laporan mineral optik piroksen grup

32
`PRAKTIKUM MINERAL OPTIK Acara : Piroksen grup Nama : Aprila Fitriani Parma Hari/Tgl : Jumat/2 Mei 2014 NIM : D61112259 No Urut : 1 No Peraga : 30 Pembesaran objektif : 5x Pembesaran okuler : 10x Pembesaran total : 50x Bilangan skala : 0,02 Kedudukan : (x,y) (55,24) Warna Absorbsi : Kuning Pleokrisme : - Intensitas : Sedang Bentuk : Anhedral - Subhedral Indeks bias : n min ¿ n cb (Searah) Belahan : 2 Arah Relief : Lemah Pecahan : Tidak Rata

Upload: aprila-fitriani-parma

Post on 02-Oct-2015

196 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Petrografi

TRANSCRIPT

`PRAKTIKUM MINERAL OPTIKAcara: Piroksen grup Nama : Aprila Fitriani ParmaHari/Tgl: Jumat/2 Mei 2014 NIM: D61112259No Urut: 1No Peraga: 30Pembesaran objektif: 5xPembesaran okuler: 10xPembesaran total: 50xBilangan skala: 0,02Kedudukan: (x,y) (55,24) Warna Absorbsi: KuningPleokrisme: -Intensitas: SedangBentuk: Anhedral - Subhedral Indeks bias: (Searah) Belahan: 2 ArahRelief: LemahPecahan: Tidak RataInklusi Inklusi: - Bentuk: - Ukuran: -Ukuran Mineral: 100 x 0,02 = 2 mmWI Maksimum: OrangeBias rangkap (orde): Orde I Bagian Atas Sudut Gelapan: 32Jenis Gelapan: Gelapan MiringKembaran: -Nama Mineral: Hyperstene

PRAKTIKUM MINERAL OPTIKAcara: Piroksen grup Nama : Aprila Fitriani ParmaHari/Tgl: Jumat/2 Mei 2014 NIM: D61112259No Urut: 2No Peraga: 25Pembesaran objektif: 5xPembesaran okuler: 10xPembesaran total: 50xBilangan skala: 0,02Kedudukan: (x,y) (55,3,25,2)Warna Absorbsi: KuningPleokrisme: -Intensitas: KuatBentuk: Anhedral - SubhedralIndeks bias: (Searah) Belahan: 2 ArahRelief: TinggiPecahan: Tidak RataInklusi Inklusi: - Bentuk: - Ukuran: -Ukuran Mineral: 115 x 0,02 = 2,3 mmWI Maksimum: Hijau ToscaBias rangkap (orde): Orde II Sudut Gelapan: 36Jenis Gelapan: MiringKembaran: Carlsbad AlbitNama Mineral: Augite

PRAKTIKUM MINERAL OPTIKAcara: Piroksen grup Nama : Aprila Fitriani ParmaHari/Tgl: Jumat/2 Mei 2014 NIM: D61112259No Urut: 3No Peraga: 27Pembesaran objektif: 5xPembesaran okuler: 10xPembesaran total: 50xBilangan skala: 0,02Kedudukan: (x,y) (6,10)Warna Absorbsi: Hijau MudaPleokrisme: DwikroikIntensitas: KuatBentuk: Anhedral - SubhedralIndeks bias: (Searah) Belahan: 2 ArahRelief: TinggiPecahan: Tidak RataInklusi Inklusi: - Bentuk: - Ukuran: -Ukuran Mineral: 60 x 0,02 = 1,2 mmWI Maksimum: Hijau TuaBias rangkap (orde): Orde II (0,114) Sudut Gelapan: 46Jenis Gelapan: MiringKembaran: -Nama Mineral: Aegirin

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMineral-mineral utama penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan, teruutama mineral golongan silikat. Golongan mineral yang berwarna tua/gelap disebut mineral mafik yang kaya akan unsur Mg dan Fe. Sedangkan golongan mineral yang berwarna muda/terang disebut mineral felsik yang miskin akan unsur Mg dan Fe. Mineral-mineral mafik berwarna gelap hitam. Misalnya olovin, piroksin amphibol, biotit. Sedangkan mineral-mineral felsik berwarna cerah misalnya plagioklas, k-feldspar, muskovit, kuarsa. Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma, dan kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Penting untuk mengetahui nama mineral didasarkan atas sifat optiknya masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah praktikum pengenalan piroksin grup ini.

