laporan mielopati
DESCRIPTION
HHHTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
”MIELOPATI”
Di susun oleh :
septiana Citradewi
Pembimbing :
Dr. Susanto. Sp.S
BAGIAN/SMF SARAF RSUD CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2011
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Tn.M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun
Alamat : Cianjur
Status : Menikah
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Lumpuh pada kedua tungkai sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan lumpuh kedua tungkai sejak
1 bulan yang lalu. Keluhan didahului oleh rasa lemah pada kedua tungkai sejak 2
bulan SMRS. Pasien harus menyeret kakinya untuk berjalan dan sendal yang
dipakai sering terlepas dari kakinya. Keluhan lemah ini di rasakan makin lama
makin memberat sehingga timbul keluhan lumpuh. Keluhan kesemutan dan baal
pada kedua tungkai di rasakan sejak 3 bulan SMRS.
Untuk menghilangkan keluhan lemah dan rasa baalnya ini pasien pergi
berobat ke mantri, oleh mantri di berikan suntikan penghilang nyeri pada
bokongnya, namun setelah di berikan obat tidak ada perbaikan, malah bertambah
buruk. Sebelum kaki lumpuh pasien merasa pinggangnya nyeri, tidak ada nyeri
menjalar sampai tungkai sebelumnya. Pasien tidak dapat BAK selama 10 hari,
belum BAB sejak 1 minggu.
Riwayat Penyakit dahulu
– Riwayat penyakit kencing manis dan hipertensi disangkal.
– Tidak ada riwayat trauma.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung, hipertensi ataupun kencing
manis tidak diketahui.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku sudah berobat ke mantri untuk keluhan ini tetapi tidak ada
perbaikan.
Riwayat Psikososial
Pasien mengaku tidak pernah merokok ataupun mengkonsumsi alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis
• Tanda Vital
- Nadi : 82 x/menit, reguler, kuat
- Pernapasan : 20 x/menit, reguler
- Suhu : 37 0C
- TD : 130/ 80 mmHg
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-)
• Telinga : Normotia, Sekret (-/-)
• Mulut
– Terlihat mencong kesebelah kanan
– Mukosa bibir kering (+), sianosis (-),
– Lidah : asimetris – deviasi kekanan, tremor (-)
• Leher
• Tidak terlihat pembesaran KGB.
• Toraks :
– Inspeksi :
• Pergerakan dinding dada simetris.
• Retraksi intercostal (-/-).
• Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-)
– Palpasi :
• Nyeri tekan (-/-) , tidak teraba massa
• Vokal fremitus dextra-sinistra sama.
• Iktus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis kiri.
– Perkusi :
• Sonor seluruh lapang paru
– Auskultasi :
• Vesikuler + / +, ronkhi -/- , wheezing -/- , murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Hepar : Tidak teraba
Splen : Tidak teraba
Ballotement : - / -
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) N
Ekstremitas :
– Edema -/-
– Akral hangat +/+
– Sianosis -/-
– RCT < 2 s
STATUS NEUROLOGIS
• Kesadaran : Compos mentis
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Rangsang meningeal
– Kaku kuduk (-)
– Lasaque > 70
– Kerniq > 130
– Burdzinski I (-)
– Burdzinski II (-)
– Burdzinski III (-)
Saraf otak
Nervus I (Olfaktorius) Dextra Sinistra
Daya pembau N N
Nervus II (Optikus) Dextra Sinistra
Daya penglihatan N N
Lapangan pandang N N
Refleks cahaya + +
Nervus III (Okulomotorius) Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerak mata ke :
Medial +
+
+
+
+
+
Atas
Bawah
Ukuran pupil 3mm 3mm
Bentuk pupil bulat bulat
Nervus IV (Trokhlearis) Dextra Sinistra
Gerak mata ke medial bawah + +
Strasbismus konvergen Negatif Negatif
Diplopia - -
Nervus VI (Abdusen)
