laporan praktikum ikan

43
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES EKSTRAKSI MINYAK IKAN DARI LIMBAH IKAN PATIN DAN PERHITUNGAN KADAR ALB OLEH KELOMPOK 5 KELAS A 1. TRIYANA DEFI (1107120892) 2. VIQRIE WAHYUDI (1107114175) 3. SANTOSO NUGROHO (1107114276) 4. VANY SILVIA PURBA (1107120306) 5. WYDA N SARAGI (1107114336)

Upload: triyana-defi

Post on 04-Aug-2015

916 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES EKSTRAKSI MINYAK IKAN

DARI LIMBAH IKAN PATIN DAN PERHITUNGAN

KADAR ALB

OLEH

KELOMPOK 5

KELAS A

1. TRIYANA DEFI (1107120892)

2. VIQRIE WAHYUDI (1107114175)

3. SANTOSO NUGROHO (1107114276)

4. VANY SILVIA PURBA (1107120306)

5. WYDA N SARAGI (1107114336)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2012

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

ABSTRAKIkan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang kaya dengan lemak ikan yang

bagus untuk kesehatan kita. Kandungan ikan patin / Dory (Pangasius) kaya akan manfaat seperti jenis ikan lainnya, karena selain merupakan sumber protein juga mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat,diantaranya: asam lemak tak jenuh Omega-3, Selenium, dan Taurin. Potensi kemanfaatan ini juga dilihat dari analisis kandungan gizi ikan ini mengandung 16,08% protein, kandungan lemak sekitar 5,75%, karbohidrat 1,5%, abu 0,97 % dan air 75,7%. Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak kaya manfaat karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak tak jenuh. Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang meliputi dua fase . Ekstraksi minyak ikan patin dilakukan dengan cara wet rendering dengan tujuan mengetahui ekstraksi ikan patin,menghitung rendemen dan menghitung kadar ALB . Limbah ikan patin yang sudah dibersihkan sebanyak 1,76 kg dikukus selama 3 jam 30 menit kemudian di pres sehingga didapat minyak ikan patin dengan berat 1 kg dan rendemen 59,8%. Untuk mengetahui kadar ALB pada minyak ikan patin digunakan metode titrasi minyak ikan dengan NaOH sehingga didapat kadar ALB 0,101 % . Pada minyak ikan patin dihasilkan densitas 0,3716. Kata kunci : ALB, densitas, ekstraksi, rendemen, wet rendering

ABSTRACTCatfishis one of the fresh water fish rich in fatty fish are good for our health. The content of catfish / Dory (Pangasius) is rich in benefits as other fish species, because in addition toa source of proteinalso contains many substances that are beneficial, including: unsaturated fatty acids Omega-3, Selenium, and Taurine. The potential benefitis also seen from the analysis of the nutrient content of fish contains 16.08% protein, 5.75% fat content approximately, 1.5% carbohydrate, 0.97% as hand 75.7% water. Fish oil is a nutrient-rich fatty acids benefits because it contains about 25% saturated fatty acids and 75% unsaturated fatty acids. Extraction is a separation process that includes two phases catfish oil extraction is done by rendering with the aim of knowing the wet extraction catfish, calculate the yield and calculate the levels of ALB. Catfish waste was cleaned as much as 1.76 kg of steamed for 3 hours 30 minutes later at pressin order to get oil catfish weighing 1 kg and 59.8% yield. To determine levels of ALB in catfish oil fish oil used titration method with NaOH in order to get the levels of ALB 0.101%. In the oil produced catfish density 0.3716.

Keywords: ALB, density, extraction, yield, wet rendering

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini minyak goreng tidak hanya berasal dari hasil pengolahan sawit

namun dapat dibuat dari minyak ikan dan buah kelapa. Minyak yang dihasilkan

juga tidak jauh berbeda dengan hasil pengolahan sawit. Oleh karena itu kita saat

ini tidak hanya bergantung dengan produksi sawit yang tidak begitu baik di

Indonesia. Sebagai solusinya kita dapat menggunakan minyak yang berasal dari

limbah ikan patin.

Minyak ikan merupakan senyawa lipida yang tidak larut dalam air. Minyak

ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan yang terutama

dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D dan golongan lainnya dalah

minyak tubuh ikan.

Sifat minyak ikan yang telah dimurnikan secara organoleptik yaitu cairan

yang berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya

berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml dan kadar asam lemak

bebasnya sekitar 0,1 - 13 %.

