fungsi dan makna bunga krisanthemum (kiku) dalam kehidupan
TRANSCRIPT
1
FUNGSI DAN MAKNA BUNGA KRISANTHEMUM (KIKU) DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG
NIHON SHAKAI NO SEIKATSU NI OKERU KIKU HANA NO IMI TO
KINOU
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat
ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh :
NISAUSSHALIHAH RIFIANDA
130708009
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
2
FUNGSI DAN MAKNA BUNGA KRISANTHEMUM (KIKU) DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG
NIHON SHAKAI NO SEIKATSU NI OKERU KIKU HANA NO IMI TO
KINOU
SKRIPSI
Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat
ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sasta Jepang
Oleh:
NISAUSSHALIHAH RIFIANDA
130708009
Pembimbing I
Prof. Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D
NIP. 19580704 198412 1 001
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
3
Disetujui Oleh
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan,
Program Studi Sastra Jepang
Ketua
Prof. Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D
NIP. 19580704 198412 1 001
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Usaha diiringi
doa merupakan dua hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
Skripsi yang berjudul “Fungsi dan Makna Bunga Krisanthemum (Kiku)
dalam Kehidupan Masyarakat Jepang” ini penulis susun sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan selama pembuatan
skripsi ini, dari awal hingga akhir. Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatra Utara.
2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D selaku Ketua Program Studi
Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan yang
juga selaku Dosen Penasehat Akademik dan selaku Dosen Pembimbing I,
yang banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan
memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
Universitas Sumatera Utara
ii
3. Seluruh staff pengajar Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera
Utara Medan yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya
kepada penulis dan para mahasiswa/mahasiswi program studi Sastra Jepang.
Semoga ilmu yang telah didapat menjadi bekal yang berguna untuk penulis
dalam menghadapi masa depan khususnya dalam memasuki dunia kerja.
4. Kepada kedua Orang tua penulis, Ayahanda Alfian HSB, M.Pd dan Ibunda
Linda Sukmi, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis selalu
sehat dan semangat, dan telah banyak memberikan dukungan moral dan
material yang tidak terhingga sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini,
menyelesaikan perkulihan dan mendapatkan gelar sarjana seperti yang telah
dicita-citakan, dan tanpa kedua Orang tua penulis, penulis tidak akan muntuk
menjadi seperti sekarang ini.
5. Kepada ketiga adikku, Firjatullah Rafianda, Suci Rahmadhani Rifianda, dan
Naylatul Husna Rifianda yang telah mendukung dan memberi semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada para sahabat penulis Estrhelyta, Nindya Faradilla, Novetria Indria
Putri, Likha Wulandari, sahabat Olfellix, keluarga IMIB 13, dan rekan
seperjuangan AOTAKE 13 yang telah mendukung dan memberi semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada Senior dan Junior di Depertemen Sastra Jepang yang mendukung
penyelesaian skripsi ini. Dan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dan memberi dukungan kepada penulis.
Universitas Sumatera Utara
iii
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sengat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis
sendiri dan khususnya pada pembaca.
Medan, Juli 2017
Penulis
Nisausshalihah Rifianda
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latarbelakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................... 6
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ....................................... 7
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 14
1.6 Metode Penelitian ....................................................................... 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BUNGA KRISANTHEMUM
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG ................... 16
2.1 Sejarah Bunga Krisanthemum .................................................... 16
2.1.1 Bunga Krisanthemum dalam Budaya dan Simbol
Internasional ....................................................................... 18
2.1.2 Bunga Krisanthemum di Jepang ......................................... 18
2.2 Jenis-jenis Bunga Krisanthemum ............................................... 19
2.2.1 Jenis Bunga Krisanthemum Berdasarkan Golongan ........... 19
2.2.2 Jenis Bunga Krisanthemum Berdasarkan Bentuk ............... 21
2.3 Festival Bunga Krisanthemum .................................................... 23
2.3.1 Pengertian Festival .............................................................. 23
Universitas Sumatera Utara
v
2.3.2 Festival Bunga Krisanthemum di Jepang ............................ 24
BAB III ANALISA FUNGSI DAN MAKNA BUNGA KRISANTHEMUM
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG ................. 28
3.1 Fungsi Bunga Krisanthemum ..................................................... 28
3.1.1 Dalam Kehidupan sehari-hari .............................................. 28
3.1.2 Sebagai Monshou Bunga Krisanthemum bagi Masyarakat
Jepang .................................................................................. 30
3.2 Makna Bunga Krisanthemum ...................................................... 41
3.2.1 Makna Berdasarkan Warna ................................................. 42
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 44
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 44
4.2 Saran ........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negeri Matahari Terbit adalah nama julukan untuk Kepulauan Jepang.
Bangsa Jepang sendirilah yang memberi julukan yang demikian karena rasa
bangga mereka terhadap keindahan Jepang yang tidak pernah kehilangan sinar
matahari sepanjang tahun. Matahari itu terbit di timur. Bangsa Jepang
menganggap, merekalah bangsa yang tinggal di wilayah paling timur Benua
Asia. Dari sana sang surya muncul memancarkan warna merah pertama kali,
merah yang berubah menjadi warna keemasan, dan dunia akhirnya
diselamatkan dari kegelapan.
Warna merah pertama kali ketika sang surya muncul di langit timur,
dijadikan lambang kebangsaan mereka. Bendera Jepang yang disebut
Hinomaru merupakan perlambang bulatan matahari merah di tengah-tengah
warna putih. Lambang matahari memang sangat didewa-dewakan oleh bangsa
Jepang.
Di Jepang Matahari dijadikan lambang negara mereka, karena bangsa
Jepang bahwa mereka adalah keturunan dewi matahari. Selain lambang negara
mereka juga mempunyai lambang atau simbol untuk setiap keluarga yang
disebut kamon. Stuart Terashita yang merupakan seorang Japanese American
Genealogy menerangkan bahwa kira-kira sudah ada sekitar 12.000 kamon
Universitas Sumatera Utara
2
yang digunakan di Jepang di antara lambang-lambang tersebut sudah ada sejak
zaman Heian (794-1185)
Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu
hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan
sifat dan keadaan). Simbol atau lambang sejak zaman dahulu digunakan
sebagai identitas diri maupun golongan. Misalnya pada setiap negara, masing-
masing negara mempunyai lambang. Sebagai identitas negara.
Bunga seruni diintroksikan dari daratan Cina ke Jepang pada zaman Nara.
Di Daratan Cina seruni sudah dibudidayakan sejak 3000 tahun yang lalu.
Sejak zaman kuno di Cina, ume, anggrek, bambu, dan seruni disebut empat
tanaman raja. Ume adalah lambang kebangsawanan, anggrek lambang
kesucian, bambu lambang kesetiaan, dan seruni adalah lambang kelembutan.
Bunga seruni tidak disebut dalam antologi puisi tertua Jepang, Manyoushuu,
tetapi terdapat di dalam Kokin Wakashuu dan Hikayat Genji.
Sejak awal Zaman Heian, bulan September di kalender Jepang disebut
bulan seruni (kikuzuki), tanggal 9 bulan September disebut chouyou no sekku
atau kiku no sekku. Bulan September kalender lama adalah musim mekarnya
bunga seruni. Pada awal Zaman Heian, seruni adalah bunga langka yang baru
saja didatangkan dari daratan Cina.
Di istana, kalangan bangsawan mengadakan acara apresiasi bunga seruni.
Mereka meminum sake rendaman bunga seruni sambil membaca puisi,
sekaligus mendoakan agar panjang umur. Seruni adalah bunga mahal lambang
bangsawan terhormat sehingga minum sake bunga seruni dipercaya membuat
Universitas Sumatera Utara
3
peminumnya panjang umur dan dijauhi kedengkian. Motif bunga seruni
disukai orang Jepang karena dianggap sebagai motif pembawa keuntungan,
dan dipakai sebagai ornamen kimono zaman Heian.
Pada Zaman Kamakura, Kaisar Go-Toba dikenal sangat menyukai bunga
seruni dan menggunakan gambar bunga seruni sebagai stempel kekaisaran.
Tradisi menggunakan gambar bunga seruni sebagai stempel diteruskan oleh
Kaisar Go-Fukakusa, Kaisar Kameyama, dan Kaisar Go-Uda. Lambang bunga
seruni lalu melekat sebagai lambang istana kekaisaran, khususnya tampak
depan bunga seruni bersusun 16 daun mahkota.
Pada Zaman Edo, Keshougunan Tokugawa dengan lambangnya yang
disebut mitsuba aoi sangat berpengaruh dan ditakuti rakyat. Lambang mitsuba
aoi hanya boleh dipakai Keshogunan Tokugawa. Sebaliknya, lambang bunga
seruni sudah benar-benar kehilangan pengaruhnya, dan penggunaan lambang
bunga seruni meluas ke kalangan rakyat biasa. Motif bunga seruni lalu banyak
dipakai sebagai lambang keluarga aktor kabuki, merek dagang toko, motif
wagashi dan ornamen perlengkapan sembahyang. Lambang bunga seruni
kembali dihormati rakyat Jepang pada Zaman Meiji setelah kekuasaan
pemerintahan berada kembali di tangan kaisar. Kekuasaan Kaisar Meiji
menjadi absolut, dan lambang bunga seruni sebagai simbol istana kekaisaran
kembali menjadi lambang yang sangat dihormati.
Lambang bunga seruni 16 daun mahkota lambang khusus istana
kekaisaran yang dilarang digunakan di luar rumah tangga kekaisaran.
