laporan penelitian makna kehidupan …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/makna...

105
1 LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN MANUSIA MENURUT AJARAN AGAMA HINDU OLEH I PUTU SARJANA FAKULTAS ILMU AGAMA UNIVERSITAS HINDU INDONESIA DENPASAR 2012

Upload: others

Post on 04-Jun-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

1

LAPORAN PENELITIAN

MAKNA KEHIDUPAN MANUSIA MENURUT AJARAN

AGAMA HINDU

OLEH

I PUTU SARJANA

FAKULTAS ILMU AGAMA

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

DENPASAR

2012

Page 2: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

2

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa

(Tuhan Yang Maha Esa ) penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul ”Makna Kehidupan Manusia Menurut Ajaran Agama

Hindu” sebagai tanggung jawab akademis untuk memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan studi strata I serta sebagai

kontribusi terhadap dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama

Hindu.

Terselesaikannya penulisan ini tidak lepas dari dorongan semua

pihak, dan dalam kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ida Bagus Gde Yudha Triguna, MS. Selaku Rektor

Universitas Hindu Indonesia.

2. Ibu Dr, Ida Ayu Gde Yadnyawati, M.Pd, selaku Dekan Fakultas

Ilmu Agama yang telah memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Teman Dosen yang telah membantu memberikan sumbang fikir

dalam tulisan ini.

4. Seluruh Dosen pengajar dan Staf Administrasi di lingkungan

Fakultas Ilmu Agama Universitas Hindu Indonesia.

5. Istri dan anak, dan keluarga atas dorongan dan doa restunya.

6. Dan semua pihak yang membantu penulis dalam penulisan karya ini.

Page 3: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

3

Penulis sangat menyadari, penulisan ini masih jauh dari sempurna

baik dari segi isi maupun sistematika penulisan, yang masih banyak

memerlukan penyempurnaan dan penelitian yang mendalam. Dan dalam

kesempatan ini penulis mohonkan kritik dan sarannya yang positif untuk

penyempurnaan dari karya tulis ilmiah ini.

Om Shantih, Shantih, Shantih Om.

Denpasar, 2012

Penulis

Page 4: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

4

DAFTAR ISI

ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ………………………………………………

i

KATA PENGANTAR …………………………………………….. v

DAFTAR ISI ……………………………………………………… vi

ABSTRAKSI ……………………………………………………… ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ………………………….

1

1.2. Rumusan Masalah ………………………………… 4

1.3. Ruang Lingkup Masalah …………………………. 5

1.4. Tujuan Penelitian …………………………………

5

BAB II. DEFINISI KONSEP DAN METODE PENELITIAN

2.1 Arti Kehidupan Manusia ………………………… 6

2.2 Manusia Menurut Ajaran Agama Hindu ………...

12

2.2.1 Unsur Pembentukan Manusia …………………. 13

Page 5: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

5

2.2.2. Atman Dalam Hubungannya Dengan Badan…. 26

2.3 Metode Penelitian ………………………………... 31

2.3.1 Metode Pengumpulan Data ……………………… 31

2.3.2. Metode Pengolahan Data ……………………….. 32

BAB III PANDANGAN AGAMA HINDU TERHADAP KEHI-

DUPAN MANUSIA …………………………………… 34

3.1. Pokok-Pokok Ajaran Agama Hindu Yang Menda-

Sari Kehidupan Manusia …………………………. 34

3.2. Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan ……… 45

3.3. Tahap-tahap Kehidupan Manusia Dalam Ajaran

Agama Hindu ……………………………………. 54

BAB IV. MAKNA KEHIDUPAN MANUSIA DALAM AJARAN

AGAMA HINDU ……………………………………… 65

4.1 Arti Hidup Manusia menurut Ajaran Agama Hindu 65

4.2. Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu …. 78

4.3.Agama Hindu Sebagai Sarana Mempermulia Kehi-

Dupan Manusia …………………………………… 94

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ……………………………………….. 98

5.2. Saran-saran …………………………………………. 98

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

Page 6: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

6

ABSTRAK

Agama Hindu mengajarkan manusia adalah makhluk ciptaan

Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Segala sesautu yang ada atau yang

mungkin akan ada adalah merupakan manifestasi Tuhan. Manusia dalam

ajaran agama Hindu terbentuk atas badan kasar (stula sarira) dan badan

halus (suksma sarira).

Demi kelangsungan hidupnya manusia harus berbuat atau bekerja,

dalam bekerja tersebut ada dua hasil yang diakibatkan oleh prilaku manusia

yaitu baik dan buruk. Perbuatan baik dan buruk terasebut disebut dengan

karma, baik dan buruknya karma manusia ini akan berakibat pada hidup dan

kehidupan manusia baik dalam keadaan yang sekarang, masa lalu dan masa

yang akan datang.

Selama manusia tidak memahami akan realitas yang sebenarnya

tentang hakekat kehidupan selama itu pula manusia tetap dalam lingkaran

samsara/reinkarnasi, dan proses reinkarnasi ini selalu akan ditenkan oleh

karma tersebut. Selama manusia masih terikat akan hal-hal yang bersifat

keduawian tersebut membelenggu manusia selalu dihadapkan kepada

kealpaan dan awidya, barang siapa yang bisa melepaskan dari awidya

tersebut merekalah yang akan bisa dan tahu tentang hakekat kehidupan ini.

Dari masalah-masalah tersebutlah yang menggugah penulis untuk mencoba

mengangkat masalah-masalah tersebut ke dalam sebuah tulisan ini.

Dalam mengungkapkan masalah yang diteliti tersebut penulis

mempergunakan metoda pendekatan yakni dari proses awal mempergunakan

metoda pengumpulan data dengan data kepustakaan dan setelah

dikumpulkan data tersebut diolah dengan teknik analisis deskriptif.

Dari hasil pembahasan didapatkan bahwa agama Hindu secara

tegas mengajarkan bahwa makna kehidupan bagi manusia Hindu adalah

manusia harus mampu mewujudkan tujuan kehidupan yang digariskan oleh

tujuan agama yaitu Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma yakni

terbentuknya manusia Hindu yang bahagia di dunia dan bahagia di alam

alam suarga. Untuk mewujudkan tujuan hidup seperti itu manusia harus

memaknai hidup ini sebagai sebuah hakekat kehidupan yang selalu

berdasarkan pada dharmaning kehidupan yakni berpedoman pada Catur

Purusartha sebagai tujuan hidup yang dilakukan dengan jalan menempuh

Catur Marga.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hidup yang singkat ini

haruslah dimaknai dengan selalu berbuat yang didasarkan atas dharma yang

telah digariskan dalam Catur Asrama, Catur Purusartha dan Catur Marga.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa agama Hindu adalah

agama yang bersifat universal yang mengatur kebutuhan mental dan

spiritual kemanusiaan dalam keseluruhannya. Hal ini tercermin

dalam kehidupan umat Hindu yang beraneka ragam bentuk

kebudayaan dan memberi corak serta wujud tertentu pada masing-

masing daerah di mana umat Hindu itu dengan subur dan sangat

tergantung pada situasi dan kondisi atau desa, kala, patra.

Walaupun berbeda-beda corak kebudayaannya, namun pada

hakekatnya adalah mempunyai tujuan yang sama dan tetap

berpedoman pada ajaran “Dharma membimbing umat manusia

untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan” (Oka

Punyatmadja, 1983 : 18).

Ajaran agama Hindu mengajarkan hidup sebagai

manusialah yang menilai mana yang baik dan mana yang buruk.

Walaupun demikian dalam kehidupannya di dunia ini tidak sedikit

kesukaran-kesukaran, hambatan hambatan-hambata serta

penderitaan-penderitaan yang dialaminya. Hal ini tentu disebabkan

oleh perbuatan manuasi sendiri. Maka itu dalam kehidupannya

Page 8: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

8

manusian itu tidak hanya ada, tetapi ia selamanya harus

membangun eksis tensinya itu masih harus tetap dibentuk dan

diperjuangkan tanpa henti-hentinya. Dengan demikian, maka dalam

kehidupannya tidak ada suatu segi kehidupan manusia yang pernah

terselesaikan secara tuntas, baik untuk hidup secara individual

maupun untuk hidup sosial. Maka sesuatu yang diperjuangkan

dalam hidupnya baik perorangan maupun sosial hanya sebagai batu

loncatan untuk bergerak lebih maju lagi. Hal ini sesuai dengan apa

yang ditulis oleh Nugroho dalam bukunya “Indonesia Ditahun

200(1983:ziii) bahwa “Hidup merupakan pendakian (life’san

ascent)” dalam segala bentuknya. Demikianlah pengalaman

manusia secara berkeseimbangan tanpa henti-hentinya akan

berakumulasi terus.

Di dalam mengikuti bahtera hidup, manusia sering

disesatkan oleh kabut kegelapan berupa ketidaksadaran di dunia ini

disebut dengan awidya, yang menimbulkan nafsu serakah yang

sering sering menjerumuskan manusia ke lembah dosa dan

malapetaka (Oka Punyatmadja, 1983:13). Hal ini dapat dibuktikan

bahwa hidup sebagai manusia dapat menyaksikan alam sedemikian

adanya dan seolah-olah beranggapan bahwa dunia ini adalah ada

yang sebenarnya, manusia tidak tahu realitas yang sebenarnya.

Keadaan manusia seperti itu tidak dapat dibayangkan bagaikan

Page 9: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

9

seseorang masuk dalam sebuah goa yang penuh dengan kegelapan

di mana manusia masih meraba-raba mana yang benar dan mana

yang salah. Sehingga dalam kehidupannya manusia bertindak

seakan-akan dunia ini kekal. Atas kekeliruan manusia memandang

sunia yang penuh akan tipu daya yang menyebabkan banyak umat

manusia terjerumus ke lembah dosa dan mala petaka. Dalam

kehidupan kita sehari-hari sering kita bayangkan bahwa kehidupan

manusia adalah sesuatu yang sangat aneh dan mesteri yang sulit

dijangkau oleh pikiran manusia.

Sejarah kehidupan telah membuktikan dan bahwa suatu

kehidupan pasti akan mengalami suatu kematian atau dengan kata

lain mati terjadi karena didahului oleh kehidupan. Dalam

kepercayaan agama Hindu yang disebut dengan panca srada salah

satu di antaranya karma phala dan punarbhawa yang melandasi

kehidupan umat Hindu untuk senantiasa berbuat dharma. Di mana

hubungan antara kedua srada ini adalah merupakan rentetan

kelahiran oleh hukum karma (kharma phala). Jadi baik buruk

kehidupan kita saat sekarang adalah merupakan akibat dari baik

buruknya perbuatan kita pada kehidupan yang terdahulu. Demikian

juga baik buruknya perbuatan kita saat sekarang adalah sebagai

penuntun dari baik buruknya kehidupan kita pada saat yang akan

datang.

Page 10: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

10

Berpedoman pada uraian tersebut di atas ternyata hidup

sebagai manusia tidak gampang seperti apa yang kita bayangkan.

Hidup dapat siandaikan bagaikan bepergian pada suatu tempat yang

menjadi tujuan kita harus memperhatikan dan mengikuti petunjuk-

petunjuk lalu lintas agar kita selamat sampai pada tujuan. Demikian

juga manusia dalam hidupnya harus memperhatikan dan mengikuti

petunjuk-petunjuk hidup yang diamanatkan dalam ajaran agama

Hindu agar mencapai tujuan hidup. Ajaran agama dapat memberi

penerang dalam kehidupan manusia yang diliputi oleh kegelapan

(awidya) begitu pula kehidupan dan tanpa di landasi oleh falsafah

hidup baik perorangan maupun sosial bagaikan kapal layar yang

ditiup angin topan yang berjalan tanpa arah dan tujuan dan tujuan

yang pasti. Latar belakang dan pokok masalah tersebut di atas

mendorong penulis untuk masalah tersebut sebagai suatu karya

ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “MAKNA KEHIDUPAN

MANUSIA MENURUT AJARAN AGAMA HINDU”

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang tersebut, maka penulis

dapat susun rumusan masalah yang menjadi landasan dasar dalam

penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana arti kehidupan menurut agama Hindu ?

Page 11: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

11

2. Bagaimanakah tujuan hidup menurut agama Hindu?

3. Bagaimanakah peranan agama Hindu dalam kehidupan ini ?

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Tulisan ini penulis batasi pada pembahasan kehidupan

manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis

menguraikan Tentang filsafat manusia, makna kehidupan manusia

dari pandangan filsafat, filsafat manusia dalam ajaran agama Hindu,

pokok-pokok ajaran agama Hindu yang melandasi kehidupan

manusia, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan tahap-tahap

kehidupan manusia dalam ajaran agama Hindu.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan suatu keyakinan

terhadap kebenaran kitab suci weda tentang makna kehidupan

manusia di dunia ini. Berdasarkan hal itu dapat dikemukakan

beberapa tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana arti kehidupan menurut agama

Hindu .

2. Untuk mengetahui tujuan hidup manusia menurut ajaran agama

Hindu.

3. Untuk mengetahui peranan agama Hindu dalam kehidupan.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

12

BAB II

DEFINISI KONSEP DAN METODA PENELITIAN

2.1. Arti Kehidupan Manusia

Para ahli berpendapat bahwa pada hakekatnya sukar

memberikan suatu definisi yang bersifat definitif terhadap filsafat

manusia (Sunoto, 1984 : 2). Dalam uraian ini penulis mencoba

mengungkap tentang arti kehidupan dari pengertian filsafat secara

umum hingga sampai pada pengertian filsafat manusia.

Secara etimologis filsafat berasal dari kata yunani

philosophia dalam bentuk kata majemuk. Kata philosophia

terbentuk dari 2 kata dasar yaitu philia atau philein yang berarti

cinta dan sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan. Kemudian

dalam perkembangannya ke berbagai pelosok dunia menjadi kata

philisophy yang dalam bahasa Inggris biasa diartikan sebagai cinta

pada kearifan ( The Liang Gie, 1977 : 5 ). Cinta pada kearifan

dimaksudkan adalah kearifan dalam arti luas, bukan hanya arif saja,

dalam pengertian ini yang dimaksud adalah berkisar dari kerajinan

sampai kebenaran, pengetahuan luas, kebajikan intelektual,

pertimbangan yang sehat bahkan sampai pada kecerdasan dalam

memutuskan hal-hal yang bersifat praktis. Orang dapat disebut arif

bila dalam hidup ia dapat menerapkan sifat-sifat seperti itu. Dengan

Page 13: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

13

demikian dilihat dari segi etimologinya jelas bahwa filsafat berarti

cinta pada kearifan atau kebijaksanaan. Atau lebih jauh lagi dapat

dikatakan bahwa filsafat mengandung arti kegandrungan mencari

hikmah kebenaran dan arif bijaksana dalam hidup dan kehidupan

(Lasiyo dan Yuwono, 1985 : 1). Dari pengertian etimologis tersebut

dapat dianalisa bahwa filsafat adalah sebagai suatu ilmu yang

mengajarkan berfikir sedalam-dalamnya untuk mencapai suatu

kebenaran dan kebijaksanaan serta berfikir secara runtut sistematis

dan metodis. Dengan demikian berfilsafat berarti berendah diri

bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan

yang seakan-akan tak terbatas ini (Jujun. S. Sumantri, 1985 : 19).

Dengan kata lain dapat disebutkan berfilsafat itu adalah mengoreksi

diri sendiri dan juga untuk mengukur sejauh mana kebenaran yang

dicari telah dapat kita jangkau.

Di samping pengertian secara etimologis seperti tersebut di

atas, pemahaman terhadap filsafat juga banyak diberikan oleh

filosuf-filosuf yang masing-masing konsepsinya berbeda satu sama

lain. Namun pada hakekatnya mempunyai makna yang sama.

Perbedaannya hanya pada metode dalam membangun filsafatnya.

Konsepsi yang diberikan oleh para filosuf adalah membangkitkan

budi manusia dari keadaan menerima secara pasif, sehingga

memungkinkan suatu pencarian yang aktif dari pemahaman itu (The

Page 14: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

14

Liang Gie, 1977 : 18). Dengan kata lain nilai dari pada filsafat

bukan hanya untuk memperoleh pemahaman tetapi juga untuk

memperluas cakrawala berfikir manusia untuk mengangkat derajat

hidupnya, meningkatkan kesadaran dirinya dan juga untuk

menghargai potensi-potensi besar yang ada pada budi manusia.

Dalam perkembangannya timbul berbagai cabang filsafat, yang

mana cabang-cabang filsafat tersebut sebagai suatu asas dasar atau

pedoman dasar untuk menyelesaiakan persoalan-persoalan yang

dijumpai dalam kehidupan, diantaranya timbul filsafat manusia.

Filsafat manusia sebagaimana filsafat pada umumnya begitu

pula ilmu-ilmu tentang manusia lainnya rupanya menduga bahwa

ada suatu watak sifat manusia, suatu kumpulan corak-corak, suatu

rangkaian bentuk dinamis yang khas yang terdapat secara mutlak

pada manusia (Louis Leahy, 1985 : 5). Fuad Hassan (1973 : 59)

dalam bukunya “Berkenalan Dengan Eksistensialisme” mengutip

pendapat Nicolos Alekandrovitch Berdisev mengatakan : “Ken is

the key to mistery of know ledge” manusia adalah kunci dari misteri

ilmu pengetahuan. Dalam hal ini manusia menduduki kedudukan

penting dalam kemajuan ilmu bila kau tahu filsafat, karena :

1. Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan hak

istimewa.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

15

2. Manusia mempunyai tugas untuk menyelidiki hal-hal menjadi

permasalahan secara mendalam.

3. Manusia mampu bertanya pada segala hal dan memikirkannya.

4. Manusia memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri.

Filsafat manusia jelasnya adalah bagian atau cabang dari

filsafat yang mengupas apa artinya hidup menjadi manusia (Louis

Leahy, 1985 : 1). Perlu juga di sadari bahwa masalah manusia tak

dapat dipisahkan dari masalah hidup, sebab hanya dalam hidupnya

manusia dapat dipahami sebagai sebagai sesuatu atau pribadi yang

hidup serta makhluk hidup yang komplek. Manusia adalah

dipandang sebagai dualisme dasar yang tak dapat disangkal.

Sebagaimana disebutkan oleh Berdisev yang dikuatif oleh Fuad

Hassan (1973 : 59-60) sebagai berikut :

“ There is spiritual man and there is a natural man and yet the same individual, is both spiritual and natural”.

Artinya :

Di satu pihak manusia adalah spiritual dan di lain pihak ia

adalah alamiah, maka itulah individu adalah sekaligus

spiritual dan dilmiah.

Dari kutipan tersebut di atas jelas dualisme yang dimiliki

manusia harus ada dan tak dapat dipisahkan selama manusia

mengalami kehidupannya di dunia ini. Dualisme ini sangat

Page 16: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

16

menentukan kelangsungan hidupnya dalam menghadapi berbagai

goncangan hidup.

Manusia sebagai makhluk spiritual (rohani) adalah karena

terdapatnya kebebasan pada diri manusia. Pada dasarnya rohani itu

bebas tak terjangkau atau tak terbatas, namun dalam hubungannya

dengan badan jasmani (alamiah) manusia maka rohani manusia itu

seolah-olah terbatas, dibatasi oleh keharusan-keharusan yang

berupa tuntutan jasmani. Kedua segi manusia tersebut selalu ada

dalam pertentangan bagaikan medan persengketaan yang tak pernah

terselesaikan selama manusia mengalami kehidupan. Karena ada

badan jasmaniah manusia itu menjadi serba teriakt, bahkan serba

terbatas, baik terbatas dalam kemampuan untuk mengembangkan

hidupnya maupun terbatas dalam hidupnya. Dengan demikian ada 4

hal yang dihadapi oleh segi alamiah manusia dalam kehidupan

yaitu :

1. Demi kelangsungan hidupnya, manusia sebagai makhluk pribadi

berhadapan dengan keharusan-keharusan yang tituntun oleh

alam yang mau tidak mau harus dipenuhi.

2. Suatu kenyataan telah membuktikan manusia tak dapat hidup

sendiri, ia adalah maluk sosial. Baginya hidup bermasyarakat

adalah memperkaya kehidupan manusia selama ia sadar

terhadap hakekat tujuan hidupnya bukan sebagai mahluk sosial

Page 17: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

17

melainkan sebagai mahluk spiritual. Kalau tidak demikian

adanya kehidupan bermasyarakat akan dapat memperbudak.

