laporan mastikasi

38
BAB I DASAR TEORI Beberapa fungsi penting tubuh yang terlibat dalam proses makan antara lain pengunyahan, gerakan lidah, perasa, penelanan, dan salivasi. Selain bagian tubuh yang berperan langsung pada proses makan, secara fisiologis beberapa organ juga ikut berperan dalam menimbulkan keinginan dan selera makan yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, dan keterlibatan susunan saraf pusat. 1.1 Pengunyahan/Mastikasi Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik N. Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus di batang otak. Di dalam mulut, makanan mengalami peoses mastikasi untuk mempermudah mencerna makanan dan merangsang sekresi saliva. Proses mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung terus menerus sebagaimana dijelaskan sebagai berikut. 1 | LAPORAN FISIOLOGI REFLEKS MUNTAH 14-41

Upload: iffund

Post on 10-Dec-2015

130 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

laporan mastikasi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan mastikasi

BAB I

DASAR TEORI

Beberapa fungsi penting tubuh yang terlibat dalam proses makan antara

lain pengunyahan, gerakan lidah, perasa, penelanan, dan salivasi. Selain bagian

tubuh yang berperan langsung pada proses makan, secara fisiologis beberapa

organ juga ikut berperan dalam menimbulkan keinginan dan selera makan yaitu:

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan keterlibatan susunan saraf pusat.

1.1 Pengunyahan/Mastikasi

Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot

pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak

rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses

pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan

laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik N.

Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus di batang

otak.

Di dalam mulut, makanan mengalami peoses mastikasi untuk

mempermudah mencerna makanan dan merangsang sekresi saliva. Proses

mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung terus menerus

sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.

(1) Pada saat makanan akan masuk ke dalam mulut akan merangsang refleks

inhibisi otot-otot pengunyahan, yang menstimulasi membukanya rongga mulut

karena rahang bawah turun.

(2) Penurunan ini segera menginisiasi refleks regang otot-otot rahang yang

menyebabkan kontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara otomatis

mengangkat rahang bawah sehingga terjadi penutupan rongga mulut dan

oklusi gigi-gigi.

(3) Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya bolus yang berada di atas permukaan

oklusal gigi bergerak ke arah pipi.

(4) Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi otot-otot

rahang sehingga mulut kembali terbuka.

1 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 2: laporan mastikasi

(5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat kembali

makanan ke atas permukaan gigi-gigi dan mencampur makanan dengan enzim

pencernaan di rongga mulut. Kondisi ini akan terus menerus terjadi sehingga

terjadi pemecahan ukuran partikel makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk

ditelan. Kecepatan pencernaan makanan sangat tergantung pada luas

permukaan total yang dapat menghasilkan getah lambung. Penghancuran

makanan menjadi parikel-partikel halus berfungsi mncegah ekskorias/lukanya

saluran pencernaan. Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf kranialis

ke-12, Hypoglossus.

1.1.2 Komponen dalam Proses Mastikasi

Fungsi-fungsi dalam proses makan diatur oleh Nervus kranialis :

a. Saraf Kranial VII (Nervus Facialis)

Merupakan saraf sensoris dan motoris. Berasal dari Pons (sudut

serebelopontin) di atas olive. Inti di nukleus facialis , nukleus solitarius, nukleus

salivarius superior. Nervus facialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, belly

posterior otot-otot digastrik, dan otot stapedius. Saraf sensoris menerima rangsang

rasa dari 2/3 anterior lidah, dan mempersarafi kelenjar liur (kecuali kelenjar

parotis) dan kelenjar lakrimalis; terletak di kanalis akustikus internal, memanjang

ke kanalis facialis dan keluar di foramen stilomastoideus.

b. Saraf Kranial IX (Nervus Glossofaringeus)

Merupakan saraf motorik dan sensoris. Berasal dari medulla. Inti

ambiguus, inti salivarius inferior, inti solitarius. Nervus glossofaringeus menerima

rangsang rasa dari 1/3 belakang lidah, mempersarafi kelenjar parotis, dan

mempersarafi gerakan stilofaringeus. Beberapa sensasi juga di relay ke otak dari

tonsila palatina. Sensasi di relay ke talamus sisi yang berlawanan dan beberapa

inti hipotalamik. terletak di foramen jugularis.

c. Saraf Kranial X (Nervus Vagus)

Merupakan saraf sensoris dan motoris. Keluar dari sulkus posterolateral

medulla. Inti ambiguus, inti vagal motor dorsal, inti solitarius. Nervus vagus

2 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 3: laporan mastikasi

mempersarafi gerakan brakhiomotorik untuk hampir semua otot-otot faringeal dan

laringeral (kecuali otot stafilofaringeus, yang dipersarafi oleh nervus

glossofaringeus); nervus vagus juga sebagai serat parasimpatik untuk hampir

semua organ-organ viscera dada dan perut turun ke fleksura splenikus; dan nervus

vagus juga menerima sensasi rasa khusus dari epiglotis. Fungsi utama :

mengontrol otot-otot suara dan resonansi. Gejala kerusakan : disfagia (masalah

menelan), insufisiensi velofaringeal. Terletak di foramen jugularis.

