laporan magang
TRANSCRIPT
ii
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL : Laporan Magang Mahasiswa TPL ATIM di Dinas Koperasi,
UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo
DISUSUN OLEH : WULANDANI PRIANA
TM125161
Manajemen Teknik Industri
Akademi Teknik Industri Makassar
DASAR : Surat Pengantar Direktur Akademi Teknik Industri Makassar
tentang Magang Bagi Mahasiswa Program TPL di Dinas
Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo.
Sengkang, 7 September 2013
Disetujui :
Kepala Bidang Perindustrian/
Pembimbing Penulis
Dra. Hj. Firdahsyari, M.Si WULANDANI PRIANA
NIP. 19660727 198602 2 006 NIM. 125161
Mengetahui :
Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan
Perindustrian Kabupaten Wajo
Drs. M. Arifin
Pangkat : Pembina TK I,IV/b
NIP. 19561231 199303 1 021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini dibuat dalam rangka melaksanakan tugas Praktek Kerja Lapangan
(PKL) atau Magang bagi mahasiswa Tenaga Penyuluh Lapangan Industri Kecil dan
Menengah Akademi Teknik Industri Makassar Angkatan 2013. Laporan ini disajikan
dalam bentuk yang mudah dipahami dan dimengerti.
Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan yang terdapat dalam laporan ini
sebagai keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, sehubungan dengan hal
tersebut, penulis selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritikan yang
membangun sebagai upaya perbaikan.
Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. M. Arifin, selaku Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan
Perindustrian Kabupaten Wajo
2. Ibu Dra. Hj. Firdahsyari, M. Si, selaku Kepala Bidang Perindustrian dan
sekaligus sebagai pembimbing
3. Ibu Musdalifah, SP, selaku Kepala Seksi Industri Hasil Pertanian
4. Ibu Yuliana, ST, selaku Staf Seksi Industri Kimia dan Kerajinan
5. Seluruf staf Dinas Perindustrian Kabupaten Wajo yang telah memberikan
partisipasi dan bantuannya kepada penulis
6. Seluruh rekan-rekan yang telah membantu penulisan laporan ini
Semoga segala bantuan yang penulis terima mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat diterima sebagai sumbangan pikiran yang
bernilai membangun.
Sengkang, 7 September 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................. i
Halaman Pengesahan....................................................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................................................. iii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan........................................................................................................... 5
A. Latar Belakang..................................................................................................... 5
B. Visi dan Misi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian................................. 7
Bab II Profil Daerah......................................................................................................... 8
A. Kondisi Geografis................................................................................................ 8
B. Karakteristik Daerah............................................................................................ 9
C. Kecamatan............................................................................................................ 9
D. Potensi Daerah..................................................................................................... 10
E. Sektor Industri...................................................................................................... 12
F. Sektor Pariwisata................................................................................................. 12
Bab III Sektor Industri Kabupaten Wajo......................................................................... 14
Bab IV Identifikasi IKM.................................................................................................. 18
A. IKM yang Dikunjungi.......................................................................................... 17
B. Profil IKM............................................................................................................ 18
C. Permasalahan yang ada dalam IKM.................................................................... 19
D. Solusi.................................................................................................................... 19
Bab V Penutup................................................................................................................. 21
Kesimpulan...................................................................................................................... 21
Saran................................................................................................................................ 21
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industry
yakni kelompok industri hulu (kelompok industri dasar), kelompok industri hilir,
dan kelompok industri kecil. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang
bersangkutan dengan cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan
atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi (UU RI No.5 Tahun 1984
tentang Perindustrian).
Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-
bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah,
sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan
proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan
manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu
menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya
produktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka
jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah.
Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu
negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin
kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau
pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya,
pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku,
tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain
faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara
juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar
dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin
beranekaragam jenis industrinya.
Dalam Undang-Undang Perindustrian (Undang-Undang Nomor 5 Th.