3. Peradaban dalam hidup manusia yang merupakan perwujudan

dari ikhtiar manusia untuk menanggapi keharusan-keharusan

yang dituntut oleh alamiah yang dihadapinya. Kemajuan

peradabannya harus diseimbangkannya dengan spiritual atau

rohani, karena tanpa demikian semakin tinggi peradaban

manusia maka manusia semakin terhancam akan kehancuran

oleh alat-alat ciptaannya.

4. Selain itu manusia juga mahluk berkesejarahan dalam hidup.

Sebagai mahluk berkersejarahan , manusia menghayati dalam

berbagai dimensi. Seperti halnya memenuhi hak dan

kewajibannya dalam berbagai waktu. Dimensi waktu yang

dimaksud adalah waktu sebagaimana dihayati manusia

berhubungan dengan siang-malam dan pagi-sore. Demikian juga

waktu yang merentang antara apa yang sudah dimasa lampau

sampai apa yang masih dimasa mendatang.

Jadi kodrat manusia adalah jasmani rohani yang merupakan

dua aspek dalam satu kesatuan atau kebulatan, suatu dwi tunggal

yang tak dapat sipisah-pisahkan (H. Burhanuddin.S., 1985 : 27).

Berdasarkan kesatuan jasmani-rohani bagi manusia menjalani hidup

adalah juga menjalankan kesatuannya jasmani-rohani. Seperti telah

Page 18: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

18

diuraikan di atas sebagai kodrat jasmani , manusia dapat

melaksanakan pemenuhan kebutuhan manusia yang bersifat pisik,

dalam menghadapi tantangan alamiah demi kelangsungan hidupnya

di dunia ini. Sedangkan kodrat manusia yang rohani menyebabkan

manusia bisa mengadakan abstraksi, dapat mengerti dan memahami

segala sesuatu yang ada yang mungkin ada (H. Burhanuddin.S.,

1985 : 24). Hal rohani itu dapat terjadi adalah melalui kodrat

jasmani. Dalam hal ini dapat dikatakan hidup berarti rohani yang

menjasmani dan menjasmani adalah untuk merohani. Kehidupan

manusia yang teratur itu adalah kehidupan jasmani yang

dirohanikan dan penjelmaan kerohanian (Drijakarta.S.J.,1978 : 20).

Hal tersebut tak pernah lepasa dari kehisupan da selalu mencari

alternatif masa depannya sebagai pemberian makna terhadap reflek

di kehidupan manusia sekarang.

2.2 Manusia Menurut Ajaran Agama Hindu

Sebagaimana telah penulis uraikan pada bagian awal tulisan

ini yaitu pada bab pendahuluan, bahwa agama Hindu bersifat

universal mengatur kebutuhan mental dan spiritual kemanusiaan

dalam keseluruhannya. Hal ini dapat dibuktikan pada ajarannya yang

penuh dengan kajian filsafat manusia tak dapat terlepas dari ajaran

ketuhanan, karena segala sesuatu yang ada dan mungkin ada dalam

ajaran agama Hindu pada hakekatnya adalah Tuhan dalam

Page 19: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

19

manisestasinya. Tiada sesuatu tanpa Tuhan sesuatu tidak akan

mungkin ada, karena segala sesuatu berasal dari Tuhan, serta diatur

oleh hukum kodrat (Rta) yang merupakan kemahakuasaannya. Dalam

kitab Bhagawan Gita disebutkan sebagai berikut :

Etadyonini bhutani sarwani‟ ty upadharaya aham kritsnasya

jagatah pralayas tatha.

Artinya :

Krtahuilah bahwa semua mahluk adanya berasal dari garba

ini, Aku (Tuhan) adalah asal mula dan peleburnya alam

semesta ini.

Mattah parataram nanyat kimoid asti dhanamjaya mayi

sarwan idam protam sutro manigawa iwa.

Artinya :

Tiada ada yang tinggi dari padaku, Oh Arjuna yang ada di sini

semuanya terikat padaku bagaikan rangkaian mutiara pada

seutas tali (G.Pudja, 1982: 172-173).

Dengan kutipan ini jelas bagi kita bahwa segala yang ada dan

mungkin ada berasal dari Tuhan Yang Maha Esa secara berevolusi

baik berupa jasmani maupun rohani .

2.2.1 Unsur-unsur Pembentukan Manusia

Unsur-unsur pembentukan pada garis besarnya dapat

digolongkan atas 3 bagian yaitu Atma, Citta, Sarira. Perpaduan yang

harmonis antara ketiga unsur inilah menyebabkan kita dapat sebagai

manusia dan menduduki kedudukan tertinggi pada tingkatan

kehidupan. Bila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada maka

Page 20: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

20

kita tak dapat hidup sebagai manusia secara sempurna. Atma berasal

dari Cetana merupakan kesadaran agung yang bersifat kekal abadi,

sedangkan citta dan sarira berasal dariAcetana merupakan unsur tak

sadar.

2.2.1.1 Atma (Unsur Hidup)

Dalam ajaran Agama Hindu unsur yang memberi hidup

pada mahluk hidup pada manusia disebut dengan Atma. Atma adalah

percikan kecil dari paramatna yaitu Tuhan yang berada pada tubuh

manusia disebut Jiwatma yang menghidupkan manusia (Parisada

Hindu Dharma, 1978 : 25). Oleh karena Atma adalah Tuhan yang

berada dalam tubuh mahluk (manusia), maka itu Atma dengan Tuhan

adalah sama (tunggal). Di dalam kitab Asteria Upanised kedua, 8,

ditandaskan : Ia (Atma) adalah Tuhan diri manusia atau mahluk juga

pada matahari atau alam semesta, di mana pada hakekatnya adalah

satu (.Oka Puyatmadja, 1983-1984 : 51).

Atma itu luput dari pengaruh jasmani lahir, sakit, mati dan

sebgaimana. Walupun badan manusia itu hancur, namun atma tak

mati. Bila keadaan demikian terjadi maka atma akan pergi

meninggalkan tubuh manusia menuju asalnya (Tuhan) atau lagi

masuk pada tubuh manusia dalam perjelmaan berikutnya. Tentang

sifat-sifat atwa ini disebutkan Bhagawad Gita sebagai berkut :

Page 21: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

21

Najayata mariyata wa kadasin na‟ yam bhutwabhawita wa

na bhuyah, ayo nityah saswato‟ yam purano nahanyata

hanyamano sasiro.

Artinya :

Ini tidak pernah lahir pun tidak pernah mati, atau setelah

pernah berhenti ada. Ini tidak dilahirkan, kekal abadi, yang

sejak dahulu ia tidak mati pada saat badan jasmani ini mati.

Hai‟nam ohidanti sastrani mainam dehati pawakah, na osi‟nam kledayanti apo na sosyani marutah.

Artinya :

Senjata tak dapat melukainya dan api tidak bisa membakar,

angin tak dapat mengeringkannya dan air tidak bisa

membasminya.

Acchedyo‟yam adahayo‟yam akledyo „sosya ewa ca, nityah

saswagatah sthanur acalo‟yam sanatanah.

Artinya :

Sesungguhnya dia tidak dapat dilukai, dibakar dan juga

tidak dapat dikeringkan dan dibasahi ; Dia kekal, tiada berubah, tidak bergerak, Dia abadi (G.Pudja, 1982;40-42).

Kutipan tersebut di atas dapat menunjukkan bahwa sifat -sifat

atma sama dengan sifat-sifat Tuhan. Atma setelah berada pada tubuh

manusia sifat-sifatnya tidak lagi menurut pada manusia. Atma hanya

memberi tenaga hidup pada tubuh manusia.

2.2.1.2 Citta atau Sukma (Alam Pikiran)

Unsur-unsur citta pada manusia adalah merupakan unsur-

unsur alam pikiran dan perasaan. Citta ini timbul dari pradana, di

Page 22: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

22

mana pradana memiliki 3 komponen yang menentukan kwalitas

segala sesuatu yang disebut tri guna seperti dalam lontar Wraspati

tattwa yaitu :

Ikang guna tiga prabedanya, mapelanan lwira satt wa rajah

tamah. Yeka sinangguh tri guna ngawanya, yata pinaka guna

dening citta, nahan tang citta sattwa citta rajah, citta tamah

(Wraspati tattwa, - :3).

Artinya :

Yang namanya guna, tiga perbudaannya semuanya berlainan

sattwa rajah tamah, itulah yang sering disebut tri guna yaitu

guna dari citta itulah sebabnya ada citta satwa, citta rajah,

citta tamah.

Setelah pertemuan antara cetana dengan acettana atau purusa

dengan pradana timbulah reaksi yang menimbulkan berbagai macam

ciptaan mulai dari dari wujud yang paling halus hingga wujud kasar

secara berevolusi (Pandita D.D.Harsa Swabodi, 1980 : 60). Proses

penciptaan alam pikiran dan perasaan (citta) dapat digolongkan atas

tiga yaitu :

1). Mahat.

Mahat adalah merupakan alam pikiran yang tertinggi. Pada proses

mahat ini tri guna yang terdapat padaprapti mulai aktif. Di antara

3 guna yang ada hanya sattwa yang paling banyak pengaruhnya

terhadap kerti, maka mahat adalah kesadaran tertinggi pada alam

pikiran (eitta).

Page 23: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

23

2). Buddi.

Buddi adalah bagian dari alam pikiran yang berfungsi untuk

menentukan segala macam keputusan. Buddi juga banyak

dipengaruhi oleh sattwa sehingga segala keputusan yang diambil

berdasarkan buddi adalah tepat dan baik.

3) Ahangkara.

Ahangkara adalah bagian dari alam pikiran sebagai alat untuk

merasakan, berpikir, berbuat dalam kaitannya dengan tri guna.

Ahangkara dapat dibedakan 3 bagian :

a. Ahangkara waitrata yaitu bagian dari alam pikiran yang

bersifat sattwa, berfungsi untuk berfikir dan merasakan segala

sesuatu.

b. Ahangkara taiyasa adalah bagian dari alam pikiran yang

bersifat rajas (aktif berfikir) yang berfungsi untuk membantu

pekerjaan ahangkara wekreta dan ahangkara bhutadi.

c. Ahangkara bhutadi merupakan alam pikiran yang bersifat

tamas dan berfungsi untuk mengembangkan dan menumbuhkan

unsur-unsur jasmaniah.

Ahangkara siwaikreta, yoka megawe manah mwang

dasendriya lwirnya, cakau srota ghranajihwa twak hahan

tang sinangguh pancendriya ngarannya. Wak pani pada upasta payu sinangguh panoa karmendriya ngarannya

(Tattwa jnana, - : 4).

Page 24: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

24

Artinya :

Ahangkara siwaikreta membentuk manah dan dasendriya yaitu cakau, srota, ghrana, kihwa, twak yang biasa disebut

dengan nama pendirinya (penya buddinadriya) dan wak,

pani, pada, upasta, payu yang disebut panoa kermendrya.

Demikian dijelaskan bahwa ahangkara adalah membentuk rohani

manusia secara sempurna dengan dibantu oleh ahangkara taiyasa,

sebab ahangkara taiyasa adalah lebih banyak dipengaruhi oleh sifat

rajas sehingga ia bersifat aktif dan dinamis.

Kunang ikang ahangkara sibhutadi, yaka gawe

pencatatanmatra lwirniya, sabda tan matra, sparsa tan

matra, rupa tan matra, rasa tan matra, ganda tan matra (Tatta Jnanna, - : 4).

Artinya:

Adapun ahangkara sibhutsdi, adalah membentuk unsur-unsur

panea tan matra antara lain sabdaatan matra, sparsa tan matra,

rupa tan matra, rasa tan matra, genda tan matra.

Akan tetapi konsep fungsi sehat, buddi, ahangkara masing-

masing adalah berbeda maka dapatlah sikatakan bahwa alam pikiran

manusia terdiri dari 3 bagian masing-masing besar pengaruhnya

terhadap kehidupan manusia di dunia. Adapun yang menjadi sumber

pengatur dari pada dasendriya adalah manas (manah), oleh karena itu

manah sering disebut rajendriya. Rajendriya sering digabung pada

dasendriya sehingga oka dasendriya dengan masing-masing indriya

memiliki fungsi berbeda. Demikian juga dalam kaitannya dengan

Page 25: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

25

kasar manusia masing-masing indriya tempat tersendiri. Sesuai

dengan fungsinya masing-masing.

2.2.1.3 Sarira (Badan Kasar).

Seperti telah diuraikan di atas bahwa, sarira adalah timbul

dari prakerti, sebab prakerti sumber dari segala sesuatu yang

mengalami evolusi. Badan kasar manusia adalah ramuan unsur

materi. Unsur-unsur materi pembentuk badan kasar manusia adalah

pratiwi, apah, teja, wayu dan akasa yang disebut unsur-unsur panoa

maha bhuta.

Sangkeng panca tan matra mtu tang panoa maha bhuta, akasa

mtu sangkeng sabda tan matra, wayu mtu sangkeng rupa tan

matra, apah mtu sangkeng ghanda tan matra (Wraspati

Tattwa , - : 33).

Artinya :

Dari panca tan matra timbul panca maha bhuta, akasa timbul

dari sabda dari tan matra, wayu timbul dari sparsatan matra,

teja timbul dari rupa tan matra, apah timbul dari rasa tan

matra, pratiwi timbul dari ghanda tan matra. Kelima unsur

tersebut membentuk badan jasmani yang juga berasal dari

prakerti.

Sehingga prakerti itu mengandung delapan unsur pokok yang memga

prakerti itu mengandung delapan unsur pokok yang membentuk

segala sesuatu yang ada dan mungkin ada beserta aktifitasnya. Proses

terjadinya diatur oleh tri guna.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

26

Bhumir apo‟nalo wayuh kham mano buddir ewa ca, shamkara

iti‟yam mo bhinnapratritir astadha.

Artinya:

Tanah, air, api dan udara, eter, buddi, pikiran dan ego

(ahamkara) merupakan delapan unsur dari prakerti (alam) ku

(G. Pudja, 1982 : 171).

Oleh karena proses terjadinya dipengaruhi oleh sattwa, rajah

dan tanah maka segalanya selalu bernilai baik, bersifat dan bernilai

kurang baik. Hal ini ditentukan oleh kadar tri guna yang

dikandungnya. Demikian pula halnya pada manusia, jika lebih banyak

dipengaruhioleh sattwa maka ia cenderung untuk berbuat baik, cerdas

serta bijakasana. Jika lebih banyak dipengaruhi oleh rajas maka ia

akan menjadi aktif, rajin dan kreatif dalam mengela gerak dan

tindakannya. Jika lebih banyak dipengaruhi oleh tamas maka ia

menjadi orang malas, dungu, apatis dan egois.

Jadi dalam segala sesuatu, ketiga guna pasti ada tetapi dalam

presentase yang berbeda-beda. Sehingga di dunia ini tidak ada

sesuatu yang baik sekai, begitu pula yang jelek sekali, karena guna

itujalin menjalin satu sama lain maka ia tak dapat dipisah-pisahkan.

Jika sattwanya lebih banyak maka dan kecil, demikian pula

sebaliknya.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

27

Dalam proses pembentukan tubuh manusiapun demikian

adanya. Untuk membentuk badan wadag manusia panon tan matra

maupun panoa maha bhuta terus mengalami evolusi yaitu :

1). Unsur-unsur ghanda tan matra membentuk pertiwi akan memjadi

daging, tulang, otot, rambut atau segala bersifat padat.

2). Unsur-unsur rasa tan matra membentuk apah akan menjadi darah,

serum, lendir dan segala yang bersifat cair dalam tubuh manusia.

3). Unsur-usur rupa tan matra membentuk teja akan menjadi

temperatur atau panas yang menjadi temperatur atau panas yang

terdapat dalam tubuh.

4). Unsur-unsur sparsa tan matra membentuk wayu akan menjadi

udara yang terdapat dalam manusia sebagai akibat dari pernafasan.

5). Unsur-unsur sabda tan matra membentuk akansa akan menjadi

benih suara yang timbul dari akibat artikulasi mulut berhubungan

dengan pernapasan.

Sebagai tempat alam pikiran dalam tubuh manusia maka pada

tubuh manusia seluruhnya terdapat dasa golaka atma marga manusia

seluruhnya terdapat dasa gelaka atma marga yaitu sepuluh saluran,

jalan bagi sinar kekuatan atman atau jiwatman bekerja merupakan

dasendirinya (I.B.Oka Puyatmadja, 1983-1984 : 52). Selanjutnya

dikatakan bahwa :

Tempat dari panca buddindriya adalah srotendriya bertempat di

telinga untuk mendengar, tuak indriya di kulit untuk merasakan

Page 28: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

28

panas dingin, cakduindriya bertempat di mata untuk melihat,

jihwendriya bertempat di bidang untuk mencium. Tempat

panca karmendriya adalah wakindriya bertempat dimulut,

untuk berbicara panindriya bertempat di tangan untuk mengambil, padendriya bertempat di kaki untuk berjalan,

payuindriya bertempat di dibur untuk pembuangan,

upastendriya bertempat di kemaluan untuk berkembang biak (I

Gusti Agung Oka, 1978 : 53).

Demikan juga untuk merealisasiakan fungsi dan aktifitas dari pada

msing-masing gelaka diatur oleh urat saraf sensoris dan urat saraf

motoris yang berpusat di otak yaitu sebagai tempat dari rajendriya.

Dalam hal ini golongan dan indriya adalah berbeda. Indriya

merupakan sifatnya sedangkan gelaka merupakan tempatnya, namun

antara indriya dengan golaka tak dapat dipisahkan, seperti panas

dengan api atau juga bau wangi dengan bunga. Sebab tanpa golaka

indriya tak dapat meniknati atau mencapai obyek pemuasannya,

demikian juga sebaliknya.

Di samping golaka dan indriya dalam badan kasar manusia

terdapat juga sepuluh macam pembuluh yang erat pula kaitannya

dengan soal kebatinan yaitu disebut nadi.

Sepuluh ikang nadi mageng lwirnya ida, pinggala, sumsumna, gandari, hasti, jiwa, pusa, alam, busa, kuhu, sangkini. Nahan

ta nadi magaeng, ida ngaraning gurung-gurung ning tengen,

pinggala ngaraning gurum-gurungan ing tengah (Wraspati

Tattwa, - : 37-38).

Artinya :

Sepuluh nadi yang besar antara lain Ida, pinggala, sum,

gandhari, hasti, jihwa, pusal, alam, busa, kuhu, sangkini. Ida

Page 29: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

29

adalah tulang belakang bagian kanan pinggala adalah tulang

bagian, sumsumna adalah tulang belakang bagian tengah.

Di antara kesepuluh nadi besar tersebut yang terpenting ada

tiga macam yakni ida. Pinggala dan sumsumna, yang erat kaitannya

dengan sapta cakra yaitu tujuh buah simpul yang merupakan tempat

tingkatan “kundalini” yakni sumber kekuatan ilahi dan kebathinan

yang terdapat pada manusia, berfungsi untuk memutar baik mengenai

peredarandarah maupun peredaran zat makanan (Kuliah Tantrayana, :

1987 : VIII). Tujuh bagian cakra tersebut antara lain Mulyana cakra

tempatya pada tulang belakang di antara payu dengan upasta. Di

sinilah tempat tidurnya dari pada kekuatan kundalini. Swadhistana

cakra bertempat pada tulang belakang di antara nabhi (pusar). Abhata

cakra bertempat pada tulang belakang sejajar dengan tempatnya

jantung. Wishuda cakra tempatnya pada tulang belakang sejajar

dengan tempatnya kerongkongan. Ajna cakra bertempat pada tulang

belakang pada tulang belakang sejajar dengan kening. Dan sahasrara

cakra bertempat pada ubun-ubun juga disebut dengan brahmaranhra.

Demikianlah tempat tingkatan tertinggi kundalini yang terletak pada

tubuh manusia.

