laporan pengukuran teknik

13
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN KELOMPOK 2 Disusun oleh : 1. Amiruddin Aziz 5413240003 2. Eki Saputra 5413240004 POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Upload: amiruddin-aziz

Post on 22-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hidrolik

TRANSCRIPT

Page 1: laporan pengukuran teknik

LAPORAN PRAKTIKUMPENGUKURAN

KELOMPOK 2

Disusun oleh :

1. Amiruddin Aziz 54132400032. Eki Saputra 5413240004

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Program Studi Teknik Mesin-Cevest

Page 2: laporan pengukuran teknik

2015Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan

alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan

dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran

disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama

atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk

melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan

disebut satuan tidak baku.

Dalam pengukuran terdapat besaran pokok yaitu besaran yang satuannya telah

didefinisikan terlebih dahulu yang terdiri dari panjang, masssa, waktu, suhu, kuat arus listrik,

intensitas cahaya dan jumlah zat dan besaran turunan yaitu besaran yang satuannya

diperoleh dari besaran pokok yang terdiri dari luas, volume, massa jenis, kecepatan,

percepatan, gaya, usaha, daya, tekanan dan momentum.

Akan kita bahas mengenai pengukuran besaran-besaran fisika, yaitu pengukuran

panjang, pengukuran massa dan pengukuran suhu.

1. Pengukuran Panjang

a. Pengukuran panjang dengan mistar

Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang

berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang

kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas ukur

sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter.

Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm. Posisi mata harus melihat tegak lurus

terhadap skala ketika membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan

pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut

dengan kesalahan paralaks.

b. Pengukuran panjang dengan jangka sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur

sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat

digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa.

Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu :

rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm

Page 3: laporan pengukuran teknik

rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai

selisih 1 mm.

Jangka Sorong

Langkah-langkah dalam pembacaan skala pada jangka sorong :

i. Pembacaan skala utama yang berhimpit dengan skala nonius nol

ii. Skala nonius yang berhimpit tegak dengan skala utama.

Jadi, pembacaan jangka sorong tersebut adalah :

Skala utama + Skala nonius.

Contoh :

Skala utama 0,8 , Skala nonius 0,09

Maka : 0,8 + 0,09 = 0,89 cm.

c. Pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer

sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan

tipis, seperti mengukur  ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang

berukuran kecil.

Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan

silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala

terkecil untuk skala putar sebesar 0,01 mm.

Mikrometer Sekrup

Langkah-langkah membaca skala pada mikrometer sekrup :

i. Pembacaan skala utama yaitu adalah yang berhimpit dengan tepi selubung luar.

ii. Pembacaan skala putar yaitu garis selubung luar yang berhimpit tepat dengan

garis mendatar skala utama.

Jadi, bacaan mikrometer sekrup itu adalah :

skala utama + Skala putar.

contoh: Skala utama 6,5 , Skala putar 4.

Maka: 6,5 + 0,44 = 6,94 mm.

Page 4: laporan pengukuran teknik

2. Pengukuran Massa Benda

Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah

keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur dengan

anak timbangan yang digunakan. Dalam dunia pendidikan sering digunakan neraca

O’Hauss tiga lengan atau dua lengan. Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut ini.

Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut :

Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.

Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.

Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.\

3. Pengukuran Suhu

Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda

adalah termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan

pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai

pengisi pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut :

raksa tidak membasahi dinding kaca,

raksa merupakan penghantar panas yang baik,

kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil cukup dapat

mengubah suhunya,

jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya 357ºC.

Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol.

Alkohol memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian,

termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab

titik didihnya hanya 78ºC.

Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik

tetap bawah. Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di antara

kedua titik tetap tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika

es melebur dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.

Page 5: laporan pengukuran teknik

1. Pengukuran Baut 1

Ulir = M12 x 1,7

Diameter dalam = 9,675 mm

Diameter luar = 11,78 mm

Champer atas = 34,44o

Tinggi total = 32,677 mm

Champer bawah = 31,19o

Tinggi kepala baut = 7,877 mm

Lebar kepala baut = 21,148 mm

2. Pengukuran Baut 2 ( tirus )

Ulir = M16 x 1,3

Tinggi kepala baut = 5,03 mm

Lebar kepala baut = 18,91 mm

Sudut tirus = 0,51o

Tinggi ulir = 13,07o

Diameter besar = 16,25 mm

Diameter kecil = 15,99 mm

Page 6: laporan pengukuran teknik

Pembagian Bangun Datar V Blok

3. Pengukuran V Blok 1

Perhitungan Luas Permukaan :

