laporan penelitian sosdes desa jeblog, kota blitar
TRANSCRIPT
1
BAB. 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Blitar merupakan salah satu kota yang terkenal dengan sektor
pertaniannya. Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar merupakan salah
satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Propinsi
Jawa Timur. Desa Jeblog terletak pada ketinggian + 350 diatas permukaan laut,
terletak di sebelah selatan dari Pusat Kecamatan Talun dengan jarak + 5
Km. Luas Desa Jeblog sekitar 243.530 Ha. Desa Jeblog, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar dihubungkan dengan jalan yang relatif mudah dijangkau, yang
sebagaian besar jalan sudah berupa jalan aspal. Untuk menuju Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dapat dengan menggunakan kendaraan
pribadi atau umum.
Sebagian besar penduduk di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten
Blitar ini bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani, para petani di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang memiliki lahan pertanian
sebagian besar mereka memiliki lahan luasnya sekitar 350 m2. Penduduk Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar sebagian besar bermatapencaharian
di sektor pertanian dikarenakan salah satu penyebabnya karena kondisi lahan
dan suhu yang mendukung Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
digunakan untuk pertanian. Pada musim hujan sebagian besar komoditas yang
2
ditanam adalah padi, sedangkan pada musim kemarau sebagian besar komoditas
yang ditanam adalah jagung dana cabai.
Dilihat dari kondisi di lokasi kuliah lapangan di Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar, terdapat lahan pertanian yang cukup digunakan untuk
mata pencaharian bertani di desa tersebut, hampir sekitar 2.515 Ha merupakan
lahan pertanian. Hal itu dilakukan untuk menunjang serta memenuhi kebutuhan
subsistensi keluarganya. Semakin sempitnya lahan pertanian menyebabkan
mereka harus lebih bekerja keras agar kebutuhan subsistensi mereka masih tetap
bisa terpenuhi. Menurut mereka mata pencaharian sebagai petani maupun buruh
tani saat ini penghasilan yang mereka terima tidak bisa dipastikan, hal ini
dikarenakan sistem pertanian mereka masih banyak yang hanya bergantung pada
alam, apalagi musim sekarang tidak bisa diprediksi. Jadi jika suhu alam bagus
maka penghasilan yang mereka peroleh dapat dikatakan cukup untuk digunakan
membiayai kebutuhan subsistensi mereka.
Jika pada saat musimnya bagus serta musimnya mendukung, maka petani
miskin yang memiliki lahan sekitar 350 m2 dalam satu kali panen dalam jangka
waktu (4 bulan sekali) penghasilan yang mereka peroleh Rp 3 juta, sehingga
penghasilan perbulan sekitar Rp 750.000. Sedangkan jika musimnya buruk
peluang terjadinya gagal panen komoditas yang mereka tanami semakin luas,
sehingga sering penghasilan yang mereka peroleh dibawah hasil yang diperoleh
pada saat musimnya bagus.
3
Sedangkan penduduk Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
yang bermatapencaharian sebagai buruh tani, jika musimnya bagus penghasilan
yang mereka peroleh dalam sehari sekitar Rp 30.000, akan tetapi penghasilan
tersebut tidak pasti karena tidak setiap hari mereka dapat bekerja sebagai buruh
tani. Mereka hanya bekerja ketika pada saat ada pemilik lahan yang meminta dia
bekerja sebagai buruh tani. Apalagi pada saat musimnya buruk penghasilan yang
mereka peroleh dibawah hasil yang diperoleh pada saat musimnya bagus.
Dengan adanya musim yang tidak bisa diprediksi, maka mengharuskan
para petani dengan lahan sempit dan buruh tani harus bekerja lebih keras. Dan
agar tetap bisa memenuhi kebutuhan subsistensi mereka, berbagai strategi yeng
mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan subsistensi, seperti dengan cara
memanfaatkan relasi atau hubungan sosial berupa meminta bantuan patron,
keluarga, teman, tetangga serta kepada lembaga pemberi modal. Ada juga dari
mereka yang mencari penghasilan tambahan di luar sektor pertanian berupa,
mereka berjualanan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang bangunan, bahkan ada
yang memilih bekerja ke luar kota supaya kebutuhan subsistensi keluarga
mereka tetap bisa terpenuhi. Bahkan ada juga dari mereka yang menggunakan
strategi mengikat sabuk lebih kencang, mereka lebih memilik untuk mengurangi
intensitas konsumsi mereka, normalnya dalam sehari makan 3 kali, akan tetapi
mereka makan 2 kali dalam sehari, dan mengurangi kualitas makanan yang
dikonsumsi.
4
Begitu banyak usaha atau strategi yang petani miskin (petani berlahan
sempit dan buruh tani) lakukan meskipun mereka harus lebih bekerja keras.
Tetapi hal tersebut bukan masalah bagi mereka karena menurut mereka memang
sewajibnya mereka melakukan usaha seperti itu agar kebutuhan subsistensi
keluarga mereka masih tetap bisa terpenuhi. Apapun yang mereka bisa lakukan
untuk mempertahankan kebutuhan subsistensi keluarganya tersebut pasti akan
mereka lakukan meskipun harus bekerja lebih berat.
Dari fenomena yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten
Blitar, Propinsi Jawa Timur ini, hal yang menarik yang berhubungan dengan
kehidupan petani miskin (petani berlahan sempit dan buruh tani), seperti
berbagai strategi yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan subsistensi hingga
dampak yang ditimbulkan dari pemilihan strategi tsubsistensi tersebut, sehingga
tim lapangan mengangkat judul permasalahan tentang ”Strategi Petani Miskin
dalam Memenuhi Kebutuhan Subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur” .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam kuliah lapangan ini adalah:
1. Strategi apa yang dipilih petani miskin dalam memenuhi kebutuhan
subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ?
2. Bagaimana cara pemilihan strategi subsistensi petani miskin di Desa
Jeblog Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ?
5
3. Apa alasan petani miskin dalam memilih strategi subsistensi di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar?
4. Bagaimana kendala petani miskin dalam memilih strategi subsistensi di
Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar?
5. Bagaimana dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan
subsistensi petani miskin di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten
Blitar ?
1.3 Tujuan Kuliah Lapangan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun
tujuan dari kuliah lapangan ini adalah:
1. Mengetahui strategi-strategi yang dipilih petani miskin dalam memenuhi
kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
2. Mengetahui cara pemilihan strategi subsistensi petani miskin di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
3. Mengetahui alasan yang mendasari petani miskin dalam memilih strategi
subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
4. Mengetahui kendala yang dialami petani miskin dalam memilih strategi
subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
5. Mengetahui dampak dari pemilihan strategi terhadap pemenuhan
kebutuhan subsistensi petani miskin di Desa Jebog, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar.
6
1.4 Manfaat Kuliah Lapangan
Sadar akan pentingnya pendidikan kuliah lapangan ini bagi potensi
mahasiswa mata kuliah Sosiologi Pedesaan, program studi Sosiologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Usaha-usaha ke
arah tersebut antara lain dilakukan dengan melakukan kuliah lapangan serta
pengamatan secara langsung ke lapangan oleh mahasiswa jurusan Sosiologi
mengenai strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur. Manfaatnya
antara lain :
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat kuliah lapangan ini bagi mahasiswa adalah:
1. Untuk mendidik mahasiswa agar dapat mengetahui secara langsung
strategi yang dilakukan petani miskin dalam memenuhi kebutuhan
subsistensi hingga dampak dari pengimplimentasian strategi tersebut
terhadap pemenuhan kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur.
2. Untuk mengembangkan wawasan dan disiplin ilmu baik secara teori
maupun praktek yang berhubungan dengan bidang Sosiologi Pedesaan
agar tidak bersifat abstraksi.
3. Untuk mengetahui dunia kuliah lapangan sesuai ilmu Sosiologi Pedesaan
yang telah diperoleh di dalam bangku perkuliahan.
7
1.4.2 Bagi Subyek Kuliah lapangan
Adapun manfaat kuliah lapangan ini bagi subyek kuliah lapangan adalah:
1. Dengan adanya pendidikan kuliah lapangan ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna bagi seluruh penduduk Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
2. Agar dapat membangkitkan motivasi para petani miskin di Desa Jeblog,
pada khususnya dan umumnya pada petani miskin di desa lain.
3. Sebagai media untuk meningkatkan kerja sama hubungan yang baik
antara Universitas Airlangga dengan penduduk Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur.
1.4.3 Bagi Pihak Lain
Adapun manfaat kuliah lapangan ini bagi pihak lain adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk pelaksanaan kuliah
lapangan yang sejenis dimasa yang akan datang.
2. Membantu memberikan informasi terhadap fenomena-fenomena yang
sejenis di masa yang akan datang dan siapa saja yang akan membacanya.
1.5 Landasan Teori
Dalam pelaksanaan kuliah lapangan ini, yang menjadi dasar dan acuan
adalah terdapat tiga buah teori sosial yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh
sosiologi terkemuka sebagai berikut:
8
1.5.1 Teori Subsistensi ” Dahulukan Selamat ”- James C. Scott
Subsistensi pada masyarakat pertanian merupakan suatu kebutuhan yang
mendasar dan bersifat untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Kebutuhan
subsistensi ini tidak hanya menyangkut kebutuhan pangan atau rumah tangga
saja, namun juga bisa berupa kebutuhan operasional produksi, atau kebutuhan
yang darurat seperti penanganan kesehatan. perilaku subsisten petani hanya
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sendiri, memenuhi
kebutuhan hidup paling minimal, petani tidak berfikir untuk memenuhi
kebutuhan secara komersil mereka hanya berfikir bagaimana untuk
memenuhi kebutuhan subsistennya saat ini, bahkan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup selanjutnya, masa depan tidak pernah terpikirkan. Petani
lebih memikirkan untuk menekan sampai sekecil-kecilnya kemungkinan
untuk timbulnya suatu bencana atau resiko dari pada memaksimalkan hasil
rata-rata.
Prinsip ”dahulukan selamat: ekonomi subsistensi” bahwa petani lebih
mengutamakan menanam tanaman kebutuhan subsisten untuk dikonsumsi
sendiri, keselamatan utama keluarganya daripada mereka memperoleh
keuntungan, setiap musim bergulat dengan lapar dengan segala konsekuensi,
mempunyai pandangan yang agak berbeda tentang pengambilan resiko,
keluarga petani yang harus hidup dengan lahan-lahan yang kecil di daerah
yang terlalu padat penduduknya akan bekerja keras dan lama agar tetap bisa
mempertahankan kebutuhan subsistensinya.
9
1.5.2 Teori mekanisme Survival - James C. Scott
Dalam keadaan yang krisis, untuk tetap bisa mempertahankan
subsistensinya, para petani harus memiliki strategi untuk mempertahankan-
nya, strategi tersebut dalam scott (1983) dinamakan dengan mekanisme
survival, terdapat 3 mekanisme survival:
1. Menggunakan relasi atau jaringan sosial
Meminta bantuan dari relasi atau jaringan sosial seperti sanak saudara,
kawan-kawan sedesa, atau memanfaatkan hubungan dengan pelindungnya
(patron)/ memanfaatkan hubungan patronase, dimana ikatan patron dan klien
merupakan salah satu bentuk asuransi dikalangan petani
2. Alternatif subsistensi
Menggunakan alternatif subsisten yaitu swadaya yang mencakup kegiatan
seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, sebagai buruh lepas,
atau melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan. Cara ini dapat melibatkan
seluruh sumber daya yang ada di dalam rumah tangga miskin, terutama istri
sebagai pencari nafkah tambahan bagi suami.
3. Mengikat sabuk lebih kencang
Mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan makan hanya sekali
sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah, seperti beralih
makan jewawut atau umbi-umbian.
10
1.5.3 Teori Rasionalitas – Max Weber
Dari sudut pendekatan identifikasi yang berbeda, yaitu dari sisi “tingkat
rasionalitas masyarakat”, dengan yakin Max Weber menggolongkan tindakan
masyarakat pada 4 tipe tindakan, yaitu:
1. Tindakan Rasional Instrumental
Tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian
antara cara yang akan digunakan dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai
Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi
tujuan yang akan dicapai tidak terlalu dipentingkan. Tindakan yang dilakukan
hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuan-
tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang
bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya.
3. Tindakan Tradisional
Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional, seseorang melakukan
tindakan ini hanya karena sudah berupa kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat tanpa menyadari alasannya.
4. Tindakan Afektif
Tindakan ini sebagaian besar yang ditandai oleh dominasi perasaan atau
emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.
11
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan
Kuliah lapangan ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif, dimana
dalam pendekatan ini tim lapangan bertujuan untuk menjelaskan tentang
gambaran umum dari realitas sosial yang ada di Desa Jeblog, realitas tersebut
mengenai tentang strategi petani miskin di Desa Jeblog dalam memenuhi
kebutuhan subsistensinya. Pendekatan kuantitatif itu sendiri adalah
pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data
melalui instrument kuliah lapangan berupa kuesioner, dalam pendekatan ini
menggunkan data-data kasar berupa angka yang selanjutnya akan diolah
menjadi sebuah tabel frekuensi. Dan nantinya untuk mendapatkan hasil data
tersebut akan diukur melalui beberapa indikator.
1.6.2 Tipe Penelitian
Kuliah lapangan yang tim lapangan lakukan ini menggunakan penelitian
deskriptif, dimana dalam kuliah lapangan ini menggambarkan tentang strategi
petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, mulai dari strategi yang dipilih petani
miskin untuk memenuhi kebutuhan subsistensi sampai dengan dampak dari
pemilihan strategi tersebut terhadap pemenuhan kebutuhan subsistensi,
dengan didukung data yang bersifat kuantitatif dan dengan didukung data
kualitatif.
12
1.6.3 Operasionalisasi Konsep
Satu teori sosial yang tim lapangan gunakan untuk menganalisis dan
mengidentifikasi fenomena yang ada dengan menggunakan 4 variabel dan
beberapa indikator, yaitu:
1. Strategi subsistensi yang dipilih petani miskin
Variabel ini digunakan untuk menjelaskan tentang strategi atau
mekanisme survival apa saja yang dilakukan oleh petani miskin dalam
memenuhi kebutuhan subsistensinya.
- Indikator yang terdapat dalam variabel ini;
Strategi-strategi yang dipilih petani miskin dalam memenuhi
kebutuhan subsistensi: (menggunakan relasi atau jaringan sosial,
menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).
Intensitas pemilihan strategi (menggunakan relasi atau jaringan sosial,
menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).
2. Cara pemilihan strategi subsistensi
Variabel ini digunakan untuk menjelaskan cara-cara petani miskin
dalam memilih strategi subsistensi dalam memenuhi kebutuhan
subsistensi.
- Indikator yang terdapat dalam variabel:
Cara pemilihan strategi (menggunakan relasi atau jaringan sosial,
menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang)
13
yang berorientasi pada tindakan rasional instrumental, tindakan
rasional berorientasi nilai, tindakan afeksi, tindakan tradisional.
