laporan pencela real 2011
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan pusat berbagai macam kegiatan pembangunan. Hal
ini disebabkan wilayah ini memiliki aksesbilitas yang baik untuk kegiatan ekonomi
seperti transfortasi dan pelabuhan, industri, permukiman dan pariwisata. Namun
demikian seiring dengan peningkatan jumlah dan intensitas pembangunan, daya dukung
ekosistem pesisir dalam menyediakan segenap sumberdaya alam dan jasa – jasa
lingkungan terancam rusak (Dahuri, 1997).
Kerusakan yang terjadi di wilayah pesisir sebagai dampak dari peningkatan
jumlah dan intensitas pembangunan di wilayah tersebut menimbulkan pengaruh yang
pada gilirannya akan menurunkan kualitas hidup makhluk hidup yang berasosiasi
dengan wilayah tersebut karena banyaknya bahan pencemar yang masuk ke dalam laut
baik itu limbah padat seperti plastik maupun limbah cair seperti tumpahan minyak
bahkan pencemran logam berat.
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (1991) pencemaran laut adalah
masuknya zat atau energy, secara langsung atau tidak langsung oleh kegiatan manusia
ke dalam lingkungan laut termasuk daerah lingkungan pantai, sehingga dapat
menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya alam hayati, kesehatan
manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk peikanan dan penggunaan lain-
lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laur serta menurukan
kualitas tempat tinggal dan rekreasi.
Salah satu Pencemaran yang terjadi diwilayah pesisir adalah pencemaran oleh
limbah padat dan logam berat, logam selalu ada tergantung kadarnya dalam perairam. Salah
satu logam nonessensial yang terdapat dalam peraiaran adalah Pb dimana penggunaanya
sebagai zat tambahan pada bahan bakar dan pigmen zat merupakan penyebab utama
peningkatan jumlah kadar Pb di lingkungan. Asap yang berasal dari cerobong pabrik sampai
pada knalpot kendaraan telah melepaskan Pb ke udara termasuk bahan cair melalui
pengkristalan Pb di udara dengan bantuan hujan. Selain itu akibat aktifitas manusia, air
buangan limbah industri dan pertambangan akan mencemari aliran sungai hingga mencapai
laut. Sampai pada batas tertentu yang melebihi daya dukung lingkungan, maka keberadaan
logan berat dapat bersifat racun bagi organisme perairan (Darmono 1995).
Pernyataan diaatas sesuai dengan pendapat Palar (1994) yang menurutnya Salah
satu logam berat yang beracun dan berbahaya yang banyak ditemukan sebagai pencemar
dan cenderung mengganggu kelangsungan hidup organisme perairan yang ada adalah logam
timbal (Pb). Adanya persenyawaan timbal yang masuk ke dalam ekosistem menjadi sumber
pencemaran dan dapat berpengaruh terhadap biota perairan sebagai contoh dapat
mematikan ikan terutama pada fase larva (juvenil) karena toksisitasnya tinggi (Darmono
1995).
Organisme perairan khususnya ikan yang mengalami keracunan logam berat akan
mengalami gangguan pada proses pernafasan dan metabolisme tubuhnya, hal ini terjadi
karena bereaksinya logam berat dengan fraksi dari lendir insang sehingga insang diseliputi
oleh gumpalan lendir dari logam berat yang mengakibatkan proses pernafasan dan
metabolisme tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Palar 1994). Sejalan dengan laporan
Wardoyo (1975) bahwa salah satu jaringan tubuh organisme yang cepat terakumulasi logam
berat adalah jaringan insang, akibatnya ikan akan mati lemas karena terganggunya proses
pertukaran ion-ion dan gas-gas melalui insang.
Kadar logam berat di dalam badan air akan naik sedikit demi sedikit karena ulah
maunsia, akibatnya logam itu dapat terserap dalam jaringan ikan, tertimbun dalam jaringan
(bioakumulatif) dan pada konsentrasi tertentu akan dapat merusak organ-organ dalam
jaringan tubuh. Sedangkan adsorbsi logam berat oleh organisme perairan secara langsung
biasa-nya melalui bagian tubuh ikan seperti insang (Palar 1994).
