jurusan kehutanan fakultas kehutanan ... - …

81
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN USAHA HUTAN TANAMAN RAKYAT DI DESA BACU-BACU KECAMATAN PUJANANTING KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN ARINI PUSPITA LESTARI M 111 08 019 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Upload: others

Post on 07-Feb-2022

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN USAHA HUTAN

TANAMAN RAKYAT DI DESA BACU-BACU

KECAMATAN PUJANANTING KABUPATEN BARRU

PROVINSI SULAWESI SELATAN

ARINI PUSPITA LESTARI

M 111 08 019

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Potensi Pengembangan Usaha Hutan

Tanaman Rakyat di Desa Bacu Kecamatan

Pujananting Kabupaten Barru Provinsi

Sulawesi Selatan

Nama : Arini Puspita Lestari

NIM : M 111 08 019

Jurusan : Kehutanan

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kehutanan

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. M.Asar. Said Mahbub, M.P Muhammad Alif K.S. S.Hut., M.Si

NIP.19681107199603 1 001 NIP. 19790831200812 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kehutanan

Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. Beta Putranto, M.Sc.

NIP. 19540418197903 1 001

iii

ABSTRAK

Arini Puspita Lestari (M 111 08 019) : Analisis Potensi Pengembangan Usaha Hutan Tanaman Rakyat Di Desa Bacu-Bacu Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan,

Di bawah Bimbingan M. Asar Said Mahbub dan Muhammad Alif.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap

kelompok tani hutan dalam pengembangan sumberdaya dan produk

potensial, menentukan tujuan keuangan unit rumah tangga kelompok tani

hutan, dan menganalisis sumberdaya/produk yang potensial untuk Hutan

Tanaman Rakyat (HTR) Desa Bacu-Bacu Kecamatan Pujananting

Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bacu-Bacu Kecamatan

Pujananting Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan pada Bulan

Desember 2011 hingga Januari 2012. Data yang dikumpulkan berupa

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan

pengamatan dan wawancara langsung dengan responden. Data sekunder

diperoleh dari laporan instansi pemerintah data yang diperoleh kemudian

dianaliis secara deskriptif, analisis tujuan keuangan dan analisis

pengembangan empat bidang usaha.

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi unit usaha

masyarakat disekitar/diluar areal HTR. Analisis tujuan keuangan dilakukan

dengan menggunakan analisis livelihood. Analisis livelihood digunakan

untuk mengetahui berapa yang harus diperoleh petani untuk memenuhi

kebutuhan sebenarnya. Untuk menganalisis produk dan sumberdaya pada

unit usaha yang potensial maka dilakukan dengan metode analisis empat

bidang pengembangan usaha yang meliputi pasar dan ekonomi,

pengelolaan sumberdaya dan lingkungan, sosial dan kelembagaan, dan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan bahwa unit usaha yang mengelola produk yang cukup

potensial untuk dikembangkan di areal HTR adalah kacang tanah, jabon,

mahoni, sengon, dan akasia. Sedangkan tujuan keuangan kelompok tani

hutan adalah subsisten. Dimana masyarakat membutuhkan Rp.

3.555.278,-/tahun/responden untuk memenuhi kebutuhan layak sehari-

harinya. Unit usaha untuk produk yang paling potensial pada areal HTR

untuk kriteria empat bidang pengembangan usaha adalah jabon sebagai

tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman musiman.

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Rimba !!

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT

atas segala limpahan rahmat, karunia, dan IlmuNya sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga senantiasa

tercurah kepada Sang Pembaharu Muhammad SAW, para keluarga

beliau, sahabat beliau dan orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau

hingga akhir zaman.

Skripsi ini diselesaikan atas bimbingan, bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik dari segi moril maupun materil. Pada kesempatan ini

dengan penuh kerendahan hati penulis haturkan sembah sujud dan

hormat penulis kepada Ibunda tercinta Wiwi Supiatin dan Ayahanda Drs.

H. Husaeni atas kasih sayang yang tak terhingga, pengorbanan, dan

doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Semoga Allah Yang Maha Pengasih, senantiasa memberikan Kasih

Sayang-Nya.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Ir. M. Asar Said Mahbub, M.P dan Bapak Muhammad Alif,

K.S, S.Hut., M.Si selaku pembimbing yang dengan sabar telah

mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

v

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Supratman, M.P, Bapak Dr. Ir. H. Anwar

Umar, M.S dan Bapak Dr. Ir. Suhasman, M.Si selaku dosen penguji,

terima kasih atas saran, kritik, koreksi dan kesediaan waktunya.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Restu, M.P., selaku Dekan Fakultas

Kehutanan Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. Ir. Musrizal

Mu’in, M.Sc., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Prof. Dr.

Ir. H. Supratman, M.P., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan,

Bapak Dr. Ir. Beta Putranto, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.

4. Bapak Syamsu Rijal, S.Hut., M.Si dan Bapak Muhammad Alif, K.S,

S.Hut., M.Si. selaku Penasehat Akademik (PA) dan Seluruh Dosen

Pengajar beserta Staf Administrasi Fakultas Kehutanan Unhas,

terima kasih atas arahan dan bantuannya selama penulis menempuh

kuliah hingga menyelesaikan studi.

5. Kakak ku Sesy Fitriana, S.Sos, kakak ipar Faharuddin, A.Md, adikku

tersayang Muh. Asril Akbar dan keponakanku yang paling manis

Fahrezy Jusuf yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan

materil kepada penulis.

6. Ronny Dg. Masikki, S.T yang tak pernah lelah meluangkan waktu

untuk memberi doa, semangat, motivasi dan keceriaan di hati penulis.

7. Bapak Muhammad Tuwo selaku Ketua Kelompok Tani Hutan “Padang

Pobbo” di Desa Bacu-Bacu, Bapak Kepala Dusun Amerrung, Bapak

Kepala Dusun Ampiri, Bapak Kepala Desa Bacu-Bacu, dan

Pegawai Dinas Kehutanan Barru yang telah menerima dan

membantu penulis dalam proses pengambilan data.

8. Sahabat-sahabatku Usmiyanti, Mutmainna Sri Yuliany, Ayu

Antariksa, Trivena, Lidya Biringkanae, dan Muridah Wahyuddin

yang telah banyak membantu penulis. Rekan penelitianku Romilia

Darwis, Chairil Ansar, Habibi Hamid. Terima kasih untuk segala

bantuan, kebersamaan, canda tawa, nasehat, dukungan dan doa

kalian selama ini. Kakak Adrayanti Sabar, S.Hut., M.P., Faisal

Hidayat, S.Hut. dan Emban Ibnurusyd Mas’ud, S.Hut., M.P dan

vi

seluruh teman-teman di Laboratorium Kebijakan dan

Kewirausahaan Kehutatanan Unhas.

9. Kawan-kawan seperjuanganku Angkatan ’07, Angkatan ’08 dan

Angkatan ‘09 yang telah banyak menyumbang saran dan pola pikir

selama menyelesaikan jenjang perkuliahan dan untuk seluruh teman-

teman BEM Kehutanan UH.

Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Allah tak ada manusia

tanpa kelemahan. Penulis menerima dengan lapang dada setiap nasihat

dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini ke depan. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, April 2012

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Halaman No.

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

ABSTRAK .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hutan Tanaman Rakyat ............................................ 5

B. Masyarakat Kawasan Hutan ............ ..................................... 7

C. Kelembagaan Hutan Tanaman Rakyat ….. .......................... 9

D. Pengembangan Usaha ............................................................. 12

E. Analisis Empat Bidang Pengembangan Usaha ................... 14

F. Analisis Kebutuhan Penghidupan (Livelihood) .................... 16

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat .................................................................. 18

B. Metode Pengumpulan Data .................................................... 18

C. Analisis Data ............................................................................. 19

D. Defenisi Operasional ............................................................... 26

viii

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas ......................................................................... 28

B. Keadaan Sosial Ekonomi ........................................................ 29

C. Kondisi Geografis ...................................................................... 29

D. Mata Pencaharian .................................................................... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Unit Unit Usaha Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat

1. Identifikasi Kelompok Tani Hutan Tanaman Rakyat .... 32

2. Identifikasi Unit Unit Usah Hutan Tanaman Rakyat ...... 33

B. Analisis Keuangan Unit Rumah Tangga

1. Analisis Pendapatan Unit Rumah Tangga ..................... 36

2. Analisis Pengeluaran Unit Rumah Tangga ..................... 38

2. Analisis Tujuan Keuangan Unit Rumah Tangga ............ 39

C. Analisis Pengembangan Unit Usaha Hutan Tanaman Rakyat

1. Identifikasi Produk/sumberdaya yang potensial ............. 45

2. Identifikasi Peluang dan Hambatan ................................. 48

3. Pemilihan Unit usaha yang potensial ............................... 51

4. Perencanaan Usaha pembangunan berkelanjutan ....... 54

VI. PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................... 70

Saran ................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Matriks Analisis Livelihood .............................................

Penilaian Unit Usaha ......................................................

Kriteria Pemilihan Unit Usaha ........................................

Matriks Analisis SWOT………..……………………………

Jumlah penduduk pembagian tingkat dusun…................

Kondisi Geografis……………………………..………........

19

21

22

26

29

30

7. Mata Pencaharian Penduduk……………………………. 30

8. Daftar nama kelompok tani HTR... ................................. 32

9. Analiis Total Pendapatan Responden..............................

37

10

.

Analisis Pengeluaran Biaya Hidup Responden……….. 38

11

.

Analisis kebutuhan nafkah responden………………..... 40

12

.

Analisis Produk/sumberdaya yang Tidak Potensial……

45

13

.

Penilaian terhadap peluang sumberdaya/produk...........

48

14

.

Penilaian tehadap hambatan sumberdaya/produk……. 49

15

.

Perbandingan Skor Unit Usaha........................................ 52

16

.

Analisis SWOT untuk unit usaha kacang tanah………. 60

17

.

Analisis SWOT Untuk Unit Usaha……………………….

60

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks

1. Kuisioner Pengelola HTR

2. Daftar Nama Responden

3. Pendapatan Responden dari Usaha Tani

4. Total Pendapatan Responden

5.

6.

Analisis Kebutuhan dan Nafkah Petani (Livelihood)

Tabel Penilaian

7. Sketsa Pengelolaan HTR

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari sisi pembangunan ekonomi, eksploitasi sumber daya

hutan yang dilakukan oleh pihak swasta yang konsesi pengelolaannya

diberikan oleh pemerintah, telah memberi kontribusi bagi pertumbuhan

ekonomi di Indonesia. Melalui kebijakan pemberian konsesi Hak

Pengusahaan Hutan (HPH), Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH), atau

konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) pemerintah mampu mendongkrak

pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan dan devisa

negara, menyerap tenaga kerja, menggerakan roda perekonomian dan

meningkatkan pendapatan asli daerah. Tetapi, dari sisi yang lain,

pemberian konsesi HPH dan HPHH serta HTI kepada pihak Badan

Usaha Milik Swasta (BUMS) maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

juga menimbulkan bencana nasional, selain karena kerusakan sumber

daya hutan akibat eksploitasi yang tak terkendali dan tak terawasi secara

konsisten selain menimbulkan kerugian ekologi (ecological cost) yang tak

terhitung nilainya, ternyata menimbulkan kerusakan sosial dan budaya

(social and cultural cost), termasuk pembatasan akses dan penggusuran

hak-hak masyarakat serta munculnya konflik-konflik atas pemanfaatan

sumber daya hutan di daerah.

Sebuah program baru pemerintah yang disebut Hutan Tanaman

Rakyat (HTR) diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.

Kawasan hutan yang dapat dicadangkan sebagai areal HTR adalah

2

kawasan hutan produksi yang tidak produktif, tidak dibebani izin/hak,

dan diutamakan dekat dengan industri hasil hutan. Program baru HTR

ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan hutan tanaman yang

diharapkan dapat bermanfaat dari segi lingkungan dan kelestarian hutan

sekaligus menyediakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat,

terutama yang bermukim di dalam dan sekitar hutan.

Pengembangan HTR lebih diarahkan kepada keterlibatan

masyarakat sebagai pelaku atau mitra utama. Pengelolaan HTR bertujuan

untuk memberikan ruang kepada masyarakat agar ikut mengelola hutan di

sekitarnya melalui pengembangan usaha pengelolaan HTR yang

kelembagaannya dibentuk secara kelompok.

Salah satu diantara 10 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan

yang mendapat jatah menyediakan Hutan Tanaman Rakyat adalah

Kabupaten Barru. Data statistik Kabupaten Barru hingga tahun 2011

menyebutkan luas hutan saat ini: 65.185 Ha terdiri dari Hutan Lindung:

49.801 Ha dan Hutan Produksi Terbatas: 15.384 Ha. Hutan Tanaman

Rakyat yang sedang dikembangkan terletak di Desa Bacu-bacu Kecamatan

Pujananting dengan luas areal Hutan Tanaman Rakyat yang akan

dikembangkan adalah 270 ha.

Ditinjau dari aspek pencapaian tujuan, HTR yang akan

dicadangkan di areal Desa Bacu-bacu cukup potensial untuk memberikan

kontribusi yang penting dalam pembangunan daerah dan masyarakat

lainnya khususnya di bidang peningkatan pendapatan masyarakat,

3

penyerapan tenaga kerja dan pemenuhan bahan baku industri da n jasa

lingkungan.

Salah satu kegiatan yang memegang peranan penting dalam

pengembangan HTR adalah kegiatan perencanaan. Perencanaan

memerlukan kajian yang mendalam sehingga didapatkan situasi dan dan

kondisi yang terkini, sehingga perencanaan yang dilakukan akan lebih tepat

sasaran. Salah satu kajian penting yang harus dilakukan adalah analisis

sumberdaya atau produk yang memiliki potensi untuk dikembangkan pada

areal HTR.

