laporan petrologi.docx

38
BAB I P ENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Field trip merupakan salah satu metode untuk melatih seorang geologist untuk dapat turun langsung ke lapangan, mempelajari dan mengenali aspek- aspek geologi secara langsung, seperti mineral, morfologi, batuan, ger tanah, dan gejala struktur di bumi. Akan tetapi batuan termasuk salah satu obj yang dapat di analisis dan semua aspek-aspek geologi bisa terungkapkan dalam batuan, antara lain mineral berada di batuan, struktur hanya dapat d batuan. Petrologi merupakan studi tentang batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), asal mula pembentukannya, klasifikasinya, tempat pembentukan dan pengendapannya, serta penyebarannya baik di dalam maupun di permukaan bumi. Kuliah lapangan petrologi dilaksanakan di esa ulomayo !tara dengan alasan terdapatnya batuan "ulkanik serta sudah menjadi ke#ajiban dari setiap mahasis#a yang telah memprogram mata kuliah petrologi. Pengamatan aspek- aspek geologi akan menjadi data dan kemudian dapat di buat dalam su laporan sehingga selain melaporkan data-data yang didapatkan di lapang sekaligus dapat menumbuhkan kreati"itas mahasis#a dalam membuat suatu karya ilmiah. 1.2 Rumusan masalah $agaimana kondisi litologi berdasarkan pengamatan setiap stasiun pa daerah penelitian% 1.3 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari kuliah lapangan ini ialah mengetahui kondisi litologi dalam pengamatan setiap stasiun 1.4 Kesampaian daerah &okasi penelitian dapat di jangkau dengan kenderaan roda empat da kampus !' sampai di ulomayo !tara. elanjutnya, pada saat kulia 1

Upload: rizkirahman

Post on 06-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar belakangField trip merupakan salah satu metode untuk melatih seorang geologist untuk dapat turun langsung ke lapangan, mempelajari dan mengenali aspek-aspek geologi secara langsung, seperti mineral, morfologi, batuan, gerakan tanah, dan gejala struktur di bumi. Akan tetapi batuan termasuk salah satu objek yang dapat di analisis dan semua aspek-aspek geologi bisa terungkapkan dalam batuan, antara lain mineral berada di batuan, struktur hanya dapat dilihat di batuan. Petrologi merupakan studi tentang batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), asal mula pembentukannya, klasifikasinya, tempat pembentukan dan pengendapannya, serta penyebarannya baik di dalam maupun di permukaan bumi. Kuliah lapangan petrologi dilaksanakan di Desa Dulomayo Utara dengan alasan terdapatnya batuan vulkanik serta sudah menjadi kewajiban dari setiap mahasiswa yang telah memprogram mata kuliah petrologi. Pengamatan aspek-aspek geologi akan menjadi data dan kemudian dapat di buat dalam suatu laporan sehingga selain melaporkan data-data yang didapatkan di lapangan, sekaligus dapat menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam membuat suatu karya ilmiah.1.2 Rumusan masalah Bagaimana kondisi litologi berdasarkan pengamatan setiap stasiun pada daerah penelitian?1.3 Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari kuliah lapangan ini ialah mengetahui kondisi litologi dalam pengamatan setiap stasiun1.4 Kesampaian daerah Lokasi penelitian dapat di jangkau dengan kenderaan roda empat dari kampus UNG sampai di Dulomayo Utara. Selanjutnya, pada saat kuliah lapangan dilanjutkan dengan berjalan kaki mengelilingi desa tersebut, untuk mengamati singkapan yang dilalui.1.5 Alat dan bahan

5

Alat : Palu geologi GPS Garmin Oregon 550 Kompas geologi Luv Roll meter ATM Clip board

Bahan : HCl Peta RBI 1:25.000 lemba1.6 1.7 Hasil Kuliah LapanganHasil yang diharapkan dalam kuliah lapangan ini ialah : Peta lokasi setiap stasiun Peta geomorfologi Laporan akhir1.8 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada kuliah lapangan ialah pengambilan sample dan analisis sample dilakukan beberapa tahapan yakni 1. Tahap Pendahulaun2. Tahap pengambilan data lapangan3. Tahap analisis data dan pengolohan data4. Tahap pembuatan laporan serta menyajikan1.8.1 Tahap PendahuluanPada tahap ini termasuk menyiapkan seluruhnya yang bisa menjalankan rangakian sebelum melakukan tahap selajutnya,. Persiapan tersebut meliputi ; persiapan materi dan persiapan alat dan bahan yaitu kompas geologi, palu geologi, GPS, Loupe, larutan HCl, ATM, clip board, peta RBI 1: 25.000, dan sebagainya.Persiapan materi merupakan meyiapkan serta mempelajari literatur sesuai dengan Mata kuliah yang bersangkutan, hal ini dilakukan agar mendapatkan informasi dasar sebelum melakukan kuliah lapangan.1.8.2 Tahap Pengambilan Data Lapangan Pada tahap ini termasuk rangkain yang terjun langsung dilapangan serta melakukan observasi pada setiap stasiun yang telah di tentukan. Inti tahapan ini diantaranya adalah :1. Observasi geomorfologi, yang terdiri dari: pengamatan morfologi dan bentang alam, pengamatan pola aliran sungai meliputi tipe genetik dan tahapan erosi sungai serta penentuan satuan geomorfologi.2. Observasi singkapan, meliputi : deskripsi litologi mencakup hipotesis batuan, alterasi dan stratigrafi awal, pengukuran elemen struktur geologi dan juga pengambilan conto batuan untuk analisis laboratorium. 3. Observasi geostruktur permukaan, meliputi : pengukuran kekar, pengukuran bidang sesar, bidang perlapisan, dan vein yang terdapat pada permukaan pada setiap stasiun.4. Pengambilan sample, pengambilan dokumentasi serta pengambilan koordinat stasiun pengamatan. Pada pengambilan dokumentasi atau gambar harus memakai pembading yang besarnya sesuai dengan besar dari singkapan yang di amati1.8.3 Tahap analisis data dan pengolahan data.Setelah data di dapatkan maka dilakukannya tahap analisis dan pengolahan data di laboratorium atau di ruangan. Analisis dan pengolahan datak harus berdasarkan konsep geologi dan juga didukung dengan referensi yang berkaitan. Adapun hal yang di analisis dan pengolahan data di lakukan ialah :1. Menganalsis Geomorfik Terdiri dari penetuan satuan geomorfik daerah telitian menurut Verstappen (1985) dan pola serta tipe genitk aliran sungai (howard, 1967).

