laporan praktikum orchidologi penyilangan anggrek
DESCRIPTION
Laporan Praktikum OrchidologiTRANSCRIPT
PENYILANGAN ANGGREK
Oleh :
Nama : Hanifah Kholid BasalamahNIM : B1J011156Rombongan: IKelompok : 1
Asisten : Adven Kristianti
LAPORAN PRAKTIKUM ORKHIDOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SEODIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini tanaman anggrek banyak diminati dibandingkan dengan jenis
tanaman hias lainnya. Lebih dari 75% dari semua jenis anggrek yang paling
banyak diperdagangkan adalah Phalaenopsis sp. Tingginya potensi anggrek harus
diimbangi dengan pengembangan jenis-jenis baru yang lebih unggul (Zainudin,
2004). Keterbatasan sumber plasma nutfah anggrek yang mempunyai karakteristik
unggul dan koleksi plasma nutfah yang tidak tertata dan terkarakterisasi dengan
baik menyebabkan pemanfaatan koleksi plasma nutfah masih kurang optimal.
Teknik pemuliaan saat ini masih terbatas pada persilangan konvensional, padahal
jenis-jenis unggul umumnya diperoleh melalui introgresi gen di luar spesies.
Bioteknologi menjadi sangat penting dalam upaya perbaikan genetik anggrek.
Untuk meningkatkan produksi tanaman dan bunga anggrek yang rata-rata
produktivitasnya saat ini masih tergolong rendah bila dibandingkan potensinya,
diperlukan upaya meningkatkan potensi genetik. (Fatimah et al, 2010)
Anggrek hasil silangan satu spesies atau varietas dengan yang lainnya
disebut anggrek hibrida. Jumlah anggrek hibrida bertambah terus tiap tahunnya.
Saat ini diduga ada 35.000 hibrida (Sitanggang, 2006). Variasi yang ada pada
anggrek merupakan salah satu keunggulan tanaman tersebut yang memungkinkan
untuk dibuat hibrida-hibrida baru (Purwantoro et al, 2005).
Domini merupakan orang pertama yang berhasil melakukan penyilangan
anggrek, yaitu pada tahun 1853. Domini melakukan persilangan antara dua
spesies yaitu anggrek jenis Calanthe masuca dengan Calanthe furcata. Pada tahun
1856 hybrid yang pertama ini berbunga dan diberi nama Calanthe domini. Pada
tahun 1863 Domini berhasil memperoleh hybrid bigeneric yaitu persilangan
antara dua genera. Ia mengawinkan antara Cattleya labiata var mossiae dengan
Laelia crispa hasil dari hybrid ini diberi nama Laelio ex-niensis (Soeryowinoto,
2010).
B. Tujuan
Tujuan praktikum penyilangan anggrek yaitu dapat menyilangkan bunga
anggrek dengan kaidah-kaidah yang benar sehingga didapatkan keturunan yang
baik seperti yang diharapkan.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain tusuk gigi, kertas
putih, label, dan kamera
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah anggrek
Dendrobium sp.,
B. Metode
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dibuka kap polonia yang terdapat pada ujung column yang di dalamnya
terdapat polonia yang berwarna kuning.
3. Polonia tersebut diambil secara hati-hati menggunakan tusuk gigi, pada
saat penggambilan polonia dibawahnya ditaruh kertas putih agar apabila
polonia jatuh tidak hilang.
4. Polonia kemudian dimasukkan ke dalam lubang kepala putik.
5. Diberi lebel pada tangkai bunga yang telah disilangkan.
6. Diamati kapan bunga anggrek tersebut layu dan didokumentasikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Anggrek Dendrobium sp. sebelum disilangkan
Gambar 2. Anggrek Dendrobium sp. setelah disilangkan (layu pada hari ke-3)
B. Pembahasan
Penyilangan merupakan perkawinan antar jenis anggrek yang berbeda
sehingga mendapatkan varietas baru yang variatif. Tujuan dari dilakukannya
persilangan adalah untuk mengumpulkan dua sifat baik dari dua jenis anggrek
untuk mendapatkan kombinasi yang kita inginkan dan untuk meningkatkan
kualitas anggrek yang diperoleh. Persilangan ada bermacam-macam, diantaranya:
1. Perkawinan sendiri, dibagi menjadi true selfing, sibling, dan
intravarietal. Dikatakan true selfing jika perkawinan terjadi di antara
bunga yang masih berada dalam satu tanaman, sibling jika perkawinan
terjadi antara 2 bunga dari tanaman yang berbeda tetapi masih dari jenis
atau varietas yang sama, intravarietal jika perkawinan terjadi antara 2
tanaman dari jenis yang sama tetapi berbeda varietas.