Penelitian ini memusatkan perhatian pada analisis dan

pengembangan pasar terhadap komoditas-komoditas unggul dan sesuai

berdasarkan hasil analisis empat bidang pengembangan usaha yaitu pasar

dan ekonomi, pengelolaan sumberdaya dan lingkungan, sosial dan

kelembagaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain perencanaan

pengembangan unit usaha tersebut, perlu pula diketahui tujuan keuangan

rumah tangga. Hal ini berguna untuk menentukan data konsumsi rumah

tangga saat ini dan harapan ideal rumah tangga guna memenuhi

kebutuhan keluarga untuk satu tahun. Pengetahuan tentang harapan ideal

rumah tangga ini akan memberikan gambaran unit usaha yang dapat

mereka kelola sendiri tanpa resiko berlebihan dalam jangka waktu yang

panjang.

4

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bacu-bacu Kecamatan

Pujananting, Kabupaten Barru yang merupakan salah satu sentra

pengembangan kegiatan Hutan Tanaman Rakyat.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan identifikasi terhadap kelompok sasaran dalam

pengembangan sumberdaya dan produk yang potensial untuk

melakukan usaha dalam areal HTR.

2. Menentukan tujuan keuangan unit rumah tangga untuk pengembangan

usaha di areal HTR

3. Menganalisis sumberdaya dan produk yang potensial untuk

dikembangkan pada areal HTR.

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan

pertimbangan dalam kegiatan pengembangan usaha pada areal HTR.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hutan Tanaman Rakyat

Pengertian Hutan Tanaman Rakyat (HTR) secara historis

merupakan penyempurnaan dari pola dan kelembagaan hutan tanaman

yang telah ada seperti Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan

Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Rakyat (HR) melalui KUHR, proyek,

dan swadaya masyarakat (dan sistem penanaman melalui GERHAN). HTR

merupakan program pengelolaan hutan intensif dari aspek teknologi,

manajemen dan kelembagaan. Program HTR merupakan bentuk lembaga

sama sekali baru ataupun merupakan pengembangan dari kelembagaan

hutan tanaman yang berbasis masyarakat setempat seperti pola kemitraan,

pola MHBM/PHBM dan MHR untuk HTI, Hutan Kemasyarakatan (HKm)

dengan komoditas kayu dan non-kayu, atau program Hutan Rakyat yang

dikembangkan pada lahan-lahan milik masyarakat (Hakim, 2006:65),

sedangkan menurut Peraturan Menteri Kehutanan No.6 Tahun 2007,

defenisi HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun

oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas

hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin

kelestarian sumberdaya hutan. Pendapat lain dikemukakan oleh Hakim

(2006:66) yang mendefenisikan Program HTR sebagai langkah dan upaya

baru pemerintah dalam memperkuat kelembagaan sektor kehutanan

dimana pengelolaan kawasan hutan secara hukum diserahkan kepada

masyarakat yang merupakan bentuk komitmen dalam menjalankan visi

6

”forest for people” secara lebih serius atau pengelolaan hutan oleh

masyarakat dalam hal ini kawasan hutan produksi.

Menurut Peraturan Pemerintah P23/Menhut-II/2007 lokasi dan

penetapan areal Hutan Tanaman Rakyat dilakukan oleh menteri kehutanan

pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan tidak dibebani

izin/hak lain dan letaknya diutamakan dekat dengan industri hasil hutan.

Menurut Suwito dan Emilia (2007:15), Pola pengembangan HTR

direncanakan mengikuti 3 pola, yaitu:

1. Pola Mandiri yaitu masyarakat setempat membentuk kelompok,

Pemerintah mengalokasikan areal dan SK IUPHHKHTR untuk setiap

individu dalam kelompok dan masing-masing ketua kelompok

bertanggung jawab atas pelaksanaan HTR, pengajuan dan

pengembalian kredit, pasar dan pendamping dari pemerintah/Pemda.

2. Pola Kemitraan dengan HTI BUMN/S yaitu Masyarakat setempat

membentuk kelompok diajukan oleh Bupati ke Menhut. Pemerintah

menerbitkan SK IUPHHK-HTR ke individu dan menetapkan mitra. Mitra

bertanggung jawab atas pendampingan, input/modal, pelatihan dan

pasar.

3. Pola DeveloperBUMN/S sebagai developer membangun HTR dan

selanjutnya diserahkan oleh Pemerintah kepada masyarakat sebagai

pemegang IUPPHHK-HTR yang selanjutnya biaya pembangunannya

diperhitungkan sebagai pinjaman pemegang IUPHHK-HTR dan

dikembalikan secara bertahap sesuai akad kredit.

7

Lebih lanjut Permenhut Nomor: P23/Menhut-II/2007 jenis tanaman

pokok HTR yang dapat dikembangkan untuk pembangunan UPHHK-HTR

terdiri dari:

1. Tanaman Sejenis yaitu tanaman hutan berkayu yang hanya terdiri satu

jenis (species) beserta varietasnya.

2. Tanaman berbagai jenis yaitu tanaman hutan berkayu yang

dikombinasikan dengan tanaman budidaya tahunan yang berkayu atau

jenis lain yang ditetapkan oleh menteri.

B. Masyarakat Kawasan Hutan

Manusia senantiasa mempergunakan dan mengolah sumberdaya

alam yang tersedia disekitar lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Mereka senantiasa berupaya semaksimal mungkin untuk

memperbaiki kehidupannya. Ada beberapa hal yang membuat manusia

melakukan usaha-saha atau karya yang diciptakan yang bernilai ekonomis

agar dapat memenuhi kebutuhannya (Koentjaraningrat, 1990:109)

Pengertian masyarakat dalam konteks pengelolaan hutan adalah

masyarakat setempat, yaitu kelompok masyarakat yang berdiam di dalam

dan disekitar hutan dan berintegrasi dengan hutan sejak turun-temurun.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan bangsa maka di beberapa

tempat terdapat masyarakat setempat yang telah bercampur dengan

pendatang (Simpoha, 1998:12)

Sedangkan kawasan hutan lebih lanjut dijabarkan dalam Keputusan

Menteri Kehutanan No. 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan

8

Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan, yaitu wilayah tertentu

yangditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan

keberadaannya sebagai hutan tetap. Sedangkan Sutrisno (2010)

berpendapat bahwa peningkatan kualitas hutan produksi dapat dengan

menerapkan si lvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya

hutan. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan salah satu alternatif

dalam mendukung revitalisasi sektor kehutanan yang perlu dipercepat

untuk meningkatkan kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhan ekonomi

dan pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan (pro-growth,

pro- job, pro-poor).

Masyarakat kawasan hutan (di dalam dan disekitar hutan) lebih

dipahami masyarakat umum dalam berbagai istilah popular seperti :

masyarakat peladang berpindah, masyarakat perambah hutan, masyarakat

asli (indegenous people), masyarakat hukum adat, serta masyarakat adat

dalam hutan (Rahz, 1997:13).

Hakim (2006:66) mengemukakan dalam HTR terkandung empat hal

yang merupakan tanggung jawab pemerintah selama ini dalam pengelolaan

hutan yang secara gradual diserahkan kepada masyarakat, oleh sebab itu

masyarakat sebagai pengelola hutan produksi harus dipersiapkan baik

secara ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kehutanan, manajemen

dan kelembagaannya :

1. Tanggung jawab dalam menjaga dan mengamankan kawasan

hutan

9

2. Tanggung jawab dalam mengelola kawasan hutan

3. Tanggung jawab dalam memanfaatkan kawasan hutan

4. Tanggung jawab atas keberhasilan HTR

Pembangunan HTR perlu memperhatikan jaminan ketersediaandan

keamanan kawasan hutan, kemampuan dan kesiapan masyarakat (iptek,

manajemen, dan kelembagaan) untuk mengelola kawasan tersebut. Agar

program HTR dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka perlu adanya

batasan pengertian tentang HTR dari berbagai aspek seperti aspek target

yang ingin dicapai, aspek historis, aspek teknologi dan manajemen, dan

aspek kelembagaan. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih areal dengan

program lain dan duplikasi masyarakat peserta HTR dengan program yang

sudah ada.

C. Kelembagaan Hutan Tanaman Rakyat

Kebijakan dan program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan

amanat Peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2007 yang bertujuan untuk

memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam pemanfaatan

hutan produksi untuk meningkatkan upaya rehabilitasi hutan, peningkatan

kesejahteraan masyarakat, pengentasan kemiskinan, meningkatkan

kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional serta

memenuhi permintaan bahan baku industri perkayuan.

Lebih lanjut Pemerintah melalui PP No.6 Tahun 2007 telah

menetapkan pemberian IUPHHK-HTR agar dapat memberikan akses

hukum, akses ke lembaga keuangan dan akses pasar yang lebih luas

10

kepada masyarakat dalam pemanfaatan hutan produksi guna

mensejahterakan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari

sebagaimana diamanatkan dalam UU 41/99 tentang Kehutanan.

Menurut Suwito dan Emilia (2007:15), HTR memiliki kelembagaan

individual atau koperasi. Pemanfaatannya dapat dilakukan oleh masyarakat

secara individual atau kelompok. HTR merupakan salah satu konsep

pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Konsep ini mengacu

pada pemberian akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam

pembangunan hutan tanaman. HTR memiliki prinsip-prinsip pemberdayaan

antara lain:

1. Prinsip pertama adalah masyarakat mengorganisasikan dirinya

berdasarkan kebutuhannya (people organized themselves based on

their necessity) yang berarti pemberdayaan hutan beserta

masyarakatnya ini bukan digerakkan oleh proyek ataupun bantuan luar

negeri karena kedua hal tersebut tidak akan membuat masyarakat

mandiri dan hanya membuat “kebergantungan” masyarakat.

2. Prinsip kedua adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat harus

bersifat padat karya (labor-intensive) sehingga kegiatan ini tidak mudah

ditunggangi pemodal (cukong) yang tidak bertanggung jawab.

3. Prinsip ketiga adalah Pemerintah memberikan pengakuan/rekognisi

dengan memberikan aspek legal sehingga kegiatan masyarakat yang

tadinya informal di sektor kehutanan dapat masuk ke sektor formal

11

ekonomi kehutanan/ekonomi lokal, nasional dan global sehingga bebas

dari pemerasan oknum birokrasi dan premanisme pasar.

Ketiga prinsip di atas dikonsepkan dan diimplementasikan dalam

pembangunan HTR dimana masyarakat akan menjadi ”owner” IUPHHK-HT

dan sebagai pelaku langsung.

Kelompok Tani HTR adalah kumpulan individu petani dalam suatu

wadah organisasi yang tumbuh berdasarkan kesamaan profesi dan

kepentingan untuk bekerjasama dalam rangka pengembangan usaha HTR

dalam rangka kesejahteraan anggotanya Koperasi adalah koperasi primer

yang didirikan dan beranggotakan orang seorang sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Koperasi dibentuk dalam skala usaha mikro, kecil, menengah dan diangun

oleh masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar hutan (Anonim 2011).

Pembentukan Kelembagaan Masyarakat mengorganisasikan

dirinya berdasarkan kebutuhannya, dalam satu wadah kelembagaan yang

disebut Kelompok Tani Hutan Tanaman Rakyat (KTHTR) serta

bertanggung jawab terhadap lahan/ hutan yang dikelola baik dari segi

kelestarian hasil maupun secara administrasi dan keuangan. Kelompok

yang telah terbentuk disahkan oleh lembaga masyarakat adat setempat dan

kepala kampung serta diketahui oleh Kepala Distrik dan Kepala Dinas

Kabupaten/ Kota (Anonim, 2011).

12

D. Pengembangan Usaha

Menurut Helmi (2009) Sebuah rencana bisnis bisa datang secara

tiba-tiba (ide) baik melalui pengamatan maupun pengalaman, bisa juga

melalui perencanaan yang matang. Ide-ide sering sekali muncul dalam

bentuk untuk menghasilkan suatu barang dan jasa baru. Ide itu sendiri

bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak mengadakan

evaluasi dan pengamatan secara terus-menerus. Banyak ide yang betul-

betul asli, tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika wirausaha memiliki

cara pandang baru terhadap ide yang lama

Peluang potensial bisnis dapat digali dengan cara (Helmi, 2009):

1. Menciptakan Produk Baru yang Berbeda. Tahapan-tahapan penting

dalam pengembangan produk baru yaitu: pemunculan ide, pemilihan

ide, pengembangan konsep, dan pengujian, strategi pemasaran,

analisa bisnis, pengembangan produk, pengujian pasar, komersialisasi.

2. Mengamati Pintu Peluang. Beberapa keadaan yang dapat menciptakan

peluang, yaitu:

a. Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang

relatif singkat.

b. Kerugian teknik harus rendah.

c. Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi

produknya.

d. Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.

13

e. Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam memperhatikan

posisi pasarnya.

f. Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk

menghasilkan produk barunya.

3. Menganalisis Produk dan Proses Secara Mendalam

Analisis ini penting untuk menciptakan peluang yang baik dalam

menjalankan usahanya secara efektif dan efisien antara lain:

a. Menganalisa produk dan jasa yang telah ada dan yang akan ada.

b. Menganalisa daerah pasar yang dapat dilayani secara

menguntungkan.

c. Mengakses kebutuhan dan keinginan konsumen yang sekarang

maupun yang potensial dalam berbagai daerah pasar untuk dilayani.

d. Menganalisa kemampuan organisasi untuk melayani permintaan

konsumen pada basis setelah penjualan.

e. Menggerakkan sumber-sumber organisasi untuk memuaskan

kebutuhan konsumen.

f. Menganalisis struktur harga yang sesuai dengan penerimaan

konsumen dan juga menyediakan pengoperasian bisnis yang aktif

dalam hal keuntungan dan penghargaan pada pemilik.