d. Saraf Kranial XII (Nervus Hipoglosus)

Merupakan saraf motorik. Berasal dari medulla. inti hipoglosal.

mempersarafi otot-otot pergerakan lidah (kecuali otot palatoglossus yang

dipersarafi nervus vagus) dan otot-otot glossal lainnya. Penting untuk menelan

(formasi bolus) dan artikulasi bahasa. terletak di kanal hipoglosal.

1.1.3 Penelanan

Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada

dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Pada proses penelanan

makanan digerakkan dari faring menuju esophagus. Proses penelanan terdiri dari

tiga fase, yaitu:

(1) Fase Volunter

Makanan ditelan secara sadar.Makanan ditekan atau didorong ke

bagian belakang mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan

kebelakang terhadap palatum sehingga lidah memaksa bolus makanan masuk

ke dalam orofaring. Proses menelan pada fase ini seluruhnya atau hamper

seluruhnya terjadi secara otomatis dan biasanya tidak dapat dihentikan.

(2) Fase Faringeal

Setelah makanan didorong ke belakang mulut, ia merangsang daerah

reseptor menelan yang semuanya terletak di sekitar orofaring, khususnya

tonsil. Selanjutnya, impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian

kontraksi otot faring dengan jalan sebagai berikut.

a. Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior, untuk mencegah

refluks makanan ke rongga hidung.

3 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 4: laporan mastikasi

b. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling

mendekati hingga membentuk celah sagittal sebagai jalan masuk makanan

ke posterior-faring.

c. Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglottis terdorong ke belakang

ke atas pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya

makanan ke dalam trakea.

d. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang melekat

pada os hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esophagus.

e. Selanjutnya, bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas) berelaksasi

sehingga memungkinkan makanan berjalan dari posterior faring ke dalam

esophagus bagian atas. Pada saat menelan sfingter tetap berkontraksi

secara tonik dengan kuat untuk mencegah udara masuk ke dalam

esophagus saat bernapas.

f. Pada saat laring terangkat dan sfingter esophagus atas relaksasi, m.

konstriktor faringis superior berkontraksi sehingga menimbulkan

gelombang peristaltik cepat yang berjalan ke bawah melewati otot-otot

faring dan masuk ke esophagus serta mendorong makanan masuk ke

esophagus bagian bawah. Mekanisme menelan pada stadium faringeal ini

berlangsung selama 1-2 detik.

Impuls saraf pada fase faringeal dihantarkan dari daerah-daerah tersebut

melalui bagian sensoris N. Trigeminus dan N. Glosofaringeus menuju ke formasio

retikularis medulla oblongata dan bagian bawah pons sebagai pusat penelanan,

yang erat hubungannya dengan traktus solitaries sebagai penerima impuls sensoris

dari mulut. Selanjutnya, impuls motoris dari pusat menelan ke faring dan bagian

atas esophagus dihantarkan melalui saraf kranial ke V, IX, X dan XII serta

beberapa nervous servicalis superior.

(3) Fase Esofagus

Fungsi utama esophagus yaitu menghantarkan makanan dari faring ke

lambung.Sfingter bagian bawah esophagus berelaksasi setelah melakukan

gelombang peristaltic dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam

lambung.Sfingter kemudian berkontraksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi

4 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 5: laporan mastikasi

lambung ke dalam esophagus. Gelombang peristaltic esophagus hamper

seluruhnya dikontrol oleh refleks vagus yang merupakan sebagian dari

keseluruhan mekanisme menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung

kira-kira dalam waktu 5-10 detik.Refleks ini dihantarkan melalui serat aferen

vagus dari esophagus ke medulla oblongata dan kembali lagi ke esophagus

melalui serat eferen vagus.

1.1.4 Mekanisme Mastikasi

Mengunyah ialah mengigit dan menggiling makanan di antara gigi atas

dan bawah. Gerakan lidah dan pipi pembantu dengan memindah-mindahkan

makanan lunak ke palatum keras dan ke gigi-gigi.(Pearce,2002:108)

Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara predaran darah, otot

pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo mandibula, jaringan lunak

rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses

pengunyahan ini antara lain: bibir, pipi, lidah, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva,

faring, dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang

motorik N.trigeminus khususnya saraf yang mandibularis yang dikontrol oleh

nuleus batang otak.

