aspek hukum pelaksanaan merger pada bank syariah …
TRANSCRIPT
ASPEK HUKUM PELAKSANAAN MERGER PADA BANK SYARIAH
BUMN (BANK BRI SYARIAH TBK, BANK SYARIAH MANDIRI, BANK
BNI SYARIAH)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperolah
Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
ELISA SURYANTI SIMBOLON
NIM : 170200437
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ASPEK HUKUM PELAKSANAAN MERGER PADA BANK SYARIAH BUMN
(BANK BRI SYARIAH TBK, BANK SYARIAH MANDIRI, BANK BNI
SYARIAH)
ABSTRAK
Prof. Dr. Sunarmi,. S.H., M.Hum*
Dr. Marianne Magda, S.H., M.Kn**
Elisa Suryanti Simbolon***
Merger perbankan merupakan tindakan yang dilakukan bank-bank di
Indonesia untuk memperluas jangkauan perusahan, memperkuat modal dan
menciptakan sinergi bank yang dapat menjadi startegi usaha ke depan. Kebutuhan
masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah semakin meningkat
sehingga keberadaan perbankan syariah berkembang pesat. Pelaksanaan merger
antar bank syariah BUMN membawa dampak yang besar bagi pertumbuhan dan
kestabilan perekonomian negara Indonesia. Adapun permasalahan yang akan
dibahas ialah bagaimana konsep dasar dari merger perusahaan perbankan, apa
yang menyebabkan urgensi dilakukannya merger pada bank syariah BUMN dan
bagaimana akibat hukum merger yang dilakukan bank syariah BUMN (Bank BRI
Syariah Tbk, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah) terhadap pemegang
saham minoritas dan para investor.
Metode yang digunakan penulisan skripsi ini menggunakan metode
penelitian hukum normatif, yang didasarkan pada bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier dengan pengumpulan data secara penelusuran kepustakaan (library research)
untuk kemudian dianalisis menggunakan metode kualitatif dalam mengkaji aspek
hukum merger perbankan syariah BUMN dan hasilnya dituangkan dalam bentuk
skripsi ini.
Merger bank ialah penggabungan 2 (dua) bank atau lebih dengan cara
mendirikan bank baru dan membubarkan ban-bank tersebut tanpa melikuidasi
terlebih dahulu. Penggabungan bank dilakukan kerena dua alasan yakni alasan
internal yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan perusahaan dari dalam
seperti peningkatan kapasitas produksi, efisiensi biaya atau mencari pasar baru.
Dan alasan eksternal yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan
menggabungkan dua bank atau lebih. Pelaksanaan merger harus memperhatikan
kepentingan dari semua pihak yaitu kepentingan bank, kepentingan kreditur,
kepentingan pemegang saham minoritas dan nasabah bank.
Kata Kunci : Perbankan, Penggabungan Perusahaan (merger), Bank Syariah
BUMN
*) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena
kasih dan anugrahNya skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Pelaksanaan
Merger Pada Bank Syariah BUMN (Bank BRI Syariah Tbk, Bank Syariah
Mandiri, Bank BNI Syariah)” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis
guna memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan yang berbahagia ini diucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan proses penyusunan
skripsi ini serta memperoleh bahan-bahan yang diperlukan proses penyusunan
skripsi ini serta yang telah memberikan dorongan dan dukungan moril maupun
materil sehingga skripsi dapat terselesaikan. Terkhususnya kepada :
1. Bapak Dr.Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara ;
3. Bapak Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
ii
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution S.H.,M.H, selaku Ketua Departemen
Hukum Ekonomi;
7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi,. S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan saran dan ilmu dalam setiap bimbingan dalam penulisan
skripsi ini;
8. Ibu Dr. Marianne Magda, S.H.,M.Kn, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan saran dan ilmu dalam setiap bimbingan pada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi;
9. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi;
10. Bapak Dr. Mohammad Eka Putra, S.H.,M.Hum selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis;
11. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum., Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H.,
LL.M., dan Ibu Dr. Tengku Keizeirina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum
Bapak Robert, S.H.,M.H., selaku Dosen FH Departemen Hukum Ekonomi
dan para Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis;
12. Orang tua terkasih, Kompi Simbolon dan Minar Sinaga; saudara terkasih,
Juan Franata Simbolon, Febri Pratama Simbolon, Fahreza Yeremia
Simbolon, Latri Lubis, Cristo Miguel dan seluruh keluarga tersayang.
Terima kasih atas segala kasih sayang melalui perhatian, pengertian, doa,
iii
Universitas Sumatera Utara
dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini serta
memotivasi untuk dapat berusaha melakukan yang terbaik;
13. Teman/Sahabat seperjuangan tersayang selama diperantauan, Klery Rugun
Manurung, Poppi Arnetha Rajagukguk, Ruth Serenia dan Oktavia
Manurung yang telah membantu dan memberi semangat dalam hal
apapun dalam proses penulisan skripsi ini;
14. Teman/Sahabat sejak SMA yaitu anak D’COST yang namanya tidak dapat
disebut satu persatu terima kasih telah memberikan semangat dan doanya
kepada penulis;
15. Teman seperjuangan perantauan, Putri Anggita, Refryano Panjaitan,
Marshal Sijabat, Vonny atas segala pengalaman, cerita, suka dan duka
yang telah dilewati bersama.
16. Teman/Sahabat penulis di FH USU, Ketzia Stephanie, Ruth Yohana,
Fanny Sinaga, Zia Ul farah, Inkha Rachliza, Gladys, Imelda, Angel
Olivia, Mia Paulina, Dea Vony, Dhea Chintya, Ibrena, Lilis Sirait,
Fitriwinda, Emilio dan lain-lain yang telah menemani hari-hari penulis
selama masa perkuliahan dan memberikan dukungannya sehingga
kehidupan kuliah penulis menjadi lebih menyenangkan;
17. Seluruh rekan mahasiswa/i Stambuk 2017 FH USU khususnya Grup A,
dan seluruh mahasiswa/i Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI)
Stambuk 2017 yang telah banyak membantu selama kuliah di Fakultas
Hukum USU.
iv
Universitas Sumatera Utara
Akhir kata diucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak
dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan
berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan penulis terbuka untuk menerima
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Maret 2021
Penulis,
(Elisa Suryanti Simbolon)
NIM. 170200437
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 9
D. Keaslian Penulisan ................................................................................. 10
E. Tinjuan Pustaka ...................................................................................... 11
F. Metode Penelitian ................................................................................... 14
G. Sistematika Penelitian ............................................................................ 16
BAB II : KONSEP DASAR DARI MERGER PERUSAHAAN PERBANKAN
A. Pengertian, Istilah dan Tujuan Merger Bank ........................................... 18
1. Pengertian ................................................................................... 18
2. Istilah.......................................................................................... 21
3. Tujuan ........................................................................................ 23
B. Dasar Hukum Merger Bank ................................................................... 28
C. Jenis-Jenis Merger Bank ......................................................................... 31
D. Prosedur Merger Bank Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan ...... 33
BAB III : URGENSI DILAKUKANNYA MERGER PADA BANK
SYARIAH BUMN
A. Alasan Bank Syariah BUMN Melakukan Merger.................................... 42
vi
Universitas Sumatera Utara
B. Akibat Hukum Merger Pada Bank Syariah BUMN ................................. 46
BAB IV : AKIBAT HUKUM MERGER BANK BUMN (BANK BRI
SYARIAH TBK, BANK SYARIAH MANDIRI, BANK BNI
SYARIAH) TERHADAP PEMEGANG SAHAM MINORITAS
DAN INVESTOR
A. Akibat Hukum Merger Bank Syariah BUMN ......................................... 60
1. Terhadap Pemegang Saham Minoritas dan Para Investor............. 60
2. Terhadap Nasabah Bank ............................................................. 65
B. Pembagian Kewenangan Setelah Penggabungan Bank ............................ 70
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 77
B. Saran ...................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu jenis lembaga keuangan yang penting di
negara Indonesia. Perekonomian suatu negara maju atau mundur dapat dilihat dari
keadaan perbankannya. Hasil akhir dari kondisi suatu bank merupakan cerminan
dari kinerja bank yang dapat digunakan menjadi sarana dalam menetapkan strategi
ke depan guna kepentingan bank.
Merger merupakan salah satu strategi usaha ke depan yang bertujuan
memperkuat permodalan perusahaan atau untuk tujuan kepemilikan perusahaan
dengan penguasaan mayoritas saham.1 Merger dalam sektor perbankan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank, menyebutkan bahwa “Merger adalah
penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara tetap mempertahankan
berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya tanpa
menglikuidasi terlebih dahulu”.2 Merger merupakan salah satu tindakan yang
digunakan oleh bank-bank di Indonesia untuk memperluas jangkauan perusahaan,
memperkuat modal dan menciptakan sinergi bank yang menjadi strategi usaha ke
depan.
1 Agus Budianto,Merger Bank Di Indonesia Beserta Akibat-Akibat Hukumnya,
(Bojokerta: Ghalia Indonesia, 2004), hal.88 2 Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi Bank
1
Universitas Sumatera Utara
2
Perbankan di Indonesia dikelompokan atas beberapa jenis yang dapat
ditinjau dari berbagai aspek yakni dari segi fungsi, kegiatan devisa, kepemilikan,
dan kegiatan opersionalnya. Lembaga perbankan yang melandaskan kegiatan
operasionalnya digolongkan menjadi dua yaitu bank konvensional dan bank
syariah.
Bank konvensional merupakan bank yang kegiataan usahanya ialah
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkan dana
dari masyarakat dalam bentuk pinjaman, dan memberikan jasa-jasa bank lainnya
seperti pengiriman uang dan penagihan surat berharga. Adapun bank syariah ialah
bank yang menghimpun dana masyarakat dengan sistem tanpa bunga. Bank
syariah tidak memberlakukan bunga uang seperti yang dilakukan bank
konvensional.
Negara Republik Indonesia merupakan negara dengan komposisi
penduduk muslim yang cukup tinggi. Hal ini mengingat lebih dari 90% jumlah
penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim.3 Sehingga minat terhadap bank
yang menjalankan prinsip-prinsip syariah Islam cukup diminati oleh penduduk
Indonesia. Bank umum syariah pertama kali didirikan di Indonesia adalah Bank
Muamalat pada tahun 1991.4 Bank ini beropersi berdasarkan Surat Izin Mentri
Keuangan, mengacu kepada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992. Perkembangan yang
3 Ely Masykuroh, Penduduk Muslim Sebagai Potensi Dasar Perbankan Syariah,
Ekonomi Islam, (Volume 17, No.1 Tahun 2017), hal 132 4 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manjamen Bank Syariah, (Tanggerang: Azkia, 2009),
hal.10
Universitas Sumatera Utara
3
signifikan di dalam perundang-undangan perbankan syariah di Indonesia terjadi
sejak 2008, yakni dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan syariah. Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat akan jasa-
jasa perbankan syariah ialah hal yang melatarbelakangi dikeluarkannya undang-
undang tersebut.5
Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah (selanjutnya disebut UUPS) memberikan pengertian
Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah
dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.6 Pasal 1 angka 7 UUPS
memberikan pengertian Bank syariah yang lebih spesifik yaitu bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. 7 Pengertian
tersebut menyatakan bahwa bank syariah merupakan bank yang menjalankan
fungsi intermediasinya berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam.8
Secara umum, bank syariah mempunyai peran yang penting tidak jauh
berbeda dengan bank konvensional. Pasal 4 Undang-Undang Perbankan Syariah
memberikan fungsi bank syariah sebagai berikut :
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
5 Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Edisi Revisi (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2018) hal.7 6 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 7 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Perbankan Syariah 8 Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter
(Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hal.223
Universitas Sumatera Utara
4
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagi negara Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas muslim,
mengharuskan bank syariah meningkatkan kemampuan perusahaan,
terintergrasinya bank syariah akan memberikan tujuan yaitu perbaikan
kesejahteraan rakyat, material dan spiritual, yang sesuai dengan Al Qur’an dan
Hadist.9
Keberadaan perbankan syariah berkembang pesat karena adanya
kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah yang semakin
meningkat.10 Hal tersebut beiringan dengan berkembangnya sistem lembaga
keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut sebagai aturan yang menyangkut
9 Ibid, hal 224 10 H.Dadang Husen Sobana,M.Ag, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung : CV
Pustaka Setia, 2006), hal.281
Universitas Sumatera Utara
5
dalam sistem mekanisme keuangan suatu negara, telah menjadi instrumen dalam
memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa.11
Regulasi dibutuhkan dalam menjalankan dan mengendalikan bank syariah
agar berjalan sesuai dengan yang ditujukan. Arief R. Permana dan Anton Purba
berpendapat bahwa tujuan yang ingin dicapai dari diundangkannya undang-
undang mengenai perbankan syariah antara lain untuk meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.12
Pembaharuan kebijakan terus dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya pembaharuan dalam bidang
perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambil kebijakan untuk melakukan
konsolidasi terhadap 3 (tiga) bank syariah yaitu Bank BRI Syariah, Bank BNI
Syariah, dan Bank Syariah Mandiri untuk membentuk bank umum syariah milik
negara, yang mana bank umum syariah ini akan memilki status sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).13 Merger, Konsolidasi dan Akuisisi dalam upaya
restrukturisasi perbankan bertujuan membentuk satu bank BUMN yang lebih
besar, sehat dan kuat.14
Perusahaan melakukan merger untuk mencapai sasaran strategis dan
sasaran financial tertentu, karena hal tersebut melibatkan penggabungan dua
11 Setia Budhi Wilardjo, Pengertian, Peranan dan Perkembangan Bank Syariah di
Inonesia, (Volume, 2 No.1 Tahun 2005), hal 4 12 Arief R.Permana dan Anton Purba, Sekilas Ulasan UU Perbankan Syariah, Buletin
Hukum Perbankan dan Kebank Sentralan, (Volume.6, No. 4 Tahun 2008), hal.4 13 Nurma Gupitasari, Mekanisme Kosolidasi Bank Syariah Anak Perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) Dari Perspektif Yuridis, Dipenegoro Law Journal, (Volume: 5 No.3
Tahun 2016), hal 4 14 Sawitri Yulia Hartati, Analisis Yuridis Terhadap Perbankan Nasional Dalam Praktek
(studi kasus pada Bank Mandiri), Jurnal Penelitian UMJ, (Volume.6, No.3, Tahun 2000), hal.297
Universitas Sumatera Utara
6
perusahaan atau lebih yang pada umumnya baik sama ataupun berbeda karakter
dan nilainya. Namun ada beberapa perusahaan yang melakukan merger dalam
rangka upaya penyelamatan usahanya melalui kerjasama dengan pengusaha lain
yang memiliki masalah yang serupa. Merger merupakan salah satu cara dalam
pengembangan dan pertumbuhan perusahaan. Merger juga merupakan alternative
untuk melalui investasi modal pertumbuhan secara internal atau organisasi, yang
dari waktu ke waktu perusahaan-perusahaan lebih menyukai pertumbuhan
eksternal dibandingkan dengan pertumbuhan internal.15
Suatu perjanjian merger dalam merger perusahaan berbentuk perseroan
terbatas, sangat esensual dan besar kontribusi (sumbangan) hukumnya sebagai alat
bukti pada negara. Seperti halnya dengan keberadaan suatu Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dalam proses merger yang mutlak harus ada, merger
tidak akan dapat direalisasikan tanpa adanya suatu perjanjian merger.16
Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
(UUPT) mengatur bahwa merger, konsolidasi hanya dapat dilakukan atas dasar
Rapat Umum Pemegang Saham yang menghasilkan suatu keputusan untuk
melakukan merger perseroan. Keputusan untuk melakukan merger hanya dapat
diambil dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham yang sah. Pasal 89 UUPT
menjelaskan bahwa Rapat Umum Pemegeng Saham dilangsungkan paling sedikit
atau sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) bagian dari jumlah seluruh saham
15 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi
dan Kepailitan (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hal.83 16 Cornelius Simanjutak dan Natalie Mulia, Merger Perusahaan Publik (Suatu Kajian
Hukum Korporasi), (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal.21
Universitas Sumatera Utara
7
dengan hak suara hadir tau diwakili dan keputusan RUPS yang dimaksud dapat
dinyatakan sah dan disetujui oleh sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) bagian
dari jumlah pemegang saham yang hadir.17
Munir Fuady Mengungkapkan alasan perseroan melakukan merger ialah
sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan konsentrasi pasar
2. Untuk meningkatkan efisiensi
3. Untuk mengembangkan inovasi baru
4. Sebagai alat investasi
5. Mendapatkan akses internasional
6. Untuk meningkatkan daya saing
7. Memaksimalkan sumber daya
8. Menjamin pemasokan bahan baku
9. Sebagai sarana alih teknologi
Merger dikelompokan menjadi 3 (tiga) dilihat dari jenis usahanya yaitu
merger horizontal, merger vertikal dan merger konglomerasi. Merger horizontal
adalah merger yang terjadi antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak
dibidang yang sama. Merger vertikal ialah merger yang dilakukan suatu
perusahaan oleh suatu perusahaan itu bermaksud untuk melakukan ekspansi ke
hulu kearah sumber bahan baku atau hilir ke arah konsumen akhir dari perusahaan
17 Pasal 89 angka 1 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
8
itu. Adapun yang dimaksud dengan merger kolomerasi adalah merger yang terjadi
antara perusahaan-perusahaan yang jalur bisnisnya tidak berkaiatan.18
Dewasa ini praktek merger suatu perseroan terbatas meningkat pesat,
banyak alasan kenapa suatu badan usaha melakukan merger dengan badan usaha
lainnya. Salah satu alasannya ialah menciptakan sinergi perusahaan, sesuai rumus
yang berlaku ialah 2 + 2 = 5. Dimana kelebihan satu rumus tersebut merupakan
tambahan sinergi, yang mana sering disebut gain. Maka dengan demikian juga
berlakulah rumus : 19
NPVm = Pvab-(PV a+PV b+c)
Keterangan :
NPV m : Net Present Value setelah merger (setalah adanya gain),
yakni yang terbentuk sinergi dari kedua perusahaan
setelah merger.