3. Alasan petani miskin dalam memilih strategi subsistensi
Variabel ini digunakan untuk menjelaskan alasan yang mendasari
petani miskin dalam memilih strategi subsistensi seperti pertimbangan -
pertimbangan petani miskin dalam menentukan tindakan mereka sebagai
wujud pemenuhan kebutuhan subsistensi.
- Indikator yang terdapat dalam variabel ;
Alasan-alasan petani miskin dalam pemilihan strategi subsistensi
(menggunakan relasi atau jaringan sosial, menggunakan alternatif
subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).
4. Kendala petani miskin dalam pemilihan strategi subsistensi
Variabel ini digunakan untuk menjelaskan kendala yang dihadapi petani
miskin dalam pemilihan strategi subsistensi untuk memenuhi kebutuhan
subsistensi.
- Indikator yang terdapat dalam variabel:
Kendala yang dihadapi petani miskin dalam pemilihan strategi
subsistensi (menggunakan relasi atau jaringan sosial, menggunakan
alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang).
14
5. Dampak pemilihan strategi yang terhadap pemenuhan kebutuhan
subsistensi
Variabel ini digunakan untuk mengetahui tentang dampak dari
implikasi strategi yang dilakukan (menggunakan relasi atau jaringan
sosial, menggunakan alternatif subsistensi, mengikat sabuk lebih kencang)
tehadap pemenuhan kebutuhan subsistensi, karena dari beberapa strategi
yang dilakukan pasti mempunyai dampak dan pengaruh yang berbeda-
beda baik dari segi positif maupun negatif.
- Indikator yang terdapat dalam variabel ini;
Dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap pemenuhan kebutuhan
subsistensi setelah penggunaan strategi.
1.6.4 Lokasi dan Waktu
Untuk memahami tugas dari mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang
merupakan bagian dari program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Airlangga, maka diadakan kuliah lapangan Sosiologi
Pedesaan yang akan diselenggarakan pada:
Hari : Kamis - Minggu
Tanggal : 06 - 09 Desember 2012
Lokasi : di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi
Jawa Timur.
15
1.6.5 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel merupakan unsur terpenting dalam melakukan
setiap kuliah lapangan, pengambilan sampel haruslah benar-benar dapat
mewakili keseluruhan jumlah petani miskin yang memiliki karakteristik yang
homogen. Sebelum melakukan pengambilan sampel haruslah ditentukan
terlebih dahulu yang menjadi populasinya, dalam kuliah lapangan ini yang
menjadi populasi adalah warga miskin di Desa Jeblog, sedangkan sampelnya
adalah petani miskin di Desa Jeblog. Sehingga teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan cara memilih sampel
dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan kuliah lapangan.
Memang dalam kuliah lapangan ilmiah, ketika sudah ditetapkan
merupakan bentuk kuliah lapangan kuantitatif maka konsistensi jalannya
kuliah lapangan pasti menggunakan teknik kuantitatif. Tapi teknik
pengambilan sampel kuantitatif pada kuliah lapangan ini memiliki kendala
dalam perumusan populasi dan kerangka samplingnya, karena ketidak adanya
arus informasi yang tetap mengenai jumlah sampling petani miskin di Desa
Jeblog. Adapun terdapat data yang masih memungkinkan relevan dengan
representatif data untuk diketahui, namun jumlah responden yang terkumpul
tidak mencukupi untuk bisa mewakili semua sampel petani miskin di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Oleh karena itu, teknik
pengambilan data kualitatif berupa teknik purposive menjadi salah satu
alternative rujukan yang memungkinkan untuk lebih mampu menjawab
16
research question yang hendak kuliah lapangan ini selesaikan. Namun
dikarenakan kuliah lapangan ini lebih menunjuk pada kuliah lapangan
kuantitatif, penekanan pengambilan data kualitatif hanya untuk menguatkan
data lapangan agar bisa sesuai dan cocok dalam menjawab research question.
1.6.6 Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode yang akan dipergunakan di dalam pengumpulan data
pada kegiatan kuliah lapangan ini merupakan perpaduan antara pengumpulan
data dengan kuantitatif dan data dengan kualitatif, meliputi:
1. Metode Kuesioner
Kuesioner menurut Koentjoroningrat (1983) diartikan sebagai daftar
yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau
bidang. Penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk
pengumpulan data kuantitatif. Mengenai bentuk kuesioner yang penulis
gunakan adalah dalam bentuk daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden.
2. Metode Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan permasalahan yang sedang diteliti. Observasi sebagai pengamatan
dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang sedang diteliti.
Berdasar hal tersebut, maka tim lapangan mengamati secara langsung
fenomena-fenomena yang terdapat di lokasi kuliah lapangan khususnya
17
para petani miskin yang melaksanakan strategi dalam memenuhi
kebutuhan subsistensinya.
3. Metode Wawancara Mendalam ( Indepth Interview )
Metode wawancara mendalam atau indepth interview adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab berdasarkan tujuan
kuliah lapangan tim lapangan yaitu petani sebagai populasi dari objek
penelitan, untuk mendapatkan data dari responden secara lebih detail, yang
mungkin tidak ditemukan dalam kuisioner.
4. Metode Dokumentasi
Metode ini pada dasarnya merupakan metode tambahan dalam
melengkapi pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan kuliah
lapangan khususnya strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan
subsistensi yang diperoleh dari lingkungan di Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar dan juga dari perangkat desa yaitu Kepala Desa
Jeblog, beserta para perangkat desanya, Dan segala macam kegiatan yang
akan tim lapangan lakukan seluruhnya didokumentasikan dengan foto dan
juga video.
1..6.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam kuliah lapangan ini adalah
analisis data deskriptif. Data-data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif
dalam kuliah lapangan ini tetap digunakan sebagai instrumen pendukung
guna lebih memahami secara mendalam tujuan-tujuan kuliah lapangan.
18
Semua data yang terkumpul akan diproses melalui beberapa tahapan kuliah
lapangan yang kemudian data tersebut akan disajikan ke dalam proses
tabulasi dan kategori yang relevan melalui proses interpretasi serta analisis
kritis, sehingga akan diperoleh gambaran langsung tentang strategi yang
dilakukan oleh petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Propinsi Jawa Timur,
Dalam melakukan analisis dalam kuliah lapangan ini ada dua tahap yang
dilakukan, yaitu :
Pertama, (analisis data kuantitatif), data yang diperoleh dari wawancara yang
menggunakan kuesioner, akan mendapatkan data yang lebih merupakan
gambaran umum tentang strategi-strategi yang dipilih petani miskin dalam
memenuhi kebutuhan subsistensi. Dalam tahap ini lebih banyak menganalisis
data–data kuantitatif, dalam bentuk interpretasi data dari tabel frekuensi, dan
untuk mengetahui penyebaran data.
Kedua, (analisis data kualitatif), dari gambaran umum tersebut kemudian
dilakukan pemilahan atau klasifikasi, dan diperoleh klasifikasi seperti kasus-
kasus dalam kehidupan keluarga di lokasi kuliah lapangan. Tahap kedua ini
lebih banyak menganalisis data- data kualitatif.
Teknik analisis data dikembangkan dari data-data yang diperoleh selama
kuliah lapangan, baik itu berupa data primer ataupun data sekunder. Dengan
cara menyederhanakan data tersebut, sehingga data tersebut dapat
diinterpretasikan dan dapat dipertanggungjawabkan.
19
BAB.2
GAMBARAN UMUM DESA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum lokasi dari kuliah
lapangan yaitu, gambaran umum lokasi dari Desa Jeblog, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang meliputi tentang letak dan kondisi geografis dari
Desa Jeblog, potensi sumber daya manusia yang ada di Desa Jeblog, serta lokasi dan
topik dari kuliah lapangan di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
2.1 Letak dan Kondisi Geografi Desa
Lokasi kuliah lapangan Sosiologi Pedesaan 2012 terletak di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur.
Gambar 2.1.1
Balai Desa Jeblog
20
Desa ini merupakan daerah penghasil cabai di Indonesia. Hasil panen
cabai tersebut tidak hanya diekspor ke Kabupaten Blitar saja namun telah
diekspor ke luar kota seperti Jakarta dan daerah di Jawa Barat. Desa Jeblog,
dihubungkan dengan jalan yang relatif mudah dijangkau. Jarak tempuh ke
ibukota kecamatan setim lapanganr 5 km yang dapat ditempuh dengan
kendaraan pribadi. Sedangkan jarak tempuh ke ibukota kabupaten setim
lapanganr 15 km. Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar merupakan
bagian dari Wilayah Kecamatan Talun yang berada pada ketinggian + 350 m
diatas permukaan laut, terletak sebelah Selatan dari pusat Kecamatan Talun
dengan jarak + 5 km. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa. Pasirharjo
- Sebelah Selatan : Desa. Jabung
- Sebelah Barat : Desa. Tumpang
- Sebelah Timur : Desa. Bendosewu
Sebagian wilayah Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
merupakan tanah dataran dan sebagian besar merupakan tanah persawahan yang
cocok untuk bercocok tanam seperti padi, jagung, cabe, dll.
2.2 Potensi Sumber Daya Manusia
Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, untuk itu
perlu mendapatkan perhatian yang besar, utamanya dalam hal peningkatan
21
kemampuan dan keikutsertaannya dalam menentukan arah dan kebijakan
pembangunan Desa.
Data penduduk Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
(Pendataan akhir Tahun 2008) adalah sebagai berikut :
o Penduduk Pria : 2.017 Jiwa
o Penduduk Wanita : 2.061 Jiwa
o Kepala Keluarga (KK) : 1.144 Jiwa
o Kepadatan Penduduk : 2,039 per km
Dari data jumlah pembagian penduduk diatas, dapat ditunjukkan pada
tabel yang berhubungan dengan potensi sumber daya manusia tersebut, yaitu
tabel kualitas angkatan kerja dan tenaga kerja yang ada di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar sebagai berikut,
Tabel 2.2.1
Jumlah Kualitas Angkatan Kerja Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
ANGKATAN KERJA LAKI-LAKI PEREMPUAN
Penduduk usia 18-56 yang buta aksara
dan huruf/angka latin 5 orang 6 orang
Penduduk usia 18-56 yang tidak tamat
SD 10 orang 11 orang
Penduduk usia 18-56 yang tamat SD 758 orang 765 orang
Penduduk usia 18-56 yang tamat SLTP 275 orang 268 orang
Penduduk usia 18-56 yang tamat SLTA 240 orang 265 orang
Penduduk usia 18-56 yang tamat
perguruan tinggi 38 orang 27 orang
JUMLAH 1326 orang 1342 orang
Sumber: Profil Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
22
Dari data di atas menunjukkan bahwa penduduk usia 18-56 tahun yang
masih buta aksara dan angka ada 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan
dengan prosentase masing-masing 0,4 % dan 0,45 %. Penduduk usia 18-56
tahun yang tidak tamat SD ada sebanyak 10 laki-laki dan 11 perempuan dengan
prosentase masing–masing 0,75 % dan 0,81 %. Penduduk usia 18-56 tahun yang
tamat SD sebanyak 758 laki-laki dan 765 perempuan dengan prosentase masing-
masing 57,7 % dan 57,0 %. Penduduk yang tamat SLTP sebanyak 275 laki-laki
dan 268 perempuan dengan prosentase masing-masing 20,7 % dan 20 %.
Penduduk yang tamat SLTA sebanyak 240 laki-laki dan 265 perempuan dengan
prosentase masing –masing 18,1 % dan 19,7 %. Kemudian penduduk yang tamat
perguruan tinggi ada 38 laki-laki dan 27 perempuan dengan prosentase masing-
masing 2,9 % dan 2,0 %.
Tabel 2.2.2
Jumlah Tenaga Kerja Kerja Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
TENAGA KERJA LAKI-LAKI PEREMPUAN
Penduduk usia 18-56 tahun 1119 orang 1131 orang
Penduduk usia 18-56 tahun yang
bekerja 965 orang 963 orang
Penduduk usia 18-56 tahun yang
belum bekerja atau tidak bekerja 154 orang 168 orang
Penduduk usia 0-6 tahun 225 orang 234 orang
Penduduk masih sekolah 7-18 tahun 417 orang 420 orang
Penduduk usia 65 tahun keatas 324 orang 356 orang
JUMLAH 3204 orang 3272 orang
Sumber: Profil Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
23
Dari data di atas dapat diketahui bahwa penduduk usia 18-56 tahun di
Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ada sebanyak 1119 laki-laki
dan 1131 perempuan dengan prosentase masing-masing 34,9 % dan 34,6 %. Di
Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar penduduk usia 18-56 tahun
yang bekerja ada sebanyak 965 laki-laki dan 963 perempuan dengan prosentase
masing-masing sebesar 30,1 % dan 29,4 %. Sedangkan penduduk dalam usia 18-
56 tahun yang belum bekerja atau tidak bekerja ada sebanyak 154 laki-laki dan
168 perempuan dengan masing-masing prosentase 4,8 % dan 5,1%. Penduduk
yang berusia 0-6 tahun sebesar 225 laki-laki dan 234 perempuan dengan masing-
masing prosentase 7,0 % dan 7,15 %. Kemudian penduduk yang masih berstatus
sekolah yakni usia 7-18 tahun ada sebanyak 417 laki-laki dan 420 perempuan
dengan prosentase masing-masing sebesar 13,0 % dan 12,8 %. Penduduk Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang berusia 65 tahun ke atas ada
sebesar 324 laki-laki dan 356 perempuan dengan masing-masing prosentasenya
yakni 10,1 % dan 10,9 %.
2.3 Lokasi dan Topik Kuliah Lapangan
Lokasi kuliah lapangan sosiologi pedesaan dilakukan di Desa Jeblog,
yang berada di Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur. Topik
kuliah lapangan yang tim lapangan angkat adalah strategi petani miskin dalam
memenuhi kebutuhan subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten
24
Blitar. Dalam kuliah lapangan ini tim lapangan akan memfokuskan tentang
strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensinya.
Gambar 2.1.2
Peta Desa Jeblog
Masing-masing dari desa tersebut, diperoleh data yang memudahkan
mencari tempat tinggal responden yang dituju, di Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar itu sendiri terbagi menjadi dua dusun, antara lain :
a. Dusun Sumberasri
b. Dusun Pundensari
25
BAB. 3
DISKRIPSI SAMPEL
Pada bab ini akan diuraikan mengenai diskripsi profil, karakteristik dari
populasi yaitu: warga miskin dan sampel dari kuliah lapangan ini yaitu petani miskin
di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang dapat dilihat dari jenis
kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, umur serta besarnya pendapatan.
