laporan pelaksanaan tugas dan wewenang bank indonesia · ii laporan pelaksanaan tugas dan eenang...

194
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Upload: others

Post on 26-Jul-2020

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan I 2020

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wew

enang Bank Indonesia Triw

ulan I 2020

Page 2: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran
Page 3: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada DewanPerwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhanamanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satuwujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang

Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan pelaksanaan tugas danwewenang Bank Indonesia selama Triwulan I 2020.

Laporan PelaksanaanTugas dan Wewenang

Bank Indonesia

Triwulan I 2020

Page 4: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

iiLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Inflasi1 PertumbuhanEkonomi2 Neraca

Pembayaran3 4 Cadangan

Devisa

Nilai Tukar5 Sistem Keuangan6 Sistem

Pembayaran7 8 Pengedaran

Uang Rupiah

IHKAngka tersebut berada di atas standar kecukupan

internasional sekitar 3 bulan impor

cukup untuk membiayai:

7,0bulanimpor

BULANIMPOR7,2

PembayaranUtangLuar NegeriPemerintah

atau

+

Nilai tukar Rupiah Tw I 2020secara point to point (ptp):

-14,88% (ptp)

melemah

Rp

$

Stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga di level normal meski mengala-mi peningkatan disertai fungsi intermediasi yang berjalan baik dan risiko kredit terkendali

Uang kartal yang diedarkan (UYD) secara tahunan pada Triwulan I 2020 meningkat sejalan dengan perkemban-gan perekonomian nasional yang tetap tumbuh positif.

Sistem pembayaran berjalan dengan AMAN, LANCAR, EFISIEN, dan ANDAL.

Indeks Stabilitas Sistem Keuangan

1,93stabilpada level normal

Rp.

Permodalan tetap kuat dan berada di atas persyaratan minimum.

Rasio Kecukupan Modal (CAR) 22,5%

Intermediasi tetap berlanjut

PertumbuhanKredit Perbankan 7,95%

Rp.

Likuiditas berada pada level memadai

Alat Likuiditas/ Dana Pihak Ketiga(DPK)

21,63%

9,54%

Transaksi RTGS

UYD pada Triwulan I 2020

6,68% (yoy)

1,09% (yoy)Nilai

volume

Transaksi SKNBI

13,88% (yoy)

23,57% (yoy)Nilai

volume

Transaksi SSSS

54,75% (yoy)

28,23% (yoy)Nilai

volume

Rp

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANGBANK INDONESIA TRIWULAN I 2020

Inflasi Triwulan I 2020 tetap terkendali dalam kisaran sasarannya 3,0 ± 1%. Inflasi yang rendah dipengaruhi oleh melemahnya permintaan sejalan dengan dampak COVID-19 serta tetap memadainya pasokan barang dan lancarnya rantai distribusi.

Nilai tukar melemah didorong meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global pasca penyebaran pandemik COVID-19 sehingga memicu peningkatan perilaku risk-off investor global.

Pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2020 tercatat 2,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Triwulan IV 2019 sebesar 4,97 (yoy), dipengaruhi oleh penurunan permintaan domestik sebagai dampak pandemik COVID-19.

Defisit transaksi berjalan yang menurun mampu menahan penurunan yang signifikan pada transaksi modal dan finansial Triwulan I 2020 yang dipengaruhi oleh defisit investasi portofolio. Secara keseluruhan, Neraca Pemba-yaran Indonesia (NPI) Triwulan I 2020 mengalami defisit sebesar 8,5 miliar dolar AS

Cadangan devisa terjaga dan berada di atas standar kecukupan internasional

dollar AS129,2TW IV2019

miliar

121,0TW I2020

dollar ASmiliar

TW I 2020TW IV 2019

Produk Domestik Bruto

4,97%(yoy)

2,97%(yoy)

Neraca Pembayaran Indonesia

TW IV2019

surplus

TW I 2020

defisit

TW IV2019

surplus

TW I2020

defisit

Transaksi Modal dan Finansial

4,3

12,6

8,5

2,9

miliardolar AS

miliardolar AS

miliardolar AS

miliardolar AS

Transaksi Berjalan

TW IV2019

defisit

TW I 2020

defisit8,1 3,9miliar

dolar ASmiliardolar AS

0,53% (qtq)

TW IV2019

0,76% (qtq)

TW I2020

Rp727,3 triliun

7,5% (yoy)tumbuh

Bank Indonesia tetap mampu memenuhi peningkatan kebutuhan uang dalam

jumlah cukup dan layak edar.

Page 5: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

iiiLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

KEBIJAKAN BANK INDONESIA

BANK INDONESIA SEPANJANG TRIWULAN I 2020 MEMUTUSKAN UNTUK:MENURUNKAN SECARA BERTAHAP

FOKUS KEBIJAKAN

KEBIJAKAN MONETER

KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL

KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN

Bank Indonesia menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 50 bps dan efektif 1 April 2020.

Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan yang diarahkan untuk memitigasi risiko penyebaran COVID-19, menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta bersinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Peningkatan intensitas melalui optimalisasi strategi intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah.

Penambahan frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi triple intervention setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret.

Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran dan memastikan layanan Bank Indonesia tetap berjalan normal dengan melakukan split operations dan Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional BI-RTGS, BI-SSSS, BI-ETP, dan SKNBI.

BI 7-Days hingga menjadi

4,50%Suku BungaDeposit Facility (DF)

Reverse RepoRate 3,75%

hingga menjadi Suku BungaLending Facility (LF) 5,25%

hingga menjadi

Rp.

Penguatan strategi two sided monetary operation dengan memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang Repo SBN setiap hari.

Bank Indonesia menurunkan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI untuk nasabah dari maksimal Rp3.500,- menjadi Rp2.900,-. Biaya Layanan Transfer Dana SKNBI yang dibebankan Bank Indonesia pada bank juga turut diturunkan dari Rp600,- menjadi Rp1,-. Dengan penurunan biaya ini, masyarakat dapat lebih murah dalam menggunakan Layanan Transfer Dana SKNBI, sehingga tidak terbebani biaya transfer.

Injeksi likuiditas (quantitative easing) ke pasar uang dan perbankan, melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, penyediaan likuditas perbankan dengan repo SBN, swap valas, serta penurunan GWM Rupiah

KEBIJAKAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pencetakan uang Rupiah sebesar Rp67,2 triliun dan distribusi uang Rupiah ke seluruh Indonesia yang mencapai Rp 71,3 triliun.

Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia mengenai jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan selama tahun 2019 dan menyampaikan informasi jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan periode Triwulan IV 2019 ke Kementerian Keuangan.

Bank Indonesia melakukan penyesuaian kebijakan pengelolaan uang rupiah untuk memitigasi risiko dampak COVID-19 dengan penguatan dan perluasan prosedur Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), penyesuaian jadwal kegiatan layanan kas serta distribusi uang dengan mekanisme front loading ke seluruh KPwBI.

Penerbitan ketentuan mengenai insentif bagi bank yang memberikan penyediaan dana untuk kegiatan ekonomi tertentu guna mendukung penanganan dampak perekonomian akibat wabah virus Corona

Pelonggaran ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) untuk pembiayaan dunia usaha khususnya untuk ekspor impor maupun untuk UMKM

Rp

Bank Indonesia secara konsisten terus mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan digital dengan mendorong implementasi pembayaran nontunai termasuk QRIS untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Penyempurnaan pengaturan mengenai Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) dan Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah (PLJPS).

Page 6: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

ivLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan berkah dan rahmah-Nya, sehingga Bank Indonesia dapat menjalankan tugas dan wewenang sesuai amanat undang-undang dengan baik pada Triwulan I 2020. Pada periode triwulan laporan ini, pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang meluas ke seluruh dunia makin menekan pertumbuhan ekonomi global. Dengan proyeksi kontraksi ekonomi berlanjut hingga Triwulan III 2020, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi global 2020 tumbuh negatif 2,2% dan kembali meningkat pada 2021 menjadi 5,2%. Sejalan dengan kondisi ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mengalami perlambatan, yakni dari 4,97% (yoy) pada Triwulan IV 2019 menjadi 2,97% (yoy) pada Triwulan I 2020.

Di tengah penurunan ekonomi global sebagai dampak pandemi COVID-19, ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga dengan baik yang tercermin dari penurunan defisit transaksi berjalan serta cadangan devisa yang terjaga. Defisit transaksi berjalan pada Triwulan I 2020 tercatat 3,9 miliar dolar AS (1,4% dari PDB), membaik dari defisit 8,1 miliar dolar AS (2,8% dari PDB) pada triwulan sebelumnya. Menurunnya defisit transaksi berjalan mampu menahan penurunan yang signifikan pada transaksi modal dan finansial Triwulan I 2020 yang dipengaruhi oleh defisit investasi portofolio. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Triwulan I 2020 mengalami defisit sebesar 8,5 miliar dolar AS, berbeda dari Triwulan IV 2019 yang mencatat surplus 4,3 miliar dolar AS.

Dalam kondisi tersebut, dinamika Rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar dan mendukung proses penyesuaian eksternal. Pada Triwulan I 2020, Rupiah melemah secara rerata -1,09% atau -14,88% secara point-to-point, dengan volatilitas yang juga meningkat dari 3,9% menjadi 23,4%. Hal tersebut didorong meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global pasca penyebaran pandemi COVID-19 sehingga memicu

peningkatan perilaku risk-off investor global. Bank Indonesia memandang level nilai tukar Rupiah secara fundamental undervalued sehingga berpotensi terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Triwulan I 2020 tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1%. Secara triwulanan, inflasi IHK tercatat rendah 0,76% (qtq), meski sedikit meningkat dari inflasi triwulan sebelumnya 0,53% (qtq). Rendahnya inflasi sejalan dengan lemahnya permintaan, terjaganya pasokan barang, terkendalinya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar, serta koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah Pusat dan Daerah. Semua komponen inflasi tercatat rendah, baik inflasi inti, volatile food, maupun administered prices. Secara tahunan, inflasi IHK tercatat tetap rendah dan terkendali dalam sasaran yaitu 2,96% (yoy), meskipun sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya 2,72% (yoy).

Stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga di level normal meski mengalami peningkatan yaitu pada level 1,93% sejalan dengan tingginya volatilitas pasar keuangan, baik dari sisi peningkatan volatilitas nilai tukar dan IHSG, peningkatan yield obligasi pemerintah, maupun penurunan harga aset yang berpengaruh pada neraca perbankan. Ketahanan industri perbankan tetap terjaga didukung oleh tingkat permodalan yang relatif tinggi serta terjaganya risiko kredit dan likuiditas. Tingkat permodalan industri perbankan pada Triwulan I 2020 tetap kuat yang tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 21,63% dan berada di atas persyaratan minimum. Namun, intermediasi perbankan tetap memerlukan perhatian mengingat pertumbuhan kredit meningkat dari 6,08% (yoy) pada Triwulan IV 2019 menjadi 7,95% (yoy) pada periode laporan.

Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia yang terjaga juga didukung oleh kelancaran sistem pembayaraan baik tunai maupun nontunai yang berjalan

Page 7: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

vLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

baik, sesuai komitmen Bank Indonesia menciptakan sistem pembayaran yang efisien, aman, lancar dan andal. Pada Triwulan I 2020, nilai transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia mencapai Rp49.492,32 triliun atau naik 5,91% dibanding periode sebelumnya (qtq) Rp46.731,04 triliun, didorong meningkatnya nilai transaksi pada layanan BI-RTGS sebesar 1,09% dan transaksi BI-SSSS sebesar 20,18%. Sementara, transaksi SKNBI mengalami penurunan 6,42%.

Dalam memitigasi dampak merebaknya pandemi COVID-19 terhadap perekonomian Indonesia, Bank Indonesia sejak awal tahun 2020 terus memperkuat seluruh instrumen bauran kebijakan yang dimiliki untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah, mengendalikan inflasi, mendukung stabilitas sistem keuangan, dan pada saat yang sama mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih lanjut berkoordinasi erat dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Bauran kebijakan Bank Indonesia tersebut terdiri dari 6 (enam) aspek penting berikut ini:

Pertama, menurunkan suku bunga kebijakan moneter (BI7DRR) dua kali, masing-masing sebesar 25 bps menjadi 4,5% sepanjang Triwulan I 2020. Penurunan suku bunga kebijakan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang rendah dan terkendali pada kisaran sasaran 3±1% serta untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Untuk memperkuat kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi, Bank Indonesia juga menurunkan Giro Wajib Minimum Rupiah (GWM) sebesar 50 bps, efektif 1 April 2020.

Kedua, terus menempuh stabilisasi dan penguatan Rupiah melalui peningkatan intensitas kebijakan intervensi baik di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder. Kebijakan ini didukung oleh cadangan devisa yang lebih dari cukup. Bank Indonesia juga memperkuat kerjasama bilateral swap dan repo line dengan sejumlah bank sentral negara lain, termasuk menjajaki kerjasama repo line dengan bank sentral Amerika Serikat guna memperkuat second line of defense.

Ketiga, memperluas instrumen dan transaksi di pasar uang dan pasar valas. Hal ini ditempuh antara lain dengan menyediakan lebih banyak instrumen lindung nilai terhadap risiko nilai tukar Rupiah melalui transaksi DNDF, memperbanyak transaksi swap valas, dan penyediaan term repo untuk kebutuhan perbankan. Dalam konteks

ini, Bank Indonesia telah memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang Repo SBN setiap hari, menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari.

Keempat, melakukan injeksi likuiditas (quantitative easing) ke pasar uang dan perbankan dalam jumlah yang besar untuk mendorong pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional. Kebijakan ini dilakukan antara lain melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, penyediaan likuditas perbankan dengan repo SBN, swap valas, serta penurunan GWM Rupiah.

Kelima, melonggarkan kebijakan makroprudensial untuk mendorong perbankan dalam pembiayaan dunia usaha dan ekonomi. Hal ini dilakukan melalui pelonggaran ketentuan Loan to Value Ratio (LTV), Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM), serta penurunan GWM Rupiah untuk pembiayaan dunia usaha khususnya untuk ekspor impor maupun untuk UMKM dalam rangka memitigasi dampak COVID-19.

Keenam, meningkatkan kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun nontunai untuk mendukung berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Hal ini dilakukan melalui pengedaran uang yang higienis, meningkatkan ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya, serta mendorong masyarakat untuk lebih banyak menggunakan transaksi nontunai, seperti uang elektronik, internet banking, maupun penggunaan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Sebagai langkah mendukung upaya Pemerintah mencegah penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menurunkan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI untuk nasabah dari maksimal Rp3.500,00 menjadi Rp2.900,00. Selain itu, biaya Layanan Transfer Dana SKNBI yang dibebankan Bank Indonesia pada bank turut diturunkan dari Rp600,00 menjadi Rp1,00. Dengan penurunan biaya ini, masyarakat dapat lebih murah dalam menggunakan Layanan Transfer Dana SKNBI, sehingga tidak terbebani biaya transfer. Selain itu, melalui pembayaran nontunai, masyarakat dapat melaksanakan protokol COVID-19 berupa physical distancing untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Bank Indonesia juga mendukung Pemerintah melalui akselerasi elektronifikasi penyaluran program-program sosial pemerintah baik Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), Kartu Prakerja, dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk meringankan beban masyarakat dari dampak COVID-19.

Page 8: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

viLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Secara keseluruhan, pada 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan akan menurun sejalan dengan dampak pandemi COVID-19. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat pada 2021 didorong oleh perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif stimulus kebijakan yang ditempuh. Melihat perkembangan

tersebut, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan dan stabilitas eksternal, serta terus memperkuat koordinasi dan sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Jakarta, Juni 2020 GUBERNUR BANK INDONESIA

Perry Warjiyo

Page 9: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

viiLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BaB 1

Ringkasan Eksekutif

1.1. Kinerja Perekonomian 21.2. Kebijakan Yang Ditempuh 4

BaB 2

Perkembangan Kondisi Makroekonomi,

Moneter, Sistem Keuangan,

Sistem Pembayaran

2.1 Perkembangan Ekonomi Global 122.2. Perkembangan Ekonomi Domestik 14 2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi 15 2.2.2 Neraca Pembayaran Indonesia 17 2.2.3 Nilai Tukar Rupiah 18 2.2.4Inflasi 192.3. Perkembangan Sistem Keuangan 20 2.3.1 Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Valas 20 2.3.1.1 Perkembangan Pasar Uang 21 2.3.1.2 Perkembangan Pasar Valuta Asing 22 2.3.1.3 Perkembangan Pasar Keuangan Syariah 24 2.3.2 Perkembangan Kinerja Keuangan Korporasi 24 2.3.2.1 Perkembangan Industri Perbankan 24 2.3.2.2 Perkembangan Industri Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB) 26 2.3.3 Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 31 2.3.3.1 Perkembangan Kredit UMKM 31 2.3.3.2 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat 322.4 Perkembangan Sistem Pembayaran 33 2.4.1. Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Bank Indonesia 33 2.4.2. Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Industri 36 2.4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai 37

DAFTAR ISI

BaB 3

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang

Bank Indonesia Triwulan I 2020

3.1 Bauran Kebijakan 483.2StabilitasMoneter 49 3.2.1KebijakanMoneter 49 3.2.2 Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar 51 3.2.2.1. Pengelolaan Moneter 51 3.2.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar 54 3.2.2.3 Pelaksanaan Operasi Moneter Syariah 56 3.2.3 Koordinasi dan Kerjasama dengan Pemerintah dan Otoritas Terkait 57 3.2.4 Ekonomi dan Keuangan Syariah 62 3.2.4.1 Pemberdayaan Ekonomi Syariah 62 3.2.4.2 Edukasi Ekonomi dan Keuangan Syariah 64 3.2.4.3 Koordinasi dan Kerja Sama Kelembagaan Ekonomi Syariah 66 3.2.5 Kebijakan Internasional 66 3.2.5.1 Kebijakan Internasional untuk Mendukung Resiliensi 67 3.2.5.2 Kerja Sama Internasional untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi 68 3.2.6 Pengelolaan Utang Luar Negeri 71 3.2.7 Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) 73 3.2.8 Pelaksanaan Kegiatan Statistik, Survei, dan Liaison untuk Mendukung Perumusan Kebijakan 74 3.2.8.1 Publikasi Statistik 74 3.2.8.2 Pelaksanaan Survei 75 3.2.8.3 Kerja Sama dengan Stakeholder 75 3.2.8.4 Pemenuhan Komitmen Internasional 76 3.2.8.5 Partisipasi dalam Fora Internasional 76 3.2.8.6 Pengembangan dan Pengaturan Statistik 76 3.2.9PengawasanMoneter 783.3 KebijakanPendalamanPasarKeuangan 79 3.3.1 Pengembangan Instrumen untuk Mendukung Sumber Pembiayaan Ekonomi Dan Pengelolaan Risiko 80

Page 10: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

viiiLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

3.3.1.1 Penyempurnaan pengaturan DomesticNonDeliverableForward (DNDF) 80 3.3.2 Pengembangan Infrastruktur Pasar 80 3.3.2.1 PeraturanAnggotaDewanGubernur Central Counterparty untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar 80 3.3.2.2 Bank Indonesia - Electronic Trading Platform (BI-ETP) 81 3.3.3 Koordinasi Kebijakan, Harmonisasi Ketentuan, dan Edukasi 81 3.3.3.1 Kick of Meeting Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK) 81 3.3.3.2 Koordinasi dengan Asosiasi Pasar (Indonesia Foreign Exchange Committee/IFEMC) 81 3.3.3.3 Sosialisasi Instrumen Pasar Keuangan 81 3.3.3.4 Koordinasi dengan Pelaku Pasar terkait Pengembangan Pasar Valuta Asing 82 3.3.4 Pendalaman Pasar Keuangan Syariah 823.4 Kebijakan Makroprudensial 86 3.4.1. KebijakanPengaturandanPengawasan Makroprudensial 86 3.4.1.1 PengawasanMakroprudensial 89 3.4.1.2 Kebijakan Makroprudensial untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Syariah 90 3.4.1.3 Kebijakan Makroprudensial untuk Program Pemberdayaan EkonomiSyaria 90 3.4.2 Penguatan Peran Makroprudensial untuk MendorongKredit 90 3.4.3 Sinergi dan Koordinasi dalam Memperkuat KetahananSistemKeuangan 90 3.4.3.1 Koordinasi Upaya Penjagaaan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan 90 3.4.2.2 Sinergi dan Koordinasi Pengembangan UMKM Dalam Memperkuat Ketahanan SistemKeuangan 933.5 SistemPembayaranDanPengelolaanUangRupiah94 3.5.1 KebijakanSistemPembayaran 95 3.5.2 Perlindungan Konsumen 107 3.5.3 Program Keuangan Inklusif 108 3.5.4 PengawasanSistemPembayaran 108 3.5.5 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah 113

BaB 4

Kapabilitas Intern Bank Indonesia

4.1 Perencanaan Strategis Dan Manajemen Kinerja 130 4.1.1 Perencanaan Strategis Bank Indonesia 1314.2 Tata Kelola Yang Mendukung Kredibilitas 132 4.2.1 Prinsip Tata Kelola 132 4.2.2 Komitmen Tata Kelola 132 4.2.3 Struktur Tata Kelola 133 4.2.4 Proses Tata Kelola 134 4.2.4.1 Perumusan Kebijakan dan Pengambilan Keputusan 134 4.2.4.2 Perencanaan Strategis dan Manajemen Kinerja 135 4.2.4.3 Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal 135 4.2.4.4 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan, Pelaporan, dan Keterbukaan 137 4.2.5 Hasil Tata Kelola 1374.3 Organisasi Yang Mendukung Strategi 1384.4 Pengelolaan SDM Yang Terencana 1384.5 Komunikasi Yang Efektif 1444.6 Sistem Informasi Yang Sesuai Era Digital 1504.7 Pengelolaan Logistik Yang Optimal 1514.8 Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) untuk Negeri 1534.9 PengelolaanKeuanganYangAkuntabel 154

BaB 5

Laporan Keuangan

5.1. Neraca Singkat Mingguan 1605.2.SurplusDefisitdanRasioModal 160

LaMPIRaN1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) 1642. PeraturanAnggotaDewanGubernur(PADG) 1643. PeraturanDewanGubernurBankIndonesia(PDG) 1644. PeraturanAnggotaDewanGubernurIntern 164

Daftar Istilah 168Daftar Singkatan 175

Page 11: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

ixLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

•DAFTARBOKS

Penyempurnaan Pengaturan Transaksi Domestic Non-DeliverableForward 83

Standar Open Application Programming Interface (Open API) 105

Kebijakan Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran untukMemitigasiPandemiCOVID-19danDampaknyaterhadap Ekonomi 111

Komitmen Bank Indonesia Dalam Menjaga Ketersediaan UangLayakEdarSelamaPandemiCovid-19 122

Pemusnahan Uang Rupiah Palsu Sebagai Salah Satu Bentuk Kerja Sama Antara Bank Indonesia Dengan Polri 124

MajalahEksternalBicara 149

•DAFTARGRAFIK Grafik 2.1. Kasus COVID-19 Global 12

Grafik 2.2. PMI Manufaktur 12

Grafik 2.3. PMI Jasa 13

Grafik 2.4. Volume Perdagangan Dunia 13

Grafik 2.5. Penyebaran Pandemi COVID-19 Nasional 15

Grafik 2.6. Cadangan Devisa 18

Grafik 2.7. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Peers 18

Grafik 2.8. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah 19

Grafik 2.9. Inflasi 19

Grafik 2.10. Outstanding Pasar Uang 20

Grafik 2.11. RRH Volume Transaksi dan Frekuensi PUAB 21

Grafik 2.12. Jumlah Pelaku PUAB 21

Grafik 2.13. Pergerakan Suku Bunga PUAB dan Policy Rate 21

Grafik 2.14. Volume Transaksi Repo (RRH) 22

Grafik 2.15. Frekuensi Transaksi Repo 22

Grafik 2.16. Jumlah Pelaku Transaksi Repo 22

Grafik 2.17. Pergerakan Suku Bunga Repo 22

Grafik 2.18. Perkembangan suku bunga pasar uang tenor 1 bulan 22

Grafik 2.19. Komposisi Transaksi Derivatif Valas 23

Grafik 2.20. RRH Transaksi Valas 23

Grafik 2.21. RRH Transaksi DNDF dan kurs USD/IDR 23

Grafik 2.22. Volume Beli DNDF berdasarkan Pelaku 23

Grafik 2.23. Volume Jual DNDF berdasarkan Pelaku 23

Grafik 2.24. Perkembangan Transaksi PUAS 24

Grafik 2.25. Perkembangan RRT Tingkat Indikasi Imbalan PUAS 24

Grafik 2.26. Frekuensi Transaksi PUAS berdasarkan Tenor 24

Grafik 2.27. Rasio Kredit Bermasalah 25

Grafik 2.28. Rasio NPL bruto per Jenis Penggunaan 25

Grafik 2.29. Rasio NPL bruto per Sektor Ekonomi 25

Grafik 2.30. Pertumbuhan DPK (yoy) 25

Grafik 2.31 Rasio AL/DPK Perbankan 26

Grafik 2.32. Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan 26

Grafik 2.33. Aset dan Investasi Industri Asuransi 27

Grafik 2.34. Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi 27

Grafik 2.35. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan 27

Grafik 2.36. Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan

Jenis Usaha 27

Grafik 2.37. Rasio Pembiayaan Bermasalah 28

Grafik 2.38. Sumber Dana Perusahaan Pembiayaan 28

Grafik 2.39. Suku Bunga Pinjaman Bank Kepada Perusahaan

Pembiayaan 28

Grafik 2.40. Perkembangan Profitabilitas dan Efisiensi Perusahaan

Pembiayaan 28

Grafik 2.41. Kegiatan Dunia Usaha Tw I 2020 30

Grafik 2.42 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK),

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE),

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 30

Grafik 2.43. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut

Jenis 31

Grafik 2.44. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi

Usaha (% yoy) 31

Grafik 2.45. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Sektor

Ekonomi (% yoy) 31

Grafik 2.46. NPL Kredit UMKM 32

Grafik 2.47. Capaian Realisasi KUR terhadap Target 32

Grafik 2.48. Pangsa Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor 32

Grafik 2.49. Realisasi KUR Berdasarkan Provinsi 32

Grafik 2.50. Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) 37

Grafik 2.51. Komposisi UYD di Bank dan Masyarakat 37

Grafik 2.52. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia 37

Grafik 2.53. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia 38

Menurut Jenis Pecahan (Uang Kertas dan Uang Logam)

selama Triwulan I 2020 38

Grafik 2.54. Pangsa Uang Kertas dan Uang Logam terhadap outflow

selama Triwulan I 2020 38

Grafik 2.55. Jumlah Temuan Uang Palsu 39

Grafik 2.56. Rasio Uang Palsu terhadap UYD 40

Grafik 2.57. Perkembangan Temuan Uang Palsu Per Wilayah 40

Grafik 2.58. Pangsa Temuan Uang Palsu per Wilayah pada

Triwulan I 2020 40

Grafik 3.1. Deviasi Policy Rate dengan Suku Bunga PUAB O/N 51

Grafik 3.2. Posisi Operasi Moneter 52

Grafik 3.3. Koridor Suku Bunga dan Volume PUAB O/N 52

Grafik 3.4. Posisi Outstanding Operasi Moneter - Total 52

Grafik 3.5. Komposisi Instrumen Operasi Moneter – Kontraksi 53

Grafik 3.6. Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi Moneter Triwulanan

(Sisa Jatuh Waktu) 53

Grafik 3.7. Rata-Rata Harian Pangsa RR SBN Berdasarkan Tenor 53

Grafik 3.8. Spot Return Negara Emerging Market Triwulan I 2020

(%,qtq) 54

Grafik 3.9. Perkembangan Operasi Moneter Syariah 57

Grafik 3.10. Pergerakan Kurs Spot, NDF 1 mo, dan DNDF 1 mo 83

Grafik 3.11. Transaksi DNDF vs Lelang DNDF 84

Grafik 3.12. RRH Transaksi DNDF 84

Grafik 3.13. Outstanding DNDF 84

Grafik 3.14. Pengaduan Konsumen Triwulan I 2020 108

Grafik 3.15. Jumlah Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank ke Bank

Indonesia 119

Grafik 3.16. Jumlah Penarikan Uang Rupiah oleh Bank dari Bank

Indonesia 119

Grafik 3.17. Pangsa Penukaran Uang Rupiah melalui Kas Keliling

Berdasarkan Wilayah -Triwulan I 2020 119

Page 12: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

xLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

•DAFTARTABEL

Tabel 2.1. Jumlah kasus COVID-19 Global 12

Tabel 2.2. Harga Komoditas 14

Tabel 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran 15

Tabel 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha 16

Tabel 2.5. Neraca Pembayaran Indonesia 17

Tabel 2.6. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan 29

Tabel 2.7. Kinerja Korporasi Publik Triwulan IV 2018 dan Triwulan

IV 2019 30

Tabel 2.8. Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia 34

Tabel 2.9. Volume Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia 34

Tabel 2.10. RRH Nilai Transaksi Sitem Pembayaran Bank Indonesia 35

Tabel 2.11. RRH Volume Transaksi Sistem Pembayaran Bank

Indonesia 35

Tabel 2.12. Nilai Transaksi APMK dan Uang Elektronik 36

Tabel 2.13. Volume transaksi APMK dan Uang Elektronik 36

Tabel 2.14. Volume dan Nilai Transaksi Transfer Dana 37

Tabel 2.15. Nilai Transaksi UKA-TC 37

Tabel 2.16. Perkembangan Indikator Pengeluaran Uang Rupiah

secara Triwulanan 39

Tabel 3.1. Posisi Outstanding Instrumen OM 53

Tabel 3.2. Suku Bunga Hasil Lelang OPT pada Akhir Triwulan I

2020 54

Tabel 3.3. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah 72

Tabel 3.4. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah 72

Tabel 3.5. Kepemilikan Sertifikat SPPUR bagi Pelaksana dan

Penyelia 103

Tabel 3.6. Kepemilikan Sertifikat SPPUR bagi Pejabat Eksekutif 103

Tabel 3.7. Ekosistem Sistem Pembayaran yang Menjadi Objek

Pengawasan Bank Indonesia 109

Tabel 3.8. Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional BI-RTGS,

BI-SSS, BI-ETP, dan SKNBI 112

Tabel 3.9. Bank Pengelola dan Peserta Kas Titipan 121

Tabel 3.10. Jumlah Uang Rupiah palsu yang dimusnahkan 125

Tabel 4.1. Rumpun Tugas dan Sub Rumpun Tugas Bank

Indonesia 140

Tabel 4.2. Komposisi Jumlah Pegawai Tugas Belajar di Luar Negeri

Jenjang S2 Periode Maret 2020 141

Tabel 4.3. Komposisi Jumlah Pegawai Tugas Belajar di Luar Negeri

Jenjang S3 Periode Maret 2020 141

Tabel 4.4. Komposisi Jumlah Pegawai Tugas Belajar di Dalam

Negeri Jenjang S2 dan S3 Periode Maret 2020 141

•DAFTARINFOGRAFIS

Infografis 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Regional 2019 16

Infografis 2.2. Peta Inflasi Daerah (%, yoy) 19

Infografis 2.3. Peta Sebaran Temuan Uang Palsu Nasional 40

Infografis 3.1. Instrumen Operasi Moneter Syariah 56

Infografis 3.2. Sebaran Klaster Ketahanan Pangan Bank Indonesia 59

Infografis 3.3. Dampak COVID-19 terhadap Usaha Syariah IKRA

Indonesia 63

Infografis 3.4. Implementasi Program Kemandirian Pesantren 64

Infografis 3.5. Indeks Literasi Ekonomi Syariah 65

Infografis 3.6. Penarikan dan Pembayaran ULN Pemerintah Triwulan

I 2020 73

Infografis 3.7. Peta Sebaran Kasus Uang Palsu Nasional 116

•DAFTARGAMBARGambar 3.1. Jalur Distribusi Uang Rupiah oleh Bank Indonesia 118

Gambar 3.2. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia 120

Gambar 3.3. Penerapan K3 dalam Upaya Pencegahan Penyebaran

COVID-19 122

Gambar 3.4. Penerapan Physical Distancing di Loket Penukaran

Uang 123

Gambar 3.5. Kerjasama Bank Indonesia dan POLRI dalam

Pemusnahan Temuan Uang Rupiah Palsu 124

Gambar 4.1. Framework Sistem Perencanaan Anggaran dan

Manajemen Kinerja (SPAMK) 130

Gambar 4.2. Governance Framework Bank Indonesia 132

Page 13: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

xiLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Page 14: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

BAB 1

Ringkasan Eksekutif

BAB 1

Page 15: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran
Page 16: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

2Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

1.1. Kinerja Perekonomian

Pandemi COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia makin menekan pertumbuhan ekonomi global. Kontraksi volume perdagangan dunia, diikuti pula oleh penurunan harga komoditas. Perkembangan beberapa indikator dini menunjukkan ekonomi global pada Triwulan I 2020 mencatat kontraksi sangat tajam. Kinerja manufaktur di banyak negara mencatat pertumbuhan negatif yang signifikan antara lain seperti tercermin pada penurunan tajam Purchasing Manager Index (PMI), kontraksi pada kinerja sektor jasa, serta memburuknya keyakinan konsumen dan pelaku bisnis di berbagai negara sejalan dengan penurunan permintaan dan gangguan produksi. Dengan proyeksi kontraksi ekonomi berlanjut hingga triwulan III 2020, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi global 2020 tumbuh negatif 2,2% dan kembali meningkat pada 2021 menjadi 5,2% didorong dampak positif kebijakan yang ditempuh di banyak negara dan faktor base effect.

Sejalan dengan kondisi ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mengalami perlambatan, yakni dari 4,97% (yoy) pada Triwulan IV 2019 menjadi 2,97% (yoy) pada Triwulan I 2020. Perlambatan pertumbuhan utamanya dipengaruhi oleh penurunan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 2,84% (yoy), turun signifikan dibanding kinerja Triwulan IV 2019 sebesar 4,97% (yoy). Perlambatan konsumsi rumah tangga disebabkan penurunan konsumsi nonmakanan khususnya pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan, serta transportasi. Sedangkan konsumsi makanan, pendidikan, dan kesehatan tumbuh stabil. Investasi juga tercatat melambat menjadi 1,70% (yoy) dipengaruhi melambatnya investasi bangunan seiring tertundanya sejumlah proyek properti maupun infrastruktur. Namun, respons stimulus fiskal melalui konsumsi Pemerintah yang tumbuh 3,74% (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam.

Sementara, dari sisi Lapangan Usaha (LU), perlambatan ekonomi terutama didorong oleh melambatnya LU yang terdampak pembatasan mobilitas masyarakat, yaitu sektor LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi serta LU Transportasi dan Pergudangan yang dipengaruhi kontraksi sektor pariwisata serta berkurangnya mobilitas masyarakat. LU Pertambangan dan Penggalian serta LU Industri Pengolahan juga melambat signifikan sejalan dengan kinerja ekspor yang terkontraksi. Sedangkan pertumbuhan LU yang terkait penanganan COVID-19 tetap baik, seperti tercermin pada kinerja LU Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan, dan Jasa Lainnya. Secara spasial, perlambatan ekonomi pada Triwulan I

2020 terjadi di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pada wilayah Bali-Nusa Tenggara karena penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sejak Februari 2020 sehingga berdampak pada ekspor jasa pariwisata dan LU terkait pada perekonomian wilayah tersebut.

Secara keseluruhan, pada 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan akan menurun sejalan dengan dampak pandemi COVID-19. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat pada 2021 didorong oleh perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif stimulus kebijakan yang ditempuh. Koordinasi dan sinergi kebijakan terus diperkuat oleh Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mendorong pemulihan ekonomi selama dan pasca pandemi COVID-19.

Namun, di tengah pandemi COVID-19, ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga dengan baik yang tercermin dari penurunan defisit transaksi berjalan serta cadangan devisa yang terjaga. Defisit transaksi berjalan pada Triwulan I 2020 tercatat 3,9 miliar dolar AS (1,4% dari PDB), dari defisit 8,1 miliar dolar AS (2,8% dari PDB) pada triwulan sebelumnya. Menurunnya defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi penurunan impor sejalan dengan pelemahan ekonomi domestik akibat pandemi COVID-19. Menurunnya defisit transaksi berjalan mampu menahan penurunan yang signifikan pada transaksi modal dan finansial Triwulan I 2020 yang dipengaruhi oleh defisit investasi portofolio. Defisit investasi portofolio ini dipicu besarnya aliran modal keluar akibat kepanikan pasar keuangan global terhadap pandemi COVID-19.

Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan NPI (Neraca Pembayaran Indonesia) Triwulan I 2020 mengalami defisit sebesar 8,5 miliar dolar AS dari surplus 4,3 miliar dolar AS pada Triwulan IV 2020. Sementara, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2020 sebesar 121,0 miliar dolar AS atau setara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Dalam kondisi tersebut, dinamika Rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar dan mendukung proses penyesuaian eksternal. Pada Triwulan I 2020 Rupiah melemah secara rerata -1,09% atau -14,88% secara point-to-point, dengan volatilitas yang juga meningkat dari 3,9% menjadi 23,4%. Hal tersebut didorong meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global pasca penyebaran pandemi COVID-19 sehingga memicu peningkatan perilaku risk-off investor global. Namun, pelemahan Rupiah tersebut, lebih terbatas

Page 17: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

3Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 1 - Ringkasan Eksekutif

dibanding pergerakan mata uang negara peers di Asia, seperti Korea Selatan, Singapura, dan India yang mengalami depresiasi di atas 1,5%. Selain itu, level volatilitas Rupiah juga lebih rendah dibanding level volatilitas mata uang negara peers, seperti Real Brazil (BRL) dan Rand Afrika Selatan (ZAR) yang dalam periode sama masing-masing tercatat 28,8% dan 28,7%. Bank Indonesia memandang level nilai tukar Rupiah secara fundamental undervalued sehingga berpotensi terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Triwulan I 2020 tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1%. Secara triwulanan, inflasi IHK tercatat rendah 0,76% (qtq), meski sedikit meningkat dari inflasi triwulan sebelumnya 0,53% (qtq). Inflasi yang rendah dipengaruhi oleh melemahnya permintaan sejalan dengan dampak COVID-19 serta tetap memadainya pasokan barang dan lancarnya rantai distribusi. Inflasi inti terkendali dipengaruhi konsistennya Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi sesuai target dan melambatnya permintaan domestik. Kelompok volatile food (VF) tercatat meningkat karena kenaikan harga beberapa komoditas. Namun, kenaikan harga komoditas VF diimbangi deflasi kelompok administered prices (AP) akibat koreksi tarif angkutan udara. Secara tahunan, inflasi IHK tercatat tetap rendah dan terkendali dalam sasaran yaitu 2,96% (yoy), meskipun sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya 2,72% (yoy).

Stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga di level normal yaitu pada level 1,93% dibawah threshold 2,00%. Peningkatan disebabkan oleh tingginya volatilitas pasar keuangan, baik dari sisi peningkatan volatilitas nilai tukar dan IHSG, peningkatan yield obligasi pemerintah, maupun penurunan harga aset yang berpengaruh pada neraca perbankan. Rata-rata harian (RRH) volume transaksi pasar uang pada Triwulan I 2020 berada di level Rp28,05 triliun turun 15,79% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, akibat penurunan transaksi PUAB (turun 21,78%) dan FX Swap (turun 12,69%). Penurunan ini mengindikasikan langkah perbankan menahan likuiditasnya dan wait and see dalam menghadapi kondisi ekonomi dunia yang diperkirakan terus melambat karena pandemi COVID-19. Di sisi lain, RRH volume transaksi valuta asing (valas) di pasar domestik naik 14,61% (qtq)/ naik 2,18% (yoy) ke level 5,71 miliar dolar AS akibat kenaikan pada transaksi spot maupun derivative.

Ketahanan industri perbankan tetap terjaga didukung oleh tingkat permodalan yang relatif tinggi serta terjaganya risiko kredit dan likuiditas. Tingkat permodalan industri perbankan pada Triwulan I 2020 tetap kuat yang tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/

CAR) sebesar 21,63% dan berada di atas persyaratan minimum. Dari sisi intermediasi, pertumbuhan kredit industri perbankan meningkat yaitu dari 6,08% (yoy) pada Triwulan IV 2019 menjadi sebesar 7,95% (yoy) pada triwulan laporan. Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) masing-masing tumbuh sebesar 6,33% (yoy) dan 13,65% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yakni sebesar 2,55% (yoy) dan 13,18% (yoy). Sementara itu, Kredit Konsumsi (KK) tumbuh 5,42% (yoy) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,81% (yoy). Perkembangan rasio Non Performing Loan (NPL) gross juga mengalami kenaikan yakni menjadi 2,77% dibandingkan triwulan sebelumnya (2,53%) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (2,51%), namun masih tercatat jauh di bawah threshold yakni 5%. Peningkatan risiko kredit terjadi pada semua jenis kredit (KI, KMK, dan KK). Sebagai bagian dari asesmen dan surveilans, Bank Indonesia senantiasa berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk mengevaluasi ketahanan sektor perbankan dan kondisi stabilitas sistem keuangan (SSK).

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan dari 6,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,54% (yoy) yang terutama disebabkan oleh dampak pelemahan nilai tukar sehingga menyebabkan peningkatan nilai terlapor DPK valas perbankan dalam valuta Rupiah (Grafik 2.10). Berdasarkan komponen, kenaikan pertumbuhan DPK pada triwulan I 2020 berasal dari Giro, Tabungan, dan Deposito yang masing-masing tumbuh sebesar 22,36% (yoy), 10,41% (yoy), dan 2,49% (yoy) atau cenderung naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni 11,47% (yoy), 6,57% (yoy), dan 3,91% (yoy). Seiring pertumbuhan DPK, secara umum kondisi likuiditas perbankan relatif terjaga, tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap DPK (AL/ DPK) yang tercatat sebesar 24,16% atau diatas threshold.

Penyelenggaraan sistem pembayaraan baik tunai maupun nontunai pada triwulan laporan berjalan baik, sesuai komitmen Bank Indonesia menciptakan sistem pembayaran yang efisien, aman, lancar dan andal. Pada Triwulan I 2020, nilai transaksi SPBI mencapai Rp49.492,32 triliun atau naik 5,91% dibanding periode sebelumnya (qtq) Rp46.731,04 triliun, didorong meningkatnya nilai transaksi pada layanan BI-RTGS sebesar 1,09% dan transaksi BI-SSSS sebesar 20,18%. Sementara, transaksi SKNBI mengalami penurunan 6,42%.

Sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Industri juga berjalan aman, efisien, lancar, dan andal, yang tercermin dari tidak adanya gangguan signifikan dalam memfasilitasi pembayaran ritel non tunai masyarakat. Transaksi ritel menggunakan instrumen

Page 18: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

4Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) tercatat Rp 1.853,89 triliun, melambat (5,96%, qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp1.971,33 triliun. Penurunan terutama disebabkan menurunnya nilai transaksi menggunakan Kartu ATM/Debet. Transaksi menggunakan Uang Eletronik (UE) juga menunjukkan perlambatan yaitu mencapai Rp46,09 triliun, melambat 6,75% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp49,42 triliun. Penurunan jumlah transaksi menggunakan APMK maupun UE sejalan dengan pembatasan aktivitas masyarakat karena pandemi COVID-19 . Bank Indonesia senantiasa melakukan upaya peningkatan dan perluasan penggunaan instrumen pembayaran nontunai masyarakat melalui kebijakan dan sosialisasi serta edukasi.

Dari sisi transaksi tunai, Posisi Uang Tunai Yang Diedarkan (UYD) pada Triwulan I 2020 tercatat sebesar Rp727,3 triliun turun 8,4% (qtq), seiring arus balik uang kartal dari perbankan dan masyarakat paska Hari Raya Natal dan akhir tahun 2019 (seasonal factor). Penurunan terjadi pada seluruh komponen UYD, yaitu uang di masyarakat (Currency outside Bank/CoB) maupun uang di perbankan. Komposisi CoB dan CiV terhadap UYD pada akhir triwulan laporan tercatat masing-masing 85,3% dan 14,77%.

Transaksi uang kartal melalui Bank Indonesia yaitu penarikan dan penukaran uang Rupiah (outflow) oleh perbankan dan masyarakat (reateler,institusi/lembaga,dll) tercatat Rp134,9 triliun atau turun 40,8% (qtq) dibanding outflow triwulan sebelumnya Rp227,7 triliun. Di sisi lain, jumlah penyetoran uang Rupiah ke Bank Indonesia (inflow) mencapai Rp201,5 triliun, atau naik 38,9% (qtq) dibanding inflow triwulan sebelumnya Rp145,1 triliun Selama triwulan laporan terjadi net inflow Rp66,6 triliun, secara tahunan (yoy) perkembangan inflow dan outflow Triwulan I 2020 naik masing-masing 2,7% dan 9,3%. Ke depan, Bank Indonesia akan terus berupaya meningkatkan kinerja sistem pembayaran secara berkesinambungan, baik sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun oleh industri.

1.2. Kebijakan Yang Ditempuh

Dalam menghadapi dinamika perekonomian global, Bank Indonesia senantiasa mencermati berbagai perkembangan domestik dan eksternal untuk memastikan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya di tengah pandemi COVID-19 yang melanda. Upaya ini ditempuh dengan terus memperkuat koordinasi dan sinergi

kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait melalui bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran serta pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Di bidang moneter, sepanjang Triwulan I 2020 Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak dua kali yaitu masing-masing sebesar 25 bps. BI7DRR menjadi 4,50%, suku bunga Deposit Facility menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta sebagai langkah mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah prospek perlambatan ekonomi global akibat terjadinya COVID-19. Selain itu, untuk memperkuat bauran kebijakan, Bank Indonesia juga menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 50 bps dan efektif 1 April 2020.

Terkait pengelolaan moneter, di tengah risiko pandemi COVID-19, Bank Indonesia melakukan penguatan strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Pada akhir Triwulan I 2020, posisi operasi moneter net mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut bersumber dari peningkatan supply likuiditas yang dipengaruhi aliran masuk uang kartal yang lebih besar dibandingkan net kontraksi keuangan pemerintah (penarikan pajak, penerbitan SBN, pembayaran termin proyek, transfer daerah, subsidi, dan lainnya).

Dalam mendukung upaya menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif, Bank Indonesia melakukan penguatan strategi two sided monetary operation dengan memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang Repo SBN setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan baik konvensional maupun syariah, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020. Bank Indonesia juga tetap mengaktifkan OPT yang bersifat fine tune untuk menjaga volatilitas suku bunga PUAB O/N dan non O/N dalam hal terjadi keketatan likuiditas yang temporer. Penyempurnaan strategi ini diharapkan mendukung efektivitas pelaksanaan operasi moneter, memberikan kepastian bagi pelaku pasar akan tersedianya likuiditas dengan tenor lebih panjang, serta mengatasi segmentasi sistem perbankan.

Selanjutnya, Bank Indonesia juga memastikan pergerakan nilai tukar Rupiah sesuai nilai fundamentalnya dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga. Pengelolaan nilai tukar dilakukan dengan meningkatkan intensitas triple

Page 19: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

5Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 1 - Ringkasan Eksekutif

intervention melalui optimalisasi strategi intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah. Bank Indonesia juga menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret. Berbagai kebijakan tersebut dilakukan dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar melalui implementasi kebijakan yang pre-emptive, front loading dan ahead of the curve.

Pada Triwulan I 2020, kebijakan pendalaman pasar keuangan tetap diarahkan mendukung transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Untuk mendukung pencapaian tersebut, Bank Indonesia terus melengkapi ketentuan terkait Penyelenggaraan Central Counterparty untuk Transaksi Over-The-Counter Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar (CCP SBNT) serta Bank Indonesia - Electronic Trading Platform (ETP yang diharapkan dapat memfasilitasi transaksi operasi moneter Bank Indonesia dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana.

Dalam bidang makroprudensial, Bank Indonesia melakukan pengaturan dan pengawasan makroprudensial untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan. Bank Indonesia juga melakukan koordinasi dengan otoritas terkait, baik dalam kerangka koordinasi kebijakan Makroprudensial dan Mikroprudensial, maupun dalam kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), terutama dalam upaya pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan.

Pada triwulan laporan, Bank Indonesia menerbitkan pengaturan makroprudensial sebagai langkah kebijakan mendukung perekonomian dalam menghadapi dampak COVID-19 serta tindak lanjut dari penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 (Perppu No.1 Tahun 2020), diantaranya pengaturan mengenai insentif bagi bank yang memberikan penyediaan dana untuk kegiatan ekonomi tertentu guna mendukung penanganan dampak perekonomian akibat wabah virus Corona. Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan pengaturan mengenai Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) serta penyempurnaan pengaturan mengenai Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) dan Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah (PLJPS).

Bank Indonesia secara konsisten terus memperkuat kebijakan sistem pembayaran guna mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya pengembangan ekonomi dan keuangan digital, dengan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan serta meningkatkan kelancaran, keamanan, keandalan, dan efisiensi sistem pembayaran. Pada triwulan laporan, perluasan implementasi QRIS sebagai standar kode QR pembayaran di Indonesia dilakukan dengan penyelenggaraan Pekan QRIS Nasional (PQN) 2020 serentak di 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.

Di tengah pandemi COVID-19, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran dan memastikan layanan Bank Indonesia tetap berjalan normal dengan melakukan split operations dan Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional BI-RTGS, BI-SSSS, BI-ETP, dan SKNBI. Sebagai langkah mendukung upaya Pemerintah mencegah penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menurunkan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI untuk nasabah dari maksimal Rp3.500,- menjadi Rp2.900,-. Selain itu, biaya Layanan Transfer Dana SKNBI yang dibebankan Bank Indonesia pada bank turut diturunkan dari Rp600,- menjadi Rp1,-. Dengan penurunan biaya ini, masyarakat dapat lebih murah dalam menggunakan Layanan Transfer Dana SKNBI, sehingga tidak terbebani biaya transfer. Selain itu, melalui pembayaran nontunai, masyarakat dapat melaksanakan protokol COVID-19 berupa physical distancing untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Di bidang Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya melalui penyediaan uang layak edar di masyarakat. Dalam upaya mencapai misi menyediakan uang yang layak edar, kebijakan pengelolaan uang Rupiah senantiasa diarahkan untuk mencapai tiga pilar, yaitu (i) ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya, (ii) sistem distribusi uang yang efisien dan Layanan Kas Prima, serta (iii) infrastruktur pengelolaan uang Rupiah yang memadai dan berbasis teknologi.

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pemusnahan 1,6 miliar bilyet atau senilai Rp49,9 triliun yang seluruhnya merupakan uang kertas dan pencetakan uang Rupiah sejumlah Rp67,2 triliun. Secara berkala Bank Indonesia juga menyusun Estimasi Kebutuhan Uang, yang merupakan perhitungan proyeksi kebutuhan uang Rupiah meliputi jumlah dan komposisi pecahan dalam periode tertentu. Pada periode laporan, dilakukan evaluasi dan review terhadap EKU 2020-2021 yang diselaraskan dengan

Page 20: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

6Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

perkembangan asumsi makroekonomi terkini, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19, serta pemenuhan kebutuhan uang menjelang Ramadhan/Idul Fitri 2020.

Bank Indonesia juga mendorong peningkatan persediaan uang Rupiah di seluruh kantor Bank Indonesia melalui mekanisme distribusi uang dan layanan kas dengan Kantor Depo Kas (KDK) maupun pengiriman secara langsung, dengan mempertimbangkan efisiensi jalur distribusi dan ketersediaan moda transportasi. Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan layanan Kas Keliling dan Kas Titipan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum terjangkau layanan kas Bank Indonesia atau belum terlayani perbankan. Sampai akhir Triwulan I 2020 jumlah seluruh Kas Titipan Bank Indonesia sebanyak 95 kantor yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Peran Bank Indonesia dalam mengedarkan uang Rupiah ke masyarakat tidak dapat dipisahkan dari peran Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR). Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia memberikan izin operasional kepada satu PJPUR sehingga jumlah kas titipan menjadi 27. Pengawasan terhadap kegiatan PJPUR juga terus dilakukan oleh Bank Indonesia agar kualitas uang yang beredar sesuai dengan standar Bank Indonesia, serta meminimalisasi peredaran uang palsu.

Kebijakan Bank Indonesia diperkuat dengan dukungan manajemen kelembagaan Bank Indonesia, antara lain melalui pengelolaan perencanaan strategis dan manajemen kinerja, tata kelola yang mendukung kredibilitas yang meliputi juga audit internal dan manajemen risiko, pengelolaan sumber daya manusia, sistem informasi, logistik dan keuangan, serta komunikasi yang efektif dan Program Sosial Bank Indonesia.

Pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia melakukan penguatan pada proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan melalui penyusunan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern tentang Manajemen Dokumen Elektronik Bank Indonesia. Dokumen elektronik diharapkan dapat meningkatkan kelancaran proses administrasi dan pengambilan keputusan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen dokumen sesuai perkembangan teknologi, serta menyediakan alat bukti hukum yang sah dan terpercaya.

Terkait dengan implementasi manajemen risiko, selama Triwulan I 2020, pengelolaan risiko di Bank Indonesia difokuskan pada pengendalian risiko operasional khususnya untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan tugas dan layanan pada stakeholders. Sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap pandemi COVID-19, Bank Indonesia membentuk satuan tugas penanganan COVID-19 yang mengkoordinasikan upaya pencegahan COVID-19 di Bank Indonesia, sekaligus juga memberikan rekomendasi strategis langkah penanganan pandemi. Selain itu, dalam memastikan terjaganya keberlangsungan tugas kritikal, Bank Indonesia juga menerapkan pelaksanaan tugas kritikal secara split operations di beberapa lokasi, yaitu Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai lokasi kerja utama, serta business resumption site sebagai lokasi kerja alternatif.

Transformasi organisasi dan SDM terus dilakukan di Bank Indonesia untuk mewujudkan Bank Indonesia yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan dinamika lingkungan, serta menjadi organisasi yang berfokus pada pencapaian kinerja yang tinggi dan berkelanjutan. Pada Triwulan I 2020 dilakukan penyempurnaan organisasi pada tiga satuan kerja di Bank Indonesia. Selain itu, dilakukan pula kegiatan Rekrutmen melalui jalur Pendidikan Calon Pegawai Muda (PCPM) Angkatan 34 dan pengangkatan terhadap 159 peserta PCPM Angkatan 33.

Di tengah kondisi pandemi COVID-19, Bank Indonesia senantiasa melakukan komunikasi secara proaktif dengan mengedepankan interaksi dengan stakeholders melalui berbagai instrumen komunikasi (multichannel), yang dilakukan secara langsung (live) maupun secara virtual. Komunikasi tersebut untuk memberikan pemahaman dan membentuk ekspektasi stakeholders atas kebijakan Bank Indonesia, serta memberikan feedback, baik terhadap proses komunikasi maupun kebijakan yang ditempuh (policy review).

Seiring dengan pelaksanaan tugas sebagai bank sentral, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan sosial berupa Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). PSBI pada tahun 2020 diarahkan pada upaya mendukung pengendalian inflasi, pengurangan Current Account Deficit (CAD), pemberdayaan ekonomi dan UMKM, pengembangan SDM unggul, serta memelihara dan mendorong kepedulian sosial di bidang lingkungan, kebudayaan, pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan bantuan penanggulangan bencana.

Page 21: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

7Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 1 - Ringkasan Eksekutif

Page 22: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

BAB 2

Page 23: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Pandemi COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia menekan perekonomian global, termasuk Indonesia. Ekonomi Indonesia pada Triwulan I 2020 tumbuh 2,97% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy). Penurunan ini terutama berasal dari melambatnya ekspor jasa, khususnya pariwisata, konsumsi nonmakanan, dan investasi. Inflasi tercatat tetap rendah dan terkendali sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia pun tetap baik, tercermin dari defisit transaksi berjalan yang menurun dan cadangan devisa yang tetap besar. Bank Indonesia terus memperkuat seluruh instrumen bauran kebijakan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi, mendukung stabilitas sistem keuangan, dan pada saat yang sama mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih lanjut dengan berkoordinasi erat dengan Pemerintah, OJK, LPS dan otoritas terkait lain.

Page 24: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

10Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

1. Pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2020 tercatat 2,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Triwulan IV 2019 sebesar 4,97 (yoy), dipengaruhi oleh penurunan permintaan domestik sebagai dampak pandemik COVID-19.

2. Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan laporan secara keseluruhan mencatat defisit 8,5 miliar dolar AS, menurun dari surplus 4,3 miliar dolar AS di Triwulan IV 2019. Defisit transaksi berjalan yang turun pada gilirannya menahan dampak penurunan kinerja transaksi modal dan finansial terutama berbaliknya aliran modal global akibat ketidakpastian dampak pandemik COVID-19 yang meluas ke berbagai negara di dunia.

3. Nilai tukar Rupiah melemah -1,09% secara rerata atau -14,88% secara point to point, didorong meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global pasca penyebaran pandemi COVID-19 yang meluas sehingga memicu peningkatan perilaku risk-off investor global.

4. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Triwulan I 2020 tercatat rendah 0,76% (qtq), sedikit meningkat dari inflasi triwulan sebelumnya 0,53% (qtq) pada triwulan IV-2019. Rendahnya inflasi dipengaruhi melemahnya permintaan sejalan dampak pandemi COVID-19 serta memadainya pasokan barang dan lancarnya rantai distribusi.

5. Rata-Rata Harian (RRH) volume transaksi pasar uang pada Triwulan I 2020 berada di level Rp28,05 triliun turun 15,79% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, didorong penurunan transaksi PUAB.

6. RRH volume transaksi valuta asing (valas) di pasar domestik yang terdiri atas transaksi spot dan derivatif pada Triwulan I 2020 naik 14,61% (qtq)/ naik 2,18% (yoy) ke level 5,71 miliar dolar AS.

7. Ketahanan permodalan industri perbankan tetap kuat tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 21,63%, jauh diatas persyaratan minimum 8%.

8. Pertumbuhan Kredit Perbankan tercatat 7,95% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 6,08% (yoy).

9. Selama periode laporan, Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) masing-masing tumbuh sebesar 6,33% (yoy) dan 13,65% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yakni tumbuh 2,55% (yoy) dan 13,18% (yoy). Sementara itu, Kredit Konsumsi (KK) tumbuh 5,42% (yoy) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,81% (yoy).

10. Pada Triwulan I 2020, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan mengalami peningkatan dari 6,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,54% (yoy), didorong oleh meningkatnya pertumbuhan Giro. Pertumbuhan DPK pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,16%).

11. Sepanjang Triwulan I 2020, kinerja industri keuangan nonbank (IKNB) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama bersumber dari dari perusahaan pembiayaan dan asuransi, yang terlihat dari pertumbuhan pembiayaan dan penurunan aset asuransi.

RINGKASAN

Page 25: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

11Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

12. Penyaluran kredit UMKM selama Triwulan I 2020 mencapai Rp1.122,3 triliun, tumbuh 7,87% (yoy) atau meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 7,62% (yoy) seiring meningkatnya pertumbuhan kredit secara umum.

13. Realisasi penyaluran KUR sampai dengan Februari 2020 mencapai Rp35,02 triliun atau 18,71% dari target 2020 yang telah ditetapkan.

14. Pada Triwulan I 2020, nilai transaksi SPBI mencapai Rp49.492,32 triliun atau naik 5,91% dibanding periode sebelumnya (qtq) Rp46.731,04 triliun. Dari sisi volume, transaksi SPBI mencapai 42,46 juta transaksi pada Triwulan I 2020, atau menurun 9,43% dibanding triwulan sebelumnya 46,88 juta.

15. Selama periode laporan, transaksi ritel menggunakan instrumen Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik (UE) mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sejalan dengan pembatasan aktivitas masyarakat karena pandemi COVID-19 .

16. Pada Triwulan I 2020, nilai transaksi APMK tercatat Rp 1.853,89 triliun, melambat (5,96%, qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp1.971,33 triliun. Begitu pula dengan volume transaksi APMK, melambat 7,73% (qtq) dari 1,93 miliar transaksi menjadi 1,78 miliar transaksi.

17. Nilai transaksi Uang Elektronik selama Triwulan I 2020 mencapai Rp46,09 triliun, melambat 6,75% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp49,42 triliun sejalan dengan volume transaksi yang turun 14,41% (qtq) dari 1,51 miliar transaksi menjadi 1,29 miliar transaksi.

18. Posisi Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) pada akhir Triwulan I 2020 tercatat Rp727,3 triliun, turun 8,4% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai Rp793,7 triliun, dipengaruhi pola musiman (seasonal factor) seiring arus balik uang kartal dari perbankan dan masyarakat paska Hari Raya Natal dan akhir tahun 2019.

Page 26: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

12Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

2.1 Perkembangan Ekonomi Global

Pandemi COVID-19 terus menyebar ke berbagai belahan dunia pada periode laporan dan diprakirakan berakhir di Triwulan III 2020. Perkembangan Pandemi COVID-19 di Tiongkok telah melewati puncaknya sejak pertengahan Maret 2020, tercermin dari penurunan jumlah kasus dan tingkat kematian (fatality rate) serta peningkatan tingkat kesembuhan. Sementara, penyebaran pandemi COVID-19 di luar Tiongkok meluas dengan cepat ke berbagai negara.

Sampai dengan 31 Maret 2020, pandemi COVID-19 menyebar ke 202 negara atau mencakup 98,5% PDB global dengan jumlah kasus lebih dari 750 juta jiwa. Penyebaran terbesar di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, tercermin dari banyaknya jumlah kasus (confirmed cases) (Tabel 2.1). Penyebaran di AS masih mengalami kenaikan, sedangkan di beberapa negara lainnya, seperti Eropa, Jepang dan Singapura mulai mendekati puncaknya. Berdasarkan pertambahan jumlah kasus sampai akhir Maret 2020 (Grafik 2.1), berbagai estimasi memprakirakan pandemi COVID-19 global berakhir di Triwulan III 2020.

Penyebaran pandemi COVID-19 yang meluas ke berbagai negara menekan pertumbuhan ekonomi global. Penanggulangan penyebaran pandemi COVID-19 melalui berbagai upaya pembatasan mobilitas penduduk, baik antar wilayah maupun antar negara menyebabkan penurunan permintaan dan terganggunya proses produksi global. Perkembangan beberapa indikator dini menunjukkan ekonomi global pada Triwulan I 2020 mencatat kontraksi sangat tajam. Kinerja manufaktur

Grafik 2.2 PMI Manufaktur

Pandemi COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia makin menekan perekonomian global. Pandemi COVID-19 yang meluas dan disertai berbagai upaya penanggulangan dengan pembatasan aktivitas masyarakat menyebabkan pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2020 di banyak negara menurun tajam. Volume perdagangan dunia terkontraksi, diikuti menurunnya harga komoditas. Dengan proyeksi kontraksi ekonomi berlanjut hingga Triwulan III 2020, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi global 2020 tumbuh negatif 2,2% dan akan kembali meningkat pada 2021 menjadi 5,2% didorong dampak positif dari kebijakan di banyak negara dan faktor base effect. Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global meningkat pada Maret 2020 sehingga memicu aliran modal keluar dari banyak negara, termasuk dari negara berkembang, serta diikuti meningkatnya tekanan nilai tukar mata uang negara berkembang.

Tabel 2.1 Jumlah kasus COVID-19 Global

Grafik 2.1 Kasus COVID-19 Global

70000

60000

50000

40000

30000

20000

10000

0

Persons

Sumber: WHO, diolah

1 Feb

’203 F

eb’20

5 Fe

b’20

7 Feb

’209

Feb’

2011

Feb’

2013

Feb’

2015

Feb’

2017

Feb’

2019

Feb’

2021

Feb’

2023

Feb’

2025

Feb’

2027

Feb’

2029

Feb’

202 M

ar’20

4 M

ar’20

6 M

ar’20

8 M

ar’20

10 M

ar’20

12 M

ar’20

14 M

ar’20

16 M

ar’20

18 M

ar’20

20 M

ar’20

23 M

ar’20

25 M

ar’20

27 M

ar’20

29 M

ar’20

31 M

ar’20

Sumber: Worldometer, Bloomberg, 31 Maret 2020

TotalMeninggal

No NegaraKasusPositif

Total Sembuh

TingkatKeparahan

1 Amerika Serikat 140.640 2.398 1,71 7.024

2 Italia 101.739 11.591 11,39 15.729

3 Spanyol 85.195 7.340 8,62 19.259

4 Tiongkok 82.545 3.314 4,01 76.0685 Jerman 61.913 583 0,94 16.100

6 Perancis 43.977 3.017 6,86 9.444

7 Iran 41.495 2.757 6,64 41.495

8 Inggris 22.145 1.408 6,36 135

56 Indonesia 1.528 114 8,90 81

Negara lainnya yang terdampak 169.713 3.883 2,29 191.280750.890 36.405 4,85 376.615Total

65

60

55

50

45

40

35

30

25

2017 2018 2019 2020Jun Sep Des Jun Sep DesMar Jun Sep DesMar Mar

Indeks

Sumber: IHS Markit, ISM (US),Bloomberg (Tiongkok), diolah

AS Eropa Jepang India Tiongkok

35,7

Page 27: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

13Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

di banyak negara mencatat pertumbuhan negatif yang signifikan antara lain tercermin pada penurunan tajam Purchasing Manager Index (PMI) di AS, Eropa, Jepang, Tiongkok dan India (Grafik 2.2). Kinerja sektor jasa di beberapa negara tersebut juga mengalami kontraksi, lebih dalam dari kontraksi sektor manufaktur (Grafik 2.3). Selain itu, keyakinan konsumen dan pelaku bisnis di berbagai negara turut memburuk sejalan penurunan permintaan dan gangguan produksi.

Perkembangan tersebut menyebabkan penurunan tajam pertumbuhan ekonomi banyak negara, baik di negara maju maupun berkembang. Pada Triwulan I 2020, pertumbuhan ekonomi AS turun tajam menjadi 0,3% dan diprakirakan mengalami kontraksi yang lebih dalam pada Triwulan II 2020. Perlambatan ini disebabkan dampak rambatan (spillover) dari pelemahan ekonomi Tiongkok pada Januari-Februari dan penyebaran pandemi COVID-19 di AS pada Maret 2020. Sementara itu, ekonomi Eropa mengalami kontraksi -3,3% (yoy) akibat pelemahan permintaan domestik dan ekspor sejalan perlambatan ekonomi di berbagai negara di kawasan tersebut. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga mengalami kontraksi yang dalam hingga mencapai -6,8% (yoy) akibat kebijakan pembatasan mobilitas penduduk selama penanganan pandemi COVID-19 yang menurunkan berbagai aktivitas ekonomi.

Dengan risiko penurunan yang tetap besar, pertumbuhan ekonomi global diprakirakan mengalami kontraksi pada 2020 dan kembali pulih pada 2021. Perkembangan hingga Maret 2020 menunjukkan risiko resesi ekonomi global besar. Dengan proyeksi kontraksi ekonomi berlanjut hingga Triwulan III 2020, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi global 2020 tumbuh negatif 2,2%. Proyeksi lebih dalam disebabkan dampak pandemi COVID-19 yang diprakirakan lebih besar dari prakiraan sebelumnya, serta pengaruh

second round pemburukan ekonomi Tiongkok yang lebih dalam. Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan kembali meningkat pada 2021 menjadi 5,2% didorong dampak positif kebijakan di banyak negara dan faktor base effect.

Berbagai negara menempuh kebijakan ultra-akomodatif guna memitigasi risiko resesi tersebut. Dalam kebijakan moneter, bank sentral di banyak negara melakukan penurunan suku bunga kebijakan dan injeksi likuiditas. Sejak awal 2020, penurunan suku bunga kebijakan berkisar 25-150bps, dengan penurunan suku bunga terbesar dilakukan Bank Sentral AS hingga 150 bps. Pelonggaran moneter juga dilakukan dengan kebijakan Quantitative Easing (QE) dalam jumlah besar melalui berbagai instrumen, seperti pembelian obligasi pemerintah, penurunan Giro Wajib Minimum, dan Emergency Purchase Programme. Dalam kebijakan fiskal, otoritas di banyak negara mengeluarkan stimulus dengan nilai berkisar 0,1-20% PDB. Stimulus fiskal diarahkan untuk peningkatan anggaran kesehatan, peningkatan dan perluasan jaring pengaman sosial, dukungan dunia usaha termasuk relaksasi perpajakan, serta penyiapan anggaran program pemulihan ekonomi.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global memengaruhi perdagangan dunia. Perlambatan perekonomian dunia akibat pandemi COVID-19 menurunkan permintaan barang-barang ekspor dan impor sehingga volume perdagangan menurun (Grafik 2.4). Pada Triwulan I 2020, volume perdagangan dunia terkontraksi 2,5%, dipengaruhi dampak pandemi COVID-19 yang dominan di Tiongkok pada Februari dan dampak penyebaran di negara lainnya pada Maret 2020. Permintaan ekspor AS menurun akibat berkurangnya permintaan dari mitra dagang utamanya yakni Tiongkok dan Eropa. Permintaan ekspor Eropa juga menurun sejalan melemahnya permintaan dari negara kawasan Eropa lainnya seperti Inggris dan Swiss. Dengan

Grafik 2.3 PMI Jasa

Grafik 2.4 Volume Perdagangan Dunia

29,6

70

60

50

40

30

20

10

0

2017 2018 2019 2020Jun Sep Des Jun Sep DesMar Jun Sep DesMar Mar

Indeks

Sumber: IHS Markit, Bloomberg (Tiongkok), diolah

AS Eropa Jepang India Tiongkok ISM US

20

15

10

5

0

-5

-10

-15

-20

-25

% yoy

Sumber: CPB, diolah

I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

2,47

Page 28: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

14Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

perkembangan tersebut, volume perdagangan dunia pada 2020 diprakirakan terkontraksi dan mulai meningkat pada 2021 sejalan pemulihan perekonomian global.

Melemahnya perekonomian global, termasuk perdagangan dunia, berdampak pada penurunan harga komoditas. Permintaan global untuk berbagai komoditas melemah akibat kontraksi aktivitas ekonomi. Koreksi semakin tajam seiring sentimen negatif pelaku pasar karena prakiraan pelemahan ekonomi global semakin dalam. Harga sebagian besar komoditas logam dan batu bara menurun (Tabel 2.2). Dengan kondisi tersebut, harga komoditas ekspor Indonesia pada 2020 diprakirakan tumbuh negatif, sejalan kontraksi permintaan yang dalam pada Triwulan II 2020. Perkembangan ini mengindikasikan pengaruh pelemahan permintaan terhadap harga ekspor diprakirakan lebih dominan dibanding gangguan penawaran seperti gangguan distribusi dan logistik. Pada 2021, harga komoditas ekspor diprakirakan kembali tumbuh positif didorong perbaikan permintaan global. Harga minyak dunia juga menurun seiring pelemahan permintaan di tengah penurunan produksi OPEC+ dan non-OPEC.

Pertumbuhan ekonomi global yang menurun berdampak pada lemahnya tekanan inflasi, meskipun inflasi pangan perlu menjadi perhatian. Inflasi di AS dan Eropa menurun akibat melemahnya permintaan, meski potensi peningkatan inflasi pangan tetap diwaspadai akibat gangguan rantai pasokan global. Di Tiongkok, inflasi juga mengalami penurunan didorong perbaikan pasokan. Selain itu, tren penurunan inflasi juga didukung ekspektasi inflasi di banyak negara yang menunjukkan penurunan seiring dengan melemahnya kegiatan ekonomi. Perkembangan indikator breakeven inflation bond mengindikasikan ekspektasi inflasi AS menurun. Ekspektasi inflasi di Eropa

untuk 2020 juga menurun ke kisaran 1,1% pada Maret 2020 dari sebelumnya 1,4% pada Februari 2020.

Pandemi COVID-19 memicu meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global pada Triwulan I 2020, dan mendorong pembalikan arus modal ke aset keuangan yang dianggap aman. Sejak akhir Februari 2020, ketidakpastian pasar keuangan global meningkat tajam, tercermin pada perkembangan

2.2. Perkembangan Ekonomi Domestik

Tabel 2.2. Harga Komoditas

Pandemi COVID-19 memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan I 2020 melambat menjadi 2,97% (yoy). Namun, ketahanan sektor eksternal tetap baik tercermin dari penurunan defisit transaksi berjalan Triwulan I 2020 menjadi 1,4% PDB dan cadangan devisa yang tetap besar. Nilai tukar Rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar dan mendukung proses penyesuaian eksternal. Inflasi juga tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Selain itu, kondisi likuiditas perbankan memadai dan mendukung berlanjutnya penurunan suku bunga. Stabilitas sistem keuangan terjaga, kendati potensi risiko meluasnya penyebaran pandemik COVID-19 perlu terus diantisipasi. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun pada 2020 dan meningkat pada 2021 didorong perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif stimulus kebijakan yang ditempuh. Defisit transaksi berjalan diprakirakan menurun di bawah 2,0% PDB pada 2020. Inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran 3,0% ±1% pada 2020-2021.

Penyebaran pandemi COVID-19 di Indonesia cukup tinggi pada periode laporan. Hingga 31 Maret 2020, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 1.528. Penambahan angka new confirmed cases dan total kasus positif masih dalam lintasan yang meningkat dan diperkirakan belum mencapai titik puncaknya (Grafik 2.5). Secara nasional, angka kematian (fatality rate) akibat pandemi COVID-19 di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Secara spasial, pandemi COVID-19 menyebar ke sebagian besar wilayah Indonesia dengan penyebaran tertinggi terjadi di wilayah Jawa. Pada akhir Maret 2020, beberapa

2016 2017 2018 2019 2020(YTD)*

KOMODITAS

Sumber: Bloomberg, * per 16 Maret 2020

-10,5 27,1 6,7 -7,8 -3,3

6,8 48,2 2,5 -8,6 -0,2

21,3 5,7 -19,2 -2,3 26,0

-2,2 28,1 -16,8 12,4 -5,3

-15,4 8,9 27,8 7,0 -6,2

13,1 13,1 0,5 -7,5 -10,1

-3,5 22,9 7,4 -14,1 -3,9

4,3 -2,9 -15,4 -11,8 5,5

1,0 6,8 1,2 -0,7 -1,2

5,4 21,7 -2,8 -3,0 3,6

Tembaga

Batubara

CPO

Karet

Nikel

Timah

Aluminium

Kopi

Lainnya

Indeks HargaKomoditas EksporIndonesia

Page 29: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

15Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Sumber: WHO, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (diolah)Data per 31 Maret 2020

2000018000160001400012000100008000600040002000

0

25

20

15

10

5

0

Orang %2 M

ar'20

4 M

ar'20

6 M

ar' 2

0

8 M

ar'20

10 M

ar'20

12 M

ar'20

14 M

ar'20

16 M

ar'20

18 M

ar'20

20 M

ar'20

22 M

ar'20

24 M

ar'20

26 M

ar'20

28 M

ar'20

30 M

ar'20

Confirmed Cases New Confirmed CasesFatality Rate (%) - rhs Recovery Rate (%) - rhs

Fatality Rate: 8,90%Recovery Rate: 5,30%

Positive Recovery Death

1528 81 136

yang terkait penanganan pandemi COVID-19 tetap baik, seperti tercermin pada konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga untuk makanan, kesehatan, dan pendidikan, serta sektor Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan dan Jasa Lainnya.

Dari sisi pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2020 terutama dipengaruhi penurunan permintaan domestik (Tabel 2.3). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat 2,84% (yoy), jauh lebih rendah dibanding kinerja Triwulan IV 2019 sebesar 4,97% (yoy). Perlambatan konsumsi rumah tangga disebabkan penurunan konsumsi nonmakanan khususnya pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan, serta transportasi. Sedangkan konsumsi makanan, pendidikan, dan kesehatan tumbuh stabil. Investasi juga tumbuh melambat 1,70% (yoy) terutama dipengaruhi melambatnya investasi bangunan. Respons stimulus fiskal melalui konsumsi Pemerintah yang tumbuh 3,74% (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam. Selain itu, ekspor neto berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dipengaruhi ekspor yang tumbuh 0,24% (yoy) dan impor yang mencatat kontraksi 2,19% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan ekonomi terutama didorong melambatnya LU yang terdampak pembatasan mobilitas masyarakat, sedangkan pertumbuhan LU yang terkait penanganan COVID-19 tetap baik. Perlambatan ekonomi terutama disumbang melambatnya aktivitas LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi serta LU Transportasi dan Pergudangan yang dipengaruhi kontraksi sektor pariwisata serta berkurangnya mobilitas masyarakat. Di samping itu, kinerja LU Pertanian menurun dipengaruhi perkembangan cuaca yang kurang menguntungkan (Tabel 2.4). Begitu pula dengan kinerja LU Pertambangan dan Penggalian serta LU Industri Pengolahan yang melambat signifikan sejalan dengan kinerja ekspor yang terkontraksi. Sementara, kinerja LU

daerah, seperti Jakarta, mulai menerapkan kebijakan social distancing sebagai mitigasi penyebaran pandemi COVID-19. Berdasarkan pertambahan kasus COVID-19 di Indonesia sampai dengan akhir Maret yang masih meningkat, pengaruh penyebaran pandemi COVID-19 terhadap pelemahan ekonomi domestik diprakirakan akan berlanjut hingga Triwulan III 2020.

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pandemi COVID-19 memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan I 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2,97% (yoy) pada Triwulan I 2020, melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 4,97% (yoy). Perlambatan terutama berasal dari ekspor jasa, khususnya pariwisata, konsumsi nonmakanan, dan investasi, dengan sektor yang paling terdampak adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan, Sektor Konstruksi, dan sub-sektor Transportasi. Sementara, kinerja komponen dan sektor

Grafik 2.5 Penyebaran Pandemi COVID-19 Nasional

Tabel 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

Komponen2018

Sumber: BPS

I II III IV2018

2019 2020

I III III IV2019

Konsumsi Rumah Tangga 4,96 5,17 5,00 5,08 5,05 5,02 5,18 5,01 4,97 5,04 2,84

8,12 8,77 8,61 10,82 9,10 16,96 15,29 7,41 3,53 10,62 -4,91

2,71 5,21 6,26 4,56 4,80 5,22 8,23 0,98 0,48 3,25 3,74

7,92 5,81 6,92 6,01 6,64 5,03 4,55 4,21 4,06 4,45 1,70

6,12 4,96 5,60 5,02 5,41 5,48 5,46 5,03 5,53 5,37 2,76

13,56 8,33 10,73 8,96 10,31 3,69 1,96 1,95 -0,13 1,80 -1,46

5,84 7,48 8,34 4,59 6,55 -1,58 -1,73 0,10 -0,39 -0,87 0,24

12,46 14,94 13,77 7,11 11,88 -7,47 -6,84 -8,30 -8,05 -7,69 -2,19

5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 5,02 2,97

Konsumsi Lembaga Nonprofit

Melayani Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

Investasi (PMTDB)

Investasi Bangunan

Investasi Nonbangunan

Ekspor

Impor

PDB

Persen, yoy

Page 30: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

16Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

terkait penanganan pandemi COVID-19 tetap tumbuh baik, seperti tercermin pada kinerja LU Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan, dan Jasa Lainnya.

Secara spasial, perlambatan ekonomi pada Triwulan I 2020 terjadi di seluruh wilayah. Perlambatan terdalam terutama terjadi di Bali-Nusa Tenggara (Balinusra) akibat penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sejak Februari 2020 sehingga berdampak pada ekspor jasa pariwisata dan LU terkait pada perekonomian wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi (PDRB) pada hampir seluruh provinsi mengalami perlambatan (Infografis 2.1). Perlambatan terutama

disebabkan menurunnya permintaan domestik sebagai dampak dari pembatasan aktivitas sosial-ekonomi karena kebijakan social distancing untuk mengantisipasi penyebaran pandemi COVID-19. Namun, perbaikan kinerja sektor eksternal menahan perlambatan lebih dalam dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan. Pertumbuhan ekonomi di Papua juga membaik didorong perbaikan kinerja LU Pertambangan, khususnya tembaga, meskipun hasilnya belum dimanfaatkan untuk ekspor pada Triwulan I 2020.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diprakirakan akan menurun sejalan dengan dampak pandemi COVID-19.