PV a dan PV b : Nilai perusahaan – perusahaan sebelum merger dilakukan
PV ab : Nilai perusahaan setelah dilakukan merger
C : Cost, yakni seluruh biaya yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan merger tersebut
Dengan dilakukannya merger antar bank syariah BUMN dapat membawa
dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kestabilan perekonomian
negara Indonesia. Selain menjaga kestabilan ekonomi bank-bank yang melakukan
penggabungan usaha juga salah satu upaya menjadi bank yang lebih stabil dengan
18 Adrian Sutedi, op.cit, hal.85 19 Munir Fuadi, Hukum Tentang Merger (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1999) hal.53
Universitas Sumatera Utara
9
kredibilitas yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini membuka kesempatan yang
lebih luas untuk melakukan penerbitan sukuk atau instrumen berbasis syariah
lainnya yang dapat ditawarkan kepada investor lokal maupun global.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk memilik judul
sebagai berikut : Aspek Hukum Pelaksanaan Merger Pada Bank Syariah
BUMN (Bank BRI Syariah Tbk, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
dirumuskan 3 (tiga) permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar dari merger perusahaan perbankan?
2. Apa yang menyebabkan urgensi dilakukannya merger pada bank syariah
BUMN?
3. Bagaimana akibat hukum merger yang dilakukan bank syariah BUMN
(Bank BRI Syariah Tbk, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah)
terhadap pemegang saham minoritas dan para investor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan merger perusahaan perbankan di Indonesia
b. Untuk mengetahui alasan dilakukannya merger pada bank syariah BUMN
Universitas Sumatera Utara
10
c. Untuk mengetahui apa yang menjadi jaminan hukum terhadap para pihak,
khususnya pemegang saham minoritas dan para investor.
2. Manfaat Penulisan
a. Secara Teoritis
1) Untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dalam bidang hukum Perbankan, terkhusus yang
berhubungan dengan merger perbankan di Indonesia
2) Sebagai salah satu bahan kajian oleh kalangan akademis dalam
mempelajari merger di Indonesia
b. Secara Praktis
Sebagai pedoman bagi masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam hal-hal yang berkaitan dengan merger perbankan
D. Keaslian Penulisan
Guna kepentingan menyelesaikan pendidikan strata satu dan mendapatkan
gelar sarjana hukum, maka mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan tugas
akhir (skripsi). Sehingga penulis telah melakukan penelitian ilmiah dan
menuangkannya dalam skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Pelaksanaan
Merger Pada Bank Syariah BUMN (Bank BRI Syariah Tbk, Bank Mandiri
Syariah, Bank BNI Syariah)”.
Demi mengetahui keaslian judul, sebelumnya dilakukan penelusuran
terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Pusat Dokumentasi dan Informasi hukum/perpustakan Universitas
Universitas Sumatera Utara
11
cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 15
Januari 2021 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama”
Adapun sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh pembahasan
mengenai perbankan dan merger ialah melalui buku-buku, jurnal, undang-undang,
internet, peraturan pemerintah dan juga melalui bantuan para pihak, yang
kemudian dirangkum dalam penalaran pemikiran penulis sendiri.
Meskipun ada beberapa skripsi yang membahas persoalan merger, namun
tetap ada perbedaan di dalam penulisan yang penulis lakukan dan untuk itu,
penulis bertanggung jawab skripsi ini merupakan bukan tiruan dari judul yang
sudah ada sebelumnya oleh orang lain.
E. Tinjuan Kepustakaan
1. Pengertian Bank
Menurut undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 atas undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, tanggal 10 November 1998 dalam
ketentuan umum pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha
yang memhimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.20 Pada ayat (3)
“bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
20 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Universitas Sumatera Utara
12
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank syariah memiliki
keistimewaan yang membuatnya berbeda dengan bank konvensional.21
Berdasarkan undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah yang dimaksud dengan bank syariah ialah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang menurut jenisnya terdiri atas
bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Adapun prinsip-prinsip
bank syariah ialah sebagai berikut :
a) Prinsip Titipan atau Simpanan (al-Wadiah) Al-Wadiah dapat diartikan
sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun
badan hukum, yang harus dijaga dsn dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki.
b) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Sistem ini adalah suatu sistem yang
meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dana.22
2. Pengertian Merger
Pasal 1 ayat (25) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan memberikan pengertian merger ialah penggabungan dua bank atau
lebih, dengan cara tetap mempertahakan berdirinya salah satu bank dan
membubarkan bank-bank lainnya dengan atau tanpa melikuidasi.23 Merger
21 Muhammad Nadratuzzaman, Produk Keungan Islam di Indonesia dan Malaysia,
(Jakarta : PT.Gramedia, 2013), hal.6 22 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema
Insani, 2001) hal.90 23 Pasal 1 ayat (25) Undang-Undang Perbankan
Universitas Sumatera Utara
13
sebenarnya hanyalah salah salah satu metode untuk melakukan restrukturisasi
perusahaan di samping bentu-bentuk lainnya.24
Menurut Agus Daryanto merger adalah proses pembelian saham suatu
perusahaan (target company) oleh suatu perusahaan (acquiring company),
sehingga acquiring company tadi mempunyai suara mayoritas dalam
perusahaan/kepemilikan perusahaan.25
Byron E.Fox & Elanor E.Fox dalam bukunya “Corporate Acquisition and
merger” berpendapat “the term merger refers to the combinations of two
corporations after which one of the corporations carriers on the combined
business and the others cases to exist in separate form”26
Dan menurut “The World Book Encylopedia” mendefinisikan merger
sebagai berikut “Merger is the combination of two more independent companies
into a single corporation. In most mergers, a firm acquires the assets and
liabilities of a smaller enterprise by purchasing its capital stock. It then takes over
the operation of the smaller firm and drops that firn’s name. In some mergers,
firms of similar size joint to form an entirely new corporation”.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
dalam pasal 1 ayat 9 mengartikan penggabungan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan
perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari
24 Munir Fuadi, op.cit, hal.5 25 Info bank, (Volume: XIII No. 125, Tahun 1990), hal.40 26 Byron E. & Elanor E. Fox, Corporate Acquititions And Merger, N.Y., Mathew Bender ,
1990, P.2
Universitas Sumatera Utara
14
perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum
perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.27
Dalam Undang-Undang perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
mengatur tentangg merger, akuisisi dan konsolidasi, sebagaimana kita ketahui
bahwa undang-undang tentang perseroan terbatas menggunakan istilah
“Penggabungan” untu merger, “Pengambilalihan” untuk akuisisi, dan “Peleburan”
untuk konsolidasi.28 Penggabungan dan peleburan mengakibatkan perseroan yang
menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena hukum.
F. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Di dalam penulisan skirpsi, penulis melakukan penelitian hukum normatif
dan bersifat deskripstif. Penelitian hukum normatif ialah penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.29
Penilaian normatif juga sering disebut penelitian doktrinal (dotrinal
research) ialah penelitian yang memusatkan pada analisa hukum baik
hukum buku yang tertulis (laws in books) maupun hukum yang diputuskan
oleh hakim melalui putusan pengadilan (law is decide by the judge through
27 Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Perseroan Terbatas 28 Munir Fuadi, op.cit, hal.24 29 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Cet. Ketujuh, Ed. Pertama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 13- 14.
Universitas Sumatera Utara
15
the judical process).30 Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada
berbagai bahan hukum sekunder.31 Penelitian ini bersifat deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat peraturan hukum dalam
konteks teori-teori hukum dan pelaksanaanya serta menganalisis fakta
secara cermat tentang merger pada bank syariah BUMN.
2. Data Penelitian
Sumber data yang menjadi bahan penulisan skripsi ini adalah data
sekunder, data sekunder hal ini dapat dibagi menjadi 3bagian yaitu :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu segala bentuk peraturan pokok perundang-
undangan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, antara lain :
Undang-Undangan No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-
undanag No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Undang-
Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas, dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku hasil penelitian, literatur
hukum, serta artikel baik yang terdapat di majalah, jurnal ilmiah,
koran maupun internet yang membhas tentang pelaksanaan merger
pada bank syariah BUMN.
30 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Gratifi
Press, 2006), hal.118 31 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, cet. Kedua, Ed. Pertama (Jakarta
: Sinar Grafika, 1996), hal.14
Universitas Sumatera Utara
16
c. Bahan Hukum Tersier, merupakan bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder yakni ensiklopedia dan kamus hukum.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan gambaran isi dari sebuah skripsi.
Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab yaitu :
Bab pertama yaitu Pendahuluan, dimana dalam bab ini yang dibahas
adalah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang yang mengantarkan
judul kepada rumusan masalah yang diteliti, tujuan penelitian, manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjuan kepustakaan yang memuat definisi, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab kedua membahas mengenai “Konsep Dasar Dari Merger Perusahaan
Perbankan”. Dalam subsub bab ini menjelaskan dalam bentuk uraian yakni
tentang : Pengertian, Istilah dan Tujuan Merger Bank, Dasar Hukum Merger
Perbankan, Jenis-Jenis Merger Bank serta Prosedur Merger Bank Berdasarkan
Peraturan Perundang-Undangan.
Bab ketiga dibahas mengenai “Urgensi Dilakukannya Merger Pada Bank
Syariah BUMN”. Dalam subsub bab ini dijelaskan dalam bentuk uraian yakni
tentang : Alasan Bank Syariah BUMN Melakukan Merger dan Akibat Hukum
Merger Pada Bank Syariah BUMN.
Bab keempat dibahas mengenai “Akibat Hukum Merger Bank BUMN
(Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah) Terhadap
Pemegang Saham minoritas dan investor”. Dalam sub-sub bab ini dijelaskan
Universitas Sumatera Utara
17
dalam bentuk uraian yakni tentang : Akibat Hukum Merger Bank Syariah BUMN
Terhadap Pemegang Saham Minoritas dan Para Investor serta Terhadap Nasabah
Bank, dan Pembagian Kewenangan Setelah Penggabungan Bank.
Bab kelima, pada bab kelima ini memuat tentang tiga kesimpulan dan tiga
saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini. kesimpulan
yang dimaksud disini sebagai jawaban dan saran yang dimaksud disini sebagai
masukan untuk perbaikan atas permasalahan yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KONSEP DASAR DARI MERGER PERUSAHAAN PERBANKAN
A. Pengertian, Istilah dan Tujuan Merger Bank
1. Pengertian Merger Bank
Perbankan memiliki tugas yang sangat penting dalam perekonomian
negara, sehingga perbankan memiliki peran strategis karena fungsi utama dari
perbankan ialah menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam
menunjang perekonomian nasional. Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan
sistem perbankan yang efisien, sehat yang mampu bersaing secara global dalam
perdagangan bebas. Dalam mengupayakan terbentuknya perbankan yang memiliki
sinergi yang kuat dengan kinerja yang baik maka perbankan didorong untuk
melalui berbagai upaya yang salah satunya ialah merger.
Penggabungan usaha dilakukan demi kepentingan perusahaan, khususnya
dalam bidang perekonomian. Penggabungan bank pada umumnya dilakukan oleh
perusahaan atau bank untuk memperkuat modal dan memberi dampak pada
perusahaan terkait situasi ekonomi negara dengan perencanaan yang baik. Dengan
dilakukannya penggabungan usaha tersebut perusahaan atau perbankan dapat
menyesuaikan kinerja dengan perusahaan yang baru.
