laporan pemantauan pemilu 2014

129
LAPORAN PEMANTAUAN PEMILU 2014 Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat Jl. Manggarai Utara I Jakarta Selatan Jakarta Selatan, Indonesia, 12850 Phone 6221 83706467 Fax 6221 837 80308

Upload: lyhanh

Post on 11-Jan-2017

272 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

  • # Bagian 1 : Pendahuluan

    LAPORAN PEMANTAUAN PEMILU 2014

    Jaringan Pendidikan Pemilih untuk RakyatJl. Manggarai Utara I Jakarta Selatan

    Jakarta Selatan, Indonesia, 12850Phone 6221 83706467 Fax 6221 837 80308

  • Daftar IsiDaftar Singkatan

    Pengantar

    Bagian 1: Pendahuluan

    Bagian 2 : Executive Summary

    Bagian 3 : Sejarah JPPR dalam Pemilu di Indonesia

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

    Pemantauan Berbasis Teknologi Informasi dan

    Media Sosial

    Pemantauan Intensif

    Pemantauan Efek Pencegahan Pelanggaran

    dalam Pemilu

    Bagian 5 : Hasil Pemantauan

    Bagian 6 : MenindakLanjuti Hasil Pemantauan

    Interaksi Strategi dalam Pemantauan

    Bagian 7 : Kajian Regulasi Berbasis Pemantauan

    Bagian 8 : Tantangan dan Pembelajaran

    Rekomendasi

    ii

    iv

    1

    14

    5

    17

    17

    20

    24

    27

    100

    100

    106

    113

    115

    Daftar Isi

  • Daftar IsiDaftar Singkatan

    Pengantar

    Bagian 1: Pendahuluan

    Bagian 2 : Executive Summary

    Bagian 3 : Sejarah JPPR dalam Pemilu di Indonesia

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

    Pemantauan Berbasis Teknologi Informasi dan

    Media Sosial

    Pemantauan Intensif

    Pemantauan Efek Pencegahan Pelanggaran

    dalam Pemilu

    Bagian 5 : Hasil Pemantauan

    Bagian 6 : MenindakLanjuti Hasil Pemantauan

    Interaksi Strategi dalam Pemantauan

    Bagian 7 : Kajian Regulasi Berbasis Pemantauan

    Bagian 8 : Tantangan dan Pembelajaran

    Rekomendasi

    ii

    iv

    1

    14

    5

    17

    17

    20

    24

    27

    100

    100

    106

    113

    115

    Daftar Isi

  • Bawaslu Badan Pengawas Pemilu

    BBM Blackberry Messenger

    DPS Daftar Pemilih Sementara

    DPT Daftar Pemilih Tetap

    DPK Daftar Pemilih Khusus

    DPKTb Daftar Pemilih Khusus Tambahan

    DPR Dewan Perwakilan Rakyat

    DPD Dewan Perwakilan Daerah

    Demokrat Partai Demokrat

    Gerindra Partai Gerakan Indonesia Raya

    Golkar Partai Golongan Karya

    Hanura Partai Hati Nurani Rakyat

    JPPR Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat

    KPU Komisi Pemilihan Umum

    KPUD Komisi Pemilihan Umum Daerah

    KTP Kartu Tanda Penduduk

    KTA Kartu Tanda Anggota

    KPPS Kelompok Petugas Pemungutan Suara

    LAPAS Lembaga Pemasyarakatan

    MK Mahkamah Konstitusi

    NASDEM Partai Nasional Demokrat

    PPL Pengawas Pemilu Lapangan

    PERLUDEM Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

    Panwaslu Panitia Pengawas Pemilu

    PPS Panitia Pemilihan Suara

    PPK Panitia Pemilihan Kecamatan

    Pileg Pemilihan Umum Legislatif

    Pilpres Pemilihan Umum Presiden

    PNS Pegawai Negeri Sipil

    POLRI Kepolisian Republik Indonesia

    Daftar Singkatan

    PKB

    PKS

    PKPI

    PDIP

    PBB

    PPP

    PDA

    PNA

    PA

    SMS

    SLTA

    TNI

    PKPU

    PAN

    Partai Kebangkitan Bangsa

    Partai Keadilan Sejahtera

    Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

    Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

    Partai Bulan Bintang

    Partai Persatuan Pembangunan

    Partai Damai Aceh

    Partai Nasional Aceh

    Partai Aceh

    Short Message Service (Pesan Singkat)

    Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

    Tentara Nasional Indonesia

    Peraturan Komisi Pemilihan Umum

    Partai Amanat Nasional

    ii iii

  • Bawaslu Badan Pengawas Pemilu

    BBM Blackberry Messenger

    DPS Daftar Pemilih Sementara

    DPT Daftar Pemilih Tetap

    DPK Daftar Pemilih Khusus

    DPKTb Daftar Pemilih Khusus Tambahan

    DPR Dewan Perwakilan Rakyat

    DPD Dewan Perwakilan Daerah

    Demokrat Partai Demokrat

    Gerindra Partai Gerakan Indonesia Raya

    Golkar Partai Golongan Karya

    Hanura Partai Hati Nurani Rakyat

    JPPR Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat

    KPU Komisi Pemilihan Umum

    KPUD Komisi Pemilihan Umum Daerah

    KTP Kartu Tanda Penduduk

    KTA Kartu Tanda Anggota

    KPPS Kelompok Petugas Pemungutan Suara

    LAPAS Lembaga Pemasyarakatan

    MK Mahkamah Konstitusi

    NASDEM Partai Nasional Demokrat

    PPL Pengawas Pemilu Lapangan

    PERLUDEM Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

    Panwaslu Panitia Pengawas Pemilu

    PPS Panitia Pemilihan Suara

    PPK Panitia Pemilihan Kecamatan

    Pileg Pemilihan Umum Legislatif

    Pilpres Pemilihan Umum Presiden

    PNS Pegawai Negeri Sipil

    POLRI Kepolisian Republik Indonesia

    Daftar Singkatan

    PKB

    PKS

    PKPI

    PDIP

    PBB

    PPP

    PDA

    PNA

    PA

    SMS

    SLTA

    TNI

    PKPU

    PAN

    Partai Kebangkitan Bangsa

    Partai Keadilan Sejahtera

    Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

    Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

    Partai Bulan Bintang

    Partai Persatuan Pembangunan

    Partai Damai Aceh

    Partai Nasional Aceh

    Partai Aceh

    Short Message Service (Pesan Singkat)

    Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

    Tentara Nasional Indonesia

    Peraturan Komisi Pemilihan Umum

    Partai Amanat Nasional

    ii iii

  • Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) telah melakukan

    sejumlah aktivitas pendidikan pemilih dan pemantauan dalam setiap

    proses Pemilu yang berlangsung di Indonesia sejak tahun 1998.

    Semua aktivitas tersebut dilakukan untuk mewujudkan masyarakat

    Indonesia yang sadar, terdidik, dan ikut berperan aktif dalam

    kehidupan sosial politik yang berlangsung di Indonesia.

    Pemantauan Pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi yang

    bisa dilakukan oleh masyarakat dalam Pemilu. Lambat laun, peran-

    peran relawan dan lembaga pemantau yang terlibat memantau Pemilu

    semakin minim. Hal ini juga terjadi dalam pelaksanaan Pemilu 2014.

    Tidak banyak lagi aktor yang mau melakukan pemantaauan Pemilu,

    untuk memastikan kualitas Pemilu yang jujur, adil, dan demokratis

    tetap terjaga. Di tengah minimnya minat masyarakat untuk melakukan

    pemantauan dalam Pemilu 2014, JPPR tetap berupaya sekuat tenaga

    untuk melakukan aktivitas pemantauan.

    Pemilu 2014 dilakukan bersamaan dengan munculnya tradisi baru

    dalam masyarakat, yaitu antusiame dalam menggunakan teknologi

    informasi dan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Facebook,

    twitter, BBM, WA, Youtube, menjadi beberapa media yang sangat

    banyak dimintai masyarakat untuk melakukan komunikasi dalam

    kehidupan sehari-hari. Cepat dan esien, itulah diantara manfaat

    penggunaan sarana media sosial tersebut. Untuk menjembatani

    tradisi baru masyarakat dengan aktivitas pemantauan, JPPR

    mengembangkan pemantauan dengan menggunakan media sosial dan

    teknologi informasi. Tujuan kami sangat sederhana yaitu bagaimana

    menumbuhkan jiwa kesukarelawanan dalam memantau Pemilu

    dengan memanfaatkan media sosial dan perkembangan teknologi

    informasi.

    Pengantar

    Pengantar

    iv

  • Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) telah melakukan

    sejumlah aktivitas pendidikan pemilih dan pemantauan dalam setiap

    proses Pemilu yang berlangsung di Indonesia sejak tahun 1998.

    Semua aktivitas tersebut dilakukan untuk mewujudkan masyarakat

    Indonesia yang sadar, terdidik, dan ikut berperan aktif dalam

    kehidupan sosial politik yang berlangsung di Indonesia.

    Pemantauan Pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi yang

    bisa dilakukan oleh masyarakat dalam Pemilu. Lambat laun, peran-

    peran relawan dan lembaga pemantau yang terlibat memantau Pemilu

    semakin minim. Hal ini juga terjadi dalam pelaksanaan Pemilu 2014.

    Tidak banyak lagi aktor yang mau melakukan pemantaauan Pemilu,

    untuk memastikan kualitas Pemilu yang jujur, adil, dan demokratis

    tetap terjaga. Di tengah minimnya minat masyarakat untuk melakukan

    pemantauan dalam Pemilu 2014, JPPR tetap berupaya sekuat tenaga

    untuk melakukan aktivitas pemantauan.

    Pemilu 2014 dilakukan bersamaan dengan munculnya tradisi baru

    dalam masyarakat, yaitu antusiame dalam menggunakan teknologi

    informasi dan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Facebook,

    twitter, BBM, WA, Youtube, menjadi beberapa media yang sangat

    banyak dimintai masyarakat untuk melakukan komunikasi dalam

    kehidupan sehari-hari. Cepat dan esien, itulah diantara manfaat

    penggunaan sarana media sosial tersebut. Untuk menjembatani

    tradisi baru masyarakat dengan aktivitas pemantauan, JPPR

    mengembangkan pemantauan dengan menggunakan media sosial dan

    teknologi informasi. Tujuan kami sangat sederhana yaitu bagaimana

    menumbuhkan jiwa kesukarelawanan dalam memantau Pemilu

    dengan memanfaatkan media sosial dan perkembangan teknologi

    informasi.

    Pengantar

    Pengantar

    iv

  • 2 Bagian 1 : Pendahuluan 3

    berbeda, yakni surat suara DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD

    Kabupaten/Kota.

    Pada Pemilu 2014, terdapat dua belas partai politik ditingkat

    nasional dan tiga partai politik lokal di Aceh yang menjadi peserta

    Pemilu, yaitu: 1. Nasdem (Partai Nasional Demokrat), 2. PKB

    (Partai Kebangkitan Bangsa), 3. PKS (Partai Keadilan Sejahtera), 4.

    PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), 5. Golkar (Partai

    Golongan Karya), 6. Gerindra (Partai Gerakan Indonesia Raya), 7.

    PD (Partai Demokrat), 8. PAN (Partai Amanat Nasional), 9.

    PPP (Partai Persatuan Pembangunan), 10. Hanura (Partai Hati

    Nurani Rakyat), 11. PDA (Partai Damai Aceh), 12. PNA (Partai

    Nasional Aceh), 13. PA (Partai Aceh), 14. PBB (Partai Bulan

    Bintang), 15. PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia)

    Pemilu dan Pemantaun.

    Penyelenggaraan Pemilu selain sebagai wahana pergantian

    pemimpin, juga merupakan saluran partisipasi masyarakat yang

    memadai bagi dihimpunnya pilihan publik yang luas terhadap calon

    pemimpin. Pemilu juga menjadi sarana untuk menguji kebenaran

    klaim-klaim partai politik dan pihak tertentu tentang kedekatan

    mereka dengan masyarakat. Dengan demikian aktivitas pemantauan

    untuk mewujudkan pemilihan umum yang berkualitas, jujur, adil,

    bersih, dan transparan serta hasilnya bisa diterima oleh semua

    pihak; baik peserta Pemilu maupun masyarakat luas, menjadi

    sangat penting.