Logam berat yang semula terlarut dalam air sungai diadsorbsi oleh partikel halus
(suspended solid) dan oleh aliran air sungai dibawa ke muara. Di muara, arus air sungai
bertemu dengan arus pasang dan kondisi arus gelombang yang cukup tenang, sehingga
logam tersebut mengalami pengenceran cukup rendah.
Mengingat signifikannya efek yang ditimbulkan oleh bahan pencemar terhadap
lingkungannya terutama mengenai libah padat dan logam berat, maka perlu dilakukan
penelitian di perairan purnama, karena wilayah pesisir purnama merupakan salah satu
wilayah yang padat akan kegiatan industri yang rentan menyebabkan pencemaran. Hal ini
dilakukan agar kondisi lingkungan wilayah pesisir di purnama dapat digambarkan. Apakah
telah terjadi pencemaran dari jenis limbah padat dan logam berat atau belum.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dialukannya praktikum adalah untuk mengetahui kondisi perairan
purnama ditinjau dari kandungan logam berat Pb yang terkandung dalam air dan
sedimen. Dan juga untuk mengetahu kadar pencemaran limbah padat diperairan tersebut
dan kemungkinan apa saja yang mengakibatkan pencemaran tersebut.
Hasil dari laporan ini akan sangat bermanfaat untuk manajemen dan pengelolaan
wilayah pesisir purnama yang terpadu. Data dan fakta yang akan dihasilkan oleh laporan
kegiatan ini akan sangat berguna bagi pra stakeholder dalam mengeluarkan suatu regulasi
untuk mempertahankan lingkungan secara lestari.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2. 1. Waktu dan Tempat
Praktikum Pencemaran Laut ini dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2010
pada pukul 08.00 WIB di perairan Selat Rupat dan Pantai Purnama Dumai, dan analisa
sample air dan sedimen dilakukan di Laboratorium terpadu Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis kandungan logam berat pada
air laut permukaan dan sedimen adalah larutan standar dari logam berat yang akan
dianalisa (Cu), asam nitrat (HNO3) pekat, Hydrocloric acid (HClO4) dan air suling.
Alat yang digunakan dalam pratikum analisis kandungan logam berat pada air
laut permukaan dan sedimen Perairan Dumai adalah GPS, ekman grab, sendok plastik,
kantong plastik, botol plastik dan ice box untuk mengumpulkan sampel sedimen dan air.
Selain itu digunakan peralatan mengukur kualitas air seperti sechi disk, pH meter dan
hand refraktometer.
Sedangkan untuk analisis sampel adalah timbangan analitik, mortar, kertas
saring Whattman 0,45 µm, gelas ukur, tabung reaksi, gelas breaker, digestion block,
oven, hot plate, pipet, pengaduk, dan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) tipe
Perkin Elmer 3110 dengan lampu katoda.
Alat yang digunakan untuk survey limbah padat di Pantai Dumai adalah tali
plastik, kantong plastik, dan alat tulis.
2.3. Metode Praktikum
Untuk analisis kandungan logam berat pada air laut permukaan dan sedimen
Perairan Dumai dilaksanakan dengan metode survey dan kemudian sampel dianalisis di
laboratorium. Sedangkan untuk limbah padat di Pantai Purnama Dumai dilaksanakan
dengan metode survey.
2.4. Prosedur Praktikum
Untuk analisis kandungan logam berat pada air laut permukaan dan sedimen
Perairan Dumai dilakukan dengan mengambil sampel air dan sedimen pada lima statiun
yang telah ditentukan berdasarkan kondisi perairan dan distribusi aktivitas antropogenik
di Dumai. Kelima stasiun tersebut adalah Lubuk Gaung, Bangsal Aceh, Muara Sungai
Mesjid, Pelabuhan TPI, dan Dockyard. Pengambilan air dengan memasukkan air pada
tiap-tiap stasiun ke dalam botol kemudian diberi label sesuai stasiun pengambilan.
