laporan lokakarya · laporan lokakarya supported by: ... bp. peter van rooij. ... di jawa timur...

60
Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur Surabaya, 4-5 April 2011 LAPORAN LOKAKARYA Supported by: SWEDISH INTERNATIONAL DEVELOPMENT COOPERATION AGENCY

Upload: lyngoc

Post on 28-May-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur

Surabaya, 4-5 April 2011

LAPORAN LOKAKARYA

Supported by:

SWEDISH INTERNATIONAL DEVELOPMENTCOOPERATION AGENCY

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

2

Daftar Isi

A. Latar Belakang 3

B. Executive Summary 5

C. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan: Kesimpulan dan Pokok-Pokok Diskusi 7

D. Lampiran 31

3

LATAR BELAKANGA.

1 Conceptual dan Methodological Guide to Employment Diagnostic Analysis / Panduan Konseptual dan Metodologi untuk Analisa Diagnostik Pekerjaan, (Geneva & Jakarta: ILO, 2010) Draf.

Menindaklanjuti permintaan kerjasama dalam bidang analisa ketenagakerjaan dan perencanaan ketenagakerjaan di tingkat provinsi dari BAPPENAS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional), sebuah lokakarya mengenai analisa diagnostik ketenagakerjaan yang berfokus pada Jawa Timur diselenggarakan bersama oleh ILO dan Bappeda Provinsi Jawa Timur (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) di Surabaya, 4-5 April 2011.

Tujuan utama dari lokakarya ini adalah untuk mencapai pemahaman bersama mengenai sifat hambatan dan tantangan utama dalam menciptakan lapangan kerja produktif di Jawa Timur sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan yang efektif. Lokakarya selama dua hari ini merupakan kegiatan yang sangat interaktif dimana para peserta mengambil peran utama dalam melakukan analisa dan identifi kasi terhadap hambatan, tantangan dan peluang utama untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja produktif di Jawa Timur. Analisa bersama yang terstruktur ini berdasarkan pada sebuah metodologi yang dikembangkan khusus untuk tujuan ini oleh ILO.1 Kesimpulan dari analisa bersama ini menjadi dasar untuk diskusi mengenai prioritas-prioritas pembuatan kebijakan dan intervensi publik lainnya, dengan pandangan untuk mendorong penciptaan lapangan kerja produktif secara meluas dan berkelanjutan baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Hasil-hasil utama dari lokakarya tersebut adalah:

1. Pemahaman bersama terhadap hambatan dan tantangan dalam mewujudkan pertumbuhan yang merata dan menghasilkan banyak lapangan kerja. Pemahaman bersama ini dapat membantu dalam menentukan masalah-masalah prioritas yang menghambat pertumbuhan kesempatan kerja sehingga respon kebijakan yang diambil dapat menjadi lebih fokus dan efektif.

2. Kesepakatan bersama mengenai kebijakan dan intervensi yang diperlukan guna meningkatkan jumlah lapangan kerja produktif di Maluku, khususnya untuk mendorong pengembangan lapangan kerja produktif di tiga sektor di Maluku, yaitu sektor pertanian, perikanan dan pariwisata, yang diidentifi kasi sebagai sektor-sektor strategis dalam strategi pembangunan provinsi.

3. Pelatihan dengan praktik langsung mengenai analisa diagnostik ketenagakerjaan.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

4

5

Dalam lokakarya selama dua hari tersebut terdapat partisipasi aktif dari pejabat pemerintah (Provinsi Jawa Timur dan 3 kabupaten: Sampang, Sidoarjo dan Probolinggo), serikat pekerja (termasuk Serikat Pekerja Migran), KADIN (Kamar Dagang Indonesia), Bank Indonesia, Bank Jatim, Koperasi Perempuan, Asosiasi Petani, Asosiasi UKM dan perwakilan dari akademisi. Diskusi kelompok didasarkan pada temuan-temuan analisa diagnostik awal yang terstruktur, yang dipresentasikan kepada peserta selama dua hari lokakarya.2

Lokakarya dibuka oleh Kepala Bidang Pemerintahan dan Masyarakat, Ibu Yuniarti SH, MSi dari Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Direktur Kantor ILO di Jakarta, Bp. Peter van Rooij.

Pada hari pertama lokakarya, situasi perekonomian dan bursa tenaga kerja di Jawa Timur saat ini dibahas secara ekstensif. Kepala Bidang Pemerintahan dan Masyarakat, Ibu Yuniarti SH, MSi, mempresentasikan visi dan fokus utama Rencana Pembangunan Jawa Timur (lihat Lampiran 3). Ahli Ketenagakerjaan dan Pembangunan Senior, Dr. Per Ronnas (ILO Jenewa), kemudian memperkenalkan dasar-dasar konseptual dari metodologi analisa diagnostik ketenagakerjaan. Setelah peserta mengenal dan memahami metodologi tersebut, Dr. Ronnas menyajikan temuan-temuan utama dari analisis situasi awal, serta dinamika ekonomi dan bursa tenaga kerja di Jawa Timur (lihat Lampiran 4 dan 5).

Hasil dari analisa diagnostik awal menunjukkan dua persoalan utama pembangunan di Jawa Timur, yaitu persoalan dengan kualitas pembangunan sumber daya manusia dan kapasitas sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan produktif di satu sisi, dan akses ke lahan di sisi yang lain. Persoalan-persoalan ini secara khusus kemudian dibahas dalam sesi siang. Presentasi singkat dari Leyla Shamchiyeva (ILO Jenewa) mengenai sumber daya produktif di Jawa Timur (lihat Lampiran 6) diikuti oleh diskusi kelompok dimana peserta memilih pertanyaan-pertanyaan yang mereka anggap paling relevan untuk diskusi kelompok. Para peserta mengakui adanya persoalan pengembangan sumber daya manusia dan membahas tantangan-tantangan untuk meningkatkan relevansi dan kualitas, serta akses yang merata ke pendidikan.

Analisa sistuasi ketenagakerjaan menyimpulkan bahwa terdapat dua persoalan yaitu pendidikan dan lapangan kerja di Jawa Timur. Di satu sisi, terdapat pekerja miskin dengan tingkat pendidikan yang rendah dan produktivitas yang rendah, sementara di sisi lain, terdapat tingkat pengangguran yang tinggi diantara mereka yang berpendidikan tinggi. Persoalan kedua ini khususnya mempengaruhi kaum muda yang tampaknya mengalami kesulitan untuk masuk ke bursa tenaga kerja sejak dini.

RINGKASAN EKSEKUTIFB.

2 Untuk rinciannya lihat agenda dalam Lampiran 1.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

6

Sesi terakhir hari itu fokus kepada kinerja ekonomi Jawa Timur serta tingkat dan kualitas pertumbuhan di provinsi tersebut. Sesi ini menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan perluasan peluang lapangan kerja yang produktif (lihat Lampiran 7). Dalam diskusi kelompok selanjutnya, para peserta membahas tentang bagaimana meningkatkan produktivitas dan penghasilan dari sektor pertanian dan pengolahan hasil pertanian (agro-processing) – kedua sektor ini diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan di Jawa Timur dan berpotensi mengurangi defi sit lapangan kerja produktif di provinsi Jawa Timur.

Sebagai hasil dari diskusi kelompok dalam sesi ini, lima bidang penting untuk meningkatkan lapangan kerja produktif di Jawa Timur diidentifi kasi, yaitu (lihat Lampiran 7b):

1. Pengembangan sumber daya manusia (khususnya pendidikan dan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan permintaan bursa tenaga kerja melalui pengumpulan dan penyebaran informasi bursa tenaga kerja yang lebih baik) (Aspek 1.2 dari pohon ketenagakerjaan.)

2. Akses ke keuangan yang belum maksimal (Aspek 2.1.2)

3. Rendahnya imbal balik sosial dari investasi, khususnya infrastruktur (Aspek 2.1.3)

4. Pasar yang kurang berfungsi dengan baik dan kurang berkembang (Aspek 2.1.6).

5. Masih terbatasnya dukungan terhadap lingkungan usaha (Aspek 2.2.2).

Hari terakhir fokus pada diskusi mengenai penyebab-penyebab ketidaksetaraan dalam akses ke lapangan kerja produktif (lihat Lampiran 8); serta membahas tiga dimensi ketidaksetaraan yang dianggap sangat penting:

Kesetaraan berbasis gender

Ketidakmerataan antara daerah pedesaan dan perkotaan

Ketidakmerataan antara daerah-daerah yang berbeda (kabupaten/kota) dalam provinsi.

Guna memastikan bahwa pembangunan mempertimbangkan kesetaraan, semua kebijakan dan intervensi perlu dirancang sedemikian rupa dengan memastikan bahwa pembangunan tersebut memberikan manfaat bagi semua orang dan tidak hanya beberapa orang dan mengurangi ketidaksetaraan dengan efektif. Untuk mencapai ini, para peserta lokakarya melakukan kerja kelompok untuk mengidentifi kasi dan menanggapi aspek-aspek kesetaraan yang penting dalam tiga dimensi yang diidentifi kasi – berbasis gender, pedesaan-perkotaan, dan geografi s – berkaitan dengan lima bidang penting untuk meningkatkan lapangan kerja produktif yang telah diidentifi kasi sebelumnya. Hasil dari latihan-latihan ini disajikan dalam Lampiran 9.

Sesi terakhir lokakarya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi yang pro-rakyat miskin, pro-pekerjaan dan pro-pertumbuhan perlu diarusutamakan kedalam kebijakan dan intervensi-intervensi lainnya yang ditujukan untuk menanggapi tantangan-tantangan pembangunan di lima bidang prioritas yang telah diidentifi kasi.

2. Sektor jasa, khususnya layanan publik dan swasta, saat ini adalah sektor utama penyedia lapangan pekerjaan di Jawa, jauh diatas sektor pertanian dan manufaktur, yang tidak berkelanjutan.

3. Sebagian besar penduduk usia kerja di Jawa Timur berkeahlian rendah, sementara mayoritas dari pengangguran adalah lulusan sekolah menengah pertama dan atas. Pengembangan

7

keterampilan yang rendah membatasi kapasitas pekerja untuk menjadi produktif. Alasan dibalik sumber daya manusia yang kurang berkembang dan kurangnya akses serta kualitas pendidikan dan pelatihan keterampilan yang rendah serta informasi bursa tenaga kerja terutama di daerah, dan biaya pendidikan menengah yang tinggi, membuat kesempatan kerja tidak dapat diakses oleh seperlima kuintil penduduk miskin dari populasi.3 Dicatat juga bahwa sejumlah besar keluarga menempatkan anak mereka di pesantren karena pesantren merupakan pilihan lebih terjangkau untuk sekolah konvensional, namun hal ini tidak tercermin dalam statistik karena pesantren seringkali tidak diakui secara resmi. Karena sekolah-sekolah ini tidak bertanggungjawab terhadap badan pengawas atau peraturan publik apapun, kualitas pendidikan yang disediakan tidaklah terstandard dan bahkan bisa dipertanyakan pada saat mencari kerja. Seringkali pendidikan yang diperoleh di sekolah (formal maupun informal, seperti pesantren) berkualitas rendah dan tidak sesuai dengan permintaan bursa tenaga kerja. Alhasil, bahkan lulusan sekolah menengah pun menghadapi persoalan dalam memasuki bursa tenaga kerja. Akhirnya, tidak ada mekanisme untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi bursa tenaga kerja serta menggunakan informasi ini untuk membangun sumber daya manusia dan menyiapkan pelatihan yang sesuai. Pelatihan keterampilan dan penyebaran informasi juga diperlukan di tingkat sektoral, contohnya di sektor pertanian dalam bentuk program pelatihan kejuruan untuk para petani termasuk pelatihan dalam mengoperasikan dan mengelola koperasi, dan layanan penyuluhan pertanian.

4. Koperasi keuangan mikro dan kredit desa serta bentuk-bentuk pendanaan lain kurang aktif melakukan pendekatan bagi petani, berakibat pada kurangnya akses modal bagi petani-petani skala kecil yang diidentifi kasi sebagai hambatan utama dalam pembangunan di sektor pertanian. Tingkat simpanan rendah, yang membatasi jumlah modal yang tersedia untuk investasi pada kepemilikan lahan. Lembaga keuangan lokal tidak menanggapi kebutuhan kredit musiman (selama periode penanaman ke panen) di sektor pertanan dan sebagai akibatnya, petani seringkali terpaksa masih menggunakan jasa “ijon”.

5. Kurangnya akses informasi pasar – khususnya mengenai harga dan pembeli serta tren dalam pasar internal dan eksternal – mengarah ke kurang memadainya pengelolaan hasil panen di banyak wilayah. Fasilitas pengolahan hasil pertanian juga kurang berkembang; rantai antara sektor pertanian dan menufaktur tidak dikembangkan dengan baik.

6. Infrastruktur yang kurang berkembang dan tidak dipelihara dengan baik juga dilaporkan sebagai sebuah hambatan terhadap penciptaan ekonomi yang dinamis, yang dapat mengintegrasikan semua wilayah dalam provinsi menjadi satu pasar tunggal. Persoalan infrastruktur ini juga memperparah perkembangan pertumbuhan pedesaan-perkotaan dan ketidakmerataan. Dibandingkan provinsi-provinsi lain, baik investasi swasta dan publik di Jawa Timur tampaknya relatif rendah.

7. Tingkat pembangunan pendukung ekonomi yang rendah ini memperlambat pertumbuhan ekonomi yang seharusnya terjadi dan produktivitas tenaga kerja di provinsi Jawa Timur.

8. Lingkungan bisnis juga tidak berkembang dengan merata antar kabupaten; beberapa kabupaten masih tertinggal di belakang yang lain – contohnya, Madura. Kurangnya transparansi dan ketersediaan informasi serta birokrasi yang rumit dan tidak konsisten telah mengakibatkan rendahnya investasi di sektor pertanian (baik investasi asing dan dalam negeri).

3 Pendidikan dasar bersifat wajib sejak tahun 2008.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

8

9

Dinamika Ketenagakerjaan, Bursa Tenaga Kerja dan Ekonomi

Sebuah ulasan mengenai dinamika ketenagakerjaan, bursa tenaga kerja dan perekonomian di Jawa Timur diberikan sebagai pendahuluan sesi analisis (lihat Lampiran 4). Ulasan ini didasarkan pada sebuah studi yang dilakukan oleh ILO sebagai input untuk lokakarya ini. Ulasan ini ditujukan untuk menciptakan pemahaman bersama mengenai fi tur-fi tur dan tantangan pembangunan di Jawa Timur selama beberapa dasawarsa belakangan ini dari perspektif penciptaan lapangan kerja produktif.4

Sampai beberapa waktu yang lalu, Jawa Timur memiliki populasi penduduk usia muda dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kini, pertumbuhan penduduk telah melambat dengan tingkat pertumbuhan hanya 0.54% per tahun selama tahun 2005-2010. Lebih jauh lagi, populasi di provinsi ini semakin menua: penduduk berusia paruh baya semakin besar dan terus tumbuh seperti halnya jumlah penduduk lanjut usia. Tingkat kegiatan populasi saat ini tinggi, namun dalam sepuluh tahun kedepan, rasio ketergantungan akan mulai memburuk karena jumlah penduduk lanjut usia dalam populasi meningkat. Dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, angkatan kerja akan semakin besar karena penduduk yang saat ini berusia 5-15 tahun akan memasuki usia kerja, sementara kelompok usia yang akan meninggalkan angkatan kerja (55-65 tahun) jumlahnya relatif kecil.

Jawa Timur telah menjadi sumber migrasi terbesar di Indonesia, dengan mayoritas pekerja migran adalah perempuan dan kaum muda (di kelompok usia 20-24 tahun). Migrasi dapat menjadi salah satu faktor dibelakang jatuhnya angka kelahiran. Ekspor tenaga kerja secara sementara mengurangi tekanan pada angkatan kerja untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja selama beberapa tahun belakangan ini. Karena sebagian besar pekerja migran rata-rata memiliki komitmen kontrak hanya selama dua tahun, fokus pada migrasi tidaklah berkelanjutan. Sebagian besar pekerja migran kemungkinan besar akan kembali setelah dua sampai lima tahun, dan perekonomian serta bursa tenaga kerja provinsi perlu menyediakan lapangan kerja produktif baik untuk pendatang baru dalam angkatan kerja serta para pekerja migran yang kembali di tahun-tahun mendatang. Apabila, di sisi lain, para pekerja migran

ANALISA DIAGNOSTIK KETENAGAKERJAAN: KESIMPULAN DAN POKOK-POKOK DISKUSI

C.

4. Janti Gunawan dan Per Ronnås, Dinamika Pekerjaan, Pasar Tenaga Kerja serta Perekonomian di Jawa Timur (The Dynamics of Employment, the Labour Market and the Economy in East Java) (Jenewa dan Jakarta: ILO, 2011).

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

10

tetap bekerja permanen di luar negeri, maka tekanan terhadap bursa tenaga kerja akan berbeda: jumlah penduduk lanjut usia yang semakin besar yang berakibat pada memburuknya rasio ketergantungan. Di saat bersamaan, pengalaman dari tempat lain menunjukkan bahwa migrasi tenaga kerja ke luar negeri seringkali menawarkan solusi jangka pendek saja terhadap permasalahan dalam menciptakan lapangan pekerjaan produktif di dalam negeri.

Rasio ketergantungan Jawa Timur, dihitung sebagai penduduk usia kerja banding penduduk yang tidak bekerja, cukup tinggi yaitu 1.0 (2010). Ini berarti bahwa tiap satu orang yang bekerja di Jawa Timur harus menanggung satu orang tambahan yang tidak bekerja. Tingkat kegiatan diantara perempuan jauh lebih rendah daripada laki-laki. Sementara pada hakekatnya semua laki-laki dalam kelompok usia 25-59 tahun aktif secara ekonomi, sepertiga perempuan dalam kelompok usia ini tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja sama sekali. Upaya-upaya dengan target spesifi k diperlukan guna meningkatkan tingkat kegiatan perempuan. Mengintegrasikan perempuan kedalam bursa tenaga kerja dan menyediakan pekerjaan untuk mereka akan dapat meningkatkan penghasilan rumah tangga, mengurangi tingkat kemiskinan dan mendorong pertumbuhan. Guna mempertahankan standar kehidupan, produktivitas dari pekerja perlu ditingkatkan dan guna mengakomodasi angkatan kerja yang semakin banyak, penciptaan lapangan kerja produktif haruslah dipercepat.

Terdapat dua bentuk defi sit lapangan kerja produktif di Jawa Timur: pekerja miskin dan pengangguran terbuka. Tingkat kemiskinan di Jawa Timur sekitar 15% (2010), sedikit lebih tinggi daripada rata-rata nasional. Tingkat kemiskinan beragam di tiap kabupaten, dengan konsentrasi kemiskinan tertinggi di Pulau Madura. Variasi yang besar ini dapat dihubungkan dengan perbedaan dalam akses ke pendidikan, kesehatan serta perbedaan dalam hal peluang lapangan kerja produktif. Umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah risiko kemiskinan. Mayoritas dari masyarakat miskin – lebih dari 80 persen, adalah penduduk yang hanya paling tinggi menyelesaikan sekolah dasar. Tingkat pengangguran yang tertinggi ada diantara mereka yang berpendidikan tinggi, namun tampaknya mereka bukanlah orang miskin.

Walaupun kemiskinan telah menurun baik di daerah pedesaan dan perkotaan, tingkat kemiskinan cukup tinggi ditemukan d daerah pedesaan dibandingkan di daerah perkotaan. Kemiskinan tersebut terkonsentrasi di wilayah-wilayah dengan tingkat pengangguran yang rendah (seperti Sampang dan Probolinggo). Fakta bahwa kemiskinan tersebut marak di daerah-daerah dengan tingkat pengangguran rendah berarti bahwa mereka yang bekerja seringkali tidak memperoleh penghasilan yang cukup untuk mengangkat diri mereka sendiri keluar dari kemiskinan. Menurut perkiraan ILO, ada sekitar 3 juta pekerja miskin di Jawa Timur.5 Mayoritas adalah pekerja miskin yang dipekerjakan di sektor pertanian. Lebih dari 60 persen dari rumah tangga termiskin dibandingkan dengan kurang dari 10 persen dari rumah tangga terkaya mendapatkan penghidupannya dari pertanian. Sebaliknya, lebih dari 75 persen dari rumah tangga terkaya berada di sektor jasa, bersama dengan hanya 25 persen rumah tangga termiskin.

