bab iv makna istighatsah dalam kehidupan santri di …
TRANSCRIPT
82
BAB IV
MAKNA ISTIGHATSAH DALAM KEHIDUPAN SANTRI DI PONDOK
PESANTREN AL-IHSAN PUTRI BANJARMASIN
A. Latar Belakang Pengamalan Ayat-ayat al-Qur`an Sebagai Amalan Dalam
Istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri Banjarmasin
Islam adalah sebagai agama yang rahmâtan lil alamîn dan al-Qur`an sebagai
kitab sucinya. Sebagai seorang muslim dan berada di daerah yang mayoritas
beragama Islam, tentu tidak akan lepas dari nilai-nilai yang terkandung dalam al-
Qur`an. Misal saja keseharian yang dilalui, baik sengaja maupun tidak tentu akan
terlihat bagaimana masyarakat berinteraksi dengan al-Qur`an. Dan tentu saja al-
Qur`an tidak akan lepas dari yang namanya sunah dari Nabi Muhammad saw. Nilai-
nilai yang ada di dalam al-Qur`an dipraktekkan dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Mayarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam tidak akan lepas
dari fenomana living Qur`an baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebagai salah satu penerapan living Qur`an di dalam masayrakat, Pondok
Pesantren Al-Ihsan Putri Banjarmasin melakukan kegiatan amalan istighatsah.
Kegiatan amalan istighatsah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri
adalah salah satu bentuk penerapan nilai-nilai al-Qur`an terhadap suatu masyarakat.
Mengenai kegiatan amalan istighatsah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Al-Ihsan Putri adalah, kegiatan dalam bentuk bacaan-bacaan yang dikerjakan
secara bersama-sama atau berjamaah.
83
Amalan istighatsah umumnya berisi ayat-ayat al-Qur`an, asmâ al-Husnâ,
shalawat dan dzikir-dzikir dan permohonan orang yang melakukannya. Istighatsah
yang berarti meminta pertolongan kepada Allah secara khusus dan dalam keadaan
yang sukar dan sulit. Berbeda dari maksud isti`anah yang juga berarti meminta
pertolongan kepada Allah, tetapi dalam maksud yang umum.
Adapun ayat-ayat al-Qur`an yang digunakan oleh Pondok Pesantren Al-Ihsan
Putri adalah, surat al-Fatihah, surat Maryam ayat 1, surat asy-Syura ayat 1-2, surat
Qaf ayat 1-2, surat Yasin ayat 1, surat an-Naml ayat 30-31 dan surat Ali Imran ayat
9. Selain itu ada juga dzikir-dzikir yang berasal dari ayat al-Qur`an, seperti surat
Ali Imran ayat 183 dan surat al-Anbiya ayat 87. Ayat-ayat tersebut dipilih sebagai
amalan istighatsah karena melihat fadhilah dari ayat-ayat al-Qur`an tersebut dan
juga sesuai dengan apa-apa yang dibutuhkan oleh Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri
Banjarmasin. Selain ayat-ayat dan dzikir dari al-Qur`an tersebut, mereka juga
menggunakan bacaan-bacaan dzikir lainnya. Amalan istighatsah di Pondok
Pesantren Al-Ihsan secara rinci akan dijelaskan dalam poin-poin berikut:
1. Surat al-Fatihah
Surat al-Fatihah yang merupakan surat pembuka dalam al-Qur`an yang mana
di dalamnya terdapat serangkaian pujian dan doa kepada Allah. Surat al-Fatihah
sudah sangat umum digunakan sebagai sebuah pembuka dalam sebuah kegiatan
seperti amalan, pembuka majelis, pembuka doa dan lain sebagainya.
84
Surat al-Fatihah selain sebagai pembuka al-Qur`an juga dikenal dengan
sebutan doa dan obat dari segala penyakit.1 Hal ini dikarenakan fadhilah dan
keutamaan dari surat al-Fatihah tersebut.
Dalam surat al-Fatihah terdapat kalimat doa yang berbunyi “Ihdinash-
shirâtal-mustaqîm (hingga akhir surat)” kalimat tersebut adalah doa yang mana
pada awal surat hingga ayat ke-lima berisikan puji-pujian dan keagungan Allah.
Maksudnya memuji dan mengagungkan Allah terlebih dahulu dan kemudian berdoa
kepada-Nya, dan ini adalah sebaik-baiknya susunan doa.2
Sudah sangat umum jika al-Fatihah digunakan sebagai permulaan atau
pengawalan dari sebuah amalan atau kegiatan. Begitupun dengan amalan
istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan.
2. Bacaan Istighfar
أست غفر الله العظيم
Istighfar adalah bacaan dzikir yang bermakna meminta ampunan kepada
Allah. Manfaat dari istighfar adalah diampuninya dosa, sebagai seorang manusia
tentu tidak akan luput dari dosa. Oleh karenannya seseorang sangat dianjurkan
untuk senantiasa membaca istighfar. Dengan meminta ampun kepada Allah dapat
mendekatkan diri kepada-Nya.3 Bertaubat akan menghapuskan dosa-dosa, dan
1 Kementrian Agama Saudi Arabia, Tafsîr al-Muyassar,...1.
2 Furqan Ahmad Ansari, Do`a dan Dzikir Rasulullah saw,...12.
3Alwi Abȗ Bakr Muhammad al-Qȃf, Risȃlah al-Mu`awanah,...127.