3.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada kuliah lapangan yang berjudul tentang
”strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan subsistensi”, sangat
menentukan untuk mengetahui gambaran umum dari sampel kuliah lapangan ini
yaitu petani miskin di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Berikut
ini, tim lapangan akan menjelaskan tentang karakteristik populasi dan sampel
melalui identitas responden, penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 3.1.1
Jenis Kelamin Responden
JENIS KELAMIN FREKUENSI PROSENTASE (%)
Laki-laki 43 86
Perempuan 7 14
JUMLAH 50 100
Sumber : Item Pertanyaan no. 4 Koding no : 3
26
Dari tabel diatas dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 43 orang dengan prosentase 86%, sedangkan untuk responden
perempuan berjumlah 7 orang dengan prosentase 14%.
Penduduk Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang
dijadikan responden lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki, karena
responden yang bekerja sebagai petani/ buruh tani, yang memahami bidang
pertanian adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Tetapi bukan berarti
responden yang berjenis kelamin perempuan tidak memahami. Semuanya
disesuaikan dengan susunan target responden berdasarkan kesepakatan tim
lapangan.
Tabel 3.1.2
Status Pernikahan Responden
Status Pernikahan Frekuensi Prosentase (%)
Belum Menikah 1 2
Sudah Menikah 45 90
Duda 1 2
Janda 3 6
Jumlah 50 100
Sumber : Item Pertanyaan no. 4 Koding 4
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden yang sudah
menikah sejumlah 45 orang dengan prosentase sebesar 90%. Untuk status belum
menikah dan duda 1 orang dengan prosentase masing-masing 2%, untuk status
janda 3 orang dengan prosentase 1%.
27
Tabel 3.1.3
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frekuensi Prosentase ( % )
Tidak sekolah 2 4
Tidak tamat SD 11 22
Tamat SD 25 50
Tidak tamat SLTP 1 2
Tamat SLTP 6 12
Tamat SMA 5 10
Jumlah 50 100
Sumber : Item Pertanyaan no. 6 Koding 5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden petani miskin yang tidak
sekolah berjumlah 2 responden dengan prosentase 4 %, 11 responden dengan
prosentase sebesar 22 % tidak tamat SD. Kemudian 25 responden dengan
prosentase sebesar 50 % tamat SD. 1 responden dengan prosentase sebesar 2 %
tidak tamat SLTP. Untuk tamatan SLTP ada 6 responden dengan prosentase
sebesar 12 %. Menurut tabel di atas tidak ada satupun responden yang tidak
tamat SMA. 5 responden dengan prosentase sebesar 10 % tamatan SMA. Selain
itu sejauh ini sari ke tidak ada responden dari 50 responden tersebut yang
berpendidikan Diploma ataupun Sarjana
Tabel 3.1.4
Tingkat Pendidikan Keluarga Reponden
Tingkatan Frekuensi Prosentase ( % )
Rendah 35 70
Sedang 15 30
Tinggi 0 0
Jumlah 50 100
Sumber : Item Pertanyaan no. 9 Koding 7
28
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden petani miskin yang
tingkat pendidikannya rendah berjumlah 35 responden atau 70 %., Kemudian 15
responden atau 30 % berpendidikan sedang. Menurut tabel di atas tidak ada
satupun responden yang berpendidikan tinggi.
Tabel 3.1.5
Kategori Umur
Kategori Frekuensi Prosentase (%)
Tidak produktif 15 30
Produktif 35 70
Jumlah 50 100
Sumber : Item Pertanyaan no. 10 Koding no. 8
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden petani miskin yang
masih tidak produktif berjumlah 15 responden atau 30 %., Kemudian 35
responden atau 70 % masih produktif.
Tabel 3.1.6
Kategori Pekerjaan Responden
Kategori Frekuensi Prosentase ( % )
Buruh tani 34 68
Petani Pemilik 10 40
Petani Penggarap 4 8
Petani Penyewa 2 4
Jumlah 50 100
Sumber : Item Pertanyaan no. 11 Koding no. 9
Dari tabel di atas dipat dilihat bahwa responden yang bekerja sebagai
buruh tani sejumlah 34 orang dengan prosentase sebesar 68%, yang sebagai
petani pemilik lahan sejumlah 10 responden dengan prosentase 40%, sebagai
petani penggarap sejumlah 4 orang dengan prosentase sebesar 8%, serta yang
29
bekerja sebagai petani penyewa sejumlah 2 responden dengan prosentase sebesar
4%.
Tabel 3.1.7
Kepemilikan Lahan
Kepemilikan Lahan Frekuensi Prosentase ( % )
Tidak 16 32
Ya 34 68
Jumlah 50 100
Sumber Pertanyaan no. 12 Koding no.10
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 16 responden yang
tidak memiliki lahan dengan prosentase sebesar 32%, sedangkan 34 responden
yang memiliki lahan dengan prosentase sebesar 68%, Responden yang memiliki
lahan yang menjadi kriteria subyek kuliah lapangan tim lapangan adalah petani
yang memiliki luas kurang dari 500 m2.
Tabel 3.1.8
Pendapatan Responden
Kategori Frekuensi Prosentase ( % )
Rendah 9 18
Sedang 34 68
Tinggi 7 14
Jumlah 50 100
Sumber: Item Pertanyaan no. 14 Koding no.14
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan 9 responden terletak
pada kategori rendah dengan prosentase sebesar 18%, 34 responden memiliki
penghasilan pada kategori sedang dengan prosentase sebesar 68%, sedangkan 7
responden terdapat dalam kategori kelas tinggi dengan prosentase sebesar 14%.
30
BAB. 4
ANALISIS DATA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data yang digunakan untuk
menjawab 5 rumusan masalah yaitu: strategi apa yang dipilih petani miskin di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, bagaimana cara pemilihan strategi
subsistensi petani miskin di Desa Jeblog, apa alasan petani miskin di Desa Jeblog,
dalam memilih strategi, bagaimana kendala petani miskin di Desa Jeblog dalam
memilih strategi, serta bagaimana dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan
kebutuhan subsistensi petani miskin di Desa Jeblog. Untuk menjawab kelima
rumusan masalah tersebut tim lapangan menggunakan 5 variabel diantaranya:
variabel strategi yang dipilih, variabel cara pemilihan strategi, variabel alasan dalam
pemilihan strategi, variabel kendala dalam pemilihan strategi, variabel dampak
pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan subsistensi.
4.1 Strategi yang Dipilih Petani Miskin Di Desa Jeblog, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar
Variabel strategi yang dipilih oleh petani miskin di Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama
mengenai strategi apa yang dipilih oleh petani miskin di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar ketika mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan subsistensi, untuk menjawab rumusan masalah ini akan
31
dijelaskan dalam beberapa indikator, dengan disertakan tabel frekuensi,
potongan indepth, dan video:
Tabel 4.1.1
Kesulitan subsistensi yang dialami responden
Kesulitan Frekuensi Prosentase
Tidak 0 0
Ya 50 100
Jumlah 50 100
Sumber Pertanyaan no.15 Koding no.15
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang telah peneliti
wawancarai, semua reponden tersebut mengatakan bahwa memiliki kesulitan
dalam pemenuhan kebutuhan subsistensi. Jadi seluruh responden kami yang
diantaranya petani miskin dan buruh tani 100% mengalami kesulitan dalam
memnuhi kebutuhan subsistensi.
Berdasarkan dari temuan data baik berupa tabel frekuensi maupun
wawancara indepth interview dari semua responden yang jumlahnya 50
responden yang telah peneliti wawancarai mengatakan bahwa mereka dalam
kehidupan sehari-harinya mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan subsisten, dalam buku James C. Scott yang berjudul Moral Ekonomi
Petani kebutuhan subsisten yaitu kebutuhan jangka pendek, yaitu kebutuhan
yang tidak hanya menyangkut kebutuhan pangan atau rumah tangga saja, namun
juga bisa berupa kebutuhan operasional produksi, atau kebutuhan yang darurat
seperti penanganan kesehatan, perilaku subsisten petani hanya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sendiri hal ini sesuai pada tabel
32
frekuensi 4.1.1 Setiap responden yang telah peneliti wawancarai kebanyakan
mereka memiliki kesulitan tidak hanya dalam satu kebutuhan saja, bahkan
mereka mengalami kesulitan lebih dari satu kebutuhan subsistensi, dari
kesulitan-kesulitan kebutuhan yang responden alami, kebanyakan mereka
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak hal ini karena
mereka dalam pemenuhan kebutuhannya mereka hanya memikirkan untuk
memenuhi kebutuhan untuk hari ini, kebanyakan mereka tidak memikirkan
menabung untuk jaga-jaga ketika suatu saat terjadi kebutuhan yang mendesak
atau darurat,
Tabel 4.1.2
Jenis kesulitan subsisten yang dialami responden
Kesulitan yang dialami Tidak Ya Jumlah
F ( % ) F ( % ) F (%)
Kesulitan memenuhi kebutuhan
asupan gizi dan kalori 20 40 30 60 50 100
Kesulitan memenuhi kebutuhan
sandang 38 76 12 24 50 100
Kesulitan memenuhi kebutuhan
pendidikan 27 54 23 46 50 100
Kesulitan memenuhi kebutuhan
kesehatan 19 36 31 62 50 100
Kesulitan memenuhi kebutuhan
yang mendesak 9 18 41 82 50 100
Sumber Pertanyaan no. 17 koding no. 16-21
Tabel di atas merupakan tabel Jenis Kesulitan yang Dialami Responden.
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 50 responden yang telah peneliti wawancarai
30 responden dengan prosentase 60% responden mengalami kesulitan dalam
33
memenuhi kebutuhan konsumsi gizinya. Kemudian 12 responden mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sandangnya dengan prosentase sebesar
24%. Sebanyak 23 responden mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan
pendidikan dengan prosentase sebesar 46%. Sedangkan 31 responden
mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan kesehatan dengan prosentase
sebesar 62%. Dan sebanyak 41 responden mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan yang mendesak dengan prosentase sebesar 82%.
Selain dari hasil tabel di atas jenis kesulitan subsistensi yang dialami
responden juga di dukung dengan hasil indept interview yang kami lakukan
terhadap buruh tani laki-laki sebagai informannya.
Potongan indepth interview Erika Isnaini M. dengan buruh tani laki-laki
Pewawancara : Eh ngge pak dengan penghasilan bapak yang mboten namtu
ngonten, nopo bapak mengalami kangelan damel maem npo
damel kebutuhan yang lainnya ngonten pak.
Informan : “ngge kangelan nak, kangelan damel maem ngge kangelan
damel sandang nak”.
Selain kami melakukan indept interview dengan buruh tani laki-laki, kami
juga melakukan indept interview dengan buruh tani perempuan sebagai informan
untuk mengetahui jenis kesulitan subsistensi yang dialami responden. Indept
interview ini kami gunakan untuk memperkuat sekaligus mendukung data yang
34
telah kami peroleh. Adapun jawaban informan saat kami tanyakan kesulitan
yang dialaminya tersebut yaitu sebagai berikut :
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Informan :“Oh enggeh mbak, kadang yo susah maem, tapi ya masih iso lah
maem tiap hari, tapi ya gitu mbak, maemnya cuma tahu tempe.”
Berdasarkan temuan data tabel frekuensi dan hasil wawancara indepth
interview pada tabel frekuensi 4.1.2 diatas responden mengalami kesulitan
kebutuhan yang mendesak lebih banyak dengan kebutuhan subsistensi seperti
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan asaupan gizi dan kalori hal ini karena
untuk urusan makan mereka tidak memikirkan mengenai gizi yang terkandung
dalam makanannya, mereka makan makanan seadanya, jika dalam keadaan yang
sangat kesulitan, yang benar-benar mereka tidak bisa makan nasi mereka makan
sayur-sayuran yang ditanam di belakang rumahnya. Hal ini sesuai dengan teori
subsistensi James C. Scott dimana tindakan yang dilakukan petani miskin hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan yang pendek saja, mereka tidak memikirkan
kebutuhan jangka penjang, sehingga untuk persiapan kebutuhan yang mendesak
mereka tidak memiliki persiapan.
35
Tabel 4.1.3
Kepemilikan Strategi dalam mengatasi kesulitan
Waktu Frekuensi Prosentase (%)
Tidak 0 0
Ya 50 100
Jumlah 50 100
Sumber Pertanyaan No.19 Koding no.27
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang telah peneliti
wawancarai, seluruhnya yaitu 50 responden memiliki strategi untuk bertahan
hidup atau agar tetap survive untuk mengatasi keulitan subsisten yang mereka
alami.
Tabel. 4.1.4
Strategi Yang Dipilih Responden
Keadaan tertentu Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Memanfaatkan relasi
atau hubungan sosial 2 4 48 96 50 100
Alternatif subsistensi
( bekerja swadaya ) 24 48 26 52 50 100
Mengikat sabuk lebih
kencang 20 40 30 60 50 100
Sumber Pertanyaan No. 20 koding no. 28-30
Tabel di atas menunjukkan strategi yang dipilih oleh responden dalam
mengatasi krisis atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan subsistensinya. Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa 48 dari 50 responden memilih strategi
memanfaatkan relasi atau hubungan sosial dengan prosentase 96%, 26 dari 50
responden memilih strategi alternatif subsistensi (bekerja swadaya) dengan
36
prosentase sebesar 52%, sedangkan juga menunjukkan bahwa 30 dari 50
responden memilih strategi mengikat sabuk lebih kencang dengan prosentase
sebesar 60%.
Selain dari tabel di atas, pemilihan strategi Alternatif subsistensi juga di
dukung dengan hasil indept interview yang kami lakukan terhadap buruh tani
laki-laki sebagai informannya, yaitu sebagai berikut :
Potongan indepth interview Erika Isnaini M. dengan buruh tani laki-laki
Informan : mreman nek wonten seng ngengken ngge kerjo nek mboten ngge
nyari seanane nak, mboten pernah nak bapak ngutang tonggo,
mboten tau nak, bapak mboten wani nak nek nyaure nak.
Selain kami melakukan indept interview dengan buruh tani laki-laki, kami
juga melakukan indept interview dengan buruh tani perempuan sebagai informan
untuk memperkuat sekaligus mendukung data yang telah kami peroleh. Adapun
dialog tersebut sebagai berikut :
Potongan indepth interview Erika Isnaini M. dengan buruh tani laki-laki
Pewawancara : npo wonten pekerjaan lain npo cara lain damel nyekapne
kangelan kebutuhan maeme bu selain buruh tani?
Informan : Enggeh, iku ngarit wedus, lumayan dapet lima ewu kalau
enggak sepuluh ewu.
37
Gambar di atas merupakan salah satu strategi alternatif subsistensi yang
dipilih buruh tani di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dalam
memenuhi kebutuha subsistensi.
