laporan praktiku 1 energi surya 1
DESCRIPTION
edaneTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN
ENERGI SURYA
Oleh:Haidar Abdur Rohman
NIM A1H011036
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOERDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi surya merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena
tidak memancarkan emisi karbon berbahaya yang berkontribusi terhadap
perubahan iklim seperti pada bahan bakar fosil. Setiap watt energi yang dihasilkan
dari matahari berarti kita telah mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, dan
dengan demikian kita benar-benar telah mengurangi dampak perubahan iklim.
Penelitian terbaru melaporkan bahwa rata-rata sistem rumah surya mampu
mengurangi 18 ton emisi gas rumah kaca di lingkungan setiap tahunnya. Energi
surya juga tidak memancarkan oksida nitrogen atau sulfur dioksida yang berarti
tidak menyebabkan hujan asam atau kabut asap.
Matahari merupakan sumber energi yang benar-benar bebas untuk
digunakan oleh setiap orang. Tidak ada yang memiliki Matahari, jadi setelah Anda
menutupi biaya investasi awal, pemakaian energi selanjutnya dapat dikatakan
gratis.
Lebih banyak energi matahari yang kita gunakan maka semakin sedikit
kita bergantung pada bahan bakar fosil. Ini berarti akan meningkatkan ketahanan
dan keamanan energi, karena akan mengurangi kebutuhan impor minyak dari
pihak asing.
Dalam jangka panjang energi surya akan menghemat pengeluaran uang
untuk energi. Biaya awalnya memang cukup signifikan, namun setelah beberapa
waktu Anda akan memiliki akses ke energi yang benar-benar gratis, dan jika
sistem rumah tenaga surya menghasilkan energi yang lebih dari yang Anda
butuhkan, di beberapa negara perusahaan listrik dapat membelinya dari Anda,
yang berarti ada potensi keuntungan ekstra terlibat. Ada juga banyak negara yang
menawarkan insentif keuangan untuk menggunakan energi surya.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara menggunakan Pyranometer.
2. Mengetahui cara mengukur energy surya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya
kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun
2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan
global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi
baru bagi sumber energi yang terbaharukan.
Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan
jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan
konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari dapat
digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk memanaskan
bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depat energi surya hanya dibatasi oleh
keinginan kita untuk menangkap kesempatan.Ada banyak cara untuk memanfaatkan
energi dari matahari. Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi energi kimia
dengan menggunakan fotosintesis. Kita memanfaatkan energi ini dengan memakan
dan membakar kayu. Bagimanapun, istilah tenaga surya mempunyai arti mengubah
sinar matahari secara langsung menjadi panas atau energi listrik untuk kegunaan kita.
dua tipe dasar tenaga matahari adalah sinar matahari dan photovoltaic (photo=
cahaya, voltaic=tegangan)Photovoltaic tenaga matahari: melibatkan pembangkit
listrik dari cahaya. Rahasia dari proses ini adalah penggunaan bahan semi konduktor
yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, pertikel bermuatan negative yang
membentuk dasar listrik.
Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic
adalah silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel
photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi konduktor seperti itu, satu
bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi
konduktor, lading listrik menyeberang sambungan diantara dua lapisan menyebabkan
listrik mengalir, membangkitkan arus DC. Makin kuat cahaya, makin kuat aliran
listrik.
Sistem photovoltaic tidak membutuhkan cahaya matahari yang terang untuk
beroperasi. Sistem ini juga membangkitkan listrik di saat hari mendung, dengan
energi keluar yang sebanding ke berat jenis awan. Berdasarkan pantulan sinar
matahari dari awan, hari-hari mendung dapat menghasilkan angka energi yang lebih
tinggi dibandingkan saat langit biru sedang yang benar-benar cerah.