Pada umumnya otot-otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik

dari saraf kranial kelima dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam

batang otak. Perangsangan formasia retikularis dekat pusat batang otak untuk

pengecapan dapat menimbulkan pergerakan mengunyah yang ritmis secara

kontinu. Demikian pula perangsangan area di hipotalamus, amigdala dan bahkan

di korteks serebri dekat area sensor untuk pengecapan dari penghidu sering kali

dapat menimbulkan gerakan mengunyah (guyton, 1997:999).

Di dalam mulut, makanan mengalami proses mastikasi untuk

mempermudah mencerna makanan dan merangsang sekrei saliva. Proses

mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung secara terus-

menerus, meliputi :

1. Pada saat makanan masuuk ke dalam mulut akan merangsang refleks

inhibisi oto-oto pengunyahan, yang menstimulasi membukanya rongga

mulut karena rahang bawah turun.

5 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 6: laporan mastikasi

2. Penurunan ini segera menginisiasi refleks regang otot-otot rahang yang

menyebabkan kontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara

otomatis mengangkat rahang bawah sehingga terjadi penutupan ringga

mulut dan oklusi gigi-gigi

3. Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya bolus yang berada di atas

permukaan oklusal gigi bergerak ke pipi

4. Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi

otot-otot rahang sehingga mulut kembali terbuka

5. Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat

kembali makanan ke atas permukaan gigi-gigi dan mencampur

makanan dengan enzim pencernaan di rongga mulut. Kondisi ini akan

terus-menerus terjadi sehingga terjadi pemecahan ukuran partikel

makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk ditelan. Kecepatan

pencernaan mekanan sangat tergantung pada luas permukaan total

yang dapat menghasilkan getah lambung. Penghancuran makanan

menjadi partikel-partikel halus berfungsi mencegah eskoriasi/lukanya

saluran pencernaan. Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf

kranialis ke-12, hypoglossus.

Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan makanan.

Mengunyah akan membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut:

karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan,

kecepatan pencernaan sangat bergantung pada total area permukaan yang terpapar

dengan sekresi usus(Guyton dan Hall,1997:1000)

Otot utama untuk pengunyahan adalah masseter, otot temporalis dan otot

pterygoideus medial dan lateral. (Pearce,2002:180)

Fungsi saliva salah satunya adalah melembabkan dan melumasi makanan

sehingga dapat ditelan. (Sloane,2000:283)

Proses selanjutnya pada sistem pencernaan yaitu menelan . menelan adalah

suatu reflek yang diatur melalui nervus vagus dan suatu pusat pada medula

oblongata ( ganong, 1983 : 420 ). Menelan dilakukan setelah mengunyah dan

dapat dilukiskan dalam tiga tahap :gerakan membentuk makanan menjai sebuah

6 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 7: laporan mastikasi

bolus dengan batuan lidah dan pipi dan melalui bagian belakang mulut masuk ke

dalam faring. (Pearce,2002:182).

Proses menelan adalah mekanisme yang kompleks , terutama karena faring

pada hampir setiap melakukan beberapa fungsi lain disamping menelan dan hanya

diubah dalam beberapa detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan. Yang

terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu akibat menelan. Pada

umumnya, menelan dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter, yang mencetuskan

proses menelan, (2) tahap faringeal,yang bersifat involunter dan membantu

jalannya makanan melalui faring ke dalam esofagus, (3) tahap esofageal, fase

involunter yang mempermudah jalannya makanan dari faringke lambung ( guyton,

1667 : 1000 ).

Rasa pahit, bila timbul dengan intensitas yang tinggi, biasanya membuat

manusia atau hewan membuang makanan tersebut. Ini tidak diragukan lagi

merupakan fungsi yang bermakna penting dari sensasi rasa pahit karena banyak

toksik yang mematikan yang terdapat dalam tanaman beracun yang merupakan

alkaloid dan semua ini dapat menimbulkan rasa yang sangat pahit. (Guyton dan

Hall,1997:842)

1.2 Refleks Muntah (Gagging Refleks)

Refleks muntah (gagging refleks) dianggap suatu mekanisme fisiologis

tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang

berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea.

Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan dalam dua

kelompok yaitu (1) somatic (stimulasi saraf sensoris berasal dari kontak langsung

pada area sensitive yang disebut trigger zone, mis : sikat gigi, makanan,

meletakkan benda di dalam rongga mulut), dan (2) psikogenik (distimulasi di

pusat otak yang lebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, mis : penglihatan,

suara, bau, perawatan kedokteran gigi).

Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama/sangat

spesifik. Pada beberapa orang Trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral

lidah, posterior palatum, dinding posterior faring, dan lain-lain. Impuls

rangsangan saraf ini akan diteruskan ke otak melalui N. Glosso-faringeus, dan

7 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 8: laporan mastikasi

motoriknya akan dibawa kembali oleh N. Vagus. Selain tempat tersebut, (gagging

refleks) dapat juga disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran

pencernaan, perokok berat, gigi tiruan, variasi anatomi dari palatum molle,

perubahan posisi tubuh yang sangat cepat atau pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan.

