laporan praktek umum kehutanan 2011

19
LAPORAN PRAKTEK UMUM KEHUTANAN Disusun Oleh : Nama : Rio Rusandi Nim : 1106121095 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU 2012

Upload: rio-rusandi

Post on 01-Dec-2014

1.165 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

Laporan praktek umum kehutanan 2011

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan praktek umum kehutanan 2011

LAPORAN PRAKTEK UMUM

KEHUTANAN

Disusun Oleh :

Nama : Rio Rusandi

Nim : 1106121095

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

2012

Page 2: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehdirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Umum Kehutanan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam Penulisan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan

laporan ini. Praktek Umum Kehutanan bertujuan memberikan wawasan untuk mengenal kondisi

hutan secara umum meliputi karateristik kawasan termasuk vegetasi hutan, flora fauna, biofisik

dan social ekonomi kawasan hutan. Penulis berharap Praktek Umum Kehutanan ini dapat

memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa kehutanan.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Tuti Arlita, S.Pi M.Si dan Ibu

Rosmimi selaku dosen pembimbing dalam Praktek Umum Kehutanan dan semua pihak yang

telah membantu guna memperlancar Praktek Umum Kehutanan ini.

Pekanbaru, juli 2012

Penulis

Page 3: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2. Tujuan ............................................................................................................. 3

1.3. Tempat ............................................................................................................ 3

BAB II DASAR TEORI .............................................................................................. 4

2.1. Kondisi Umum Lokasi Praktek ..................................................................... 4

2.2. Struktur dan Fungsi Hutan ............................................................................. 6

2.3. Nilai Kawasan Hutan ..................................................................................... 7

2.4. Kondisi Biofisik Kawasan ............................................................................. 7

2.5. Kondisi Sosial Budaya ................................................................................... 8

BAB III PENGAMATAN LAPANGAN .................................................................... 9

3.1. Pembibitan ..................................................................................................... 9

3.2. Struktur dan Biofisik Hutan ........................................................................... 11

3.3. Kegiatan Penghijauan .................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 15

4.1. Saran .............................................................................................................. 15

4.2. Penutup .......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

Page 4: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam memanfaatkan hutan yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui

memerlukan sistem pengelolaan hutan yang bijaksana salah satunya ialah dengan mengetrapkan

prinsip kelestarian. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemahaman tentang hutan sebagai

suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan perlu dihayati serta dipahami oleh semua insan yang

memanfaatkan hutan demi kehidupannya melalui pengusaan ilmu dan seni serta teknologi hutan

dan kehutanan.

Hutan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, sejak manusia lahir sampai

nanti masuk ke liang kubur manusia memerlukan produk yang dihasilkan dari hutan. Hutan

memberikan perlindungan dan naungan dan produk-produk yang dibutuhkan manusia untuk

kelangsungan hidupnya. Demikian pula hutan merupakan tempat hidupnya binatang liar dan

sumber plasma nutfah yang semuanya juga berguna bagi kelangsungan kehidupan manusia

dijagad raya ini. Manusia memperoleh produk seperti makanan, obat-obatan, kayu untuk

bangunan dan kayu bakar dan juga menikmati manfaat adanya pengaruh dari hutan yaitu iklim

mikro serta peranan hutan dalam mencegah erosi dan memelihara kesuburan tanah.

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat dipulihkan dan berfungsi sebagai

ekosistem yang memiliki potensi ekonomi, ekologis dan sosial budaya sangat tinggi oleh

karenanya hutan harus dikelola secara optimal dan lestari untuk kepentingan dan kesejahteraan

masyarakat. Pemanfaatan hutan sebagai salah satu bagian dari pengelolaan hutan, hendaknya

dilaksanakan secara rasional dengan berlandaskan kebijakan dan rencana yang tepat. Untuk itu,

maka proses perumusan kebijakan dan perencanaan dalam pengelolaan hutan haruslah

melibatkan seluruh pihak yang bergantung pada kepentingan terhadap hutan.