Pengukuran lamanya sinar matahari bersinar dimaksudkan
untuk mengetahui intensitas dan berapa lama/ jam matahari bersinar mulai terbit
hingga terbenam. Matahari dihitung bersinar terang jika sinarnya dapat membakar
pias Campble Stokes. Lamanya matahari bersinar dapat dinyatakan dalam presentase
atau jam. Untuk keperluan pemasangan dan pengamatan perlu diketahui hal-hal yang
menyangkut waktu smeu lokal dan waktu rata-rata lokal. True Solar Day yaitu waktu
antara dua gerakan matahari melintasi meridian. Waktu yang didasarkan panjang hari
ini disebut apparent solartime atau waktu semu lokal. Waktu ini dapat ditunjukkan
oleh sunshine recorder. Waktu semu lokal ialahwaktu yang ditentukan oleh gerakan
relatif matahari terhadap horizon. Sepanjang tahun lamanya (panjangnya) True Solar
Day berbeda-beda. Untuk memudahkan perhitungan dibayangkan adanya matahari
fiktif yang beredar mengelilingi bumi dengan kecepatan tetap selama setahun.
Radiasi surya adalah radiasi gelombang pendek yang diserap oleh
pelat penyerap sebuah kolektor surya yang diubah menjadi panas. Penerimaan radiasi
surya dipermukaan bumi:
1. Bervariasi menurut tempat dan waktu.
2. Skala makro menurut tempat ditentukan oleh letak lintang dan
keadaanatmosfer terutama awan.
3. Skala mikro arah lereng menentukan jumlah radiasi surya yang diterima.
4. Cuaca cerah, berawan , mendung dan lainnya.
Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh
radiasi cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m.
III. METODOLGI
A. Alat dan bahan
1. Pyranometer
2. Stopwatch
3. Termometer bola basah dan termometer bola kering.
4. Multimeter
5. Kalkulator
6. Alat tulis
7. Radiasi matahari
B. Prosedur kerja
1. Ditaruh Pyranometer dibawah matahari langsung.
2. Dihubungkan Pyranometer dengan multimeter.
3. Diamati perubahan yang terjadi tiap 15 menit.
4. Hasil pengamatan dicatat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No waktu pengamatan (jam)
radiasi W/m²
Cuaca suhu lingkungantbb tbk RH (%)
1 6:40 6.7 Cerah 28 272 6:55 0.16 Cerah 28 293 7:10 2 cerah 29 28.54 7:25 4.5 cerah 31 31.5 955 7:40 3.8 cerah 33.5 34 906 7:55 6.8 cerah 35.5 37 827 8:10 7.8 cerah 36 38.5 738 8:25 8.8 cerah 38 41 709 8:40 10.4 cerah 38.5 41.5 72
10 8:55 11.12 cerah 40 44 6511 9:10 7.1 cerah 41 45 62.512 9:25 11.4 cerah 42 46 6513 9:40 6.4 berawan 42 46 6514 9:55 12.7 cerah 44 48 77.515 10:10 7.8 berawan 45 48 7916 10:25 18.5 Cerah 44 47 77.517 10:40 14.4 berawan 43 47 77.518 10:55 1.6 mendung 43 45 82.519 11:10 12.6 berawan 40 43 7820 11:25 13.6 Cerah 43 47 7021 11:40 13 cerah
berawan42 49 50
22 11:55 10.4 Cerah 40.4 48.5 4523 12:10 11 Cerah 40.1 50.2 3724 12:25 7.9 berawan 43 51 4825 12:40 10.6 Cerah 42 51 4226 12:55 1.6 mendung 37 43 4027 13:10 10.3 cerah 41 47 5528 13:25 1.1 berawan 36 43 4329 13:40 8.5 cerah 40 47.5 4530 13:55 4.6 berawan 37 44.5 43
Tabel 1. Hasil pengamatan
B. Pembahasan
Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, seperti tenaga air
(termasuk minihidro), panas bumi, biomasa, angin dan surya (matahari) yang bersih
dan ramah lingkungan, tetapi pemanfaatannya belum optimal. Belum optimalnya
pemanfaatan energi terbarukan disebabkan biaya pembangkitan pembangkit listrik
energi terbarukan, seperti tenaga surya, tidak dapat bersaing dengan biaya
pembangkitan pembangkit listrik berbahan bakar energi fosil (bahan bakar minyak,
gas bumi, dan batubara).
Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber
energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8
kWh/m2 per hari di seluruh wilayah Indonesia. Dengan berlimpahnya sumber energi
surya yang belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan di sisi lain ada sebagian
wilayah Indonesia yang belum terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listri k
PLN, sehingga Pembangki t Listri k Tenaga Surya (PLTS) dengan si stemnya yang
modular dan mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat
dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif. Sayangnya biaya
pembangkitan PLTS masih lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya
pembangkitan pembangkit listrik tenaga konvensional, karena sampai saat ini piranti
utama untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik (modul fotovoltaik)
masih merupakan piranti yang didatangkan dari luar negeri.
Walaupun pemanfaatan PLTS belum optimal, tetapi sudah cukup banyak
dimanfaatkan pada perumahan atau sering disebut Solar Home System (SHS), pompa
air, televisi, komunikasi, dan lemari pendingin di PUSKESMAS di beberapa wilayah
Indonesia, khususnya di wilayah terpencil yang jauh dari jaringan listrik PLN. PLTS
merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena tidak melepaskan polutan seperti
halnya pembangkit li strik tenaga f osil. Untuk mendapatkan gambaran potensi
penerapan PLTS di Indonesia terhadap kendala penerapan PLTS di Indonesia dengan
mempertimbangkan berbagai variasi biaya investasi.
Sinar matahari/ radiasi yang datang secara langsung maupun yang
dipancarkan atmosphir (global radiasi solar) dan yang dihamburkan langit akan
menembus glass dome. Radiasi dengan panjang gelombang sampai dengan 3.0
microns akan diteruskan ke lempeng logam hitam dan putih. Lempeng logam hitam
akan mengabsorbsi panas radiasi sementara lempeng putih akan memantulkan radiasi
sehingga terjadi perbedaan temperatur diantara kedua jenis lempeng logam ini.
Fungsi pyranometer
Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya
pengaruh radiasi cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m2. Kinerja alat
ini dengan dipasang pada suatu permukaan bidang kemudian dengan adanya
hantaman cahaya tepat pada sensor cahaya yang akan diteruskan pada tampilan
komputer dalam bentuk simpangan besarnya fluks yang diberikan cahaya tersebut.
Nilai maksimum yang memberikan fluks terbesar jika cahaya menghantam
sensor sejajar dengan bidang vertikal dan nilai terkecil fluks cahaya saat cahaya jatuh
sejajar bidang horizontal, sehingga besarnya simpngan fluks bergantung pada sudut
cosinus terhadap sumbu vertikal selain dari besarnya muatan elektron yang
menghantam sensor dari radiasi cahaya. Dengan adanya muatan elektron tersebut
dapat diukur dengan rumus medan listrik sehingga simpangan fluks magnet
berbanding lurus dengan peningkatan arus akibat penumpukan elektron. Pada saat
kalibrasi digunakan saat diletakkan pyranometer di dalam ruangan gelap yang tidak
ada cahaya dan pengaruh medan listrik maupun medan magnet sebagai keadaan ideal
saat keadaan normal atau keadaan nol.
