pemilu 2014 - modul perempuan

Upload: kusnu-wijayanto

Post on 19-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Modul Memilih Untuk Perempuan

TRANSCRIPT

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    1/104

    CerdasPerempuan

    Berdemokrasi

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    2/104

    ii Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    PengarahArief Budiman

    Ferry Kurnia Rizkiyansyah

    Husni Kamil Manik

    Ida Budhiati

    Juri Ardiantoro

    Hadar Nafs Gumay

    Sigit Pamungkas

    Penanggung JawabArif Rahman Hakim

    PenyusunDian Kartikasari

    EditorTitik P.W

    Design LayoutSatrio Mahadi

    IlustratorAnna Dania

    PenerbitKomisi Pemilihan Umum

    Jl. Imam Bonjol No. 29 Jakarta Pusat

    Telp. : 31937223Fax : 3157759

    Website : www.kpu.go.id

    TimPenyusun

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    3/104

    iiiPerempuan Cerdas Berdemokrasi

    Tim Penyusun ..................................................................iiDaftar Isi ................................................................... iiiPengantar ....................................................................v

    Bab I Mengenali Demokrasi ........................................ 1 1. Apa dan Mengapa Demokrasi? .........................2

    2. Apa itu Pemilu? .................................................9

    3. Hubungan pemilu dan demokrasi? .................17

    4. Menjadikan pemilu bermakna

    bagi demokrasi? ..............................................20

    5. Bagaimana pemilu dilaksanakan? ..................26

    Bab II Masalah-Masalah Dalam Pemilu .........................41 1. Perempuan, Pemilu dan Korupsi ....................42

    2. Kekerasan terhadap Perempuan ....................50

    3. Kecurangan yang mengintai ...........................53

    4. Diskriminasi Terhadap Perempuan .................57

    5. Elitisme Merintangi Perempuan ......................60

    DaftarIsi

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    4/104

    iv Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Bab I II Harapan Dalam Pemilu ..................................... 63 1. Mewujudkan Kesejahteraan ............................64

    2. Kontrol atas Pemerintahan ..............................73

    3. Partisipasi Politik Perempuan .........................77

    4. Mewujudkan Keadilan Subtantif ......................81

    5. Pemilih Perempuan adalah Subyek ................85

    Pengertian Istilah .........................................................88

    Daftar Singkatan ............................................................. 91

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    5/104

    vPerempuan Cerdas Berdemokrasi

    P

    emilu merupakan sarana untuk mewujudkan ke-

    daulatan rakyat. Melalui penyelenggaraan pe-

    milu inilah, digantungkan harapan untuk dapat

    membentuk pemerintahan yang memiliki legiti-

    masi, bertumpu pada kehendak rakyat dan me-

    ngabdi pada tujuan untuk mensejahterakan rakyat serta

    mewujudkan keadilan sosial.

    Untuk mewujudkan harapan tersebut, partisipasi

    politik sejati rakyat, menjadi kunci utama keberhasilan pe-

    milu. Partisipasi politik sejati dalam pemilu adalah partisi-

    pasi rakyat yang didasarkan pada pengetahuan tentang

    sistem politik, hak-hak politik rakyat dan kesadaran kritis

    dalam menggunakan hak politik dan menanggapi seluruh

    proses dan tahapan pemilu. Singkatnya, partisipasi poli-

    tik sejati rakyat, mensyaratkan adanya pengetahuan dan

    pemahaman politik atau melek politik (political literacy).

    Dengan pengetahuan dan kesadaran terhadap hak-hakpolitik, rakyat sebagai pemilih akan dapat menggunakan

    hak pilihnya secara mandiri dan cerdas. Untuk menjadi-

    kan rakyat sebagai pemilih yang mandiri dan cerdas itu,

    diperlukan pendidikan politik yang memberdayakan rak-

    Pengantar

    Salam Demokrasi!

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    6/104

    vi Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    yat untuk dapat berperan aktif dalam seluruh proses dan

    tahapan pemilu.

    Perempuan Cerdas Berdemokrasi ini disusun se-bagai bagian dari materi pendidikan politik bagi pemilih,

    untuk memperkaya pengetahuan pemilih dalam meng-

    hadapi pemilu. Tujuan penyusunan modul ini adalah me-

    nyediakan bahan bacaan tentang demokrasi dan pemilu

    dari sudut pandang dan analisis kesetaraan dan keadilan

    gender, guna meningkatkan pemahaman rakyat tentang

    keadilan gender dalam demokrasi dan pemilu.

    Perempuan Cerdas Berdemokrasi ini, disediakan

    bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam

    pemilu, dan secara khusus ditujukan bagi pemilih dan

    calon anggota dewan perempuan, yang tergolong dalam

    kelompok rentan terhadap berbagai bentuk praktek dis-

    kriminasi terhadap perempuan.

    Dengan membaca Perempuan Cerdas Berde-mokrasi, diharapkan dapat memperoleh pengetahuan

    dan lebih memahami problematika dan solusi yang dita-

    warkan, agar pelaksanaan demokrasi dan pemilu men-

    jadi lebih adil bagi laki-laki dan perempuan (adil gender).

    Diharapkan melalui pengayaan pengetahuan ini, semua

    pemangku kepentingan penyelenggaraan pemilu khusus-

    nya perempuan, dapat berperan aktif memberdayakan

    diri untuk menjadi aktor pemilu yang mandiri dan cerdas,

    dan adil gender serta memberikan sumbangan dalam pe-

    nyelesaian masalah.

    Perempuan Cerdas Berdemokrasi ini disusun

    dalam tiga tema besar, yaitu 1) Mengenali Demokrasi, 2)

    Masalah-masalah dalam Pemilu dan 3) Harapan dalam

    pemilu. Dalam tema Mengenali Demokrasi, dibahas ten-tang: Apa dan Mengapa Demokrasi?, Apa itu Pemilu?,

    Hubungan pemilu dan demokrasi, Bagaimana pemilu

    bermakna bagi demokrasi? dan Bagaimana pemilu di-

    laksanakan? Sedangkan dalam tema Masalah-masalah

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    7/104

    viiPerempuan Cerdas Berdemokrasi

    Jakarta, Mei 2013

    Ttd

    Husni Kamil Manik

    dalam Pemilu, diulas tentang Pemilu dan Korupsi, Pemilu

    dan Kekerasan, Pemilu dan Kecurangan, Pemilu dan Dis-

    kriminasi, Pemilu dan Elitisme. Kemudian Harapan dalam

    pemilu, menyajikan tentang: Pemilu dan Kesejahteraan,

    Kontrol atas Pemerintahan, Pemilu dan Partisipasi Politik,

    Pemilu dan Keadilan dan Pemilih sebagai subyek.

    Perempuan Cerdas Berdemokrasi disusun berba-

    sis pengalaman empiris perempuan dan laki-laki dalam

    kehidupan sehari-hari maupun saat menghadapi pemilu.

    Teori dan aturan normatif diletakkan sebagai landasan

    dan kerangka pemikiran untuk mendukung gagasan De-

    mokrasi dan Pemilu yang transformatif dan adil gender.

    Semoga bermanfaat .....

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    8/104

    viii Perempuan Cerdas Berdemokrasi

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    9/104

    Mengenali

    DemokrasiBab 1

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    10/104

    2 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    1. Apa dan Mengapa Demokrasi?

    a. Pengertian DemokrasiKata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaituDmokrata berarti Kekuasaan Rakyat. Dmokrata

    terbentuk dari dua kata yang disatukan, yaitu dmosartinya

    rakyat dan kratosberarti kekuatan atau kekuasaan.

    Sehingga kata Demokrasi secara sederhana diartikan

    Kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

    Dimana kata kekuasaan diartikan sebagai kekuasaan

    dalam pemerintahan.

    Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahan

    di suatu negara, yang bertumpu pada kedaulatan rakyat.

    Selain bentuk pemerintahan demokrasi, masih ada ben-

    tuk lain, yaitu: pemerintahan monarki yaitu pemerintahan

    dijalankan oleh satu orang dan pemerintahan oligarki, ya-

    itu pemerintahan yang dijalankan oleh sekelompok kecil

    orang yang berkuasa.

    b. Bentukbentuk DemokrasiAda dua bentuk dasar demokrasi, yang dikenal umum,

    yaitu demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung.

    Demokrasi langsung adalah bentuk pemerintahanyang mengakui hak setiap rakyat secara langsung untuk

    berpendapat atau memberikan persetujuannya dalam se-

    tiap pengambilan keputusan atau kebijakan publik. Dalam

    sistem demokrasi langsung ini, setiap rakyat mewakili diri-

    nya sendiri saat memilih suatu kebijakan, sehingga me-

    miliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang

    tengah terjadi.

    Demokrasi tidak langsungadalah rakyat sebagai

    pemilik penuh kedaulatan, menyerahkan sebagian dari

    kedaulatannya kepada orang-orang yang dipilihnya, un-

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    11/104

    3Mengenali Demokrasi

    tuk menjalankan mandat dari rakyat, yaitu mengurus dan

    menjamin jalannya pemerintahan, menyuarakan aspirasi

    dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi

    oleh rakyat, mewujudkan tujuan dari pembentukan negara

    dan menjamin keberlanjutan bangsa dan negara. Lewat

    wakil-wakil yang telah dipilih melalui

    Pemilihan Umum, rakyat berhak

    menyampaikan aspirasi, kelu-

    han, terlibat dalam perumu-

    san dan pengambilan kepu-

    tusan kebijakan publik sertaperencanaan dan pelaksa-

    naan hingga pemantauan

    dan evaluasi pembangu-

    nan.

    Rakyat berhak menga-

    wasi dan meminta pertanggung-

    jawaban kepada wakil-wakil yangtelah dipilihnya. Praktek demokrasi me-

    lalui wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat ini disebut juga

    Demokrasi Perwakilan.

    c. Mengapa Demokrasi

    Mengapa Demokrasi Indonesia dipilih sebagai sistempemerintahan di Indonesia?

    Ada dua pertimbangan yang menjadi dasar mengapa

    Indonesia memilih demokrasi, petama, adalah pertim-

    bangan internal, yaitu pertimbangan berdasarkan sejarah

    dan dinamika dalam pembentukan negara Indonesia, dan

    kedua, adalah pertimbangan eksternal, yaitu pertimban-

    gan posisi Indonesia dalam pergaulan internasional

    Pertimbangan tersebut dibahas saat Badan Penye-

    lidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),

    yaitu sebuah badan yang dibentuk pada April 1945, un-

    Demokrasilangsung adalah

    bentuk pemerintahanyang mengakui hak setiap

    rakyat secara langsunguntuk berpendapat atau

    memberikan persetujuannyadalam setiap pengambilan

    keputusan ataukebijakan publik.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    12/104

    4 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    tuk mempersiapkan berdirinya negara Indonesia, yang

    merdeka. Badan ini membahas tentang dasar lsafat In-

    donesia Merdeka dan merumuskan prinsip-prinsip dasar

    negara Indonesia.

    Pada saat itu, BPUPKI membahas dua hal utama,

    yaitu bentuk negara dan sistem pemerintahan. Pada saat

    membahas bentuk negara, diputuskan untuk memilih ben-

    tuk Negara Kesatuan, yang kemudian disebut Negara

    Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini didasarkan

    pada kenyataan bahwa negara Indonesia terdiri dari ber-

    bagai daerah, pulau-pulau, dan suku-suku yang menjadi

    satu kesatuan.