4. Memperhitungkan Risiko. Dalam memperhitungkan risiko, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

a. Menciptakan nilai untuk pelanggan.

b. Pilih pasar di mana anda dapat melampaui yang lain.

14

c. Hadirkan target yang terus bergerak pada para pesaing dengan

terus menerus meningkatkan posisi.

d. Mendayagunakan inovasi, kualitas, dan pengurangan biaya.

Lebih lanjut Helmi (2009) mengemukakan ide-ide yang telah kita

realisir akan menciptakan peluang bisnis karena peluang bisnis itu

sebenarnya ada di sekitar kita dan banyak sekali macam bisnis yang bisa

diraih. Namun, untuk menangkap peluang bisnis, diperlukan keberanian,

kejelian dan kreativitas bisnis, dan kita harus betul-betul memahami

kebutuhan masyarakat konsumen.

Konsep forest for people atau hutan untuk rakyat oleh menhutbun

dijabarkan bahwa setiap warga negara, sesuai konstitusi, memperoleh

kesempatan yang sama serta mempunyai kewajiban yang sama pula.

Selanjutnya ditekankan bagaimana agar kesempatan kesempatan

berusaha dibidang kehutanan lebih terbuka bagi semua pihak melalui

melalui satu mekanisme persaiang sehat tetapi tetap memperhatikan pihak

yang lemah serta selalu memperhatikan keberlanjutan kelestarian hutannya

sendiri. Konsep hutan untuk rakyat pada dasarnya adalah kegiatan

kehutanan yang melibatkan masyarakat banyak terutama didalam dan di

sekitar hutan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi dan guna hutan

secara aktif dan dinamis tanpa mengabaikan aspek kelestarian hutan

(Lahjie, 2003:52)

15

E. Analisis Empat Bidang Pengembangan Usaha

Menurut Lecup dan Nicholson (2006:41) analisis empat

pengembangan usaha dapat digunakan untuk mengkaji produk-produk

yang memiliki peluang kesuksesan terbesar menurut tujuan proses analisis

pengembangan pasar.

Seperti yang dikemukakan (Mahbub dan Makarennu, 2010:28)

tujuan yang dicapai adalah menentukan komoditas unggulan dan

mengumpulkan informasi melalui pengembangan selanjutnya. Informasi

yang dikumpulkan untuk melakukan analisis jalur pemasaran dan

permintaan untuk setiap produk, memperkirakan potensi persediaannnya

dan melakukan identifikasi pesaing serta pelaku langsung dan tidak

langsung yang terlibat dalam proses produksi, pengolahan dan

perdagangannya. Adapun pengumpulan informasi yang dilakukan pada

empat bidang pengembangan usaha yakni :

1. Pasar/ekonomi berupa pasokan bahan mentah, potensi pasar,

persaingan (untuk mencari niche pasar), hambatan masuknya usaha

(jalur pasar, kebijakan, keahlian, kebutuhan keuangan

2. Pengelolaan sumberdaya/lingkungan berupa ketersediaan (dalam hal

ruang: waktu yang diperlukan untuk mencari dan memanen), lama dari

menanam sampai memanen, potensi regenerasi dan dampak

pemanenan terhadap kelasngsungan hidup species, dampak produksi

terhadap lingkungan.

16

3. Sosial/kelembagaan berupa manfaat tidak langsung bagi masyarakat,

kontribusi terhadap penghasilan, pengalaman dengan produk, potensi

menciptakan lapangan kerja.

4. Sains dan teknologi berupa kecocokan bagi anggota kelompok sasaran

desa dari lokasi pengolahan dan teknologi pengolahan yang diperlukan,

status prasarana, sumberdaya manusia/keterampilan dan usaha,

sumberdaya manusia/jumlah.

F. Analisis Kebutuhan Penghidupan (Livelihood)

Analisis adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh informasi

yang terdapat pada suatu kasus, mengetahui isu apa yang sedang terjadi,

dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk

memecahkan masalah. Analisis livelihood adalah analisis kebutuhan

penghidupan yang menentukan penghasilan para anggota kelompok

sasaran dan menghitung tujuan keuangan rata-rata yang diharapkan akan

dipenuhi oleh usaha masa depan. Untuk melakukan hal ini, tim fasilitator

memilih sampel anggota kelompok sasaran dan „Livelihood‟ meliputi aset

maupun modal (alam, manusia, finansial, sosial dan fisik), aktifitas dimana

akses atas aset dimaksud dimediasi oleh kelembagaan dan relasi sosial

yang secara bersama mendikte hasil yang diperoleh oleh individu maupun

keluarga (Mahbub dan Makarennu, 2010:10)

Lebih lanjut Mahbub dan Makarennu (2010:11) menjelaskan

bahwa dengan merumuskan tujuan keuangan kelompok sasaran, harapan

anggota kelompok akan diklarifikasi, khususnya mengenai tingkat

17

penghasilan yang ingin mereka capai melalui usaha tersebut. Langkah ini

merupakan kunci keberhasilan dan keberlanjutan suatu badan usaha.

Dengan mengenali siapa mereka dan kemana tujuan yang mereka

inginkan, para anggota kelompok sasaran akan lebih mampu memilih

badan usaha yang dapat mereka kelola sendiri, tanpa resiko yang

berlebihan dalam jangka panjang. Bahkan sebenarnya suatu badan usaha

hanya dapat memiliki potensi pengembangan jangka panjang jika

memenuhi harapan para anggota kelompok sasaran, dan jika mereka

memiliki kemampuan untuk melaksanakan dan mempertahankan

kelanjutannya.

Dalam rangka menghitung tujuan keuangan, pengumpul informasi

hendaknya:

1. Mengambil sampel informan dari berbagai peringakat kekayaan yang

diidentifikasi pada langkah sebelumnya atau dari kekayaan yang

dinyatakan oleh proyek)

2. Melakukan analisis kebutuhan penghidupan, menghitung dan tujuan

keuangan rata-rata.

Untuk mengembangkan gambaran tujuan keuangan para anggota

kelompok sasaran, hendaknya mencakup variasi ukuran dan penghasilan

rumah tangga.

18

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 - Januari

2012, pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Desa Bacu-Bacu, Kecamatan

Pujananting, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Untuk memperoleh informasi awal dilakukan studi diagnostik yaitu

studi pengenalan awal lokasi penelitian berupa literatur dan diskusi

dengan pihak yang pernah mengunjungi lokasi selanjutnya

dilakukan survey lapangan dengan cara melihat langsung situasi

dan kondisi yang ada dilapangan guna mendapatkan gambaran

nyata dari obyek yang diteliti.

b. Wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi

dengan menggunakan sensus. Sensus yang dilakukan dengan

melakukan pendataan (pengumpulan data) pada seluruh anggota

Kelompok Tani Hutan Tanaman Rakyat (KTHTR) Padang Pobbo di

Desa Bacu-Bacu.

2. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu

data primer dan sekunder.

a. Data primer merupakan data yang diperoleh di lapangan dengan

menggunakan metode wawancara dan observasi lapangan

19

mengenai identitas responden, tujuan keuangan unit usaha, empat

bidang pengembangan usaha (potensi pasar dan ekonomi,

pengelolaan sumberdaya dan lingkungan, sosial kelembagaan dan

ilmu pengetahuan dan teknologi)

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur

sebagai penunjang dalam penelitian yang diperoleh dari kantor

desa dan instansi lain yang terkait di penelitian ini.

C. Analisis Data

Data yang diperoleh dari analisis sesuai dengan tujuan penelitian

sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi unit usaha masyarakat di luar/sekitar areal Hutan

Tanaman Rakyat (HTR) dilakukan metode analisis deskriptif, yaitu hasil

penelitian yang berwujud kata-kata, tulisan, yang berkaitan dengan fakta,

keadaan yang terjadi sesuai dengan kondisi penelitian.

2. Untuk merumuskan tujuan keuangan maka dilakukan metode dengan

menggunakan analisis kebutuhan penghidupan (analisis livelihood).

Analisis livelihood dilakukan untuk mengetahui tujuan keuangan dari

setiap responden.

Tabel 1 Matriks Analisis Livelihood

Jenis

Kebutuhan

Konsumsi saat

ini dalam satu

tahun

Jumlah yang

sebetulnya

dibutuhkan dalam

satu tahun

Selisih

Jumlah Nilai

(Rp)

Jumlah Nilai (Rp) Jumlah Nilai

(Rp)

20

3. Untuk menganalisis produk dan sumberdaya pada unit usaha yang

potensial maka akan dianalisis dengan metode analisis empat bidang

pengembangan usaha sebagai berikut:

a. Mengetahui informasi keempat pengembangan bidang usaha

1) Pasar dan ekonomi berupa pasokan bahan mentah, potensi

pasar, persaingan, hambatan masuknya usaha (jalur pasar,

kebijakan, keahlian, kebutuhan keuangan.

2) Pengelolaan sumberdaya dan lingkungan berupa ketersediaan

(dalam hal waktu: musim), ketersediaan (dalam ruang: waktu

yang diperlukan untuk mencari dan memanen), lama dari

menanam sampai memanen, potensi regenari dan dampak

pemanenan dalam kelangsungan hidup spesies, dampak

produksi terhadap lingkungan.

3) Sosial dan kelembagaan berupa manfaat langsung yang

diperoleh masyarakat, kontribusi terhadap penghasilan,

pengalaman dengan produk, potensi menciptakan lapangan

kerja.

4) Ilmu Pengetahuan dan teknologi berupa kecocokan bagi

anggota kelompok sasaran desa dari lokasi pengolahan dan

teknologi pengolahan yang diperlukan, status prasarana,

sumberdaya manusia/keterampilan dan usaha, sumberdaya

manusia/jumlah.

21

b. Melakukan identifikasi peluang dan hambatan.

Berdasarkan data keempat bidang pengembangan usaha diatas

maka kita dapat menggambarkan bagaimana peluang dan hambatan

yang ada pada suatu unit usaha dengan menggunakan Tabel penilaian

unit usaha. Melalui penilaian ini, kita dapat melakukan identifikasi kriteria

setiap jenis usaha, sehingga dapat mengklasifikasikan peluang maupun

hambatan dalam keempat bidang usaha, sehingga dapat melakukan

identifikasi dukungan apa yang akan diperlukan untuk setiap jenis

masalah.

Tabel 2 Penilaian unit-unit usaha

Pasar/Ekonomi

Pengelolaan

Sumberdaya/

Lingkungan

Sosial/

Kelembagaan

Ilmu

Pengetahuan

dan Teknologi

Peluang Peluang Peluang Peluang

Hambatan Hambatan Hambatan Hambatan

c. Memilih produk yang paling menjanjikan

Dengan menggunakan penilaian unit-unit usaha, memudahkan

kita dalam pemilihan akhir produk. Hal-hal utama yang digunakan dalam

memilih unit-unit usaha yaitu formulir kriteria pemilihan unit-unit usaha

dengan pembandingan skor antar unit-unit usaha

1. Formulir kriteria

Dengan menggunakan formulir kriteria pemilihan produk,

maka kita akan memberikan peringkat sesuai dengan parameter-

parameternya diberi peringkat 1,2 dan 3. Dalam formulir pemilihan,

parameter diberi peringkat (1, 2 atau 3) menurut kontribusi atau

22

pengaruh potensialnya dalam mencapai tujuan pengembangan

produk dan pasar. Jika kontribusi faktor positif untuk pengembangan

produk lebih lanjut, maka diberi peringkat 3; jika kontribusi tidak

positif dan tidak negatif, maka diberi peringkat 2; tetapi jika

kontribusinya negatif, maka diberi peringkat 1.