Dalam kehidupan manusia tiga unsur pokok yang meruakan

unsur pembentuk manusia yaitu atma,eitta, sarira tak dapat lepas satu

sama lain. Ketiganya terjalin erat selama kehidupan. Bila salah satu

dari ketiga unsur tersebut tidak berfungsi maka manusia akan mati.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

30

Semi kelangsungan hidupnya, badan kasar manusia selalu memumtut

pemenuhan materi berupa makanan dan minuman, udara untuk

bernafas, berpakaian dan kebutuhan-kebutuhan lain baik material

maupun spiritual. Segala kebutuhan betersebut berasal dari unsur-

unsur panoa maha bhuta yang ada di bhuana agung (alam semeta), di

mana dalam ajaran agama Hindu kentuhan manusia tersebut

dinamakan bhoga. Bhoga inilah selalu menjadi obyek dari pada

indroya dan bila obyek indriya ini dapat memenuhi indriya, inilah

menimbulkan kepuasan. Semua intisari dari pada bhoga atau unsur-

unsur panca maha bhuta yang dimakan dan diminum oleh manusia

dapat digolongkan menjadi 6 yang disebut sad rasa yaitu manis, pahit,

asam, asin, pedes, dan sepet. Keenam rasa inilah merupakan sat untuk

pertumbuhan dan menimbulkan tenaga untuk bergerak sebagai hasil

dari oksidasi sari-sari makanan dalam bentuk tubuh manusia. Hasil

dari sari-sari makanan (sad rasa) diedarkan keseluruh tubuh timbullah

tenaga (kalori) yang disebut prana (wayu) yang terkait dengan nadi

dalam setiap aktifitas organ tubuh. Kesepuluh nadi yang ada

kesemuanya digerakkan oleh wayu (prana) untuk untuk sebagaimana

mestinya.

Ika ta nadi kabeh, yataka pada mesi wayu, sepuluh

prakaryanya : prana, apana, samana, udana, wyana, naga,

kurma, krkara, sewatta, dansnjaya. Mahan prakaraning wayu,

matagiyan akwsh lwirnya, kapwa dudu gawenya soang-soang (Wraspati Tattwa, - : 39-40).

Page 31: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

31

Artinya :

Demikian nadi semuanya, itu semuanya adalah berisi tenaga

sepuluh bagiannya adalah prana, apana, udana wyana, naga,

kurma, krkara, dewadatta, dananjaya. Adapun bagian-bagian

itu bagianya itu banyak ragamnya mempunyai fungsi masing-

masing.

Sari-sari makanan di samping untuk menumbuhkannya badan

jasmani juga sebagian menjadi benih untuk mengecam untuk

mengembangkan keturunannya. Benih itu dapat dibedakan atas 2

macam yaitu sukla (sperma) dan swanita (ovum) \. Sukla terdapat

pada ornag laki-laki sedangkan swanita terdapat pada orang

perempuan. Pertemuan antara sukla dan swanita inilah yang akan

membuahkan keturunan dan juga akan menentukan rupa serta jenis

kelamin dari pada keturunan itu sendiri, sedangkan karakternya akan

ditentukan oleh hukum karma yang dibawa oleh atma untuk menjelma

mengalami punarbhawa, memberi tenaga hidup pada perpaduan kedua

sel.

Sedangkan yang menentukan jenis dari pada manusia adalah

prosentase atau banyak sedikitnya benih sukla dan swanita itu

masing-masing dalam persenyawaannya.

Yan makweh ikang sangkeng awanita, lanang temahanna, yan

makweh ikang swanita sengkeng sukla yeka temahan wadwan.

Kunang yan pada kwehnya ikang sukla swanita ya tika

janmantra purusa ngarannya kediwalawadi hara temahannya (Wraspati Tattwa, - : 33).

Page 32: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

32

Artinya :

Bila lebih banyak sukla dibandingkan dengan banyaknya

swanita banyak dibandingkan dengan banyaknya swanita lahirlah manusia laki-laki, bila banyak swanita dibandingkan

dengan sukla lahirlah manusia perempuan adapun bila sama

mempunyai kelainan disebut banci.

2. Keadaan Atma Dalam Hubungan Dengan Badan Kasar.

Jika atma telah bersenyawa dengan unsur-unsur dari pada

prakerti, maka atma akan terpengaruh (terliput) oleh sifat-sifat

ketidak tahuan yang terdapat pada prakerti. Sebagaimana halnya 2

zat kimia bersenyawa akan menimbulkan zat baru dengan sifat -

sifatnya yang baru pula. Demikian pula halnya pada proses atma

setalah bersenyawa dengan prakerti sepertinya berada dalam tubuh

mahluk (manusia) maka timbullah sifat baru yaitu “Awidya”.

Serta tidak lagi menyadari asalnya serta sifat-sifat aslinya. Di

mana hari ini juga menyebabkan atma semakin terbelenggu dan

jauh dari Tuhan. Keadaan demikian itu terjadi karena atma turut

mengalami mansia pasang surutnya sifat-sifat yang maya pada

kehidupan manusia.

Ikang pradhana tattwa yeka acetana maka swabhawa ing lupa, wyapaka pwekang atma ring pradana tattwa

alupa ta ya, apan pradhana gumawo lupaning atma

(Wraspati Tattwa, - : 47).

Artinya :

Adapun pradhana tattwa itu ialah pradhana tattwa itu

ialah acetana (maya) yang bersifat lupa (awidya), jika

Page 33: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

33

atma bersenyawa dengan unsur-unsur maya itu maka

lupa (awidya)lah ia. Sebab unsur maya itulah yang

menyebabkan atma menjadi lupa.

Dalam hubungan ini atma seolah-olah terhukum, dalam

badan jasmani manusia, ikut mengalami suka dukanya kehidupan di

dunia ini. Dengan demikian ada kalanya atma mengalami sorga

atau neraka, serta dapat merasakan baik buruknya punarbhawa

sesuai dengan prosentasenya (kadar) dari adanya pengaruh sifat -

sifat maya tersebut. Dalam menjalankan hukumannya ini atma

berfungsi antara lain : sebagai sumber hidup citta serta badan

jasmani manusia dan bertanggung jawab atas baik buruknya

perbuatan manusia.

Purusah prakritisthohi bhukte prakritijan gunan, karanam

gunasangosya sad asad yoni janmasu.

Artinya :

Purusa duduk di dalam prakerti mengalami tri guna yang

ada pada prakerti sendiri dan ikatan dengan atribut

menimbulkan akibat kelahiran baik dan buruknya pada

garbha. Hal ini dapat diumpamakan seperti adanya bayangan nyata dari diri seseorang dalam kaos cermin,

kalau seandainya kaca cermin itu sendiri adalah prakerti

(G. Pudja, 1982 : 306-307)

Kedua fungsi atman dalam badan jasmani manusia seperti tersebut di

atas berhubungan erat satu sama lain, karena fungsi yang satu

menjadi sebab fungsi yang lainnya.

Page 34: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

34

Dengan demikian maka kedudukan atman pada manusia

adalah sangat penting karena atma yang secara tetap mengikuti

manusia mengalami akibat dan pertanggung jawaban atas segala

kehidupan jasmani dan rohani manusia.

Dengan adanya atma yang memberikan tenaga hidup atau

menjiwai citta dan badan kasarnya maka akal dapat berpikir,

indriyanya dapat menikmati rasa, organ tubuh dapat bergerak, sel -sel

dapat berkembang dan sebagainya.

Tugas atma yang demikian dapat kita umpamakan bagaikan

aliran listrik yang dapat menggerakkan mesin-mesin. Mesin-mesin

akan dapat bergerak bila onderdil dari mesin itu dalam keadaan baik

dan harmonis. Akan tetapi jika salah satu dari onderdil mesin itu

rusak kendatipun ada aliran listrik di dalamnya maka mesin itu

takkan dapat bergerak. Demikian pula keadaan atma yang menjiwai

alam pikiran ataupun badan jasmani manusia. Jika sekiranya alam

pikiran atau badan jasmani manusia itu rusak, maka manusia tak

dapat hidup dengan sempurna.

Yatha prakasayatyekah kritanam lokam iman rawih,

ksatram ksetri tatha kritanam prakasayati bharata.

Artinya :

Seperti satu matahari ini menyinari seluruh bumi, demikian

halnya empunya badan ini menerangi seluruh badan

jasmani, oh Bharata (G. Pudja, 1982 : 313).

Page 35: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

35

Dengan kutipan tersebut jelas bagi kita, bahwa atma hanyalah

sumber hidupnya sedangkan alam pikiran (citta) dan badan jasmani

adalah alat untuk hidup.

Dalam kelangsungan hidupnya manusia senantiasa melakukan

berbagai gerak dan aktivitas yakni guna mencapai kepuasan pikiran,

perasaan serta jasmaninya sesuai dengan idea dan dasar pandangan

hidupnya masing-masing. Segala gerak dan aktivitas itu baik

disengaja maupun tidak dalam kesadaran maupun di luar

kesadarannya, kesemuanya itu disebut “karma” dalam ajaran Hindu.

2.2.2 Atma Dengan Suksma Sarira

Sejarah kehidupan manusia telah membuktikan, bahwa hidup

sebagai manusia tidak kekal, pada suatu saat akan mengalami

kematian. Tanpa terkecuali siapa saja yang hidup di dunia ini dan

memiliki badan jasmani tak dapat menghindari kenyataan ini, karena

pada saat kematian tugas atma telah selesai memberi tenaga hidup

pada badan jasmani manusia. Badan jasmani manusia yang berasal

dari panca maha bhuta itu kemudian hancur, menjadi panca tan matra

kembali menuruti evolusinya. Adapun kepergian atma dari badan

jasmani manusia disertai oleh citta (budhi, manah dan ahamkara) dan

karma.

Kala nikang pati ngaranya wih, tuhun mepasah lawan

panca maha bhuta juga tekang atma ri sarira, ikang

aganal juga hilang, ikang atma langgeng tan melah …

Ikang panca tan matra pinaka waknya lawan ikang

Page 36: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

36

dasendriya, budhi, manah, ahangkara, sattwa, rajah,

tamah. Huwus rumuhun ikang raga dwesa moha lawan

ikang karma wesana ika kabeh, kapwa rumaketing atma

mwang sipanoa bhutadi, sinurakenig awakening atma

anpaka sarira ikang panoa tan matra, nahan sariraning

atma rikalaning pati (Wraspati Tattwa, - : 52).

Artinya :

Pada saat apa yang disebut kematian maka berpisahlah

unsur-unsur panoa maha bhuta dalam badan kasar manusia

denga atma, jadi yang hilang (hanour) hanyalah unsur -

unsur yang besar (panoa maha bhuta) itu saja, sedangkan

atma keadaannya kekal dan tidak berubah…. Panca tan

matra itulah menjadi badannya disertai dengan bekas-

bekas dari sepuluh indriya, buddi, manah, ahangkara,

mattwa, rajah, tamah terutama kenikmatan duniawi,

kemarahan serta kedengkian dan karma wesana kesemua

itu melekat pada atma. Jadi panoa tan maha bhuta itulah

yang berbentuk panca tan matra, demikianlah badannya

atma pada saat kematian.

Sebagaimana manusia pada waktu masih hidup, badan kasar

yang berasal dari pada panoa bhuta mengalami kehancuran, kembali

ke unsur panoa tan matra bersama citta dan karmanya itu juga dapat

dipisah-pisahkan dan akhirnya menjadi suatu kesatuan baru yang

disebut “sukma sarira” (badan halus).

Atma setelah meninggalkan badan jasmaninya keadaanya

ditentukan oleh standarisasi dari pada pengaruh sukma sarira itu

sendiri, keadaan yang dialami oleh atma adalah satu diantaranya

sorga, neraka atau punarbhawa. Akan tetapi jika atma tidak lagi

menjadi sumber sarira, maka ia dapat mencapai kebebasan dan

kebahagiaan serta dapat bertemu dengan asalnya yang disebut moksa.

Usaha untuk melepaskan atma dai belenggu suksma sarira untuk si

Page 37: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

37

Bali umat hindu melaksanakan upacara pitra yadnya dari tingkat

ngaben, memukur dan akhirnya sewa pitra pratistha.

2.3 Metode Penelitian

Dalam penyusunan tulisan ini penulis menggunakan beberapa

macam metode. Penggunaan metode-metode tersebut pada garis

besarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :

2.3.1 Metode Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data adalah langkah awal dari pada

pengerjaan skripsi ini yang terus berkesinambungan. Pada

tahap ini penulis menggunakan 2 metode yaitu:

1. Metode kepustakaan maksudnya adalah suatu metode untuk

mengumpulkan data-data dari sejumlah purtaka melalui

membaca buku-buku, lontar-lontar serta beberapa

dokumen-dokumen yang relefan (Winarno Surachmad,

1971:44). Selanjutnya dilakukan pengutipan pada bagian-

bagian yang diperlukan sebagai data dalam penyusunan

yang dipergunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah

Gedong Kirtya Singaraja Denpasar, Perpustakaan Institut

Hindu Dharma Denpasar serta beberapa koleksi pribadi

2. Metode wawancara adalah tentang tanggapan, pendapat,

keyakinan dan perasaan dari para informan. Dalam

Page 38: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

38

penggunaan metode ini penulis mengadakan wawancara

langsung dengan rang informan, pertama wawancara

dengan Pendeta di Ghrya Bindu Denpasar, kedua

wawancara dengan pendeta di Ghrya Panti Denpasar. Para

informan tersebut penulis pandang mampu dan mengetahui

makna kehidupan manusia dari segi ajaran agama Hindu.

Selanjutnya penulis membuat catatan-catatan dari hasil

wawancara sebagai data primer.

2.3.2.Metode Pengolahan Data

Tahap ini merupakan tahap selanjutnya setelah pengumpulan

data. Tanpa diadakan pengolahan data, data yang telah

terkumpul semuanya akan sia-sia dan tidak mempunyai arti.

Dalam tahap ini penulis menggunakan beberapa metode yaitu :

1. Metode deskriptif ialah suatu metode pengolaan data dengan

menyusun secara sistematis disertai dengan menganalisa dan

menginterpretasikan data sehingga diperoleh suatu

kesimpulan umum. Dalam kegiatan selanjutnya mengenai

penggunaan metode ini penulis menyusun secara sitematis

dengan memilih mana di antaranya yang didahulukan.

Data-data yang terkumpul diinterprestasikan dengan

jalan mendeskripsikan secara teliti serta dikomperatifkan

Page 39: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

39

antaradata yang satu dengan data yang lainnya. Selanjutnya

melalui langkah analisa penulis menyusun suatu mengenai

makna kehidupan manusia menurut ajaran agama Hindu.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

40

BAB III

PANDANGAN AGAMA HINDU TERHADAP

KEHIDUPAN MANUSIA

3.1. Pokok-Pokok Ajaran Agama Hindu Yang Melandasi Kehidupan

Manusia

Agama Hindu adalah bersumber pada Wahyu Ia Sang Hyang

Widhi / Tuhan Yang Maha Esa yang terhimpun dalam kitab Catur Weda

yaitu Rg weda, sama weda, Yajur weda dan Atarwa weda. Ajaran agama

Hindu sebagaimana dihayati oleh umat manusia, dalam realitasnya

mencakupberbagai aspek hidup dan kehidupan manusia yang meliputi

filsafat/tattwa, etika/tata susila dan ritail/upacara. Ketiga kerangka

tersebut walupun terbagi dalam tiga begian ketiganya jelas berbeda,

namun dalam kenyataannya adalah terjalin dalam satu kesatuan yang

utuh tak dapat terpisahkan, tiada satupun yang berdiri sendiri. Bagi umat

Hindu ketiga kerangka itu merupakan suatu yang harus dimikliki dan

dilaksanakan. Jika filasafat/tattwa saja yang dilaksankan tanpa

melaksanakan etika danritual tidaklah sempurna dandemikian pula

sebaliknya. Agama Hindu itu secara keutuhan dapat diandaikan sebuah

telur, sarinya yang terdapat di dalam tattwanya, putih telur adalah

etikanya dan kulitnya adlah rituilnya. Telur ini tidak sempurna dan akan

busuk bila salah satu bagian ini tidak sempurna (Parisada Hindu

Dharma, 1978:14).

Page 41: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

41

Agama Hindu tidak hanya memberi warna dan pola serta wujud

dalam berbagai aspek hidup dan kehidupan manusia dengan berbagai

aspek kehidupan manusia dengan lingkungannya tetapi lebih dalam lagi

iaah menjiwai kehidupan umat manusia. Sebab tujuan agama Hindu

adalah sebagai berikut :

Menuntun umat manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup

berupa kesucian bathin, laksana dan budhi pekerti yang luhur

yang memberi kebahagiaan dan kesejahteraan material kepada

sesama manusia dan mahluk yang disebut jagadhita dan memberi

ketentraman rohani, sumber kebahagiaan yang abadi, suka tanpa

walidukha, yang tiada didasarkan atas terpenuhinya nafsu

duniawi, memberi kesucian dan menyebabkan roh bebas dari

penjelmaan serta merasakan menunggal dengan Tuhan yang

disebut “Mosartham jagadhita ya ca iti Dharma”. Tujuan agama

adalah untuk mendapatkan moksa dan jagadhita (I.B. Oka

Punyatmadja, 1983-1984 : 13).

Dengan demikian maka eksistensi manusia dalam kehidupannya dengan

agama Hindu adalah merupakan dua hal yang tak terpisahkan, karena

untuk kehidupannya umat manusia pelaksanaan ajaran agama Hindu

merupakan suatu kewajiban hidup yang dapat menuntut umat manusia

untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Umat manusia yang memeluk agama Hindu, dalam ruang lingkup

kehidupannya menggunakan ajaran agama Hindu sebagai sumber

tuntunan dan pegangan hidup dalam mencapai kebahagiaan jasmani dan

rohani di Dunia dan di Akhirat. Setiap gerak kehidupan manusia terkait

dan menyatu pada agama dan hampir setiap goncangan yang timbul

dalam kehidupan manusia selalu dihubungkan dengan alam Ketuhanan

dalam manifestasinya. Selain itu agama Hindu secara realitas dan praktis

Page 42: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

42

merupakan pendanga dan falsafah hidup umat manusia. Kepercayaan

umat Hindu terhadap ajaran agama senantiasa malandasi kehidupannya

dalam kehidupan dunia dalam setia gerak dan langkahnya. Hal ini sesuai

dan tepat sekali dengan arti agama dalam jiwa kerohaniannya, bahwa

agama bagi kita adalah dharma dan kebenaran abadi yang mencakup

seluruh jalan kehidupan manusia (Parisada Hindu Dharma. 1978:13).

Panca srada sebagai falsafah hidup umat manusia khususnya yang

menganut ajaran agama Hindu. Panca arada ini merupakan 5 keyakinan

sebgai hakekat ajaran agama Hindu yaitu : Widhi srada, Atma srada,

Karmphala srada, Punarbawa srada, Moksa srada. Kelima keyakinan

pokok tersebut merupakan keyakinan religius yang sangat

mempengaruhi dan meresapi seluruh aspek kehidupan umat manusia.

Implikasi pokok pokok ajaran tersebut adalah :

1. Whidi srada adalah keyakinan terhadap adanya Ida Sang Hyang

Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam menjalankan ajaran agama,

umat Hindu tidak hanya memuja Tuhan, tetapi juga dalam

manifesnya dan segalaa ciptaanNya dipuja dalam wujud Brahma,

Wisnu, Siwa sebagai penguasa dalam alam kekuatanNya sebagai

Utpeti, sthiti dan Pralina. Brahma adalah sebutan Ida Sang Hyang

Widhi dalam manifestasiNya sebagai pencipta segala sesuatu yang

ada yang mungkin ada di Dunia ini yang disebut sebagai dengan

istilah Utpeti. Wisnu adalah sebutan Ida Sang Hyang Widhi dalam

manifestasiNya sebgai pemelihara segala pemeliharaa segala

Page 43: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

43

ciptaanNya dan melindungi disebut dengan istilah dan Shiti.

Demikian pula Siwa juga merupakan manifesta Ida Sang Hyang

Widhi dalam fungsinya menarik kembali segala ciptaanNya.