1.2 Maksud dan Tujuan MaksudMaksud diadakannya praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui dan memahami sifat-sifat optik dari mineral mika grup dan kuarsa.

TujuanTujuan dari praktikum ini adalah :1. Mahasiswa mampu membedakan sifat-sifat optik yang dimiliki oleh mineral piroksen grup2. Mahasiswa dapat menentukan nama mineral berdasarkan sifat khas yang dimiliki tiap mineral

1.3 Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Pensil 2. Pulpen3. Penghapus4. Penggaris5. Lap kasar dan halus6. Pensil warna7. Lembar Kerja Praktikum8. Buku Penuntun Praktikum Mineral Optik9. Mikroskop polarisasi10. Sampel sayatan tipis mineral

1.4 Prosedur KerjaProsedur kerja dalam praktikum pengenalan mineral olivin dan amfibol grup ini adalah :Hal pertama yang dilakukan sebelum praktikum dimulai adalah mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum, seperti alat tulis, mikroskop polarisasi, lap kasar atau lap halus sebagai alas mikroskop, preparat sayatan tipis mineral, buku penuntun praktikum Mineral Optik, serta Lembar Kerja Praktikum.Kemudian praktikan wajib menyentringkan mikroskop terlebih dahulu sebelum mengamat sesuai dengan prosedur. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengamatan nikol sejajar meliputi warna absorpsi, pleokroisme, intensitas, bentuk, indeks bias, belahan, pecahan, relief, dan ukuran mineral. Lalu pada pengamatan nikol silang yang meliputi warna interferensi maksimum, bias rangkap, sudut gelapan, jenis gelapan dan kembaran. Selanjutnya menentukan nama mineral berdasarkan sifat optik dari tiap mineral dan menuliskannya pada Lembar Kerja Praktikum. Setelah itu, praktikan mengembalikan alat kembali ke tempatnya setelah selesai digunakan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKABerdasarkan seri reaksi Bowen, piroksen adalah mineral yang terbentuk pada suhu sekitar 1000C pada kelompok discontinuous series. Kelompok mineral in terbagi menjadi dua, yaitu :2.1 OrtopiroksinHyperstene(Mg, Fe)SiO3OrtorombikWarna : tidak berwarna sampai netralBentuk: Kristal subhedral prismaticRelief: tinggiPleokroisme: lemah, kehijauan hingga kemerahan mudaIndeks Bias: nmin >ncbBelahan: parallel dengan (110), (010) dan (100)Birefringence: agak lemah, kuning sampai merah orde IKembaran: -Pemadaman: parallelOrientasi Optik: length-slowSumbu Optik: II (biaxial)Tanda Optik: (-)Keterangan: Hyperstene menyerupai beberapa macam andalusite, tetapi andalusite length-fast. Hyperstene didapatkan dalam batuan beku, yang merupakan ciri utama dari norite, hyperstene gabbro, andesite dan peculiar hyperstene granite.

