laporan kuljar

22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH “KULTUR JARINGAN” DISUSUN OLEH : NAMA : NANANG BUDI SANTOSO NIM : 115040201111134 KELOMPOK : SENIN, 09.15 TANGGAL PRAKTIKUM : 06 MEI 2013 ASISTEN : NINDYA RESHA P. PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: setia-sidabutar

Post on 02-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kuljar

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“KULTUR JARINGAN”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NANANG BUDI SANTOSO

NIM : 115040201111134

KELOMPOK : SENIN, 09.15

TANGGAL PRAKTIKUM : 06 MEI 2013

ASISTEN : NINDYA RESHA P.

PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

I. PENDAHULUAN

Page 2: laporan kuljar

1.1 Latar Belakang (Pembuatan Bibit Secara Kultur Jaringan)

Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan bibit yang semakin

meningkat. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas, sedangkan bibit

tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak. Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan

salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang.

Salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan

adalah melalui teknik kultur jaringan.

Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor

perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera

dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila

berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan dalam

waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit.

Kultur jaringan merupakan metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel, organ atau bagian

tanaman dalam media buatan secara steril dengan lingkungan yang terkendali. Kultur jaringan memiliki

teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta

menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat

pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat

memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur

jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan

media buatan yang dilakukan di tempat steril.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk

tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan

mempunyai beberapa keunggulan, yaitu mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat

diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu

menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih

terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya pengetahuan tentang ilmu mengenai kultur jaringan serta

semua komponen pekerjaan kultur jaringan sehingga kelak dapat diaplikasikan dalam melakukan kultur

jaringan.

1.2 Tujuan Pembuatan Bibit Secara Kultur Jaringan

Tujuan Pembuatan Bibit Secara Kultur Jaringan adalah Kultur jaringan dapat memperbanyak tanaman

dengan sifat seperti induknya, pembiakan ini termasuk pembiakan secara vegetatif, yaitu individu baru

Page 3: laporan kuljar

terjadi dari bagian tubuh suatu induk. Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan ini membuat

tanaman bebas dari penyakit karena dilakukan secara aseptik. Dan Penggunaan metode ini sangat

ekonomis dan komersial karena bahan tanaman awal yang diperlukan hanya sedikit atau satu bagian

kecil yang menghasilkan turunan dalam jumlah besar, sehingga penyediaan bibit dalam jumlah yang

besar tidak memerlukan banyak tanaman induk.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: laporan kuljar

2.1 Pembuatan Larutan Induk

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang

digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya

terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti

agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik

jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang

sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus

disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Anonim, 2008).

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang

dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi

jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh

menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya

(Hendra, 2007).

Untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang ditentukan, diperlukan penimbangan dan

penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan ukuran dapat menyebabkan terjadinya proses yang

dikehendaki. Pada umumnya untuk suatu keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah atau

diperbarui, dengan mengganti zat-zat tertentu, atau menambah zat lain. Untuk melakukan perubahan ini

diperlukan acuan yang mantap atau pengalaman. Ketersediaan larutan induk akan mempermudah

dalam pembuatan media in vitro. (Rahardja, 1988).

2.2 Pembuatan Media Kultur (Jenis media Murashige and Skoog)

Media kultur banyak sekali jenisnya, antara lain woody plant medium (WPM) yang biasanya

digunakan untuk kultur tanaman kehutanan, Vaant and went (VW) untuk tanaman anggrek, white

biasanya digunakan untuk kultur akar, Seenck and Hildabrant (SH), dan Marashige and Skoog

(MS) .Untuk membuat suatu media diperlukan beberapa komponen umum, antara lain: hara makro,

hara mikro, asam amino dan N organik, gula, senyawa kompleks alami, vitamin, buffer, arang aktif,

ZPT, dan bahan pemadat. Untuk membuat media MS dapat dipergunakan larutan stok yang telah dibuat

dan dipersiapkan sebelumnya, penggunaan larutan stok ini dapat mempermudah dan mempercepad

dalam pembuatan media MS. (Rahardja, 1988).

