laporan p3 dk6.docx

39
LAPORAN HASIL DISKUSI MODUL HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI PEMICU 3 KELOMPOK DISKUSI 6 1. Rohayatun I11111008 2. Elok Nur Farida A. I11111041 3. Fitrianto Dwi Utomo I11111064 4. Dede Achmad Basofi I11112011 5. Irvinia Rahmadyah I11112023 6. Chandra I11112028 7. Khairun Nisa I11112033 8. Chelsia I11112037 9. Woris Christoper I11112056 10. Syf. Rizka Maulida I11112059 11. Kevin Leonardo I11112073 12. Ridhallah I11112079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015 1

Upload: richardus-kevin-leonardo

Post on 08-Nov-2015

249 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL DISKUSIMODUL HEMATOLOGI DAN ONKOLOGIPEMICU 3

KELOMPOK DISKUSI 6

1. RohayatunI111110082. Elok Nur Farida A.I111110413. Fitrianto Dwi UtomoI111110644. Dede Achmad BasofiI111120115. Irvinia RahmadyahI111120236. ChandraI111120287. Khairun NisaI111120338. ChelsiaI111120379. Woris ChristoperI1111205610. Syf. Rizka Maulida I1111205911. Kevin LeonardoI1111207312. RidhallahI11112079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2015

PEMICU 3Seorang ibu membawa bayi perempuannya yang berumur 8 bulan ke UGD sebuah Rumah Sakit karena muncul keluhan bercak biru pada kedua lututnya. Bercak bercak kebiruan tersebut sudah sering terjadi berulang-ulang sejak bayi tersebut bias tengkurap dan belajar merangkak. Kira-kira 2 minggu sebelumnya pasien ada menderita demam, tetapi sekarang sudah sembuh. Menurut ibunya saat ini tidak ada batuk pilek maupun muntah. Keluar darah dari hidung juga disangkal. BAB dan BAK anak seperti biasa. Sampai saat ini bayi tersebut masih meminum ASI dari ibunya serta telah mendapatkan imunisasi lengkap sampai usia 8 bulan.Pada pemeriksaan fisik anak tidak tampak sakit, gizi cukup baik. Suhu 36,6 derajat celcius, denyut nadi 100x/menit, frekuensi nafas 26x/menit. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mulut : tonsil tidak membesar, gusi tidak berdarah. Jantung dan paru tidak ada kelainan. Abdomen lemas, tidak membuncit, hati dan limpa tidak teraba. Ekstremitas : lengan tidak ada kelainan, pada kedua lutut kaki tampak bercak kebiruan dengan diameter sekitar 3 x 4cm

1. Klarifikasi dan Definisi -2. Kata kunci Bayi perempuan 8 bulan Bercak kebiruan pada kedua lutut Tengkurap dan belajar merangkak Demam 2 minggu yang lalu

3. Rumusan MasalahBayi perempuan 8 bulan mengalami bercak kebiruan berulang pada kedua lutut sejak bisa tengkurap dan belajar merangkak

4. Analisis Masalah

diagnosistatalaksanaprognosisPemeriksaan Penunjangvon Willebrand hemofiliadidapatherediterherediterdidapatGangguan koagulasiGangguan faal trombositDiatesis HemoragikBayi perempuan 8 bulanSuhu : 36,6 CNadi : 100x/menitNapas 22x/menitOrgan tubuh : dalam batas normalAnamesis :Bercak kebiruan di lututDemam 2 minggu lalu, sekarang sembuhBelajar merangkakBayi perempuan 8 bulan

5. HipotesisBayi perempuan mengalami hemofilia

6. Pertanyaan Diskusi1. Jelaskan mengenai hemostasis !2. Jelaskan mengenai diathesis hemoragik dan klasifikasinya!3. Jelaskan mengenai hemofilia :a. Definisib. Klasifikasic. Etiologid. Epidemiologie. Patofisiologif. Faktor resikog. Manifestasi klinis h. Diagnosisi. Diagnosis bandingj. Tatalaksanak. Prognosisl. Pencegahan4. Pemeriksaan untuk penilaian hemostasis?