1984) dinyatakan bahwa untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang
ii
ekonomi dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang
menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan
terpadu dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta
mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana
yang tersedia.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan
industri membawa pengaruh yang sangat besar sekali terhadap perkembangan
perekonomian Indonesia. Industri memegang peranan yang menentukan dalam
perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan
diupayakan perkembangannya.
Ada beberapa jenis industri salah satunya adalah Industri Kecil dan
Menengah atau disingakat IKM. Industri Kecil dan Menengah adalah sebuah
istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998
pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan
perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) 3.
Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.
Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM,
dimasing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota yang dapat digunakan
meningkatkan strategi UKM.
ii
B. Visi dan Misi Dinas Perindustrian Kabupaten Wajo
Visi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian Kabupaten Wajo adalah :
“Mewujudkan Koperasi, UMKM, Industri, dan Perdagangan yang
Kondusif, Tangguh, dan Mandiri untuk Meraih Segmen Pasar yang
Lebih Luas”
Misi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian Kabupaten Wajo adalah :
Meningkatkan kualitas Produksi dan Pengelolaan manajemen usaha
Koperasi UMKM, Industri, dan Perdagangan;
Mendorong pertumbuhan Koperasi UMKM, Industri, dan Perdagangan;
Penguatan jaringan kelembagaan Koperasi UMKM, Industri dan
Perdagangan;
Pengembangan Infrastruktur komoditi unggulan;
Pengawasan Evaluasi kegiatan usaha Koperasi UMKM, Industri, dan
Perdagangan.
BAB II
ii
PROFIL DAERAH
Kabupaten Wajo adalah salah satu Daerah Tingkat II
di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini
terletak di Sengkang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah
2.056,19 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 400.000
jiwa. Bupati Wajo saat ini adalah Drs. Andi Burhanuddin
Unru, MM.
A. Kondisi Geografis
Kabupaten wajo dengan ibu kotanya Sengkang, terletak dibagian tengah
Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar
Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, memanjang pada arah laut Tenggara dan
terakhir merupakan selat, dengan posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan
119º 53º-120º 27 BT.
Batas wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Soppeng,
- Sebelah Timur : Teluk Bone
- Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Sidrap
Luas wilayahnya adalah 2.506,19 Km² atau 4,01% dari luas Propinsi
Sulawesi Selatan dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah
86.297 Ha (34,43%) dan lahan kering 164.322 Ha (65,57%).
Pada tahun 2007 Kabupaten Wajo telah terbagi menjadi 14 wilayah
Kecamatan, selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan di dalamnya
terbentuk wilayah-wilayah yang lebih kecil, yaitu secara keseluruhan terbentuk 44
wilayah yang berstatus Kelurahan dan 132 wilayah yang berstatus Desa.
Masing-masing wilayah kecamatan tersebut mempunyai potensi sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda meskipun perbedaan itu relatif
kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif sama untuk
menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya.
B. Karakteristik Daerah
ii
Kabupaten Wajo berada pada ketinggian antara 0.s.d. 500 meter dari atas
permukaan daerah 3 dimensi yang memiliki sumberdaya alam dengan yang
terbagi atas:
1. Tanah berbukit/pegunungan (ketinggian 25 s.d 100 meter dpi seluas 7.378
Ha) berjejer dari selatan yang di mulai dari Kecamatan Tempe ke Utara
memasuki Wilayah kecamatan Maniangpajo, Gilireng, keera, dan
Pitumpanua. Hamparan luas yang merupakan sumber daya hutan
berfungsi sebagai konservasi dan pengamanan tat guna air yang
berkesinambungan.
2. Tanah daratan rendah (0.s.d 25 meter dpi seluas 205.588 Ha) merupakan
hamparan lahan persawahan, perkebunan/tegalan pada wilayah Timur,
tengah dan Barat,
3. Danau Tempe yang merupakan danau terluas di Provinsi Sulawesi
Selatan berada di kawasan, Tengah dan Barat, sedangkan sebelah Timur
terbentang pantai pesisir sepanjang 103 km termasuk kawasan Teluk
Bone. Kawasan ini merupakan wilayah untuk pengembangan perikanan
dan budidaya tambak.
