laporan penelitian payung: peningkatan kualitas pembelajaran

93

Upload: hadien

Post on 12-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Page 2: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Page 3: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Page 4: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

iii

ABSTRAK

Judul payung penelitian ini adalah Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pada MataKuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. Payungpenelitian tersebut selanjutnya dijadikan ciri khas (trade mark) penelitian unggulan payung(grandresearch). Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahun denganpenelitian pendamping berbeda pembahasan pada setiap tahunnya namun tetap padapayung peningkatan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan PembelajaranSeni Budaya. Pada tahun pertama, pelaksanaan penelitian secara besama dilakukan dalamdua bahasan yang berbeda yang memiliki kekhususan dalam pelaksanaan maupunpengkajiannya. Penelitian I dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Pada Mata KuliahPerencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa akan melihatsecara terinci bahan ajar yang digunakan dalam perkuliahan dan akan dikembangkan sertadiuji cobakan untuk memperoleh bahan ajar yang sesuai. Sedangkan penelitian II denganjudul Pengembangan Media Pembelajaran Seni Budaya Pada Mata Kuliah PerencanaanPembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa yang melihat pelaksanaan pembelajaranmelalui media pembelajarannya yang selanjutnya akan dikembangkan untuk memperolehmedia pembelajaran yang efektif pada mata kuliah perencanaan pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada matakuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya melalui pengembangan bahan ajar danmedia pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action researct) yangdirancang dengan maksud meningkatkan kualitas perkuliahan dengan hasil nyatameningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini jugadigunakan penelitian pengembangan untuk menyusun produk yang akan digunakan dalampenelitian tindakan. Penelitian pengembangan (development research) yang digunakanmenggunakan model pengembangan dari Borg dan Gell (dalam Emzir, 2010: 270).Analisis data dilakukan dengan mengggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dandeskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk mengkaji data dariobservasi/pengamatan, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi, sedangkan deskriptifkuantitatif untuk mengkaji data uji coba dari angket mahasiswa. Teknik pengumpulan datamenggunakan teknik observasi/pengamatan, angket, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat meningkatkan kualitas dankuantitas pembelajaran serta memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmupengetahuan, serta dapat dijadikan kajian dalam penelitian selanjutnya. Secara praktispenelitian ini diharapkan dapat membantu dosen dan mahasiswa meningkatkan kualitaspembelajaran pada mata kuliah perencanaan pembelajaran seni budaya.

Adapun hasil penelitian ditemukan bahwa Pertama, pelaksanaan pembelajaran sudahberjalan baik (sesuai, jelas, terlaksana) terbukti dengan 65,3% menyatakan baik, bahkan34,6% menyatakan sangat baik yang berarti sudah sesuai, jelas, terlaksana dan bahasanoperasional. Kedua, kualitas bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliahPerencanaan Pembelajaran menunjukkan bahwa presentase rata-rata dari penggunaanbahan ajar perencanaan pembelajaran adalah 67,4% yang menyatakan ya, artinya bahwabahan ajar telah memenuhi kualitas sebagai bahan ajar. Ketiga, dari hasil implementasibahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah yang dapat meningkatkan kualitashasil belajar mahasiswa diketahui bahwa rata-rata nilai dari tiga tugas mahasiswa adalah74,5. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang baik untuk kreteria lima kali pertemuan.

Page 5: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

iv

ABSTRACT

The title of the grand theory of this research is the development of learning quality inthe study of art and culture. this grand theory then used as a trade mark of the grandresearch. the research will be done in two years with the side research every year indifferent discussion under the subject of grand theory the development of learning qualityin the study of art and culture. in the first year, both of the research done simultaniously inthe two different subjects in its practice and apllication. the first research entiteld “thedevelopment of competence based material teaching in the study of art and culture”focuses on the material teaching used in the courses and the process of having suitablematerial for particular subject. While the second reserch entitled ”the development ofmedia learning in the study of art and culture” focuses on the teaching and learning processto get the effective method in teaching that particular subject.

The purpose of this research is to develop the quality of the learning process in thestudy of art and culture through the development of teaching material and media learning.This research is action research which is design to incresae the score of the students in thissubject. This research is also consists of development research to produce the product ofthe research. The development research used Berg and Gell method as stated in (Emzir2010: 270). The data will be analysed by descriptive qualitative and descriptivequantiative. Descriptive qualitative used to analyse these several data such as observation,interview, theory of literature, and documentation. While descriptive quantitative used toanalyse the students survey. The date collection used observation, survey, anddocumentation.

It is expected that hopefully the results of the research would increase the quality andquantity of teaching art and culture and would enlarge the development of science andbecome the based for the next research.

Based on the research it is found out that first, the process of learning goes well;65.3% stated good and 34.6% stated average which means that the process of learning isrunning well. Second, the quality of teaching material and media learning shows that67.4% stated that the method is suitable for the subject. Third, the average score of thestudents in this subject is 74.5 which is considered as a good mark for five meetings.

Page 6: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

v

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang karena berkat dan rahmatNya akhirnya

laporan penelitian dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa” dapat

terselesaikan dengan lancar dan baik.

Penelitian ini merupakan upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada mata kuliah

yang diampu oleh peneliti. Hal ini merupakan langkah tepat untuk mengetahui sejauh

mana mahasiswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan sekaligus sebagai

koreksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dosen mata kuliah yang juga

sebagai peneliti sehingga kelemahan dari pelaksanaan perkuliahan dapat segera diperbaiki.

Dengan penelitian ini, diperoleh manfaat yang besar dalam upaya peningkatan

kualitas pembelajaran, karena dengan penelitian ini perkuliahan yang dahulu belum

memiliki buku ajar kini telah tersusun buku ajar. Disamping itu perkuliahan yang dahulu

belum tersusunnya secara sestematis media pembelajarannya, kini telah tersusun media

pembelajaran yang membantu mahasiswa dalam memahami materi kuliah.

Hasil penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi kami, sehingga dalam kesempatan

ini perkenankan kami ucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang telah mendukung

kelancaran penelitian ini, untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada: Prof. Dr. Muchlas

Samani, Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd Ketua Lemlit Unesa, Prof.

Dr. Setya Yuwana, M.A, Dekan FBS Unesa, dan Drs. Djoko Tutuko, M.Sn, Ketua Jurusan

Sendratasik FBS Unesa. Trimakasih juga kami ucapkan kepada rekan-rekan dosen Jurusan

Sendratasik yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penelitian ini.

Ucapan terimakasih khusus kami sampaikan pada mahasiswa kelas Perencanaan

Pembelajaran yang telah membantu dalam pelaksanaan uji coba bahan ajar maupun media

pembelajaran, semoga segala bantuan yang diberikan akan mendapatkan pahala dari Allah

SWT dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Oktober 2011Tim Peneliti

Page 7: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN iiABSTRAK iiiABSTRACT ivKATA PENGANTAR vDAFTAR ISI viDAFTAR BAGAN viiiDAFTAR TABEL ixDAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 41.3 Tujuan Penelitian 51.4 Manfaat Penelitian 6

1.4.1 Manfaat Teoritis 61.4.2 Manfaat Praktis 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 102.1 Belajar dan Pembelajaran Dalam Paradigma Konstruktivistik 102.2 Perencanaan Pembelajaran 152.3 Bahan Ajar Berbasis Kompetensi 162.4 Media Pembelajaran 182.5 Pendidikan Seni Budaya 22

BAB III. METODE PENELITIAN 243.1 Jenis Penelitian 243.2 Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian 253.3 Prosedur Penelitian 25

3.3.1 Perencanaan Pembelajaran 253.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran 263.3.3 Observasi Pembelajaran 273.3.4 Refleksi Pembelajaran 28

3.4 Data dan Sumber Data 293.5 Teknik Pengumpulan Data 30

3.5.1 Observasi atau Pengamatan 313.5.2 Angket 313.5.3 Dokumentasi 31

3.6 Analisis Data 31

BAB IV PENGEMBANGAN BAHAN AJAR 334.1 Proses Pengembangan 33

4.1.1 Tahap Pengumpulan Informasi 354.1.2 Tahap Perancangan 354.1.3 Tahap Pengembangan Produk 394.1.4 Tahap Ujicoba Lapangan dan Revisi Produk 40

Page 8: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata kuliah Perencanaan Pembelajaran merupakan mata kuliah wajib tempuh dan

wajib lulus bagi mahasiswa jurusan Sendratasik FBS Unesa. Mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran diberikan karena sesuai dengan visi dan misi jurusan Sendratasik yang

mencetak guru professional dalam bidangnya. Mata kuliah ini juga menjadi salah satu

mata kuliah persyaratan bagi mahasiswa yang akan memprogram Praktek Pengalaman

Lapangan (PPL).

Tujuan akhir perkuliahan Perencanaan Pembelajaran adalah mahasiswa dapat

mendesain pembelajaran dengan menyusun Silabus dan menyusun Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran Seni Budaya di SMP/SMA.

Dengan tujuan tersebut maka pelaksanaan perkuliahan lebih banyak menggunakan

latihan terbimbing.

Pelaksanaan perkuliahan Perencanaan Pembelajaran dilakukan setelah mahasiswa

memprogram mata kuliah pembelajaran lain yaitu: Kajian Kurikulum, Strategi

Pembelajaran, Media Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran. Perkuliahan

Perencanaan Pembelajaran muncul pada semester enam tepatnya pada semester gasal

tahun ajaran. Pada prinsipnya materi perkuliahan perencanaan sebenarnya sudah

diberikan pada mata kuliah pembelajaran sebelumnya dan pada pelaksanaan

perkuliahan tinggal menggabungkan pengetahuan yang telah diterima mahasiswa

menjadi sebuah desain pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang

direncanakan. Walaupun mahasiswa telah menerima materi pelajaran pada materi

Page 9: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

2

perkuliahan sebelumnya, ternyata dalam perkuliahan Perencanaan Pembelajaran masih

terjadi kesulitan mahasiswa menjabarkan materi perkuliahan yang sudah pernah

ditempuhnya dan pada perkuliahan Perencanaan Pembelajaran dosen harus mengulang

materi-materi tersebut. Hal ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi pada mata

kuliah Perencanaan Pembelajaran, karena dengan pengulangan materi tersebut, maka

waktu akan berkurang dan tentu saja kompetensi tidak tercapai secara maksimal.

Dengan kenyataan tersebut, dosen perlu merubah strategi pembelajarannya dengan

pertama menyiapkan bahan ajar berbasis kompetensi yang efektif dan efisien untuk

pembelajaran, mendesain media pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran melalui

langkah-langkah pembelajaran yang efektif dan menerapkan penilaian sesuai dengan

kompetensi dalam pembelajaran.

Bahan ajar pada perkuliahan Perencanaan Pembelajaran pada dasarnya sudah

dipersiapkan oleh dosen pengampu mata kuliah sebelum perkuliahan berlangsung.

Bahan ajar yang sudah disiapkan dosen dalam bentuk power point, handout dan lembar-

lembar tugas. Sangat disadari bahwa bahan ajar tersebut sudah harus segera direvisi

melihat perkembangan pengetahuan dan perubahan paradigma pembelajaran pada saat

ini. Untuk itulah penelitian payung ini akan memfokuskan penelitian pada bahan ajar

dengan melihat kompetensi yang diharapkan dan mendesain bahan ajar dengan focus

pendekatan konstruktivistik.

Media pembelajaran yang digunakan dalam mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran dalam bentuk lembar tugas mahasiswa dan foto-foto kegiatan belajar

mengajar yang ditayangkan dalam bentuk power point melalui LCD. Foto-foto kegiatan

pembelajaran di dalam kelas sebenarnya cukup efektif untuk gambaran pembelajaran

baik seni drama, seni tari maupun seni musik. Tetapi kenyataannya media tersebut perlu

Page 10: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

3

dikembangkan dalam bentuk lebih kongkrit lagi tentang pembelajarannya, sehingga

asumsi peneliti dengan multimedia berupa video pembelajaran akan lebih nyata dan

kongkrit lagi. Dengan demikian, pengembangan media pembelajaran perlu dilakukan

oleh dosen mata kuliah perencanaan pembelajaran.

Strategi pembelajaran sangat penting dilakukan dalam pembelajaran untuk

pencapaian tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran dalam mata kuliah perencanaan

pembelajaran adalah langkah-langkah yang dilakukan dosen dalam pelaksanaan

pembelajarannya. Langkah-langkah tersebut lebih lanjut diterapkan diantaranya dalam

model pembelajaran langsung dan model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran langsung dan model pembelajaran kooperatif sebenarnya sudah cukup

efektif diterapkan dengan karakteristik kelas yang hiterogen (konsentrasi seni musik,

tari dan drama), tetapi kedua model tersebut belum mewadahi pendekatan

konstruktivistik yang seharusnya mulai diterapkan. Mahasiswa masih banyak menerima

materi dengan apa yang diberikan oleh dosen sehingga proses belajar mengajar masih

terasa monoton.

Hasil belajar mahasiswa dengan penerapan model pembelajaran langsung dan

model pembelajaran kooperatif pada semester gasal 2010/2011 menunjukkan 40,5%

mahasiswa menguasai materi dengan baik dengan nilai tugas diatas 80, 28,5%

mahasiswa menguasai materi sedang saja dengan nilai antara 70-80, sedangkan 31%

lainnya kurang dapat menguasai materi dengan baik karena nilainya kurang dari 70.

Penilaian dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran masih cukup konvensional

dengan penilaian tugas, partisipasi, UTS dan UAS. Dalam penilaian pembelajaran

sangat disadari dosen pengampu belum menerapkan bentuk dan teknik penilaian yang

seharusnya diterapkan juga dalam pembelajaran. Hal ini terjadi karena waktu dalam

Page 11: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

4

pembelajaran yang belum efektif karena banyak waktu yang terbuang untuk mengulang

materi perkuliahan sebelumnya. Melalui pengembangan bentuk dan teknik penilaian

dalam pembelajaran yang lebih terdesain dengan baik, maka pembelajaran akan dapat

berjalan dengan baik pula dan mahasiswa akan lebih kongkrit mendapatkan gambaran

penilaian untuk diterapkan dalam RPPnya.

Dengan melihat kenyataan pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa

tersebut, maka sebagai dosen pengampu mata kuliah harus segera memperbaiki

komponen-komponen pembelajarannya, dan diantara komponen tersebut adalah

mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran, strategi pembelajaran dan penilaian

dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Perbaikan komponen pembelajaran memerlukan waktu untuk mendapatkan hasil

yang baik sehingga pada konsep penelitian ini akan dirancang dalam dua tahun

kegiatan. Penelitian tahun pertama akan berkonsentrasi pada bahan ajar dan media

pembelajaran, sedangkan tahun kedua akan difokuskan pada strategi pembelajaran dan

penilaian dalam pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dirancang untuk dua tahun penelitian dengan mengkaji kualitas

pembelajaran melalui produk pengembangan yang berbeda. Pada tahun pertama akan

melihat kualitas pembelajaran dengan produk pengembangan bahan ajar dan media

pembelajaran, sedangkan pada tahun kedua akan melihat kualitas pembelajaran melalui

produk pengembangkan strategi pembelajaran dan penilaian dalam mata kuliah

perencanaan pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS Unesa.

Page 12: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

5

Berdasarkan pernyataan dan latar belakang penelitian di atas, maka untuk tahun

pertama penelitian ini akan memfokuskan pada kualitas pembelajaran dengan produk

pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran yang masing-masing juga

dikembangkan tersendiri dalam penelitian pendamping. Adapun rumusan masalah

dalam penelitian tentang kualitas pembelajaran tahun pertama ini adalah sebagai

berikut:

1.2.1 Bagaiman proses pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa?

1.2.2 Bagaimana efektifitas bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di

Jurusan Sendratasik FBS Unesa?

1.2.3 Bagaiman proses pengembangan media pembelajaran pada mata kuliah

Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa?

1.2.4 Bagaimana efektifitas media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa?

1.2.5 Apakah produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran dapat

meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran pada

mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di jurusan Sendratasik FBS Unesa.

Pelaksanaan perkuliahan akan dapat berhasil dengan baik apabila semua

komponen dalam pembelajaran berfungsi dengan baik. Untuk itu faktor persiapan dosen

perlu mendapatkan perhatian khusus meliputi persiapan silabus, GBRP/SAP, dan

perangkat pembelajarannya. Untuk mendukung keberhasilan komponen tersebut, bahan

Page 13: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

6

ajar dan media yang digunakan oleh dosen merupakan komponen penting untuk

pencapaian tujuan pembelajaran.

Sesuai dengan latar belakang dan pernyataan tersebut, tujuan khusus penelitian ini

dalam upaya menjaga kualitas perkuliahan adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan proses pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa.