2. Perkawinan silang, dibagi menjadi intraspesifik, interseksional, dan
intergenerik. Intraspesifik jika yang dikawinkan adalah bunga dari 2
jenis tanaman yang berbeda jenis tetapi masih berda dalam 1 marga
dan terletak dalam seksi yang sama. Interseksional jika bunga berasal dari 2
jenis tanaman yang berbeda jenis dalam 1 marga tetapi dari seksi yang
berlainan. Intergenerik jika terjadi perkawinan antara bunga dari genus yang
berbeda (Rahardja, 2003).
Persilangan untuk mendapatkan varietas unggul baru merupakan salah satu
upaya dalam pengembangan anggrek dan telah dilakukan para pemulia sejak dulu
sampai sekarang. Persilangan memerlukan induk yang mempunyai sifat-sifat
unggul sehingga perpaduan dari sifat-sifat tersebut akan muncul pada hasil
persilangan. Penyilangan anggrek memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang besar. Oleh karena itu, untuk mendukung kegiatan pemuliaan tersebut,
diperlukan induk yang memiliki sifat-sifat unggul. Pemilihan induk jantan dan
betina yang akan disilangkan harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat
kedua induk tersebut, termasuk sifat yang dominan, seperti ukuran bunga,
warna dan bentuk bunga, yang akan muncul kembali pada turunannya. Agar
penyilangan berhasil, sebaiknya dipilih induk betina yang mempunyai kuntum
bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai tangkai putik dan
bakal buah yang lebih pendek agar tabung polen (pollen tube) dapat dengan
mudah mencapai kantong embrio yang terdapat pada bagian bawah bakal
buah. Pencatatan nama kedua induk yang disilangkan sangat penting agar tidak
merusak tata namanya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah persilangan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman agar bunga masih
dalam keadaan segar dan agar hasil yang diperoleh maksimal (Widiastoety et
al., 2010).
Persilangan bertujuan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan
bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat
tahan lama sebagai bunga potong. Jumlah kuntum yang banyak dan tidak ada
kuntum bunga yang gugur sebelum mekar adalah akibat kelainan genetis serta
produksi bunga tinggi. Keberhasilan persilangan ini dapat dipengaruhi oleh
kedekatan dalam hubungan kekerabatan. Faktor lain yang perlu diperhatikan
dalam persilangan adalah mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman
induknya. Sifat-sifat ini ada yang bersifat dominan (sifat yang kuat dan menonjol)
dan sifat-sifat yang tidak nampak (resesif, misalnya keawetan bunga dan proses
pembungaannya). Sifat-sifat yang diturunkan oleh induk dari hasil persilangan F1
(keturunan pertama) dapat bersifat dominan, resesif ataupun dominan tidak
sempurna, yaitu mempunyai sifat antara kedua induk (parental) (Kencana, 2007).
Anggrek yang digunakan dalam praktikum penyilangan anggrek kali ini
adalah Dendrobium sp. yang merupakan anggrek epifit. Anggrek Dendrobium sp.
memiliki tipe pertumbuhan batang simpodial, dimana batang tumbuh terbatas dan
antara sumbu utama dan cabangnya sulit untuk dibedakan karena ukurannya yang
sama besar. Bunga anggrek Dendrobium sp. terdiri dari sepal dorsal, sepal lateral,
petal, gymnostemium, dan lebellum. Labellum pada anggrek ini berbentuk trilobi.
Buah pada Dendrobium sp. biasanya masak setelah 3-4 bulan. Dendrobium
merupakan salah satu genus anggrek terbesar dari famili Orchidaceae, dan
meliputi lebih dari 2.000 spesies (Uesato, 1996). Dendrobium sp. merupakan
salah satu kekayaan alam Indonesia, dan jumlahnya diperkirakan mencapai 275
spesies (Gandawidjaya dan Sastrapradja, 1980). Spesies anggrek Dendrobium
terbaik banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, seperti Papua dan Maluku
(Widiastoety et al., 2010).
Menurut Pierik (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau
tidaknya penyerbukan yang dilakukan pada penyilangan anggrek adalah :
1. Induk betina yang digunakan harus sehat, bila tidak maka biji yang dihasilkan
tidak bisa tumbuh sampai tingkat pemasakan biji, atau biji tidak sanggup
untuk berkecambah.
2. Induk jantan yang digunakan juga harus sehat, sehingga pollinia yang
dihasilkan berkualitas baik.
3. Sebaiknya pollinia yang disilangkan bukan hasil pollinia simpanan, tapi
diambil langsung saat akan menyilangkan.
4. Sebaiknya persilangan dengan menggunakan dua jenis tanaman anggrek yang
mempunyai hubungan genetis yang dekat.
5. Apabila melakukan penyilangan pada waktu musim hujan, sebaiknya setelah
melakukan penyilangan, selama 10 hari bunga yang dikawainkan ditutup
kantong plastik. Hal ini dilakukan bagi yang tidak memakai peneduh atau
green hose.
6. Temperatur yang terlalu tinggi atau rendah akan menyebabkan kegagalan
dalam penyerbukan.