Di samping itu kabupaten Wajo di dukung juga dengan potensi dengan
sumber air yang cukup besar untuk pengairan air bersih. Baik air tanah maupun
pemurkaan yang terdapat di danau dan di sungai-sungai besar seprti sungai Bila,
Walennai, Gilireng, Cendranai dan Aw
C. Kecamatan
Kabupaten Wajo dulunya terdiri dari 10 kecamatan, akan tetapi sejak
tahun 2000 terjadi pemekaran hingga saat ini terdapat 14 kecamatan, yaitu:
1. Belawa
2. Bola
3. Gilireng
4. Keera
5. Majauleng
6. Maniang Pajo
7. Pammana
8. Penrang
9. Pitumpanua
10. Sabbang Paru
ii
11. Sajoanging
12. Takkalalla
13. Tana Sitolo
14. Tempe
D. Potensi Daerah
1. Sutera
Sengkang yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Wajo letaknya
kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi SUlawesi Selatan
sejak dulu dikenal sebagai kota niaga karena masyarakatnya yang sangat
piawai dalam berdagang. Berbagai macam kebutuhan hidup seperti
pakaian, sepatu, tas, barang elektronik, kain dan kain sarung bahkan
kebutuhan pokok lainnya konon memiliki harga yang relatif murah jika
dibandingkan di daerah lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika
Sengkang menjadi salah satu kota dengan perputaran ekonomi yang sangat
tinggi di Sulawesi Selatan.
2. Perikanan dan Kelautan
- Potensi Perikanan Laut Kabupaten Wajo memiliki laut yang
memiliki garis pantainya sepanjang 103 Km yang meliputi enam
kecamatan. Panjang garis pantai ini sangat mendukung pengelolaan
potensi perikanan laut. Penangkapan ikan pada umumnya masih
menggunakan sistem tradisional sehingga input teknologi
penangkapan berupa sarana pendukung dan peralatan alat tangkap
modern sangat dibutuhkan. Selain itu investasi pendirian Pabrik Es
juga diperlukan dalam penyediaan Es untuk penanganan hasil
tangkapan. Berdasarkan data Tahun 2007 produksi perikanan laut
mencapai 18.432 ton.
- Perikanan Darat di Kabupaten Wajo lebih banyak didukung oleh
perairan umum termasuk didalamnya Danau, Sungai, Rawa. Tahun
2007 potensi perikanan di perairan umum mencapai luas sekitar
16.409 Ha dengan hasil produksi sekitar 18.292,8 ton, budidaya air
payau/tambak seluas 12.880 Ha menghasilkan produksi sekitar
20.833,7 ton, demikian juga budidaya air tawar/kolam seluas 88,25
Ha menghasilkan produksi sekitar 4,7 ton. Guna lebih mendukung
ii
penanganan produksi darat ini maka dibutuhkan investasi
pembangunan Hatchery, Pabrik Es, dan Cold Storage.
Nilai Produksi Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Wajo Tahun 2009 (dalam Ribuan Rupiah)
No. KecamatanPerikanan Laut Perikanan Darat
Jumlah Perikanan Laut Jumlah Perairan Umum
1. Sabbangparu 22,817,500 - 22,817,545 22,817,500
2. Tempe 14,327,000 - 14,327,000 14,327,000
3. Pammana 9,741,000 - 9,757,000 9,741,000
4. Bola 5,291,700 1,486,700 75,068,600 3,805,000
5. Takkalalla 2,870,650 2,573,150 35,559,625 297,500
6. Sajoanging 5,640,442 5,640,442 77,234,820 -
7. Penrang 1,873,697 1,873,697 60,206,100 -
8. Majauleng 4,125,000 - 4,305,860 4,125,000
9. Tanasitolo 7,215,000 - 7,215,000 7,215,000
10. Belawa 7,887,000 - 7,887,000 7,887,000
11. Maniangpajo 3,246,500 - 3,247,040 3,246,500
12. Gilireng - - - -
13. Keera 1,225,350 1,225,350 20,333,801 -
14. Pitumpanua 7,398,657 7,398,657 17,513,601 -
Jumlah 93,659,496 20,197,996 355,472,992 73,461,500
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wajo
3. Pertanian
- Tanaman Padi
- Tanaman Jagung
- Tanaman Bahan Makanan Lain (Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang
Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau
- Tanaman Perkebunan
Kabupaten Wajo juga menghasilkan tanaman perkebunan yang
merupakan komoditas ekspor, banyak dikembangkan di Kecamatan
Pitumpanua, Kecamatan Keera, dan Kecamatan Sajoanging.