Tabel 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

Infografis 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Regional 2019

Komponen

*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan Akomodasi dan Mamin***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan*****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya dan (iv) Jasa LainnyaSumber: BPS

Persen, yoy

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *

Konstruksi

Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**

Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***

Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****

Jasa-jasa Lainnya*****

PDB

2018

I II III IV2018

2019 2020

I III III IV2019

3,34 4,72 3,66 3,87 3,94 1,82 5,33 3,12 4,26 3,64 0,02

1,06 2,65 2,67 2,25 2,16 2,32 -0,71 2,34 0,94 1,22 0,43

4,60 3,88 4,35 4,25 4,27 3,85 3,54 4,14 3,66 3,80 2,06

3,33 7,29 5,62 5,64 5,48 4,48 2,65 3,83 5,96 4,24 3,91

7,35 5,73 5,79 5,58 6,09 5,91 5,69 5,65 5,79 5,76 2,90

5,02 5,29 5,39 4,68 5,10 5,34 4,80 4,61 4,65 4,84 1,67

8,12 6,70 7,01 6,35 7,04 7,45 7,93 8,09 8,75 8,06 6,07

4,63 4,22 4,47 6,13 4,82 7,26 6,03 6,94 8,04 7,07 7,31

6,01 6,85 7,68 6,82 6,83 7,12 8,41 6,43 5,45 6,81 5,72

5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 5,02 2,97

Sumber: BPS

Secara spasial, perlambatan ekonomi pada Triwulan I 2020 terjadi di seluruh wilayah. Perlambatan terdalam terutama terjadi di Bali-Nusa Tenggara (Balinusra) akibat penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sejak Februari 2020 sehingga berdampak pada ekspor jasa pariwisata dan LU terkait pada perekonomian wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi (PDRB) pada hampir seluruh provinsi mengalami perlambatan (Infografis 2.1). Perlambatan terutama disebabkan menurunnya permintaan domestik sebagai dampak dari pembatasan aktivitas sosial-ekonomi karena kebijakan social distancing untuk mengantisipasi penyebaran pandemi COVID-19. Namun, perbaikan kinerja sektor eksternal menahan perlambatan lebih dalam dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan. Pertumbuhan ekonomi di Papua juga membaik didorong perbaikan kinerja LU Pertambangan, khususnya tembaga, meskipun hasilnya belum dimanfaatkan untuk ekspor pada Triwulan I 2020.

Sumber: BPS, diolah

Infografis 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Regional 2019

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diprakirakan akan menurun sejalan dengan dampak pandemi COVID-19. Di sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi diprakirakan berlanjut terutama dipengaruhi penurunan pendapatan masyarakat dan keyakinan konsumen. Investasi terkontraksi terutama investasi bangunan seiring tertundanya sejumlah proyek properti maupun infrastruktur. Begitu pula, kontraksi ekspor dan impor berlanjut sejalan proyeksi kontraksi perekonomian global. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ditopang sektor sekunder dan tersier. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat pada 2021 didorong ekonomi dunia yang membaik dan dampak positif stimulus kebijakan yang ditempuh. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi selama dan pasca pandemi COVID-19.

PDRB > 7,0%

6,0% < PDRB < 7,0%

5,0% < PDRB < 6,0%

4,0% < PDRB < 5,0%

0% < PDRB < 4,0%

PDRB < 0%

Sulut 4,27Gorontalo 4,06Sulteng 4,91Sulbar 4,92Sulsel 3,07Sultra 4,37

Kalbar 2,49Kalteng 2,95Kalsel 5,68Kaltim 1,27Kaltara 5,01

Maluku 4,01Maluku Utara 3,06Papua 1,48Papua Barat 5,14

Bali -1,14NTB 3,19NTT 2,84

Banten 3,09Jakarta 5,06Jawa Barat 2,73Jawa Tengah 2,60Jawa Timur 3,04Yogyakarta -0,17

Kepri 2,06Bengkulu 3,82Kep. Babel 1,35Sumsel 4,98Lampung 1,73

Aceh 3,17Sumut 4,65Riau 2,24Sumbar 3,92Jambi 1,65

KALIMANTAN

JAWA

BALI - NUSA TENGGARA

SULAWESI, MALUKU DAN PAPUASUMATERA4,57 4,63 4,5 4,61 3,25

5,23 5,39 5,67 3,73 2,491,57 0,65 2,32 5,21 3,56

4,59 4,77 5,34 5,52 0,94

5,65 5,59 5,51 5,34 3,42

2019

2019

2020

2020

202020202020

I II III IV I I II III IV I I II III IV I

I II III IV I

I II III IV I

201920192019

Page 31: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

17Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Di sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi diprakirakan berlanjut terutama dipengaruhi penurunan pendapatan masyarakat dan keyakinan konsumen. Investasi terkontraksi terutama investasi bangunan seiring tertundanya sejumlah proyek properti maupun infrastruktur. Begitu pula, kontraksi ekspor dan impor berlanjut sejalan proyeksi kontraksi perekonomian global. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ditopang sektor sekunder dan tersier. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat pada 2021 didorong ekonomi dunia yang membaik dan dampak positif stimulus kebijakan yang ditempuh. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi selama dan pasca pandemi COVID-19.

2.2.2 Neraca Pembayaran Indonesia

Defisit transaksi berjalan Indonesia Triwulan I 2020 menurun sehingga menopang ketahanan eksternal tetap baik. Penurunan defisit transaksi berjalan dipengaruhi penyesuaian permintaan domestik terhadap perkembangan pandemi COVID-19 sehingga meminimalkan dampak berkurangnya ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia dan penurunan harga komoditas. Defisit transaksi berjalan yang turun pada gilirannya menahan dampak penurunan kinerja transaksi modal dan finansial terutama berbaliknya aliran modal global akibat ketidakpastian dampak pandemi COVID-19 yang meluas ke berbagai negara di dunia. Dengan perkembangan

tersebut, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Triwulan I 2020 mencatat defisit 8,5 miliar dolar AS, setelah pada Triwulan IV 2020 mencatat surplus 4,3 miliar dolar AS (Tabel 2.5).

Menurunnya defisit transaksi berjalan pada Triwulan I 2020 dipengaruhi penurunan impor sejalan dengan pelemahan ekonomi domestik akibat pandemi COVID-19. Defisit transaksi berjalan pada Triwulan I 2020 tercatat 3,9 miliar dolar AS (1,4% dari PDB), menurun dari defisit triwulan sebelumnya 8,1 miliar dolar AS (2,8% dari PDB). Penurunan ini terutama dipengaruhi peningkatan surplus neraca perdagangan barang akibat penurunan impor seiring pelemahan permintaan domestik, sehingga mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. Defisit neraca jasa juga membaik akibat penurunan defisit jasa transportasi sejalan penurunan impor barang, di tengah penurunan surplus jasa travel karena berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara akibat pandemi COVID-19.

Aliran masuk modal asing mengalami penyesuaian akibat kepanikan di pasar keuangan global terhadap penyebaran COVID-19 yang semakin meluas ke berbagai negara. Pada Triwulan I 2020, transaksi modal dan finansial mencatat defisit 2,9 miliar dolar AS, setelah pada pada triwulan sebelumnya surplus 12,6 miliar dolar AS (Tabel 2.5). Hal ini disebabkan besarnya aliran modal keluar terutama dalam bentuk investasi portofolio, yang dipicu kepanikan pasar keuangan global akibat kekhawatiran terhadap penyebaran COVID-19 ke berbagai negara. Selama Triwulan I 2020, aliran modal investasi portofolio mencatat net outflows

Tabel 2.5. Neraca Pembayaran Indonesia

Komponen (Miliar Dolar)

*Angka Sementara; **Angka Sangat SementaraSumber: Bank Indonesia

Transaksi BerjalanA. Barang

- Ekspor, fob

- Impor, fob

a. Non-migas

b. Migas

B. Jasa-jasa

C. Pendapatan Primer

D. Pendapatan Sekunder

Transaksi Modal dan Finansial1. Investasi Langsung

2. Investasi Portofolio

3. Investasi Lainnya

Neraca Keseluruhan

- Cadangan DevisaMemorandum :

Dalam bulan impor dan pembayaran ULN Pemerintah

- Transaksi Berjalan (% PDB)

2017

I II III IV Total

2018

I II III IV Total

2019* 2020

I II III IV I**Total

-2,0 -4,4 -4,2 -5,6 -16,2 -4,9 -7,8 -8,4 -9,5 -30,6 -6,6 -8,2 -7,5 -8,1 -30,4 -3,9 5,6 4,8 5,3 3,1 18,8 2,3 0,3 -0,4 -2,5 -0,2 1,3 0,6 1,4 0,3 3,5 4,4

40,8 39,2 43,4 45,6 168,9 44,4 43,7 47,7 44,9 180,7 41,2 40,2 43,7 43,4 168,5 41,8

-35,1 -34,3 -38,1 -42,5 -150,1 -42,1 -43,4 -48,1 -47,4 -181,0 -39,9 -39,6 -42,3 -43,1 -164,9 -37,3

7,6 6,1 6,3 5,2 25,3 4,4 3,2 3,4 0,1 11,2 2,9 3,1 2,7 3,2 12,0 5,8

-2,2 -1,5 -1,3 -2,4 -7,3 -2,4 -2,7 -3,5 -2,8 -11,4 -2,1 -2,9 -2,1 -3,2 -10,3 -2,7

-1,1 -2,0 -2,1 -2,1 -7,4 -1,3 -1,7 -1,8 -1,6 -6,5 -1,6 -1,9 -2,3 -2,1 -7,8 -1,9

-7,7 -8,1 -8,6 -7,8 -32,1 -7,4 -8,0 -8,0 -7,4 -30,8 -8,1 -8,9 -8,4 -8,3 -33,8 -8,1

1,1 1,0 1,1 1,2 4,5 1,4 1,6 1,8 2,0 6,9 1,8 2,0 1,8 2,0 7,6 1,6

6,7 5,3 9,6 7,1 28,7 2,2 3,1 4,0 15,9 25,2 9,9 6,8 7,5 12,6 36,7 -2,9

2,6 4,5 7,0 4,4 18,5 4,7 2,4 4,5 0,9 12,5 6,0 5,8 5,2 3,2 20,1 3,5

6,5 8,1 3,8 2,6 21,1 -1,1 0,1 -0,1 10,5 9,3 5,2 4,6 4,9 7,1 21,7 -5,8

-2,5 -7,3 -1,2 0,2 -10,7 -1,5 0,6 -0,5 4,7 3,3 -1,4 -3,6 -2,7 2,4 -5,4 -0,5

4,5 0,7 5,4 1,0 11,6 -3,9 -4,3 -4,4 5,4 -7,1 2,4 -2,0 0,0 4,3 4,7 -8,5

121,8 123,1 129,4 130,2 130,2 126,0 119,8 114,8 120,7 120,7 124,5 123,8 124,3 129,2 129,2 121,0

8,6 8,6 8,6 8,3 8,3 7,6 6,9 6,3 6,43 6,43 6,7 6,8 6,9 7,3 7,3 7,0

-0,8 -1,7 -1,6 -2,16 -1,6 -1,9 -3,0 -3,2 -3,7 -2,9 -2,5 -3,0 -2,6 -2,8 -2,7 -1,4

Page 32: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

18Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Grafik 2.6. Cadangan Devisa

5,8 miliar dolar AS, terutama terjadi pada instrumen surat utang Pemerintah.

Berbagai perkembangan menunjukkan secara umum ketahanan eksternal yang tetap baik turut didukung cadangan devisa yang terjaga. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 tercatat 121,0 miliar dolar AS, lebih rendah dibanding posisi pada akhir Februari 2020 130,4 miliar dolar AS (Grafik 2.6). Posisi tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Perkembangan cadangan devisa pada Maret 2020 dipengaruhi pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah kondisi “extraordinary” karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 yang secara cepat meluas ke seluruh dunia. Bank Indonesia berpandangan posisi cadangan devisa lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Ke depan, prospek NPI diprakirakan tetap baik sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal tetap terjaga. Prospek tersebut didorong defisit transaksi berjalan pada 2020 yang diprakirakan menurun sampai di bawah 2,0% PDB, dari prakiraan sebelumnya 2,5%-3,0% PDB. Sementara, aliran masuk modal asing juga diprakirakan tetap tinggi seiring meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik dan terjaganya kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Bank Indonesia terus mencermati dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, termasuk kinerja Neraca Pembayaran Indonesia, serta terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

2.2.3 Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar Rupiah pada Triwulan I 2020 bergerak sesuai mekanisme pasar dan mendukung proses penyesuaian eksternal. Pada Triwulan I 2020 Rupiah melemah secara rerata -1,09% atau -14,88% secara point-to-point (Grafik 2.7). Pelemahan Rupiah didorong meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global pasca penyebaran pandemi COVID-19 yang meluas sehingga memicu peningkatan perilaku risk-off investor global. Kondisi ini mendorong penyesuaian aliran dana global dari negara berkembang ke aset keuangan global dan komoditas yang dianggap aman (safe haven assets) dan menekan mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun demikian, pelemahan Rupiah pada Triwulan I 2020 lebih terbatas dibanding pergerakan mata uang negara peers di Asia, seperti Korea Selatan, Singapura, dan India yang mengalami depresiasi di atas 1,5%.

Pergerakan nilai tukar Rupiah yang sesuai mekanisme pasar diikuti dengan volatilitas yang meningkat. Pada Triwulan I 2020, volatilitas nilai tukar Rupiah tercatat 23,4%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya 3,9% (Grafik 2.8). Kenaikan volatilitas nilai tukar Rupiah didorong ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi sejalan dengan kekhawatiran investor global terhadap dampak meluasnya penyebaran pandemi COVID-19 ke berbagai negara di dunia. Namun, level volatilitas Rupiah lebih lebih rendah dibanding level volatilitas mata uang negara peers, seperti Real Brazil (BRL) dan Rand Afrika Selatan (ZAR) yang dalam periode sama masing-masing tercatat 28,8% dan 28,7%.

Bank Indonesia memandang level nilai tukar Rupiah secara fundamental undervalued sehingga berpotensi terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi

Grafik 2.7 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Peers

Sumber: Bank Indonesia

150

120

90

60

30

0

109876543210

Miliar Dolar AS Bulan

20171 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 1 2 34 5 6 7 8 9 101112

2018 2019 2020

Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)Cadangan Devisa

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 31 Maret 2020

Tw.I 2020 (QTD) vs Tw.IV 2019

BRLTRYZARTHBSGDINR

KRWIDREURMYRJPY

PHPCNY

%-25,00 -20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00

point-to-pointaverage

-20,40

-5,11

-7,42

-21,71-9,34

-5,62-5,46

-9,64

1,04-2,21

-5,33

-0,100,09

-1,90

-5,03-4,20

-3,15-1,55-1,55-1,50-1,09

-0,38-0,28-0,22

0,940,35

Page 33: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

19Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Bank Indonesia terus meningkatkan intensitas intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder. Guna mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter untuk memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas di pasar uang maupun pasar valas.

2.2.4 Inflasi

Inflasi pada Triwulan I 2020 tetap rendah dan terkendali sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Triwulan I 2020

tercatat rendah 0,76% (qtq), meski sedikit meningkat dari inflasi triwulan sebelumnya 0,53% (qtq). Rendahnya inflasi dipengaruhi melemahnya permintaan sejalan dampak pandemi COVID-19 serta memadainya pasokan barang dan lancarnya rantai distribusi. Inflasi inti tetap terkendali 0,61% (qtq) atau 2,87% (yoy) sejalan dengan permintaan yang menurun dan konsistensi Bank Indonesia mengarahkan ekspektasi inflasi tetap rendah. Sementara, inflasi volatile food (VF) meningkat dipengaruhi kenaikan beberapa komoditas akibat terbatasnya pasokan. Namun, kenaikan harga komoditas VF diimbangi deflasi kelompok administered prices (AP) akibat koreksi tarif angkutan udara. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK pada Triwulan I 2020 secara tahunan tetap terkendali 2,96% (yoy), meski sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya 2,72% (yoy).

Grafik 2.8 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.9 Inflasi

Infografis 2.2. Peta Inflasi Daerah (%, yoy)

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 31 Maret 2020

ZAR BRLTRY IDR SGDTHBKRWPHPINR MYR

35

30

25

20

15

10

5

0

%

Q4-19Q1-20

17,2

12,9

28,7

9,3

5,9 5,2

28,8

13,6

5,1 5,93,2 3,9

10,4

17,0

23,4

9,0

3,3 4,03,4

11,1

Sumber: BPS, diolah

% yoy

Administered Prices

Volatile Food

Inti

IHK0,16

2,872,96

6,48

20171 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 1 2 3 45 6 7 8 9 101112

2018 2019 2020

permintaan yang menurun dan konsistensi Bank Indonesia mengarahkan ekspektasi inflasi tetap rendah. Sementara, inflasi volatile food (VF) meningkat dipengaruhi kenaikan beberapa komoditas akibat terbatasnya pasokan. Namun, kenaikan harga komoditas VF diimbangi deflasi kelompok administered prices (AP) akibat koreksi tarif angkutan udara. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK pada Triwulan I 2020 secara tahunan tetap terkendali 2,96% (yoy), meski sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya 2,72% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.9 Inflasi

Inflasi IHK yang tetap rendah ditopang terjaganya inflasi daerah. Inflasi di sebagian besar wilayah masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 2020, dengan Kalimantan Utara menjadi wilayah dengan inflasi terendah (Infografis 2.2). Sementara, beberapa wilayah mencatat inflasi lebih tinggi seperti Jawa Barat dan Aceh. Inflasi Jawa Barat (3,9%) dan Aceh (3,9%) masih cukup tinggi akibat kenaikan harga pada komoditas bawang bombay dan gula pasir untuk Jawa Barat serta aneka ikan dan emas perhiasan untuk Aceh.

Sumber: BPS, diolah

Infografis 2.2 Peta Inflasi Daerah (%,yoy)

Ke depan, inflasi IHK 2020 diprakirakan tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasarannya.

Page 34: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

20Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Inflasi IHK yang tetap rendah ditopang terjaganya inflasi daerah. Inflasi di sebagian besar wilayah masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 2020, dengan Kalimantan Utara menjadi wilayah dengan inflasi terendah (Infografis 2.2). Sementara, beberapa wilayah mencatat inflasi lebih tinggi seperti Jawa Barat dan Aceh. Inflasi Jawa Barat (3,9%) dan Aceh (3,9%) masih cukup tinggi akibat kenaikan harga pada komoditas bawang bombay dan gula pasir untuk Jawa Barat serta aneka ikan dan emas perhiasan untuk Aceh.

Ke depan, inflasi IHK 2020 diprakirakan tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasarannya. Prakiraan inflasi yang lebih rendah terutama bersumber dari menurunnya tekanan inflasi dari seluruh komponen. Inflasi inti tetap rendah sejalan pelemahan permintaan akibat pandemi COVID-19 dan ekspektasi inflasi yang tetap terkendali. Inflasi kelompok VF diprakirakan lebih rendah seiring lemahnya permintaan pada beberapa komoditas dan terbatasnya gangguan pasokan didukung komitmen pemerintah untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi selama masa pandemi COVID-19. Selain itu, penurunan inflasi AP juga sejalan dengan pelemahan permintaan. Ke depan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, untuk mengendalikan inflasi rendah dan stabil dalam sasarannya 3,0±1% pada 2020 dan 2021.

2.3. Perkembangan Sistem Keuangan

2.3.1. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Valas

Kedalaman pasar keuangan rupiah dan valuta asing (valas) dimonitor melalui IKU nilai outstanding (size) pasar uang rupiah dan komposisi transaksi derivatif di pasar valas. Semakin besar outstanding pasar uang rupiah, semakin besar kapasitas pasar uang menyediakan kebutuhan likuiditas jangka pendek bagi pelaku pasar. Semakin tinggi rasio transaksi derivatif valas terhadap total transaksi valas, semakin baik struktur pasar valas menopang stabilitas nilai tukar Rupiah dan semakin bagus ketersediaan instrumen lindung nilai terhadap risiko nilai tukar di pasar domestik.

Secara fundamental, size dan volume transaksi dipengaruhi ketersediaan instrumen yang beragam serta akses dan kapabilitas pelaku pasar, serta ditopang infrastruktur pasar yang handal dengan tata kelola baik. Keseluruhan aspek tersebut merupakan bagian dari program pengembangan pasar keuangan Bank Indonesia untuk mendorong terciptanya pasar keuangan yang dalam, likuid, efisien, inklusif, dan aman. Namun, berbagai perkembangan aktivitas ekonomi domestik serta serta faktor domestik lainnya dan perkembangan global turut pula mempengaruhi size dan volume transaksi.

Outstanding pasar uang rupiah pada Triwulan I 2020 mencapai Rp680,29 triliun (naik 5,8%/qtq). Outstanding terbesar berasal dari instrumen operasi moneter Bank Indonesia (Reverse Repo Surat Berharga Negara/SBN, Sertifikat Bank Indonesia/SBI, Sertifikat Deposito Bank Indonesia/SDBI) dan transaksi FX Swap antarbank (grafik 2.10).

Di pasar valas, rata-rata harian (RRH) volume transaksi derivatif valas pada Triwulan I 2020 mencapai 2,13 miliar

Di tengah pandemi COVID-19, kondisi Sistem Keuangan masih relatif terjaga. Volume transaksi pasar uang Rupiah mengalami penurunan, sementara volume transaksi pasar valuta asing (valas) mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi Industri perbankan tetap terjaga, kinerja sektor rumah tangga tetap terjaga sementara kinerja sektor korporasi dan industri keuangan nonbank (IKNB) tumbuh melambat. Di sisi lain, perkembangan kredit UMKM juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya ditopang oleh usaha mikro.

Grafik 2.10 Outstanding Pasar Uang

800.000

700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

-Tw IV-2018

NCDOS SPN/SRR SBNOS SBI/SDBIOS SWAPOS REPOOS PUAB

Tw I-2019 Tw II-2019 Tw III-2019 Tw IV-2019 Tw I-2020

Page 35: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

21Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

untuk Pelaku PUAB cenderung tetap 88 Pelaku (Grafik 2.12).

Dari sisi suku bunga, selama Triwulan I 2020 suku bunga PUAB mengalami penurunan pada seluruh tenor, berkisar antara 10 - 37 basis points (bps). RRH suku bunga PUAB tenor overnight, satu minggu, satu bulan, dan tiga bulan masing-masing di level 4,68%, 4,91%, 5,29%, dan 5,18% (Grafik 2.13). Pergerakan suku bunga PUAB jangka pendek di Triwulan I 2020 bergerak sejalan dengan pergerakan BI 7DRR rate dengan kecenderungan spread (selisih antara suku bunga PUAB O/N s.d. 1 minggu dengan BI 7DRR rate) yang tipis. Hal ini menunjukkan bahwa transmisi kebijakan moneter semakin efektif yang ditunjukkan dengan suku bunga pasar uang jangka pendek bergerak tidak terlalu jauh dari BI 7DRR.

dolar AS atau sebesar 37,22% dari total RRH transaksi valas yang mencapai 5,71 miliar dolar AS (Grafik 2.11).

2.3.1.1 Perkembangan Pasar Uang

Rata-rata harian (RRH) volume transaksi pasar uang pada Triwulan I 2020 berada di level Rp28,05 triliun turun 15,79% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan volume terutama karena adanya penurunan transaksi PUAB (turun 21,78%) dan FX Swap (turun 12,69%). Penurunan volume transaksi ini mengindikasikan Bank menahan likuiditasnya dan cenderung wait and see dalam menghadapi kondisi ekonomi dunia yang diperkirakan terus melambat karena pandemi COVID-19.

Dalam menyikapi perlambatan ekonomi dunia, Bank Indonesia melakukan penyesuaian suku bunga kebijakan Bank Indonesia sebanyak dua kali di Triwulan I 2020, masing-masing turun 25 basis points, menjadi 4,5% di akhir Maret 2020. Sejalan dengan penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia, suku bunga Pasar Uang juga turun di semua tenor.

a. Perkembangan Pasar Uang Uncollateralized

Pada Triwulan I 2020, RRH volume transaksi pasar uang antarbank uncollateralized (PUAB) rupiah mengalami penurunan 21,78% (qtq) ke level Rp14,00 triliun, sejalan dengan penurunan frekuensi transaksi dan jumlah pelaku PUAB. Penurunan volume transaksi dan frekuensi PUAB terjadi di seluruh tenor, khususnya tenor O/N. Volume transaksi PUAB tenor O/N masih mendominasi keseluruhan transaksi dengan komposisi 72,05%, diikuti tenor satu bulan 15,41% dan tenor 2 – 4 hari 9,45%. Rata-rata frekuensi transaksi harian PUAB secara keseluruhan turun 19,66% (qtq) menjadi 158 transaksi, sedangkan

Grafik 2.11. RRH Volume Transaksi dan Frekuensi PUAB Grafik 2.12. Jumlah Pelaku PUAB

Grafik 2.13. Pergerakan Suku Bunga PUAB dan Policy Rate

b. Perkembangan Pasar Uang Collateralized (Repo)

Di saat terjadi penurunan pada transaksi PUAB, transaksi repo mengalami kenaikan, baik dari volume maupun

20.000

17.500

15.000

12.500

10.000

7.500

5.000

250

200

150

100

50

-

2018Tw-I

2020Tw-I

Miliar Rp

2m 1m 2-4 o/n Frekuensi

2018Tw-II

2018Tw-III

2018Tw-IV

2019Tw-I

2019Tw-II

2019Tw-III

2019Tw-IV

2018TW 1

2018TW 2

2018TW 3

2018TW 4

2019TW 1

2019TW 2

2019TW 3

2019TW 4

2019TW 4

2020TW 1

94 95 95

93

89 90

89 88 88 88

8,00%

6,00%

4,00%

2,00%

Policy Rate DF Rate LF RatePUAB 1m Puab 1 Bulan Puab 3b

PUAB O/n

2018Tw-I

2020Tw-I

2018Tw-II

2018Tw-III

2018Tw-IV

2019Tw-I

2019Tw-II

2019Tw-III

2019Tw-IV

Page 36: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

22Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

frekuensi transaksi repo. Rata-rata harian (RRH) volume transaksi repo pada Triwulan I 2020 naik 43,99% (qtq) menjadi Rp943 miliar, sedangkan frekuensi transaksi repo naik 64,74% menjadi 285 transaksi.

Kenaikan volume dan frekuensi transaksi repo ini terutama dipicu kenaikan signifikan pada transaksi repo tenor 1

Grafik 2.14. Volume Transaksi Repo (RRH)

Grafik 2.16. Jumlah Pelaku Transaksi Repo

Grafik 2.15. Frekuensi Transaksi Repo

Grafik 2.17. Pergerakan Suku Bunga Repo

Grafik 2.18. Perkembangan suku bunga pasar uang tenor 1 bulan

bulan. Volume transaksi repo di tenor 1 bulan naik 207,73% menjadi sebesar Rp580 miliar atau sebesar 61,49% dari total RRH volume transaksi repo.

Hal ini mengindikasikan untuk berjaga-jaga, Bank cenderung memilih menjaga likuiditas untuk kurun waktu satu bulan melalui repo dibandingkan melalui PUAB atau FX Swap.

Dari sisi suku bunga, suku bunga repo pada Triwulan I 2020 cenderung lebih rendah dibanding suku bunga PUAB. RRH suku bunga repo turun di semua tenor dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya tenor 1 bulan dan 2 – 4 hari yang di Triwulan I 2020 masing-masing berada di level 5,04% (turun 34 bps) dan 4,74% (turun 24 bps).

2.3.1.2 Perkembangan Pasar Valuta Asing

RRH volume transaksi valuta asing (valas) di pasar domestik yang terdiri atas transaksi spot dan derivatif pada Triwulan I 2020 naik 14,61% (qtq)/ naik 2,18% (yoy) ke level 5,71

1800

1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0

Miliar Rp

o/n 2-4hr 1m 2m 3m 1b 2b 3b >3b s/d 12b >12b

2018Tw 1

2020Tw 1

2018Tw 2

2018Tw 3

2018Tw 4

2019Tw 1

2019Tw 2

2019Tw 3

2019Tw 4

500450400350300250200150100500

2018Tw 1

2020Tw 1

2018Tw 2

2018Tw 3

2018Tw 4

2019Tw 1

2019Tw 2

2019Tw 3

2019Tw 4

o/n 2-4hr 1m 2m 3m 1b 2b >3b s/d 12b >12b

25

20

15

10

5

-

2018Tw-I

2020Tw-I

2018Tw-II

2018Tw-III

2018Tw-IV

2019Tw-I

2019Tw-II

2019Tw-III

2019Tw-IV

23 23

20 18

20 21 22

20 19

7,50%

7,00%

6,50%

6,00%

5,50%

5,00%

4,50%

4,00%

3,50%o/n 2-4h 1m 2m 3m 1b

2018Tw 1

2020Tw 1

2018Tw 2

2018Tw 3

2018Tw 4

2019Tw 1

2019Tw 2

2019Tw 3

2019Tw 4

7,50%

7,00%

6,50%

6,00%

5,50%

5,00%

4,50%

4,00%

3,50%

3,00%

Suku Bunga

Puab 1 Bulan Repo 1 Bulan

2017Tw-III

2017Tw-IV

2018Tw-I

2018Tw-II

2018Tw-III

2018Tw-IV

2019Tw-I

2019Tw-II

2019Tw-III

2019Tw-IV

2020Tw-I

Page 37: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

23Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

miliar dolar AS. Volume transaksi spot naik 17,63% (qtq)/naik 5,77% (yoy) ke level 3,58 miliar dolar AS, sementara volume transaksi derivatif naik 9,87%% (qtq)/turun 3,34% (yoy) ke level 2,13 miliar dolar AS. Komposisi transaksi derivatif valas terhadap total keseluruhan transaksi valas menjadi 37,22% (qtq) di Triwulan I 2020 dari triwulan sebelumnya sebesar 38,79% (Grafik 2.19).

Berdasarkan jenis transaksi derivatif, kenaikan volume terbesar terjadi pada transaksi forward. Volume transaksi RRH forward naik 31,72% (qtq) menjadi 270,07 juta dolar AS. Sedangkan RRH FX Swap turun 3,36% (qtq) dari 1,58 miliar dolar AS menjadi 1,53 miliar dolar AS. Sementara perubahan volume transaksi Option, Cross Currency Swap (CCS), dan Call Spread Option (CSO) secara nominal relatif terbatas (Grafik 2.20).

RRH transaksi derivatif berupa Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) pada Triwulan I 2020 mencapai 161,27 juta dolar AS per hari, naik 316,28% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 2.21).

Pelaku yang melakukan transaksi DNDF pada akhir Triwulan I 2020 berasal dari 83 korporasi, 21 bank, dan 23 pihak asing. Komposisi transaksi berdasarkan volume beli dan volume jual DNDF ditunjukkan pada grafik berikut.

Grafik 2.19. Komposisi Transaksi Derivatif Valas Grafik 2.21. RRH Transaksi DNDF dan kurs USD/IDR

Grafik 2.20. RRH Transaksi Valas Grafik 2.23. Volume Jual DNDF berdasarkan Pelaku

Grafik 2.22. Volume Beli DNDF berdasarkan Pelaku

Derivatif Spot %Derivatif

7,00

6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00

40,00%

38,00%

36,00%

34,00%

32,00%

30,00%

2018Tw 1

2020Tw 1

2018Tw 2

2018Tw 3

2018Tw 4

2019Tw 1

2019Tw 2

2019Tw 3

2019Tw 4

Miliar $7,00

6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

-

SPOT SWAP FORWARD OPTION CCS CSO

2018Tw 1

2020Tw 1

2018Tw 2

2018Tw 3

2018Tw 4

2019Tw 1

2019Tw 2

2019Tw 3

2019Tw 4

USD Juta USD/IDR250

200

150

100

50

-

15.400

15.200

15.000

14.800

14.600

14.400

14.200

14.000

13.800

13.600Nov-18 Jan-19 Mar-19 Jan-20 Mar-20Mei-19 Jul-19 Sep-19 Nov-19

8

33 35

54 56 67

88

29 37

121

43 54

36 29

86

221

182

USD Juta5.0004.5004.0003.5003.0002.5002.0001.5001.000

500-

Nov-18 Jan-19 Mar-19 Jan-20 Mar-20Mei-19 Jul-19 Sep-19 Nov-19

BankKorporasiAsing

USD Juta5.0004.5004.0003.5003.0002.5002.0001.5001.000

500-

Nov-18 Jan-19 Mar-19 Jan-20 Mar-20Mei-19 Jul-19 Sep-19 Nov-19

BankKorporasiAsing

Page 38: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

24Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

2.3.1.3 Perkembangan Pasar Keuangan Syariah

Transaksi Pasar Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) masih didominasi penerbitan Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA), meskipun dimungkinkan penggunaan instrumen Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SIKA). SIMA diterbitkan dalam Rupiah maupun valas dengan menggunakan akad Mudharabah berdasarkan aset yang memiliki imbal hasil tetap dan/atau aset yang memiliki imbal hasil tidak tetap. SIMA lebih fleksibel karena dapat dialihkan kepemilikannya sebelum jatuh waktu, sedangkan SIKA tidak.

Total volume transaksi harian PUAS pada Triwulan I 2020 tercatat Rp 53 triliun. Meskipun terjadi penurunan dibandingkan Desember 2019, namun secara total volume harian lebih tinggi bila dibanding Triwulan IV 2019. Secara umum likuiditas perbankan syariah terjaga, dan dampak dari libur tahun baru tidak berpengaruh signifikan. Tingkat imbal hasil PUAS pada Triwulan IV cenderung meningkat dibanding triwulan sebelumnya dan pada akhir tahun mulai menurun.

Tingkat indikasi imbal hasil PUAS pada Triwulan I 2020 meningkat bila dibandingkan Triwulan IV 2019, namun masih berada di bawah BI 7 Day Repo Rate.

Volume PUAS masih didominasi tenor di bawah satu minggu dengan RRT yang bergerak sejalan dengan pergerakan indikasi imbal hasil PUAS. Secara umum, kebutuhan likuiditas perbankan syariah mengarah pada tenor jangka pendek dengan volume transaksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Triwulan IV 2019.

2.3.2 Perkembangan Kinerja Keuangan Korporasi2.3.2.1 Perkembangan Industri Perbankan

Sepanjang Triwulan I 2020, ketahanan industri perbankan tetap terjaga dengan didukung oleh tingkat permodalan yang relatif tinggi serta terjaganya risiko kredit dan risiko likuiditas.

a. Ketahanan Permodalan Industri Perbankan

Ketahanan permodalan industri perbankan relatif kuat yang tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang masih berada jauh di atas persyaratan minimum meski sedikit mengalami penurunan. Rasio CAR perbankan posisi Triwulan I 2020 tercatat sebesar 21,63%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (23,31%), dan juga lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (23,30%). Ketahanan permodalan yang terjaga tersebut selain berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk menyerap kerugian yang mungkin timbul, juga sebagai sumber dana bagi perbankan untuk membiayai kegiatan usahanya.

b. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan

Pada Triwulan I 2020, pertumbuhan kredit industri perbankan tercatat sebesar 7,95% (yoy), terutama disebabkan oleh penguatan nilai tukar dolar AS

Grafik 2.25. Perkembangan RRT Tingkat Indikasi Imbalan PUAS

Grafik 2.24. Perkembangan Transaksi PUAS

Grafik 2.26. Frekuensi Transaksi PUAS berdasarkan Tenor

Volume TransaksiFrekuensi Transaksi (Aksis Kanan)

Triliun Rp25

20

15

10

5

0

400

350

300

250

200

150

100

50

0

2019Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2020Jan Feb Mar

Triliun Rp25

20

15

10

5

0

14,0%

12,0%

10,0%

8,0%

6,0%

4,0%

2,0%

0,0%

2019Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2020Jan Feb Mar

Volume Transaksi RRT Tk Indikasi Imbalan PUAS BI 7D RR

700

600

500

400

300

200

100

0Overnight

2019 Q4 2020 Q1

2-4 Hari 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan

572

196

94

10 3 6 0

529

329

134

18 3 12 0

Page 39: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

25Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

terhadap Rupiah, sehingga menyebabkan peningkatan nilai terlapor kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) valas perbankan dalam valuta Rupiah. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 6,08% (yoy). Selama periode laporan, Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) masing-masing tumbuh sebesar 6,33% (yoy) dan 13,65% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yakni tumbuh 2,55% (yoy) dan 13,18% (yoy). Sementara itu, Kredit Konsumsi (KK) tumbuh 5,42% (yoy) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,81% (yoy).

Dari sisi risiko kredit, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan / NPL) bruto mengalami kenaikan yakni menjadi 2,77% dibandingkan triwulan sebelumnya (2,53%) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (2,51%). (Grafik 2.27).

Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan risiko kredit terjadi pada semua jenis kredit (KI, KMK, dan KK). Rasio NPL bruto KI, KMK, dan KK pada Triwulan I 2020 masing-masing sebesar 2,30%, 3,60%, dan 1,85%, cenderung naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni 2,29%, 3,22%, dan 1,60%. (Grafik 2.28).

Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan NPL bruto terjadi di semua sektor, terutama pada sektor Perdagangan, Industri, Jasa Dunia Usaha, Konstruksi, dan Pertambangan (Grafik 2.29). Sektor Perdagangan masih merupakan penyumbang risiko kredit tertinggi bagi industri perbankan dengan pangsa nominal NPL mencapai 28,91%.

Sebagai bagian dari asesmen dan surveilans, Bank Indonesia senantiasa berkoordinasi dengan otoritas terkait termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) antara lain untuk mengevaluasi ketahanan sektor perbankan dan kondisi stabilitas sistem keuangan (SSK). Selain itu, Bank Indonesia juga secara rutin memantau perkembangan risiko kredit perbankan serta dampaknya terhadap SSK untuk mengantisipasi dan memitigasi kemungkinan peningkatan risiko kredit ke depan.

c. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri Perbankan

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan selama Triwulan I 2020 mengalami

Grafik 2.27. Rasio Kredit Bermasalah

Grafik 2.29. Rasio NPL bruto per Sektor Ekonomi

Grafik 2.28. Rasio NPL bruto per Jenis Penggunaan Grafik 2.30. Pertumbuhan DPK (yoy)

(%)3,5

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5

-

Sep

Des

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

2018 2019

Mar

202020172016201520142013

NPL Bruto NPL Neto

2,77

1,02

Tr 4 2018 Tr 1 2019 Tr 2 2019 Tr 3 2019 Tr 4 2019 Tr 1 2020

(%)

KMK KI KK

4,00

3,50

3,00

2,50

2,00

1,50

1,00

0,50

-

3,60

2,30

1,85

4,11

1,86

4,05

2,19

3,83

1,59 1,64 1,67

3,66

0,94

Tr 4 2018 Tr 1 2019 Tr 2 2019 Tr 3 2019 Tr 4 2019 Tr 1 2020

(%)

Perd

agan

gan

Lain

-lain

Indu

stri

Peng

angk

utan

Kont

ruks

i

Perta

nian

Jasa

Dun

ia U

saha

Jasa

Sos

ial

Perta

mba

ngan

List

rik

6

4

2

-

Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan DPK Adj Va (yoy)BI 7-Day RR BI Rate

18%

16%

14%

12%

10%

8%

6%

4%

2%

9,5%

9,0%

8,5%

8,0%

7,5%

7,0%

6,5%

6,0%

5,5%

2014 2015Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Mar Jun SepDes Mar Jun SepDes Mar MarJun SepDes

2016 2017 2018 2019 2020

6,50%7,61%

4,50%

9,54%

Page 40: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

26Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

peningkatan dari 6,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,54% (yoy) yang terutama disebabkan oleh pergerakan kurs (Grafik 2.30). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan Giro. Pertumbuhan DPK pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,16%).

Berdasarkan komponen, kenaikan pertumbuhan DPK pada triwulan I 2020 berasal dari Giro, Tabungan, dan Deposito yang masing-masing tumbuh sebesar 22,36% (yoy), 10,41% (yoy), dan 2,49% (yoy), atau cenderung naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni 11,47% (yoy), 6,57% (yoy), dan 3,91% (yoy). Dari sisi pangsa, porsi Deposito dan Tabungan terhadap total DPK menurun masing-masing dari 43,14% dan 32,43% menjadi 42,99% dan 31,08%. Sementara itu pangsa Giro meningkat dari 24,44% menjadi 25,92%.

Seiring dengan pertumbuhan DPK, secara umum kondisi likuiditas perbankan relatif terjaga, tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap DPK (AL/ DPK) yang tercatat sebesar 24,16% atau diatas threshold (Grafik 2.31).

Sebagaimana suku bunga simpanan, industri perbankan juga cenderung menurunkan suku bunga kredit. Suku bunga Kredit Investasi (KI), Kredit Konsumsi (KK), dan Kredit Modal Kerja (KMK) menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 20 bps, 26 bps, dan 12 bps, menjadi 9,70%, 11,35%, dan 9,97% pada periode laporan (Grafik 2.32). Secara total, suku bunga kredit rupiah industri perbankan turun 18 bps menjadi 10,36% pada Triwulan I 2020, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,53%) dan juga triwulan yang sama tahun sebelumnya (10,85%).

2.3.2.2 Perkembangan Industri Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB)

Sepanjang Triwulan I 2020, kinerja industri keuangan nonbank (IKNB) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama bersumber dari dari perusahaan pembiayaan dan asuransi, yang terlihat dari pertumbuhan pembiayaan dan penurunan aset asuransi. Berikut penjelasan perkembangan kinerja asuransi dan perusahaan pembiayaan:

a. Asuransi

Kinerja industri asuransi pada Triwulan I 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan aset industri asuransi pada periode laporan mengalami penurunan hingga mencapai -0,10% (yoy), lebih rendah dibandingkan Triwulan IV 2019 yang masih tumbuh sebesar 9,60% (yoy) maupun triwulan yang sama tahun 2019 sebesar 8,89%. Secara nominal (yoy), nilai aset industri asuransi menurun sebesar Rp 1,21 triliun. Penurunan pertumbuhan aset diikuti pula dengan penurunan

Grafik 2.31 Rasio AL/DPK Perbankan

d. Perkembangan Suku Bunga Perbankan

Tren suku bunga perbankan mengalami penurunan pada Triwulan I 2020 sejalan dengan suku bunga kebijakan (BI 7-Day Reverse Repo Rate / BI7DRR) yang mengalami penurunan dari 5,00% pada Triwulan IV 2019 menjadi 4,50% pada Triwulan I 2020. Rerata tertimbang suku bunga deposito tercatat sebesar 6,03% pada periode laporan, turun 28 bps dari 6,31% pada triwulan sebelumnya dan juga turun 85 bps dari 6,88% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 2.32. Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan

24,16

10,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 20193 9 3 9 3 9 3 9 3 9 3 9 3 9 3 9 3 9 3 9

20203

35,00

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00AL/DPK (avg minim) Treshold

TS OM 12 BI SB Dep 1 bln RpSB KI (RHS) SB KK (RHS)

BI 7-Day RR SB Kredit Rp (RHS)SB Dep RpSB KMK (RHS)

%13

12

11

10

9

8

7

6

5

4

15

14

13

12

11

10

9

8

Des-

10M

ar-11

Jun-

11Se

p-11

Des-

11M

ar-1

2Ju

n-12

Sep-

12De

s-12

Mar

-13

Jun-

13Se

p-13

Des-

13M

ar-1

4Ju

n-14

Sep-

14De

s-14

Mar

-15

Jun-

15Se

p-15

Des-

15M

ar-1

6Ju

n-16

Sep-

16De

s-16

Mar

-17

Jun-

17Se

p-17

Des-

17M

ar-1

8Ju

n-18

Sep-

18De

s-18

Mar

-19

Mar

-20

Jun-

19Se

p-19

Des-

19

11,35

10,366,86

10,07

9,705,72

4,854,50

Page 41: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

27Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

pertumbuhan investasi. Pertumbuhan Investasi industri asuransi pada triwulan I 2020 tercatat sebesar -3,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Triwulan IV 2019 yang tercatat sebesar 10,15% (yoy), maupun dibandingkan Triwulan I 2019 sebesar 9,16%. Secara nominal (yoy), nilai investasi industri asuransi menurun sebesar Rp 32,44 T. (Grafik 2.33).

Penurunan pertumbuhan tingkat investasi yang lebih dalam dibandingkan penurunan pertumbuhan aset, menyebabkan rasio investasi terhadap aset turun menjadi 83,53% pada Triwulan I 2020. Penurunan nilai investasi asuransi terutama terutama disebabkan kondisi pasar modal yang mengalami koreksi cukup dalam sejak pandemi Covid-19. Adapun portofolio asuransi lebih banyak didominasi oleh SBN dan reksadana.

Sementara itu, rasio kecukupan premi terhadap pembayaran klaim bruto meningkat dari 127,43% pada Triwulan I 2019 menjadi 134,99% pada periode laporan. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan premi (13,53%, yoy) yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan pertumbuhan klaim (7,18%, yoy).

b. Perusahaan Pembiayaan

Secara triwulanan, aset perusahaan pembiayaan mengalami pertumbuhan sebesar 4,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Triwulan IV 2019 yang tercatat hanya sebesar 0,27% (yoy). Secara nominal, nilai aset perusahaan pembiayaan Triwulan I 2020 meningkat sebesar Rp25,12 triliun. Aset perusahaan pembiayaan yang meningkat diikuti pula dengan peningkatan pembiayaan. Pembiayaan mencatat peningkatan sebesar 2,63% (yoy), meskipun sedikit lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,66% (yoy). Secara nominal, nilai pembiayaan perusahaan pembiayaan Triwulan I 2020 meningkat sebesar Rp11,61 triliun (Grafik 2.35).

Peningkatan aset perusahaan pembiayaan di Triwulan I 2020 bukan berasal dari pertumbuhan pembiayaan tetapi bersumber dari peningkatan tagihan derivatif. Berdasarkan jenisnya, pembiayaan didominasi oleh multiguna dan investasi. Pangsa pembiayaan multiguna terhadap total pembiayaan pada Triwulan I 2020 sebesar 63,32% sedikit meningkat dibanding

Grafik 2.33. Aset dan Investasi Industri Asuransi

Grafik 2.35. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan

Grafik 2.34. Premi dan Klaim Bruto Industri AsuransiGrafik 2.36. Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan

Berdasarkan Jenis Usaha

Aset Investasi Rasio Investasi/Aset (rhs)

Rp.T %1.200

1.000

800

600

400

200

-

86

86

85

85

84

84

83

83

82Des-18 Mar-19 Mar-20Jun-19 Sep-19 Des-19

1.210 1.249 1.282 1.289 1.326 1.248

1.037 1.075 1.097 1.103

1.142 1.042

85,70

86,05

85,52 85,56

86,13

83,53

316

84

168

262

358

90

Premi Bruto Klaim Bruto Rasio Premi/Klaim Bruto (rhs)

Rp.T %450

400

350

300

250

200

150

100

50

-

134

132

130

128

126

124

122Des-18 Mar-19 Mar-20Jun-19 Sep-19 Des-19

419

107

214

331

464

121

132,54

127,43 126,86

126,48

129,47

134,99

Aset Pembiayaan

Rp.T600

500

400

300

200

100

-Sep-18 Des-18 Mar-19 Jun-19 Sep-19 Des-19 Mar-20

511 505 508 513 517 518543

436 436 441 446 451 452 452

126 135 136 137 135 137 135 139

23 24 24 23 24 25 26 3

254 255 256 262 269 272 275271

Investasi Modal Kerja Multiguna Lainnya Berdasarkan Persetujuan OJK

Rp.T400

350

300

250

200

150

100

50

-Jun-18 Sep-18 Des-18 Mar-19 Mar-20Jun-19 Sep-19 Des-19

Page 42: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

28Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

%

0%-10%10,01%-12%>12%

70

60

50

40

30

20

10

-

2018Jun Sep Sep Okt Nov Des

2020Jan FebDes

2019Mar MarJun

58. 60. 65. 65. 66. 69. 71. 70. 73. 58. 60. 61.17. 19. 16. 22. 21. 20. 16. 18. 13. 21. 20. 19.23. 21. 17. 13. 11. 11. 11. 10. 12. 21. 20. 20.

Triwulan IV 2019 yang tercatat sebesar 60,78%. Sementara, pangsa pembiayaan investasi dari total pembiayaan pada triwulan I 2020 adalah 32,39% lebih tinggi dibandingkan Triwulan IV 2019 yang tercatatat sebesar 29,81% (Grafik 2.36).

Pada periode laporan, risiko kredit perusahaan pembiayaan (Non Performing Financing / NPF) adalah sebesar 2,82%, meningkat dibandingkan triwulan IV 2019 sebesar 2,40%. (Grafik 2.37).

Selama Triwulan I 2020, komposisi sumber pendanaan perusahaan pembiayaan terdiri atas pinjaman yang berasal dari dalam negeri (50,65%), pinjaman luar negeri (31,84%), surat berharga (17,28%), dan liabilitas segera (0,24%). Porsi pendanaan dari dalam negeri yang bersumber dari kredit perbankan selalu mendominasi sumber pendanaan perusahaan pembiayaan sejak 2010 (Grafik 2.38).

Selama periode laporan, tercatat 48 perusahaan pembiayaan memiliki ULN dengan total outstanding mencapai Rp118,09 triliun. Dari seluruh perusahaan pembiayaan yang memiliki ULN, 16 perusahaan

diantaranya memiliki afiliasi kepemilikan perbankan dengan porsi kepemilikan perbankan pada perusahaan tersebut lebih dari 20%. Adapun total outstanding ULN dari 16 perusahaan tersebut adalah sebesar Rp10,27 triliun.

Kinerja perusahaan pembiayaan yang tumbuh melambat juga berdampak pada penurunan profitabilitas. Penurunan profitabilitas perusahaan pembiayaan terlihat dari penurunan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA dan ROE pada triwulan I 2020 tercatat sebesar 4,57% dan 12,47% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (4,79% dan 14,28%). Sementara itu, rasio Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) pada periode laporan tercatat 80,55%, cenderung lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (78,93%) dan pada periode yang sama tahun sebelumnya 79,18% (Grafik 2.40).

Grafik 2.37. Rasio Pembiayaan Bermasalah

Grafik 2.39. Suku Bunga Pinjaman Bank Kepada Perusahaan Pembiayaan

Grafik 2.38. Sumber Dana Perusahaan PembiayaanGrafik 2.40. Perkembangan Profitabilitas dan Efisiensi

Perusahaan Pembiayaan

%4

3

2

1

-Jun-18 Sep-18 Des-18 Mar-19 Mar-20Jun-19 Sep-19 Des-19

NPF

3,15 3,17

2,71 2,71 2,822,66

2,40

2,82

Sep-18 Des-18 Mar-19 Jun-19 Sep-19 Nov-19 Mar-20Des-19

Rp.T200

150

100

50

-Pinjaman DN Pinjaman LN SSB Liabilitas segera

Share Sumber Pendanaan per Mar 2020

51%32%

17%0% Pinjaman DN

Pinjaman LNSSBLiabilitas segera

%

ROAROEBOPO (RHS)

16

14

12

10

8

6

4

2

-

2020Mar

2019Des

2018Sep

2019Sep

2018Des

2019Mar

2019Jun

%

81

80

80

79

79

78

78

4,35 4,34 4,73 4,67 4,80 4,79 4,5714,03 13,87 14,58 14,46 14,87 14,28 12,4780,63 80,72 79,18 79,41 79,32 78,93 80,55

Page 43: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

29Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018. Aktivitas (Asset dan Inventory Turnover) korporasi pada Triwulan IV 2019 mengalami penurunan sehingga berdampak terhadap menurunnya profitabilitas. Berdasarkan sektor, penurunan terdalam terjadi pada sektor pertanian, pertambangan serta listrik, air dan gas akibat rendahnya permintaan global serta menurunnya harga komoditas internasional. Ditengah penurunan profitabilitas, korporasi terpantau mengelola leverage nya dengan hati-hati. Hal tersebut terindikasi dari indikator Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio total aset terhadap total kewajiban (TA/TL) yang cenderung stabil di 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Sejalan dengan stabilnya rasio leverage, likuiditas korporasi cukup terjaga dan cenderung stabil dibandingkan dengan kondisi likuiditas di tahun 2018. Sementara itu, pada Triwulan I 2020, kinerja korporasi diperkirakan akan semakin melambat dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian dunia akibat upaya berbagai negara untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19 (a.l melalui lockdown) dan perekonomian domestik yang melambat cukup dalam (2,97% yoy).

Prakiraan perlambatan kinerja korporasi di Triwulan I 2020 juga tercermin dari melambatnya indikator kegiatan usaha.

Perkembangan Penyaluran Pembiayaan

Perkembangan penyaluran pembiayaan di Triwulan I 2020 menunjukkan penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama pada jumlah penggalangan dana di pasar modal dan penyaluran perusahaan pembiayaan. Hal ini juga terjadi pada posisi yang sama di tahun sebelumnya (Tabel 2.6).

2.3.2.3 Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga)

a. Kinerja Sektor Korporasi1

Dinamika perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian akibat perang dagang serta munculnya COVID–19 yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi perekonomian domestik, telah berdampak pada kinerja korporasi di Triwulan IV 2019. Pada periode laporan, berbagai indikator korporasi menunjukkan penurunan

Tabel 2.6. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan

1 Korporasi yang dimaksud merupakan korporasi publik nonkeuangan.

Sumber: Laporan Statistik Pasar Modal OJK dan Statistik Lembaga Pembiayaan OJK

2017

TW IV

4.737,94 4.743,24 4.974,10 5.120,10 5.294,88 5.291,23 5.467,65 5.524,19 5.616,99 5.712,04

194,36 5,29 230,86 146,00 174,78 (3,65) 176,42 56,54 92,80 95,05

12 6 23 15 14 6 23 13 19 21

4,06 0,72 10,98 2,34 2,39 0,66 7,84 2,52 3,73 2,05

0,34 0,12 0,48 0,16 0,17 0,11 0,34 0,19 0,20 0,10

14 3 13 6 6 3 9 6 6 3

23,87 0,85 19,01 6,24 9,35 5,29 20,37 5,92 2,88 3,07

1,70 0,28 1,46 1,04 1,56 1,76 2,26 0,99 0,48 1,02

30 13 37 12 20 20 32 23 24 14

44,78 29,39 46,86 21,23 16,70 21,82 40,28 30,86 30,02 19,85

1,49 2,26 1,27 1,77 0,84 1,09 1,26 1,34 1,25 1,42

72,71 30,97 76,84 29,81 28,44 27,77 68,49 39,30 36,63 24,97

414,84 419,20 427,33 435,72 436,27 440,86 445,65 451,12 452,22 452,48

3,99 4,37 8,12 8,40 0,54 4,59 4,78 5,47 1,10 0,26

A Kredit Perbankan

Posisi (Rp T)

Pertumbuhan (Rp T)

B Pasar Modal

IPO Saham

Jumlah Emiten

Jumlah Fundraise (Rp T)

Rata-rata Fundraise (Rp T)

Right Issue

Jumlah Emiten

Jumlah Fundraise (Rp T)

Rata-rata Fundraise (Rp T)

Obligasi & Sukuk

Jumlah Emisi

Jumlah Fundraise (Rp T)

Rata-rata Fundraise (Rp T)

Total Fundraise Pasar ModalC Perusahaan Pembiayaan

Posisi (Rp T)

Pertumbuhan (Rp T)

Total Pasar Modal dan IKNB 76,70 35,33 84,97 38,21 28,98 32,36 73,27 44,77 37,73 25,23

2018

TW I TW II TW III TW IV

2019

TW I TW II TW III TW IV

2020

TW I

Page 44: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

30Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Triwulan I 2020 mencapai sebesar -5,56% lebih rendah dibandingkan SBT triwulan sebelumnya sebesar 7,79% dan periode yang sama di tahun 2019 sebesar 8,65% (Grafik 2.41).

Meskipun kegiatan dunia usaha mengalami perlambatan, namun berdasarkan proyeksi, permintaan kredit dari korporasi masih meningkat di Triwulan I 2020. Kredit sektor korporasi pada Triwulan I 2020 diproyeksi tumbuh 8,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, namun menurun dibanding triwulan yang sama di tahun 2019. Pada Triwulan IV 2019, kredit korporasi tumbuh sebesar 5,53% (yoy). Sementara, pada Triwulan I 2020, kredit korporasi mampu tumbuh 14,98% (yoy). Perkiraan perlambatan kinerja korporasi pada Triwulan I 2020 diikuti oleh peningkatan risiko kredit. Pada Triwulan I 2020, rasio kredit bermasalah tercatat sebesar 2,95%, lebih tinggi

dibanding Triwulan IV 2019 sebesar 2,76% dan periode yang sama di tahun 2019 sebesar 2,67%.

b. Kinerja Sektor Rumah Tangga

Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Maret 2020 mengindikasikan optimisme konsumen tetap terjaga. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tetap berada dalam zona optimis (di atas 100) yaitu sebesar 113,8, meskipun sedkit lebih rendah dibandingkan IKK pada bulan sebelumnya yaitu sebesar 117,7. Terjaganya optimisme konsumen terutama ditopang oleh persepsi konsumen yang masih tetap positif terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan terutama pada perkiraan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan mendatang. Secara triwulanan, rata-rata IKK tiga bulan sebesar 117,7, menurun dibandingkan rata-rata pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 122,9 (Grafik 2.42).

Grafik 2.41. Kegiatan Dunia Usaha Tw I 2020

Grafik 2.42 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE),

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Tabel 2.7. Kinerja Korporasi Publik Triwulan IV 2018 dan Triwulan IV 2019

2 Data kinerja korporasi pada triwulan IV 2019 bersifat sementara akibat kebijakan pelonggaran batas waktu penyampaian laporan keuangan sesuai dengan siaran pers OJK No. SP 18/DHMS/OJK/III/2020 tanggal 18 Maret 2020 tentang Siaran Pers: OJK Longgar-kan Batas Waktu Laporan Keuangan dan RUPS.

Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg, diolah2

Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg, diolah 2

ROA (%)

2018 2019

ROE (%)

2018 2019

DER

2018 2019

Current Ratio

2018 2019

TA/TL

2018 2019

Asset TO

2018 2019

Inventory TO

2018 2019SektorNo.

1 Pertanian 1,44 -0,65 2,55 -1,35 0,77 0,75 1,38 1,30 2,02 1,93 0,59 0,53 6,95 6,08

2 Pertambangan 6,04 3,49 12,70 7,21 0,64 0,64 1,56 1,59 2,00 1,94 0,65 0,56 16,37 12,06

3 Industri 7,11 5,65 14,09 11,37 0,58 0,59 1,47 1,52 2,02 1,99 0,89 0,84 5,84 5,80

4 Listrik, Gas dan Air 4,36 1,56 9,20 3,56 0,78 0,93 1,92 1,84 2,00 1,78 0,54 0,48 25,96 31,13

5 Konstruksi 3,20 2,31 7,15 5,14 0,67 0,68 1,55 1,56 1,81 1,82 0,32 0,26 2,19 1,80

6 Perdagangan 6,69 5,98 14,21 12,44 0,50 0,45 1,44 1,50 1,90 1,93 1,46 1,38 7,95 7,41

7 Pengangkutan 0,60 4,10 1,60 10,27 0,81 0,92 0,60 0,64 1,60 1,66 0,56 0,56 47,42 46,66

8 Jasa dunia Usaha 5,57 5,36 9,24 8,84 0,39 0,37 1,32 1,48 2,50 2,50 0,53 0,81 9,38 12,77

9 Jasa Sosial 1,25 3,20 2,18 5,48 0,51 0,51 1,72 1,55 2,40 2,33 0,41 0,44 5,79 6,09

4,55 4,09 9,51 8,59 0,63 0,64 1,39 1,41 1,90 1,91 0,71 0,66 6,40 6,03Agregat

(% qtq) (% SBT)5,0

4,0

3,0

2,0

1,0

0,0

-1,0

-2,0

-3,0

25,0

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0

-5,0

-10,0

2015I II III IV

2016I II III IV

2017I II III IV

2018I II III IV

2019I II III IV

2020I

Pertumbuhan PDB (sb. kiri) Nilai SBT SKDU (sb. kanan)

-1,84 -1,74

8,657,79

-5,56

6,19

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia, periode Triwulan I 2020

(Indeks)

Sumber: Survei Konsumen Maret 2020, Bank Indonesia

150

140

130

120

110

100

90

80

Ags-

17Se

p-17

Okt-1

7No

v-17

Des-

17Ja

n-18

Feb-

18M

ar-1

8Ap

r-18

Mei

-18

Jun-

18Ju

l-18

Ags-

18Se

p-18

Okt-1

8No

v-18

Des-

18Ja

n-19

Feb-

19M

ar-1

9Ap

r-19

Mei

-19

Jun-

19Ju

l-19

Ags-

19Se

p-19

Okt-1

9No

v-19

Des-

19Ja

n-20

Feb-

20M

ar-2

0

IKK IKE IEK Rata-rata IKK Triwulanan

OPTI

MIS

PESI

MIS

139,65

124,26123,25 122,99 117,70

103,30113,09

Page 45: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

31Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

tersebut meningkat dari Triwulan IV 2019 sebesar 7,62% (yoy). Akselerasi pertumbuhan terjadi pada kredit UMKM seiring meningkatnya pertumbuhan kredit secara umum. Namun, peningkatan pertumbuhan kredit UMKM tidak sebesar kredit non UMKM, sehingga pangsa kredit UMKM Triwulan I 2020 menurun menjadi 19,41% dibanding Triwulan IV 2019 sebesar 19,55%. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kredit UMKM, jumlah debitur kredit UMKM yang tercermin dari jumlah rekening, juga mengalami peningkatan menjadi 16,11 juta rekening dari 15,92 juta rekening pada Triwulan IV 2019.

Berdasarkan klasifikasi usaha, akselerasi pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan I 2020 ditopang usaha mikro yang tumbuh 17,93% (yoy) dibanding Triwulan IV 2019 12,88% (yoy). Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan kredit UMKM terjadi pada empat sektor yang memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit UMKM, yaitu pertumbuhan Industri Pengolahan 14,77% (yoy) dari 8,52% (yoy), diikuti pertumbuhan Pertanian 19,68% (yoy)

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan ke sektor rumah tangga pada Maret 2020 mencapai Rp1.331,18 triliun atau tumbuh 6,12% (yoy). Pertumbuhan ini masih lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat masing-masing tumbuh 6,59% (yoy) dan 8,28% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh penurunan permintaan kredit konsumsi sejak awal 2020 terkait dengan melambatnya konsumsi rumah tangga. Penurunan terbesar dialami oleh kredit kendaraan bermotor dan kredit rumah tangga lainnya.

Dari sisi penggunaan, sebagian besar kredit rumah tangga digunakan untuk keperluan multiguna (44,8%) dan Kredit Pemilikan Rumah (39,8%), diikuti Kredit Kendaraan Bermotor (10,8%), kredit rumah tangga lainnya (4,1%), dan kredit pemilikan peralatan rumah tangga (0,7%) (Grafik 2.43). Dibandingkan komposisi tahun sebelumnya, hanya kredit multiguna yang mengalami peningkatan. Sedangkan untuk kredit kendaraan bermotor dan kredit rumah tangga lainnya mengalami penurunan.

Pertumbuhan kredit rumah tangga diiringi dengan risiko kredit yang tetap terjaga. Rasio NPL bruto kredit rumah tangga pada Maret 2020 tercatat 1,96%, meningkat dibandingkan NPL tiga bulan sebelumnya (1,68%) dan periode yang sama tahun sebelumnya (1,76%). Rasio NPL bruto untuk masing-masing jenis penggunaan kredit rumah tangga juga masih terkendali di bawah threshold 5%, dengan NPL tertinggi pada Kredit Pemilikan Rumah sebesar 3,00%.

2.3.3 Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR)2.3.3.1 Perkembangan Kredit UMKM

Penyaluran kredit UMKM selama Triwulan I 2020 mencapai Rp1.122,3 triliun, tumbuh 7,87% (yoy). Pertumbuhan

Grafik 2.43. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenis

Grafik 2.44. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha (% yoy)

Grafik 2.45. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi (% yoy)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), Periode Maret 2020

Maret 2019 Maret 2020

0,7% 0,7%

Multiguna KPR Kendaraan RT Lainnya Peralatan RT

11,3

4,743,7%

39,8%%

% 44,8%

39,8%10,8%

4,1%

yoy20%18%16%14%12%10%8%6%4%2%0%

Tw I-

16M

ei-1

6Ju

l-16

Tw II

I-16

Nov-

16Ja

n-17

Tw I-

17M

ei-1

7Ju

l-17

Tw II

I-17

Nov-

17Ja

n-18

Tw I-

18M

ei-1

8Ju

l-18

Tw II

I-18

Nov-

18Ja

n-19

Tw I-

19

Jan-

20Tw

I-20

Mei

-19

Jul-1

9Tw

III-1

9No

v-19

Growth Kredit Usaha MikroGrowth Kredit Usaha KecilGrowth Kredit Usaha Menengah

Growth Kredit UMKMGrowth Total Kredit

17,9%

9,0%

1,5%

7,9%8,1%

Tw I-2020 Tw IV-2019

Js Kemasyarakatan

Real Estate

Perdagangan

Konstruksi

Industri Pengolahan

Pertanian

0% 10% 20% 30%

16,40%

8,52%

0,06%

5,72%

11,67%

5,70%

19,68%

14,77%

3,63%

3,54%

6,63%

7,09%

Page 46: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

32Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

KUR diiringi dengan perbaikan risiko kredit, di mana NPL KUR sampai Februari 2020 sebesar 1,19%, lebih rendah dari Februari 2019 sebesar 1,42%.

Berdasarkan sektor ekonomi, jumlah penyaluran KUR pada Februari 2020 masih didominasi penyaluran kredit pada sektor Perdagangan yaitu 42,60%, meski menurun dibanding November 2019 yaitu sebesar 48,47%. Sementara penyaluran KUR di sektor produktif (Pertanian, Perikanan, Industri, Konstruksi, dan Jasa) sebesar 57,40%, meningkat dibanding November 2019 sebesar 51,53%. Penyaluran KUR ke sektor produktif, dominan ke sektor Pertanian (27,64%) dan Jasa (16,27%).3

Berdasarkan sebaran wilayah, provinsi dengan penyerapan KUR terbesar adalah Jawa Tengah (Rp6,74 triliun), Jawa Timur (Rp6,67 triliun), dan Jawa Barat (Rp4,23 triliun). Sedangkan di luar Jawa, penyaluran KUR tertinggi tercatat pada Provinsi Sulawesi Selatan (Rp1,98 triliun), diikuti Provinsi Bali (Rp1,53 triliun).

dari 16,40% (yoy), pertumbuhan Konstruksi 3,63% (yoy) dari 0,06% (yoy), dan pertumbuhan Jasa Kemasyarakatan 7,09% (yoy) dari 5,7% (yoy).

Dari sisi risiko kredit, meningkatnya laju pertumbuhan kredit UMKM tidak diiringi dengan perbaikan kualitas kredit, di mana rasio NPL Triwulan I 2020 mencapai 4,06%, lebih tinggi dari Triwulan IV 2019 sebesar 3,61%. Penurunan kualitas kredit UMKM terjadi pada seluruh klasifikasi usaha, yaitu usaha menengah sebesar 5,28% dari 4,73% di Triwulan IV 2019, diikuti usaha kecil sebesar 4,10% dari 3,52% pada Triwulan IV 2019, dan usaha mikro 2,16% dari 1,79%.

2.3.3.2 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

Realisasi penyaluran KUR tahun 2020 sampai dengan Februari 2020 mencapai Rp35,02 triliun atau 18,71% dari target 2020 yang telah ditetapkan. Posisi ini meningkat dibandingkan realisasi Februari 2019 sebesar Rp23,15 triliun atau 16,65% dari target 2019. Peningkatan realisasi

Grafik 2.46. NPL Kredit UMKM Grafik 2.48. Pangsa Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor

Grafik 2.47. Capaian Realisasi KUR terhadap Target

Grafik 2.49. Realisasi KUR Berdasarkan Provinsi

3 Sektor produksi meliputi sektor pertanian, perikanan, industri, kon-struksi, dan jasa.

2,16%

4,10%

5,28%

4,06%

2,74%2,42%

NPL Kredit Usaha MikroNPL Kredit UMKM

NPL Kredit Usaha KecilNPL Kredit Non UMKM NPL Total Kredit

NPL Kredit Usaha Menengah

7%

6%

5%

4%

3%

2%

1%

Jan-

16Fe

b-16

Tw I-

16Ap

r-16

Mei

-16

Tw II

-16

Jul-1

6Ag

s-16

Tw II

I-16

Okt-1

6No

v-16

Tw IV

-16

Jan-

17Fe

b-17

Tw I-

17Ap

r-17

Mei

-17

Tw II

-17

Jul-1

7Ag

s-17

Tw II

I-17

Okt-1

7No

v-17

Tw IV

-17

Jan-

18Fe

b-18

Tw I-

18Ap

r-18

Mei

-18

Tw II

-18

Jul-1

8Ag

s-18

Tw II

I-18

Okt-1

8No

v-18

Tw IV

-18

Jan-

19Fe

b-19

Tw I-

19Ap

r-19

Mei

-19

Tw II

-19

Jul-1

9Ag

s-19

Tw II

I-19

Okt-1

9No

v-19

Tw IV

-19

% Capaian thd target

Seluruh Lembaga Penyalur120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%

18,71%

15,8%

16,59%

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2015 2016 2017 2018 2019 2019

Pertanian

Perikanan

Industri Pengolahan

Perdagangan

Konstruksi

Lain-lain

25,94%

1,58%8,35%

48,47%

0,17%

15,49%27,64%

1,8%

11,5%42,60%

0,12%

16,27%

Feb'20

Nov'19

Triliun Rp

Jawa TengahJawa TimurJawa Barat

Sulawesi SelatanBali

Sumatera UtaraSumatera Barat

LampungDKI Jakarta

Riau

- 1 2 3 4 5 6 7 8

0,85

0,91

0,96

1,07

1,50

1,53

1,98

4,23

6,67

6,74

Page 47: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

33Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

2.4.1. Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Bank Indonesia

Pada Triwulan I 2020, nilai transaksi SPBI mencapai Rp49.492,32 triliun atau naik 5,91% dibanding periode sebelumnya (qtq) Rp46.731,04 triliun (Tabel 2.10). Peningkatan nilai transaksi didorong meningkatnya nilai transaksi pada layanan BI-RTGS sebesar 1,09% dan transaksi BI-SSSS sebesar 20,18%, sedangkan transaksi SKNBI mengalami penurunan 6,42%. Sementara itu, volume transaksi SPBI mencapai 42,46 juta transaksi pada Triwulan I 2020, atau menurun 9,43% dibanding triwulan sebelumnya 46,88 juta. Penurunan volume transaksi disebabkan menurunnya layanan BI-RTGS sebesar 11,54% dan layanan SKNBI sebesar 9,38%, sedangkan volume transaksi layanan BI-SSSS mengalami peningkatan 32,94% (Tabel 2.11).

Secara Rata-Rata Harian (RRH), nilai transaksi SPBI pada Triwulan I 2020 tercatat Rp785,59 triliun, naik 7,59% dibanding periode sebelumnya Rp730,17 triliun. Sementara, RRH transaksi dari sisi volume mengalami penurunan 7,99% dibanding triwulan sebelumnya, dari 732,54 ribu transaksi menjadi 674 ribu transaksi (Tabel 2.12 dan 2.13).

Rincian dari perkembangan volume dan nilai transaksi dari sistem pembayaran yang diselenggarakan Bank Indonesia masing-masing sebagai berikut:

1. Sistem BI-RTGS

Secara triwulanan, nilai transaksi sistem pembayaran yang diselesaikan melalui sistem BI-RTGS selama Triwulan I 2020 naik 1,09% dibanding periode sebelumnya, dari Rp33.293,85 triliun menjadi Rp33.656,47 triliun. Kondisi ini berbeda dengan penurunan volume transaksi, yang menurun 11,54% dari 2,89 juta transaksi menjadi 2,55 juta transaksi.

Secara tahunan (yoy), nilai transaksi melalui sistem BI-RTGS di Triwulan I 2020 meningkat 11,91%

dibanding periode yang sama tahun lalu, Rp30,08 triliun. Sementara dari sisi volume transaksi terjadi penurunan 6,68% dibanding periode yang sama tahun lalu 2,74 juta transaksi.

Secara RRH, nilai transaksi Sistem BI-RTGS pada Triwulan I 2020 tercatat Rp534,23 triliun, naik 2,69% dibanding periode sebelumnya Rp520,22 triliun. Sementara itu RRH volume transaksi mengalami penurunan 10,13% dibandingkan triwulan sebelumnya dari 45.116 transaksi menjadi 40.545 transaksi. Secara yoy, RRH nilai transaksi sistem BI-RTGS meningkat 8,35% sedangkan RRH volume mengalami penurunan 9,64% dibanding Triwulan I 2019.

Peningkatan nilai transaksi Sistem BI-RTGS tersebut didorong meningkatnya nilai transaksi Pasar Modal dan Operasi Moneter. Sedangkan penurunan volume transaksi disebabkan menurunnya frekuensi transaksi Pemerintah, transaksi PUAB, transaksi Nasabah, dan transaksi lainnya.

2. BI-SSSS

Pada Triwulan I 2020, nilai transaksi BI-SSSS tercatat Rp14.734,66 triliun atau naik 20,18% dibanding triwulan sebelumnya, Rp12.260,51 triliun. Sejalan dengan nilai transaksi, volume transaksi BI-SSSS meningkat 32,94% dari 88,46 ribu transaksi menjadi 117,59 ribu transaksi. Secara tahunan (yoy) nilai transaksi melalui BI-SSSS di Triwulan I 2020 tercatat meningkat 28,23% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp11.491,01 triliun. Dari sisi volume transaksi juga tercatat mengalami peningkatan 54,75% (yoy), yaitu dari 75,99 ribu transaksi menjadi 117,59 ribu transaksi. Secara RRH nilai transaksi Sistem BI-SSSS pada Triwulan I 2020 tercatat Rp233,88 triliun, naik 22,09% dibanding triwulan sebelumnya Rp191,57 triliun. Sedangkan dari sisi RRH volume transaksi juga mengalami peningkatan 35,05% dibanding triwulan sebelumnya dari 1.382 transaksi menjadi 1.867 transaksi. Secara yoy, RRH nilai transaksi dan volume BI-SSSS meningkat masing-masing 24,16% dan 49,83% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan nilai transaksi disebabkan meningkatnya transaksi penerbitan Surat Berharga yang meliputi Term Deposit (TD), Surat Perbendaharaan Negara (SPN), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Obligasi Negara (ON), dan Deposit Facility (DF) di pasar primer, meningkatnya transaksi ON dan SBSN di pasar sekunder, adanya pelunasan Sukuk Bank Indonesia

2.4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Penyelenggaraan sistem pembayaran pada Triwulan I 2020 berjalan baik, sesuai komitmen Bank Indonesia menciptakan sistem pembayaran yang efisien, aman, lancar dan andal. Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan kinerja sistem pembayaran secara berkesinambungan, baik yang diselenggarakan Bank Indonesia maupun industri.

Page 48: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

34Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Sedangkan volume transaksi meningkat 13,88% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya dari 34,94 juta menjadi 39,79 juta transaksi.

Secara RRH nilai transaksi SKNBI pada Triwulan I 2020 tercatat Rp17,48 triliun atau turun 4,95% dibanding triwulan sebelumnya Rp18,39 triliun. Selaras dengan penurunan nilai transaksi, RRH volume transaksi juga mengalami penurunan 7,94% dibanding triwulan sebelumnya, dari 686.044 transaksi menjadi 631.224 transaksi. Secara yoy, RRH nilai transaksi dan volume SKNBI meningkat masing-masing 19,39% dan 9,77% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

pada periode laporan, serta meningkatnya transaksi pelunasan SBSN, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), TD, SPN, Reverse Repo SBN, dan DF.

3. SKNBI

Dibanding triwulan sebelumnya, nilai transaksi melalui SKNBI menurun 6,42%, dari Rp1.176,68 triliun menjadi Rp1.101,19 triliun. Volume transaksi juga menurun 9,38%, yaitu dari 43,91 juta transaksi menjadi 39,79 juta transaksi. Selanjutnya, secara tahunan (yoy) nilai transaksi melalui SKNBI di Triwulan I 2020 meningkat 23,57% dibanding periode yang sama tahun lalu, dari Rp891,16 triliun menjadi Rp1.101,19 triliun.