2. Analisis litologiAnalisis litologi bertujuan untuk mengetahui nama batuan dari setiap sample batuan yang diperoleh setiap stasiun pengamatan. Analisis litologi dilakukan hanya secara megaskopis atau dilihat secara langsung dengan mata yaitu tekstur, struktur, dan komposisi mineral sehingga akan mendapatkan genesa dari batuan tersebut.3. Analisis geologi struktur Data hasil pengukuran geostruktur (kekar, bidang sesar) di analisis untuk mengidentifikasi jenis, dan kedudukan serta melakukan pengolahan data untuk mengetahui arah V1 dan V2.1.8.4 Tahap Pembuatan Laporan Serta MenyajikanTahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh rangkai dari pengambilan data, menganalisis data kemudian di interpertasi yang di sajikan dalam bentuk laporan sehingga menghasilkan dalam bentuk peta lokasi setiap stasiun, peta pola aliran dan.1.9 Penelitian TerdahuluPenelitian terdahulu meliputi studi literature dengan mengumpulkan hasil penelitian ahli geologi yang terpublikasi di internet dalam bentuk jurnal atau laporan hasil kawasan daerah penelitian dan di jadikan sebagai literature untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.1. 2004. Departemen Energi dan Sumber Daya Alam dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan. menyelidikan potensi sumber daya mineral perairan Teluk Tomini. Goronrtalo. 2. 1992. I. Kavalieris, TH. M Van Leeuwen and M. Wilson. Geological setting styles of mineralization, north arm of Sulawesi, Indonesia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Geologi RegionalSecara geologi regional daerah telitian merupakan termasuk dalam proses terbentuknya pulau Sulawesi dimana secara tektonik pulau Sulawesi terbentuk karena bertemunya lempeng besar yakni ; lempeng India-Australia dibagian barat dan baratdaya bergerak relative ke timurlaut, Lempeng erausia dibagian bartlaut yang relative stabil dan lempeng pasifik dibagian timur yang bergerak ke barat laut, Lempeng kecil yakni ; Lempeng Filipina di bagian timur laut yang bergerak ke arah barat.

Gambar 1. Geotektonik Regional Sulawesi (disederhanakan dari Silver drr.,1983; Sukamto & Simandjuntak, 1983 & Parkinson,1996, 1997)2.1.1 Tatanan Tektonik dan Struktur Berdasarkan peta Geologi Regional Desa dulamayo termasuk dalam Peta geologi Lembar Kota Mubagu, dan termasuk dalam Formasi Tinombo dan Formasi Gunung api Bilungala. Struktur geologi utama daerah prktikum adalah sesar, berupa sesar normal dan sesar mendatar. Sesar normal yang terdapat di Gunung Boliohuto menunjukan pola memancar, sedangkan sesar mendatar umumnya bersifat menganan tetapi adapula mingiri. Sesar tersebut memotong batuan yang ber umur tua (Formasi Tinombo) hingga yang berumur muda (Satuan Batugamping Klastik).Kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen sampai Oligosen yang diawali dengan kegiatan magmatik yang menghasilkan Satuan Gabro. Masih pada Eosen, terjadi pemekaran dasar samudra yang berlangsung hingga Miosen Awal dan ini menghasilkan lava bantal yang cukup luas. Kegiatan tersebut diikuti pula oleh terjadinya retas-retas yang umumnya bersusunan basa, dan banyak menerobos Formasi Tinombo.Pada Miosen selain terjadi pengendapan Formasi Randangan dan Formasi Dolokapa, terjadi pula kegiatan magmatik yang menghasilkan diorit Bone. Diduga pada waktu itu terjadi pula penunjaman dari utara ke arah selatan dari Laut Sulawesi, yang dikenal sebagai Jalur Tunjaman Sulawesi Utara (Simandjuntak, 1983). Diduga penunjaman ini mengakibatkan kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan gunungapi Bilungala dan gunungapi yang menyusun Formasi Dolokapa.2.1.2 Stratigrafi Regional Daerah Praktikum Lapangan

TmbvBerdasarkan Peta Geologi lembar Kota Mubagu daerah Praktikum Lapangan memiliki 3 Formasi yakni ; 1. Tmtl Breksi gunungapi, Aglomerat, dan Lava bersusnan andesit; mengandung sisipan Batupasir, Batulanau, Serpih, dan Batugamping. Breksi gunungapi dan Aglomerat tersusun dari pecahan batuan bersifat menengah sampai basa, kelabu dan hijau, pejal, sebagian terkersikkan kelabu muda, kompak, berbutir halus. Lava, kelabu kehijauan, berkristal halus sampai sedang; sebagian mengandung urat Kalsit, Pirit, dan Kalkopirit; terdiri dari Andesit Hipersten, Andesit Horblende dan Dasit. 2. Anggota Batugamping Formasi Tapadaka : Batugamping kelabu terang, pejal, mengandung pecahan batuan gunungapi hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensa-lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat berganti fesies kearah samping menjadi baupasir. Fosil-fosil yang dikandungnya adalah Lepidocyclina (Eulipidina) sp.,L.Parva (OPPENOORTH), L.,Sumatrensis(BRADY), L. Eppiodes (JONES & CHAPMAN), Myogypsinoides sp. Spiroclypeus sp., Operculina sp., dan ganggang gampingan. Umur satuan adalah Miosen Awal Miosen akhir. 3. Tmb DIORITE BONE : diorite kuarsa, diorite, granodiorit, granit. Diorite kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa dengan keragaman diorite, granodiorit dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di daerah S. Bone. Satuan ini menerobos Batuan Gunungapi bilungala maupun Formasi Tinombo. Umur satuan