Luas Areal & Produksi Perkebunan Kab. Wajo Tahun 2009
ii
No. Jenis KomoditasLuas
(Ha)
Produksi
(Ton)Lokasi Sentra (Kecamatan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kelapa Dalam
Kelapa Hibrida
Kako
Jambu Mete
Cengkeh Lada Vanila
Lada
Vanila
7.252
2.341
17.950
4.032
4.162
304
230
5.193
1.023
5.739
666.8
3.090
52.5
30.0
Sabbangparu, Pammana, Tanasitolo
Sabbangparu, Pammana, Tanasitolo
Pitumpanua, Keera, Gilireng, Sabbangparu,
Majauleng
Maniangpajo, Majauleng, Keera, Gilireng
Pitumpanua, Keera
Pitumpanua
Pitumpanua, Keera
E. Sektor Industri
Pengembangan industry di wilayah Kabupaten Wajo merupakan sektor
penting untuk dikembangkan. Salah satunya adalah sektor industri persuteraan
alam dan pertenunan, serta meubel kayu yang merupakan komoditi andalan sektor
industri. Sektor industri pertenunan sutera khusunya sangat potensial untuk
dikembangkan, kegiatan ini merupakan pekerjaan turun temurun disebahagian
masyarakat dan tidak sedikit masyarakat yang menjadikan pekerjaan ini sebagai
mata pencaharian pokoknya, terutama masyarakat yang berdomisili di Kecamatan
Tanasitolo yang merupakan pusat industri sutera di Kabupaten Wajo. Hal ini
disebabkan karena mereka sudah turun temurun menjadikan pekerjaan ini sebagai
penopang kehidupan mereka. Tempat yang strategis ditopang dengan tingkat
pengetahuan yang sudah turun temurun diajarkan mengakibatkan wilayah ini
dijadikan pusat perindustrian sutera di Kabupaten Wajo. Dengan perkembangan
sektor industri sutera diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan dan
peningkatan taraf hidup masyarakat.
F. Sektor Pariwisata
Meliputi wisata alam Danau Tempe di Kecamatan Tempe dan danau-
danau lainnya (Lapongpakka, Lampulung, Buaya, Penrang Riawa, Cenranae,
Dori’e, Lapollo), Bendungan Kalola, Taman Perburuan Rusa di di Desa Sogi
Kecamatan Maniangpajo, agrowisata sutera daun (Kecamatan Sabbangparu),
wisata budaya berupa atraksi budaya Maccera Tappareng yang diadakan setiap
bulan Agustus, Atraksi Pernikahan Mappacci, Mappanre Lebbe dan
ii
Mappasilellung Botting, Kawasan Budaya Rumah Adat Atakkae di pinggir Danau
Lampulung (Kecamatan Pammana), Situs Tosora di Kecamatan Majauleng. Untuk
ke depannya, bisa dipertimbangkan wisata industri sutera di beberapa kecamatan
di Wajo (Tempe, Tansitolo, Sajoangin, Sabbangparu, Pammana).
