laporan praktikum kimia organik 3

11
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN 4 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS: ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma Longa L) DAN PEMISAHAN ZAT PEWARNA MAKANAN Nama : Cintya Nursyifa J S Nama asisten : Theodorus Felix (10512060) Tanggal praktikum : 23 September 2015 NIM : 11214007 Kelompok : 1

Upload: cintya-ns-natawijaya

Post on 10-Feb-2016

148 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Kimia Organik ITB

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Kimia Organik 3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 4

KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS:

ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma Longa L) DAN

PEMISAHAN ZAT PEWARNA MAKANAN

Nama : Cintya Nursyifa J S

Nama asisten : Theodorus Felix (10512060)

Tanggal praktikum : 23 September 2015

NIM : 11214007

Kelompok : 1

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2015

Page 2: Laporan Praktikum Kimia Organik 3

I. Tujuan

a. Menentukan nilai Rf dari setiap noda kurkumin melalui kromatografi lapis tipis

b. Menentukan nilai Rf dari setiap noda kurkumin melalui kromatografi lapis tipis

preparatif

c. Menentukan nilai Rf setiap noda dari zat warna melalui kromatografi kolom

d. Menentukan urutan kepolaran setiap noda dari zat warna

II. Teori dasar

a. Ekstraksi bahan alam

Ekstraksi merupakan proses pemisahan zat aktif yang dapat larut dari bahan yang

tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari ekstraksi adalah ekstrak yang

merupakan berwujud seperti pasta kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani setelah pelarutnya diuapkan.

Syarat utama penggunaan pelarut untuk ekstraksi bahan alam (senyawa organic) yaitu

non toksik dan tidak mudah terbakar (nonflammable) walapun persyaratan ini sangat

sulit untuk dilaksanakan. Pelarut untuk ekstraksi senyawa organik terbagi menjadi

golongan pelarut yang memiliki densitas lebih rendah dari pada air dan pelarut yang

memiliki densitas lebih tinggi dari pada air. Kebanyakan pelarut senyawa organik

termasuk dalam pelarut golongan pertama, seperti misalnya dietil eter, etil asetat, dan

hidrokarbon (light petroleum, heksana, dan toluena). Pelarut yang mengandung

senyawa klorin seperti diklorometan adalah pelarut yang termasuk dalam golongan

pelarut kedua. Pelarut ini memiliki toksisitas yang rendah tetapi mudah membentuk

emulsi. Beberapa pelarut yang biasa digunakan untuk ekstraksi diantaranya adalah

metanol, etanol, etil asetat, aseton dan asetonitril dengan air dan atau HCl. Toksisitas

pelarut yang digunakan merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam

ekstraksi kurkumin, mengingat akan digunakan pada produk pangan fungsional

sehingga keamanannya harus sangat diperhatikan.

b. Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam

sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase  diam dapat

berupa  bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil atau dalam  bentuk cairan

Page 3: Laporan Praktikum Kimia Organik 3

yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding  kolom. Fase

gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase  gerak, maka

prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair  dan juga

kromatografi lapis tipis, fase gerak yang di gunakan selalu cair (Rohman,2009).

1. Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik atau metode untuk memisahkan

suatu campuran yang terdiri dari beberapa komponen senyawa kimia yang

menggunakan sistem distribusi secara kontinyu di antara 2 fase. Fase yang satu

bergerak pada fase yanglain. Kedua fase tersebut adalah fase diam ( stationary

phase ) dan fase gerak ( mobilephase ). Fase diam yang digunakan adalah zat

padat dan fase gerak yang digunakan adalah zat cair. Metode pemisahan cara ini

dilakukan dengan cara menotolkan larutan sampel yang terdiri dari beberapa

komponen senyawa kimia pada lempeng penyerap atau adsorben yaitu lapisan

tipis adsorben yang dibuat pada permukaan pelat kaca atau bahan lain yang netral

kemudian dilakukan dalam pelarut sebagai pengembang yang dapat membawa

atau memisahkan komponen senyawa tersebut.

