laporan penelitian penelitian pengembangan ipteks …

34
LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI) EFEK PEMBERIAN MINUMAN CAMPURAN MINYAK ZAITUN DENGAN MADU PADA HISTOLOGI PENAMPANG LIVER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE-DAWLEY NOMOR KONTRAK PENELITIAN : 164/ f.03.07/2019 OLEH: RETNO MARDHIATI, M.KES NIDN. 039037401 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

LAPORAN PENELITIAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)

EFEK PEMBERIAN MINUMAN CAMPURAN MINYAK ZAITUN

DENGAN MADU PADA HISTOLOGI PENAMPANG LIVER TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE-DAWLEY

NOMOR KONTRAK PENELITIAN : 164/ f.03.07/2019

OLEH:

RETNO MARDHIATI, M.KES NIDN. 039037401

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA

JAKARTA

2019

Page 2: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …
Page 3: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …
Page 4: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …
Page 5: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

v

RINGKASAN

Minyak zaitun extra virgin dan madu merupakan suplemen herbal yang

sering digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Namun efek

minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu pada kesehatan liver,

belum pernah dibuktikan secara ilmiah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

efek pemberian minuman campuran minyak zaitun dengan madu pada histologi

penampang liver tikus putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague-Dawley.

Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang

menggunakan studi hewan. Tahapan penelitian terdiri dari 3 tahapan yakni tahap

pertama, membuat minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu, tahap

ke-dua, melakukan treatment pada hewan coba, tahap ke tiga, melakukan analisis

histopatologi penampang liver. Penelitian ini dilakukan di RS Hewan Fakultas

Kedokteran Hewan IPB Bogor dan Pusat Studi Satwa Primata IPB Bogor.

Penelitian ini membuat minuman dengan perbandingan 1:1 (minyak zaitun extra

virgin:Madu) dengan penambahan lesitin 5%, kecepatan 1000 rpm, dan suhu 10oC,

serta aquades 200 ml. Tempat pembuatan minuman campuran minyak zaitun dan

madu di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Universitas Indonesia.

Tempat untuk treatment hewan coba dilakukan di Laboratorium hewan primate

Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Tempat untuk melakukan analisis histopatologi

dilakukan laboratorium histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Metodologi. Minuman ini diberikan selama 14 hari pada 1 kelompok yang terdiri 7

tikus, sedangkan 1 kelompok kontrol yang terdiri 7 tikus tanpa perlakuan. Hari ke

15, tikus diberi paparan CCl4 dosis 0,1 ml/20g bobot badan mlalui intraperitoneal.

Setelah 24 jam pemberian CCl4. Tikus dikorbankan dengan cara exsanguinations,

kemudian dibedah untuk mengambil organ hati. Pembuatan preparat histopatologi

dengan pewarnaan Mayers Hematoxylin Eosin. Analisis yang digunakan analisis

histopatologi.

Hasil menunjukkan histologi kelompok hewan coba yang diberi minuman

campuran EVOO dan Madu lebih sedikit mengalami kerusakan liver dibandingkan

kelompok yang tanpa perlakuan. Kesimpulan minuman campuran EVOO dan

Madu dapat mencegah kerusakan liver yang terpapar oleh CCl4.

Luaran penelitian ini adalah jurnal nasional terakreditasi yakni Indonesia

Medicus Veterinus, eISSN : 24776637 | pISSN : 23017848, Universitas Udayana.

Luaran penelitian lain adalah mempresentasikan hasil penelitian di seminar

nasional/internasional yang diselenggarakan di Indonesia

Kata Kunci : minyak zaitun, madu, minuman, liver

Page 6: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

vi

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ………………………………………………………….. i

Halaman Pengesahan ……………………………………………………... ii

Surat Penjanjian Kerja (SPK) …………………………………………….. iii

Ringkasan …………………………………………………………………. v

Daftar Isi ………………………………………………………………….. vi

Daftar Tabel ……………..………………………………………………... vii

Daftar Gambar.....………..………………………………………………... viii

Daftar Lampiran ………………………………………………………….. ix

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………... 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 3

1.4. Urgensi Penelitian ……………………………………………………. 3

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………… 4

2.1. Penelitian Terkait Kesehatan Organ Liver ....………………………… 4

2.2. Kandungan Gizi Minyak Zaitun ……………………………………... 5

2.3. Kandungan Gizi Madu ………………………………………………. 5

2.4. Histologi Liver ……………………………………………………….. 7

2.5. Roadmap Penelitian ………………………………………………….. 9

BAB 3 METODE PENELITIAN ………………………………………… 10

3.1. Alur Penelitian ……………………………………………………….. 10

3.2. Desain Penelitian …………………………………………………….. 10

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………….. 10

3.4. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu …………. 10

3.5. Studi Hewan ………………………………………………………….. 11

3.6. Analisis Data …………………………………………………………. 11

Page 7: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

vii

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………. 12

4.1. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun Extra Virgin dan

Madu …………………………………………………..………….

12

4.2. Histologi Liver Tikus……………………………………………….. 15

BAB 5 TARGET DAN CAPAIAN……….………………………………. 20

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...…………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 22

Page 8: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skoring Histipatologi Liver Tikus …………………………….. 9

Tabel 2 Roadmap Penelitian …………………………………………… 9

Tabel 3 Alur Penelitian ………………………………………………… 10

Tabel 4 Dosis dan Takaran Minuman Campuran EVOO dan Madu…… 13

Page 9: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kandungan Asam Fenolik Pada Madu ……………………. 6

Gambar 2 Struktur Kimia Flavanoid Dalam Madu …………………... 6

Gambar 3 Kondisi Fisik Dan Histologi Liver Tikus …………………. 7

Gambar 4 Histologi Mencit Setelah Pemberian Buah Merah ………... 8

Gambar 5 Proses Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun Dan

Madu ……………………………………………………….

12

Gambar 6 Persiapan Hewan Coba ……………………………………. 14

Gambar 7 Organ Liver ……………………………………………….. 14

Gambar 8 Histopatologi Liver Yang Diberi Perlakuan Minuman

Minyak Zaitun Extra Virgin Dan Madu …………………...

16

Gambar 9 Mekanisme Minyak Zaitun Extra Virgin Dalam Melindungi

Liver ……………………………………………………….