BAB III
ii
SEKTOR INDUSTRI KABUPATEN WAJO
Salah satu komoditas industri yang cukup terkenal dan mengharumkan nama Kota
Sengkang adalah Sarung Sutera (Lipa’sabbe To Sengkang) yang banyak dikembangkan di
Kecamatan Tanasitolo dan Kecamatan Sabbangparu, mampu menembus pasar sampai ke
Mancanegara. Tahun 2007 industri pertenunan telah dikembangkan sebanyak 6.787 unit
usaha, yang dapat menyerap tenaga kerja sekitar 19.544 orang dengan nilai investasi +
Rp. 8.176 M dan hasil produksi + Rp. 34.432 M produksi tersebut mengguakan ATBM
dan pertenunan Gedongan. Sedangkan ATBM tersebut diproduksi oleh sebagian besar
masyarakat Kecamatan Tanasitolo.
Guna pengembangan lebih lanjut hasil sutra di Kabupaten Wajo maka dibutuhkan
perhatian instansi terkait dalam penyediaan bahan baku dan investasi ATBM
Dobby/Songket, Input Teknologi Finishing, Batik Sutra, Pasar Grosir/Mini Mall,
Deversifikasi, dan perluasan areal tanaman murbey makanan ulat sutra.
Potensi industri yang lainnya adalah Industri Gerabah di Kampiri Kecamatan
Pammana, Industri Anyam-Anyaman di Desa Cinnongtabi Kecamatan Majauleng,
Industri Gula Tebu di Waetuo Kecamantan Tanasitolo adalah beberapa industri yang
cukup potensial untuk dikembangkan dengan memberikan input teknologi, bantuan
permodalah, dan pemasaran. EcengGondok yang melimpah (unlimited) di wilayah Danau
Tempe, sungai, dan rawa-rawa di Kabupaten Wajo sangat potensial untuk dikembangkan
menjadi bahan utama industri kerajinan, makanan ternak, dan bahan pupuk organik.
Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Investasi Menurut Kelompok Industri di
Kabupaten Wajo Tahun 2009
No. Kelompok IndustriUnit
UsahaTenaga Kerja
Investasi
1. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 962 3,967 19,148,820
2. Industri Tekstil, Pakaian jadi, Permadani dan Kulit 7,745 22,301 8,851,567
3.Industri Kayu dan Barang-Barang dari kayu termasuk perabot rumah tangga
570 1,370 2,342,887
4.Industri Kertas dan barang-barang dari kertas percetakan dan penerbitan
114 303 1,189,483
5.Industri Kimia dan barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik
8 54 565,149
6.Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
152 611 970,719
ii
7. Industri Logam dasar - - -
8.Industri Barang-barang dari logam mesin dan peralatannya
316 913 11,381,207
9. Industri Pengolahan lainnya 605 1,046 946,790
Jumlah 10,4723 30,565 45,396,622
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo
Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi menurut Jenis Sentra Industri
Kecil di Kabupaten Wajo
No. Jenis Sentra IndusriUnit
UsahaTenaga Kerja
Investasi
1. Sentra Pengeringan Ikan 36 61 5,541
2. Sentra Pembuatan Gula Merah 27 27 15,000
3. Sentra Pembuatan Gula Tebu 12 25 870
4. Sentra Pengolahan Pisang 22 91 2,300
5. Sentra Pengolahan Tembakau 12 74 46,350
6. Sentra Pemintalan Sutera 98 289 170,000
7. Sentra Pencoletan Benang 82 282 10,883
8. Sentra Pertenunan Gedokan 1.070 1.070 846,400
9. Sentra Pertenunan ATBM 835 875 1,830,450
10. Sentra Bata Merah 40 261 131,612
11. Sentra Anyam-Anyaman 25 55 2,300
12. Sentra Meubel kayu 19 65 1,113,415
13. Sentra Pembuatan Tampah 17 50 4,550