Prinsip kerja
Perbedaan temperatur dari kedua lempeng pada pyranometer dihubungkan ke
circuit thermojunctions yang mengubah besaran panas menjadi perbedaan tegangan
potensial diantara kedua ujung lempeng. Selanjutnya Perbedaan potensial ini
dianologikan sebagai besaran Intensitas radiasi global, dengan rumusan sebagai
berikut :
Q =1/k x V
Dimana
Q = Intensitas radiasi global yang diukur (Watt/m²)
K = konstanta alat/ faktor kalibrasi alat (millivolt/Watt m² )
v = tegangan yang diukur (millivolt)
Instalasi
a. Letakkan alat diatas suatu permukaan yang rata. Lokasi pemasangan harus bebas dari
bayangan pohon maupun bangunan.
b. Hubungkan Instrumen sensor ke unit recorder/multimeter.
c. Atur leveling sensor melalui mur pengatur yang terdapat pada kaki alat.
d. Kebersihan alat/sensor harus diperhatikan.
e. Sillica gel harus selalu diganti secara periodik, tergantung kondisi iklim dimana alat
dipasang.
Pengamatan energi surya dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
langsung. Alat yang digunakan untuk mengetahui besar radiasi adalah pyranometer
yang dihubungkan dengan multimeter. Sementara pengukuran RH diamati
menggunakan alat termometer bola kering bola basah yang dikalibrasi
menggunakan grafik psikometrik. Pengamatan dilakukan tiap 15 menit selama 30
kali, dimulai pada pukul 6.40 WIB sampai 13.55 WIB.
Berikut merupakan grafik perbandingan radiasi terhadap waktu :
Grafik 1. grafik perbandingan antara radiasi langsung terhadap waktu
Pada praktikum yang dilakukan kita mencari radiasi matahari dimulai dari
sudut yang kecil, yaitu pada pagi hari hingga siang hari sehingga diperoleh radiasi
terkecil hingga terbasar yang terjadi pada siang hari.
RH yang diperoleh pada praktikum kali ini mendekati 100%, sedangkan
radiasi yang diterima memiliki range 0.16-18,5. Ketika hari cerah nilai RH kecil
dan radiasi yang diterima alat besar, karena RH sebenarnya sangat terpengaruh
oleh suhu lingkungan, ini dikarenakan suhu yang dibawa oleh sinar matahari,
semakin terik matahari, maka semakin tinggi suhunya menyebabkan RH semakin
kecil.
Pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan beberapa kendala-kendala
yang bersifat human error, hal tersebut dapat dilihat pada pengambilan data
termometer bola basah dan bola kering. Ketika pengambilan data seharusnya
termometer bola kering (tbk) memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan
termometer bola basah (tbb), namun pada pelaksanaannya nilai tbk lebih kecil bila
dibandingkan dengan nilai tbb, sehingga mengakibatkan nilai RH yang tidak bisa
didapatkan.
Sebenarnya radiasi matahari merupakan unsur yang sangat penting dalam
bidang pertanian. Pertama, cahaya merupakan sumber energi bagi tanaman hijau yang
memalui proses fotosintesa diubah menjadi tenaga kimia. Kedua, radiasi memegang
peranan penting sebagai sumber energi dalam proses evaporasi yang menentukan
kebutuhan air tanaman (Wisnubroto, 2005).
Ada tiga macam cara radiasi matahari/surya sampai ke permukaan bumi
yaitu:
a. Radiasi langsung (Bearn/Direct Radiation)
Adalah radiasi yang mencapai bumi tanpa perubahan arah atau radiasi yang diterima
oleh bumi dalam arah sejajar sinar datang
b. Radiasi hambur (Diffuse Radiation)
Adalah radiasi yang mengalami perubahan akibat pemantulan dan penghamburan.
c. Radiasi total (Global Radiation)
Adalah penjumlahan radiasi langsung dan radiasi hambur.(wikipedia, 2008).
Pengeringan di terik matahari memang bisa efektif, oleh karena suhu yang
dicapai sekitar (35 s/d 45)0C. iklim di wilayah tropis merupakan sumber energi yang
potensial, namun di samping meningkatnya harga tanah (pada pinggiran kota dan
sekitarnya), tergesernya pemilihan pemakai kepada mesin pengering dengan sumber
panas (bahan bakar sekam, kayu arang, bahan bakar air, uap panas dan listrik). Dalam
kasus tertentu pengeringan dengan matahari tidak selalu bagus, seperti bahan keripik
kentang tidak begitu baik mutunya bila terkena ultra violet matahari (bias hitam oleh
karena tumbuh jamur).
