laporan p2k

48
BAB I PENDAHULUAN A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas Program Pemantapan Profesi Keguruan atau yang sering disingkat menjadi P2K berlokasi di SD Negeri 27 Bulu-bulu Desa Mattampapole Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros. Menempatkan penulis sebagai peneliti dimana meninjau pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Kelas yang diteliti adalah kelas V. Keadaan muridnya sangat bervariasi, ada yang pintar, ada juga yang sedang atau biasa-biasa saja, dan ada juga yang sama sekali tidak memahami pelajaran yang diberikan. Dalam kelas tersebut muridnya berjumlah 13 orang yang terdiri dari laki-laki 5 orang dan perempuan 8 orang. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, dipilih sebuah model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi para muridnya. Salah satu model yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif dengan Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Proses pembelajaran berlangsung dengan mengutamakan pemberian tindakan secara langsung kepada peserta didik. Sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pemberian perlakuan langsung dalam bentuk 1

Upload: muhammadidris

Post on 27-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

P2K merupakan Pengganti KKN

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Profil Proses Pembelajaran di KelasProgram Pemantapan Profesi Keguruan atau yang sering disingkat menjadi P2K berlokasi di SD Negeri 27 Bulu-bulu Desa Mattampapole Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros. Menempatkan penulis sebagai peneliti dimana meninjau pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Kelas yang diteliti adalah kelas V. Keadaan muridnya sangat bervariasi, ada yang pintar, ada juga yang sedang atau biasa-biasa saja, dan ada juga yang sama sekali tidak memahami pelajaran yang diberikan. Dalam kelas tersebut muridnya berjumlah 13 orang yang terdiri dari laki-laki 5 orang dan perempuan 8 orang. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, dipilih sebuah model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi para muridnya. Salah satu model yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif dengan Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).Proses pembelajaran berlangsung dengan mengutamakan pemberian tindakan secara langsung kepada peserta didik. Sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pemberian perlakuan langsung dalam bentuk tindakan ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar murid, aktifitas murid, kreativitas murid, terlebih dalam meningkatkan motivasi belajar murid yang selama ini masih dianggap kurang. Dengan demikian, maka peneliti menganggap perlu adanya suatu metode atau model pembelajaran yang diberikan dalam bentuk sebuah tindakan. Agar pembelajaran dalam kelas juga tidak berlangsung secara monoton dan terjadi hanya satu arah, yaitu dari guru ke murid. Tapi lebih dari itu, peneliti berharap dengan menerapkan model pembelajaran ini, maka diharapkan terjadi komunikasi dua arah antara guru ke murid dan murid ke guru.Dalam pembelajaran tipe STAD murid dibentuk dalam beberapa kelompok kemudian dari kelompok tersebut murid diajak untuk lebih kreatif, inovatif dan memiliki rasa kebersamaan yang kuat dalam tim masing-masing. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan ada beberapa aspek yang dilakukan yakni, minat murid, perhatian murid, partisipasi murid, serta presentasi murid di kelas. Proses pembelajaran di kelas berlangsung dalam bentuk siklus. Ada beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan seorang guru dalam proses belajar mengajar yakni apersepsi, penjelasan materi, penjelasan metode kooperatif tipe STAD, teknik pembagian kelompok, pengelolaan kegiatan diskusi, pemberian pertanyaan atau kuis, kemampuan melakukan evaluasi, memberikan penghargaan individu dan kelompok, menentukan nilai individu dan kelompok, menyimpulkan materi pembelajaran dan menutup pelajaran.Melalui model pembelajaran inilah, diharapkan hasil belajar murid semakin meningkat. Oleh karena itu, maka peneliti merasa perlu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini pada kelas V, karena dengan melihat kondisi pembelajaran sebelumnya, serta melihat keadaan murid di kelas tersebut sangat heterogen.

