laporan partisi
DESCRIPTION
ndhfhffTRANSCRIPT
![Page 1: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alamnya. Terdapat jutaan jenis tumbuhan, baik yang hidup di darat
maupun di laut. Dari jutaan jenis tersebut, tidak semua diketahui nama,
sifat-sifat serta kegunaannya pada manusia. Tumbuhan yang belum
diketahui jenisnya masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam,
baik dari segi kegunaan, sifat-sifat yang dimiliki maupun kandungan kimia
yang terdapat di dalamnya.
Sebagai mahasiswa Farmasi yang menekuni obat-obatan maka
mengenal asal, habitat, spesies dan sifat spesifikasinya merupakan hal
yang sangat penting. Pengetahuan yang cukup mengenai berbagai
macam tumbuhan yang berkhasiat obat, baik bentuk simplisia, morfologi
secara umum, kegunaan, cara ekstraksi, dan identifikasi komponen kimia
yang terdapat dalam suatu simplisia merupakan hal yang perlu diketahui
oleh seorang mahasiswa Farmasi. Pengetahuan ini dapat digunakan
sebagai salah satu jalan untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat dalam fungsinya sebagai “Drug Informer” nantinya setelah
terjun ke masyarakat.
Fakta menunjukkan bahwa upaya kesehatan tradisional telah
dikenal dan digunakan masyarakat sejak zaman dahulu.Bahkan zaman
1
![Page 2: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/2.jpg)
sekarang pun masyarakat kembali banyak menggunakan obat-obat yang
berasal dari alam.
Masyarakat menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional
meskipun belum mengetahui kandungan kimianya, mereka hanya
menggunakannya berdasarkan pengalaman yang ada.
I.2 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara mengekstraksi dan memisahkan
komponen-komponen kimia melalui proses partisi yang terdapat dalam
tumbuhan dengan metode tertentu berdasarkan kepolarannya.
I.3 Tujuan Percobaan
Mengekstraksi dan memisahkan komponen-komponen kimia kayu
secang (Caesalpinia sappan L) berdasarkan tingkat kepolaran dengan
metode ekstraksi cair-padat.
I.4 Prinsip Percobaan
a) Metode Ekstraksi Cair Cair: Partisi ekstrak kayu secang menggunakan
metode ECC, dimana digunakan 2 pelarut yang tidak saling bercampur,
yaitu heksan : air sebesar 3:1 dan butanol jenuh air : air sebesar 3:1,
sehingga diperoleh ekstrak larut air, ekstrak larut heksan, dan ekstrak larut
butanol jenuh air.
b) Metode Ekstraksi Cair Padat: Partisi ekstrak daun keci beling
menggunakan metode ECP, dimana digunakan satu pelarut non polar
yaitu heksan, kemudian sampel di sentrifuge dan diperoleh ektrak larut
heksan dan ekstrak tidak larut heksan.
2
![Page 3: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Partisi merupakan proses pemisahan dimana suatu zat terbagi
dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Jika suatu cairan ditambahkan
dalam ekstrak cairan yang lain yang tidak dapat bercampur dengan yang
pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran akan
memiliki kelarutan ke dalam dua lapiran tersebut dan setelah beberapa
waktu dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu
diperlukan untuk tercapainya keseimbangan biasanya dipersingkat oleh
pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (1).
Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air, sedangkan sebagi
pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air.
Dengan demikian ion anorganik atau senyawa organik polar sebagian
besar akan terdapat dalam fase air. Sedangkan senyawa organik non
polar sebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang
dikatakan like dissolves like yang berarti bahwa senyawa polar akan
mudah larut dalam pelarut polar dan sebaliknya demikian (1).
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan
yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi
pengumpulan ekstrak dalam pelarut. Ekstraksi akan lebih menguntungkan
jika dilaksanakan dalam jumlah tahap yang banyak. Setiap tahap
menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi
3
![Page 4: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/4.jpg)
larutan ekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut yang
dibutuhkan menjadi besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali
biayanya menjadi mahal (1,2).