Nikol Sejajar Nikol SilangEnstatiteMgSiO3OrtorombikWarna : tidak berwarna sampai netralBentuk: Kristal prismaticRelief: tinggiPleokroisme: lemahIndeks Bias: nmin >ncbBelahan: (110) dalam dua arah pada sudut 88 - 92, parallel dengan (010) Birefringence: agak lemah, kuning muda orde IKembaran: jarangPemadaman: parallelOrientasi Optik: length-slowSumbu Optik: II (biaxial)Tanda Optik: (+)Keterangan: Enstatite dibedakan dari hyperstene dengan tidak adanya pleokroisme dan dari monoklin piroksin dengan sudut pemadaman parallel. Enstatite yang teralterasi menjadi antigorite setelah enstatite adalah bastite. Enstatite yang teralterasi menjadi antigorite setelah enstatite adalah bastite. Enstatite merupakan mineral yang khas dalma batuan beku subsilisic dan serpentinite.2.2 Kelompok KlinopiroksinDiopsideCa(Mg, Fe)(SiO3)2MonoklinWarna : tidak berwarna, netral, hijau muda sampai hijau cerahBentuk: Kristal subhedral prismatic pendekRelief: tinggiPleokroisme: lemahIndeks Bias: nmin >ncbBelahan: parallel dengan (110) dan dua arah pada sudut 87 - 93, Birefringence: agak kuat, orde II atasKembaran: agak umum, polisintetikPemadaman: parallel dengan sumbu c, bervariasi dari -37 sampai -44Orientasi Optik: slower ray Sumbu Optik: II (biaxial)Tanda Optik: (+)Keterangan: Diopside dibedakan dari hedenbergite dari indeks bias yang kecil, sedangkan dari tremolite dibedakan dengan sudut pemadaman yang besar. Augite sedikit tinggi sudut pemadamannya dan umumnya berwarna gelap, dengan pigeonite sudut sumbunya kecil. Diopside kadang-kadang teralterasi menjadi termolite-actinolite. Diopside merupakan ciri dari metamorfisme kontak, berasosiasi denga garnet, wollastonite dan gneiss.AugiteCa(Mg, Fe)(SiO3)(Al, Fe)2O3MonoklinWarna : hampir tidak berwarna, netral, coklat, hijau muda, atau keunguan mudaBentuk: Kristal prismatic pendekRelief: tinggiPleokroisme: tidak ada - lemahIndeks Bias: nmin >ncbBelahan: (110) dalam dua arah pada sudut 87 dan 93Birefringence: sedang, orde II tengahKembaran: umum, polisintetik, kombinasi polisintetik yang dikenal sebagai struktur herringbonePemadaman: bervariasi dari 36 sampai 45Orientasi Optik: faster ray Sumbu Optik: II (biaxial)Tanda Optik: (+)Keterangan: Augite sulit dibedakan dari diopside, namun diopside mempunyai sudut pemadaman yang lebih kecil dan warna yang terang. Altersi augite menjadi hornblende pada magmatic akhir dan menjadi tremolite-actinolite sekunder oleh alterasi hidrotermal. Augite adalahminera yang umum alam batuan beku subsilisic seperti basalt, gabro, limburgite, dan peridotite.

Nikol Sejajar Nikol SilangPigeonitem(Ca, Mg, Fe)(SiO3)2n(Mg, Fe)SiO3MonoklinWarna : tidak berwarna atau netral Bentuk: kristal anhedralRelief: tinggiPleokroisme: lemahIndeks Bias: nmin >ncbBelahan: dalam dua arah (110) pada sudut 87 dan 93Birefringence: sedang, dari yang terbawah hingga teratas orde II Kembaran: polisintetikPemadaman: bervariasi dari 22 sampai 45Orientasi Optik: slower ray Sumbu Optik: II (biaxial)Tanda Optik: (+)Keterangan: Mineral yang sulit dibedakan dari pigeonite adalah augite, namun pigeonite mempunyai sudut sumbunya yang kecil. Pigeonite adalah anggota yang melimpah dari kelompok piroksin dalam batuan vulkanik, juga terdapat dalam basalt, dolerite, dan diabas.HedenbergiteCa(Mg, Fe)(SiO3)2MonoklinWarna : netral sampai kehijauanBentuk: columnar agregatRelief: sangat tinggiPleokroisme: -Indeks Bias: nmin >ncbBelahan: (110) dalam dua arah pada sudut 87 dan 93Birefringence: sedang, ungu orde I Kembaran: -Pemadaman: dalam sayatan longitudinal 42Orientasi Optik: faster ray Sumbu Optik: II (biaxial)Tanda Optik: (+)Keterangan: Hedenbergite dibedakan dari diopside dan augite dengan indeks bias yang tinggi. Hedenbergite merupakan ciri dari zona metamorf kontak, seringkali asosiasi dengan bijih besi sebagai mineral skarn.AegirinNaFe(SiO3)2MonoklinWarna : kehijauanBentuk: kristal prismatikRelief: tinggiPleokroisme: kuat, hijau tua, hijau muda, kuningIndeks Bias: nmin > ncbBelahan: (110) dalam dua arah pada sudut 87 dan 93Birefringence: kuat-sangat kuat orde III atau IVKembaran: -Pemadaman: dalam sayatan longitudinal sangat kecil 2-10Orientasi Optik: length-fast Sumbu Optik: II (biaxial)Tanda Optik: (-)Keterangan: Aegirin menyerupai beberapa amfibol tetapi dibedakan dengan sudut pemadaman yang kecil dan legth-fast. Acmite adalah piroksin yang erat hubungannya denga aegirin, perbedaannya dari warna yang coklat. Aegirin meskipun mineral yang jarang ciri dari batuan beku yang kaya soda seperti nefelin syenit, phonolite, trachyte, syenit, soda granit, soda aplit, seringkali terdapat sebagai overgrowth terhadap kristal aegirin-augite.