1.3.2 Menjelaskan efektifitas bahan ajar pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di

Jurusan Sendratasik FBS Unesa.

1.3.3 Mendeskripsikan proses pengembangan media pembelajaran pada mata kuliah

Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa.

1.3.4 Menjelaskan efektifitas media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa.

1.3.5 Menjelaskan produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran yang

dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS

Unesa. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada prinsipnya mencakup beberapa

komponen pembelajaran, yaitu: dosen (pengetahuan dan ketrampilan), mahasiswa

(motivasi, kemampuan, ketrampilan), tujuan (kompetensi pembelajaran), strategi

pembelajaran (metode dan model pembelajaran), materi pembelajaran (ketersediaan

bahan ajar), media pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (efektif mencapai

Page 14: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

7

kompetensi). Pada penelitian pertama ini akan membatasi komponen pembelajaran pada

materi/bahan ajar dan media pembelajaran karena keterbatasan waktu penelitian.

Melalui bahan ajar dan media pembelajaran yang tersusun dengan baik dan sesuai

dengan kompetensi dalam perkuliahan diharapkan akan meningkatkan kualitas

pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran sehingga akan memberikan

dampak positif terhadap persiapan mahasiswa dalam terjun di masyarakat nantinya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dimaksudkan dapat bermanfaat bagi dosen pengampu matakuliah

dan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan Pembelajaran. Bagi dosen

pengampu matakuliah adalah dapat selalu intropeksi kelemahan perkuliahannya dan

segera memperbaiki melalui inovasi-inovasi dalam pembelajarannya. Disamping itu,

bagi dosen pengampu mata kuliah adalah tersusunnya bahan ajar dan media

pembelajaran akan semakin memudahkan dosen menyampaikan materi, sehingga

kompetensi matakuliah dapat tercapai dengan baik. Bagi mahasiswa hasil penelitian

berupa bahan ajar dan media pembelajaran dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam

membantu menjelaskan materi perkuliahan, sehingga diharapkan memberikan dampak

positif bagi peningkatan kualitas perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1.5.1 Subjek penelitian adalah mahasiswa yang memprogram dan mengikuti

perkuliahan Perencanaan Pembelajaran di Jurusan Sendratasik FBS Unesa

Semester Gasal 2011/2012.

Page 15: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

8

1.5.2 Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober tahun 2011

dengan jadwal penelitian bulan April sampai dengan Agustus adalah menyusun

perangkat pembelajaran, menyusun instrument penelitian, menyusun bahan ajar,

menyusun media pembelajaran, hingga validasi bahan ajar dan media

pembelajaran draft 1. Pada bulan September hingga Oktober dilakukan ujicoba

bahan ajar dan media pembelajaran dalam kelas.

1.5.3 Ujicoba bahan ajar dan media pembelajaran dilakukan dua kali dengan materi

kegiatan pembelajaran satu sampai dengan tiga, artinya sebenarnya masih ada tiga

kegiatan pembelajaran yang belum divalidasi dan diujicobakan karena waktu.

Perkuliahan masih berjalan selama enam pertemuan tetapi batas waktu penelitian

telah selesai dan harus dilaporkan. Tetapi penelitian ini akan tetap dilanjutkan

hingga implementasi bahan ajar dan media pembelajaran terselesaikan dengan

sangat berharap penelitian tahun kedua dapat dilanjutkan sehingga laporan

penelitian tahun kedua akan benar-benar tuntas sebagai penelitian payung.

1.5.4 Bahan Ajar dalam penelitian ini adalah buku ajar yang disusun dan digunakan

untuk membantu dosen dalam melaksanakan perkuliahan. Dalam buku ajar

mencakup kompetensi yang diharapkan dalam perkuliahan perencanaan

pembelajaran, materi perkuliahan, dan latihan- latihan sebagai tugas terstruktur

mahasiswa baik secara individu maupun berkelompok.

1.5.5 Media Pembelajaran adalah sumber belajar yang digunakan dosen untuk

membantu memperjelas pengertian yang ada dalam buku ajar. Media

pembelajaran dalam penelitian ini dalam bentuk power point materi perkuliahan

yang dijabarkan dari buku ajar dan video model pembelajaran yang dipilih dari

best practice pembelajaran seni musik Direktorat Sekolah Menengah Pertama.

Page 16: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

9

1.5.6 Penelitian payung dalam penelitian ini adalah grandresearch yang memayungi

dua penelitian pengembangan, yaitu pengembangan bahan ajar dan

pengembangan media pembelajaran pada perkuliahan perencanaan pembelajaran.

Sedangkan payung penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang melihat

secara khusus pada peningkatan kualitas hasil belajar mahasiswa dengan

menggunakan produk pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran.

Page 17: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran Dalam Paradigma Konstruktivistik

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar adalah sebuah kegiatan untuk

mencapai kepandaian atau ilmu. Dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,

mengerti dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002).

Belajar dalam pengertian psikologis merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku dari hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Slamento (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kimble (dalam

Hergenhahn, 2008: 2) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative

permanent di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai

akibat dari reinforced practice (praktek yang diperkuat).

Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara peserta

didik dengan pendidik di dalam kelas atau lingkungan belajar. Sebagai sebuah proses

interaksi, dengan pembelajaran akan terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan,

ketrampilan dan sikap yang akan membantu peserta didik untuk dapat melakukan

belajar dengan baik.

Keberhasilan pembelajaran di dalam kelas tergantung pada motivasi peserta didik

dan kreativitas pendidik. Karena peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi

untuk belajar akan lebih mudah menerima pelajaran di dalam kelas. Demikian juga jika

Page 18: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

11

pendidik memiliki kreativitas yang baik dalam pembelajarannya, maka pembelajaran

akan berlangsung dengan baik dan terjadi interaksi positif dengan peserta didik yang

akan berdampak positif pula terhadap hasil belajar dan kualitas pembelajaran sehingga

tercapailah tujuan pembelajarannya.

Belajar dan pembelajaran adalah inti dari pendidikan yang merupakan proses yang

komplek dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor yang mempengaruhi belajar dan

pembelajaran di dalam kelas yang dikenal dengan komponen dalam pembelajaran

meliputi: tujuan pembelajaran, karakteristik guru, karakteristik siswa, model

pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan sarana

prasarana.

Pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik menjelaskan bahwa ilmu

pengetahuan bersifat sementara sebagai proses regulasi dan pengalaman kongkrit atau

wacana kolaboratif dan interpretasi merupakan keberhasilan dalam belajar. Belajar

merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun pengetahuannya. Peserta

didik sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.

Peserta didik sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi

pengalaman serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah diketahui. Prinsip dasar

paradigma konstruktivistik dikemukakan oleh Suparno (Trianto, 2009; 18-19) adalah

sebagai berikut:

1) Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa baik secara personal maupun social.

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan

keaktifan siswa menalar.

3) Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan

konsep ilmiah.

Page 19: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

12

4) Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses

konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

Pandangan konstruktivistik menurur Hudojo (trianto, 2009;19) mempunyai cirri

sebagai berikut: 1) siswa terlibat aktif dalam belajar materi (pengetahuan) secara

bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan 2) informasi baru harus dikaitkan dengan

informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa. Dengan

pandangan konstruktivistik mengimplikasikan penyediaan lingkungan belajar yang

konstruktif yang dijabarkan sebagai berikut:

1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengalaman baru dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses

pembentukan pengetahuan.

2) menyediakan berbagai alternative pengalaman belajar.

3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistic dan relevan dengan

melibatkan pengalaman kongkrit.

4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan

kerjasama antar siswa.

5) memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik

6) melibatkan siswa secara emosional dan social sehingga pembelajaran lebih menarik

dan siswa mau belajar.

Setyasa (2007) menjelaskan tentang paradigma konstruktivistik merupakan basis

reformasi pendidikan saat ini karena pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian

masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi ketimbang menghafal prosedur dan

Page 20: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

13

menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan

oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model

yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang

melandasi kelas konstruktivistik, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan

dengan kebutuhan siswa, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama,

(3) menghargai pandangan siswa, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap

kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual. Lebih lanjut dijelaskan

Setyasa tentang cirri-ciri guru konstruktifistik adalah:

1) Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.

2) Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada

keterampilan berpikir kritis.

3) Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi,

dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.

4) Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi

pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

5) Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan

sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.

6) Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun

dengan siswa yang lain.

7) Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka

untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.

8) Mengelaborasi respon awal siswa.

9) Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan

kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.

Page 21: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

14

10) Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan

mengerjakan tugas-tugas.

11) Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran

yang beragam.

Pendekatan konstruktivistik sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran saat ini

hal itu sependapat dengan Aunurrahman (2009:15-16) yang mengatakan bahwa

konstruktivisme merupakan respon terhadap perkembangan harapan-harapan baru

berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam

merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri.

Muijs (2008:105) menjelaskan tentang format dalam pembelajaran konstruktivis

dengan menyandingkannya dalam pembelajaran tradisional seperti dalam table berikut:

Tabel 1: Kelas Konstruktivis Versus Tradisional

Kelas Konstruktivis Versus TradisionalBrooks dan Brooks (1999) memberikan perbandingan menarik antara

kelas konstruktivis dan tradisionalTradisional KonstruktivisKegiatan-kegiatannya terutamabersandar pada teksbooks

Kegiatan-kegiatannya terutama bersandarpada materi-materihands-on

Prosentasi materi dimulai denganbagian-bagian, kemudian pindahkeseluruhan

Presentasi materi dimulai dengankeseluruhan, kemudian pindah ke bagian-bagian

Menekankan pada ketrampilan-ketrampilan dasar

Menekankan pad aide-ide dasar

Guru menekankan tentang harusdiikutinya kurikulum yang pasti

Guru mengikuti pertanyaan-pertanyaanmurid

Guru mempresentasikan informasikepada murid

Guru menyiapkan sebuah lingkunganbelajar, dimana murid dapat menemukanpengetahuan

Guru berusaha membuat muridmemberikan jawaban yang benar

Guru berusaha membuat muridmengungkapkan sudut-sudut pandang danpemahaman mereka, sehingga mereka dapatmemahami pembelajaran mereka

Asesmen dilihat sebagai suatu kegiatantersendiri dan terjadi melalui testing

Asesmen dilihat sebagai sebuah kegiatanyang diintegrasikan dengan belajarmengajar, dan terjadi melalui portofolio danobservasi

Page 22: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

15

2.2 Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan dan dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat

sasaran (Majid, 2005:15). Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi yang

terjadi antara peserta didik dengan pendidik di dalam kelas atau lingkungan belajar.

Sebagai sebuah proses interaksi, dengan pembelajaran akan terjadi proses pemerolehan

ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang akan membantu peserta didik untuk

dapat melakukan belajar dengan baik.

Konsep perencanaan yang komprehensif menurut Harjanto (1997:5) yang disebut

dimensi-dimensi perencanaan meliputi:

1) Signifikasi atau berdasarkan tujuan.

2) Feabilitas artinya disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan

dengan biaya maupun implementasinya.

3) Relevansi artinya memungkinkan penyelesaian persoalan secara spesifik pada waktu

yang tepat sesuai tujuan

4) Kepastian artinya dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.

5) Ketelitian mempertimbangkan ketelitian dan kaitan yang terjadi antara berbagai

komponen.

6) Adaptabilitas artinya bersifat dinamis dan fleksibel.

7) Waktu untuk memprediksi masa kini dalam kaitannya dengan masa depan.

8) Monitoring untuk menjamin berbagai komponen bekarja secara efektif.

9) Isi perencanaan merujuk hal-hal yang direncanakan.

Page 23: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

16

Perencanaan pembelajaran pada prinsipnya sangat penting untuk membantu guru

dan siswa dalam menata, mengorganisasi dan juga mengkreasikan pembelajarannya

sehingga memungkinkan interaksi belajar mengajar terjadi dengan baik dalam rangka

mencapai tujuan pembelajarannya. Najid (2005:17) menjelaskan bahwa perencanaan

pengajaran merupakan proses menyusun materi pelajaran, penggunaan media

pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu

alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan.

Perencanaan Pembelajaran dalam penelitian ini adalah nama mata kuliah di

Jurusan Sendratasik FBS Unesa yang merupakan mata kuliah wajib untuk memperoleh

pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam merencanakan pembelajaran di dalam

kelas. Tujuan mata kuliah perencanaan pembelajaran adalah penguasaan pengetahuan

dan ketrampilan merencanakan pembelajaran Seni Budaya baik untuk tingkat SMP

maupun tingkat SMA.

2.3 Bahan Ajar berbasis Kompetensi

Bahan ajar dalam proses belajar mengajar memiliki peranan yang sangat penting

sebagai representasi dari penjelasan guru di depan kelas. Peranan bahan ajar adalah

memberikan keterangan guru, menyampaikan uraian yang harus disampaikan guru, dan

informasi yang harus disampaikan guru. Bahan ajar berupa bahan tertulis maupun bahan

tidak tertulis yang digunakan untuk membantu guru melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di kelas.

Bahan ajar berdasarkan teknologi yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi

empat kategori, yaitu:

Page 24: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

17

1) Bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa,

brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk

audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn

interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang

disesuaikan juga dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam pembelajaran.

Pemilihan bahan ajar harus mempertimbangkan siswa sebagai pihak yang

menggunakannya dan mempertimbangkan dengan benar bahwa bahan ajar benar-benar

dapat menunjang ketrcapaian tujuan pembelajaran. Diantara kreteria bahan ajar adalah:

1) Menimbulkan minat baca

2) Menjelaskan tujuan instruksional

3) Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel

4) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai.

5) Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih

6) Dikemas untuk proses instruksional

7) Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa

Sesuai dengan peranannya, keberadaan bahan ajar adalah sebagai: 1)representasi

sajian guru, 2) sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar,

Page 25: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

18

standar kompetensi lulusan, dan 3) sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap peserta

didik.

Prinsip bahan ajar adalah relevansi atau keterkaitan materi dengan kompetensi,

konsistensi adalah ketaatan azas dalam penyusunannya, dan kecukupan adalah materi

hendaknya cukup memadai untuk pencapaian kompetensi.

2.4 Media Pembelajaran

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee,

1997). Briggs menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi

Martin dan Briggs (dalam Depdiknas, 2008) menyatakan bahwa media

pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi

dengan mahasiwa. Media dapat berupa perangkat keras seperti komputer, proyektor,

televisi, tape recorder, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-perangkat

keras tersebut.

Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang

perhatian, minat, pikiran, dan perasaan mahasiswa dalam kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Berkaitan dengan hal diatas maka perlu adanya media yang memudahkan dosen

dalam mengajar. Karena media adalah segala sesuatu yang bisa membantu,

Page 26: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

19

meringankan, memudahkan, dan melancarkan apapun aktivitas yang kita lakukan.

Penelitian ini berusaha mengembangkan media visual dalam pembelajaran. Dimana

dosen menampilkan materi melalui media visual yaitu power point.

Media berasal dari kata latin ‘medium’ yang berarti ‘diantara’ ,suatu istilah yang

menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima,

(Sukamto dalam Depdiknas, 2008:3). Lebih lanjut, media adalah sebuah alat yang

mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Briggs menyebutkan bahwa

media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang

mahasiswa untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar mengajar terjadi.

Dalam praktiknya, antara materi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dan sering

tampil secara bersamaan karena memang konsep dasar antara keduanya tidak dapat

dipisahkan.Materi pembelajaran akan lebih bermakna, lebih konkret, dan lebih mudah

dimengerti mahasiswa apabila penyampaiannya disertai dengan sarana media yang

sesuai dengan materi atau bahan pembelajaran.

Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk

informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar. Lebih lanjut,

Muddlofir (dalam Munadi, 2008:37) menyatakan bahwa media pembelajaran berfungsi

sebagai sumber belajar yaitu sebagai komponen sistem instruksional yang meliputi

pesan, orang, bahan, alat, teknik yang bisa mempengaruhi hasil belajar.