Tabel 2.8. Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia

Tabel 2.9. Volume Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia

Ket : Q-I 2020 = 63 hari kerja; Q-IV 2019 = 64 hari kerja; Q-III 2019 = 66 hari kerja; Q-II 2019 = 54 hari kerja; Q-I 2019 = 61 hari kerja ; Q-IV 2018 = 63 hari kerja ; Q-III 2018= 62 hari kerja ;Q-II 2018= 55 hari kerja ; Q-I 2018= 62 hari kerjaSumber : EDW SP

2018

Q-IVTransaksi Sistem

Pembayaran Non Tunai

BI-RTGS 31.577,26 30.075,45 33.278,20 30.948,61 33.293,85 127.596,11 33.656,47 362,63 3.581,02 1,09% 11,91% - Pengelolaan Moneter 11.245,44 9.908,23 12.227,59 8.894,68 11.089,01 42.119,51 12.754,12 1.665,11 2.845,90 15,02% 28,72%

- Pemerintah 1.865,05 1.841,41 2.004,75 1.790,64 1.942,54 7.579,34 1.721,85 (220,68) (119,56) (11,36%) (6,49%)

- Nasabah 7.808,11 7.101,46 7.669,87 7.672,28 8.166,25 30.609,87 7.352,48 (813,78) 251,01 (9,97%) 3,53%

- Pasar Modal 1.799,89 2.300,07 2.445,18 2.793,49 2.658,95 10.197,69 3.276,88 617,93 976,81 23,24% 42,47%

- Valas 2.285,03 2.559,69 2.308,53 2.567,72 2.423,02 9.858,96 2.225,84 (197,19) (333,85) (8,14%) (13,04%)

- PUAB 2.655,05 2.579,20 2.427,97 2.732,68 2.461,60 10.201,46 1.968,66 (492,95) (610,55) (20,03%) (23,67%)

- Lain-lain 3.918,70 3.774,18 4.194,30 4.497,11 4.521,81 16.987,40 4.340,58 (181,23) 566,41 (4,01%) 15,01%

BI-SSSS 12.246,92 11.491,01 13.493,71 10.397,34 12.260,51 47.642,58 14.734,66 2.474,14 3.243,64 20,18% 28,23%SKNBI 977,71 891,16 892,64 1.016,85 1.176,68 3.977,33 1.101,19 (75,50) 210,03 (6,42%) 23,57% Transfer Dana 759,65 699,59 707,89 821,54 985,40 3.214,41 930,00 (55,40) 230,41 (5,62%) 32,94%

Kliring Warkat Debit 217,44 191,33 184,10 194,62 190,17 760,22 170,84 (19,33) (20,49) (10,16%) (10,71%)

Pembayaran Reguler 0,52 0,19 0,63 0,64 1,05 2,51 0,31 (0,74) 0,12 (70,76%) 61,23%

Penagihan Reguler 0,10 0,06 0,03 0,05 0,11 0,25 0,06 (0,05) (0,01) (47,39%) (14,40%)

Total 44.801,89 42.457,63 47.664,56 42.362,80 46.731,04 179.216,03 49.492,32 2.761,28 7.034,69 5,91% 16,57%

Nilai (Triliun Rp)

Q-I Q-II

2019

Q-III Q-IVTotal 2019

2020

Q-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

Ket : Q-I 2020 = 63 hari kerja; Q-IV 2019 = 64 hari kerja; Q-III 2019 = 66 hari kerja; Q-II 2019 = 54 hari kerja; Q-I 2019 = 61 hari kerja ; Q-IV 2018 = 63 hari kerja ; Q-III 2018= 62 hari kerja ;Q-II 2018= 55 hari kerja ; Q-I 2018= 62 hari kerjaSumber : EDW SP

2018

Q-IVTransaksi Sistem

Pembayaran Non Tunai

BI-RTGS 3.008,50 2.737,05 2.677,91 2.970,80 2.887,43 11.273,18 2.554,31 (333,12) (182,73) (11,54%) (6,68%) - Pengelolaan Moneter 27,77 26,91 22,90 26,60 29,19 105,59 33,08 3,90 6,18 13,36% 22,96%

- Pemerintah 40,73 30,84 32,71 41,63 41,43 146,61 26,39 (15,05) (4,45) (36,31%) (14,44%)

- Nasabah 2.496,80 2.234,55 2.195,75 2.371,04 2.294,53 9.095,87 1.964,92 (329,61) (269,64) (14,37%) (12,07%)

- Pasar Modal 79,66 88,70 94,93 134,60 132,97 451,20 152,94 19,97 64,24 15,02% 72,43%

- Valas 30,90 33,29 28,92 34,54 28,03 124,78 31,71 3,68 (1,58) 13,14% (4,75%)

- PUAB 30,13 29,06 26,74 29,90 27,62 113,33 23,01 (4,61) (6,05) (16,69%) (20,82%)

- Lain-lain 302,50 293,50 275,97 332,49 333,34 1.235,29 321,96 (11,37) 28,46 (3,41%) 9,70%

BI-SSSS 68,26 75,99 77,47 94,11 88,46 336,03 117,59 29,14 41,60 32,94% 54,75%SKNBI 37.813,35 34.939,54 35.938,71 40.339,11 43.906,78 155.124,15 39.790,09 (4.116,69) 4.850,55 (9,38%) 13,88% Transfer Dana 32.589,04 30.310,42 31.521,89 35.626,50 39.262,54 136.721,35 35.596,03 (3.666,51) 5.285,61 (9,34%) 17,44%

Kliring Warkat Debit 5.178,30 4.601,65 4.371,51 4.665,96 4.589,60 18.228,72 4.131,94 (457,66) (469,70) (9,97%) (10,21%)

Pembayaran Reguler 45,70 28,27 45,15 47,41 59,26 180,10 62,92 3,65 34,64 6,17% 122,53%

Penagihan Reguler 0,32 0,24 0,16 0,06 0,40 0,85 0,29 (0,11) 0,05 (27,64%) 21,01%

Total 40.890,11 37.752,58 38.694,09 43.404,02 46.882,67 166.733,36 42.462,00 (4.420,67) 4.709,42 (9,43%) 12,47%

Volume (Ribu Jumlah Transaksi)

Q-I Q-II

2019

Q-III Q-IVTotal 2019

2020

Q-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

Page 49: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

35Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Tabel 2.10. RRH Nilai Transaksi Sitem Pembayaran Bank Indonesia

Tabel 2.11. RRH Volume Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia

Ket : Q-I 2020 = 63 hari kerja; Q-IV 2019 = 64 hari kerja; Q-III 2019 = 66 hari kerja; Q-II 2019 = 54 hari kerja; Q-I 2019 = 61 hari kerja ; Q-IV 2018 = 63 hari kerja ; Q-III 2018= 62 hari kerja ;Q-II 2018= 55 hari kerja ; Q-I 2018= 62 hari kerjaSumber : EDW SP (data diolah)

2018

Q-IVTransaksi Sistem

Pembayaran Non Tunai

BI-RTGS 501,23 493,04 605,06 468,92 520,22 518,68 534,23 14,01 41,19 2,69% 8,35%

- Operasi Moneter 178,50 162,43 222,32 134,77 173,27 171,22 202,45 29,18 40,02 16,84% 24,64%

- Pemerintah 29,60 30,19 35,23 24,43 30,35 30,85 27,33 (3,02) (2,86) (9,95%) (9,46%)

- Nasabah 123,94 116,42 139,45 116,25 127,60 124,43 116,71 (10,89) 0,29 (8,53%) 0,25%

- Pasar Modal 28,57 37,71 44,46 42,33 41,55 41,45 52,01 10,47 14,31 25,20% 37,95%

- Valas 36,27 41,96 41,79 38,91 37,86 40,08 35,33 (2,53) (6,63) (6,68%) (15,80%)

- PUAB 42,14 42,28 44,14 41,40 38,46 41,47 31,25 (7,21) (11,03) (18,75%) (26,10%)

- Lain-lain 62,20 61,87 75,94 67,82 70,65 68,90 68,90 (1,76) 7,03 (2,49%) 11,36%

BI-SSSS 194,40 188,38 245,34 157,54 191,57 193,67 233,88 42,31 45,51 22,09% 24,16%

SKNBI 15,52 14,64 16,23 15,41 18,39 16,18 17,48 (0,91) 2,84 (4,95%) 19,39%

Transfer Dana 12,06 11,49 12,87 12,45 15,40 13,07 14,76 (0,63) 3,27 (4,09%) 28,48%

Kliring Warkat Debit 3,45 3,15 3,35 2,95 2,97 3,09 2,71 (0,26) (0,44) (8,75%) (13,91%)

Pembayaran Reguler 0,01 0,003 0,010 0,010 0,016 0,010 0,005 (0,01) 0,00 (50,00%) 56,11%

Penagihan Reguler 0,002 0,001 0,001 0,001 0,002 0,001 0,001 (0,001) (0,00) 100,00% (17,12%)

Total 711,14 696,06 866,63 641,86 730,17 728,53 785,59 55,42 89,53 7,59% 12,86%

Nilai (Triliun Rp)

Q-I Q-II

2019

Q-III Q-IVRRH 2019

2020

Q-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

Ket : Q-I 2020 = 63 hari kerja; Q-IV 2019 = 64 hari kerja; Q-III 2019 = 66 hari kerja; Q-II 2019 = 54 hari kerja; Q-I 2019 = 61 hari kerja ; Q-IV 2018 = 63 hari kerja ; Q-III 2018= 62 hari kerja ;Q-II 2018= 55 hari kerja ; Q-I 2018= 62 hari kerjaSumber : EDW SP (data diolah)

2018

Q-IVTransaksi Sistem

Pembayaran Non Tunai

BI-RTGS 47.754 44.870 48.689 45.012 45.116 45.826 40.545 (4.571,41) (4.324,97) (10,13%) (9,64%)

- Operasi Moneter 441 441 416 403 456 429 525 69,13 84,06 15,16% 19,06%

- Pemerintah 646 506 587 610 647 596 419 (228,53) (86,73) (35,30%) (17,16%)

- Nasabah 39.632 36.632 39.923 35.925 35.852 36.975 31.189 (4.662,81) (5.442,86) (13,01%) (14,86%)

- Pasar Modal 1.264 1.454 1.726 2.039 2.078 41.454 2.428 350,03 973,57 16,85% 66,96%

- Valas 491 546 517 523 438 507 503 65,43 (42,42) 14,94% (7,77%)

- PUAB 478 476 486 453 432 461 365 (66,34) (111,17) (15,37%) (23,33%)

- Lain-lain 4.802 4.811 5.013 5.032 5.208 5.019 5.111 (97,87) 299,06 (1,88%) 6,22%

BI-SSSS 1.084 1.246 1.409 1.426 1.382 1.366 1.867 484,41 620,80 35,05% 49,83%

SKNBI 600.212 575.388 653.404 611.213 686.044 631.224 631.589 (54.454,75) 56.200,89 (7,94%) 9,77%

Transfer Dana 517.286 499.074 573.125 539.795 613.477 556.319 565.016 (48.460,89) 65.942,15 (7,90%) 13,21%

Kliring Warkat Debit 82.195 75.846 79.468 70.696 71.713 74.199 65.586 (6.126,13) (10.259,98) (8,54%) (13,53%)

Pembayaran Reguler 725 463 808 718 926 732 999 72,70 535,32 7,85% 115,53%

Penagihan Reguler 5 4 3 3 6 4 5 (1,65) 0,67 100,00% 17,17%

Total 649.049 621.503 703.502 657.651 732.542 678.415 674.000 (58.541,75) 52.496,72 (7,99%) 8,45%

Volume (Ribu Jumlah Transaksi)

Q-I Q-II

2019

Q-III Q-IVRRH 2019

2020

Q-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

Page 50: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

36Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

2.4.2. Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Industri

Industri sistem pembayaran juga menyelenggarakan sistem pembayaran ritel bagi masyarakat di Indonesia. Selama Triwulan I 2020, penyelenggaraan sistem pembayaran industri berjalan aman, efisien, lancar, dan andal. Kondisi ini tercermin dari tidak adanya gangguan signifikan dalam memfasilitasi pembayaran ritel nontunai masyarakat.

Selama periode laporan, transaksi ritel menggunakan instrumen Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik (UE) mengalami perlambatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan penurunan konsumsi masyarakat sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Bank Indonesia senantiasa melakukan upaya peningkatan dan perluasan penggunaan instrumen pembayaran nontunai masyarakat melalui kebijakan dan sosialisasi serta edukasi.

Pada Triwulan I 2020, nilai transaksi APMK tercatat Rp 1.853,89 triliun, melambat (5,96%, qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp1.971,33 triliun. Penurunan terutama disebabkan menurunnya nilai transaksi menggunakan Kartu ATM/Debet mencapai 5,60% (qtq). Begitu pula dengan volume transaksi APMK, melambat 7,73% (qtq) dari 1,93 miliar transaksi menjadi 1,78 miliar transaksi. Secara tahunan nilai transaksi APMK pada Triwulan I

Tabel 2.12. Nilai Transaksi APMK dan Uang Elektronik

Tabel 2.13. Volume transaksi APMK dan Uang Elektronik

2020 mengalami penurunan 2,42% (yoy). Namun, volume transaksi masih meningkat 1,17% (yoy) (Tabel 2.12 dan 2.13).

Terkait uang elektronik, nilai transaksi selama Triwulan I 2020 mencapai Rp46,09 triliun, melambat 6,75% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp49,42 triliun. Perlambatan tersebut sejalan dengan volume transaksi yang turun 14,41% (qtq) dari 1,51 miliar transaksi menjadi 1,29 miliar transaksi. Secara tahunan, nilai dan volume transaksi uang elektronik meningkat cukup tinggi, masing-masing 122,16% (yoy) dan 30,01% (yoy).

Volume transaksi transfer dana selama Triwulan I 2020 mencapai 70,82 juta transaksi, mengalami penurunan 25,54% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya 95,12 juta transaksi. Namun, nilai transfer dana tercatat Rp64,99 triliun, meningkat 13,69% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp 57,17 triliun. Secara tahunan, volume dan nilai transaksi transfer dana meningkat masing-masing 209,54% (yoy) dan 101,30% (yoy) (Tabel 2.14).

Transaksi penukaran Uang Kertas Asing (UKA) dan pembelian traveler’s cheque (TC) pada Triwulan I 2020 mengalami peningkatan. Kondisi ini tercermin pada nilai transaksi penukaran UKA yang tercatat Rp135,18 triliun, meningkat 4,33% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp129,57 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, secara tahunan transaksi penukaran UKA meningkat 30,66% (yoy) (Tabel 2.15).

Transaksi SistemPembayaran Non Tunai

Nilai (Triliun Rp)

Q-I Q-II

2019

Q-III Q-IVTotal 2019

2020

Q-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

APMK 1.899,85 1.972,10 1.974,24 1.971,33 7.817,51 1.853,89 (117,43) (45,95) -5,96% -2,42%

- Kartu Kredit 81,93 84,15 85,78 90,83 342,68 78,62 (12,21) (3,31) -13,45% -4,04%

- Kartu ATM/Debet 1.817,92 1.887,95 1.888,46 1.880,49 7.474,82 1.775,28 (105,22) (42,64) -5,60% -2,35%

Uang Elektronik 20,74 35,36 39,64 49,42 145,17 46,09 (3,33) 25,34 -6,75% 122,16%

Total 1.920,59 2.007,46 2.013,87 2.020,75 7.962,67 1.899,98 (120,77) (20,61) -5,98% -1,07%

Transaksi SistemPembayaran Non Tunai

Volume Transaksi (Ribu Transaksi)

Q-I Q-II

2019

Q-III Q-IVTotal 2019

2020

Q-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

APMK 1.758.823,18 1.852.612,33 1.836.271,14 1.928.467,96 7.376.174,61 1.779.398,49 (149.069,48) 20.575,31 -7,73% 1,17%

- Kartu Kredit 83.692,20 85.595,96 87.365,05 92.558,71 349.211,92 84.532,80 (8.025,91) 840,60 -8,67% 1,00%

- Kartu ATM/Debet 1.675.130,98 1.767.016,37 1.748.906,09 1.835.909,25 7.026.962,69 1.694.865,69 (141.043,57) 19.734,71 -7,68% 1,18%

Uang Elektronik 992.533,01 1.267.948,25 1.458.572,86 1.507.645,80 5.226.699,92 1.290.421,13 (217.224,68) 297.888,12 -14,41% 30,01%

Total 2.751.356,19 3.120.560,58 3.294.844,00 3.436.113,77 12.602.874,53 3.069.819,61 (366.294,15) 318.463,43 -10,66% 11,57%

Page 51: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

37Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

2.4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai

Perkembangan kinerja indikator pengedaran uang selama Triwulan I 2020 ditandai dengan penurunan posisi Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) sebagai dampak arus balik uang kartal dari perbankan dan masyarakat paska Hari Raya Natal dan akhir tahun 2019.

Posisi Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) pada akhir Triwulan I 2020 tercatat sebesar Rp727,3 triliun, turun 8,4% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai Rp793,7 triliun. Turunnya posisi UYD dipengaruhi pola musiman (seasonal factor) seiring arus balik uang kartal dari perbankan dan masyarakat paska Hari Raya Natal dan akhir tahun 2019. Secara tahunan posisi UYD pada periode laporan tumbuh 7,5% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp676,4 triliun. Ini sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional yang tetap tumbuh positif.

Pola seasonal factor tersebut menyebabkan komponen UYD, baik uang yang berada di masyarakat (currency

outside bank/CoB) maupun uang yang berada di perbankan (khazanah dan ATM bank atau cash in vault/CiV), mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. CoB turun 5,5% (qtq) atau Rp36,2 triliun, dari Rp656,4 triliun menjadi Rp620,3 triliun. CiV turun 22,0% (qtq) atau Rp30,2 triliun, dari Rp137,3 triliun menjadi Rp107,1 triliun pada Triwulan I 2020. Komposisi CoB dan CiV terhadap

Tabel 2.15. Nilai Transaksi UKA-TC

Tabel 2.14. Volume dan Nilai Transaksi Transfer Dana

Grafik 2.50. Uang Kartal yang Diedarkan (UYD)

Grafik 2.51. Komposisi UYD di Bank dan Masyarakat

Grafik 2.52. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia

Transaksi Transfer DanaQ-I Q-II

2019

Q-III Q-IVTotal 2019

2020

Q-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

Volume Transaksi (Juta) 22,88 49,20 89,47 95,12 256,66 70,82 (24,30) 47,94 -25,54% 209,54%

Nilai Transaksi (Rp Triliun) 32,28 36,54 45,16 57,17 171,15 64,99 7,82 32,70 13,69% 101,30%

Transaksi UKA-TCTw-I Tw-II

2019

Tw-III Tw-IVTotal 2019

2020

Tw-I

Naik/(turun)

QtQ YoY

% Naik/(turun)

QtQ YoY

Nilai Transaksi (Rp Triliun) 103,45 111,49 142,09 129,57 486,60 135,18 5,61 31,72 4,33% 30,66%

UPKUK 20000

UK 50000UK 100000

% UYD, qtq% UYD, yoy

Rp. Triliun900

800

700

600

500

400

300

200

100

0

30%25%20%15%10%5%0%-5%-10%-15%-20%

20182017 2019 20202 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

CoB CiV CiV/UYD

Rp. Triliun %CiV/UYD900

800

700

600

500

400

300

200

100

0

23%

21%

19%

17%

15%

13%

11%

9%

7%

5%

20182017 2019 20202 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

Inflow Outflow Netflow

Triliun Rp400

300

200

100

0

-100

-200

20161 2 3 4

20171 2 3 4

20181 2 3 4

20191 2 3 4

20201

Page 52: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

38Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

UYD pada akhir triwulan laporan tercatat masing-masing 85,3% dan 14,7%.

Dari sisi transaksi uang kartal melalui Bank Indonesia, jumlah penarikan Uang Rupiah oleh perbankan dan masyarakat (outflow) tercatat Rp134,9 triliun atau turun 40,8% (qtq) dibanding outflow triwulan sebelumnya Rp227,7 triliun. Sementara, jumlah penyetoran Uang Rupiah ke Bank Indonesia (inflow) mencapai Rp201,5 triliun, atau naik 38,9% (qtq) dibanding inflow triwulan sebelumnya Rp145,1 triliun. Selama triwulan laporan terjadi net inflow Rp66,6 triliun, secara tahunan (yoy) perkembangan inflow dan outflow Triwulan I 2020 naik masing-masing 2,7% dan 9,3%. Perkembangan ini sejalan dengan pola historis

pada triwulan pertama setiap tahunnya serta adanya kebutuhan uang di masyarakat dalam mendukung aktivitas perekonomian yang masih tumbuh positif.

Berdasarkan jenis pecahan Uang Rupiah kertas, outflow didominasi pecahan Rp100.000 dan Rp50.000, masing-masing dengan pangsa 62,0% dan 34,6% terhadap total Uang Rupiah kertas Rp134,7 triliun. Dari tahun ke tahun pangsa kedua pecahan tersebut selalu mendominasi, karena kemudahan untuk mendapatkan pecahan tersebut melalui ATM. Untuk Uang Rupiah logam, total outflow Rp120,6 miliar didominasi pecahan Rp1.000 dengan pangsa 54,1% dan Rp500 dengan pangsa 34,0%. Dominasi penggunaan kedua pecahan logam tersebut

Grafik 2.53. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia Menurut Jenis Pecahan (Uang Kertas dan Uang Logam) selama Triwulan I 2020

Grafik 2.54. Pangsa Uang Kertas dan Uang Logam terhadap outflow selama Triwulan I 2020

Inflow Outflow

Rp. m

iliar

Uang Kertas

125.975,083.530,4

Inflow Outflow

Rp. m

iliar

UK 100000

68.167,746.672,7

Inflow Outflow

Rp. m

iliar

UK 500002.705,1

1.686,5

Inflow Outflow

Rp. m

iliar

UK 20000

2.294,11.416,1

Inflow Outflow

Rp. m

iliar

UK 10000

698,4464,0

201.461,1134.742,7

Inflow Outflow

Rp. m

iliar

UK 2000

1.597,7917,4

Inflow OutflowRp

. mili

ar

UK 5000

62,0%

34,6%

3,4%

Uang Kertas

UK 100.000 UK 50.000 UK <= 20.000

Uang Logam

UL 1.000 UL 500 UL <=200

11,9%

54,1%34,0%

Page 53: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

39Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

dipengaruhi transaksi tunai khususnya sektor ritel yang masih tumbuh positif.

Dalam menjaga kualitas Uang Rupiah di masyarakat (clean money policy), Bank Indonesia melakukan pemusnahan terhadap uang tidak layak edar (UTLE). Jumlah UTLE yang dimusnahkan pada Triwulan I 2020 sebanyak 1,6 miliar bilyet atau senilai Rp49,9 triliun yang seluruhnya merupakan uang kertas. Jumlah tersebut turun dibanding triwulan sebelumnya 1,8 miliar bilyet atau senilai Rp50,9 triliun.

Dalam menjalankan tugasnya memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat, salah satu tantangan Bank Indonesia adalah peredaran uang Rupiah palsu. Peredaran uang Rupiah palsu berdampak pada kerugian masyarakat, karena tidak ada penggantian terhadap uang Rupiah palsu yang tanpa sengaja diterima masyarakat. Peredaran uang Rupiah palsu juga berpotensi mengganggu kestabilan ekonomi nasional dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap uang Rupiah.

Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia menempuh berbagai upaya preventif dan preemtif untuk mencegah pemalsuan uang Rupiah. Upaya preventif ditempuh melalui penguatan unsur pengaman (security features) untuk menghasilkan uang Rupiah yang sulit dipalsukan, namun masyarakat tetap mudah mengenali ciri keasliannya. Sedangkan upaya preemtif dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi publik mengenai ciri keaslian uang Rupiah, serta publikasi melalui media massa, baik media elektronik (televisi), media cetak (buku dan majalah), media luar ruang, maupun melalui media sosial.

Tabel 2.16. Perkembangan Indikator Pengelolaan Uang Rupiah secara Triwulanan (miliar Rp)

Bank Indonesia juga secara aktif memberikan dukungan terhadap upaya represif aparat penegak hukum dalam menanggulangi dan memberantas kejahatan pemalsuan Uang Rupiah. Bentuk dukungan berupa bantuan pemeriksaan laboratorium terhadap barang bukti uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang berasal dari pengungkapan kasus oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Bank Indonesia juga memberikan keterangan ahli dalam penyidikan dan persidangan kasus tindak pidana pemalsuan uang Rupiah, serta memberikan dukungan dalam bentuk pertukaran data/informasi temuan Uang Rupiah palsu. Upaya represif disertai dengan pengenaan sanksi pidana yang berat diharapkan mampu memberikan efek jera (deterrent effect) bagi pelaku kejahatan pemalsuan Uang Rupiah. Jumlah temuan uang palsu pada Triwulan I 2020 sebanyak 52.745 bilyet, lebih rendah dibanding Triwulan IV 2019 yang tercatat sebanyak 59.952 bilyet.

Grafik 2.55. Jumlah Temuan Uang Palsu

UYDPecahan

Q IV - 2019

Inflow Outflow Pemusnahan

Q I - 2020 Q IV - 2019 Q I - 2020 Q IV - 2019 Q I - 2020 Q IV - 2019 Q I - 2020

100000 535.485,2 495.188,6 84.965,4 125.975,0 146.014,8 83.530,4 25.216,3 25.410,5

50000 188.607,7 165.981,6 52.974,6 68.167,7 74.399,3 46.672,7 18.417,0 17.503,0

20000 17.111,4 15.799,2 2.507,3 2.705,1 2.686,6 1.686,5 2.454,7 2.321,4

10000 17.938,2 16.761,5 2.128,7 2.294,1 2.243,7 1.416,1 2.260,1 2.217,3

5000 13.740,3 12.898,8 1.629,5 1.597,7 1.403,4 917,4 1.707,3 1.808,2

2000 8.584,7 8.289,6 855,1 698,4 682,5 464,0 848,7 632,2

<= 1000 2.185,8 2.213,5 25,1 23,1 118,9 55,6 21,9 19,8

UK 783.653,2 717.132,8 145.085,7 201.461,1 227.549,2 134.742,7 50.926,0 49.912,3

1000 4.221,5 4.284,8 2,9 0,8 67,9 65,3 2,4 -

500 4.292,4 4.332,9 1,0 0,8 44,7 41,0 17,4 -

200 805,9 815,0 0,2 0,2 16,2 8,7 1,5 -

<= 100 753,6 759,1 0,1 0,1 7,2 5,7 1,1 -

UL 10.073,4 10.191,7 4,2 2,0 136,0 120,6 22,4 -

Jumlah UK + UL 793.726,6 727.324,5 145.089,9 201.463,0 227.685,2 134.863,3 50.948,4 49.912,3

Bilyet90.000

80.000

70.000

60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

-

20161 2 3 4

20171 2 3 4

20181 2 3 4

20191 2 3 4

20201

Page 54: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

40Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Secara tahunan (yoy), jumlah temuan uang palsu pada periode Triwulan I 2020 lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 49.797 bilyet.

Berdasarkan jumlah temuan uang palsu tersebut, maka rasio uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkan (UYD) selama triwulan laporan tercatat sebanyak 2 bilyet per satu juta lembar atau sama dengan periode tahun sebelumnya.

Berdasarkan wilayah, pangsa jumlah temuan uang palsu terbesar berada di wilayah Jawa termasuk Jabodetabek sebesar 84% dari jumlah temuan uang palsu nasional. Temuan uang palsu di wilayah Jabodetabek sebanyak 26.206 bilyet, diikuti Jawa non Jabodetabek 17.839 bilyet, Sumatera 5.507 bilyet, Bali Nusra 1.319 bilyet, Sulampua 1.261 bilyet dan Kalimantan 613 bilyet.

Grafik 2.57. Perkembangan Temuan Uang Palsu Per Wilayah

Grafik 2.56. Rasio Uang Palsu terhadap UYD

Grafik 2.58. Pangsa Temuan Uang Palsuper Wilayah pada Triwulan I 2020

Infografis 2.3. Peta Sebaran Temuan Uang Palsu Nasional

Bilyet Rasio Upal100.00090.00080.00070.00060.00050.00040.00030.00020.00010.000

-

10987654321-

2016Jan - Mar

2017Jan - Mar

2018Jan - Mar

2019Jan - Mar

2020Jan - Mar

55.401

41.404

56.01049.797 52.745

32

32

2

Temuan Uang Palsu Rasio Uang Palsu

Bilyet90.000

80.000

70.000

60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

-

20161 2 3 4

20171 2 3 4

20181 2 3 4

20191 2 3 4

20201

Jakarta Sumatera Jawa Bali Nusra Kalimantan Sulampua

Jakarta

Sumatera

Jawa

Bali Nusra

Kalimantan

Sulampua

50%

10%

34%

3%1% 2%

Grafik 2.57. Perkembangan Temuan Uang Palsu Per Wilayah

Grafik 2.58. Pangsa Temuan Uang Palsu per Wilayah pada Triwulan I 2020

Infografis 2.3. Peta Sebaran Temuan Uang Palsu Nasional

Page 55: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

41Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Page 56: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

BAB 3

Page 57: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Sepanjang Triwulan I 2020, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan yang khususnya diarahkan untuk mendukung mitigasi risiko penyebaran COVID-19, menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Untuk menjaga daya saing pasar keuangan domestik, Bank Indonesia juga melakukan langkah kebijakan secara pre-emptive, front-loading, dan ahead of the curve melalui penyesuaian suku bunga dan kebijakan triple intervention . Berbagai kebijakan itu terbukti mampu menjaga stabilitas sistem keuangan, yang ditopang oleh ketahanan sistem perbankan meski kinerja pasar keuangan tertekan. Secara umum, penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengedaran uang Rupiah selama periode laporan berlangsung dengan baik dan lancar.

Page 58: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

44Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

1. Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak dua kali yaitu masing-masing sebesar 25 bps. BI7DRR menjadi 4,50%, suku bunga Deposit Facility menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%.

2. Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 50 bps dan akan berlaku mulai 1 April 2020 selama sembilan bulan, sesudahnya dapat dievaluasi kembali. Bank Indonesia juga menurunkan rasio GWM valas Bank Umum Konvensional (BUK) dari semula 8% menjadi 4%, dan berlaku mulai 16 Maret 2020.

3. Di tengah risiko pandemi COVID-19, Bank Indonesia melakukan penguatan strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif melalui penguatan strategi two sided monetary operation dengan memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang Repo SBN setiap hari.

4. Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder. Bank Indonesia juga menambah frekuensi lelang FX  swap  tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari.

5. Bank Indonesia bersama Pemerintah dan otoritas terkait lain terus mempererat koordinasi dan kerja sama dalam rangka pengendalian inflasi melalui Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), penguatan aspek Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif (4K), inisiasi pilot project “farming go digital“ serta penyelenggaraan Championship Klaster.

6. Dalam rangka memperkuat ketahanan UMKM di tengah pandemi COVID-19, Bank Indonesia bersinergi dan bekerjasama dengan Pemerintah dan otoritas terkait membantu memfasilitasi permasalahan keuangan UMKM, mendorong pemanfaatan digital marketing, serta penggunaan QRIS sebagai media pembayaran.

7. Dalam rangka mengimplementasikan strategi pemberdayaan ekonomi syariah, pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia melakukan program pengembangan ekosistem Halal Value Chain (HVC) melalui perluasan platform virtual market ekonomi syariah berbasis pesantren, implementasi aplikasi standar akuntansi pesantren, serta survei dampak COVID-19 terhadap usaha syariah.

8. Sebagai bagian dari upaya edukasi dan literasi ekonomi dan keuangan syariah, Bank Indonesia untuk pertama kalinya menerbitkan Indeks Literasi Ekonomi Syariah secara nasional. Indeks Literasi Ekonomi Syariah nasional mencapai angka 16,3% yang mencerminkan masih terdapat ruang yang sangat besar bagi upaya-upaya pengembangan ekonomi syariah di tanah air.

RINGKASAN

Page 59: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

45Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

9. Dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan keuangan syariah, Bank Indonesia secara aktif melakukan kordinasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait baik di dalam negeri maupun di luar negeri diantaranya Islamic Financial Services Board (IFSB) serta Islamic Research and Training Institute - Islamic Development Bank (IRTI-IsDB) dan Organisation of Islamic Cooperation (OIC).

10. Guna mendukung resiliensi ekonomi Indonesia, Bank Indonesia berperan aktif dalam kerja sama penguatan resiliensi keuangan di kawasan diantaranya melalui pertemuan ASEAN+3 Task Force (TF) yang membahas penguatan dari Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) untuk menjamin ketersediaan second-line of defense serta Strategic Direction dari ASEAN+3 Finance Process.

11. Secara bilateral, Bank Indonesia dan Monetary Authority of Singapore (MAS) melakukan industrial testing dari Local Currency Bilateral Swap Arrangement (LCBSA). Selain itu, Bank Indonesia dan Bank of Korea menandatangani perpanjangan kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) senilai 10,7 triliun KRW atau Rp115 triliun.

12. Dalam menghadapi pandemi COVID-19, Bank Indonesia secara aktif melakukan kerjasama internasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi diantaranya melalui extraordinary virtual meeting G20 di tingkat Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG). Di sisi domestik, Bank Indonesia, selaku Sekretariat Investor Relation Unit (IRU) nasional, secara intensif berupaya memulihkan market confidence melalui investor briefing serta investor conference call teleconference dengan sejumlah investor utama global dan lembaga rating.

13. Di bidang Sistem Pembayaran, pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia resmi diterima sebagai anggota International Financial Consumer Protection Organisation (FinCoNet), organisasi internasional nirlaba sebagai wadah otoritas pengawas untuk berkolaborasi dan berbagi praktik terbaik mengenai market conduct dan perlindungan konsumen. Bank Indonesia juga menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) dengan dan Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) untuk kerja sama di bidang sistem pembayaran dan inovasi keuangan digital.

14. Selama Triwulan I 2020, realisasi penarikan ULN Pemerintah mencapai 3,70 miliar dolar AS, dan realisasi pembayaran ULN Pemerintah pada Triwulan I 2020 tercatat 4,30 miliar dolar AS, terutama untuk pembayaran SBN Internasional sebesar 2,87 miliar dolar AS.

15. Perkembangan penerimaan DHE secara akumulatif selama Triwulan I - 20201 menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Hal ini ditunjukkan adanya penurunan penerimaan DHE secara nominal melalui bank devisa luar negeri dari 918 juta dolar AS menjadi 718 juta dolar AS.

16. Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan perumusan kebijakan, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan statistik. Kegiatan ini antara lain mengumpulkan dan mengolah data dan informasi ekonomi, moneter, sistem keuangan, serta menyusun laporan/analisisnya.

1 Data Januari-Februari 2020

Page 60: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

46Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

17. Menghadapi pandemi COVID-19, Bank Indonesia mengeluarkan penyesuaian ketentuan terkait transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) yang pada prinsipnya memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing, sehingga dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai melalui transaksi DNDF. Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan terkait memasukkan transaksi DNDF dalam komponen perhitungan Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan untuk membatasi keleluasaan bank dalam melakukan transaksi DNDF yang dilakukan untuk tujuan di luar hedging atau cover transaksi nasabah, sehingga diharapkan dapat membantu menahan tekanan terhadap Rupiah.

18. Dalam rangka mendukung penerbitan instrumen Operasi Moneter Syariah dengan akad wakalah bi al-istitsmar, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan hearing dengan industri, Focus Group Discussion (FGD) dan korespondensi dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan Dewan Standar Akuntansi Syariah-Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS-IAI) yang menghasilkan opini (opini) perlakuan akuntansi dari DSAS-IAI, serta diskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan melalui Forum Koordinasi Makroprudensial-Mikroprudensial (FKMM) BI-OJK.

19. Di bidang makroprudensial, Bank Indonesia menyusun pengaturan sebagai langkah kebijakan mendukung perekonomian dalam menghadapi dampak COVID-19 serta tindak lanjut dari penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 (Perppu No.1 Tahun 2020), diantaranya pengaturan mengenai insentif bagi bank yang memberikan penyediaan dana untuk kegiatan ekonomi tertentu melalui penerbitan, penyempurnaan pengaturan mengenai Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM), penyempurnaan pengaturan mengenai Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) dan Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah (PLJPS), serta pengaturan lainnya.

20. Guna mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan, Bank Indonesia melakukan surveilans terhadap sumber kerentanan dan volatilitas dalam sistem keuangan. Sampai Triwulan I 2020, hasil surveilans makroprudensial menunjukkan kondisi sistem keuangan secara umum masih terjaga, dengan ketahanan likuiditas dan permodalan perbankan yang memadai.

21. Dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi, Bank Indonesia selalu menjalin sinergi yang intensif dengan otoritas terkait melalui beberapa forum koordinasi maupun program kerja sama bilateral diantaranya melalui forum KSSK, bilateral BI-OJK, BI-LPS maupun koordinasi tripartit BI, OJK dan LPS.

22. Bank Indonesia menyusun Strategi Nasional Pengembangan UMKM untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan target 64,2 juta pelaku UMKM.

23. Dalam rangka memperluas implementasi QRIS sebagai standar kode QR pembayaran di Indonesia serta sebagai bagian dari edukasi masif pada masyarakat, Bank Indonesia menyelenggarakan Pekan QRIS Nasional (PQN) 2020 serentak di 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri.

Page 61: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

47Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

24. Sebagai bentuk upaya mendukung Pemerintah mencegah penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menurunkan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI untuk nasabah dari maksimal Rp3.500,- menjadi Rp2.900,-. Selain itu, Bank Indonesia juga menurunkan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI yang dibebankan Bank Indonesia pada bank dari Rp600,- menjadi Rp1,-.

25. Untuk menjaga kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran dan memastikan layanan Bank Indonesia tetap berjalan normal, Bank Indonesia melakukan split operations dan Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional BI-RTGS, BI-SSSS, BI-ETP, dan SKNBI.

26. Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika menandatangani Nota Kesepahaman (NK) Elektronifikasi Transaksi Pemda (ETP) untuk mendorong transformasi digital di daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional.

27. Guna mendukung penerapan kebijakan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.22/3/PADG/2020 tentang Pelaksanaan Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

28. Sampai dengan Triwulan I 2020, jumlah pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti Bank Indonesia berjumlah 608 pengaduan yang didominasi permasalahan Kartu Kredit.

29. Bank Indonesia melakukan kegiatan evaluasi dan review terhadap EKU 2020-2021 yang diselaraskan dengan perkembangan asumsi makroekonomi terkini, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19. Bank Indonesia juga melakukan proyeksi EKU secara multiyears untuk 2022 dan 2023 sebagai proyeksi awal kebutuhan uang di masa mendatang.

30. Sebagai wujud komitmen atas pelaksanaan Undang-Undang, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/1/PBI/2020 tentang Jumlah dan Nilai Nominal Uang Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2019.

31. Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pemusnahan 1,6 miliar bilyet atau senilai Rp49,9 triliun yang seluruhnya merupakan uang kertas.

32. Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pencetakan uang Rupiah sejumlah Rp67,2 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas uang Rupiah kertas Rp67,2 triliun atau sebanyak 1,2 miliar bilyet dan uang Rupiah logam Rp74,0 miliar atau sebanyak 260 juta keping.

33. Pada triwulan laporan, jumlah penukaran uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran oleh masyarakat ke Bank Indonesia terdiri atas uang Rupiah kertas sebanyak enam bilyet atau senilai Rp60.000 dan 500 keping uang Rupiah logam atau senilai Rp12.500.

34. Dalam rangka mencegah peredaran uang Rupiah palsu, Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan edukasi mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) berupa kegiatan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat dan publikasi melalui media massa baik media elektronik dan media cetak, maupun melalui media sosial.

Page 62: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

48Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

3.1 Bauran Kebijakanberada di bawah optimal dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian. Bank Indonesia juga akan menyesuaikan ketentuan terkait perhitungan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dengan memperluas cakupan pendanaan dan pembiayaan pada kantor cabang bank di luar negeri yang diperuntukkan bagi ekonomi Indonesia.

Kebijakan sistem pembayaran pada Triwulan I 2020 diperkuat guna mendukung mitigasi penyebaran COVID-19. Langkah ini dilakukan dengan memastikan ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai. Selain itu, Bank Indonesia juga menurunkan biaya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) untuk mendorong penggunaan pembayaran nontunai. Kebijakan ini berlaku efektif sejak 1 April 2020 sampai dengan 31 Desember 2020, yang juga ditujukan untuk mendukung penyaluran dana nontunai program Pemerintah seperti Program Bantuan Sosial PKH dan BPNT, Program Kartu Prakerja, dan Program Kartu Indonesia Pintar-Kuliah. Terkait dengan implementasi Blue Print Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, Bank Indonesia terus memperluas akseptasi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) serta elektronifikasi bantuan sosial dan transaksi keuangan pemerintah daerah.

Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi tersebut antara lain dilakukan untuk pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID). Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi pengembangan ekonomi dan mempercepat reformasi struktural, baik melalui Sekretariat Bersama (Sekber) Percepatan Pengembangan Pariwisata dalam rangka memitigasi dampak COVID-19 maupun koordinasi dalam upaya menjaga ketahanan eksternal melalui penguatan sektor manufaktur serta pengembangan UMKM.

Bank Indonesia mendukung penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.1 Tahun 2020 tanggal 31 Maret 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau dalam upaya Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Penerbitan Perpu tersebut merupakan langkah antisipatif bersama Pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Untuk penanganan dampak COVID-19 diperlukan extraordinary

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak dua kali yaitu masing-masing sebesar 25 bps. BI7DRR menjadi 4,50%, suku bunga Deposit Facility menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Kebijakan tersebut sejalan dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta sebagai langkah mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah prospek perlambatan ekonomi global akibat terjadinya COVID-19.

Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 50 bps, namun akan berlaku mulai 1 April 2020 selama sembilan bulan, sesudahnya dapat dievaluasi kembali. Kebijakan ini ditujukan bagi bank-bank yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, UMKM dan sektor-sektor prioritas untuk mempermudah kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang lebih murah. Pada 2 Maret 2020, Bank Indonesia juga menurunkan rasio GWM valas Bank Umum Konvensional (BUK) dari semula 8% menjadi 4%, dan berlaku mulai 16 Maret 2020, guna meningkatkan likuiditas valas di perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas.

Penguatan kebijakan moneter akomodatif Bank Indonesia diikuti dengan meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Strategi operasi moneter terus diperkuat guna menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Kebijakan terkait pendalaman pasar keuangan dan kebijakan pendukung lainnya juga terus dilakukan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Di sisi kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia melanjutkan kebijakan akomodatif untuk mendorong pembiayaan ekonomi sejalan dengan siklus finansial yang

Bauran kebijakan Bank Indonesia pada Triwulan I 2020 diarahkan untuk mendukung mitigasi risiko penyebaran COVID-19, menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Page 63: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

49Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

3.2.1 Kebijakan Moneter

Pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter yang akomodatif guna menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Hal tersebut ditempuh dengan menurunkan BI7DRR melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 Januari 2020 dan 18-19 Maret 2020 masing-masing sebesar 25 bps. BI7DRR menjadi 4,50%, suku bunga Deposit Facility menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Kebijakan moneter akomodatif tersebut sejalan dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta sebagai langkah mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah prospek perlambatan ekonomi global akibat pandemi COVID-19.

Kebijakan moneter akomodatif juga ditempuh Bank Indonesia melalui penurunan GWM baik Rupiah maupun valas. Pada 2 Maret 2020, Bank Indonesia kembali menurunkan GWM Rupiah sebesar 50 bps yang ditujukan bagi bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor untuk mempermudah kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang lebih murah. Kebijakan ini diimplementasikan mulai 1 April 2020 dan berlaku selama 9 bulan, untuk selanjutnya dapat dievaluasi kembali. Berdasarkan keputusan RDG 18-19 Maret 2020, kebijakan ini juga diperluas bagi bank-bank yang melakukan pembiayaan UMKM dan sektor-sektor prioritas lain. Penurunan GWM Rupiah tersebut menambah likuiditas sekitar Rp22 triliun, setelah sebelumnya dilakukan penurunan GWM pada 2019 dan awal 2020 yang berdampak pada penambahan likuiditas sekitar Rp53 triliun.

Di sisi valas, Bank Indonesia juga menurunkan rasio GWM valas BUK dari semula 8% menjadi 4%, dan berlaku efektif mulai 16 Maret 2020. Penurunan GWM valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS dan sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas. Guna mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut, Bank Indonesia menyempurnakan ketentuan

measure, kebijakan yang belum diatur atau kebijakan yang melebihi kewenangan yang telah diatur sebelumnya.

Bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia pada Triwulan I 2020 merupakan bagian dari sinergi kebijakan yang sangat erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait maupun melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19. Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, serta mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan secara terkoordinasi yang erat dengan Pemerintah, otoritas terkait, dan KSSK untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta pemulihan ekonomi nasional.

3.2 Stabilitas Moneter

Indikator Kinerja Utama(IKU)

1. InflasiIndeksHargaKonsumen(IHK)

PencapaianTW I 2020

2,96% (yoy)3,0% + 1%

Target

Inflasi IHK sampai dengan periode Triwulan I-2020 sebesar 2,96% (yoy) di mana pencapaian ini masih berada dalam range target inflasi IHK tahun 2020 yaitu sebesar 3,0+1% (yoy). Terkendalinya inflasi dipengaruhi oleh inflasi inti, administered price serta volatile food yang tetap terkendali. Terkendalinya inflasi inti tidak terlepas dari konsistensi kebijakan BI dalam mengarahkan ekspektasi inflasi tetap terjaga. Kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan kenaikan harga emas dunia menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi.

Kebijakan moneter Bank Indonesia dilakukan dengan menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR), menurunkan GWM baik Rupiah maupun valas, serta peningkatan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Kebijakan tersebut juga ditopang oleh koordinasi dan sinergi kebijakan yang harmonis antarotoritas. Selain itu, guna mendukung pencapaian stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, Bank Indonesia mengelola kerja sama internasional yang terstruktur dan sistematis. Bank Indonesia juga melakukan kegiatan statistik, survei, dan liaison untuk mendukung pelaksanaan tugas dan proses perumusan kebijakan.

Page 64: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

50Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Angka TertentuAngka tertentu2. VolatilitasNilaiTukar

Nilai tukar Rupiah sampai dengan periode Triwulan I 2020 dinilai masih memadai, meskipun tercatat mengalami tekanan seiring market panic pelaku pasar keuangan sejalan dengan kekhawatiran penyebaran COVID-19 di global dan domestik. Dalam rangka menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, BI terus memperkuat intensitas triple intervention baik secara spot, DNDF, dan pembelian SBN dari pasar sekunder. BI meyakini bahwa nilai tukar Rupiah bergerak stabil dan akan cenderung menguat ke level 15.000 per Dolar AS pada akhir tahun ini.

Di sisi pendalaman pasar keuangan, pada 2 Maret 2020, Bank Indonesia memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat memberikan alternatif dalam lindung nilai atas kepemilikan Rupiah. Dalam kaitan ini, pada RDG 18-19 Maret 2020 Bank Indonesia juga memutuskan untuk mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, dan berlaku efektif mulai 23 Maret 2020. Selain itu, Bank Indonesia juga menegaskan investor global dapat menggunakan bank kustodi global dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia.

Di sisi kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia kembali menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong pembiayaan ekonomi sejalan dengan siklus finansial yang berada di bawah optimal dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian. Terkait hal ini, pada RDG 19-20 Februari 2020 Bank Indonesia telah menyesuaikan ketentuan terkait perhitungan RIM dengan memperluas cakupan pendanaan dan pembiayaan pada kantor cabang bank di luar negeri yang diperuntukkan bagi ekonomi Indonesia.

Dalam upaya mendukung mitigasi penyebaran COVID-19, Bank Indonesia juga terus memperkuat kebijakan sistem pembayaran. Hal ini dilakukan dengan memastikan ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai. Selain itu, Bank Indonesia juga menurunkan biaya SKNBI, dari perbankan ke Bank Indonesia yang semula Rp600 menjadi Rp1.

GWM dalam Rupiah dan Valuta Asing, berupa: (i) Peraturan Bank Indonesia No.22/3/PBI/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.20/3/PBI/2018 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah dan (ii) PADG No.22/2/PADG/2020 tentang Perubahan Keempat atas PADG No.20/10/PADG/2018 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional (BUK), Bank Umum Syariah (BUS), dan Unit Usaha Syariah (UUS).

Pelonggaran kebijakan moneter juga diikuti dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar dan penguatan strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Bank Indonesia terus meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Bank Indonesia juga mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah. Sementara itu, penguatan strategi operasi moneter dilakukan melalui berbagai langkah kebijakan, seperti (i) memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020, (ii) menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020, dan (iii) memperkuat instrumen Term-Deposit valas guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valas di pasar domestik dan mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan GWM valas yang telah diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.

Indikator Kinerja Utama(IKU)

Kecukupancadangandevisa

PencapaianTW I 2020

7 blnMin. 3 bulan impor & kewajiban ULN

Pemerintah Jk. Pendek

Target

Cadangan devisa di Maret setara dengan 121 Miliar Dolar AS. Terjadinya penurunan kecukupan cadev a.l didorong pembayaran ULN Pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah kondisi “extraordinary” karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemik COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia.

Page 65: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

51Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Grafik 3.1. Deviasi Policy Rate dengan Suku Bunga PUAB O/N

Biaya dari nasabah ke perbankan semula maksimum Rp3.500 menjadi maksimum Rp2.900, berlaku efektif sejak 1 April 2020 sampai dengan 31 Desember 2020. Kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan guna mendorong penggunaan pembayaran nontunai. Dalam mendukung program Pemerintah, Bank Indonesia juga memberikan dukungan pada penyaluran dana nontunai untuk Program Bantuan Sosial PKH dan BPNT, Program Kartu Prakerja, dan Program Kartu Indonesia Pintar-Kuliah, serta program lainnya. Terkait implementasi BSPI 2025, Bank Indonesia terus memperluas akseptasi QRIS serta elektronifikasi bantuan sosial dan transaksi keuangan Pemerintah Daerah.

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA). Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait baik di pusat maupun daerah guna mengendalikan inflasi agar tetap rendah dan stabil dalam sasaran 3%±1% pada 2020 dan 2021.

Bank Indonesia juga turut mendukung penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.1 Tahun 2020 tanggal 31 Maret 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau dalam upaya Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Penerbitan Perpu tersebut merupakan langkah antisipatif bersama Pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Untuk penanganan dampak COVID-19 diperlukan extraordinary measure, kebijakan yang belum diatur atau kebijakan yang melebihi kewenangan yang telah diatur sebelumnya.

Berbagai langkah kebijakan Bank Indonesia yang ditempuh selama Triwulan I 2020 tersebut dilakukan dengan koordinasi yang sangat erat dengan Pemerintah dan OJK dalam memitigasi dampak COVID-19 sehingga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh baik oleh Pemerintah, Bank Indonesia, maupun OJK.

3.2.2 Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar

Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Strategi operasi moneter terus ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Bank Indonesia memastikan pergerakan nilai tukar Rupiah sesuai nilai fundamentalnya dan mekanisme pasar tetap terjaga. Guna mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas.

3.2.2.1. Pengelolaan Moneter

Bank Indonesia melakukan pengelolaan moneter melalui pelaksanaan operasi moneter yang terdiri atas Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Facilities (SF). Pelaksanaan OPT merupakan kegiatan transaksi di pasar uang atas inisiatif Bank Indonesia yang bertujuan mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga pasar uang antarbank overnight (PUAB O/N), sehingga berada dalam kisaran target yang kondusif guna mencapai sasaran kebijakan moneter. Sejak implementasi reformulasi kerangka operasi moneter, rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N bergerak mendekati kisaran BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) terlihat dari deviasi BI-7DRR dengan suku bunga PUAB O/N yang relatif rendah pada kisaran 17 bps selama Triwulan I 2020 (Grafik 3.1).

Sementara itu, pelaksanaan SF merupakan penyediaan dana rupiah (Lending Facility/LF) dari Bank Indonesia kepada bank dan penempatan dana rupiah (Deposit Facility/DF) bank di Bank Indonesia, untuk membentuk

80

70

60

50

40

30

20

10

-

bps

03-Ja

n-17

03-F

eb-1

709

-Mar

-17

12-A

pr-1

719

-Mei

-17

30-Ju

n-17

02-A

gs-1

706

-Sep

-17

10-O

kt-1

710

-Nov

-17

14-D

es-1

718

-Jan-

1821

-Feb

-18

26-M

ar-1

827

-Apr

-18

05-Ju

n-18

16-Ju

l-18

16-A

gs-1

821

-Sep

-18

24-O

kt-1

827

-Nov

-18

02-Ja

n-19

04-F

eb-1

911

-Mar

-19

12-A

pr-1

920

-Mei

-19

28-Ju

n-19

31-Ju

l-19

02-S

ep-1

903

-Okt

-19

05-N

ov-1

906

-Des

-19

13-Ja

n-20

13-F

eb-2

017

-Mar

-20

Page 66: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

52Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

koridor suku bunga PUAB O/N sebesar BI 7DRR ± 75 bps. Koridor suku bunga yang simetris terhadap suku bunga kebijakan bertujuan agar instrumen SF bersifat netral bagi bank-bank yang memiliki strategi long maupun short dalam pengelolaan likuiditas Rupiah.

Pada akhir Triwulan I 2020, posisi operasi moneter net2

mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 3.2). Peningkatan tersebut bersumber dari peningkatan supply likuiditas yang dipengaruhi aliran masuk uang kartal yang lebih besar dibandingkan net kontraksi keuangan pemerintah (penarikan pajak, penerbitan SBN, pembayaran termin proyek, transfer daerah, subsidi, dan lainnya). Sejalan dengan kondisi likuiditas yang cukup ample, kebutuhan likuiditas di pasar uang antar bank cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini terlihat dari rata-rata harian volume PUAB O/N selama Triwulan I 2020 sebesar Rp10,09 triliun atau turun 17,02% dibanding volume triwulan sebelumnya yang mencapai Rp12,16 triliun. Di tengah kondisi likuiditas yang cukup ample tersebut, suku bunga PUAB O/N tetap dapat dijaga pada kisaran suku bunga BI7DRR (Grafik 3.3).

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan penguatan strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif di tengah risiko pandemi COVID-19 melalui penguatan strategi two sided monetary operation (yang telah dilakukan sejak 6 Mei 20193). Penguatan dilakukan dengan memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan4 dan menyediakan lelang Repo SBN setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan baik konvensional maupun syariah, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.

Bank Indonesia juga tetap mengaktifkan OPT yang bersifat fine tune untuk menjaga volatilitas suku bunga PUAB O/N dan non O/N dalam hal terjadi keketatan likuiditas yang temporer. Penyempurnaan strategi operasi moneter ini diharapkan dapat mendukung efektivitas pelaksanaan operasi moneter, memberikan kepastian bagi pelaku pasar akan tersedianya likuiditas dengan tenor lebih panjang pada saat mengalami kesulitan likuiditas, serta mengatasi permasalahan segmentasi likuiditas pada sistem perbankan melalui upaya redistribusi likuiditas.

Pada Triwulan I 2020, kondisi likuiditas cukup ample sejalan dengan kembalinya likuiditas ke sistem perbankan pada awal tahun sehingga posisi operasi moneter kontraksi mengalami peningkatan dan posisi operasi moneter ekspansi cenderung menurun (Grafik 3.4). Peningkatan

2 Posisi operasi moneter net terdiri dari posisi operasi moneter kontraksi dan posisi operasi moneter ekspansi.

3 Bank Indonesia melakukan penyempurnaan strategi operasi moneter tanpa mengubah stance kebijakan moneter melalui perubahan paradigma operasi moneter dari one sided monetary operation/kontraksi ke two sided monetary operation/kontraksi dan ekspansi sejak 6 Mei 2019. Two sided monetary operation merupakan upaya redistribusi likuiditas di sistem perbankan yang cenderung tidak merata sebagai implikasi segmentasi di pasar uang. Strategi ini diharapkan dapat mendukung efektivitas pelaksanaan operasi moneter, memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang, serta mendukung pendalaman pasar keuangan.

4 Repo SBN tersedia untuk tenor 1 minggu s.d. 12 bulan.

Grafik 3.2. Posisi Operasi Moneter

Grafik 3.3. Koridor Suku Bunga dan Volume PUAB O/N

Grafik 3.4. Posisi Outstanding Operasi Moneter - Total

550

450

350

250

150

50

-50

-150

-250

Rp Triliun

DF/Fasbis TD RR SBN SDBI SBI SBIS SukBI LF/FF Repo FX Swap

3-Ja

n-17

10-F

eb-1

723

-Mar

-17

8-M

ei-1

720

-Jun-

174-

Ags-

1715

-Sep

-17

26-O

kt-1

76-

Des-

1717

-Jan-

1827

-Feb

-18

9-Ap

r-18

21-M

ei-1

810

-Jul-1

820

-Ags

-18

1-Ok

t-18

8-No

v-18

19-D

es-1

831

-Jan-

1914

-Mar

-19

26-A

pr-1

914

-Jun-

1924

-Jul-1

92-

Sep-

1910

-Okt

-19

19-N

ov-1

931

-Des

-19

10-F

eb-2

019

-Mar

-20

6,75

6,25

5,75

5,25

4,75

4,25

3,75

3,25

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

0

% Rp Miliar

03-Ja

n-17

09-F

eb-1

721

-Mar

-17

03-M

ei-1

714

-Jun-

1728

-Jul-1

707

-Sep

-17

17-O

kt-1

723

-Nov

-17

04-Ja

n-18

12-F

eb-1

822

-Mar

-18

02-M

ei-1

821

-Jun-

1830

-Jul-1

807

-Sep

-18

17-O

kt-1

826

-Nov

-18

07-Ja

n-19

14-F

eb-1

926

-Mar

-19

08-M

ei-1

924

-Jun-

1931

-Jul-1

906

-Sep

-19

15-O

kt-1

921

-Nov

-19

02-Ja

n-20

10-F

eb-2

018

-Mar

-20

DF FASBIS Term Deposit RR SBN SDBI SBISBIS SukBI LF FF Repo FX Swap

600

500

400

300

200

100

0

(100)

(200)

(300)

Rp Triliun

Tw III Tw IV2017

Tw I Tw II2020Tw ITw III Tw IV

2018Tw I Tw II Tw III Tw IV

2019Tw I Tw II

Page 67: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

53Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Grafik 3.5. Komposisi Instrumen Operasi Moneter – Kontraksi

posisi operasi moneter kontraksi menjadi Rp471,00 triliun dari triwulan sebelumnya Rp389,57 triliun. Di sisi lain, posisi operasi moneter ekspansi mengalami penurunan menjadi Rp45,80 triliun dari triwulan sebelumnya Rp153,35 triliun (Tabel 3.1).

Peningkatan posisi operasi moneter kontraksi terjadi pada instrumen operasi moneter konvensional yaitu Term Deposit dan RR SBN, serta instrumen operasi moneter kontraksi syariah yaitu SukBI dan SBIS, sehingga komposisi instrumen tersebut mengalami kenaikan (Grafik 3.5). Di sisi lain, penurunan posisi operasi moneter ekspansi terjadi pada Repo SBN dan FX Swap.

Dari sisi profil maturitas (durasi sisa jatuh waktu) instrumen operasi moneter pada Triwulan I 2020 mengalami sedikit penurunan dari 29 hari menjadi 28 hari (Grafik 3.6). Hal ini disebabkan antisipasi kebutuhan likuiditas jangka pendek dan menjelang hari raya keagamaan sehingga penempatan

pada instrumen operasi moneter tenor pendek mengalami peningkatan terutama pada instrumen RR SBN tenor 1 minggu dan 3 bulan yang meningkat dari triwulan sebelumnya (Grafik 3.7).

Grafik 3.6. Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi Moneter Triwulanan (Sisa Jatuh Waktu)

Tabel 3.1. Posisi Outstanding Instrumen OM

Grafik 3.7. Rata-Rata Harian Pangsa RR SBN Berdasarkan Tenor

DF FASBIS Term Deposit RR SBN SDBI SBI SBIS SukBI

1009080706050403020100

%

Tw III Tw IV2017

Tw I Tw II2020Tw ITw III Tw IV

2018Tw I Tw II Tw III Tw IV

2019Tw I Tw II

Posisi RRT Durasi Sisa Jatuh Waktu (EOP)120

100

80

60

40

20

-

Hari

Tw III Tw IV2017

Tw I Tw II2020Tw ITw III Tw IV

2018Tw I Tw II Tw III Tw IV

2019Tw I Tw II

69

49

6257

70

35

58

44

103

6151

29 28

Tw IV 2019 Tw I 2020

1 mgg 2 mgg 1 bln 3 bln 6 bln 9 bln 12 bln

26%

17%

20%22%

5% 6%4%

28%

14%

20%

26%

4% 4% 5%

Posisi Instrumen OM(Rp triliun)

DF 69,31 105,40 92,66 124,24 91,42 -26,42%

FASBIS 18,62 27,83 16,41 27,28 16,14 -40,86%

Term Deposit - - - 36,55 111,46 204,98%

RR SBN 122,16 134,18 109,71 99,15 203,57 105,31%

SDBI 3,25 - - - - -

SBI 106,76 99,63 90,94 71,18 12,25 -82,79%

SBIS 14,42 13,60 11,39 10,44 11,77 12,73%

SukBI 10,50 8,33 14,28 20,74 24,41 17,70%

OM Kontraksi 345,01 388,98 335,39 389,57 471,00 20,90%

LF - (0,03) - - (0,03) -

FF - - - - - -

Repo (37,27) (60,22) (33,35) (92,08) (32,79) -64,39%

FX Swap (79,45) (66,56) (57,10) (61,27) (12,99) -78,80%

OM Ekspansi (116,73) (126,81) (90,45) (153,35) (45,80) -70,13%

OM Net 228,29 262,17 244,94 236,22 425,20 80,00%

Tw II Tw III Tw IVTw I Tw I∆

Perubahan2019 2020

Page 68: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

54Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Sejalan dengan kebijakan moneter yang akomodatif selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia menurunkan BI7DRR sebanyak dua kali yaitu 25 bps pada Februari dan 25 bps pada Maret 2020 sehingga menjadi menjadi 4,50% dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75% dan suku bunga Lending Facility 5,25%. Selain itu, dalam menjaga kecukupan likuiditas Bank Indonesia memperpanjang tenor OPT ekspansi sampai dengan 12 bulan sejak 20 Maret 2020. Pada akhir Triwulan I 2020, rata-rata tertimbang suku bunga hasil lelang OPT kontraksi (tenor 1 minggu - 12 bulan) dan OPT ekspansi (tenor 1 minggu - 3 bulan) mengalami penurunan sejalan dengan penurunan BI7DRR (Tabel 3.2).

3.2.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar

Pengelolaan nilai tukar merupakan bagian dari kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Kebijakan nilai tukar Bank Indonesia dilakukan agar nilai tukar bergerak sesuai nilai fundamental dengan tetap menjaga mekanisme pasar. Guna menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas domestik, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs berlebihan. Stabilitas nilai tukar tercermin dari rata-rata volatilitas mata uang asing terhadap Rupiah sejalan dengan fundamental nilai tukar guna mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Pandemi COVID-19 yang terjadi hingga Triwulan I 2020 telah memberikan sentimen negatif dan tekanan pada pasar keuangan global. Penyebaran COVID-19 yang sangat cepat ke banyak negara di luar Tiongkok telah memberikan tekanan pada perekonomian dunia. Perkembangan COVID-19 sampai 18 Maret 2020 sudah menyebar ke 159 negara, tidak hanya di Asia, tetapi juga Eropa dan Amerika Serikat. Perkembangan ini menyebabkan ketidakpastian

Tabel 3.2. Suku Bunga Hasil Lelang OPT pada Akhir Triwulan I 2020

*) Belum ada lelang RR SBN 9 dan 12 bulan pada bulan Maret 2020, baru dijadwalkan pada minggu I April 2020 **) Belum ada lelang Repo 9 bulan yang dimenangkan

sangat tinggi dan berdampak pada penurunan kinerja pasar keuangan global, memberikan tekanan pada mayoritas mata uang dunia, serta memicu pembalikan modal menjadi aset keuangan yang dianggap aman.

Nilai tukar Rupiah selama Triwulan I 2020 mengalami pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat sebesar 14,98% (qtq), sebagaimana mayoritas mata uang lainnya di Asia dan negara emerging market. Di negara emerging market (21 negara), pelemahan mata uang (qtq) tertinggi terjadi pada Real Brasil yaitu -22,80%, diikuti Rand Afrika Selatan -21,35%, Ruble Rusia -20,95%, Peso Meksiko -20,07%, dan Peso Kolumbia -19,20%.

Grafik 3.8. Spot Return Negara Emerging MarketTriwulan I 2020 (%,qtq)

Ekspansi

1 mgg 2 mgg 6 bln 9 bln1 bln 3 blnSuku Bunga Hasil OPT (%) 12 bln

Kontraksi

Triwulan IV-2019 5,00% 5,02% 5,04% 5,06% 5,09% 5,13% 5,19%

Tgl Lelang 31 Dec'19 31 Dec'19 31 Dec'19 31 Dec'19 6 Dec'19 13 Dec'19 13 Dec'19

Triwulan I-2020 4,50% 4,51% 4,52% 4,54% 4,57% 4,82%* 4,85%*

Tgl Lelang 31 Mar'20 31 Mar'20 31 Mar'20 31 Mar'20 27 Mar'20 13 Mar'20 13 Mar'20

Triwulan IV-2019 5,25% 5,28% 5,32% 5,30%

Tgl Lelang 31 Dec'19 31 Dec'19 31 Dec'19 31 Dec'19

Triwulan I-2020 4,75% 4,78% 4,80% 4,80% 4,85% ** 4,95%

Tgl Lelang 31 Mar'20 30 Mar'20 30 Mar'20 23 Mar'20 23 Mar'20 - 31 Mar'20

Brazilian RealSouth African Rand

Russian RubleMexican Peso

Colombian PesoIndonesia Rupiah

Chilean PesoHungarian Forint

Turkish LiraCzech Koruna

Thai BahtPolish Zloty

Argentine PesoSingapore Dollar

Indian RupeeMalaysian RinggitSouth Korea Won

Chinese RenminbiTaiwanese Dollar

Philippine PesoHong kong Dollar

-25,00 -20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00

-22,58-21,35-20,95

-20,07-19,20

-14,98-12,09

-10,29-9,42-9,20-8,63-8,46

-7,03-5,62-5,51-5,33-5,11

-1,68-0,67

-0,100,44

Page 69: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

55Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Kebijakan 2 Maret 2020

1. Meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Untuk itu, Bank Indonesia mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah.

2. Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valuta Asing Bank Umum Konvensional, dari semula 8% menjadi 4% yang berlaku mulai 16 Maret 2020. Penurunan rasio GWM Valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS dan sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas.

3. Memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.

4. Menegaskan penggunaan bank kustodi global dan domestik kepada investor global dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia.

Kebijakan 19 Maret 2020

1. Memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.

2. Menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.

3. Memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.

4. Mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, berlaku efektif 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020.

Ketidakpastian kondisi pasar keuangan global akibat penyebaran COVID-19 menyebabkan peningkatan permintaan terhadap aset yang dianggap aman (safe heaven assets) dan memicu aksi wait and see pelaku pasar terhadap berbagai kebijakan ekonomi yang ditempuh berbagai negara. Ini sejalan dengan meningkatnya risiko resesi perekonomian global yang dipengaruhi penurunan permintaan dan terganggunya produksi akibat kebijakan pembatasan mobilitas manusia demi mengurangi risiko penyebaran COVID-19. Peningkatan risiko tersebut ditunjukkan dengan berbagai indikator diantaranya penurunan indikator ekonomi Tiongkok, peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur dan jasa AS, penurunan PMI dan keyakinan bisnis Eropa, serta kontraksi PMI Jepang.

Menyikapi kondisi tersebut, berbagai negara mengambil kebijakan antara lain dengan melakukan penurunan suku bunga kebijakan dan Quantitative Easing (QE). Di Amerika Serikat, The Fed menurunkan Fed Fund Rate (FFR) 150 bps pada Maret 2020 menjadi 0,25% . Selain itu, dilakukan juga pemberian stimulus fiskal Pemerintah AS 2.058,3 miliar dolar AS yang dilakukan dalam tiga phase. PBOC menurunkan 7 Days Repo Rate 30 bps menjadi 2,20% serta pemberian stimulus fiskal Pemerintah Tiongkok sebesar 146 miliar dolar AS. Sedangkan ECB main rate tetap berada di level -0,5% dan memberikan stimulus fiskal sebesar 822 miliar dolar AS.

Pada perekonomian domestik, berbagai kondisi tersebut di atas mendorong terjadinya outflow baik dari pasar saham maupun obligasi sebagai dampak penyebaran COVID-19 secara global, sehingga menekan nilai tukar Rupiah. Menyikapi kondisi tersebut, Bank Indonesia mengarahkan kebijakan moneter yang tetap akomodatif dengan mengeluarkan berbagai stimulus demi memperkuat bauran kebijakan. Kebijakan tersebut dilakukan guna mendukung upaya mitigasi risiko penyebaran COVID-19, menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk memitigasi dampak risiko COVID-19 terhadap perekonomian domestik melalui serangkaian kebijakan manajemen nilai tukar dan pengaturan pasar valas asing domestik maupun pemantauan pergerakan nilai tukar. Terdapat beberapa kebijakan Bank Indonesia pada bulan Maret 2020 untuk menjaga stabilitas nilai tukar tersebut, yaitu:

Page 70: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

56Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Langkah-langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah tersebut dilakukan Bank Indonesia secara konsisten melalui koordinasi yang sangat erat dengan Pemerintah dan otoritas lain dalam memitigasi dampak COVID-19 sehingga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga, serta mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

3.2.2.3 Pelaksanaan Operasi Moneter Syariah

Kebijakan moneter diimplementasikan dalam pelaksanaan operasi moneter yang dilakukan secara konvensional maupun berdasar prinsip syariah. Penerapan strategi diarahkan untuk memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang dengan tujuan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.

Operasi moneter syariah dilakukan Bank Indonesia melalui kegiatan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan penyediaan standing facilities (SF) berdasarkan prinsip syariah. OPT syariah dilaksanakan dengan menerbitkan Sukuk Bank Indonesia (SukBI), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), transaksi repo dan reverse repo surat berharga yang berdasarkan prinsip syariah. Selain itu, dilakukan pula dengan pembelian atau penjualan surat berharga syariah secara outright, penempatan berjangka (term deposit) syariah dalam valas atau transaksi lainnya yang memenuhi prinsip syariah baik di pasar uang rupiah maupun pasar valuta asing. Standing Facilities Syariah dapat berupa penyediaan dana Rupiah (financing facility) dan penempatan dana Rupiah (deposit facility). Pelaksanaan

kebijakan moneter syariah melalui operasi moneter syariah diarahkan untuk mempengaruhi kecukupan likuiditas di pasar uang Rupiah dan di pasar valuta asing berdasarkan prinsip syariah.

Kegiatan OMS pada akhir Triwulan I 2020 menurun 4,80% (qtq) dibanding Triwulan IV 2019. Hal ini dapat dipahami sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang turut mempengaruhi kinerja di sektor keuangan syariah. Pada Triwulan I 2020, kegiatan OMS dalam absorbsi likuiditas baik dari OPT maupun SF Syariah masih didominasi SukBI yaitu sebesar 51%, meningkat dibanding Triwulan IV 2019 dan diikuti FASBIS sebesar 26% dan SBIS sebesar 23%. Peningkatan penggunaan SukBI seiring dengan diperluasnya underlying penerbitan Sukuk BI, yaitu tidak hanya mencakup SBSN namun juga sukuk global, sehingga Bank Indonesia dapat menyerap lebih banyak kelebihan likuiditas. Selain itu, posisi RR SBSN semakin bergeser tergantikan SukBI pasca diterbitkan pada Desember 2018 lalu. Hal ini dikarenakan RR SBSN tidak lagi ditransaksikan setelah diterbitkannya SukBI.

Kegiatan OMS masih didominasi tenor jangka pendek dengan instrumen yang digunakan yaitu FASBIS dan SukBI, sementara untuk jangka panjang menggunakan instrumen SBIS. SukBI lebih likuid dibanding SBIS, karena SukBi dapat diperdagangkan di pasar sekunder, sementara SBIS hanya dapat digunakan untuk bertransaksi dengan Bank Indonesia. Pada akhir tahun 2019, SukBi mulai diperdagangkan di pasar sekunder.

Strategi operasi moneter ke depan tetap melanjutkan penggunaan two sided monetary operation untuk menjaga

Infografis 3.1. Instrumen Operasi Moneter Syariah

INSTRUMEN KONVENSIONAL INSTRUMEN SYARIAH

FINE TUNE FINE TUNEREGULER

Overnight FASBIS dan FF (o/n)

SukBI dan Term Repo

Syariah

SBIS

Term Repo Syariah

DF dan LF (o/n)

RR SBN dan Term Repo

TD (<1 minggu)Term Repo

RR SBN

SBI

1-2 minggu

1 bulan

3 bulan

6 bulan

9 bulan

12 bulan

REGULER

Page 71: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

57Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

kecukupan likuiditas. Sebagai langkah antisipatif menjaga ketersediaan likuiditas di sistem perbankan syariah, Bank Indonesia juga melakukan penyesuaian strategi OPT ekspansi yaitu berupa perpanjangan tenor term repo syariah dan penambahan frekuensi lelang menjadi harian. Lelang term repo syariah yang awalnya dilakukan untuk tenor satu minggu, dua minggu dan satu bulan akan ditambahkan dengan tenor tiga bulan. Perpanjangan tenor ini dilakukan guna menambah alternatif sumber likuiditas perbankan syariah. Sementara pelaksanaan lelang yang awalnya tiga kali seminggu menjadi harian bertujuan memberikan kepastian tersedianya instrumen OPT syariah ekspansi saat perbankan membutuhkan likuiditas. Di samping itu, saat ini sedang dilakukan pembahasan terkait penerbitan instrumen OMS dan Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah baru, yang direncanakan menggunakan akad wakalah bi al ististmar. Akad ini merupakan akad wakalah untuk menginvestasikan dan mengembangkan modal muwakkil baik dengan imbalan (wkalah bi al-ujrah) maupun tanpa imbalan (wakalah bi ghairi al-ujrah). Akad inilah yang akan diterapkan untuk penyediaan likuiditas bagi kebutuhan industri perbankan syariah dalam rangka OMS serta instrumen Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.

3.2.3 Koordinasi dan Kerjasama dengan Pemerintah dan Otoritas Terkait

Bank Indonesia bersama Pemerintah dan otoritas terkait lain terus mempererat koordinasi dan kerja sama kebijakan guna memperkuat stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia pada Triwulan I 2020 merupakan sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait, termasuk melalui KSSK untuk menjaga

stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19. Koordinasi dan kerja sama yang dilakukan Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait lainnya selama Triwulan I 2020 antara lain dilakukan dalam upaya pengendalian inflasi, pengembangan ekonomi dan mempercepat reformasi struktural, serta menjaga ketahanan eksternal.

1. Koordinasi dan Kerja Sama dalam Pengendalian Inflasi

a. Pengendalian Inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID)

Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan Pemerintah dan instansi terkait baik di tingkat pusat maupun daerah untuk mengendalikan inflasi berada pada kisaran sasaran 3±1%. Pada Triwulan I 2020, rapat koordinasi antar pimpinan kementerian dan lembaga yang tergabung dalam TPIP diselenggarakan pada 13 Februari 2020 yang menghasilkan kesepakatan, tiga langkah pengendalian inflasi. Pertama, menjaga inflasi komponen bergejolak (volatile food) agar berada dalam kisaran 4,0±1% dengan (i) memperkuat empat pilar strategi yang mencakup Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif (4K), sejalan dengan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2019-2021, dengan fokus strategi menurunkan disparitas harga antar waktu dan antar wilayah; (ii) menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN); dan memperkuat kelembagaan pertanian, disertai peningkatan kapasitas, pembiayaan, dan

Grafik 3.9. Perkembangan Operasi Moneter Syariah

60

50

40

30

20

10

0

Triliun Rp

Jan20202019

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

SF Syariah OPT Syariah OMS

Perkembangan Instrumen OMS100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%

Jan20202019

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

SBIS SukBI RR SBSN Repo SBSN FASBIS FF Syariah

Page 72: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

58Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

pengembangan ekosistem pertanian digital, termasuk sinkronisasi program dan data. Kedua, memperkuat sinergi komunikasi untuk mendukung pengelolaan ekspektasi masyarakat. Ketiga, memperkuat sinergi komunikasi untuk mendukung pengelolaan ekspektasi masyarakat.

Penguatan koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengendalian inflasi juga akan dilakukan melalui penyelenggaraan Rakornas Pengendalian Inflasi dengan tema “Stabilitas Harga Menuju Indonesia Maju: Sinergi Meningkatkan Ketersediaan Pangan melalui Korporatisasi dan Digitalisasi UMKM5.

Bank Indonesia juga melakukan koordinasi yang bersifat lintas provinsi guna memastikan kerjasama antardaerah dalam pengendaliain inflasi terus terbangun. Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan berbagai pertemuan (Rakor) TPID untuk mengolaborasikan program kerja pengendalian inflasi antardaerah. Selama Triwulan I 2020, diselenggarakan berbagai Rakor TPID, antara lain Rakor TPID se-Sumatera Utara pada 15 Januari 2020 di Medan, Rakor TPID se-Bengkulu pada 20 Januari 2020 di Bengkulu, Rakor TPID se-Jawa Barat pada 12-13 Februari 2020 di Cirebon, Rakor TPID se-Sumatera Barat pada 21 Februari 2020 di Padang, Rakor TPID se-Kepulauan Riau pada 4 Maret 2020 di Batam, dan Rakor TPID se-Lampung pada 11 Maret 2020 di Lampung.

Sebagai upaya monitoring kegiatan TPID dan penghargaan atas capaian inflasi daerah dan kegiatan yang inovatif, Bank Indonesia bersama Kelompok Kerja Daerah (Pokjada) TPIP melakukan evaluasi kinerja TPID secara tahunan. Penghargaan atas prestasi TPID terbaik diumumkan pada acara Rakornas Pengendalian Inflasi dan diberikan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia

Sebagai tindak lanjut Rakornas Pengendalian Inflasi ke-X pada 25 Juli 2019, inisiatif untuk memperluas penggunaan teknologi informasi secara terintegrasi dilakukan guna mendorong peningkatan produksi pertanian dan perluasan

akses pasar bagi petani. Dalam konteks ini, Bank Indonesia telah merampungkan inisiasi awal model bisnis pengembangan produksi pertanian secara end-to-end. Sebagai tahap awal, Bank Indonesia memfasilitasi pertemuan antara pelaku digital platform di bidang pertanian, baik di sisi hulu maupun hilir, dan UMKM pertanian binaan Bank Indonesia. Hasil pertemuan diarahkan untuk menghasilkan kerjasama, baik untuk penyaluran hasil produksi pertanian melalui inflasi komponen bergejolak maupun penerapan teknologi pertanian presisi (precise farming) untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Inisiasi akan terus diperluas guna mendukung peningkatan produksi pangan yang berkesinambungan dan aksesibilitas pasar bagi petani yang lebih luas.

Terkait dengan penyebaran COVID-19, berbagai upaya terus dilakukan untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan berada pada sasaran inflasi 3±1%. Koordinasi pengendalian inflasi dilakukan pada aspek Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif (4K). Upaya pengendalian inflasi melalui monitoring ketersediaan pasokan dilakukan lebih intensif dengan kerja sama Pemda dengan Bulog, produsen, dan pedagang besar, serta memanfaatkan online platform. Operasi pasar murah di beberapa daerah juga tetap dilakukan dengan tetap memerhatikan protokol terkait physical distancing untuk memitigasi penyebaran COVID-19. Koordinasi juga dilakukan untuk memastikan distribusi tetap terjaga, termasuk melalui online platform. Selain itu, koordinasi komunikasi diperkuat dalam pelaksanaan sosialisasi/imbauan untuk mencegah pembelian berlebihan atau kenaikan harga berlebihan oleh penjual.

b. Kajian Model Bisnis Digitalisasi UMKMKomoditasVolatile Food

Penerapan digitalisasi pertanian diharapkan dapat menjaga kesinambungan produksi antar waktu dan antar lokasi melalui manajemen pola tanam, mitigasi risiko terhadap kondisi cuaca, serta upaya mengatasi mismatch antara permintaan dan penawaran (produksi sesuai kebutuhan). Selanjutnya, Bank Indonesia melaksanakan kajian model bisnis penerapan teknologi digital pada UMKM komoditas volatile

5 Rakornas Pengendalian Inflasi XI tahun 2020 rencananya akan diselenggarakan pada 9 April 2020 di Bali. Namun, mempertimbangkan pandemik COVID-19 dan sebagaimana arahan Bapak Presiden Ir. Joko Widodo pada 15 Maret 2020 yang salah satunya adalah untuk menunda kegiatan-kegiatan yang melibatkan peserta dalam jumlah besar, maka pelaksanaan Rakornas ditunda sampai dengan kondisi memungkinkan.

Page 73: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

59Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

food secara komprehensif dari hulu ke hilir. Model bisnis pada sisi hulu meliputi penggunaan teknologi digital pada proses budidaya hingga sisi hilir (termasuk pemasaran secara online). Model bisnis yang disusun adalah model bisnis ideal dan implementatif, sehingga dapat dijadikan acuan stakeholders dalam mengembangkan klaster pangan melalui penerapan teknologi digital. Guna mendukung penyusunan bisnis model, pada Triwulan I 2020 dilakukan inisiasi pilot project “farming go digital“ pada beberapa klaster pangan binaan Bank Indonesia, yaitu klaster padi, bawang merah, cabai, dan bawang putih.

c. Kajian Model bisnis Best Practice KlasterChampionBankIndonesia

Salah satu bentuk pengembangan UMKM yang dilakukan Bank Indonesia, khususnya komoditas volatile food, dilakukan melalui pendekatan klaster. Upaya mendorong pengembangan klaster yang berdaya saing dan berkelanjutan, memerlukan model bisnis klaster yang implementatif dan komprehensif agar dapat direplikasi klaster lainnya. Terkait itu, Bank Indonesia melakukan kajian model bisnis klaster yang bersumber dari klaster champion Bank Indonesia. Kajian bertujuan memperoleh model bisnis dari best practice klaster yang dapat dijadikan acuan dan benchmarking bagi klaster lain agar dapat mengembangkan dan meningkatkan skala usahanya. Pada Triwulan I 2020 dilakukan

identifikasi awal klaster yang akan menjadi acuan kajian dimaksud untuk ditindaklanjuti dengan pengumpulan data dan profil klaster.

d. ReplikasiBestPracticesKlaster

Guna menjaga sustainabilitas produksi komoditas pangan, kontinuitas pasokan dan harga yang stabil, serta menjaga tingkat inflasi volatile food, Bank Indonesia mereplikasi best practices pada klaster binaan Bank Indonesia di daerah. Pada tahun 2020, kegiatan replikasi best practices dilakukan dengan mengacu pada model bisnis pengembangan komoditas bawang merah dan cabai yang disusun pada 2019. Tujuannya mendorong peningkatan produktivitas klaster binaan. Replikasi dapat dilakukan terhadap teknologi budidaya yang digunakan, inovasi yang dikembangkan, metode tanam, maupun penggunaan benih varietas unggul. Pada Triwulan I 2020, sedang dilakukan identifikasi klaster binaan yang akan mengimplementasikan program tersebut, dengan mempertimbangkan kontribusi terhadap inflasi dan tingkat produktivitas yang relatif rendah.

e. Penilaian Kinerja Program PengendalianInflasiBankIndonesia/ChampionshipKlaster

Penilaian Kinerja Program Pengendalian Inflasi Bank Indonesia bertujuan mendorong dan memotivasi pelaksanaan dan replikasi program klaster yang dikembangkan Bank Indonesia maupun instansi lainnya. Program ini memilih

Infografis 3.2. Sebaran Klaster Ketahanan Pangan Bank Indonesia

Page 74: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

60Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

klaster komoditas ketahanan pangan/komoditas sumber inflasi dengan kinerja terbaik, baik binaan Bank Indonesia, Pemerintah Daerah/Dinas, atau pihak lainnya. Proses penilaian dilakukan melalui tiga tahap seleksi dengan melibatkan penilai independen dari eksternal yang terdiri atas akademisi, pakar/profesional, dan praktisi.

Seleksi Tahap 1 mulai dilakukan pada Triwulan I 2020, berkoordinasi dengan 46 KPwBI untuk menyampaikan keikutsertaan klaster. Masing-masing KPwBI menyampaikan satu klaster binaan Bank Indonesia dan satu klaster binaan pemerintah daerah/lembaga lainnya untuk diikutsertakan.

f. Dampak Pandemi COVID-19 terhadapKegiatanUsahaUMKMBinaandanMitraBI

Dalam upaya melakukan asesmen dampak pandemi COVID-19 terhadap kegiatan usaha UMKM, Bank Indonesia melakukan survei online pada 799 UMKM Binaan dan Mitra Bank Indonesia. Dari 799 UMKM tersebut, 536 UMKM (67,1%) terdampak kinerjanya akibat pandemi COVID-19, yang dilihat dari aspek Bahan Baku, Produksi dan Pemasaran.

a) Hasil asesmen terhadap UMKM Binaan dan Mitra

1) Secara umum mayoritas UMKM Binaan dan Mitra Bank Indonesia terkena dampak pandemi COVID-19 dengan kadar yang bervariasi, dan terbanyak di wilayah Jawa sebagai wilayah dengan penyebaran COVID-19 paling banyak.

2) UMKM yang terdampak paling banyak adalah UMKM Ekspor (95,0% dari 80 UMKM) serta UMKM Kerajinan dan Pendukung Pariwisata (85,3% dari 415 UMKM). Hal ini disebabkan: (i) terhambatnya ekspor, (ii) penundaan/pembatalan pesanan, (iii) pembatalan event/MICE, (iv) penutupan tempat wisata serta penurunan wisatawan, dan (v) tidak beroperasinya tempat titip jual produk. Sedangkan UMKM Pertanian terdampak secara terbatas (34,9% dari 304 UMKM) karena kebutuhan bahan pangan masih menjadi prioritas masyarakat.

3) Permasalahan yang dihadapi UMKM akibat COVID-19, antara lain: (i) Penurunan omset karena permintaan dan penjualan yang berkurang, serta pembatalan pesanan, (ii) Kenaikan harga dan terbatasnya supply bahan baku mempersulit proses produksi, (iii) Terganggunya cash flow akibat pemasukan yang menurun, sementara terdapat fixed cost yang harus dikeluarkan seperti pembayaran gaji karyawan, kewajiban terhadap pihak ketiga serta angsuran bank.