    Sedangkan saat membahas prinsip-prinsip dasar

    Indonesia, yang paling mengemuka adalah pembahasan

    tentang prinsip dasar pemerintahan Indonesia. Pada

    saat membahas prinsip dasar negara Indonesia inilah,

    pembahasan tentang Kedaulatan tertinggi berada

    di tangan rakyat, dibahas. Pertimbangan yang

    melatarbelakangi pengakuan: kedaulatan tertinggi di

    tangan rakyat ini adalah kenyataan bahwa perjuangan

    mencapai Indonesia merdeka, merupakan perjuangan

    seluruh rakyat, laki-laki mapun perempuan.

    Pertimbangan lain adalah bahwa Demokrasi meru-

    pakan sistem pemerintahan yang digunakan hampir di

    semua negara-negara di dunia. Indonesia membutuhkan

    dukungan dan pengakuan dari negara-negara di dunia

    atas kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Diharap-

    kan negara-negara dunia akan memberikan dukungan-

    nya. Dengan memperoleh dukungan dan pengakuan dari

    berbagai negara ini akan memperkuat posisi Indonesia

    untuk menolak kembalinya penjajah ke Indonesia.

    Demikianlah para pendiri negara kita, yang terdiri dari

    ilmuan dan tokoh pergerakan kemerdekaan, termasuk di

    dalamnya tokoh perempuan. merumuskan bentuk dan

    prinsip dasar pemerintah Indonesia, yang hingga kini ma-

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    13/104

    5Mengenali Demokrasi

    sih tetap dipertahankan.

    Pada tahun 2000 sampai 2002, dilakukan perubah-

    an atau amandemen Undang-undang Dasar. Pada saatamandemen UUD1945 inilah prinsip-prinsip demokrasi

    semakin diperkuat.

    Hasil amandemen UUD1945, yang mencerminkan

    penguatan prinsip-prinsip demokrasi adalah:

    a. Kedaulatan Rakyat, Pasal 1 ayat (2),

    b. Supremasi Hukum, Pasal 1 ayat (3)

    c. Persamaan kedudukan dalam Hukum dan Pemerin-

    tahan bagi semua warga negara, Pasal 27 ayat (1)

    d. Hak Asasi Manusia , Pasal 27, Pasal 28, Pasal 28

    butir A-J, Pasal 29, Pasal 31, Pasal 32 dan Pasal 34

    e. Pemilihan umum yang Jujur dan adil dan dilaksanakansecara berkala , Pasal 22E

    f. Lembaga Perwakilan Rakyat, Pasal 19 sampai den-

    gan Pasal 22 D

    d. Problem Ketimpangan Gender Dalam DemokrasiDemokrasi, baik langsung maupun tidak langsung memilikiproblem terkait dengan perwujudkan kesetaraan dan

    keadilan gender, yaitu ketimpangan dan ketidakadilan

    gender. Ketimpangan (atau ketidaksetaraan) gender

    dalam demokrasi, dialami oleh perempuan, terutama

    dalam bentuk 1) rendahnya akses perempuan(terutama

    informasi dan pengetahuan) dan 2) kurang/tidak

    adanya kesempatan perempuan dalam pengambilankeputusan, berdasarkan persamaan hak antara laki-laki

    dan perempuan. Sedangkan ketidakadilan gender dalam

    demokrasi, menunjuk pada hasil dari proses pengambilan

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    14/104

    6 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    keputusan, yaitu dalam bentuk kebijakan publik, seperti

    Undang-Undang (UU) dan Peraturan Daerah (Perda)

    dan alokasi anggaran dalam Anggaran Pendapatan

    Dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Daerah (APBD), tidak mempertimbangkan

    pengalaman dan kebutuhan perempuan.

    Ketimpangan gender terjadi karena adanya sejarahpembagian kerja dan peran berdasarkan jenis kelamin,

    yaitu laki-laki bekerja di luar rumah, mencari nafkah dan

    berperan sebagai pemimpin atau Kepala keluarga. Se-

    dangkan perempuan bekerja di dalam rumah mengurus

    dan merawat rumah tangga dan berperan sebagai Ibu

    Rumah Tangga. Sejarah pembagian kerja berdasarkan je-

    nis kelamin tersebut kemudian dilestarikan dalam undang-

    undang, seperti dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974tentang Perkawinan, yang membakukan peran laki-laki

    dan perempuan dalam perkawinan.

    Di samping itu, untuk mengukuhkan pembagian kerja

    tersebut, maka dilekatkan ciri-ciri dan sifat-sifat yang ber-

    beda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dipandang

    memiliki ciri dan sifat rasional, kuat, tegar, dan memiliki

    jangkauan yang luas. Sedangkan perempuan dipandangsebagai makhluk yang lemah, emosional, tidak tahan ter-

    hadap tekanan dan terbatas jangkauannya, pelekatan ciri-

    ciri ini sering disebut dengan negative stereotypingatau

    pencitraan negatif.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    15/104

    7Mengenali Demokrasi

    Laki-laki dipandang memiliki hak untuk ikut

    serta dalam urusan pemerintahan dan urusan publik

    lainnya. Sehingga laki-laki dapat berperan penuh dalam

    lembaga pengambilan keputusan dan mekanisme/

    proses pengambilan keputusan. Sedangkan perempuan

    dipandang sebagai pengurus urusan domestik atau rumah

    tangga, sehingga perempuan dianggap tidak memiliki hak

    untuk mengurus urusan pemerintahan dan urusan publik

    lainnya. Akibatnya, perempuan tidak memiliki kesempatan

    untuk berperan dalam lembaga pengambilan keputusan

    dan mekanisme/proses pengambilan keputusan. Penga-laman dan kebutuhan perempuan dianggap sudah diwakili

    oleh laki-laki yang duduk dalam lembaga pengambilan

    keputusan.

    Peran, sifat dan ciri-ciri yang dilekatkan dan dibe-

    bankan oleh masyarakat kepada perempuan dan laki-laki

    inilah, yang mengakibatkan laki-laki atau perempuan tidak

    dapat menikmati hak-haknya, berdasarkan persamaanHak laki-laki dan perempuan. Keadaan demikian disebut

    ketimpangan dan ketidakadilan gender.

    Ketimpangan dan ketidakadilan gender, mengakibat-

    kan perempuan tidak dapat berperan aktif dan mandiri

    dalam politik dan pengambilan keputusan publik, seperti

    misalnya dalam menggunakan hak pilih, partisipasi dalam

    perencanaan pembangunan dan partisipasi dalam peru-musan dan pengambilan keputusan peraturan perundang-

    undangan.

    Untuk mengatasi ketimpangan dan ketidakadilan

    gender, serta mewujudkan demokrasi yang adil gender,

    maka perlu dilakukan :

    1) Memperbesar akses perempuan terhadap informasidan pengetahuan. Pendidikan Kewarganegaraan dan

    Hak Asasi Manusia, Pendidikan Politik dan Pendidi-

    kan Pemilih harus diberikan kepada perempuan, agar

    mereka memahami peran dan hak-haknya sebagai

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    16/104

    8 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Bahan Bacaan :

    warga negara, serta mengetahui adanya jaminan

    negara bagi setiap orang untuk menikmati kebebasan

    fundamental.

    2) Menjamin dan memperluas kesempatan perempuan

    untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputu-

    san, seperti menjaminan sekurang-kurangnya 30%

    perempuan dalam daftar Calon Anggota Dewan Per-

    wakilan Rakyat dan Lembaga Penyelenggara Pemilu,

    dalam peraturan perundangan adalah contoh-contoh

    baik dalam upaya menjamin kesempatan perempuan

    dalam pengambilan keputusan.

    3) Melaksanakan Prinsip-prinsip Demokrasi, yang

    meliputi: 1) Partisipasi Semua Warga Negara, 2)

    Kesetaraan, 3) Toleransi dan Pengakuan terhadap

    Keberagaman, 4) Akuntabilitas, 5) Transparansi,

    6) Pemilihan Yang Jujur Dan Adil dan Secara

    Berkala, 7) Pengendalian dan penegakkan hukum

    Atas Penyalahgunaan Kekuasaan, 8) Peraturan

    Perundangan yang melindungi Hak-hak Rakyat, 9)

    Penerimaan Hasil Pemilu (Legitimasi Pemerintahan),

    10) Perlindungan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia

    (HAM), 11) Supremasi Hukum.

    Cornwall Andrea dan Anne Marie Goetz: Democratizing

    Democracy. Feminist Perspective: Democratiza-

    tion, December 2005

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    17/104

    9Mengenali Demokrasi

    2. Memahami Pemilu?

    a. Pengertian PemiluPemilihan Umum atau Pemilu merupakan rekruitmenatau pemilihan orang-orang untuk menduduki jabatan-

    jabatan politik tertentu seperti misalnya : anggota Dewan

    Perwakilan Rakyat, Kepala Daerah dan Presiden, dengan

    tata cara yang diatur melalui peraturan perundang-

    undangan.

    Melalui Pemilu, rakyat memiliki kesempatan melaku-kan evaluasi terhadap peserta pemilu, partai politik dan

    calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, untuk menen-

    tukan apakah mereka masih pantas diberi kepercayaan.

    Disamping itu, dalam proses menentukan pilihan terha-

    dap partai dan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat

    tersebut, rakyat dapat menentukan pilihannya dengan

    mempertimbangkan visi dan misi partai dan calon yang

    akan dipilihnya, hal ini menunjukkan bahwa melalui Pe-milu, rakyat menentukan masa depan negara dan bangsa,

    sesuai yang mereka inginkan.

    Sebagai suatu proses

    rekuritmen jabatan

    politik, pemilu sering

    dianggap sebagai

    medan pertarunganperebutan kekua-

    saan. Layaknya se-

    buah pertarungan,

    maka hasil akhir dari

    pemilu adalah adanya

    pihak yang kalah dan pi-

    hak yang menang. Pihakyang menang adalah

    mereka yang akan men-

    duduki jabatan politik

    dan memiliki kekuasaan.

    1.Pileg

    2.Pilpres

    3.Pemiluk

    ada

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    18/104

    10 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Cara pandang terhadap pemilu sebagai medan per-

    tarungan perebutan kekuasaan ini, mengakibatkan pe-

    nyelenggaraan dan pelaksanaan pemilu rawan akan

    praktek-praktek tidak terpuji, seperti: korupsi, kecurangan,

    diskriminasi dan kekerasan. Bahkan pemilu dapat mela-

    hirkan konik yang berskala luas dan menimbulkan kor-

    ban harta dan jiwa.

    Namun di sisi lain, Pemilu menjadi tempat rakyat

    menggantungkan harapan adanya perubahan ke arah ke-

    adaan yang lebih baik, lebih adil dalam distribusi sumber

    daya, lebih memberi ruang bagi rakyat untuk berpartisi-

    pasi dan akhirnya mewujudkan pemerintahan yang meng-

    hormati, mempromosikan, melindungi dan memenuhi Hak

    Asasi Manusia dan mewujukan keadilan sosial bagi selu-

    ruh rakyat.

    Harapan yang digantung-

    kan oleh rakyat pada pemilu

    tersebut bukanlah yang mus-

    tahil untuk diwujudkan. Hara-

    pan tersebut akan dapat di-

    wujudkan, sepanjang pemilu

    diselenggarakan dan dilak-

    sanakan secara bersih dan

    damai serta taat pada asas-

    asas penyelenggaraan pemiluyang Luber dan Jurdil.

