laporan perkembangan perekonomian daerah istimewa ... · dan sistem keuangan untuk mendukung...
TRANSCRIPT
VISI BANK INDONESIA“Menjadi Bank Sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan
nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter
dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan”
NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA“Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan.”
VISI KANTOR BANK INDONESIA“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran
dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”
MISI KANTOR BANK INDONESIA“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem
pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga
terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”
...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakanekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasiberdasarkan hasil kajian yang akurat...
(Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Bank Indonesia)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
iv Kata Pengantar
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Bank Indonesia Yogyakarta
Kelompok Kajian Ekonomi
Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta
Telp.0274-377755 Fax.0274-371707
Softcopy laporan ini dapat diunduh pada menu Data Informasi Bank Indonesia (DIBI)
pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
vIndikator Terpilih
Indikator Terpilih
I II III IV I II III IV
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)1 5.045 4.832 5.094 5.093 5.230 5.071 5.453 5.288 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 3,67 4,94 7,04 3,84 Laju Inflasi Tahunan (yoy%) 7,91 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38Sumber : BPS DIY, diolah
I n d i k a t o r2009 2010
I II III IV I II III IV Indeks Harga Konsumen 113,99 114,12 116,29 116,64 117,81 119,75 123,24 12,25 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7,91 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 126,30 PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 5.045 4.832 5.094 5.093 5.230 5.071 5.453 5.288 - Pertanian 1.202 751 923 766 1.171 722 951 773 - Penggalian 32 33 36 38 33 34 36 36 - Industri Pengolahan 636 651 668 657 667 695 716 716 - Listrik, Gas dan Air Bersih 44 47 47 47 47 48 49 49 - Konstruksi 419 443 484 578 426 475 519 620 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 984 1.019 1.080 1.079 1.045 1.110 1.168 1.050 - Pengangkutan dan Komunikasi 495 521 553 559 525 557 585 578 - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 456 469 478 500 486 484 527 556 - Jasa-jasa 778 898 825 869 830 944 901 910 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 3,67 4,94 7,04 3,84 Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 41,98 62,11 Volume Ekspor Nonmigas (juta kg) 198,84 240,48 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 24,37 27,86 Volume Impor Nonmigas (juta kg) 4,06 4,87 Sumber : BPS DIY, DSM Bank Indonesia, diolah
I n d i k a t o r2009 2010
I II III IV I II III IV Bank Umum
Total Aset (miliar Rp) 19.703 19.993 21.356 22.587 23.643 24.059 24.477 26.759 DPK (miliar Rp) 17.502 18.039 19.132 19.679 20.022 21.119 21.464 22.919 - Giro (miliar Rp) 2.949 2.863 3.144 2.798 3.219 3.226 3.076 3.100 - Tabungan (miliar Rp) 8.365 8.765 9.058 10.029 9.541 10.120 10.746 11.796 - Deposito (miliar Rp) 6.188 6.411 6.930 6.852 7.262 7.773 7.642 8.024 Kredit - berdasarkan lokasi kantor (miliar Rp) 9.300 9.584 9.767 10.162 10.883 11.253 11.675 12.218 - Modal Kerja 3.931 4.002 3.912 4.010 3.995 4.167 4.586 4.752 - Investasi 1.171 1.217 1.323 1.360 1.598 1.638 1.537 1.625 - Konsumsi 4.197 4.365 4.532 4.792 5.290 5.449 5.552 5.840 Loan to Deposit Ratio (%) 53,13 53,13 51,05 51,64 54,35 53,28 54,39 53,31 NPL Kredit - berdasarkan lokasi kantor - Gross (%) 2,50 3,50 3,99 2,86 3,05 3,09 3,04 2,79
Bank Perkreditan Rakyat Total Aset (miliar Rp) 1.735 1.803 1.832 1.985 2.084 2.172 2.293 2.453 DPK (miliar Rp) 1.230 1.262 1.304 1.354 1.424 1.454 1.519 1.605 - Tabungan (miliar Rp) 395 399 409 450 440 437 452 510 - Deposito (miliar Rp) 834 863 896 904 984 1.017 1.066 1.095 Kredit (miliar Rp) 1.374 1.445 1.519 1.561 1.654 1.743 1.830 1.872 - Modal Kerja 569 600 618 632 677 724 754 736 - Investasi 120 121 123 126 138 180 190 184 - Konsumsi 685 725 778 803 838 839 887 953 Loan to Deposit Ratio (%) 111,72 114,48 116,48 115,27 116,16 119,92 120,50 116,66 NPL Gross (%) 7,36 6,90 6,86 5,46 6,40 6,20 6,42 5,79
I n d i k a t o r2009 2010
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
viiKata Pengantar
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-
Nya, Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
yang sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa
Yogyakarta, dapat hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru,
selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan
ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta
informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan.
Tidaklah berlebihan kiranya, apabila kami sampaikan bahwa Laporan Perkembangan
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan salah satu publikasi dengan informasi
yang relatif lengkap mengenai indikasi makro perekonomian suatu daerah. Di samping itu,
laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas
terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, atas nama Bank Indonesia Yogyakarta, pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami menyadari bahwa
masih terdapat beberapa pihak yang belum sepenuhnya memiliki persepsi yang sama mengenai
pentingnya informasi/data ekonomi daerah, terbukti dari masih dijumpainya kendala dalam
survei-survei yang kami lakukan maupun terlambatnya penyampaian data yang kami perlukan.
Oleh karena itu kami berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang.
Terlepas dari hal itu, kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih
meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan
memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil kerja yang lebih baik.
Yogyakarta, Februari 2011
BANK INDONESIA YOGYAKARTA
Dewi Setyowati
Pemimpin
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
viii
Daftar Isi
Daftar Isi
INDIKATOR TERPILIH ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. 1
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ................................................................. 3
1. Sisi Permintaan .............................................................................................. 3
1.1 Konsumsi ................................................................................................ 4
1.2 Investasi ................................................................................................. 6
1.3 Kegiatan Ekspor Impor ............................................................................ 7
2. Sisi Penawaran .............................................................................................. 9
2.1. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................... 9
2.2. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 10
2.3. Sektor Bangunan .................................................................................... 10
2.4. Sektor Jasa-Jasa ..................................................................................... 11
2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................................................... 12
2.6. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ........................................................... 13
2.7. Sektor Pertanian ..................................................................................... 13
2.8. Sektor Penggalian .................................................................................. 14
2.9. Sektor Perdangan, Hotel, dan Restoran ................................................... 15
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................. 17
1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 18
2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... 20
3. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 21
4. Inflasi Inti dan Non Inti ................................................................................... 22
5. Inflasi Kota-Kota Tetangga ............................................................................. 23
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN .......................................................................... 25
1. Aset .............................................................................................................. 25
2. Intermediasi Perbankan ................................................................................. 25
3. Penghimpunan Dana ..................................................................................... 26
4. Penyaluran Kredit .......................................................................................... 27
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
ix
Daftar Isi
Daftar Isi
5. Stabilitas Sistem Perbankan ........................................................................... 29
5.1. Risiko Kredit ........................................................................................... 29
5.2. Risiko Likuiditas ...................................................................................... 30
6. Perbankan Syariah ......................................................................................... 30
6.1. Aset Perbankan Syariah .......................................................................... 30
6.2. Intermediasi Perbankan Syariah .............................................................. 31
6.3. Penghimpunan Dana .............................................................................. 31
6.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ...................................................... 31
Boks:
Potensi Kredit Bermasalah Pasca Erupsi Merapi .............................................. 33
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 37
1. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................................... ... 37
1.1. Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) & Aliran Uang Keluar (Cash Outflow) .. 37
1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ................................................ 38
1.3. Penukaran Uang .................................................................................... 39
1.4. Temuan Uang Palsu ................................................................................ 40
2. Sistem Pembayaran Non tunai ....................................................................... 40
2.1. Transaksi Kliring ..................................................................................... 41
2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ............. 41
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH .................................................................... 42
1. Pendapatan Gabungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota ................... 42
2. Belanja Daerah Pemerintah ........................................................................... 44
3. Sumber Pembiayaan Pemerintah ................................................................... 45
BAB 6 KETENAGAKERJAAN .......................................................................................... 47
1. Tenaga Kerja ................................................................................................. 47
2. Upah Minimum Propinsi ................................................................................ 49
3. Kemiskinan ................................................................................................... 49
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ................................................... 51
1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 51
1.1. PDRB Sisi Permintaan ............................................................................. 52
1.2. PDRB Sisi Penawaran .............................................................................. 52
2. Perkiraan Inflasi ............................................................................................. 53
2.1. Perkiraan Inflasi Triwulanan dan Bulanan ................................................ 55
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
x
Daftar Isi
Daftar Isi
LAMPIRAN:
1. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan .................................... 58
2. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku ..................................... 59
3. Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta ...................................................... 60
4. Indikator Perbankan - Propinsi DIY ................................................................. 61
5. Indikator Bank Umum - Propinsi DIY .............................................................. 63
6. Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul ..................................................... 64
7. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul ............................................ 65
8. Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo ............................................. 66
9. Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman.................................................... 67
10. Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta ....................................................... 68
11. Indikator BPR - Propinsi DIY ........................................................................... 69
12. Indikator BPR - Kabupaten Bantul ................................................................... 69
13. Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul ......................................................... 70
14. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo ........................................................... 70
15. Indikator BPR - Kabupaten Sleman ................................................................. 71
16. Indikator BPR - Kota Yogyakarta .................................................................... 71
17. Realisasi APBD Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota ...................................... 72
18. Laporan Survei Konsumen
19. Laporan Survei Penjualan Eceran
20. Laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha
21. Laporan Survei Harga Properti Residensial
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xi
Daftar Tabel
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan. .............................................................. 3
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... 9
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 18
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... 21
Tabel 2.3. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 22
Tabel 3.1. Indikator Perbankan ...................................................................................... 25
Tabel 3.2. Indikator Perbankan Syariah .......................................................................... 31
Tabel 4.1. Indikator Sistem Pembayaran Tunai ............................................................... 37
Tabel 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ........................................................ 39
Tabel 4.3. Penukaran Uang Pecahan Kecil ..................................................................... 40
Tabel 4.4. Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ............................................................. 41
Tabel 4.5. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ........................................................ 42
Tabel 5.1. Realisasi APBD - Sisi Penerimaan ................................................................... 44
Tabel 5.2. Realisasi APBD - Sisi Belanja .......................................................................... 45
Tabel 5.3. Realisasi APBD - Sisi Sumber Pembiayaan ...................................................... 46
Tabel 6.1. Angkatan Kerja ............................................................................................. 47
Tabel 6.2. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .......................... 48
Tabel 6.3. Indikator Status Ketenagakerjaan .................................................................. 49
Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) ........................................ 52
Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) ......................................... 53
Tabel 7.3. Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................... 53
Tabel 7.4. Perkiraan Inflasi Triwulanan ........................................................................... 55
Tabel 7.5. Perkiraan Inflasi Bulanan ............................................................................... 55
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xii
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Indeks Keyakinan Konsumen .......................................................................... 4
Grafik 1.2. Indeks Kondisi Saat ini .................................................................................... 4
Grafik 1.3. Indeks Ekspektasi Konsumen .......................................................................... 4
Grafik 1.4. Indeks Survei Penjualan Eceran ...................................................................... 4
Grafik 1.5. Perkembangan Jumlah Mobil di DIY ............................................................... 5
Grafik 1.6. Perkembangan Jumlah Sepeda Motor di DIY .................................................. 5
Grafik 1.7. Konsumsi Semen ............................................................................................ 5
Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................... 5
Grafik 1.9. Kredit Konsumsi Bank Umum ........................................................................ 6
Grafik 1.10 Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha .................................................................. 6
Grafik 1.11 Indeks Bahan Konstruksi ................................................................................ 6
Grafik 1.12 Pertumbuhan Kredit Investasi ......................................................................... 6
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor DIY ................................................................ 7
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor DIY .................................................................... 7
Grafik 1.15 Volume Ekspor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ................................ 7
Grafik 1.16 Nilai Ekspor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ..................................... 7
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor DIY ................................................................. 8
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor DIY ...................................................................... 8
Grafik 1.19 Volume Impor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas .................................. 8
Grafik 1.20 Nilai Impor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ...................................... 8
Grafik 1.21 Outstanding Kredit Sektor Industri Pengolahan ............................................... 10
Grafik 1.22 Perkembangan Kredit dan NPLs Bank Umum ................................................. 10
Grafik 1.23 Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum .................................................... 10
Grafik 1.24 Outstanding Kredit Sektor Bangunan .............................................................. 11
Grafik 1.25 Outstanding Kredit Sektor Jasa ....................................................................... 12
Grafik 1.26 Arus Penumpang Adisutjipto .......................................................................... 12
Grafik 1.27 Arus Penumpang Kereta Api .......................................................................... 12
Grafik 1.28 Outstanding Kredit Sektor Transportasi ........................................................... 12
Grafik 1.29 Outstanding Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ..................................... 13
Grafik 1.30 Outstanding Kredit Sektor Pertanian............................................................... 14
Grafik 1.31 Outstanding Kredit Sektor Penggalian ............................................................ 14
Grafik 1.32 Perkembangan Wisnu .................................................................................... 14
Grafik 1.33 Perkembangan Wisman ................................................................................. 14
Grafik 1.34 Tingkat Hunian Hotel ..................................................................................... 15
Grafik 1.35 Outstanding Kredit Sektor PHR....................................................................... 15
Grafik 2.1. Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................................... 17
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xiii
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 2.2. Inflasi Kota Yogyakarta Nasional ..................................................................... 17
Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Barang (yoy) ........................................................................ 19
Grafik 2.4. Andil Kelompok Barang (yoy) .......................................................................... 19
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Bawang Merah Merah & Bawang Putih ........................ 19
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras .......................................................................... 19
Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Barang (qtq) ......................................................................... 20
Grafik 2.8. Andil Kelompok Barang (qtq) .......................................................................... 20
Grafik 2.9. Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad ........................................................................ 22
Grafik 2.10. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................ 22
Grafik 2.11. Inflasi Kota-Kota Tetangga Triwulan IV - 2010 ............................................... 23
Grafik 3.1. LDR DIY ......................................................................................................... 26
Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ........................................................................................ 26
Grafik 3.3. DPK Perbankan .............................................................................................. 26
Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan .................................................................... 26
Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan ....................................................... 27
Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan .............................................................................. 27
Grafik 3.7. Kredit Perbankan ........................................................................................... 28
Grafik 3.8. Kredit Modal Kerja ......................................................................................... 28
Grafik 3.9. Kredit Investasi ............................................................................................... 28
Grafik 3.10. Kredit Konsumsi ........................................................................................... 28
Grafik 3.11. Kredit Bank Umum Sektor Ekonomi Utama .................................................. 29
Grafik 3.12. Kredit Sektor Ekonomi Lainnya ..................................................................... 29
Grafik 3.13. Non Performing Loans DIY ............................................................................ 30
Grafik 3.14. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ........................................................ 30
Grafik 3.15. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama ................................................... 30
Grafik 3.16. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya .................................................. 30
Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ....................................................................................... 38
Grafik 4.2. Transaksi Kliring ............................................................................................. 42
Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ........................................................................................... 42
Grafik 6.1. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY ..................... 48
Grafik 6.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY ............................................. 50
Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi DIY ............................................................. 51
Grafik 7.2. Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................... 52
1Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Triwulan IV-2010 (yoy) tumbuh
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya karena pengaruh dari Erupsi Merapi.
Perekonomian DIY tumbuh sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
III-2010 (7,04%) dan triwulan IV-2009 (6,29%). Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi adalah
konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan
yang tercermin dari meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) yang tinggi serta meningkatnya pembelian
bahan makanan untuk pengungsi. Sementara itu, di sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh
peningkatan kinerja sektor Industri Pengolahan dan Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran mengalami kontraksi karena penurunan jumlah wisatawan yang datang
ke DIY pada triwulan IV-2010. Sedangkan sektor pertanian pertumbuhannya sedikit melambat karena
rusaknya lahan pertanian akibat erupsi Merapi.
Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan IV-2010 sedikit melemah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, namun masih dilevel yang cukup tinggi. Inflasi pada triwulan laporan 1,63%
(qtq) dan pada triwulan III-2010 2,91%. Faktor yang mempengaruhi inflasi pada triwulan dimaksud antara
lain dikarenakan adanya gangguan produksi dan pasokan pada komoditas sayur-sayuran, bumbu-bumbuan,
dan biji-bijian; kenaikan harga beberapa komoditas di pasar internasional seperti CPO, gula, dan emas
sebagai bagian dari imported inflation; dll. Gangguan produsi di sektor pertanian lebih terkait dengan
cuaca ekstrem dan diperparah dengan erupsi Merapi pada bulan Oktober dan November 2010. Secara
tahunan inflasi pada kuartal IV mencapai 7,38% (yoy) lebih tinggi dibanding trwiulan III sebesar 5,98%.
Sementara itu, secara triwulanan, inflasi mencapai 1,63% (qtq), menurun dari triwulan III-2010 (2,91%).
Percepatan pertumbuhan ekonomi DIY memberikan dampak pada peningkatan kegiatan
perbankan di DIY yang juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010. Secara tahunan,
aset dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 18,89% dan 16,59%.
Penyaluran kredit perbankan DIY tumbuh 20,19%(yoy) sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan
DIY menjadi 57,45%(yoy) meskipun sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya 58,76%. Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh lebih pesat, aset tumbuh 37,48%
(yoy), penghimpunan dana tumbuh 49,34%(yoy) dan pembiayaan tumbuh 38,26%. Secara keseluruhan
kinerja perbankan di DIY masih cukup baik, tercermin pada NPLs yang sebesar 3,19%.
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DIY pada triwulan IV-2010
menurun cukup signifikan seiring dengan pola transaksi pasca Lebaran dimana masyarakat
kembali menyimpan uangnya di perbankan. Selain itu, perbankan juga cenderung untuk menahan
dananya untuk menghadapi perayaan Natal dan Tahun Baru serta libur sekolah yang berlangsung di akhir
tahun. Di bidang sistem pembayaran tunai pada triwulan laporan, terjadi net cash outflow dengan rata-
rata Rp4 miliar tiap bulan, sementara pada triwulan sebelumnya, terjadi net cash inflow sebesar Rp326
2 Ringkasan Eksekutif
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
miliar. Secara keseluruhan posisi kas di Bank Indonesia Yogyakarta berada pada level Rp546 miliar, menurun
dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1.291 miliar. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya penarikan
oleh perbankan pada bulan Desember 2010. Sementara itu, transaksi non tunai juga mengalami penurunan.
Kinerja gabungan keuangan pemerintah Pemerintah Daerah se-DIY (tidak termasuk Kab.
sleman) sampai dengan triwulan III-2010 cukup baik. Realisasi di sisi penerimaan mencapai 81,16%
atau sebesar Rp3.433 miliar terutama bersumber dari realisasi Dana Perimbangan 66,26% dan Pendapatan
Asli daerah (PAD) 23,85%. Sementara itu di sisi belanja daerah terealisasi sebesar 59,54% atau sebesar
Rp2.751 miliar, dengan realisasi terbesar pada belanja tidak langsung sebesar 66,14%.
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2010 sebesar 71,14%, meningkat dibandingkan keadaan
pada Agustus 2009 (70,23%). Jumlah pengganggur terbuka di Provinsi DIY pada Agustus 2010
diperkirakan sebanyak 107.150 orang (5,69%). Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja mencapai
1,775 juta orang. Dari jumlah tersebut, penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah
pengangguran) sebesar 28% atau 497 ribu orang. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 65,5% tenaga
kerja tersebut bekerja pada sektor informal. Sebagian besar penduduk DIY bekerja di sektor non-tradeable
(54,8%) namun porsi terbesar adalah di sektor pertanian (30,4%). Sementara itu, tingkat kemiskinan di
Provinsi DIY pada Maret 2010 adalah sebesar 16,83%, turun 0,40% jika dibandingkan dengan keadaan
Maret 2009 (17,23%).
Perkembangan ekonomi DIY pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh lebih cepat
dibandingkan triwulan IV-2010. Fase Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi akan
memberikan pengaruh positif terhadap kinerja ekonomi DIY. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY
pada triwulan I-2011 diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 4,57%+1% (yoy). Sementara itu, tekanan
inflasi pada triwulan I-2011 masih stabil tinggi walaupun beberapa komoditas volatile sudah mulai
mengalami penurunan harga karena peningkatan pasokan. Selain itu, mengingat musim panen raya
terjadi pada triwulan I-2011 maka pasokan juga sedikit meningkat. Inflasi pada triwulan I-2011 diperkirakan
7,64±1%(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (7,38%).
3Perkembangan Makroekonomi
Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1PPPPPerkembangan Makroekonomierkembangan Makroekonomierkembangan Makroekonomierkembangan Makroekonomierkembangan Makroekonomi
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Triwulan IV-2010 (yoy) tumbuh lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya karena pengaruh dari Erupsi Merapi. Perekonomian DIY tumbuh sebesar
3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2010 (7,04%) dan triwulan IV-
2009 (6,29%). Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi.
Pertumbuhan konsumsi antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan yang tercermin dari
meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) yang tinggi serta meningkatnya pembelian bahan makanan untuk
pengungsi. Sementara itu, di sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja sektor
Industri Pengolahan dan Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran mengalami kontraksi karena penurunan jumlah wisatawan yang datang ke DIY pada triwulan
IV-2010. Sedangkan sektor pertanian pertumbuhannya sedikit melambat karena rusaknya lahan pertanian
akibat erupsi Merapi.
SISI PERMINTAAN
Perekonomian DIY pada triwulan IV-2010 tumbuh 4,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,04% dan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar
6,28% (Tabel 1.1). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan
investasi. Sementara itu, kegiatan ekspor produk dari DIY pada triwulan IV-2010 meningkat, searah
dengan perekonomian dunia yang terus menunjukkan perbaikan. Sedangkan, perdagangan antar daerah
DIY diperkirakan masih akan mengalami defisit, mengingat basis produksi barang yang dikonsumsi di DIY
sebagian besar berlokasi di luar DIY.
yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyAndil (yoy)
qtqAndil (qtq)
Pangsa Nilai
1 Konsumsi Rumah Tangga 8,37 5,23 3,47 -1,39 7,12 1,65 7,36 1,78 6,47 4,36 8,17 3,76 0,18 0,09 47,98 2.537
2 Konsumsi Pemerintah -0,72 -7,37 9,99 12,33 5,98 -14,95 5,10 18,76 0,79 -11,17 -0,11 -0,02 11,33 2,09 21,20 1.121
3 Investasi (PMTB) 2,23 10,95 -0,21 14,85 7,13 -22,11 5,04 5,82 2,20 7,95 0,48 0,15 12,92 3,35 30,21 1.598
4 Lainnya -19,05 35,26 -139,30 -89,51 -14,39 1773,01 -18,51 -69,33 50,12 149,20 -7,49 -0,05 -93,54 -8,56 0,61 32
2,59 5,42 6,28 -0,03 3,67 2,70 4,94 -3,04 7,04 7,53 3,84 3,84 -3,02 -3,02 100,00 5.288 Keterangan:
1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp).
*) Angka sementara.
**) Angka sangat sementara.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
2009
Tabel 1.1Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan
IV**
2010
III II III*IV I
Total
No Jenis Penggunaan
4 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Konsumsi
Pada triwulan IV-2010, konsumsi rumah tangga tumbuh 6,88% (yoy), turun jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (7,32%) tetapi lebih baik dibandingkan dengan
triwulan IV-2009 (3,45%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama
karena aliran dana masuk ke yogya untuk bantuan korban Merapi serta tingginya jumlah wisatawan
pada libur akhir tahun. Konsumsi pada bulan Desember 2010 mulai terlihat mengalami peningkatan
seiring mulai pulihnya kegiatan ekonomi pasca erupsi. Disamping itu, umumnya bulan Desember aktifitas
konsumsi meningkat menjelang perayaan hari besar keagamaan, dan adanya aktifitas MICE (meeting,
incentive, conference dan exhibition) di akhir tahun. Konsumsi rumah tangga memberikan andil 3,76%
bagi pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV-2010. Dari sisi pemerintah, belanja konsumsi pemerintah
tumbuh negatif 0,11% dengan andil -0,02%.
Berdasarkan pemantauan terhadap berbagai indikator ekonomi di triwulan IV-2010 mengindikasikan
bahwa pertumbuhan ekonomi DIY sedikit melambat walaupun masih mengalami peningkatan. Selain
itu, survei penjualan eceran menunjukkan terdapatnya kecenderungan masyarakat umum untuk menaikkan
konsumsi terhadap hampir semua kelompok komoditi. (Grafik 1.1 s.d. 1.4).
0
20
40
60
80
100
120
140
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
%
gPDRB Konsumsi IKK(rhs)
Grafik 1.1 Indeks Keyakinan Konsumen (SK – BI)
0
20
40
60
80
100
120
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
%
gPDRB Konsumsi IKE(rhs)
Grafik 1.2 Indeks Kondisi Saat Ini (SK– BI)
0
20
40
60
80
100
120
140
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
%
gPDRB Konsumsi IEK(rhs)
Grafik 1.3 Indeks Ekspektasi Konsumen (SK– BI)
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I II
2009 2010
%
gPDRB Konsumsi Indeks Penjualan Riil (rhs)
Grafik 1.4 Survei Penjualan Eceran – BI
5Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diindikasikan oleh data prompt. Pertumbuhan
prompt indikator konsumsi tercermin pada perkembangan jumlah mobil dan motor yang terpantau dari
data Kendaraan Bermotor Kepolisian Daerah DIY, pertumbuhan penjualan semen, dan peningkatan Nilai
Tukar Petani (NTP).
Grafik 1.5 Perkembangan Jumlah Mobil di DIY
0
5
10
15
20
25
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart T itle
gPDRB Konsumsi Rumah Tangga gM (rhs)
% (yoy) % (yoy)
Sumber : Ditlantas Polda DIY
0
2
4
6
8
10
12
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
% (yoy)% (yoy) Chart Title
gPDRB Konsumsi Rumah Tangga gSM (rhs)
Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Sepeda Motor di DIY
Sumber : Ditlantas Polda DIY
Grafik 1.7 Konsumsi Semen
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Konsumsi Semen gKonsumsi Semen (rhs)
%ton
‐2.00
‐1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
98
100
102
104
106
108
110
112
114
116
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Nilai Tukar Petani
NTP gNTP(yoy,rhs)
Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Peningkatan pertumbuhan konsumsi juga didukung oleh pembiayaan konsumsi dari bank.
Outstanding kredit konsumsi pada akhir tahun 2010 mencapai Rp 5.840 miliar, atau tumbuh 21,88%
(yoy). Hal ini antara lain disebabkan masih tingginya permintaan kredit konsumsi dari masyarakat.
6 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
INVESTASI
Investasi pada triwulan IV-2010 tumbuh 6,82% (yoy), naik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (4,01%) dan triwulan IV-2009 (-0,21%). Peningkatan ekspansi pada triwulan ini, diduga
terkait dengan pembangunan infrastrukstur yang selesai pada triwulan IV. Disamping itu, terdapat beberapa
proyek besar swasta yang sedang berjalan seperti pembangunan beberapa hotel, pembangkit listrik,
pembangunan bandara, pelabuhan serta unsur penunjang lainnya, seperti pembangunan cold storage,
jaringan kereta api (KA), industri penambangan dan pengolahan pasir besi.
Dari sisi survei, perkembangan investasi di triwulan laporan dikonfirmasi hasil survei
SKDU dan SPE. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha maupun
situasi bisnis (SKDU) dan indeks penjualan bahan konstruksi menunjukkan peningkatan yang positif.
Grafik 1.9 Kredit KonsumsiBank Umum
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Tit le
gPDRB Konsumsi gKK
% (yoy)% (yoy)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2008 2009 2010 2011
Chart Title
Perkiraan Realisasi
%, SBT
Grafik 1.10 Ekspektasi Kegiatan Usaha
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV*
2009 2010
Chart Title
Indeks Bahan Konstruksi SPE gPDRB Investasi (%, yoy/rhs)
Grafik 1.11 IndeksBahan Konstruksi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Kredit Investasi growth (yoy,rhs)
Grafik 1.12 Pertumbuhan Kredit Investasi
juta Rp %
7Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan mulai
mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan, peningkatan kredit investasi yang berlokasi di DIY
mencapai 19,53% (yoy), lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan kredit pada triwulan IV-2009
(17,01%). Outstanding kredit investasi sebesar Rp1.625 miliar.