    Pemantauan Pemilu pada prinsipnya adalah aktivitas memantau

    proses tahapan-tahapan Pemilu dengan cara mengumpulkan data,

    temuan dan informasi mengenai pelaksanaan Pemilu yang dilakukan

    oleh individu, kelompok masyarakat, atau organisasi yang independen

    dan non partisan. Penghormatan terhadap hak-hak pemilih menjadi

    perhatian kegiatan pemantauan yaitu hak terdaftar sebagai pemilih,

    hak menentukan pilihan secara mandiri, hak atas kerahasiaan pilihan,

    hak bebas dari intimidasi, hak memperoleh informasi mengenai

    tahapan-tahapan Pemilu secara benar, hak memantau dan

    melaporkan adanya pelanggaran Pemilu.

    Pemantauan Pemilu oleh masyarakat sipil di Indonesia masih menjadi

    tradisi penting dalam penciptaan iklim Pemilu yang jurdil dan

    demokratis. Meskipun terjadi perbaikan aturan dalam Pemilu 2014

    diatur fungsi kontrol di bidang penyelenggaraan Pemilu oleh KPU,

    pengawasan Pemilu oleh Bawaslu, dan pengawasan eteknologi

    informasi dan media sosiala profesionalisme penyelenggara Pemilu

    oleh DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu). Namun

    masyarakat sipil menjadi salah satu pilar penting dalam pengawalan

    proses dan hasil Pemilu.

    Penurunan Animo dan Kreatifitas Pemantauan

    Merujuk pada Bangkok Deklarasi untuk Pemilu yang bebas, JPPR

    merumuskan kualitas Pemilu diukur dari lima aspek; Pertama, adil

    dalam aturan main dan memberi kesempatan sama kepada semua

    pihak yang terlibat; Kedua, adanya partisipasi pemilih yang tinggi

    disertai kesadaran dan kejujuran dalam menentukan pilihannya

    dengan rasa tanggung jawab dan tanpa paksaan; Ketiga, peserta

    Pemilu melakukan penjaringan bakal calon secara demokratis dan

    tidak menggunakan politik uang dalam semua tahapan Pemilu;

    Keempat, terpilihnya legislatif dan eksekutif yang memiliki legitimasi

    kuat dan berkualitas; Kelima, Penyelenggara Pemilu (KPU, Bawaslu,

    DKPP), pemerintah dan jajaran birokrasi bersikap independen.

    Dari kelima ukuran tersebut, salah satu kunci penting pelaksanaan

    Pemilu jurdil adalah tingginya keterlibatan masyarakat untuk aktif,

    kritis, dan rasional dalam menyuarakan kepentingan politiknya. Karena

    tingkat keterlibatan atau partisipasi masyarakat akan sangat

    berhubungan dengan tingkat kepercayaan publik (public trust),

  • 4 Bagian 1 : Pendahuluan 5

    legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), kualitas

    layanan publik (public service quality), dan mencegah gerakan

    pembangkangan publik (public disobidience).

    Bercermin dari pengalaman Pemilu ke Pemilu, tingkat partisipasi

    masyarakat yang tergambar dari jumlah organisasi dan relawan

    pemantau semakin menurun. Penurunan tingkat partisipasi

    masyarakat dalam pemantauan ini menurun seiring dengan rendahnya

    angka partisipasi dalam Pemilu/Pilkada. Data internal JPPR

    menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah relawan JPPR semakin

    menurun yaitu:

    Jumlah lembaga pemantau juga terus menurun, dalam Pemilu

    Legislatif tahun 2014, hanya ada 19 lembaga pemantau dalam negeri,

    1 pemantau diplomatik dari luar negeri. Sementara dalam Pilpres

    2014 hanya terdapat 15 lembaga pemantau di Indonesia yang

    terdaftar dan visitor dari luar negeri. Hal ini jauh berbeda jika

    dibandingkan dengan jumlah lembaga pemantau pada Pemilu 2004

    dan Pemilu 2009 dimana terdaftar 38 lembaga pemantau dengan

    rincian; 14 lembaga pemantau dari Indonesa, 7 lembaga pemantau

    luar negeri dan 7 lagi pemantau diplomatik atau kedutaan.

    Penurunan keterlibatan masyarakat dalam pemantauan ini

    diantaranya disebabkan kondisi politik Indonesia yang relatif stabil

    dibandingkan tahun-tahun awal paska reformasi, di samping faktor-

    faktor lain seperti masyarakat pemilih yang terpolarisasi menjadi tim

    sukses partai politik atau kandidat. Hal lain juga menyebabkan fokus

    dan intensitas advokasi pemilu berkurang dalam prioritas kebijakan

    donor yang ada di Indonesia. Sedangkan sosiologis masyarakat

    cendrung menjadi pragmatis dan memilih menjadi relawan lembaga

    survei dengan kompesasi yang lebih besar dibandingkan menjadi

    relawan pemantau, serta tidak adanya dukungan pendanaan dari

    negara. Lembaga pengawas Pemilu sebagai penanggungjawab

    penanganan pelanggaran Pemilu mempunyai kelemahan sistemik

    yang turut berkontribusi terhadap penurunan partisipasi masyarakat

    dalam pemantauan Pemilu. Kerumitan proses penanganan

    pelanggaran Pemilu yang dilaporkan pada umumnya dianggap gugur

    dan tidak bisa diteruskan ke KPU maupun Kepolisian karena

    kurangnya bukti pemenuhan salah satu unsur pelanggaran.

    Dalam situasi tersebut, JPPR berupaya menerapkan konsep dan

    aktivitas pemantauan Pemilu dengan memadukan pola pemantauan

    konvensional dan inovatif. Model pemantauan JPPR yang lama

    dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan media

    sosial. ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat memperoleh

    pengetahuan mengenai tata cara pemantauan Pemilu.

    Pemantauan berbasis teknologi informasi dan media sosial diharapkan

    dapat menjadi jalan keluar terhadap tantangan aktivitas pemantauan

    untuk memperluas cakupan keterlibatan banyak pihak. Pilihan ini

    dilakukan karena media sosial mempunyai karakteristik yang

    bercirikan; a) Partisipasi; Media sosial mendorong kontribusi dan

    JUMLAH RELAWAN JPPR

    Tahun Jumlah

    1999 220.000

    2004 140.000

    2005-2008 80.000

    2009 13.500

    2010 1.200

    2011 150

    2012 1.500

    2013 600

    2014 1.200

  • 4 Bagian 1 : Pendahuluan 5

    legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), kualitas

    layanan publik (public service quality), dan mencegah gerakan

    pembangkangan publik (public disobidience).

    Bercermin dari pengalaman Pemilu ke Pemilu, tingkat partisipasi

    masyarakat yang tergambar dari jumlah organisasi dan relawan

    pemantau semakin menurun. Penurunan tingkat partisipasi

    masyarakat dalam pemantauan ini menurun seiring dengan rendahnya

    angka partisipasi dalam Pemilu/Pilkada. Data internal JPPR

    menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah relawan JPPR semakin

    menurun yaitu:

    Jumlah lembaga pemantau juga terus menurun, dalam Pemilu

    Legislatif tahun 2014, hanya ada 19 lembaga pemantau dalam negeri,

    1 pemantau diplomatik dari luar negeri. Sementara dalam Pilpres

    2014 hanya terdapat 15 lembaga pemantau di Indonesia yang

    terdaftar dan visitor dari luar negeri. Hal ini jauh berbeda jika

    dibandingkan dengan jumlah lembaga pemantau pada Pemilu 2004

    dan Pemilu 2009 dimana terdaftar 38 lembaga pemantau dengan

    rincian; 14 lembaga pemantau dari Indonesa, 7 lembaga pemantau

    luar negeri dan 7 lagi pemantau diplomatik atau kedutaan.

    Penurunan keterlibatan masyarakat dalam pemantauan ini

    diantaranya disebabkan kondisi politik Indonesia yang relatif stabil

    dibandingkan tahun-tahun awal paska reformasi, di samping faktor-

    faktor lain seperti masyarakat pemilih yang terpolarisasi menjadi tim

    sukses partai politik atau kandidat. Hal lain juga menyebabkan fokus

    dan intensitas advokasi pemilu berkurang dalam prioritas kebijakan

    donor yang ada di Indonesia. Sedangkan sosiologis masyarakat

    cendrung menjadi pragmatis dan memilih menjadi relawan lembaga

    survei dengan kompesasi yang lebih besar dibandingkan menjadi

    relawan pemantau, serta tidak adanya dukungan pendanaan dari

    negara. Lembaga pengawas Pemilu sebagai penanggungjawab

    penanganan pelanggaran Pemilu mempunyai kelemahan sistemik

    yang turut berkontribusi terhadap penurunan partisipasi masyarakat

    dalam pemantauan Pemilu. Kerumitan proses penanganan

    pelanggaran Pemilu yang dilaporkan pada umumnya dianggap gugur

    dan tidak bisa diteruskan ke KPU maupun Kepolisian karena

    kurangnya bukti pemenuhan salah satu unsur pelanggaran.

    Dalam situasi tersebut, JPPR berupaya menerapkan konsep dan

    aktivitas pemantauan Pemilu dengan memadukan pola pemantauan

    konvensional dan inovatif. Model pemantauan JPPR yang lama

    dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan media

    sosial. ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat memperoleh

    pengetahuan mengenai tata cara pemantauan Pemilu.

    Pemantauan berbasis teknologi informasi dan media sosial diharapkan

    dapat menjadi jalan keluar terhadap tantangan aktivitas pemantauan

    untuk memperluas cakupan keterlibatan banyak pihak. Pilihan ini

    dilakukan karena media sosial mempunyai karakteristik yang

    bercirikan; a) Partisipasi; Media sosial mendorong kontribusi dan

    JUMLAH RELAWAN JPPR

    Tahun Jumlah

    1999 220.000

    2004 140.000

    2005-2008 80.000

    2009 13.500

    2010 1.200

    2011 150

    2012 1.500

    2013 600

    2014 1.200

  • 6 Bagian 1 : Pendahuluan 7

    umpan balik (feedback) dari siapapun. Setiap orang dapat

    mengaksesnya secara bersama-sama berdasarkan kesadaran sendiri;

    b) Keterbukaan; Setiap kata/ungkapan/ informasi yang dipublikasikan

    berpeluang untuk ditanggapi orang lain karena pada dasarnya media

    sosial bersifat terbuka bagi siapa saja; c) Saling terhubung; Sifat media

    sosial adalah berjejaring. Media sosial dapat melakukan percakapan

    dua arah atau lebih, antara satu dengan lainnya akan saling terhubung.

    Ke leb ihan media sos ia l te r le tak pada l ink- l ink yang

    menghubungkannya dengan berbagai situs antar media sosial maupun

    perorangan; d) Advokasi; Media sosial memungkinkan siapa saja

    mampu menjangkau orang banyak serta mendapat dukungan

    terhadap satu isu yang sedang mereka perjuangkan. Media sosial juga

    memudahkan suatu komunitas/lembaga nirlaba untuk menyebarkan

    pesan sosial ke jaringan mereka masing-masing. (Sandiago S. Uno,

    Dari Maya ke Karya Nyata dalam Sosial Media Nation, 15 Inspirasi

    Berjejaring Sosial; bertumbuh besar bersama komunitas onlie dan

    sukses berbisnis, hal. xvii-xix)

    Walhasil, pada Pemilu 2014 dengan memanfaatkan teknologi

    informasi dan media sosial, JPPR mengembangkan model

    pengorganisiran pemantauan yang kreatif, mudah dan efektif sejak dari

    rekrutmen relawan pemantau, pelatihan relawan pemantau,

    pemantauan dan pelaporan.

    Buku ini merupakan laporan hasil pemantauan Jaringan Pendidikan

    Pemilih untuk Rakyat (JPPR) dalam tahapan Pemilu 2014. Hasil

    pemantauan ini setidaknya dapat memotret proses seberapa jujur dan

    adil pelaksanaan Pemilu 2014. Hasil pemantauan berasal dari

    sejumlah temuan para relawan yang telah berpartisipasi aktif di seluruh

    lokasi pemantauan.

