laporan praktikum wastu 1

15
Laporan Praktikum Hari/tanggal: Kamis, 18 September 2014 Pengawasan Mutu Dosen : Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA Golongan : P1 Asisten : 1. Fairuz Sartika D. (F34100033) 2.Fleni Ayu K. H. (F34100065) UJI AMBANG BATAS (THRESHOLD TEST) Oleh : Fitri Wahyuni (F34120003) Herfina Novita Dewi (F34120020) Rezky Septiani (F34120025) Rifqi Fakhirin (F34120032)

Upload: fitri-wahyuni

Post on 11-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Uji Wastu

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Wastu 1

Laporan Praktikum Hari/tanggal: Kamis, 18 September 2014Pengawasan Mutu Dosen : Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA

Golongan : P1 Asisten :

1. Fairuz Sartika D. (F34100033)2. Fleni Ayu K. H. (F34100065)

UJI AMBANG BATAS (THRESHOLD TEST)

Oleh :Fitri Wahyuni (F34120003)Herfina Novita Dewi (F34120020)Rezky Septiani (F34120025)Rifqi Fakhirin (F34120032)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2014

Page 2: Laporan Praktikum Wastu 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rangsangan yang diberikan oleh suatu benda tidak selalu dapat menimbulkan kesan. Rangsangan yang terlalu rendah tidak akan cukup untuk menimbulkan kesan dan sebaliknya rangsangan yang terlalu tinggi juga akan memberikan kesan yang berlebihan, sehingga mengganggu kesan konsumen. Adanya indera yang cacat atau sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan dengan baik dan tidak dapat menghasilkan kesan yang wajar.

Perbedaan ini menyebabkan perlunya pengujian ambang batas yang didasarkan pada penginderaan terutama lidah. Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan terdapat beberapa macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal. Untuk mencapai kondisi atau lingkungan uji yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang cermat.

Tujuan

Tujuan praktikum pengawasan mutu yakni untuk menentukan ambang batas (absolute threshold) dan ambang pengenalan (recognition threshold) produk (sukrosa, asam sitrat, NaCl, jamu).

METODOLOGI

mulai

Sendok, gelas, air, garam (NaCl), gula (sukrosa), dan asam sitrat

Bahan dibagi menjadi dua kelompok masing-masing lima sampel berbeda dalam gelas

Page 3: Laporan Praktikum Wastu 1

PEMBAHASAN

Analisis sensori merupakan disiplin ilmu yang membutuhkan standarisasi dan pengendalian yang tepat, metode analisis ini dilaksanakan oleh beberapa panelis terlatih yang memiliki kepekaan  indrawi yang sangat tinggi sehingga mampu mendeteksi perbedaan intensitas yang kecil antar sampel yang diuji (Setyaningsih et al 2010). Analisis sensori tidak hanya menggunakan manusia sebagai objek analisis, tetapi juga sebagai penentu hasil atau data yang diperoleh, oleh karena itu dibutuhkan pencatatan dan dokumentasi yang cermat. Analisis sensori juga bersifat objektif dan subjektif. Analisis objektif berkaitan dengan penilaian terhadap kualitas suatu produk, sedangkan analisis subjektif berkaitan dengan penerimaan dan kesukaan konsumen terhadap objek yang dianalisis.

Analisis sensori yang menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang paling peka dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan untuk mengukur daya simpannya atau untuk menentukan tanggal kadaluwarsa makanan. Pendekatan dengan penilaian organoleptik dianggap paling praktis dan lebih murah biayanya.

Tujuan analisis sensori yaitu untuk mengetahui respon dan tanggapan pancaindra manusia terhadap rangsangan yang ditimbulkan suatu produk. Pancaindra yang dimaksud adalah indra penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba, dan pendengaran. Hal yang diamati diantaranya warna, tekstur, aroma, flavor, kerenyahan, dan sebagainya.

Bahan diuji oleh panelis menggunakan lidah untuk menentukan tingkat rasanya menggunakan sendok

Bahan tersebut disimpulkan rasanya termasuk rasa apa

Panelis diminta menyatakan ada atau tidaknya sifat inderawi yang diujikan

selesai

Page 4: Laporan Praktikum Wastu 1

Kualitas analisis sensori dapat mempengaruhi perkembangan bisnis suatu produk, oleh karena itu terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu merencanakan tujuan uji dengan benar, mengikutsertakan panelis yang sesuai, mengajukan pertanyaan yang tepat, mengurangi adanya bias, dan mengontrol lingkungan tempat pengujian produk. Selain itu analisis sensori dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, menentukan apakah optimasi telah diperoleh, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk. Penerimaan dan kesukaan atau preferensi konsumen, serta korelasi antara pengukuran sensori dan kimia atau fisik dapat juga diperoleh dengan analisis sensori.

