laporan penugasan ppk

15
A. Identitas Pasien 1.1 Vital Sign Nama : Sri Ayu Habibah Ali Pekerjaan : Mahasiswa Jenis Kel. : Perempuan TTL : Ende, 23 Desember 1991 Umur : 24 tahun Agama : Islam Alamat : Jl. Ikan Paus RT 4/2, Panda Ende Selatan, NTT No. RM : 99.00.1.4573.1 1.2 Pemeriksaan Thoraks dan Komunikasi Nama : Dulremi Pekerjaan : Wiraswasta Jenis Kel. : Laki-Laki TTL : Bantul, 22 Februari 1952 Umur : 63 tahun Agama : Islam Alamat : Samirono CT VI/285 RT 13/04 CT Depok No. RM : 01.06.1.0229.1

Upload: fhaliq-ophiothrix-de-onematrix

Post on 10-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hopefully Helpfull..

TRANSCRIPT

A. Identitas Pasien1.1 Vital Sign Nama : Sri Ayu Habibah AliPekerjaan : MahasiswaJenis Kel.: PerempuanTTL: Ende, 23 Desember 1991Umur: 24 tahunAgama : IslamAlamat: Jl. Ikan Paus RT 4/2, Panda Ende Selatan, NTTNo. RM: 99.00.1.4573.1

1.2 Pemeriksaan Thoraks dan KomunikasiNama : DulremiPekerjaan : WiraswastaJenis Kel.: Laki-LakiTTL: Bantul, 22 Februari 1952Umur: 63 tahunAgama : IslamAlamat: Samirono CT VI/285 RT 13/04 CT DepokNo. RM: 01.06.1.0229.1

B. Hasil Observasi Pemeriksaan Fisik2.1 Pemeriksaan Vital Sign1. AnamnesisPasien menunggu di ruang tunggu Poli Umum hingga mendapat panggilan dari perawat berdasarkan data rekam medik. Perawat menanyakan keperluan pasien datang ke Poli Umum. Pasien tersebut mempunyai keperluan untuk melakukan pemeriksaan umum. Kemudian perawat melakukan cross-check dari data rekam medis sebelumnya. 2.Pengukuran Berat BadanPerawat menginstruksikan pasien untuk mengukur berat badannya sendiri.3. Pengukuran Tekanan DarahPerawat mempersilahkan pasien untuk duduk bersandar dan meletakkan tangan pasien sebelah kiri di atas meja. Perawat duduk di depan sebelah kiri pasien. Kemudian perawat langsung memasangkan manset pada lengan atas pasien serta meletakkan stetoskop di bagian bawah manset tepat di atas fossa antecubiti. Setelah itu, perawat memompa pemompa sfigmomanometer hingga tekanan dalam air raksa meningkat sampai ke 160 mmHg. Lalu di turunkan perlahan sampai dibawah 80 mmHg. Setelah dirasa cukup, perawat menurunkan dengan cepat air raksa sampai ke angka 0 mmHg. Perawat melepaskan manset serta stetoskop dari lengan pasien. Dan kemudian perawat mencatat hasil pemeriksaannya. 4. Pemeriksaan Denyut Nadi dan PernapasanPerawat memberi instruksi kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan lanjutan kepada dokter. Kemudian dokter menanyakan keluhan pasien. Setelah itu dokter mempersilahkan pasien untuk berbaring di atas tempat tidur. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter mengukur denyut nadi dengan menggunakan 2 jari pada bagian arteri radialis sembari menghitung frekuensi pernapasan pasien dengan menggunakan stopwatch selama satu menit. Kemudian dokter mempersilahkan pasien untuk duduk kembali kemudian mencatat hasil pemeriksaannya.