Media kultur yang digunakan merupakan media MS, yang terdiri dari unsur mikro, unsur makro,

sukrosa, vitamin, agar, dan zat pengatur tumbuh (NAA dan Kinetin). Untuk pembuatan media MS,

erlenmeyer berukuran 1 liter disiapkan lalu sebanyak 500 ml medium MS cair siap pakai yang sudah

Page 5: laporan kuljar

mengandung unsur mikro, unsur makro, sukrosa, vitamin, dipanaskan sambil diaduk-aduk. Kemudian

ditambahkan zat pengatur tumbuh NAA sesuai konsentrasi dan Kinetin sambil diaduk homogen di atas

pemanas. Selanjutnya diukur pH larutan 5,8 menggunakan pH meter. Apabila terlalu asam ditambahkan

NaOH dan apabila terlalu basa ditambahkan HCl. Jika pH telah sesuai, ditambahkan agar-agar

sebanyak 8 gr dan medium MS cair ditambahkan kembali hingga volume 1 L. Media dididihkan dan

diaduk hingga agar-agar larut dan tercampur rata kemudian dibagi media sekitar 25 ml/botol ke dalam

botol kultur dalam keadaan masih cair. Botol kultur ditutup rapat dengan penutup plastik dan diautoklaf

pada suhu 121oC, tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Setelah itu, diberi label sesuai perlakuan dan

disimpan di dalam ruang steril (Hendaryono, 1994).

2.3 Isolasi dan Inokulasi Eksplan

Isolasi

A. Pemisahan bagian tanaman

Eksplan adalah bagian dari tanaman yang digunakan dalam kulturisasi. Eksplan ini menjadi bahan

dasar bagi pembentukan kalus (bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan

bagian tanaman, seperti daun, batang, dan akar). Sebagian eksplan sebaiknya dipilih pucuk muda

tanaman dewasa yang diketahui asal-usul dan varietasnya, tidak terinfeksi penyakit, dan jenisnya

unggul. (Hendaryono, 1994).

Bagian tanana yang dapat dijadikan sebagai eksplan adlah ujung akar, pucuk, daun, bunga, dan tepung

sari. Faktor yang dimiliki ekplan itu sendiri yaitu ukuran, umur fisiologis, sumber genotip dan sterilitas

ekplan yang akan menentukan berhasil tidaknya pegkulturan eksplan. (Hendaryono, 1994).

Umur fisiologis eksplan berpengaru terhadap kemampuanya untuk beregenerasi jaringan tanaman yang

masih muda yang meristematik (sel-selnya masil aktif membelah) lebih mudah beregenerasi

dibandingkan dengan jaringan yang sudah tua, sehingga bagian tanaman yang meristematik paling

banyak berhasil bila dijadikan eksplan yang termasuk jaringan meristem adlah pucuk apikal, pucuk

lateral dan pucuk aksial. (Hendaryono, 1994).

B. Proses sterilisasinya

Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di

permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik.

Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptik berarti bebas dari

berbagai macam mikroorganisme ( Anonim a, 2011).

Page 6: laporan kuljar

Sterilisasi pada teknik kultur jaringan meliputi sterilisasi peralatan, ruangan, medium kultur dan bahan-

bahan tanaman. Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab sebagai berikut: sterilisasi media

yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan,

molekul-molekul atau benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur

jaringan setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur. Sebelum sterilisasi media dilakukan,

hal-hal yang harus diperhatikan adalah proses pembuatan media kultur jaringan (Anonim b, 2011).

Biasakan membersihkan berbagai sarana dalam kegiatan kultur (pipet, botol-botol kultur, dll) dengan

melakukan sterilisasi berulang atau dibersihkan dengan desinfektan. Saat sterilisasi media, penggunaan

autoklaf (cuci autoklaf 1minggu sekali) sebaiknya tetap dijaga kestabilan jarum penunjuk suhu dan

tekanan. Usahakan jarum tetap pada posisi 121-126oC dan 1,5 atm selama 25-30 menit dengan cara

mengatur nyala api. Setelah media dikeluarkan dari autoklaf sebaiknya karet pada penutup ditambah

lagi, kemudian masukkan botol media ke dalam kantong plastik bening yang sebelumnya di semprot

alkohol 70%. Jika sterilisasi media telah berhasil dilakukan, hal lain yang perlu diperhatikan agar

kontaminasi jauh dari jangkauan adalah lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara kerja saat penanaman.

Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menyemprotkan alkohol 90% dengan hand-sprayer. Sedangkan

sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang dibasahi dengan alkohol 90%. Pengangkutan alat-

alat ke dalam ruang penabur sebaiknya menggunakan meja dorong, supaya semua peralatan dapat

terbawa ke dalam ruangan sekaligus. Dengan cara demikian daun pintu ruangan tidak terlalu sering

dibuka sehingga sterilisasi ruangan tetap terjamin. Saat sebelum pelaksanaan penanaman dan saat

pelaksanaan penanaman pun, sterilisasi harus dilakukan (Anonim b, 2011).