    Apresiasi kami persembahkan kepada seluruh relawan partisipatif yang

    dengan suka rela telah mendukung seluruh program pemantauan di

    kedua Pemilu baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden.

    Kehadiran dan kesukarelaan yang ditunjukkan para relawan

    merupakan wujud pembuktian partisipasi masyarakat dalam proses

    demokrasi ini. Penghargaan setinggi-tingginya kepada KPU RI yang

    telah memberikan akreditasi, dukungan data, akses di setiap tahapan

    Pemilu, serta atas diskusi yang kritis dan membangun. Kepada

    Bawaslu Ri, kami juga ingin mengucapkan terima kasih atas

    kerjasamnya dan kesediaanya menerima sejumlah laporan

    pemantauan.

  • 6 Bagian 1 : Pendahuluan 7

    umpan balik (feedback) dari siapapun. Setiap orang dapat

    mengaksesnya secara bersama-sama berdasarkan kesadaran sendiri;

    b) Keterbukaan; Setiap kata/ungkapan/ informasi yang dipublikasikan

    berpeluang untuk ditanggapi orang lain karena pada dasarnya media

    sosial bersifat terbuka bagi siapa saja; c) Saling terhubung; Sifat media

    sosial adalah berjejaring. Media sosial dapat melakukan percakapan

    dua arah atau lebih, antara satu dengan lainnya akan saling terhubung.

    Ke leb ihan media sos ia l te r le tak pada l ink- l ink yang

    menghubungkannya dengan berbagai situs antar media sosial maupun

    perorangan; d) Advokasi; Media sosial memungkinkan siapa saja

    mampu menjangkau orang banyak serta mendapat dukungan

    terhadap satu isu yang sedang mereka perjuangkan. Media sosial juga

    memudahkan suatu komunitas/lembaga nirlaba untuk menyebarkan

    pesan sosial ke jaringan mereka masing-masing. (Sandiago S. Uno,

    Dari Maya ke Karya Nyata dalam Sosial Media Nation, 15 Inspirasi

    Berjejaring Sosial; bertumbuh besar bersama komunitas onlie dan

    sukses berbisnis, hal. xvii-xix)

    Walhasil, pada Pemilu 2014 dengan memanfaatkan teknologi

    informasi dan media sosial, JPPR mengembangkan model

    pengorganisiran pemantauan yang kreatif, mudah dan efektif sejak dari

    rekrutmen relawan pemantau, pelatihan relawan pemantau,

    pemantauan dan pelaporan.

    Buku ini merupakan laporan hasil pemantauan Jaringan Pendidikan

    Pemilih untuk Rakyat (JPPR) dalam tahapan Pemilu 2014. Hasil

    pemantauan ini setidaknya dapat memotret proses seberapa jujur dan

    adil pelaksanaan Pemilu 2014. Hasil pemantauan berasal dari

    sejumlah temuan para relawan yang telah berpartisipasi aktif di seluruh

    lokasi pemantauan.

    Apresiasi kami persembahkan kepada seluruh relawan partisipatif yang

    dengan suka rela telah mendukung seluruh program pemantauan di

    kedua Pemilu baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden.

    Kehadiran dan kesukarelaan yang ditunjukkan para relawan

    merupakan wujud pembuktian partisipasi masyarakat dalam proses

    demokrasi ini. Penghargaan setinggi-tingginya kepada KPU RI yang

    telah memberikan akreditasi, dukungan data, akses di setiap tahapan

    Pemilu, serta atas diskusi yang kritis dan membangun. Kepada

    Bawaslu Ri, kami juga ingin mengucapkan terima kasih atas

    kerjasamnya dan kesediaanya menerima sejumlah laporan

    pemantauan.

  • 8 Bagian 1 : Pendahuluan 7

    Bagian 2Executive Summary

  • 9 Bagian 2 : Executive Summary 8

    aporan pemantauan ini disampaikan oleh Jaringan

    LPendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) berdasarkan hasil pemantauan di dua Pemilu, yakni Pemilu legislatif dan Pemilu presiden yang diselengarakan secara paralel pada tanggal 9

    April 2014 dan 9 Juli 2014. Pada kedua Pemilu tersebut, JPPR

    melakukan aktivitas pemantauan dengan menggunakan dua metode

    yakni; Pertama, pelibatan partisipasi masyarakat dengan

    penggunaan teknologi informasi dan media sosial pada Pemilu

    legislatif dan Kedua mekanisme pemantuan intensif pada tahapan

    Pemilu Presiden 2014.

    Pemantauan Pemilu yang dilakukan JPPR didukung oleh 1.308

    relawan yang direkrut dari jaringan lembaga JPPR yang mendaftar

    secara online. Di tengah kondisi saling dukung masyarakat dalam

    Pemilu dan banyak diantara mereka bekerja sebagai anggota tim

    kampanye partai politik maupun calon anggota legislatif, maka

    kehadiran para relawan layak mendapatkan apresiasi yang tinggi

    karena turut berkontribusi terhadap pemantauan Pemilu oleh

    masyarakat sipil yang nonpartisan.

    Terdapat beberapa aspek positif dari penyelenggaran Pemilu 2014.

    Di mana terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses

    Pemilu dan adanya. peningkatan kinerja penyelenggara Pemilu yakni

    KPU dalam melakukan verikasi partai politik dan peserta Pemilu.

    Perubahan positif yang signikan juga dilakukan oleh KPU, terkait

    keterbukaan informasi dan partipasi Pemilu dalam proses Pemilu

    2014. Yaitu; Pertama, proses pendaftaran pemilih. KPU

    Bagian 2Executive Summary

  • 9 Bagian 2 : Executive Summary 10

    mengeluarkan informasi berbasis teknologi berupa Sidalih serta

    kebijakan yang mampu mengurangi potensi warga negara supaya

    tidak kehilangan hak politik. Kedua, KPU berhasil menekan tingkat

    kecurangan, penggelembungan dan manipulasi suara dengan cara

    memindai formulir C1 asli dan mengunggahnya ke laman resmi KPU

    yang dapat diakses masyarakat sehingga kontrol publik bisa

    dilakukan oleh siapapun.

    Meskipun begitu, masih juga ditemukan fakta adanya

    ketidaksingkronan antar data yang dipublikasi dalam website KPU

    dengan berita acara diTPS. KPU juga masih kurang efektif dalam

    penegakan hukum atas pelanggaran yang dilakukan peserta Pemilu

    dan lambannya dalam pembuatan peraturan tentang tahapan

    Pemilu.

    Hasil Pemantauan

    Hasil pantauan JPPR pada Pemilu legislatif dan Pemilu presiden

    dijelaskan dalam ringkasan di bawah ini, yang mencakup periode

    pra-Pemilu, pemungutan suara, penghitungan suara dan pasca

    Pemilu.

    1. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu; Angka

    partisipasi pemilih pada Pemilu legislatif mencapai 75,11%. Ini

    menunjukkan antusias masyarakat dalam Pemilu. Sementara itu,

    pada Pemilu presiden partisipasi pemilih relatif tinggi yaitu

    sebesar 69,58%. Trend peningkatan partisipasi pemilih ini tidak

    lepas dari efek sosialisasi Pemilu yang dilakukan lebih awal dan

    berbagai variasi kebijakan program penyelenggaraan Pemilu.

    Masyarakat sendiri tertarik dengan kehadiran partai baru dan

    fenomena beberapa kandidat yang mereka anggap bisa

    membawa harapan, hingga memutuskan untuk menggunakan

    hak pilihnya setelah sekian lama mereka tidak peduli dan memilih

    menjadi golongan putih (golput). Teknologi informasi dan media

    sosial juga berperan penting dalam menumbuhkan kepedulian

    masyarakat terhadap Pemilu.

    2. Profesionalisme Penyelenggara Pemilu; Berkaitan dengan

    mekanisme perekrutan, persyaratan pendidikan minimum SLTA

    bagi penyelenggara Pemilu masih sering tidak dipenuhi.

    Realitanya, di daerah pedalaman persyaratan ini sulit dipenuhi,

    mengingat terbatasnya sumber daya manusia. Pemahaman

    KPPS dalam proses pemungutan suara, PPS dalam melakukan

    rekapitulasi suara juga belum sampai pada level yang

    memuaskan. Persoalan bimbingan teknis (BIMTEK) dan

    perekrutan KPPS, PPS dan PPK masih belum mengakomodir

    keterwakilan perempuan. Meskipun keterwakilan perempuan

    tidak diwajibkan, namun hal itu menunjukkan kesadaran akan

    kesetaraan gender yang masih rendah.

    3. Proses Verikasi Faktual Partai Politik di Tingkat Provinsi dan

    Kabupaten/Kota Relatif Kredibel Meskipun Masih Terdapat

    Kelemahan pada Transparansi Akses Data. Proses verikasi partai

    politik dan kandidat dilakukan dengan lebih terstruktur.

    Keberadaan Bawaslu dan jajarannya di tingkat provinsi,

    kabupaten/kota dan kecamatan (PPK) merupakan bagian dari

    pengawasan terhadap pelaksanaan aspek keterbukaan data.

    Temuan JPPR menunjukkan, secara umum seluruh proses

    verikasi berjalan baik meskipun masih ditemukan perbedaan

    pendapat di KPU provinsi dan kabupaten/kota mengenai

    keterbukaan data. Beberapa KPU tidak mengizinkan pemantau

    untuk mengakses data berkaitan dengan informasi hasil verikasi

    yang disimpan KPU. Data yang disajikan partai politik pun sangat

    beragam. Beberapa data ditemukan dengan kualitas rendah dan

    informasi data seadanya. Kepengurusan partai politik yang masih

    lama dan belum di update, bahkan terdapat data yang ktif atau

    palsu.

  • 9 Bagian 2 : Executive Summary 10

    mengeluarkan informasi berbasis teknologi berupa Sidalih serta

    kebijakan yang mampu mengurangi potensi warga negara supaya

    tidak kehilangan hak politik. Kedua, KPU berhasil menekan tingkat

    kecurangan, penggelembungan dan manipulasi suara dengan cara

    memindai formulir C1 asli dan mengunggahnya ke laman resmi KPU

    yang dapat diakses masyarakat sehingga kontrol publik bisa

    dilakukan oleh siapapun.

    Meskipun begitu, masih juga ditemukan fakta adanya

    ketidaksingkronan antar data yang dipublikasi dalam website KPU

    dengan berita acara diTPS. KPU juga masih kurang efektif dalam

    penegakan hukum atas pelanggaran yang dilakukan peserta Pemilu

    dan lambannya dalam pembuatan peraturan tentang tahapan

    Pemilu.

    Hasil Pemantauan

    Hasil pantauan JPPR pada Pemilu legislatif dan Pemilu presiden

    dijelaskan dalam ringkasan di bawah ini, yang mencakup periode

    pra-Pemilu, pemungutan suara, penghitungan suara dan pasca

    Pemilu.

    1. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu; Angka

    partisipasi pemilih pada Pemilu legislatif mencapai 75,11%. Ini

    menunjukkan antusias masyarakat dalam Pemilu. Sementara itu,

    pada Pemilu presiden partisipasi pemilih relatif tinggi yaitu

    sebesar 69,58%. Trend peningkatan partisipasi pemilih ini tidak

    lepas dari efek sosialisasi Pemilu yang dilakukan lebih awal dan

    berbagai variasi kebijakan program penyelenggaraan Pemilu.

    Masyarakat sendiri tertarik dengan kehadiran partai baru dan

    fenomena beberapa kandidat yang mereka anggap bisa

    membawa harapan, hingga memutuskan untuk menggunakan

    hak pilihnya setelah sekian lama mereka tidak peduli dan memilih

    menjadi golongan putih (golput). Teknologi informasi dan media

    sosial juga berperan penting dalam menumbuhkan kepedulian

    masyarakat terhadap Pemilu.

    2. Profesionalisme Penyelenggara Pemilu; Berkaitan dengan

    mekanisme perekrutan, persyaratan pendidikan minimum SLTA

    bagi penyelenggara Pemilu masih sering tidak dipenuhi.