B. Proses Hasil BelajarSetelah melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas selama siklus pertama berjalan, terlihat bahwa hasil pembelajaran murid meningkat. Ini terlihat dari hasil pemberian tugas kepada murid dalam bentuk tugas kelompok dan kuis serta tes hasil belajar.Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar murid mengalami kemajuan. Termasuk minat, perhatian, partisipasi dan juga presentasi murid di kelas mengalami kemajuan. Sejauh yang dilakukan dalam siklus ini, telah memberikan perubahan sikap murid ke arah yang baik. Hasil belajar yang diperlihatkan murid telah membuktikan bahwa model pembelajaran ini cocok digunakan dalam kelas V. Mengingat bahwa untuk mengetahui perubahan hasil belajar murid yang lebih konkrit maka tidak hanya diperlukan perlakuan dalam satu siklus saja, tetapi ada siklus berikutnya yang bisa menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran ini valid dan memang sesuai untuk digunakan di kelas tersebut. yang juga akan dilanjutkan hal yang sama pada siklus ke dua. Maka diharapkan pada siklus kedua tersebut hasil belajar murid lebih meningkat lagi dari siklus pertam.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan Profil Proses Pembelajaran dan Hasil BelajarBerdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar, maka rumusan masalahnya yaitu Apakah dengan penggunaan model pembelajaran koopertif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada murid kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu?

D. Bentuk Tindakan untuk Memecahkan Masalah sesuai dengan MasalahBentuk tindakan yang dilakukan dalam pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang ada dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu.

E. Argumentasi yang LogisBerdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik melakukan perbaikan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perbaikan awal yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan murid dan memberi kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif.Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multi budaya. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktifitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta didik akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama peserta didik dalam meningkatkan prestasi.

F. Tujuan Mengacu pada permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui Penelitian ini adalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu dengan Penggunaan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian BelajarIstilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Lebihlebih setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya masingmasing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia.Belajar mempunyai sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan-kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.Ada beberapa defenisi belajar menurut beberapa pakar pendidikan dalam Agus Suprijono (2011:2) antara lain:a) GagneBelajar adalah perubahan disposisi atau kemamapuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.b) TraversBelajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku

c) CronbachLearning is shown by a change in behavior as a result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).d) Harold SpearsLearning is to observe, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendebar dan mengikuti arah tertentu).e) GeochLearning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan)f) MorganLearning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan.Dari teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuanpengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terusmenerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

B. Hasil BelajarHasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.Menurut Hamalik (2002:115) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya.Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutaman adalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnyaHasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011:5-6) hasil belajar berupa:1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap ransangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari keterampilan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.Menurut Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2004:22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengertian dan pengetahuan; (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Nana Sudjana (1989:39) yaitu:a) Faktor internal (dari dalam individu yang belajar)Faktor yang mempengaruhi belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar.b) Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar)Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar murid. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, peranan, konsep dan keterampilan serta pembentukan sikap.

C. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Belajar sebuah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua pelajaran. Terutama Belajar Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan dan menjadi identitas bangsa Indonesia. Salah satu upaya melestarikan bahasa Indonesia adalah denganbelajar bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD).Bahasa Indonesiamerupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari. Waktu belajar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diberi waktu sebanyak 6 jam pelajaran untuk kelas 1, 2, 3 dan sebanyak 5 jam pelajaran bagi siswa kelas 4, 5 dan 6 per seminggu.Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dengan jumlah jam pelajaran yang banyak dimaksudkan agar peserta didik mempunyai kemampuan ketrampilanberbahasa Indonesia yang baik dan benarserta mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.Secara umum tujuan belajar Bahasa Indonesia di sekolahadalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesiayang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar.Akhadiah dkk. (1991: 1). Sedangkan menurutBSNP (2006). Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa.Dari penjelasan di atas maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dapat digambarkan sebagai berikut:1. Lulusan Sekolah Dasar diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar yang mencakup tujuan kognitif dan afektif.2. Lulusan Sekolah Dasar diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastraIndonesia.3. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa sesuai fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.4. Pengajaran bahasaIndonesiadisesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa Sekolah Dasar sesuai tingkatannya.5. Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasarmeliputi aspek kemampuan keterampilan berbahasa mendengar, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa maupun ragam sastra merupakan ruang lingkup standard kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia.6. Belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Denganbelajar bahasa Indonesia di sekolah dasar, siswa diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:a. Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien baik secara lisan maupun tulis sesuai dengan etika yang berlaku.b. Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa pemersatu bangsaIndonesia.c. Siswa mampu memahami bahasa Indonesia serta dapat menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.d. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.e. Siswa dapat membaca dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.f. Siswa diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia serta menghargai dan bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual Indonesia.(http://sdnkacok02.sch.id/belajar-bahasa-indonesia-di-sekolah-dasar, diakses pukul 11.24, 31 Maret 2015)