    Lebih dari itu, untuk

    mewujudkan pemilu sebagai

    sarana menciptakan peme-

    rintahan yang demokratis dan

    mensejahterakan rakyat,

    diperlukan partisi-pasi politik

    sejati se-

    luruh rakyat.

    Partisipasi sejati

    WELCO

    ME

    KECURANGAN

    DILARANG

    MASUK

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    19/104

    11Mengenali Demokrasi

    rakyat hanya akan dapat terwujud bila pemerintah, partai

    politik dan penyelenggara pemilu aktif menyelenggarakan

    pendidikan politik dan pendidikan pemilih.

    Namun luasnya wilayah, tingginya jumlah dan be-

    ragamnya pemilih, yang tersebar di seluruh Indonesia dan

    bahkan di luar negeri, menunjukkan bahwa pendidikan

    politik dan pendidikan pemilu tidak mungkin dibebankan

    hanya kepada penyelenggara pemilu, partai politik dan

    pemerintah.

    Partisipasi masyarakat sipil, media, pihak swasta dansemua warga negara pemilik hak pilih, merupakan bagian

    penting yang akan turut menentukan keberhasilan pemilu.

    Tanpa partisipasi semua pihak, laki-laki maupun perem-

    puan, sangat sulit mengharapkan pemilu akan berhasil

    dan membawa perubahan ke arah tatanan pemerintahan

    dan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

    b. Perempuan dalam PemiluUUD 1945 dan berbagai peraturan perundangan di

    Indonesia, mengakui bahwa setiap warga negara, laki-laki

    maupun perempuan, memiliki hak pilih yang sama. Hak

    pilih adalah hak untuk memilih dan hak untuk dipilih.

    Sejak Pemilu Pertama tahun 1955, perempuan Indo-

    nesia telah memiliki hak Pilih. Padahal saat itu, banyaknegara yang mengaku sebagai negara demokratis, tetapi

    tidak memberikan hak bagi perempuan untuk memilih

    dalam pemilu.

    Pengakuan Indonesia terhadap hak pilih perempuan,

    tidak saja diatur dalam peraturan perundangan nasional,

    tetapi juga mengesahkan instrument Hukum Internasion-

    al, sebagai peraturan nasional, yaitu Konvensi MengenaiHak-Hak Politik Perempuan (Convention on The Political

    Right of Women).

    Konvensi Mengenai Hak-Hak Politik Perempuan, di-

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    20/104

    12 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    setujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa

    (PBB) dengan resolusi No 640 (III) pada 20 Desember

    1952 dan dinyatakan berlaku sejak 7 Juli 1954. Indonesia

    mengesahkan (ratikasi) konvensi ini, melalui Undang-

    undang No 68 Tahun 1958 yang disahkan pada 16 De-

    sember 1958.

    Pasal-pasal penting dalam Konvensi ini adalah :

    Pasal 1, Perempuan berhak untuk memberikan suara

    dalam semua pemilihan dengan syarat-syarat yang sama

    dengan laki-laki, tanpa diskriminasi.

    Pasal 2, Perempuan berhak untuk dipilih bagi semua

    badan yang dipilih secara umum, diatur oleh hukum

    nasional dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-

    laki, tanpa ada diskriminasi.

    Pasal 3, perempuan berhak untuk memegang jabatan

    publik dan menjalankan semua fungsi publik, diatur olehhukum nasional dengan syarat-syarat yang sama dengan

    laki-laki, tanpa ada diskriminasi.

    Namun sejak pemilu pertama tahun 1955 hingga pe-

    milu tahun 2009, jumlah perempuan di

    Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

    tetap rendah. Tidak seimbang

    bila dibandingkan dengan jum-lah anggota DPR laki-laki, dan

    tidak berimbang bila diper-

    bandingkan dengan jumlah

    pemilih laki-laki dan pemilih

    perempuan. Jumlah perem-

    puan di DPR RI tertinggi ha-

    nya mencapai 17,89 %, hasil

    pemilu tahun 2009. Jumlahperempuan di Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah (DPRD) di provinsi

    dan kabupaten, jauh lebih kecil diban-

    Rendahnyajumlah

    perempuan di DPR danDPRD akan berakibat pada

    peraturan perundangan,sepeti Undang-Undang

    (UU) dan Peraturan Daerah(Perda) yang dihasilkannya,tidak mempertimbangkan

    kepentingan dankebutuhanperempuan.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    21/104

    13Mengenali Demokrasi

    dingkan di DPR. Bahkan beberapa DPRD kabupaten tidak

    ada satu pun anggota perempuan.

    Rendahnya jumlah perempuan di DPR dan DPRD,disebabkan oleh :

    1. Partai Politik, peserta pemilu tidak memberikan

    kesempatan yang sama bagi kader laki-laki dan

    perempuan untuk dipilih dalam pemilu. Hal ini terlihat

    dari daftar calon anggota dewan yang didominasi

    oleh calon anggota dewan laki-laki.

    2. Perempuan calon anggota dewan dihadapkan pada

    rintangan budaya, yang menganggap hanya laki-laki

    yang layak menjadi pemimpin dan menangani urusan

    politik. Pandangan ini mengakibatkan pemilih laki-

    laki maupun perempuan, lebih percaya untuk mem-

    berikan suaranya kepada laki-laki, dari pada kepada

    calon anggota dewan perempuan.

    3. Pemilih perempuan, rentan mengalami berbagai ben-

    tuk pengaruh saat menentukan pilihannya, terutama

    oleh ayah, saudara laki-laki dan suaminya. Selain itu,

    tim sukses calon anggota dewan juga mempenga-

    ruhi kemandirian dan kebebasan perempuan pemilih

    melalui cara-cara bujuk rayu sampai pada cara-cara

    curang, seperti memberikan ancaman ataupun suap

    politik (pembagian uang atau barang). Sehinggaperempuan kehilangan kebebasan menentukan pili-

    hannya.

    Rendahnya jumlah perempuan di DPR dan DPRD

    akan berakibat pada peraturan perundangan, seperti Un-

    dang-Undang (UU) dan Peraturan Daerah (Perda) yang

    dihasilkannya, tidak mempertimbangkan kepentingan dan

    kebutuhan perempuan. Disamping itu, alokasi APBN danatau APBD tidak digunakan secara efektif untuk menga-

    tasi berbagai masalah terkait dengan kemiskinan dan ke-

    sejahteraan seperti : kelaparan dan gizi buruk, kerawanan

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    22/104

    14 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    pangan, kelangkaan air bersih, tingginya Angka Kematian

    Ibu (AKI), tingginya angka kematian bayi dan anak, ka-

    sus-kasus perdagangan orang serta kekerasan terhadap

    perempuan. Akhirnya berbagai persoalan yang sangat

    dekat dengan kehidupan perempuan dan menimbulkan

    beban kerja berlebih tersebut tidak kunjung diselesaikan

    melalui kebijakan dan alokasi anggaran.

    Rendahnya keterwakilan perempuan DPR dan DPRD

    atau keterwakilan politik perempuan ini merupakan per-

    soalan demokrasi, yaitu menyalahi prinsip kesetaraan,

    dalam demokrasi. Untuk mengatasi persoalan tersebut,

    maka partisipasi politik untuk meningkatkan keterwakilan

    perempuan dalam politik, harus terus didorong.

    Namun upaya mendorong keterwakilan perempuan

    dalam politik ini sangat sulit dilakukan, karena adanya

    rintangan sejarah, budaya dan rendahnya posisi tawar

    perempuan dalam partai politik dihadapan elit partai poli-

    tik, yang memiliki kekuasaan pengambilan keputusan

    dalam partai tersebut.

    Mengingat besarnya rintangan yang dihadapi perem-

    puan, maka untuk mengakhiri ketidaksetaraan gender

    dalam demokrasi tersebut diperlukan adanya campur

    tangan (intervensi) negara, melalui pengaturan Tindakan

    Khusus Sementara (TKS) dalam peraturan perundang-

    undangan. Pengaturan tentang TKS ini sejalan dengan

    amanat Pasal 28 H UUD1945 yang menyatakan, Setiap

    orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan

    khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang

    sama dalam mencapai persamaan dan keadilan.

    Pemberlakuan TKS ini juga merupakan pelaksanaan

    dari Pasal 4 dan Pasal 7 Konvensi Penghapusan SegalaBentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention

    on Elimination All Form Discrimination Against Women-

    CEDAW) yang telah disahkan sebagai hukum yang ber-

    laku di Indonesia melalui UU No 7 tahun 1984 tentang

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    23/104

    15Mengenali Demokrasi

    Pengesahan CEDAW. Juga merupakan pelaksanaan dari

    Beijing Declaration and Platform For Action (BPFA) dan

    Rekomendasi Umum PBB No 23 (Sidang ke 16, tahun

    1997).

    Pasal 4 CEDAW mengatur tentang Tindakan Khusus

    Sementara dan Pasal 7 CEDAW mengatur tentang kewa-

    jiban negara membuat peraturan untuk menghapus tindak

    diskriminasi dalam penikmatan hak politik perempuan. Se-

    dangkan BPFA memuat tentang tindakan-tindakan yang

    harus diambil oleh pemerintah, partai politik, masyarakat

    sipil dan Perserikatan Bangsa-bangsa.

    Tindakan Khusus Sementarayang diberlakukan di

    Indonesia adalah mewajibkan partai politik peserta pe-

    milu untuk memuat sekurang-kurangnya 30% perempuan

    dalam daftar bakal calon anggota dewan, sebagaimana

    diatur dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan

    Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Per-

    wakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No 7 ta-

    hun 2013. Peraturan khusus sementara ini ditujukan untuk

    mempercepat persamaan de facto antara laki-laki dan

    perempuan.

    Namun TKS tidak otomatis meningkatkan jumlah ke-

    terwakilan perempuan di DPR atau DPRD, sekalipun akan

    ada sekurang-kurangnya 30% perempuan dalam Daftar

    Calon Sementara (DCS) dan Daftar Calon Tentap (DCT).

    Karena ketentuan ini dibuat untuk mewujudkan persa-

    maan kesempatan bagi perempuan dan laki-laki untuk

    dipilih. Selanjutnya, terpilih tidaknya calon anggota de-

    wan tersebut, ditentukan pada kemampuan mereka dalam

    meyakinkan pemilih.

    Selain itu, terpilih tidaknya calon anggota dewan

    perempuan juga ditentukan oleh perubahan cara pandang

    pemilih, terhadap kepemimpinan politik perempuan. Oleh

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    24/104

    16 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    karenanya, perlu dilakukan pendidikan pemilih, yang men-

    dorong perubahan cara pandang pemilih, yang menyadar-

    kan pemilih bahwa laki-laki dan perempuan berhak dan

    layak menjadi pemimpin dan duduk dalam jabatan politik.

    Bahan Bacaan :

    Koalisi Perempuan Indonesia: Tindakan Khusus Se-

    mentara: Menjamin Keterwakilan Perempuan,

    2003

    Achie Sudiati Luhulima: Bahan Ajar Tentang Hak-

    Hak Perempuan, 2007

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    25/104

    17Mengenali Demokrasi

    3. Hubungan pemilu dan demokrasi?Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang bertumpu

    pada kedaulatan rakyat. Yaitu sistem pemerintahan yang

    mengakui peran senyatanya rakyat sebagai pemilik sah

    kekuasaan tertinggi dalam Negara, untuk menentukan

    pilihan-pilihan atau jalan yang hendak ditempuh untuk

    mencapai tujuan negara.

