laporan praktikum 4

15
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV LIPID NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM NIM : J1C111208 KELOMPOK : 1I (dua) ASISTEN : AMALINSIH \ PROGRAM STUDI BIOLOGI

Upload: erica-poespa-ningroem

Post on 07-Dec-2014

137 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM 4

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

PERCOBAAN IV

LIPID

NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM

NIM : J1C111208

KELOMPOK : 1I (dua)

ASISTEN : AMALINSIH

\

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2012

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM 4

PERCOBAAN IV

LIPID

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mempelajari sifat-sifat dan reaksi-reaksi lemak dan reaksi penyabunan.

II. DASAR TEORI

Minyak dan lemak merupakan hal yang kita kenal setiap hari. Lemak yang

lazim meliputi mentega, lemak hewan dan bagian berlemak dari daging. Minyak

terutama berasal dari tumbuhan, termasuk jagung biji kapas, zaitun, kacang dan biji

kedelai, meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair, keduanya

memiliki struktur dasar organik yang sama. Lipid (dari kata yunani Lipos. Lemak)

merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya.

Lipid tidak bisa larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti

suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lemak/ minyak ialah trigliserida, yaitu trimester

dari dliserol. Asam lemak ialah asam yang diperoleh dari proses penyabunan lemak/

minyak (Hart, 2003)

Perbedaan antara suatu minyak dan suatu lemak bersifat sebarang: pada

temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Komponen

minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak asam lemak tak jenuh sedangkan

komponen lemak memiliki asam lemak jenuh. Sebagian besar gliserida pada hewan

adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa

minyak;karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak sapi, lemak babi)

dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari) (Fessenden,1999).

Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan 1 g lemak. Sedangkan angka penyabunan adalah angka yang dihasilkan

dar proses penyabunan yang menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara

kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti

mempunyai berat molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan

yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar ,maka

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM 4

angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya

(mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.

Lemak atau minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Bila minyak

atau lemak dididihkan dengan alkali, kemudian mengasamkan larutan yang

dihasilakan, maka akan didapatkan gliserol dan campuran asam lemak. Reaksi ini

juga disebut penyabunan (Hart, 2003).

Pada penelitian isolasi dan identifikasi bakteri pendegradasi lipid (lemak) pada

beberapa tempat pembuangan limbah dan estuari DAM Denpasar limbah yang

dihasilkan umumnya mengandung konsentrasi bahan organik yang sangat tinggi yang

terdiri dari lemak, karbohidrat, protein, dan selulosa atau lignoselulosa. Lipid (lemak)

adalah kelompok senyawa heterogen yang berkaitan baik secara aktual maupun

potensial dengan asam lemak. Sifat dari lemak secara umum tidak larut dalam air,

sehingga limbah yang mengandung lemak yang terdapat dalam badan air mempunyai

dampak yang cukup besar dalam mengganggu ekosistem perairan. Lapisan lipid yang

ada pada permukaan perairan akan menghalangi masuknya cahaya dalam badan air

sehingga proses fotosintesis berlangsung terhambat dengan demikian kadar oksigen

akan rendah yang akan menyebabkan organisme aerobik. Metode biologi atau

biodegradasi oleh mikroorganisme merupakan salah satu cara yang tepat dalam

lingkungan dengan memanfaatkan bakteri yang dapat mendegradasi lemak

(Darmayasa, 2008)

Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara

kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti

mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan

yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka

angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya

(mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.

(Winarno,1991)

Rumus bilangan penyabunan :

(Winarno,1991)

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM 4

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet

tetes,plat tetes, penjepit,penangas air, pemanas,beker gelas,erlenmeyer,batang

pengaduk.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades,

mentega,minyak goreng,bensin, eter,alcohol 95%, NaOH 1 N, HCL 1 N.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Pemeriksaan Kelarutan Lemak

1. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi yang kering.