Kurangnya keterampilan dan pendidikan formal dinyatakan sebagai hambatan utama bagi kaum miskin untuk memperoleh pekerjaan produktif guna membantu mereka untuk dapat keluar dari jerat kemiskinan. Satu cara untuk menanggapi persoalan pekerja miskin adalah meningkatkan akses ke pendidikan yang terjangkau dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya di daerah pedesaan di Jawa Timur. Namun, hal ini harus digabungkan

5 Perhitungan pekerja miskin dibuat berdasarkan metodologi yang dijelaskan dalam catatan mengenai “Deriving productive employment targets from poverty rate targets” (”Menemukan target lapangan kerja produktif dari target tingkat kemiskinan”).

11

dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan, serta menyesuaikannya dengan permintaan bursa tenaga kerja.

Pendidikan dasar bersifat wajib di Jawa Timur; namun, pendidikan lanjut di sekolah menengah menjadi tantangan dengan sejumlah alasan mulai dari biaya pendidikan menengah yang tinggi sampai ke ketersediaan sekolah menengah yang terbatas. Selain itu, tingkat putus sekolah di sekolah menengah diantara laki-laki cukup tinggi karena mereka seringkali terpaksa mulai bekerja lebih awal. Perempuan, di sisi lain, tetap tidak aktif secara ekonomi, yang mempengaruhi rasio ketergantungan aktual di provinsi.

Pengangguran khususnya mempengaruhi kaum muda (37 persen dari pengangguran berusia dibawah 24 tahun). Sekitar 700,000 kaum muda berusia 15-24 tahun adalah pengangguran. Tampaknya hal ini disebabkan karena kesulitan yang dialami kaum muda dalam memasuki bursa tenaga kerja, dan mendapatkan pekerjaan pertama mereka, walaupun memiliki pendidikan yang tinggi. Bahkan, pengangguran tampaknya semakin tinggi seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, hal ini bisa terlihat dari hanya 2 persen dari kaum muda yang hanya memiliki pendidikan dasar menganggur sedangkan 10 persen diantara kaum muda penganggur lulus perguruan tinggi. Patut dicatat bahwa lebih dari setengah pengangguran memiliki setidaknya ijazah sekolah menengah atas dan banyak yang memiliki ijazah perguruan tinggi. Ini mungkin karena fakta bahwa mereka yang dapat mebiayai pendidikan, dapat menunggu dan tidak bekerja sampai menemukan pekerjaan yang lebih baik dan sesuai dengan yang mereka inginkan, berbeda dengan mereka yang tidak mampu membiayai pendidikan dan terpaksa mengambil pekerjaan yang berupah rendah dan dengan keahlian yang rendah serta tidak produktif. Di sisi lain, ini mungkin menjadi fakta bahwa sistem pendidikan saat ini masih kurang berkualitas dan belum sesuai dengan permintaan bursa tenaga kerja, sehingga seringkali lulusannya menjadi pengangguran.

Statistik menunjukkan bahwa lulusan universitas memperoleh gaji setidaknya dua kali dari gaji mereka yang menyelesaikan sekolah menengah atas, dan empat kali lebih tinggi dari gaji mereka yang hanya menyelesaikan pendidikan dasar.

Perbedaan dalam upah juga mencerminkan kesenjangan gender dalam provinsi. Perempuan cenderung untuk memperoleh upah yang lebih rendah daripada laki-laki di semua tingkat pendidikan. Namun, dicatat bahwa perbedaan ini sesuai dengan kelompok usia. Perbedaan upah yang besar antara laki-laki dan perempuan ditemukan dalam kelompok usia lebih tua, namun perbedaan upah antara pekerja yang lebih muda jauh lebih kecil.

Pertumbuhan PDB provinsi sejalan dengan pertumbuhan PDB di tingkat nasional, walaupun belum kembali ke tingkat pertumbuhan sebelum krisis tahun 1997. Sejak tahun 2000, pertumbuhan PDB stabil dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 5.2 persen. Tingkat pertumbuhan ini jauh lebih lambat dibandingkan dengan sebelum krisis serta lebih lambat dari tingkat pertumbuhan di sebagian besar negara lain di Asia Tenggara.

Semua sektor mengalami pertumbuhan yang moderat sejak tahun 2000, namun hanya ada sedikit perubahan struktural. Sebelum krisis fi nansial, sektor pertanian dan industrialisasi berkembang pesat. Pertumbuhan yang pesat dalam sektor manufaktur adalah mesin pertumbuhan utama bersama-sama dengan pertanian dan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB meningkat dengan tajam dan bahkan naik menjadi dua kali lipat antara tahun 1975 dan 1995.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

12

Setelah krisis fi nansial, perubahan struktural tersebut berakhir. Pertumbuhan manufaktur melambat. Beberapa industri, seperti kulit dan alas kaki, tidak lagi dapat bersaing dengan negara-negara lain dengan upah yang lebih rendah, dan terpaksa tutup. Agar manufaktur tetap dapat bersaing, sektor tersebut harus bergeser untuk memproduksi produk-produk yang lebih rumit, yang memerlukan teknologi dan pengetahuan yang lebih tinggi, namun pergeseran ini belum terjadi. Di saat bersamaan, pertumbuhan sektor pertanian mencapai batasnya karena semakin sulit untuk meningkatkan hasil beras dengan lahan yang terbatas. Tidak adanya perubahan struktural dan kurang dinamisnya sektor pertanian dan manufaktur tampaknya menjadi faktor-faktor utama dibelakang melambatnya pertumbuhan setelah krisis fi nansial.

Pergeseran tenaga kerja keluar dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian terhenti, walaupun produktivitas di sektor pertanian masih jauh lebih rendah dibandingkan sektor-sektor ekonomi yang lain. Oleh karena itu pertanian tetap menjadi sumber lapangan pekerjaan utama yang menyerap 42 persen dari penduduk bekerja namun hanya menghasilkan 15 persen PDB pada tahun 2010.

Sektor jasa (perdagangan besar dan eceran, restoran dan hotel) sekarang merupakan sektor ekonomi terbesar di Jawa Timur dan menyumbang 31 persen ke PDB pada tahun 2010, diikuti oleh sektor manufaktur (25 persen) dan pertanian (15 persen). Namun, distribusi pekerjaan per sektor berbeda. Pertanian masih menjadi sumber utama pekerjaan (42 persen pada tahun 2010), diikuti oleh jasa (39 persen pada tahun 2010) dan manufaktur (13 persen pada tahun 2010).

Peran sektor pertanian dan manufaktur dalam penciptaan lapangan kerja telah menjadi tidak signifi kan dalam beberapa tahun belakangan ini. Kedua sektor ini bersama-sama hanya menyediakan 10 persen dari lapangan pekerjaan baru, sementara 90 persen dari lapangan pekerjaan telah diciptakan dalam sektor jasa sejak tahun 2006. Memang benar bahwa dua sektor – layanan sosial (terutama publik) dan perdagangan – menyumbang 85 persen pertumbuhan lapangan pekerjaan, namun bertanggungjawab untuk kurang dari 50 persen pertumbuhan PDB. Hal ini mencerminkan jatuhnya produktivitas dalam sektor ini karena pertumbuhan lapangan pekerjaan di sektor-sektor ini jauh melebih pertumbuhan nilai tambah yang diciptakan. Pembangunan semacam ini tidaklah berkelanjutan. Manufaktur harus memainkan peranan yang lebih besar dalam ekonomi karena manufaktur memiliki potensi tinggi untuk menciptakan nilai tambah dan menghasilkan lapangan pekerjaan yang produktif.

Pertumbuhan secara keseluruhan dalam beberapa tahun belakangan ini belum menciptakan banyak kesempatan kerja. Elastisitas kesempatan kerja sebesar 0.2 berarti bahwa untuk tiap sepuluh persen pertumbuhan PDB, kesempatan kerja hanya tumbuh sebesar 2%, sementara sisa pertumbuhan lainnya dicapai karena peningkatan produktivitas. Alasan utama dibalik kegagalan pertumbuhan ekonomi untuk menghasilkan kesempatan kerja yang memadai adalah:

Pertumbuhan di sektor pertanian dicapai karena peningkatan produktivitas dan bukan melalui pertumbuhan kesempatan kerja. Di satu sisi, hal ini sebenarnya positif karena ini berarti bahwa penghasilan dalam sektor pertanian telah meningkat. Hal ini pun mungkin merupakan alasan utama dibalik jatuhnya tingkat kemiskinan dan dalam hal jumlah pekerja miskin selama beberapa tahun belakangan ini.

Meski terdapat pertumbuhan produksi di manufaktur, namun tidak ada pertumbuhan kesempatan kerja dalam sektor ini. Ini kemungkinan besar karena sektor manufaktur yang padat karya, seperti makanan dan tembakau, menyusut.

13

Pertumbuhan dalam pertanian telah menjadi stagnan, salah satunya karena masalah terkait dengan kepemilikan lahan menjadi hambatan untuk terus meningkatkan produktivitas di sektor ini. Terdapat kebutuhan yang kuat untuk mengembangkan keterkaitan antar sektor, menghubungkan pertanian ke manufaktur dan jasa dan untuk meningkatkan imbal balik ke lahan dan tenaga kerja melalui pengembangan teknologi dan produksi yang berorientasi pasar dan lebih kuat. Lokasi geografi s Jawa Timur yang unik cukup kondusif untuk mengembangkan ekspor. Terutama, karena pertanian dominan di daerah pedesaan dan sektor jasa di daerah perkotaan, upaya memperkuat peran manufaktur untuk menjembatani kesenjangan antar sektor dan antara pembangunan desa dan kota memerlukan kebijakan khusus lebih lanjut. Secara keseluruhan, langkah-langkah ini akan memudahkan pergeseran tenaga kerja secara perlahan dari pertanian ke sektor ekonomi lainnya.

Dalam upaya untuk menghitung tantangan dalam mencapai target penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang ditetapkan dalam strategi pembangunan,6 perhitungan dibuat untuk memperkirakan jumlah pekerjaan baru yang akan diperlukan untuk mencapai target-target ini, serta jumlah pekerjaan dimana produktivitas dapat didorong. Perkiraan kasar menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai target-target ini dan menciptakan pekerjaan untuk sejumlah besar kaum muda yang akan memasuki angkatan kerja dalam lima tahun mendatang, jumlah pekerjaan produktif perlu ditingkatkan sebesar lebih dari 1.5 juta, dari 15.126 juta menjadi 16.659 juta. Dari jumlah ini, 1.161 juta diperlukan dalam bentuk pekerjaan produktif baru, sementara jumlah pekerja miskin perlu dikurangi menjadi setidaknya 373 ribu melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan penghasilan melalui pekerjaan yang ada saat ini atau dengan memindahkan mereka ke pekerjaan yang lebih produktif.

Oleh karena itu, guna mencapai target-target tersebut, produktivitas di pertanian perlu terus meningkat, bersamaan dengan pertumbuhan di sektor non-pertanian yang tinggi dan bersifat padat karya. Manufaktur harus memainkan peranan penting dalam proses ini.

Meningkatkan investasi pada sumber daya manusia dan infrastruktur fi sik haruslah menjadi batu lompatan untuk strategi apapun dalam meningkatkan basis produktif ekonomi. Terdapat juga kebutuhan untuk menanggapi persoalan-persoalan yang terkait dengan kesetaraan, seperti ketidaksetaraan akses ke pendidikan menengah berkualitas untuk kaum miskin dan beberapa kabupaten/kota.

Poin-poin utama dalam diskusi:

Peserta diminta untuk menjawab dua pertanyaan berikut dan menjelaskan pendapatnya:

1. Apa saja karakteristik , isu atau persoalan pembangunan ekonomi yang paling penting di Jawa Timur?

2. Apa saja karakteristik , isu atau persoalan ketenagakerjaan yang paling penting di Jawa Timur?

Terkait dengan pertanyaan pertama berkenaan dengan pembangunan ekonomi di Jawa Timur, para peserta mengidentifi kasi pertanian, investasi yang rendah, pertumbuhan pengangguran dan infl asi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi informal yang terutama mempengaruhi perempuan, pembangunan ekonomi yang tidak merata, sub-sektor laut yang kurang berkembang dan ekonomi berskala kecil sebagai permasalahan yang paling penting.

6 Penurunan tingkat kemiskinan menjadi 13.8% dan penurunan pengangguran menjadi 5.3% pada tahun 2014

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

14

Terkait dengan ketenagakerjaan, para peserta menyebutkan permasalahan seperti tingkat pendidikan dan pengembangan keterampilan angkatan kerja yang rendah, khususnya diantara mereka yang bergerak di sektor pertanian dan manufaktur, keahlian kewirausahaan yang masih sangat kurang, upah yang rendah, tingginya jumlah pekerja migran, pekerja miskin, penegakan hukum ketenagakerjaan yang lemah, dan pertumbuhan ekonomi yang belum cukup menghasilkan lapangan pekerjaan.

Analisa diagnostik ketenagakerjaan bersama

Analisa diagnostik ketenagakerjaan bersama dilakukan selama lokakarya dengan mengikuti sebuah pendekatan langkah per langkah yang terstruktur dan merujuk pada ‘pohon’ diagnostik ketenagakerjaan (Lihat Gambar 1-2). Sesi pertama fokus pada memahami karakteristik kuantitatif dan kualitatif dari sumber daya produktif yang tersedia, terutama sumber daya manusia (tingkat pendidikan, kesehatan, dst.) dan sumber daya alam (lahan dan laut). Tahapan ini kemudian diikuti oleh sebuah sesi untuk menggali kendala dan tantangan dalam mencapai pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah banyak, yang diperlukan dalam tahun-tahun mendatang, dengan berfokus pada tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi Sesi berikutnya fokus pada penyebab ketidaksetaraan dalam akses ke peluang lapangan kerja produktif. Di sesi akhir, kesimpulan dari diskusi kelompok dan temuan-temuan utama dari analisa diagnostik ketenagakerjaan digabungkan bersama.

15

Peni

ngka

tan

lapan

gan

ker

ja p

roduk

tif

dan

per

tum

buh

an y

ang

kaya

lap

angan

ker

ja d

an b

ersifa

t in

klus

if

1. Tingkat SDM/daya layak kerja

1.1. Demografi s

1.2. Aspek

1.3. Investasi

2.1. Pertumbuhan Ekonmi

2.2. Kualitas Pertumbuhan

3.3. Kerentanan terhadap

guncangan

3.3. Investasi pada kaum muda

2.3. Ketidakmerataan

sumber daya, akses dan peluang

3.1. Kelestarian lingkungan/

perubahan iklim

2. Peluang untuk dan

pengembalian keuntungan ke

SDM (kesempatan

kerja)

3. Keberlanjutan

Gambar 1. Pohon Diagnostik Ketenagakerjaan: 1-2-level cabang

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

16

2.3.1 Daya layak kerja yang tidak

sama

2.3.1 Ketersediaan

2.3.2 Akses ke pasar tenaga kerja & peluang kerja

2.3.3 Jaminan sosial

2. Peluang untuk dan pengembalian ke SDM (kesempatan kerja)

2.1.1 Integrasi dalam ekonomi

global

2.1.4 Kebijakan makro ekonomi

2.1.2 Biaya keuangan

2.1.3 Laba sosial atas investasi

2.1.5 Faktor kelembagaan

2.1.6 Kegagalan pasar

2.2.1 Komposisi sektor/teknologi

2.2.4 Ekstraksi keuntungan (Rent

Extraction)

2.2.2 Kualitas lingkungan bisnis

2.2.3 Nilai tukar dagang dalam

negeri

2.2.5 Institusi pasar tenaga kerja

2.2.6 Konsentrasi pertumbuhan

regional

2.2.7 Terms of Trade (Nilai tukar dagang)/Faktor

siklis

2.1. Pertumbuhan Ekonmi

2.2. Kualitas pertumbuhan

2.3. Ketidakmerataan

sumber daya, akses dan/atau peluang

Gambar 2. Pohon Diagnostik Ketenagakerjaan: 2-3 level cabang

17

Sumber daya manusia dna sumber daya produktif lainnya

Presentasi pendahuluan mengenai sumber daya manusia mencatat bahwa kinerja Jawa Timur lebih baik daripada rata-rata nasional dalam beberapa aspek penting. Angka partisipasi sekolah dasar dan menengah berada diatas kinerja nasional (lihat Lampiran 6). Namun, proporsi angkatan kerja dengan pendidikan perguruan tinggi jauh lebih rendah dibandingkan tingkat nasional secara keseluruhan atau di negara-negara tetangga seperti Malaysia. Hal ini berarti, meskipun menjangkau pendidikan dasar bukanlah sebuah masalah, akses ke pendidikan menengah serta pelatihan kejuruan masih terbatas.

Empat pertanyaan utama dibahas dalam kelompok kerja:

1. Apa saja 3-4 persoalan/isu utama yang perlu ditanggapi guna meningkatkan tingkat dan kualitas pendidikan dari angkatan kerja yang ada sekarang dan di masa mendatang di Jawa Timur?

2. Apa alasan utama dibalik tingginya tingkat pengangguran diantara lulusan sekolah menengah atas?

3. Apa masalah utama dalam sistem pendidikan dan pelatihan yang mengarah pada:

a. Ketidaksesuaian antara pendidikan dan permintaan bursa tenaga kerja?

b. Akses yang tidak merata untuk pendidikan?

Ketika mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan diatas, ketidakmerataan akses ke pendidikan yang berkualitas tinggi diidentifi kasi sebagai sebuah persoalan utama, khususnya di daerah pedesaan. Sekolah menengah, khususnya sekolah kejuruan tidak selalu tersedia di seluruh wilayah provinsi. Universitas hanya ditemukan di beberapa kota saja. Fasilitas sekolah sudah usang dan banyak guru kurang memenuhi kualifi kasi. Infrastruktur yang buruk mempersulit akses ke sekolah di daerah-daerah pedesaan (jarak yang jauh dan biaya transportasi yang tinggi). Biaya tambahan sekolah selain dari iuran sekolah, seperti seragam, buku, materi-materi tambahan, adalah beban yang berat untuk rumah tangga miskin. Hal ini menempatkan anak-anak di daerah pedesaan di posisi yang dirugikan dalam hal akses ke pendidikan berkualitas. Di sisi lain, tingkat putus sekolah menengah cukup tinggi diantara anak laki-laki, seringkali karena tekanan untuk bergabung kedalam angkatan kerja. Selain itu, lulusan dari sekolah menengah tidak menjamin pekerjaan, imbal balik sosial dan swasta serta biaya pendidikan menjadi hal yang dikhawatirkan / menjadi perhatian. Pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan tidak dikembangkan dengan baik, dimana pendidikan kejuruan dan pelatihan yang ada seringkali tidak sesuai dengan permintaan pasar.

Dianjurkan bahwa pelatihan haruslah dilaksanakan menurut kurikulum yang terstruktur dengan baik dan mencerminkan permintaan pasar, serta dilakukan oleh pelatih-pelatih yang berkompeten. Fasilitas sekolah perlu diperbarui. Pendidikan berkualitas haruslah terjangkau dan dapat diakses oleh anak-anak dari rumah tangga miskin. Sebuah sistem beasiswa dapat diberikan untuk anak-anak dengan potensi tinggi yang berasal dari keluarga lebih miskin. Pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai peluang bursa tenaga kerja dan pelatihan yang tersedia haruslah ditingkatkan, khususnya di daerah pedesaan. Transisi dari sekolah-ke-pekerjaan juga perlu difasilitasi. Saat ini bursa tenaga kerja untuk tenaga kerja berkeahlian seringkali memiliki persyaratan usia minimum yaitu 21 tahun, yang menciptakan kesenjangan beberapa tahun antara kelulusan dan persyaratan untuk mulai pertama kali bekerja. Disebutkan juga bahwa stigma budaya yang kuat mencegah perempuan dari bergabung kedalam angkatan kerja, dan kadangkala dari masuk sekolah.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

18

MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA PRODUKTIF –

Fokus Pada Aspek Ekonomi

Penciptaan peluang kerja produktif terkait erat dengan tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Guna menciptakan lapangan kerja produktif untuk sejumlah besar kaum muda yang masuk ke bursa tenaga kerja tiap tahunnya dan mengurangi jumlah pekerja miskin dan pengangguran, ekonomi perlu tumbuh dengan tingkat yang tinggi dan sifat pertumbuhan haruslah dapat meningkatkan lapangan kerja produktif dengan efektif secara meluas (inklusif) dan berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat sebelum krisis fi nansial pada tahun 90-an dikaitkan dengan perubahan struktural yang dinamis dan perkembangan sektor manufaktur. Namun, perkembangan ini terhenti setelah krisis keuangan, dan pertumbuhan di sektor pertanian melambat. Hal ini berakibat pada pertumbuhan menyeluruh yang lebih rendah selama berapa dasawarsa belakangan ini (lihat Lampiran 7).

