laporan praktikum kariotipe, barr body & drumstick
DESCRIPTION
laporan praktikum genetika biologi fmipa ui 2013TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Genetika
PENGAMATAN KARIOTIPE, BARR BODY, &DRUMSTICK
Anggun Aiyla Nova*,A.P. Pridyantari, A.N. Sasangka, C. Guslyani, D.J. Carlos,I. Murdyanto, N.A
Rikmawati, R. Julia, S. Listiani, E. Mahfudhoh, M.T. Amani, M.S Ramadha
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Februari 2014
Abstrak
Kariotipe merupakan tampilan kromosom-kromosom yang disusun berpasangan sesuai bentuk dan ukurannya. Proses
pembuatan kariotipe disebut kariotiping. Kariotiping mempermudah dalam memelajari identitas kromosom dan
membantu memprediksi penyimpangan genetis pada level kromosom. Telah dilakukan praktikum pengamatan kariotipe
manusia normal dan kariotipe penderita Sindrom Klinefelter.Hasil kariotiping manusia normal memiliki 46 kromosom
yang terdiri dari 44 kromosom autosom dan sepasang kromosom kelamin.Hasil kariotipingpenderitaSindrom Klinefelter
menunjukkan kromosom tersebut bernotasi 44AA+XXY.Sex chromatin pada sel epitel tunika mukosa berbentuk bulat
dan terletak di dekat membran inti, disebut barr body, sedangkan pada sel darah putih sex chromatin mempunyai bentuk
menyerupai pemukul genderang sehingga disebut drumstick.
Kata kunci: barr body;drumstick; kromosom; kariotipe;
I. Pendahuluan
Abnormalitas pada fenotipe seseorang dapat terjadi
akibat abnormalitas kromosom. Kromosom memiliki
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Agar
mempermudah memelajari mengenai kromosom dan
memprediksi penyimpangan genetis pada tahap
kromosom maka disusunlah kariotipe. Kromosom
merupakan struktur padat pembawa materi genetik yang
terdiri dari dua komponen molekul, yakni molekul
*) Kelompok 1A 1
protein dan Deoxyribose Nucleic Acid
(DNA).Penyusunan molekul DNA dan protein dalam
kromosom terjadi pada tahap profase. Tahap pertama
merupakan molekul DNA berikatan dengan protein
histon dan membentuk nukleosom, nukleosom tersebut
kemudian membentuk lipatan-lipatan solenoid. Tahap
selanjutnya lipatan selonoid tersusun membentuk
benang kromatin. Benang kromatin kemudian
berkondensasi menjadi kromosom (Aryulina dkk.
2004:73-74).
Kromosom tersusun dari beberapa bagian, yaitu
kromatid, kromomer, sentromer, kinetokor, satelit dan
telomer.Kromatid adalah salah satu dari dua lengan hasil
replikasi kromosom.Kromatid terdiri dari dua bagian
yaitu p arm (petite arm, lengan pendek) dan q arm (long
arm, lengan panjang). Kromomer adalah kumpulan dari
materi kromatin yang membentuk struktur seperti
manik-manik. Sentromer adalah bagian tengah dari
kromosom yang berfungsi dalam proses distribusi
kromosom saat pembelahan sel terjadi. (Aryulina dkk.
2004: 74-75) (Yuwono 2005 : 82)
Sentromer merupakan pelekukan di sekitar
pertengahan kromosom.Pada sentromer terdapat
kinetokor yang merupakan tempat pelekatan benang
spindel selama pembelahan inti dan tempat pelekatan
lengan kromosom.Satelit adalah bagian kromosom yang
bebentuk bulat dan terletak di ujung lengan
kromatid.Telomer adalah bagian terujung pada
kromosom yang berfungsi untuk melindungi bagian
ujung kromosom agar DNA di daerah tersebut tidak
terurai (Aryulina dkk. 2004: 74--75).
Menurut letak sentromer pada lengan kromatid,
kromosom dibagi menjadi empat macam, yaitu
kromosom metasentrik, kromosom submetasentrik,
kromosom akrosentrik, dan kromosom telosentrik.
