laporan penelitian pertumbuhan dan …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan...

111
i LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM PAGAR MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN Oleh : DRA. HJ. RAFI`AH GAZALI, M.Ag NIP. 19530423 198603 2 001 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR BANJARMASIN 2013

Upload: tranhanh

Post on 03-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

i

LAPORAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PAGAR MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN

Oleh :

DRA. HJ. RAFI`AH GAZALI, M.Ag

NIP. 19530423 198603 2 001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN 2013

Page 2: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

i

Page 3: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

ii

IDENTIFIKASI PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga

Pendidikan Islam Dalam Pagar Martapura Kalimantan

Selatan

2. Penelitian

a. Nama : Dra. Hj. Rafi`ah Gazali, M.Ag

b. NIP : 19530423 198603 2 001

c. Pangkat/ Gol : Lektor / III/d

d. Jabatan Sekarang : Tenaga Pengajar

e. Bidang Keahlian : Pendidikan Agama Islam

f. Fakultas/Jurusan : FKIP/PGSD

g. Universitas : Lambung Mangkurat

3. Pembimbing

a. Nama : Dr. H. Sarbaini, M.Pd

b. NIP : 19591227 198603 1 003

c. Pangkat/Gol : Lektor Kepala ( IV/c)

d. Jabatan Sekarang : Ketua UPT MPK-MBB UNLAM

e. Bidang Keahlian : Pendidikan Nilai

f. Fakultas/ Jurusan : FKIP / PKn

g. Universitas : Lambung Mangkurat

4. Sumber Dana Penelitian : Mandiri

5. Jangka Waktu Penelitian : 3 (Tiga) Bulan

Banjarmasin, 05 Maret 2013

Dekan FKIP Peneliti,

Drs. H. Ahmad Sofyan, M.A Dra. Hj. Rafi`ah Gazali, M.Ag

NIP. 19511110 197703 1 003 NIP. 19530423 198603 2 001

Mengetahui,

Kepala Lembaga Penelitian

Dr. Ahmad Alim Bachri, SE.,M.Si

NIP. 19671231 199512 1 002

Page 4: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

ii

Page 5: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga dapat

menyelesaikan penelitian mandiri yang berjudul: “PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM PAGAR

MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN”, sesuai dengan kemampuan yang

peneliti miliki.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan penggikut beliau hingga

akhir zaman.

Sejak awal penelitian hingga selesai peneliti banyak mendapat bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang telah

banyak memberikan bantuan. Khususnya kepada:

1. Bapak Dekan FKIP Banjarmasin Drs. H. Ahmad Sofyan, M.A. yang berkenan

menyetujui ini.

2. Bapak Dr.H.Sarbaini, M.Pd., Ketua UPT MPK-MBB Universitas Lambung

Mangkurat, yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada

peneliti.

3. Pimpinan Perpustakaan UNLAM Banjarmasin beserta staf yang telah

memberikan pelayanan kepada peneliti dalam rangka pengumpulan data yang

diperlukan.

4. Pimpinan Perpustakaan FKIP Banjarmasin beserta staf yang telah

memberikan pelayanan kepada peneliti dalam rangka pengumpulan data yang

diperlukan.

5. Semua responden dan informan yang telah memberikan bantuan berupa data

dan informasi yang peneliti perlukan dalam penyusunan penelitian ini.

Page 6: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

iii

Atas segala bantuan dan sumbangsih yang peneliti terima, peneliti hanya

mendo’akan semoga semua amal baik tersebut mendapat ganjaran berlipat ganda

dari Allah SWT.

Akhirnya, semoga penelitian yang sangat sederhana ini bermanfaat. Amin

Banjarmasin, Maret 2013

Peneliti ,

Dra. Hj. Rafi`ah Gazali , M.Ag.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

IDENTIFIKASI PENGESAHAN ............................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul ................... 1

B. Alasan Memilih Judul .......................................................... 6

C. Rumusan Masalah ............................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ................................................................. 7

E. Signifikansi Penelitian ......................................................... 7

F. Metode Penelitian ……………………………………… .... 8

G. Sistematika Penulisan ......................................................... 10

BAB II KEHIDUPAN SYEKH MUHAMMAD ARSYAD

AL-BANJARI

A. Masuknya Islam di Kalimantan Selatan …................... ..... 12

B. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari …………………... 16

1. Situasi Struktural dan Kultural pada Masa

Hidup al-Banjar ……………………………………… 16

2. Pendidikan Al-Banjari ……………………………….. 24

3. Aktivitas dan Karya Al-Banjari ……………………… 30

BAB III DALAM PAGAR SEBUAH KOMUNITAS

A. Sejarah Dalam Pagar .......................................................... 46

B. Dalam Pagar Sebagai Sentral Pendidikan .......................... 48

Page 8: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

iv

BAB IV DINAMIKA PENDIDIKAN DALAM PAGAR

A. Perkembangan Pendidikan Islam Dalam Pagar ................. 56

1. Perkembangan Kelembagaan Dalam Pagar …………… 56

2. Metode ………………………………………………… 67

3. Materi ............................................................................. 71

B. Faktor Yang Mempengaruhi Masa Keemasan dan

Kemunduran Lembaga Pendidikan Islam Dalam Pagar .... 72

1. Tokoh-tokoh ................................................................... 73

2. Lingkungan .................................................................... 74

3. Kesinambungan dan Perubahan ..................................... 77

BAB V ANALISIS

1. Periode Printis dari Tahun 1774-1931 ........................... 84

2. Periode Pembangunan dari Tahun 1931-1975 ............... 86

3. Periode Pengembangan dari Tahun 1975-2006 ............. 87

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 93

B. Saran-Saran ......................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

Pendidikan adalah suatu sarana untuk memberikan atau mendapatkan ilmu

pengetahui, wawasan dan keterampilan.1 Selain itu, pendidikan juga berfungsi

untuk memudahkan transformasi kebudayaan dan nilai-nilai dari suatu generasi

kepada berikutnya.2

Dalam kehidupan masyarakat, pendidikan memegang peranan penting

dalam rangka menentukan eksistensinya dan perkembangan masyarakat tersebut.

Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan suatu usaha melestarikan, dan

mengalihkan dan mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala

aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula halnya dengan

pendidikan Islam di kalangan umat Islam, ia merupakan salah satu bentuk

manifestasi dari cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan

menanamkan nilai-nilai Islam tersebut kepada pribadi generasi penerusnya.

Sehingga nilai-nilai kultural religius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan

terus berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu.

Dalam sejarahnya, Pendidikan Islam berkembang seiring dengan

munculnya agama Islam itu sendiri. Pada masa perkembangan Islam itu, tentu saja

pendidikan yang bersifat formal dan sistematis belum dilaksanakan. Pendidikan

1Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka, 1997), h. 2.

2Azrumardi Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. Vii.

Page 10: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

2

formal Islam muncul dengan adanya kebangkitan madrasah/lembaga pendidikan

Islam, itupun hanya beberapa abad setelah perkembangan Islam.3

Meskipun dalam keadaan yang termasuk informal, akan tetapi berbagai

kelompok masyarakat tetap mengusahakan agar terlaksana pendidikan demi

kepentingan mereka dan masa depan generasinya. Mereka senantiasa memberikan

pengetahuan dan wawasan keIslaman kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka,

begitu pula dengan berbagai kebudayaan, pandangan dan nilai-nilai yang

dianggap baik oleh suatu masyarakat diusahakan ungtuk diwariskan, dan usaha

untuk itu yang diutamakan adalah melalui pendidikan.4

Pendidikan Islam yang sudah terorganisasi dan melembaga tampak dalam

berbagai bentuk yang bervariasi. Dari yang sangat sederhana, yaitu dengan

menggunakan rumah, surau, mushalla, mesjid dan lainnya untuk tempat belajar,

sampai dengan menggunakan wadah yang lebih kondusif seperti gedung dan

ruangan khusus untuk belajar. Dan terakhir ini, muncul suatu lembaga pendidikan

agama Islam yaitu pondok pesantren.

Pondok pesantren sangat kondusif bagi pembelajaran dan proses

pendidikan Islam, baik itu pendidikan formal maupun yang semi formal, yang

jelas adalah bahwa lembaga seperti ini sangat diperlukan sebagai tempat murid-

murid menerima ilmu pengetahuan agama secara regular dan sistemik. Dengan

adanya tempat seperti ini, lebih memudahkan interaksi antara pengajar

(guru/ustadz) dengan yang diajar (murid/santri). Dengan situasi yang demikian ini

lebih memudahkan pencapaian tujuan dari proses pendidikan tersebut.

3Zakiah Daradjat, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1999), h. 51. 4Ibid.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

3

Di Kalimantan Selatan, khususnya kalangan masyarakat Kabupaten

Banjar, perhatian terhadap pendidikan cukup tinggi, hal ini dapat diketahui dari

banyaknya lembaga pendidikan yang didirikan oleh masyarakat di berbagai

tempat desa atau kota, dengan berbagai corak yang bersifat swasta. Lebih-lebih

lagi sebelum tersebar luasnya lembaga-lembaga pendidikan oleh pemerintah.5

Dalam Pagar merupakan salah satu desa di Kabupaten Banjar Propinsi

Kalimantan Selatan dan terletak di pinggiran kota Martapura. Dalam Pagar

merupakan tempat pemukiman Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan

keluarganya, di desa ini pula dia mendirikan pengajian pada waktu hidupnya pada

akhir abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19.6 Setelah masa tersebut, di Dalam

Pagar ini berkembang pengajian-pengajian yang serupa dan dipimpin oleh tuan

guru masing-masing.

Kedudukan para tuan guru dalam masyarakat Banjar tradisional tergolong

dominan meskipun tanpa institusi, sebagai gantinya adalah majelis pengajian.

Jenis pengajian yang berkembang pada masyarakat Banjar tradisional tergantung

pada orientasi tuan guru dan pada kecenderungan masyarakat yang berkembang

waktu itu. Biasanya pengajian ini ada yang lebih kepada pemenuhan kebutuhan

spiritual masyarakat, dan ada juga yang lebih menekankan pada keahlian dalam

bidang ilmu agama, dalam hal ini seorang murid sangat dituntut keseriusan dan

ketekunan dalam mendalami ilmu-ilmu agama.7 Pengajian tersebut dilakukan

di rumah-rumah pada tuan guru dan dengan silih berganti di antara murid-murid

5Laporan Seminar, Profil Pendidikan Islam di Kal-Sel, (Banjarmasin: t.tp, 1986), h. 19.

6Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar: Diskripsi dan Analisa Kebudayan Banjar,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), h. 14. 7Ahmad Syadzali, "Tradisi Mengaji Duduk Dalam Masyarakat Banjar" dalam Jurnal

Kebudayaan KANDIL: Melintas Tradisi, Edisi 3, Tahun I, Desember 2003 h. 54.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

4

tersebut sesuai dengan waktu yang disepakati oleh kedua pihak, antara tuan guru

dan para murid dan juga sesuai dengan tingkatan kitab yang dipelajari.8

Perkembangan zaman yang terjadi pun mempengaruhi kegiatan pengajian-

pengajian tersebut, sehingga dalam pelaksanaan lebih sistemik dan terorganisasi

dengan baik dalam sebuah lembaga pendidikan yang semi formal yang kerap

disebut dengan pesantren. Maksud dari pesantren itu adalah sebagaimana

pendapat Sudjoko yang dikutip oleh Hasan Basri, yaitu:

Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya

dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama

Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam

bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal

di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.9

Dalam Pagar ini pernah terkenal sebagai desa yang mempunyai lembaga

pendidikan Islam informal yang banyak melahirkan banyak ulama lokal dan

regional yang terus-menerus dari masa ke masa, generasi ke generasi sampai

tahun 1980-an, dan saat itu pengaruhnya masih dapat dirasakan. Baru dua puluh

tahun terakhir ini, Dalam Pagar mengalami kemunduran dan nampak sangat sulit

untuk bisa bangkit kembali mengulang masa keemasan ketika awal

pembentukannya. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Dalam Pagar seperti

Pondok pesantren Sulamul 'Ulum untuk sekarang ini sudah kalah jauh jika

dibandingkan dengan pondok pesantren Darussalam yang juga berada di daerah

Martapura.

8Ibid., h. 55.

9Hasan Basri, "Pesantren: Karakteristik dan Unsur-Unsur Kelembagaan", dalam Abuddin

Nata (Editor), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), h. 104.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

5

Hal ini bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh kedua

lembaga pendidikan Islam tersebut. Secara kualitas, lembaga pendidikan Islam

pondok pesantren Darussalam masih mempertahankan pola tradisional, yakni pola

yang tetap mempertahankan sistem pengajian kitab klasik dan sedikit

memasukkan pelajaran umum seperti bahasa asing. Sedangkan pondok pesantren

Sulamul 'Ulum sudah mengembangkan pola modern, yakni berusaha

mengkobinasikan antara pengajaran pengetahuan agama dengan pengajaran

pengetahuan umum. secara kuantitas pondok pesantren Sulamul 'Ulum sekarang

lebih sedikit mempunyai murid, hal ini disebabkan oleh murid yang sekolah

di pondok pesantren Sulamul 'Ulum kebanyakan adalah penduduk sekitar Dalam

Pagar, sedangkan pondok pesantren Darussalam mempunyai santri yang cukup

banyak, hal ini disebabkan oleh para santrinya bukan hanya penduduk berada di

sekitar Pasayangan melainkan juga berasal dari luar seperti Hulu Sungai, Pagatan,

Banjarmasin, bahkan sampai Kalimantan Tengah, Jawa, dan Sulawisi.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang Dalam Pagar ini maka perlu

diadakan penelitian lebih mendalam. Oleh karena itu, dengan berlatar belakang

dari permasalahan di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan sebuah

penelitian yang penulis tuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul

"PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN

ISLAM DALAM PAGAR KALIMANTAN SELATAN".

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman terhadap judul di atas, maka

penulis merasa perlu menegaskan judul. Berikut ini dikemukakan beberapa istilah

yang terdapat dalam judul tersebut, yaitu:

Page 14: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

6

1. Pertumbuhan, yaitu proses lahirnya atau tumbuhnya sesuatu, dari yang

tidak lengkap atau sederhana menjadi lengkap. Dalam hal ini adalah

proses awal pendirian sampai dengan terbentuknya sebuah lembaga

dengan kondisi yang lebih kondusif yang sesuai dengan keberadaan

sebuah lembaga pendidikan.

2. Perkembangan, proses pertumbuhan yang kurang sempurna menuju

keadaan yang lebih sempurna. Atau dengan kata lain, perkembangan

adalah proses pertumbuhan status atau kondisi, yang baik menjadi lebih

baik. Dan dalam hal ini adalah perubahan dan kemajuan yang dicapai oleh

lembaga pendidikan.

3. Lembaga Pendidikan Islam yang dimaksud penulis sarana yang berperan

dalam memberikan pendidikan, ilmu pengetahuan dan wawasan tentang

agama Islam kepada masyarakat.

4. Dalam Pagar adalah sebuah desa yang terletak di pinggir Kota Martapura

Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan.

Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah suatu kegiatan untuk

meneliti proses pertumbuhan dan perkembangan Dalam Pagar sebagai lembaga

pendidikan Islam pertama kali timbul di daerah Kalimantan Selatan.

B. Alasan Memilih Judul

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penulis mengemukakan judul

di atas, yaitu:

1. Dalam Pagar adalah lembaga pendidikan Islam yang pertama di

Kalimantan Selatan dan sangat sedikit orang yang mengetahuinya.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

7

2. Dalam sejarahnya, Dalam Pagar telah melahirkan ulama-ulama terkemuka

pada masa itu.

3. Sistem pendidikan Dalam Pagar merupakan sistem yang layak dan

dipertimbangkan untuk dijadikan contoh bagi lembaga pendidikan Islam

yang lain.

4. Sepengetahuan penulis, masalah tentang hal ini belum pernah diteliti.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan agar penelitian ini lebih terarah,

maka penulis menetapkan perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana

pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Dalam Pagar Kalimantan

Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan

dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan

perkembangan lembaga pendidikan Dalam Pagar Kalimantan Selatan.

E. Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari berbagai pihak,

diantaranya adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi pemerhati sejarah,

pendidikan agama Islam yang ada di Kalimatan Selatan.

2. Sebagai bahan perbandingan dan informasi bagi para peneliti berikutnya

yang ingin meneliti masalah ini lebih luas dan mendalam lagi.

Page 16: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

8

3. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis khususnya tentang

sejarah lembaga pendidikan Islam pertama di Kalimantan Selatan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini berbentuk penelitian sejarah (historical

research), yaitu usaha untuk melukiskan dan menjelaskan fenomena kehidupan

sepanjang terjadi perubahan karena antara manusia terhadap masyarakat, atau

untuk mendeskripsikan apa-apa yang telah terjadi pada masa lampau, terutama

tentang lembaga pendidikan Islam di Dalam Pagar. Adapun sifat penelitian ini

adalah studi literatur:

2. Data dan Sumber Data

a. Data

Jenis data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data

penunjang.

1). Data pokok

a). Bentuk lembaga pendidikan Dalam Pagar Kalimantan Selatan.

b). Peranan Lembaga tersebut dalam kehidupan masyarakat

di sekitar Dalam Pagar, meliputi:

(1). Peran tokoh alumni Dalam Pagar

(2). Pembelajaran masyarakat Dalam Pagar tentang agama

Islam

c). Pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Dalam

Pagar Kalimantan Selatan.

Page 17: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

9

2). Data penunjang

a). Keadaan masyarakat sebelum berdirinya Dalam Pagar.

b). Sejarah berdirinya Dalam Pagar sebagai Lembaga Pendidikan

Islam pertama di Kalimantan Selatan.

b. Sumber Data

Untuk memperoleh data yang diperlakukan dalam penelitian ini maka

penulis menggali data yang bersumber dari:

1). Buku, catatan, dokumen dan bahan lain yang memberikan

informasi.

2). Masyarakat di sekitar Dalam Pagar Martapura

3). Orang yang mengetahui tentang pendidikan Islam di Dalam Pagar

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

penulis teknik sebagai berikut:

a. Studi dokumen, yaitu mengkaji dokumen yang berhubungan

dengan pengetahuan atau informasi tentang pendidikan Islam di

Dalam Pagar.

b. Wawancara, yaitu melakukan wawancara (interview) terhadap

masyarakat Dalam Pagar dan orang yang mengetahui tentang

pendidikan Islam di Dalam Pagar untuk meraih data-data tentang

objek penelitian yang diteliti.

4. Teknik Pengolahan Data

Page 18: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

10

a. Editing, yaitu penulis mengadakan penelitian kembali terhadap

data yang diperoleh kemudian di lapangan dan kemudian

menyempurnakan.

b. Klasifikasi, yaitu penulis setelah melakukan edit terhadap data

yang diperoleh kemudian mengelompokkan data berdasarkan

variasi kasus agar mudah dianalisis.

c. Interprestasi, yaitu memahami dan memberi penafsiran-penafsiran

terhadap data dari bahan yang telah dikumpulkan.

5. Analisa Data

Teknik analisis yang dilakukan terhadap data-data yang ditemukan adalah

teknik analisis deskripsi kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah memahami pembahasan ini, maka penulis membuat

sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah dan penegasan

judul, perumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. Sejarah lahirnya lembaga pendidikan Islam di Kalimantan Selatan

yang terdiri atas masuknya Islam di Kalimantan Selatan, pengertian lembaga

pendidikan Islam dan proses berdirinya, fase-fase perkembangan lembaga

pendidikan Islam di Kalimantan Selatan, dan tokoh pendiri lembaga pendidikan

Islam di Kalimantan

Page 19: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

11

BAB III. Dalam Pagar: awal aktivitas lembaga pendidikan Islam di

Kalimantan Selatan, berisi tentang aktivitas lembaga pendidikan Islam Dalam

Pagar.

BAB IV. Pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam di

Dalam Pagar, berisi tentang aktivitas lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar,

fungsi dan peranan lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar, dan Analisis tentang

lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar.

BAB V. Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Page 20: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

12

Page 21: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

12

BAB II

KEHIDUPAN SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI

A. Masuknya Islam di Kalimantan Selatan

Kapan masuknya agama Islam ke Kalimantan Selatan, tidak ditemukan

bukti yang pasti karena tidak ditemukan catatan sejarah tentang itu. Suatu

kesimpulan yang berharga dan dapat diterima adalah bahwa masuknya agama

Islam tidak bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Banjar. Masuknya agama

Islam lebih dahulu terjadi sebelum Kerajaan Banjar terbentuk. Kalau kerajaan

Banjar terbentuk pada awal abad ke-16 maka masuknya agama Islam lebih awal

dari itu.1

Tersebarnya agama Islam menyelusuri arus lalu lintas perdangangan

laut/sungai. Karena kota-kota perdagangan umumnya di pinggir atau ditepi sungai

yang dapat dilayari, maka agama Islam pun berkembang pertama kali di daerah

dimana terjadinya komunikasi antara bangsa dan komunikasi perdangangan.

Pesatnya perkembangan agama Islam itu sangat dipengaruhi oleh penguasa

1Sejarah mencatat, bahwa ketika Islam datang ke Indonesia, kondisi dan situasi alam

Indonesia yang luas dan kaya akan budaya ini diwarnai dengan adanya beragam agama, dan

kerajaan-kerajaan. Agama-agama yang telah ada sebelum Islam antara lain agama budaya

setempat (animisme-dinamisme), Hindu dan Budha. Sedangkan kerajaan-kerajaan yang ada

sebelumnya diwarnai pula oleh kerajaan dari agama-agama tersebut. Ada kerajaan yang bercorak

Hindu seperti Kerajaan Mulawarman di Sumatra Selatan, Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat,

Kerajaan Majapahit di Jawa Timur dan sekitarnya, serta kerajaan-kerajaan lain yang pada

umumnya berada di daerah pedalaman. Keadaan tersebut berbeda dengan daerah pesisir yang pada

umumnya belum dikuasai oleh kerajaan dan agama-agama tersebut. Daerah ini relatif mudah

diislamkan. Sedangkan di daerah pedalaman yang sudah terdapat kerajaan tersebut terpaksa harus

menggunakan pendekatan politik dan perkawinan. Yaitu, pendekatan yang mencoba menaklukkan

kerajaan tersebut dengan memilih waktu yang tepat, yaitu saat kerajaan tersebut lemah, serta

dengan mengislamkan putra-putra mahkota. Dengan cara demikian, tanpa adanya perang dan

konflik, Islam dapat masuk ke daerah tersebut dan kerajaan dapat dikuasai. Lihat Yusuf Abdulah

Fuar, Proses Masuknya Islam ke Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1981), cet. I, h. 87; Harry J. Benda,

Bulan Sabit dan Matahari Terbit, (Jakarta: Gramedia, 1987), h. 87.