Pengambilan sampel sedimen menggunakan ekman grab lalu sampel yang telah
diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label kemudian
dimasukkan ke dalam ice box. Untuk analisis di laboratorium dilakukan dengan tahap
berikut:
1. Analisis Logam Berat Pada Air Permukaan
Sampel air laut dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml yang
sebelumnya telah disaring terlebih dahulu menggunakan kertas penyaring. Sebelum
dimasukkan ke dalam AAS, AAS terlebih dahulu dikalibrasi dengan air laut. Kemudian
masing-masing sampel diuji.
Mekanisme kerja AAS adalah saat pipa kapiler yang dimasukkan ke dalam
sampel akan mengalirkan sebagian sampel air laut lalu diatomkan dengan cara dibakar.
Pada kiri dan kanan dinding AAS ada dua buah lampu deteksi logam berat. Lampu ini
dapat ditukar sesuai dengan logam berat yang akan dianalisa.
2. Analisis Logam Berat Pada Sedimen
Ambil sampel seberat 500 g kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80-
1000 C sampai dicapai berat konstan. Lalu sedimen yang telah kering digerus dengan
menggunakan mortar dan disaring dengan saringan berukuran 63 mikron. Antara 0,5
dan 1,0 g sampel sedimen didestruksi dalam kombinasi larutan HNO3 dan HClO4
dengan perbandingan 4:1, menggunakan block digester pada suhu rendah (400 C)
selama 1 jam dan kemudian suhu dinaikkan menjadi 1400 C selama 3 jam. Setelah
sampel sedimen didestruksi secara sempurna , larutan tersebut didinginkan dan
diencerkan dengan aquades menjadi 40 ml dan disaring dengan kertas Whattman no. 1
dan disimpan dalam botol sampel. Selanjutnya larutan sampel tersebut dianalisis dengan
menggunakan AAS.
Untuk prosedur survey limbah padat di Pantai Dumai pelaksanaan dilakukan
saat surut terendah. Buat transek dengan menggunakan tali sepanjang 100 m sejajar
dengan garis pantai. Sampling dilakukan dengan menentukan tiga kuadran 10 x 10 m
dengan jarak yang sama diantara kedua ujung tali tersebut pada batas pasang tertinggi
dan surut terendah. Limbah padat yang ditemukan dalam kuadrat tersebut diamati dan
catat jenisnya. Masing-masing jenis limbah padat yang dijumpai ditentukan berapa
presentasenya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
Dari praktikum yang dilaksanakan di perairan Purnama, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
3.1.1. Hasil Pengamatan Konsentrasi Logam Berat
Tabel 1. Data Kandungan Logam Berat Pada Air Laut Permukaan dan Sedimen
NO Stasiun Titik KoordinatUlangan
Konsentrasi Pb N E Air Laut Sedimen1 Lubuk gaung 01' 43' 38'' 101 23'16.4̊ 1 0,030 23,637
2 0,027 19,8503 0,026 19,407
2 Bangsal Aceh 01 43' 27.1'' ̊̊ 101 23' 25.1''̊ 1 0,036 10,90901 43' 17.6'' ̊̊ 101 23' 28''̊ 2 0,043 16,583
3 0,033 15,017
3Muara Sungai Mesjid 01 43' 08.6'' ̊̊ 101 23' 35.1''̊ 1 0,050 20,595
01 41' 59.3'' ̊̊ 101 24' 42.8''̊ 2 0,054 16,5373 0,045 15,245
4 Pelabuhan TPI 01 44' 44'' ̊̊ 101 22' 30.2''̊ 1 0,023 23,91501 44' 38.1'' ̊̊ 101 22' 31''̊ 2 0,022 17,97401 44' 09.2'' ̊̊ 101 22' 49''̊ 3 0,024 22,458
5 Dockyard 01 45' 40.8'' ̊̊ 101 21' 54'.1'̊ 1 0,014 24,434
2 0,006 19,391
3 0,004 22,144Jumlah Total 0,437 288,096
Rata-Rata 0,029 19,026
Tabel 2. Data Analisis Deskriptif Logam Berat
Data Rata-Rata Minimum Maximum N(data) Total
Air laut 0,029133 0,004 0,054 15 0,437
Sedimen 19,2064 10,909 24,434 15 288,096