Ada beberapa keuntungan dari metode kromatografi lapis tipis yaitu:

a. Prosedurnya lebih sederhana dengan waktu yang relatif singkat.

b. Dapat digunakan untuk memisahkan sampel yang sangat kecil sampai 2

nanogram.

c. Pemisahan lebih sempurna untuk senyawa kompleks dalam larutan.

d. Mudah dideteksi

e. Lebih sensitif

2. Kromaotgrafi lapis tipis preparative

Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode yang

memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar.

Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar

pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP bersama-sama dengan

kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi

mengenai isolasi bahan alam  (Hostettmann, 2006).

Page 4: Laporan Praktikum Kimia Organik 3

KLTP klasik mempunyai beberapa kekurangan, kekurangan yang utama adalah

pengambilan senyawa dari pelat yang dilanjutkan dengan pengekstrasian dari

penjerap. Jika senyawa beracun harus dikerok dari pelat, dapat menimbulkan

masalah yang serius (misalnya Adolf dkk. 1982). Kekurangan yang lainya ialah

jangka waktu yang diperlukn untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari

pelat sendiri setelah pengekstrasian pita yang mengandung senyawa yang

dipisahkan dengan pelarut (Szekely 1983).

3. Kromatografi kolom

Kromatografi adalah proses pemisahan yang tergantung pada perbedaan distribusi

campuran komponen antara fase gerak dan fase diam. Fase diam dapat berupa

pembentukan kolom dimana fase gerak dibiarkan untuk mengalir (kromatografi

kolom) atau berupa pembentukan lapis tipis dimana fase gerak dibiarkan untuk naik

berdasarkan kapilaritas (kromatografi lapis tipis). Perlu diperhatikan bahwa senyawa

yang berbeda memiliki koefisien partisi yang berbeda antara fase gerak dan diam.

Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan bergerak lebih cepat melalui

sistem kromatografi. Senyawa dengan interaksi yang kuat dengan fase diam akan

bergerak sangat lambat (Christian, 1994; Skoog, 1993). Pemisahan komponen

campuran melalui kromatografi adsorpsi tergantung pada kesetimbangan adsorpsi-

desorpsi antara senyawa yang teradsorb pada permukaan dari fase diam padatan dan

pelarut dalam fase cair. Tingkat adsorpsi komponen tergantung pada polaritas

molekul, aktivitas adsorben, dan polaritas fase gerak cair. Umumnya, senyawa dengan

gugus fungsional lebih polar akan teradsorb lebih kuat pada permukaan fase padatan.

Aktivitas adsorben tergantung komposisi kimianya, ukuran partikel, dan pori-pori

partikel (Braithwaite and Smith, 1995).

III. Data pengamatan

a. Zat warna

Jarak pelarut

dari batas bawah

(cm)

Jarak tempuh noda (cm)

Kuning Kuning

referensi

Merah Merah

referensi

Biru Biru

referensi

4 2,1 2 2,25 2,15 2,3 2,25

Page 5: Laporan Praktikum Kimia Organik 3

b. Isolasi kurkumin

Massa produk awal: 20 gr

Massa produk akhir : 0,392 gr

Kromatografi lapis tipis

Jarak pelarut dari

batas bawah

Jarak tempuh noda (cm)

12

32.1 2.2 2.3

4 2 3 2,8 2,5 3,1

Kromatografi lapis tipis preparatif

Jarak pelarut dari

batas bawah

Jarak tempuh noda

Coklat muda Jingga

11,3 cm 2 cm 3,1 cm

IV. Perhitungan

Nilai Rf

a. Zat warna

1. Rf merah = 2,25 cm

4 cm = 0,5625

2. Rf kuning = 2 cm4 cm = 0,5

3. Rf biru = 2,3 cm4 cm = 0,575

b. Kurkumin

1. Klt biasa

a. Rf noda 1 = 2 cm4 cm = 0,5

b. Rf noda 2.1 = 3 cm4 cm = 0,75

c. Rf noda 2.2 = 2,8cm4 cm = 0,7

d. Rf noda 2.3 = 2,5 cm4 cm = 0,625

Page 6: Laporan Praktikum Kimia Organik 3

e. Rf noda 3 = 3,1cm4 cm = 0,775

2. Kromatografi lapir tipis preparatif

a. Rf coklat muda= 2 cm

11,3cm = 0,177

b. Rf jingga = 3,1 cm11,3cm = 0,2743

V. Pembahasan

Kromatografi kolom menghasilkan 3 warna utama yang menyusun warna coklat dan

terpisah berdasarkan kepolarannya. Fasa diam (silika) bersifat nonpolar, namun proton-

proton silika mengikat oksigen sehinggan silika menjadi sangat polar, ditetesi NaCl 10%