Gerak mata ke lateral + +
Strasbismus konvergen Negatif negatif
Diplopia - -
Nervus V (Trigeminus) Dextra Sinistra
Menggigit + +
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka :
Atas + +
Tengah + +
Bawah + +
Refleks kornea + +
Refleks bersin + +
N. VII ( Fasialis ) Dextra Sinitra
Mengangkat dahi
Meringis
Menutup mata
Mengembungkan pipi
+
Sudut nasolabialis (+)
sempurna
+
+
+
sempurna
+
Daya kecap 2/3 ant N
Nervus VIII (akustikus) Dextra Sinistra
mendengar suara berbisik + +
mendengar detik arloji + +
tes Rinne + +
tes Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
tes Schwabach Sama Sama
Nervus IX (Glosofaringeus) Dextra Sinistra
arkus farings Tidak deviasi Tidak deviasi
daya kecap lidah 1/3 belakang N N
reflek muntah + +
Nervus X (Vagus) Dextra Sinistra
Arkus farings Tidak deviasi Tidak deviasi
Menelan + +
Nervus XI (Aksesorius) Dextra Sinistra
Memalingkan kepala + +
Sikap bahu + +
Mengangkat bahu + +
Nervus XII (Hipoglosus) Dextra Sinistra
sikap lidah Tidak ada deviasi
Artikulasi Tidak terganggu
tremor lidah - -
menjulurkan lidah + +
atrofi otot lidah - -
fasikulasi lidah - -
Motorik
Sensorik
Anestesi
Fungsi Vegetatif
Miksi Anuri : Positif sejak 15 hari
Defekasi : belum BAB sejak 7 hari yang lalu
Reflek Fisiologis
5 5
5 5
Ulkus dekubitus
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hematologi
Hb 11.6 gr% 14,7-17,5
Leukosit 9.900 / mm3 5000-10000
Hematokrit 35 % 40-54
Trombosit 190 Ribu/mm3 200-400
Reflex Biceps : +/+
Reflex Trisep : +/+
Reflex Patella : -/-
Reflex Achilles : -/-
Refleks Patologik Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Rossolimo - -
Mendel-Bechterew - -
STATUS LOKALIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Hasil foto rontgen vetebro thorako-lumbal didapatkan :
- Allignment dari vertebra thorakal kurang kifosis
- Terdapat spur di daerah Vertebro Th 9
RESUME PASIEN
Pasien datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan lumpuh kedua tungkai
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan didahului oleh rasa lemah pada kedua tungkai
sejak 2 bulan SMRS. Pasien harus menyeret kakinya untuk berjalan dan sendal
yang dipakai sering terlepas dari kakinya. Keluhan lemah ini di rasakan makin
lama makin memberat sehingga timbul keluhan lumpuh. Keluhan kesemutan dan
baal pada kedua tungkai di rasakan sejak 3 bulan SMRS. Sebelum kaki lumpuh
pasien merasa pinggangnya nyeri, tidak ada nyeri menjalar sampai tungkai
sebelumnya. Pasien tidak dapat BAK selama 10 hari, belum BAB sejak 1 minggu.
Pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam batas normal. Status
neurologis
- Kekuatan otot pada ekstremitas tungkai bilateral (0)
- Sensibilitas : terdapat anastesi di kedua tungkai setinggi Th 8
- Reflek fisiologis : KPR -/- , APR -/-
- Reflek patologis : Babinzsky -/- , chadok -/-
Status Lokalis
Ulkus dekubitus
DIAGNOSIS
• Diagnosis Klinis Myelopati Thorakalis Setinggi Medula spinalis Thl 8,
lesi Thorakal 7 + Ulkus dekubitus
• Diagnosis banding
PENATALAKSANAAN
• Terapi Cairan
Infus RL 30 tts/mnt
• Terapi Farmakologis
– DulcolaxSupp
– Cefotaxim 2 x 1 gr
• Terapi Rehabilitasi
• Terapi Non-Farmakologi
– Pemasangan kateter
– Debridement untuk ulkus dekubitus
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Myelopathy adalah istilah yang berarti bahwa ada sesuatu yang salah dengan saraf
tulang belakang itu sendiri. Ini biasanya merupakan tahap berikutnya penyakit
tulang belakang leher, dan sering pertama terdeteksi sebagai kesulitan berjalan
karena kelemahan umum atau masalah dengan keseimbangan dan koordinasi.