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPembelajaran kooperatif merupakan ide lama (Johnson dan Johnson 2004). Talmud, seorang filosof, berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki teman. Pada awal abad pertama, Quintillion berargumentasi bahwa siswa mendapat manfaat dari saling mengajar satu sama lain. Seorang filosofi Romawi, Seneca, mengatakan bahwa when you teach, you learn twice. Dari sinilah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan (Ibrahim.dkk, 2000:12). Menurut Arends (2001: 316) ide tentang pembelajaran kooperatif dapat ditelusuri kembali dari zaman Yunani Kuno. Namun demikian, perkembangannya pada masa kini dapat dilacak dari karya psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20. Para ahli tersebut diantaranya adalah john Dewey (1916) dan Herbert Thelan (1954, 1969).Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut. Pada akhirnya siswa diberikan tes yang mana pada saat tes ini mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau ganjaran lain. Dalam pembelajaran kooperatif STAD, materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok dengan menggunakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran.Menurut Slavin STAD terdiri dari lima komponen utama secara presentasi Kelas, yaitu: Kelompok, Kuis (tes), Skor peningkatan individual, tuntas dan Penghargaan kelompok.Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya yang lain.Sekarang ini, pembelajaran ini terus dikembangakan. Jacob dan Hannah (2004) mendefinisikan cooperative learning, also known as collaborative learning is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students (pembelajaran kooperatif yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif adalah sebuah konsep-konsep dan teknik untuk membantu memaksimalkan manfaat dari kerja sama antar siswa).Arends (1997: 111) mengemukakan beberapa pembelajaran kooperatif, yaitu:a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya;b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, rendah,c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin berbeda.d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Dalam pembelajaran kooperatif, sebagain besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Suherman ( Nur Arifah, 2006: 12), mengemukakan bahwa belajar pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaiakan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.Model pembelajaran kooperatif akan dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, tugas-tugas kelompok akan dapat memacu para siswa untuk bekerja sama saling membantu satu sama lain untuk mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilkinya. Dengan mempraktekkan pembelajaran kooperatif di kelas, suatu hari kelak akan menuai sebuah sebagai makhluk sosial (homo homini socius), bukan homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi temannya). Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif adalah cara belajar mengajar berbasis peace education yang pasti mendapat perhatian.Pembelajaran kooperatif bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetensi, yakni hanya sebagai siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya.Secara umum sintaks model pembelajaran kooperatif dapat dilihat sebagai berikut: Sintaks model pembelajaran kooperatifFaseKegiatan Guru

Fase-1Menyampaikan tujuan dan motivasi siswaGuru menyampaikan tujuan pembelajaran (indicator hasil belajar) guru memotivasi siswa mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang terdahulu.

Fase-2Menyajikan informasiGuru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.

Fase-3Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajarGuru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar, guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar (setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan siswa).

Fase-4Membimbing kelompok kerja dan belajarGuru membimbing kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.

Fase-5Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta siswa mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi.

Fase-6Memberikan penghargaanGuru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara indiIVdu maupun kelompok.

1. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran KooperatifMenurut Lundren (Isjoni, 2007: 13), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersamab. Para siswa harus memiliki tanggung jawab siswa atau peserta didik lain kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.d. Para siswa membagi tugas dan tanggung jawab diantara para anggota kelompok.e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.f. Para siswa berbagi kepemimpinan memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara indiIVdual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2. Ciri-Ciri Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama.b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah.c. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompoknya terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja keolompok daripada perorangan.Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok pembelajaran kooperatif.Bennet (Isjoni, 2007: 41) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:a. Positive intercepence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.b. Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa ada perantara.c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.d. Membutuhkan keluwesan.e. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).