Secara umum media dalam pendidikan mempunyai kegunaan antara lain : dapat

memperjelaspenyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik dan mengatasi keterbatasan

Page 27: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

20

ruang, waktu, dan daya indera, seperti: obyek terlalalu besar atau kecil, gerak terlalu

lambat atau cepat, kejadian atau peristiwa yang lampau dapat di ditampilkan lewat

rekaman film/video/foto maupun secara verbal. Penggunaan media dalam

pendidikan/pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif

seseorang dalam belajar, karena dapat menimbulkan kegairahan dan semangat belajar,

interaksi langsung dengan obyek nyata, memungkinkan anak didik dapat belajar

mandiri sesuai kemampuan dan minatnya (Arief S dkk, 1986:17-18)

Jenis-jenis media pembelajaran dapat dikelompokkan dalam:

1. Media Visual

Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol visual. Selain itu,

fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,

menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak

divisualkan. Beberapa media yang termasuk media visual adalah:

a. Gambar atau foto

Gambar atau foto merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan

dinikmati dimana saja oleh siapa saja.

b. Sketsa

Sketsa merupakan gambar draft kasar yang menyajikan bagian-bagian pokoknya

saja tanpa detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian peserta atau siswa juga

dapat menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan.

c. Diagram

Berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks sehingga dapat

memperjelas penyajian pesan. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk-

Page 28: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

21

petunjuk. Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol,

diagram menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan

hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada.

d. Bagan/Chart

Bagan atau chart berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang

sulit jika hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga

mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Dalam

bagan biasanya kita menjumpai jenis media visual lain seperti gambar, diagram,

atau lambanglambang verbal.

e. Grafik

Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau

simbol-simbol verbal yang berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif

secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau

peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Dengan

menggunakan grafik kita dapat melakukan analisis dengan cepat, interpretasi dan

perbandingan data-data yang disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah,

pertumbuhan dan arah.

2. Multimedia

Vaughan (2004) menjelaskan bahwa multimedia adalah sembarang kombinasi yang

terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi dan video yang diterima oleh pengguna

melalui komputer. Sejalan dengan hal di atas, Heinich et al (2005) multimedia

merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang

berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi

Page 29: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

22

ke dalam sistem komputer. Namun kelemahan dari media ini adalah harus didukung

oleh peralatan memadai seperti LCD projektor dan adanya aliran listrik.

Keuntungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran diantaranya dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak dengan

lebih mudah, selain itu juga penggunaan media komputer dalam bentuk multimedia

dapat memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat membantu guru

menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar, menghemat waktu dan meningkatkan

motivasi siswa dalam belajar.

2.5 Pendidikan Seni Budaya

Pendidikan Seni Budaya merupakan salah satu kelompok mata pelajaran estetika

yang bertujuan membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa

seni dan pemahaman budaya.

Tujuan mata pelajaran Seni Budaya adalah:

1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya

2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya

3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya

4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun

global.

Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya adalah:

1. Seni rupa, mencakup keterampilan dalam menghasilkan karya seni rupa murni dan

terapan

2. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat

musik, berkarya dan apresiasi karya musik

Page 30: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

23

3. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan eksplorasi gerak tubuh dengan

dan tanpa rangsangan bunyi, berkarya dan apresiasi terhadap gerak tari

4. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang

pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran.

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) Estetika untuk masing-

masing satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut:

SD/MI/SDLB*/Paket A

1. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya

lokal

SMP/MTs/SMPLB*/Paket B

1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi seni

2. Menghargai karya seni, budaya, dan keterampilan sesuai dengan kekhasan

lokal

3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni

SMA/MA/SMALB*/Paket C

1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni

2. Menunjukkan apresiasi terhadap karya seni

3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni

4. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok

SMK/MAK

1. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni

2. Menunjukkan apresiasi terhadap karya seni

3. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni

4. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok

Page 31: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa” ini

merupakan penelitian tindakan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Penelitian akan dilakukan secara bersama dengan dua penelitian

pendamping yaitu penelitian pemgembangan bahan ajar dan pengembangan media

pembelajaran yang menghasilkan produk penelitian bahan ajar dan media pembelajaran.

Penelitian pengembangan bahan ajar dan pengembangan media pembelajaran

pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran menggunakan prosedur atau langkah

pelaksanaan pengembangan dari Borg dan Gell (dalam Emzir, 2010: 270). Kesepuluh

langkah Borg dan Gell adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pengembangan Penelitian Borg dan Gall

Langkah Utama Borg dan Gall 10 langkah Borg dan GallPenelitian dan pengumpulan informasi(research and information collecting)

1. Penelitian dan pengumpulan informasi

Perencanaan (planning) 2. PerencanaanPengembangan bentuk awal produk(devellop preliminary form of produk)

3. Pengembangan bentuk awal produk

Uji lapangan dan revisi produl (fieldtesting and product revision)

4. Uji lapangan awal5. Revisi produk6. Uji lapangan utama7. Revisi produk operasional8. Uji lapangan operasional

Revisi produk akhir (final productrevision)

9. Revisi product akhir

Diseminasi dan implementasi(disemination and implementation)

10. diseminasi dan implementasi

Page 32: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

25

Produk penelitian pendamping hasil pengembangan tersebut yang selanjutnya

akan digunakan sebagai inovasi dalam memecahkan masalah dalam perkuliahan

perencanaan pembelajaran.

3.2 Tempat, Waktu, dan Subjek penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Sendratasik FBS Unesa. Penelitian dilakukan

dalam kelas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Seni Budaya. Waktu penelitian

dilakukan selama 8 bulan dengan empat bulan pertama mengidentifikasi, menyiapkan

instrument dan menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam

penelitian. Penerapan penelitian di kelas dilaksanakan pada semester gasal perkuliahan

sesuai dengan jadwal kemunculan dari mata kuliah perencanaan pembelajaran.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dirancang dalam dua siklus dengan harapan diperoleh peningkatan

hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang

dikembangkan dalam penelitian pendamping. Adapun prosedur penelitian tindakan

yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.3.1 Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dasar refleksi awal dari pelaksanaan

pembelajaran yang telah dilakukan pada semester terdahulu melalui hasil belajar

berupa nilai matakuliah dan data pengetahuan awal dari mahasiswa yang

memprogram dan mengikuti perkuliahan perencanaan pengajaran yang diperoleh

dari angket. Hasil belajar berupa nilai yang diperoleh selanjutnya dijadikan dasar

kelemahan dari pencapaian hasil belajar mahasiswa, sementara data pengetahuan

Page 33: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

26

mahasiswa sebelum perkuliahan dimulai digunakan untuk menentukan

pendalaman materi pada yang selanjutnya sebagai dasar menyusun bahan ajar.

Dengan teridentifikasinya permasalahan dalam penelitian maka langkah pertama

yang dilakukan peneliti adalah menyusun rencana mengatasi permasalahan dalam

penelitian. Langkah tersebut adalah melalui dua kegiatan penelitian sebagai

produk awal yang akan digunakan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar

mahasiswa. Penelitian pertama yang selanjutnya disebut sebagai penelitian

pendamping satu, mengembangkan bahan ajar pada mata kuliah perencanaan

pengajaran. Penelitian pendamping dia mengembangkan media pembelajaran

yang digunakan dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran.

Sementara kedua penelitian pendamping berlangsung, peneliti menyusun

kompetensi mata kuliah, menyusun GBRP/SAP mata kuliah, membuat lembar

observasi untuk pengamatan, mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan

mengetahui ketercapaian pembelajaran, dan mempersiapkan instrument penelitian

(terlampir).

3.3.2 Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan kegiatan dalam tiap tahap yang dimulai dari dosen menyampaikan

materi, melakukan tindakan dalam kelas dan mahasiswa melakukan sesuai arahan

dosen.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian tindakan yang subjek penelitian adalah

mahasiswa dalam kelas pembelajaran yang sama dengan dua penelitian

pendamping dan jadwal kuliah hanya muncul pada semester gasal saja, maka tiga

penelitian dilakukan secara bersama dengan permasalahan kajian yang berbeda.

Page 34: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

27

Penerapan tindakan pada penelitian ini yang pertama dilaksanakan pada tanggal

19 September 2011 tepatnya pada pertemuan kedua perkuliahan perencanaan

pembelajaran. Dosen matakuliah perencanaan pembelajaran menerapkan

pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang disusun dengan

menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang disusun tim peneliti

pendamping yang selanjutnya disebut draft 1.

Setelah memperbaiki draft 1, pelaksanaan tindakan kedua dilaksanakan pada

tanggal 10 Oktober 2011. Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan

rancangan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan bahan ajar dan media

pembelajaran dari tim peneliti pendamping dan tentunya dengan materi

pembelajaran lanjutan.

3.3.3 Observasi Pembelajaran

Observasi dilakukan dalam proses pembelajaran terhadap dosen dan mahasiswa

dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat berlangsungnya PBM.

Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, dosen matakuliah melakukan

pembelajaran di kelas, semestara tim peneliti bersama dosen serumpun mengamati

pelaksanaan pembelajaran di kelas dan siap dengan instrument observasi

pelaksanaan perkuliahan.

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua atau tepatnya setelah penyampaian

materi perkuliahan selesai, peneliti menyebarkan angket kepada mahasiswa untuk

mengetahui efektifitas pembelajaran dengan bahan ajar dan media pembelajaran

hasil pengembangan penelitian. Selanjutnya dari hasil observasi tersebut dianalisis

dan disimpulkan hasilnya.

Page 35: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

28

3.3.4 Refleksi Pembelajaran

Hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran, dan angket efektifitas penggunaan

bahan ajar dan media pembelajaran selanjutnta dikumpulkan dan dianalisis. Hasil

analisis dijadikan bahan refleksi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran hasil

penelitian pendamping. Selanjutnya dari hasil refleksi digunakan untuk bahan

penyusunan laporan penelitian

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

1. Perencanaan Pembelajaran- Menyusun GBRP/SAP mata kuliah untuk tiap siklus.

- Membuat lembar observasi untuk pengamatan.- Mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan mengetahui ketercapaian

pembelajaran- Mempersiapkan instrument penelitian.

2.Pelaksanaan PembelajaranUji coba Produk Hasil Pengembangan dalam pembelajaran

(Bahan Ajar dan Media Pembelajaran)

3.Observasi Pembelajaran- Observasi pelaksanaan pembelajaran pada mahasiswa, dosen dan

pembelajarannya.

4.Refleksi Pembelajaran- Melihat efektifitas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan

media hasil penelitian pendamping(hasil refleksi digunakan untuk melakukan siklus ke dua)

Page 36: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

29

3.4 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berasal dari: 1) pelaksanaan proses belajar mengajar pada mata

kuliah Perencanaan Pembelajaran, 2) efektifitas bahan ajar dan media pembelajaran

pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran, dan 3) implementasi bahan ajar dan media

pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada mata kuliah

Perencanaan Pembelajaran.

3.4.1 Data pelaksanaan proses belajar mengajar pada mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran

Data tentang proses belajar mengajar pada mata kuliah perencanaan

pembelajaran berupa rangkaian deskripsi kegiatan dan hasil kegiatan mulai dari

tahap identifikasi, pelaksanaan siklus dan hasil pelaksanaan tindakan. Dalam

proses pembelajaran terdapat hasil observasi dari observer teman serumpun.

3.4.2 Data kualitas bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran

Data tentang kualitas bahan ajar dan media pembelajaran diperoleh dari data

penelitian pendamping tentang pengembangan bahan ajar dan pengembangan

media pembelajaran. Dalam data tersebut juga terdapat data dari validator

tentang bahan ajar dan media pembelajaran. Untuk melihat kualitas bahan ajar

dan media pembelajaran yang dikembangkan dilakukan penilaian oleh pemakai,

yaitu mahasiswa yang memprogram dan mengikuti perkuliahan perencanaan

pembelajaran.

4.3.3 Data implementasi bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah

Perencanaan Pembelajaran.

Page 37: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

30

Data tentang implementasi bahan ajar dan media pembelajaran yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran diperoleh dari hasil belajar mahasiswa

dalam bentuk tugas-tugas yang diberikan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi,

dokumentasi, dan kuesioner atau angket. Pengumpulan data melalui observasi

digunakan untuk melihat secara langsung pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada mahasiswa dan dosen serumpun

untuk mengetahui pendapat mahasiswa dan dosen tentang pelaksanaan pembelajaran.

Pengumpulan data melalui dokumentasi dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk

Silabus dan SAP format-format yang berhubungan dengan bahan ajar dan media

pembelajaran, dan hasil belajar mahasiswa. Dokumentasi ini penting untuk melihat

pencapaian hasil yang sudah dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah dan hasil

belajar mahasiswa.

Pengumpulan data melalui kuesioner atau angket digunakan untuk mendapatkan

data tentang efektifitas bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan dalam

perkuliahan perencanaan pembelajaran. Kuesioner atau angket diberikan juga pada

dosen serumpun untuk mendapatkan data tentang kualitas bahan ajar dan media

pembelajaran. Kuesioner atau angket diberikan pada mahasiswa untuk mengetahui

efektifitas pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

Page 38: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

31

3.5.1 Observasi atau Pengamatan

Observasi dilaksanakan oleh tim peneliti baik penelitian utama maupun penelitian

pendamping. Tim terdiri dari tiga orang dosen dan empat orang mahasiswa.

Observasi tentang pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan oleh dosen

matakuliah serumpun yang telah mengetahui dengan baik tentang pembelajaran

perencanaan pembelajaran. Melalui dosen serumpun diharapkan hasil observasi

dapat netral dan dapat memberikan hasil yang benar-benar sesuai dengan

pelaksanaan pembelajaran dan selanjutnya akan dianalisis untuk perbaikan

pelaksanaan perkuliahan.

3.5.2 Angket

Data angket diperoleh dari mahasiswa yang memprogram dan mengikuti

perkuliahan perencanaan pembelajaran. Data angket diharapkan dapat

memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran.

3.5.3 Dokumentasi

Data dokumentasi diperoleh dari data-data baik nilai hasil belajar mahasiswa

maupun data-data tentang hasil tugas mahasiswa.

3.6 Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang yang menggunakan analisis

data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk mengkaji data

yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisis data kuantitatif adalah

pengolahan dan penyajian data, melakukan berbagai perhitungan untuk

mendeskripsikan data dan melakukan analisis untuk menguji hipotesis (Trianto.

2010:297). Data kuantitatif berasal dari validator dan hasil angket yang selanjutnya

Page 39: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

32

akan dianalisis dengan teknik statistik sederhana dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

(frequency distribution). Hasil data tersebut selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk

deskripsi.

Teknik analisis ini menggunakan penghitungan prosentase sebagai berikut

Interpretasi skor menggunakan konsep dari Ridwan dengan pengelompokan hasil

presentasi sebagai berikut.

Persentase Kategori

0 % - 33 %

34 % - 66 %

67 % - 100 %

Kurang Baik

Baik

Sangat baik/layak

(Sumber : Ridwan, 2009)

Keterangan :M : Mean ( nilai rata-rata )∑ fx : jumlah skor yang diperolehN : jumlah skor maksimal

Page 40: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

33

BAB IV

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

4.1 Proses Pengembangan

Proses pengembangan bahan ajar dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan

Oktober 2011. Ada lima proses pengembangan yang sudah dilaksanakan dalam

penelitian ini, tahap akhir diseminasi dan implementasi dalam penelitian ini masih

belum dilaksanakan, karena terbatasnya waktu, mengingat pelaksanaan penelitian ini

baru bias dilaksanakan pada semester gasal yang baru dimulai bulan September. Secara

rinci kelima tahapan pengembangan ini dapat dirinc sebagai berikut.

Tahap pertama, tahap pengumpulan informasi. Pada tahap ini dilakukan

penelitian pendahuluan atau identifikasi masalah dengan mengumpulkan data yaitu data

dan informasi tentang pelaksanaan perkuliahan Perencanaan Pembelajaran di Jurusan

Sendratasik FBS Unesa.Kegiatan ini menghasilkan identifikasi tentang pelaksanaan

pembelajaran perencanaan pembelajaran.

Tahap kedua, tahap perencanaan. Pada tahap ini dilakukan perencanaan

pengembangan berdasarkan hasil identifikasi masalah. Dari hasil identifikasi pada tahap

penelitian awal, peneliti akan merencanakan urutan kegiatan penelitian selanjutnya.

Urutan itu meliputi penyusunan desain produk pengembangan, yakni bahan ajar

perencanaan pembelajaran dan teknik pelaksanaan ujicoba di kelas. Kegiatan ini

menghasilkan desain produk bahan ajar perencanaan pembelajaran Pendidikan Seni

Budaya di Jurusan Sendratasik FBS Unesa.

Tahap ketiga, taahap pengembangan awal produk. Pada tahap ini dilakukan

pengembangan awal bahan ajar pada perkuliahan perencanaan pembelajaran dari hasil

Page 41: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

34

pengumpulan informasi pada langkah pertama. Dari informasi tentang bahan ajar

tersebut selanjutnya akan dianalisis dan disusunlah desain produk dalam bentuk

pengembangan bahan ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran. Selanjutnya desain

produk tersebut akan divalidasi dengan meminta beberapa dosen serumpun untuk

menilai desain produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti. Dosen-dosen serumpun

tersebut diminta untuk memberikan masukan sebagai dasar perbaikan produk.

Selanjutnya masukan dari dosen serumpun digunakan untuk merevisi desain produk.