Tabel 3. Kandungan Total logam Pb pada masing Stasiun
NO Stasiun Air laut Sedimen
1 Lubuk gaung 0,083 62,894
2 Bangsal Aceh 0,112 42,509
3 Muara Sungai Mesjid 0,149 52,377
4 Pelabuhan TPI 0,069 64,347
5 Dockyard 0,024 65,969
Tabel 4. Kandungan Rata-rata Logam Pb Pada Masing-masing Stasiun
NO Stasiun Air laut Sedimen
1 Lubuk gaung 0,028 20,965
2 Bangsal Aceh 0,037 14,170
3 Muara Sungai Mesjid 0,050 17,459
4 Pelabuhan TPI 0,023 21,449
5 Dockyard 0,008 21,990
Grafik 1. Kandungan total Logam Pb pada masing-masing stasiun
Lubuk gaung Bangsal Aceh Muara Sungai Mesjid
Pelabuhan TPI Dockyard0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
Air lautSedimen
Grafik 2. Kandungan rata-rata logam Pb pada masing-masing Stasiun
Lubuk gaung Bangsal Aceh Muara Sungai Mesjid
Pelabuhan TPI Dockyard0.000
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Air lautSedimen
3.1.2. Hasil Pengamatan Limbah Padat
Tabel 3. LImbah Padat Pantai Purnama per-masing-masing stasiunStasiun Jenis Limbah Jumlah
I Logam 1Plastik 15Kain 1
II Logam 1Plastik 15Kain 1
Kertas 1Kaca 2Tall 1
Kayu 4III Plastik 20
Kain 2Karet 1
Jumlah Total 65Rata-Rata 5
Tabel 4. Total Limbah pada pada semua stasiunStasiun Jenis Limbah Jumlah
Logam 2Plastik 50Kain 4
Kertas 1Kaca 2Tall 1
Kayu 4Karet 1
Jumlah Total 65Rata-rata 14,44
Grafik 3. Konsentrasi Limbah Padat di pantai Purnama Dumai berdasarkan jenis sampah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.0000.0100.0200.0300.0400.0500.060
Air Laut
Konsentrasi Limbah Padat Pantai Purnama
Air Laut
٤
3.2. Pembahasan
3.2.1. Kondisi Umum Perairan
Ditinjau dari segi kondisi pantai perairan ini mengalami penurunan mutu
perairan secara umum, hal ini diakibatkan oleh banyaknya proses-proses kegiatan
manusia, industri dan transportasi yang ada disekitar Pantai Purnama. Dari proses
kegiatan manusia ada disekeliling perairan tersebut bahkan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan didaratan di kota dumai bahkan provinsi riau secara umumnya yang pada
akhirnya airnya akan mengalir ke pesisir Purnama melalui sungai-sungai yang bermuara
kesana seperti sungai dumai, sungai mesjid dan lainnya.
Salah satu aspek yang berkontribusi banyak dalam perairan purnama adalah oleh
proses kegiatan industri yang berdomisili disekitar wilayah purnama kota dumai,
diantara industri-industri yang berdomisili disekitar purnama dan berkemungkinan
berkontribusi terhadap pencemaran diperairan tersebut adalah PT. Pertamina UP II, PT
Semen Padang, PT SIA, PT Surya Damai, PT. Indo Palm, PT SDS, PT Jaya Murti dan
industri-ndustri yang bertaraf besar lainnya.
Dari bidang transportasi laut perairan dumai merupakan perairan yang cukup
sibuk di indonesia, karena perairan dumai secara lansung terhubung dengan selat
malaka yang merupakan selat nomor 2 tersibuk didunia. Dari proses transportasi
tersebut ada banyak dampak yang diakibatkan terhadap penurunan mutu perairan,
bahkan dapat dikatakan bahwa dari kegiatan ini menyumbang sejumlah besar
pencemaran yang terjadi. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : kapal yang
beraktifitas didaerah perairan dumai selain kapal penumpang dan kapal barang adalah
kapal tanker yang mengangkut minyak mentah dari provinci riau keluar negeri dan
kemudian dibawa lagi keperairan dumai dalam bentuk jadi.