Pada percobaan yang kami lakukan menggunakan metode wet randering

dimana limbah ikan patin yang telah dibersihkan dikukus selama 3,5 jam dan

kemudian dipress sehingga keluar minyaknya. Minyak inilah yang dinamakan

minyak ikan deari limbah ikan patin.

1.2 Tujuan

Mengekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin

Menghitung rendemen

Menentukan kadar asam lemak bebas dalam minyak ikan dari limbah

ikan patin

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Ikan Patin

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang

berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin

dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual

yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan

diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup

responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam

usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga

Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk

“membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan

kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan

ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna

putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif

kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri

khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis

pendek yang berfungsi sebagai peraba.

Patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan perairan Indonesia yang telah

berhasil dibudidayakan. Sebagai ikan unggul dan ekonomis, pengembangan

budi daya ikan ini cukup prospektif. Patin merupakan ikan sungai dan muara-

muara sungai serta danau. Larva patin dapat hidup pada perairan sampai

salinitas 5000 ppm. Patin dikenal sebagai hewan nokturnal, yakni hewan yang

aktif pada malam hari dan sebagai hewan dasar, hal ini dilihat dari bentuk

mulutnya yang agak ke bawah. Penyebaran patin meliputi berbagai negara,

salah satunya di Indonesia, khususnya di pulau Kalimantan tepatnya di sungai

Mahakam di mana termasuk sungai yang luas di Indonesia. Berbagai jenis ikan

ini berkembang biak dengan baik dan merupakan makanan favorit dikalangan

masyarakat. Di alam, patin memakan ikan kecil, cacing, serangga, biji-bijian,

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan, udang-udang kecil dan

moluska. Dalam pemeliharaannya, patin dapat memakan pakan buatan

(artificial foods) berupa pelet Ikan patin memiliki karakteristik rasa yang

sangat khas, mempunyai rasa yang enak dan gurih yang banyak dikonsumsi

oleh masyarakat umum, sehingga tergolong ikan unggul, serta memiliki nilai

gizi yang tinggi terutama kandungan protein dan lemak. Akhir-akhir ini

konsumsi lemak dan minyak yang tinggi dihubungkan dengan berbagai

penyakit seperti obesitas, kanker, penyakit empedu, peningkatan kolesterol dan

resiko jantung koroner menyebabkan timbulnya kecenderungan menurunkan

kunsumsi lemak dan minyak yang mengandung asam lemak jenuh dan

meningkatkan konsumsi lemak dan minyak yang mengandung asam lemak tak

jenuh Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) dan Poly Unsaturated Fatty Acid

(PUFA) yang merupakan asam lemak esensial.

2.1.1 Manfaat ikan patin

Ikan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang kaya dengan

lemak ikan yang bagus untuk kesihatan kita. Kandungan ikan patin /  Dory (

Pangasius ) kaya akan manfaat seperti jenis ikan lainnya, karena selain

merupakan sumber protein juga mengandung berbagai zat yang sangat

bermanfaat, diantaranya : asam lemak tak jenuh Omega-3, Selenium, dan

Taurin. Potensi kemanfaatan ini juga dilihat dari analisis kandungan gizi

ikan ini mengandung 16,08% protein, kandungan lemak sekitar 5,75%,

karbohidrat 1,5%, abu 0,97 % dan air 75,7%. Kandungan zat gizi yang

terdapat pada ikan antara lain :

Omega 3, untuk proses perkembangan otak pada janin dan penting untuk

perkenbangan fungsi saraf dan penglihatan bayi.

Mengandung serat protein yang pendek sehingga mudah dicerna

Kaya akan asam amino seperti asam taurin untuk merangsang

pertumbuhan sel otak pada bayi

Vitamin A dalam minyak hati ikan untuk pertumbuhan dan kekuatan

tulang.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

Vitamin B6, membantu metabolisme asam amino dan lemak serta

mencegah anemia dan kerusakan syaraf.

Vitamin B12, untuk pembentukan sel darah merah, membantu

metabolisme lemak, dan melindungi jantung juga kerusakan syarafZat

besi yang mudah di serap oleh tubuh.

Yodium untuk mencegah terjadinya penyakit gondok , hambatan

pertumbuhan anak.

Selenium untuk membantu metabolisme tubuh dan sebagian anti oksidan

yang melindungi tubuh dari radikal bebas..

Seng yang membantu kerja enzim dan hormon.

Fluor yang berperan dalam menyehatkan gigi anak.