Penerapan prinsip pengelolaan hutan lestari (SFM) dalam praktek pengurusan hutan

menuntut adanya kejelasan mengenai penggunaan unit analisis yang menjadi landasan

pendekatan dalam perencanaan pengurusan hutan denagn mempertimbangkan aspek ekonomi,

ekologi dan social budaya. Aspek ekologis salah satunya bioregion merupakan kesatuan wilayah

Page 5: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

yang memiliki keseragaman karateristik flora, fauna dan tipe ekosistem. Kesatuan ini dapat

digunakan sebagai penetapan fungsi pokok hutan untuk keperluan konservasi (fauna dan tipe

ekosistem).

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yang merupakan sumber daya

hutan yang melimpah menjadikan sector kehutanan sebagai pendukung perekonomian nasional.

Penurunan luas tutupan hutan akibat perambahan ditambah lagi adanya kebakaran hutan dan

lahan setiap tahunnya. Luas areal kebakaran di Provinsi Riau sejak tahun 1997 sampai 2009

setiap tahunnya angaka rekapitulasinya cukup bervariasi. Bahkan tahun 2005 angka luasaan

kebakaran mencapai 42.000 Ha. Rekapitulasi total mencapai 147.572.06 untuk kebakaran kebun,

HTI, Eks HPH dan APL.

Provinsi Riau memiliki luas lahan kritis dalam kawasan hutan berdasarkan Tata Guna

Lahan berjumlah 1.988.912,45 ha termasuk kawasan hutan bakau. Luasan ini tersebar pada

seluruh kabupaten dan kota. Adapun kita ketahui Provinsi Riau luas 107.931,71 km2

dengan luas

daratan sebesar 8 % dan perairan sebesar 40%. Kepadatan penduduk 57,21 jiwa/km memiliki

pertumbuhan penduduk sebsar 2,26%.

Kawasan hutan di Provinsi Riau berdasarkan Kep. Menhut No. 173/Kpts-II/1986 Funsi

hutan dibagi menjadi perairan, APL, Hutan Lindung, hutan produksi tetap, hutan produksi

terbatas hutan produksi yang dapat dikonversi dan hutan suaka alam atau Hutan Taman Nasional.

Hutan suaka alam yang ada di Provinsi Riau antara lain Tahura dan Taman Nasional. Namun

demikian Hutan produksi terbatas masih memiliki potensi yang cukup besar mencapai 32% dari

jumlah keseluruhannya. Kawasan hutan menurut Perda No.10 tahun 1984 kawasan hutan terarah

pada pengembangan kawasan dan kawasan lindung/konservasi mencapai 52,14%.

Khusus untuk Provinsi Riau, pengembalian luasan kawasan yang mengalami kerusakan

diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kesadaran tinggi untuk kepentingan kehutanan

Indonesia dan memiliki kemampuan prestasi kerja yang tinggi dalam semua bidang kehutanan

mulai dari manajeman, silvikultur maupun konservasi. Untuk memenuhi ketersedian sumber

daya manusia yang handal, Praktek Umum Kehutanan memberikan kontribusi yang secara

langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan penjelasan secara umum tentang karateristik

kawasan hutan dan fungsi masing-masing kawasan hutan.

Page 6: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

1.2 Tujuan

- Tujuan Praktek Umum Kehutanan ini adalah untuk mengetahui dan mengenal kondisi

kawasan hutan secara umum meliputi kondisi biofisik dan sosial budaya kawasan.

- Mengamati praktek pengolahan hutan di lapangan dalam memenuhi struktur dan fungsi

hutan.

- Mengasah keterampilan di lapangan dalam mengenal karateristik keanekaragaman

hayati dan meningkatkan kerjasama team dalam mengikuti praktek.