Prinsipnya terdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test) dan uji afektif (affective test). Uji pembedaan untuk memeriksa apakah ada perbedaan diantara contoh-contoh yang disajikan. Uji deskripsi digunakan untuk menentukan sifat dan intensitas perbedaan tersebut. Kedua kelompok uji tersebut membutuhkan panelis yang terlatih atau berpengalaman. Sedangkan uji afektif didasarkan pada pengukuran kesukaan (atau penerimaan) atau pengukuran tingkat kesukaan relatif. Pengujian afektif yang menguji kesukaan dan penerimaan terhadap suatu produk membutuhkan jumlah panelis tidak dilatih yang banyak yang sering dianggap untuk mewakili kelompok konsumen tertentu.

Pelaksanaan analisis sensori memerlukan sekelompok orang yang akam menilai secara subjektif suatu produk tertentu yang disebut panelis. Panelis profesional biasanya dipilih melalui suatu seleksi tertentu. Syarat menjadi seorang panelis adalah mempunyai perhatian dan minat terhadap pekerjaan analisis sensori, serta memiliki waktu khusus untuk menilai suatu produk dengan kepekaan yang dibutuhkan. Tahapan seleksi panelis yaitu wawancara, seleksi dokumen dan isian, tahap penyaringan (screening), pemilihan atau seleksi kemampuan, instruksi, latihan, dan uji kemampuan (Setyaningsih et al 2010).

Tempat berupa bilik pencicipan merupakan bagian penting dalam pengujian sensori. Tempat tersebut merupakan tempat penentu seorang panelis menguji secara pribadi dan bebas, tanpa adanya komunikasi dengan panelis lain, terkecuali penguji. Rata-rata ukuran bilik yaitu panjang 60-80 cm, lebar 50-60 cm, dan tinggi lantai 150 cm.

Beberapa bagian ruangan yang dibutuhkan untuk uji sensori adalah bagian persiapan, ruang pencicip, dan ruang diskusi. Ruangan persiapan haruslah selalu bersih dan berventilasi cukup. Sedangkan ruangan pencicip harus terisolasi, kedap suara, bersuhu sejuk, serta bercahaya netral. Hal penting lainnya haruslah nyaman agar anggota panel cukup sabar menanti gilirannya.

Uji sensoris yang akan dilakukan harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengujian yang berkaitan dengan sampel yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal faktor yang ada pada panelis yang dapat mencampuri fungsi indera seperti kondisi fisiologis panelis, efek kontras, motivasi dan sugesti. Jika pada faktor panelis sedang dalam keadaan baik dan prima maka akan didapatkan hasil uji yang maksimal.

Page 5: Laporan Praktikum Wastu 1

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil uji yang berkaitan dengan sampel yakni pemilihan sampel pada awal sebelum pengujian, kesalahan teknis yang dilakukan saat pengujian, kebersihan sendok saat pengujian, media pada sampel yang akan dilakukan pengujian, air penetral yang disediakan dan waktu yang tersedia untuk melakukan pengujian. Pemilihan sampel yang kurang tepat dapat mempengaruhi rasa dari sampel lain, misalnya panelis yang mengambil sampel dengan konsentrasi tinggi pada awal pengujian maka akan menyebabkan saat pengambilan sampel yang tidak mempunyai rasa akan menjadi mempunyai rasa karena pengambilan sampel awal tadi yang masih meninggalkan rasa di mulut panelis (Sukarto 1985).

Adanya kesalahan teknis juga dapat mempengaruhi hasil pengujian, misalnya kesalahan panelis saat mencatat kode sampel. Air penetral yang digunakan juga tidak boleh bercampur dengan sampel karena akan mempengaruhi hasil pengujian. Sendok atau alat lain yang digunakan untuk mencicipi sampel juga dapat mempengaruhi misalnya saat sendok pada sampel a tertuka dengan sendok sampel b maka rasa dari sampel akan bercampur dan membuat ketidakakuratan pada hasil uji dan kebersihannya pun harus dijaga. Selain itu waktu penilaian juga sangat mempengaruhi hasil pengujian terhadap sampel, apabila waktu yang diberikan terlalu singkat maka pada pengujian tidak jarang terjadi kesalahan (Sukarto 1985).