Dari temuan data diatas yang berasal dari tabel frekuensi 4.1.2 semua
responden yang telah diwawancarai mengaku bahwa mereka mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan subsistensinya, mereka semua memiliki
strategi-strategi untuk mengatasi masalah kebutuhan subsistensi hal ini sesuai
pada tabel frekuansi 4.1.3. Semua strategi yang ddipilih responden berbeda-
beda, strategi-strategi tersebut sesuai halnya dengan strategi mekanisme survivel
oleh James C. Scott yaitu mereka memilih menggunakan strategi hubungan atau
relasi sosial dengan meminta bantuan dari relasi atau jaringan sosial seperti
sanak saudara, kawan-kawan sedesa, strategi alternatif subsistensi yaitu dengan
melakukan pekerjaan lain yang mencakup seperti berjualan kecil-kecilan,
bekerja sebagai tukang, dan bekerja serabutan, dan strategi mengikat sabuk lebih
kencang yaitu dengan mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan
38
makan hanya sekali sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah.
Dari ketiga strategi yang dipilih oleh responden kebanyakan mereka memilih
untuk memanfaatkan hubungan atau relasi sosial, sesuai halnya pada tabel
frekuensi 4.1.4.
4.2 Cara Pemilihan Strategi Subsistensi Oleh Petani Miskin di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
Variabel pemilihan strategi digunakan untuk menjawab rumusan masalah
kedua mengenai Bagaimana cara pemilihan strategi oleh petani miskin di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, untuk menjawab rumusan masalah
ini akan dijelaskan dalam beberapa indikator mengenai cara-cara dalam
pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan sosial, strategi alternatif
subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih kencang), dengan disertakan
tabel frekuensi, potongan indepth, setta foto dan video:
39
Tabel. 4.2.1
Cara pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan
Subsistensi Asupan Gizi Dan Kalori
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Meminta uang kepada
anaknya yang sudah bekerja 37 77,08 11 22,9 48 100
Meminjam / berhutang
kepada orang lain 19 39,58 29 60,4 48 100
Menjual barang berharga
yang dimiliki 47 97,91 1 2,0 48 100
Saling membantu
(hubungan timbal balik) 40 83,33 8 16,6 48 100
Lainnya (Meminjam ke PT) 46 95,83 2 4% 48 100
Sumber Pertanyaan no. 21 koding no. 31-35
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih
memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsisten yang dialami 11 responden dengan cara meminta uang kepada anaknya
yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 22,9%, 29 responden yang
memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan prosentase
sebesar 60,4%, hanya 1 responden yang memilih cara untuk menjual barang
berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 2%, 8 responden memilih
untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase sebesar 1,6%,
sedangkan 2 responden yang memilih untuk meminjam ke PT dengan prosentase
sebesar 4%.
40
Tabel 4.2.2
Cara Responden Menggunakan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi
Kebutuhan Subsistensi Sandang
Cara pemilihan
Strategi
Tidak Ya Jumlah
F % F % F %
Meminta uang
kepada anaknya
yang sudah
bekerja
40 83,33 8 16,66 48 100
Meminjam /
berhutang kepada
orang lain
34 70,83 14 29,16 48 100
Menjual barang
berharga yang
dimiliki
48 100 0 0 48 100
Saling membantu
(hubungan timbal
balik)
34 70,83 14 29,16 48 100
Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no. 36-40
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih
memanfaatkan strategi relasi sosial untuk memenuhi kebutuhan subsistensi
sandang yang dialami 8 responden dengan cara meminta uang kepada anaknya
yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 16,66%, 14 responden yang
memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan prosentase
sebesar 29,16%, dan sejumlah 14 responden memilih untuk saling membantu
(timbal nalik) dengan prosentase sebesar 29,16%.
41
Tabel 4.2.3
Cara Pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan
Subsistensi Pendidikan
Cara Pemilihan
Strategi
TIDAK YA Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Meminta uang
kepada anaknya
yang sudah bekerja
42 87,5 6 12,5 48 100
Meminjam /
berhutang kepada
orang lain
29 60,41 19 39,58 48 100
Menjual barang
berharga yang
dimiliki
42 87,5 6 12,5 48 100
Saling membantu
(hubungan timbal
balik)
30 62,5 18 37,5 48 100
Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no. 41 – 45
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih
memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsistensi pendidikan yang dialami 6 responden dengan cara meminta uang
kepada anaknya yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 12,5%, 19
responden yang memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan
prosentase sebesar 39,58%, 6 responden yang memilih cara untuk menjual
barang berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 12,5%, 18
responden memilih untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase
sebesar 37
42
Tabel 4.2.4
Cara Pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan
Subsistensi Kesehatan
Cara Pemilihan
Strategi
Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F %
Meminta uang
kepada anaknya
yang sudah
bekerja
35 72,91 13 27,08 48 100
Meminjam /
berhutang kepada
orang lain
20 41,66 28 58,33 48 100
Menjual barang
berharga yang
dimiliki
45 93,75 3 6,25 48 100
Saling membantu
(hubungan timbal
balik)
28 58,33 20 41,66 48 100
Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no. 46-50
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih
memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsistensi kesehatan yang dialami 13 responden dengan cara meminta uang
kepada anaknya yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 27,08%, 28
responden yang memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan
prosentase sebesar 58,33%, 3 responden yang memilih cara untuk menjual
barang berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 6,25%, 20
responden memilih untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase
sebesar 41,66%.
43
Tabel 4.2.5
Cara Pemilihan Strategi Relasi Sosial untuk Memenuhi Kebutuhan
Subsistensi yang Mendesak
Cara Pemilihan
Strategi
Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F %
Meminta uang
kepada anaknya
yang sudah
bekerja
38 79,2 11 22,91 48 100
Meminjam /
berhutang kepada
orang lain
28 58,33 20 41,66 48 100
Menjual barang
berharga yang
dimiliki
45 93,75 3 6,25 48 100
Saling membantu
(hubungan timbal
balik)
28 58,33 20 41,66 48 100
Sumber Pertanyaan no. 21 Koding no.51-55
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang memilih
memanfaatkan strategi relasi sosial untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsistensi yang mendesak yang dialami 21 responden dengan cara meminta
uang kepada anaknya yang sudah bekerja dengan prosentase sebesar 19,21%, 20
responden yang memilih untuk meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan
prosentase sebesar 41,66%, 3 responden yang memilih cara untuk menjual
barang berharga yang dimilikinya dengan prosentase sebesar 6,25%, dan 20
responden memilih untuk saling membantu (timbal nalik) dengan prosentase
sebesar 41,66%.
44
Disamping data temuan mengenai cara pemilihan strategi hubungan atau
relasi sosial dari tabel frekuensi juga diperkuat dengan data dari potongan
wawancara indepth interview:
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara: Pak kalau saumpama bapak kesulitan memenuhi kebutuhan
yang mendesak itu bagaimana pak ?pernahkah bapak
berhutang?
Informan : Saya kalau ndak butuh banget gak mau pinjem-pinjem gitu
mbak, sungkan, tapi kalau sudah butuh sekali, baru saya
pinjam ke tetangga.
Dari hasil temuan data-data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa cara
pemilihan strategi relasi atau hubungan sosial dalam memenuhi kebutuhan
subsistensi yang paling banyak adalah mereka meminjam kepada tetangga dekat
dan mereka saling membantu (hubungan timbal balik) antar tetangga, dalam
artian bahwa ketika tetangganya mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan dia membantu tetangganya, begitu pula ketika dia mengalami
kesulitan pemenuhan kebutuhan tetangganya yang bergantian untuk membantu,
daripada prosentase yang memilih strategi dengan minta uang kepada anaknya
yang sudah bekerja. Dari temuan data diatas mengenai cara strategi dengan
memanfaatkan hubungan atau relasi social yang kebanyakan mereka memeilih
saling membantu (timbal balik) sesuai dengan teori rasionalitas Max Weber
45
mengarah pada tindakan tradisional yang ditandai dengan prilaku kekeluargaan
diantara petani miskin dengan masyarakat setempatnya masih sangat erat karena
sudah merupakan suatu kebiasaan,
Tabel 4.2.6
Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi
Kebutuhan Subsistensi Asupan Gizi Dan Kalori
Cara pemilihan
strategi
Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berjualan kecil-kecilan 20 76,92 6 23,07 26 100
Bekerja serabutan 10 38,46 16 61,54 26 100
Bekerja sebagai tukang
bangunan 23 88,46 3 11,54 26 100
Bekerja keluar desa 22 84,62 4 15,38 26 100
Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 87-90
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih
memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan subsisten
yang dialami 6 responden dengan cara berjualan kecil-kecilan dengan prosentase
sebesar 23,07%, 16 responden yang memilih untuk bekerja serabutan dengan
prosentase sebesar 61,54%, 3 responden yang memilih bekerja sebagai tukang
bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 4 responden memilih untuk
bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar 15,38%.
46
Tabel 4.2.7
Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi
Kebutuhan Subsistensi Sandang
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berjualan kecil-kecilan 24 92,31 2 7,62 26 100
Bekerja serabutan 21 80,77 5 19,23 26 100
Bekerja sebagai tukang
bangunan 23 88,46 3 11,54 26 100
Bekerja keluar desa 24 92,31 2 7,62 26 100
Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 92-95
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih
memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsistensi sandang yang dialami 2 responden dengan cara berjualan kecil-
kecilan dengan prosentase sebesar 7,62%, 5 responden yang memilih untuk
bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 19,23%, 3 responden yang memilih
bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 2
responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar 7,62%
Tabel. 4.2.8
Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi
Kebutuhan Subsistensi Pendidikan
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berjualan kecil-kecilan 20 76,92 6 23,07 26 100
Bekerja serabutan 17 65,38 9 34,61 26 100
Bekerja sebagai tukang
bangunan 23 88,46 3 11,54 26 100
Bekerja keluar desa 21 80,77 5 19,23 26 100
Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 97-100
47
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih
memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsistensi pendidikan yang dialami 6 responden dengan cara berjualan kecil-
kecilan dengan prosentase sebesar 23,07%, 9 responden yang memilih untuk
bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 34,61%, 3 responden yang memilih
bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 5
responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar
19,23%.
Tabel. 4.2.9
Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi
Kebutuhan Subsistensi Kesehatan
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F F (%) (%) F (%)
Berjualan kecil-kecilan 23 88,46 3 11,54 26 100
Bekerja serabutan 15 57,69 11 42,31 26 100
Bekerja sebagai tukang
bangunan 23 88,46 3 11.54 26 100
Bekerja keluar desa 21 80,77 5 19,23 26 100
Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 102-105
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih
memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsistensi kesehatan yang dialami 3 responden dengan cara berjualan kecil-
kecilan dengan prosentase sebesar 11,54%, 11 responden yang memilih untuk
bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 42,31%, 3 responden yang memilih
bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase sebesar 11,54%, dan 5
48
responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan prosentase sebesar
19,23%.
Tabel. 4.2.10
Cara pemilihan Strategi Alternatif subsistensi untuk Memenuhi
Kebutuhan Kebutuhan Subsistensi Mendesak
Cara pemilihan
strategi
Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berjualan kecil-
kecilan 22 84,62 4 15,38 26 100
Bekerja serabutan 19 73,07 7 26,93 26 100
Bekerja sebagai
tukang bangunan 25 96,15 1 3,85 26 100
Bekerja keluar
desa 22 84,62 4 15,38 26 100
Sumber Pertanyaan no.28 Koding no. 107-110
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang memilih
memanfaatkan strategi alternatif untuk bisa tetap survive dari kesulitan
subsistensi keadaan yang mendesak yang dialami 4 responden dengan cara
berjualan kecil-kecilan dengan prosentase sebesar 15,38%, 7 responden yang
memilih untuk bekerja serabutan dengan prosentase sebesar 26,93%, hanya 1
responden yang memilih bekerja sebagai tukang bangunan dengan prosentase
sebesar 3,85%, dan 4 responden memilih untuk bekerja keluar desa dengan
prosentase sebesar 15,38%.
Disamping data temuan mengenai cara pemilihan strategi alternative
subsistensi dari tabel frekuensi diperkuat data dari potongan wawancara indepth
interview:
49
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara : “Maaf bu, sebelumnya. Kalau boleh tau gajinya ibu pinten?”
Informan : “Ya, buruh gajine sedikit toh mbak, yang penting bisa untuk
makan, gajine ibu telung puluh ewu, tapi kalau cuma
setengah hari biasane dikasih lime belas ribu.”
Pewawancara : “npo wonten pekerjaan lain npo cara lain damel nyekapne
kangelan kebutuhan maeme bu selain buruh tani?”
Informan : “Enggeh, iku ngarit wedus, lumayan dapet lima ewu kalau
enggak sepuluh ewu.
Gambar di atas adalah wujud dari strategi alternatif subsistensi dengan cara
pemilihan strategi dengan mencari rumput (ngaret). Rumput hasil ngaret tersebut
digunakan sebagai bahan pangan untuk sapi milik saudaranya yang ia rawat.
50
Penghasilan dari pekerjaan merawat sapi milik saudaranya ini ia gunakan sebagai
tambahan penghasilan sekaligus untuk mencukupi kebutuhan subsistensi rumah
tangga
Dari hasil temuan berdasarkan data dari tabel frekuensi maupun data
potongan wawancara indepth interview, kebanyakan responden yang memiliih
strategi alternatif subsistensi mereka mimilih cara dengan bekerja serabutan, hal
ini karena bekerja serabutan tidak memerlukan biaya/ modal yang besar,
dibandingkan jika memilih berjualan kecil-kecil disamping harus memiliki modal
awal untuk berjualan juga pastinya akan terdapat resiko rugi jika mereka memilih
berjualan kecil-kecilan, cara pemilihan strategi petani miskin ini sangat
menggambarkan keadaan yang sesuai dengan teori dahulukan selamat oleh James
C. Scott, dimana para petani miskin lebih memilih keadaan yang aman dari pada
memilih cara untuk mengambil keuntungan tapi yang akan menimbulkan resiko.
Tabel. 4.2.11
Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk
Memenuhi Kebutuhan Subsistensi Asupan Gizi Dan Kalori
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berpuasa 24 80 6 20 30 100
Mengurangi intensitas makan
(kurang dari 3x dalam sehari) 22 73 8 26,67 30 100
Mengkonsumsi makanan
yang kualitasnya lebih rendah 11 36,67 19 63,33 30 100
Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 127-129
51
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih
memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive dari
kesulitan subsisten yang dialami 7 responden dengan cara berpuasa dengan
prosentase sebesar 23,33%, 7 responden yang memilih untuk mengurangi
intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase sebesar
23,33%, 19 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang kualitasnya
lebih rendah dengan prosentase sebesar 63,33%.