Universitas Sumatera Utara
4
Larangan pemakaian lambang bunga seruni 16 daun mahkota berlaku hingga
berakhir Perang Dunia II.
Mengikuti pemakaian lambang bunga seruni oleh istana kekaisaran, kuil
Shinto banyak memakai bunga seruni sebagai lambang kuil. Lambang bunga
seruni misalnya dipakai oleh Kuil Takachiho di Prefektur Miyazaki yang
konon berada di tempat Kaisar Jimmu memberangkatkan tentara ekspedisi ke
timur.
Variasi desain lambang bunga seruni begitu banyak karena selain dipakai
sebagai lambang keluarga samurai dan kaum bangsawan, lambang bunga
seruni juga dipakai sebagai lambang toko dan merek dagang. Di kalangan
rakyat biasa, motif bunga seruni yang populer adalah desain bunga seruni 10
daun mahkota (juukiku) atau 12 daun mahkota (juunikiku). Variasi motif
bunga seruni yang juga populer adalah bunga seruni tampak bawah dengan
kelopak bunga (urakiku), siluet bunga seruni (kagekiku), dan setengah bunga
seruni (hankiku). Motif bunga seruni dengan air mengalir di bawahnya disebut
Kikusui.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk
membahas bunga krisanthenum dalam pembahasan skripsi ini, sehingga
penulis memilih judul skripsinya adalah “Fungsi dan Makna Bunga
Krisanthenum Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”
1.2 Rumusan Masalah
Bunga krisanhtemum adalah sejenis tumbuhan berbunga yang sering
ditanam sebagai tanaman hias pekarangan atau bunga petik. Bunga krisan
Universitas Sumatera Utara
5
adalah bagian dari tumbuhan suku kenikir-kenikiran atau asteracrae yang
mencangkup bermacam-macam jenis Chrysanthemum. Bunga nasional Jepang
ini dalam bahasa Jepang disebut sebagai キク (kiku). Karena aromanya yang
wangi, bunga ini sering ditambahkan ke dalam teh agar lebih wangi dan
nikmat.
Selama bertahun-tahun, bunga krisan dilambangkan sebagai suatu
kekaguman dan pujian. Di Cina, bunga krisan memiliki posisi tertinggi, yaitu
simbol kebangsawanan. Sementara di Jepang, bunga krisan dipercaya dapat
memanjangkan umur seseorang. Hanya dengan menempatkan krisan tunggal
bolinskom dalam gelas anggur, maka akan menjamin hidup sehat, dan bunga
ini juga dilambangkan sebagai matahari di Jepang.
Bunga krisan pada awalnya berwarna keemasan, meskipun warna
kemudian bervariasi mulai dari merah yang memiliki arti cinta, putih yang
memiliki arti kejujuran, kuning yang memiliki arti cinta yang bertepuk sebelah
tangan, dan ungu yang memiliki arti keinginan kuat untuk sehat. Konfusius
menganggap krisan sebagai objek meditasi. Di Jepang proses mekarnya
kelopak bunga diyakini mencerminkan kesempurnaan. Pada tahun 400 M,
biksu Buddha membawa bunga ini ke Jepang. Saking kagumnya terhadap
krisan, tahta kaisar sering dihiasi dengan bunga ini. Jepang merayakan krisan
sebagai simbol kerajaan dan kehormatan selama Festival of Happiness atau
Festival Bunga Krisanthemum , sebuah festival untuk merayakan bunga krisan
ini.
Universitas Sumatera Utara
6
Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah berdasarkan uraian latar
belakang sebagai berikut.
1. Bagaimana fungsi bunga krisanthemum dalam kehidupan masyarakat
Jepang?
2. Bagaimana makna bunga krisanthemum berdasarkan warna bagi
kehidupan masyarakat Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Agar masalah yang dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang lingkup
pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik
permasalahan.
Di dalam penelitian ini, pembahasan akan di fokuskan pada makna dan
fungsi bunga krisanthemum bagi kehidupan masyarakat Jepang dan penerapan
lambang bunga krisanthemum dalam kehidupan masyarakat Jepang. Untuk
mendukung pembahasan pada Bab II akan dikemukakan juga tentang sejarah
dan bunga krisanthemum di Jepang, jenis-jenis bunga krisanthemum di
Jepang, dan festival bunga krisanthemum di Jepang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai
tanaman yang disebut bunga Krisanthemum atau Kiku di dalam bahasa
Jepang. Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan bunga krisanthemum
baik secara umum, maupun sejarah dari bunga ini di Jepang. Bunga
Universitas Sumatera Utara
7
Krisanthemum, seperti tertulis di dalam buku Encyclopedia of Cultivated
Plants (2013;266-268), dinamai oleh seorang peneliti asal Swedia bernama
Carl Linnaeus. Bunga krisanthemum dalam bahasa Latin dikenal dengan
nama Chrysanthemum indicum L., yang berasal dari kata berbahasa Yunani
“chrysos” yang berarti emas dan kata “anthemon” yang berarti bunga.
Bunga Krisanthemum memiliki kelopak-kelopak yang berbentuk seperti
daun dengan ujung yang bervariasi; walaupun bunga Krisanthemum lebih
sering memiliki ujung kelopak yang bergerigi, namun tidak jarang juga bunga
Krisanthemum memiliki ujung kelopak yang halus. Di dalam satu kelompok
terdapat beberapa kepala bunga, namun dalam beberapa kasus sering juga
ditemui hanya satu kepala bunga dalam satu kelompok. Bagian dasar bunga
tertutup dalam lapisan yang bernama filaria. Warna bunga yang cenderung
dijumpai adalah warna putih, kuning atau merah, namun beberapa peneliti
mencoba mengembangkan warna-warna bunga Krisanthemum selain yang
telah disebutkan di atas.
Pada awalnya bunga Krisanthemum berasal dari daratan China, dan
pertama kali dipanen pada abad ke-15 SM. Di negara-negara Asia Timur
seperti China, Jepang, dan Korea, bunga Krisanthemum banyak dipakai
sebagai karya seni, dan dianggap sebagai satu dari Four Gentlemen, bersama
dengan bunga Anggrek, Plum dan Bambu, yang melambangkan keempat
musim; bunga Krisanthemum melambangkan musim gugur.
2. Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
8
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan semiotik. Menurut
Pradopo (2003: 72) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-
aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut
mempunyai arti.
Eco juga berpendapat dalam buku nya A Theory of Semiotics (1976)
bahwa teori semiotik secara umum seharusnya tidak hanya memuat teori
tentang bagaimana sebuah kode dapat membuat aturan mengenai signifikasi,
tetapi juga peraturan akan bagaimana sebuah tanda dapat dibuat dan
diinterpretasikan . Sebuah teori kode mungkin dapat menjelaskan aspek dari
‘signifikasi’, sementara teori dalam pembuatan suatu tanda dapat menjelaskan
aspek dari ‘komunikasi’. Menurut Eco, signifikasi adalah suatu keadaan
semiotik sementara sebuah tanda mendefinisikan sesuatu. Beliau juga
menjelaskan ‘komunikasi’ sebagai transmisi informasi dari sebuah sumber
sampai ke tujuannya. Komunikasi dapat menjadi mungkin dengan keberadaan
sebuah kode, atau sebuah sistem signifikasi. Tanpa kode atau sistem
signifikasi tersebut, tidak akan ada aturan untuk menentukan bagaimana
sebuah tanda dapat disinambungkan dengan maknanya. Pengunaan kode atau
sistem signifikasi untuk menghubungkan korelasi antara ekspresi dan makna
tanda sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi dalam bentuk apapun.
Simbol adalah sebuah objek yang merepresentasikan, menggantikan atau
mengacu kepada baik sebuah pemikiran, visualisasi dari sebuah gambar,
Universitas Sumatera Utara
9
kepercayaan, tindakan maupun sebuah material. Simbol dapat berupa apa saja,
seperti kata-kata, suara, gerakan ataupun gambar. Dari media-media yang
telah disebutkan di atas maka simbol dapat menyampaikan hasil pemikiran
yang dimaksud.
Menurut Marcel Danesi (dalam Florentina M. Setiawan; 2014)
menjelaskan sebagai berikut:
A sign is anything – a color, a gesture, a wink, an object, amathematical
equation, etc. – that stands for something other than itself. The word ‘red’, as
we saw, qualifies as a sign because it does not stand for the sound ‘r-e-d’ that
comprise it, but rather for a certain kind of color and other things.
Terjemahan:
Sebuah tanda dapat menjadi apa saja – warna, gerakan, kedipan, objek,
rumus matematika dan sebagainya, sesuatu yang mewakili suatu yang lain
selain dirinya sendiri. Sebuah kata ‘merah’, seperti yang dapat kita lihat,
dapat bertindak sebagai sebuah tanda karena dia tidak mewakili bunyi-bunyi
huruf ‘m-e-r-a-h’ sebagaimana dia terbentuk, melainkan kata tersebut
mewakili suatu warna dan hal-hal lainnya.
Sementara Peirce dalam Eco (1979:14), Charles Peirce mengemukakan
bahwa sebuah tanda adalah sesuatu yang berdiri untuk suatu yang lain sebagai
suatu penghormatan atau kapasitas. Yang dimaksud dalam kapasitas di sini
adalah kebisaan atau kemampuan objek tersebut dalam mewakili dan
Universitas Sumatera Utara
10
merepresentasikan objek sehingga tanda tersebut akan langsung diartikan
oleh orang yang melihatnya sebagai sesuatu yang lain.