Semakin kecil partikel dari bahan ekstraksi, semakin pendek jalan
yang harus ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi,
sehingga semakin rendah tahanannya. Pada ekstraksi bahan padat,
tahanan semakin besar jika kapiler-kapiler bahan padat semakin halus
dan jika ekstrak semakin terbungkus di dalam sel (misalnya pada bahan-
bahan alami)(2).
Ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu: (2,3)
1. Ekstraksi padat-cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang
dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada
ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka
pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan
ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk di
bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan terjadi
kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan di luar
bahan padat. Metode ekstraksi padat-cair menggunakan alat sentrifuge
untuk mempercepat pemisahan campuran ekstrak dengan pelarutnya.
Campuran heterogen terdiri dari senyawa-senyawa dengan berat
jenis berdekatan sulit dipisahkan. Membiarkan senyawa tersebut
terendapkan karena adanya grafitasi berjalan sangat lambat. Beberapa
4
![Page 5: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/5.jpg)
campuran senyawa yang memiliki sifat seperti ini adalah koloid, seperti
emulsi. Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk memisahkan
campuran ini adalah teknik sentrifugasi, yaitu metode yang digunakan
dalam untuk mempercepat proses pengendapan dengan memberikan
gaya sentrifugasi pada partikel-partikelnya.
Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar
secara horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam
tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan partikel, maka
campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal
tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju
kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya
sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju
dinding tabung dan terakumulasi membentuk endapan
Pengendapan dengan teknik sentrifugasi
Keuntungan: proses pengerjaannya lebih mudah, pelarut yang
digunakan hanya satu jenis dan bisa dilakukan untuk sampel-sampel
keras, hanya kontinyu digunakan satu kali melewati tahap yang
diekstraksi. Kelemahan: membutuhkan alat yang lebih banyak, jika
menggunakan perkolasi akan lebih banyak pelarut yang digunakan.
5
![Page 6: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/6.jpg)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja
ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair,
yaitu:
a) Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara
fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan
yang seluas mungkin.
b) Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan
laju alir bahan ekstraksi.
c) Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan
ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi.
2. Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam
dua macam pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain
perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut
air.
Ekstraksi cair-cair biasa juga disebut sebagai metode corong pisah.
Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah dilarutkan
dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan
terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran akan emmiliki
kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan
setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua
lapisan.
6
![Page 7: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/7.jpg)
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair
terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak
mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena
kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan
pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin.
Keuntungan: pelarut yang lebih sedikit akan dapat diperoleh
substansi yang relatif banyak. Kelemahan: tidak dapat digunakan untuk
zat termolabil serta dapat menimbulkan emulsi pada saat pengocokan
yang menyebabkan pemisahan yang tidak jelas antara fase organik dan
fase air.
Dalam ekstraksi cair-cair umumnya digunakan tiga macam pelarut,
pelarut yang bersifat polar, nonpolar hingga semipolar. Pelarut yang
bersifat polar biasa digunakan air, pelarut yang bersifat nonpolar
digunakan heksan dan pelarut yang bersifat semipolar digunakan Butanol
Jenuh Air (BJA).
Cara membuat BJA cukup mudah, n-butanol jenuh dibuat dengan
cara mencampur n-butanol dengan air (4:1) digojog dan dipisahkan
dengan labu pisah/ corong pisah. Lapisan atas merupakan BJA. Pada
saat pengojogkan corong pisah sesekali dibuka untuk menukarkan udara
didalamnya. Setelah itu didiamkan hingga terbentuk larutan yang jenuh,
7
![Page 8: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/8.jpg)
dimana akan terbentuk dua lapisan, lapisan atas merupakan butanol jenuh
air, sedangkan lapisan bawah merupakan air.