٤
Dalam proses antar jemput minyak tersebut disekitar perairan dumai setiap kapal
akan mengeluarkan water cooling dan air ballast. Water cooling merupakan air yang
berasal dari proses pendingingan mesin kapal. Dimana setelah mesin kapal didinginkan,
air yang bersuhu panas tersebut dikeluarkan kembali keperairan dengan suhu yang
tinggi dan jumlah yang banyak serta berkelanjutan. Air yang dikeluarkan dari mesin
kapal tersebbut akan menaikkan suhu perairan sekitar tempat pembuangan secara
drastis, dan kondisi ini akan sangat berbahaya terhadap organisme yang hidup disana.
Pada perairan lepas, pada dasarnya buangan limbah air panas yang seperti ini
pada dasarnya tidak akan menjadi masalah yang cukup serius, namun untuk perairan
dumai yang merupakan perairan semi tertutup yang sirkulasi airnya sangat lambat akan
menjadi suatu masalah besar terhadap organisme yang hidup disana. Karena dengan
rendahnya sirkulasi air limbah air panas tersebut akan terakumulasi pada suatu titik
point perairan tertentu sehingga akan mengasilkan suhu perairan tersebut sangat tinggi
dari kondisi alaminya.
Sealain limbah air panas yang dikeluarkan oleh mesin kapal, limbah yang paling
berbahaya dari proses transportasi laut ini adalah limbah air ballast, kapal tangker yang
umumnya memiliki volume luas yang besar untuk trnsportasi akan menghasilkan air
ballast dalam jumlah yang besar. Air ballast digunakan oleh kapal tanker untuk dapat
menyeimbangkan posisi kapal ketika berlayar di samudera lepas, karena jika tidak diisi
dengan air dikwatirkan kapal tersebut tidak dapat menahan keseimbangannya ketika
dalam keadaan kosong.
Fenomena tumpahan air balllast ini sebenarnya sudah menjadi fenomena besar
dalam dampaknya terhadap pencemaran laut, dan sudah menjadi perhatian besar dunia.
Dalam hal ini pada dasarnya sudah ada regulasi yang jelas tentang larangan
pembuangan limbah air ballast ini keperairan. Namun diindonesia aplikasi dan control
terhadap aturan ini masih lemah, sehingga mengakibatkan pencemaran perairan laut
yang disebabkan oleh limbah air ballast masih banyak ditemukan diindonesia.
Salah satu aspek yang berkontribusi dalam pencemaran laut wilayah pesisir
purnama adalah karena secara geografis pantai dumai terletak pada aliran-aliran sungai
besar yang bermuara disekitar wilayah tersebut. Dan aliran-aliran sungai yang bermuara
ke wilayah pesisir laut dumai tersebut akan membawa sampah-sampah organik dan non
organik sebagai hasil dari antropogenik proses yang terjadi didaratan. Pada saat
pengamatan banyak sekali sampah-sampah domestik yang berserakan di wilayah
tersebut, mulai dari sampah plastik, kain bekas bahkan sampah-sampah domestik
lainnya, selain pencemaran secara estetika sampah-sampah ini juga merupakan
mencemari perairan dengan menurunkan kwalitas perairan dan menghalangi pancaran
cahaya matahari untuk sampai keperairan.
3.2.2. Pencemaran Oleh Logam Berat
Dalam praktikum pencemaran laut di perairain pesisir purnama tentang
konsentrasi logam berat Pb dilakukan pada 5 stasiun yaitu stasiun Lubuk Gaung,
Bangsal Aceh, Muara Sungai Mesjid, Pelabuhan TPI dan Dokyard. Pada masing-masing
stasiun tersebut dilakukan 3 kali pengulangan sehingga diperoleh data sebanyak 15 data.