85
istighfar adalah media untuk bertaubat jika dilakukan dengan benar dan niat yang
sungguh-sungguh.4
3. Shalawat Nariyah
فرج به الكرب اللهم صل صلة كاملة وسل م سلما تاما على سي دنا محمد الذي ت نحل به العقد وت ن
جهه الكريم وعلى آله و وت قضى به الحوائج وت نال به الرغائب وحسن الخواتيم ويستسقى الغمام ب
كل معلوم لك ب في كل لمحة و ن فس وصحبه .عد
Dikatakan bahwa membaca shalawat Nariyah sebanyak 11 kali setelah
shalat fardhu dan menjadikan shalawat tersebut sebagai bacaan sehari-hari, maka
orang tersebut akan mendapatkan rezeki yang tidak akan berhenti dan akan
memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah. Al-Qurthubi mengatakan bahwa siapa
saja yeng membaca shalawat ini sebanyak 141 kali, maka Allah akan
membebaskannya dari segala kesusuahan dan kesulitan. Al-Qurthubi dan Ibnu
Hajar al-Asqalani mengatakan, jika shalawat ini dibaca sebanyak 4.444 kali dengan
bertawassul kepada Nabi Muhammad saw, maka apa yang diinginkannya akan
terwujud dan memberikan keberhasilan pada suatu urusan, dan selain itu juga dapat
menolak bala.5
Shalawat Nariyah digunakan dalam amalan istighatsah di Pondok Pesantren
Al-Ihsan, adalah sebagai bentuk tawassul kepada Nabi Muhammad saw agar tujuan
dari istighatsah terkabulkan.
4 Yusuf al-Qardhawi, at-Taubat ila Allah,...223-224.
5 Ishomuddin Ma`shum, Sejarah dan Keutamaan Istighatsah,...79-80.
86
4. Bacaan
يا حي با ق ي وم
Wahai Yang Maha Hidup dan Wahai Yang Maha Berdiri Sendiri.
يارزاق ياف تاح ياكافي ياغني
Wahai Yang Maha Mencukupkan, Yang Maha Kaya, Yang Pembuka (Pintu
Rahmat), Yang Maha Pemberi Rezeki.
ياالله ياوهاب ياحبيبي يارحمان
Wahai kekasihku Yang Maha Pengasih, Yang Maha Pemberi Karunia,
Wahai Allah.
ياالله
Ya Allah
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas, ia berkata pernah duduk bersama
Rasulullah saw, lantas ada seseorang yang shalat kemudian ia berdoa, “Ya Allah,
aku meminta kepada-Mu karena segala puji hanya untuk-Mu, tidak ada sesembahan
yang berhak disembah kecuali Engkau, yang banyak memberi karunia, yang
menciptakan langit dan bumi, Wahai Allah Yang Maha Mulia dan Penuh Kemulian,
Wahai Yang Maha Hidup dan Wahai Yang Maha Berdiri Sendiri.” Kemudian
Rasulullah saw bersabda, “Sungguh, ia telah berdoa kepada Allah dengan nama
87
yang Agung di mana siapa yang berdoa dengan doa tersebut maka akan diijabah.
Dan barang siapa yang meminta menggunakan nama tersebut, maka Allah akan
beri.”6
Bacaan-bacaan tersebut adalah bagian dari asmâ al-husnâ. Fungsi asmâ al-
husnâ adalah sebagai media taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Dengan
mendekatkan diri dan mengingat Allah akan melahirkan kedekatan kepada Allah,
sehingga Allah juga akan melimpahkan rahmat dan ampunan kepada orang
tersebut.7
Keutamaan dari asmâ al-husnâ juga disebutkan dalam surat al-A`raf ayat 7,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab 2.
Selain sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah, asmâ al-husnâ
juga memiliki banyak keutamaan diantaranya adalah media untuk berdoa kepada
Allah. Dengan menyebut nama-nama Allah tersebut menunjukkan keterbatasan
manusia (sebagai makhluk ciptaan-Nya) dan menyadari dua hal pokok. Pertama,
menyadari bahwa betapa besar dan keagungan yang dimiliki Allah. Kedua,
menyadari betapa lemahnya diri sendiri dan kebutuhan kepada-Nya.8
5. Bacaan
6 Abȗ Dawud Sulaymân bin al-Ash`ath as-Sijistani, Sunan Abȋ Dawud, vol. 2, (Beirut:
Maktabah al-`Ashriyah, t.th), 79. 7 Dinik Fitri Rahajeng Pangestuti dan Kristantyo Setiyo Purnomo, “Pengaruh Pengamalan
Dzikir Asmaa-ul Husna Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Industri Manufaktur Di
Yogyakarta Tahun 2016,”...82-83. 8Andrian Firdaus, “Pembiasaan Membaca Asmaul Husna Dalam Menanamkan
Pengetahuan Keagamaan Pada Anak Di SDIT Abata Lombok (NTB),”...119.
88
حسب نا الله ونعم الوكيل
Abu al-Hasan al-Syadzly dalam bukunya al-Jawahir al-Mushaunah,
mengatakan Rsulullah saw bersabda “Apabila terjadi suatu peristiwa yang besar
menimpamu, maka ucapkanlah hasbunallâh wa ni`mal wakîl”. Dalam riwayat dari
Abdullah bin Amr bin `Ash mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang
siapa yang membaca hasbiyallâh wa ni`mal wakil tiga kali waktu subuh dan tiga
kali waktu sore, maka dia akan senantiasa berada dalam naungan Allah, menutupi
kekurangannya dan mencukupi kebutuhannya sepanjang dia tidak melakukan dosa
besar.” Riwayat dari Khuzaifah al-Yamani mengatakan bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Apabila seorang hamba mengucapkan hasbiyallâh tujuh kali, maka
Allah berfirman “Niscaya akan Aku cukupi, apakah dia benar ataupun dusta.”
Al-Syadzly menguraikan keistimewaan dari bacaan hasbunallâh wa ni`mal
wakîl adalah sebagai “Barang siapa yang menginginkan pertolongan dan
perlindungan dari Allah dalam berbagai aspek kehidupan dan terhindar dari segala
keburukan, ingin dicintai hamba-Nya dan diberikan kekayaan oleh Allah,
hendaknya membaca kalimat hasbunallâh wa ni`mal wakîl sebanyak 450 kali sehari
semalam.9
Dzikir ini juga disebutkan dalam al-Qur`an, tepatnya Q.S. Ali Imran/3: 173,
yang bunyinya:
9 H.M. Athoullah Ahmad, “Eksperimen Ahli Hikmah Terhadap Ayat-Ayat Mujarab,”
Jurnal Al-Qalam, Vol. 20, No. 96 Januari-Maret 2003, 120-121.