Masalah yang sering dihadapi dalam ekstraksi cair-cair adalah
terbentuknya emulsi pada sistem ekstraksi. Beberapa strategi untuk
memecah emulsi antara lain:
a) Penambahan garam pada fase air
b) Pemanasan atau pendinginan
c) Penyaringan dengan glass wool
d) Penambahan sedikit pelarit organik yang berbeda
e) sentrifuge
Perbedaan ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair-padat:
NO. Ekstraksi Cair-Cair Ekstraksi Cair-Padat
1. satu komponen bahan atau
lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan
pelarut.
satu atau beberapa komponen
yang dapat larut dipisahkan dari
bahan padat dengan bantuan
pelarut.
2. zat yang diekstraksi terdapat di
dalam campuran yang
berbentuk cair.
Zat yang diekstraksi terdapat di
dalam campuran yang berbentuk
padatan.
3. Ekstraksi cair-cair sering juga
disebut ekstraksi pelarut banyak
dilakukan untuk memisahkan
zat seperti iod atau logam-
. Ekstraksi jenis ini banyak
dilakukan di dalam usaha
mengisolasi zat berkhasiat yang
terkandung di dalam bahan alam
8
![Page 9: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/9.jpg)
logam tertentu dalam larutan air. seperti steroid, hormon,
antibiotika dan lipida pada biji-
bijian.
4. Ekstraksi cair-cair digunakan
untuk memisahkan senyawa
atas dasar perbedaan kelarutan
pada dua jenis pelarut yang
berbeda yang tidak saling
bercampur.
Ekstraksi padat cair digunakan
untuk memisahkan analit yang
terdapat pada padatan
menggunakan pelarut organik.
Partisi dilakukan untuk memisahkan senyawa polar dan non polar.
Senyawa polar akan larut pada pelarut polar dan senyawa non polar akan
larut pada pelarut non polar. Koefisien partisi adalah perbandingan
konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut berbeda yang tidak
bercampur, sedangkan koefisien distribusi adalah distribusi
kesetimbangan dari analit fase sampel dan fase gas dan kesetimbangan
dari perbandingan kadar zat dalam dua fase. Dimana koefisien partisi mau
pun koefisien distribusi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana K adalah koefisien partisi, atau koefisien distribusi, C1 adalah
pelarut pertama, dan C2 pelarut kedua. Jika K >1 maka zat terlarut lebih
banyak terlarut pada pelarut pertama, jika K < 1 maka zat terlarut lebih
9
K= C1 / C2
![Page 10: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/10.jpg)
banyak terlarut pada pelarut kedua, dan jika K = 1 maka zat terlarut yang
terlarut dalam kedua pelarut sama banyak.
Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi:
(4)
a) Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi
b) Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk
melangsungkan ekstraksi
c) Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
d) Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
e) Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya
f) Ekstraktor: Alat ekstraksi
g) Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat
h) Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction):
Ekstraksi dari bahan yang cair
10
![Page 11: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, botol eluen,
botol vial, cawan porselen, , gelas ukur, sendok tanduk, sentrifuge,
stopwatch, tabung reaksi, tabung sentrifuge.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah, aluminium foil, ekstrak
(Caesalpinia sappan L) ,etil asetat, label, tissue roll.
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 2 gram ekstrak kering ke dalam tabung sentrifuge
3. Dilarutkan dengan etil asetat
4. Disentrifuge dengan kecepatan 3600 rpm selama ± 15 menit.
5. Dipipet filtratnya dan disimpan dalam cawan porselin kemudian
residunya dilarutkan lagi dalam etil asetat.
6. Disentrifuge kembali dengan kecepatan 3600 rpm selama ± 15 menit.
7. Dilakukan hal yang sama sampai filtrat etil esetat menjadi bening.
8. Disimpan ekstrak tidak larut dalam cawan porselin.
9. Diuapkan asing-masing pelarut dan disimpan sisa ekstraknya.
11
![Page 12: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Partisi Metode Ekstraksi Cair-Padat
Pengamatan Bobot
Bobot awal ekstrak 2 gram
Fraksi larut etil asetat 1,34 gram
% rendamen fraksi larut etil asetat 7,9 %
Fraksi tidak larut etil asetat 0,46 gram
% rendamen fraksi tidak larut etil asetat 6,30 %
IV.2 Perhitungan
1. Fraksi larut etil asetat (sebelum diuapkan 16,8 gram)
% rendamen=bobot keringbobot basah
×100%
¿ 1,34gram16,8gram
×100%=7,9%
2. Fraksi tidak larutcetil asetat (sebelum diuapkan 7,3 gram)
% rendamen=bobot keringbobot basah
×100%
¿ 0,46gram7,3gram
×100%=6,30%
IV.3 Gambar Pengamatan
12Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Fakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin
Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
![Page 13: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB V
PEMBAHASAN
Partisi merupakan proses pemisahan dimana suatu zat terbagi
dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam
campuran.