1.3 Tempat

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Dengan luas 83.068 ha, Merupakan tempat konservasi

gajah terbesar.

o Kegiatan Akademis

- Perkuliahan Terbuka

- Peninjauan lapangan dan pengambilan data

- Mendengarkan dan mencatat pengarahan dari pihak TNTN

o Kegiatan Non Akademis

- Kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan Akademis.

Page 7: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Kondisi Umum Lokasi Praktek

Lokasi yang menjadi tempat praktikum kami adalah hutan dataran rendah yang masih

tersisa di Pulau Sumatera. Kawasan ini terletak di Provinsi Riau dan terbentang di empat

kabupaten yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan Kampar. Seluas 38. 576 Ha

hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu ditunjuk menjadi

Taman Nasional Tesso Nilo pada 19 Juli 2004. Pada 19 Oktober 2009, taman nasional tersebut

diperluas menjadi + 83.068 Ha.

Taman Nasional Tesso Nilo memiliki 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan

57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia

dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo. Tesso Nillo juga adalah salah

satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan

kawasan konservasi gajah selain itu Taman Tesso Nilo juga sebagai tempat pelestarian habitat

harimau Sumatera. Masyarakat di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo mempertahankan pohon

Sialang dan mengambil madu dari lebah yang ada di pohon sialang dan menjadikan madu hutan

sebagai usaha ekonomi alternatif.

Tahun 2001 Center for Biodiversity Management dari Australia menemukan 218 jenis

tumbuhan vascular di petak seluas 200 m2 dan hasil penelitian LIPI dan WWF Indonesia (2003)

dalam petak sample plot berukuran 1 hektar ditemukan 360 jenis yang tergolong dalam: 165

marga dan 57 suku dengan rincian 215 jenis pohon dan 305 jenis anak pohon,sehingga kawasan

Tesso Nilo disebut - sebut sebagai hutan yang terkaya keanekaragaman hayatinya di dunia.

Beberapa jenis tumbuhan yang ada di Tesso Nilo merupakan jenis yang terancam punah

dan masuk dalam data red list IUCN, seperti Kayu Batu (Irvingia malayana), Kempas

(Koompasia malaccensis), Jelutung (Dyera polyphylla), Kulim (Scorodocarpus borneensis),

Tembesu (Fagraea fragrans), Gaharu (Aquilaria malaccensis), Ramin (Gonystylus bancanus),

Keranji (Dialium spp), Meranti (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus spp), Sindora leiocarpa,

Page 8: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

Sindora velutina, Sindora Brugemanii, dan jenis-jenis durian (Durio spp) serta beberapa jenis

Aglaia spp.

Dari hasil penelitian LIPI (2003) di kawasan hutan Tesso Nilo juga ditemukan tidak kurang

dari 83 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan obat dan 4 jenis tumbuhan

untuk racun ikan. Tanaman obat terpenting yaitu jenis pagago (Centella asiatica) dan patalo

bumi (Eurycoma longifolia)Pagago sudah dibudidaya masyarakat lokal sedangkan patalo bumi

belum dibudidaya padahal sering dimanfaatkan sebagai fitofarmaka dan memiliki nilai jual

tinggi

Kawasan hutan ini mempunyai daerah yang basah dan kering sehingga memungkinkan

untuk berkembangnya kehidupan satwa liar diantaranya Gajah Sumatera (Elephas maximus

sumatranus), harimau (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), rusa (Cervus

timorensis russa), siamang (Hylobathes syndactylus syndactylus), beruang madu (Helarctos

malayanus malayanus)

LIPI dan WWF Indonesia (2003) melaporkan bahwa kawasan Tesso Nilo memiliki indeks

keanekaragaman mamalia yang tinggi yakni 3,696 jenis dijumpai 23 jenis mamalia dan dicatat

sebanyak 34 (16,5% dari 206 jenis mamalia yang terdapat di Sumatera) dimana 18 jenis berstatus

dilindungi serta 16 jenis termasuk rawan punah menurut IUCN.

Kawasan Tesso Nilo merupakan blok habitat gajah terpenting yang masih ada di Riau.