89
هم إيمانا وقالوا حس ب نا الله الذين قال لهم الناس إن الناس قد جمعوا لكم فاخشوهم ف زا
ونعم الوكيل
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul-Nya) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan “Sesugguhnya manusia
telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah
kamu kepada mereka.” Maka perkataan itu menambah keimanan mereka
dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik pelindung.”
Ayat tersebut diturunkan ketika kaum Muslimin mendapatkan sebuah
peringatan mengenai serangan besar dari kafir Quraisy di bawah komando Abu
Sufyan. Akan tetapi kaum Muslimin ketika mendengar berita itu bukannya mereka
merasa takut, melainkan mereka bertambah yakin bahwa Allah akan memenuhi
janji-Nya apabila menolong agama Allah, merekapun mengucapkan hasbunallâh
wa ni`mal wakîl.10
Cukuplah Allah sebagai wakil, karena hanya Allah yang dapat memenuhi
semua harapan manusia. Bisa saja tidak ada jaminan keberhasilan jika diwakilkan
kepada selain Allah. Allah Maha Kuasa untuk memenuhi semua harapan yang
menjadikan-Nya wakil atas segala harapan.11 Dzikir ini digunakan sebagai amalan
istighatsah, karena hanya Allah saja-lah sebaik-baiknya perwakilan yang dapat
mengabulkan doa.
6. Bacaan
10 Abî al-Hasan `Alî bin Ahmad al-Wahidî an-Naisaburî, Asbâb an-Nuzȗl (Jakarta: Dâr al-
Kutub al-Islâmiyah, 2010), 82. 11 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 283.
90
إن ي كنت من الظالمين سبحانك إلا أنت إله لا
Dzikir ini juga dikenal dengan sebutan dzikir Nabi Yunus atau Dzûn Nûn.
Mengenai keutamaan dari dzikir ini, pernah disabdakan oleh Rasulullah saw dalam
senuah hadis dari at-Turmudzi yang telah disebutkan dalam bab II.
Doa ini juga disebutkan dalam Q.S. al-Anbiya/21: 87-88, mengenai kisah
Nabi Yunus.
ى في الظلمات أن لا إله إ أنت سبحانك لا وذا النون إذ ذهب مغاضبا فظن أن لن ن قدر عليه ف نا
ناه من الغم وكذلك ن نجي المؤمنين )77إن ي كنت من الظالمين ) ي نا له ونج (77( فاستجب
“Dan (ingatlah kisah) Dzûn Nûn ketika ia pergi dalam keadaan marah,
lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap
bahwa “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci
Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang
berbuat aniaya.”Maka Kami telah memperknankan doanya dan
menyelematkannya dari kedukaan dan demikian lah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman.”
Dalam bacaan dzikir tersebut terdapat kalimat tahlil dan tasbih, dan
keutamaan dari kalimat itu adalah menyingkirkan perasaan duka dan penyelamat
dari segala malapetaka dan musibah. Dan dalam kalimat tersebut menampakkan
bahwa betapa kita membutuhkannya pertolongan Allah, dan juga mengakui
kesalahan adalah merupakan salah satu sebab dikabulkannya doa. Sebagaimana
dzikir yang telah dilantunkan oleh Nabi Yunus, bahwa tidak ada Tuhan selain
91
Engkau (Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
zalim.12
Dzikir ini digunakan dalam istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan dengan
tujuan agar terhindar dari orang-orang yang memiliki niat buruk, menimbulkan rasa
rendah diri dihadapan Allah serta terhindar dari sifat sombong.
7. Surat Maryam ayat 1
كهي ع ص
Secara arti, ayat tersebut tidak memiliki arti. Sedangkan mengenai tafsirnya,
dalam Tafsir al-Azhar dalam sebuah riwayat dari Ibn Abbas dikatakan bahwa
hurûfu al-muqatha`ah dalam ayat tersebut adalah potongan-potongan dari nama-
nama Allah. Kâf adalah potongan dari nama Allah al-Kabîr (Yang Maha Besar), hâ
adalah potongan nama Allah al-Hadî (Yang Maha Memberikan Petunjuk), yâ dan
`aîn adalah potongan dari nama Allah al-`Azîz (Yang Maha Kuasa atau Perkasa),
shâd adalah potongan dari nama Allah ash-Shâdiq (Yang Maha Benar).
Dalam riwayat oleh Abdullah bin Mas`ud dan beberapa sahabat lainnya
menafsirkan ayat ini dengan, Kâf adalah potongan dari nama al-Malik (Yang
Maharaja), hâ adalah potongan atau nama dari nama Allah itu sendiri, yâ dan `aîn
adalah potongan dari nama Allah al-`Azîz (Yang Maha Kuasa atau Perkasa), shâd
adalah potongan dari nama Allah al-Mushawwir (Yang Maha Memberi Bentuk).
12 Muhammad Sulaimân `Abdullâh al-Asyqâr, Zubdatut Tafsîr min Fathil Qadîr (Oman:
Dâr an-Nafâis, 2013), 329.