Dari kegiatan ini akan dihasilkan produk pengembangan bahan ajar pada mata kuliah

Perencanaan Pembelajaran. Dari produk pengembangan tersebut selanjutnya akan

digunakan untuk bahan ujicoba di lapangan.

Tahap keempat, tahap Ujicoba lapangan dan revisi produk. Pada tahap ini

dilaksanakan ujicoba lapangan dan revisi produk yaitu dengan bahan produk

pengembangan bahan ajar. Dari ujicoba ini akan dikumpulkan informasi tentang hasil

pelaksanaan penerapan bahan ajar di dalam kelas. Langkah berikutnya, dilakukan revisi

terhadap bahan ajar hasil ujicoba lapangan tahap awal berdasarkan masukan dan saran-

saran yang diberikan oleh mahasiswa maupun dosen tim. Selanjutnya hasil revisi

disusun kembali untuk dilakukan uji coba selanjutnya.

Tahap kelima, revisi produk. Berdasarkan hasil uji coba lapangan utama yang

dilakukan denga kembali ke kelas dilakukan kembali revsi produk bahan ajar yang

didasarkan atas saran-saran dan masukan-masukan dari validator dan juga dilihat dari

tingkat kesulitan mahasiswa berdasarkan instrumen yang telah disebarkan Pada tahap

inilah revisi dilakukan untuk memperolah hasil produk akhir.

Page 42: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

35

4.1.1 Tahap Pengumpulan Informasi

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perkuliahan

Perencanaan Pmbelajaran di Juruan Sendratasik FBS Unesa, yang meliputi

perangkat pembelajaran khususnya bahan ajar, dan juga respon mahasiswa selama

perkuliahan. Sebagaimana terurai di pendahuluan bahwa dalam perkuliahan

Perencanaan Pembelajaran di Sendratasik FBS Unesa selama ini menggunakan

sumber belajar buku-buku teks tentang Perencanaan Pembelajaran, dan atau

Pengembangan Perencanaan dan Desain Pembelajaran yang bersifat umum.

Selama ini dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Pembelajaran di Jurusan

Seni Drama Tari dan Musik FBS Unesa, hanya mengadopsi kompetensi

Pendidikan Seni Budaya dalam perkuliahan yang bersifat praktis, artinya langsung

terapan berdasar kepada pengetahuan dan pengamalan dosen sendiiri karena

hingga saat ini belum ada literature yang khusus berisi tentang muatan kompetensi

tersebut serta terapan pembuatan perangkat pembelajarannya. Pada bagian-bagian

tertentu bahan ajar telah dibuat dosen dalam bentuk handout, namun masih

bersifat terpisah-pisah, belum tersatukan dalam susunan materi yang runtut dan

sistematis.

4.1.2 Tahap Perancangan

Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan dalam tahap pengumpulan

informasi, dilanjutkan pada tahap berikutnya yakni tahap perancangan. Pada tahap

ini dilakukan penyusunan desain bahan ajar dalam bentuk topic-topik. Tahap ini

meghasilkan rancangan bahan ajar sebagai berikut.

Page 43: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

36

Bagan 4.1

Peta KompetensiPerencanaan Pembelajaran Seni Budaya

Berdasarkan peta kompetensi tersebut kemudian dilakukan penyusunan kerangka

atau desain Bahan Ajar yang nantinya dipersiapkan untuk dikembangkan. Rancangan

tersebut tertulis sebagai berikut.

TUJUAN MATA KULIAHPERENCANAAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa menguasai pengetahuan dan ketrampilan merancangperencanaan pembelajaran Seni Budaya untuk SMP dan SMA.

Mahasiswa memahami dan dapatmenyusun perangkat pembelajaran

(program pembelajaran, pembelajaranberbasis kompetensi, bahan ajar dankomponen perangkat pembelajaran)

5

Mahasiswa memahami hakikat PerencanaanPembelajaran yang diberikan dalam materi

pengertian perencanaan pembelajaran,manfaat, fungsi dan kreteria penyusunan

perencanaan pembelajaran

4

Mahasiswa mampumendeskripsikan

hakikat perencanaanpembelajaran

Mahasiswa mampumendeskripsikan konsep

pengembangan dalam rangkapenyusunan perangkat

pembelajaran

Mahasiswa mampumenyusun perangkatpembelajaran mata

pelajaran seni budaya

BAHAN AJAR MATA KULIAH PERENCANAAN PEMBELAJARANMahasiswa memahami hakikat perencanaan pembelajaran dan mampu

menyusun perangkat RPP.

Page 44: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

37

Tabel 4.2

Rancangan Desain Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan PembelajaranDi Jurusan Sendratasik FBS Unesa

Kegiatan Pembelajaran 1:HAKIKAT PERENCANAAN PEMBELAJARANIndikator Hasil BelajarUraian MateriHakikat perencanaan pembelajaran

1. Pengertian perencanaan pembelajaran2. Manfaat perencanaan pembelajaran3. Fungsi perencanaan pembelajaran4. Kreteria penyusunan perencanaan pembelajaran

LatihanRangkuman

Kegiatan Pembelajaran 2:PENGEMBANGAN PROGRAM PERENCANAAN PEMBELAJARANIndikator Hasil BelajarUraian MateriPengembangan program perencanaan1. Menentukan alokasi waktu dan Kalender akademik2. Rencana program tahunan3. Rencana program semesteran4. Rencana Pelaksanaan PembelajaranLatihanRangkuman

Kegiatan Pembelajaran 3:PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSIIndikator Hasil BelajarUraian MateriPembelajaran berbasis kompetensi1. Pengertian kompetensi2. Langkah pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi3. Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar4. Indikator kompetensi5. Pemetaan materi berdasarkan kompetensiLatihanRangkuman

Kegiatan Pembelajaran 4:PENGEMBANGAN MATERI AJAR PENDIDIKAN SENI BUDAYAIndikator Hasil BelajarUraian Materi

Page 45: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

38

Materi Ajar1. Pengertian bahan ajar

- Komponen penyusunan buku ajar- Langkah-langkah penyusunan buku ajar

2. Fungsi bahan ajar3. LKS4. Kunci LKS5. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian6. Lembar Penilaian (LP)7. Kunci Lembar Penilaian8. Lembar Pengamatan KinerjaLatihanRangkuman

Kegiatan Pembelajaran 5:PENGEMBANGAN SILABUS PENDIDIKAN SENI BUDAYAIndikator Hasil BelajarUraian MateriPengembangan Silabus1. Pengertian silabus2. Prinsip pengembangan silabus3. Pengembangan silabus4. Komponen silabus5. Langkah-langkah pengembangan silabusLatihanRangkuman

Kegiatan Pembelajaran 6:PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENIBUDAYAIndikator Hasil BelajarUraian MateriPengembangan Perangkat Pembelajaran1. Pengertian RPP2. Prinsip-prinsip RPP3. Pengembangan RPP4. Komponen RPP5. Langkah-langkah pengembangan/penyusunan RPP

LatihanRangkuman

DAFTAR PUSTAKA

Page 46: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

39

4.2.2 Tahap Pengembangan Produk

Pada tahap ini dilakukan pengembangan awal bahan ajar pada perkuliahan

perencanaan pembelajaran yang berbentuk draf I. Selanjutnya desain produk

tersebut divalidasi dengan meminta beberapa dosen serumpun untuk menilai

desain produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti. Dosen-dosen serumpun

tersebut adalah Drs. Bambang Sugito, M.Sn dosen evaluasi pembelajaran dan Dra.

Retnayu Prasetyanti, M.Si dosen evaluasi pembelajaran dan pembelajaran seni

budaya.

Data validasi dari tim validator pada penyusunan bahan ajar perencanaan

pembelajaran (draf I) dianalisis secara deskriptif. Hasil dari analisis tersebut

adalah:

Tabel 4.3 Data Validasi Draf I Bahan Ajar

No Aspek Penilaian Validator Rata-Rata1 2

I Kelayakan Isi1 Kesesuaian uraian materi

dengan kompetensi4 4

2 Keakuratan materi 4 33 Materi pendukung 3 3II Kelayakan Penyajian4 Teknik penyajian 4 45 Penyajian Pembelajaran 4 46 Kelengkapan penyajian 3 3

III Kelayakan Bahasa7 Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan peserta didik3 4

8 Komunikasi 3 39 Keruntutan dan Kesatuan

gagasan3 4

Jumlah skor perolehanvalidasi

31 32 31,5

Page 47: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

40

Keterangan :

Jumlah skor tertinggi 36

HP (hasil Penilaian) = Jumlah skor perolehan validasi x 100%Jumlah skor tertinggi

= 31,5 x 100 %36

= 87,5%

Berdasarkan hasil penghitungan persentase tersebut, draf I (bahan ajar) yang telah

dikembangkan peneliti layak digunakan karena persentasenya 87,5 %, dan masuk dalam

kategori sangat baik. Kategori ini seperti yang ditunjukka pada kategori di bawah ini.

Tabel 4.4 Interpretasi skor

Persentase Kategori

0 % - 33 %34 % - 66 %67 % - 100 %

Kurang BaikBaik

Sangat baik/layak

(Sumber : Ridwan, 2009)

Kategori sangat baik dalam penilaian skor tersebut, dapat diartikan bahan ajar

yang telah tersusun tersebut memiliki kualitas baik, mudah dipahami dan sesuai dengan

konteks penjelasan. Namun demikian karena penilaian dari validator masih ada nilai 3

pada beberapa item, maka ada beberapa saran yang telah dtuliskan validator I yakni ;

tata kalimat dan pengetikan masih ada yang kurang jelas, dan penjelasannya perlu lebih

didetailkan. Validator II menambahkan oerlunya diberikan contoh yang jelas untuk

perangkat yang ada.

4.1.4 Tahap Ujicoba Lapangan dan Revisi Produk

Tahap Ujicoba lapangan dan revisi pproduk ini merupakan tahap pelaksanaan

penerapan bahan ajar di kelas perkuliahan perencanaan pembelajaran di Jurusan

Page 48: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

41

Sendratasik FBS Unesa, dan kemudian dilakukan revisi. Berdasarkan angket yang

disebarkan kepada mahasiswa peserta Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

dalam ujicoba di lapangan ditemukan tingkat kesulitan bahan ajar ketika

digunakan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang ada. Dari data pada

uji coba 1 dengan bahan ajar hakikat perencanaan pembelajaran dapat diperoleh

analisis tingkat kesulitan pemahaman bahan ajar oleh mahasiswa sebesar 6,6%

dari 79 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan Pembelajaran pada

tanggal 19 September 2011.

Setelah dilakukan ujicoba 1 dilakukan revisi berdasarkan tingkat kesulitan

mahasiswa sebagai pengguna bahan ajar. Revisi produk (draf I ) yang telah

direvisi kemudian dilakukan ujicoba 2 lagi, yang merupakan ujicoba utama

dengan hasil tingkat kesulitan pemahaman bahan ajar oleh mahasiswa sebesar

2,23% dari 53 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan Pembelajaran

pada tanggal 26 September 2011.

4.1.5 Tahap Revisi produk

Berdasarkan hasil uji coba lapangan utama yang dilakukan dengan kembali ke

kelas dilakukan kembali revisi produk bahan ajar yang didasarkan atas saran-saran

dan masukan-masukan dari validator dan juga dilihat dari tingkat kesulitan

mahasiswa berdasarkan instrumen yang telah disebarkan Pada tahap inilah revisi

dilakukan untuk memperolah hasil produk akhir.

Page 49: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

42

4.2 Efektifitas Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran yang Dikembangkan

Efektivitas bahan ajar yang dikembangkan (dihasilkan) diketahui melalui

penilaian pemakai produk yakni mahasiswa dalam proses perkuliahan perencanaan

pembelajaran. Bahan ajar perancanaan pembelajaran yang telah tersusun akan terlihat

kualitasnya ketika bahan ajar tersebut diterapkan dalam kelas ditunjang dengan elemen-

elemen lain. Penilaian efektivitas bahan ajar tersebut dapat dilihat dari hasil angket

tanggapan mahasiswa sebagai pengguna bahan ajar, yang teranalisis sebagai berikut.

Tabel 4.5Rekapitulasi Hasil angket tanggapan Mahasiswa terhadap Kegiatan dan Komponen

Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

No Uraian Pertanyaan Respon MahasiswaYa Biasa Tidak

Apakah anda tertarik dengan komponen-komponen berikut:1. Materi/isi pelajaran 66 9 -2. Tulisan dalam bahan ajar 44 27 43. Kegiatan dalam bahan ajar 43 31 14. Suasana belajar di kelas 35 36 45. Cara dosen mengajar 64 11 -

No Uraian Pertanyaan Senang Biasa TidakSenang

Bagaimana pendapatmu terhadap komponen-komponen berikut ini:1. Materi/Isi pelajaran 61 14 -2. Bahan Ajar 47 28 -3. Latihan-latihan 34 38 3

Jumlah Responden = 75 orang

Page 50: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

43

Tabel 4.6Rekapitulasi Hasil angket tanggapan Mahasiswa terhadap Kegiatan dan Komponen

Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

No Uraian Pertanyaan Respon Mahasiswa dalam %Ya Biasa Tidak

Apakah anda tertarik dengan komponen-komponen berikut:1. Materi/isi pelajaran 88% 12% -2. Tulisan dalam bahan ajar 58,7% 36% 5,3%3. Kegiatan dalam bahan ajar 57,3% 41,3% 1.3%4. Suasana belajar di kelas 46,7% 48% 5,3%5. Cara dosen mengajar 85,3% 14,7% -

No Uraian Pertanyaan Senang Biasa TidakSenang

Bagaimana pendapatmu terhadap komponen-komponen berikut ini:1. Materi/Isi pelajaran 85,3% 14,7% -2. Bahan Ajar 62,7% 37,3% -3. Latihan-latihan 45,3% 50,7% 4%

Berdasarkan hasil angket tersebut dapat dianalisis bahwa dari jumlah mahasiswa

75 orang yang tertarik terhadap komponen materi/isi pelajaran adalah 66 orang atau 88

% dan 9 orang (12%) biasa saja. Tulisan dalam baha ajar mendapat respon tertarik 44

mahasiswa atau 58 % dan yang biasa saja 27 orang atau 36 %. Dengan demikian dapat

diartikan bahwa efektivitas bahan ajar dalam perkuliahan perencanaan pembelajaran di

Jurusan sendratasik FBS Unesa dilihat dari isinya berada dalam kategori sangat baik,

namu untuk tulisannya baru mencapai kategori baik.

Efektivitas bahan ajar ini juga dapat dilihat dari tanggapan mahasiswa ketika

bahan ajar ini digunakan dalam perkuliahan. Berdasarkan angket yang peneliti sebar

kepada mahasiswa hasilnya dapat direkap seperti tampak pada tabael 4.7 berikut ini.

Page 51: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

44

Tabel 4.7

Prosentase hasil respon mahasiswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan

No. Uraian Pertanyaan Ya Biasa Tidak1. Menimbulkan minat baca 65% 34% 0%2. Menjelaskan tujuan pembelajaran (ada

indicator ketercapaian)87% 12% 0%

3. Disusun berdasarkan pola pelajar yangfleksibel

60% 34% 5%

4. Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswadan kompetensi akhir yang akan dicapai

82% 18% 0%

5. Memberi kesempatan pada mahasiswauntuk berlatih

85% 15% 0%

6. Mengakomodasi kesulittan mahasiswa 54% 42% 4%7. Memberi rangkuman 62% 36% 2%8. Gaya penulisan komunikatif dan semi

formal43% 47% 6%

9. Materi berdasar kebutuhan mahasiswa 88% 9% 3%10. Dikemas untuk proses instruksional 70% 30% 0%11. Memberikan motivasi mahasiswa untuk

belajar78% 22% 0%

12. Mudah dipeljasri 54% 46% 0%Rata-rata prosentase 69% 28,7% 1,6%

Berdasarkan rekapitulasi hasil tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar yang

telah dikembangkan terlihat bahwa prosentase terrendah adalah berisi tentang gaya

penulisan. Gaya penulisan yang digunakan dalam bahan ajar, ini menurut mahasiswa

memiliki nilai komunikatif dan semi formal hanya 43% menyatakan ya, dan yang

menyatakan biasa-siasa saja 47%, sedangkan yang 6% mahasiswa menyatakan tidak

memiliki nilai tersebut. Nilai tertinggi respon mahasiswa terletak pada nilai materi yang

ada berdasar pada kebutuhan mahasiswa,dengan prosentase 88% mahasiswa

menyatakan ya, sedangkan 9 % mahasiswa menyatakan biasa, dan yang 3 %

menyatakan tidak. Untuk aspek-aspek yang lain memiliki prosentase di atas 50 %

semua. Hal ini menandakan bahwa bahan ajar Perencanaan Pembelajaran memiliki

konstruksi dan struktur yang mudah dipahami, mudah dipelajari dan sangat membantu

mahasiswa dalam memahami materi. Hal ini karena materi dibuat didasarkan atas

Page 52: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

45

kebutuhan dan kesulitan mahasiswa. Sebagai bukti bahwa rata perolehan prosentase

hasil tanggapan mahasiswa menunjukkan 69% mahasiswa menyatakan ya (komponnen-

komponennya sesuai dengan aspek yang ada), dan 28,6% menyatakan biasa, sedangkan

yang menyatakan tidak terpenuhi aspeknya ada 1,6%

Untuk melengkapi penilaian efektvitas bahan ajar, peneliti juga meminta

pendapat dari teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat yakni

dosen-dosen serumpun, hasil pengembangan bahan ajar ditintaju dari isi materi sudah

cukup relevan, dan sistematis hanya penataan bahasa atau tata kalimatnya yang perlu di

revisi dengan menyesuaikan dengan bahasa mahasiswa agar lebih mudah dipahami

mahasiswa. Peneliti sendiri sekaligus sebagai pengampu mata kuliah perencanaan

pembelajaran ini setelah menggunakannya dalam proses perkuliahan, memang ada

beberapa istilah yang memerlukan penjelasan lebih detail, sehingga mahasiswa lebih

mudah dalam memahaminya.