Kata “simbol” berasal dari kata bahasa Yunani “simbolon” yang berarti
“tanda mata” atau “semboyan”. Kata “simbolon” sendiri sebenanya
merupakan gabungan dari dua kata: “syn” yang berarti bersama-sama dan
“ballein” yang berarti melempar. Gabungan dari dua kata ini membuat makna
asalnya menjadi “sebuah tanda yang digunakan sebagai perbandingan akan
keaslian sesuatu”. Etimologi ini mencirikan bahwa kata-kata dapat digabung
untuk menjelaskan korespondensi dengan suatu gagasan atau keadaan ilmiah.
Di dalam sejarah filosofis, kata simbol dapat secara eksklusif diaplikasikan
pada ucapan lisan, naskah tertulis ataupun juga hasil budaya yang
dipergunakan untuk tujuan representasional. Hasil-hasil budaya yang
dimaksud di sini mencakup jimat, upacara ritual, peralatan keagamaan,
lambang-lambang militer serta kata-kata, baik lisan maupun tertulis. Hasil-
hasil budaya ini juga termasuk bentuk-bentuk hasil budaya lainnya yang tidak
terhitung banyaknya.
Makna kata simbol pertama kali ditemukan oleh Edmund Spenser dalam
buku nya “Faerie Queene” (1590); dalam buku tersebut Spenser mengartikan
makna kata simbol sebagai “sesuatu yang mengacu pada suatu yang lain”.
Definisi ini pada akhirnya mengacu pada makna dari simbol, dan maka dari
itu, definisi itu juga menjadi makna dari ilmu semiotic.
Dalam bukunya yang berjudul The Symbol without Meaning (2002),
Joseph Campbell berpendapat :
Universitas Sumatera Utara
11
“a symbol, like everything else, shows a double aspect. We must
distinguish, therefore, between the ‘sense’ and the ‘meaning’ of the symbol. It
seems to me perfectly clear that all the great and little symbolical systems of
the past functioned simultaneously on three levels: the corporeal of waking
consciousness, the spiritual of dream and the ineffable of the absolutely
unknowable. The term ‘meaning’ can refer only to the first two, but there,
today, are the charge of science- which is the province as we have said, not of
symbols but of signs. The ineffable, the absolutely unknowable, can be only
sensed. It is the province of art which is not ‘expression’ merely, or even
primarily, but a quest for, and formulation of, experience evoking; energy-
waking images; yielding what Sir Herbert Read has aptly termed a ‘sensuous
apprehension of being’”
Terjemahan:
“Sebuah simbol, seperti hal lainnya , menunjukkan aspek yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, kita harus dapat membedakan aspek ‘indra’ dan
‘makna’ dari simbol tersebut. Sangatlah jelas bagiku bahwa seluruh simbol,
baik besar maupun kecil, berfungsi secara berkesinambungan pada tiga
tingkatan: dalam bentuk jasmani pada alam sadar, dalam bentuk spiritual pada
mimpi dan yang tidak diketahui. Kata ‘makna’ hanya dapat mengacu pada
dua tingkatan yang pertama, tapi ini pun pada hari ini dikuasai oleh sains-
yaitu merupakan bidang dari sign (tanda), bukan simbol, seperti yang tadi
telah disebutkan. Simbol juga merupakan bidang dari seni, yang tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
12
merupakan ‘ekspresi’ belaka, bukan juga sebagai yang utama, namun sebagai
sebuah pencarian , dan juga perumusan, untuk pengalaman, gambar yang
membangkitkan semangat; atau seperti yang dikatakan oleh Sir Herbert Read
‘sebuah pengertian tentang keberadaan sesuatu melalui seluruh panca
indera’”
Perbedaan dari simbol dan tanda adalah simbol merupakan cara
berkomunikasi yang lebih kompleks, karena makna yang tertuang dalam
suatu simbol terkadang bisa memiliki beberapa arti, sementara sebuah tanda
hanya memiliki sebuah artian saja.
Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:456)
merupakan kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan.
Fungsi dapat diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Dalam
kehidupan sehari-hari fungsi sering diartikan sebagai dampak yang dapat
diberikan oleh suatu hal atau benda. Begitu pula dalam penulisan skripsi ini,
fungsi yang dimaksud adalah kegunaan atau dampak baik, yang diperoleh
oleh masyarakat dari benda-benda yang diyakini sebagai simbol
keberuntungan, bagi masyarakat Jepang itu sendiri.
Malinowski (Koentjaraningrat, 1980:162) mengajukan sebuah orientasi
teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi
bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur
itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap
kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah
menjadi kebiasaan. Setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian
Universitas Sumatera Utara
13
dari kebudayaan dalam suatu masyarakat memenuhi beberapa fungsi
mendasar dalam suatu unsur kebudayaan bersangkutan. Menurut Malinowski
fungsi dari suatu unsur budaya adalah kemampuan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar
yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan
pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa
enak badan (bodily comfort ), keamanan , kesantaian, gerak dan pertumbuhan.
Malinowski percaya, bahwa pendekatan yang fungsional mempunyai suatu
nilai praktis yang penting. Pengertian akan hal tersebut diatas dapat
dimanfaatkan oleh mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif.
Malinowsky menerangkan sebgai berikut “nilai yang praktis dari teori
tersebut adalah bahwa teori ini mengajarkan kita tentang kepentingan relative
dari berbagai kebiasaan yang beragam-ragam itu; bagaimana kebiasaan-
kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya. Teori fungsionalisme
dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme
kebudayaan-kebudayaan secara tersendiri, namun teori ini tidak
mengemukakan dalil-dalil sendiri untuk menerangkan mengapa kebudayaan
yang berbeda-beda memiliki unsure-unsur budaya yang berbeda dan mengapa
terjadi perubahan dalam kebudayaan.
Dalam penulisan ini, penulis juga menggunakan konsep pendekatan religi.
Konsep Religi menurut Koentjaraningrat (1974: 137) adalah sistem
kepercayaan yang mengandung keyakinan dan bertujuan mencari hubungan
Universitas Sumatera Utara
14
antara manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk halus yang
mendiami alam gaib.
Dan menurut Robert N. Bellah (1992: 79), fungsi sosial utama dari religi
adalah untuk memberikan kerangka makna bagi nilai-nilai dasar dalam
masyarakat dan untuk menjawab tantangan nilai-nilai tersebut yang berasal
dari frustasi-frustasi dasar kemanusiaan. Kedua fungsi dasar tersebut
menuntut adanya satu sistem maha tinggi yang bersifat mendasar.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan makna bunga krisanthenum berdasarkan
warna bagi kehidupan masyarakat Jepang.
2. Untuk mendeskripsikan apa saja fungsi bunga krisanthenum dalam
kehidupan masyarakat Jepang.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai bunga krisanthemum, terutama makna
bunga krisanthemum berdasarkan warna bagi kehidupan masyarakat
Jepang.
2. Menambah pengetahuan mengenai fungsi bunga krisanthemum dalam
kehidupan masyarakat Jepang.
1.6 Metode Penelitian
Universitas Sumatera Utara
15
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif
analisis melalui studi kepustakaan. Metode deskriptif membicarakan
kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan cara
mengumpulkan data, menganalisa, dan menginterpretasikannya (Surakhmad,
1982: 147). Menurut Koentjaraningrat (1976: 30) penelitian yang bersifat
deskriptif yaitu yang memberikan gambaran secara secermat mungkin
mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
Teknik penelitian dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode
kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian (Mestika Zed, 2004: 3). Dalam metode kepustakaan, penulis
mencari data melalui berbagai buku yang memiliki kaitannya terhadap objek
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG BUNGA KRISANTHEMUM
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG
2.1 Sejarah Bunga Krisanthemum
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari dataran Cina.
Krisan kuning berasal dari dataran Cina dikenal dengan Chrysanthemum
indicum (kuning), Chrysanthemum morifolium (ungu dan pink) dan daisy
(bulat pompom). Jepang pada abad ke-4 mulai membudidayakan krisan dan
tahun 1797 bunga krisan dijadikan sebagai symbol kekaisaran Jepang dengan
sebutan Queen of The East.
Universitas Sumatera Utara
17
Tanaman Krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan
Prancis tahun 1795. Tahun 1808 M Colvil dari Chelsea mengembangkan 8
varietas krisan di Inggris. Pada abad ke-17 krisan mulai masuk ke Indonesia,
sejak tahun 1940 krisan dikembangkan secara komersial.
Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan
yang tumbuh didunia. Beberapa varietas krisan yang dikenal antara lain
adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C. maximum, C.
hornorum dan C. parthenium. Varietas krisan yang banyak ditanam di
Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri terutama dari Belanda,
Amerika Serikat dan Jepang.
Bunga krisan sangat populer dimasyarakat karena banyaknya jenis, bentuk
dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai,
warna, bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen
lebih menyukai warna merah, putih dan kuning, sebagai warna dasar krisan
namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang merupakan hasil
persilangan diantara warna dasar tadi.
Kedudukan tanaman krisan atau seruni dalam taksonomi tumbuhan adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Universitas Sumatera Utara
18
Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
Bunga krisan merupakan bunga majemuk di dalam satu bonggol bunga
terdapat bunga cakram yang berbentuk tabung dan bunga tepi yang berbentuk
pita. Bunga tabung dapat berkembang dengan warna yang sama atau berbeda
dengan bunga pita. Dengan bentuk dan warna bunga krisan yang
beranekaragam memungkinkan banyak pilihan bagi konsumen.