    Dalam demokrasi perwakilan, pemilu merupakan

    sarana untuk mengisi jabatan-jabatan dalam lembaga

    perwakilan, yang dibentuk untuk menjalankan demokrasi

    perwakilan tersebut. Di Indonesia, lembaga yang dibangun

    untuk melaksanakan demokrasi adalah Dewan Perwakilan

    Rakyat. Oleh karenanya pemilu yang diselenggarakan

    untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

    merupakan wujud dari pelaksanaan demokrasi, khususnya

    demokrasi perwakilan.

    Selain itu, pemilu merupakan wujud nyata dari

    pengakuan terhadap kedaulatan rakyat. Rakyat sebagai

    pemilik kedaulatan dapat secara langsung menentukan

    pilihan terhadap orang-orang yang dipercaya untuk

    mewakili kepentingannya. Mekanisme penyerahan

    kedaulatan rakyat melalui wakilnya adalah melalui

    mekanisme pemilu. Jadi, pemilu adalah salah satu sarana

    melaksanakan demokrasi

    Dalam demokrasi, dikenal adanya pilar-pilar demokra-

    si. Pilar demokrasi tersebut adalah : Eksekutif (kekuasaan

    pemerintah), Legislatif (Kekuasaan Legislasi), dan Yudika-

    tif (Kekuasaan Peradilan).

    Dalam kaitannya upaya menjamin tegaknya pilar-

    pilar demokrasi itu, pemilu memiliki peran utama untuk

    mewujudkan adanya lembaga eksekutif dan legislatif yang

    representatif (sesuai fungsinya sebagai wakil), punya le-

    gitimasinya (diterima dan diakui), akuntabel (menjalankan

    misi yang diemban dan dapat dipertanggung jawabkan)

    dan kredibel (dapat dipercaya).

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    26/104

    18 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Pemilu juga merupakan perwujudan dari pelaksanaan

    prinsip-prinsip demokrasi. Penyelenggaraan pemilu yang

    Luber Jurdil secara berkala, menjunjung tinggi supremasi

    hukum, mengakui persamaan kedudukan dan kesetaraan

    setiap warga negara tanpa ada diskriminasi, menghormati

    Hak Asasi Manusia (HAM), ada toleransi terhadap kebera-

    gaman dan perbedaan pandangan serta menyelesaikan

    setiap perbedaan secara damai, merupakan pelaksanaan

    dari prinsip-prinsip demokrasi.

    Pemilu juga menjadi jalan untuk mewujudkan ke-

    setaraan dan keadilan gender dalam demokrasi. Dalam

    pelaksanaan prinsip menjunjung tinggi supremasi hukum,

    menciptakan hukum yang melindungi laki-laki dan perem-

    puan berdasarkan persamaan hak antara laki-laki dan

    perempuan, adalah upaya mewujudkan keadilan gender.

    Di samping itu, pembuatan peraturan hukum Khusus Se-

    mentara yang ditujukan untuk mempercepat persamaan

    kesempatan dan perlakuan secara de facto (senya-tanya) antara laki-laki dan perempuan, seperti ketentuan

    yang mengatur, sekurang-kurangnya 30% dalam lembaga

    penyelenggara pemilu dan dalam daftar calon anggota,

    sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Pemilu

    dan Undang-Undang Penyelenggara Pemilu, adalah bukti

    nyata, bahwa pemilu dapat menjadi sarana untuk mewu-

    judkan demokrasi yang setara dan adil gender.

    Pemilu juga dapat menjadi bukti dari pengakuan,

    penghormatan, perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi

    Manusia, berdasarkan persamaan hak antara laki-laki dan

    perempuan. Pemilu di Indonesia menunjukkan adanya

    pengakuan yang sama terhadap Hak Politik Perempuan

    dan laki-laki. Terutama dalam bentuk pengakuan dan pe-

    menuhan hak Perempuan untuk memilih dan hak untuk

    dipilih.

    Tidak semua negara yang mengaku sebagai nega-

    ra demokrasi, menghormati dan memenuhi Hak Politik

    Perempuan, utamanya hak untuk memilih dan hak untuk

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    27/104

    19Mengenali Demokrasi

    dipilih. Masih ada negara yang melarang perempuan un-

    tuk memilih dalam pemilu.

    Oleh karena itu, penting bagi perempuan Indone-

    sia untuk memanfaatkan sebaik mungkin penghor-

    matan dan pemenuhan hak pilih bagi perempuan ini,

    yaitu dengan cara menggunakan hak pilihnya secara

    cerdas, untuk meningkatkan keterwakilan perempuan

    dalam politik, terutama keterwakilan dalam lembaga

    dewan perwakilan rakyat.

    Bahan Bacaan :

    Beijing Declaration and Platform for Action, 1995

    Vernon Bogdanor, David Butler, Democracy and

    Elections: Electoral Systems and Their Political

    Consequences, 1983

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    28/104

    20 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    4. Menjadikan Pemilu bermakna bagiDemokrasi?

    Pemilu memiliki dua aspek demokrasi sekaligus,

    yaitu aspek prosedural dan aspek substansial. Aspek

    prosedural akan turut menentukan tercapainya demokrasi

    substansial. Bila pemilu dilaksanakan secara baik dari sisi

    teknis dan administratif, pemilih yang cerdas dan seluruh

    pelaksanaannya bersih dan jujur, maka hal ini akan

    berdampak pada penerimaan terhadap hasil

    pemilu. Pemilu yang hasilnya diterimabaik oleh semua pihak, lembaga

    demokrasi hasil pemilu (eksekutif

    maupun legislatif) pun akan

    diakui legitimasinya. Lembaga

    yang memiliki legitimasi akan

    bekerja secara efektif untuk

    melahirkan kebijakan publik

    bagi peningkatan kesejahteraanmasyarakat, sehingga terwujudlah

    demokrasi yang substantif.

    Pemilu akan bermakna bagi demokrasi,

    bila prinsip-prinsip demokrasi diterapkan dalam pelak-

    sanaan pemilu. Prinsip-prinsip Demokrasi seperti, Par-

    tisipasi Semua Warga Negara, Kesetaraan, Toleransi

    dan Pengakuan terhadap Keberagaman, Transparansidan Akuntabilitas, Penerimaan Hasil Pemilu (Legitimasi

    Pemerintahan), Perlindungan dan Pemenuhan Hak Asasi

    Manusia (HAM), Supremasi Hukum

    Partisipasi Semua Warga Negara faktor penentu uta-

    ma keberhasilan pemilu. Pemilu sebagai sebuah Proses

    Politik ditentukan oleh keputusan politik pemilih. Keputu-

    san politik pemilih dalam menentukan pilihan partai atauanggota dewan akan menentukan arah politik dan pem-

    bangunan yang akan terjadi setelah pemilu. Demikian

    pula dengan keputusan politik pemilih, untuk menggu-

    Pemiluakan

    bermaknabagi demokrasi,

    bila prinsip-prinsip demokrasiditerapkan dalam

    pelaksanaanpemilu.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    29/104

    21Mengenali Demokrasi

    nakan atau tidak hak pilihnya akan berakibat pada tinggi

    atau rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pemilu.

    Kualitas partisipasi politik rakyat, juga menentukankualitas demokrasi. Artinya, rakyat yang berpartispasi ber-

    dasarkan kesadaran kritis, pengetahuan dan kemerdekaan

    rakyat dalam menggunakan hak politiknya, seperti: rakyat

    paham mengapa ada pemilu, mengerti pengaruh partisi-

    pasi rakyat terhadap pemilu tata pemerintahan ke depan,

    dan adanya informasi yang memadai untuk menentukan

    pilihan terhadap salah satu calon.

    Pemilu yang dilaksanakan dengan cara membangun

    kesadaran politik kritis rakyat serta pemenuhan hak atas

    informasi publik akan menjadikan Pemilu sebagai pelak-

    sanaan demokrasi prosedural sekaligus substantif.

    Sebaliknya Pemilu yang dilakukan sekedar

    memobilisasi rakyat untuk datang ke Tempat Pemungutan

    Suara (TPS), mencoblos partai atau nama calon, tanpamengetahui apa tujuan dan akibat dari pilihannya, berakibat

    pada rentannya rakyat sebagai pemilih mengalami

    pembodohan dan menjadi korban politik uang. Pemilu

    yang dilakukan dengan cara memobilisasi rakyat akan

    menjadikan Pemilu dilaksanakan sekedar sebagai ritual

    politik tanpa makna, dan tidak memberikan sumbangan

    pada penguatan demokrasi dalam suatu negara. Pemilu

    sekedar ritual politik adalah demokrasi manipulatif.

    Untuk itu, diperlukan pendidikan politik atau pendi-

    dikan kewarganegaraan dilakukan untuk meningkatkan

    pengetahuan rakyat tentang hak dan kewajiban mereka

    sebagai warga negara, sistem politik diberlakukan dan

    pengaruh pemenuhan hak dan kewajiban negara terha-

    dap sistem politik serta keberlanjutan negara dan bangsa.Peningkatan pengetahuan tersebut akan mendorong tum-

    buhnya kesadaran politik dan sikap kritis terhadap proses

    politik yang tengah berjalan.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    30/104

    22 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Kedaulatandi

    Tangan Rak

    yat

    JadikanPemi

    2014

    Pemiluyang

    DEMOKRATIS

    KOTAK

    SUARA

    Selama ini, perempuan menjadi kelompok yang

    terabaikan untuk menikmati pendidikan politik. Berbagai

    kegiatan pendidikan politik yang diselenggarakan oleh

    lembaga penyelenggara pemilu maupun lembaga-

    lembaga lain, tidak secara khusus memberikan

    perhatian untuk penyelenggaraan pendidikan politik bagi

    perempuan. Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya

    pengetahuan perempuan terhadap politik, khususnya

    tentang ketatanegaraan, kewarganegaraan, demokrasi

    dan pemilihan umum. Rendahnya pengetahuan

    perempuan akan berakibat pada kerentanan perempuanterhadap berbagai bentuk praktek politik kotor.

    Adanya kesetaraan dalam pemilu akan menjadikan

    pemilu bermakna bagi demokrasi. Kesetaraan dalam pe-

    milu, yang memposisikan semua pemilik hak pilih dihargai

    sama, memiliki kesempatan yang sama, dan tidak ada pi-

    hak yang dibeda-bedakan atau didiskriminasi. Perlakuan

    khusus bagi pemilih yang mengalami rintangan, sepertipemilih yang lanjut usia, sakit atau penyandang disabili-

    tas, juga mereka yang tinggal di dalam hutan atau di pe-

    gunungan yang terpencil, tidak boleh dianggap sebagai

    tindakan memberikan keistimewaan yang mengurangi

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    31/104

    23Mengenali Demokrasi

    makna kesetaraan bagi semua pemilih. Karena perlakuan

    khusus bagi pemilih yang mengalami rintangan ini adalah

    bagian dari upaya untuk memberikan kesempatan yang

    sama.

    Kesetaraan dalam pemilu juga harus dimaknai

    dengan upaya memberikan kesetaraan kesempatan

    bagi perempuan untuk menduduki jabatan politik dan

    pengambilan keputusan.