Page 53: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

46

BAB V

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

5.1 Proses Pengembangan

Proses pengembangan diawali dengan identifikasi permasalahan yang

dilaksanakan pada awal perkuliahan. Identifikasi disamping diperoleh dari angket

mahasiswa, juga diperoleh dari dokumen nilai mata kuliah perencanaan pembelajaran

pada semester sebelumnya.

Setelah masalah dapat teridentifikasi, dilanjutkan tahap perencanaan, yaitu

melakukan perencanaan pengembangan berdasarkan hasil identifikasi masalah media

pembelajaran. Dari hasil identifikasi pada tahap penelitian awal, peneliti akan

merencanakan urutan kegiatan penelitian selanjutnya. Urutan itu meliputi penyusunan

desain produk pengembangan dan teknik pelaksanaan ujicoba di kelas.

Mengembangkan media power point pada perkuliahan perencanaan pembelajaran

dari hasil pengumpulan informasi pada langkah pertama berupa angket. Dari informasi

media pembelajaran tersebut selanjutnya dianalisis dan disusunlah desain produk dalam

bentuk pengembangan media pembelajaran. Selanjutnya desain produk tersebut akan

divalidasi dengan meminta dua orang dosen serumpun untuk menilai desain produk

media pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Dosen-dosen serumpun tersebut

diminta untuk memberikan masukan sebagai dasar perbaikan produk. Selanjutnya

masukan dari dosen serumpun digunakan untuk merevisi desain produk. Dari kegiatan

ini akan dihasilkan produk pengembangan media pembelajaran pada mata kuliah

Perencanaan Pembelajaran. Dari produk pengembangan tersebut selanjutnya akan

digunakan untuk bahan ujicoba di lapangan.

Page 54: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

47

Ujicoba lapangan tahap awal yaitu dengan bahan produk pengembangan media

pembelajaran berupa power point. Dari ujicoba ini dikumpulkan informasi tentang hasil

pelaksanaan penerapan media pembelajaran di dalam kelas. Pengumpulan informasi

dari ujicoba ini dilakukan melalui observasi, angket, dan wawancara yang dilanjutkan

dengan analisis data.

Melakukan revisi terhadap media pembelajaran power point hasil ujicoba

lapangan tahap awal berdasarkan masukan dan saran-saran yang diberikan oleh

mahasiswa maupun dosen tim. Selanjutnya hasil revisi disusun kembali untuk dilakukan

uji coba selanjutnya.

Ujicoba lapangan utama yaitu menerapkan media pembelajaran yang telah direvisi

setelah uji coba awal. Ujicoba ini akan dilakukan kembali di dalam kelas untuk melihat

keefektifan media pembelajaran yang disusun dari hasil pengembangan. Pengumpulan

informasi dari ujicoba lapangan utama ini dilakukan melalui observasi, angket, dan

wawancara yang dilanjutkan dengan analisis data.

Revisi terhadap media pembelajaran hasil ujicoba lapangan utama berdasarkan

masukan dan saran-saran yang diberikan oleh mahasiswa dan tim dosen. Selanjutnya

hasil revisi disusun kembali untuk dilakukan uji coba lapangan.

Ujicoba lapangan utama yaitu ujicoba terhadap media power point dan media

video model pembelajaran. Ujicoba tersebut dilakukan dengan memberikan angket

yang dibagikan dan diisi oleh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Perencanaan

pembelajaran. Hasil angket yang telah diisi berupa masukan dan saran, selanjutnya hasil

ujicoba lapangan utama digunakan untuk revisi produk operasional.

Revisi produk operasional dalam media power point meliputi unsur kejelasan

warna tulisan, background, animasi gambar, sound, dan tata kalimat, sedangkan video

Page 55: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

48

model pembelajaran sebagai contoh tentang ketrampilan mengajar dan model

pembelajaran digunakan untuk memperjelas pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan

harapan memberikan gambaran kongkrit tentang pembelajaran pada mahasiswa.

Revisi produk akhir yaitu merevisi media powerpoint yang telah ditampilkan

saat ujicoba lapangan utama dan ujicoba lapangan operasional pada kelas/perkuliahan

Perencanaan Pembelajaran. Revisi produk akhir dalam media power point meliputi

unsur kejelasan warna tulisan, background, animasi gambar, sound, dan tata kalimat

telah direvisi sehingga masing-masing unsur yang terkait lebih jelas, menarik, dan isi

tulisan lebih mudah dipahami. Selanjutnya setelah tahap revisi produk akhir, produk

media pembelajaran yang telah dikembangkan akan didiseminasikan dan

diimplementasikan.

5.2 Tahap Pengembangan

Tahap ini adalah tahap kelanjutan dari tahap perancangan yang menghasilkan

prototipe media pembelajaran. Tahap ini menghasilkan draf.1 yang selanjutnya pada

tahap pengembangan ini dilakukan ujicoba terhadap draf 1 media power point. Data

instrument tersebut diambil dari 79 mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk

memvalidasi media pembelajaran meliputi: warna tulisan, background, animasi gambar,

sound, tata kalimat.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar angket kepada 79

mahasiswa, dan mahasiswa memberikan tanggapan/pendapat melalui pengisian angket

yang berdasarkan tayangan powerpoint yang digunakan sebagai media pembelajaran.

Ujicoba 1 dilakukan di kelas Perencanaan Pembelajaran dengan jumlah mahasiswa 79

orang. Instrument media pembelajaran yang akan divalidasi meliputi: warna tulisan,

background, animasi gambar, sound, tata kalimat. Hasil persentase pada uji coba 1 yang

Page 56: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

49

menyatakan tidak jelas pada warna tulisan sebanyak 22,4%, background sebanyak

22,4%, animasi gambar sebanyak 23,5%, sound sebanyak 5,9%, tata kalimat sebanyak

25,9%. Dari ujicoba 1 disimpulkan bahwa pada media pembelajaran power point yang

diujikan masih perlu banyak perbaikan masalah warna tulisan dengan background tidak

sepadan sehingga memberikan efek tidak jelas pada tulisan. Kurangnya animasi gambar

pada slide sehingga mahasiswa merasa bosan dengan isi slide, serta kurang bervariatif,

dan masalah kesederhanaan pada kalimat penjelasan. Sebaiknya lebih diperpadat

sehingga mahasiswa lebih mengerti point-point yang dijelaskan pada isi materi yang

disampaikan.

Uji coba 2 dilakukan oleh seluruh mahasiswa Sendratasik yang menempuh mata

kuliah Perencanaan Pembelajaran. Uji coba ini untuk mengetahui sejauh mana

mahasiswa menilai media pembelajaran yang diberikan pada saat materi. Hasil ini

adalah hasil akhir untuk pertimbangan apakah layak untuk digunakan sebagai media

pembelajaran. Dari jumlah 75 mahasiswa yang menjawab tidak jelas dalam warna

tulisan sebanyak 27,6% , background sebanyak 22,3% , animasi gambar sebanyak

18,4% , sound sebanyak 3,9% , tata tulisan sebanyak 27,6%. Dengan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran power point yang diujikan masih perlu

banyak perbaikan masalah warna tulisan dengan background tidak sepadan sehingga

memberikan efek tidak jelas pada tulisan. Kurangnya animasi gambar pada slide

sehingga mahasiswa merasa bosan dengan isi slide, serta kurang bervariatif, dan

masalah kesederhanaan pada kalimat penjelasan. Sebaiknya lebih diperpadat sehingga

mahasiswa lebih mengerti point-point yang dijelaskan pada isi materi yang

disampaikan.

Page 57: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

50

BAB VI

PENINGKATAN KUALITAS HASIL BELAJAR

6.1 Refleksi Awal Penelitian

Penelitian dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi awal dari apa yang telah

dilakukan dalam pembelajaran matakuliah perencanaan pembelajaran pada semester

sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa dan mengkaji

kelemahan dari hasil belajar mahasiswa. Refleksi dilakukan dari data nilai hasil belajar

mahasiswa semester gasal tahun 2009/2010. Pengidentifikasian nilai hasil belajar

mahasiswa diperoleh dari nilai tugas, ujian setengah semester (USS), dan ujian semester

(US). Selanjunya nilai-nilai tersebut dikaji dalam bentuk nilai asli untuk mendapatkan

data akurat dari hasil belajar mahasiswa. Dari ketiga nilai tersebut selanjtnya ditambah

dan dibagikan (tanpa menggunakan bobot nilai) untuk mengetahui nilai asli dari prestasi

belajar siswa. Hasil nilai selanjutnya dipersentasekan sebagai berikut:

Tabel 6.1 : Nilai Hasil Belajar Perencanaan Pembelajaran

Mahasiswa Semester Gasal 2010/2011

Sebagai bentuk refleksi awal hasil belajar mahasiswa dapat diketahui bahwa nilai

tugas dengan lima kali tugas yang diberikan dosen (penyusunan kalender akademik,

Konvensi Nilai Jumlah dalam %Huruf Angka Interval Nilai

TugasUSS US Rata-Rata

Hasil BelajarA 1 81-100 37,7% 53,3% 48,8% 46,6%

B 2 66-80 28,8% 44,4% 37,7% 51,1%

C 3 56-65 33,3% 0 13,3% 2,2%

D 4 40-55 0% 0% 0% 0%

Page 58: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

51

menghitung dan merencanakan minggu efektif, penyusunan langkah-langkah

pembelajaran, menyusun materi ajar dan menjabarkan indicator) belum maksimal. Yang

mendapatkan nilai A ada 37,7%, yang mendapatkan nilai B ada 28,8% sedangkan yang

mendapat nilai C terdapat 33,3%. Hasil nilai ujian setengah semester sudah

menunjukkan peningkatan dari nilai tugas, hal itu dapat dilihat bahwa mahasiswa yang

mendapatkan nilai A ada 53,3%, dan yang mendapatkan nilai B ada 44,4%, sedangkan

yang mendapatkan nilai C ada 0%.

Hasil belajar pada ujian semester ada penurunan yang segnifikan dari hasil ujian

setengah semester, yaitu yang mendapatkan nilai A ada 48,8%, yang mendapatkan nilai

B ada 37,7%, sedangkan yang mendapatkan nilai C ada 13,3%. Bahan ujian semester

pada mata kuliah perencanaan pembelajaran adalah menyusun perangkat pembelajaran

yang dikerjakan mahasiswa di rumah. Dengan mengerjakan ujian semester di rumah dan

telah ditugaskan satu minggu sebelum pengumpulannya seharusnya nilai yang diperoleh

mahasiswa lebih baik dari ujian setengah semester yang dilakukan di dalam kelas. Hal

ini menunjukkan masih ada materi yang belum dikuasai oleh mahasiswa.

Untuk nilai rata-rata tingkat pencapaian hasil belajar mahasiswa dapat diketahui

masih terdapat 53,3% mahasiswa yang belum mendapatkan nilai A, yang artinya

kompetensi yang telah disusun oleh dosen belum tercapai secara maksimal.

Kekurangmaksimalan hasil belajar mahasiswa selanjutnya diidentifikasi peneliti

dibantu oleh dosen pengampu mata kuliah dan teman dosen serumpun dengan

penemuan kelemahan dalam pelaksanaan perkuliahan yang dihubungkan juga dengan

komponen keberhasilan dalam belajar mengajar. Dari diskusi awal ditemukan prediksi

kelemahan perkuliahan yaitu belum tersusunnya bahan ajar dengan baik dan belun

tersusunnya media pembelajaran dengan baik.

Page 59: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

52

Bahan ajar yang digunakan dosen sudar relatif lengkap sebagai materi

perkuliahan, tetapi bahan ajar tersebut belum disusun dalam bentuk buku ajar yang

praktis dan memudahkan mahasiswa dalam belajar. Sedangkan media pembelajaran

juga sudah relative lengkap dan baik, tetapi belum terkemas secara baik dalam kemasan

yang menarik untuk mendukung pencapaian materi pembelajaran.

Refleksi awal juga dilakukan pada mahasiswa yang memprogram dan mengikuti

perkuliahan perencanaan pembelajaran pada semester gasal 2010/2011, atau pada

subjek penelitian. Refleksi awal perkuliahan dilakukan untuk mengetahui pemahaman

mahasiswa pada materi perkuliahan pembelajaran terdahulu yang disyaratkan dalam

perkuliahan perencanaan pembelajaran sebagai matakuliah wajib lulus. Ada empat mata

kuliah wajib yang harus diikuti mahasiswa sebelum mata kuliah perencanaan

pembelajaran, yaitu: telaah kurikulum, stategi pembelajaran, media pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran. Keempat matakuliah ini wajib lulus karena matakuliah

perencanaan pembelajaran adalah implementasi kongkrit dari keempat mata kuliah

sebelumnya. Dengan kata lain, ketika mahasiswa tidak menguasai satu dari materi

kuliah tersebut, maka pada bagian penyusunan perencanaan tersebut akan mengalami

kesulitan. Dampak dari kesulitan tersebut jika terjadi pada lebih dari 50% mahasiswa

tentunya akan menghambat perkuliahan perencanaan pembelajaran, karena dosen harus

menerangkan kembali materi tersebut.

Perkuliahan pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS Unesa ada lima matakuliah

wajib lulus. Matakuliah pertama yang diberikan adalah telaah kurikulum dengan tujuan

memberikan kemampuan bagi mahasiswa dalam memahami konsep dasar kurikulum,

landasan dan prinsip pengembangan kurikulum, paradigma kurikulum, dan

implikasinya dalam pembelajaran seni budaya di sekolah. Matakuliah pembelajaran

Page 60: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

53

berikutnya adalah strategi pembelajaran. Tujuan matakuliah ini adalah mahasiswa dapat

menguasai strategi pembelajaran, serta mampu mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dalam mengelola pembelajaran Seni Budaya di SMP dan SMA.

Matakuliah media pembelajaran diberikan dalam waktu yang sama dengan matakuliah

strategi pembelajaran. Tujuan matakuliah media pembelajaran adalah mahasiswa

mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam menyusun media

pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kompetensi pada mata pelajaran seni budaya

di sekolah. Matakuliah pembelajaran selanjutnya ada evaluasi pembelajaran yang

memiliki tujuan mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip pengukuran dan penilaian

serta terampil dalam penyusunan kisi-kisi dan butir-butir soal sesuai teknik dan bentuk

penilaian, pelaksanaan pengukuran di dalam kelas, pengelolaan remidial serta analisa

butir soal. Matakuliah pembelajaran yang terakhir adalah perencanaan pembelajaran

yang bertujuan mahasiswa dapat menyusun perangkat pembelajaran. Adapun gambaran

pelaksanaan perkuliahan pembelajaran di jurusan Sendratasik FBS Unesa adalah

sebagaiberikut.