2. Menambahkan masing-masing tabung reaksi dengan 1 ml minyak goreng,

kemudian dicampurkan dengan bahan-bahan sebagai berikut :

- Tabung I : ditambah 1 ml air

- Tabung II : ditambah 1 ml bensin

- Tabung III : ditambah 1 ml alcohol 95 %

- Tabung IV : ditambah 1 ml eter

- Tabung V : ditambah 1 ml NaOH 1 N

3. Mengaduk larutan sampai homogen,diamkan beberapa menit lalu diamati.

4. Mengulangi dengan mengganti minyak goreng dengan mentega.

B. Reaksi Penyabunan dan Sifat-Sifat Asam lemak.

1. Memasukkan 5 gram minyak goreng dalam beker gelas kemudian

menambahkan NaOH sedikit demi sedikit sampai dipanaskan sampai suhu

700 C sebanyak 5 kali. Pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk sabun.

2. Menambahkan HCl 1 N kedalam campuran ditambahkan bensin atau

alkohol 95% dan mengamati apa yang terjadi.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM 4

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kelarutan lemak pada minyak goreng.

Tabung Minyak

Goreng

Pereaksi Hasil Keterangan

I 1ml 1 ml air Tidak Larut Minyak di lapisan atas dan air

di lapisan bawah

II 1ml 1 ml bensin Larut Berwarna kuning pucat

III 1ml 1 ml

alkohol

96%

Tidak Larut Minyak dilapisan bawah dan

alkohol di atas

IV 1ml 1ml eter Larut Berwarna kuning pucat

V 1ml 1 ml NaOH Tidak Larut Minyak di lapisan atas NaOH

di lapisan bawah

Tabel 2. Hasil pemeriksaan kelarutan lemak pada mentega.

Tabung Mentega Pereaksi Hasil Keterangan

I 1ml 1 ml air Tidak larut Mentega di lapisan atas dan

air di lapisan bawah

II 1ml 1 ml bensin Larut tidak

sempurna

Ada endapan di dasar tabung

III 1ml 1 ml

alkohol

Tidak larut Alkohol di lapisan atas dan

mentega di lapisan bawah

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM 4

IV 1ml 1ml eter Larut tidak

sempurna

Ada endapan di dasar tabung

V 1ml 1 ml NaOH Tidak larut Mentega di lapisan atas dan

NaOH di lapisan bawah

Tabel 3. Hasil Reaksi Penyabunan

Tabun

g

NaOH 1N Pemanasa

n

HCN 1N Hasil

I 1 ml 3 menit 1 ml +

bensin

Ada penggumpalan butir butir

kecil minyak larutan, HCl

mengendap di bawah.

II 1 ml 3 menit 1 ml +

alkohol

96%

Terbentuk gumpalan, butir-butir

kecil minyak terpisah, gumpalan

menghilang.

B. Pembahasan

a. Pemeriksaan Kelarutan Lemak

Pada praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan melarutnya

lemak atau minyak dalam air maupun pelarut-pelarut lainnya. Dalam percobaan ini

digunakan beberapa pelarut baik polar maupun non polar, seperti aquades, bensin,

eter, alcohol, NaOH 1 N

Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan pelarut aquades, bensin, eter,

alcohol, NaOH 1 N dengan 1ml minyak pada masing-masing tabung reaksi. Dari

hasil percobaan didapatkan bahwa dalam pelarut-pelarut tersebut, minyak tidak dapat

larut kecuali dalam bensin dan eter. Minyak tidak dapat larut dalam aquades, alkohol

NaOH 1 N karena pelarut-pelarut tersebut merupakan pelarut organik yang bersifat

polar. Sedangkan minyak merupakan senyawa yang bersifat non polar yang hanya

dapat larut dalam pelarut sejenis, sehingga minyak tidak dapat larut dalam pelarut-

pelarut tersebut. Dalam pelarut aquades, disebabkan juga oleh perbedaan berat jenis

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM 4

antara air dengan minyak, minyak memiliki berat jenis 0,91 – 0,94 sedangkan air 0,8.

Dalam pelarut alkohol dan NaOH 1 N disebabkan juga karena pelarut-pelarut

tersebut masih mengandung sejumlah air, kita tahu bahwa minyak tidak dapat larut

dalam aquades sehingga minyak tidak dapat larut dalam pelarut-pelarut tersebut.