Inokulasi

Proses inokulasi dilakukan di laminar air flow dengan kondisi aseptik. Alat-alat inokulasi ditata

didalam laminar air flow. Setiap alat tersebut dicelupkan ke dalam alkohol 70% dan dipanaskan di atas

nyala api bunsen selama 1-2 menit. Bunsen yang akan dipakai hendaknya terisi penuh. Eksplan

dikeluarkan dari botol sterilisasi dan diletakkan pada cawan petri steril yang telah dilapisi kertas

tissue/kertas serap steril untuk menyerap aquades. Kemudian daun dipotong-potong persegi di atas

petridish dengan ukuran 0,5 – 1 cm. Eksplan tersebut kemudian diinokulasikan ke dalam botol kultur

yang telah berisi media MS modifikasi dengan posisi horizontal (mendatar) dan bagian abaksial

menempel pada permukaan medium (Dhaliwal et al., 2004). Media MS modifikasi ini terdiri atas unsur

makro, unsur mikro, sukrosa, vitamin, agar, zat pengatur tumbuh NAA dan Kinetin. Setiap botol kultur

Page 7: laporan kuljar

berisi 2 eksplan. Botol ditutup rapat dan diberi label yaitu tanggal dilakukan inokulasi eksplan dan

konsentrasi hormon yang digunakan. Kemudian ditata rapi dalam rak kultur bertingkat. Botol berisi

eksplan diinkubasi pada suhu 25- 28oC, kelembaban 70% dengan fotoperiode 12 jam terang dan 12

jam gelap selama ± 1 bulan. Setiap kolom rak kultur diberi pencahayaan dengan lampu flourescen 40

watt (Gunawan, 1995).

2.4 Aklimatisasi

Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan

planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tidak terkendali,

baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga

jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat

bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur

jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan

untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.

Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan perubahan lingkungan

(Torres, 1989).

Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan

seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah

dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal

tersebut.Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh

yang belum sempurna (Wetherell, 1982).

Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang

normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya

lebih tinggi, tanaman akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et

al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca

(Wetherelll, 1982).

Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam

lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan dilatih untuk terus dapat

beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat

diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang dengan terus

menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut kemudian diaklimatisasi secara bertahap

mengurangi kelembaban relatif lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik

atau boks secara bertahap pula (Torres, 1989).

Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik

Page 8: laporan kuljar

sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan

akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut.

Media yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat

air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya tinggi, tahan lapuk dalam

waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat

ini adalah media arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marzuki, 1999).

Arang sekam merupakan salah satu media hidroponik yang baik karena memiliki beberapa keunggulan

sebagai berikut; mampu menahan air dalam waktu yang relatif lama, termasuk media organik sehingga

ramah lingkungan, lebih steril dari bakteri dan jamur karena telah dibakar terlebih dahulu, dan hemat

karena bisa digunakan hingga beberapa kali (Sinaga, 2001).

Page 9: laporan kuljar

III. MATERI BAHASAN

3.1 Pembuatan Media Perbanyakan (Inokulasi/Penanaman)

3.1.1 Metode (Tahap Pelaksanaan/Cara Kerja) buat secara bagan alir

Siapkan larutan stok (makro, mikro, Fe-EDTA, vitamin) sebagai bahan dasar

Menentukan Volume media (250 ml)

Mencampur bahan dasar ke dalam breaker glass

Tambahkan sukrosa 75 gr/250 ml (sebagai nutrisi media), Tambah aquades steril

sebanyak 250 ml, tambahkan Casein Hydrolisate 0,028 gr/250 ml (sebagai

penyerap fenol)

Melakukan pengukuran pH = 5,8, (jika terlalu asam tambah NaOH dan jika terlalu

basa tambahkan HCL)

Tambahkan agar 1,625 gr/250 ml sambil dipanaskan dan diaduk hingga homogen

Diangkat dan dibagi ke botol kultur sebanyak kurang lebih 16 ml

Autoclaf 121 derajat celcius, dengan tekanan 1,5 – 2 atm, selama 30 menit

3.1.2 Hasil Dan Pembahasan bandingkan dengan literatur + dokumentasi

Dari hasil pembuatan media yang terlah dilakukan, tidak ditemukan kendala yang berarti, hal ini

Page 10: laporan kuljar

dikarenakan pada praktikum mata kuliah bioteknologi semester lalu, kami sudah pernah melakukan

pembuatan media ini. Pembuatan media yang kami lakukan adalah media MS dengan volume total

sebanyak 500ml.

Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan

jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan

memperbanyak dirinya (Hendra, 2007).

Untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang ditentukan, diperlukan penimbangan dan

penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan ukuran dapat menyebabkan terjadinya proses yang

dikehendaki. Pada umumnya untuk suatu keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah atau

diperbarui, dengan mengganti zat-zat tertentu, atau menambah zat lain. Untuk melakukan perubahan ini

diperlukan acuan yang mantap atau pengalaman. (Rahardja, 1988).

3.2 Penanaman/Isolasi Dan Inokulasi Eksplan

3.2.1 Metode (Tahap Pelaksanaan/Cara Kerja) buat secara bagan alir

Isolasi

Melakukan pemilihan eksplan (untuk mawar dan krisan dipilih antar ruas buku

batang, untuk kentang dipilih mata tunas)

Cuci dengan air mengalir

Detergen 15% dikocok selama 5 menit (15 ml detergen dan 85 ml air)

Banlate 0,2 gr dikocok 10 menit

Bayclean 10% dikocok 5 menit (10 ml bayclean dan 95 ml air)

Bilas dengan aquades

Masukkan LAFC

Page 11: laporan kuljar

Bils aquades steril (2x bilas)

Inokulasi

Sterilisasi ruang dengan alkohol 70% beserta alat-alat di dalamnya (termasuk tangan). Membersihkan

alat-alat penunjang seperti skalpel, pinset, petridish dan gunting dengan alkohol 70%.

Ambil pinset dari dalam botol berisi alkohol dan panaskan di atas bunsen selama 1-2 menit

Ambil eksplan, dan celupkan di aquades terlebih dahulu

Keringkan eksplan dengan menaruh di atas kertas whatmen, tunggu sampai eksplan benar-benar kering

Potong eksplan dengan ukuran 0,5 – 1 cm dengan menggunakan skapel

Buka botol kultur, keringkan air yang ada pada botol, setelah itu panaskan bibir botol di atas bunsen

selama 30 detik

Inokulasi eksplan ke dalam botol kultur dengan posisi horizontal (mendatar) dan bagian abaksial

menempel pada permukaan medium

Panaskan kembali bibir botol dan plastik penutup botol sebentar

Tutup rapat botol kultur dan beri label pengamatan

3.2.2 Hasil Dan Pembahasan

No. Tanggal Kontaminasi

1 08 Mei 2013 Tidak terjadi kontaminas

2 10 Mei 2013 Mulai muncul hifa pada sekitar eksplan

3 13 Mei 2013 Muncul hifa dan media berubah warna menjadi coklat

Dokumentasi

Page 12: laporan kuljar

Dari data hasil praktikum yang telah didapat, diketahui bahwa penanaman eksplan pada media kultur

yang telah dilakukan pada praktikum kali ini tidak berhasil. Hal ini diketahui dari pengamatan yang

telah dilaksanakan selama 1 minggu dengan selang waktu 2 hari sekali, doperoleh yaitu warna dari

larutan yang berada di dalam botol kultur berwarna coklat dan sudah tumbuh hifa pada sekitar eksplan

yang ditanam. Hal ini dikarenakan terjadi kontaminasi jamur pada eksplan

Literatur

Kontaminasi oleh berbagai macam jamur disebabkan oleh sterilisasi yang kurang sempuna baik

terhadap alat, bahan dan pelaku kultur itu sendiri. Sehingga mikroba-mikroba yang ada didalam

maupun disekitar kalus berkembang biak di dalam media. Sterilisasi yang kurang sempurna

kemungkinan besar terjadi pada saat pemindahan tanam kalus dalam botol kultur berikutnya. Apabila

pemindahan kalus terlalu lama, maka mikroba yang ada disekitar kemungkinan terbawa sehingga

peristiwa kontaminasi tidak dapat dihindarkan. Pada kontaminasi jamur terlihat hifa putih hingga hitam

(jenis yang berbeda) muncul pada media ataupun pada bahan tanam.

Sesuai dengan ciri-cirinya, Kontaminasi pada eksplan dapat disebabkan oleh media eksplan dan kondisi lingkungan.

Kontaminan dapat berupa jamur atau bakteri. Ciri-ciri eksplan yang terkontaminasi adalah :

1) Apabila kontaminan berupa jamur, akan terlihat koloni jamur,biasanya berwarna putih, abu-abu atau hitam,

berbentuk sepertiserabut, benang, atau kapas.