(polar) untuk memisahkan zat warna utama (coklat). Ketika ditetesi etanol:air (1 : 4) kedua

fasa akan menarik zat warna yang telah terpisah. Urutan warna saat kromatografi kolom

didasari oleh tingkat kepolaran zat warna. Fasa diam dan fasa gerak bersifat nonpolar,

keduanya menarik zat warna secara horizontal dan melawan gravitasi secara vertikal.

Perbedaan kepolaran menyebabkan perbedaan laju turun, zat yang sulit ditarik oleh kedua

fasa, cenderung polar dan akan terus bergerak ke bawah. sehingga kepolaran zat warna

meningkat kearah bawah. Urutan dari kepolaran terendah yang dihasilkan adalah zat warna

biru, merah, dan kuning. Ketika diuji dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen (butanol :

etanol : ammonia) 2% (3:1:2) dihasilkan jarak tempuk yang sesuai dan mendekati jarak

tempuh referensi.

Senyawa kurkumin yang dikromatografi ternyata menghasilkan senyawa turunannya

yaitu bis-demetoksikurkumin dan demetoksikurkumin. Senyawa tersebut dapat dipisahkan

dengan memanfaatkan perbedaan tingkat kepolaran. Hal ini dapat dilihat dari 3 lapisan

warna. Hasil kromatografi preparatif yang kami lakukan menghasilkan 2 kecenderungan

warna yaitu coklat muda dan jingga. Warna dan jarak tempuh yang berbeda menunjukkan

bahwa terdapat senyawa lain dalam kurkumin yang merupakan turunannya..

Struktur kurkumin Struktur demetoksikurkumin struktur bisdemetoksikurkumin

Kepolaran senyawa kurkumin dan turunannya dapat ditentukan dari strukturnya. Bila

memperhatikan dari struktur ketiga senyawa dapat ditentukan bahwa urutan kepolaran dari

Page 7: Laporan Praktikum Kimia Organik 3

yang paling nonpolar adalah . `struktur sendiri ditentukan dengan menggunakan berbagai

metode

VI. Kesimpulan

a. Nilai Rf dari setiap noda kurkumin melalui kromatografi lapis tipis adalah; (1) Rf

merah = 0,5625, (2) Rf kuning = 0,5, dan (3) Rf biru = 0,575

b. Nilai Rf dari setiap noda kurkumin melalui kromatografi lapis tipis preparative

adalah: (1) Rf coklat muda = 0,177 dan (2) Rf jingga = 0,2743

c. Nilai Rf setiap noda dari zat warna melalui kromatografi kolom adalah: (1) Rf 1 =

0,5, (2) Rf 2.1 = 0,75, (3) Rf 2.2 = 0,7, (4), Rf 2.3 = 0,625, dan Rf 3 = 0,775

d. Urutan kepolaran zat warna dari yang paling polar adalah warna merah, kuning,

dan biru.

VII. Daftar pustaka

Rengginasti, A. D. 2008. Pemisahan Senyawa Minyak Atsiri Rimpang Lempuyang

Gajah(Zingiber Zerumbet) secara Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitasnya Terhadap

Malassezia Furfur In Vitro

Hostettmann. M, Hostettmann. K, Marston. A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung:

Penerbit ITB. Halaman; 24-26

SKRIPSI

(Garcinia mangostana L.) Y.I.P Arry Miryanti, Ir., M.SiSapei, Lanny., Budiono, Kurniawan.,Indra, Stephen. 2011. LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADAMASYARAKATUNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANBANDUNG

Page 8: Laporan Praktikum Kimia Organik 3