3. Tujuan Pembelajaran KooperatifArends (1997: 111) meyatakan bahwa the cooperative learning model was developed to achieve at least there important instructional goals: academic achievement, acceptance of diversity and social skill development . yang maksudnya adalah bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan indiIVdu dan pengembangan keterampilan sosial.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatifa. Tugas-tugas perencanaan seperti memilih pendekatan, pemilihan materi yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, pengembangan materi dan tujuan mengenalkan siswa pada tugas dan peran, merencanakan waktu dan tempat.b. Tugas-tugas intertaktif, yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan motivasi, menyajikan informasi, mengorganisasikan dan membentuk kelompok belajar, mengevaluasi dan memberikan penghargaan.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran KooperatifAdapun langkah-langkah pembelajaran langsung setting kooperatif tipe STAD (Student Team Acheivment Divisions) adalah sebagai berikut:a. Persiapan 1) Guru menentukan dan membatasi materi yang akan diberikan.2) Menetapkan siswa dalam kelompok.a) Meranking siswa berdasarkan prestasi akademik di dalam kelas.b) Menemukan jumlah kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang.c) Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen dalam kemampuanya.3) Menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes yang telah lalu, atau nilai akhir siswa secara individualb. Tahap Pembelajaran 1) Guru menyampaikan informasi materi kepada Siswa sesuai dengan TIK.2) Guru mengorganisasikan Siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, diikuti dengan langkah di mana Siswa dibawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan LKS (Lembar Kerja Siswa) atau tugas.c. Evaluasi Mandiri dan Penghargaan KelompokSetelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau kuis secara sendiri-sendiri, setelah selesai guru memberikan skor individu dan skor tim yang kemudian diumumkan secara tertulis dipapan pengumuman, skor individu didapat dari nilai tes masing-masing siswa, sedangkan skor tim di dapat dari jumlah keseluruhan poin yang di sumbangkan masing-masing anggota tim dibagi dengan jumlah anggota tim (Nur, 2000 : 31-35).E. Kerangka PikirBerdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, kerangka pikir merupakan garis-garis besar yang sangat mendukung agar dalam pengumpulan data, menganalisis data dan penarikan kesimpulan dapat lebih terarah. Adapun kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Bahasa Indonesia pada aspek mendengarkanMetode Kooperatif STADTidak MeningkatMeningkatHasil /Temuan

F. Hipotesis Hipotesis penelitian yaitu Model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu.

BAB IIIPROSEDUR PELAKSANAAN

A. Jumlah Murid, Tempat, dan Waktu Pelaksanaan P2KPelaksanaan P2K ini dilaksanakan di SD Negeri 27 Bulu-bulu, pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama kurang lebih tiga bulan, dimulai pada bulan Januari sampai Maret 2015. Sebagai subjek penelitian adalah murid kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu, yang terdaftar pada tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 13 orang murid yang terdiri atas 5 laki-laki dan 8 perempuan.

B. Langkah langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif seperti RPP dan Alat Evaluasi.

Rencana Tindakan Siklus 2RefleksiRefleksiMenyusun RPP dan Rencana tindakan Siklus 1Studi Pendahuluan dengan meneliti silabus.Langkah pertama adalah meminta Silabus pada guru kelas (Guru Pembimbing), langkah kedua menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), serta merumuskan alat evaluasi berupa soalsoal dalam bentuk kelompok dan individu. Selanjutnya dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini:

Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Simpulan

C. Implementasi RPP dan Evaluasi di KelasSetelah menyusun Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), maka proses belajar mengajar pun dapat dimulai. Implementasi dari RPP meliputi pembukaan, penjelasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, pemaparan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, penyampaian metode pembelajaran yang dilaksanakan, pembentukan kelompok, mengarahkan murid dalam kelompoknya, membuat kesimpulan dan Penutup. Evaluasi di kelas dilaksanakan dalam bentuk tugas individu dan uji kompetensi. Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran mengenai RPP dan alat evaluasi.