Tabel 3 Tabel kriteria pemilihan unit-unit usaha

1. Pasar dan Ekonomi

Indikator Kriteria Skala Skor

Persediaan

produk/sumberdaya

Persediaan bahan mentah banyak Banyak 3

Persediaan bahan mentah sedang Sedang 2

Persediaan bahan mentah

kurang/terbatas

Terbatas 1

Potensi pasar

Semua produk terjual Besar 3

Sebagian produk terjual Sedang 2

Produk yang terjual sangat sedikit Terbatas 1

Persaingan usaha

Jumlah pengelola unit usaha yang

sama sedikit

Lemah 3

Jumlah pengelola unit usaha yang

sama dalam taraf stabil

Sedang 2

Hambatan untuk

pemasaran bidang

usaha

Kurangnya hambatan seperti

mudahnya jalur transportasi dan

adanya pedagang pengumpul

Sedikit 1

Hambatan yang ada dihanggap

tidak terlalu penting oleh petani

Sedang 2

Terdapat banyak hambatan yang

dirasakan oleh petani

Parah 1

Marjin (Potensi laba

usaha)

Hasil yang diperoleh dari penjualan

produk lebih besar dari modal awal

Tinggi 3

Hasil yang diperoleh dari penjualan

hampir sama dengan modal awal

Sedang 2

Hasil yang diperoleh dari penjualan

produk lebih sedikit dari modal

awal

Rendah 1

23

2. Pengelolaan Sumberdaya/ Lingkungan

Indikator Kriteria Skala Skor

1 2 3 4

Jumlah ketersediaan sumberdaya (dalam hal waktu/musim)

Menanam dan memanen tidak

terbatas oleh musim

Hampir selalu 3

Menanam dan memanen

dilakukan 2 sampai 3 kali dalam 1

musim

Kadang-kadang 2

Menanam memanen dilakukan

hanya 1 kali dalam 1 musim

Jarang/musiman 1

Dampak produksi

terhadap lingkungan

usaha

Produksi yang dilakukan

menghasilkan hal yang positif

terhadap lingkungan

Positif 3

Produksi yang dilakukan tidak

berdampak apa-apa

Netral 2

Produksi yang dilakukan

mencemarkan lingkungan

Negatif 1

3. Sosial/Kelembagaan

Indikator Kriteria Skala Skor

1 2 3 4

Manfaat tidak langsung

bagi masyarakat

Pembentukan kelompok tani dapat

meningkatkan kebersamaan dan

pengelolaan produk yang lebih

unggul

Tinggi 3

Pembentukan kelompok tani tidak

berdampak apa-apa

Sedang 2

Pembentukan kelompok tani

merugikan

Rendah 1

Kontribusi unit usaha

dalam meningkatkan

penghasilan

Memenuhi segala kebutuhan

petani

Tinggi 1

Hanya mampu memenuhi

kebutuhan pokok petani

Sedang

Tidak mampu memenuhi

kebutuhan pokok petani

Rendah 1

Pengalaman dengan

produk/sumberdaya

Pengelolaan unit usaha sudah

berlangsung lama (turun temurun)

Tinggi 3

Pengelolaan yang unit usaha

sudah berlangsung minimal 5

tahun

Sedang 2

24

1 2 3 4

Baru memulai mengelola unit

usaha

Rendah 1

Potensi menciptakan

lapangan kerja

Tenaga kerja yang digunakan

berjumlah banyak dan berasal dari

orang luar

Banyak 3

Tenaga kerja hanya melibatkan

anggota keluarga dan orang

terdekat

Sedang 2

Tenaga kerja hanya melibatkan

anggota keluarga

Terbatas 1

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Indikator Kriteria Skala Skor

Letak pengelolaan unit

usaha

Letak pengelolaan unit usaha

berada di desa

Desa 3

Letak pengelolaan unit usaha

berada di kabupaten

Kabupaten 2

Letak pengelolaan unit usaha

berada di provinsi

Provinsi 1

prasarana unit usaha

yang akan dikembangkan

Jumlah prasarana telah memadai

untuk mengembangkan unit usaha

Banyak 3

Jumlah prasarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan unit usaha

kurang atau sedikit

Sedang 2

Tidak ada prasarana yang memadai

Sedikit 1

Keterampilan dan

keahlian dalam

mengelola unit usaha

Mampu menguasai dan

mengetahui teknik dalam

mengelola unit usaha

Tinggi 3

Teknik yang dikuasai masih

terbatas

Sedang 2

Petani hanya memiliki

pengetahuan dasar dalam

mengelola unit usaha

Terbatas 1

Jumlah SDM yang dapat mengelola unit

usaha

Unit usaha hanya mampu dikelola

oleh orang tertentu saja

Tinggi 3

Hanya sebagian jumlah SDM yang dapat mengelola unit usaha

Sedang 2

Semua SDM mengelola unit usaha Terbatas 1

25

2. Membandingkan skor berbagai unit usaha (produk dan sumberdaya)

Dari data formulir kriteria pemilihan produk setia punit usaha,

selanjutnya membandingkan skor pada unit-unit usaha. Unit usaha

yang memperoleh skor total terbaik adalah unit usaha yang paling

potensial.

Tabel 3. perbandingan skor unit usaha

Kriteria Unit-unit usaha

Usaha 1 Usaha 2 Usaha 3

1. Pasar/Ekonomi

Subtotal Skor Skor skor

2. Pengelolaan Sumberdaya

Subtotal Skor Skor skor

3. Sosial kelembagaan

Subtotal Skor Skor skor

4. Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Subtotal Skor Skor skor

Total

.d. Perencanaan Usaha Untuk Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan utama dari perencanaan pembangunan usaha ini

adalah dengan merumuskan rencana usaha kedepannya melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan produk terpilih bedasarkan skoring teratas

konsep empat kriteria pemilihan produk

2. Konsep pengembangan produk terpilih

a. Memeriksa lingkungan usaha produk/usaha terpilih

Pemeriksaan lingkungan unit usaha dilakukan dengan

pengkajian konteks terhadap produk yang akan dikembangkan

26

dengan menyusun strategi usaha dengan analisis situasi

(SWOT). Berikut matriks analisis SWOT

Tabel 4. Matriks analisis SWOT

Kekuatan Kelemahan

Kesempatan/peluang Tantangan

b. Menyusun misi, tujuan dan sasaran badan usaha dengan

kriteria empat bidang usaha

c. Menyusun strategi di masing-masing dari keempat bidang

pengembangan usaha.

D. Defenisi Operasional

1. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan

produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk

meningkatkan potensi dan kualitas produksi dengan menerapkan

silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian hutan

2. Kelompok Tani Hutan (KTH) Padang Pobbo merupakan lembaga

masyarakat yang mengelola Hutan Tanaman Rakyat di Desa Bacu-bacu

Kabupaten Barru

3. Unit usaha yang dimaksud adalah produk dan sumberdaya yang berasal

dari Hutan Tanaman Rakyat.

4. Produk adalah segala sesuatu baik barang maupun jasa yang

dikembangkan dan berasal dari areal Hutan Tanaman Rakyat.

5. Sumberdaya adalah sesuatu hasil barang ataupun jasa yang

dikembangkan pada areal Hutan Tanaman Rakyat.

27

6. IUPHHK-HTR adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan

hasil hutan berupa kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi

yang dibangun perorangan ataupun koperasi.

7. Analisis livelihood adalah analisis kebutuhan penghidupan yang

dilakukan untuk mengetahui tujuan keuangan dari setiap responden.

8. Kriteria empat bidang usaha dilakukan dengan analisis dari segi pasar

dan ekonomi, sumberdaya dan lingkungan, social dan kelembagaan dan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

9. Pemberian skor pada kriteria pemilihan unit usaha dilakukan melalui

wawancara dengan responden.

II. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

Secara administratif, letak Desa Bacu-Bacu termasuk dalam

wilayah Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi

Selatan. Jarak desa Bacu-Bacu dari Ibukota Kabupaten sekitar 9 km dan

dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 32 km. Luas wilayah Desa

Bacu-Bacu adalah 3.100 ha. Desa ini terbagi atas tiga dusun yaitu Dusun

Amerrung, Dusun Ampiri Dan Dusun Batulappa. Desa Bacu-Bacu memiliki

batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Harapan, Kecamatan

Pujananting, Kabupaten Barru

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Patappa Kecamatan

Pujananting, Kabupaten Barru

28

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Kecamatan

Pujananting, Kabupaten Barru

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Matirowalie Kecamatan

Pujananting, Kabupaten Barru

Secara administratif pemerintahan, sebagian besar kawasan

hutan produksi berada di wilayah Desa Bacu-Bacu, Kecamatan

Pujananting, Kabupaten Barru. Dari segi geografis, kawasan hutan Desa

Bacu-Bacu terletak pada 119o44o -199o48o00 Bujur Timur dan 4o37o00 -

4o36o00 Lintang Selatan, dengan ketinggian 800 - 1400 mdpl.

B. Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk di Desa Bacu-Bacu berdasarkan sensus sosial

sebanyak 1545 jiwa yang terdiri atas 811 laki-laki dan 734 perempuan.

Klasifikasi penduduk Desa Bacu-Bacu dapat dilihat berdasarkan

pembagian jumlah penduduk pada tingkat dusun pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan pembagian tingkat dusun yang

terdapat pada Desa Bacu-Bacu No Dusun Jumlah KK Sebaran

penduduk

Jumlah

(Jiwa)

Presentase

(%)

L P

1 Batulappa 90 175 164 339 21,94

2 Amerrung 126 299 242 541 35,01

3 Ampiri 181 337 328 665 43,04

Jumlah 397 811 734 1545 100

Sumber data : Kantor Desa Bacu-Bacu, 2011

Tabel 5. Menggambarkan bahwa Desa Bacu-Bacu mempunyai

jumlah penduduk berdasarkan pembagian tingkat dusun yang bervariasi.

Jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada dusun ampiri dengan

29

jumlah 665 jiwa (21,94%) sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit

terdapat pada dusun batulappa yaitu dengan jumlah 339 jiwa (21,94%).

C. Kondisi Geografis

Kondisi geografis Desa Bacu-Bacu pada umumnya memiliki

topografi areal landai hingga curam dengan ketinggian 500 mdpl. Curah

hujan rata-rata mencapai titik maksimal hingga 1400 mm dengan keadaan

suhu 30o C.

Tabel 6. Kondisi geografis di Desa Bacu-Bacu

No Kondis Geografis Keterangan

1. Tinggi tempat dari permukaan laut 500 mdpl

2. Curah Hujan Rata-rata per Tahun 700- 1400 mm

3. Keadaan Suhu Rata-rata 30o C

Sumber data : Kantor Desa Bacu-Bacu, 2011

Tabel 6. Menggambarkan bahwa Desa Bacu-Bacu topografi bentuk

permukaan sebagian besar daerah kemiringan, berbukit hingga

bergunung-gunung dan sebagian lainnya merupakan daerah datar hingga

landai. Penutupan lahan secara umum terdiri atas lahan bekas

persawahan, lahan pertanian campuran dan semak belukar. Musim hujan

terjadi pada bulan agustus hingga januari dan musim kemarau yang

terjadi pada bulan Pebruari hingga Juli.

D. Mata Pencaharian

Secara umum, mata pencaharian masyarakat Desa Bacu-Bacu

terbagi atas 2 yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian

sampingan. Mata pencaharian penduduk di Desa Bacu-Bacu dapat dilihat

pada Tabel 7.

30

Tabel 7. Jumlah Penduduk berdasarkan pembagian tingkat dusun yang

terdapat pada Desa Bacu-Bacu

No. Jenis Pekerjaan Pokok Jumlah

(KK)

Presentase

(%)

1. Petani 323 94,4

2. Pedagang 5 1,46

3. Peternak 5 1,46

4. Pertambangan 5 1,46

5. Pegawai Negri Sipil 4 1,16

Jumlah 342 100

Sumber data : Kantor Desa Bacu-Bacu, 2011

Tabel 7 menggambarkan mata pencaharian pokok masyarakat di

Desa Bacu-bacu. Jenis pekerjaan pokok yang paling banyak menjadi

profesi masyarakat adalah bertani dengan jumlah 323 KK (94,4%).

Sedangkan jenis pekerjaan lainnya yaitu pedagang 5 KK (1,46%),

peternak 5 KK (1,46%), pertambangan 5 KK (1%), dan pegawai negri sipil

4 KK (1,16%).

31

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Unit Unit Usaha Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat

1. Identi fikasi Kelompok Tani Hutan Tanaman Rakyat

Kawasan hutan yang dapat dicadangkan sebagai areal Hutan

Tanaman Rakyat (HTR) adalah kawasan hutan produksi yang tidak

produktif, tidak dibebani izin/hak, dan diutamakan dekat dengan industri

hasi l hutan. Kawasan hutan yang dicadangkan untuk menjadi areal HTR

salah satunya terdapat di Desa Bacu-Bacu, Kecamatan Pujananting

Kabupaten Barru. luas areal hutan yang dicadangkan adalah 270 ha.

Kelompok Tani Hutan Tanaman Rakyat resmi dibentuk pada tanggal 09

juli 2009 dengan nama Kelompok Tani Hutan (KTH) “Padang Pobbo”

dimana anggotanya sebagian besar berasal dari warga sekitar. Berikut

adalah daftar nama Kelompok Tani Hutan (KTH) “Padang Pobbo” yang

terlibat dalam kegiatan pengembangan usaha yang di jelaskan pa da

Tabel 8.

Tabel 8. Daftar Nama Kelompok Tani Hutan Tanaman Rakyat “Padang

Pobbo” No Nama Jabatan Profesi

1 2 3 4

1 Muh. Tuwo Ketua Petani, Pedagang

2 Alimuddin Sekertaris Petani

3 Muhammad Anggota Petani, Pedagang

4 Hasan Anggota Petani

5 Noleng Anggota Petani, Pedagang

6 Ansar Anggota Petani

7 Fatahuddin Anggota Petani

8 Andi Supratman Anggota Petani, Pedagang

32

1 2 3 4

9 La Beddu Anggota Petani

10 Rahman Anggota Petani

11 Sumange Anggota Petani

12 La Sossong Anggota Petani

13 Abd. Halim Anggota Petani

14 Munir Anggota Petani

15 Abd. Jabar Anggota Petani, Pedagang

16 Sudirman Anggota Petani

17 Rasyid Anggota Petani

18 Jufri Anggota Petani

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012

Tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang akan mengelola

HTR terdaftar berjumlah 18 orang. Seluruh anggota KTH Padang Pobbo

berprofesi sebagai petani dan adapula yang memiliki profesi sampingan

sebagai pedagang. Perincian nama responden pengelola HTR dapat dilihat

pada Lampiran 2.

2. Identifikasi Unit-Unit Usaha Hutan Tanaman Rakyat

Beberapa tanaman yang cukup potensial untuk dikembangkan

di areal HTR adalah kacang tanah (Arachis hypogaea), sengon

(Parasenthales faltarica), jabon (Antochepalus macrophyllus), Kemiri

(Auleticus moluccana), jati putih (Gmelina arborea), kemiri (Auleritus

mulluccana), Mahoni (Swietenia macrophylla), dan Akasia (Acacia

Mangium).