Pada percobaan ini dilakukan partisi ekstraksi cair-padat pada
sampel ekstrak kayu secang (Sappan lignum) berdasarkan tingkat
kepolaran senyawa yang dikandungnya dengan menggunakan pelarut etil
asetat. Pertama-tama ditimbang ekstrak kayu secang sebanyak 2 gramn
kemudian dilarutkan menggunakan pelarut etil asetat. Setelah itu
dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dan disentrifuge dengan
kecepatan 3600 rpm selama 15 menit hingga terpisah lapisan filtrate dan
residuya. Kemudian bagian filtrate dipipet dan diuapkan di cawan porselin
sedangkan bagian residunya dilarutkan kembali salam pelarut etil asetat
13
Ekstrak Larut Etil Asetat Ekstrak Tidak Larut Etil Asetat
Ekstrak Awal
Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Proses Sentrifuge
Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaFakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
![Page 14: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/14.jpg)
dan disentrifuge kembali. Hal ini terus menerus dilakukan hingga pelarut
benar-benar bening dan tidak dapat lagi melarutkan residu agar senyawa
yang dapat larut benar-benar terpisah secara optimal dengan senyawa
yang tidak dapat larut dalam etil asetat.
Metode ekstraksi lainnya adalah ekstraksi cair-cair. Biasanya pada
metode ini diperlukan beberapa pelarut dengan konstanta dielektrik yang
berbeda yaitu heksan, air, dan butanol jenuh air. Heksan merupakan
pelarut yang tidak lebih polar dibandingkan butanol jenuh air sedangkan
butanol jenuh air masih lebih kurang kepolarannya dibandingkan air.
Ketiga sifat kepolaran yang berbeda ini akan mendasari pemisahan
berbagai senyawa yang terdapat dalam sampel.
Prosedur pengerjaan dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak
terlebih dahulu dalam heksan dan air (3:1) kemudian bagian heksan
dipisahkan dan diupkan sedangkan bagian air ditambahkan dengan
butanol jenuh air berulang sebanyak tiga kali untuk setiap pelarut. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa senyawa-senyawa yang terdapat
pada sampel yang memiliki kepolaran sama dengan pelarut akan optimal
terlarut oleh pelarut.
Pada ekstraksi cair-cair pelarut non polar terlebih dahulu
digunakan untuk melarutkan ekstrak karena pelarut non polar hanya dapat
melarutkan senyawa non polar sedangkan pelarut polar dapat menarik
senyawa non polar dan senyawa polar sehingga jika senyawa polar
terlebih dahulu digunakan untuk melarutkan ekstrak maka pemisahan
14
![Page 15: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/15.jpg)
tidak berlangsung secara optimal karena senyawa non polar telah larut ke
dalam senyawa polar. Hasil dari ekstraksi cair-cair diperoleh tiga
golongan senyawa yang berbeda tingkat kepolarannya. Ketiganya adalah
golongan senyawa yang dapat larut di heksan, golongan yang terlarut di
butanol jenuh air, dan golongan senyawa yang terlarut di air.
Biasanya pada ECC digunakan butanol jenuh air sebagai pelarut
polar yang akan melarutkan senyawa-senyawa polar dalam ekstrak.
Pelarut lain dapat digunakan untuk menggantikan BJA selama pelarut
tersebut merupakan pelarut yang tidak bercampur dengan air maupun
heksan, contohnya kloroform dan karbon tetraklorida.