Page 22: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

13

setempat. Kalau di daerah itu telah terbentuk sebuah Kerajaan Islam, maka agama

Islam pun ikut berkembang dengan pesat.

Berkembangnya agama Islam di Kalimantan Selatan karena kedudukan

beberapa kota atau tempat pemukiman yang terletak di sepanjang sungai atau

pantai. Kota atau tempat pemukiman itu mendapat kunjungan ramai dari para

pedagang dari segala bangsa. Para mubalig yang juga adalah para pedagang

menggunakan kesempatan komunikasi transaksi perdagangan sambil

menyebarkan agama Islam. Penduduk setempat tertarik memasuki agama Islam,

karena budi pekerti dari tutur kata yang menunjukkan moral yang tinggi, akhlak

mulia, dan cara berpakaian yang selalu bersih. Proses perkawinan merupakan

salah satu cara tersebarnya agama Islam di daerah ini.

Kalau Kerajaan Islam Banjar terbentuknya pada permulaan abad ke-16,

maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa masyarakat Islam di Banjarmasin sudah

terbentuk pada abad ke-15. Karena itulah masuknya agama Islam ke Kalimantan

Selatan setidak-tidaknya terjadi pada permulaan abad ke-15.

Timbul pertanyaan siapakah yang melakukan tablig dan atas inisiatif siapa

tablig itu diselengarakan.

Tablig, artinya menyampaikan perintah-perintah agama Islam atau

tuntutannya kepada orang di luar Islam. Tablig yang disebut juga dakwah, mula-

mula atas inisiatif Nabi besar Muhammad saw, atas ketentuan Illahi, Inilah

kewajiban setiap rasul Allah, menyampaikan perintah-perintah Allah swt kepada

orang banyak dengan ajakan nasihat yang bijaksana, Tanpa kekerasan dan tanpa

Page 23: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

14

paksaan. Cara paksaan kecuali tidak ada menanamkan keyakinan dan kejujuran,

juga dilarang Allah.

Demikian peranan tablig atau dakwah yang efektif menjadi salah satu

sebab mengapa Islam pesat berkembang melebihi agama-agama lain. Jalur

penyebaran agama Islam di Indonesia menyelusuri jalur perdagangan. Kota-kota

perdagangan merupakan tempat terjadinya interaksi budaya dan agama disamping

fungsinya sebagai pusat kegiatan transaksi ekonomi. Karena itulah pemeluk

agama Islam yang pertama adalah di tempat-tempat kota perdagangan

disepanjang pantai atau disepanjang sungai. Karena Islam berkembangnya

disepanjang pantai atau disepanjang jalur perdagangan, maka pembawa Islam

yang pertama kali adalah golongan pedagang itu sendiri, pedagang yang telah

memeluk agama Islam ataupun pedagang yang juga seorang ulama. Kelompok

pertama yang memeluk agama Islam adalah kelompok yang sering melakukan

interaksi perdagangan yaitu kelompok pedagang pula. Tetapi perlu diingat bahwa

sebagian besar dari pelaku perdagangan di kerajaan di Indonesia dipegang oleh

kaum bangsawan atau pemilik modalnya adalah kaum bangsawan. Karena itu

adalah sangat mungkin sekali bahwa pemeluk agama Islam pertama adalah

kelompok pedangan yang juga kaum bangsawan.

Dalam proses peng-Islaman selanjutnya Khatib Dayan memegang

peranan besar di daerah wilayah kerajaan Banjar sampai dia meninggal. Kubur

Khatib Dayan sekarang terletak dalam kompleks makam Sultan Suriansyah

di Kuin Utara.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

15

Hubungan antara daerah Banjar dengan Kerajaan Demak sudah terjalin

dalam waktu yang lama. Hubungan itu terutama adalah hubungan ekonomi

perdagangan dan akhirnya meningkat menjadi hubungan bantuan militer ketika

Pangeran Samudra berhadapan dengan Raja Daha Pangeran Temenggung. Dalam

Hikayat Banjar disebutkan bahwa Pangeran Samudera mengirim Duta ke Demak

untuk mengadakan hubungan kerja sama militer. Utusan tingkat tinggi sebagai

Duta Pangeran Samudera ditunjuk Patih Balit, seorang pembesar Kerajan Banjar.

Utusan datang menghadap Sultan Demak dengan seperangkat hadiah sebagai

tanda persahabatan berupa sepikul rotan, sertibu buah tudung saji, sepuluh pikul

lilin, seribu bongkah damar, sepuluh biji intan. Penggiring duta kerajaan ini tidak

kurang dari 400 orang. Demak menyambut baik utusan ini dan sebagai pemegang

syiar agama Islam tentu saja memohon pula kepada utusan Raja Pangeran

Samudera, Raja Banjar dan semua pembesar mau masuk Islam.2

Berdasarkan hasil penelitian Panitia Hari Jadi kota Banjarmasin, Pangeran

Samudera Raja Banjar di Islamkan oleh wakil Penghulu Demak Khatib Dayan

pada tanggal 24 Sepetember 1526, hari Rabu jam sepeluh pagi bertepatan dengan

Zulhijjah 932 Hijriyah, tanggal 8. Khatib Dayan bukanlah penghulu Demak tetapi

utusan dari Penghulu Demak Rahmatullah dengan tugas melakukan proses peng-

Islaman Raja beserta pembesar kerajaan dan rakyat kerajaan. Khatib Dayan

bertugas di Kerajaan Banjar sampai dia meninggal dan dikuburkan di Kuin Utara,

Banjarmasin. Ada yang berpendapat Khatib Dayan itu adalah seorang Arab

golongan Ahlul Bait bernama Sayyid Abdurrahman. Orang Jawa lazim

2J.J. Ras, Hikayat Banjar a Study in Malay Historiograpfy, (Martinus Nijhoff: The

Hague, 1968), h. 234-242.

Page 25: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

16

menyebutnya Ngabdul Rahman. Mungkin pula Khatib Dayan itu orang Jawa

keturunan Arab karena sepanjang pantai utara Jawa, Tuban Gresik, Demak,

merupakan tempat pemukinan orang Arab.

B. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

1. Situasi Struktural dan Kultural pada Masa Hidup Al-Banjari

Nama lengkap Al-Banjari adalah Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah

Al-Banjari. Ia dilahirkan di Desa Lok Gabang (sekarang termasuk wilayah

kecamatan Astambul kabupaten Banjar) pada hari Kamis 15 Safar 1122 H (17

Maret 1710 M) dan wafat pada tanggal 6 Syawal 1227 H (13 Oktober 1812 M) di

kampung Dalam Pagar. Jenazahnya dimakamkan di Kalampaian Martapura.3

Selama hidupnya, Al-Banjari bertempat tinggal di dua tempat yang sangat

berpengaruh terhadap jalan hidupnya, yaitu di Martapura sebagai tempat lahir dan

dibesarkan hingga dewasa dan sebagai tempat aktivitasnya dalam berdakwah

hingga wafatnya, dan di Tanah Suci (Mekkah dan Madinah) sebagai tempat

belajar cultural pada masa hidup al-Banjari, yaitu sekitar abad ke-18 dan awal

abad ke-19 M yang melingkari kedua tempat tersebut tentu saja mempengaruhi

pemikiran-pemikiran keagamaan al-Banjari di segala bidang.4

Pada masa hidup al-Banjari telah bertahta sebanyak empat orang raja

Kerajaan Banjar di Martapura. Yaitu Sultan Tahlilillah raja Banjar XIV (1700-

1745 M), Sultan Tamjidillah raja Banjar XV (1745-1778 M), Sultan inilah yang

3

W. Muhammad Shagir Abdullah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Matahari

Islam, (Kuala Mempawah: Yayasan Pendidikan dan Dakwah Islamiyah al-Fathanah, 1983), h. 6.

lihat Yusuf Halidi, Ulama Besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, (Banjarmasin:

TB. Aulia, 1980), h. 28-29. 4Tim Peneliti IAIN Antasari, Pemikira-pemikiran Keagamaan Syekh Muhammad Arsyad

al-Banjari, (Banjarmasin: IAIN Antasari, 1988/1989), h. 9.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

17

membiayai Al-Banjari ketika menuntut ilmu di tanah suci. Sultan Tahmidillah raja

Banjar XVI (1778-1808 M), Sultan Suleman raja Banjar XVII (1808-1825 M).

pada masa sultan inilah, Al-Banjari meninggal dunia pada tanggal 6 Syawal

1227 H/1812 M.5

Situasi politik di keraton Banjarmasin selalu bergejolak. Pergantian Sultan

selalu ditandai oleh perebutan dan perampasan mahkota di antara pangeran, yang

mengakibatkan terjadinya perang saudara. Stabilitas politik sering terganggu

karenanya, sehingga tidak jarang pihak yang sedang berkuasa meminta bantuan

Belanda (VOC) untuk melestarikan tahtanya, meskipun dengan memberikan

imbalan berupa penyerahan sebagian wilayah kerajaan dan sebagian kekuasaan

sultan kepada pihak VOC. Seperti yang dilakukan oleh Sultan Tahmidullah

(Susuhunan Nata Alam) dalam kontraknya dengan VOC yang ditandatangani

pada tahun 1787 M.6 Memang pada masa hidup Al-Banjari, di keraton Kerajaan

Banjar selalu terjadi pertarungan antara keturunan Sultan Kuning dan Sultan

Tamjidullah dalam merebutkan mahkota kerajaan. Mulanya kemenangangan

diperoleh silih berganti, namun akhirnya keturunan Tamjidullah lebih dominant.

Hal ini di samping banyak keturunan Sultan Kuning yang dibunuh juga karena

bantuan dari VOC sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani bersama.7

Berdirinya kerajaan Islam Banjar pada awal abad XVI M. dengan

ibukotanya Banjarmasin, mempunyai arti penting dalam perkembangan ekonomi

bagi masyarakat di daerah ini. Banjarmasin yang terletak di daerah pesisir, dengan

5Yusuf Halidi, op. cit., h. 25., Ahmad Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam

Perbandingan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 23. 6Sutrisno Kutoyo dn Sutjianingsih, (Ed.) Sejarah Daerah Kalimantan Selatan, (Jakarta:

Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen P dan K, 1977/1978), h. 34. 7Ibid., h. 33, Tim Peneliti IAIN, op. cit., h. 10.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

18

cepat menjadi kota dagang yang besar sebagai Bandar transit komoditas, baik

yang berasal dari dalam maupun dari luar daerah.

Banyak faktor yang menopang ramainya perdagangan di daerah ini,

di antaranya: Pertama, banyaknya hasil kebun, hutan dan tambang dari daerah ini

yang menjadi komuditas utama dalam perdagangan internasional pada waktu itu.

Komoditas tersebut seperti lada, rotan, lilin, madu, dammar, sarang burung, intan,

emas dan batu permata lainnya. Sedangkan yang dipasok dari luar seperti asam

jawa, bawang merah, bawang putih, garam, terasi, rempah-rempah (raragi).8

Kedua, banyaknya pedagang dari daerah dan negara lain yang datang ke

Banjarmasin, seperti dari Jawa, Makasar dan China. Ada juga dari Eropa seperti

Portugis, Belanda dan Inggris, ini semua menjadikan perdagangan semakin ramai.

Ketiga, beralihnya jalur perdagangan Maluku India yang melewati Patani –

Banjarmasin – Makasar, setelah adanya politik penghancuran kota-kota pesisir

utara Jawa oleh kerajaan Mataram.9 Ini semua membuat perekonomian rakyat

menjadi lebih baik, dan sedikit banyak telah membentuk jiwa pedagang penduduk

di daerah ini.

Sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat ialah sistem 'bubuhan'.

Bubuhan adalah kesatuan kelompok daerah dan bersifat bilateral, kesatuan

ekonomis, kesatuan gotong-royong, kesatuan tindakan dalam mempertahankan

diri terhadap musuh dan sebagainya. Raja adalah kepala atau ketua bubuhan raja-

raja, sedangkan setiap bubuhan dalam masyarakat biasanya dipilih atas dasar tua

8Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar, Diskripsi dan Analisa Kebudayan Banjar,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 29. 9 Tim Peneliti IAIN, op, cit, h. 30, Ramli Nawawi, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari,

(Banjarmasin, Thesis, FKG Unlam) 1997, h. 20-23.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

19

usia, ilmu dan charisma yang dimiliki. Kekuasaan kerajaan diasaskan kepada

kekuasaan atas kepala-kepala bubuhan dari atas ke bawah. Kepala bubuhan

menentukan kebijaksanaan di dalam dan bertanggung jawab ke luar bubuhannya.

Bubuhan raja-raja atau kaum bangsawan tanah-tanah lungguh tertentu dari

wilayah kerajaan yang dipinjamkan raja-raja kepada mereka, yang bertindak

sebagai penguasa mutlak terhadap tanah tersebut. Sebagian besar rakyat bekerja

untuk kepentingan mereka melalui kepala bubuhan mereka.10

Kesuksesan dakwah

al-Banjari banyak disebabkan oleh penggunaan sistem sosial ini dalam karya

dakwahnya.

Sejak kerajaan Banjar berdiri tahun 1540 M. dengan sultan pertamanya

Sultan Suriansyah (Suryanullah) yang bergelar Panembahan Batu Habang, agama

Islam tersebar luas. Kerajaan ini berhasil menyebarkan Islam ke seluruh wilayah

kekuasaan yang sekarang termasuk dalam wilayah Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur dan sebagian Kalimantan Tengah, sehingga agama ini dianut

oleh mayoritas masyarakat di kawasan tersebut.11

Cepatnya perkembangan dan tersiarnya agama Islam di kalangan

penduduk, disebabkan Islam masuk dari atas, yaitu dari pihak raja-raja yang

memerintah pada masa itu. Karena kepatuhan rakyat kepada rajanya sangat kuat,

maka rakyatnya beragama seperti agama rajanya (ad-dien 'ala mulukihim).

Disamping itu memang Islam ditetapkan sebagai agama resmi kerajaan Banjar.

10

Alfani Daud, op. cit., h. 72-73. 11

Hafiz Anshari, AZ, Peranan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di dalam

Pengembangan Islam di Kalimantan Selatan, (Banjarmasin: Khazanah Majalah Ilmiah

Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. I, 2002), h. 15.

Page 29: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

20

Maka tidak heran kalau Islam yang merka anut hanya menyentuh bagian

permukaan dari kehidupan masyarakat selama berabad-abad.

Sebelum al-Banjari melancarkan dakwahnya hampir tidak ditemukan data

yang menjelaskan situasi keberagamaan masyarakat Islam pada waktu itu.

Namun demikian dapat diperkirakan, bahwa di bidang aqidah mereka masih

dipengaruhi oleh unsur-unsur kepercayaan kaharingan dan agama Hindu Syiwa

yang sudah membudaya dalam masyarakat, baik di kalangan rakyat banyak

maupun di kalangan raja-raja dan kaum bangsawan.12

Hal ini tampak misalnya

dalam berbagai upacara keluarga dan masyarakat seperti mandi badudus (mandi

calon pengantin), mandi tian mandaring (mandi hamil pertama) pada bulan

ketujuh dan menyaggar banua (membersihkan kampung tempat tinggal dari

gangguan jin atau roh-roh jahat) yang pelaksanannya bercampura dengan unsur-

unsur Islam dan budaya lama.13

Disamping itu masyarakat Banjar senang

bersahabat dengan jin, untuk memperoleh ilmu tawakkal, yaitu ilmu untuk

mengetahui hal-hal yang gaib yang disampaikan oleh jin yang menjadi

sahabatnya.

Di bidang fiqih atau syari'ah, masyarakat Banjar menganut mazhab Syafi'i.

namun pengamalan ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji tidak banyak data

yang menunjukkan hal tersebut, tetapi diperkirakan masih rendah, baik pada

masyarakat awam maupun di kalangan para bangsawan. Akan tetapi kalau kita

meneliti kuburan raja-raja Banjar semuanya dimakamkan secara Islam. Di

samping itu dengan adanya perdagangan di Banjarmasin pada abad ke-17 dan 18

12

Sutrisno Kutoyo dan Sri Sutjianingsih, op.cit., h. 42-43. 13

M. Asywadie Syukur, Pemikiran-pemikiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

dalam Tauhid dan Tasawuf, (Banjarmasin: Fakultas Dakwah IAIN Antasari, 1991), h. 5.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

21

M. maka terbukalah pintu untuk melaksanakan ibadah haji bagi penduduk yang

berkemampuan, melalui kapal-kapal dagang bangsa Eropa yang singgah di

Bandar ini.14

Di bidang tasawuf, diduga telah berkembang ajaran wahdat al wujud sejak

lama, karena penyebaran ajaran Islam di nusantara ini tidak dapat dipisahkan

dengan ajaran tasawuf. Ajaran wahdat al wujud atau sejenisnya diperkirakan

sudah ada di Kalimantan Selatan sejak awal Islam masuk ke kawasan ini, baik

datang dari Jawa maupun Aceh, karena hubungan Banjar dengan Jawa dan Aceh

sudah terjalin sejak lama, sementara di Jawa dan Aceh sudah berkembang ajaran

ini.15

Pada abad ke-17 ditemukan sebuah karya tentang Asal Kejadian Nur

Muhammad, yang ditulis dengan bahasa malayu huruf Arab. Menurut R. O.

Wintedt dikarang oleh seorang ulama Banjar pada tahun 1688 M, yang bernama

Syamsuddin al-Banjari, tulisan tersebut diberikan kepada Sultanah Taj al-Alam

Syafiat al-Alam Syafiat al-Din, putri sultan Iskandar Muda yang memerintah di

Aceh pada tahun 1050-1085 H/ 1641-1675 M. Ratu ini cukup loyal terhadap

ajaran-ajaran tasawuf wujudiyah yang berkembang di sana, padahal sebelumnya

mendapat tekanan keras dari pihak penguasa dan ulama fiqih.16

Apa yang dikemukakan di atas, memberikan gambaran kepada kita

bahwa, dalam masyarakat banjar, bahasa malayu sudah lama dikenal dan

dipergunakan, termasuk dalam membuat karya tulis. Begitu pula kitab Shirat

14

Rasyidah H.A., Ijtihad Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam Bidang Fiqih,

Tesis, (Jakarta: Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1990), h. 19. 15

M. Asywadie Syukur, loc. cit. 16

Abdurrahman, op. cit., h. 19.

Page 31: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

22

al-Mustaqim yang ditulis al-Raniri dari Aceh yang mempergunakan bahasa

malayu Arab diduga juga sudah beredar di daerah ini, meskipun semua itu dalam

bentuk salinan.17

Hal ini tidak mengherankan, karena orang-orang Banjar adalah

keturunan campuran antara orang-orang Melayu dan Jawa yang mendesak orang

Dayak (penduduk Asli Kalimantan) dari arah selatan, dan ditambah lagi dengan

campuran dari pendatang-pendatang lain, seperti orang-orang Bugis, Cina, India

dan Arab.18

Selain itu, bahasa bahasa malayu memang merupakan bahasa

pengantar dalam dunia perdagangan di nusantara pada masa itu. Disamping itu

dapat difahami pula bahwa sejak dulu beberapa abad sebelum syekh Muhammad

Arsyad al-Banjari, di daerah ini sudah mempunyai seorang ulama terkemuka yang

menulis kitab tasawuf wujudiyah. Terlepas apakah karya tersebut original atau

tidak, kita dapat membanggakannya bahwa sejak abad ke-17 sudah punya seorang

ulama penulis.

Demikianlah dari sebagian situasi struktural dan kultural di Martapura dan

sekitarnya, yang termasuk wilayah kerajaan Banjar, yaitu tempat al-Banjari

dilahirkan dan dibesarkan serta berkiprah dalam dakwahnya, sesudah dia kembali

dari tanah suci. Adapun kota Mekkah dan Medinah, tempat al-Banjari bermukim

selama 35 tahun (sekitar 1740-1775 M), pada saat itu belum berada di bawah

kekuasaan wahabisme sebagaimana sekarang ini. Dalam gerakan wahabisme I,

kota Mekkah baru jatuh ke tangannya pada tahun 1806 dan kota Medinah pada

tahun 1804.19

Padahal al-Banjari sudah pulang ke Indonesia sekitar tiga puluh

tahun sebelumnya, tepatnya pada tahun 1775. waktu itu kedua kota suci umat

17

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Sabil al-Muhtadin, (Mesir, t.th) Juz. I, h. 3. 18

Ramli Nawawi, op. cit., h. 28-29. 19

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 25.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

23

Islam ini berada di bawah kekuasaan Turki Usmani yang diperintah oleh sultan

Mahmud II, berkududukan di ibukotanya Istambul.

Pada bagian lain, suasana keagamaan di tanah suci pada masa itu masih

seperti suasana di dunia Islam sebelum timbulnya gerakan modernisme.20

Di

bidang aqidah, Asy'ariyah sangat dominan. Aliran ini dalam perkembangannya

memang sangat lengket dengan mazhab Syafi'i dan Maliki, sehingga pada

umumnya pengikut kedua mazhab itu beraliran Asy'ariyah di bidang akidah dan

begitu pula sebaliknya.21

Di bidang sufisme (tasawuf), perkembangan terekat-

terekat sufi sangat dominan. Berbarengan dengan itu, penghormatan yang

berlebih-lebihan kepada guru-guru tarekat, baik yang masih hidup atau yang

sudah meninggal menggejala di mana-mana. Begitu pula dibidang fiqih,

taqlidisme hamper merata. Para ulama hanya mengikuti saja pendapat-pendapat

fuqaha masa lalu sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab mereka yang

dipelajari. Dalam hal ini, Nejd yang terletak di sebelah utara Hejaz (daerah tanah

suci) telah bangkit suatu gerakan reformisme yang kemudian disebut wahabisme

yang dipelopori oleh Muhammad bin Abd. Al-Wahab (1703-1787 M), yang

bermazhab Hambali dan beraliran Salaf menurut Ibnu Taymiyah (w. 1328 M).

Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan Islam sebagaimana yang difahami

dan dipraktikan pada masa Nabi, sahabat dan Tabi'in sampai pada abad ke tiga

Hijri. Mereka berusaha memurnikan akidah umat dari hal-hal yang dianggab

syirik dalam segala bentuknya. Mengembalikan ajaran Islam kepada sumber

20

Periode modern dalam sejarah Islam menurut Harun Nasution dimulai sejak abad ke-19

M. Lihat Harun Nasution, op. cit., h. 13. 21

Ibrahim Madkour, Fi al-Falsafat al-Islamiyyah: Manhaj wa Tathbiquh, (Kairo: Dar

al-Ma'arif , t.th), Jilid. II, h. 48.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

24

aslinya yaitu al-Qur'an dan Hadis, melarang taklid dan menganjurkan ijtihad,

memberantas praktik-praktik ibadah yang tidak ada dasarnya, dan memberantas

segala hal yang dianggab bid'ah dan khurafat. Pada tahun 1773 M, gerakan ini

berhasil menklukkan kota Riad di Nejd, yang kemudian dijadikan sebagai pusa

gerakan dan ibukota.22

Peristiwa tersebut terjadi sekitar 2 (dua) tahun sebelum al-

Banjari pulang ke tanah air.

2. Pendidikan Al-Banjari

Al-Banjari dilahirkan dari keluarga Abdullah dan Siti Aminah. Dalam

keluarga inilah ia pertama kali memperoleh pendidikan dasar sampai ia berusia 8

tahun. Terutama dari ayahnya dan pada guru setempat, sebab tidak ada data yang

yang menunjukkan bahwa telah ada surau atau pesantren yang berdiri pada masa

itu di wilayah ini.23

Sejak usia mudanya telah tampak ciri-ciri khas yang berbeda

dengan kawan sebayanya terutama terlihat pada ketinggian intelegensinya dan

keluhuran akhlaknya.

Pada suatu ketika Sultan Tahlilullah (1700 - 1745 M) mengontrol keadaan

rakyatnya dan sampailah di desa Lok Gabang, sultan bertemu dengan al-Banjari

yang waktu itu berusia sekitar 7 – 8 tahun dan tertarik oleh kecerdasannya,

terutama kemampuannya melukis keindahan alam seperti keadaan aslinya.24

Lalu

Sultan meminta kepada orang tuanya agar anak tersebut dapat diserahkan

kepadanya dan dijadikan "anak angkat", agar dapat disalurkan pendidikan dan

bakatnya. Demi masa depannya, kedua orang tua al-Banjari dengan ikhlas

22

Harun Nasution, op. cit., h. 24. 23

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII

dan XVIII (Melacak Akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999),

h. 250. 24

Yusuf Halidi, op. cit., h. 22.

Page 34: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

25

menyerahkan anaknya kepada sultan. Sejak itu (dalam usia 8 tahun) al-Banjari

memasuki pendidikan di kraton Martapura. Dalam lingkungan yang baru itu ia

sangat cepat menyesuaikan diri, dengan kepribadian yang simpatik dan sederhana,

berbudi pekerti yang mulia dan rajin beribadah, tentunya membuat sultan sangat

menyayanginya dengan sepenuh hati sebagaimana menyayangi keluarganya

sendiri.25

Sesuai dengan keinginan sultan untuk mendidik al-Banjari, sultan

mendatangkan seorang guru untuk mendidiknya. Ternyata anak yang belum

dewasa ini mempunyai kecerdasan yang luar biasa, daya tangkapnya sangat kuat

dan segala pelajaran diterimanya dengan mudah. Sehingga dalam waktu yang

relatif singkat ia dapat menghatamkan al-Qur'an.26

Melihat kepandaian dan

ketekunannnya dalam menuntut ilmu, maka sultan berjanji bahwa kelak setelah ia

dewasa, akan diberangkatkan ke Tanah Suci Mekkah.

Janji tersebut dipenuhi Sultan ketika al-Banjari sekitar 30 tahun. Namun

sebelum berangkat, sultan mengawinkannya dengan seorang wanita keluarga

istana bernama Bajut. Barangkali perkawinan ini dimaksudkan untuk mengikat

al-Banjari agar kembali ke kerajaan Banjar.27

Dan berusaha menyelesaikan

studinya secepat mungkin.

Menjelang musim haji, ketika isterinya Bajut sedang hamil, al-Banjari

berangkat ke Mekkah. Selama di Haramain, al-Banjari telah belajar dengan

banyak guru, diantaranya adalah Athailah bin Ahmad al-Mishry, Muhammad

25

Ahmad Basuni, Jiwa yang Besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, (Bandung:

Pustaka Galunggan, 1971), h. 8. 26

Abu Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Tuan Haji Besar,

(Martapura: Sekretariat Madrasah Sullamul Ulum Dalam Pagar, 1996), h. 20. 27

Hafiz Anshari, op. cit., h. 13.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

26

Sulaiman al-Kurdi, di bidang tasawuf dia berguru dengan Muhammad Abdul

Karim Samman al-Madani. Guru-gurunya yang lain adalah :

a. Ahmad Abdul Mun'im al-Damanhuri,

b. Muhammad Murthada as-Zabidi,

c. Hasan 'Akisy al-Yamani,

d. Salim Sabdullah al-Nashri,

e. Shiddiq bin Umar Khan,

f. Abdullah Hijazi asy-Suarkawy,

g. Abd. Rahman bin Abd. Aziz al-Maghrabi,

h. Sayyid Abd. Rahman bin Sulaiman al-Ahdal,

i. Abd. Rahman bin Abd. Mubin al-Fathani,

j. Abd. Ghani bin Muhammad Hilal,

k. Abis as-Sandi,

l. Abd. Wahab at-Thanthawy,

m. Maulana Sayyid Abdullah Mirghani,

n. Muhammad bin Ahmad al-Jauhari,

o. Muhammad Zein bin Faqih Jalaludin Aceh.28

Selain belajar dengan guru-guru di atas, menurut Azyumardi, ada

kemingkinan al-Banjari juga berguru dengan Ibrahim al-Ra'is al-Zamzami di

mana dari guru inilah al-Banjari mempelajari ilmu falak (astronomi), bidang yang

28

Abu Daudi, op. cit, h. 25-26.

Page 36: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

27

menjadikannya salah seorang astronomi yang paling menonjol di antara para

ulama Melayu – Indonesia.29

Kurang lebih 30 tahun ia bermukim di Mekkah dengan tekun menuntut

ilmu, tidak kenal jemu dan lelah.30

Dengan kecerdasan yang dimiliki, tidak sedikit

ilmu yang diperolehnya. Berkat ketinggian hikmah, kejernihan hati dan kekuatan

daya tangkap serta kecerdasan otaknya, akhirnya ia berhasil menampung sejumlah

35 macam ilmu pengetahuan yang meliputi pengetahuan agama dan pengetahuan

umum.31

Al-Banjari berpendapat bahwa Islam itu bukan saja dadanya penuh

pengetahuan agama, tetapi otaknya pun harus diisi dan dilengkapi dengan

pengetahuan umum.

Diceritakan bahwa setelah menyelesaikan studinya di Mekkah, al-Banjari

beserta teman-temannya bertekad untuk melanjutkan studi ke Mesir. Mesir pada

waktu itu merupakan pusat ilmu pengetahuan. Suatu tekad yang teguh untuk

menuntut ilmu sebagai cita-citanya sejak meninggalkan tanah air. Sebelum ia

meninggalkan Mekkah, ia diberikesempatan untuk mengajar di Mesjid al-Haram

oleh gurunya Syekh Athailah.32

Dalam perjalanannya menuju Mesir, ia mampir di

kota Madinah. Di Madinah ia tinggal di tempat seorang ulama besar yaitu Syekh

Abdu al-Karim Samman al-Madani.33

Pada waktu itu kota Madinah kedatangan

ulama besar dari Mesir yaitu Syekh Sulaiman Kurdi (w. 1194 H) yang akan

29

Azyumardi Azra, loc. cit. 30

Badan Pengelola Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Riwayat Singkat Kehidupan dan Perjuangannya, (Banjarmasin: 1984), h. 4. 31

Yusuf Halidi, op. cit., h. 29. 32

Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984), h. 19. 33

Rasyidah H. A., op. cit., h. 27.

Page 37: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

28

mengajar di Mesjid Madinah.34

Mendengar berita tersebut, al-Banjari beserta

teman-temannya yang haus akan ilmu, langsung meminta izin untuk dapat belajar

pada beliau dan mereka membatalkan niatnya untuk pergi ke Mesir dan pada

akhirnya mereka memutuskan untuk belajar pada Syekh Sulaiman Kurdi atas

bantuan Syekh Saman tadi.

Kurang lebih lima tahun lamanya al-Banjari belajar di Madinah sesuai

dengan maksud dan tujuan semula, ia akan melanjutkan studinya ke Mesir. Hal ini

ia bicarakan dengan gurunya Syekh al-Islam (Sulaiman Kurdi). Atas saran

gurunya sudah tahu akan kealiman murid-muridnya ini, karena telah sekian lama

bergaul. Dengan syekh Sulaiman Kurdi, al-Banjari banyak mengadakan Tanya

jawab antara lain masalah yang terjadi di kerajaan Banjar, memungut pajak dan

hukuman denda (bayar uang) bagi pelanggar hukum yang meninggalkan

sembahyang Jum'at dengan sengaja dan tentang berbagai masalah penting lainnya.

Ini semua ditulis dan dikumpulkan oleh al-Banjari dalam sebuah karyanya yang

berjudul Fatawa Syekh Sulaiman Kurdi.35

Atas saran guru dan juga mengingat keadaan anak negeri yang sangat

membutuhkan pendidikan agama, tergugahlah hati al-Banjari dan teman-

temannya untuk segera pulang. Ilmu sudah didapat, tinggal mengamalkannya.

Sebelum meninggalkan kota suci, al-Banjari dan teman-temannya menyempatkan

diri belajar ilmu suluk kepada Syekh Saman al-Banjari mengambil ijazah

Tharekat al-Khalwatiyah sebagaimana temannya Syekh Abdu al-Saman

34

Abu Daudi, op. cit., h. 28. 35

Karel A. Steenbrink, op. cit., h. 92.

Page 38: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

29

al-Palimbani.36

Di samping tarikat khalwatiyah, al-Banjari juga memperoleh

ijazah khalifah yang membuatnya berhak mengajarkan ilmu tasawuf dan tarekat

yang didapatkannya dari guru tersebut. Malah al-Banjari dianggab sebagai ulama

yang bertanggung jawab atas tersebarnya tarekat Sammaniyah di Kalimantan.37

Konon pada saat itu yang mendapatkan ijazah sebagai khalifah yang berasal dari

Indonesia hanya ada empat orang,38

yang dikenal dengan empat serangkai.

Dalam usia yang terbilang sudah tua yaitu kurang lebih 65 tahun al-

Banjari pulang ke kampong halaman bersama teman-temannya. Sebelum mereka

berziarah ke kubur Nabi dan berdoa agar segala usahanya mengembangkan ilmu

agama Islam mendapat perlindungan dari Allah SWT. Pada tahun 1168 H / 1771

M, mereka kembali ke kampong halaman dengan terlebih dahulu mampir di

Betawi (Jakarta).39

Pada bulan Ramadahan 1186 H (Desember 1772 M) al-Banjari tiba di

Martapura ibu kota pemerintahan kerajaan Banjar setelah lebih kurang 35 tahun

ditinggalkannya.40

Sejak itulah dia berusa dengan gigih membina masyarakat,

berdakwah dan mengembangkan Islam di daerah ini, sampai ia wafat pada hari

Selasa 6 Syawal 1227 H ( 13 Oktober 1812 M ) pukul 18.30.41

Menjelang

wafatnya samapai berwasiat : apabila ia wafat pada musim kemarau maka beliau

minta makam di karang tangah dekat makam Syekh Abd. Wahab Bugis dan isteri-

isteri beliau yang bernama tuan Bajut dan tuan Bidur, tetapi apabila di musim

36

M. Chatib Quzwaim, Mengenal Allah Suatu Stud Mengenal Ajaran Tasawuf Syekh

'Abdus Samad al-Palimabani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 29. 37

Azyumardi Azra, op. cit., h. 253. 38

Abu Daudi, op. cit., h. 30. 39

Rasyidah H. A., op. cit., h. 30. 40

Yusuf Halidi, op. cit., h. 36. 41

Hafiz Anshari, op. cit., h. 15.

Page 39: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

30

penghujan ( banjir ), maka beliau minta dimakamkan di Kalampayan.42

Di mana

di Kalampayan itu terdapat kebun dan balai tempat beliau beristirahat serta

mushalla tempat khalwat.

Tatkala sampai pada hari duka (wafatnya al-Banjari) ketika itu masih

musim kemarau dan jalan untuk Kalampayan tidak bisa ditempuh dengan perahu.

Namun apa yang terjadi, setelah Isya malam Selasa 6 Syawal 1227 H, hujan turun

dengan derasnya sehingga membanjiri sungai-sungai untuk menuju jalan ke

Kalampayan, sehingga dapatlah terlaksana wasiat Syekh Muhammad Arsyad

minta di makamkan di Kalampayan. Sesuai dengan wasiatnya, ia di makamkan di

desa Kalampayan yang sekarang termasuk dalam wilayah Kecamatan Astambul

Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

3. Aktivitas dan Karya al-Banjari

Setibanya al-Banjari di tanah air pada tahun 1186 H/1772 M. al-Banjari

mulai aktif membangun masyarakat, terutama sektor keagamaan. Hal ini adalah

sebagai pengamalan ilmu yang telah diperolehnya selama di tanah Suci. Diantara

aktivitasnya yang menonjol adalah sebagai berikut :

a. Membetulkan Arah Kiblat Beberapa Mesjid di Jakarta

Sebelum samapai dikampung halaman, al-Banjari terlebih dahulu singah

di Betawi, selama di sana al-Banjari menyempatkan diri mengunjungi beberapa

mesjid untuk melakukan sembahyang Jum'at.

Sambil mengadakan silaturrahmi dengan masyarakat Betawi, beliau juga

memeriksa arah kiblat mesjid yang dikunjunginya. Ternyata ada beberapa mesjid

42

Abu Daudi, op. cit., h. 67-68.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

31

yang arah kiblatnya kurang tepat, yaitu Mesjid Pekojaan, Mesjid Jembatan Lima

dan Mesjid Luar Batang. Kiblat shalat di mesjid itu bergeser beberapa derajat dari

kiblat asli. Ketika al-Banjari meyakinkan kepada jemaah Mesjid Jembatan Lima

bahwa arah Mesjid tersebut terlalu miring ke kiri sekitar 25 derajat, maka ia

berdiri di hadapan para jamaah kemudian mengangkat tangannya, maka

tampaklah dari celah lengan baju jubahnya Ka'bah atau Baitullah yang menjadi

kiblat umat Islam itu. Jamaah pun menjadi yakin dan percaya dengan pendapat

al-Banjari tersebut.43

Sampai sekarang di Mihrab Mesjid tersebut didapatkan

tulisan dalam bahasa Arab yang menyatakan bahwa arah kiblat mesjid itu

dipalingkan ke kanan kurang lebih 25 derajat oleh Syekh Muhammad Arsyad

al-Banjari pada tanggal 4 bula 2 tahun 1186 H/1772 M.44

peristiwa ini

menunjukkan keahlian al-Banjari di bidang ilmu falaq (astronomi) yang

dipelajarinya di tanah Suci.

Mendengar peristiwa yang menggegerkan masyarakat itu. Gubernur

Jenderal Pemerintah Hindia Belanda Petrus Albertus Van Der Parra (berkuasa

1761 – 1775 M) mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh para ulama Islam

di sebelah kanan dan para Pendeta Kristen di sebelah kiri. Kemudian Gubernur

menanyakan kepada al-Banjari. Apakah isi yang ada di dalam buah kelapa ini,

al-Banjari menjawab bahwa isi di dalam kelapa itu ada air dan di dalam air itu ada

ikannya. Mendengar jawaban itu sangatlah terkejut Gubernur dan hadirin kala itu

sehingga timbul rasa mencemoohnya. Tetapi setelah buah kelapa itu dibelah

ternyata terdapat di dalamnya air kelapa dan ikan yang masih hidup.

43

Abu Daudi, op. cit., h. 67. 44

Tim Penelitian IAIN Antasari, op. cit., h. 19.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

32

Setelah peristiwa itu, al-Banjari diajak lagi naik kapal dan sesampainya di

tengah laut, Gubernur menanyakan berapa dalam laut ini, kemudian ia menjawab

bahwa dalamnya laut itu sekian kaki. Setelah diadakan pengelotan (pengukuran)

ternyata benar. Semenjak itulah al-Banjari diberi gelar oleh Gubernur sebagai

Tuan Haji Besar. Peristiwa buah kelapa, mengukur laut dan melihat Ka'bah

di celah lengan bajunya ini, dianggab oleh masyarakat sebagian dari karamah

al-Banjari.45

Khususnya bagi mereka yang mempercayai adanya karamah.

b. Kaderisasi Ulama dan Juru Dakwah

Bertepatan dengan bulan Ramadhan 1186 H, al-Banjari sampai

di kampung halaman. Kedatangan al-Banjari disambut gembira oleh semua

lapisan masyarakat. Bahkan Sultan Tahmidullah (Susuhanan Nata Alam) yang

naik tahta di kerajaan Banjar pada tahun 1761 M. Memberikan sebidang tanah

kepadanya yang terletak di tepi sungai Martapura, tidak jauh dari istana kerajaan

untuk dijadikan sebagai perkampungan baru bagi anak cucunya dan pusat

kegiatan dakwahnya menyiarkan agama Islam.46

Tindakan Sultan ini mungkin

karena waktu itu al-Banjari sudah termasuk dalam "bubuhan" raja-raja (kaum

bangsawan) karena perkawinannya dengan Ratu Aminah binti Muhammad Thaha

bin Sultan Tahmidullah sehingga dia berhak mendapatkan "tanah lungguh"

sebagaimana anak-anak bangsawan lainnya. Sesuai dengan sistem kekuasaan

yang berlaku.47

Al-Banjari bersama sejumlah pengikutnya dan keluarganya segera

menggarap tanah itu. Di sini dibangun rumah-rumah untuk tempat tinggal, ruang

45

Yusuf Khalidi, op. cit., h. 35. 46

Ibid., h. 37. 47

Pengelompokan penduduk dalam sistem bubuhan, lihat Alfani Daud, op. cit., h. 94-95.

Page 42: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

33

pengajian, perpustakaan dan asrama untuk tempat tinggal para santri, juga dibuka

lahan pertanian (sawah). Di tempat inilah al-Banjari dengan dibantu oleh sahabat

akrabnya yang juga telah menjadi menantunya, Syekh Abdul Abidin al-Wahab

Bugis, mendidik para santri untuk dipersiapkan agar menjadi ulama besar juru

dakwah yang kuat dan tangguh mengembangkan Islam. Pendidikan ini terutama

sekali ditekankan kepada anak, cucu dan keluarga al-Banjari sendiri. Namun

dalam perkembangannya, santrinya semakin banyak yang berdatangan dari

berbagai pelosok kerajaan dan santri yang jauh diasramakan pada rumah-rumah

yang sudah disediakan.48

Dalam perkembangan selanjutnya komplek pengajian ini semakin

bertambah ramai, sehingga menjadi sebuah kampong dan diberi nama kampung

"Dalam Pagar". Zafri Zam-Zam memberikan istilah kepada kampung ini sebagai

"kawah candradimuka tempat menempa para ulama".49

Dilihat dari sudut pendidikan, bentuk pengajian di dalam satu komplek

yang ada mushalla, tempat belajar dan asrama untuk para santri dimana dalam

terminology modern tersebut dengan pesantren, ketika itu, merupakan hal baru di

kerajaan Banjar. Sebelumnya pengajian-pengajian dilaksanakan dirumah-rumah

saja. Disamping itu, hal yang juga menarik, para santri tidak hanya diberi

pelajaran agama, tetapi juga dibekali dengan keterampilan bertani dari sawah yang

dicetak sebelumnya. Dengan demikian para santri diharapkan dapat hidup

mandiri.50

48

Hafiz Anshari, op. cit., h. 17. 49

Zafri Zamzam, op. cit., h. 10. 50

Hafiz Anshari, op. cit., h. 18.

Page 43: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

34

Dilihat dari sudut pembinaan kader ulama, tempat ini melahirkan banyak

ulama besar setelah al-Banjari. Ulama-ulama inilah belakangan yang banyak

mewarnai kehidupan keagamaan di Kalimantan Selatan, sehingga daerah ini juga

dikenal sebagai salah satu wilayah yang komunitas masyarakatnya adalah

masyarakat agamis.

Kalau dianalisis lebih jauh, langkah dan strategi al-Banjari merupakan

langkah dan strategi yang tepat. Hasilnyapun tampak sekali bukan saja sesudah ia

wafat, tetapi juga disaat ia masih hidup. Banyak ulama besar yang dilahirkan,

diantaranya Syekh Muhammad As'ad dan Syekh Abu Zu'ud, masing-masing

sebagai mufti dan Kadi pertama kerajaan Banjar. Dikalangan wanita juga muncul

seorang ulama, yaitu Fatimah binti Usman, penulis kitab parukunan yang samapai

sekarang banyak beredar dan banyak dipakai di Kalimantan Selatan.51

Menurut Hafiz Anshari langkah al-Banjari ini sangat tepat, hal ini

didasarkan atas beberapa alasan. Pertama, langkah awal yang dilakukannya

penyiapan kader penerus perjuangannya, karena pada saat tiba di Martapura ia

suadah berumur sekitar 64 tahun (menurut hitungan tahun hijriyah). Kedua, di

kerajaan Banjar ketika itu tidak ada tokoh yang benar-benar alim, terutama bidang

fiqih. Ketiga, tenaga da'i tidak banyak, padahal wilayah kekuasaan kerajaan

Banjar cukup luas.52

c. Meluruskan Akidah Umat

Meskipun al-Banjari terbilang sebagai seorang murid tarekat yang

mengamalkan tasawuf, namun kegiatan dakwahnya terfokos pada peneguhan

51

Alfani Daud, op. cit., h. 56-57. 52

Hafiz Anshari, op. cit.