Data TambahanHB : 12,2HT : 37Trombosit : 320.000aPTT : 74 K32PT : 11,2 K12,6Bleeding time : 2 menitLeukosit : 9800 0/2/3/60/30/5

1. HemostasisHemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair.Respon hemotasis normal terhadap kerusakan vaskular bergantng pada interaksi yang terkait erat antara dinding pembuluh darah, trombosit yang bersirkulasi, dan faktor pembekuan trombosit.1Mekanisme hemostasis Jika ada luka yang mengenai pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan, maka pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi. Dengan adanya perlukaan pembuluh darah, endotel terlepas maka jaringan subendotel terbuka sehingga trombosit melekat ke kolagen di jaringan subendotel. Perlekatan trombosit ke jaringan subendotel disebut adhesi trombosit. Pada adhesi trombosit factor von Willebrand berperan sebagai jembatan antara trombosit dengan kolagen di jaringan subendotel. Trombosit yang melekat ke subendotel akan mengeluarkan isi granula seperti adenosine diphosphate (ADP) dan serotonin yang akan merangsang trombosit lain untuk saling melekat atau beragregasi membentuk gumpalan yang akan menyumbat luka pada dinding vaskuler. Trombosit yang beragregasi juga mengeluarkan isi granula seperti ADP dan serotonin. Pengeluaran isi granula disebut reaksi pelepasan (release reaction). Sumbat trombosit tersebut bersifat semi permeable, jadi tidak dapat dilewati eritrosit tetapi dapat dilewati cairan. Perlukaan vaskuler juga menyebabkan sistem koagulasi diaktifkan sehingga akhirnya terbentuk fibrin. Fibrin akan mengubah sumbat trombosit yang semi permeable menjadi non permeable sehingga cairan juga tidak dapat melewati. Dengan demikian yang berperan dalam hemostasis adalah vaskuler (dinding pembuluh darah), trombosit dan sistem koagulasi. Sistem koagulasi Sistem koagulasi terdiri atas protein plasma, ion kalsium dan tromboplastin jaringan atau tissue factor (TF). Faktor koagulasi diberi angka romawi berdasarkan urutan ditemukannya. Sebagian besar faktor koagulasi adalah proenzim yang akan berubah menjadi enzim setelah diaktifkan. Beberapa faktor koagulasi membutuhkan vitamin K untuk proses karboksilasi residu asam glutamate menjadi gamma karboksi glutamate yaitu protrombin, F VII, F IX dan F X sehingga 4 faktor tersebut disebut vitamin K dependent factors. Proses koagulasi adalah reaksi berantai perubahan proenzim menjadi enzim. Proses koagulasi dapat dimulai dari jalur intrinsik maupun jalur ekstrinsik yang kemudian bergabung menjadi jalur bersama. Yang berfungsi pada jalur intrinsik adalah F XII, Prekalikrein, Kininogen berat molekul tinggi, F XI, ion kalsium, F IX, dan F VIII sedang pada jalur ekstrinsik hanya F VII dan ion kalsium yang berfungsi, dan pada jalur bersama yang berfungsi adalah F X, F V, protrombin (F II) dan fibrinogen (F I). Trombosit juga ikut berperan dalam proses koagulasi karena menyediakan permukaan fosfolipid yang bermuatan negative yang disebut platelet factor 3 (Pf3), tempat aktivasi faktor koagulasi. Jalur intrinsik dimulai dengan aktivasi faktor XII oleh permukaan asing, sedang jalur ekstrinsik dimulai dengan masuknya TF ke sirkulasi yang akan mengaktifkan faktor VII. Pada aktivasi koagulasi baik melalui intrinsik maupun ekstrinsik, akan dihasilkan thrombin dari protrombin. Selanjutnya thrombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Trombin juga mengaktifkan F XIII menjadi F XIII aktif yang menstabilkan fibrin dengan pembentukan ikatan silang (cross link). Jadi hasil dari proses koagulasi adalah terbentuknya fibrin yang membuat sumbat trombosit menjadi non permeable. Hemostasis dapat dibedakan atas hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Yang berperan dalam hemostasis primer adalah trombosit dan vaskuler sedang hemostasis sekunder diperankan oleh sistem koagulasi.