Pertumbuhan yang lambat dengan muatan lapangan kerja yang terbatas telah berakibat pada kurangnya peluang lapangan kerja produktif di luar sektor pertanian. Sebagai hasilnya, tenaga kerja semakin banyak yang mulai bermigrasi ke luar negeri dan ke daerah lain di Indonesia guna mencari pekerjaan-pekerjaan produktif.

Pertanian ditandai dengan tingkat penyerapan kesempatan kerja tertinggi, namun juga tingkat kontribusi terendah terhadap PDB provinsi. Produk-produk utama adalah beras dan tanaman pangan lainnya. Kekurangan lahan membatasi perluasan sektor ini, sementara intensifi kasi pertanian telah mencapai batas atasnya, dengan mempertimbangkan penggunaan cara-cara produksi serta kombinasi tanaman yang ada. Profi tabilitas produksi pangan rendah karena biaya produksi yang tinggi dan harga pasar yang rendah; produktivitas dari pekerja semakin turun oleh tingkat keterampilan yang rendah dan intensitas teknologi yang rendah di sektor ini.

Sektor manufaktur bukan lagi pendorong pertumbuhan karena pertumbuhan di sektor ini telah menjadi stagnan sejak krisis keuangan, utamanya karena penurunan daya saing yang berakibat pada perginya industri kulit dan pembuatan alas kaki. Selain itu, kesempatan kerja juga semakin menurun karena pergeseran dari produksi padat karya ke yang lebih bersifat padat modal. Manufaktur saat ini didominasi oleh industri pengolahan makanan dan tembakau. Manufaktur terkonsentrasi di Surabaya dan kota-kota sekitarnya (Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Pasuruan). Sektor ini perlu pindah ke produksi produk yang lebih mutakhir dan ke produksi yang padat teknologi dan pengetahuan serta diversifi kasi produksi untuk ekspor.

Ada ketidaksesuaian antara sektor-sektor dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sektor-sektor dimana sebagian besar kesempatan kerja diciptakan. Pertumbuhan lapangan pekerjaan terkonsentrasi di sektor jasa, terutama layanan sektor publik dan juga perdagangan. Hal ini sebagian besar karena ketidakmampuan pertanian untuk menyerap tenaga kerja apapun dan karena pada hakekatnya tidak ada pekerjaan di sektor manufaktur. Pola pertumbuhan pekerjaan ini tidaklah berkelanjutan. Sementara pengembangan sektor pertanian mungkin harus fokus pada meningkatkan produktivitas dan tidak pada mendorong kesempatan kerja guna mengurangi sejumlah besar pekerja miskin dalam sektor ini, sumber-sumber lain untuk pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja haruslah ditemukan. Oleh karena itu, manufaktur harus memainkan peran yang jauh lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.

19

Semua bagian Jawa Timur haruslah terintegrasi dengan baik dalam ekonomi provinsi dan pembangunan ekonomi haruslah meluas ke semua bagian dari provinsi. Saat ini aktivitas ekonomi terkonsentrasi di lima kabupaten dari 38 kab/kota yang ada di provinsi – Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kota Kediri, Kab. Gresik and Kab. Malang – kelima kabupaten ini bersama-sama bertanggungjawab untuk 52 persen dari PDB provinsi secara keseluruhan. Terdapat kesenjangan yang besar dalam PDB per kapita antar kabupaten.

Walaupun akses ke pasar nasional dengan 250 juta orang didalamnya dan pasar ASEAN yang jauh lebih besar, tingkat integrasi ekonomi Jawa Timur dengan pasar eksternal rendah, dan begitu juga dengan kemampuan untuk menghasilkan produk-produk baru yang berdaya saing untuk ekspor. Saat ini, Jawa Timur semakin banyak mengekspor tenaga kerja dibandingkan barang.

Ekonomi perlu ditempatkan di jalur yang berkelanjutan dan pertumbuhan pesat untuk memastikan kesempatan kerja produktif untuk semua dan pengentasan kemiskinan akan memerlukan upaya:

Meningkatkan pertanian yang berorientasi pasar dan fokus pada produk dengan nilai tambah tinggi

Mengembangkan kegiatan-kegiatan di luar pertanian, seperti pengolahan hasil pertanian skala kecil dan medium di daerah pedesaan.

Diversifi kasi ekonomi, dengan prioritas diberikan untuk mengembangkan keterkaitan (linkage) ke dan dari pertanian, rantai nilai tambah domestik yang kuat, menargetkan ceruk pasar ekspor dan mengadopsi teknologi yang lebih tinggi dalam sektor manufaktur.

Mencapai pertumbuhan dengan kesetaraan. Pembangunan ekonomi haruslah bersifat inklusif dan pro-rakyat miskin.

Meningkatkan kualitas infrastruktur dalam provinsi dan antar provinsi guna mendukung mobilitas produk dan jasa.

Analisis berikutnya fokus pada identifi kasi kendala dan tantangan utama untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor. Pohon referensi diagnostik ketenagakerjaan digunakan untuk memandu dan menyusun struktur analisa. Struktur ini menjadi basis untuk analisis terstruktur selanjutnya atas sejumlah besar faktor yang diketahui dari teori ekonomi dan studi empiris dari tempat lain memiliki pengaruh pada tingkat dan struktur serta kualitas pertumbuhan ekonomi.

The following factors were concluded to affect economic and productive employment growth in the province:

Faktor-faktor terkait dengan tingkat pertumbuhan, yang mencakup faktor-faktor di luar kendali pejabat berwenang provinsi Jawa Timur, seperi kebijakan ekonomi makro, integrasi dalam perekonomian global, dan imbal balik sosial dari investasi.

Faktor-faktor terkait dengan kualitas pertumbuhan, terkait dengan tantangan-tantangan penting untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan lapangan kerja produktif di Jawa Timur dengan cepat. Faktor-faktor ini meliputi komposisi sektor dalam PDB, kualitas lingkungan bisnis, ekstraksi keuntungan dan lembaga pasar.

Faktor-faktor pendukung untuk menciptakan pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang produktif di Jawa Timur saat ini, seperti jaminan sosial.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

20

Guna mengidentifi kasi faktor-faktor pada cabang-cabang diatas, peserta lokakarya mendisksusikan dua tantangan utama terhadap pertumbuhan lapangan kerja produktif di Jawa Timur:

(i) Apa saja persoalan dan tantangan utama dalam meningkatkan penghasilan dari sektor pertanian dan perikanan? Solusi apa yang dapat Anda ajukan?

(ii) Apa saja persoalan dan tantangan utama dalam meningkatkan kesempatan kerja dan penghasilan dari sektor manufaktur dan pariwisata? Solusi apa yang dapat Anda tawarkan?

Analisis menyimpulkan bahwa kendala-kendala utama berada pada ‘cabang-cabang’ berikut ini:

1. Aspek 1.2. Pembangunan sumber daya manusia (terutama pendidikan & pelatihan termasuk informasi terkait dengan pembangunan sumber daya manusia)

2. Aspek 2.1.2. Akses ke keuangan

3. Aspek 2.1.3. Imbal balik sosial dari investasi (khususnya infrastruktur)

4. Aspek 2.1.6 Pengembangan pasar (khususnya pasar yang kurang berfungsi dengan baik)

5. Aspek 2.2.2 Lingkungan bisnis

Aspek sumber daya manusia telah dibahas dalam sub-bagian sebelumnya, dimana peserta sepakat bahwa kualitas dan relevansi pendidikan yang rendah berakibat pada rendahnya daya layak kerja atau kemampuan memperoleh pekerjaan dari penduduk, kurangnya keterampilan teknis yang berakibat pada produktivitas kerja yang rendah dan keahlian kewirausahaan yang kurang berkembang.

Persoalan dengan akses ke keuangan dan kredit untuk petani dan petani usaha kecil dan menengah menjadi fokus dari diskusi selanjutnya. Dinyatakan bahwa sulit bagi petani dan usaha kecil untuk memperoleh pinjaman, walaupun faktanya pemerintah mendorong pemberian pinjaman kepada petani. Dalam pertanian, dimana fl uktuasi musiman yang besar dalam hal penghasilan dan pengeluaran menciptakan kebutuhan khusus atas kredit, para petani menemukan kesulitan untuk mengakses kredit dengan persyaratan yang wajar. Sistem perbankan tidak memiliki kebijakan yang dibuat khusus untuk menyediakan kredit dalam pertanian, yang mempertimbangkan karakter musiman dari produksi dan penghasilan dalam sektor ini. Sebagai hasilnya, para petani seringkali menjadi korban dari tengkulak yang memberlakukan tingkat bunga yang sangat tinggi. Walaupun jumlah pinjaman bank telah meningkat cukup pesat, sebagian besar pinjaman dihabiskan untuk konsumsi dan proporsi pinjaman jangka panjang untuk investasi produktif cukup kecil.

Aspek lain dari akses ke keuangan dan kredit yang sulit adalah tingkat simpanan yang sangat rendah. Rendahnya tingkat simpanan berakibat pada sedikitnya dana yang tersedia untuk modal investasi dan kapasitas meminjamkan yang rendah dari bank-bank lokal. Untuk mengatasi persoalan tingkat investasi yang rendah dan akses ke keuangan yang sulit maka upaya ini perlu dilakukan sejalan dengan upaya yang kuat untuk mendorong simpanan di bank dan koperasi kredit. Dicatat juga bahwa kurangnya pengetahuan akan pengelolaan keuangan (fi nancial illiteracy) tampak jelas diantara populasi, khususnya diantara pekerja migran.

21

Kualitas infrastuktur yang jelek dan biaya transportasi yang tinggi menjadi salah satu kendala mobilitas (pergerakan) tenaga kerja serta integrasi ekonomi dalam provinsi Jawa Timur.

Persoalan pasar yang kurang berfungsi dengan baik memiliki banyak wujud. Pasar yang terdisintegrasi, sistem informasi pasar yang kurang berkembang, akses ke pasar yang buruk, dan lingkungan bisnis yang tidak memadai – semuanya mencegah pemanfaatan penuh dari potensi provinsi. Meskipun pemerintah provinsi telah mengerahkan upaya untuk meningkatkan lingkungan bisnis dengan memfasilitasi akses ke pasar untuk petani melalui pasar hasil petanian dan lelang pertanian di satu sisi, dan promosi koperasi di sisi lain, persoalan tetap muncul. Pasar yang berfungsi dengan lebih baik dan lebih dapat diperkirakan akan menciptakan insentif bagi petani untuk melakukan intensifi kasi produksi, yang pada akhirnya akan disalurkan ke pengolahan dan manufaktur. Peningkatan dalam produksi pertanian akan memberikan manfaat bagi pekerja miskin, dan pengembangan manufaktur akan menghasilkan lapangan pekerjaan yang sangat diperlukan.

Peraturan, prosedur yang rumit serta biaya yang tinggi membuat sulit untuk membangun dan menjalankan bisnis. Inisiatif dan kebijakan negara yang secara aktif mempromosikan bisnis di provinsi tidak terlalu banyak, dan inisiatif serta kebijakan yang ada, seperti membangun kantor dagang di ibukota provinsi, tidaklah disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Sebagai hasilnya, hanya sedikit yang memperoleh manfaat dari inisiatif-inisiatif ini. Terdapat kebutuhan untuk meningkatkan dialog antara pemerintah dan sektor swasta.

Peserta mengusulkan sejumlah proposal atas tindakan yang diperlukan dalam menanggapi persoalan-persoalan yang diidentifi kasi, beberapa usulan tersebut ditulis di bawah ini. Kebutuhan atas kebijakan yang kuat dalam mempromosikan pembangunan ekonomi yang merata secara aktif, mendorong pengembangan pasar yang berfungsi baik dan terintegrasi dengan baik, dan keterlibatan aktif dari sektor publik dan swasta untuk menjadi kekuatan pendorong pembangunan ekonomi ditekankan:

Promosi kewirausahaan, pelatihan membangun dan menjalankan bisnis untuk masyarakat, mulai dari sekolah menengah atas, dengan fokus khusus pada pengangguran.

Mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan berpindah ke pupuk organik dan pertanian organik.

Membangun kapasitas koperasi pedesaan.

Mempromosikan lembaga keuangan mikro, dan bank pertanian (agro-bank).

Mempermudah peraturan mengenai akses ke keuangan untuk petani-petani kecil.

Mengembangkan rantai nilai tambah, memperkuat keterkaitan (linkage) pasar untuk mendorong penciptaan kesempatan kerja di luar pertanian.

Intensifi kasi produksi dalam pertanian melalui peningkatan investasi dan kemajuan teknologi.

Memperbaiki pengumpulan dan penyebaran informasi ke seluruh daerah di provinsi.

Investasi dalam infrastruktur terkait dengan irigasi dan mobilitas produk-produk pertanian.

Integrasi berbagai bidang yang berbeda menjadi sebuah pasar tunggal provinsi dan integrasi ekonomi provinsi dengan pasar nasional/ global.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

22

Mencapai Pembangunan Ekonomi yang Merata

Di sepanjang lokakarya, ketidakmerataan dalam beragam bentuk diangkat dalam diskusi sebagai aspek penting tantangan pembangunan. Memang benar, dalam semua faktor yang diidentifi kasi sebagai tantangan penting untuk pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya produktif lain serta untuk menciptakan peluang kerja produktif untuk pertumbuhan ditemukan memiliki dimensi ketidakmerataan yang penting.

Presentasi singkat diberikan sebagai pendahuluan dari sesi mengenai mencapai pertumbuhan dengan kesetaraan (lihat Lampiran 8). Dalam presentasi ini diidentifi kasikan dua sumber utama ketidaksetaraan.

Peluang pekerjaan yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan.

Akses kearah peluang pekerjaan produktif yang tidak setara antar daerah karena infrastruktur yang kurang dikembangkan.

Perbedaan kinerja pasar tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan sekali lagi menjadi fokus diskusi. Partisipasi tenaga kerja perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Namun bahkan ketika perempuan benar-benar ikut serta dalam angkatan kerja, mereka lebih mungkin menganggur dibanding laki-laki, karena kesempatan bagi mereka lebih sedikit. Akhirnya, ketika perempuan mulai bekerja, mereka cenderung menerima upah lebih rendah dibanding laki-laki. Sedikitnya kesempatan bagi perempuan daripada laki-laki untuk mendapatkan pekerjaan yang memberikan upah, seringkali membuat perempuan lebih banyak bekerja di sektor informal.

Ketidaksetaraan juga terdapat diantara kota-kota dan kabupaten, dan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Ketidaksetaraan ini terlihat dalam akses yang tidak setara ke pendidikan menengah, serta dalam rendahnya mutu pendidikan diluar perkotaan. Sekolah menengah dan pendidikan kejuruan serta badan-badan pelatihan terkonsentrasi di daerah perkotaan. Informasi juga lebih mudah diakses di daerah perkotaan. Peluang ekonomi tidaklah terdistribusikan secara merata ke semua kabupaten didalam propinsi, namun terkonsentrasi pada beberapa lokasi. Ini dapat dilihat pada konsentrasi pekerjaan yang menghasilkan upah di daerah perkotaan, dan dalam kemiskinan yang biasanya terdapat di daerah pedesaan.

Karena pembangunan yang pro rakyat miskin adalah salah satu prioritas pemerintah, lokakarya ini mencoba menyelami potensi untuk perkembangan inisiatif pro kaum miskin secara rasional. Ada dua pertanyaan yang didiskusikan:

a. Dengan pertimbangan ketidak-setaraan, apakah tiga hambatan utama bagi kaum miskin untuk keluar dari perangkap kemiskinan? Apa solusinya?

b. Mohon, tuliskan dua isu utama tentang ketidak-setaraan akses terhadap pekerjaan berupah (formal) di Jawa Timur. Antara laki-laki dan perempuan? Perkotaan - pedesaan? Antar kabupaten?

Para peserta lokakarya menekankan bahwa rendahnya perkembangan keahlian dan sistem informasi pasar tenaga kerja yang kurang dikembangkan menghasilkan bursa tenaga kerja yang tidak berfungsi dngan baik, rendahnya produktifi tas tenaga kerja, kemiskinan serta ketidak-setaraan dalam segala macam bentuk. Solusi yang digagaskan adalah akses ke pendidikan gratis bagi kaum miskin (setidaknya hingga lulus dari sekolah menengah), akses ke pelatihan serta informasi pasar tenaga kerja gratis di tingkat pedesaan. Perlunya upaya untuk menghilangkan anggapan umum bahwa kemiskinan adalah takdir dan tidak ada jalan

23

keluar; masyarakat dan para pemimpin keagamaan sebagai motivator berperan penting sebagai motivator dalam hal ini. Diskusi tersebut mengidentifi kasikan dimensi-dimensi penting tentang ketidak-setaraan dalam akses ke pekerjaan yang produktif dan juga ditemukan bahwa sebagian besar dari isu utama dan tantangan di bidang perkembangan sumberdaya manusia serta tingkat dan mutu dari perkembangan ekonomi memiliki dimensi kesetaraan yang penting. Untuk mencapai tujuan untuk mewujudkan pembangunan yang merata, maka diputuskan bahwa sesi akhir harus didedikasikan pada upaya untuk mengarusutamakan ketiga aspek utama dari ketidak-setaraan kedalam gagasan untuk menangani tiga dari lima bidang prioritas yang teridentifi kasi. Pengembangan sumber daya manusia, perbaikan akses ke keuangan, pasar-pasar yang berfungsi dengan baik, imbal balik sosial atas investasi, serta meningkatkan lingkungan usaha. Hasil-hasil diskusi ini dipresentasikan di matriks berikut.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

24

MAT

RIK

S H

AS

IL D

ISK

US

I M

EN

GE

NA

I K

ES

ETA

RA

AN

Asp

ekG

end

er (

laki

-laki

vs

per

emp

uan)

Per

kota

an-p

edes

aan

Pem

ban

gun

an d

aera

h (k

ota

-ka

bup

aten

)

Per

mas

alah

anSo

lusi

Per

mas

alah

anSo

lusi

Per

mas

alah

anSo

lusi

Sum

ber

day

a m

anus

iaK

esed

iaan

p

erem

pua

n un

tuk

bek

erja

kur

ang

. A

da

per

sep

si

men

gen

ai

bat

asan

-b

atas

an b

iolo

gis

p

erem

pua

n un

tuk

bis

a m

enja

di

sam

a p

rod

uktif

nya

den

gan

laki

-laki

Men

gub

ah

par

adig

ma

mel

alui

p

enin

gka

tan

kesa

dar

an d

alam

ko

mun

itas

dan

an

tara

pen

gus

aha;

Pe

mb

uktia

n b

erd

asar

kan

fakt

a b

ahw

a p

erem

pua

n m

emili

ki

kem

amp

uan

yang

sa

ma

sep

erti

laki

-la

ki

Kur

ang

nya

pen

did

ikan

&

pus

at p

elat

ihan

ke

tera

mp

ilan

di

dae

rah

ped

esaa

n

• M

eng

alo

kasi

kan

leb

ih b

anya

k an

gg

aran

un

tuk

bal

ai

latih

an k

erja

di

ped

esaa

n

• M

emp

rom

osi

kan

dis

trib

usi

seko

lah

yang

mer

ata

pes

edaa

n d

an

per

kota

an

Peng

etah

uan

pem

erin

tah

dan

p

emai

n sw

asta

ya

ng t

erb

atas

m

eng

enai

p

ote

nsi-p

ote

nsi

loka

l.

Pem

erin

tah

dan

lem

bag

a la

inny

a (m

is.

Ban

k In

do

nesi

a,

LSM

) har

usny

a m

emp

ublik

asik

an

hasi

l dar

i stu

di

men

gen

ai p

ote

nsi-

po

tens

i lo

kal y

ang

d

apat

den

gan

m

udah

dia

kses

se

mua

ora

ng

Pera

n g

end

er

yang

sem

akin

ke

tat:

laki

-laki

ad

alah

pen

cari

nafk

ah d

an

per

emp

uan

adal

ah p

eng

urus

ru

mah

tan

gg

a.