2.1.1. Bunga Krisanthemum dalam Budaya dan Simbol Internasional
Di beberapa negara-negara Eropa, bunga Krisanthemum dianggap sebagai
simbol kematian dan hanya digunakan pada saat sedang berduka atau
pemakaman. Hal yang serupa juga terjadi di negara-negara Asia Timur yang
menganggap bunga Krisanthemum, terutama yang berwarna putih,
merupakan simbol dari kesedihan dan dijadikan lambang belasungkawa.
Berbeda dengan Eropa dan Asia Timur, negara seperti Amerika Serikat
menganggap bunga Krisanthemum sebagai lambang kejujuran. Di negara
tersebut bunga tersebut biasanya diberikan sebagai hadiah dengan perasaan
tulus dan bahagia; satu-satu nya pengecualian adalah di New Orleans.
2.1.2. Bunga Krisanthemum di Jepang
Bunga Krisanthemum dibawa masuk ke Jepang dari daratan China pada
sekitar abad ke-8, sekitar seabad sebelum bunga Krisanthemum diadopsi
sebagai monshou keluarga kerajaan Jepang sebagai lambang kekaisaran.
Monshou bunga Krisanthemum dapat ditemui di berbagai tempat di Jepang,
seperti passport warga negara Jepang dan dalam mata uang koin 50 Yen.
Universitas Sumatera Utara
19
Penghargaan paling tinggi di negara Jepang hanya bisa diberikan oleh
Kaisar kepada orang-orang yang dinilai sangat berjasa bagi bangsa dan
negara Jepang; penghargaan tersebut disebut “Supreme Order of The
Chrysanthemum”, diambil dari simbolisasi bunga Krisanthemum dengan
Kaisar.
Bunga Krisanthemum di Jepang tidak hanya dilihat sebagai simbol
kerajaan saja, namun juga sebagai lambang kebahagiaan dan panjang umur.
Ini merupakan alasan mengapa bunga Krisanthemum dirayakan setiap
tahunnya pada festival yang dinamai Festival Kebahagiaan atau sering disebut
sebagai Festival Bunga Krisanthemum, yang biasanya diadakan di bulan
September, dimana pada saat itu juga bunga Krisanthemum akan bermekaran.
Salah satu kota di Jepang yang bernama Nihonmatsu merayakan acara
Ekshibisi Boneka Krisanthemum Nihonmatsu, bertempat di puing-puing
bersejarah bernama Istana Nihonmatsu.
2.2 Jenis-jenis Bunga Krisanthemum
Bunga krisanthemum sangat diminati banyak orang karena bentuk dan
variasi warnanya yang sangat indah dan eksotis. Bunga ini sering dirangkai
menjadi penghias untuk berbagai acara besar, dan juga sering dijadikan bunga
papan untuk ucapan selamat atau pengesahan geedung perkantoran, hotel,
maupun restaurant.
2.2.1 Jenis Bunga Krisanthemum Berdasarkan Golongan
Bunga krisanthemum dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
20
1. Jenis spray, yakni dapat menghasilkan 10-20 kuntum bunga berukuran
kecil dalam satu tangkai bunga.
2. Jenis standard, yakni dapat menghasilkan satu kuntum bunga yang besar
dalam satu tangkai.
Ada beberapa jenis bunga krisanthemum yang paling digemari, yaitu :
1. Chrysanthemum Segetum
Jenis krisan ini memiliki tinggi sekitar 50cm. Bunga-bunga muncul pada
umur 3 bulan sesudah disemaikan. Lamanya bunga bertahan pada pohon
hingga 2 bulan. Bentuk bunganya adalah cakram dengan warna kuning dan di
tengahnya berwarna gelap. Tanaman krisan ini dapat diperbanyak melalui biji,
setek batang atau setek umbi akar. Jika bijinya disimpan dalam tempat kering
dapat bertahan hingga beberapa tahun tanpa mengurangi kemampuan
tumbuhnya.
2. Chrysanthemum Inodorum
Jenis krisan ini mempunyai tinggi sekitar 35cm dan mulai bermunculan
bunga pada bulan ke 3 setelah disemaikan. Lamanya berbunga hingga 2 bulan.
Jika diperbanyak melalui biji, krisan tumbuh 2 minggu setelah disemaikan.
Jika bijinya disimpan dalam tempat kering dapat bertahan hingga beberapa
tahun tanpa mengurangi kemampuan tumbuhnya.
3. Chrysanthemum Carinatum
Universitas Sumatera Utara
21
Bunga krisan ini berbentuk cakram yang memiliki tiga warna melingkar
dengan pusatnya berwarna gelap. Warna bunganya beragam. Perbanyakan
melalui biji dapat tumbuh rata-rata 2 minggu setelah disemaikan.
4. Chrysanthemum Maximum
Jenis krisan ini bertipe lockenpopf. Tinggi krisan ini mencapai 1 meter.
Bunganya bertangkai panjang dan tegas bentuk cakram berwarna putih.
Tanaman ini digunakan sebagai penghias kebun atau taman, penghias
pinggiran pagar tembok maupun bunga potong.
5. Jenis-jenis Chrysanthemum Bercabang
Krisan yang mempunyai banyak cabang dan ranting. Akibatnya, akan
berbentuk rangkaian bunga yang membulat. Bunganya beraneka ragam dan
berbentuk cakram atau bersusun. Contohnya Chrysanthemum Koreanum.
6. Chrysanthemum Bloemen
7. Chrysanthemum Achileifolium
8. Chrysanthemum Coronarium
9. Chrysanthemum Nankinensis
10. Chrysanthemum Leucoanthemum
11. Chrysanthemum Paludosum
12. Chrysanthemum Pacifium Nakai
13. Chrysanthemum Japonense Nakai Var
14. Asizuriense Kitam
15. Chrysanthemum Oxeye Daisy
16. Chrysanthemum Siwogiku Kitam
Universitas Sumatera Utara
22
2.2.2 Jenis Bunga Krisanthemum Berdasarkan Bentuk
Bunga Krisanthemum memiliki berbagai macam bentuk yang sama-sama
memiliki genus Chrysanthemum namun spesiesnya berbeda. Ada 4 macam
bentuk bunga krisanthemum, yaitu:
1. Bunga Krisanthemum Tunggal
Jenis bunga krisan ini adalah yang paling sederhana. Di beberapa tempat,
bunga krisan tunggal dinamakan dengan bunga kertas karena memang
mahkota bunga hanya terdiri dari satu lapis saja, setipis kertas. Dalam satu
batang krisan tunggal hanya terdapat satu buah bunga, namun satu pohon
dapat memiliki beberapa cabang sekaligus. Piringan mahkota berukuran
sedang, paling banyak ditemukan dalam warna putih dan pink.
2. Bunga Krisanthemum Anemone
Jenis bunga krisan ini sangat mirip dengan bunga krisan tunggal, memiliki
mahkota bunga yang terdiri dari satu lapis saja. Namun, bedanya bunga krisan
ini mahkota terlihat memiliki sedikit jarak antara satu dan lainnya, juga
mahkota per helainya relatif lebih panjang dibandingkan dengan seruni
tunggal.
3. Bunga Krisanthemum Pompon
Lain lagi dengan bunga krisan bentuk pompon (seperti bola). Kelopaknya
berlapis-lapis dalam ukuraan yang teratur sehinnga membentuk bola dan
terlihat sangat penuh mahkotanya jika dibandingkan dengan krisan tunggal
atau anemone. Diameter bunga lebih besar dari 10 cm, kuntum bunga tampak
membulat.
Universitas Sumatera Utara
23
4. Bunga Krissanthemum Besar (Large/Exhibition Incurve)
Seperti bunga krisan pompon, namun ukurannya 2-3 kali lebih besar,
diameter mahkota bunga dapat mencapai ukuran 10 cm. Mahkota juga
berlapis-lapis dan ada yang menekuk ke dalam, lurus, atau menekuk ke luar
sehingga tampilannya sangat cantik.
2.3 Festival Bunga Krisanthemum
2.3.1 Pengertian Festival
Matsuri adalah sebuah tradisi yang sakral yang masih dipertahankan
masyarakat jepang sampai sekarang ini. Myake (2009:53) Matsuri adalah
suatu yang paling penting dalam sistem kepercayaan Jepang. Matsuri
berfungsi sebagai “ yang memantapkan keyakinan seseorang mengenai
dunia” dunia nyata dan dunia gaib, menjadi penghubung antara dunia nyata
dan dunia gaib yang akan dicapai, membuat kenyataan-kenyataan dan gejala-
gejala menjadi simbol-simbol dan metafora yang keberadaannya dinyatakan
sebagai nyata ada dalam suatu ketururunan. Keyakinan terhadap simbol-
simbol menciptakan motivasi dan membentuk suasana hati seseorang untuk
meraih satu tujuan di dalam kehidupan (Geertz, 1985).
Festival di Jepang merupakan acara tradisional yang berhubungan dengan
perayaan tertentu. Beberapa festival mempunyai asal-usul dari festival yang
juga awalnya ada di Cina tetapi telah mengalami perubahan dramatis dengan
tradisi lokal. Beberapa bahkan berbeda, yang tidak memiliki kemiripan
dengan festival aslinya walaupun memiliki nama dan waktu yang sama.
Universitas Sumatera Utara
24
Negara Jepang memang negeri festival. Hampir setiap setiap musim di
Jepng mengadakan festival yang terkait dengan alam dan kehidupan manusia.