Respon hemotasis normal terhadap kerusakan vaskular bergantng pada interaksi yang terkait erat antara dinding pembuluh darah, trombosit yang bersirkulasi, dan faktor pembekuan trombosit.1. VasokonstriksiVasokonstriksi segera pada pembuluh darah yang terluka dan konstriksi refleks pada arteri kecil dan arteriol di sekitarnya menyebabkan perlambatan awal aliran darah ke daerah perlukaan. Jika terdapat kerusakan yang luas, reaksi vaskular ini mencegah keluarnya darah. Aliran darah yang berkurang memungkinkan aktivasi kontak pada trombosit dan faktor koagulasi. Zat amine vasoaktif dan tromboksan A2 yang dilepaskan dari trombsit, serta fibrinopeptida yang dilepaskan selama pembentukan fibrin, juga mempunyai aktivitas vasokonstriksi.12. Reaksi trombosit dan pembentukan sumbat hemostasis primerSetelah timbul kerusakan pada lapisan endotel, terjadi pelekatan awal trombosit pada jaringan ikat terpajan, yang diperkuat oleh VWF. Kolagen yang terpajan dan trombin yang dihasilkan pada lokasi cedera menyebabkan trombosit melepaskan isi granulnya dan juga mengaktifkan sintesis prostaglandin yang menyebabkan pembentukan tromboksan A2. ADP yang dilepaskan menyebabkan trombosit membengkak dan beragregasi. Trombosit lain dari darah yang bersirkulasi ditarik ke daerah cedera. Agregasi trombosit yang berkelanjutan ini menyebabkan membesarnya sumbat hemostasis yang segera menutupi daerah jaringn ikat yang terpajan. Sumbat hemostasis primer yang tidak stabil yang dihasilkan oleh reaksi trombosit ini dalam beberapa menit pertama setelah cedera biasanya cukup untuk mengendalikan perdarahan untuk sementara. Ada kemungkinan bahwa prostasiklin yang dihasilkan oleh sel endotel dan sel otot polos di dinding pembuluh, berperan penting dalam membatasi besarnya sumbat trombosit awal tersebut.13. Stabilisasi sumbat trombosit oleh fibrinHemostasis definitif tercapai apabila fibrin yang dibentuk oleh koagulasi darah ditambahkan pada massa trombosit tersebut serta oleh retraksi atau pemadatan bekuan yang diinduksi oleh trombosit. Setelah cedera vaskular, aktivasi faktor jaringan mengaktifkan faktor VII untuk mengawali kaskade mempercepat proses koagulasi dengan cara menyediakan fosfolipid membran yang berlimpah. Trombin yang dihasilkan pada daerah cedera, mengubah fibrinogen plasma yang terlarut menjadi fibrin, memperkuat agregasi dan sekresi trombosit, dan juga mengaktifkan faktor XI dn XII serta kofaktor V dan VIII. Komponen fibrin pada sumbat hemostasis bertambah sejalan dengan autolisis trombosit yang sudah berfusi dan setelah beberapa jam, seluruh sumbat hemostasis tersebut berubah menjadi massa padat fibrin yang berikatan silang. Walaupun demikian, karena tercakupnya plasminogen dan tPA, sumbat ini mulai mengalami autodigesti dalam waktu bersamaan.1

2. Diathesis Hemoragik dan Klasifikasinya Diatesis hemoragik (hemorrhagic diathesis) adalah keadaan patologik yang timbul karena kelainan faal hemostasis. Dilihat dari patogenesisnya, maka diatesis hemoragik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:1. Diatesis hemoragik karena faktor vaskuler2. Diatesis hemoragik karena faktor trombosit3. Diatesis hemoragik karena faktor koagulasi2

1) Diatesis hemoragik karena faktor vaskulerDiatesis hemoragik karena faktor vaskuler adalah penyakit-penyakit dengan kecenderungan perdarahan yang disebabkan oleh kelainan patologik pada dinding pembuluh darah. Kelainan ini dapat dibagi menjadi:2A. Herediter: Hereditary hemorrhagic teleangiectasiaB. Didapat, terdiri atas:1) Purpura simpleks2) Purpura senilis3) Purpura alergik terdiri atas:a. Sindrom Henoch-SchonleinPenyakit ini adalah penyakit yang lebih sering dijumpai pada anak-anak akibat kompleks imun setelah infeksi akut. Timbul suatu IgA-mediated vasculitis. Gejalanya berupa: purpura, rasa gatal, pembengkakan sendi, nyeri abdomen dan hematuria. Biasanya bersifat self limiting, tetapi kadang-kadang berkembang menjadi gagal ginjal.b. Purpura pada artritis rematoid, SLE, poliarteritis nodosa dan penyakit kolage lain karena terjadinya vaskulitisc. bawah kulit sehingga pembuluh darah mudah pecah24) Purpura karena infeksi, misalnya sepsis akibat infeksi meningokokus25) Sucurvy. Defisiensi vitamin C yang menimbulkan kerusakan bahan interseluler (kolagen) sehingga pembuluh darah mudah pecah sehingga terjadi perifolicullar petechie26) Purpura karena steroid yang mengakibatkan atrofi jaringan ikat penyangga kapiler2