Kromosom metasentrik adalah kromosom yang letak
sentromernya berada di tengah-tengah lengan kromatid.
Kromosom submetasentrik adalah kromosom yang letak
sentromernya tidak berada di tengah-tengah lengan
kromatid sehingga kromatid tidak terbagi sama
panjangnya. Kromosom akrosentrik merupakan
kromosom yang letak sentromernya berada pada posisi
antara ujung dengan bagian tengah kromatid.Kromosom
telosentrik adalah kromosom yang letak sentromernya di
ujung suatu kromatid (Aryulina dkk. 2004:73--74).
Kariotipe adalah tampilan kromosom-kromosom
terkondensasi yang disusun berpasangan sesuai bentuk
dan ukurannya. Proses pembuatan kariotipe disebut
kariotiping (Campbell dkk. 2010: 269).Teknik klasik
pembuatan kariotipe dengan membuat foto metafase
karena pada tahap tersebut merupakan tahap yang paling
baik untuk memperoleh gambar kromosom yang jelas,
kemudian foto tersebut dipotong-potong untuk
memisahkan masing-masing kromosom, dan selanjutnya
kromosom-kromosom tersebut disusun kembali secara
teratur sesuai dengan morfologi dan ukurannya. Teknik
modern dalam pembuatan kariotipe dengan
menghubungkan mikroskop dengan kamera dan
komputer untuk menangkap dan merekam gambar
kromosom dalam komputer dan selanjutnya program
komputer akan memisahkan kromosom dan
mengaturnya berdasarkan ukuran dan morfologinya
(Jusuf 2001: 108--110).
International System for Human Cytogenetic
Nomenclature (ISCN) telah membuat suatu aturan
pengelompokan kromosom manusia menjadi tujuh grup
(A-G). Grup A terdiri atas kromosom 1-3 dengan ciri-
ciri berukuran besar, kromosom metasentrik dan
sentromer terletak di tengah. Grup B terdiri atas
kromosom empat dan lima dengan ciri-ciri berukuran
*) Kelompok 1A 1
besar dan kromosom submetasentrik. Grup C terdiri
atas kromosom 6-12 dan kromosom X dengan ciri-ciri
berukuran sedang dan kromosom ada yang metasentrik
dan submetasentrik. Grup D terdiri atas kromosom 13-
15 dengan ciri-ciri berukuran sedang, kromosom
akrosentrik, dan mempunyai kromosom satelit. Grup E
terdiri atas kromosom 16-18 dengan ciri-ciri berukuran
relatif pendek, kromosom metasentik atau
submetasentrik.Grup F terdiri atas kromosom 19 dan 20
dengan ciri-ciri berukuran pendek dan kromosom
metasentrik. Grup G terdiri atas kromosom 21 dan 22
serta kromosom Y dengan ciri-ciri berukuran pendek,
kromosom akrosentrik, kromosom 21 dan 22
mempunyai kromosom satelit, dan kromosom Y tidak
mempunyai kromosom satelit. (International Standing
Committee on Human Cytogenetic Nomenclature 2005:
6).
Tata cara penamaan kariotiping manusia (human
karyotype nomenclature), yaitusimbol pertama
menunjukkan jumlah kromosom pada sel somatik,
simbol kedua menunjukan kromosom seks, dan simbol
ketiga mengindikasi tipe abnormalitas kromosom,
seperti duplikasi, translokasi, monosomik atau trisomik.
Antara simbol pertama dan simbol kedua dipisahkan
dengan tanda koma.Antara simbol kedua dan simbol
ketiga juga dipisahkan dengan tanda koma. Nomor
kromosom yang mengindikasi adanya trisomik didahului
oleh tanda “+” sedangkan nomor kromosom yang
mengindikasi adanya monosomik didahului oleh tanda
“-“.Tanda “+”mengikuti simbol yang mengindikasikan
penambahan pada materi kromosom pada kromosom
tersebut.Tanda “-“ mengikuti simbol yang
mengindikasikan delesi pada kromosom tersebut.Huruf
“t” yang diikuti oleh tanda kurung mengindikasikan
translokasi diantara dua kromosom dalam tanda kurung.