Page 44: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

35

akidah umat dan pemurniannya, dan pengamalan syari'at Islam dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Justru itu bila ada ajaran yang bisa melemahkan kedua fokus

dakwahnya itu berkembang dalam masyarakat, maka wajar kalau ia bersikap tegas

untuk memberantasnya.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa keberagamaan masyarakat

Banjar pada masa hidup al-Banjari dapat dikatakan masih sangat rendah di bidang

akidah, diperkirakan masyarakat Banjar ketika itu masih sangat dipengaruhi oleh

kepercayaan lama, yaitu kaharingan dan agama Hindu-Budha. Hal ini terlihat dari

pelaksanaan upacara adat yang bercampur baur antara unsure Islam dan unsure

lain, seperti upacara menyanggar banua, yaitu sebuah upacara adapt yang

diselenggarakan oleh keluarga Datuk Taruna di desa Barikin. Sebab menurut

mereka, kalau upacara itu tidak dilaksanakan, maka akan mendatangkan

malapetaka dalam keluarga. Ada pula upacara membuang pasilih atau mandi

badudus yaitu upacara mandi-mandi yang dilaksanakan dalam rangka penobatan

raja-raja Banjar di zaman Hindu. Namun setelah berdirinya kerajan Banjar,

upacara tersebut dihapus. Kemudian upacara badudus atau membuang pasilih

dijadikan acara mandi-mandi calon pangeran dan mandi-mandi tian mandaring

(mandi hamil pertama) pada bulan ketujuh. Di samping itu masyarakat di daerah

ini juga senang bersahabat dengan jin untuk memperoleh ilmu muwakal, yaitu

mengetahui hal-hal gaib yang diberikan oleh jin sahabatnya.53

Melihat kenyataan rusaknya akidah umat pada saat itu, al-Banjari merasa

sangat prihatin dan dia berusaha sekuat tenaga untuk meluruskannya. Dengan

53

Al- Banjari., op. cit., h. 30-35.

Page 45: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

36

alasan untuk menjaga akidah umat di samping ada permintaan dari Sultan yang

berkuasa pada saat itu, maka al-Banjari mengarang sebuah risalah yang berjudul

Tuhfah al-Ragibin. Di dalam kitab tersebut diuraikan secara rinci dan lengkap

mengenai prosesi upacara-upacara tersebut dan hukum melaksanakannya.

Dalam sejarah perjalanan hidupnya, al-Banjari juga pernah menangani

masalah rumit yang terjadi pada masyarakat Kalimantan Selatan saat itu, yaitu

berkembangnya tasawuf wujudi (Wihdah al-wujud), sebuah paham tasawuf yang

bercorak falsafi yang diajarkan dan dikembangkan oleh H. Abdul Hamid. Kalau

al-Banjari mengajarkan bahwa Allah itu Khalik, selainnya adalah makhluk sesuai

dengan aliran Ahlu Sunnah, sedang H. Abdul Hamid mengajarkan bahwa yang

ada hanya satu. Pencipta dan yang diciptakan hanya satu. Aku adalah Dia dan Dia

adalah Aku. Katanya, orang selama ini hanya sampai kepada kulit (syariat) belum

sampai kepada isi (hakikat). Masyarakat Islam setempat geger setelah mendengar

ajaran tasawuf H. Abdul Hamid, dan penilaiannya terhadap ajaran yang diajarkan

oleh al-Banjari selama ini kepada murid-muridnya. Kemudian timbul di kalangan

masyarakat pendapat yang kontra dan pro, di samping banyak yang menentang

terdapat pula yang menyetujuinya.54

Kemudian Sultan Tahmidillah II segera mengambil kebijakan. Ia

diperintahkan kepada utusanya untuk memanggil H. Abdul Hamid supaya dating

mengahadap Sultan di istana. H. Abdul Hamid menyatakan: "Di sini tidak ada

Haji Abdul Hamid, yang ada Allah".

54

Ahmadi Isa, op. cit., h. 5.

Page 46: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

37

Sultan mengirim utusan lagi untuk memanggil agar Allah dating

menghadap ke istana. Terhadap penggilan itu, H. Abdul Hamid mengatakan :

"Allah tidak bisa diperintah: Menurut riwayat lain, H. Abdul Hamid menjawab:

"Allah tidak ada, yang ada H. Abdul Hamid".

Untuk ketiga kalinya, Sultan Tahmidillah II mengirim lagi utusan dengan

perintah: "Allah bersama Haji Abdul Hamid diminta dating ke istana". Barulah H.

Abdul Hamid bersedia dating memenuhi panggilan Sultan.55

Al-Banjari tidak mungkin hanya berdiam diri. Demikian pula Sltan

Tahmidillah II (1187-1223 H/1773-1808 M) yang memerintah saat itu. Ia

meminta pendapat/fatwa kepada al-Banjari tentang masalah tersebut. Setelah al-

Banjari mempelajari ajaran tersebut dan mengkaji dampak yang ditimbulkannya

dalam masyarakat, maka ia mengeluarkan fatwa bahwa paham yang seperti ini

termasuk paham wujudiyah mulhid, mereka juga disebut golongan zindik.

Terhadap golongan mulhid dan zindik ini al-Banjari mengeluarkan fatwa. Isi

fatwa itu direkamnya dalam Risalah Tuhfah al-Ragibin berbunyi, "tiada syak pada

wajib membunuh dia karena murtadnya. Dan membunuh seumpama orang itu

lebih baik daripada membunuh seratus kafir asli".56

Maka berdasarkan fatwa ini,

Sultan menjatuhkan hukuman mati atas H. Abdul Hamid yang kuburannya

terdapat di Desa Abulung Sungai Batang, tidak jauh dari Desa Dalam Pagar.57

d. Membentuk Mahkamah Syari'ah

Sejalan dengan keberhasilan dakwah al-Banjari dalam menanamkan

kesadaran pengalaman ajaran agama di masyarakat, menggugah hati Sultan

55

Taufik Abdullah, Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 50. 56

Al-Banjari, op. cit., h. 28. 57

Zafri Zamzam, op. cit., h. 9.

Page 47: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

38

Tahmidullah untuk memantapkannya dengan aparat kekuasaan kerajaan. Untuk

itu sultan pun minta nasehat kepada gurunya, al-Banjari yang memang

mempunyai ide yang serupa. Al-Banjari menyarankan agar dibentuk suatu

lembaga baru dalam struktur Kerajaan Banjar yang dipimpin oleh seorang mufti.58

Dalam struktur baru itu, sultan dianggap sebagai kepala seluruh pejabat

agama Islam. Di bawah sultan ada mufti, yang kewibawaanya meliputi seluruh

pejabat agama dalam wilayah kesultanan, dan dianggap sebagai hakim tinggi.59

Sebagai hakim tertinggi, mufti melakukan pengawasan atas seluruh pengadilan di

wilayah kesultanan.60

Mufti juga bertugas memberi fatwa dan nasehat kepada

sultan dalam masalah-masalah keagamaan (mungkin semacam Mahkamah Agung

sekarang ini).

Sebagai hakim sehari-hari di ibukota, ditunjuk seorang qadhi yang

mengurusi dan menyelesaikan masalah-masalah perdata, pernikahan dan waris

yang timbul dalam masyarakat menurut hukum Islam.61

Inilah lembaga semacam

Mahkamah Syar'iyyah yang pertama di Kerajaan Banjar dengan ibukotanya

Martapura. Untuk menjabat sebagai mufti kerajaan yang pertama diangkat sultan

seoarang cucu al-Banjari bernama Muhammad As'ad dan sebagai qadhi dijabat

pertama kali oleh H. Sa'ud anak al-Banjari sendiri.62

Terbentuknya lembaga ini

makin memantapkan pelaksanaan hukum Islam di kerajaan Banjar, apalagi pada

periode ini pelaksananya adalah orang-orang yang betul-betul alim dan berada

58

Tim Peneliti, op. cit., h. 22. 59

Amir Hasan Bondan, op. cit., h. 150. 60

Alfani Daud., loc. cit. 61

Abu Daudi, op. cit., h. 57-58. 62

Tim Peneliti, op. cit., h. 23.

Page 48: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

39

di bawah bimbingan al-Banjari.63

Meskipun demikian, al-Banjari tidak pernah

menjabat jabatan struktural dalam Kerajaan Banjar. Ini menunjukkan kezuhudan

dan kesederhanaan dalam kehidupannya, walaupun ia mempunyai ilmu yang

dalam dan dekat dengan pihak penguasa, tapi ia tidak pernah mau apalagi minta

jabatan dengan pihak istina.

Sebagai tindak lanjut dari keberadaan lembaga ini, atas usul al-Banjari,

sultan juga memberlakukan hukum pidana Islam di wilayah kerajaan Banjar.

Hukum pidana tersebut meliputi hukuman mati bagi orang Islam yang murtad,

hukum mati bagi pembunuh, potong tangan bagi pencuri, hukum dera bagi

penzina dan sebagainya.64

Dengan diberlakukan hukum pidana tersebut, maka

lengkaplah pemberlakuan hukum Islam di kerajaan ini, yaitu perdata dan pidana.

Ini semua mempunyai arti penting bagi perkembangan Islam selanjutnya di

kawasan ini. Hal tersebut terlihat jelas pada masa pemerintahan Sultan Adam

al-Wasiqbillah (1825-1857 M). Ketika itu dikukuhkan sebuah Undang-undang

yang dikenal dengan nama Undang-Undang Sultan Adam yang dikeluarkan pada

tahun 1835 M.65

e. Membuat Karya Tulis

Al-Banjari semasa hidupnya banyak sekali meninggalkan warisan

berharga pada masyarakat Islam. Di antaranya yang paling bernilai ialah beberapa

buah karya tulis yang sempat disusunnya untuk kepentingan dakwah, Dilihat dari

segi isinya, maka karya tulis - karya tulis tersebut dapat dikategorikan kedalam

63

Hafiz Anshari., op. cit., h. 21. 64

Zafri Zamzam, op. cit., h. 12. 65

Hafiz Anshari., op. cit.

Page 49: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

40

tiga bidang ilmu agama Islam, yaitu bidang tasawuf, akidah dan syari'ah. Karya-

karya al-Banjari itu ialah:

1). Kanz al-Ma'rifah yang berbicara tentang amalan-amalan dalam

tarikat seperti maqamat dan zikir. Buku ini hanya berupa naskah

dan belum pernah dicetak.

2). Tuhfah ar-Ragibin fi Bayani Haqiqah al-Imam al-Mu'min wama

Yufsidu min raddat al-Murtadin. Risalah berbicara tentang firqah-

firqah yang tersesat dalam Islam, hal-hal yang menyebabkan orang

menjadi murtad atau kafir, kemudian upacara-upacara adat yang

dianggap bertentangan dengan agama, seperti adapt menyanggar

banua dan membuang pasilih. Risalah ini ditulis pada tahun

1188 H/1774 M, berbarengan dengan waktu penulis Risalah Ushul

al-Dien. Kedua risalah ini memang berbeda sasarannya, meski

sama-sama membahas masalah aqidah. Kalau Ushul al-Dien

bertujuan memberikan dasar keimanan kepada Allah bagi

masyarakat awam pada umumnya, sedangkan risalah ini untuk

menjelaskan hakikat iman dan hal-hal yang bisa merusaknya yang

tampaknya lebih banyak ditujukan kepada kalangan raja-raja dan

para ulama untuk menegakkan aqidah yang benar menurut

Ahlusunnah wal jamaah dan memurnikan akidah umat.66

Buku ini

sudah diterbitkan beberapa kali, diantaranya di Mekkah, Mesir dan

di Indonesia.

66

Al-Banjari, Tuhfah al-Raghibin, op. cit., h. 30-35.

Page 50: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

41

3). Fath al-Rahman. Risalah ini sebenarnya adalah karya Syaikh al-

Islam Zakariya al-Ansari berjudul Fath al-Rahman bi Syarh

Risalat al-Waliy al-Raslan, yaitu komentar terhadap sebuah risalah

tentang ilmu tauhid yang ditulis oleh Raslan al-Dimasyqi.

Al-Banjari menterjemahkan risalah tersebut ke dalam bahasa

Melayu dengan huruf Arab yang ditulis miring di bawah teks

aslinya. Risalah ini diterbitkan oleh Toko Buku Hasanu

Banjarmasin, cetakan kedua tahun 1405 H/1985 M, setebal 91

halaman dengan keterangan bahwa teks aslinya berasal dari tulisan

Haji Muhammad Sa'id bin Mufti Ahmad bin Syekh Muhammad

Arsyad al-Banjari.67

4). Majmu', kitab ini berbicara tentang dasar-dasar ajaran Islam,

meliputi masalah akidah dengan mazhab Asy'ariyah pola Sanusiah,

berbicara tentang sifat-sifat yang wajib, harus dan mustahil bagi

Allah dan Rasul-Nya. Lazimnya di masyarakat dikenal dengan

istilah sifat dua puluh. Dalam masalah tasawuf dibicarakan pula

tentang roh, sifat-sifat terpuji dan amalan-amalan untuk

mendekatkan diri kepada Allah. Kitab ini masih dalam bentuk

salinan dan belum pernah diterbitkan.

5) Ushul al-Din, risalah ini berbicara tentang ilmu-ilmu dasar dalam

akidah yang juga dikenal oleh masyarakat Banjar dengan nama

Pelajaran Sifat Dua Puluh. Menurut Abu Daudi, risalah ini ditulis

67

Ibid.

Page 51: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

42

al-Banjari pada tahun 1188 H/1774 M. Sayangnya buku ini belum

ditemukan naskahnya, kemingkinan isinya sudah dimasukkan ke

dalam Kitab Parukunan.

6) Qaul al-Mukhtashar fi 'Alamat al-Mahd al-Muntazhar. Buku ini

berbicara tentang tanda-tanda hari kiamat dan datangnya Imam

Mahdi. Risalah ini ditulis al-Banjari pada tahun 1196 H/1782 M.

buku ini sudah pernah diterbitkan di Singapura pada tahun 1356

H/1937 M.

7) Kitab Parukunan, buku ini berbicara tentang dasar-dasar ibadah

dan akidah yang dibawakan dengan cara yang sederhana kerena

memang diperuntukkan bagi orang yang baru belajar agama.68

Kitab ini ditulis oleh Fatimah binti Usman, cucu al-Banjari, hasil

catatan pelajaran yang telah diterima dari kakeknya, al-Banjari.

Walaupun sebagai pengarangnya disebut nama Jalaluddin, anak

al-Banjari yang menjabat sebagai mufti Kesultanan Banjar waktu

itu.69

Namun bila ditelusuri lebih jauh, sebenarnya karya tersebut

adalah hasil pemikiran al-Banjari sendiri. Buku ini sudah

diterbitkan beberapa kali, baik di Singapura maupun di Indonesia.

8) Luqthah al-Ajlan, ialah buku yang berbicara tentang hukum-hukum

yang menyangkut kehidupan kaum wanita seperti haidh, nifas dan

istihadhah. Risalah ini ditulis al-Banjari pada tahun 1192 H / 1778

68

Asywadie Syukur, Pemikiran-pemikiran al-Banjari, op. cit., h. 6. 69

Alfani Daud, op. cit., h. 54-55.

Page 52: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

43

M untuk kepentingan dakwahnya di kalangan wanita. Risalah ini

masih berupa naskah belum pernah diterbitkan.

9) Kitab Sabil al-Muhtadin Littafaqquh fi Amr al-Din yang berbicara

tentang ilmu fiqih yang terdiri dari dua jilid. Buku ini adalah karya

tulis al-Banjari yang terbesar dan cukup popular di kalangan umat

Islam di Asia Tenggara. Kitab ini selesai ditulis pada tanggal 27

Rabi'ul Akhir 1195 H/ 22 April 1781 M. Atas permintaan Sultan

Tahmidullah bin Sultan Tamjidillah.70

Diterbitkan dibeberpa

Negara seperti di Mesir, Singapura, Mekkah, Turki dan juga di

Indonesia.

10) Mushaf al-Qur'anul Karim. Al-Banjari menulis tangan sebuah

mushaf al-Qur'an dengan tulisan yang sangat indah, yang bisa

disaksikan di kubah tempat ia dimakamkan di Kalampayan hingga

sekarang ini. Mushaf tersebut ditulis pada tahun 1779 M.

11) Kitab al-Nikah, buku membahas tentang hukum perkawinan, talak

dan rujuk. Buku ini untuk pertama kalinya diterbitkan di Istambul

pada tahun 1304 H/ 1887 M dalam bahasa Malayu sebanyak 40

halaman. Risalah ini juga kemudian diterbitkan di Singapura dan

Indonesia.

12) Kitab al-Faraidh, kitab ini mengemukakan tentang hukum warisan

yang menyangkut ahli waris, harta warisan, besar bagian yang akan

70

Al-Banjari, Sabil al-Muhtadin, op. cit., h. 3.

Page 53: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

44

diterima masing-masing ahli waris. Buku ini belum ditemukan

naskahnya.

13) Khasyiyah Fath al-Jawad, adalah terjemahan dari Kitab Fathul

al-Jawad, kitab fiqih karya Ibnu Hajar al-Haitami yang diberi

komentar-komentar oleh al-Banjari agar dapat dipahami dengan

mudah oleh para muridnya dan masyarakat Banjar.71

14) Fatwa Sulaiman Kurdi, risalah ini berisi tentang fatwa-fatwa

Syeikhul Islam Imamul Haramain Syekh Muhammad bin Sulaiman

al-Kurdie, sehubungan dengan adanya pertanyaan-pertanyaan al-

Banjari kepada beliau tentang keadaan atau tindakan raja/Sultan

memungut pajak dan hukuman denda bagi pelanggar hukum

(meninggalkan shalat Jum'at dengan sengaja), dan berbagai

masalah penting lainnya. Risalah ini ditulis dalam bahasa Arab dan

belum pernah diterbitkan. Naskah aslinya tulisan al-Banjari sampai

sekarang masih ada.72

15) Ilmu Falak. Risalah ini ditulis dalam Bahasa Arab, yang isinya

menerangkan tentang cara menghitung kapan terjadinya gerhana

matahari dan bulan. Risalah ini belum pernah dicetak/diterbitkan,

namun naskah aslinya yang ditulis oleh anak beliau sendiri masih

ada dalam bentuk manuskrip yang sudah berusia hampir dua abad,

dalam pemeliharaan salah seorang zuriat al-Banjari di Dalam

71

Tim Peneliti, op. cit., h. 29. 72

Abu Daudi, op. cit., h. 54.

Page 54: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

45

Pagar.73

Dua karya al-Banjari yang terakhir inilah (Fatawa

Sulaiman Kurdi dan Ilmu Falak) yang ditulis dalam bahasa Arab,

sedangkan karya-karya lainnya selalu ditulis dalam bahasa Malayu.

73

Ibid., h. 53.

Page 55: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

46

Page 56: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

46

46

BAB III

DALAM PAGAR SEBUAH KOMUNITAS

A. Sejarah Dalam Pagar

Mengingat kawasan yang dipilih Syekh Muhammad Arsyad terletak

dipinggir sungai Martapura, maka untuk menjaga keselamatan dan menghindari

kalau terjadi erosi, komplek perumahannya dibangun menjorok ke darat jauh dari

tepi sungai.

Mulailah dibangun rumah Syekh Muhammad Arsyad dan sebuah mushalla

disampingnya, kemudian dibangun purumahan anak-anak beliau dan perumahan

para murid disebelah kiri kanan rumah Syekh Muhammad Arsyad, berjejer

berseberangan menuju tepi sungai; dan ditengah-tengahnya dibuat jalan untuk

menuju sungai.

Untuk dapat terlaksananya pendidikan secara intensif dan efektif, maka

lokasi atau komplek tersebut perlu dipagar sedemikian rupa sehingga dapat

menghambat keluar masuknya para murid dengan leluasa.

Bagi murid atau penghuni komplek yang keluar masuk komplek tersebut

terbiasa mengatakan "mau kedalam" atau "datang dari dalam", oleh karena

komplek itu dilengkapi dengan pagar, maka ungkapan dalam dan pagar menjadi

satu kesatuan kata yang berbunyi "dalampagar".

Disisi lain, meneurut cerita orang-orang tua dulu, ketika Syekh

Muhammad Arsyad membersihkan tanah perbatasan tersebut dari pepohonan dan

kayu-kayuannya, maka sebelum membangun rumah-rumahnya, beliau wafaklah

Page 57: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

47

47

tanah tersebut sebagai pertanda penyerahan beliau kepada Allah swt, agar selalu

mendapat pemeliharaan-Nya, hal ini kemudian ada hubungannya dengan asal usul

kampung tersebut, dimana setelah komplek itu dihuni oleh Syekh Muhammad

Arsyad berserta keluarga dan anak murid, tiba-tiba datanglah pada suatu malam

sekelompok orang yang ingin berbuat jahat kepada penghuni kampung itu.

Namun setibanya mereka disana apa yang terjadi; pandangan mereka terhalang

oleh pagar-pagar yang tinggi sehinga tidak tanpak lagi rumah-rumah yang akan

dituju. Maka pulanglah mereka dengan sia-sia.

Kenapa jadi demikian, kenapa mereka tidak dapat menembus pagar tadi,

hal ini mungkin sebagai pertanda bahwa penyerahan Syekh Muhammad Arsyad

kepada Tuhan untuk pemeliharaan komplek perumahan itu dikabulkan Tuhan dan

dipelihara-Nya, sehingga orang-orang yang hendak berbuat jahat tidak dapat

memasukinya pada masa itu.