Bagan 6.1 Alur Pelaksanaan Matakuliah Pembelajarandi Jurusan Sendratasik FBS Unesa

MatakuliahPembelajaranSeni Budaya

Matakuliah Perencanaan Pembelajaran

Matakuliah Evaluasi Pembelajaran

Matakuliah Media Pembelajaran

Matakuliah Strategi Pembelajaran

Matakuliah Telaah KurikulumMatakuliahPraktek PPL

Guru Seni Budaya yangProfesional dalam

Pembelajaran

Page 61: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

54

Hasil refleksi awal dari pengetahuan mahasiswa sebelum menerima materi

perkuliahan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 6.2: Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa

Pada Matakuliah Telaah Kurikulum

No Aspek yang dinilai SudahPaham

BelumPaham

1 Pengertian kurikulum 85% 15%2 Komponen kurikulum 61,7% 38,3%3 Fungsi Kurikulum (Bagi sekolah, guru dan siswa) 95% 5%4 Pengertian Standar Nasional Pendidikan 65% 35%5 Visi, misi, tujuan, standar kompetensi pendidikan

nasional60% 40%

6 Pengertian KTSP 86,6% 13,4%7 Isi dari Standar Isi (PP 22 tahun 2006) 51,6% 48,4%8 Pengertian Standar Kompetensi 96,6% 3,3%9 Pengertian Kompetensi Dasar 98,3% 1,7%10 Pemetaan Materi Pelajaran (berdasarkan bidang seni

anda)96,6% 3,4%

Jumlah 79,64%

20,36%

Pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi matakuliah telaah

kurikulum dapat dikempompokkan dalam dua bagian, yaitu 79,64% mahasiswa dalam

kelas perencanaan sudah paham tentang materi telaah kurikulum, sementara ada 20,36%

mahasiswa masih belum paham.

Jika melihat presentase tersebut seharusnya pemahaman mahasiswa sudah lebih

dari 80%, karena matakuliah telaah kurikulum adalah matakuliah pertama yang

diberikan dalam matakuliah pembelajaran yang terus digunakan untuk dasar matakuliah

pembelajaran berikutnya.

Matakuliah pembelajaran kedua adalah strategi pembelajaran. Peran matakuliah

kurikulum berlanjut pada matakuliah strategi pembelajaran, yaitu ketika mahasiswa

diminta praktek mengajar di depan kelas, maka acuan yang digunakan untuk merancang

Page 62: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

55

kegiatan pembelajaran adalah merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang ada pada kurikulum.

Matakuliah pembelajaran ketiga adalah media pembelajaran. Pada kompetensi

akhir matakuliah media pembelajaran, mahasiswa diharuskan merancang media

pembelajaran. Dalam merancang pembelajarannya, mahasiswa harus merujuk pada

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bermuara dari kurikulum.

Matakuliah keempat pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran. Pada matakuliah

ini mahasiswa dilatih menyusun teknik dan bentuk penilaian untuk matapelajaran seni

budaya di SMP/SMA. Rujukan untuk menyusun evaluasi pembelajaran adalah dengan

melihat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang selanjutnya dikembangkan

dalam bentuk indicator dan menjadi acuan menyusun penilaian.

Dengan melihat fungsi kurikulum yang senantiasa digunakan pada semua mata

pelajaran pembelajaran, maka asumsi peneliti mahasiswa telah menguasai matakuliah

telaah kurikulum dengan baik, tetapi pada kenyataannya walaupun kurikulum selalu

digunakan sebagai dasar pengembangan materi perkuliahan pembelajaran namun

penguasaan materi mahasiswa pada matakuliah telaah kurikulum kurang dari 80%.

Matakuliah strategi pembelajaran diberikan setelah mahasiswa menempuh dan

lulus matakuliah telaah kurikulum. Dari angket yang disebarkan pada mahasiswa

menunjukkan bahwa 84,24% mahasiswa sudah menguasai materi ini, sedangkan

15,76% belum menguasai materi strategi pembelajaran. Pemahaman mahasiswa yang

terlihat kurang adalah dalam menjabarkan pembelajaran inovatif. Hal itu dibuktikan

dengan 26,7% mahasiswa yang belum menguasai materi. Disamping itu, pemahaman

mahasiswa pada komponen pembelajaran masih kurang, karena 35% dari mahasiswa

belum paham yang dimaksud dengan komponen pembelajaran.

Page 63: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

56

Pemahaman mahasiswa terhadap model pembelajaran pada perkuliahan strategi

pembelajaran juga belum maksimal. Hal itu dibuktikan dengan pemahaman mahasiswa

sebesar 78,3% saja sedangkan 21,7% dari mahasiswa belum paham dengan model-

model pembelajaran. Dengan pemahaman tentang model pembelajaran yang belum

maksimal, tentu akan berdampak pada penjabaran langkah-langkah kegiatan belajar

mengajar dalam penjabaran RPP belum dapat diberikan langsung, dan dosen harus

menjelaskan lebih dahulu. Dengan penjelasan yang harus diulang pada matakuliah

perencanaan pembelajaran untuk materi-materi tertentu yang menjadi materi pokok

dalam penjabaran perangkat pembelajaran, maka waktu pertemuan matakuliah akan

berkurang. Dengan berkurangnya waktu, maka kesempatan mahasiswa untuk berlatih

ketrampilan menyusun perangkat pembelajaran juga akan berkurang dan kompetensi

perkuliahan tidak dapat berjalan dengan maksimal. Hasil angket tentang pemahaman

materi perkuliahan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 6.3: Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa

Pada Matakuliah Strategi Pembelajaran

No Aspek yang dinilai SudahPaham

BelumPaham

1 Strategi Belajar Mengajar 95% 5%2 Ketrampilan dasar guru 95% 5%3 Pengelolaan kelas 90% 10%4 Langkah-langkah dalam pembelajaran 93,3% 6,7%5 Pengertian pembelajaran Inovatif 73,3% 26,7%6 Komponen dalam pembelajaran 65% 35%7 Pengertian metode pembelajaran 85% 15%8 Pengertian Model Pembelajaran 83,3% 16,7%9 Pengertian model pembelajaran kooperatif 78,3% 21,7%

Jumlah 84,24% 15,76%

Page 64: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

57

Matakuliah media pembelajaran diberikan bersama dengan matakuliah strategi

pembelajaran. Pelaksanaan kedua perkuliahan tersebut secara bersama dalam satu

semester ada kelemahannya, yaitu yang seharusnya media sudah diberikan sebelum

matakuliaha strategi pembelajaran dilakukan bersama, maka media yang dibuat

mahasiswa tidak dapat diterapkan langsung saat mahasiswa praktek mengajar pada

perkuliahan strategi pembelajaran. Pada matakuliah strategi pembelajaran, kompetensi

akhir adalah mahasiswa terampil menggunakan strategi belajar, metode mengajar dan

menerapkan model-model pembelajaran. Ketrampilan mengajar mahasiswa akan lebih

sempurna apabila dalam praktek mengajar menggunakan media pembelajaran yang

tepat dan sesuai dengan kompetensinya.

Pada dasarnya mahasiswa sudah cukup baik dalam pemahaman materi tentang

media, hal itu dapat diketahui dari 54 orang mahasiswa yang menyatakan paham materi

perkuliahan media pembelajaran berjumlah 92,45%, sedangkan yang belum pahan

adalah 7,55%. Dengan data tersebut maka, perkuliahan perencanaan pembelajaran akan

tidak mengulang kembali pemahaman mahasiswa pada materi kuliah media

pembelajaan, sehingga diharapkan dalam menyusun perangkat pembelajaran mahasiswa

tidak mengalami kesulitan. Dampak positif dari pemahaman yang sangat baik tentang

penguasaan materi media pembelajaran adalah dosen tidak perlu mengulang materi

tersebut dan cukup dengan dipandu buku ajar mahasiswa sudah dapat menjabarkannya.

Data tentang pengetahuan dan pemahaman mahasiswa pada matakuliah media

pembelajaran adalah sebagai berikut.

Page 65: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

58

Tabel 6.4 Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa

Pada Matakuliah Media Pembelajaran

No Aspek yang dinilai SudahPaham

BelumPaham

1 Macam media pembelajaran 91,6% 0,4%2 Multimedia dalam pembelajaran 88,3% 11,7%3 Media power point 96,6% 3,4%4 Media video pembelajaran 93,3% 6,7%

Jumlah 92,45 7,55%

Matakuliah evaluasi pembelajaran diberikan pada semester berikutnya setelah

mahasiswa menerima matakuliah strategi pembelajaran dan media pembelajaran. Data

pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan evaluasi

pembelajaran dapat dikatakan sangat kurang, karena mahasiswa yang paham ada 61,1%,

sedangkan yang belum paham ada 38,9%. Indikasi data seperti ini tentu akan

mempengaruhi kelancaran penerimaan materi perkuliahan perencanaan pembelajaran.

Pada bagian akhir perangkat pembelajaran terdapat penilaian, yaitu penyusun perangkat

pembelajaran harus merancang bentuk dan teknik penilaian dalam RPPnya. Sedangkan

mahasiswa masih 56,7% yang belum dapat menyusun kisi-kisi soal tes, dan dari kisi-

kisi akan dijabarkan dalam bentuk dan teknik penilaian yang mahasiswa belum paham

juga terbukti dengan pemahaman teknik penilaian baru 65% sedangkan pemahaman

bentuk penilaian 63,3%.

Dosen matakuliah perencanaan pembelajaran harus menerangkan kembali materi

kuliah evaluasi pembelajaran jika ingin hasil belajar mahasiswa maksimal. Hal ini

merupakan dampak negative dari tidak tercapainya kompetensi secara maksimal dalam

perkuliahan evaluasi pembelajaran. Tetapi ketidaktercapaian kompetensi matakuliah

evaluasi pembelajaran di jurusan Sendratasik bukan merupakan kesalahan dosen, tetapi

system yang belum maksimal yang belum mewadahi situasi tersebut.

Page 66: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

59

Untuk memaksimalkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi

perkuliahan evaluasi pembelajaran, dosen matakuliah perencanaan pembelajaran akan

memberikan tambahan materi khusus tentang evaluasi pembelajaran. Hal itu adalah

solusi dari perbaikan system yang belum berjalan secara maksimal di jurusan

Sendratasik dan tentu saja hal ini akan memberikan dampak pada waktu perkuliahan

yang akan berkurang dan pencapaian kompensi tidak maksimal. Data pengetahuan dan

pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan evaluasi pembelajaran adalah sebagai

berikut.

Tabel 6.5 Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa

Pada Matakuliah Evaluasi Pembelajaran

No Aspek yang dinilai SudahPaham

BelumPaham

1 Teknik Penilaian 65% 35%2 Bentuk Penilaian 63,3% 36,7%3 Pengertian ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor 80% 20%4 Kisi-kisi penyusunan soal tes 43,3% 56,7%5 Penskoran dalam penilaian 50% 50%6 Pembobotan dalam penilaian 65% 35%

Jumlah 61,1% 38,9%

6.2 Pelaksanaan Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran

Perkuliahan perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan pada

semester gasal 2011/2012. Pelaksanaan kuliah dilakukan setiap hari Senin jam ke 5-6 di

jurusan Sendratasik FBS Unesa. Jumlah mahasiswa seluruhnya yang memprogram

matakuliah perencanaan pembelajaran adalah 97 mahasiswa dengan rincian:

Page 67: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

60

Tabel 6.6 Mahasiswa Matakuliah Perencanaan Pembelajaran

No. Angkatan Jumlah1. 2009 82 mahasiswa2. 2008 10 mahasiswa3. 2007 4 mahasiswa4. 2006 1 mahasiswa

Jumlah 97 mahasiswa

Pelaksanaan perkuliahan dibagi dalam dua kelas dengan masing-masing kelas

diampu satu orang dosen. Materi perkuliahan mengacu pada bahan ajar yang telah

disusun dan dilaksanakan sesuai garis besar rencana perkuliahan yang telah disusun

dosen.

Pelaksanaan penelitian ini tidak maksimal untuk melihat pelaksanaan

pembelajaran matakuliah perencanaan pembelajaran, karena perkuliahan masih berjalan

lima pertemuan sampai ditulisnya laporan penelitian ini, sehingga data-data yang

diperoleh belum dapat maksimal juga. Walaupun perkuliahan masih berjalan lima kali

pertemuan, tetapi peneliti berusaha memaksimalkan pengumpulan data melalui

instrument-instrumen yang telah dipersiapkan dengan baik.

Perkuliahan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 September 2011 dengan materi

pokok hakikat perencanaan pembelajaran, manfaat dan fungsi perencanaan

pembelajaran, kreteria penyusunan perencanaan pembelajaran, dan langkah menyusun

perencanaan pengajaran. Pertemuan kedua pada tanggal 19 September 2011 dengan

materi pokok pengembangan program perencanaan, menentukan alokasi waktu dan

kalender akademis, perencanaan program tahunan, rencana program semester, silabus,

dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan ketiga tanggal 26 September 2011

dengan materi pokok pengembangan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran, tujuan

umum dan tujuan khusus, tujuan pendidikan menurut Bloom (domain kognitif, afektif,

Page 68: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

61

psikomotor). Pertemuan keempat tanggal 3 Oktober 2011 dengan materi pokok tujuan

dan kompetensi, kompetensi lulusan, kompetensi standar, kompetensi dasar, dan

indicator pembelajaran. Sedangkan pertemuan kelima pada tanggal 10 Oktober 2011

adalah pengembangan SK-KD dan penjabarannya dalam indicator yang dilanjutkan

dengan latihan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

indicator pembelajaran.

Setiap akhir materi pada pertemuan perkuliahan, mahasiswa diminta membuat

latihan berdasarkan materi ajar yang ada pada buku ajar. Latihan-latihan yang diberikan

pada matakuliah perencanaan pembelajaran ditulis dalam buku latihan khusus yang

harus disiapkan mahasiswa dan selalu dibawa pada saat perkuliahan berlangsung.

Tujuan dari latihan yang ditulis dalam buku adalah agar mahasiswa juga terampil

menulis. Dengan prediksi bahwa perkembangan teknologi sangat perlu diketahui

seorang calon guru, jangan sampai calon guru tidak dapat menulis dengan baik karena

dampat teknologi, sehingga ketrampilan menulis juga harus diperhatikan dan dilatihkan

pada calon guru.

Pelaksanaan pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran dengan

pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beriringan. Pelaksanaan pembelajaran yang

baru berjalan lima pertemuan tersebut juga didampingi dua siklus penelitian yang

dilaksanakan pada pertemuan kedua dan pertemuan keempat. Adapun rincian

pelaksanaan dua siklus tersebut adalah sebagai berikut.

Page 69: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

62

6.2.1 Siklus 1 (pertama)

6.2.1.1 Perencanaan Pembelajaran

Setelah peneliti mengidentifikasi tentang berbagai kegiatan pembelajaran pada

matakuliah perencanaan pembelajaran dan ditemukan berbagai permasalahan

seperti pada sub bab 6.1 di atas, maka langkah berikutnya adalah merencanakan

perbaikan pelaksanaan pembelajaran. Perbaikan pelaksanaan pembelajaran tentu

saja tidak dapat langsung diketahui dengan cepat, tetapi perlu proses lebih panjang

atau waktu penelitian yang harus dilaksanakan dengan cukup.

Hasil identifikasi awal diketahui bahwa pada dasarnya mahasiswa memerlukan

pengkemasan materi yang tersusun dengan baik dan efektif dan komunikatif,

untuk itu matakuliah perencanaan pembelajaran perlu menyusun bahan ajar.

Disamping itu, bahan ajar akan lebih efektif diterapkan apabila didampingi media

pembelajaran yang menarik, komunikatif dan memberikan hasil pemahaman

mahasiswa yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.

Perancangan bahan ajar dan media pembelajaran selanjutnya dilakukan dalam

penelitian yang mengkhususkan pada bahan ajar dan penelitian tentang media

pembelajaran. Kedua penelitian tersebut dilakukan melalui penelitian

pengembangan pada bidang masing-masing. Selanjutnya penelitian

pengembangan bahan ajar dan penelitian pengembangan media pembelajaran

disebut dengan penelitian pendamping pada penelitian ini, sedangkan penelitian

ini adalah penelitian payung yang menerapkan dua hasil penelitian pendamping

sebagai produk yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kelas

perkuliahan perencanaan pembelajaran.

Page 70: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

63

Bahan ajar (produk penelitian pendamping1) yang disusun dalam perkuliahan

perencanaan pembelajaran terdiri dari enam kegiatan. dengan rincian sebagai

berikut.