1. Luas I = 5,99mm x3,37mm

= 20,1863 mm2

2. Luas II = 5,99mm x3,37mm

= 20,1863 mm2

3. Luas III = ( 9,85mm+6,28mm2 )x (9,96mm−2,42mm )

= 8,065mm x7,54mm

= 60,8101 mm2

4. Luas IV = 2,42mm x6,28mm

= 15,1976 mm2

5. Luas V = 3,11mm x 6,06mm

= 18,8466 mm2

6. Luas VI = ( 9,85mm x6,06mm2 ) x (8,78mm x 3,11mm )

V

II

VI

I

III

IV

Page 7: laporan pengukuran teknik

= 7,955mm x5,67mm

= 45,10485 mm2

7. Luas total = Luas I + Luas II + Luas III + Luas IV + Luas V + Luas VI

= 180,33175 mm2

8. Luas Persegi = 24,73mm x21,63mm

= 534,9099 mm2

9. Luas Permukaan = Luas Persegi – Luas Total

= 534,9099 mm2 – 180,33175 mm2

= 354,57815 mm 2

4. Pengukuran V Blok 2

Perhitungan Luas Permukaan :

1. Luas I = 3,92mm x5,88mm

= 23,0496 mm2

2. Luas II = 3,92mm x5,88mm

= 23,0496 mm2

3. Luas III = ( 6,1mm+16,38mm2 ) x (7,88mm−3,16mm )

= 11,24mm x 4,72mm

= 53,0528 mm2

4. Luas IV = 3,16mm x 6,1mm

= 19,276 mm2

5. Luas V = 3,1mm x6mm

= 18,6 mm2

6. Luas VI = ( 6mm x16,7mm2 ) x (7,82mm x3,1mm )

Page 8: laporan pengukuran teknik

= 11,35mm x 4,72mm

= 53,572 mm2

7. Luas total = Luas I + Luas II + Luas III + Luas IV + Luas V + Luas VI

= 190,6 mm2

8. Luas Persegi = 21,58mm x 29,26mm

= 631,4308 mm2

9. Luas Permukaan = Luas Persegi – Luas Total

= 631,4308 mm2 – 190,6 mm2

= 440,8308 mm 2

5. Pengukuran V Blok 3

Perhitungan Luas Permukaan :

1. Luas I = 6,1mm x 4,1mm

= 25,01 mm2

2. Luas II = 6,1mm x 4,1mm

= 25,01 mm2

3. Luas III = ( 6,2mm+19,3mm2 ) x (4,2mm )

= 12,75mm x 4,2mm

= 53,55 mm2

4. Luas IV = 5,1mm x6,2mm

= 31,62 mm2

5. Luas V = 5,3mm x6,2mm

= 32,86 mm2

6. Luas VI = ( 6,2mm x19,3mm2 ) x (4,2mm )

Page 9: laporan pengukuran teknik

= 12,75mm x 4,2mm

= 53,55 mm2

7. Luas total = Luas I + Luas II + Luas III + Luas IV + Luas V + Luas VI

= 221,6 mm2

8. Luas Persegi = 30,1mm x24,8mm

= 746,48 mm2

9. Luas Permukaan = Luas Persegi – Luas Total

= 746,48 mm2 – 221,6 mm2

= 524,88 mm 2

6. Pengukuran V Blok 4

Perhitungan luas permukaan

1. Luas I = 6mm x 4 ,05mm

= 24,3 mm2

2. Luas II = 6mm x 3,7mm

= 22,1 mm2

3. Luas III = ( 5,95mm+16,67mm2 )x (4 ,34mm )

= 11,31mm x 4,34mm

= 49,0854 mm2

4. Luas IV = 3,32mm x5,95mm

= 19,754 mm2

5. Luas V = 3,32mm x5,95mm

= 19,754 mm2

6. Luas VI = ( 5,95mm x16,67mm2 )x (5mm )

Page 10: laporan pengukuran teknik

= 11,31 mm x5mm

= 56,55 mm2

7. Luas total = Luas I + Luas II + Luas III + Luas IV + Luas V + Luas VI

= 191,6434 mm2

8. Luas Persegi = 21,98mm x21,71mm

= 477,1858 mm2

9. Luas Permukaan = Luas Persegi – Luas Total

= 477,1858 mm2 – 191,6434 mm2

= 285,5424 mm 2