laporan pemecahan dormansi

15
3. Bahan dan Metode 3.1 Alat Bahan dan metode 1. Skarifikasi Amplas :Untuk mengamplas benih yang berkulit keras Pemotong kuku :Untuk memotong ujung kulit benih yang keras Bak + pasir :Media tanam Benih saga :Bahan pengamatan Benih semangka :Bahan pengamatan 2. Stratifikasi Heater :Untuk memanaskan air Gelas kimia :Tempat meletakkan air panas Cawan petri :Sebagai tempat pencampuran air panas dan benih kacang tanah serta tempat untuk meletakkan kcang tanah + kertas merang Kertas merang :Sebagai media penanaman benih kacang tanah Germinator :Tempat untuk pertumbuhan dan penyimpanan

Upload: risal-akbar-mulya

Post on 08-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pemecahan dormansi

TRANSCRIPT

3. Bahan dan Metode

3. Bahan dan Metode 3.1 Alat Bahan dan metode 1. Skarifikasi Amplas:Untuk mengamplas benih yang berkulit keras Pemotong kuku :Untuk memotong ujung kulit benih yang keras Bak + pasir :Media tanam Benih saga :Bahan pengamatan Benih semangka:Bahan pengamatan 1. Stratifikasi Heater:Untuk memanaskan air Gelas kimia :Tempat meletakkan air panas Cawan petri:Sebagai tempat pencampuran air panas dan benih kacang tanah serta tempat untuk meletakkan kcang tanah + kertas merang Kertas merang:Sebagai media penanaman benih kacang tanah Germinator:Tempat untuk pertumbuhan dan penyimpanan perkecambahan Benih kacang tanah :Bahan pengamatan

Metode : metode yang digunakan adalah Skarifikasi dan stratifikasi 3.2 Cara Kerja 1. SkarifikasiPerlakuanKontrolBenih saga dan semangka @10 benihBenih saga dan semangka @10 benih

Benih saga diamplasBenih semangka dilukai ujungnya

Tanam pada bak berisi pasir

Amati hingga 7 hst + dokumentasi

Hitung persentase daya kecambah (rumus uji vigor)

1. StratifikasiPerlakuanKontrol10 benih kacang tanah10 benih kacang tanah

Rendam benih dalam air bersuhu 500CSelama 5 menit dalam keadaan tertutup

Uji perkecambahan benih dengan UDK(menggunakan 2 lapis kertas merang pada cawan petri)

Simpan dalam germinator

Amati hingga 7 hst + dokumentasi

Hitung persentase daya kecambah (rumus uji viabilitas)3.2 anlisa perlakuan Skarifikasi Pada perlakuan skarifikasi tahapan pertama yang dilakukan yaitu siapkan benih saga dan benih semangka sebanyak @10 benih. Selanjutnya untuk benih saga diamplas dan dipotong bagian pucuknya dengan menggunakan potong kuku. Apabila menggunakan benih semangka hanya dilukai pada bagian ujungnya untuk mempercepat dalam pertumbuhan benih semangka. Langkah beriutnya tanam benih saga dan benih semangka pada bak yang telah berisi pasir. Dalam bak pasir tersebut juga ditanam benih saga dan benih semangka sebanyak @10 benih sebagai kontrol. Selanjutnya diamati hingga 7 hari setelah tanam, selain itu dilakukan dokumentasi setiap harinya. Langkah terakhir hitung presentase daya kecambah denagn rumus uji vigor. Stratifikasi Pada perlakuan stratifikasi tahapan pertama yang dilakukan siapkan 10 benih kacang tanah. Benih kacang tanah direndam dengan air hangat yang bersuhu 500C selama 5 menit dalam keadaan tertutup. Selanjutnya uji perkecambahan benih dengan uji daya kecambah menggunakan 2 lapis kertas merang yang ditaruh dalam cawan petri. Dan 10 benih kacang tanah lagi ditanam sebagai kontrol. Selanjutnya disimpan dalam germinator untuk pertumbuhan dan menyimpan benih kacang tanah. Setelah itu dilakukan pengamatan selama 7 hasi setelah tanam dan didokumentasikan. Langkah terakhir yaitu hitung presentase daya kecambah dengan rumus uji viabilitas.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilNo.PerlakuanKomoditiParameter