Ambang rangsangan atau threshold adalah suatu konsentrasi bahan terendah yang mulai dapat menghasilkan kesan yang wajar. Ambang rangsangan terdiri dari 4 tingkatan yaitu ambang mutlak, ambang pengenalan, ambang pembedaan dan ambang batas. Ambang mutlak yaitu sejumlah ukuran rangsangan terkecil yang dapat memberikan kesan. Ambang mutlak dalam pengukurannya dapat didasarkan pada konversi yakni setengah dari panelis dapat mengenal atau menyebutkan dengan tepat akan sifat sensoris yang dinilai atau diuji (Kartika 1998).

Ambang pengenalan yaitu bila jenis rangsangan terkecil tersebut sudah dapat dikenali. Ambang pengenalan dapat dipengaruhi dari ambang mutlak, karena pada ambang pengenalan identifikasi jenis kesan dilakukan dan kesan tersebut ditimbulkan dari ambang mutlak. Jadi dengan ambang pengenalan, rasa dapat dikenali rasa dengan benar. Ambang pembedaan yaitu perbedaan terkecil atau dalam hal ini konsentrasi dari dua rangsangan yang dapat dikenali adanya perbedaan. Perbedaan pada rangsangan yang terjadi dapat mempengaruhi penilaian, misalnya jika perbedaannya terlalu kecil diantara dua rangsangan maka akan tidak dapat dikenali, namun apabila dua tingkat rangsangan terlalu besar maka akan mudah dikenali (Rahayu 2008).

Ambang batas yaitu konsentrasi terkecil dimana didapat kesan maksimum. Ambang batas juga merupakan rangsangan terbesar apabila tingkat rangsangan mengalami kenaikan maka intensitas kesan juga dapat mengalami kenaikan. Jika ambang mutlak, ambang pengenalan dan ambang pembedaan diterapkan pada batas rendah maka pada ambang batas diterakan pada batas atas. Menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan dapat dilakukan dengan beberapa macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis ini pada umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi terlatih (Rahayu 2008).

Page 6: Laporan Praktikum Wastu 1

Indera yang berperan dalam analisa sensori yakni penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan pencicipan. Indera penglihatan dapat mengukur kualitas sensoro dengan melihat bentuk, ukuran, warna, kejernihan dan sifat-sifat yang tampak pada produk. Misalnya kejernihan dari air mineral menandakan layak tidaknya untuk dikonsumsi. Apabila air mineral trsebut layak maka selanjutnya akan dilakukan pemasaran. Indera penciuman dapat mencium aroma dari produk yang akan diuji kelayakannya. Aroma adalah sifat sensori yang sangat sulit diklasifikasikan karena begitu beragam (Setyaningsih et al 2010).

Indera peraba yakni bagian yang peka terhadap sentuhan dan bagian ini terdapat hampir di seluruh permukaan tubuh. Rangsangan atau sentuhan yang dapat dirasakan seperti tekanan, rabaan, ketukan, dingin, panas, basah, minyak, asam dan basa. Rangsangan tersebut dikelompokan menjadi tiga tipe yaitu rangsangan mekanik, fisik dan juga kimiawi. Indera lainnya yaitu indera pendengaran yang berfungsi untuk mendengan bunyi-bunyian. Pada beberapa produk dapat dikenali mutunya dari bunyi yang dihasilkan, misalnya apabila dikocok atau dipatahkan (Setyaningsih et al 2010)