Tabel 4.2.12
Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk
Memenuhi Kebutuhan Subsistensi Sandang
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berpuasa 27 90 3 10 30 100
Mengurangi intensitas
makan (kurang dari 3x
dalam sehari)
24 80 6 20 30 100
Mengkonsumsi makanan
yang kualitasnya lebih
rendah
20 66,67 10 33,33 30 100
Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 131-133
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih
memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive dari
kesulitan subsistensi sandang yang dialami 3 responden dengan cara berpuasa
dengan prosentase sebesar 10%, 6 responden yang memilih untuk mengurangi
intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase sebesar 20%,
52
10 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih
rendah dengan prosentase sebesar 33,33%
Tabel. 4.2.13
Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk Memenuhi
Kebutuhan Subsistensi Pendidikan
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berpuasa 24 80 6 20 30 100
Mengurangi intensitas
makan (kurang dari 3x
dalam sehari)
26 86,67 4 13,33 30 100
Mengkonsumsi makanan
yang kualitasnya lebih
rendah
17 56,67 13 43,33 30 100
Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 135-137
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih
memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive
dari kesulitan subsistensi pendidikan yang dialami 6 responden dengan cara
berpuasa dengan prosentase sebesar 20%, 4 responden yang memilih untuk
mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase
sebesar 13,33%, 13 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang
kualitasnya lebih rendah dengan prosentase sebesar 43,33%.
53
Tabel. 4.2.14
Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk
Memenuhi Kebutuhan Subsistensi Kesehatan
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berpuasa 26 86,67 4 13,33 30 100
Mengurangi intensitas makan
(kurang dari 3x dalam sehari) 25 83,3 5 16,67 30 100
Mengkonsumsi makanan yang
kualitasnya lebih rendah
17
56,67 13 43,33 30 100
Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 139-141
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih
memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive
dari kesulitan subsistensi kesehatan yang dialami 4 responden dengan cara
berpuasa dengan prosentase sebesar 13,33%, 5 responden yang memilih untuk
mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase
sebesar 16,67%, 13 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang
kualitasnya lebih rendah dengan prosentase sebesar 43,33%.
54
Tabel. 4.2.15
Cara pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang untuk
Memenuhi Kebutuhan Subsistensi yang mendesak
Cara pemilihan strategi Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berpuasa 28 93,33 2 6,67 30 100
Mengurangi intensitas
makan (kurang dari 3x
dalam sehari)
27 90 3 10 30 100
Mengkonsumsi makanan
yang kualitasnya lebih
rendah 12 40 18 60 30 100
Sumber Pertanyaan no.32 Koding no. 143-145
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang memilih
memanfaatkan strategi mengikat sabuk lebih kencang untuk bisa tetap survive
dari kesulitan subsistensi yang mendesak yang dialami 2 responden dengan cara
berpuasa dengan prosentase sebesar 6,67%, 3 responden yang memilih untuk
mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) dengan prosentase
sebesar 10%, 18 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang
kualitasnya lebih rendah dengan prosentase sebesar 60%.
Potongan indepth interviewFenita Dwi W dengan buruh tani perempuan
Pewawancara : Kalau panganan pernah ada masalah mboten bu?
Informan : Ya..gitu mbak, makane cuma karo tempe, tahu, ya, kalau
ora duwe lauk, yo kulo mboten maem. Kadang dikasih sama
tonggo. Kadang malu mbak dikasih terus, kayaknya nyusahin
orang terus.
55
Dari temuan data diatas baik berdasarkan tabel frekuensi maupun potongan
indepth mengenai strategi mengikat sabuk lebih kencang petani miskin yang
memilih strategi ini mereka kebanyakan memilih cara mengkonsumsi makanan
dengan kualitas rendah, jika benar-benar dalam keadaan yang tidak bias
membeli lauk maupun beras mereka hanya bias makan sayur yang ditanam
sendiri di dekat rumahnya.
4.3 Alasan Petani Miskin Dalam Memilih Strategi di Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar
Variabel alasan dalam pemilihan strategi digunakan untuk menjawab
rumusan masalah ketiga mengenai apa alasan petani miskin di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dalam memilih strategi, untuk menjawab
rumusan masalah ini akan dijelaskan dalam beberapa indikator tentang alasan-
alasan dalam pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan sosial, strategi
alternatif subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih kencang), dengan
disertakan tabel frekuensi, potongan indepth,
Dalam tabel mengenai alasan responden memilih strategi subsistensi, tim
lapangan menghitungnya: jika seorang responden menjawab memilih strategi
yang sama dalam pemenuhan kesulitan kebutuhan yang berbeda-beda
(contohnya: kesulitan kebutuhan pangan responden memilih cara meminta uang
kepada anak yang sudah bekerja, kesulitan kebutuhan sandang juga memilih
cara meminta uang kepada anak yang sudah bekerja, kesulitan kebutuhan
56
kesehatan responden memilih untuk meminta kepada anak yang sudah bekerja),
tim lapangan menghitungnya menjadi satu yaitu bahwa responden itu memilih
cara strategi meminta anak yang sudah bekerja dan memiliki alasan untuk
memilih strategi tersebut, begitu juga dengan strategi-strategi yang dipilih
responden yang lainnya.
57
Tabel. 4.3.1
Alasan Responden Memilih Strategi Memanfaatkan Relasi Atau Hubungan Sosial
Alasan Responden
Strategi
Memiliki hubungan
yang erat
Penghasilan yang
didapatkan tidak
mencukupi
Tidak
menggunakan
bunga saat
mengembalikan
Situasi yang
mendesak
JUMLAH
F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)
Meminta uang kepada anaknya
yang sudah bekerja 14 60,87 6 26 0 0 3 13 23 100
Meminjam/ berhutang kepada
orang lain. 10 25,64 17 43,59 1 2,56 11 28,20 39 100
Menjual barang berharga yang
dimiliki 0 0 0 0 0 0 7 100 7 100
Saling membantu (hubungan
timbal balik) 24 66,67 7 19,44 2 5,56 3 8,33 36 100
Lainnya (meminjam PT) 0 0 0 0
0 0 2 100 2 100
Sumber Pertanyaan no.25 Koding no.72-75
58
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa: Strategi responden memilih hubungan
relasi atau hubungan sosial,
Meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa dari 23 responden 14
responden memilih meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja dengan
alasan karena memiliki hubungan yang erat dengan prosentase 60,87%, 6
responden beralasan karena penghasilan yang didapatnya tidak mencukupi
dengan prosentase 26%, kemudian 3 responden melakukan strategi ini karena
situasi yang mendesak dengan prosentase 13%.
Meminjam/ berhutang kepada orang lain.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 10 responden beralasan
memilih meminjam/ berhutang kepada orang lain ini karena memiliki hubungan
yang erat dengan prosentase 25,64%, 17 responden melakukan memilih
meminjam/ berhutang ini karena penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi
dengan prosentase 43,59%, 1 dari 38 responden memilih me-minjam/ berhutang
ini karena tidak menggunakan bunga saat mengembali-kan dengan prosentase
sebesar 2,56%, dan 11 responden memilih meminjam berhutang ini karena
situasi yang mendesak dengan prosentase 28,20%
Menjual barang yang berharga.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 7 responden
yang memilih menjual barang yang berharga dengan prosentase 100%.
59
Saling membantu (hubungan timbal balik).
Berdasarkan data tabel daiatas dari 36 dapat dilihat bahwa 24 responden
beralasan memilih hubungan saling membantu (hubungan timbal balik) dengan
prosentase 66,67%, 7 responden memilih saling membantu (hubungan timbal
balik) dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi dengan
prosentase 19,44%, sedangkan 2 responden memilih saling membantu dengan
alasan tidak menggunakan bunga saat mengembalikan dengan prosentase 5,66%,
dan 3 responden memilih saling membantu dengan alasan situasi yang mendesak
dengan prosentase sebesar 8,33%.
Meminjam ke PT
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 2 responden meminjam ke
PT atas alasan karena situasi yang mendesak.
Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi hubungan atau relasi
sosial dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari potongan
wawancara indepth interview:
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara: Eh ngge pak dengan penghasilan bapak yang mboten namtu
ngonten, nopo bapak mengalami kangelan damel maem npo
damel kebutuhan yang lainnya ngonten pak?
Informan :ngge kangelan nak, kangelan damel maem ngge kangelan damel
sandang nak, ngge ngeneiki nak harus dicukup cukupne.
60
Pewawancara : trus yaknopo ngonten nku pak ngatasane, damel ngatasi
kangelan dalam maeme pak?
Informan : ngge nek kekurangan terkadang nyuwun anak nak, anak kulo
wonten seng mpun kerjo nak.
Pewawancara : alasane bapak npo kok nyuwun teng anak?
Informan : jenenge ngge anak ngge yaknopo yaknopo nek butuh ngge
nyuwun anak nak, wong wes akrab kok, ndisek kan mpun susah
payah nyekolahne dadi ngge saknki belas kasihan lah anak e
nang bapak,
Dari hasil temuan data berdasarkan tabel frekuensi 4.3.1 dan potongan dari
Indepth Interview diatas membuktikan bahwa petani miskin yang telah tim
lapangan wawancarai yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten
Blitar, Propinsi Jawa Timur kebanyakan dari ketiga strategi yang terkenal
dengan mekanisme survival menggunakan strategi hubungan atau relasi sosial
yang kebanyakan dari strategi hubungan atau relasi sosial mereka memilih cara
strategi dengan meminta anak yang sudah bekerja serta meminta bantuan
(hubungan timbal balik), hubungan timbal balik tersebut maksudnya jika petani
miskin yang menjadi responden itu mengalami kesulitan maka tetangganya akan
membantunya baik itu dengan memberi pinjaman atau memberi bantuan
makanan atau uang, dan pada keadaan yang lain jika tetangganya mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan subsistensi maka petani miskin yang
61
menjadi responden yang bergantian membantu tetangganya tersebut,
kebanyakan mereka mengutarakan alasannya karena mereka sudah memiliki
hubungan yang sangat erat, hampir hubungan diantara mereka sudah seperti
saudara sendiri, walaupun orang yang dimintai bantuan tidak memiliki hubungan
kekeluargaan., karena bagi mereka sudah mejadi suatu kebiasaan yang sering
dilakukan untuk saling membantu antar satu dengan yang lain, baik membantu
dengan cara meminjamkan uang maupun barang. Akan tetapi jika sesama
tetangga tidak memiliki uang, mereka membantu dengan memberi nasi, lauk
ataupun yang lain.
Dilihat dari alasan yang dipaparkan para petani miskin di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, maka sesuai dengan teori tindakan
rasionalitas Max Weber yang termasuk dalam tindakan tradisional, karena
merupakan tindakan yang tidak rasional, seseorang melakukan tindakan ini
hanya didasarkan karena sudah berupa kebiasaan yang berlaku. Sesuai dengan
tindakan yang dilakukan oleh antar buruh tani/ petani miskin dengan
tetangganya yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar,
mereka memiliki alasan karena memiliki hubungan yang erat, karena hubungan
yang terjalin antar mereka sudah sangat kuat, karena sudah merupakan suatu
kebiasaan yang mana setiap hari mereka selalu berinteraksi, saling membantu
antar sesama jika salah satu diantara mereka mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan subsistensinya, mereka tidak memikirkan untung atau
rugi yang didapatkan jika saling membantu antar sesamanya.
62
Tabel 4.3.2
Alasan Responden Menggunakan Strategi Alternatif Subsistensi
Alasan Responden
Strategi
Penghasilan Yang
Didapatkan Tidak
Mencukupi
Menambah Penghasilan
Penghasilan yang
Diperoleh Lebih
Menjanjikan
Situasi yang
mendesak
JUMLAH
F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)
Berjualan Kecil-
Kecilan 4 57,14 3 42,86 0 0 0 0 7 100
Bekerja serabutan 9 47,36 10 52,63 0 0 0 0 19 100
Bekerja Sebagai
Tukang Bangunan 1 25 3 75 0 0 0 0 4 100
Bekerja Keluar Desa 4 80 1 20 0 0 0 0 5 100
Sumber Pertanyaan no. 29 koding no. 112-115
63
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa: Strategi responden memilih
menggunakan strategi alternatif subsistensi
Berjualan Kecil-Kecilan
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 4 responden memilih
berjualan kecil-kecilan karena alasan penghasilan yang tidak mencukupi dengan
prosentase 57,14%, 3 responden memilih berjualan kecil-kecilan karena alasan
menambah penghasilan dengan prosentase 42,86%.
Bekerja serabutan
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 9 responden memilih
bekerja serabutan karena alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi
dengan prosentase 47,36%, 10 responden memilih bekerja serabutan dengan
alasan menambah penghasilan, dengan prosentase 52,63%,
Bekerja Sebagai Tukang Bangunan
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat 1 responden memilih bekerja
sebagai tukang bangunan dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak
mencukupi sebesar 25%, 3 responden memilih bekerja sebagai tukang bangunan
dengan alasan menambah penghasilan dengan prosentase 75%
Bekerja Keluar Desa
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 4 responden memilih
bekerja keluar desa dengan alasan penghasilan yang tidak mencukupi dengan
prosentase 80%, 1 responden masing-masing memilih bekerja keluar desa
64
dengan alasan menambah penghasilan dan Penghasilan yang diperoleh lebih
menjanjikan prosentase 20 %,
Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi alternatif
subsistensi dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari
potongan wawancara indepth interview,
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara : npo wonten pekerjaan lain npo cara lain damel nyekapne
kangelan kebutuhan maeme bu selain buruh tani?
Informan :Enggeh, iku ngarit wedus, lumayan dapet lima ewu kalau enggak
sepuluh ewu.
Pewawancara : alasane npo buk?
Informan : ngge keadaane kyok ngene mbak, wong mlarat penghasilane ngak
nyukupi nak,
Dari hasil temuan data berdasarkan tabel frekuensi no 4.3.2 dan potongan
indepth diatas membuktikan bahwa petani miskin yang telah tim lapangan
wawancarai yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang menggunakan strategi subsistensi
baik itu yang memilih cara strategi berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai
tukang bangunan maupun bekerja ke luar desa kebanyakan mereka
mengutarakan alasannya karena penghasilan yang mereka peroleh dari buruh
65
tani saja tidak bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan subsistensi yang
semakin hari harganya semakin meningkat, karena penghasilan yang mereka
peroleh dari bekerja sebagai buruh tani jika bekerja sehari penuh hanya Rp
30.000, sedangkan jika bekerja hanya setengah hari penghasilan yang mereka
peroleh hanya Rp 15.000, bekerja sebagai buruh tani itupun para petani miskin
tidak bisa dipastiin bekerja setiap hari, kalau ada yang nyuruh untuk menggarap
sawah mereka kerja. Mayoritas petani miskin (buruh tani) di Desa Jeblog, dalam
seminggu mereka hanya bekerja 3-4 hari. Sedangkan mereka yang bekerja
serabutan kebanyakan mereka memaparkan alasan karena untuk menambah
penghasilan, karena penghasilan yang mereka peroleh tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan subsistensi. Sehingga mau tidak mau mereka mencari
pekerjaan lain yang bisa menutupi kesulitan kebutuhan subsistensi yang mereka
alami, seperti halnya dari temuan data wawancara indepth interview, informan
(buruh tani) menambah penghasilan dengan melakukan berbagai pekerjaan
serabutan diantaranya: ngaret, mreman dan lain-lain, mereka tidak memikirkan
seberapa besar upah yang mereka peroleh dari bekerja, akan tetapi mereka
menerima seberapapun penghasilan yang diperoleh dari bekerja serabutan
asalkan dapat menambah penghasilan guna memenuhi kesulitan kebutuhan
subsistensinya.