KEGIATAN EKSPOR-IMPOR (PERDAGANGAN LUAR NEGERI)
Kinerja ekspor dari DIY pada tahun 2010 tumbuh lebih cepat dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya (Grafik 1.13 dan 1.14). Volume ekspor meningkat 20,94% dan nilai ekspor
meningkat 47,97%. Adapun faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor adalah membaiknya
permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama sejalan dengan membaiknya perekonomian global.
Grafik 1.13 Perkembangan Volume EksporDIY
(100)
-
100
200
300
400
500
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
VOLUME DAN NILAI EKSPOR DIY BERDASARKAN KOMODITAS
Volume gVolume (rhs)
ribu kg %
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
ribu US$ Chart Title
Nilai gNilai (rhs)
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai EksporDIY
%
22.75%
16.93%
21.65%
7.41%
31.27%
Fruits and Vegetables Non Metalic Minerals Furniture Clothing Others
Grafik 1.15 Komposisi Volume Ekspor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas
20%
12%
39%
9%
19%
Non Metalic Minerals Furniture Clothing Misc. Manufactured Articles Others
Grafik 1.16 Komposisi Nilai Ekspor DIY Tahun 2010 (s.d. November ) Berdasarkan Komoditas
8 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Sampai dengan bulan September 2010, komoditas dengan volume ekspor terbesar adalah Sayuran
dan Buah-buahan, Mineral bukan Logam, dan Furniture. Sedangkan komoditas dengan nilai ekspor terbesar
adalah Mineral bukan Logam, Furniture dan Pakaian Jadi. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan
ekspor, maka Amerika Serikat merupakan pasar yang terbesar (40%), diikuti Jerman (6%) dan Jepang
(5%).
Impor DIY dalam rangka perdagangan luar negeri tahun 2010 meningkat, baik nilai
maupun volumenya dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Grafik 1.18 dan 1.19). Nilai impor
DIY tahun 2010 sebesar US$29 juta, meningkat 14,31% dibandingkan periode yang sama tahun 2009
(US$24 juta). Dari sisi volume, impor DIY tahun 2010 sebesar 4.871 ton, turun 20,01% dari perode yang
sama tahun 2009 (4.059 ton).
(20,000)
‐
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
‐
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Volume gVolume (rhs)
ribu kg
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor DIY
%
(500)
‐
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
‐
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Nilai gNilai (rhs)
ribu US$ %
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor DIY
32%
20%
39%
9%
Plastic, Primary Form Wood and Cork Manufactures
Textile Yarns, Fabric & Prod Lain-lain
Grafik 1.19 Komposisi Volume Impor DIY Tahun 2010 (Berdasarkan Komoditas
6%
78%
4%
12%
Plastic, Primary Form Textile Yarns, Fabric & Prod
Mach. Special for Partic Industries Others
Grafik 1.20 Komposisi Nilai Impor DIY Tahun 2010 (Berdasarkan Komoditas)
9Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
SISI PENAWARAN
Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan akibat bencana Merapi berdampak pada perlambatan
pertumbuhan di sektor ekonomi utama, seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor
pengangkutan dan komunikasi. Tingkat hunian hotel menurun tajam dari 70% menjadi 30% dan
pelaksanaan beberapa event MICE ditunda. Sementara itu, penutupan Bandara Adisutjipto selama dua
minggu mempengaruhi kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan IV-2010, sektor Industri Pengolahan tumbuh 9,10% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (7,25%) dan triwulan IV-2009 (1,08%). Faktor yang
mempengaruhi peningkatan pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah permintaan komoditas
industri yang semakin meningkat sejalan dengan membaiknya pendapatan dan juga permintaan ekspor
yang mulai meningkat.
Peningkatan kinerja di sektor industri juga diindikasikan oleh peningkatan pembiayaan
dari perbankan. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada posisi akhir bulan September berjumlah
Rp770,66 miliar atau meningkat 11,42%(yoy).
Berdasarkan jenis barang yang diimpor, baik dari sisi nilai maupun volumenya masih didominasi
oleh impor bahan baku. Komoditas dengan impor terbesar baik dari sisi nilai maupun volume adalah
Benang Tekstil. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan industri tekstil di DIY pada bahan baku impor
sangat tinggi.
yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyAndil (yoy)
qtqAndil (qtq)
Pangsa Nilai1
1 Pertanian 2,35 22,94 8,69 -17,06 -2,65 52,86 -3,82 -38,29 3,04 31,71 0,90 0,14 -18,78 -3,28 14,61 773
2 Penggalian 0,20 8,15 0,41 5,11 4,26 -11,65 3,40 2,95 0,13 4,73 -3,49 -0,03 1,31 0,01 0,69 36
3 Industri Pengolahan 1,28 2,54 1,08 -1,63 4,87 1,53 6,71 4,20 7,25 3,06 9,10 1,17 0,07 0,01 13,55 716
4 Listrik, Gas & Air Bersih 8,80 1,00 5,18 -0,64 7,94 0,43 1,40 0,62 2,38 1,97 4,56 0,04 1,48 0,01 0,93 49
5 Bangunan 2,13 9,24 -7,68 19,48 1,86 -26,24 7,32 11,48 7,23 9,14 7,16 0,81 19,41 1,85 11,72 620
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 7,45 5,99 6,19 -0,12 6,22 -3,14 8,95 6,26 8,17 5,23 -2,68 -0,57 -10,14 -2,17 19,86 1.050
7 Pengangkutan & Komunikasi 9,43 6,15 6,19 1,04 6,09 -6,15 6,92 6,22 5,75 4,99 3,42 0,38 -1,19 -0,13 10,94 578
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,01 1,88 11,27 4,67 6,44 -2,95 3,29 -0,21 10,32 8,83 11,12 1,09 5,43 0,52 10,51 556
9 Jasa-jasa -7,29 -8,13 17,92 5,38 6,79 -4,44 5,22 13,73 9,31 -4,55 4,67 0,80 0,90 0,15 17,20 910
2,59 5,42 6,28 -0,03 3,67 2,70 4,94 -3,04 7,04 7,53 3,84 3,84 -3,02 -3,02 100,00 5.288Keterangan:
1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp).
*) Angka sementara.
**) Angka sangat sementara.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Total
No Sektor III*I
Tabel 1.2Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran
III IV
20102009
II IV**
10 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada triwulan laporan, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan tumbuh 11,12%
(yoy), relatif sama dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (11,27%) namun sedikit
lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010 (10,32%). Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan
pada tahun 2010 yang tinggi diduga menjadi salah satu penyebab nilai tambah di subsektor keuangan
meningkat.
Bangunan
Sektor Bangunan pada triwulan IV-2010 tumbuh 7,16%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan pada posisi yang sama tahun sebelumnya (-7,68%). Faktor yang mempengaruhi
percepatan pertumbuhan di sektor bangunan adalah permintaan properti residensial masih tinggi yang
-30
-20
-10
0
10
20
30
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Kredit Industri growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.21 Outstanding Kredit Industri Pengolahan
Grafik 1.22 Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Kredit NPL (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
0
5
10
15
20
25
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Aset DPK gAset gDPK
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.23 Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum
11Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
juga didukung oleh pembiayaan bank. Indikator yang mendukung antara lain adalah peningkatan penjualan
semen dan penyaluran kredit sektor Bangunan.
Dimulainya pembangunan proyek pemerintah dan swasta di DIY masih memberikan
kontribusi positif kinerja sektor Bangunan pada triwulan IV-2010. Beberapa proyek yang sedang
dilaksanakan antara lain pembangunan beberapa hotel di Kota Yogyakarta, pembangunan flyover Jombor
penyelesaian Pelabuhan Tanjung Adikarto, serta masih berlanjutnya Pembangunan Jalur Jalan Lintas
Selatan.
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor Bangunan di DIY relatif
meningkat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada posisi Desember 2010
sebesar Rp204,23 miliar, atau naik 35,84% (yoy).
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Kredit Bangunan growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.24 Outstanding Kredit Sektor Bangunan
Sektor Jasa-Jasa
Pertumbuhan sektor Jasa-jasa pada triwulan IV-2010 mencapai 4,67%(yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (17,92%). Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan kinerja subsektor jasa hiburan masyarakat
pada liburan akhir tahun.
Di sisi pembiayaan, kredit sektor jasa sedikit mengalami penurunan baik dari nilai maupun
kualitas kredit. Outstanding kredit di sektor ini hingga Desember 2010 mencapai Rp1.279 miliar, tumbuh
20,67%(yoy).
12 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart T itle
Kredit Jasa growth (rhs)
% (yoy)
Grafik 1.25 Outstanding Kredit Sektor Jasa
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
Datang Berangkat gDatang (yoy,rhs) gBerangkat (yoy,rhs)
orang %
Grafik 1.26 Arus Penumpang Adisutjipto
Sumber : BPS Provinsi DIY
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan IV-2010, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 3,42% (yoy), lebih
lambat dibandingkan dengan triwulan IV-2009 (6,19%). Kinerja sub sektor pengangkutan pada triwulan
laporan mengalami perlambatan tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator. Jumlah
penumpang angkutan udara turun 15,24% (yoy) jauh lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat meningkat 23,88% (Grafik 1.27). Sedangkan jumlah penumpang kereta api
pada triwulan IV-2010 (s.d. bulan November) mengalami pertumbuhan -2,72% (Grafik 1.28). Penurunan
jumlah penumpang ini disebabkan karena bencana merapi menyebabkan penutupan bandara Adisutjipto
dan penundaan beberapa event yang diselenggarakan di DIY.
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV*
2009 2010Penumpang Kereta growth (yoy, rhs)
orang %
Grafik 1.27 Penumpang Kereta Api
-20
-10
0
10
20
30
40
50
90
95
100
105
110
115
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Kredit Transportasi growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.28 Outstanding Kredit Sektor Transportasi
13Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Sementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini
sedikit menurun. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2010
tercatat sebesar Rp100,76 miliar, tumbuh -0,36% (yoy). Penurunan kredit ini diikuti dengan peningkatan
risiko kredit yang ditunjukkan dengan NPL sebesar 1,58% dibandingkan periode sebelumnya (1,02%).
SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada triwulan laporan mengalami peningkatan
4,56% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,18%).
Dengan kondisi ini, nilai riil PDRB sektor ini mencapai Rp49 miliar, dengan pangsa sebesar 0,93%. Meskipun
demikian, pembiayaan Bank Umum ke sektor ini meningkat sebesar 22,19% menjadi Rp42,06 miliar.
SEKTOR PERTANIAN
Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertanian tumbuh 0,90% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,04%) dan triwulan IV-2009 (8,69%). Penurunan
pada triwulan IV-2010 ini disebabkan oleh penurunan produksi pertanian karena masih berlangsungnya
anomaly cuaca dan kerusakan lahan akibat erupsi Merapi. Nilai riil PDRB sektor Pertanian pada triwulan
laporan sebesar Rp773 miliar dengan pangsa terhadap total PDRB DIY sebesar 14,61%.
Di sisi pembiayaan, kredit yang berasal dari bank untuk sektor Pertanian relatif rendah.
Pembiayaan kredit bank umum pada posisi September 2010 Rp228 miliar. Relatif rendahnya outstanding
kredit di sektor pertanian ini antara lain dipengaruhi oleh skala usaha per masing-masing petani yang
relatif kecil.
0
100
200
300
400
500
600
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Listrik gListrik (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.29 Outstanding Kredit Sektor Listrik Gas dan Air Bersih
14 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
SEKTOR PENGGALIAN
Kinerja sektor Penggalian pada triwulan IV-2010 tumbuh negatif 3,49% (yoy), lebih lambat
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (0,41%). Salah satu penyebabnya
adalah dilarangnya aktivitas penambangan pasir di lereng Merapi sejak status Merapi dinyatakan dalam
kondisi “awas”. Dengan kondisi ini, nilai riil PDRB sektor Penggalian diperkirakan sebesar Rp36 miliar,
dengan pangsa sebesar 0,69%. Pembiayaan Bank Umum ke sektor ini turun 9,78% menjadi Rp8,07
miliar.
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
-
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Pertanian growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.30 Outstanding Kredit Sektor Pertanian
-40
-20
0
20
40
60
80
-
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Kredit Penggalian growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.31 Oustanding Kredit Sektor Penggalian
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Wisnu Growth (yoy,rhs)
% (yoy)orang
Grafik 1.32 Perkembangan Wisnu
Sumber : BPS Provinsi DIY
(20)
-
20
40
60
80
100
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010
Chart Title
Wisman Growth (yoy,rhs)
orang % (yoy)
Keterangan :Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 1.33 Perkembangan Wisman
15Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih tinggi. Outstanding
kredit lokasi yang disalurkan di sektor ini pada posisi akhir tahun 2010 mencapai Rp2.927 miliar, turun
1,27% (yoy). Sementara itu, risiko kredit mengalami kenaikan yang ditandai dengan naiknya NPL dari
3,21% pada Triwulan IV-2009 menjadi 3,90% pada Triwulan IV-2010.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi
2,68% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (6.19%).
Penurunan kinerja sektor PHR disebabkan oleh penurunan kunjungan wisatawan selama periode erupsi
Merapi. Fasilitas akomodasi dan obyek wisata yang diperkirakan terjangkau erupsi Merapi ditutup selama
beberapa waktu. Beberapa kegiatan MICE ditunda pelaksanaannya atau dialihkan ke lokasi lain.
Pertumbuhan di sektor ini terpantau dari beberapa prompt indikator dan hasil survei.
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
% Chart Title
Bintang Non Bintang
Grafik 1.34 Tingkat Hunian Hotel
Sumber : BPS Provinsi DIY
-30
-20
-10
0
10
20
30
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Kredit PHR growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.35 Oustanding Kredit Sektor PHR
17Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2PPPPPerkembangan Inflasierkembangan Inflasierkembangan Inflasierkembangan Inflasierkembangan Inflasi
Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan IV-2010 sedikit melemah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, namun masih dilevel yang cukup tinggi. Inflasi pada triwulan laporan 1,63% (qtq)
dan pada triwulan III-2010 2,91%. Faktor yang mempengaruhi inflasi pada triwulan dimaksud antara lain
dikarenakan adanya gangguan produksi dan pasokan pada komoditas sayur-sayuran, bumbu-bumbuan,
dan biji-bijian; kenaikan harga beberapa komoditas di pasar internasional seperti CPO, gula, dan emas
sebagai bagian dari imported inflation; dll. Gangguan produsi di sektor pertanian lebih terkait dengan
cuaca ekstrem dan diperparah dengan erupsi Merapi pada bulan Oktober dan November 2010. Secara
tahunan inflasi pada kuartal IV mencapai 7,38% (yoy) lebih tinggi dibanding trwiulan III sebesar 5,98%.
Sementara itu, secara triwulanan, inflasi mencapai 1,63% (qtq), menurun dari triwulan III-2010 (2,91%).
Untuk keseluruhan tahun 2010 Inflasi Kota Yogyakarta mencapai 7,38% (yoy), lebih tinggi
dibanding inflasi Nasional yang mencapai 6,96% (yoy). Tingginya laju inflasi tersebut, terutama
disebabkan oleh adanya tekanan dari sisi penawaran dan kenaikan harga beberapa komoditas di pasar
internasional, kenaikan beberapa administried price (TDL dan biaya perpanjangan STNK), kenaikan upah
buruh bangunan bukan mandor, dan juga imported inflation. Produksi yang secara nasional terganggu
akibat cuaca ekstrem menyebabkan pasokan barang, terutama pada kelompok bahan makanan agak
tertekan. Khusus di kota Yogyakarta, kondisi diperparah oleh erupsi Merapi pada triwulan IV-2010 yang
mengakibatkan terganggunya produksi komoditas hortikultura di sekitar wilayah Gunung Merapi.
‐2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 01 1 1 2
2 00 8 20 09 2 01 0
mtm ( %) yoy ( %) ytd (% )Sumber : BPS DIY, dio lah
Grafik 2.1 Inflasi Kota Yogyakarta
0
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Yogy a ( yoy) N asional ( yoy)Sumbe r: BPS DIY, dio lah
Grafik 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional
%
18 Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
INFLASI TAHUNAN
Inflasi tahunan kota Yogyakarta pada triwulan IV-2010 mencapai 7,38% (yoy). Dilihat per
kelompok barang, inflasi tersebut terutama terjadi pada kelompok Bahan Makanan yang harganya naik
18,86% dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 3,89%, lebih dari separuhnya. Sumber penyebab
inflasi di kelompok bahan makanan terutama karena peningkatan tekanan di sisi penawaran, produksi
beberapa komoditas di kelompok ini sempat terganggu oleh cuaca yang relatif ekstrim dan diperparah
dengan adanya erupsi merapi pada akhir tahun 2010. Hal ini memberikan dampak pada terjadinya
peningkatan harga-harga di beberapa sub kelompok barang bahan makanan yang mengalami peningkatan.
Sub kelompok bumbu-bumbuan harganya meningkat 59,89% dengan andil terhadap inflasi 1,05%, sub
kelompok padi-padian meningkat 18,92% dengan andil terhadap inflasi 1,00%, dan sub kelompok sayur-
sayuran harganya meningkat 44,40% dengan andil terhadap inflasi 0,76%.
Selanjutnya, kelompok barang yang mengalami peningkatan cukup tinggi dan memberikan
andil terhadap inflasi cukup besar adalah kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar.
Kelompok barang ini harganya meningkat 5,49% dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 2,13%.
Faktor yang menyebabkan kenaikan harga di kelompok ini antara lain adalah kenakan TDL, kenaikan
biaya sewa rumah, dan kenaikan upah buruh bangunan bukan mandor.
Penyumbang inflasi yang cukup besar lainnya adalah kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau sebesar yang mengalami inflasi 5,47% dan memberikan andil 1,15%. Inflasi
pada kelompok ini didorong oleh kenaikan subkelompok Makanan Jadi (0,74%). Kenaikan ini sejalan
dengan kenaikan harga bahan makanan dan juga kenaikan harga beberapa komoditas di pasar internasional,
seperti CPO dan Gula.
Tingginya tekanan inflasi tersebut juga berasal dari kelompok transportasi dan komunikasi,
khususnya untuk subsektor sarana dan penunjang transpor. Libur Natal dan Tahun Baru yang
berlangsung bersamaan dengan libur sekolah serta berbagai even yang diselenggarakan di DIY menyebabkan
peningkatan jumlah penumpang dari dan ke DIY, baik pesawat maupun kereta api. Hal ini mengakibatkan
% (yoy)
Inflasi Andil Inflasi Andil Inf lasi Andil Inflasi Andil Inf lasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil
1 Bahan Mak anan 4,62 0,94 4,23 0,88 3,91 0,80 4,93 1,01 11,93 2,43 10,84 2,28 18,86 3,89
2 Mak anan Jad i, Minuman, Rokok & T embak au 8,34 1,67 7,50 1,49 7,50 1,50 6,73 1,37 5,48 1,14 5,26 1,09 5,47 1,15
3 Perumahan, Air, Listrik , Ga s & Bahan Bak ar 7,26 1,71 3,68 0,88 1,40 0,34 1,74 0,42 2,27 0,55 5,00 1,20 5,49 2,13
4 Sanda ng 7,61 0,39 7,15 0,36 5,81 0,30 0,02 0,00 5,27 0,28 5,10 0,26 5,41 0,29
5 Kesehata n 4,32 0,27 2,63 0,16 1,86 0,12 1,38 0,09 1,39 0,09 1,96 0,12 1,97 0,12
6 Pendidik an, Rek re asi & Olahraga 5,37 0,54 3,04 0,31 2,26 0,23 2,01 0,21 2,49 0,25 3,55 0,36 4,25 0,43
7 Transpor, Komunika si & Jasa Ke uangan -6,20 -0,88 -4,65 -0,65 -1,23 -0,16 2,95 0,38 4,42 0,57 6,59 0,85 5,57 0,71
4,50 4,50 3,22 3,22 2,93 2,93 3,35 3,35 4,93 4,93 5,98 5,98 7,38 7,38Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
II III
UMUM
No Kelompok I
2009
IV
2010
Tabel 2.1Inflasi Tahunan
IIIV III
19Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
harga jasa transportasi mengalami peningkatan. Selain itu pada bulan Desember 2010, PT Angkasa Pura
menaikkan Tarif Pelayanan Jasa Penerbangan Pesawat Udara (PJP2U) sebesar Rp10.000.
Sementara itu, untuk kelompok komoditas lain di luar kelompok bahan makanan,
kenaikan harganya relatif masih wajar dan dengan andil inflasi yang rendah. Kelompok Sandang
dengan laju inflasi 5,41%% memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,29%; kelompok Kesehatan
dengan laju inflasi 1,97% memberikan andil terhadap inflasi 0,12%; kelompok Pendidikan Rekreasi dan
Olah Raga dengan laju inflasi inflasi 4,25% dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,43%; dan
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan dengan laju inflasi sebesar 5,57% dengan andil
0,71%. Sedangkan untuk kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau memberikan
sumbangan yang relatif tinggi, yaitu 1,15% dengan laju inflasi 5,47%.
Dalam rangka untuk meredam agar harga-harga penigkatannya masih terkendali,
Pemerintah Provinsi DIY telah melakukan langkah-langkah pro aktif untuk menjaga kelancaran
pasokan komoditas pangan di DIY. Langkah yang dilakukan tersebut antara lain adalah melakukan
pemantauan terhadap kelancaran dan kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok secara aktif, dan
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
I II III IV I II II I IV I II III IV
2008 2009 2010
Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang
Kesehatan Pendidikan Transpor Umum
% (yoy)
Sumbe r: BPS DIY, diolah
Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Barang (yoy)
1,0
1
1,3
7
0,4
2
0,0
0
0,0
9
0,2
1 0,3
8
2,4
3
1,1
4
0,5
5
0,2
8
0,0
9
0,25
0,5
7
2,28
1,0
9
1,2
0
0,2
6
0,1
2
0,3
6 0
,85
3,8
9
1,1
5
2,1
3
0,2
9
0,1
2 0,4
3 0,71
0,00
0 ,50
1 ,00
1 ,50
2 ,00
2 ,50
3 ,00
3 ,50
4 ,00
4 ,50
Bhn Mknan Mkna n Jadi Perumahan Sa ndang Ke se hatan P end idika n Tra nspor
I-10 II-10 III-10 IV-10S umb er: BPS DIY, diol ah
% (yo y)
Grafik 2.4 Andil Ke lompok Barang (yoy)
0
5. 000
10. 000
15. 000
20. 000
25. 000
1 5 8 12 15 19 22 26 29 2 5 9 12 16 19 23 26 30 3 8 11 15 21 28 31
Okt Nov D es
Char t Ti tl e
Bawang M erah Bawang Putih
Rp.
Graf ik 2.5 Perkembangan Harga Bawang Merah & Bawang Putih
Sumber: Dinas P ertania n Prov. DIY
5.0005.1005.2005.3005.4005.5005.6005.7005.8005.9006.0006.1006.2006.3006.4006.5006.6006.7006.8006.9007.000
1 5 8 12 15 19 22 26 29 2 5 9 12 16 19 23 26 30 3 8 11 15 21 28 31
Okt Nov Des
Be ras
Beras
Rp .
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Beras
Sumbe r: Dinas Per tan ian P ro v. DIY
20 Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
dalam kondisi khusus melakukan operasi pasar khusus untuk komoditas beras. Sejak bulan Desember
sampai dengan batas yang tidak ditentukan Pemerintah Daerah Bekerjasama dengan Bulog telah melakukan
operasi pasar khusus dan operasi pasar murni guna menambah pasokan beras di Pasar dan sekaligus
menahan kecenderungan harga beras yang meningkat.
INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, inflasi Kota Yogyakarta 1,63% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan III 2010 2,91%, namun lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 sebesar 0,30%. Inflasi
pada triwulan IV-2010 ini didorong oleh peningkatan harga kelompok Bahan Makanan sebesar 5,56%
(qtq) dengan andil 1,22%. Secara umum permintaan masyarakat relatif normal, bahkan menurut informasi
pedagang permintaan relatif turun. Faktor penyebab peningkatan harga lebih disebabkan oleh tekanan
dari sisi penawaran, yaitu karena adanya gangguan produksi pada beberapa komoditas bahan makanan,
baik karena faktor anomali musim maupun akibat Erupsi Merapi. Namun demikian, tekanan inflasi yang
terjadi dikelompok bahan makanan ini juga menjadi masalah di level nasional dan juga terjadi di negara-
negara yang berkembang.
Selain kelompok Bahan Makanan, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
juga mengalami inflasi cukup tinggi yaitu sebesar 4,1% (qtq) dan memberikan andil inflasi 0,97%.
Inflasi tersebut didorong oleh kenaikan biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 0,87% dengan
andil 0,12%. Kenaikan harga dipicu oleh naiknya harga bahan bangunan pada triwulan laporan sebagai
dampak lanjutan dari kenaikan TDL. Kelompok lain yang meningkat adalah Sandang dengan inflasi 3,00%
dan memberikan andil sebesar 0,15%. Kenaikan disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan karena
kenaikan harga emas dunia.
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ikut memberikan andil tinggi
terhadap pembentukan inflasi triwulan IV-2010 dengan kenaikan harga sebesar 1,7% dan andil
sebesar 0,35%. Kenaikan harga pada kelompok ini lebih disebakan oleh dampak dari kenaikan harga
bahan makanan jadi dan juga kenaikan beberapa komoditas di pasar internasional, seperti gula dan CPO.
- 4,00
- 2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV
20 09 2010
Bhn Mk nan Mk nan Ja di Perum ahan S andan g
Ke seha tan Pendid ikan Transpor Um um
% (qtq)
Sum ber: B PS D IY, diolah
Gra fik 2.7 Inflas i Kelompok Barang (q tq)
0,43
0,36
0,21
-0,0
4
0,01
-0,0
1 0,08
1,2
0
0,1
1
0,10
0,14
0,04
0,05
0,2
1
0,9
3
0,3
0
0,7
6
0,0
2
0,0
5
0,31
0,5
4
1,2
2
0,3
5
0,97
0,1
5
0,0
1
0,0
7
(0,1
3)
-0,20
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
Bhn Mknan Mk na n Ja di Pe ruma ha n Sa ndang Kese hatan Pendid ika n Transpor
I-10 II-10 III-10 IV-10Su mb er: BPS DIY, d iolah
% (q tq )
Grafik 2.8 Andil Kelompok Barang (qtq)
21Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
INFLASI BULANAN
Angka rata-rata inflasi bulanan (mtm) Kota Yogyakarta selama triwulan IV-2010 tercatat
sebesar 0,54%, lebih rendah dari angka rata-rata inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai
0,96%. Pada bulan Oktober 2010 Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm), lebih rendah
dibanding bulan September 2010 yang mencapai 1,06%. Inflasi pada bulan ini terutama disebabkan oleh
peningkatan harga bawang merah dan nasi (putih) serta kenaikan tarif rekreasi di beberapa tempat.
Selain itu, harga gula pasir dan beras juga mengalami peningkatan.
Pada bulan November 2010 tekanan inflasi Kota Yogyakarta menguat, ditandai dengan
angka inflasi 0,62% (mtm). Bencana erupsi Merapi yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
dan sebagian daerah Jawa Tengah pada akhir Oktober dan selama bulan November 2010 membawa
dampak bagi perekonomian daerah, khususnya daerah yang menjadi sentra produksi pertanian holtikultura
di DIY maupun di Jateng yang berlokasi di sekitar lereng gunung Merapi. Hal ini juga berdampak pada
perkembangan harga-harga, khususnya pada kelompok bahan makanan yang sebelumnya juga sudah
mendapatkan tekanan. Akibatnya, Kelompok Bahan Makanan mengalami kenaikan paling tinggi
dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya. Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami kenaikan harga
tinggi adalah 41,52% dengan andil 0,10%, buah-buahan dengan inflasi 29,10% dan memberikan andil
0,20%, sayur-sayuran (38,53%), padi-padian (15,50%), dan ikan diawetkan (14,68%).