Pencicipan merupakan proses penginderaan yang terjadi karena adanya rangsangan yang sesuai dengan reseptor alat indera. Jadi, rangsangan adalah suatu penyebab yang menggertak proses penginderaan dan menyebabkan tanggapan, kesan atau kesadaran. Hubungan antara rangsangan fisik dan kesan atau tanggapan psikologis tidak selalu mudah mengukurnya. Indera pencicip pada manusia adalah lidah yang berfungsi menilai rasa. Pada permukaan lidah terdapat tonjolan kecil yang disebut papila, sehingga permukaan lidah terlihat kasar. Di dalam setiap papila terdapat banyak tunas pengecap atau kuncup pengecap. Setiap tunas pengecap terdiri dari dua jenis sel yaitu sel penyokong yang berfungsi untuk menopang dan sel pengecap yang berfungsi sebagai reseptor dan memiliki tonjolan seperti rambut yang keluar dari tunas pengecap. Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran mikro yang sensitif (reseptor), disebut mikrovilli. Pada bagian ini rambut-rambut sensori terendam dalam zat kimia yang terlarut dalam air ludah manusia. Zat-zat yang terlarut dalam ludah itu akan di deteksi oleh senso, dan akan dikirimkan pesan ke otak, lalu otak akan menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa (Ganong, 1995).

Menurut Ganong (1995), Indera pengecap pada manusia adalah lidah. Pada permukaan lidah terdapat tonjolan kecil yang disebut papila, sehingga permukaan lidah terlihat kasar. Di dalam setiap papila terdapat banyak tunas pengecap. Setiap tunas pengecap terdiri dari dua jenis sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel penyokong adalah sel yang berfungsi untuk menopang. Sedangkan sel pengecap berfungsi sebagai reseptor dan memiliki tonjolan seperti rambut yang keluar dari tunas pengecap. Tiap tunas pengecap tersusun atas mikrovilli. Mikrovilli adalah sel-sel yang memiliki rambut berukuran mikro yang sensitif (reseptor). Pada bagian ini rambut-rambut sensori terendam dalam zat kimia yang terlarut dalam air ludah manusia. Zat-zat yang terlarut dalam ludah itu akan di deteksi oleh senso dan akan dikirimkan ke otak, lalu otak akan menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa (Ganong 1995).

Manusia dapat mendeteksi empat rasa dasar yaitu rasa manis, asin, asam, dan pahit karena pada lidah manusia terdapat papila. Lidah manusia terdiri atas 4

Page 7: Laporan Praktikum Wastu 1

bagian yang masing-masing bagian akan mampu mendeteksi empat rasa dasar yaitu ujung depan, tepi depan, tepi belakang, dan pangkal lidah.

Gambar 1. Penampang Lidah manusiaDari gambar penampang lidah tersebut dapat dilihat bahwa indera

pengecap manusia yang paling sensitif terhadap rasa asin adalah lidah pada bagian tepi depan. Lidah bagian ujung depan sensitif terhadap rasa manis, lidah bagian samping (tepi) belakang sensitif terhadap rasa asam dan pangkal (belakang) lidah sensitif terhadap rasa pahit (Rahayu dan Nurosiyah 2008). Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji ambang batas untuk mendeteksi rasa manis dan asin. Manis adalah salah satu dari lima sifat rasa dasar dan hampir secara universal dianggap sebagai pengalaman yang menyenangkan. Makanan yang kaya karbohidrat sederhana seperti gula adalah yang paling umum dihubungkan dengan rasa manis, walaupun ada beberapa senyawa alami dan buatan yang lebih manis, yang beberapa di antaranya telah digunakan sebagai pengganti gula. Rasa manis ditimbulkan oleh senyawa organik alifatik yang mengandung gugus OH seperti alkohol, beberapa asam amino, aldehida dan gliserol. Sumber rasa manis terutama berasal dari gula atau sukrosa dan monosakarida. Rasa asin ditunjukkan paling baik dengan natrium klorida. Kadang-kadang dinyatakan bahwa rasa garam natrium klorida sendiri tidak sedap dan tujuan utama garam sebagai komponen makanan adalah untuk bertindak sebagai penguat bau rasa atau potensiator bau rasa. Rasa garam bergantung pada sifat kation dan anion. Jika bobot molekul kation atau anion atau keduanya bertambah besar, garam cenderung terasa pahit (deMan 1989).