Contoh penamaan kariotiping manusia
merupakansebagai berikut: 47, XX, +21 yang berarti 47
jumlah kromosom, XX menandakan wanita, dan
kelainan berupa trisomi pada kromosom nomor 21
(Fairbanks &Andersen 1999: 535).
Abnormalitas kromosom sering juga disebut
aberasi kromosom merupakan kondisi kromosom yang
tidak normal baik secara kuantitas maupun struktur
kromosom. Aberasi kromosom terjadi karena perubahan
jumlah kromosom atau perubahan struktur kromosom.
Perubahan jumlah kromosom dapat berupa aneuploidi
atau euploidi. Aneuploidi merupakan perubahan jumlah
kromosom yang disebabkan oleh hilangnya kromosom
saat proses mitosis atau meiosis dan tidak terjadiya
disjungsi yang menyebabkan beberapa gamet memiliki
jumlah kromosom yang lebih dari seharusya. Aneuploidi
terbagi atas nulisomik,monosomik, trisomik, dan
tetrasomik (Pierce 2005: 249--250).
Nulisomik adalah hilangnya pasangan
kromosom homolog denganrumus 2n-2.Monosomik
merupakan hilangnya satu kromosom yang dirumuskan
dengan 2n-1.Istilah partial monosomik berarti hanya
sebagian dari satu kromosom yang hilang. Kromosom
berbentuk triplikat (rangkap tiga) merupakan kelainan
yang disebut trisomik yang dirumuskan dengan 2n+2.
Contoh kasus dari kelainan tersebut merupakan Sindrom
Down. Tetrasomi merupakan kelebihan satu pasang
kromosom, sel tersebut memiliki rumus 2n+2 (Aryulina
dkk. 2004: 206).
Euploidi merupakan variasi dalam sejumlah set
dasar kromosom yang disebut genom. Euploidi terbagi
atasmonoploidi (n) yaitu hanya memiliki genom tunggal,
diploidi (2n) memiliki dua genom, dan poliploidi (3n,
4n, 5n, 6n, 8n). Euploidi juga dapat dibedakan menjadi
autopoliploidi dan alopoliploidi. Autopoliploidi
*) Kelompok 1A 1
merupakan kelipatan jumlah kromosom yang berasal
dari genom spesies yang sama, sedangkan alopoliploidi
adalah kelipatan jumlah kromosom yang berasal dari
genom spesies yang berbeda (Aryulina dkk. 2004: 204).
Perubahan struktur kromosomdapat berupa
delesi, duplikasi, inversi,translokasi, dan katenasi.Delesi
merupakan hilangnya fragmen kromosom saat
pembelahan sel (Aryulina dkk. 2004: 200). Duplikasi
merupakanmelekatnya fragmen kromosom pada
kromosom homolog sehingga menciptakan segmen
berulang. Inversi merupakan pelekatan fragmen
kromosom kepada kromosom awal secara terbalik
(Campbell dkk. 2010: 322).Translokasi merupakan
penempelan fragmen dari satu kromosom ke kromosom
lain yang bukan homolognya (Aryulina dkk. 2004: 208).
Abnormalitas kromosom dapat menyebabkan
sindrom tertentu, antara lain Sindrom Down,Sindrom
Klinefelter,Sindrom Turner, Sindrom Jacobs, Sindrom
Cri-du-chat, dan sindrom lainnya. Sindrom Down
disebabkan oleh trisomi pada kromosom nomor
21.Penderita Sindrom Down memiliki ciribertubuh
pendek, memiliki lipatan epikantus pada kelopak mata
bagian atas,memiliki bintik-bintik “Brushfield” yaitu
bintik-bintik pada iris mata, mengidap cacat jantung,
rentan terhadap infeksi pernapasan, dan memiliki
kecerdasan sangat rendah. (Campbell dkk. 2010: 323)
(Suryo 2012: 177). Sindrom Klinefelter terjadi pada pria
yang mengalami kelebihan kromosom X sehingga
memiliki kromosom seks XXY dan biasanya terjadi
pada satu di antara 2.000 kelahiran hidup.Ciri-ciri
penderita sindrom tersebut memilikipayudara membesar,
testis mengecil, steril, kaki dan lengan terlihat panjang,
dan kecerdasan di bawah normal(Suryo 2012: 175).