Dalam pengerjaan ECC sering tidak terlihat batas pemisahan
antara masing-masing ekstrak. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
ditambahkan air ke dalam tabung reaksi dan ditandai batas dimana air
yang ditambahkan tidak lagi mengalir. Kemudian ekstrak larut heksan atau
BJA dipipet sampai batas yang sudah ditandai. Apabila hal ini tidak
berhasil, maka pelarut yang digunakan dapat diganti dengan pelarut lain
yang kepolarannya juga berbeda.
Hal lain yang sering terjadi dalam ekstraksi adalah munculnya lebih
dari 2 lapisan ekstrak. Hal-hal yang mungkin mengakibatkan munculnya
lebih dari dua lapisan, antara lain:
a) Di dalam ekstrak terdapat senyawa saponin
b) Terdapat senyawa yang tidak larut
c) Adanya serbuk simplisia yang ikut dalam ekstrak.
15
![Page 16: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/16.jpg)
Terjadinya emulsi merupakan hal yang paling sering dijumpai. Oleh
karena itu jika emulsi antara kedua fase ini tidak dirusak maka recovery
yang diperoleh kurang bagus. Emulsi dapat dipecah dengan beberapa
cara, yaitu :
a) Penambahan garam ke dalam fase air
b) Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan
c) Penyaringan melalui glass-wool
d) Penyaringan dengan menggunakan kertas saring
e) Penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda
f) Sentrifugasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam partisi, antara lain :
a) Tingkat kepolaran pelarut yang digunakan sebaiknya yang berbeda
b) Perbandingan pelarut yang digunakan
c) Metode partisi yang dipilih untuk digunakan
d) Cara memisahkan ekstrak larut heksan dengan ekstrak larut air dan
BJA
e) Kualitas pelarut heksan maupun BJA
f) Peralatan yang digunakan harus bersih
Metode ekstraksi cair-padat dipilih untuk partisi pada kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) karena beberapa alasan yakni :keuntungan ECP
adalah pelarut yang digunakan hanya satu jeni sehingga lebih murah.
Namun, komponen senyawa berdasarkan bobot jenis yang sama akan
iktu terpartisi ketika disentrifuge. Sedangkan keuntungan ECC adalah
16
![Page 17: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/17.jpg)
akan mendapatkan hasil partisi senyawa lebih banyak dan spesifik
menurut kepolarannya. Namun, pelarut yang digunakan lebih banyak
sehingga cukup sulit untuk menekan harganya serta membutuhkan waktu
yang lebih lama.
Hasil yang diperoleh pada praktikum partisi ekstrak etanol kayu
secang dengan menggunakan metode ECP adalah bobot fraksi larut etil
asetat sebanyak 1,34 gram (7,9 %) dan bobot fraksi tidak larut etil asetat
sebanyak 0,46 gram (6,30 %).
Cara mengatasi kesalahan dalam partisi adalah:
1. Adanya kesalahan pada saat pengocokan yang menyebabkan adanya
cairan yang keluar dan distribusi terhambat, sehingga berpengaruh pada
jumlah volume larutan yang akan bereaksi. Cara mengatasinya adalah
agar pada saat pengocokan tidak perlu terlalu kuat dan tidak perlu terlalu
lama karena kemungkinan larutan sampel yang ada di dalam tabung akan
keluar sehingga dapat mengurangi volume larutan sebelumnya.
2. Terjadinya kesalahan pada saat pengenceran sehingga kemungkinan
larutan tidak tepat pada batas yang tepat. Cara mengatasinya adalah
sebelu melakukan proses pengenceran, seorang praktikan sudah harus
mengerti berapa larutan yang awalnya akan di masukkan untuk
melarutkan sampel sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pengenceran dapat diminimalisir.
3. Kemungkinan terjadi kesalahan pada saat memipet larutan ekstrak.
Cara mengatasinya adalah jangan terlalu terburu-buru untuk memipet
17
![Page 18: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/18.jpg)
larutan agar larutan yang larut heksan tidak tercampur dengan larutan
yang tidak larut heksan ataupun sebaliknya.