Keberhasilan dan waktu yang dibutuhkan untuk panen buah dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain waktu kesiapan tetua jantan dan betina, cuaca saat
persilangan dilakukan, ketinggian lokasi dilakikannya persilanggan, dan terutama
faktor genetik dari tetua. Tingkat keberhasilan terbentuknya buah yang dapat
dipanen sangat rendah, sekitar 10% dari total persilangan yang dilakukan
(Dwiatmini, 2013).
Persilangan yang berhasil akan menghasilkan buah. Ciri-ciri bunga anggrek
yang berhasil disilangkan menurut Sarwono (2002), yaitu beberapa hari setelah
penyilangan, bunga yang telah diserbuki akan layu. Bakal biji akan terus
berkembang menjadi buah, dan akan terbentuk polong buah berbiji viabel.
Prosesnya berlangsung sekitar 2.5-3 bulan sejak dilakukan penyerbukan bunga.
Beberapa hari setelah penyerbukan, biasanya perhiasan bunga mulai layu, diikuti
dengan membesarnya tangkai bunga yang merupakan tempat ovari. Ovari akan
terus membesar, membentuk polong buah sampai kurang lebih berumur 2.5 -3
bulan. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya perubahan warna
buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.
Hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini bunga anggrek yang telah
disilangkan menjadi layu. Bunga anggrek layu pada hari ke-3. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang mengatakan bahwa bunga anggrek yang telah
mengalami penyerbukan, bagian perhiasan bunganya akan layu. Setelah terjadi
pembuahan, zigot yang terbentuk akan tumbuh dan berkembang menjadi embrio
di dalam biji. Bila zigot telah terbentuk, pada saat itu pula dapat dikecambahkan
atau ditumbuhkan secara in vitro. Waktu terjadinya pembuahan sangat bervariasi,
bergantung pada jenis dan varietasnya, dihitung sejak mulai dilakukan
penyerbukan sampai terjadi pembuahan (Widiastoety et al., 2010).
Tidak semua persilangan berhasil dilakukan, karena adakalanya persilangan
itu juga gagal. Kegagalan tersebut dapat terjadi dalam fase yang berbeda,
termasuk saat penyerbukan, transport, dan letak polen terhadap benang sari.
Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh hewan, kegagalannya dapat
disebabkan karena keterbatasan pollinator atau dapat juga karena kondisi
lingkungan di sekitarnya seperti temperatur dan kelembapan (Nosrati et al., 2011).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyilangan merupakan perkawinan antar jenis anggrek yang berbeda
sehingga mendapatkan varietas baru yang variatif. Tujuan dari dilakukannya
persilangan adalah untuk mengumpulkan dua sifat baik dari dua jenis
anggrek untuk mendapatkan kombinasi yang kita inginkan dan untuk
meningkatkan kualitas anggrek yang diperoleh. Bunga yang berhasil
disilangkan ditandai dengan layunya bunga setelah disilangkan.
DAFTAR REFERENSI
Dwiatmini, K. 2013. Keragaan Karakter Kualitatif Hasil Persilangan Anggrek Phalaenopsis. Journal Hort. Vol 23 (4): 291-299.
Fatimah, dan Dewi Sukma. 2010. Studi Filogenetik Dan Identifikasi Molekuler Anggrek Phalaenopsis sp. Menggunakan Marka Mikrosatelit. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi Dan Sumber Daya Genetik. Departemen Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gandawidjaya, D. dan S. Sastrapradja. 1980. Plasma nutfah Dendrobium asal Indonesia. Bull. Kebun Raya. Vol 4(4): 113−125.
Kencana, I. P. 2007. Cara Cepat Membungakan Anggrek. Gramedia. Jakarta.
Nosrati, H., Roghieh H., Ahmad R. H., Maryam N. 2011. A Comparative Assessment of Fruit Formation in Some Orchid Species From the Southern Caucasus Region. Department of Plant Science, University of Tabriz, Tabriz – IRAN.
Pierik, R. L. M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. MArtinus Nijhoff Publishers. Dordrecht.
Purwantoro, Aziz, Erlina Ambarwati, dan Fitria Setyaningsih. 2005. Kekerabatan Antar Anggrek Spesies Berdasarkan Sifat Morfologi Tanaman dan Bunga. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol 12 (1): 1-11.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sarwono, B. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. AgroMedia Pustaka. Depok
Sitanggang, M. 2006. Membidik Peluang Usaha: Kaya dari Bisnis Tanaman Hias. AgroMedia Pustaka. Depok
Soeryowinoto, Sutarni M. 2010. Merawat Anggrek. Kanisius. Yogyakarta.
Uesato, K. 1996. Influences of temperature on the growth of ceratophalae type Dendrobium. The Organizing Committee of 2nd Asia Pacific Orchid Conference, Ujung Pandang, p. 1−4.
Widiastoety, D., Nina S., dan Muchdar S. 2010. Potensi Anggrek Dendrobium dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 29 (3).