Manifestasi Sang Hyang Widhi tersebut telah dapat kita rasakan

bahwa di Dunia ini tidak ada sesuatu yang kekal sama sekali,

semuanya mengalami perubahan. Hal ini nampak sekali dalam

kehidupan manusia lahir, hidup dan mati. Semua yang pernah lahir

adalah pernah hidup walaupun sesaat. Mnifestasi Tuhan dalam wujud

Utpeti, Sbhiti, Pralina dalam kehidupan umat Hindu di Bali

diwujudkannyatakan dengan khayalan tiga dimasing-masing desa

adat di Bali. Di mana kahyangan tiga merupakan simbul

kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi atas lingkaran hidup dan

kehidupan manusia. Umat Hindu dalam memuja Ida Sang Hyang

Widhi beserta segalam manifestasinya dipuja dalam bentuk Panca

Yadnya. Aspirasi ini dilandasi dengan adanya Tuhan dalam

Menciptakan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada di

Dunia ini di didasarkan atas yadnya yang kekal abadi yang

merupakan Rna (hutang) bagi manusia, maka patutlah kita membayar

hutang guna mendapatkan kebebasan yang abadi (Parisada Hindu

Dharma, 1978:52).

Sahayadnah prajah sristwa pura : waca prajapatih anena

prasawisyadhiwam esa wo‟stwista kamadhuk.

Artinya :

Page 44: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

44

Sesungguhnya sejak tahulu dikatakan Tuhan telah

menciptakan manusia melaui yadnya dengan (cara) ini engkau

akan berkembang, sebagaimana lembu perahan yang memerah

susunay karena keinginanmu (sendiri) G. Pudja, 1982 : 76)

Berdasarkan isi kitab Bhagawad Gita itu jelas bagi kita, bahwa kita

tercipta dari Tuhan didasarkan atas yadnya Beliau. Dengan

yadnyaNya dan hasil ciptaanNya kita akan dapat berkembang dan

dapat memenuhi segala keinginan kita, dalam artian segala yang kita

inginkan di dunia ini pasti ada semuanya. Tinggallah manusia

berusaha untuk mencapainya. Dengan demikian melakukan panca

yadnya adalah merupakan kewajiban manusia sebagai ucapan terima

kasih dan juga membayar hutang-hutang yang diwujudkan dalam

bentuk panca yadnya, yaitu :

1. Dewa Yadnya yaitu korban suci yang tulus ikhlas ditujukan

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya.

2. Rsi Yadnya adalah korban suci dengan hati yang tulus ikhlas atau

berupa dana punya kehadapan para Rsi sebagai pengajar ilmu

kesucian yang selalu mendoakan kesejahteraan umat manusia.

3. Pitra Yadnya adalah korban suci yang tulus ikhlas sebagai

pembayaran hutang jasa terhadap para Leluhur yang telah

mengadakan keturunannya.

4. Bhuta Yadnya adalah korban suci yang bertujuan untuk

membersihkan/menyucikan tempat (alam beserta isinya dan

memelihara serta memberikan penyupatan kepada bhuta kala dan

Page 45: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

45

makhluk-makhluk yang lebih rendah dari manusia (Ny. I.G.A.

Mas Putra, - : 5).

5. Manusia Yadnya adalah korban suci yang dilakukan kehadapan

manusia. Korban ini dapat berupa upacara-upacara yang

dilakukan dari manusia itu lahir sampai mati dan dapat juga

berupa dana punya (pemberian pertolongan baik material maupun

spiritual) terhadap orang yang memerlukannya.

Berpangkal dari hal itu maka setiap orang dengan kesadaran diri

yang tinggi merasa terpanggil jiwanya untuk senantiasa berbuat baik,

menjalankan dan mentaati ajaran-ajaran yang tercantum di dalam

kitab suci agama.

2. Atma Sradha adalah keyakinan terhadap adanya jiwatama pada tiap-

tiap mahluk. Jiwatman itu bersumber pada yang Esa yaitu Paramatma

yang tiada lain adalah Ida Sang Hyang Widhi sebagai yang Maha

Pencipta, melalui suatu evolusi seperti yang telah diuraikan dalam

sebelumnya. Adanya jiwatman tidak dapat disangkal lagi, karena

tiap-tiap manusia merasa dirinya hidup dan merasa juga mempunyai

sesuatu di dunia ini. Mengerti akan dirinya hidup kiranya cukup

sebagai suatu pertanda bahwa manusia mempunyai Jiwa/Atma.

Sehingga dalam kehidupannya manusia mengenal kesosialan tanpa

batas yakni “Tattwamasi” yang artinya itu adalah saya dan saya

adalah itu. Dalam tingkat tatwamasi yang lebih tinggi adalah

mengenai hubungan antara Atman dengan Brahman, dimana di dalam

Page 46: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

46

upanisad disebutkan “brahman Atman Aikyam” yang artinya tidak

ada perbedaan antara Atman dengan Brahman (G. Pudja, 1983 :18).

Jika Atman sudah mencapai moksah/bersatu dengan brahman dimana

Atman menemukan dirinya yang asli dan memasuki kenyataannya

dan yang disebut Sat Cit Ananda yang berarti kebenaran, kesadaran

kebahagiaan yakni kesadaran dari jiwa sendiri bahwa hanya ada satu

kebenaran. Konsepsi alam pikiran yang demikian menjadi landasan

tata kehidupan kemanusiaan yang harmonis dan berprikemanusiaan

seperti terwujudnya rasa solidaritas yang kuat saling asah, asih, asuh

dan lain-lain.

3. Karmaphala sradha merupakan keyakinan terhadap hukum

perbuatan manusia baik skala maupun niskala, bahwa setiap

perbuatan manusia (karma) akan meninggalkan bekas-bekas

perbuatan yang disebut “Karma Wesana” sesuai dengan sifatnya

yang menentukan baik dan buruknya kehidupan kemudian.

Sebagaimana tercantum dalam kitab Sarasamusccaya sebagai berikut

:

Ri sakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wnang

gumayakenikang subhasubhakarma, kunang panentas akena

ring subhakarma juga ikang asubhakarma phalaning dadi

wwang.

Artinya :

Dari demikian banyaknya semua makhluk yang hidup yang

dilahirkan sebagaimanusia itu saja yang dapat berbuat baik

dan buruk itu; adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke

Page 47: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

47

dalam perbuatan baik juga manfaatnya menjadi manusia (G.

Pudja, 1979 : 10-11).

Dalam kutipan tersebut jelas disebutkan bahwa dari perbuatan baik

dan buruk menjadi dasar timbulnya teori karmaphala, maka dari itu

melahirkan sebagai manusia sudah merupakan suatu pahala,

demikian juga sekaligus merupakan kesempatan bagi manusia untuk

dapat memperbaiki dirinya dengan melebur perbuatan buruknya

dengan jalan selalu berbuat baik. Tanpa cara demikian maka

perbuatan buruk akan tetap melekat pada Atma sebagai karmawesana

yang buruk, dan sebaliknya. Di dalam kitab Wrhaspati tattwa

disebutkan sebagai berikut :

….. Kadyanggening dyun wawadah ninggu, huwus hilang

hinggunya ikang dyun inasaham pinahalilang, kawekas ta ya

ambonya, gahdaynya rumaket irikang ayun ndah ya tika

wasana ngaranya, samangkaka tekang karma wesana ring

atma, rumaket juga ikang karma wesana ngaranya, yatika

umuparenggairikang atma (Wraspati tattwa : 2)

Artinya : Bagaikan tempatnya kemenyan, sesudah habis hilang

kemenyannya, tertinggal berbekas baunya itu, melekat pada

tempayan, maka itulah disebut wesana, demikian juga wesana yang

terdapat pada atma, dikatakan melekat padanya, itulah yang

membalut Atma. Karma Wesana yang membalut Atma itulah

nantinya menyebabkan kelahiran yang beraneka ragam watak

manusia di Dunia ini, yang ditentukan oleh kadar karma wesana yang

membalutnya. Selanjutnya dalam Wraspati tattwa dijelaskan

bermacam-macam penjelmaan manusia.

Page 48: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

48

Yata dumadyakan ikang janma mapelenan, hane dewa yoni,

hana widyadara yeni, hana raksesa yoni, hana daitya yoni,

hana naga yoni, akweh prakaraning yoni sengkanyan

pengjanma yata matangnyan kaqwa dudu wesananya

(Wraspati tattwa : 2).

Artinya :

Itulah menyebabkan adanya penjelamaan berbeda-beda, ada

penjelmaan dewa, ada penjelmaan wdyadara, ada penjelamaan

raksasa, ada penjelamaan daitya, ada penjelmaan naga dan

banyak macamnya benih-benih asal penjelmaan, karena itulah

masing-masing mempunyai sifat yang berbeda-beda. Maksud

dari pada macam-macam benih asal penjelamaan adalah ada

dari rokh suci, rokh bijaksana, rokh angkara murka, rokh yang

keras hati, rokh yang berwatak berbelit-belit.

Kita harus menyadari bahwa phalanya lahir menjadi manusia adalah

merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga untuk dapat

melebur karma wesana yang buruk menjadi karma wesana yang baik,

dengan senantiasa memupuk perbuatan-perbuatan baik. Maka ajaran

agama Hindu sebagai pegangan hidup telah memberi pedoman dan

tuntunan tata cara hidup yang baik, tertib dan aman dengan dinamika

religius yang lebih tinggi. Pandangan hidup yang demikian, telah

menjadi landasan dasar eksistensi manusia dalam hidup dan

kehidupannya.

4. Punarbhawa sradha merupakan keyakinan terhadap adanya

kelahiran kembali setelah kematian. Punarbhawa ini sangat

Page 49: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

49

ditentukan oleh adanya karma wesana yang membalut Atma dalam

kehidupan manusia terdahulu. Atma yang masih terbelenggu oleh

ikatan duniawi akan lahir kembali dalam tubuh yang baru dengan

mengambil bentuk sesuai dengan kadar karma wesana yang

membalut Atma. Kelahiran kembali ke dunia mengandung arti

seperti diuraikan di atas pada uraian tentang karmaphala adalah

sebagai kesempatan untuk memperbaiki kwalitas hidupnya yang

rohani dengan berbuat baik guna melebur segalanya perbuatan buruk

dimasa lalu. Seperti disebutkan dalam kitab Sarasamuccaya sebagai

berikut :

Apan ikang dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning

mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng

sangsara maka sadhanang subhakarma hingganing

kottamaning dadi wwang ika.

Artinya :

Sebab jadi manusia sungguh uttama juga, karena itu ia

dapat menolong dirinya dari keadaan samsara dengan jalan

karma yang baik demikian keistimewaannya, menjadi

manusia itu (G. Pudja, 1979 : 11).

Berdasarkan kutipan tersebut jelas bagi kita bahwa kelahiran yang

berulang-ulang kali adalah merupakan kesempatan bagi manusia

untuk menentukan dirinya yang sebenarnya sampai akhirnya

jiwatman bebas dari lingkaran punarbhawa dan bersatu kembali pada

sumbernya. Untuk dapat mencapai hal tesebut memerlukan keuletan

ketenangan, ketabahan hati, menerima kenyataan, menghadapi

goncangan dunia yang penuh dengan kesucian dari pada jasmani,

Page 50: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

50

rohani, yang berkembang dalam kreatifitas dan produktivitas yang

berkwalitas tinggi di dasarkan atas dharma.

5. Moksa sradha adalah keyakinan terhadap adanya kebebasan dan

kebahagiaan abadi, yaitu bebas dari segala bentuk penderitaan baik

lahir maupun bathin berupa suka tan pe wali dukha. Kebahagiaan

abadi dimaksud adalah bersatunya Atman dengan Brahman. Di mana

Atma telah besar/terlepas dari ikatan karma, kelahiran, kematian dan

belenggu maya/penderitaan duniawi (I.B. Oka Punyatmadja, 1983-

1984 : 83). Sehingga Atman dapat bertemu dan kembali dengan

sangkan peran yaitu Ida Sang Hyang Widhi. Demikian tujuan rohani

yang diajarkan dalam ajaran agama Hindu yang patut diusahakan

oleh umatnya untuk merealisasi dan mencapainya.

Walaupun demikian gaibnya dan tak terbatasnya keadaan Ida

Sang Hyang Widhi dan juga walupun demikian dengan terbatasnya

kemampuan manusia, tapi karena tujuan agama Hindu adalah

menghubungkan manusia (umatnya) kepada Tuhan, maka banyak

jalan/cara manusia dalam menempuh kehidupan untuk sampai pada

tujuan disesuaikan dengan kemampuan, kecenderungan, dan mentalitas

manusia masing-masing dalam menempuh alur kehidupan. Berdasarkan

pokok pandangan dan keyakinan terhadap panca sradha serta

penerapannya dalam kehidupan umat manusia, maka tiap-tiap pribadi

manusia mengabdikan hidupnya untuk berkarma/berbuat yang luhur

dengan disiplin hidup yang tinggi, guna membebaskan atma dari ikatan

Page 51: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

51

lingkaran punarbhawa untuk mencapai moksa. Sehingga dalam

kehidupannya manusia cendrung untuk berbuat dharma.

3.2. Manusia Sebagai Mahluk Ciptaan Tuhan

Ikang manggih si dadi wwang, prasida wenang ring dharma

sadhana, tatan entas sangke sengsara, kebancana ta ngaranika.

Artinya :

Yang dapat menjelma menjadi manusia, berhasil menjalankan

dharma, tidak lepas dari sengsara, orang seperti itu menderita

juga namanya (G. Pudja, 1979 : 14).

Seperti telah diuraikan pada sub bab di atas bahwa kelahiran

sebagai manusia sudah merupakan suatu phala. Selanjutnya dalam

kutipan di atas menjelaskan pula bahwa menjelma menjadi manusia

bukan merupakan jaminan untuk tidak menderita, sebab setiap

pelaksanaan hukum kodrat berupa gerak kehidupan manusia baik

bersifat jasmani maupun rohani harus dilakukan melalui peralatan

jasmani, yang terwujud dalam tubuh manusia. Dalam ajaran agama

Hindu hidup itu sebenarnya adalah samsara yang haus diusahakan oleh

manusia untuk menghentikannya. Untuk itu ia harus dapat

mengusahakan dan membebaskan dirinya dari penderitaan sebagai

akibat dari kelahiran itu.

Manusia sebagai salah satu mahluk ciptaan Tuhan dan juga

sekaligus sebagai insan hamba Tuhan adalah wajib mengakui,

menghormati, berbakti dan melaksanakan segala perintah Tuhan, baik

Page 52: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

52

berupa keharusan maupun larangan-larangan yang mutlak dan harus

ditaati dalam setiap gerak langkah manusia dalam kehidupan. Hukum

Tuhan, harus dilaksanakan atas dasar cinta kasih kepadaNya, sehingga

akan memperbesar hasrat untuk setiap kali lebih meningkatkan dan

memperbaiki usaha pelaksanaan hukum Tuhan. Kebaikan serta

pengakuan terhadap kebesaran Tuhan tidak cukup dilaksanakan hanya

berdoa dan bentuk rangkaian kata-kata, akan tetapi yang lebih penting

adalah perwujudannya dalam bentuk tindakan nyata dan ketaatan dalam

beryadnya. Hal tersebut dapat terjadi karena kehidupan umat Hindu

dalam gerak kehidupannya dilandasi oleh pokok ajaran agama Hindu

yang senantiasa setiap gerak langkah kehidupannya selalu bernilai

religius.

Kesadaran manusia terhadap dirinya sebagai mahluk ciptaan

Tuhan menyebabkan seseorang selalu lebih mentaati hukum-hukum

serta peraturan-peraturan yang diajarkan dalam kitab-kitab suci agama,

terutama hukum serta peraturan dalam hubungan manusia dengan

Tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungannya.

Untuk menciptakan kehidupan yang serasi, seimbang serta bahagia lahir

bathin. Pelanggaran terhadap hukum itu dapat menggalkan usaha untuk

membina perkembangannya dalam mencapai tujuan hidup. Dengan

demikian hukum dalam kitab-kitab suci agama gabi kehidupan manusia

adalah merupakan rel atau jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan.

Bagi mereka yang mentaati hukum Tuhan (Dharma) dalam hidupnya

Page 53: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

53

merasa mendapat tuntunan dalam mencapai tujuan hidup sebagai

manusia.

Ikang dharma ngaranya, hetuning mara ring swaga ika kadi

gatining perahu an hetuning baniaga mentas ing tasik.

Artinya :

Yang disebut dharma (hukum Tuhan), penyebab menuju sampai

di sorga itu seperti halnya perahu alat bagi pedagang

menyebrangi laut( G. Pudja, 1879 : 16).

Kutipan ini mempertegas bahwa dharma adalah merupakan

hukum abadi dan juga hukum moral yang bertujuan untuk membebaskan

manusia dari keterikatan oleh ketidak tahuan (awidya).

Tuhan Yang Maha Esa memberikan jalankepada manusia

bagaimana cara mengenal hukumnya. Ajaran agama Hindu menyiapkan

cara hidup yang baik, berupa tahap-tahap dalam kehidupan manusia

mulai dari anak-anak sampai tua. Tahap-tahap dalam kehidupan ini akan

diuraikan lebih lanjut dalam sub bab berikutnya. Jalan yang diberikan

oleh Tuhan itu harus kita jalani sehingga dengan mengikuti jalan Tuhan

itu kita akan dapat hidup semakin sempurna dalam mewujudkan apa

yang menjadi kehendak sebagai penganut yang sejati.

Ayam eka itthaperurn caste wiwispatih, tanya wrata nyam

wascaramasi.

Artinya :

Inilah Tuhan yang Satu, yang berkuasa atas manusia, melihat dari

jauh dan meluas dan kami untuk kebahagiaan itu akan mematuhi

hukumnya (Wayan Sandya dan G. Pudja, 1983:16).

Page 54: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

54

Berdasarkan atas kutipan tersebut dapat dipetik beberapa pengertian

yang terkandung di dalamnya yaitu :

1. Tuhan adalah satu (esa), berkuasa atas kehidupan manusia di alam

fana ini, sebagai hasil ciptaannya.

2. Berdasarkan atas saksi (kemahakuasaanNya) Tuhan mengatur dan

mengawasi ciptaanNya dari kejauhan alam empiris.

3. Untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, manusia harus

mengamalkan apa yang diharuskan serta ditetapkan sebagai

hukumnya yang merupakan hukum suci. Selanjutnya dalam kitab

Manawa Dharma sastra ditetapkan sebagai hukum yang patut ditaati

sebagai makhluk ciptaan Tuhan, agar di dalam kehidupan sebagai

manusia mendapat kebahagiaan lahir dan bathin. Dalam menempuh

alur kehidupan, mengikuti hukum Tuhan merupakan suatu keharusan

yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Di dalam kitab Manawa

Dharmasastra ada disebutkan sebagai berikut :

Sruti amrtya dita dharma, mana tisthanhi manawah, ika

kirtimawapnepti pretya, canutamam sukham.

Artinya :

Karena orang mengikuti hukum yang diajarkan oleh kitab-

kitab (pustaka-pustaka) suci dan mengikuti adat istiadat yang

keramat, mendapat kemasyuran di dunia ini dan setelah

meninggal menerima kebahagiaan tak terbatas (tak ternilai)

(G. Pudja dan Tjok Rai Sudharta, 1973 : 65).

Dengan demikian siapa saja yang dalam kehidupannya mentaati,

menghayati dan mengamalkan isi yang ditetapkan di dalam kitab

Page 55: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

55

suci phalanya akan memperoleh kemasyuran dan kebahagiaan

yang tak terbatas baik semasih hidup maupun setelah mati.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia dalam

hidupnya harus mau mengerti tentang hakekat kehidupan jika

tidak demikian akan dapat membelokkan pikirannya ke arah lain,

akan dapat membawa manusia kepada pemungkiran terhadap

eksistensi Tuhan.

Sebagaimana telah diuraikan pada pokok-pokok ajaran

agama Hindu yang melandasi kehidupan manusia tentang widhi

sradha bahwa Tuhan adalah pencipta segala sesuatu yang ada dan

yang mungkin ada, maka dalam kehidupannya manusia wajib

mengadakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan sebagai

maha pencipta. Demikian pula terhadap sesuatu manusia sebagai

mahluk yang sederajat menjalin kerukunan antar umat manusia

mengakui masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan,

sama-sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Selain itu untuk

menjaga kelestarian, serta untuk dapat hidup damai, aman dan

bahagia maka manusia wajib menjaga kelestarian lingkungannya.