1. Rumah Pengering
Pada kebanyakan dalam praktek, yang dikeringkan dengan rumah pengering
adalah hasil-hasil perkebunan seperti tembakau, karet, jagung dan yang lain. Ukuran
rumahnya pun berbeda-beda menurut keperluan dan bahkan dalam kebanyakan hal
dibuat lebih dari satu tingkat. Wadah bahan (yang dikeringkan dalam rumah
pengeringan) digunakan rak-rak, ataupun tempat-tempat gantungan (disesuaikan
keperluan). Adapun sumber panasnya berasal dari pipa-pipa yang dialirkan menuju
setiap ruang pengering. Media yang melewati pipa panas tersebut bias berupa air,uap,
maupun gas hasil pembakaran. Pipa-pipa pemanas dipakai untuk memindahkan panas
dari dalam ke bagian luar dari pada pipa guna memanaskan udara di dalam ruang
pengering. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perpindahan panasnya, maka
pada pipa pemanas diberikan gelang-gelang dari bahan yang bisa menghantarkan
panas (memperbesar luasan kontak, pancar, maupun konveksi).
Ketel uap maupun sumber pembangkit lainnya biasanya ditempatkan di dalam
ruang terpisah dengan ruang pengering (power house/power station/power generator).
Karena media/udara panas berat jenisnya lebih ringan, maka kecendrungan
gerakannya adalah dari bawah ke atas. Hingga karenanya pipa-pipa pemanas meski
harus diletakkan di bagian bawah dan stack/cerobong diletakkan di bagian atas untuk
menarik keluar udara maupun uap air. Supply udara baru dari bawah (untuk
dipanaskan dengan media panas) harus bisa diimbangi dengan penarikan oleh
cerobong untuk mendapatkan pertukaran udara dengan baik sehingga mutu produk
pengeringan maupun prosesnya sendiri bisa berjalan dengan baik. Karena besarnya
spesifikasi, performasi, dan ukuran boiler (unit system pembakaran uap), ruangan
pengering, luasnya unit instalasi pemindahan panas, kapasitas blower supply maupun
penarik cerobong harus benar-benar dihitung sehingga mutu, kapasitas produksi
maupun proses produksinya bisa dijamin mampu saing di pasaran.
Dengan adanya rumah pengering di desa tersebut, bisa meningkatkan
produksinya. Biasanya proses pengeringan bisa memakan waktu 4 – 5 hari, dengan
rumah pengering hanya membutuhkan 1-2 hari saja.
Energi matahari merupakan energi yang utama bagi kehidupan di bumi ini.
Berbagai jenis energi, baik yang terbarukan maupun tak-terbarukan merupakan
bentuk turunan dari energi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Energi
yang merupakan turunan dari energi matahari misalnya:
a. Energi angin yang timbul akibat adanya perbedan suhu dan tekanan satu
tempat dengan tempat lain sebagai efek energi panas matahari.
b. Energi air karena adanya siklus hidrologi akibat dari energi panas
matahari yang mengenai bumi.
c. Energi biomassa karena adanya fotosintesis dari tumbuhan yang notabene
menggunakan energi matahari.
d. Energi gelombang laut yang muncul akibat energi angin.
e. Energi fosil yang merupakan bentuk lain dari energi biomassa yang telah
mengalami proses selama berjuta-juta tahun.
2. Kompor Matahari
Untuk diameter cermin sebesar1,3 meter kompor ini memberikan daya
thermal sebesar 800 watt pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka
kebutuhan akan energi fosil dan energi listrik untuk memasak dapat dikurangi.
3. Pengeringan Hasil Pertanian
Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan menjemur
hasil panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat menguntungkan bagi
para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengeringkan hasil
panennya. Berbeda dengan petani di negara-negara empat musim yang harus
mengeluarkan biaya untuk mengeringkan hasil panennya dengan menggunakan oven
yang menggunakan bahan bakar fosil maupun menggunakan listrik.
· Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas yang
diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung besar
sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk menggantikan
panas dari kompor minyak atau kayu bakar.
Pemanfaatan energi matahari di satu sisi dianggap ramah lingkungan karena
mengurangi polusi karbon namun di sisi lain meningkatkan pemanasan global dalam
pengadaan panel suryanya.
Keuntungan dari penggunaan energi panas matahari antara lain:
1. Energi Terbarukan
Energi matahari merupakan sumber energi terbarukan sehingga tidak akan
terjadi krisis kelangkaan.
Sumber energi matahari akan selalu tersedia dan tidak pernah habis seperti minyak
bumi atau batubara.
2. Ramah Lingkungan
Energi matahari tidak menghasilkan limbah yang akan membahayakan
lingkungan dalam jangka panjang.
3. Sumber Energi Gratis
Dengan mengesampingkan biaya produksi, sumber energi matahari tidak perlu dibeli.
4. Pasokan Melimpah
Relevansi dari poin ini akan bervariasi untuk tiap lokasinya.
Jika berada di daerah dengan banyak sinar matahari, maka Anda akan memiliki banyak pasokan energi surya.
Kerugian dari penggunaan energi panas matahari antara lain:
1. Biaya Instalasi Awal Tinggi
Biaya instalasi awal untuk pembangkit listrik dari energi matahari, misalnya, relatif
tinggi.
2. Penyimpanan dan Transportasi
Salah satu alasan utama mengapa energi matahari belum digunakan secara luas
adalah karena penyimpanan dan biaya transportasi yang masih tinggi.
3. Tidak dapat Diandalkan
Sumber energi matahari sangat tergantung pada faktor-faktor alami.
4. Belum Efisien
Hingga saat ini, pembangkit dari sumber energi matahari belum bisa beroperasi
seefisien sumber energi konvensional.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya
pengaruh radiasi cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m. Kinerja alat ini
dengan dipasang pada suatu permukaan bidang kemudian dengan adanya hantaman
cahaya tepat pada sensor cahaya yang akan diteruskan pada tampilan komputer
dalam bentuk simpangan besarnya fluks yang diberikan cahaya tersebut.
Perbedaan temperatur dari kedua lempeng pada pyranometer dihubungkan ke
circuit thermojunctions yang mengubah besaran panas menjadi perbedaan tegangan
potensial diantara kedua ujung lempeng. Selanjutnya Perbedaan potensial ini
dianologikan sebagai besaran Intensitas radiasi global, dengan rumusan sebagai
berikut :
Q =1/k x V
Dimana
Q = Intensitas radiasi global yang diukur (Watt/m²)
K = konstanta alat/ faktor kalibrasi alat (millivolt/Watt m² )
v = tegangan yang diukur (millivolt)
B. Saran
Adabaiknya apabila peralatan yang digunakan pada praktiku sesuai dengan
yang ada pada buku panduan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim2. 2009. Klimatologi. http:/ /74 .125.153.132/search?q=cache:
TUoi8Fs5PS0J: sophiadwiratna. unpad.ac.id. Diakses tanggal 11 November
2013
G. H. Trewartha, dan L. H. Horn, 1999. Pengantar Iklim. Edisi Kelima,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wikipedia.com, 2008. Radiasi Surya. Dikutip dari http://www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 10 November 2013.
Yuliarto, B., 2006. Energi Surya : Alternatif Sumber Energi Masa
Depan di
Indonesia.
Sembiring, M.1993. Penelitian dan Perhitungan energy Surya yang dapat di Absorbs
i oleh alat Penyerap Kalor Absorber .USU:Medan
Supranto, Dr. Ir.1991.Diklat Energi Surya Sebagai Sumber Panas.PAU IlmuTek
nik UGM:Yogyakarta