Mel

ibat

kan

kom

unita

s/

pem

imp

in a

gam

a un

tuk

men

gub

ah

per

sep

si p

eran

p

erem

pua

n

Kap

asita

s p

rod

usen

/m

anuf

aktu

rer

yang

ter

bat

as

untu

k m

eng

ola

h d

an m

emas

arka

n p

rod

uk-p

rod

uk

loka

l. A

dap

tasi

te

kno

log

i ren

dah

Men

do

rong

te

kno

log

i ter

apan

ya

ng s

esua

i d

eng

an p

rod

uk-

pro

duk

Jaw

a T

imur

Peng

emb

ang

an

pas

arPe

luan

g

pek

erja

an y

ang

te

rbat

as u

ntuk

p

erem

pua

n

Peni

ngka

tan

kap

asita

s un

tuk

per

emp

uan

Tin

dak

an a

fi rm

atif

yang

men

arg

etka

n p

erem

pua

n

Ap

a sa

ja p

erso

alan

-per

soal

an u

tam

a d

alam

aks

es k

e p

eker

jaan

pro

duk

tif a

ntar

a:

25

Asp

ekG

end

er (

laki

-laki

vs

per

emp

uan)

Per

kota

an-p

edes

aan

Pem

ban

gun

an d

aera

h (k

ota

-ka

bup

aten

)

Per

mas

alah

anSo

lusi

Per

mas

alah

anSo

lusi

Per

mas

alah

anSo

lusi

Men

yed

iaka

n in

sent

if ke

pad

a p

eng

usah

a un

tuk

mem

pro

mo

sika

n ke

seta

raan

gen

der

d

i tem

pat

ker

ja.

Mem

pro

mo

sika

n p

eng

usah

a p

erem

pua

n m

elal

ui p

elat

ihan

ke

tera

mp

ilan

untu

k p

erem

pua

n un

tuk

mem

ban

gun

dan

m

enja

lank

an b

isni

s

Inve

stas

i so

sial

p

ada

infr

astr

uktu

r B

iaya

tra

nsp

ort

asi

yang

tin

gg

i In

fras

truk

tur

d

an s

iste

m

tran

spo

rtas

i per

lu

dik

emb

ang

kan

khus

usny

a un

tuk

men

gan

gku

t p

rod

uk-p

rod

uk

hasi

l per

tani

an k

e p

asar

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

26

Asp

ekG

end

er (

laki

-laki

vs

per

emp

uan)

Per

kota

an-p

edes

aan

Pem

ban

gun

an d

aera

h (k

ota

-ka

bup

aten

)

Per

mas

alah

anSo

lusi

Per

mas

alah

anSo

lusi

Per

mas

alah

anSo

lusi

Ling

kung

an

bis

nis

Tin

gka

t in

teg

rasi

ya

ng b

uruk

lint

as

pro

vins

i, tin

gka

t d

esen

tral

isas

i ya

ng t

ing

gi.

Mem

pro

mo

sika

n p

erat

uran

no

. 19

/201

0 un

tuk

mem

ber

ikan

w

ewen

ang

ke

pad

a g

uber

nur

seb

agai

ko

ord

inat

or

Men

etap

kan

ind

ikat

or

pen

cap

aian

p

emb

ang

unan

lin

tas

bid

ang

/

kab

upat

en -

ko

ta

Mem

pro

mo

sika

n se

bua

h ko

nsep

“J

awa

Tim

ur

ber

satu

27

Sintesis kesimpulan dan pengarusutamaan semua dimensi-dimensi tantangan utama

Selama hari terakhir dari lokakarya, temuan dan kesimpulan utama dari analisis dikumpulkan, disintesiskan dan distrukturkan berdasarkan ‘pohon diagnostik ketenagakerjaan’

Tiga bidang yang menjadi fokus diskusi dalam sesi ini adalah pengembangan sumber daya manusia, akses ke keuangan dan pengembangan pasar. Dua faktor lainnya: akses ke keuangan dan imbal balik sosial dari investasi (pengembangan infrastruktur) tidak dipilih untuk diskusi karena peserta percaya bahwa pemerintah saat ini sedang menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek ini. Lihat Lampiran 9.

Peserta dalam diskusi kelompok diminta untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah Jawa Timur memiliki kebijakan yang menanggapi persoalan dengan pengembangan sumber daya manusia, akses ke keuangan dan berfungsinya pasar?

2. Apa yang harus diperbaiki dari kebijakan yang ada dan tindakan tambahan apa yang harus diambil?

3. Bagaimana kita memastikan bahwa kebijakan bersifat pro-rakyat miskin?

Terkait dengan pengembangan sumber daya manusia, Jawa Timur telah memiliki kebijakan kualitas sumber daya manusia di Jawa Timur. Sebagian besar dinas pemerintah memiliki pusat pelatihan -- Disnaker (Dinas Ketenagakerjaan) memiliki balai latihan kerja; Departemen Pertanian memiliki Balai Latihan Penyuluh Pertanian) serta pusat informasi untuk mempromosikan aktivitas-aktivitas mereka (Balai Informasi Penyuluh Pertanian), Dinas Pemuda memiliki balai pelatihan untuk kaum muda. Namun, balai-balai latihan kerja tidak terkoordinasi dengan baik, baik lintas departemen atau lintas kabupaten: masing-masing memiliki program sendiri dan beberapa program tumpang tindih. Program dirancang sesuai dengan kesediaan sumber daya bukan berdasarkan permintaan pasar. Oleh karena itu, sebuah program pelatihan harus dilengkapi dengan penilaian kebutuhan pasar dan kelompok sasaran. Program haruslah dikoordinasikan dengan departemen terkait guna menghindari tumpang tindih dan didukung dengan sebuah proses pemantauan dengan melibatkan pemerintah atau LSM. Mereka yang bekerja dalam kemiskinan perlu secara spesifi k ditargetkan, khususnya ketika terkait dengan pelatihan keterampilan yang dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja.

Terdapat peraturan untuk mempromosikan akses ke keuangan yang lebih baik (peraturan No. 03/2010 mengenai pembangunan yang adil), serta kebijakan untuk mempromosikan koperasi perempuan di tiap desa. Kebijakan dapat ditingkatkan dengan melengkapi mereka dengan pelatihan peningkatan kapasitas, khususnya dalam manajemen keuangan, pengolahan dan pemasaran. Pemberian kredit ke masyarakat miskin haruslah dilengkapi dengan bantuan teknis dan bimbingan.

Para peserta menyimpulkan bahwa pasar tidak berfungsi dengan memadai. Kebijakan dan inisiatif yang ada tidak selalu dipromosikan dan dilaksanakan dengan tepat dan perlu disosialisasikan ke kelompok-kelompok sasaran. Perlunya kebutuhan untuk memperkuat peran koperasi produsen guna mendukung petani dan mengembangkan pertanian. Koperasi dapat berperan penting dalam implementasi kebijakan. Contohnya, koperasi lokal dapat berperan sebagai pengumpul, pengangkut, distributor dan pemasaran produk-produk pertanian. Untuk membuat kebijakan yang pro-masyarakat miskin, kebijakan harus secara eksplisit mengakomodasi kebutuhan masyarakat miskin. Petani miskin harus dilengkapi dan dilatih untuk menjadi lebih produktif. Rantai nilai perlu dikembangkan lebih lanjut.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

28

Singkatnya, dari analisa, lima bidang yang perlu ditingkatkan adalah – pengembangan sumber daya manusia (fokus pada akses dan kualitas pendidikan menengah dan pelatihan keterampilan), akses ke keuangan (khususnya untuk petani kecil dan produsen di pedesaan), imbal balik sosial dari investasi (meningkatkan infrastruktur dan transportasi, dan membuatnya dapat diakses untuk kelompok populasi yang lebih miskin), pasar yang berfungsi dengan baik dan lingkungan bisnis yang mendukung.

Selain itu, tiga dimensi utama ketidaksetaraan digarisbawahi: gender, pedesaan-perkotaan dan kota-kabupaten. Hasil dari analisis dan diskusi ini menegaskan pesan bahwa ketidaksetaraan haruslah diatasi bersamaan dengan lima persoalan utama. Terdapat sejumlah kebijakan yang diterapkan dan belum memberikan manfaat sepenuhnya kepada kelompok sasaran. Koordinasi yang lebih baik diperlukan untuk memaksimalkan dampak kebijakan-kebijakan ini, dan persoalan ketidaksetaraan dalam manifestasinya yang sudah teridientifi kasi harus diarusutamakan dalam semua kebijakan ini.

Kemajuan teknologi dan pengembangan sistem informasi pasar adalah dua aspek yang harus didorong guna meningkatkan pembangunan sektor-sektor utama, khususnya pertanian dan pengolahan hasil pertanian.

29

Gambar 3. Pohon Diagnostik Ketenagakerjaan Jawa Timur

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

30

31

1. Agenda

2. Daftar Peserta

3. Presentasi Strategi Pembangunan Jawa Timur oleh Yuniarti, SH, MSi, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bappeda Jawa Timur (dalam Bahasa Indonesia).

4. Presentasi metodologi Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan oleh Per Ronnas, ILO Jenewa.

5. Presentasi Dinamika Ketenagakerjaan, Ekonomi dan Bursa Tenaga Kerja di Jawa Timur oleh Per Ronnas, ILO Jenewa.

6. Presentasi Sumber Daya Produktif oleh Leyla Shamchiyeva, ILO Geneva

7. Presentasi Tingkat dan Kualitas Pertumbuhan: Meningkatkan Kesempatan Kerja dengan fokus pada aspek ekonomi oleh Per Ronnas, ILO Jenewa

8. Presentasi Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan oleh Janti Gunawan

9. Hasil latihan interaktif

LAMPIRAN

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

32

Lampiran 1. Agenda

WAKTU SESI Hari 1, 4 April 2011

08:30 – 09:00 Pendaftaran

09:00 - 09:40 PEMBUKAAN

Laporan Panitia BAPPEPROP

Sambutan Pembukaan Bapak Peter Van Rooij, Country Director, ILO Jakarta

Sambutan dan Pembukaan Resmi Ibu Yuniarti SH, MSi, Head of Government and Community Department

09.40 – 10.15 PERKENALAN

Perkenalan tentang lokakarya: tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Menyetujui jadwal, metodologi dan aturan permainan lokakarya. Perkenalan antar peserta lokakarya.

Bapak Per Ronnas & Fasilitator

10.15 – 10.45 Sesi 1. Pembangunan di Provinsi JAWA TIMUR, Permasalahan dan Tantangannya

Presentasi dan tanya jawab mengenai pembangunan di Provinsi JAWA TIMUR, termasuk permasalahan dan tantangannya.

Ibu Yuniarti SH, MSi

10:15 – 10:30 Rehat Kopi

10:30 – 11:00 Sesi 2. Konsep Dan Metode Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan

Presentasi dan tanya jawab tentang konsep dan metode Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan

Bapak Per Ronnas

11:10 – 12:00 Sesi 3. Dinamika Ketenagakerjaan, Ekonomi dan Bursa Tenaga Kerja di JAWA TIMUR

Presentasi dan tanya jawab mengenai kondisi, dinamika dan karakteristik yang unik dari ketenagekarjaan, ekonomi dan bursa tenaga kerja di JAWA TIMUR.

Ibu Janti Gunawan & Bapak Per Ronnas

33

WAKTU SESI

WAKTU SESI Hari 2, 5 April 2011

09:00 – 09:10 Tinjauan ulang Hari 1

Fasilitator

09:10 – 09:35 Presentasi Kelompok: Sesi 5

09:35 – 10:55 Sesi 6. Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan

Presentasi dan diskusi kelompok mengenai konsep kesetaraan pada pembangunan sosial-ekonomi spesifi k untuk JAWA TIMUR, baik dari aspek permasalahan, tantangan dan kesempatannya.

Ibu Janti Gunawan & Fasilitator

10:55 – 11:10 Rehat kopi

11:10 – 12:15 Sesi 6. Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan (Lanjutan)

12:15 – 13:15 Rehat Makan Siang

12:00 – 13:00 Rehat Makan Siang

13:00 – 15:00 Sesi 4. Pengembangan Sumber Daya Manusia JAWA TIMUR

Presentasi dan diskusi kelompok mengenai konsep pengembangan SDM, pendidikan & ketrampilan dan kemampuan mendapat kerja spesifi k untuk JAWA TIMUR, baik dari aspek permasalahan, tantangan dan kesempatannya.

Ibu Leyla Shamchiyeva/Bapak Per Ronnas & Fasilitator

15:00 – 15:15 Rehat Kopi

15:15 – 17:35 Sesi 5. Meningkatkan Kesempatan Kerja – Fokus pada Aspek Ekonomi

Presentasi dan diskusi kelompok mengenai konsep pertumbuhan ekonomi yang kondusif spesifi k untuk JAWA TIMUR, baik dari aspek permasalahan, tantangan dan kesempatannya

Bapak Per Ronnas dan Fasilitator

15:35 – 17:45 Penutupan Hari 1

Bapak Per Ronnas dan Fasilitator

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

34

WAKTU SESI

13:15 – 15:00 Sesi 7: Analisa Hasil Diskusi

Diskusi kelompok untuk menganalisa hasil diskusi (permasalahan, tantangan, kesempatan), mengidentifi kasi rekomendasi kebijakan dan studi lebih lanjut yang diperlukan untuk mendukung implementasi Analisis Diagnostik Ketenagakerjaan di JAWA TIMUR.

Fasilitator

15:00 – 15:15 Rehat kopi

15:15 – 16:15 Sesi 7: Analisa Hasil Diskusi (Lanjutan)

16:15 – 16:30 Evaluasi Lokakarya

16:30 – 16:40 PENUTUPAN

Kata Penutup

Bapak Per Ronnas

35

Nama

Lampiran 2. Daftar Peserta

Yuniarti, SH, Msi

Widati

Bambang Harsojo

Fitri Artuti

Fty P

Agus Yuda W

Darmanto

Sukaryantho

Dhonna Widya P

Anton Widodo Heru Mulyo

Kukuh Tri Sandi

Denny Kurniawan

Rudi Sarwoto

Bambang Hendratto

Atin Herawati

Lela Koestjandawati

Lexi Yunarto

Didi Achmadi

Muhadi

Suyanti

Farid Heryadi

Hari Subagio

Agus Ismintono

Bambang Purwoko, Drs. H.M.

Mustarom

Salim Soredjo

Indri Soerjani

JP Sunyoto

Mutida Ulta

Miming Merina S.Sos MM

Totok Nur Handajanto

Bappeda Provinsi Jawa Timur

Bappeda Provinsi Jawa Timur

Bappeda Provinsi Jawa Timur

Bappeda Provinsi Jawa Timur

Bappeda Provinsi Jawa Timur

Bappeda Provinsi Jawa Timur

Biro Adm Kesra Jawa Timur

Dinas Pendidikan Jawa Timur

Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur

Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur

Bappemas Jawa Timur

Dinas Pertanian Jawa Timur

Dinas Peternakan Jawa Timur

Badan Penanaman Modal Jawa Timur

Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan

Bappeda Kabupaten Sidoarjo

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo

Bappeda Kabupaten Sampang

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sampang

Bappeda Kabupaten Probolinggo

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Probolinggo

Bank Indonesia

Bank Jatim

KADIN Jatim

HKTI Jatim

HKTI Jatim

Koperasi Wanita Jawa Timur, Setiabakti Wanita

DPD SPSI Jawa Timur

Serikat Buruh Migran Jawa Timur

Forda UKM Jawa Timur

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur

Nama Lembaga

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

No.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

36

Lampiran 3. Presentasi Strategi Pembangunan Jawa Timur oleh Yuniarti, SH, MSi, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bappeda Jawa Timur (dalam Bahasa Indonesia).

KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DI BIDANG JAWA TIMUR DI BIDANG

KETENAGAKERJAANKETENAGAKERJAANKETENAGAKERJAAN KETENAGAKERJAAN

Disajikan oleh :jBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

PROVINSI JAWA TIMUR

Surabaya, 18 Nopember 2010

VISI DAN MISI VISI DAN MISI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

(RPJMD 2009 (RPJMD 2009 –– 2014)2014)

Terwujudnya Jawa Timur Yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara VISIVISIKesatuan Republik Indonesia

Mewujudkan Makmur bersama WongMewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk RakyatMISIMISI

Bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur, bukan untuk segelintir

K k J Tiorang tertentu. Kemakmuran Jawa Timur yang ingin diwujudkan adalah kemakmuran bersama,t t ilik

22terutama wong cilik

2

VISI DAN MISI RPJMD 2009 VISI DAN MISI RPJMD 2009 -- 20142014PROPINSI JAWA TIMURPROPINSI JAWA TIMUR

VISIVISIVISIVISITerwujudnya Jawa Timur Yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

MISIMISI

dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

MISIMISIMewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk RakyatAPBD untuk RakyatBertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur, bukan untuk segelintir orang tertentu. Kemakmuran

Jawa Timur yang ingin diwujudkan adalah kemakmuran bersama, terutama wong cilik

33

KERANGKA LOGISRPJMD JAWA TIMUR 2009 2014

RPJMD 2009-2014RPJMD JAWA TIMUR 2009 2014

9 18 4 PRIORITAS

4 4 STRATEGISTRATEGIPEMBANGUNANPEMBANGUNAN

Peningkatan Ak ibilit d

1

9 AGENDA

1

18 PRIORITAS

PEMB.

2

4 PRIORITAS PROGRAM

Aksesibilitasdan kualitas Pendidikan

Peningkatan

2

3

3456 INDIKATOR

SEKTOR/ SKPD

(MEMORANDA

Peningkatan aksesibilitas dan

kualitas Kesehatan 4

5

6789

TARGETKINERJAUTAMA(

PROGRAM)Perluasan lapangan kerja

5

610111213

UTAMA

Memelihara kualitas dan fungsi lingkungan

hidup

7

8

13141516

449161718 4

AGENDA PEMBANGUNAN JAWA TIMURAGENDA PEMBANGUNAN JAWA TIMURRPJMD TAHUN 2009RPJMD TAHUN 2009 -- 20142014RPJMD TAHUN 2009 RPJMD TAHUN 2009 -- 20142014

1. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan danpendidikan, terutama bagi masyarakat miskin ;

2. Memperluas lapangan kerja, meningkatkan efektivitas penanggulangankemiskinan, memberdayakan ekonomi rakyat, terutama wong cilik danmeningkatkan kesejahteraan sosial rakyat ;

3 Meningkatkan percepatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi yang3. Meningkatkan percepatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi yangberkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembanganagroindustri/ agrobisnis, serta pembangunan & perbaikan infrastruktur,terutaman pertanian dan perdesaan ;p p ;

4. Memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkanperbaikan pengelolaan SDA dan penataan ruang.

5. Mewujudkan percepatan reformasi birokrasi, dan meningkatkanj p p gpelayanan publik ;

6. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial.7. Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta

terjaminnya kesetaraan gender dan meningkatkan peran pemuda sertamengembangkan dan memasyarakatkan olah raga ;

8. Meningkatkan KAM-TIB, supremasi hukum, dan penghormatan HAM ;9 M j dk t h bilit i d k t k i

55

9. Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksisosial ekonomi dampak lumpur panas Lapindo.

11 Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas PelayananPeningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan18 PRIORITAS PEMBANGUNAN

1.1. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan PendidikanPendidikan..

2.2. Peningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Peningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan g yg yKesehatanKesehatan..

3.3. Perluasan Lapangan KerjaPerluasan Lapangan Kerja..44 P i k t Ef kti it P lP i k t Ef kti it P l4.4. Peningkatan Efektivitas Penanggulangan Peningkatan Efektivitas Penanggulangan

KemiskinanKemiskinan..5.5. Peningkatan Kesejahteraan Sosial RakyatPeningkatan Kesejahteraan Sosial Rakyat..5.5. Peningkatan Kesejahteraan Sosial RakyatPeningkatan Kesejahteraan Sosial Rakyat..6.6. Revitalisasi Pertanian dan Pengembangan Revitalisasi Pertanian dan Pengembangan

Agroindustri/AgrobisnisAgroindustri/Agrobisnis..777.7. Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan

MenengahMenengah..88 Peningkatan Investasi Ekspor NonPeningkatan Investasi Ekspor Non--Migas danMigas dan8.8. Peningkatan Investasi, Ekspor NonPeningkatan Investasi, Ekspor Non--Migas, dan Migas, dan

PariwisataPariwisata..9.9. Peningkatan Daya Saing Industri ManufakturPeningkatan Daya Saing Industri Manufaktur..