Banyak sekali manfaat yang di peroleh jika kita mengkonsumsi ikan,

terutama untuk masa pertumbuhan bayi dan bagi para ibi yang sedang

hamil. Konsumsi ikan Patin akan memberikan kecukupan lemak harian, dan

lemak dibutuhkan oleh tubuh sebanyak seperempat hingga sepertiga dari

total kalori sehari.

2.2. Lemak/Minyak Ikan

2.2.1 Manfaat Minyak Ikan untuk Kesehatan.

Minyak dan lemak merupakan trigliserida atau triasilgliserol.

Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat

dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak tersusun oleh asam

lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh. Lemak

dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air.

Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak

kaya manfaat karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75%

asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda atau polyunsaturated

fatty acid yang disingkat PUFA, diantaranya DHA dan EPA dapat

membantu proses tumbuh-kembangnya otak (kecerdasan), perkembangan

indra penglihatan, dan sistim kekebalan tubuh bayi balita. Kandungan

minyak di dalam ikan ditentukan beberapa faktor, yaitu jenis ikan, jenis

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

kelamin, umur (tingkat kematangan), musim, siklus bertelur, letak geografis

perairan dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan tersebut. Asam lemak

linolenat yang termasuk kedalam klas Omega-3, adalah asam lemak

essensial yaitu asam lemak yang dibutuhkan tubuh dan mengandung ikatan

rangkap yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia. Minyak ikan telah

lama digunakan dan dikenal luas di seluruh dunia. Di Skotlandia ekstraksi

minyak ikan digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan

perkembangan syaraf pusat. Di Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda,

minyak hati ikan Cod digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru,

rematik dan penyakit tulang lainnya. Berbagai penyakit tersebut dapat

disembuhkan karena minyak ikan mengandung PUFA khususnya omega-3.

Asam lemak omega-3 yang paling banyak terdapat dalam minyak ikan

adalah EPA, AA, DHA. Asam lemak ini dapat menyembuhkan berbagai

penyakit seperti aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh

darah), thrombosis mellitus, asma, mencegah proses penuaan dan conning.

Kekurangan PUFA akan meningkatkan resiko terkena kanker, menurunkan

kekebalan tubuh meningkatkan resiko thrombosis dan aterosklerosis,

menurunkan HDL, menyebabkan oksidasi dinding pembuluh darah serta

meningkatkan resiko terkena batu empedu.

Tromboksan, prostaksilin, dan leukotrien merupakan hormon eikosanoat

yang mempunyai jumlah atom karbon 20 dan merupakan asam lemak

omega-6. Eikosanoat diproduksi dari asam lemak diet, maka pencegahan

penyakit yang bersifat jangka panjang diperoleh dengan pengaturan diet

sehari-hari.

Manfaat minyak ikan untuk kesehatan antara lain:

a. Mencegah Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner umumnya disebabkan oleh aterosklerosis, dimana

komponen darah yang berperan dalam pembentukan aterosklerosis adalah

trigliserida dan kolesterol. Orang yang mengkonsumsi minyak ikan yang

kaya akan asam lemak omega-3 memiliki kadar total kolesterol dan

trigliserida darah yang lebih rendah (masing-masing 0,36 dan 1,2 mmol/L)

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi lemak sapi yang kaya akan

asam lemak jenuh (masing-masing 0,87 dan 2,18 mmol/L) dan minyak

kacang yang kaya akan asam lemak omega-6 (masing-masing 0,37 dan 2,20

mmol/L). Kolesterol dibuat oleh tubuh dari asam-asam lemak yang berasal

dari diet. Bila konsumsi asam lemak jenuh berlebih, maka hati akan terus

menimbun kolesterol yang akan ditimbun dalam tubuh dan diedarkan

melalui darah. Substitusi asam lemak jenuh dengan PUFA, khususnya asam

lemak omega-3 akan mengurangi kadar kolesterol darah. Tingkat kolesterol

plasma darah orang sehat yang normal berkisar antara 200-250 mg/100ml

darah atau 5,2-6,4 mmol/L darah.

b. Mengobati Kerontokan Rambut

Di Jepang ditemukan bahwa DHA dapat menyembuhkan kerontokan rambut

akibat kanker. DHA memberikan efek sinergis dengan obat anti kanker tipe

alkil.

c. Sistem Kekebalan Tubuh

Telah diketahui bahwa eiksanoid juga berperan dalam mempertahankan

sifat kekebalan tubuh. Thrombosit maupun limposit yang terbentuk dalam

sumsum tulang berhubungan dengan eiksanoid sebagai fungsi pengatur.

