laporan pkp bahasa indonesia

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosionalpeserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu pesrta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (KTSP SD/MI 2007). Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (KTSP SD/MI 2007). Dalam kurikulum KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia terdapat ruang lingkup yang mencakup kemampuan

Upload: iqbal-situmorang

Post on 04-Aug-2015

3.493 views

Category:

Documents


126 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

               Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

emosionalpeserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu pesrta didik mengenal dirinya,

budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan

kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (KTSP SD/MI 2007).

               Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia

(KTSP SD/MI 2007).

               Dalam kurikulum KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia terdapat ruang lingkup yang

mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra di sekolah dasar, meliputi prosa, puisi dan

drama.

               Untuk menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra siswa sekolah dasar

diperlukan bimbingan dan pemberian motivasi dari guru-guru pengajar atau guru kelas yang

bersangkutan. Bimbingan dalam menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan dapat

dilakukan dengan berbagai cara dan metode.

               Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya siswa kurang mampu

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki dan terlibat langsung dalam pembelajaran.

Pembelajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar dan senang karena mereka merasa

tertarik dan mengerti aopa yang dipelajarinya (Moh. Uzer Ustman 2002: 31).

               Mengingat akan pentingnya pemahaman dan penguasaan bidang studi bahasa Indonesia

sebagai modal utama dalam komunikasi dan kegiatan pembelajaran, maka dirasa sangat penting

untuk segera menuntaskan kendala dan hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran

bahasa guna memenuhi target kurikulum dan harapan semua pihak yang berkompeten dengan

dunia pendidikan, khusunya dalam pendidikan berbahasa yang baik dan benar pada siswa.

Berbagai permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran bidang studi bahasa

Indonesia perlu segera diupayakanpemecahannya. Seperti yang dialami penulis di kelas IV SDN

Ngampumgan I dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi ”Membuat Pantun Anak”

siswa mengalami kesulitan. Untuk mengetahui penyebab kegagalan pembelajaran penulis

sebagai guru kelas IV dibantu oleh teman sejawat.

Rendahnya tingkat keterampilan dan penguasaan ini pada umumnya dilatar belakangi :

1. Rendahnya motivasi siswa dalam menyerap informasi dari berbagai sumber termasuk di

dalamnya guru dan media

2.Metode pembelajaran yang kurang diminati siswa

3.Rendahnya perhatian guru dalam proses pembelajaran yang mengkondisiskan penggunaaan

bahasa Indonesia dengan baik dan benar

4.Rendahnya perhatian guru dalam pembelajaran karya sastra anak.

               Salah satu upaya guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan serta prestasi belajar

siswa pada materi “Membuat Pantun Anak” dengan menggunakan permainan kartu kata.

Kegiatan  pembelajaran ini terangkum dalam sebuah kegiatan penelitian tindakan kelas dengan

judul :

“ Peningkatan Kemampuan Membuat Pantun Anak Melalui Permainan Kartu Kata Siswa Kelas

IVSemester II SDN Ngampungan I Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang “.

               Dalam laporan perbaikan pembelajaran ini difokuskan pada kegiatan permainan kartu

kata.

B.  Rumusan Masalah

      Bagaimana meningkatkan  kemampuan membuat pantun anak dalam pembelajaran bahasa

Indonesia melalui permainan kartu kata siswa kelas IV Semester II SDN Ngampungan

Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang ?

C. Tujuan Penelitian

      Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membuat pantun anak siswa kelas IV

Semester II SDN Ngampungan Kecamatan Kabupaten Bareng.

D. Manfaat Penelitian

               Penulis berharap penelitian tindakan kelas ini dapat dirasakan manfaatnya bagi :

1.      Siswa : Dapat memahami pelajaran yang disampaikan gurunya sehingga pembelajara menjadi 

aktif, kreatif,  dan menyenangkan.

2.      Guru : Lebih bijaksana dalam melihat kesulitan siswa dan dapat membantu meningkatkan

aktifitas siswa dalam proses diskusi kelas.

3.      Kepala Sekolah : Memperoleh informasi lebih jelas tentang pentingnya pembelajaran karya

sastra. Dengan demikian dapat dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A  PEMBELAJARAN KARYA SASTRA ANAK DI SD

I.       Hakekat Sastra  Anak

1. Pengertian, Sifat dan Hakekat Saatra Anak

                  Kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang

bermediumkan bahasa (Rene Wellek, 1989 : 31). Kata anak diartikan sebagai manusia yang

masih kecil (KBBI, 1988 : 31) atau bocah (KBBI , 1988 :123). Jadi secara sederhanaistilah sastra

anak dapat diartikan sebagai karya seni yang imaginatif dengan unsur estetisnya dominan yang

bermediumkan bahasa, bik lisan atau tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak

dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.

               Menurut Riris K. Toha Sarumpaet (1976 :21) menyatakan bahwa sastra anak adalah

karya sastra tang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua.

2. Ciri Sastra Anak

               Menurut Riris K. Toha Sarumpaet (1976 : 29-32) mengemukakan bahwa menandai

sastra anak berbeda dengan sastra orang dewasa yaitu :

1)      Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat.

2)      Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan deskripsi secara

singkat dan langsung menuju sasarannya.

3)      Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur

yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampila khusus maupun untuk

pertumbuhan anak.

3. Jenis Sastra Anak

               Jenis sastra anak terdiri dari : cerita anak, drama, puisi dan pantun.

a.       Drama

               Kata drama memepunyai arti yang luas. Dalam Dictionary of World Literature, kata

drama berarti segala pertunjukan yang memakai mimik. Sedangkan yang timbul dari kata drama

itu sendiri adalah pertunjukan lakon yang dibawakan dalam pertunjukan itu. Jadi drama adalah

karangan yang isinya memaparkan percakapan dan perilaku. Dari percakapan dan percakapan

perilaku itu tersususn suatu cerita dan perwayakan.

               Drama sebagai salah satu bentuk sastra harus pula dipelajari seperti halnya bentuk

sastra lainnya. Mempelajari drama itu berjalinan erat dengan tujuan memperoleh pengalaman

serta yang hendaknya sudah diberikan sewaktu masihdi sekolah dasar. Oleh sebab itu sebagai

guru sekolah dasar haruslah tahu cara mengapresiasi drama anak.

               Seseorang akan dapat memperoleh pengalaman sastra apabila kita berhadapan langsung

dengan hasil sastra. Itulah sebabnya apabila kita ingin dapat mengapresiasikan drama, maka kiti

harus membaca naskah drama atau menonton pertunjukan drama. Hal tersebut memberikan

kesekmpatan guru untuk membaca naskah drama atau menyimak pertunjukan drama. Dari hasil

menyimak dan membaca maka kita dapat menceritakan kembali dan juga dapat menaggapinya. 

b.      Cerita Anak

               Cerita anak adalah cerita yang akan dikonsumsi oleh anak atau cerita yang dipuntukkan

bagi anak-anak. Cerita anak ada berbagai jenis , yaitu : fabel, mite, sage dan dongeng. Cerita

anak merupakan bagian dari cerita rekaan. Oleh karena itu semua unsur atau ciri cerita yang

harus ada pada cerita rekaan berlaku juga bagi cerita anak. Seperti perwatakan, penokohan,

nsudut pandang, latar, tema, struktur dan bahasa. Walupun demikian ada perbedaan yang

mencolok antara cerita anak dengan cerita remaja atau cerita untuk orang dewasa. Pada cerita

anak sangat diutamakan keterbacaan dalam segi bahasa dan kesesuaian dengan lingkungan sosial

dan psikis anak.