Mekanisme refleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Pada tahap awal dari iritasi gastro-intestinal atau distensi yang berlebihan,

akan terjadi gerakan anti peristaltis (beberapa menit sebelum muntah).

(2) Anti peristaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik menuju duodenum

dan lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.

(3) Kemudian pada bagian saat traktus gastro intestinal, terutama duodenum,

menjadi sangat meregang, peregangan ini yang menjadi faktor pencetus yang

menimbulkan tindakan muntah.

(4) Pada saat muntah, kontraksi instrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun

pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus

bagian bawah, sehingga mambuat muntahan bergerak ke esophagus.

Selanjutanya kontraksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan keluar.

(5) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu

rangsangan khususnya kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal

maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medulla (terletak

dekat traktus solitaries). Reaksi motoris ini otomatis akan menimbulkan efek

muntah. Impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan

dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus

gastro intestinal bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot

abdomen.

(6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma dengan rangsangan

kontraksi semua dinding otot abdomen. Keadaan ini memeras perut diantara

diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekana intragrastik

sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esophagus bagian bawah

berelaksasi secara lengkap, membuat isi lambung ke atas melalui esophagus.

(7) Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa reflesk yang terjadi di ronggal

mulut yaitu (1) bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan faring untuk

8 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 9: laporan mastikasi

mengangkat sfingter esophagus bagian atas hingga terbuka, (3) penutupan

glottis, (4) pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior

(daerah yang paling sensitive di dalam rongga mulut berbagai rangsangan).

Cara mencegah refleks gagging yaitu dengan diberikannya es balok

(berkumur dengan air es berulang kali), karena es balok (air es) memiliki suhu

rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk menyampaikan rangsang

menuju pusat muntah.Sehingga sensitivitas pasien dapat berkurang. Selain itu,

beberapa cara dapat digunalkan unutk menekan efek gagging refleks antara lain

relaksasi, mengalihkan perhatian, metode desensitisasi, terapi psikologis dan

perilaku, anetsei lokal, sedasi, general anestesi, terapi obat-obatan, hipnotik, dan

akupuntur.

1.2.1 Koordinasi Gerakan Lidah

Lidah merupakan organ stomatognatik berotot yang dilapisi oleh mukosa

yang memiliki reseptor pengecap.Lidah memiliki kemampuan untuk bergerak ke

segala arah. Selain memiliki fungsi sebagai alat pengecap, lidah membantu proses

pengunyahan makanan.

9 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 10: laporan mastikasi

BAB II

HASIL PENGAMATAN

2.1 Pengunyahan

a. Kekuatan Gigit Maksimal

Jenis kelamin

orang cobaGigi

Kedalaman gigit

Kanan (cm) Kiri (cm)

Insisiv pertama 0.3 0.2

Kaninus 0.7 0.5

Molar pertama 0,5 1.0

Insisiv pertama 0.8 0.8

Kaninus 0.5 0.7

Molar pertama 0.4 0.3

b. Efisiensi Kunyah

Perhitungan efisiensi kunyah

Pengunyahan 20 kali

NA= (N+S)-S NA = Berat Sisa Makanan

= 25,12 – 11,52 N = jumlah sisa makanan setelah dikunyah

= 13,6 gram S= berat saringan

Berat nasi : 9,39 g

Berat sisa makanan : 13,6 g

Efisiensi kunyah= Berat sisa makanan : Berat nasi sebelum dikunyah x 100%

= 13,6 : 9,39x 100 %

= 144,83 %

Pengunyahan 15 kali

NA= (N+S)-S NA = Berat Sisa Makanan

= 25,7 – 11,52 N = jumlah sisa makanan setelah dikunyah

= 14,18 gram S= berat saringan

10 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 11: laporan mastikasi

Berat nasi : 9,39 g

Berat sisa makanan : 14,18 g

Efisiensi kunyah= Berat sisa makanan : Berat nasi sebelum dikunyah x

100%

= 14,18 : 9,39x 100 %

= 151,01 %

Pengunyahan 10 kali

NA= (N+S)-S NA = Berat Sisa Makanan

= 24,9 – 11,52 N = jumlah sisa makanan setelah dikunyah

= 13,38 gram S= berat saringan

Berat nasi : 9,39 g

Berat sisa makanan : 13,38 g

Efisiensi kunyah= Berat sisa makanan : Berat nasi sebelum dikunyah x

100%

= 13,38: 9,39x 100 %

= 142,49 %

Jenis kelamin

orang coba

Efisiensi kunyah

20 kali 15 kali 10 kali

Perempuan 144,83% 151,01% 142,49%

c. Kelelahan pada Otot Wajah

Jenis kelamin orang coba Waktu kunyah (awal kunyah – lelah)