Pada bulan Desember 2010, tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta semakin
menguat, tercermin dari angka inflasi bulanan yang tercatat 0,72 (mtm). Peningkatan inflasi pada
bulan Desember 2010 disebabkan oleh gejolak harga cabe dan beberapa komoditas lainnya yang relatif
tinggi. Namun demikian, fenomenanya lebih bersifat nasional, yaitu karena terjadinya gangguan produksi
secara nasional. Khusus untuk cabe, dengan pasokan yang berkurang maka komoditas cabe cenderung
mengalir ke daerah yang memberikan harga tertinggi, dan ini berdampak pada kenaikan harga cabe
secara nasional, walaupun sebenarnya permintaan masyarakat berkurang. Komoditas lainnya yang
meningkat tinggi dan memberikan andil cukup besar terhadap inflasi di bulan Desember tersebut adalah
% (qtq)
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflas i Andil Inf las i Andil Inf las i Andil In flas i Andil In flas i Andil In flas i Andil
1 Bahan Makanan 1,11 0,23 -0,85 -0,17 5,30 1,08 -1,57 -0,33 2,10 0,43 5,77 1,20 4,27 0,93 5,56 1,22
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,46 0,49 1,71 0,35 1,64 0,34 1,49 0,31 1,73 0,36 0,52 0,11 1,42 0,30 1,70 0,35
3 Perumahan, Ai r, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,53 0,13 -0,09 -0,02 0,55 0,13 0,40 0,10 0,87 0,21 0,44 0,10 3,23 0,76 4,10 0,97
4 Sandang 5,07 0,26 -2,53 -0,14 0,60 0,03 0,27 0,14 -0,68 -0,04 2,59 0,14 0,44 0,02 3,00 0,15
5 Kesehatan 0,62 0,04 0,71 0,04 0,30 0,02 0,22 0,01 0,14 0,01 0,72 0,04 0,86 0,05 0,24 0,01
6 Pendi di kan, Rekreasi & Olahraga 0,12 0,01 0,07 0,01 2,04 0,21 0,03 0,00 -0,13 -0,01 0,54 0,05 3,10 0,31 0,71 0,07
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -3,45 -0,46 0,19 0,02 2,14 0,27 -0,04 -0,01 0,64 0,08 1,63 0,21 4,26 0,54 -1,00 -0,13
0,59 0,59 0,11 0,11 1,90 1,90 0,30 0,30 1,00 1,00 1,65 1,65 2,91 2,91 1,63 1,63S umbe r: BPS Propinsi DIY, d iolah.
UMUM
II
2009 2010
IV
Tabel 2.2Inflasi Triwulanan
No Kelompok I IIIII II I IV I
22 Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
beras, minyak goreng dan ayam goreng. Sementara itu untuk kelompok barang lainnya pergerakannya
relatif normal.
INFLASI INTI DAN NON INTI
Selama triwulan IV-2010, analisis terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti
menunjukkan pada periode laporan tekanan inflasi dari sisi permintaan relatif menurun. Survei
Konsumen (SK) periode Oktober - Desember 2010 menunjukkan ekspektasi responden terhadap kenaikan
harga 3 bulan yang akan datang relatif menurun dari periode sebelumnya. Indeks tersebut pada triwulan
III-2010 tercatat sebesar 176,5 dan menurun menjadi 162 pada triwulan IV-2010. Di sisi lain, nilai tukar
Rupiah terhadap USD cenderung stabil di posisi menguat juga menjadi salah satu faktor yang menurunkan
inflasi inti dari sisi imported inflation.
% (mtm)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 Bahan Makanan 1,60 0,66 -0,17 0,85 0,10 4,77 4,61 -1,27 0,96 0,37 2,48 2,62
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,92 0,69 0,11 0,16 0,10 0,26 0,22 0,32 0,88 0,79 0,42 0,48
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,42 0,16 0,29 0,13 0,06 0,25 0,38 1,75 1,07 0,25 0,18 0,44
4 Sandang -0,69 -0,41 0,42 0,09 1,27 1,21 -0,39 -0,30 1,13 1,40 0,76 0,81
5 Kesehatan 0,05 0,10 -0,01 0,31 0,03 0,38 0,11 0,51 0,23 0,18 0,24 -0,19
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0,01 0,00 -0,12 -0,04 -0,01 0,60 0,20 1,12 1,75 0,78 -0,07 -0,01
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,17 0,20 0,27 0,10 0,14 1,39 3,05 -0,04 1,22 -1,08 0,03 0,06
0,57 0,31 0,13 0,25 0,14 1,26 1,40 0,43 1,06 0,28 0,62 0,72Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
No
UMUM
IV-2010
Tabel 2.3Inflasi Bulanan
II-2010Kelompok
I-2010 III-2010
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
I II III I V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Sumbe r: Survei Konsumen
Grafik 2.9 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
12.000
13.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Ni lai Tukar Rupi ah t hd USD
Nilai Tuk ar Rupia h thd US D
Rp.
Grafik 2.10 Perkembangan Nilai Tu kar Ru piah
23Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
7,11 6,65
6, 04
6,73
7,38
‐
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
S ema rang Surakarta Purwokerto Teg al Yog yak arta
Yoy/Ytd
%
S umber: BP S DIY
Grafik 2.11 Inflasi Kota-kota Tetangga Tw IV-2010
INFLASI KOTA-KOTA TETANGGA
Dibandingkan dengan beberapa kota di Jawa Tengah, inflasi tahunan Kota Yogyakarta
(7,38%) menempati peringkat tertinggi dan diikuti oleh kota Semarang (7,11%) di peringkat
kedua. Seluruh kota di Jawa Tengah dan DIY mengalami inflasi, dengan kota Purwokerto mencatat
inflasi tahunan terendah sebesar 6,04%, diikuti dengan kota Surakarta sebesar 6,65% dan kota Tegal
6,73%.
25Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3PPPPPerkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perbankanerbankanerbankanerbankanerbankan
Percepatan pertumbuhan ekonomi DIY memberikan dampak pada peningkatan kegiatan
perbankan di DIY yang juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010. Secara tahunan, aset
dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 18,89% dan 16,59%. Penyaluran
kredit perbankan DIY tumbuh 20,19%(yoy) sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan DIY
menjadi 57,45%(yoy) meskipun sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya 58,76%. Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh lebih pesat, aset tumbuh
37,48% (yoy), penghimpunan dana tumbuh 49,34%(yoy) dan pembiayaan tumbuh 38,26%. Secara
keseluruhan kinerja perbankan di DIY masih cukup baik, tercermin pada NPLs yang sebesar 3,19%.
ASET
Hingga akhir triwulan IV-2010 volume usaha perbankan DIY menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, salah satunya tercermin dari aset perbankan yang
tumbuh 18,89% (yoy). Pada sisi pasiva, pertumbuhan aset berasal dari pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang meningkat 16,59%, sedangkan di sisi aktiva berasal dari pertumbuhan Kredit
sebesar 20,19%.
INTERMEDIASI PERBANKAN
Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan laporan cukup baik. Relatif baiknya
kinerja kredit perbankan tidak terlepas dari membaiknya kinerja ekonomi Nasional maupun DIY yang
mendorong peningkatan permintaan kredit. LDR perbankan DIY sebesar 57,45%, sedikit menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya 58,76%. Penurunan LDR tersebut disebabkan karena lebih tingginya
I I I I I I IV I I I I II IV I II II I IV
1 Aset Mi liar Rp 19.141 19.493 20.159 20.919 21.438 21.796 23.248 24.572 25.703 26.232 26.770 29.212
Pertumbuhan % (yoy) 16,44 15,55 13,10 10,34 12,00 11,81 15,32 17,46 19,89 20,35 15,15 18,89
2 Dana Pihak Keti ga Mi liar Rp 16.599 16.920 17.265 18.017 18.732 19.302 20.436 21.034 21.429 22.573 22.983 24.524
Pertumbuhan % (yoy) 12,44 12,35 10,23 9,53 12,85 14,08 18,37 16,74 14,40 16,95 12,46 16,59
3 K redit Mi liar Rp 9.184 9.922 10.562 10.475 10.673 11.030 11.287 11.723 12.324 12.996 13.505 14.090
Pertumbuhan % (yoy) 22,67 22,61 22,74 15,64 16,22 11,17 6,86 11,91 15,46 17,83 19,66 20,19
4 Loan to Deposi t Rati o % 55,33 58,64 61,18 58,14 56,98 57,14 55,23 55,74 57,51 57,57 58,76 57,45
5 Non Performi ng Loans (Gross ) % 5,30 4,89 4,84 2,54 3,12 3,95 4,37 3,20 3,38 3,51 3,50 3,19
2010
Tabel 3.1Indikator Perbankan
2009No Uraian Satuan 2008
26 Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
laju pertumbuhan (qtq) DPK yang mencapai 6,7% dibanding dengan laju pertumbuhan (qtq) kredit yang
hanya sebesar 4,33%.
PENGHIMPUNAN DANA
Pada triwulan IV-2010 (yoy) dana masyarakat yang dihimpun perbankan di DIY masih
tumbuh, namun tidak secepat dibanding triwulan sebelumnya. Pada posisi akhir triwulan IV-2010
DPK naik 16,60% (yoy) menjadi Rp24.524 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar 12,46%. Aliran masuk tersebut disebabkan adanya aliran dana masuk ke Yogya untuk bantuan
merapi, musim liburan sekolah dan hari raya keagamaan.
Kenaikan Penghimpunan DPK perbankan bersumber dari kenaikan seluruh komponen
DPK. Peningkatan tertinggi dialami oleh Tabungan sebesar 17,56% dengan outstanding Rp9.119 miliar.
Selanjutnya Deposito meningkat 17,43% (Rp12.305 miliar) dan giro meningkat sebesar 10,80% (Rp3.076
miliar). Peningkatan tabungan tertinggi terjadi pada rekening milik perseorangan, peningkatan deposito
terjadi pada rekening milik BUMN, dan peningkatan giro terjadi pada rekening milik perusahaan bukan
-5
0
5
10
15
20
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
D PK % (ytd) %(yoy)
%
Grafik 3.3 DPK Perbankan
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
0
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
DPK (rhs) I nflasi Yk BI Rate
Milia r Rp%
Grafik 3.4 BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan
3035
40
4550
55
6065
70
75
8085
90
I II I II IV I II III IV I II II I IV
2008 2009 2010
LDR N asional* LDR DI Y
%
*) s.d November 2010
Grafik 3.2 LDR DIY & Nasio nal
30
35
40
45
50
55
60
65
70
I I I III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
Grafik 3.1 LDR DIY
27Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
1 Diwakili oleh Deposito Bank Umum yang mendominasi pangsa Deposito DIY yaitu sebesar 93,67%.
lembaga keuangan. Penurunan rekening terbesar terjadi pada rekening giro milik pemerintah daerah dan
diduga digunakan untuk pembayaran proyek dan belanja daerah.
Struktur atau komposisi DPK perbankan di DIY tidak berubah, masih didominasi Tabungan
(50,18%). Hal ini terkait karakteristik Yogyakarta sebagai kota pelajar, dengan jumlah mahasiswa tercatat
lebih dari 221 ribu (2008). Jumlah mahasiswa tersebut sebagian besar berasal dari luar DIY yang
membutuhkan tabungan sebagai sarana transfer uang sekolah dan biaya hidup. Selain itu juga dipengaruhi
oleh kelebihan yang dimiliki tabungan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
Komposisi Deposito perbankan DIY1 relatif tidak berubah, yakni didominasi oleh Deposito
dengan jangka waktu 1 bulan dengan porsi sebesar 50,75%. Porsi Deposito 1 bulan ini menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (52,29%), maupun triwulan III-2009 (58,08%). Penurunan porsi deposito
dengan jangka waktu 1 bulanan dikarenakan adanya pergeseran jangka waktu deposito, menjadi 3
bulanan atau lebih. Dari data yang ada, diketahui bahwa secara lambat laun terjadi perpindahan jangka
waktu dari deposito jangka pendek ke jangka menengah dan panjang. Hal ini ditunjukkan oleh data
Triwulan I-2007 dengan porsi deposito jangka waktu 1 bulan sebesar 70,57% yang menurun menjadi
50,75% pada Triwulan IV-2010.
PENYALURAN KREDIT
Penyaluran kredit perbankan DIY pada Triwulan IV-2010 mengalami percepatan
pertumbuhan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, maupun triwulan IV-2009.
Pada triwulan laporan pertumbuhan Kredit mencapai 20,19% (yoy) dengan outstanding Rp14.090 miliar,
dan secara triwulan naik 4,33% (qtq). Percepatan ini terjadi karena peningkatan permintaan dan realisasi
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Deposito Giro Tabungan
Miliar Rp
Grafik 3.6 Komposisi DPK Perbankan
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
D eposito Giro Tabungan
% (yoy)
Grafik 3.5 Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY
28 Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
2 Diwakili oleh kredit Bank Umum dengan pangsa 86,45% dari total kredit perbankan DIY.3 Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan &Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektortradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.
kredit yang meningkat sejalan dengan perekonomian yang membaik. Pertumbuhan terbesar terjadi di
kredit Investasi yang mencapai 21,74% (yoy), kemudian diikuti Kredit Konsumsi 21,40% dan Modal Kerja
18,23%. Tingginya realisasi kredit Investasi ini dipengaruhi oleh masih terus berlanjutnya kegiatan investasi
di sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR) dan Industri pengolahan dan ekspektasi dunia usaha
yang masih positif. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit perbankan disalurkan untuk
kredit konsumsi (48,21%), kemudian diikuti oleh modal kerja (38,95%) dan sisanya untuk investasi
(12,84%).
Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY2 disalurkan kepada sektor unggulan
khususnya yang non tradable3. Sektor yang mendominasi kredit perbankan adalah sektor Lain-lain
(54,49%) yang sebagian besar kredit bersifat konsumtif. Selanjutnya diikuti oleh kredit di sektor
Perdagangan, Hotel & Restoran (23,96%), Jasa Dunia Usaha (7,10%) dan Industri Pengolahan (6,31%).
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Total Kredit yoy ytd
%Miliar Rp
Grafik 3.7 Kredit Perbankan
-20
-10
0
10
20
30
40
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Kredit Moda l Ke rj a yoy ytd
%Miliar Rp
Grafik 3 .8 Kredit Modal Kerja
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Kredit Investasi y oy y td
%Miliar Rp
Grafik 3 .9 Kredit Investasi
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Kredit Konsumsi y oy ytd
%M iliar Rp
Grafik 3.10 Kredit Konsu msi
29Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Sedangkan yang paling kecil memperoleh kredit adalah sektor Pertambangan (0,07%), Listrik, Gas & Air
Bersih (0,34%) dan Pengangkutan dan komunikasi (0,82%).
Sementara itu, dilihat dari percepatan pertumbuhannya, sektor yang paling besar mengalami
percepatan pertumbuhan adalah sektor Jasa Sosial 69,83% (yoy), diikuti sektor Lain-lain 36,51%, Sektor
Konstruksi 35,84% Sektor Listrik, Gas dan Air 22,19%, dan Sektor perindustrian 11,42%. Sebaliknya
sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan kreditnya adalah sektor Pertanian (-16,56%).
STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Risiko Kredit
Peningkatan Kredit pada periode laporan dibarengi dengan penurunan NPL. PerekonomianDIY yang mulai membaik dan disisi lain suku bunga kredit yang cenderung turun diperkirakan menjadipendorong peningkatan penyaluran kredit perbankan. Dengan komitmen perbankan untuk senantiasamenjaga dan memperbaiki kualitas kreditnya, maka NPL perbankan turun menjadi sebesar Rp449 miliar.Rasio NPL relatif tetap dari 3,2% pada triwulan IV-2009 menjadi 3,19% pada triwulan laporan.
Dari sisi penggunaan kredit Bank Umum, penurunan rasio NPL dialami oleh seluruh
jenis penggunaan kredit. NPL kredit Konsumsi 1,74%, kredit investasi 2,34% dan kredit modal kerja
4,23%, lebih rendah dari triwulan II-2009 masing-masing 2,14%, 3,80% dan 6,19%. Sementara itu
berdasarkan sektor ekonominya, rasio NPL tertinggi terdapat pada sektor Konstruksi dan sektor Industri,
masing-masing sebesar 14,74% dan 5,23%. Sedangkan untuk sektor ekonomi lainnya berada di bawah
5,0%. NPL sektor konstruksi utamanya disebabkan karena meningkatnya harga material dan siklus proyek
konstruksi sedangkan untuk NPL sektor Industri diduga karena adanya dampak merapi.
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2 007 2 008 2009 2010
Perta nia n Jasa Sosial Ma sya rak at Ja sa Dunia Usaha
Industr i P HR
Milia r Rp
Grafik 3.11 Kredit Bank Umum Sektor Ekon omi Utama
-
1. 000
2. 000
3. 000
4. 000
5. 000
6. 000
7. 000
-25
50 75
100 125
150 175
200 225
250 275
300
I I I II I IV I I I I I I IV I I I I II IV
2008 2009 2010
P ertambanga n LGA Konstruksi T ra nsportasi Lai n2 (rhs)
Milia r Rp
Grafik 3.12 K redit Sektor Ekonomi Lainnya
30 Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Risiko Likuiditas
Pada triwulan laporan risiko likuiditas perbankan DIY secara umum masih terkendali.
Bank di DIY mengalami kelebihan likuiditas sebagaimana tercermin pada LDR yang relatif rendah. Kelebihan
likuiditas tersebut antara lain ditempatkan pada rekening antar kantor, SBI, penempatan pada bank lain,
surat berharga dan penempatan pada Bank Indonesia (selain Giro dan SBI).
PERBANKAN SYARIAH
Aset Perbankan Syariah
Volume usaha Perbankan Syariah tumbuh 37,48% (yoy), yaitu dari Rp1.287 miliar pada
triwulan IV-2009 menjadi Rp1.769 miliar pada triwulan IV-2010. Dari sisi aktiva peningkatan kinerja
Perbankan Syariah terutama bersumber dari peningkatan pembiayaan 49,34%, sementara dari sisi pasiva
DPK naik 38,26%. Dengan demikian, pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan di
0
1
2
3
4
5
6
-
100
200
300
400
500
600
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Nomina l Rasio
Milia r Rp %
Grafik 3.13 Non Performin g Loans DIY
0
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010
Modal Kerja Investasi Konsumsi
%
Grafik 3.14 NPL Bank Umum per Jenis Pengg unaan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010Jasa Sosia l Masy arakat Industri Pertani an
PHR Jasa Duni a Usaha
Grafik 3.15 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010
Transportasi La in2 Pertambangan Konstruksi
%
Grafik 3.16 NPL Bank Umum - Sekto r Ekonomi Lainnya
31Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
DIY meningkat dari 6,06% (2009) menjadi 6,06% pada triwulan IV-2010. Pangsa tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan pangsa volume usaha perbankan syariah secara nasional (3,02%).
Intermediasi Perbankan Syariah
Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to Deposit Ratio
(FDR) mengalami penurunan. FDR triwulan laporan sebesar 73,16%, lebih rendah dibandingkan triwulan
IV-2009 (79,02%) dan triwulan III-2010 (75,25%). Penurunan FDR disebabkan pertumbuhan pembiayaan
yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dananya. Sementara itu, jika dirinci
berdasarkan kelompok bank, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki FDR 113,46%, lebih
tinggi dibanding FDR Bank Umum hanya 70,09%. FDR BPRS lebih besar dibandingkan dengan total DPK
yang dihimpun dan melakukan pembiayaan dengan modal sendiri.
Penghimpunan Dana
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada triwulan laporan
Rp1.323 miliar, tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun lebih
tinggi dibanding triwulan IV-2009. Sedikit berbeda dengan Perbankan secara umum, komposisi DPK
Perbankan Syariah didominasi oleh Deposito sebesar 48,45% atau Rp641 miliar, sedangkan Tabungan
memiliki pangsa 44,95% atau Rp595 miliar dan Giro dengan pangsa terkecil sebesar 6,60% atau Rp87
miliar.
Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan
Pembiayaan yang telah disalurkan oleh Perbankan Syariah pada triwulan IV-2010 tumbuh
(yoy) 38,26%, lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan III-2010 sebesar
33,82% dan triwulan IV-2009 (25,15%). Tingginya pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tidak
Milia r Rp
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI Aset 907 1. 020 1.139 1. 287 1 .495 100 ,00 16 ,14 64 ,84 1.433 100,00 -4,11 40,47 1. 570 100, 00 9, 57 37, 84 1.769 100 ,00 12 ,67 37 ,48 1 Bank Umum S yaria h 841 948 1.057 1. 194 1 .400 93 ,67 17 ,30 66 ,54 1.332 92,91 -4,89 40,41 1. 460 92, 94 9, 60 38, 04 1.643 92 ,85 12 ,56 37 ,63 2 Bank Pe mb iaya an Rak yat Syar iah 66 72 82 93 95 6 ,33 1 ,38 43 ,12 102 7,09 7,42 41,21 111 7, 06 9, 13 35, 22 127 7 ,15 14 ,10 35 ,59 I I Penghimpunan Dana (Deposit) 670 717 814 886 1 .010 100 ,00 14 ,02 50 ,86 1.067 100,00 5,68 48,86 1. 206 100, 00 12, 96 48, 21 1.323 100 ,00 9 ,72 49 ,34 A Jenis Bank 670 717 814 886 1 .010 100 ,00 14 ,02 50 ,86 1.067 100,00 5,68 48,86 1. 206 100, 00 12, 96 48, 21 1.323 100 ,00 9 ,72 49 ,34 1 Bank Umum S yaria h 622 667 757 823 943 93 ,33 14 ,57 51 ,54 998 93,49 5,85 49,55 1. 124 93, 25 12, 67 48, 56 1.229 92 ,92 9 ,33 49 ,40 2 Bank Pe mb iaya an Rak yat Syar iah 47 50 57 63 67 6 ,67 6 ,79 41 ,92 69 6,51 3,19 39,67 81 6, 75 17, 07 43, 53 94 7 ,08 15 ,13 48 ,53 B Jenis Simpanan 670 717 814 886 1 .010 100 ,00 14 ,02 50 ,86 1.067 100,00 5,68 48,86 1. 206 100, 00 12, 96 48, 21 1.323 100 ,00 9 ,72 49 ,34 1 Giro 70 59 74 66 85 8 ,43 29 ,25 21 ,28 99 9,23 15,65 67,05 86 7, 14 -12, 63 16, 57 87 6 ,60 1 ,45 32 ,49 2 T abunga n 337 359 388 428 425 42 ,09 -0 ,79 26 ,27 468 43,83 10,05 30,20 531 44, 04 13, 52 36, 96 595 44 ,95 11 ,99 38 ,80 3 De posito 263 299 352 392 500 49 ,48 27 ,66 90 ,28 501 46,95 0,26 67,71 589 48, 82 17, 46 67, 23 641 48 ,45 8 ,88 63 ,70 III Penyal uran Dana (Financing) 576 615 678 700 740 100 ,00 5 ,71 28 ,57 816 100,00 10,23 32,54 907 100, 00 11, 23 33, 82 968 100 ,00 6 ,67 38 ,26 A Jenis Bank 576 615 678 700 740 100 ,00 5 ,71 28 ,57 816 100,00 10,23 32,54 907 100, 00 11, 23 33, 82 968 100 ,00 6 ,67 38 ,26 1 Bank Umum S yaria h 518 553 609 627 661 89 ,30 5 ,42 27 ,58 725 88,92 9,76 31,08 805 88, 72 10, 99 32, 07 862 89 ,02 7 ,03 37 ,47 2 Bank Pe mb iaya an Rak yat Syar iah 58 62 68 73 79 10 ,70 8 ,13 37 ,44 90 11,08 14,15 45,52 102 11, 28 13, 16 49, 36 106 10 ,98 3 ,86 45 ,07 B Jenis Penggunaan 576 615 678 700 740 100 ,00 5 ,71 28 ,57 816 100,00 10,23 32,54 907 100, 00 11, 23 33, 82 968 100 ,00 6 ,67 38 ,26 1 Modal Ke rja 310 343 387 395 399 53 ,95 1 ,18 28 ,71 444 54,41 11,18 29,39 482 53, 12 8, 60 24, 61 460 47 ,54 -4 ,53 16 ,62 2 In vestasi 94 97 107 109 110 14 ,90 0 ,70 17 ,79 123 15,03 11,23 26,96 127 14, 05 3, 91 18, 78 123 12 ,72 -3 ,40 12 ,43 3 Konsumsi 172 176 184 196 231 31 ,15 17 ,63 34 ,18 249 30,56 8,11 41,74 298 32, 83 19, 53 61, 95 385 39 ,74 29 ,11 96 ,26 IV Non Performing Financing (NPF) 2, 38 2 ,43 5, 11 2 ,05 2,43 3, 26 4 ,75 3, 96 1 Bank Umum S yaria h 2, 06 2 ,09 4, 95 1 ,56 1,84 2, 84 4 ,37 3, 77 2 Bank Pe mb iaya an Rak yat Syar iah 5, 23 5 ,40 6, 51 6 ,31 7,31 6, 65 7 ,80 5, 56 V F inancing to Deposi t Rati o (FDR)1 85, 96 85 ,83 83, 34 79 ,02 73,26 76, 41 75 ,25 73, 16 1 Bank Umum S yaria h 83, 25 82 ,91 80, 53 76 ,17 70,09 72, 67 71 ,59 70, 09 2 Bank Pe mb iaya an Rak yat Syar iah 121, 46 124 ,88 120, 86 116 ,16 117,62 130, 11 125 ,77 113, 46
No
2010IV
Posisi PangsaPtumb (%)
III
Posisi PangsaPtumb (%)
II
Posisi Pangsa
I
Posi si PangsaPtumb (% )IV
Tabel 3.2Indikator P erbankan Syariah
I I
2009
II IIUra ian
Ptumb (% )
32 Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
terlepas dari pasar yang cukup besar. Hal ini juga tercermin dari tingginya deposan di bank ini Fakta juga
menunjukkan bahwa share Perbankan Syariah secara nasional sudah hampir mencapai 3%.
Sementara itu, kualitas pembiayaan perbankan Syariah yang tercermin dari rasio Non Performing
Financing (NPF) relatif stabil. Kualitas pembiayaan yang bermasalah masih berada di dalam batas aman
(di bawah 5,00%). Pada triwulan laporan NPF perbankan syariah tercatat sebesar 3,96%. Berdasarkan
jenisnya, NPF Bank Umum Syariah tercatat sebesar 3,77%, sedangkan NPF BPRS tercatat sebesar 5,56%.
33Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Erupsi Merapi yang terjadi pada tanggal 26
Oktober, 4 dan 5 November 2010 merupakan
letusan terbesar dalam 100 tahun terakhir.
Ratusan ribu orang mengungsi karena kehilangan
tempat tinggal, ribuan hektar lahan pertanian
hancur, dan infrastruktur rusak parah. Erupsi
merapi memiliki dampak yang besar terhadap
kondisi perekonomian di wilayah sekitar gunung
tersebut. Dampak sekunder erupsi merapi yang
berupa banjir dan lahar dingin juga menimpa
daerah lain. Banjir dan lahar dingin tersebut
dikhawatirkan akan terus terjadi hingga beberapa
periode ke depan mengingat masih banyaknya
sisa material vulkanik yang dikeluarkan merapi
pada waktu erupsi. Beberapa kejadian tersebut
antara lain pada hari Senin tanggal 6 Desember
2010. Sejak adanya peningkatan radius aman
dari merapi (> 20 Km), terdapat beberapa kantor
kas, kantor cabang, maupun kantor pusat bank
yang tutup dan menunggu perkembangan lebih
lanjut atas status waspada merapi. BI telah
memerintahkan bank-bank tersebut untuk
mengamankan semua dokumen dan
memindahkan layanan dari kantor bank ke
daerah yang aman dari bencana erupsi Merapi.