    Ada atau tidaknya sikap dan tindakan toleransi dan

    pengakuan terhadap keberagaman dari semua pihak yangterlibat dalam pemilu, akan berpengaruh pada kualitas dari

    pelaksanaan demokrasi. Sikap dan tindakan toleransi dan

    pengakuan terhadap keberagaman yaitu penyelenggara-

    an pemilu yang mengakui dan melindungi hak-hak kaum

    minoritas. Semua pihak juga mengakui adanya keberaga-

    man dan menerima perbedaan sebagai suatu keindahan.

    Di samping itu, semua pihak yang terlibat dalam pemilu

    dapat bersikap dewasa dan mengatasi berbagai bentuk

    perselisihan atau konik secara damai.

    Pemilu yang melaksanakan prinsip-prinsip transpa-

    ransi dan akuntabilitas akan menjadi tolak ukur bagaima-

    na pemilu bermakna bagi demokrasi. Prinsip akuntabilitas

    artinya segala tindakan dan keputusan yang dibuat

    oleh pejabat harus dapat dipertanggung jawabkan

    di hadapan rakyat. Sedangkan transparansi arti-

    nya penyelenggara pemilu, peserta pemilu dan

    semua lembaga yang memiliki kaitan dengan

    pemilu membuka segala informasi dan dokumen

    publik, seperti peraturan, surat keputusan, doku-

    men perencanaan dan penganggaran, do-

    kumen pertanggungjawaban, visi, misi dan

    platform partai, pendanaan dan lain-lain. Di-samping itu, penyelenggara dan peserta pe-

    milu harus memenuhi berkewajiban memberi-

    kan penjelasan kepada pers dan rakyat tentang

    hal-hal yang dipertanyakannya. Demokrasi

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    32/104

    24 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    hanya akan berjalan dengan baik bila hak atas informasi

    publik dipenuhi.

    Di samping itu, taat kepada asas-asas pemilu, meru-pakan faktor yang ikut menentukan kualitas dari pelaksa-

    naan demokrasi. Karena di dalam asas-asas pemilu yaitu

    langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil, ter-

    kandung makna, jaminan kebebasan bagi pemilih untuk

    menentukan pilihannya, dan kewajiban penyelenggaraan

    pemilu yang bersih dari praktek-praktek tidak terpuji dan

    praktek-praktek melawan hukum, seperti curang, korupsi

    dan kekerasan.

    Selain pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi dan

    ketaatan kepada asas-asas dalam pemilu, menjadi tang-

    gung jawab semua pihak untuk mewujudkan penyeleng-

    garaan pemilu yang demokratis.

    Penyelenggaraan pemilu yang demokratis, memiliki

    beberapa persyaratan:

    1. Harus bersifat kompetitif, artinya peserta pemilu

    baik partai politik maupun calon perseorangan ha-

    rus bebas dan otonom, memperoleh hak hak politik

    yang sama yang dijamin oleh undang undang (UU)

    sehingga dapat bersaing secara adil.

    2. Diselenggarakan secara berkala.Artinya pemilihanharus diselenggarakan secara teratur dengan jarak

    waktu yang jelas.

    3. Harus inklusif.Artinya Tidak ada satu kelompok pun

    yang ditinggalkan atau didiskriminasi oleh proses

    maupun hasil pemilu. Semua kelompok masyarakat

    harus memiliki peluang yang sama untuk menggu-

    nakan haknya dalam pemilu.

    4. Bebas menentukan pil ihan,artinya pemilih memi-

    liki hak penuh untuk mempertimbangkan dan mendis-

    kusikan alternatif pilihannya dalam suasana yang be-

    bas, informasi yang cukup, tidak dibawah tekanan.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    33/104

    25Mengenali Demokrasi

    5. Penyelenggara Pemilu yang independen dan ti-

    dak memihak.Artinya penyelenggara pemilu melak-

    sanakan tugas dan kewenangannya sesuai ketentuan

    undang-undang dan tidak bekerja di bawah pengaruh

    atau tekanan pihak lain, serta tidak memberikan per-

    lakuan istimewa terhadap salah satu pihak peserta

    pemilu.

    6. Bebas dari Penyalahgunaan Kekuasaan artinya

    penyelenggara pemilu, peserta pemilu dan pemilih

    tidak melakukan penyalahgunaan kekuasaan.

    Jadi, pemilu akan bermakna bagi demokrasi bila

    semua pemangku kepentingan dalam pemilu melak-

    sanakan prinsip-prinsip demokrasi dan taat pada

    asas-asas pemilu, secara bersama-sama mewujud-

    kan penyelenggaraan pemilu secara demokratis.

    Bahan Bacaan :

    Vernon Bogdanor, David Butler, Democracy and Elec-

    tions: Electoral Systems and Their Political Con-

    sequences, 1983

    Vicky Randall, Gender and Democracy, Brieng Pa-

    per. 2011

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    34/104

    26 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    5. Bagaimana pemilu dilaksanakan?

    1. Siklus PemiluPemilu untuk pemilihan anggota dewan perwakilan rakyatdan pemilu untuk pemilihan presiden diselenggarakan

    secara berkala setiap lima tahunsekali.

    2. Jenis jenis Pemilu

    Dilihat dari penyelenggaraannya, dua jenis pemilu diIndonesia, yaitu pemilu yang diselenggarakan secara

    serentak dalam skala nasional dan pemilu yang serentak

    dalam skala daerah yang dikelola oleh Lembaga

    Penyelenggara yang dibentuk oleh Undang-undang

    Pemilu yang diselenggarakan secara serentak setiap

    lima (5) tahun sekali dalam skala nasional adalah :

    1. Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

    Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

    dan Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

    Daerah (DPRD)

    2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

    Pemilu yang diselenggarakan secara serentak setiap

    lima (5) tahun sekali dalam skala daerah , yaitu :

    1. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Kepala

    Daerah, di tingkat Provinsi.

    2. Pemilihan Bupati dan wakil Bupati atau Walikota dan

    Wakil Walikota, Kepala Daerah, di tingkat Kabupaten/

    Kota.

    Di samping itu, masih ada pemilu dalam skala lebih

    kecil dan diselenggarakan oleh lembaga yang dibentuk

    oleh lingkungan itu sendiri, misalnya, seperti pemilihan

    Kepala Desa dan Pemilihan Badan Perwakilan/Permusya-

    waratan Desa.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    35/104

    27Mengenali Demokrasi

    3. Asas PemiluAsas Pemilu adalah Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,

    Jujur dan Adil (LUBER JURDIL).

    Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan

    suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan.

    Umumberarti pemilihan umum diikuti seluruh warga

    negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara,

    tanpa terkecuali dan tidak boleh ada diskriminasi.

    Bebas berarti pemilih dijamin dapat menentukan

    pilihan dan memberikan suaranya, berdasarkan pertimba-

    ngannya sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

    Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih

    bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

    Jujurmengandung arti bahwa pemilihan umum harus

    dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikanbahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat

    memilih sesuai dengan kehendaknya, setiap suara

    pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan

    wakil rakyat yang akan terpilih. Semua pihak yang terkait

    dengan pelaksanaan Pemilu: pemerintah, penyelenggara

    pemilu, peserta pemilu, pemantau pemilu dan pemilih

    harus bersikap dan bertindak jujur dan sesuai peraturanperundangan.

    Adiladalah perlakuan yang sama terhadap peserta

    pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun

    diskriminasi terhadap peserta atau pemilih pemilu.

    Asas jujur dan adilmengikat tidak hanya kepada pe-

    milih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara

    pemilu.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    36/104

    28 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    4. PemilihPemilih adalah setiap

    Warga Negara Indonesia(WNI), yang telah genap be-

    rumur 17 (tujuh belas) tahun

    atau lebih atau sudah/pernah

    kawin.

    Artinya, setiap Warga

    Negara Indonesia, laki-laki

    maupun perempuan tanpamemandang kondisi tubuh,

    status sosial maupun ekonomi,

    agama ataupun kepercayaan-

    nya dan apapun keyakinan

    politiknya, sepanjang telah

    genap berusia 17 tahun, maka

    yang bersangkutan berhak

    menjadi pemilih dalam pemilu.

    Warga Negara Indonesia yang belum genap berusia

    17 tahun, sudah menikah atau sudah pernah menikah,

    yang bersangkutan berhak menjadi pemilih dalam pemilu.

    5. Penyelenggara PemiluLembaga Penyelenggara Pemilu berdasarkan Un-

    dang-undang No 15 tahun 2011tentang Penyelenggara

    Pemilihan Umum , adalah :

    a. Komisi Pemilihan Umum (KPU),

    b. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

    c. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)

    Syarat Pemilih:

    WNI

    17,

    17+berusia 17 th

    atau lebih

    sudah nikah atau

    pernah nikah terdaftar sebagaipemilih

    DPT(Daftar Pemilih Tetap)

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    37/104

    29Mengenali Demokrasi

    Komisi Pemil ihan Umum (KPU)

    Komisi Pemilihan Umum (KPU), adalah lembaga

    Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, danmandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu.

    Komisi Pemilihan Umum Provinsi (KPU Provinsi),

    adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melak-

    sanakan Pemilu di provinsi.

    Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (KPU Ka-

    bupaten/Kota) adalah Penyelenggara Pemilu yang bertu-gas melaksanakan Pemilu di kabupaten/kota

    KOMISI

    UMUM

    P

    E

    MI

    LIH A N

    KPUKomisi Pemilihan Umum

    Struktur Komisi Pemilihan Umum bersifat hierarkis

    yaitu

    Komisi Pemilihan Umum ((KPU)

    Komisi Pemilihan Umum Provinsi (KPU Provinsi)

    Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (KPU Kab/

    Kota)

    Pelaksana Pemilu di lapangan adalah :

    Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah pani-tia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk

    melaksanakan Pemilu di tingkat kecamatan atau

    nama lain.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    38/104

    30 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah panitia yang

    dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk melak-

    sanakan Pemilu di tingkat desa atau nama lain/kelu-

    rahan

    Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, selan-

    jutnya disingkat KPPS, adalah kelompok yang diben-

    tuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan suara

    di tempat pemungutan suara. Tempat Pemungutan

    Suara (TPS) adalah tempat dilaksanakannya pemun-

    gutan suara.

    Panitia Pemilihan Luar Negeri, selanjutnya disingkat

    PPLN, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU untuk

    melaksanakan Pemilu di luar negeri

    Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar

    Negeri (KPPSLN) adalah kelompok yang dibentuk

    oleh PPLN untuk melaksanakan pemungutan suara

    di tempat pemungutan suara luar negeri.

    Jumlah anggota KPU sebanyak 7 (tujuh) orang, KPU

    Provinsi sebanyak 5 (lima) orang; dan KPU Kabupaten/

    Kota sebanyak 5 (lima) orang.

    Keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabu-

    paten/Kota terdiri atas seorang ketua merangkap anggota

    dan anggota. Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, danKPU Kabupaten/Kota mempunyai hak suara yang sama.

    Komposisi keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU

    Kabupaten/Kota memperhatikan keterwakilan perempuan

    sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen).

    Masa keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Ka-

    bupaten/Kota 5 (lima) tahun terhitung sejak pengucapansumpah/janji.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    39/104

    31Mengenali Demokrasi

    Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

    Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

    adalah Lembaga PenyelenggaraPemilu yang bertugas mengawasi

    penyelenggaraan Pemilu di

    seluruh wilayah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    Badan Pengawas Pemilu

    Provinsi (Bawaslu Provinsi) , adalah

    badan yang dibentuk oleh Bawasluyang bertugas mengawasi penyeleng-

    garaan Pemilu di wilayah provinsi.

    Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota (Panwaslu

    Kabupaten/Kota) adalah panitia yang dibentuk oleh Ba-

    waslu Provinsi yang bertugas mengawasi penyelengga-

    raan Pemilu di wilayah kabupaten/kota

    Strukur Badan Pengawas Pemilu, adalah :

    1) Bawaslu berkedudukan di ibu kota negara.

    2) Bawaslu Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi.

    3) Panwaslu Kabupaten/Kota berkedudukan di ibu kota

    kabupaten/kota.

    Pengawas Pemilu di lapangan adalah :

    Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwaslu

    Kecamatan), adalah panitia yang dibentuk oleh

    Panwaslu Kabupaten/Kota yang bertugas mengawasi

    penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan ataunama lain.

    Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang

    dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    40/104

    32 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa atau

    nama lain/kelurahan.

    Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yangdibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi pe-

    nyelenggaraan Pemilu di luar negeri.

    Keanggotaan Lembaga Pengawas Pemilu

    Jumlah anggota Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang,

    anggota Bawaslu Provinsi sebanyak 3 (tiga) orang dan

    anggota Panwaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga)orang, anggota Panwaslu Kecamatan sebanyak 3 (tiga)

    orang. Jumlah anggota Pengawas Pemilu Lapangan di se-

    tiap desa atau nama lain/kelurahan paling sedikit 1 (satu)

    orang dan paling banyak 5 (lima) orang yang disesuaikan

    dengan kondisi geogras dan sebaran TPS.

    Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/

    Kota, dan Panwaslu Kecamatan terdiri atas seorang ketuamerangkap anggota dan anggota. Ketua Bawaslu dipilih

    dari dan oleh anggota Bawaslu. Ketua Bawaslu Provinsi,

    ketua Panwaslu Kabupaten/Kota, dan ketua Panwaslu

    Kecamatan dipilih dari dan oleh anggota.

    Komposisi keanggotaan Bawaslu, Bawaslu Provinsi,

    dan Panwaslu Kabupaten/Kota memperhatikan keter-

    wakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluhpersen).

    Masa keanggotaan Bawaslu dan Bawaslu Provinsi

    adalah 5 (lima) tahun terhitung sejak pengucapan sumpah/

    janji. Sedangkan lembaga pengawas pemilu di tingkat

    kabupaten/kota dan di lapangan bersifat ad hoc.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    41/104

    33Mengenali Demokrasi

    Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)

    Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)

    adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggarankode etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu

    kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu

    DKPP bersifat tetap dan berkedudukan di ibu kota

    negara.

    DKPP dibentuk un-

    tuk memeriksa dan me-mutuskan pengaduan

    dan/atau laporan adanya

    dugaan pelanggaran

    kode etik yang dilakukan

    oleh anggota KPU, ang-

    gota KPU Provinsi, ang-

    gota KPU Kabupaten/

    Kota, anggota PPK, ang-gota PPS, anggota PPLN,

    anggota KPPS, anggota KPPSLN, anggota Bawaslu, ang-

    gota Bawaslu Provinsi dan anggota Panwaslu Kabupaten/

    Kota, anggota Panwaslu Kecamatan, anggota Pengawas

    Pemilu Lapangan dan anggota Pengawas Pemilu Luar

    Negeri.

    DKPP dibentuk paling lama 2 (dua) bulan sejak ang-gota KPU dan anggota Bawaslu mengucapkan sumpah/

    janji. Masa tugas keanggotaan DKPP adalah 5 (lima) ta-

    hun dan berakhir pada saat dilantiknya anggota DKPP

    yang baru. Pembentukan DKPP ditetapkan dengan Kepu-

    tusan Presiden.

    DKPP) terdiri dari:

    a. 1 (satu) orang unsur KPU;

    b. 1 (satu) orang unsur Bawaslu;

    DKP

    P

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    42/104

    34 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    c. 1 (satu) orang utusan masing-masing partai politik

    yang ada di DPR;

    d. 1 (satu) orang utusan Pemerintah;

    e. 4 (empat) orang tokoh masyarakat

    6. Peserta PemiluBerdasarkan UU no 8 tahun 2012, Peserta Pemilu

    anggota Dewan Perwakilan Rakyat adalah:

    Partai politik untuk Pemilu anggota DPR, DPRD

    provinsi, dan DPRD kabupaten/kota

    Perseorangan untuk Pemilu anggota DPD

    Syarat Partai Politik Peserta Pemilu anggota DPR,DPRD adalah :

    a. Berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Un-

    dang tentang Partai Politik;

    b. Memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;

    c. Memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima pers-en) jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersang-

    kutan;

    d. Memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen)

    jumlah kecamatan di kabupaten/kota yang bersang-

    kutan;

    e. Menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh

    persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan

    partai politik tingkat pusat

    f. Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu)

    orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Pen-

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    43/104

    35Mengenali Demokrasi

    duduk pada kepengurusan partai politik sebagaimana

    dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan kepe-

    milikan kartu tanda anggota;

    g. Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada

    tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai

    tahapan terakhir Pemilu;

    h. Mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar par-

    tai politik kepada KPU;

    i. Menyerahkan nomor rekening dana kampanye Pe-milu atas nama partai politik kepada KPU.

    Selain itu, ada syarat khusus bagi Pemilu di Aceh,

    sesuai dengan Undang-undang Pemerintahan di Aceh.

    Aceh merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang

    memiliki partai lokal, karena ketentuan undang-undang.Syarat Perseorangan bagi Peserta Pemilu DPD

    a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua

    puluh satu) tahun atau lebih;

    b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

    c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Re-publik Indonesia;

    d. cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam ba-

    hasa Indonesia;

    e. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menen-

    gah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah keju-

    ruan, madrasah aliyah kejuruan, atau pendidikan lain

    yang sederajat;

    f. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Un-

    dang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Ta-

    hun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    44/104

    36 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan pu-

    tusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

    hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang

    diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau

    lebih;

    h. sehat jasmani dan rohani;

    i. terdaftar sebagai Pemilih;

    j. bersedia bekerja penuh waktu;

    k. mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil ke-

    pala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara

    Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Re-

    publik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas

    dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/

    atau badan usaha milik daerah, atau badan lain yang

    anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang

    dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidakdapat ditarik kembali;

    l. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan pub-

    lik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta

    tanah (PPAT), dan/atau tidak melakukan pekerjaan

    penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan

    keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat

    menimbulkan konik kepentingan dengan tugas, we-wenang, dan hak sebagai anggota DPD sesuai den-

    gan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    m. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pe-

    jabat negara lainnya, direksi, komisaris, dewan pe-

    ngawas dan karyawan pada badan usaha milik neg-

    ara dan/atau badan usaha milik daerah serta badan

    lain yang anggarannya bersumber dari keuangannegara.

    n. mencalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan;

    o. mencalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan;

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    45/104

    37Mengenali Demokrasi

    p. mendapat dukungan minimal dari Pemilih di daerah

    pemilihan yang bersangkutan

    Partai Politik Peserta Pemilu 2014, BerdasarkanKeputusan KPU adalah :

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    46/104

    38 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Partai Nasional

    Catatan: Tanda * menandakan partai yang memiliki kursi di DPR hasil pemilu

    sebelumnya.

    Partai lokal di Aceh

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    47/104

    39Mengenali Demokrasi

    6. Tahapan Pelaksanaan PemiluTahapan Pelaksanaan Pemilu adalah :

    1. Perencanaan program dan anggaran, serta penyu-

    sunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan Pe-

    milu;

    2. Pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar

    Pemilih;

    3. Pendaftaran dan verikasi Peserta Pemilu;

    4. Penetapan Peserta Pemilu;

    5. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pe-

    milihan;

    6. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan

    DPRD kabupaten/kota;

    7. Masa Kampanye Pemilu;

    8. Masa Tenang;

    9. Pemungutan dan penghitungan suara;

    10. Penetapan hasil Pemilu;

    11. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRDprovinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

    Bahan Bacaan :

    Undang-undang No. 15 Tahun 2011 Tentang

    Penyelenggara Pemilihan Umum.

    Undang-undang No. 8 Tahun 2012 Tentang

    Pemilihan Umum Anggota Dewan PerwakilanRakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan

    Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    48/104

    40 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Perencanaan

    & Peraturan

    Pemutakhiran

    Data pemilih

    Penetapan

    peserta pemilu

    Penetapan

    kursi & Dapil

    Pencalonan

    anggota Dewan

    MASA TENANG

    PENETAPANHASILPEMILU

    PENGUCAPANSUMPAH

    Pendaftaran,

    verikasi

    peserta pemilu

    KAMPANYE

    PENCOBLOSAN9 APRIL

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    49/104

    Masalah-Masalah

    dalam

    PemiluBab 2

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    50/104

    42 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    1. Perempuan, Pemilu dan Korupsia. Pengertian dan Titik Rawan Korupsi

    Semua pihak sadar bahwa pemilu yang bersih

    akan menentukan legitimasi pemerintahan. Namun

    kenyataannya, sejumlah pihak yang terlibat dalam

    pelaksanaan pemilu tetap melakukan praktek korupsi,

    demi memenangkan pemilu

    Denisi atau pengertian tentang Korupsi tidak tunggal,

    artinya : tidak ada satu pengertian yang dapat mencakupsemua bentuk tindak korupsi. Dalam Undang-undang No

    31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

    Korupsidan Undang-undang No 20 tahun 2001 Tentang

    Perubahan Atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999

    Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada

    lebih dari 30 bentuk tindak pidana Korupsi, yang dapat

    dikelompokkan menjadi: 1) Penyalahgunaan kewenan-

    gan, kesempatan atau sarana yang dapat merugikankeuangan negara atau perekonomian negara, 2) Tin-

    dakan melawan hukum untuk

    memperkaya diri sendiri atau

    orang lain atau suatu kor-

    porasi yang dapat meru-

    gikan keuangan negara

    atau perekonomian

    Negara, 3) Pemalsuan

    data atau laporan peja-

    bat/petugas, yang mem-

    buat laporan palsu untuk

    keuntungan dirinya atau

    orang lain 4) Penghilan-

    gan alat bukti pejabat/petu-

    gas yang sengaja melakukanatau mengakibatkan hilangnya alat

    bukti, 5) Suap yaitu memberi atau menjanjikan sesua-

    tu barang, uang atau fasilitas untuk berbuat sesuatu, 6)

    Penggelembungan dana atau datamemperoleh keun-

    Rp

    Ka

    ta

    kan

    Tid

    ak Pada

    Po

    litik

    Uan

    g

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    51/104

    43Mengenali Demokrasi

    tungan untuk dirinya atau orang lain, 7) Pemerasan, pe-

    jabat/petugas yang meminta sejumlah uang atau barang,

    fasilitas atau meminta orang melakukan sesuatu secara

    paksa, 8) Pungutan liar, pejabat atau petugas yang me-

    minta sejumlah uang atau barang di luar ketentuan per-

    aturan, 9) Perbuatan Curang , 10)benturan kepentingan

    dalam pengadaan, 11)Gratikasi atau hadiah.