Masyhurlah nama tempat itu kemana-mana, karena disitulah Syekh

Muhammad Arsyad berdiam, dan di kampung Dalam Pagar pula mendidik anak

cucu serta para murid yang datang dari berbagai kampung dan daerah.

Karena keturunan anak dan cucu Syekh Muhammad Arsyad berdiam di

kampung Dalam Pagar secara turun temurun, sehingga kampungnya menjadi luas

dan banyak dikunjungi orang untuk belajar ilmu-ilmu agama; dan alhamdulillah

sampai sekarang masih disukai oleh para penuntut ilmu yang datang belajar di

kampung itu.

Suatu hal yang membuktikan bahwa Syekh Muhammad Arsyad

mempunyai wawasan pandangan juah kedepan, dimana waktu beliau membangun

Page 58: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

48

48

komplek perumahannya jauh menjorok kedalam; karena menjaga sewaktu-waktu

mungkin akan terjadi erosi, maka setelah dua abad kemudian perkiraan tersebut

menjadi kenyataan, dimana komplek perumahan tersebut telah habis terkikis air

dan hanyalah yang tertinggal sekarang bekas rumah beliau di kampung Dalam

Pagar Ulu yag sekarang menjadi bekas rumah Almarhum Tuan Guru H. Zainal

Ilmi.

B. Dalam Pagar Sebagai Sentral Pendidikan Islam

Sebelum masuknya pengaruh Barat, di Kalimantan Selatan telah

berkembang pendidikan tradisional, utamanya pendidikan agama yang dikenal

sebagai "kaji duduk" yakni sistem pengajaran untuk menyebarkan ajaran-ajaran

Islam, pada mulanya dilangsungkan di tempat tinggal Tuan Guru, tetapi kemudian

banyak yang berlangsung di langgar-langgar.

Pelajaran yang diberikan oleh para taun guru dalam pengajian adalah ilmu

tauhid, ilmu fikih dan ilmu tasawuf. Selain itu ada pula yang mempelajari bahasa

Arab secara pasif, di samping pelajaran membaca Alquran. Kitab yang digunakan

pada umumnya adalah kitab berbahasa Arab dan dibawakan oleh tuan guru yang

pernah belajar di Mekkah. Kitab itu dikenal sebagai Kitab Kuning. Dalam

perkembangannya digunakan pula kitab beraksara Arab berbahasa Banjar atau

Melayu, sehingga disebut kitab berbahasa Arab Melayu, sebagaimana kitab-kitab

yang ditulis oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Pengajian yang umum berlangsung adalah pengajian Bandongan atau

Balangan. Guru membaca dan menguraikan isi kitab, sedangkan murid-muridnya

memegang kitab yang sama dan diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang

Page 59: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

49

49

belum dimengerti. Ada pula yang disebut pengajian Sorongan seperti yang

dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kepada anak cucunya, agar

sampai kelak mewarisi kealiman bapaknya. Di samping itu, adapula pengajian

maahad karena dilaksanakan pada hari Minggu (ahad), atau menyanayan,

manyalasa, maarba, mangamis, manjumahat, dan manyabtu sesuai dengan nama

hari pelaksanaan pengajian, yang mana murid hanya mendengarkan saja dan tidak

menggunakan kitab, sedangkan guru menguraikan isi kitab yang dibacanya.

Untuk menjadi ulama ahli Qur'an, hadis, dan sebagainya diperlukan

beberapa guru yang waktu pengajinya memakan waktu puluhan tahun, bahkan

kadang-kadang dilanjutkan di Mekkah. Mereka yang kembali, kemudian menjadi

tuan guru yang memberikan pengjian di rumah atau di langgar-langgar.

Masuknya pemeritah Hindia Belanda dengan kebijakan di bidang

pedidikan, kemudian melahirkan elite baru yang semakin memudarkan peranan

elite tradisional. Tetapi elite baru ini tidak semuanya diterima oleh masyarakat.

Demikian pula dengan masuknya agama Kristen yang penyebarannya

mendapat dukungan dari pemerintah Hindia Belanda, telah menimbulkan reaksi

para ulama tentang adanya bahaya kristenisasi sehingga mereka berupaya

menyempurnakan metode syiar agama dan pendidikan Islam di masyarakat.

Kristenisasi dianggap sebagai cara yang efektif untuk melawan

gerakan-gerakan Islam sendiri sangat mudah memicu perasaan anti Belanda.

Ketika Pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah-sekolah umum, para

ulama menilainya sebagai suatu usaha untuk mengasingkan anak-anak mereka

dari agama Islam dan kemudian menasranikannya. Akibat dari itu, di beberapa

Page 60: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

50

50

daerah timbul gagasan mendirikan sekolah bukan sekedar untuk menyaingi

sekolah-sekolah umum yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda, tetapi

juga untuk melawan Belanda melalui jalur pendidikan.

Sekolah-sekolah agama yang didirikan itu antara lain Sekolah Islam

Darussalam tahun 1914, Arabische School yang kemudian menjadi Ma'ahad

Rasyidiyah Amuntai tahun 1930, dan Diniyah Islamiyah di Barabai tahun 1932.

Sekolah-sekolah itu telah diatur sesuai metode pengajaran modern dengan

menggunakan sistem klasikal. Alumni sekolah-sekolah ini banyak menghasilkan

pemimpin-pemimpin muda Islam, baik yang bergiat di bidang politik, sosial

maupun keagamaan.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pembaharuan pendidikan

Islam di Kalimantan Selatan lebih dominan dipengaruhi faktor Timur Tengah.

Namun demikian, dalam kenyataan politik di tanah air pada masa itu, pemerintah

Hindia Belanda telah melakukan dan mengembangkan sistem pendidikan

persekolahan dengan sistem modern, agaknya cukup beralasan bahwa tumbuh dan

berkembangnya pendidikan Islam di Kalimantan Selatan juga merupakan respons

atas kebijakan dan politik pemerintah Hindia Belanda.

Dengan demikian, kedatangan budaya Barat, terutama Belanda ke

Kalimantan Selatan, sekali-kali tidak mengendurkan pengembangan syiar Islam

di daerah ini. Hal ini juga bisa dilihat pada aktivitas pendidikan yang ada

di Dalam Pagar, sebab pendidikan Islam "Dalam Pagar" sudah melakukan

aktivitas pendidikan informal yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad

al-Banjari dan diteruskan oleh anak, cucu dan murid-murid beliau yang hanya

Page 61: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

51

51

berada di sekitar Dalam Pagar, melainkan juga berasal dari luar seperti Hulu

Sungai, Pagatan, Banjarmasin, bahkan sampai Kalimantan Tengah.

Pada masa itu, para santrinya tinggal di rumah guru-guru yang mengajar,

mereka dapat didikan langsung baik tentang keilmuan maupun yang lainnya.

Selain mengajar guru-guru juga memberikan contoh tauladan yang baik kepada

santri-santrinya, para guru juga mengajarkan cara bertani dan berkebun dan cara

menanam tanaman dengan baik. Santri putri juga turut membantu, sekaligus ikut

mengikuti pengajian.

Sistem pengajian yang dilakukan pada masa itu dengan cara bergantian,

karena isi yang diajarkan antara murid yang lama dan yang baru tidak sama isi

redaksinya, hal tersebut mengakibatkan guru-guru tersebut hafal kitab dengan

sendirinya.

Guru sebagai tenaga kependidikan yang paling bertanggung jawab

secara langsung atas proses pembelajaran murid diberi kewenangan untuk

mengembangkan aktivitas mereka. Guru perlu diperdayakan agar mereka dapat

melaksanakan tugas mereka membelajarkan para murid untuk mencapgai tujuan.

Selain sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengajar,

kewenangan mengambil keputusan yang terkait dengan peningkatan pola

pembelajaran.

Dalam membangun lembaga pendidikan, setiap lembaga pendidikan

pasti mengalami pasang surut dalam menjalankan pengembangan pendidikan. Hal

ini banyak dipengaruhi oleh kiprah dan peranan tokoh-tokoh dalam

Page 62: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

52

52

mengembangkan lembaga pendidikan, khususnya di Dalam Pagar juga mengalami

masa pasang surut dalam mengembangkan lembaga pendidikannya.1

Sebagai gambaran perkembangan lembaga pendidikan Dalam Pagar

serta kiprah dan peranan tokoh-tokohnya dari sejak berdiri dan sesudahnya, akan

dijelaskan sebagai berikut:

Tahun 1774 M – 1812 M., lembaga pendidikan yang di Dalam Pagar

masih berbentuk pendidikan non formal adapun metode yang digunakan ialah

dalam bentuk pengajian, dan pengajian tersebut langsung dipimpin/dilaksanakan

oleh Syekh Muhammad Arsyad sampai akhir hayat beliau.

Tahun 1812 M – 1931 M., pengajian menyebar di rumah-rumah anak

cucu zuriat Syekh Muhammad Arsyad.

Tahun 1931 M – 1951 M., Oleh guru K. H. M. Thoha bin H. M. Sa'ad

(Qadhil Qudrat), didirikan madrasah "al-Istiqamah" tingkat tahdhiri dan tsanawi.

Sistem/metode pendidikan dan pengajarannya mengacu kepada madrasah

Thawalib di Padang Panjang Sumatera Barat. Adapun pimpinan harian madrasah

di percayakan kepada saudara sepupu beliau yang juga keturunan ke-4 dari Syekh

Muhammad Arsyad al-Banjari yang pernah belajar di madrasah Thawalib tersebut

diantaranya:

- K. H. Salman Jalil (Mantan Inspektur Peradilan Wilayah Kalimantan)

- K. H. Abdurrahman Isma'il (Mantan Kepala KAU Kecamatan Martapura)

- K. H. Sirajuddin (Mantan Kepala KAU Kecamatan Martapura)

- K. H. Iderus Ma'ruf (Mantan Kepala kantor Dep. Agama Kabupaten Banjar)

1Hasil wawancara, pada tanggal September 2006 dengan bapak Irsyad Zain.

Page 63: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

53

53

- K. H. Muhammad Hamzah (Mantan Panitra Kerapatan Qadhi Martapura).2

Tahun 1951 – 1963 M., Setelah kembali dari melanjutkan pendidikan di

kota Mekkah selama 12 tahun, Maka K. H. Salman Jalil dan K. H. Abdurrahman

Isma'il menerus kembangkan madrasah Islamiyah Istiqamah yang kemudian

berganti nama menjadi "Madrasatusyar'iyah". Bagunan gedung diperbaiki dan

ditambah dibawah binaan tuan Guru K. H. Zainal Ilmi.

Tahun 1963 – 1995 M., Oleh tuan Guru K. H. Sya'rani Arief (Kampung

Melayu Martapura) madrasah berganti nama dengan madarah "Sullamul Ulum"

Yang dipimpin oleh K. H. Abdurrahman Isma'il kemudian diteruskan oleh

generasi dibawahnya K. H. Muhmud Arsyad, kemudian dilanjutkan oleh

K. H. Abdul Hamid.

Tahun 1965 M - sekarang., Oleh K. H. Abdurrahman Isma'il dikukuhkan

tingkat pengajaran baru yaitu tingkat Aliyah.

Tahun 1989 M – sekarang., Oleh K. H. Mahmud Arsyad Perguruan

di tambah lagi tingkatnya dengan didirikan Taman Kanak-kanak/Pendidika

al-Qur'an (TKA/TPA).

Tahun 1995 M – sekarang., Perguruan berubah nama menjadi pondok

Pesantren "Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari" dan dipimpin oleh Guru

H. M. Fadhil Zein,3 yang membawa :

a). Tingkat Taman Kanak-kanah al-Qur'an : 1 Tahun

b). Tingkat Taman Pendidikan al-Qur'an : 1 Tahun

c). Tingkat Madrasah Diniyah Awal : 1 Tahun

2Ibid.

3Hasil wawancara, pada tanggal September 2006 dengan guru H.M. Fadhil Zein.

Page 64: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

54

54

Madrasah Ibtidaiyah Swasta : 6 Tahun

d). Tingkat Madrasah Diniyah Wustha : 3 Tahun

e). Tingkah Madrasah Ulya : 3 Tahun

f). Tingkat Takhassus : 3 Tahun

Secara umum dari keseluruhan data yang tergambar dapat dijelaskan

bahwa peranan dan kiprah tokoh-tokoh dalam mengembangkan lembaga

pendidikan di Dalam Pagar, mempunyai andil yang sangat besar. Dan tentu

tantangan yang dihadapi institusi pendidikan agama berbeda dengan masa

sesudahnya.

Walaupun pendidikan formal telah berdiri, tetapi tidak menghilangkan

rutinitas mengaji duduk yang telah berjalan sebelumnya. Pada tahun 1950

Madrasah al-Istiqamah banyak mengeluarkan alumni sebagai kader-kader

terkemuka, diantaranya ada yang jadi guru, qadi pengadilan agama dan lain

sebagainya. Kemudian al-Istiqamah diganti namanya dengan madrasah Syar'iyah

(ibtida' 6 tahun). Pada tahun 1956 madrasah Syar'iyah pun berganti nama dengan

"Sullamul 'Ulum", dengan menambah jenjang pendidikan menjadi:

1. Majlis Ta'lim pada malam hari

2. Madrasah tingkat Taman Kanak-kanak al-Qur'an

3. Madrasah tingkat Ibtidaiyah. Pada tingkat ini madrasah di bagi dua

yaitu: Diniyah (khusus agama) dan Asriyah (dengan menggunakan kurikulum

pemeritah).

4. Madrasah tingkat Tsanawiyah

5. Madrasah tingkat Aliyah

Page 65: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

55

55

Sampai sekarang dengan bergonta-gantinya nama lembaga pendidikan

tidak mengakibatkan rutinitas mengaji duduk terhenti, melainkan tetap eksis

berjalan seperti biasa.

Page 66: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

56

56

Page 67: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

56

BAB IV

DINAMIKA PENDIDIKAN DALAM PAGAR

A. Perkembangan Pendidikan Islam Dalam Pagar

1. Perkembangan Kelembagaan Dalam Pagar

a). Periode Perintis dari tahun 1774 – 1931.

Institusi berasal dari bahasa Inggris institution yang berarti lembaga1 atau

pendirian suatu badan sekaligus pengorganisasian.2 Institusi pendidikan berarti

proses pendirian atau pengorganisasian suatu visi dan misi pendidikan ke dalam

bentuk kelembagaan. Pelembagaan ini bukan semata-mata terpaku pada bangunan

fisik yang kasat mata., tetapi juga suatu nilai abstrak yang tersembunyi dibaliknya

yakni berupa pola kepemimpinan dan pola hubungan orang-orang yang terlibat

di dalamnya.

Sebelum masa Asyad, isntitusi pendidikan Islam di kerajaan Banjar seperti

telah diuraikan di atas masih berkisar pada (mesjid, langgar rumah, tatuha, rumah

pembakal, rumah tatuha, rumah orang berpunya, istana dan sejenisnya). Mungkin

pada awal kedatangannya dari Haramain Arsyad masih menggunakan instutusi

pendidikan itu, tetapi karena setiap hari ramai masyarakat mengunjunginya untuk

meminta nasehat dan mendengar ceramahnya, kemudian semakin lama para

muridnya semakin banyak, maka dirasakan sudah tidak mencukupi lagi, perlu

institusi pendidikan baru yang lebih besar dan luas. Pembangunan institusi

1John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,

1996), h. 325. 2Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya: Arkola,

1994), h. 262.

Page 68: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

57

pendidikan baru bukan berarti Arsyad membuang institusi lama, tetap dibiarkan

berjalan dan sekali waktu ia masih memberikan pengajian bahkan beberapa model

pendidikan Islam dari institusi pendidikan Islam lama ia ratifikasi dan kombinasi

ke dalam institusi pendidikan Islam baru yang dibangunnya. Dalam ungkapan

ringkasnya, institusi pendidikan Islam yang dibangun Arsyad, tidaklah kemudian

mematikan institusi pendidikan Islam lama, melainkan sekedar memperkaya dan

mengembangkannya secara lebih baik sekaligus sebagai mitra baru yang

mengajak saling mendukung dan membela satu sama lain antara institusi

pendidikan Islam baru dan institusi pendidikan Islam lama.dalam perjalan waktu

memang institusi pendidikan Islam lama ini masih berfungsi sebagai wahana

pendidikan terutama bagi anak-anak untuk mempelajari dasar-dasar ilmu agama

yang keluasannya bisa melanjutkan pelajarannya dengan memasuki institusi

pendidikan Islam baru yang dibangun Arsyad yang memang mengerjakan

pelajaran yang luas, tinggi dan beragam, walaupun tetap disediakan juga untuk

pelajaran ilmu-ilmu dasar agama sebagai dampinganya. Di samping motif

semakin banyaknya murid, terdapat juga motif lain yakni keinginan Arsyad untuk

memberikan pengajaran tingkat tinggi terutama dalam bidang ilmu fiqih yang

sebelumnya masih bertaraf sangat rendah, padahal ia merupakan ilmu yang

teramat penting untuk memecahkan persoalan-persoalan praktis dan menata

masyarakat supaya bisa lebih tertib dan teratur atas dasar hukum-hukum Tuhan.

Selain itu, untuk menciptakan miliu pendidikan yang sehat jauh dari pengaruh

percaturan politik kerajaan yang waktu itu masih memang sedang panas-

panasnya, penuh intrik dan saling mengintai untuk menyingkirkan lawan

Page 69: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

58

politiknya terutama antara keturunan Suriansyah dan keturunan Pangeran

Temenggung. Dari miliu pendidikan yang sehat ini juga bisa diharapkan

mewujudkan atau memproduk insan cita yang beramal ilmiyah dan bertakwa

ilahiyah alias pribadi muslim yang utuh sehat jasmani-ruhani, berpengetahuan dan

berakhlakul-karimah. Lebih dari itu, dengan miliu pendidikan yang sehat akan

melahirkan lingkungan budaya yang baik, menjadi wahana kondusif untuk

perkembangan seluruh potensi anak didik baik pada ranah kognitif, afektif

maupun psiko-motorik.

Proses pembangunan institusi pendidikan Islam baru ini, berawal dari

Arsyad meminta sultan Tahmidullah II (1761-1787 M.) memberinya sebidang

tanah tidak terpakai dan masih berupa hutan belukar di luar ibukota kerajaan yang

berada sekitar 4 km dari Martapura, tepatnya berada di tepian Sungai Martapura

yang membentang dari Riam Kanan dan Riam Kiri menuju Banjarmasin. Alat

transformasi untuk mencapai daerah tersebut adalah jukung (semacam sampan

kecil) yang dikayuh dengan dayung kecil menelusuri aliaran sungai yang cukup

panjang dan berarus lumayan deras. Dia dan Syekh Abdul Wahab Bugis yang kini

menjadi menantunyadibantu beberapa murid, melakukan babat alas sekuat tenaga

membersihkan belukar menjadi tanah lapang, kemudian membangun sebuah pusat

pendidikan Islam yang terdiri dari ruangan untuk kuliah, asrama para murid,

rumah para guru (termasuk empat buah rumah untuk isteri-isreri Arsyad yakni

Bajud, Markidah, Aminah dan Bidur), ruang belajar, langgar, perpustakaan dan di

belakangnya runah para anak cucunya. Pusat ini secara ekonomis dapat

membiayai dirinya sendiri, sebab Arsyad bersama dengan beberapa guru dan

Page 70: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

59

murid menolah tanah dilingkungan itu menjadi sawah dan kebun yang prodoktif.

Tak lama kemudian, pusat itu telah menjadikan dirinya lokasi paling penting

untuk melatih para murid yang diharapkan kelak menjadi ulama terkenal

dikalangan masyarakat Kalimantan. Sebelum dibangn pusat pendidikan Islam

tersebut Arsyad memberi pagar disekelilingnya sebagai perwatasan dan baru

kemudian di dalamnya didirikan kampung baru yang sampai sekarang dikenal

kampung Dalam Pagar, sehingga pusat pendidikannya pun kemudian disebut

Punduk Dalam Pagar. Pasalnya, karena setiap orang yang menuju atau dating

ketempat tersebut, jika ditanya selalu mengatakan mau atau dating dari Dalam

Pagar.3

Dalam merancang konsep institusi pendidikan Dalam Pagar, Arsyad

kelihatannya banyak diilhami bahkan mungkin dipengaruhi beberapa institusi

pendidikan Islam di Haramain dengan tanpa menafikan sama sekali pengaruh

institusi pendidikan Islam di Nusantara secara umum dan Kalimantan secara

khusus. Argumen ini cukup beralasan, karena hamper seperempat abad lebih

Arsyad tinggal dan menuntut ilmu di Haramain bergelut dalam berbagai institusi

pendidikan Islam di sana walaupun tidak seluruhnya, tetapi paling tidak ia

mengetahui dan menyaksikan dengan penuh rasa penghayatan yang mendalam. Ia

di sana mengetahui tentang madrasah, ribat (riwat, zawiyah dan khanqah),

meskipun tidak terlibat sangat jauh, tetapi pernah bergulat sesekali. Pergulatannya

yang sangat intens adalah dilingkungan studi di masjid al-Haram di Makkah dan

masjid an-Nabawi di Madinah.

3Humaidy, "Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Pendidikan Islam di Kalimantan

Selatan", dalam Jurnal Kebudayaan Kandil Edisi 3, Tahun 1 (Desember 2003), h. 43.

Page 71: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

60

Dengan demikian punduk Dalam Pagar, meskipun formatnya berangkat

dari institusi pendidikan lokal seperti langgar (termasuk masjid, rumah tatuha,

rumah pembakal, rumahguru, rumah orang berpunya dari istana), tetapi punya

orientasi instisional, yakni banyak mengambil model beberapa institusi

pendidikan di Haramain terutama lingkaran studi di kedua masjid suci, berikutnya

ribat dan madrasah. Kalau boleh diformulasikan dalam kadar takaran yang bisa

ditimbang Dalam Pagar memiliki unsur, rumah tatuha, rumah pembakal masjid

Haramain sangat dominan terutama dalam otoritas guru, sistem pengajarannya

dan kitab-kitab yang dipergunakan, disusul unsur ribat dalam model pelatihan

spiritual, materi suluk dan cara khalwatnya, diikuti unsur langgar (termasuk juga

masjid, rumah tatuha, rumah pembakal, rumah guru, rumah orang berpunya dan

istana) dalam materi dasar ajaran, media bahasa yang dipergunakan di samping

model bangunannya, dan kemudian unsur madrasah dalam model pengasramaan

dan penekanan ajaran pada ilmu fiqihnya.