               Struktur cerita anak juga sama dengan struktur cerita rekaan yang lain yaitu memiliki

pembukaan, konflik, klimaks dan simpulan atau penutup..

c. Puisi

               Dalam puisi terdapat dua unsur, yaitu unsur intrinsik (yang terdapat pada wujud puisi)

dan unsur ekstrinsik (unsur yang berada di luar puisi).

1)      Unsur intrinsik puisi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :

   Dari segi isi puisi yang terdiri atas : tema, rasa, nada dan amanat.

   Dari segi struktur yang terdiri atas : diksi, imajinasi,kata-kata konkrit, gaya bahasa, ritma / rima

dan rima / bunyi.

2)      Unsur ektrinsik  (unsur yang berada di luar puisi)

Cara mengapresiasi puisi anak dapat dilakukuian denga berbagai cara,yaitu :

1)      Mendengarkan puisi tersebut

   Membuat pertanyaan tentang puisi tersebut

   Menjawab pertanyaan

2)      Membaca puisi anak

   Membuat pertanyaan

   Menjawab pertanyaan

3)      Menceritakan kembali puisi anak

   Membuat pertanyaan

   Menjawab pertanyaan

   Mengelompokkan jawaban yang telah dibuat

   Menyusun jawaban sesuai dengan hasil pengelompokan agar menjadi suatu cerita

   Mengkomunikasikan dalam bentuk tulisan dan lisan

Cir-ciri puisi modern / sajak bebas :

   Sangat mementingkan isi.

   Jumlah kalimat dan jumlah baristidak penting.

   Pilihan kata sangat diutamakan, terutama kata yang mengandung kekuatanb imajinasi, gaya

bahasa dan ketepatgunaan kata.

   Persajakan bukan suatu keharusan, artinyan boleh bersajak sama boleh tidak

a.       Pantun

               Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat dikenal dalam bahasa-bahasa

nusantara. Dalam bahasa jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan. Lazimnya pantun terdiri atas

empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-

a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang

dijumpai juga pantun tertulis.

               Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah

dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat

pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan

maksud selain untuk mengantarkan rima / sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang

merupakan tujuan dari pantun tersebut.

               Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki

bagian sampiran dan isi. Karmian merupakan pantun “ versi pendek” (hanya dua baris),

sedangkan talibun adalah “versi panjang” (enam baris atau lebih).

               Peran pantun sebagai alat pemelihara bahasa, penjaga fungsi kata dan kemampuan

menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum beruijar. Ia

juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang

lain.

               Secara sosial  pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di

kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai.  Pantun menunjukkan

kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.

               Berdasarkan hakekat dan sifat sastra anak dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang

dilihat dari kehadiran tokohnya, yaitu :

a.       Jenis karya sastra anak yang mengetengahkan okoh utama yang berasal dari alam, benda mati

seperti : batu,sungai,air,dan lain-lain.

b.      Jenis karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda hidup

yang bukan manusia seperti : bunga sepatu, buaya, ikan hiu, dan lain-lain.

c.       Jenis karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam manusia itu

sendiri, seperti : cinderela, putri salju,ptri kerudung merah dan lain-lain.

                       

4. Fungsi Sastra Anak

               Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya sastra anak berfungsi sebagai :

a.       Fungsi pendidikan, pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi

banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak dan juga memberi pendidikan

moral.

b.      Fungsi hiburan, memberi kesenangan, kenikmatan dan kepuasan pada diri anak.

            Menurut Suwardi Endras Swara (2002) sastra anak juga berfungsi sebagai :

a. Membentuk kepribadian

b.Menuntun kecerdasan emosi anak

II.    Apresiasi Sastra Anak

1. Pengertian Apresiasi

               Apresiasi berarti :

1)      Kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya

2)      Penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu

3)      Kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah.

               Sehubungan dengan materi pembelajaran sastra anak ini, pengertian apresiasi yang kita

maksudkan adalah :

1)      Kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni dan budaya (sastra anak)

2)      Penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak)

2. Pengertian Apresiasi Sastra Anak

            Ada tiga batasan tentang apresiasi anak :

1)      Panuti Sudjiman

Apresiasi sastra adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yany didasarkan pada pemahaman.

2)      Abdul Rozak Zaidan et.al

Apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman,

penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nolai-

nilai yang terkandung dalam karya sastra itu.

3)      S . Effendi

Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh

pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

cipta sastra.

3. Kegiatan Apresiasi Sastra Anak

1)            Kegiatan Apresiasi langsung

Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh

nilai kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak yang diapresiasi.

2)            Kegiatan Apresiasi Tak Langsung

Kegiatan apresiasi tak langsung adalah kegitan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap

karya sastra anak. Kegiatn ini meliputi :

   Mempelajari teori sastra

   Mempelajari kritik dan esai sastra

   Mempelajari sejarah sastra

3)            Pendokumentasian karya sastra

4)            Melatih kegiatan kreatif mencipya sastra / rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya sasta

yang dibaca, didengar, atau ditontonnya

4. Tingkat – Tingkat Apresiasi Sastra Anak

                     Ada tiga tingkatan dalam apresiasi sastra :

1)            Seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam karya sastra, ia terlibat secara emosioal,

intelektual dan imajinatif.

2)            Setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseoarng itu bekerja lebih giat

menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasikannya.

3)            Seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia luarnya sehingga pemahaman dan

penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.

5. Manfaat Apresiasi Sastra Anak

                        Manfaat apresiasi sastra anak antara lain :

1)            Estetis

2)            Pendidikan

3)            Kepekaan batin atau sosial

4)            Menambah wawasan

5)            Pengembangan kejiwaan atau kepribadian

III. Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak

1. Persiapan Pembelajaran

               Agar berhasil melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra anak di SD, seorang guru

harus mempersiapkan terlebih dahulu, baik fisik maupun mental. Secara fisik harus sehat jasmani

/ rohani, cerah, bersih, dan rapi. Secara mental seorang guru harus menguasai materi ajar, kelas,

metode dan menyelami jiwa anak. Tahap persiapan pembelajaran apresiasi anak :

a.       Memilih bahan ajar

Bahan ajar dapat diperoleh dari buku bacaan sastr anak di perpustakaan, toko buku atau buku

pelajaran sekolah. Pemiliha bahan apresiasi sastr anak, haruis terfokus pada substansi anak yamg

meliputi :

         Pengalaman jiwa anak yang masih terbatas. Pada umumnya menyukai fabel, cerita yang

sederhan dengan kosakat ynag masih terbatas.

         Perlu diberi karya-karya yang bersangkut paut dengan kekeluargaan.

         Tema cerita dapat mengembangkan imajinasi anak dengan gaya bercerita segar dan menarik

serta yokohnya dapat memberi suri tauladan yang baik

b.      Menentukan metode pembelajaran

Penentuan metode pembelajaran dipilh sesuai dengan keadaan dan suasana kelas. Beberapa

metode itu anta lain : Metode berkisah, pembacaan, peragaan, tanya jawab, penguasaan.

c.       Menulis persipan mengajar harian

Persiapan mengajar harian (PMH) merupakan suatu perencanaan yang dilakukan seorang guru

sebelum melaksanakan praktek pembelajran di kelas. Sistematika penulisan PMH meliputi :

1)      Mata pelajaran

2)      Pokok bahasan

3)      Kelas / semester

4)      Alokasi Waktu

5)      Tujuan pembelajaran

6)      Materi pelajaran

7)      Metode pembelajaran

8)      Kegiatan pembelajaran

9)      Evaluasi belajar

10)  Daftar pustaka

2. Pelaksanaan Pembelajaran

               Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah merupakan wujud nyata

mempraktekkan semua teori, pengetahuan dan pengabdian guru. Tugas guru hanya sebagai

pembimbing, fasilitator dan nara sumber dari murid-murid yang sedang belajar. Langklah-

langkahnya :

1)      Pra Kegiatan Belajar Mengajar

Satu minggu sebelum KBM dilaksanakan, siswa diberikan salina cipta sastra anak, kemudian

guru memberi tugas membaca atau menghafal di rumah dan mencatat kata-kata sukar serta

mencari artinya

2)      Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas

Dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca cerita, deklamasi di depan kelas. Kemudian

diadakan tanya jawab, berdiskusi bersama merumuskan isi, tema dan amanat.