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat ditentukan ambang rangsangan pada pengujian organoleptik. Nilai ambang yang dapat diperoleh dalam pengujian ini diantaranya ambang mutlak, ambang pengenalan, ambang pembedaan dan ambang batas. Perolehan nilai ambang tersebut dapat diperoleh dari tabel 1 yang berisi nilai dari daya deteksi panelis terhadap rasa manis. Nilai ambang mutlak pada rasa manis yang diperoleh pada tabel 1 yaitu pada konsentrasi 0,5% dengan daya deteksi 66,67%. Nilai tersebut dikatakan ambang mutlak karena menurut Kartika et al. (1988), nilai ambang mutlak dapat diperoleh jika 50% panelis menyatakan dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan tepat akan sifat sensoris yang dinilai. Pengukuran ambang pengenalan diperoleh pada konsentrasi 1% dengan daya deteksi 85,18%. Pengambilan nilai ambang pengenalan didasarkan atas pendapat Soekarto (1985) yang mengungkapkan

Page 8: Laporan Praktikum Wastu 1

bahwa nilai ambang pengenalan dapat diperoleh minimal 75% panelis dapat mengenali rangsangan.

Pengukuran ambang pembedaan diperoleh pada konsentrasi 1%, 1,5% dan 2% dengan daya deteksi 85,18%, 96,29%, dan 92,59%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan panelis merasakan perbedaan rasa antara air putih dengan larutan gula dimulai pada konsentrasi 1%. Sedangkan untuk ambang batas, tidak diperoleh nilainya karena syarat ambang batas adalah dapat dideteksi oleh 100% panelis, sementara daya deteksi terhadap rasa manis hanya dapat dirasakan oleh 96,29%. Akan tetapi, terjadi kesalahan saat pengujian pada peningkatan konsentrasi dari 1,5% sampai 2% karena daya deteksi panelis berkurang. Kesalahan ini disebabkan karena panelis dan penyaji dapat memberikan penilaian yang berbeda atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, pengisian yang salah saat mengisi form uji, air penetral yang seharusnya berfungsi untuk menetralkan lidah bisa menjadi tidak berfungsi akibat tercampur pada saat penuangan awal atau tercampur pada saat panelis sedang melakukan pengujian. Sendok yang tidak terbilas atau dibersihkan dengan baik sehingga dapat memberikan penilaian yang salah karena masih tertinggalnya sisa rasa dari sampel sebelumnya. Selain itu, waktu yang disediakan untuk panelis dalam melakukan pengujain secara tidak langsung juga akan mempengaruhi hasil penilaian. Waktu yang terbatas akan memberikan beban pikiran kepada panelis untuk lebih cepat mendeteksi rasa.

Berdasarkan grafik hubungan antara besarnya konsentrasi dan rata-rata besaran kesan yang diterima dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penambahan konsentrasi dari 0,1 hingga 2 rata-rata kesan yang diberikan juga terus meningkat. Hal ini berarti hubungan antara konsentrasi dengan besaran kesan yang timbul berbanding lurus. Dengan kata lain, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin tinggi pula besaran kesannya, begitu juga sebaliknya. Artinya nilai yang diperoleh dari hasil uji sesuai dengan hasil yang semestinya melalui analisis dengan kurva linier. Sedangkan berdasarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan daya deteksi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara konsentrasi dengan daya deteksi juga berbanding lurus, yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan gula maka semakin tinggi pula daya deteksinya. Hal ini ditunjukkan dengan grafik bahwa panelis sudah dapat mengenali rasa manis maksimum pada konsentrasi 1,5 yang berarti panelis sensitif dengan rasa manis walupun tidak pada konsentrasi maksimum.

Selain pengukuran ambang mutlak, pengenalan, pembedaan dan ambang batas pada rasa manis. Dilakukan pengukuran ambang rangsangan pada rasa asin. Berdasarkan data hasil pengujian, tidak diperoleh nilai ambang mutlak terhadap rasa asin, sedangkan pada ambang pengenalan dan pembedaan diperoleh nilai dengan konsentrasi 0,10% dengan daya deteksi sebesar 85,19%. Ambang batas yang diperoleh pada rasa manis memiliki daya deteksi sebesar 100% dengan konsentrasi 0,15% dan 0,2%. Dari pengujian ambang mutlak, terdapat kesalahan panelis dalam mendeteksi rasa pada konsentrasi yang seharusnya sudah memiliki perbedaan rasa dengan rasa air. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendeteksian panelis adalah kondisi fisologis,pemilihan sampel awal, kesalahan teknis, air penetral tercampur, kebersihan sendok, dan waktu yang disediakan. Kondisi fisiologis indra pengecap dapat mempengaruhi panelis dalam mendeteksi rasa. Pemilihan awal sampel yang kurang tepat dapat mencampuri rasa dari sampel

Page 9: Laporan Praktikum Wastu 1

lain, apabila panelis mengambil sampel awal dengan konsentrasi tinggi, kemungkinan sampel yang seharusnya mempunyai rasa yang lemah akan memilki rasa kuat akibat konsentrasi tinggi masih meninggalkan rasa.