Survei yang dilakukan olek BKSDA Riau dan WWF menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 350

ekor gajah yang masih tersisa di Provinsi Riau, dari jumlah tersebut sebanyak 150-180 ekor

berada di Tesso Nilo Bukit Tigapuluh dan sebanyak 60-80 ekor berada di Kawasan Tesso Nilo.

Untuk burung tercatat 114 jenis burung dari 28 famili, Total jenis burung yang ditemukan

tersebut merupakan 29% dari total jenis burung di Pulau Sumatera yaitu 397 jenis. Ada satu

jenis yang merupakan catatan baru secara ilmiah untuk daerah sebarannya yaitu Kipasan gunung

(Rhipidura albicollis) dan ada jenis endemik Sumatera dan Kalimantan dengan sebaran terbatas

dihutan pamah, sudah terancam tetapi belum dilindungi yaitu Empuloh paruh kait.

Ancaman yang paling nyata terhadap kawasan Tesso Nilo adalah pembalakan liar dan

penjarahan lahan. Pembalakan liar terjadi hampir diseluruh wilayah di dalam hutan Tesso Nilo.

Page 9: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

Hal tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi masyarakat di sekitar hutan serta kebutuhan akan kayu

yang demikian tinggi ditambah lagi adanya akses ke dalam hutan yang sudah cukup lancar

dengan dibangunnya koridor-koridor jalan di dalam hutan oleh bekas HPH dan perusahaan-

perusahaan besar seperti RAPP. Pengawasan yang lemah dari instansi pemerintah di bidang ini

juga menyebabkan aktivitas pembalakan liar dapat berlangsung dengan leluasa.

Penjarahan dan klaim lahan juga banyak dijumpai di kawasan hutan Tesso Nilo. Pelaku

umumnya adalah masyarakat setempat yang kondisi ekonominya terbatas serta memerlukan

lahan untuk memperluas kebun dan menggantungkan hidupnya. Namun dijumpai juga adanya

masyarakat luar yang ikut melakukan pelanggaran ini dan diindikasikan banyak pejabat - pejabat

yang terlibat. Degradasi hutan Tesso Nilo mengancam kekayaan hayati yang dikandungnya

Kehilangan habitat merupakan faktor utama yang mengancam kelestarian satwa besar seperti

gajah dan harimau di kawasan tersebut. Yang paling menarik adalah pasukan khusus penjaga

kawasan dari ancaman gajah liar dan aksi perambahan hutan yang dinamakan Flying Squad.

Pasukan yang terdiri atas beberapa ekor gajah dewasa ini secara rutin melakukan patroli ke

dalam hutan setiap harinya.

Mengarungi sungai Nilo dengan menggunakan perahu dan menyusuri lebatnya hutan di

kawasan tersebut bersama pasukan patroli gajah dapat memberikan gambaran kepada siapa saja,

bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan segenap penghuni hutan, asalkan ada kearifan

di balik semua yang dilakukan. Pengunjung yang ingin memacu andrenalinnya dapat turut serta

secara langsung menggiring gajah-gajah liar ke habitatnya. Di areal hutan ini pengunjung dapat

menjumpai jejak-jejak harimau Sumatera atau satwa liar lainnya, seperti tapir, beruang, macan

dahan dan lainnya.

2.2 Struktur dan Fungsi Hutan

Menurut Suhedang (1998) Pengolahan hutan adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen

yang mencakup antara lain perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan dalam

pengurusan hutan sebagai bagian dari suatu sistem sumber daya alam hayati dengan berdasarkan

kepada prinsip-prinsip pengolahan hutan lestari. Sedangkan lingkup kegiatan pengololaan hutan

dapat berupa pengelolaan hutan pada tingkat nasional dan pengelolaan hutan pada tingkat

kesatuan wilayah. Walaupun masih terdapat keanekaragaman penafsiran oleh para pakar dalam

bidang pengelolaan hutan tentang konsep pengelolaan lestari (SFM), akan tetapi kiranya telah

Page 10: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

disepakati bahwa dalam pengelolaan hutan lestari kiranya perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip

kelestarian secara ekonomis, ekologis dan social secara proporsional.