Jika dilihat dari alasan yang dipaparkan oleh petani miskin di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang memilih strategi alternatif subsistensi
kebanyakan alasan yang dipaparkan karena penghasilan yang tidak mencukupi
66
serta untuk menambah penghasilan sesuai pada tabel frekuensi 4.3.2
dihubungkan dengan tindakan rasionalitas Max Weber, khusus petani miskin
yang memilih strategi alternatif subsistensi lebih tergolong mengarah pada
tindakan rasional intrumental, mereka sudah mempertimbangkan berbagai alasan
kenapa mereka memilih untuk bekerja serabutan.
67
Tabel 4.3.3
Alasan Responden Menggunakan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang
Alasan Responden
Strategi
Penghasilan
Yang Didapat
Tidak
Mencukupi
Ada Rasa Sungkan
Jika Meminta
Bantuan Kepada
Orang Lain
Situasi yang
Mendesak
Merupakan
keadaan JUMLAH
F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)
Berpuasa 7 87,5 0 0 1 12,5 0 0 8 100
Mengurangi intensitas
makan (kurang dari 3x
dalam sehari)
6 60 1 10 1 10 2 20 10 100%
Mengkonsumsi makanan
yang kualitasnya lebih
rendah
15 55,55 2 7,4 3 11 7 25,9
3 27 100%
Sumber Pertanyaan no. 34 Koding no. 151-154
68
Data dari tabel diatas menjelaskan bahwa responden yang memilih strategi
mengikat sabuk lebih kencang dengan cara:
Berpuasa
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 7 responden memilih cara
berpuasa dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi dengan
prosentase 87,5%, 1 responden memilih berpuasa karena situasi yang mendesak
dengan prosentase 12,5%,
Mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari)
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 6 responden memilih
cara berpuasa dengan alasan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi
dengan prosentase 60%, 1 responden memilih berpuasa dengan alasan karena
memiliki rasa sungkan jika meminta bantuan orang lain serta karena situasi yang
mendesak yang masing-masing dengan prosentase 10%, Serta 2 responden yang
memilih berpuasa beralasan karena sudah merupakan suatu keadaan mereka
yang dasarnya memang tidak bisa mencukupi kebutuhan subsistensi.
Mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa 14 responden memilih
cara mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah dengan alasan
penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi dengan prosentase 56%, 2
responden memilih mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah
dengan alasan karena memiliki rasa sungkan jika meminta bantuan orang lain
dengan prosentase 8%, 3 responden yang memilih mengkonsumsi makanan yang
69
kualitasnya lebih rendah dengan alasan beralasan karena situasi yang mendesak
dengan prosentase 12%, serta 6% responden memilih untuk mengkonsumsi
makanan yang kualitasnya lebih rendah dengan alasan karena sudah merupakan
suatu keadaan mereka yang dasarnya memang tidak bisa mencukupi kebutuhan
subsistensi dengan prosentase sebesar 24%.Makanan yang kualitasnya lebih
rendah bisanya mereka makan sayur-sayuran yang ditanam dan dimakan sendiri.
Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi alternatif
subsistensi dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari
potongan wawancara indepth interview:
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Informan : Ya..gitu mbak, makane cuma karo tempe, tahu, ya, kalau ora
duwe lauk, yo kulo mboten maem. Kadang dikasih sama
tonggo. Kadang malu mbak dikasih terus, kayaknya nyusahin
orang terus.
Pewawancara : alasane npo buk kok maem kale tempe?
Informan : ngge keadaane kyok ngene mbak, wong mlarat penghasilane
ngak nyukupi nak, ngge sak anane di maem.
Dari hasil temuan data berdasarkan tabel frekuensi no 4.3.3 dan potongan
indepth diatas membuktikan bahwa petani miskin yang telah tim lapangan
wawancarai yang ada di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang menggunakan strategi mengikat
70
sabuk lebih kencang baik itu yang memilih strategi alternatif subsistensi
dengan cara berpuasa, mengurangi intensitas makan (tiga hari menjadi dua kali
sehari atau sekali dalam sehari), serta mengurangi kualitas makanan
kebanyakan dari mereka karena alasannya yang memang keadaannya sudah
melarat yang penghasilan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
subsistensi, seperti halnya dalam potongan indepth interview diatas.
Kebanyakan mereka yang memilih strategi mengikat sabuk lebih kencang
karena umur mereka yang sudah tua, sehingga untuk memilih strategi alternatif
subsistensi dengan cara bekerja serabutan mereka tidak kuat tenaganya,
sehingga mereka mau tidak mau makan seadanya, jika penghasilannya tidak
mencukupi dan pada keadaan yang benar-benar kesulitan, dan tidak ada yang
memberi pertolongan mereka memilih bahkan tidak makan/ berpuasa. Jika
dilihat dari alasan yang dipaparkan berdasarkan temuan data dari tabel
frekuansi dan potongan wawancara indepth interview petani miskin yang
memilih strategi alternatif subsistensi, baik itu yang memilih berpuasa,
mengurangi kuantitas makan, serta mengurangi kualitas makanan sesuai pada
tindakan rasionalitas Max Weber yang tergolong pada tindakan tradisional,
dimana para petani ini memaparkan alasan karena penghasilan yang tidak
mencukupi kebutuhan subsistensi sehingga sudah menjadi suatu kebiasaan atau
keseringan jika mereka mengalami kesulitan subsistensi mereka berpuasa,
mengurangi kuantitas atau kualitas makanan.
71
4.4 Kendala Petani Miskin Dalam Memilih Strategi di Desa Jeblog, Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar
Variabel kendala dalam pemilihan strategi digunakan untuk menjawab
rumusan masalah keempat mengenai apa kendala petani miskin di Desa Jeblog,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dalam memilih strategi, untuk menjawab
rumusan masalah ini akan dijelaskan dalam beberapa indikator tentang kendala-
kendala dalam pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan sosial,
strategi alternatif subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih kencang),
dengan disertakan tabel frekuensi, potongan indepth.
Tabel 4.4.1
Ada tidaknya Kendala (strategi relasi sosial)
Kendala Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Meminta uang kepada
anaknya yang sudah
bekerja
12 52,17 11 5,26 23 100
Meminjam/ berhutang
kepada orang lain 12 30,77 27 69,23 39 100
Menjual barang berharga
yang dimiliki 0 0 7 100 7 100
Saling membantu
(hubungan timbal balik) 17 47,22 19 52,78 36 100
Lainnya (meminjam PT) 0 0 2 100 2 100
Sumber Pertanyaan no. 26 Koding 77-81
Dari tabel 4.4.1 dapat dilihat bahwa dari 23 responden yang memilih cara
hubungan sosial dengan meminta uang kepada anak yang bekerja 12 responden
72
tidak merasa mengalami kendala dengan prosentase 52,17%, dan 11 responden
mengalami kendala dengan prosentase sebesar 5,26%. Dari 39 responden yang
menggunakan cara Meminjam/ berhutang kepada orang lain 12 responden tidak
mengalami kendala dengan prosentase sebesar 30,77% dan 27 responden
mengalami kendala dengan prosentase sebesar 69,23%, 7 responden yang
memilih cara dengan menjual barang berharga yang dimiliki semuanya
mengalami kendala, dari 36 responden 17 responden yang memilih saling
membantu (hubungan timbal balik) tidak mengalami kendala, 19 responden
mengalami kendala dengan prosentase sebesar 52,78%, dan hanya 2 responden
yang memilih meminjam ke PT mereka semuanya mengalami kendala.
Petani miskin di desa Jeblog yang cara pemilihan strategi memanfaatkan
relasi / hubungan sosial dengan meminta uang kepada anaknya yang sudah
bekerja, meminjam / berhutang kepada orang lain, menjual barang berharga
yang dimiliki, saling membantu (hubungan timbal balik), dan meminjam di PT,
kesemuanya mengalami kendala ketika digunakan untuk memenuhi kebutuhan
subsistensinya. Berikut hasil temuan data dilapangan yang telah didapatkan baik
temuan data berupa ada atau tidaknya kendala dan bentuk kendala cara
pemilihan strategi dengan memanfaatkan relasi / hubungan sosial :
73
Tabel 4.4.2
Kendala Responden dalam Pemilihan Strategi Relasi Sosial
Kendala
Pemilihan strategi
Adanya Rasa
Sungkan
Hubungan
Tidak Terlalu
Akrab
Takut
Tidak Bisa
Me-
ngembalika
n Hutang
Ketika
Tidak Ada
Yang
Memberi
Pertolongan
Tidak
memiliki
barang
berharga
untuk dijual
Jumlah
F (%) F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)
Meminta uang kpd
anaknya yang bekerja 11 100 0 0 0 0 0 0 0 0 11 100
Meminjam/ berhutang
kepada orang lain 17 62,96 2 7,40 7 25,9 1 3,7 0 0 27 100
Menjual barang
berharga yang dimiliki 0 0 0 0 4 57,14 0 0 3 42,86 7 100
Saling membantu
(hubungan timbal balik) 3 15,79 4 21 0 0 10 52,63 2 10,53 19 100
Lainnya (meminjam
PT) 0 0 0 0 2 100 0 0 0 0 2 100
Sumber Pertanyaan no.27 koding no. 82-86
74
Dari data 4.4.2 dapat dilihat bahwa dari 11 responden yang meminta uang
kepada anaknya yang bekerja mereka mempunyai kandala adanya rasa sungkan,
dari 27 responden yang meminjam/ berhutang kepada orang lain 17 responden
memiliki kendala karena memiliki rasa sungkan dengan prosentase 62,96%, 2
responden yang meminjam/ berhutang kepada orang lain dengan kendala karena
hubungannya tidak terlalu akrab dengan prosentase 7,40%, 7 responden
memiliki kendala rasa takut tidak bisa mengembalikan hutang dengan prosentase
25,9%, 1 responden yang meminjam/ berhutang kepada orang lain memiliki
kendala ketika tidak ada yang memberi pertolongan dengan prosentase 3,7%.
Dan dari 7 rasponden yang mempunyai kendala menjual barang berharga yang
dimiliki 4 responden responden memiliki kendala takut tidak bisa
mengembalikan dengan prosentase 57,14%, 3 responden tidak memiliki barang
untuk dijual dengan prosentase 42,86%. Dari 19 responden yang yang
mempunyai kendala memilih saling membantu (hubungan timbal balik) 3
responden memiliki kendala adanya rasa sungkan dengan prosentase 15,79%, 4
responden memiliki kendala hubungannya tidak terlalu akrab dengan prosentase
57,14%, 3 responden memiliki kendala tidak memiliki barang berharga untuk
dijial dengan prosentase sebesar 42,86%. Dari 19 responden yang memiliki
kendala. memilih saling membantu atau hubungan timbal balik 3 responden
memiliki kendala hubungan tidak terlalu akrab dengan prosentase sebesar
15,79%, 4 responden memiliki kendala hubunangannya tidak terlalu akrab
dengan prosentase sebesar 21%. Serta dari 2 responden yang memilih untuk
75
meminjam PT kesemuanya mengalami kendala karena takut tidak bisa
mengembalikan hutangnya.
Disamping temuan data berupa tabel frekuensi, berikut ini indepth interview
yang bisa mendukung hasil temuan data lapangan mengenai kendala petani
miskin dalam memilih strategi subsistensi petani,
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara : Tadi ibu katakan, ibu memiliki anak yang sudah bekerja,
mengapa tidak meminta bantuan dari sang anak?
Informan : Ya, anak sih pernah kirimi saya uang, tapi ya saya sungkan
mbak, anak ku wes punya keluarga, ben duite buat kelurgae
saja.
Pada indepth diatas menunjukkan bahwa responden yang diwawancarai oleh
pewawancara, mengalami kendala ketika memilih cara strategi relasi / hubungan
sosial dengan meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja, dikarenakan
adanya rasa sungkan kepada anaknya.
Dilihat dari hasil temuan data berdasarkan tabel 4.4.1 dan 4.4.2 dan indepth
interview yang ada diatas membuktikan bahwa petani miskin yang ada di desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, mereka ketika melakukan
pemilihan strategi relasi / hubungan sosial menyadari adanya sebuah kendala /
resiko yang akan dihadapi, bahkan meminjam dana pada PT yang berakhir hasil
pertaniannya dibeli dengan harga murah, menurut mereka hal tersebut adalah
76
pilihan yang terbaik dari yang telah ada. Salah satu contohnya petani pemilik
lahan sempit supaya lahannya bisa digarap dan menghasilkan uang daripada
tidak sama sekali dalam mengatasi kekurangan dananya memilih cara meminjam
di PT. baik pemilik lahan sempit maupun buruh tani tidak memilih meminta
bantuan kepada Bank, karena bunganya yang terlalu besar, daripada PT yang
mana bantuannya tidak ada bunga dan kalaupun hasil pertaniannya gagal panen,
para petani pemilik lahan sempit itu tidak perlu pusing untuk mengembalikan
dananya. Ini menunjukkan dalam teori James Scott yang menjelaskan mengenai
prinsip moral ekonomi petani safety first, dimana prinsip mendahulukan
keselamatan bagi petani miskin adalah cara terbaik untuk bisa survival dalam
permasalahan subsistensinya.
Selain itu menunjukkan bahwa petani miskin di Desa Jeblog lebih banyak
mengalami kendala pada cara pemilihan strategi relasi sosial dengan meminjam /
berhutang kepada tetangga dan melalui hubungan timbal balik dikarenakan
adanya rasa sungkan dan tidak ada yang memberi pertolongan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa petani miskin yang ada di Desa Jeblog masih
mempertimbangkan kendala yang bersifat sosial atau lebih mengarah pada nilai
– nilai solidaritas yang berlaku di masyarakat. Berdasar teori Max Weber
menunjukkan bahwa tindakan sosial yang dilakukan petani di Desa Jeblog untuk
bisa survival memenuhi kebutuhan subsistensinya dengan pemilihan strategi
relasi / hubungan sosial mengarah pada tindakan sosial tradisional, yang mana
77
tindakan sosialnya berorientasi pada nilai – nilai yang turun menurun dan sudah
ada sebelumnya.