18
![Page 19: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/19.jpg)
19
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan partisi ekstrak etanol kayu secang
dengan menggunakan metode ECP dapat disimpulkan bahwa diperoleh
bobot fraksi larut etil asetat sebanyak 1,34 gram (7,9 %) dan bobot fraksi
tidak larut etil asetat sebanyak 0,46 gram (6,30 %)
VI.2 Saran
Diharapkan agar dapat melengkapi alat-alat di laboratorium
sehingga pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan efisien dan
efektif.
![Page 20: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/20.jpg)
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudjadi, (1994), “Metode Pemisahan”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2. Wibawa, Indra, dan Dwi Sukma. 2012. Ekstraksi Cair-Cair dan Cair-
Padat (www.scribd.com/2012/01/ekstraksi-cair-cair-tkim-
uila.pdf)
3. Cantika, Ainun Amalia. 2009. Metode Partisi
(www.scribd.com/doc/184752189/Partisi-UNA)
4. Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
![Page 21: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/21.jpg)
21
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
Ekstraksi Cair-Cair
Ekstrak Kering
+Heksan (3ml) + Air (1ml)
+Heksan (3ml) + Air (1ml)
+Heksan + Air (1ml)
Air (1ml)
+BJA (3ml) + Air (1ml)
+ BJA (3ml) + Air (1ml)
BJA Air (1ml)
Tampung
Tampung
![Page 22: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/22.jpg)
22
Ekstraksi Cair-Padat
2 gram ekstrak + 15 ml heksan
Sentrifuge 15 menit
terbentuk
Filtrate + residu
Uapkan +10 ml heksan
Filtrat
Residu
DAFTAR BOBOT JENIS PELARUT
Liquid Temp kg/cu.m1,1,2-
Trichlorotrifluoroethane25 C 1564.00
1,2,4-Trichlorobenzene 20 C 1454.001,4-Dioxane 20 C 1033.60
2-Methoxyethanol 20 C 964.60Acetic Acid 25 C 1049.10
Acetone 25 C 784.58Acetonitrile 20 C 782.20
Alcohol, ethyl 25 C 785.06Alcohol, methyl 25 C 786.51Alcohol, propyl 25 C 799.96
Ammonia (aqua) 25 C 823.35Analine 25 C 1018.93
Automobile oils 15 C 880 - 940
Beer (varies) 10 C 1010
Benzene 25 C 873.81Benzil 25 C 1079.64Brine 15 C 1230
Bromine 25 C 3120.40Butyric Acid 20 C 959
Butane 25 C 599.09n-Butyl Acetate 20 C 879.60n-Butyl Alcohol 20 C 809.70n-Butyl Chloride 20 C 886.20
Caproic acid 25 C 921.06Carbolic acid 15 C 956.30
Carbon disulfide 25 C 1260.97Carbon tetrachloride 25 C 1584.39
Carene 25 C 856.99Castor oil 25 C 956.14Chloride 25 C 1559.88
![Page 23: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Chlorobenzene 20 C 1105.80Chloroform 20 C 1489.20Chloroform 25 C 1464.73Citric acid 25 C 1659.51
Coconut oil 15 C 924.27Cotton seed oil 15 C 925.87
Cresol 25 C 1023.58Creosote 15 C 1066.83
Crude oil, 48° API 60 F 790Crude oil, 40° API 60 F 825
Crude oil, 35.6° API 60 F 847Crude oil, 32.6° API 60 F 862Crude oil, California 60 F 915Crude oil, Mexican 60 F 973Crude oil, Texas 60 F 873
Cumene 25 C 860.19Cyclohexane 20 C 778.50Cyclopentane 20 C 745.40
Decane 25 C 726.28Diesel fuel oil 20 to 60 15 C 820 - 950