Tingkatan Mielopati berdasarkan Nurick
System Nurick myelopathy grade dari 0-5, dengan 5 menjadi yang paling
berat.perubahan karakteristik terjadi pada masing- masing tingkatan sebagai
berikut:
– Grade 0: signs and symptoms of root involvement but without evidence of
spinal cord disease.
– Grade 1: signs of spinal cord disease but no difficulty in walking.
– Grade 2: slight difficulty in walking but does not prevent full-time
employment.
– Grade 3: severe difficulty in walking that requires assistance and prevents
full-time employment and avocation.
– Grade 4: ability to walk only with assistance or with the aid of a frame.
– Grade 5: chairbound or bedridden.
Myelopati Dengan Skala klasifikasi Frankel
– Grade A: complete motor and sensory involvement.
– Grade B: complete motor involvement, some sensory sparing including sacral
sparing.
– Grade C: functionally useless motor sparing.
– Grade D: functional motor sparing.
– Grade E: no neurologic involvement
KLASIFIKASI
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet
berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi
Tabel. Tabulasi perbandingan klinik lesi komplet dan inkomplet
Karakteristik Lesi Komplet Lesi Inkomplet
Motorik Hilang di bawah lesi Sering (+)
Protopatik (nyeri, suhu) Hilang di bawah lesi Sering (+)
Propioseptik(joint position, vibrasi) Hilang di bawah lesi Sering (+)
Sacral sparing negatif positif
Ro. vertebra Sering fraktur, luksasi,
atau listesis
Sering normal
MRI (Ramon, 1997, data 55 pasien
cedera medula spinalis; 28 komplet,
27 inkomplet)
Hemoragi (54%),
Kompresi (25%),
Kontusi (11%)
Edema (62%),
Kontusi (26%),
normal (15%)
Pemeriksaan Tabel 3. Rekomendasi AISA untuk pemeriksaan neurologi lokal
Otot (asal inervasi) Fungsi
M. deltoideus dan biceps brachii (C5) Abduksi bahu dan fleksi siku
M. extensor carpi radialis longus dan
brevis (C6)
Ekstensi pergelangan tangan
M. flexor carpi radialis (C7) Fleksi pergelangan tangan
M. flexor digitorum superfisialis dan
profunda (C8)
Fleksi jari-jari tangan
M. interosseus palmaris (T1) Abduksi jari-jari tangan
M. illiopsoas (L2) Fleksi panggul
M. quadricep femoris (L3) Ekstensi lutut
M. tibialis anterior (L4) Dorsofleksi kaki
M. extensor hallucis longus (L5) Ekstensi ibu jari kaki
M. gastrocnemius-soleus (S1) Plantarfleksi kaki
Sensoris Dermatom
Tabel 2. Komparasi Karakteristik Klinik Sindrom Cedera Medula Spinali
Karakteristik
Klinik
Central Cord
Syndrome
Anterior Cord
Syndrome
Brown Sequard
Syndrome
Posterior Cord
Syndrome
Kejadian Sering Jarang Jarang Sangat Jarang
Biomekanika Hiperekstensi Hiperfleksi Penetrasi Hiperekstensi
Motorik Gangguan
bervariasi ;
jarang paralisis
komplet
Sering paralisis
komplet(ggn
tractus
desenden);
biasanya
bilateral
Kelemahan
anggota
gerak ipsilateral
lesi; ggn traktus
desenden (+)
Gangguan
bervariasi,
ggn tractus
descenden
ringan
Protopatik bervariasi Sering hilang
total(ggn tractus
Sering hilang
total (ggn tractus
Gangguan
bervariasi
Gangguan tidak khas ascenden);bilateral ascenden)
Kontralateral
biasanya
ringan
Propioseptik Jarang sekali
terganggu
Biasanya utuh Hilang total
ipsilateral; ggn
tractus ascenden
Terganggu
Perbaikan Sering nyata
dan
cepat; khas
kelemahan
tangan dan jari
menetap
Paling buruk
diantara
Lainnya
Fungsi buruk,
namun
independensi
paling
Baik
NA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium darah
• Pemeriksaan radiologis.