Menurut Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, di Bab II Pasal 8

dinyatakan bahwa pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus

yang diperlukan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, dan

religi dan budaya. Taman nasional Tesso Nilo Meruapakan kawasan huatan dengan tujuan

khusus yang ditetapkan pemerintah untuk kepentingan pendidikan penelitian.

Masih mengacu pada UU No 41, bahwa kawasan hutan dengan tujuan khusus tetap

mengandung fungsi hutan sebagai hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi.

Berkenaan dengan hal tersebut Taman nasional Tesso Nilo dapat mengemban ketiga fungsi

tersebut, terutama fungsi konservasi.

2.3 Nilai Kawasan Hutan

Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, yaitu harga yang diberikan terhadap sesuatu

pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah

lainya yang dapat diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh

waktu, barang atau uang yang akan dikorbankan untuk memiliki atau menggunakan barang atau

jasa yang diinginkannya. Penilaian adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan

konsep dan metodelogi untuk menduga nilai barang atau jasa (Davis dan Johnson, 1987).

Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan hutan, bagi kesejahteraan manusia

merupakan pekerjaan yang sangat kompleks, mencakup berbagai factor yang berkaitan dengan

nilai social dan politik. Menurut Munasinghe dan McNeely (1994), nilai suatu kawasaan

konservasi sangat tergantung pada aturan-aturan manajemen yang berlaku. Dengan kata lain,

nilai tersebut ditentukan tidak hanya oleh faktor-faktor biologi dan ekonomi tetapi juga oleh

kelembagaan yang dibangun untuk mengelola sumber daya kawasan tersebut.

2.4 Kondisi Biofisik Kawasan

Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah kawasan taman nasional yang terletak di

Provinsi Riau, Indonesia. Taman Nasional ini mempunyai luas 38.576 ha. Kawasan yang masuk

wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas Pengusahaan Hutan terletak di Pelalawan.

Page 11: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

Tesso Nilo merupakan hutan dataran rendah yang tersisa di Sumatera terbentang dalam empat

kabupaten di Riau, Menjadi hutan konservasi dan tempat tinggal sekitar 60-80 ekor gajah. Tesso

Nilo diresmikan pada 19 juli 2004 sebagai taman nasional sehingga diperluas menjadi 83.068 ha.

Taman Nasional Tesso Nilo memiliki tiga persen dari seluruh spesies mamalia di dunia, terdapat

360 flora tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis

primate, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilian dan 18 jenis ampibihia.

Ekosistem hutan hujan tropis terutama di Tesso Nilo memiliki tumbuhan tinggi yang

sangat khas dan endemic seperti salah satunya kulim dan begitu juga tumbuhan rendah jenis

anggrek dan liana. Perbedan flora di kawasan struktur hutan hujan tropis dataran rendah pada

wilayah tertentu di pengaruhi biofisik yang berbeda. Daya dukung seperti media tanam yaitu

kondisi tanah yang menjadikan keanekaragaman jenis dan sifat yang berbeda-beda pula.

2.5 Kondisi Sosial Budaya

Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa hutan merupakan sumber kehidupan

bagi masyarakat di sekitarnya baik secara ekologi, ekonomi maupun social. Akibatnya kawasan

hutan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan jika tidak digunakan secara bijaksana

tentu saja akan mengancang kaelestariannya. Keadaan ini disebabkan hutan merupakan lahan

yang menjadi sumber biomassa baik berupa makanan ternak kayu bakar, selain itu dapat

digunakan sebagai lahan pertanian dan hasil hutannya sebagai sumber makanan yang dapat

memenuhi kebutuhan subsistem masyarakat dan yang lebih utama lagi dengan menebang kayu di

hutan merupakan cara termudah untuk mendapatkan uang.