Dalam analisis Ahmad Basuni Dalam Pagar sudah merupakan pesanten

karena di sana ada tempat tinggal guru, ada tempat pengajian, pondokan para

santri dan langgar.4 Bolehlah dikatakan demikian, tetapi semacam bukan berarti

persis sama sekali, sebab istilah pesanteren di Kalimantan Selatan baru dikenal

tahun 1970-an. Pemadanan lebih persis adalah dengan surau di Padang, rangkang,

meuasah, dayah di Aceh, punduk di kawasan Melayu seperti Malaysia, Fatani

(Thailand), Riau, Palembang (Sumatera) dan Brunai Darussalam. Oleh karena

Kalimantan Selatan atau suku Banjar termasuk sebagai masyarakat Malayu dan

4Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1986),

h. 52-54.

Page 72: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

61

sangat kental budaya Melayunya. Steenbrink sedikit membantah hal ini, dengan

menyatakan bahwa kebudayaan Banjar itu memang sebagian termasuk dunia

kebudayaan Melayu, tetapi daerah Melayu khususnya Banjar mempunyai corak

Jawa yang paling kuat, baik dalam dunia kraton, bahasa maupun bahasa

setempatnya.5 Namun Faruk HT balik membantah keras adanya pengaruh kuat

Jawa tersebut, karena feodalisme yang menjadi inti kebudayaan Jawa menurutnya

tidak sempat berpengaruh dan mengakar kuat dalam budaya Banjar, hanya lapisan

tanpa makna yang signifikan.6 Unsur Melayu tetap dominan dal budaya Banjar

karena sudah lama menjadi inti dari terbentuknya masyarakat Banjar. Hal ini

tampak dari bahasa Banjar yang menjadi bahasa pengantar masyarakat Banjar

hampir 75% dari kosa katanya berasal dari Melayu yang terekpresi pada bahasa

dalam percakapan sehari-hari, bahasa dalam pergaulan dan bahasa berbagai

kesenian.

Berangkat dari pemahaman di atas, penulis lebih senang menyebut Dalam

Pagar sebagai punduk (sebutlah ini sudah penulis pakai sejak awal penulisan)

karena merupakan sebutan paling popular institusi pendidikan tradisional Islam

kawasan Melayu, juga menjadi sebutan yang lazim dari masyarakat Banjar pada

umumnya dan Banjar Hulu pada khususnya.

Punduk dengan pesantern mempunyai perbedaan cukup banyak. Pertama,

dalam proses sejarah pemunculannya punduk lebih bernuansa Timur Tengah,

tanpa ada pengaruh signifikan dari institusi Hindu-Budha (karena agama Hindu-

5Karel A. Steebrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984), h. 94. 6Muhammad Najid, Ed., Demokraso dalam Perspektif Budaya Nusantara, (Yogyakarta:

LKPSM NU, 1996), h, 130.

Page 73: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

62

Budha di Kalimantan Selatan tidak begitu mengakar), meskipun masih terasa kuat

berakar pada tradisi local, sedangkan pesantren nyata-nyata merupakan

persambungan institusi pendidikan Hindu-Budha yang disebut mandala dan

asymara yang berada jauh di pegunungan. Kedua, dalam proses

pembangunannyan punduk bukan didirikan tuan guru semata-mata, tetapi juga

atas partisipasi masyarakat bahkan tanahnya merupakan pemberian sultan dari

kerajaan Banjar dan dibantu masyarakat dan menggarap dan mengolahnya lahan

produktif, sehingga punduk tidak merupakan milik mutlak tuan guru, melainkan

tuan guru bersama masyarakat yang memilikinya, sedangkan pesantren memakai

kiai yang mendirikannya karena ia pada umumnnya tuan tanah yang sangat kaya

sehingga pesantren memang mutlak menjadi miliknya, tidak heran jika posisi kiai

dan pesantrennya bagaikan posisi raja dengan istananya. Ketiga, dalam pola

kepemimpinannya, di dalam punduk tuan guru tidak berkuasa mutlak terhadap

murid-muridnya, tetapi berbagi kuasa dengan tuan guru yang berada di luar

punduk sekalipun, sehingga hubungan guru-murid meskipun tidak sampai

mencapai taraf kemitraan terasa cukup dialogis, kehormatan murid terhadap

gurunya terbatas samapi diguru semata-mata tidak sampai ke anak cucu-

keturunannya, sedangkan di dalam pesantren kiai berkuasa mutlak terhadap santri-

santrinya, ia harus selalu ditaati tanpa reserve, tidak boleh dikritik apalagi sampai

didemontrasi santrinya, santri harus patuh bak mayat yang diperlakukan apa saja

oleh pemandinya, hubungan kiai dengan santri merupakan hubungan patron-klan

atau tuan hamba yang bersifat doktriner, otoriter dan tidak dialogis, sehingga

santri tidak saja harus sangat menghormati kiainya tetapi sekaligus juga

Page 74: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

63

menghormati anak-cucu-keturunan dan keluarganya. Keempat, dalam karakternya,

punduk agak inklusif membiarkan murid-muridnya mengaji tidak semat-mata

terikat kepada satu tuan guru, tetapi beberapa tuan guru bahkan tuan guru diluar

sekalipun tidak terlarang, sedangakan pesantren sangat ekslusif, santri-santrinya

mengaji terikat ketat pada satu kiai atau paling dua-tiga kiai saja, tidak dibiarkan

mengaji pada banyak kiai, apalagi mengaji pada banyak kiai dari luar sangat

dilarang. Kelima, dalam relasinya keluar, punduk tidak mengasingkan diri dengan

masyarakat sekitarnya bahkan terkadang begitu menyatu karena masyarakat

merasa ikut memilikinya, sedangkan pesantren meskipun tidak tertutup sama

sekali dengan masyarakat sekitarnya, tetapi terasa sekali sengaja membuat jarak

yang jelas dan tegas, mungkin dalam rangka menjaga lingkungan pesantren dari

pengaruh luar yang tidak kondusif.7

Arsyad berperan dalam pembaharuan institusi pendidikan di Kalimantan

Selatan dengan mengenalkan institusi pendidikan semi formal pertama dalam

masyarakat, di mana pengajian dikonsentrasikan dalam satu kompleks dan ilmu

agama yang diajarkan lebih luas dan lebih mendalam.

b). Periode Pembangunan dari tahun 1931 – 1975.

Pada saat lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar ini dipimpin oleh

GH. M. Thoha bin H. M. Sa'ad (Qadhil Qudhat) pada zaman Belanda, didirikan

Madrasah "Al-Istiqomah" tingkat tahdiri dan tsanawi. Sistem/metode pendidikan

pengajaran mengacu kepada madrasah "Thawalib" di Padang Panjang Sumatra

Barat.

7Humaidy, "Punduk Darussalam dalam Lintas Sejarah", dalam Jurnal Kebudayaan

Kandil Edisi 2, Tahun 1 (September 2003), h. 68.

Page 75: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

64

Pimpinan harian madrasah di percayakan kepada sepupu beliau yang juga

keturunan ke-4 dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, yang pernah belajar di

madrasah Thawalib tersebut diantaranya: Guru Muhammad Anwar bin

Abdurrahman dan dibantu oleh Guru H. M. Hasan yang kemudian menjadi Qadhi

di Martapura.

Selama kepemipinan GH. M. Thoha bin H. M. Sa'ad diadakan perubahan

di bidang pengajaran yaitu disamping diajarkan ilmu-ilmu agama diajarkan pula

ilmu pengetahuan umum dan eksakta dengan menggunakan buku yang berbahasa

Arab dan bahasa pengantarnya pun menggunakan bahasa Arab dalam kurikulum

dan tahun belajar di lembaga pendidikan ini dibagi tingkatan tertentu yaitu:

Awaliyah, Wustha dan "Ulya. Kemudian nama madrasah "Al-Istiqomah" diganti

dengan "Madrastusysyar'iyah". Pergantian nama ini disesuaikan dengan tuntutan

zaman ketika itu, saat tentara Jepang memasuki Martapura tepatnya tanggal 8

Desember 1942 situasi menjadi berubah. Dai Nippon menggunakan kekuasaannya

sehingga seluruh partai dan organisasi massa dibubarkan, bahkan nama lembaga

pendidikan Islampun harus menggunakan bahasa Jepang "Kai Kjo Gakko".

Dengan kondisi seperti ini, madrasah "Al-Istiqomah terpaksa mengikuti ketetapan

ini asalkan bisa menyelenggarakan pendidikan sebagaimana semula.

Setelah kemerdekaan dapat dicapai, pertumbuhan lembaga pendidikan

Islam Dalam Pagar mendapat angin segar namun tidak diiringi dengan jumlah

tenaga pengajarnya. Hal ini disebabkan oleh K. H. Salman Jalil dan K. H.

Abdurrahman Ismail melanjutkan pendidikan beliau ke kota Mekkah selama 12

tahun. Setelah datangnya K. H. Salman Jalil dan K. H. Abdurrahman Ismail dari

Page 76: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

65

kota Mekkah mereka menerus kembangkan lembaga pendidikan Islam Dalam

Pagar yang sempat mandek yang disebabkan oleh peristiwa perang.

Dengan bantuan dan binaan Tuan Guru K. H. Zainal Ilmi. K. H. Salman

Jalil dan K. H. Abdurrahman Ismail mulai memperbaiki gedung-gedung madrasah

dengan bantuan hasil swadaya masyarakat murni dengan ukuran 14 m x 10 m

yang dapat menampung 2 lokal belajar dan 4 kantor.

Walaupun pendidikan formal telah berdiri, tetapi tidak menghilangkan

rutinitas kaji duduk yang telah berjalan sebelumnya. Pada tahun 1950

Madrastusysyar'iyah banyak mengeluarkan kader-kader ulama yang terkemuka,

di antaranya ada yang jadi guru, qadi pengadilan agama dan lain sebagainya.

Pada tahun 1956 Madrastusysyar'iyah di ganti dengan nama "Sullamul

'Ulum", dengan tingkatan ibtidaiyah 6 tahun, dan tsanawiyah 3 tahun. Tahun 1960

Sullamul 'Ulum menambah jenjang pendidikan lagi, menjadi:

1). Majelis Ta'lim pada malam hari.

2). Madrasah tingkat Taman Kanak-kanak Al-Qur'an.

3). Madrasah tingkat Ibtidaiyah. Pada tingkat ini madrasah di bagi dua,

yaitu: diniyah (khusus agama), dan asriyah (kurikulum pemberintah).

4). Madrasah tingkat Tsanawiyah.

5). Madrasah tingkat Aliyah.

Bergantinya nama lembaga pendidikan tidak mengakibatkan rutinitas kaji

duduk terhenti melainkan tetap berjalan seperti biasa.

Page 77: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

66

Pada tahun 1967 didirikanlah asrama khusus untuk santri, namun asrama

tersebut tidak mampu menampung semua santri, sehingga ada santri yang masih

tetap tinggal di rumah guru-guru dan bahkan di rumah penduduk.

c). Periode Pengembangan dari Tahun 1975 – 2006.

Ketika Pemerintah RI lewat SKB Tiga Menteri tahun 1975 menggalakkan

lembaga pendidikan madrasah dan mensejajarkan statusnya dengan sekolah

umum.8 Berdasarkan ketetapan tersebut, lembaga pendidikan Dalam Pagar pada

tahun 1978 ketika masih pimpinan masih dipegang GH. Abdurrahman Ismail,

menyelenggarakan lembaga pendidikan madrasah yakni madrastusysyar'iyah.

Madrastusysyar'iyah dengan mengikuti binaan Kandepag Kab. Banjar,

maka madrasah ini bernaung di bawah pondok pesantren Sullamul Ulum yang

kemudian hari Ponpes diberinama oleh GH. Abdul Hamid Syarwani pimpinan

Ponpes ketika itu dengan Ponpes "Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari".

Karena tingkat ibtidaiyahnya tidak diajarkan pengetahuan umum dan usia

serta pengetahuan agama santrinya yang kelas 4, 5 dan 6 serta murid kelas 1, 2

dan MTs atau SLTP, oleh kepala madrasah ini H. M. Fadhil Zein dijadikan

Madrasah Diniyah Wustha sesuai dengan rekomendasi dari Kandepag Kab.

Banjar.

8Isi dari SKB Tiga Menteri di antaranya: Bab I ayat 2 menyatakan bahwa madrasah

meliputi tiga tingkatan yang tingkat Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar, tingkat

Tsanawiyah setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama, dan Madrasah Aliyah setingkat dengan

Sekolah Menengah Atas. Selanjutnya Bab II pasal 2 disebutkan bahwa ijazah madrasah

mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat, lulusan madrasah dapat

melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas, dan siswa madrasah dapat berpindah ke

sekolah umum yang setingkat. Sedang mengenai pengelolaan dan pembinaan dinyatakan dalam

Bab IV pasal 4 berisi pengelolaan madrasah dilakukan oleh Menteri Agama RI, pembinaan mata

pelajaran agama pada madrasah dilakukan oleh Menteri Agama, pembinaan dan pengawasan mutu

pelajaran umum pada madrasah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bersama-

sama Menteri Dalam Negeri. M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003), h. 58.

Page 78: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

67

Jadi Depag RI mengenal : Madrasah Islam Swasta 6 tahun, Madrasah

Tsanawiyah 3 tahun, dan Madrasah Aliyah 3 tahun dengan studi pelajaran agama

sama dengan pelajaran umum 75 %, serta Madrasah Diniyah Awaliyah 4 tahun,

Madrasah Diniyah Wustha 3 tahun, Madrasah Diniyah 'Ulya 3 tahun dengan studi

pelajaran agama 100 %. Dan pelajaran umum 0 %.

Dengan demikian para santri bukan saja bisa belajar ilmu agama tetapi

juga bisa mengecap ilmu-ilmu pelajaran umum, hal ini disebabkan karena Ponpes

"Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari" membuat suatu trobosan dengan

menawarkan sistem salafiyah dan khalafiyah yang dikolaborasikan secara lebih

optimal dengan mengikuti sistem madrasah. Tujuan pembelajaran sudah tersusun

dengan sistematis. Materi pelajaran selain 60 % materi agama dan bahasa Arab

dan kurikulum pesantren ditambah 40 % mata pelajaran umum sesuai dengan

kurikulum madrasah dari Departemen Agama. Proses belajar mengajar

dilaksanakan dengan sistem klasikal, dengan menggunakan metode pembelajaran

yang lebih variatif dan inovatif. Sistem evaluasi menggunakan tes lisan dan

tulisan, baik evaluasi yang diselenggarakan oleh Pesantren sendiri maupun dengan

mengikuti ujian Negeri, sehingga pada akhirnya mendapat syahadah dan ijazah

Negeri.

2. Metode

Metode dalam bahasa Inggris methode dari bahasa Latin methodus dan

Yunani methodos, meta artinya sesudah dan di atas hodos artinya suatu cara.9

Metode pengajaran berarti cara-cara pelaksanaan dari proses pengajaran atau soal

9L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Remaja Rosdakarya, 1991),

h. 10.

Page 79: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

68

bagaimana tekhnisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di

sekolah (termasuk punduk) untuk mencapai tujuan.10

Metode Arsyad dalam proses pengajarannya bisa dikategorikan dalam dua

arah, yakni metode makro dan metode mikro yang pada dasarnya hanya lebih

memperkaya, meningkatkan kualitas dan sedikit memberi hal-hal baru pada

metode pengajaran dari institusi pendidikan lama.

a. Metode Makro

1). Kontekstualistik yakni metode memindahkan dan

mengembangkan suatu teks atau nilai dari yang rumit, lambat dan individual

menjadi praktis, cepat dan massal. Dalam konteks pengajaran Arsyad adalah

berbagai teks disiplin ilmu pengetahuan Islam pada zamannya yang terbungkus

dalam bahasa Arab, dipindah, diolah dan dimodifikasi menjadi bahasa Melayu,

dalam bentuk terjemahan, syarah, kompilasi, seleksi, kreasi atau gabungan, baik

satu antara dua, sampai tiga maupun semuanya.

2). Migrasianistik yakni pengajaran yang menganjurkan atau bahkan

mewajibkan murid-murid yang sudah dianggap selesai dan mampu untuk

bermigrasi atau merantau ke berbagai daerah atau sampai ke luar negeri.

3). Sentralistik yakni metode memusatkan pengajarannya pada satu

kompleks yang jauh dari keramaian kota, yang pada masa sebelumnya belum

pernah ada dan belum ada orang yang melakukannya.

10

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1977),

h. 149.

Page 80: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

69

4). Integralistik yakni metode baru yang sebelumnya belum pernah

dilakukan yang ingin menyelaraskan lingkungan pengajaran di punduk (sekolah),

lingkungan pengajaran rumah tangga dan lingkungan pengajaran masyarakat.

5). Gradulistik yakni metode penjenjangan dalam mengajarkan ilmu

pengetahuan, terutama pengetahuan agama. Metode ini bukan metode baru dan

pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Arsyad menerapkan metode ini

dalam pengajarannya dengan dua segi pentahapan yakni pertama dari sudut

pemberian materi pengajaran lebih mendahulukan ilmu tauhid, baru ilmu fiqih,

setelah itu menyusul ilmu tasawuf.

6). Klasifikalistik yakni metode pengajaran yang menggolong-

golongkan murid berdasarkan atas pertimbangan berbagai perbedaan. Dalam hal

ini Arsyad menggolongkan murid-muridnya berdasarkan jenis kelamin, bakat dan

tingkat kecerdasan.

b. Metode Mikro

1). Uswatun Hasanah yakni metode pengajaran di mana guru lebih

dahulu membentu dirinya patut atau ideal untuk menjadi teladan bagi murid-

muridnya. Pembentukan diri itu dapat ditempuh dengan meningkatkan wawasan

keilmuan, kesalehan, pengabdian, dedikasi dan integritas moral.

2). Halaqah yakni metode pengajaran di mana tuan guru membaca

sebuah kitab disekelilingnya duduk para murid mendengarkan, memperhatikan

Page 81: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

70

menyimak sambil memberikan catatan seperlunya pada beberapa kata Arab yang

belum dimengerti maknanya.11

3). Sorogan yakni metode di mana murid menghadap guru bergiliran

satu persatu dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Metode ini dalam

dunia modern dinamakan dengan istilah toturship atau mentorship.12

4). Ceramah yakni metode penyampaian pesan dan informasi (materi

pengajaran) kepada murid secara satu arah yang dilaksanakan dengan lisan atau

lewat suara oleh guru.

5). Tanya-Jawab yakni metode pengajaran dimana guru bertanya

materi pelajaran baik yang sudah, sedang maupun yang akan diajarkan, sedangkan

murid-murid menjawabnya, Arsyad dalam beberapa karangannya kelihatan sangat

gemar menggunakan metode tanya-jawab, misalnya pada kitab Sabi al-Muhtadin,

Luqtah al-Ajlan dan Tuhfah ar-Ragibin, hamper dalam setiap bab ditemukan data

yang memuat tanya-jawab permasalahan.

6). Diskusi yakni metode pengajaran dimana proses interaksi dan

komunikasi dua arah atau lebih terjadi, melibatkan guru dan murid untuk

memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan.

7). Penugasan yakni metode pengajaran dimana guru memberikan

tugas kepada murid-muridnya berupa materi keilmuan dan keterampilan agar

dikerjakan dan diselesaikan dalam waktu tertentu.

8). Drill yakni metode pengajaran mata pelajaran yang lebih dominan

praktik atau latihan daripada teori.

11

Muhmis Baderi, "Profil Pesantren di Kalimantan Selatan", makalah seminar Profil

Pendidikan Pendidikan Islam di Kalimantan Selatan, 11-12 September 1986 di Banjarmasin, h. 6. 12

Baderi, loc. cit.

Page 82: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

71

9). Takhassus yakni metode khusus dalam pengajaran dimana guru

secara intens mengontrol, banyak memberi nasihat, menuntun dan membimbing

murid-muridnya dalam melakukan suluk, khalwat atau latihan spiritual.

Semua metode pengajarannya baik yang makro maupun mikro

dilaksanakan satu persatu atau digabung satu, dua, tiga atau lebih dalam satu

waktu dan tempat. Yang jelas metode pengajarannya ini memperbaharui metode

pengajaran lama dalam artian memperkaya, mengembangkan, meningkatkan dan

memberikan tambahan baru yang sangat bermakna.

3. Materi

Sebelum kedatangan Arsyad, materi pelajaran agama masih sangat

sederhana. Dalam pengajian al-Qur'an sekedar membaca, menghapal dan

melagukan. Dalam pengajaran fiqih terbatas aturan shalat, wudhu dan berdo'a.

Mungkin hanya dalam pelajaran tasawuf yang sudah cukup mendalam karena

sampai tingkat wihdatul wujud, meskipun diragukan tingkat pemahamannya

karena tidak didukung oleh pemahaman tauhid dan fiqih yang mendalam sebagai

bagian atau tahap penting yang harus dilalui oleh orang-orang beriman.

Memasuki zaman Arsyad (ketika sudah pulang dari Haramain), materi

pelajaran agama mengalami pendalaman dan perluasan. Dalam pengajaran di

samping membaca, menghapal dan melagukan juga diiringi dengan pelajaran

bahasa Arab, tafsir, tajwid sekaligus khat dan kaligrafi. Yang disebut terakhir

merupakan salah satu keahlian Arsyad, karena hasil tulisan tangannya sampai

sekarang masih bisa kita nikmati keindahannya. Dalam pengajaran fiqih sudah

tersusun sangat sistimatis dan thaharah sampai haji dengan tambahan-tambahan

Page 83: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

72

kasus-kasus local seperti hukum memakan amal wanyi (lebah) dan haliling

(sejenis siput darat). Dalam pengajaran tauhid sudah dibicarakan berbagai aliran

teologi dalam Islam, konsep tentang iman dengan segala seluk beluknya termasuk

kebalikannya yakni konsep kafir, musyrik, murtad, zindiq, bid'ah, mubadzir dan

kepercayaan menyimpang lainnya. Dalam pengajaran tasawuf, ia lebih memilih

tasawuf yang masih bisa diterima syariat ketimbang yang bertentangan. Ia juga

mengajarkan ilmu falaq sebagai cabang ilmu keahliannya dan keterampilan

bertani dan membuat irigasi.