4) Dari sisi keuangan, walaupun rata-rata UMKM yang memiliki pinjaman masih merasa mampu melakukan pembayaran angsuran sampai dengan dua bulan ke depan. Namun apabila perkembangan COVID-19 masih berlanjut, maka dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha dan kinerja UMKM.

b) Kantor Perwakilan Bank Indonesia, UMKM Binaan dan Mitra serta Pemda dan Asosiasi berupaya melakukan inisiatif mendukung ketahanan UMKM.

1) Kantor Perwakilan Bank Indonesia melalui sinergi dan kerjasama dengan Otoritas terkait membantu memfasilitasi permasalahan keuangan UMKM, mendorong pemanfaatan digital marketing, serta penggunaan QRIS sebagai media pembayaran.

2) UMKM melakukan strategi (i) Social capital untuk mengatasi gangguan cash flow, dengan dissaving, penghematan biaya, serta pinjam dari kerabat, (ii) Mencari peluang usaha dengan membuat produk yang dibutuhkan masyarakat, untuk membantu cashflow, (iii) Mendorong penjualan dengan mengoptimalkan pemasaran online dan pemberian discount, promosi produk, serta (iv) Koordinasi dan sharing tips and tricks menghadapi COVID-19.

3) Beberapa Pemda juga merilis kebijakan yang membantu masalah keuangan dan pemasaran UMKM, antara lain penghapusan/pengurangan pajak hotel

Page 75: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

61Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

dan restoran, himbauan membeli produk UMKM pada ASN, serta pembentukan crisis center UMKM. Sebagian besar Pemda lainnya masih dalam tahap perumusan kebijakan untuk menjamin ketahanan dan keberlangsungan usaha UMKM.

4) Asosiasi seperti HIPMI dan Komunitas memberikan dukungan melalui pengajuan usulan kebijakan yang dapat meringankan beban UMKM terdampak COVID-19, seperti biaya sewa, BPJS, keringanan kredit, serta pembentukan sharing informasi.

c) Kebijakan Makro dan Mikro diterbitkan Pemerintah dan Otoritas sebagai respons terhadap berkembangnya pandemi COVID-19, termasuk membantu UMKM bertahan dalam menghadapi shock. Penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.1 Tahun 2020 tanggal 31 Maret 2020, di dalamnya termasuk peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Sistem Keuangan.

d) Menindaklanjuti Perppu No.1 Tahun 2020, Bank Indonesia dapat melakukan langkah antisipatif sekaligus untuk mendukung efektivitas Perppu sehingga berdampak positif bagi kelangsungan usaha UMKM, yaitu: i) melakukan komunikasi kebijakan darurat COVID-19 kepada UMKM bersama otoritas terkait di daerah; ii) melakukan peningkatan kapasitas UMKM melalui pelatihan; iii) mempercepat akses pembiayaan/permodalan bekerja sama dengan BMPD, Perbanas, BUMN, dan KKMB, termasuk pemanfaatan PSBI; dan iv) penerapan aplikasi digital untuk pembayaran dan pemasaran di Pasar Tradisional dan bisnis retail agar transaksi dapat berjalan efektif dan lebih efisien.

e) Bank Indonesia akan terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan dampak COVID-19 terhadap kegiatan usaha UMKM Binaan dan Mitra serta akan memberikan bantuan teknis/pendampingan yang diperlukan oleh UMKM.

2. Koordinasi untuk Pengembangan Ekonomi dan Mempercepat Reformasi Struktural

Bank Indonesia melakukan koordinasi untuk pengembangan ekonomi dan mempercepat reformasi struktural terkait dengan pengembangan sektor pariwisata melalui Sekretariat Bersama (Sekber) Percepatan Pengembangan Pariwisata. Bank Indonesia terus melakukan monitoring dan evaluasi implementasi strategi kebijakan prioritas pencapaian devisa pariwisata serta percepatan pengembangan destinasi wisata6. Dalam kaitan ini, rapat koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia serta OJK dalam forum Rakorpusda dengan tema pariwisata, rencananya diadakan pada Triwulan I 2020. Namun, kegiatan Rakorpusda pariwisata tersebut ditiadakan karena terjadinya COVID-19 dan dialihkan pada kegiatan penyusunan strategi mengatasi dampak COVID-19 terhadap sektor pariwisata.

Pada Triwulan I 2020, Sekber Pariwisata melakukan kegiatan Rakor lintas instansi mengenai dampak wabah COVID-19 terhadap industri pariwisata dan usulan kebijakan Pemerintah untuk industri pariwisata. Pada pertemuan tersebut disepakati beberapa rekomendasi kebijakan, yakni respons kebijakan untuk memitigasi dampak COVID-19 terhadap sektor pariwisata dan perlunya kebijakan yang segera dan terintegrasi agar penyebaran COVID-19 tidak meluas ke seluruh Indonesia mengingat dampak multiplier-nya sangat besar. Respons kebijakan dalam rangka memitigasi COVID-19 mencakup (i) upaya meringankan tekanan cash flow pelaku usaha terkait melalui keringanan pajak (PPh 21 dan 25) dan pembebasan pajak hotel dan restoran, pajak hiburan serta diskon pajak reklame, pembebasan biaya abonemen tagihan listrik dan air (usulan dari asosiasi), pembebasan premi BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan (usulan dari asosiasi), dan tambahan pembiayaan dan/atau relaksasi pembayaran angsuran kredit perbankan (diatur dalam POJK No.11/POJK.03/2020); dan (ii) pemberian kartu prakerja bagi pegawai yang terdampak.

Beberapa rekomendasi tersebut diteruskan pada Rapat Koordinasi Tingkat Menteri terkait Stimulus Fiskal pada Sektor Pariwisata pada 26 Maret 2020. Beberapa simpulan rakor tersebut (i) pemberian bantuan pada daerah yang sektor pariwisatanya cukup dominan, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, (ii) koordinasi kebijakan

6 Pembentukan SekBer berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2019.

Page 76: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

62Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

pananganan wabah COVID-19 antara Pemda dan Pemerintah Pusat sehingga setiap Gugus Tugas harus memiliki kemampuan dan kewenangan yang terintegrasi sehingga program yang dibuat bisa dijalankan dengan utuh, (iii) mempersiapkan Perpu yang mengatur kelonggaran defisit APBN untuk mempersiapkan anggaran bagi penanganan wabah COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian, dan (iv) merealisasikan program-program ekonomi yang direncanakan untuk meyakinkan masyarakat dan investor bahwa Pemerintah menjalankan program kerja dengan cepat dan tepat sasaran.

3. Koordinasi dan Kerja Sama dalam Rangka Menjaga Ketahanan Eksternal

a. Penguatan Manufaktur

Bank Indonesia melakukan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah serta otoritas terkait lainnya dalam menjaga ketahanan eksternal. Hal ini antara lain dilakukan dalam bentuk Rakorpusda dengan tema manufaktur, yang rencananya dilaksanakan pada Triwulan III 2020. Sebagai persiapan kegiatan tersebut, Bank Indonesia melaksanakan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian terkait dampak COVID-19 pada industri manufaktur dan upaya meningkatkan ekspor produk unggulan industri manufaktur nasional. Selain itu, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk membahas rencana kerjasama penyusunan kajian tentang identifikasi komoditas unggulan dan business matching pelaku ekspor. Berdasarkan kajian tersebut, diharapkan eksportir dapat memanfaatkan peluang ekspor dan meningkatkan ekspor Indonesia ke negara mitra dagang strategis sehingga mendukung perbaikan neraca transaksi berjalan.

b. Fasilitasi Capacity Building UMKM Beorientasi Ekspor

Dalam upaya mengurangi risiko pelebaran Defisit Transaksi Berjalan/Current Account Deficit (CAD) Indonesia, Bank Indonesia senantiasa mendorong pengembangan UMKM untuk berkontribusi pada peningkatan net ekspor barang dan jasa. Upaya tersebut dilakukan salah satunya melalui fasilitasi capacity building UMKM berorientasi ekspor. Pada Triwulan I 2020, dilakukan pelatihan dan kurasi produk sebanyak dua kali yaitu pada UMKM Kopi dan UMKM produk kain/kerajinan berorientasi ekspor.

a) Pelatihan dan kurasi UMKM kopi berorientasi ekspor dilaksanakan pada 6 - 7 Februari 2020 yang dihadiri 36 UMKM kopi binaan dari 19 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri. Pelatihan dan kurasi diselenggarakan bekerjasama dengan KPw BI Singapura yang menghadirkan narasumber dari pelaku usaha kopi di Singapura dan Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) untuk melakukan kurasi terhadap produk kopi. Pelatihan bertujuan meningkatkan pemahaman UMKM terkait penanganan paska panen dan pengolahan, pembiayaan dan potensi pasar ekspor.

b) Pelatihan dan kurasi UMKM produk kain/kerajinan berorientasi ekspor dilaksanakan pada 26 - 28 Februari 2020 yang dihadiri 25 UMKM binaan dari 14 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri. Pelatihan dan kurasi diselenggarakan bekerjasama dengan KPw BI Singapura, KPw BI New York dan KJRI New York untuk menghadirkan narasumber dan kurator profesional yang memahami preferensi produk untuk pasar Asia dan Amerika, serta perwakilan dari perusahaan logistik. Pelatihan bertujuan memberikan pemahaman pada UMKM untuk memperluas pemasaran produk ke pasar Internasional khususnya Singapura dan Amerika, termasuk hal – hal yang harus diperhatikan untuk masuk ke pasar Internasional, serta mekanisme pengiriman barang ke luar negeri.

3.2.4 Ekonomi dan Keuangan Syariah3.2.4.1 Pemberdayaan Ekonomi Syariah

Dalam upaya mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia merumuskan Kebijakan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah (Eksyar) sebagai bagian dari bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah. Selain itu, Kebijakan Pengembangan Ekonomi Syariah juga bertujuan mendukung kebijakan ekonomi syariah nasional dalam mencapai kemandirian ekonomi nasional, salah satunya dengan mendorong pemberdayaan ekonomi syariah melalui pengembangan dan penguatan usaha syariah.

Implementasi strategi pemberdayaan ekonomi syariah dilakukan melalui program penguatan ekosistem Rantai

Page 77: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

63Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Nilai Halal (RNH) atau Halal Valuae chain (HVC) agar ekosistem tersebut tumbuh produktif, inklusif, dan terintegrasi guna membangun kemandirian ekonomi lokal, daerah, maupun nasional secara berkesinambungan. Bank Indonesia berkomitmen terus melanjutkan pemberdayaan ekonomi syariah melalui berbagai program. Penguatan sektoral RNH menjadi sasaran strategis program kerja utama Bank Indonesia. Pencapaiannya dilakukan melalui penguatan infrastruktur dan kerjasama kelembagaan yang dapat mendukung pencapaian tujuan Bank Indonesia, baik melalui transmisi di area kebijakan moneter, makroprudensial, maupun di area sistem pembayaran.

Fokus pengembangan ekosistem RNH dilakukan di empat sektor utama, yaitu pertanian (integrated farming); industri makanan halal dan fesyen muslim; pariwisata halal dan energi baru dan terbarukan (EBT). Upaya menggandeng berbagai pelaku usaha, diantaranya komunitas pesantren,

UMKM syariah, korporasi dan berbagai pelaku industri lainnya.

Selanjutnya dalam pengembangan ekosistem HVC, pada Triwulan I-2020 telah dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Perluasan platform virtual market ekonomi syariah berbasis pesantren

Dalam upaya memperluas rantai pemasaran produk pesantren, Bank Indonesia sedang melakukan pengembangan virtual market untuk pemasaran produk pesantren. Pengembangan melibatkan pula pihak pesantren guna mengakomodasi kebutuhan pesantren dalam aplikasi dimaksud. Pada tahap awal, aplikasi virtual market akan diimplementasikan di seluruh pesantren yang terafiliasi dengan Gontor.

Infografis 3.3. Dampak COVID-19 terhadap Usaha Syariah IKRA Indonesia

Page 78: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

64Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

2) Implementasi aplikasi standar akuntansi pesantren

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu persyaratan untuk memperoleh akses pada lembaga dan jasa keuangan adalah pencatatan/laporan keuangan yang baik. Sehubungan dengan hal itu, dalam mendorong inklusifitas pesantren pada sektor keuangan, Bank Indonesia menyusun standar keuangan pesantren dalam aplikasi SANTRI dan saat ini sedang dalam proses implementasi di berbagai pesantren binaan. Dalam prosesnya, Bank Indonesia melibatkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan berbagai pihak terkait.

3) Survei dampak COVID-19 terhadap usaha syariah

Untuk mengetahui dampak COVID-19 terhadap usaha syariah, Bank Indonesia melakukan survei kepada seluruh anggota IKRA. Survei diikuti 75 anggota IKRA atau 55% dari total anggota IKRA di seluruh wilayah Indonesia. Hasil survei menunjukkan secara umum terjadi penurunan omset lebih dari 75%.

4) Sementara itu, untuk beberapa program yang dimulai pada 2019 saat ini sudah berjalan antara lain: (i) Sektor Perikanan melalui Platform Blockchain yaitu pengembangan ekosistem HVC pada komoditas udang dilakukan di Pesantren Idrisiyyah Tasikmalaya dengan asistensi dari Aruna Indonesia sebagai pihak pendamping/mentor; (ii) Pengembangan Pengolahan Industri Kelapa Terpadu (PIKAT); dan Program Desa Berdikari: Pemberdayaan Desa Melalui Optimalisasi Dana ZISWAF.

5) Program Penguatan Ekonomi Pesantren

Guna memperkuat kemandirian ekonomi pesantren sebagai bagan dari HVC ekonomi syariah, Bank

Indonesia juga menyusun roadmap program pengembangan yang komprehensif. Program pengembangan tersebut dirancang mendukung unit usaha pesantren secara berkesinambungan sehingga dapat menunjang proses pendidikan di pesantren secara keseluruhan. Program kemandirian ekonomi pesantren diimplementasikan di 29 provinsi pada berbagai bidang usaha, meliputi pertanian, perikanan, peternakan, kelapa, air, biogas, daur ulang, jasa, dan pelatihan bisnis. Pada Triwulan I 2020, dilakukan pemetaan pesantren yang dikembangkan pada 2019. Total 125 pesantren telah dikembangkan dengan sektor usaha sebagaimana infografis 3.4.

3.2.4.2 Edukasi Ekonomi dan Keuangan Syariah

Edukasi dan komunikasi kegiatan ekonomi dan keuangan syariah bertujuan meningkatkan literasi masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah, diharapkan agar masyarakat turut mendukung dan ikut mengadvokasi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Terkait pengembangan usaha syariah, semakin tinggi tingkat literasi masyarakat terhadap konsep dan prinsip dasar ekonomi dan keuangan syariah, maka semakin besar permintaan masyarakat terhadap jasa dan produk pada sektor tersebut. Sementara, semakin tinggi kompetensi pelaku ekonomi dan keuangan syariah, semakin besar peluang Indonesia menjadi pemain aktif dalam penyediaan kebutuhan di sektor dimaksud. Inilah yang mendasari mengapa fungsi edukasi dan komunikasi memegang peranan penting dan menjadi bagian dari strategi utama pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Infografis 3.4. Implementasi Program Kemandirian Pesantren

Page 79: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

65Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Dalam mendukung peningkatan literasi terhadap ekonomi dan keuangan syariah, Bank Indonesia melakukan edukasi melalui jalur formal akademik, maupun jalur vokasi dan profesi. Selain edukasi, dilakukan juga kegiatan komunikasi berupa sosialisasi secara terbatas maupun massal dalam skala regional dan nasional/internasional melalui penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) dan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) setiap tahunnya. Kegiatan ini dilaksanakan Bank Indonesia secara mandiri maupun bekerja sama dengan stakeholder terkait dan masyarakat umum.

Beberapa kegiatan terkait edukasi dan literasi ekonomi dan keuangan syariah yang dilakukan pada Triwulan I 2020 diantaranya:

1. Pada 30 Maret 2020, Bank Indonesia untuk pertama kalinya menerbitkan Indeks Literasi Ekonomi Syariah. Indeks diperoleh melalui pelaksanaan

survei literasi ekonomi syariah secara nasional pada 2019 di 13 provinsi yang dianggap mewakili lebih dari 80% populasi umat muslim di Indonesia dan melibatkan 3.312 responden. Survei mencakup aspek pengetahuan prinsip dasar ekonomi syariah, keuangan sosial syariah dan produk/jasa halal dengan hasilnya berupa indeks literasi ekonomi syariah nasional yang mencapai 16,3%. Angka tersebut mencerminkan masih terdapat ruang yang sangat besar bagi upaya-upaya pengembangan ekonomi syariah di tanah air.

2. Pada tingkat pendidikan tinggi, Bank Indonesia sedang melakukan penyusunan konsep awal sistematika buku S1 dan S2 ekonomi dan keuangan syariah untuk Fakultas Hukum.

3. Pada tingkat pendidikan menengah, Bank Indonesia memperoleh Surat Keputusan dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan

Infografis 3.5. Indeks Literasi Ekonomi Syariah

Page 80: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

66Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Kebudayaan, untuk buku pengayaan Ekonomi Syariah untuk Siswa SMA. Penyusunan buku tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI). Selanjutnya Bank Indonesia akan melakukan proses pencetakan dan pendistribusian buku serta mendorong implementasi buku tersebut di SMA di berbagai wilayah Indonesia.

3.2.4.3 Koordinasi dan Kerja Sama Kelembagaan Ekonomi Syariah

Dalam mendukung perkembangan ekonomi dan keuangan syariah, Bank Indonesia secara aktif melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait baik domestik maupun internasional. Kerjasama domestik dilakukan antara lain dengan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Wakaf Indonesia (BWI) maupun Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dalam bentuk Nota Kesepahaman antar lembaga. Melalui Nota Kesepahaman ini diharapkan dapat mewujudkan iklim kondusif bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional.

Sedangkan kerjasama dengan lembaga internasional dalam memajukan ekonomi dan keuangan syariah diwujudkan antara lain dengan tergabungnya Bank Indonesia secara aktif dalam beberapa fora internasional syariah. Peran aktif Bank Indonesia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia melalui berbagai platform. Terkait upaya memperkuat posisi Indonesia, Bank Indonesia menginisiasi beberapa perubahan dan beberapa kegiatan pada fora-fora syariah internasional. Melalui posisi strategis di berbagai fora, Bank Indonesia memiliki ruang yang lebih luas untuk menginisiasi pengembangan di berbagai bidang, diantaranya berperan aktif dalam penyusunan Standard/Technical Note/Guidance Note bagi industri keuangan syariah global. Beberapa program kerja sama yang dilakukan selama Triwulan I2020:

i) Islamic Financial Services Board (IFSB), telah dilakukan: i) The 4th Meeting of the Technical Note on Recovery and Resolution Plan (TNRRP) for Institutions offering Islamic Financial Services (IIFS) pada 20 Januari 2020, dengan topik yang dibahas antara lain TNRRP sebagai standar yang mengatur recovery dan resolution bank syariah yang bermasalah dan IFSB akan menganalisa kembali hasil survey untuk menunjukkan bagaimana penerapan, kesimpulan dan highlight serta bagaimana member dapat memperoleh manfaat dari TNRRP; ii) pelaksanaan The 5th Working Group Meeting of The IFSB (Revised Capital Adequacy Standard) pada 21 Januari 2020,

dengan topik finalisasi Exposure Draft (ED) untuk Revised Capital Adequacy Standard For Institutions Offering Islamic Financial Services berdasarkan hasil masukan/tanggapan dari tahap konsultasi publik; iii) Pelaksanaan 50th Meeting of the Technical Committee (TC) of the IFSB pada 18 Maret 2020, dengan topik antara lain rencana Standar IFSB yang akan disetujui TC, penelitian yang akan dan sedang dibuat IFSB dan pembahasan The Impact And Consistency Assessment Program (ICAP) yang merupakan asesmen implementasi standar IFSB pada lembaga keuangan syariah (LKS); iv) Pada Maret 2020, delegasi Bank Indonesia dipilih sebagai Chairperson penyusunan Islamic Compliant Liquidity Management Tools - IFSB.

ii) Islamic Research and Training Institute - Islamic Development Bank (IRTI-IsDB) dan Organisation of Islamic Cooperation (OIC), telah dilakukan pertemuan pada 23 Februari 2020, dengan topik antara lain (i) IRTI akan berkerjasama dengan Indonesia, melalui Bank Indonesia, terutama dalam pengembangan model bisnis digital bagi pelaku usaha syariah dan pengembangan platform sistem pembayaran syariah; (ii) Pihak OIC sepakat bekerjasama dengan Bank Indonesia dalam penyelenggaraan acara high level discussion (HLD) OIC central bankers and monetary authorities pada ISEF 2020 melalui Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC); dan (iii) Pada ISEF 2021, OIC berkomitmen menyelenggarakan OIC central bankers and monetary authorities, ministry level conference melalui Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of the OIC (COMCEC-OIC).

3.2.5 Kebijakan Internasional

Kebijakan Internasional Bank Indonesia bertujuan mendukung pencapaian stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, yang tercermin pada stabilitas moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran. Kebijakan Internasional Bank Indonesia dilakukan melalui kerja sama internasional yang terstruktur dan sistematis dengan bank sentral atau otoritas lain, organisasi atau lembaga internasional, serta forum internasional. Kerja sama internasional juga bertujuan memperjuangkan kepentingan Bank Indonesia dan ekonomi Indonesia di tengah tantangan ekonomi global dan dinamika kerja sama internasional yang semakin kompleks. Pelaksanaan kebijakan internasional Bank Indonesia pada Triwulan I 2020 difokuskan pada upaya menjaga ketahanan eksternal

Page 81: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

67Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

dan stabilitas perekonomian Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Upaya yang dilakukan antara lain memperkuat dan memperluas kerja sama keuangan bilateral dengan bank sentral/otoritas mitra, terlibat dalam perumusan strategi penanggulangan dampak COVID-19 di berbagai forum internasional, serta menjaga persepsi positif pelaku pasar dan investor internasional terhadap perekonomian Indonesia.

3.2.5.1 Kebijakan Internasional untuk Mendukung Resiliensi

Guna mendukung resiliensi perekonomian Indonesia, Bank Indonesia berperan aktif dalam kerja sama internasional yang membahas integrasi ekonomi dan keuangan. Di tingkat regional, Bank Indonesia berpartisipasi dalam pertemuan ASEAN+3 Task Force (TF) pada 14-15 Januari 2020 di Hanoi, Vietnam. Secara umum isu yang dibahas adalah penguatan dari Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) untuk menjamin ketersediaan second-line of defense serta Strategic Direction dari ASEAN+3 Finance Process. Diskusi terkait ASEAN+3 Finance Processs bertujuan mengeksplorasi arah dan prioritas masa depan untuk jangka waktu 10 tahun menuju ASEAN+3 yang lebih tangguh, inklusif, dan terintegrasi. Dalam proses ini, Bank Indonesia ikut serta dalam inisiatif promosi penggunaan mata uang lokal untuk setelmen perdagangan dan investasi serta konektivitas pembayaran.

Bank Indonesia juga memperkuat kerja sama keuangan dengan negara mitra, sebagai upaya menjaga ketahanan eksternal dan stabilitas perekonomian Indonesia. Terkait kerja sama keuangan bilateral, Bank Indonesia senantiasa memperkuat kerja sama keuangan dengan bank sentral/otoritas mitra untuk mendukung stabilitas moneter dan sistem keuangan dalam kerangka Jaring Pengaman Keuangan Internasional (JPKI). Upaya penguatan dilakukan antara lain untuk memastikan modalitas kerja sama, seperti size, tenor, dan persyaratan, cukup memadai untuk menopang tujuan mendukung stabilitas moneter dan sistem keuangan, serta memastikan operasionalisasi kerja sama keuangan dapat diimplementasikan dan lancar. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia dan Monetary Authority of Singapore (MAS) melakukan industrial testing dari Local Currency Bilateral Swap Arrangement (LCBSA), pada 5-12 Februari 2020 dengan skenario table top exercise tanpa actual fund transfer. Melalui industrial testing tersebut, Bank Indonesia dan MAS menguji kelancaran operasionalisasi kerja sama berbasis swap IDR/SGD antara kedua bank sentral sesuai operational guidelines yang disepakati pada 5 Februari 2020. Industrial testing juga bertujuan memastikan kerja sama keuangan dapat diaktivasi kapan pun diperlukan.

Secara simultan, Bank Indonesia terus memperkuat dan memperluas penggunaan mata uang lokal untuk memfasilitasi transaksi ekspor dan impor. Pada 6 Maret 2020, Bank Indonesia dan Bank of Korea menandatangani perpanjangan kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) senilai 10,7 triliun KRW atau Rp115 triliun yang habis masa berlakunya pada 5 Maret 2020. Perjanjian kerja sama berlaku efektif hingga 5 Maret 2023. Selain untuk mendorong perdagangan dan pengembangan ekonomi kedua negara, kesepakatan tersebut sekaligus menunjukkan komitmen menjaga stabilitas keuangan.

Bank Indonesia juga aktif berupaya memperluas kerja sama dengan bank sentral/otoritas mitra lainnya. Bank Indonesia dan Japan Ministry of Finance (JMOF) melakukan pembahasan framework kerja sama Local Currency Settlement (LCS) berbasis Appointed Cross Currency Dealers (ACCD). Ini merupakan tindak lanjut Nota Kesepahaman yang ditandatangani pada 5 Desember 2019. Kerja sama LCS ACCD antara Indonesia-Jepang tersebut ditargetkan dilaksanakan secepatnya pada 2020 guna mendorong penggunaan mata uang lokal (JPY atau IDR) dalam penyelesaian perdagangan dan investasi langsung antar kedua negara.

Selama Triwulan I 2020, upaya mendorong resiliensi ekonomi dihadapkan pada tantangan terjadinya pandemi COVID-19. Kebijakan pembatasan sosial di hampir seluruh negara dan sektor ekonomi menyebabkan aktivitas ekonomi terpuruk. Pertumbuhan ekonomi global yang semula diproyeksikan meningkat secara moderat dari 2,9% di 2019 menjadi 3,3% dan 3,4%, masing-masing di 2020 dan 2021 berdasarkan asesmen IMF, dipangkas secara signifikan bahkan diperkirakan memasuki negative growth teritory.7 COVID-19 menyebabkan gangguan pada global supply chain, serta berdampak negatif pada beberapa sektor ekonomi seperti sektor jasa. Penyebaran COVID-19 juga menimbulkan tantangan bagi Emerging Market Economies (EMEs) dalam bentuk capital outflows dan pengetatan likuiditas.

Sejalan dengan IMF, Bank for International Settlements (BIS) memperkirakan dampak COVID-19 terhadap ekonomi dan sistem keuangan global lebih besar daripada SARS. Hal tersebut didiskusikan dalam BIS Bimonthly Meeting yang dilaksanakan melalui teleconference pada 9 Maret 2020 dan dihadiri Gubernur Bank Indonesia. Upaya membatasi penyebaran virus menimbulkan biaya ekonomi

7 Berdasarkan World Economic Outlook (WEO) IMF edisi April 2020, ekonomi global pada 2020 diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3,0%. Resesi ekonomi ini yang disebut IMF sebagai Great Lockdown, merupakan yang terburuk sejak Great Depression dan bahkan jauh lebih buruk dibandingkan Global Financial Crisis.

Page 82: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

68Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

yang sangat besar. Pelemahan permintaan agregat dan gangguan supply, serta kemungkinan hilangnya keyakinan pelaku ekonomi di tengah ketatnya kondisi keuangan, dapat menyebabkan penurunan tajam pada aktivitas ekonomi. Apabila pandemi COVID-19 menjadi berkepanjangan, maka akan terjadi peningkatan pengangguran, penutupan korporasi, serta kerugian kredit yang berdampak negatif bagi perekonomian dan stabilitas keuangan.

Guna meningkatkan resiliensi terhadap dampak COVID-19, IMF menawarkan sejumlah proposal respons atas pandemi COVID-19 serta upaya pemulihan ekonomi ketika pandemi berakhir. Proposal yang diajukan kepada negara anggota tersebut meliputi:

- Penggandaan kapasitas emergency financing, penyederhanaan proses persetujuan dan penyaluran financing, serta menutup kekurangan pendanaan dari fasilitas concessional financing.8

- Penyediaan akses fasilitas likuiditas bagi negara anggota, dengan mendorong penggunaan fasilitas precautionary credit lines yang ada, yaitu Flexible Credit Line (FCL) atau Precautionary and Liquidity Line (PLL), dan menjajaki kemungkinan dimulai kembali diskusi atas proposal penyediaan Short-term Liquidity Swap (SLS). IMF juga membuka diskusi mengenai kemungkinan dilakukannya Special Drawing Rights (SDR) Allocation kepada seluruh anggota untuk meningkatkan resiliensi ekonomi dan mengatasi pengetatan kondisi likuiditas, khususnya di negara berkembang (Emerging Market and Developing Economies / EMDEs dan negara miskin (Low-Income Countries / LICs). Upaya serupa pernah dilakukan IMF pada krisis 2009.

- Peningkatan kapasitas pembiayaan melalui Catastrophe Containment and Relief Trust (CCRT) untuk memberikan bantuan pada LICs yang mengalami permasalahan balance of payment sebagai dampak pandemi COVID-19.

- Peningkatan kapasitas pembiayaan IMF melalui perpanjangan New Arrangements to Borrow (NAB)9 dan Bilateral Borrowing Agreements (BBAs). Terkait ini, IMF menyambut baik persetujuan kongres AS atas paket stimulus AS yang memasukkan penyediaan

NAB kepada IMF. Dukungan tersebut diharapkan dapat ditiru negara-negara kontributor NAB lainnya.

Secara umum, negara anggota IMF mendukung upaya IMF untuk membantu negara anggota dan menekankan perlunya upaya yang komprehensif dan jelas dalam waktu singkat. Negara anggota juga mendorong adanya respons yang terkoordinasi antara IMF, World Bank, dan lembaga keuangan internasional lainnya, dalam membantu negara-negara anggota untuk mengatasi penyebaran virus dalam jangka pendek dan mendorong pemulihan ekonomi dalam jangka panjang.

3.2.5.2 Kerja Sama Internasional untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Resesi ekonomi dan ketidakpastian prospek ekonomi global sebagai dampak dari pandemi COVID-19 menjadi fokus pembahasan di berbagai pertemuan internasional selama Triwulan I2020. G20 melaksanakan extraordinary virtual meeting di tingkat Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) pada 23 dan 31 Maret 2020, serta di tingkat Pemimpin Negara (Leaders’ Summit) pada 30 Maret 2020. Rangkaian pertemuan tersebut menghasilkan G20 Action Plan in Response to COVID-19 berisi upaya-upaya yang akan dan sudah ditempuh masing-masing negara G20 dan secara kolektif untuk mengatasi pandemi COVID-19, mendorong dan mempercepat pemulihan, serta upaya jangka menengah/panjang untuk mencegah berulangnya krisis serupa di masa datang. Beberapa sektor yang dinilai penting antara lain kebijakan di sektor kesehatan, stimulus fiskal, kebijakan moneter, kebijakan di sektor keuangan, stabilitas sistem keuangan, upaya menjaga likuiditas, jaring pengaman sosial, kebijakan perpajakan, dukungan pembiayaan bagi rumah tangga dan pelaku usaha khususnya UMKM, dan kerja sama internasional. G20 juga menyetujui proposal World Bank dan IMF untuk mendorong negara kreditur memberikan kelonggaran pembayaran utang bagi negara berpendapatan rendah (LICs).

Negara G20 secara kolektif menggelontorkan stimulus fiskal senilai lebih dari 5 triliun dolar AS, atau sekitar 6% dari GDP dunia. Stimulus tersebut terutama difokuskan pada pembiayaan sistem kesehatan, jaring pengaman sosial untuk mengatasi peningkatan pengangguran dan bantuan sosial, serta mendorong aktivitas ekonomi melalui dukungan pendanaan bagi dunia usaha, terutama UMKM. Selain itu, bank sentral negara G20 juga mengimplementasikan kebijakan moneter akomodatif, menjaga likuiditas, dan terus mendorong pembiayaan bagi perekonomian. Di sisi kerja sama kebanksentralan, The Fed membuka swap lines dengan beberapa bank sentral untuk

8 Concessional financing adalah fasilitas pembiayaan yang disediakan oleh IMF untuk negara-negara miskin / Low Income Countries yang mengalami permasalahan balance of payment.

9 Terdapat 38 negara peserta NAB, diantaranya AS, Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Jerman, Perancis, India, Italia, Jepang, Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Inggris, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand.

Page 83: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

69Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

menjaga likuiditas dan akses korporasi di luar AS terhadap US dollar funding. Tiongkok menyampaikan perlunya kerja sama internasional dalam menangani COVID-19, baik dalam penyediaan sarana medis, menghapus hambatan (tarif) perdagangan internasional untuk mendorong pertumbuhan dan aktivitas ekonomi, serta menyediakan swap lines dengan bank sentral lain. Sementara itu, Indonesia menekankan pentingnya koordinasi yang baik antar otoritas dalam menjaga kondisi makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan, termasuk menjaga likuiditas dan dukungan lembaga internasional seperti IMF, World Bank dan Multilateral Development Banks (MDBs) dalam membantu negara anggota menghadapi dampak COVID-19.

Di tingkat regional, pada video conference Senior Level Committee (SLC) on ASEAN Financial Integration pada 22 Februari 2020, AMRO menyampaikan penyebaran COVID-19 membayangi pasar saham di kawasan ASEAN. Namun, obligasi negara berkembang tetap menunjukkan kinerja yang baik karena didukung fundamental ekonomi yang kuat.

Di sisi domestik, Bank Indonesia, selaku Sekretariat Investor Relation Unit (IRU) nasional, secara intensif berupaya memulihkan market confidence seiring meningkatnya capital outflow dan volatilitas pasar keuangan akibat pandemi COVID-19. Bank Indonesia melaksanakan investor briefing serta investor conference call dalam mengelola persepsi positif pelaku pasar dan investor internasional terhadap perekonomian Indonesia. Investor briefing telah dilakukan dengan investor portofolio antara lain dengan Morgan Stanley, Mitsubishi UFJ Kokusai AM, dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Selain itu, dilaksanakan pertemuan bilateral melalui media teleconference dengan sejumlah investor utama global dan lembaga rating.

Secara khusus, di samping kegiatan investor conference call yang secara rutin dilaksanakan pasca-RDG triwulanan, dilaksanakan pula investor conference call tambahan. Investor conference call merupakan media untuk memberikan market update atas perkembangan perekonomian Indonesia termasuk hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada stakeholder internasional, khususnya lembaga rating dan investor global. Sepanjang Triwulan I2020, kegiatan investor conference call dilakukan secara intensif dan proaktif bersama dengan Kementerian dan Lembaga (K/L):

a. Indonesian Recent Economic Development and Policy Update, Q4-2019 pada 20 Februari 2020, dengan narasumber Aida S. Budiman (Asisten Gubernur Bank Indonesia), Hidayat Amir (Kepala Pusat Kebijakan

Ekonomi Makro – BKF, Kementerian Keuangan), dan Riko Amir (Direktur Strategi dan Portfolio Pembiayaan– DJPPR, Kementerian Keuangan).

b. Indonesian Recent Policy Update pada 19 Maret 2020, dengan narasumber Dody Budi Waluyo (Deputi Gubernur Bank Indonesia), Suahasil Nazara (Wakil Menteri Keuangan), Fakhri Hilmi (Deputi Komisioner OJK), dan Lana Soelistianingsih (Kepala Eksekutif LPS).

c. Indonesian Market Update yang dilakukan pada 24, 26 dan 31 Maret 2020, dengan narasumber Perry Warjiyo (Gubernur Bank Indonesia) dan Suahasil Nazara (Wakil Menteri Keuangan).

d. Conference Call bilateral antara Bank Indonesia dengan lembaga rating Moody’s pada 27 Maret 2020.

Animo peserta atas investor conference call yang diselenggarakan lebih intensif untuk menjaga market confidence dan persepsi positif ekonomi Indonesia, terutama di tengah pandemi COVID-19, sangat besar. Ini terlihat dari jumlah peserta pada conference call tersebut yang rata-rata tercatat lebih dari 200 peserta. Kegiatan outreach otoritas pada investor melalui conference call tersebut juga mendapatkan apresiasi dari kalangan investor serta lembaga rating. Update yang secara rutin disampaikan otoritas dipandang market sebagai bentuk transparansi otoritas dan membantu investor serta lembaga rating untuk memahami langkah kebijakan yang ditempuh dalam menangani serta memitigasi dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi.

Upaya pengelolaan persepsi positif juga didukung Kantor Perwakilan Luar Negeri (KPwLN) Bank Indonesia, baik di London, New York, Singapura, Tokyo, dan Beijing. KPwLN melakukan sejumlah pertemuan dengan investor, seperti State Street, Bank of America Merrill Lynch, Barclays, PIMCO, Investec, Ashmore, Amundi, Bluebay AM, Hyakugo Bank, Deutsche Bank, JP Morgan, Goldman Sach, dan sejumlah investor Tiongkok. KPwLN juga melakukan pertemuan dengan berbagai mitra strategis, seperti China Central Depository and Clearing Corporation, China Foreign Exchange Trade System, Bank Sentral Hungaria, Government Debt Management Agency Hungaria, ING Investment Bank dan American-Indonesian Chamber of Commerce, serta berkoordinasi dengan perwakilan Kementrian/Lembaga di luar negeri, seperti KBRI dan IIPC, melalui Rapat Koordinasi Forum Diplomasi Ekonomi, Indonesia Incorporated, dan Dedicated Team Meeting (DTM) Forum Kita dalam kerangka Global Investor Relations Unit (GIRU).

Page 84: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

70Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Upaya peningkatan persepsi positif KPwLN juga dilakukan pada investor direct investment melalui kerjasama dengan K/L terkait penyelenggaraan kegiatan promosi investasi. Kegiatan tersebut terdiri atas New York Times Travel Show di New York pada 24-26 Januari 2020, serta Economic Seminar SMBC Nikko di Tokyo pada 27 Januari 2020. Berbagai pertemuan KPwLN dengan stakeholder strategis tersebut merupakan media yang sangat efektif untuk membangun jejaring, mengelaborasi, serta menjawab pertanyaan stakeholder.

Pengelolaan persepsi positif juga dilakukan di daerah melalui Regional Investor Relations Unit (RIRU) di tujuh Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN).10 Terkait itu dilaksanakan diskusi dengan perwakilan British Chamber of Commerce (BritCham) di Indonesia pada 21 Januari 2020 dan 18 Februari 2020. Diskusi tersebut bertujuan menggali informasi mengenai hal-hal yang menjadi perhatian investor Inggris terkait investasi di Indonesia serta memperoleh masukan mengenai bentuk kegiatan promosi investasi yang efektif. Kegiatan tersebut melibatkan KPw DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan NTT dan ditindak lanjuti dengan kunjungan perwakilan BritCham ke Sulawesi Selatan. Beberapa tindak lanjut berupa kunjungan investor anggota BritCham ke beberapa daerah di Indonesia dibatalkan, seiring merebaknya pandemi COVID-19. Kegiatan promosi investasi dan pedagangan yang semula terjadwal pada Maret 2020 juga dibatalkan dan/atau diundur.

Di sisi perdagangan, Bank Indonesia aktif mendukung upaya Pemerintah dalam membuka pasar baru melalui perundingan kerja sama perdagangan dan investasi internasional. Selama Triwulan I2020, Bank Indonesia terlibat dalam proses perundingan Indonesia dengan Swiss, kerja sama regional intra-ASEAN, serta kerja sama World Trade Organization (WTO). Fokus diplomasi diarahkan pada mengamankan ruang kebijakan Bank Indonesia dalam memberlakukan kebijakan prudensial, menjaga hak otoritas dalam memberlakukan kebijakan yang diperlukan untuk mengamankan data individual dan data transaksi pembayaran yang dilakukan di wilayah Indonesia, serta menyampaikan perumusan kebijakan moneter dan nilai tukar Bank Indonesia sesuai dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi Indonesia (pada proses review kebijakan perdagangan yang dilakukan WTO). Bank Indonesia juga terus mendukung upaya pemerintah dalam proses ratifikasi perjanjian perdagangan internasional seperti kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) serta

Indonesia-European Free Trade Association CEPA (IE-CEPA).

Di sisi pengembangan kapasitas di area kebanksentralan, Bank Indonesia menyepakati sejumlah program kerja dalam kerangka Structured Bilateral Cooperation (SBC) dengan bank sentral negara mitra untuk tahun 2020. Sehubungan dengan pandemi COVID-19, pelaksanaan program kerja sama SBC akan diselenggarakan pada tahun ini apabila kondisi telah kondusif. Bank Indonesia dan bank sentral mitra juga sedang menjajaki kemungkinan pelaksanaan program kerja melalui media virtual.

Pelaksanaan program SBC BI-BOJ pada Triwulan I 2020 difokuskan pada perumusan program SBC tahun 2020. Kedua bank sentral sepakat untuk melaksanakan High Level Meeting (HLM) di Indonesia pada September 2020, Sedangkan Technical Level Meeting (TLM) menurut rencana diselenggarakan di Jepang pada November/Desember 2020. Di sisi Technical Discussion, topik yang diangkat berada di area sistem pembayaran, makroprudensial, moneter, dan enabler. Selain itu, tenaga ahli BOJ juga menjadi narasumber pada salah satu international flagship program Bank Indonesia.

Dalam kerangka SBC Bank Indonesia dengan Central Bank of Turkey (CBRT), pada Triwulan I 2020 disepakati program kerja sama 2020. Program kerja tersebut meliputi High Level Policy Dialogue (HLPD), joint program of international workshop, dan technical discussion. HLPD diselenggarakan dengan memanfaatkan kehadiran kedua Gubernur Bank Sentral di sela-sela pertemuan/forum internasional. Adapun joint program diimplementasikan dalam bentuk Workshop on Central Bank Policy Mix, masing-masing di Indonesia dan Turki. Bank Indonesia dan CBRT juga menyepakati topik technical discussion di area hubungan investor, operation, sistem pembayaran, market dan moneter.

Sejalan dengan itu, Bank Indonesia dan Bundesbank pada Triwulan I 2020 juga menyepakati program kerja sama tahun 2020. Pada high level, Deputi Gubernur Bundesbank berencana melakukan pertemuan dengan Bank Indonesia pada November 2020. Sementara itu pada technical level, dilaksanakan policy dialogue dan kunjungan ke cash centre Bundesbank di Hamburg, khususnya untuk bertukar pandang mengenai integrasi sistem informasi. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan kunjungan departemen terkait di Bundesbank ke Bank Indonesia guna meninjau desain cash centre Bank Indonesia, yang merupakan kelanjutan pembahasan pada 2019. Terkait program capacity building, disepakati topik workshop yang dilaksanakan, di area moneter, stabilitas sistem keuangan, dan enabler.

10 Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah.

Page 85: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

71Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

kerangka kerja bagi kerja sama yang lebih erat antara kedua bank sentral dalam mendukung tersedianya sistem pembayaran yang lebih aman, efisien, dan handal serta mendorong inovasi keuangan digital. Selain itu, MOU juga menjadi fondasi dalam pelaksanaan kerja sama Bank Indonesia dan BSP ke depan, yang diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti policy dialogue, pertukaran informasi, kolaborasi inovasi, pengembangan kapasitas, program pengenalan bisnis teknologi finansial (tekfin) masing-masing bank sentral, dan pembentukan kelompok kerja teknis. Kesepakatan ini melengkapi kerja sama implementasi program dan aktivitas terkait anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme (APU-PPT) yang ditandatangani Bank Indonesia dan BSP pada September 2018.

Bank Indonesia resmi diterima sebagai anggota International Financial Consumer Protection Organisation (FinCoNet) pada Maret 2020. FinCoNet merupakan organisasi internasional nirlaba yang didirikan pada 2013 sebagai wadah otoritas pengawas untuk berkolaborasi dan berbagi praktik terbaik mengenai market conduct dan perlindungan konsumen. Keanggotaan Bank Indonesia bersama dengan OJK dalam FinCoNet diharapkan meningkatkan efektifitas penyusunan serta implementasi kebijakan perlindungan konsumen di Indonesia.

Sementara itu, untuk mendukung rencana Indonesia untuk menjadi Presidensi G20 pada 2023, Bank Indonesia berkontribusi dalam pembahasan agenda Presidensi G20 Indonesia. Bank Indonesia berpartisipasi pada Kick-off Meeting - Konsultasi Nasional Presidensi G20 Indonesia 2023 pada 17 Januari 2020. Pertemuan tersebut diselenggarakan Kementerian Luar Negeri, sebagai tindak lanjut Diskusi Terbatas Kebijakan Luar Negeri Indonesia terkait Agenda Indonesia di G20 pada 12 Desember 2019. Secara khusus, Bank Indonesia menyampaikan usulan agenda prioritas yang terkait dengan perannya dalam Finance Track G20, sebagai forum yang membahas isu-isu ekonomi dan keuangan global. Usulan agenda prioritas dimaksud mencakup tiga isu utama yang dihadapi perekonomian dunia saat ini, yaitu kesenjangan, produktivitas, dan stabilitas global.

3.2.6 Pengelolaan Utang Luar Negeri

Sesuai amanat Pasal 53 Undang-Undang tentang Bank Indonesia11, Bank Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia dapat menerima pinjaman

Pada akhir 2019, Bank Indonesia bersama Bank of England (BOE) menyepakati terms of engagement penguatan kerja sama dalam bentuk technical cooperation. Pada Triwulan I2020, kegiatan difokuskan pada persiapan pelaksanaan empat project yang disepakati di bidang makropudensial/SSK, sistem pembayaran, market dan moneter. Khusus project di bidang sistem pembayaran diselenggarakan dalam bentuk event berskala regional pada akhir 2020. Hal tersebut merupakan wujud komitmen BOE untuk menjadikan Bank Indonesia sebagai mitra sekaligus regional hub untuk meningkatkan outreach BOE kepada bank sentral di kawasan ASEAN pada area core kebanksentralan.

Bank Indonesia juga melakukan penjajakan kerja sama SBC kepada BOK. Tawaran Bank Indonesia mendapat respons positif dari BOK dan berpendapat cakupan area dan modalitas yang ditawarkan dalam kerangka SBC bersifat komprehensif sehingga dapat memayungi seluruh area kebanksentralan. Untuk memastikan implementasi yang efektif, Bank Indonesia dan BOK sepakat pada tahap awal tahun 2020 ini melakukan kerja sama SBC dalam format kecil yang fokus pada dua modalitas, yaitu High Level Policy Dialog (HLPD) dan technical discussion dengan pendekatan per departemen. Pada level teknis, kedua bank sentral pada Triwulan I 2020 sedang mempersiapkan pelaksanaan HLPD dan penyiapan MOU sebagai payung komitmen kerja sama kedua bank sentral.

Guna mempererat kerja sama dengan negara dan lembaga mitra, selama Triwulan I 2020 Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia melakukan sejumlah courtesy meetings. Pada 10 Februari 2020, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menerima Duta Besar Polandia dan membahas penjajakan kerja sama antara Bank Indonesia dan Polandia, khususnya di bidang sistem pembayaran dan cyber security. Selanjutnya, pertemuan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dengan Presiden ADB pada 4 Maret 2020 mendiskusikan peluang kerja sama Bank Indonesia dan ADB, khususnya di bidang pengembangan pasar keuangan dan pembiayaan infrastruktur. Sementara, pada 9 Maret 2020 dilaksanakan pertemuan Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo dengan Ratu Maxima dalam kapasitasnya sebagai United Nation Secretary-General’s Special Advocate for Inclusive Finance for Development (UNSGSA) yang membahas strategi dan arah pengembangan inklusi keuangan Indonesia ke depan.

Dalam kerja sama di bidang sistem pembayaran, pada 1 Februari 2020 Bank Indonesia dan Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) kerja sama di bidang sistem pembayaran dan inovasi keuangan digital. MOU ini bertujuan menyediakan

11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tanggal 17 Mei 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tanggal 13 Januari 2009

Page 86: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

72Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar negeri. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia melakukan pembayaran kewajiban Pemerintah atas beban rekening Pemerintah pada Bank Indonesia berdasarkan perjanjian yang disepakati antara Pemerintah dan pemberi pinjaman.

Sejalan dengan mandat tersebut, Bank Indonesia melakukan penatausahaan, penarikan, pembayaran serta penyusunan laporan Utang Luar Negeri (ULN) Pemerintah. ULN Pemerintah terdiri atas pinjaman luar negeri, misalnya pinjaman bilateral dan multilateral, serta Surat Berharga Negara (SBN) Internasional seperti Samurai Bonds dan Sukuk Global. Penarikan ULN Pemerintah dilakukan untuk membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta pengelolaan portofolio utang. Penarikan ULN Pemerintah dilakukan melalui transfer langsung ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN) atau rekening khusus, pembayaran langsung, pembukaan letter of credit (L/C), atau pembiayaan pendahuluan.

Selama Triwulan I 2020, realisasi penarikan ULN Pemerintah mencapai 3,70 miliar dolar AS, didominasi penerbitan perdana (new issuance) SUN berdenominasi euro dan dolar AS pada 14 Januari 2020, yang terdiri dari: (i) seri RIEUR0227 sebesar 1,00 miliar Euro, (ii) seri RI10230 sebesar 1,20 miliar dolar AS, dan (iii) seri RI10250

sebesar 0,80 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, porsi kepemilikan bukan penduduk dan dicatat sebagai ULN Pemerintah adalah: (i) seri RIEUR0227 sebesar 0,96 miliar euro, (ii) seri RI10230 sebesar 1,08 miliar dolar AS, dan (iii) seri RI10250 sebesar 0,74 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, total SBN Internasional yang dimiliki bukan penduduk dan dicatat sebagai ULN adalah setara dengan 2,88 miliar dolar AS.

Pada triwulan laporan, realisasi pembayaran ULN Pemerintah tercatat 4,30 miliar dolar AS, terutama untuk pembayaran SBN Internasional sebesar 2,87 miliar dolar AS. Pembayaran ULN Pemerintah dilaksanakan berdasarkan instruksi pembayaran dari Kementerian Keuangan, sesuai rencana pembayaran yang diperoleh dari administrasi data ULN Pemerintah pada Debt Management and Financial Analysis System (DMFAS).

Aspek utama dalam pembayaran ULN Pemerintah adalah terlaksananya pembayaran cicilan pokok dan bunga secara akurat dan tepat waktu. Hal ini penting karena berpengaruh terhadap reputasi Bank Indonesia dan Republik Indonesia dalam memenuhi kewajiban pada pihak pemberi pinjaman (lender). Oleh karena itu, Bank Indonesia harus dapat menjamin ketersediaan jumlah dan jenis valuta asing yang diperlukan Pemerintah sesuai jumlah dan jenis valuta pinjaman yang dibayarkan.

Tabel 3.4. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah

Tabel 3.3. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah

(Juta USD)

Sumber : Kementerian Keuangan*) Angka-angka sementara**) Angka-angka sangat sementara

Bilateral

Multilateral

Bank Komersial

PemasokSBN Internasional

Total

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total

2018

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total Tw 1

2019* 2020**

379,6 53,2 104,6 1.314,8 1.852,3 84,5 29,8 100,4 165,8 380,5 703,7

873,6 61,8 1.336,9 128,9 2.401,2 552,9 1.044,6 581,6 747,0 2.926,1 10,9

58,7 97,9 68,6 97,2 322,4 23,9 57,8 114,8 287,8 484,2 102,8

- 6,2 7,0 - 13,3 - - - - - - 2.700,0 2.916,8 - 2.773,3 8.390,0 1.816,0 3.146,3 - 2.011,8 6.974,1 2.882,8

4.012,0 3.135,9 1.517,2 4.314,1 12.979,2 2.477,3 4.278,5 796,9 3.212,3 10.765,0 3.700,2

(Juta USD)

Sumber : Statistik ULN Indonesia*) Angka-angka sementara**) Angka-angka sangat sementara

Bilateral

Multilateral

Bank Komersial

PemasokSBN Internasional

Total

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total

2018

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total Tw 1

2019* 2020**

535,4 1.059,6 571,3 1.147,1 3.313,3 595,9 1.012,2 611,6 1.004,4 3.224,0 604,0

390,6 664,1 556,5 733,1 2.344,3 731,0 887,8 681,0 945,9 3.245,6 696,3

136,9 384,6 126,1 416,7 1.064,2 142,3 390,3 137,8 346,7 1.017,2 127,0

3,1 - - - 3,1 - - - - - - 2.811,0 416,6 1.262,2 1.312,2 5.801,9 4.301,2 1.002,0 1.444,4 319,2 7.066,9 2.872,7

3.877,0 2.524,9 2.516,0 3.609,0 12.526,9 5.770,4 3.292,3 2.874,7 2.616,2 14.553,7 4.300,0

Page 87: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

73Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Guna mendukung kinerja penarikan dan pembayaran ULN Pemerintah yang akurat dan tepat waktu serta menjaga akurasi data realisasi penarikan dan pembayaran ULN Pemerintah, secara rutin Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan. Salah satunya berupa rekonsiliasi data realisasi penarikan dan pembayaran (secara bulanan) serta data posisi (secara triwulanan).

3.2.7 Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)

Perkembangan penerimaan DHE secara akumulatif selama Triwulan I - 202012 menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Hal ini ditunjukkan adanya penurunan penerimaan DHE secara nominal melalui bank devisa luar negeri dari 918 juta dolar AS menjadi 718 juta dolar AS. Di sisi lain, pangsa penerimaan DHE ke bank luar negeri pada periode tersebut mengalami penurunan dari 4,3% menjadi 3,3%. Sementara itu, penerimaan DHE melalui bank di dalam negeri dari sisi nominal mengalami peningkatan yaitu dari 20,6 miliar dolar AS menjadi 20,8 miliar dolar AS atau dari pangsanya meningkat dari 95,7% menjadi 96,7%.

Berdasarkan pemantauan data ekspor melalui laporan rincian transaksi ekspor yang disampaikan eksportir melalui bank devisa13, secara nasional dari sebesar 41,555 juta dolar AS didominasi oleh lima komoditas utama yaitu batu bara sebesar 5,214 juta dolar AS (12,55%), minyak sawit sebesar 4,027 juta dolar AS (9,69%), tekstil dan produk tekstil sebesar 3,247 juta dolar AS (7,81%), mesin dan mekanik sebesar 3,087 juta dolar AS (7,43%) serta peralatan listrik sebesar 2,704 juta dolar AS (6,51%).

Bank Indonesia senantiasa melakukan pemantauan pemenuhan ketentuan DHE terhadap eksportir. Ketidakpatuhan akan dikenakan sanksi adminsitratif berupa denda dan sanksi penangguhan atas pelayanan

ekspor. Sampai dengan bulan Februari 2020, berdasarkan Sistem Informasi Devisa terIntegrasi Seketika (SiMoDIS), sebanyak 1.186 eksportir non Sumber Daya Alam (SDA) telah dikenai sanksi administratif berupa surat teguran, sebanyak 798 Eksportir non-SDA telah dikenai sanksi administratif berupa surat teguran kedua (ST 2). Dalam hal ini, tindak lanjut dari penyampaian ST 2 tersebut adalah melalui pengenaansanksi administratif berupa penangguhan atas pelayanan ekspor berdasarkan bukti pemenuhan kepatuhan DHE yang disampaikan oleh eksportir. Sementara itu, jumlah eksportir yang dikenakan sanksi penangguhan atas pelayanan ekspor tercatat 27 eksportir atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 43 eksportir. Selama periode laporan, terdapat 18 eksportir yang dibebaskan dari sanksi penangguhan pelayanan ekspor, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 14 eksportir.

Sesuai Peraturan Pemerintah tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam14, kewenangan pengenaan sanksi denda administratif kepada eksportir SDA dilakukan oleh Kementerian Keuangan. Sampai dengan Februari 2020, Bank Indonesia melakukan pengawasan kepatuhan kepada eksportir SDA dengan tahapan menyampaikan Surat Pemantauan (SP) 1 pada bulan Januari dan SP 2 pada bulan Februari. Dalam hal ini, tindak lanjut dari penyampaian SP 2 adalah melalui Penyampaian Hasil Pengawasan (PHP) pada Maret 2020 oleh Bank Indonesia kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk ditindaklanjuti. Sehubungan dengan status keadaan COVID-19 dan dampaknya terhadap aktivitas perekonomian termasuk kegiatan ekspor, Bank Indonesia memberikan relaksasi terhadap eksportir non-SDA yang belum memenuhi ketentuan dengan melakukan penundaan pengenaan Sanksi Penangguhan Ekspor (SPE) hingga akhir September 2020.

Infografis 3.6. Penarikan dan Pembayaran ULN Pemerintah Triwulan I 2020

12 Data Januari-Februari 202013 Data Triwulan I-2020

14 Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2019 Tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam

Pemerintah RI

Indonesia

Net OutflowUSD599,8 juta

Lender / InvestorLender / Investor

PenarikanUSD3.700,2 juta

Pembayaran- Pokok USD3.016,1 juta- Bunga USD1.283,9 juta

Page 88: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

74Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pemantauan terhadap pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) korporasi nonbank. Hal ini sesuai dengan implementasi Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri dan Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa dan Pelaporan Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank15. Berdasarkan pemantauan kepatuhan kebijakan Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati-hatian (KPPK) pada triwulan III 2019 ³, dari 2.602 korporasi nonbank pelapor KPPK, sebanyak 2.341 pelapor (90,0%) telah memenuhi kebijakan lindung nilai 0-3 bulan, sebanyak 2.443 pelapor (93,9%) telah memenuhi kebijakan lindung nilai >3-6 bulan, dan sebanyak 2.294 pelapor (88,2%) telah memenuhi kebijakan likuiditas minimum. Sementara, untuk pemenuhan kebijakan peringkat utang minimum, pada tahun 201916 rata-rata pemenuhannya adalah sebesar 71,9%. Sehubungan dengan status keadaan COVID-19 dan dampaknya terhadap aktivitas perekonomian termasuk kegiatan ekspor, laporan KPPK periode Triwulan IV 2019 ditunda batas waktu penyampaian laporannya menjadi 2 Juni 2020.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan korporasi nonbank pemilik ULN terhadap ketentuan pelaporan dan kebijakan KPPK, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan. Bank Indonesia juga menjalin koordinasi dengan instansi, lembaga dan asosiasi terkait agar pelaksanaan kebijakan DHE dapat berjalan lebih efektif. Instansi tersebut antara lain Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Selain itu, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya antara lain sosialisasi maupun coaching clinic baik kepada eksportir, importir maupun kepada bank devisa dalam negeri. Dengan adanya pengelolaan devisa hasil ekspor, diharapkan terdapat peningkatan efisiensi penerimaan devisa hasil ekspor dan pengeluaran devisa pembayaran impor melalui perbankan di Indonesia sehingga dapat mendukung optimalisasi pemanfaatan devisa, yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian kestabilan nilai Rupiah.

3.2.8 Pelaksanaan Kegiatan Statistik, Survei, dan Liaison untuk Mendukung Perumusan Kebijakan

Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan perumusan kebijakan, Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik, antara lain mengumpulkan dan mengolah data dan informasi ekonomi, moneter, dan sistem keuangan, serta menyusun laporan/analisisnya. Selain itu, Bank Indonesia juga menyelenggarakan berbagai jenis survei dan liaison yang terkait dengan kondisi ekonomi, moneter, sistem keuangan, termasuk sektor riil.

3.2.8.1 Publikasi Statistik

Di sektor moneter dan fiskal, pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia memublikasikan statistik uang dan bank, kegiatan usaha lembaga keuangan nonbank, pasar uang dan pasar modal dalam publikasi Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) periode bulanan yang dapat diakses melalui website Bank Indonesia. Bank Indonesia juga merilis Analisis Uang Beredar dan Faktor yang Memengaruhinya secara bulanan untuk periode Desember 2019-Februari 2020. Selanjutnya pada awal Triwulan I 2020, dilakukan publikasi secara terbatas Financial Account and Balance Sheet Indonesia periode Triwulan III 2019 pada stakeholder tertentu. Begitu pula publikasi statistik Debt Securities periode Triwulan IV 2019 dilakukan dalam bentuk penyampaian data rutin pada Bank for International Settlement. Selain itu, Bank Indonesia juga memublikasikan Statistik Utang Sektor Publik Triwulan IV 2019 pada website Bank Indonesia, yang merupakan publikasi bersama dengan Kementerian Keuangan.

Di sektor eksternal, Bank Indonesia memublikasikan statistik Neraca Pembayaran Indonesia dan statistik Posisi Investasi Internasional Indonesia, masing-masing periode Triwulan IV 2019. Kedua statistik tersebut mencakup laporan komprehensif mengenai perkembangan sektor eksternal Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia memublikasikan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia untuk data periode November 2019–Januari 2020, serta data posisi cadangan devisa periode Desember 2019–Februari 2020. Guna meningkatkan layanan kepada stakeholders dalam negeri maupun luar negeri, penyajian publikasi statistik sektor eksternal tersebut disajikan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Terkait sistem keuangan, Bank Indonesia memublikasikan Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) secara bulanan memuat data/indikator perkembangan sistem keuangan perbankan dan nonperbankan yaitu Bank Umum, BPR, dan Institusi Keuangan Non Bank (IKNB)

15 Peraturan Bank Indonesia No.16/21/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri dan Peraturan Bank Indonesia No.16/22/PBI/2014 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa dan Pelaporan Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengelolaan

16 Sampai dengan bulan November 2019

Page 89: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

75Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

termasuk Korporasi, UMKM dan keuangan inklusif, serta sistem pembayaran nontunai dan pengelolaan uang rupiah sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam mendukung kebijakan makroprudensial dan stabilitas sistem keuangan. SSKI merupakan hasil kolaborasi antara Bank Indonesia dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, serta instansi terkait lainnya. Publikasi ini dapat diakses melalui website Bank Indonesia dengan data terkini sampai dengan bulan Februari 2020.

3.2.8.2 Pelaksanaan Survei

Dalam rangka mengetahui kondisi terkini sektor riil dan sektor keuangan, Bank Indonesia menyelenggarakan berbagai survei baik rutin maupun tidak rutin. Beberapa survei antara lain: Survei Pemantauan Harga (setiap minggu); Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran (setiap bulan); Survei Kegiatan Dunia Usaha, Survei Harga Properti Residensial, Survei Perbankan, Survei Perkembangan Properti Komersial dan Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (setiap triwulan); serta Survei Korporasi dan Survei Neraca Rumah Tangga (setiap tahun).

Selain survei yang bersifat rutin, Bank Indonesia juga melakukan survei bertopik khusus, yaitu Survei Khusus Sektor Riil (SKSR). Pada Triwulan I 2020, dilaksanakan SKSR dengan topik persepsi masyarakat mengenai kebutuhan uang logam, yang bertujuan mengetahui perilaku dan persepsi masyarakat dalam penggunaan uang logam termasuk kemungkinan pengeluaran uang logam pecahan Rp2.000 dan Rp5.000. Topik SKSR lainnya adalah preferensi konsumsi produk halal dan pembayaran zakat, yang bertujuan mengetahui preferensi masyarakat dalam pemilihan produk barang/jasa halal dan pembayaran zakat.

Bank Indonesia juga melakukan in-depth interview melalui kegiatan Liaison pada pelaku bisnis utama untuk memperoleh informasi dan pandangan pelaku bisnis utama terhadap kondisi perekonomian terkini dan ke depan.

3.2.8.3 Kerja Sama dengan Stakeholder

Dalam memperoleh data dan/atau informasi terkini untuk mendukung perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta sebagai input dalam kompilasi statistik dan penyusunan analisis, Bank Indonesia secara aktif dan berkesinambungan menjalin komunikasi dan kerja sama dengan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD), pertemuan koordinasi, atau menyelenggarakan pelatihan data.

Pada Triwulan I 2020, diselenggarakan berbagai kegiatan antara lain:

a. FGD untuk menindaklanjuti pemenuhan data Forum Statistik Bank Indonesia 2019, tracking neraca pembayaran, tracking data PDB, maupun kebutuhan ad-hoc antara lain dengan: (i) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia terkait perolehan data dan informasi perkembangan industri kendaraan bermotor terkini di Indonesia dan outlook 2021; (ii) Pertamina, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi terkait perkembangan ekspor impor migas dan minerba dan outlook 2021; (iii) KPPIP terkait update progres proyek infrastruktur di Indonesia; serta (iv) BPS dalam pembahasan sumber pertumbuhan ekonomi pada Triwulan IV 2019.

b. Pertemuan koordinasi terkait Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama mengenai pertukaran dan/atau pemanfaatan data dan informasi dengan BPS, Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, serta Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia. Pertemuan koordinasi juga dilakukan dengan BPS dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rekonsiliasi data ekspor impor bulanan. Selain itu, dalam sinkronisasi data ekspor impor migas antara data institusi dan pabean dilakukan pertemuan koordinasi dengan Pertamina, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

c. Pertemuan koordinasi dengan BCI Asia untuk memperoleh informasi metodologi pengumpulan data dan pengkategorian status proyek, marine traffic dan crunchbase.

d. Penyusunan Kerangka Statistik Syariah (KSS) pada 2020 merupakan cikal bakal dari statistik syariah yang bertujuan menyediakan kerangka publikasi statistik ekonomi syariah yang menyajikan indikator ekonomi syariah, sumber data, ketersediaan data, periodisasi data, granularity data dalam konteks sistem keuangan, sistem keuangan sosial, dan sistem pembayaran. Dalam kerangka dasar pengembangan ekonomi dan keuangan syariah tersebut, kebutuhan data dan informasi merupakan pondasi dasar bagi keseluruhan upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Pentahapan dalam penyusunan KSS pada periode laporan adalah pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dengan Kemeterian/Lembaga dan instansi terkait antara lain

Page 90: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

76Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Badan Amil Zakat Nasional, Kementerian Agama, dan Forum Zakat.

e. Rapat koordinasi dengan BPS untuk meningkatkan kualitas data ekspor impor barang dan jasa baik pada statistik Produk Domestik Bruto maupun statistik Neraca Pembayaran Indonesia.

3.2.8.4 Pemenuhan Komitmen Internasional

Dalam kerangka pemenuhan komitmen Indonesia terhadap G-20 Data Gaps Initiatives (DGI) Phase-II, terdapat beberapa hal yang dilakukan pada Triwulan I 2020 antara lain:

a. Terkait pemenuhan Recommendation II.8 mengenai Sectoral Account, Bank Indonesia bersama BPS melakukan rekonsiliasi data sectoral account secara berkala dalam upaya finalisasi data agar dapat dipublikasikan bersama pada 2021.

b. Sebagai wujud komitmen Indonesia dalam pemenuhan G-20 DGI-2 Recommendation II.16 mengenai Public Sector Debt Statistics, Bank Indonesia bersama Kementerian Keuangan melakukan penyusunan dan diseminasi Statistik Utang Sektor Publik atau Public Sector Debt posisi Triwulan IV 2019 pada website Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. Dalam penyusunan statistik PSD, Bank Indonesia melakukan kompilasi data utang sektor Public Nonfinancial Corporation dan Public Financial Corporation dan disampaikan pada Kementerian Keuangan, untuk digabungkan dengan data utang Pemerintah dan disampaikan pada World Bank secara triwulanan.

c. Bank Indonesia menyampaikan feedback atas kuisioner implementasi self–commitment Recommendation II.7 G-20 DGI-2 Securities Statistics kepada sekretariat G20-Working Group on Securities Statistics. Selanjutnya, dalam menyempurnakan penyusunan statistik Debt Securities dan memenuhi self-commitment tersebut, Bank Indonesia mengupayakan perolehan data market value dan nominal value untuk seluruh jenis debt securities dengan berbagai pihak termasuk Penilai Harga Efek Indonesia dan Kementerian Keuangan.

d. Bank Indonesia menyempurnakan penyusunan Locational Banking Statistics (LBS) sehingga menjadi compliant dengan LBS Stage 2 Reporting Guidelines, sebagai salah satu pemenuhan Recommendation II.11 G-20 Data Gap Initiatives (DGI) - 2, sejak periode data Triwulan I 2017. LBS dipublikasikan melalui website Bank for International Settlements (BIS) secara triwulanan dengan data terkini Triwulan IV 2019.

e. Bank Indonesia menyampaikan statistik Financial Soundness Indicators (FSIs) sebagai salah satu pemenuhan Recommendation II.2 G-20 DGI-2. FSIs selama ini dipublikasikan melalui website International Monetary Fund dalam periode triwulanan dengan data terkini Triwulan IV 2019. Penyusunan FSIs Indonesia tersebut dilakukan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan.

f. Bank Indonesia menyampaikan data keuangan inklusif Indonesia kepada Working Committee on Financial Inclusion - ASEAN untuk posisi data Desember 2019. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keuangan inklusif di ASEAN dengan target menurunkan financial exclusion rata-rata ASEAN menjadi 30% pada 2025.

3.2.8.5 Partisipasi dalam Fora Internasional

Sehubungan dengan pandemi COVID-19 maka beberapa kegiatan fora internasional selama Triwulan I 2020 ditiadakan atau dijadwal ulang penyelenggara hingga waktu yang belum ditentukan. Salah satu fora internasional yang sempat berjalan di Triwulan I 2020 adalah Monitoring National Financial Inclusion Strategy Capacity Building Workshop For Asean Member States pada 29-20 Januari 2020 di Kamboja. Tujuan pelaksanaan workshop tersebut adalah monitoring dan evaluasi perkembangan keuangan inklusif di ASEAN. Workshop dilaksanakan sebagai rangkaian pertemuan Working Committee on Financial Inclusion (WC-FINC) – ASEAN. Tugas WC-FINC diantaranya penyusunan indikator key performance financial inclusion negara-negara ASEAN.

3.2.8.6 Pengembangan dan Pengaturan Statistik

Dalam memenuhi kebutuhan dan terus meningkatkan kualitas statistik, Bank Indonesia melakukan kegiatan pengembangan dan penyempurnaan statistik antara lain:

a. Untuk mendukung analisis stabilitas sistem keuangan, dan asesmen risiko dari financial imbalances yang dapat memicu risiko sistemik, Bank Indonesia melanjutkan pengembangan statistik Financial Account and Balance Sheet (FABS) nasional maupun regional khususnya terkait granularity data dan pemecahan data per counterparty. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia melakukan kerja sama dengan berbagai instansi. Pada periode ini, disusun Statistik Financial Account and Balance Sheet Indonesia (FABSI) Triwulan III 2019. Statistik FABSI dimaksud dimanfaatkan sebagai salah satu indikator dalam analisis kerentanan dan financial imbalances dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia.

Page 91: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

77Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

b. Dalam penyempurnaan Statistik Neraca Pemerintah/Government Finance Statistics sebagai input bagi penyusunan statistik FABS, Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Keuangan melanjutkan diskusi pemenuhan inisiatif Penyusunan Petunjuk Teknis Rekonsiliasi Neraca Pemerintah (Juknis). Juknis tersebut diharapkan menjadi panduan bagi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri dalam melakukan rekonsiliasi data neraca Pemerintah sehingga mendapatkan data yang lebih akurat dan kredibel dan bermanfaat bagi kedua instansi.

c. Bank Indonesia berkontribusi sebagai tim kerja upaya pengembangan Sistem Keuangan Republik Indonesia (SIKRI) Kementerian Keuangan dan peningkatan kualitas data statistik Pemerintah yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

d. Dalam pengembangan statistik debt securities, dilaksanakan FGD dengan PT Penilai Harga Efek Indonesia untuk pemenuhan rekomendasi G20 khususnya terkait penyediaan data debt securities berdasarkan market dan nominal value.

e. Dalam penyempurnaan penyusunan proyeksi statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), Bank Indonesia mengadakan Focus Group Discussion (FGD) terkait pengembangan alat-alat proyeksi NPI dengan mengundang akademisi.

f. Dalam menyongsong era digital, pemanfaatan Big Data Analytics sebagai teknologi dan pendekatan mutakhir (State of the Art Technology) di Bank Indonesia telah diinisiasi pada Oktober 2014 dan sejak tahun 2019 dibentuk Divisi Pengembangan Data Digital dan Big Data Analytics di Departemen Statistik yang fokus dalam pengembangan Big Data Analytics serta data/indikator terkait ekonomi dan keuangan digital. Pemanfaatan Big Data Analytics di Bank Indonesia diharapkan memperkuat proses perumusan kebijakan di Bank Indonesia, baik di sektor moneter, stabilitas sistem keuangan, maupun sistem pembayaran melalui peningkatan kualitas data dan analisis, serta menjadi komplemen dari pemanfaatan data warehouse (structured data) yang sudah dilakukan selama ini. Manfaat Big Data Analytics bagi Bank Indonesia sebagai berikut:

1. Tersedianya indikator-indikator baru secara lebih cepat dan lebih sering (high frequency) untuk mengatasi isu lag data yang seringkali dihadapi dalam perumusan kebijakan, sehingga menjadi leading indicator dari sumber data utama;

2. Pemetaan keterkaitan antarpelaku keuangan (termasuk di dalamnya bank, lembaga keuangan nonbank, maupun korporasi) secara lebih baik melalui pemanfaatan network analysis guna memitigasi risiko sistemik di sistem keuangan;

3. Tersedianya indikator-indikator terkait perilaku para pelaku ekonomi (behavioural analytics) melalui analisis dan pembelajaran terhadap data transaksional dan data yang tidak terstruktur, seperti pemberitaan dan media sosial;

4. Memantau ekspektasi dan persepsi publik atas kebijakan Bank Indonesia secara lebih akurat; dan

5. Memanfaatkan data granular sistem pembayaran untuk mendukung akselerasi pengembangan ekonomi dan keuangan digital dalam pengembangan Data Hub sesuai inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025.

Bank Indonesia melanjutkan pengembangan indikator Big Data Analytics, baik pengembangan indikator baru maupun pengembangan lanjutan dari tahun sebelumnya. Sejumlah indikator yang dihasilkan secara rutin dan digunakan dalam proses perumusan kebijakan, antara lain indikator: ketenagakerjaan, pasar properti, pasar otomotif, interconnectedness pelaku ekonomi, perkembangan e-commerce, kredibilitas kebijakan moneter, serta economy policy uncertainty (EPU). Big Data Analytics juga dimanfaatkan untuk menghasilkan beberapa indikator prompt dari pemberitaan atau data transaksional sistem pembayaran untuk mempertajam pengambilan keputusan di selama pandemi COVID-19.

g. Bank Indonesia bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan mengembangkan Integrasi Pelaporan guna mewujudkan mekanisme pelaporan yang lebih efisien agar mengurangi beban yang berlebihan bagi bank pelapor. Sesuai Peraturan Bank Indonesia tentang Laporan Bank Umum Terintegrasi17, Laporan Bank Umum Terintegrasi mulai disampaikan bank sejak 31 Desember 2019 secara paralel dengan pelaporan bank existing sampai dengan akhir Agustus 2020 sebelum diimplementasikan secara penuh pada September 2020. Dalam memastikan kesiapan Bank, Bank Indonesia melakukan monitoring secara reguler baik melalui email maupun tatap muka melalui kegiatan coaching clinic pada pegawai bank untuk

17 Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/9/PBI/2019 tentang Laporan Bank Umum Terintegrasi,

Page 92: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

78Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

membahas permasalahan yang dihadapi bank baik dari sisi teknis maupun bisnis. Kegiatan tatap muka coaching clinic yang dilakukan pada Triwulan 1 2020 meliputi pemaparan hasil monitoring terhadap absensi kepatuhan pelaporan, pemaparan kesalahan bank yang menyebabkan laporan tidak lolos validasi, pemaparan solusi teknis untuk mekanisme penyampaian laporan dengan jumlah data yang sangat besar, dan tanya jawab atas kendala-kendala lainnya yang dihadapi bank.

h. Sehubungan dengan pandemi COVID-19 sejak Triwulan I 2020 dan sesuai himbauan Pemerintah dalam menghambat penyebaran COVID-19 di Indonesia, maka bank menerapkan metode pemisahan lokasi kerja (split operation) dan kebijakan work from home (WFH). Penerapan kebijakan tersebut turut berdampak pada kelancaran bank dalam penyampaian laporan ke Bank Indonesia maupun pengembangan sistem pelaporan di internal bank. Merespons kondisi tersebut, Bank Indonesia melakukan kebijakan penyesuaian penyampaian laporan bank ke Bank Indonesia baik Laporan Bank Umum Terintegrasi yang disampaikan melalui aplikasi BI-ANTASENA maupun pelaporan bank existing. Penyesuaian atas laporan bank existing yaitu penyesuaian batas waktu pelaporan, sementara penyesuaian atas Laporan Bank Umum Terintegrasi dimaksud yaitu pembebasan atas keharusan penyampaian laporan secara paralel sampai dengan akhir Mei 2020 atau kondisi darurat COVID-19 sebagaimana ditetapkan Pemerintah berakhir.

i. Sebagai upaya menjembatani kesiapan sistem informasi surrounding di Bank Indonesia dan otoritas lainnya dalam menerima input data dengan format Laporan Bank Umum Terintegrasi, maka dikembangkan aplikasi konversi yang mengonversikan data dari format Laporan Bank Umum Terintegrasi menjadi format pelaporan bank existing. Pada Triwulan I 2020, dilakukan User Acceptance Test (UAT) hasil konversi Laporan Bank Umum Terintegrasi bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan.

j. Dalam upaya pemenuhan rekomendasi G-20 Data Gap Initiatives, Bank Indonesia mengadopsi Statistical Data and Metadata eXchange (SDMX) sebagai standar data dan statistik dalam pengembangan Integrated Data Repository and Analitics Platform (INDRA) yang bertujuan mengintegrasikan seluruh data dan statistik di Bank Indonesia, sehingga mudah diakses pengguna. SDMX diinisiasi tujuh lembaga, yaitu Bank

for International Settlements, European Central Bank, Eurostat, International Monetary Fund, Organisation for Economic Cooperation and Development, United Nation, dan World Bank sebagai standar harmonisasi dan pertukaran data dan statistik antarlembaga. SDMX terus berkembang sehingga menjadi best practice di Bank Sentral dan statistical offices berbagai negara serta lembaga internasional sebagai standar struktur data dan statistik dalam proses bisnis statistik. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia mulai melakukan tahap awal pengembangan INDRA, antara lain terkait spesifikasi dan desain fungsional yang akan menjadi dasar dalam pengembangan INDRA ke depan, serta desain portal INDRA. Selain itu, untuk meningkatkan kompetensi pegawai Bank Indonesia dalam pengembangan INDRA, dilakukan kegiatan workshop dengan SDMX Consultant sebagai narasumber pada 13-14 Februari 2020 di Jakarta.

3.2.9 Pengawasan Moneter

Sesuai Peraturan Bank Indonesia tentang Pengaturan dan Pengawasan Moneter, pengawasan moneter dilakukan pada perorangan dan korporasi termasuk bank dan korporasi nonbank guna memastikan kepatuhan terhadap ketentuan di bidang moneter, serta mencegah dan mengurangi risiko di bidang moneter. Pada akhirnya, pengawasan moneter membantu pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan moneter.

Pada 2020, prioritas pengawasan moneter adalah kepatuhan bank terhadap ketentuan moneter, pasar uang dan pasar valuta asing (valas) yang difokuskan pada review: (i) kebijakan dan strategi bank dalam pemanfaatan Giro Wajib Minimum (GWM) Averaging; (ii) pelaksanaan transaksi perdagangan melalui skema Local Currency Settlement (LCS) - Appointed Cross Currency Dealer (ACCD), (iii) transaksi valas bank, termasuk transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan (iv) kebijakan internal bank terkait sertifikasi tresuri dan kode etik pasar.

Review implementasi ketentuan GWM Averaging perlu dilakukan guna mengetahui efektivitas kebijakan Bank Indonesia terkait GWM Averaging dalam meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas, mendorong fungsi intermediasi perbankan, dan mendukung upaya pendalaman pasar keuangan. Transaksi valas terhadap Rupiah masih menjadi prioritas mengingat ketentuan ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan Bank Indonesia dalam memelihara kestabilan nilai

Page 93: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

79Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Rupiah. Selain itu, pada saat terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah, pengawasan transaksi valas baik on-site maupun off-site sangat relevan dilakukan, untuk mengetahui perilaku transaksi valas bank dan perumusan rekomendasi kebijakan. Penerapan sertifikasi tresuri dan kode etik pasar akan meningkatkan kompetensi dan integritas pelaku pasar sehingga memperkuat kredibilitas pasar keuangan untuk mendukung pasar keuangan yang berkembang.

Prioritas pengawasan lebih banyak dilakukan secara on-site. Pada 2020, direncanakan dilakukan pemeriksaan tematik moneter, pasar uang dan pasar valas terhadap enam bank. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia menyelesaikan pemeriksaan tematik moneter dan pasar uang dan pasar valas terhadap satu bank. Sehubungan dengan adanya pandemi COVID-19, maka pada 17 Maret 2020, diputuskan menyesuaikan waktu pemeriksaan tematik moneter, pasar uang dan pasar valas sampai dengan situasi dan kondisi memungkinkan.

Hasil pemeriksaan bank tersebut menunjukkan terdapat kebijakan dan Standard Operating Procedures yang mengatur operasional transaksi valas serta konsisten meminta kelengkapan dokumen underlying transaksi valas kepada nasabah. Hasil pemeriksaan GWM menunjukkan bank memiliki kebijakan pengelolaan GWM sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sementara, hasil pemeriksaan terkait sertifikat tresuri menunjukkan bahwa secara umum bank memiliki prosedur internal untuk memastikan direksi dan pegawai memahami dan menerapkan ketentuan tentang Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar. Namun, masih diperlukan penguatan prosedur internal bank khususnya terkait sosialisasi kode etik pasar serta tata cara penyelesaian permasalahan dalam penerapan kode etik pasar.