Tesso Nilo berasal dari kata Tesso dan Nilo yang merupakan nama duah buah sungai yang

membelah wilyah hutan dan masih merupakan sarana transportasi yang penting bagi masyarakat.

Bagi masyarakat local yang mayoritas suku melayu Tesso Nilo merupakan kawasan

perlindungan dan pengelolaan hutan. Tradisi masyarakat melayu yang unik seperti menangkap

ikan dan mengambil madu tak lepas dari keberadaan Tesso Nilo. Keberadaan Taman Nasional

Tesso Nilo ini memiliki nilai tambah bagi masyarakat dalam mengelola potensi masyarakat

sekitar hutan secara ekonomi jelas memberikan pendapatan yang cukup menjanjikan bagi

masyarakat setempat.

Page 12: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

BAB III

PENGAMATAN LAPANGAN

3.1 Pembibitan

Tempat : Pembibitan PT.RAPP

Waktu : Jumat,29 Juni 2012 pukul 15.30 WIB

Tujuan :

Mengenal teknik persiapan bibit

Memahami cara pemeliharaan pembibitan

Mengetahui kondisi bibit yang siap tanam dan tidak siap tanam

Mengenal alat-alat yang dipakai dalam pembibitan

Cara kerja :

1. Mendengarkan dengan seksama penjelasan dari para pekerja

2. Mengamati teknik pemeliharaan bibit

3. Memahami system pembibitan sampai proses penanaman ( berdasarkan penjelasan)

Hasil :

Berdasarkan hasil penjelasan dari para pekerja PT.RAPP dilokasi pembibitan saya mencacat

point-point penting yang harus dipahami dan dikembangkan :

Kriteria Bibit Acacia mangium

- Tinggi rata-rata 30 cm yang siap ditanam

- Perakaran kompak, medianya sudah utuh

- Media terdiri dari campuran cocopit dan gambut.

- Diameter Batang 2-3 mm

- Umur yang siap ditanam kelapangan 8-10 minggu

- Bibit yang dihasilkan berasal dari cutting dan seedling.

Page 13: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

- Bibit di order dari Nursery dan di beri pupuk NPK, jika di lapangan di beri KCL, TSP,

dll.

- Awal pemmbibitan di siram dengan system kabut (fogging).

- Suhu di open area 29-300 C

Bibit yang dibawa ke lapangan adalah yang mempunyai tinggi bibit 25-30 cm dan

diameter > 3,0 mm, batang keras dan lurus, warna kecoklatan, daun tebal hijau, struktur

akar kompak, media tidak pecah, bebas hama dan penyakit dan memiliki umur 8-10

minggu. Bibit diangkut ke lokasi pertanaman memakai truk atau traktor. Untuk menjaga

kualitas bibit, perlu dibuatkan tempat penampungan bibit (TPB) sementara di dekat lokasi

pertanaman.

Pemeliharaan di pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan dilakukan setiap 1 bulan

sekali dengan menggunakan pupuk Urea + KCl + SP 18 dengan perbandingan 1 : 1 : 1,

dengan dosis ½ sendok maka per batang bibit. Semprotkan ke tanah (Pupuk hayati Bio P

2000 Z + Phosmit + air) secara merata.

Pada pembibitan dilokasi PT.RAPP menggunakan dua metode,yaitu cutting dan singeling

Bila dilihat secara hasil ada dampak positif dan negative dari ke-dua metode tersebut.

No Dampak Metode cuting Metode singeling

1 positif Memiliki cabang lebih

banyak

System perakaran kuat

2 negatif System perakaran tidak

kuat

Cabang lebih sedikit

Penanaman dilakukan antara 2 minggu s/d 6 minggu setelah pembuatan lobang.

Pemupukan dilakukan hanya satu kali,yaitu pada saat awal penanaman dengan

menggunakan pupuk hayati Bio P 2000 Z.