666

37

10. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur.11. Pemeliharaan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup,

t P b ik P l l S b D Al dserta Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dan Penataan Ruang.

12. Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dan p ,Peningkatan Pelayanan Publik.

13. Peningkatan Kualitas Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial.Harmoni Sosial.

14. Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan di Semua Bidang, dan Terjaminnya Kesetaraan Gender.

15 P i k t P P d d P b15. Peningkatan Peran Pemuda dan Pengembangan Olahraga.

16. Penghormatan, Pengakuan dan Penegakan Hukum g g gdan Hak Asasi Manusia.

17. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban, dan Penanggulangan Kriminalitas.Penanggulangan Kriminalitas.

18. Percepatan Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sosial Ekonomi Dampak Lumpur Panas Lapindo.

777

4 PROGRAM PRIORITAS4 PROGRAM PRIORITAS4 PROGRAM PRIORITAS4 PROGRAM PRIORITAS11 PENINGKATAN AKSESBILITAS d KUALITASPENINGKATAN AKSESBILITAS d KUALITAS1.1. PENINGKATAN AKSESBILITAS dan KUALITAS PENINGKATAN AKSESBILITAS dan KUALITAS

PENDIDIKANPENDIDIKANPendidikan gratis sepenuhnya untuk Wajar Dikdas 9 tahun dan Pendidikan gratis sepenuhnya untuk Wajar Dikdas 9 tahun dan g y jg y jrintisan 12 tahunrintisan 12 tahun

2.2. PENINGKATAN AKSESBILITAS dan KUALITASPENINGKATAN AKSESBILITAS dan KUALITAS2.2. PENINGKATAN AKSESBILITAS dan KUALITAS PENINGKATAN AKSESBILITAS dan KUALITAS PENDIDIKANPENDIDIKAN-- Peningkatan kualitas pelayanan PuskesmasPeningkatan kualitas pelayanan Puskesmas-- Pemberian alat kontrasepsi gratisPemberian alat kontrasepsi gratisPemberian alat kontrasepsi gratis Pemberian alat kontrasepsi gratis -- Pelayanan gratis di puskesmas (6 jenis pelayanan Pelayanan gratis di puskesmas (6 jenis pelayanan menkes)menkes)-- Pengobatan gratis sepenuhnya untuk maskin (Pilot Projek di Pengobatan gratis sepenuhnya untuk maskin (Pilot Projek di

Kab. Gresik dan Kota Kediri)Kab. Gresik dan Kota Kediri)Pembenahan manajemen kesehatanPembenahan manajemen kesehatan-- Pembenahan manajemen kesehatanPembenahan manajemen kesehatan

88

NONO KONDISI 2009KONDISI 2009 SOLUSISOLUSISOLUSI KINERJA KEMISKINAN DI JAWA TIMUR

11 PENGANGGURANPENGANGGURAN

Komposisi pendidikan : rasio SMA : Komposisi pendidikan : rasio SMA : SMK = SMK = 4040::6060Pengembangan BLK berkualitas Pengembangan BLK berkualitas internasionalinternasionalinternasionalinternasionalPengembangan AgroindustriPengembangan AgroindustriPercepatan realisasi investasiPercepatan realisasi investasi

KESEHATANKESEHATANA k K ti B i 31 41A k K ti B i 31 41 P i k t k lit lP i k t k lit l••Angka Kematian Bayi : 31,41Angka Kematian Bayi : 31,41

••Angka Harapan Hidup : 69,15Angka Harapan Hidup : 69,15••Persalinan oleh tenaga kesehatan : Persalinan oleh tenaga kesehatan : 101,85%101,85%

•• Peningkatan kualitas pelayanan Peningkatan kualitas pelayanan PuskesmasPuskesmas

•• Pelayanan gratis di puskesmas (6 Pelayanan gratis di puskesmas (6 jenis pelayanan jenis pelayanan menkes)menkes)

22 ••Laju pertumbuhan penduduk masih Laju pertumbuhan penduduk masih tinggitinggi

j p yj p y ))•• Pengobatan gratis sepenuhnya Pengobatan gratis sepenuhnya

untuk maskinuntuk maskin•• Pembenahan manajemen Pembenahan manajemen

kesehatankesehatan•• Peningkatan polindes menjadi Peningkatan polindes menjadi

Ponkesdes : 1.181Ponkesdes : 1.181PAPANPAPANRenovasi Rumah Tidak Layak HuniRenovasi Rumah Tidak Layak Huni ••Setiap tahun dikerjakan 38 000Setiap tahun dikerjakan 38 000

33

Renovasi Rumah Tidak Layak Huni Renovasi Rumah Tidak Layak Huni sebanyak 684.000 rumah dengan sebanyak 684.000 rumah dengan biaya renovasi sebesar @ Rp. 5 biaya renovasi sebesar @ Rp. 5 Juta dibutuhkan biaya Rp. 3,42 Juta dibutuhkan biaya Rp. 3,42 TrilyunTrilyun

••Setiap tahun dikerjakan 38.000 Setiap tahun dikerjakan 38.000 rumah/thn x Rp. 5 Juta = Rp. 190 rumah/thn x Rp. 5 Juta = Rp. 190 M/thnM/thn••Target yang ingin dicapai selama 5 Target yang ingin dicapai selama 5 tahun sebanyak 200 000 rumah x Rptahun sebanyak 200 000 rumah x Rp

1313

Trilyun.Trilyun. tahun sebanyak 200.000 rumah x Rp. tahun sebanyak 200.000 rumah x Rp. 5 Juta = Rp. 1 Trilyun5 Juta = Rp. 1 Trilyun

NONO KONDISI 2009KONDISI 2009 SOLUSISOLUSI

SOLUSI KINERJA KEMISKINAN DI JAWA TIMUR

NONO KONDISI 2009KONDISI 2009 SOLUSISOLUSI44 PENDIDIKANPENDIDIKAN

Adanya Kesenjangan Angka Adanya Kesenjangan Angka P i i i S k l h d i SDP i i i S k l h d i SD

Pendidikan gratis sepenuhnya untuk Pendidikan gratis sepenuhnya untuk W j Dikd 9 h d i iW j Dikd 9 h d i i 1212Partisipasi Sekolah dari SD Partisipasi Sekolah dari SD

(99,79%), SLTP (99,60%), SLTA (99,79%), SLTP (99,60%), SLTA (58,90%)(58,90%)

Wajar Dikdas 9 tahun dan rintisan Wajar Dikdas 9 tahun dan rintisan 12 12 tahuntahun

*Sumb. Data Dinas P&K*Sumb. Data Dinas P&K

1414

3.3. PERLUASAN LAPANGAN KERJAPERLUASAN LAPANGAN KERJA

Komposisi pendidikan : rasio SMA : SMK = Komposisi pendidikan : rasio SMA : SMK = 440:0:6600Pengembangan BLK berkualitas internasionalPengembangan BLK berkualitas internasionalPengembangan AgroindustriPengembangan AgroindustriP t li i i t iP t li i i t iPercepatan realisasi investasiPercepatan realisasi investasi

44 MEMELIHARA KUALITAS d FUNGSIMEMELIHARA KUALITAS d FUNGSI4.4. MEMELIHARA KUALITAS dan FUNGSI MEMELIHARA KUALITAS dan FUNGSI LINGKUNGAN HIDUPLINGKUNGAN HIDUPP lih k lit d f i LH b ik l lP lih k lit d f i LH b ik l lPemeliharaan kualitas dan fungsi LH, perbaikan pengelolaan Pemeliharaan kualitas dan fungsi LH, perbaikan pengelolaan SDA dan penataan ruangSDA dan penataan ruang

99

Indikator Kinerja UtamaIndikator Kinerja UtamaIndikator Kinerja UtamaIndikator Kinerja Utama

101010

STRATEGI PEMBANGUNANSTRATEGI PEMBANGUNAN

PERTISIPATORIS PRO POORPERTISIPATORIS PRO-POOR

PEOPLE CENTERED DEVELOPMENTRakyat, subyek pembangunan

KESETARAANKESEIMBANGAN KESETARAAN GENDER

KESEIMBANGANPEMERATAAN DAN

PERTUMBUHAN1111

PERTUMBUHAN

PROGRAM PROGRAM PRIORITASPRIORITAS

1212

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

38

Isu Strategis : di Bidang KetenagakerjaanIsu Strategis : di Bidang KetenagakerjaanIsu Strategis : di Bidang KetenagakerjaanIsu Strategis : di Bidang Ketenagakerjaan

AA M i k t dik kM i k t dik kA.A. Meningkatnya pengangguran, dikarenakan :Meningkatnya pengangguran, dikarenakan :1.1. Tidak seimbangnya persediaan tenaga kerja Tidak seimbangnya persediaan tenaga kerja

dengandengan kebutuhan tenaga kerja;kebutuhan tenaga kerja;dengandengan kebutuhan tenaga kerja;kebutuhan tenaga kerja;2.2. Pemulangan TKI bermasalah;Pemulangan TKI bermasalah;3. Faktor sosial budaya;3. Faktor sosial budaya;

B.B. Kualitas SDM rendah hingga kurang memiliki daya Kualitas SDM rendah hingga kurang memiliki daya saing dalam mendapatkan peluang kerja (penyerapan saing dalam mendapatkan peluang kerja (penyerapan g p p g j (p y pg p p g j (p y pdipasar kerja tidak optimal) , dikarenakan :dipasar kerja tidak optimal) , dikarenakan :1.1. Masih rendahnya tingkat pendidikan;Masih rendahnya tingkat pendidikan;22 Missmacth antara skill/kualitas angkatan kerjaMissmacth antara skill/kualitas angkatan kerja2.2. Missmacth antara skill/kualitas angkatan kerja Missmacth antara skill/kualitas angkatan kerja

dengan kebutuhan dunia kerja;dengan kebutuhan dunia kerja;3. Informasi pasar kerja belum optimal;3. Informasi pasar kerja belum optimal;

1515

C.C. Kesempatan Kerja disektor formal Kesempatan Kerja disektor formal terbatas akibat penurunan daya serapterbatas akibat penurunan daya serapterbatas akibat penurunan daya serap terbatas akibat penurunan daya serap tenaga kerja yang disebabkan oleh tenaga kerja yang disebabkan oleh terbatasnya investasi krisis global danterbatasnya investasi krisis global danterbatasnya investasi, krisis global dan terbatasnya investasi, krisis global dan pasar bebas;pasar bebas;

D.D. Perlindungan pekerja maupun tingkat Perlindungan pekerja maupun tingkat kesejahteraan pekerja belum memadaikesejahteraan pekerja belum memadaikesejahteraan pekerja belum memadai, kesejahteraan pekerja belum memadai, serta iklim hubungan industrial kurang serta iklim hubungan industrial kurang kondusif;kondusif;kondusif;kondusif;

1616

Permasalahan :Permasalahan :

AA Dilihat dari tingkat pendidikan pada tahunDilihat dari tingkat pendidikan pada tahunA.A. Dilihat dari tingkat pendidikan, pada tahun Dilihat dari tingkat pendidikan, pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja didominasi yang 2008 jumlah tenaga kerja didominasi yang tidak tamat SD dan tamat SD sebesar tidak tamat SD dan tamat SD sebesar 56 45% t t SLTP b 18 58% d56 45% t t SLTP b 18 58% d56,45%, tapat SLTP sebesar 18,58% dan 56,45%, tapat SLTP sebesar 18,58% dan SLTA sebesar 19,22% sisanya lulusan SLTA sebesar 19,22% sisanya lulusan Diploma dan Sarjana sebesar 6,16%;Diploma dan Sarjana sebesar 6,16%;Diploma dan Sarjana sebesar 6,16%;Diploma dan Sarjana sebesar 6,16%;

B.B. Setiap tahun terdapat penambahan Setiap tahun terdapat penambahan angkatan kerja baik dari l l san sekolahangkatan kerja baik dari l l san sekolahangkatan kerja baik dari lulusan sekolah angkatan kerja baik dari lulusan sekolah maupun PHK;maupun PHK;

CCC.C. Sarana Prasarana BLK sudat out to date;Sarana Prasarana BLK sudat out to date;

1717

C.C. Penyebaran kualifikasi keluaran Penyebaran kualifikasi keluaran pendidikan dengan persyaratan duniapendidikan dengan persyaratan duniapendidikan dengan persyaratan dunia pendidikan dengan persyaratan dunia kerja;kerja;

D.D. Kebijakan dan program mengarah pada Kebijakan dan program mengarah pada upaya penyediaan lapangan kerjaupaya penyediaan lapangan kerjaupaya penyediaan lapangan kerja upaya penyediaan lapangan kerja menjadi kebutuhan yang sangat menjadi kebutuhan yang sangat mendesak khususnya upayamendesak khususnya upayamendesak, khususnya upaya mendesak, khususnya upaya penyediaan lapangan kerja alternatif penyediaan lapangan kerja alternatif bagi angkatan kerja yang belumbagi angkatan kerja yang belumbagi angkatan kerja yang belum bagi angkatan kerja yang belum mendapatakan pekerjaan yang sesuai mendapatakan pekerjaan yang sesuai d k lifik id k lifik i

1818dengan kualifikasinya.dengan kualifikasinya.

Solusi dan upaya tindak lanjut :Solusi dan upaya tindak lanjut :

AA Provinsi Jawa Timur mulai Tahun 2010Provinsi Jawa Timur mulai Tahun 2010A.A. Provinsi Jawa Timur mulai Tahun 2010Provinsi Jawa Timur mulai Tahun 2010--2014 telah menetapkan 4 (empat) UPT 2014 telah menetapkan 4 (empat) UPT Pelatihan Kerja (BLK) berstandar Pelatihan Kerja (BLK) berstandar I t i l BLK Si i M lI t i l BLK Si i M lInternasional : BLK Singosari Malang, Internasional : BLK Singosari Malang, Surabaya, Kediri dan Jember. Selanjutnya Surabaya, Kediri dan Jember. Selanjutnya ke 12 BLK lainnya secara bertahap;ke 12 BLK lainnya secara bertahap;ke 12 BLK lainnya secara bertahap;ke 12 BLK lainnya secara bertahap;

B.B. Program Zero pengiriman TKI ilegal;Program Zero pengiriman TKI ilegal;

C.C. Program perluasan lapangan pekerjaan Program perluasan lapangan pekerjaan (merupakan program prioritas RPJMD (merupakan program prioritas RPJMD ( p p g p( p p g pProvinsi Jawa Timur Tahun 2009 Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 –– 2010);2010);

1919

39

Lampiran 4. Presentasi metodologi Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan oleh Per Ronnas, ILO Jenewa.

IndonesiaIndonesiaA il 2010A il 2010April 2010April 2010

1

1• Tujuan dan dasar konseptual

1

2• Pendekatan dan metode

3• Diagnostik Ketenagakerjaan dalam sebuah

kerangka kerja yang lebih besar3 kerangka kerja yang lebih besar

2

Analisa diagnostik Ketenagakerjaan bertujuan untuk memberikanAnalisa diagnostik Ketenagakerjaan bertujuan untuk memberikanfokus yang lebih kuat pada lapangan kerja produktif dan pekerjaanyang layak dalam kebijakan pembangunan …

d t j t t k i t b h i kl if…dengan tujuan utama untuk mencapai pertumbuhan inklusif(mengedepankan pemerataan) yang menghasilkan banyak lapanganpekerjaan.

Untuk mencapai hasil tersebutanalisa ini bbertujuan untuk memberikan pemahaman mengenaihambatan tantangan dan peluang terkait dengan konteks khusushambatan, tantangan dan peluang terkait dengan konteks khususuntuk meningkatkan lapangan pekerjaan produktif melaluipertumbuhan iklusif dan menghasilkan banyak lapangan pekerjaanSebagai dasar untuk dialog sosial dan desain serta penentuan prioritaskebijakan.

3

L k j d k if di k li k (k k i )Lapangan kerja produktif menyediakan link (keterkaitan) antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatankesejahteraan/ penurunan tingkat kemiskinanPandangan bahwa sumber daya manusia merupakanpenghasil pertumbuhan melalui lapangan kerja yang produktif, dan bukannya pandangan bahwa lapangan kerjaproduktif, dan bukannya pandangan bahwa lapangan kerjaproduktif merupakan hasil dari pertumbuhanSituasi negara yang spesifik berlaku sebagai titik awal: tidakmungkin ada solusi ‘satu untuk semua’ bagi masalahmungkin ada solusi satu untuk semua bagi masalah-masalah spesifikPihak-pihak yang bertanggungjawab untuk merancang danmelaksanakan kebijakan semua harus dilibatkan dalamsemua tahapan analisis

4

5 6Sumber: World Development Indicators (Indikator Pembangunan Dunia)

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

40

60

Workingpoverty 15+ (%)

40

50

60

52.4

39.2

54.1

20

30

40

21.9 22.7

0

10

Bolivia2002

Congo2005

India2004

Sierra Leone2003

Vietnam2004

7

Sumber: KILM Edisi ke 6 ILO

Seseorang dapat memikirkan teori-teori untukmenjelaskan angka-angka ini, namun tiap teori tidakdapat berdiri sendiri karena lapangan kerja produktifcenderung memiliki faktor penyebab yang rumit. Selain itu, tiap masalah harus dilihat dalamkonteksnya masing-masing. Banyak negara dapatmenghadapi situasi serupa namun penyebabnyamungkin berbeda satu sama lain, membuat situasimasing-masing negara menjadi unik..Jadi….tidak ada solusi ‘satu untuk semua’. Tiapnegara bersifat unik dan memerlukan sebuah

d k di ik ipendekatan yang disesuaikan guna mengatasimasalah yang dihadapinya.

8

BBekerja PPengangguranBBekerja PPengangguran

MMiskinMMiskin

TTidak mmiskin Bekerja secarad ktifTTidak mmiskin produktif

13

Jumlah pekerja miskin (working poor), tidak termasukk ki p ti k t k i kikaum muskin pengangguran = tingkat kemiskinan xxtotal penduduk yang bekerja berusia 15+ (atau 15-65)B d ti k t k j diBersama dengan tingkat pengangguran, maka menjadidefisit dari lapangan kerja produktif.

I i dIni sama denganAngkatan kerja total minus mereka yang bekerja secara

d k if ( k iliki k j d id kproduktif (mereka yang memiliki pekerjaan dan tidakmiskin).

14

Diagnostik Ketenagakerjaan adalah pendekatan yyangDiagnostik Ketenagakerjaan adalah pendekatan yyang disesuaikan ini. Ini adalah alat untuk mengdiagnosahambatan dan kelemahan serta kekuatan yang spesifiky g pdengan konteks yang ada dari perspektif penciptaan lapangankerja produktif.

Pendekatan yang disesuaikan ini mengikuti sebuah kerangkakerja uumum sehingga bukan merupakan preferensiindividual ataupun bersifat ad-hoc. Pendekatan ini mengikutisebuah struktur yang dapat direplikasi.

Jadi, analisis diagnostik ketenagakerjaan ini disesuaikandengan konteks, namun juga bersifat umum.

9

Sebuah pendekatan yang terstruktur dan ditandaidengan langkah-langkah yang terpadu diperlukan

UUntuk menggabungkan sebuah pendekatan yang luasgg g p y gdengan analisis mendalam isu/persoalan-persoalankunci dengan secara perlahan-lahan menyingkirkani i k i d i f kisu-isu yang kurang penting dan mempersempit fokuspada faktor-faktor kunci.

Untuk memfasilitasi partisipasi para pemangkukepentingan kunci (utama)kepentingan kunci (utama)

10

Fokus pada AAPPA yang telah terjadi dan meliputipemetaan dan analisis terhadap:

Konteks demografi dan faktor-faktor tertentugTingkat dan pola pertumbuhan ekonomi (termasuksecara sektoral)secara sektoral)Pola dan dinamika ketenagakerjaan, pendapatan, ketidaksetaraan dan kemiskinanketidaksetaraan dan kemiskinan

11

Menghasilkan pemahaman yang baik mengenaiMenghasilkan pemahaman yang baik mengenaikonteks pembangunan spesifik negara sertakarakteristik pengembangan ekonomi dan pasarkarakteristik pengembangan ekonomi dan pasartenaga kerja baru-baru ini di negara tersebut.M ki k id tifik i t b if t lMemungkinkan identifikasi pertama yang bersifat luasterhadap hipotesis-hipotesis mengenai tantangank i d t k j tekonomi dan pasar tenaga kerja utama.