17

Gambar 10 Histopatologi Liver Tikus Yang Tanpa Perlakuan Setelah

Diinduksi CCl4 …………………………………………….

18

Page 10: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Artikel Publikasi ke Media Gizi Indonesia

Page 11: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Liver merupakan salah satu organ penting untuk metabolisme tubuh.

Liver berfungsi menyaring dari toksik yang masuk, menyimpan energi, Kerusakan

liver dapat terjadi karena virus, penggunaan alkohol, konsumsi lemak yang tinggi,

dan terpapar zat racun. Liver terdiri dari lobus kiri dan lobus kanan. Liver memiliki

kemampuan untuk regenerasi sel sehingga liver dapat kembali tumbuh.

Beberapa zat yang dapat merusak liver antara lain CCl4 (Carbon

Tetrachloride), MSG (Monosodium glutamate), dan alkohol. Kerusakan dapat

menyebabkan nekrosis atau kematian sel-sel hati. Pencegahan terhadap kerusakan

liver dapat dilakukan dengan mengkonsumsi herbal atau makanan yang dapat

memperbaiki sel-sel liver seperti temu ireng, temulawak, buah merah, daun keladi

tikus, madu, dan minyak zaitun.

EVOO mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

Asam lemak tak jenuh tunggal terbanyak dalam EVOO adalah asam oleat (asam 9-

oktadekanoat). Asam oleat (C18:1) merupakan asam lemak tidak jenuh yang banyak

terdapat dalam trigliserida dan memiliki satu ikatan rangkap (Winarno, 2008).

Asam oleat merupakan asam lemak 65-85 % dalam minyak zaitun (Peri, 2014).

Asam lemak oleat memiliki bentuk rantai L, dimana asam oleat termasuk asam

dengan ikatan rangkap cis (Murray et al 2009; Mark et al 2014). Champe et al

(2011) lemak tak jenuh tunggal mampu menurunkan kadar kolesterol plasma total

dan kolesterol LDL, serta meningkatkan kadar HDL.

Kandungan asam oleat yang memiliki titik leleh lebih rendah dari suhu

tubuh dan memiliki ketahanan oksidasi lebih tinggi dibandingkan asam lemak

lainnya. Kelebihan ini pada asam oleat ini, memberi efek terhadap beberapa fungsi

biologis antara lain menurunkan tekanan darah, mengurangi penyumbatan dan

pengerasan arteri, menururkan kadar LDL, meningkatkan kadar HDL, memperkuat

integritas sel-membran dan membantu memperbaiki sel dan jaringan yang rusak,

melawan sel kanker, dan mengurangi gejala asma. (Peri 2014). Dan Ghanbari et al

(2012) menyatakan EVOO memiliki kandungan minor seperti fenolat, fitosterol,

tocopherol, karotenoid, klorofil dan squalene, yang memberikan efek fungsional

Page 12: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

2

pada kesehatan tubuh. Serolic et al (2014) menyatakan EVOO merupakan makanan

fungsional yang berkontribusi terhadap pencegahan dan pengobatan beberapa

penyakit. EVOO mengandung banyak antioksidan, dominan asam lemak tak jenuh

tunggal, rendah asam lemak jenuh, dan mengandung asam lemak essensial dengan

rasio yang seimbang.

Madu adalah larutan kental yang mengandung berbagai molekul, termasuk

fruktosa dan glukosa (80-85%); air (15-17%); abu (0,2%); protein dan asam amino

(0,1-0,4%) dan jumlah enzim, vitamin dan zat lainnya, seperti senyawa fenolik (Rao

et al. 2016). Komposisi madu paling dominan adalah karbohidrat. Glukosa dan

fruktosa merupakan komponen utama madu. Kedua monosakarida tersebut dikenal

dengan gula pereduksi. Monosakarida yang paling dominan adalah fruktosa dan

glukosa. Monosakarida sekitar 75 % pada madu (da Silva et al 2016; Miguel et al

2017). Kandungan disakarida dan trisakarida berkisar 10-15 % dari karbohidrat

madu. Madu juga mengandung maltose dan sukrosa (Ratnayani et al. 2008).

Kandungan gula pada madu akan mengalami perubahan jika disimpan terlalu lama.

Berdasarkan SNI 2013 kandungan dalam madu berisi gula pereduksi > 65% dan

sukrosa < 5%). Adalina (2017) menyatakan komposisi kimia madu hutan kabupaten

Bima mengandung glukosa 27,11%, fruktosa 40,73%, sukrosa 0,61% dengan total

gula 68,45%.

Selain itu madu juga mengandung asam amino, protein, enzim, asam

organik, vitamin, mineral, zat volatil, dan polifenol. Proline merupakan jenis

protein paling banyak pada madu. Protein lain berbentuk enzim (diastase atau

amilase, invertase atau sukrase atau α-glukosidase). Glukonat merupakan asam

organik terbanyak di madu. Madu mengandung vitamin: tiamin (B1), riboflavin

(B2), asam nikotinat (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B8), asam

folat (B9), dan vitamin C. Kandungan mineral dalam madu antara lain kalium,

magnesium, kalsium, besi, fosfor, natrium, mangan, yodium, seng, lithium, kobalt,

nikel, kadmium, tembaga, barium, kromium, selenium, arsenik, dan perak (da Silva

et al 2016; Miguel et al 2017). Madu memiliki banyak manfaat pada organ tubuh

seperti liver, pencernaan,karena memiliki kemampuan meningkatkan kerja enzim

dalam tubuh.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

3

Saat ini, masyarakat sering mengkonsumsi minuman temulawak asem, atau

temu ireng asem, sebagai minuman herbal menyehatkan liver. Belum ada formulasi

minuman dari campuran minyak zaitun dan madu dan pembuktian khasiat minuman

tersebut untuk kesehatan liver. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian ini

1.2. Rumusan Masalah

Banyak faktor yang dapat menurunkan kapasitas liver sebagai organ

yang berkaitan dengan metabolisme tubuh terutama metabolisme lemak. Salah satu

faktor yang dapat merusak liver adalah bahan kimia seperti obat-obatan, konsumsi

makanan tinggi lemak, softdrink soda dan tinggi gula.

Kebutuhan minuman sehat yang dapat membantu kesehatan liver.