Sementara kitab-kitab pelajaran yang ia gunakan dalam pelajaran,

mungkin tidak semata-mata hasil dari beberapa buah karyanya, melainkan juga

buah karya ulama-ulama lain. Hal ini senada dengan sinyalemen Martin bahwa

kitab yang digunakan di kawasan Melayu, biasanya karya-karya orisinil ulama

Melayu. Sudah barang tentu Arsyad juga menggunakan kitab-kitab berbahasa

Arab secara langsung, terutama karya-karya ulama madzhab Syafi'i dalam fiqih,

madzhab ahlussunnah dalam tauhid dan tasawuf.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Masa Keemasan dan Kemunduran

Lembaga Pendidikan Islam Dalam Pagar

Pada pembahasan ini peneliti akan mengemukakan tiga faktor yang

mempengaruhi masa keemasan dan kemunduran lembaga pendidikan Islam

Dalam Pagar. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor tokoh, faktor lingkungan dan

faktor kesinambungan dan perubahan. Hal ini peneliti lakukan sesuai dengan

pembatasan masalah. Secara sistematis faktor-faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

Page 84: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

73

1. Tokoh-tokoh

Keberhasilan transmisi dan sosialisasi ajaran Islam salah satunya

ditentukan oleh hadirnya lembaga pendidikan Islam, di samping melalui

pendekatan politis, kultural, perkawinan dan perdagangan. Kita mengenal surau di

Sumatra Barat, rangkang dan meunasah di Aceh, langgar di Jakarta, tajuk di Jawa

Barat, pesantren di Jawa, dan lain-lain. Lembaga-lembaga pendidikan Islam

tersebut tidak bisa dipisahkan dari peran yang sangat signifikan dengan cara

mengembangkan sistem pendidikan, visi dan misi yang harus diperjuangkan,

kurikulum, bahan ajar seperti buku dan kitab, sarana prasarana, etos keilmuan,

sumber dana, kualitas lulusan, dan lain-lain.

Terjadinya proses kegiatan pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan

dari peran tokoh sebagai aktor utamanya. Gerakan pendidikan Islam tersebut

merata di seleruh kepulauan di Indonesia, yaitu mulai dari Aceh, Sumatra Barat,

Jambi, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, hingga ke pulau Jawa, Sulawisi, Nusa

Tenggara, Kalimantan, dan Maluku. Melalui lembaga-lembaga dimaksud telah

mampu mencetak kader-kader yang selanjutnya memimpin perjalanan kehidupan

bangsa.

Upaya gerekan pendidikan ini berlangsung dari sejak zaman

prakemerdekaan hingga zaman kemerdekaan dan zaman modern seperti sekarang

ini. Gerakan pendidikan tersebut selain mendapat pengaruh dari dalam negeri,

juga dipengaruhi oleh gerakan yang berkembang di Timur Tengah seperti Saudi

Arabia (Makkah), Mesir, Turki, India, dan sebagainya. Pengaruh ini terjadi karena

Page 85: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

74

adanya hubungan yang kuat antara ulama yang ada di kepulauan nusantara dengan

ulama-ulama yang ada di Timur Tengah.

Dalam menatap, merancang dan menyiapkan visi, misi dan strategi

pendidikan Islam di era globalisasi yang penuh tentangan ini, umat Islam

ditantang untuk berpikir dan bekerja lebih keras lagi. Umat Islam harus mampu

merumuskan konsep pendidikan yang sesuai dengan zamannya. Upaya ini

menuntut adanya pemikiran, gagasan, dan saran-saran yang konstruktif. Umat

Islam perlu melihat dan belajar serta bersikap terbuka terhadap gagasan dan

pemikiran yang datang dari manapun.

2. Lingkungan

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan pun semakin

berkembang, Jika pada masa sebelumnya pendidikan tidak menekankan pada

pentingnya institusi, maka pada fase berikutnya lebih mengedepankan peran

institusi.

Tidak mengherankan jika pendidikan Islam tradisional pun pada akhirnya

mengikuti model pendidikan yang lebih terorganisasi, sehingga diterapkannya

sistem kelas, kurikulum, biaya pendidikan, dan sistem penggajian guru.

Ketika model pendidikan Islam tradisional ala pesantren dikenal secara

luas, maka hal itu juga sekaligus memperkenalkan model pendidikan Islam

tradisional terinstitusi kepada masyarakat lokal, walaupun tidak terlalu modern,

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ada beberapa institusi pendidikan Islam

tradisional yang bermunculan, misalnya seperti Normal Islam di Amuntai dan

Pesantren Darussalam di Martapura, kemudian pada awal dekade 80-an mulai

Page 86: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

75

bermunculan pula pesantren-pesantren serupa, meskipun pada umumnya lebih

menekankan ciri tradisionalnya.

Kemudian pada pertengahan 80-an hingga menjelang awal 90-an,

pesantren-pesantren yang mengklaim dirinya modern mulai bermunculan, yang

pada umumnya merupakan cabang dari pesantren di Jawa, adapun ciri khasnya

yaitu, dengan mengajarkan bahasa Inggeris kepada santrinya.

Dengan pesatnya perkembangan pesantren, maka dengan sendirinya peran

mengaji duduk secara perlahan-lahan mulai tergusur, istilah tuan Guru pun mulai

jarang terdengar, di samping keberadaan para tuan guru semakin langka, apalagi

di daerah yang sudah tergolong perkotaan. Peran tuan Guru tampaknya tidak

hanya tergusur oleh keberadaan pesantren-pesantren, tetapi juga direbut oleh jalur

pendidikan formal umum serta lembaga pendidikan agama yang sudah

di negerikan. Selain itu terkait pula dengan adanya perubahan minat masyarakat

yang lebih senang menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah-sekolah umum

milik pemerintah ataupun swasta.

Kecenderungan para orang tua menyekolahkan anak-anaknya pada

sekolah-sekolah formal terkait dengan perubahan cara pandang mereka dalam

melihat dunia pendidikan. Pada umumnya para orang tua mengaitkan pendidikan

dengan lapangan pekerjaan, sehingga mereka beranggapan bahwa alumni sekolah-

sekolah formal lebih mudah dalam mencari pekerjaan.

Fenomena di atas semakin menjauhkan perhatian masyarakat terhadap

penting tidaknya keberadaan mengaji duduk, karena pendidikan di luar jalur

formal tidak menjanjikan pekerjaan yang "sesuai" dengan kebutuhan masyarakat,

Page 87: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

76

pendidikan agama yang formal ataupun non formal tetap dianggap penting, karena

masih diperlukan sebagai bentuk proteksi sosial terhadap nilai-nilai yang

dianggap asing secara kultural.

Trend di atas pada satu sisi memang mengandung nilai positif, namun

pada sisi yang lain lebih menekankan pada sosok kharismatis seorang guru,

meskipun hal itu bisa ditolerir dalam konteks lokal, tetapi bagaimanapun

membekali anak-anak muda dengan penguasaan ilmu agama yang lebih serius

dengan segala perangkat ilmu alat-nya tetaplah penting.

Terlepas dari trend di atas, bagaimanapun masyarakat lokal harus

menghargai mengaji duduk sebagimana sebuah bentuk pendidikan lokal non

formal yang telah banyak melahirkan banyak ulama.

Selain itu ada pula dimensi spiritual mengaji duduk yang mengandung

nilai positif, dan tidak bisa diremehkan begitu saja, yaitu bagaimana seorang tuan

Guru mengajar berdasarkan nilai-nilai kesalehan., di mana keikhlasan merupakan

bagian yang include di dalamnya. Dalam pandangan tradisional mereka benar-

benar guru sejati tanpa tanda jasa, karena tidak menekankan unsur-unsur

komersialitas dalam pendidikan.

Begitu juga seorang murid dalam pandangan tradisional, adalah orang

yang menjunjung nilai-nilai kesalehan, yang tujuannya tidak hanya pada hal-hal

yang duniawi saja, tetapi pada tujuan-tujuan ukhrawi. Namun ketika masyarakat

sudah beralih orientasi, maka nilai-nilai sacral dalam pendidikan agama lokal

mengalami pengeroposan. Secara umum orientasi pendidikan bergeser dari

memperoleh ilmu kepada ijazah.

Page 88: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

77

3. Kesinambungan dan Perubahan

Bentuk pendidikan pada masa-masa awal masuknya Islam di

Kalimantan Selatan hingga beberapa abad belakangan, tampaknya memiliki ciri

khas yang lebih menekankan sisi non formalnya, yaitu tidak mengutamakan

adanya kehadiran istitusi formal dalam menyelenggarakan aktivitas pendidikan.

Sebagai masyarakat yang dikenal religius, umumnya masyarakat Banjar

tradisional lebih memahami pendidikan sebagai sesuatu yan tidak terlepas dari

agama, sehingga kadang-kadang dalam sudut pandang tradisional pendidikan

formal yang lebih berorientasi pada ilmu-ilmu non agama dianggap sebagai suatu

stigma.

Prinsip-prinsip teologis dalam masyarakat ketika memandang

pendidikan begitu kuat diterapkan, sehingga semua aktivitas pendidikan yang

berhubungan dengan pendidikan dipandang memiliki hubungan yang sakral

dengan perintah-perintah Tuhan. Dengan ungkapan lain setiap aktivitas

pendidikan dipandang juga sebagai perbuatan yang sangat mulia. Tidak

mengherankan pula jika ada orang yang berprofesi sebagai Tuan Guru atau

Mu'allim dipandang sebagai sebuah pekerjaan yang terhormat.

Profesi sebagai Tuan Guru atau Mu'allim di atas, tentulah berdasarkan

qualifikasi keilmuan yang dimilikinya, biasanya dalam masyarakat Banjar

tradisional pengakuan terhadap seseorang Tuan Guru atau Mu'allim didasarkan

pada criteria, apabila ia telah lama menuntut ilmu di tanah Suci Mekkah, atau

paling tidak berguru pada Tuan Guru-Tuan Guru lokal yang dianggap sangat 'alim

Page 89: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

78

dalam berbagai cabang ilmu agama, khususnya dalam prihal ilmu-ilmu lahir dan

ilmu-ilmu batin.

Kemudian menjelang abad ke-20 hingga sekarang kiblat keilmuan

masyarakat Banjar mengalami pergeseran, yaitu dari Mekkah ke Mesir,

khususnya Universitas al-Azhar, dan penekanan studinya pada fiqh dan teologi.

Umumnya para calon Tuan Guru yang menuntut ilmu ke sana terlebih dahulu

menempuh jalur pendidikan formal, karena untuk masuk universitas tersebut

diperlukan syarat formal, yaitu berupa ijazah.

Kedudukan para Tuan Guru dalam masyarakat Banjar tradisional

tergolong dominan meskipun tanpa institusi, sebagai gantinya adalah majelis

pengajian. Pada dasarnya mereka juga adalah ulama atau qadhi yang memiliki

hubungan dengan kekuasaan (meskipun tidak semua) maupun pada bagian lapisan

masyarakat.

Mengenai besar kecilnya pengaruh Tuan Guru di tengah masyarakat

Banjar tradisional, tidak hanya ditentukan oleh qualifikasi keilmuan saja, tetapi

juga tergantung seberapa besar kharisma yang dimiliki oleh Tuan Guru, serta

berapa banyak jumlah jamaahnya.

Adapun jenis pengajian yang berkembang pada masyarakat Banjar

tradisional tergantung pada orientasi Tuan Guru dan kecenderungan masyarakat

yang berkembang pada saat itu. Jenis pengajian yang pertama adalah lebih kepada

pemenuhan kebutuhan spiritual masyarakat, sedangkan jenis pengajian yang

kedua lebih menekankan pada keahlian dalam bidang ilmu agama, dalam hal ini

seorang murid sangat dituntut keseriusan dan ketentuannya dalam mendalami

Page 90: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

79

ilmu-ilmu agama, untuk bisa mencapai tujuan tersebut seorang murid harus

mengusai yang namanya ilmu alat, yaitu ilmu bahasa, lebih spesifiknya adalah

bahasa Arab (yang berhubungan dengan ilmu nahwu dan sharaf). Dengan

menguasai ilmu alat, maka seorang murid diharapkan bisa mengusai berbagai

cabang ilmu agama, dan para muridnya diharapkan bisa menguasai berbagai

cabang ilmu agama, dan para murid inilah nantinya yang menjadi Tuan Guru-

Tuan Guru lokal, yang merupakan penyambung estafet keberlanjutan pengajaran

agama di kampung-kampung.

Jenis model pengajaran yang besifat lokal pada masyarakat Banjar,

sebagaimana yang dimaksud di atas sudah berlangsung lama dari generasi ke

generasi, inilah yang disebut dengan mengaji duduk. Pengajian-pengajian ini

biasanya dilaksanakan di rumah-rumah para Tuan Guru, para murid pun datang

silih berganti untuk belajar kepada Tuan Guru berdasarkan waktu-waktu yang

telah disepakati oleh kedua belah pihak, serta sesuai dengan tingkatan kitab yang

dipelajari.

Model pengajian ini disebut dengan mengaji duduk karena Tuan Guru

dan murid berada dalam posisi duduk di lantai (balapak), serta saling berhadap-

hadapan. Jika jumlah murid tergolong banyak, maka posisi duduk bisa dalam

bentuk lingkaran. Adapun menyangkut peralatan sangat bersifat sederhana, yaitu

meliputi pensil, buku tulis, kitab yang dipelajari, bangku kecil tempat meletakkan

kitab saat belajar atau memakai papan tulis.

Page 91: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

80

Seorang murid dalam menempuh pelajarannya dalam mengaji duduk

kadang-kadang berlangsung relatif lama, karena banyaknya kitab yang harus

dipelajari serta banyaknya cabang ilmu agama yang harus dikuasai.

Selain itu, metode pengajaran seorang Tuan Guru yang sangat berbeda

dengan metode pengajaran modern, juga turut memperlama masa belajar seorang

murid. Dalam metode tradisional ini peran Tuan Guru sangat dominan, di mana ia

harus membimbing para muridnya dalam membaca teks-teks yang terdapat dalam

kitab-kitab pelajaran agama yang berbahasa Arab secara telaten, yaitu dari baris

perbaris hingga menamatkan sebuah kitab, dan akhirnya para murid bisa mandiri

dalam mempelajari teks-teks yang lain.

Setelah sekian lama para murid menuntut ilmu (mengaji duduk) pada

seorang Tuan Guru, maka mereka akan memperoleh ijazah, yang umumnya bisa

berupa pengakuan lisan dari Tuan Guru yang mengajarkan, yang isinya

menyatakan bahwa si murid telah selesai menerima pengajaran dalam kitab-kitab

tertentu. Kadang-kadang ketika mendekati tahap akhir pengajaran sebuah kitab,

ada semacam upacara salamatan yang dikenal dengan balamat, sehingga seorang

murid memperoleh kemantapan secara spiritual dalam meresapkan ilmu

pengetahuan yang dperolehnya, meskipun tradisi ini jarang dilakukan. Adapun

pemberian ijazah yang lebih istimewa, seorang murid tidak hanya donyatakan

selesai dalam menerima pelajaran, tetapi juga menerima semacam lisensi untuk

mengajarkan kitab tersebut kepada orang lain, pemberian ijazah seperti ini

biasanya tergantung kepada kualitas kecerdasan sang murid. Selain itu pemberian

ijazah tidak hanya dalam bidang ilmu-ilmu agama yang sudah umam dikenal,

Page 92: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

81

tetapi juga menyangkut pengajaran kitab khusus, yang dikenal dengan menyalin

ilmu batin (umumnya berhubungan dengan tasawuf). Dalam menyalin ilmu batin,

seorang murid menerima pengajaran khusus yang terkait dengan pengetahuan

yang berisi pandangan-pandangan ataupun tata cara ritual sufistik.

Seorang murid ketika telah selesai menerima pangajaran dari seorang

Tuan Guru, bisa saja berpindah kepada Tuan Guru yang lain untuk memperdalam

cabang ilmu agama yang lain sesuai dengan keahlian Tuan Guru tersebut, dalam

tradisi mengaji duduk, seorang murid bisa memperoleh banyak Tuan Guru.

Kadang-kadang seorang Tuan Guru ketika sudah selesai memberikan pelajaran

beberapa kitab, kemudian merekomendasikan muridnya untuk melanjutkan

pelajarannya pada Tuan Guru yang lebih ahli, atau menyerahkan pilihan kepada

murid itu sendiri, yaitu mau berguru kepada Tuan Guru siapa saja yang dianggap

sesuai dengan selera murid.

Dalam tradisi mengaji duduk, ada sisi lain yang sangat dijunjung tingi

oleh para murid, yaitu ketaatan pada Tuan Guru. Ketaatan tersebut merupakan

bagian pandangan yang dianggap memiliki nilai sacral dalam pendidikan Islam

lokal, sehingga seorang murid secara individual selalu berusaha menjaga

ketaatannya pada seorang Tuan Guru agar terhindar dari ketulahan, atau yang bisa

dipahami sebagai kualat. Menurut keyakinan lokal ketulahan itu bisa

menimbulakn efek negatif, efek paling ringan adalah seorang murid bisa

kehilangan barakah dari ilmu yang diperolehnya.

Sisi lain lagi yang menarik dalam tradisi mengaji duduk pada

masyarakat Banjar adalah Tuan Guru tidak menuntut bayaran dari para murid

Page 93: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

82

yang diajarinya, hanya saja kesadaran para murid untuk memberikan infak kepada

para Tuan Guru tersebut, yang kadang-kadang berupa uang, atau kebutuhan

sandang pangan. Dalam pandangan lokal sosok Tuan Guru adalah mereka yang

secara ikhlas mengajarkan ilmunya kepada masyarakat, yang hanya karena Allah

saja.

Mengenai kitab yang diajarkan oleh para Tuan Guru kepada para murid

cenderung bervariasi, ada yang berupa kitab Arab yang terdiri kitab-kitab dasar

mengenai nahwu (ajrumiyyah, mukhtasar jiddan, kawakib hingga alfiyah ibn

Malik) dan sharaf (dlammun atau yang belakangan kitab tashrif), fiqh (fathul

qarid, bijuri hingga i'anah dan seterusnya pada kitab yang lebih tinggi) dan tauhid

untuk pemula hingga yang lebih mendalam, selain itu diajarkan pula kitab hadis

seperti riyadhusshalihin hingga pada dua kitab shahihnya (Imam Bukhari dan

Muslim yang terdiri dari beberapa jilid). Kemudian ada juga diajarkan kitab-kitab

Arab-Melayu (dasar) seperti kitab parukunan basar, sifat dua puluh, hidayah

al-salikin dan beberapa macam kitab lagi.

Adapun mengenai sejauh mana pengajaran lewat mengaji duduk ini bisa

menghasilkan alumni yang qualified, hal ini dibuktikan dengan penguasaan para

murid terhadap kitab-kitab yang diajarkan kepada mereka, dan kemudian

mengajarkannya kepada lapisan masyarakat. Para murid yang telah dianggap

selesai menuntut ilmu memang kebanyakan menjadi Tuan Guru di kampung-

kampung di mana mereka bermukim, meskipun ada juga yang menekuni bidang

lain, seperti berdagang dan menggeluti biadang pertanian.

Page 94: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

83

Selain mengaji duduk yang telah diuraikan di atas, pengajian lain yang

sebelumnya telah disinggung secara singkat juga tidak kalah pentingnya dalam

masyarakat Banjar, khususnya yang banyak digemari oleh masyarakat awam.

Pengajian ini pada dasarnya adalah pengajian duduk juga, hanya saja pengajian

ini lebih mengarah kepada pengajian jamaah, di mana peserta pengajian tidak

disyaratkan untuk mengerti tentang ilmu alat, tetapi hanya lebih sebagai mustami'

(pendengar) saja.

Mengaji duduk secara keseluruhan tampaknya lebih populis, di mana

seluruh lapisan masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan pengajaran agama

dari para Tuan Guru yang tersebar di kampung-kampung.

Page 95: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

84

Page 96: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

BAB V

ANALISIS

Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu, menyangkut pertumbuhan dan

perkembangan lembaga pendidikan Dalam Pagar Kalimantan Selatan yang diterapkan

sejak 1774 – 2006 M dapat disampaikan sebagai berikut:

1. periode perintis dari tahun 1774 – 1931

Periode tahun 1774 – 1931 merupakan suatu permulaan berdirinya lembaga

pendidikan Dalam Pagar oleh Muhammad Arsyad sampai akhir hayat beliau

diteruskan kemudian oleh anak cucu zuriat Syekh Muhammad Arsyad.

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan di Dalam

Pagar masih berbentuk pendidikan non formal adapun metode yang digunakan ialah

dalam bentuk pengajian, dan pengajian tersebut langsung dipimpin/dilaksanakan oleh

Syekh Muhammad Arsyad dan hal ini berlangsung terus menurus dijalankan oleh

anak cucu zuriat Syekh Muhammad Arsyad hingga tahun 1913.