Seperti yang diungkapkan (Emban Ibnurusyd Mas‟ud, dkk, 2011)

Variabel-variabel pembentuk homogenitas jenis tanaman adalah

kesesuaian lahan, keinginan masyarakat, kebutuhan industri dan persepsi

pemerintah. Hasil wawancara dengan masyarakat, Dinas Kehutanan, dan

33

industri pengolah hasil hutan kayu di sekitar lokasi penelitian diketahui

jenis-jenis tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan di lokasi

penelitian. Berdasarkan pengalaman masyarakat dan pejabat pemerintahan

setempat, mereka biasa membudidayakan tanaman-tanaman sengon,

kacang tanah, mahoni jabon dan akasia. Berdasarkan identifikasi tanaman-

tanaman tersebut hingga saat ini masih tumbuh dan dikembangkan di

lokasi pengembangan program masing-masing dan memiliki tingkat

pertumbuhan tanaman yang baik.

Berikut adalah uraian unit usaha produk yang dapat

dikembangkan di areal Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang memiliki

ni lai potensial adalah sebagai berikut:

a. Kacang tanah

Kacang tanah merupakan salah satu produk yang sedang

dibudidayakan masyarakat di luar areal HTR. Petani yang melakukan

budidaya ini membutuhkan waktu pemeliharaan selama 3,5 bulan. Setelah

memasuki masa panen yaitu pada bulan April, September dan Desember,

petani memanen produk dan menjualnya kepada pengumpul dalam bentuk

yang sudah dikupas.

b. Kemiri

Kemiri merupakan tanaman berupa pohon yang sering dijumpai

dan mendominasi areal disekitar/diluar kawasan HTR. Masyarakat sekitar

memanfaatkan kemiri berupa buah untuk dikonsumsi ataupun kayu yang

dapat menjadi bahan baku konstruksi. Selain itu, tanaman kemiri juga

34

digunakan sebagai tanaman penaung untuk tanaman tumpang sari yang

sedang masyarakat budidayakan.

c. Jati Putih

Seperti halnya kemiri, jati putih juga digunakan masyarakat sekitar

sebagai tanaman penaung. Jati putih dapat tumbuh subur dan tidak

membutuhkan pemeliharaan khusus. Butuh waktu kurang lebih 10 tahun

untuk memperoleh kayu yang berkualitas.

d. Sengon

Sengon merupakan tanaman yang sering dijumpai di luar

kawasan HTR. Seperti halnya kayu jati, sengon merupakan tanaman

yang potensial untuk dikembangkan, karena tumbuh subur dan tidak

memerlukan pemeliharaan khusus, juga dapat ditebang kayunya

dalam waktu kurang lebih 5 tahun. Menurut pengalaman masyarakat

sekitar desa yang pernah menjual kayu ini, harga jualnya mencapai

kisaran harga Rp. 800.000/log.

e. Jabon

Jabon merupakan varietas yang baru dikembangkan petani

sebagai tanaman penghasil kayu yang dapat mendongkrak

perekonomian masyarakat selain mengelola sawah dan kebun.

Varietas yang sedang dibudidayakan yaitu jenis jabon merah

(Antochepallus macrophyllus). Berbeda dengan jabon putih, jenis ini

lebih unggul karena jenis pertumbuhannya tergolong cepat (fast

growing. Seperti yang diungkapkan Raharja (2011), harga jual kayu

35

jabon dipasaran mencapai kisaran harga Rp. 1.200.000/log dengan

jangka waktu pemanenan 5-6 tahun.

f. Mahoni

Jenis mahoni yang tumbuh subur dan tersebar luas di luar

kawasan HTR yaitu jenis S wetenia macrophylla . Tanaman ini juga

digunakan oleh petani sebagai tanaman penaung. Menurut

perusahaan penjualan kayu CV. Toha (2011), nilai jual kayu

mahoni/log mencapai kisaran Rp.1.750.000 dengan diameter 42 cm

dan tinggi 15 m. Butuh waktu 15 tahun untuk proses pemeliharaan

hingga masa tebang kayu.

g. Akasia

Akasia merupakan varietas yang cukup potensial untuk

dikembangkan sebagai tanaman pokok pada ke lompok petani HTR.

Butuh waktu 8 tahun pemeliharaan hingga masa tebang kayu. Menurut

pengalaman masyarakat sekitar yang pernah menjual kayu ini, harga

jualnya mencapai kisaran Rp. 800.000/log.

B. Analisis Keuangan Unit Rumah Tangga

1. Analisis Pendapatan Unit Rumah Tangga

Berdasarkan hasi l wawancara yang dilakukan, unit usaha yng

merupakan sumber pendapatan kelompok tani meliputi Tanaman Tasil

Hutan Bukan Kayu (HHBK) yaitu rotan dan madu hutan. Jenis tanaman

pertanian yang sedang dibudidayakan adalah padi (Oriza sativa) dan

kacang tanah (Arachis hypogaea). Adapun jenis tanaman perkebunan

36

yang dibudidayakan oleh masyarakat desa Bacu-Bacu adalah Cengkeh

(Syzigium aromaticum), kakao (Theobroma cacao), aren (Arenga pinnata).

Untuk perincian pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Analisis pendapatan rumah tangga bertujuan untuk mengetahui

total pendapatan dari usaha yang dilakukan pada lahan milik responden

dan pendapatan hasil hutan. Analisis total pendapatan rumah tangga dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Total Pendapatan Rumah Tangga Responden

No Responden Total Pendapatan

(Rp/Thn)

1 48,000,000

2 26,250,000

3 10,450,000

4 22,750,000

5 7,675,000

6 10,200,000

7 23,750,000

8 5,000,000

9 35,000,000

10 25,740,000

11 34,000,000

12 35,250,000

13 15,000,000

14 6,250,000

15 44,700,000

16 2,000,000

17 29,750,000

18 12,000,000

Total 393,765,000

Rata-rata 44,732,778

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012

37

Tabel 9 menunjukkan bahwa total rata-rata pendapatan

responden dari lahan milik yang dikelola yaitu Rp. 44.732.778,-

/tahun/responden. Perincian analisis pendapatan rumah tangga responden

dapat dilihat pada Lampiran 4.

2. Analisis Pengeluaran Unit Rumah Tangga

Analisis pengeluaran unit rumah tangga ini bertujuan mengetahui

total pengeluaran dari jenis-jenis kebutuhan rumah tangga responden.

Analisis total pengeluaran rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis pengeluaran biaya hidup rumah tangga responden

No.

Responden

Jumlah Komsumsi yang Dibeli

(Pengeluaran) Total Pengeluaran

(Rp) Pangan (Rp) Bahan

Bakar (Rp) Pelengkap

(Rp)

1 16.560.000 1.164.000 2.280.000 20.004.000

2 25.200.000 555.000 5.400.000 31.155.000

3 13.800.000 580.000 2.280.000 16.660.000

4 16.620.000 218.000 2.280.000 19.118.000

5 10.800.000 580.000 1.500.000 12.880.000

6 16.200.000 850.000 1.380.000 18.430.000

7 24.000.000 1.056.000 2.520.000 27.576.000

8 13.800.000 200.000 1.980.000 15.980.000

9 16.560.000 980.000 2.040.000 19.580.000

10 17.760.000 760.000 2.100.000 20.620.000

11 15.900.000 1.171.000 3.360.000 20.431.000

12 9.600.000 329.000 1.140.000 11.069.000

13 18.000.000 927.000 3.840.000 22.767.000

14 8.100.000 303.000 1.920.000 10.323.000

15 9.000.000 747.000 2.760.000 12.507.000

16 15.600.000 824.000 2.220.000 18.644.000

17 12.600.000 284.000 1.500.000 14.384.000

18 16.800.000 735.000 1.560.000 19.095.000

Total 276.900.000 12.263.000 42.060.000 331.223.000

Rata-rata 15.383.333,33 681.277,78 2.336.666,67 18.401.277,78

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012

38

Dari Tabel 10. menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengeluaran

rumah tangga seluruh responden untuk kebutuhan pangan sebesar Rp.

15.383.333,-/tahun/responden, dan untuk kebutuhan bahan bakar sebesar

Rp. 681.227,-/tahun/responden, serta untuk kebutuhan pelengkapnya

sebesar Rp. 2.336.666,-/tahun/responden.

Pengeluaran untuk kebutuhan pangan terdiri atas kebutuhan

beras dan lauk pauk yang disesuaikan dengan jumlah tanggungan

keluarga. Sedangkan untuk bahan bakar, sebagian besar responden

menggunakan kayu bakar, namun diantaranya juga digunakan minyak

tanah dan bahan bakar gas. Untuk pelengkap, dikeluarkan biaya

transportasi untuk pengangkutan hasil lahan dan genset digunakan sebagai

pengganti listrik karena pasokan daya listrik di Desa Bacu-Bacu belum

sepenuhnya dapat dinikmati. Rata-rata total pengeluaran rumah tangga

responden adalah Rp. 18.401.277,-/tahun/responden. Perincian analisis

pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Lampiran 4.

3. Analisis Tujuan Keuangan

Analisis Tujuan Keuangan dilakukan untuk menentukan

kebutuhan penghasilan yang diharapkan akan dipenuhi. Dimana bila

penghasilan mengalami surplus pada Tabel selisih analisis livelihood maka

tujuan keuangannnya untuk menambah kekayaan dan bila penghasilan

mengalami defesiensi pada Tabel selisih analisis livelihood maka tujuan

keuangannya hanya menutupi kebutuhan pangannya. Untuk lebih jelasnya,

analisis kebutuhan nafkah petani dapat dilihat pada Tabel 11.

39

Tabel 11 . Analisis Kebutuhan Nafkah Petani

No.

Responden

Jumlah Komsumsi yang Dibeli (Pengeluaran)

Jumlah Komsumsi yang Sebenarnya Dibutuhkan

Selisisih Pengeluaran

Pangan

(Rp)

Bahan

Bakar (Rp) Pelengkap Pangan (Rp)

Bahan

Bakar (Rp)

Pelengkap

(Rp)

Pangan

(Rp)

Bahan

Bakar (Rp)

Pelengkap

(Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 14.400.000 1.164.000 2.280.000 15.768.000 2.490.000 2.520.000 1.368.000 1.326.000 240.000

2 21.600.000 555.000 5.400.000 26.280.000 2.100.000 7.440.000 4.680.000 1.545.000 2.040.000

3 13.800.000 580.000 2.280.000 17.940.000 1.060.000 3.480.000 4.140.000 480.000 1.200.000

4 16.620.000 218.000 2.280.000 18.168.000 310.000 3.480.000 1.548.000 92.000 1.200.000

5 9.600.000 580.000 1.500.000 10.512.000 850.000 2.880.000 912.000 270.000 1.380.000

6 13.200.000 850.000 1.380.000 15.768.000 1.030.000 1.380.000 2.568.000 180.000 -

7 20.400.000 1.056.000 2.520.000 21.024.000 1.275.000 2.820.000 624.000 219.000 300.000

8 13.800.000 200.000 1.980.000 14.940.000 292.000 2.460.000 1.140.000 92.000 480.000

9 14.400.000 980.000 2.040.000 15.768.000 1.160.000 2.640.000 1.368.000 180.000 600.000

40

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10 15.600.000 760.000 2.100.000 15.768.000 1.030.000 2.400.000 168.000 270.000 300.000

11 13.200.000 1.171.000 3.360.000 15.768.000 1.454.000 3.960.000 2.568.000 283.000 600.000

12 8.400.000 329.000 1.140.000 10.512.000 464.000 1.140.000 2.112.000 135.000 -

13 15.600.000 927.000 3.840.000 15.768.000 1.056.000 4.560.000 168.000 129.000 720.000

14 7.200.000 303.000 1.920.000 7.884.000 374.000 2.580.000 684.000 71.000 660.000

15 9.000.000 747.000 2.760.000 15.840.000 837.000 5.280.000 6.840.000 90.000 2.520.000

16 15.600.000 824.000 2.220.000 22.596.000 837.000 4.080.000 6.996.000 13.000 1.860.000

17 10.800.000 284.000 1.500.000 13.140.000 477.000 2.760.000 2.340.000 193.000 1.260.000

18 14.400.000 735.000 1.560.000 15.768.000 890.000 2.880.000 1.368.000 155.000 1.320.000

Total 247.620.000 12.263.000 42.060.000 289.212.000 17.986.000 58.740.000 41.592.000 5.723.000 16.680.000

Rata-rata 13.756.667 681.278 2.336.667 16.067.333 999.222 3.263.333 2.310.667 317.944 926.667

41

1. Pengeluaran saat ini:

Total Pengeluaran = jumlah kebutuhan pangan + jumlah kebutuhan

bahan bakar + jumlah kebutuhan pelengkap

= Rp. 276.620.000,- +Rp. 12.263.000,- + Rp.

42.060.000,-

= Rp. 301.943.000,-

Rata-rata Pengeluaran = Rp. 16.774.227,-/tahun/responden

2. Pengeluaran konsumsi yang sebenarnya dibutuhkan :

Total Pengeluaran = jumlah kebutuhan pangan + jumlah kebutuhan

bahan bakar + jumlah kebutuhan pelengkap

= Rp. 289.212.000,- + Rp. 17.986.000,- + Rp.

58.740.000,-

= Rp. 365.968.000,-

Rata-rata Pengeluaran = Rp. 20.329.889,-/tahun/responden

3. Selisih :

Total Pengeluaran = jumlah kebutuhan pangan + jumlah kebutuhan

bahan bakar + jumlah kebutuhan pelengkap

=Rp. 41.592.000,- + Rp. 5.723.000,- + Rp.

16.680. 000,-

= Rp. 63.992.000,-

Rata-rata Pengeluaran = Rp. 3.555.278/tahun/responden

42

Dari Tabel 11 diketahui bahwa jumlah rata-rata

pengeluaran pangan yang dikonsumsi oleh responden adalah Rp.