18
Universitas Sumatera Utara
19
Penggabungan perusahaan atau yang selanjutnya disebut merger adalah
penggabungan satu atau lebih badan usaha sehinga dari sudut ekonomi merupakan
satu kesatuan, tanpa meleburkan badan usaha yang bergabung.32 Istilah merger
diartikan sebagai suatu “fusi” atau “absorpsi” dari suatu benda atau hak kepada
benda yang lainnya, Undang-Undang Perseroan Terbatas menyebutnya
“penggabungan”. Selanjutnya fusi atau absorpsi dilakukan oleh suatu subjek yang
kurang penting dengan subjek yang lebih penting. Dalam hal ini mendefinisikan
bahwa subjek yang kurang penting menggabungkan diri terhadap subjek yang
lebih penting kemudian membubarkan diri.33
Kamus hukum, mengartikan merger secara umum adalah “The fusion or
absorption of one thing or right into another, generally spoken of a case where
one of subjects is of less dignity or importance than the other. Here the less
important caeses to have an independent existence”. Pengertian tersebut bila
diterjemahkan kurang lebih berarti suatu penggabungan hal atau hak kepada yang
lain. Dalam hal ini membicarakan mengenanai suatu hal tertentu dimana suatu
subjek lebih rendah kedudukannya atau kepentingannya dengan subjek yang lebih
penting. Dimana subjek yang kurang penting akan membubarkan diri.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi
dan Akuisisi Bank mendefinisikan merger adalah penggabungan dari 2 (dua) bank
atau lebih dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank
32 H.Zaeni Asyadie, Hukum Bisnis; Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2012), hal.134 33 Munir Fuadi, op.cit, hal.3
Universitas Sumatera Utara
20
tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Dalam proses pelaksanaan merger
tersebut terdapat satu dokumen yang disebut dengan Rancangan Merger.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
mengartikan bahwa penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
suatu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang
telah ada mengakibatkan aktiva dan pasiva perseroan yang menggabungkan diri
beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan. Dan
selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir
karena hukum. Penggabungan yang dilakukan oleh perusahaan khususnya dalam
perbankan memberi arti bahwa melaksanakan kepemilikan dan kepengawasaan
bersama terhadap bank yang sudah bergabung.
Penggabungan perusahaan merupakan kesepakatan bersama yang
dilakukan antara dua perusahaan demi kepentingan bersama tanpa keterpaksaan
dari kedua pihak atau lebih. Otoritas jasa keuangan mengeluarkan Peraturan OJK
Nomor 74/PJOK.04/2016 tertanggal 23 Desember 2016 tentang Penggabungan
Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Terbuka. Peraturan tersebut memberikan
desifinisi terhadap penggabungan usaha yaitu perbuatan yang dilakukan oleh 1
(satu) perusahaan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perusahaan lain
yang telah ada mengakibatkan aset, liabilitas, dan ekuitas dari perusahaan yang
menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perusahaan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perusahaan yang
menggabungkan diri berakhir karena hukum.
Universitas Sumatera Utara
21
Merger menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki
pengertian yaitu penyatuan atau penggabungan usaha sehingga tercapai
kepemilikan dan/atau pengawasaan bersama; penggabungan dua atau lebih
perusahaan di bawah satu kepemilikan; pengambilalihan seluruh aktiva dan pasiva
yang dimiliki suatu perusahaan untuk digabungann dengan perusahaan yang
mengambil alih atau perusahaan yang baru.34
Merger merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk penyatuan bank
selain akuisisi dan konsolidasi.
2. Istilah Merger Bank
Merger menurut bahasa latin berasal dari kata “mergere” yang artinya (1)
bergabung bersama, menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas
karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger didefinisikan sebagai penggabungan
dua atau lebih usaha yang kemudian hanya satu perusahan yang bertahan atau
tetap hidup menjadi badan hukum, sementara perusahaan lainnya menghentikan
aktivitasnya atau bubar.35
Merger merupakan salah satu bentuk absorbsi/penyerapan yang dilakukan
oleh satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Jika perusahaan A atau perusahaan
B melakukan merger, maka hanya akan ada satu perusahaan saja yaitu A atau B.
34 Sryani Br.Ginting, Dampak Hukum Notifikasi Merger Menciptakan Persaingan Usaha
Yang Sehat, Jurnal Law Pro Justitia, (Volume.1 Nomor 1 Tahun 2015), hal.47 35 Abdul Moin, Merger Akuisisi dan Diventas Edisi Kedua, (Yogyakarta : Ekonosia,
2010), hal.5
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 1 : Ilustrasi Merger
(perusahaan pengakuisisi)
+ =
(perusahaan yang bertahan)
(Perusahaan yang diakuisisi)
Skema diatas mengilustrasikan merger antara perusahaaan A dan
perusahaan B melaksanakan penggabungan perusahaan yang mengakibatkan
Perusahaan A memiliki ukuran yang besar dari besar, karena ia mengambil alih
aset dan hutang perusahaan B. Penyatuan perusahaan khususnya dalam perbankan
bertujuan memperluas usaha bank sehingga bank menjadi lebih kuat. Ketika 2
(dua) bank telah sepakat melakukan merger maka hal yang harus dilakukan ialah
penyesuaian diri dan saling mengintegraikan diri dengan patner agar terjadi
sinergi. Terdapat beberapa poin dasar dari sebuah merger bank yaitu :
a. Merger bank merupakan salah satu bentuk cara penyatuan bank, disamping
peleburan bank (konsolidasi) dan pengambilalihan bank (akuisisi).
b. Merger bank melibatkan dua atau lebih bank, yaitu satu perusahaan yang
menerima penggabungan dan satu atau lebih yang menggabungkan
perusahaan.
c. Bank yang menerima penggabungan akan menerima pengambilalihan seluruh
saham, harta kekayaan, hak, kewajiban, dan utang bank yang menggabungkan
diri.
Perusahaan Junggu
Perusahaan Teyung
Perusahaan Teyung
Universitas Sumatera Utara
23
3. Tujuan Merger Bank
Penggabungan perusahaan dalam perbankan bertujuan untuk kemajuan
masing-masing bank yang secara tidak langsung ialah keuntungan dan
kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan. Mempeluas secara optimal dan
memperkokoh dalam permodalan memperoleh keuangan yang lebih kuat demi
perekonomian yang sehat dan stabil. Kasmir menguraikan beberapa alasan suatu
bank melakukan merger, konsolidasi dan akuisisi yaitu36 :
a. Masalah kesehatan bank, maksud ialah apabila bank sudah dinyatakan
tidak sehat oleh Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas keuangan
selama beberapa peiode maka bank tersebut sebaiknya melakukan merger
terhadap bank yang sehat atau melakukan konsolidasi dengan bank yang
sama-sama tidak sehat ataupun dapat diakuisisi oleh bank lain.
b. Modal yang dimiliki relatif kecil sehingga untuk melakukan ekspanasi
terlalu sulit. Dengan adannya penggabungan bank maka perusahaan lebih
mudah untuk mengembangkan usahanya.
c. Manajemen bank yang berantakan dan kurang profesioanal sehingga
perusahaan lebih sering mengalami kerugian dan sulit berkembang. Jenis
bank yang mengalami hal tersebut sebaiknya melakukan penggabungan
usaha dengan bank yang lebih profesional
d. Administrasi bank yang kurang teratur dan masih tradisional, sehingganya
sebaiknya bank melakukan penggabungan atau peleburan sehingga bank
diharapkan lebih baik.
36 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hal.56
Universitas Sumatera Utara
24
e. Bank menguasai pasar. Tujuan tidak diumumkan secara jelas kepada pihak
luar, biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut merger.
Dengan adanya penggabungan dari beberapa bank maka jumlah cabang
dan jumlah nasabah yang dimiliki bertambah. Tujuan ini juga
menghilangkan atau melawan pesaing yang ada.
Pelaksanaan merger bank tidak mudah, membutuhkan proses yang
panjang. Untuk mengadakan merger bank juga dapat dilakukan atas insiatif bank
yang bersangkutan, permintaan bank Indonesia dan insiatif badan khusu yang
bersifat sementara dalam penyehatan bank.
Penggabungan usaha (business cobination) ialah penyatuan entitas-entitas
bisnis yang sebelumnya terpisah.37 penggabungan usaha tersebut bertujuan
meningkatkan profitabilitas dan menjadikan kinerja perusahaan lebih efisien dari
sebelum penggabungan dilakukan.
Merger atau penggabungan usaha baik disektor perbankan maupun tidak
melakukan merger karena bertujuan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut :38
a. Memperbesar jumlah modal;
b. Menyelematkan kelangsungan produksi;
c. Mengamankan jalur distribusi;
d. Memperbesar sinergi perusahaan; dan
e. Mengurangi persaingan serta menuju kepada monopolistic.
37 Beams, dan Floyd A., Akuntansi Lanjutan (Advanced Accounting), Jilid Satu Edisi ke-
9, (Jakarta : Erlangga, 2006), hal.2 38 Emmy Pangaribuan, Perusahaan Kelompok (Group Company / Concern), (Yogyakarta
: Universitas Gajah Mada, 2007), Hal.12
Universitas Sumatera Utara
25
Dengan melakukan merger bank, maka modal yang dimiliki lebih besar
sehingga dapat masuk ke dalam kelompok perusahaan yang lebih besar dan
keuntungan yang diterima juga lebih banyak. Keuntungan yang diciptakan dari
merger ini akan digunakan untuk kepentingan nasabah pada khususnya dan
ekonomi khususnya.
Munir Fuady berpendapat bahwa tujuan lain dilakukannya meeger bank
ialah :39
a. Untuk membentuk sinergi yang kuat antar dua bank atau lebih yang sama-
sama sehat sehingga nanti muncul bank yang lebih besar dan kuat. Dalam alih
teknologi, pemasaran maupun karyawaan.
b. Untuk menyelematkan bank yang bermasalah agar sehat dan produktif
kembali.
c. Untuk memudahkan Bank Indonesia sebagai pengawas disektor keuangan
jika jumlah bank lebih sedikit dan sehat.
d. Meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham bagi masing-masing bank.
Nilai tambah perusahaan hasil merger itu harus lebih tinggi dibandingkan
total nilai tambah dari dua perusahaan yang terpisah.
e. Memperkuat struktur permodalan terutama dalam memenuhi rasio kecukupan
modal yang menjadi ketentuan Bank Indonesia. Modal merupakan penggerak
dari kegiatan operasional suatu bank. Dengan modal besar maka bank dapat
melakukan kegiatan usaha yang lebih beragam, selain itu fungsi dan
39 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2003),
hal.51
Universitas Sumatera Utara
26
utamanya ialah segai penghimpun dan penyalur dana dari dan kepada
masyarakat dalam hal ini bank syariah tidak memberlakukan bunga. Dengan
modal yang besar juga suatu bank akan menjadi lebih kuat dalam menghadapi
kompetisi dengan bank-bank lain di tingkat nasional maupun internasional.
f. Memperkuat posisi diantara bank-bank yang ada serta meningkatkan daya
saing diantara perusahaan-perusahaan sejenis. Merger akan menghasilkan
suatu entitas yang lebih besar dan kuat dari pada sebelumnya. Bank yang
lebih besar dan jangkauannya luas lebih menarik masyarakat dari pada bank
yang kecil. Dengan merger, bank-bank kecil bergabung menjadi bank yang
lebih besar sehingga mempermudah penyerapan dari masyarakat.
g. Bank yang melakukan merger dapat memposisikan dalam industri perbankan
baik nasional maupun internasional untuk dapat menyesuaikan globalisasi.
h. Melakukan merger dapat memperbesar market share dengan perluasan kantor
cabang, jenis usaha dan sebagainya. Suatu bank tertentu dengan kemampuan
dan kapasitasnya masing-masing mempunyai market share atau pangsa pasar
yang tertentu atau spesifik. Dengan dilakukannya merger bank maka akan
mengakibatkan seluruh aset beralih, kewajban dan kekuasaan dari bank yang
menggabungkan diri. Dan bank yang menggabungkan diri beralih kepada
bank hasil merger dimana hal ini akan menyatukan pula market share yang
berbeda, yang sebelumnya menjadi milik bank-bank sebelum merger.
i. Menciptakan image sebagai bank hasil merger yang besar dan kuat. Hal ini
terutama beralaku bagi bank yang kurang sehat dan atau bank-bank yang
dalam proses penyelematan dari likuidasi. Karena sebagai perseroan yang
Universitas Sumatera Utara
27
bergerak di sektor keungan terutama fungsinya sebgai penghimpun dana
masyarakat merupakan modal dasar bagi bank terutama bagi bank yang
dikategorikan kurang sehat atau tidak sehat.
Dalam melakukan merger bank, setiap bank sudah mempersiapka tujuan
dilakukan penggabungan bank tersebut, demikian halnya bank syariah BUMN.
Tujuan penggabungan bank tersebut dicantumkan dalam ringkasan rancangan
penggabungan Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI syariah yang
diterbitkan oleh setiap bank. Tujuan tersebut termuat dalam bentuk visi dan misi
penggabungan bank. Visi dan misi dari Bank Syariah Indonesia melakukan
merger ialah
Visi :
Menjadi salah satu bank dari 10 Bank Syariah Terbesar berdasarkan kapitalis
pasarar secara global dalam waktu 5 tahun kedepan.
Misi :
1) Memberikan konstribusi positif kepada masyarakat dan mengakomodasi
beragam kebutuhan finansial masyarakat;
2) Mewujudukan pertumbuhan dan memberikan nilai investasi yang optimal
bagi investor;
3) Menyediakan produk dan layanan kepada masyarakat dengan
mengedepankan etika yang sesuai dengan prinsip syariah
4) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang
melampaui harapan nasabah;
Universitas Sumatera Utara
28
5) Mengutamakan penghimpuanan dana murah dan penyaluran pembiayaan
pada berbagai segmen; dan
6) Mengembangkan talenta dan menciptakan wahana terbaik sebagai
kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi sebagai perwujudan ibadah.
B. Dasar Hukum Merger Perbankan
Merger perbankan dilakukan sejalankan dengan upaya pemerintah dalam
mewujudkan ekosistem halal, dimana dengan adanya bank syariah dengan akan
dapat mengalir pilar penting dalam mensukseskan integrasi keungan syariah di
Indonesia. Merger bank tidak lepas dari pengaturan-pengaturan yang dibentuk
oleh pemerintah untuk mengatur penggabungan bank secara teratur dan situasi
yang kondusif. Dasar hukum yang berlaku terhadap merger bank syariah yang
dilakukan oleh Bank Syariah Indonesia ialah antara lain sebagai berikut :
1. Ketentuan Perseroan Terbatas :
a. Undang-Undang No.40 Tahun 2007, tertanggal Agustus 2007, tentang
Perseroan Terbatas.
b. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan, dan Pengalihan Perseroan Terbatas tertanggal 24 Februari
1998.
2. Ketentuan Perpajakan
a. Peraturan Pajak penghasilan atau UU PPH
b. Peraturan Pajak Pertambahan Nilai atau UU PPN
c. Peraturan Mentri Keungan No.52/PMK.010/2017
d. Peraturan Dirjen Pajak No.PER-28/PJ/2008
Universitas Sumatera Utara
29
e. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-29/PJ/2015
3. Ketentuan Perbankan
a. Undang-Undang No.10 Tahun 1998, tertanggal 10 November 1998,
tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.
b. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, tertanggal 16 Juli 2008 tentang
Perbankan Syariah.
c. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tertanggal 7 Mei 1999
tentang Merger, Konsolidasi dan Akusisi Bank.
d. Peraturan BI No.19/13/PBI/2017
e. Peraturan OJK No.5/PJOK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank
f. Peraturan OJK No.56/PJOK.03/2016 tentang Kepemilikan Saham
Bank Umum
g. Peraturan OJK No.55/PJOK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola
bagi Bank Umum
h. Peraturan OJK No.39/PJOK.03/2017 tentang Kepemilikan Tunggal
pada Perbankan Indonesia
i. Surat Edaran OJK No. 25/SEOJK.03/2016 tertanggal 14 Juli 2016
tentang Rencana Bisnis Bank Umum
j. Surat Edaran OJK No. 12/SEOJK.03/2017 tertanggal 17 Maret 2017
tentang Kepemilikan Saham Bank Umum
k. Peraturan OJK No.41/PJOK.03/2019 tentang Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan, Integrasu dan Konversi Bank Umum.