Perempuan 3 menit 57 detik ( 340 kunyahan )

11 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 12: laporan mastikasi

d. Gerakan Lidah pada saat Mengunyah

J

e

n

i

s

k

e

l

a

m

i

n

o

r

a

n

g

c

o

b

a

P

o

s

i

s

i

l

i

d

a

h

B

en

tu

k

U

k

u

r

a

n

(

n

o

r

m

a

l

/

t

i

d

a

k

)

P

e

r

e

m

p

u

R

e

l

a

k

s

a

Pi

pi,

le

ba

r

N

o

r

m

a

l

12 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 13: laporan mastikasi

a

n

s

i

A

n

t

e

r

i

o

r

Pa

nj

an

g ,

te

ba

l

N

o

r

m

a

l

L

a

t

e

r

a

l

Pa

nj

an

g,t

eb

al,

m

el

en

gk

un

g

N

o

r

m

a

l

P

o

s

t

e

r

i

o

r

M

el

en

gk

un

g

ke

be

la

ka

N

o

r

m

a

l

13 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 14: laporan mastikasi

ng

m

e

n

g

u

n

y

a

h

Ti

da

k

m

en

en

tu

N

o

r

m

a

l

2.2 Pemeriksaan Proses Menelan

a. Pemeriksaan Palpasi pasa Saat Menelan

Jenis kelamin

orang cobaPola gerakan

Perempuan Normal yaitu gerakan adam apple keatas , kebawah lalu keatas lagi

b. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Perlakuan Respon orang coba

Dengan pemijatan Penguyahan terasa lebih mudah dan lebih cepat halus

Tanpa pemijatan Sedikit kesulitan mengunyah

Kemudahan menelan: Kemudahan menelan didapatkan ketika orang coba

mengunyah dan menelan dengan pemijatan karena terjadi peningkatan sekresi

saliva.

c. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

Jenis kelamin

orang coba

Kemudahan menelan dan respon orang coba

1 : 1 1 : 2 1 : 3

Perempuan Sulit ditelan

karena ukuran

Agak mudah Sangat

mudah

14 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 15: laporan mastikasi

masih besar ditelan ditelan

2.3 Refleks Muntah (Gagging Refleks)

a. Pengaruh Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Lokasi Respon orang coba (refleks muntah)

Ujung lidah Tidak terjadi respon

Dorsal lidah Terjadi respon

Lateral kiri Tidak terjadi respon

Lateral kanan Tidak terjadi respon

Anterior Tidak terjadi respon

Posterior Terjadi respon

Posterior palatum Terjadi respon

Uvula Terjadi respon degan cepat

Tonsil Terjadi respon

Faring atas (jika bisa) Tidak terjadi respon

Yang paling sensitif

adalah:Uvula

b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah

lokasiRespon orang coba (reflek muntah)

Air es Air hangat

Ujung lidah tidak terjadi respon tidak terjadi respon

Dorsal lidah tidak terjadi respon tidak terjadi respon

Lateral kiri tidak terjadi respon tidak terjadi respon

Lateral kanan tidak terjadi respon tidak terjadi respon

Anterior tidak terjadi respon tidak terjadi respon

Posterior terjadi respon tapi lama terjadi respon

Posterior palatumterjadi respon tapi lama Terjadi respon dengan

cepat

Uvula Terjadi respon agak Terjadi respon dengan

15 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 16: laporan mastikasi

cepat cepat

TonsilTerjadi respon dengan

cepat

Terjadi respon dengan

cepat

Faring atas (jika bisa) - -

Yang paling sensitif

adalah :

Tonsil Posterior palatum

Uvula

Tonsil

c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah

jenis kelamin orang

coba

Daerah yang ditetes Reaksi orang coba

Perempuan Posterior lidah Terdapat pengaruh

ganging reflek dan rasa

pahit

Laki-laki Posterior lidah Terdapat ganging

reflek dan rasa pahit

PERTANYAAN

1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan

perempuan? Jelaskan mengapa?

2. Apa ada perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan?

Jelaskan mengapa?

3. Mengapa makanan ada yang mudah di telan danada yang sukar? Jelaskan

mengapa?

4. Mengapa rasa pahit dapat merangsang refleks muntah?

JAWABAN PERTANYAAN

1. Ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dengan

perempuan karena disebabkan laki-laki secara genetik memiliki fisik yang

lebih besar dari perempuan. Hal ini dikarenakan pengaruh hormonal dan

kegiatan serta aktivitas dari perbedaan kelamin tersebut.

16 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 17: laporan mastikasi

2. Ada perbedaan kekuatan gigit maksimal antara laki-laki dengan

perempuan karena biasanya laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih

besar daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk

menahan beban sama pada laki-laki dan perempuan. Faktor yang

membatasi daya gigit tidak begitu jelas, namun refleks protektif mungkin

saja dihasilkan oleh reseptor pada jaringan periodontal dan mengahalangi

kontraksi dari otot-otot pengunyahan ketika beban menjadi sangat tinggi.