Hingga bsaat ini belum diketahui interaksi seluler antara eiksanoid dengan

prekursor thrombosit atau limposit ini dalam pembentuk sifat kekebalan

tubuh. Oleh karena itu eiksanoid berperan dalam sistem kekebalan tubuh,

maka konsumsi asam lemak omega-3 berpengaruh terhadap sistem imunitas.

d. Penyakit Kanker

Beberapa studi epidermologi telah membahas adanya hubungan antara

konsumsi lemak dengan penyakit kanker tertentu, seperti kanker payudara,

kanker usus dan kanker kelenjar. Diduga komponen penyebab tumor dan

kanker itu adalah asam-asam lemak tak jenuh omega-6. Penambahan 15%

minyak jagung dalam diet tikus-tikus percobaan yang telah diinduksi

dengan tumor dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan tumor tersebut.

Diet dengan ikan “Menhaden” telah terbukti menurunkan induksi dan

pertumbuhan tumor-pada tikus-tikus percobaan. Hal ini diduga disebabkan

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

oleh asam-asam lemak tek jenuh omega-3 yang berhubungan dengan

modifikasi metabolisme prostaglandin.

2.2.2. Manfaat Minyak Ikan untuk Kecerdasan

Otak merupakan salah satu organ tubuh yang memounyai kandungan

lemaksangat tinggi mencapai 50% berat kering dan 10% berat basah. Lemak

merupakan komponen terbesar kedua setelah jaringan adipose pada otak.

Lemak berperan dalam memodulasi struktur, fluiditas serta fungsi membran

otak. Dalam lemak otak terdiri dari kolesterol dan fosfogliserida yang kaya

akan asam lemak berantai panjang tidak jenuh jamak, khususnya asam

dokosaheksaenoat (DHA) dan asam atakidonat (AA). Asam lemak tidak

jenuh jamak (PolyUnsaturated Fatty Acid. PUFA) seperti asam lemak

omega-3 dan asam lemak omega-6 merupakan asam lemak essensial tidak

jenuh yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan membran sel. Defisiensi

asam lemak tidak jenuh ganda ini akan mempengaruhi komposisi dan

struktur membrane sel, termasuk sel-sel pada sistem syaraf yang selanjutnya

akan mempengaruhi seluruh fungsi syaraf.

2.2.3 Pengaruh Terhadap Retina Mata

Asam lemak DHA telah terbukti berpengaruh terhadap retina mata

hewan percobaan. Komponen asam lemak pada membrane sel otak dan

retina berpengaruh terhadap fluiditas dan sifat-sifat yang berhubungan

lainnya, seperti aktivitas pengikatan dari reseptor sel syaraf, permeabilitas

sel terhadap ion, aktivitas enzim terkait, serta inisiasi dan transmisi impuls

syaraf.

2.3. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang meliputi dua fase. Larutan

adalah bahan yang ditambahkan untuk suatu fase yang berbeda dari bahan yang

dipisahkan. Pemisahan tercapai jika komponen yang dipisahkan larut dalam

larutan sementara komponen yang lainnya tetap berada pada bahan asalnya.

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

Pengertian lain dari ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen

terlarut dari suatu campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan

pelarut yang sesuai. Dengan kata lain, ekstraksi merupakan pemisahan dengan

pelarut yang melibatkan perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut. Kelarutan zat

dalam pelarut tergantung pada ikatan polar dan non polar. Zat yang polar hanya

larut dalam zat yang polar, sedangkan zat nonpolar hanya larut dalam pelarut

nonpolar. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dalam praktik sehari-hari adalah

air, misalnya dalam pembuatan sari buah dari berbagai buah-buahan dan

pembuatan santan dari kelapa parut. Pelarut organik yang umum digunakan untuk

memproduksi konsentrat, ekstrak, absolute atau minyak atsiri dari bunga, daun,

biji, akar, dan bagian dalam lainnya dari tanaman adalah etil asetat, heksan,

petroleum, eter, benzene, toluene, etanol, isopropanol, aseton dan juga air.

Contoh ekstrak yang dihasilkan dari kegiatan ekstraksi adalah:

Flavor alami yang diterapkan dalam industri flavor.

Ekstraksi juga dilakukan dalam industri gula bit untuk memisahkan gula

dari gula bit.

Ekstraksi dengan air atau pelarut organik untuk menghilangkan kafein dari

biji kopi

Ekstraksi dengan air untuk menyiapkan kopi dan teh terlarut untuk

dibekukan dan dikeringkan.