92
Selain dari kedua sahabat tadi masih ada beberapa tafsir yang serupa, tetapi
akhirnya dikembalikan lagi dengan tafsir bahwa Allah yang lebih mengetahui arti
dari huruf-huruf tersebut.13
Menurut suatu pendapat yang disebutkan dalam Tafsȋr Ibn Katsȋr, huruf-
huruf tersebut yakni al-hurûfu al-muqatha`ah adalah nama-nama Allah Yang
Agung. Dan banyak para sahabat yang meriwayatkan seperti itu.14
Dalam Tafsȋr al-Wajiz disebutkan riwayat dari Ibn Mas`ud, bahwa ayat ini
dibacakan oleh Ja`far bin Abi Thalib kepada raja Najasi ketika hijrah pertama ke
Habasyah. Kâf-hâ-yâ-`aîn-shâd adalah peringatan untuk orang-orang Arab pada
saat itu bahwa tidak ada yang dapat menandingi keindahan al-Qur`an, karena pada
saat itu bangsa Arab terkenal dengan syi`ir-syi`ir mereka.15 Kalimat kâf-hâ-yâ-`aîn-
shâd dan kalimat-kalimat al-hurûfu al-muqatha`ah lainnya adalah bentuk mukjizat
dari al-Qur`an.
Dalam amalan istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri setelah kalimat
tersebut ditambahai dengan kata “kifâyatunâ” yang berarti “cukupkanlah kami.”
Bisa saja maksud yang diambil dari kalimat kâf-hâ-yâ-`aîn-shâd adalah untuk
menujukkan nama-nama Allah yang Maha Agung dan meminta kecukupan atas apa
yang dihajatkan.
8. Surat asy-Syura ayat 1
13 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar, vol. 6,...4277-4278.
14 Abȗ al-Fidȃ `Ismȃ`ȋl bin `Umar Ibn Katsȋr, Tafsȋr al-Qur`ȃn al-A`zhȋm, vol. 1,...157.
15 Wahbah az-Zuhailȋ, Tafsȋr al-Wajȋz (Damaskus: Dȃr al-Fikr, 1996), 306.
93
ق حم س ع
Dalam Tafsir al-Azhar ayat ini hanya ditafsirkan dengan Allah yang lebih
mengetahui apa maksud dari ayat al-hurûfu al-muqatha`ah ini.16 Kebanyakan para
mufassir mengatakan huruf-huruf ini adalah bagian dari nama-nama Allah Yang
Agung, dan sebagai salah satu mukjizat dari al-Qur`an seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Wahbah az-Zuhaili menyebutkan dalam tafsirnya bahwa huruf-huruf
ini berfungsi sebagai perhatian pada ayat setelahnya dan menantang orang Arab
pada saat itu untuk memnghadirkan atau membuat sesuatu yang serupa dengan al-
Qur`an.17
Dalam amalan istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri setelah kalimat
tersebut ditambahai dengan kata “himâyatunâ” yang berarti “lindungi kami.”
Mengenai bacaan kâf-hâ-yâ-`aîn-shâd dan hâ-mîm-`aîn-sîn-qâf, barang siapa
yang membacanya untuk mahabbah maka bacalah pada hari Jumat sebelum shalat
Jumat sebanyak 93 kali. Jika untuk seseorang yang hilang, maka bacalah sebanyak
66 kali, niscaya orang hilang tersebut akan ditemukan. Jika menemui kesulitan dan
membutuhkan pertolongan, maka bacalah sebanyak 66 kali, niscaya Allah akan
mengabulkan maksud dan tujuan tersebut. Kesimpulannya adalah barang siapa
yang menghendaki sesuatu serta kebaikan dan dijauhkan dari keburukan, maka
bacalah bacaan-bacaan tersebut secara terus-menerus dengan tekad yang sempurna
16 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar, vol. 9 (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, t.th), 6497. 17 Wahbah az-Zuhailȋ, Tafsȋr al-Wajȋz,...484.
94
dan sungguh-sungguh, tinggal menyesuaikan niat, tujuan dan maksud yang
diiginkan dari mengamalkan bacaan tersebut.18 Karena pada dasarnya sebuah
amalan tergantung dengan apa yang ia niatkan.
Dalam amalan Hizb al-Bahr yang memliki manfaat sebagai amalan pelindung
dan penjagaan serta penghilang kegelisahan, juga terdapar bacaan kâf-hâ-yâ-`aîn-
shâd kifâyatunâ dan hâ-mîm-`aîn-sîn-qâf himâyatunâ.
9. Surat Qaf ayat 1 dan 2
ق والقران المجيد
Sebuah hadis dari Ummu Hisyam mengatkan keutamaan dari ayat ini adalah,
“Aku tidak pernah mendengar bacaan Qâf-wal qur`ânil majîd kecuali dari lisan
Rasulullah saw, beliau membacanya di atas mimbar setiap hari Jumat saat
berkhutbah kepada orang-orang.” Seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam
Tafsȋr al-Wajȋz, huruf-huruf ini berfungsi sebagai penantang bagi orang Arab untuk
membuat hal yang serupa dengan al-Qur`an.19
Qâf dalam ayat ini bisa saja dimaksudkan untuk nama-nama Allah yang
berawalan dengan huruf qâf seperti al-Qawiyyun (Yang Maha Kuat), al-Qadîrun
(Yang Maha Kuasa), al-Qâimun (Yang Maha Berdiri Sendiri), al-Qahhâr (Yang
Maha Gagah Perkasa), al-Qâbidh (Yang Maha Menggenggam erat), al-Qayyûm
(Yang Maha Hidup), al-Quddûs (Yang Maha Suci). Dari semua ini kembali lagi
18 H. M. Athoullah Ahmad, “Eksperimen Ahli Hikmah Terhadap Ayat-Ayat
Mujarab,”...106-107. 19 Wahbah az-Zuhailȋ, Tafsȋr al-Wajȋz,...519.