Universitas Sumatera Utara
30
4. Ketentuan Pasar Modal :
a. Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
b. Peraturan OJK No.15/PJOK.04/2020 tentang Rencana dan
Penyelenggaran Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka
c. Peraturan OJK No.31/PJOK.04/2015 tentang Keterbukaan atas
Informasi atau Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik
d. Peraturan OJK No.74/PJOK.04/2016 tentang Penggabungan Usaha
atau Peleburan Usaha Perusahaan Terbuka
e. Keputusan PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-001/BEJ/012000 tentang
Peraturan Pencatatan Efek No.I-G tentang Penggabungan Usaha atau
Peleburan Usaha
5. Undang-Undang Tenaga Kerja
6. Anggran Dasar dari masing-masing Bank Pesera Penggabungan
7. Peraturan Anti Persaingan Usaha Tidak Sehat
a. Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
b. Peraturan Pemerintah No.57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang
Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
Universitas Sumatera Utara
31
C. Jenis-Jenis Merger Bank
Menurut Munir Fuady, merger bank dapat dikelompokan menjadi
beberapa macam merger40 :
1. klasifikasi merger dilihat dari segi jenis usaha, maka merger ini dibagi ke
dalam empat kategori sebagai berikut :
a. Merger Horizontal
Merger horizontal adalah penggabungan usaha yang dimana dua atau lebih
perusahaan yang melakukan penggabungan bergerak dibidang bisnis yang
sama. Contoh merger horizontal ini adalah merger Bank Syariah Mandiri,
BNI Syariah, dan BRI Syariah yang bergerak dibidang yang sama yaitu
sektor keuangan syariah dengan membentuk Bank Syariah Indonesia.
Dengan demikian tujuan kerja sama disini ialah menjadi salah satu bank
dari 10 bank syariah terbesar berdasarkan kapitalisa pasar secara global.
b. Merger Vertikal
Merger vertikal terjadi antar dua perusahan atau lebih yang saling
berhubungan. Hubungan ini ialah hubungan dari hulu ke hilir. Contohnya
ialah Penggabungan yang dilakukan dua pihak atau lebih yang mana satu
berperan menjadi produsen dan satu perusahaan lain berperan menjadi
supplier. Penggabungan perusahaan ini ialah penggabungan memiliki
usaha yang saling berkaitan namun tidak memiliki jenis usaha yang sama.
c. Merger Konglomerat
40 Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, Op.cit, hal. 80
Universitas Sumatera Utara
32
Merger konglomerat ialah penggabungan usaha dimana dua perusahaan
atau lebih tidak bergerak dibidang yang sama dan tidak saling
berhubungan dalam bidang usaha. Contoh merger ini ilah merger yang
dilakukan perusahaan dibidang makanan melakukan penggabungan
dengan perusahaan dibidang tekstil. Tujuan utama penggabungan usaha ini
ialah mencapai pertumbuhan badan usaha dengan cepat, mendapatkan
hasil yang lebih baik dan menghasilkan keuntungan yang lebih banyak
lagi.
d. Merger Kon-Generik
Merger Kon-Generik ialah penggabungan usaha yang dimana dua
perusahaan atau lebih yang saling berhubungan satu sama lian, yang
mempunyai sifat produksinya, namun belum dapat dikatakan sebagai
bidang atau produk yang sama (horizontal) dan bukan hubungan anatara
produsen-supllier (vertikal)
2. Klasifikasi merger dilihat dari segi tata cara dilakukannya merger
a. Merger dengan likuidasi dan jual beli aset
Merger ini ialah penggabungan usaha yang mana terlebih dahulu
perusahaan agar dilikuidasi. Selanjutnya aset yang tertinggal dibagi-
bagikan kepada pemegang saham menurut orsinya masing-masing.
Selanjutnya secara individual pemeganggsam tersebut dapat menjual aset
tersebut kepada perusahaan merger yang akan membelinya.
Universitas Sumatera Utara
33
b. Merger dengan jul beli aset dan likuidasi
Dengan merger ini, jual beli aset perusahaan targer didahulukan,
selanjutnya dilakukan likuidasu terhadap perusahaan target tersebut.
c. Merger dengan jual beli saham dan likuidasi
Merger yang dilakukan dimana semua perusahaan targer dibeli,
selanjutnya perusahaan target dilikuidasi dan asetnya dialihkan kepada
perusahaan pembeli.
3. Bentuk Merger Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999
Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
a. Merger sukarela. Merger sukarela ialah dimana bank menggabungkan diri
dengan bank lain secara teknis tidak mengalami maslah atau dikategorikan
sebagai bank yang tidak sehat oleh Bank Indonesia. Bank-bank seperti ini
melakukan merger dengan tujuan mengembangkan usaha, memperluas
pasar dan membentuk bank yang lebih kuat.
b. Merger permintaan Bank Indonesia. Merger ini dilakukan oleh permintaan
Bank Indonesia terhadap suatu bank atau beberapa bank yang mengalami
masalah dan mengalami kesulitan yang akan membahayakan
kelangsungan usahanya.
D. Prosedur Merger Bank Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan
Pelaksanaan merger bank melakukan beberapa prosedur ataupun metode
yang digunakan sebagai panduan sehingga merger tersebut bermanfaat bagi kedua
bank atau lebih yang melakukan merger.
Universitas Sumatera Utara
34
Prosedur merger bank diatur berdasarkan Undang-Undang Perseroan
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998
tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas tata
cara merger perusahaan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank mengatur tata cara penggabungan bank
yakni sebagai berikut :
(1) Direksi Bank yang akan menggabungkan diri dan menerima penggabungan
masing-masing menyusun usulan rencana Merger. 41
(2) Usulan sebagaimana dimaksud wajib mendapat persetujuan Komisaris dan
sekurang-kurangnya memuat: 42
a. nama dan tempat kedudukan Bank yang akan melakukan Merger;
b. alasan serta penjelasan masing-masing Direksi Bank yang akan melakukan
Merger dan persyaratan Merger;
c. tata cara konversi saham dari masing-masing Bank yang akan melakukan
Merger terhadap saham Bank hasil Merger;
d. rancangan perubahan Anggaran Dasar;
e. neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir
dari semua Bank yang akan melakukan Merger; dan
41 Pasal 11 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
42 Pasal 11 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
Universitas Sumatera Utara
35
f. hal-hal yang perlu diketahui oleh pemegang saham masing-masing Bank,
antara lain:
1) neraca proforma Bank hasil Merger sesuai dengan standar akuntansi
keuangan, serta perkiraan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
keuntungan dan kerugian serta masa depan Bank yang dapat
diperoleh dari Merger berdasarkan hasil penilaian ahli yang
independen;
2) cara penyelesaian status karyawan Bank yang akan melakukan
Merger;
3) cara penyelesaian hak dan kewajiban Bank terhadap pihak ketiga;
4) cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas;
5) susunan, gaji dan tunjangan lain bagi Direksi dan Komisaris Bank
hasil Merger;
6) perkiraan jangka waktu pelaksanaan Merger;
7) laporan mengenai keadaan dan jalannya Bank serta yang telah
dicapai;
8) kegiatan utama Bank dan perubahan selama tahun buku yang sedang
berjalan;
9) rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang
berjalan yang mempengaruhi kegiatan Bank;
10) nama anggota Direksi dan Komisaris; dan
11) gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan komisaris.
Universitas Sumatera Utara
36
(3) Dalam hal Bank akan melakukan Merger tergabung dalam 1 (satu) grup atau
antar grup, usulan rencana Merger memuat neraca konsolidasi dan neraca
proforma dari Bank hasil Merger.43
(4) Usulan sebagaimana dimaksud dalam, merupakan bahan untuk menyusun
Rancangan Merger yang disusun bersama oleh Direksi Bank yang akan
melakukan Merger. Rancangan Merger sekurang-kurangnya memuat
penegasan dari bank yang akan menerima penggabungan mengenai
penerimaan pengalihan segala hak dan kewajiban dari bank yang akan
menggabungkan diri.44
(5) Persyaratan yuridis terhadap rancangan merger yakni sebagai berikut :45
a. Rancangan merger berisi suatu rencana merger.
b. Rancangan merger harus disetujui oleh rapat umum pemegang saham
masing-masing perusahaan yang akan melakukan penggabungan.
c. Rancangan merger telah disetujui oleh rapat umum pemegang saham
dilampirkan juga pada “permohonan” perubahan anggaran dasar
perseroan hasil merger untuk mendapatkan “persetujuan” Menteri
Kehakiman
d. Rancangan merger yang telah mendapatkan persejutuan rapat umum
pegang saham, baik yang disertai perubahan dasar maupun yang tidak
43 Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
44 Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
45 Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, Op.cit, hal. 80
Universitas Sumatera Utara
37
disertai perubahan anggaran dasar harus “dilaporkan” kepada Menteri
Kehakiman
(6) Sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham masing-masing Bank,
Direksi berkewajiban untuk mengumumkan ringkasan Rancangan Merger
selambat-lambatnya : 30 (tiga puluh) hari sebelum Rapat Umum Pemegang
Saham dalam 2 (dua) surat kabar harian yang berperedaran luas dan 14
(empat belas) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham kepada karyawan
Bank secara tertulis. Khusus untuk Bank Perkreditan Rakyat yang asetnya
kurang dari Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan cara lain.46
(7) Dalam Rapat Umum Pemegang Saham tersebut wajib disampaikan hal-hal
tentang rancangan merger.47 Rancangan merger dan konsep Akta Merger
yang telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham dituangkan
dalam Akta Merger yang dibuat di hadapan Notaris dalam bahasa Indonesia.
Adapun tata cara merger Perseroan Terbatas antara lain : 48
a. Direksi masing-masing perseroan, setelah memperoleh persetujuan komisaris,
wajib menjajaki kelayakan penggabungan usaha atau peleburan usaha yang
antara lain meliputi kegiatan penelahaan atas:
1) Keadaan usaha perseroan serta perkembangan hasil usaha perseroan,
dengan memperhatikan pula laporan keuangan perseroan yang telah
46 Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
47 Pasal 15 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
48 Lani Dharmasetya dan Vonny Sulaimin, Merger dan Akuisisi (Tinjauan Dari Sudut
Akuntansi dan Perpajakan, (Jakarta : PT.Alex Media Komputindo,2009), hal.24-29
Universitas Sumatera Utara
38
mengalami proses audit terlebih dahulu oleh akuntan yang terdaftar di
Bapepam yang sekarang disebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama
3 tahun terakhir;
2) Hasil analisi pihak independen mengenai kewajaran nilai saham dan
aktiva tetap perseroan serta sepek hukum penggabungan usah atau
peleburan usaha;
3) Metode dan tata cara konvensi saham yang akan digunakan, didukung
oleh keterangan dari pihak independen mengenai hal tersebut.
4) Cara penyelesaian perseroan terhadap pihak ketiga;
5) Cara penyelesaian hak-hak pemegang saham yang tidak setuju
terhadap penggabungan usaha atau peleburan usaha;
6) Struktur organisasi dan sumber daya manusia penggabungan usaha dan
peleburan usaha;
7) Analisis manajemen terhadap kondisi perseroan setelah penggabungan
usaha atau peleburan usaha.
b. Direksi masing-masing perseroan secara bersama-sama wajib menyusun
Rancangan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha yang telah disetujui
komisaris yang sekurang-kurangnya wajib memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Nama dan tempat kedudukan perseroan yang akan melakukan
penggabungan usaha atau peleburan usaha;
2) Alasan serta penjelsan dari masing-masing perseroan yang akan
melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha;
Universitas Sumatera Utara
39
3) Tata cara konvensi saham dari masing-masing perseroan yang akan
melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha;
4) Rancangan penggabungan anggaran dasar perseroan hasil
penggabungan usaha (jika ada) atau rancangan akta pendirian
perseroan baru hasil peleburan;
5) Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan dan terdaftar di
OJK dari masing-masing perseroan yang akan melakukan
penggabungan usaha atau peleburan usaha yang meliputi 3 (tiga) tahub
buku terakhir;
6) Dalam hal efektif Pernyataan Penggabungan Usaha atau Peleburan
Usaha melebihi 180 (seratus delapan puluh) hari dari pelaporan
keungan tahunan terakhir, maka laporan keungan interim yang telah
diaudit, sehingga jangka waktu antara tanggal efektifnya Pernyataan
Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha dan tanggal laporan
keuangan Interim tidak melebihi 180 (seratus delapan puluh) hari;
7) Laporan keuangan performa perseroan hasil penggabungan usaha atau
peleburan usaha yang disusun sesuai dengan prinsip akuntasi yang
berlaku umum;
8) Nama dan tempat kedudukan perseroan hasil penggabungan usaha atau
peleburan usaha;
9) Hasil penelitian pihak independen mengenai kewajiban nilai saham
dan kekayaan perseroan;
Universitas Sumatera Utara
40
10) Hasil peniliaian tenaga ahli mengenai aspek tertentu dari
penggabungan usaha atau peleburan usaha (jika diperlukan);
11) Pendapatan akuntan yang terdaftar di OJK mengenai metode dan tata
cara konvensi saham sebagaimana termuat dalam Rancangan
Penggabungan Usaha dan Peleburan Usaha;
12) Pendapat hukum dari konsultan hukum independen yang terdaftar di
OJK mengenai aspek hukum dari penggabungan usaha atau peleburan
usaha;
13) Cara penyelesaian status karyawan perseroan yang akan melakukan
penggabungan usaha atau peleburan usaha;
14) Cara penyelesaian hak dan kewajiban perseroan yang akan melakukan
penggabungan usha atau peleburan usaha terhadap pihak ketiga;
15) Cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas yang tidak
setuju terhadap penggabungan usaha atau peleburan usaha;
16) Susuna direksi dan komsirasi perseroan hasil penggabungan usaha atau
peleburan usaha;
17) Perkiraan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manfaat dan
kerugian serta masa depan perseroan yang diperoleh dari
penggabungan usaha atau peleburan usaha;
18) Perkiraan saat pelaksanaan penggbungan usaha atau peleburan usaha.
c. Dalam hal penggabungan usaha atau peleburan usaha sebagaimana tersebut di
atas akan mengakibtkan perubahan yang meterial terhadap perseroan, kondisi
keuangan atau hal-hal lain yang mempengaruhi perseroan, maka keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
41
dampak dari perubahan tersebut harus dicakup dalam dokumen sebagaimana
dimaksud salam huruf b peraturan ini.
d. Pernyataan penggabungan usaha atau peleburan usaha yang berisi Rancangan
Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha beserta dokumen pendukung
secara lengkap wajib disampaikan kepada OJK paling lambat 2 (dua) hari
setelah diperoleh persetujuan komisaris.
e. Rancangan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha wajib diumumkan
ringkasannya kepada masyarakat dalam 2 (dua) hari surat kabar berbahas
Indonesia satu diantaranya berpedaran nasional paling lambat akhir hari ke-2
(kedua setelah diperolehnya persetujuan komisaris bahwa Rancangan
Penggabungan Usaha dan Peleburan Usaha tersebut belum mendapat efektif
dari OJK dan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.
f. Dalam hal OJK tidak meminta perushaan publik atau emitem untuk
mengajukan perubahaan dan tambahan informasi dalam jangka waktu 20 (dua
puluh) hari setelah pengajuan pernyataan penggabungan usaha atau peleburan
ussaha dianggap telah diajukan secara lengkap dan memenuhi persyaratan
serta tata cara yang ditetapkan pada tanggal pengajuan.
g. Dalam hal informasi mengenai usaha penggabungan usaha atau peleburan
usaha telah diketahui pihak luar, maka perseroan yang akan melakukan
penggabungan usaha tau peleburan usaha atau peleburan usaha harus
memberikan tanggapan kepada OJK dan mengumumkan hal tersebut kepada
masyarakat paling lambat akhir hari kerja berikutnyasetelah rencana tersebut
diketahui oleh pihak luar.