Pembuatan minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu, perlu

dilakukan karena kedua senyawa tersebut memiliki kandungan antioksidan yang

tinggi, berpeluang memperbaiki kerusakan liver. Berdasarkan latar belakang diatas,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah Efek Minuman Minyak Zaitun Extra

Virgin dan Madu terhadap Histologi Liver pada Tikus Putih .

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis efek pemberian minuman

Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu terhadap Histologi Liver pada Tikus Putih .

Tujuan khusus penelitian :

1. Membuat formulasi minuman Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu

2. Melakukan analisis histopatologi liver tikus setelah intervensi minman Minyak

Zaitun Extra Virgin dan Madu

1.4. Urgensi Penelitian

Manfaat penelitian terutama sebagai data ilmiah untuk Minyak Zaitun

Extra Virgin dan Madu sebagai konsumsi peningkatan daya kesehatan liver.

Pemanfaatan EVOO dan madu dalam kesehatan akan berdampak perbaikan sel-sel

liver dari kontaminasi toksisitas yang masuk ke tubuh melalui lingkungan dan

makanan. Penelitian ini juga diharapkan akan memberikan gambaran adanya

sinergis dalam campuran minyak zaitun dan madu untuk kesehatan liver.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

4

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terkait Kesehatan Organ Liver

Liver merupakan salah satu organ penting yang terkait dengan

metabolisme lemak akibat konsumsi makanan tinggi lemak seperti goreng-

gorengan, lemak daging dan lemak tinggi lainnya. Akibatnya liver mengalami

perlemakan hati (fatty liver). Nasution dkk (2015) menyatakan Fatty Liver dibagi

menjadi dua kategori utama. Tipe pertama berkaitan dengan peningkatan kadar

asam lemak bebas plasma akibat mobilisasi lemak dari jaringan adiposa atau

hidrolisis triasilgliserol lipoprotein oleh lipoprotein lipase di jaringan ekstra

hepatik. Pembentukan VLDL tidak dapat mengimbangi meningkatnya influks dan

esterifikasi asam lemak bebas sehingga terjadi penumpukan triasilgliserol dan

menyebabkan perlemakan hati. Hal ini terjadi selama kelaparan dan mengonsumsi

diet tinggi lemak. Tipe kedua perlemakan hati biasanya disebabkan oleh blok

metabolik dalam produksi lipoprotein plasma sehingga terjadi penimbunan

triasilgliserol. Secara teoritis, lesi dapat disebabkan oleh: (1) blok pada sintesis

apolipoprotein, (2) blok pada sintesis lipoprotein dari lipid dan apolipoprotein, (3)

kegagalan penyediaan fosfolipid yang ditemukan pada lipoprotein, atau, (4)

kegagalan mekanisme sekretorik itu. Salah satu indicator kesehatan liver adalah

SGOT dan SGPT. Nasution dkk (2015) menyatakan SGOT atau juga dinamakan

AST merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam

konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi

rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam

jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. SGPT adalah singkatan dari serum

glutamic pyruvic transaminase, sering juga disebut dengan istilah ALT merupakan

enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis

destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot

jantung, ginjal dan otot rangka. SGPT jauh dianggap lebih spesifik untuk menilai

kerusakan hati dibandingkan SGOT.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

5

2.2. Kandungan Gizi Minyak Zaitun Extra Virgin

Kandungan EVOO yang utama adalah senyawa fenolik (Borges et al 2017;

Agrawal et al 2017; Caro et al 2006). Menurut Borges et al (2017) kandungan

EVOO yang teridentifikasi antara lain tocopherol, senyawa utama fenolik terdiri

dari flavonoid (apegenin, luteolin), asam fenolik (naringenin, asam p-koumarat,

asam vanilla) dan alkohol fenolik (hidroksityrosol), serta kandungan CoQ10 yang

tinggi, yang berkisar antara 48 sampai 85 mg / L. Menurut Caro et al (2006)

kandungan minyak zaitun dapat berbeda dikarenakan faktor suhu, cahaya, dan

penyimpanan. Kandungan klorofil, karotenoid, -tocopherol dan phenol dapat

mengalami penurunan selama penyimpanan dan pengiriman, namun aktivitas

antioksidan tidak mengalami perubahan. Menurut Agrawal et al (2017) oleokantal,

tyrosol, dan fenolik merupakan salah satu kandungan yang ada pada EVOO, dan

oleokantal merupakan antioksidan yang terkandung dalam minyak zaitun, bersifat

antiinflamasi.. Fenolik memiliki kemampuan perlindungan lendir pada lambung,

perlindungan pada hati, anti-inflamasi dan anti-neoplasma, aktivitas antimikroba

dan efek biokimia pada enzim dan hormon (Raj Narayana et al., 2001).

2.3. Kandungan Gizi Madu

Madu juga mengandung polifenol dalam bentuk asam fenolat dan flavonoid.

Madu memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi untuk menangkal radikal bebas

(da Silva et al 2016; Miguel et al 2017). Uthurry et al (2011) menyatakan polifenol

terbagi menjadi polifenol berat molekul rendah dan polifenol berat molekul tinggi.

Polifenol dengan berat molekul rendah yang terdiri dari fenol sederhana dan

flavonoid, dan polifenol dengan berat molekul tinggi yang diwakili oleh tanin.

Khasiat madu lebih banyak dipengaruhi flavonoid. Flavonoid dapat meningkatkan

produksi enzim, menghambat radikal bebas, dan menstimulasi hormon. Flavonoid

sebagai salah satu polifenol, yang memberikan sumbangan atom hidrogen, dimana

minimal ada satu gugus hidroksil terikat ke cincin aromatik dalam molekul.

Flavonoid diklasifikasikan berdasarkan tingkat oksidasi cincin C menjadi flavon

(seperti apigenin, luteolin dan diosmetin), flavonol, (seperti quercetin, myricetin

dan kaempferol), flavanon (seperti naringenin dan hesperidin), flavan-3-ols,

(seperti katekin dan epikatekin), antosianidin dan glikosida mereka (seperti

malvidin, sianida dan pelargonidin).