Sindrom Turnerdisebabkan oleh hilangnya
sebuah kromosom X pada wanita.Ciri-ciri penderitanya
bertubuh pendek, steril, tidak mengalami menstruasi,
dan sifat seksual sekunder tidak tumbuh sempurna
(Suryo 2012: 174). Sindrom Jacobs terjadi pada pria
yang memiliki kromosom seks XYY. Ciri-ciri dari
penderita sindrom tersebut memiliki sikap agresif, tubuh
yang sangat tinggi, dan muka berjerawat. Penderita
Sindrom Jacobs banyak ditemukan di penjara karena
kelakuannya yang agresif dan melanggar hokum (Suryo
2012: 176).
Sindrom Cri-du-chat disebabkan oleh delesi
pada salah satu lengan kromosom nomor 5.Sindrom
tersebut ditandai dengan suara tangisan bayi seperti
suara anak kucing, bentuk wajah tidak wajar,
pertumbuhan terhambat, dan memiliki perilaku
abnormal(Aryulina dkk. 2004: 208).
Sindrom Patau adalah sindrom yang disebabkan
oleh trisomy kromosom 13.Kasus Sindrom Patau
ditemukan pada 1:15000 kelahiran.Karakteristik dari
penderita Sindrom Patau adalah keterbelakangan mental,
memiliki kepala yang kecil, dahi yang miring, mata yang
kecil, dan kelebihan jumlah jari (Pierce 2005: 251—
254).
M.L. Barr dan Bertram dari University of
Western Ontario, Amerika Serikat, menemukan adanya
badan kromatin atau barr body di dalam sel-sel saraf
kucing betina, tetapi tidak ditemukan pada kucing
jantan. Struktur yang ditemukan tersebut berukuran
sekitar 1 μm. Mereka kemudian meneliti sel-sel epitel
tunika mukosa mulut manusia. Badan kromatin
yangditemukan pada wanita berbentuk bulat dan terletak
di tepi dekat membran sel, sedangkan pada pria tidak
ditemukan adanya badan kromatin.Sel leukosit wanita
juga mengandung badan kromatin, tetapi mempunyai
bentuk khusus yaitu menyerupai pemukul genderang
(drumstick).Barr body dapat digunakan sebagai untuk
*) Kelompok 1A 1
menentukan jenis kelamin, maka barr body dinamakan
seks kromatin (Suryo 2012: 171).
Barr body dandrumstick berasal dari inaktivasi
kromosom X. Inaktivasi kromosom X merupakan proses
kondensasi kromosom X menjadi struktur tidak aktif
untuk memenuhi kompensasi dosis. Kompensasi dosis
merupakan mekanisme untuk menghasilkan jumlah
produk gen yang sama di antara wanita (XX) dengan
pria (XY)(Robinson 2005: 73).
Mary F. Lyon berpendapat bahwaseks kromatin
sesungguhnya merupakan salah satu dari sepasang
kromosom X yang mengalami kondensasi, sehingga
jumlah seks kromatin sama dengan jumlah total
kromosom X yang dimiliki dikurangi satu (Suryo 2012:
172).
Tujuan dilakukannya praktikum pengamatan
kariotipe, barr body, dan drumstick untuk memahami
cara penyusunan kromosom menjadi kariotipe,
mengetahui perbedaan kromosom normal dan
kromosom abnormal melalui metode kariotipe, serta
memahami barr body dan drumstick.