Gambar 2. Peta Lokasi Kuliah Lapangan2.1.3 Fisiografi dan MorfologiGorontalo termasuk dalam mandala bagian barat bagian utara atau biasa dikenal dengan lengan utara dari Sulawesi. Gorontalo memiliki morfologi satuan pegunugan yang terjal, perbukitan dan satuan dataran rendah. Satuan pegunungan berlereng terjal dengan beberapa puncak antara lain G. Tentolomatinan (2207 m), G. Bondalo (918 m). G. Pentolo (2051 m). G.Bian (1620 m). G Pomonto (1490 m), G. Lemuli (1920 m), G. Boliohuto (2065 m), serta G. Dolokapa (1770 m). Perbukitan dapat dijumpai pada daerah kuliah lapangan yakni di dulomayo memiliki barisan perbukitan denga rata-rata ketinggian 300-500 mdpl. Satuan dataran rendah dapat dijumpai di sekitar danau limboto yang merupakan endapan alivium.

Foto1. Deretan perbukitan di Desa Dulamayo2.2 Batuan Beku Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan membeku. Magma dapat membeku dibawah atau diatas permukaan bumi. Berdasarkan tempat membekunya magma terbagi atas 2 yakni batuan beku dalam(Intruif atau Plutonik) dan batuan beku luar (Ekstrusif atau Vulkanik). 2.2.1 Batuan PlutonikBatuan Plutonik terbentuk karena magma yang membeku dibawah permukaan pendinginannya sangat lambat ( dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna, menjadi tubuh batuan intrusif. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk ukuran yang beragam, karena magama dapat menguak batuan sekitarnya atau menerobos melalui rekahan. Bentuk yang memotong struktur batuan sekitarnya (diskordan) adalah batolik, stok, dyke (korok) dan jenjang vukanik. Sedangkan bentuk yang sejajar dengan struktur batuan sekitarnya (konkodan) sill, lakolit dan lopolit.

Gambar 3 . bentuk tubuh intrusif2.2.2 Batuan vulkanikSedangkan Batuan Vulkanik dimana magma yang mencapai permukaan bumi melalui rakahan atau lubang kepudan gunung api, sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku luar. Keluarnya magama dipermukaan bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linear atau fissure eruption. Pada umumnya magma basaltik yang viskositasnya rendah, sehingga dapat mengalir disekitar rekahan, menjadi hamparan lava basalt, atau plateu basalt. Sedangkan yang keluar melalui lubang kepudan dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng sebagian aliran lava atau tersembur keatas bersama gas-gas sebagai piroklastik, atau rempah gunung api. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis, tergantung pada komposisi magamanya dan tempat lingkungan dimana pembekuannya terjadi. Apabila membeku dibawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava ).

Gambar 4. Struktur lava bantal (pillow lava)

2.2.3 Komposisi mineralMineral mempunyai komposisi kimia tertentu dan dalam perbandingan unsur-unsur tertentu pula, seperti SiO2, CaCO3 dan lain-lain. Dalam susunan reaksi Bowen dibawah ini suhu pembentukan kristal-kristal mineral pembentukan batuan, kearah bawah makin rendah. Mineral yang terakhir terbentuk pada pendinginan magama adalah kwarsa. Komposisi beberapa mineral dapat bervariasi, tetap pada batas tertentu. Hal ini terjadi akibat adanya pertukaran atau subtitusi ion dalam struktur mineral. Subtitusi ion mengakibatkan perubahan susunan kimia dalam batas tertentu sehingga tidak mengubah struktur mineral. Subtitusi ion ini sangat tergantung pada ukuran dan muatan ion-ion yang terlibat harus mempunyai jari-jari yang sama atau perbedaannya tidak lebih dari 15%. Subtitusi ion akan mengakibatkan perubahan sifat fisik mineral, walaupun struktur kristalnya tetap. Kelompok mineral (umumnya dijumpai pada kelompok mineral pembentukan batuan) meskipun komposisi kimianya beragam tetapi struktur kristalnya sama. Sebagai contoh mineral olivin, komposisinya (Mg,Fe)2 SiO4. Ion-ion Fe dan Mg dapat saling subtitusi. Jumlah ion Fe dan Mg tetap sesuai dengan jumlah atom silika dan oksigen dalam olivin. Sebelah kiri mewakili mineral-mineral hitam, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah olivin. Temperatur menurun terus menerus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terkhir terbentuk adalah biotit, terbentuk dalam temperatur yang sangat rendah. Sedangkan mineeral yang terbentuk pada temperatur yang lebih randah adalah mineral yang paling stabil.Mineral-mineral yang sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorit adalah mineral yang pertama terbentuk pada suhu tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku sperti gabro atau basal. Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku diorit atau andesit. Sedangkan albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan asam sperti granit atau riolit. Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral potassium feldspar da menerus ke kuarsa adalah mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral baik mineral baik felsik atau mineral mafik. Beberapa mineral hitam yang sering dijumpai, ialah olivin, augit, hornblende dan bioti. Sedangkan mineral putih yang sering dijumpai adalah plagioklas, ortoklas, muskovit, kuarsa, dan leusit.

Tabel 1. Reaksi Bowen mineral-mineral utama pembentukan batuan beku

2.2.3.1 Mineral-mineral mafik : berwarna gelap-hitam Olivin (Mg,Fe)2.SiO4. kadar Mg-Fe paling tinggi, terdapat paa batuan basa, ultra basa dan batuan beku dengan kadar silika rendah. Kristal yang pertama terbentuk, sehingga tidak tahan terhadap pelapukan. Piroksin : Suatu seri silikat Fe-Mg. Augit adalah mineral yang paling banyak tersebar. Berwarna hitam atau hijau hitam, berbentuk prisma pendek dengan penampang bersegi delapan yang memiliki bayangan belah yang hampir sama tegak lurus. Berkilap kaca dan sukar digores dengan jarum baja. Amphibol :Suatu seri silikat Fe-Mg yang lebih banyak mengandung silikat. Hornblende adalah salah satu mineral penting dari kelompok ini. Sistem kristal monoklin, berwarna hitam, hijau tua atau coklat. Umumnya terdapat pada batuan asam dan batuan intermedier.