Universitas Sumatera Utara
42
h. Dalam hal perseroan yang melakukan penggabungan usaha atau peleburan
usaha merupakan perseroan yang sahamnya tercatat di bursa efek, maka
perseroan tersebut wajib megikuti peraturan bursa efek dimana saham
perseroan tersebut dicatatkan.
Tata Cara Penggabungan Perseroan Terbatas diatur melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas yang wajib memperhatikan
kepentingan : 49
a) Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan;
b) Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan
c) Masyarakat dan persangian sehat dalam melakukan usaha.
49 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
BAB III
URGENSI DILAKUKANNYA MERGER PADA BANK SYARIAH BUMN
A. Alasan Bank Syariah BUMN Melakukan Merger
Penggabungan bank merupakan dampak globalisasi yang membuat
perusahaan mengembangkan startegis agar tetap dapat mengikuti persaingan
usaha. Strategi yang dikembangkan oleh bank dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu secara internal maupun eksternal. Secara internal dapat dilaksanakan dengan
mengembangkan perusahaan dari dalam seperti peningkatan kapasitas produksi,
efisensi biaya atau mencari pasar baru. Sedangkan strategi eksternal adalah
meningkatkan nilai perusahaan dengann menggabungkan dua perusahaan atau
lebih yang disebut dengan merger.50
Merger perusahaan merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih
untuk membentuk perusahaan dengan entitas baru yang lebih kuat. Alasan
perusahaan memilih merger ialah karena dengan strategi tersebut, maka tujuan
perusahaan akan tercapai lebih cepat dibanding jika perusahaan memulai
usahanya mulai dari awal.51
Alasan utama bank-bank melakukan merger ialah memperbaiki kinerja
bank yang mana berlaku rumus 2 + 2 = 5. Kelebihan satu poin disebabkan adanya
tambahan sinergi dari perusahaan-perusahaan yang merger tersebut.52
50 Margaretha Seliana Dewi dan Adiati Trihastuti, Penilaian Kualitas Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Antara Sebelum dan Sesudah Merger Bank Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri,Tbk. Jurnal Ekonomi Akuntansi, (Volume.1,No.1 Tahun 2016), hal.22
51 Ibid, hal.23 52 Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, Op.cit, hal. 80
42
Universitas Sumatera Utara
43
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menjelas alasan-alasan merger
dan akusisi baik dari sisis keunggulan maupun kelemahannya. Alasan
dilakukannya merger diraikan menggunakan konsep dari berbagai aliran
pemikiran, yaitu :53
1. Industrial Organization Economics (IO Economics)
Dalam IO Economics terdapat dua aliran pemikiran yaitu pertama the
market power school yang mana menjelaskan bahwa merger dilakukan
atas dasar motif monopoly namun penelitian selanjutnya menunjukan
bahwa merger tidak lagi menjadi alasan utama melakukan merger. Aliran
kedua yaitu the efficiency school menjelaskan alasan utama merger dan
akuisisi adalah ekspansi pasar.
2. Financial Theory
Dalam teori keuangan ini dijelaskan merger dan akuisisi dilakukan untuk
mendiversikasi resiko, namun pandangan tersebut telah berubah dengan
adanya keyakinan bahwa penurunan resiko dengan diversifikasi tidak lagi
bernilai bagi investor.
3. Managerial Economics
Managerial Economics mengunakan teori keagenan untuk menjelaskan
teori ini. Manajer memiliki kebebasan sesuai dengan kebijaksannanya
pada perusahaan publik, yang merek dapat menggunakannya untuk
kepentingan sendiri. Terjadinya merger dan akuisisi diakibatkan para
53 Muhamad Syaicu, Merger dan Akuisisi : Alternatif Meningkatkan Kesejahteraan
Pemegang Saham, Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, (Volume.3, No.2 Tahun 2006, hal, 60
Universitas Sumatera Utara
44
menajer puncak menginginkan bertambahnya pengaruh, kekuasaan,
pristise dan status.
4. Starategic Management
Penelitian ini menfokuskan merger dan akuisisi sebagai cara dan untuk
meningkatkan kinerja. Penelitian ini menfokuskan pada pentingnya merger
dan akuisisi sebagai cara untuk meningkatkan kinerja. Penelitian ini
mengfokuskan konsekuensi strategi akuisisi yang tidak menguntungkan,
seperti adanya penurunan untuk mengembangkan kemampuan
kemampuan inovasi.
Penggabungan bank dilakukan untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan namun selain itu ada alasan lain yang mendorong bank untuk
melakukan merger dengan bank lain. Alasan itu diantaranya ialah :54
Pertama pertumbuhan atau diversifikasi yang umuMnya dikarenakan
untuk mendapatkan pertumbuhan yang cepat. Kedua, sinergi yang diharapkan
dapat menghasilkan skala ekonomi untuk mendapatkan pendapatan yang lebih
besar. Ketiga, meningkatkan daya pinjam perusahaan. Keempat, ingin menambah
keterampilan dan mengembangkan teknologinya. Kelima, dengan merger dan
akuisisi diharapkan dapat menutupi kerugian pajak dan dapat meningkatkan
pendapatan. Keenam, meningkatkan likuiditas pemilik, karena asumsinya bahwa
dengan tergabungnya beberapa perusahaan akan menghasilakan saham yang
likuid dari pada perusahaan yang tepisah atau kecil dan kemudian untuk
54 Indriatmini Noegroho, Merger Merupakan Tantangan atau Peluang Bagi Perekonomian Indonesia, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi, (Volume:2, No.3 Tahun 2017) hal.547
Universitas Sumatera Utara
45
melindungi diri dari pengambialiahan akibat hutang perusahaan karena beban
hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh
bidang perusahaan yang berminat.
Penggabungan usaha yang dilakukan oleh setiap perusahaan ataupun
perseroan mempunyai alasan tersendiri bagi perusahaan yang melalukan
penggabungan. Begitu pula penggabungan bank yang dilakukan oleh BRI
Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BNI Syariah juga memilki alasan tersendiri.
Dalam Ringkasan Rancangan Penggabungan Antara PT.Bank BRI Syariah., PT.
Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank BNI Syariah yang diterbitkan tanggal 21
Oktober 2021 menjelaskan beberapa alasan dilakukannya penggabungan bank.
Pelaksanaan merger bank syariah BUMN memiliki beberapa alasan yaitu
diantaranya adalah :55
1. Dengan pelaksanaan merger bank syariah BUMN lebih efiesien dalam
penggalangan dana, operasional, pembiayaan, dan belanja.
2. Merger bank syariah BUMN membuktikan bank syariah memiliki prospek
yang cerah dan perbankan syariah mampu bertahan di tengah pengaruh
pandemi covid-19.
3. Aset yang dimiliki bank syariah BUMN makin besar dan kuat.
4. Bank hasil merger memiliki potensi menjadi 10 bank syariah teratas secara
global berdasarkan kapitalis pasar.
5. Bank BUMN hasil merger akan memilki produk yang lengkap.
55 Lida Puspaningtyas, “7 Alasan Pentingnya Merger Bank Syariah BUMN”, diakses dari https://www.republika.co.id/berita/qi6gay440/7-alasan-pentingnya-merger-bank-syariah-bumn pada tanggal 20 April 2021
Universitas Sumatera Utara
46
6. Pelaksanaan merger tidak hanya menjadi upaya dan komitmen dalam
pengembangan ekonomi syariah namun juga menjadi pilar baru kekuatan
ekonomi nasional, mendorong Indonesia sebagai pusat ekonomi dan
keuangan syariah global
7. Merger memudahkan akses semua kalangan masyarakat untuk mendapat
pelayanan jasa keuangan yang sesuai prinsip-prinsip syariah.
Negara Republik Indonesia mempunyai komposisis penduduk muslim
yang cukup tinggi. Meskipun demikian tingkat penetrasi syariah dengan aset
perbankan secara umum di Indonesia pada tahun 2019 masih cukup rendah, yaitu
8%. Penetrasi aset syariah negara Indonesia tergolong rendah dibandingkan
dengan negara-negara lain yang mempunya penduduk muslim yang tinggi sama
seperti indonesia seperti negara Malaysia, Kuwain, Brunei dan Saudi Arabia yang
rata-rata di atas 20% dan bahkan ada yang mencapai di atas 50%.56 Hal tersebut
mendorong OJK membentuk suatu bank syariah yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan penetrasi aset syariah di negara Indonesia.
OJK mempunyai alasan lain melakukan merger pada bank syariah BUMN
yakni selain meningkat penetrasi aset syariah ojk juga belum menemukan bank
syariah di Indonesia yang memiliki kemampuan, baik dari segi finansial mampun
teknologi untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah dan meraih pangsa pasar57
56 Berdasarkan Persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 21 Oktober
2020, lihat di rancangan penggabungan BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah. 57 Pangsa pasar ialah suatu bagian atas semua permintaan yang menggambarkan golongan
pelanggan berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Universitas Sumatera Utara
47
syariah yang saat ini belum terjamaah, khususnya pangsa pasar yang dapat diraih
hanya oleh bank yang memiliki skala besar.58
Untuk menjangkau skala yang besar bank juga harus memiliki pangsa
pasar yang besar pula agar dapat mengimbangi kebutuhan nasabah yang semakin
banyak. Dengan merger Bank Syariah Indonesia maka akan membentuk daya
saing yang cukup tinggi dan ragam produk keuangan yang semakin berkembang
yang dapat menjangkau nasabah lebih luas lagi sehingga dapat bersaing secara
global dengan 10 bank syariah terbesar di dunia.59
Selain itu juga ojk melakukan merger pada bank BUMN juga sejalan
dengan upaya pemerintah mewujudkan ekosistem hal, dimana dengan adanya
bank syariah dengan skala yang besar akan dapat menjadi pilar penting dalam
mensukseskan integrasi keungan syariah di Indonesia.
B. Akibat Hukum Merger Pada Bank Syariah BUMN
Setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum akan
menimbulkan konsekuensi hukum tertentu. Perbuatan Merger, konsolidasi
ataupun Akuisisi pada perusahaan mempunyai akibat hukum pada perusahaan
dan pihak-pihak yang bersangkutan. Merger bank berdampak sangat signifikan
terhadap beberapa elemen.
Dalam penggabungan perusahaan perlu diperhatikan beberapa hal yang
menjadi syarat agar sebuah perusahaan dapat merger dengan perusahaan lain.
Syarat tersebut tercantum dalam pasal 126 ayat 1 Undang-Undang Perseroan
58 Rancangan penggabungan, op cit, hal 2. 59 ibid
Universitas Sumatera Utara
48
Terbatas yakni perbuatan hukum penggabungan wajib memperhatikan
kepentingan :60
1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan;
2. Kreditor dan mitra usaha lainnyya dari perseroan; dan
3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Dalam penjelasan pasal tersebut menegaskan bahwa penggabungan tidak
dapat dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu dan
dalam penggabungan harus juga dicegah terjadinya monopoli dalam berbagai
bentuk yang dapat merugikan masyarakat. Syarat lain dalam penggabungan
perusahaan khususnya perseroan terbatas ialah, bagi yang akan melakukan
penggabungan harus memperoleh persetujuan dari instasi terlebih terkait terlebih
dahulu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, hal tersebut tercantum
dalam pasal 123 ayat 3 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Akibat hukum perbuatan merger Perseroan Terbatas terhadap perusahaan
yang menggabungkan diri diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Dalam pasal 122 secara tegas menentukan bahwa
dalam hal menggabungkan perseroan, maka perseroan yang menggabungkan diri
berakhir karena hukum serta aktiva dan pasiva dari perseroan yang
menggabungkan diri beralih pada perseroan hasil merger karena hukum.61
60 Pasal 126 Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas 61 Pasal 122 Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
49
Berakhirnya perseroan tersebut dilakukan tanpa likuidasi terlebih dahulu yang
mana diatur dalam pasal 123 UUPT.62
Dalam Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1999 tentang Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi Bank Pasal 2 mengatur akibat merger bank yaitu:63
a. Pemegang saham bank yang melakukan merger menjadi pemegang
saham bank hasil merger.
b. Aktiva dan pasiva bank (seluruh hak dan kewajiban yang tercatat, baik
dalam neraca maupun rekening administarasi) yang melakukan merger
beralih karena hukum kepada bank hasil merger.
Penggabungan perseroan berdampak juga pada struktur dari perseroan
tersebut baik organ perusahaan yakni Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi
Komisaris dan pekerja dalam sebuah perseroan yang menerima penggabungan.
Ketentuan pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1999,
menyatakan meskipun adanya akibat pada pemegang saham , dengan adanya
merger ini tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual
sahamnya dengan harga yang wajar.64
Penggabungan bank yang dilakukan BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah
dan BNI Syariah mempunyai akibat hukum yang mana dampak dari Undang-
Undang dan Peraturan yang berlaku saat ini.
62 Pasal 123 Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas 63 Pasal 2 Peraturan Pemerintah tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank 64 Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
Universitas Sumatera Utara
50
Nama bank yang menerima penggabungan ialah PT Bank BRI Syariah
Tbk, pada tanggal efektif penggabungan, bank yang menerima penggabungan
melakukan perubahan nama menjadi Bank Syariah Indonesia.
Sesuai dengan pasal 122 Undang-Undang Perseroan Terbatas, Peraturan
Pemerintah Nomor 28 tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Likuidasi
serta Peraturan OJK No.74 tahun 2016 tentang Penggabungan Usaha atau
Peleburan Usaha Perusahaan Terbuka, sebagai akibat dari penggabungan Bank
Syariah Mandiri dan BNI Syariah akan berakhir demi hukumnya pada tanggal
efektif penggabungan, tanpa dilakukannya likuidasi sebelumnya, dan karenanya:65
a. Seluruh aktiva dan pasiva Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah
demi hukum kepada BRI Syariah, sebagai yang menerima
penggabungan, dan
b. Pemegang saham Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah kerena
hukum menjadi pemegang saham bank yang menerima penggabungan
secara hukum.
