laporan pendahuluan defisit perawatan diri

17
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DEFISIT PERAWATAN DIRI A. Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ). B. Jenis–Jenis Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ). C. Etiologi Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor prediposisi a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi

Upload: muhammad-zainul-arip

Post on 03-Jan-2016

149 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRIDEFISIT PERAWATAN DIRIA. PengertianPerawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).B. Jenis–Jenis Perawatan Diri1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihanKurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.3. Kurang perawatan diri : MakanKurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.4. Kurang perawatan diri : ToiletingKurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

C. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :1. Kelelahan fisik2. Penurunan kesadaranMenurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :1. Faktor prediposisia. PerkembanganKeluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.b. BiologisPenyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.c. Kemampuan realitas turunKlien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.d. SosialKurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.2. Faktor presipitasiYang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:1. Body ImageGambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.2. Praktik SosialPada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.3. Status Sosial EkonomiPersonal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi

Page 2: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.4. PengetahuanPengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.5. BudayaDi sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.6. Kebiasaan seseorangAda kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.7. Kondisi fisik atau psikisPada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.1. Dampak fisikBanyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.2. Dampak psikososialMasalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.D. Tanda dan GejalaMenurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:a) Fisik Badan bau, pakaian kotor.¬ Rambut dan kulit kotor.¬ Kuku panjang dan kotor¬ Gigi kotor disertai mulut bau¬ penampilan tidak rapi¬b) Psikologis Malas, tidak ada inisiatif.¬ Menarik diri, isolasi diri.¬ Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.¬

c) Sosial Interaksi kurang.¬ Kegiatan kurang .¬ Tidak mampu berperilaku sesuai norma.¬ Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.¬ Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :¬1. Data subyektifa. Pasien merasa lemahb. Malas untuk beraktivitasc. Merasa tidak berdaya.2. Data obyektifa. Rambut kotor, acak – acakanb. Badan dan pakaian kotor dan bauc. Mulut dan gigi bau.d. Kulit kusam dan kotore. Kuku panjang dan tidak terawatE. Mekanisme Kopinga. Regresib. Penyangkalanc. Isolasi diri, menarik diri

Page 3: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

d. IntelektualisasiF. Rentang Respon KognitifAsuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diria) Bina hubungan saling percaya.b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.a) Bantu klien merawat dirib) Ajarkan ketrampilan secara bertahapc) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari3. Ciptakan lingkungan yang mendukunga. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.G. Pohon MasalahPenurunan kemampuan dan motivasi merawat diriIsolasi sosialDefisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.H. Diagnosa KeperawatanMenurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu:1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri2. Defisit perawatan diri.3. Isolasi Sosial.

I. Fokus IntervensiDiagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.Tujuan UmumKlien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.Tujuan KhususTUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.Kriteria evaluasiDalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:a. Wajah cerah, tersenyumb. Mau berkenalanc. Ada kontak matad. Menerima kehadiran perawate. Bersedia menceritakan perasaannyaIntervensia. Berikan salam setiap berinteraksi.b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.f. Buat kontrak interaksi yang jelas.g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.Kriteria evaluasiKlien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat

Page 4: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

diri.Intervensia. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.Kriteria evaluasiKlien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.Intervensia. Motivasi klien untuk mandi.b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.Kriteria evaluasiSetelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.IntervensiMonitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.Kriteria evaluasiKlien selalu tampak bersih dan rapi.IntervensiBeri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.Kriteria evaluasiKeluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.Intervensia. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.

Page 5: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGCKeliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGCKeliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGCNurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : MomediaPerry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGCRasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung SetoStuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGCSantosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGChttp://www.indragnx3.co.cc/2009/11/askep-defisit-perawatan-diri.html

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)

(Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

Jenis–Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

1. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Page 6: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai

pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

1. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.

1. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

B. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai

berikut :

1. Kelelahan fisik2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif

terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Page 7: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

1. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan

motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu

sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya

dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan

dirinya.

1. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

1. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

1. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus

menjaga kebersihan kakinya.

1. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

1. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

1. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya.

Page 8: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :

Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan

telinga dan gangguan fisik pada kuku.

1. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang .

Page 9: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi

tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

D. Mekanisme Koping

1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisasi

E. Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri

adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

a. Bina hubungan saling percaya.

Page 10: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

1. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

a. Bantu klien merawat diri

b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

1. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang

dekat dan tertutup.

F. Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

Bagan 1.1

G. Diagnosa Keperawatan

Page 11: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit

perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu:

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2. Defisit perawatan diri.

3. Isolasi Sosial.

H. Fokus Intervensi

Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.

1. Tujuan Umum

Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan

diri.

2. Tujuan Khusus

a. TUK I : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

1) Kriteria evaluasi

Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:

a). Wajah cerah, tersenyum

b). Mau berkenalan

c). Ada kontak mata

d). Menerima kehadiran perawat

e). Bersedia menceritakan perasaannya

2) Intervensi

a) Berikan salam setiap berinteraksi.

b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

Page 12: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

e) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f) Buat kontrak interaksi yang jelas.

g) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h) Penuhi kebutuhan dasar klien.

b. TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

1) Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu

menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit

dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri.

2) Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

a) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

b) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

c) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien

terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

d) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

kebersihan diri.

e) Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti

kebersihan diri.

f) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi

dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum

tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

c. TUK III : klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

1) Kriteria evaluasi

Page 13: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun

dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan

merapikan penampilan.

2) Intervensi

a) Motivasi klien untuk mandi.

b) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri

seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

d. TUK IV : klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.

1) Kriteria evaluasi

Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara

rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap

hari, penampilan bersih dan rapi.

2) Intervensi

Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk

mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

e. TUK V : klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

1) Kriteria evaluasi

Klien selalu tampak bersih dan rapi.

2) Intervensi

Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

Page 14: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

f. TUK VI : klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

1) Kriteria evaluasi

Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan

diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga

kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga

kebersihan diri.

2) Intervensi

a) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami

di RS.

c) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan

yang telah dialami di RS.

d) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri klien.

e) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga

kebersihan diri.

g) Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Page 15: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :

Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima

Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi

3.Jakarta. EGC

http://kangwahiid.wordpress.com/2008/09/17/asuhan-keperawatan-dpd/

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama

Defisit perawatan diri: higiene

B. Proses Terjadinya Masalah

Defisit perawatan diri : higiene adalah keadaan dimana individu mengalami kegagalan kemampuan untuk

melaksanakan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri (Carpenito, 1977).

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perawatan diri kurang (higiene) antara lain:

a. Perkembangan:

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif dan keterampilan.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya.

C. 1. Pohon Masalah

Perawatan diri kurang: higiene

Page 16: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan:

1). Defisit perawatan diri

2). Menurunnya motivasi perawatan diri

3). Isolasi sosial: menarik diri

b. Data yang perlu dikaji:

1). Data Subyektif:

Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau

berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.

2). Data Obyektif:

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak

rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

C. Diagnosa keperawatan

1. Perawatan diri kurang: higiene berhubungan dengan menurunnya motivasi perawatan diri

2. Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan menarik diri.

D. Rencana tindakan

1. Tujuan umum : klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.

2. Tujuan khusus:

a. Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri

Tindakan :

1) Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda-tanda bersih

2) Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif.

b. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri

Tindakan :

1) Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri

2) Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri

c. Klien dapat menyebutkan manfaat higiene

Tindakan:

1) Diskusikan bersama klien tentang manfaat hygiene

2) Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri

d. Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri

Tindakan:

1) Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun

mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo,

memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.

2) Beri reinforcement positif bila klien berhasil

e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal

Tindakan:

1) Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri

Page 17: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

2) Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal

f. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri

Tindakan:

1) Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap

2) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri

3) Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri

4) Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur

g. Klien mendapat dukungan keluarga

Tindakan:

1) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga

2) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Semarang, Nopember 2010

Pembimbing Mahasiswa,

______________________ Arifin Dwi Atmaja, S,Kep

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

4. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995

5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000http://nursecerdas.wordpress.com/2011/01/02/perawatan-diri-kurang/