3. Evaluasi Pembelajaran

               Merupakan indikator keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi

hendaknya mengandung tiga komponen, yaitu kognisi, afeksi dan keterampilan. Pada umumnya

dikenal dengan bentuk penilaian :

a.       Penilaian prosedur, meliputi penilaian proses belajar dan hasil belajar

b.      Alat penilaian, meliputi tanya jawab, penugasan, esai dan pilihan ganda.

B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD   MELALUI PERMAINAN

I.       Pengertian Bermain

               Bermain ( play ) mengacu pada beberapa teori bermainyang dikemukakan oleh para

ahli. Pengertian bermain tak dapat dilepaskan dari sudut pandang teori yang mendasari

fungsinya. Dari sejumlah teori yang ada dapat dikemukakan tujuh pandangan utama, yaitu :

1.      Teori surplus energi. Dalam pandangan ini bermain merupakan penyaluran energi yang

berlebihan.

2.      Teori Relaksasi. Pandangan ini menyatakan bahwa bermain merupakan cara seseorang untuk

menjadi lebih santai dan segar setelah tersalurnya energi.

3.      Teori preparasi atau insting. Di sini dijelaskan sebagai suatu perilaku instingtif. Kegiatan

manusia yang instingtif cenderung berdasarkan atas perkembangan anak dalam kehidupannya.

4.      Teori Rekapitulasi. Pandangan ini mencoba menemukan hubungan antara kegiatan bermain

dengan evolusi kebudayaan. Di sini ditekankan bahwa setiap anak kembali melakukan berbagai

perilaku manusia dewasa yang tampil selama masa transisi antara zaman berburu hingga zaman

modern seperti ini.

5.      Teori pertumbuhan dan perkembangan. Pandangan ini menyatakan bahwa, bermain merupakan

salah satu cara mengembangkan kemampuan anak.

6.      Teori penyaluran emosi. Menurut pandangan ini ada dua penjelasan,  yaitu : pertama, bermain

merupakan ekspresi simbolik dari suatu harapan. Kedua, merupakan upaya pengendalian

pengalaman- pengalaman yang menegangkan. Kedua pandangan ini melihat bermain sebagai

sarana menyalurkan emosi.

7.      Teori kognitif. Pendapai ini menyatakan bahwa bermain adalah suatu upaya asimilasi.

Sebagaimana  diketahui. Piaget (dikutip Seto, 2004 : 57) mengemukakan adanya dua aspek yang

ada dalam kemampuan adaptasi seseorang yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah

proses organisme menerapkan struktur yang sudah ada tanpa modifikasi terhadap aspek-aspek

baru dari lingkungan yang dihadapinya. Sedangkan akomodasi adalah proses organisme

memodifikasi struktur yang sudah ada menjadi struktur baru untuk menyesuaikan diri terhadap

tuntutan lingkungan.

II.    Karakteristik Kegiatan  Bermain

               Perbedaan antara bermain dan bukan bermain tidak terletak pada jenis kegiatn (apa)

yang dilakukan, tetapi lebih pada (bagaimana) sikap individu melakukannya.

               Beberapa karakteristik kegiatan bermain sebagai berikut :

1. Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan

2. Bermainmerupakan kegiatan untuk dinikmati. Itu sebabnya bermain selalu

menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan

3. Tanpa iming-iming apa pun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan.

4. Dlam bermain, aktivitas lebih penting daripada tujuan. Tujuan bermain adalah aktivitas

itu sendiri.

5. Bermain menuntut partisipasi aktif, secara fisik atau pun mental.

6. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. Individu bebas

membuat aturan sendiri dan mengoperasikannya.

7. Dalam bermain individu bertingkah laku secara spontan, sesuai dengan yang diinginkan

saat itu.

8. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku.

III. Fungsi Bermain dalam Pendidikan

               Fungsi bermain secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengembangan kognitif

            Penelitian membenarkan adanya hubungan kuat antara bermainperkembangan kognitif,

salah satunya yitu bermain simbolik (Bennett, 2005). Pernyataan tersebut didukung oleh

Vigotsky dan Piaget (dalam Sugianto, 1997) yang menyatakan bahwa, bermain simbolik itu

permainan yang penting sekali dalam pengembangan berpikir abstrak. Bermain simbolik

merupakan gambaran pengembangan pikiran. Bermain juga memerikan kesempatan kepada anak

intuk berpikir divergen dan belajra memecahkan masalah.

               Selain itu, bermain juga memberikan kesempatan untuk mengembangkan konsep,

sehingga anak-anak dapat mencoba dan memperbaiki konsep sebelumnya.

               Bermain juga merupakan lingkunga yang kaya untuk mengembangkan bahasa siswa.

Waktu siswa berinteraksi dengan siswa lainnya, mereka mengkomunikasikan makna dan

mengembangkan bahasa cerita.

2. Pengembangan sosial

               Bermaian adalah model yang baik untuk mengembangkan sosial anak, karena akan

mendorong anak-anak untuk berinteraksi sosial. Anak-anak belajar mengatasi dan menetukan

konflik, memcahkan masalah, bergaul, bergiliran, bekerjasama, negosiasi, dan sharing dengan

teman-temannya.

3. Pengembangan emosional

               Bermain dalah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Anak dapat

mengekspresikan perasaan gembira, sedih,marah, atau khawatir seperti benar-benar pada

kehidupan nyata.perasaan ini dapat dicurahkan dengan bebas karena bukan dunia nyata.

               Elkind (Mayarina, 1999) berpendapat bahwa bermain dapat membebaskan anak dari

tekanan stres juga secara psikologi bermain mengurangi kegelisahan (Barnett dan Strom dalam

Mayarina, 1999). Dengan demikian, bermain memberi lahan kepada anak-anak untuk dapat

hiburan dan dapat mengontrol dunia mereka, pikiran mereka dan perasaan mereka.

4. Pengembangan fisik

               Bermain memberikan kesempatan untuk mengembangkan gerakan halus dan kasar.

Pada waktu anak-anak bermain aktif, mereka dapat mengetes sistem keseimbangan mereka,

gerakan tubuh, melompat, meloncat, melempar, kekuatan fleksibilitas, keseimbangan koordinasi

baik yang bersifat lokomotor, nonlokomotor, maupun manipulatif.

5. Pengembangan bahasa

               Aktivitas bermain ibarat laboratorium bahasa (Mayarina, 1999). Selama anak bermaian,

mereka mengungkapkan berbagai kata, berbagai ragam bahasa.

6.      Permainan bahasa

               Pada hakekatnya, permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu

keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Apabila keterampilan yang diperoleh

dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan

permainan bahasa (Soeparno, 1998 : 60).

               Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa. Menurut Soeparno

(1998 : 62) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di kelas, yaitu :

1. Faktor situasi dan kondisi

2. Faktor peraturan permainan

3. Faktor pemain

4. Faktor pemimpin permainan

               Permainan bahasa dalam pelaksanaannya memiliki kelebihan dan kekurangan,

Soeparno (1998 : 64) mengungkapkan kelebihan dan kekurangan permainan bahasa sebagai

berikut :

         Kelebihan permainan bahasa ialah :

a.       Permainan bahasa sebagai metode pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

proses belajar mengajar.

b.      Aktivitas yang dilakukan siswa bukan saja fisik tetapi juga mental.

c.       Dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.

d.      Dapat memupuk rasa solidaritas dan kerjasama.

e.       Dengan permainan materi lebih mengesankan sehingga sukar dilupakan.