Memberikan informasi penting untuk menetapkank k jtarget-target ketenagakerjaan

12

41

1. Kumpulkan informasi mengenai tingkat kemiskinan,1. Kumpulkan informasi mengenai tingkat kemiskinan, angkatan kerja, penduduk bekerja dan penganggurandan hitung jumlah mereka yang bekerja secara produktifdan defisit lapangan kerja produktif yang adadan defisit lapangan kerja produktif yang ada.

2. Tentukan target-target untuk penanggulangankemiskinan / penurunan tingkat pengangguran untukkhi i d di k iakhir periode yang direncanakan atau strategi.

3. Perkirakan pertumbuhan angkatan kerja selama perioderencana/ strategi. / g

4. Perkirakan defisit lapangan kerja produktif pada akhirperiode rencana/ strategi berdasarkan pada (2) dan (3) di atasdi atas.

5. Perkirakan jumlah lapangan kerja produktif yang diperlukan untuk mencapai target dalam mengurangid fi i l k j d k ifdefisit lapangan kerja produktif

15

Hitunglah kontribusi sektor sektor ekonomi utamaHitunglah kontribusi sektor-sektor ekonomi utamaterhadap (A) pertumbuhan dalam PDB dan (B) pertumbuhan kesempatan kerja baru-baru ini, sertap p j ,produktivitas tenaga kerja dalam sektor-sektor ekonomiutamaGunakan analisa mengenai hubungan antarapertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan

k j ki k ti k t d k i ipekerjaan guna memperkirakan tingkat dan komposisisektor pertumbuhan yang diperlukan guna mencapaitarget dalam mengurangi defisit lapangan kerjatarget dalam mengurangi defisit lapangan kerjaproduktif

16

Selalu ada indikator atau ‘gejala’ yang mengarahkan kita keSelalu ada indikator atau gejala yang mengarahkan kita kepenyebabnya …

IIndia:

PenyebabPenyebabGejalaGejala

TingkatTingkat butabuta hurufhuruf

TingkatTingkat workingworkingpovertypoverty yangyang tinggitinggi

Basis SDMBasis SDMTingkatTingkat buta buta hurufhuruf

yang yang tinggitinggi

StatusStatus perempuanperempuan

M li :

povertypoverty yang yang tinggitinggiKualitasKualitas

pertumbuhanpertumbuhanProduktivitasProduktivitas rendahrendah

dalamdalam pertanianpertanian

Mongolia:

Tingkat kemiskinan/ pengangguran yang Kualitas pertumbuhan

yang tidak baikDaya saing yang

rendah

…penyebab ini adalah sebuah hhambatan untuk mewujudkan pertumbuhan

tinggi yang tidak baik rendah

p y j pinklusif yang mampu menghasilkan lapangan pekerjaan.

21

ddalam pproses kkeseluruhan ssangatlah ppenting uuntukddalam pproses kkeseluruhan ssangatlah ppenting uuntukmmencapai hasil.

Penekanan pada:d h b iKemudahaan bagi pengguna

Partisipasi dari para konstituen dan pemangkukepentingan dalam sebuah basis konsultasi melaluiproses analisis dan sebagai aktor-aktor kunci dalamproses kedua, bagian diagnostik dan dalam menarikkesimpulan kebijakan

22

Fokus pada MMENGAPA?Fokus pada MMENGAPA?

Tahap kedua terdiri dari analisa diagnostik ketenagakerjaan. T h i i b j k li l b b kibTahap ini bertujuan untuk menggali pola sebab akibat, memisahkan yang penting dari yang kurang penting dan mengidentifikasi hambatan dan tantangan-tantangan kunci guna g g g gmeningkatkan lapangan pekerjaan yang produktif. Hasil analisis akan memberikan input kedalam diskusi-diskusi k bij kkebijakan.

Sebuah ppohon diagnostik ketenagakerjaan, didukung dengan proposaluntuk indikator bagi semua ‘kotak’, digunakan untuk memandu dan

menyusun struktur analisis.

17

y

Meningkatkan pertumbuhan yang inklusif dan kaya lapangan pekerjaan sertaMeningkatkan pertumbuhan yang inklusif dan kaya lapangan pekerjaan sertameningkatkan pekerjaan produktif

1. Tingkat modal/ daya layakkerja SDM

2. Peluang untuk danpengembalian

keuntungan dalam

3. Keberlanjutan

rafi

spek

mSD

M

ginvestasi SDM

ses

dak ian

n/

klim pada

a rhad

aprn

al

1 D

emog

r

Asp

ek-a

sku

alita

tif

vest

asid

ala

Ting

kat

umbu

han

Kual

itas

umbu

han

ber

daya

, aks

ang

yang

tid

ata 1 Ke

lest

arin

gkun

gan

ruba

han

ik

Inve

stas

ipka

umm

ud

eren

tana

nte

kana

nek

ster

1. 1.2

1.3

Inv

2.1

pert

u

2.2

Pert

u

2.3

Sum

bda

npe

lua

mer

a

3. lipe

r

3.2 k

3.3

Ke tek

18

2 PPeluang uuntuk ddan ppengembalian kkeuntungan aatas2. PPeluang uuntuk ddan ppengembalian kkeuntungan aatasiinvestasi SDM (kesempatan kerja)

2.1 FFaktor-faktor utamayang mempengaruhi

2.2 FFaktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas

2.3 PPenyediaansumber daya, yang mempengaruhi

tingkat pertumbuhan•2.1.1 Integrasi dalam

ekonomi global

pertumbuhan•2.2.1 Komposisi sektor/ teknologi•2.2.2 Kualitas lingkungan bisnis

akses, dan/ ataupeluang yang tidak

meratak•2.1.2 Biaya keuangan

•2.1.3 Laba Sosial atasinvestasi

•2.1.4 Kebijakan

•2.2.3 Nilai tukar dagang dalamnegeri

•2.2.4 Rent Extraction (EkstraksiKeuntungan)

•2.3.1 Daya LayakKerja yang tidak

sama•2.3.2 Akses ke pasar2.1.4 Kebijakan

makroekonomi•2.1.5 Faktor-faktor

kelembagaan2 1 6 Kegagalan pasar

•2.2.5 Lembaga pasar tenaga kerja•2.2.6 Konsentrasi pertumbuhan

daerah•2 2 7 Cara perdagangan / faktor-

tenaga kerja & peluang

•2.3.3 Jaminan sosial•2.3.4 Ketersediaan•2.1.6 Kegagalan pasar •2.2.7 Cara perdagangan / faktor

faktor siklis

19

Pikirkan mengenai situasi ketenagakerjaan di MMongolia Meskipun pertumbuhanPikirkan mengenai situasi ketenagakerjaan di MMongolia. Meskipun pertumbuhanekonominya cukup tinggi namun negara tersebut terus mengalami tingkatkemiskinan dan pengangguran yang tinggi. Mengapa ini terjadi? Penduduk Mongolia memiliki tingkat pendidikan yang tinggi walaupun adaPenduduk Mongolia memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, walaupun ada perbedaan cukup besar antara daerah perkotaan-pedesaaan. Terdapat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, namun pertumbuhan

b id k i k b k l k jtersebut tidak menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Pertumbuhan tersebut memiliki basis yang sempit (pertambangan), sementarasektor manufakturnya tetap tidak terlalu signifikan sehingga ada ketidakseimbangan daerah yang besarDaya saing internasional yang masih sangat rendah adalah hambatan utama

a. Kebijakan makroekonomi yang tidak tepata. Kebijakan makroekonomi yang tidak tepatb. Lingkungan bisnis yang tidak terlalu baikc. Kualitas pendidikan dan pelatihan keterampilan yang kualitasnya kurang baik

20

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

42

StrategiAnalisis dan

targetk t k j

- Strategiketenagakerjaan

ketenagakerjaan

Kesimpulankebijakan

- Strategipembangunan

- Proses kebijakan/ strategi lainnya

Studi mendalam

• KebijakanMakroekonomiMakroekonomi

• AnalisisGenderK bij k• KebijakanPerdagangan

• SDM 23

Ini bukanlah suatu hal yang sangat baru, namun:Ini bukanlah suatu hal yang sangat baru, namun:Ini adalah sebuah alat yang bermanfaat untuk melakukan kodifikasi danmemperkenalkan kekuatan analitis dalam sebuah analisa karena jikatidak, analisa tersebut akan terlalu bersifat intuitif atau ad hoc (terbatas, (untuk tujuan tertentu).Tahap Pertama telah terbukti sebagai tahap yang penting untukmelakukan analisa diagnostik yang berkualitas tinggi dan dapat dikelolag y g gg pdalam Tahap KeduaAlat ini cukup mudah digunakan oleh pengguna. Alat ini tidak hanyadapat digunakan untuk para konstituen ILO, namun juga dapatp g p , j g pdigunakan sendiri oleh konstituen ILO tersebut. Analisa ini juga seringkali perlu diikuti oleh analisa tematik yang lebihmendalam. Alat ini adalah cara yang baik untuk menjembatani kesenjangan antaraanalisa ekonomi dan analisa pasar tenaga kerja.

24

43

Lampiran 5. Presentasi Dinamika Ketenagakerjaan, Ekonomi dan Bursa Tenaga Kerja di Jawa Timur oleh Per Ronnas, ILO Jenewa.

Lokakarya mengenai Analisa Diagnostik KetenagakerjaanSurabaya 4 5 April 2011Surabaya, 4-5 April 2011

1

1•Kecenderungan (Tren) Demografi

•Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan2

g j ,dan sumber daya manusia

•Pola pertumbuhan per sektor spesifik, lapangan kerja dan produktivitas3 lapangan kerja dan produktivitas3

2

1•Kecenderungan (Tren) Demografi

•Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan

2 dan modal manusia

•Pola pertumbuhan per sektor spesifik lapangan kerja dan produktivitas3 spesifik, lapangan kerja dan produktivitas3

3

Piramida Penduduk, JT,2009

65 +

Piramida Penduduk, JT,2009

Laki laki Perempuan

45 49

50 54

55 59

60 64

25 29

30 34

35 39

40 44

45 49

10 14

15 19

20 24

25 29

12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0

0 4

5 9

4

BPS, 2009. Hasil Survei Sosial Ekonomi, 2009, Provinsi Jawa Timur

66.0 7.6100%

Penduduk berdasarkan kelompok usia

680%

68.5 67.4

40%

60% 65>15-64< 15

25 5 25 120%

40% < 15

25.5 25.1

0%

2000 20102000 2010

5

PPenduduk usia kerja & angkatan kerja tumbuh pada tingkat yang sama

Penduduk usia kerja & agkatan kerja di jawa Timur

30,000,000

40,000,000

prediksiaktual Penduduk usiakerja

20,000,000

Angkatan kerja

10,000,000

0

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

6

BPS, 2010. Indonesia dalam Angka,BPS, 2010, Jawa Timur dalam Angka

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

44

Dampak migrasi sementara pada pertumbuhan angkatan kerja

100Pertumbuhan angkatan kerja Migrasi Kembali

60

80

20

40

-20

0

1 2 3 4 5 6

-40

7

1•Kecenderungan (Tren) Demografi

•Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan2

g j ,dan sumber daya manusia

3•Pola pertumbuhan per sektor

spesifik lapangan kerja dan produktivitas3 spesifik, lapangan kerja dan produktivitas

8

800000

PPengangguran, berdasarkan kelompok usia, JT, 2010

400000

600000

200000

400000

0

15-24 25-34 35-49 50-59 60+Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Pebruari 2010, data diolah oleh Pusdatinaker

13

AAngkatan kkerja bberdasarkan ttingkat ppendidikan bberdasarkan

12113

17 11100%

AAngkatan kkerja bberdasarkan ttingkat ppendidikan,, berdasarkandaerah tempat tinggal, JT, 2010

1732

12

50

36

11 17 11

60%

80%Pendidikan tinggi

Pendidikan menengah atas

69

21

17

26

50

20%

40% Pendidikan menengah pertama

3716

2717

0%

20%

Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan

Pendidikan dasar

Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan

Bekerja Pengangguran

14Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah olehPusdatinaker

%%

PPartisipasi angkatan kerja berdasarkan kelompokusia JT 2010

80

100

75 78 80 83 83 81 7770

76 79 82 82 81 77

% usia, JT, 2010Tingkat Kegiatan Tingkat Kesempatan Kerja Tingkat Pengangguran

60

8067 66

58

7065

20

40 3124 23

14

0

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64

6 3 2 1 1 1 1 1

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64

9

120TTingkat kegiatan berdasarkan jenis kelamin pada tahun

2010 (%)97.3

93.7

84.5

80

100

Laki-laki

59.866.464.3 67.2

55.560

80Perempuan

38.5 38.0

20

40

0

20

15-24 25-49 50-59 60+ average15-24 25-49 50-59 60+ average

10

Source: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional 2010 diolah oleh Pusdatinaker

PPartisipasi angkatan kerja berdasarkan pendidikan, JT, 2010 (%)

Tingkat pengangguran Tingkat kesempatan kerja Tingkat Kegiatan

8678

9

10Pendidikan Tinggi

7366

5

9Sekolah Menengah Atas

60

69

57

2Sekolah Dasar atau lebih rendah

Sekolah Menengah Pertama

7069

0 20 40 60 80 100

Sekolah Dasar atau lebih rendah

11

DDistribusi penduduk usia kerja berdasarkan daerah tempattinggal, 2010

Dalam 37 63

Perkotaan Pedesaan

Tidak aktif

Dalam …

42

37

58

63

B k j

Pengangguran

37

45

63

55

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Bekerja 37 63

12

45

Angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan jenis kelamin

5 7 13 17100%

Angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan, jenis kelaminJT, 2010

Pendidikan tinggi

1917

22 15

45 42

7 13 17

60%

80%Pendidikan tinggi

Pendidikan menengah atas

53 61 22 20

42

40%

60%

Pendidikan menengah pertama

53

21 210%

20% Pendidikan dasar

Laki Perempuan Laki Perempuan

15Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah olehPusdatinaker

UUpah dan pendidikan, 2010laki perempuan

2000000

2500000

1000000

1500000

0

500000

0

SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi

Universitas

16

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah dari Pusdatinaker

KKemiskinan di perkotaan dan pedesaan di Jawa Timur, 2000-2009

Perse

n Pedesaan

Perkotaan

Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan pada data BPS

21

Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan pada data BPS

KKesempatan kerja berdasarkan sektor dan desil rumah tangga, 2009

Lain-lain

Jasa

Keuanganc

Transportasi

Perse

n PerdaganganKonstruksi

Utilitas

Industri

Pertambangan

Pertanian

Termiskin TerkayaDesil (termiskin ke terkaya)

22

Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan data Susenas, BPS

TTingkat Pendidikan angkatan kerja Jawa Timur 2010

Universitas

Menganggur Bekerja

Sekolah Menengah Atas

Universitas

S k l h D

Sekolah Menengah Pertama

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

Sekolah Dasar

17

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah oleh Pusdatinaker

PPercentase penduduk miskin di provinsi terpilih, 20102007 2010

25 0

30.0

35.02007 2010

15.0

20.0

25.0

5.0

10.0

0.0

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta

Jawa Timur Banten Nusa Tenggara

Timur

Maluku Indonesia

18

Sumber: BPS, Data dan informasi kemiskinan 2010, diakses dari www.bps.go.id

%% dd d k hhid ddib h ii kk i ki ddi JJ TTi 22009%% penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan di Jawa Timur, 2009

19Sumber: Atlas Ketahanan Pangan dan Kerentanan Indonesia, 2009

S k l h M h L bih d i SMA

KKemiskinan berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga, 2007

Sekolah Menengah

Sekolah MenengahAtas6%

Lebih dari SMA1%

Pertama9%

Tidak sekolah / tamat SD

46%

SD38%

20Sumber: BPS, Indikator Sosio-ekonomi

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

46

Target kemiskinan dan lapangan kerja produktif2014, Perkiraan

2009 2014 Perubahan 2009-20142009 2014 Perubahan 2009 2014

Angkatan kerja (15-64) 19,184,349 20,395,368 1,211,019

Bekerja (15-64) 18 153 788 19 314 414 1 160 626Bekerja (15 64) 18,153,788 19,314,414 1,160,626

Tingkat kemiskinan(%) 16.7 13.8*

Bekerja produktif 15 125 736 16 658 682 1 532 946Bekerja produktif 15,125,736 16,658,682 1,532,946

Pekerja miskin (Working poor) 3,028,052 2,655,732 - 372,320

Tingkat pengangguran(%) 5 37 5 3*Tingkat pengangguran(%) 5.37 5.3

Pengangguran 1,030,561 1,080,955 50,394

Kekurangan lapangan kerja produktif 4 058 613 3 736 686 321 926Kekurangan lapangan kerja produktif 4,058,613 3,736,686 - 321,926

23Perhitungan berdasarkan pada data LFS 2009

1•Kecenderungan (Tren) Demografi

•Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan 2 dan modal manusia

3•Pola pertumbuhan spesifik-

sektor lapangan kerja dan produktivitas3 sektor, lapangan kerja dan produktivitas

24

KKontribusi sektor yang berbeda terhadappertumbuhan kesempatan kerja dan PDB,

Kontribusi sektorterhadap kesempatan Kontribusi sektor

t h d PDBpertumbuhan kesempatan kerja dan PDB, 2006-2010

p pkerja terhadap PDB

2006-2010 2006-2010Pertanian, Kehutanan, Perburuan danPerikanan 2.03 6.75 Industri manufaktur (pengolahan) 7.58 19.91 Konstruksi 0.07 2.76 Perdagangan grosiran eceranPerdagangan grosiran, eceran, restoran dan hotel 28.15 34.52 Transportasi, pergudangan dankomunikasi - 1.40 13.48 Keuangan, Asuransi, Properti danLayanan Bisnis 4.83 7.11 Layanan Sosial dan Pribadi 58.20 12.18 Semua sektor 100 00 100 00Semua sektor 100.00 100.00

29

Sumber: data BPS

TTingkat pertumbuhan Elastisitasgproduktivitas, 2006-

10, %kesempatan kerja,

2006-10Pertanian, Kehutanan, Perburuan danPerikanan 10 0 0 03Perikanan 10.0 0.03

Pertambangan dan Penggalian 30.8 0.3

Industri manufaktur (pengolahan) 16.2 0.2

Listrik, Gas dan Air 24.8 - 34.8

Konstruksi 21.7 0.0 Perdagangan grosiran, eceran, restoran danhotel 21.7 0.3

Transportasi, pergudangan dan komunikasi 63.6 - 0.03Keuangan, Asuransi, Properti dan LayananBi i 9 8 0 7Bisnis 9.8 0.7

Layanan Sosial dan Pribadi 6.8 0.8

Semua sektor 20.4 0.2

30Sumber ; data BPS

PPertumbuhan ekonomi tahunan Jawa Timur dan Indonesia (1994-2009)

5.00

10.00

0.00

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

-10.00

-5.00

East Java

Indonesia

Jawa Timur

-20.00

-15.00

Indonesia

25

Sumber: data BPS

11980 1995 2009Pertanian 37.7 16.9 16.4Industri 16.4 36.9 35.4

Pertambangan dan penggalian 0 4 1 8 2 2Pertambangan dan penggalian 0.4 1.8 2.2Manufaktur 15.1 28.4 28.0Listrik, gas dan air 0.5 1.8 1.8Konstruksi 0 9 6 7 3 4Konstruksi 0.9 6.7 3.4

Jasa 46.0 46.0 48.2Perdagangan, hotel dan restoran 23.7 21.0 29.4

Transportasi & komunikasi 5.9 6.2 5.7Keuangan 3.1 6.7 4.8Jasa lainnya 12 8 10 3 8 3Jasa lainnya 12.8 10.3 8.3

26

Sumber perhitungan Bank Dunia berdasarkan pada data BPS

60

DDistribusi PDB Jawa Timur per sektor

Services 50

Industri

30

40

Pertanian20

0

10

1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2009

27Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan pada data BPS

%% PDB % kesempatankerja

2006 2010 2006 2010

Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 17.1 15.0 44.8 42.5

Pertambangan dan Penggalian 2.0 2.3 0.7 0.7

Industri manufaktur (pengolahan) 26.8 25.4 13.6 13.3

Listrik, Gas dan Air 1.7 1.4 0.2 0.1

Konstruksi 3.3 3.2 5.1 4.8

Perdagangan grosiran, eceran, restoran dan hotel 30.1 31.0 19.8 20.3

Transportasi, pergudangan dan komunikasi 5.7 7.3 4.4 4.0

K A i P ti d L Bi i 5 0 5 5 1 0 1 2Keuangan, Asuransi, Properti dan Layanan Bisnis 5.0 5.5 1.0 1.2

Layanan Sosial dan Pribadi 8.1 9.0 10.5 13.1

Semua sektor 100.0 100.0 100.0 100.0

28Sumber: data BPS

47

Terima kasih!

