laporan pendahuluan gangguan konsep diri

13
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KONSEP DIRI A. Pengertian Konsep diri (self-concept) merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak di dapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Kensep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang. Sebagai sebuah konstruk psikologi , konsep diri didefenisikan secara berbeda oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefiniskan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri arau ide tentang diri sendiri” . Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan

Upload: anita-tresia

Post on 08-Jul-2016

333 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

lp jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KONSEP DIRI

A. Pengertian

Konsep diri (self-concept) merupakan bagian dari masalah kebutuhan

psikososial yang tidak di dapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai

hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Kensep diri ini berkembang

secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang.

Sebagai sebuah konstruk psikologi , konsep diri didefenisikan secara

berbeda oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefiniskan

konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri arau ide tentang diri

sendiri” . Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada

evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987)

menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang

meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai

yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi

konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang

tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal

self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai

dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.

Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan

keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater; 1984),

mendefisikan konsep diri sebagai system yang dinamis dan kompleks dari

keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,

persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.

Sementara itu, Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup

keseluruhan pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadi

nya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya,

kegagalannya, dan sebagainya.

Secara umum konsep diri adalah semua tanda, keyakinan dan pendirian

yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat

Page 2: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

memengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter,

kemampuan, nilai, ide dan tujuan.

B. Komponen Konsep Diri

a. Gambaran (Citra) Diri

Gambaran atau citra diri (body image) mencakup sikap individu

terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur dan

fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait

dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan

dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur

atau penampilan fisik yang sesungguhnya. Beberapa kelainan citra diri.

Beberapa kelainan citra diri memiliki akar psikologi yang dalam, misalnya

kelainan pola makan seperti anoreksia.

Citra diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan

fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan

terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek

konsep diri lainnya.

Selain itu, citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan

masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra

diri dan dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang

ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya.

b. Harga Diri

Menurut Santrock (1998), self-esteem adalah dimensi penilaian

yang menyeluruh dari diri. Self-esteem juga sering disebut dengan self-

worth atau self-image. Sedangkan, self-concept adalah penilaian terhadap

domain yang spesifik. Coopersmith (1967) dalam karya klasifiknya The

Antecedents of Self-Esteem , mendefinisikan harga diri (self-esteem)

sebagai berikut: Self-esteem refers to the evaluation that individual makes

and customarily maintains with regard to himself: it expresses an attitude

of approval or disapprobal and indicates the extent to which the

individuals believes himself to be capable, significant, successful, and

worthy.

Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya

Page 3: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain.

Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun

dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan

diterima, dicintai, dihormati orang lain, serta keberhasilan yang pernah

dicapai individu dalam hidupnya

c. Peran Diri

Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan

dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran

yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan,

sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh

individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri.

Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi

kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat

merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang

menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin

dilaksanakan ( Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran yang

tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran

yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :

1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.

2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .

3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.

4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat

yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola

sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang dharapkan dari seseorang

berdasarkan posisinya di masyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan,

teman dekat, dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan

pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat

dipenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya,

kegagalan untuk memenuhi harapan atas peran dapat menyebabkan

penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang.

Page 4: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

d. Identitas Diri

Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep

diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang

memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari

perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.

Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas

diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan

perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis

kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir

secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak

dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-

masing jenis kelamin tersebut.

Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu

kesatuan yang utuh. Identitas mencakup konsistensi seseorang sepanjang

waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau

keunikan dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat

melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seseorang dari

orang lain mengenai dirinya.

Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan intim

karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang

lain. Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual

merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita

dan mencakup orientasi seksual.

C. Tahap Perkembangan Konsep Diri

Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi ke

dalam beberapa tahap, yaitu:

a. 1-1 Tahun

Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi

pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang

lain.

Page 5: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

Membedakan dirinya dari lingkungan.

b. 3-3 Tahun

Mulai menyatakan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai,

meningkatkan kemandirian dalam berpikir dan bertindak, menghargai

penampilan dan fungsi tubuh

Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru dan

berosialisasi.

c. 3-6 Tahun

Memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatnya kesadaran

diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan

perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya, sensitif terhadap umpan

balik dari keluarga.

d. 6-12 Tahun

Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga

tidak lagi dominan, meningkatnya harga diri dengan penguasaan

keterampilan baru (misalnya membaca, matematika, olahraga, musik),

menguatnya identitas seksual, menyadari kekuatan dan kelemahan.

e. 12-20 Tahun

Menerima perubahan tubuh/kedewasaan, belajar tentang sikap,

nilai dan keyakinan; menentukan tujuan masa depan, merasa positif atas

berkembangnya konsep diri, berinteraksi dengan orang-orang yang

menurutnya menarik secara seksual dan intelektual.

f. 20-40 Tahun

Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang lain,

memiliki perasaan yang stabil dan posotif mengenai diri, mengalami

keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab.

g. 40-60 Tahun

Dapat menerima perubahan penampilan dan ketahanan fisik,

mengevaluasi ulang tujuan hidup, merasa nyaman dengan proses

penuaan.

h. Di Atas 60 Tahun

Page 6: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan,

berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya.

D. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

a. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan

psikologis. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat menunjang

perkembangan konsep diri, sedangkan lingkungan psikologis adalah segala

lingkungan yang dapat menunjang kenyamanan dan perbaikan psikologis

yang dapat memengaruhi perkembangan konsep diri.

b. Pengalaman Masa Lalu

Adanya umpan balik dari orang-orang penting, situasi stresor

sebelumnya, pernghargaan diri dan pengalama sukses atau gagal

sebelumnya, pengalaman penting dalam hidup, atau faktor yang berkaitan

dengan masalah stresor, usia, sakit yang diderita, atau trauma, semuanya

dapat memengaruhi perkembangan konsep diri.

c. Tingkat Tumbuh Kembang

Adanya dukungan mental yang cukup akan membentuk konsep diri

yang cukup baik. Sebaliknya, kegagalan selama masa tumbuh kembang

akan membentuk konsep diri yang kurang memadai.

E. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Konsep Diri

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah persepsi individu

atau pola konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi,

koping terhadap stres, serta adanya nilai keyakinan dan tanda-tanda ke

arah perubahan fisik, seeprti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa

bersalah dan lain-lain.

b. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan konsep diri (gambaran diri) dikarenakan perubahan fisik atau

kehilangan bagian tubuh.

2. Gangguan konsep diri (harga diri) dikarenakan harapan diri yang tidak

realistis.

Page 7: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

3. Gangguan konsep diri (identitas diri) dikarenakan harapan orang tua

yang tidak realistis.

4. Gangguan konsep diri (peran) dikarenakan ketidakmampuan menerima

peran dan pekerjaan baru di masyarakat.

c. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan

1. Meningkatkan gambaran (citra) diri pasien, dengan cara:

Menciptakan hubungan saling percaya dengan mendorong pasien

untuk membicarakan perasaan tentang dirinya. Meningkatkan interaksi

sosial dengan cara membantu pasien untuk menerima pertolongan dari

orang lain, mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sosial,

menerima keadaan dirinya dan lain-lain. Bila terjadi perubahan atau

kehilangan fungsi tubuh, berikan pemahaman tentang arti kehilangan.

Mendorong pasien berinteraksi terhadap kehilangan dan menggali

alternatif yang nyata guna membantu mengatasinya.

2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:

Membantu pasien untuk mengurangi katergantungan dengan

bersikap mandukung dan menerima. Memberi kesadaran pada pasien

akan pentingnya keinginan atau semangat hidup tinggi. Meningkatkan

sensivitas pasien akan dirinya dengan memberi perhatian, membangun

harga diri dengan memberikan umpan balik positif atas penyelesaian

yang dicapai, menghargai privasi, dan mendorong pasien untuk

melakukan latihan yang membangkitkan harga diri. Membantu pasien

mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mendorong

mengungkapkan perasaan, baik positif maupun negatif. Memberi

kesempatan untuk melakukan aktivitas sosial yang positif. Mendorong

pasien untuk berhubungan dengan teman atau kerabat dekat dan

terlibat dengan aktivitas sosial. Jangan biarkan pasien mengisolasi diri.

Memberi kesempatan mengembangkan keterampilan sosial dan

vokasional dengan cara mendorong sikap optimis dan berpartisipasi

dengan segala aktivitas.

Page 8: Laporan Pendahuluan Gangguan Konsep Diri

3. Memperbaiki identitas diri pasien, dengan cara:

Mengenal diri sendiri sebagai bagian dari tubuh dan terpisah dengan

orang lain. Mengakui seksualitasnya sendiri. Memandang berbagai

aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan. Menilai diri sendiri

sesuai penilaian masyarakat.

4. Meningkatkan atau memperbaiki peran pasien, dengan cara:

Membantu meningkatkan kejelasan perilaku dan pengetahuan yang

sesuai dengan peran. Mempertahankan kosistensi terhadap peran yang

dilakukan. Menyesuaikan antara peran yang diemban. Menyelaraskan

antara budaya dan harapan terhadap perilaku peran.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari

kemampuan untuk menerima diri, menghargai diri, melakukan peran yang

sesuai, dan mampu menunjukkan identitas diri.