Tabel 6.7 Materi Pembelajaran Pada Matakuliah Perencanaan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran 1: Hakikat perencanaan pembelajaran1. Pengertian perencanaan pembelajaran2. Manfaat perencanaan pembelajaran3. Fungsi perencanaan pembelajaran4. Kreteria penyusunan perencanaan pembelajaranKegiatan Pembelajaran 2: Pengembangan program perencanaan1. Menentukan alokasi waktu dan Kalender akademik2. Rencana program tahunan3. Rencana program semesteran4. Rencana Pelaksanaan PembelajaranKegiatan Pembelajaran 3:Pembelajaran berbasis kompetensi1. Pengertian kompetensi2. Langkah pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi3. Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar4. Indikator kompetensi5. Pemetaan materi berdasarkan kompetensiKegiatan Pembelajaran 4: Materi Ajar1. Pengertian bahan ajar2. Fungsi bahan ajar3. LKS dan kunci LKSKegiatan Pembelajaran 5: Pengembangan Silabus1. Pengertian silabus2. Prinsip pengembangan silabus3. Pengembangan silabus4. Komponen silabus5. Langkah-langkah pengembangan silabusKegiatan Pembelajaran 6: Pengembangan Perangkat Pembelajaran1. Pengertian RPP2. Prinsip-prinsip RPP3. Pengembangan RPP4. Komponen RPP5. Langkah-langkah pengembangan/penyusunan RPP

Media pembelajaran (produk penelitian pendamping 2) yang disusun dalam

perkuliahan pembelajaran ada dua, yaitu power point sebagai tayangan presentasi

dosen untuk menjelaskan materi ajar, dan video model pembelajaran yang

Page 71: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

64

berfungsi untuk gambaran kongkrit tentang pembelajaran yang harus disusun

mahasiswa sebagai perangkat pembelajaran. Power point pada masing-masing

kegiatan berjumlah 15-20 slide. Sedangkan media video pembelajaran dalam

bentuk model pembelajaran kooperatif pada materi pelajaran Seni Budaya bidang

seni Seni Musik. Video pembelajaran berdurasi waktu 15 menit dipilih dari

contoh model pembelajaran Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Pertama

yang dikemas dalam program best praktis pembelajaran seni budaya. Adapun data

dari video pembelajaran tersebut adalah.

Tabel 6.8 Data Video Model Pembelajaran

Judul : Mengaransir Lagu secara Sederhana dengan Teknik

”Jipatma”

Sekolah : SMP Negeri 4 Gamping Sleman Yogyakarta

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Musik)

Kelas : VIII / 2

Tema/Topik : Pembelajaran Kreasi Musik dalam mengaransir secara

sederhana lagu Nusantara

Guru : Rus Endarti, S.Pd

Durasi : 15 menit

Penulis Scenario

dan Sutradara

: Dr. Trisakti, M.Si

Produksi : Direktorat P SMP Diknas 2010

Pada tahap perencanaan ini, peneliti yang juga dosen pengampu matakuliah juga

menyusun kompetensi matakuliah perencanaan pembelajaran. Adapun

kompetensi tersebut dirumuskan dalam peta kompetensi. Setelah kompetensi

matakuliah tersusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan silabus dan satuan

acara perkuliahan (terlampir). Silabus dan SAP tersebut merupakan perbaikan dari

Page 72: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

65

Silabus dan SAP yang telah diterapkan pada perkuliahan perencanaan

pembelajaran sebelumnya.

Proses perencanaan selanjutnya adalah penyusunan lembar observasi untuk

pengamatan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pengamatan pembelajaran

dilakukan oleh dosen serumpun pada mata kuliah pembelajaran. Lembar observasi

tersebut memuat aspek pengamatan dalam pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 6.9 Daftar Pertanyaan Pada Lembar Observasi

Pada tahap perencanaan juga dilakukan penyusunan instrumen evaluasi untuk

mengukur dan mengetahui ketercapaian pembelajaran. Instrumen evaluasi dalam

perkuliahan perencanaan pembelajaran adalah dalam bentuk tugas latihan yang

ada pada buku ajar. Tugas dan latihan tersebut selanjutnya dinilai oleh dosen

dengan kreteria penilaian kesesuaian dengan teori yang diberikan pada

matakuliah.

Pendahuluan Pembelajaran1 Memotivasi siswa2 Menyampaikan tujuan pembelajaran3 Menginformasikan keterkaitan tema dengan konsep

yang sesuaiKegiatan Inti Pembelajaran1 Membagi mahasiswa ke dalam kelompok2 Membagikan bahan ajar3 Memandu mahasiswa melakukan diskusi4 Mengecek pemahaman tiap kelompok5 Membimbing mahasiswa membuat kesimpulan6 Memberikan umpan balik berdasarkan diskusiPenutup Pembelajaran1 Melakukan evaluasi2 Melakukan tindak lanjut perkuliahanSuasana Kelas Dalam Pembelajaran1 Mahasiswa antusian2 Waktu sesuai alokasi

Page 73: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

66

Penelitian ini dilakukan dalam lima kali pertemuan perkuliahan perencanaan

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran telah menempuh tiga pokok bahasan

sehingga tugas mahasiswa dalam bentuk latihan yang akan dievaluasi untuk

melihat ketercapaian materi adalah sebagai berikut.

Tabel 6.10 Evaluasi Pembelajaran

6.2.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran pertama dilaksanakan pada tanggal 19

September 2011 tepatnya pada pertemuan kedua perkuliahan perencanaan

pembelajaran. Dosen matakuliah perencanaan pembelajaran menerapkan

pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang disusun dengan

menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang disusun tim peneliti

pendamping yang selanjutnya disebut draft 1.

Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dengan penerapan bahan ajar dan media

pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran ditemukan hasil

penelitian sebagai berikut.

Evaluasi 1: 1. Penjelasan mahasiswa tentang arakteristik perencanaanpembelajaran.

2. Penjelasan mahasiswa tentang manfaat perencanaanpembelajaran sebagai alat pemecahan masalah.

3. Penjelasan tentang kriteria penyusunan perencanaanpembelajaran.

Evaluasi 2: 1. Merancang alokasi waktu minggu efektif dan hari efektifpada mata pelajaran Seni Budaya (sesuai bidangkonsentrasi seni mahasiswa)

2. Menyusun rencana program tahunan dan programsemesteran.

Evaluasi 3: Mengembangkan indikator hasil belajar dari standarkompetensi dan kompetensi dasar sesuai bidang senimahasiswa.

Page 74: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

67

Tabel 6.11 Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran

No Aspek yang dinilai Terlaksana Tidak Skala PenilaianP 1 P 2 P 1 P 2 1 2 3 4

P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2Pendahuluan 66,6% 33,3% 33,3% 0% 66,6% 0%1 Memotivasi siswa √ √ √ √2 Menyampaikan

tujuanpembelajaran

√ √ √ √

3 Menginformasikanketerkaitan temadengan konsep

√ √ √ √

Kegiatan Inti 66,6% 33,3% 33,3% 0% 58,3% 8,3%1 Membagi

mahasiswa kedalam kelompok

√ √ √ √

2 Membagikan bahanajar

√ √ √ √

3 Memandumahasiswamelakukan diskusi

√ √ √ √

4 Mengecekpemahaman tiapkelompok

√ √ √ √

5 Membimbingmahasiswamembuatkesimpulan

√ √ √ √

6 Memberikanumpan balik dasardiskusi

√ √ √ √

Penutup 100% 100%1 Melakukan evaluasi √ √ √ √2 Melakukan tindak

lanjut perkuliahan√ √ √ √

Suasana Kelas 66,6% 33,3% 33,3% 0% 66,6% 0%1 Mahasiswa

antusias√ √ √ √

2 Waktu sesuaialokasi

√ √ √ √

Jumlah % 76,9% 23,1% 3,8% 0% 50% 50%Keterangan:P1 = Pengamat 1, dan P2 = Pengamat 2Skala Penilaian1 = Tidak Baik (tidak baik, tidak jelas, tidak terlaksana, todak operasional)2 = Kurang Baik (sesuai, jelas, tidak terlaksana, tidak operasional)3 = Baik (sesuai, jelas, terlaksana, kurang operasional)4 = Sangat Baik (sesuai, jelas, terlaksana, operasional)

Page 75: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

68

Dalam pelaksanaan tindakan pertama dalam proses belajar mengajar diperoleh

data tentang bagaimana dosen mengelola pembelajaran melalui langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran. Observer

dalam pelaksanaan pembelajaran adalah dua orang dosen serumpun yang

memahami tentang pembelajaran yaitu Drs. Bambang Sugito, M.Sn dan Dra.

Retnayu Prasetyanti, M.Si. Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran

menunjukkan bahwa langkah-langkah pembelajaran terlaksana 76,9% dan yang

tidak terlaksana adalah 23,1%. Ketidakterlaksanaan pembelajaran diketahui pada

kegiatan pendahuluan dalam menginformasikan keterkaitan tema dengan konsep

yang sesuai, pembagian kelompok dan mengecek pemahaman kelompok pada

kegiatan inti. Setelah dikroscek dengan dosen pengampu diketahaui bahwa ada

kelalaian dosen dalam menyampaikan keterkaitan tema dengan konsep.

Sedangkan kegiatan pembagian kelompok dan mengecek pemahaman kelompok

tidak terlaksana karena pada satuan acara perkuliahan pertemuan tersebut belum

menerapkan latihan kelompok.

Pengelolaan pembelajaran pada dasarnya sudah berjalan baik (sesuai, jelas,

terlaksana, walaupun ada beberapa bahasan yang kurang operasional. Hal itu

terbukti bahwa 65,3% menyatakan baik, bahkan 34,6% menyatakan sangat baik

yang berarti sudah sesuai, jelas, terlaksana dan bahasan operasional.

6.2.1.3 Observasi Pembelajaran

Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dosen matakuliah melakukan

pembelajaran di kelas, semestara tim peneliti bersama dosen serumpun mengamati

Page 76: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

69

pelaksanaan pembelajaran di kelas dan siap dengan instrument observasi

pelaksanaan perkuliahan.

Pada pelaksanaan tindakan atau tepatnya setelah penyampaian materi perkuliahan

selesai, peneliti menyebarkan angket kepada mahasiswa untuk mengetahui

efektifitas pembelajaran dengan bahan ajar dan media pembelajaran hasil

pengembangan penelitian. Selanjutnya dari hasil observasi tersebut dianalisis.

Pada pelaksanaan tindakan pertama pada penggunaan bahan ajar yang dilakukan

oleh dua orang validator yang merupakan dosen pengampu serumpun pada

matakuliah pembelajaran, yaitu Drs. Bambang Sugito, M.Sn dan Dra. Retnayu

Prasetyanti, M.Si ditemukan hasil validasi pada bahan ajar sebagai berikut.

Tabel 6.12 Hasil Validasi Draf I Bahan Ajar

No Aspek Penilaian Validator Rata-rata1 2

I.Kelayakan Isi 87,5%1 Kesesuaian uraian materi dengan

kompetensi4 4

2 Keakuratan materi 4 33 Materi pendukung 3 3

II. Kelayakan Penyajian 91,6%4 Teknik penyajian 4 45 Penyajian Pembelajaran 4 46 Kelengkapan penyajian 3 3

III. Kelayakan Bahasa 83,3%7 Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan peserta didik3 4

8 Komunikasi 3 39 Keruntutan dan Kesatuan

gagasan3 4

Jumlah skor perolehan validasi 31 32 87,5%

Page 77: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

70

Berdasarkan hasil penghitungan presentase tersebut, draf I (bahan ajar) yang telah

dikembangkan peneliti layak digunakan karena persentasenya 87,5 %, dan masuk

dalam kategori sangat baik. Kategori ini seperti yang ditunjukkan pada kategori di

bawah ini.

Tabel 6.13 Interpretasi skor

Persentase Kategori0 % - 33 %34 % - 66 %67 % - 100 %

Kurang BaikBaik

Sangat baik/layak(Sumber : Ridwan, 2009)

Kategori sangat baik dalam penilaian skor tersebut, dapat diartikan bahan ajar

yang telah tersusun tersebut memiliki kualitas baik, mudah dipahami dan sesuai

dengan konteks penjelasan. Namun demikian karena penilaian dari validator

masih ada nilai 3 pada beberapa item, maka ada beberapa saran yang telah

dituliskan validator I yakni ; tata kalimat dan pengetikan masih ada yang kurang

jelas, dan penjelasannya perlu lebih didetailkan. Validator II menambahkan

perlunya diberikan contoh yang jelas untuk perangkat yang ada.

Disamping bahan ajar divalidasi oleh validator dosen serumpun, mahasiswa juga

diberi kesempatan untuk memvalidasi bahan ajar dengan harapan keterbacaan dan

penjelasan yang tertuang dalam bahan ajar dapat diterima dengan baik oleh

mahasiswa. Hasil analisis validasi bahan ajar oleh mahasiswa dari 79 mahasiswa

yang memvalidasi 72 jumlah kalimat pada bahan ajar kegiatan pertama ditemukan

tingkat kesulitan mahasiswa pada 372 kalimat atau setara dengan 6,6%,

sedangkan 93,4% dari kalimat dalam bahan ajar sudah dapat dipahami oleh

mahasiswa. Dari data tersebut diinterpretasikan skor berdasar konsep Ridwan

Page 78: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

71

(2009) menunjukkan bahwa bahan ajar dari unsure keterbacaan sudah sangat baik

dan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar perkuliahan perencanaan

pembelajaran.

Hasil validasi pada media pembelajaran power point yang digunakan dalam

perkuliahan perencanaan pembelajaran dari 79 mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan adalah sebagai berikut.

Tabel 6.14 Hasil Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Draft I

No. Aspek yang diamati ProsentaseKetidakjelasan

ProsentaseKejelasan

1. Warna Tulisan 22,4% 77,6%2. Background 22,4 77,4%3. Animasi Gambar 23,5% 76,5%4. Sound 5,9% 94,1%5. Kesederhanaan kalimat 25,9% 74,1%

Rata-rata 20,02% 79,98%

Penggunaan media pembelajaran power point tentang bahasan dalam perkuliahan

menunjukkan 20,02% yang belum jelas, sedangkan 79,98% menunjukkan

kejelasan media. Jika diinterpretasikan skor berdasarkan Ridwan (2009), maka

angka 79,98% dapat dikatakan sangan baik dan layak untuk digunakan dalam

matakuliah perencanaan pembelajaran.

6.2.1.4 Refleksi Pembelajaran

Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan tindakan pertama

pada dasarnya sangat baik dan bahan ajar serta media layak digunakan dalam

perkuliahan perencanaan pembelajaran. Hal itu juga dapat dilihat dari hasil

validasi dari dosen matakuliah serumpun dan angket yang diberikan pada

mahasiswa.

Page 79: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

72

Untuk mengetahui peningkatan kualitas dari bahan ajar dan media pembelajaran

serta pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pengampu mata

kuliah, maka perlu dilakukan ujicoba kembali yang dalam penelitian tindakan ini

disebut dengan siklus kedua.

Dengan melihat kelemahan dari penggunaan bahan ajar, media pembelajaran dan

pelaksanaan pembelajaran, maka ketiga komponen tersebut perlu direvisi kembali

untuk perbaikan.

6.2.1 Siklus 2 (kedua)

6.2.1.1 Perencanaan Pembelajaran

Siklus pertama telah dilakukan dengan hasil yang sudah sangat baik, tetapi siklus

kedua harus tetap dilakukan untuk memberikan penguatan dan melihat apakan

produk pengembangan benar-benar efektif digunakan dalam perkuliahan. Yang

dilakukan pertama dalam perencanaan siklus kedua adalah merevisi produk

pengembangan baik bahan ajar maupun media pembelajara. Sementara perbaikan

produk atau draft 1 direvisi oleh tim peneliti pendamping, peneliti menyusun

silabus dan satuan acara perkuliahan yang juga direvisi dari pelaksanaan siklus

satu. Semua hasil revisi selanjutnya digunakan atau diterapkan dalam

pembelajaran.

6.2.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Penerapan siklus kedua dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2011 pada kelas

perencanaan pembelajaran. Materi pembelajaran pada saat penerapan siklus kedua

adalah Pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi dengan sub materi

Page 80: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

73

pengertian kompetensi, langkah pengembangan pembelajaran berbasis

kompetensi, kompetensi lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,

Indikator kompetensi dan pemetaan materi berdasarkan kompetensi.

Pelaksanaan pngelolaan matakuliah perencanaan pembelajaran menerapkan

pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang disusun dengan

menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang telah direvisi yang

selanjutnya disebut draft 2. Hasil observasi pelaksanaan pengelolaan

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang

sudah diperbaiki adalah sebagai berikut.

Tabel 6.15 Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran

No Aspek yangdinilai

Terlaksana

Tidak Skala Penilaian

P 1 P 2 P 1 P 2 1 2 3 4P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2

Pendahuluan 100% 0% 0% 0% 33.3% 66.6%1 Memotivasi siswa √ √ √ √2 Menyampaikan

tujuanpembelajaran

√ √ √ √

3 Menginformasikan keterkaitantema dengankonsep

√ √ √ √

Kegiatan Inti 83,3% 16,6% 0% 0% 41,6% 58,3%1 Membagi

mahasiswa kedalam kelompok

√ √ √ √

2 Membagikanbahan ajar

√ √ √ √

3 Memandumahasiswamelakukandiskusi

√ √ √ √

4 Mengecekpemahaman tiapkelompok

√ √ √ √

5 Membimbingmahasiswamembuatkesimpulan

√ √ √ √

Page 81: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

74

6 Memberikanumpan balikberdasarkandiskusi

√ √ √ √

Penutup 100% 0% 0% 0% 0% 100%1 Melakukan

evaluasi√ √ √ √

2 Melakukan tindaklanjut perkuliahan

√ √ √ √

Suasana Kelas 100% 0% 0% 0% 25% 75%1 Mahasiswa

antusias√ √ √ √

2 Waktu sesuaialokasi

√ √ √ √

Jumlah % 92,3% 7,6% 0% 0% 26,9% 69,2%

Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran pada pelaksanaan tindakan kedua dari

observer disimpulkan bahwa 92,3% pembelajaran terlaksana dan 7,6% tidak

terlaksana yaitu pada pengecekan pemahaman tiap-tiap kelompok.