Page 16: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

6

Sumber : Erejuwa et al (2014)

Gambar 1. Kandungan asam fenolik pada madu

Erejuwa et al (2014) menyatakan kandungan asam fenolik pada madu terdiri

dari p-Coumaric acid, gallic acid, ellagic acid, ferulic acid, syringic acid, dan

caffeic acid. Dan kandungan flavonoid dalam madu terdiri dari chrysin, kaempferol,

quercetin, pinobaksin, pinocembrin, luteolin, apigenin, hesperetin, naringenin, dan

genistein.

Sumber : Erejuwa et al (2014)

Gambar 2. Struktur Kimia Flavanoid dalam Madu

Page 17: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

7

Rababah et al. (2014) menyatakan aktivitas kandungan flavonoid,

antosianin dan antioksidan pada madu tergantung tanaman sumber nektar, dan

senyawa tersebut dapat rusak karena proses oksidasi. Madu mengandung senyawa

fenolat yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Cahyati (2008)

menyatakan flavonoid dalam madu dibagi menjadi 3 kelas dengan struktur yang

mirip yaitu flavono; flavon, dan flavanon. Kandungan kadar fenolat total paling

tinggi pada madu randu dibandingkan madu kopi, sawit, dan rambutan. Ratnayani

et al. (2012) menyatakan madu randu dan kelengkeng yang beredar dipasaran,

memiliki kandungan total senyawa fenolat 1375,89 mg GAE/kg dan 1136,49 mg

GAE/kg. GAE (gallic acid equivalent ) yaitu jumlah kesetaraan mg asam galat

dalam 1 g sampel. Beberapa senyawa fenolat yang terdapat pada madu antara lain

asam galat, asam sinamat, pinocembrin, krisin dan kumarin.

2.4. Histologi Liver

Panjaitan dkk (2007) menyatakan gambar histologi liver yang rusak akibat

lingkungan, makanan, dan factor lainnya, ditandai dengan adanya peradangan pada

sel-sel hati. Peradangan dapat berbentuk nekrosis, steatosis. Nekrosis milier pada

permukaan hati. Steatosis merupakan gambaran patologi yang ditandai dengan

akumulasi lemak di dalam sel hati yang disebabkan oleh gangguan pada

metabolisme lipid di hati. Ada beragam faktor penyebab terjadinya steatosis, secara

garis besar dibedakan atas faktor primer, yakni obesitas, hiperlipidemia, dan

resistensi insulin, serta faktor sekunder yang meliputi diet yang tidak seimbang,

malabsorpsi, kehamilan, alkohol, serta obat-obatan antara lain aspirin dan

tetrasiklin.

Sumber : Panjaitan dkk (2007)

Gambar 3 Kondisi Fisik dan Histologi Liver Tikus

Page 18: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

8

Gambar 3 menunjukkan A) Liver tikus normal, B) Liver terpapar bahan

kimia CCl4 namun belum ada lemak dalam sel hati. C) Liver tikus terpapar bahan

kimia CCl4, yang sudah ada lemak dalam sel hati. D) Liver tikus terpapar bahan

kimia CCl4, sudah mengalami perubahan jaringan.

Gambar 4. Mikroskopis liver mencit setelah perlakuan pemberian buah

merah. (A) gambaran mikroskopis liver normal; (B) gambaran mikroskopis

kerusakan liver menyeluruh; (C) liver normal; (D) liver yang mengalami degenerasi

sel; dan (E) liver yang mengalami nekrosis

Sumber : Nugraha dkk (2007)

Gambar 4. Histologi Mencit Setelah Pemberian Buah Merah

Panjaitan dkk (2007) menyatakan kerusakan sel hati akan mempengaruhi

kadar enzim-enzim hati, bilirubin, dan protein dalam serum. Ciri secara

laboratorium, yakni meningkatkan kadar bilirubin total, enzim ALT, AST, dan

ALP.

Baldatina (2008) ada parameter skoring 5 lapangan pandang disekitar vena

sentralis histopatologis liver sebagai berikut :

Page 19: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

9

Tabel 1. Skoring Histopatologis Liver Tikus

Nilai skor Histopatologis

0 jika < 25 % Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis

di sentrolobuler (vena sentralis)

1 jika 25-50% Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis

yang meluas hingga ke daerah tengah (midzona).

2 jika 50-75 % Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis

yang meluas hingga ke periportal (perilobuler)

3 jika > 75% Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis

yang meluas hingga ke zona periportal (perilobuler)

Sumber : Baldatina (2008).

2.5. Roadmap Penelitian

Roadmap penelitian ini menuju produk minuman sehat untuk liver.

Tabel 2. Roadmap Penelitian

Tahun Topik Penelitian

Tahun 2017 Kandungan gizi minyak zaitun extra virgin dan madu

Tahun 2019 Efek Minuman minyak zaitun extra virgin dan madu pada

histopatologi liver

Tahun 2020 Efek Minuman minyak zaitun extra virgin dan madu pada

indikator laboratorim fungsi liver

Page 20: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

10

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Alur Penelitian

Alur Penelitian sebagai berikut :

Tabel 3 Alur Penelitian

Tahapan Kegiatan

Tahap 1 Pembuatan minuman minyak zaitun dan madu

Tahap 2 Perhitungan dosis konversi untuk hewan coba

Tahap 3 Intervensi

Tahap 4 Pembuatan preparat histologi

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah , dengan menganalisis 2 preparat histopatologi

antara jaringan liver tikus yang terpapar CCL4 diberi minuman minyak zaitun dan

madu, dan liver tikus yang terpapar tanpa intervensi

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RS Hewan IPB Bogor, Laboratorium histopatologi

Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor, dan di laboratorium Pusat Kajian Primata

IPB Bogor.

3.4. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu

Pembuatan minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu

dengan 3 dosis yakni 1 : 1 + lesitin 5 %, 1:2 + lesitin 5%, dan 2:1 + lesitin 5%.

Minyak zaitun extra virgin dalam minuman sebanyak 7,24 gr dan madu sebanyak

31,12 gr serta lesitin 5%. Minuman ditambahkan dengan aquades sampai 200 ml.

Kemudian dilakukan pengadukan dengan alat digital . Untuk pemberian intervensi

dilakukan konversi pada dosis hewan dengan rumus sebagai berikut :

Page 21: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

11

3.5. Studi Hewan

Ada 2 kelompok tikus yang digunakan, kelompok tikus diberi CCl4

tanpa minuman minyak zaitun extra virgin dan madu, kelompok tikus diberi CCl4

tanpa intervensi. Pengamatan akan dilakukan setelah intervensi. Hewan coba yang

digunakan pada penelitian ini adalah Rattus norvegicus dengan strain Sparague

Dawley. Hewan coba yang digunakan berjumlah 14 tikus. Tikus saat masa aklimasi

diberi vitamin dan obat cacing, serta ransum yang berstandar dan minum ad litium.