Kehidupan manusia dalam hubungan harmonis dengan

Tuhan tercermin dalam tindakan kehidupan beragama dengan

menyerahkan dirinya kepada Tuhan, bahwa penyerahan diri itu

dirasakannya sebagai syarat mutlak untuk bahagia dalam hidup di

dunia ini (H. Burhanuddin, S. 1985 : 151). Tuhan akan selalu

Page 56: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

56

menyertai karya ciptaanNya. Tanpa menyia-nyiakan semua bakat,

kemampuan, kesempatan dan bantuan yang dianugerahkan oleh

Tuhan kepada kita, sehingga akhirnya kita dapat mencapai tujuan

hidup yakni bahagia di dunia ini demikian juga di akhirat.

Tasmat sarwesu kalesu, mam anusmara yadnya cs,

mayyarpitama ne buddhir, mam ewai syasyasamsayah .

Artinya :

Karena itu kapan saja ingatlah kepadaKu selalu dan

berjuanglah terus maju dengan pikiran dan pengertian tetap

padaKu, engkau pasti sampai kepadaKu (G. Pudja, 1982 :

190).

Setiap orang harus ingat bahwa ia mempunyai tujuan hidup

yang tidak hanya hidup di dunia ini tetapi juga setelah mati.

Manusia harus mengisi hidup ini karena manusia dalam hidupnya

berkembang dalam dunia jasmani maka manusia harus memenuhi

tuntutan jasmaninya, namun dalam praktek kehidupannya tidak

boleh tersesat oleh kejasmanian. Manusia diciptakan oleh Hyang

Widhi (Tuhan) sebagai mahluk yang tertinggi drajat dan

martabatnya serta ditempatkan sebagai mahluk yang termulia di

Dunia dengan anugrah tri Prana (sabda, bayu idep) ( Adia

Wiratmadja, 1987 : 23).

Dalam hubungan manusia dengan manusia sebagai

makhluk yang memiliki derajat sama, dalam kehidupan wajib

mengakui dan memperlakukan yang sama terhadap semua

Page 57: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

57

manusia. Dalam melaksanakan sikap mental yang demikian

diperlukan adanya pengertian yang mendasar yaitu “Manusia

sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah sama.” Maka dari itu

sesama manusia merasa manusia merasa wajib hormat

menghormati, harga menghargai dengan rasa kekeluargaan

senang dan susah dirasakan bersama secara kompak dalam

berbagai aspek kehidupan sosial, memupuk rasa solidaritas yang

kuat dengan jiwa saling asih, saling asah, saling asuh, selunglung

sebhayantaka baik keluar maupun ke dalam (I Gst. Kt. Sutha,

1980 : 9). Hidup harmonis antara makhluk ciptaan Tuhan

merupakan suatu harapan yang harus diwujudkan dalam sikap

prikemanusiaan seperti tersebut di atas. Pengertian kemanusiaan

debagai konsep universal dalam hidup dan kehidupan manusia

disebutkan dalam kitab upanisad “Tattwamasi”. Ajaran ini

meletakkan landasan kesamaan sehingga tidak membedakan

antara Atman yang ini dari Atman yang itu. Dengan konsep

kesamaan itu dimaksudkan agar kita harus ikut merasakan semua

penderitaan orang lain seperti penderitaan kita sendiri (G. Pudja,

1985 : 26). Perlu diingatkan isi Bhagawad Gita bahwa segala

tindakan manusia di dunia adalah berasal dari Tuhan.

Ahimsa samata tusti, tapo danam yaso yasah, bhawati

bhawa bhutanam, matta eva prithagwidhah.

Artinya :

Page 58: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

58

Tidak menyakiti, keseimbangan pikiran, kepuasan,

pengekangan, berderma, kemasyuran, dan kecemaran

adalah sifat hakekat semua makhluk yang berbeda satu dari

yang lain datangnya dari aku sendiri (G. Pudja, 1982: 227).

Dalam hubungan dengan lingkungannya manusia merasa wajib

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan demi

kelangsungan hidup manusia. Tindakan manusia seperti ini

terwujud dalam kegiatan umat Hindu melaksanakan ajaran agama

dalam bentuk Yadnya (korban). Hal ini dilandasi oleh pengertian

manusia tentang sirkulasi kehidupan sebagaimana disebutkan

dalam kitab Bhagawad Gita :

Annad Dhawati bhutani, parjanyad annasambhawah,

yadnad bhawati parjanyo, yadnah karma

samudbhawah.

Artinya :

Adanya makhluk hidup karena makanan, adanya

makanan karena hujan, adanya hujan karena yadnya,

adanya yadnya karena karma.

Karma brahmobhawam widdhi, brahma

kearesamudbhawah, tasmat sarwagatam brahma,

nityam yadne pratisthitam.

Artinya :

Ketahuilah adanya karma karena Brahma yang ada dari

yang maha Abadi. Karena itu ia yang mengetahui

semua itu selalu tetap dalam berkorban dari itu,

Brahman yang melingkupi semua selalu ada di sekitar

persembahan (G. Pudja, 1982 : 79-80).

Dalam pengertian ini perlu didasari bahwa :

Segala ciptaan Tuhan yang ada adalah berjiwa

bukanlah suatu pengertian yang animis yang

didengungkan oleh kebanyakan para ahli, melainkan

Page 59: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

59

adalah pengertian agama Hindu dengan ajaran

Tattwamasinya dengan pengertian bahwa Tuhan ada

dimana-mana., bahwa Tuhan menjelma melalui alam

ini diberi jiwa oleh Tuhan yang membantu manusia dan

manusia harus tolong menolong bukan hanya sesama

manusia tetapi harus bisa menghormati dalam arti

menghargai alam sebagai sarana kasih sayang Ida Sang

Hyang Widhi. Itulah pula sebabnya kita membuat

tumpek pengatag, dan tumpek kandang, byukukungan

dan sebagainya, sebagai pernyataan terima kasih

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha

Esa) melalui sarana alam beliau ciptakan (Putra : 107).

3.3 Tahap-Tahap Kehidupan manusia Dalam Ajaran Agama Hindu

Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses

perkembangan secara perlahan-lahan dalam waktu yang cukup lama.

Evolusi manusia secara nyata dapat dilihat melalui baru lahir sebagai

bayi dengan berjalan merangkak, gigi ompong (tidak punya gigi),

pikiran sangat picik dan rewel. Kemudian sedikit demi sedikit

mengalami perkembangan, bertambah kuat badannya, demikian pula

pikirannya semakin meluas. Akhirnya lama-kelamaan menjadi tua,

dimana badannya mulai lemah kembali. Tingkah laku dan keadaannya

menyerupai bayi lagi, di mana sifatnya mulai rewel, giginya ompong

dan berjalanpun mulai merangkak kembali dan akhirnya mati. Proses

evolusi ini tidak dapat dihindari karena manusia tidak bisa seketika

menjadi dewasa tanpa melalui proses kelahiran sebagai bayi.

Di samping itu di antara demikian banyaknya manusia yang

lahir dan berkembang diseluruh lapisan dunia tidak ada yang sama,

bahkan semuanya berbeda baik fisik maupun wataknya (sifatnya).

Manusia sangat menghendaki adanya pemenuhan nafsu atau keinginan

Page 60: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

60

yang berbeda-beda tergantung pada saat mananya dalam tahap

kehidupan mereka berada.

Manusia dalam kehidupannya secara nyata menghadapi hari sore

ke malam hari yang setiap saat sikap manusia tetap berbeda.

Memandang kehidupan manusia mulai dari anak-anak sampai dengan

tua, ajaran agama Hindu membagi kehidupan manusia dalam 4 tahap.

Di mana masing-masing tahap menghendaki adanya sikap yang berbeda

yang serasi dengan bentuk tingkah laku pada tahap-tahap yang

bersangkutan. Keserasian perbuatan dalam tahap demi tahap kehidupan

akan terwujud jika kita sadar, bagaimana semestinya kita hidup dan

juga dalam tahap kehidupan yang mana kita berada sekarang ini.

Taki-takining sewaka guna widya,

Smara wisaya rwang puluhing wayusa,

Tengahi tuwuh san-wecana gegonta,

Patlaring atmeng tanu paguraken.

Artinya :

Seorang pelajar wajib menuntut ilmu pengetahuan dan

keutamaan, jika sudah berumur dua puluh tahun orang

harus kawin, jika sudah setengah tua berpeganglah pada

ucapan yang benar/baik, hanya tentang lepasnya nyawa kita

mesti berguru (PGAH 6 tahun Singaraja, 1983-1984 : 47).

Demikian disebutkan dalam Niti Sastra, bila kita telah

selusuri kehidupan manusia dari lahir hingga tua, jelas dapat dilihat

perbedaannya tahap demi tahap. Pada saat masih anak-anak alam

pikiran tidak mengizinkan untuk bertindak secara dewasa, demikian

pula fisik belum mencukupi, tidak lain yang mesti kita lakukan

Page 61: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

61

adalah belajar untuk mengisi/membekali diri atau mempersiapkan

diri untuk menghadapi tahap hidup berikutnya. Kemudian setelah

kita dewasa sekitar umur 20 tahun ke atas, energi sedang bergejolak

mengingini adanya penyaluran, demikian pula badan sedang kuatnya

dan kemampuan sedang memuncak. Saat ini adalah kesempatan bagi

seseorang untuk bereproduksi (kawin), melampiaskan hawa nafsu,

menjalankan tanggung jawab, memenuhi hak dan kewajiban. Setelah

lanjut usia (umur tua) kemampuan tiada lagi, lalu apa yang mau

kita lakukan. Dalam keadaan yang demikian hanyalah menunggu

kapan saatnya kita akan mati. Tiada lain yang mesti kita lakukan

adalah persiapan untuk menghadapi kematian, mengamalkan ilmu-

ilmu kerohanian dengan pergi ke hutan untuk melepaskan ikatan

keduniawian, mengadakan semadi untuk menemukan siapa

sebenarnya diri kita sendiri. Sehingga seseorang benar-benar dapat

mengetahui bagaimana tujuan hidup sebagai manusia. Kehidupan

manusia seperti ini akan mencapai kebahagiaan yang abadi.

Idam swastya yanam srestha idam pudhiwiwidhanam, idam

yasyamidam nihsrayasam param.

Artinya :

Mempelajari peraturan-peraturan hidup ini adalah jalan

terbaik untuk mendapatkan kesejahteraan hidup,

meningkatkan pengertian, menghasilkan kemasyuran dan

umur panjang dan menghantarkan pada kebahagiaan

tertinggi (G. Pudja dan Cok Rai Sudharta, 1973 : 57).

4 (empat) tahap kehidupan manusia yang dimaksud dalam uraian

ini adalah sebagaimana disebutkan dalam naskah jawa kuno kitab

Page 62: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

62

Agastya parwa yang dikutip oleh Oka Punyatmadja, dalam bukunya

berjudul sila krama dikatakan sebagai berikut :

“Catur asrama ngaranya brahmacari, grhasta,

wanaprastha, bhiksuka. Nahan tang catur asrama

ngarannya brahmacari sang sedengngangabyasa sang

sastra, mwang sang wruh ring tingkah sang hyang aksara

sang sinangguh wiyasa istyadi, yeka brahmacari ring leka.

Kunang ikang brahmacari waneh sinangguh brahmacari

caranam, paraning atma pradesa sang ksepanya. Sang yogi

swara sira brahma cari ring sastra antararing sastrajna.

Huwus pwenak tamanire ring aji kabeh ikang sakeregep

denira, grhusta ta sira mastri pwa sira, manak, madrewya

hulun, ityawawadhi, mangunaken kayika dharma yatha

sakti. Riteles nira grhasta dharma ginawayaken ira

wanaprastha ta sira, mur sakeng asrama mwang

munggwing susidesa, makadi wukir mwgawepetepan stanen

nira gumawayaken pancakarma mwang melwangi wisaya

mwang mangdesanakan dharma. Huwus pwa sira

wanaprastha, bhiksuka ta sira, mur sangkong petapanira

nisparigraha, tan pengaku petapan, tan pengaku nisya, tan

pengaku pengewruh, pada ya tininggalaken ira.

Artinya :

Yang bernama catur asrama adalah brahmacari, grhasta,

Wanaprasta, bhiksuka. Demikianlah yang bernama catur

asrama. Brahmacari namanya orang yang sedang mengejar

(mempelajari dengan cermat) ilmu pengetahuan (sastra) dan

mengetahui perihal ilmu huruf (aksara), yang demikian

pekerjaannya bernama brahmacari. Adapun yang dianggap

brahmacari dalam masyarakat ialah orang yang tidak terikat

nafsu duniawi, sebagai beristri dan sebagainya. Adapun

brahmacari selain itu disebut brahmacari caranam di dalam

pengertian ilmu sastrajna. Setelah puas dimasukkannya

pengetahuan semua yang dikehendaki beliau, menjadi

grhastalah beliau, neristrilah beliau, beranak, mempunyai

budak atau sebagainya, memupuk kewajiban yang

berhubungan dengan diri sendiri (kayika dharma) dengan

kekuatan yang ada padanya. Setelah melakukan dharma

grhasta, menjadi vanaprastalah beliau, pergi dari desa dan

menetap di tempat yang bersih dan suci terutama di gunung

mendirikan pertapaan sebagai suatu tempat melakukan

panca karma dan mengurangi nafsu duniawi serta

mengajarkan ajaran kerohanian. Setelah beliau

Page 63: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

63

wanaprastha, bhiksukalah beliau pergi dari pertapaannay

tidak terikat, tidak mengaku memiliki pertapaan, tidak

merasa mempunyai murid, tidak merasa berpengetahuan,

semua itu ditinggalkan beliau ( Oka Punyatmadja, 1983-

1984 : 10-11).

Berdasarkan atas isi Agastya Parwa tentang catur asrama yaitu 4

tahap kehidupan manusia berdasarkan petunjuk adanya sikap yang

berbeda, kerohanian jelas bagi kita bahwa tahap menghendaki

adanya sikap yang berbeda.

Tahap pertamadalam kehidupan manusia adalah brahmacari

asrama (hidup sebagai seorang pelajar). Tahap ini biasanya dimulai

dengan upacara inisiasi (upanayana) yakni suatu upacara pentasbihan

sah sebagai seorang pengajar yang akan menuntut ilmu kerohanian.

Tanggung jawab utama dalam tahap ini adalah belajar. Pada saat ini

adalah saat ketergantungan yang menyenangkan. Pengabdian

terbesar yang dapat dilakukan sebagai suatu kewajibannya seorang

brahmacari adalah menerima dan menyimpan hal-hal untuk masa

yang akan datang, yaitu pada saat banyak yang akan diharapkan dari

dirinya. Hal-hal yang dipelajari adalah berbagai ilmu pengetahuan

tentang kenyataan, adat istiadat atau kebiasaan-kebiasaan, peraturan-

peraturan tingkah laku dan lain sebagainya yang sangat berguna bagi

kehidupan di dalam masa-masa yang akan datang. Seseorang yang

berada dalam tahap brahmacari asrama juga diatur dalam kitab

menawa dharmasastra yang wajib dihayati dan diamalkan oleh

seorang brahmacari.

Page 64: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

64

Asmin dharmo khilenoktoguna dosan cakarmanam, catur na

mapi warnanem scarascarwa saswatam.

Artinya :

Dalam hal ini hukum-hukum sudah dicantumkan

seluruhnya, demikian juga baik atau buruknya tingkah laku

manusia dan peraturan-peratura tingkah laku dari masa lalu

yang harus diikuti oleh semua keempat golongan dalam

masyarakat (G. Pudja dan Tjok Rai Sudharta, 1973 : 58).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas jelas disebutkan bahwa

baik buruk perilaku manusia yang dimaksud adalah baik buruk akibat

yang ditimbulkan oleh perbuatan manusia, mulai masa brahmacari

wajib menghayati dan mengamalkan ajaran ini. Perbuatan dianjurkan

atau diwajibkan adalah perbuatan yang akibatnya baik, baik diri

sendiri maupun bagi orang lain. Sedangkan perbuatan yang dilarang

adalah perbuatan yang berakibat tidak baik, baik bagi pelakunya

maupun bagi orang lain.

Dengan kebiasaan dari semasih dalam tahap brahmacari

asrama senantiasa berbuat mengikuti ketentuan-ketentuan/ peraturan-

peraturan yang dianjurkan dalam ajaran agama Hindu yaitu cara

Hidup yang benar akan mencapai keadaan yang absolut. Dalam kitab

Manawa Dharmasastra disebutkan sebagai berikut :

Tasu samyag wartamano gacatya maralakatam. Yatha,

samkalpitamccena sarwam kamansama snute.

Artinya :

Ia yang tekun melakukan tugas-tugas yang telah ditentukan

ini cara-cara yang benar dengan mencapai keadaan yang

abadi walaupun dalam hidup ini sekalipun, terpenuhilah

Page 65: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

65

segala keinginan-keinginan, yang mungkin diidam-

idamkannya (G. Pudja dan Tjok Rai Sudharta, 1973 : 63).

Diharapkan pelajar-pelajar yang terdidik dalam tahap

brahmacari asrama harus mempunyai bekal sedemikian rupa sehingga

dapat membangun kehidupan yang baik dan efektif seperti halnya

seorang pembuat kramik mampu menghasilkan tempayan yang

bermutu tinggi.

Tahap kedua dalam kehidupan manusia adalah grhasta

asrama yang dimulai dengan upacara perkawinan sah sebagai

pasangan suami istri. Tahap ini lebih dikenal dengan masa berumah

tangga. Saat ini adalah saat tengah hari dalam kehidupan, dimana

hidupnya ditentukan oleh kekuatan jasmani yang sedang memuncak.

Secara alamiah kepentingan serta energi diarahkan keluar. Setiap

orang selalu mengusahakan dirinya untuk memenuhi kecenderungan-

kecenderungan yang bersifat dominan. Kecenderungan-kecenderungan

itu berupa kesenangan, keberhasilan dan kewajiban. Dalam tahap

grhasta asrama merupakan kesempatan untuk mengejar harta dan

memenuhi kama yang tetap dilandasi oleh dharma. Tetapi di dalam

usaha pemenuhannya jangan sampai terombang-ambing oleh isi

duniawi. Dalam hal ini kesenangan dipenuhi melalui keluarga,

keberhasilan dipenuhi melalui keluarga serta kewajiban dipenuhi

melalui tanggung jawab sebagai kepala keluarga.

Tahap ketiga dalam kehidupan manusia adalah wanaprastha

asrama, merupakan kesempatan bagi orang bersangkutan untuk

Page 66: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

66

memperdalam ajaran-ajaran kerohanian. Pada tahap ini umur sudah

tua dan semestinya sudah mengundurkan diri dari kewajiban sosial

yang selama ini dipikulnya. Sekarang saatnya ada pergantian, agar

supaya kehidupan ini jangan sampai berakhir sebelum makna hidup

dapat dipahami.

Grhasthatu yada pasyedwali pali tamatmanah,

apatyasyaiwa capatyam tadaranyam samasrayet.

Artinya :

Kalau seorang kepala keluarga sudah melihat kulitnya

mulai keriput dan rambutnya sudah mulai putih dan sudah

pula melihat adanya cucu (putra-putra dari putra-putranya),

pada waktu itulah ia boleh hidup dalam hutan (G. Pudja dan

Tjok Rai Sudharta, 1973 : 329).

Seseorang yang telah berada dalam tingkat hidup seperti ini

sangat sedikit sekali waktu untuk membaca, berfikir, untuk

merenungkan makna hidup ini dengan tenang. Bagi mereka yang telah

sampai pada tingkat ini, akan membawa kepuasan tersendiri yang

merupakan saatnya bagi seseorang yang bersangkutan untuk memulai

saatnya bagi umur dewasa yang sesungguhnya, untuk mengetahui

siapa sebenarnya dirinya dan apakan sebenarnya hidup ini yang

sesungguhnya. Apakah rahasia yang dikandung dalam hidup ini? Apa

yang tersembunyi di balik dunia yang selama ini menata dan

menjiwainya dalam kehidupan, apakah tujuan akan dicapai dalam

kehidupan selanjutnya. Dibalik hamparan hidup kebiasaan sehari -hari

yang telah dikenal baik dan membosankan itu, menjulang tinggilah

rahasia-rahasia sebagai suatu tantangan yang menggugah rasa ingin

Page 67: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

67

tahu dan mengingat perasaan manusia. Tanggung jawab yang mereka

pikul hanyalah terhadap dirinya sendiri saja. Usaha-usaha, keluarga,

kehidupan-kehidupan duniawi seperti keindahan masa muda serta

harapan-harapannya dan keberhasilan hidup sewaktu dewasa sekarang

telah ditinggalkannya yang belum mereka capai kini ialah keabadian.