         Kekurangan permainan bahasa ialah :

a.       Bila jumlah siswa SD terlalu banyak akan sulit untuk melibatkan seluruh siswa dalam

permainan.

b.      Tidak semua materi dapat dilaksanakan melalui permainan.

c.       Permainan banyak mengandung unsur spekulasi sehingga sulit untuk dijadikan ukuran yang

terpercaya.

IV. Macam – macam Permainan bahasa

               Ada beberapa macam permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran bahasa

Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut :

1. Bisik berantai. Permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa harus membisikkan

suatu kata (untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita ( untuk kelas tinggi) kepada

pemain berikutnya. Terus berturut sampai pemain terakhir. Pemain yang terakhir harus

mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah ? Bila

salah, di mana atau siapa yang melakukan kesalahan. Permainan ini ,melatih

keterampilan menyimak / mendengarkan.

2. Kim lihat (Lihat Katakan). Sediakan beberapa benda seperti sayuran, atau buah-buahan

dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok. Seseorang siswa anggota kelompok

harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa tersebut

harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kelompoknya baik ciri-cirinya, rasanya,

warnanya atau apa saja yang dilihatnya. Anggita kelompok yang lain harus mengambil

benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepatdan

paling banyak mengambil benda dalam kotak, itulah yang menang. Permainan ini untuk

melatih keterampilan berbicara dan menyimak.

3. Aku seorang detektif. Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa menjadi

detektif, seorang lagi menjadi informan. Informan harus menetukan / memilih salah

seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh detektif.

Ia harus memberi keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang

akan dicari detektif. Detektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka

siapa yang menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi diubah, yang

tadinya informan menjadi detektif, dan yang tadinya detektif menjadi informan.

Permainan dapat divariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto atau gambar dari

koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca dan menulis.

4. Bertanya dan menerka. Para siswa dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok satu sebagai

penjawab dan kelompok kedua sebagai penanya. Kelompok penjawab harus

menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompomk penanya dengan cara

memberi pertanyaan yang mengarah pada benda yang harus diterka. Setiap anggota

kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada

kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab “ ya “ atau “ tidak “.

Setelah  seluruh  anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari hasil

jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikan itu. Bila dapat diterka, maka

kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara dan berpikir

analitis.

5. Baca lakukan. Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca. Dilakukan

berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru,

pasangannya harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Misalnya, sayua

harus menunduk, saya memgang lutut kiri, saya menari sambil memegang kepala. Guru

memperhatikan berapa perintah yang dilaksanakan dengan benar dan apakah pembaca

membaca perintah dengan benar. Permainan dilakukan dengan bergantian. Permaian ini

untuk melatih membaca dan menytimak.

6. Bermain telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara berpasangan harus

mempersiapkan alat untuk menelpon, baik telepon biasa atau telepon genggam. Siswa

harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah, atau buku pelajaran yang harus

dibawa besok. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kalau

berhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan

cara siswa mengungkapkan gagasan dan kalau perlu cara palafalan yang benar.

Permainan ini untuk melatih berbicara.

7. Meloncat bulatan katak. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar

piting. Tulislah nama-nama susunan keluarga misalnya : ayah, ibu, kakak ,adik.

Pasanglah bulatan itu di lantai. Bentuklah siswa menjadi beberapa kelompok. Suruhlah

siswa setiap kelompok meloncati bulatan kata yang diucapkan kelompok lain atau guru.

Misalnya loncat ke kakak, loncat ke ibu, loncat ke adik. Dengan demikian setiap anak

membaca bulatan untuk diinjak. Lebih meningkat lagi, bulatan kata bisa dalam bentuk

yang lebih sulit, misalnya kata bila digabungkan menjadi kalimat. Kata pada bulatan

disebar di lantai dan memungkinkan dapat menyusun bebrapa kalimat bila diloncati

dengan benarr. Misalnya : ayah pergi ke pasar. Ayah membaca buku. Jadi harus loncat ke

ayah, pergi ke dan pasar. Loncat ke ayah, mebawa , buku. Permainan ini untuk membaca

permulaan.

8. Perjalanan dengan denah. Mengamati denah kota atau daerah tempat tinggal. Siswa

menyalin atau menggambarkan denah bagian tertentu dari kota (kerumitan tergantung

pada tingkatan kelas)  pada kertas manila. Menuliskan nama-nama tempat dan jalan, serta

arah lalu lintas dalam denah pada potongan kertas manila. Tempelkan denah pada papan

tulis atau papan planel. Amati denah sebutkan nama-nama tempat jalan, dan arah lalu

lintas. Tentuka tempat tertentu sebagai awal berangkat dan tempat tujuan. Ceritakan arus

perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang sudah ditentukan. Tuliska arus perjalanan

tersebut dalam tulidsan deskripsi. Rancang sebuah permainan perjalanan yang tujuannya

disembunyikan. Satu anak bertyindak sebagi pemain kunci dan kelompok lain sebagai

penanya, pemain tadi tentang nama-nama jalan yang dilewati misalnya, apakah kamu

akan melewati jalan Sudirman ? apakah belok kiri ke jalan Abdurrahman ?  dan

seterusnya. Pemain kunci hanya boleh menjawab “ ya “ atau “ tidak “ dan “ bisa “ .

kelompok penanay harus menembak tempat yang akan dituju pemain kunci tadi.

Kelompok yang benar menembak tujuan. Itulah yang menang. Permainan ini untuk

melatih menulis, membaca denah, dan menyimak. Cocck untuk kelas tinggi (kelas

IV,V ,VI ).

9. Mengarang gotong royang.  Tempat kan beberapa benda ke dalam tas aqtau kotak.

Buatlah kelpompok. Suruhlah seseorang siswa pertama wakil dari kelompok mengambil

satu benda, dan dia harus membuat kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut.

Bantulah bila siswa memerlukan bantuan guru. Misalnya benda itu bola, anjurkan dia

mengatakan “ pada suatu hari aku menemukan bola”. Lalu guru bertanya kepada siswa

lain dari kelompok yang sama. “ Diman bola itu ditemukannya ? “, terus sampai siswa

terakhir. Kalau dirasakan hasil karangan masih bisa diperpanjang, siswa yang pertama

bisa ditanya kembali. Kelompok yang dapat menyusun karangan runtut dan gagasannya

sesuai dengan yang pertama itulah yang menang. Permainan ini melatih keterampilan

menulis (menyusun gagasan) dan membuat kalimat.

10. Stabilo Kalimat. Permainan ini berkelompok. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

Tujuannya agar siswa dapat menetukan kalimat yang salah dan yang benar dalam suatu

wacana yang dibacanya. Wacana yang harus disediakan berupa kliping wacana yang

kalimat-kalimatnya ada yang benar ada yang salah. Caranya, guru menjelaskan gahwa

setiap kelompok harus mencari kalimat yang salah dan yang benar dari wacana yang

dibacanya dengancara memberi tanda dengan stabilo. Wacana dibagikan. Siswa

membaca. Berdasarkan waktu yang ditentukan guru memberi aba-aba kepada siswa

untuk memulai. Tiap kelompok harus dapat memberi tanda sebanyak-banyaknya kalimat

yang salah dan kalimat yang benar. Kelompok yang berhasi mengumpulkan banyak

sebagai pemenangny. Permainan ini melatih membaca cepat dan cermat serta memahami

kalimat. Untuk kelas IV dan VI.