Seluruh kantor bank di kawasan DIY sudah mulai
beroperasi kembali mulai tanggal 30 November
2010.
Mengingat besarnya dampak erupsi
terhadap perekonomian di kawasan merapi,
terjadi kekhawatiran bahwa masyarakat tidak
dapat melakukan pembayaran terhadap kredit yang
mereka peroleh dari bank. Dengan adanya hal
tersebut, Bank Indonesia mengambil langkah cepat
untuk mengeluarkan peraturan terkait dengan
perlakuan khusus kredit bank di beberapa kecamatan
di empat kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah yang terkena bencana erupsi
Gunung Merapi. Hal ini tercantum dalam Keputusan
Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/80/KEP.GBI/2010
tanggal 8 Desember 2010. Keputusan tersebut berisi
penetapan beberapa kecamatan di Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan
Kabupaten Magelang, Boyolali, serta Klaten, Jawa
Tengah, yang memerlukan perlakuan khusus kredit
bank. Beberapa kecamatan itu antara lain
Kecamatan Candimulyo, Grabag, Ngablak, Pakis,
Tegalrejo, Dukun, Mungkid, Muntilan, Ngluwar,
Salam, Sawangan, Srumbung, Borobudur, dan
Mertoyudan di Kabupaten Magelang. Selanjutnya
Kecamatan Cepogo, Musuk, dan Selo di Kabupaten
Boyolali, kemudian Kecamatan Kemalang di
Kabupaten Klaten, serta Kecamatan Cangkringan,
Pakem, Ngemplak, Turi, dan Tempel di Kabupaten
Sleman. Tata cara perlakuan khusus terhadap kredit
bank di daerah tersebut mengacu pada Peraturan
Bank Indonesia Nomor 8/15/PBI/2006 tanggal 5
Oktober 2006 tentang Perlakuan Khusus terhadap
Kredit Bank bagi Daerah-Daerah Tertentu di
Indonesia yang Terkena Bencana Alam. Keputusan
Gubernur Bank Indonesia itu berlaku selama tiga
tahun terhitung sejak 26 Oktober 2010. Keputusan
BoksBoksBoksBoksBoksPPPPPotensi Kredit Bermasalah Potensi Kredit Bermasalah Potensi Kredit Bermasalah Potensi Kredit Bermasalah Potensi Kredit Bermasalah Pasca Erupsi Merasca Erupsi Merasca Erupsi Merasca Erupsi Merasca Erupsi Merapiapiapiapiapi
34 Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Gubernur tersebut dikeluarkan karena erupsi Merapi
di sebagian wilayah Jawa Tengah dan DIY telah
menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja
perbankan, serta mengganggu perekonomian di
daerah tersebut. Salah satu upaya untuk
mendukung pemulihan kinerja perbankan dan
kondisi perekonomian di daerah itu adalah dengan
memberikan perlakuan khusus dalam penetapan
kualitas terhadap kredit bank dengan jumlah
tertentu, dan kredit yang direstrukturisasi.
Bank Indonesia Yogyakarta secara aktif
mengumpulkan data terkait dengan debitur yang
berpotensi bermasalah disebabkan erupsi Merapi.
Bank Indonesia Yogyakarta telah berkoordinasi
dengan seluruh bank umum maupun bank
perkreditan rakyat untuk melaporkan kondisi dan
potensi debitur mereka. Total Kantor Bank yang ada
di Yogyakarta terdiri dari 37 Bank Umum dan 64
Bank Perkreditan Rakyat. Dari seluruh bank
tersebut, yang melaporkan memiliki debitur dengan
potensi bermasalah karena erupsi merapi sebanyak
15 Bank Umum dan 48 BPR (tabel 1). Seluruh data
yang ditampilkan dalam laporan ini adalah data
kompilasi sampai dengan 31 Desember 2010.
Tabel 1. Jumlah debitur dan baki debet yang
berpotensi bermasalah akibat bencana erupsi merapi
Sumber: Kompilasi Laporan BPR dan Bank Umum
oleh Bank Indonesia
Debitur yang berpotensi bermasalah tersebut
terutama dikarenakan bahwa debitur tersebut
bertempat tinggal atau bekerja di daerah yang
terkena erupsi merapi. Kecamatan dengan debitur
yang berpotensi bermasalah terbanyak adalah
kecamatan Cangkringan dan Pakem dengan baki
debet untuk kecamatan Cangkringan sebesar
Rp14.149.100.057 dan kecamatan Pakem sebesar
Rp45.391.311.259. Sesuai dengan surat dari Bupati
Sleman terkait dengan kondisi kecamatan yang
terkena dampak cukup parah dan mengakibatkan
kegiatan ekonomi lumpuh, yaitu: kecamatan
Cangkringan, Pakem, Turi, Ngemplak, dan Tempel.
Hal ini juga tercermin pada laporan dari perbankan.
Total debitur untuk kelima kecamatan tersebut
mencapai 5.301 debitur, dengan baki debet sebesar
Rp102.585.106.694. Secara prosentase, total debitur
5 kecamatan tersebut mencapai 79,06% dari total
debitur bermasalah dan 65,31% dari total baki debet
(tabel 2).
Tabel 2. Jumlah debitur dan baki debet yang
berpotensi bermasalah akibat bencana erupsi merapi
per kecamatan
Sumber: Kompilasi Laporan BPR dan Bank Umum
oleh Bank Indonesia
No Keterangan Debitur Baki Debet (Rp)1 Bank Umum Pemerintah 2.821 59.931.068.803 2 Bank Umum Swasta 1.141 54.663.669.084 3 BPR/BPRS 2.743 42.488.320.287
6.705 157.083.058.174 Total
35Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Untuk sektor ekonomi, dari sepuluh sektor
yang ada, sektor dengan potensi debitur bermasalah
terbanyak adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran (PHR) dengan total debitur sebesar 1.744
dan total baki debet sebesar Rp50.293.446.555 (tabel
1).
a
Kebijakan yang telah diambil oleh perbankan
adalah pembebasan bunga, denda, dan ongkos
(BDO), kemungkinan hapus buku, dan kebijakan
lainnya yang disesuaikan dengan kondisi masing-
masing debitur bahkan tidak menutup
kemungkinan untuk memberikan injeksi kredit
baru kepada debitur untuk membantu pemulihan
usaha, dengan pemberian keringanan bunga.
Bank tertentu bekerjasama dengan surat kabar
harian Republika dan P2EB UGM menggagas
“Dana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pasca Erupsi Gunung Merapi”. Program ini
mengumpulkan dana dari masyarakat (khususnya
Baitul Maal Wat Tamwil/BMT), dimana dana
Tabel 3. Jumlah debitur dan baki debet yang berpotensi bermasalah akibat bencana erupsi merapi per
sektor ekonomi
Sumber:Kompilasi Laporan BPR dan Bank Umum oleh Bank Indonesia
tersebut menjadi titik awal untuk pemberdayaan
debitur korban gempa dengan sistem channeling
kepada end user. Sampai dengan saat ini masih terus
dilakukan identifikasi terhadap debitur yang
berpotensi bermasalah karena erupsi merapi.
Perlakuan kredit terhadap debitur tersebut akan
disesuaikan oleh masing-masing bank dan tergantung
pada seberapa parah keadaan usaha debitur.
37Bab 4 - Perkembangan Sistem Pembayaran
BBBBBAB 4AB 4AB 4AB 4AB 4PERKEMBPERKEMBPERKEMBPERKEMBPERKEMBANGAN SISTEM PEMBANGAN SISTEM PEMBANGAN SISTEM PEMBANGAN SISTEM PEMBANGAN SISTEM PEMBAAAAAYYYYYARANARANARANARANARAN
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DIY pada triwulan IV-2010 menurun cukup
signifikan seiring dengan pola transaksi pasca Lebaran dimana masyarakat kembali menyimpan uangnya
di perbankan. Selain itu, perbankan juga cenderung untuk menahan dananya untuk menghadapi perayaan
Natal dan Tahun Baru serta libur sekolah yang berlangsung di akhir tahun. Di bidang sistem pembayaran
tunai pada triwulan laporan, terjadi net cash outflow dengan rata-rata Rp4 miliar tiap bulan, sementara
pada triwulan sebelumnya, terjadi net cash inflow sebesar Rp326 miliar. Secara keseluruhan posisi kas di
Bank Indonesia Yogyakarta berada pada level Rp546 miliar, menurun dari triwulan sebelumnya yang
mencapai Rp1.291 miliar. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya penarikan oleh perbankan pada bulan
Desember 2010. Nilai nominal rata-rata net incoming transfer RTGS Rp4.707 miliar. Sementara transaksi
kliring mengalami penurunan, rata-rata nilai nominal transaksi harian kliring sebesar Rp30 miliar, lebih
rendah 22% dari triwulan III-2010 (Rp39 miliar). Sementara itu, pada triwulan laporan temuan uang palsu
mencapai 1.567 lembar, meningkat sangat signifikan jika dibandingkan dengan temuan sebelumnya
yaitu 94 lembar.
SISTEM PEMBAYARAN TUNAI
Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) dan Keluar (Cash Outflow)
Pada triwulan IV-2010, pasca Hari Raya Idul Fitri, rata-rata aliran uang kas masuk dan keluar
mengalami penurunan. Jumlah rata-rata cash inflow per bulan pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar
Rp387 miliar, turun sebesar 61,39% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang mencapai
Rp1.003 miliar. Sedangkan jumlah rata-rata cash outflow juga turun sebesar 42,27%(qtq) dari Rp677
Miliar Rp
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Posisi Kas 1.160 712 286 505 1.146 865 526 659 969 919 1.291 546 -57,66
2 Rata-rata Cash Inflow/Bulan 298 251 488 399 353 189 477 315 248 239 1.003 387 -61,39
3 Rata-rata Cash Outflow/Bulan 90 303 529 226 92 255 515 115 152 155 677 391 -42,27
4 Rata-rata Net Cash Inflow/Bulan 208 (52) (41) 173 261 (66) (38) 200 97 84 326 (4) -101,14Keterangan:
1) Triwulan IV-2010 dibandingkan Triwulan III-2010 (dalam %).
Tabel 4.1Indikator Sistem Pembayaran Tunai
No Uraian Ptumb12008 2009 2010
38 Bab 4 - Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp391 miliar pada triwulan laporan. Hal ini menyebabkan rata-
rata net cash inflow pada triwulan III-2010 berubah menjadi rata-rata net cash outflow Rp4 miliar pada
triwulan IV-2010. Cash outflow dari Bank Indonesia Yogyakarta melalui penarikan perbankan meningkat
dari bulan November ke Desember 2010 seiring dengan persiapan menghadapi libur akhir tahun yang
bersamaan dengan libur anak sekolah. Masa libur pada akhir tahun 2010 diisi dengan berbagai even
yang digelar oleh pemerintah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota, dalam
rangka pemulihan perekonomian DIY pasca erupsi Merapi.
Dipengaruhi oleh perkembangan transaksi tunai yang melambat di triwulan IV-2010, posisi kas
di KBI Yogyakarta mengalami penurunan signifikan sebesar 57.66% (qtq) dari Rp1.291 miliar
menjadi Rp546 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh tidak kembalinya dana dari perbankan, karena
masa Lebaran yang dekat dengan akhir tahun sehingga perbankan cenderung untuk menahan perputaran
dananya. Selain itu, terjadi peningkatan penarikan dana oleh perbankan dalam menghadapi libur akhir
tahun.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Dalam rangka melaksanakan clean money policy, KBI Yogyakarta secara rutin melakukan kegiatan
penyortiran dan peracikan uang yang tidak layak edar dengan menggunakan Mesin Sortir Uang
Kertas (MSUK) dan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Uang yang dikategorikan sebagai uang tidak
layak edar dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) untuk kemudian dilakukan pemusnahan.
Jumlah PTTB pada triwulan IV-2010 meningkat sebesar 25,64%(qtq) dari Rp607 miliar menjadi Rp762
miliar. Peningkatan PTTB ini menunjukkan bahwa preferensi masyarakat untuk memegang uang Hasil
Cetak Sempurna tinggi.
39Bab 4 - Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar PTTB terbesar dialami oleh denominasi
Rp2.000, yakni mencapai 1.798% dari 162.686 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 3.087.922
lembar pada triwulan laporan. Sementara denominasi dengan jumlah lembar PTTB terbesar adalah
denominasi Rp50.000 (6,57 juta lembar) diikuti oleh Rp1.000 (5,48 juta lembar) dan Rp5.000 (5,17 juta
lembar).
Penukaran Uang
Sejalan dengan berakhirnya libur hari raya Idul Fitri, kegiatan penukaran uang pecahan kecil
yang dilakukan di loket KBI Yogyakarta pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp12,29 Miliar,
turun 84,65% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mecapai Rp80,06 Miliar. Penurunan kegiatan
penukaran uang pecahan kecil ini terjadi baik pada uang kertas maupun uang logam. Penukaran uang
kertas turun sebesar 84,75% (qtq) dari Rp78,55 Miliar ke level Rp11,98 Miliar. Penukaran uang logam
juga turun sebesar 79,79% (qtq), dari Rp1,51 Miliar menjadi Rp0,31 Miliar. Penurunan nilai penukaran
uang kertas di DIY disebabkan oleh berakhirnya perayaan hari raya Idul Fitri. Sementara pada perayaan
Natal dan Tahun Baru, transaksi penukaran tidak mengalami lonjakan yang cukup berarti.
Juta Rp
I II III IV I II III IV I II III IV
100.000 98.953 84.167 118.434 102.091 50.411 21.268 59.161 89.255 62.117 108.900 305.861 313.514 2,50
50.000 98.811 125.436 126.677 113.782 26.282 14.560 64.809 110.722 121.556 132.812 255.969 328.517 28,34
20.000 35.322 32.943 26.001 29.931 12.853 6.530 83.724 39.423 35.153 24.796 21.100 43.269 105,06
10.000 32.504 24.329 18.491 28.196 26.187 23.836 7.351 24.444 18.874 15.183 10.576 39.212 270,77
5.000 18.595 17.242 12.010 18.670 18.769 14.237 11.135 21.815 17.682 15.629 9.884 25.860 161,63
2.000 - - - - - - - 0,45 4,94 252,48 325,37 6.175,84 1.798,09
1.000 9.126 5.926 2.123 6.472 7.721 3.539 590 4.626 5.740 4.462 2.790 5.482 96,51
500 11 9 3 6 9 6 4 10 3 3 4 3 -11,18
100 1 1 1 1 1 0,30 0 1 1 1 2 1 -63,62
Total 293.323 290.052 303.739 299.148 142.234 83.977 226.773 290.297 261.131 302.038 606.510 762.033 25,64Keterangan:
1)
2008
Triwulan IV-2010 dibandingkan Triwulan III-2010 (dalam %).
2009 2010
Tabel 4.2Pemberian Tanda Tidak Berharga
Ptumb1Pecahan
Juta Rp
I II III IV I II III IV I II III IV
35.736 35.199 62.995 9.664 11.298 10.242 48.846 9.691 11.952 16.938 78.553 11.981 -84,75
20.726 17.221 30.010 4.584 6.070 6.238 19.809 4.890 6.279 8.545 42.876 5.743 -86,61
12.513 15.627 27.192 3.709 3.572 3.505 15.606 3.085 3.499 5.483 21.317 3.524 -83,47
2.000 - - - - - - 11.712 1.595 2.012 2.638 12.998 1.226 -90,57
2.498 2.351 5.794 1.371 1.656 499 1.720 121 162 272 1.362 1.488 9,27
59 83 397 68 132 403 465 340 240 251 1.509 305,09 -79,79
- - - - - - - - - - 1.060 108 -89,77
7 13 202 8 92 326 354 226 55 5 - 3
52 69 182 48 34 72 87 56 117 144 243 103 -57,41
0 1 13 12 6 4 24 58 69 102 206 90 -56,28
35.795 35.282 63.392 9.732 11.430 10.645 49.311 10.031 12.192 17.189 80.062 12.286 -84,65Keterangan:
1) Triwulan IV-2010 dibandingkan Triwulan III-2010 (dalam %).
Total
Pecahan
1.000
500
100
200
Uang Logam
1.000
10.000
5.000
Tabel 4.3Penukaran Uang Pecahan Kecil
Uang Kertas
Ptumb120092008 2010
40 Bab 4 - Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Temuan Uang Palsu
Pada triwulan IV-2010, jumlah uang palsu yang dilaporkan ke KBI Yogyakarta mengalami kenaikan
signifikan baik dari jumlah nominal maupun jumlah lembar. Jumlah nominal uang palsu meningkat
sebesar 1711% dari Rp8.440.000 menjadi Rp152.885.000. Sementara dari jumlah lembar juga mengalami
kenaikan signifikan sebesar 1.567% dari 94 lembar menjadi 1.567 lembar seiring dengan adanya pelaporan
dari Polres Kulonprogo sebanyak 1.496 lembar untuk denominasi Rp100.00. Pecahan uang yang dipalsukan
terutama pecahan Rp100.000 tahun emisi 2004 sebanyak 1.509 lembar dan pecahan Rp50.000 tahun
emisi 1999. Sementara itu, guna penanganan dan pencegahan peredaran uang palsu, KBI Yogyakarta
antara lain meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi keaslian uang Rupiah kepada seluruh lapisan
masyarakat. Selama tahun 2010, telah dilaksanakan sejumlah kegiatan sosialisasi dengan sasaran berbagai
lapisan masyarakat.
SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI
Transaksi Kliring
Rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan IV-2010 mengalami penurunan dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi yang sedikit melambat akibat erupsi Merapi yang terjadi di bulan Oktober
2010 dan dampaknya masih berlangsung sampai triwulan laporan. Rata-rata nilai nominal kliring
per hari menurun sebesar 21,69% (qtq) dari Rp38,74 Miliar menjadi Rp30,34 miliar pada triwulan laporan.
Sementara itu, rata-rata warkat kliring per hari turun 18,40% (qtq) dari 1.674 lembar pada triwulan III-
2010 menjadi 1.366 lembar pada triwulan laporan.
Dari sisi kualitas kliring, rata-rata harian nilai warkat yang ditolak baik dari sisi nominal maupun
dari sisi jumlah warkat mengalami penurunan. Rata-rata nilai nominal kliring yang ditolak per hari
Lembar
I II III IV I II III IV100.000 2004 425 7 216 17 7 10 78 1.509 1835%100.000 1999 4 - - - 1 - - 1 50.000 2005 177 2 6 7 95 10 11 9 -18%50.000 1999 3 - 2 1 17 2 - 17 50.000 1995 - - - - - - - - 50.000 1993 2 - - - 1 - - 3 20.000 2004 13 1 1 5 7 2 4 8 100%20.000 1998 1 - - - 18 - - 5 20.000 1992 3 - - 1 - - - - 10.000 2005 - 1 3 - - 4 - 1 10.000 1998 - - - - 6 - - 5 10.000 1992 1 - - - 4 - 1 8 700%5.000 1992 - - - - - - - 1 5.000 2001 - - 1 1 2 - - -
629 11 229 32 158 28 94 1.567 1567%52.350.000 830.000 22.055.000 2.225.000 7.060.000 1.680.000 8.440.000 152.855.000 1711%
Keterangan: 229 32 1) Termasuk uang palsu yang dilaporkan kepada Poltabes Kota Yogyakarta
yang terdiri dari 3 lembar Rp100.000,- dan 150 lembar Rp50.000.
2) Triwulan IV-2010 dibandingkan Triwulan III-2010 (dalam %).
Total (Rp)
Pecahan
Jumlah (lembar)
Tabel 4.4Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan
Tahun Emisi
Ptumb22009 2010
41Bab 4 - Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
menurun 26,37% (qtq) dari Rp0,779 miliar pada triwulan III-2010 menjadi Rp0,574 miliar pada triwulan
laporan. Sedangkan rata-rata warkat kliring ditolak pada periode yang sama menurun dari 29,36 lembar
per hari menjadi 27,98 lembar per hari.
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) melalui Kantor Bank Indonesia Yogyakarta
pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan pada outgoing transfer baik secara nominal maupun
jumlah warkat. Rata-rata nilai nominal outgoing transfer per bulan naik 137,54% (qtq) dari Rp3.935 miliar
menjadi Rp9.345 miliar, dan jumlah rata-rata warkat per bulan juga meningkat 9,01% (qtq) dari 3.987
lembar menjadi 4.346 lembar. Dengan demikian rata-rata net incoming transfer pada triwulan IV-2010
mengalami peningkatan sebesar 199,36% (qtq) menjadi Rp4.707 miliar, dari triwulan sebelumnya Rp1.572
miliar. Sementara itu, incoming transfer mengalami peningkatan pada jumlah warkat meskipun secara
nominal mengalami penurunan. Rata-rata nominal incoming transfer turun 17,30% (qtq) dari Rp5.507
miliar menjadi Rp4.549 miliar, sementara jumlah rata-rata warkat incoming transfer per bulan meningkat
10,43% (qtq) dari 5.396 lembar menjadi 5.959 lembar.
0
500
1.000
1.500
2.000
0
10
20
30
40
I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10
Lem
bar
Mili
ar Rp
Nominal Kliring Warkat Kliring
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10
Lem
bar
Mili
ar Rp
Nominal Incoming Transfer Nominal Outgoing Transfer
Warkat Incoming Transfer Warkat Outgoing Transfer
Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS
Miliar Rp
I II III IV I II III IV
1 Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar) 1.632 1.590 1.648 1.702 1.670 1.639 1.674 1.366 -18,40
2 Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar) 21,37 21,24 24,89 27,33 27,79 27,55 29,36 27,98 -4,69
3 Rasio (2)/(1) dalam % 1,31 1,34 1,51 1,61 1,66 1,68 1,75 2,05
4 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 32 32 34 39 34 35 39 30 -21,69
5 Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0,655 0,454 0,577 0,613 0,571 0,677 0,779 0,574 -26,37
6 Rasio (5)/(4) dalam % 2,05 1,42 1,67 1,56 1,66 1,92 2,01 1,89
1 Rata-rata Warkat Outgoing Transfer/Bulan (lembar) 2.988 3.632 3.354 4.334 3.561 3.774 3.987 4.346 9,01
2 Rata-rata Warkat Incoming Transfer/Bulan (lembar) 3.858 4.437 3.772 5.156 4.959 5.208 5.396 5.959 10,43
3 Rata-rata Nominal Outgoing Transfer/Bulan 3.096 3.537 2.849 3.290 3.177 3.937 3.935 9.346 137,54
4 Rata-rata Nominal Incoming Transfer/Bulan 4.392 5.257 3.745 5.036 5.430 5.626 5.507 4.549 -17,39
5 Rata-rata Net Incoming Transfer/Bulan 1.296 1.720 896 1.745 2.253 1.689 1.572 4.707 199,36Keterangan:
1) Triwulan IV-2010 dibandingkan Triwulan III-2010 (dalam %).
Kliring
BI-RTGS
Tabel 4.5Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai
No Uraian Ptumb12009 2010
43Bab 5 - Keuangan Pemerintah Daerah
Bab 5:Bab 5:Bab 5:Bab 5:Bab 5:KKKKKeuangan Peuangan Peuangan Peuangan Peuangan Pemerintahemerintahemerintahemerintahemerintah
Kinerja gabungan keuangan pemerintah Pemerintah Daerah se-DIY (tidak termasuk Kab. Sleman)
sampai dengan triwulan III-2010 cukup baik. Realisasi di sisi penerimaan mencapai 81,16% atau sebesar
Rp3.433 miliar terutama bersumber dari realisasi Dana Perimbangan 66,26% dan Pendapatan Asli daerah
(PAD) 23,85%. Sementara itu di sisi belanja daerah terealisasi sebesar 59,54% atau sebesar Rp2.751
miliar, dengan realisasi terbesar pada belanja tidak langsung sebesar 66,14%. Lebih besarnya realisasi sisi
penerimaan dibanding sisi belanja, mengakibatkan neraca APBD masih surplus Rp683 miliar pada posisi
akhir triwulan III-2010. Sedangkan realisasi pembiayaan netto mencapai sebesar Rp143 miliar.
Sampai dengan akhir triwulan III tahun 2010, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pemerintah Daerah di DIY (tidak termasuk Kab. Sleman) cukup baik. Di sisi pendapatan,
realisasi mencapai 81,16%, sedangkan di sisi belanja 59,54%. Realisasi Pendapatan terutama bersumber
dari realisasi pos Dana Perimbangan dan PAD. Sedangkan realisasi Belanja terbesar pada pos Belanja
Tidak Langsung, khususnya belanja pegawai.
Berdasarkan wilayah, realisasi pendapatan terbesar pada triwulan II-2010 adalah Provinsi DIY
86,90%, kemudian diikuti Kabupaten Kulonprogo 83,48%, Kabupaten Bantul 81,02%, Kabupaten
Gunungkidul 80,49% dan Kota Yogyakarta 71,62%. Sedangkan dari sisi pengeluaran, realisasi terbesar
di Kabupaten Bantul 70,25%, Kabupaten Gunungkidul 60,82%, Kabupaten Kabupaten Kulonprogo
63,37%, Propinsi DIY 56,42% dan Kota Yogyakarta 49,82%.
PENDAPATAN GABUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Secara gabungan realisasi pendapatan pemerintah daerah di DIY (tidak termasuk Kab.
Sleman) pada triwulan III-2010 mencapai Rp3.433 miliar atau 81,16% dari anggaran yang
ditetapkan sebesar Rp4.230 miliar. Komponen Dana Perimbangan terealisasi sebesar 78,36% atau
Rp2.275 miliar, bersumber dari realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Rp2.024 miliar atau 83,33% dari
rencana Rp2.429 miliar dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp67 miliar (32,97%). Sedangkan realisasi PAD
mencapai Rp819 miliar atau 84,23% dari anggaran yang ditetapkan Rp972 miliar. PAD tersebut bersumber
dari Pendapatan Pajak Daerah Rp548 miliar atau 87,07% dari yang dianggarkan Rp629 miliar, Pendapatan
Retribusi Daerah Rp84 miliar (76,83%), pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Rp46 miliar (82,57%) dan komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Rp141 miliar (79,22%).
Perekonomian yang membaik diduga menjadi salah satu penyebab penerimaan APBD meningkat. Khusus
44 Bab 5 - Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
untuk PAD, target penerimaan diperkirakan melampaui target, antara lain karena adanya peningkatan
jumlah kendaraan bermotor dan juga karena kenaikan biaya perpanjangan STNK.
Pangsa komponen Dana Perimbangan tetap mendominasi penerimaan APBD Pemerintah Daerah
se-DIY yakni sebesar 66,26% dan diikuti PAD 23,85%. Sedangkan untuk PAD pada triwulan III-2010
sumber terbesar adalah Pendapatan Pajak Daerah 87,07% atau sebesar Rp548 miliar. Sebagian besar PAD
tersebut berasal dari penerimaan PAD Provinsi DIY dengan kontribusi PAD 69,38% atau sebesar Rp568
miliar. Untuk mendongkrak PAD, Pemerintah Daerah mengeluarkan beberapa kebijakan namun tanpa
mendistorsi daya beli masyarakat. Hal ini antara lain dilakukan melalui kebijakan pemutihan mutasi nomor
kendaraan bermotor.