Berdaskan hasil yang diperoleh rata-rata pada setiap kali pengukuran dilakukan pada
masing-masing titik selalu ditemukan kadar logam berat Pb meski dalam jumlah yang
berbeda. Konsentrasi Logam Pb yang paling tinggi adalah 0,054 pada air laut dan
24,434 pada sedimen. Sedang konsentrasi logam Pb terendah adalah 0,004 pada
kandungan air laut dan 10,909 pada kandungan sedimen.
Jika jumlah logam berat yang ada pada masing-masing stasiun tersebut di rata-
ratakan maka didapatkan hasil 0,0291 pada air laut dan 19,2064 pada kandungan
sedimen. Dan total dari logam Pb yang dianalisis dari 15 data dari 5 stasiun tersebut
adalah 0,437 pada kandungan air laut dan 288,096 pada kandungan sedimen.
Dilihat dari sebaran data pada masing-masing stasiun ditemukan sebaran data
yang cukup beragam pada kandungan konsentrasi Pb pada air laut, yaitu konsentrasi Pb
yang tertinggi adalah pada muara sungai mesjid kemudian bangsal aceh, Lubuk gaung,
Pelabuhan TPI dan kandungan Pb terendah ditemukan pada Dokyard dengan nilai
signifikansi yang cukup berarti. Namun data sebaran yang ada pada kandungan sedimen
menunjukkan sebarab data yang cukup beragam dengan artian interval nilai konsentrasi
antar stasiun satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi.
Adanya perbedaan sebaran data antara suatu stasiun dengan yang lain
disebabkan oleh letak geografis dan tofografi dasar pantai laut tersebut. Seperti sungai
mesjid yang merupakan stasiun yang memiliki kandungan konsentrasi Pb yang paling
tinggi kemungkinan besar disebabkan oleh karena Muara sungai mesjid merupakan
tembat aliran terakhir dari air yang terbawa melalui sungai mesjid. Ini merupakan salah
satu model pencemaran non point sources yang merupakan pencemaran yang berasal
dari banyak sumber yang ada didaratan yang kemudian berkontribusi besar terhadap
perairan muara sungai mesjid melalui aliran air. Dilihat dari kegiatan manusia yang
hidup disepanjang sungai mesjid memiliki ragam yang sangat tinggi dan berpotensi
menghasilkan logam berat yang juga tinggi.
Hasil analisis logam berat yang ada di air laut dan dalam kandungan sedimen
memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata, diair laut konsentrasi logam pb yang
ditemukan berada dalam konsentrasi yang cikup rendah yaitu rata-rata 0,0291
sedangkan dalam kandungan sedimen ditemukan rata-rata konsentrasi pb sebanyak
19,2064. Interval nilai perbandingannya sangat tinggi, dari hasil ini ada dua
kemungkinan aturan dalam penyebaran logam berat. Pertama, logam berat tidak dapat
bertahan lama terakumulasi dan terlarut dalam masa air, sehingga seiring dengan aliran
waktu logam berat tersebut mengendap pada lapisan sedimen dengan masa yang cukup
cepat sehingga konsentrasi yang ada dalam massa air selalu jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan kandungan yang ada didalam sedimen.
Kedua adalah, adanya kemungkinan bahwa perairan purnama ini pernah
mengalami pencemaran logam berat Pb yang cukup hebat, sehingga perbedaan
konsentrasi pb yang ada disedimen yang menggambarkan kondisi pencemaran logam
berat masa langkau jauh berbeda dengan konsentrasi logam berat yang ada di dalam
masa air dengan kondisi perairan sekarang yang mulai membaik.
Adapun hasil analisis logam berat yang terkandung pada sedimen menunjukkan
konsentrasi logam pb yang tertinggi ada pada stasiun Dockyard, kemudian diikuti oleh
pelabuhan TPI, Muara Sungai Mesjid dan stasiun dengan konsentrasi yang terendah
adalah bangsal aceh. Tingginya konsentrasi logam berat yang terdapat di stasiun 5,4 dan
1 kemungkinan besar disebabkan oleh banyaknya aktifitas disekitas daerah tersebut
yang kemungkinan akan memberikan konstibusi yang besar terhadap pencemaran
logam Pb.