D. Prosedur PenelitianPenelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus. Rancangan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi (Kemmis dan Taggart,1998).Adapun kriteria keberhasilan untuk setiap siklus adalah jika seluruh subyek penelitian: a) Dapat memahami materi yang sedang dipelajari,b) Dapat menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari,c) Senang dan aktif mengikuti pembelajaran,d) Memperoleh skor pada tes akhir tindakan minimal 65.

E. Metode Pengumpulan DataDalam penelitian ini, prosedur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Tes pada setiap akhir tindakan, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari setelah pemberian tindakan. Tes yang diberikan dalam bentuk uraian, karena peneliti ingin mengetahui proses jawaban murid secara rinci.2. Observasi: Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas murid selama kegiatan penelitian, sebagai upaya untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan untuk mengetahui sejauh mana tindakan dapat menghasilkan perubahan yang dikehendaki oleh peneliti. Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama pelaksanaan tindakan dalam dua siklus.

F. Teknik Analisa Data dan Kriteria KeberhasilanData yang telah dikumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Untuk data kuantitatif digunakan teknik pengkategorian dengan skala lima berdasarkan kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Depdiknas (dalam Misnah, 2003: 21) sebagai berikut:

Nilai kuantitatifKategori

0 - 3435 - 5455 - 6465 - 84 85 - 100Sangat RendahRendahSedangTinggiSangat Tinggi

BAB IVHASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dan analisis data penelitian dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan penelitian tentang hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah dilaksanakan di SD Negeri 27 Bulu-bulu. Pelaksanaan ini dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I , dan Siklus II, adapun yang dianalisis adalah hasil tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II.A. Hasil Pelaksanaan1. Siklus PertamaData setiap siklus dipaparkan secara terpisah, untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap siklus. Setiap siklus memiliki tahap-tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.a. Perencanaan 1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.2) Membuat rencana pembelajaran.3) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK4) Menggunakan alat evaluasi pengajaran.b. Pelaksanaan Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran siswa dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun oleh peneliti yakni menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pertama-tama peneliti mencoba membuat suasana kelas menjadi lebih akrab dengan terlebih dahulu saling memperkenalkan diri kemudian peneliti memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan kepada siswa yang berkaitan dengan materi ajar. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian siswa mengikuti pelajaran. c. Evaluasi dan Observasi1. Hasil Evaluasi Pembelajaran ini diikuti oleh 13 siswa, pada siklus I model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan belum sempurna, hal tersebut berdampak pada kemampuan siswa melaksanakan kegiatan dan berakibat terhadap rendahnya prestasi siswa pada perolehan skor hasil tes evaluasi pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Daftar Skor Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus 1No.NamaJenis kelaminSkor Perolehan

1AsnayantiP26

2RudiL57

3Erik Wahyu PermanaL56

4Zikra AryuniP80

5Putri RamadaniP69

6RosmawatiP82

7Elsya NoviantiP65

8NuralisaP69

9Muhammad RifaiL66

10Ayu Alfirah AsisP61

11Selfi AuliaP70

12HaikalL68

13FikraL66

Rata-Rata64,2

Ket : - = tidak hadir

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Evaluasi Siswa pada Siklus 1SkorKategoriFrekuensiPersentase (%)

85-10065-8455-6435-540-34Sangat tinggiTinggiSedangRendahSangat rendah09301069,223,107,7

Jumlah13100

Dari tes siklus I pada tabel 1 di atas tergambar bahwa dari 13 siswa kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu, 4 orang murid atau 30,8% belum mencapai batas ketuntasan, sedang yang mencapai batas tuntas yaitu 9 siswa atau hanya 69,2%, nilai rata-rata seluruh siswa yaitu 64,2% sehingga dikategorikan sedang.2. Hasil EvaluasiPengamatan aktifitas siswa digunakan pada lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi aktifitas belajar pada siklus I ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.3. Hasil Observasi Aktifitas Proses Pembelajaran pada Siklus INo.Komponen Yang DiamatiPertemuanPersentase %