Ketidakterlaksanaan pengecekan pemahaman tiap-tiap kelompok terjadi karena

pada pelaksanaan pembelajaran mahasiswa masih dikelompokkan berdua-dua

untuk mendiskusikan tugas. Dosen dalam pelaksanaan pembimbingan tugas masih

bersifat global untuk satu kelas, belum secara khusus memfokuskan pada

kelompok. Pada skala penilaian diperoleh hasil bahwa 26,9% kegiatan terlaksana

dengan baik, bahkan 69,2% menyatakan sangat baik. Hal ini merupakan indikasi

bahwa pada dasarnya pelaksanaan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh

dosen pengampu matakuliah perencanaan sudah sangat baik.

6.2.1.3 Observasi Pembelajaran

Pada pelaksanaan tindakan kedua atau tepatnya setelah penyampaian materi

perkuliahan selesai, peneliti menyebarkan angket kepada mahasiswa untuk

mengetahui efektifitas pembelajaran dengan bahan ajar dan media pembelajaran

Page 82: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

75

hasil pengembangan penelitian. Selanjutnya dari hasil observasi tersebut

dianalisis.

Pada pelaksanaan tindakan kedua pada penggunaan bahan ajar yang dilakukan

oleh dua orang validator yang sama dengan pelaksanaan tindakan pertama

ditemukan hasil validasi pada bahan ajar sebagai berikut.

Tabel 6.16 Hasil Validasi Draf II Bahan Ajar

No Aspek Penilaian Validator Rata-rata1 2

I.Kelayakan Isi 83,3%1 Kesesuaian uraian materi

dengan kompetensi4 4

2 Keakuratan materi 4 43 Materi pendukung 3 3

II. Kelayakan Penyajian 95,8%4 Teknik penyajian 4 45 Penyajian Pembelajaran 4 46 Kelengkapan penyajian 3 4

III. Kelayakan Bahasa 83,3%7 Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan peserta didik4 4

8 Komunikasi 3 39 Keruntutan dan Kesatuan

gagasan4 4

Jumlah skor perolehanvalidasi

33 34 93%

Berdasarkan hasil penghitungan presentase tersebut, draf II (bahan ajar) yang

telah dikembangkan peneliti layak digunakan karena persentasenya 93 %, dan

masuk dalam kategori sangat baik menurut Ridwan (2009). Kategori sangat baik

dalam penilaian skor tersebut, dapat diartikan bahan ajar yang telah tersusun

tersebut memiliki kualitas baik, mudah dipahami dan sesuai dengan konteks

penjelasan.

Disamping bahan ajar divalidasi oleh validator dosen serumpun, mahasiswa juga

diberi kesempatan untuk memvalidasi bahan ajar dengan harapan keterbacaan dan

Page 83: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

76

penjelasan yang tertuang dalam bahan ajar dapat diterima dengan baik oleh

mahasiswa. Hasil analisis validasi bahan ajar oleh mahasiswa dari 53 mahasiswa

yang memvalidasi 50 jumlah kalimat pada bahan ajar kegiatan pertama ditemukan

tingkat kesulitan mahasiswa pada 30 kalimat atau setara dengan 1,1%, sedangkan

98,9% dari kalimat dalam bahan ajar sudah dapat dipahami oleh mahasiswa. Dari

data tersebut diinterpretasikan skor berdasar konsep Ridwan (2009) menunjukkan

bahwa bahan ajar dari unsure keterbacaan sudah sangat baik dan layak untuk

digunakan sebagai bahan ajar perkuliahan perencanaan pembelajaran.

Hasil validasi pada media pembelajaran power point yang digunakan dalam

perkuliahan perencanaan pembelajaran dari 76 mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan adalah sebagai berikut.

Tabel 6.17 Hasil Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Draft II

No. Aspek yang diamati ProsentaseKetidakjelasan

ProsentaseKejelasan

1. Warna Tulisan 27,6% 72,4%2. Background 22,3 % 77,7%3. Animasi Gambar 18,4% 81,6%4. Sound 3,9% 96,1%5. Kesederhanaan kalimat 27,6% 72,4%

Rata-rata 19,96% 80%

Penggunaan media pembelajaran power point tentang bahasan dalam perkuliahan

menunjukkan 19,96% yang belum jelas, sedangkan 80% menunjukkan kejelasan

media. Jika diinterpretasikan skor berdasarkan Ridwan (2009), maka angka 80%

dapat dikatakan sangan baik dan layak untuk digunakan dalam matakuliah

perencanaan pembelajaran.

Page 84: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

77

6.2.1.4 Refleksi

Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan tindakan kedua pada

dasarnya sangat baik dan bahan ajar serta media layak digunakan dalam

perkuliahan perencanaan pembelajaran. Hal itu juga dapat dilihat dari hasil

validasi dari dosen matakuliah serumpun dan angket yang diberikan pada

mahasiswa.

Dengan melihat data-data hasil penelitian maka disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan media

pembelajaran produk hasil penelitian pendamping.

6.3 Kualitas Bahan Ajar dan Media Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan

Pembelajaran

Kualitas bahan ajar dan media pembelajaran hasil pengembangan diketahui dari

penilaian mahasiswa yang menggunakan produk pengembangan tersebut. Penilaian

kualitas bahan ajar dirumuskan dalam duabelas pertanyaan yang harus dijawab oleh

mahasiswa matakuliah perencanaan pembelajaran. Dari 47 mahasiswa yang

mengembalikan angket tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar matakuliah

perencanaan pembelajaran diketahui hasilnya sebagai berikut.

Page 85: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

78

6.18 Kualitas Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran

No Uraian Pertanyaan Ya Biasa Tidak1. Menimbulkan minat baca 65,9% 34,1% 02. Menjelaska tujuan pembelajaran (ada indikator

ketercapaian)87,2% 12,8% 0

3. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel 58,5% 34% 4,2%4. Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa

dan kompetensi akhir yang akan dicapai.78,7% 21,3% 0

5. Memberi kesempatan pada mahasiswa untukberlatih

82,9% 17,1% 0

6. Mengakomodasi kesulitan mahasiswa 53,1% 42,5% 4,2%7. Memberi rangkuman 61,7% 36,1% 2,1%8. Gaya penulisan komunikatif dan semi formal 42,5% 46,8% 6,3%9. Materi berdasar kebutuhan mahasiswa 80,8% 8,5% 2,1%10. Dikemas untuk proses instruksional 68% 32% 011. Memberi motivasi mahasiswa untuk belajar 76,5% 23,5% 012. Mudah Dipelajari 53,1% 46,8% 0

Prosentase rata-rata 67,4% 29,6% 3%

Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya diinterpretasikan skornya berdasarkan

intrepretasi skor dari Ridwan (2009:41) sebagai berikut.

Tabel 6.19 Interpretasi kualitas Skor

Persentase Kategori0% - 50% Tidak berkualitas

51% - 100% Berkualitas

Presentase rata-rata dari penggunaan bahan ajar perencanaan pembelajaran adalah

67,4% yang menyatakan ya, artinya bahwa bahan ajar telah memenuhi kualitas

sebagai bahan ajar walaupun pada gaya penulisan yang diharapkan komunikatif

dan semi formal masih biasa saja.

Kualitas media pembelajaran pada matakuliah perencanaan pembelajaran diukur

melalui angket yang diberikan pada mahasiswa dengan duabelas pertanyaan

tanggapan mahasiswa terhadap penggunaan bahan ajar. Media pembelajaran

dalam bentuk power point diukur tingkat keterbacaannya sebagai produk yang

Page 86: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

79

digunakan dalam pembelajaran di kelas, sedangkan media pembelajaran yang

diukur tingkat kualitasnya adalah media dalam bentuk video pembelajaran. Media

video pembelajaran dalam penelitian ini belum diterapkan di kelas perencanaan

pembelajaran karena akhir pengumpulan data penelitian masih sedang berjalan

proses belajar mengajar pertemuan ke lima, sedangkangkan video pembelajaran

ini akan digunakan memperjelas materi pertemuan ke tujuh dan delapan dengan

pokok bahasan silabus.

Walaupun belum diterapkan, media video pembelajaran telah diujicobakan pada

kelas dengan matakuliah strategi pembelajaran pada bahasan model-model

pembelajaran. Tujuan dari ujicoba tersebut adalah untuk melihat tanggapan

mahasiswa terhadap media pembelajaran yang digunakan. Dari 43 mahasiswa

yang mengembalikan angket diketahui hasilnya adalah sebagaiberikut.

Tabel 6.20 Kualitas Media Pembelajaran

No Uraian Pertanyaan Ya Biasa Tidak1. Menimbulkan minat untuk

melihat/memperhatikan97,7% 2,3% 0%

2. Menjelaskan tema/judul media pembelajaran 93% 7% 0%3. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel 86% 13,9% 0%4. Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa

dan kompetensi akhir yang akan dicapai.76,7% 23,3% 0%

5. Memberi kesempatan pada mahasiswa untukberinovasi

82,7% 16,3% 0%

6. Mengakomodasi kesulitan mahasiswa 65% 35% 0%7. Menggambarkan dengan jelas pelaksanaan

pembelajaran seni budaya81,3% 18,6% 0%

8. Gaya pengkemasan media komunikatif 90,6% 9,3% 0%9. Materi berdasar kebutuhan mahasiswa 88,3% 11,7% 0%10. Dikemas untuk membantu pemahaman

mahasiswa95,3% 4,6% 0%

11. Memberi motivasi mahasiswa untuk belajar 93% 7% 0%12. Mudah Dipelajari 90,6% 9,3% 0%

Prosentase rata-rata 90,7% 9,2% 0%

Page 87: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

80

Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya diinterpretasikan skornya berdasarkan

intrepretasi skor dari Ridwan (2009:41) sebagai berikut.

Tabel 6.21 Interpretasi kualitas Skor

Persentase Kategori0% - 50% Tidak berkualitas

51% - 100% Berkualitas

Dari data angket tersebut dapat diketahui bahwa media pembelajaran dalam

bentuk video model pembelajaran memiliki kualitas yang baik jika digunakan

dalam pembantu menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran. Hal itu

dibuktikan dari 43 mahasiswa yang menyatakan ya ada 90,7% artinya jika

diinterpretasikan dengan interpretasi skor Ridwan (2009) dapat dikelompokkan

berkualitas.

6.4 Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

Hasil belajar matakuliah perencanaan pembelajaran pada penelitian ini masih

terbatas pada tiga kali tugas yang diberikan pada mahasiswa, yaitu tugas merancang

alokasi waktu minggu efektif dan hari efektif pada mata pelajaran Seni Budaya (sesuai

bidang konsentrasi seni mahasiswa), membuat rencana program tahunan dan membuat

program semesteran. Adapun hasil nilai dari tugas tersebut adalah

Page 88: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

81

Tabel 6.22 Hasil Belajar MahasiswaNo.Mahasiswa

NilaiMerancang minggu

efektif

Nilai membuatprogramtahunan

Nilai membuatprogram

semesteran1. 90 80 902. 90 80 853. 100 100 854. 100 100 855. 75 100 1006. 50 85 157. 100 100 858. 75 79 759. 30 0 5010. 30 0 4011. 50 0 6512. 75 85 7513. 25 100 014. 85 90 9815. 90 80 8516. 90 100 9817. 90 100 10018. 87 95 8719. 100 70 5020. 100 75 5021. 100 90 9022. 97 100 7023. 100 90 9024. 20 75 8025. 75 80 8026. 75 100 10027. 87 85 7528. 100 70 7529. 80 70 7530. 60 60 4031. 90 90 032. 60 65 5033. 70 87 7534. 50 80 8035. 30 80 6536. 75 80 8037. 75 70 4538. 60 50 2539. 60 100 9040. 50 85 5141. 50 75 60

Rata-rata 66,6 84,2 72.1Jumlah Nilai Rata-Rata adalah 74,5

Page 89: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

82

Dari data nilai tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai dari tiga tugas

mahasiswa adalah 74,5. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang baik untuk kreteria lima

kali pertemuan sehingga diharapkan pada pertemuan selanjutnya hingga akhir

matakuliah akan diperoleh nilai hasil belajar yang lebih baik dari rata-rata nilai tugas

tersebut.

Page 90: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

83

BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada

matakuliah perencanaan pembelajaran seni budaya di jurusan Sendratasik FBS Unesa.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari observer (teman serumpun) dan dari

angket serta hasil belajar mahasiswa, maka disimpulkan tiga kesimpulan sebagaiberikut.

Pertama, pelaksanaan proses belajar mengajar pada matakuliah perencanaan

pembelajaran dengan menerapkan bahan ajar dan media pembelajaran dilakukan sesuai

dengan satuan acara perkuliahan yang sudah disusun oleh dosen. Pengelolaan

pembelajaran pada dasarnya sudah berjalan baik (sesuai, jelas, terlaksana, walaupun ada

beberapa bahasan yang kurang operasional. Hal itu terbukti bahwa 65,3% menyatakan

baik, bahkan 34,6% menyatakan sangat baik yang berarti sudah sesuai, jelas, terlaksana

dan bahasan operasional.

Kedua, kualitas bahan ajar dan media pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan

Pembelajaran dianalisis dari data angket mahasiswa menunjukkan bahwa presentase

rata-rata dari penggunaan bahan ajar perencanaan pembelajaran adalah 67,4% yang

menyatakan ya, artinya bahwa bahan ajar telah memenuhi kualitas sebagai bahan ajar

walaupun pada gaya penulisan yang diharapkan komunikatif dan semi formal masih

biasa saja. Sedangkan kualitas media pembelajaran dalam bentuk video model

pembelajaran memiliki kualitas yang baik jika digunakan dalam membantu menjelaskan

tentang pelaksanaan pembelajaran. Hal itu dibuktikan dari 43 mahasiswa yang

Page 91: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

84

menyatakan ya ada 90,7% artinya jika diinterpretasikan dengan interpretasi skor

Ridwan (2009) dapat dikelompokkan berkualitas.

Ketiga, dari hasil implementasi bahan ajar dan media pembelajaran pada mata

kuliah yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mahasiswa diketahui bahwa rata-

rata nilai dari tiga tugas mahasiswa adalah 74,5. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang

baik untuk kreteria lima kali pertemuan sehingga diharapkan pada pertemuan

selanjutnya hingga akhir matakuliah akan diperoleh nilai hasil belajar yang lebih baik

dari rata-rata nilai tugas tersebut.

5.1 Saran

Penelitian Payung dengan menaungi dua penelitian pendamping cukup

memerlukan ketepatan peneliti dalam menerapkan rencana-rencana pengumpulan

datanya. Penelitian payung ini sangat baik untuk melihat kualitas pembelajaran pada

matakuliah, namun karena jenis penelitian ini masih relatif baru diterapkan sehingga

masih banyak ditemui kesulitan teknis dalam pengumpulan data. Hal ini diharapkan

tidak terulang pada penelitian selanjutnya.

Page 92: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

85

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W dan David R Krathwohl (ed). 2010. Kerangka Landasan UntukPembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Jakarta: Pustaka Pelajar

Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Arifin, Zaenal. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendikia

Bahuruddin dan Esa Nurwahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media

Emzir. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:Rajawali Pers.

Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Jakarta: Bumi Aksara

Hergenhahn dan Matthew H. Olson. 2008. Theoties of Learning. Jakarta: Kencana

Kountur, Ronny. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Lembaga Manajemen PPM denganPenerbit PPM.

Ridwan, 2009. Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.

Riyanto, Yatim. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC

Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Evective Teaching. Yogyakarta: PustakaPelajar

Santyasa, I Wayan. 2007. “Model-Model Pembelajaran Inovatif”.makalah pelatihantentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di NusaPenida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007

Slamento. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PTRineka Cipta.

Strauss, Anselm and Corbin. 2007. Basic of Qualitative Research: Grounded TheoryProcedures and Techniques. Penyadur Djunaidi Ghony. Surabaya: Bina Ilmu.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Page 93: Laporan penelitian Payung: Peningkatan Kualitas Pembelajaran

86

______, 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan dan ProfesiPendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana

Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat PenelitianKebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan PengembanganDepartemen Pendidikan Nasional.

---------