    Realitanya, di daerah pedalaman persyaratan ini sulit dipenuhi,

    mengingat terbatasnya sumber daya manusia. Pemahaman

    KPPS dalam proses pemungutan suara, PPS dalam melakukan

    rekapitulasi suara juga belum sampai pada level yang

    memuaskan. Persoalan bimbingan teknis (BIMTEK) dan

    perekrutan KPPS, PPS dan PPK masih belum mengakomodir

    keterwakilan perempuan. Meskipun keterwakilan perempuan

    tidak diwajibkan, namun hal itu menunjukkan kesadaran akan

    kesetaraan gender yang masih rendah.

    3. Proses Verikasi Faktual Partai Politik di Tingkat Provinsi dan

    Kabupaten/Kota Relatif Kredibel Meskipun Masih Terdapat

    Kelemahan pada Transparansi Akses Data. Proses verikasi partai

    politik dan kandidat dilakukan dengan lebih terstruktur.

    Keberadaan Bawaslu dan jajarannya di tingkat provinsi,

    kabupaten/kota dan kecamatan (PPK) merupakan bagian dari

    pengawasan terhadap pelaksanaan aspek keterbukaan data.

    Temuan JPPR menunjukkan, secara umum seluruh proses

    verikasi berjalan baik meskipun masih ditemukan perbedaan

    pendapat di KPU provinsi dan kabupaten/kota mengenai

    keterbukaan data. Beberapa KPU tidak mengizinkan pemantau

    untuk mengakses data berkaitan dengan informasi hasil verikasi

    yang disimpan KPU. Data yang disajikan partai politik pun sangat

    beragam. Beberapa data ditemukan dengan kualitas rendah dan

    informasi data seadanya. Kepengurusan partai politik yang masih

    lama dan belum di update, bahkan terdapat data yang ktif atau

    palsu.

  • 11 Bagian 2 : Executive Summary 12

    4. Dominasi Kepentingan Politik Media Massa Untuk Keperluan

    Kampanye. Media massa mainstream digunakan sebagai alat

    hanya meningkatkan transparansi terhadap hasil Pemilu,

    namun juga strategi yang efektif dalam mengurangi potensi

    kecurangan (penggelembungan suara dan manipulasi) suara di

    tingkat PPS, PPK, kab/kota dan provinsi. Meskipun dalam

    Pemilu legislatif masih banyak ditemukan usaha para kandidat

    dengan bantuan penyelenggara Pemilu di tingkat bawah yang

    mencoba mengubah hasil penghitungan suara di TPS Pemilu

    legislatif.

    9. Pendidikan pemilih dan sosialisasi tentang tahapan Pemilu

    tidak menjangkau sampai kepada pelosok. Lemahnya

    pendidikan pemilih yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu

    dalam hal ini KPU dan Bawaslu, seluruhnya masih bersifat

    sosialisasi dan itu pun tidak sampai menyentuh masyarakat di

    pelosok. Dalam hal koordinasi antara sesama penyelenggara

    KPU dan Bawaslu, juga sangat terlihat masih tidak akur dan

    tidak melengkapi satu sama lain. Dalam hal penanganan hasil

    laporan masyarakat Bawaslu dinilai masih kurang maksimal

    karena masih tertutup.

  • 11 Bagian 2 : Executive Summary 12

    4. Dominasi Kepentingan Politik Media Massa Untuk Keperluan

    Kampanye. Media massa mainstream digunakan sebagai alat

    hanya meningkatkan transparansi terhadap hasil Pemilu,

    namun juga strategi yang efektif dalam mengurangi potensi

    kecurangan (penggelembungan suara dan manipulasi) suara di

    tingkat PPS, PPK, kab/kota dan provinsi. Meskipun dalam

    Pemilu legislatif masih banyak ditemukan usaha para kandidat

    dengan bantuan penyelenggara Pemilu di tingkat bawah yang

    mencoba mengubah hasil penghitungan suara di TPS Pemilu

    legislatif.

    9. Pendidikan pemilih dan sosialisasi tentang tahapan Pemilu

    tidak menjangkau sampai kepada pelosok. Lemahnya

    pendidikan pemilih yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu

    dalam hal ini KPU dan Bawaslu, seluruhnya masih bersifat

    sosialisasi dan itu pun tidak sampai menyentuh masyarakat di

    pelosok. Dalam hal koordinasi antara sesama penyelenggara

    KPU dan Bawaslu, juga sangat terlihat masih tidak akur dan

    tidak melengkapi satu sama lain. Dalam hal penanganan hasil

    laporan masyarakat Bawaslu dinilai masih kurang maksimal

    karena masih tertutup.

  • 13 Bagian 2 : Executive Summary 14

    ejak didirikan pada tahun 1999, JPPR melakukan program

    Spendidikan pemilih dengan melibatkan jaringan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Perguruan Tingggi, LSM dan organisasi lintas iman. JPPR aktif menyelenggarakan

    pemantuan, pendidikan pemilih, penelitian, focus group discussion

    (FGD), diskusi media, seminar dan advokasi. JPPR telah aktif

    menyelenggarakan sejumlah aktivitas tersebut sebagai bagian dari

    upaya menjaga proses demokrasi.

    Dalam pendidikan pemilih, JPPR memiliki pengalaman dalam

    mengorganisir debat calon kandidat pada Pemilu lokal di TV dan

    radio, atau melakukan pertemuan konstituen (Forum Warga) dengan

    melibatkan para kandidat untuk membuat kontrak politik dengan

    rakyat. JPPR juga seringkali melibatkan pemimpin agama dalam

    melakukan pendidikan pemilih di pengajian-pengajian. Sebagai

    bagian dari strategi pendidikan pemilih, JPPR juga membuat brosur

    yang berisi visi misi dari calon, poster, spanduk, dan iklan layanan

    masyarakat dalam Pemilu.

    Selama periode 1999 - 2014, JPPR telah mengerahkan 458,150

    relawan untuk mengawal empat Pemilu nasional (1999, 2004,

    Sejarah JPPR dalam Pemilu di Indonesia

    Bagian 3

  • 13 Bagian 2 : Executive Summary 14

    ejak didirikan pada tahun 1999, JPPR melakukan program

    Spendidikan pemilih dengan melibatkan jaringan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Perguruan Tingggi, LSM dan organisasi lintas iman. JPPR aktif menyelenggarakan

    pemantuan, pendidikan pemilih, penelitian, focus group discussion

    (FGD), diskusi media, seminar dan advokasi. JPPR telah aktif

    menyelenggarakan sejumlah aktivitas tersebut sebagai bagian dari

    upaya menjaga proses demokrasi.

    Dalam pendidikan pemilih, JPPR memiliki pengalaman dalam

    mengorganisir debat calon kandidat pada Pemilu lokal di TV dan

    radio, atau melakukan pertemuan konstituen (Forum Warga) dengan

    melibatkan para kandidat untuk membuat kontrak politik dengan

    rakyat. JPPR juga seringkali melibatkan pemimpin agama dalam

    melakukan pendidikan pemilih di pengajian-pengajian. Sebagai

    bagian dari strategi pendidikan pemilih, JPPR juga membuat brosur

    yang berisi visi misi dari calon, poster, spanduk, dan iklan layanan

    masyarakat dalam Pemilu.

    Selama periode 1999 - 2014, JPPR telah mengerahkan 458,150

    relawan untuk mengawal empat Pemilu nasional (1999, 2004,

    Sejarah JPPR dalam Pemilu di Indonesia

    Bagian 3

  • 15 Bagian 2 : Executive Summary 16

    2009 dan 2014) dan beberapa pemilihan kepala daerah. JPPR

    adalah satu-satunya organisasi yang memantau proses Pilkada

    dimasa-masa awal pelaksanaannya di Indonesia pada tahun 2005.

    Dengan pengalaman yang panjang dibidang kepemiluan, JPPR

    memiliki hubungan yang sangat baik dengan penyelenggara Pemilu,

    baik KPU dan Bawaslu di tingkat nasional dan daerah, para anggota

    legislatif, dan ahli-ahli Pemilu. Pada tahun 2009, JPPR adalah satu-

    satunya organisasi yang diundang oleh panitia khusus (pansus) dari

    daftar pemilih tetap yang dibentuk oleh DPR RI, untuk memaparkan

    temuan JPPR atas kasus pemilih yang tidak terdaftar dalam Pemilu

    2009.

    JPPR juga memiliki keahlian konstituasi dalam melakukan tinjauan

    kompleks dan analisis reformasi hukum Pemilu serta memiliki

    pemahaman yang baik tentang praktek Pemilu di Indonesi. JPPR

    selalu terlibat dalam advokasi penyusunan undang-undang Pemilu.

    Salah satu kekuatan JPPR adalah dalam memberikan rekomendasi

    perbaikan penyelenggaraan pemilu selalu berdasarkan temuan

    pemantauan JPPR atas proses dan tahapan pemilu.

    Pada tahun 2012 sampai sekarang, JPPR fokus pada advokasi hak

    penyandang disabilitas dalam Pemilu. Selain melakukan

    peningkatan akses politik bagi pemilih penyandang disabilitas.

    Selain melakukan pemantauan di beberapa Pilkada di Indonesia,

    JPPR juga melakukan riset terkait hak politik penyandang disabilitas

    di beberapa negara ASEAN.

    Tahun 2013 hingga 2014, JPPR melakukan pemantauan dana

    kampanye dan poltiik uang dalam Pemilu 2014. Mendorong

    akuntabilitas pelaporan dana kampanye dan pemerataan kesamaan

    peluang dari setiap peserta Pemilu dalam menggunakan dana

    kampanyenya. JPPR giat dalam mengkampanyekan anti

    polteknologi informasi dan media sosial uang yang dilakukan oleh

    peserta Pemilu.

    Pada Pemilu 2014, JPPR berperan dalam meningkatkan partisipasi

    pemilih melalui pendidikan pemilih, diantaranya dengan membantu

    penyelenggara Pemilu mensosialiasikan proses tahapan Pemilu dan

    mendorong Pemilu yang jujur dan adil. JPPR juga melakukan

    terobosan baru dalam akvititas pemantauan Pemilu di Indonesia

    dengan menggunakan teknologi informasi dan media sosial

  • 15 Bagian 2 : Executive Summary 16

    2009 dan 2014) dan beberapa pemilihan kepala daerah. JPPR

    adalah satu-satunya organisasi yang memantau proses Pilkada

    dimasa-masa awal pelaksanaannya di Indonesia pada tahun 2005.

    Dengan pengalaman yang panjang dibidang kepemiluan, JPPR

    memiliki hubungan yang sangat baik dengan penyelenggara Pemilu,

    baik KPU dan Bawaslu di tingkat nasional dan daerah, para anggota

    legislatif, dan ahli-ahli Pemilu. Pada tahun 2009, JPPR adalah satu-

    satunya organisasi yang diundang oleh panitia khusus (pansus) dari

    daftar pemilih tetap yang dibentuk oleh DPR RI, untuk memaparkan

    temuan JPPR atas kasus pemilih yang tidak terdaftar dalam Pemilu

    2009.

    JPPR juga memiliki keahlian konstituasi dalam melakukan tinjauan

    kompleks dan analisis reformasi hukum Pemilu serta memiliki

    pemahaman yang baik tentang praktek Pemilu di Indonesi. JPPR

    selalu terlibat dalam advokasi penyusunan undang-undang Pemilu.

    Salah satu kekuatan JPPR adalah dalam memberikan rekomendasi

    perbaikan penyelenggaraan pemilu selalu berdasarkan temuan

    pemantauan JPPR atas proses dan tahapan pemilu.

    Pada tahun 2012 sampai sekarang, JPPR fokus pada advokasi hak

    penyandang disabilitas dalam Pemilu. Selain melakukan

    peningkatan akses politik bagi pemilih penyandang disabilitas.

    Selain melakukan pemantauan di beberapa Pilkada di Indonesia,

    JPPR juga melakukan riset terkait hak politik penyandang disabilitas

    di beberapa negara ASEAN.

    Tahun 2013 hingga 2014, JPPR melakukan pemantauan dana

    kampanye dan poltiik uang dalam Pemilu 2014. Mendorong

    akuntabilitas pelaporan dana kampanye dan pemerataan kesamaan

    peluang dari setiap peserta Pemilu dalam menggunakan dana

    kampanyenya. JPPR giat dalam mengkampanyekan anti

    polteknologi informasi dan media sosial uang yang dilakukan oleh

    peserta Pemilu.