Selanjutnya dilakukan perawatan. Perawatan tanaman setelah penjarangan yang perlu

dilakukan adalah kegiatan pemangkasan cabang dan pengendalian gulma (weeding).

Pemangkasan cabang dilakukan dua kali; bersamaan penjarangan pertama, dan setahun

setelah penjarangan pertama. Acacia mangium mempunyai kemampuan self pruning yang

sangat rendah, oleh karenanya sangat penting dilakukan pruning untuk memperoleh kayu

pertukangan yang baik.

Page 14: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

3.2 Pengenalan lapangan karakteristik hutan

Tempat : Kawasan TNTN

Waktu : Sabtu,30 Juni 2012,pukul 08.00-11.30 WIB

Tujuan :

Mengetahui Topografi,klimatik,vegetasi termasuk kondisi tanah

Mengetahui jenis-jenis satwa langka terutama jenis satwa langka

Mengetahui klasifikasi pohon berdasarkan beberapa teori

Mengetahui komponen penyusun hutan

Melatih cara pembuatan diagram profil secara vertical dan horizontal

Melatih pembuatan peta pohon

Alat dan Bahan:

- Altimeter (alat pengukur tinggi tempat)

- Clinometer (alat pengukur kelerengan)

- Higrometer (alat pengukur kelembaban udara)

- Thermometer (alat pengukur suhu udara)

- Hagameter (alat pengukur tinggi pohon)

- Kompas (alat penunjuk arah)

- Diameter tape (alat pengukur diameter batang)

- Tali dengan panjang 20 m

- Buku dan alat tulis lainnya

Cara kerja :

1. Mengamati jenis-jenis pohon yang ada dan gambarkan bagian pohon yang mencirikan

kondisi tempat tumbuh

2. Membuat petak pengamatan dengan ukuran untuk anakan 2 X 2 m , untuk tiang 5 X 5 ,

dan untuk pohon 10 X 10

3. Mengamati kondisi hidup pohon antara lain jenis,jumlah,tinggi, dan diameter setinggi

dada pada tingkat pohon,jumlah dan tinggi permudaan.

4. Gambarkan letak pohon,jarak antar pohon dan proyeksi sederhana tajuk pada lantai hutan

Page 15: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

5. Mengamati kondisi tumbuhan bawah atau tutupan tanah jenis dan persentasi tutupan

6. Catatlah topografi yaitu tinggi dan kelerengan tempat,suhu dan kelembaban.

7. Catatlah data pengamatan dalam bentuk table sistematis

8. Mengamati satwa-satwa yang hidup diantara pepohonan

9. Mencatat satwa-satwa yang mungkin terlihat pada saat pengamatan berlangsung.

Hasil pengamatan :

Pemetaan Pohon

P P

T

P

T

T

T

Pembahasan :

A. Jenis-jenis pohon yang berada di kawasan TNTN

Ada beberapa jenis pohon yang terdapat di kawasan TNTN diantaranya Belimbing

Hutan, Mempisang, Dara-Dara, Kelat Merah, Terpis, Medang, Mahang, Kuras,

Rambutan Hutan,

B. Berdasarkan petak pengamatan dengan beberapa ukuran di dapat hasil sebagai berikut :

T

T

T

T

Page 16: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

1. Petak pengamatan dengan ukuran 10 x 10

Semai Pancang Tiang Pohon

20 tanaman 9 tanaman 2 tanaman 2 tanaman

2. Petak Pengamatan dengan ukuran 5 x 5

Semai Pancang Tiang Pohon

15 tanaman 3 tanaman 1 tanaman 1 tanaman

3. Petak pengamatan 2 x 2

Semai Pancang Tiang Pohon

8 tanaman 1 tanaman 0 tanaman 0 tanaman

C. Jenis pohon yang terdapat dalam petak pengamatan yaitu pohon Terpis, jumlahnya 2

pohon.