Setelah masa aklimasi, tikus diberi intervensi selama 14 hari. Setelah

intervensi, hari ke 15 tikus diberi karbon tetraklorida (CCl4) dengan dosis 0,1

ml/20g bobot badan (Nugraha dkk 2007). Pemberian CCl4 disuntikkan secara

intraperitoneal. Setelah 24 jam pemberian CCl4. Tikus dikorbankan dengan cara

exsanguinations, kemudian dibedah untuk mengambil organ hati. Organ hati yang

diambil kemudian dicuci dengan NaCl fisiologis, selanjutnya difiksasi dengan

menggunakan buffer formalin 10%. Jaringan yang telah difiksasi kemudian

didehidrasi dengan alkohol mulai dari konsentrasi 70%, 80%, 90%, 95% masing-

masing selama 24 jam dilanjutkan dengan alkohol 100% selama 1 jam yang diulang

tiga kali. Setelah dehidrasi dilanjutkan dengan penjernihan dengan menggunakan

xilol sebanyak tiga kali masing-masing selama satu jam,dilanjutkan dengan

infiltrasi parafin. Jaringan kemudian ditanam dalam media parafin. Berikutnya

dilakukan penyayatan dengan ketebalan 4-5 mikron. Hasil sayatan dilekatkan pada

kaca objek, kemudian diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (Panjaitan

dkk 2007; Nugraha dkk 2008). Nugraha dkk (2008) menyatakan pewarnaan organ

hati menggunakan Hematoxylin Eosin (HE) yang dilakukan setelah jaringan yang

kering dimasukkan ke dalam xylol I, II dan III, masing masing selama 5, 4, dan 3

menit. Jaringan selanjutnya dimasukkan ke dalam alkohol absolut I (3 menit),

alkohol absolut II (2 menit),

3.6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis histopatologi, dengan

membandingkan gambar jaringan hati dari tikus yang normal.

Page 22: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu

Minuman campuran Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu dibuat di

laboratorium kimia organik Fakultas Kimia Universitas Indonesia. Kecepatan

sentrifuges yang digunakan 6000 Rpm selama 2 jam dengan suhu 100C. Minyak

zaitun extra virgin sebanyak 7,24 gr/kg BB dan Madu 31,12 gr/kg BB.

Gambar 5. Proses Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu

Page 23: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

13

Dosis minuman campuran Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu yang

dibuat sebagai berikut :

Tabel 4. Dosis dan Takaran Minuman Campuran EVOO dan Madu

Dosis Takaran Minyak

Zaitun Extra

Virgin (gr)

Takaran

Madu (gr)

Lesitin

(%)

Aquades

(ml)

Hasil Campuran

1:1 7,24 31,12 5 200 Tidak terpisah

1:2 7,24 62,24 5 200 Terpisah

2:1 14,48 31,12 5 200 Terpisah

Tabel 3 menunjukkan dosis terbaik ditentukan hasil campuran tidak terpisah

setelah disentrifuse selama 2 jam dengan suhu 10oC. Hasil yang tidak terpisah pada

perbandingan dosis 1:1. Dosis dikonversikan ke dosis tikus. Hasil konversi sebagai

berikut :

Perhitungan dosis EVOO sebagai berikut :

Dosis manusia = 2 sendok makan = 7,24 gr/ 60 kg berat badan

Dosis manusia = 0,12 gr/ kg berat badan = 0,012 gr/ 100 gr berat badan

Konversi ke dosis tikus

= 0,012 gr/100 gr berat badan x 37/6 = 0,074 gr/100 gr berat badan

Berat badan tikus 250 gr, sehingga dosis EVOO untuk tikus

= 0,074 x 2,5 = 0,185 gr/ekor/hari

Pemberian EVOO ke tikus : 0,185 gr 0,75 ml

Perhitungan dosis madu sebagai berikut :

Dosis manusia = 2 sendok makan = 31,12 gr/ 60 kg berat badan

Dosis manusia = 0,519 gr/ kg berat badan = 0,0519 gr/ 100 gr berat badan

Konversi ke dosis tikus

= 0,0519 gr/100 gr berat badan x 37/6 = 0,32005 gr/100 gr berat badan

Berat badan tikus 250 gram, sehingga dosis madu untuk tikus

= 0,32005 x 2,5 = 0,8 gram/ekor/hari

Pemberian madu : 0,8 gram/ekor/hari + aquades 10 ml

Page 24: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

14

Perhitungan dosis Minuman EVOO dan Madu untuk tikus :

Dosis Minuman Campuran EVOO dan Madu untuk tikus per-ekor:

0,75 ml + 10 ml ( 0,8 gram + aquades) + 5 % lesitin

Intervensi dilakukan selama 14 hari. Hari ke 15, pemberian CCl4

disuntikkan secara intraperitoneal. Setelah 24 jam pemberian CCl4. Tikus

dikorbankan dengan cara exsanguinations, kemudian dibedah untuk mengambil

organ hati.

Gambar 6. Persiapan Hewan Coba

Gambar 7. Organ Liver

Page 25: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

15

Gambar 6 menunjukkan proses pemeliharaan dan intervensi hewan coba

yang diberi minuman campuran minyak zaitun dan madu selama 14 hari.

Penyuntikan CCl4 dan nekrosis untuk pengambilan jaringan hati. Gambar 7

menunjukkan organ liver yang sudah disiap untuk dilakukan pembuatan paraffin.

Organ tikus yang sudah direndam formalin 10 % dalam container. Secara

makroskopik, ukuran liver tikus yang diintervensi dengan tikus yang tidak

diintervensi, tidak berbeda dalam warna yakni merah kecoklatan Fitmawati dkk

(2018) menyatakan makroskopik liver tikus yang mendapatkan rebusan obat pahit

dari kebudayaan Riau tidak berbeda warna dengan liver yang normal yakni warna

merah kecokelatan. Liver yang berwarna pucat menunjukkan adanya senyawa

toksik yang menyebabkan perlemakan pada liver.