65 Peraturan OJK No.74 tahun 2016 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha
Perusahaan Terbuka
Universitas Sumatera Utara
51
Berikut merupakan struktur pemegang saham bank penerima
penggabungan setelah tanggal efektif penggabungan :
Keterangan Nilai Nominal Rp.500
Per Saham
Jumlah Saham
(Lembar)
Nilai Nominal (RUPIAH) %
Modal Dasar 80.000.000.000 40.000.000.000.000 -
1. PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk
20.905.219.378 10.452.609.689.000 51,2
2. PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk
10.220.230.418 5.110.115.209.000 25,0
3. PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk
7.092.762.655 3.546.380.827.500 17,4
4. DPLK BRI-Saham Syariah 828.946.000 414.473.000.000 2,0
5. PT BNI Life Insurance 5.250.415 2.625.207.500 0,0
6. PT Mandiri Sekuritas 34 17.000 0,0
7. Masyarakat 1.794.405.843 897.202.921.500 4,4
Modal Ditempatkan dan Disetor 40.846.813.743 20.423.406.871.500 100,00
Saham Dalam Portepel 39.153.186.257 19.576.593.128.500 -
Sumber : Ringkasan Rancangan penggabungan BRI Syariah, Bank Syariah
Mandiri dan BNI Syariah
Dalam penggabungan perusahaan bank yang dilakukan BRI Syariah, Bank
Syariah Mandiri dan BNI Syariah meminta pendapat konsultan hukum untuk
mengetahui pandangan ahli hukum pada penggabungan perusahaan tersebut.
Kantor konsultan hukum Hadiputra, Hadinoto & Patners ditunjuk berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
52
Surat Penunjukan No.S.B.109-MDO/10-2020 tanggal 16 Oktober 2020,
No.22/1030-3/DIRCAT tanggal 16 Oktober 2020, dan No. BNISy/DIR/695
tanggal 15 Oktober 2020 sebagai konsultan hukum bank peserta penggabungan
mengenai aspek hukum sehubung dengan penggabungan bank.
Menurut konsultan hukum Hadiputranto, Hadinoto & Patners menyatakan
pendapat dari segi hukum sebagai akibat dari penggabungan Bank Syariah
Indonesia yakni :66
1. Dengan dilakukannya penggabungan bank ini, maka Bank Mandiri akan
menjadi pengendali atas BRI syariah sebagai bank yang menerima
penggabungan, sementara Pemerintah Republik Indonesia secara tidak
langsung tetap menjadi pengendali BRI Syariah sebagai bank yang menerima
penggabungan. Dengan demikian, penggabungan ini menyebabkan perubahan
pengendalian secara tidak langsung tetapi tidak menyebabkan terjadinya
perubahan pengendalian secara tidak langsung.
Berdasarkan Peraturan OJK No.9/PJOK.04/2018 tetntang Pengambilalihan
Perusahaan Terbuk, perubahan pengendalian terjadi karena penggabungan
usaha dikecualikan dari ketentuan pelaksanaan pengumuman
pengambilalihan dan penawaran tender wajib.
2. Transaksi penggabungan merupakan transaksi afilasi sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan OJK No.42/PJOK.04/2020 tentang Transaksi Benturan
Kepentingan. Hal ini mengingat transaksi dilakukan oleh BRI Syariah dengan
Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah yang merupaka perusahaan yang
66 Rancangan penggabungan, op cit, hal.3
Universitas Sumatera Utara
53
dikendalikan pihak yang sama (baik secara langsung atau tidak langsung)
yaitu Pemerintah Republik Indonesia (masing-masing melalui BRI, Bank
Mandiri, dan BNI).
Untuk melakukan penggabungan tersebut BRI Syariah telah memperoleh
pendapat kewajaran dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Sewendho
Rinaldy & Rekan selaku penilai independen sebagimana dinyatakan dalam
laporan pendapat kewajaran No.00373/2.005902/BS/07/0242/1/X/2020
tanggal 12 Oktober 2020, yang berpendapat bahwa penggabungan adalah
wajar.
3. Penggabungan hanya dapat dilaksanakan setelah persyaratan-persyaratan ini
terpenuhi :
a. Diajukan pernyataan penggabungan usaha kepada OJK sebagai pengawas
pasar modal yang berisi Rancangan Penggabungan beserta dokumen
pendukung sebagimana dipersyaratkan dalam Peraturan OJK
No.74/PJOK.04/2016 tentang Penggabungan atau Peleburan usaha
Perusahaan Terbuka dan diperolehnya pernyataab efektif dari OJK
sehubungan dengan pernyataan penggabungan usaha yang diajukan oleh
BRI Syariah
b. Diumumkan ringkasan Rancangan Penggabungan dalam satu surat kabar
garian yang berperedaran nasional dan situs web BRI Syariah, Bank
Syariah Mandiri dan BNI Syariah.
Universitas Sumatera Utara
54
c. Diumumkannnya rencana penggabungan secara tertulis kepada
karyawaan BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BNI Syariah yang
dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2020
d. Diperolehnya persetujuan atau tidak adanya keberatan dari kreditur dari
masing-masing BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BNI Syariah dan
atau telah dilakukannya tindakan sebagaimana diisyaratkanb dalam
perjanjian-perjanjian dimana masing-masing BRI Syariah, Bank Mandiri
Syariah dan BNI Syariah merupakan pihak
e. Diperolehnya persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham BRI
Syariah, Bank Syariah Mandir dan BNI Syariah
f. Diperolehnya persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk melakukan
penggabungan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar masing-masing
BRI, Bank Mandiri, dan BNI, termasuk namun tidak terbatas untuk
memperoleh persetujuan dari dewan komisaris masing-masing BRI, Bank
Mandiri dan BNI
g. Diperolehnya izin penggabungan dari OJK (Direkrorat Pengaturan dan
Perizinan Perbankan Syariah) termasuk diperolehnya persetujuan penilian
kemampuan dan kepatutan atas pemegang saham pengendali, anggota
direksi dan anggota dewan komisaris, serta hasil wawancara anggota
dewan pengawas syariha BRI Syariah sebagai bank yang menerima
penggabungan
h. Ditandatanganinya Akta Penggabungan Oleh BRI Syariah, Bank Mandiri
Syariah dan BNI Syariah
Universitas Sumatera Utara
55
i. Diperolehnya bukti persetujuan dan pemberitahuan dari Menkumham ata
perubahan anggaran dasar BRI Syariah sebagai bank yang menerima
penggabungan.
4. Sehubungan dengan penggabungan BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah
dan BNI Syariah secara bersama-sama telah mempersiapkan rancangan
penggabungan sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang No.40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas , Peraturan Pemerintah No.28
Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akusisi Bank, PJOK No.74
Tahun 2016 Peraturan No.41 Tahun 2019 Tentang Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi dan Konversi Bank Umum.
Rancangan penggabungan yang dilakukan secara bersama-sama direksi
bank yang melakukan penggabungan tersebut telah mendapatkan
persetujuan dari masing-masing dewan komisaris bank yang bersangkutan
pada tannggal 20 Oktober 2020.
5. Penggabungan memerlukan perubahan anggaran dasar dari BRI Syariah
sebagai bank yang menerima penggabungan yaitu sehubungan dengan
peningkatan modal dasar dan peningkatan modal ditempatkan dan disetor.
Perubahaan anggaran dasar tersebut akan berlaku sejak tanggal
persetujuan dan pemberitahuan penerimaan dari Menkumham atas
perubahaan anggaran dasar sehubungan dengan peningkatan modal dasar
serta peningkatan modal ditempatkan disetor.
6. Sebagaimana diungkapakan dalam Rancangan Penggabungan, dalam
mempersiapkan penggabungan direksi dari BRI Syariah, Bank Mandiri
Universitas Sumatera Utara
56
Syariah dan BNI Syariah secara bersama-sama telah melakukan
penjajakan kelayakan dengan memperhatikan kepentingan BRI Syariah,
Bank Mandiri Syariah dan BNI Syariah, Masyarakat, dan persaingan sehat
dalam melakukan usaha, serta menjamin tetap terpenuhi hak-hak
pemegang saham minoritas dan karyawan.
7. BRI Syariah telah menunjuk kantor jasa penilia publik Suwendho, Rinaldy
dan Rekan sebagai independen yang menganalisa kewajaran nilai saham
BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah telah menunjuk kantor jasa penilai
publik Kusnanto & Rekan sebagai pihak independen yang menganalisa
kewajaran nilai saham Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah telah
menunjuk kantor jasa penilai publik Iwan Bachron dan Rekan sebagai
pihak independen yang menganalisa kewajaran nilai saham BNI Syariah.
8. Para pemegang saham yang tidak menyetujui rencana penggabungan
dalam Rapat Umum Penggabungan Saham BRI Syariah, berhak untuk
meminta agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan
ketentuan pasal 15 PJOK No.41 Tahun 2019 dan pasal 126 Jo Pasal 62
UUPT.
Pembelian atas saham-saham yang dimiliki oleh para pemegang saham
BRI Syariah dalam rangka penggabungan oleh BRI dan/atau pihak lain
yang akan ditunjuk oleh BRI (apabila merupakan suatu bank) termasuk
sebagai penyertaan modal sebagai mana dimaksud dalam peraturan OJK
No.36 /PJOK.03/2017 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam kegiatan
penyertaan modal, yang mana wajib untu disetujui oleh OJK.
Universitas Sumatera Utara
57
9. Sebagaimana hasil dari penggabungan, apabila terdapat penggabungan,
apabila tenaga kerja BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah
yang tidak bersedia melanjutkan hubungan dengan ketenagakerjaanya
pada BRI Syariah sebagai bank yang menerima penggabungan maka akan
berlaku kententuan di bidang ketenagakerjaan yang berlaku.
10. Penegasan atas pengalihan seluruh hak dan kewajiban dari Bank Syariah
Mandiri dan BNI Syariah kepada BRI Syariah dan penerimaan atas
pengalihan hak dan kewajiban tersebut oleh BRI Syariah akan dinyatakan
di dalam Akta Penggabungan. Akta Penggabungan tersebut akan
ditandatangani setelah rencana penggabungan telah disetujui oleh masing-
masing pemegang sagam BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BNI
Syariah.
Pelaksanaan merger mempunyai dua dampak yaitu dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif akan di kategorikan sebagai suatu keuntungan
dalam penggabungan, sedangkan dampak negatif dipandang sebaliknya menjadi
sebuah kekurangan.
Adapun dampak positif atau keuntungan yang diperoleh dari adanya
penggabungan bank tersebut diantaranya :67
1. Bertambahnya aset dan meningkatnya kekuatan keuangan bank khususnya
dari segi permodalan hasil merger termasuk dari sisi lukuiditas, sehingga
bank memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk meningkatkan
67 Yudha Ramelan dan Dwinanto Prakoso, Peranan Lembaga Merger Sebagai Instrumen Resolusi Bank (Konsep dan Implikasinya Pada Bank Dalam Penyelamatan), Jurnal Bina Mulia Hukum, (Volume:4 No.2 tahun 2020), hal.333
Universitas Sumatera Utara
58
skala usahanya serta mampu melakukan ekspansi usaha dengan
kemampuan daya saing yang lebih baik;
2. Terjadinya transfer knowladge, perbaikan manajemen, dan peningkatan
dukungan teknologi terhadap suatu perusahaan yang memiliki kinerja
buruk dan terbatasnya kemampuan teknologi, sehingga penutupan
perusahaan dapat dihindarkan;
3. Pembentukan image yang lebih baik dan memunculkan harapan baru
terutama terhadap perusahaan yang sebelumnya memiliki rekam jejak
yang kurang baik.
4. Peningkatan efisensi bank karena bank dapat saling bertukar best practice
atau prosedur yang kurang efiseien dilihat dari learning effect yang
memiliki potensi peningkatan besar sehingga dapat mengurai biaya
operasional.68
Adapun dampak negatif dari penggabungan perusahaan atau kekurangan
dari penggabungan tersebut diantaranya :69
1. Timbulnya friksi internal yang disebabkan oleh adanya kegagalan dalam
proses penyatuan visi, budaya kerja maupun tujuan yang ingin dicapai,
terutama jika proses penggabungan tersebut dilakukan secara paksa
dilakukan;
68 Hanif Pradipta dan Bryan Zaharias, Penafasiran Dampak Merger dan Akuisisi
Terhadap Efisiensi Perbankan, Analisis Sebelum dan Setelah Merger dan Akuisisi, Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan, (Volume:24, No.2 tahun 2016), hal.94 69 ibid
Universitas Sumatera Utara
59
2. Harga jual saham perusahaan akan terdepresiasi di bawah harga pasar
yang wajar sebagai akibat dari terjadinya kemelut masalah keuangan yang
tidak segera dapat diselesaikan;
3. Terbukanya kemungkinan terjadinya pengurangan jumlah pengurus
maupun pegawai sebagai akibat revitalisasi organisasi yang memunculkan
kebijakan pemutusan hubungan kerja;
4. Perpindahan nasabah dikarenakan nasabah lebih menyukai untuk
mengadakan bisnis dengan pemilik bank lokal;
5. Dibutuhakan waktu yang cukup panjang dan relatif tidak singkat untuk
memperkenalkan perusahaan baru (new branding/new image) kepada
publik dan industri.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
AKIBAT HUKUM MERGER BANK BUMN (BANK BRI SYARIAH TBK,
BANK SYARIAH MANDIRI, BNI SYARIAH) TERHADAP PEMEGANG
SAHAM MINORITAS DAN INVESTOR
A. Akibat Hukum Merger Bank Syariah BUMN
1. Akibat Hukum Merger Bank Syariah BUMN Terhadap Pemegang Saham
Minoritas dan Para Investor
Peraturan pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank Pasal 5 menyatakan bahwa di dalam pelaksanaan merger harus
memperhatikan kepentingan dari semua pihak yaitu kepentingan bank,
kepentingan kreditur, kepentingan pemegang saham minoritas dan karyawan
bank, juga kepentingan rakyat dan persaingan usaha yang sehat.70
Merger perseroan terbatas menimbulkan dampak bagi pemegang saham,
yang mana diatur dalam pasal 122 ayat (3) huruf b Undang-Undang No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi Pemegang saham perseroan yang
menggabungkan diri karena hukum menjadi pemegang saham perseroan yang
menerima penggabungan.71 Dan dalam Pasal 6 Peraturan OJK No.41 Tahun 2019
tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi Bank
Umum, mengatur bahwa bank dalam penggabungan harus menjamin terpenuhinya
hak pemegang saham sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
70 Pasal 5 Peraturan Pemerintah tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank 71 Pasal 122 ayat 3 Undang-Undang Perseroan Terbatas
60
Universitas Sumatera Utara
61
Penggabungan yang dilakukan bank syariah BUMN yakni BRI Syariah,
Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah memberikan akibat hukum kepada
pemegang saham secara khusus pemegang saham minoritas dan investor.