II. Metodologi
Alat yang digunakan dalam praktikum
pengamatan kariotipe yaitu alat tulis, gunting, dan
penggaris.Bahan yang digunakan dalam pengamatan
kariotipe yaitu lem, lembar kerja, dan gambar
kromosom.Cara kerja pada praktikum pengamatan
kariotipe yaitu pertama gambar kromosom digunting
untuk memisahkan masing-masing kromosom. Kedua,
kromosom-kromosom yang memiliki ukuran, pola pita,
dan letak sentromer yang sama dipasangkan. Ketiga,
pasangan kromosom ditempelkan pada lembar kerja
berdasarkan urutan kelompoknya mulai dari autosom
pertama sampai dengan kromosom seks.
Alat yang digunakan dalam praktikum
pengamatan barr body dan drumstick yaitu kamera, dan
mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan dalam
pengamatan barr body dan drumstick adalah preparat
awetan sel leukosit dan sel epitel tunika mukosa mulut.
Cara kerja pengamatan barr body dan drumstick yaitu
pertama preparat awetan disiapkan dan diamati di bawah
mikroskop. Kedua, perbedaan barr body dan drumstick
diamati dan dicatat. Ketiga, preparat awetan yang telah
diamati difoto sebagai dokumentasi.
III. Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan pada lembar kerja kariotipe
manusia normal adalah kromosom manusia berjumlah
46 yang terdiri atas 44 kromosom tubuh dan dua
kromosom kelamin. Perbedaan kromosom tubuh dan
kromosom kelamin, yaitu ukuran kromosom tubuh lebih
besar dari kromosom kelamin, kromosom tubuh
kebanyakan berbentuk metasentrik, sedangkan
kromosom kelamin berbentuk akrosentrik. Kariotipe
kromosom disusun secara horizontal di lembar kariotipe
dengan kromosom-kromosom tubuh diletakkan di
bagian atas dan kromosom kelamin di bagian paling
bawah secara berurutan dari kromosom dengan ukuran
paling besar sampai ukuran terkecil, terlihat bahwa
kromosom tubuh terbagi menjadi tujuh kelompok
berdasarkan ukuran, bentuk, dan letak sentromer. Hal
tersebut sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa
aturan pengelompokan kromosom manusia menjadi
tujuh grup yaitu grup A sampai dengan grup G
(International Standing Committee on Human
Cytogenetic Nomenclature 2005: 6).
*) Kelompok 1A 1
Hasil pengamatan pada lembar kerja kariotipe
abnormalitas kromosom menunjukkan manusia dengan
Sindrom Klinefelter.Hal tersebut dapat diketahui dari
jumlah kromosom yang terdapat pada lembar kerja.
Kromosom pada lembar kerja berjumlah 47 dan
memiliki sepasang kromosom X. Bentuk kromosom X
pada manusia yang mengalami Sindrom Klinefelter
tampak berbeda dengan kromosom X pada manusia
normal. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang
mengatakan bahwaSindrom Klinefelter terjadi pada pria
yang mengalami kelebihan kromosom X sehingga
memiliki kromosom seks XXY dan biasanya terjadi
pada satu di antara 2.000 kelahiran hidup (Suryo 2012:
175).
Pembuatan kariotipe dilakukan pada tahap
metafase karena pada fase tersebut terjadi kondensasi
dan penebalan benang–benang kromatin sehingga
kromosom terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan
dengan fase lain dan kromosom berada sejajar di tengah
garis ekuator. Selain itu, metafase merupakan tahapan
yang berlangsung paling lama sehingga memudahkan
untuk dilakukan kariotiping (Ahluwalia 2009 : 312).
Alasan barr body terlihat pada tahap interfase karena
inaktivasi kromosom X terjadi sebelum sel mulai
membelah pada tahap interfase kromosom akan
terduplikasi, dan pada saat duplikasi tersebut kromosom
X sudah harus terinaktivasi agar kromosom dapat
diwariskan dalam keadaan tetap terinaktivasi (Magill
2001: 1).