2.2 Pemeriksaan Thoraks 1. AnamnesisPasien yang telah melakukan pemeriksaan vital sign, dipersilahkan memasuki ruang pemeriksaan lanjutan oleh dokter terkait. Dokter mempersilahkan pasien duduk dan menceritakan keluhan-keluhannya. Hasil yang didapat, pasien mengeluhkan batuk-batuk serta agak sedikit pusing. Untuk pemeriksaan lanjutan, dokter melakukan pemeriksaan bagian thoraks pasien.2. Persiapan PasienDokter menginstruksikan pasien untuk berbaring di atas tempat tidur. Kemudian melepaskan pakaian yang menutupi daerah pemeriksaan thoraks.3. Persiapan AlatDokter mempersiapkan alat untuk keperluan pemeriksaan. 4. Pemeriksaan InspeksiDokter mengamati sekilas permukaan thoraks pasien yang akan di periksa dengan berdiri di sebelah kanan pasien. 5. Pemeriksaan PalpasiDokter meraba-raba daerah thoraks bagian depan pasien dengan cara melingkar.6. Pemeriksaan PerkusiDokter kemudian melakukan perkusi di bagian dada kanan dan kiri pasien secara berurutan dari atas ke bawah.7. Pemeriksaan AuskultasiDokter meletakkan bagian membran dari stetoskop di bagian yang telah diperkusi sebelumnya sampai ke daerah abdomen.

2.3 Komunikasi1. Membina Sambung Rasa Pasien yang masuk ke ruang dokter, disambut dengan senyuman hangat dari dokter Dokter menanyakan serta mengonfirmasi identitas pasien berdasar data rekam medis Dokter juga menghormati dan tampak antusias mendengarkan keluhan pasien 2. Bertanya Dokter menggunakan kalimat dan kata-kata yang mudah dipahami pasien Dokter menggunakan pertanyaan terbuka seperti menanyakan keadaan pasien serta tidak terkesan mengintrogasi Dokter juga melakukan cross-check untuk meyakinkan pernyataan pasien Dokter terkadang memotong pembicaraan pasien3. Active Listening Dokter selalu melakukan kontak mata terhadap pasien saat menceritakan keluhannya serta menggunakan isyarat verbal seperti gerakan tangan Dokter menyimpulkan dari pernyataan pasien

C. Analisis Profesionalismea. Vital Sign Informed ConsentMenurut PerMenKes No 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU No 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. Maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Pada pemeriksaan vital sign di puskesmas Depok III, para tenaga medis tidak melakukan informed consent terhadap pasien. Dengan berdalih akan memperpanjang lamanya waktu pemeriksaan. Pasien yang memasuki ruang poli umum langsung dilakukan pemeriksaan vital sign tanpa memberi tahu prosedur dan resiko dari pemeriksaan yang akan dijalani serta tidak meminta izin terlebih dahulu kepada pasien. Padahal hal demikian sangat penting bila nanti terjadi human error maka pihak puskemas dapat dipersalahkan karena kurangnya informasi yang didapat pasien.

Prosedur PemeriksaanDari hasil observasi di lapangan yang dilakukan oleh penulis, tenaga medis di puskesmas Depok III telah melewatkan beberapa prosedur pemeriksaan vital sign yaitu pengukuran suhu tubuh pasien. Padahal hal ini sangat penting dalam penegakan diagnosa pasien. Selain itu pada prosedur pemeriksaan tekanan darah, perawat tidak melakukan perkiraan tekanan sistolik melalui palpasi pada pasien. Tetapi hanya menerka-nerka batas minimalnya saja.

EtikaDari segi etika, secara keseluruhan sudah baik. Tetapi ada beberapa hal yang menjadi perhatian penulis, yakni penggunaan masker di depan para pasien. Menurut penulis, hal ini sedikit tidak etis karena kemungkinan pasien akan merasa tersinggung. Meskipun demikian, penulis berpendapat hal ini bergantung pada tiap individu pasien itu sendiri.