Tahap pertama dari proses ekstraksi pada umumnya adalah penghancuran

secara mekanis, yaitu bahan mentah dipotong atau dihancurkan sehingga memiliki

ukuran yang kecil dan dikehendaki, agar didapat permukaan persentuhan yang

luas untuk ekstraksi. Daya ekstraksi akan meningkat dengan semakin kecilnya

ukuran bahan. Namun bahan yang terlalu halus akan dapat membentuk suspensi

dengan bahan pelarut dan dapat terjadi penguapan senyawa volatil yang

berlebihan sebelum proses ekstrasi dimulai. Istilah ekstraksi juga dikenal dalam

pengolahan lemak dan minyak, yaitu suatu cara untuk mendapatkan minyak atau

lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

2.3.1 Jenis-Jenis Ekstraksi

a. Ekstraksi secara dingin

Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk sampel dalam pelarut selama beberapa

hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,

tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang

kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi

sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak,

tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur

keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai

berikut :

Modifikasi maserasi melingkar

Modifikasi maserasi digesti

Modifikasi maserasi melingkar bertingkat

Modifikasi remaserasi

Modifikasi dengan mesin pengaduk

Metode Sokletasi

Sokletasi merupakan proses ekstraksi secara berkesinambungan.

Pelarut dipanaskan sehingga menguap, lalu uap dari pelarut

terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan

turun kembali menarik komponen pada bahan di dalam selongsong

dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu didih alas bulat setelah

melewati pipa sifon.

Keuntungan metode ini seperti dapat digunakan untuk sampel

dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasannya dapat

diatur

Sedangkan kerugian dari metode seperti karena pelarut didaur

ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-

menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian

oleh panas.Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat

mengendap dalam wadah dan membutuhkan jumlah pelarut yang lebih

banyak untuk melarutkannya. Bila dilakukan dalam skala besar,

mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih

yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang

berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk

pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode Perkolasi

Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya

dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap

pengembangan bahan, maserasi antara,  perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai

diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali volum bahan.

Prosedurnya begini: sampel di rendam dengan pelarut, selanjutnya

pelarut (baru) dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus menerus sampai

warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah

tidak ada lagi senyawa yang terlarut.

b. Ekstraksi secara panas

Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan

adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian

dibandingkan cara dingin.Metodanya adalah:

Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada

titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Umumnya

dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada residu

pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna.

Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan

kondensor, panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus

akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan

dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu

terus. Proses umumnya dilakukan selama satu jam.

Ekstraksi dengan alat Soklet 

Ekstraksi dengan alat Soklet  merupakan ekstraksi dengan pelarut

yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus

sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik

(kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soklet dan tidak

dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan,

yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam

kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi

sampel.

Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu)

yang dilakukan pada suhu lebih tinggi dari suhu ruangan, secara

umum dilakukan pada suhu 40ºC – 50ºC.

Infusa 

Infusa merupakan proses ekstraksi dengan merebus sampel

(khusunya simplisia) pada suhu 900C.

Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-

minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman.Metode destilasi uap

air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak

menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik

didih tinggi pada tekanan udara normal.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

c. Ekstraksi jangka pendek atau disebut juga proses pengocokan

Hampir dalam semua reaksi organik, dalam proses pemurniannya

selalui melalui proses ekstraksi (penarikan senyawa cair yang akan

dimurnikan dari pelarut air oleh pelarut organik dengan cara

mengocoknya dalam corong pisah). Pelarut organik yang biasa dipakai

untuk melarutkan senyawa organik / ekstraksi ialah eter. Hal ini

dikarenakan eter merupakan pelarut yang memiliki sifat inert, mudah

melarutkan senyawa-senyawa organik, dan titik didihnya rendah

sehingga mudah untuk dipisahkan kembali dengan cara destilasi

sederhana.

Cara ekstraksi ini biasa dipergunakan dalam :

o Pembuatan ester, untuk memisahkan ester dari pencampurnya.

o Pembuatan anilin, nitrobenzen, kloroform, dan preparat organik

cair lainnya.Bahan yang akan dipisahkan dalam suatu campuran

akan terdistribusi diantara pencampurnya dan pelarutnya

membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian ekstraksi jangka

pendek merupakan proses pengocokan yang dilakukan dengan

menggunakan corong pisah, setelah dikocok dengan kuat dengan

mencampurkan pelarut yang lebih baik bila didiamkan larutan akan

membentuk dua lapisan.

Gambar 2.1. Ekstraksi jangka pendek

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

d. Ekstraksi jangka panjang

Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan

alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa

organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh

dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan

menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.

2.3.2 Jenis Ekstraksi Minyak

1. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari

bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air

yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu

hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada

dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga

mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.

Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet

rendering dan dry rendering.

a. Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah

air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel

yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi

serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan

temperature rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor

netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan

pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk, kemudian air

ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu

50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan

kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan

temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses wet

rendering dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai

dengan tekanan uap air, dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah

autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan

kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound

selama 4-6 jam.

b. Dry Rendering 

Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama

proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka

dan dilengkapi dengan mantel pemanas serta alat pengaduk (agitator).

Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan

ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil

diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C-

110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan

pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari

ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari

bagian atas ketel.

2. Pengepresan Mekanik (mechanical expression)

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau

lemak,terutama untuk bahan-bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini

dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak

tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan

pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.

Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan

dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua cara umum

dalam pengepresan mekanis,yaitu:

1. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing).

2. Pengepresan berulir (expeller pressing)

a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)

Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar

2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

yang dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan

yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal.

Sedangkan banyak nyaminyak yang tersisa pada bungkil bervariasi

antara 4 sampai 6 persen,tergantungdari lamanya bungkil ditekan

dibawah tekanan hidra. 

b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang

terdiridari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan

berlangsung padatemperatur 240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-

20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar

sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih

mengandung minyak antara 4-5 persen. Cara lain dalam mengekstraksi

minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau

lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan

secara mekanik atau dengan sentrifusi.

3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent extraction)

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak

dalampelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan

kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah,dan

mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari

expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut

terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasadigunakan dalam

proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleumeter, gasoline

carbon disulfide, karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan. Perlu

diperhatikan bahwa jumlah pelarut yang menguap atau hilang tidak boleh

lebih dari 5%. Bila lebih, seluruh system solvent extraction perlu diteliti

lagi. Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi.

Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis

ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang

dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan

rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut

dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan

minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan

metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan

1. Alat pengukus

2. Corong Pisah

3. Kain lap

4. Buret

5. Pipet tes

6. Erlenmeyer

7. Gelas kimia

8. Corong

9. Botol

10. Statif

11. Baskom

12. Sarung tangan

13. Penangas air

14. Timbangan

3.2. Bahan :

1. Limbah ikan patin

2. NaOH yang telah distandarisasi

3. Phenolphtalein

4. Alkohol (etanol)

5. Air

3.3. Prosedur percobaan :

a. Pengolahan minyak ikan patin menggunakan metode Wet Rendering

1. Bersihkan limbah ikan patin dan kemudian di timbang.

2. Bentangkan Kain Serbet diatas pengukus.

3. Masukkan Limbah ikan ke dalam pengukus yang telah diisi air hingga

batas yang telah di tentukan

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

4. Limbah ikan patin dikukus selama 4 jam.

5. Setelah 4 jam, Matikan pengukus dan tunggu hingga dingin.

6. Kemudian Limbah ikan di press menggunakan kain serbet tadi.

7. Timbang minyak yang di peroleh.

b. Penentuan kadar asam lemak bebas

1. Siapkan larutan NaOH di dalam buret.

2. Kemudian ambil sampel minyak sebanyak 20 ml dan masukkan

kedalam Erlenmeyer.

3. Tambahkan 20 ml alkohol sebagai pelarut

4. Tutup mulut erlenmeyer dengan aluminium foil agar tidak menguap dan

teroksidasi.

5. Panaskan dalam Water Batch lebih kurang 5 menit.

6. Tambahkan 2-3 tetes Phenoptalein sebagai indicator warna.

7. Lakukan titrasi sampai warna larutan menjadi tidak berwarna lagi.

8. Catat titik akhir titrasi dan tentukan persentase asam lemak bebas.

c. Uji densitas minyak

1. Timbang berat piknometer kosong

2. Isilah dengan sampel minyak hingga penuh.

3. Kemudian timbanglah piknometer yang telah diisi minyak tadi

4. Selanjutnya uji densitas minyak.

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berat sampel : 1,67 kg

Berat minyak : 1 kg

Rendemen : 59,8%

Massa jenis : 0,3716 gr/cm3

%ALB : 1,01%

4.2 Pembahasan

Pada percobaan ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin, kita

menggunakan metode rendering. Metode ini digunakan jika diduga bahan

mengandung minyak/lemak dengan kadar air yang tinggi. Ikan patin mengandung

kadar air sekitar 82,2%. Pada praktikum kali ini, digunakan metode wet rendering

di mana proses rendering dilakukan dengan penambahan air, dengan kata lain

sistemnya mirip dengan pengukusan.