Pada musim gugur yang berlangsung selama tiga bulan, yaitu bulan
September, Oktober, November. Pada bulan-bulan tersebut terdapat
serangkaian aneka festival seni budaya tradisional Jepang. Festival-
festivalnya bersifat nasional, yang berlangsung dengan corak yang hampir
sama, namun ada pula yang bersifat lokal dan sangat populer. Dengan adanya
festival yang diselenggarakan akan mendukung terlestarinya seni tradisional
Negara Jepang, karena sebuah festival merupakan hasil dari gotong-royong
rakyat setempat yang diikuti dan dinikmati secara beramai-ramai, baik itu
masyarakat setempat maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang.
2.3.2 Festival Bunga Krisanthemum di Jepang
Krisanthemum adalah bunga yang sering digunakan oleh masyarakat
Jepang sebagai symbol kebahagiaan, kemakmuran dan keberkahan panjang
umur untuk sebuah keluarga. Festival Bunga Krisanthemum diselenggarakan
setiap tahun di musim gugur, sekitar bulan Oktober sampai pertengahan
November yang dirayakan oleh seluruh kuil, candi dan kebun bunga di
Jepang. Festival ini sudah ada sejak periode 1603-1867, dimulai ketika
masyarakat Jepang mulai gemar menanam bunga krisanthemum di halaman
rumah mereka.
Pada saat perayaan festival, seluruh masyarakat pecinta krisanthemum
yang terbagi dalam kelompok maupun secara individual menunjukkan
tanaman krisanthemum mereka. Ada lebih dari 5.000 bunga krisan yang
Universitas Sumatera Utara
25
dipamerkan dalam festival ini. Biasanya, dalam festival ini akan dipilih bunga
dengan kualitas terbaik untuk diberikan penghargaan yang berasal dari
Perdana Menteri dan Gubernur setempat. Dalam festival yang tidak dipungut
biaya sepersenpun dan dibuka untuk umum ini, pengunjung dapat melihat-
lihat berbagai jenis bunga krisanthemum yang sengaja dipamerkan oleh para
pecinta krisan. Tema yang kerap digunakan dalam festival ini adalah tema
cascade, yang sering disebut dengan senrinzaki dan kenganzukuri yang
memiliki arti seribu bunga. Serizaki adalah cara perkembangbiakan bunga
yang terkenal dalam istilah perkebunan, yaitu dengan cara membuat satu
tanaman bunga tunggal berkembangbiak menjadi seribu tanaman bunga di
atas suatu bidang datar.
Display yang sangat unik dalam festival ini adalah kiku ningyo, yaitu
sebuah boneka yang mengenakan pakaian yang terbuat dari bunga
krisanthemum. Boneka yang dipilih untuk dijadikan display biasanya adalah
boneka yang mewakili tokoh-tokoh sejarah atau karakter legendaris yang
berasal dari cerita sejarah yang terkenal di Jepang. Selama festival, selain
penilaian krisanthemum, diselenggarakan pula pertunjukkan budaya
tradisional Jepang dan seni seperti tari Jepang dan koto (alat musik
tradisional) di panggung. Saat ini perayaan Festival Bunga Krisanthemum
tidak semeriah dahulu.
Beberapa tempat festival bunga krisanthemum yang terkenal di Jepang,
yaitu :
1. Sapporo Kiku Festival
Universitas Sumatera Utara
26
Sapporo Kiku Festival atau Sapporo Krisanthemum Festival dimulai pada
tahun 1963 dimana bunga krisanthemum yang terdapat di Hokkaido
dikumpulkan dan ditampilkan di jalan bawah tanah yang menghubungkan
stasiun kereta bawah tanah Odori dan Sapporo, biasanya antara akhir Oktober
dan awal November. Bunga krisanthemum adalah bunga yang sangat tangguh,
yang dapat tumbuh dalam kondisi yang keras. Secara historis, bunga ini
secara signifikan ditampilkan dalam budaya tradisional Jepang dan sangat
penting karena keluarga kerajaan menggunakannya sebagai lambang
kekaisaran mereka.
2. Kitami Kiku Festival
Kitami Kiku Festival adalah festival bunga krisanthemum yang tertua dan
terbesar di Hokkaido. Selain menampilkan sekitar 15.000 pot bunga krisan
untuk membentuk sebuah taman bunga, para pengunjung juga dapat melihat
1.500 lainya yang menampilkan bunga musim gugur ini dimana merupakan
bagian kompetisi. Salah satu fitur dari festival ini adalah bahwa mereka
menggunakan bunga krisan untuk menghias boneka sejalan dengan drama
NHK Taiga berjalan.
3. Benteng Matsumoto
Pameran krisanthemum ini terletak di bagian utara lapangan Benteng
Matsumoto. Hal ini sangat jarang bisa ditemukan festival bunga
krisanthemum di kuil, candi atau tempat bersejarah lainnya selama bulan-
bulan musim gugur. Bunga krisanthemum atau kiku dalam bahasa Jepang,
adalah bunga yang mewakili di musim gugur da nada hubungannya dengan
Universitas Sumatera Utara
27
keluarga dan kerajaan (yang puncaknya adalah kelopak bunga krisanthemum).
Benteng Matsumoto merupakan gambaran bunga krisanthemum pada musim
gugur yang khas dengan fokus pada miniature atau jenis bonsai bunga
krisanthemum. Efeknya cukup menakjubkan, terutama ketika tanaman kecil
dibandingkan dengan tanaman yang lebih besar dari sisi berlawanan dari
pameran.
BAB III
ANALISA FUNGSI DAN MAKNA BUNGA KRISANTHENUM DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG
3.1 Fungsi Bunga Krisanthemum
3.1.1 Dalam Kehidupan Sehari-hari
Universitas Sumatera Utara
28
a. Bagi Kesehatan
Seperti yang diketahui, Jepang merupakan salah satu Negara yang
memiliki penduduk dengan kreatifitas yang tinggi. Bangsa Jepang juga
dikenal dengan budaya disiplinnya yang tidak diragukan lagi. Menurut
penelitian, masyarakat Jepang memiliki angka harapan hidup yang lebih
baik dibandingkan dengan masyarakat di Negara-negara lain, terutama di
Asia. Selain budayanya warga Jepang juga sangat sehat. Di Jepang
sangat jarang terjadi kasus seperti penyakit jantung ataupun semacamnya,
hal ini dikarenakan masyarakat Jepang memiliki kebiasaan hidup yang
sehat. Seperti yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya, menurut
masyarakat Jepang, bunga krisanthemum dipercaya dapat memberikan
umur panjang dan kesehatan bagi orang yang mengonsumsinya secara
berkala.
b. Keindahan dan Tanaman Hias
Krisanthemum merupakan salah satu bunga yang sangat popular di
kalangan masyarakat luas karena keindahan dan kecantikan bentuk dan
warna bunganya. Krisanthemum dikenal juga dengan sebutan bunga aster
atau seruni. Sebagai tumbuhan dengan bunga yang beragam bentuk, rupa,
warna bunga krisanthemum telah lama digemari sebagai tanaman hias.
Keberadaan krisanthemum sebagai tanaman hias penghasil bunga potong
komersial semakin popular di berbagai Negara. Warna-warni bunganya
sangat beragam sehingga dapat disusun dalam rangkaian dengan
kombinasi yang serasi. Banyak potensi biologis dari bunga krisanthemum
Universitas Sumatera Utara
29
yang dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi manusia, tak hanya
sebagai tanaman hias, bunga krisanthemum juga dipercaya memiliki
manfaat sebagai tumbuhan obat dan sebagai bahan parfum.
c. Insektisida Alamiah
Jenis tanaman krisan Chrysanthemum cinerariaefolium VS
mengandung zat pyrethrin yang sangat beracun bagi aneka macam
serangga, tetapi tidak merupakan racun bagi hewan berdarah panas. Oleh
karena itu zat pyrethrin dapat digunakan antara lain sebagai campuran
bahan pembuat obat nyamuk.
Bonggol bunganya mengandung bahan beracun yang disebut piretrin
yang memiliki sifat mengusir dan membunuh nyamuk atau serangga
sehingga dapat dijadikan insektisida nabati. Bahan aktif piretrin telah
digunakan dalam berbagai bentuk, antara lain aerosol untuk anti nyamuk
semprot, insektisida untuk 1.
3.1.2 Sebagai Monshou Bunga Krisanthemum
a. Sejarah Monshou Bunga Krisanthemum
Menurut 広辞苑 (Koujien) (1955: 633) mon (紋), yang juga dikenal
sebagai monshou (紋章), monshou (紋所), dan kamon (家紋), adalah
emblem atau lambang yang digunakan oleh keluarga-keluarga yang
memiliki pengaruh di Jepang pada jaman dahulu, walaupun sekarang
fungsinya telah berubah menjadi lambang keluarga, tanpa memandang
bila keluarga tersebut merupakan keluarga yang berpengaruh atau tidak.
Fungsi dari monshou adalah sebagai alat identifikasi kepada salah
Universitas Sumatera Utara
30
seorang dari anggota keluarga yang lambangnya mewakili nama keluarga
tersebut. Mon sendiri adalah definisi dari simbol keluarga, demikian juga
halnya dengan kamon dan monshou.
Kamon pada awalnya dibuat pada secarik kain untuk
mengidentifikasikan masing-masing individu dari suatu klan tertentu;
menggantikan sistem sebelumnya yang menggunakan kain warna putih
untuk mengidentifikasi klan Minamoto dan kain warna merah untuk
mengidentifikasikan klan Taira. Pada abad ke-12, seseorang dapat
mendapatkan informasi mengenai pangkat, identitas dan peranannya
dalam medan perang cukup dengan melihat monshou yang dikibarkan.