BELANJA PEMERINTAH
Realisasi Belanja Daerah pemerintah daerah di DIY (tidak termasuk Kab. Sleman) sampai
dengan triwulan III-2010 relatif telah optimal, yakni mencapai 59,54% dari anggaran yang
ditetapkan. Belanja daerah Rp2.751 miliar dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4.619 miliar. Realisasi
belanja tidak langsung mencapai Rp2.050 miliar atau 66,14% dari anggaran yang ditetapkan, yaitu berupa
ANGGARAN REALISASI %PENDAPATAN 4.230.088 3.433.264 81,16 PENDAPATAN ASLI DAERAH 972.022 818.703 84,23 Pendapatan Pajak Daerah 628.935 547.631 87,07 Pendapatan Retribusi Daerah 109.373 84.029 76,83 Pendapatan Hsl Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan 56.299 46.488 82,57 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 177.415 140.555 79,22 DANA PERIMBANGAN 2.903.321 2.274.979 78,36 Dana Bagi Hasil 269.569 183.308 68,00 Dana Alokasi Umum 2.429.015 2.024.179 83,33 Dana Alokasi Khusus 204.737 67.492 32,97 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 354.745 339.582 95,73 Pendapatan Hibah 51.957 29.671 57,11 Pendapatan Dana Darurat - - - Dana Bagi Hsl Pajak dari Prov dan Pemda Lainya 132.902 57.882 43,55 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 108.299 154.673 142,82 Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemda Lainya 61.588 67.697 109,92 Pendapatan Lainya - 29.659 - JUMLAH PENDAPATAN 4.230.088 3.433.264 81,16
Tabel 5.1Realisasi Penerimaan - APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Triwulan III-2010
Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Sleman)Juta Rp
URAIANTOTAL
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Sleman tidak tersedia
45Bab 5 - Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
belanja pegawai Rp1.622 miliar. Sedangkan realisasi belanja langsung baru mencapai Rp700 miliar atau
46,08% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.5920 miliar dengan realisasi terbesar pada belanja
barang dan jasa Rp403 miliar dan belanja langsung pegawai Rp194 miliar. Sementara itu, belanja modal
baru terealisasi Rp103 miliar atau 24,46% dari yang dianggarkan, dengan proporsi 14,71% dari realisasi
Belanja Langsung. Kendala utama dalam merealisasikan belanja modal antara lain adalah hambatan
administratif dan legal. Dari sisi administratif, proses lelang sangat panjang dan kesulitan mencari SDM
yang berminat menjadi panitia pengadaan.
Untuk belanja yang sifatnya investasi, yaitu meliputi belanja modal, belanja hibah, bantuan sosial
dan belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota/Desa realisasinya masih rendah. Belanja
tersebut baru terealisasi Rp422 miliar atau 42,12% dari yang dianggarkan sebesar Rp1.002 miliar.
SUMBER PEMBIAYAAN PEMERINTAH
Secara keseluruhan, kinerja APBD Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota se-DIY (tidak termasuk
Kab. Sleman) triwulan III-2010 masih mengalami surplus. Sementara itu, realisasi penerimaan sumber
pembiayaan Rp179 miliar atau 41,46% dari sumber pembiayaan yang dianggarkan sebesar Rp433 miliar.
Sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
dengan proporsi 91,46%. Sedangkan proporsi pengeluaran pembiayaan terbesar adalah Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah Daerah 96,57%. Sumber pembiayaan yang telah tersalurkan dalam bentuk
pengeluaran sampai dengan triwulan III-2010 baru mencapai 20,03%.
ANGGARAN REALISASI %BELANJA 4.619.365 2.750.568 59,54 Belanja Tidak Langsung 3.099.590 2.050.209 66,14 Belanja Pegawai 2.302.433 1.622.430 70,47 Belanja Bunga 850 448 52,74 Belanja Subsidi - - - Belanja Hibah 238.720 112.384 47,08 Belanja Bantuan Sosial 189.090 106.873 56,52 Belanja Bagi Hsl Kpd Prov/ Kab /dan Pemerintah Desa 201.956 106.288 52,63 Belanja Bantuan Keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pem Desa 153.260 99.872 65,17 Belanja Tak Terduga 13.282 1.913 14,41 Belanja Langsung 1.519.774 700.359 46,08 Belanja Pegawai 284.102 194.425 68,43 Belanja Barang Jasa 814.514 402.906 49,47 Belanja Modal 421.158 103.029 24,46 JUMLAH BELANJA 4.619.365 2.750.568 59,54 SURPLUS / DEFISIT (389.277) 682.696 -
Tabel 5.2Realisasi Belanja - APBD Provinsi, Kabupaten Triwulan III-2010
Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Sleman)Juta Rp
URAIANTOTAL
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Sleman tidak tersedia
46 Bab 5 - Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
ANGGARAN REALISASI %PEMBIAYAAN 382.818 142.992 37,35 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 432.701 179.403 41,46 SILPA Tahun Anggaran Sebelumnya 398.730 164.080 41,15 Pencairan Dana Cadangan - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - - - Penerimaan Pinjaman Daerah - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 18.302 12.601 68,85 Penerimaan Piutang Daerah 14.552 2.020 13,88 Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan 1.116 702 62,87 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 432.701 179.403 41,46 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 49.883 36.411 72,99 Pembentukan Dana Cadangan - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 48.357 35.162 72,71 Pembayaran Pokok Utang 1.526 1.200 78,63 Pemberian Pinjaman Daerah - 50 - Penyelesaian kegiatan DPA-L - - - Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu Yang Blm Terselesaikan - - - JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 49.883 36.411 72,99 PEMBIAYAAN NETTO 382.818 142.992 37,35 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA) (6.458) 825.689 -
Realisasi Pembiayaan - APBD Provinsi, Kabupaten Triwulan III-2010Tabel 5.3
TOTAL
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Sleman tidak tersedia
Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Sleman)Juta Rp
URAIAN
47Bab 6 - Ketenagakerjaan
BBBBBAB 6AB 6AB 6AB 6AB 6KETENKETENKETENKETENKETENAAAAAGAKERJGAKERJGAKERJGAKERJGAKERJAANAANAANAANAAN
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) pada Agustus 2010 sebesar 71,14%, meningkat dibandingkan keadaan pada Agustus
2009 (70,23%). Jumlah pengganggur terbuka di Provinsi DIY pada Agustus 2010 diperkirakan sebanyak
107.150 orang (5,69%). Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 1,775 juta orang. Dari
jumlah tersebut, penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) sebesar
28% atau 497 ribu orang. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 65,5% tenaga kerja tersebut bekerja
pada sektor informal. Sebagian besar penduduk DIY bekerja di sektor non-tradeable (54,8%) namun
porsi terbesar adalah di sektor pertanian (30,4%). Sementara itu, tingkat kemiskinan di Provinsi DIY pada
Maret 2010 adalah sebesar 16,83%, turun 0,40% jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2009 (17,23%).
TENAGA KERJA
Jumlah penduduk usia kerja di DIY pada Agustus 2010 sebanyak 2,70 juta orang atau turun
sebesar 6,04% jika dibandingkan dengan Agustus 2009. 1,88 juta orang atau 69,76% tergolong
sebagai angkatan kerja, sedangkan sisanya bukan angkatan kerja karena sedang mengikuti sekolah,
menjadi ibu rumah tangga, atau kegiatan lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2010
adalah sebanyak 1,775 juta orang, turun sebesar 120,50 ribu orang bila dibandingkan dengan keadaan
pada Agustus 2009 (1,896 juta orang).
TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi DIY pada Agustus 2010 sebesar 69,76%
turun jika dibandingkan Agustus 2009 (70,23%). Angkatan kerja DIY pada Agustus 2010 sebanyak
Ribu Orang
Feb Agt F eb Agt Feb AgtA Angkatan Kerja 1.983 2.000 2.049 2.017 2.067 1.882 1 Bek erja 1.864 1.892 1.926 1.896 1.943 1.775 2 Penganggura n Te rbuk a 120 108 123 121 124 107 B Bukan Angkatan Kerja 852 836 809 855 827 816 C Penduduk Usia Kerja 2.836 2.836 2.857 2.872 2.895 2.698 D Tingkat Pengangguran Terbuka 6,04% 5,38% 6,00% 6,00% 6,02% 5,69%E Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 69,95% 70,51% 71,70% 70,23% 71,41% 69,76%
Sumber : BPSProvinsi DIY
Tabel 6.1Angkatan Kerja
No U r a i a n2008 2009 2010
48 Bab 6 - Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
1,88 juta orang, 94,31% diantaranya atau sebanyak 1,775 juta orang bekerja dan sisanya 5,69% atau
107 ribu orang merupakan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (pengangguran terbuka).
Presentase ini mengalami penurunan jika dibandingkan keadaan Agustus 2009 (6,00%) seiring dengan
pertumbuhan angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja yang melambat. Sementara itu, dibandingkan
dengan angka pengangguran nasional (7,14%) presentase pengangguran di DIY lebih kecil.
Di antara penduduk yang sudah bekerja, terdapat pekerja setengah pengangguran atau
pengangguran terselubung, yakni pekerja dengan waktu kerja kurang dari 35 jam seminggu .
Pada posisi Agustus 2010, jumlah setengah pengangguran sebesar 28% dari jumlah pekerja atau berjumlah
sekitar 497 ribu orang, meningkat 61 ribu orang jika dibandingkan posisi Agustus 2009 sebanyak 436 ribu
orang.
Secara sektoral, sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menyerap pekerja
paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sebesar 30,4% dan 24,7% pada Agustus
2010 . Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah sektor jasa-jasa (17,9%) dan industri pengolahan
(13,9%).
9,759,11
8,46 8,39 8,147,87
7,41 7,14
6,08 6,1 6,045,38
6,00 6,00 6,025,69
0
2
4
6
8
10
12
Feb 07 Agst 07 Feb 08 Agst 08 Feb 09 Agst 09 Feb 10 Agst 10
%
Nasi onal DI Y
Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasiona l dan DIY
Sum ber : BPS Provinsi D IY
Feb Agt Feb Agt F eb Agt
A Pertanian 35,3% 29,6% 35,7% 30,1% 32,2% 30,4%B Pertambangan, Listrik, Ga s, A ir Bersih 1,1% 1,1% 1,3% 1,1% 1,0% 0,9%C Industri Pengola han 13,2% 13,2% 12,9% 12,5% 15,1% 13,9%
D Bangunan 5,6% 8,0% 4,7% 7,7% 4,7% 6,2%
E P erdagangan, Hotel da n Restora n 23,0% 24,1% 22,3% 24,0% 22,9% 24,7%F Penga ngkutan da n Komunikasi 3,2% 4,7% 4,2% 4,4% 4,4% 3,8%G Keuangan Persewaan dan Jasa Perusa haan 2,3% 2,2% 1,6% 2,6% 2,2% 2,2%H Jasa 16,3% 17,0% 17,3% 17,7% 17,4% 17,9%
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Sumber : BPS DIY
J u m l a h
Tabel 6.2Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
No Lapangan Usaha 2008
Sektor Tradeable
Sektor Non-Tradeable
2009 2010
49Bab 6 - Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, maka tenaga kerja di DIY lebih didominasi oleh tenaga kerja
informal. Porsi tenaga kerja informal di Indonesia mencapai sebesar + 67%. Khusus di DIY porsi tenaga
kerja informal mencapai 65,5%. Berdasarkan assesmen, pertumbuhan nilai tambah di sektor Industri,
Perdagangan dan Jasa mampu menyerap tenaga kerja lebih tinggi walaupun sebagian merupakan sektor
informal. Sementara itu, pertumbuhan di sektor Pertanian memiliki dampak penyerapan tenaga kerja
yang relatif melambat antara lain karena kapasitas produksi yang relatif sulit untuk ditingkatkan mengingat
keterbatasan lahan dan anomali musim yang terjadi.
Upah Minimum Provinsi (UMP)1
Gubernur DIY melalui Keputusan Nomor 270/KEP/2010 tanggal 22 November 2010 menetapkan
UMP 2011 sebesar Rp808.000,-. Jumlah tersebut lebih tinggi dari yang diusulkan oleh Dewan Pengupahan
DIY sebesar Rp802.338,-, namun lebih rendah dari perhitungan rata-rata upah buruh di Yogyakarta yang
dilakukan oleh Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY), yakni sebesar Rp837.319,-. UMP 2011 yang ditetapkan
mengalami kenaikan sebesar 8,36% dari UMP 2010 sebesar Rp745.694,-. Sampai dengan akhir tahun
2010 terdapat 5 perusahaan yang mengajukan penangguhan penundaan UMP 2011. Namun demikian
hanya 2 perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melakukan penangguhan UMP tersebut.
Kemiskinan
Garis Kemiskinan Provinsi DIY pada Maret 2010 sebesar Rp224.258,- per kapita per bulan.
Dibandingkan dengan angka bulan Maret 2009 yang besarnya Rp211.978,- per kapita per bulan, maka
garis kemiskinan2 pada Maret 2010 meningkat sebesar 5,79%. Walaupun angka garis kemiskinan naik,
namun jumlah penduduk miskin di Provinsi DIY cenderung menurun dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk
%
Februari Agustus Feb Agt Feb AgtA Formal 35,7 34,8 34,4 35,4 34,7 34,5
Berusaha dibantu Buruh Tetap 3,9 4,0 3,7 3,0 3,5 3,9 Buruh/Karyawan/Pegawai 31,8 30,8 30,7 32,4 31,2 30,6
B Informal 64,2 65,2 65,8 64,6 65,2 65,5 Berusaha Sendiri 12,6 16,5 15,3 14,3 14,5 13,8 Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 24,6 22,8 23,8 23,8 24,5 24,4 Pekerja Bebas di Pertania n 2,9 3,0 2,8 2,9 2,3 2,0 Pekerja Bebas di Non Pertanian 5,2 6,5 4,9 7,7 5,2 6,5 Pekerja Ke luarga/tak D ibayar 18,9 16,4 19,0 15,9 18,7 18,9
Ke te rangan :*) Pe rsenta se Penduduk Usia 15 Tahun ke Ata s yang Beke rja menurut S ta tus Pekerjaan Utama Febr ua ri 2008 - Agust us 2010
Sumber : BPS Pr opinsi DIY
2008
Tabel 6.3Indikator Status Ketenagakerjaan
No Status Pekerjaan Utama 2009 2010
50 Bab 6 - Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
3 Garis kemiskinan merupakan ambang batas kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan,yang memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Terjadinya pertumbuhan garis kemiskinan iniantara lain sejalan dengan terjadinya kenaikan harga barang akibat inflasi.
miskin pada tahun 2007 tercatat 663,5 ribu orang dan pada tahun 2010 menjadi 577,3 ribu orang.
Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terjadi baik di kota maupun desa. Persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan pada Maret 2010 adalah 53,41% atau 308,36 ribu orang, berkurang dari
keadaan Maret 2009 yang mencapai 311,47 ribu orang. Sementara itu, persentase penduduk miskin di
daerah pedesaan pada bulan Maret 2010 adalah 46,59% atau 268,94 ribu orang, turun dari keadaan
Maret 2009 yang mencapai 274,31 ribu orang. Penurunan jumlah penduduk miskin ini tidak lepas dari
upaya-upaya pemerintah melalui beberapa program yang dilaksanakan, seperti Bantuan Langsung Tunai
(BLT), pembagian beras raskin, pembebasan bea SPP, Jamkesra dan lain-lain yang cukup efektif menurunkan
tingkat kemiskinan dimaksud.
633,5
616,3
585,8577,3
18,99
18,32
17,23
16,83
15,5
16
16,5
17
17,5
18
18,5
19
19,5
540
550
560
570
580
590
600
610
620
630
640
2007 2008 2009 2010
Chart Title
Jumlah Perse ntase (%)
Grafik 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY
ribu orang %
51Bab 7 - Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Bab 7Bab 7Bab 7Bab 7Bab 7Outlook KOutlook KOutlook KOutlook KOutlook Kondisi Ekonomi dan Inflasiondisi Ekonomi dan Inflasiondisi Ekonomi dan Inflasiondisi Ekonomi dan Inflasiondisi Ekonomi dan Inflasi
Perkembangan ekonomi DIY pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan
triwulan IV-2010. Fase Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi akan memberikan pengaruh positif
terhadap kinerja ekonomi DIY. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY pada triwulan I-2011 diproyeksikan
tumbuh pada kisaran angka 4,57%+1% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan I-2011 masih
stabil tinggi walaupun beberapa komoditas volatile sudah mulai mengalami penurunan harga karena
peningkatan pasokan. Selain itu, mengingat musim panen raya terjadi pada triwulan I-2011 maka pasokan
juga sedikit meningkat. Inflasi pada triwulan I-2011 diperkirakan 7,60±1%(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya (7,38%).
PRAKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian DIY triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh 4,57% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan IV-2010 yang tumbuh 3,84% dan triwulan I-2010 yang tumbuh 3,67% (yoy). Sementara itu,
secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan tumbuh 3,43% (qtq). Pada sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2011 diperkirakan didorong oleh konsumsi, pengeluaran pemerintah,
dan investasi. Sedangkan dari sisi penawaran, perkembangan di sektor pertanian, PHR, jasa-jasa dan sub
sektor transportasi udara diperkirakan agak mengalami gangguan.
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
I-07
II-07
III-07
IV-0
7
I-08
II-08
III-08
IV-0
8
I-09
II-09
III-09
IV-0
9
I-10
II-10
III-10*
IV-10
**
I-11f
qtq yoy
Forecasting
Kenaikan BBM
Anomali Cuaca
Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi DIY
Krisis Keuangan Global
-1.7
-1.2
-0.7
-0.2
0.3
0.8
1.3
1.8
2.3
2.8
0
2
3
5
6
8
9
11
12
14
15
17
18
Jan-0
6
Mar-
06
Ma
y-06
Jul-
06
Sep
-06
No
v-06
Jan-0
7
Mar-
07
Ma
y-07
Jul-
07
Sep
-07
No
v-07
Jan-0
8
Mar-
08
Ma
y-08
Jul-
08
Sep
-08
No
v-08
Jan-0
9
Mar-
09
Ma
y-09
Jul-
09
Sep
-09
No
v-09
Jan-1
0
Mar-
10
Ma
y-10
Jul-
10
Sep
-10
No
v-10
Jan-1
1
Mar-
11
Bulanan (mtm,rhs) Tahunan (yoy,lhs)
forecasting
Grafik 7.2 Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta
52 Bab 7 - Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
1. PDRB SISI PERMINTAAN
Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh 7,97%, sedikit di bawah pertumbuhan
triwulan IV-2010 sebesar 8,17%. Sementara itu, Konsumsi Pemerintah diproyeksikan pertumbuhannya
akan mencapai 12,42% seiring dengan dimulainya proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca erupsi Merapi.
Investasi pada triwulan I-2011 diproyeksikan tumbuh 10,82%, lebih tinggi dari triwulan IV-2010.
Peningkatan yang cukup tinggi ini diperkirakan didorong oleh investasi bangunan. Secara fisik, pertumbuhan
Investasi bangunan ini dapat dilihat dari berlanjutnya berbagai proyek infrastruktur oleh pemerintah dan
pelaksanaan proyek oleh swasta.
2. SISI PENAWARAN
Kinerja sektor nontradable diperkirakan masih akan memberi andil dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan I-2011. Aktivitas di beberapa sektor ekonomi, yaitu sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor-sektor yang memiliki kaitan erat dengan sektor tersebut,
seperti sektor jasa dunia usaha, sektor transportasi & komunikasi, dan jasa lainnya diperkirakan masih
akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi DIY triwulan I-2011. Pelaksanaan beberapa event
MICE (Meetings, Incentives, Conferences & Exhibitions) diperkirakan meningkatkan kunjungan wisatawan
ke DIY.
Sementara itu, sektor pertanian yang memiliki pangsa cukup besar dalam pembentukan PDRB
diperkirakan tumbuh cukup tinggi karena diperkirakan panen raya akan terjadi pada bulan Februari -
Maret 2011.
yoy Andil qtq1 Konsumsi Rumahtangga 8,33 7,05 8,37 3,47 1,42 7,12 7,36 6,47 8,17 12,91 7,97 3,64 1,472 Konsumsi Pemerintah 9,54 11,91 -0,72 9,99 8,08 5,98 5,10 0,79 -0,11 2,32 12,42 2,27 -4,283 Investasi (PMTDB) 8,49 4,19 2,23 -0,21 3,21 7,13 5,04 2,20 0,48 3,41 10,82 2,56 -14,094 Lainnya -15,41 -27,32 -19,05 -139,30 15,43 -14,39 -18,51 50,12 -7,49 -23,20 -31,17 -3,89 1.293,47
4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 4,57 4,57 3,43Keterangan:
f Angka perkiraan.Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Total
No SektorIII II IIII II
Tabel 7.1Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan)
%(yoy)
2009
IVf
2011f2010
IfTotalfTotal IIV
53Bab 7 - Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
PERKIRAAN INFLASI
Inflasi pada Triwulan I-2011 diperkirakan 7,60±0,5% (yoy), sedikit meningkat dibanding
triwulan IV-2010 sebelumnya (7,38%). Sumber tekanan inflasi pada triwulan ini antara lain tren kenaikan
harga komoditas di pasar internasional (a.l. CPO, gandum, minyak dan gas, dan emas), rencana kenaikan
HPP beras dan cukai rokok, serta anomali musim yang diperkirakan masih terjadi.
Sedangkan faktor yang dapat menghambat kenaikan harga-harga antara lain adalah terjaganya
pasokan dan stok kebutuhan pokok yang secara ketat dimonitor Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
DIY, nilai tukar yang terjaga stabil, tekanan permintaan yang relatif normal, kemungkinan banjirnya
produk dengan harga murah seiring dengan ACFTA, dan upaya-upaya serius yang dilakukan pemerintah.
%(yoy)
yoy Andil qtq1,26 3,32 1,86 4,91 2,69 0,03 1,12 4,70 4,48 2,48 3,64 1,30 27,08
1 Pertanian 1,16 3,10 2,35 8,69 3,37 -2,65 -3,82 3,04 0,90 -0,70 2,85 0,64 55,812 Penggalian 0,21 0,39 0,20 0,41 0,30 4,26 3,40 0,13 -3,49 0,88 0,73 0,00 -7,793 Industri Pengolahan 1,50 3,72 1,28 1,08 1,88 4,87 6,71 7,25 9,10 7,00 5,17 0,66 -2,13
5,94 5,44 2,93 6,84 5,27 5,82 6,55 8,14 3,58 5,99 5,10 3,27 -6,164 Listrik, Gas & Air Bersih 2,94 7,41 8,80 5,18 6,10 7,94 1,40 2,38 4,56 4,00 3,60 0,03 -0,505 Bangunan 23,42 10,98 2,13 -7,68 4,64 1,86 7,32 7,23 7,16 6,06 7,98 0,65 -25,686 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,76 4,19 7,45 6,19 5,43 6,22 8,95 8,17 -2,68 5,09 5,17 1,03 4,677 Pengangkutan & Komunikasi 2,58 5,45 9,43 6,19 5,96 6,09 6,92 5,75 3,42 5,50 4,38 0,44 -5,278 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,90 3,25 6,01 11,27 6,11 6,44 3,29 10,32 11,12 7,87 4,25 0,39 -8,959 Jasa-jasa 4,30 5,33 -7,29 17,92 4,49 6,79 5,22 9,31 4,67 6,44 4,55 0,72 -4,55
4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 4,57 4,57 3,43Keterangan:
f Angka perkiraan.Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
III IV II II II
Nontradable
Total
Tradable
No SektorIII* IV**
Tabel 7.2Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran)
2011f2010
Total
2009
IVFTotal**
yoy Andil1 Bahan Makanan 8,13 4,62 4,23 3,91 4,93 11,93 10,84 18,86 18,95 3,462 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8,46 8,34 7,50 7,50 6,73 5,48 5,26 5,47 6,48 1,333 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 12,17 7,26 3,68 1,40 1,74 2,27 5,00 5,49 5,18 1,434 Sandang 11,76 7,61 7,15 5,81 0,02 5,27 5,10 5,41 6,12 0,315 Kesehatan 5,00 4,32 2,63 1,86 1,38 1,39 1,96 1,97 3,71 0,196 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5,69 5,37 3,04 2,26 2,01 2,49 3,55 4,25 4,35 0,387 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,48 -6,20 -4,65 -1,23 2,95 4,42 6,59 5,57 5,29 0,77
7,82 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,60 7,60Keterangan:
f) Angka estimasi/perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
20112010
II III IV I IV
Tabel 7.3Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta
% (yoy)
UMUM
2009
IIINo Kelompok IfIII
54 Bab 7 - Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
keagamaan, perayaan tahun baru 2011, dan masih berlanjutnya kegiatan MICE di akhir tahun
dapat memacu pertumbuhan ekonomi DIY lebih cepat.
Sementara itu, sektor pertanian yang memiliki pangsa cukup besar dalam pembentukan PDRB
pertumbuhannya relatif rendah. Terganggunya kegiatan petani dan peternak di sekitar lereng Merapi,
bahkan sebagian besar rusak ataupun mati akan mengganggu kinerja disektor ini.
PERKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi diprakirakan masih ada di triwulan IV-2010. Inflasi pada Triwulan IV-2010
diprakirakan 6,44±0,5% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (4,93%), maupun dengan
triwulan IV-2009 (3,22%). Sumber tekanan inflasi pada triwulan ini antara lain: (1). Dari sisi permintaan,
diprakirakan terkait datangnya perayaan hari besar keagamaan, dan banyaknya event-event yang
mendukung MICE, (2). Dari sisi penawaran, tekanan diprakirakan terkait dampak letusan gunung berapi
yang telah menyebabkan produksi holtikultura di sekitar lereng G. Merapi terganggu, kenaikan biaya
produksi sebagai dampak lanjutan terkait kenaikan TDL, (3). Ekspektasi pelaku ekonomi terkait dengan
kondisi di atas.
Sedangkan faktor yang dapat menghambat kenaikan harga-harga antara lain adalah (1) Pasokan
dan stok komoditas penting, seperti beras, minyak goreng dan gula pasir mencukupi, (2) Penyaluran
beras raskin untuk 204 ribu kepala keluarga atau hampir 1 juta jiwa terjamin, (3). Pasokan dan stok
komoditi bahan pangan lainnya relatif tercukupi. Berdasarkan pantauan TPI DIY di empat pasar utama
juga relatif masih mencukupi, khususnya menjelang hari raya idul Adha, Natal dan Tahun Baru, (4). Nilai
tukar yang relatif stabil.
yoy Andil qtq0,96 2,97 1,54 4,57 2,36 -0,32 1,77 2,44 3,51 1,00 -9,30
1 Pertanian 0,94 2,87 2,10 8,39 3,13 -2,57 -2,31 1,22 1,75 0,26 -16,652 Penggalian 2,99 3,18 2,98 3,20 3,09 4,26 3,40 0,13 -24,04 -0,19 -20,263 Industri Pengolahan 0,88 3,07 0,71 0,51 1,28 3,70 6,38 4,27 7,26 0,93 1,20
6,03 5,53 3,01 6,93 5,36 5,83 6,79 8,16 4,90 3,50 1,624 Listrik, Gas & Air Bersih 2,94 7,41 8,80 5,18 6,10 7,94 1,40 2,38 0,32 0,00 -2,645 Bangunan 23,42 10,98 2,13 -7,68 4,64 1,86 6,19 11,19 -4,47 -0,51 2,656 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,07 4,50 7,78 6,53 5,75 6,23 8,94 8,16 8,38 1,79 0,107 Pengangkutan & Komunikasi 2,59 5,45 9,42 6,23 5,97 6,05 6,89 5,71 4,92 0,54 0,368 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,08 3,44 6,20 11,48 6,30 6,52 6,09 6,44 3,69 0,36 1,979 Jasa-jasa 4,13 5,22 -7,50 17,79 4,33 6,79 5,20 9,34 7,72 1,31 3,85
4,09 4,76 2,54 6,24 4,39 3,55 5,30 6,34 4,50 4,50 -1,74Keterangan:
f Angka perkiraan.Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
I II III IV I**
Nontradable
Total
Tradable
No Sektor
Tabel 7.2Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran)
%(yoy)
2010f
Total
2009
IVF
III**II**
55Bab 7 - Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
PRAKIRAAN INFLASI TRIWULANAN DAN BULANAN
Secara triwulanan, pertumbuhan tekanan kenaikan inflasi pada triwulan I-2011 diperkirakan
sebesar 1,20%+0,5% (qtq), lebih rendah dari angka inflasi pada triwulan IV-2010 yang mencapai 1,63%
(qtq).
Inflasi bulan Januari 2011 mencapai 0,84%, dengan inflasi tertinggi di kelompok Kesehatan
sebesar 2,14% (mtm). Sebagian besar kelompok komoditas mengalami inflasi, kecuali kelompok Sandang.