Tabel 4.4.3
Ada tidaknya Kendala (strategi alternatif subsistensi)
Kendala
Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berjualan kecil-
kecilan 1 14,28 6 85,71 7 100
Bekerja serabutan 5 26,31 14 73,68 19 100
Bekerja sebagai
tukang bangunan 3 75 1 25 4 100
Bekerja keluar desa 1 20 4 80 5 100
Sumber Pertanyaan no.31 Koding 155-157
Dari tabel 4.4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 7 responden yang memilih
strategi alternatif subsistensi dengan berjualan kecil-kecilan 1 responden tidak
merasa mengalami kendala dengan prosentase 14,28%, dan 6 responden
mengalami kendala dengan prosentase sebesar 85,71%. Dari 19 responden yang
menggunakan cara bekerja serabutan 5 responden tidak mengalami kendala
dengan prosentase sebesar 26,31% dan 14 responden mengalami kendala dengan
prosentase sebesar 73,68%, 4 responden yang memilih cara dengan bekerja
sebagai tukang bangunan 3 responden tidak mengalami kendala dengan
prosentase 75%, 1 responden mengalami kendala dengan prosentase 25% dari 5
responden 1 responden yang memilih bekerja ke luar desa tidak mengalami
kendala dengan prosentase 20%, dan 4 responden mengalami kendala dengan
prosentase 80%.
78
Tabel 4.4.4
Kendala Responden dalam Pemilihan Strategi Alternatif Subsistensi
Kendala
Pemilihan strategi
Ketika barang
jualan tidak laku
Ketika tidak ada yang
memberi pekerjaan
Resiko yang
ditanggung tinggi Jumlah
F (%) F (%) F (%) F (%)
Berjualan kecil-kecilan 4 66,67 2 33,33 0 0 6 100
Bekerja serabutan 0 0 11 78,57 3 21,43 14 100
Bekerja sebagai tukang
bangunan 0 0 0 0 1 100 1 100
Bekerja keluar desa 0 0 4 100 0 0 4 100
Sumber Pertanyaan no.31 koding no. 122-126
79
Dari tabel data 4.4.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 6 responden yang
memiliki kendala memilih berjualan kecil-kecilan mereka mempunyai kandala
ketika barangnya tidak laku untuk dijual dengan prosentase sebesar 66,67%, 2
responden memiliki kndala resiko yang ditanggung tinggi dengan prosentase
sebesar 33,33% dari 14 responden memilih bekerja serabutan 11 responden
memiliki kendala ketika tidak ada yang memberi pekerjaan dengan prosentase
78,57%, 3 responden dengan kendala resiko yang ditanggung tinggi dengan
prosentase 21,43%. Dan dari 7 rasponden yang memiliki kendala menjual
barang berharga yang dimiliki 4 responden responden memiliki kendala takut
tidak bisa mengembalikan dengan prosentase 57,14%, 3 responden tidak
memiliki barang untuk dijual dengan prosentase 42,86%. Dari 1 responden yang
yang memiliki kendala bekerja sebagai tukang bangunan responden memiliki
kendala resiko yang ditanggung tinggi dengan prosentase 100%. Dari 4
responden yang memiliki kendala bekerja diluar desa 4 responden memiliki
kendala ketika tidak ada yang memberi pekerjaan dengan prosentase 100%. yang
adanya rasa sungkan dengan prosentase 15,79%, 4 responden memiliki kendala
hubungannya tidak terlalu akrab dengan prosentase 57,14%, 3 responden
memiliki kendala tidak memiliki barang berharga untuk dijual dengan prosentase
sebesar 42,86%. Dari 19 responden yang memilih saling membantu atau
hubungan timbal balik 3 responden memiliki kendala hubungan tidak terlalu
akrab dengan prosentase sebesar 15,79%, 4 responden memiliki kendala
hubunangannya tidak terlalu akrab dengan prosentase sebesar 21%. Serta dari 2
80
responden yang memilih untuk meminjam PT kesemuanya mengalami kendala
karena takut tidak bisa mengembalikan hutangnya.
Disamping temuan data berupa tabel frekuensi, berikut ini indepth interview
yang bisa mendukung hasil temuan data.
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara : Apa kendala ibu Giah selama ini untuk bisa memenuhi
kebutuhan sehari – hari?
Informan : Ya, kendalanya itu mbak, kalau tidak ada yang minta
untuk ngarit wedus, ya aku ndak punya uang tambahan
buat kebutuhan sehari – hari mbak
Dilihat dari hasil temuan data yang ada berdasarkan tabel frekuensi 4.4.3
dan 4.4.4 dan potongan indepth interview diatas membuktikan bahwa petani
miskin yang ada di Desa Jeblog menunjukkan bahwa petani miskin yang ada di
desa Jeblog lebih banyak mengalami kendala pada cara pemilihan bekerja
serabutan dikarenakan ketidakberdayaannya petani miskin ketika tidak ada yang
memberikan pekerjaan padanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani miskin
yang ada di Desa Jeblog masih menggantungkan kehidupannya pada nilai – nilai
yang berlaku di masyarakat, yaitu hukum solidaritas. Berdasar teori Max Weber
menunjukkan bahwa tindakan sosial yang dilakukan petani di desa Jeblog untuk
bisa survival memenuhi kebutuhan subsistensinya dengan pemilihan strategi
alternative / swadaya masyarakat mengarah pada tindakan sosial tradisional,
81
yang mana tindakan sosialnya berorientasi pada nilai – nilai yang turun menurun
dan sudah ada sebelumnya.
Tabel 4.4.5
Ada tidaknya Kendala (strategi mengikat sabuk lebih kencang)
Kendala
Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Berpuasa 7 87,5 1 12,5 8 100
Mengurangi intensitas
makan (kurang dari 3x
dalam sehari)
7 70 3 30 10 100
Mengkonsumsi makanan
yang kualitasnya lebih
rendah
17 62.96 10 37 27 100
Sumber Pertanyaan no.35 Koding 155-158
Dari tabel 4.4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 8 responden yang memilih
strategi mengikat sabuk lebih kencang 7 responden tidak merasa mengalami
kendala atau sebesar 87,5%, dan 1 responden mengalami kendala atau sebesar
12,5%. Dari 10 responden yang menggunakan cara mengurangi intensitas makan
(kurang dari 3x dalam sehari) 7 responden tidak mengalami kendala atau
sebesar 70% dan 3 responden sebesar 30%, 17 responden yang memilih cara
dengan mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah tidak mengalami
kandala dengan prosentase sebesar 62.96%, 10 reponden yang memilih cara
dengan mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah dengan
prosentase 37%
.
82
Tabel 4.4.6
Kendala Responden dalam Pemilihan Strategi Mengikat Sabuk Lebih Kencang
Kendala
Pemilihan strategi
Nafsu atau keinginan untuk
makan tiga kali Memiliki Penyakit Jumlah
Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)
Berpuasa 1 100 0 0 1 100
Mengurangi intensitas makan
(kurang dari 3x dalam sehari) 3 100 0 0 3 100
Mengkonsumsi makanan yang
kualitasnya lebih rendah 5 50 5 50 10 100
Sumber Pertanyaan no.36 koding no. 159-161
83
Dari data tabel 4.4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 1 responden yang
memiliki kendala memilih berpuasa mereka mempunyai kandala ketika nafsu
atau keinginan untuk makan sebanyak tiga kali dengan prosentase sebesar 100%,
dari 3 yang memiliki kendala responden memiliki kendala mengurangi
intensitas makan (kurang dari 3x dalam sehari) kesemuanya memiliki kendala
ketika nafsu stau keinginan untuk makan sebanyak tiga kali dalam sehari dengan
prosentase sebesar 100%. Dari 10 responden yang memiliki kendala
mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah, 5 responden memiliki
kendala resiko yang ditanggung tinggi dengan prosentase sebesar 50%,
sedangkan 5 responden memiliki kendala karena memiliki penyakit dengan
prosentase sebesar 50% juga.
Berikut ini indepth interview yang bisa mendukung hasil temuan data tabel
frekuensi diatas :
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara : Apa ada kendala begitu bu, waktu ibu giah makan seadanya
itu ?
Informan : ya gak ada seh mbak wes biasa. Paling kalau makannya
cuman lauk tempe atau seadanya gitu gampang lemes
dibandingkan kalau ama makan sayuran
Pada indepth diatas menunjukkan bahwa responden yang diwawancarai oleh
pewawancara, mengalami kendala ketika memilih cara strategi mengikat sabuk
lebih kencang dengan cara mengurangi kualitas makanan yaitu mengalami rasa
84
sakit pada responden petani miskin tersebut untuk bisa memenuhi kebutuhan
subsistensinya.
Dilihat dari hasil temuan data tabel frekuensi 4.4.5 dan 4.4.6 yang ada diatas
membuktikan bahwa petani miskin yang ada di desa Jeblog, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar, mereka ketika melakukan pemilihan strategi mengikatkan
sabuk lebih kuat juga mengalami adanya sebuah kendala / resiko yang akan
dihadapi, bahkan resiko pada akhirnya berada pada level yang cukup serius,
yaitu ancaman pada kondisi kesehatannya. Ketika responden memilih berpuasa
ataupun mengurangi intensitas makanan ataupun melakukan pengurangan pada
kualitas makanannya petani akan mengalami gangguan pada kesehatan pada
tahap yang lebih serius karena asupan gizinya yang rendah. Akan tetapi daripada
petani miskin tersebut tidak makan sama sekali justru beresiko kelaparan
dashyat berujung pada kematian sangat dekat. Lebih baik masih ada asupan
energy yang masuk daripada tidak ada sama sekali. Dalam fenomena kendala
yang dialami pada pemilihan strategi mengikat sabuk lebih kencang ini juga
sama menunjukkan dalam teori James Scott yang menjelaskan mengenai prinsip
moral ekonomi petani safety first dan menghindari resiko, dimana prinsip
mendahulukan keselamatan dan menghindarkan dari ancaman resiko terbesar
bagi petani miskin adalah cara terbaik untuk bisa survival dalam permasalahan
subsistensinya.
Pada pemilihan strategi mengencangkan sabuk lebih kencang oleh petani
miskin di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar pada fenomena hasil
85
temuan data mengenai kendala yang dialaminya menunjukkan bahwasanya
pemilihan yang dilakukannya tidak dapat menjawab permasalahan pemenuhan
kebutuhan subsistensinya, namun yang dilakukannya hanya bersifat
mengamankan dirinya untuk masih tetap bertahan hidup pada saat itu saja,
namun jika kemudian justru berakibat tidak dapat terpenuhi kebutuhannya
karena gangguan kesehatan yang dihadapinya, justru tidak menjadi
pertimbangan pemilihan strateginya. Dalam kacamata teori tindakan sosial Max
Weber lebih mencerminkan pada tindakan sosial tradisional, karena pemilihan
antara alat dan tujuan tidak berjalan secara tepat atau linier untuk menghadapi
permasalahan.
4.5 Dampak Pemilihan Strategi Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi
di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar
Variabel dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan
subsistensi digunakan untuk menjawab rumusan masalah kelima mengenai
bagaimana dampak pemilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan
subsistensi, untuk menjawab rumusan masalah ini akan dijelaskan dalam
beberapa di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar indikator tentang
dampak-dampak dalam pemilihan strategi (strategi memanfaatkan hubungan
sosial, strategi alternatif subsistensi, serta strategi mengikat sabuk lebih
kencang), dengan disertakan tabel frekuensi, potongan indepth.
86
Tabel 4.5.1
Kecukupan Pemilihan Strategi Terhadap Pemenuhan Kebutuhan
Kecukupan Pemilihan Strategi
Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Frekuensi Presentase (%)
Tidak 6 12
Ya 44 88
Jumlah 50 100
` Sumber Pertanyaan no.37 Koding no.163
Dari tabel di atas dapat dilihat dari total 50 responden, 6 responden atau
sebanyak atau 12% responden menyatakan bahwa strategi yang dipilih ternyata
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi. Sedangkan sebanyak 44
responden atau 88% responden menyatakan bahwa strategi yang dipilih telah
cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi mereka.
Tabel 4.5.2
Intensitas Pemenuhan Strategi Terhadap Kebutuhan Subsistensi
Intensitas Frekuensi Persentase (%)
Pernah sekali 1 2,27
Jarang 9 20,4
Sering 34 77,2
Jumlah 44 100
Sumber Pertanyaan no. 38 Koding no. 164
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 1 responden atau 2,27%
responden menyatakan bahwa strategi subsistensi yang digunakannya perah
sekali saja membantu memenuhi kebutuhan subsistensinya. Selain itu sebanyak
9 responden atau 20,4% responden menyatakan bahwa strategi yang mereka
pilih jarang berhasil dalam memenuhi kebutuhan subsistensi mereka. Kemudian
87
sebanyak 34 responden atau 77,2% responden lainnya menyatakan bahwa stategi
subsistensi yang dilakukan sering berhasil dalam upaya memenuhi kebutuhan
subsistensi responden. Dengan strategi yang digunakan mayoritas responden
sering berhasil memenuhi kebutuhannya.
Disamping data temuan mengenai alasan pemilihan strategi alternatif
subsistensi dari tabel frekuensi juga tim lapangan menyertakan data dari potongan
wawancara indepth interview:
Potongan indepth interview Erika Isnaini M, dengan buruh tani Laki-laki
Pewawancara :nang ngonten nku pas mpun diparingi anak npo mpun
tercukupi pak?
Informan :tercukupi ngge tercukupi nak,
Berdasarkan dari hasil temuan dari dan potongan indepth interview Sesuai
pada tabel frekuensi 4.5.1 tentang kecukupan pemilihan strategi terhadap
pemenuhan kebutuhan didapat data yang menyatakan dari total 50 responden
yang telah peneliti wawancarai, menyatakan bahwa strategi yang dipilih telah
cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi mereka dan hanya sebagian kecil
kesulitan kebutuhan subsistensi tidak bisa terpenuhi. Setelah pemilihan
penggunaan tiga strategi subsistensi seperti halnya teori James C. Scott yang
terkenal dengan teori mekanisme survival, yaitu strategi hubungan atau relasi
sosial, strategi alternatif subsistensi, dan strategi mengikat sabuk lebih kencang,
kebanyakan responden mengatakan bahwa kesulitan pemenuhan kebutuhan yang
88
dialaminya bisa tercukupi walaupun tidak semua kesulitannya pemenuhan
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi akan tetapi bisa meringankan sebagian besar
kesulitan pemenuhan kebutuhan subsistensi yang sedang responden alami.
(untuk jawaban tidak)
Tabel 4.5.3
Tindakan Responden Apabila Strategi Tak Dapat
Memenuhi Kebutuhan Subsistensi
Tindakan Responden Frekuensi Persentase (%)
Terpaksa tidak dipenuhi
kebutuhannya 20 45,45
Menunda kebutuhan tersebut
untuk dipenuhi 15 34
Mengganti strategi lain 9 20,45
Jumlah 44 100
Sumber Pertanyaan no. 42 Koding no. 173
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui tindakan responden apabila
strategi yang dilakukan tidak dapat memenuhi kebutuhan subsistensinya, yaitu
sebanyak 20 responden atau 45,45% responden terpaksa tidak dipenuhi
kebutuhannya. Kemudian 15 responden atau 34% responden memilih untuk
menunda kebutuhan tersebut untuk dipenuhi. Sedangkan 9 responden atau
20,45% responden lainnya memilih untuk mengganti strategi yang digunakan
dengan strategi lain.