13.756.667,- /tahun/responden sedangkan jumlah rata-rata

pengeluaran pangan yang dibutuhkan oleh responden adalah Rp.

16.067.333,-/tahun/responden. Hal ini berarti responden

membutuhkan rata-rata konsumsi pangan Rp. 2.360.667,-

/tahun/responden untuk memenuhi kebutuhan pangannya secara

layak.

Untuk kebutuhan bahan bakar, rata-rata pengeluaran yang

digunakan oleh responden adalah Rp. 681.278,-/tahun/responden

sedangkan jumlah rata-rata pengeluaran bahan bakar yang

sebenarnya dibutuhkan oleh responden adalah Rp.

999.222,22/tahun/responden. Hal ini berarti responden

membutuhkan rata-rata Rp.317.944,44/tahun/responden untuk

memenuhi kebutuhan bahan bakarnya secara layak.

Sedangkan untuk kebutuhan pelengkap, rata-rata

pengeluaran yang digunakan responden adalah Rp.

2.336.666,67/tahun/responden sedangkan jumlah rata-rata

pengeluaran kebutuhan pelengkap yang sebenarnya dibutuhkan

oleh responden adalah Rp. 3.263.333,33/tahun/responden. Hal ini

berarti responden membutuhkan rata-rata Rp.

926.666,67/tahun/responden untuk memenuhi kebutuhan pelengkap

secara layak.

43

Rata-rata total kebutuhan rumah tangga saat ini secara

menyeluruh adalah Rp. 16.774.227/tahun/responden sedangkan

rata-rata total yang sebenarnya dibutuhkan oleh responden adalah

Rp. 20.329.889,-/tahun/responden. Hal ini berarti responden

membutuhkan Rp. 3.555.278,-/tahun/responden untuk memenuhi

kebutuhan total sehari-harinya.

Dari hasil perhitungan sasaran keuangan tersebut,

responden masih tergolong masyarakat menengah (subsisten).

Sehingga diperlukan tambahan untuk usaha masa depan untuk

memberikan peningkatan pendapatan pada responden. Masyarakat

subsisten diharapkan dapat memperbaiki usaha yang dilakukan

demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari secara optimal.

Dengan mengetahui konsep pengembangan produk, diharapkan

masyarakat subsisten membuat sebuah inovasi agar dapat

meningkatkan kualitas dan daya jual produk yang menjadi unit

usaha respnden. Perincian pengeluaran tiap responden untuk

kebutuhan rumah tangga dapat dilihat pada Lampiran 5.

C. Analisis Pengembangan Unit-Unit Usaha Potensial di Hutan Tanaman Rakyat

Untuk mengkaji produk-produk yang memiliki peluang

kesuksesan terbesar menurut tujuan proses analisis

pengembangan pasar, maka dilakukan analisis empat

pengembangan usaha. Keempat pengembangan usaha yang

44

dimaksud adalah pasar dan ekonomi, pengelolaan sumberdaya,

sosial dan kelembagaan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Analisis dilakukan dengan mengeliminasi unit usaha yang tidak

potensial untuk dikembangkan di areal HTR. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi Produk/Sumberdaya Yang Potensial

Setelah dilakukan wawancara terhadap 18 responden,

identifikasi terhadap produk/sumberdaya yang tersedia dilakukan

dengan eliminasi terhadap produk yang tidak potensial untuk

dikembangkan di areal HTR. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Eliminasi daftar produk/sumberdaya yang tidak potensial

No Sumberdaya/

produk Eliminasi

Kriteria eliminasi

Pasar/ ekonomi

Pengelolaan/ sumberdaya

lingkungan

Sosial/ kelembagaan

Teknologi dan ilmu

pengetahuan

1 Kacang tanah

Permintaan

pasar terus meningkat

Sumberdaya

tersedia

Diperbolehkan Perlu

pemberday-aan lebih lanjut

2 Kemiri X

Permintaan

pasar kurang

Sumberdaya

tersedia

Diperbolehkan Kurangnya

pengelolaan

3 Jati putih X

Permintaan

pasar ada

Sementara

menunggu hasil

Minat

masyarakat mengelola kurang

Tidak

ditemukan hambatan

4 Sengon

Permintaan pasar ada

Sementara menunggu hasil

Diperbolehkan Perlu pemberday-aan lebih

lanjut

45

1 2 3 4 5 6 7

5 Jabon

Permintaan pasar ada

Sumberdaya tersedia

Diperbolehkan

Perlu pemberday-

aan lebih lanjut

6 Mahoni

Permintaan

pasar ada

Sumberdaya

tersedia

Diperbolehkan Tidak

ditemukan hambatan

7 Akasia

Permintaan pasar ada

Sumberdaya tersedia

Diperbolehkan Perlu pemberday-

aan lebih lanjut

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012

Bedasarkan Tabel 12. Menunjukkan bahwa dari 7 produk yang

tersedia ada 2 produk yang dieliminasi sehingga ada 5 produk yang

dapat dikembangkan. produk yang dapat dikembangkan pada HTR

adalah kacang tanah, sengon, jabon, mahoni dan akasia.

Bedasarkan hasi l penilaian yang dilakukan, terdapat beberapa

alasan produk yang dieliminasi dan tidak dieliminasi menurut kriteria

analisis pengembangan empat bidang usaha.

1. Pasar dan ekonomi

kacang tanah merupakan tanaman tumpang sari yang menjadi

produk andalan yang dikelola responden sebagai penghasilan pokok

mereka. Banyaknya permintaan produk dan ni lai jual yang relatif stabil

menjadi alasan produk ini tidak termasuk dalam kriteria eliminasi. Untuk

tanaman pokok HTR yaitu kemiri, tidak ditemukan adanya permintaan

produk walaupun produk ini melimpah karena masyarakat hanya

sebatas mengkonsumsi produk ini dan sangat jarang diperjualbelikan.

Sedangkan untuk produk jati putih, kurngnya minat masyarakat

46

mengelola produk ini menjadi faktor produk ini dieliminasi. Maraknya

produk baru yang lebih unggul dengan harga jual tinggi dan jangka

panen yng cepat membuat masyarakat cenderung kepada pada produk

baru dn meninggalkan produk ini. Untuk produk sengon, jabon, mahoni

dan akasia tidak memiliki kendala untuk kriteria pasar dan ekonomi

karena terdapat jalur pasar.

2. Pengelolaan sumberdaya/lingkungan

Kacang tanah merupakan produk yang dikelola sebagian

besar masyarakat di luar kawasan HTR. Produk ini cukup unggul selain

karena sebagian besar keberadaannya mendominasi areal desa diluar

kawasan HTR, juga karena produk ini dipanen dalam setahun/semusim

sehingga dapat menjadi penghasilan tambahan Kelompok Tani HTR

selama masa menunggu waktu tanaman pokok. Sedangkan untuk

tanaman pokok HTR yaitu kemiri juga dieliminasi karena jangka waktu

pemanenan hingga penebangan cukup lama sehingga tidak cocok

dikembangkan HTR.

3. Sosial dan kelembagaan

Untuk kriteria sosial dan kelembagaan tidak ditemukan

hambatan atau masalah. Dengan adanya pembentukan Kelompok Tani

Hutan (KTH) “Padang Pobbo” diharapkan adanya keterlibatan

masyarakat dalam tercapainya pengelolaan hutan yang dapat

meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi.

47

4. Ilmu Pengetahuan dan teknologi

kacang tanah merupakan produk yang dikelola secara turun

temurun oleh masyarakat meskipun demikian, pengelolaan produk ini

masih sebatas tradisional. Sedangkan untuk tanaman pokok HTR yaitu

sengon, jabon, mahoni dan akasia tidak memiliki kendala namun untuk

produk kemiri, kurangnya petani yang mau mengelola menjadi alasan

produk ini dieliminasi.

b. Identifikasi Peluang dan Hambatan

Usaha-usaha yang akan dikembangkan pada areal HTR

diperlukan adanya identifikasi peluang dan hambatan terhadap produk

/sumberdaya yang bernilai positif dan negatif.

Tabel 13. Penilaian terhadap peluang produk/sumberdaya

Kriteria Peluang Produk/ Sumberdaya

1 2 3

Pasar/ekonomi

Dekat dengan industri Jabon, sengon, akasia, mahoni

Permintaan produk tinggi Jabon, sengon, mahoni, akasia

Persaingan usaha sedikit Jabon, sengon, akasia, mahoni

Jalur pasar ada Kacang tanah, Jabon, sengon,

akasia, mahoni

Berpotensi sebagai

pendapatan produk

sampingan

Suplay demand

Kacang tanah

Pengelolaan

sumberdaya/

lingkungan

Berpotensial untuk areal

hutan produksi yang kritis

Jabon, sengon, akasia, mahoni

Jangka waktu pemeliharaan

hingga pemanenan pendek

Kacang tanah, jabon, sengon

Sosial/ kelembagaan

Tradisi masyarakat tinggi Kacang tanah

Menciptakan lapangan kerja

baru

Jabon, sengon, akasia, mahoni

Ilmu

Pengetahuan

Kegiatan memerlukan alat

yang sederhana

Mahoni, Jabon, sengon, akasia,

48

dan Teknologi Tidak perlu tenaga kerja

terampil

Kacang tanah, Jabon, sengon,

akasia, mahoni

Pengetahuan teknis mudah

diperoleh

Kacang tanah

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012

Identifikasi hambatan dilakukan dengan membuat penilaian

produk terhadap hambatan ditemukan dalam mengelola unit usaha.

Hal ini bertujuan untuk dapat memperbaiki sifat-sifat khusus

produk/sumberdaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penilaian terhadap hambatan produk/sumberdaya

Kriteria Hambatan Produk/

Sumberdaya

1 2 3

Pasar dan

Ekonomi

Permintaan produk tidak

menentu

Kacang tanah

Biaya produksi tinggi Kacang Tanah

Pengelolaan

sumberdaya/

lingkungan

Butuh pemeliharaan khusus Kacang tanah

Hama sering menyerang

tanaman

Kacang tanah

Peluang gagal panen lebih

besar karena musim

kacang tanah

Sosial/

kelembagaan

Kegiatan yang dilakukan

sebatas hanya kaum lelaki saja

Kacang tanah,

Jabon, sengon,

akasia, mahoni

Kurangnya pengetahuan

masyarakat dalam

mengendalikan lingkungan

Kacang tanah

Ilmu

Pengetahuan

dan Teknologi

Transportasi kurang memadai Kacang tanah, Jabon, sengon,

akasia, mahoni

Jauhnya jarak tempuh untuk

menjual produk

Bibit jabon tersedia

Masyarakat tidak paham

budidaya

Jabon, sengon,

akasia, mahoni

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012

49

Tabel 13 dan 14 menunjukkan penilaian terhadap

peluang dan hambatan produk/sumberdaya yang akan

dikembangkan di areal HTR. Dari semua unit usaha, peluang yang

paling potensial dari dimiliki oleh kacang tanah dan jabon. Untuk

kacang tanah, terdapat pedagang pengumpul sehingga

mempermudah petani dalam pemasaran produk. Begitu pula

dengan jabon merah yang pemasarannya sudah bertaraf

internasional. Selain i tu, produk ini juga memiliki investasi waktu

yang tepat karena kedua produk ini memiliki jangka waktu

pemanenan yang sesuai untuk kriteria tanaman musiman dan

pokok HTR yaitu kacang tanah dapat dipanen 2-3 kali dalam

setahun, begitupula jabon merah sebagai tanaman pokok HTR

yang dapat dipanen 5 tahun sehingga kacang tanah berpotensi

sebagai unit usaha yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari -hari selama menunggu masa tebang tanaman

pokok yaitu jabon merah.

Hambatan untuk kacang tanah yaitu harga yang tidak

stabil diakibatkan banyaknya hama yang sering menyerang dan

pengaruh musim hujan atau kemarau yang berlebihan sering

menyebabkan petani gagal panen. Untuk produk jabon, mahoni,

akasia dan sengon yang dsitemui adalah sarana dan prasarana

transportasi yang kurang dan jarak tempuh untuk menjual produk

yang cukup jauh menjadi hambatan yang dihadapi produk ini. Oleh

50

karena itu, diharapkan dengan mengetahui hambatan yang ditemui,

petani dapat mencegah terjadinya hambatan tersebut. Hambatan

tersebut dapat dicegah. solusi yang dapat di lakukan yaitu

keberadaan fasili tas dari pemerintah seperti adanya penyuluhan,

sosialisasi, pembagian bibit dan pupuk yang unggul dan sesuai,

juga perbaikan sarana dapat memperbaiki hambatan-hambatan

yang terjadi.

c. Pemilihan Unit Usaha Yang Potensial Untuk

Dikembangkan

Adanya beberapa pilihan unit usaha yang dapat dikelola di

areal HTR, maka dilakukan pemilihan unit usaha yang paling potensial

untuk dikembangkan. Perbandingan unit usaha dilakukan dengan

melihat kriteria empat pengembangan bidang usaha yaitu pasar dan

ekonomi, pengelolaan lingkungan dan sumberdaya, sosial dan

kelembagaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk

perbandingan skor unit usaha produk tanaman semusim dan produk

tanaman pokok dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perbandingan skor unit usaha yang berpotensi untuk

tanaman pokok Hutan Tanaman Rakyat

No Kriteria

Skor Unit Usaha

Semusi

m

Pokok

Kacang

tanah Mahoni Jabon Sengon Akasia

1. Pasar dan Ekonomi

1. Persediaan

produk/sumberdaya 3 3,14 2,85 2,71 2,57

2. Potensi pasar 3 2,6 2,64 2,64 2,64

51

3. Persaingan usaha 1 4,07 2,85 4,07 2,57

4. Hambatan untuk

pemasaran 3 2,92 2,71

2,92 3

5. Marjin (potensi laba) 3 3,57 3,85 3,85 2,92

Subtotal 13 13 17,28 16,21 13,71

2. Pengelolaan Lingkungan dan Sumberdaya

1. Jumlah ketersediaan

sumberdaya (dalam hal

waktu/musim)

2 3,85 3,071 3,85 4,07

2. Dampak produksi

terhadap lingkungan

usaha

3 3,85 3,85 3,85 3,85

Subtotal 5 5 6,92 7,71 7,92

3. Sosial/kelembagaan

1. Mnfaat tidak langsung

bagi masyarakat 2 2,64 2,78 3,35 3,85

2. Kontribusi unit usaha

dalam meningkatkan

penghasilan

1,8 2,28 3 2,28 3

3. Pengalaman dengan

sumberdaya/ produk 2,7 3,85 2,071 3,07 2,7

4. Potensi menciptakan

lapangan kerja 1,87 1,78 2,64 1,78 2,64

Subtotal 9,5 9,5 10,5 10,5 11,57

4. Ilmu pengetahuan dan teknologi

1. Letak pengelolan unit

usaha 3 2,92 3,85 3,85 3,85

2. Prasarana unit usaha

yang dikembangkan 2 2,07 2,57 2,07 2,71

3. Keterampilan dan

keahlian mengelola unit

usaha

2,37 2,28 3,85 2,28 2,07

4. Jumlah SDM yang dapat

mengelola unit usaha 2,37 9,57 3,85 2,28 2,07

Subtotal 12,62 12,62 14,14 10,5 10,71

Total 40,12 40,12 48,85 44,92 43,92

52

Untuk krieria tanaman musiman kacang tanah masing-

masing skor untuk pasar dan ekonomi, pengelolaan dan sumberdaya,

social dan kelembagaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

13:5:9:12.