3. Makanan ada yang mudah di telan dan ada yang sukar dikarenakan

tergantung pada kandungan air di dalam makanan tersebut. Makanan yang

kering atau sedikit mengandung air cendurung lebih sulit ditelan,

sedangkan makanan yang lembut dan mengandung lebih banyak air akan

lebih mudah tertelan dan tidak menimbulkan nyeri.

4. Rasa pahit dapat merangsang refleks muntah karena pahit dapat dirasakan

pada bagian posterior lidah dan palatum molle dimana daerah tersebut

merupakan daerah rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada

CTZ ini terdapat adanya rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging

refleks, khususnya pada bagian posterior rongga mulut.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengunyahan

a. Kekuatan Gigit Maksimal

Kekuatan gigit maksimal adalah kekuatan gigi untuk menggigit secara

maksimal. Dimana biasanya laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar

daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan beban

sama pada laki-laki dan perempuan. Kekuatan gigit maksimal diukur antara gigi

molar pertama dan sedikit demi sedikit berkurang untuk gigi sebelahnya, semakin

ke proksimal, kekuatan gigit semakin berkurang pada gigi insisiv. Sumber lain

menyatakan bahwa premolar dan insisiv memiliki kekuatan gigit 1/3 dari

kekuatan gigit yang dihasilkan oleh gigi molar.

17 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 18: laporan mastikasi

Faktor yang membatasi daya gigit tidak begitu jelas, namun refleks

protektif mungkin saja dihasilkan oleh reseptor pada jaringan periodontal dan

mengahalangi kontraksi dari otot-otot pengunyahan ketika beban menjadi sangat

tinggi, jaringan periodontal akan mendistribusikan tekanan lebih luas, sehingga

menyebabkan mechanoreseptor pada jaringan periodontal beraksi.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada orang coba berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan memiliki hasil yang berbeda.Hal ini sesuai

dengan teori bahwa kekuatan gigit maksimal antara laki-laki dengan perempuan

lebih besar laki-laki. Namun pada gigi molar pertama laki-laki lebih kecil dari

pada kekuatan gigit molar pertama perempuan, hal ini tidak sesuai dengan teori.

Mungkin hal ini dikarenakan tinggi mahkota klinis dan sudut kontak gigi geligi

antagonis yang kurang baik sehingga membuat kekuatan gigit gigi di bawah

normal.

b. Efisiensi Kunyah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki efisiensi kunyah sebesar

144,83% pada pengunyahan 20 kali, 151,01% pada pengunyahan 15, dan

142,49% pada pengunyahan 10 kali. Efisiensi yang melibihi 100% (batas

maksimum efisiensi) ini disebabkan karena setelah kunyah, nasi mengandung

banyak air dan saliva, serta adanya air dan saliva yang tertimbang sehingga

membuat nasi sisa kunyah menjadi lebih berat dari sebelum dikunyah.

Berdasar teori bahwa kekuatan gigit maksimal laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan, tetapi antara keduanya terbukti mempunyai efisiensi kunyah

yang sama. Jika kekuatan gigit meningkat maka jumlah kunyahan menurun,

demikian sebaliknya jika kekuatan gigit menurun maka jumlah kunyah

meningkat. Jika jumlah kunyahan meningkat maka lama penelanan menurun,

demikian sebaliknya jika jumlah kunyah menurun maka lama penelanan

meningkat. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang memiliki kemampuan

beradaptasi yang besar dengan mengkompensir kekurangan dan kelebihan fungsi

kunyahnya.

18 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 19: laporan mastikasi

Hasil efisiensi dengan orang coba berjenis kelamin perempuan pada

kelompok kami tidak sesuai teori. Dalam teorinya semakin banyak jumlah kunyah

semakin besar efisiensi kunyah. Tetapi pada kelompok kami dengan kunyahan 15

kali memiliki efisiensi yang lebih besar daripada hasil kunyahan 20 kali dan 10

kali. Hal ini dikarenakan berat nasi sebelum dikunyah memiliki berat yang tidak

sama persis untuk pengunyahan pada 10,15 dan 20 kali. Selain itu jumlah sisa

makanan stelah dikunyah dan volume air yang dituangkan pada sisa makanan

setelah dikunyah tidak sama persis sehingga menyebabkan efisiensi kunyah tidak

sesuai teori.

c. Kelelahan pada Otot Wajah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan merasakan otot mulutnya benar-benar letih

(terasa kaku) pada menit ke 3 lebih 57 detik .