95
hanya Allah lah yang lebih mengetahui maksudnya. Melihat dari ayat selanjutnya
dan keseluruhan ayat dalam surat Qaf, bisa saja Qâf yang dimaksudkan bermakna
al-Quddûs (Yang Maha Suci). Karena pada kalimat selanjutanya berarti “Demi al-
Qur`an yang sangat mulia.” Kalimat tersebut sebagai jaminan bahwa al-Qur`an
terbebas dari kata-kata yang sia-sia dan tanpa faedah.20
Ayat ini memiliki arti “Qâf, demi al-Qur`an yang Mulia,” Qâf adalah bagian
dari al-hurûfu al-muqatha`ah dan kalimat setelahnya adalah perkataan sumpah,
Allah bersumpah dengan al-Qur`an yang mulia. Kata majîd memiliki makna
luasnya sifat agung, dan yang paling berhak disifati dengan majîd adalah al-Qur`an
al-Karim.21
Dalam amalan istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri setelah kalimat
tersebut ditambahai dengan kata “wiqâyatunâ” yang berarti “lindungi kami.”
Bacaan-bacaan al-hurûfu al-muqatha`ah tersebut diamalkan sebagai penjaga dan
pelindung dan menjadikan bangunan pondok pesantren kokoh dan kuat.
10. Surat Yasin ayat 1
يس
Ayat pertama dalam surat Yasin yang berbunyi yâsîn, dalam riwayat Ibn
Abbas dikatakan bahwa ini adalah kalimat sumpah. Ada juga riwayat yang
20 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar Juz, vol. 9,...6850-6852.
21`Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa`dî, Tafsîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-
Manân,...39.
96
mengatakan bahwa ini adalah salah satu nama Nabi Muhammad saw, sebagimana
kalimat tha-hâ dalam surat Thaha. Abu Bakar al-Warraq mengatakan yâsîn adalah
berartti “Hai penghulu segala manusia!” yang mana maksudnya di sini adalah Nabi
Muhammad saw. Dari pada itu semua dikembalikan lagi bahwa hanya Allah lah
yang lebih mengetahui apa arti dari kalimat tersebut.22
Dalam amalan istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri setelah kalimat
tersebut ditambahai dengan kata “syifâunâ” yang berarti “obati kami.” Sebagai
mana fadhilah dari surat Yasin adalah sebagai obat. Banyak keutamaan-keutamaan
dari surat Yasin, diantaranya dimudahkan terkabulnya hajat, mendatangkan rahmat
dan berkah.23 Kalimat yâsîn dibaca sebanyak tujuh kali untuk mendapatkan
keutamaan dari fadhilah surat Yasin. Sebagaimana yang dibaca dalam Yasin al-
Fadhilah.
Alasan kenapa amalan istighatsah tersebut menggunakan beberapa dari al-
hurûfu al-muqatha`ah, adalah karena lafaz dari huruf-huruf tersebut tidak ada yang
mengetahui makna sesungguhnya kecuali Allah. Maka dari itu lafaz dari huruf-
huruf tersebut dianggap sebagai lafaz yang agung.
11. Surat an-Naml ayat 30-31
الا ت علوا علي وأت وني مسلمين الرحيم الرحمن الل ه بسم وانه سليمن من انه
22 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar Juz, vol. 8 (Singapura: Pustaka
Nasional PTE LTD, t.th), 5968. 23 Abȗ al-Fidȃ `Ismâ`ȋl bin `Umar Ibn Katsȋr, Tafsȋr al-Qur`ȃn al-A`zhȋm, vol. 6,...562.
97
“Sesugguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya dia (menulis)
dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
dalam keadaan menyerah.”
Ayat ini mengisahkan Nabi Sulaiman yang mengirim surat kepada ratu Bilqis,
yang mana surat tersebut berisi perintah agar ratu Bilqis tidak berlaku sombong dan
menyerahkan diri kepada Nabi Sulaiman.24
Ratu Bilqis membacakan dan menjelaskan surat dari Nabi Sulaiman kepada
pengikutnya, bahwa surat ini dari Sulaiman dan dia memulainya dengan
bismillâhirrahmânirrahîm dan janganlah kamu sekalian bersikap sombong
terhadap apa yang telah aku (Nabi Sulaiman) serukan. Dan datanglah kepadaku
dengan patuh kepada Allah dan mengesakn-Nya.25
Dalam amalan istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan, ayat ini ditunjukkan
sebagai mahabbah atau pemikat, agar orang-orang tertarik dan datang Pondok
Pesantren Al-Ihsan untuk menuntut ilmu dan juga memberikan rasa betah tinggal
di pondok pesantren.
12. Bacaan
ه رب اغفرلييأست غفرالله الذي لاإله إلا هو الرحمان الرحيم الحي القيوم الذي لايموت واتوب إل
24 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar, vol. 7 (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, t.th), 5223. 25 Kementrian Agama Saudi Arabia, Tafsȋr al-Muyassar Juz,...379.
98
Dalam bacaan ini mengandung istighfar, tahlil, nama-nama Allah dan
permohonan ampun. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, istighfar sangatlah
penting ketika seseorang menginginkan agar doanya dikabulkan. Dengan
beristighfar dan meminta ampun, seseorang akan sadar bahwa dirinya dipenuhi
dosa, dan berharap Allah mengampuninya.
Dalam amalan istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri, bacaan
istighfar ini dibaca ketika diakhir amalan istighatsah, walaupun di awal amalan
istighatsah sudah ada bacaan istighfar. Akan tetapi kembali dibaca dengan diselangi
pujian-pujian kepada Allah dengan tujuan agar Allah benar-benar mengampuni
seluruh dosa dan mengabulkan hajat-hajat yang diminta.
13. Surat Ali Imran ayat 9
عا رب نا انك جامع الناس لي وم لا ريب فيه ان الل ه لا يخلف المي
“Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan masnusia pada hari yang
tidak ada keraguan padanya. Sungguh Allah Maha Tidak Menyalahi Janji.”
Hari yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah hari akhirat dimana
seluruh manusia dikumpulkan . Dan di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah
Maha Menepati Janji. Karena janji dari Allah tersebut, kita senantiasa berusaha
menempuh jalan yang diridhai-Nya.26
26 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar, vol. 2 (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, t.th), 714.