Untuk tanaman pokok seperti yang ditunjukkan pada Tabel

15 meliputi kriteria pasar dan ekonomi yang paling banyak dipilih

adalah jabon dengan ni lai 17,28 kemudian mahoni dengan nilai 16,35

dan yang terakhir yaitu sengon dengan nilai 16,35. Kriteria

pengelolaan sumberdaya paling banyak dipilih adalah mahoni dan

sengon dengan nilai 7,71 lalu akasia dengan nilai 7,92 dan Jabon 6,92.

Untuk kriteria social dan kelembagaan paling banyak dipilih adalah

akasia dan mahoni dengan nilai 10,57 lalu sengon dan jabon dengan

nilai 10,5. Sedangkan kriteria ilmu pengetahuan dan teknologi paling

banyak dipilih adalah jabon dengan ni lai 14,14 lalu akasia dengan nilai

10,7 kemudian sengon dengan nilai 10,5.

Berdasarkan perbandingan skor pada Tabel 15

menunjukkan bahwa unit usaha yang memiliki nilai skor tertinggi jabon

yaitu dengan nilai 48,85 kemudian sengon dengan nilai 44,21

kemudian mahoni dengan skor 44,92 dan akasia 43,92. Beberapa

faktor yang sangat menunjang jabon merupakan produk tanaman

pokok yang potensial dibudidayakan di areal HTR disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu banyaknya permintaan produk terhadap

jabon,nilai jual yang tinggi, adanya jalur pasar yaitu industri

53

pengolahan kayu yang letaknya tidak jauh dari lokasi pengembangan

wilayah HTR. Tidak hanya itu, adanya peran dan dukungan

pemerintah daerah dalam melakukan penyuluhan dan sosialisasi

terhadap komoditi baru yang berpotensial untuk dikembangkan. Selain

itu, permintaan masyarakat terhadap pembudidayaan jabon cukup

tinggi sehingga menjadi faktor produk ini potensial untuk

dikembangkan pada kawasan HTR. Perincian mengenai kriteria

pemilihan unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 6.

4. Perencanaan usaha untuk pembangunan berkelanjutan

Tujuan dari perencanaan usaha ini adalah untuk

merumuskan rencana pengembangan usaha kedepan dan

mengembangkan strategi untuk memulai usaha dan memulai langkah

tindakan untuk membuka jalan bagi pelaksanaan kegiatan unit usaha.

Berdasarkan penilaian skoring menurut empat kriteria pengembangan

usaha maka diperoleh dua unit usaha bedasarkan ranking teratas

yaitu komoditi kacang tanah sebagai tanaman tumpangsari/musiman

dan jabon sebagai tanaman pokok. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam merumuskan rencana pengembangan usaha adalah

sebagai berikut:

a. Deskripsi Produk Terpilih

Tujuan pendeskripsian beberapa informasi umum yang

menjadi alasan produk-produk dipilih berdasarkan kriteria

pengembangan empat bidang usaha adalah tahap awal yang

54

dilakukan untuk meyakinkan produk tepat untuk membangun usaha di

masa yang akan datang. Berikut adalah penyajian produk terpilih

bedasarkan kriteria empat pengembangan bidang usaha:

1. Kacang Tanah

a. Aspek Pasar dan Ekonomi

Kacang tanah adalah salah satu komoditas unggulan yang

dikembangkan secara turun-temurun. Masyarakat Desa Bacu-bacu

yang pada umumnya berprofesi sebagai petani sebagian besar

membudidayakan kacang tanah. Varietas yang sedang

dibudidayakan saat ini adalah varietas kelinci dan gajah. Dari segi

ekonomi, komoditi kacang tanah memiliki prospek untuk

dikembangkan. Seperti yang dikemukakan KTI Kab. Barru (2011),

kapasitas produksi kacang tanah pada tahun 2002 mencapai 4.493

ton/tahun. Sedangkan harga jual kacang tanah kupas dari petani

ke pengepul dijual dengan harga Rp.15.000,-/kg. Panjangnya

musim hujan beberapa bulan terakhir yang mengakibatkan sulitnya

memperoleh kacang tanah terutama untuk kualitas kering dan

bagus menyebabkan mutu kacang tanah petani di Desa Bacu-bacu

meningkat. Sedangkan puncak naiknya harga kacang tanah terjadi

pada bulan juli-agustus atau bulan ramadhan. Hal ini terjadi akibat

tingginya permintahan pabrik besar dan pasar.

55

b. Aspek Pengelolaan Sumberdaya/lingkungan

Sebagai tanaman semusim, kacang tanah sangat cocok

dibudidayakan di areal HTR. Kacang tanah termasuk tanaman

palawija, yakni tanaman palawija yang berumur pendek. Jadi,

tanaman ini tergolong tanaman yang cepat menghasilkan. Butuh

waktu 3,5 bulan hingga masa panen kacang tanah sedangkan

masa menanam hingga panen terjadi pada bulan April, September

dan Desember. Namun biasanya hasil yang lebih maksimal

diperoleh jika frekuensi curah hujan tidak berlebihan karena dapat

menyebabkan turunnya kualitas kacang tanah.

c. Aspek Sosial dan Kelembagaan

Jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan pembudidayaan

kacang tanah termasuk dalam kategori banyak. Hal ini diindikasikan

karena kacang tanah merupakan produk unggulan desa Bacu-Bacu

yang dibudidakan secara turun temurun. Petani pada umumnya

menjual kacang tanah dalam bentuk kupasan kepada pedagang

pengumpul yang selanjutnya didistribusikan kepada pabrik besar

dan pasar. pengelolaan kacang tanah masih dalam taraf kecil yaitu

produksi rumah tangga dimana anggota keluarga terlibat langsung

dalam kegiatan penanaman, pemanenan, pengupasan hingga

penjualan kepada pedagang pengumpul.

56

d. Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kegiatan pemanenan yang dilakukan masih secara

tradisional yaitu pengupasan kulit kacang hingga menjadi biji

dilakukan secara manual. Mutu kacang tanah yang diminta oleh

pedagang pengumpul dengan harga yang tinggi memiliki ciri-ciri

putih bersih, bulat dan sudah diayak.

2. Jabon

a. Aspek Pasar dan Ekonomi

Jabon merupakan salah satu jenis kayu yang

pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan

tropis sehingga memiliki potensi besar untuk dikembangkan di areal

HTR. Jabon menjadi andalan industri perkayuan termasuk kayu

lapis, bahan baku meubel dan furniture, serta bahan bangunan non

konstruksi.

Untuk peluang investasi, jabon merupakan peluang usaha

yang sangat menjanjikan. Pada umur 5-6 tahun mendatang harga

jabon diperkirakan mencapai harga Rp. 1.200.000/m3 jika

diasumsikan harga jabon pada dengan diameter 30 cm tinggi

bebas cabang 13 m sehingga dalam areal 0,25 ha petani dapat

menghasilkan Rp. 84.000.000,- /rotasi.

b. Aspek Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Jenis jabon yang akan dikembangkan adalah jenis jabon

merah (Antochepallus macrophyllus). Jenis jabon ini merupakan

57

komoditas baru yang memiliki peluang potensial untuk

dikembangkan lebih lanjut. Jabon merupakan tanaman yang tidak

membutuhkan pemeliharaan khusus juga tidak memerlukan

pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan

merontok sendiri. Untuk kelestarian lingkungan, jabon memiliki nilai

konservatif, karena sifatnya yang memiliki akar serabut dan banyak

sekali menyerap air sehingga dapat menjadi konservasi bagi tanah.

c. Aspek Sosial dan Kelembagaan

Saat ini anggota KTH “Padang Pobbo” mengetahui bahwa

jabon merupakan jenis tanaman yang potensial untuk

dikembangkan. Seperti yang diketahui, di areal sekitar desa,

terdapat usaha pembibitan tanaman kehutanan khususnya varietas

jabon merah. Hal ini mengindikasikan bahwa telah berjalan

program kehutanan untuk melestarikan varietas jabon merah yang

tergolong masih baru.

Karena anggota KTH “Padang Pobbo” memilih pola mandiri,

maka pemasaran kayu dilakukan oleh kelompok tani. Terdapat

industri pengolahan kayu yang terdekat dari lokasi pencadangan

pembangunan areal HTR terdapat di Kecamatan Pujananting.

Industri ini dikenal dengan nama U.D Jati Indah yang menerima

pesanan segala jenis kayu.

58

d. Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada umumnya, pengelolaan varietas jabon merah ini

dilakukan melalui pengetahuan tentang jarak tanam, pembuatan

lubang dan perawatan.

b. Konsep Pengembangan Produk Terpilih

Tujuan pada konsep pengembangan produk ini mengarah

kepada perumusan rencana pertumbuhan badan usaha

kedepannya, mengembangkan strategi untuk badan usaha dan

memulai langkah/tindakan yang akan membuka jalan bagi

pelaksanaan unit usaha. Langkah-langkah dalam merencanakan

badan usaha untuk pengembangan produk adalah:

1. Memeriksa Lingkungan Usaha Produk Terpilih

Pemeriksaan lingkungan unit usaha dilakukan dengan

pengkajian konteks terhadap produk yang akan dikembangkan

dengan menyusun stategi usaha. Analisis situasi (SWOT)

merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam analisis

pasar. Analisis SWOT mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang dimiliki oleh produk serta penyusunan

strategi pada masing-masing produk/sumberdaya terpilih.

Berikut adalah hasil analisis SWOT yang disajikan dalam

bentuk matriks pada Tabel 16 dan Tabel 17:

59

a. Unit Usaha Kacang Tanah

Tabel 16. Analisis SWOT untuk unit usaha kacang tanah

Kekuatan Kelemahan

Bahan mentah melimpah Pesaing banyak

Budidaya turun temurun Teknologi pengolahan masih

konvensional

Permintaan besar

Dukungan masyarakat besar

Sumberdaya diperbolehkan

Kesempatan/peluang Tantangan

Sesuai untuk tanaman

semusim HTR

IUPHHK-HTR masih baru

Lokasi pembudayaan

diperbolehkan

Program belum berjalan

secara optimal

Nilai jual produk tinggi

Permintaan produk tidak

terbatas

b. Unit Usaha Jabon

Tabel 17. Analisis SWOT untuk unit usaha jabon

Kekuatan Kelemahan

Sumberdaya alam

mendukung

Budidaya masih baru

Dukungan masyarakat untuk

mengelola produk besar

SDM Terbatas

Menjaga kelestarian

lingkungan

Kesempatan/peluang Tantangan

Dukungan pemerintah

daerah

IUPHHK-HTR masih baru

Lokasi pembudidayaan

strategis

Program belum berjalan

secara optimal

Nilai jual produk tinggi

Potensi pemasaran

menjanjikan

Permintaan produk tidak

terbatas

Keuntungan besar

60

Pada Tabel 16 dan Tabel 17 telah dijelaskan mengenai

kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan pada produk

yang dianalisis. Kekuatan yang ada pada produk harus diperbesar

untuk melampaui kelemahan, sedangkan kesempatan/peluang

terhadap produk harus dimanfaatkan sebagai hal yang positif

sehingga responden dapat mengambil keuntungan yang dapat

menghasilkan ide proyek yang potensial. Sedangkan tantangan

adalah faktor negatif atau dihanggap faktor eksternal yang tidak

menguntungkan sehingga jika tidak dieliminir atau ditanggulangi

dapat menyebabkan meruginya bisnis.

2. Menentukan Misi, Sasaran dan Tujuan Usaha

Misi organisasi/unit usaha adalah tujuan atau alasan

mengapa organisasi hidup. Pernyataan misi yang disusun dengan

baik mendefenisikan tujuan mendasar dan unit yang membedakan

suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya serta

mengidentifikasi jangkauan operasi perusahaan dalam bentuk

produk yang ditawarkan dan pasar yang dilayani. Adapun tujuan

adalah hasil akhir dari aktivitas perencanaan. Pencapaian tujuan

perusahaan merupakan hasil dari penyelesaian misi. Sedangkan

sasaran (goal) merupakan pernyataan terbuka yang berisi satu

harapan yang akan diselesaikan tanpa perhitungan apa yang akan

dicapai dan tidak ada penjelasan waktu penyelesaian.