2) Diatesis hemoragik karena faktor trombositA. Trombositopenia (penurunan jumla trombosit)Salah satu contohnya adalah ITP. Penyebabnya dapat dibagi menjadi 4 golongan besar. 21) Gangguan produksia. Depresi selektif megakariosit karena obat, bahan kimia atau infeksi virus2b. Sebagai bagian dari bone marrof failure umum: Anemia aplastik Leukimia akut Sindrom mielodisplastik Mielosklerosis Infiltrasi sumsum tulang: limfoma, carcinoma Mieloma multipel Anemia megaloblastik22) Peningkatan destruksi trombosita. ITPb. Immune thrombocytopenic sekunder: misalnya pada SLE, SCC, Limfomac. Alloimmune thrombocytopenic purpura: musalnya neonatal thrombocytopeniad. Drug induced immune trombocytopenia: quinine dan sulfonamide. Disseminated intravascular coagulation (DIC) 23) Distribusi tidak normal: 2Sindrom hipersplenism: dimana terjadi pooling trombosit dalam lien4) Akibat pengenceran (dilutional loss): pada transfusi masif2

B. Trombopati (kelainan fungsi trombosit)Jumlah trombosit normal, tetapi trombosit tidak dapat berfungsi dengan baik. Dapat dibagi menjadi: 21) Hereditera. Platelet pool storage diseaseb. Tromboasthenia glanzmanc. Sindrom berbard soulierd. Penyakit vonWillebrand22) Acquired trombophatya. Akibat terapi aspirin yang mengakibatkan gangguan sintesis thromboxane sehingga mencegah agregasi trombositb. Hiperglobulinemia, seperti pada mieloma multipel dan makroglobulinemia Waldenstorm, dimana paraprotein akan menyelimuti trombosit yang akanmengganggu faal trombositc. Kelainan mieloproliferatifd. Gagal ginjal kronik (uremia)e. Penyakit hati menahun2

3. Hemofiliaa. Definisi Hemofilia adalah gangguan produksi faktor pembekuan yang diturunkan, berasal dari bahasa Yunani, yaitu haima yang artinya darah dan philein yang artinya mencintai atau suka. 3,4 Walaupun sebenarnya maknanya tidak sesuai, namun kata hemofilia tetap dipakai. Kelainan perdarahan yang diturunkan pertama kali didokumentasikan di abad kedua oleh Kerajaan Babilonia. Namun baru pada abad ke 18 dilaporkan adanya kemungkinan basis genetik untuk kelainan perdarahan ini dan mulai tahun 1950an transfusi fresh frozen plasma (FFP) digunakan. Pada tahun 1980an teknik rekombinan DNA untuk menproduksi faktor VIII (F VIII) dan faktor IX (F IX) mulai diterapkan. 3,4 Hemofilia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara x-linked resesif berdasarkan hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit ini terjadi akibat kelainan sintesis salah satu faktor pembekuan, dimana pada hemofilia A terjadi kekurangan F VIII (Antihemophilic factor), sedangkan pada hemofilia B terjadi kekurangan F IX (Christmas factor). Hemofilia A mencakup 80-85% dari keseluruhan penderita hemofilia. Secara klinis hemofilia dapat dibagi menjadi hemofilia ringan, hemofilia sedang dan hemofilia berat berdasarkan derajat kekurangan faktor pembekuan yang bersangkutan. 3,4

b. KlasifikasiDua jenis utama hemofilia yang secara klinis identik adalah:1. Hemofilia klasik atau hemofilia A, yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak tidak adanya aktivitas faktor antihemofili VII2. Penyakit Christmas atau hemofilia B yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya aktivitas faktor IX.Hemofilia diklasifikasikan sebagai: Berat, dengan kadar aktivitas faktor kurang dari 1% Sedang, dengan kadar aktivitas diantara 1% dan 5 % Ringan,jika 5% atau lebih.Perdarahan spontan dapat terjadi jika kadar aktivitas faktor kurang dari 1 %. Akan tetapi, pada kadar 5% atau lebih, perdarahan umumnya terjadi berkaitan dengan trauma atau prosedur pembedahan.5

