal Adm Tenaga pendukung

Mencari literature dan kumpulkan data selama kegiatan pekerjaan berlangsung

2 OB

Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

PT. PEA

Page 36: Laporan PT PEA

Dokumen TeknisPosition Paper

No. Personil

Masukan PersonilOrang Bulan

Minggu

I II III IV V VI VII

VIII

IX X XI XII

1 Rissalwan Habdy Lubis 32 Ibnu Harsanto 33 Rinaldi Erfan 3

Fasilitas Dan Perlengkapan Kerja

N

oJenis Jml Kapasitas

Merk &

Tipe

Tahun

PembuatanKondisi

Lokasi

Sekarang

Bukti

Kepemilikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Komputer 3 Dual core - 2008 Baik Jakarta Milik Sendiri

2 Notebook 3 Intel Atom HP 2008 Baik Jakarta Milik Sendiri

3 Printer 1 Color Cannon 2007 Baik Jakarta Milik Sendiri

4 Meja dan kursi 4 - Ligna 2005 Baik Jakarta Milik Sendiri

5 Lemari 1 set Ligna 2003 Baik Jakarta Milik sendiri

6 TV 1 - Samsung 2007 Baik Jakarta Milik Sendiri

7 Telepon 1 - Panasonic 2002 Baik Jakarta Milik Sendiri

PT. PEA