Nikol Sejajar Nikol Silang2.3 Penentuan Tipe Piroksena) Sistem KristalHal yang paling mendasar untuk membedakan kedua mineral tersebut adalah dari sistem kristal kedua mineral itu.dimana klinopirosen memiliki sistem kristal monoklin, sedangkan ortopiroksen memiliki sistem kristal ortorombik.b) Sudut Pemadaman/ Sudut GelapanSetelah sistem kristal, hal yang paling mendasar dalam membedakan antara klinopiroksen dengan ortopiroksen adalah pada sudut pemadamannya. Klinopiroksen memiliki sistem kristal monoklin sedangkan ortopiroksen memiliki sistem kristal ortorombik. Perbedaan sistem kristal ini menyebabkan perbedaan pada sudut pemadamannya. Klinopiroksen yang bersistem kristal monoklin memiliki sumbu c yang menyudut terhadap sumbu optik z atau sumbu x yang menyebabkan klinopiroksen memiliki sudut gelapan atau sudut pemadaman sebesar 6 sampai 48 sehingga klinopiroksen memiliki gelapan miring. Pada ortopiroksen yang bersistem kristal ortorombik memiliki sumbu c yang berhimpit terhadap sumbu optik z yang menyebabkan ortopiroksen memiliki sudut gelapan atau sudut pemadaman sebesar 0 sehingga ortopiroksen memiliki gelapan sejajar.c) Harga Dwibias (Birefringence)Klinopiroksen memiliki warna interferensi pada orde kedua sehingga klinopiroksen memiliki harga dwibias yang cukup tinggi (0.018-0.034). Sedangkan ortopiroksen memiliki warna interferensi pada orde bawah sehingga ortopiroksen memiliki harga dwibias yang lebih rendah (0.007-0.020).Perbedaannya adalah klinopiroksin memiliki kedudukan gelapan menyudut, memiliki warna pleokroisme yang lebih kuat, dan memiliki gambar interferensi biaxial positif, sedangkan orthopiroksin memiliki kedudukan gelapan parallel, memiliki warna pleokroisme yang lebih pucat, memiliki gambar interferensi biaxial negatif.

BAB IIIPEMBAHASANPada praktikum kali ini sayatan tipis mineral yang akan diamati adalah :1. Mineral yang diamati dengan pembesaran objektif 5x dan pembesaran okuler 10x. Pembesaran total adalah 50, diperoleh dari nilai pembesaran objektif dikali nilai pembesaran okuler. Bilangan skala diperoleh dari 1/pembesaran total, dengan nilai 0,02. Mineral ini mempunyai kedudukan pada sumbu absis yaitu 55 dan sumbu ordinat 24 (55,24). Warna absorpsi yang terlihat adalah kuning, pleokrisme tidak ada dikarenakan tidak ada perubahan dua warna saat meja objek diputar 90, intensitas sedang dilihat dari kuat tidaknya cahaya pada pengamatan di mikroskop. Bentuk mineral anhedral-subhedral dilihat dari kenampakan bidang batasnya yang jelas, indeks bias nmin > ncb, dibuktikan dengan metode iluminasi miring dimana bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan arah penutupan jalannya sinar, belahannya dua arah terlihat saat diamati ada dua belahan yang sudutnya < 90 dimana belahan adalah garis yang menerus pada bidang mineral, relief lemah dikarenakan terlihat bidang batas antar mineral tidak terlalu jelas, garis-garis kecil pada bidang mineral/retakan atau pecahannya tidak rata, tidak mempunyai inklusi, mineral berukuran 2 mm diperoleh dari 100 dikali 0,02. Mineral ini mempunyai sudut gelapan 32 yang menandakan jenis gelapannya adalah miring. Mineral ini tidak mempunyai kembaran, dengan nama mineral Hyperstene.