Sedangkan andil terbesar terjadi pada kelompok makanan jadi, khususnya yang terjadi pada komoditas
nasi karena kenaikan harga beras pada bulan sebelumnya.
Bawah Titik Atas Bawah Titik Atas Bawah Titik Atas1 Bahan Makanan 1,67 2,17 2,67 18,45 18,95 19,45 1,67 2,17 2,672 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,20 2,70 3,20 5,98 6,48 6,98 2,20 2,70 3,203 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,07 0,57 1,07 4,68 5,18 5,68 0,07 0,57 1,074 Sandang -0,51 -0,01 0,49 5,62 6,12 6,62 -0,51 -0,01 0,495 Kesehatan 1,35 1,85 2,35 3,21 3,71 4,21 1,35 1,85 2,356 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0,54 -0,04 0,46 3,85 4,35 4,85 -0,54 -0,04 0,467 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,13 0,37 0,87 4,79 5,29 5,79 -0,13 0,37 0,87
0,70 1,20 1,70 7,10 7,60 8,10 0,70 1,20 1,70Keterangan:
f) Angka estimasi/perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
UMUM
Tabel 7.4Perkiraan Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta
No KelompokIV-2010f
Inflasi (%,qtq) Inflasi (%,yoy)
(tahun dasar 2007)
Inflasi (%,ytd)
IHK
Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Jan-11 Feb-11 Mar-111 Bahan Makanan 151,24 153,27 154,54 154,53 1,34% 0,83% -0,01%2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 126,96 129,10 130,00 130,39 1,69% 0,69% 0,30%
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 124,84 125,24 125,32 125,56 0,32% 0,07% 0,19%4 Sandang 125,64 125,55 125,05 125,62 -0,07% -0,40% 0,46%
5 Kesehatan 114,48 116,93 116,83 116,60 2,14% -0,09% -0,20%6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 119,36 119,49 119,44 119,31 0,11% -0,04% -0,11%
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 107,71 108,03 108,03 108,11 0,30% 0,00% 0,08%125,25 126,30 126,65 126,81 0,84% 0,28% 0,13%
Keterangan: f) Angka estimasi/perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
(tahun dasar 2007)
Tabel 7.5Perkiraan Inflasi Bulanan
Inflasif (mtm)
UMUM
No KelompokIHKf
56 Bab 7 - Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2010
Pada bulan Februari 2011 diperkirakan akan masih terjadi inflasi di kisaran 0,28%, dengan
inflasi tertinggi di kelompok bahan makanan sebesar 0,83% (mtm). Namun demikian masih terdapat
kelompok komoditas yang mengalami deflasi, yakni kelompok Sandang, kelompok Kesehatan, dan
kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga.
Tekanan inflasi bulan Maret 2011 diperkirakan sedikit menurun pada kisaran 0,13% (mtm)
karena meningkatnya pasokan beras karena panen raya.
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Konsumen
Oktober - 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Oktober 2010
menunjukkan level optimis yang tercermin pada peningkatan nilai IKK sebesar 6,41 poin dari 101,17 pada bulan September 2010 ke level 107,58. Peningkatan IKK ini diakibatkan oleh meningkatnya optimisme responden dalam menilai ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, ketersediaan lapangan kerja saat ini dan 6 bulan yang akan datang, ekspektasi penghasilan dan keyakinan responden akan membaiknya kondisi ekonomi saat ini dan 6 bulan yang akan datang.
Tekanan terhadap harga barang/jasa pada 3 dan 6 bulan yang akan datang diperkirakan melonggar. Hal ini terefleksi pada penurunan Indeks Ekspektasi Harga pada 3 bulan yang akan datang sebesar 6,50 poin (170,00) dan Indeks Ekspektasi Harga pada 6 bulan yang akan datang sebesar 11,00 poin (173,50). Penurunan tersebut menurut responden dipengaruhi oleh semakin stabilnya kondisi keamanan/politik di Indonesia dan ketersediaan barang di pasaran yang cukup memadai sehingga gejolak kenaikan harga dapat dihindari.
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan optimisme,
tercermin dari meningkatnya nilai IKK pada bulan Oktober 2010 jika
dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hasil survei konsumen pada Oktober
2010 menunjukan nilai IKK yang meningkat 6,41, poin ke level 107,58 dari level
101,17 pada bulan September 2010. Faktor yang mengakibatkan peningkatan IKK
tersebut adalah peningkatan Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 7,17 poin menjadi
96,67 dan peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 5,67 poin menjadi
118,50.
Grafik 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
0,00
25,00
50,00
75,00
100,00
125,00
150,00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2006 2007 2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
optimis
pesimis
periode krisis ekonomi global
SURVEI KONSUMEN
Metodologi
Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan terhadap kurang lebih 200 rumah tangga sebagai responden dengan metode stratified random sampling di sebagian wilayah Provinsi Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance +100), sehingga jika indeks di atas 100 berarti optimis, sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis.
Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan optimisme
yang ditunjukkan oleh
meningkatnya nilai IKK.
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Konsumen
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) bulan Oktober 2010 mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan bulan September 2010 yang ditunjukkan oleh
peningkatan sebesar 7,17 poin menjadi 96,67. Peningkatan IKE ini didorong oleh
adanya peningkatan persepsi responden terhadap ketepatan pembelian barang tahan
lama sebesar 5,50 poin menjadi 65,00 dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang
meningkat sebesar 17,00 poin menjadi 99,50. Menurut responden, optimisme ini
didorong oleh kondisi perekonomian yang semakin membaik (30,38%),
meningkatnya minat masyarakat untuk berwiraswasta (36,71%), meningkatnya
jumlah proyek-proyek pemerintah dan pihak swasta (17,72%) serta semakin
banyaknya investor yang menanamkan dananya di Yogyakarta(15,19%). Kondisi ini
sedikit lebih baik dari kondisi pada bulan sebelumnya, di mana responden memiliki
keyakinan bahwa kondisi ekonomi saat ini memburuk.
Grafik 2 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Konsumen pada 6 bulan mendatang menunjukkan optimisme
dengan tingkat ekspektasi yang meningkat. Hal ini tercermin dari angka indeks yang
meningkat sebesar 5,67 poin ke level 118,50 dari level 112,83 di bulan September
2010. Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya ekspektasi responden terhadap
ketersediaan lapangan pekerjaan sebesar 10,00 poin (105,50), meningkatnya
ekspektasi penghasilan sebesar 5,00 poin (135,00), serta meningkatnya ekspektasi
terhadap kondisi perekonomian pada 6 bulan yang akan datang sebesar 2,00 poin
(115,00).
Menurut responden, peningkatan ekspektasi ketersediaan lapangan
pekerjaan ini dipengaruhi oleh peningkatan minat berwirausaha masyarakat
(39,39%), kondisi perekonomian yang semakin membaik (28,28%) serta peningkatan
jumlah proyek pemerintah dan perusahaan swasta (19,19%).
0,00
25,00
50,00
75,00
100,00
125,00
150,00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2006 2007 2008 2009 2010
Indek Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan KonsumenKetepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks
optimis
pesimis
Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini mengalami
peningkatan
Indeks Ekspektasi Konsumen menunjukkan
tingkat ekspektais yang meningkat
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Konsumen
Grafik 3 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Ekspektasi Penghasilan
Optimisme responden dalam memperkirakan tingkat penghasilan 6 bulan
yang akan datang mengalami peningkatan. Hal ini diindikasikan oleh meningkatnya
nilai indeks ekspektasi penghasilan sebesar 5.00 poin menjadi 135.00 dari nilai indeks
sebelumnya pada bulan September 2010 (130.00). Peningkatan ekspektasi
penghasilan disebabkan oleh adanya kenaikan gaji dan omzet usaha (42.07%),
bertambahnya jumlah masyarakat yang akan membuka usaha sampingan (25.52%),
adanya anggota keluarga yang mendapatkan pekerjaan (9.66%) serta kondisi
perekonomian pasca krisis keuangan global yang semakin membaik (8.97%).
Ekspektasi Harga
Responden memperkirakan indeks ekspektasi harga pada 3 bulan yang akan
datang menurun. Indeks ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang turun 6,50 poin
jika dibandingkan dengan bulan September 2010 dengan indeks 170,00. Hal yang
sama juga terjadi pada indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang yang
mengalami penurunan 11,00 poin menjadi 173,50.
Penurunan indeks ekspektasi harga pada 3 bulan yang akan datang didorong
oleh penurunan ekspektasi harga pada hampir semua kelompok komoditas, terutama
kelompok sandang; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok
bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Ekspektasi kenaikan harga hanya diperkirakan terjadi pada kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga. Sedangkan penurunan indeks ekspektasi harga pada 6 bulan
yang akan datang di dorong oleh penurunan ekspektasi harga pada 6 kelompok
komoditas, dengan penurunan terbesar pada kelompok bahan makanan; kelompok
perumahan, listrik, gas & bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau. Kenaikan harga hanya diperkirakan terjadi pada kelompok jasa
kesehatan.
0,00
25,00
50,00
75,00
100,00
125,00
150,00
175,00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2006 2007 2008 2009 2010
Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan Konsumen
Ekspektasi Kondisi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Indeks
optimis
pesimis
Indeks Ekspektasi Harga pada 3 dan 6 bulan yang
akan datang menunjukkan penurunan
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tingkat optimisme responden terhadap tingkat
penghasilan 6 bulan yang akan datang meningkat
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Konsumen
Menurut responden, penurunan ekspektasi harga pada sebagian besar
kelompok komoditas tersebut dipengaruhi oleh kondisi keamanan/politik yang
dianggap semakin stabil (50,00%) serta memadainya ketersediaan barang di pasar
untuk masyarakat (50,00%) sehingga terjadinya gejolak kenaikan harga dapat
dihindari.
Grafik 4
Indeks Ekspektasi Harga pada 3 & 6 bulan yad, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 Bulan yad dengan Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan
Ekspektasi Suku Bunga Tabungan
Indeks ekspektasi suku bunga tabungan pada 6 bulan yang akan datang
tercatat sebesar 131,00. Angka indeks tersebut naik 20,00 poin jika dibandingkan
survei bulan September 2010. Tren kenaikan ini sejalan dengan tren meningkatnya
indeks ekspektasi penghasilan dan pertumbuhan jumlah tabungan pada 6 bulan yang
akan datang.
Grafik 5 Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 Bulan yad dg Pertumbuhan Suku Bunga
Tabungan Selama 6 Bulan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2010 2011
Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga 3 bulan yad
Indeks Ekspektasi Perubahan Harga 6 bulan yad Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 bulan yad
Indeks Inflasi (mtm)
-15
-10
-5
0
5
10
15
0
20
40
60
80
100
120
140
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2010 2011
Pertumbuhan Suku Bunga Tabungan Selama 6 bulan Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 bulan yad
Indeks (%)
Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan pada 6 bulan yang akan datang masih menunjukkan tren
peningkatan
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Konsumen
Ekspektasi Jumlah Tabungan
Indeks ekspektasi jumlah tabungan pada 6 bulan yang akan datang tercatat
sebesar 141,00. Angka indeks tersebut meningkat 22,50 poin dibandingkan
ekspektasi pada bulan sebelumnya setelah 5 bulan berturut-turut mengalami
penurunan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah tabungan dan suku bunga
simpanan pada saat ini serta keyakinan konsumen atas perkiraan meningkatnya
penghasilan pada 6 bulan yang akan datang.
Grafik 6
Indeks Jumlah Tabungan Saat ini, Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 Bulan yad, dengan Pertumbuhan Jumlah Tabungan mtm & selama 6 bulan
-6.00
-4.00
-2.00
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0
20
40
60
80
100
120
140
160
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2009 2010 2011
Pertumbuhan Jumlah Tabungan Selama 6 bulan Pertumbuhan Jumlah Tabungan (mtm)
Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bulan yad Indeks Jumlah Tabungan Saat Ini
indeks (%)
Indeks Ekspektasi Jumlah tabungan pada 6 bulan
yang akan datang menunjukkan peningkatan
Tim Ekonomi Moneter 6
Survei Konsumen
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt
A 116,83 112,00 99,08 111,83 114,33 117,17 113,25 105,92 111,58 101,17 107,58
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 101,50 98,67 90,00 100,50 103,33 106,50 99,17 97,33 98,83 89,50 96,67
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 116,83 125,33 108,17 123,17 125,33 127,83 127,33 114,50 124,33 112,83 118,50
Penghasilan Saat Ini 130,00 134,50 129,00 134,50 130,00 121,50 128,00 128,00 124,50 126,50 125,50
Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 86,00 77,00 74,00 82,50 83,50 101,50 82,00 87,00 85,50 59,50 65,00
Ketersediaan Lapangan Kerja 88,50 84,50 67,00 84,50 96,50 96,50 87,50 77,00 86,50 82,50 99,50
Ekspektasi Penghasilan 153,00 156,50 130,00 151,50 146,00 152,00 153,00 146,50 142,50 130,00 135,00
Ekspektasi Kondisi Ekonomi 124,50 124,50 109,00 116,00 123,50 120,50 117,50 99,00 121,50 113,00 115,00
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 119,00 95,00 85,50 102,00 106,50 111,00 111,50 98,00 109,00 95,50 105,50
B
Harga Umum 164,50 173,00 165,50 153,00 165,00 156,00 176,00 172,50 185,50 176,50 170,00
Bahan Makanan 169,00 180,50 167,50 166,50 175,00 174,50 180,50 183,00 194,50 184,00 176,50
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 159,00 172,50 160,00 159,00 159,50 162,50 167,50 167,50 166,00 165,00 159,50
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 164,00 162,00 164,00 161,00 171,50 172,00 177,00 182,00 182,00 178,00 175,00
Sandang 147,50 139,00 123,50 132,00 143,00 145,00 156,00 154,00 157,00 158,00 143,50
Kesehatan 152,00 153,00 145,00 146,00 160,00 154,50 158,00 146,50 146,50 147,50 146,50
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 162,00 154,50 152,50 146,00 156,00 158,00 162,00 162,00 173,50 168,50 155,00
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 156,00 159,00 145,50 160,00 162,50 157,00 165,50 161,50 161,50 161,00 163,50
C
Harga Umum 182,50 184,00 171,50 166,50 178,00 176,50 183,00 175,50 189,50 184,50 173,50
Bahan Makanan 183,00 185,50 171,00 171,50 175,50 175,00 182,00 179,00 196,50 188,50 176,00
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 180,50 179,50 163,50 160,50 168,50 167,00 175,00 173,50 176,50 173,00 167,00
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 182,00 176,50 166,00 166,00 175,00 171,50 179,00 174,50 187,00 178,00 166,33
Sandang 166,00 146,50 129,00 142,50 146,50 150,00 159,00 156,00 165,00 156,50 152,76
Kesehatan 168,00 163,50 149,50 150,00 163,00 160,00 158,50 157,00 153,00 155,50 157,79
Transportasi dan Komunikasi 177,50 164,50 159,50 153,00 163,00 166,50 165,50 167,50 178,00 169,00 163,82
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 169,00 166,00 154,50 161,50 165,50 162,00 167,50 168,00 175,00 169,00 164,32
D
Ketersediaan Barang & Jasa 6 bulan yad 151,50 143,00 130,00 148,00 143,00 144,50 146,50 143,50 153,50 129,50 129,00
Tingkat suku bunga tabungan 6 bulan yad 129,00 114,50 107,00 101,50 119,50 114,00 123,00 121,00 116,50 111,00 131,00
Tabungan saat ini 113,50 114,50 97,00 125,50 113,00 116,50 114,50 110,00 101,00 102,50 128,50
Tabungan 6 bulan yad 138,50 139,50 133,50 146,00 130,50 130,00 154,00 139,00 134,50 118,50 141,00
Indikator Ekonomi
Indikator Ekonomi
Keterangan2009
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Kondisi Ekonomi Saat Ini Dibanding 6 Bulan Yang Lalu
Ekspektasi Konsumen Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Harga Dalam 3 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Harga Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
2010
Tabel 1
Indeks Keyakinan Konsumen, Ekspektasi Harga, Rencana Konsumsi dan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt
Laki-laki 51,50 53,50 58,00 59,00 52,00 61,50 54,00 62,50 65,00 62,50 67,50
Perempuan 48,50 46,50 42,00 41,00 48,00 38,50 46,00 37,50 35,00 37,50 32,50
Rp 1 juta - Rp 3 Juta 77,00 75,50 75,50 75,50 81,00 77,50 76,00 72,00 77,00 86,50 75,00
Di atas Rp 3 juta - Rp 5 juta 18,00 18,00 19,00 17,50 14,50 16,50 19,50 22,50 20,00 12,50 22,50
Di atas Rp 5 Juta 5,00 6,50 5,50 7,00 4,50 6,00 4,50 5,50 3,00 1,00 2,50
20-40 tahun 53,50 50,00 67,50 72,00 67,50 75,50 74,00 75,50 61,50 63,50 59,50
Diatas 40-60 tahun 40,00 48,00 29,50 25,00 30,00 23,00 25,50 24,50 35,00 34,00 39,50
Di atas 60 tahun 6,50 2,00 3,00 3,00 2,50 1,50 0,50 0,00 3,50 2,50 1,00
SLTA 47,50 43,50 34,50 37,50 34,50 38,50 51,00 49,00 60,00 52,50 59,00
D3 17,50 12,50 20,50 16,00 11,50 11,00 8,50 10,50 11,50 8,50 7,00
Sarjana 31,00 32,50 39,50 42,00 45,50 45,50 37,00 39,00 25,50 37,50 26,00
Pasca sarjana 4,00 11,50 5,50 4,50 8,50 5,00 3,50 1,50 3,00 1,50 8,00
4 Tingkat Pendidikan
1 Jenis Kelamin
2 Tingkat Pengeluaran
3 Kelompok Umur
Tabel 2
Profil Responden
(dalam %)
No Data Responden Keterangan2009 2010
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Konsumen
November - 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan November 2010
menunjukkan penurunan sebesar 10,75 poin dari level 107,58 pada bulan Oktober 2010 ke level 96,83. Penurunan IKK ini salah satunya diakibatkan oleh menurunnya optimisme responden dalam menilai kondisi ekonomi dalam 6 bulan yang akan datang. Responden menilai bahwa kondisi perekonomian akan memburuk yang tercermin dari menurunnya indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini dan 6 bulan yang akan datang serta indeks penghasilan saat ini dan ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang.
Tekanan terhadap harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan meningkat, sedangkan tekanan terhadap harga barang/jasa pada 6 bulan yang akan datang diharapkan melonggar. Hal tersebut tercermin pada peningkatan Indeks Ekspektasi Harga pada 3 bulan yang akan datang sebesar 7,50 poin dan penurunan Indeks Ekspektasi Harga pada 6 bulan yang akan datang sebesar 3,50 poin. Ekspektasi penurunan harga barang dalam 6 bulan yang akan datang didorong oleh adanya penambahan subsidi Pemerintah pada barang-barang tertentu, situasi keamanan dan sosial politik yang diperkirakan semakin stabil, suku bunga yang menurun serta penguatan nilai Rupiah terhadap Dollar.
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan pergerakan ke level
pesimis yang tercermin dari penurunan nilai IKK ke level 96,83 pada bulan
November 2010. Hasil survey pada bulan November 2010 menunjukkan penurunan
sebesar 10,75 poin dari nilai pada bulan sebelumnya. Faktor yang mendorong
terjadinya penurunan IKK tersebut adalah penurunan nilai Indeks Ekonomi Saat Ini
(IKE) sebesar 10,83 poin menjadi 85,83 dan nilai Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
sebesar 10,67 poin menjadi 107,83.
Grafik 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
150.00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2006 2007 2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
optimis
pesimis
periode krisis ekonomi global
SURVEI KONSUMEN
Metodologi
Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan terhadap kurang lebih 200 rumah tangga sebagai responden dengan metode stratified random sampling di sebagian wilayah Provinsi Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance +100), sehingga jika indeks di atas 100 berarti optimis, sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis.
Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan penurunan ke
level pesimis.
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Konsumen
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) bulan November 2010 mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan bulan Oktober 2010 yang ditunjukkan oleh
penurunan sebesar 10,83 poin ke level 85,83. Penurunan IKE ini didorong oleh
menurunnya persepsi reponden terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini
sebesar 20,00 poin menjadi 79,50 dan tingkat penghasilan saat ini yang menurun
11,50 poin menjadi 114,00. Menurut responden, penurunan keyakinan mereka
didorong oleh pandangan responden terhadap kondisi ekonomi yang memburuk
(59,52%) serta berkurangnya jumlah proyek-proyek pemerintah dan pihak swasta
(30,95%). Selain itu, banyaknya investor yang tidak lagi menanamkan dananya di
Indonesia (9,52%) serta berkurangnya minat masyarakat untuk berwirausaha
(9,52%) juga mendorong terjadinya penurunan IKE. Kondisi ini berlawanan dengan
kondisi pada bulan sebelumnya, dimana responden bersikap lebih optimis.
Grafik 2 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Ekonomi
Tingkat ekspektasi konsumen pada 6 bulan yang akan datang menunjukkan
penurunan. Penurunan yang terjadi didorong oleh menurunnya ekspektasi
penghasilan sebesar 9,00 poin (126,00), ekspektasi kondisi ekonomi sebesar 14,50
poin (100,50) serta ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan yang akan
datang sebesar 8,50 poin (97,00).
Menurut responden, menurunnya ekspektasi penghasilan dipengaruhi oleh
menurunnya omzet berusaha (66,67), meningkatnya jumlah masyarakat yang
berhenti bekerja atau menutup usahanya (22,22%) serta alasan lainnya (33,33%).
Sedangkan penurunan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja di 6 bulan yang akan
datang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang diperkirakan akan memburuk
(53.26%), berkurangnya jumlah proyek pemerintah dan pihak swasta (20,65%),
menurunnya minat masyarakat dalam berwirausaha (8,70%) serta semakin sulitnya
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
150.00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2006 2007 2008 2009 2010
Indek Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan KonsumenKetepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks
optimis
pesimis
Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini menurun &
berada pada level pesimis.
Indeks Ekspektasi Konsumen menunjukkan
tingkat ekspektasi yang menurun, walaupun masih
berada di level optimis.
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Konsumen
akses masyarakat dalam memperoleh kredit bank (5,43%) dan dampak krisis
keuangan global yang diperkirakan akan masih terasa (5,43%).
Grafik 3 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Ekspektasi Penghasilan
Optimisme responden dalam memperkirakan tingkat penghasilan 6 bulan
yang akan datang mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan oleh menurunnya nilai
indeks ekspektasi penghasilan sebesar 9,00 poin menjadi 126,00 dari nilai indeks
sebelumnya pada bulan Oktober 2010 (135,00). Penurunan ekspektasi penghasilan
tersebut disebabkan oleh perkiraan akan menurunnya omset usaha (66,67%),
meningkatnya jumlah masyarakat yang berhenti bekerja dan menutup usahanya
(22,22%), serta alasan lainnya (33,33%).
Ekspektasi Harga
Responden memperkirakan indeks ekspektasi harga pada 3 bulan yang akan
datang meningkat sebesar 7,50 poin jika dibandingkan dengan nilai pada bulan
Oktober 2010. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan ekspektasi harga
pada kelompok komoditas sandang; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau; kelompok kesehatan serta kelompok bahan makanan. Ekspektasi
penurunan harga pada 3 bulan yang akan datang hanya diperkirakan terjadi pada
kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga; kelompok perumahan, listrik,
gas dan bahan bakar; serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Pada sisi lain, indeks ekspektasi harga pada 6 bulan yang akan datang
mengalami penurunan sebesar 3,50 poin menjadi 170,00. Penurunan ini dipengaruhi
oleh penurunan harga pada semua kelompok komoditas yang terdiri dari kelompok
bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok
perumahan, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok sandang; kelompok kesehatan;
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
150.00
175.00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2006 2007 2008 2009 2010
Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan Konsumen
Ekspektasi Kondisi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Indeks
optimis
pesimis
Indeks Ekspektasi Harga pada 3 bulan yang akan
datang menunjukkan kenaikan, sedangkan pada 6
bulan yang akan datang
menunjukkan penurunan.
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tingkat optimisme responden terhadap tingkat
penghasilan 6 bulan yang akan datang menurun.
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Konsumen
kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga.
Menurut responden, penurunan ekspektasi harga pada semua kelompok
komoditas tersebut dipengaruhi oleh adanya penambahan subsidi Pemerintah pada
komoditi tertentu (25,00%), kondisi keamanan dan sosial politik yang akan semakin
stabil (25,00%), penurunan suku bunga (25,00%) serta menguatnya nilai mata uang
Rupiah terhadap mata uang Dollar (25,00%).
Grafik 4
Indeks Ekspektasi Harga pada 3 & 6 bulan yad, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 Bulan yad dengan Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan
Ekspektasi Suku Bunga Tabungan
Indeks ekspektasi suku bunga tabungan pada 6 bulan yang akan datang
tercatat sebesar 107,50. Angka indeks tersebut turun signifikan 23,50 poin jika
dibandingkan hasil survei bulan Oktober 2010. Penurunan indeks ekspektasi suku
bunga ini sejalan dengan tren menurunnya suku bunga perbankan baik simpanan
maupun pinjaman.
Grafik 5 Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 Bulan yad dg Pertumbuhan Suku Bunga
Tabungan Selama 6 Bulan
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2010 2011
Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga 3 bulan yad
Indeks Ekspektasi Perubahan Harga 6 bulan yad Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 bulan yad
Indeks Inflasi (mtm)
-15
-10
-5
0
5
10
15
0
20
40
60
80
100
120
140
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2011
Pertumbuhan Suku Bunga Tabungan Selama 6 bulan Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 bulan yad
Indeks (%)
Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan pada 6 bulan yang akan datang masih menunjukkan tren
penurunan
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Konsumen
Ekspektasi Jumlah Tabungan
Indeks ekspektasi jumlah tabungan pada 6 bulan yang akan datang tercatat
sebesar 133,00. Angka indeks tersebut kembali menurun 8,00 poin dibandingkan
ekspektasi pada bulan Oktober 2010. Menurunnya angka indeks ini mengikuti
penurunan ekspektasi suku bunga, hal ini sejalan dengan penurunan jumlah
tabungan dan suku bunga simpanan pada saat ini serta keyakinan konsumen atas
perkiraan menurunnya penghasilan pada 6 bulan yang akan datang.