Konsep mengenai Monshou ini adalah konsep asli yang diambil dari
dalam budaya Jepang. Mon (紋), yang juga dikenal sebagai monshou (紋
章), monshou (紋所), dan kamon (家紋), adalah emblem atau lambang
yang digunakan oleh keluarga-keluarga yang memiliki pengaruh di
Jepang pada jaman dahulu, walaupun sekarang fungsinya telah berubah
menjadi lambang keluarga, tanpa memandang bila keluarga tersebut
merupakan keluarga yang berpengaruh atau tidak. Fungsi dari monshou
adalah sebagai alat identifikasi kepada salah seorang dari anggota
keluarga yang lambangnya mewakili nama keluarga tersebut. Mon adalah
definisi dari simbol keluarga, demikian juga halnya dengan kamon dan
monshou.
Universitas Sumatera Utara
31
Ada sekitar 5.116 monshou keluarga yang tercatat di Jepang, yang
dimasukkan ke dalam 241 kategori oleh sebuah organisasi yang
bertanggung jawab untuk mendata monshou-monshou keluarga tersebut.
Monshou pada awalnya hanya boleh dipakai oleh keluarga-keluarga
bangsawan saja, namun lama kelamaan konsep monshou juga diadopsi
oleh keluarga-keluarga pedagang, pengrajin, kuil dan aktor teater, yang
seringkali menggunakan produk yang mereka hasilkan sebagai monshou.
Monshou bahkan juga digunakan oleh keluarga dan organisasi yakuza.
Monshou berguna bagi masyarakat yang tuna aksara karena monshou
dapat memberikan mereka informasi mengenai siapa pemakai monshou
tersebut dan seberapa tinggi tingkatan sang pemakai monshou.
Menurut buku 日本の文様 (Nihon no Bunyou) yang telah disebutkan
sebelumnya, monshou bunga Krisanthemum pertama kali dipakai oleh
keluarga kerajaan pada abad ke-12, pada masa pemerintahan Kaisar Go-
Toba (1183-1198), yang menggunakan monshou bunga Krisanthemum
sebagai lambang pribadinya, menggantikan lambang kerajaan pada masa
itu, yaitu monshou bulan dan matahari. Diceritakan bahwa Kaisar Go-
Toba sangat menyukai bunga Krisanthemum karena bunga itu berasal
dari China (pada masa itu segala hal yang berkaitan dengan bangsa China
dianggap lebih maju), dan kepercayaan bahwa bunga tersebut
melambangkan umur panjang dan kebahagiaan
Monshou bunga Krisanthemum dipakai sebagai monshou pribadi sang
Kaisar sejak Kaisar Go-Toba memilih bunga Krisanthemum berkelopak
Universitas Sumatera Utara
32
16 sebagai lambang pribadinya, namun pemakaian monshou bunga
Krisanthemum pada masa itu tidak eksklusif sehingga banyak keluarga-
keluarga bangsawan yang turut mengadopsi kikukamonshou sebagai
monshou keluarga miliknya. Contoh popular penggunaan monshou
bunga Krisanthemum selain keluarga kerajaan Jepang adalah monshou
motif Kikusui milik klan Kusunoki
Pakaian Jepang formal tradisional pada umumnya menunjukkan mon
keluarga sang pemakai. Rakyat biasa yang tidak memiliki mon keluarga
mereka sendiri biasanya memakai mon milik keluarga yang
mempekerjakan mereka atau mon milik organisasi dimana mereka telah
terdaftar menjadi anggota. Dalam kasus-kasus dimana sang pemakai
tidak diperkenankan untuk memakai mon milik keluarga nya atau
tuannya, mereka akan menggunakan mon yang dinilai “vulgar” di mata
masyarakat, atau mereka akan menciptakan sendiri mon keluarga yang
mereka inginkan, dan akan diwarisi ke keturunan-keturunan sang
pemakai.
Peraturan yang meregulasi pemilihan dan penggunaan mon sangatlah
terbatas, walaupun pemilihan motif mon biasanya ditentukan melalui
sistem sosial. Penggunaan mon yang diketahui telah dimiliki oleh orang
lain dianggap tidak pantas, dan bila mon tersebut adalah milik orang
yang berkedudukan tinggi akan dianggap sebagai pelecehan.
Ketika suatu mon menjadi suatu konflik kepemilikan karena motif nya
ternyata sama, maka orang yang kedudukan nya lebih rendah akan
Universitas Sumatera Utara
33
mengganti mon miliknya supaya tidak dianggap sebagai penghinaan
terhadap orang yang kedudukannya lebih tinggi.
Mon milik keluarga penguasa di Jepang, seperti keluarga Kekaisaran
dengan motif bunga seruni, atau keluarga Tokugawa dengan motif bunga
hollyhock dilindungi oleh hukum untuk mencegah penggunaan mon yang
sama oleh keluarga-keluarga lain. Monshou lain yang dilindungi undang-
undang untuk mencegah pemakaian oleh keluarga lain adalah monshou
bunga paulownia milik Perdana Menteri Jepang. Monshou paulownia
dipakai oleh semua orang yang menduduki jabatan Perdana Menteri;
penggunaan monshou ini tidak terikat dengan keluarga sang Perdana
Menteri tersebut.
b. Monshou Bunga Krisanthemum menurut Legenda Lady White
dan Lady Yellow
Menurut Hadland F. Davis dalam bukunya Myths and Legends of
Japan, terdapat suatu legenda Jepang yang berjudul Lady White and Lady
Yellow (Putri Putih dan Putri Kuning). Di dalam legenda Lady White
dan Lady Yellow, diceritakan bahwa monshou bunga krisanthemum
berkelopak-16 berasal dari bunga krisanthemum berwarna putih yang
telah ditinggalkan sendirian oleh saudarinya sang bunga krisanthemum
berwarna kuning di padang rumput yang luas. Di dalam legenda itu pula
disebutkan bahwa bunga krisanthemum kuning memiliki paras yang
cantik sementara bunga yang berwarna putih diceritakan tidak seindah
saudarinya yang berwarna kuning
Universitas Sumatera Utara
34
Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari legenda ini adalah
bahwa tokoh sang kepala desa berpendapat bahwa kecantikan sebuah
bunga itu bukanlah dinilai dari bagaimana lembut dia dibesarkan, namun
bagaimana dia dapat bertumbuh di tengah kesukaran yang dihadapi dan
tetap kuat menjalani hidupnya.Tokoh kepala desa berpendapat bahwa
Lady Yellow memang cantik, namun jika dia menghadapi sebuah
masalah maka dia tidak akan sanggup menghadapinya dan akhirnya
disiasiakan, sementara Lady White tumbuh besar dalam kesusahan dan
kesedihan, dan bunga yang tumbuh di dalam kesukaran akan menjadi
lebih indah dan kuat dibandingkan bunga yang terawat dengan baik. Oleh
karena itu, kepala desa menganggap bahwa bunga yang telah kuat
melalui hidup yang sukar itulah yang pantas dijadikan simbol sang
daimyo tuannya.
c. Monshou dan Kaisar Go-Toba
Di dalam buku Tennou no Rekishi, Kaisar Go-Toba (imina: Takahira),
yang lahir pada tanggal 6 Agustus 1180, adalah kaisar ke-82 yang pernah
duduk di Takhta Krisanthemum. Ayahnya adalah Kaisar Takakura yang
memerintah pada tahun 1168-1180, ibunya adalah seorang selir dari
keluarga Fujiwara. Penerus Go-Toba adalah Kaisar Tsuchimikado
yang memerintah pada tahun 1195-1231. Kaisar Go-Toba paling dikenal
atas usahanya untuk mengembalikan kekuasaan kepada keluarga kerajaan,
namun pada akhirnya usaha tersebut malah menjadikan istana harus
tunduk kepada klan Hojo.
Universitas Sumatera Utara
35
Kaisar Go-Toba dikenal sebagai salah satu kaisar yang paling pintar
dan berbakat dari kaisar-kaisar Jepang yang pernah memerintah, dan
salah satu yang paling aktif. Pada masanya memerintah, dia merupakan
salah satu pencetus karya-karya sastra dan kesenian, serta seorang
pujangga berbakat di antara penggemarnya di istana. Tujuan awal kaisar
Go-Toba adalah untuk memerintah sekaligus menguasai dalam baik
bidang budaya maupun politik; hal ini menjadikannya sebanding dengan
kaisar-kaisar berbakat lainnya yang diidealisasikan olehnya, seperti
Daigo (885-930) dan Murakami (926-967) kendati usianya yang masih
muda.
Sebelum masa pemerintahan Kaisar Go-Toba, monshou keluarga
kerajaan adalah lambang bulan dan matahari. Lambang bulan merupakan
penghormatan kepada dewa Tsukuyomi, yang memerintah bulan dan
malam hari, sementara lambang matahari merupakan penghormatan
terhadap dewi Amaterasu, yang adalah penguasa matahari dan siang hari.
Pada masa pemerintahannya, Kaisar Go-Toba memutuskan untuk
mengganti monshou keluarga kerajaan menjadi bunga Krisanthemum
berkelopak-16. Ditulis di dalam buku日本の文様 hal 172, bahwa Kaisar
Go-Toba pada jaman Heian sangat menyukai bunga Krisanthemum
sehingga dia mengubah lambang kekaisaran yang sebelumnya berupa
bulan dan matahari menjadi bunga krisanthemum berkelopak-16.