    Pada Pemilu 2014, JPPR berperan dalam meningkatkan partisipasi

    pemilih melalui pendidikan pemilih, diantaranya dengan membantu

    penyelenggara Pemilu mensosialiasikan proses tahapan Pemilu dan

    mendorong Pemilu yang jujur dan adil. JPPR juga melakukan

    terobosan baru dalam akvititas pemantauan Pemilu di Indonesia

    dengan menggunakan teknologi informasi dan media sosial

  • 17 Bagian 2 : Executive Summary 16

    Bagian 4Metodologi Pemantauan

  • 26 17

    Bagian 4Metodologi Pemantauan

    alam proses pemantauan Pemilu Legislatif dan Presiden

    D2014, JPPR menggunakan kombinasi dua metode pemantauan yakni; pemantauan berbasis teknologi informasi dan media social; dan pemantauan intensif. Kedua metode

    tersebut dibahas dalam sub bagian berikutnya.

    Pemantauan Berbasis Teknologi Informasi dan

    Media Sosial

    Pemantauan berbasis teknologi Informasi dan media sosial

    merupakan metode yang baru diterapkan JPPR pada PEMILU

    2014, hal ini bertujuan untuk membuka ruang yang lebih luas untuk

    mengakomodasi partisipasi warga dengan menggunakan media

    yang tersedia dan terjangkau oleh mereka.

    Sebelum menerapkan pendekatan teknologi informasi dan media

    sosial dalam pemantauan, JPPR terlebih dahulu melakukan

    assessment kesiapan pemanfaatan teknologi infromasi dan media

    sosial pada pemilihan kepala daerah di provinsi Jawa Timur pada

    tahun 2013. Tujuan assessment ialah untuk mengetahui efektivitas

    teknologi informasi dan media sosial dalam mendukung aktivitas

    pemantauan. Dalam assessment tersebut, terdapat 1003 anggota

    jaringan JPPR terlibat sebagai responden. Sementara, tipe teknologi

    informasi dan media sosial yang disertakan meliputi telepon, SMS

    (short message system), e-mail, instant messaging (blackberry

    messenger dan whats'app), situs jejaring sosial (facebook dan

    twitter). Dari Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa Facebook

  • 18 19

    merupakan media sosial yang paling banyak dimiliki responden

    (87%), yang kemudian diikuti dengan Twitter (35%).

    Berdasarkan jenis piranti, telepon seluler merupakan piranti yang

    paling sering digunakan untuk mengakses internet (70%). Berdasarkan

    penggunaan, akses internet paling sering diperuntukkan untuk

    mengunjungi laman Facebook (32%), dan browsing (18%).

    Dibandingkan Facebook, Twitter tampak tidak popular diantara

    responden (5%). Sementara frekuensi pengguna aplikasi instant

    messaging lebih tinggi untuk BBM (8%), dibandingkan dengan

    WhatsApp (4%). Adapun akses terhadap e-mail, Skype, Youtube

    sangat rendah, dengan persentase kurang dari 5%.

    Mempertimbangkan Facebook sebagai media sosial yang paling sering

    diakses responden, uji coba kemudian menelisik lebih jauh

    penggunaan Facebook dalam konteks Pemilu. Hasil assessment

    menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan Facebook masih

    bersifat pasif, yakni membaca posting teman tentang Pemilu (36%).

    Adapun kebutuhan lainnya adalah Mengundang teman untuk peduli

    Pemilu (15%), Mengomentari status teman tentang Pemilu (13%),

    Menyukai status teman terkait Pemilu (11%), dan Memperbaharui

    status terkait Pemilu (10%), serta Mengunggah gambar terkait

    Pemilu (10%).

    Serupa dengan Facebook, penggunaan Twitter di kalangan responden

    cenderung pasif yakni membaca tweet tentang Pemilu (40%). Adapun

    penggunaan lainnya yang bersifat lebih proaktif cenderung rendah.

    Sebagai contoh, tujuan untuk: Retweet tweet tentang Pemilu (14%),

    Mengajak teman untuk peduli Pemilu (12%), Mengomentari tweet

    tentang Pemilu (11%), dan Mengunggah gambar terkait Pemilu

    (5%). Sementara terdapat 18% responden yang tidak menjawab dari

    semua opsi yang tersedia.

    Hasil Assessment Pilkada Jawa Timur dan pengalaman Pemilu 2014

    terdapat potensi yang bisa dilakukan untuk pemantauan:

    1. Aspek kecepatan yang merupakan keunggulan dari media baru,

    berperan dalam pelaporan hasil pemantauan. Namun, bersama

    dengan kecepatan lalu lintas data, akurasi temuan yang

    dilaporkan perlu diantisipasi.

    2. Strategi teknologi informasi dan media sosial yang disinergikan

    dengan partisipasi pemantauan di lapangan harus terus

    dikembangkan. Salah satu cara ialah mengidentikasi jenis

    tahapan dengan tingkat partisipasi tinggi dengan jenis

    piranti/platform yang tepat. Berdasarkan pengalaman pada

    Pemilu kemarin, beberapa isu yang meraih perhatian warga

    awam adalah: kemurnian suara dari proses penghitungan suara di

    TPS hingga di tingkat kabupaten/kota, independensi

    penyelenggara Pemilu, dan politik uang. Secara terpisah hasil uji

    coba di Jawa Timur menunjukkan bahwa hasil pemantauan

    terhadap objek visual, seperti alat peraga, DPT, dan situasi

    pemungutan suara di TPS, lebih besar dibandingkan objek

    pemantauan yang lain.

    3. Kapasitas JPPR menggunakan teknologi informasi dan media

    sosial, terutama media sosial, dalam aktivitas pemantauan dan

    pelaporan Pemilu. Hasil penelitian Pusat Kajian Komunikasi UI

    (20014), menunjukkan bahwa relawan pemantau JPPR pada

    Pemilu 2014 lalu didominasi oleh kelompok warga muda (17-25

    tahun), yang minim pengalaman memantau (

  • 18 19

    merupakan media sosial yang paling banyak dimiliki responden

    (87%), yang kemudian diikuti dengan Twitter (35%).

    Berdasarkan jenis piranti, telepon seluler merupakan piranti yang

    paling sering digunakan untuk mengakses internet (70%). Berdasarkan

    penggunaan, akses internet paling sering diperuntukkan untuk

    mengunjungi laman Facebook (32%), dan browsing (18%).

    Dibandingkan Facebook, Twitter tampak tidak popular diantara

    responden (5%). Sementara frekuensi pengguna aplikasi instant

    messaging lebih tinggi untuk BBM (8%), dibandingkan dengan

    WhatsApp (4%). Adapun akses terhadap e-mail, Skype, Youtube

    sangat rendah, dengan persentase kurang dari 5%.

    Mempertimbangkan Facebook sebagai media sosial yang paling sering

    diakses responden, uji coba kemudian menelisik lebih jauh

    penggunaan Facebook dalam konteks Pemilu. Hasil assessment

    menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan Facebook masih

    bersifat pasif, yakni membaca posting teman tentang Pemilu (36%).

    Adapun kebutuhan lainnya adalah Mengundang teman untuk peduli

    Pemilu (15%), Mengomentari status teman tentang Pemilu (13%),

    Menyukai status teman terkait Pemilu (11%), dan Memperbaharui

    status terkait Pemilu (10%), serta Mengunggah gambar terkait

    Pemilu (10%).

    Serupa dengan Facebook, penggunaan Twitter di kalangan responden

    cenderung pasif yakni membaca tweet tentang Pemilu (40%). Adapun

    penggunaan lainnya yang bersifat lebih proaktif cenderung rendah.

    Sebagai contoh, tujuan untuk: Retweet tweet tentang Pemilu (14%),

    Mengajak teman untuk peduli Pemilu (12%), Mengomentari tweet

    tentang Pemilu (11%), dan Mengunggah gambar terkait Pemilu

    (5%). Sementara terdapat 18% responden yang tidak menjawab dari

    semua opsi yang tersedia.

    Hasil Assessment Pilkada Jawa Timur dan pengalaman Pemilu 2014

    terdapat potensi yang bisa dilakukan untuk pemantauan:

    1. Aspek kecepatan yang merupakan keunggulan dari media baru,

    berperan dalam pelaporan hasil pemantauan. Namun, bersama

    dengan kecepatan lalu lintas data, akurasi temuan yang

    dilaporkan perlu diantisipasi.

    2. Strategi teknologi informasi dan media sosial yang disinergikan

    dengan partisipasi pemantauan di lapangan harus terus

    dikembangkan. Salah satu cara ialah mengidentikasi jenis

    tahapan dengan tingkat partisipasi tinggi dengan jenis

    piranti/platform yang tepat. Berdasarkan pengalaman pada

    Pemilu kemarin, beberapa isu yang meraih perhatian warga

    awam adalah: kemurnian suara dari proses penghitungan suara di

    TPS hingga di tingkat kabupaten/kota, independensi

    penyelenggara Pemilu, dan politik uang. Secara terpisah hasil uji

    coba di Jawa Timur menunjukkan bahwa hasil pemantauan

    terhadap objek visual, seperti alat peraga, DPT, dan situasi

    pemungutan suara di TPS, lebih besar dibandingkan objek

    pemantauan yang lain.

    3. Kapasitas JPPR menggunakan teknologi informasi dan media

    sosial, terutama media sosial, dalam aktivitas pemantauan dan

    pelaporan Pemilu. Hasil penelitian Pusat Kajian Komunikasi UI

    (20014), menunjukkan bahwa relawan pemantau JPPR pada

    Pemilu 2014 lalu didominasi oleh kelompok warga muda (17-25

    tahun), yang minim pengalaman memantau (

  • 20 21

    mengelompokkan diri dalam 700 grup kerja dengan seorang

    koordinator di setiap kelompoknya. Pada Pemilu legislatif, JPPR

    mencatat 1,005 relawan memberikan laporan pemantauan ke

    Seknas. Adapun ragam teknologi yang digunakan dalam pendekatan

    ini adalah telepon, SMS, website, media sosial (facebook, skype,

    twitter, youtube), dan instant messaging (whatsapp dan BBM).

    Dalam rangka membekali relawan dengan pengetahuan akan tata

    cara pemantauan, JPPR menyediakan kanal informasi berupa portal

    www.pantaupemilu.org. Selain berfungsi sebagai media utama

    yang menghubungkan Seknas JPPR dengan relawan, portal ini diisi

    dengan materi pemantauan Pemilu, tata cara pemantauan, form

    pendaftaran dan cara pengisiannya, teknis pemantaun tahapan-

    tahapan Pemilu serta pelaporan, yang dikemas dalam bentuk modul

    dan rekaman video youtube. Semua materi tersebut dapat dibuat

    dengan format sederhana agar mudah diakses oleh para relawan.

    Seknas kemudian menentukan fokus dan mendesain form

    pemantauan meliputi tahapan; sosialisasi Pemilu, alat peraga

    kampanye; rekrutmen petugas TPS, pelaporan dana kampanye,

    bimbingan teknis pemungutan suara, kampanye terbuka, data

    pemilih, logistik, politik uang, surat pemberitahuan memilih, hari

    pemungutan suara, dan rekapitulasi suara.

    Pemantauan Intensif

    Pemantauan Intensif (PI) atau monitoring intensif merupakan model

    pemantauan kualitatif yang dilakukan JPPR dalam Pemilu Presiden

    2014. Metode pemantauan ini dilakukan melalui pemantauan

    organik oleh 303 pemantauan Pemilu yang direkrut, dilatih dan

    disebar untuk melakukan pemantauan secara intensif di 303

    kecamatan yang tersebar di 26 kabupaten/kota di sepuluh provinsi

    yang telah di seleksi. (daftar provinsi, kab/kota dan kecamatan dapat

    diihat dalam lampiran).