2. Mineral yang diamati dengan pembesaran objektif 5x dan pembesaran okuler 10x. Pembesaran total adalah 50, diperoleh dari nilai pembesaran objektif dikali nilai pembesaran okuler. Bilangan skala diperoleh dari 1/pembesaran total, dengan nilai 0,02. Mineral ini mempunyai kedudukan pada sumbu absis yaitu 55,3 dan sumbu ordinat 25,2 (55,3;25,2). Warna absorpsi yang terlihat adalah kuning, pleokrisme tidak ada dikarenakan tidak ada perubahan dua warna saat meja objek diputar 90, intensitas kuat dilihat dari kuat tidaknya cahaya pada pengamatan di mikroskop. Bentuk mineral anhedral-subhedral dilihat dari kenampakan bidang batas yang jelas, indeks bias nmin > ncb, dibuktikan dengan metode iluminasi miring dimana bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan arah penutupan jalannya sinar, belahannya dua arah dimana belahan adalah garis yang menerus pada bidang mineral, relief tinggi dikarenakan bidang batas antar mineral terlihat jelas, garis-garis kecil pada bisang mineral/retakan atau pecahannya tidak rata, tidak mempunyai inklusi, mineral berukuran 2,3 mm diperoleh dari 115 dikali 0,02. Mineral ini mempunyai sudut gelapan 36 yang menandakan jenis gelapannya adalah miring. Mineral ini mempunyai kembaran carlsbad-albit, dengan nama mineral Augite.

3. Mineral yang diamati dengan pembesaran objektif 5x dan pembesaran okuler 10x. Pembesaran total adalah 50, diperoleh dari nilai pembesaran objektif dikali nilai pembesaran okuler. Bilangan skala diperoleh dari 1/pembesaran total, dengan nilai 0,02. Mineral ini mempunyai kedudukan pada sumbu absis yaitu 6 dan sumbu ordinat 10 (6,10). Warna absorpsi yang terlihat adalah hijau muda, pleokrisme dwikroik dikarenakan ada perubahan dua warna saat meja objek diputar 90, intensitas kuat dilihat dari kuat tidaknya cahaya pada pengamatan di mikroskop. Bentuk mineral anhedral-subhedral dilihat dari kenampakan bidang batas yang jelas, indeks bias nmin > ncb, dibuktikan dengan metode iluminasi miring dimana bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan arah penutupan jalannya sinar, belahannya dua arah dimana belahan adalah garis yang menerus pada bidang mineral, relief tinggi dikarenakan bidang batas antar mineral terlihat jelas, garis-garis kecil pada bisang mineral/retakan atau pecahannya tidak rata, tidak mempunyai inklusi, mineral berukuran 1,2 mm diperoleh dari 60 dikali 0,02. Mineral ini mempunyai sudut gelapan 46 yang menandakan jenis gelapannya adalah miring. Mineral ini tidak mempunyai kembaran, dengan nama mineral Aegirin.

BAB IV PENUTUP4.1 KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Setiap mineral diamati dengan ortoskop nikol sejajar dan ortoskop nikol silang2. Perbedaan mineral dapat dilihat dari sistem kristal, sudut gelapan, indeks bias rangkap, dan warna.4.2 SaranKurangnya mikroskop yang dapat digunakan untuk mengamati sayatan tipis mineral membuat praktikan harus bergantian untuk mengamati mineral, sehingga ada praktikan yang tidak mnegetahui sifat-sifat optik/kekhasan dari setiap mineral.

DAFTAR PUSTAKAAnonim.2011.http://semangatgeos.blogspot.com/2011/05/kelompok- piroksen.html diakses pada 19 Mei 2014 pukul 01.03 WITA.Kerr, Paul F. 1977. Optical Mineralogy Third Edition. London : McGraw-Hill.Irfan, Ulva Ria. 2014. Mineral Optik. Makassar : Laboratorium Mineral Optik Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.Selvina,Nevi.2011.http://littlegeoamber.blogspot.com/2011/10/mineral-optik.html diakses pada 18 Mei 2014 pukul 23.32 WITA.Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.Yudiantoro, Dwi Fitri dan Sutarto.2005.Album Mineralogi Optik.Yogyakarta : Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian UPN Veteran Yogyakarta.