Pertama pengukus diisi air secukupnya lalu diletakkan sekat. Kemudian

dimasukkan limbah ikan patin yang sebelumnya telah dicuci, dibersihkan, dan

ditimbang sebanyak 1670 gram atau 1,67 kg, yang telah dialasi kain lap ke dalam

pengukus. Selanjutnya pengukus ditutup dan dilakukan proses pengukusan selama

3,5 jam dengan api yang cukup besar.

Setelah selesai, hasil pengukusan dimasukkan ke dalam corong pisah untuk

dilakukan pemisahan antara minyak dan air, sedangkan limbah ikan dibuang

setelah dilakukan pengepressan. Tujuan dari dimasukkannya hasil pengukusan ke

dalam corong pisah agar kita bisa mendapatkan minyak ikan tanpa adanya

kandungan air lagi. minyak hasil pemisahan dimasukkan ke dalam botol

kemudian ditimbang dan didapatkan beratnya 1000 gram atau sama dengan 1 kg.

Kemudian dilakukan proses titrasi untuk menentukan kadar ALB minyak

ikan patin. digunakan 20 ml minyak ikan patin dan 20 ml alkohol yang

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

sebelumnya dipanaskan pada water batch agar larutan homogen. kemudian

ditambahkan phenolphtalein yang digunakan sebagai indikator. kemudian

dilakukan titrasi oleh NaOH 2N. Titrasi berakhir setelah terjadi perubahan warna

menjadi merah muda, dan didapatkan volume NaOH yang digunakan yaitu 3ml.

dari sini, baru dicari %ALB nya dan didapatkan hasilnya 0,101%. diketahui

%ALB secara teoritisnya berkisar antara 0,1%-12%, hal ini menunjukkan bahwa

%ALB yang didapatkan dari praktikum ini masuk rentang tersebut dan

menunjukan kualitas minyak sudah cukup baik. Kelompok sebelumnya

mendapatkan %ALB sebesar 0,05%. Perbedaan ini disebabkan oleh lamanya

rentang waktu perlakuan ekstraksi terhadap bahan dari didapatkannya bahan

tersebut. Dengan kata lain, kesegaran dari bahan mempengaruhi besarnya nilai

%ALB.

Selanjutnya penghitungan rendemen dari hasil praktikum dan didapatkan

rendemennya 59,8%. Kelompok praktikum sebelumnya mendapatkan rendemen

sebesar 54,24%. Perbedaan dari rendemen ini dipengaruhi oleh jumlah sampel

yang digunakan dan minyak hasil ekstraksi berbeda. Jumlah sampel yang

digunakan oleh kelompok sebelumnya adalah 1,23 kg dengan minyak yang

dihasilkan sebesar 667,13 gram. Sementara jumlah sampel yang kami gunakan

adalah 1,67 kg dengan berat minyak hasil 1 kg.

Yang terakhir dilakukan penentuan berat jenis dari minyak ikan patin

dengan menggunakan piknometer. piknometer kosong ditimbang dan didapatkan

beratnya 15,56 gram. sedangkan berat piknometer yang telah diisi minyak hingga

penuh adalah 24,85 gram. Dari data-data tersebut bisa dihitung berat jenisnya

dengan rumus massa minyak/volum piknometer dan didapatkan hasilnya 0,3716

gr/cm3. Kelompok sebelumnya mendapatkan massa jenis sebesar 0,93 gr/ml.

Perbedaan nilai densitas yang cukup besar ini menunjukkan bahwa minyak hasil

praktikum kelompok kami lebih encer daripada kelompok sebelumnya. Kecilnya

nilai densitas ini disebabkan oleh ketidakmurnian minyak yang ditunjukkan oleh

besarnya %ALB yang didapat yaitu 0,101% bila dibandingkan dengan kelompok

sebelumnya yaitu 0,05%.

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

Setelah 2 hari praktikum, dilihat kembali minyak ikan hasil ekstraksi.

Ternyata terbentuk endapan dan beratnya berkurang menjadi 950 gram.

Pembentukan endapan ini dikarenakan kandungan asam lemak jenuh yang

dikandung minyak ikan patin dan panjangnya rantai karbonnya. Selain itu ada

pembentukan asam lemak bebas disebabkan oleh proses hidrolisa yang

dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya temperatur, waktu penyimpanan, dan

kandungan air. Kadar asam lemak yang paling tinggi didapatkan pada suhu kamar

(25o-27o), karena enzim bekerja optimal pada suhu kamar. Secara alami asam

lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, baik karena

aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim atau air.