    Metode pengumpulan data dan informasi dalam Pemantaun intensif

    dilakukan melalui:

    1. Koordinasi dengan KPU: memberitahu kepada KPU tentang

    proses pelaksanaan pemantauan di wilayah terkait. Berkoordinasi

    dalam setiap proses pelaksanaan tahapan pelaksanaan pemilihan

    umum untuk mendapatkan informasi berkaitan kegiatan dan

    proses pemilu yang dilakukan oleh KPU dan jajarannya ke bawah

    2. Koordinasi dengan Bawaslu: memberitahu kepada Bawaslu

    tentang proses pelaksanaan pemantauan di wilayah terkait.

    Berkoordinasi dengan Bawslu kabupaten/kota dan jajaran

    kebawahnya hingga panitia pengawas lapangan (PPL) untuk

    mendaptkan informasi mengenai pelanggaran yang terjadi

    diwilayah provinsi, kabupaten/kota hingga pada tingkat desa dan

    melaporkan seluruh hasil temuan pelanggaran kepada Bawaslu di

    setiap tingkatan.

    3. Mengajak Masyarakat: pemantau mengajak sebanyak-banyaknya

    teman, saudara, keluarga untuk memantau dan berperan serta

    dengan media sosial yang mereka miliki agar peduli terhadap

    proses tahapan Pemilu yang berlangsung. Dengan cara

    memantau, membuat status di media sosial atau mengomentari

    dan mengupload proses tahapan pemilihan umum.

    4. Pemantauan Lapangan: Pengumpulan data, informasi dan

    laporan didapatkan berdasarkan temuan kasus dan analisa situasi

    Pemilu di daerahnya masing-masing.

    5. Pemantauan Media: Pengumpulan data dilakukan melalui

    pemberitaan media. Pemantauan ini akan menghasilkan data

    sekunder untuk ditindaklanjuti oleh pemantau dalam investigasi

    lebih jauh.

    6. Laporan Masyarakat: Pengumpulan data dilakukan melalui

    informasi dari masyarakat. Pemantauan ini akan menghasilkan

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

  • 20 21

    mengelompokkan diri dalam 700 grup kerja dengan seorang

    koordinator di setiap kelompoknya. Pada Pemilu legislatif, JPPR

    mencatat 1,005 relawan memberikan laporan pemantauan ke

    Seknas. Adapun ragam teknologi yang digunakan dalam pendekatan

    ini adalah telepon, SMS, website, media sosial (facebook, skype,

    twitter, youtube), dan instant messaging (whatsapp dan BBM).

    Dalam rangka membekali relawan dengan pengetahuan akan tata

    cara pemantauan, JPPR menyediakan kanal informasi berupa portal

    www.pantaupemilu.org. Selain berfungsi sebagai media utama

    yang menghubungkan Seknas JPPR dengan relawan, portal ini diisi

    dengan materi pemantauan Pemilu, tata cara pemantauan, form

    pendaftaran dan cara pengisiannya, teknis pemantaun tahapan-

    tahapan Pemilu serta pelaporan, yang dikemas dalam bentuk modul

    dan rekaman video youtube. Semua materi tersebut dapat dibuat

    dengan format sederhana agar mudah diakses oleh para relawan.

    Seknas kemudian menentukan fokus dan mendesain form

    pemantauan meliputi tahapan; sosialisasi Pemilu, alat peraga

    kampanye; rekrutmen petugas TPS, pelaporan dana kampanye,

    bimbingan teknis pemungutan suara, kampanye terbuka, data

    pemilih, logistik, politik uang, surat pemberitahuan memilih, hari

    pemungutan suara, dan rekapitulasi suara.

    Pemantauan Intensif

    Pemantauan Intensif (PI) atau monitoring intensif merupakan model

    pemantauan kualitatif yang dilakukan JPPR dalam Pemilu Presiden

    2014. Metode pemantauan ini dilakukan melalui pemantauan

    organik oleh 303 pemantauan Pemilu yang direkrut, dilatih dan

    disebar untuk melakukan pemantauan secara intensif di 303

    kecamatan yang tersebar di 26 kabupaten/kota di sepuluh provinsi

    yang telah di seleksi. (daftar provinsi, kab/kota dan kecamatan dapat

    diihat dalam lampiran).

    Metode pengumpulan data dan informasi dalam Pemantaun intensif

    dilakukan melalui:

    1. Koordinasi dengan KPU: memberitahu kepada KPU tentang

    proses pelaksanaan pemantauan di wilayah terkait. Berkoordinasi

    dalam setiap proses pelaksanaan tahapan pelaksanaan pemilihan

    umum untuk mendapatkan informasi berkaitan kegiatan dan

    proses pemilu yang dilakukan oleh KPU dan jajarannya ke bawah

    2. Koordinasi dengan Bawaslu: memberitahu kepada Bawaslu

    tentang proses pelaksanaan pemantauan di wilayah terkait.

    Berkoordinasi dengan Bawslu kabupaten/kota dan jajaran

    kebawahnya hingga panitia pengawas lapangan (PPL) untuk

    mendaptkan informasi mengenai pelanggaran yang terjadi

    diwilayah provinsi, kabupaten/kota hingga pada tingkat desa dan

    melaporkan seluruh hasil temuan pelanggaran kepada Bawaslu di

    setiap tingkatan.

    3. Mengajak Masyarakat: pemantau mengajak sebanyak-banyaknya

    teman, saudara, keluarga untuk memantau dan berperan serta

    dengan media sosial yang mereka miliki agar peduli terhadap

    proses tahapan Pemilu yang berlangsung. Dengan cara

    memantau, membuat status di media sosial atau mengomentari

    dan mengupload proses tahapan pemilihan umum.

    4. Pemantauan Lapangan: Pengumpulan data, informasi dan

    laporan didapatkan berdasarkan temuan kasus dan analisa situasi

    Pemilu di daerahnya masing-masing.

    5. Pemantauan Media: Pengumpulan data dilakukan melalui

    pemberitaan media. Pemantauan ini akan menghasilkan data

    sekunder untuk ditindaklanjuti oleh pemantau dalam investigasi

    lebih jauh.

    6. Laporan Masyarakat: Pengumpulan data dilakukan melalui

    informasi dari masyarakat. Pemantauan ini akan menghasilkan

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

  • 22 23

    data awal untuk ditindaklanjuti PMO dalam melakukan

    pengecekan dan verikasi atas laporan sebelum dijadikan

    laporan valid.

    7. Wawancara Mendalam : Pengumpulan data dihasilkan dari

    wawancara para pelaku utama (key-stakeholder) Pemilu di

    lokasi masing-masing. Informasi yang dihasilkan dapat

    dijadikan bahan dasar dalam menyusun laporan situasi Pemilu,

    ahli dan opini publik. Lebih jauh, dapat ditindaklanjuti apabila

    terdapat informasi yang berkaitan dengan isu-isu penting.

    Beberapa target interview adalah:

    a. Penyelenggara Pemilu: Interview ditujukan kepada

    penyelenggara Pemilu (KPU, Bawaslu di tingkat provinsi,

    kab/kota, kecamatan) untuk mengetahui segala informasi

    dan update pekerjaan serta berbagai isu yang menjadi

    perhatian di wilayah masing-masing. Interview juga

    dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data statistik

    seperti data pemilih, data komplen, laporan pelanggaran

    Pemilu, jumlah logistik, dll.

    b. Partai Politik dan Tim Sukses: Partai politik atau tim sukses di

    masing-masing wilayah. Penggalian informasi ditujukan

    untuk mencari perhatian dan isu utama partai politik dan tim

    sukses berkaitan dengan pelaksanaan kampanye atau proses

    Pemilu.

    c. Pemerintah: Satuan kerja pemerintah daerah di tingkat

    provinsi, kab/kota yang ikut dalam membantu KPU dan

    Bawaslu dalam proses pelaksaaan dan pengawasan tahapan

    Pemilu, menjadi target utama untuk mengecek sejauh mana

    persiapan yang dilakukan pemerintah.

    d. Aparat Keamanan: Seluruh aparat keamanan polisi tingkat

    provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa. Termasuk

    kelompok sipil maupun non-sipil yang terlibat dalam skenario

    pengamanan Pemilu.

    e. Media dan Oragnisasi Kemasyarakatan: Seluruh media

    massa menjadi target utama. Interview bisa dilakukan

    dengan memilih beberapa media yang paling berpengaruh di

    TV, media cetak dan radio.

    f. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Akademisi: interview

    ini sangat penting untuk menyerap informasi dari masyarakat

    yang partisan dan independen.

    g. Metode pemantauan partisipatif (PP) yang digunakan pada

    Pemilu legislatif diperkuat dengan relawan yang

    mendaftarkan diri secara sukarela untuk melakukan

    pemantauan di daerahnya masing-masing. PP mendapatkan

    pengetahuan tentang pemantauan melalui materi dan

    checklist pemantauan yang terdapat dalam web, youtobe

    dan media sosial JPPR. Laporan checklist pemantauan

    dikirmkan ke Seknas JPPR. Koordinasi lebih jauh dilakukan

    dengan jaringan pemantau organik apabila diperlukan tindak

    lanjut secara cepat.

    h. Secara prinsipil, seluruh unsur pemantau JPPR, relawan dan

    koordinator di berbagai jenjang melakukan tugas

    pemantauan dan memiliki peran sebagai informan atau

    pengumpul data terkait proses Pemilihan Presiden 2014.

    Seluruh informasi hasil pemantauan dan wawancara para

    pemantau dikelola oleh tim olah data (TOD). Seluruh laporan

    dijadikan sebagai bahan dan materi publikasi JPPR kepada

    lembaga pengawas negara, media, kelompok masyarakat

    sipil, dan publik.

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

  • 22 23

    data awal untuk ditindaklanjuti PMO dalam melakukan

    pengecekan dan verikasi atas laporan sebelum dijadikan

    laporan valid.

    7. Wawancara Mendalam : Pengumpulan data dihasilkan dari

    wawancara para pelaku utama (key-stakeholder) Pemilu di

    lokasi masing-masing. Informasi yang dihasilkan dapat

    dijadikan bahan dasar dalam menyusun laporan situasi Pemilu,

    ahli dan opini publik. Lebih jauh, dapat ditindaklanjuti apabila

    terdapat informasi yang berkaitan dengan isu-isu penting.

    Beberapa target interview adalah:

    a. Penyelenggara Pemilu: Interview ditujukan kepada

    penyelenggara Pemilu (KPU, Bawaslu di tingkat provinsi,

    kab/kota, kecamatan) untuk mengetahui segala informasi

    dan update pekerjaan serta berbagai isu yang menjadi

    perhatian di wilayah masing-masing. Interview juga

    dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data statistik

    seperti data pemilih, data komplen, laporan pelanggaran

    Pemilu, jumlah logistik, dll.

    b. Partai Politik dan Tim Sukses: Partai politik atau tim sukses di

    masing-masing wilayah. Penggalian informasi ditujukan

    untuk mencari perhatian dan isu utama partai politik dan tim

    sukses berkaitan dengan pelaksanaan kampanye atau proses

    Pemilu.

    c. Pemerintah: Satuan kerja pemerintah daerah di tingkat

    provinsi, kab/kota yang ikut dalam membantu KPU dan

    Bawaslu dalam proses pelaksaaan dan pengawasan tahapan

    Pemilu, menjadi target utama untuk mengecek sejauh mana

    persiapan yang dilakukan pemerintah.

    d. Aparat Keamanan: Seluruh aparat keamanan polisi tingkat

    provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa. Termasuk

    kelompok sipil maupun non-sipil yang terlibat dalam skenario

    pengamanan Pemilu.

    e. Media dan Oragnisasi Kemasyarakatan: Seluruh media

    massa menjadi target utama. Interview bisa dilakukan

    dengan memilih beberapa media yang paling berpengaruh di

    TV, media cetak dan radio.

    f. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Akademisi: interview

    ini sangat penting untuk menyerap informasi dari masyarakat

    yang partisan dan independen.

    g. Metode pemantauan partisipatif (PP) yang digunakan pada

    Pemilu legislatif diperkuat dengan relawan yang

    mendaftarkan diri secara sukarela untuk melakukan

    pemantauan di daerahnya masing-masing. PP mendapatkan

    pengetahuan tentang pemantauan melalui materi dan

    checklist pemantauan yang terdapat dalam web, youtobe

    dan media sosial JPPR. Laporan checklist pemantauan

    dikirmkan ke Seknas JPPR. Koordinasi lebih jauh dilakukan

    dengan jaringan pemantau organik apabila diperlukan tindak

    lanjut secara cepat.

    h. Secara prinsipil, seluruh unsur pemantau JPPR, relawan dan

    koordinator di berbagai jenjang melakukan tugas

    pemantauan dan memiliki peran sebagai informan atau

    pengumpul data terkait proses Pemilihan Presiden 2014.