Berdasarkan teori bahwa pergerakan pengunyahan tidak dipengaruhi oleh

jumlah gigi geligi natural yang masih ada. Telah dibuktikan bahwa seseorang

dengan jumlah gigi geligi natural yang lebih sedikit dan tentu saja kontak oklusal

yang lebih sedikit, memiliki perbedaan jumlah pergerakan pengunyahan yang

tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki gigi

geligi yang masih lengkap.

Jumlah pergerakan mastikasi bergantung pada jenis makanan, contohnya

pada pengunyahan telur dan daging. Jumlahnya pergerakan yang dihasilkan akan

lebih banyak pada orang yang menguyah daging dibandingkan dengan orang yang

menguyah telur. Dan permen karet merupakan suatu jenis makanan yang memiliki

tekstur kenyal sehingga membutuhkan pergerakan mastikasi yang banyak.

d. Gerakan Lidah pada Saat Pengunyahan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan orang coba berjenis

kelamin perempuan. Didapatkan hasil bahwasannya subjek digolongkan dalam

kategori normal. Dikarenakan dari pengamatan yang dilakukan dengan

menganalisi bentuk, warna, ukuran, dan tekstur didapatkan gerakan yang normal.

Lidah dikatakan normal apabila pada gerakan ke samping secara refleks lidah

19 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 20: laporan mastikasi

tidak akan menyentuh gigi, melainkan melewati permukaan gigi dan menyentuh

mukosa mulut.

Pada posisi lidah di anterior bentuk lidah panjang dan tebal, ukuran

normal, warna merah muda dan tekstur lembut, pada posisi ini lidah mengalami

sedikit kontraksi sehingga menyebabkan bentuk dan teksturnya berubah dari

posisi relaksasi. Pada posisi lidah di lateral terlihat bentuk lidah

memanjang ,menebal dan melengkung, ukurannya normal, warnanya merah muda

lebih gelap, dan teksturnya lembut, hal ini disebabkan karena saat lidah mencapai

lateral terjadi kontraksi yang sangat kuat. Pada posisi posterior terjadi perubahan

bentuk dan ukuran yaitu melengkung ke belakang dan normal. Sedangkan pada

saat mengunyah lidah bergerak ke anterior posterior.

2. Pemeriksaan Proses Menelan

a. Pemeriksaan Palpasi pasa saat Menelan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki pola gerakan saat melakukan

penelanan yaitu bolus masuk lalu terjadi tekanan pada laring hingga terdorong ke

depan disertai dengan prominensia thyroid yang terangkat sehingga bolus dapat

lewat dan akhirnya prominensia thyroid kembali ke posisi semula. Pergerakan

tersebut berjalan normal yaitu tanpa adanya hambatan.Sehingga dapat dikatakan

bahwa orang coba memiliki gerakan pola penelanan yang normal.

b. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan merasakan bahwa pengunyahan yang

disertai dengan pemijatan lebih memudahkan penelanan karena makanan lebih

halus dan berair.Sedangkan pengunyahan yang tanpa disertai dengan pemijatan

orang coba tetap dapat menelan tanpa hambatan.

Berdasarkan literature pengunyahan yang disertai pemijatan justru lebih

mudah atau lebih nyaman karena dengan pemijatan dapat mengurangi spasme otot

yang terjadi akibat digunakan untuk mengunyah. Berdasarkan percobaan yang

telah dilakukan telah sesuai dengan literature yang ada. Hal ini dapat disebabkan

20 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 21: laporan mastikasi

saat operator melakukan pemijatan pada orang coba pemijatannya sudah benar,

sehingga tidak menimbulkan rasa mengganggu pada orang coba. Selain itu ketika

dilakukan pemijatan juga dapat membantu dalam proses mengunyah karena di

daerah pemijatan terdapat kelenjar saliva dimana jika dilakukan pemijatan pada

daerah tersebut maka akan merangsang sekresi dari kelenjar saliva sehingga dapat

membantu proses pengunyahan.

c. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki kemampuan yang cukup baik

untuk penelanan dalam berbagai jenis makanan, nasi dalam berbagai

perbandingan kadar air yang digunakan untuk memasaknya.

Orang coba dengan percobaan nasi dengan perbandingan air yang

digunakan yaitu 1:1 memiliki pengunyahan yang paling susah, yaitu proses

menelan lebih susah. Lalu pada percobaan nasi dengan perbandingan air yang

digunakan yaitu 1:2 memiliki pengunyahan yang mudah dibandingkan dengan

percobaan sebelumnya, proses menelan lebih mudah dari sebelumnya. Dan pada

percobaan nasi dengan perbandingan air yang digunakan yaitu 1:3 memiliki

pengunyahan yang paling mudah diantara ketiga percobaan yang dilakukan, yaitu

dengan proses menelan yang paling mudah.

Hal ini disebabkan karena tekstur dari makanan sangat mempengaruhi dari

tingkat kemudahan maupun tingkat kesuliatan dari pengunyahan makanan itu

sendiri. Dimana makin lembut tekstur suatu makanan akan makin mudah suatu

makanan untuk dikunyah, sebaliknya makin kasar tekstur suatu makanan maka

akan makin sulit suatu makanan untuk diikunyah

.