Menurut Ulfah et al (2012), Kesalahan teknis dari panelis dan penyaji dapat memberikan penilaian yang berbeda atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Air penetral yang seharusnya berfungsi untuk menetralkan lidah bisa menjadi tidak berfungsi akibat tercampur pada saat penuangan awal atau tercampur pada saat panelis sedang melakukan pengujian. Sendok yang tidak terbilas atau dibersihkan dengan baik dapat memberikan penilaian yang salah karena masih tertinggalnya sisa rasa dari sampel sebelumnya. Waktu yang disediakan untuk panelis dalam melakukan pengujain secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil penilaian karena panelis akan terburu-buru dalam mendeteksi rasa. Keadaan akan berbeda jika panelis diberikan waktu yang lebih lama atau tidak terbatas, panelis akan lebih tenang tanpa beban pikiran sehingga lebih teliti dan cermat dalam mendeteksi rasa.

Berdasarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan besaran kesan yang diperoleh, peningkatan konsentrasi yang dilakukan juga meningkatkan pemberian kesan dari panelis. Sehingga, dapat dikatakan bahwa peningkatan konsentrasi larutan garam juga berbanding lurus dengan meningkatnya kesan yang diperoleh. Hal tersebut ditunjukkan dengan kurva yang berbentuk linier. Akan tetapi, berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh grafik hubungan antara konsentrasi dengan daya deteksi. Peningkatan konsentrasi juga meningkatkan daya deteksi dari panelis, tetapi pada konsentrasi 0,2 daya deteksi panelis menurun. Daya deteksi maksimum diperoleh ketika panelis dapat mengenali rasa yang terjadi pada konsentrasi 0,15.

PENUTUP

Simpulan

Ambang batas yaitu konsentrasi terkecil dimana didapat kesan maksimum. Ambang batas juga merupakan rangsangan terbesar apabila tingkat rangsangan mengalami kenaikan maka intensitas kesan juga dapat mengalami kenaikan. Jika ambang mutlak, ambang pengenalan dan ambang pembedaan diterapkan pada batas rendah maka pada ambang batas diterakan pada batas atas. Menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan dapat dilakukan dengan beberapa macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis ini pada umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi terlatih. Untuk ambang batas, tidak diperoleh nilainya karena syarat ambang batas adalah dapat dideteksi oleh 100% panelis, sementara daya deteksi terhadap rasa manis hanya dapat dirasakan oleh 96,29%. Ambang pengenalan yaitu bila jenis rangsangan terkecil tersebut

Page 10: Laporan Praktikum Wastu 1

sudah dapat dikenali. Ambang pengenalan dapat dipengaruhi dari ambang mutlak, karena pada ambang pengenalan identifikasi jenis kesan dilakukan dan kesan tersebut ditimbulkan dari ambang mutlak. Jadi dengan ambang pengenalan, rasa dapat dikenali rasa dengan benar. Sedangkan ambang pengenalan diperoleh pada konsentrasi 1% dengan daya deteksi 85,18%.

Saran

Ambang batas dan ambang pengenalan perlu diterapkan pada produk makanan siap saji di tempat penjualan makanan yang beredar di dalam maupun di luar kampus agar dapat menjadi indikator peningkatan kualitas makanan di sekitar kampus.

DAFTAR PUSTAKA

deMan JM. 1989. Kimia Makanan. Padmawinata K, penerjemah. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Principles of Food Chemistry. hlm 190-212.

Ganong, W.F., 1995. Fisiologi kedokteran. Alih bahasa oleh Petrus Adrianto. Jakarta (ID): Gramedia.

Kartika B, Hastuti P dan Supartono W. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta (ID) : PAU Pangan dan Gizi UGM.

Rahayu, Winarti P dan Siti Nurosiyah. 2008. Evaluasi Sensori. Jakarta (ID): Universitas Terbuka.

Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor (ID): IPB Press.

Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta (ID) Bhratara Karya Aksara.

Ulfah N et al. 2012. Uji ambang Rangsangan[internet]. Tersedia dari : https://www.academia.edu/7419992/organoleptik_semester_2_. [Diakses 22 September 2014].