Biotit: Salah satu mineral dari golongan mika yang tersebar luas. Berwarna hitam, coklat tua atau hijau tua. Mineral biotit dapat digunakan untuk penentuan umur dengan menggungakan metoda potsium argon.2.2.3.2 Mineral-mineral Felsik berwarna terang Plagioklas: Kumpulan sejumlah mineral dengan sistem kristal triklin. Plagioklas adalah mineral pembentukan batuan yang paling umum, yang dikenal dengan enam kombinasi mineral seperti anorit, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas, dan albit. K-Felspar:Berwarna putih atau keputihan, kekerasan 6, sistem kristal monoklin atau triklin, mempunyai belahan yang baik dan dua arah. Mineral yang termasuk ke dalam kelompok ini dan paling banyak tersebar adalah ortoklas. Muskovit :Berwarna muda sampai tidak berwarna, sistem kristal monoklin, belahan sempurna berlembar, banyak terdapat pada batuan granit, metamorf dan batu pasir. Kuarsa :Sering mineral ini disebut silika. Bila terbentuk pada temperatur di atas 573C memiliki bentuk setangkap piramida yang 12 buah jumlah bidangnya. Dibawah temperatur tersebut terbentuk prisma yang enam bidangnya dengan piramida pada salah satu ujungnya. Bersifat tembus cahaya, tak berwarna atau bila terdapat ion renik dapat berwarna jingga atau ungu yang dipergunakan sebagai permata.2.2.3.3 TeksturBeberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:a. Gelas (glassy)- tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf)b. Afanitik (aphanitic) (fine grain texture) Berbutir sangat halus, dapat dilihat dengan tanpa mikroskop.c. Faneritik (phaneritici)- (Crouse grain texture) berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa mikroskop.d. Porfiritik (porphyritic)- mempunyai dua ukuran kristal yang dominan.e. Piroklastik (pyroklastici)- mempunyai fregmen material volkanik.2.2.3.4 Klasifikasi batuan bekuBerdasarkan kandungan kimianya yaitu kand ungan SiO2-nya batuan beku diklasifikasikan menjadi empat yaitu: a. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit. b. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya Diorit,Andesit c. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt d. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%Pada gambar dibawah diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam bagan, berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam dimana sebagian besar mineral mineralnya adalah olivine dan piroksin. Sedangkan Felsparnya terdiri dari felspar Ca.Plagioklas. Teksturnya kasar atau phanerik, karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama didalam litosfir. Kalau dia membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan beku yang terjadi adalah basalt dengan tekstur halus. Jadi Gabro dan Basalt keduanya mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda. Demikian pula dengan Granit dan Rhyolit, atau Diorit dan Andesit. Granit dan Diorit mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan Rhyolit dan Andesit, halus. Basalt dan Andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung-berapi, sebagai hasil pembekuan lava. Batuan beku juga dapat dikelompokan berdasarkan bentuk-bentuknya didalam kerak Bumi.

Table 2 .Klasifikasi batuan beku berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral

2.3 AlterasiAlterasi batuan adalah perubahan baik secara fisika, kimia, ataupun mineralogy sebagai akibat pengaruh cairan hidrotermal pada batuan. Perubahan terjadi dapat berupa rekristalisasi, penambahan mineral baru, larutnya mineral yang telah ada, penyusun kembali komponen kimiawi nya atau perubahan sifat fisik seperti peermeabilitasdan porositas batuan. Endapan hidrotermal pada umumnya berkaitan dengan alterasi dinding celah-celah. Alterasi ini dikenal dengan altersi dinding batuan atau wall rock alteration. (sukandarrumudi, 2007).Kontrol utama alterasi hidrotermal pada dinding batuan adalah asal-usul batuan induk, yaitu komposisi kimia, ukuran butir, keadaan fisik batuan, porositas, dan permeabilitas. Asal-usul batuan pembentukan bijih, yaitu komposisi kimia, pH, eH, suhu dan tekanan (lindgren, 1992 0p. Ct Parulian, H.B). Factor utama yang mempengaruhi proses alterasi hidrotermal yaitu, suhu, komposisi, kimia larutan, konsentrasi larutan, komposisi batuan induk, lama aktivitas larutan dan permeabilitas (Corbett, G.J et al, 1995).Salah satu epitermal model zona alterasi terbentuk berdasarkan model Corbett, G. J et al ialah zona alterasi argilitik lanjut (advanced argilik) dan serieit . alterasi ini terbentuk hasil dari pencucian alkalis dan kalsium dari fase almunium seperti feldspar dan mika, tetapi hanya hadir jika almunium tidak besifat mobile. Apabila almunium bergerak lagi diikuti dengan bertambahnya serisit akan terjadi alterasi serisit. Alterasi argilik juga sangat sering berkembang pada batuan yang mempunyai permeabilitas sangat tinggi. Alterasi jenis ini dicirikan oleh adanya dikit, kaolinit, piropilit, dan kuarsa serta serisit. Pada suhu tinggi, andalusit dapat di temukan. Asosiasi sulfide dari tubuh bijih umumnya kaya sulfur, kovelit, digenit, pirit dan enargit (cobertt, G. J et al, 1995)

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Stasiun IStasiun merupakan tempat dilakukannya observasi baik pengambilan data maupun pengamatan singkpan. Penentuan stasiun I dengan berjalan kearah utara dari lokasi penginapan.3.1.1 Pengamatan GeomorfologiPengamatan geomorfologi dilakukan dengan cara mengamati segala unsur bentuk lahan pada stasiun I. Morfologi ini terdiri dari perbukitan yang reliefnya berbentuk kerucut, ini dipengaruhi oleh jenis litologi yang ada pada daerah tersebut yakni sebagian jenis litologi pada daerah tesebut adalah batuan beku luar yang sifat magmanya intermedit dan sedikit kental.Pada stasiun ini terdapat vegetasi lahan perkebunan kelapa dan cengkeh sertaa tata gunalahan terdapatnya rumuh warga. Anak sungai yang lebarnya 1 m dengan arah aliran N 125, dengan tipe erosi horizontal dengan profil membentuk v ini disebabkan karena jalur sungai tersebut memiliki kemiringan lereng miring.