Dalam pelarut bensin dan eter, minyak dapat larut karena larutan tersebut

merupakan pelarut organik yang bersifat non polar. Hal yang sama terjadi juga pada

percobaan menggunakan mentega ,karena mentega hanya dapat larut di pelarut non-

polar.Pada pemeriksaan kelarutan asam lemak yang terjadi akibat minyak apabila

dikocok kuat dengan air akan terjadi emulsi yang tidak mantap karena terjadi butiran

minyak yang akan memisah dari air. Hal yang sama tidak terjadi pada percobaan

menggunakan mentega, karena hasil yang didapatkan adalah ternyata mentega yang

dicobakan tidak dapat larut pada semua pereaksi. Dalam percobaan ini pada alkohol

terjadi emulsi.

b. Penyabunan

Penyabunan merupakan proses hidrolisis lemak dengan suatu basa atau

alkalis yang dapat mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol

dan garam dari lemaknya. Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam

natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18,

namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.

Dalam proses penyabunan ini dilakukan dengan mereaksikan 5 gram minyak

goreng dengan sedikit demi sedikit sambil dipanaskan pada suhu 700 C dan

dipanaskan sampai membentuk sabun. Kemudian pada larutan ditambahkan HCl 1N.

Penambahan basa berupa NaOH ini dimaksudkan untuk menghasilkan garam Na dari

lemaknya. Dengan reaksi lemak tripalmitat dengan NaOH yang menghasilkan

gliserol dan Na-palmitat. Kemudian ditambahkan dengan HCl dan didinginkan.

Penambahan HCl ini dilakukan untuk mengendapkan sabun yang terbentuk. Proses

tersebut menghasilkan larutan dan endapan atau gumpalan berwarna kuning.

Endapan tersebut dipisahkan dari airnya dan kemudian ditambahkan dengan air

hingga air memenuhi setengah tabung reaksi dan dikocok. Hidrolisis minyak

menghasilkan sabun ditunjukkan dengan penambahan air pada endapan dan dikocok

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM 4

hingga menghasilkan busa atau biuh pada permukaan larutan. Busa ini merupakan

emulsi pada air.

Na-palmitat merupakan suatu sabun. Jika menambahkan suatu alkalis kuat

seperti NaOH pada lemak maka ikatan antara asam lemak dengan gliserol akan

terputus dan gugus hidroksil (-OH) dari NaOH akan membentuk molekul gliserol.

Dengan reaksi sebagai berikut :

O

CH2 O C (CH2)14CH3

O

CH O C (CH2)14CH3 + 3NaOH kalor

O

CH2 O C (CH2)14CH3

Tripalmitat

CH2 OH

O

CH OH + CH3(CH2)14CO- Na+

CH2 OH

Gliserol Na-palmitat (sabun)

VI. KESIMPULAN

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Lemak hanya dapat larut di pelarut non polar. Minyak tidak dapat larut dalam

aquades, alkohol NaOH 1 N karena pelarut-pelarut tersebut merupakan

pelarut organik yang bersifat polar. Sedangkan minyak merupakan senyawa

yang bersifat non polar yang hanya dapat larut dalam pelarut sejenis, sehingga

minyak tidak dapat larut dalam pelarut-pelarut tersebut Hal yang sama tidak

terjadi pada percobaan menggunakan mentega, karena hasil yang didapatkan

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM 4

adalah ternyata mentega yang dicobakan tidak dapat larut pada semua

pereaksi. Dalam percobaan ini pada alkohol terjadi emulsi..

2. Penyabunan merupakan proses hidrolisis lemak dengan suatu basa atau alkalis

yang dapat mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol

dan garam dari lemaknya. Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam

natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan

C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom

lebih rendah.

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM 4

DAFTAR PUSTAKA

Darmayasa,I.G. 2008. Jurnal Bumi Lestari Isolasi Dan Identifikasi

Bakteri Pendegradasi Lipid Pada Beberapa Tempat Pembuangan

Limbah Dan Estuari DAM Denpasar. Universitas Udayana :

Denpasar.

Fessenden,Ralph J.1999.Kimia Organik jilid 2 edisi ke-3. Erlangga :

Jakarta.

Hart, Harold. (2003) Kimia Organik Suatau Kuliah Singkat. Erlangga

: Jakarta.

Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia Pustaka

Utama : Jakarta.