b. Pemeriksaan Fisik Thoraks Informed ConsentMenurut PerMenKes No 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU No 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. Maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Pada pemeriksaan fisik thoraks di puskesmas Depok III, para tenaga medis tidak melakukan informed consent terhadap pasien. Dengan berdalih akan memperpanjang lamanya waktu pemeriksaan. Dokter tidak menjelaskan prosedur serta resiko dari pemeriksaan tersebut serta tidak meminta izin terhadap pasien. Dokter langsung melakukan anamnesis dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan. Prosedur PemeriksaanDari hasil observasi lapangan yang penulis lakukan, pada pemeriksaan thoraks masih terdapat prosedur yang belum dilakukan. Tenaga medis tersebut berdalih untuk mempersingkat waktu dikarenakan banyaknya pasien yang masih harus diperiksa.Adapun pemeriksaan tersebut seharusnya dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Memang keempat prosedur tersebut dilakukan tetapi hanya sedikit dan tidak menyeluruh. Pada pemeriksaan inspeksi, dokter hanya memperhatikan sekilas permukaan dada pasien dari atas. Tidak dengan mengamati dari berbagai sudut. Pada pemeriksaan palpasi, dokter hanya meraba bagian dada tengah tepatnya sternum. Tanpa melakukan palpasi thoraks secara keseluruhan. Pada pemeriksaan perkusi, dokter hanya melakukan di titik-titik linea sternalis kiri dan kanan saja. Suara ketukannya pun tidak terlalu terdengar oleh penulis.Pada pemeriksaan auskultasi, penulis rasa dokter sudah cukup melakukan diberbagai permukaan thoraks sampai ke abdomen. EtikaDari segi etika, penulis rasa dokter yang bersangkutan sudah cukup baik. Dengan menunjukkan sikap hormat serta cara berpakaian yang sopan.

D. Analisis KomunikasiSecara umum, definisi komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988)1. Membina Sambung RasaDalam hal menyambung rasa dokter tersebut telah melakukannya dengan baik. Dimulai dari ketika pasien memasuki ruangan disambut dengan senyuman dan dipersilahkan duduk. Pasien dibuat senyaman mungkin dalam mengutarakan keluhannya tanpa ada paksaan. Dokter juga mendengarkan keluh kesah pasien dengan sangat antusias serta menunjukkan rasa empati.2. BertanyaDokter dalam memberikan pertanyaan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami bahkan dengan menggunakan bahasa Jawa. Hal ini dapat membuat pasien merasa bebas dalam mengutarakan keluhannya. Hal ini dapat berguna mempercepat proses penegakan diagnosis tanpa perlu ada usaha-usaha tambahan untuk membuat pasien mengutarakan semua keluhannya.Kurtz (1998) menyatakan bahwa dengan kemampuan mengerti harapan, kepentingan, kecemasan, dan kebutuhan pasien, maka patient-centered communication style tidak memerlukan waktu lebih lama daripada komunikasi berdasarkan kepentingan dokter untuk menegakkan diagnosis (doctor-centered communication style)3. Active ListeningDalam mendengarkan keluhan pasien, dokter terus menunjukkan antusiasme dengan melakukan kontak mata serta menggunakan isyarat verbal. Kemudian dokter menyimpulkan apa yang disampaikan oleh pasien dengan tepat. Jadi, dalam hal komunikasi penulis rasa dokter di puskesmas tersebut telah melakukannya dengan baik, efektif dan efisien.

E. Penutup1. KesimpulanDari hasil pengamatan penulis di puskesmas Depok III, tenaga medis serta dokter telah melakukannya dengan baik. Jumlah tenaga medis juga cukup memadai untuk pemeriksaan poli umum yakni tiga dokter dan tiga perawat. Pembagian tugas juga sudah cukup baik. Perawat melakukan pemeriksaan awal seperti vital sign, sementara dokter melakukan pemeriksaan lanjutan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga medis tersebut dari segi aspek profesionalismenya dilakukan dengan cepat. Meskipun pada pemeriksaan yang dilakukan perawat maupun dokter terkait masih ada prosedur yang belum dilakukan. Pada pemeriksaan thoraks, pasien mengeluhkan batuk dan pusing sedangkan pemeriksaan yang dilakukan hanyalah bagian thoraks depan tanpa ada pemeriksaan lanjutan dan dokter mengacu pada pemeriksaan dari data rekam medis sebelumnya untuk menentukan diagnosis.Pada pemeriksaan vital sign, tenaga medis tidak melakukan pengukuran suhu tubuh pasien. Serta tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan pasien.Dalam aspek komunikasi, secara keseluruhan tenaga medis terutama dokter terkait telah melakukan tata cara komunikasi baik verbal maupun nonverbal dengan sangat baik. Dokter dalam pemeriksaannya selalu melakukan kontak mata, menunjukkan rasa empati, ramah, sopan dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien. Hal ini tentu membuat pasien merasa nyaman selama pemeriksaan yang dilakukan. Namun dalam aspek ini, perawat di puskesmas tersebut kurang mengedepankan komunikasi dengan pasien. Perawat hanya melakukan prosedur pemeriksaan tanpa melakukan komunikasi seperti yang dilakukan dokter di puskesmas tersebut. Hanya sepatah dua patah kata saja yang terlontar. Itupun hanya untuk menginstruksikan pasien.