Azougwu (2017) menyatakan hati berfungsi dalam metabolisme nutrien

dan vitamin yang diserap oleh saluran pencernaan. Hati juga memiliki peran

penting sebagai pembentukan dan sekresi empedu. Peran liver menjadi 3 yakni

membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam saluran intestinal, terlibat dalam

metabolisme karbohidrat, protein, lemak, mengeluarkan racun, benda asing yang

masuk lewat pencernaan. Metabolisme tubuh di hati sangat kompleks. Kerusakan

pada hati, maka akan mempengaruhi fungsi jaringan tubuh lainnya. Berbagai

macam kelainan hati antara lain perlemakan hati, nekrosis, sirosis, nodul

hiperplastik, dan neoplasia. Kerusakan ini dapat dilihat dengan pemeriksaan

mikroskop. Hati terletak pada sela intercostal kelima sampai kelengkuangan iga.

Boorman (2006) ada 4 bagian pada hati yakni lobus kanan, lobus kiri, lobus

caudatus dan lobus quadratus. Darah mengalir ke hati dari vena portae dan arteri

hepatica, sedangkan vena hepatica merupakan saluran darah dari hati. Liver

menjadi organ penting dikarenakan proses fisiologis sel-sel hati berhadapan dengan

materi yang diserap tubuh dan berkaitan dengan pengeluaran racun dari dalam

tubuh (detoksifikasi).

Fitmawati dkk (2018) menyatakan faktor eksternal dari lingkungan dan

makanan yang tidak higienis dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada tikus.

Semakin tinggi dosis ramuan pahit dari daerah Riau (akar-akar dari beberapa pohon

seperti akar mengkudu, akar pasak bumi, akar sebaju, cengkeh dan lainnnya)

semakin banyak kerusakan di jaringan liver. Jenis kerusakan yang terjadi pada liver

Page 26: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

16

adalah degenerasi hidropis, degenerasi lemak dan nekrosis. Dosis dan jenis ramuan

menjadi faktor-faktor yang berkaitan dengan kerusakan pada liver (Ervina dan

Sukarjati, 2017; Fitmawati dkk 2018).

Rahmawati dkk (2018) menyatakan kerusakan hati dapat dicegah dengan

bahan-bahan hepatoprotektor melalui sifat antioksidan. Minyak zaitun extra virgin

dan madu termasuk senyawa yang bersifat hepatoprotektor dikarenakan kandungan

zat dalam minyak zaitun extra virgin dan madu dapat menangkal radikal bebas

dalam tubuh.

Histopatologi liver tikus setelah pemberian minuman minyak zaitun extra

virgin dan madu selama 14 hari yang kemudian diberi paparan CCl4 sebagai

berikut:

Gambar 8. Histopatologi Liver yang diberi perlakuan Minuman Minyak Zaitun

Extra Virgin dan Madu

Gambar 8 menunjukkan jaringan liver tidak banyak mengalami nekrosis

(kematian jaringan). Sel yang mengalami infiltrasi sel radang jumlahnya sedikit.

Infiltrasi dapat terjadi dikarenakan zat toksik. Namun pemberian minuman minyak

zaitun extra virgin dan madu dapat mengurangi nekrosis dan infiltrasi sel hati.

Minyak zaitun extra virgin dan madu mengandung flavonoid. Flavonoid memiliki

Page 27: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

17

hepato-protective activity. Minyak zaitun extra virgin dapat meningkatkan kerja

enzim di liver. Hasil penelitian Shidfar et al (2018) membuktikan adanya

peningkatan kadar enzim alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate

aminotransferase (AST) di liver pada mencit yang diberi minyak zaitun extra

virgin. Raflizar (2009) menyatakan Enzim Glutamat Pirufat Transaminase (GPT)

dan Enzim Glutamate Oxalo Transaminase (GOT), merupakan enzim yang

dihasilkan oleh intra sel hati dan menjadi indikator kerusakan sel hati. Rata-rata

SGPT 14,37±3,65μ/l dan SGOT 58,0833±2,88 μ/l pada tikus tanpa perlakuan.

Kadar SGPT meningkat berbanding linier dengan dosis intervensi ekstrak daun

paliasa (250, 500, 750, 1000 mg/kg bb) sedangkan SGOT tidak mengalami

peningkatan seiring jumlah peningkatan dosis.

Sumber : Assy et al (2009)

Gambar 9. Mekanisme Minyak Zaitun Extra Virgin dalam Melindungi Liver

Minyak zaitun extra virgin memiliki kandungan asam oleat. Asam oleat

meningkatkan kadar TNF-α dan peningkatan produksi sitokin inflamasi. Assy et al

Page 28: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

18

(2009) menyatakan peran minyak zaitun Extra Virgin dalam mengurangi aktivasi

NF-κB, menurun oksidasi LDL dan dalam meningkatkan resistensi insulin.

Sugihartini dan Fajri (2016) asam oleat meningkatkan penyerapan perkutan dengan

kemampuan mengubah fluiditas lipida dalam stratum korneum yang dapat

meningkatkan permeabilitas lapisan stratum korneum, sehingga dapat memecah

ikatan lipid stratum korneum.

Beberapa zat yang dapat merusak liver antara lain formalin, bahan tambahan

makanan yang berlebihan, Karbon tetraklorida (CCl4), ramuan herbal dengan dosis

tinggi, bahan kimia (niasin, kafein), dan beberapa zat bioaktif dalam tumbuhan

(seperti nimbolide pada ekstrak biji papaya). Karbon tetraklorida (CCl4) adalah

bahan kimia yang bersifat toksik yang diproduksi dalam berbagai industry. Efek

paparan CCl4 dapat menyebabkan kerusakan hati. Pemeriksaan histopatologi

akibat paparan CCl4 pada jaringan liver antara lain degenerasi sel, penimbunan

lemak, dan nekrosis yang dapat merusak struktur sel. Kerusakan liver dapat

meningkat dari degenerasi menjadi kongesti, hemoragi, oedema, dan radang.

Jaringan infiltrasi sel seluruhnya ditandai dengan adanya sel radang berwarna ungu

(Sugihartini dan Fajri, 2016).