Itulah saatnya menerapkan fildafat pada dirinya yaitu saat untuk

mengatasi indriya untuk mencari dan menetap disuatu tempat yang

menyatu dengan kenyataan abadi. Dalam kitab Manawa Dharmasastra

disebutkan sebagai berikut :

Asrama dasramam huta homo jittendriyah, bhiksabaipari

srantah prawajan pretya wardhate.

Artinya :

Ia telah melampaui tingkat hidup yang telah ditentukan,

setelah menghaturkan upacara korban suci dan

mengendalikan panca indera, telah pula jemu memberikan

sedekah-sedekah dan pemberian-pemberian makanan,

pertapa pengembara itu mendapat kebahagiaan abadi

setelah meninggal (G. Pudja dan Tjok Rai Sudharta, 1973 :

338).

Demikian sebagai seorang wanaprastin adalah sebagai usaha

menyelesaikan untuk menyelesaikan segala tanggung jawab dalam

kehidupan termasuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dengan

mengekang segala hawa nafsu, membebaskan diri dari ikatan

duniawi. Dengan menyelesaikan tanggung jawab spiritual yaitu

melaksanakan kurban suci merupakan pelaksanaan terhadap

tanggung jawab membayar tiga hutang (dewa rna, rai rna, pitra rna)

yang mengikat kita selama dalam kehidupan. Dalam kehidupan ini

Page 68: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

68

segala tanggung jawab baik material maupun spiritual harus selesai

dilakukan, guna mempercepat mendapatkan kesempurnaan hidup

yaitu berdisiplin diri dalam pengembaraan hidup rohani. Sehingga

jiwa betul-betul dapat terbebaskan dari segala bentuk ikatan.

Tahap keempat dalam kehidupan manusia adalah bhiksuka

asrama atau sannyasa asrama, yaitu tahap terakhir dalam kehidupan

manusia, di mana tujuan hidup itu benar-benar dapat tercapai.

Seorang yang telah berada dalam tingkat kehidupan sannyama ini

tidak ada suatu tempat tetap baginya.

Asakta buddhin sarwatra jitatmawi gatasprhah,

naiskarmyssiddhim paramam samyasena dhigacchati.

Artinya :

Orang yang pengertiannya tak terikat, dimana saja

menguasai hatinya dan melepaskan keinginannya, dengan

sannyasa ia mencapai tempat yang tertinggi (G. Pudja, 1982

: 401).

Seorang yang berada dalam tingkat hidup sannyasa ini

bebas untuk kembali ke masyarakat, karena bagi mereka ruang serta

waktu dalam kehidupan tidak lagi berpengaruh atas dirinya. Mereka

selalu mengajarkan ajaran-ajaran kerohanian kepada siapapun yang

patut menerimanya dengan tidak mengharapkan hasil. Hanya satu

yang diharapkan adalah menginginkan kebahagiaan akan kebebasan

akhir.

Page 69: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

69

Adhyatmaratirasino nirapekso niremisah, atmanaiwa

sahayena sukharthi wicarediha.

Artinya :

Bergembiralah dalam pembinaan mengenai ketahanan

duduk dalam sikap sesuai dengan ajaran yoga tanpa bantuan

luar, berhenti sama sekali dari kesenangan nafsu hanya

dirinya sendiri sebagai kawan, ia harus di dunia ini

menginginkan kebebasan akhir (G. Pudja dan Tjok Rai

Sudharta, 1973 : 342).

Kehidupan manusia yang demikian jiwanya

(rohaninya) betul-betul bebas, tidak lagi dibatasi oleh badannya atau

jasmaninya. Sebab rohaninya telah dapat mengatasi segala tuntutan

jasmaninya dan jasmaninya telah merohani.

Page 70: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

70

BAB IV

MAKNA KEHIDUPAN MANUSIA DALAM AJARAN

AGAMA HINDU

4.1. Arti Hidup Manusia Menurut Ajaran Agama Hindu

Seperti telah diuraikan dalam uraian di atas bahwa hidup

sebagai manusia sudah merupakan suatu phala, sehingga hidup

dikatakan mengalami samsara. Telah dijelaskan pula bahwa hidup

sebagai manusia adalah bukan jaminan untuk tidak menderita,

namun hidup ini adalah sebaliknya, karena hidup sangat

dipengaruhi oleh tempat, waktu dan keadaan, maka dalam

kehidupannya manusia boleh jadi melakukan sesuatu yang salah

yang tak semestinya/seharusnya dilakukan, yang semuanya telah

terjadi dimasa lalunya, sehingga menimbulkan rasa takut. Demikian

pula manusia takut akan apa yang mungkin akan terjadi di masa

yang akan datang seperti kehilangan pekerjaan, sakit, umur tua,

kekurangan makanan dan lain lain-lain, semuanya akan mungkin

terjadi. Semua pikiran yang tersusun sebagai hari kemarin, sekarang

dan esok melahirkan rasa takut (Krisna Murti, 1976 : 18). Dalam

kehidupan pikiran manusia, melahirkan rasa takut, demikian pula

pikiran tak mungkin mengakhirinya. Maka itu kita harus mengerti

sifat dan susunan pikiran. Memandang sifat alam pikiran manusia

yang demikian maka hidup dalam dunia ini adalah penuh dengan

Page 71: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

71

segala derita, tenggelam dalam derita suka dukha dan kekerasan

yang tiada henti-hentinya (wawancara, 26 April 2011)

Walaupun demikian susahnya sebagai manusia, namun bagi

umat Hindu kesempatan lahir sebagai manusia adalah paling mulia,

kendatipun arta dan kama paling besar pengaruhnya atas kehidupan

manusia, akan etapi dengan kesadaran yang demikian umat manusia

belum berputusan. Hal ini disebabkan oleh karena kesucian pada

dirinya yaitu budi luhur? dharma yang ada padanya akan membimbing

dan menuntun serta mengarahkan kehidupannya ke jalan yang benar.

Seperti petunjuk dalam kitab Sarasamuçcaya menyebutkan :

Kunang deyanta, haya ya prawerti, kapuhara dening

kayawak, manah nda tan panukhe ya ri kita magawe

duhkapuhara badogra, yatika tan ulabakenanta ring lan

haywa tan harimbawa ika gatinta mangkana, yatika

sangksepaning dharma ngaranya, nyata kada melaning

dharma yan mangkana, lilantat gawayakana ya.

Artinya :

Adapun yang harus engkau perhatikan, adalah hal yang

ditimbulkan oleh perbuatan, perkataan dan pikiran tidak

menyenangkan dirimu sendiri, malahan menimbulkan

kesusahan yang menimbulkan sakit hati, yang demikian, itu

janganlah engkau lakukan kepada orang lain, jangan

demikian itu singkatnya itulah dharma namanya, penyimpangan dalam melaksanakan dharma yang demikian

hendaknya jangan engkau lakukan (G.Pudja, 1979 : 28).

Dalam kehidupan manusia tiga hal yang menyebabkan kesulitan atau

penderitaan dalam hidup adalah pikiran perbuatan, perkataan, dan

perbuatan. Dalam pengajaran dharma hendaknya tiga hal tersebut

mendapat perhatian.

Page 72: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

72

Dalam pengalam hidup sehari-hari pikiran adalah memegang

peranan penting dalam kehidupan karena, segala tindak dan langkah

manusia adalah berpusat pada pikiran. Pikiran sangat menentukan baik

buruk tindak tanduk seseorang dalam perbuatannya. Buruk-buruk

pikiran seseorang merupakan dosa dari tingkah laku pikiran. Seperti

disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra demikian :

Paradrawyeswabhidyanam manasanista cintanam, witatha

bhiniwecasca triwidham karma manasam.

Artinya :

Bernafsu akan milik orang lain, berpikir akan diri seseorang

apa yang tak diinginkan dan mengikuti ajaran yang salah merupakan tiga macam dosa dari tingkah laku pikiran (G.

Pudja dan Tjok Rai Sudharta, 1973 : 719).

Tiga dosa yang ditimbulkan oleh pikiran manusia, dalam tindakan

selanjutnya akan menimbulkan dosa pada perkataan dan tindak tanduk

perbuatan. Dari pikiran akan dapat mewujudkan sikap yang sesuai,

seperti : Seorang yang pikirannya sedih akan terwujud dalam sikap

dan tindakan, yaitu badannya gemetar, matanya keluar air mata.

Demikian pula dalam perbuatan-perbuatan yang lainnya, seseorang

yang disebut bijak bila seseorang dapat mengendalikan tiga macam

dosa dari tingkah laku pemikiran tersebut.

Sebagai akibat dari tingkah laku pikiran terwujud kata-kata/

pembicaraan. Dalam pergaulan umat manusia pengendalian terhadap

kata-kata yang dapat mengurangi kebahagiaan orang lain perlu

diperhatikan.

Page 73: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

73

Wasita nimittanta manemu laksmi

Wasita nimittanta pati kepangguh

Wasita nimittanta manemu duhkha

Wasita nimittanta manemu mitra.

Artinya :

Oleh perkataan engkau akan mendapat kebahagiaan,

Oleh perkataan engkau akan mendapat kesusahan,

Oleh perkataan engkau akan mendapat kesusahan,

Oleh perkataan engkau akan mendapat sahabat

(PGAHN 6 Tahun Singaraja, 1983-1984 : 37).

Oleh perkataan yang kurang baik di samping menyebabkan

penderitaan-penderitaan bagi orang lain juga terhadap diri sendiri

sama halnya. Baik buruknya perkataan adalah merupakan wujud dari

baik buruknya pikiran. Dalam ajaran Hindu disajikan adanya 4 macam

dosa dari perkataan yang tidak baik, secara garis besarnya.

Parusamartam caiwa paisunyamcapi sarwasah, asambadha

pralapasca wangsayam syaccatur widham.

Artinya :

Mencemooh, berbohong, mengurangi kebajikan orang lsin dan

berkata-kata yang kosong adalah merupakan 4 macam

keburukkan dari tingkah laku perkataan (G. Pudja dan Tjok. Ra

Sudharta, 1973:719).

Di samping itu akibat dari pikiran juga terwujud dalam

bentuk perbuatan (gerak-gerik) dari setiap langkah kehidupan. Demi

keamanan, ketertiban, ketentraman serta tercapainya tujuan dalam

kehidupan yaitu kesempurnaan hidup, perlu diperhatikan baik buruk

perbuatan manusia yang sangat menentukan baik dan buruk

kehidupannya di masa yang akan datang. Ada 3 macam perbuatan

Page 74: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

74

dosa (keburukan) yang secara garis besarnya dari perbuatan

manusia itu perlu diperhatikan.

Adattanampadanam himsacaiwa widhanatahpara

daropasewa sacariram triwidham smrtam.

Artinya :

Mengambil apa yang belum diberikan, melukai makhluk tanpa

perintah hukum agama dan melakukan zina dengan istri orang

lain, dinyatakan sebagai 3 macam kejahatan dari tingkah laku

badan (G. Pudja dan Tjok. Rai Sudharta, 1973:720).

Apabila terjadi keselarasan, keserasian serta keharmonisan tiga wujud

perbuatan melalui pikiran, perkataan dan tingkah laku maka

sempurnalah kehidupan manusia di dunia ini terwujudlah

keseimbangan lahir bathin. Demikian pula sebaliknya bila ketiganya

tidak seimbang maka yang salah bisa menjadi besar yang benar akan

menjadi salah.

Usaha pengendalian diri agar tidak melakukan perbuatan yang

dilarang oleh ajaran agama, bukan berarti bahwa manusia dalam

hidupnya lebih baik tidak berbuat (diam saja) biar tidak terjadi

kesalahan/dosa. Dalam hal ini perlu disadari untuk dapat

meningkatkan kwalitas hidupnya manusia perlu bekerja. Seperti

disebutkan dalam kitab Bhagawad Gita sebagai berikut :

Na karaanam annarambhan na iskanyam puruso‟ anute, no ca

samnya Ganed ewa siddhim sasadhi gacehati.

Artinya :

Tanpa kerja orang-orang tak akan mencapai kebebasan pun

juga ia tak akan mencapai kesempurnaan, karena

menghindari kegiatan kerja (G.Pudja, 1982 : 73).

Page 75: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

75

Jelasnya dapat dikatakan bahwa manusia dalam hidup dan

kehidupannya adalah kerja. Agama selalu menganjurkan umat

manusia agar bekerja untuk mengisi hidup ini.

Niyatam kuru karma twam karma jyayo by akarmanah,

serirayatra pi ca te na prasidhyad akawmanah .

Artinya :

Bekerjalah seperti yang telah ditentukan sebab berbuat lebih

baik dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tidak

akan berhasil terpelihara tanpa berkarya (G.Pudja,1982 : 75).

Hidup ini baru akan bermakna bila manusia mau bekrja sesuai

dengan yang telah ditentukan, sebab tanpa bekerja hidup tak akan

dapat berlangsung. Berdasarkan kutipan Bhagawad Gita tersebut di

atas, setiap kehidupan manusia tidak akan putus-putusnya

menikmati hasilnya yaitu karma phala. Jadi hukum karma itu tidak

akan dapat diingkari/dihindari oleh setiap manusia, karena manusia

yang hidup pasti akan berbuat serta melakukan macam-macam

karma yang sudah tentu ada pahalanya yang akan menentukan

nasibnya yang baik masa hidup sekarang, masa hidup yang akan

datang walaupun hidup di akhirat nanti, yang nantinya merupakan

purwa karma dari kehidupan manusia selanjutnya.

Apang ikang loka, karma pinaka kelilirannya, kalinganya,

subhasubhakarmaphala juga tinemunya, niyata masambandha lawan lawan subhasubhakarma ta pwa ya,

sangksepanya, inatagning purwakarnya, ikang loka

ngarannya, paramarthanya, kinawasakeing purwakarma kita

kabeh.

Page 76: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

76

Artinya :

Sebab dunia itu, karma diumpamakan merupakan warisannya, artinya, baik buruk karmaphala yang

didapatnya, tergantung pada baik buruk perbuatan orang-

orang iu : singkatnya ditentukan oleh perbuatannya terdahulu

orang-orang di dunia ini, artinya, kita semua dikuasai oleh

purwakarma.

Tatham angga kabhuktya ikang purwakarma, sakalwiring

phalanika, denikang makakarma ya, mwang tan kemuran dumunung ikrikang karta nguni, kadi-kadi kramanikang

anakning lembu, tan kemuran umet kawitannya, yadyad

matusatusa ikang lembu sedengnya amisusu pamoranikang

rawwitnya, menget juga ya tan kemurani rawwitnya.

Artinya :

Mau tak mau perbuatan dulu itu akan dikecap hasilnya semua oleh yang berbuat; lagi pula buah perbuatan itu tidak

keliru perginya menuju kepada yang berbuat dulu, sebagai

halnya anak lembu tidak akan keliru mencari induknya,

walaupun beratus-ratus lembu yang sedang menyusui

bercampur dengan anak lembu itu ingat saja, tidak keliru

mendapatkan induknya (G.Pudja, 1979:195-196).

Oleh karena itu hukum karma, itu tidak dapat dihindari oleh

manusia, maka tugas kehidupan manusia dalam hidup ini adalah

tugas untuk berbuat baik, dengan bekerja tanpa mengharapkan hasil.

Sebab hasil atau akibat dari pada kerja itu dalam hidupnya tidak

boleh tidak pasti akan datang dengan sendirinya dan akan dapat

dinikmati oleh orang yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan

hukum karma tersebut. Baik buruk hasil karma yang akan

dinikmatinya tergantung pada baik buruknya perbuatan pada saat

sekarang.

Page 77: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

77

Karmany ewa dikaraste ma phalesu kadasana, ma

karmaphala hetur bhurma te sango stwa akarmani.

Artinya :

Hanya berbuat untuk kewajibanmu, tidak hasil perbuatan itu

(yang kau pikirkan), jangan sekali-kali pahala jadi motipmu

dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri (G. Pudja,

1982 : 56).

Dalam kehidupan manusia yang diliputi oleh

kegelapan/awidya, hal ini dapat menimbulkan suatu pandangan

yang negatif, sehingga menjadi menyerah saja kepada nasib dan

apatis atau pasip. Hukum Karmapala ini tidaklah demikian adanya,

melainkan memberikan dorongan sriritual yang konkrit dan positip

kepada kehidupan umat manusia untuk berbuat baik dalam

mengatasi segala macam penderitaan lahir maupun bathin. Bagi

mereka yang telah meyakini dan menyadari akan kebenaran hukum

karma, kendatipun hidupnya menderita di dunia ini maka iapun

tidak akan menyesal, karena hal itu dianggapnya telah merupakan

sancita karmanya sendiri. Kesadaran manusia yang demikian

menyebabkan ia tak sudi lagi berbuat jaha, dalam menanggulangi

penderitaan hidup yang sedang dialaminya. Seperti apa yang

disebutkan dalam kitab Sarasamuçaya tentang akibat dari perbuatan

manusia yaitu :

Ikang akelit ring para drwya nguni ring purwa janma,

daridra janma nika ring dlaha ikang nguni pinatyan ika dlaha, sangksepanya salwirning karma wija inipuk nguni ya

ika kabhukti, phalanya dlaha.

Page 78: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

78

Artinya :

Yang menyerobot milik orang lain pada masa hidupnya terdahulu dilahirkan menjadi orang miskin dikemudian hari,

yang membunuh dalam hidupnya dulu akan dibunuh dalam

hidupnya kemudian; singkatnya semua benih perbuatan yang

ditaburkan dan dibiarkan pada masa hidup yang lalu,

buahnya yang itulah dinikmati kelak kemudian hari

(G.Pudja, 1979 : 199).

Justru karena itu, maka iapun akan lebih bergiat lagi

berusaha untuk melakukan karma yang baik, demi kebaikan dari

pada prarabda karma dan kryamana karma nanti (kelak). Dengan

keyakinan dan kesadarannya merekapun yakin bahwa hidup ini

adalah merupakan suatu kesempatan baginya untuk melakukan

karma yang baik dan suci (subhakarma). Hanya dengan perbuatan

subhakarma orang akan dapat membebaskan dirinya dari

penderitaan lahir bathin. Jadi hukum karma itu tidak akan

memberikan efek yang negatif dan juga tidak membawa akibat

patalitas terhadap umat manusia, melainkan akan membentuk

manusia susila yang bermoral tinggi.

Bekerja dengan tidak mengikatkan diri pada hasil, bukan

berarti kerja itu sia-sia. Akan tetapi karya itu akan besar sekali

faedahnya bagi kehidupan, di samping untuk kebahagiaan umat

manusia juga demi terpeliharanya dunia beserta isinya. Dalam

kehidupan manusia kerjalah merupakan wujud dari pada baik

Page 79: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

79

buruknya perbuatan kemanusiaan. Melakukan kerja dengan tidak

mengikatkan diri pada hasil akan dapat mencapai tujuan tertinggi.

Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asektohy

asaram karma param apnoti purusah.

Artinya :

Oleh karena itu laksanakanlah kerja sebagai kewajiban tanpa

terikat (pada akibatnya), sebab kerja yang bebas dari

keterikatan bila melakukan pekerjaan itu orang akan mencapai tujuan tertinggi (G. Pudja, 1982 : 82).

Kerja yang dilakukan tanpa mengikatkan diri pada hasilnya adalah

merupakan kewajiban bagi setiap umat manusia dalam hidup dan

kehidupannya, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.

Jadi kerja yang dilakukan di dunia adalah untuk kebahagiaan abadi

dengan senantiasa menjaga dan memelihara diri agar tidak terperosok

ke lembah dosa. Bebas dari napsu, angkara murka dan egois, setiap

orang harus memperjuangkan kebahagiaannya demi keselamatan

dirinya dan sesama manusia (Adia Wiratmadja, 1987:12).