Kepentingan pemegang saham bank perlu diperhatikan dalam pengambil
keputusan merger. Perlindungan terhadap pemegang saham, terutama pemegang
saham minoritas dan investor sangat penting dalam hukum merger, di samping
perlindungan pihak-pihak lainnya seperti nasabah perusahaan.72 Perlindungan
kepada pemegang saham minoritas dan investor tersebut dapat berupa :73
a. Keharusan keterbukaan.
b. Keharusan pemberlakuan asas super majority untuk RUPS yang
menyetujui merger.
c. Hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga
yang layak.
d. RUPS pemegang saham independen jika terjadi benturan kepentingan,
misalnya terhadap merger dalam satu grup bank.
e. Jika dengan merger terjadi penyertaan oleh bank terbuka, maka saham dan
aset bank target harus diaudit dan nilai secara profesional oleh penilai
independen.
f. Tindakan merger harsu diumumkan kepada publik.
72 Dani Amran Hakim, Perlindungan Hukum Terhadap Kepentingan Para Pihak di
Dalam Merger Bank, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum (Volume : 9. No.3 tahun 2015), hal.403 73 Madeyossy Pratiwi, Merger Bank CIMB Niaga Dengan Bank Lippo Singel Presence
Policy di Indonesia, (Fakultas Hukum Univeristas Indonesia, Skripsi, tahun 2008), hal.84
Universitas Sumatera Utara
62
Apabila pemegang saham minoritas tidak setuju dengan merger, namun
RUPS dengan suara mayoritas telah memutuskan untuk melakukan merger, maka
pihak yang kalah suara oleh hukum diberikan suatu hak khusus yang disebut
dengan appraisal remedy atau appraisal right. Pasal 62 dan Pasal 126 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menjamin appraisal
remedy atau appraisal rights dari pemegang saham perseroan yang akan
mengambil alih.
Appraisal remedy atau appraisal rights adalah hak dari pemegang saham
minoritas yang tidak setuju terhadap merger (tetapi dia kalah suara) atau terhadap
tindakan-tindakan perusahaan lainnya, untuk menjual saham yang dipegang itu
kepada perusahaan yang bersangkutan, dimana pihak-pihak perusahaan yang
mengisukan saham tersebut wajib membeli kembali saham-sahamnya dengan
harga yang pantas.
Pelaksanaan appraisal rights ini merupakan salah satu keistimewan yang
diberikan oleh hukum kepada transaksi merger ini. keistimewaan yang lain adalah
penerapan prinsip yang disebut dengan super majority dan Silent Majority. Prinsip
super majority atau absolute majority berarti bahwa untuk dapat menyetujui
merger, yang diperlukan bukan hanya simple majority (lebih dari 50%) pemegang
saham yang harus menyetujuinya, tetapi lebih dari itu.74 Sedangkan prinsip silent
majority mengatur bahwa pemegang ssaham minoritas diiwajibkan untuk abstain
dalam voting. Prinsip ini menggunakan sistem pemilihan berlapis yang mana
pemilihan dioperasikan dengan cara pelaksanaan dua kali voting. Pada voting
74 Adrian Sutedi, Op.Cit.,hal.118
Universitas Sumatera Utara
63
pertama hanya pemegang saham yang tidak berbenturan kepentingan/ pemegang
saham minoritas yang boleh melakukan voting. Sementara pemegang saham yang
berbenturan kepentingan/pemegang saham mayoritas hanya boleh meneruskan
rapat jika keputusan pemegang saham tidak berbenturan kepentingan/pemegang
saham minortas menerima usulan yang bersangkutan yaitu usulan untuk
melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan.
Apabila appraisal remedy atau appraisal rights dari pemegang saham
akan menimbulkan sengketa, maka tidak mustahil akan ada berupa proses litigasi
atau gugatan di pengadilan sebagaimana diatur pada Pasal 61 UUPT. Yang mana
ayat (1) berisi bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan
terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan
perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan akibat keputusan RUPS,
Direksi, dan/atau Komisari. Sengketa bisa timbul terutama apabila jika merger
saham tersebut merupakan tindakan Bank Indonesia untuk menyelematakan bank
yang bermasalah. Sebab, perlu diperhatikan bahwa yang dikenai oleh Bank
Indonesia ialah “bank-nya” sebagai business entity, dan bukan para pemegang
sahamnya sebagai pribadi.75 Berikut beberapa teori yang mendukung
pemberlakukan appraisal right yaitu :76
a. Teori Maksud Tak Sampai (defeated expetations)
Teori ini mengajarkan bahwa jika seseorang memiliki saham pada suatu
bank yang bergerak di bidang tertentu, tidaklah dapat dipaksakan dia untuk
75 Ibid 76 Adrian Sutedi, Op.cit, hal.120
Universitas Sumatera Utara
64
memiliki saham pada bank tersebut yang sudah berbeda sebagai akibat
merger, walaupun ia hanya pemegang saham minoritas. Oleh karena itu
lebih baik ia keluar menjual sahamnya dan mencari bank lain yang kebih
dia senangi.
b. Teori Locus Poenitantiae
Teori ini mengajarkan bahwa dengan adanya appraisal rights berarti
kepada pihak manajemen yang melakukan yang melakukan deal merger
akan bersikap ekstra hati-hati segingga terdorong untuk tidak melakukan
merger yang merugikan pemegang saham maupun bank. Jadi
pemberlakuan hukum appraisal rights ini merupakan sarana pengecekan
tetapi juga tidak terlalu mencampuri urusan manajemen.
c. Teori Compensation (kompensasi)
Teori ini mengajarkan bahwa tetap ada kemungkinan adanya pemegang
saham yang dirugikan karena adanya pelaksanan merger tersebut. Oleh
sebab itu, pemberlakuan appraisal rights bagi pemegang saham yang
dirugikan tersebut, yakni dengan adanya kembali saham-saham dari pihak
yang tidak menyetujui merger dapat merupakan surat kompensasi yang
adil atas kerugian tersebut.
Seperti yang telah disebutkan apabila pemegang saham minoritas ingin
melaksanakan appraisal rights, maka sahamnya akan dijual kembali kepada bank
dengan harga yang pantas hal ini tercantum dalam pasal 62 ayat (1) UUPT.
Dalam pelaksanaan merger Bank Syariah Indonesia setiap pemegang
saham minoritas dari BRI Syariah yang tidak setuju terhadap keputusan Rapat
Universitas Sumatera Utara
65
Umum Pemegang Saham terkait penggabungan akan diberikan untuk meminta
saham-sahamnya diberi oleh BRI dan/atau pihak lain yang akan ditunjuk oleh BRI
dengan harga Rp781,29 (tujuh ratus delapan puluh satu koma dua sembila
Rupiah) per sagam BRI Syariah yang merupakan nilai pasar wajar sebagaimana
kantor Jasa Penilai Publik Suwendho Rinaldy dan Rekan.77
BRI dan/atau pihak lain yang akan ditunjuk oleh BRI akan bertindak
sebagai pembeli saham dari pemegang saham minoritas BRI Syariah yang tidak
menyetujui keputusan Rapat Umum Pemegang Saham terkait penggabungan
berdasarkan perjanjian kesanggupan pembelian saham. Pemenuhan kewajiban
sebagai pembeli saham dari pemegang saham minoritas BRI Syariah ini bergantu
pada ijin yang diberikan dari regulator dan/atau badan pemerintah terkait yang
diajukan oleh BRI.78
Dalam rancangan penggabungan , para pemegang saham minoritas dari
BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri, yaitu PT.BNI Life Insurance dan
PT.Mandiri Sekuritas tidak memiliki rencana untuk menjual saham yang
dimilikinya dalam rangka proses penggabungan bank sebagai mana tercantum
pada surat pernyataan dari PT.BNI Life Insurance tertanggal 12 November 2020
dan surat pernyataan dari PT.Mandiri Sekuritas tertanggal 7 Desember 2020.
2. Akibat Hukum Merger Bank Syariah Terhadap Nasabah Bank
Kepentingan bank dalam pelaksanaan merger dilakukan dalam rangka
pengembangan pelayanan bank, meningkatkan kesehatan dan permodalan bank.
77 Rancangan penggabungan, op cit, hal.3 78 Ibid
Universitas Sumatera Utara
66
Pengembangan pelayanan bank yang dalam hal ini ialah penggabungan usaha
bank tidak lepas pada kepentingan nasabah bank.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 ayat 16
memberikan pengertian nasabah ialah pihak yang menggunakan jasa bank.61
Sedangkan Pasal 17 Undang-Undang Perbankan memberikan arti nasabah
penyimpanan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk
simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.79
Merger bank syariah BUMN dilaksanakan karena mempunyai alasan
meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang melampaui
harapan nasabah. Bank hasil penggabungan menargetkan nasabah kelas menengah
keatas dengan berbagai produk baru yang dapat dihasilkan khususnya dengan
adanya perpaduan teknologi dari bank peserta penggabungan serta pemilihan
produk-produk terbaik. Pemilihan produk terbaik dari masing-masing bank
peserta penggabungan juga tentunya akan menciptakan rangkaian produk dengan
hasil yang terbaik serta resiko yang peling kecil. Hal ini diyakini akan
menciptakan suatu bank yang memiliki kemampuan untuk memberikan dengan
strategi-strategi yang selama ini dianggap berhasil oleh bank.
Dalam melakukan merger suatu bank, wajib dihindarkan timbulnya
kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan
rakyat. Demikian pula merger yang dilakukan, tidak boleh merugikan kepentingan
79 Pasal 17 Undang-Undang tentang Perbankan
Universitas Sumatera Utara
67
para nasabah.80 Hal tersebut diatur dalam pasal 126 ayat (1) Undang-Undang
Perseroan Terbatas yang mana berisi bahwa penggabungan tidak dapat dilakukan
apabila merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu, yang mana salah satu pihak
tersebut ialah nasabah bank.
Kepetingan nasabah penyimpanan dana dari suatu bank yang akan
mengambil alih, besar kemungkin akan menghadapi bahaya dalam hal banknya
melakukan merger dengan bank lain. Sering merger tidak menghasilkan apa yang
diharapkan sehingga menimbulkan kesulitan pada bank yang mengambil alih.
Implementasi merger yang tidak baik, akan menyebabkan kelangsungan hidup
dari bank yang mengambil alih setelah melakukan merger menjadi terseok-seok.
Maka, dari itu kepentingan nasabah dari bank menjadi sasaran merger yang perlu
diperhatikan sebagaimana hal tersebut diharuskan pada pasal 126 ayat (1).
Perlindungan hukum terhadap nasabah Marulak Pardede mengungkapkan
bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai perlindungan terhadap
nasabah penyimpanan dana dapat dilakukan melalui du acara yaitu :81
a. Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection)
Yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank
yang efektif yang dapat menghidarkan terjadinya kebangkrutan bank.
perlindungan yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan di
bidang perbankan, perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan
80 Penjelasan pasal 28 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 jo.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 81 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Media Group,
2008), hal.133
Universitas Sumatera Utara
68
pembinaan yang efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia, upaya
menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada
khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya,
memelihara tingkat kesehatan bank, melakukan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian, cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank
dan kepentingan nasabah serta menyediakan informasi risiko pada
nasabah.
b. Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection)
Yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin
simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan,
lembaga tersebut akan mengganti dana masyarakat yang disimpanan pada
bank yang gagal tersebut.
Selain perlindungan pada nasabah, karyawan merupakan salah satu pihak
yang perlu dilindungi apabila terjadi merger di suatu bank atau perseroan.
Karyawan merupakan salah satu pihak yang lemah dalam suatu pelaksanaan
penggabungan bank. Biasanya karyawan yang memiliki jabatan dan deskripsi
kerja sama dalam bank yang akan melakukan merger memiliki potensi untuk
diciutkan karenanya akan terjadi pemutusan hubungan pemutusan hubugan kerja
terhadap karyawaan yang tidak terpilih untuk menjabat yang sama dalam bank
hasil merger. 82
82 Cornelis Simanjuntak, Hukum Merger Perseroan Terbatas, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2004), hal.131
Universitas Sumatera Utara
69
Oleh sebab itu, di upayakan untuk melakukan negosiasi apabila ada
karyawan yang tidak ingin pidah ke bank hasil penggabungan dan mengajukan
kesediaan mengundurkan diri dengan imbalan atau pesangon dari bank yang
mengambil alih. Beberapa hal yang harus diperhatikan para karyawan sehubungan
dengan dilaksanakannya merger adalah :83
a. Prinsip-prinsip hukum mengenai kebijaksanaan kesejahteraan sosial yang
akan diterapkan setelah merger.
b. Waktu yang pantas untuk berkonsultasi dengan organisasi pekerja.
c. Cara dan saat untuk menginformasikan merger pada karyawan.
d. Cara-cara untuk mencegah atau setidak-tidaknya mengelinir kemungkinan
kerugian material kepada pihak karyawaan, termasuk berikan kompensasi
yang bersifat material.
e. Aktivitas khusus dari organisasi karyawan (serikat pekerja) dalam bank.
f. Suatu garansi terhadap keamanan dan ketersedian pekerjan setelah merger.
Merger bank yang dilakukan BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BNI
Syariah berkomitmen bahwa harmonisasi tersebut secara keseluruhan tidak akan
berakibat pada penurunan upah dan manfaat bank hasil penggabungan.
Berdasarkan rancangan hasil penggabungan karyawan BNI Syariah dan Bank
Mandiri Syariah yang bergabung dengan bank hasil penggabungan, masa kerjanya
akan dilanjutkan di bank hasil penggabungan.
Seluruh hak karyawan dari BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri
sebagai bank yang menggabungkan diri akan tetap dihargai oleh bank hasil
83 Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, op.cit, hal.128
Universitas Sumatera Utara
70
penggabungan sesuai ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku. Hak-
hak karyawan yang tidak bersedia melanjutkan masa kerjanya sebagai akibat dari
penggabungan yang akan diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan jo. dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja.
B. Pembagian Kewenangan Setelah Penggabungan
Merger dimaksudkan untuk mengarahkan perusahaan beroperasi secara
efisien. Dalam melakukan merger kedua perusahaan atau lebih melakukan
harmonisasi dari perusahaan melalui pembagian tugas dan wewenang haruslah
memandang kepentingan-kepentingan para pihak, baik para pemegang saham,
karyawan, kreditur dan pihak-pihak lain yang terkait.