Histopatologi liver tikus yang diberi paparan CCl4 sebagai berikut:

Gambar 10. Histopatologi liver tikus yang tanpa perlakuan setelah diinduksi CCl4

Page 29: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

19

Gambar 10. Menunjukkan histopatologi liver tikus tanpa pemberian

minuman minyak zaitun extra virgin dan madu. Banyak terdapat sel radang yang

ditandai dengan warna ungu. Kerusakan jaringan liver yang terpapar CCl4. Sangat

berbeda, jika dibandingkan dengan jaringan liver tikus yang diintervensi minyak

zaitun extra virgin dan madu. Bahan toksik yang masuk ke dalam tubuh kemudian

diolah detoksifikasi oleh liver sehingga mudah diekskresikan. Ervina dan Sukarjati

(2017) menyatakan kerusakan liver yang terjadi berupa degenerasi. Degenerasi

bersifat reversible. Perubahan ditandai adanya akumulasi hasil metabolisme sel

yang dikenal dengan akumulasi patologis intraseluler. Degenerasi juga dapat terjadi

karena stress. Saat stress, hormone kortisol akan meningkat, imunitas yang rendah

menghambat kerja sel Natural Killer (NK) di liver, sehingga terjadi kerusakan.

Assy et al (2009) menyatakan kerusakan liver juga dapat berawal dari liver

berlemak non alkohol berpotensi menjadi liver fibrosis dan sirosis. Pola makan

yang tidak baik, asupan lemak, konsumsi softdrink, resisten insulin dan peningkatan

stress oksidatif berdampak pada peningkatan akumulasi trisgliserida hati (TG).

Raflizar ( 2009) menyatakan gambaran histopatologi dapat tidak berbeda

antar perlakuan, dikarenakan tikus sebelum penelitian mengalami infeksi atau

kerusakaan sel, sehingga tidak dihubungkan dengan perlakuan yang diberikan.

Adanya nekrosis ringan pada semua kelompok dapat saja terjadi karena adanya

infeksi sebelum perlakuan penelitian.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

20

BAB 5 TARGET DAN CAPAIAN

Hasil Penelitian ini akan dipublikasi pada jurnal Media Gizi Indonesia, Program

Studi Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga.

Page 31: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

21

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pembuatan minuman campuran minyak zaitun extra virgin yang terbaik

dengan ukuran menyak zaitun extra virgin sebanyak 7,24 gr dan madu

sebanyak 31,12 gr dengan lesitin 5%.

2. Gambaran histopatologi pada tikus yang mendapatkan minuman minyak

zaitun extra virgin dan madu lebih baik dengan sedikit jaringan mati

dibandingkan dengan histopatologi tikus tanpa intervensi.

6.2. Saran

Disarankan konsumsi minuman campuran EVOO dan madu secara rutin

dengan takanan 2 sendok makan EVOO dan 2 sendok makan madu untuk

melindungi liver dari hal-hal yang dapat merusak liver.

Adanya penelitian lanjut dengan induksi zat kimia yang lain seperti

formalin atau MSG terhadap histopatologi liver. Penelitian lanjut yang juga

mengamati waktu pemberian intervensi yang bervariasi serta dosis paparan zat

kimia yang bervariasi.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

22

DAFTAR PUSTAKA

Adalina Y. 2017. Kualitas madu putih asal Provinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding

Seminar Nasional Masyarakat BIODIV INDON 3(2) ; 189-193

Agata A, Widiastuti EL, Susanto GN, Sutyarso. 2016. Respon Histopatologi Hepar

Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Benzo(a) Piren terhadap

Pemberian Taurin dan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata). Jurnal

Natur Indonesia 16(2): 54-63

Agrawal K, Melliou E, Li X, Pedersen TL, Wang SC, Magiatis PM, Newman JW,

Holt RR. 2017. Oleocanthal-Rich Extra Virgin Olive Oil Demonstrates

Acute Anti Platelet Effects In Healthy Men in A Randomized Trial. Journal

of Functional Foods 36: 84-93

Amiralevi SH, Trianto HF, Novianry V, Zakiah M. 2017. Efek Paparan

Formaldehid Oral Akut pada Histopatologi Hati Tikus Wistar Jantan.

Jurnal Cerebellum 3(3): 874-887

Azougwu J. 2017. Physiology of the liver. International Journal of Research in

Pharmacy and Biosciences 4(8): 13-24

Borges TH, Lopez LC, Pereira A, Vique CC. 2017. Comparative Analysis of Minor

Bioactive Constituents (CoQ10), Tocopherols & Phenolic Compounds) in

Arbequina Extra Virgin Olive Oil From Brazil & Spain. Journal of Food

Composition & Analysis 63: 47-54

Borges TH, Pereira JA, Vique CC, Seiquer I. 2017. Study of the antioxidant

potential of Arbequina extra virgin olive oils from Brazil & Spain applying

combined models of simulated digestion & cell culture markers. Journal of

Functional Foods 37: 209–218

Caro AD, Vacca V, Poiana M, Fenu P, Piga A. 2006. Influence of Technology,

storage & exposure on components of extra virgin olive oil (Bosana cv)

from wole & de-stoned fruits. Food Chemistry 98: 311-316

Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. 2011. Biokimia, Ulasan Bergambar, Edisi 3.

Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran

da Silva PM, Gauche C, Gonzaga LV, Costa ACO, Fett R. 2016. Honey: chemical

composition, stability & authenticity. Food Chem. 196:309–323.

Erejuwa OO, Sulaiman SA, Ab Wabab MS. 2014. Effects of Honey & Its

Mechanisms of Action on the Development & Progression of Cancer.

International Journal of Molecules Sciences 19: 2497-2522

Erejuwa OO, Sulaiman SA, Wahab MS. 2012. Review Honey: A Novel

Antioxidant. International Journal of Molecules Sciences 17:4400-4423

Ervina L, Sukarjati. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya

L), Ekstrak Daun Mimba (Azadiracta indica A. Juss) serta Campuran

Ekstrak Biji Pepaya dan Ekstrak Daun Mimba Terhadap Gambaran

Histopatologi Ginjal dan Hati Mencit Jantan (Mus musculus L). Wahana

68(1)61-69

Fahmi M, Fahrimal Y, Aliza D, Budiman H, Aisyah S, Hambal M. 2015. Gambaran

Histopatologis Hati Tikus (Rattus novergicus) yang Diinfeksi

Trypanosoma evansi Setelah Pemberian Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix

tetras Roxt). Jurnal Medika Veterinaria 9(2):141-145.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

23

Fitmawati, Titrawani, Safitri W. 2018. Struktur Histopatologi Hati Tikus Putih

(Rattus novergicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan

Tradisioanal Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia

Jurnal Penelitian Botani, Zoologi, dan Mikrobiologi 4(1):11-19

Ghanbari R, Anwar F, Alkharfy KM, Gilani AH, Saari N. 2012. Valuable nutrients

& functional bioactives in different parts of olive (Olea europaea L.).