Selain bank, obyek pengawasan moneter, pasar uang dan pasar valas adalah perusahaan Pialang Pasar Uang (PPU) atau money broker. Pada Triwulan I 2020, output pengawasan PPU berupa analisis laporan bulanan pada bulan Desember 2019, Januari dan Februari 2020. Ruang lingkup analisis laporan bulanan PPU meliputi aspek kepatuhan terkait ketepatan waktu penyampaian

laporan, analisis perkembangan pasar keuangan, peran PPU dalam transaksi di pasar uang dan pasar valas, dan perkembangan aktivitas dan market share masing-masing PPU di industri money broker.

3.3 Kebijakan Pendalaman Pasar Keuangan

Kebijakan pendalaman pasar keuangan diarahkan untuk mendukung transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Peran pasar keuangan akan optimal apabila upaya pembentukan pasar keuangan yang dalam, likuid, efisien, inklusif, dan aman dilakukan secara berkelanjutan. Kelengkapan variasi instrumen pasar uang dan pasar valas menjadi salah satu faktor penting untuk menambah alternatif sumber pembiayaan ekonomi maupun pengelolaan risiko dalam pembiayaan jangka panjang.

Akselerasi pendalaman pasar keuangan memperkuat efektivitas kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. Untuk itu, Bank Indonesia terus melakukan upaya pengembangan dan pendalaman pasar keuangan domestik melalui penerbitan berbagai regulasi, edukasi, dan sosialisasi. Pengembangan pasar keuangan yang menjadi salah satu Indikator Utama Kinerja Bank Indonesia dilakukan mengacu pada Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK) 2018 – 2024. Strategi nasional ini merupakan kesepakatan bersama Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementerian Keuangan dalam Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK).

4.09 %Min 3,75%Rasio outstanding Pasar Uang Rp thd PDB

Pada periode triwulan I-2020, transaksi di pasar uang relatif stabil. Hal ini juga didukung penurunan likuiditas akibat outflow asing, sejalan dengan keberadaan BI yang mendukung likuiditas di pasar uang.

Indikator Kinerja Utama(IKU)

PencapaianTW I 2020Target

Page 94: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

80Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Strategi pengembangan dan pendalaman pasar keuangan yang ditempuh Bank Indonesia dibagi dalam tiga pilar utama, yaitu: i) pengembangan instrumen untuk mendukung pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko, ii) pengembangan infrastruktur pasar, dan iii) koordinasi kebijakan, harmonisasi ketentuan, dan edukasi.

3.3.1 Pengembangan Instrumen untuk Mendukung Sumber Pembiayaan Ekonomi Dan Pengelolaan Risiko3.3.1.1 Penyempurnaan pengaturan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF)

Dampak penyebaran COVID-19 terhadap perekonomian global selama Triwulan I 2020 sangat signifikan. Begitu juga imbasnya pada pasar keuangan di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan risk aversion dari para pelaku pasar khususnya investor asing yang melakukan sell-off atas aset-aset emerging markets, termasuk aset-aset Rupiah seperti SBN dan saham. Sell-off ini diikuti pembelian Dolar AS terhadap Rupiah secara spot, sehingga menyebabkan terjadinya pelemahan nilai tukar Rupiah yang cukup tajam sebesar 17% di Triwulan I 2020 (akhir Maret 2020 dibanding awal Januari 2020).

Merespons hal tersebut, pada 19 Maret 2020, Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan terkait dengan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF)18. Perubahan yang diakomodasi dalam ketentuan tersebut pada prinsipnya memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing, sehingga dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai melalui transaksi DNDF. Perluasan underlying yaitu berupa diperkenankannya rekening vostro Rupiah milik investor asing untuk digunakan sebagai underlying transaksi beli DNDF USD/IDR. Hal ini bertujuan menahan laju permintaan terhadap Dolar AS saat nilai tukar Rupiah mengalami tekanan.

Selain itu, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan terkait DNDF, yaitu memasukkan transaksi DNDF dalam komponen perhitungan Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan19. Hal ini bertujuan membatasi keleluasaan bank dalam melakukan transaksi DNDF untuk tujuan di luar hedging atau cover transaksi nasabah, sehingga diharapkan dapat membantu menahan tekanan terhadap Rupiah.

18 Peraturan Bank Indonesia No. 22/2/PBI/2020 tanggal 19 Maret 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia No. 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

19 Sebagaimana disebut dalam FAQ Peraturan Bank Indonesia No.20/10/2018 tanggal 21 September 2018 tentang Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

20 Peraturan Bank Indonesia No. 21/11/PBI/2019 tentang Penyelenggaraan Central Counterparty untuk Transaksi Over-The-Counter Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar tanggal 9 September 2019.

3.3.2 Pengembangan Infrastruktur Pasar3.3.2.1 Peraturan Anggota Dewan Gubernur Central Counterparty untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar

Menindaklanjuti ketentuan tentang Penyelenggaraan Central Counterparty untuk Transaksi Over-The-Counter Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar (PBI CCP SBNT)20, Bank Indonesia selanjutnya mempersiapkan ketentuan pelaksanaan atas Peraturan Bank Indonesia tersebut. Ketentuan yang berbentuk Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) itu merupakan technical standard yang bertujuan memberikan penjelasan lebih rinci mengenai berbagai tahapan implementasi dari PBI CCP SBNT yang mulai berlaku pada 1 Juni 2020.

Dalam penyusunan PADG tersebut, dilakukan koordinasi dengan berbagai stakeholder terkait guna merumuskan pengaturan yang berasaskan konservatisme namun menjamin kemudahan dalam implementasinya (applicable). Selain itu, mempertimbangkan CCP merupakan bagian dari Financial Market Infrastructure (FMI) yang memiliki karakteristik systemic di balik manfaat besar yang ditawarkannya, maka dalam penyusunannya, PADG CCP mengacu pada standar internasional Committee on Payments and Markets Infrastructures dan International Organization of Securities Commissions (IOSCO) yaitu Principles for Financial Market Infrastructures (PFMI) yang merupakan guideline bagi standardisasi pengembangan infrastruktur di tingkat global.

Berdasarkan hasil industrial test dan pendalaman lebih lanjut dengan Indonesia Foreign Exchange Market Committee (IFEMC), produk atau instrumen derivatif over-the-counter SBNT yang berpotensi dikliringkan di CCP untuk tahap awal dapat dimulai dari Overnight Index Swap (OIS), Interest Rate Swap (IRS) dan DNDF yang seluruh setelmennya dilakukan dalam mata uang Rupiah.

Selama Triwulan I 2020, proses penyusunan difokuskan pada pokok-pokok pikiran PADG CCP SBNT. Guna memperkaya ketentuan pelaksanaan tersebut, Bank Indonesia aktif melakukan diskusi bersama stakeholder terkait khususnya calon penyelenggara CCP SBNT. Benchmarking atas pengaturan maupun best practice industri di negara lain juga merupakan pendekatan lain yang ditempuh dalam penyusunan ketentuan tersebut.

Page 95: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

81Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

21 Nota Kesepahaman antara Kemenkeu, BI, OJK, dan LPS No.MoU-8/MK.010/2019, No.21/11/NK/GBI/2019, No.MoU-9/D.01/2019, No. MoU-6/DK/2019 tentang Koordinasi Dalam Rangka Pengembangan dan Pendalaman Pasar keuangan untuk Mendukung Pembiayaan Pembangunan Nasional tanggal 18 Oktober 2019

22 Keputusan GBI No.20/3/KEP.GBI/2018 tentang Penetapan Komite Pasar Valuta Asing Indonesia Periode 2018 - 2022

Saat ini, terdapat calon penyelenggara potensial yang menunjukkan keseriusan atas intensi menjadi lembaga penyelenggara CCP yang disertai dengan progres kesiapan teknis, sistem informasi dan kelembagaan, sehingga diperkirakan siap beroperasi sesuai ketentuan yang ada. Di sisi lain, terdapat intensi penjajakan dari calon lainnya walaupun masih dalam tahap sangat awal.

3.3.2.2 Bank Indonesia - Electronic Trading Platform (BI-ETP)

Guna mendukung tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter dan sebagai agen lelang Surat Berharga Negara (SBN) Pemerintah, diperlukan sistem atau trading platform yang berfungsi sebagai media bagi peserta transaksi operasi moneter dan lelang surat berharga dalam melakukan transaksinya. Bank Indonesia-Electronic Trading Platform (BI-ETP) merupakan infrastruktur yang digunakan sebagai sarana transaksi secara elektronik untuk transaksi operasi moneter dan lelang SBN dalam denominasi Rupiah.

Sejalan dengan pembahasan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 di tahun 2019 yang salah satunya bertujuan mendukung ketersediaan infrastruktur di pasar keuangan yang robust, Bank Indonesia melakukan penyusunan Conceptual Design dari BI-ETP guna mendapatkan gambaran yang ideal atas sistem yang dapat memenuhi keseluruhan fungsi BI dalam menjalankan transaksi operasi moneter dan lelang SBN tersebut.

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia secara intensif melakukan proses penyusunan Conceptual Design BI-ETP yang diharapkan dapat memfasilitasi transaksi operasi moneter Bank Indonesia dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana. Conceptual design itu diharapkan juga mengakomodasi kebutuhan user yakni internal dan eksternal stakeholder (Departemen Pengelolaan Moneter - Bank Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Dan Risiko - Kementerian Keuangan), termasuk untuk rencana pengembangan transaksi dan instrumen ke depan, mendukung efisiensi dan efektivitas pelaksanaan transaksi, serta memitigasi risiko operasional yang mungkin terjadi.

Proyek penyusunan conceptual design yang merupakan kelanjutan dari aktivitas utama pada 2019 ini, dilakukan dengan koordinasi yang intens, baik di lingkungan internal maupun eksternal. Di sisi lain, benchmarking atas pelaksanaan lelang, baik terkait operasi moneter bank sentral maupun lelang SBN di negara lain, serta diskusi mendalam dengan penyelenggara lelang private di tingkat regional juga senantiasa dilakukan.

3.3.3 Koordinasi Kebijakan, Harmonisasi Ketentuan, dan Edukasi3.3.3.1 Kick of Meeting Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK)

Dalam menindaklanjuti kesinambungan koordinasi dan kerja sama FK-PPPK dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi SN-PPPK, pada 18 Oktober 2019 ditandatangani pembaruan Nota Kesepahaman FK-PPPK21 oleh keempat pimpinan lembaga dalam FK-PPPK yaitu Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.

Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut, pada 30 Januari 2020, dilakukan kick of meeting FK-PPPK yang dipimpin Kemenkeu sebagai Koordinator, guna merumuskan program kerja dan isu strategis FK-PPPK Tahun 2020 dan ke depan.

3.3.3.2 Koordinasi dengan Asosiasi Pasar (Indonesia Foreign Exchange Committee/IFEMC)

Komite Pasar Valuta Asing Indonesia (Indonesia Foreign Exchange Committee/IFEMC), yang beranggotakan perwakilan dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, asosiasi dealer, asosiasi bankir, dan perbankan, dibentuk pada 1 April 2014 untuk mendorong integritas pelaku pasar keuangan Indonesia. IFEMC mengadakan pertemuan secara berkala dan wajib dihadiri anggotanya22. Sebagai tindak lanjut dari rapat pleno IFEMC 6 Desember 2019 yang antara lain menyepakati kepengurusan IFEMC dan rencana kerja 2020, maka pada 21 Februari 2020 dilakukan pertemuan lanjutan IFEMC untuk mengetahui isu-isu pengembangan pasar keuangan dan penyelarasan program kerja antara pelaku pasar dan otoritas.

3.3.3.3 Sosialisasi Instrumen Pasar Keuangan

Dalam meningkatkan basis investor pasar keuangan, Bank Indonesia menyelenggarakan “Sosialisasi Instrumen Pasar Keuangan” yang bertujuan memberikan pemahaman mengenai pemanfaatan berbagai instrumen pasar keuangan baik di pasar uang, pasar valuta asing, dan pasar modal, sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Sosialisasi ini diselenggarakan pada 11

Page 96: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

82Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Maret 2020 di Surabaya dan diikuti lebih dari 150 investor institusi dan investor ritel yang potensial untuk masuk pasar keuangan (high net worth).

Sosialisasi ini menghadirkan narasumber, baik dari regulator (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan), maupun pelaku pasar (BNI Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Mandiri Manajemen Investasi, Bank Mandiri, dan ekonom CORE). Melalui sosialisasi ini, diharapkan investor mendapatkan pemahaman utuh mengenai instrumen pasar keuangan, baik dari sisi pengaturan maupun dari sisi pemanfaatannya, sebagai sarana investasi. Pada akhirnya, diharapkan investor dapat memutuskan untuk berinvestasi sesuai risk appetite-nya masing-masing.

3.3.3.4 Koordinasi dengan Pelaku Pasar terkait Pengembangan Pasar Valuta Asing

Dalam merespons kondisi pasar keuangan yang mengalami tekanan selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan komunikasi yang intens dengan pelaku pasar terutama pihak perbankan dan beberapa perusahaan BUMN. Ini dilakukan untuk mengetahui tantangan dan permasalahan yang dihadapi, sekaligus melihat kondisi market dari sudut pandang pelaku pasar. Beberapa pelaku pasar yang melakukan komunikasi diantaranya IFEMC, perusahaan BUMN seperti PLN, Pertamina dan PGN, serta otoritas lain seperti Kementerian ESDM dan BUMN. Dari komunikasi tersebut, Bank Indonesia, sebagai otoritas di pasar keuangan, dapat mengidentifikasi hal-hal yang perlu direspons terkait permasalahan yang ada dan memetakan kebijakan apa yang dapat digunakan untuk merespons permasalahan tersebut.

3.3.4 Pendalaman Pasar Keuangan Syariah

Pasar uang yang efisien, likuid dan dalam dapat mendukung efektivitas kebijakan moneter dan meningkatkan fleksibilitas dan kelancaran pengelolaan dana pelaku pasar. Guna mendorong pendalaman pasar uang syariah sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia, dilakukan berbagai upaya dalam mempercepat proses pendalaman melalui pengaturan, perizinan dan pengembangan serta pengawasan sehingga pasar uang syariah dapat menjadi lebih likuid dan dalam sebagaimana pasar uang konvensional. Pasar uang yang dalam ditandai dengan frekuensi transaksi yang tinggi, jumlah instrumen yang bervariasi, infrastruktur yang mendukung dan regulasi yang memberikan kepastian hukum bagi pelaku pasar dalam bertransaksi di pasar uang.

Transaksi Pasar Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) masih didominasi penerbitan Sertifikat

Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA), meskipun dimungkinkan penggunaan instrumen Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SIKA). SIMA diterbitkan dalam Rupiah maupun valas dengan menggunakan akad Mudharabah berdasarkan aset yang memiliki imbal hasil tetap dan/atau aset yang memiliki imbal hasil tidak tetap. SIMA lebih fleksibel karena dapat dialihkan kepemilikannya sebelum jatuh waktu, sedangkan SIKA tidak.

Dalam upaya pendalaman pasar uang melalui penambahan instrumen, saat ini sedang dilakukan pembahasan menambah instrumen PUAS dengan akad wakalah bi al-istitsmar. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan pada Triwulan I 2020 dalam rangka mendukung penerbitan instrumen PUAS dengan akad wakalah bi al-istitsmar antara lain yakni kegiatan hearing dengan industri, Focus Group Discussion (FGD) dan korespondensi dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan Dewan Standar Akuntansi Syariah-Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS-IAI) yang menghasilkan opini (opini) perlakuan akuntansi dari DSAS-IAI pada 19 Februari 2020. Selain itu, juga dilakukan pembahasan dengan Otoritas Jasa Keuangan melalui Forum Koordinasi Makroprudensial-Mikroprudensial (FKMM) BI-OJK.

Sebagai tindak lanjut Forum Harmonisasi (Forhar) Bank Indonesia – Kementerian Keuangan yang dilaksanakan akhir 2019 di Yogyakarta, pada Triwulan I 2020 dilakukan koordinasi dan pembahasan mengenai aspek legal, operasional, dan syariah terkait usulan pembukaan Rekening Giro Syariah Pemerintah di Bank Indonesia. Hasil pembahasan ini ditindaklanjuti dengan asesmen lebih mendalam mengenai aspek legal terutama dari sisi UU Bank Indonesia dan UU Perbendaharaan Negara.

Pasar keuangan syariah yang berkembang juga harus diimbangi dengan upaya penguatan kredibilitas pasar keuangan melalui peningkatan kompetensi dan integritas pelaku pasar. Dalam mendukung pemenuhan kewajiban sertifikasi tresuri syariah, pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia berpartisipasi sebagai pengajar dalam pembekalan materi sertifikasi tresuri syariah tingkat lanjut dan menjadi tim ahli dalam ujian sertifikasi tresuri syariah tingkat lanjut. Selain itu dalam rangka advisory pendalaman pasar keuangan syariah dan sosialisasi, dilakukan melalui koordinasi antara Bank Indonesia dengan Indonesia Islamic Global Market Association (IIGMA). Bank Indonesia juga terlibat dalam kegiatan refreshment untuk para tresuri perbankan syariah sehingga diharapkan pemahaman para tresuri mengenai produk dan perkembangan pasar keuangan syariah menjadi lebih baik.

Page 97: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

83Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

15700

15200

14700

14200

13700

13200

Rp

2018 2019

Pergerakan Kurs Spot, NDF 1 mo, dan DNDF 1 mo

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Spot NDF 1Mo DNDF 1Mo

Jan – Okt 18 Nov 18 – Jun 1981 65

Spread antara NDF 1 mo dengan Spot USD/IDR (Rp)

Kilas Balik DNDF

Sejak diberlakukannya PBI tentang transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF)1 pada September 2018 hingga Triwulan I 2020, dilakukan beberapa penyempurnaan aturan dalam PBI. Penyempurnaan berupa amandemen ini dilakukan dengan menyesuaikan kondisi pasar keuangan sebagai respons atas kondisi yang sedang dihadapi pada saat itu.

Transaksi DNDF adalah transaksi derivatif valuta asing terhadap Rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing di pasar domestik. Penerbitan aturan transaksi DNDF dilatarbelakangi antara lain:

Meningkatnya ketidakpastian kondisi ekonomi global saat itu, di mana negara emerging markets mengalami capital outflow cukup besar, yang mengakibatkan tingginya fluktuasi nilai tukar, termasuk Rupiah. Karena itu, pelaku pasar membutuhkan alternatif instrumen lindung nilai untuk memitigasi risiko nilai tukar.

Di sisi lain, investor yang memiliki aset-aset Rupiah dan jumlahnya cukup besar, banyak melakukan lindung nilai di pasar NDF di luar negeri. Hal ini berpengaruh negatif terhadap harga spot USD/IDR di pasar domestik.

Penerbitan aturan ini bertujuan mendukung upaya stabilitas nilai tukar Rupiah melalui penyediaan alternatif instrumen hedging serta mendukung pengembangan dan pendalaman pasar keuangan domestik. Selain itu, DNDF juga diharapkan meningkatkan keyakinan eksportir dan importir serta investor dalam melakukan kegiatan ekonomi dan investasi melalui kemudahan transaksi lindung nilai terhadap risiko nilai tukar Rupiah di dalam negeri.Tercatat sejak diberlakukannya transaksi DNDF di pasar keuangan domestik, pergerakan kurs NDF dan kurs spot USDIDR berjalan selaras dengan spread yang menyempit. Ini cukup berbeda jika dibanding kondisi sebelum diberlakukannya transaksi DNDF dimana spread antara NDF dan kurs spot USDIDR relatif besar, sehingga membuka peluang pelaku pasar melakukan aktivitas arbitrage.

PenyempurnaanPengaturanTransaksiDomesticNon-DeliverableForward

1 PBI No. 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward

Hasil evaluasi pasar DNDF pada 2019 menunjukkan transaksi DNDF cukup banyak diminati pelaku pasar. Namun data menunjukkan sebagian besar supply transaksi DNDF berasal dari Bank Indonesia yang dilakukan melalui lelang DNDF. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan amandemen terhadap PBI No. 20/10/PBI/2018 pada Mei 2019 melalui penerbitan PBI No. 21/7/PBI/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/10/PBI/2018 Tentang Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward.

Grafik 3.10 Pergerakan Kurs Spot, NDF 1 mo, dan DNDF 1 mo

Page 98: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

84Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

USD Juta USD/IDR250

200

150

100

50

-

16.600

16.100

15.600

15.100

14.600

14.100

13.600Nov-18 Jan-19 Mar-19 Jan-20 Mar-20Mei-19 Jul-19 Sep-19 Nov-19

8

33 35 54 56

67 88

29 37

121

43 54

36 29

86

221

182

224

$ Juta7.000

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

0

4.672

Nov2018

Des2018

Jan2019

Feb2019

Mar2019

Mei2019

Jun2019

Jul2019

Ags2019

Okt2019

Nov2019

Des2019

Jan2020

Feb2020

Apr2020

Transaksi DNDF vs Lelang DNDF

500.000400.000300.000200.000100.000

-(100.000)(200.000)(300.000)(400.000)(500.000)(600.000)

1-No

v-18

7-No

v-18

13-N

ov-1

819

-Nov

-18

26-N

ov-1

830

-Nov

-18

6-De

s-18

12-D

es-1

818

-Des

-18

26-D

es-1

82-

Jan-

198-

Jan-

1914

-Jan-

1918

-Jan-

1924

-Jan-

1930

-Jan-

196-

Feb-

1912

-Feb

-19

18-F

eb-1

922

-Feb

-19

28-F

eb-1

96-

Mar

-19

13-M

ar-1

919

-Mar

-19

25-M

ar-1

929

-Mar

-19

5-Ap

r-19

11-A

pr-1

918

-Apr

-19

25-A

pr-1

92-

Mei

-19

8-M

ei-1

914

-Mei

-19

20-M

ei-1

924

-Mei

-19

Total Volume Lelang DNDF

RRH: $48 JutaOutstanding:$1,8 miliar

RRH: $86 jutaOutstanding:

±$3 miliar

Market Lelang BITransaksi DNDF Periode 1 Nov 18 s.d 28 Mei 19

Salah satu tujuan utama amandemen adalah memperluas basis pelaku dan mendorong supply DNDF di pasar sekunder, sehingga amandemen PBI pada 2019 cenderung bersifat relaksasi aturan-aturan terkait sisi supply DNDF antara lain:

1. Transaksi jual DNDF dengan threshold s/d USD5 juta dikecualikan dari kewajiban underlying.2. Transaksi DNDF dapat dilakukan unwind.3. Dokumen underlying transaksi jual DNDF diatas threshold USD5 juta dapat berupa dokumen underlying yang

bersifat final yang disertai dengan dokumen pendukung, maupun bersifat perkiraan yang disertai dengan dokumen pendukung.

Kebijakan terkini terkait DNDF

Kondisi pasar DNDF berkembang pesat memasuki 2020. Ini terlihat dari jumlah volume daily return dan outstanding yang mencapai USD224 juta per hari dan USD4,6 miliar (data per 17 April 2020) sebagai berikut:

Grafik 3.11. Transaksi DNDF vs Lelang DNDF

Grafik 3.12 RRH Transaksi DNDF Grafik 3.13 Outstanding DNDF

Perluasan Underlying

Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah yang meningkat akibat sell-off investor asing pada Triwulan I 2020 sebagai dampak merebaknya pandemi COVID-19, menyebabkan investor di pasar keuangan domestik melakukan pelepasan aset Rupiah, yang pada gilirannya mendorong peningkatan kebutuhan valas dari investor asing. Selama Maret 2020, investor asing mencatat transaksi net jual SBN senilai 5.267,6 juta dolar AS dan penjualan saham senilai 370,52 juta dolar AS. Nilai tukar mencatat pelemahan sebesar 10,88% dari Rp 14.340 pada 28 Februari 2020 menjadi Rp 15.900 pada 20 Maret 2020.

Page 99: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

85Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Guna menahan laju permintaan terhadap valas terutama dolar AS, Bank Indonesia menerbitkan bauran kebijakan pada 2 Maret 2020 untuk menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan. Salah satunya melakukan perluasan jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga memberikan alternatif lindung nilai atas kepemilikan Rupiah melalui transaksi DNDF. Hal ini diakomodasi dengan melakukan penerbitan PBI yang mengamandemen aturan terkait DNDF sebelumnya yaitu PBI No. 22/2/PBI/2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia No. 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward.

Perluasan underlying dimaksud berupa diperkenankannya rekening Rupiah yang dimiliki pihak asing digunakan sebagai underlying transaksi beli DNDF. Ini bertujuan memberikan fleksibilitas bagi investor asing yang masih menginginkan Rupiah currency exposure, namun tidak ingin memiliki posisi di SBN dan saham untuk melakukan hedging melalui DNDF, sembari menunggu kondisi pasar SBN dan pasar modal membaik sebelum melakukan re-invest terhadap dananya.

Namun dari hasil analisa risiko, perluasan underlying yang ditetapkan akan menimbulkan risiko baru yaitu memunculkan potensi spekulasi di pasar valas domestik. Hal ini disebabkan karakteristik DNDF yang bersifat netting dan mengakibatkan dana tersimpan di rekening Rupiah milik pihak asing berpotensi digunakan untuk membeli dolar AS, sehingga menimbulkan tekanan lebih besar, tidak hanya ke pasar spot namun juga di pasar DNDF. Memitigasi hal tersebut, ditetapkan bank berkewajiban melakukan monitoring paling kurang dua minggu sekali terhadap rekening vostro Rupiah yang dimiliki pihak asing agar jumlahnya tidak lebih kecil dari transaksi DNDF yang dilakukan, serta memastikan pihak asing dapat menyampaikan surat pernyataan pada bank untuk underlying transaksi berupa rekening Rupiah, maupun portofolio investasi, nilainya harus lebih besar atau sama dengan transaksi DNDF yang dilakukan.

DNDF masuk sebagai komponen perhitungan PDN

Selain perluasan underlying, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan lain terkait transaksi DNDF pada Maret 2020, yaitu ditetapkannya DNDF sebagai komponen perhitungan PDN berlaku sejak 20 Maret 2020. Latar belakang utama kebijakan ini adalah terbatasnya Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan di tengah tekanan pihak asing untuk melakukan pembelian valas kepada bank. Namun, di sisi lain kepemilikan bank atas instrumen DNDF tidak dapat men-set-off PDN bank, karena DNDF tidak dimasukkan sebagai komponen perhitungan PDN.

Secara market practice, transaksi NDF merupakan transaksi sejenis dengan transaksi forward, kecuali saat jatuh tempo tidak membutuhkan penyelesaian transaksi secara penuh (netting), dan diselesaikan dalam mata uang tertentu, biasanya dolar AS2. Sementara, posisi devisa neto atau net open position secara best practice merupakan alat mengukur risiko pasar sebagai akibat mengambil posisi tertentu dalam valuta asing, dan yang diperhitungkan adalah net posisi terbuka untuk setiap valuta asing yang timbul akibat net forward position (tagihan-kewajiban dari kontrak forward), termasuk currency futures3. Bank of Thailand juga menerapkan hal tersebut, di mana net forward position masuk dalam perhitungan posisi devisa neto. Atas dasar hal tersebut, apabila transaksi DNDF dimasukkan dalam PDN, maka itu tidak bertentangan dengan praktik pencatatan transaksi forward dan NDF di pasar keuangan internasional.

Kebijakan memasukkan DNDF sebagai komponen perhitungan PDN akan menurunkan rasio PDN perbankan yang semula umumnya memiliki posisi short (jual valas), ter-set-off dengan posisi long DNDF. Dengan menurunnya rasio PDN bank, maka bank kembali memiliki ruang untuk melayani nasabah dan mengurangi tekanan terhadap Rupiah. Di sisi lain, kebijakan ini juga diharapkan dapat membatasi keleluasaan bank dalam melakukan transaksi DNDF untuk keperluan spekulasi atau tujuan di luar hedging atau cover transaksi nasabah, sehingga membantu menahan tekanan terhadap nilai tukar. Kebijakan ini diakomodasi di dalam Frequently Asked Questions (FAQ) PBI No.20/10/2018 mengenai transaksi DNDF.

2 FedRes NY, May 20053 BIS, 2020

Page 100: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

86Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Kebijakan makroprudensial pada Triwulan I 2020 masih tetap akomodatif diikuti dengan upaya mitigasi dampak pandemi COVID–19 terhadap Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia. Kebijakan makroprudensial yang ditempuh bertujuan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian serta mengurangi tekanan pada indeks stabilitas sistem keuangan yang cenderung meningkat pada Triwulan I 2020

Dinamika makroekonomi dan Sistem Keuangan Indonesia pada triwulan laporan masih dipengaruhi oleh berlanjutnya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan risiko pandemi global. Kondisi tersebut juga diwarnai pesatnya perkembangan digitalisasi serta munculnya risiko yang belum diperkirakan sebelumnya (unknown risk). Namun demikian, Bank Indonesia memandang bahwa ke depan masih terbuka ruang untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan (SSK). Siklus kredit yang berada di bawah level optimum dan terdapatnya potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial akomodatif ini.

Kebijakan makroprudensial yang akomodatif ini dilakukan sebagai bagian dari bauran kebijakan, bersinergi dengan

kebijakan moneter yang akomodatif serta kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia juga melakukan koordinasi dengan otoritas terkait, baik dalam kerangka koordinasi kebijakan Makroprudensial dan Mikroprudensial, maupun dalam kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), terutama dalam upaya pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan. Seiring berlanjutnya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan risiko pandemi global yang muncul di sepanjang Tw I 2020, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) mengalami peningkatan disebabkan oleh tingginya volatilitas pasar keuangan, baik dari sisi peningkatan volatilitas nilai tukar dan IHSG, peningkatan yield obligasi pemerintah, maupun penurunan harga aset yang berpengaruh pada neraca perbankan.

Mencermati potensi risiko dari makin meluasnya penyebaran virus COVID-19, Bank Indonesia terus mengantisipasi dampaknya terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, kebijakan makroprudensial Bank Indonesia difokuskan pada upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dengan mengantisipasi potensi peningkatan risiko pada sektor keuangan yang terpengaruh dampak penyebaran COVID-19. Koordinasi dengan otoritas keuangan dan kementerian/lembaga terkait juga senantiasa ditingkatkan, baik dalam perumusan bauran kebijakan, maupun terkait mitigasi peningkatan risiko di sistem keuangan.

3.4.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial

Bank Indonesia sebagai otoritas makroprudensial memiliki kewenangan melakukan pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Kewenangan ini diperlukan untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan.

3.4.1.1. Pengaturan Makroprudensial

Fokus pengaturan bidang makroprudensial Bank Indonesia pada Triwulan I 2020 adalah menyusun pengaturan

1,93 (Maret )Maks. 2IKU 5 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK)

ISSK pada triwulan I 2020 terjaga di level Normal, dengan angka indeks di bawah threshold 2,00. Meskipun demikian, meningkatnya risiko dari makin meluasnya dampak penyebaran virus COVID-19 terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan memberikan tekanan yang signifikan dan perlu terus diantisipasi.

Indikator Kinerja Utama(IKU)

PencapaianTW I 2020Target

Bank Indonesia menempuh kebijakan makroprudensial yang terukur, terintegrasi dan bersinergi dengan kebijakan moneter yang akomodatif serta kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan. Kebijakan makroprudensial pada Triwulan I 2020 khususnya disusun sebagai langkah kebijakan Bank Indonesia dalam mendukung perekonomian menghadapi dampak COVID-19 serta tindak lanjut dari penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020. Hal ini didukung pula oleh koordinasi dengan otoritas terkait baik bilateral maupun dalam kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

3.4 Kebijakan Makroprudensial

Page 101: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

87Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

sebagai langkah kebijakan Bank Indonesia mendukung perekonomian dalam menghadapi dampak COVID-19 serta tindak lanjut dari penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 (Perppu No.1 Tahun 2020)23 Bank Indonesia menerbitkan sejumlah pengaturan di bidang makroprudensial, yang meliputi:

A. Pengaturan mengenai insentif bagi bank yang memberikan penyediaan dana untuk kegiatan ekonomi tertentu melalui penerbitan:

- Peraturan Bank Indonesia tentang Insentif bagi Bank yang Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan Ekonomi Tertentu guna Mendukung Penanganan Dampak Perekonomian Akibat Wabah Virus Corona24.

- Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) mengenai Insentif bagi Bank yang Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan Ekonomi Tertentu guna Mendukung Penanganan Dampak Perekonomian Akibat Wabah Virus Corona25.

B. Penyempurnaan pengaturan mengenai Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) melalui penerbitan PADG mengenai perubahan PADG tentang Rasio Intermediasi Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah26.

C. Penyempurnaan pengaturan mengenai Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) dan Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah (PLJPS) melalui penerbitan:

- PBI mengenai perubahan PBI Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional27.

- PBI mengenai perubahan PBI Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah28.

D. Pengaturan lainnya

- Pengaturan mengenai insentif bagi bank yang memberikan penyediaan dana untuk kegiatan ekonomi tertentu merupakan bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia. Hal ini memperhatikan penyebaran wabah virus Corona berpotensi mengganggu aktivitas produksi dalam negeri yang berimbas pada menurunnya siklus keuangan sehingga diperlukan dukungan penguatan fungsi intermediasi perbankan terhadap kegiatan ekonomi tertentu. Secara umum diatur bank yang memberikan penyediaan dana untuk kegiatan ekonomi tertentu mendapatkan insentif berupa kelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) dalam Rupiah yang wajib dipenuhi secara harian sebesar 0,5%. Cakupan kegiatan ekonomi tertentu adalah kegiatan ekspor, impor, UMKM, dan/atau sektor prioritas lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia dengan bentuk penyediaan dana meliputi:

1. kredit ekspor atau pembiayaan ekspor;

2. kredit impor yang bersifat produktif atau pembiayaan impor yang bersifat produktif;

3. Letter of Credit (L/C);

4. kredit UMKM atau pembiayaan UMKM; dan/atau

5. kredit atau pembiayaan lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia.

Kebijakan pemberian insentif tersebut berlaku dari 1 April 2020 sampai dengan 31 Desember 2020 dengan pemberian insentif pertama kali pada 16 April 2020. Kebijakan tersebut akan dievaluasi Bank Indonesia yang dalam penerapannya dapat berkoordinasi dengan pemerintah dan/atau otoritas terkait

- Penyempurnaan pengaturan mengenai RIM dan PLM juga merupakan bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia untuk memitigasi

23 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang “Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemik Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

24 Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/4/PBI/2020 tentang “Insentif bagi Bank yang Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan Ekonomi Tertentu guna Mendukung Penanganan Dampak Perekonomian Akibat Wabah Virus Corona”.

25 Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) Nomor 22/4/PADG/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/4/PBI/2020 tentang “Insentif bagi Bank yang Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan Ekonomi Tertentu guna Mendukung Penanganan Dampak Perekonomian Akibat Wabah Virus Corona”.

26 PADG Nomor 22/11/PADG/2020 tentang “Perubahan atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 21/22/PADG/2019 tentang Rasio Intermediasi Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah”

27 PBI Nomor 22/5/PBI/2020 tentang “Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/3/PBI/2017 tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional

28 PBI Nomor 22/6/PBI/2020 tentang “Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/4/PBI/2017 tentang Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah

Page 102: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

88Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

dampak risiko pandemi COVID-19 yang berpotensi mengganggu perekonomian domestik dan berimplikasi terhadap kondisi perbankan terutama terkait fungsi intermediasi perbankan dan kondisi likuiditas perbankan. Karena itu. dalam memitigasi dampak terhadap fungsi intermediasi perbankan dan memperkuat likuditas perbankan, secara umum diatur:

1. Penyesuaian terkait disinsentif bagi bank yang memiliki RIM atau RIM Syariah di luar target yang ditentukan melalui penetapan Parameter Disinsentif Bawah dan Parameter Disinsentif Atas menjadi sebesar 0 (nol), sehingga bank tidak dikenakan kewajiban Giro RIM dan Giro RIM Syariah. Kebijakan ini berlaku untuk jangka waktu satu tahun sejak 1 Mei 2020 sampai dengan 30 April 2021.

2. Penyesuaian PLM bagi bank umum konvensional (BUK) dari 4% menjadi 6% dari dana pihak ketiga (DPK) dalam rupiah dan penyesuaian PLM Syariah bagi bank umum syraiah (BUS) dari 4% menjadi 4,5% dari DPK dalam rupiah. Pada hari kerja pertama PADG berlaku maka kenaikan PLM dan PLM Syariah tersebut dipenuhi dari SBN (SUN dan/atau SBSN) yang dibeli di pasar perdana dengan cara private placement.

3. Guna memperkuat pengelolaan likuidtas perbankan, maka BUK dan BUS dapat merepokan seluruh surat berharga yang digunakan untuk pemenuhan PLM atau PLM Syariah ke Bank Indonesia.

Terkait PLM dan PLM Syariah, selain untuk penguatan likuiditas, adanya pengaturan untuk membeli SBN di pasar perdana dengan cara private placement merupakan bentuk dukungan Bank Indonesia dan Perbankan terhadap Pemerintah dalam memperkuat upaya pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi. Pengaturan mulai berlaku 1 Mei 2020 dan pada saatnya nanti dievaluasi dengan memperhatikan kondisi perekonomian domestik ke depan.

- Penyempurnaan pengaturan mengenai PLJP dan PLJPS merupakan salah satu tindak lanjut Bank Indonesia terkait penerbitan Perppu No.1 Tahun 2020 yang menegaskan kembali kewenangan Bank Indonesia untuk memberikan PLJP atau PLJPS. Mempertimbangkan pengaturan dalam Perppu No.1 Tahun 2020 dan kebutuhan penyesuaian lainnya, penyempurnaan ketentuan

PLJP dan PLJPS mengatur beberapa hal sebagai berikut:

1. Penyesuaian persyaratan bagi bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek untuk dapat memperoleh PLJP atau PLJPS sehingga selengkapnya menjadi:

a. mendapatkan penilaian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai pemenuhan persyaratan/kecukupan solvabilitas dan tingkat kesehatan untuk dapat memperoleh PLJP;

b. memiliki agunan berkualitas tinggi sebagai jaminan PLJP yang memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini; dan

c. diperkirakan mampu untuk mengembalikan PLJP.

Penyesuaian persyaratan dimaksud juga dituangkan dalam pasal yang mengatur koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK serta pasal yang mengatur penghentian pencairan PLJP sebelum jatuh waktu.

2. Penyesuaian terkait pengaturan agunan PLJP meliputi:

a. Salah satu persyaratan aset kredit dan/atau aset pembiayaan yaitu tidak pernah direkstrukturisasi diubah dari sebelumnya dalam waktu tiga tahun terakhir diubah menjadi dua tahun terakhir.

b. Menambahkan kondisi agunan PLJP yaitu Bank menjamin agunan PLJP sudah memenuhi seluruh persyaratan agunan PLJP.

c. Penyesuaian frekuensi penyampaian laporan daftar aset kredit dan/atau aset pembiayaan dari sebelumnya dilaporkan setiap enam bulan sekali menjadi setiap tiga bulan sekali untuk posisi akhir Maret, Juni, September, dan Desember. Ketentuan ini mulai berlaku sejak laporan untuk posisi akhir Juni 2020.

3. Penyesuaian dokumen permohonan PLJP meliputi:

a. Penyesuaian terkait surat pernyataan antara lain menambahkan pernyataan

Page 103: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

89Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Bank menjamin agunan PLJP sudah memenuhi seluruh persyaratan agunan PLJP.

b. Penambahan dokumen berupa surat pernyataan dari pemegang saham pengendali Bank (PSP) bahwa PSP menjamin pelunasan PLJP serta sanggup untuk menerbitkan jaminan pribadi (personal guarantee) dan/atau jaminan perusahaan (corporate guarantee) yang disertai daftar aset PSP.

Pengaturan berlaku pada 30 April 2020. Pengaturan lebih lanjut yang sifatnya lebih teknis dituangkan dalam peraturan pelaksanaan berupa PADG dan PADG Intern.

Sehubungan dengan Perppu No.1 Tahun 2020, maka yang terkait dengan pengaturan lainnya di bidang makroprudensial yang terkait adalah pengaturan mengenai Pinjaman Likuiditas Khusus (PLK). Saat ini konsep mengenai PLK sedang dibahas secara intensif baik di internal Bank Indonesia maupun antarotoritas di sistem keuangan meliputi Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dalam hal konsep PLK sudah dimatangkan maka tahap selanjutnya adalah menuangkan pengaturannya dalam ketentuan Bank Indonesia.

3.4.1.2 Pengawasan Makroprudensial

Pengawasan makroprudensial dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan. Melalui pengawasan makroprudensial Bank Indonesia melakukan surveilans terhadap sumber kerentanan dan volatilitas dalam sistem keuangan sehingga diharapkan mampu mendeteksi potensi tekanan yang berdampak pada sistem keuangan.

Pendekatan pengawasan menggunakan Dynamic Systemic Risk Surveillance (DSRS), yang bertujuan mengidentifikasi dan menilai eskalasi risiko sistemik yang terjadi pada sistem keuangan. Pendekatan tersebut dilakukan melalui kegiatan surveilans terhadap Bank Besar Sistemik dan bank lainnya berdasarkan indikator tertentu yang mencakup aspek makroprudensial, moneter serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah. Sampai Triwulan I 2020, hasil surveilans makroprudensial menunjukkan kondisi sistem keuangan secara umum masih terjaga, dengan ketahanan likuiditas dan permodalan perbankan yang memadai. Meski demikian fungsi intermediasi perbankan lebih

terbatas sejalan dengan perlambatan ekonomi global yang berdampak pada ekonomi domestik termasuk dampak dari pandemi COVID-19 yang menyebabkan meningkatnya ketidakpastian dan menurunnya kinerja pasar keuangan global dan berdampak pula pada menurunnya aktivitas perekonomian dalam negeri.

Guna memperkuat pengawasan secara off-site, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemeriksaan (on-site) yang bersifat tematik. Pemeriksaan tersebut bertujuan mendeteksi idiosyncratic risk pada bank yang berpotensi menimbulkan risiko sistemik pada sistem keuangan. Koordinasi dan sinergi antara Bank Indonesia dan OJK sebelum pemeriksaan dilakukan dalam Forum Koordinasi Makroprudensial dan Mikroprudensial agar kegiatan pemeriksaan dapat berjalan lebih efektif.

Pemeriksaan tematik yang dilakukan Bank Indonesia sesuai dengan program kerja yang disusun mencakup pemeriksaan tematik likuiditas, implementasi kebijakan Loan to Value (LTV) atau Financing to Value (FTV), dan pemeriksaan moneter. Pemeriksaan tematik likuiditas bertujuan menilai kondisi ketahanan likuiditas bank terhadap perubahan makroekonomi dan kemungkinan dampaknya terhadap bank lain (interconnectedness) dalam industri perbankan, meneliti transmisi kebijakan Bank Indonesia (seperti suku bunga kebijakan dan GWM) terhadap likuiditas perbankan, menilai penerapan manajemen risiko likuiditas bank dalam menghadapi perubahan ekstrim kondisi makroekonomi yang berpotensi menimbulkan risiko sistemik dan/atau contagion effect.

Pemeriksaan LTV/FTV bertujuan menilai respons bank terhadap kebijakan LTV/FTV, mengidentifikasi kendala dan faktor pendorong dalam penyaluran Kredit Properti, mengevaluasi implementasi kebijakan termasuk kepatuhan atas ketentuan Rasio LTV/FTV, serta menilai kecukupan infrastruktur (kebijakan, SOP, dan sistem informasi terkait penerapan LTV/FTV).

Selanjutnya, pemeriksaan moneter bertujuan meneliti pemenuhan underlying dokumen transaksi valuta asing terhadap Rupiah, meneliti implementasi ketentuan GWM Averaging, dan meneliti implementasi ketentuan kecukupan prosedur internal terkait Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar. Cakupan pemeriksaan moneter juga ditambahkan dengan pemeriksaan behaviour dan kepatuhan bank ACCD (Appointed cross currency dealer) guna meneliti permasalahan lambatnya pertumbuhan transaksi ACDD bank, mereview kecukupan infrastruktur bank dan kepatuhan transaksi, kepatuhan transaksi DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), serta Kepatuhan Utang Luar Negeri (ULN) yang bertujuan melakukan review kecukupan infrastruktur, meneliti kebenaran pelaporan

Page 104: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

90Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

batas maksimum ULN jangka pendek dan kesesuaian realisasi pencairan serta penggunaan ULN jangka panjang.

Pada Triwulan I 2020 dilaksanakan pemeriksaan terhadap empat bank. Dari hasil pemeriksaan sementara terhadap keempat bank dimaksud, disimpulkan antara lain transmisi kebijakan Bank Indonesia cukup efektif dalam menjaga likuiditas perbankan pada level yang memadai. Penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate, direspon bank dengan penyesuaian suku bunga kredit dan deposito meskipun terdapat lag waktu implementasi serta besaran penurunan yang berbeda untuk setiap bank. Selain itu kebijakan pelonggaran GWM dapat meningkatkan fleksibilitas bank dalam mengelola likuiditas. Sementara, dari hasil pemeriksaan penerapan FTV diketahui relaksasi ketentuan FTV menjadi faktor positif dalam mendorong penyaluran pembiayaan properti bank.

3.4.1.3 Kebijakan Makroprudensial untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Syariah

Bank Indonesia sebagai otoritas makroprudensial memiliki kewenangan melakukan pengaturan dan pengawasan makroprudensial, yang diperlukan untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan. Dalam menyikapi kondisi terkini, Bank Indonesia melakukan kegiatan penyusunan kebijakan dan ketentuan yang mencakup pula perbankan syariah, antara lain:

1) rasio intermediasi makroprudensial dan penyangga likuiditas makroprudensial bagi bank umum konvensional, bank umum syariah, dan unit usaha syariah;

2) front office perizinan terpadu Bank Indonesia.

3) PBI dan PADG mengenai insentif GWM yang mengatur pemberian insentif GWM pada bank yang memberikan pembiayaan pada sektor tertentu yang terdampak COVID-19. Terkait ini pada Triwulan I2020, Bank Indonesia melakukan beberapa kali pembahasan dengan DSN-MUI. Pada Maret 2020, draft PBI dan PADG dimaksud memasuki tahap legal review.

3.4.2 Penguatan Peran Makroprudensial untuk Mendorong Kredit(Peningkatan Akses Keuangan kepada UMKM)

Berdasarkan data pada aplikasi SI APIK, jumlah pengguna per Maret 2020 mengalami pertumbuhan 28% (yoy) dari

semula 10.619 pada Maret 2019 menjadi 13.579 pengguna. Hal ini dipengaruhi tingginya animo masyarakat, khususnya UMKM, dalam mengembangkan kapasitas usahanya serta meningkatnya awareness masyarakat terhadap akses keuangan.

Guna mendorong perluasan pemanfaatan SI APIK, Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi dan pendampingan terhadap UMKM, melalui sinergi dengan instansi/kementerian dan lembaga terkait. Adapun upaya yang akan dilaksanakan meliputi :

1) Pelatihan intensif bermetode bootcamp bagi Pegawai Bank Indonesia / Konsultan PUMKM untuk menjadi trainer bagi UMKM dalam hal operasional aplikasi SI APIK dan proses evaluasi pengisian maupun fungsi helpdesk.

2) Bersinergi dengan instansi/kementerian dan lembaga terkait dalam hal program edukasi dan sosialisasi.

3) Penguatan pendampingan pada UMKM binaan, mitra maupun binaan K/L di seluruh KPwDN.

4) Menjalin kemitraan dengan Pemerintah Daerah serta perbankan/Industri Keuangan Non Bank (IKNB) dalam hal program peningkatan akses keuangan.

5) Optimalisasi publikasi SI APIK pada masyarakat.

3.4.3 Sinergi dan Koordinasi dalam Memperkuat Ketahanan Sistem Keuangan

Dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi, Bank Indonesia senantiasa merajut sinergi intensif dengan otoritas terkait melalui beberapa forum koordinasi maupun program kerja sama:

3.4.3.1 Koordinasi Upaya Penjagaaan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan

Sejumlah forum koordinasi dan kerja sama yang dilakukan oleh Bank Indonesia, antara lain :

1. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)

Sebagai pelaksanaan dari amanat Undang-Undang No.9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK), Sekretariat KSSK menyelenggarakan Rapat Berkala KSSK pada 22 Januari 2020 dalam koordinasi pemantauan dan pemeliharaan SSK. Berdasarkan hasil pemantauan terhadap perkembangan perekonomian, moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan,

Page 105: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

91Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

dan penjaminan simpanan, KSSK menegaskan SSK nasional hingga Triwulan IV 2019 masih terkendali di tengah ketidakpastian global yang menurun serta sorotan masyarakat terhadap permasalahan pada beberapa lembaga jasa keuangan di tanah air.

Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan. Kebijakan moneter akomodatif tetap dipertahankan, konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 3±1% pada 2020. Sejak Juli 2019, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate (B17DRR) sebanyak empat kali sebesar 100 bps. Bank Indonesia juga memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif di tengah stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Hal ini dilakukan melalui (i) pelonggaran pengaturan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)/RIM Syariah; dan (ii) mendorong permintaan kredit pelaku usaha melalui pelonggaran ketentuan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV), termasuk tambahan keringanan rasio LTV/FTV untuk kredit/pembiayaan properti dan uang muka Kredit Kendaraan Bermotor yang berwawasan lingkungan. Selain itu, kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan juga diperkuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Ke depan, koordinasi kebijakan diarahkan untuk mempertahankan SSK agar tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Selain itu, sinergi kebijakan diarahkan guna memperkuat ketahanan eksternal, melalui berbagai upaya meningkatkan ekspor barang dan jasa dan menarik aliran modal asing, termasuk penanaman modal.

Selanjutnya, pada 11 Mei 2020 dilakukan konferensi KSSK secara daring membahas asesmen kondisi stabilitas sistem keuangan Triwulan I2020. Momentum perbaikan perekonomian yang mulai terlihat pada awal 2020 berubah arah karena pandemi global COVID-19. Sebagai dampak dari upaya pencegahan penyebaran COVID-19, dilakukan langkah-langkah ekstrim membatasi interaksi antarmanusia. Berbagai langkah ini menyebabkan aktivitas ekonomi menurun drastis. Aktivitas ekonomi terganggu dari dua sisi sekaligus, baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran. Ketika kondisi ini berlanjut, maka rambatan dampaknya juga berpotensi mengakibatkan gangguan stabilitas sistem keuangan.

Asesmen yang disampaikan lembaga anggota KSSK, baik dari sisi makroekonomi dan moneter, sektor keuangan, maupun fiskal, masih menunjukkan

adanya risiko yang sangat tinggi mengingat penyebaran COVID-19 masih eskalatif baik global maupun domestik. Keberhasilan langkah penanganan masalah COVID-19 sangat mempengaruhi berbagai risiko rambatan dampaknya ke perekonomian dan sektor keuangan. Perppu No. 1 Tahun 2020 yang diterbitkan Pemerintah memberikan perluasan kewenangan KSSK untuk merespons kondisi yang dinamis ini, memperkuat kewenangan Bank Indonesia, termasuk agar Bank Indonesia dapat membeli SBN jangka panjang di pasar perdana guna mendukung penanganan COVID-19, memperkuat kewenangan OJK dan LPS untuk mencegah risiko yang membahayakan stabilitas sistem keuangan serta perlindungan nasabah perbankan. Perppu 1/2020 juga memperkuat kewenangan Pemerintah dalam menangani permasalahan perbankan dan stabilitas sistem keuangan akibat dampak COVID-19.

Merespons kondisi yang dinamis di kuartal pertama tersebut, berbagai bauran kebijakan baik melalui kebijakan moneter, stimulus fiskal, maupun relaksasi di sektor jasa keuangan sudah dikeluarkan lembaga anggota KSSK untuk memoderasi perlambatan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan sembari berusaha memitigasi berbagai risiko yang dapat timbul, karena waktu dan kedalaman perlambatan ekonomi ini tidak dapat diestimasi secara tepat dan sangat bergantung pada penyebaran wabah COVID-19.

Keberhasilan langkah penanganan masalah COVID-19 menjadi faktor penentu yang sangat mempengaruhi berbagai risiko rambatan dampaknya ke perekonomian dan sektor keuangan. Konsistensi dan kerja sama seluruh komponen bangsa menjadi faktor penting keberhasilan penanganan krisis kesehatan ini. KSSK terus melakukan koordinasi dan langkah-langkah yang ekstensif dan sinergis di bidang ekonomi dan sektor keuangan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19. KSSK juga tetap mewaspadai potensi risiko yang berasal dari dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian domestik dengan meningkatkan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan pemulihan ekonomi nasional.

KSSK akan menyelenggarakan rapat berkala kembali pada Juli 2020.

Page 106: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

92Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

2. Kooordinasi dan Sinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan

Bank Indonesia berupaya memperkuat ketahanan sistem keuangan melalui sinergi kooordinasi dan kerja sama dengan OJK dan LPS. Guna mendukung tugas, fungsi, dan wewenang masing-masing otoritas, koordinasi dan kerja sama tersebut dilaksanakan melalui fungsi Anggota Dewan Gubernur (ADG) Bank Indonesia yang ditugaskan di OJK dan LPS. Koordinasi dengan OJK dan LPS juga ditempuh melalui pertemuan Level Teknis hingga Level Pimpinan antara ADG Bank Indonesia dan Anggota Dewan Komisioner (ADK) OJK maupun ADK LPS.

a) Koordinasi Makroprudensial – Mikroprudensial antara Bank Indonesia dan OJK

Koordinasi dan kerja sama dengan OJK periode Triwulan I 2020 didasarkan pada Keputusan Bersama (KB) antara Bank Indonesia dan OJK tanggal 18 Oktober 201329 sebagaimana diubah melalui KB 27 April 201813, dilaksanakan dengan baik. Sinergi antara Bank Indonesia dan OJK periode ini difokuskan pada harmonisasi kebijakan makroprudensial – mikroprudensial, pertukaran data dan/atau informasi, kerja sama pemanfaatan aset, penguatan kerja sama pengawasan dan pemeriksaan sistem keuangan, serta intensitas koordinasi pertukaran informasi dan sistem pelaporan Bank Indonesia - OJK melalui Forum Koordinasi Pertukaran Informasi dan Sistem Pelaporan Lembaga Jasa Keuangan (FKPISP).

Pada Triwulan I 2020, harmonisasi kebijakan antara Bank Indonesia dan OJK mencakup topik khusus, antara lain pengkajian ulang metodologi penetapan/pemutakhiran Bank Sistemik, simulasi krisis, Working Group (WG) Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025, perizinan perbankan, kebijakan UMKM dan perpanjangan Term Repo. Koordinasi Bank Indonesia dan OJK juga dilakukan untuk harmonisasi rencana penyempurnaan ketentuan baik dari sisi Bank Indonesia maupun OJK pada triwulan laporan

29 Keputusan Bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan No. tentang Kerjasama dan Koordinasi Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

30 Keputusan Bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

No. tentang Perubahan Atas Keputusan Bersama

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan No. Tentang Kerjasama dan Koordinasi Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

31 Nota Kesepahaman Antara Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan No. tentang Koordinasi dan Kerja Sama Dalam Rangka Pelaksanaan Fungsi, Tugas, dan Wewenang Bank Indonesia dengan Lembaga Penjamin

Simpanan. NK ini menggantikan NK BI LPS No. tentang Koordinasi dan Kerjasama Dalam Rangka Pelaksanaan Fungsi, Tugas dan Wewenang Bank Indonesia dengan Lembaga Penjamin Simpanan.

32 PBI No. 20/15/PBI/2018 tanggal 21 Desember 2018 tentang Hubungan Operasional antara Bank Perantara dengan Bank Indonesia.

antara lain rancangan peraturan OJK (RPOJK) terkait Konsolidasi Bank Umum, Rancangan Peraturan Bank Indonesia (RPBI) dan Rancangan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (RPADG) tentang Insentif Ekspor Impor, serta RPBI tentang Perlindungan Konsumen.

Sebagai otoritas sistem pembayaran, Bank Indonesia berkoordinasi dengan OJK dalam melakukan percepatan digitalisasi sistem pembayaran Bank Indonesia yang salah satunya diwujudkan melalui standar Open Application Programming Interface (Open API) bagi transaksi pembayaran, koordinasi dalam hal Perjanjian Kliring Surat Berharga Negara, serta koordinasi terkait perizinan BPR/S yang menyelenggarakan Layanan ATM tanpa kartu.

Guna mendukung kelancaran tugas, fungsi, dan wewenang, Bank Indonesia dan OJK terus bekerja sama dalam pertukaran data dan/atau informasi baik secara rutin maupun insidentil. Pertukaran data antara lain mencakup data perbankan terkait likuiditas perbankan, data GWM dan data Perusahaan Pembiayaan. Selain itu, Bank Indonesia dan OJK juga berkoordinasi dalam pengawasan dan pemeriksaan bank antara lain melalui pelaksanaan evaluasi pemeriksaan bank yang dilakukan di Semester II - 2019 dan koordinasi pemeriksaan bank di Semester I 2020.

b) Koordinasi Bilateral antara Bank Indonesia dan LPS

Koordinasi dan kerja sama Bank Indonesia dan LPS dilaksanakan sesuai Nota Kesepahaman (NK) yang ditandatangani GBI dan Ketua DK LPS pada 27 Desember 2019 dan menggantikan NK sebelumnya 31. Selama Triwulan I 2020, koordinasi dan kerja sama Bank Indonesia dan LPS difokuskan pada finalisasi Petunjuk pelaksanaan (Juklak) Bank Perantara sebagai tindak lanjut dari ketentuan Bank Indonesia mengenai hubungan operasional antara bank perantara dan Bank Indonesia32. Juklak ini nantinya akan dijadikan

Page 107: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

93Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

pedoman implementasi bagi Bank Indonesia dan LPS ketika Bank Perantara dipilih sebagai opsi resolusi bank. Koordinasi ini merupakan hal yang kritikal bagi Bank Indonesia untuk memastikan mekanisme pendirian bank perantara terutama proses pengalihan persetujuan dan/atau izin SPBI, Operasi Moneter (OM), dan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) oleh Bank Indonesia kepada bank perantara dapat berjalan lancar.

Pertukaran data dan/atau informasi antara Bank Indonesia dan LPS secara rutin dilakukan kedua lembaga antara lain mencakup data portofolio SBN yang dimiliki LPS dan data special rate perbankan pada nasabah yang dimiliki LPS. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia secara aktif mendukung kebutuhan data dan/atau informasi LPS sebagai otoritas resolusi berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK).

c) Koordinasi Tripartit antara Bank Indonesia, OJK, dan LPS

Bank Indonesia memperluas cakupan koordinasi dan kerja sama dengan tiga lembaga bersama OJK dan LPS yang bertujuan untuk memperkuat pelaksanaan tugas dan wewenang masing - masing lembaga. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama pada Triwulan I 2020 antara lain kegiatan Joint research sebagai bentuk komitmen tiga otoritas untuk merumuskan kebijakan berdasarkan riset dan menerbitkan Monograf Riset Stabilitas Sistem Keuangan pada akhir Maret 2020. Selain itu, kebersamaan tiga lembaga juga ditunjukkan dengan diluncurkannya Integrasi Pelaporan, yang akan diimplementasikan secara penuh pada akhir 2020. Koordinasi selama triwulan laporan adalah pelaksanaan monitoring pertukaran data dalam sistem pelaporan OJK (APOLO), sistem pelaporan Bank Indonesia (ANTASENA), serta pertukaran data dan/atau informasi integrasi pelaporan lainnya sesuai mekanisme Juklak Forum Integrasi Pelaporan dan Juklak Pemanfaatan Data Terintegrasi

Ke depan, Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dan otoritas lain dalam mendorong penguatan pencegahan dan penanganan krisis keuangan, pendalaman pasar keuangan, serta pengembangan sistem

pembayaran. Selain itu, harmonisasi kebijakan akan terus ditempuh Bank Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan kondisi ekonomi global dan arus digitalisasi.

3.4.2.2 Sinergi dan Koordinasi Pengembangan UMKM Dalam Memperkuat Ketahanan Sistem Keuangan

(Strategi Nasional Pengembangan UMKM untuk Mendorong Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif)

Dengan strategisnya peran UMKM terhadap perekonomian nasional (ditunjukkan dengan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 60,34%, terhadap total tenaga kerja sebesar 97%, dan terhadap ekspor sebesar 14,17%), menjadikan banyak pihak dan instansi, memiliki perhatian pada UMKM yang diwujudkan melalui kebijakan dan program pengembangan UMKM di Indonesia.

Terkait itu, diperlukan suatu Strategi Nasional (Stranas) pengembangan UMKM agar kebijakan dan program yang dilaksanakan lebih tepat sasaran serta berdampak signifikan dalam meningkatkan peran UMKM pada perekonomian. Selanjutnya dalam implementasi Stranas dimaksud, perlu adanya penguatan sinergi dan kerjasama antar instansi yang terlibat.

Dengan adanya Stranas ini, pengembangan UMKM dilaksanakan secara targeted mencakup 64,2 juta pelaku UMKM yang terdiri dari usaha skala subsistence, mikro, kecil, dan menengah dengan mengacu pada tiga pilar kebijakan, yaitu Korporatisasi, Kapasitas, dan Pembiayaan (KKP). Dalam implementasinya, dibutuhkan strategic actions yang tepat, yaitu (1) sinergi kebijakan nasional, pusat, dan daerah; (2) prioritisasi sektor-sektor; dan (3) model bisnis terintegrasi.

Implementasi Stranas ini tentunya diselaraskan dengan kebijakan, strategi, dan program-program dari Kementerian/Lembaga terkait. Selain itu, stakeholders terkait seperti industri jasa keuangan, investor, lembaga filantropi, akademisi, perusahaan, asosiasi, komunitas, dan platform digital diharapkan memberikan dukungan dan komitmen dalam implementasi Stranas agar semakin mendorong terciptanya UMKM yang berdaya saing dan naik kelas.

Secara khusus, dukungan Bank Indonesia terhadap pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan UMKM diselaraskan dengan mandat Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah melalui bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem

Page 108: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

94Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

pembayaran. Sejalan dengan mandat tersebut, program pengembangan UMKM yang dilakukan mengacu pada tiga pilar kebijakan dalam stranas, yaitu:

1) Dalam upaya korporatisasi, Bank Indonesia melakukan pengembangan UMKM berbasis klaster untuk komoditas volatile food serta UMKM berorientasi ekspor dan pariwisata dengan menggunakan pendekatan Local Economic Development (LED). Pengembangan klaster didorong agar UMKM dapat naik kelas antara lain melalui pemanfaatan inovasi digital.

2) Dalam upaya peningkatan kapasitas UMKM, Bank Indonesia saat ini memiliki 898 UMKM binaan dan mitra yang mengikuti berbagai program seperti edukasi dan pelatihan, peningkatan nilai tambah produk bekerjasama dengan tenaga yang ahli seperti desainer, on boarding UMKM dan fasilitasi akses pasar melalui event nasional maupun internasional.

3) Dalam upaya meningkatkan akses keuangan UMKM terhadap pembiayaan, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan penyaluran kredit/pembiayaan kepada UMKM, fasilitasi pemanfaatan instrumen dan infrastruktur keuangan pendukung (seperti SRG dan credit rating), pengembangan program capacity building untuk UMKM dan lembaga keuangan serta pengembangan Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan UMKM (SI APIK).

Sebagai langkah awal tindak lanjut Stranas dimaksud, dilakukan penguatan sinergi dan kerjasama melalui penandatangan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Kementerian Koperasi dan UKM pada Triwulan I 2020 sebagai instansi yang memiliki concern utama terkait pengembangan UMKM di Indonesia.

3.5 Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah

Indikator Kinerja Utama (IKU) TargetPencapaianTriwulan

IV 2019

Ketersediaan layanan jasa RTGS, SSSS, ETP, & SKNBI a. max. 1x insiden/ smt/app

b. Availability min. 99,97%

a. 0 x

b. 100%

Selama periode Triwulan I-2020, tingkat persentase ketersediaan layanan jasa sistem pembayaran Financial Market Infrastructure (FMI) & Sistem Pembayaran yang diselenggarakan BI (RTGS, SSSS, BI-ETP, SKNBI) menunjukan tingkat kehandalan yang baik dengan pencapaian sebesar 100%. Selain itu pada periode yang sama tidak terdapat downtime pada sistem pembayaran Bank Indonesia.

Rasio akseptasi nontunai Min. 40 transaksi/pdd dewasa/tahun 7,39 transaksi/pdd dewasa/

tahun

Peningkatan penggunaan sistem pembayaran non tunai sampai triwulan I-2020 telah mencapai 7,39 transaksi/penduduk dewasa/tahun dari target sebesar 40 transaksi/penduduk dewasa/tahun. Pencapaian ini menunjukkan kinerja baik Bank Indonesia dalam meningkatkan gairah masyarakat untuk memanfaatkan instrumen pembayaran non tunai.

Standar kelayakan uang Rupiah di NKRI termasuk 3 T (Terluar, Terdepan, Terpencil)

Uang Pecahan Besar: 8 N.A

Uang Pecahan Kecil: 6

Penilaian terhadap standar kelayakan uang rupiah di seluruh wilayah NKRI dilaksanakan semesteran.

Bank Indonesia secara konsisten memperkuat kebijakan sistem pembayaran guna mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya pengembangan ekonomi dan keuangan digital, dengan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan guna menjaga dan meningkatkan kelancaran, keamanan, keandalan, dan efisiensi sistem pembayaran. Terkait pengedaran uang Rupiah, Kebijakan Bank Indonesia diarahkan pada tiga pilar, yaitu (i) ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya, (ii) sistem distribusi uang yang efisien dan layanan kas prima, serta (iii) infrastruktur pengelolaan uang Rupiah yang memadai berbasis teknologi.

Page 109: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

95Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

3.5.1 Kebijakan Sistem Pembayaran

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia secara konsisten memperkuat kebijakan sistem pembayaran guna mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya pengembangan ekonomi dan keuangan digital, dengan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan melalui pengendalian risiko yang dilakukan secara berhati-hati. Penguatan dan pengembangan infrastruktur sistem pembayaran, baik nilai besar maupun ritel, dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan kelancaran, keamanan, keandalan, dan efisiensi sistem pembayaran.

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia mengambil langkah-langkah kebijakan:

a. Memperkuat Kebijakan Sistem Pembayaranuntuk Mendukung Upaya Mitigasi PenyebaranCOVID-19, melalui ketersediaan uang layak edar yang higienis dan mengimbau masyarakat agar menggunakan transaksi pembayaran nontunai, mendorong penggunaan pembayaran nontunai dengan menurunkan biaya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, serta mendukung penyaluran nontunai program-program Pemerintah. Beberapa program yang dilaksanakan yaitu:

1) Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalamMenghadapi Perkembangan PandemiCOVID-19 diIndonesia 

Dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran dan untuk memastikan tugas dan layanan publik Bank Indonesia tetap berjalan normal, Bank Indonesia melaksanakan split operation33 terhadap pegawai yang mengoperasikan Sistem Pembayaran dan dan Financial Market Infrastructures Bank Indonesia (SP dan FMI BI). SP dan FMI BI terdiri atas Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), Bank Indonesia-Electronic Trading Platform (BI-ETP), dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang merupakan infrastruktur kritikal dalam pasar keuangan di Indonesia. Split operation dilakukan sejak 16 Maret 2020. Dengan split operation, kegiatan operasional dilaksanakan di Lokasi Kerja Utama (LKU) di Komplek Perkantoran Bank Indonesia (KOPERBI) dan Lokasi Kerja Alternatif (LKA). Selain itu, Bank

Indonesia juga melakukan pengaturan pegawai yang Work From Home (WFH).

2) PenurunanBiayaSKNBI

Sebagai bentuk upaya mendukung Pemerintah mencegah penyebaran COVID-19, diperlukan langkah yang mendorong penggunaan sarana nontunai masyarakat dalam melakukan transaksi. Langkah ini diperlukan agar penggunaan uang tunai, baik uang kertas maupun uang logam, dapat berkurang. Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dengan menurunkan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI yang dikenakan bank pada nasabah. Penyesuaian biaya untuk nasabah dari maksimal Rp3.500,- menjadi Rp2.900,-. Selain itu, Bank Indonesia juga menurunkan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI yang dibebankan Bank Indonesia pada bank dari Rp600,- menjadi Rp1,-. Penurunan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI berlaku mulai 1 April sampai 31 Desember 2020.

Kebijakan penurunan biaya Layanan Transfer Dana SKNBI diumumkan pada masyarakat luas melalui bank maupun pemberitaan media massa. Dengan penurunan biaya ini, masyarakat dapat lebih murah dalam menggunakan Layanan Transfer Dana SKNBI, sehingga tidak terbebani biaya transfer. Selain itu, melalui pembayaran secara nontunai, masyarakat dapat melaksanakan protokol COVID-19 berupa physical distancing untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Selain itu, sesuai visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025, pemberlakuan kebijakan penurunan biaya SKNBI diharapkan mendorong program elektronifikasi transaksi pembayaran serta mengubah perilaku masyarakat menjadi gemar bertransaksi nontunai.

3) PenyesuaianJadwalKegiatanOperasionalBI-RTGS,BI-SSSS,BI-ETP,danSKNBI

Bank Indonesia bersama otoritas terkait dan industri berkomitmen menjaga kelancaran layanan sistem pembayaran dan transaksi keuangan untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi dengan tetap memerhatikan aspek kemanusiaan dan kesehatan masyarakat. Dalam mendukung upaya penanggulangan COVID-19, Bank Indonesia melakukan penyesuaian jadwal operasional SP dan FMI BI meliputi sistem BI-RTGS, BI-SSSS, BI-ETP, dan SKNBI. Penyesuaian jadwal operasional SP dan FMI BI berlaku sejak

33 Pembagian tim operasional dengan SDM yang berbeda dan tidak saling bertemu saat melakukan operasional secara bersamaan

Page 110: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

96Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

30 Maret sampai dengan 29 Mei 2020 atau sampai berakhirnya masa tanggap darurat yang ditetapkan Pemerintah.

b. ImplementasiQuickResponseIndonesianStandard(QRIS)danPekanQRISNasional(PQN)2020

Dalam mewujudkan pencapaian visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025, diperlukan dukungan inovasi bagi pengembangan ekonomi dan keuangan digital. Terkait ini, Bank telah meluncurkan Quick Response Indonesian Standard (QRIS) pada 17 Agustus 2019, sebagai suatu standar nasional QR code pembayaran yang memfasilitasi transaksi pembayaran di Indonesia.

Sampai akhir Triwulan I 2020 telah dilakukan 509 kegiatan sosialisasi di seluruh kantor perwakilan Bank Indonesia dan QRIS telah diimplementasikan pada 34 provinsi serta 472 kabupaten/kotamadya. Bank Indonesia memfasilitasi implementasi QRIS di 123 pasar tradisional, 372 universitas, 379 tempat ibadah, dan 928 tematik lainnya (merchant kedaerahan, retribusi daerah, dan tempat wisata). Dalam mengimplementasikan QRIS, penyelenggara wajib mendaftarkan merchant QRIS ke National Merchant Repository (NMR) untuk memperoleh National Merchant Identification (NMID). Hingga Triwulan I 2020, tercatat 3.102.226 merchant QRIS terdaftar di NMR, 86,9% diantaranya merupakan merchant mikro dan kecil. Selain itu, 35 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) memperoleh persetujuan Penyelenggaraan Kegiatan Pemrosesan Transaksi Menggunakan QRIS.

Bank Indonesia terus mendorong jajarannya untuk mengomunikasikan QRIS baik pada merchant maupun konsumen. Guna mendukung hal tersebut, Bank Indonesia menyelenggarakan Pekan QRIS Nasional (PQN) 2020 di 46 Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) secara serempak pada 9 - 15 Maret 2020 ditutup dengan puncak acara PQN di 41 KPwDN dengan memerhatikan mitigasi risiko COVID-19 melalui scale down kegiatan dengan penerapan protokol nasional terkait COVID-19 secara penuh. Sedangkan puncak acara PQN 2020 di lima KPwDN (KPwDN DKI Jakarta, KPwDN Jawa Barat, KPwDN Solo, KPwDN Bali dan KKPwDN Sulawesi Selatan) ditunda atau dijadwalkan ulang.

Mengusung tagline “Ayo Pake QRIS!”, PQN 2020 bertujuan memperluas implementasi QRIS sebagai standar kode QR pembayaran di Indonesia serta sebagai salah satu cara untuk melakukan edukasi

masif pada masyarakat. Kegiatan ini berfokus pada dua pengguna utama QRIS yaitu merchant dan konsumen. Kegiatan Merchant Focus dilakukan di beberapa lokasi dan meliputi beberapa segmen yaitu kegiatan yang menampilkan keunikan daerah, di Agen Layanan Keuangan Digital (LKD), Pasar tradisional, komunitas milenial, rumah ibadah, lingkungan Kantor PEMDA dan kegiatan lainnya. Melalui kegiatan ini, diharapkan sasaran utama QRIS yaitu pelaku UMKM dan pedagang pasar serta masyarakat luas mendapatkan pemahaman mengenai manfaat penggunaan QRIS.

Kegiatan PQN 2020 juga mendapatkan dukungan dari stakeholder antara lain Kepala Daerah dan Anggota DPR. Pertumbuhan jumlah merchant selama Pekan QRIS cukup pesat dengan adanya penambahan 129.199 merchant menjadi 2.928.636 merchant.

c. Progress PersiapanBank IndonesiaMenghadapiMutual Evaluation (ME) Financial Action TaskForce (FATF)2019-2020

Bank Indonesia berkomitmen mendukung Pemerintah dalam persiapan Mutual Evaluation pemenuhan persyaratan keanggotaan FATF, melalui perannya sebagai otoritas sistem pembayaran. ME FATF merupakan rangkaian proses penilaian secara berkala terhadap negara FATF dan FATF’s Style Regional Bodies seperti Asia Pacific Group on Money Laundering (APG) untuk menilai kecukupan dan keberlakuan perangkat hukum serta keberadaan lembaga yang mendukung penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) dalam memenuhi 40 rekomendasi FATF (technical compliance), serta menilai keefektifan penerapan sistem APU PPT di suatu negara (immediate outcome).

Sehubungan dengan meluasnya pandemi COVID-19, maka on-site visit ME FATF yang pada awalnya dijadwalkan dilaksanakan pada 5 – 20 Maret 2020 di Jakarta, ditunda menjadi bulan November 2020. Seiring dengan penundaan agenda on-site visit ME FATF, maka agenda tahapan ME FATF lainnya juga ditunda, yaitu:

1) Face-to-Face Meeting, yang dijadwalkan di Paris pada bulan Agustus 2020;

2) Plenary Meeting, yang dijadwalkan di Paris pada bulan Oktober 2020.

Hingga saat ini FATF Secretariat belum menyampaikan pengumuman penjadwalan kembali atas agenda tersebut.

Page 111: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

97Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Pemerintah dalam rangka Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi Digital”, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bank Indonesia, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika bersepakat menandatangani Nota Kesepahaman (NK) ETP. Penandatanganan dilaksanakan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 13 Februari 2020, yang dirangkaikan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Kelompok Kerja Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD).

Nota Kesepahaman ETP bertujuan mendorong transformasi digital di daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui percepatan dan perluasan ETP pada khususnya dan transaksi pembayaran ritel di masyarakat pada umumnya. Maksud dari NK ETP adalah:

1) penguatan koordinasi dan harmonisasi kebijakan antara para pihak dalam mempercepat dan memperluas kegiatan ETP;

2) pembentukan Pokjanas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (Pokjanas P2DD), sebagai forum koordinasi dan harmonisasi kebijakan di tingkat pusat mendorong inovasi, mempercepat dan memperluas pelaksanaan ETP, serta mendorong integrasi ekonomi dan keuangan digital dalam upaya mewujudkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan tata kelola keuangan yang terintegrasi;

3) sebagai pedoman pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Pemerintah Daerah melalui penerbitan surat keputusan kepala daerah;

4) sebagai pedoman penerbitan peraturan, termasuk Kepala Daerah, dalam percepatan dan perluasan ETP; dan

5) sebagai dasar pelaksanaan percepatan dan perluasan ETP sebelum diterbitkannya peraturan atau ketentuan yang mengatur mengenai ETP.

Penandatanganan NK dan PKS ditindaklanjuti dengan pembentukan Pokjanas P2DD sebagai forum koordinasi dan harmonisasi kebijakan di tingkat pusat dalam implementasi ETP. Rapat Koordinasi Perdana Pokjanas P2DD diselenggarakan di Solo pada 19-22 Februari 2020 diikuti Kementerian terkait membahas program kerja, sosialisasi NK dan PKS serta focus

Sehubungan dengan kegiatan on-site visit mendatang, Tim Asesor ME FATF 2020 memilih sampel Penyelenggara di bawah kewenangan Bank Indonesia untuk mengikuti interview dalam on-site visit, yang terdiri atas KUPVA Bukan Bank, PTD Bukan Bank, serta Penyelenggara Uang Elektronik dan Dompet Elektronik Selain Bank.

Tindak lanjut yang dilaksanakan Bank Indonesia terkait penundaan on-site visit ME FATF adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Pedoman Penerapan Electronic Know Your Customer (e-KYC) bagi PJSP SB dan KUPVA BB.

2) Mengkinikan asesmen kebijakan dan ketentuan Bank Indonesia terhadap FATF 40 Recommendation (Technical Compliance).

3) Mengkinikan asesmen keefektifan implementasi APU PPT (Immediate Outcome), baik di lingkungan Bank Indonesia maupun di lingkungan PJSP SB dan KUPVA BB.

4) Menyusun Handbook bagi Spokesperson yang mewakili Bank Indonesia pada on-site visit mendatang, berikut usulan posisi (stance) Bank Indonesia terhadap evaluation view dari FATF.

5) Menyusun Strategi Nasional (Stranas) APU PPT tahun 2020 – 2024 untuk porsi Bank Indonesia dan penyelenggara di bawah kewenangan Bank Indonesia, yaitu PJSP SB dan KUPVA BB. Target penyusunan Stranas APU PPT ditentukan Komite TPPU. Sebagai langkah awal, diselenggarakan rapat koordinasi tim teknis secara virtual antar Kementerian/Lembaga yang dipimpin PPATK.

6) Melakukan pendampingan (coaching clinic) secara virtual pada penyelenggara yang ditetapkan FATF menjadi sampel on-site visit.

7) Melanjutkan kerja sama international terkait APU PPT dengan bank sentral lain, berikut implementasinya.

d. Penandatanganan Nota Kesepahaman Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah

Dalam mendukung pencapaian program sinergi elektronifikasi, khususnya terkait Elektronifikasi Transaksi Pemda (ETP), yang disepakati dalam Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) pada 28 Mei 2019 dengan tema “Inovasi dan Perluasan Elektronifikasi Transaksi

Page 112: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

98Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

group discussion dengan instansi terkait mengenai implementasi ETP. Pada tingkat daerah, koordinasi diwadahi dalam TP2DD yang dibentuk Pemda, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat. Selain itu, sosialisasi NK dan PKS dilakukan pada seluruh KPwDN khususnya mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti antara lain pembentukan TP2DD. Selanjutnya, saat ini sedang dilakukan penyusunan Rancangan Keputusan Presiden Republik (Keppres) Indonesia tentang Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah. Keppres ini menjadi dasar hukum implementasi ETP.

e. Perluasan Elektronifikasi Transaksi di Lingkungan Pemerintah Daerah

Guna mewujudkan tata kelola keuangan yang lebih baik dan meningkatkan potensi pendapatan daerah, Bank Indonesia terus mendorong perluasan transaksi keuangan secara elektronik di lingkungan Pemerintah Daerah sesuai kondisi masing-masing daerah.

Pada Triwulan I 2020, implementasi transaksi keuangan secara elektronik dilakukan di tingkat Pemprov, Pemkot dan Pemkab. Seluruh Provinsi, 93 Kota dan 415 Kabupaten sudah memiliki sistem informasi dan keuangan yang mendukung transaksi nontunai serta menontunaikan belanja langsung dan tidak langsung. Sebagian Pemda memasukkan E-Commerce dan QRIS sebagai salah satu kanal pembayaran. Dalam mendukung pelaksanaan elektronifikasi transaksi, mayoritas Pemda juga sudah memiliki regulasi pendukung.

f. Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dan Sembako

Bantuan sosial nontunai disalurkan Pemerintah pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan menggunakan instrumen Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang didalamnya terintegrasi bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako. Pengembangan Program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) menjadi Program Sembako dilakukan pada 2020. Pengembangan tersebut meliputi penambahan dana bantuan dari Rp110.000/KPM/bulan menjadi Rp150.000/KPM/bulan dan penambahan jenis komoditas yang dapat dibeli KPM (tidak terbatas pada beras dan telur saja namun bahan pangan tertentu lainnya yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral). Pada 2020, PKH ditargetkan dapat disalurkan untuk 10 juta KPM di 514 Kabupaten/Kota sedangkan Program Sembako

ditargetkan untuk 15,2 juta KPM di 514 Kabupaten/Kota.