Berdasarkan Pasal 122 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas yang
mana berbunyi :
1. Aktiva dan pasiva perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri
beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan
atau perseroan hasil pelerburan
2. Pemegang saham perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri
karena hukum menjadi pemegang saham perseroan yang menerima
penggabungan atau perseroan hasil peleburan; dan
3. Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena
hukum terhitung sejak tanggal penggabungan atau peleburan mulai
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
71
Dan Pasal 9 Peraturan OJK No.41 Tahun 2019 tentang Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi Bank Umum yakni berisi :84
Rancangan penggabungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 paling sedikit
memuat informasi :
a. Keterangan mengenai masing-masing bank yang akan melakukan
penggabungan:
1. Nama, tempat kedudukan, jaringan kantor, kegiatan
usaha/produk/aktivitas, struktur permodalan dan pemegang saham,
serta susunan dan nama anggota direksi, dewan komisaris, dan
dewan pengawas Syariah bank;
2. Laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai
oleh setiap bank yang akan melakukan penggabungan; dan
3. Laporan keuangan dan informasi kinerja keuangan 3 (tiga) tahun
buku terakhir yang diaudit oleh akuntan publik dari setiap bank
yang akan melakukan penggabungan;
b. Keterangan mengenai rencana penggabungan:
1. Jadwal rencana dan perkiraan tanggal berlakunya penggabungan;
2. Alasan serta penjelasan dilakukan penggabungan dari masing-
masing bank yang akan melakukan penggabungan;
3. Rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari bank
yang akan melakukan penggabungan
84 Pasal 9 Peraturan OJK No.41 Tahun 2019 tentang Penggabungan, Peleburan,
Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi Bank Umum
Universitas Sumatera Utara
72
4. Informasi tahun buku berjalan, paling sedkit memuat :
a) Laporan keuangan dan informasi kinerja keuangan periode
interim;
b) Perubahan kegiatan utama setiap bank yang akan melakukan
penggabungan jika, jika ada;
c) Rincian permasalahan yang timbul selama tahun buku berjalan
yang memengaruhi kegiatan bank yang akan melakukan
penggabungan, jika ada;
5. Tata cara penilaian dan konversi saham dari masing-masing bank
yang akan melakukan penggabungan terhadap saham bank hasil
penggabungan;
6. Cara penyelesaian hal dan kewajiban bank yang melakukan
penggabungan terhadap pihak ketiga;
7. Rencana tindak penyelesaian hak dan kewajiban dari kegiatan
usaha secara konvensional paling lambat 1 (satu) tahun untuk
penggabungan;
8. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
penggabungan;
9. Cara penyelesaian status, hak, dan kewajiban anggota direksi,
dewan komisaris, dewan pengawas syariah dan karyawan bank
yang melakukan penggabungan;
10. Pendapat konsultan hukum mengenai aspek hukum dari
penggabungan;
Universitas Sumatera Utara
73
11. Ringkasan laporan penilai independent mengenai pendapat
kewajaran atas penggabungan;
12. Benturan kepengtingan antara bank yang akan melakukan
penggabungan dan anggota direksi, dewan komisaris, atau dewan
pengawas Syariah, jika ada; dan
13. Hasil penilaian tenaga ahli mengenai aspek tertentu dari
penggabungan, jika diperlukan; dan
c. Keterangan mengenai bank hasil penggabungan:
1. Nama, tempat kedudukan, status jaringan kantor, kegiatan usaha/
produk/ aktivitas, struktur organisasi, struktur permodalan dan
pemegang saham, struktur organisasi, susunan anggota direksi,
dewan komisaris dan dewan pengawas Syariah serta teknologi
informasi dan sumber daya manusi;
2. Rencana perubahan nama dan logo;
3. Data keuangan proforma yang diperiksa oleh akuntan publik;
4. Proyeksi tingkat kesehatan bank selama 2 (dua) periode penilaian
dengan paling rendah Peringkat Komposit (PK-3) dan rencana
tindak yang akan memuat langkah perbaikan jika diproyeksikan
tingkat kesehatan bank selama 2 (dua) periode penilaian lebih
rendah dari Peringkat Komposit (PK-3);
5. Penjelasan mengenai manfaat serta resiko yang mungkin timbul
akibat penggabungan beserta mitigasi risiko;
Universitas Sumatera Utara
74
6. Gaji, honorium, dan tujuan lain bagi anggota direksi, dewan
komisaris dan dewan pangawas Syariah:
7. Penegasan dari bank yang akan melakukan penggabungan bahwa
bank hasil penggabungan menerima segala hak dan kewajiban dari
bank yang akan melakukan penggabungan:
8. Rancangan perubahan anggaran dasar dari bank hasil
penggabungan akta pendirian bank baru; dan
9. Rencana bisnis.
Dalam pelaksanaan merger Bank Syariah Indonsia, bank yang menerima
penggabungan mengonfirmasikan menerima dan mengambil alih semua usaha,
pengoperasian, aktiva dan pasiva srta ekuitas Bank Syariah Mandiri dan BNI
Syariah sebagai akibat penggabungan. Berikut struktur organisasi bank yang
menerima penggabungan.
Sumber : Ringkasan Rancangan penggabungan BRI Syariah, Bank Syariah
Mandiri dan BNI Syariah
Universitas Sumatera Utara
75
Berikut susunan pengurus Bank Syariah Indonesia yang merupakan hasil
merger yang telah mendapatkan penerimaan pemberitahuan Menkumham
No.AHU-AH.01.03-0395684 tanggal 7 Oktober 2020 adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Mulya Effendi Siregar**
Komisaris Independen : Bangun Sarwito Kusmulyono
Komisaris Independen : Suyanto
Komisaris Independen : M. Arief Rosyid Hasan
Komisaris : M. Arifin Firdaus*
Komisaris : Masduki Baidlowi*
Direksi
Direksi Utama : Hery Gunardi*
Direktur : Kusman Yandi
Direktur : Ade Cahyo Nugroho
Direktur : Achmad Syafii
Direktur : Anton Sukarna
Direktur : Tiwul Widyastuti*
Dewan Pengawas Syariah
Ketua : H. Mohamad Hidayat
Anggota : H. Oni Sahroni
Anggota : Hj. Siti Ma’rifah*
Universitas Sumatera Utara
76
* Pengangkatan berlaku efektif setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa
Keuangan atas penilaian kemampuan dan kepatutan dan memenuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
**Merangkap Komisaris Independen
Pelaksanaan merger bank Syariah merupakan langkah positif yang diambil
untuk menciptakan institusi keuangan local yang lebih besar dan kuat di
Indonesia. Pelaksanaan merger ini merupakan tahap tumbuh dan satu langkah
positif yang berarti layanan yang lebih baik bagi nasabah, pekerjaan yang lebih
baik bagi karyawan, nilai bank yang lebih baik bagi pemegang saham dan bank
yang lebih kuat untuk pengembangan perbankan Indonesia yang berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Merger bank ialah penggabungan 2 (dua) bank atau lebih dengan cara
mendirikan bank baru dan membubarkan ban-bank tersebut tanpa
menlikuidasi terlebih dahulu. Pelaksanaan merger bank bertujuan membentuk
sinergi yang kuat antara dua bank atau lebih sehingga muncul bank yang
lebih besar dan kuat. Memperkuat modal dalam memenuhi rasio kecukupan
modal juga menjadi salah satu alasan dilakukan merger bank dilakukan. Bank
yang melakukan melakukan merger dapat memposisikan industri perbankan
baik nasional dan internasional untuk dapat menyesuaikan globalisasi. Dasar
hukum pelaksanan merger bank Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan dan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger,
Konsolidasi dan Akuisis bank dan dasar hukum pelaksanaan merger
perseroan terbatas ialah Undang-Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengalihan Perseroan Terbatas
2. Penggabungan bank dilakukan kerena dua alasan yaitu alasan internal yaitu
untuk meningkatkan dan mengembangkan perusahaan dari dalam seperti
peningkatan kapasitas produksi, efisiensi biaya atau mencari pasar baru.
Sedangkan alasan eksternal ialah meningkatkan nilai perusahaan dengan
77
Universitas Sumatera Utara
78
menggabungkan dua bank atau lebih. Penggabungan merger tersebut akan
berakibat pemegang saham bank yang melakukan merger menjadi pemegang
saham bank hasil merger dan aktiva pasiva bank (seluruh hak dan kewajiban
yang tercatat, baik dalam neraca maupun rekening administrasi yang
melakukan merger beralih karena hukum kepada bank hasil merger.
3. Pelaksanaan merger harus memperhatikan kepentingan dari semua pihak
yaitu kepentingan bank, kepentingan kreditur, kepentingan pemegang saham
minoritas dan karyawan bank, juga kepentingan rakyat dan persaingan usaha
yang sehat. Dalam pelaksanaan merger bank BUMN apabila pemegang
saham minoritas tidak setuju dengan merger, namun RUPS dengan suara
mayoritas telah memutuskan untuk melakukan merger, maka pihak yang
kalah suara oleh hukum diberikan suatu hak khusus yang disebut dengan
appraisal right. Dan dalam pelaksanaan merger Bank Syariah BUMN apabila
pemegang saham minoritas ingin melaksanakan appraisal rights, maka
sahamnya akan dijual kembali kepada bank dengan harga yang pantas hal ini
tercantum dalam pasal 62 ayat (1) UUPT. Demikian pula merger yang
dilakukan, tidak boleh merugikan kepentingan para nasabah. Merger kedua
perusahaan atau lebih melakukan harmonisasi dari perusahaan melalui
pembagian tugas dan wewenang haruslah memandang kepentingan-
kepentingan para pihak, baik para pemegang saham, karyawan, kreditur dan
pihak-pihak lain yang terkait.
Universitas Sumatera Utara
79
B. Saran
1. Merger bank di Indonesia memiliki banyak pengaturan. Kepada pelaku usaha
diharapkan mengikuti kebijakan dari setiap pengaturan yang telah dibentuk
pemerintah agar dapat mengoptimalisasikan usaha perbankan.
2. Dalam rangka menciptakan perusahaan yang bersinergi kuat bank sebaiknya
memberitahukan tujuan dan alasan dilaksanakan merger bank Syariah kepada
para pihak-pihak yang terkait dan publik secara terbuka. Sehingga tidak ada
kepentingan para pihak yang dirugikan dalam pelaksanaan merger bank.
3. Pelaksanaan merger bank perlu memperhatikan perlindungan hukum
kepentingan para pemegang saham minoritas dan nasabah bank.
Diharapankan penyelesaian tanggung jawab akibat merger dapat diselasaikan
sesuai dengan peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan para pihak
sehingga tidak ada pihak yang mengalami kerugian dan tidak menimbulkan
permasalahan dikemudia hari dan berhasil menjadi perusahaan hasil merger
yang kuat dan dapat bersaing secara global.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Jakarta : Gratifi Press.
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta :
Gema Insani.
Anshori, Abdul Ghafur. 2018. Perbankan Syariah di Indonesia, Edisi Revisi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Arifin, Zainul. 2009. Dasar-Dasar Manjamen Bank Syariah, Tanggerang: Azkia
Asyadie, Zaeni. 2012. Hukum Bisnis; Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Beams, dan Floyd A. 2006. Akuntansi Lanjutan (Advanced Accounting), Jilid Satu
Edisi ke-9. Jakarta : Erlangga.
Budianto, Agus. 2004. Merger Bank Di Indonesia Beserta Akibat-Akibat
Hukumnya. Bojokerta: Ghalia Indonesia.
Byron and Elanor E. Fox, 1990. Corporate Acquititions And Merger, N.Y.,
Mathew Bender.
Dharmasetya, Lani dan Vonny Sulaimin. Merger dan Akuisisi (Tinjauan Dari Sudut Akuntansi dan Perpajakan. Jakarta : PT.Alex Media Komputindo.
Fuadi, Munir. 1999. Hukum Tentang Merger. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.
Fuady, Munir. 2003. Hukum Perbankan Modern. Bandung : PT.Citra Aditya
Bakti.
Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana
Media Group.
Husen, Dadang. 2006. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : CV Pustaka
Setia.
Kasmir. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta : Rajawali Pers
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan
Ekonomi Moneter. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Moin, Abdul. 2010. Merger Akuisisi dan Diventas Edisi Kedua. Yogyakarta :
Ekonosia.
Nadratuzzaman, Muhammad. 2013. Produk Keungan Islam di Indonesia dan
Malaysia. Jakarta : PT.Gramedia.
Pangaribuan, Emmy. 2007. Perusahaan Kelompok (Group Company / Concern).
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Simanjuntak, Cornelis, 2004 Hukum Merger Perseroan Terbatas. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Simanjutak, Cornelius dan Natalie Mulia. 2006. Merger Perusahaan Publik
(Suatu Kajian Hukum Korporasi). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Sutedi, Adrian. 2007. Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang,
Merger, Likuidasi dan Kepailitan. Jakarta : Sinar Grafika.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat, Cet. Ketujuh, Ed. Pertama. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Waluyo, Bambang. 1996. Penelitian Hukum Dalam Praktek, cet. Kedua, Ed.
Pertama. Jakarta : Sinar Grafika.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank
Peraturan OJK No.41 Tahun 2019 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi Bank Umum
Peraturan OJK No.74 tahun 2016 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan
Usaha Perusahaan Terbuka
Artikel/Jurnal
Dewi, Margaretha Seliana dan Adiati Trihastuti. 2016. Penilaian Kualitas Kinerja
Keuangan Perusahaan Perbankan Antara Sebelum dan Sesudah Merger
Universitas Sumatera Utara
Bank Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri,Tbk. Jurnal Ekonomi
Akuntansi. Vol.1 No.1: 22.
Ginting, Sryani Br. 2015. Dampak Hukum Notifikasi Merger Menciptakan
Persaingan Usaha Yang Sehat, Jurnal Law Pro Justitia. Vol.1 No 1: 47.
Gupitasari, Nurma. 2016. Mekanisme Kosolidasi Bank Syariah Anak Perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dari Perspektif Yuridis. Dipenegoro
Law Journal. Vol.5 No.3: 4.
Hakim, Dani Amran. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Kepentingan Para
Pihak di Dalam Merger Bank. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 9
No.3: 403.
Hartati, Sawitri Yulia. 2000 Analisis Yuridis Terhadap Perbankan Nasional
Dalam Praktek (studi kasus pada Bank Mandiri). Jurnal Penelitian UMJ.
Vol.6 No.3: 297.
Masykuroh, Ely. 2017. Penduduk Muslim Sebagai Potensi Dasar Perbankan Syariah. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 17 No.1: 132.
Noegroho, Indriatmini. 2017. Merger Merupakan Tantangan atau Peluang Bagi
Perekonomian Indonesia, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi. Vol.
2 No.3: 547.
Permana, Arief R. dan Anton Purba, 2008. Sekilas Ulasan UU Perbankan
Syariah. Buletin Hukum Perbankan dan Kebank Sentralan. Vol. 6 No. 4:4.
Pradipta, Hanif dan Bryan Zaharias 2016.Penafasiran Dampak Merger dan
Akuisisi Terhadap Efisiensi Perbankan, Analisis Sebelum dan Setelah
Merger dan Akuisisi, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, (Vol:24,
No.2:94
Ramelan, Yudha dan Dwinanto Prakoso. 2020. Peranan Lembaga Merger
Sebagai Instrumen Resolusi Bank (Konsep dan Implikasinya Pada Bank
Dalam Penyelamatan. Jurnal Bina Mulia Hukum. Vol. 4 No.2: 333.
Syaicu, Muhamad. 2006. Merger dan Akuisisi : Alternatif Meningkatkan
Kesejahteraan Pemegang Saham, Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi.Vol. 3 No. 2: 60.
Wilardjo, Setia Budhi. 2005. Pengertian, Peranan dan Perkembangan Bank Syariah di Inonesia. Vol. 2 No.1: 4.
Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Pratiwi, Madeyossy. 2008. Merger Bank CIMB Niaga Dengan Bank Lippo Singel
Presence Policy di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Depok.
INTERNET
https://www.republika.co.id/berita/qi6gay440/7-alasan-pentingnya-merger-bank-
syariah-bumn
Universitas Sumatera Utara