Grafik 6
Indeks Jumlah Tabungan Saat ini, Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 Bulan yad, dengan Pertumbuhan Jumlah Tabungan mtm & selama 6 bulan
(6.00)
(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
0
20
40
60
80
100
120
140
160
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010 2011
Pertumbuhan Jumlah Tabungan Selama 6 bulan Pertumbuhan Jumlah Tabungan (mtm)
Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bulan yad Indeks Jumlah Tabungan Saat Ini
indeks (%)
Indeks Ekspektasi Jumlah tabungan pada 6 bulan
yang akan datang kembali menurun
Tim Ekonomi Moneter 6
Survei Konsumen
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov
A 116,83 112,00 99,08 111,83 114,33 117,17 113,25 105,92 112,04 101,17 107,58 96,83
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 101,50 98,67 90,00 100,50 103,33 106,50 99,17 97,33 98,83 89,50 96,67 85,83
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 116,83 125,33 108,17 123,17 125,33 127,83 127,33 114,50 125,24 112,83 118,50 107,83
Penghasilan Saat Ini 130,00 134,50 129,00 134,50 130,00 121,50 128,00 128,00 124,50 126,50 125,50 114,00
Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 86,00 77,00 74,00 82,50 83,50 101,50 82,00 87,00 85,50 59,50 65,00 64,00
Ketersediaan Lapangan Kerja 88,50 84,50 67,00 84,50 96,50 96,50 87,50 77,00 86,50 82,50 99,50 79,50
Ekspektasi Penghasilan 153,00 156,50 130,00 151,50 146,00 152,00 153,00 146,50 145,21 130,00 135,00 126,00
Ekspektasi Kondisi Ekonomi 124,50 124,50 109,00 116,00 123,50 120,50 117,50 99,00 121,50 113,00 115,00 100,50
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 119,00 95,00 85,50 102,00 106,50 111,00 111,50 98,00 109,00 95,50 105,50 97,00
B
Harga Umum 164,50 173,00 165,50 153,00 165,00 156,00 176,00 172,50 185,50 176,50 170,00 177,50
Bahan Makanan 169,00 180,50 167,50 166,50 175,00 174,50 180,50 183,00 194,50 184,00 176,50 182,50
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 159,00 172,50 160,00 159,00 159,50 162,50 167,50 167,50 166,00 165,00 159,50 166,00
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 164,00 162,00 164,00 161,00 171,50 172,00 177,00 182,00 182,00 178,00 175,00 170,00
Sandang 147,50 139,00 123,50 132,00 143,00 145,00 156,00 154,00 157,36 158,00 143,50 156,00
Kesehatan 152,00 153,00 145,00 146,00 160,00 154,50 158,00 146,50 146,97 147,50 146,50 153,00
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 162,00 154,50 152,50 146,00 156,00 158,00 162,00 162,00 173,50 168,50 155,00 154,00
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 156,00 159,00 145,50 160,00 162,50 157,00 165,50 161,50 161,50 161,00 163,50 148,00
C
Harga Umum 182,50 184,00 171,50 166,50 178,00 176,50 183,00 175,50 189,50 184,50 173,50 170,00
Bahan Makanan 183,00 185,50 171,00 171,50 175,50 175,00 182,00 179,00 196,50 188,50 176,00 173,00
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 180,50 179,50 163,50 160,50 168,50 167,00 175,00 173,50 176,50 173,00 167,00 165,33
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 182,00 176,50 166,00 166,00 175,00 171,50 179,00 174,50 187,00 178,39 166,33 162,00
Sandang 166,00 146,50 129,00 142,50 146,50 150,00 159,00 156,00 165,00 156,78 152,76 152,26
Kesehatan 168,00 163,50 149,50 150,00 163,00 160,00 158,50 157,00 153,00 155,78 157,79 153,00
Transportasi dan Komunikasi 177,50 164,50 159,50 153,00 163,00 166,50 165,50 167,50 178,00 169,00 163,82 158,50
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 169,00 166,00 154,50 161,50 165,50 162,00 167,50 168,00 175,00 169,00 164,32 158,00
D
Ketersediaan Barang & Jasa 6 bulan yad 151,50 143,00 130,00 148,00 143,00 144,50 146,50 143,50 153,50 129,50 129,00 108,50
Tingkat suku bunga tabungan 6 bulan yad 129,00 114,50 107,00 101,50 119,50 114,00 123,00 121,00 116,67 111,00 131,00 107,50
Tabungan saat ini 113,50 114,50 97,00 125,50 113,07 116,50 114,50 110,00 101,00 102,50 128,50 110,50
Tabungan 6 bulan yad 138,50 139,50 133,50 146,00 130,50 130,00 154,00 139,00 134,50 118,50 141,00 133,00
Tabel 1
Indeks Keyakinan Konsumen, Ekspektasi Harga, Rencana Konsumsi dan
Indikator Ekonomi
Indikator Ekonomi
Keterangan2009
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Kondisi Ekonomi Saat Ini Dibanding 6 Bulan Yang Lalu
Ekspektasi Konsumen Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Harga Dalam 3 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Harga Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
2010
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov
Laki-laki 51,50 53,50 58,00 59,00 52,00 61,50 54,27 62,50 65,00 62,50 67,50 72,00
Perempuan 48,50 46,50 42,00 41,00 48,00 38,50 45,73 37,50 35,00 37,50 32,50 28,00
Rp 1 juta - Rp 3 Juta 77,00 75,50 75,50 75,50 81,00 77,50 76,00 72,00 77,00 86,50 75,00 77,50
Di atas Rp 3 juta - Rp 5 juta 18,00 18,00 19,00 17,50 14,50 16,50 19,50 22,50 20,00 12,50 22,50 21,50
Di atas Rp 5 Juta 5,00 6,50 5,50 7,00 4,50 6,00 4,50 5,50 3,00 1,00 2,50 1,00
20-40 tahun 53,50 50,00 67,50 72,00 67,50 75,50 74,00 75,50 61,50 63,50 59,50 65,50
Diatas 40-60 tahun 40,00 48,00 29,50 25,00 30,00 23,00 25,50 24,50 35,00 34,00 39,50 34,00
Di atas 60 tahun 6,50 2,00 3,00 3,00 2,50 1,50 0,50 0,00 3,50 2,50 1,00 0,50
SLTA 47,50 43,50 34,50 37,50 34,50 38,50 51,00 49,00 59,80 52,50 59,00 60,50
D3 17,50 12,50 20,50 16,00 11,50 11,00 8,50 10,50 11,56 8,50 7,00 10,00
Sarjana 31,00 32,50 39,50 42,00 45,50 45,50 37,00 39,00 25,63 37,50 26,00 25,50
Pasca sarjana 4,00 11,50 5,50 4,50 8,50 5,00 3,50 1,50 3,02 1,50 8,00 4,00
Tabel 2
Profil Responden
(dalam %)
No Data Responden Keterangan2009 2010
4 Tingkat Pendidikan
1 Jenis Kelamin
2 Tingkat Pengeluaran
3 Kelompok Umur
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Konsumen
Desember - 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Desember 2010 menunjukkan penurunan sebesar 3,25 poin dari level 96,83 pada bulan November 2010 ke level 93,58. Penurunan IKK ini salah satunya diakibatkan oleh menurunnya optimisme responden dalam menilai kondisi ekonomi dalam 6 bulan yang akan datang. Responden menilai bahwa kondisi perekonomian akan memburuk yang tercermin dari menurunnya indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini dan 6 bulan yang akan datang serta indeks penghasilan saat ini.
Tekanan terhadap harga barang/jasa baik pada 3 bulan maupun 6 bulan yang akan datang diperkirakan melonggar. Hal tersebut tercermin pada penurunan Indeks Ekspektasi Harga pada 3 bulan yang akan datang sebesar 15,50 poin dan penurunan Indeks Ekspektasi Harga pada 6 bulan yang akan datang sebesar 7,50 poin. Ekspektasi penurunan harga barang tersebut dipengaruhi oleh kondisi keamanan dan sosial politik yang akan semakin stabil, penurunan suku bunga, distribusi barang yang semakin lancar, ketersediaan barang/jasa di pasar dan rencana pemberian subsidi pemerintah pada komoditas tertentu.
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Desember 2010
menunjukkan keyakinan konsumen yang semakin pesimis tercermin dari
menurunnya nilai IKK yang tercatat pada level 93,58. Hasil survei pada bulan
Desember 2010 IKK menurun 3,25 poin dari bulan sebelumnya. Faktor yang
mendorong penurunan IKK tersebut adalah penurunan nilai Indeks Ekonomi Saat Ini
(IKE) sebesar 4,50 poin menjadi 81,33 dan nilai Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
sebesar 2,00 poin menjadi 105,83.
Grafik 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
150.00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
periode krisis ekonomi global
SURVEI KONSUMEN
Metodologi
Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan terhadap kurang lebih 200 rumah tangga sebagai responden dengan metode stratified random sampling di sebagian wilayah Provinsi Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance +100), sehingga jika indeks di atas 100 berarti optimis, sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis.
Indeks Keyakinan Konsumen
menunjukkan level pesimis.
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Konsumen
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) bulan Desember 2010 masih
menunjukkan penurunan tercermin dari menurunnya level indeks sebesar 4,50 poin
menjadi 81,33 dibandingkan bulan November 2010. Penurunan IKE ini didorong oleh
menurunnya persepsi reponden terhadap indeks ketepatan waktu pembelian barang
tahan lama sebesar 11,00 poin menjadi 53,00, indeks tingkat penghasilan saat ini
sebesar 2,00 poin menjadi 112,00 poin dan indeks ketersediaan lapangan pekerjaan
0,50 poin menjadi 79,00. Menurut responden, pemicu penurunan kondisi ekonomi
saat ini adalah kondisi ekonomi yang memburuk (54,81%) dan berkurangnya jumlah
proyek-proyek pemerintah dan pihak swasta (20,19%). Selain itu, minat masyarakat
untuk berwirausaha menurun (11,54%), investor yang tidak lagi menanamkan
dananya di Indonesia (6,73%) dan semakin sulitnya akses terhadap kredit perbankan
(6,73%) juga ikut mendorong terjadinya penurunan IKE. Kondisi ini telah berlangsung
sejak bulan November 2010 dimana kenaikan beberapa komoditas volatile food yang
memicu inflasi semakin memperburuk kondisi perekonomian.
Grafik 2 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Ekonomi
Tingkat ekspektasi konsumen pada 6 bulan yang akan datang menurun tipis
sebesar 2,00 poin dari 107,83 pada bulan November 2010 menjadi 105,83.
Penurunan ini didorong oleh penurunan yang signifikan pada ekspektasi ketersediaan
lapangan kerja pada 6 bulan yang akan datang sebesar 13,50 poin menjadi 83,50.
Disisi lain, indeks ekspektasi penghasilan masih menunjukkan kenaikan 5,50 poin
menjadi 131,50 dan ekspektasi kondisi ekonomi meningkat sebesar 2,00 poin
menjadi 102,50.
Menurut responden, penurunan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja di 6
bulan yang akan datang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang diperkirakan
akan memburuk (47,52%), berkurangnya jumlah proyek pemerintah dan pihak
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
150.00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008 2009 2010
Indek Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Konsumen
Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks
Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini menurun &
berada pada level pesimis.
Indeks Ekspektasi Konsumen menurun tipis dan masih berada di level
optimis.
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Konsumen
swasta (16,83%), menurunnya minat masyarakat dalam berwirausaha (10,89%) serta
semakin sulitnya akses masyarakat dalam memperoleh kredit bank (7,92%) dan
dampak krisis ekonomi global yang diperkirakan akan memburuk (7,92%) dan alasan
lain (9,00%).
Grafik 3 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Ekspektasi Penghasilan Optimisme responden dalam memperkirakan tingkat penghasilan 6 bulan
yang akan datang meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya nilai indeks
ekspektasi penghasilan sebesar 5,50 poin menjadi 131,50 dari nilai indeks
sebelumnya pada bulan November 2010 (126,00). Menurut responden,
meningkatnya ekspektasi penghasilan tersebut dipengaruhi oleh perkiraan adanya
peningkatan gaji/omzet usaha (35,88%), bertambahnya jumlah usaha yang akan
dilakukan masyarakat (30,53%), optimisme untuk memperoleh pekerjaan (16,03%),
optimisme dalam memperoleh bidang usaha yang lebih baik (11,45%), membaiknya
krisis ekonomi global ke depan (5,58%) dan stabilitas politik yang kondusif (1,53%)
Ekspektasi Harga
Responden memperkirakan indeks ekspektasi harga pada 3 bulan yang akan
datang menurun signifikan sebesar 15,50 poin jika dibandingkan dengan nilai pada
bulan November 2010. Penurunan tersebut didorong oleh penurunan ekspektasi
harga pada hampir semua kelompok komoditas yaitu: kelompok sandang; kelompok
bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok
kesehatan; kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; serta kelompok
perumahan, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan ekspektasi kenaikan harga pada
3 bulan yang akan datang diperkirakan hanya terjadi pada kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga.
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
150.00
175.00
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008 2009 2010
Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan Konsumen
Ekspektasi Kondisi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Indeks Ekspektasi Harga baik pada 3 bulan maupun 6 bulan yang akan datang
menunjukkan penurunan.
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan.
Tingkat optimisme responden terhadap tingkat
penghasilan 6 bulan yang akan datang meningkat.
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Konsumen
Indeks ekspektasi harga pada 6 bulan yang akan datang juga mengalami hal
yang sama dengan adanya penurunan indeks sebesar 7,50 poin menjadi 162,50.
Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan harga pada 4 kelompok komoditas yaitu;
kelompok sandang; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau;
kelompok bahan makanan; dan kelompok kesehatan. Sedangkan kenaikan harga
diperkirakan terjadi pada 3 kelompok komoditas, yaitu kelompok perumahan, listrik,
gas dan bahan bakar; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga; serta kelompok
transportasi dan komunikasi.
Menurut responden, penurunan ekspektasi harga pada 6 bulan yang akan
datang dipengaruhi oleh kondisi keamanan dan sosial politik yang akan semakin
stabil (25,00%), penurunan suku bunga (25,00%), distribusi barang yang semakin
lancar (25,00%), ketersediaan barang/jasa di pasar (12,50%), rencana pemberian
subsidi pemerintah pada komoditas tertentu (12,50%).
Grafik 4
Indeks Ekspektasi Harga pada 3 & 6 bulan yad, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 Bulan yad dengan Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan
Ekspektasi Suku Bunga Tabungan
Indeks ekspektasi suku bunga tabungan pada 6 bulan yang akan datang
tercatat sebesar 106,50. Angka indeks tersebut turun 1,00 poin jika dibandingkan
hasil survei bulan November 2010. Penurunan indeks ekspektasi suku bunga ini
sejalan dengan tren menurunnya suku bunga perbankan baik pada suku bunga
simpanan maupun pinjaman.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga 3 bln yad
Indeks Ekspektasi Perubahan Harga 6 bln yad Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 bln yad
Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan pada 6 bulan yang akan datang masih menunjukkan tren
penurunan
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Konsumen
Grafik 5 Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 Bulan yad dg Pertumbuhan Suku Bunga
Tabungan Selama 6 Bulan
Ekspektasi Jumlah Tabungan
Indeks ekspektasi jumlah tabungan pada 6 bulan yang akan datang tercatat
sebesar 133,00. Angka indeks tersebut tidak mengalami perubahan jika
dibandingkan ekspektasi pada bulan November 2010. Kondisi dapat terjadi karena
adanya indikasi bahwa masyarakat menganggap suku bunga simpanan perbankan
pada saat ini tidak memberikan insentif bagi masyarakat dalam menyimpan dananya
di bank.
Grafik 6
Indeks Jumlah Tabungan Saat ini, Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 Bulan yad, dengan Pertumbuhan Jumlah Tabungan mtm & selama 6 bulan
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
Pertumbuhan Suku Bunga Tabungan Selama 6 bln
Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 bln yad
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
Pertumbuhan Jumlah Tabungan Selama 6 bln Pertumbuhan Jumlah Tabungan (mtm)
Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bln yad Indeks Jumlah Tabungan Saat Ini
Indeks Ekspektasi Jumlah tabungan pada 6 bulan
tetap
Tim Ekonomi Moneter 6
Survei Konsumen
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
A 116.83 112.00 99.08 111.83 114.33 117.17 113.25 105.92 112.04 101.17 107.58 96.83 93.58 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 101.50 98.67 90.00 100.50 103.33 106.50 99.17 97.33 98.83 89.50 96.67 85.83 81.33 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 116.83 125.33 108.17 123.17 125.33 127.83 127.33 114.50 125.24 112.83 118.50 107.83 105.83
Penghasilan Saat Ini 130.00 134.50 129.00 134.50 130.00 121.50 128.00 128.00 124.50 126.50 125.50 114.00 112.00 Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 86.00 77.00 74.00 82.50 83.50 101.50 82.00 87.00 85.50 59.50 65.00 64.00 53.00 Ketersediaan Lapangan Kerja 88.50 84.50 67.00 84.50 96.50 96.50 87.50 77.00 86.50 82.50 99.50 79.50 79.00
Ekspektasi Penghasilan 153.00 156.50 130.00 151.50 146.00 152.00 153.00 146.50 145.21 130.00 135.00 126.00 131.50 Ekspektasi Kondisi Ekonomi 124.50 124.50 109.00 116.00 123.50 120.50 117.50 99.00 121.50 113.00 115.00 100.50 102.50 Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 119.00 95.00 85.50 102.00 106.50 111.00 111.50 98.00 109.00 95.50 105.50 97.00 83.50
BHarga Umum 164.50 173.00 165.50 153.00 165.00 156.00 176.00 172.50 185.50 176.50 170.00 177.50 162.00 Bahan Makanan 169.00 180.50 167.50 166.50 175.00 174.50 180.50 183.00 194.50 184.00 176.50 182.50 174.00 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 159.00 172.50 160.00 159.00 159.50 162.50 167.50 167.50 166.00 165.00 159.50 166.00 158.00 Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 164.00 162.00 164.00 161.00 171.50 172.00 177.00 182.00 182.00 178.00 175.00 170.00 163.50 Sandang 147.50 139.00 123.50 132.00 143.00 145.00 156.00 154.00 157.36 158.00 143.50 156.00 138.50 Kesehatan 152.00 153.00 145.00 146.00 160.00 154.50 158.00 146.50 146.97 147.50 146.50 153.00 145.00 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 162.00 154.50 152.50 146.00 156.00 158.00 162.00 162.00 173.50 168.50 155.00 154.00 147.00 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 156.00 159.00 145.50 160.00 162.50 157.00 165.50 161.50 161.50 161.00 163.50 148.00 155.50
C
Harga Umum 182.50 184.00 171.50 166.50 178.00 176.50 183.00 175.50 189.50 184.50 173.50 170.00 162.50 Bahan Makanan 183.00 185.50 171.00 171.50 175.50 175.00 182.00 179.00 196.50 188.50 176.00 173.00 171.50 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 180.50 179.50 163.50 160.50 168.50 167.00 175.00 173.50 176.50 173.00 167.00 165.33 162.50 Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 182.00 176.50 166.00 166.00 175.00 171.50 179.00 174.50 187.00 178.39 166.33 162.00 163.00 Sandang 166.00 146.50 129.00 142.50 146.50 150.00 159.00 156.00 165.00 156.78 152.76 152.26 147.50 Kesehatan 168.00 163.50 149.50 150.00 163.00 160.00 158.50 157.00 153.00 155.78 157.79 153.00 152.50 Transportasi dan Komunikasi 177.50 164.50 159.50 153.00 163.00 166.50 165.50 167.50 178.00 169.00 163.82 158.50 159.00 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 169.00 166.00 154.50 161.50 165.50 162.00 167.50 168.00 175.00 169.00 164.32 158.00 165.50
DKetersediaan Barang & Jasa 6 bulan yad 151.50 143.00 130.00 148.00 143.00 144.50 146.50 143.50 153.50 129.50 129.00 108.50 113.50 Tingkat suku bunga tabungan 6 bulan yad 129.00 114.50 107.00 101.50 119.50 114.00 123.00 121.00 116.67 111.00 131.00 107.50 106.50 Tabungan saat ini 113.50 114.50 97.00 125.50 113.07 116.50 114.50 110.00 101.00 102.50 128.50 110.50 115.50 Tabungan 6 bulan yad 138.50 139.50 133.50 146.00 130.50 130.00 154.00 139.00 134.50 118.50 141.00 133.00 133.00
Indikator Ekonomi
Tabel 1Indeks Keyakinan Konsumen, Ekspektasi Harga, Rencana Konsumsi dan
Indikator Ekonomi
Keterangan2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Kondisi Ekonomi Saat Ini Dibanding 6 Bulan Yang Lalu
Ekspektasi Konsumen Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Harga Dalam 3 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Harga Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Laki-laki 51.50 53.50 58.00 59.00 52.00 61.50 54.27 62.50 65.00 62.50 67.50 72.00 67.00Perempuan 48.50 46.50 42.00 41.00 48.00 38.50 45.73 37.50 35.00 37.50 32.50 28.00 33.00
Rp 1 juta - Rp 3 Juta 77.00 75.50 75.50 75.50 81.00 77.50 76.00 72.00 77.00 86.50 75.00 77.50 75.00Di atas Rp 3 juta - Rp 5 juta 18.00 18.00 19.00 17.50 14.50 16.50 19.50 22.50 20.00 12.50 22.50 21.50 24.00Di atas Rp 5 Juta 5.00 6.50 5.50 7.00 4.50 6.00 4.50 5.50 3.00 1.00 2.50 1.00 1.00
20-40 tahun 53.50 50.00 67.50 72.00 67.50 75.50 74.00 75.50 61.50 63.50 59.50 65.50 70.50Diatas 40-60 tahun 40.00 48.00 29.50 25.00 30.00 23.00 25.50 24.50 35.00 34.00 39.50 34.00 29.00Di atas 60 tahun 6.50 2.00 3.00 3.00 2.50 1.50 0.50 0.00 3.50 2.50 1.00 0.50 0.50
SLTA 47.50 43.50 34.50 37.50 34.50 38.50 51.00 49.00 59.80 52.50 59.00 60.50 56.50D3 17.50 12.50 20.50 16.00 11.50 11.00 8.50 10.50 11.56 8.50 7.00 10.00 10.00Sarjana 31.00 32.50 39.50 42.00 45.50 45.50 37.00 39.00 25.63 37.50 26.00 25.50 30.00
Pasca sarjana 4.00 11.50 5.50 4.50 8.50 5.00 3.50 1.50 3.02 1.50 8.00 4.00 3.50
4 Tingkat Pendidikan
1 Jenis Kelamin
2 Tingkat Pengeluaran
3 Kelompok Umur
Tabel 2Profil Responden
(dalam %)
No Data Responden Keterangan2009 2010
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Penjualan Eceran
Triwulan IV- 2010
Pada triwulan IV-2010 indeks penjualan riil tercatat sebesar 161,41 atau mengalami peningkatan sebesar 6,72% (yoy). Kenaikan terjadi pada hampir semua penjualan produk kecuali kelompok Perlengkapan Rumah Tangga, kelompok Makanan dan Tembakau, kelompok Bahan Bakar Minyak dan kelompok Perlengkapan Tulis. Komoditas yang penjualannya mengalami peningkatan tertinggi adalah kelompok Farmasi dan Kosmetik.
Perkiraan penjualan riil di triwulan I-2011 masih menunjukkan peningkatan, dengan indeks 163,46 yang dipicu kenaikan penjualan pada hampir semua kelompok barang.
Tekanan terhadap harga umum pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan meningkat sebagaimana tercermin dari indeks ekspektasi harga umum yang naik 30,01 poin dengan indeks 151,12. Naiknya harga ditengarai karena bahan baku yang semakin mahal dengan jumlah stok yang terbatas. Sementara itu, tekanan harga pada 6 bulan ke depan juga diperkirakan meningkat yaitu naik 46,67 poin dengan indeks 161,11.
Perkembangan Penjualan Riil
Secara umum, hampir semua indeks penjualan di setiap kelompok barang
mengalami pertumbuhan positif. Secara tahunan (yoy), penjualan meningkat
6,72% dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Peningkatan indeks penjualan riil tertinggi terjadi pada kelompok Farmasi dan
Kosmetik sebesar 131,73% diikuti oleh kelompok Bahan Kerajinan & Mainan
(31,96%), kelompok Pakaian dan Perlengkapannya (22,96%), kelompok
Kendaraan dan Suku Cadang (16,86%) dan kelompok Bahan Konstruksi (9,82%).
Sementara itu, 4 kelompok komoditi mengalami penurunan indeks penjualan riil
yaitu kelompok Perlengkapan Tulis (-50,07%), kelompok Makanan dan
Tembakau (-23,44%), kelompok Perlengkapan Rumah Tangga (-1,70%) dan
kelompok Bahan Bakar Minyak (-1,44%).
SURVEI PENJUALAN ECERAN
Penjualan Riil meningkat
tipis secara tahunan (yoy)
Metodologi
Survei Penjualan Eceran (SPE) dilaksanakan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDRB dari sisi konsumsi swasta. SPE merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan terhadap sekitar 90 pengecer sebagai responden (purposive sampling) di kota Yogyakarta. Responden dikelompokkan berdasarkan 9 Klasifikasi Lapangan Usaha Industri (KLUI) tahun 1997 dan hasil survei disajikan dalam bentuk indeks riil.
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Penjualan Eceran
Indeks pada kelompok Farmasi dan Kosmetik naik sebesar 131,73%
menjadi 100,75. Terjadinya lonjakan kenaikan indeks penjualan eceran yang
sangat tinggi ini didorong oleh tingginya kebutuhan obat-obatan untuk korban
musibah erupsi gunung Merapi.
Indeks penjualan eceran kelompok barang Bahan Konstruksi pada
triwulan IV-2010 naik dibandingkan dengan triwulan IV-2009, yaitu dari 155,85
menjadi 171,16 atau naik 9,82%. Kenaikan ini disebabkan meningkatnya
permintaan terhadap bahan konstruksi seiring dengan meningkatnya
pembangunan proyek-proyek infrastruktur pemerintah di tahun 2010
dibandingkan dengan tahun 2009.
Indeks pada kelompok Kendaraan dan Suku Cadang meningkat sebesar
16,86% (yoy). Peningkatan terjadi, sejalan dengan semakin gencarnya promosi
penjualan kendaraan bermotor secara kredit dengan syarat yang relatif ringan.
Hal ini berdampak kepada meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan
bermotor sehingga penjualan eceran suku cadang kendaraan juga mengalami
peningkatan.
Penjualan eceran pada Kelompok Barang Kerajinan dan Mainan
mengalami kenaikan. Indeks penjualan eceran meningkat 31,96% dari 150,80
menjadi 198,99. Kenaikan ini sejalan dengan semakin pulihnya industri kerajinan
di DIY yang dipengaruhi oleh membaiknya kepariwisataan di DIY maupun
Indonesia secara umum. Semakin banyaknya wisatawan baik domestik maupun
asing yang datang ke provinsi DIY meningkatkan permintaan terhadap produk
kerajinan.
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Penjualan Eceran
Indeks nilai penjualan pada kelompok Perlengkapan Rumah Tangga turun
1,70% menjadi 202,94. Turunnya indeks penjualan eceran pada kelompok
barang ini tidak terlepas dari semakin murahnya harga-harga kelompok barang
perlengkapan rumah tangga tersebut. Semakin banyaknya produk elektronik dan
perlengkapan rumah tangga buatan Cina yang masuk ke Indonesia mendorong
harga produk tersebut menjadi lebih murah meskipun dilihat dari sisi kuantitas
penjualan meningkat.
Sementara itu, indeks kelompok Barang Makanan dan Tembakau turun
23,44% menjadi 52,23. Hal ini antara lain disebabkan oleh kenaikan harga
kebutuhan barang makanan sehingga berdampak pada perubahan perilaku
konsumen untuk membatasi konsumsi pada kelompok barang ini.
Indeks riil penjualan eceran kelompok barang Perlengkapan Tulis
mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Indeks
penjualan eceran kelompok barang ini turun 50,07% menjadi 89,08 yang
disebabkan oleh anjloknya indeks penjualan pada sub kelompok barang kertas,
karton dan cetakan serta sub kelompok alat musik.
I II III IV I II III IV
1 Bahan Konstruksi 104.83 108.70 61.07 25.16 6.22 3.77 27.32 9.82
2 Kendaraan & Suku Cadang 42.66 34.52 108.60 66.16 43.00 47.31 2.79 16.86
3 Perlengkapan Rumah Tangga 109.56 96.52 83.76 116.12 41.14 20.27 13.74 (1.70)
4 Barang Kerajinan & Mainan (49.84) (64.26) (50.84) 17.22 65.97 92.48 17.15 31.96
5 Makanan & Tembakau (6.52) (49.36) (42.00) (40.28) 68.01 (15.70) (34.38) (23.44)
6 Pakaian & Perlengkapannya 15.79 95.88 104.01 95.08 39.91 33.63 5.51 22.96
7 Farmasi & Kosmetik (30.02) 37.66 10.64 4.13 101.69 22.74 62.54 131.73
8 Bahan Bakar Minyak 26.73 38.84 42.68 11.32 (15.79) 6.09 (6.20) (1.44)
9 Perlengkapan Tulis 141.62 117.05 21.46 7.28 (41.14) (59.53) (54.98) (50.07)
28.27 21.46 23.39 31.75 20.70 13.31 0.61 6.72 Indeks Total
No Kelompok Barang2009 2010
Pertumbuhan Penjualan Riil secara Tahunan (yoy)
Tabel 2
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Penjualan Eceran
Grafik 1 Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan Eceran Tahun 2008 2010
Berdasarkan Kelompok Industri
Ekspektasi Total Penjualan
Responden memperkirakan bahwa penjualan pada 3 maupun 6 bulan ke
depan masih dalam range optimis. Perkiraan penjualan untuk 3 bulan ke depan
berada pada level 134,44 turun tipis sebesar 4,45 poin dari periode survei
sebelumnya. Sementara itu, perkiraan penjualan untuk 6 bulan ke depan naik
sebesar 30,00 poin dengan indeks sebesar 147,78.