– Dianjurkan melakukan pemeriksaan posisi standar
(anteroposterior, lateral) untuk vertebra servikal, dan posisi ap dan
lateral untuk vertebra thorakal dan lumbal.
• Pada kasus-kasus yang tidak menunjukkan kelainan radiologis,
pemeriksaan lanjutan dengan ct scan dan mri sangat dianjurkan. Magnetic
resonance imaging merupakan alat diagnostik yang paling baik untuk
mendeteksi lesi di medula spinalis akibat cedera/trauma
TATALAKSANA
• Terapi pada cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. Pasien
dengan cedera medula spinalis komplet hanya memiliki peluang 5% untuk
kembali normal.
• Namun demikian penggunaannya sebagai terapi utama cedera medula
spinalis traumatika masih dikritisi banyak pihak dan belum digunakan
sebagai standar terapi
• Kajian oleh Braken dalam Cochrane Library menunjukkan bahwa
metilprednisolon dosis tinggi merupakan satu-satunya terapi farmakologik
yang terbukti efektif pada uji klinik tahap 3 sehingga dianjurkan untuk
digunakan sebagai terapi cedera medula spinalis traumatika.
• Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan
pasien cedera medula spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder
training pada pasien ini dikerjakan seawal mungkin.
• Tujuan utama fisioterapi adalah untuk mempertahankan ROM (Range of
Movement) dan kemampuan mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot-
otot yang ada.
• Lesi medula spinalis komplet yang tidak menunjukkan perbaikan dalam 72
jam pertama, cenderung menetap dan prognosisnya buruk.
• Cedera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis yang
lebih baik. Apabila fungsi sensoris di bawah lesi masih ada, maka
kemungkinan untuk kembali berjalan adalah lebih dari 50%
• Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk
cedera medula spinalis traumatika dan direkomendasikan oleh National
Institute of Health di Amerika serikat.
• Terapi okupasional terutama ditujukan untuk memperkuat dan
memperbaiki fungsi ekstremitas atas, mempertahankan kemampuan
aktivitas hidup sehari-hari/ activities of daily living (ADL).
• Penelitian prospektif selama 3 tahun menunjukkan bahwa suatu program
rehabilitasi yang terpadu (hidroterapi, elektroterapi, psikoterapi,
penatalaksanaan gangguan kandung kemih dan saluran cerna)
meningkatkan secara signifikan nilai status fungsional pada penderita
cedera medula spinalis
PROGNOSIS
• Sebuah penelitian prospektif selama 27 tahun menunjukkan bahwa rata-
rata harapan hidup pasien cedera medula spinalis lebih rendah dibanding
populasi normal. Penurunan rata-rata lama harapan hidup sesuai dengan
beratnya cedera. Penyebab kematian utama adalah komplikasi disabilitas
neurologik yaitu : pneumonia, septikemia, dan gagal ginjal
• Penelitian Muslumanoglu dkk terhadap 55 pasien cedera medula spinalis
traumatik (37 pasien dengan lesi inkomplet) selama 12 bulan
menunjukkan bahwa pasien dengan cedera medula spinalis inkomplet akan
mendapatkan perbaikan motorik, sensorik, dan fungsional yang bermakna
dalam 12 bulan pertama.