Lubuk Gaung merupakan salah satu stasiun yang mengandung konsentrasi
logam berat pada sedimen yang terbanyak, kondisi ini mungkin karena Lubuk Gaung
sebagai salah satu basis industry dalam bidang minyak sawit dan sebagainya, salah satu
pabrik industry yang beroperasi diasana adalah PT. INDO PALM dan Sari Dumai Sejati
(SDS) dan pabrik-pabrik lainnya yang bergerak dibidang CPO. Adapun Dockyard
merupakan basis bagi perusahaan kertas, dan kilang minyak seperti PT Jaya Murti(JM).
Begitu juga Pelabuhan TPI yanh merupakan tempat beroperasi kapal-kapal perikanan
dan tempat orasi Pabrik kertas PT SIA.
Jika hasil analisis logam yang ada di air laut dan sedimen ini dibandingkan
dengan mengacu pada NAB yang ditetapkan oleh pemerintah tahun 1988 untuk
kepentingan kehidupan biota laut, yakni kadar Pb ≤ 0,075 ppm. maka hasil pengamatan,
kadar logam berat pada air laut umumnya masih tergolong rendah, kualitas airnya masih
tergolong baik karena tidak ditemukan adanya lokasi yang kadar logam berat yang
melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut.
Namun untuk kadar logam berat Pb yang ada disedimen merupakan kadar yang sangat
tinggi sekali dan jauh melibihi ambang batas.
Tingginya kadar logam berat dalam sedimen di stasiun tersebut menunjukkan
bahwa terjadi akumulasi dalam sedimen. Stasiun-stasiun tersebut berada dekat muara
sungai dan pantai tempat berlabuh kapal-kapal yang selesai bongkar muat barang-
barang yang diperlukan oleh industri dan masyarakat yang ada disekitar lokasi tersebut
yang didapat cukup tinggi. Pada umumnya muara sungai mengalami proses sedimentasi,
dimana logam yang sukar larut mengalami proses pengenceran yang berada di kolom air
lama kelamaan akan turun ke dasar dan mengendap dalam sedimen.
Kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air laut
sewaktu-waktu bias saja terjadi pengadukan masa air yang mengakibatkan kandungan
logam berat yang terakumulasi dalam sedimen kembali lagi kemasa air. Keadaan ini
akan mengakibatkan konsentrasi logam yang ada dimasa air meningkat dengan drastic
dan ini merupakan kondisi yang sangat berbahaya dan buruk bagi kwalitas air, yaitu
kondisi yang jauh melampaui ambang batas.
3.2.3. Pencemaran Limbah Padat
Salah satu aspek yang berkontribusi dalam pencemaran laut wilayah pesisir
purnama adalah karena secara geografis pantai dumai terletak pada aliran-aliran sungai
besar yang bermuara disekitar wilayah tersebut. Dan aliran-aliran sungai yang bermuara
ke wilayah pesisir laut dumai tersebut akan membawa sampah-sampah organik dan non
organik sebagai hasil dari antropogenik proses yang terjadi didaratan. Pada saat
pengamatan banyak sekali sampah-sampah limbah padat yang berserakan di wilayah
tersebut, mulai dari sampah plastik, kain bekas bahkan sampah-sampah domestik
lainnya, selain pencemaran secara estetika sampah-sampah ini juga merupakan
mencemari perairan dengan menurunkan kwalitas perairan dan menghalangi pancaran
cahaya matahari untuk sampai keperairan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan limbah padat yang terbanyak
ditemukan pada stasiun II kemudian diikuti oleh stasiun ke III dan yang paling sedikit
adalah pada stasiun I. Untuk jenis limbah padat terbanyak yang ditemukan adalah
sampah plastik yaitu 50 sedangkan untuk sampah padat lainnya dengan jumlah yang
hampir sama. Sampah ini kemungkinan besar merupakan hasil aktifitas daratan yang
dibawa melalui aliran sungai. Namun, masih terdapat kemungkinan sampah-sampah
tersebut berasal dari aktifitas transportasi dimana hasil dari keduanya tersebut pada
akhirnya akan terkumpul ditepi pantai akibat aliran air sungai dan arus pasang surut
yang membawa sampah dari laut.