V1V2

Foto 2. Satuan perbukitan yang relifef membentuk kerucut (V1), tataguna lahan ; rumah warga, kebun cengkeh dengan kemiringan lereng agak curam (V2)Arah kamera relative ke timur

3.1.2 Pengamatan Singkapan Pengamatan singkapan ini butuh ketelitian yang besar, karena data yang akan diambil harus banyak, agar pengambilan data tidak dilakukan berulang-ulang. Singkapan berada pada posisi N 00 43 38,5 E1230243 dan tepat di atas perbukitan dengan elevasi 628 mdpl.Kondisi singkapan telah mengalami pelapukan serta mengalami alterasi dengan dimensi singkapan panjang 6 m dan lebar 3 m. Tingkat pelapukan sangat tinggi dimana terlihatnya soil yang berwarna kemerah merahan, ini di karenakan terjadinya oksidas mineral yang mengandung besi pada batuan telah terkontaminasi dengan air metorik atau air hujan. Proses alterasi mengakibatkan terubahnya mineral pada batuan induk mengalami lempungan atau kaolin. Ini disebabkan terjadinya pencucian alkalis dan kalsium seperti mineral feldspard dan mika. mineral tesebut telah mengalami proses percampuran bersama air meteoric dengan warna abu-abu keputih-putihan. Selain itu, kondisi singkapan berwarna kuning, yang diperkirakan terdapatnya unsure sulfur pada batuan hanya jumlah sedikit.

Foto 3. Singkapan yang teralterasi berwarna kecoklatan merupakan oksidasi besi dan berwarna kuning (Kiri) . Zona argilik dengan mengandung mineral lempung atau kaolin yang berasal dari mineral feldspar (kanan). Arah kamera relative kebarat (N 275)

3.1.3 Pengamatan LitologiPengamatan litologi dapat dilakukan pada saat di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan dapat menginterpertasi secara lengkap sifat fisik dan kandungan mineral yang ada pada batuan yang di amati. Berdasarkan terdapatnya perbedeaan litologi pada stasiun I ini sehingga jenis litologi dapat terbagi atas 2 yakni sample yang mengalami alterasi dan masih dalam keadaan segar.3.1.3.1 Sample APengamatan megaskopik ciri fisiik litologi sample A ini memiliki kilap logam/besi. Diperkirakan mineral yang terdapat pada batuan ialah mineral besi seperti Hematite yang berwarna merah darah apabila dicoret atau dihancurkan dan mineral tembaga seperti malachite. Kedua mineral tersebut terbentuk karena akibat dari alterasi atau ubahan. Dimana terbentuknya mineral-mineral yang baru seperti besi yang telah mengalami oksida.

ab

cFoto 4. a) batuan vulkanik yang teralterasi dan memiliki mineral tembaga b) batuan vulkanik yang mengalami alterasi dan memiliki mineral hematite. c) batuan breksi vulkanik 3.1.3.2 Sample BPengamatan sample ini dilakukan dengan cara meganskopik dimana menggunkan loepe dan kenampakan dilapangan batuan berwarna abu-abu dengan masa dasar afanitik dan fenokris mineral yang berwarna putih dan menunjukan komposisi mineral plagioklas 15%, kuarsa 2%, pirit 25%, klorit 50%. Berdasarkan klasifikasi travis nama batuannya ialah basalt dan fenton ialah dasit. Batuan ini telah mengalami alterasi dengan terdapatnya mineral pirit karena ada mineral dulfida yang bereaksi dengan besi.

Foto 5 . Sample B berwarna abu-abu yang mengandung pirit3.2 Stasiun II3.2.1 Pengamatan Singkapan Kenampakan singkapan telah mengalami alterasi dengan warna kekuning sampai abu-abu pada posisi N 004348,2 E1230238. Pada singkapan namapak jelas kekar dan seperti perlapisan dengan kedudukan N188/22E. Pada singkapan ini kenampakan litologi sangat berbeda, sehingga berdasarkan pengamatan singkapan dapat dibagi menjadi dua bagian yakni bagian (a) mengandung mineal sulfur bercampur mineral lempung dan bagian (b) terdapatnya oksida besi yang berwarna cokelat kehitaman.

abFoto 6. Singkapan stasiun II. Nampak seperti lapisan. Arah singkapan N 403.2.2 Pengamatan Litologi Berdasarkan pengamatan secara megaskopik bahwa batuan dasar dari stasiun ini ialah dasit yang bertekstur aphanitik dan teramasuk batuan vulkanik. Memiliki warna abu-abu kehijauan dengan kandungan mineral plagioklas,pirit klorit, okasida besi dan sulfur.

Foto 7. Litologi stasiun II dengan sisipan mineral kaolin yang mengandung pirit3.3 Stasiun III3.3.1 Pengamatan GeomorfologiPada stasiun ini membentuk relief membulat dan terdapat lembah berbentuk V serta di tumbuhi banya pohon cemara dan semak. Terdapatnya sungai permanen dengan profil v dan arah aliran N120. Sungai tersebut dioerkirakan terdapatnya zona sesar karena terdapatnya air terjun. Stasiun ini juga terdapat rembesan water meteoric keluar melalui pori batuan yang disebabkan karena adanya struktur geologi yang sangat dominan sehingga diperkirakan terdapatnya sesar.