31

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

48

Lampiran 6. Presentasi Sumber Daya Produktif oleh Leyla Shamchiyeva, ILO Geneva

Lokakarya mengenai Analisa Diagnostik KetenagakerjaanSurabaya April 4 5 2011Surabaya, April 4-5, 2011

P d h l1 •Pendahuluan

K k i ik k i if b d i2 •Karakteristik kuantitatif sumber daya manusia

3 •Karakteristik kualitatif sumber daya manusia

4 •lahan dan laut

5•Permasalahan untuk dibahas

2

Sumber daya produktif

Tenagakerja lahan dan laut

Kuantitas KualitasKuantitas Aksesibilitas

Rasioketergantungan Kesehatan

Pendidikan

Kualitas

Kualitas Akses

Kualitas

3

Rasio ketergantungan berbasis usia 0 33 (2010)Rasio ketergantungan berbasis usia 0.33 (2010)Rasio ketergantungan aktual 1.00(2010)

2009 PerempuanLaki laki

50 5455 5960 64

65 +

p

30 3435 3940 4445 4950 54

10 1415 1920 2425 2930 34

15.0 10.0 5.0 0.0 5.0 10.0

0 45 9

10 14

4

Kesehatan:

Jawa Timur tertinggal di belakang Indonesia dalamsebagian besar indikator kesehatansebagian besar indikator kesehatanNamun, kesehatan penduduk telah meningkat selamadasawarsa terakhir: jumlah petugas kesehatan & aksesdasawarsa terakhir: jumlah petugas kesehatan & akseske fasilitas kesehatan ditingkatkan, walaupun ini tidakmerata di seluruh kabupatenmerata di seluruh kabupatenPemanfaatan layanan kesehatan meningkat

5

PPersentase ppenduduk bberusia 115++ yyang bbuta hhuruf

16.6

20

PPersentase ppenduduk bberusia 115++ yang buta huruf

15.514.2

12.9 12.6 12.7 12.215

10.2 9.6 9.1 8.6 8.1 7.8 7.410 Jawa Timur

Indonesia

5

0

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

6

49

Angka partisipasi kasar dan murni di Jawa Timur dan Indonesia (%)

Jawa Timur

Sekolah Dasar SMP

GER (APK)2003 106.7 82.9

2009 108 7 84 42009 108.7 84.4

NER (APM)2003 93.5 64.5

2009 93.7 72.1

Indonesia

GER (APK) 2009 110.4 81.3( )

NET (APM) 2009 94.4 67.4

Sumber: situs web BPS http://dds bps go id/eng/aboutus php?tabel=1&id subyek=28Sumber: situs web BPS http://dds.bps.go.id/eng/aboutus.php?tabel=1&id_subyek=28

7

PPenduduk uusia kkerja bberdasarkan ttingkatPendidikan

tinggi

PPenduduk uusia kkerja bberdasarkan ttingkatppendidikan, JT, 2010

Pendidikan menengah atas

6.3

menengah atas 20.5

Pendidikan dasar atau

l bih d hPendidikan menengah lebih rendah

54.8menengah pertama

18.4

8

PPersentase ppenduduk yyang ttidak ppernah

8.00

PPersentase ppenduduk yyang tidak pernahbersekolah, berdasarkan kelompok usia, 2009,

6.00

7.007-12

13-15

3 00

4.00

5.00 16-18

19-24

1.00

2.00

3.00

0.00

Surabaya Malang city Malang district

Sampang Tulungagung Pasuruan Sidoarjo East Java

13

AAngkatan kerja berkeahlian di lokasi-lokasi terpilihb d k kt 2009

40,000

45,000

berdasarkan sektor, 2009

30,000

35,000

15 000

20,000

25,000

5,000

10,000

15,000

0

Kabupaten Tulungagung

Kabupaten Malang

Kabupaten Pasuruan

Kabupaten Sidoarjo

Kabupaten Sampang

Kota Malang Kota Surabaya

Otomotif Listrik/elektro Bangunan

Teknik mekanik Tat niaga Aneka kejuruan14

%% k t k j d didik%% angkatan kerja dengan pendidikan tinggi, 2007

20

10

15

20

0

5

10 20

7 6.3

0

Malaysia Indonesia Jawa Timur

9

Akses ke pendidikan dasar tidaklah menjadi persoalanPerbedaan yang lebih besar dalam hal akses ke pendidikan sekolah

menengah pertama dan atas antara yang terkaya dan termiskinmenengah pertama dan atas antara yang terkaya dan termiskin

10Sumber: Bank Dunia“East Java Growth Diagnostic” (Diagnostik Pertumbuhan Jawa Timur)

PPendidikan dasaratau kurang

Pendidikanmenengah

Universitas Totalatau kurang menengah

Laki-laki danperempuan berusia

20 24 25 2 69 8 5 0 10020 – 24 25.2 69.8 5.0 10025 – 29 33.5 57.5 9.0 10015 + 53.2 40.3 6.4 100

Laki-laki berusia20 – 24 24.1 72.4 3.5 10025 – 29 30 3 61 8 7 9 10025 29 30.3 61.8 7.9 10015 + 48.7 44.6 6.8 100

Perempuan berusia20 – 24 26.3 67.2 6.5 10025 – 29 36.6 53.2 10.1 10015 + 57.4 36.4 6.2 10015 + 57.4 36.4 6.2 100

11

AAngkatan kkerja bberdasarkan ttingkat ppendidikan ddaerah

3100%

AAngkatan kkerja bberdasarkan ttingkat ppendidikan,, daerahtempat tinggal, JT, 2010

P didik i i

1732

12

36

11 17 11

80%

100% Pendidikan tinggi

Pendidikan

69

2126

50

40%

60% menengah atas

Pendidikan

3716

2717

0%

20%menengah pertama

Pendidikan dasar

Daerah Perkotaan

Daerah Pedesaan

Daerah Perkotaan

Daerah Pedesaan

Bekerja Pengangguran

12

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

50

Akses yang tidak merata ke pendidikan menengah- Kesenjangan antara yang terkaya/ termiskinKesenjangan antara yang terkaya/ termiskin- Kesenjangan antara daerah perkotaan/pedesaan, antar

kabupatenK j l ki l ki d- Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan

Mengapa?Mengapa?o Biaya sekolah menengah yang cukup tinggio Ketersediaan pendidikan menengah yang kurang memadai

(k i d di ib i)(kuantitas dan distribusi)o Kualitas dan relevansi pendidikan.

15

Rata-rata kepemilikan lahan oleh masyarakat adalah 0.2 ha. perptani => tidak memadai untuk menghidupi sebuah keluargap g p b g

Pertanian mengambil lebih dari 70% lahan yand ada, membatasiperluasannya di masa mendatang

Hampir semua petani tidak pernah memperoleh kredit karenamodal yang tidak memadai atau tidak dapat memenuhi

t (j i l h t t h k f l bpersyaratan (jaminan, perolehan status hukum formal, bungapinjaman yang lebih tinggi)

Kurang dari 40% lahan produktif memiliki sertifikasi kepemilikanKurang dari 40% lahan produktif memiliki sertifikasi kepemilikanyang sah => memperoleh lahan sulit

16

AApa saja kendala-kendala utama untuk:

Meningkatkan akses yang setara ke pendidikan, meningkatkank li d l ikualitas dan relevansinya;

Meningkatkan akses yang setara atas lahan?Meningkatkan akses yang setara atas lahan?

17

51

Lampiran 7. Presentasi Tingkat dan Kualitas Pertumbuhan: Meningkatkan Kesempatan Kerja dengan fokus pada aspek ekonomi oleh Per Ronnas, ILO Jenewa

Lokakarya mengenaiA li Di tik K t k jAnalisa Diagnostik Ketenagakerjaan

Surabaya, Jawa Timur, 4-5 April, 2011

1•Situasi

•Penyebab2

•Penyebab

3•Kesimpulan

3

2

- Banyaknya migrasi ke luar negeri untuk bekerja.i k k i ki ih i i- Tingkat kemiskinan menurun, namun masih tinggi

(17% pada tahun 2009). Kemiskinan sebagian besard di d h d ( i ) d l bihterdapat di daerah pedesaan (pertanian) dan lebih

tinggi di beberapa kabupaten dibandingkan kabupatenl ilainnya.

- Tingkat pengangguran tinggi diantara kaum muda

3

FFaktor –faktor yang mungkin menjadi penyebab:P b h k i l l l bPertumbuhan ekonomi terlalu lambatKualitas pertumbuhan ekonomi yang kurang baik

4

10.00

PPertumbuhan ekonomi tahunan Jawa Timur dan Indonesia (1994-2009)

5.00

-5.00

0.00

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

-10.00 East Java

Indonesia

Jawa Timur

-20.00

-15.00Indonesia

5

60DDistribusi PDB Jawa Timur per sektor

Services

40

50Jasa

Industry

30

40 Industri

Agriculture

10

20 Pertanian

0

1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2009

Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan data BPS

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

52

3 sektor terbesar: pertanian; manufaktur (pengolahan);3 sektor terbesar: pertanian; manufaktur (pengolahan); perdagangan, restoran & hotel menyumbang ¾ PDB Provinsi.

1. Pertanian• Menyerap sebagian besar kesempatan kerja namuny p b g b p j

menyumbang paling sedikit ke PDB• Umumnya produksi beras & pertanian yang berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan pokok• Lahan yang terbatas, harga jual rendah, biaya produksi tinggi

( )(akses kredit terbatas), tenaga kerja tidak berkeahlian => produktivitas rendah => pertumbuhan produksi rendah

7

22 MManufaktur ((PPengolahan)):22.. Manufaktur (Pengolahan):• Manufaktur bukan lagi mesin pendorong pertumbuhan; sektor ini bercirikan

pertumbuhan yang lambat dan perubahan struktural serta perkembanganteknologi yang lambat. g y g

• Konsentrasi pada industri tembakau, agro-processing minyak dan bahan kimia• Pergeseran dari sektor manufaktur padat karya ke produk padat modal (barang

setengah jadi/ barang jadi) • Konsentrasi di 4 kabupaten (Kota Surabaya, Kota Kediri, Kab. Sidoarjo dan

Kab. Gresik) • Perlu pindah ke cabang-cabang yang lebih padat teknologi dan

pengetahuan yang memproduksi produk produk dengan nilai tambah yangpengetahuan, yang memproduksi produk-produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi

3 Perdagangan restoran & hotel:3. Perdagangan, restoran & hotel: • Sektor pertumbuhan tercepat• Kontribusi ke PDB adalah 30%

Y li i d l h b k d d ( il)• Yang paling penting adalah sub-sektor perdagangan dan eceran (retail)Kendala potensial terhadap perdagangan dalam dan lintas provinsi: Infrastruktur, biaya keuangan...?

Orientasi pasar pertanian, diversifikasi produk-produk bernilaitambah lebih tinggi,Pengembangan kegiatan-kegiatan non-pertanian (agro-industri) danindustri pedesaan berskala kecilDiversifikasi sektor manufaktur agar menjadi lebihDiversifikasi sektor manufaktur agar menjadi lebihkompetitif, berorientasi ekspor dan responsif.Perubahan struktural ke arah produksi yang lebih padat teknologidan pengetahuan serta bernilai tambah yang lebih tinggidan pengetahuan serta bernilai tambah yang lebih tinggiPertumbuhan yang merata (berkeadilan) pembangunan harusbersifat meluas dan pro-masyarakat miskin.

Analisa fokus pada mengidentifikasi kendala dan tantanganutama untuk mencapai hal-hal di atas

9

1•Situasi

•Penyebab2

•Penyebab

3•Kesimpulan

3

10

PPeluang dan imbal balik bagi sumber daya manusia (lapangan pekerjaan)

Tingkat pertumbuhan• Integrasi dalam

k i l b l

Tingkat dan kualitaspertumbuhan

• Komposisi sektor/ k l i

Penyediaan akses dan/ataupeluang sumber daya yang

tidak merataperekonomian global• Biaya Keuangan

• Imbal balik/kontribusisosial atas investasi

teknologi• Kualitas lingkungan bisnis• Domestic terms of trade

(nilai tukar dagang dalam

tidak merata• Daya layak kerja yang tidak

merata• Akses ke pasar tenaga

k j & l k jsosial atas investasi• Kebijakan makro-ekonomi

• Faktor kelembagaan• Kegagalan pasar

( g gnegeri)

• Rent Extraction (EkstrasiKeuntungan)

• Lembaga pasar tenaga

kerja & peluang kerja• Jaminan sosial• Ketersediaan

• Kegagalan pasar Lembaga pasar tenagakerja

• Konsentrasi pertumbuhanregional

• Nilai tukar dagang/ faktor• Nilai tukar dagang/ faktor-faktor siklis

11

TTingkat pertumbuhanekonomiekonomi

Integrasi dalam perekonomian globalg p gBiaya keuanganImbal balik kontribusi sosial padai iinvestasiKebijakan makroekonomiFaktor-faktor kelembagaanFaktor-faktor kelembagaanKegagalan pasar

12

Tingkat (derajat)

Syarat syarat integrasiSyarat-syarat integrasi

13

TTemuan-temuan utama:

Tingkat integrasi dengan pasar eksternal rendah. Pengembangan produk-produkbaru untuk ekspor bersifat lambat. Ekspor tidak berlaku sebagai mesinpertumbuhan.

FDI (Investasi Asing Langsung) sangat sedikit: Modal asing hanya sebesar 0.1%dari investasi swasta asing total di Indonesia (vs. > 50% di Jakarta)

Investasi dalam negeri kecil: mewakili 8% dari investasi swasta total nasionalpada tahun 2009

Migrasi tenaga kerja/ perolehan devisa (remittances)

14

53

Akses ke keuangan internasional

Ketersediaan / akses ke keuangan lokalKetersediaan / akses ke keuangan lokal

B f i d lBerfungsinya pasar modal

15

TTemuan--temuan utamaTemuan temuan utamaTingkat Pembentukan Modal Tetap Bruto (Gross Fixed Capital Formation)di Jawa Timur lebih rendah dari Indonesia (18% vs. 25% dari PDB ) =>proporsi kecil investasi swastap p

Rasio kredit ke PDB cukup rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya(19% dari PDB di Jawa Timur vs. 31% untuk rata-rata nasional)

Rasio yang rendah mencerminkan kurangnya permintaan atas kredit danbukan kurangnya akses (perusahaan bergantung pada dana sendiri atau danadari Kantor Pusat)

NAMUN..… UMKM seringkali tidak dapat memenuhi persyaratan(jaminan, perolehan status hukum formal, bunga pinjaman yang lebih tinggi)=> kesenjangan antara lembaga pemberi pinjaman dan beberapa aktor=> kesenjangan antara lembaga pemberi pinjaman dan beberapa aktorekonomi

Sangat sulit bagi petani untuk memperoleh pinjaman

16

TTemuan uutama::TTemuan uutama::

KK bij k ddib ddi JJ k HH l ii i kki iid k iid lKKeebijakan dibuat di Jakarta. Hal ini mungkin tidak idealuntuk Jawa Timur, namun Jawa Timur harus

j l imenjalaninyaStabilitas makroekonomi bukanlah permasalahan utama(lingkungan makro stabil pada tahun-tahun terakhir)(lingkungan makro stabil pada tahun-tahun terakhir)Apresiasi riil melemahkan daya saing

Kebutuhan untuk fokus pada daya saing dan mengidentifikasip y g gceruk pasar ekspor yang tidak terlalu peka terhadap harga(harga yang rendah dalam pertanian)

21

Kemudahan akses ke pasar untuk input kredit tenagaKemudahan akses ke pasar untuk input, kredit, tenagakerja, jasa dan untuk penjualan produksi: Biaya aksespasar dalam hal waktu dan uangpasar dalam hal waktu dan uang.Keandalan dan kepastian pasar: Akankah pembeli/penjual berada disana ketika saya membutuhkanpenjual berada disana ketika saya membutuhkanmereka? Dapatkah saya memprediksikan harga yangakan saya dapatkan/ harus bayar?akan saya dapatkan/ harus bayar?Efisiensi pasar: Apakah ada banyak penjual dan pembeliyang bersaing? Apakah mudah mendapatkan informasiyang bersaing? Apakah mudah mendapatkan informasiharga serta mudahkah membandingkan harga?

22

Imbal balik sosial atas investasi mengacu padak p k t k l h t kkemampuan masyarakat secara keseluruhan untukmenerima manfaat dari investasi ekonomi

TTingkat dan biaya sumber daya manusiai k didik k k j ih d hTingkat pendidikan angkatan kerja masih rendah

Hanya sebagian kecil angkatan kerja yang memilikiketerampilan teknisJumlah tenaga kerja banyak => biaya tenaga kerja rendah

17

TTemuan utama:Indonesia memiliki infrastruktur fisik yang kurang memadai dibandingkan

sebagian besar negara-negara tetangganya. Jawa Timur bukanlah pengecualian.

Pandangan bisnis: kualitas jaringan jalan infrastruktur pelabuhan pasokanPandangan bisnis: kualitas jaringan jalan, infrastruktur pelabuhan, pasokanlistrik adalah halangan terhadap investasi dan oleh karenanya, pertumbuhan.

Infrastruktur fisik yang tidak memadai juga menjadi hambatan bagiperkembangan daerah yang lebih seimbang.

18

Investasi infrastruktur apa yang harus diprioritaskan? DanInvestasi infrastruktur apa yang harus diprioritaskan? Dandimana?

Apakan energi membatasi investasi? Apakah energi alternatifharus diprioritaskan? Sejauh mana pengelompokan industrif k if d l d b h k i defektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan

kesempatan kerja?

Apakah kekurangan pekerja berkeahlian dan berkualitas tinggimenjadi hambatan bagi pertumbuhan? Apakah hal inij g p pmempengaruhi struktur pertumbuhan?

19

KKe(tidak)stabilan makroekonomiK bil k k i i id kKestabilan makroekonomi penting namun tidak

memadai untuk mencapai pertumbuhan

Kebijakan makroekonomi melemahkan / membantub hpertumbuhan

Kebijakan bertujuan untuk menciptakan stabilitaskadangkala dapat merugikan pertumbuhan

20

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

54

Input pertanian

Perdagangan& Distribusi Pengolahan Perdagangan

besarEceran & jasa

makananpertanian

•Pengirimanbibit, pupuk, dll

& Distribusi

•Penyimpanan•Penjualan ke

perantara atau

•Pemisahan(grading), pemilahan

besar

•Perdagangan•Pemberian

merk

makanan

•Retail makananmelaluiHotell. perantara, atau

dibawah sub-kontrak

•Kemudahan

lahan(sorting), penggilingan(milling), peng

merk(Branding)

•Ekspor

•Hotel•Restoran•Toko

Kemudahanekspor olahan hasil

pertanian ( agro-processing )processing )

KKesimpulan uutama::KKesimpulan uutama::Menurut survei UKM (BPS 2009), lebih dari 30% dari merekaberanggapan bahwa pemasaran produk merupakan persoalan yangpaling sering dihadapi, diikuti dengan akses ke keuangan (26%) danpaling sering dihadapi, diikuti dengan akses ke keuangan (26%) danakses ke bahan mentah (15%). Apakah parsoalan pasar merupakanakibat dari pasar yang kecil dan terpecah-pecah (terfragmentasi) ataukarena kompetisi yang tinggi?

Harga yang rendah dinyatakan sebagai persoalan yang dihadapi olehpara petani. Sebaik apa pasar pedesaan – perkotaan berfungsi?A k h d b d h dib i d biApakah ada perbedaan antara harga yang dibayar petani dengan biayaproduk yang sama ke konsumen?

A k h i f t kt tid k d i j di k d l d lApakah infrastruktur yang tidak memadai menjadi kendala dalamintegrasi pasar?