89
Tabel 4.5.4
Pilihan untuk Mengulang Strategi
Pilihan Untuk Mengulang
Strategi Terdahulu Frekuensi Persentase (%)
Tidak 1 17
Ya 5 83
Jumlah 6 100
Sumber Pertanyaan no. 43 Koding no. 174
Dari data tabel di atas dapat kita ketahui apabila strategi yang dipilih tidak
dapat memenuhi kebutuhan subsistensi, sebanyak 1responden atau 17%
responden menyatakan tidak akan mengulang memilih strategi yang terdahulu.
Sedangkan sebanyak 5 responden atau 83% responden sisanya masih tetap
memilih untuk mengulang strategi terdahulu.
Dari temuan-temuan data dari tabel frekuensi 4.5.3 dan 4.5.4 diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa strategi-strategi subsistensi yang dipilih petani hanya
sebagaian kecil saja yang pernah tidak bisa mencukupi kebutuhan subsistensi,
akan tetapi walaupun strategi tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan
subsistensinya, petani miskin di Desa Jeblog masih tetap menggulangi untuk
menggunakan strategi yang dipilih sebelumnya, serta jika strategi subsistensi
yang dipilih tidak berhasil mereka terpaksa kebutuhan subsistensinya tidak
dicukupi. Prosentase untuk tidak mengulang strategi subsistensi yang dipilih
hanya sedikit sesuai pada tabel frekuansi 4.5.4 hal ini disebabkan hanya strategi
itulah yang bisa petani miskin lakukan dan sesuai dengan kemampuan yang
dimili petani miskin itu sendiri, jika dia memilih mengganti memilih strategi
90
subsistensi yang lain maka dia harus bekerja lebih keras untuk manggunakan
strategi yang baru, yang mana strategi itu tidak sesuai dengan kemampuannya.
(Untuk Jawaban Ya)
Tabel 4.5.5
Kebutuhan Yang Terpenuhi Setelah Penggunaan Strategi
Kebutuhan yang
Terpenuhi
Tidak Ya Jumlah
F (%) F (%) F (%)
Terpenuhinya asupan gizi
dan kalori 1 3,33 29 96,67 30 100
Terpenuhinya kebutuhan
sandang 1 8,33 11 91,67 12 100
Terpenuhinya kebutuhan
pendidikan 6 26 17 73,91 23 100
Terpenuhinya kebutuhan
kesehatan 4 12,9 27 87 31 100
Terpenuhinya kebutuhan
yang mendesak 6 14.63 35 85,37 41 100
Sumber Pertanyaan no. 39 Koding no. 165-170
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebanyak 1 responden atau 3,33 %
responden masih tidak terpenuhi asupan gizi dan kalorinya, sedangkan 29
responden atau 96,67% responden merasa telah terpenuhi asupan gizi dan
kalorinya setelah memilih menggunakan strategi subsistensi. Kemudian untuk
kebutuhan sandang, sebanyak 1 responden atau 8,33% responden merasa tidak
terpenuhi kebutuhannya sedangkan sebanyak 11 responden atau 91,67%
responden merasa telah terpenuhi kebutuhan sandangnya. Sebanyak 6 responden
atau 26% responden merasa tidak terpenuhi kebutuhan pendidikannya.
Sedangkan sebanyak 17 responden atau 73,91% responden merasa telah
91
terpenuhi kebutuhan pendidikannya setelah melakukan strategi subsistensi. Bagi
pemenuhan kebutuhan kesehatan, sebanyak 4 responden atau 12,9% responden
merasa tidak terpenuhi kebutuhan kesehatannya walaupun telah melakukan
strategi subsistensi, sedangkan 27 responden atau 87% responden merasa
terpenuhi kebutuhan kesehatannya setelah menggunakan strategi subsistensi.
Dan sebanyak 6 responden atau 14.63% responden merasa belum terpenuhi
kebutuhan mendesaknya sedangkan sebanyak 35 responden 85,37% responden
responden merasa telah terpenuhi kebutuhan mendesaknya.
Tabel 4.5.6
Ketahanan Strategi Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Waktu Frekuensi Persentase (%)
Sehari 16 36,3
Seminggu 9 20,4
Sebulan 19 43,1
Jumlah 44 100
Sumber Pertanyaan no. 40 Koding no. 171
Dari data tabel di atas dapat dilihat 16 responden atau 36,3% responden
menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dengan strategi yang dilakukan hanya
dapat bertahan selama sehari. Kemudian 9 responden atau 20,4% responden
menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dengan strategi yang dilakukan dapat
bertahan selama seminggu. Sementara itu 19 responden atau 43,1% responden
menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dengan strategi yang dilakukan dapat
bertahan selama sebulan. Berdasarkan temuan tersebut dapat dikatakan strategi
92
subsistensi yang dilakukan mayoritas responden dapat bertahan untuk memenuhi
kebutuhan selama sebulan.
Selain temuan data dari tabel frekuensi dan untuk memperkuat data di atas,
dapat juga dilihat dari potongan data indepth interview yang dilakukan pada
informan, sebagai berikut:
Potongan indepth interview Fenita Dwi W. dengan buruh tani perempuan
Pewawancara :Bagaimana kondisi ibu setelah dibantu tonggo?
Informan :Alhamdulillah mbak, dadi iso maem, ndak sakit. Walaupun
cuma sehari dua hari tapi yo Alhamdulillah.
Potongan indepth interview Ayla Karina Budita dengan petani penyewa
Pewawancara :Setelah bapak melakukan manjing ataupun puasa itu. Apa
bapak tetap kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari?
Informan :Oh, ya enggak mpun tercukupi. Kalau makan ya seadanya
saja mbak.
Berdasarkan data yang telah terkumpul dari wawancara responden di Desa
Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang dirangkum dalam temuan data
di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden telah berhasil memenuhi
kebutuhan subsistensi dengan menggunakan salah satu strategi, kedua strategi,
ataupun ketika strategi yang dipilih. Dengan menggunakan pilihan strategi
subsistensi tersebut mayoritas responden sering berhasil dalam pemenuhan
93
kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil temuan tersebut juga dapat diketahui
bahwa setelah penggunaan strategi kesulitan kebutuhan subsistensi mendesak,
kebutuhan subsistensi kesehatan, kebutuhan subsistensi pendidikan, kebutuhan
subsistensi sandang, serta kebutuhan subsistensi asupan gizi dan kalori telah
dapat terpenuhi dengan baik sesuai pada temuan data pada tabel frekuensi 4.5.5,
hal ini dibuktikan dengan jumlah prosentase responden yang terpenuhi
kebutuhannya lebih mendominasi dibandingkan dengan responden yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan subsistensinya.
Ketahanan setelah pemilihan strategi bersifat sangat lama sesuai pada hasil
temuan data tabel frekuensi 4.5.6 mayoritas responden setelah memilih strategi
ketahanannya dapat membantu dalam mengatasi kesulitan kebutuhan subsistensi
selama sebulan. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori yang dikemukakan oleh
James Scott tentang teori mekanisme survival yang terdiri dari
1. Menggunakan relasi atau Jaringan Sosial
Meminta bantuan dari relasi atau jaringan sosial seperti sanak saudara,
kawan-kawan sedesa, atau memanfaatkan hubungan dengan pelindungnya
(patron)/ memanfaatkan hubungan patronase, dimana ikatan patron dan klien
merupakan salah satu bentuk asuransi dikalangan petani.
94
2. Alternatif subsistensi,
Menggunakan alternatif subsisten yaitu swadaya yang mencakup kegiatan
seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, sebagai buruh lepas,
atau melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan.
3. Mengikat sabuk lebih kencang.
Mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan makan hanya sekali
sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah.
Dapat terbukti manfaatnya dengan memilih strategi-strategi tersebut dapat
membantu sebagian besar responden dalam mengatasi kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan subsistensi untuk tetap survive.
95
BAB. 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebagai tahap akhir dari kuliah lapangan, kesimpulan mengenai hasil
pengamatan penggunan strategi petani miskin dalam memenuhi kebutuhan
subsistensi di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar Kecamatan
Talun Kabupaten Blitar, akan ditarik kesimpulan dari menjawab rumusan
masalah, hasil temuan dan pengolahan data, serta hasil analisa data.
- Strategi Subsistensi yang Dipilih Petani Miskin Di Desa Jeblog,
Strategi yang dipilih oleh petani miskin di Desa Jeblog, semua strategi
yang dipilih responden berbeda-beda, strategi-strategi tersebut sesuai halnya
dengan strategi mekanisme survival oleh James C. Scott yaitu mereka
memilih menggunakan strategi hubungan atau relasi, strategi alternatif
subsistensi dan strategi mengikat sabuk lebih kencang. Akan tetapi
kebanyakan mereka memilih untuk memanfaatkan hubungan atau relasi
sosial. Hal ini dilakukan oleh petani miskin karena masih kentalnya rasa
solidaritas
- Cara Pemilihan Strategi Subsistensi Oleh Petani Miskin di Desa Jeblog,
Cara pemilihan strategi subsistensi dengan relasi / hubungan social,
ketika petani miskin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
subsistensi, meminta uang kepada anaknya yang sudah bekerja, meminjam/
96
berhutang kepada orang lain, menjual barang berharga yang dimiliki, saling
membantu (hubungan timbal balik), akan tetapi kebanyakan dengan
meminjam kepada tetangga dekat dan saling membantu (hubungan timbal
balik) antar tetangga. Cara pemilihan strategi subsistensi alternative
subsistensi petani miskin di Desa Jeblog diantaranya: Berjualan kecil-kecilan,
bekerja serabutan, bekerja tukang bangunan, bekerja keluar desa, akan tetapi
kebanyakan responden yang memiliih menggunakan strategi alternatif
subsistensi mereka mimilih cara bekerja serabutan, karena bekerja serabutan
tidak memerlukan biaya/ modal yang besar, dibandingkan jika memilih
berjualan kecil-kecil. Cara pemilihan strategi subsistensi dengan mengikat
sabuk lebih kencang Berpuasa, mengurangi intensitas makan (kurang dari 3x
dalam sehari), mengkonsumsi makanan yang kualitasnya lebih rendah, akan
tetapi kebanyakan memilih cara mengkonsumsi makanan dengan kualitas
rendah, jika benar-benar dalam keadaan yang tidak bisa membeli lauk
maupun beras mereka hanya makan sayur yang ditanam sendiri di dekat
rumahnya.
- Alasan Petani Miskin Dalam Memilih Strategi di Desa Jeblog,
Petani miskin melakukan pemilihan strategi untuk memenuhi
kesulitan kebutuhan subsistensi karena mereka memiliki alas an-alasan
tersendiri. Alasan dari pemilihan strategi relasi atau hubungan sosial:
memiliki hubungan yang erat, penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi,
tidak menggunakan bunga saat mengembalikan, situasi yang mendesak.
97
Alasan dari pemilihan strategi alternatif subsistensi: penghasilan tidak
mencukupi, dan menambah penghasilan. Alasan dari pemilihan strategi
mengikat sabuk lebih kencang: Penghasilan yang didapat tidak mencukupi,
ada rasa sungkan, situasi yang mendesak dan merupakan keadaan
- Kendala Dari Pemilihan Strategi
Setelah petani miskin melakukan pemilihan strategi subsistensi untuk
memenuhi kesulitan kebutuhan subsistensi baik mereka memiliki berbagai
kendala diantaranya, kendala pemilihan strategi relasi dan hubungan social:
adanya rasa sungkan, hubungan tidak terlalu akrab, takut tidak dapat
mengambalikan hutangnya, etika tidak ada yang memberi pertolongan, tidak
memiliki barang berharga untuk dijual. Kendala pemilihan strategi alternatif
subsistensi: ketika barang jualan tidak laku, ketika tidak ada yang memberi
pekerjaan, resiko yang ditanggung tinggi. Kendala pemilihan strategi
mengikat sabuk lebih kencang: hasrat atau keinginan untuk makan yang lebih
(3x sehari), memiliki penyakit, akan tetapi kebanyakan kendala dari memilih
strategi mengikat sabuk lebih kencang hasrat untuk makan lebih dari 3 kali
sehari
- Dampak Pemilihan Strategi Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi di
Desa Jeblog,
Dampak dari pamilihan strategi terhadap pemenuhan kebutuhan
subsistensi tidak semua responden menjawab bahwa strategi subsistensi yang
dipilih dapat memenuhi kebutuha subsistensi, akan tetapi hanya 6 responden
98
dari 50 responden yang menjawab demikian, akan tetapi kebanyakan sudah
terbukti bahwa strategi subsistensi yang dikenal James. C. Scott dengan
Mekanisme Survival yang telah dipilih berhasil mencukupi kebutuhan
subsistensi asupan gizi dan kalori, kebutuhan sandang, kebutuhan pendidikan,
kebutuhan kesehatan, kebutuhan yang mendesak.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk penelitian yang akan dilakukan
selanjutnya yaitu antara lain sebagai berikut :
- Diharapkan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan mengenai masalah
yang dialami petani miskin di Desa Jeblog dalam masalah pemenuhan
kebutuhan subsistensi, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan bantuan baik berupa uang untuk modal usaha atau barang
sembako dan memberikan keringanan biaya untuk biaya produksi pertanian.
- Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih mempersiapkan kuesioner
dengan melakukan pretes ke desa yang akan dijadikan tempat penelitian
dengan seksama dan serius. Hal ini agar tidak terjadi kesalahan kuesioner
pada saat penelitian dilakukan, karena jika terjadi ketidak singkronan antara
kuisioner dengan keadaan desa sesungguhnya kita akan bekerja dua kali
untuk memperbaiki kuesioner.
99
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Singarimbun, Masri., Sofian Effendi.1989. Metode Kuliah Lapangan Survey.
Jakarta: LP3ES.
James C. Scott, 1981. Moral Ekonomi Petani; Pergolakan dan Subsistensi di
Asia Tenggara. Jakarta : LP3ES
INTERNET
PNPM MPD.2011.Profil Desa Jeblog. http://pnpmmpd-talun.blogspot.com/2011
/11/profil-desa-jeblog.html. (diakses tanggal 28 November 2011).
Sitasdesablitar. 2012. Keidakadilan Adalah Sebab Sengketa Agraria Adalah
Sebab.http://Sitasdesablitar.press.com/kosevasi-lingkungan/reformasiagraria/
ketidakadilanadalah-sebab-sengketa-agraria-adalah-akibat/, (diakses Desember
2012).
Lentera Kecil. 2012. Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet. http://lenterakecil
.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/. (diakses 19 Juni 2012).