Mengingat hidup dan kehidupan manusia adalah merupakan

ciptaan dan kehendak Tuhan, maka dalam kehidupannya manusia

agar terbebas dari segala kerja dan mencapai kebahagiaan tertinggi,

manusia harus senantiasa berbakti dan melaksanakan perintah-

perintah Tuhan yang tercantum dalam kitab-kitab suci agama. Seperti

petunjuk yang disebutkan dalam kitab Bhagawad Gita yaitu :

Mayi sarwani karmani samnyasya „ dhyatmacetasa, nirasir

nirmano bhutwa yudhyaswa wigatajwarah.

Page 80: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

80

Artinya :

Tujukan semua kerjamu iu kepada-Ku, dengan pikiran terpusat pada Parama Atman, bebas dari nafsu keinginan dan

keakuan, berperanglah, dan enyahlah rasa gentarmu itu

(G.Pudja, 1982:88).

Sebagaimana hidup ini selalu diliputi oleh ketakutan yang lahir dari

pikiran manusia sendiri serta disebabkan oleh ulah perbuatannya,

maka pada kutipan diatas dianjurkan agar rasa takut yang selalu

menghalang-halangi perjalanan hidup, harus kita lawan dan kita

enyahkan dari hidup ini. Usaha untuk memerangi ketakutan dalam

hidup adalah membuka jalan untuk mencapai kesempurnaan. Salah

satu usaha dalam penyempurnaan hidup adalah melepaskan nafsu,

menghilangkan rasa takut dan benci serta menyucikan diri dengan

ilmu pengetahuan. Seperti disebutkan dalam kitab Manawa

dharmasastra sebagai berikut :

Adbhirgatrani saudhyanti manah satyena suddhyati,

widyatapobhyam bhuratma buddhir jnanena suddhyati.

Artinya :

Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan

pelajaran suci dan tapa brata, kecerdasan dengan pengetahuan benar (Pudja dan Tjok Rai Sudharta, 1973:313).

Demikian juga dalam kitab Bhagawad Gita disebutkan sifat -sifat yang

telah mencapai sifat kemuliaan Tuhan

Wita raga bhaya krodha mentata upasritah, bahwa jnana tapasa puta madbhawam agatah.

Page 81: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

81

Artinya :

Terlepas dari hawa napsu, takut dan benci selain

memikirkanku dan berlindung padaku banyak menjadi suci disucikan oleh pengetahuan, telah mencapai sifatku (G.

Pudja. 1982 : 103).

Demikian besarnya goncangan lautan kehidupan,

kebahagiaan serta penderitaan yang sangat mengerikan adalah

merupakan purwa karma dari kehidupan sebelumnya. Dalam

kehidupan yang sedang dialami, manusia dalam kehidupannya

dituntut untuk berbuat sebaliknya. Ia harus berusaha dengan sebatas

kemampuan sendiri mengusahakan dirinya agar terbatas dari

belenggu karma.

Jneyah sa nityasamnyasi yo na dwesti na kanksati,

nirdwandwa hi maha baho sukham bandhat pramucyate.

Artinya :

Ketahuilah ia yang disebut samnyasi selalu adalah dia yang tidak membenci dan tidak napsu berkeinginan bebas dari

dualisme, oh maha Bahu dengan mudah ia terlepas dari

belenggu karma (G.Pudja, 1982 : 124).

Bagi mereka yang dalam hidupnya banyak memikul dosa, tak henti -

hentinya ia mengalami penderitaan hidup, baik disebabkan oleh

purwa karma maupun prarabda karma, tetapi dalam hidupnya ia dapat

menghentikan perbuatan dosa serta selalu berbuat dharma

berlandaskan ajaran agama maka ia dapat menyeberangi lautan dosa.

Api ced asi pepebhyak sarwebhyah papakrittawah, sarwan juanaplawenai‟wa wijinan semterisyani.

Page 82: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

82

Artinya :

Walaupun seandainya engkau paling berdosa di antara

mahluk yang memikul dosa dengan perahu ilmu pengetahuan, lautan dosa engkau akan sebrangi (G. Pudja,

1982:117).

Dikatakan demikian karena hidup sebagai manusia adalah diliputi

oleh awidya (dalam ketidak-tahuan). Tindakan manusia yang masih

diliputi oleh awidya akan selalu menimbulkan dosa. Dengan

bersenjatakan pengetahuan seseorang dapat memerangi awidya,

sehingga dalam gerak dan langkah kehidupannya selalu dilandaskan

atas dasar dharma dan menyakini bahwa dharma adalah sebagai

hakekat dasar kehidupan manusia sehingga dapat terbebas dari dosa

4.2. Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu

Paramarthnya pengpenge tapwa ka tenwaniking si dadi

wwang durlabha wiya ta, saksat handaning mara ring swarga ika sanimittaning tan tiba suwahta pwa damala

kana).

Artinya :

Tujuan terpenting, pergunakanlah sebaik-baiknya

kesempatan lahir menjadi manusia ini, sungguh sulit untuk

diperolehnya, laksana tangga menuju ke sorga, segala yang

menyebabkan tidak akan lagi, itu hendaknya dipegang (G.

Pudja, 1979 : 12).

Hidup dianggap sebagai suatu sarana atau sebagai suatu

jembatan emas untuk mencapai suatu keberhasilan seorang sampai pada

tujuan. Pemanfaatan terhadap jembatan ini tergantung pada hasil

Page 83: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

83

perbuatannya. Jembatan akan bisa kuat bila dasarnya kuat (perbuatan

baik).

Dalam agama Hindu tujuan hidup manusia adalah selaras

dengan tujuan agama. Tujuan hidup manusia itulah yang merupakan

tujuan agama sebab, tujuan agama akan dapat tercapai hanya jika

tercapainya tujuan hidup manusia sempurna lahir bathin sesuai dengan

yang telah ditetapkan atau digariskan oleh ajaran agama. Hakekatnya

tujuan hidup manusia pada dasarnya disebut Purusartha. Purusa berarti

manusia, sedangkan artha berarti tujuan, makna hidup serta benda

ataupun politik. Dalam uraian ini artha yang dimaksud adalah tujuan

atau makna hidupnya. Tujuan atau makna hidup manusia yang dimaksud

adalah dharma, artha, kama dan moksa. Tiga bagian yang pertama itu

merupakan tujuan/makna hidup yang paling hakiki di dalam masyarakat

dan merupakan hakekat yang paling mendasar dan dominan dalam

masyarakat. Adapun moksa bagian terakhir dari purusartha hakekat

spiritual dan merupakan sumsum bonum dalam kehidupan manusia

(Pudja, 1979 : 289).

Hubungan dharma, artha dan moksa dalam perjalanan hidup

manusia adalah erat sekali bagaikan karma dengan pahala. Dharma

adalah sebagai dasar hidup, yang melandasi kehidupan manusia untuk

dapat mencapai tujuan. Arta dan kama adalah sebagai sarana

keberhasilan dalam hidup untuk sampai pada tujuan hidup. Adapun

moksa adalah merupakan tujuan akhir dalam kehidupan, yang dalam

Page 84: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

84

usahanya pencapaiannya didasarkan atas dharma, artha, kama. Manusia

yang lahir sebagai ciptaan Tuhan yang termulia dan tertinggi derajat dan

martabatnya diantara yang serba ada di dunia ini. Sebagai disebutkan

dalam ktab Manawa Dharmasastra sebagai berikut :

Bhutanam paninah srstah, praninam buddhi jiwinah,

buddhimatsu narah srata naresu brahmanah amertah.

Artinya :

Di antara seluruh ciptaan Tuhan, yang bagus atau tertinggi

adalah yang hidup dengan pikiran, di antara yang punya pikiran,

manusialah yang paling tinggi, di antara manusi, brahmanalah

yang tertinggi (G.Pudja dan Tjok Rai Sdharta, 1973: 54).

Manusia sebagai makhluk hidup yang termulia diantara

banyak makhluk ciptaan Tuhan, disebabkan karenan manusia

memiliki keistimewaan yang tidak dapat disamakan dengan makhluk

lainnya.

1. Lahir sebagai manusia, akan dapat mningkatkan taraf

hidupnya demi tercapainya tujuan hidupnya.\

2. Dengan lahir sebagai manusia dirasanya meragakan

suatu kesempatan terbaik untuk dapat memperbaiki

kerasnya agar dapat terbebas dari belenggu karma.

3. Kedua hal ini tersebut disebabkan karenan manusia

adalah makhluk yang mampu berfikir, sehingga dapat

membedaknnya mana yang baik dan mana yang buruk.

Dengan keistimewaan yang tedapat pada manusia, maka kita

yajin bahwa dengan didasarkan atas dharma, artha dan kama pasti

Page 85: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

85

akan dapat dicapai sebagai sarana untuk sampai pada tujuan yaitu

moksa. Demikian secara umum hubungan purusa artha dalam setiap

gerak kehisupan manusia.

Yan paramarthanya, yan artha kama sadyan, dharma juga

lakasakena rumuhun, niyata katemwining arthakama mene

dening sakeng dharma.

Artinya :

Kalau tujuan terpenting, bila artha dan kama hendsak dituntut,

dharma jugalah hendaknya dilalakukan terlebih dahulu, niat

untuk mencapai artha dan kama pasti akan tercapai nantinya.

Tidak ada artinya artha dan kama itu bila diperloleh

menyimpang dari kebenenaran (G.Pudja 1970 : 15).

1. Dharma.

Tubuh manusia sangat berperan dalam mengusahakan purusa

artha. Tanpa suatu alat tubuh, Purusa artha (tujuan hidup manusia)

tak akan tercapai. Dalam setiap gerak dan langkah tubuh, hendaknya

dilandaskan atas dasar dharma. Sekalipun artha dan kamu dapat

terpenuhi namun dalam usaha mencapainya menyimpang dari

pelaksanaan dharma, itu tidak ada artinya. Adapun mereka yang tidak

melaksanakan dharma sebagai landasan dasar dalam hidupnya adalah

sebagai obatnya neraka loka, sehingga orang yang jauh, tiada

gunanya kehidupan yang demikian, itu hanya sekedar hidup tanpa

menyimak arti dan tujuannya.

Hana pwa wwang tan gawayakenikang subbakarma, tambaning

neraka loka kanken lara, pejab pwa ya wong alalara mara ring

Page 86: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

86

desa katunan tambha ta ngaranikan, rupaning tan katemu ikang

wnak kolaha lanya.

Artinya :

Ada juga orang tidak melakkan mengenai perbuatan baik, itu

obatnya neraka loka dianggap sebagai penyakit apa bila

meninggal dunia, orang sakit, yang pergi ke tempat di mana

tidak ada obatnya (karena) kenyataannya tidak mendapatkan

kesenangan dalam segala perbuatannya (G.Pudja, 1979 : 12).

Dimikianlah mereka selamanya akan menjadi penghuni neraka loka

sebelum dapat mengusahakan dharma sebagai landasan hidupnya.

Demikian pula mereka yang lahir sebagai manusia yang dapat

melakukan perbuatan dharma juga menderita namanya. Akan tetapi

dengan terus menerus dapat berbuat dharma sebagai landasan

hidupnya adalah merupakan dektrin yang maha rahasia untuk

mendapatkan kebijakan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban

sebagai jalan untuk mencapai tujuan, terbua baginya.

Ye man awam asamudho janatti purusattman, sa sarwawid

bhajati mam sarwa bhawena bharata.

Artinya :

Dia sebagai yang tidak tersesat dalam illusi mengetahui Aku

sebagai purusa uttama, sesungghnya ia tahu segala-galanya

memujaku dengan segenap jiwa raganya, oh Bharata.

Iti guyatman sastram idam uktau mayanagha, etad buddhewa

buddhiman syat kratakyas ca bharata.

Artinya :

Jadi, detrin ini yang mana rahasia telah diberikan olehku wahai anaga mengetahui ini orang menjadi arif bijaksana, oh Bharata

(G.Pudja, 1982 : 342).

Page 87: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

87

2. Artha.

Perlu direnungkan lebih jauh dalam melaksanakan

kehidupan, bahwa artha bukan hanya artha dalam material saja,

namun juga dalam arti yang spiritual. Sebab manusia dalam hidupnya

tidak hanya dapat dipenuhi secara tatap berpegang teguh pada

dharma, dapatlah dikemukakan ruang hidup ruang lingkup dari pada

artha secara garia besarnya dalam kutipan di dalam kutipan berikut

ini :

Ahimsa satyan akrodas tyagah santir apaisunam, daya bhutesu

aloluptwam mardawan hril acapalam.

Artinya :

Tidak menyakiti, benar, bebas dari napau memfitnah, kasih sayang

pada sesama mahluk , tidak dibingungkan oleh keinginan, lemah

lembut sopan dan bertetapan hati.

Tejah kasama dritih sausam adroho na timanita, bhawanti

sampadan daiwin abhijatasya bharata.

Artinya :

Cekatan suka memanfaatkan teguh iman, budhi luhur, tidak irihati,

tanpa keangkhan, semua ini adalah artha dari dia yang dilahirkan

dengan sifat-sifat dewata, oh Arjuna (G.Pudja, 1982 : 345-346).

Dengan demikian luasnya artha, agar diperhatikan dengan secermat -

cermatnya mengusahakan agar tidak tenggelam kedalam materi. Itulah

artha termulia yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin

mencapai kesucian illahi, karena itu adalah merupakan sifat -sifat dari

mereka yang dilahirkan untuk mencapai tujuan yang tertinggi, artha

Page 88: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

88

kekayaan yang berupa material hendaknya disalurkan sebaik-baiknya,

untuk kepentingan dharma. Seperti disebutkan di dalam kitab

Sarasmuccaya sebagai berikut :

Niham kramayan pinatelu, ikang sabhaga, sadhana ti kasiddhaning

dharma, ikang kaping rwaning bhaga sadhana ti kasiddhaning

kama ika ikang kaping tiga, sadhana ti kasiddhaning artha ika,

wrddhyakena muwah, mangkana kramayan pinatiga, donika sang

mahyun manggihakenang hayu.

Artinya :

Inilah hakekatnya maka dibagi tiga, yang satu bagia sarana

mencapai dharma, bagian yang kedua, sarana untuk memenuhi

kama, bagian yang ketiga sarana melakukan kegiatan usahaa dalam

bidang artha, itu agar berkembang kembali, demikian hakekatnya

maka dibagi tiga oleh orang yang beroleh kebahagiaan (G.Pudja,

1979 : 144).

Dalam kutipan tersebut artha berupa materi disalurkan melalui 3

saluran kepentingan :

1. Artha dipakai untuk sarana keperluan dharma, di mana artha yang

berupa material yang terkumpulkan dipergunakan atau berupa

material yang terkumpulkan dipergunakan atau disalurkan untuk

berderma, beryadnya, kepentingan agama, membantu mereka yang

sedang menderita dalam hidup adalah untuk memenuhi kebutuhan

rohani.

2. Artha dipergunakan untuk memenuhi kama/keinginan, seperti

misalnya untuk kebutuhan primer, sekunder dan lain sebagainya

adalah sarana untuk memenuhi hidup dalam bentuk jasmani.

Page 89: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

89

Artha juga harus dipergunakan untuk kepentingan melakukan usaha

dalam bidang artha dengan tujuan agar usaha di bidang artha tetap

dapat berkembang untuk dinikmati.

Agama tidak mengajarkan menolak artha, malah diharuskan

mencari artha dan dipergunakan untuk kebijaksanaan umat manusia

(Putra, - : 31).

Artha hendaknya jangan ditimbun untuk disimpan selama-lamanya.

Sebab artha berupa material tidak akan di bawa mati. Ia hanya

sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir. Di dalam lontar Arjuna

Wiwaha disebutkan yang dikutip oleh Putra dalam bukunya yang

berjudul Cudamani yaitu :

Ikang wibhawa tan wawekan mati,

Hananya sekarang umerher hurip,

Pejah pwa kita dusta mantunika,

Gunanta ginogenta ya nutakaen,

Artinya :

Segala harta benda dan kebebasan di dunia ini tidak akan dibawa

mati. Adanya dia hanya sebentar menungguselama saudara masih

hidup. Jika saudara meninggal ia akan kembali berbohong (tidak

setia). Tri guna atau sifat-sifat watak saudaralah yang akan selalu

mengikuti (gutra, - : 13).

Dari kutipan di atas dapar disimpulkan bahwa suatu kehidupan yang

sempurna adalah pelaksanaan secara seimbang antara artha berupa

material artha berupa spiritual.

3. Kama

Page 90: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

90

Setiap gerak langkah manusia dalam kehidupan adalah

didorong keinginan, tanpa keinginan apapun di dunia ini tak akan dapat

kita wujudkan. Keinginan adalah sangat memegang peranan penting

dalam usaha mencapai cita-cita. Keinginan dapat diumpamakan

bagaikan angin topan yang sangat deras dan tak habis-habisnya mengalir

selama manusia masih menjalani kehidupan di dunia ini di dalam

sejarah kehidupan manusia kama / kainginan akan datang pada manusia

sesuai dengan situasi dan kondisi, bila tidak dikendalikan akan membuat

hidup ini menderita. Pada waktu masih muda, karena keinginan tak

terkendalikan sering menimbulkan perselisihan antar umat manusia yang

hanya semata-mata bertujuan untuk memenuhi kehendak kama.

Kemudian setelah dewasa di mana badan kuat, kita sedang mampu

mempunyai melaksanakan tugas dan kewajiban. Dalam keadaan yang

demikian agama mengajarkan berbuatlah sebanyak-banyaknya,

bekerjalah tetapi jangan terlalu mengikatkan diri pada hasil. Saat -saat

seperti itu kesempatan untuk berbuat dharma. Bila kama tak terkendali,

karena indriya kuat, akan dapat mengarahkan kita ke hal -hal yang

bersifat negatif seperti ingin cepat kaya, sehingga dalam hidupnya

menjadi perampok, merampas hak milik orang lain. Setelah menjadi tua

indriya sedikit demi sedikit akan berkurang dan akhirnya menjadi hilang

seperti mata mulai membuta, telinga menjadi tuli, demikan pula

merasakannya yang enak-enak sudah tidak mungkin, maka tak terpenuhi

sehingga hidupnya menderita. Kapankah kama itu akan berakhir dalam

Page 91: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

91

kehidupan manusia ? Di dalam kitab Bhagawad Gita disebutkan sebagai

berikut :

Gintam aparimeyam ca pralayantam upasrtah, kamopa bhoga

parama eta wad iti niscitah.

Artinya :

Keinginan yang tak habis-habisnya itu hanya berakhir, pada

kematian, menganggap pemenuhan keinginan sebagai tujuan utama

dengan berkeyakinan itulah ini semuanya (G. Pudja, 1982 : 351).

Berpegangan pada pemenuhan kama sebagai tujuan utama dalam hidup

adalah menyebabkan terbelenggu oleh beribu-ribu harapan, yang dalam

hidup ini tak mungkin akan tercapai. Perbuatan yang tak mungkin akan

mencapai kesempurnaan itu hanya merupakan pintu gerbang ke neraka

loka.

Yah sastra widdhim utarjya wartata kama karatah, nasa siddhim swapneti nasukhem param gatim.

Artinya :

Ia yang meninggalkan ajaran-ajaran kitab suci, ada di bawah

pengaruh kama, tidak akan mencapai kesempurnaan dan

kebahagiaan dan tujuant ertinggi (G. Pudja, 1982 : 357).

Maka dari itu pergunakanlah kesempatan hidup sebaik-baiknya.

Pergunakanlah petunjuk-petunjukd ari kitab suci agama untuk

menentukan kebenaran, menentukan baik buruk perbuatan agar selamat

sampai pada tujuan akhir. Petunjuk dalam kitab sarassamuccaya

menyebutkan sebagai berikut :

Matangnyan pengpongen iking hurip, lawann wenangta ri

kagawayaning dharma sadhana, apan ikang guna tuha

ngaranya, styanta sangsarannya, anona mara kita wwang

Page 92: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

92

matuha mangke kramanya, tan wenang matinggal wisaya, apan

ageng tresnaya ndatan wenang ya ri kebhuktyanya, apan jirna

sarwendriyanya, tatan hana pahinya lawan srgalatuha tan

pahuntu, trsna ring tahulan, kewala dinlatnya ikang tahulan, dening tresnanya ring aswadamatra, mangkana papedanikang

wrddhakamuka, lawan ikang argalatuha tanpahuntu, arah tan

weang amegat gongng tresnanya.