11. Kata dari wacana. Permainan ini dimainkan secara kelompok. Siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok. Setiap kelompok mendapat fotokopi wacana yang harus dibaca.

Setiap kelompok harus mengajukan satu kata (hasil diskusi) yang harus dikatakan kepada

kelompok lain. Kelompok yang diberi kata harus memberikan kata-kata lain yang

berhubungan dengan kat6a yang diucapkan kelompok yang memberi kata. Misalnya, dari

wacana “ Musim Hujan “, kelompok mengambil kata hujan. Maka kelompok lain harus

mencari kata yang terkait dengan hujan. Contohnya adakelompok yang mengatakan

banjir, dingin, basah, dan seterusnya, kelompok yang paling banyak mengemukakan kata

yang berkaitan dengan kata yang diberikan kelompok penanya, itulah pemenangnya.

Permainan ini melatih keterampilan membaca dan kosakata.

12. Cerita berantai. Permainan ini dilakukan berkelompok dua orang. Setiap kelompok harus

melanjutkan cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita dimulai dari guru. Anggota

kelompok yang satu sebagai pembicara melanjutkan cerita, yang seorang lagi mencatat

kalimat yang diucapka setiap kelompok dan membacakannya setaelah cerita selesai.

Misalnya, guru memberi kalimat pertama : “ Disebuah kampung ada seseorang anak

yatim...”, kelompok pertama harus meneruskan cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama

diteruskan oleh kelompok kedua, dan seterusnya. Permainan ini untuk melatih menyimak

dan menyusun cerita yang runtut. Cocok untuk kelas IV, V, dan VI.

13. Siap laksanakan perintah. Permainan ini bermain melalui lagu. Siswa dibagi, beberapa

kelompok. Setioap kelompok harus mengganti lirik lagu “ Suka Hati “ dengan perintah

yang harus dikerjakan oleh kelompok lain. Permainan diawali oleh guru dengan

menyanyikan lagu : Kalau kau suka hati tepuk tangan (semua siswa tepuk tangan). Kalau

kau suka hayi, mari kita lakukan. Setelah guru memulai dengan melagukan lagu tersebut,

selanjutnya giliran kelompok pertama yang sudah berdiskusi mengganti lirik dan perintah

dari lagu tersebut. Misalnya : kalau kau suka hati tarik tangan (kelompok lain menarik

tangan temannya). Dan seterusnya sampai habis kelompoknya.

C.    Beberapa Pendapat Ahli Tentang Penggunaan Permainan Sebagai Metode Belajar.

               Bermain bagi anak-anak tak ubahnya seperti bekerja bagi orang dewasa. Bermain

merupakan kegiatan yang menimbulakn kenikmatan, yang akan menjadi rangsangan bagi

perilaku lainnya.

               Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam diri anak atau naluri. Semua

naluri harus diusahakan disalurkan secara baik dan terkontrol. Oleh karena itu, bermain bagi

anak merupakan kebutuhan hidupnya seperti makan, minum, tidur dan lain-lain. Bermain dalam

kehidupan manusia merupakan latihan-latihan yang dilakukan agar mereka menjadi manusia dan

bermain tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian, supaya tidak

menyita waktu anak untuk bermain, dapat diupayakan pada waktu belajar , mereka dapat

menikmatinya sambil bermain.

               Bermain merupakan pemicu aktivitas. Anak yang banyak bermain akan meningkat

kreativitasnya (Charlotte Buhler , dalam Sugianto :1997 ), bermain merupakan sarana untuk

mengubah potensi-potensi yang dad dalam dirinya.

               Menurut Seto (2004 : 53) bermain sangat penting, sehingga meskipun terdapat unsur

kegembiraan, namun tidak dilakukan demi kesenangan saja. Bermain adalah hal serius karena

merupakan cara bagi anak untuk mmeniru dan menguasai perilaku orang dewasa untuk mencapai

kematangan .

               Bermain merupakan salah satu fenomena yang paling alamiah dan luas dalam

kehidupan anak. Terdapat insting bermain pada setiap anak serta kebutuhan melakukannya

dalam suatu pola yang khusus guna melibatkannya dalam suatu kegiatan yang membantu prose

kematangan anak.dari berbagai penelitian (Seto, 2004) terungkap bahwa bermain dapat

dikembangkan menjadi semacam alat untuk mengaktualisasikan potensi-potensi kritis pada diri

anak, mempersiapkan fungsi intelektual, dan aspek  emosi dan sosialnya. Dengan demikian,

bermain berkembang bukan hanya menjadi sarana yang dapat dinikmati dan menyenangkan saja

tetapi juga bersifat mendidik.

               W. R Smith (dalam Soemitro, 1997) seorang psikolog mengatakan bahwa bermain

merupakan dorongan langsung dari setiap individu, yang bagi anak-anak merupakan pekerjaan,

sedangkan bagi orang dewasa lebih dirasakan sebagai kegemaran. Anak usia SD merupakan usia

bermain. Bagi mereka dunia ini hanya bermain. Mereka belum dapat membedakan dunia nyata

bermain. Baru setelah semakin dewasa, mereka paha bahwa ada dua dunia yaitu dunia barmain

dan dunia nyata atau dunia kerja.

               Menurut Hetherington dan Parke (dalam Patmonodewo,2000), bermain bagi anak

berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak./ dengan bermain akan

memungkinkan anak meneliti lingkungannya dan mempelajari sesuatu, serta memcahkan

masalah yang dihadapinya. Permainan juga dapat meningktkan perkembangan sosial anak.

Dengan menampilkan bermacam peran orang, anak berusaha menghayatinya untuk diambilnya

setelah ia dewasa.

               Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga

mengembangkan bahasa, emosi, disiplin kreativitas dan perkembangan fisik anak. Para ahli

pendidikan modern berpendapat bahwa permainan merupakan alat pendidikan. Pendidikan yang

baik akan menggunakan bermain sebagai alat pendidikan. Hal ini dilakukan oleh Pesta lozzi

(Patmonodewo, 2000) ahli pendidikan terkenal dari Swiss pada abad ke -18 dan permulaan abad

ke-19, ia sangat menekankan pentingnya permainan dalam pendidikan. Ia percaya bahwa

bermain mempunyai nilai-nilai untuk mengembangkan harmoni antar jiwa dan raga. Bahkan

Bannett (2005 : 67) yang pernah mengadakan penelitian pada sejumlah guru pada waktu siswa

bermain, para guru mengatakan bahwa para siswa mengungkapkan yang mencerminkan

kebutuhan batin mereka serta proses intelektual yang mendalam.

               Froebel (dalam sugianto, 1997) seorang pendidik dari jerman, ia percaya bahwa salah

satu alat yang terbaik untuk mendidik anak-anak ialah melalui permainan. Menurut pendapatnya,

anak-anak lebih siap dan berpotensi untuk bermain daripad cara lain.

               John Locke seorang filosuf Inggis pada abad ke - 17, ia meyakini bermain dapat

membantu uisaha mencapi tujuan pendidikan, sedangkan Rousseau dan Emile menekankan

bermain yang dapat bermanfaat dalam perkembangan anak(Sugianto, 1997 : 4).

               Motessori (dalam Sugianto, 1997) yang kemudian dikenal dengan ahli pendidikan pra

sekolah, sangat menghargai nilai-nilai yang terdapat bdalam permainan pada masa kanak-kanak.

Baik Froebel maupun Montessori, menerapkan suatu pemikiran anak-anak belajar sesuatu

melalui permainan. Jadi mereka menggunakan permainan sebagai alat pendidikan.