Hidrolisis juga diakibatkan kandungan air dalam minyak, yang bisa berasal dari

pemisahan pada corong pisah yang belum sempurna dan bisa juga berasal dari

udara. Udara mengandung uap air yang berasal dari proses penguapan air yang

ada di permukaan bumi. Reaksi hidrolisis trigliserida terjadi dengan proses

sebagai berikut:

4.1. Reaksi hidrolisis trigliserida

Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menghasilkan bau tengik

dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas juga dapat menyebabkan warna

gelap. Hal ini menunjukkan bahwa minyak ikan harus segera digunakan dan tidak

dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena semakin lama disimpan

semakin banyak endapan yang dihasilkan sehingga minyak yang dapat digunakan

semakin sedikit.

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Minyak ikan patin yang didapat 1 kg

2. % Rendemen minyak ikan patin yang di dapat 59,8 %

3. % ALB minyak ikan patin yang dihasilkan 0,101 %

4. Masa jenis minyak ikan patin yang didapat 0,3716

5.2 Saran

1. Pada saat pemilihan limbah ikan patin pilihlah isi perut ikan patin yang

berwarna kuning.

2. Sebaikanya jumlah air yang digunakan memiliki perbandingan yang sama

dengan sampel agar menghasilkan minyak yang bagus dan tidak memiliki

kadar asam lemak bebas yang tinggi.

3. Pada proses pemisahan pada corong pisah upayakan endapan dan air turun

dulu,setelah itu barulah proses pemisahan dilakukan.

4. Pada waktu pemanasan menggunakan water batch sebaiknya labu jangan

sampai menyentuh dasar water batch.

5. Praktikan harus berhati-hati pada saat titrasi sedang berlangsung agar titrasi

tidak melewati titik akhir titrasi.

6. Pada saat melakukan perhitungan berhati-hati agar hasil yang diperoleh

lebih akurat.

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

DAFTAR PUSTAKA

Almuslimun, supry (2010). Proses Pengolahan Minyak Ikan.

http://laskarsamudra.blogspot .com/2010/03/proses-pengolahan-minyak-

ikan.html. akses 21 oktober 2012

Hart, Harold (1990). Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Indera, Arbhy. 2011. Isolasi Minyak Ikan dari Limbah Ikan Patin.Laporan

Praktikum Kimia Organik. Universitas Riau.

Irdoni HS & Nirwana HZ. 2012. Modul Praktikum Kimia Organik. Universitas

Riau.

Irianto, H. E (2002). Diversifikasi Pengolahan Produk Perikanan Jakarta :

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Jarreau, Emile.(2009). Fungsi Minyak Ikan Pada Kesehatan Anda.

http://sehatmusehatku.wordpress.com/2009/10/05/fungsi-minyak-ikan-pada-

kesehatan-anda/. [23 Oktober 2012]

Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.

Murtiningrum. Ekstraksi Minyak Dengan Metode Wet Randering dari Buah

Pandan. Jurnal Teknologi Industri Pertama Volume 15(1),28-33. Institut

Pertanian Bogor.

Rajayu, Suparni (2009). Ekstraksi. http://www.chem-is-try.org. [23 Oktober 2012]

Winarno (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

LAMPIRAN A

Gambar A.1. Pemisahan limbah ikan patin Gambar A.2. Limbah ikan patin setelah

dipanaskan

Gambar A.3. Isolasi minyak ikan patin Gambar A.4. Minyak ikan hasil ekstraksi

Gambar A.5. Pengepresan hasil pemanasan Gambar A.6. Hasil isolasi limbah

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

Gambar A.7. Campuran minyak + alkohol Gambar A.8. Pemanasan minyak + alkohol

Gambar A.9. Uji ALB Gambar A.10. Proses pemanasan

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM IKAN

LAMPIRAN B

1. Massa limbah ikan patin : 1670 gram

2. Waktu pengukusan : 3,5 jam

3. Mr minyak : 282

4. Volume NaOH terpakai : 3 ml

5. Normalitas NaOH : 2 N

6. Massa minyak ikan patin : 1000 gram

7. Massa piknometer kosong : 15,56 gram

8. Massa piknometer + minyak : 24,85 gram

a. Rendemen : Berat minyak yang didapat

Berat sampel awal

: 1000

1670

b. % ALB : N NaOH x V NaOH x Mr Asam Oleat

Berat sampel x 1000

: 2 x 3 x 282

1670 x 1000

c. Densitas = Berat Minyak

Volume piknometer

= 9,29 gr¿0,3716 gr /ml

25 ml

x 100

%

x 100 % = 0,101 %

x 100

%

x 100 % = 59,8