    Namun, selain pengertian korupsi di dalam undang-

    undang, ada praktek-praktek korupsi yang terjadi secara

    sosial atau budaya, seperti misalnya pemberian upeti,

    uang lelah dan lain-lain .

    Perempuan merupakan kelompok

    yang paling rentan menjadi korban

    atau terlibat dalam praktek korupsi.

    Kerentanan terhadap praktek ko-

    rupsi dalam pemilu ini dialami oleh

    perempuan, karena 1) kurangnya

    informasi dan pemahaman hu-

    kum, 2) kurangnya kemampuan

    untuk mencegah dan menga-

    mankan dirinya agar tidak menjadi

    korban dari praktek korupsi, 3) kare-

    na relasi kuasa yang tidak setara dalam

    pengambilan keputusan di ruang publik,

    dan 4) karena ketimpangan relasi gender.

    Kurangnya informasi dan pemahaman hukum, men-

    gakibatkan pemilih perempuan, mudah menerima uang

    dan barang, atau janji-janji hadiah agar memilih peser-

    ta pemilu atau calon anggota dewan tertentu. Pemilih

    perempuan, juga seringkali terpaksa menerima barang

    atau uang, karena ditekan oleh orang-orang terdekat

    yang memiliki posisi lebih tinggi dalam keluarganya, agarmenerima pemberian tersebut.

    Praktek-praktek korup yang merupakan eksploitasi

    atau pemanfaatan terhadap rendahnya pengetahuan

    Defnisiatau

    Pengertiantentang Korupsitidak tunggal,

    artinya: tidak ada satupengertian yang dapat

    mencakup semuabentuk tindak

    korupsi.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    52/104

    44 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    POLITIK UANG

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    53/104

    45Mengenali Demokrasi

    perempuan, biasanya dilakukan dalam bentuk pembe-

    rian uang atau barang atau fasilitas tertentu kepada pe-

    nyuluh pemilu untuk mengarahkan penyuluhannya pada

    pemenangan calon tertentu.

    Calon anggota dewan perempuan, rentan menjadi

    korban dari praktek korupsi, terutama kehilangan jum-

    lah perolehan suara. Kasus ini sangat sering terjadi,

    karena perempuan tidak memiki saksi untuk menga-

    wal suaranya sampai pada tahap penghitungan akhir.

    Biasanya, hal ini d isebabkan karena perempuan tidak

    mampu menyediakan dana untuk membayar orang

    untuk menjadi saksi dalam pemungutan suara dan

    penghitungan suara pemilu. Ini artinya, perempuan

    kurang memilik i kemampuan untuk mencegah dan

    mengamankan dir inya agar tidak menjadi korban dari

    praktek korupsi.

    Eksploitasi atau pemanfaatan terhadap relasi kuasa

    yang tidak seimbang yang mengakibatkan perempuan

    menjadi korban dari praktek-praktek korup, misalnya

    calon anggota legislatif perempuan yang harus membayar

    sejumlah uang, barang atau fasilitas kepada pihak yang

    memiliki posisi pengambilan keputusan dalam partai, un-

    tuk mendapat urutan atau daerah pemilihan (dapil) terten-

    tu. Praktek pemberian uang atau barang atau fasilitas oleh

    calon anggota legislatif kepada penguasa partai ini tidaktergolong sebagai tindak pidana korupsi, menurut hukum.

    Namun praktek semacam ini akan berpotensi menimbul-

    kan tindak kejahatan korupsi anggota legislatif perem-

    puan, karena yang bersangkutan harus mengembalikan

    modal /biaya yang telah dikeluarkan.

    Contoh yang juga sering terjadi adalah, pemberian

    imbalan atau jaminan keamanan kerja kepada buruhperempuan untuk memberikan suaranya kepada partai

    atau calon tertentu. Suara buruh perempuan dimobilisasi

    oleh majikan atau atasan atau pemimpin serikat buruh un-

    tuk tujuan pemenangan pemilu. Majikan atau atasan atau

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    54/104

    46 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    ketua serikat buruh tersebut melakukan mobilisasi suara

    buruh perempuan dengan memanfaatkan relasi yang tidak

    seimbang diantara mereka. Tindakan memo-

    bilisasi buruh perempuan ini,

    biasanya dilatarbelakangi

    oleh adanya transaksi eko-

    nomi atau politik antara

    majikan, atau atasan atau

    ketua serikat buruh tersebut

    dengan peserta pemilu.

    Senada dengan hal

    tersebut di atas, dapat

    juga terjadi pada kelom-

    pok petani perempuan,

    atau gabungan kelompok

    petani perempuan (gapok-

    tan) yang dimobilisasi suara-

    nya oleh pimpinan kelompoktani, dengan imbalan benih,

    pupuk atau pestisida untuk

    memenangkan orang atau partai tertentu.

    Sedangkan bentuk bentuk praktek korup yang meru-

    pakan eksploitasi atau pemanfaatan terhadap kemiskinan

    perempuan, sering terjadi dalam bentuk pemberian uang

    atau barang kepada pemilih perempuan agar memilihcalon tertentu. Banyak pihak memandang bahwa kelom-

    pok perempuan miskin adalah target pemilih yang akan

    sangat mudah dipengaruhi dengan pemberian barang

    atau uang. Akibatnya, tak jarang satu komunitas perem-

    puan miskin menerima pembagian uang atau barang dari

    beberapa partai politik.

    Namun sesungguhnya, sebagian dari kelompokmiskin perempuan sudah sangat cerdas menanggapi

    perilaku partai-partai politik ini. Sebagian dari kelompok

    miskin, menolak pemberian partai-partai politik terse-

    but. Namun sebagian lagi, menerima semua pemberian

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    55/104

    47Mengenali Demokrasi

    dari berbagai partai politik, namun mereka memutuskan

    bebas menentukan pilihannya. Tetapi praktek menerima

    semua pemberian dari berbagai partai politik ini, kini mu-

    lai berkurang, karena perempuan miskin, mulai menyadari

    bahwa tindakan itu, akan dapat melahirkan koruptor.

    Praktek korup lain yang sering terjadi adalah pe-

    manfaatan ketimpangan relasi gender untuk memenang-

    kan calon tertentu. Biasanya dilakukan dalam bentuk: Tim

    sukses calon atau pejabat atau juga tokoh masyarakat

    menggalang kepala keluarga (suami atau ayah) untuk

    mempengaruhi isteri, anak dan orang-orang dalam rumah

    tangganya. Tindakan ini dilakukan dengan memberikan

    imbalan tertentu atau janji akan memberikan sesuatu ke-

    pada kepala keluarga tersebut.

    Masih banyak contoh lain yang dapat kita gali ber-

    dasarkan pengalaman kita masing-masing. Intinya, bahwa

    perempuan rentan menjadi korban dari praktek korupsi,

    baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Perempuan menjadi korban langsung dalam proses

    dan tahapan korupsi, dalam bentuk: 1) mengalami

    pemerasan, 2) Kehilangan suara, data atau dokumen alat

    bukti untuk kemenangannya, 3) kehilangan kebebasan

    menentukan pilihan karena telah menerima suap dan

    4) kehilangan kebebasan menentukan pilihan karena

    mengalami tekanan dari pihak yang memiliki kekuasaan

    terhadap dirinya, baik di tempat umum (ruang publik) atau

    dalam rumah tangga (ruang domestik).

    Perempuan juga dapat menjadi pelaku tindak kejahat-

    an korupsi, bila mereka melakukan politik uang terhadap

    pemilihnya, atau memberikan suap kepada pejabat/petu-

    gas dalam pemilu. Namun hal ini tidak sejalan dengan tu-juan dari cita-cita dan perjuangan gerakan perempuan un-

    tuk meningkatkan peran politik perempuan. Karena salah

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    56/104

    48 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    satu tujuan meningkatkan keterwakilan perempuan dalam

    politik adalah untuk menghapuskan korupsi. Diharapkan

    dengan meningkatnya keterwakilan perempuan dalam

    politik, maka sistem dan aktor politik menjadi lebih bersih.

    Dalam Kontek Demokratisasi, Korupsi dalam Pemilu

    bukan saja merupakan kejahatan atau tindak pidana bi-

    asa, seperti tindak pidana pencurian barang atau keja-

    hatan terhadap orang yang korbannya adalah individu.

    Korupsi Pemilu merupakan kejahatan yang berdampak

    luas pada sistem politik dan pemerintahan. Karena prak-

    tek korupsi dalam pemilu akan berakibat hancurnya inte-

    gritas peserta, pemilih dan penyelenggara pemilu. Bahkan

    dalam tahap penyelesaian sengketa pemilu melalui jalur

    hukum, praktek korupsi akan menghancurkan integritas

    hakim dan lembaga penegak hukum.

    Untuk itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk

    mencegah adanya praktek korupsi dalam pemilu, yaitu:

    1) Perempuan harus paham bahwa praktek-praktek

    korupsi dalam pemilu akan berakibat pada lahirnya

    pemerintahan yang korup

    2) Calon anggota Legislatif perempuan harus memiliki

    komitmen untuk menjalankan praktek politik yang

    bersih

    3) Pemilih Perempuan harus memahami, mempraktek-

    kan untuk dirinya sendiri dan mendorong semua pi-

    hak untuk melaksanakan asas-asas pemilu adalah

    LUBER. Tidak boleh ada pihak yang mewakili suara

    kita. Saat kita ada di bilik suara, tidak seorangpun

    dapat melihat, maka saat itulah kita bebas menentu-

    kan pilihan kita berdasarkan hati dan akal sehat kita.

    4) Perempuan, organisasi perempuan menggalang atau

    mengorganisir diri untuk menyuarakan agar semua

    pemilih, menjadi pemilih yang cerdas dan bersih.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    57/104

    49Mengenali Demokrasi

    Bahan Bacaan :

    Bahan bacaan : Memahami Untuk Membasmi-KPK,

    September 2006

    5) Mendorong pemerintah, KPU, Bawaslu, LSM agar

    memasukkan materi tentang anti korupsi dalam pen-

    didikan pemilih, untuk mencegah agar pemilih perem-

    puan tidak menjadi korban praktek korupsi.

    6) Mendorong partai politik untuk memiliki komitmen

    yang kuat dalam menolak, mencegah dan menghen-

    tikan semua bentuk praktek korupsi

    7) Mendorong penegakkan hukum dalam semua ben-

    tuk tindak pidana korupsi

    8) Bekerja sama dengan media/jurnalis untuk melak-

    sanakan fungsi pendidikan massa dan kontrol sosial.

    Korupsi dapat dicegah dan tidak perlu terjadi, bila

    kita semua peduli dan berperan aktif untuk mence-

    gahnya

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    58/104

    50 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    2. Kekerasan Terhadap PerempuanKekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan

    hukum, dengan atau tanpa menggunakan sarana terhadap

    sik dan psikis yang menimbulkan bahaya bagi nyawa,

    badan, atau menimbulkan terampasnya kemerdekaan

    seseorang.

    Sedangkan , ancaman kekerasan adalah setiap per-

    buatan melawan hukum berupa ucapan, tulisan, gam-

    bar, simbol, atau gerakan tubuh, baik dengan atau tanpa

    menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut atau

    mengekang kebebasan hakiki seseorang.