Artinya :

Oleh karena itu pergunakanlah sebaik-baiknya waktu hidup dan

kemampuanmu untuk melaksanakan dharma sebab yang disebut

sifat tuha itu, sangat menyedihkan; lihatlah olehmu orang yang

berusia lanjut, yang keadaannya tidak dapat meninggalkan

kesenangan duniawi, karena sangat terikat hatinya kepada

kesenangan itu, akan tetapi ia tak dapat menikmatinya, sebab

lemah semua indriyanya, tiada ada bedanya dengan srigala yang

tidak bergigi, terikat nafsu akan tulang, hanya dijilat -jilatnya saja

tulang-tulang itu, oleh sebab keinginannya semata-mata untuk

mengecap rasa enak belaka; demikianlah persamaannya orang tua

yang bernafsu dengan srigala tua yang tidak bergigi, sayang ia

tidak bisa mematahkan keinginan hatinya yang besar itu (G. Pudja,

- : 206).

Berdasarkan kutipan tersebut dapat kita bayangkan betapa menderitanya

bathin kita, bila keinginan tidak terpenuhi karena tidak bisa

meninggalkan kesenangan duniawi.

4. Moksa

Tujuan akhir kehidupan manusia menurut agama Hindu adalah

Moksa. Moksa berarti kebebasan atau kelepasan yang merupakan

terlepasnya atma dari pengaruh maya serta bebas dari ikatan subha-

asubha karma dan samsara, dimana akhirnya atma bertemu kembali

dengan sangkan paran atau asalnya yaitu Tuhan.

Tujuan akhir ini tercapai apabila seseorang bersedia melawan

goncangan atau tantangan hidup seperti telah kita uraikan di atas.

Page 93: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

93

Sebagaimana kisah Dewa Ruci, dimana Bima dalam usahanya mencari

air hidup (smarta), dengan semangat dan mempertahankan nyawanya

dan pada akhirnya berhasil. Seseorang yang telah dapat memandang

tujuan akhir, namun ia masih sedang kuatnya hidup, manusia semacam

itu mati bagi alam luar (maya) dan mencapai hidup yang benar, dalam

mistik jawa disebut sajroning urip (mati dalam hidup) dan urip sajroning

mati (hidup dalam mati) (Frans Magnis, Suseno, 1985 : 117). Keadaan

yang demikian adalah jiwa telah mencapai ketenangan, ketentraman dan

kebahagiaan yang dalam agama Hindu dikenal dengan adagium Sat Cit

Ananda.

Ing Hyang Sukama (ang) andikang insan kamil; dening anarira,

swakira awak nami, urip ingeun uripira, dermin siji apan ngilo

singgih, wawayangan tunggal, pan pengawak tunggal jati rupa

tunggal tinembulan. Sasolahe selah ing gusti, karsaning kaula

lestari karsaning gusti karsaning purbawisesa.

Artinya :

Hyang suksma (Tuhan) bersabda kepada insan kami; adapun

adamu demikianlah halnya; badanmu adalah badanku, hidupku

adalah hidupmu, satu cermin berdua yang bercermin bayang-

bayangnya sayu, karena (dengan) sesungguhnya berdua hanya

berbadan satu, rupa satu milik bersama. Tingkah hamba adalah

tingkah Tuhan kehendak abdi adalah kehendak Tuhan, Sang

purwawisesa (Prof. IR. Poedjawijatna, 1983 : 78).

Demikianlah keadaan bila seseorang telah mencapai suatu tingkat

moksa. Kutipan di atas menyebutkan bahwa Brahman dan Atman adalah

sama atau tunggal.

Page 94: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

94

Sekalipun demikian gaibnya dan tan terbatasnya keadaan Tuhan

dan walaupun demikian terbatasnya kemampuan manusia tetapi karena

tujuan agama Hindu adalah menghubungkan manusia dengan Tuhan,

maka agama Hindu menyediakan 4 jalan untuk mencapai tujuan

tersebut. Jalan itu disesuaikan dengan kemampuan, kecendrungan,

mentalitas manusia. 4 jalan untuk mencapai tujuan itu di dalam ajaan

hindu disebut dengan Catur marga.

a. Bhakti marga.

Salah satu umat manusia yang ditempuh untuk mencapai

kesempurnaan hidup jasmani dan rohani, dengan jalan ini umat manusia

menghubungkan diri dengan sujud bhakti, betul-betul cinta

menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha esa, maha Pengasih dan

penyayang. Jalan utama menempuh bhakti senantiasa menyembah Tuhan

dengan hati yang tulus iklas. Seseorang yang menjalankan bakti marga

yang menyatakan dengan mencintai Tuhan seseorang dapat menjumpai

Tuhan.

Om sembahning anatha, tinggalana de triloka sarana,

wahyadhyatmika sembahninghulun, ijeng tan hana waneh sang

lwir agni sakeng tahan kadi minyak saking dadi kita, sang saksat

mtu yan hana wwang amuter tutur pitahayu (Arjuna Wiwaha, - :

45).

Artinya :

Ya Tuhan mohon saksikanlah sembah sujud bhakti hamba yang

hina ini, ia Tuhan pelindung tri buana lahir bathin sembahku

hanya padamu, tak adaa lain yang bagaikan, api di dalam kayu dan bagaikan minyak dalam susu, yang nyata-nyata muncul

(bermanifestasi) pada orang yang beriman, yang tekun

melaksanakan ajaran suci.

Page 95: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

95

b. Karma marga

Usaha umat manusia dalam menghubungkan diri dengan Tuhan

untuk mencapai kesempurnaan lahir bhatin dengan baik, dengan jalan

rae ing gawe sepi ing parerih yaitu bekerja tanpa mengikatkan diri pada

hasil, melainkan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai

mahluk ciptaaan Tuhan, mengabdi, berbuat amal demi kesejahteraan

umat manusia dan sesama mahluk.

Di dalam syair Ramayana disebutkan sebagai berikut :

Priben temen dharma dumaranang sarat,

Saraga sang sadhu sireka tutana,

Tan artha tan kama pidonya tan yasa,

Ya sakti sang sujana dharma raksaka (Ramayana, - : 81).

Artinya :

Utamakanlah benar-benar hukum keadilan dan kebajikan yang

melindungi dunia. Hakekatnya cita-cita orang budiman itulah

diturut yang tidak (gelisah) hendak mendapat artha napsu dan

kemasyuran tanpa pengabdian. Adapun kemuliaan orang budiman

ialah sebagai pelindung dharma (beramal dan mengabdi,

mempertahankan keadilan).

Karma marga intisarinya adalah menyerahkan segala usaha kepada

Tuhan dengan tidak menghitungkan sendiri pahalanya.

c. Jnana Marga.

Jalan/usaha umat manusia untuk menghubungkan diri dengan jalan

belajar agama-agama ketuhanan dan ilmu-ilmu pengetahuan kerohanian

Page 96: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

96

lainnya. Dengan menyadari tiada sesuatu yang kekal di dunia ini

termasuk jasmani manusia maka dengan belajar ilmu-ilmu tersebut

manusia mengabdi dan mempersembahkan ilmu pengetahuannya

merupakan amal yang bermutu tinggi sebab, pada hakekat dasarnya

kegiatan kerja bersumber pada ilmu pengetahuan. Dengan berpandangan

pada hal yang demikian, hidup kita yang singkat ini berarti/bermakna

bagi kemanusiaan dan sesamanya.

Yada sarwad akasam wastayisyanti mamanah tada dewam

awijnaya duhkasyanto bhawisyati.

Artinya :

Walaupun orang untuk menghentikan penderitaan-penderitaannya

dan untuk mencapai kebahagiaannya yang sejati, telah berusaha

sekuat-kuatnya, semisal memeras ster atau mengoprasi kulit jika

tanpa mempelajari ilmu ketuhanan/agama maka ia tidak akan

berhasil. Kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui

mempelajari ilmu ketuhanan (R. Sugiarto dan G. Pudja, 1982;62).

Dalam karma marga belajar merupakan syarat mutlak untuk mencapai

keberhasilan.

d. Raja Marga

Jalan yang ditempuh umat manusia dalam menghubungkan diri

dengan Tuhan dengan melakukan brata, tapa, yoga sampai pada

semadhi.

Keempat jalan itu sifatnya sama rata, tidak ada yang lebih tinggi

maupun yang lebih rendah, semuanya baik dan utama tergantung pada

kemampuan dan bakat masing-masing.

Ye yatna mam prapadyante tamstathai‟wa bhajmy aham, mama

wartma‟nuwartante manusyah partha sarwanah .

Page 97: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

97

Artinya :

Bagaimanapun jalan manusia mendekatiku, aku terima sama, Oh

Arjuna, manusia mengikuti jalanku dalam sejalan (G.Pudja,1982:

103).

Semuanya akan mencapai tujuan, asal dilakukan dengan tlus iklas,

ketekunan, kesujudan, keteguhan imam serta tidak pamrih (Pandita DD

Harsa swabhedi, 1980 : 86).

Untuk sampai pada tujuan, kitab saramuçcaya berusaha memberi

petunjuk tentang upaya yang harus dilakukan oleh seseorang.

1) Dalam menjalani ilmu hendaknya tidak saja dipelajari ilmu

duniawi saja tetapi juga ilmu agama.

2) Dalam kehidupan sehari-hari supaya membiasakan diri dan

suka dengan senang hati melakukan tapa/semadhi.

3) Di dalam hidup bermasyarakat hendaknya dibiasakan hidup

berbuat dharma sedekah.

4) Dalam hidup hendaknya suka melakukan punya yaitu: amal

ibadah menurut agama.

5) Dalam hidup di dunia ini agar suka membiasakannya

melakukan yadnya (G.Pudja, 1979 : 321).

Dengan tercapainya kesempurnaan hidup maka seseorang akan terlepas,

tidak lagi berada dalam roda kehidupan, karena karmaphala tidak lagi

mengikat dirinya, maka terhapus semua kelahiran.

Kunang paramarthanya, hilang ikang klesaning awak,

sepinanasan ring jnana, hilang pwang klese, ri katenwaning

samyagjnana, hilang tang janama, mari punarbhawa

kadyangganing wija, pinanasan sinanga, hilang tuwuh nike, mari

masewo.

Artinya :

Adapun maknanya yang terpenting kecemaran badan akan lenyap,

jika dilebur latihan-latihan ilmu pengetahuan jika hilang musnah

kotoran badan itu, karena diperoleh pengetahuan yang sejati, maka

terhapuslah kelahiran, tidak menjelma lagi sebagai misalnya bijih

Page 98: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

98

tumbuhan yang dipanaskan, dipanggang, hilang daya tumbuhnya,

tidak tumbuh lagi (G.Pudja, 1979 : 262).

Keadaan yang demikian itulah tujuan terakhir dari pada kehidupan

manusia yaitu suatu keadaan yang kekal dan abadi di mana seseorang

terlepas dari rangkaian kelahiran (reinkarnasi).

4.3. Agama Hindu Sebagai Sarana Mempermuliakan Kehidupan

Manusia.

Beragama bagi setiap orang adalah merupakan suatu

kewajiban yang logis yang dituntut oleh setiap orang karena ajaran

agama hindu adalah satu-satunya ajaran yang mengarahkan kehidupan

manusia untuk taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai realisasi

dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila.

Agama Hindu dalam hubungannya dengan kehidupan manusia

adalah bimbingan serta mengarahkan manusia untuk mencapai

kesempurnaan hidup. Oleh karena itu ajaran sucinya cendrung pada

pendidikan budhi pekerti yang luhur. Agama Hindu senantiasa

membimbing umatnya untuk menjadi manusia yang susila, bukan

menjadi sarjana yang cerdik tapi munatif. Kemampuan beragama bukan

diukur dengan kesarjanaan, kecerdikan, demikian juga bukan diukur

dengan hartawan (kekayaan), namun seseorang yang betul-betul

melaksanakan, menghayati serta mengamalkan ajaran agamanya, adalah

diukur melalui laksana dan budhi pekerti yang luhur. Sekalipun

seseorang dalam hidupnya tidak terpelajar, miskin serta bukan

Page 99: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

99

bangsawan, tetapi dalam hidupnya kaya akan budhi pekerti, yang luhur,

maka pintu menuju sorga akan terbuka baginya. Bila dibandingkan

dengan kesusilaan berdasarkan prikemanusiaan biasa, maka etik orang

beraga jauh lebih tinggi nilai dan luhur adanya lebih seseorang setelah

kenal akan dirinya.

Seperti telah disebutkan dalam kitab Saramuscaya bahwa

agama diibaratkan sebagai sebuah perahu (kapal layar) yang dipakai

oleh para pedagang untuk menyebrangi lautan. Bila kita simak

artinya/maknanya lebih jauh dalam hubungannya dengan kehidupan

manusia jelas dapat dimengerti, agama diumpamakan sebagai sebuah

perahu (alat), nakodanya adalah jiwa manusia (atma), layar adalah

perasaan, pngarah atau kemudinya adalah pikiran manusia, angin adalah

napsu (keinginan), air lautnya adalah artha (kekayaan yang berlimpah,

tujuannya adalah pulau harapan (makan) (Putra, - : 20). Dengan

perantaraan sebuah perahu, oleh nahkoda yang baik dan bijaksana

dengan menggunakan layarnya perahu dan pengemudi, mengarahkan

kepalanya agar tak tertiup oleh angin tak terarahkan, dengan sarana air

laut akhirnya para pedagang sampai pada tujuan yang hendak

dicapainya.

Demikian pula halnya bila dibandingkan dengan kehidupan

manusia. Dengan berpedoman pada ajaran agama, seseorang yang

bijaksana dalam hidupnya dengan jiwanya yang suci di mana hawa

nafsu/keinginan dapat dikendalikan serta diserahkan dengan perasaan

Page 100: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

100

dan pikiran yang baik dengan didasarkan hidupnya pada dharma dalam

mengusahakan harta maka mereka sampailah pada tujuan hidupnya.

Orang yang bijaksana dalam hidupnya sulit dibayangkan. Sebagai

disebutkan dalam kitab Saramuscaya sedemikian :

Tatan kena linaksanan, tan papakatenan, luput winikapla,

jnananika sang juani ngaranira, kadyangganing tapaking

manuk manuh anglayang ring akasa, tan katon tapaknya

ring langit, mwang ikang tan katon tapaknya ring wani.

Artinya :

Sukar untuk dapat diwujudkan, sukar untuk dapat dibayangkan,

bebas tidak dapat dihalang-halangi ilmu orang yang bijaksana,

sebagai misalnya burung yang melayang-layang di udara, tidak

tampak jejaknya di langit; demikian pula bagaikan ikan tidak

tampak jejaknya di dalam air (G.Pudja, 1979 : 282).

Bila seseorang dalam hidupnya taat dan tekun mempelajari ajaran agama

serta memiliki ilmu kebijaksanaan seperti di atas, namun akhirnya tak

dapat mencapai moksa, mereka akan mendapat sorga. Kemudian sampai

batas waktunya ia menjelma lagi ke dunia akan menjadi orang yang

terhormat, rupawan dan bahagia dalam hidupnya, menjadi orang

bijaksana, sehingga nantinya dapat mencapai moksa. Kehidupan yang

demikian lebih sempurna dari kehidupan sebelumnya.

Seseorang yang dalam hidupnya selalu mengajar pengetahuan

rohani yang suci yang langsung bersumber Tuhan Yang Maha esa dan

senantiasa menjalankan yoga semadhi melalui kesucian bathin dan

kemekaran bathin dan kemekaran instuisi akan dapat menerima wahyu

serta mengetahui adanya Tuhan dengan pengamatan langsung

(pratyaksa). Dalam kitab Arjuna Wiwaha disebutkan sebagai berikut :

Page 101: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

101

Sasi wimba sekala (Ajuna Wiwaha, - : 47).

haneng ghata mesi banyu,

Ndan asing suci nirmala mesi wulan,

Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin,

Ring angembeki yoga kiteng Sasi wimba sekala (Ajuna

Wiwaha, - : 47).

Artinya bebasnya :

Sebagai bayangan bulan dalam tempayan yang berisi air, hanya

pada air yang jernih nampaknya bayangan bulan, demikian

keadaanku dalam segala mahluk, hanya pada orang melakukan

yoga semadhi sajalah engkau menampakkan diri.

Usaha yang demikian haruslah didasarkan atas kesucian bhatin

yang tinggi dan kepekaan dari pada instuisi yang mekar beserta dengan

pelaksanaan yoga semadhi yang sempurna.

Page 102: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

102

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Dengan berakhirnya seluruh pembahasan di atas maka dapatlah

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Makna kehidupan manusia dari ajaran agama Hindu adalah seseorang

dapat mengerti tentang dirinya sendiri dan juga orang lain , serta

berbuat sesuai dengan yang dicanangkan dalam ajaran agama Hindu.

2. Untuk mewujudkan tujuan hidup manusia, agama Hindu

menyediakan lapangan kehidupan sesuai dengan perkembangan

hidup manusia secara alamiah dalam ajaran catur asrama, dan tujuan

hidup manusia telah digariskan dalam Catur Purusartha. Agama

Hindu menuntun umatnya untuk mendapatkan kebahagian hidup

jasmani dan rohani.

3. Untuk dapat mempermulia kehidupannya, manusia harus dapat dan

mampu mengerti, menghayati serta mengamalkan ajaran agama

Hindu dalam setiap gerak langkah kehidupannya, yang didasarkan

atas Panca Sradha.

5.2 Saran-saran

1. Di tengan-tengah kemajuan ilmu dan teknologi yang setiap saat

semakin maju dan dangih hendaknya umat beragama Hindu dapat

Page 103: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

103

menyeimbangkan antara kebutuhan material dengan kenutuhan

spiritualnya melalui usaha penghayatan dan pengalaman ajaran

agamanya.

1. Umat Hindu untuk dapat mengerti, menghayati serta

mengamalkan ajaran agama harus juga mengerti hakekat-

hakekatnya hidup sebagai manusia yang memiliki kodrat

tertinggi.

2. Untuk lebih memsayarakat serta menjaga kelestarian tradisi

pendalaman ajaran agama, hendaknya pengadaan buku-buku

ajaran agama, pengisian media masa serta pembentukan

kaderisasi lebih ditingkatkan.

Page 104: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

104

DAFTAR PUSTAKA

Bhurhanuddin, H., 1998. Filsafat Manusia (Antropologi Metafisika),

Salman Jaya, Bandung.

Drijarkara, Prof. Dr. S.J.N.1978. Filsafat Manusia, Yogyakarta. Yayasan

Kanisius.

Epping, GMP.A dan Th. C. Stockum Juntak, Filsafat Ensie, Jemmara.

Bandung.

Franz Magnis Suseno, 1985. Etika Jawa, Jakarta PT. Gramedia

Harry Hamerasa, 1985. Filsafat Eksistensi Karl Jaspera, Jakarta. PT.

Gramedia.

Hassan, Prof. Dr. Fuad.1973. Berkenalan dengan

Eksistensialisme,Bandung Jakarta Pustaka Jaya Yayasan Jaya Raya

Bandung.

Kattsoff, Drs. Dan Yuwono, Drs., Pengantar Ilmu Filsafat, Liberty

Yogyakarta.

Leshy, Lesis, 1985. Manusia Sebuah Misteri, Sintesa Filosofis tentang

Makhluk Paradoksal, PT. Gramedia, jakarta.

Mudlor Achmad, Drs. Manusia dan Kebenaran Masalah Pokok Filsafat ,

Usaha Nasional, Surabaya.

Mas Putra, I.G.A. dan Oka I.B., Catur Yadnya (Bhuta, Manusia, Pitra,

Dewa).

Page 105: LAPORAN PENELITIAN MAKNA KEHIDUPAN …repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA KEHIDUPAN...manusia dari segi ajaran agama Hindu. Dalam pembahasan ini penulis menguraikan Tentang

105