               Permainan akan meningkatkan partisipasi aktif ank, sehingga pembelajaran labih

efektif. Menurut Brierly (dalam megawangi, 2005 : 48), bermain dan bereksplorasi akan

membantu perkembangan otak anak, yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa, berbahasa,

bersosialisasi, dan perkembangan motoriknya. Bermain akan membuat anak lebih mengerti

subjek yang dipelajarinya melalui eksplorasi, berimajinasi, berdiskusi, bernyanyi,

bereksperimen, mengubah bentuk dan bermain peran.

               Menurut Vigotsky (dalam Megawangi, 2005 : 28), bermain dan aktivitas konkrit dapat

memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuai dengan usianya dan kebutuhan

spesifik anak. Bermain adalah cara yang paling efektif pada usia sekolah dasar, baik di bidang

akademik maupun aspek fisik, sosial, dan emosional.

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

      Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ngampungan I , dengan alamat Dusun

Sumberdadi Desa Ngampungan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. Keadaan topografi

wilayah SDN Ngampungan merupakan dataran tinggi dengan saran jalan yang sudah bagus

(Beraspal ). Bila ditempuh dari ibu kota kecamatan Bareng kira – kira 3 Km kearah selatan .

SDN Ngampungan I memiliki 8 ruang kelas , dengan alokasi dua ruang untuk

kantor  , 6 ruang untuk kegiatan belajar mengajar , 1 ruang untuk gudang dan  ruang

perpustakaan . SDN Ngampungan I memiliki 165 anak dengan 6 rombongan belajar . Adapun

rinciannya adalah : Kelas I 48 anak , Kelas II 18 anak ,  Kelas III  26 anak , Kelas IV  21 anak ,

Kelas V 23 anak , dan Kelas VI 28 anak.

Sedangkan tenaga guru 11 orang dan penjaga 1 orang yang terdiri dari 1 orang

kepala sekolah , guru kelas 6 orang , 1 orang guru agama islam , 1 orang guru agama Kristen , 1

Orang guru Olah Raga dan 1 orang penjaga .

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini ada dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari

Kamis tanggal 5 Maret 2009 dari pukul 09.40 – 10.30 WIB . Dan siklus II dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 19 dari pukul 09.40 – 10.30 WIB . Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas IV Semester II dengan Kompetensi dasar “ Membuat pantun anak yang menarik temntang

berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan dll ) sesuai dengan ciri-ciri pantun “.

      Subjek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ngampungan Kelas IV  dengan jumlah siswa

21 anak yang terdiri dari 8 siswa laki – laki dan 13 siswa perempuan. Jika dilihat dari segi

perekonomian sebagian besar para siswa berasal dari golongan  menengah kebawah dengan latar

belakang pendidikan orang  tua lulusan SD atau bahkan sampai tidak lulus . Sebagian besar

pekerjaan orang tua siswa sebagai petani , buruh tani dan pemecah batu .

Siswa SDN Ngampungan I berasal dari 2 desa yaitu desa Ngampungan dan desa

Jemparing . Jarak rumah ke sekolah sekitar 200 sampai 1500 meter yang dapat ditempuh dengan

berjalan kaki atau bersepeda .

B. Prosedur Penelitian

1. Siklus I

a.  Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I penulis menyusun

Rencana  Perbaikan Pembelajaran dengan merumuskan tujuan meningkatkan ketrampilan

membuat pantun anak berdasarkan cirri – cirri pantun melalui melalui permainan kartu kata .

Kartu kata acak digunakan sebagai media anak untuk menyusun sebuah pantun . Melalui

permainan kartu acak proses pembelajaran akan lebih  menarik . Untuk melihat proses perbaikan

pembelajaran berlangsung baik atau tidak , penulis membuat lembar pengamatan diskusi ,

penulis membuat lembar pengamatan berupa checklist , lembar pengamatan diskusi dan tes

evaluasi berupa tes tulis

Perbaikan pembelajaran direncanakan dengan apresepsi berupa tanya jawab  tentang

perbedaan pantun dan puisi . Kemudian dalam kegiatan inti siswa berdiskusi

mengidentifikasikan syarat – syarat pantun . Dilanjutkan dengan permainan kartu kata . Untuk

mengetahui pemahaman anak dalam membuat pantun guru memberikan evaluasi berupa tes

tulis .

b. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran menggunakan waktu kurang lebih 70 menit dengan alokasi

waktu untuk kelas IV adalah 2 jam pelajaran yaitu 2 X 35 menit .

  Kegiatan Awal

Kegiatan awal dilaksanakan kurang lebih 10 menit , diawali dengan guru menunjukkan

contoh bacaan 1 dan bacaan 2 ( bacaan 1 adalah pantun dan bacaan 2 adalah puisi ) , kemudian

menunjuk salah satu siswa untuk membacanya . Dilanjutkan siswa diberikan pertanyaan yaitu :

1)      Apakah berbeda intonasi lagu bacaan 1 dan 2 ?

2)      Bacaan nomor 1 disebut apa ?

3)      Bacaan nomor 2 disebut apa ?

Untuk memfokuskan siswa pada materi pelajaran guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai yaitu membuat pantun anak sesuai dengan cirri – cirri pantun .

Dilanjut guru membagi kelas dengan beberapa kelompok.

  Kegiatan Inti

Kegiatan inti dilaksanakan kurang lebih 50 menit , dimulai guru menjelaskan

pengertian suku kata , sajak , baris dan bait . Kemudian siswa mendiskusikan cirri – cirri pada

LKS yang disediakan oleh guru . Berdasarkan  hasil kerja siswa guru membimbing untuk

mengidentifikasikan syarat – syarat pantun dengan memberikan beberapa pertanyaan yaitu :

1)            Dalam satu bait ada berapa baris ?

2)            Ada berapa suku kata dalam satu baris ?

3)            Bersajak apakah pantun itu ?

Setelah itu guru mengajak siswa untuk melakukan permainan kartu kata dengan aturan

sebagai berikut :

1)            Kelompok yang lebih dulu m engerjakan dan benar adalah pemenangnya.

2)            Susunlah kartu  kata menjadi sebuah pantun

3)            Tempelkan ke papan pajangan

Hasil kerja yang telah ditempelkan di papan pajangan , dibetulkan oleh guru bersama

siswa . Bagi kelompok yang hsil kerjanya betul mendapatkan reword berupa tepuk tangan .

  Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir waktu yang dibutuhukan kurang lebih 10 menit . Guru bersama

siswa merangkumnya . Untuk melihat pemahaman konsep terhadap materi pelajaran guru

memberikan evaluasi berupa tes tulis.

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai

pengamat . Teman sejawat diberikan lembar penngamatan berupa chek list , alat ini berisikan

serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati yaitu kegiatan pembelajaran dari kegiatan

awal sampai kegiatan akhir . Ketika pengamatan berlangsung pengamat secara objektif memilih

dengan cepat dan memberi tanda chek list pada daftar kejadian . Disediakan pula kolom kosong

untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu untuk menambahkan kejadian penting yang

belum ada pada daftar (M. Toha Anggoro ,2007 : 5.20) . Selain chek list penngumpulan data

diperoleh dari hasil pengamatan diskusi siswa dan hasil belajar siswa yang berupa tes tulis dan

tes produk .

d. Refleksi

Pelaksanaan refleksi dilakukan 2 jam setelah kegiatan perbaikan pembelajaran pada

siklus I selesai . Kegiatan ini dilakukan di ruang kelas IV SDN Ngampungan I . Setelah

melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran guru bersama teman sejawat berdiskusi

berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh .

Dapat disimpulkan  bahwa kegiatan awal ketika guru memberikan apresepsi dengan

beberapa pertanyaan tentang cirri – cirri pantun , siswa menjawab apabila tidak ditunjuk. Tetapi

dalam kegiatan lanjutan yaitu permainan kartu kata menjadi sebuah pantun siswa sangat aktif

bahkan semua siswa antusias untuk  menempelkannya di papan pajangan sehingga menjadi

gaduh . Hal ini disebabkan guru tidak menjelaskan aturan permaianan secara rinci . Berdasarkan

hasil refleksi dengan teman sejawat pada pembelajaran siklus I dinyatakan belum berhasil karena

dari 21 siswa yang mendapat nilai 6 baru mencapai 50 % sehingga perlu diadakan perbaikan

pembelajaran pada siklus II.

2.Siklus II

a.  Perencanaan

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan diawali dengan membuat RPP siklus II dengan

memperbarui langkah – langkah pembelajaran . Selain itu peneli memperbaiki media

pembelajaran engan membuat kartu kata yang menggunakan kertas warna sehingga siswa

tertari . Untuk mengetahui peningkatan proses pembelajaran peneliti menyiapkan lembar

observasi yang seperti yang dilakukan pada siklus I yaitu berupa lembar pengamatan diskusi ,

lembar chek list dan lembar penilaian siswa . Sedangkan alat ukur yang digunakan peneliti

berupa soal – soal tes tulis tentang pantun .

Pada perbaikan pembelajaran siklus II memfokuskan pada penggunaan bahasa yang

mudah dipahami siswa atau bahasa yang komunikatif dalam menginformasikan tujuan dan pada

kegiatan menjelaskan tata cara melakukan permainan . 

b.  Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran memerlukan waktu 70 menit sesuai dengan 

alokasi waktu 1 kali pertemuan 2 x 35 menit . Kegiatan awal dilaksanakan kurang lebih 10 menit

, kegiatan inti 50 menit dan kegiatan akhir 10 menit .

  Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang diawali dengan menunjukkan contoh pantun dan puisi , kemudian

memberikan pertanyaan kepada siswa …..

Berdsarkan jawaban anak – anak , guru menyampaikan tujuan dan kegiatan

pembelajaran yaitu siswa dapat membuat pantun anak melalui kegiatan permainan kartu kata .

Setelah itu guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

  Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan mendiskusikan dengan mendiskusikan cirri pantun pada

LKS yang disediakan oleh guru Berdasarkan hasil kerja siswa guru membimbing

mebgidentifikasikan cirri – cirri pantun dengan memberikan pertanyaan sesuai dengan LKS yang

ada , yaitu :

1.            Berapa banyaknya baris pada pantun tersebut ?

2.            Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 1?

3.            Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 2?

4.            Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 3?

5.            Berapa banyaknya suku kata pada baris ke – 4?

6.            Berapa bunyi huruf  pada baris ke – 1?

7.            Berapa bunyi huruf  pada baris ke – 2?

8.            Berapa bunyi huruf  pada baris ke – 3?

9.            Berapa bunyi huruf  pada baris ke – 4?

Setelah itu Guru mengajak siswa melakukan permainan kartu kata dengan aturan

sebagai berikut :

         1 . Susunlah kartu kata menjadi sebuah pantun .

         2 . Tempelkan ke papan pajangan secara bergantian .

         3 . Kelompok yang lebih dulu mengerjakan dan benar adalah pemenangnya .

                Hasil kerja kerja yanxg ditempelkan di papan pajangan di betulkan bersama – sama

antara guru dan siswa . Bagi kelompok yang hasil kerjanya betul mendapat reward berupa

permen .

  Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi pelajaran

kemudian siswa mencatatnya . Untuk melihat pemahaman konsep terhadap materi pelajaran /

guru memberikan evaluasi berupa tes tulis

c. Pengumpulan Data

               Pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan teman sejawat sebagai

pengamat selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung . Teman sejawat memberikan

catatan terhadap semua peristiwa dan memberikan komentar serta saran . Catatan , komentar ,

dan saran dicatat dilembar chek list . Selain itu untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

guru menyiapkan lembar pengamatan diskusi , lembar penilaian produk dan lembar penilaian tes

tulis individu . Lembar pengamatan untuk siswa diamati oleh guru sebagai peneliti

d. Refleksi

Pelaksanaan refleksi dilaksanakan 1 hari setelah kegiatan perbaikan pembelajaran

pebaikan pada siklus II selesai . Kegiatan ini dilakukan di kantor SDN ngampungan I.

Dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan awal ketika guru memberikan pertayaan pada

siswa sangat antusias . Pada kegiatan inti siswa sangat aktif . Hal ini tampak pada dalam kegiatan

diskusi kelompok . Demikian juga dalam kegiatan dalam menyusun kartu kata menjadi pantun ,

siswa sangat antusias dan tertib dalam melakukan kegiatan tersebut . Hal ini dikarenkan dalam 

menjelaskan perturan permainan , guru menjelaskan dengan bahasa yang mudah untuk dipahami

oleh anak atau bahasa yang komunikatif . Dari hasil tes tulis individu 82% siswa mencapai nilai

rata – rata KKM atau 65. Dengan demikian sudah tidak perlu mengadakan perbaikan

pembelajaran pada siklus III.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1.       Hasil Penelitian Siklus I

a.      Perencanaan

         Perbaikan pembelajaran diawali dengan membuat rencana perbaikan pembelajaran I

dengan merumuskan tujuan perbaikan pembelajaran “Meningkatkan Kemampuan Membuat

Pantun Anak Berdasarkan Ciri – Ciri Pantun Melalui Permainan Kartu Kata , serta

mempersiapkan media berupa kartu kata , lembar kerja siswa dan soal – soal evaluasi . Hasil

belajar lembar cek list dan lembar pengamatan diskusi.

b.      Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 5

Maret 2009 , dari pukul 09.40 sampai pukul 10.30 . Kegiatan awal dilaksanakan pada waktu

kurang lebih 10 memnit , kegiatan inti dilakukan kurang lebih 50 menit dan dan kegiatan akhir

dilakukan kurang lebih 10 menit .

  Kegiatan awal

Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa

(G) : ”Assalamualaikum Wr.Wb”

(S) : ”Waalaikumsalam Wr.Wb”

(G) : ”Apakah  hari ini ada yang tidak masuk ?”

(S) : ”Tidak ada Bu …!(Siswa menjawab serempak )”

Guru melanjutkan dengan apresepsi menunjukkan contih bacaan 1 dan bacaan 2 ( bacaan 1

adalah sebuah pantun dan bacaaan 2 adalah sebuah puisi) kemudian menyuruh salah satu siswa

untuk membacakannya. 

  (G):”Bu Tanti punya 2 buah bacaan , coba siapa yang ingin membacakannya?

 Siswa  tidak ada yang mau membacakannya, kemudian guru menyuruh salah satu siswa untuk

membacanya

   (G) : ”Coba Juwita, kamu bacakan bacaan yang kedua ! kemudian siswa yang bernama Juwita

membacakannya?”

(S) : ” Setiap kali kita bertemu

      Kau berada di jalan

         Dirimu selalu menapaki jalan

Tanpa kenal lelah

kau selalu mencari nafkah

Senyummu membuat hatiku trenyuh

Wahai anak peminta – minta

Seperti itukah kehidupanmu

Ku sedih melihat keseharianmu

Wahai anak peminta – minta

(G) : ”Coba Fiah kamu yang bacakan bacaan yang pertama !”

(S) : ”Nyanyian sendu di kala rindu

         Rindu kepada ayah dan bunda

         Kalau kamu menuntut ilmu

Kelak berguna saat dewasa

Setelah Siswa membacakan bacaan 1 dan 2 , Kemudian guru memberikan pertanyaan

(G) : ”Apakah berbeda cara pembacaan pada bacaan 1 dan 2 ?