Pada Triwulan I 2020, terjadi pandemi COVID-19 sehingga sesuai arahan Pemerintah dilakukan perluasan bantuan sosial nontunai untuk membantu masyarakat miskin dalam menanggulangi bencana tersebut. Perluasan bantuan sosial nontunai meliputi peningkatan anggaran, peningkatan dana bantuan, percepatan penggenapan target KPM, dan peningkatan jumlah KPM Program Sembako sebanyak 4,8 juta KPM. Bantuan mulai disalurkan pada April 2020 sampai Desember 2020. Dalam upaya penyaluran bantuan sosial nontunai di masa bencana nasional pandemi COVID-19, dilakukan koordinasi dengan K/L terkait untuk menjaga kelancaran penyaluran bantuan dan sosialisasi kepada KPM, masyarakat dan stakeholder.

g. Program Perluasan Elektronifikasi Transportasi serta Implementasi Elektronifikasi Pembayaran Moda Transportasi yang Terintegrasi di Wilayah Jabodetabek

Transaksi uang elektronik (UE) chip based pada sektor transportasi dan jalan tol selama Triwulan I 2020 tercatat mencapai Rp8,02 triliun didominasi transaksi jalan tol dengan 376 juta transaksi atau mencapai Rp6,34 triliun (79,12%). Pertumbuhan nominal transaksi dari Triwulan I 2020 dibanding Triwulan I tahun 2019 (yoy) mencapai 23,90% dengan frekuensi melambat -9,76%. Perlambatan terjadi seiring terjadinya pandemi COVID-19 yang menyebabkan pembatasan operasional transportasi umum terutama di Jabodetabek (TJ, KCI, MRTJ & LRTJ) pada awal Maret 2020. Hal ini juga didukung kebijakan perusahaan yang menerapkan Work From Home (WFH) sesuai prinsip physical distancing untuk mencegah meluasnya pandemi COVID-19.

Bank Indonesia terus mendorong elektronifikasi pembayaran pada sektor transportasi sebagai upaya perluasan ekosistem nontunai, efisiensi waktu dan biaya, memberikan kemudahan masyarakat dalam transaksi, serta perluasan akses keuangan. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia mengupayakan perluasan elektronifikasi termasuk integrasi pembayaran moda transportasi. Upaya yang dilakukan antara lain melalui fasilitasi berupa rapat koordinasi maupun monitoring uji coba dalam mendorong operator menerapkan elektronifikasi sesuai kebijakan dan ketentuan Sistem Pembayaran Bank Indonesia dengan menekankan hal-hal sebagai berikut:

Page 113: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

99Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

1) Membuka kerja sama dengan seluruh PJSP penerbit UE untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang noneksklusif serta melakukan fasilitasi antara operator moda dengan perbankan dengan melibatkan PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN) dan otoritas terkait. Adapun moda transportasi yang difasilitasi yaitu:

a) Moda transportasi darat: Transjakarta (TJ), Perum Damri, dan Perum PPD.

b) Moda transportasi rel: PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI), MRTJ, dan LRTJ.

c) Moda transportasi laut dan penyeberangan: ASDP, Pelindo II, Pelindo III, dan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT). Sebagai informasi, elektronifikasi di pelabuhan ASDP bersama Kemenhub saat ini sedang menginisiasi implementasi online ticketing untuk semua golongan. Sementara itu, Pelindo III sudah selesai melaksanakan rangkaian uji interoperabilitas UE dan Pelindo II masih dalam proses pengajuan SAM GPN.

d) Sektor transportasi lainnya: Perparkiran off street oleh Securindo Packatama Indonesia (SPI) serta parkir on street DKI Jakarta (monitoring oleh KPw BI Jakarta).

Selain itu, terdapat 17 KPwDN yang melakukan kegiatan fasilitasi beberapa program pemerintah pusat yang dilaksanakan di wilayah kerja antara lain mencakup:

a) Program Indonesian Bus Rapid Transit Corridor Development Project (INDOBUS) di empat kota dengan target implementasi sampai 2022.

Program INDOBUS di tiga kota, yaitu Batam, Semarang, dan Bandung, masih dalam tahap penyusunan studi kelayakan. Sementara itu di Kota Pekanbaru, Dinas Perhubungan setempat menunjuk PT Transportasi Pekanbaru Madani (TPM) sebagai pelaksana program INDOBUS dan saat ini masih dalam proses pengajuan izin menjadi Badan Hukum.

b) Program “Buy The Service” di enam kota untuk angkutan Bus Rapid Transit (BRT) dan perkotaan dengan target implementasi di 2020.

Laporan perkembangan program Buy The Service, di dua kota yakni Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Solo adalah sebagai berikut:

- Solo: masih dalam proses studi kelayakan dan kesesuaian jalur BRT; dan

- Provinsi DIY: Dinas Perhubungan Provinsi masih berkoordinasi dengan Kemenhub RI untuk memantau perkembangan pengadaan bus dan penunjukan operator.

c) Pemenuhan transportasi darat pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di 10 tempat.

Secara umum, pemenuhan transportasi darat pada KSPN saat ini masih dalam tahap inisiasi Pemerintah Daerah setempat dan Kemenhub serta bekerjasama dengan DAMRI. Adapun KSPN yang diakomodasi DAMRI adalah Jawa Tengah (Borobudur), Bangka Belitung (Tanjung Kelayang), Banten (Tanjung Lesung), dan Sumatera Utara (Danau Toba).

d) Titik simpul moda transportasi pada pembangunan pelabuhan di sembilan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Sebanyak lima KPw BI, yaitu Provinsi Banten, Sulawesi Utara, Maluku Utara, NTB, dan Kalimantan Timur berkomitmen mengawal inisiasi elektronifikasi pada KEK melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat. Proses feasibility study sedang dilakukan beberapa Pemerintah Daerah.

2) Mendorong pemenuhan:

a) Ketentuan terkait perizinan dan pengawasan PJSP yang bekerjasama dengan operator moda transportasi.

b) Aspek bisnis melalui skema kerja sama yang sesuai ketentuan GPN (Sharing Infrastructure (SI), Terminal Usage Fee (TUF), atau Merchant Discount Rate (MDR);

c) Aspek teknis melalui uji interoperabilitas UE chip based yang dilakukan operator moda transportasi dan pihak terkait (PG/ integrator/ penunjang teknis/ bank penerbit UE chip based) bersama PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN). Kegiatan uji

Page 114: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

100Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

interoperabilitas UE chip based secara keseluruhan meliputi kegiatan Proof of Concept (PoC), System Integration Test (SIT), User Acceptance Test (UAT), Production Trial Run (PTR) dan piloting/ live;

d) Prinsip nonekslusivitas melalui perluasan instrumen pembayaran UE server based untuk meningkatkan kemudahan pengguna transportasi;

e) Standard Operating Procedure (SOP) dalam semua model bisnis dan tersedianya sistem monitoring tools.

3) Melakukan fasilitasi pembayaran moda transportasi terintegrasi di wilayah Jabodetabek, dengan beberapa kemajuan selama Triwulan I 2020 sebagai berikut:

a) Pada 10 Januari 2020, terbentuk perusahaan Joint Venture (JV) PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT MRTJ.

b) Terdapat rencana KCI dan MRTJ untuk menyampaikan surat permohonan perubahan standar kartu pembayaran transportasi nasional dari standar kartu Java dan Felica menjadi hanya memakai standar kartu Felica pada Kemenhub RI.

h. Rekomendasi Pembayaran Elektronik untuk Mendukung Penerapan Teknologi Nirsentuh di Jalan Tol Bekerjasama dengan Kementerian PUPR

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melaksanakan koordinasi terkait rencana penerapan teknologi nirsentuh di jalan tol Multi Lane Free Flow (MLFF) melalui Badan Usaha Pelaksana (BUP) dengan hasil:

1) Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan menyampaikan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) diusulkan diterapkan dalam MLFF.

2) Implementasi MLFF memerlukan peran kelembagaan, yakni BUP dan Badan Layanan Umum (BLU) dalam menjalankan perannya sebagai Electronic Toll Collection (ETC) atau Central Toll Service Provider (CTSP). Pihak yang terlibat dalam BUP dilakukan melalui proses lelang dengan pemrakarsa Roatex Ltd. Pelelangan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

3) BUP bertindak sebagai penyedia sistem transaksi elektronik pembayaran tol dan bertugas mengelola data pengguna (termasuk registrasi dan verifikasi), data traffic, transaksi kendaraan, law enforcement, serta pendapatan jalan tol untuk didistribusikan pada BUJT melalui proses settlement menggunakan infrastruktur sistem pembayaran nasional.

4) Sementara, BLU dibentuk Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK), dalam hal ini adalah pihak yang melakukan perjanjian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan memiliki tugas membentuk BLU. BLU memiliki peran melakukan pembayaran service availability payment pada BUP berdasarkan pemenuhan KPI.

Selanjutnya, dilakukan pula pembahasan mengenai rekomendasi pembayaran elektronik untuk mendukung penerapan teknologi nirsentuh di jalan tol dengan hasil sebagai berikut:

1) Dompet elektronik menjadi opsi yang paling memungkinkan untuk mengakomodasi prinsip nonekslusivitas dalam pembayaran elektronik jalan tol menggunakan teknologi nirsentuh. Kemen PUPR berencana mempertimbangkan penetapan kriteria peserta lelang partner kerja sama BUP yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pembayaran, yaitu penyelenggara dompet elektronik memiliki izin sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) dari Bank Indonesia.

2) Dalam hal BUP menjadi penyelenggara dompet elektronik, maka BUP harus memenuhi syarat yang ditetapkan Bank Indonesia, antara lain harus memiliki infrastruktur dompet elektronik, sertifikasi Payment Card Industry Data Security Standard (PCIDSS) karena memproses pembayaran dengan menggunakan kartu, serta kemampuan security yang memenuhi standar.

Bank Indonesia terus mengawal proses migrasi pembayaran jalan tol eksisting menuju penerapan teknologi nirsentuh serta memonitor perkembangan proses lelang BUP yang dilakukan K/L terkait, guna memastikan syarat yang ditetapkan peserta lelang yang akan bekerjasama dengan BUP khususnya mengenai penyelenggaraan sistem pembayaran sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 115: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

101Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

i. Progress Implementasi Elektronifikasi di Sembilan Destinasi Wisata

Dalam mendorong penerimaan devisa Negara dan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan, Bank Indonesia mendukung upaya intensifikasi layanan Sistem Pembayaran di sembilan destinasi pariwisata prioritas. Upaya intensifikasi layanan Sistem Pembayaran dilakukan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan transaksi ritel wisatawan mancanegara di destinasi wisata Indonesia.

Dengan adanya perkembangan terkini terkait pandemi COVID-19, seluruh kegiatan operasional di destinasi wisata diberhentikan sementara. Sesuai Instruksi Presiden No. 4 tahun 2020, sedang dilaksanakan realokasi anggaran dan refocusing kegiatan untuk mendukung percepatan penanganan COVID-19 serta memitigasi dampak dari pandemi COVID-19.

j. Bank Indonesia dan Bangko Sentral ng Pilipinas Memperkuat Kerjasama Sistem Pembayaran dan Inovasi Keuangan Digital

Dalam upaya memperkuat hubungan bilateral antara Bank Indonesia dan Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), disepakati kerjasama di bidang sistem pembayaran dan inovasi keuangan digital melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bank Indonesia dengan BSP pada 1 Februari 2020 di Manila, Filipina. Kesepakatan ini melengkapi kerja sama Bank Indonesia dan BSP sebelumnya terkait Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di bidang Sistem Pembayaran dan Penyelesaian Akhir, pada 2018.

Kesepakatan ini merupakan langkah konkret kedua bank sentral menuju keuangan inklusif melalui kerja sama dan pengembangan sistem pembayaran dan keuangan digital. Tujuannya untuk menyediakan kerangka kerja sama yang lebih erat antara kedua bank sentral dalam mendukung tersedianya sistem pembayaran yang lebih aman, efisien, dan handal serta mendorong inovasi keuangan digital. Selain itu, kesepakatan ini juga menjadi fondasi dalam pelaksanaan kerja sama Bank Indonesia dan BSP ke depan, yang diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yaitu dialog kebijakan, pertukaran informasi, kolaborasi inovasi, pengembangan kapasitas, program pengenalan bisnis teknologi finansial (Tekfin) masing-masing bank sentral, serta pembentukan kelompok kerja teknis.

k. UMKM Go Digital

UMKM Go Digital merupakan program pendampingan bagi UMKM dalam memanfaatkan inovasi dan teknologi digital agar dapat menggunakan media sosial dalam strategi pemasarannya, bahkan siap dan masuk ke platform e-commerce maupun marketplace, serta terhubung dengan digital payment dan digital financing.

Program tersebut memiliki empat kategori: a) UMKM Potensial merupakan UMKM yang dibina untuk berkembang menjadi UMKM Sukses ; b) UMKM Sukses merupakan UMKM potensial yang skala usahanya sudah berkembang namun belum terhubung dengan e-commerce, c) UMKM Sukses Digital merupakan UMKM Sukses yang semakin berkembang usahanya dan dapat diperluas akses pasarnya untuk terhubung dengan e-commerce dan e-financing; dan d) UMKM Ekspor merupakan UMKM Sukses Digital yang dapat diperluas akses pasarnya untuk ekspor. Selama 2019, program UMKM Go Digital dilakukan terhadap 443 UMKM binaan dari seluruh KPwDN. Pada program tersebut, dilakukan proses digitalisasi UMKM binaan yang termasuk dalam Grup 2 (UMKM Sukses) menjadi Grup 3 (UMKM Sukses Digital) melalui platform e-commerce. Pada 2020, dilakukan implementasi pemanfaatan digital payment bagi UMKM, antara lain melalui implementasi penggunaan QRIS bagi UMKM dan fasilitasi UMKM Go Digital.

l. Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SPPUR)

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan visi SPI 2025 yang berorientasi penuh pada upaya membangun ekosistem sistem pembayaran yang sehat untuk mendukung ekonomi keuangan digital di Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperkuat SDM adalah melakukan pengembangan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR untuk menyiapkan SDM pelaku SPPUR (bank dan lembaga selain bank) yang unggul di bidang SPPUR. Standardisasi kompetensi merupakan langkah mitigasi operasional guna memastikan layanan SPPUR tetap aman dan andal. Selain itu, standardisasi kompetensi juga diperlukan untuk mengimbangi perkembangan SPPUR yang sangat pesat, sejalan dengan kemajuan teknologi dan semakin beragamnya inovasi produk dan layanan.

Page 116: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

102Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Pada 9 Maret 2020 dilakukan penandatanganan NK antara Bank Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi. NK menyepakati kerja sama dalam pengembangan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR, penyiapan infrastruktur standardisasi kompetensi di bidang SPPUR, pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggara sertifikasi, penyediaan data dan/atau informasi terkait pelaksanaan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR.

Pelaksanaan penandatanganan NK dirangkai dengan seminar nasional yang mengangkat topik “Strategi Meningkatkan Kualitas SDM di Bidang SPPUR dalam Menghadapi Era Digitalisasi dan Persaingan Global”. Seminar diharapkan menjadi media publikasi Kebijakan Bank Indonesia pada pelaku SPPUR, stakeholder terkait, dan masyarakat mengenai tujuan pelaksanaan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR.

2) Penerbitan Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.22/3/PADG/2020 tentang Pelaksanaan Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Guna mendukung penerapan kebijakan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.22/3/PADG/2020 tentang Pelaksanaan Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah yang merupakan aturan pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia No.21/16/PBI/2019 tentang Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah.

Pengaturan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR merupakan penerapan SKKNI dan Jenjang Kualifikasi di bidang SPPUR yang digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kompetensi pegawai pelaku SPPUR melalui Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) SPPUR dan Sertifikasi Kompetensi SPPUR. Dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia mengenai standardisasi kompetensi di bidang SPPUR terdapat kewajiban pelaku SPPUR (bank dan LSB) untuk memastikan pegawai dengan jenjang jabatan pelaksana, penyelia, dan pejabat eksekutif memiliki kompetensi di bidang SPPUR yang dibuktikan dengan kepemilikan Sertifikat SPPUR.

Pengembangan standardisasi kompetensi di bidang SPPUR ini dimulai dengan penyusunan rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). SKKNI SPPUR mencakup tujuh kegiatan operasional SPPUR, yaitu pengelolaan transfer dana, penatausahaan surat berharga nasabah, pengelolaan uang tunai (cash handling), pemrosesan transaksi pembayaran, Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) dan pembawaan Uang Kertas Asing (UKA), setelmen transaksi tresuri, dan setelmen pembayaran transaksi trade finance. Adapun KKNI SPPUR ditetapkan tiga jenjang, yaitu Jenjang 4 bagi Pelaksana33, Jenjang 5 bagi Penyelia34, dan Jenjang 6 bagi Pejabat Eksekutif35.

Dalam menyusun SKKNI dan KKNI di bidang SPPUR, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, serta mempertimbangkan masukan dari asosiasi profesi dan asosiasi industri antara lain IBI, FKDOP, ASPI, ABKI, ASBISINDO, Perbina, Perbanas, Himbara, ICC, ASBANDA, ACI-FMA, IFEMC, APVA, dan AKKI, Perkaja, perwakilan industri (perbankan dan LSB), akademisi (Perbanas Institute, IBS, PPM, dan UI), dan Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan.

Sebagai tahapan akhir penyusunan rancangan SKKNI dan KKNI di bidang SPPUR, dilakukan konvensi nasional yang kemudian ditetapkan, yaitu SKKNI bidang SPPUR oleh Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan jenjang KKNI di bidang SPPUR ditetapkan Gubernur Bank Indonesia.

1) Penandatanganan Nota Kesepahaman (NK) antara Bank Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi dalam Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah dan Pelaksanaan Seminar Nasional

33 Pelaksana adalah adalah kelompok jenjang jabatan pada Satuan Kerja Operasional yang berada di bawah Penyelia yang melaksanakan Kegiatan SPPUR.

34 Penyelia adalah kelompok jenjang jabatan pada Satuan Kerja Operasional yang berada di bawah Pejabat Eksekutif yang melakukan supervisi atas Kegiatan SPPUR yang dilakukan oleh Pelaksana.

35 Pejabat Eksekutif adalah anggota direksi, dewan komisaris, dan kelompok jenjang jabatan pada Pelaku SPPUR yang berada paling banyak 2 (dua) level di bawah direksi yang bertanggung jawab atas Kegiatan SPPUR.

Page 117: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

103Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

acuan penetapan biaya penyelenggaraan, pemeliharaan kompetensi, dan penatausahaan dan pelaporan. Dalam penyusunan pedoman tersebut, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan Lembaga Akreditasi Lembaga Pelatihan serta melibatkan asosiasi profesi/asosiasi industri dan calon Lembaga Pelatihan Kerja SPPUR.

b) Pelatihan Metodologi PBK

Guna memenuhi persyaratan pemenuhan kompetensi metodologi sebagai instruktur PBK SPPUR, Bank Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia memfasilitasi pelaksanaan pelatihan metodologi PBK kepada 397 orang calon instruktur secara bertahap sejak 24 Februari 2020.

Adanya kebijakan Pemerintah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Tabel 3.5. Kepemilikan Sertifikat SPPUR bagi Pelaksana dan Penyelia

Tabel 3.6. Kepemilikan Sertifikat SPPUR bagi Pejabat Eksekutif

Mengingat jumlah jenjang jabatan pelaksana, penyelia, dan pejabat eksekutif yang disertifikasi relatif banyak, maka penerapan kewajiban memastikan kepemilikan Sertifikat SPPUR dilakukan secara bertahap.

3) Persiapan Implementasi Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Pada Triwulan I 2020 dilakukan persiapan infrastruktur guna mendukung penerapan Standardisasi Kompetensi di Bidang SPPUR sebagai berikut:

a) Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan PBK SPPUR

Pedoman Penyelenggaraan PBK SPPUR merupakan acuan teknis bagi Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) SPPUR dalam menyelenggarakan PBK SPPUR. Ruang lingkup pedoman mencakup gambaran umum, tata cara penyusunan program,

Kegiatan SPPUR Pelaksana

1. Pengelolaan Transfer Dana

2. Penatausahaan Surat Berharga Nasabah

3. Pengelolaan Uang Tunai

4. Pemrosesan Transaksi pembayaran

5. KUPVA dan Pembawaan UKA

6. Setelmen Transaksi Tresuri

7. Setelmen Pembayaran Transaksi Trade Finance

Penyelia

PBK Jenjang Kualifikasi 4

atau

Sertifikasi Kompetensi Jenjang

Kualifikasi 4

PBK Jenjang Kualifikasi 5

atau

Sertifikasi Kompetensi Jenjang

Kualifikasi 5

Sertifikasi Kompetensi Jenjang Kualifikasi 5

Kegiatan SPPURPejabat Eksekutif

LSB1)

1. Pengelolaan Transfer Dana

2. KUPVA dan Pembawaan UKA

3. Penatausahaan Surat Berharga Nasabah

4. Pengelolaan Uang Tunai

5. Pemrosesan Transaksi Pembayaran

6. Setelmen Transaksi Tresuri

7. Setelmen Pembayaran Transaksi Trade Finance

Bank dan LSB2)

PBK Jenjang Kualifikasi 6 atau

Sertifikasi Kompetensi Jenjang Kualifikasi 6

Sertifikasi Kompetensi Jenjang Kualifikasi 6

Sertifikasi Kompetensi Jenjang Kualifikasi 6

Sertifikasi Kompetensi Jenjang Kualifikasi 6

Sertifikasi Kompetensi Jenjang Kualifikasi 5

1) LSB dengan rata-rata nilai transaksi lebih kecil sama dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) per bulan.2) LSB dengan rata-rata nilai transaksi lebih besar dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) per bulan.

Page 118: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

104Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

sebagai upaya percepatan penanganan COVID-19 maka sejak 16 Maret 2020, pelaksanaan pelatihan metodologi pada calon instruktur dihentikan sementara.

m) Upaya Peningkatan Layanan Operasional SPBI

1) Kegiatan Rencana Pemulihan Teknologi Informasi (RPTI)

Selama Triwulan I 2020, terdapat satu kali pelaksanaan kegiatan RPTI untuk Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, BI-ETP, dan SKNBI dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Kegiatan RPTI Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan BI-ETP dilaksanakan dalam bentuk live operasional Disaster Recovery Center (DRC) yang dijadwalkan pada 16 Maret hingga 17 April 2020. Namun, kendala koneksi yang menghubungkan server DC dan DRC pada 2 April 2020, kegiatan switch back yang semula dijadwalkan pada 17 April 2020 dipercepat menjadi 3 April 2020.

b) Kegiatan RPTI SKNBI dilaksanakan 31 Januari 2020, terkait pelaksanaan live Disaster Recovery Center (DRC) 3 Februari 2020 – 6 Maret 2020.

2) Kegiatan Rencana Keberlangsungan Tugas (RKT)

Terkait kegiatan rencana keberlangsungan tugas, dilakukan beberapa hal antara lain:

a) Secara rutin melaksanakan kegiatan desk check di lokasi Business Resumption Site (BRS) dan Disaster Recovery Center (DRC). Selama periode Triwulan I2020, dilaksanakan tiga kali desk check di lokasi BRS (6 Februari, 13 Februari dan 5 Maret 2020) dan satu kali desk check di lokasi DRC (12 Maret 2020). Adapun cakupan pemeriksaan sebagai berikut:

i) Pemeriksaan kesiapan operasional infrastruktur di lokasi BRS.

ii) Pengecekan fungsi perangkat dan fungsi monitoring SKNBI.

iii) Pengecekan fungsi perangkat dan fungsi monitoring Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan BI-ETP.

Berdasarkan hasil desk check dan split operation, secara umum lokasi BRS dalam kondisi baik dan siap digunakan jika terjadi kondisi darurat dan atau kondisi tidak normal.

b) Selain desk check, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan split operation sistem BI-RTGS, BI-SSSS, BI-ETP, dan SKNBI. Split operation dilaksanakan di lokasi BRS pada tanggal 13 Februari 2020.

Page 119: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

105Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Globalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi mendorong revolusi digital di sektor ekonomi dan sistem keuangan. Tuntutan konsumen terhadap tersedianya layanan keuangan termasuk layanan transaksi pembayaran secara cepat, mudah, nyaman, dan aman mendorong sistem keuangan merombak layanan konvensionalnya menjadi layanan berbasis teknologi dan mobile. Layanan keuangan pun diharapkan semakin mengutamakan customer experience dan tingkat kepuasan konsumen, baik dari sisi kualitas maupun kemudahan.

Di dalam era digitalisasi, peran pelaku nonbank semakin meningkat dan mendisrupsi peran bank. Sementara, dari sisi penyedia jasa sektor keuangan, disrupsi digitalisasi memunculkan pelaku-pelaku baru nonbank sebagai penyedia layanan keuangan digital mulai dari perusahaan rintisan (start-up) di sektor keuangan berbasis teknologi (fintech) hingga perusahaan teknologi domestik/global berskala besar (big tech). Didukung penguasaan teknologi, pelaku nonbank secara perlahan mulai merambah bisnis layanan keuangan yang menyediakan layanan digital, baik di area pembayaran maupun pembiayaan.

Perkembangan tersebut mendisrupsi peran dari bank yang secara gradual tergantikan penyedia layanan keuangan nonbank dengan tingkat pengaturan dan pengawasan yang belum sama dengan perbankan (shadow banking). Dalam hal ini, peran bank dalam layanan pembayaran merupakan salah satu peran yang mulai tereduksi seiring berkembangnya penyediaan layanan pembayaran nonbank. Kemunculan dan semakin menguatnya peran nonbank dalam penyediaan layanan pembayaran digital mulai mengubah struktur pasar, baik dari sisi konsentrasi pasar maupun persaingan antar penyedia layanan keuangan. Meskipun demikian, disadari inovasi dari pemanfaatan teknologi digital dipandang dapat membuka peluang yang lebih luas bagi tercapainya inklusi keuangan bagi seluruh masyarakat, tidak hanya bagi individu yang belum terjangkau layanan perbankan (unbanked) namun juga UMKM.

Perbankan perlu melakukan transformasi untuk meningkatkan daya saing. Perkembangan digitalisasi keuangan serta semakin meningkatnya peran pelaku nonbank (termasuk fintech) menuntut perbankan bertransformasi secara utuh (end-to-end) agar dapat tetap menjaga peran dan kedudukannya sebagai lembaga intermediasi utama di sistem keuangan, sekaligus media transmisi kebijakan moneter dalam era ekonomi digital. Transformasi tersebut merupakan suatu keniscayaan guna meningkatkan kemampuan perbankan dalam menyediakan layanan keuangan digital yang dapat meningkatkan customer experience sehingga mampu menjaga loyalitas konsumen dan daya saing perbankan.

Dukungan teknologi dalam transformasi digital industri perbankan memungkinkan konsumen mengakses layanan perbankan melalui platform yang menghilangkan sekat jarak dan waktu. Pada era digital, layanan perbankan pada konsumen dituntut dapat dilakukan melalui berbagai cara, media, atau kanal (omni banking), arsitektur infrastruktur yang agile yaitu gesit dan handal (modular banking), interaksi layanan dengan pihak ketiga (open banking), dan optimalisasi sumber daya (resources) secara efisien berbasis data (smart banking).

Kolaborasi dengan nonbank (termasuk fintech) merupakan salah satu pendekatan yang dapat ditempuh perbankan dalam menyikapi tuntutan transformasi di era digital. Semakin berkembang dan menguatnya peran fintech dalam penyediaan layanan pembayaran, dapat membuka kesempatan bagi bank untuk melakukan kolaborasi dengan fintech melalui kerjasama open banking guna meningkatkan layanan digital.

Bank Indonesia berperan dalam menjaga keseimbangan antara optimalisasi peluang dan mitigasi risiko. Di era digital, tantangan kebijakan bagi Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah mencari titik keseimbangan antara mengoptimalkan peluang dari inovasi digital dengan upaya memitigasi risiko yang timbul seiring tren digitalisasi. Karena itu, kerjasama open banking dalam penyediaan layanan pembayaran perlu diarahkan dalam kerangka pengaturan yang mampu menjaga level of playing field dari seluruh pelaku. Kerangka tersebut diharapkan dapat menyeimbangkan antara manfaat inovasi dan potensi risiko yang timbul dalam penyediaan layanan pembayaran digital, sehingga membawa manfaat bagi terciptanya perlindungan konsumen.

StandarOpenApplicationProgrammingInterface(OpenAPI)

Page 120: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

106Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Standar Open API diperlukan untuk membentuk ekosistem yang berintegritas. Bank Indonesia sebagai otoritas memandang tren layanan keuangan digital melalui open banking semakin menunjukkan pentingnya penetapan Standar Open API, didukung keberadaan infrastruktur publik yang mendorong keterbukaan data, transparansi, dan disiplin pasar, serta didukung kerangka perlindungan data yang memadai. Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan saat ini sejumlah bank di Indonesia sudah mengadopsi penggunaan API untuk transaksi pembayaran. Namun, umumnya spesifikasi API yang digunakan bervariasi, sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap spesifikasi API dalam setiap kerjasama antar pihak.

Praktik terbaik Standar Open API yang diterapkan sejumlah negara menjadi referensi untuk mengaplikasikan Standar Open API yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Sejalan dengan konteks kebijakan yang menjadi landasannya, implementasi open banking di berbagai negara bervariasi dalam hal tahapan pengembangan, pendekatan, maupun cakupan implementasi. Selain mempertimbangkan praktik terbaik Standar Open API di sejumlah negara, penerapan Standar Open API Indonesia juga mempertimbangkan praktik-praktik umum dari pelaku industri domestik.

Bank Indonesia merespons tantangan yang dihadapi bank sentral di era digital dan industri 4.0 melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025. Blueprint dirumuskan berorientasi pada upaya membangun ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang sehat serta dibangun diatas pondasi lima visi SPI 2025 yang sekaligus menjadi target akhir (end-state) dari arah kebijakan jangka panjang Bank Indonesia di era digital. Tujuan utama visi SPI 2025 adalah memastikan terwujudnya integrasi ekonomi dan keuangan digital, sehingga menjamin terlaksananya fungsi bank sentral dalam proses pengedaran uang (money supply), pelaksanaan kebijakan moneter, upaya menjaga stabilitas keuangan, serta dukungan terhadap inklusi keuangan.

Page 121: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

107Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

3.5.2 Perlindungan Konsumen

a. Kebijakan Dalam Rangka Meningkatkan Perlindungan Konsumen

Dalam rangka mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan didukung stabilitas keuangan melalui kebijakan keuangan inklusif, literasi keuangan dan perlindungan konsumen, Bank Indonesia melakukan penguatan empat fungsi strategis untuk terciptanya kegiatan Perlindungan Konsumen menjadi lebih efektif. Penguatan mencakup fungsi pengaturan dan kebijakan, pengawasan, penanganan pengaduan, edukasi dan literasi, serta didukung kerja sama nasional maupun internasional. Tujuannya untuk dapat menjawab tantangan dan perkembangan inovasi finansial serta digitalisasi produk dan/atau layanan jasa keuangan.

Penguatan Perlindungan Konsumen dilakukan dengan mempertimbangkan international best practices dan sebagai bentuk komitmen Bank Indonesia dalam mendukung kebijakan Perlindungan Konsumen nasional. Terkait itu, Bank Indonesia meningkatkan efektivitas implementasi Perlindungan Konsumen melalui penyusunan ketentuan Perlindungan Konsumen yang komprehensif, yang memayungi dan menjadi landasan bagi ketentuan lainnya.

Pada Triwulan I 2020, Rancangan Penyempurnaan Peraturan Bank Indonesia (RPBI) tentang Perlindungan Konsumen Bank Indonesia telah disetujui Gubernur Bank Indonesia untuk diterbitkan akhir tahun setelah pandemi COVID-19 berakhir. RPBI ini diperkuat dengan mempersiapkan implementasi strategi perlindungan konsumen Bank Indonesia beserta perangkat pendukung penerbitan dan pemberlakuan Peraturan Bank Indonesia (PBI).

Penguatan perlindungan konsumen melalui pengembangan fungsi pengawasan dengan pendekatan market conduct juga terus dilakukan Bank Indonesia. Pada tahap awal, dilakukan penambahan fungsi market monitoring dan assessment guna mendukung pelaksanaan pengawasan dengan pendekatan market conduct.

Selain itu, peningkatan skills dan knowledge SDM juga dilakukan dalam upaya penguatan perlindungan konsumen. Dalam hal ini, Bank Indonesia mempersiapkan implementasi pengawasan pendekatan market conduct termasuk mekanisme koordinasi pelaksanaannya dengan satuan kerja

terkait. Kesiapan skills dan knowledge untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM guna mendukung penguatan fungsi perlindungan konsumen khususnya pengawasan market conduct akan dilakukan melalui penyusunan modul capacity building /sertifikasi.

Lebih lanjut, untuk meningkatkan koordinasi perlindungan konsumen akan dibentuk Forum Koordinasi Perlindungan Konsumen Bank Indonesia yang membahas isu perlindungan konsumen terkini baik di internal Bank Indonesia maupun dengan Kementerian/Lembaga terkait lainnya.

b. Penanganan Perlindungan Konsumen

Hingga Triwulan I 2020 jumlah pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti Bank Indonesia berjumlah 608 pengaduan, sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 641 pengaduan (-26.5%, yoy). Jumlah pengaduan tersebut diperkirakan mengalami peningkatan dengan puncaknya pada Triwulan III, seiring meningkatnya volume transaksi keuangan pada triwulan tersebut. Berdasarkan jenis pengaduannya, permasalahan Kartu Kredit masih mendominasi di Triwulan I 2020, yaitu sebanyak 439 pengaduan, atau 72% dari total pengaduan. Permasalahan yang masih mendominasi khususnya terkait etika penagihan debt collector dan fraud (kartu kredit digunakan orang lain). Permasalahan Kartu ATM/Debet menjadi kasus pengaduan terbanyak kedua, dengan 69 pengaduan atau 11% dari total pengaduan (Grafik 3.10). Terhadap seluruh pengaduan tersebut, Bank Indonesia telah melakukan tindak lanjut sesuai kewenangannya.

Pada Triwulan I 2020, terdapat beberapa penyesuaian pelaksanaan program kerja mempertimbangkan prioritisasi program kerja terkait embilan COVID-19. Salah satunya terkait penerbitan RPBI Perlindungan Konsumen Bank Indonesia yang ditunda penerbitannya mempertimbangkan kondisi embilan COVID-19 saat ini, keadaan sosial politik, dan kesiapan industri.

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia juga tengah menyusun beberapa PADG sebagai ketentuan pelaksanaan PBI Perlindungan Konsumen, diantaranya adalah PADG mengenai pengawasan Perlindungan Konsumen, penguatan organisasi dan SDM terkait Perlindungan Konsumen, dan penyusunan mekanisme koordinasi internal dan eksternal.

Page 122: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

108Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

PENGADUAN KONSUMENTW I-2020

Kartu Kredit72%

Dompel3%

KUPVA1%

Uang1%

Transfer Dana5%

UE5%

Kartu ATM / Debet11%

Internet /M-Banking

1%

E-Commerce1%641

69,6% 63,5% 65,1% 71,1% 72,0%

827 897 835608

Pengaduan % Kartu Kredit

TW I TW II20202019

ANGKA PENGADUAN KONSUMENPER-TRIWULAN

TW III TW IV TW I

Grafik 3.14. Pengaduan Konsumen Triwulan I 2020

Guna memperkuat fungsi penanganan pengaduan yang dilakukan KPwDN, pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan Departemen Regional (DR) untuk melakukan kegiatan asistensi fungsi edukasi perlindungan konsumen di KPwDN. Kegiatan asistensi dilakukan dengan meminimalisir pertemuan tatap muka melalui pemanfaatan teknologi video conference, dengan pilot project kepada KPwDN di wilayah Jawa yang memiliki tingkat pengaduan tertinggi di wilayah kerjanya. Selain itu, juga akan diusulkan relaksasi Service Level Agreement (SLA) penyelesaian penanganan pengaduan konsumen di KPwDN yang semula 25 hari kerja untuk konsultasi/fasilitasi menjadi 30 hari kerja.

3.5.3 Program Keuangan Inklusif

Dalam rangka mendukung inisiatif Pemerintah terkait implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Bank Indonesia melakukan pengembangan kebijakan keuangan inklusif dengan menyusun Framework Inklusi Ekonomi dan Keuangan. Perluasan cakupan framework yang tidak hanya sebatas keuangan inklusif perlu dilakukan guna mencapai sasaran akhir, yaitu kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan dari pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Selain itu, pesatnya perkembangan inovasi digital dalam layanan keuangan perlu diintegrasikan dengan aktivitas agen-agen ekonomi karena memberikan dampak pengganda bagi perekonomian.

Hingga Triwulan I 2020, finalisasi Framework Inklusi Ekonomi dan Keuangan masih terus dilakukan. Framework mencakup tiga Pilar yaitu 1) Pemberdayaan Ekonomi; 2) Peningkatan Akses dan Literasi Keuangan; dan 3) Penguatan Kebijakan. Ketiga pilar tersebut diimplementasikan pada aksi strategis yang mengarah pada digitalisasi payment, pengembangan

ekosistem UMKM dan perluasan payment aggregator hingga ke daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Formulasi ini diharapkan dapat mempercepat pencapaian tujuan utama yaitu kesejahteraan masyarakat.

3.5.4 Pengawasan Sistem Pembayaran

Pengawasan sistem pembayaran bertujuan memastikan operasional Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) mengedepankan prinsip perlindungan konsumen serta wilayah risiko dan kehati-hatian guna tetap menjaga stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sistem pembayaran yang efisien, embil, aman dan andal.

Cakupan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan meliputi PJSP dan lembaga penunjang yang menjadi suatu ekosistem utuh sistem pembayaran termasuk model bisnis baru yang berhubungan dengan sistem pembayaran ritel, seperti penyelenggaraan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) PJSP. Saat ini pelaku bisnis sistem pembayaran dikategorikan menjadi wilayah jenis PJSP, yaitu Prinsipal, Penyelenggara Switching, Penerbit Kartu, Acquirer, Penyelenggara Payment Gateway, Penyelenggara Kliring, Penyelenggara Penyelesaian Akhir, Transfer Dana, dan Dompet Elektronik. Pengawasan dan kegiatan pemeriksaan Bank Indonesia secara rutin dilakukan terhadap PJSP dan lembaga penunjang yang menjadi suatu ekosistem utuh sistem pembayaran.

Hingga Triwulan I 2020, gambaran ekosistem sistem pembayaran yang menjadi objek pengawasan Bank Indonesia adalah sebagaimana Tabel 3.7.

Sampai saat ini kondisi ekosistem sistem pembayaran tersebut berjalan baik, dari sisi kinerja maupun manajemen risiko. Dari sisi kinerja, terdapat pertumbuhan volume

Page 123: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

109Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

transaksi pelaku industri sistem pembayaran dan secara berkesinambungan melakukan mitigasi risiko ke arah yang lebih baik. Penetrasi dan penggunaan ragam instrumen sistem pembayaran seperti kartu ATM/Debet dan Kartu Kredit pun bertumbuh, dengan pertumbuhan tertinggi masih ditempati Uang Elektronik, terutama Uang Elektronik server based yang menjadi andalan konsumen karena mampu memproses transaksi nominal kecil, lebih cepat, dan terintegrasi dengan sektor lainnya. Dari sisi manajemen risiko, sebagai dampak terhadap perkembangan industri Sistem Pembayaran terdapat peningkatan risiko dari implementasi teknologi digital seiring dengan perkembangan layanan keuangan yang disebabkan gangguan infrastruktur akibat kelemahan teknis melalui aplikasi dan layanan pendukung. Oleh karena itu, PJSP senantiasa diminta untuk meningkatkan fraud detection system dan memastikan peningkatan security data maupun infrastruktur Sistem Pembayaran.

Hingga Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap tiga entitas yaitu satu PJSP Bank, satu PJSP non-Bank, dan satu PJPUR. Pemeriksaan bersifat full scope yang dilakukan terhadap seluruh izin dan pengembangan produk yang dimiliki penyelenggara yang bertujuan memperoleh profile dan asesmen terhadap risiko PJSP serta kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku. Di luar pemeriksaan full scope, dilaksanakan pula pemeriksaan khusus terkait implementasi ketentuan QRIS terhadap delapan PJSP dan onshoring DC/DRC terhadap

dua PJSP. Sementara pengenaan sanksi kewajiban membayar bagi PJSP dan/atau PJPUR dilakukan apabila tidak memenuhi ketentuan pelaporan sebagai upaya penegakan ketentuan (law enforcement).

Bank Indonesia juga senantiasa memantau progress implementasi Standar Nasional Teknologi Chip (SNTC) alat pembayaran menggunakan kartu. Sampai Triwulan I 2020, recarding SNTC pada kartu ATM/Debet mencapai 97,35 juta kartu atau 68,60% dari 141,91 juta kartu yang wajib dimigrasikan ke SNTC. Sesuai ketentuan, sampai dengan tahapan implementasi 1 Januari 2021 penerbitan kartu SNTC diwajibkan mencapai minimal 80% dari kartu yang diterbitkan. Pencapaian tersebut tidak lepas dari upaya-upaya yang dilakukan antara lain: (1) Memonitor realisasi pencetakan kartu ATM dan/atau kartu Debet menggunakan SNTC dan PIN Online 6 Digit bank penerbit sejak 2016; (2) Koordinasi dan komunikasi secara internal serta industri untuk mengidentifikasi kendala dan tantangan pemenuhan tahapan implementasi, dan (3) law enforcement berupa pengenaan sanksi terhadap penerbit kartu yang tidak memenuhi tahapan implementasi sesuai target. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pemeriksaan terhadap akurasi data pencapaian dengan melakukan pemeriksaan secara sampling terhadap penerbit kartu.

Terkait implementasi Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), Bank Indonesia memastikan bahwa penerbitan kartu berlogo nasional dan kewajiban terhubung dengan

Tabel 3.7. Ekosistem Sistem Pembayaran yang Menjadi Objek Pengawasan Bank Indonesia

Kelompok

Front End

PJPUR

Back End

Penerbit

Kartu ATM

Kartu Debet

Kartu KreditUang ElektronikKartu Debet

Kartu Kredit

Payment Gateway

Dompet ElektronikPTD

Lembaga Switching

Lembaga Services

Penyelenggara Kliring ATM/Debet

Penyelenggara Settlement ATM/DebetPenyelenggara Switching

Prinsipal Kartu ATM/Debet

Prinsipal Kartu Kredit

Penyelenggara Kliring dan Setelmen KK

Acquirer

Kegiatan SP Total Objek Bank LSB

109 109*)

76 76

25 23 2 47 13 34 23 21 2

15 14 1

20 1 19

5 2 3 133 110 23

4 4

1 1

7 7 6 6 1 1

8 8

5 5

4 4 26 26

Page 124: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

110Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

minimal dua Lembaga Switching sesuai batas waktu yang ditetapkan. Progress pencetakan kartu berlogo nasional sampai dengan Triwulan I 2020 mencapai 66,53 juta kartu atau 55,53% dari target 2020 sejumlah 119,81 juta kartu. Adapun distribusi kartu mencapai 56,68 juta atau 50,92% dari target 2020 sejumlah 111,31 juta kartu.

Selanjutnya dalam mendukung terciptanya ekosisitem sistem pembayaran yang kondusif bagi pelaku usaha dan menghindarkan konsumen dari praktik biaya transaksi instrumen pembayaran yang merugikan, Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan kegiatan sosialisasi atas peraturan dan isu pengawasan pada stakeholders yang terdiri atas PJSP, asosiasi sistem pembayaran, asosiasi/persatuan/himpunan terkait sektor perdagangan, pelaku market place, pemerintah, akademisi, provider telekomunikasi, dan lainnya. Sedangkan materi pengawasan yang disosialisasikan mencakup isu praktik surcharge, uang elektronik, dan sistem pembayaran digital.

Dalam mendukung Mutual Evaluation (ME) Financial Action Task Force (FATF), Bank Indonesia juga melakukan pengawasan atas implementasi Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) oleh PJSP penyelenggara APMK, UE dan Dompet Elektronik (DE) selain Bank termasuk melakukan pengkinian net risk, coaching clinic dan pengkinian data pengawasan. Meski

pelaksanaan ME-FATF diundur karena adanya pandemi COVID-19, pengawasan terkait APU dan PPT tetap dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Mencermati kondisi darurat bencana karena pandemi COVID-19 yang mulai terjadi pada akhir Triwulan I 2020, Bank Indonesia menetapkan langkah antisipatif untuk menjaga keberlangsungan dan kelancaran sistem pembayaran. Langkah pengawasan tersebut antara lain:

a. Penyampaian himbauan dan koordinasi dengan PJSP dan/atau PJPUR untuk senatiasa menjaga layanan dan operasional Sistem Pembayaran dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan karyawan PJSP.

b. Membentuk call center COVID SP-PUR yang berfungsi sebagai media komunikasi satu pintu antara PJSP/PJPUR dan Bank Indonesia.

c. Melakukan close monitoring atas kinerja dan layanan PJSP/PJPUR secara harian dan tetap menjaga kualitas pengawasan Sistem Pembayaran.

d. Mendorong masyarakat bertransaksi menggunakan non tunai/online untuk mencegah penularan pandemi COVID-19.

Page 125: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

111Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Mencermati perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia, Bank Indonesia melakukan koordinasi dan sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam menempuh langkah-langkah kolektif melakukan pemantauan, asesmen, dan mitigasi dampak pandemi. Bank Indonesia berkomitmen tetap menyelenggarakan tugas dan layanan publik demi memastikan terjaganya stabilitas moneter dan keuangan, terselenggaranya layanan sistem pembayaran yang aman, lancar, andal, dan efisien, serta memastikan ketersediaan uang layak edar yang higienis di masyarakat. Bank Indonesia juga mendorong masyarakat bertransaksi secara nontunai sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas. Berbagai upaya dilakukan untuk mendorong masyarakat bertransaksi secara nontunai, diantaranya melalui sosialisasi dan edukasi, serta meminta Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), dan stakeholders turut melakukan edukasi melalui kanal masing-masing.

Selain itu, Bank Indonesia melakukan sejumlah langkah kebijakan pada sistem pembayaran nontunai untuk menjaga stabilitas sistem pembayaran dan menjaga daya beli masyarakat di tengah perlambatan ekonomi akibat dari pandemi COVID-19, yaitu:

1. Memberlakukan Merchant Discount Rate (MDR) transaksi menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) sebesar 0% untuk kategori usaha mikro mulai 1 April 2020 sampai 30 September 2020.

Dengan pemberlakuan tersebut, PJSP tidak mengenakan biaya transaksi pemrosesan QRIS bagi pedagang dengan kategori usaha mikro. Dengan menggunakan QRIS, pedagang mendapatkan banyak manfaat. Pertama, pembayaran menggunakan QRIS mengikuti tren pembayaran nontunai digital yang artinya tersedia alternatif metode pembayaran bagi pembeli sehingga memperluas pangsa pembeli secara tidak langsung. Kedua, penggunaan QRIS berpotensi meningkatkan omzet penjualan karena tersedia alternatif pembayaran selain tunai. Selain itu, dengan adanya interoperabilitas antar PJSP, memungkinkan pedagang menerima pembayaran dari pembeli yang menggunakan berbagai macam aplikasi pembayaran QR yang dimiliki. Ketiga, mengurangi kesulitan menyediakan uang pecahan kecil untuk uang kembalian. Keempat, hasil penjualan tercatat otomatis dan uangnya langsung tersimpan di bank sehingga dapat dimonitor setiap waktu. Kelima, terbangun profil kreditur bagi penyedia pinjaman seperti bank berdasarkan transaksi penjualan yang tercatat, sehingga terdapat peluang bagi pedagang mengajukan dan mendapatkan pinjaman modal kerja.

2. Mengeluarkan kebijakan penurunan biaya layanan Transfer Dana melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mulai 1 April 2020 sampai 31 Desember 2020.

Biaya pengiriman Data Kliring Elektronik yang dibebankan Bank Indonesia pada bank semula Rp600 menjadi Rp1, kemudian biaya transfer dana yang dibebankan pada bank pada nasabah dari semula maksimal Rp3.500 menjadi maksimal Rp2.900.

3. Mendukung program pemerintah dalam percepatan penyaluran program-program bantuan sosial secara nontunai ke masyarakat bersama PJSP, melalui akselerasi elektronifikasi penyaluran program-program sosial pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Prakerja, dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Dengan senantiasa mengedepankan aspek kemanusiaan dan kesehatan masyarakat, Bank Indonesia bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Jasa Keuangan, industri Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), dan Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR), tetap menyediakan layanan transaksi keuangan dan transaksi pembayaran untuk memfasilitasi kegiatan perekonomian dan kebutuhan masyarakat di tengah upaya mencegah penyebaran COVID-19. Bank Indonesia telah menyampaikan surat pada PJSP dan PJPUR mengenai Keberlangsungan Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengolahan Uang Rupiah dalam Kondisi Darurat COVID-19, termasuk Kapolda Metro Jaya, dan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati).

KebijakanBankIndonesiadiBidangSistemPembayaranuntukMemitigasiPandemiCOVID-19danDampaknyaterhadapEkonomi

Page 126: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

112Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Selain itu, disusun Frequently Asked Question (FAQ) keberlangsungan penyelenggaraan SP PUR dalam kondisi darurat COVID-19 untuk memperkuat front office (Contact Center BI), yang disusun berdasarkan pertanyaan stakeholders pada Contact Center BI/satker dan imaginary questions oleh Tim PIC Satker COVID-19 bidang SP-PUR, yang dimuat di website Bank Indonesia.

Bank Indonesia menetapkan penyesuaian jadwal kegiatan operasional Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), Bank Indonesia Electronic Trading Platform (BI-ETP), dan SKNBI yang berlaku mulai 30 Maret 2020 sampai dengan 29 Mei 2020 (masa status darurat yang ditetapkan Pemerintah) sebagai berikut:

Jenis Transaksi Semula Menjadi

BI-RTGS, BI-SSSS, dan BI-ETP

SKNBI

Penarikan Kas 06.30 – 11.00 WIB 06.30 – 11.00 WIB

Transaksi Nasabah dan Penerimaan Negara 06.30 - 16.30 WIB 06.30 – 15.00 WIB

Transaksi Pemerintah, Antarbank, FLI, SB & Pasar Modal 06.30 - 17.00 WIB 06.30 - 15.30 WIB

Cut-Off Warning BI-RTGS, BI-SSSS, BI-ETP 17.00 WIB 15.30 WIB

Pre Cut off BI-RTGS dan BI-SSSS 18.00 WIB 16.30 WIB

Cut Off BI-RTGS 19.00 WIB 17.00 WIB

Cut Off BI-SSSS 18.30 WIB 17.00 WIB

Cut Off BI-ETP 18.00 WIB 16.30 WIB

Siklus Layanan Transfer Dana dan Pembayaran Reguler 9 kali (per jam) 8 kali (per jam)

Setelmen Pengembalian Prefund Debit 16.30 WIB 15.00 WIB

Setelmen Pengembalian Prefund Kredit 17.00 WIB 15.30 WIB

Setelmen Layanan Penagihan Reguler 16.30 WIB 14.30 WIB

Layanan Kliring Warkat Debet :

Zona 1 13.30 WIB 12.30 WIB

Zona 2 14.30 WIB 13.30 WIB

Zona 3 15.30 WIB 14.30 WIB

Zona 4 12.00 WIB 12.00 WIB

Tabel 3.8. Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional BI-RTGS, BI-SSS, BI-ETP, dan SKNBI

Page 127: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

113Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

3.5.5 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah

Dalam pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia memiliki misi menyediakan uang layak edar, denominasi sesuai, just in time melalui central bank driven, selaras dengan arah kebijakan non tunai serta memperhatikan efisiensi dan kepentingan nasional. Dalam mencapai misi dan sinergi bauran kebijakan, Bank Indonesia melakukan evaluasi strategi pencapaian melalui tiga pilar pengelolaan uang Rupiah, yaitu (i) ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya, (ii) Sistem Distribusi Uang yang Efisien dan Layanan Kas Prima, serta (iii) Infrastruktur Pengelolaan Uang Rupiah yang Memadai dan Berbasis Teknologi.

1. Ketersediaan Uang Rupiah yang Berkualitas dan Terpercaya

Berdasarkan misi Bank Indonesia di bidang pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia berkewajiban memenuhi kebutuhan Uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Pemenuhan kebutuhan Uang Rupiah ini bertujuan untuk mendukung aktivitas ekonomi dan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Misi ini tertuang dalam pilar 1 untuk memastikan ketersediaan Uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya.

Upaya yang dilakukan Bank Indonesia guna mencapai tujuan dari pilar pertama selama Triwulan I 2020 adalah sebagai berikut:

a. Koordinasi dengan Pemerintah Republik Indonesia dalam Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan Uang

Bentuk koordinasi dituangkan dalam Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

tentang Pelaksanaan Koordinasi dalam Perencanaan dan Pencetakan, serta Pemusnahan Uang Rupiah, yang ditandatangani Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan RI selaku wakil dari Pemerintah Republik Indonesia pada 27 Juni 2012.

Dalam meningkatkan governance dan kualitas proses bisnis di Bank Indonesia dalam mengelola Uang Rupiah serta sebagai tindak lanjut dari implementasi Framework PUR 2019-2025, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan ketentuan pengelolaan Uang Rupiah dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah dan Peraturan Dewan

Gubernur Bank Indonesia (PDG) Nomor 21/4/PDG/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah. Kedua ketentuan tersebut berlaku sejak 30 Agustus 2019 menggantikan ketentuan sebelumnya yaitu PBI Nomor 14/7/PBI/2012 tentang Pengelolaan Uang Rupiah dan PDG Nomor 14/13/PDG/2012 tentang Pengelolaan Uang Rupiah.

Melalui penyempurnaan tersebut, 3 (tiga) PBI terkait dengan PUR yang telah dikeluarkan sebelumnya, yaitu PBI tentang Pengelolaan Uang Rupiah, PBI tentang Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah dan PBI tentang Penitipan Sementara Surat Yang Berharga Dan Barang Berharga Pada Bank Indonesia diharmonisasikan dan dikodifikasi menjadi 1 (satu) ketentuan yaitu PBI Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah. Disisi lain, PDG PUR Nomor 21/4/PDG/2019 menyempurnakan PDG PUR yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan materi penyempurnaan yang mencakup pengaturan terkait Uang Rupiah Khusus (URK), pencetakan uang Rupiah dengan mekanisme finished notes/coins, serta penguatan terhadap pengaturan kas titipan.

Sebagai upaya pemenuhan amanat UU Mata Uang, Bank Indonesia menyusun Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) secara berkala. EKU merupakan perhitungan proyeksi kebutuhan uang Rupiah meliputi jumlah dan komposisi pecahan, baik untuk wilayah Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) maupun Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia (KPwBI) dalam periode tertentu. EKU digunakan sebagai acuan Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan strategis berupa penetapan rencana pencetakan Uang Rupiah serta kebutuhan bahan baku Uang Rupiah dalam rangka memenuhi permintaan uang kartal di masyarakat, mengganti Uang Rupiah yang tidak layak edar (UTLE), serta menjaga kecukupan kas Bank Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia melakukan kegiatan evaluasi dan review terhadap EKU 2020-2021 yang diselaraskan dengan perkembangan asumsi makroekonomi terkini, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19, serta pemenuhan kebutuhan uang menjelang Ramadhan/Idul Fitri 2020. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan proyeksi EKU secara multiyears untuk 2022 dan 2023 sebagai proyeksi awal kebutuhan uang di masa mendatang. Kegiatan review dan proyeksi EKU tersebut dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam setahun untuk menjaga keakuratan data proyeksi.

Page 128: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

114Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Selanjutnya, Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan uang layak edar bagi masyarakat, yaitu uang Rupiah asli yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan Bank Indonesia. Penyediaan uang Rupiah yang berkualitas sangat penting dalam menjaga integritas Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan Negara Republik Indonesia. Selain itu, uang yang layak edar akan memberikan kenyamanan bertransaksi bagi masyarakat.

Sebagai wujud komitmen menyediakan uang yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia secara rutin melakukan pemusnahan uang. Pemusnahan dilakukan pada uang yang tidak layak edar baik berupa uang lusuh, uang rusak maupun uang Rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis dan/atau kurang diminati masyarakat, serta uang yang telah dicabut/ditarik dari peredaran. Beberapa contoh uang Rupiah tidak layak edar berdasarkan standar Bank Indonesia adalah uang yang kondisinya telah berubah, antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan coretan atau yang fisiknya telah berubah karena terbakar, berlubang, atau robek.

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pemusnahan sebanyak 1,6 miliar bilyet atau senilai Rp49,9 triliun yang seluruhnya merupakan uang kertas. Jumlah bilyet dan nilai nominal uang yang dimusnahkan tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 1,8 miliar bilyet uang kertas atau senilai Rp50,9 triliun.

Pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/1/PBI/2020 tentang Jumlah dan Nilai Nominal Uang Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2019. PBI ini merupakan pelaksanaan atas amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang yang ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI).

Sebagai bentuk koordinasi dengan Pemerintah, Bank Indonesia telah menyampaikan laporan jumlah dan nilai nominal Uang Rupiah yang dimusnahkan periode Triwulan IV tahun 2019. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dan Nota Kesepahaman Nomor tanggal 27 Juni 2012 tentang Pelaksanaan Koordinasi Dalam Rangka Perencanaan dan Pencetakan serta Pemusnahan Uang Rupiah. Sementara itu, laporan pemusnahan

uang Rupiah periode Triwulan I 2020, disampaikan pada Kementerian Keuangan pada April 2020.

b. Kerjasama pencetakan uang Rupiah dengan Perusahaan Umum Pencetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri)

Pencetakan uang Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan suatu rencana cetak tahunan. Rencana tersebut mencakup rencana jumlah nominal dan jumlah lembar untuk uang Rupiah kertas, serta rencana jumlah nominal dan keping untuk uang Rupiah logam. Sesuai amanat UU Mata Uang, pencetakan uang Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan menunjuk badan usaha milik negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan uang Rupiah. Saat ini, Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) merupakan satu-satunya BUMN yang bergerak dalam bidang pencetakan uang Rupiah.

Guna menjamin pencetakan uang Rupiah dilakukan sesuai rencana yang ditetapkan, Bank Indonesia berupaya meningkatkan kerjasama dengan Perum Peruri, baik dalam penetapan jadwal pencetakan maupun selama proses pencetakan uang Rupiah. Hal ini dilakukan untuk mendukung pencapaian misi Bank Indonesia di bidang pengelolaan uang Rupiah, yaitu memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pencetakan Uang Rupiah sejumlah Rp67,2 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas uang Rupiah kertas Rp67,2 triliun atau sebanyak 1,2 miliar bilyet dan uang Rupiah logam Rp74,0 miliar atau sebanyak 260 juta keping

c. Pencabutan dan Penarikan Uang Rupiah

Pencabutan dan Penarikan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan Uang Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan pencabutan dan penarikan Uang Rupiah dari peredaran untuk mencegah dan menekan peredaran Uang Rupiah palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan Uang Rupiah. Pelaksanaan pencabutan dan penarikan Uang Rupiah dilakukan melalui PBI yang diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 129: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

115Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Uang Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran dapat ditukarkan dengan uang Rupiah layak edar, dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu penukaran untuk uang Rupiah yang dicabut setelah berlakunya UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, adalah 10 tahun setelah uang dinyatakan dicabut dan ditarik dari peredaran. Apabila jangka waktu 10 tahun sejak penetapan pencabutan dan penarikan Uang Rupiah dari peredaran telah terlampaui, maka uang tersebut tidak dapat ditukarkan kembali. Sementara itu, untuk uang Rupiah yang dicabut sebelum berlakunya UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan masih memiliki jangka waktu penukaran, maka penukaran tersebut hanya bisa dilakukan di Bank Indonesia.

Selama periode laporan, tidak terdapat pencabutan dan penarikan Uang Rupiah. Sampai dengan akhir Triwulan I 2020 terdapat 19 jenis pecahan uang kertas dan lima jenis pecahan uang logam yang dicabut dan ditarik dari peredaran, namun masih dapat ditukarkan dengan uang Rupiah layak edar. Seluruh pecahan uang Rupiah kertas yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran tersebut hanya dapat ditukarkan di Bank Indonesia.

Pada triwulan laporan, jumlah penukaran uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran ke Bank Indonesia terdiri atas uang Rupiah kertas sebanyak enam bilyet atau senilai Rp60.000 dan 500 keping uang Rupiah logam atau senilai Rp12.500. Selanjutnya, Bank Indonesia memusnahkan uang Rupiah yang sudah tidak berlaku tersebut.

d) Pencegahan terhadap tindak pidana kejahatan mata uang Rupiah

Salah satu tantangan yang dihadapi Bank Indonesia adalah peredaran uang Rupiah palsu. Peredaran uang Rupiah palsu secara langsung merugikan masyarakat, karena tidak ada penggantian terhadap uang palsu yang tanpa sengaja diterima oleh masyarakat. Peredaran uang palsu juga berpotensi mengganggu kestabilan ekonomi nasional dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap uang Rupiah.

1) Sosialisasi dan Edukasi Publik mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah

Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi publik mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR), serta publikasi melalui media massa baik media elektronik dan media cetak, maupun melalui media sosial.

Bank Indonesia juga senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai CIKUR sehingga mempersempit ruang gerak peredaran uang palsu.

Selama Triwulan I 2020, kegiatan sosialisasi ciri keaslian uang Rupiah dilakukan di lokasi kas titipan wilayah Padang, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Gunung Sitoli. Selain itu, kegiatan edukasi juga dilakukan pada cash handler PT. Bank Syariah Mandiri, perbankan, PJPUR, Ikatan Istri Mahkamah Agung RI - Dharmayukti Karini dan Aparkum di wilayah Sulawesi Tenggara.

Kegiatan sosialisasi dan edukasi publik pada Triwulan I 2020 dilakukan sebanyak 9 kali dengan jumlah peserta sebanyak 1.601 orang. Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai ciri keaslian uang Rupiah, cara merawat Rupiah, Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BICAC) sehingga diharapkan masyarakat dapat terhindar dari peredaran uang palsu yang dapat merugikan masyarakat.

2) Publikasi mengenai ciri keaslian uang Rupiah

Guna memperkuat kegiatan sosialisasi dan edukasi secara langsung kepada masyarakat, Bank Indonesia menerbitkan publikasi mengenai uang Rupiah untuk menjangkau target masyarakat yang lebih luas. Publikasi dilakukan melalui media massa, baik media elektronik (TV maskapai Garuda Indonesia Airlines dan commuterline), media cetak (buku dan majalah), maupun melalui media sosial.

Publikasi mengenai uang Rupiah dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM) dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu Pengelolaan Uang Rupiah, Ciri Keaslian Uang Rupiah, dan Cara Merawat Uang Rupiah. Pada Triwulan I 2020, publikasi ILM merawat Uang Rupiah dan CIKUR dilakukan melalui media luar ruang (TV penumpang maskapai Garuda Indonesia Airlines, commuterline) dan media massa, baik media elektronik (TVRI dan televisi Bandara) maupun secara viral melalui media sosial seperti Youtube, Twitter dan Instagram serta media online melalui minisite Rupiah pada website BI (www.bi.go.id). Selain itu, publikasi merawat Rupiah dan CIKUR juga dilakukan melalui video Edukasi Rupiah dan buku Cerita Anak Seri “Aku Cinta Rupiah” yang dibagikan kepada Kantor Perwakilan Bank

Page 130: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

116Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Indonesia di daerah. Publikasi merawat Rupiah juga telah dilakukan melalui pemasangan iklan di beberapa majalah seperti majalah INSANI dan Lentera Citra.

Selain itu, untuk menjangkau wilayah terluar, terdepan, dan terpencil (3T) di Indonesia, Bank Indonesia melakukan publikasi melalui kegiatan sosialisasi cara merawat Uang Rupiah pada layanan kas keliling kepulauan 3T bekerja sama dengan TNI AL. Pada Triwulan I 2020, publikasi dilakukan di tiga pulau di wilayah Padang, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur.

Di tengah pandemi COVID-19, pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia memberikan edukasi Rupiah terkait langkah-langkah Bank Indonesia meminimalisasi pencegahan COVID-19 melalui uang Rupiah pada masyarakat melalui media sosial dan surat imbauan pada perbankan, PJPUR, dan BPR terkait panduan kebijakan layanan tunai dalam memitigasi penyebaran COVID-19. Selain itu juga bersama-sama memberikan informasi pada nasabah untuk senantiasa menjaga kebersihan diri dengan disiplin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun/hand sanitizer setelah memegang uang.

3) Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap barang bukti uang Rupiah yang diduga palsu dari kepolisian

Bank Indonesia melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap barang bukti uang Rupiah

yang diduga palsu atas dasar permintaan Kepolisian. Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut menjadi salah satu alat bukti utama pihak Kepolisian dalam melakukan penuntutan hukum yang akan diserahkan ke Kejaksaan. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan tiga kali pemeriksaan laboratoris terhadap Uang Rupiah yang diduga palsu dengan barang bukti sebanyak 7.756 lembar yang terdiri atas pecahan Rp100.000 sebanyak 7.754 lembar, pecahan Rp50.000 sebanyak dua lembar. Sesuai kebijakan Bank Indonesia, pada masa pandemi COVID-19, maka layanan ini untuk sementara ditiadakan sejak 16 Maret 2020.

4) Pemberian keterangan ahli dalam tindak pidana uang Rupiah palsu

Bank Indonesia sebagai lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah, memberikan dukungan penegakan hukum dalam bentuk pemberian keterangan ahli uang Rupiah. Hal ini dilakukan Bank Indonesia sebagai wujud nyata penerapan langkah represif penanganan kasus uang palsu. Pemberian keterangan ahli tersebut dilakukan pegawai Bank Indonesia, baik di Pengadilan maupun di Polri pada kasus tindak pidana pemalsuan Uang Rupiah. Dalam memberikan dukungan penegakan hukum melalui penerapan langkah represif, Bank Indonesia sudah memberikan tiga kali keterangan ahli di Polri dan tiga kali keterangan ahli di persidangan pada kasus tindak pidana pemalsuan uang

Infografis 3.7. Peta Sebaran Kasus Uang Palsu Nasional

Lhokseumawe1 Ks

55 Lbr

Riau1 Ks

17 Lbr

Palangkaraya1 Ks

172 Lbr

Jakarta6 Ks

14.240 Lbr

Bengkulu2 Ks

42 Lbr

Purwokerto1 Ks

14 Lbr

Jawa Timur1 Ks

1 Lbr

Kediri3 Ks

73 Lbr

NTB1 Ks

26 Lbr

Sulsel1 Ks

95 Lbr

Sulteng2 Ks

4 Lbr

KalimantanSelatan

1 Ks166 Lbr

Page 131: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

117Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

2. Sistem Distribusi Uang yang Efisien dan Layanan Kas Prima

Sementara itu, dalam melakukan pendistribusian, Bank Indonesia selalu mengoptimalkan sumber daya yang ada dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan proses pendistribusian Uang Rupiah ke seluruh penjuru dunia berjalan dengan lancar, aman, dan efisien. Pilar kedua membantu Bank Indonesia untuk mencapai sistem distribusi uang yang efisien dan layanan kas yang prima.

Guna mencapai pilar kedua terkait sistem distribusi uang yang efisien dan layanan kas yang prima, Bank Indonesia melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Peningkatan persediaan uang Rupiah di Kantor Pusat maupun di seluruh Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia.

Kegiatan distribusi Uang Rupiah ke seluruh Indonesia merupakan tugas Bank Indonesia untuk menjaga ketersediaan Uang Rupiah dalam jumlah yang cukup, pecahan yang sesuai, tepat waktu dan kualitas yang layak edar. Mekanisme distribusi Uang Rupiah dilakukan dari KPBI kepada KPwBI, baik melalui Kantor Depot Kas (KDK) maupun pengiriman secara langsung, dengan mempertimbangkan efisiensi jalur distribusi dan ketersediaan moda transportasi. KDK merupakan KPwBI yang berfungsi sebagai depo distribusi bagi KPwBI lainnya yang berada di wilayah koordinasinya. Saat ini terdapat 12 KDK yaitu empat KDK di wilayah Sumatera (Medan, Pekanbaru, Palembang dan Lampung), tiga KDK di wilayah Jawa (Bandung, Semarang dan Surabaya), dua KDK di wilayah Kalimantan (Banjarmasin dan Balikpapan), serta tiga KDK di wilayah Sulampua Bali Nusra (Denpasar, Makassar dan Manado). Sementara itu, empat KPwBI yang mendapatkan pengiriman langsung dari KPBI adalah KPwBI Provinsi Kepulauan Riau, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, KPwBI Provinsi Banten dan KPwBI Cirebon.

Moda transportasi utama dalam kegiatan distribusi uang yaitu melalui darat dengan menggunakan truk Bank Indonesia, truk kontainer dan kereta api, serta melalui laut dengan menggunakan kapal barang dan kapal penumpang. Dalam kondisi tertentu, Bank Indonesia juga menggunakan moda transportasi udara (pesawat) untuk mendistribusikan uang Rupiah.

Dalam menjaga kelancaran distribusi uang, Bank Indonesia meningkatkan kerja sama dengan berbagai instansi penyedia moda transportasi yaitu PT. Kereta

Rupiah di Pengadilan Negeri Cibadak, Ciamis dan Bogor. Sebagai tindak lanjut atas keterangan ahli oleh Bank Indonesia, pihak aparkum dan pengadilan memberikan hasil putusan berupa sanksi pidana sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

5) Koordinasi dengan Aparat Penegak Hukum (Aparkum)

Dalam penanggulangan uang palsu, Bank Indonesia bekerja sama dan berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal). Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia melaksanakan rapat koordinasi bersama dengan seluruh unsur Botasupal dan asosiasi di bidang sistem pembayaran. Pokok-pokok hasil pembahasan Rakor Botasupal dimaksud yaitu perlunya pemantauan lebih terukur dan ketat untuk meminimalisasi penyalahgunaan alat dan bahan cetak serta internet untuk mendukung tindak pidana pemalsuan uang, melakukan pemblokiran situs/akun yang melakukan penawaran penjualan uang palsu melalui media online dan Botasupal bersama dengan asosiasi melakukan sosialisasi pada masyarakat dan pelaku usaha terkait penangulangan uang palsu dan penggunaan dokumen security di lingkungan pelaku usaha. Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan hakim senior Mahkamah Agung RI dalam meningkatkan pemahaman dan pendalaman strategi penanggulangan uang palsu di wilayah Sumatera Utara. Selain itu, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Polri terkait pengungkapan kasus uang palsu di wilayah Tambun Bekasi, kasus tindak pidana uang Rupiah palsu bersama Bareskrim Polri serta berkoordinasi dengan KPw BI Provinsi Lampung dalam sosialisasi Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja antara Bank Indonesia dan Polri pada pejabat utama di lingkungan Polda Lampung dan berkoordinasi dengan KPw BI Provinsi Sultra dalam pemusnahan temuan uang palsu dan sosialisasi ketentuan SPPUR pada Aparkum se-Sulawesi Tenggara.

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan aparkum terkait pengungkapan kasus uang Rupiah palsu secara cyber patrol di media online, merchant online dan media sosial untuk mempersempit ruang gerak peredaran uang Rupiah palsu secara online di masyarakat.

Page 132: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

118Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Api Indonesia (KAI), PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dan PT. Silkargo Indonesia (Silkargo). Selain itu, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut (TNI-AL) dalam penyediaan pengawalan dan pengamanan jalur distribusi uang dan layanan kas di seluruh wilayah NKRI.

Selama triwulan laporan, realisasi net distribusi uang Rupiah mencapai Rp71,3 triliun dalam berbagai pecahan yang terdiri dari pengiriman uang (remise) sebesar Rp73,6 triliun dan pengembalian uang (retur) sebesar Rp2,2 triliun. Realisasi net distribusi uang tersebut mengalami kenaikan 32,7% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp53,7 triliun. Kenaikan net distribusi tersebut merupakan bentuk front loading untuk mengantisipasi kebutuhan uang masyarakat selama pandemi COVID-19 dan persiapan pemenuhan kebutuhan uang kartal perbankan dan masyarakat dalam menyambut Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2020.

Berdasarkan wilayah, net pengiriman uang untuk memenuhi kebutuhan di Kantor Pusat Bank Indonesia sebesar Rp16,0 triliun dan KPwBI yaitu sebesar Rp55,3 triliun. Pangsa terbesar net pengiriman uang ke KPwBI ditujukan ke KPwBI di wilayah Sumatera sebesar Rp18,7 triliun, diikuti Jawa sebesar Rp16,0 triliun, dan Sulampua Bali Nusra sebesar Rp12,6 triliun, sementara di wilayah Kalimantan sebesar Rp7,9 triliun.

Guna memenuhi kebutuhan persediaan uang di KPwBI, kegiatan distribusi uang selama periode

laporan dilakukan sebanyak 58 kali pengiriman atau naik sebesar 81,3% dibanding triwulan sebelumnya 32 kali pengiriman. Kegiatan distribusi uang tersebut menggunakan moda transportasi berupa kapal penumpang sebanyak 12 kali, kapal barang sebanyak 12 kali dan truk BI sebanyak 34 kali. Strategi dalam melakukan kegiatan distribusi uang selama periode laporan yaitu kebijakan front loading atau percepatan pengiriman uang mulai awal triwulan laporan, dengan tetap mempertimbangkan jadwal moda transportasi dan kapasitas khazanah KPwBI. Selanjutnya, strategi yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi biaya distribusi uang adalah melakukan pengiriman uang secara simultan untuk dua KDK/KPwBI tertentu (Jakarta-Batam-Medan) dengan menggunakan kapal penumpang. Selain itu, dilakukan juga pengiriman uang ke KDK Semarang dengan menggunakan moda transportasi truk Bank Indonesia setelah beroperasinya tol Cipali yang cukup berdampak pada efisiensi biaya dan waktu pengiriman. Sementara, untuk pemenuhan kebutuhan KDK Denpasar lebih dioptimalkan melalui KDK Surabaya dengan menggunakan kapal penumpang.

b. Layanan Penarikan dan Penyetoran oleh Perbankan

Pada triwulan laporan, jumlah uang yang ditarik perbankan dari Bank Indonesia melalui kegiatan penarikan bank tercatat Rp115,4 triliun atau turun 39,1% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp189,6 triliun. Hal ini sejalan dengan pola musiman paska periode Hari Raya Natal dan akhir tahun 2019. Sementara itu, jumlah uang yang disetorkan perbankan melalui kegiatan penyetoran bank mengalami peningkatan 37,1% (qtq) dibanding

Gambar 3.1. Jalur Distribusi Uang Rupiah oleh Bank Indonesia

Page 133: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

119Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

250

200

150

100

50

-

200%

150%

100%

50%

0%

-50%

-100%

Rp Triliun

Bayaran BankGrowth

20172016 2018 2019Q I Q II Q IIIQ IV

2015Q I Q II Q IIIQ IV Q I Q II Q IIIQ IV Q I Q II Q IIIQ IV Q IIIQ IVQ I

2020Q IQ II

Sumatera;20,4%

Jawa; 41,1%

Kalimantan;12,3%

Balinusra;6,3%

Sulampua;19,8%

250

200

150

100

50

-

140%120%100%80%60%40%20%0%-20%-40%-60%

Rp Triliun

Setoran BankGrowth

20172016 2018 2019Q I Q II Q IIIQ IV

2015Q I Q II Q IIIQ IV Q I Q II Q IIIQ IV Q I Q II Q IIIQ IV Q IIIQ IVQ I

2020Q IQ II

triwulan sebelumnya Rp135,9 triliun menjadi Rp186,4 triliun.

c. Layanan Kas Keliling

Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum terjangkau layanan kas Bank Indonesia atau belum terlayani perbankan, Bank Indonesia mengoptimalkan layanan Kas Keliling. Bentuk layanan kas berupa penukaran uang layak edar dan penggantian uang tidak layak edar, yang dilakukan secara wholesale (pada perbankan) dan/atau retail (pada masyarakat umum). Sesuai kebijakan Bank Indonesia pada masa pandemi COVID-19, maka seluruh kegiatan layanan kas luar kantor termasuk kas keliling dan dan kegiatan kas keliling di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan terpencil) untuk sementara dihentikan sejak 16 Maret 2020.

Selama Triwulan I 2020, jumlah penukaran uang Kas Keliling tercatat Rp382,6 miliar atau turun 25,4% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp513,1 miliar. Penurunan dipengaruhi faktor musiman seiring

turunnya kebutuhan uang kartal perbankan dan masyarakat pasca periode Natal dan akhir tahun 2019. Jumlah nominal penukaran uang melalui Kas Keliling tertinggi di wilayah Jawa sebesar Rp157,3 miliar dengan pangsa 41,1%. Diikuti wilayah Sumatera Rp78,2 miliar (pangsa 20,4%), Sulampua Rp75,9 miliar (pangsa 19,8%), Kalimantan Rp47,0 miliar (pangsa 12,3%), dan Bali Nusra Rp24,2 miliar (pangsa 6,3%).

Peningkatan kerja sama dengan lembaga lainnya juga dilakukan untuk memperluas cakupan kegiatan penukaran uang Rupiah kepada masyarakat. Pada triwulan laporan, dilakukan tiga kali kegiatan Kas Keliling di wilayah 3T (Terpencil, Terluar, dan Terdepan) bekerja sama dengan TNI-AL yang menjangkau 18 kepulauan 3T di tiga provinsi.

d. Perluasan jaringan Kas Titipan di daerah yang sulit atau belum terjangkau oleh layanan Bank Indonesia.

Penyelenggaraan Kas Titipan merupakan implementasi kebijakan Bank Indonesia dalam menyediakan layanan kas untuk memenuhi kebutuhan uang kartal bagi masyarakat dan perbankan serta menjamin uang yang beredar dalam kondisi layak edar (clean money policy), terutama di wilayah yang memiliki keterbatasan akses dan jarak ke Kantor Bank Indonesia. Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan pada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-bank di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu.

Selama triwulan laporan tidak terdapat pembukaan maupun penutupan kas titipan. Hal ini sebagai dampak dari implementasi Framework PUR, dimana efektivitas kas titipan dilihat berdasarkan kewilayahannya. Namun, saat ini terdapat satu kas titipan di daerah

Grafik 3.15. Jumlah Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank ke Bank Indonesia

Grafik 3.17. Pangsa Penukaran Uang Rupiah melalui Kas Keliling Berdasarkan Wilayah -Triwulan I 2020

Grafik 3.16. Jumlah Penarikan Uang Rupiah oleh Bank dari Bank Indonesia

Page 134: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

120Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Labuan Bajo yang sudah mendapatkan persetujuan pembukaan dan tertunda operasionalnya akibat Pandemi COVID-19. Di Pulau Jawa, Bank Indonesia akan mengoptimalkan peran perbankan sehingga peran Kas Titipan secara bertahap akan dialihkan ke kantor cabang perbankan. Untuk daerah non Pulau Jawa, waktu tempuh/akses merupakan pertimbangan dalam menilai efektivitas keberadaan kas titipan. Sampai akhir Triwulan I 2020 jumlah seluruh Kas Titipan Bank Indonesia sebanyak 95 kantor yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Bank Indonesia secara periodik melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggaraan Kas Titipan. Tujuan pemeriksaan untuk memastikan kepatuhan penyelenggaraan Kas Titipan sesuai Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Bank Indonesia dan bank pengelola. Pemeriksaan juga bertujuan melakukan evaluasi terhadap kinerja bank pengelola dan memastikan jumlah fisik uang Rupiah yang dititipkan sesuai dengan laporan yang disampaikan ke Bank Indonesia. Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pengawasan onsite pada 13 Kas Titipan yaitu tiga Kas Titipan di wilayah Sulawesi, tiga kas Titipan di wilayah Kalimantan, tiga Kas Titipan di wilayah Jawa, dua Kas Titipan di wilayah Sumatera, dan dua kas Titipan di wilayah Nusa Tenggara. Selain pengawasan onsite, Bank Indonesia juga melakukan pengawasan offsite di seluruh Kas Titipan. Pengawasan offsite meliputi laporan administrasi harian yang mencakup mutasi dan likuiditas perbankan, laporan bulanan yang mencakup saldo Kas Titipan, penyetoran/penarikan, Transaksi Uang

Kartal Antar Bank (TUKAB), proyeksi likuiditas, dan pembayaran polis asuransi, serta laporan insidental yang meliputi laporan perubahan terkait pengelolaan Kas Titipan. Secara umum, hasil pengawasan menunjukkan penyelenggaraan kegiatan Kas Titipan terlaksana dengan baik dan sesuai Perjanjian Kerja Sama.

e. Implementasi Peraturan Bank Indonesia mengenai penyelenggara jasa pengolahan uang Rupiah

Peran Bank Indonesia dalam mengedarkan uang Rupiah ke masyarakat tidak dapat dipisahkan dari peran Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR). Untuk itu, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/15/PBI/2016 tentang Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah pada 24 Agustus 2016 (PBI PJPUR). Dalam rangka penguatan kelembagaan PJPUR, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan dengan menerbitkan PBI Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah (PUR) yang salah satunya mengatur permodalan PJPUR serta melakukan standardisasi atas sarana dan prasarana penunjang kegiatan pengolahan uang Rupiah untuk menjaga pertumbuhan industri dan menciptakan persaingan usaha yang sehat. Selain itu, PBI Nomor 21/10/PBI/2019 tentang PUR, Bank Indonesia memberlakukan konsep two tiers di mana terdapat persetujuan prinsip untuk membuka PJPUR dan/atau kantor cabang dan izin/persetujuan operasional untuk memastikan kesiapan operasional PJPUR telah sesuai dengan standar Bank Indonesia sebelum PJPUR beroperasi.