99
Tujuan dari doa dalam ayat ini adalah, menjelaskan bahwa hati mereka hanya
tertuju kepada akherat. Oleh karenya, mereka meminta keteguhan atas hidayah dan
memperoleh ganjaran darinya. Pada beberapa ayat sebelumnya Allah memuji
orang-orang yang yang mendalami ilmunya dan memiliki sifat, seperti:
a. Ilmu, yakni sebagai sarana yang menyampikan mereka kepada Allah.
b. Ilmunya yang mendalam
c. Beriman kepada semua kitab Allah dan mengembalikan ayat yang
mutasyabihat kepada yang muhkamat.
d. Meminta ampunan kepada Allah serta keselamatan dari musibah yang
menimpa orang-orang yang sesat.
e. Mereka mengakui nikmat hidayah yang telah diberikan Allah.
f. Mereka meminta rahmat Allah yang mengandung keberhasilan,
kebaikan dan terhindar dari keburukan.
g. Keimanan dan keyakinan mereka kepada hari kiamat dan rasa takut
mereka kepada hari akhir.27
Pondok Pesantren Al-Ihsan menggunakan ayat tersebut sebagai amalan
dalam istighatsah adalah dengan tujuan agar manusia-manusia berkumpul di
Pondok Pesantren Al-Ihsan untuk menuntut ilmu dan memperoleh ridha-Nya.
Bacaan-bacaan amalan tersebut dibaca dengan jumlah ganjil, sebagaimana
hadis yang mengatakan bahwa Allah menyukai jumlah yang ganjil.
27 `Abdurrahmȃn bin Nȃshir as-Sa`dȋ, Tafsȋr al-Karȋm ar-Rahmȃn fȋ Tafsȋr Kalȃm al-
Manȃn,...122.
100
27«ر، يحب الوت ر وإن الله وت »عن أبي هري رة، عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال:
“Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu
ganjil, dan menyukai yang ganjil.”
Allah menyukai ganjil dapat dilihat dari banyak hal, seperti ketaatan, makhluk
ciptaan-Nya, thawaf, sa`iy, jumrah, bersuci (wudhu), lapisan langit dan bumi,
lautan, dan jumlah hari dalam sepekan.29 Oleh karena itu bacaan-bacaan tersebut
dibaca dalam jumlah ganjil, mengikut sebagaimana yang disukai Allah.
B. Teknis Kegaiatan Amalan Istighatsah Di Pondok-Pesantren Al-Ihsan Putri
Banjarmasin
Sebagaimana yang dituturkan oleh para responden, kegiatan amalan
istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri dilaksanakan pada waktu sebelum
menjelang subuh, yakni dimulai pada 04.30 WITA. Dalam hal ini waktu tersebut
termasuk dalam waktu sepertiga malam. Waktu sepertiga malam termasuk dalam
waktu-waktu terijabahnya doa, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim. 30
28 Muslim bin Hajjaj abȗ al-Hasan al-Qusairî an-Naisaburî, Shahȋh Muslim, vol. 4,...2064
No 2677. 29 Jalȃluddîn as-Syuyȗthî, Ad-Dibȃj alȃ Shahȋh Muslim bin Hajjȃj, (Saudi `Arabiȃ: Dȃr Ibn
Affȃn Linasyr wa at-Tauzi`, 1996), 47. 30Muslim bin Hajjȃj abȗ al-Hasan al-Qusairî an-Naisaburî, Shahȋh Muslim, vol. 1,...521 No.
758.
101
ارك وت عالى كل أبي هري رة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: " ي نزل رب نا ت ب عن
ن يا، حين ي ب قى ث لث الليل الخر، ف ي قول: من يدعوني ف لة إلى السماء الد أستجيب له، لي
".ن يسألني فأعطيه، ومن يست غفرني فأغفر له وم
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Tuhan
kita terun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap
malamnya. Kemudian berfirman “ Orang-orang yang berdoa kepada-Ku
akan Aku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Aku
berikan, orang yang meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni.”
Melihat dari betapa besarnya fadhilah dari waktu akhir sepertiga malam, oleh
karena itu, maka waktu pelaksanaan amalan istighatsah di Pondok Pesantren Al-
Ihsan dilakukan pada waktu menjelang subuh agar mendapatkan fadhilah tersebut.
Di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri, kegiatan amalan istighatsah adalah
kegiatan program harian, seluruh santri bangun pada waktu 04.00 WITA dan
melaksanakan shalat tahajud masing-masing, setelahnya semua santri berkumpul di
mushalla masing-masing dan mulai membaca amalan istighatsah pada 04.30 WITA
dengan berjamaah dan bersuara.
Adapun fadhilah dari mengerjakan sesuatu dengan berjamaah itu lebih utama
dari pada melakukannya secara seorang-seorang. Seperti dalam mengerjakan
shalat, lebih utama untuk mengerjakan shalat secara berjamaah daripada shalat
sendiri, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim. 31
31Muslim bin Hajjâj abȗ al-Hasan al-Qusairî an-Naisaburî, Shahȋh Muslim, vol. 1,...450 No.
650.
102
ة الجماعة أفضل من صلة صل »عن ابن عمر، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال:
رجة .«الفذ بسبع وعشرين
Dari Ibn Umar, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda “Shalat berjamaah
dua puluh tujuh derajat lebih utama daripada shalat sendirian.”
Dengan melaksanakannya secara berjamaah, maka kekurangan-kekurangan
di dalam shalat dapat ditambal oleh yang lain. Berbeda jika shalat sendirian, jika
dalam shalat tersebut ada kekurangan maka tidak ada yang menutupi atau
menambal kekurangan tersebut. Dikatakan juga bahwa jika ada suatu majelis yang
terdiri dari 40 orang, maka salah satu darinya pasti ada doa yang diijabah oleh Allah.