Sedangkan proses pembelajaran yang dilaksankan pada periode ini adalah

sistem halaqah ketika pengajian masih dilaksanakan di rumah Muhammad Arsyad

dan anak cucu zuriat beliau. Metode halaqa ini terbukti mampu menjadi jembatan

untuk mentrasfer ilmu dari seorang kyai/guru kepada santrinya secara optimal, karena

pada saat menyampaikan materi posisi duduk kyai/guru berada pada titik sentral

pandangan santri sehingga perhatian mereka hanya tertuju kepada kitab yang mereka

pegang dan kyai di depan mereka yang sedang membacakan, menterjemahkan

Page 97: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

kemudian menjelaskan materi yang diajarkan. Namun disamping itu, metode ini juga

memiliki kelemahan diantaranya kyai melaksanakan pembelajaran secara monoton

sehingga keaktifan dari santri terasa minim bahkan dapat dikatakan tidak ada, mereka

hanya memperhatikan setiap kata yang dibacakan kyai dari kitab yang dipelajari

sambil memberi harkat dan mencantumkan arti/terjemahan dari setiap kata tersebut,

sehingga kitab kuning yang dipelajari penuh dengan "jenggot" terjemahan. Ketika

proses pembelajaran dipindahkan ke sebuah langgar, sistem yang digunakan

kemudian beralih menggunakan sistem klasikal. Meskipun sistem klasikal namun

materi yang diajarkan tetap tidak berubah seperti yang diajarkan seperti di rumah.

Beliau mencoba menggabungkan beberapa metode yang ada seperti sorogan,

bandongan, menghafal, dan sebagainya dalam upaya menanamkan kecintaan kepada

ilmu-ilmu Agama. Media pembelajaran pada periode ini sudah mulai digunakan

seperti alat tulis, batu kapur, buku, pensil dan sebagainya walaupun sarana yang

sangat sederhana. Metode ini membawa angin segar bagi perkembagan lembaga

pendidikan ini selanjutnya.

Pada periode perintis, sistem yang digunakan adalah salafiyah atau

tradisional. Karena pembelajaran diberikan dengan sistem halaqah, sorogan dan

bandongan, tanpa kelas (meskipun ketika pembelajaran pindah kelanggar

menggunakan sistem klasikal namun materi dan metode yang digunakan masih tetap

sistem halaqah) dan tanpa batas umur. Dan materi pelajaran yang diajarkan

semuanya adalah materi yang diajarkan 100 % pelajaran Agama dan Bahasa Arab,

Page 98: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

dan sistem evaluasi subjektif, belum berbentuk tes tertulis dan belum mengeluarkan

ijazah tertulis.

2. Periode pembangunan dari tahun 1931 – 1975

Pada periode ini terjadi pembaharuan besar dalam materi pelajaran yang

diajarkan di lembaga pendidikan ini, yakni memasukkan pelajaran umum ke dalam

kurikulum selain materi pelajaran agama, materi pelajaran umum tersebut

menggunakan buku yang berbahasa arab dan disampaikan dengan berbahasa Arab

pula. Pembaharuan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lengkap dan

membuka wawasan berpikir para santri akan hal hal-hal lain selain ajaran-ajaran

agama. Pelajaran umum tersebut sebagai pelengkap dari ilmu-ilmu keagamaan yang

telah mereka ketahui sebelumnya.

Pembaharuan ini dibawa oleh ulama-ulama yang pulang dari menuntut ilmu

di madrasah "Thawalib" di Padang Panjang Sumatra Barat. Mereka datang membawa

sistem yang diajarkan di sana dan sistem itu memang yang terbaik pada saat itu.

Sistem pembelajaran yang diterapkan madrasah "Thawalib" tersebut, pada dasarnya

adalah seperti sistem pengajaran yang diterapkan di Timur Tengah. Begitu pula kitab-

kitab yang digunakan semuanya kitab-kitab klasik yang berasal dari Timur Tengah.

Senada yang diajarkan Syekh Muhammad Arsyad, namun ditambah dengan

mengajarkan pengetahuan umum dalam Bahasa Arab. Dengan 70 % agama ditambah

dengan mata pelajaran umum 30 % yang pada awalnya juga berbahasa Arab adalah

suatu pembaharuan yang menunjukkan suatu keberanian untuk mengambil sesuatu

Page 99: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

yang baik dan bermanfaat untuk kemajuan ummat di samping tetap mempertahankan

hal-hal lama yang dianggap baik.

Sistem asrama sebagai salah satu elemen lembaga pendidikan ini dengan

baik, berbagai kegiatan keagamaan disusun dan dilaksanakan bersama-sama. Jumlah

asrama tidak sebanding dengan jumlah santri, sehingga sebagian besar masih menjadi

santri kalong.

Pada periode ini, sistem pembelajaran yang digunakan adalah sistem

khalafiyah. Yaitu dengan sistem klasikal, sudah memiliki kurikulum yang tersusun

rapi dan ada batas umur ditambah dengan pelajaran umum selain pelajaran agama.

Namun di sisi lain, lembaga pendidikan ini juga melaksanakan sistem kalaborasi

digabungnya sistem salafiyah dan khalafiyah, walaupun belum maksimal. Ini terlihat

pada tujuan pembelajaran yang mulai tersusun dengan rapi, materi yang diajarkan

selain mata pelajaran Agama dan Bahasa Arab 70 % ditambah dengan mata pelajaran

umum 30 % yang pada awalnya juga berbahasa Arab. Sistem pembelajaran klasikal

dengan metode gabungan: halaqah, sorongan, bandongan, menghafal, dan

pembiasaan bahasa asing. Sistem evaluasi objektif, berbentuk tes tertulis dan lisan,

sudah mengeluarkan ijazah tertulis (syahadah).

3. periode pengembangan dari tahun 1975 – 2006

Pada periode ini perkembangan lembaga pendidikan Islam di Dalam Pagar

mengembangkan lembaga pendidikan berdasarkan SKB Tiga Menteri tahun 1975.

Dengan satu prinsip selalu terbuka menerima perubahan kearah yang lebih baik

dengan tetap mempertahankan hal-hal lama yang masih relevan, lembaga pendidikan

Page 100: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

Islam Dalam Pagar mengikuti ketetapan pemerintah menyelenggarakan pendidikan

dengan sistem madrasah.

Dengan mengikuti sistem madrasah ini, kurikulum pesantren yang selama ini

diterapkan oleh lembaga Islam Dalam Pagar (Ponpes "Syekh Muhammad Arsyad al-

Banjari") harus menyesuaikan dengan kurikulum madrasah yang sering mengalami

perubahan. Mulai kurikulum 1976 kemudian disempurnakan dengan kurikulum 1984

yang berisi 70% pelajaran umum dan 30% pelajaran agama. Selanjutnya Departemen

Agama memberlakukan lagi kurikulum baru tahun 1994 yang mensyaratkan

penyelenggaraan sepenuhnya 100% kurikulum sekolah-sekolah Depdikbud. Terakhir

muncul kurikulum 2004 dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang

mengehendaki adanya kompetensi dalam kemahiran di segala bidang pada diri

siswanya.

Perubahan kurikulum madrasah tersebut tetap diikuti namun tanpa merubah

kurikulum pesantren sendiri. Meskipun beban pelajaran umum semakin bertambah,

begitu pula alokasi jam pertemuan dalam seminggu menjadi semakin padat, namun

tetap tidak merubah jumlah mata pelajaran dalam kurikulum pesantren yang telah

lama dirintis. Dengan materi pelajaran selain 60 % materi agama dan bahasa Arab

dan kurikulum pesantren ditambah 40 % mata pelajaran umum sesuai dengan

kurikulum madrasah dari Departemen Agama.

Pada periode pengembangan ini, sistem salafiyah dan khalafiyah

dikolaborasikan secara lebih optimal dengan mengikuti sistem madrasah. Tujuan

pembelajaran sudah tersusun dengan sistematis. Dan proses belajar mengajar

Page 101: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

dilaksanakan dengan sistem klasikal, dengan menggunakan metode pembelajaran

yang lebih variatif dan inovatif. Sistem evaluasi menggunakan tes lisan dan tulisan,

baik evaluasi yang diselenggarakan oleh Pesantren sendiri maupun dengan mengikuti

ujian Negeri, sehingga pada akhirnya mendapat syahadah dan ijazah Negeri.

Hasil dari kolaborasi antara sistem Salafiyah dan Khalafiyah ini mampu

menghasilkan para alumni tidak hanya mampu menjadi imam, khatib, atau penghulu

saja, namun lebih dari itu, mereka menjadi ahli teknokrat yang handal, ahli politik

Islami, pegawai baik di jajaran pemerintah maupun swasta. Ini membuktikan bahwa

lembaga Islam Dalam Pagar bukan hanya maupu mencetak guru-guru agama, namun

lebih dari itu, lembaga ini juga mampu memberikan kontribusi yang dalam

pengembangan di negara ini.

Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan anak

didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan,

kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat secara

luas, serta meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya. Asas pendidikan

yang demikian itu diharapkan dapat merupakan upaya pembudayaan untuk

mempersiapkan warga guna melakukan suatu pekerjaan yang menjadi mata

pencahariannya dan berguna bagi masyarakatnya, serta mampu menyesuaikan diri

secara konstruktif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungan

sekitarnya. Untuk memnuhi tuntutan pembinaan dan pengembangan masyarakat

berusaha mengerahkan sumber daya dan kemungkinan yang ada agar pendidikan

Page 102: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

secara keseluruhan mampu mengatasi berbagai problem yang dihadapi masyarakat

dan bangsa.

Kini masyarakat dan bangsa dihadapkan dengan berbagai masalah dan

persoalan yang mendesak. Masalah-masalah yang paling menonjol ialah tekanan

masalah penduduk, krisis ekonomi, pengangguran, arus urbanisasi dan lainnya.

Sementara krisis nilai, teranca,nya kepribadian bangsa, dekadensi moral semakin

sering terdengar.

Dalam upaya mengarahkan segala sumber yang ada dalam bidang

pendidikan untuk memecahkan berbagai masalah tersebut, maka eksistensi pondok

pesantren lebih disorot. Karena masyarakat dan pemerintah mengaharapkan pondok

pesantren yang memiliki potensi yang besar dalam bidang pendidikan.

Dilihat dari fungsi dan peranan pendidikan Islam Dalam Pagar yang

memiliki watak otentik pondok pesantren yang cenderung menolak pemusatan

(sentralisasi), merdeka dan bahkan desentralisasi dan posisinya di tengah-tengah

masyarakat, pendidikan Islam Dalam Pagar sangat bisa diharapkan memainkan

peranan pemberdayaan (enpowerment) dan transformasi masyarakat secara efektif,

diantaranya :

1. Peranan Instrumental dan Fasilitator

Hadirnya lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar yang tidak hanya sebagai

lembaga pendidikan dan keagamaan, namun juga sebagai lembaga pemberdayaan

umat merupakan petunjuk yang amat berarti. Bahwa lembaga pendidikan Islam

Dalam Pagar menjadi sarana bagi pengembangan potensi dan pemberdayaan umat,

Page 103: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

seperti halnya dalam pendidikan atau dakwah islamiyah, sarana dan pengembangan

umat, ini tentunya memerlukan sarana bagai pencapaian tujuan. Sehingga lembaga

pendidikan Islam Dalam Pagar tersebut telah berperan sebagai alat atau instrument

pengembangan potensi dan pemberdayaan umat.

2. Peran Mobilisasi;

Lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar merupakan lembaga yang berperan

dalam memobilisasi masyarakat dalam perkembangan mereka. Peranan seperti ini

jarang dimiliki oleh lembaga atau perguruan lainnya,dikarenakan hal ini dibangun

atas dasar kepercayaan masyarakat bahkan lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar

adalah tempat yang tepat untuk menempa akhlak dan budi pekerti yang baik.

Sehingga bagi masyarakat tertentu, terdapat kecenderungan yang memberikan

kepercayaan pendidikan hanya kepada lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar ini.

3. Peranan Sumber Daya Manusia;

Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pondok pesantren

sebagai upaya mengotimalkan potensi yang dimilikinya, lembaga pendidikan Islam

Dalam Pagar memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas magang di beberapa

tempat yang sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan di lembaga

pendidikan Islam Dalam Pagar. Di sini peranan lembaga pendidikan Islam Dalam

Pagar sebagai fasilitator dan instrumental sangat dominan.

4. Sebagai Agent of Development

Lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar dilahirkan untuk memberikan

respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan

Page 104: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang yang ditawarkan.

Kehadirannya bisa disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social change),

yang selalu melakukan pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral,

penindasan politik, pemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari pemiskinan

ekonomi.

5. Sebagai Center of Excellence

Institusi pendidikan Islam Dalam Pagar berkembang sedemikian rupa akibat

persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi zaman yang selalu berubah.

Sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman ini, lembaga pendidikan Islam

Dalam Pagar kemudian mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga

keagamaan dan pendidikan, menjadi lembaga pengembangan masyarakat. Pada

tatanan ini lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar telah berfungsi sebagai pusat

keagamaan, pendidikan dan pengembangan masyarakat (center of excellence).

Page 105: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketika terjadi pembaharuan pendidikan Islam di Kalimantan Selatan

akhir abad ke-18, situasi internasional dunia muslim dan khususnya regional

muslim Nusantara penuh dengan dinamika pembaharuan Islam.

Ciri pembaharuan Islam waktu itu termasuk dalam bidang pendidikan

Islam adalah bersifat damai, evolusioner dan lebih menekankan pada revitalisasi

jati diri Islam dalam masyarakat. Pembaharuan pendidikan Islam di Kalimantan

Selatan pada akhir abad ke-18 adalah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari salah

satu ulama besar Nusantara abad itu yang berasal dari Martapura, Kalimantan

Selatan.

Pembaharuan pendidikannya sangat jelas bisa dilihat pada aspek

paradigma pendidikan, isntitusi pendidikan, metode pengajaran dan materi

pengajaran yang pada giliran berikutnya menjadi karakteristik pendidikan Islam

di Kalimantan Selatan dalam waktu yang cukup panjang.

Sehubungan dengan kompleknya permasalahan yang dihadapi oleh

dunia pendidikan kita, khususnya pendidikan agama lokal, salah satunya adalah

makin menipisnya nilai kesalehan serta merosotnya dimensi sacral. Mungkin

fenomena ini sekarang yang sedang berlangsung di sekolah-sekolah agama

Page 106: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

formal. Sehubungan dengan hal ini pendidikan agama tidak hanya membimbing

anak didik menjadi tahu, tetapi juga bagaimana menghidupkan kepekaan yang

terkait dengan penghayatan terhadap pengetahuan yang mereka peroleh.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masa keemasan dan

kemunduran lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar meliputi:

1. Faktor tokoh, seorang tokoh dalam membangun lembaga pendidikan,

sangat mempunyai peran penting dalam menjalankan pengembangan

pendidikan. Hal ini disebabkan oleh kiprah dan peranan tokoh-tokoh

dalam mengembangkan lembaga pendidikan, khususnya di Dalam Pagar

juga mengalami masa pasang surut dalam mengembangkan lembaga

pendidikannya. Hal ini disebabkan oleh tantangan yang dihadapi

institusi pendidikan agama dan para tokoh berbeda dengan masa

sesudahnya.

2. Faktor lingkungan, adalah karena kecenderungan para orang tua

menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah-sekolah formal terkait

dengan perubahan cara pandang mereka dalam melihat dunia

pendidikan. Pada umumnya para orang tua mengaitkan pendidikan

dengan lapangan pekerjaan, sehingga mereka beranggapan bahwa

alumni sekolah-sekolah formal lebih mudah dalam mencari pekerjaan.

3. Faktor kesinambungan dan perubahan, adalah karena bentuk pendidikan

pada masa-masa awal masuknya Islam di Kalimantan Selatan hingga

beberapa abad belakangan, tampaknya memiliki ciri khas yang lebih

Page 107: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

menekankan sisi non formalnya, yaitu tidak mengutamakan adanya

kehadiran institusi formal dalam menyelenggarakan aktivitas

pendidikan.

B. Saran-saran

Saran-saran yang penulis kemukakan sehubungan dengan pertumbuhan

dan perkembangan lembaga pendidikan Islam Dalam Pagar Kalimantan Selatan

adalah sebagai berikut:

1. Dalam dunia pendidikan Islam termasuk dunia pendidikan pesantren,

banyak hal yang menarik untuk diteliti, baik dari aspek lembaga maupun dari sisi

tokoh yang menjadi arsitek berdirinya suatu lembaga. Sebagaimana telah

dilakukan penulis kepada seorang tokoh pendidik yang beretnis Banjar, yang

hidup pada abad ke-18 M. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sebagai ulama

yang hidup pada masa itu, tentu saja tantangan yang dihadapinya jauh berbeda

dengan tantangan yang dihadapi oleh ulama yang hidup di kota lain. Dari sisi ini

menjadi menarik untuk meneliti tokoh ini. Kiprahnya dalam bidang pendidikan

salah satu saja dari sekian kiprahnya, seperti bagaimana peran dan kiprahnya

dalam mengembangkan majelis ta'lim yang menjadi fenomena yang menjamur

saat ini. Hal-hal tersebut cukup menarik untuk dikaji oleh kalangan akademisi.

2. Lembaga pendidikan Dalam Pagar yag didirikan oleh Syekh Muhammad

Arsyad al-Banjari telah memiliki usia yang cukup panjang. Pesantren yang

mulanya hanya mengaji duduk, mengalami kemajuan di eranya., namun

sesudahnya mengalami stagnasi. Ke depan institusi pendidikan agamanya

Page 108: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

diharapkan menjadi institusi pendidikan agama yang ideal. Untuk itu diperlukan

pemikiran, agar idealisasi dari tujuan setiap lembaga pendidikan itu dapat dicapai.

3. Lembaga pendidikan ini harus mengambil peran yang sangat strategis di

era sekarang ini sebagai tempat untuk mencetak ulama yang memiliki kemampuan

memahami kitab kuning. Yang menjadi tantangan institusi ini adalah sejauhmana

lembaga pendidikan ini dapat mengantarkan anak didik benar-benar memiliki

keahlian yang tinggi dalam memahami subtansi ilmu-ilmu agama dalam khazanah

klasik itu. Juga tantangan berikutnya, sejauhmana lulusan dari lembaga

pendidikan ini dapat menjadi "ulama" yang mumpuni, yang semakin langka akhir-

akhir ini.

Page 109: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Shagir, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Matahari Islam,

Kuala Mempawah, Yayasan Pendidikan dan Dakwah Islamiyah al-Fathanah,

1983.

Abdullah, Taufik, Islam di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang, 1974.

Anshari, Hafiz, AZ, Peranan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di dalam

Pengembangan Islam di Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Khazanah Majalah

Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. I, 2002.

Azra, Azrumardi, Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999.

-------------------, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII

dan XVIII (Melacak Akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia,

Bandung, Mizan, 1999.

Badan Pengelola Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Syekh Muhammad Arsyad al-

Banjari Riwayat Singkat Kehidupan dan Perjuangannya, Banjarmasin, 1984.

Baderi, Muhmin, "Profil Pesantren di Kalimantan Selatan", makalah seminar Profil

Pendidikan Pendidikan Islam di Kalimantan Selatan, 11-12 September 1986 di

Banjarmasin.

Basri, Hasan, "Pesantren: Karakteristik dan Unsur-Unsur Kelembagaan", dalam Abuddin

Nata (Editor), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Grasindo, 2001.

Basuni, Ahmad, Jiwa yang Besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Bandung,

Pustaka Galunggan, 1971.

-------------------, Nur Islam di Kalimantan Selatan, Surabaya, Bina Ilmu, 1986.

Daradjat, Zakiah, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta, Logos Wacana

Ilmu, 1999.

Daud, Alfani, Islam dan Masyarakat Banjar: Diskripsi dan Analisa Kebudayan Banjar,

Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1995.

Daudi, Abu, Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Tuan Haji Besar, Martapura,

Sekretariat Madrasah Sullamul Ulum Dalam Pagar, 1996.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta, Gramedia, 1996.

Page 110: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

Halidi, Yusuf, Ulama Besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari,

Banjarmasin, TB. Aulia, 1980.

Humaidy, "Punduk Darussalam dalam Lintas Sejarah", dalam Jurnal Kebudayaan Kandil

Edisi 2, Tahun 1 (September 2003).

Isa, Ahmad, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan, Jakarta, Raja

Grafindo Persada, 2001.

Kutoyo, Sutrisno dan Sutjianingsih, (Ed.) Sejarah Daerah Kalimantan Selatan, Jakarta,

Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen P dan K, 1977/1978.

Laporan Seminar, Profil Pendidikan Islam di Kal-Sel, Banjarmasin, t.tp, 1986.

Madkour, Ibrahim, Fi al-Falsafat al-Islamiyyah: Manhaj wa Tathbiquh, Kairo, Dar al-

Ma'arif , t.th.

Moleong, L. J., Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Remaja Rosdakarya, 1991.

Najid, Muhammad, Ed., Demokraso dalam Perspektif Budaya Nusantara, Yogyakarta,

LKPSM NU, 1996.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1982.

Nawawi, Ramli, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Banjarmasin, Thesis, FKG

Unlam, 1997.

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiyah Populer, Surabaya, Arkola,

1994.

Quzwaim, M. Chatib, Mengenal Allah Suatu Studi Mengenal Ajaran Tasawuf Syekh

'Abdus Samad al-Palimabani, Jakarta, Bulan Bintang, 1985.

Ras, J.J., Hikayat Banjar a Study in Malay Historiograpfy, Martinus Nijhoff: The Hague,

1968.

Rasyidah H.A., Ijtihad Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam Bidang Fiqih, Tesis,

Jakarta, Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1990.

Steenbrink, Karel A., Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, Jakarta,

Bulan Bintang, 1984.

Suryosubroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 1977.

Syadzali, Ahmad, "Tradisi Mengaji Duduk Dalam Masyarakat Banjar" dalam Jurnal

Kebudayaan KANDIL: Melintas Tradisi, Edisi 3, Tahun I, Desember 2003.

Page 111: LAPORAN PENELITIAN PERTUMBUHAN DAN …eprints.ulm.ac.id/211/1/pertumbuhan dan perkembangan lembaga... · PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ... penulis tuangkan dalam sebuah

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Sabil al-Muhtadin, Mesir, t.tp, t.th.

Syukur, M. Asywadie, Pemikiran-pemikiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam

Tauhid dan Tasawuf, Banjarmasin, Fakultas Dakwah IAIN Antasari, 1991.

Tim Peneliti IAIN Antasari, Pemikiran-pemikiran Keagamaan Syekh Muhammad Arsyad

al-Banjari, Banjarmasin, IAIN Antasari, 1988/1989.

Uhbiyah, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, CV. Pustaka, 1997.