IV. KESIMPULAM DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Dari hasil analisis logam berat yang ditemukan di perairan purnama pada
dasarnya masih dengan konsentrasi dibawah ambang batas, kondisi ini menunjukkan
bahwa perairan purnama ditinjau dari kandungan pb dalam air masih berada di zona
aman. Namun konsentrasi yang ditemukan pada sedimen sangat tinggi jika
dibandingkan dengan kandungan yang ada diperairan bahkan dengan interval yang
sangat jauh. Untuk kondisi normal keadaan ini tidak akan berdampak buruk, namun jika
terjadi pengadukan didasar perairan yang disebabkan gempa bumi, tsunami atau yang
lainnya maka akan mengakibatkan konsentrasi logam Pb yang ada pada sedimen akan
kembali masuk kemassa air dan mengakibatkan konsentrasi Pb dimasa air meningkat
drastic dan melebihi ambang batas yang mengakibatkan efek yang serius pada kondisi
perairan. Dan untuk limbbah padat dalam kondisi yang ditunjukkan berdasarkan hasil
sudah mulai mengakibatkan pencemaran, terutama apabila ditinjau dari nilai estetika.
4.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang didapat menunjukkan bahwa untuk keadaan
normal perairan ini bias saja dikatakan dalam zona aman, namun kemungkinan terjadi
pengadukan tetap ada dan sangat berkemungkinan buruk bagi perairan, sehingga dalam
pengelolaan bagi instansi terkait haru memikirkan jalan keluar dari kemungkinan
tersebut. Dan pada dasarnya penelitian yang dilakukan hanya merupakan langkah awal
dalam mengetahui kondisi perairan, masih banyak parameter yang mesti diukur untuk
mendapatkan hasil yang komprehensif tentang logam berat, seperti merkuri, tembaga ,
Hg dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP 02/MENKLH/1988 Tentang Pedoman Penetapan Buku Lingkungan Hidup. Kantor MenKLH. Jakarta.
Mc. Lannaughey dan Zottly. 1983. Pengantar biola. Diterjemahkan oleh H.Z.B. Tafal dan H.Mansoer. Semarang Press, Semarang. 410 hal.
Palar H. (1994). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bandung.
Wardoyo, S. (1975). Pengelolaan Kualitas Air. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan
LAMPIRAN
1. Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum
Tabung reaksi Timbangan
Kertas saring AAS
AAS Komputer analisis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 11.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................... 3
II. METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat....................................................................... 42.2. Bahan dan Alat............................................................................ 42.3. Metode Praktikum....................................................................... 52.4. Prosedur Praktikum..................................................................... 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil............................................................................................. 73.2. Pembahasan................................................................................. 10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan.................................................................................. 174.2. Saran............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Laporan PraktikumPencemaran Laut Dosen : Prof. Dr. Ir. Bintal Amin, M.Sc
ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN LIMBAH PADATDI PERAIRAN PURNAMA-DUMAI
OLEH :
ZUL KARIMAN
0804113585
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Berkat
rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat Laporan Praktikum Pencemaran Laut sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Ini merupakan tugas individu penulis sebagai
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pencemaran Laut di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih seluruh pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penulisan Laporan ini dalam bentuk ide-ide yang
cemerlang, terutama kepada Dosen Pencemaran Laut yang memberikan pengetahuan
yang sangat berharga dengan nilai tidak terhingga kepada penulis. Hanya dengan
rahmat Allah-lah semua itu dapat terbalaskan.
Penulis berharap dengan selesainya tulisan ini akan mendapat nilai manfaat bagi
banyak orang dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang
Pencemmmaran Laut. Disamping itu penulis juga sangat berharap kritik dan saran dari
pembaca demi menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pekanbaru, 03 Januari 2011
Penulis