Foto 8. Sungai atau air terjun diperkirakan akibat dari zona sesar

3.3.2 Pengamatan SingkapanKenampakan pada singkpan memperliahatnkan keadaan seperti kedadaan pada kondisi pada stasiun sebelumnya. Akan tetapi pada singkapan ini terdapat sisipan mineral lempung atau kaolun pada kekar. Posisi singkapan N 004352,5 E 1230237,4Dimensi singkpan berkisar panjang 20 m dan tinggi 10 m dengan jenis litologi batuan vulkanik yang berwarna kecoklatan sampai putih ini menandakan bahw keadann singkapan sudah lapuk.

Foto 9. Singkapan Stasiun III terdapat mineral sisipan yakni kaolin pada kekar. Arah singkpan 2103.3.3 Pengamatan LitologiBerdasarkan pengamatan secara megaskopis bahwa litologi memiliki tekstur faneritik, dengan warna segar abu-abu dan warna keorange. Akan tetapi sebagian litologi telah mengalami alterasi, diperkirakan batuan dasarnya adalah andesitic dengan kandungan mineal 25% plagioklas, 2% kuarsa, Pirit 2 %.

Foto 9. kenampakan litologi, diperkirakan batuan dasarnya adalah andsite3.3.4 Pengamatan GeostrukturPengamatan geostruktur pada stasiun ini dengan mengukur kekar-kekar yana ada, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana arah V1 dan V3. Pengukuran dapat dilakukan dengan pengumpulan data sekurang-kurangnya 10 data, dengan menggukanan kompas dan hanya menentukan arah strike/dipnya. Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan ialah :Kedudukan struktur :

N 225 /40 SE N 245 / 53 SE N 182 / 46 SE N 25 / 53 NW N 28 / 90 NW N 85 / 85 N 233 / 49 N 210 / 55 N 230 / 35 N 213 / 520

3.4 Stasiun IV3.4.1 Pengamatan GeomorfologiBerdasarkan pengamatan geomorfologi stasiun IV memiliki morfologi sungai dengan lebar 4 meter dengan merupakan jenis sungai permanent yakni sungai bolango dengan profil erosi V. pada stasiun ini terdapat endapan sungai memiliki ukuran butir dari bongkahan sampai kerikil dengan arah aliran sungai 60. .

Foto 10. Endapan sungai dari ukuran bongkahan sampai kerikil

3.4.2 Pengamatan Singkapan (a)Berdasarkan pengamatan singkapan terlihat masih segar dengan t warna abu-abu kehijauan. Dengan dimensi panjang 3 m dan tinggi 2 m. Pada singkapan ini terdapat jenis batuan beku yang telah mengalami pelapukan fisik dimana terkikisnya tubuh batuan dengan airs sehingga kenampakan singkapan sudah agak tumpul permukaannya. Di sekitar stasiun ini terdapat vegetasi yang lebat yakni aren, bambu dan semak-semak. Pada singkapan terdapat sisipan atau vein kuarsa dengan ukuran 1 cm 5 cm, ini merupakan mineral sekunder dari hidrotermal yang masuk melalui kekar batuan induk.

Foto 11. Singkapan Stasiun IV a yang memiliki vein kuarsa (arah singkapan N 240)3.4.3 Pengamatan Litologi Sample Pada Stasiun IV aLitologi yang ada pada stasiun a berdasarkan pengamatan megaskopik memiliki tekstur faneritik dengan warna segar abu-abu kecoklatan, dengan masing-masing komposisi mineral plagioklas 20%, piroksen 5 % Pirit 2 %. Sehingga dapat diketahui nama batuan yakni andesit.

Foto 12 .Batuan pada stasiun Iava memiliki tekstur faneritik (andesit)3.4.4 Pengamatan singkapan (b)Posisi dari singkapan b ialah N 004338,2 E 1230313,9dengan dimensi singkapan : P= 10 m, T= 10 M, L= 4 m, keadaan vegetasi lebat. Keadaan singkapan telah mengalahi pelapukan tinggi sehingga mengubah warna menjadi kecoklatan akibat dari air sungai. Singkapan dengan jenis batuan vulkanik ini mempunyai hubungan dengan batuan lain yang sangat berbeda, keduaanya merupakan batuan vulkanik.

Foto 13. Singkapan b, sudah mengalami pelapukan sehingga berwarna kecoklatanBerdasarkan pengamatan litologi pada singkapan b, terdapatnya perbedaan dimana nama batuannya berbeda yakni felsites (fenton), yang mempunyai komposisi mineral plagiklas 15%, kuarsa 10% dan pirit 2 %, bertekstur afanitik degan warna segar abu-abu orange. 3.4.5 Pengamatan StrukturPengamatan struktur pada kedua stasiun ini dengan melakukan pengukuran kekar dengan menggunakan kompas geologi dengan menentukan arah strike/dip. Hasil pengukurannya ialah Kedudukan struktur (a) :N 294/90N 133/60N 95/35 Kedudukan struktur (b) :N 61/20N 30/ 80N 101 / 203.5

3.6 Stasiun V3.6.1 Pengamatan Geomorfologi dan Singkapan dan litologi Posisi stasiun ini pad koordinat N 004316,5 E 1230325,43 daerah dusun baru, dengan cuaca mendung, elevasi 311 mdpl. Pada stasiun ini terdapat relief perbukitan membulat, dan keadaan vegetasi yang lebat. Pada singkapan telah mengalami pelapukan yang tinggi dengan warna kemerahan-merahan keckolatan. Jenis batuan pada stasiun ini ialah batuan vulkanik. Dengan komposisi mineral plagioklas serta feldspard.

Foto 14. singkapan V dengan jenis batuan Vulkanik3.7 Stasiun VI3.7.1 Pengamatan Geomorfologi Dan SingkapanKondisi geomorfologi pada stasiun VI meiliki vegetasi yakni semak-semak pada posisi N 004911,2 E 1230303,0. Berdasarkan pengamatan singkapan telah mengalami pelapukan dan memiliki struktur hancuran. Litologi pada singkapan ini batuan vulkanik yang telah mengalami alterasi dengan warna hitam kemerahan. Dimensi singkapan memiliki tinggi sekitar 5 m dan memiliki kedudukan batuan N 50/35.