International Journal of Molecules Sciences 13(3):3291-340.

Lailatul NF, Lyrawati D, Handaru M. 2015. Efek Pemberian Asam Alfa Lipoat

terhadap Kadar MDA dan Gambaran Histopatologi pada Hati Tikus Wistar

Jantan dengan Diabetes Melitus Tipe 1. Jurnal Kedokteran Brawijaya

28(3):170-176

Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2014. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah

Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC Penerbitan Buku Kedokteran

Miguel MG, Antunes MD, Faleiro ML. 2017. Honey as a Complementary

Medicine. Integrative Medicine Insights12: 1-15

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta :

EGC Penerbit Buku Kedokteran

Nasution AY, Adi P, Santosa PA. 2015. Pengaruh Ekstrak Propolis terhadap Kadar

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic

Pyruvic Transaminase) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar dengan

Diet Tinggi Lemak. Majalah Kesehatan FKUB 2(3):120-126

Nugraha AP, Isdadiyanto S, Tana S. 2018. Histopatologi Hepar Tikus Wistar

(Rattus norvegicus) Jantan Setelah Pemberian Teh Kombucha Konsentrasi

100% dengan Waktu Fermentasi yang Berbeda. Buletin Anatomi dan

Fisiologi 3(1): 71-78

Nugraha AS, Hadi NS, Siwi RSU. 2008. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Buah Merah

(Pandanus conoideus Lam.) pada Hati Mencit Jantan Galur Swiss induksi

dengan CCl4. Jurnal Natur Indonesia 11(1) : 24-30

Pramesti NKT, Wiratmi NI, Astiti NP. Xxxx. Struktur Histologi Hati Mencit (Mus

musculus L) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Ekor Naga (Rhapidhophora

pinnata Schott). Jurnal Simbiosis 5(2):43-46

Panjaitan RGP, Handharyani E, Chairul, Masriani, Zakiah Z, Manalu W. 2007.

Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal

Tikus. Makara Kesehatan 11(1) : 11-16

Rababah TM, Omoush MA, Brewer S, Alhamad M. 2014. Total Phenol,

Antioksidant Activity, Flavonoids, Anthocyanins & Color of Honey as

Affected by Floral Origin Found in the Arid & Semiarid Mediterranean

Areas. Journal of Food Processing & Preservation 38(3): 1119-1128.

Rao PV, Krishnan KT, Salleh N, Gan SH. 2016. Biological & therapeutic effects of

honey produced by honey bees & stingless bees: a comparative review.

Revista Brasileira de Farmacognosia 26: 657–664

Ratnayani K, Adhi S, Gitadewi IG. 2008. Penentuan kadar glukosa dan fruktosa

pada madu randu dan madu klengkeng dengan metode kromatografi cair

kinerja tinggi. Jurnal Kimia 2 (2): 77–86.

Ratnayani K, Laksmiwati AAIAM, Septian NPIP. 2012. Kadar Total Senyawa

Fenolat pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng serta Uji Aktivitas

Antiradikal Bebas dengan Metode DPPH (Difenilpikril Hidrazil). Jurnal

Kimia 6(2): 163-168

Page 34: LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …

24

Raflizar. 2009. Sub Chronic Toxicity Test From Alkohol Extract Paliasa Leaves

(Kleinhovia Hospita Linn) To Hepar/Liver and Kidney of Experimental

Mice. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 19(4):204-213

Rahmawati L, Sulistyaningsih E, Dewi R. 2018. Efektivitas Ekstrak Artemisia

Vulgaris L sebagai Hepatoprotektor pada Sel-Sel Hati Tikus yang

Diinduksi Niasin. E-Jurnal Pustaka Kesehatan 6(2): 251-256

Rohmani A, Rakhmawatie MD. 2015. Efek Ekstrak Kulit Manggis Terhadap

Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar yang Diinduksi Formalin.

Jurnal Kedokteran Muhammadiyah 1(2):88-95

Sarolic M, Gugic M, Marijanovic Z, Suste M. 2014. Virgin Olive Oil & Nutrition.

Food In Health & Disease, Scientific-Professional. Journal Of Nutrition &

Dietetics 3 (1) 38-43

Shidfar F, Bahrololumi SS, Doaei S, Mohammadzadeh A, Gholamalizadeh M,

Mohammadimanesh A. 2018. The Effects of Extra Virgin Olive Oil on

Alanine Aminotransferase, Aspartate Aminotransferase, and

Ultrasonographic Indices of Hepatic Steatosis in Nonalcoholic Fatty Liver

Disease Patients Undergoing Low Calorie Diet. Canadian Journal of

Gastroenterology and Hepatology Volume 2018, Article ID 1053710,

https://doi.org/10.1155/2018/1053710

Sugihartini N, Fajri MA. 2016. Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal

Mencit Balb/c Setelah Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia

Sinensis L). Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 3(1):32-38

Taufikurohmah T, Sanjaya IGM, Baktir A, Syahrani A. 2016. Perubahan

Histokimia Hati dan Ginjal Mencit Terpapar Merkuri Serta Pemulihannya

dengan Nanogold. Molekul 11(1): 80-91

Tierney JF, Poirier J, Chivukula S, Pappas SG, Herti M, Schadde E, Keutgen X.

2019. Primary Tumor Site Affects Survival in Patients with

Gastroenteropancreatic and Neuroendocrine Liver Metastases.

International Journal of Endocrinology Vol 2019: 1-7

Utomo Y, Hidayat A, Dafip M, Sasi FA. 2012. Studi Histopatologi Hati Mencit

(Mus musculus L.) yang Diinduksi Pemanis Buatan. Jurnal MIPA

35(2):122-129

Winarno F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-Brio Press