(S) : ”Ya…..( Siswa serempak menjawab )”

(G) : ”Kira – kira apakah nama bacaan yang pertama ?”

(S) : ”Pantun ……..( Siswa serempak menjawab )”

(G) : ”Sedangkan bacaan kedua adalah …..?”

(S) : ”Puisi ….( salah satu siswa menjawab )

(G) : ”Ya Pinter ….”

(S)  :  “ Tidak tahu ….( Siswa lain menjawab )”

Kegiatan ini dilanjutkan dengan menbyampaikan tujuan pembelajaran

(G) : ”Nah anak – anak kita akan belajar tentang pantun , ibu harapkan nanti diakhir pelajaran anak –

anak dapat membuat pantun berdasarkan cirri – ciri pantun. Kemudian guru membagi kelas

menjadi 6 kelompok 

(G) : ”Coba anak – anak sekarang kalian mengelompok menjadi 6 kelompok jadi satu kelompok 3 – 4

orang”( Kemudian siswa langsung membentuk kelompok)

  Kegiatan Inti

Guru mengawali kegiatan inti dengan memberikan tugas diskusi tentang Ciri-Ciri Pantun

berdasarkan LKS.

(G) : ”Anak-anak,ibu punya LKS,nanti kalian kerjakan bersama teman-teman kalian dalam waktu 15

menit

Guru sambil membagikan LKS  kepada setiap kelompok . Kemudian siswa

mengerjakannya.Setelah 15 menit berlalu,Guru memberitahukan kepada siswa bahwa waktunya

sudah selesai . Guru melanjutkan mengidentifikasi Ciri -  Ciri Pantun dengan memberi

pertanyaan kepada siswa . 

(G) : ”Berapa banyaknya baris yang terdapat dalam satu bait  puisi ?”

(S) : ”4 baris ( beberapa siswa menjawab ).”

(G) : ”Ada berapa suku kata dalam satu baris?”

(S) : ”8 sampai 12 suku kata”(salah satu menjawab).”

(G) : ”Bersajak apakah pantun itu?”

(S) : ”a-b-a-b ( siswa serempak menjawab )”

(S) : ”Ternyata kalian sudah pintar semua , nah sekarang kita bermain kartu kata untuk membuat

pantun . Bu Tanti punya 8 kartu kata , nanti kalian susun menjadi dua buah pantun . Setelah itu

tampilkan di papan pajangan . Permainan ini dikerjakan selama 10 menit . “

Kemudian Guru membagikan kartu kata ke setiap kelompok .

(G) : ”Ibu hitung mulai dari hitungan 1,2,3, mulai”.

Kemudian siswa dengan antusias mengerjaknnya . Ketika menempelkan kartu kata di papan tulis

, ternyata semua siswa ke depan dan berebutan , sehingga menimbulkan kegaduhan . Guru

menyuruh siswa untuk tidak gaduh tetapi anak-anak tetap saja gaduh . Setelah selesai

mengerjakan permainan itu , baru siswa diam dan kembali ke tempat masing-masing .

Dilanjutkan siswa bersama guru membetulkan pantun yang telah disusun siswa . 

(G) : ”Bagaimana dengan pantun yang disusun oleh kelompok (Taurus)?”

(S) : ”Betul ( Siswa serempak menjawab )”

(G) : ”Sekarang hasil kerja kelompok ( Pisces )?”

(S) : ”Nomor satu salah Bu……..( salah satu siswa menjawab ) “.

(G) : ”Ya,benar kira-kira yang salah apanya?”

(S) : ”Sampirannya di letakkan di bawah ( salah satu siswa menjawab )

(G) : ”Ya,pinter . Kita lanjutkan dengan hasil kerja kelompok scorpio , bagaimana sudah betul apa

belum ? “

(S) : ”Salah dua-duanya bu.

(G) : ”Ya,benar . Kalau hasil belajar kelompok Gemini , bagaimana ?”

(S) : ”Betul semua bu..”

(G) : ”Ya , kita beri tepuk tangan untuk kelompok Gemini . “

Kemudian serempak seluruh siswa tepuk tangan .

(G) : ”Sekrang , hasil kerja kelompok libra , bagaimana ? “

(S) : ”Salah satu bu..”

(G) : ”Ya,benar hasil kerjanya salah satu karena sajaknya bukan a-b-a-b tapi a-a-b-b .”

Jadi , sekarang yang menang kelompok berapa ? tadi ada dua kelompok yang benar yang

manakah yang paling dulu memnyelesaikan?”

 (S) : ”Kelompok Taurus Bu….(siswa serempak menjawab)”

(G) : ”Jadi kelompok yang menag adalah kelompok Taurus , mari kita beri tepuk tangan untuk

kelompok Taurus (Siswa serempak tepuk tangan )”

  Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir diawali dengan siswa bersama dengan guru menyimpulkan dan

merangkum hasil belajar tentang ciri – ciri pantun .

(G) : ”Nah , kalian sudah mengidentifikasikan ciri – ciri pantun , coba sekarang sebutkan ciri – ciri

pantun ?”

(S) : ”sajaknya a – b – a – b (beberapa siswa menjawab)”

(S) : ”ada 4 baris dalam 1 bait , ada 8 – 12 suku kata dalam satu baris (salah satu siswa menjawab )”

(G) : ”Coba yang lain sebutkan lagi ?”

(S) : ”Baris 1 dan 2 disebut sampiran dan baris 3 dan 4 disebut isi” .

Ketika siswa menjawab pertanyaan guru menjelaskan ciri – ciri pantun di papan tulis ,kemudian

guru menyuruh siswa untuk menulisnya. Setelah siswa menulis cirri-ciri pantun guru

memberikan lembar evaluasi. 10 menit kemudian guru mengambil hasil kerja siswa dan

memberikan PR kepada siswa untuk membuat pantun.

(G) : ”Nah, nanti di rumah coba kalian buat satu pantun yang bertemakan belajar, saya akhiri pelajaran

hari ini , Wassalamualaikum Wr.Wb “

c.       Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai

pengamat . Teman sejawat diberikan lembar penngamatan berupa chek list , alat ini berisikan

serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati yaitu kegiatan pembelajaran dari kegiatan

awal sampai kegiatan akhir . Ketika pengamatan berlangsung pengamat secara objektif memilih

dengan cepat dan memberi tanda chek list pada daftar kejadian . Disediakan pula kolom kosong

untuk menuliskan komentar yang dipandang perlu untuk menambahkan kejadian penting yang

belum ada pada daftar (M. Toha Anggoro ,2007 : 5.20) . Selain chek list penngumpulan data

diperoleh dari hasil pengamatan diskusi siswa dan hasil belajar siswa yang berupa tes tulis dan

tes produk .

Tabel 1

Data Hasil Obsevasi (Chek List) Siklus I

N

O

ASPEK-ASPEK YANG DITELITI YA TIDAK KOMENTAR

1 Apakah guru membuka pelajaran

dengan tanya jawag ?

  -

2 Apakah apersepsi yang disampaikan

ada kaitannya dengan materi yang

akan diajarkan ?

  -

3 Apakah guru menyampaikan tujuan

pembelajaran ?

  -

4 Apakah guru mengarahkan siswa

untuk menentukan konsep ?

-    

5 Apakah dilakukan diskusi dalam

KBM ?

  -

6 Apakah penggunaan alat peraga siswa

menjadi aktif ?

  -

7 Apakah guru melaksanakan penilaian

proses belajar ?

  -

8 Apakah guru memberikan penguatan?   -

9 Apakah guru memberikan kesempatan

bertanya kepada siswa ?

-    

10 Apakah selama proses pembelajaran

berlangsung keadaan siswa aktif ?

  -