3. Percobaan Reflkes Muntah (Gagging Refleks)

a. Pengaruh Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki gangging refleks dengan

spesifikasi sebagai berikut, pada bagian ujung lidah, lidah anterior bagian lidah

lateral kiri, bagian lidah lateral kanan, ketika dilakukan percobaan, orang coba

21 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 22: laporan mastikasi

tidak merasakan gagging refleks hanya terasa bahwa ada suatu sentuhan. Pada

bagian dorsal lidah, lidah posterior, palatum bagian posterior orang coba

merasakan gagging refleks sedang. Sedangkan pada uvula, faring atas dan tonsil

orang coba merasakan gagging refleks yang kuat.

Hali ini dikarenakan pada bagian posterior lidah merupakan daerah

rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat adanya

rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging refleks, khususnya pada bagian

posterior rongga mulut. Uvula merupakan daerah paling sensitif karena letak

uvula dekat dengan Trigger Zone sehingga daerah paling sensitive terjadinya

gangging reflek.

b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan memiliki gangging refleks dengan

spesifikasi sebagai berikut, pada bagian ujung lidah, lidah anterior bagian lidah

lateral kiri, bagian lidah lateral kanan, ketika dilakukan percobaan, orang coba

tidak merasakan gagging refleks hanya terasa bahwa ada suatu sentuhan. Pada

bagian dorsal lidah, lidah posterior, palatum bagian posterior orang coba

merasakan gagging refleks sedang. Sedangkan pada uvula, faring atas dan tonsil

orang coba merasakan gagging refleks yang kuat.

Pada percobaan pengaruh suhu dan sentuhan terhadap gagging refeks

digunakan dua jenis air, yaitu air es dan air panas. Hasil dari kedua air tersebut

adalah sama seperti penjelasan kedua paragraph sebelumnya hanya yang

membedakan adalah ketika menggunakan air dingin, gagging refleks yang

dirasakan tidak sekuat ketika sebelum diberi air dingin. Ketika diberi air hangat

maka gangging refleks akan sama seperti ketika tidak diberi respon suhu.

Hali ini dikarenakan pada bagian posterior palatum merupakan daerah

rangsang muntah atau Trigger Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat adanya

rangsang maka akan dapat menyebabkan gagging refleks, khususnya pada bagian

posterior rongga mulut. Juga disebabkan oleh adanya pengaruh suhu, yaitu suhu

dingin yang dapat menekan respon gagging refleks karena pada suhu dingin

sistem syaraf bekerja lebih lambat.

22 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 23: laporan mastikasi

c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa orang

coba yang berjenis kelamin perempuan pada saat ditetesi kina (rasa pahit)

merasakan mual (gagging refleks). Penetesan ini dilakukan pada bagian yang

paling sensitive yakni bagian posterior dari lidah.

Menurut teori yang ada, rasa pahit adalah rasa yang kuat dan dapat

merangsang refleks muntah karena pahit dapat dirasakan pada bagian posterior

lidah dimana daerah tersebut merupakan daerah rangsang muntah atau Trigger

Zone (CTZ). Bila pada CTZ ini terdapat adanya rangsang maka akan dapat

menyebabkan gagging refleks, khususnya pada bagian posterior rongga mulut.

BAB IV

KESIMPULAN

Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara peredaran darah, otot

pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak

rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun, organ tubuh yang terlibat dalam proses

pengunyahan ini antara lain: bibir, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring, dan

laring.Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada

dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Pada proses penelanan

makanan digerakkan dari faring menuju esophagus. Refleks muntah dianggap

suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing

atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui

faring, laring atau trakea. Cara mencegah refleks gagging yaitu dengan

diberikannya es balok (berkumur dengan air es berulang kali), karena es balok (air

23 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 24: laporan mastikasi

es) memiliki suhu rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk

menyampaikan rangsang menuju pusat muntah.Sehingga sensitivitas pasien dapat

berkurang.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Chandra. 2004. Testbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and Occlusion.

New Delhi: Jaypee Brothers Publishers.

Ganong, F. William. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jilid I Edisi 17.

Jakarta: EGC.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Textbook of Medical Physiology. 9th

ed.Philadelphia,Pennsylvania: W. B. Saunders.

Hamzah, Zahreni, dkk. 2013. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blok

Stomatognasi II Edisi II. Jember: Universitas Jember.

Murphy WM. 1971. The Effect of Complete Dentures Upon Taste Perception. Br

Dent J. Hal.130, 201-205.

24 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1

Page 25: laporan mastikasi

25 | L A P O R A N F I S I O L O G I R E F L E K S M U N T A H 1 4 - 4 1