2. Saran Prosedur yang sesuai dalam pemeriksaan sangatlah penting dalam menentukan diagnosa pasien. Seperti pada pemeriksaan vital sign dan thoraks, segala prosedur yang dirasa perlu dilakukan seharusnya tetap dilakukan meskipun terkendala dengan waktu yang singkat. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam penegakan diagnosis pasien yang nantinya dapat merugikan pasien maupun tenaga medis terkait. Tenaga medis harus selalu mengedepankan aspek kebersihan. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan cuci tangan baik sebelum maupun sesudah melakukan pemeriksaan pasien. Terutama dalam konsumsi makanan di sekitar puskesmas yang dalam hal ini penulis rasa kurang dalam aspek kebersihan, tetapi perawat maupun tenaga medis terkait masih ada yang mengabaikannya bahkan ikut mengonsumsinya.Komunikasi yang baik antara pasien dan tenaga medis sangatlah penting. Karena akan mempermudah dokter dalam menggali informasi yang diperlukan dalam pemeriksaan. Ada kalanya dokter harus melakukan komunikasi yang intensif untuk mendapatkan informasi, hal ini tentunya akan memperlama waktu pemeriksaan. Maka dari itu diperlukan komunikasi yang tidak hanya cepat tapi juga efektif. Serta sebaiknya dokter tidak langsung memotong pembicaraan pasien, karena dimungkinkan ada informasi tambahan yang akan diperlukan dalam penegakan diagnosis selanjutnya. Suasana komunikasi yang nyaman dan rileks pun diperlukan untuk mempermudah pasien dalam mengutarakan keluhannya. Serta tidak terkesan terburu-buru dalam menggali informasi. Sehingga pasien bisa leluasa mengutarakan keluhannya. Sehingga hubungan dokter dan pasien akan tetap selalu terjaga dan tidak terjadi gap diantara keduanya. Sedangkan untuk perawat penulis rasa perlu lebih sering melakukan komunikasi baik itu verbal dan nonverbal terhadap pasien. Karena yang menangani pemeriksaan awal adalah perawat maka bila pasien telah merasa kurang nyaman maupun tersinggung diawal pemeriksaan, dokter akan mengalami kesulitan untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI,2008, Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Jakarta. Hlm.8.Konsil Kedokteran Indonesia,2008, Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, Jakarta. Konsil Kedokteran Indonesia,2006, Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, Jakarta. Hlm.3.Koontz & Weihrich,1988, Management, 9th ed, Mc Graw Hill Inc, Singapore, pp.461 - 465Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994), Managing Organizational Behavior, 5th ed, John Wiley & Sons, Inc, Canada, pp 562 - 578

PROFESIONALISME DAN KOMUNIKASI TENAGA MEDIS PADA PEMERIKSAAN VITAL SIGNDAN THORAKSPuskesmas Depok IIIDisusun guna memenuhi penugasanBlok 1.4 Kardiovaskuler dan Respirasi

NAMA: M. FALIQ KHUBBATANIM: 14711145KELOMPOK: 8TUTOR: dr. Eka Rosmarini S

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2015