    Seluruh informasi hasil pemantauan dan wawancara para

    pemantau dikelola oleh tim olah data (TOD). Seluruh laporan

    dijadikan sebagai bahan dan materi publikasi JPPR kepada

    lembaga pengawas negara, media, kelompok masyarakat

    sipil, dan publik.

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

  • 24 25

    Pemantauan Efek Pencegahan Pelanggaran

    dalam Pemilu

    Pemantauan yang dilakukan secara teroganisir atau pun

    pemantauan yang dilakukan secara mandiri keduanya akan

    berimplikasi pada proses pelaksanaan pemilihan umum.

    Pemantauan dilaksanakan untuk 1. Mengetahui pelanggaran, 2.

    Mengantisipasi kecurangan, 3. Menjamin pelaksanaan hak politik

    rakyat, 4. Meminimalisir potensi penyelenggaran Pemilu.

    Pemantauan yang dilakukan pada setiap tahapan atau salah satu

    dari tahapan Pemilu yang berlangsung dapat menjadi pelengkap dari

    proses pelaksanaan pemilihan umum yang harus berjalan LUBER

    dan Jurdil. Meskipun terdapat peran lembaga pengawas yang

    bertugas untuk mengawasi proses pelaksanaan tahapan Pemilu,

    tetap keberadaan pemantau sangat diperlukan. Pemantau dengan

    tugas dilapangan lebih bebas dan tidak terikat akan kepentingan

    siapapun, dengan landasan sukarela dan profesionall membuat

    pemantau lebih dapat berperan.

    Sejauh mana kegiatan pemantauan Pemilu yang anda lakukan

    berhasil mengurangi berbagai pelanggaran atau kecurangan yang

    dilakukan peserta Pemilu, misalnya dalam hal dalam bentuk

    pemasangan alat praga di tempat terlarang, politik uang, intimidasi,

    kekerasan, kampaye berbau sara atau lainnya? Pemantauan menjadi

    sebuah tanda bahaya bagi peserta Pemilu yang ingin curang atau

    melanggar aturan. Secara otomatis ketika dimana ada pemantau

    berada, akan membuat peserta Pemilu berhati-hati. Atas dasar hal

    ini, dengan keberadaan pemantau akan dapat mengurangi

    pelanggaran yang akan dilakukan oleh peserta Pemilu. Misalnya bila

    ada nya intimidasi pada saat pemungutan suara dI TPS, dengan

    adanya keberadaan pemantau akan membuat peserta Pemilu tidak

    jadi melakukan intimidasi tersebut.

    Pemantauan dapat memicu kesadaran dan pendidikan politik bagi

    pemantau khususnya dan orang disekiling pemantau pada umumnya.

    Pemantau dapat membedakan yang mana pelanggaran dan yang

    bukan pelanggaran. Bila mana pemantau menemukan adanya

    pelanggaran harus melaporkan kepada lembaga pengawas, misalnya:

    dalam hal pemasangan alat praga di tempat terlarang seperti di jalan

    protokeler atau di rumah sakit dan tempat pendidikan, laporan

    pelanggaran tersebut bisa dilaporkan langsung kepada lembaga

    pengawas atau mentwit dan memension akun lembaga pegawas untuk

    segera mencopot alat praga tersebut. Dan bila mana pemantau tidak

    mau melaporkan pemantau juga akan bersikap untuk mengatakan

    tidak pada pelanggaran yang terjadi. Misalnya apabila ditawari uang,

    pemantau akan menolaknya atau menerima barang dan uang tersebut

    sebagi bukti adanya politik uang.

    Tabel (1) Ilustrasi: Jalur Pelaporan

    RelawanKoordinator KecamatanKoordinator KabupatenKoordinator Provinsi

    Koordinator Provinsi meneruskan laporan dari hasil turun lapangan pribadi, dan dari hasil pemantauan Relawan, Koordinator Kecamatan, Koordinator Kabupaten kepada Tim Olah Data/TOD (Pusat)

    Pelaporan disampaikan via telepon dan/atauemail, dan disesuaikan dengan prosedur pelaporan yang ditetapkan.

    PELAPORANTURUN LAPANGAN

    PENGUMPULAN DATA

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

  • 24 25

    Pemantauan Efek Pencegahan Pelanggaran

    dalam Pemilu

    Pemantauan yang dilakukan secara teroganisir atau pun

    pemantauan yang dilakukan secara mandiri keduanya akan

    berimplikasi pada proses pelaksanaan pemilihan umum.

    Pemantauan dilaksanakan untuk 1. Mengetahui pelanggaran, 2.

    Mengantisipasi kecurangan, 3. Menjamin pelaksanaan hak politik

    rakyat, 4. Meminimalisir potensi penyelenggaran Pemilu.

    Pemantauan yang dilakukan pada setiap tahapan atau salah satu

    dari tahapan Pemilu yang berlangsung dapat menjadi pelengkap dari

    proses pelaksanaan pemilihan umum yang harus berjalan LUBER

    dan Jurdil. Meskipun terdapat peran lembaga pengawas yang

    bertugas untuk mengawasi proses pelaksanaan tahapan Pemilu,

    tetap keberadaan pemantau sangat diperlukan. Pemantau dengan

    tugas dilapangan lebih bebas dan tidak terikat akan kepentingan

    siapapun, dengan landasan sukarela dan profesionall membuat

    pemantau lebih dapat berperan.

    Sejauh mana kegiatan pemantauan Pemilu yang anda lakukan

    berhasil mengurangi berbagai pelanggaran atau kecurangan yang

    dilakukan peserta Pemilu, misalnya dalam hal dalam bentuk

    pemasangan alat praga di tempat terlarang, politik uang, intimidasi,

    kekerasan, kampaye berbau sara atau lainnya? Pemantauan menjadi

    sebuah tanda bahaya bagi peserta Pemilu yang ingin curang atau

    melanggar aturan. Secara otomatis ketika dimana ada pemantau

    berada, akan membuat peserta Pemilu berhati-hati. Atas dasar hal

    ini, dengan keberadaan pemantau akan dapat mengurangi

    pelanggaran yang akan dilakukan oleh peserta Pemilu. Misalnya bila

    ada nya intimidasi pada saat pemungutan suara dI TPS, dengan

    adanya keberadaan pemantau akan membuat peserta Pemilu tidak

    jadi melakukan intimidasi tersebut.

    Pemantauan dapat memicu kesadaran dan pendidikan politik bagi

    pemantau khususnya dan orang disekiling pemantau pada umumnya.

    Pemantau dapat membedakan yang mana pelanggaran dan yang

    bukan pelanggaran. Bila mana pemantau menemukan adanya

    pelanggaran harus melaporkan kepada lembaga pengawas, misalnya:

    dalam hal pemasangan alat praga di tempat terlarang seperti di jalan

    protokeler atau di rumah sakit dan tempat pendidikan, laporan

    pelanggaran tersebut bisa dilaporkan langsung kepada lembaga

    pengawas atau mentwit dan memension akun lembaga pegawas untuk

    segera mencopot alat praga tersebut. Dan bila mana pemantau tidak

    mau melaporkan pemantau juga akan bersikap untuk mengatakan

    tidak pada pelanggaran yang terjadi. Misalnya apabila ditawari uang,

    pemantau akan menolaknya atau menerima barang dan uang tersebut

    sebagi bukti adanya politik uang.

    Tabel (1) Ilustrasi: Jalur Pelaporan

    RelawanKoordinator KecamatanKoordinator KabupatenKoordinator Provinsi

    Koordinator Provinsi meneruskan laporan dari hasil turun lapangan pribadi, dan dari hasil pemantauan Relawan, Koordinator Kecamatan, Koordinator Kabupaten kepada Tim Olah Data/TOD (Pusat)

    Pelaporan disampaikan via telepon dan/atauemail, dan disesuaikan dengan prosedur pelaporan yang ditetapkan.

    PELAPORANTURUN LAPANGAN

    PENGUMPULAN DATA

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

  • 26 25

    Dengan adanya pemantaun juga dapat meningkatkan netralitas

    penyelenggara Pemilu, dari aspek kehadirannya terjadilah

    meningkatkan netralitas para penyelenggaranya. Hal ini terjadi di

    penyelenggara Pemilu di tingkat TPS. Jumlah pengawas Pemilu di

    tingkat desa tidak memadai dengan jumlah TPSnya, sehingga

    pemantau kita mengisi ruang kosong yang tidak diawasi oleh

    pengawas. Karena Bawaslu tahu betul pelanggaran ada di setiap

    TPS, maka dia mengajukan semua TPS ada pengawasnya tapi tidak

    terjadi, kemudian kita menutupi ruang kosong itu. Aspek netralitas

    terjadi di TPS itu

    Atas dasar hal diatas prinsipnya aktitas pemantauan yang

    dilakukan punya pengaruh terhadap berkurangnya pelanggaran atau

    kecurangan. dengan adanya pemantauan jug dapat meningkatkan

    kinerja dan netralitas penyelenggara Pemilu. meskipun tidak bisa di

    hitung secara kuantitatif.

    Bagian 4 : Metodologi Pemantauan

  • # Bagian 5 : Hasil Pemantauan 27

    Hasil PemantauanBagian 5

  • 28 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 29

    Grak 1 Prosentase Rekrutment Petugas TPS

    Rekrutment KPPS tidak sesuai Rekrutment KPPS sesuai

    33%67%

  • 28 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 29

    Grak 1 Prosentase Rekrutment Petugas TPS

    Rekrutment KPPS tidak sesuai Rekrutment KPPS sesuai

    33%67%

  • 30 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 31

    No Temuan Lokasi

    1 Nepotisme KPPS Terdapat tiga TPS yang anggota KPPS-nya terdiri dari satu keluarga (suami, istri, anak dan kakak) yaitu TPS 11, 12 dan 13 di Kelurahan Sigambal, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara

    2 KPPS tidak cukup umur (di bawah 25 tahun)

    Kecamatan Ciparay, Bandung, Jawa Barat; Kecamatan Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat; Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang; Kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat; Kecamatan Brenggong, Purworejo, Jawa Tengah; Kecamatan Sidamulya, Cilacap, Jawa Tengah.

    3 Tidak ada rekrutmen

    anggota KPPS(menggunakan komposisi KPPS lama)

    Lilirialau, Soppeng, Sulawesi Selatan; Sempu, Banyuwangi, Jawa timur; Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah; Sidamulya, Cilacap, Jawa Tengah; Pare, Kediri; Tlogomas, Lowok Waru, Kota Malang; Jemur, Wonosari, Surabaya; Pisang Nganjuk, Jawa Timur.

    4 KPPS tidak lulus SLTA Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang; Brenggong, Purworejo, Jawa Tengah; Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah; Sridadi, Rembang, Jawa Tengah; Cisaranten Kulon, Kota Bandung, Jawa Barat; Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur; Sumbergondo, Glenmore, Banyuwangi.

    Tabel 2 Kondisi Proses Rekrutmen KPPS

    Table 3 Data Temuan Keterlibatan Perempuan di KPPS

    No Daerah TemuanJenis Kelamin

    % PerempuanLaki-Laki Perempuan

    1Desa Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat

    329 28 8%

    2Desa Solok Pandan, Kab. Cianjur, Jawa Barat

    202 22 10%

    3Desa Brenggong, Kab. Purworejo, Jawa Tengah

    32 3 9%

    4Desa Karangmojo, Kab. Gunung Kidul, Yogyakarta

    149 5 3%

    5Desa Tlogo Mas, Lowok Waru, Kota Malang

    178 11 6%

    6Desa Tuntang, Semarang, Jawa Tengah

    60 10 14%

    7 Pare, Kediri, Jawa Timur 256 31 11%

  • 30 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 31

    No Temuan Lokasi

    1 Nepotisme KPPS Terdapat tiga TPS yang anggota KPPS-nya terdiri dari satu keluarga (suami, istri, anak dan kakak) yaitu TPS 11, 12 dan 13 di Kelurahan Sigambal, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara

    2 KPPS tidak cukup umur (di bawah 25 tahun)

    Kecamatan Ciparay, Bandung, Jawa Barat; Kecamatan Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat; Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang; Kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat; Kecamatan Brenggong, Purworejo, Jawa Tengah; Kecamatan Sidamulya, Cilacap, Jawa Tengah.