Perkiraan Harga Umum dan Suku Bunga Kredit Responden memperkirakan tekanan terhadap harga umum baik pada 3
bulan maupun 6 bulan ke depan cenderung meningkat, masing-masing naik
30,01 poin dan 46,67 poin. Harga diperkirakan masih relatif tinggi dengan indeks
masing-masing sebesar 151,12 dan 161,11. Adanya ekspektasi kenaikan harga
oleh retailer ini disebabkan karena harga dari pabrik atau distributor diperkirakan
akan mengalami kenaikan pada awal tahun.
Suku bunga kredit baik untuk 3 bulan maupun 6 bulan ke depan
diperkirakan relatif tetap dengan indeks masing-masing sebesar 83,32 dan 91,11.
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2008 2009 2010 2011
Indeks Penjualan Riil
Pertumbuhan Penjualan Riil (yoy) %
%Indeks
Diperkirakan tekanan harga umum pada 3 dan 6 bulan ke depan masih
relatif tinggi
Diperkirakan suku bunga kredit untuk 3 dan 6
bulan ke depan masih relatif stabil
Penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan masih
dalam range optimis
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Penjualan Eceran
Grafik 2
Ekspektasi Pedagang mengenai Harga secara Umum
Grafik 3
Ekspektasi Pedagang mengenai Suku Bunga Kredit
I II III IV I II III IV
3 bulan yad 147.37 119.64 156.86 152.00 137.78 153.34 121.11 151.12
166.67 150.00 160.78 154.00 142.23 128.88 114.44 161.11
77.19 83.93 90.20 98.00 87.78 112.22 93.34 83.32
89.47 85.71 101.96 98.00 97.78 110.01 95.55 91.11
2009
6 bulan yad
Ekspektasi Suku Bunga Kredit
3 bulan yad
6 bulan yad
Ekspektasi Harga Umum
2010Variabel
Tabel 3
Indeks Ekspektasi Pedagang mengenai Harga secara Umum danSuku Bunga Kredit
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I* II*
2009 2010 2011
Ekspektasi 3 bln yad
Ekspektasi 6 bln yad
Inflasi Aktual (ytd)
Indeks %
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I* II*
2009 2010 2011
Ekspektasi 3 bln yad
Ekspektasi 6 bln yad
Suku Bunga SBI 3 bln *
Indeks %
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Metodologi
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I 1993 terhadap 160 perusahaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan atau pengisian kuesioner langsung oleh responden. Metode perhitungan dilakukan dengan metode bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang
penghitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual dan penggunaan tenaga kerja dilakukan dengan metode Saldo Bersih Tertimbang (SBT-weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Menurut responden survei, kegiatan usaha pada Triwulan IV-2010
mengalami kontraksi usaha tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) yang negatif sebesar 14,50%. Kontraksi usaha terjadi pada 5 sektor
usaha dengan faktor penyebab utama adanya bencana alam erupsi Merapi
yang memberikan efek multiplier pada dunia usaha, seperti penurunan
jumlah wisatawan, penutupan bandara, yang berdampak pada penurunan
kinerja pariwisata serta penurunan transaksi perdagangan di berbagai sektor
usaha.
Namun, optimisme responden terhadap perkiraan kondisi kegiatan usaha
pada Triwulan I-2011 baik dengan SBT sebesar 25,83%. Kegiatan usaha
diperkirakan akan mengalami ekspansi yang didorong oleh perkiraan
meningkatnya kegiatan usaha pada 7 sektor usaha yang di dorong oleh
faktor pendukung antara lain perkiraan peningkatan permintaan dalam
negeri yang didukung situasi pasar yang membaik serta pemulihan
kepercayaan masyarakat terhadap dunia pariwisata dan usaha pasca
bencana erupsi Merapi yang menjadi kunci optimisme para responden.
Profil Responden
Pada triwulan IV-2010 jumlah responden yang menjawab kuesioner adalah 164
responden, diatas jumlah responden yang ditentukan yaitu 160 responden. Dengan
demikian, response rate pada triwulan IV-2010 sebesar 102,50%.
Grafik 1 Profil Responden SKDU
Pertanian18.90%
Pertambangan1.83%
Industri Pengolahan14.63%
Listrik, Gas & Air Bersih0.61%
Bangunan
1.83%
Perdagangan, Hotel & Restoran28.05%
Pengangkutan & Komunikasi
11.59%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
13.41%
Jasa-jasa9.15%
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
Triwulan IV -2010
Response Rate pada triwulan IV-2010 mencapai 102,50%
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Penyebaran responden pada triwulan laporan ini didominasi oleh empat sektor
penyumbang PDRB terbesar di DIY yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (46
responden); sektor Pertanian (31 responden); sektor Industri Pengolahan (24 responden);
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (22 responden) atau mewakili 75,00% dari
total responden yang mengembalikan kuesioner. Dominasi responden masih berada
pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor Pertanian sejalan dengan
karakter perekonomian DIY yang utamanya ditopang oleh kedua sektor tersebut.
Kegiatan Usaha
Realisasi kegiatan usaha DIY pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi usaha
berbanding terbalik dengan yang terjadi pada periode survei sebelumnya. Kontraksi
kegiatan usaha SKDU di wilayah DIY tercermin pada angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
sebesar -14,50%. Kontraksi terjadi pada 5 (lima) sektor, yaitu: sektor Bangunan (SBT
-6,81%), sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT -6,29%), sektor Pertanian (SBT
-2,95%) sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT -2,66%), dan sektor Industri
Pengolahan (SBT -0,66%). Kontraksi kegiatan usaha di berbagai sektor tersebut
disebabkan adanya bencana alam erupsi Merapi yang memberikan efek multiplier pada
dunia usaha, seperti penurunan jumlah wisatawan, penutupan bandara, yang
berdampak pada penurunan kinerja pariwisata serta penurunan transaksi perdagangan di
berbagai sektor usaha.
Meskipun kegiatan usaha pada sebagian besar sektor di DIY mengalami
kontraksi, terdapat 1 sektor yang mengalami ekspansi yaitu sektor Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan (SBT 4,87%). Selain itu, juga terdapat 3 sektor yang
mengalami stagnasi yaitu sektor Pertambangan, sektor Listrik, Gas & Air Bersih, dan
Sektor Jasa-jasa (SBT 0%). Menurut responden, ekspansi pada sektor Keuangan,
Persewaan, dan Jasa-jasa disebabkan oleh peningkatan penjualan karena adanya
peningkatan permintaan. Sedangkan 3 sektor yang mengalami stagnasi lebih diakibatkan
karena faktor cuaca dan keterbatasan lahan usaha pada sektor Pertambangan.
Untuk triwulan I-2011, responden SKDU di Provinsi DIY menyatakan tetap
optimis dalam memandang kondisi kegiatan dunia usaha ke depan. Hal ini tercermin dari
nilai SBT 25,83%, meningkat sebesar 7,89% dibandingkan perkiraan pada triwulan
sebelumnya. Perkiraan peningkatan permintaan dalam negeri yang didukung situasi
dunia usaha pasca erupsi Merapi yang membaik menjadi tumpuan optimisme para
responden. Selain itu, peningkatan juga didorong oleh perbaikan kualitas barang/jasa
yang dihasilkan serta peningkatan kapasitas usaha.
Realisasi kegiatan usaha pada triwulan IV-2010
mengalami kontraksi usaha
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Sektor-sektor yang berpotensi menjadi kontributor peningkatan kegiatan usaha
ke depan yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 7,95%), sektor Pertanian (SBT
5,91%), sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT 4,65%), sektor Industri Pengolahan
(SBT 3,34%), sektor Jasa-jasa (SBT 2,16%), sektor Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan (SBT 1,34%), dan sektor Pertambangan (SBT 0,48%).
Grafik 2 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha
Harga Jual
Harga jual produk/jasa pada triwulan IV-2010 menurut responden secara umum
meningkat, tercermin dari SBT 21,20% dengan peningkatan yang lebih lambat
dibandingkan dengan triwulan III-2010 (SBT 26,8%). Kontributor kenaikan harga jual
tersebut berasal dari 8 sektor usaha, yaitu sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan (SBT 10,27%), sektor Bangunan (SBT 3,40%), sektor Industri Pengolahan (SBT
2,63%), sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT 2,33%), sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran (SBT 1,63%) , sektor Listrik, Gas & Air Bersih (SBT 0,42%), sektor Jasa-jasa (SBT
0,27%), dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (SBT 0,25%). Menurut
responden, alasan pemicu kenaikan harga tersebut antara lain adalah adanya kenaikan
harga bahan baku dan biaya operasional lainnya, fluktuasi nilai rupiah, datangnya musim
liburan Natal dan akhir tahun, menurunnya persaingan produk sejenis dan meningkatnya
biaya pemasaran. Selain itu, kegagalan panen yang terjadi akibat erupsi Merapi menjadi
pemicu naiknya harga di sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan.
Harga jual produk/jasa pada triwulan I-2011 diperkirakan meningkat tercermin
dari nilai SBT 6,45%, lebih melambat dibandingkan perkiraan harga pada triwulan
sebelumnya (SBT 11,44%). Perkiraan kenaikan harga jual tersebut terbesar terjadi pada
sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 3,68%), sektor Pengangkutan & Komunikasi
(SBT 3,32%), dan sektor Industri Pengolahan (SBT 2,09%).
17.94
25.83
8.63
23.84
17.27
(3.32)
8.73
13.08
4.27
(24.98)
(8.00) (7.87)
9.55
(6.74)
10.88 11.23
(14.50)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
Perkiraan Realisasi
Harga Jual pada triwulan IV-2010 secara umum
mengalami kenaikan
Harga jual diperkirakan tetap meningkat pada
triwulan I-2011
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 3 Realisasi dan Perkiraan Harga Jual
Penggunaan Tenaga Kerja
Kontraksi kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2010, diikuti dengan
penurunan penggunaan tenaga kerja yang tercermin dari nilai SBT yang negatif (SBT -
4,09%), tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya
(SBT 2,26%). Keadaan ini dipicu oleh turunnya penggunaan tenaga kerja pada sektor
Industri Pengolahan (SBT -2,24%), sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
(SBT -0,66%), dan sektor Jasa-jasa (SBT 0,51%). Menurut responden, faktor utama yang
mendorong penurunan penggunaan tenaga kerja adalah adanya penurunan permintaan
terhadap barang dan jasa pasca Merapi sehingga penggunaan tenaga kerja dikurangi
untuk menekan biaya.
Para pelaku usaha memperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami
peningkatan pada triwulan I-2011, tercermin dari nilai SBT yang positif sebesar 7,26%
yang mengalami pertumbuhan namun lebih lambat dari perkiraan periode sebelumnya
(SBT 10,38%). Hal ini didorong oleh adanya perkiraan meningkatnya penggunaan
tenaga kerja pada 6 sektor, yaitu sektor Industri pengolahan (SBT 2,76%), sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (SBT 1,99%), sektor Pengangkutan &
Komunikasi (SBT 1,33%), sektor Jasa-jasa (SBT 0,54%), sektor Pertambangan (SBT
0,48%), dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (SBT 0,38%). Responden
menyatakan alasan kenaikan tersebut dikarenakan adanya rencana peningkatan
kapasitas produksi serta perkiraan naiknya permintaan seiring dengan pemulihan iklim
dunia usaha di DIY pada awal tahun 2011.
5.11
18.08
4.88
19.41
13.2
24.5
10.21
1.77
8.257.05
19.41
9.24
-0.42
26.8
21.20
11.44
6.45
-5
0
5
10
15
20
25
30
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
SBT (%)
Realisasi Perkiraan
Penggunaan tenaga kerja triwulan IV-2010
menunjukkan penurunan seiring terjadinya kontraksi
kegiatan usaha
Penggunaan tenaga kerja pada triwulan I-2011
diperkirakan akan mengalami peningkatan
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 4 Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja
Kapasitas Produksi
Kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2010 menunjukkan kontraksi usaha, hal
ini diiringi dengan penurunan persentase penggunaan kapasitas produksi yang terjadi
pada tiga sektor terpantau. Kapasitas produksi terpakai saat ini tercatat 64,63%, lebih
rendah dari triwulan sebelumnya (65,47%). Penurunan penggunaan kapasitas produksi
ini terutama didorong oleh menurunnya penggunaan kapasitas produksi pada sektor
Pertambangan (73,33%), sektor Industri Pengolahan (65,92%), dan sektor Pertanian,
peternakan, kehutanan & perikanan (64,66%). Menurut responden, kondisi ini terjadi
terutama karena penurunan permintaan barang dalam negeri yang disebabkan oleh
berkurangnya daya beli masyarakat serta tersendatnya pasokan bahan baku.
Grafik 5 Penggunaan Kapasitas Produksi
0.62-0.36
0.89-0.45
-5.20-6.10
0.12
-3.97 -3.72
-7.81
7.44
2.62
1.14
2.26
-4.09
7.26
-14
-9
-4
1
6
11
16
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
SBT (%)
Realisasi Perkiraan
72.7
65.18
79.54
80.98
76.171.14
75.41
60.31
78.1972.63
79.8980.35
74.61
65.4764.63
40
50
60
70
80
90
100
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Kapasitas Terpakai (%)
Kapasitas produksi mengalami penurunan pada
triwulan IV-2010 tercatat 64,43%
Tim Ekonomi Moneter 6
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Kondisi Keuangan
Pada triwulan IV-2010, pertumbuhan kondisi keuangan responden mengalami
perlambatan tercermin dari nilai SB yang positif 31,10%, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya (SB 42,33%). Kontribusi pertumbuhan kondisi keuangan berasal dari sektor
Pertambangan (SB 66,67%), sedangkan perlambatan pertumbuhan antara lain terjadi
pada sektor Pengangkutan & Komunikasi (SB 21,05%), sektor Industri Pengolahan (SB
25,00%), sektor Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan (SB 22,58%), sektor
Perdagangan, Hotel & Restoran (SB 39,13%), sektor Jasa-jasa (SB 20,00%), dan sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (45,45%).
Grafik 6 Perkembangan Kondisi Keuangan
Akses Kredit
Pada triwulan IV-2010 responden menyatakan bahwa akses kredit ke Perbankan
menjadi sulit yang tercermin dari nilai SB yang negatif sebesar -12,50%, mengalami
penurunan dari triwulan sebelumnya yang tercatat positif dengan SB 15,15%. Menurut
responden kondisi ini disebabkan oleh beberapa masalah yang dihadapi responden
terkait ketersediaan jaminan, persyaratan kredit yang cukup rumit dan kebijakan internal
bank.
18.13
23.13
18.52
14.4816.88 17.09
22.44
10.83
20.6522.29
33.94
38.92 37.42
42.33
31.10
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
SB (%)
Penurunan kondisi keuangan para pelaku usaha
hampir terjadi di semua sektor
Akses kredit perbankan pada
triwulan IV-2010 lebih sulit
Tim Ekonomi Moneter 7
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 7 Perkembangan Akses Kredit
Situasi Bisnis
Pada triwulan IV-2010, optimisme responden dalam memandang situasi bisnis
mengalami penurunan signifikan tercermin dari nilai SB 4,27%, jauh lebih rendah dari
triwulan sebelumnya (SB 30,06%). Penurunan optimisme secara signifikan terjadi pada
sektor Bangunan dengan nilai SB menurun sebesar 66,67%, diikuti oleh penurunan
sektor Perdagangan, hotel & Restoran sebesar 57,39% (SB -17,39%), dan sektor
Pertanian, perkebunan, peternakan & kehutanan sebesar 25,80% (SB -19,35%). Kondisi
ini terjadi sebagai akibat dari erupsi Merapi yang terjadi pada akhir Oktober November
2010, sempat melumpuhkan perekonomian (kondisi bisnis) di DI Yogyakarta terutama
pada ketiga sektor tersebut.
Responden memperkirakan situasi bisnis 6 bulan ke depan akan membaik.
Kondisi tersebut ditunjukkan dengan nilai SB yang positif 59,76%, lebih tinggi dari
perkiraan pada triwulan sebelumnya (SB 49,08%). Kontributor utama yang mendorong
naiknya optimisme responden tersebut yaitu sektor Pengangkutan & komunikasi (SB
68,42%), sektor Pertambangan (SB 33,33%), sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan
dan Perikanan (SB 61,29%), sektor Jasa-jasa (SB 73,33%), sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran (SB 3,09%), dan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan (SB
68,18%).
-15
11.76
45.45
25.00
16.67
21.43
0
-19.05
28.57
15.7913.16
0 0
15.15
-12.50
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
SB (%)
Optimisme responden dalam memandang situasi
bisnis pada triwulan IV-2010 mengalami banyak
penurunan
Responden cenderung merasa optimis dalam
memandang situasi bisnis 6 bulan ke depan
Tim Ekonomi Moneter 8
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 8 Realisasi dan Perkiraan Situasi Bisnis
21.02
0
32.70
12.77
18.47
27.7424.84
10.3913.38
28.57
41.61
36.53
37.4230.06
4.27
44.3
57.96 59.24
49.6847.17
39.44
43.9546.45
49.02
44.16 44.16
53.8947.85
49.08
59.76
0
10
20
30
40
50
60
70
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
Realisasi PerkiraanSB %
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Harga Properti Residensial
Triwulan IV - 2010
Survei Harga Properti Residensial triwulan IV-2010 mengindikasikan terjadi kenaikan tipis harga secara triwulanan sebesar 2,51% sedangkan secara tahunan terjadi penurunan harga sebesar 1,63%.
Kenaikan harga secara triwulanan ini lebih disebabkan naiknya harga pada rumah tipe besar yang tercatat sebesar 9,54%. Tipe rumah kecil maupun menengah justru mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 9,71% dan 9,63%.
Dana internal perusahaan khususnya yang bersumber dari modal disetor menjadi sumber utama pembiayaan properti residensial (51,54%), diikuti oleh pinjaman bank (22,05%), dana nasabah (20,63%) dan sisanya adalah dana dari pinjaman Lembaga Keuangan Non Bank (2,61%) serta lainnya (3,00%). Persentase penggunaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh konsumen (45,83%) dengan tingkat suku bunga pada kisaran 8,25% - 16%.
Perkembangan Harga Properti Residensial
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di kota Yogyakarta menunjukkan bahwa indeks harga properti residensial pada triwulan IV-2010 secara triwulanan (qtq) mengalami peningkatan tipis sebesar 2,51% sedangkan secara tahunan justru menurun sebesar 1,63% dengan indeks sebesar 247,82.
-7.0
-2.0
3.0
8.0
13.0
18.0
23.0
28.0
33.0
38.0
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 1Perkembangan IHPR DIY
IHPR % QTQ % YOY
`
SURVEI HARGA
PROPERTI RESIDENSIAL
Metodologi
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I-1999 terhadap beberapa pengembang proyek perumahan (developer) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden mencakup 48 pengembang.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung (face to face) mencakup data harga jual rumah, jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada triwulan bersangkutan serta prakiraan harga jual rumah dalam triwulan berikutnya. Pengolahan data dilakukan dengan metode rata-rata sederhana atas harga rumah pada tiap tipe bangunan rumah, yang terdiri dari tipe kecil (luas bangunan s.d 36m2) , tipe menengah (luas bangunan >36m2 s.d 70m2) dan tipe besar (luas bangunan > 70m2), selanjutnya Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dihitung dengan metode indeks berantai sederhana.
Secara triwulanan, indeks harga properti residensial
meningkat sebesar 2,51% sedangkan secara tahunan
indeks turun sebesar 1,63%
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Harga Properti Residensial
Secara triwulanan (qtq), indeks harga naik 2,51% yang disebabkan oleh naiknya harga bahan bangunan, biaya perizinan yang semakin mahal, kenaikan upah pekerja, dan adanya penambahan fasilitas rumah.
Berdasarkan tipe rumah, secara triwulanan (qtq) kenaikan indeks ini bersumber dari naiknya harga pada tipe rumah besar 9,54% (qtq). Sedangkan baik tipe rumah kecil maupun menengah justru turun masing-masing sebesar 9,71% dan 9,63% (qtq).
Secara tahunan (yoy), indeks harga properti residensial turun 1,63% dibandingkan dengan indeks pada periode survei sebelumnya. Berdasarkan tipe rumah, turunnya indeks ini lebih disebabkan adanya penurunan harga tipe rumah kecil dan menengah masing-masing sebesar 3,53% dan 12,55%. Kenaikan harga terjadi pada tipe rumah besar yaitu sebesar 2,86%.
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 2Perkembangan IHPR Rumah Tipe Kecil
IHPR % QTQ % YOY
`
-20.0
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 3Perkembangan IHPR Rumah Tipe Menengah
IHPR % QTQ % YOY
` `
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Harga Properti Residensial
Perkiraan Triwulan I - 2011 Untuk Triwulan I-2011, indeks harga properti residensial baik secara
triwulanan maupun tahunan diperkirakan mengalami peningkatan yaitu masing-masing 5,71% (qtq) dan 6,26% (yoy).
Dibandingkan dengan indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal IHK-BPS, kenaikan indeks harga properti residensial menunjukkan indikasi dan arah yang sama. Indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal pada triwulan IV 2010 tercatat 123,24 tumbuh 1,22%, sementara indeks harga properti residensial tumbuh sebesar 2,51%.
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
0
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 4Perkembangan IHPR Rumah Tipe Besar
IHPR % QTQ
% YOY
`
-33.00
-23.00
-13.00
-3.00
7.00
17.00
27.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011
%
Grafik 5Perkembangan IHPR dan Indeks Biaya Tempat Tinggal (q-t-q)
Perubahan IHPR (qtq) Perubahan Indeks Biaya Tempat Tinggal (qtq)
IHPR menunjukkan indikasi dan arah yang sama dengan indeks harga sub kelompok
biaya tempat tinggal IHK-BPS
Peningkatan harga diperkirakan akan terjadi pada triwulan I -
2011 baik qtq dan yoy,
walaupun relatif tipis
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Harga Properti Residensial
Penawaran dan Permintaan Properti Residensial Triwulan IV-2010
Sebagaimana survei triwulan sebelumnya, hasil survei pada triwulan IV-2010 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan penawaran maupun permintaan properti residensial untuk semua jenis rumah relatif sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan penawaran dan permintaan properti yang relatif stabil ini diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan I-2011.
Pembiayaan Properti Residensial
Pembiayaan properti residensial pada triwulan IV-2010 sebagian besar bersumber dari dana internal perusahaan dengan sumber utama adalah dari modal disetor (51,54%), diikuti oleh pinjaman bank (22,05%), dana nasabah (20,63%) dan sisanya adalah dana dari pinjaman Lembaga Keuangan Non Bank (2,61%) serta lainnya (3,00%). Sementara itu, untuk pembelian properti residensial, sebagian besar konsumen memanfaatkan KPR bank (45,83%) dengan tingkat suku bunga mayoritas sebesar 12% (range antara 8,25% - 16%), diikuti oleh cash bertahap (40,48%) dan sebagian kecil dilakukan dalam bentuk cash keras/tunai (13,69%).
Dana internal perusahaan dan pinjaman dari bank menjadi sumber utama pembiayaan
properti, sementara transaksi pembelian konsumen sebagian
besar menggunakan pembiayaan melalui KPR
Permintaan dan penawaran properti residensial triwulan
IV -2010 relatif sama dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan
I -2011
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Harga Properti Residensial
Kecil Menengah Besar Total Kecil Menengah Besar Total
I-2005 1.02 0.38 1.10 0.83 5.55 3.37 12.59 7.14 II-2005 0.53 0.20 0.41 0.38 4.29 2.00 5.99 4.09 III-2005 0.60 0.57 0.17 0.45 4.92 2.58 6.16 4.56 IV-2005 1.75 0.92 0.84 1.17 3.96 2.08 2.54 2.86 I-2006 1.72 0.72 0.41 0.95 4.68 2.42 1.84 2.97 II-2006 1.60 1.13 0.17 0.97 5.80 3.38 1.59 3.79 III-2006 12.56 5.36 7.18 8.37 18.37 8.30 8.70 4.33 IV-2006 12.56 5.36 7.18 8.37 30.94 13.06 15.54 19.69 I-2007 10.42 9.55 9.20 9.72 42.14 22.99 25.65 30.10 II-2007 1.28 0.81 2.64 1.96 41.69 22.59 28.76 31.38 III-2007 (2.53) (12.03) 12.83 4.10 22.69 2.36 35.54 26.21 IV-2007 5.26 3.73 (3.56) (0.81) 14.73 0.78 21.96 15.52 I-2008 8.17 15.22 (6.59) 0.54 12.39 5.99 4.33 5.85 II-2008 (8.32) 11.07 4.83 4.68 1.74 16.78 6.55 8.68 III-2008 16.52 (6.33) (0.36) (0.01) 21.62 24.35 (5.90) 4.39 IV-2008 (6.54) 1.20 1.87 0.48 7.98 21.32 (0.61) 5.74 I-2009 2.80 5.67 7.25 6.22 2.62 11.27 14.12 11.72 II-2009 0.74 1.08 35.36 21.55 12.77 1.26 47.35 29.73 III-2009 2.66 6.33 (10.55) (5.31) (0.64) 14.95 32.28 22.84 IV-2009 (5.06) 3.73 9.05 6.05 0.94 17.82 41.60 29.66 I-2010 (1.23) 3.77 (4.56) (2.15) (3.02) 15.69 26.00 19.44 II-2010 (2.01) (5.54) (3.29) (3.75) (5.67) 8.11 (9.97) (5.42) III-2010 10.39 (1.27) 1.73 1.88 1.43 0.38 2.39 1.77 IV-2010 (9.71) (9.63) 9.54 2.51 (3.53) (12.55) 2.86 (1.63) I*-2011 7.78 2.62 6.40 5.71 3.98 (10.25) 9.44 3.98
Keterangan : Kecil s.d. 36 m2
Menengah 36-70 m2
Besar diatas 70 m2
* Angka Perkiraan
Tabel 1
Perubahan Indeks Harga Properti Residensial DIY
TriwulananPerubahan Triwulanan Perubahan Tahunan
I-2005 132.85 125.57 132.13 130.28 II-2005 133.55 125.81 132.68 130.77 III-2005 134.35 126.53 132.89 131.35 IV-2005 136.71 127.69 134.01 132.89 I-2006 139.06 128.61 134.55 134.15 II-2006 141.29 130.06 134.78 135.45 III-2006 159.03 137.03 144.46 146.78 IV-2006 179.01 144.38 154.83 159.06 I-2007 197.66 158.17 169.07 174.53 II-2007 200.19 159.44 173.54 177.95 III-2007 195.12 140.27 195.81 185.25 IV-2007 205.38 145.50 188.84 183.75 I-2008 222.16 167.64 176.40 184.74 II-2008 203.67 186.20 184.91 193.39 III-2008 237.30 174.42 184.25 193.38 IV-2008 221.77 176.52 187.69 194.30 I-2009 227.98 186.53 201.30 206.39 II-2009 229.67 188.54 272.47 250.88 III-2009 235.78 200.49 243.73 237.55 IV-2009 223.85 207.97 265.77 251.93 I-2010 221.10 215.80 253.64 246.52 II-2010 216.65 203.84 245.30 237.28 III-2010 239.16 201.25 249.55 241.75 IV-2010 215.94 181.87 273.37 247.82 I*-2011 257.77 206.53 265.52 255.54
Keterangan : Kecil s.d. 36 m2
Menengah 36-70 m2
Besar diatas 70 m2
* Angka Perkiraan
Tabel 2
Indeks Harga Properti Residensial DIY
TriwulanTIPE
Kecil Menengah Besar Total