14. Sentra Gerabah 30 58 480,000
15. Sentra Kerang-Kerangan - - -
16. Sentra Meubel besi - - -
17. Sentra Elektronik 13 36 867,200
18. Sentra Perbengkelan 45 96 546,868
Jumlah 2,383 3,415 6,073,739
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo
Perkembangan Komoditi Unggulan Sektor Industri Di Kabupaten Wajo Tahun
2009
ii
Jenis UsahaUnit
UsahaTenaga Kerja
Nilai
Investasi Produksi
Industri Pertenunan 6,790 19,578 8,732,634 35,710,261
Industri Meubel Kayu 40 468 875,768 4,641,584
Industri Penyosohan Besar (Penggilingan Padi)
138 1,000 70,637,089 170,190,247
Jumlah 6,968 21,046 80,245,491 210,542,092
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo
Jumlah Perusahaan yang memperoleh Surat Izin Usaha Perdangangan Menurut
Golongan Usaha di Kabupaten Wajo
No. KecamatanPerusaahaan
JumlahBesar Sedang Kecil
1. Sabbangparu - - 7 7
2. Tempe 6 36 200 242
3. Pammana - 2 7 9
4. Bola - - 14 14
5. Takkalalla - 1 14 15
6. Sajoanging - 4 5 9
7. Penrang - 2 4 6
8. Majauleng - 1 7 8
9. Tanasitolo - 3 24 27
10. Belawa - 2 11 13
11. Maniangpajo - 4 6 10
12. Gilireng - - 1 1
13. Keera - 2 3 5
14. Pitumpanua - 7 21 28
Jumlah 6 64 324 394
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo
BAB IV
IDENTIFIKASI IKM
A. IKM yang Dikunjungi
ii
Nama IKM
UD. RATU
Pemilik IKM
- Nama : Ibu Hj. A. Misda
- Umur : 42 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
Tahun Berdiri IKM
2005
Alamat IKM
Jl. Anggrek
Produk
- Abon Ikan Tuna
- Abon Ikan Marling
- Abon Ikan Gabus
- Abon Ikan Bandeng
- Abon Ikan Lele
- Abon belut
- Abon Ayam
Harga Produk
- Abon Ikan Tuna : Rp 15.000,- / 100 gram
- Abon Ikan Marling : Rp 15.000,- / 100 gram
- Abon Ikan Gabus : Rp 20.000,- / 100 gram
- Abon Ikan Bandeng : Rp 15.000,- / 100 gram
- Abon Ikan Lele : Rp 20.000,- / 100 gram
- Abon belut : Rp 18.000,- / 100 gram
- Abon Ayam : Rp 22.000,- / 100 gram
- Bakso Ikan : Rp 35.000,- – Rp 40.000,- / kilogram
Sumber bahan bakunya
- Ikan Air Tawar : Danau Tempe
- Ikan Air Laut : Perairan di Siwa dan Sinjai
- Ayam : Pasar lokal kota Sengkang
Pemasaran (Distribusi)
Daerah antar kabupaten
ii
- Wajo
- Enrekang
- Soppeng
- Bone
- Sidrap
- Pare – Pare
- Pangkep
- Makassar
Karyawan / Pekerja
- Jumlah : 17 Orang
- Gaji : Rp 50.000,- / Orang
- Jam Kerja : Pagi 08.00 – Sore 04.00 / Malam 08.00
- Hari Kerja : Tergantung ada / tidaknya bahan baku
Produksi per-bulan
± 400 kg
B. Profil IKM
Salah satu industri pengolahan ikan yang cukup besar di Wajo adalah UD Ratu
yang terletak di Jl Anggrek, Sengkang. Industri ini dibina oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan serta Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo.
Jika bahan baku tersedia, produksi juga normal. Bahkan, sering mencapai dua
ton per bulan.
Ikan tawar yang diolah menjadi abon maupun bakso tidak sembarang. Selain
warna daging ikan harus berwarna putih, juga tekstur daging paling menentukan
untuk menghasilkan kualitas produksi yang bagus. Misalnya daging harus berserat
dan kenyal.
Namun, yang sering diolah UD Ratu milik Andi Misda umumnya ikan Gabus dan
Belut. Alasannya, pemasaran ikan-ikan tersebut bagus dan sering dikonsumsi
masyarakat.