Diethyl ether 20 C 714o-Dichlorobenzene 20 C 1305.80Dichloromethane 20 C 1326.00Diethylene glycol 15 C 1120Dichloromethane 20 C 1326.00
Dimethyl Acetamide 20 C 941.50N,N-Dimethylformamide 20 C 948.70
Dimethyl Sulfoxide 20 C 1100.40Dodecane 25 C 754.63
Ethane -89 C 570.26Ether 25 C 72.72
Ethylamine 16 C 680.78
Ethyl Acetate 20 C 900.60Ethyl Alcohol 20 C 789.20Ethyl Ether 20 C 713.30
Ethylene Dichloride 20 C 1253.00Ethylene glycol 25 C 1096.78
Fluorine refrigerant R-12 25 C 1310.95Formaldehyde 45 C 812.14
Formic acid 10% concentration
20 C 1025
Formic acid 80% concentration
20 C 1221
Freon – 11 21 C 1490Freon – 21 21 C 1370
Fuel oil 60 F 890.13Furan 25 C 1416.03
Furforol 25 C 1154.93Gasoline, natural 60 F 711.22Gasoline, Vehicle 60 F 737.22
Gas oils 60 F 890
Glucose 60 F 1350 - 1440
Glycerin 25 C 1259.37Glyme 20 C 869.10
Glycerol 25 C 1126.10Heptane 25 C 679.50Hexane 25 C 654.83Hexanol 25 C 810.53
Hexene 25 C 671.17Hydrazine 25 C 794.52
Iodine 25 C 4927.28Ionene 25 C 932.27
Isobutyl Alcohol 20 C 801.60Iso-Octane 20 C 691.90
Isopropyl Alcohol 20 C 785.40Isopropyl Myristate 20 C 853.20
Kerosene 60 F 817.15Linolenic Acid 25 C 898.64
Linseed oil 25 C 929.07Methane -164 C 464.54Methanol 20 C 791.30
Methyl Isoamyl Ketone 20 C 888.00Methyl Isobutyl Ketone 20 C 800.80Methyl n-Propyl Ketone 20 C 808.20
Methyl t-Butyl Ether 20 C 740.50N-Methylpyrrolidone 20 C 1030.40Methyl Ethyl Ketone
(MEK)20 C 804.90
![Page 24: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/24.jpg)
24
MEK 25 C 802.52
![Page 25: laporan partisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061521/55cf93bc550346f57b9e398f/html5/thumbnails/25.jpg)
25
Milk 15 C1020 -
1050Naphtha 15 C 664.77
Naphtha, wood 25 C 959.51Napthalene 25 C 820.15
Ocimene 25 C 797.72Octane 15 C 917.86Olive oil 20 C 800 - 920
Oxygen (liquid) -183 C 1140Palmitic Acid 25 C 850.58
Pentane 20 C 626.20Pentane 25 C 624.82
Petroleum Ether 20 C 640.00Petrol, natural 60 F 711.22Petrol, Vehicle 60 F 737.22
Phenol 25 C 1072.28Phosgene 0 C 1377.59Phytadiene 25 C 823.35
Pinene 25 C 856.99Propane -40 C 583.07
Propane, R-290 25 C 493.53Propanol 25 C 804.13
Propylene Carbonate 20 C 1200.60Propylene 25 C 514.35
n-Propyl Alcohol 20 C 803.70Propylene glycol 25 C 965.27
Pyridine 25 C 978.73Pyrrole 25 C 965.91
Rape seed oil 20 C 920Resorcinol 25 C 1268.66Rosin oil 15 C 980
Sabiname 25 C 812.14Sea water 25 C 1025.18
Silane 25 C 717.63Sodium Hydroxide
(caustic soda)15 C 1250
Sorbaldehyde 25 C 895.43Soya bean oil 15 C 924 - 928
Stearic Acid 25 C 890.63Sulphuric Acid 95%
conc.20 C 1839
Sugar solution 68 brix 15 C 1338Sunflower oil 20 C 920
Styrene 25 C 903.44Terpinene 25 C 847.38
Tetrahydrofuran 20 C 888.00Toluene 20 C 866.90Toluene 25 C 862.27
Triethylamine 20 C 727.60Trifluoroacetic Acid 20 C 1489.00
Turpentine 25 C 868.20Water, pure 4 C 1000.00Water, sea 77 F 1021.98Whale oil 15 C 925o-Xylene 20 C 880.20