IIIIIIIV

1.Siswa yang hadir saat pembelajaran.131213EVALUASI

SIKLUS

I

97,44

2.Siswa yang memperhatikan pembahasan materi.10111284,62

3.Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal45535,90

4.Siswa yang mengerjakan soal latihan.131313100

5.Siswa yang membutuhkan bimbingan.22112,82

6.Siswa yang melakukan kegiatan yang lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.12110,26

Dari tabel 3. di atas diperoleh bahwa dari 13 siswa kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu frekuensi kehadiran siswa tergolong tinggi yaitu 97,44%. Siswa yang memerhatikan pembahasan materi yaitu 84,62%, yang aktif saat pembahasan contoh soal rata-rata mencapai 35,90%, siswa yang mengerjakan soal latihan rata-rata mencapai 100%, siswa yang membutukan bimbingan 12,82%, dan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran mencapai 10,26%.d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan dengan kata lain masih ada kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi. Adapun kelemahan yang terjadi pada siklus I adalah;1) Peneliti belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.2) Masih banyak siswa yang harus mempresentasikan kegiatan untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus II dibuat perencanaan yang lebih baik lagi.

2. Siklus KeduaSeperti pada siklus I, siklus II ini juga terdiri dari perencanaan, pelaksanaaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.a. PerencanaanPerencanaan pada siklus II didasarkan perencanaan pada siklus I, dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I yaitu:1) Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.2) Lebih intensif membimbing dan memerhatikan siswa yang mengalami kesulitan.3) Membuat suasana kelas menjadi lebih nyaman dan lebih hidup.

b. Pelaksanaan Setelah peneliti memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksaan tindakan siklus I, maka suasana pembelajaran sudah tampak mengena ke arah pembelajaran yang sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Evaluasi dan Observasi1) Hasil Evaluasi Pada siklus kedua model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan mengalami peningkatan, hal tersebut berdampak pada perolehan skor hasil tes evaluasi pada tabel berikut.Tabel 4.4 Daftar Skor Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus IINo.NamaJenis kelaminSkor Perolehan

1AsnayantiP51

2RudiL68

3Erik Wahyu PermanaL65

4Zikra AryuniP82

5Putri RamadaniP74

6RosmawatiP75

7Elsya NoviantiP70

8NuralisaP76

9Muhammad RifaiL72

10Ayu Alfirah AsisP66

11Selfi AuliaP72

12HaikalL69

13FikraL68

Rata-Rata69,85

Ket : - = tidak hadir pada saat evaluasi

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Evaluasi Siswa pada Siklus IISkorKategoriFrekuensiPersentase (%)

85-10065-8455-6435-540-34Sangat tinggiTinggiSedangRendahSangat rendah012010092,307,70

Jumlah13100

Dari tes siklus II pada tabel 4 di atas tergambar bahwa dari 13 siswa kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu, 1 siswa atau 7,7% belum mencapai batas ketuntasan sedang yang mencapai batas tuntas yaitu 12 siswa atau 92,3%, nilai rata-rata seluruh siswa yaitu 70% sehingga dikategorikan tinggi.2) Hasil ObservasiSeperti pada siklus I, pada siklus II ini juga dilakukan pengamatan aktifitas siswa pada lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi aktifitas belajar pada siklus II ditampilkan dalam tabel berikut.Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Proses Pembelajaran pada Siklus IINo.Komponen Yang DiamatiPertemuanPersentase %

IIIIIIIV

1.Siswa yang hadir saat pembelajaran.131213EVALUASI

SIKLUS

I

100

2.Siswa yang memperhatikan pembahasan materi.12121292,31

3.Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal67774,36

4.Siswa yang mengerjakan soal latihan.131313100

5.Siswa yang membutuhkan bimbingan.1117,69

6.Siswa yang melakukan kegiatan yang lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.1117,69

Dari tabel 6, diperoleh bahwa dari 13 siswa kelas V SD Negeri 27 Bulu-bulu frekuensi kehadiran siswa menurun menjadi 97,44%. Siswa yang memerhatikan pembahasan materi menurun menjadi 92,31%, yang mengajukan diri pada saat pembahasan contoh soal meningkat menjadi 74,35%, siswa yang mengerjakan soal latihan menurun menjadi 51,28%, dan siswa yang membutuhkan bimbingan 7,69%, sedangkan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran menurun menjadi 7,69%. A. Refleksi Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini adalah:1) Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa mampu membangun kerja sama serta memotivasi dirinya untuk memahami tugas yang diberikan oleh peneliti, siswa mulai berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya.2) Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar didukung oleh meningkatnaya aktifitas peneliti dan guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajararan yang mengarah pada pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti intensif membimbing saat siswa mengalami kesuilitan dan ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan.