- Tinggi Pohon Terpis pertama = 25 m

- Diameter Pohon = 36 cm

- Tinggi Pohon Terpis ke dua = 26 m

- Diameter Pohon = 38 cm

D. Di kertas grafik

E. Kelerengan tempat

Kelerengan tempat di petak pengamatan = 47 dpl

F. Hasil Pengamatan

Tingkat Pohon Petak Pengamatan

10 x 10

Petak Pengamatan

5 x 5

Petak Pengamatan

2 x 2

Semai 20 15 8

Pancang 9 3 1

Page 17: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

Tiang 2 1 0

Pohon 2 1 0

3.3 Kegiatan penghijauan

Tempat : Kawasan hutan Tesso Nilo

Waktu : Sabtu,30 Juni 2012,pukul 16.00 - 18.00 WIB

Tujuan :

Memberikan kesadaran yang tinggi dalam melestarikan hutan

Mahasiswa dapat berpikir dan bertindak yang terbaik bagi hutan

Setelah penanaman dilakukan mahasiswa diharapkan mampu mensosialisasikan kepada

siapa saja,bahwa menjaga dan melestarikan hutan adalah tanggungjawab kita semua.

Alat dan Bahan:

- Bibit

- Cangkul

- Air

- pupuk

Cara kerja :

1. melakukan pananaman bibit satu orang satu

2. memasang papan nama penanaman bibit

3. melakukan penyiraman

Pembahasan :

Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dalam Praktek Umum Kehutanan, Dalam

kegiatan ini setiap kelompok mengutus satu orang sebagai perwakilan kelompok untuk

melakukan penanaman bibit Mahoni.

Page 18: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

o Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat dipulihkan dan berfungsi sebagai

ekosistem yang memiliki potensi ekonomi, ekologis dan sosial budaya sangat tinggi

oleh karenanya hutan harus dikelola secara optimal dan lestari untuk kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat.

o Manfaat langsung ialah manfaat dari hutan yang dapat langsung dinikmati oleh

masyarakat seperti kayu, rotan, obat-obatan, buah-buahan, binatang buruan, damar,

kulit kayu. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan manfaat dari fungsi hutan

sebagai pengatur tata air dan pemelihara kesuburan tanah atau manfaat hidro-orologis

dari hutan. Manfaat estetika, rekreasi, ilmu pengetahuan dan pengaruh hutan terhadap

iklim.

o Pada Praktikum Umum Kehutanan yang diadakan di Taman Nasional Tesso Nilo

(TNTN), kita semua dapat melihat dan merasakan dengan jelas betapa maha kuasanya

allah SWT yang telah menyajikan keanekaragaman hayati dimuka bumi ini.

berdasarkan data dari pihak TNTN, sebuah tempat wisata di Bali memiliki gajah yang

80 % gajah tersebut berasal dari kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

4.2 Saran

Dalam praktikum ini pasti terdapat kekurangan yang kedepannya harus kita perbaiki

bersama, disini saya menyarankan pada saat kegiatan pembibitan, sebaiknya kegiatan tersebut

diadakan dilokasi yang menajadi tempat awal pembibitan, karena kegiatan pembibitan dilokasi

transit (persinggahan), praktikan kurang memahami teknik pembibitan yang sesungguhnya

seperti dalam teori yang praktikan pelajari, dan praktikan juga menyarankan untuk kedepannya

kita dapat mendisiplinkan waktu, karena banyak waktu yang sia-sia yang praktikan rasakan pada

saat praktikum dilakukan.

Page 19: Laporan praktek umum kehutanan 2011

Laporan Praktek Umum Kehutanan 2011

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http//:www.TNTN//taman-nasional-tesso-nilo.html (Diakses tanggal 2 July 2012)

Arlita, T. 2012. Buku Penuntun Praktek Umum Kehutanan. Pekanbaru : Fakultas Pertanian

Universitas Riau

Lee, Richard. 1990. Hidrologi hutan.Yogyakarta : Gadma Madya University Press

Syamsuri, Istamar.Dkk.2007. Biologi untuk SMA kelas X. Malang : Erlangga