2) Apabila kontaminan berupa bakteri, terlihat cairan berupa lendir berwarna putih atau merah.

3) Apabila kontaminan virus, maka akan terbentuk benang-benang serabut pada media kultur yang ada

(Hendaryono, 1994).

3.3 Pembuatan Stok Media MS

Pembuatan stok media MS pada praktikum ini menggunakan komposisi dengan

kepekatan yang berbeda-beda, kepekatan larutan makro 10 kali kepekatan dan

untuk kepekatan larutan mikro, Fe-EDTA dan vitamin 100 kali kepekatan.

A. Kelompok senyawa makro dengan kepekatan 10 x

Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)

Potassium nitrate (KNO3) 1900

Ammonium nitrate (NH4NO3) 1650

Calcium chloride (CaCl2. 2H2O) 440

Page 13: laporan kuljar

Magnesium sulfate (MgS04.7H2O) 370

Potassium phospate (KH2PO4) 170

B. Kelompok senyawa mikro dengan kepekatan 100 x

Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)

Boric acid (H3BO3) 6,2

Mangane sulfate (MnSO4.H2O) 22,3

Zinc sulfate ((ZnSO4.7H2O) 8,6

Potassium iodide (Kl) 0,83

Sodium molibdate (NaMoO4.H2O) 0,25

Cupper sulfate (CuSO4.5H2O) 0,025

Cobalt chloride (CoCl2.6H2O) 0,025

C. Fe-EDTA dengan kepekatan 100 x

Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)

Sodium EDTA (Na EDTA)

(Ethyl Dinitro Tetra Asetat)37,2

Iron sulfat (FeSO4.7H2O) 27,8

D. Unsur vitamin dengan kepekatan 100 x

Nama Vitamin Konsentrasi (mg/L)

Myo-Inositol 100

Glycine 2

Nicotinic acid 0,5

Pyridoxine HCI 0,5

Thiamine HCI 0,1

3.4 Aklimatisasi

Kelompok praktikum kami tidak melakukan kegiatan aklimatisasi, hal ini dikarenakan banyak eksplan

yang terkontaminasi dan mati pada pengamatan hari terakhir yang kami lakukan. Dari kelompok kami,

ada 2 eksplan yang tumbuh, tetapi tidak dilakukan aklimatisasi pula, hal ini dikarenakan kurangnya /

keterbatasan peralatan yang ada di laboratorium.

Page 14: laporan kuljar

IV. KESIMPULAN

Dari data hasil praktikum yang telah didapatkan, diketahui bahwa inokulasi eksplan yang telah

dilakukan dapat dikatakan berhasil. Hal ini diketahui dari pengamatan yang telah dilaksanakan selama

1 minggu pengamatan (dengan selang waktu 2 hari sekali), yaitu warna dari larutan yang berada di

dalam botol kultur berwarna coklat dan sudah tumbuh hifa pada sekitar eksplan yang ditanam. Hal ini

dikarenakan terjadi kontaminasi jamur pada eksplan.

Page 15: laporan kuljar

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2008. Proses Atau Skematis Kultur Jaringan. http://id.answers.yahoo.com.htm. Diakses pada

tanggal 16 Desember 2008.

Anonim b. 2008. Teknik Kultur Jaringan http://www.bbpp-lembang.info.htm. Diakses pada tanggal 16

Desember 2008.

Gunawan, L.W., 1995. Teknik kultur jaringan tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan,

Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Hendaryono, Daisy.P.S dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern). Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Hendra, T. 2007. Kultur Jaringan. http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses pada tanggal 16

desember 2008.

Marzuki, A. 1999.Pengaruh lama penyimpanan, konsentrasi sukrosa dan cahaya penyimpanan terhadap

vigor planlet kentang (Solanum tuberosum L.).Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas

Pertanian. IPB. Bogor.

Rahardja, P.E. 1988. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Panebar Swadaya.

Jakarta

Sinaga, N. A. K. 2001. Pengaruh sukrosa dan lama simpan gelap terhadap vigor bibit krisan

(Chysanthemum sp.).Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Torres, K. C. 1989. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops.Chapman and Hall. New York.

London.

Page 16: laporan kuljar

Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro (In Vitro Plant Propagation ). Avery

Publishing Group Inc. New Jersey.

Wetherelll, D. F. 1982. introduction to in vitro Propagation. Avery Publishing Group Inc. Wayne, New

Jersey.