61

Berikut adalah misi, sasaran dan tujuan usaha untuk

produk-produk unit usaha yang akan dikelola pada areal HTR

sesuai dengan keempat pengembangan bidang usaha

(Pasar/ekonomi, pengelolaan Sumberdaya dan lingkungan, sosial

dan kelembagaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

a. Unit Usaha Kacang Tanah

Misi: Kacang tanah merupakan produk unggulan Desa Bacu-bacu.

Harga jual yang cukup tinggi dipasaran serta akses informasi pasar

yang mudah.

a. Pasar dan ekonomi

Produk

Sasaran: Kacang tanah merupakan produk unggulan Desa Bacu-

bacu. Sehingga hal tersebut berpotensi besar untuk dikembangkan.

Untuk meningkatkan harga jual dan kualitas produk, masyarakat

menjual produk dalam bentuk yang telah diolah terutama pada

produk yang kualitas rendah dengan mendirikan home industri

olahan kacang tanah berupa camilan atau oleh-oleh khas desa

Bacu-bacu.

Harga

Sasaran: Harga ditingkatkan sedikit dibanding harga kacang tanah

mentah atau belum diolah, sebagai bagian dari kompensasi

tambahan biaya pengemasan dan pengawetan.

62

Tempat/Distribusi

Sasaran: Tempat distribusi tidak hanya berpatok pada pedagang

pengumpul, namun dapat mengarah kepada pasar-pasar swalayan

(Supermaket) dan kios-kios penjualan disepanjang jalan kabupaten

atau kecamatan.

Orang

Sasaran : Masyarakat yang berdiam tidak jauh dari jalan kabupaten

atau masyarakat yang mempunyai skala produksi yang cukup

besar.

Promosi

Sasaran: Mendayagunakan instansi terkait seperti Dinas

Kehutanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan

lain-lain untuk mempromosikan keunggulan olahan kacang tanah

Kabupaten Barru.

b. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Sasaran: Pengolahan produk yang kualitas rendah menjadi bernilai

jual lebih dapat menjadi strategi pemasaran produk.

c. Sosial dan Kelembagaan

Sasaran: untuk meningkatkan produksi dimasa yang akan datang,

keterlibatan lebih banyak anggota keluarga atau merekrut orang luar

dalam kegiatan penanaman, pemanenan hingga proses produksi

terutama untuk kaum perempuan.

63

d. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sasaran: Pengadaan mesin-mesin pengupas dan pengayak atau

alat yang lebih modern akan mempermudah proses produksi

sehingga dapat menimalisir biaya sehingga meningkatkan

keuntungan petani.

3. Unit Usaha Jabon

Misi: Jabon merupakan varietas yang cepat tumbuh (fast growing)

sehingga frekuensi pemanenan efektif selain itu permintaan produk

besar karean merupakan varietasn baru dan unggulan juga memiliki

nilai jual yang tinggi.

a. Pasar dan ekonomi

Produk

Sasaran: jabon merupakan varietas yang memiliki keunggulan

karena dapat dipanen pada usia 5-6 tahun. Oleh karena itu

meminimalisir biaya pembibitan, pemeliharaan dan

mempertimbangkan biaya produksi (biaya operasional, ongkos

tenaga kerja, dll) dapat mempengaruhi keuntungan.

Harga

Sasaran: harga telah dipatok untuk varietas jabon merah yaitu

sekitar Rp. 1.200.000,-/m3. Dengan meningkatkan kualitas kayu

dapat meningkatkan harga meskipun dalam skala kecil.

64

Tempat/Distribusi

Sasaran: tempat/distribusi kayu tidak hanya berpatok pada industri

pengolahan kayu yang berada di dekat areal pencadangan

pembangunan HTR, namun juga upaya kelompok tani hutan

memasarkan produk melalui media cetak/online

Orang

Sasaran: Pengusaha atau industri pengolahan kayu.

Promosi

Sasaran: Mendayagunakan instansi terkait seperti Dinas

Kehutanan, pengusaha atau industri pengolahan kayu, juga promosi

melalui media cetak (Online) dan elektronik dan lain-lain.

b. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Sasaran: Pada umumnya jabon merah tidak membutuhkan

pemeliharaan khusus bahkan jabon merah itu sendiri dapat

meningkatkan kualitas tanah. Sehingga dengan adanya keuntungan

tersebut, kelestarian akan produk jabon merah dapat dipertahankan

jenisnya.

c. Sosial dan Kelembagaan

Sasaran: untuk meningkatkan produksi dimasa yang akan datang,

keterlibatan lebih banyak anggota keluarga atau merekrut orang luar

dalam kegiatan penanaman, pemanenan hingga proses produksi

terutama untuk kaum perempuan.

65

d. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sasaran: untuk saat ini, transportasi pendisribusian kayu dipasaran

masih terkendala pada transportasi pengangkutan kayu. Diharapkan

dengan partisipasi Dinas Kehutanan juga instansi terkait dapat

memberikan bantuan pengadaan alat-alat berat untuk transportasi

kayu secara optimal.

3. Menyusun strategi keempat bidang pengembangan usaha

Strategi perusahaan/unit usaha merupakan rumusan

perencanaan komprehesif tentang bagaimana unit usaha dapat

mencapai misi dan tujuannya. Strategi ini dapat memaksimalkuan

keunggulan kompetetif dan meminimalkan keterbatasan bersaing.

Berikut disajikan bauran pemasaran pada keempat produk pada

masing-masing unit usaha yang terpilih pada keempat bidang

pengembangan pasar :

1. Kacang Tanah

Strategi Pasar dan Ekonomi

Produk: KTH “Padang Pobbo” dan masyarakat yang

membudidayakan kacang tanah memutuskan mengolah

produk kacang tanah dalam bentuk yang telah dikupas

dengan kemasan tertentu. Untuk memperluas penjualan

di pasar yang sudah ada dengan produk yang telah

diolah. Kelompok usaha memutuskan untuk menaikkan

harga jual maka anggota KTH “Padang Pobbo”

66

membentuk home industri dan memperluas pekerja

terutama kaum perempuan.

Harga: KTH “Padang Pobbo” dan masyarakat yang

membudidayakan kacang tanah mencoba melakukan

identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan

harga dengan mempertimbangkan biaya produksi.

Tempat: diperlukan system distribusi yang terencana dan

seksama untuk mempermudah proses distribusi ke

pasar dan tempat pembeli

Orang: kelompok memperoleh informasi mengenai minat dan

calon pembeli sehingga menjadi tantangan besar untuk

kelompok mencari informasi pengembangan produk

yang berkelanjutan.

Promosi: Untuk meningkatkan penjualan produk, maka kelompok

memanfaatkan media cetak dan elektronik, penjualan

pribadi (personal selling) baik berupa door to door

maupun meminta bantuan oranglain.

Strategi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Strategi pengelolaan lingkungan yaitu dengan

memaksimalkan produk yang kualitas rendah dengan

mengolahnya menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi

67

Strategi sosial dan kelembagaan

Strategi sosial dan kelembagaan dilakukan dengan

memperbanyak anggota dan memfungsikan kaum perempuan

sebagai bagian dari proses pembudidayaan hingga pengolahan

produk.

Strategi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Strategi ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kelompok

menggunakan alat-alat yang dapat membantu proses

pengupasan hingga pengayakan agar mengifisienkan waktu.

2. Jabon

Strategi Pasar dan Ekonomi

Produk:KTH “Padang Pobbo” melakukan strategi untuk menekan

biaya pembibitan, pemeliharaan dan mempertimbangkan

biaya produksi (biaya operasional, ongkos tenaga kerja,

dll) dengan mencari tahu informasi dan keterampilan

mengenai hal tersebut sehingga dapat menambah

keuntungan.

Harga: harga telah ditetapkan

Tempat: diperlukan system distribusi yang terencana dan

seksama untuk mempermudah proses distribusi ke

industri pengolahan kayu atau industri lainnya..

Orang: kelompok memperoleh informasi mengenai minat dan

calon pembeli sehingga menjadi tantangan besar untuk

68

kelompok mencari informasi pengembangan produk yang

berkelanjutan.

Promosi: Untuk meningkatkan penjualan produk, maka

kelompok memanfaatkan media cetak dan elektronik,

penjualan pribadi (personal selling) baik berupa door to

door maupun meminta bantuan oranglain.

Strategi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Strategi pengelolaan lingkungan yaitu menggalakkan

produk jabon merah sebagai tanaman kayu yang tidak hanya

bernilai komersial namun juga bernilai konservasi sehingga dapat

melestarikan keberadaan produk.

Strategi sosial dan kelembagaan

Strategi sosial dan kelembagaan dilakukan dengan

memperbanyak anggota dan memfungsikan kaum perempuan

sebagai bagian dari proses pembudidayaan hingga pengolahan

produk.

Strategi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Strategi ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kelompok

menggunakan alat-alat yang dapat membantu proses produksi

terutama dalam hal pengangkutan produk ke industri.

69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Unit usaha yang yang dapat dikembangkan di areal Hutan

Tanaman Rakyat (HTR) adalah kacang tanah, sengon, jabon dan

akasia.

2. Tujuan keuangan masyarakat yang akan mengelola unit usaha pada

areal Hutan Tanaman Rakyat adalah subsisten, dimana masyarakat

membutuhkan Rp. 3.555.278,-/tahun/responden untuk memenuhi

kebutuhan sehari-harinya.

3. Unit usaha untuk produk yang paling potensial yang dikembangkan di

areal HTR adalah jabon dengan sbagai tanaman pokok dan kacang

tanah sebagai tanaman musiman. Untuk merencanakan usaha dimasa

yang akan datang, membuat rencana dan strategi untuk mengolah

produk agar berni lai jual tinggi dapat meningkatkan pendapatan

sehingga menutupi keuangan rumah tangga.

b. Saran

Diharapkan dengan adanya pembentukan kelompok tani HTR,

masyarakat bekerja sama agar pengembangan usaha yang dilakukan

dapat mencapai tujuan bersama yaitu selain meningkatkan pendapatan

masyarakat, menjaga kualitas lingkungan dan meningkatkan kualitas dan

kuantitas produk.

70

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah. 2011. Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Jakarta.

http://amrullha.wordpress.com/hutan-tanaman-rakyat-htr/.html [10

Oktober 2011]

Anonim. 2011. Materi Kelembagaan Htr. Papua.

http://www.slideshare.net/ignoramus/materi-kelembagaan-htr.html

[11 Oktober 2011]

CV.Toha. Dijual Pohon Kayu Mahoni tinggi minimal 15 meter ukuan A3 s/ d A7. http:// dijual-pohon-kayu-mahoni-tinggi-

minimal-15-meter-ukuan-a3-s.html [25 Pebruari 2012]

Departemen Kehutanan. 2007. Tentang Tata Cara Permohonan Izin

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Rakyat Dalam

Hutan Tanaman. Jakarta

Hakim, Ismatul. 2006. Program Hutan Tanaman Rakyat (Htr)

Sebagai Salah Satu Upaya Pemantapan Kawasan Hutan.

Bogor http://puslitsosekhut.web.id/-pdf. [11 Oktober 2011]

Helmi, Syafrizal. 2009. Ide Bisnis.

http://shelmi.wordpress.com/2009/06/13/ide-bisnis/ [09 Oktober

2011]

Jurnal KTI Kabupaten Barru Online. 2011. Profil Kabupaten Barru.

Barru

Mahbub dan Makarennu. 2010. Market Analisis Entrpreneurship

Development(MAED) Kabupaten Maros dan Kabupaten

Bantaeng. Makassar

Manado Today News. 2011. Ini lah Daftar Upah Minimum Provinsi 2011

Seluruh Wilayah Indonesia. http://www.berita.manado.today.com/inilah-daftar-upah-minimum-provinsi-2011-seluruh-provinsi-di-indonesia/642.html [26 Pebruari

2012]

71

Mas‟ud, Emban. dkk. 2011. Model Pembangunan Hutan Tanaman

Rakyat Pola Mandiri Di Desa Bacu-Bacu Kabupaten Barru.

Makassar

Konjraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi.

Rineka Cipta. Jakarta.

Lahjie, Abubakar. 2003. Pengusahaan Hutan Bagi Masyarakat.

Universitas Mulawarman. Samarinda.

Lecup, I dan Nicholson, K. 2006. Kewirausahaan dalam bidang Hasil

Tanaman Keras dan Hutan berbasis Masyarakat (terjemahan).

Regional Community Forestry Training Center For Asia and The

Pasific Indonesia. Jakarta.

Raharja, D. 2011. Meraup untung Besar dari Kayu jabon. Rona

Publishing;Jogjakarta.

Rahz. Hidayat Muhammad. 1997. Masyarakat Kawasan Hutan Dalam

Konstelasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Hutan di

Indonesia. Makalah Stadium General SMKI VII Intan. Jogjakarta.

Simpoha, J. M. 1998. Masalah Pengakuan Formal Atas Sistem

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat di Luar Jawa. Duta

Rimba, Majalah Bulanan Perum Perhutani. Jakarta.

Sutrisno. 2010. Hutan Tanaman Rakyat. Jogjakarta.

http://forum.um.ac.id/index.php?topic=23857.0.html [12 Oktober

2011]

Suwito dan Emilia. 2007. Info Kebijakan Hutan Tanaman Rakyat.

Warta Tenure. www.aphi.net.html [12 Oktober 2011]