Gambar 3.2. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia

Page 135: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

121Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Penerapan peraturan ini bertujuan agar Bank Indonesia dapat melakukan pengawasan terhadap kualitas pengolahan uang yang dilakukan PJPUR sehingga kualitas uang yang beredar sesuai dengan standar Bank Indonesia. Hal ini dapat terwujud apabila sarana dan prasarana yang digunakan PJPUR memiliki standar sesuai persyaratan Bank Indonesia. Selain itu, pengawasan terhadap PJPUR juga bertujuan meminimalisasi peredaran uang palsu.

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia memberikan izin operasional kepada satu PJPUR sehingga jumlah kas titipan menjadi 27. Bank Indonesia juga memberikan persetujuan pembukaan terhadap empat kantor cabang baru serta penutupan satu kantor cabang sehingga jumlah keseluruhan kantor cabang menjadi 366 kantor cabang di seluruh Indonesia.

Tabel 3.9. Bank Pengelola dan Peserta Kas Titipan

No. Bank Pengelola Lokasi Kas TitipanJumlahKas Titipan

Bank Aceh Syariah 1 Subulussalam.

Bank Riau dan Kepulauan Riau 3 Natuna, Kepulauan Meranti, Pasir Pengaraian.

Bank Bengkulu 1 Mukomuko

Bank Jawa Barat dan Banten 2 Sukabumi, Subang.

Bank Jawa Timur 4 Probolinggo, Banyuwangi, Bojonegoro, Madiun

Bank Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 6 Palopo, Pare-Pare, Bulukumba, Polewali Mandar, Bone, Pasangkayu

Bank Sulawesi Utara dan Gorontalo 4 Kotamobagu, Pohuwatu, Melonguane, Kepulauan Sitaro

Bank Sulawesi Tengah 1 Morowali

Bank Maluku dan Maluku Utara 3 Labuha, Namlea, Saumlaki

Bank Papua 5 Merauke, Fakfak, Bintuni, Wamena, Nabire

BPD Nusa Tenggara Timur 7 Maumere, Atambua, Ruteng, Ende, Lembata, Waikabubak, Alor

Bank Nusa Tenggara Barat 2 Bima, Sumbawa

Bank Kalimantan Barat 4 Sintang, Ketapang, Singkawang, Putussibau

Bank Kalimantan Tengah 4 Muara Teweh, Pangkalan Bun, Buntok, Lamandau

Bank Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara 6 Sangatta, Tanjung Selor, Tanjung Redeb, Melak, Tana Paser, Malinau

Bank Kalimantan Selatan 2 Batu Licin, Tabalong

95

Bank Mandiri 9Rantau Prapat, Tanjung Pinang, Tanjung Pandan, Singaraja, Sorong, Timika,Biak, Toli-Toli, Tahuna,

Bank Negara Indonesia 16 Gunung Sitoli, Muara Bungo, Padang Sidempuan, Sungai Penuh, Balige, Tanjung Balai Karimun, Rengat, Kebumen, Luwuk, Baubau, Tobelo, Parigi Moutong, Meulaboh, Kuala Tungkal, Sumenep, Sorong Selatan

Bank Rakyat Indonesia 13Lubuk Linggau, Dumai, Blangpidie, Liwa, Baturaja, Manna, Kabanjahe, Takengon, Kolaka, Poso, Serui, Waingapu, Sampit.

4

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

1

2

3

5 Bank Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 2 Prabumulih, Musi Banyuasin.

Total

Page 136: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

122Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Sebagai bentuk upaya untuk menjamin ketersediaan uang di masyarakat dan memitigasi risiko dalam pandemi COVID-19, Bank Indonesia melakukan penyesuaian kebijakan pengelolaan uang rupiah. Hal iIni sesuai dengan peran dan fungsi Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang masyarakat dalam jumlah dan jenis pecahan yang cukup dan tepat waktu serta dalam kondisi layak edar. Berbagai penyesuaian kebijakan yang dilakukan, yaitu :

1. Penguatan dan Perluasan Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kebijakan yang dilakukan untuk penguatan dan perluasan K3 adalah sebagai berikut:a. Memastikan pegawai yang melakukan kegiatan layanan kas dan pengolahan uang selalu dalam kondisi

sehat.b. Penggunaan masker dan sarung tangan oleh Kasir selama melakukan kegiatan pengelolaan uang Rupiah,

termasuk penggunaan hand sanitizer.c. Penyemprotan ruang kerja, area kas termasuk khazanah serta sarana pendukung perkasan dengan

disinfektan secara rutin.d. Pemeriksaan secara rutin kesehatan kasir dengan penyediaan dokter jaga.e. Melakukan pemeriksaan suhu badan dan mewajibkan penggunaan masker dan hand sanitizer bagi pihak

ketiga yang datang ke loket penukaran uang.

KomitmenBankIndonesiaDalamMenjagaKetersediaanUangLayakEdarSelamaPandemiCovid-19

Gambar 3.3. Penerapan K3 dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19

2. Penyesuaian Kegiatan Layanan Kas

Terkait dengan kebijakan layanan kas pada masa pandemi COVID-19, penyesuaian yang dilakukan adalah:

a. Memperpanjang jangka waktu penyetoran dan penarikan bank dari tiga hari kerja menjadi empat hari kerja termasuk penerapannya di Kas Titipan

b. Melakukan karantina terhadap uang masuk dari setoran perbankan selama 14 hari.c. Menghentikan layanan kas luar kantor seperti kas keliling, kas keliling 3T, BI Jangkau, dan layanan

penukaran. d. Penyesuaian waktu layanan kas dari pukul 08:00 – 12:00 WIB menjadi pukul 08:00 – 11:00 WIB, termasuk

pembatasan waktu layanan penukaran kepada internal. e. Menjamin ketersediaan dan kecukupan uang di masyarakat pada ATM, CDM, CRM, dan mesin transaksi

uang tunai lainnya.f. Pelaksanaan alternatif layanan kas berupa split operation layanan kas di Kantor Pusat dan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI). Untuk di Kantor Pusat Bank Indonesia, split operation dilaksanakan di dua lokasi yaitu di Kantor Pusat Bank Indonesia dan Kantor Bank Indonesia yang berlokasi di Cilangkap, serta Kantor Operasional Karawang sebagai back up.

g. Perbankan dengan PJPUR berperan aktif dalam mencegah meluasnya wabah COVID-19.

Page 137: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

123Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Gambar 3.4. Penerapan Physical Distancing di Loket Penukaran Uang

3. Pemenuhan Ketersediaan Uang di Masyarakat

Sementara untuk memenuhi ketersediaan uang di masyarakat, Bank Indonesia menetapkan kebijakan sebagai berikut:

a. Memastikan ketersediaan uang Rupiah di Kantor Pusat dan seluruh KPwBIb. Melakukan distribusi uang dengan mekanisme front loading (pengiriman dipercepat) ke seluruh KPwBI

sebagai antisipasi terjadinya kendala dalam moda transportasi.c. Melakukan pemantauan terhadap ketahanan posisi ketersediaan uang Rupiah di Kantor Pusat dan seluruh

KPwBI.d. Melakukan pengolahan uang setelah masa karantina selesai dilakukan.

Page 138: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

124Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Kerja sama Bank Indonesia dan Polri dalam penanggulangan uang Rupiah palsu dilaksanakan sesuai Nota Kesepahaman (NK) antara bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Nomor 21/7/NK/GBI/2019 atau B/105/VIII/2019 tanggal 30 Agustus 2019 tentang Kerja Sama Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kerja sama antara lain diwujudkan dengan pemeriksaan barang bukti pengungkapan kasus uang Rupiah palsu, pemberian keterangan ahli dalam pengungkapan kasus uang Rupiah palsu, sosialisasi/edukasi terkait uang Rupiah, serta koordinasi dan pertukaran informasi. Salah satu hasil nyata dari upaya untuk mencegah dan memerangi praktik pemalsuan uang Rupiah adalah melalui pemusnahan uang Rupiah palsu. Kegiatan pemusnahan uang Rupiah palsu tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia bersama Bareskrim Polri dan dihadiri oleh unsur Botasupal, perbankan dan PJPUR.

Bank Indonesia senantiasa melakukan upaya penanggulangan uang Rupiah palsu, baik dari sisi preventif melalui penguatan kualitas unsur pengaman, sosialisasi dan edukasi mengenai ciri keaslian uang Rupiah untuk melindungi masyarakat dari risiko menjadi korban penerimaan uang Rupiah palsu, serta mendukung upaya represif untuk memberikan efek jera pada pelaku pemalsuan uang melalui kerja sama dengan aparat penegak hukum.

PemusnahanUangRupiahPalsuSebagaiSalahSatuBentukKerjaSamaAntaraBankIndonesiaDenganPolri

Gambar 3.5. Kerjasama Bank Indonesia dan POLRI dalam Pemusnahan Temuan Uang Rupiah Palsu

“Bank Indonesia Bersinergi dengan Kepolisian Republik Indonesia Berkomitmen untuk Pemberantasan Peredaran Uang Rupiah Palsu di Indonesia”

Page 139: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

125Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2020

Bank Indonesia dan Polri terus bersinergi dalam upaya pemberantasan uang Rupiah palsu. Kerja sama antara lain diwujudkan dengan pemeriksaan barang bukti pengungkapan kasus uang Rupiah palsu, pemberian keterangan ahli dalam pengungkapan kasus uang Rupiah palsu, sosialisasi/edukasi terkait uang Rupiah, serta koordinasi dan tukar menukar informasi. Salah satu hasil nyata dari upaya untuk mencegah dan memerangi praktik pemalsuan uang Rupiah adalah pemusnahan uang Rupiah palsu.

Bareskrim Polri bekerja sama dengan Bank Indonesia melakukan pemusnahan temuan uang Rupiah palsu pada Rabu, 26 Februari 2019 di Bank Indonesia, Jakarta. Pemusnahan uang Rupiah palsu ini dilaksanakan berdasarkan surat penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 01/Pen.Mus.Pid/2019/PN.Jkt.Sel tanggal 27 Agustus 2019. Uang Rupiah palsu yang dimusnahkan berjumlah 50.087 lembar, mulai pecahan Rp.100.000,00 sampai pecahan Rp100,00, seluruhnya merupakan hasil temuan dari proses pengolahan uang dan klarifikasi masyarakat di Kantor Pusat Bank Indonesia tahun 2017 dan Januari 2018, yang bukan merupakan barang bukti kasus tindak pidana.

Tabel 3.10. Jumlah Uang Rupiah palsu yang dimusnahkan

Pemalsuan uang dilakukan dengan peralatan dan teknik sederhana sehingga hasilnya mudah dikenali dengan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Bank Indonesia selalu mengimbau masyarakat untuk mengenali ciri keaslian uang Rupiah dengan baik menggunakan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang), serta senantiasa menjaga dan merawat Rupiah agar mudah dikenali keasliannya. Hal ini penting untuk melindungi masyarakat dari risiko menjadi korban dari peredaran uang Rupiah palsu. Apabila masyarakat menemukan uang yang diragukan keasliannya, masyarakat dapat melakukan klarifikasi ke kantor Bank Indonesia terdekat, baik secara langsung atau melalui bank, serta melaporkan ke Kepolisian setempat, apabila menemukan adanya tindak pidana pemalsuan uang di lingkungannya.

Pecahan

Bilyet 19.026 28.823 1.534 550 146 2 3 3 50.087

Rp100.000 Rp50.000 Rp20.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp2.000 Rp500 Rp100 Total

Page 140: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

BAB 4Kapabilitas InternBank Indonesia

Page 141: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Bank Indonesia terus meningkatkan kapabilitas internal dengan menerapkan prinsip tata kelola yang baik (good governance), menjalankan berbagai perangkat manajemen strategi, audit internal, manajemen risiko, pengelolaan keuangan, sistem informasi, aspek hukum, organisasi dan manajemen sumber daya manusia, komunikasi dan edukasi kebansentralan serta program sosial Bank Indonesia.

Page 142: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

128Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

1. Mengacu pada siklus Sistem Perencanaan, Anggaran, dan Manajemen Kinerja (SPAMK), pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia melakukan proses penilaian kinerja Bank Indonesia dan Satker Tahun 2019, Evaluasi Akhir Tahun, sekaligus juga proses perencanaan tahunan 2021.

2. Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern tentang Manajemen Dokumen Elektronik Bank Indonesia untuk meningkatkan kelancaran proses administrasi dan pengambilan keputusan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen dokumen sesuai perkembangan teknologi, serta menyediakan dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah dan terpercaya.

3. Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia telah menerbitkan peraturan yang terdiri atas: empat PBI dan tiga PADG yang mengikat setiap orang atau badan, serta satu PDG dan lima belas PADG Intern yang merupakan aturan intern Bank Indonesia.

4. Selama Triwulan I 2020, pengelolaan risiko di Bank Indonesia difokuskan pada pengendalian risiko operasional khususnya untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan tugas dan layanan pada stakeholders, termasuk diantaranya pembentukan satuan tugas penanganan COVID-19 dan penerapan split operations untuk memastikan terjaganya keberlangsungan tugas kritikal.

5. Sebagai wujud komitmen tinggi Bank Indonesia untuk menjaga kode etik dan perilaku dan mendukung penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, 100% pegawai Bank Indonesia telah melakukan penyampaian Surat Pernyataan Tahunan dan LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

6. Sebagai bentuk akuntabilitas Bank Indonesia terhadap pelaksanaan tugas-tugasnya, Bank Indonesia melakukan penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia periode Triwulan IV 2019 dan 2019 kepada DPR, Pemerintah, dan stakeholders terkait.

7. Bank Indonesia telah menyampaikan tanggapan atas telaahan Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) periode Triwulan II 2019.

8. Secara reguler, Bank Indonesia melaksanakan proses audit internal terhadap satuan kerja. Pada Triwulan I 2020, dilaksanakan dua kali audit umum di Kantor Perwakilan Dalam Negeri, dua audit tematik di Kantor Pusat, dan satu kali audit Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR).

9. Bank Indonesia melakukan penyempurnaan organisasi satuan kerja gelombang kedua, termasuk diantaranya dengan penerapan pola kerja flat untuk meningkatkan fluidity proses kerja pada pada tiga satuan kerja.

10. Guna memenuhi kebutuhan SDM, selama Triwulan I 2020 Bank Indonesia melakukan kegiatan Rekrutmen melalui jalur Pendidikan Calon Pegawai Muda (PCPM) Angkatan 34 dan pengangkatan terhadap 159 peserta PCPM Angkatan 33.

11. Selama Triwulan I 2020, dilaksanakan Program Pengembangan SDM sebanyak 67 Program Pembelajaran dengan 1.726 peserta untuk Onboarding, CDP, CAP, dan CTP. Pelaksanaan program selama pandemik COVID-19 mengalami penyesuaian dalam metode delivery, dari tatap muka langsung menjadi distance learning.

RINGKASAN

Page 143: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

129Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

12. Pada Triwulan I 2020, dilaksanakan penilaian kinerja pegawai tahun 2019 di seluruh satuan kerja Bank Indonesia serta penyusunan Indikator Kinerja Individu (IKI) pegawai tahun 2020.

13. Sebagai bagian dari program budaya kerja untuk mendukung pencapaian visi Bank Indonesia, Bank Indonesia melakukan transformasi budaya kerja melalui 3 program yaitu Program BI Inovasi, BI Religi dan BI Prestasi. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia memberikan apresiasi terhadap satuan kerja atau individu yang menjalankan program budaya kerja organisasi Bank Indonesia dengan sangat baik dalam kegiatan Festival Budaya Kerja.

14. Bank Indonesia melakukan penyempurnaan ketentuan mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya terkait penyempurnaan segmentasi dan manajemen jalur karir pegawai, penajaman pengaturan manajemen kinerja, promosi grade serta pengelolaan pegawai melalui Program Pemberdayaan Khusus.

15. Untuk memberikan pemahaman dan membentuk ekspektasi stakeholder atas kebijakan Bank Indonesia serta memberikan feedback, baik terhadap proses komunikasi maupun kebijakan yang ditempuh (policy review), Bank Indonesia konsisten memfokuskan komunikasi kebijakan pada tugas moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah, khususnya di tengah pandemik COVID-19 yang melanda.

16. Dalam mewujudkan dukungan SI yang sesuai dengan era digital, pada Triwulan I 2020 Bank Indonesia melakukan implementasi beberapa sistem yang mendukung digitalisasi proses bisnis pada sektor Moneter, Market, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), serta Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR).

17. Bank Indonesia melaksanakan kegiatan sosial berupa Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) yang diarahkan pada upaya mendukung pengendalian inflasi, pengurangan Current Account Deficit (CAD), pemberdayaan ekonomi dan UMKM, pengembangan SDM unggul, serta memelihara dan mendorong kepedulian sosial di bidang lingkungan, kebudayaan, pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan bantuan penanggulangan bencana.

18. Guna meningkatkan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia, selama Triwulan IV 2019, Bank Indonesia melaksanakan beberapa program kerja diantaranya yang mendukung arah kebijakan Bank Indonesia dan memperkuat akuntabilitas Bank Indonesia diantaranya melalui penerapan Expected Credit Loss (ECL), penyusunan PKAK Syariah, serta pemeriksaan Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2019.

Page 144: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

130Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

dalam mencapai Visi dan Misi Bank Indonesia. Secara garis besar, SPAMK memiliki siklus yang terdiri atas lima tahapan yaitu perumusan strategi, perencanaan tahunan, pelaksanaan rencana tahunan, monitoring dan evaluasi, serta penilaian kinerja.

Tahap Perumusan Strategi merupakan tahap awal dari siklus Manajemen Strategis Bank Indonesia yang dilanjutkan dengan tahap Perencanaan Tahunan untuk merumuskan strategi Bank Indonesia pada 2020. Tahap Perencanaan Tahunan dilakukan melalui penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia 2020 serta penandatanganan Kontrak Program Strategis dan Kontrak Kinerja Satuan Kerja tahun 2020. Kontrak Kinerja tahun 2020 berisi kegiatan satuan kerja dalam pelaksanaan Program Strategis Bank Indonesia dengan mengacu pada target Destination Bank Indonesia 2024, IKU Bank Indonesia 2020, IKU Satker, dan rincian kegiatan satuan kerja yang turut menunjang pencapaian IKU Satker.

Selanjutnya, agar implementasi strategi dapat berjalan sesuai rencana, setiap bulannya dilakukan Evaluasi Kinerja Bulanan sebagai review atas progress pencapaian Kontrak Kinerja dan hal-hal penting lainnya. Review berkala ini sejalan dengan best practice manajemen organisasi modern antara lain untuk progress monitoring dan early warning.

Pada awal 2020, sebagai proses akhir dari siklus Manajemen Strategis Bank Indonesia juga dilakukan proses penilaian kinerja Bank Indonesia dan Satker Tahun 2019 serta Evaluasi Akhir Tahun pada bulan Januari 2020. Selanjutnya, proses perencanaan tahunan 2021 juga

4.1 Perencanaan Strategis Dan Manajemen Kinerja

Sistem Perencanaan, Anggaran, dan Manajemen Kinerja Bank Indonesia (SPAMK) terdiri dari lima tahapan yaitu perumusan strategi, perencanaan tahunan, pelaksanaan rencana tahunan, monitoring dan evaluasi, serta penilaian Kinerja. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia mengakhiri siklus PAMK 2019, menjalani siklus PAMK 2020, serta melaksanakan tahap perencanaan tahunan 2021.

Dalam memastikan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesia memiliki Sistem Perencanaan, Anggaran, dan Manajemen Kinerja Bank Indonesia (SPAMK). Sistem ini merupakan sistem yang mengelola proses manajemen strategis di Bank Indonesia dan mencakup aturan, perangkat serta mekanisme secara terintegrasi, sistematis, seimbang, dan berkelanjutan

Gambar 4.1. Framework Sistem Perencanaan Anggaran dan Manajemen Kinerja (SPAMK)

Sistem Perencanaan, Anggaran, dan Manajemen Kinerja Bank Indonesia (SPAMK) terdiri dari lima tahapan yaitu perumusan strategi, perencanaan tahunan, pelaksanaan rencana tahunan, monitoring dan evaluasi, serta penilaian Kinerja. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia mengakhiri siklus PAMK 2019, menjalani siklus PAMK 2020, serta melaksanakan tahap perencanaan tahunan 2021.

Page 145: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

131Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

satuan kerja termasuk akibat dampak COVID-19 dilakukan secara intens melalui evaluasi kinerja, baik bersifat bulanan maupun sewaktu-waktu. Monitoring juga dilengkapi dengan asesmen risiko dan pengendaliannya. Untuk perencanaan 2021, Bank Indonesia tetap berpandangan optimis kondisi perekonomian akan kembali meningkat. Terkait itu, program kerja yang disiapkan difokuskan pada upaya mendukung pemulihan ekonomi.

Meski dihadapkan pada pembatasan kegiatan kerja, namun inisiatif transformasi organisasi untuk menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan tetap dilakukan. Di Triwulan I 2020, Bank Indonesia mematangkan inisiatif integrasi empat fungsi strategis di area pengelolaan perencanaan, keuangan, manajemen risiko, dan pengendalian internal. Integrasi empat fungsi ini memperkuat keterhubungan antar fungsi sehingga proses perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program kerja tahunan dan jangka menengah dilakukan secara lengkap dari empat perspektif. Dengan demikian, setiap program kerja dapat dilakukan secara terencana, termonitor, dan terkendali dari sisi kinerja, efisien, efektif dan ekonomis dari sisi alokasi sumber daya termasuk angaran, teridentifikasi risiko dan mitigasinya, serta diyakini memiliki kecukupan dan efektivitas pengendalian internal. Dari aspek perencanaan dan manajemen kinerja, inisiasi baru ini memberikan dampak signifikan dalam mendukung tercapainya kinerja karena didukung tata kelola organisasi yang semakin baik. Penyempurnaan proses bisnis di area perencanaan dan manajemen kinerja akan dilakukan seiring implementasi integrasi empat fungsi di Bank Indonesia.

Salah satu pendukung tercapainya kinerja Bank Indonesia adalah peran aktif dari Performance Manager. Guna menunjang pengelolaan kinerja, setiap Satuan Kerja memiliki Performance Manager (PM) yang ditunjuk Pemimpin Satuan Kerja. Performance Manager harus memahami proses bisnis satuan kerja sehingga mampu mendukung perumusan program kerja dan sasaran satuan kerja, cara mencapainya dan ketersediaan resources yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam meningkatkan kapabilitas PM, pada Triwulan I 2020 diselenggarakan Forum Performance Manager 2020 dengan tema “BI Inovasi, BI Digital menuju BI 4.0”. Tema ini sejalan dengan arah strategis Bank Indonesia ke depan, yaitu mengedepankan inovasi dan digitalisasi dalam melaksanakan mandat dan tugas Bank Indonesia. Pada forum tersebut, para PM dibekali berbagai materi yang bertemakan inovasi maupun digitalisasi dari berbagai narasumber profesional. Melalui forum ini, PM diharapkan lebih memahami peran pentingnya dalam mendukung proses manajemen strategis Bank Indonesia guna mencapai visi dan misi Bank Indonesia.

mulai dilakukan di awal tahun melalui penyusunan analisis lingkungan strategis, penajaman roadmap Program Strategis dan penyusunan Arahan Tahunan Gubernur Bank Indonesia 2021.

4.1.1 Perencanaan Strategis Bank Indonesia

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia mengakhiri siklus PAMK 2019 menjalani siklus PAMK 2020, serta melaksanakan tahap perencanaan tahunan 2021. Berakhirnya siklus PAMK 2019 ditandai dengan proses evaluasi dan penilaian kinerja Bank Indonesia. Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian seluruh Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia 2019 yang ditetapkan di awal siklus PAMK dan secara triwulanan pencapaiannya dilaporkan tertulis pada DPR dan Pemerintah serta dipublikasikan pada masyarakat. IKU Bank Indonesia 2019 telah mencapai seluruh target yang ditetapkan. Hal ini dilakukan melalui upaya bauran kebijakan Bank Indonesia dan bauran kebijakan nasional yang telah membuahkan hasil yang baik dimana kestabilan nilai Rupiah terjaga dengan baik selama 2019. Kondisi yang baik juga tercermin dari kestabilan sistem keuangan, kelancaran dan kehandalan sistem pembayaran serta pengelolaan uang Rupiah. Pencapaian kinerja di level organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari kontribusi kinerja seluruh satuan kerja di Bank Indonesia termasuk kantor perwakilan di dalam negeri dan luar negeri sebagai implementator kebijakan dan fasilitator koordinasi dengan berbagai stakeholders. Tercapainya kinerja yang baik dari sisi kebijakan juga ditopang dengan pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, keuangan, dan aset dalam koridor tata kelola organisasi yang baik.

Memasuki siklus perencanaan tahunan 2021, Bank Indonesia mengawali dengan melakukan analisis terhadap lingkungan strategis, mereview pencapaian kinerja Bank Indonesia, dan milestone untuk mencapai Destination Statement 2024. Merebaknya pandemi COVID-19 secara cepat di Triwulan I 2020 menjadi perhatian dalam analisis lingkungan strategis. Sebagai langkah pencegahan meluasnya dampak pandemi COVID-19, Bank Indonesia harus melakukan refocussing kebijakan dan pelaksanaan tugas dengan memprioritaskan kegiatan yang bersifat kritikal guna memperkuat kestabilan moneter dan sistem keuangan serta menjaga kehandalan dan keamanan sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah. Kondisi pembatasan mobilitas sosial yang diberlakukan secara nasional juga memberikan konsekuensi terhadap pelaksanaan beberapa program kerja. Meskipun demikian, dengan bantuan teknologi informasi yang kolaboratif, Bank Indonesia tetap mengupayakan keseluruhan pelaksanaan tugas berjalan baik. Monitoring kinerja Bank Indonesia dan

Page 146: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

132Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Dalam upaya mencapai visi, misi dan strategi lembaga, Bank Indonesia perlu didukung sistem tata kelola yang baik (governance) dan mampu mengarahkan serta mengendalikan pelaksananan tugas dan wewenangnya secara efektif, berkinerja tinggi, dan dapat dipertanggungjawabkan. Terkait hal tersebut, pada 2015, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Dewan Gubernur tentang Tata Kelola (governance) Bank Indonesia, yang mengatur kerangka governance Bank Indonesia dengan

dilandasi lima elemen pokok yang saling berkaitan, yakni prinsip, komitmen, struktur, proses, dan hasil tata kelola (Gambar 4.2). Peraturan ini, diharapkan memberikan kesamaan pandang mengenai konsep dan desain governance, serta pelaksanaan governance secara konsisten dan terintegrasi di Bank Indonesia.

4.2.1 Prinsip Tata Kelola

Prinsip tata kelola merupakan sekumpulan nilai-nilai yang melandasi good central bank governance, yakni independensi, akuntabilitas, dan transparansi. Kedudukan bank sentral yang independen dan bebas dari kepentingan manapun diperlukan agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Untuk menjaga agar independensi dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, Bank Indonesia secara konsisten menerapkan mekanisme transparansi dan akuntabilitas publik dalam penetapan kebijakan dan pengelolaan organisasinya.

4.2.2 Komitmen Tata Kelola

Komitmen tata kelola menggambarkan komitmen Dewan Gubernur dan pegawai terhadap penerapan dan peningkatan tata kelola Bank Indonesia yang dicerminkan dalam visi, misi, nilai strategis, rencana strategi menengah dan panjang, kode etik dan pedoman perilaku, serta

Gambar 4.2. Governance Framework Bank Indonesia

Hasil Tata Kelola

Struktur Tata Kelola Proses Tata Kelola

Dewan GubernurHubungan dengan Pemangku

Kepentingan,Pelaporan, dan Keterbukaan

Manajemen Risiko danPengendalian Internal

Manajemen Kinerja

Perencanaan Strategis

Perumusan Kebijakan dan PengambilanKeputusan

Pengawasan terhadap Bank Indonesia

KREDIBILITAS

Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Strategis,Perilaku Utama

Prinsip TataKelola Independensi, Akuntabilitas, Transparansi

Komitmen Tata KelolaRencana Strategis Menengah Panjang

Kode Etik danPedoman Perilakuserta Penegakan

Disiplin

4.2 Tata Kelola Yang Mendukung Kredibilitas

Kerangka Kerja Tata Kelola Bank Indonesia dilandasi oleh 5 elemen pokok, yakni prinsip, komitmen, struktur, proses, dan hasil tata kelola. Selama Triwulan I 2020, dilakukan penyampaian tanggapan terhadap telaahan BSBI periode Triwulan II 2019, pengendalian risiko operasional khususnya untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan tugas dan layanan pada stakeholders di tengah kondisi pandemi COVID-19, serta penyampaian LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Page 147: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

133Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

perwujudan lingkungan Bank Indonesia yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, sejak tahun 2015, Bank Indonesia mewajibkan pimpinan dan pegawai Bank Indonesia untuk menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Yang diwajibkan melaporkan tidak hanya terbatas pada Anggota Dewan Gubernur, namun, mencakup pula pegawai dengan pangkat asisten manajer ke atas, serta pegawai dengan pangkat staf yang memiliki tugas yang berhubungan langsung dengan pihak eksternal misal pada bidang perizinan, pengadaan, penerimaan pegawai, perkasan, dan pengelolaan fisik uang. Sejalan dengan kewajiban yang diamanatkan dalam undang-undang, penyampaian LHKPN dilakukan setelah pengangkatan pertama kali sebagai pegawai, dan diperbaharui setiap 1 (satu) tahun dari penyampaian LHKPN sebelumnya. Sebelum memasuki batas usia pensiun, pegawai kembali diwajibkan untuk menyampaikan LHKPN. Pada Triwulan I 2020, pegawai senantiasa melakukan penyampaian LHKPN kepada KPK secara online dengan target waktu penyampaian diperpanjang yang semula 31 Maret 2020 menjadi 30 April 2020.

Dalam ketentuan terkait Kode Etik dan Pedoman Perilaku, pada setiap tahunnya, Anggota Dewan Gubernur dan pegawai diwajibkan menyampaikan Surat Pernyataan Tahunan. Surat Pernyataan Tahunan disampaikan pada awal tahun berjalan untuk pernyataan tahun sebelumnya. Surat pernyataan tahunan memuat pernyataan terhadap seluruh keadaan atau situasi yang memungkinkan timbulnya pelanggaran/ketidakpatuhan terhadap ketentuan kode etik dan pedoman perilaku Bank Indonesia. Dengan adanya pelaporan ini, diharapkan terdapat self-reminder kepada pegawai untuk selalu mematuhi dan menegakkan penerapan kode etik dan pedoman perilaku baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan bermasyarakat. Secara umum, terdapat komitmen yang tinggi dari pegawai untuk mematuhi ketentuan tersebut tercermin dari tingkat penyampaian surat pernyataan tahunan yang mencapai 100%.

Selain melalui kewajiban pelaporan, Bank Indonesia juga senantiasa meningkatkan awareness SDM Bank Indonesia terhadap ketentuan terkait Kode Etik dan Pedoman Perilaku, Whistle Blowing System (WBS), dan Disiplin Pegawai Bank Indonesia melalui berbagai kegiatan internalisasi dan program pembekalan pegawai baru. Dalam rangka membangun kesadaran terhadap pemenuhan standar etika publik, Bank Indonesia memberikan pelatihan professional

ethics untuk mengasah kepekaan terhadap dimensi etika dalam pengambilan keputusan.

4.2.3 Struktur Tata Kelola

Struktur tata kelola menggambarkan organ Bank Indonesia yang berwenang menjalankan mandat pelaksanaan tugas, serta pengawasan terhadap Bank Indonesia. Tujuannya memastikan pengendalian kewenangan Dewan Gubernur sebagai pimpinan tertinggi Bank Indonesia tetap sejalan dengan pencapaian tujuan Bank Indonesia. Selain itu, juga mewujudkan mekanisme checks and balances dalam penyelenggaraan lembaga negara yang baik.

Sebagai bentuk akuntabilitas Bank Indonesia terhadap pelaksanaan tugas-tugasnya, sesuai amanat Pasal 58 Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan wewenangnya pada DPR RI. Pada triwulan laporan, dilakukan penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Triwulan IV 2019 dan tahun 2019. Laporan dimaksud juga dipublikasikan oleh Bank Indonesia kepada masyarakat melalui website dan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) sebagai lembaga yang membantu fungsi pengawasan DPR RI terhadap Bank Indonesia secara berkala menyampaikan telaahan terhadap aspek anggaran dan kegiatan operasional. Dalam merespons rekomendasi BSBI, pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia menyampaikan tanggapan terhadap telaahan BSBI periode Triwulan II 2019 dengan memaparkan kondisi dan tantangan yang dihadapi serta tindak lanjut perbaikan ke depan.

Dalam aspek keuangan, dilakukan pengawasan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pada triwulan laporan, BPK melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2019. Pemeriksaan ini bertujuan agar auditor eksternal meyakini integritas pengelolaan keuangan Bank Indonesia, dimana LKTBI telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia. Hasil audit LKTBI tersebut akan disampaikan oleh BPK pada selambat-lambatnya awal Mei 2020. Pada prosesnya, Bank Indonesia memperkuat proses bisnis pemeriksaan antara lain melalui digitalisasi proses penyediaan dana dan informasi kepada BPK yang sebelumnya hanya menggunakan hard copy. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan aksesibilitas pengawasan BPK terhadap Bank Indonesia.

Page 148: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

134Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

4.2.4 Proses Tata Kelola

Proses tata kelola mengatur serangkaian standar dan prosedur pendukung tata kelola yang diimplementasikan pada seluruh aspek pelaksanaan tugas sebagai suatu sistem yang terencana, konsekuen, dan berkelanjutan. Proses tata kelola mencakup area perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, area perencanaan strategis dan manajemen kinerja, area manajemen risiko dan pengendalian internal, dan area hubungan dengan pemangku kepentingan, pelaporan, dan keterbukaan.

4.2.4.1 Perumusan Kebijakan dan Pengambilan Keputusan

Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia memiliki tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia diberi tugas dan wewenang di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, dan pengelolaan uang Rupiah. Pelaksanaan tugas dan kewenangan Bank Indonesia tersebut ditegaskan dengan status Bank Indonesia sebagai badan hukum publik yang berwenang dalam menetapkan peraturan perundang-undangan.

Dengan kedudukan sebagai lembaga negara khususnya sebagai badan hukum publik, Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Pelaksanaan tersebut diaktualisasikan melalui penetapan peraturan perundang-undangan berupa Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan Dewan Gubernur (PDG), Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG), dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern (PADG Intern). Selama Triwulan I 2020, Bank Indonesia telah menerbitkan peraturan yang terdiri atas: empat PBI dan tiga PADG yang mengikat setiap orang atau badan, serta satu PDG dan lima belas PADG Intern yang merupakan aturan intern Bank Indonesia.

Pada Triwulan I 2020, dilakukan penguatan pada proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan melalui penyusunan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern tentang Manajemen Dokumen Elektronik Bank Indonesia. Dengan adanya peraturan ini, proses pengelolaan dokumen yang semula dilakukan secara hardcopy diubah menjadi secara elektronik dengan mengedepankan penerapan prinsip tata kelola, sejalan dengan peraturan perundang-undangan informasi dan transaksi elektronik, serta mengikuti perkembangan teknologi dan informasi

terkini. Pada tahap awal, penerapan dokumen elektronik masih terbatas pada beberapa dokumen administratif dan/atau korespondensi. Dengan adanya penerbitan peraturan ini, proses pengelolaan dokumen yang semula dilakukan secara hardcopy diubah menjadi secara elektronik dengan mengedepankan penerapan prinsip tata kelola, sejalan dengan peraturan perundang-unangan informasi dan transaksi elektronik, serta mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terkini. Untuk mengoptimalisasi penggunaan dokumen elektronik pada pegawai, disusun pula pedoman, FAQ, video, inforgrafis, dan materi tayangan sosialisasi. Dengan adanya penggunaan dokumen elektronik ini diharapkan dapat meningkatkan kelancaran proses administrasi dan pengambilan keputusan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen dokumen sesuai perkembangan teknologi, serta menyediakan dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah dan terpercaya.

Selama Triwulan I 2020, tidak terdapat peraturan Bank Indonesia yang mendapatkan tuntutan hukum dari pihak eksternal. Hal ini didukung oleh proses penetapan peraturan di Bank Indonesia yang telah melalui proses legal review serta proses harmonisasi pembentukan peraturan Bank Indonesia. Dalam perumusannya, Bank Indonesia senantiasa berpedoman pada proses penyusunan perundang-undangan yang baik termasuk upaya mitigasi atas potensi risiko yang mungkin dapat terjadi.

Selanjutnya, dalam rangka mendukung pencapaian visi Bank Indonesia, diperlukan dukungan sistem hukum nasional yang baik dan selaras dengan tugas dan kewenangan Bank Indonesia yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, baik yang diinisiasi oleh Pemerintah maupun DPR RI. Bank Indonesia senantiasa berperan aktif sebagai anggota panitia antar kementerian maupun narasumber dalam penyusunan naskah akademik dan rancangan peraturan perundang-undangan yang diinisiasi oleh instansi lain terkait dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Keterlibatan aktif Bank Indonesia tersebut sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mendukung pembangunan hukum nasional. Beberapa pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang diikuti pada Triwulan I 2020 antara lain RUU tentang Keamanan dan Ketahanan Siber, RUU Perbankan, RUU Ibu Kota Negara, RUU Perlindungan Data Pribadi, RUU Cipta Kerja, serta RUU Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan. Sedangkan partisipasi aktif Bank Indonesia dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) maupun peraturan perundang-undangan lain pada Triwulan I Tahun 2020 antara lain Rancangan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas

Page 149: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

135Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan, RPP Besaran Premi untuk Pendanaan Program Restrukturisasi Perbankan, dan RPP Perubahan PP Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

4.2.4.2 Perencanaan Strategis dan Manajemen Kinerja

Dari area perencanaan strategis dan manajemen kinerja, Bank Indonesia senantiasa menerapkan Sistem Perencanaan Anggaran dan Manajemen Kinerja (SPAMK), untuk memastikan akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Secara garis besar, siklus SPAMK meliputi proses perumusan strategi jangka menengah, perencanaan tahunan, pelaksanaan rencana tahunan, monitoring dan evaluasi, serta penilaian kinerja. Sistem ini memastikan seluruh tahapan, mulai dari perumusan strategi hingga evaluasi kinerja, dilaksanakan melalui proses yang matang dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia mengakhiri siklus PAMK 2019 dan menjalani siklus PAMK 2020, serta melaksanakan tahap perencanaan tahunan 2021. Berakhirnya siklus PAMK 2019 ditandai dengan proses evaluasi dan penilaian kinerja Bank Indonesia. Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian seluruh Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia 2019. Terkait siklus PAMK 2020, dilakukan tahap Perencanaan Tahunan untuk merumuskan strategi Bank Indonesia pada 2020. Tahap Perencanaan Tahunan dilakukan melalui penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia 2020 serta penandatanganan Kontrak Program Strategis dan Kontrak Kinerja Satuan Kerja tahun 2020. Selanjutnya, proses perencanaan tahunan 2021 juga mulai dilakukan di awal tahun melalui penyusunan analisis lingkungan strategis, penajaman roadmap Program Strategis dan penyusunan Arahan Tahunan Gubernur Bank Indonesia 2021.

4.2.4.3 Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal

Dari area manajemen risiko, pengelolaan risiko dilakukan secara komprehensif (top down), terintegrasi (end-to-end), forward looking, mengacu pada praktik terbaik, dan mengedepankan kemitraan untuk mendukung pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis Bank Indonesia. Dalam mengelola dan memitigasi berbagai risiko, Bank Indonesia melakukan transformasi manajemen risiko sebagai bagian dari program transformasi kebijakan dan transformasi organisasi Bank Indonesia. Transformasi manajemen risiko diarahkan sebagai penguatan kapabilitas manajemen risiko

strategis (strategic risk management) berbasis value chain yang mencakup tiga fungsi utama yaitu manajemen risiko strategis dan proyek strategis; manajemen risiko finansial dan short-term strategic program; serta manajemen risiko operasional, kepatuhan, dan fraud. Penguatan ini diharapkan fungsi manajemen risiko berperan secara efektif dalam memberikan nilai tambah terhadap pencapaian tujuan Bank Indonesia, sekaligus mampu menjaga tata kelola dan kredibilitas kebijakan Bank Indonesia.

Selama Triwulan I 2020, pengelolaan risiko di Bank Indonesia difokuskan pada pengendalian risiko operasional khususnya untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan tugas dan layanan pada stakeholders. Pada awal tahun, Bank Indonesia meningkatkan kesiapsiagaan terhadap peristiwa bencana banjir di Jakarta dan sekitarnya, termasuk memperhatikan aspek keselamatan pegawai. Setelahnya, fokus pengendalian risiko operasional diarahkan untuk menanggulangi dampak pandemi COVID-19. Sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap pandemi tersebut, Bank Indonesia membentuk satuan tugas penanganan COVID-19 yang mengkoordinasikan upaya pencegahan COVID-19 di Bank Indonesia, sekaligus memberikan rekomendasi strategis langkah penanganan pandemi guna memitigasi dampak risiko serta memastikan terjaganya kegiatan operasional dan layanan di seluruh satuan kerja. Sebagai pedoman internal, Bank Indonesia menerbitkan panduan pelaksanaan tugas dalam menghadapi kejadian COVID-19 yang bertujuan: (i) memastikan pelaksanaan tugas Bank Indonesia tetap berjalan secara efektif dan efisien, (ii) melindungi pegawai dari risiko COVID-19, serta (iii) memberikan panduan isolasi mandiri serta pelaksanaan kegiatan bekerja dari rumah (work from home) bagi seluruh pegawai.

Dalam memastikan terjaganya keberlangsungan tugas kritikal, Bank Indonesia juga menerapkan pelaksanaan tugas kritikal secara split operations di beberapa lokasi, yaitu Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai lokasi kerja utama, serta business resumption site sebagai lokasi kerja alternatif. Selain pelaksanaan split operations, Bank Indonesia juga melakukan pengaturan untuk memastikan ketersediaan SDM melalui mekanisme pemetaan back-up pegawai, baik dari satuan kerja yang sama maupun dari satuan kerja lain.

Selain pengelolaan risiko operasional, selama Triwulan I 2020 pengelolaan risiko di Bank Indonesia bertujuan mengawal pelaksanaan program strategis yang bersifat medium to long term serta proyek-proyek strategis. Implementasi manajemen risiko strategis dilakukan melalui pelaksanaan identifikasi, asesmen, dan perumusan rencana mitigasi risiko untuk seluruh Program Strategis yang

Page 150: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

136Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

pelaksanaannya menjadi bagian dari siklus perencanaan strategis Bank Indonesia. Sementara itu, pengelolaan risiko proyek-proyek strategis ditujukan untuk memastikan pengembangan proyek strategis Bank Indonesia dapat dilakukan secara handal, berkualitas, dan efektif dengan tingkat risiko yang terkendali.

Selain pengelolaan risiko operasional dan risiko strategis yang bersifat medium to long term, Bank Indonesia juga melakukan pengelolaan risiko terkait pelaksanaan Program Strategis yang bersifat tahunan serta risiko finansial. Selama Triwulan I 2020, pengelolaan risiko pelaksanaan Program Strategis yang bersifat tahunan (short term) mencakup pelaksanaan identifikasi dan asesmen risiko untuk setiap tahapan perumusan kebijakan, yaitu proses perumusan kebijakan secara end-to-end hingga pengambilan keputusan, serta tahapan pelaksanaan kebijakan, yaitu implementasi dan operasionalisasi kebijakan dari setiap Program Strategis. Sementara, pengelolaan risiko finansial untuk proses bisnis pengelolaan devisa dan pengelolaan moneter dilakukan melalui penerapan four eyes principle dan continuous monitoring terhadap kepatuhan limit-limit risiko finansial.

Dalam pengendalian risiko finansial terkait pengelolaan devisa dan pengelolaan moneter, fungsi manajemen risiko secara rutin dilakukan melalui penyusunan asesmen risiko terhadap portofolio cadangan devisa dan moneter, counterparty baru, produk investasi baru, serta instrumen moneter yang menghasilkan rekomendasi penguatan mitigasi risiko. Sejalan dengan peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah di awal tahun, dilakukan juga konsultasi terkait langkah-langkah operasional yang diperlukan untuk mendukung kebijakan yang diperlukan dalam merespons pelemahan nilai tukar tersebut.

Pengelolaan risiko finansial juga menjadi bagian dari pelaksanaan Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR) yang bertujuan memberikan keyakinan yang memadai terhadap pengendalian intern pelaporan keuangan Bank Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan ICOFR, dilakukan self-assessment kecukupan pengendalian intern yang dilakukan Internal Control Officer (ICO) yang merupakan strategic partner pengendalian intern di satuan kerja. Selama Triwulan I 2020, dilakukan penyempurnaan prosedur terkait pelaksanaan fungsi ICO untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern satuan kerja dalam menjamin kepatuhan pelaksana proses bisnis terhadap SOP pelaksanaan transaksi keuangan melalui aplikasi ERP.

Selanjutnya, untuk meningkatkan program penguatan manajemen risiko, dilakukan berbagai program penguatan kompetensi SDM secara berkelanjutan selama tahun

berjalan. Sepanjang Triwulan I 2020, dilaksanakan peningkatan kapabilitas SDM melalui pelatihan sertifikasi manajemen risiko internal. Pelaksanaan sertifikasi merupakan bagian dari kurikulum pengembangan kompetensi pegawai, khususnya terkait aspek tata kelola dan budaya kerja Bank Indonesia. Selain itu, secara rutin pegawai yang menangani manajemen risiko juga aktif memperoleh sertifikasi di bidang manajemen risiko, antara lain Enterprise Risk Management Certified Professional, Enterprise Risk Management Associate Professional, dan Business Continuity Management Certified Professional. Dalam kerjasama antar lembaga, Bank Indonesia secara aktif berbagi pengalaman dengan berbagai institusi mengenai praktik manajemen risiko enterprise, manajemen keberlangsungan tugas, dan manajemen risiko siber. Selain itu, Bank Indonsia terlibat aktif dalam kerjasama internasional bidang manajemen risiko, antara lain keanggotaan dalam working group Cyber Incident Response and Recovery, International Operational Risk Working Gorup, dan Central Bank Risk Managers.

Di area audit internal, dilakukan kegiatan assurance dan konsultansi secara independen dan obyektif untuk memberikan opini dan rekomendasi terhadap proses tata kelola, proses manajemen risiko, dan proses pengendalian.

Selama Triwulan I 2020, dilaksanakan dua kali audit umum di Kantor Perwakilan Dalam Negeri, dua audit tematik di Kantor Pusat, dan satu kali audit Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR). Selanjutnya, secara intensif dilakukan monitoring tindak lanjut hasil audit agar penyelesaiannya sesuai dengan komitmen yang disepakati.

Sejalan dengan penyempurnaan arah strategis Bank Indonesia dan sesuai Arahan Tahunan Gubernur Bank Indonesia 2019, Bank Indonesia menyempurnakan pelaksanaan fungsi internal audit melalui strategic risk based internal audit yang terintegrasi dengan strategic planning, strategic budgeting, dan strategic risk management. Untuk mendukung implementasi integrasi empat fungsi tata kelola, Bank Indonesia menyempurnakan struktur organisasi empat satuan kerja yang mengampu fungsi perencanaan strategis, keuangan, manajemen risiko, dan audit intern.

Di samping itu, Bank Indonesia menyusun konsep kerangka kerja Integrated Risk Based Internal Audit (RBIA) yang memuat: (i) tujuan yang dicapai, (ii) indikator pencapaian, (iii) pilar-pilar yang mencerminkan fungsi-fungsi mencapai tujuan, (iv) prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan fungsi, dan (v) program transformasi untuk mewujudkan tujuan Integrated RBIA. Kerangka kerja tersebut disusun dengan mempertimbangkan berbagai best practice yang diperoleh dari studi literatur dan Forum Group Discussion dengan

Page 151: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

137Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

institusi terkait lainnya. Di sisi lain, menindaklanjuti program audit intern dan manajemen risiko yang terintegrasi serta prasyarat pelaksanaan RBIA, dilakukan pemetaan proses bisnis dan Risk Control Matrix (RCM) di delapan Kantor Perwakilan Dalam Negeri dan satu Kantor Perwakilan Luar Negeri.

Sebagai bagian dari transformasi kebijakan, disusun pula usulan integrasi ketentuan terkait fungsi audit intern, whistle blowing system dan disiplin pegawai yang akan dituangkan dalam Peraturan Dewan Gubernur, Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern, dan pedoman.

Sebagai penunjang dalam pelaksanaan fungsi audit, dilakukan kegiatan konsultansi untuk meningkatkan kualitas proses bisnis berlandaskan tata kelola yang baik. Selama Triwulan I 2020, dilakukan konsultansi antara lain terkait dengan:

a. Program Self Governance Kantor Perwakilan Dalam Negeri pada Area Program Sosial Bank Indonesia.

b. Permohonan Perpanjangan Pinjam Pakai Gedung BI di Kupang dan Denpasar.

c. Evaluasi Hasil Simulasi Insiden Keamanan Sistem Informasi Semester 2 Tahun 2019

d. Penyelesaian tindak lanjut temuan audit, baik DAI maupun BPK.

e. Penyempurnaan SOP satuan kerja dan beberapa topik internal lainnya.

Terkait pengelolaan Whistle Blowing System, selama Triwulan I 2020, terdapat 26 laporan yang diterima melalui website dan email, namun tidak terdapat laporan yang memenuhi syarat untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan.

Terkait pemeriksaan BPK-Rl, pada Triwulan I 2020, dilakukan kegiatan fasilitasi Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) atas Pencetakan, Pengeluaran dan Pemusnahan Rupiah Tahun 2019 dan fasilitasi terhadap Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) Tahun 2019. Selanjutnya, dilakukan pemantauan terhadap penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan, baik secara mandiri maupun dengan berkoordinasi bersama Kementerian dan Lembaga terkait lainnya.

Selanjutnya untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan audit, pegawai dilikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan yang bersertifikasi nasional dan internasional, serta menghadiri seminar dan workshop audit intern. Sampai dengan Triwulan I 2020, tercatat 16 pegawai memiliki sertifikat internasional, empat pegawai

memiliki sertifikasi ISO 9001:2008 dan 51 pegawai memiliki sertifikasi nasional di bidang audit intern.

4.2.4.4 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan, Pelaporan, dan Keterbukaan

Sebagai otoritas moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, dan pengelolaan uang Rupiah, kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia bersinggungan dengan kepentingan banyak stakeholders. Untuk itu, Bank Indonesia dituntut untuk terus memperkuat sinergi dengan stakeholders sebagai salah satu implementasi proses tata kelola pada area hubungan dengan pemangku kepentingan, pelaporan, dan keterbukaan. Hal tersebut antara lain ditempuh melalui koordinasi dengan DPR RI dan Pemerintah untuk memberikan penjelasan lebih lanjut maupun memberikan masukan terhadap hal-hal yang terkait dengan tugas Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan diseminasi, publikasi, FGD, sosialisasi, dan workshop dengan Pemerintah, pengamat, akademisi, dan masyarakat umum. Namun, dengan adanya kondisi pandemi Corona Virus Disease 2019, kegiatan dilakukan secara virtual.

4.2.5 Hasil Tata Kelola

Hasil governance merupakan manifestasi dari penerapan dan penegakan governance Bank Indonesia yang berdampak positif terhadap penciptaan nilai (value creation) dan keberlangsungan mandat Bank Indonesia (sustainability). Penerapan dan penegakan governance yang baik di Bank Indonesia tercermin melalui pelaksanaan tugas yang baik yang dilandasi dengan prinsip governance, serta pemenuhan standar dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Terhadap pengelolaan dan penguatan governance yang telah dilakukan di setiap lini proses Bank Indonesia, dilakukan evaluasi secara berkala untuk memperoleh feedback yang komprehensif dalam rangka meningkatkan efektivitas penegakan governance Bank Indonesia. Evaluasi tersebut dilakukan melalui tiga metode pengukuran yaitu: (i) asesmen governance, (ii) FGD kredibilitas kebijakan, dan (iii) survei evaluasi komunikasi. Pada 2019, indeks governance Bank Indonesia mencapai 85,39 yang menunjukkan tingkat kematangan/maturitas governance pada level enhanced. Sementara, Indeks Kredibilitas Kebijakan mencapai nilai 5 (moneter) dan 5 (makroprudensial) (skala 1-6) yang merupakan penilaian dari pengamat ekonomi dan media pada kebijakan moneter dan makroprudensial. Indeks komunikasi Bank Indonesia mencapai nilai 5,1 yang menunjukan komunikasi kebijakan Bank Indonesia pada stakeholders berjalan secara efektif

Page 152: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

138Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

kebijakan nontunai dengan memperhatikan efisiensi dan kepentingan nasional.

2. Penyempurnaan satuan kerja Departemen Pengelolaan Devisa untuk memperkuat pelaksanaan transformasi pengelolaan cadangan devisa antara lain melalui peningkatan alokasi spread product dan pengelolaan spread product secara internal.

3. Penyempurnaan satuan kerja Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran untuk memperkuat fungsi penyelenggaraan sistem pembayaran dan setelmen untuk pasar keuangan, Pemerintah dan ritel, penatausahaan surat utang yang diterbitkan Pemerintah dan Bank Indonesia, peningkatan interkoneksi dan interoperabilitas transaksi elektronik, perluasan elektronifikasi transaksi Pemerintah dan ritel, serta pengembangan dan monitoring implementasi standardisasi kompetensi di bidang sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah.

4.4 Pengelolaan SDM Yang Terencana

dan transparan. Terhadap evaluasi tersebut, selama Triwulan I 2020, dilakukan monitoring dan pengendalian kepada satuan kerja terkait.

Pencapaian tersebut mencerminkan Bank Indonesia memiliki komitmen, struktur, dan proses yang baik dalam penerapan dan penegakan governance. Selain itu, pencapaian ini juga menunjukkan komitmen kuat Bank Indonesia dalam membangun kredibilitas Bank Indonesia sebagai lembaga publik yang terdepan dalam penerapan dan penegakan governance.

4.3 Organisasi Yang Mendukung Strategi

Dalam mendukung pencapaian visi dan misi, serta merespons perubahan dinamika lingkungan, pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan organisasi pada 3 satuan kerja di Bank Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menciptakan organisasi yang memiliki kinerja tinggi dan berkelanjutan.

Selain transformasi organisasi, Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang diarahkan untuk menciptakan SDM profesional, berkepemimpinan kuat, dan memiliki akhlak mulia. Penyempurnaan antara lain dilakukan pada segmentasi jalur karier pegawai, manajemen karier bagi pegawai segmen officer dan pegawai segmen nonofficer, manajemen kinerja, dan pengelolaan pegawai yang dikategorikan berkinerja rendah.

Dalam mewujudkan Bank Indonesia yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan dinamika lingkungan, serta menjadi organisasi yang berfokus pada pencapaian kinerja tinggi dan berkelanjutan, diperlukan penyempurnaan organisasi satuan kerja di Bank Indonesia. Pada dasarnya, pembentukan organisasi satuan kerja mengacu pada empat tema penyempurnaan organisasi sebagai berikut:

1. Penyelarasan dengan strategi Bank Indonesia;2. Penguatan tata kelola (governance);3. Pendalaman keahlian dan kapabilitas; dan4. Peningkatan efisiensi organisasi

Pada 2020, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan organisasi satuan kerja gelombang kedua, melanjutkan gelombang pertama yang dilakukan pada 2019. Sebagian grup dalam satuan kerja yang disempurnakan menerapkan pola kerja flat (nonstruktural) untuk meningkatkan fluidity proses kerja. Sepanjang Triwulan I 2020, penyempurnaan organisasi satuan kerja di Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Penyempurnaan satuan kerja Departemen Pengelolaan Uang untuk memperkuat implementasi framework pengelolaan uang Rupiah 2019-2025 sehingga dapat menyediakan uang layak edar dengan denominasi sesuai, secara just in time melalui central bank driven, dan selaras dengan arah

1 Peraturan Dewan Gubernur No. 20/14/PDG/2018 tentang Manajemen Sumber Daya Manusia

Pemenuhan SDM

Pemenuhan SDM selalu dijaga agar memenuhi kebutuhan dengan tepat, baik kuantitas maupun kualitas. Sesuai Peraturan Dewan Gubernur tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)1, proses pemenuhan SDM dilakukan melalui skema manajeman karier yaitu melalui promosi, reposisi (mutasi/rotasi), penugasan sementara, dan rekrutmen.

Page 153: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

139Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

Berdasarkan ketentuan tersebut, pemenuhan SDM dilakukan dengan memprioritaskan pemenuhan secara internal yaitu melalui promosi, reposisi, dan penugasan sementara. Pada Triwulan I 2020, pemenuhan internal dilakukan melalui promosi kenaikan pangkat berdasarkan proses seleksi KPP (Kelompok Pegawai Potensial). Kandidat terpilih wajib mengikuti pendidikan karier berupa program SESPI/Sekolah Pimpinan Bank Indonesia sebelum menduduki jabatan promosi.

Manajemen karier pegawai selain dilakukan melalui promosi juga dilakukan melalui mutasi atau rotasi yaitu pergerakan pegawai tanpa kenaikan pangkat dan/atau grade. Reposisi diakukan sebagai upaya person to job fit dan sebagai bentuk refreshment dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) menjaga kesesuaian job family dan personal branding pegawai

2) menyesuaikan strength competency pegawai dengan jabatan yang diduduki (person to job fit).

3) sebagai bentuk refreshment pergerakan antar satuan kerja khususnya untuk pegawai dengan masa dinas di satuan kerja lebih dari tujuh tahun.

4) mendukung akselerasi kepemimpinan dalam manajemen karier pegawai.

Guna memenuhi kebutuhan SDM melalui rekrutmen eksternal, selama Triwulan I 2020 dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Rekrutmen 150 peserta PCPM Angkatan 34 yang diproyeksikan menjadi kader pimpinan Bank Indonesia di masa depan (future leader). Selain itu, dilakukan pula pengangkatan terhadap 159 peserta PCPM Angkatan 33 sebagai pegawai tetap Bank Indonesia pangkat Asisten Manajer. Penempatan eks peserta PCPM Angkatan 33 tersebar pada beberapa satuan kerja baik Kantor Pusat maupun Kantor Perwakilan Dalam Negeri dengan mempertimbangkan prinsip:

a. Penguatan aspek substansi dari pegawai eks. PCPM dengan terlebih dahulu bekerja di satuan kerja kantor pusat sebagai bekal/awal karier;

b. Kebutuhan satuan kerja tertentu yang sedang melaksanakan proyek pembangunan berdasarkan framework/blue print Bank Indonesia ke depan;

c. Sebagai penyeimbang pegawai eks. PCPM sebelumnya yang memiliki kompetensi substansi (job family) yang memadai dan memiliki masa dinas yang cukup lama.

2, Rekrutmen melalui mekanisme Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) di beberapa satuan kerja Kantor Pusat untuk jabatan Data Analyst, Cyber Analyst, Programmer, Customer Protection Analyst dan Payment System Supervisor, serta dilakukan pemenuhan tenaga kerja outsourcing sesuai kebutuhan pekerjaan pendukung di Bank Indonesia, baik di satuan kerja Kantor Pusat maupun Kantor Perwakilan Dalam Negeri.

3, Pelaksanaan diskusi dengan 12 Carreer Development Centre Perguruan Tinggi Negeri (CDC PTN) terbaik di Indonesia dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam melakukan evaluasi dan mendapatkan feedback dan masukan terhadap pelaksanaan targetted recruitment (campus hiring dan referral) pada saat rekrutmen PCPM Angkatan 34 tahun 2019. Sebagai kelanjutan dari pelaksanaan kerja sama dengan 12 CDC PTN, pada Triwulan I dipersiapkan rencana kegiatan roadshow ke 12 PTN tersebut untuk melaksanakan kegiatan marketing dan edukasi mengenai karier di Bank Indonesia untuk menjaring minat dari alumni dan mahasiswa yang lulus pada semester I guna mengikuti proses seleksi rekrutmen PCPM Angkatan 35 jalur campus hiring 2020.

4. Melakukan pemetaan terhadap perusahaan jasa rekrutmen (recruitment specialist) yang potensial. Recruitment Specialist yang terpilih akan ditunjuk untuk melaksanakan seleksi rekrutmen PCPM Angkatan 35 tahun 2020.

Pengembangan SDM

Berbagai perkembangan yang mewarnai aktivitas ekonomi makro menunjukan tantangan Bank Indonesia semakin berat dan kompleks. Oleh karena itu, agar senantiasa relevan dengan tantangan dan tuntutan stakeholders utama, Bank Indonesia perlu didukung dengan keberadaan SDM yang memiliki kemampuan handal. Pegawai yang handal yaitu memiliki pengetahuan, kemampuan teknis, dan perilaku yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, serta mengantisipasi tantangan ke depan, sesuai tuntutan pengembangan kompetensi dan jalur karier pegawai. Untuk mencapai hal tersebut, Bank Indonesia menyediakan program pengembangan pegawai untuk memotivasi pegawai dalam memberikan kontribusi terbaik pada organisasi.

Keberadaan program kegiatan pengembangan bagi pegawai Bank Indonesia saat ini diatur dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern tentang Pengembangan

Page 154: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

140Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

ketentuan tersebut, Bank Indonesia melakukan berbagai kegiatan pengembangan pegawai dalam bentuk: (i) Program Pegawai Tugas Belajar, (ii) Program Penugasan Eksternal dan (iii) Program Pengembangan Kepemimpinan.

1) Program Tugas Belajar

Program Tugas Belajar (PTB) adalah program pengembangan melalui jalur pendidikan formal sesuai kebutuhan Bank Indonesia. Program tersebut dilaksanakan bagi jenjang Strata-2/Master (S2) dan jenjang Strata-3/Doktoral (S3) di dalam dan luar negeri pada program studi di area Ekonomi, Keuangan, Bisnis, Manajemen, Hukum, dan Ilmu Komputer/Teknologi Sistem Informasi. Meski demikian, Bank Indonesia membuka kesempatan untuk memberikan izin studi di luar area tersebut selama masih sejalan dengan kebutuhan lembaga. Selain mengembangkan kompetensi, kegiatan ini juga bertujuan mendukung dan memperkuat program kaderisasi dan suksesi kepemimpinan. Karena itu program tersebut saat ini hanya diberikan pada pegawai pada segmen jabatan Asisten Manajer ke atas. Guna mendorong motivasi kerja, pegawai dengan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi memiliki penilaian tersendiri atau skor lebih tinggi dalam seleksi Kelompok Pegawai Potensial (KPP).

Untuk menjaga kualitas program, pelaksanaan PTB di luar negeri hanya dilaksanakan pada perguruan tinggi yang termasuk dalam peringkat 50 besar dunia sesuai bidang studi berdasarkan asesmen salah satu lembaga pemeringkat, yaitu QS World, Times Higher Education, Academic Ranking of World Universities, atau Financial Times. Sedangkan bagi PTB di dalam negeri, wajib dilaksanakan pada perguruan tinggi yang diakreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) dengan akreditasi A. Universitas peringkat 50 besar dunia antara lain University of Chicago, Yale University, Boston University, University of Tokyo, London School of Economics, Grenoble Ecole de Management, dan University of Melbourne. Sedangkan, tugas belajar di dalam negeri masih terkonsentrasi pada Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada.

Pegawai yang melaksanakan tugas belajar diarahkan dan diberi target mengambil bidang studi yang relevan dan prioritas dalam mencapai visi Bank Indonesia secara jangka pendek dan menengah panjang. Dengan memperhatikan perkembangan aktivitas

Kompetensi Pegawai Bank Indonesia2. Berdasarkan ketentuan tersebut, kegiatan pengembangan bagi pegawai dilakukan dalam bentuk: pelatihan, pembelajaran mandiri, penugasan ke lembaga eksternal maupun peningkatan basis akademis yang tidak terkait langsung dengan praktik dalam pekerjaan (off the job /tidak melekat).

Dalam upaya memperkuat kompetensi SDM sejalan kebutuhan organisasi untuk mencapai visi dan misinya , disusun pengelolaan karier segmen Pegawai Non Officer berdasarkan keserumpunan karakteristik fungsi, peran, tugas, dan kompetensi yang terdiri atas:

2 Peraturan Anggota Dewan Gubernur INTERN No.20/54/PADG INTERN/2018 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Bank Indonesia

3 Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern No.19/2/PADG INTERN/2017 tanggal 24 Maret 2017 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Bank Indonesia

Tabel 4.1. Rumpun Tugas dan Sub Rumpan Tugas Bank Indonesia

No Rumpun Tugas Sub Rumpun Tugas

1

2

3

4

5

Manajemen Intern

Perizinan dan Pengawasan compliance

Statistik dan UMKM

Pengelolaan Uang

Information Technology – Information System

• SDM, Arsip & Kesekretariatan, perpustakaan

• Anggaran & Logistik/Pengadaan• Protokol & PAM• Risiko/Audit compliance• Komunikasi

• Perizinan• Pengawasan & Pemeriksaan• Settlement

• Statistik• Pengembangan UMKM• Kepatuhan Pelaporan

• Pengolahan Data

• Perencanaan

• Pengeluaran

• Pengedaran

• Pencabutan & Penarikan

• Pemusnahan

• Information Technology

(Hardware)

• Information System (Software)

Pengembangan yang dilakukan secara spesifik tersebut bertujuan mempermudah pergerakan karier Pegawai Non Officer dan lebih siap dalam menghadapi transformasi kebijakan Bank Indonesia.

Pelaksanaan program pengembangan kompetensi pegawai Bank Indonesia saat ini berpedoman pada Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Bank Indonesia3. Mengacu pada

Page 155: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

141Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

Tabel 4.2. Komposisi Jumlah Pegawai Tugas Belajar di Luar Negeri Jenjang S2 Periode Maret 2020

Tabel 4.3. Komposisi Jumlah Pegawai Tugas Belajar di Luar Negeri Jenjang S3 Periode Maret 2020

Tabel 4.4. Komposisi Jumlah Pegawai Tugas Belajar di Dalam Negeri Jenjang S2 dan S3Periode Maret 2020

No. Negara Economics Finance IT Law Management Total

No Negara Economics Finance Total

No. Universitas Economics Finance Law Management Total

1 Amerika Serikat 19 7 26

2 Australia 6 8 5 4 1 24

3 Inggris Raya 6 4 10

4 Jepang 3 3

5 Belanda 2 2

6 Jerman 1 1

7 Malaysia 1 1

8 Prancis 1 1

Total 34 22 7 4 1 68

1 Inggris Raya 3 2 5

2 Australia 3 3

3 Jepang 1 1

4 Amerika Serikat 1 1

Total 8 2 10

1 Universitas Indonesia 8 1 2 1 12*

2 Universitas Gadjah Mada 2 1 1 4

Total 10 2 2 2 16

*Keterangan: Termasuk dua orang pegawai yang mengikuti tugas belajar jenjang S3 bidang Economics di Universitas Indonesia.

ekonomi di area digital dan fintech, pegawai yang melaksanakan tugas belajar ke luar negeri diwajibkan melakukan pendalaman keilmuan pada area tersebut. Hal itu diwujudkan dengan mengambil program studi yang spesifik, melakukan riset, dan/atau menulis paper yang menyoroti mengenai ekonomi digital dan fintech.

Saat ini terdapat 94 pegawai yang sedang menjalani tugas belajar. Jumlah tersebut terbagi atas 78 pegawai penugasan di luar negeri (68 pegawai jenjang S2 dan 10 pegawai jenjang S3) dan 16 pegawai penugasan di dalam negeri (14 pegawai jenjang S2 dan dua pegawai jenjang S3) (Tabel 4.2, 4.3, 4.4).

2) Penugasan di lembaga eksternal.

Kegiatan penugasan di lembaga eksternal merupakan upaya mengembangkan kapasitas individu, memperkuat koordinasi antara Bank Indonesia dengan

mitra strategis, dan sebagai bentuk implementasi visi Bank Indonesia menjadi lembaga bank sentral terbaik di emerging markets melalui partisipasi dan kontribusi nyata di berbagai lembaga internasional.

Selama periode laporan ini, terdapat 60 pegawai dari berbagai pangkat (manajer ke atas) yang menjalani penugasan di lembaga eksternal. Jumlah itu terdiri atas 52 orang di lembaga dalam negeri dan delapan orang di lembaga internasional. Adapun mitra tempat penugasan tersebar di lembaga pemerintah nonkementerian (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Kantor Staf Presiden), lembaga kementerian (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan UKM), Otoritas di sektor keuangan (Lembaga Penjamin Simpanan), organisasi internasional, serta termasuk lembaga lainnya yang memiliki fungsi strategis bagi

Page 156: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

142Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Bank Indonesia, termasuk International Monetary Fund (IMF), ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Islamic Financial Services Board (IFSB), dan International Islamic Liquidity Management (IILM) hingga lembaga mitra yang terafiliasi dengan Bank Indonesia (Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia, Dana Pensiun Bank Indonesia, Yasporbi, dan Badan Supervisi Bank Indonesia).

Dengan mempertimbangkan pandemi COVID-19 di Indonesia dan berbagai negara lokasi tujuan penugasan serta langkah mitigasi risiko yang disusun, maka keberangkatan penugasan ke lembaga internasional saat ini ditunda dan disesuaikan dengan status kegawatan dari pandemi, sementara penugasan di lembaga dalam negeri tetap berjalan sesuai rencana.

3) Program Leadership Refreshment Pimpinan Satuan Kerja.

Program Leadership Refreshment Pimpinan Satuan Kerja bertujuan untuk mempersiapkan aspek leadership dari Pimpinan Satuan Kerja dalam mendukung implementasi transformasi Bank Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kepesertaan dalam berbagai pelatihan/seminar yang diselenggarakan berbagai lembaga internasional atau sekolah bisnis terbaik dunia seperti Harvard Business School (USA), Stanford Business School (USA), Chicago Booth (USA), ESMT Berlin (GER), dan IESE Business School (SPA). Pelaksanaan pengembangan pimpinan ini dilakukan dengan tema besar yang menjadi fokus pembelajaran dari program refreshment adalah penguatan kompetensi seputar area transformasi Bank Indonesia khususnya untuk transformasi digital dengan sub-topik digital leadership dan transformational leadership pada program di tahun 2020.

Selama 2020, kegiatan refreshment kepemimpinan masih dalam tahap finalisasi dengan tema pelatihan yang diikuti antara lain Digital Innovation and Emerging Technology, Digital Leadership and Change, Leading in the Digital Edge, Leading Digital Transformation and Innovation, Women Leadership, Negotiation Strategies hingga Digital Value Chain yang terkait rencana pengembangan Halal Value Chain di satuan kerja tertentu. Program ini diharapkan memperluas horizon dan kedalaman aspek digital leadership Pimpinan Satuan Kerja dalam menjalankan fungsi pengaturan, kebijakan, serta implementasi. Selain

itu, dengan mengikuti program yang diselenggarakan lembaga internasional, diharapkan terjadi pula perluasan jejaring dengan lembaga atau institusi internasional lain sehingga dapat dimanfaatkan sebagai mitra diskusi terkait isu ekonomi digital. Di tengah kondisi pandemi COVID-19 pelaksanaan program refreshment kepemimpinan direncanakan baru berjalan pada Semester II 2020 dengan asumsi kondisi membaik.

Program Pembelajaran

Pengembangan SDM merupakan salah satu pilar utama dari Arsitektur MSDM Bank Indonesia. Tujuannya adalah mewujudkan visi pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia khususnya dalam menghasilkan pegawai yang kompeten, profesional, berkepimpinan kuat dan memiliki integritas. Pengembangan SDM diwujudkan melalui penguatan tiga aspek kompetensi yaitu leadership, general management, dan substansi (technical knowledge).

Sebagai bagian dari pengembangan SDM, diselenggarakan lima jenis program pembelajaran yakni: (i) Program Pengenalan (Onboarding Program), (ii) Program Meningkatkan Kompetensi (Competencies Development Program/CDP), (iii) Program Peningkatan Karir (Career Advancement Program/CAP), (iv) Program Transisi Karir (Career Transition Program/CTP), dan (v) Program Lainnya (flagship program/seminar).

Dalam Triwulan I 2020, dilaksanakan Program Pengembangan SDM sebanyak 67 Program Pembelajaran dengan 1.726 peserta untuk Onboarding, CDP, CAP, dan CTP. Pelaksanaan program selama pandemi COVID-19 mengalami penyesuaian dalam metode delivery, dari tatap muka langsung menjadi distance learning. Adapun rincian program adalah:

1. On Boarding Program merupakan program pendidikan bagi calon pegawai agar siap ditempatkan di seluruh satuan kerja Bank Indonesia. Pada Triwulan I 2020, dilaksanakan tiga kelas Pendidikan Calon Pegawai setingkat Asisten Manajer (PCPM) Angkatan 34 bagi 150 calon pegawai yang sudah menyelesaiakan sesi klasikal dan pendalaman modul, dan segera masuk tahapan on job training di masing-masing satuan kerja penempatan OJT.

2. Competency Development Program (CDP) merupakan program pembelajaran untuk membekali pegawai dengan kompetensi teknis, leadership dan manajerial sesuai sektor dan jenjang kepangkatan. Pada Triwulan

Page 157: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

143Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

I 2020, dilaksanakan 58 batch program pembelajaran yang diikuti 1.396 peserta internal. Rincian program terdiri atas (i) Program Pengembangan Non Officer: lima batch, 181 peserta, (iI) Sertifikasi Sektor Core: 30 batch, 670 peserta; (iii) Sertifikasi Sektor Corporate Enabler: 11 batch, 272 peserta; (iv) General Management dan/atau Tematik 10 batch, 226 peserta.

3. Career Advancement Program merupakan program khusus pada pegawai yang diusulkan mendapat promosi. Program ini mengkombinasikan konsepsi dan isu terkini terkait makroekonomi dan kebanksentralan, strategic leadership dan change management dan studi visit yang bersifat gradual antar level. Pada triwulan laporan, dilaksanakan tiga batch SESPI yang diikuti 144 pegawai, yaitu: (i) Sekolah SESTABI bagi pegawai promosi dari Asisten Direktur ke tingkat Deputi Direktur: 35 peserta, (ii) SESMABI bagi pegawai promosi dari Manajer ke tingkat Asisten Direktur: 59 peserta, (iii) SESMUBI bagi pegawai promosi dari Asisten Manajer ke tingkat Manajer: 50 peserta.

4. Career Transition Program merupakan program khusus yang diberikan pada pegawai yang menjalani penugasan khusus atau memasuki masa purna bakti. Pada Triwulan I 2020, dilaksanakan dua batch Pembekalan Masa Persiapan Pensiun (MPP) dengan peserta 19 pegawai.

5. Program Lainnya, yakni melalui keikutsertaan pegawai Bank Indonesia dalam flagship program, open lecture series, seminar dan workshop yang diselenggarakan selama Triwulan I 2020.

Manajemen Kinerja Pegawai

Manajemen Kinerja pegawai merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan berupa penetapan IKI (Indikator Kinerja Individu), evaluasi tengah periode, dan penilaian kinerja pegawai di akhir periode yang bertujuan mengukur dan menetapkan prestasi kerja, kompetensi pegawai dalam periode penilaian, serta motivasi kerja pegawai.

Pada Triwulan I 2020, dilaksanakan penilaian kinerja pegawai akhir 2019 di seluruh satuan kerja Bank Indonesia yang dimulai pada Desember 2019 sampai dengan Januari 2020 menggunakan aplikasi Human Resources Information System (HRIS). Penilaian kinerja akhir tahun dimulai dengan penilaian self assessment pegawai, penilaian oleh Line Manager, dan untuk menjaga kewajaran proses penilaian

dilakukan persetujuan pejabat satu level di atas pejabat penilai. Selanjutnya, Pemimpin Satker melakukan kalibrasi guna menetapkan nilai seluruh pegawai di satkernya.

Pada penilaian kinerja akhir periode dilakukan dialog kinerja antara Line Manager kepada masing-masing pegawai mengenai kinerja pegawai selama periode penilaian dan pemberian masukan bagi peningkatan kinerja serta pengembangan pegawai berikutnya. Guna mendukung pelaksanaan penilaian kinerja akhir tahun tersebut disediakan pedoman penilaian kinerja pegawai dan video petunjuk teknis yang dapat diakses seluruh pegawai.

Pada Triwulan I 2020, dilakukan penyusunan IKI pegawai melalui aplikasi HRIS yang didahului dengan dialog kinerja antara pegawai dengan Line Manager. Pegawai melakukan penyusunan IKI beserta bobot dan target yang ditetapkan untuk tahun 2020. Selanjutnya, IKI tersebut disetujui Line Manager. Dalam upaya membantu pegawai dan Line Manager memahami penyusunan IKI, Bank Indonesia membuat pedoman penyusunan IKI dan petunjuk teknis yang diunggah di aplikasi HRIS. Selain itu, dilakukan penyesuaian Bank IKI agar selaras dengan penerapan value chain di Bank Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan manajemen kinerja berbasis value chain disediakan logbook dalam aplikasi HRIS, sehingga pegawai dapat mencatatkan pencapaian kinerja masing-masing. Dengan diterapkannya penilaian kinerja yang akuntabel, transparan, dan objektif diharapkan memberikan motivasi bagi SDM di Bank Indonesia agar berkontribusi optimal bagi organisasi.

Penyempurnaan Ketentuan Pengelolaan SDM

Pada Triwulan I 2020, dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia, terutama terkait :

1. Perubahan segmentasi jalur karier pegawai dari yang semula dikategorikan segmen pegawai pimpinan, segmen pegawai pelaksana dan kelompok pegawai asisten menjadi segmen pegawai officer (pegawai dengan pangkat asisten manajer grade 6 sampai dengan asisten gubernur grade 18) dan segmen pegawai nonofficer (pegawai dengan pangkat pelaksana grade 2 sampai dengan staf senior grade 5).

2. Penyempurnaan manajemen karier bagi pegawai segmen officer dan pegawai segmen nonofficer dengan mempertimbangkan kompetensi dan kapabilitas pegawai, fungsi dan tugas unit kerja dan kebutuhan organisasi.

Page 158: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

144Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

a. Penyempurnaan manajemen jalur karier nonofficer mencakup:

1) Pergerakan karier segmen nonofficer dilakukan berdasarkan rumpun tugas yang dimiliki sehingga memiliki kesempatan pengembangan kompetensi lebih bervariasi dan mendalam/spesifik serta memiliki kesempatan berkarier di luar rumpun tugas.

2) Perubahan masa dinas minimal promosi yang mendekati realisasi waktu promosi. Dengan penyempurnaan ketentuan, memberikan kesempatan bagi pegawai nonofficer yang memiliki potensi tinggi untuk promosi lebih cepat empat tahun dari Jalur Normal.

b. Penyempurnaan Manajemen Karier Officer:

1) Simplifikasi struktur grade dan pangkat segmen pegawai officer.

Dilakukan penyempurnaan ketentuan yang mengatur setiap pangkat hanya terdiri atas satu grade dan tidak terdapat overlap grade pada pangkat yang berbeda.

2) Perubahan masa dinas minimal promosi yang mendekati realisasi waktu promosi. Dengan penyempurnaan ketentuan, memberikan kesempatan bagi pegawai officer yang memiliki potensi tinggi untuk promosi lebih cepat tiga tahun dari Jalur Normal.

3. Memberikan sense of career progression pada pegawai officer dan nonofficer melalui peluang promosi grade disamping promosi pangkat. Melalui pemberlakukan promosi grade, pegawai officer dan nonofficer berkesempatan memperoleh promotional increase tanpa harus menunggu promosi pangkat.

4. Penajaman pengaturan manajemen kinerja dengan penyempurnaan cohort dan distribusi nilai kinerja. Pada ketentuan baru, insentif bagi Pegawai terdiri atas tiga jenis yaitu insentif reguler yang diberikan berdasarkan past performance based, insentif departemental grade, dan insentif manajemen perubahan dan budaya kerja.

5. Penyempurnaan pengelolaan pegawai yang dikategorikan masuk kriteria pegawai memiliki kinerja rendah, motivasi rendah, potensi rendah, berperilaku negatif atau memiliki kesehatan yang tidak memungkinkan pegawai untuk berkontribusi terhadap lembaga, dikelola melalui Program Pemberdayaan Khusus.

Program Perubahan

Dalam upaya menciptakan SDM yang berintegritas, jujur dan profesional, Bank Indonesia senantiasa melakukan transformasi manajemen perubahan budaya kerja melalui empat program, yaitu Program BI Inovasi, BI Religi, BI Prestasi dan BI Digital.