Monshou ini dicantumkan pada semua barang kepunyaannya, seperti
pada jubah, kereta kerbau, baju zirah dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
36
Namun barang kepunyaan Kaisar Go-Toba yang diimbuhi monshou
krisanthemum adalah pedang miliknya. Kaisar Go-Toba selain dikenal
sangat berbakat dalam kesenian, dia juga sangat menyukai ilmu
pembuatan pedang. Setelah Go-Toba mengundurkan diri, dia memanggil
12 orang ahli pedang untuk mengajarinya metode pembuatan pedang,
dan setelah mereka selesai mengajarinya, Kaisar Go-Toba memiliki 13
bilah pedang yang ditempanya sendiri dengan bantuan ahli-ahli pedang
tersebut; masing-masing dari ketiga belas bilah pedang tersebut memiliki
monshou pribadi sang Kaisar di atasnya.
Penggunaan monshou bunga krisanthemum diteruskan oleh ketiga
penerusnya, yaitu Tsuchimikado, Juntoku dan Chukyo (Family Crests of
Japan; 2007:46), yang menjadikan monshou bunga krisanthemum resmi
digunakan oleh Kaisar-Kaisar Jepang yang menduduki takhta
Krisanthemum serta keluarga-keluarganya.
Alasan dari penggunaan monshou krisanthemum yang dimulai dari
Kaisar Go-Toba ini disebabkan karena bunga tersebut berasal dari
daratan China. Pada Zaman Heian, segala sesuatu yang berasal dari
China dianggap lebih maju dan beradab dibandingkan sesuatu yang
berasal dari daratan Jepang sendiri. Di daratan China, bunga itu sendiri
dipercaya dapat mendatangkan umur panjang dan kebahagiaan bagi
mereka yang secara teratur mengonsumsi bunga tersebut. Jadi dapat kita
analisa bahwa dengan memilih monshou bunga krisanthemum ini Kaisar
Universitas Sumatera Utara
37
Go-Toba mempercayai dirinya dapat memperoleh umur panjang dan
kebahagiaan.
d. Monshou Bunga Krisanthemum bagi Masyarakat Jepang
Bunga Krisanthemum di dalam masyarakat Jepang memiliki nilai-
nilai tersendiri. Bunga krisanthemum yang dikonsumsi secara teratur
dipercaya dapat memberikan bagi orang yang memakannya umur
panjang dan kebahagiaan. Kepercayaan ini adalah salah satu kepercayaan
yang dibawa bersama bunga Krisanthemum dari China. Kepercayaan ini
didasari juga oleh F. Hadland Davis di dalam buku yang sama yang
memuat cerita Lady White dan Lady Yellow, Myths and Legends of
Japan. Di dalam buku tersebut terdapat legenda mengenai seorang yang
berasal dari China bernama Hozo. Hozo diceritakan telah hidup selama
lebih dari 800 tahun karena kebiasaannya meminum embun dari kelopak
bunga krisanthemum setiap paginya.
Bunga Krisanthemum yang sedang mekar sepenuhnya dianggap oleh
masyarakat Jepang sebagai lambang kesempurnaan. Sama seperti
keluarga kerajaan dan Kaisar Go-Toba, masyarakat Jepang menganggap
bunga Krisanthemum merupakan simbolisasi dari matahari, sehingga
bunga krisanthemum dijadikan monshou bagi keluarga kerajaan Jepang.
Monshou bunga krisanthemum juga diangkat menjadi lambang
nasional Jepang, dan digunakan dalam dewan perwakilan rakyat. Pin
bunga krisanthemum berkelopak 16 dipasang pada anggota pemerintahan.
Monshou krisanthemum dengan 16 kelopak bunga juga dipakai untuk
Universitas Sumatera Utara
38
menyatakan kewarganegaraan Jepang, karena di sampul buku paspor
warga negara Jepang mencantumkan lambang bunga krisanthemum
dengan 16 kelopak. Penggunaan atribut bunga krisanthemum berkelopak
16 ini menegaskan otoritas Kaisar Jepang.
Walaupun penggunaan monshou bunga krisanthemum dalam versi
apapun dilarang bagi mereka yang bukan keluarga kerajaan Jepang,
masyarakat Jepang tetap menganggap bunga krisanthemum sebagai
bunga yang penting bagi mereka. Bersama dengan bunga sakura, bunga
krisanthemum dianggap sebagai bunga yang melambangkan negeri
Jepang. Bunga krisanthemum, yang tumbuh pada musim gugur,
dirayakan oleh masyarakat Jepang setiap bulan September; seperti halnya
bunga sakura yang dirayakan setiap bulan April.
Di dalam komunitas seniman Jepang, bunga krisanthemum bersama
dengan bambu, anggrek dan bunga plum dikenal sebagai satu dari empat
bersaudara, masing-masing dari tanaman ini menggambarkan satu musim.
Keempat tanaman ini seringkali dijadikan lukisan, dan biasanya muncul
secara individual namun digabung menjadi suatu set lukisan. Bunga
krisanthemum sering dipakai sebagai desain kimono, tas, kipas dan
aksesoris yang menggambarkan keindahan dan kesempurnaan. Gambar
bunga krisanthemum juga dapat ditemui pada koin 500 yen Jepang
Kuil-kuil Shinto, walaupun tidak secara resmi, juga mengadopsi
lambang bunga krisanthemum berkelopak 16, terutama kuil-kuil yang
didirikan pada awalnya oleh anggota keluarga kekaisaran atau sang
Universitas Sumatera Utara
39
Kaisar itu sendiri. Contoh kuil Shinto yang paling terkenal yang
memasang lambang bunga krisanthemum berkelopak 16 adalah Kuil
Yasukuni di Tokyo. Lambang bunga krisanthemum di kuil Yasukuni
tidak mungkin terlewati karena terpasang di gerbang pintu masuk ke
dalam kuil ini.
e. Monshou dalam Kehidupan Modern
Hampir seluruh keluarga Jepang pada jaman modern memiliki mon,
namun tidak terlalu dipakai seperti pada jaman Meiji. Pada acara-acara
khusus yang mengharuskan partisipannya menggunakan mon, mereka
dapat mencari mon keluarganya di kuil-kuil tempat kelahiran atau
kampung halaman mereka. Pencarian mon juga dapat dilakukan secara
online, dan banyak jasa-jasa seperti wedding organizer, pengurus
pemakaman, dan atau orang pintar juga dapat mencarikan mon keluarga
yang bersangkutan.
Biasanya keluarga pedagang atau pengrajin akan memilih motif mon
sesuai dengan produk yang mereka hasilkan atau jual. Bila seorang
wanita ber-profesi sebagai seorang geisha, maka besar kemungkinan
wanita tersebut akan memakai mon bermotif kipas sebagai identitas
dirinya. Seorang wanita yang telah berkeluarga juga diperbolehkan untuk
memakai mon miliknya sendiri dan mewarisi mon miliknya itu kepada
anak perempuannya; seorang wanita tidak diharuskan untuk memakai
mon milik suaminya atau ayahnya
Universitas Sumatera Utara
40
Penggunaan mon pada kimono memberikan kesan formal. Sebuah
kimono dapat menyandang lebih dari satu mon, namun dengan
persyaratan bahwa mon yang disandang berjumlah ganjil, yaitu 1, 3, atau
5 buah mon dalam sebuah kimono yang sama. Mon itu sendiri sifatnya
netral. Artian netral disini berarti formalitas dari sebuah mon tergantung
dari formalitas kimono yang dikenakan. Kimono yang bersifat lebih
formal biasanya menampilkan jumlah mon yang lebih banyak, dan
disandang dengan cara yang sedemikian rupa sehingga membuat mon
tersebut dapat lebih mudah untuk dikenali. Pada kimono yang dikenakan
oleh seseorang yang memiliki kedudukan, mon biasanya dibubuhkan
pada 5 bagian kimononya, yaitu di sisi kiri dan kanan dada, di kedua
lengan dan di tengah-tengah punggungnya. Mon juga biasanya
dibubuhkan di tenda, kipas dan benda-benda penting lainnya.
Hingga masa kini, pembuatan mon tidak didasari oleh hukum, dengan
beberapa pengecualian seperti Bunga Seruni milik Kekaisaran, yang juga
berfungsi sebagai lambang nasional, dan bunga paulownia milik Perdana
Menteri yang juga berfungsi sebagai lambang cabinet dan pemerintahan.
Beberapa pemerintahan daerah juga menggunakan mon sebagai logo
mereka, dan juga mendapat perlindungan tradisionalnya, walaupun mon
tidak diakui secara hukum.
3.2 Makna Bunga Krisanthemum
Matahari adalah emblem dari negara Jepang, seperti halnya juga seperti
bunga krisanthemum, yang menjadi emblem Keluarga Kerajaan Jepang
Universitas Sumatera Utara
41
karena bentuk kelopak bunga nya yang menyerupai cahaya matahari,
sehingga membuat bunga krisanthemum menjadi simbolisasi atas matahari itu
sendiri. Bunga Krisanthemum dibawa masuk ke Jepang dari daratan China
pada sekitar abad ke-8, sekitar seabad sebelum bunga Krisanthemum diadopsi
sebagai monshou keluarga kerajaan Jepang sebagai lambang kekaisaran.
Monshou bunga Krisanthemum dapat ditemui di berbagai tempat di Jepang,
seperti passport warga negara Jepang dan dalam mata uang koin 50 Yen.