B. Pembahasan1. Analisis Hasil EvaluasiTabel 7. Perbandingan Hasil Evaluasi pada Siklus I dan II SiklusNilai Perolehan SiswaKetuntasan

Maks.Min.MeanTuntasTidak Tuntas

I10006394

II100069,8121

Tabel 7 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan yakni dari 63% menjadi 69,8%. Begitu pula ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

2. Analisis Hasil ObservasiData aktifitas siswa pada siklus I dan II diperoleh melalui hasil observasi selama pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan. Adapun perbandingan deskripsi aktivitas siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 4.8 Perbandingan Aktivitas Proses Pembelajaran Siswa Pada Siklus I dan IINo.Komponen Yang DiresponPersentase(%)

Siklus ISiklus II

1.Siswa yang hadir saat pembelajaran.97,44100

2.Siswa yang memperhatikan pembahasan materi.84,6292,31

3.Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal35,9074,36

4.Siswa yang mengerjakan soal latihan.100100

5.Siswa yang membutuhkan bimbingan.12,827,69

6.Siswa yang melakukan kegiatan yang lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.10,267,69

Berdasarkan tabel 8 di atas maka dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa aktivitas siswa yang mengalami peningkatan seperti kehadiran siswa, siswa yang memperhatikan pembahasan materi, siswa yang bertanya dan siswa yang mengerjakan soal latihan. Sedangkan siswa yang membutuhkan bimbingan dan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Peranan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar.2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I dan siklus II.3. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan karena murid sudah mulai terbiasa belajar kelompok.4. Penguasaan murid terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan hasil rata-rata ulangan harianB. Saran Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan bebarapa hal yaitu :1. Agar para guru di SD Negeri 27 Bulu-bulu selalu termotivasi untuk memacu diri dan terus menggunakan metode pembelajaran yang efektif, sesuai dan serasi dengan bidang studi yang diajarkan baik itu secara individu maupun organisasi.2. Agar pihak sekolah jangan pernah merasa puas dengan prestasi mendidik yang bagus tetapi harus selalu introspeksi diri dan mencari tahu dimana letak kekurangan dan kelebihan demi membantu dan mengawal program Pendidikan Nasional.3. Kepada pembaca yang budiman supaya dapat membuat penelitian yang lebih bagus dari sekarang dan juga dengan hasil penelitian ini dapat membantu para peneliti selanjutnya untuk berpacu mencari hal-hal yang baru untuk diteliti dan untuk pengembangan diri pribadi, kelompok untuk masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta; Rajawali Ekspress.

Arief Tiro, Muhammad. 2007. Dasar-dasar Statistika. Makassar; State University of Makassar Press.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Cet. XI. Jakarta; PT. Rineka Cipta.

Dimyati Dan Mudjiono 1999; Belajar dan Pembelajaran .Rineka Cipta :Jakarta.

Djamarah, S. B. dan Zaim A. 2002; Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta Jakarta

Muslimin, Uses dan Usman 2000; Menjadi Guru Profesional Edisi Kedua PT. Rewaja Rosdakerja Bandung.

Sanjaya, Wina. 2007; Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Samad, Sulaiman. Dkk. 2008. Profesi Keguruan. Makassar; FIP-UNM.

Sudjana, Nana. 1998. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung; Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 200 4. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru-Algesindo.

(http://sdnkacok02.sch.id/belajar-bahasa-indonesia-di-sekolah-dasar, diakses pukul 11.24, 31 Maret 2015)

LAMPIRAN

32