Foto 15 . stasiun VI, litologi yang telah mengalami altersi3.8 Stasiun VII3.8.1 Pengamatan Geomorfologi dan SingkapanGeomorfologi pada stasiun ini berada di perbukitan serta memiliki kondisi vegetasi lebat. Posisi singkapan N 004316,4 E1230254,1, dan keadaan singkapan berdasarklan pengamatan lapuk, serta memiliki batuan induk vulkanik dan terdapat mineral sekunder yakni mineral kuarsa. Dimensi singkapan panjang 10 m dan tinggi 3 m, dan kondisi singkapan memiliki struktur hancuran. Pengambilan data pada singkapan ini pada kondisi yang kurang baik dimana pada kondisi hujan sehingga tidak maksimal dalam pengambilan data.

Foto 16. singkapan VII dengan kondisi hujan, dan terdapat mineral kuarsa. BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat dismpulkan bahwa daerah penelitian memiliki jenis batuan yang hamper seragam. Dimana hamper seluruhnya telah mengalami alterasi dengan batuan induk yakni batuan vulkanik. Batuan vulkanik termasuk dalam formasi Gunung api bilungala.Setiap stasiun memiliki struktur yang seragam sampai hancur ini di sebabkan Karena ditemukannya zona-zona sesar yang dibuktikan adanya air terjun pada stasiun III. Serta morfologi pada daerah kuliah lapangan ialah rata-rata memiliki kemiringan lereng yang curam sangat curam. 4.2 Saran Tempat praktikum untuk mata kuliah lainnya, alangkah baiknya dibuat pada daerah yang memiliki litologi yang berbeda.

HASIL LAPORAN SEMENTARAHasil Penelitiana. Stasiun 1Daerah:DusunPiloaitaKoordinat: N 004338,5 E 123243,0Hari/Tanggal: Sabtu,11-05-2013Cuaca: Panas

Deskripsi singkapan Dimensi singkapan : P = 6 m, T=3 Keadaan singkapan : pelapukan tinggi Tigkat pelapukan : pelapukan kimia Jenis batuan: batuan vulkanik Posisi : Perbukitan Arah singkapan : N=95 Arah Foto : N=275DeskripsiGeomorfologi Relief : Bentuk puncak= berbentuk kerucutBentuk lembah = tidak ada Tipe soil : lempung berwarna putih dan dominan berwarna kemerah-merahan Tingkat pelapukan : pelapukan tinggi Keadaan vegetasi : pohon cengkeh, pohon kelapa Tipe erosi : horizontal Jenis alur erosi : Aliran Jenis sungai : Permanent Arus Aliran : N 125 E Lebar sungai : 1 meter Profil erosi : U Debit air : sedang Stadia daerah penelitian : MudaDeskripsiLitologi Batuan beku (sampel a) Jenis batuan : altrasi Warna lapuk : abu-abu keputihan Sifat fisik : lempungan Komposisi : lempung , sulfur (warna kuning pudar), oksida besi (orange) Nama batuan : Keterangan tambahan : warna putih pada batuan di hasilkan dari pelapukan mineral plagioklas yang berukuran besar (fenokris). Oksidasi batuan yang ada di sebabkan oleh rekasi langsung dengan air dan udara ,sehingga menimbulkan warna orange. Batuan beku (sampel b) Jenis batuan : altrasi (oksidasi besi) Warna lapuk : merah kehitaman Warna segar : - Sifatfisik : kilap (logam), goresan (cokelat kemerahan) Komposisi mineral : besi (magnetic,hemtit), tembaga (malasit) Nama batuan : Keterangan tambahan :batuanpada sampel ini mengandung mineral besi , karena ion-ion besi terkonsentrasi pada suatu tempat. Batuan beku (sampel c) Jenis batuan : batuan beku basa Warna lapuk : merah kekuningan Warna segar : hijau keabu-abuan Struktur : massif Tekstur : afanitik Komposisi mineral : plagioklas, quartz,pyrit,klorit Nama batuan : Keterangan tambahan :b. Stasiun 2Daerah :Dusun PiloaitaKoordinat : N 004348,2 E 123238,6Hari/Tanggal :sabtu, 11-05-2013Cuaca :Panas

Deskripsi singkapan Dimensi singkapan : P=50 m, T= 30 m Keadaan singkapan : pelapukan tinggi Keadaan vegetasi : lebat, ada pepohonan Tingkat pelapukan : pelapukan kimia Jenis batuan : batuan vulkanik Kedudukan batuan : N 188 / S 22 Arah singkapan : N 40 Arah Foto : N 220 Keterangan tambahan :pada kenampakan ini terlihat pada singkapan terdapat kerak-kerak yang memanjang di bagian kiri dan dominan berwarna cokelat muda, sedangkan pada bagian sebelah kanan mengandung sulfur dengan warna kekuningan.Deskripsi geomorfologi Relief : bentuk puncak (bentuk bulat) Tipe soil : Tingkat pelapukan : pelapukan tinggi Lereng : curam Stadia daerah penelitian : dewasa Keadaan vegetasi : terdapat pepohonanDeskripsi Litologi Batuan beku (sampel a) Jenis batuan : batuan vulkanik Warna lapuk : kuning Warna segar : abu-abu Tekstur : afanitik Struktur : masif Komposis mineral : mineral utama (plagioklas), mineral tambahan (pyrit,sulfur,oksidasi) Nama batuan : massifDeskripsistruktur Keadaan singkapan : struktur seragam Kedudukan struktur : kerak N 188/ E 22

c. Stasiun 3Daerah :Dusun PiloaitaKoordinat : N 004352,5 E 123237,4Hari/Tanggal :sabtu, 11-05-2013Cuaca :Panas