24

SSeberapa pparah ppersoalan ppasar yyang bberfungsi ddengan bburuk??SSeberapa pparah ppersoalan ppasar yyang bberfungsi ddengan bburuk??

AApa ssaja ppenyebab ddan mmanifestasi ppersoalan iini??AApa ssaja ppenyebab ddan mmanifestasi ppersoalan iini??

AApa yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengimbangipasar-pasar yang kurang berkembang baik?

25

KKualitas ppertumbuhanKKualitas ppertumbuhan

Komposisi sektor / teknologiKualitas lingkungan bisnisEkstraksi keuntungan & korupsiNilai tukar dagang dalam negeriLembaga pasar tenaga kerjaK i b h i lKonsentrasi pertumbuhan regionalNilai tukar dagang/faktor-faktor siklis

KKontribusi sektorterhadap kesempatan

kerja

Kontribusi sektorterhadap PDB

2006 2010 2006 20102006-2010 2006-2010Pertanian, Kehutanan, Perburuan danPerikanan 2.0 6.8 Industri manufaktur (pengolahan) 7 6 19 9Industri manufaktur (pengolahan) 7.6 19.9 Konstruksi 0.1 2.8 Perdagangan grosiran, eceran, restorandan hotel 28.2 34.5 Transportasi, pergudangan dankomunikasi - 1.40 13.5Keuangan, Asuransi, Properti dan LayananBisnis 4 8 7 1Bisnis 4.8 7.1 Layanan Sosial dan Pribadi 58.2 12.2Semua sektor 100 100

27

Sumber: data BPS

Kedamaian dan stabilitas politikT i h b ikTata pemerintahan yang baikDialog sosialHak-hak asasi manusiaKerangka hukum dan peraturan

28

TTemuan uutama::TTemuan uutama::

Kedamaian, stabilitas politik dan hak asasi manusiaIndonesia memiliki nilai cukup baik dalam hal indikator kebebasan politik dan hak asasimanusiamanusiaTingkat kejahatan dan kekerasan fisik rendah

Lingkungan – kerangka – hukum dan peraturan

Kerangka peraturan di Indonesia dianggap kurang bersaing dibandingkan negara-negara lain.

Doing Business 2010 menempatkan Indonesia di ranking 122 dari 183 => prosedur yangmemberatkan dalam memulai bisnis, peraturan yang kaku terkait dengan pekerja dan kesulitandalam menjalankan kontrak komesildalam menjalankan kontrak komesil

Menurut sebuah survei evaluasi di 14 kota di Indonesia, Surabaya juga dianggap memilikikondisi peraturan yang sulit dibandingkan daerah lain.

S b b d di ki 11 k k d h l i bi i (l bih b k d dSurabaya berada di ranking 11 untuk kemudahan memulai bisnis (lebih banyak prosedur danlebih mahal), di tempat terakhir untuk kemudahan dalam mengurus ijin konstruksi dan urutanke-6 untuk pendaftaran properti

AA dd ddil k k ll h jj b bb ddi JJ TTi kk dd hAAppa yang dapat dilakukan oleh pejabat berwenang di Jawa Timur untuk mempermudah upayauntuk memulai dan menjalankan bisnis?

29

Tata pemerintahan yang baikp y gMenurut Indeks Persepsi Korupsi (CorruptionPerception Index), korupsi cukup parah di Jawa Timur.p ), p p p JTingginya korupsi di bidang prosedurbirokrasi, keputusan hukum dan pengadaan barangb o as , eputusa u u da pe gadaa ba a gpublik

SSeberapa parah persoalan korupsi di Jawa Timur? Apa dampak hal tersebutterhadap perkembangan ekonomi? Apa saja penyebab korupsi? Apa yangd dil k k k i k i? U j ddapat dilakukan untuk mengatasi korupsi? Upaya apa saja yang sedangdilakukan untuk mengatasi korupsi?

30

55

Pandangan Anda:Pandangan Anda:

Kendala apa menurut Anda merupakan kendala utama untukKendala apa menurut Anda merupakan kendala utama untukmemulai dan mengembangkan usaha di Jawa Timur?

Apakah ada lembaga yang mendukung / memfasilitasi ini?

Seberapa serius kendala-kendala ini?

A d dil k k k b iki i i i i?Apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi ini?

31

Pertanian: Nilai tukar dagang (Terms of trade) tidakPertanian: Nilai tukar dagang (Terms of trade) tidakmenguntungkan petani sudah sejak lama. Nilai tukar inidapat meningkat dengan adanya peningkatan hargadapat meningkat dengan adanya peningkatan hargamakanan.

Industri: Pergeseran dari manufaktur padat karya keproduk padat modal => permintaan atas tenaga kerjaproduk padat modal => permintaan atas tenaga kerjalebih sedikit dalam sektor manufaktur.

Apa pandangan Anda terhadap relasi antara pekerja –p h ?pengusaha?

A k h di l i l d dik b k l bih l j ?Apakah dialog sosial dapat dikembangkan lebih lanjut? Dapatkah dialog sosial digunakan untuk mendukungt t i b l bih k t?strategi pembangunan yang lebih kuat?

Aspek-aspek kelembagaan pasar tenaga kerja apa yang paling perlu ditingkatkan?

33

Perbedaan besar dalam pembangunan ekonomi di wilayah JawaPerbedaan besar dalam pembangunan ekonomi di wilayah JawaTimur sendiri.Kegiatan ekonomi terkonsentrasi di daerah-daerah pusat di 5k b /k (K S b K b Sid j K K di i K bkabupaten/kota (Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kota Kediri, Kab.Gresik and Kab. Maland) mewakili 52% dari PDB keseluruhanKabupaten/kota yang tertinggal berlokasi di wilayah selatanKabupaten/kota yang tertinggal berlokasi di wilayah selatanprovinsi dan Pulau Madura

BBagaimana menggabungkan perubahan struktural danperkembangan ekonomi yang pesat dengan pembangunan daerahyang seimbang?y g g

Bagaimana menyeimbangkan pembangunan Jawa dan Madura?

34

Apa saja peluang untuk mencapai pertumbuhan yang lebihApa saja peluang untuk mencapai pertumbuhan yang lebihtinggi dan berkualitas tinggi? Apa saja keunggulankomparatif Jawa Timur? Apakah keunggulan tersebutp J p ggdapat dikembangkan lebih lanjut?

Apa saja kendala dan tantangan utama dalam mewujudkanpertumbuhan dengan perubahan struktural danpergerakan ke arah ekonomi yang lebih padat teknologid t h ?dan pengetahuan?

Potensi-potensi apa yang ada untuk meningkatkanpertumbuhan dan kesempatan kerja dalam sektorpertumbuhan dan kesempatan kerja dalam sektorpertanian dan manufaktur?

35

Apakah menciptakan lingkungan yang mendukung (mengatasikorupsi, mengurangi kerumitan birokrasi, dll.) cukup untukmencapai pertumbuhan jangka panjang yang memadai?Bila tidak, strategi apa yang diperlukan untuk mendorong, g p y g p gpembangunan ekonomi secara aktif? Sebuah strategi untuk SDM?Strategi pengembangan industri? Strategi pembangunan daerah?Apakah ada pengalaman-pengalaman baik yang dapat dipelajarip p g p g y g p p jdan ditiru?Apa saja persyaratan untuk dan hambatan terhadap strategipembangunan yang lebih baik dan lebih kuat? Bagaimanape ba gu a ya g eb ba da eb uat? aga a ahambatan-hambatan tersebut dapat diatasi? Apa peran dialogsosial, tripartit tradisional serta antar entitas?

36

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

56

Lampiran 8. Presentasi Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan oleh Janti Gunawan

Lokakarya mengenai Analisa DiagnostikKetenagakerjaan dan EkonomiKetenagakerjaan dan Ekonomi

Surabaya, April 4 – 5, 2011

Ketidakmerataan melemahkan hubungan antaraKetidakmerataan melemahkan hubungan antarapertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan;ketidakmerataan mengurangi kualitas dan keberlanjutanpertumbuhanpertumbuhanPembangunan ekonomi yang disertai dengan perubahanstruktural (seperti diversifikasi ekonomi) seringkali mengarahk i k k id kke meningkatnya ketidakmerataanKebijakan yang dipahami dengan baik, diperlukan untukmencapai pembangunan dan perubahan struktural yangmencapai pembangunan dan perubahan struktural yangdisertai dengan pemerataan.Lebih mudah untuk mencegah ketidakmerataan sebelumsemakin berkembang daripada mengembalikannya kesemakin berkembang daripada mengembalikannya kekondisi awal setelah terjadi.

2

Terdapat dua aspek utama dari ketidakmerataan di Jawa Timur:ketidakmerataan di Jawa Timur:

K id k l ki l ki dKetidakmerataan antara laki-laki dan perempuan

Ketidakmerataan antar daerah-daerahet da e ataa a ta dae a dae a(kabupaten/kota) di Jawa Timur

3

KKetidaksetaraan akses dan peluang:

Tingkat kegiatan jauh lebih rendah di antara perempuandibandingkan di antara laki lakidibandingkan di antara laki-laki.Pengangguran lebih tinggi di antara perempuan daripadalaki lakilaki-laki.Pekerjaan informal lebih umum di antara perempuandib di k l ki l kidibandingkan laki-laki

4

Perempuan memiliki kemampuan yang lebih rendah untukbekerja daripada laki-laki karena tugas rumah tangga danbekerja daripada laki laki karena tugas rumah tangga dan merawat anak yang tidak dibagi dengan seimbang antarasuami dan istri.

Oleh karena itu, perempuan cenderung kurang aktif secaraekonomi dibandingkan laki lakiekonomi dibandingkan laki-laki.

Perempuan yang bekerja lebih cenderung untuk tidakPerempuan, yang bekerja lebih cenderung untuk tidakmendapatkan pekerjaan berupah, walaupun memilikipendidikan yang sama atau lebih tinggi daripada laki-laki.

5

2500000UUpah dan pendidikan, 2010

laki

1500000

2000000laki

perempuan

1000000

1500000

500000

0

SD SMTP SMTA Umum SMTA KejuruanDiploma I/II/III/AkademiUniversitas

6

57

Disparity Index Williamson(Index Kesenjangan) Jawa Timur

110

115

120

100

105

110

Target

Pencapaian

90

95

2008 2009 2010 2014

7

Sumber: BPS, Indikator Ekonomi Sosial Jawa Timur, 2009; RPJMD 2009-2014

Ak id k k didik d hAkses yang tidak merata ke pendidikan antar daerahKualitas pendidikan yang tidak merata antar daerahTingkat pendidikan yang rendah di daerah pedesaanTingkat pendidikan yang rendah di daerah pedesaanTingkat pendidikan yang rendah dikaitkan dengankemiskinan:

Daerah dengan populasi dengan tingkat pendidikan terendahmemiliki tingkat kemiskinan tertinggi

Perbedaan antar daerah dalam hal pel ang ekonomi:Perbedaan antar daerah dalam hal peluang ekonomi:Kegiatan ekonomi non-pertanian lebih berkembang di beberapadaerah dibandingkan daerah lainnya.

Pekerjaan berupah sebagian besar terbatas di beberapa pusat-pusat perkotaan saja.

8

TTingkat pendidikan penduduk usia 15+ di tigag p p gkabupaten, 2009 (%)

<= SD Sekolah menengah Pendidikan Tinggi

100%

<= SD Sekolah menengah Pendidikan Tinggi

60%

80%

20%

40%

0%

Sampang Probolinggo Sidoarjo Jawa Timur

Sumber : Situasi Angkatan Kerja di Jawa Timur, 2009

KKabupaten dengan tingkat pendidikan atau tingkat kesehatan d h iliki ti k t k i ki ti irendah memiliki tingkat kemiskinan tinggi

Persentase penduduk miskin, 2008-2009

34.5

30 131.9

40 2008 2009

30.1

18 2

27.7

20

30

8.4

18.2

6.9

16.2

10

20

0

Sampang Probolinggo Sidoarjo Jawa Timur

Pekerjaan berdasarkan sektor dan lokasi % 2000 2009

100

Pekerjaan berdasarkan sektor dan lokasi, %, 2000 2009

Agriculture Industry ServiceJasa Industri Pertanian

60

80

40

60

20

2000 2005 2009 2000 2005 2009 2000 2005 2009

Sampang Probolinggo Sidoarjo

Sumber: BPS Karakteristik penduduk Propinsi Jawa Timur, BPS, 2000; Situasi Angkatan Kerja diJawa timur, 2005; 2009

Kendala geografis, pekerjaan dan mobilitas sosial.b d d h b d l h l k bPerbedaan daerah yang besar dalam hal perkembangan

ekonomi dan peluang lapangan kerja produktif.Pasar/bursa tenaga kerja yang tidak berfungsi denganbaik. Ketidaksetaraan atau diskriminasi dalam akses

k jpasar tenaga kerja.Lingkungan bisnis yang tidak sebanding untuk usaha

ik & k il i d h dmikro & kecil serta petani antar daerah yang ada.

12

LLahanLLahanRata-rata kepemilikan lahan masyarakat adalah 0.2 ha.per petani => ini mungkin tidak memadai untukp pmenghidupi keluarga

Pertanian mengambil 70% dari semua lahan yang adaPertanian mengambil 70% dari semua lahan yang adahanya ada sedikit ruang untuk perluasan daerahbudidaya

Kurang dari 40 % dari lahan produktif yang memilikisertifikasi kepemilikan sah.p

13

PPersentase pinjaman berdasarkan sektor dan

100

PPersentase pinjaman berdasarkan sektor dan lembaga, 2005-2009

60

70

80

90

20

30

40

50

0

10

20

2005 2009 2005 2009 2005 2009 2005 2009 2005 2009

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing / lainnya BPR Total Jawa Timur

Pertanian Industri Jasa Lain2

14

Sumber: BPS, Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur, seri 4, hal.269( 2005 2009)

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

58

Akses ke keuanganUMKM menghadapi tantangan dalam mengakses layanankeuangan karena seringkali tidak dapat memenuhi persyaratan(j i l h h k f l b i j(jaminan, perolehan status hukum formal, bunga pinjaman yanglebih tinggi) => kesenjangan antara lembaha peminjam danbeberapa aktor ekonomibeberapa aktor ekonomi

Hanya sedikit petani yang berhasil mengakses kredit.J l h k i ktif i k tJumlah koperasi yang aktif meningkat

15

Apa saja jenis ketidakmerataan utama dalam mengakseslapangan kerja produktif di Jawa Timur? Antara laki lakilapangan kerja produktif di Jawa Timur? Antara laki-lakidan perempuan? Pedesaan – perkotaan? Antarkabupaten? pApa saja penyebab-penyebab utama ketidaksetaraangender dalam mengakses pekerjaan yang baik danlapangan kerja produktif? Apa saja 3-4 kendala utama dalam mencapai aakses yang

( ) k k didik dmerata (setara) untuk semua ke pendidikan danpelatihan keterampilan yang baik?

16

Bagaimana Lapindo mempengaruhi pertumbuhank i di Sid j / P b li ?ekonomi di Sidoarjo / Probolinggo?

Bagaimana Jembatan Suramadu membantu dalami k k b h k i S dimeningkatkan pertumbuhan ekonomi Sampang di

Madura?A d j di l k h k bij k liApa yang dapat menjadi langkah kebijakan yang palingstrategis guna mencapai pembangunan ekonomi danl k j d k if di l h J Ti dlapangan kerja produktif di seluruh Jawa Timur dantidak hanya pada beberapa daerah di Jawa Timur saja?

17

59

Lampiran 9. Hasil latihan interaktif

Apakah Jawa Timur memiliki kebijakan yang menanggapi:

1.2. Pengembangan sumber daya manusia

Kebijakan pengembangan SDM masih berdasarkan departemen:

a. Kementrian Tenaga Kerja memiliki BLK (Balai Latihan Kerja)

b. Kementrian Pertanian memiliki: BLPP (Balai Latihan Penyuluh Pertanian) dan BIPP (Balai Informasi Penyuluh Pertanian)

c. Bappemas memiliki program yang disebut Gardu Taskin (Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan)

d. Dinas Pemuda dan Olah Rga memiliki program pelatihan untuk kaum muda

Implementasi kebijakan perlu diperbaiki.

Kebijakan memerlukan koordinasi lintas departemen dan sektor. Saat ini, program umumnya dijalankan secara independen, khususnya di tingkat kabupaten, dan beberapa kegiatan tumpang tindih.

Program seringkali bersifat jangka pendek dan sedikit kepedulian mengenai keberlanjutannya.

Kebijakan juga dikembangkan dengan input yang terbatas dari komunitas sasaran, yang berakibat pada tidak efektifnya intervensi.

Meningkatkan koordinasi antar sektor dan kabupaten/ kota dalam pengembangan, implementasi, pemantauan dan evaluasi .

Meningkatkan alokasi anggaran untuk pelatihan keterampilan dalam komunitas yang lebih miskin

Melibatkan banyak aktor, tidak hanya pemerintah, namun juga LSM dan pihak swasa dalam promosi dan bantuan teknis.

Bagaimana kebijakan tersebut bisa diperbaiki

Bagaimana memastikan bahwa kebijakan-kebijakan

ini memberikan manfaat bagi

masyarakat miskin?

2.1.2. Akses ke keuangan

Kebijakan yang ada :

- Instruksi Presiden No. 3/2010 tentang pembangunan daerah yang adil dan merata

- Program Gubernur Jawa Timur dalam membangun koperasi perempuan, diluncurkan pada tahun 2010

- Revitalisasi koperasi yang ada

1. Saat ini, koperasi bekerja dibawah Kementrian Koperasi dan perbankan dibawah Kementrian Keuangan.

Sementara koperasi banyak berhubungan dengan masyarakat, yang memiliki kapasitas rendah dalam pengelolaan keuangan, peningkatan kapasitas koperasi dan peningkatan peran koperasi sebagai mediator dan penyaluran keuangan untuk masyarakat itu penting.

Koperasi dapat bekerja untuk bantuan modal, teknologi, pengawasan dan pemasaran

Mengidentifi kasi siapa saja yang termasuk miskin, dimana mereka tinggal, dst. untuk memastikan bahwa program pro-rakyat miskin menjangkau target sasarannya.

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

LAPORAN LOKAKARYA

60

Apakah Jawa Timur memiliki kebijakan yang menanggapi:

2. Program pemberdayaan untuk kaum miskin, harusnya tidak hanya berfokus pada bantuan jangka pendek, seperti pelatihan. Namun program tersebut semacam bimbingan sehingga program dapat memastikan bahwa orang miskin dapat keluar dari kemiskinannya.

Bagaimana kebijakan tersebut bisa diperbaiki

Bagaimana memastikan bahwa kebijakan-kebijakan

ini memberikan manfaat bagi

masyarakat miskin?

2.1.6. Pasar yang kurang berfungsi dengan baik

- Peraturan Pemerintah.05/1975 tentang Pelelangan Ikan

- Pelelangan produk-produk hasil pertanian yang dikelola oleh dinas perdagangan

Meningkatkan kualitas akses ke fasilitasi pasar. Contohnya, tidaklah cukup bagi pemerintah untuk menyediakan tempat untuk pameran. Ini harus mencakup peningkatan kapasitas peserta, serta pengelolaan pameran tersebut. Juga integrasi program promosi antara pemerintah nasiona//provinsi dan pemerintah kabupaten dan departemen yang berbeda.

Pelelangan lintas sektor daripada sekedar fokus pada komoditi tertentu mungkin diperlukan. Ini harus diselenggarakan secara rutin selain dari pelelangan komodi khusus yang ada saat ini.

Meningkatkan akses pasar koperasi untuk anggota petani. Koperasi yang kuat saat ini adalah koperasi produk susu Kita memerlukan koperasi perikanan dan pertanian yang kuat di kabupaten.

Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung keluarga – mis. irigasi, jalan untuk mengangkut dan mengirim hasil panen.

Kebijakan contohnya harus memasukkan klausul yang mengatur rekrutmen tenaga kerja lokal, khususnya dari rumah tangga miskin.

Memfasilitasi akses ke keuangan yang mudah untuk usaha kecil dan menegah dan petani kecil.

Mendorong CSR (Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) untuk membantu petani miskin dengan pupuk dan perlengkapan (mis. CSR mungkin menyumbangkan peralatan pupuk organik atau alat-alat bertani kepada petani miskin.

Memperkenalkan sistem kuota dan tindakan afi rmatif yang menargetkan kelompok penduduk tertentu yang rentan (pengangguran, miskin, perempuan)