Begitupun ketika melakukan suatu amalan dengan bersuara dapat
memberikan semangat dan menghilangkan rasa kantuk. Seperti yang dituturkan
oleh responden III, membaca atau melafalkannya di mulut ialah agar membantu
hati menjadi lebih fokus.
Dalam kitab Ayyuhȃl Walȃd disebutkan sebuah hadis dari Rasulullah saw
yang bunyinya adalah “Ada 3 suara yang disenangi oleh Allah, yakni suara ayam
jago, suara orang yang membaca al-Qur`an dan suara orang yang membaca istighfar
di waktu sahur.”32 Pada kegiatan amalan istighatsah di Pondok Pesanteran Al-
Ihsan, dua darinya telah diterapkan, yakni membaca ayat-ayat al-Qur`an dan
membaca istighfar pada waktu sahur atau akhir dari sepertiga malam.
32 Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, terj. Abu Fahdinal Husna (Jombang: Darul Hikmah, t.th),
15.
103
C. Tujuan dari Pengamalan Ayat-ayat al-Qur`an Sebagai Amalan Dalam
Istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri Banjarmasin
Disebutkan dalam sebuah hadis dari Umar bin Khattab mengenai amal, yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dalam kitab Shahȋh Bukhȃrȋ hadis tersebut
berada dipermulaan kitab, karena pada dasarnya setiap amalan pasti memiliki niat
yang diinginkan. Bunyi hadis tersebut adalah:
يه وسلم ي قول: اب رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عل عمر بن الخط عن
ن يا ي » صيب ها، إنما العمال بالن يات، وإنما لكل امرئ ما ن وى، فمن كانت هجرته إلى
33.«ها، فهجرته إلى ما هاجر إليه أو إلى امرأة ي نكح
Dari Umar bin Khattab berkata, ia mendengar Rasulullas saw
bersabda, “Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu disertai dengan niat
dan setiap orang mendapatkan balasan dari perbuatannya sesuai dengan
niatnya. Barangsiapa yang berhijrah karena dunia yang ia harapkan atau
karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia
inginkan.”
Setiap sesuatu pekerjaan yang dilakukan dengan sengaja pasti memiliki
tujuan dan niat tertentu. Dalam agama Islam telah diajarkan bahwa segala sesuatu
amalan itu tergantung dari niat. Apa yang ia niatkan bagi amalan tersebut, maka hal
itu jugalah yang akan ia dapatkan.34
33 Muhammad bin `Ismȃ`ȋl Abȗ `Abdillȃh al-Bukhȃrȋ, Shahȋh Bukhȃrȋ, vol. 1 (T.tp: Dȃr
Thauq an-Najȃh, 2001), 6 No 1. 34 Ibnu Daqȋq al-`Ȋed, Syarh al-Arba`ȋn an-Nawawiyah fȋ al-Ahȃdȋts ash-Shȃhȋhah an-
Nabawiyyah, (T. tp: Muasȃsah ar-Rayȃn, 2003), 26.
104
Tujuan utama dari kegiatan amalan istighatsah adalah mendapatkan rahmat
dan Allah. Adapun tujuan lainnya adalah agar dengan amalan-amalan dzikir dan
doa yang telah tersusun dalam istighatsah dapat melindungi Pondok Pesantren dan
yang ada di dalamnya layaknya benteng atau perisai. Yakni melindungi Pondok
Pesantren Al-Ihsan dari sesuatu hal buruk yang tidak diinginkan. Juga agar
senantiasa mendapatkan rezeki, semisal para donatur yang tidak berhenti
memberikan sebagian rezeki mereka kepada Pondok Pesantren Al-Ihsan.
Ayat-ayat al-Qur`an yang dijadikan amalan istighatsah tersebut bertujuan
agar bangunan pondok berdiri kokoh dan tidak mudah rusak, terhindar dari bencana
dan kerusakan, terhindar dari orang-orang yang memilki niat jahat. Selain itu juga
sebagai pemikat, pemikat yang dimaksudkan adalah agar Pondok Pesantren Al-
Ihsan senantiasa kedatangan oleh para pelajar-pelajar yang ingin menuntut ilmu di
Pondok Pesantren Al-Ihsan dan tidak sepi dari para peminat.
Dzikir-dzkir seperti asmâ al-husnâ, istighfar dan dzikir-dzikir lainnya adalah
untuk meminta dengan menyebut nama-nama-Nya yang Agung dan memohon
ampunan dengan tujuan agar Allah berkenan mengabulkan hajat-hajat yang telah
diminta.
Amalan istighatsah selain diamalkan dengan tujuan untuk Pondok Pesantren
Al-Ihsan, amalan tersebut juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah bagi
para santrinya yang melaksanakan amalan tersebut. Secara umum memang amalan
istighatsah tersebut diamalkan untuk Pondok Pesantren, tetapi para pelaku dari
105
amalan istighatsah tersebut juga memiliki tujuan-tujuan pribadi dalam
melaksanakannya.
Dalam wawancara yang telah dilakukan, didapati beberapa tujuan-tujuan
yang beragam. Adapun tujuan-tujuan yang didapat dari hasil wawancara adalah:
1. Diana Bulqis Utsman, tujuan amalan istighatsah baginya adalah mudah
dalam menghafal al-Qur`an dan juga menjaganya, juga sebagai pelindung
diri atau benteng dari berbagai gangguan, baik dari manusia maupun jin.
2. Lulu` az-Zahra Johari, tujuan amalan istighatsah baginya adalah sebagai
jalan keluar dari segala masalah.
3. Retno Aulia Sawitri, tujuan amalan istighatsah baginya adalah agar
dimudahkan dalam menghafal al-Qur`an dan menjaganya.