Dalam proses pengolahan abon ikan dan bakso, Andi Misda dibantu 17 karyawan
termasuk didalamnya tenaga pemasaran yang siap memasarkan ke para langganan.
Sarana dan prasarana (mesin) yang digunakan pun cukup lengkap dan canggih.
Saat ini, abon dan bakso tersebut diproduksi dalam bentuk kemasan aluminium
foil dan plastik mika. Harganya cukup bervariasi, tergantung berat dan jenisnya. Yang
ii
jelas, untuk berat 100 gram, kisaran Rp 15ribu – Rp 22ribu. Sementara untuk bakso
ikan harganya Rp35 ribu - Rp40 ribu per kilogram.
Andi Misda mengatakan, pemasaran abon dan bakso ikan ini di Wilayah Wajo,
Enrekang, Soppeng, Bone, Sidrap, Parepare, Pangkep dan Makassar. Sementara di
Kabupaten Wajo, bekerjasama dengan pemilik toko untuk dijajakan.
"Kalau untuk dibawah jauh, biasanya orang memilih yang kemasan aluminium
karena lebih tahan. Seperti jika ada yang mau pergi tanah suci banyak yang pesan,
begitupun juga yang ingin bepergian jauh," tandasnya, kemarin.
Perempuan berusia 42 tahun itu mengaku usaha yang dirintisnya sejak tahun 2005
akan dikembangkannya menjadi perusahaan besar dan bisa membuka lapangan kerja
baru bagi masyarakat setempat. Apalagi, produksi tersebut sudah mendapat sertifikasi
halal, izin dari BPOM dan Dinas Kesehatan.
Menurutnya, yang terbesar omzetnya adalah UD Ratu. Jika normal omzetnya bisa
mencapai Rp500 juta perbulan. Namun jika jika produksi tidak normal karena
kesulitan bahan baku, maka hanya Rp100 juta setiap bulan.
C. Permasalahan yang ada dalam IKM
Adapun permasalahan yang terdapat dalam IKM yang dapat penulis tarik adalah:
1. Bahan baku yang musiman menyebabkan produksi tidak
teratur dan terjadwal
2. Terbatasnya daerah pemasaran hasil produksi
3. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen usaha
4. Kurangnya pengetahuan tentang pemasaran dan promosi
5. Terbatasnya akses pasar
D. Solusi
Adapun Solusi yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengambil / memesan bahan baku dari berbagai tempat berbeda yang berbeda
musim.
2. Selain mengirim / mendistribusikan hasil produksi ke daerah-daerah tertentu,
pemasaran hasil produksi juga dapat dilakukan dengan melalui internet atau biasa
disebut system online, atau system door to door yang berarti membawa hasil
produksi langsung kepada konsumen.
3. Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya
dalam pengembangan usahanya. Selain itu, juga perlu diberi kesempatan untuk
ii
menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui
pengembangan kemitraan rintisan.
4. Pelatihan / seminar tentang system pemasaran dan cara-cara promosi yang baik.
5. Pemerintah perlu membuka akses bagi industri kecil dan menengah agar dapat
dengan mudah bekerja sama dengan industri – industri besar dan mengekspor
hasil produksinya keluar negeri.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Sektor industry di kabupaten Wajo merupakan salah satu sector yang sangat
menunjang perekonomian masyarakat yang berdomisili di kabupaten Wajo. Hal ini
ii
dikarenakan sebagian besar masyarakat kabupaten Wajo bekerja sebagai pengusaha /
pedagang. Ada kurang lebih 388 industri kecil dan menengah dengan berbagi macam
jenis usaha di kabupaten wajo yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Karena Industri
Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.
Saran
Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari
pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku
ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi
tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam
memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusianya.
Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal
masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi.
Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengembangan terhadap unit usaha UKM, antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru,
akses informasi, akses pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM,
ketersediaan layanan pengembangan usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan
kompetisi.
Selain itu peran serta seluruh elemen masyarakat dan elemen pemerintahan sangat
diharapkan untuk pengembangan industri kecil dan menengah kedepannya.