    KEKERASAN

    Pengertian tentang kekerasan dan ancaman ke-kerasan ini terdapat dalam UU No. 21 Tahun 2007 Ten-

    tang Tindak Pidana Perdagangan Orang. Undang-undang

    tersebut sesuai dengan Rekomendasi Umum PBB No. 19

    tentang Kekerasan terhadap Perempuan.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    59/104

    51Mengenali Demokrasi

    Kekerasan merupakan salah satu bentuk pelang-

    garan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, yaitu prinsip

    toleran terhadap perbedaan, prinsip mengakui adanya

    keberagaman dan prinsip menyelesaikan masalah secara

    damai. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat

    yang memiliki toleransi terhadap berbagai bentuk perbe-

    daan, saling menghargai pilihan pihak lain dan mengakui

    adanya keberagaman dan dapat menyelesaikan berba-

    gai bentuk sengketa secara damai.

    Kekerasan dan ancaman kekerasan yang langsung

    ditujukan kepada perempuan maupun yang tidak lang-

    sung ditujukan kepada perempuan, selalu mengakibatkan

    dan menempatkan perempuan dan anak sebagai korban.

    Kekerasan yang langsung ditujukan kepada perem-

    puan, mengakibatkan perempuan mengalami penderi-

    taan secara sik dan mental serta diliputi rasa takut dan

    kehilangan rasa aman. Kekerasan terhadap perempuan

    sekaligus merupakan penghancuran harga diri dan marta-

    bat perempuan. Misalnya, 1) Kekerasan terhadap perem-

    puan pada masa kampanye, terutama saat pengerahan

    dan pengumpulan massa dalam suatu ruangan terbuka,

    yang mengakibatkan berbagai pelecehan seksual terha-

    dap perempuan, 2) pemaksaan dengan kekerasan atau

    ancaman kekerasan terhadap perempuan untuk memilih

    partai politik atau calon anggota dewan tertentu. 3) pe-lecehan terhadap kapasitas perempuan calon anggota

    dewan perempuan.

    Sedangkan kekerasan dan ancaman kekerasan yang

    tidak secara langsung ditujukan kepada perempuan, teta-

    pi menjadikan perempuan dan anak-anak menjadi kor-

    ban adalah adanya konik sosial pada masa kampanye.

    Selain pada masa kampanye konik sosial juga mungkinterjadi saat penetapan pemenang pemilu. Karena dalam

    situasi konik tersebut perempuan dan anak-anak di-

    hadapkan pada suasana ketakutan dan kehilangan rasa

    aman. Perempuan juga terpaksa mengalami tambahan

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    60/104

    52 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    beban kerja untuk melakukan perawatan dan penataan

    kembali manakala ada korban atau kerusakan.

    Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan pemi-lu, tahapan Pemilu yang paling rawan terjadi tindak ke-

    kerasan adalah Masa Kampanye,Pemungutan/pemberian

    suara, Penepatan Hasil Pemilu dan Putusan Sengketa

    Pemilu.

    Ada beberapa cara mencegah, menghentikan dan

    menanggulangi kekerasan, antara lain, yaitu :

    1. Tindakan Pencegahan, dilakukan melalui promosi

    dan kampanye pemilu damai yang melibatkan semua

    pihak

    2. Tindakan Penghentian, dilakukan melalui mengefek-

    tifkan peran KPU dan Bawasku beserta seluruh struk-

    tur di bawahnya, peran kepolisian, partai politik dan

    masyarakat sipil termasuk tokoh-tokoh masyarakatuntuk menghentikan segala bentuk gejala atau tan-

    da-tanda atau peristiwa kekerasan atau ancaman ke-

    kerasan, termasuk menggunakan cara-cara mediasi

    atau perundingan damai.

    3. Organisasi-organisasi perempuan perlu memperkuat

    kelompok perempuan agar kelompok perempuan

    berperan aktif dalam upaya-upaya pencegahan danpenanggulangan terjadinya kekerasan perempuan

    4. Tindakan penanggulangan, dilakukan dengan pene-

    gakkan hukum,

    5. Penanggulangan dan penanganan kekerasan me-

    lalui, mendirikan atau mengefektifkan pos-pos ban-

    tuan hukum dan pos-pos layanan dan perlindunganperempuan dan anak korban kekerasan, seperti Pu-

    sat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan

    dan Anak (P2TP2A), Pusat Krisis Terpadu (PKT),

    Pusat Pelayanan terpadu (PPT), Pusat Pemulihan

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    61/104

    53Mengenali Demokrasi

    Trauma (trauma center), Pusat Penanganan Krisis

    Perempuan (women crisis center),

    6. Perlindungan dan pendampingan saksi dan korban

    Pencegahan dan penghentian segala bentuk ke-

    kerasan dan ancaman kekerasan harus menjadi tang-

    gung jawab bersama, semua elemen negara dan bang-

    sa Indonesia, untuk mewujudkan keadilan, demokrasi

    dan tata kehidupan yang beradab.

    3. Kecurangan Yang MengintaiDalam masyarakat, kecurangan dipahami sebagai

    tindakan tidak jujur yang menimbulkan kerugian pihak lain.

    Pengertian atau denisi kecurangan sangat luas. Na-

    mun ada unsur-unsur dasar yang menentukan suatu per-

    buatan dikategorikan sebagai perbuatan curang, yaitu: 1)ada salah pernyataan, 2) dilakukan dimasa lampau atau

    masa sekarang, 3) Fakta bersifat material (dapat dibukti-

    kan secara material), 4) dilakukan dengan kesengajaan,

    5) ada maksud atau tujuan untuk menggerakkan orang

    untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, 6) ada

    pihak yang menimbulkan kerugian dan 7) ada pihak yang

    dirugikan dan pihak ini menyatakan tidak menerima tinda-

    kan yang merugikan itu.

    Kecurangan memiliki kaitan erat dengan korupsi. Se-

    bagian besar tindak kecurangan terjadi karena adanya ko-

    rupsi, seperti suap dan pungutan liar yang mengakibatkan

    tindakan penyalahgunaan kekuasaan dan tindakan mela-

    wan hukum.

    Perempuan menjadi rentan korban dari praktek ke-curangan, disebabkan oleh:

    1) Perempuan bersikap anti politik atau apolitis. Sikap ini

    terbentuk karena selama Orde baru, berpuluh-puluh

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    62/104

    54 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Kecurangandalam pemilu

    bisa mengakibatkanhilangnya hak pilih

    perempuan, hilangnyakesempatan perempuan

    untuk menggunakan

    hak pilih dan hilangnyapeluang menang bagicalon anggota dewan

    perempuan.

    tahun, rakyat-termasuk perempuan dilarang berpoli-

    tik. Budaya patriakhi yang mengajarkan bahwa poli-

    tik dianggap sebagai urusan laki-laki. Sikap a-politis

    perempuan inilah yang kemudian menjadikannya ti-

    dak waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan

    adanya praktek curang.

    2) Rendahnya Akses perempuan terhadap Informasi.

    Perempuan adalah pihak yang paling banyak tidak

    memahami seluk-beluk kepemiluan. Rendahnya ak-

    ses perempuan terhadap informasi

    tentang kepemiluan ini, dise-

    babkan oleh karena penyulu-

    han-penyuluhan lebih ba-

    nyak mengundang kepala

    keluarga dan diselengga-

    rakan pada malam hari.

    3) Keterasingan perem-

    puan. Masih banyak

    perempuan, khususnya

    yang berada di daerah

    pedesaan, wilayah terpencil,

    terluar dan perbatasan, yang

    buta huruf dan tidak cakap berba-

    hasa Indonesia. Masyarakat di lingkungan terasing,

    cenderung mempercayai dan memaklumi tindakanorang lain. Sikap ini, kemudian dimanfaatkan oleh

    pihak-pihak tertentu untuk berbuat curang.

    Bentuk-bentuk kecurangan yang mengintai perem-

    puan, antara lain :

    1) Secara sengaja nama-nama perempuan tidak dima-

    sukkan dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Tujuantindakan ini adalah untuk menghilangkan hak pilih

    perempuan,

    2) Adanya penolakan memberikan layanan pembuatan

    Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    63/104

    55Mengenali Demokrasi

    (KK) dengan tujuan agar yang bersangkutan tidak

    dapat mengurus hak pilihnya, manakala namanya ti-

    dak ada dalam DPT

    3) Adanya tindakan manipulasi data dan informasi, se-

    perti misalnya menggunakan forum pendidikan pe-

    milih untuk mengarahkan pada partai atau nama ter-

    tentu.

    4) Secara sengaja menahan, atau menyembunyikan

    atau menggelapkan surat undangan pemilih dengan

    tujuan menghalangi pemilih menggunakan hak pilih-nya,

    5) Menghasut, memtnah, menyebarkan berita bohong

    tentang calon anggota dewan perempuan, dengan

    tujuan mengalihkan atau menghilangkan dukungan

    politik,

    6) Adanya Pemilih Ganda, (orang yang sengaja mem-berikan suara beberapa kali (suara ganda), Pemilih

    siluman (penggunaan surat suara yang pemilihnya

    tidak hadir ke TPS, karena meninggal atau berper-

    gian), sehingga meningkatkan suara calon anggota

    tertentu, sehingga merintangi peluang menang calon

    anggota dewan perempuan.

    7) manipulasi penghitungan suara sehingga memberi-kan tambahan suara pada peserta pemilu tertentu

    dan mengurangi suara peserta pemilu perempuan.

    Kecurangan dalam pemilu bisa mengakibatkan

    hilangnya hak pilih perempuan, hilangnya kesempatan

    perempuan untuk menggunakan hak pilih dan hilangnya

    peluang menang bagi calon anggota dewan perempuan.

    Kecurangan dalam pemilu adalah pelanggaran asas

    pemilu, yaitu asas Jujur dan Adil. Kecurangan dapat terjadi

    di semua tahapan penyelenggaraan pemilu, dan dapat di-

    lakukan oleh pemilih, peserta pemilu maupun penyeleng-

    gara pemilu.

  • 7/14/2019 PEMILU 2014 - Modul Perempuan

    64/104

    56 Perempuan Cerdas Berdemokrasi

    Calon anggota dewan perempuan, pemilih perem-

    puan, kelompok perempuan dan organisasi-organisasi

    perempuan harus bekerja sama untuk secara bersama-

    sama mencegah praktek-pratek curang.

    Upaya mencegah dan menghentikan kecurangan

    dapat di lakukan dengan :

    1. Memperkuat peran saksi dan warga masyarakat se-

    bagai pemantau pemilu, untuk menghentikan setiap

    upaya atau tindakan curang.

    2. Meminta agar seluruh proses penghitungan dilakukan

    dihadapan saksi dan pemantau

    3. Melarang penghitungan suara dilakukan pada

    malam hari, yang mengakibatkan warga masyarakat

    dan saksi tidak dapat melakukan pemantauan.

    4. Melaporkan kecurangan kepada lembaga pengawaspemilu.

    5. Melaporkan kecurangan kepada Dewan Kehormatan

    Penyelenggara Pemilu (DKPP) bila kecurangan di-

    lakukan oleh penyelenggara pemilu.

    Praktek-praktek curang memang terus mengintai.

    Maka, Kenali titik-titik rawannya dan lakukan antisi-

    pasi atau pencegahan sedini mungkin. Hanya dengan

    kepedulian semua pihaklah, pemilu yang jujur dan adil

    dapat terwujud.

    Mencegah adanya pratek curang yang dalam

    pelaksanaan pemilu harus menjadi agenda semua pi-

    hak.

    Bahan Bacaan :

    Janedjri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu dan Demokra-

    si Konstit