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia memberikan apresiasi terhadap satuan kerja atau individu yang menjalankan program budaya kerja organisasi Bank Indonesia dengan sangat baik dalam kegiatan Festival Budaya Kerja. Dalam festival tersebut, diberikan apresiasi pada 12 Program Strategis (PS), sejumlah satuan kerja (satker), 13 tim inovator, 24 penggerak perubahan (change agents) dan sejumlah pegawai terbaik yang berasal dari Kantor Pusat (KP) maupun Kantor Perwakilan (KPw) dalam dan luar negeri atas pencapaiannya pada program perubahan serta internalisasi Nilai-Nilai Strategis (NNS) Bank Indonesia.

Dengan mempertimbangkan kondisi pandemi COVID–19, serta mendukung kebijakan work from home, maka dilakukan refocusing desain program perubahan 2020 sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja dalam pelaksanaan WFH secara digital serta penguatan kegiatan BI Religi, engagement pegawai, dan kegiatan BI Peduli masyarakat. Selain itu, disusun pula program perubahan BI Digital pada 2020 untuk mendukung terlaksananya transformasi digital BI 4.0, serta scale up seluruh pelaksanaan program BI Religi yang dilakukan secara online melalui platform digital dengan cakupan program yang ditujukan pada pimpinan, pegawai milenial dan keluarga pegawai.

4.5 Komunikasi Yang Efektif

Selaras dengan upaya pencapaian visi dan pelaksanaan tugas, komunikasi Bank Indonesia pada triwulan I 2020 didominasi oleh komunikasi kebijakan pada tugas moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah, khususnya di tengah pandemi COVID-19 yang melanda. Komunikasi dilakukan melalui beragam media komunikasi serta kegiatan edukasi kebanksentralan antara lain dalam bentuk media briefing, publikasi dan rilis kebijakan baru/data-data statistik di media massa, online, dan media sosial, Focus Group Discussion (FGD), serta pelatihan/workshop dan interaksi melalui media sosial.

Page 159: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

145Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

4.5.1 Komunikasi Kebijakan

Bank Indonesia melaksanakan program komunikasi dengan berpedoman pada perencanaan secara berkala. Penyusunan perencanaan komunikasi dilakukan untuk mengarahkan komunikasi sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Secara umum, komunikasi Bank Indonesia bertujuan memberikan pemahaman dan membentuk ekspektasi stakeholders atas kebijakan Bank Indonesia, serta memberikan feedback, baik terhadap proses komunikasi maupun kebijakan yang ditempuh (policy review). Sejalan dengan visi dan misi Bank Indonesia 2018-2024, komunikasi didorong untuk mendukung pencapaian visi yang diturunkan dalam 12 Program Strategis (PS). Ke-12 PS tersebut merupakan wujud implementasi dari transformasi kebijakan Bank Indonesia, termasuk dukungan transformasi organisasi, SDM, dan budaya kerja.

Komunikasi kebijakan dilakukan untuk mendukung visi Bank Indonesia, yaitu menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik di antara negara emerging markets. Esensinya merupakan komunikasi atas bauran kebijakan utama Bank Indonesia selama 2020 guna memperkuat stabilitas perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait juga terus dipererat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, khususnya pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan. Koordinasi juga terus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan melalui upaya memperkuat permintaan domestik dan mendorong ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing. Koordinasi dengan pemerintah dilakukan baik di tingkat pusat maupun daerah. Perekonomian daerah dan pengendalian inflasi dipercaya menjadi kunci dalam mendukung perekonomian nasional.

a. Komunikasi Kebijakan Moneter

Terdapat empat fokus kebijakan yang menjadi prioritas komunikasi selama Triwulan I 2020, antara lain:

1. Bank Indonesia menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin sebanyak dua kali dalam tiga bulan, yaitu pada RDG Februari 2020, BI7DRR diturunkan dari 5,00% menjadi 4,75% dan pada RDG Maret 2020 kembali turun menjadi 4,50%. Kebijakan moneter Bank Indonesia selama Triwulan I 2020 ini tetap akomodatif sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi

global sehubungan dengan terjadinya pandemi COVID-19. Kebijakan tersebut juga konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran target sasaran.

2. Sebagai salah satu upaya dalam mendukung mitigasi risiko penyebaran COVID-19, Bank Indonesia mengambil langkah strategi operasi moneter, antara lain melalui penguatan intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan dengan memperpanjang tenor repo SBN, menambah frekuensi lelang FX swap guna memastikan kecukupan likuiditas, serta memperkuat instrumen Term Deposit (TD) valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, sehingga memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Bank Indonesia juga konsisten berada di pasar dan melakukan intervensi guna menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah.

3. Mendorong kegiatan lindung nilai melalui transaksi domestic non-deliverable forward (DNDF) dengan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi. Ini bertujuan memberikan keleluasaan dalam bertransaksi bagi pelaku pasar, namun tetap mempertahankan prinsip kehati-hatian. Penguatan transaksi DNDF ini didukung dengan penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 22/2/PBI/2020 tanggal 19 maret 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward yang berlaku efektif pada 19 Maret 2020.

4. Memperkuat sinergi antar institusi untuk mendorong transformasi digital di daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui percepatan dan perluasan Elektronifikasi Transaksi Pemda (ETP) pada khususnya dan transaksi pembayaran ritel di masyarakat pada umumnya. Ini diwujudkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman ETP pada 13 Februari 2020. Penandatanganan dilakukan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Gubernur Bank Indonesia (BI), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Keuangan (Menkeu), serta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) yang diwakili Dirjen Aplikasi Informatika, bertempat di Aula Graha Swala, Gedung Ali Wardhana Lantai 1, Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat. Kesepakatan tersebut menjadi dasar bagi para pihak dalam melakukan kerja sama dan koordinasi untuk mendukung inovasi, percepatan,

Page 160: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

146Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

dan perluasan ETP, pengintegrasian pengelolaan keuangan daerah, serta mendorong integrasi ekonomi dan keuangan digital. Ini sekaligus mendukung upaya pencapaian program sinergi elektronifikasi, khususnya terkait ETP, yang disepakati dalam Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) pada 28 Mei 2019.

b. Komunikasi Kebijakan Makroprudensial

Terdapat dua hal yang menjadi prioritas komunikasi bidang makroprudensial pada Triwulan I 2020, yaitu:

1. Penerbitan PBI Nomor 22/4/PBI/2020 tanggal 15 April 2020 tentang Insentif bagi Bank yang Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan Ekonomi Tertentu guna Mendukung Penanganan Dampak Perekonomian Akibat Wabah Virus Corona. Penerbitan ketentuan ini dilatarbelakangi perkembangan situasi saat ini sebagai dampak pandemi COVID-19. Ini merupakan salah satu upaya Bank Indonesia untuk memitigasi dampak meningkatnya risiko ketidakpastian global terhadap perekonomian domestik melalui respons kebijakan makroprudensial untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Dampak risiko pandemi yang berpotensi mengganggu aktivitas produksi dalam negeri dan berimbas pada menurunnya siklus keuangan, memerlukan penguatan fungsi intermediasi perbankan melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif, berupa dukungan terhadap kegiatan ekonomi tertentu. Sehingga melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif ini dapat mendorong intermediasi perbankan selama masa pandemi COVID-19.

2. Selain itu, pada Triwulan I 2020, ditekankan mengenai pentingnya literasi melalui pelaksanaan sosialisasi/diseminasi mengenai kebijakan makroprudensial di kalangan akademisi dan mahasiswa. Berbagai kegiatan komunikasi dilakukan untuk mendukung peningkatan literasi kebijakan makroprudensial, antara lain kegiatan kuliah umum serta blog competition dan aktivasi bertajuk “BI Nangkring” yang merupakan wadah bagi para blogger untuk saling bertukar pikiran terkait kebijakan makroprudensial.

c. Komunikasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Syariah

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia menerbitkan Indeks Literasi Ekonomi Syariah sebagai komitmen mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Indeks Literasi Ekonomi Syariah merupakan

salah satu indikator yang menjadi cerminan tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap ekonomi syariah dan tingkat inklusi masyarakat terhadap layanan keuangan syariah, khususnya keuangan sosial syariah (ZISWAF). Indeks Literasi Ekonomi Syariah diharapkan menjadi acuan dalam merumuskan strategi yang tepat guna mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Pencapaian Indeks Literasi Ekonomi Syariah Nasional sebesar 16,3% mencerminkan masih ada ruang bagi upaya peningkatan pemahaman masyarakat tentang ekonomi syariah di tanah air. Ke depan, Bank Indonesia terus berkomitmen mendorong peningkatan literasi ekonomi syariah nasional serta mengukur tingkat efektivitas program edukasi ekonomi syariah yang dilakukan Bank Indonesia bersama otoritas terkait.

d. Komunikasi Kebijakan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Terdapat tiga fokus utama kebijakan di bidang Sistem Pembayaran yang menjadi prioritas komunikasi pada Triwulan I 2020, antara lain:

1. Kampanye Pekan QRIS nasional dengan tagline “Ayo Pakai QRIS”. Kampanye dilakukan di daerah-daerah guna memasifkan informasi dan mendorong penggunaan transaksi digital melalui QR code. Pasca peluncuran QRIS pada 17 Agustus 2019, Bank Indonesia secara konsisten melakukan edukasi masyarakat. Edukasi dilakukan antara lain dalam bentuk print ad/digital ad, pemasangan videografis di area Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, dan talk show di televisi.

2. Kampanye Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT). Kampanye ini mengajak agar menggunakan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank dan Penyelenggara Transfer Dana Berijin (KUPVA BB dan PTD berizin). Kampanye dilakukan di media online, cetak, dan website.

3. Kampanye SKNBI: Transfer Kliring Lebih Cepat dan Murah. Edukasi dilakukan melalui pemasangan print ad di area Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno Hatta.

Sementara itu, komunikasi terkait Pengelolaan Uang Rupiah pada Triwulan I 2020 difokuskan pada kampanye merawat Rupiah. Beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain edukasi pada stakeholder mengenai kewajiban merawat Rupiah dan ciri-ciri keaslian uang Rupiah, melalui pemasangan Iklan Layanan Masyarakat di Commuterline dan Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Page 161: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

147Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

Terkait edukasi peran dan tugas Bank Indonesia secara umum, Bank Indonesia juga melakukan komunikasi kebanksentralan. Selama Triwulan I 2020, komunikasi kebanksentralan tergolong beragam dengan fokus pada pentingnya peran Bank Indonesia sebagai penjaga stabilitas dalam tatanan perekonomian. Sosialisasi/edukasi publik dilakukan melalui berbagai format kegiatan, misalnya sharing dengan lembaga negara, diskusi dengan penegak hukum dan auditor negara, serta program edukasi melalui kegiatan BI Mengajar, dan seminar dengan peserta dari akademisi.

Transparansi dan keterbukaan Bank Indonesia juga diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan edukasi publik rutin setiap hari Selasa dan Kamis ke kantor pusat Bank Indonesia. Selama Triwulan I 2020, dilaksanakan kunjungan edukasi publik sebanyak 16 kali berasal dari sekolah dan universitas dengan peserta 1.112 orang. Hasil survei kunjungan menunjukkan 94,72% peserta kunjungan menyatakan puas terhadap prosedur permohonan kunjungan dan 96,33% peserta menyatakan puas terhadap proses kunjungan. Pada Triwulan I 2020, topik kunjungan yang menjadi favorit adalah Kebijakan Sistem Pembayaran Tunai dan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah.

Guna meningkatkan pemahaman dan partisipasi pegawai dalam komunikasi kebijakan Bank Indonesia (advokasi), Bank Indonesia juga melakukan komunikasi pada pegawai internal. Selama Triwulan I 2020, selain penyampaian edukasi mengenai kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, komunikasi internal juga menekankan seputar perkembangan terkini terkait pandemi COVID-19, serta imbauan memitigasi dampak penyebaran COVID-19 secara lebih luas di kalangan pegawai. Komunikasi internal dijalankan selaras dengan tema komunikasi bulanan yang telah disusun, dan disampaikan melalui berbagai channel agar pegawai dapat secara optimal memahami kebijakan-kebijakan Bank Indonesia.

4.5.2 Program Komunikasi Bank Indonesia

Di tengah kondisi pandemi COVID-19, Bank Indonesia senantiasa melakukan komunikasi secara proaktif dengan mengedepankan interaksi dengan stakeholders melalui berbagai instrumen komunikasi (multichannel), yang dilakukan secara langsung (live) maupun secara virtual. Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dan hubungan mitra kerja proaktif dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti anggota parlemen, pemerintah, media massa, pengamat ekonomi, akademisi, dan lembaga negara lainnya. Beberapa kegiatan komunikasi yang

dilakukan untuk mendorong fokus komunikasi kebijakan selama Triwulan I 2020, yaitu:

a. media briefing atau press conference melalui live streaming;

b. publikasi dan rilis kebijakan baru/data-data statistik di media massa, online, dan media sosial;

c. focus group discussion (FGD);

d. pelatihan/workshop menulis dengan akademisi dan publikasi artikel di media;

e. interaksi dalam media sosial, seperti pembuatan kuis dan trivia di Facebook dan Twitter; dan

f. edukasi publik melalui kunjungan ke Bank Indonesia dan ke museum Bank Indonesia.

Secara reguler Bank Indonesia melaksanakan media monitoring melalui pemantauan dan analisis isu/opini stakeholders dalam pemberitaan media massa maupun media sosial. Media monitoring diharapkan dapat membaca dan memahami dinamika masyarakat (melalui proses learning), sehingga mampu memberikan respons secara tepat dalam membangun komunikasi yang berorientasi pada kebijakan efektif, reputasi, dan kredibilitas lembaga. Selama Triwulan I 2020, pemberitaan mengenai Bank Indonesia cukup mendominasi pemberitaan ekonomi secara umum. Isu yang mengemuka di pemberitaan cukup beragam dengan angle berita yang dominan sejalan dengan key messages Bank Indonesia. Dari hasil pantauan, media menunjukkan dukungan yang cukup positif, tercermin dari sentimen pemberitaan yang didominasi sentimen positif netral. Tingginya jumlah pemberitaan bersentimen positif netral tidak terlepas dari dukungan influencer eksternal yang juga turut menjadi endorser dalam menyuarakan kebijakan Bank Indonesia. Selain itu, rasio pemberitaan positif juga tercatat cukup tinggi pada Triwulan I 2020, yaitu 57,97% dari target tahunan 25%.

4.5.3 Komunikasi Digital Bank Indonesia

Selama Triwulan I 2020, perkembangan media sosial Bank Indonesia menunjukkan tren positif. Interaksi antara Bank Indonesia dan warganet (netizen) juga semakin baik ditunjukkan dengan positifnya indikator engagement di empat kanal media sosial Bank Indonesia. Ini menunjukkan strategi dan taktikal komunikasi digital Bank Indonesia mampu menampilkan komunikasi kebijakan Bank Indonesia yang lebih optimal dalam mengelola literasi, ekspektasi, dan kredibilitas, sehingga warganet merespons dengan baik.

Page 162: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

148Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Pada Triwulan I 2020, jumlah followers Facebook page Bank Indonesia mencapai 70.944, naik 8,2% dari Triwulan IV 2019 dengan jumlah followers sebanyak 65.541 pengguna. Facebook page mendapatkan engagement 24.585 dari pengguna, naik 141% dari Triwulan IV 2019 10.161. Kenaikan engagement disebabkan variasi konten-konten baru yang dipublikasikan di Facebook seperti rilis, Facebook live, kuis trivia BIskuit, serta artikel mengenai pelantikan PCPM mendapatkan engagement besar.

Followers Twitter @bank_indonesia di Triwulan I 2020 mencapai 708.777, naik 1,5% dari Triwulan IV 2019 dengan jumlah followers 697.756. Twitter mendapatkan engagement 161.213, naik 214% dari sebelumnya 51.233. Kenaikan engagement disebabkan semakin tingginya respons warganet terhadap konten-konten seperti greeting pagi mengenai perawatan Rupiah dan kuis trivia BIskuit.

Total video yang ditayangkan di YouTube Bank Indonesia Channel selama Triwulan I 2020 sebanyak 38 video, naik 35% dari Triwulan IV 2019 28 video. Pada Triwulan I2020, jumlah subscriber Youtube Bank Indonesia Channel mencapai 35.743, naik 18,3% dari Triwulan IV 2019 dengan jumlah subscriber 30.200. Video yang mendapat perhatian besar warganet atau viewers terbanyak selama periode Triwulan I 2020 adalah video Live Streaming Rapat Dewan Gubernur Maret 2020 (viewers sebanyak 7.278) dan media briefing Perkembangan Ekonomi Terkini 31 Maret 2020 (viewers sebanyak 4.545). Terobosan Bank Indonesia mengadakan media briefing secara online untuk mencegah penyebaran COVID-19 mendapat respons sangat baik dari warganet termasuk media. Ini tercermin dari meningkatnya jumlah wartawan yang menonton melalui You Tube, dari sebelumnya datang langsung ke press conference. Selama Triwulan I 2020, dari sisi engagement, video terkait media briefing Perkembangan Ekonomi Terkini (24 Maret 2020) mendapatkan engagement 337.

Instagram Bank Indonesia menunjukkan peningkatan di berbagai indikator. Followers Instagram @bank_indonesia di Triwulan I 2020 mencapai 345.693, naik 8,5% dari 318.509. Instagram @bank_indonesia mendapatkan engagement 138.246 di Triwulan I 2020, naik 58,8% dari Triwulan IV 2019 87.054. Kenaikan engagement disebabkan inovasi konten-konten yang dilakukan antara lain seperti BIskuit (kuis), pemanfaatan konten viral seperti lanyard Bank Indonesia untuk mengajak penggunaan QRIS, dan imbauan #diRumahAja.

Isu yang menjadi trending topic di media sosial terkait Bank Indonesia adalah seputar nilai tukar Rupiah. Terdapat 4.430 post di media sosial tentang Rupiah yang datang dari media online, influencer, maupun netizen. Isu selanjutnya adalah BI7DRRR yang diturunkan pada bulan Februari

dan Maret lalu dengan jumlah post 1.854. Isu lain yang cukup mengemuka adalah prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 yang berubah dengan kemunculan pandemi COVID-19.

4.5.4 Contact Center BICARA

Contact Center Bank Indonesia (BICARA 131) senantiasa hadir untuk memberikan pelayanan prima pada publik. Selama Triwulan I2020, tercatat 25.905 pemohon informasi masuk baik melalui telepon, email, datang langsung, surat, media sosial maupun media lainnya. Jumlah pemohon ini naik 43,34% dibanding Triwulan IV 2019, 18.073 pemohon informasi. Mayoritas pertanyaan yang diajukan adalah permohonan informasi SLIK OJK dan permintaan informasi terkait SIMODIS. Kelompok stakeholders yang dominan menghubungi BICARA 131 adalah masyarakat umum dan kalangan dunia usaha. Jakarta Pusat menjadi mayoritas kota asal pemohon informasi yang menghubungi BICARA.

Sebagai cerminan dalam memberikan pelayanan prima dan service excellence, di Triwulan I2020, pencapaian Stakeholders Satisfaction Index (SSI) BICARA 131 mencapai 86,70% dari target 83%. BICARA 131 juga memenuhi standar ISO 9001:2015 dalam memberikan pelayanan publik dan menjadi contact center lembaga publik pertama di dunia yang tersertifikasi ISO 9001:2015. Pencapaian ini semakin meningkatkan awareness stakeholders terhadap kinerja BICARA 131 sehingga mampu menciptakan persepsi positif lembaga dalam hal layanan informasi publik dan merupakan sebuah prestasi sekaligus tantangan BICARA 131 ke depan untuk selalu meningkatkan kepuasan pelayanan stakeholder.

Terkait edukasi peran dan tugas Bank Indonesia secara umum, Bank Indonesia melakukan komunikasi kebanksentralan. Selama Triwulan IV 2019, komunikasi kebanksentralan tergolong beragam dengan fokus pada pentingnya peran Bank Indonesia sebagai penjaga stabilitas dalam tatanan perekonomian. Sosialisasi/edukasi publik terus dilakukan melalui berbagai format kegiatan, misalnya sharing dengan lembaga negara, diskusi dengan penegak hukum dan auditor negara, serta program edukasi melalui kegiatan BI Mengajar dan seminar dengan peserta dari akademisi.

Publikasi Majalah Eksternal (BICARA)

Bank Indonesia menyadari komunikasi kebijakan yang optimal harus dilakukan melalui beragam kanal (channel) media komunikasi, salah satunya melalui Majalah eksternal (BICARA). Majalah BICARA merupakan media komunikasi

Page 163: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

149Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

dalam bentuk majalah yang hadir dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami, tanpa mengurangi makna dari kebijakan Bank Indonesia. Sejak berpartisipasi pada 2016, Majalah eksternal Bank Indonesia, yang sebelumnya bernama Gerai Info, tidak pernah lepas dari penghargaan.

Pada 2020 majalah eksternal BICARA mengikuti Public Relations Indonesia Awards 2020 (PRIA) dengan predikat Gold Winner dalam kategori Media Cetak untuk edisi 76 Tahun 2019.

Salah satu komitmen Bank Indonesia dalam menghadirkan layanan informasi publik yang prima, handal dan terpercaya adalah dengan menerbitkan Majalah EKsternal BICARA, sebagai alat mengkomunikasikan tugas, produk, dan kebijakan Bank Indonesia pada publik. Majalah Gerai Info hadir dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami tanpa mengurangi makna dari kebijakan.

Sejak awal diterbitkan Majalah Eksternal BICARA, yaitu pada 2010 sampai saat ini mengalami tiga kali perubahan bentuk, dari buletin, pamflet hingga diterbitkan dalam bentuk majalah. Majalah dinilai merupakan bentuk paling efektif dan efisien mengingat bentuknya yang utuh (terkompilasi), sehingga mempermudah publik dalam mendapatkan informasi. Dalam setiap edisinya, Majalah BICARA memiliki tema berbeda sesuai Rencana Komunikasi Bank Indonesia yang disusun Departemen Komunikasi dan disetujui dalam RDG.

Sampai triwulan I-2020, rencana yang akan disusun adalah sebagai berikut:

Majalah Eksternal Bicara

No. Edisi Tema Fokus Utama

a. Edisi 81 “Mempertahankan Stabilitas dan Mendorong Pertumbuhan”

Fokus utama dalam edisi ini membahas besaran Blue Print Sistem Pembayaran Indonesia 2025 dan Prospek Ekonomi Indonesia Kedepan.

Pendistribusian Majalah eksternal BICARA dilakukan secara langsung ke stakeholders eksternal, baik melalui Departemen Komunikasi maupun melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwDN) ke Pemerintah Pusat dan Daerah, Pengamat, Parlemen, Media Massa, Akademisi, Perguruan Tinggi, Perpustakaan Nasional dan Daerah, serta BI Corner. Selain itu, majalah BICARA juga didistribusikan dalam berbagai kegiatan edukasi, seminar, pameran dan sosialisasi.

Guna memperluas jangkauan distribusi dan cakupan serta mempermudah akses pembaca, selain dalam bentuk cetak, Majalah BICARA juga disajikan dalam format e-magazine (flash version dan pdf version) di website Bank Indonesia. Ini juga menjadi bagian dari upaya Bank Indonesia dalam mengomunikasikan kebijakan yang sesuai perkembangan teknologi dan informasi.

Page 164: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

150Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Sistem Informasi (SI) memiliki peran penting dalam proses pengambilan keputusan maupun pelaksanaan tugas di Bank Indonesia. Dukungan SI yang berkualitas dilakukan melalui penerapan tata kelola sesuai best practice dan penerapan teknologi terkini. Dalam meningkatkan kualitas dukungan SI, terdapat Program Strategis Bank Indonesia yang difokuskan membangun SI sesuai era digital. Program Strategis terkait Sistem Informasi ini terdiri atas penyediaan dukungan SI yang inovatif, aman, dan handal untuk pencapaian outcome bank Indonesia, penyiapan digital workplace, implementasi proyek SI strategis, dan membangun dukungan SI yang responsif dan fleksibel (agile). Adapun indikator keberhasilan atas Program Strategis ini adalah peningkatan persentase digitalisasi atas proses bisnis Bank Indonesia.

Salah satu kegiatan dalam Program Strategis tersebut adalah melakukan penyusunan Rencana Induk Sistem Informasi Bank Indonesia (RISIBI) periode 2021 – 2024 yang menjadi acuan pengembangan dan peningkatan kualitas dukungan Sistem Informasi. Ke depan, Bank Indonesia akan mengembangkan Omni Experience Platform (Omni XP) guna merumuskan dan melaksanakan kebijakan maupun kelembagaan berbasis digital, sehingga dapat melaksanakan mandat secara efektif dan efisien untuk mencapai stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. RISIBI diharapkan selesai pada Juni 2020 sehingga dapat dijadikan acuan perencanaan kegiatan 2021.

Pada 2020 terdapat dua indikator kinerja Bank Indonesia terkait SI yaitu persentase digitalisasi proses bisnis dan ketersediaan sistem pendukung layanan jasa FMI dan SP yang diselenggarakan Bank Indonesia. Persentase digitalisasi proses bisnis pada 2020 ditargetkan mencapai minimal 41% proses bisnis terdigitalisasi. Hingga akhir Triwulan I 2020 target tersebut tercapai melalui

4.6 Sistem Informasi Yang Sesuai Era Digital

Guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan mewujudkan dukungan SI yang sesuai dengan era digital, sampai dengan Triwulan I 2020 dilakukan implementasi beberapa sistem yang mendukung digitalisasi proses bisnis pada sektor Moneter, Market, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), serta Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR).

implementasi berbagai sistem di akhir 2019 maupun awal 2020. Sementara, terkait ketersediaan sistem pendukung jasa FMI dan SP, hingga akhr Triwulan I 2020 tidak terjadi permasalahan yang berdampak pada terhentinya layanan sehingga target tingkat ketersediaan 99,97% dapat tercapai.

Salah satu bentuk dukungan SI yang diberikan adalah melakukan pengembangan sistem yang mendukung proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas. Pada Triwulan I 2020 diimplementasikan enam aplikasi dan empat perangkat teknologi. Sementara mayoritas proyek masih dalam pengembangan. Guna mendukung sektor moneter, diwujudkan melalui implementasi sistem pelaporan terkait upaya memitigasi risiko nilai tukar, risiko likuiditas, dan risiko utang yang berlebihan terhadap utang luar negeri yang dimiliki, serta sistem pelaporan bank yang terintegrasi bersama OJK dan LPS. Dukungan SI untuk sektor Market diwujudkan melalui implementasi sistem yang mendukung proses lelang DNDF dalam pendalaman pasar keuangan. Dukungan SI pada sektor SSK dan Makroprudensial diwujudkan melalui pengembangan sistem informasi yang berfungsi membantu proses pengawasan terkait sistem pembayaran, makroekonomi, makroprudensial, dan moneter, serta sistem assessment sistem keuangan dan pengelolaan pinjaman luar negeri. Sedangkan dukungan pada sektor Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP-PUR) dilakukan dengan mengembangkan aplikasi monitoring transaksi pasar uang, baik denominasi rupiah maupun valuta asing (valas) dan sistem alternatif untuk mendukung pelaksanaan lelang surat berharga.

Guna meningkatkan kualitas dan ketersediaan dukungan SI, dilakukan penguatan SI yang meliputi aspek people, process, dan technology. Dalam aspek people dan process, pada Triwulan I 2020 dilakukan simulasi pemulihan SI untuk sistem kliring, SWIFT, dan laporan harian perbankan apabila terjadi permasalahan, dengan melibatkan perbankan selaku peserta/pelapor dalam proses terkait. Sementara, terkait aspek teknologi, saat ini sedang dikembangkan Data Center 2 yang menerapkan green technology dan pengkinian teknologi atas Data Center saat ini.

Pada Triwulan I 2020 dilaksanakan forum koordinasi Bank Indonesia dan OJK di bidang SI, khususnya terkait implementasi sistem integrasi pelaporan dan rencana pengembalian pinjam pakai kekayaan TI yang digunakan OJK. Terkait sistem integrasi pelaporan, pada pertemuan tersebut disepakati strategi implementasi untuk memastikan kesiapan bank dan pemanfaatan data.

Page 165: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

151Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

a. Pemindaian suhu harian dan pengisian formulir deklarasi bagi setiap tamu yang berkunjung ke banbk Indonesia sebagai tracking potensi penyebaran virus COVID-19.

b. Penyemprotan desinfektan dilakukan seminggu sekali (saat status siaga) di area kritikal dan dua minggu sekali di area non kritikal.

c. Pemasangan hand sanitizer, peralatan yang dikelola sebanyak 1.443 unit, dengan rincian hand sanitizer 456 unit, portable hand sanitizer 691 unit dan hand sanitizer cadangan/on progress 247 unit.

d. Penerapan Social Distancing dengan memasang marka posisi orang di seluruh KOPERBI dan Fasos – Fasum.

e. Penyediaan akomodasi hotel bagi pegawai satker kritikal yang terbagi menjadi empat lokasi yaitu Ibis Styles, Takes Mansion dan RDBI Sinabung (LKU), Hotel Bidakara (BRS) dan Konasih Resort (Kantor Operasional BI Cilangkap/KOC).

f. Penyediaan Transportasi Pegawai Satker Kritikal untuk mendukung mobilitas pegawai satker kritikal dan penjemputan dari tujuh meeting point.

g. Penyediaan logistik dan fasilitas pendukung Tugas Kritikal di BRS, KOC, dan KPwDN (dalam bentuk makan siang, makan malam, dukungan layanan kegiatan 5 (lima) titik Vicon RDG untuk Satker DPSI, penyediaan Housekeeping, Building Management, teknisi).

h. Penetapan mekanisme untuk menunjang pelaksanaan tugas pegawai berupa pembagian jadwal WFH & WFO untuk Pegawai Organik dan Non Organik serta penyediaan ekstra voeding dan vitamin untuk Pegawai Non Organik.

Beberapa dampak COVID-19 terhadap pelaksanaan pemenuhan kebutuhan kelogistikan dan jasa di Bank Indonesia diantaranya yaitu :

Proses Pengadaan :

a. Sebagian calon kontraktor / vendor menahan diri mengikuti proses pengadaan karena jangka waktu penyelesaian pekerjaan dan biaya yang susah diprediksi mengingat sulitnya mencari tenaga kerja, material kerja (khususnya impor) yang mulai susah diperoleh, harga material (khususnya impor) yang mulai naik mengakibatkan harga menjadi susah diprediksi, serta beberapa perusahaan tidak beroperasi sementara.

Bank Indonesia secara konsisten mendukung kebutuhan organisasi dengan melakukan pengelolaan logistik yang optimal, efektif dan efisien. Triwulan I 2020 merupakan periode penuh tantangan bagi Bank Indonesia, khususnya akibat bencana Banjir dan Pandemi COVID-19. Di awal tahun 2020, Bank Indonesia secara aktif melaksanakan prosedur MKTBI dan tanggap darurat bencana Banjir di sebagian wilayah DKI Jakarta yang terdampak. Prosedur tanggap darurat bencana Pandemi COVID-19 juga diberlakukan Bank Indonesia pada seluruh pegawai dan Stakeholders, upaya tersebut diharapkan dapat meminimalisasi penyebaran Virus yang menjadi concern utama Pemerintah sejalan dengan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pelaksanaan pekerjaan tetap dilaksanakan secara optimal meskipun diberlakukan skema Work From Home. Beberapa penugasan MKTBI yang berhasil dilakukan dengan baik oleh Tim Sekretariat COVID-19 yaitu :

4.7 Pengelolaan Logistik Yang Optimal

Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia melakukan pemenuhan kebutuhan barang dan jasa kelogistikan organisasi berupa pengelolaan logistik melalui renovasi dan pembangunan baru gedung kantor serta fasilitas lainnya mengacu pada hasil mapping Umur Ekonomis Rencana Induk Komplek Perkantoran Bank Indonesia (RIKOPERBI) & Rencana Induk Rumah Bank Indonesia (RIRBI), mengawal dan berkontribusi aktif menjaga Governance dalam pelaksanaan pengadaan, meningkatkan fungsi penataan arsip Bank Indonesia melalui penambahan sertifikasi Compliance ISO 15489 “Records Management” di beberapa Satuan Kerja BI-Wide, melaksanakan Surveillance ISO 15489 “Records Management di seluruh Satuan Kerja untuk mempertahankan sertifikasi yang telah diraih. Selain itu, turut berperan aktif dalam penyelesaian permasalahan penatausahaan aset kelogistikan Bank Indonesia, melaksanakan tindak lanjut temuan BPK-RI terkait kelogistikan, serta melaksanakan fungsi pengamanan dalam mendukung pelaksanaan tugas, Bank Indonesia menerbitkan Manajemen Keberlangsungan Tugas Bank Indonesia (MKTBI).

Page 166: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

152Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

b. Pengadaan di luar rencana meningkat untuk penanganan COVID-19.

c. Penyiapan TOR sesuai jadwal yang memerlukan koordinasi sedikit terkendala implementasi WFH.

Progres Pelaksanaan Proyek :

d. Pelaksanaan proyek berpotensi terlambat karena pembatasan akses, kesulitan pemenuhan jumlah tenaga kerja, pengiriman material tidak tepat waktu, serta harga material menjadi lebih mahal.

Pelaksanaan Pekerjaan Rutin :

e. Implementasi WFH berdampak pada kecepatan penyelesaian pekerjaan yang bersifat koordinasi dan memerlukan kehadiran secara fisik, diantaranya pencapaian compliance ISO dan surveillance di KP & KPw, pemeriksaan pekerjaan di lapangan, pembahasan desain / perancangan, serta pekerjaan lain yang memerlukan koordinasi dengan eksternal.

Realisasi Anggaran dan Rencana Investasi :

f. Pelaksanaan rencana pengadaan yang tertunda dan pelaksanaan pekerjaan/proyek terlambat berdampak pada realisasi anggaran dan rencana investasi 2020.

Walaupun demikian, di tengah pandemi, Bank Indonesia tetap senantiasa melakukan upaya-upaya terbaik dalam penyediaan kebutuhan barang dan jasa kelogistikan. Sejumlah program kerja yang telah dapat dilaksanakan antara lain :

a. Terlaksananya pelaksanaan Compliance ISO 15489 melalui pelaksanaan pembinaan internal dengan susunan jadwal verifikasi webinar melalui aplikasi Zoom.

b. Mengawal proses pengadaan dan secara aktif menjadi panitia pengadaan untuk Rencana Pengadaan Tahun 2020.

c. Peningkatan kualitas layanan kelistrikan Premium untuk beberapa Gedung di KOPERBI dan KOC serta menjamin ketersediaan listrik pada Aplikasi Kritikal (FMI, SP dan CBS) untuk Triwulan I 2020.

d. Peningkatan kualitas pengamanan dan keselamatan kerja dengan melaksanakan monitoring dan dibuktikan dengan tidak adanya kejadian kecelakaan kerja di KOPERBI selama periode sampai Maret 2020 serta tidak adanya kejadian penyusupan.

e. Percepatan penyusunan dan pengkinian standardisasi barang/jasa kelogistikan sebanyak dua standardisasi yaitu Standardisasi Kendaraan Dinas & Standardisasi Kendaran Dinas Pengawalan Khusus ADG.

f. Melaksanakan pengajuan usulan poin-poin penyempurnaan ketentuan Manajemen Dokumen Bank Indonesia (MDBI) sebagai bentuk peningkatan kualitas pengelolaan dokumen dengan progres berupa penyusunan draft materi pokok-pokok penyempurnaan ketentuan MDBI.

g. Penyusunan design guidelines Inovasi Konsep Perancangan Ruang Kerja dan Fasilitas berbasis 4K (Konsentrasi, Kolaborasi, Komunikasi dan Kasual).

h. Pelaksanaan asesmen kondisi dan status aset non operasional lainnya milik Bank Indonesia dan bertambahnya pemanfaatan Aset Non Operasional (ANO) tahun 2020 sebanyak dua aset yang saat ini sedang dalam proses berlokasi di Jl. Raya Darmo No. 161, Surabaya, Jawa Timur (eks RBI) dan Jl. Raya Pantura, Desa Jarangan, Pasuruan, Jawa Timur (tanah kosong).

i. Dilaksanakannya kegiatan pertama Sosialisasi Captain Floor di Bali dengan peserta KPBI dan KPwDN Wilayah KTI pada 4-7 Maret 2020. Dari hasil sosialisasi, pemahaman pegawai terhadap kondisi gawat darurat mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata post test berada di kisaran 86. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan kedua yang semula direncanakan di Medan dengan peserta KPBI dan KPwDN Wilayah Sumatera masih menunggu perkembangan lebih lanjut akibat pandemi COVID-19. Metode webinar melalui Zoom/Aplikasi online lainnya sedang dijajagi apabila memungkinkan pelaksanaan kegiatan Captain Floor kedua dimaksud.

j. Selain pelaksanaan tugas tetap berjalan, terdapat pula proyek yang berhasil diresmikan pada Triwulan I 2020 yaitu Peresmian Rumah Istirahat Bank Indonesia Murai-Kenari-Camar pada 10 Februari 2020.

Sejumlah proyek strategis lainnya pun saat ini sedang dalam proses pengerjaan dan pelaksanaan pengadaan.

Pengelolaan logistik Bank Indonesia dilakukan dengan tetap menjaga governance dan kepatuhan terhadap prosedur yang berlaku. Hal ini diantaranya terlihat dari penyelesaian permasalahan penatausahaan aset kelogistikan Bank Indonesia, pelaksanaan tindak lanjut temuan BPK-RI terkait kelogistikan, serta pelaksanaan

Page 167: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

153Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

perencanaan anggaran dan proyek tahun 2020 dengan mengedepankan Design Guidelines dan prinsip-prinsip yang ada dalam Grand Desain “Arah Kebijakan Pengelolaan Logistik dan Aset” yang dituangkan dalam Rencana Induk Komplek Perkantoran Bank Indonesia (RIKOPERBI) dan Rencana Induk Rumah Bank Indonesia (RIRBI).

Sejumlah rencana yang akan dilakukan Bank Indonesia diantaranya : (i) implementasi Pilot Project Modern Office di Satuan Kerja untuk mendukung Digital Workplace, (ii) penyusunan Design Guidelines Area Recharge Room / Break Out Room, (iii) integrasi desain dan persiapan Task Force Ibu Kota Negara Baru, termasuk penyusunan strategi dan perencanaan kebutuhan infrastuktur, serta (iv) pelaksanaan pengadaan dan pembangunan infrastruktur Bank Indonesia, termasuk gedung kantor, rumah dinas, infrastruktur sistem informasi secara terkoordinasi dengan Badan Otoritas.

4.8 Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) Untuk Negeri

a. Komoditas strategis : cabe, bawang, padi, dan volatile food lainnya.

b. Komoditas unggulan : kopi, rotan, rumput laut, dan lain-lain.

c. Komoditas ekspord. Pemberdayaan Perempuane. Pengembangan Wirausahaf. Desa Binaan

2) Program penguatan pariwisata dan pelestarian budaya antara lain: a. Wisata bahari, kuliner dan belanja.b. Program 3A (Aksesibilitas, Atraksi dan Amenitasi).c. Tourism Information Centerd. Kebudayaan

3) Program peningkatan SDM unggul melalui kegiatan antara lain: a. Beasiswa pada PT dan Diploma b. Indonesia cerdas (BI Corner & Pojok Baca dan

Dongeng PAUD)c. Penguatan komunitas GenBI (Leadership Camp

GenBI, Capacity Building GenBI)d. Vokasi

3) Program penguatan pengembangan ekonomi syariah, melalui pemberdayaan usaha syariah, antara lain :a. Pengembangan holding bisnis pesantrenb. Integrated farmingc. Food and Fashiond. Renewable energye. Halal tourism

4) Program pengembangan ekonomi dan keuangan digital antara lain:a. Program Digitalpreneurb. Start Up UMKMc. Layanan digital pesantrend. Mendorong UMKM menggunakan e-commerce

dalam memperluas penjualan produk

5) Program kepedulian sosial :a. Lingkungan Hidupb. Kebudayaanc. Keagamaand. Pendidikane. Kesehatanf. Penanganan Bencana

Orientasi PSBI pada 2020 lebih diarahkan pada upaya mendukung pengendalian inflasi, pengurangan Current Account Deficit (CAD), pemberdayaan ekonomi dan UMKM, pengembangan SDM unggul, serta memelihara dan mendorong kepedulian sosial di bidang lingkungan,

Guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan serta sebagai upaya memperkuat pelaksanaan tugas bank sentral, Bank Indonesia melaksanakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). PSBI 2020 mengusung tema “Berkontribusi Nyata Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat & Peningkatan SDM Unggul Dalam Rangka Mendukung Stabilitas Ekonomi Indonesia”.

Pelaksanaan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral diperkuat dengan kegiatan sosial berupa Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). PSBI bertujuan mendukung efektivitas komunikasi kebijakan melalui pemberdayaan masyarakat dan kepedulian sosial, baik terkait langsung maupun tidak langsung, dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. PSBI juga mendukung upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

Pada 2020, Program Sosial Bank Indonesia diimplementasikan dalam berbagai program sebagai berikut:

1) Program pemberdayaan UMKM melalui peningkatan kapasitas ekonomi dan produktivitas antara lain :

Page 168: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

154Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Camp yang menghadirkan narasumber dari kalangan praktisi dan akademisi. GenBI diharapkan dapat memiliki pemahaman yang memadai mengenai pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan dapat mengkomunikasikannya ke lingkungan sekitar.

Pada 2020, program beasiswa Bank Indonesia juga diberikan pada vokasi, Politeknik, Program Diploma dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga menambah jumlah penerima beasiswa pada perguruan tinggi eksisting dengan persyaratan tertentu.

3. Memelihara dan Mendorong Kepedulian Sosial

Sebagai bentuk kepedulian sosial Bank Indonesia pada masyarakat sekaligus wujud nyata dedikasi Bank Indonesia untuk negeri dalam mendukung pemerintah mengatasi pandemi COVID-19, Bank Indonesia menyalurkan bantuan alat kesehatan (alkes) pada tenaga medis serta perlengkapan sanitasi bagi masyarakat, guna mendukung percepatan penanganan pandemi COVID-19. Bantuan alkes berupa 5.000 unit Alat Pelindung Diri (APD), 10.000 unit Alat Rapid Diagnostic Test, dan 100.000 buah masker, diserahkan melalui Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 pada 6 April 2020 di Jakarta. Selain alkes, bantuan pada masyarakat berupa masker, cairan disinfektan dan alat semprotnya, hand sanitizer, vitamin, dan wastafel portable outdoor, diberikan melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia mengingat ketersediaannya di daerah cukup terbatas. Seluruh bantuan senilai Rp 9,8 miliar tersebut merupakan realisasi komitmen tahap awal Bank Indonesia.

4.9 Pengelolaan Keuangan Yang Akuntabel

kebudayaan, pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan bantuan penanggulangan bencana. Keseluruhan hal tersebut terbagi dalam tiga pilar, antara lain :

1. Mendukung Pengendalian Inflasi, Pengurangan CAD, dan Keuangan Inklusif melalui Pemberdayaan Ekonomi dan UMKM

Program Peningkatan Kapasitas Ekonomi dan UMKM tersebut dikategorikan dalam 10 subtema (proyek), yaitu Ketahanan Pangan, Komoditas Unggulan, Komoditas Ekspor, Pemberdayaan Perempuan, Pengembangan Wirausaha, Pariwisata, Local Economy Development (LED), Ekonomi dan Keuangan Digital, Ekonomi Syariah dan Indonesia Cerdas. Subtema Komoditas Ekspor, Pengembangan Wirausaha dan Local Economy Development (LED) merupakan subtema baru pada 2020. Sedangkan tujuh subtema lainnya meneruskan subtema yang dicanangkan tahun sebelumnya.

2. Mendorong pengembangan SDM unggul antara lain melalui program beasiswa.

Sebagai bentuk program peningkatan kapasitas SDM dan pemahaman publik, Bank Indonesia menginisiasi Program Indonesia Cerdas melalui pembangunan BI Corner (BIC) mulai dari tingkat SMP hingga Perguruan Tinggi, Perpustakaan Daerah, hingga level PAUD. Program ini untuk mendukung upaya memperkuat pemahaman masyarakat tentang keberadaan dan peran Bank Indonesia, sekaligus mendorong kegiatan edukasi dan peningkatan kualitas pendidikan dan untuk menumbuhkan minat baca, terutama anak-anak sejak dini melalui penyediaan koleksi buku dan aktivasi seperti seminar, sosialisasi, bedah buku. Sejak 2015 telah terbangun 1.022 BI Corner di seluruh Indonesia. Selama Tahun 2020 juga dilakukan pengkinian buku-buku pada BI Corner yang berada di Kantor Pusat dan seluruh KPw DN.

Selain itu, sejak 2011 Bank Indonesia telah memberikan beasiswa pada 25.000 mahasiswa S1 dengan penerima aktif saat ini sebanyak 6.480 mahasiswa dari 110 Perguruan Tinggi Negeri dan 26 Perguruan Tinggi Swasta di seluruh Indonesia. Program beasiswa tersebut diiringi dengan kegiatan pengembangan komunitas penerima beasiswa yang tergabung dalam Generasi Baru Indonesia (GenBI). Pengembangan komunitas ini bertujuan mempersiapkan GenBI sebagai calon-calon pemimpin masa depan melalui berbagai kegiatan yang membangun jiwa kepedulian sosial maupun pengembangan kompetensi, seperti pelatihan edukasi kebanksentralan, dan GenBI Leadership

Untuk meningkatkan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia, kebijakan di bidang manajemen keuangan dilakukan melalui berbagai program kerja yang mendukung arah kebijakan Bank Indonesia dan memperkuat akuntabilitas Bank Indonesia diantaranya melalui penerapan Expected Credit Loss (ECL), penyusunan PKAK Syariah, serta pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2019.

Page 169: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

155Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

Kebijakan manajemen keuangan Bank Indonesia bertujuan meningkatkan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia. Kebijakan dilakukan guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, sistem pembayaran dan pengedaran uang, serta stabilitas sistem keuangan. Pelaksanaan kebijakan manajemen keuangan dilakukan melalui berbagai program kerja yang mendukung arah kebijakan Bank Indonesia dan memperkuat akuntabilitas Bank Indonesia.

Guna meminimalisasi risiko penyebaran COVID-19 dan agar kegiatan manajemen keuangan Bank Indonesia dapat berlangsung, pada Triwulan I 2020 dilakukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Melakukan split operations untuk pelaksanaan tugas kritikal yakni penyelenggaraan operasional aplikasi sistem keuangan dan penyelesaian transaksi keuangan. Split operations dilakukan pada dua lokasi terpisah yakni (i) di Lokasi Kerja Utama (LKU) pada area Komplek Perkantoran Bank Indonesia di Jl. MH Thamrin, Jakarta dan (ii) di Lokasi Kerja Alternatif (LKA). Split operations tersebut dilaksanakan sejak 16 Maret 2020 bersama seluruh satuan kerja pemilik aplikasi kritikal di Bank Indonesia.

2. Melakukan penyesuaian pola kerja dalam pelaksanaan pemeriksaan Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2019 yang dimulai sejak awal Februari 2020 dan direncanakan berakhir pada Minggu ke-IV April 2020. Meskipun sebagian besar pegawai Bank Indonesia dan auditor BPK-RI bekerja dari rumah (work from home), kegiatan pelaksanaan audit tetap berjalan sebagaimana direncanakan. Pemenuhan dokumen dan komunikasi dilakukan melalui media online termasuk pembahasan dengan metode video conference.

Sementara itu, beberapa program lain yang dilaksanakan pada Triwulan I 2020 antara lain:

1. Implementasi ECL

Sesuai amanat Pernyataan Kebijakan Akuntansi Keuangan (PKAK) Bank Indonesia No. 6 tentang Instrumen Keuangan Kebijakan yang merupakan adopsi dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71: Instrumen Keuangan dan International Financial Reporting Standards (IFRS) 9: Financial Instruments, mulai 1 Januari 2020 Bank Indonesia mengimplementasikan metode Expected Credit Loss (ECL) untuk perhitungan penurunan nilai aset keuangan, menggantikan metode yang diterapkan sebelumnya yaitu bukti objektif penurunan nilai (incurred loss). Pada prinsipnya, metode ECL mengukur potensi penurunan nilai aset keuangan karena meningkatnya risiko kredit dengan mempertimbangkan informasi relevan yang tersedia. Sesuai tahapan implementasi ECL, pada Triwulan I 2020 dilakukan simulasi perhitungan penerapan awal menggunakan data Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia posisi 31 Desember 2019.

2, Penyusunan PKAK Syariah

Seiring peningkatan penggunaan instrumen keuangan syariah Bank Indonesia, Komite Penyusun Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (KAKBI) sepakat mengembangkan KAKBI Syariah yang didahului dengan penyusunan PKAK Syariah. Sejalan dengan timeline penyusunan KAKBI Syariah, pada Triwulan I 2020 dilakukan penyusunan dan pembahasan draft kajian akademis untuk PKAK Investasi pada Surat Berharga Syariah, usulan penyesuaian due process penyusunan PKAK Syariah, dan review atas dampak penyusunan PKAK Syariah terhadap PKAK existing untuk dibahas dalam Rapat Dewan Pengarah Komite Penyusun KAKBI.

3. Asesmen Press Release Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Penerapan Beberapa Standar Akuntansi

N.AWajar Tanpa PengecualianOpini audit atas Laporan Keuangan Tahunan

Bank Indonesia (LKTBI)

Bank Indonesia secara konsisten menjaga pengelolaan keuangan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga pengendalian harus dilakukan secara governed

Indikator Kinerja Utama(IKU)

PencapaianTW I 2020Target

Page 170: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

156Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Pasca pandemi COVID-19 dan penetapannya sebagai bencana nasional, IAI menerbitkan press release terkait dampak COVID-19 terhadap penerapan PSAK 8: Peristiwa Setelah Periode Pelaporan, PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar dan PSAK 71: Instrumen Keuangan. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia melakukan asesmen awal atas press release

tersebut dengan penilaian belum perlu dilakukan perubahan penerapan kebijakan akuntansi atas kondisi ketidakpastian perekonomian saat ini. Bank Indonesia secara konsisten melakukan asesmen dampak COVID-19 dan kondisi perekonomian global terhadap posisi laporan keuangan Bank Indonesia serta menyusun langkah mitigasi risikonya.

Page 171: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

157Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

BAB 4 - Kapabilitas Internal Bank Indonesia

Page 172: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

BAB 5

LaporanKeuangan

Laporan KeuanganBank Indonesia

BAB 5

Page 173: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran
Page 174: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

160Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

4. Tagihan

5. Aset Non Kebijakan

3. Hak Tarik Khusus di Lembaga Keuangan Internasional

2. Aset Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan Moneter

1. Emas 66.830.485 1. Uang Dalam Peredaran 727.340.964

2.330.665.537 2. 1.114.636.504Kebijakan Moneter

42.686.796 3. Alokasi Hak Tarik Khusus dari 44.425.439Lembaga Keuangan Internasional

138.552.436 4. Liabilitas Keuangan kepada Pemerintah 165.779.549

34.908.361 5. Kewajiban Non Kebijakan 18.383.183 6. Selisih Revaluasi 308.362.164

7. Modal 3.726.349

8. Akumulasi Surplus/Defisit 230.989.463

2.613.643.615 2.613.643.615TOTAL ASET TOTAL LIABILITAS

ASET LIABILITAS

BANK INDONESIANERACA SINGKAT MINGGUAN

Per 31 Maret 2020(Dalam Jutaan Rupiah)

Liabilitas Keuangan untuk Pelaksanaan

penghasilan, khususnya berasal dari pendapatan bunga, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan cadangan devisa dan pelaksanaan kebijakan moneter, serta penerimaan selisih kurs yang merupakan dampak pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam upaya mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sementara itu, bagian terbesar beban Bank Indonesia berasal dari pelaksanaan kebijakan moneter yaitu Rp6,28 triliun atau 56,72% dari total beban, khususnya berasal dari beban bunga.

c. Rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia per 31 Maret 2020 tercatat 9,78%. Sesuai Pasal 62 UU Bank Indonesia, dalam hal hasil pemeriksaan BPK-RI atas LKTBI menunjukkan rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia mencapai lebih dari 10% maka Bank Indonesia harus melakukan penyetoran sisa surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah. Berdasarkan hasil audit BPK-RI atas LKTBI Tahun 2019, Rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia tercatat 11,10%, sehingga pada 2020, Bank Indonesia akan melakukan penyetoran sisa surplus ke Pemerintah sebesar Rp21,48 triliun.

5.1. Neraca Singkat Mingguan

5.2. Surplus Defisit dan Rasio Modal

Kondisi dan kinerja keuangan Bank Indonesia pada Triwulan I 2020 sebagai dampak pelaksanaan tugas Bank Indonesia disampaikan sebagai berikut:

a. Total aset/liabilitas per 31 Maret 2020 tercatat Rp2.613,64 triliun, naik 11,16% dari posisi 31 Desember 2019 (audited) yang mencapai Rp2.351,33 triliun. Komponen utama aset Bank Indonesia adalah Aset Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan Moneter, yang didominasi Surat Berharga dan Tagihan dalam Valuta Asing, 89,17% dari total aset. Sedangkan komponen utama liabilitas Bank Indonesia adalah Liabilitas Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan dan Uang dalam Peredaran, masing-masing 42,65% dan 27,83% dari total liabilitas.

b. Pada Triwulan I 2020, Bank Indonesia mencatat surplus sebelum pajak Rp1,33 triliun, turun 89,00% dari surplus sebelum Triwulan I 2019 Rp12,06 triliun. Surplus tersebut diperoleh dari penghasilan Rp12,40 triliun dikurangi beban Rp11,07 triliun. Penghasilan terbesar berasal dari Pelaksanaan Kebijakan Moneter sebesar Rp11,91 triliun atau 96,00% dari total

Page 175: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

161Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Page 176: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Triwulan IJanuari – Maret 2020

PERATURAN YANG DITERBITKANBANK INDONESIA

LAMPIRAN

Page 177: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran
Page 178: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

164Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI)No Peraturan Tanggal Perihal

1. 22/1/PBI/2020 30 Januari 2020 Jumlah dan Nilai Nominal Uang yang Dimusnahkan Tahun 2019

2. 22/2/PBI/2020 19 Maret 2020Perubahan Kedua atas PBI No. 20/10/PBI/2020 tentang Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward

3. 22/3/PBI/2020 26 Maret 2020Perubahan atas PBI No. 20/3/PBI/2018 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah

4. 22/4/PBI/2020 27 Maret 2020Insentif bagi Bank yang Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan Ekonomi Tertentu Guna Mendukung Penanganan Dampak Perekonomian akibat Wabah Virus Corona

2. Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG)No Peraturan Tanggal Perihal

1. 22/1/PADG/2020 4 Februari 2020Perubahan atas PADG No. 19/20/PADG/2017 tentang Rekening Giro di Bank Indonesia

2. 22/2/PADG/2020 10 Maret 2020Perubahan Keempat atas PADG No. 20/10/PADG/2018 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah

3. 22/3/PADG/2020 30 Maret 2020Pelaksanaan Standardisasi Kompetensi di Bidang Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

3. Peraturan Dewan Gubernur (PDG)

4. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern

No Peraturan Tanggal Perihal

1. 22/1/PDG/2020 27 Januari 2020Perubahan Kedua atas PDG No. 17/10/PDG/2015 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Bank Indonesia

No Peraturan Tanggal Perihal

1.22/1/PADG

INTERN/20202 Januari 2020

Perubahan Ketiga atas PADG Intern No. 20/52/PADG INTERN/2018 tentang Aplikasi BI-Enterprise Resource Planning and Human Resource Information System

2.22/2/PADG

INTERN/20207 Januari 2020 Remunerasi Pegawai Bank Indonesia

3.22/3/PADG

INTERN/202014 Januari 2020

Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Page 179: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

165Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Lampiran

No Peraturan Tanggal Perihal

4.22/4/PADG

INTERN/202028 Januari 2020

Pedoman Pelaksanaan Ketentuan mengenai Rasio Intermediasi Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah

5.22/5/PADG

INTERN/20205 Februari 2020 Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Nasabah

6.22/6/PADG

INTERN/20205 Februari 2020

Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Nasabah terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam

7.22/7/PADG

INTERN/202027 Februari 2020

Perubahan Kedua atas PADG Intern No. 19/59/PADG INTERN/2017 tentang Sistem Akuntansi Keuangan Bank Indonesia

8.22/8/PADG

INTERN/202027 Februari 2020 Organisasi Departemen Surveilans Sistem Keuangan

9.22/9/PADG

INTERN/202010 Maret 2020 Pemberhentian Pegawai

10.22/10/PADG INTERN/2020

23 Maret 2020Pedoman Pelaksanaan Aktivasi Kerja Sama Keuangan Internasional untuk Pengelolaan Cadangan Devisa di Bank Indonesia

11.22/11/PADG INTERN/2020

23 Maret 2020Perubahan atas PADG Intern No. 21/1/PADG INTERN/2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Transaksi melalui Sistem BI-Electronic Trading Platform

12.22/12/PADG INTERN/2020

31 Maret 2020 Organisasi Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

13.22/13/PADG INTERN/2020

31 Maret 2020 Organisasi Departemen Pengelolaan Uang

14.22/14/PADG INTERN/2020

31 Maret 2020 Organisasi Departemen Pengelolaan Devisa

15.22/15/PADG INTERN/2020

31 Maret 2020 Perjalanan Dinas Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia

Page 180: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

166Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Upaya Untuk Mendukung Kepatuhan Hukum dan Norma Yang Berlaku

(Triwulan I Tahun 2020)

No. Rincian Isu Strategis

1. Untuk membantu aparat penegak hukum dalam sejumlah proses penegakan hukum terkait ketentuan UU Mata Uang, UU Transfer Dana, ketentuan mengenai Cek, Bilyet Giro, dan Uang Elektronik, selama triwulan I tahun 2020 BI dhi. DHk melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a.  Memenuhi permintaan penunjukan ahli yang dapat memberikan keterangan ahli mengenai keaslian uang rupiah, transfer dana, ketentuan mengenai Cek dan Bilyet Giro dengan melakukan penunjukan ahli dari BI; dan

b. Melakukan pendampingan ahli dalam pemberian keterangan ahli di hadapan aparat penegak hukum

1.  Proses penyelidikan dan/atau penyidikan perkara terkait ketentuan UU Mata Uang, UU Transfer Dana dan ketentuan mengenai Cek, Bilyet Giro, dan Uang Elektronik tergantung pada keterangan ahli dari BI. Sementara pada masa pandemik virus Covid-19, pemberian keterangan ahli tidak dapat dilaksanakan sesuai koordinasi antara penyidik dengan DHk.

2.   Jika pemberian keterangan ahli dalam rangka membuat terang dan jelas dugaan tindak pidana terkait UU Mata Uang, UU Transfer Dana dan ketentuan mengenai Cek, Bilyet Giro, dan Uang Elektronik tidak dapat terlaksana dengan baik, terdapat potensi tersangka pelaku tindak pidana mata uang, tindak pidana tansfer dana dan tindak pidana terkait alat pembayaran Cek, Bilyet Giro, dan/atau Uang Elektronik dilepaskan sebelum dihadapkan pada proses penuntutan.

2. Dalam rangka pencairan klaim BI terhadap Trustees pada perkara kepailitan Indover Bank di Amsterdam pasca Putusan Supreme Court Belanda yang memenangkan posisi hukum BI, pada bulan Januari 2020 BI dhi. DHk melakukan koordinasi yang intensif dengan kuasa hukum BI (Law Firm White & Case) di Brussel. Hasilnya, pada tanggal 31 Januari 2020 Trustees telah melakukan pembayaran klaim BI atas budel pailit Indover Bank.

1.   BI telah memperoleh pencairan atas klaim BI terhadap Turstees Indover Bank.

2. Setelah Putusan Supreme Court ditindaklanjuti Trustees Indover Bank dengan pencairan klaim BI, selanjutnya perlu tindak lanjut penyelesaian tugas IPBV yang menangani penyelesaian sisa aset yang berasal dari Net Performing Loan eks Indover Bank dan/atau penghapusbukuan tagihan.

3. Dalam rangka kepatuhan hukum terhadap proses perkara yang melibatkan BI sebagai pihak tergugat atau turut tergugat di pengadilan, selama triwulan I tahun 2020, BI dhi. DHk senantiasa berupaya memenuhi panggilan pengadilan dan jadwal persidangan yang ditetapkan Pengadilan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk penanganan perkara pada pengadilan di wilayah KPwBI, DHk berkerjasama dengan KPwBI untuk dapat membantu penanganan perkara yang memungkinkan dilakukan oleh Kuasa Hukum BI di KPwBI setempat.

1.    Kebijakan BI dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengantisipasi wabah Covid-19 dapat mempengaruhi kepatuhan hukum BI terhadap proses hukum yang ditetapkan pengadilan baik berupa kehadiran dan/atau penyerahan dokumen persidangan serta dokumen pembelaan BI.

2. Ketidakhadiran BI dalam proses persidangan perkara di pengadilan atau penyerahan dokumen pembelaan yang tidak dapat dilakukan BI pada persidangan berpotensi berdampak negatif terhadap upaya pembelaan BI pada perkara yang dihadapi BI di pengadilan sehingga putusan pengadilan tidak menguntungkan posisi hukum BI

Page 181: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

167Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Lampiran

No. Rincian Isu Strategis

4. Dalam rangka memberikan pemahaman mengenai ketentuan di bidang kebanksentralan, ketentuan dan kebijakan BI di bidang moneter, makroprudensial, sistem pembayaran termasuk alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik, serta pengelolaan dan tindak pidana uang Rupiah kepada para hakim yang berada di bawah pengawasan Mahkamah Agung RI, pada bulan Maret 2020 BI dhi. DHk bekerjasama dengan MA dan OJK telah melakukan 1 (satu) kali kegiatan Temu Wicara dalam rangka pelatihan hakim di bidang kebanksentralan dan sektor jasa keuangan yaitu pada tanggal 4 – 6 Maret 2020 di Medan.

Kegiatan Temu Wicara periode kedua direncanakan dilanjutkan pada bulan April 2020, namun karena wabah Covid-19 ditunda pelaksanaannya. Penyelenggaraan Temu Wicara periode kedua tersebut penyelenggaraannya diperkirakan akan berdekatan dengan jadwal penyelenggaraan Temu Wicara periode selanjutnya (ketiga dan keempat) serta rencana kegiatan Forum Ahli dan Kuasa Hukum BI yang akan dilaksanakan pada bulan November 2020. Akibatnya, upaya memberikan pemahaman mengenai ketentuan di bidang kebanksentralan, ketentuan dan kebijakan BI di bidang moneter, makroprudensial, APMK dan sistem pembayaran termasuk APMK dan uang eletronik serta pengelolaan dan tindak pidana uang Rupiah kepada para hakim menjadi kurang persiapan dan terdapat agenda kegiatan yang harus dilakukan dalam waktu yang berdekatan pada semester II 2020.

Jakarta, April 2020

Page 182: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

168Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Daftar Istilah

Istilah Penjelasan

Administered prices

BI Rate

Bank Indonesia Real-Time Gross

Settlement (BI-RTGS)

Bank Indonesia – Scripless Securities

Settlement System (BI-SSSS)

Bank Perantara

Cadangan Devisa

Capital Adequacy Ratio

Countercyclical Buffer

Dana Pihak Ketiga

Defisit Transaksi Berjalan

Deposit Facility

Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah,

misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif tenaga listrik.

Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer dana

secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang

penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.

Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan

sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan

penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara

Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.

Bank umum yang didirikan oleh Lembaga Penjamin Simpanan untuk digunakan

sebagai sarana resolusi dengan menerima pengalihan sebagian atau seluruh

aset dan/atau kewajiban Bank yang ditangani Lembaga Penjamin Simpanan,

selanjutnya menjalankan kegiatan usaha perbankan dan akan dialihkan

kepemilikannya kepada pihak lain.

Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada

sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas

asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga

luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat

dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.

Rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang

kemungkinan dihadapi oleh bank.

Tambahan modal yang berfungsi untuk mengantisipasi kerugian apabila

terjadi pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan sehingga berpotensi

mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian

penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan,

dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Kondisi ketika sebuah negara mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada

ekspor, atau selisih antara defisit/surplus pada neraca perdagangan dengan

defisit/surplus pada neraca jasa-jasa.

Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka operasi

moneter.

Page 183: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

169Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Daftar Istilah

Istilah Penjelasan

Devisa Hasil Ekspor

Domestic Non-Deliverable Forward

Emerging Market

Fasilitas Likuiditas Intrahari

Financial Inclusion/(Keuangan

Inklusif)

Fine Tune Operation

Forum Koordinasi Stabilitas Sistem

Keuangan

Giro Wajib Minimum

Gross Domestic Product (Produk

Domestik Bruto)

Hedging

IndoNIa

Indeks Stabilitas Sistem Keuangan

Devisa yang diterima eksportir dari hasil kegiatan ekspor.

Derivatif valuta asing terhadap Rupiah yang standar (plain vanilla) berupa

transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik

Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara

lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi.

Penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan

Bank sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan peserta SKNBI, yang dilakukan

dengan cara repurchase agreement (repo) surat berharga yang harus diselesaikan

pada hari yang sama dengan hari penggunaan.

Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara

lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi.

Transaksi dalam rangka Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dilakukan sewaktu-

waktu oleh Bank Indonesia apabila diperlukan untuk mempengaruhi likuiditas

perbankan secara jangka pendek pada waktu, jumlah dan harga transaksi yang

ditetapkan Bank Indonesia

Forum yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar lembaga dalam

memelihara stabilitas sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan, serta memperkuat ketahanan dalam menghadapi gejolak

ekonomi. Lembaga yang menjadi anggota forum dimaksud yaitu Kementerian

Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Otoritas Jasa

Keuangan.

Jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang besarnya ditetapkan

oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.

Indikator ekonomi yang mencerminkan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu negara dalam jangka waktu

tertentu.

Penggunaan instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya untuk

melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan nilai wajar (fair value) aset

atau kewajiban.

Indeks suku bunga atas transaksi pinjam-meminjam Rupiah tanpa agunan yang

dilakukan antarbank untuk jangka waktu overnight di Indonesia

Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan

yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan membantu

mengidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.

Page 184: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

170Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Istilah Penjelasan

Inflasi

Inflasi Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Inflasi Inti

Inflation Targeting Framework

Investment Grade

JIBOR

Kliring

Layanan Keuangan Digital (LKD)

Lender of The Last Resort

Lending Facility

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat sehingga

berdampak pada menurunnya daya beli. Terdapat dua jenis sumber inflasi,

yaitu inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya (cost-push) dan inflasi karena

meningkatnya permintaan (demand-pull).

Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen, yang

mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas.

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan

inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-

penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang dan

ekspektasi inflasi. Inflasi inti diperoleh dari angka inflasi IHK setelah mengeluarkan

komponen volatile foods dan administered prices.

Kerangka kebijakan moneter forward-looking yang secara transparan dan

konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke depan

yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan kepada publik.

Peringkat layak investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat.

Rata-rata dari suku bunga indikasi pinjaman tanpa agunan yang ditawarkan

dan dimaksudkan untuk ditransaksikan oleh Bank kontributor kepada Bank

kontributor lain untuk meminjamkan Rupiah untuk jangka waktu tertentu di

Indonesia.

Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di satu

tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat

dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan (clearing).

Kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui

kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat

teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam rangka keuangan inklusif.

Salah satu fungsi utama bank sentral dalam menjaga stabilitas sistem

perekonomian yakni dengan pemberian kredit atau pembiayaan kepada bank

yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh

terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.

Fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam rangka

operasi moneter.

Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank umum.

Page 185: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

171Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Daftar Istilah

Istilah Penjelasan

Loan to Funding Ratio (LFR)

Likuiditas

Makroprudensial

Mikroprudensial

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)

Neraca Transaksi Berjalan

Non-Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) gross

Non-Performing Financing (NPF)

Operasi Moneter

Operasi Pasar Terbuka

Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N)

Rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing,

tidak termasuk kredit kepada bank lain terhadap: (i) dana pihak ketiga yang

mencakup giro, tabungan dan deposito dalam Rupiah dan valas, tidak termasuk

dana antar bank, dan (ii) surat-surat berhagra dalam Rupiah dan valas yang

memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh bank untuk memperoleh

sumber pendanaan.

Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera

dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila

mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan

dengan seluruh kewajibannya (liquidity).

Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem

keuangan secara keseluruhan.

Pendekatan regulasi keuangan yang terkait dengan pengelolaan lembaga

keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan usahanya.

Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara

dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu

tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan

jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya

Neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas

modal dan finansial, dan item-item finansial.

Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat lalu lintas barang dan jasa suatu

negara.

Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet.

Rasio kredit bermasalah kepada pihak ketiga non-bank terhadap total kredit.

Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank

syariah.

Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan

bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter

Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian

moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing

Facilities).

Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar Bank

Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).

Page 186: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

172Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Istilah Penjelasan

Penyangga Likuiditas Makroprudensial

Penyangga Likuiditas Mikroprudensial

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang

Rupiah

Penyelenggara Jasa Sistem

Pembayaran

Rasio Intermediasi Makroprudensial

Regulatory Sandbox

Repurchase Agreement (Repo)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia

Stress test

Surat Utang Negara (SUN)

Cadangan likuiditas minimum dalam rupiah yang wajib dipelihara oleh BUK dalam

bentuk surat berharga yang memenuhi persyaratan tertentu, yang besarnya

ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK BUK dalam

rupiah.

Syariah : cadangan likuiditas minimum dalam rupiah yang wajib dipelihara oleh

BUS dalam bentuk surat berharga syariah yang memenuhi persyaratan tertentu,

yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari

DPK BUS dalam rupiah.

Penyelenggara jasa pengolahan uang rupiah sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggara jasa

pengolahan uang rupiah.

Penyelenggara jasa sistem pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan pemrosesan

transaksi pembayaran.

Rasio hasil perbandingan antara kredit yang diberikan dalam rupiah dan

valuta asing dan surat berharga korporasi dalam rupiah dan valuta asing yang

memenuhi persyaratan tertentu, yang dimiliki BUK, terhadap DPK BUK dalam

bentuk giro, tabungan, dan simpanan berjangka/deposito dalam rupiah dan

valuta asing, tidak termasuk dana antarbank; dan surat berharga dalam rupiah

dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu, yang diterbitkan oleh BUK

untuk memperoleh sumber pendanaan.

Suatu ruang uji coba terbatas yang aman untuk menguji Penyelenggara Teknologi

Finansial beserta produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnisnya.

Transaksi penjualan instrumen keuangan antara dua belah pihak yang diikuti

dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari

akan dilaksanakan pembelian kembali atas instrumen keuangan yang sama

dengan harga tertentu yang disepakati.

Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang

penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional.

Estimasi potensi kerugian terhadap eksposur kredit dan likuiditas yang dihasilkan

dari beberapa skenario perubahan harga dan volatilitas.

Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah

maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara

Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku.

Page 187: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

173Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Daftar Istilah

Istilah Penjelasan

Surat Berharga Negara (SBN)

Sovereign Credit Rating

Suku bunga dasar kredit (SBDK)

Swap

Systemically Important Bank

Teknologi Finansial

Tim Pengendalian Inflasi Daerah

Transaksi Reverse Repo

Uang Kartal

Uang Kartal yang Diedarkan

Uang Kertas Asing

Surat berharga yang terdiri dari Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah

dan Surat Berharga Negara Syariah dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan

oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu pemerintah.

Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat resiko dari sebuah lingkungan

investasi dari suatu negara dan digunakan oleh investor asing yang ingin

berinvestasi di negara tersebut.

Suku bunga yang digunakan dalam menentukan suku bunga kredit yang terdiri

atas tiga komponen utama, yaitu rata-rata harga pokok dana untuk kredit, biaya

overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, serta margin

keuntungan yang ditetapkan bank untuk aktivitas perkreditan.

Transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai (spot)

dengan penjualan atau pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan

secara simultan dengan pihak yang sama dan pada tingkat premi atau diskon

dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

Suatu bank yang karena ukuran aset, modal, kewajiban, dan luas jaringan, atau

kompleksitas transaksi atas jasa perbankan, serta keterkaitan dengan sektor

keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagaian atau keseluruhan

bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial,

apabila bank tersebut mengalami gangguan atau gagal.

Penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk,

layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada

stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran,

keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.

Tim lintas instansi yang melakukan pemantauan perkembangan inflasi daerah

dan mengidentifikasi berbagai permasalahan terkait pengendalian inflasi.

Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka (OPT)

dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta OPT

sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.

Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank

Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik

Indonesia.

Uang yang berada di masyarakat dan di khasanah perbankan.

Uang kertas dalam valuta asing yang resmi diterbitkan oleh suatu negara di

luar Indonesia dan diakui sebagai alat pembayaran yang sah di negara yang

bersangkutan.

Page 188: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

174Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Istilah Penjelasan

Wajar Tanpa Pengecualian

Volatile Food

Yield

Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi

pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan

mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam

penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang

berlaku umum, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan

keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha

suatu organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Komponen inflasi IHK yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok

bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga

komoditas pangan domestik maupun internasional.

Imbal hasil.

Page 189: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

175Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan

ADG Anggota Dewan Gubernur

AFSBI Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia

APMK Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

APU Anti Pencucian Uang

ASEAN The Association of Southeast Asian Nations

ATBI Anggaran Tahunan Bank Indonesia

ATM Anjungan Tunai Mandiri

BCSA Bilateral Currency Swap Agreement

BI-ETP Bank Indonesia – Electronic Trading Platform

BI Bank Indonesia

BIS Bank for International Settlements

BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement

BI-SSSS Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System

BOS Bantuan Operasional Sekolah

BPS Badan Pusat Statistik

bps Basis Point

BUK Bank Umum Konvensional

BUS Bank Umum Syariah

Bulog Badan Urusan Logistik

BUMD Badan Usaha Milik Daerah

BUMN Badan Usaha Milik Negara

BPNT Bantuan Pangan Non Tunai

BUP Badan Usaha Pelaksana

CAR Capital Adequacy Ratio

CBS Core Banking System

CCP Central Clearing Counterparty

CCS Cross Currency Swap

CCyB Countercyclical Buffer

CeBM Central Bank Money

CF Consensus Forecast

CIKUR Ciri Keaslian Uang Rupiah

CMS Cash Management System

CSO Call Spread Option

CoE Center of Excellence

CPMI Committee on Payment Market and Infrastructures

CPO Crude Palm Oil

DCR Disaster Recovery Center

DC Data Center

DER Debt to Equity Ratio

DF Deposit Facilities

DHE Devisa Hasil Ekspor

DK Depo Kos

DNDF Domestic Non-Deliverable Forward

DPK Dana Pihak Ketiga

DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Daftar Singkatan

Page 190: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

176Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Singkatan Kepanjangan

D-SIB Domestic Sistemically Important Bank

DRC Disaster Recovery Center

DSR Debt Service Ratio

DXY US Dollar Index

EBIPP Electronic Bills/Invoices Presentment and Payment

ECB European Central Bank

EDMS/ECMS Electronic Data Management System/Electronic Content Management System

EKU Estimasi Kebutuhan Uang

EMEAP Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks

EMV QRCPS EMV Quick Response Code Specification for Payment System

ERP Enterprise Resources Planning

EFC Electronic Fare Collection

FATF Financial Action Task Force on Money Laundring

FDR Financing to Deposit Ratio

FFR Fed Fund Rate

FASBIS Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah

FKSSK Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan

FKPPPK Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan

FOMOBO Front Office Midle Office Back Office

FTA Free Trade Agreement

FTV Financing to Value

FLI Fasilitas Likuiditas Intrahari

FPJP Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek

FSPI Forum Sistem Pembayaran Indonesia

GDP Gross Domestic Product

GNNT Gerakan Nasional Non-Tunai

GPN Gerbang Pembayaran Nasional

GWM Giro Wajib Minimum

HRIS Human Resources Information System

IDB Islamic Development Bank

IDI Informasi Debitur Individual

IHK Indeks Harga Konsumen

IHSG Indeks Harga Saham Gabungan

IKNB Industri Keuangan Non Bank

IKU Indikator Kinerja Utama

ILM Iklan Layanan Masyarakat

IMF International Monetary Fund

ISSK Indeks Stabilitas Sistem Keuangan

IRS Interest Rate Swap

IRU Investor Relations Unit

IndONIa Indonesia Overnight Index Average

ITF Inflation Targeting Framework

JIBOR Jakarta Interbank Offered Rate

KI Kredit Investasi

KK Kredit Konsumsi

KMK Kredit Modal Kerja

KPR Kredit Perumahan Rakyat

KPwDN BI Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia

Page 191: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

177Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan

KPwLN BI Kantor Perwakilan Luar Negeri Bank Indonesia

KPM Keluarga Penerima Manfaat

KSEI Kustodian Sentral Efek Indonesia

KUPVA BB Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

KUR Kredit Usaha Rakyat

LBBU/S Laporan Berkala Bank Umum/Syariah

LDR Loan to Deposit Ratio

LFR Loan to Funding Ratio

LGA listrik, gas dan air

LKD Layanan Keuangan Digital

LKNB Lembaga Keuangan Non Bank

LKTBI Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia

LNPRT Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga

LOLR Lender of The Last Resort

LTV Loan to Value

MCOC Market Code of Conduct

MER Mutual Evaluation Review

MoU Memorandum of Understanding

MRBI Manajemen Risiko Bank Indonesia

MTN Medium Term Note

NAB Nilai Aktiva Bersih

NCD Negotiable Certificate of Deposit

NK Nota Kesepahaman

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

NPF Non Performing Financing

NPI Neraca Pembayaran Indonesia

NPL Non Performing Loan

OJK Otoritas Jasa Keuangan

OIS Overnight Index Swap

OM Operasi Moneter

OPT Operasi Pasar Terbuka

OSS Online Single Submission

PBI Peraturan Bank Indonesia

PDB Produk Domestik Bruto

PDG Peraturan Dewan Gubernur

Perum Peruri Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia

PIHPS Pusat Informasi Harga Pangan Strategis

PIKES Pusat Informasi Kajian dan Pengembangan Ekonomi Syariah

PJPUR Penyelenggara Jasa Pengelolaan Uang Rupiah

PKH Program Keluarga Harapan

PK Inisiatif Program Kerja Inisiatif

PLM Penyangga Likuiditas Makroprudensial

PHR Perdagangan, Hotel, Restoran

PLN Pinjaman Luar Negeri

PLJP Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek

PMA Penanaman Modal Asing

PJSP Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran

PP Perusahaan Pembiayaan

Page 192: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

178Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Singkatan Kepanjangan

PPU Pialang Pasar Uang

PSBI Program Sosial Bank Indonesia

PTD BB Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank

PPT Pencegahan Pendanaan Terorisme

PSD Public Sector Debt

ptp point to point

PUAB O/N Pasar Uang Antar Bank Overnight

PVA Penyelenggara Valuta Asing

QRIS QR Code Payment Indonesia Standard

QR Quick Response

qtq quarter to quarter

RCM Risk Control Matrix

RDG Rapat Dewan Gubernur

Repo Repurchase Agreement

RIM Rasio Intermediasi Makroprudensial

RIRU Regional Investor Relations Unit

ROA Return on Asset

ROE Return on Equity

RRH Rata-Rata Harian

RUU Rancangan Undang-Undang

SBDK Suku Bunga Dasar Kredit

SBI Sertifikat Bank Indonesia

SBK Surat Berharga Komersil

SBIS Sertifikat Bank Indonesia Syariah

SBBI Surat Berharga Bank Indonesia

SBN Surat Berharga Negara

SBSN Surat Berharga Suariah Negara

SBT Saldo Bersih Tertimbang

SCR Sovereign Credit Rating

SDBI Sertifikat Deposito Bank Indonesia

SE Surat Edaran

SF Standing Facilities

SHPR Survei Harga Properti Residensial

SID Sistem Informasi Debitur

SK Survei Konsumen

SKBI Sistem Keuangan Bank Indonesia

SKDU Survei Kegiatan Dunia Usaha

SKNBI Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

SKSR Survei Khusus Sektor Riil

SNKI Strategi Nasional Keuangan Inklusif

SOP Standard Operating Procedure

SSK Stabilitas Sistem Keuangan

SULNI Statistik Utang Luar Negeri Indonesia

SUSPI Statistik Utang Sektor Publik Indonesia

SLFF Single Lane Free Flow

Page 193: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

179Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020

Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan

TD Term Deposit

TD BB Transfer Dana Bukan Bank

TPI Tim Pengendali Inflasi

TPID Tim Pengendali Inflasi Daerah

UKA Uang Kertas Asing

UKM Usaha Kecil dan Menengah

UE Uang Elektronik

ULE Uang Layak Edar

ULN Utang Luar Negeri

UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UPB Uang Pecahan Besar

UPK Uang Pecahan Kecil

UTLE Uang Tidak Layak Edar

UU Undang-Undang

UUS Unit Usaha Syariah

UYD Uang Kartal yang Diedarkan

VC Virtual Currency

Valas Valuta Asing

yoy year on year

ytd year to date

Page 194: Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia · ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan eenang Bank Indonesia - Triwulan I 2020 1 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi 2 Neraca Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan I 2020

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wew

enang Bank Indonesia Triw

ulan I 2020