Hasil pengamatan gambar barr bodypada sel
epitel tunika mukosa mulut wanitamelalui komputer
dapat terlihat barr body memiliki bentuk bulat dan
terletak di tepi inti. Hal tersebut sesuai dengan literatur
yang mengatakan bahwa barr body terlihat berbentuk
bulat dan terletak di tepi dekat membran sel (Suryo 2003
: 193-194).
Hasil pengamatan drumstick menggunakan
preparat awetan terlihat struktur drumstick yang
berbentuk seperti tongkat berukuran pendek namun agak
membulat di bagian ujungnya. Hal tersebut sesuai
dengan literatur yang mengatakan bahwa struktur
drumstick mempunyai bentuk khusus yaitu menyerupai
pemukul genderang (drumstick) (Suryo 2012:
171).Drumstick merupakan struktur yang terbentuk
akibat terjadinya inaktivasi kromosom X. Inaktivasi
kromosom X terjadiuntuk memenuhi kompensasi dosis,
agarpria dan wanita dapat memiliki produk dari gen
terpaut seks dalam jumlah yang sama (Magill 2001: 1)
(Campbell dkk. 2010: 288).
*) Kelompok 1A 1
Gambar 1. Barr body
[Sumber :https://encrypted-tbn3.gstatic.com]
Gambar 2. Drumstick
Perbesaran: 40x10
[Sumber : Dokumentasi Pribadi]
VI. Kesimpulan
Proses pembuatan kariotipe dilakukan dengan
mengelompokkan kromosom berdasarkan ukuran, pola
pita, dan letak sentromer. Perbedaan kromosom normal
dan kromosom abnormal dapat dilihat dari jumlah
kromosomnya, manusia normal memiliki 46 kromosom
dengan 44 kromosom autosom dan sepasang kromosom
kelamin. Kariotipe dengan 44 autosom dan sepasang
gonosom XX menyatakan wanita normal atau gonosom
XY menyatakan laki-laki normal. Kariotipe yang
berbeda dengan kariotipe tersebut menandakan bahwa
manusia yang memiliki kariotipe tersebut mengalami
abnormalitas kromosom. Barr body dan drumstick
adalah bentuk dari seks kromatin yang berguna untuk
kompensasi dosis.Kromatin seks dapat ditemukan pada
organisme yang memiliki kromosom X lebih dari satu.
*) Kelompok 1A 1
V. Daftar Pustaka
Ahluwalia, K.B. 2009.Genetics. 2th ed. New Age
International Publisher, New Delhi : ix + 451
hlm.
Aryulina, D., C. Muslim, S. & Manaf, E. W. Winarni.
2004. Biologi jilid 3. Erlangga, Jakarta :
xi+320hlm.
Campbell, N.A., J.B. Reece, 2010. Biologi.Ed. ke-8.
Terj.dari Biology; oleh Wulandari, D. T. dkk.
Erlangga, Jakarta: 486 hlm.
Fairbanks, D.F. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The
continuity of life. Brooks/Cole Publishing
Company, New Jersey: xix + 820 hlm.
International Standing Committee on Human
Cytogenetic Nomenclature. 2005. An
International System for Human Cytogenetic
Nomenclature. Karger Publishers, Farmington :
vi + 128 hlm.
Jusuf, M. 2001. Genetika I: Struktur dan Ekspresi Gen.
CV. Sagung Seto. Jakarta: xi + 300 hlm.
Magill, Clint. 2001. Sex related inheritance. 4 hlm.
https://www.tamu.edu/faculty/magill/gene310/P
DF%20files/sex-related%20inh.pdf, 10 Maret
2014 pk. 18.18 WIB.
Pierce, B. 2005. Genetics A Conceptual approach. Ed.
ke-2. W.H. Freeman Publishing, New York: 709
hlm.
Robinson, T. R. 2005. Genetics For Dummies. Wiley
Publishing, Inc. Indiana: 385 hlm.
Suryo, 2012.Genetika.Gajah Mada University Press.
Yogyakarta: xiii + 345 hlm.
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekular. Erlangga, Jakarta
: xi+320hlm.
*) Kelompok 1A 1
9