3.2.1 Makna Berdasarkan Warna
Selama bertahun-tahun, krisanthemum menandakan pujian dan
kekaguman. Bunga krisanthemum dianggap sebagai seorang bangsawan
bunga dari kelas bangsawan Cina. Di jepang menganggap bunga
krisanthemum sebagai lambang matahari. Mereka juga percaya bahwa
kelopak krisanthemum tunggal bolinksom ditempatkan dalam sebuah
gelas anggur akan menjamin hidup panjang dan sehat. Arti umum dari
bunga krisanthemum adalah kegembiraan, kasih sayang, persahabatan
dan rahasia. Selain menyimbolkan suatu kebahagiaan dan harapan,
ternyata di beberapa Negara Eropa seperti Belgia dan Austria, bunga
krisanthemum ini digunakan pada saat pemakaman sebagai simbol
kematian.
Makna bunga krisanthemum berdasarkan warna, yaitu:
a. Krisanthemum perak, warna ini memiliki makna cinta kepada sahabat
b. Krisanthemum merah, warna ini memiliki makna cinta kepada lawan
jenis
Universitas Sumatera Utara
42
c. Krisanthemum kuning, warna ini memiliki makna cinta bertepuk
sebelah tangan
d. Krisanthemum putih, warna ini memiliki makna kejujuran dan
kesetiaan.
e. Krisanthemum ungu, warna ini memiliki makna keinginan kuat untuk
sehat.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Melihat dari uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bunga Krisanthemum merupakan tanaman bunga hias berupa perdu
dengan sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal
dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina dikenal dengan
Chrysanthemum indicum (kuning), Chrysanthemum morifolium (ungu
dan pink) dan daisy (bulat pompom). Jepang pada abad ke-4 mulai
membudidayakan krisan dan tahun 1797 bunga krisan dijadikan sebagai
simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
2. Bunga Krisanthemum di Jepang tidak hanya dilihat sebagai simbol
kerajaan saja, namun juga sebagai lambang kebahagiaan dan panjang
umur. Ini merupakan alasan mengapa bunga Krisanthemum dirayakan
setiap tahunnya pada festival yang dinamai Festival Kebahagiaan atau
sering disebut sebagai Festival Bunga Krisanthemum (kiku ningyo), yang
biasanya diadakan di bulan September
3. Bunga krisanthemum memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-
hari khususnya masyarakat Jepang, misalnya untuk kesehatan bagi yang
meminum rendaman bunga krisanthemum, sebagai tanaman hias dan
keindahan, sebagai insektisida alamiah, dan sebagai monshou keluarga
kerajaan di Jepang.
Universitas Sumatera Utara
44
4. Bunga krisanthemum memiliki makna yang berbeda pada setiap warna
bunganya tergantung maksud yang ingin disampaikan oleh pemberi bunga
tersebut.
4.2 Saran
1. Bagi para pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
budaya-budaya di Jepang
2. Bagi para pembaca yang ingin meneliti mengenai budaya Jepang
disarankan agar memahami konsep budaya dengan baik dan benar serta
melakukan peninjauan terhadap data-data yang akurat agar dapat
menghasilkan penelitian yang lebih baik.
3. Bagi para pembaca, Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan
referensi bagi pembacanya untuk menambah wawasan tentang fungsi dan
makna bunga krisanthemum dalam kehidupan masyarakat Jepang.
Universitas Sumatera Utara
45
LAMPIRAN
Lambang bunga seruni di gerbang kuil Shinto
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_bunga_seruni
Lambang Kekaisaran Jepang
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_bunga_seruni
Universitas Sumatera Utara
46
Bendera kekaisaran
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Jepang#Desain
Seruni 10 daun mahkota (十菊, juukiku)
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_bunga_seruni
Universitas Sumatera Utara
47
Seruni 16 daun mahkota tampak bawah (十六裏菊, juuroku uragiku)
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_bunga_seruni
Seruni air mengalir (菊水, kikusui)
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_bunga_seruni
Universitas Sumatera Utara
48
Seruni dan angka 1 (菊に一文字, kiku ni ichimonji)
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_bunga_seruni
Universitas Sumatera Utara
49
DAFTAR PUSTAKA
Ann, Denise. 2014. Analisa Semiotik Makna Bentuk Monshou Bunga
Krisanthemum Pada Keluarga Kerajaan Jepang. Thesis. Universitas Bina
Nusantara, Jakarta (Diakses pada tanggal 16 Juni 2017)
Bellah, Robert N. 1992. Religi Tokugawa Akar-Akar Budaya Jepang. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Campbell, Joseph. 2002. The Symbol without Meaning. Joseph Campbell
Foundation; California
Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Besar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Eco, Umberto. 1976. A Theory of Semiotics. Indiana University Press;
Bloomington.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia
Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lawanda, Ike Iswari. 2004. Matsuri:Upacara Sosial Masyarakat Jepang. Jakarta:
Wetama Widya Sastra
Mulyana, A E dan Rukmana, 1997. Krisan. Yogyakarta: Kanisius
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Universitas Sumatera Utara
50
Pradopo, Rachmat D. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Jabrohim, Ed. 2003.
Yogyakarta: Hanindita Graha Widjaya.
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
http://anibee.tv/news/id/japan-food-travel-/6162/ (diakses pada tanggal 1 Juli
2017)
http://caratanam.com/bunga-krisan/ (diakses pada tanggal 4 Juli 2017)
http://caritadunya.blogspot.co.id/2013/11/bunga-krisan-dan-arti-dari-
setiap_24.html (diakses pada tanggal 30 Januari 2017)
http://gate-jp.com/festival-bunga-krisan-jepang/ di akses pada tanggal 1 Juli
2017
http://journal.20fit.co.id/healyh/kebiasaan-sehat-orang-jepang/ (diakses pada
tanggal 4 Juli 2017)
http://tanamanbunga.com/varietas-jenis-bunga-krisan-yang-eksotis.html (diakses
pada tanggal 4 Juli 2017)
http://www.kebunbunga.net/bunga-krisan/ (diakses pada tanggal 18 Juni 2017)
http:www.sapporo.travel/event/autumn/chrysanthemum-festival/?lang=id
(diakses pada tanggal 1 Juli 22017)
https://books.google.co.id/ (diakses pada tanggal 3 Juli 2017)
https://id.japantravel.com/fukushima/acara-boneka-tohoku-chrysanthemum/24374
(diakses pada tanggal 1 Juli 2017)
Universitas Sumatera Utara
51
https://id.japantravel.com/nagano/pameranbonsai-krisan/24118 (diakses pada
tanggal 1 Juli 2017)
https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_bunga_seruni (diakses pada tanggal 17
Desember 2016)
https://japanesestation.com/kiku-ningyo-seni-membuat-boneka-jepang-dari-
bunga-krisan-yang-masih-tumbuh/ (diakses pada tanggal 29 Juni 2017)
https://www.amazine.co/37756/makna-dan-simbolisme-yang-diwakili-bunga-
krisan/ (diakses pada tanggal 30 Januari 2017)
www.goecities.com (diakses pada tanggal 30 Januari 2017)
Universitas Sumatera Utara
52
ABSTRAK
Bunga Krisanthemum dibawa masuk ke Jepang dari daratan China sekitar
abad ke-8, sekitar seabad sebelum bunga Krisanthemum diadopsi sebagai
monshou keluarga kerajaan Jepang sebagai lambang kekaisaran. Monshou bunga
Krisanthemum dapat ditemui di berbagai tempat di Jepang. Lambang bunga seruni
atau lambang bunga krisanthemum (kikuka monshou) adalah desain lambang
keluarga Jepang yang bermotifkan bunga seruni. Lambang Kekaisaran Jepang
adalah lambang bunga seruni 16 daun mahkota.
Mengikuti pemakaian lambang bunga seruni oleh istana kekaisaran, kuil
Shinto banyak memakai bunga seruni sebagai lambang kuil. Variasi desain
lambang bunga seruni begitu banyak karena selain dipakai sebagai lambang
keluarga samurai dan kaum bangsawan, lambang bunga seruni juga dipakai
sebagai lambang toko dan merek dagang. Konfusius menganggap krisan sebagai
objek meditasi. Di Jepang proses mekarnya kelopak bunga diyakini
mencerminkan kesempurnaan. Jepang merayakan krisan sebagai simbol kerajaan
dan kehormatan selama Festival of Happiness atau Festival Bunga krisanthemum ,
sebuah festival untuk merayakan bunga krisan ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna bunga krisanthemum
berdasarkan warna dan fungsi bunga krisanthemum dalam kehidupan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
53
Jepang. Metode penelitian ini yaitu metode deskriptif analisis melalui studi
kepustakaan. Data didapatkan dari berbagai sumber seperti internet, berbagai
referensi buku, beberapa jurnal dan tesis.
Dalam skripsi ini dapat diperoleh kesimpulan makna dan fungsi bunga
krisanthemum dalam masyarakat Jepang. Bunga krisanthemum memiliki beberapa
fungsi seperti, untuk kesehataan, sebagai tanaman hias dan keindahan, sebagai
insektisida alamiah, dan sebagai lambang monshou bagi masyarakat Jepang
terutama bagi keluarga kerajaan Jepang. Makna bunga krisanthemum berbeda
setiap warnanya, krisanthemum perak memiliki makna cinta kepada sahabat,
krisanthemum merah memiliki makna cinta kepada lawan jenis, krisanthemum
kuning memiliki makna cinta bertepuk sebelah tangan, krisanthemum putih
memiliki makna kejujuran dan kesetiaan, krisanthemum ungu memiliki makna
keinginan kuat untuk sehat.
Universitas Sumatera Utara