laporan pendahuluan rpk ndung

14
LAPORAN PENDAHULUAN “RESIKO PERILAKU KEKERASAN” A. MASALAH UTAMA “ Resiko Perilaku Kekerasan” B. PROSES TERJADINYA MASALAH a. DEFINISI Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeer, 1995). Kontinum antara agresif verbal – kekerasan fisik Perilaku kekerasan hasil dari kemarahan atau ketakutan yang ekstrim Perilaku kekerasan dapat berupa Verbal Pada orang lain Pada lingkungan Diri Sendiri Perilaku kekerasan (agresif) adalah suatu bentuk perilaku yang diarahkan pada tujuan menyakiti atau melukai orang lain yang dimotivasi menghindari perilaku tersebut (Kaplan dan Sadock, 1997). Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu mengalami perilaku yang

Upload: diawima

Post on 02-Jul-2015

797 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

LAPORAN PENDAHULUAN

“RESIKO PERILAKU KEKERASAN”

A. MASALAH UTAMA

“ Resiko Perilaku Kekerasan”

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

a. DEFINISI

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap

kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman

(Stuart & Sundeer, 1995).

Kontinum antara agresif verbal – kekerasan fisik

Perilaku kekerasan hasil dari kemarahan atau ketakutan yang ekstrim

Perilaku kekerasan dapat berupa

Verbal

Pada orang lain

Pada lingkungan

Diri Sendiri

Perilaku kekerasan (agresif) adalah suatu bentuk perilaku yang diarahkan pada

tujuan menyakiti atau melukai orang lain yang dimotivasi menghindari perilaku

tersebut (Kaplan dan Sadock, 1997). Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana

individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada

diri sendiri maupun orang lain.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan

kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang

dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada

diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang

ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan

secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku

kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,

dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat

sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,

diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau sexua litas ( Nanda, 2005 ).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,

1993 dalam Depkes, 2000). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul

sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang

dirasakan sebagai ancaman ( Stuart dan Sunden, 1997 ).

Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat

menimbulkan respon asertif. Respon menyesuaikan dan menyelesaikan

merupakan respon adaptif. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan

atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada

individu dan tidak akan menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan

frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon

melawan dan menantang. Respon melawan dan menantang merupakan respon

yang maladaptif yaitu agresif–kekerasan. Frustasi adalah respon yang terjadi

akibat gagal mencapai tujuan.

Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain.

Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk

mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu

tuntutan nyata. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah da n merupakan

dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Amuk

atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan (Stuart and Sundeen, 1997 dalam Depkes, 2001).

b. TANDA DAN GEJALA

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) Tanda yang muncul adalah :

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat

6. Kadang memaksakan kehendak

Gejala yang muncul :

1. Stress

2. Menentang

3. Mengungkapkan secara verbal

Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara

tentang perilaku berikut ini:

1. Muka merah dan tegang

2. Pandangan tajam

3. Mengatupkan rahang dengan kuat

4. Mengepalkan tangan

5. Jalan mondar-mandir

6. Bicara kasar

7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

8. Mengancam secara verbal atau fisik

9. Melempar atau memukul benda/orang lain

10. Merusak barang atau benda

11. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

c. ETIOLOGI

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor

predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika

factor berikut dialami oleh individu:

a. Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang

kemudian dapat timbu agresif atau amuk. Masa kanak-kanak tidak

menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiyaya atau sanksi

penganiayaan.

b. Perilaku

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,

sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek

ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan

kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan ada

menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan dapat diterima (permissive).

d. Bioneurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal,

lobus temporal dan ketidakseibangan neurotransmitter turut berperan

dalam terjadinya perilaku kekerasan.

Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya

gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu

tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan

ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan

negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai

keinginan.

Gejala Klinis

o Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

o Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri

sendiri)

o Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

o Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

o Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan

yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

( Budiana Keliat, 1999)

d. FAKTOR PREDISPOSISI

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor

predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh

individu :

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

a. Psikologis: Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang

kemudian dapat timbul agresif atau amuk.

b. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi

perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap

perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterim.

d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan

ketidakseimbangan neurotransmiser

e. FAKTOR PRESIPITASI

Menurut Stuart dan Laria (1998) faktor pencetus dapat bersumber dari

lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Dari klien misalnya terputusnya

percaya diri, yang kurang ketidakpercayaan dari situasi lingkungan misalnya

lingkungan yang ribut, padat, penghinaan, dan kehilangan kemudian dari interaksi

sosial seperti adanya konflik.

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi

dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),

keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi

penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang

ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang

dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi

sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan (Keliat,

2004).

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Fisik

a. Mata melotot/pandangan tajam

b. Tangan mengepal

c. Rahang mengatup

d. Wajah memerah

e. Postur tubuh kaku

2. Verbal

a. Mengancam

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

b. Mengunpat dengan kata-kata kotor

c. Suara keras

d. Bicara kasar, ketus

3. Perilaku

a. Menyerang orang

b. Melukai diri sendiri/orang lain

c. Merusak lingkungan

d. Amuk/agresif

C. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan/amuk.

b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

D. DATA YANG PERLU DIKAJI

a. Masalah keperawatan:

1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2). Perilaku kekerasan / amuk

3). Gangguan harga diri : harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1). Data Subyektif :

? Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

? Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

atau marah.

? Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Objektif :

? Mata merah, wajah agak merah.

? Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri

sendiri/orang lain.

? Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

? Merusak dan melempar barang barang.

2. Perilaku kekerasan / amuk

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

1). Data Subyektif :

? Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

? Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

atau marah.

? Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Obyektif

? Mata merah, wajah agak merah.

? Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

? Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

? Merusak dan melempar barang barang.

3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

1). Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

2). Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,

ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Perilaku Kekerasan

F. PATHWAY

Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah

merupakan bagian kehidupan sehari -hari yang harus dihadapi oleh setiap

individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yan g menimbulkan perasaan

tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan

yang mengarah pada perilaku kekerasan. Respon terhadap marah dapat

diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa

perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi dan

penyakit fisik. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan

menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti

orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan, sehingga

perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000).

Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan, biasanya

dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tentunya tidak akan

menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti

tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan.

Perilaku yang tidak asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena

merasa tidak kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari

rasa marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian

akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat

menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri (Depkes,

2000).

Pathway :

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

             

                                      

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

G. Rencana Tindakan Keperawatan

Lihat lampiran

Perilaku Kekerasan/amuk

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN RPK Ndung

DAFTAR PUSTAKA

1.Carpenito, L.J., 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8,

EGC, Jakarta.

2. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa, Widya Medika, Jakarta

3. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan),

Widya Medika, Jakarta.

4. Keliat, B.A., Herawati, N., Panjaitan, R.U., dan Helen N., 1998, Proses

Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

5. Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.

6.Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).

St.Louis Mosby Year Book, 1995

7. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

8. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

9. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

10. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2000

Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. (5th

ed). St. louis : Mosby Year Book.

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).

St.Louis Mosby Year Book, 1995

2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

Bandung, 2000