VigorLess VigorAbnormalMati

1SkarifikasiDiamplasSaga00010

Kontrol00010

Jumlah00020

Presentase000100%

2DilukaiSemangka4006

Kontrol2008

Jumlah60014

Presentase30%0070%

Parameter

NAbBMBKBSTT

3StratifikasiSuhu 50OC

Kacang Tanah 40006

Kontrol20008

Jumlah600014

Presentase30%00070%

4.2 Pembahansan 4.2.1 Skarifikasi ( perbandingan perlakuan dengan kontrol + literatur )Dalam metode perlakuan skarifikasi benih yang digunakan adalah benih semangka dan benih saga, adapun kedua benih ini tergolong jenis benih yang keras. Benih keras dapat diartikan sebagai benih yang mempunyai karakteristik sulit untuk ditembus air, sehingga untuk benih keras perlu adanya perlakuan skarifikasi atau dengan cara di pecah serta dilukai guna mendukung proses perkecambahan benih. Pada metode skarifikasi untuk benih saga kami melakukan pemecahan benih dengan cara memakai amplas. Dengan cara ini maka akan didapatkan benih yang luka, sehingga dengan luka tersebut diharapkan benih akan lebih mudah dalam proses perkecambahan. Benih saga yang di amplas berjumlah 10 biji. Sedangkan untuk perlakuan pada benih semangka skarifikasi dilakukan dengan cara memotong ujung benih, bisa menggunakan cutter atau gunting. Benih semangka yang digunakan juga berjumlah 10 untuk perlakuan ini. Pada saat melakukan pengamatan metode skarifikasi, digunakan perbandingan benih yang di skarifikasi dengan benih kontrol tanpa perlakuan skarifikasi. Banih yang digunakan untuk kontrol masing-masing berjumlah 10 benih, baik saga maupun semangka.Setelah melakukan proses skarifikasi, maka dilakukan pengamatan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan benih saga yang dilakukan pengamplasan adalah 1 benih vigor, 3 benih less vigor dan 6 benih abnormal. Sementara pada perlakuan benih saga untuk kontrol, semua benih saga dalam keadaan less vigor. Hal ini sangat dipngaruhi oleh adanya perlakuan pengamplasan pada benih, benih saga yang telah dilukai menunjukan benih tersebut memiliki kemampuan untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan benih saga yang tidak mendapatkan perlakuan skarifikasi. Menurut Juhanda, dkk (2013) bahwa perlakuanskarifikasi mekanik lebih baik dalam menghasilkan perkecambahan benih saga manis (Abrus precatoriusL.) yang ditunjukkan oleh setiap peubah yang diamati yaitu daya berkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah, dan bobot kering kecambah normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skarifikasi mekanik menggunakan amplas memberikan pengaruh yang nyata pada semua peubah yang diamati. Daya berkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah, dan bobot kering kecambah normal dari benih saga manis yang diskarifikasi menggunakan amplas lebih tinggi daripada tanpa skarifikasi. Laju imbibisi benih yang telah dilembabkan sampai 68 jam yang mendapat perlakuan skarifikasi mekanik dengan diamplas menunjukkan bobot benih lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang tidak diberi perlakuan skarifikasi. Laju imbibisi benih saga manis yang diskarifikasi mekanik menunjukkan bobot benih meningkat secara linier setelah dilembabkan sampai 24 jam. Lebih lanjut dihasilkan bahwa benih yang telah dilembabkan lebih dari 24 jam sampai 68 jam,laju imbibisi cenderung konstan.Pada pengamatan benih semangka yang dilakukan perlakuan skarifikasi serta kontrol didapatkan hasil untuk perlakuan skarifikasi adalah 1 benih vigor dan 9 benih mati. Sementara untuk kontrol diketahui 2 benih vigor, 7 benih less vigor, dan 1 benih mati. Benih yang dilakukan skarifikasi banyak yang mati kemungkinan besar karena daya imbibisi benih yang kurang maksimal serta kekuatan benih dalam berkecambah sangat rendah. Hal ini juga dapat di bandingkan dengan literatur, Menurut Juhanda, dkk (2013)Kulit benih semangka yang bersifat impermeabel menyebabkan benih tidak dapatberimbibisi terlihat dari pola imbibisi yang tidak diskarifikasi. Sedangkan pada benih yang telah diskarifikasi namun tidak tumbuh hal ini disebabkan oleh kurangnya air dan unsur yang tersedia pada media tanam yakni pasir sehingga radikula tidak mendapatkan nutrisi. Hal ini yang menyebabkan benih semangka yang diberi perlakuan skarifikasi juga mati.