c. EpdemiologiHemofilia tersebar di seluruh ras di dunia dengan prevalensi sekitar 1 dalam 10 000 penduduk untuk hemofilia A dan 1 dalam 50 000 penduduk untuk hemofilia B.1 Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Federation of Hemophilia (WFH) pada tahun 2010, terdapat 257 182 penderita kelainan perdarahan di seluruh dunia, di antaranya dijumpai 125 049 penderita hemofilia A dan 25 160 penderita hemofilia B. Penderita hemofilia mencakup 63% seluruh penderita dengan kelainan perdarahan. Penyakit von Willebrand merupakan jenis kelainan perdarahan yang kedua terbanyak dalam survei ini setelah hemofilia yaitu sebesar 39.9%. Di Indonesia, berdasarkan survei tersebut di atas, terdapat 334 orang penderita hemofilia A, 48 orang penderita hemofilia B dan 1006 orang penderita hemofilia yang belum ditentukan jenisnya.3,4

d. EtiologiDefek pada hemofilia A adalah tidak ada atau rendahnya kadar faktor VIII plasma. Gen faktor VIII terletak di dekat ujung lengan panjang kromosom X (regio Xq2.6). Gen ini sangat besar dan terdiri dari 26 ekson. Sekitar separuh dari pasien-pasien tersebut mengalami mutasi missense atau frameshift (geser) atau delesi dalam gen faktor VIII. Pada yang lain, ditemukan inversi flip-tip yang khas, dengan gen faktor VIII yang rusak oleh suatu inversi pada ujung kromosom X. mutasi ini menyebabkan bentuk klinis hemofilia yang berat.6Pewarisan defisiensi faktor IX (penyakit Christmas, hemofilia B) identik dengan yang terdapat pada hemofilia A. Faktor IX dikode oleh gen yang terletak dekat gen untuk faktor VIII dekat ujung lengan panjang kromosom X

e. PatofiologiProses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan pembuluh darah. Mekanisme hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah, adesi trombosit, agregasi trombosit, pembentukan bekuan darah, stabilisasi bekuan darah, pembatasan bekuan darah pada tempat cedera oleh regulasi antikoagulan, dan pemulihan aliran darah melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah.7Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von Willebrand (vWF) akan teraktifasi dan diikuti adesitrombosit. Setelah proses ini adenosine diphosphatase, tromboxane A2 dan protein lain trombosit dilepaskan granul yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi trombosit dan perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh darah juga melepaskan tissue factor dan mengubah permukaan pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan oleh faktor XIII.8,9Kaskade pembekuan darah klasik diajukan oleh Davie dan Ratnoff pada tahun 1950an dapat dilihat pada Gambar 1. Kaskade ini menggambarkan jalur intrinsik dan ekstrinsik pembentukan thrombin. Meskipun memiliki beberapa kelemahan, kaskade ini masih dipakai untuk menerangkan uji koagulasi yang lazim dipakai dalam praktek sehari-hari.10Pada penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka pembentukan bekuan darah terlambat dan tidak stabil. Oleh karena itu penderita hemofilia tidak berdarah lebih cepat, hanya perdarahan sulit berhenti. Pada perdarahan dalam ruang tertutup seperti dalam sendi, proses perdarahan terhenti akibat efek tamponade. Namun pada luka yang terbuka dimana efek tamponade tidak ada, perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.11,12

Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8 terletak di bagian lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9 terletak di regioXq27.Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang dapat terjadi, namun inversi 22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 50% penderita hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan secara x-linked resesif sehingga anak laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang menderita kelainan ini. Pada sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai adanya riwayat keluarga penderita hemofilia pada kasus demikian.13Wanita pembawa sifat hemofilia dapat juga menderita gejala perdarahan walaupun biasanya ringan. Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa 5 di antara 55 orang penderita hemofilia ringan adalah wanita.14