    3 Tidak ada rekrutmen

    anggota KPPS(menggunakan komposisi KPPS lama)

    Lilirialau, Soppeng, Sulawesi Selatan; Sempu, Banyuwangi, Jawa timur; Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah; Sidamulya, Cilacap, Jawa Tengah; Pare, Kediri; Tlogomas, Lowok Waru, Kota Malang; Jemur, Wonosari, Surabaya; Pisang Nganjuk, Jawa Timur.

    4 KPPS tidak lulus SLTA Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang; Brenggong, Purworejo, Jawa Tengah; Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah; Sridadi, Rembang, Jawa Tengah; Cisaranten Kulon, Kota Bandung, Jawa Barat; Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur; Sumbergondo, Glenmore, Banyuwangi.

    Tabel 2 Kondisi Proses Rekrutmen KPPS

    Table 3 Data Temuan Keterlibatan Perempuan di KPPS

    No Daerah TemuanJenis Kelamin

    % PerempuanLaki-Laki Perempuan

    1Desa Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat

    329 28 8%

    2Desa Solok Pandan, Kab. Cianjur, Jawa Barat

    202 22 10%

    3Desa Brenggong, Kab. Purworejo, Jawa Tengah

    32 3 9%

    4Desa Karangmojo, Kab. Gunung Kidul, Yogyakarta

    149 5 3%

    5Desa Tlogo Mas, Lowok Waru, Kota Malang

    178 11 6%

    6Desa Tuntang, Semarang, Jawa Tengah

    60 10 14%

    7 Pare, Kediri, Jawa Timur 256 31 11%

  • 32 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 33

    Grak 2 Latar Belakang Pendidikan Petugas KPPS

    Grak 3Petugas KPPS yang Mengikuti Bimbingan Teknis

    SD SMP SMA D1/D2/D3 S1

    BIMTEK 82%MengikutiBIMTEK

    18%Tidak mengikutiBIMTEK

    3% 11% 55% 7% 24%

    Tabel 4 Data Bimbingan Teknis KPPS

    No Temuan Lokasi

    1. Tanpa buku panduan Kelurahan Tuak Daun Merah, Kota Kupang

    2. Tidak diikuti oleh Ketua KPPS

    Desa Sumberagung, Kecamatan Brondong Lamongan Jawa Timur

    3. Tidak membahas tata cara pencoblosan

    Tawangrejo, Wonodadi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur

  • 32 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 33

    Grak 2 Latar Belakang Pendidikan Petugas KPPS

    Grak 3Petugas KPPS yang Mengikuti Bimbingan Teknis

    SD SMP SMA D1/D2/D3 S1

    BIMTEK 82%MengikutiBIMTEK

    18%Tidak mengikutiBIMTEK

    3% 11% 55% 7% 24%

    Tabel 4 Data Bimbingan Teknis KPPS

    No Temuan Lokasi

    1. Tanpa buku panduan Kelurahan Tuak Daun Merah, Kota Kupang

    2. Tidak diikuti oleh Ketua KPPS

    Desa Sumberagung, Kecamatan Brondong Lamongan Jawa Timur

    3. Tidak membahas tata cara pencoblosan

    Tawangrejo, Wonodadi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur

  • 34 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 35

    Tabel 5Prosentase Kondisi Surat Pemberitahuan Memilih

    Pemilu Menerima Tidak

    Menerima Jumlah

    Legislatif 367 98 465

    79% 21% 100%

    Presiden 260 43 303

    86% 14% 100%

    No Temuan Lokasi 1 Formulir C6 tertulis 07.00 s/d 13.00 Kabupaten Gresik, Kabupaten Bandung,

    Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Boyolali

    2 Formulir C6 tertulis 07.00 s/d selesai Kota Depok, Kota Tangerang Selatan, Kabuoaten Bolaang Mongondow, Kota Jakarta Selatan, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Bogor

    3 Formulir C6 tertulis 07.00 s/d selesai (kata selesai dicoret dengan garis lurus diganti dengan 13.00)

    Kabupaten Kulonprogo, Kota Depok dan Kabupaten Banyuwangi

    Table 6Data Keterangan Waktu dalam Formulir C6

    Tabel 7Wilayah Yang Tidak Menerima Surat Pemberitahuan Memilih

    No Keterangan

    1. RT 026/RW 07, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang

    2. RT 1, RW 2, Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

    3. RT 01, RW 2, Kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat.

    4. RT 4, RW 3, Kelurahan Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

    5. RT 2, RW 2, Kelurahan Nguruan, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban.

    6. RT 1-3, RW 07, Kelurahan Solokpandan, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.

    7. RT 01, RW 02, Kelurahan Tallunglipu, Kecamatan Tallunglipu, Kabupaten Toraja Utara.

    8. RT 28, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

  • 34 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 35

    Tabel 5Prosentase Kondisi Surat Pemberitahuan Memilih

    Pemilu Menerima Tidak

    Menerima Jumlah

    Legislatif 367 98 465

    79% 21% 100%

    Presiden 260 43 303

    86% 14% 100%

    No Temuan Lokasi 1 Formulir C6 tertulis 07.00 s/d 13.00 Kabupaten Gresik, Kabupaten Bandung,

    Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Boyolali

    2 Formulir C6 tertulis 07.00 s/d selesai Kota Depok, Kota Tangerang Selatan, Kabuoaten Bolaang Mongondow, Kota Jakarta Selatan, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Bogor

    3 Formulir C6 tertulis 07.00 s/d selesai (kata selesai dicoret dengan garis lurus diganti dengan 13.00)

    Kabupaten Kulonprogo, Kota Depok dan Kabupaten Banyuwangi

    Table 6Data Keterangan Waktu dalam Formulir C6

    Tabel 7Wilayah Yang Tidak Menerima Surat Pemberitahuan Memilih

    No Keterangan

    1. RT 026/RW 07, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang

    2. RT 1, RW 2, Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

    3. RT 01, RW 2, Kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat.

    4. RT 4, RW 3, Kelurahan Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

    5. RT 2, RW 2, Kelurahan Nguruan, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban.

    6. RT 1-3, RW 07, Kelurahan Solokpandan, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.

    7. RT 01, RW 02, Kelurahan Tallunglipu, Kecamatan Tallunglipu, Kabupaten Toraja Utara.

    8. RT 28, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

  • 36 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 37

    Grak 4Data Kpu yang Memiliki Website dan Tidak Memiliki Website

    Memiliki Web Tidak memiliki Web

    88% 12%29 KPU 4 KPU

    NO WEB

    No

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    Provinsi

    NAD

    Sumatera Utara

    Sumatera Barat

    Riau

    Jambi

    Sumatera Selatan

    Bengkulu

    Lampung

    Sulawesi Tenggara

    Gorontalo

    Sulawesi Barat

    Maluku

    Kalimantan Tengah

    kalimantan selatan

    kalimantan timur

    Link Web

    http://kip-acehprov.go.id/

    -

    http://www.kpu-sumbarprov.go.id/

    http://kpu-riauprov.go.id/

    -

    http://kpusumsel.blogspot.com/

    -

    http://www.kpud-lampungprov.go.id/

    http://kpud-sultraprov.go.id/

    http://kpud-gorontaloprov.go.id/

    http://www.kpu-sulbarprov.go.id/

    http://kpu-malukuprov.go.id/

    http://kpu-kaltengprov.go.id/

    http://kpu-kalselprov.go.id/

    http://www.kpu-kaltimprov.go.id/

    Link KPU Pusat

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

  • 36 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 37

    Grak 4Data Kpu yang Memiliki Website dan Tidak Memiliki Website

    Memiliki Web Tidak memiliki Web

    88% 12%29 KPU 4 KPU

    NO WEB

    No

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    Provinsi

    NAD

    Sumatera Utara

    Sumatera Barat

    Riau

    Jambi

    Sumatera Selatan

    Bengkulu

    Lampung

    Sulawesi Tenggara

    Gorontalo

    Sulawesi Barat

    Maluku

    Kalimantan Tengah

    kalimantan selatan

    kalimantan timur

    Link Web

    http://kip-acehprov.go.id/

    -

    http://www.kpu-sumbarprov.go.id/

    http://kpu-riauprov.go.id/

    -

    http://kpusumsel.blogspot.com/

    -

    http://www.kpud-lampungprov.go.id/

    http://kpud-sultraprov.go.id/

    http://kpud-gorontaloprov.go.id/

    http://www.kpu-sulbarprov.go.id/

    http://kpu-malukuprov.go.id/

    http://kpu-kaltengprov.go.id/

    http://kpu-kalselprov.go.id/

    http://www.kpu-kaltimprov.go.id/

    Link KPU Pusat

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

  • 38 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 39

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    Sulawesi utara

    Sulawesi tengah

    sulawesi selatan

    Bangka Belitung

    Kepulauan Riau

    DKI Jakarta

    Jawa Barat

    Jawa Tengah

    Banten

    Jawa Timur

    DI Yogyakarta

    Bali

    NTB

    NTT

    Kalimantan Barat

    Maluku Utara

    Papua

    Papua Barat

    http://www.kpu.kepriprov.go.id/web/

    http://kpusulut.blogspot.com/

    http://www.kpu-sultengprov.go.id/

    -

    http://kpubabel.com/

    http://kpujakarta.go.id/

    http://kpu.jabarprov.go.id/

    http://www.kpu-jatengprov.go.id/

    http://kpu-bantenprov.go.id/

    http://www.kpujatim.go.id/

    http://www.kpud-diyprov.go.id/

    http://kpud-baliprov.go.id/

    http://kpud-ntbprov.go.id/

    http://www.kpud-nttprov.go.id/

    http://kpu-kalbarprov.go.id/depan

    http://www.kpu-malutprov.go.id/

    -

    -

    -

    -

    http://sulselprov.kpu.go.id/

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    http://jatimprov.kpu.go.id/

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    http://papuabaratprov.kpu.go.id/

    Tabel 8 Data KPU Provinsi yang Memiliki Website dan Tidak Memiliki Website

    Grak 5Data KPU Kabupaten/Kota yang memiliki website dan tidak memiliki website

    Memiliki Web Tidak memiliki Web

    64% 36%29 Kabupaten/ Kota

    316 Kabupaten/ Kota

    NO WEB

  • 38 Bagian 5 : Hasil Pemantauan 39

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    Sulawesi utara

    Sulawesi tengah

    sulawesi selatan

    Bangka Belitung

    Kepulauan Riau

    DKI Jakarta

    Jawa Barat

    Jawa Tengah

    Banten

    Jawa Timur

    DI Yogyakarta

    Bali

    NTB

    NTT

    Kalimantan Barat

    Maluku Utara

    Papua

    Papua Barat

    http://www.kpu.kepriprov.go.id/web/

    http://kpusulut.blogspot.com/

    http://www.kpu-sultengprov.go.id/

    -

    http://kpubabel.com/

    http://kpujakarta.go.id/

    http://kpu.jabarprov.go.id/

    http://www.kpu-jatengprov.go.id/

    http://kpu-bantenprov.go.id/

    http://www.kpujatim.go.id/

    http://www.kpud-diyprov.go.id/

    http://kpud-baliprov.go.id/

    http://kpud-ntbprov.go.id/

    http://www.kpud-nttprov.go.id/

    http://kpu-kalbarprov.go.id/depan

    http://www.kpu-malutprov.go.id/

    -

    -

    -

    -

    http://sulselprov.kpu.go.id/

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    http://jatimprov.kpu.go.id/

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    http://papuabaratprov.kpu.go.id/

    Tabel 8 Data KPU Provinsi yang Memiliki Website dan Tidak Memiliki Website

    Grak 5Data KPU Kabupaten/Kota yang memiliki website dan tid