4. Adinda Olivia, tujuan amalan istighatsah baginya adalah agar dapat lebih
mendekatkan diri kepada Allah, dimudahkan dalam urusan sehari-hari
baik dalam menghafal al-Qur`an, belajar kitab dan urusan-urusan lainya,
juga diberikan rezeki yang lancar. Setiap pekerjaan yang dilakukan
diharapkan mendapatkan berkah dan diberikan keistiqamahan dalam
menuntut ilmu.
5. Julaiha Rasyid, tujuan amalan istighatsah baginya adalah agar senantiasa
diberikan kesehatan jasmani dan rohani supaya mudah dalam menuntut
ilmu, dilancarkan rezeki, dipermudahkan dalam mengahafal dan belajar
juga agar senantiasa diberikan keberkahan di dalamnya.
6. Nurrani Sekar Kinasih, tujuan amalan istighatsah baginya adalah
dipermudah dalam menghafalkan al-Qur`an dan menjaganya.
106
7. Mukhlisotin, tujuan amalan istighatsah baginya adalah sebagai media
untuk memohon hajat agar terkabulkan.
8. Farida Apriyana, tujuan amalan istighatsah baginya adalah sebagai tempat
meminta segala hajat, agar senantiasa diberikan semangat dan
keistiqamahan dalam menuntut ilmu, dipermudah dalam mengahafal al-
Qur`an dan menjaganya serta mengamalknnya, diampuninya segala dosa,
dipermudah dalam urusan rezeki dan terhindar dari segala sesuatu yang
buruk.
Pada hasil wawancara tersebut, tujuan-tujuan mereka dalam amalan
istighatsah ada beragam, tetapi semakna. Diantara tujuan-tujuan mereka adalah:
1. Dimudahakannya dalam menuntut ilmu dan diberikan kepahaman serta
keberkahan dalam ilmu tersebut.
2. Dimudahkan dalam mengahafal al-Qur`an, baik menghafal, menjaga dan
mengamalkan isi dan kadungan al-Qur`an.
3. Dimudahkannya dalam setiap urusan, agar senantiasa dimudahkan dalam
segala urusan dan mudah dalam menyelesaikan suatu masalah.
4. Dimudahkannya urusan rezeki, bagi para pelajar yang terisolasi dalam
pesantren, tentu sangat mengaharpkan rezeki dari orang tua mereka. Oleh
sebab itu dengan amalan istighatsah tersebut ditunjukkan agar
dimudahkannya orang tua di rumah mencarikan rezeki bagi mereka yang
sedang menuntut ilmu di Pondok Pesantren A-Ihsan.
5. Amalan istighatsah ditujukkan sebagai benteng dan perisai. Amalan
tersebut ditunjukkan agar terhindar dari gangguan-gangguan baik
107
jasmani maupun rohani serta terhindar dari gangguan manusia maupun
jin. Terhindar dari perasaan-perasaan negatif seperti malas, tidak
semangat dalam menuntut ilmu dan lain sebagainya.
Kegiatan dan program ini juga bertujuan sebagai pembiasaan. Maksudnya
adalah agar para santri terbiasa dengan amalan-amalan harian, bangun pagi sebelum
waktu subuh serta program yang telah ditentukan. Yang mana nantinya ketika telah
selesai menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al-Ihsan, santri tersebut diharapkan
dapat menerapkan kegiatan tersebut secara individu dan mandiri kedepannya.
D. Manfaat dari Mengamalkan Ayat-ayat al-Qur`an Tersebut Dalam Amalan
Istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri Banjarmasin
Seperti yang disebutkan dalam hadis dari Umar bin Khattab mengenai
pentingnya niat, yang telah disebutkan sebelumnya. Apa yang seseorang niatkan
bagi amalan atau pekerjaan tersebut, maka hal itu jugalah yang akan ia dapatkan.
Mendapatkan ganjaran atas apa yang diniatkan merupakan bagian dari bentuk
manfaat yang ditimbulkan dari amal tersebut. Begitupun dengan kegiatan amalan
istighatsah di Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri Banjarmasin.
Manfaat dari mengamalkan ayat-ayat al-Qur`an dalam istighatsah bagi
Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri adalah terlindung dan terhindarnya Pondok
Pesantren dari Bencana dan musibah yang tidak diinginkan. Bangunan Pondok
Pesantren dapat berdiri kokoh tanpa ada masalah kerusakan yang serius. Pondok
Pesantren Al-Ihsan juga selalu kedatangan santri-santri yang ingin menuntut ilmu,
108
baik dari dalam daerah, luar daerah hingga luar negri. Begitu juga dengan para
donatur, yang senantiasa memberikan sebagian rezeki mereka kepada Pondok
Pesantren Al-Ihsan.
Selain menimbulkan manfaat bagi Pondok Pesantren Al-Ihsan Putri, manfaat
dari amalan istighatsah juga dirasakan oleh para santri-santrinya. Karena mereka
pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu dan pribadi dalam mengamalkan amalan
istighatsah, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Manfaat dari kegiatan amalan istighatsah bagi para santri-santri adalah,
mereka manjadi lebih disiplin dan terbiasa untuk bangun pagi. Kegiatan amalan
istighatsah juga menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, dengan
mendekatkan diri kepada Allah akan mempermudah dalam menuntut ilmu dan
mempermudah dalam segala urusan. Dipermudahnya dalam segala urusan
termasuk menuntut ilmu dan lancarnya rezeki.
Tentu semua manfaat tersebut akan dirasakan apabila mengerjakan amalan
istighatsah dengan sungguh-sungguh dan hanya berharap kepada-Nya. Seperti yang
dituturkan oleh responden IV, jika melakukan kegiatan amalan istighatsah hanya
sekedar sebagai program, maka hasil yang didapatkan juga tidak akan maksimal.
Terlebih lagi menurut responden VIII, jika kegiatan amalan istighatsah dilakukan
dengan tidak sungguh-sungguh dan dengan rasa malas, biasanya pada hari itu akan
timbul rasa malas dan tidak semangat