Deskripsi singkapan Dimensi singkapan : P= 20m , T= 10 m Keadaan vegetasi : ada mata air, ada pohon pinus, lembab Keadaan singkapan : pelapukan singkapan Tingkat pelapukan : pelapukan kimia Jenis batuan : batuan vulkanik Arah singkapan : N 210 Arah foto : N 30 Kerangan Lain : singkapan ini belum terdapat atau belum mengalami ubahan, karena masih terdapat batuan segar. Namun ada juga yang telah teraltrasi yaitu kaolin yang berasal dari mineral feldspar ,menjadi mineral lempung.Deskripsi Geomorfologi Relief : bentuk puncak (berbentuk bulat), bentuk lembah V Tipe soil : lempung Tingkat pelapukan : pelapukan kimia , pelapukan fisika / sedang Keadaan vegetasi : lebat, pohon cemara Jenis sungai : permanent Arah aliran : N 120 Lebar sungai : 5 meter Profilerosi : V Debit air : deras Stadia daerah penelitian : muda Material sedimen sungai : bongkahan Keterangan lain :yaitu terdapatnya mata air yang mengalir pada tebing singkapan yang di control oleh adanya sesar.Deskripsi Litologi Batuan beku Jenisb atuan ; intermediate Warna lapuk : kuning kemerahan Warna segar : abu-abu Struktur : masif Tekstur : faneritik Komposisi mineral : kursa,plagioklas,pyrit Nama batuan : andesitDeskripsi struktur Keadaan singkapan : struktur hancuran Kedudukan struktur :N 225 /40 SEN 245 / 53 SEN 182 / 46 SEN 25 / 53 NWN 28 / 90 NWN 85 / 85N 233 / 49N 210 / 55N 230 / 35N 213 / 520 Keterangan tambahan :yaitu adanya mata air dan air terjun yang menunjukkan adanya tanda-tanda sesar, serta zona hancuran yang sangat mendukung akan adanya struktur sesar.

d. Stasiun 4Daerah : Dusun PiloaitaKoordinat : N 004338,5 E 1230314,4Hari/Tanggal :sabtu, 11-05-2013Cuaca : cerah

Deskripsi singkapan (a) Dimensi singkapan : P= 3 m, T= 2m Keadaan vegetasi : lebat, ada pohon aren, bersemak Keadaan singkapan : segar Tingkat pelapukan : pelapukan fisik Jenis batuan : batuan beku Warna soil : cokelat Jenis soil : humus Arah singkapan : N 240 Arah foto : N 60 Elevasi : 360Deskripsi Geomorfologi Tingkat pelapukan : pelapukan fisik yang tinggi Tipe erosi : horizontal Keadaan vegetasi : lebat , ada pepohonan Sungai :Jenis sungai : permanentLebar sungai : 4 meterProvil erosi : VDebit air : derasMaterial sedimen : dewasaArah aliran : N 60 Stadia daerah : dewasaDeskripsi singkapan (b) N 004338,2 E 1230313,9 Dimensi singkapan : P= 10 m, T= 10 M, L= 4 m Keadaan vegetasi : lebat Tingkat pelapukan : tinggi Jenis batuan : batuan vulkanik Keadaan singkapan : lapuk Arah singkapan : N 330 Arah foto : N 150 Kerangan tambahan : batuan ini mempunyai hubungan dengan batuan lain yang sangat berbeda. Batuan ini keduanya merupakan batuan vulkanik.Deskripsi litologi (a) Jenis batuan : intermediate Komposisi mineral : plagioklas (2%), pyroxene (5%), dan pyrite (2%) Warna lapuk : cokelat muda Warna segar : abu-abu Tekstur : fanaritik Struktur : massif Nama batuan : andesiteDeskripsi litologi (b) Jenis batuan : intermediate Warna lapuk : orange Warna segar : abu-abu Struktur : massif Tekstur : afanitik Komposisi mineral : plagioklas (15%), pyrite (2%), dan kuarsa (10%) Nama batuan :Deskripsi struktur Kedudukan struktur (a) :N 294/90N 133/60N 95/35 Kedudukan struktur (b) :N 61/20N 30/ 80N 101 / 20

e. Stasiun 5Daerah : Dusun PiloaitaKoordinat : N 004316,5 E 1230325,43Hari/Tanggal :sabtu, 11-05-2013Cuaca : mendung

Deskripsi singkapan Dimensi singkapan : P= 20 m, T= 7 m Keadaan vegetasi : semak belukar (jarang) Keadaan singkapan : pelapukan tinggi Tingkat pelapukan : pelapukan kimia Arus singkapan : N 135 Arah foto : N 300 Lereng : curam Jenis batuan : batuan vulkanikDeskripsi geomorfologi Relief : bentuk puncak (membulat) Elevasi : 311 mdpl Tingkat pelapukan : pelapukan tinggi dan terjadi pelapukan kimia Stadia daerah : dewasa Keadaan vegetasi : semak belukarDeskripsi litologi Jenis batuan : batuan vulkanik Warna lapuk : cokelat Warna segar : merah Struktur : hancuran Tekstur : fanaritik Komposisi mineral : plagioklas, feldspar Nama batuan :

f. Stasiun 6Daerah : Dusun PiloaitaKoordinat : N 004911,2 E 1230303,0Hari/Tanggal :sabtu, 11-05-2013Cuaca : hujanDeskripsi singkapan : Dimensi : P = 10 m, T= 5 m Keadaan vegetasi : semak-semak (jarang) Tingkat pelapukan : tinggi Arah singkapan : N 230 Arah foto : N 50 Keadaan singkapan : LapukDeskripsi geomorfologi Vegetasi : semak-semak Tipe soil : lempung Stadia daerah : dewasaDeskripsi litologi Lempung yang mengalami alterasi (vulkanik)Struktur geologi Keadaan singkapan : memiliki struktur hancur Kedudukan batuan : N 50 / 35

g. Stasiun 7Daerah : Dusun BaruKoordinat : N 004316,4 E 1230254,1Hari/Tanggal :sabtu, 11-05-2013Cuaca : hujan

Deskripsi singkapan Keadaan singkapan : lapuk Dimensi singkapan : P= 10 m, T= 3 m Vegetasi : lebatDeskrpisi litologi Litologi memiliki mineral sekunder yakni mineral kuarsa Batuan induk : batuan vulkanikStruktur geologi Memiliki struktur yang hancur