f. Manifestasi klinis1. Perdarahan merupakan gejala dan tanda klinis yang khas yang sering dijumpai pada kasus hemofilia. Perdarahan dapat timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang serta dapat timbul saat bayi mulai belajar merangkak. Manifestasi klinis tersebut tergantung pada beratnya hemofilia (aktivitas faktor pembekuan). Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu berupa hemartrosis, hematom subkutan/intramuskular, perdarahan mukosa mulut, perdarahan intrakranial, epistaksis dan hematuria. Sering pula dijumpai perdarahan yang berkelanjutan pasca operasi kecil (sirkumsisi, ekstraksi gigi).2. Hemartrosis paling sering ditemukan (85%) dengan lokasi berturut-turut sebagai berikut, sendi lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan dan lainnya. Sendi engsel lebih sering mengalami hemartrosis dibandingkan dengan sendi peluru, karena ketidakmampuannya menahan gerakan berputar dan menyudut pada saat gerakan volunter maupun involunter, sedangkan sendi peluru lebih mampu menahan beban tersebut karena fungsinya.3. Hematoma intramuskular terjadi pada otot-otot fleksor besar, khususnya pada otot betis, otot-otot regio iliopsoas (sering pada panggul) dan lengan bawah. Hematoma ini sering menyebabkan kehilangan darah yang nyata, sindrom kompartemen, kompresi saraf dan kontraktur otot.4. Perdarahan retrofaringeal dan retroperitoneal yang membahayakan jalan napas dapat mengancam kehidupan.5. Perdarahan pasca operasi sering berlanjut selama beberapa jam sampai beberapa hari, yang berhubungan dengan penyembuhan luka yang buruk.15

g. DiagnosisSampai saat ini riwayat keluarga masih merupakan cara terbaik untuk melakukan tapisan pertama terhadap kasus hemofilia, meskipun terdapat 20-30% kasus hemofilia terjadi akibat mutasi spontan kromosom X pada gen penandi F VIII/ F IX. Seorang anak laki-laki diduga menderita hemofilia jika terdapat riwayat perdarahan berulang (hemartrosis, hematom) atau riwayat perdarahan memanjang setelah trauma atau tindakan tertentu dengan atau tanpa riwayat keluarga. Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting sebelum memutuskan pemeriksaan penunjang lainnya.Kelainan laboratorium ditemukan pada gangguan uji hemostasis, seperti pemanjangan masa pembekuan (CT) dan masa trombopolastin partial teraktivasi (aPTT), abnormalitas uji thromboplastin generation, dengan masa perdarahan dan masa protrombin (PT) dalam batas normal.Diagnosis definitif ditegakkan dengan berkurangnya aktivitas F VIII/ F IX. Aktivitas F VII/ F IX dinyatakan dalam U/ml dengan arti aktivitas faktor pembekuan dalam 1 ml plasma normal adalah 100%. Nilai normal aktivitas F VIII/ F IX adalah 0,5-1,5 U/ml atau 50-150%. Harus diingat adalah membedakan hemofilia A dengan penyakit von Willebrand, dengan melihat rasio F VIIIc: F VIIIag dan aktivitas FvW (uji ristosetin rendah.Gambaran klinis dan laboratorium pada hemofilia A, hemofilia B dan Penyakit Von Willebrand

Hemofilia AHemofilia BPenyakit von Willebrand

PewarisanX-linked recessiveX-linked recessiveAutosomal dominant

Lokasi perdarahan utamaSendi, otot, pascatrauma/operasiSendi, otot, post trauma/ operasiMukosa, kulit, post trauma operasi

Jumlah trombositNormalNormalNormal

Waktu perdarahanNormalNormalMemanjang

PPTNormalNormalNormal

aPTTMemanjangMemanjangMemanjan/nnormal

F VIII CRendahNormalRendah

F VIII AGNormalNormalRendah

F IXNormalRendahNormal

Tes ristosetinNormalNormalTerganggu

Diagnosis antenatal sebenarnya dapat dilakukan pada ibu hamil dengan resiko. Pemeriksaan aktivitas F VIII dan kadar antigen F VIII dalam darah janin pada trimester kedua dapat membantu menentukan status janin terhadap kerentanan hemofilia A. Identifikasi gen F VIII dan petanda gen tersebut lebih baik dan lebih dianjurkan.Seorang perempuan diduga sebagai pembawa sifat hemofilia (karier) jika dia memiliki lebih dari satu anak lelaki pasien hemofilia atau mempunyai seorang atau lebih saudara laki-laki dan seorang anak lelaki pasien hemofilia atau ayahnya pasien hemofilia. Deteksi pada hemofilia A karier dapat dilakukan dengan menghitung rasie aktivitas F VIIIc dengan antigen F VIIIvW. Jika nilai kurang dari 1 memiliki ketepatan dalam menentukan hemofilia karier sekitar 90%; namun hati-hati pada keadaan hamil, memakai kontrasepsi hormonal, dan terdapatnya penyakit hati karena dapat meningkatkan aktivitas F VIIIc. Aktivitas VIII rata-rata pada karier 50%, tetapi kadang-kadang