4.2.2 Stratifikasi ( perbandingan perlakuan dengan kontrol + literatur )Perlakuan stratifikasi menggunakan benih kedelai dan benih padi, masing-masing benih berjumlah 20 biji dengan 10 biji dilakukan perlakuan dan 10 biji sebagai kontrol. Stratifikasi dilakukan dengan dengan cara merendam biji pada air dengan suhu tertentu. Untuk benih kedelai perendaman dilakukan pada air yang bersuhu 50o celcius dan untuk benih padi direndam pada air dengan suhu 60o celcius. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan penghambat munculnya akar pada biji tersebut. Setelah dilakukan pengamatan pada benih yang mengalami perlakuan stratifikasi, maka dapat diketahui bahwa banyak benih kedelai yang tidak tumbuh atau mati, tetapi masih ada beberapa kedelai yang tumbuh abnormal dengan rincian benih yang dilakukan perendaman air 50 derajat celcius benih yang abnormal berjumlah 3 benih, dan yang mati 7 benih. Untuk perlakuan kontrol benih yang abnormal berjumlah 6 benih dan yang mati berjumlah 4 benih. Sementara untuk benih padi, semuanya mengalami kematian atau tidak tumbuh. Menurut Husain, dkk (2012) Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan mengapa benihkedelai dan padi tersebut belum berkecambah (dorman) pertama, rendahnya unsur hara yang terkandung dalam media tanam. kedua, media perkecambahan yangdigunakan kurang memadai dalam hal ini tidak adanya kandungan air yang cukup. ketiga, waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan masih cukup lama. Keempat benih/biji kedelai dan padi tersebut adalah termasuk benih rekalsitran.

4.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Skarifikasi dan Stratifikasi Stratifikasi Kelebihan : Metode stratifikasi dapat dikatakan metode yang paling praktis karena hanya merendam benih kopi dengan air bersuhu tinggi pada waktu tertentu. Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan dan memicu pembentukan hormon pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah (Raharjo, 2002).Kelemahan : setiap jenis tanaman bahkan antar varietas memiliki kebutuhan stratifikasi yang berbeda. (Raharjo,2002) Skarifikasi Kelebihan :sederhana, mudah, dan efektif meningkatkan persen perkecambahanKekurangan : jika kurang ahli biasanya dalam melakukan pemotongan atau pengamplasan biasanya hasilnya kurang baik (Raharjo,2002)

5. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN Adapun metode-metode yang digunakan adalah skarifikasi serta stratifikasi. Pada kedua metode ini perlakuan yang dilakukan sangatlah berbeda, bisa dilihat dari benih yang digunakan serta metode yang dilakukan. Benih yang digunakan pada perlakuan skarifikasi adalah benih-benih yang memiliki kulit biji yang keras, sehingga perlu adanya pemecahan atau pelukaan pada bagian biji. Setelah dilakukan perlakuan ini dilakukan uji daya kecambah, yang mana dalam uji ini telah dilakukan pengamatan dan hasilnya cukup menunjukkan perbedaan antara benih yang mengalami perlakuan skarifikasi dan benih yang tidak di skarifikasi. Biji yang tidak mengalami perlakuan skarifikasi sulit untuk tumbuh atau berkecambah, sementara benih yang telah dilakukan perlakuan skarifikasi dapat berkecambah meskipun dengan keadaan abnormal. Selain pengamatan dengan perlakuan skarifikasi, hal lain yang dilakukan adalah perlakuan pemecahan dormansi dengan cara startifikasi, cara ini dilakukan dengan cara perendama benih pada suhu tertentu. Benih yang digunakan adalah benih padi dan kedelai. Setelah perlakuan stratifikasi benih diamati dengan uji daya kecambah diatas kertas. Dalam uji ini dapat diketahui benih yang tumbuh sangatlah sedikit, dan hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi media yang kurang mendukung pada saat proses perkecambahan, sehingga benih banyak yang mati. Kurangnya unsur hara serta kelembaban pada media sangta mempengaruhi benih dalam melakukan proses imbibisi.5.2 SaranIni wes berusaha semaksimal mungkin mbak, sarannya diperjelas lagi mengenai praktikum kedepannya.

DAFTAR PUSTAKAWidyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I.Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2) : 152 158.Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1,Angkasa Raya, PadangWidarto, L. 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi, dan Kultur Jaringan KanisiusYogyakartaRahardjo P.,2002, Beberapa Cara yang Perlu Dalam Perkecambahan Kopi, Sub Penelitian Budidaya Perkebunan Kopi, Bogor. 13-15p.

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI BENIHDORMANSI

Oleh :Nama: Risal Akbar Mulya NIM: 135040201111217Kelompok :P1Asisiten : Fevira Suci R

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015